PSIKOLOGI ALIRAN BEHAVIORISME

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PSIKOLOGI ALIRAN BEHAVIORISME"

Transkripsi

1 PSIKOLOGI ALIRAN BEHAVIORISME 1.1. Konsep Behaviorisme Pengertian Teori Behaviorisme Psikologi Behaviorisme adalah ilmu psikologi yang mempelajari tentang tingkah laku manusia. Sistem psikologi behaviorisme ini merupakan transisi dari system sebelumnya. Psikologi Behaviorisme memakna psikologi sebagai studi tentang prilaku dan system ini mendapat dukungan kuat dalam perkembangannya di abad ke-20 di Amerika Serikat. Dalam pandangannya, perilaku yang dapat diamati dan kuantifikasi memiliki maknanya sendiri, bukan hanya berfungsi sebagai perwujudan peristiwa-peristiwa mental yang mendasarinya. Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons organisme terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Hukuman kadang-kadang digunakan dalam menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan menjelaskan tindakan yang diinginkan. Pendidikan behaviorisme merupakan kunci dalam mengembangkan keterampilan dasar dan dasar-dasar pemahaman dalam semua bidang subjek dan manajemen kelas. Ada ahli yang menyebutkan bahwa teori belajar behavioristik adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-

2 faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep manusia mesin (Homo Mechanicus) Latar Belakang Munculnya Behaviorisme Awal mula adanya Psikologi Behaviorisme yaitu pada abad ke-20 di Amerika. Dan gerakan ini secara formal diawali oleh seorang psikolog Amerika bernama John Broadus Watson ( ) dengan makalahnya berjudul Psychology as the Behaviorist Views It dan dipublikasikan pada tahun Watson mengusulkan peralihan dari pemikiran radikal yang membahas perkembangan psikologi berdasarkan kesadaran dan proses mental. Watson mendukung perilaku tampak yang dapat diamati sebagai satu-satunya subjek pembahasan yang masuk akal bagi ilmu pengetahuan psikologi. Sistem Watson yang memfokuskan pada kemampuan adaptasi perilaku terhadap stimuli lingkungan, menawarkan ilmu psikologi yang positif dan objektif dan pada tahun 1930 behaviorisme menjadi sistem dominan dalam psikologi Amerika. Psikologi behaviorisme sebagai disiplin empiris yang mempelajari perilaku sebagai adaptasi terhadap stimuli lingkungan. Inti utama behaviorisme adalah bahwa organisme mempelajari adaptasi perilaku dan pembelajaran tersebut dikendalikan oleh prinsip-prinsip asosiasi. Pendekatan empiris berdasarkan pengkajian asosiasi dalam psikologi behavioristic yang secara umum mengikuti pendapat para filsuf Inggris dan juga konsep locke tentang kepasifan mental yang bermakna bahwa isi pikiran bergantung pada lingkungan. Psikologi behaviorisme juga berfundamental pada refleksiologi. Meskipun penelitian tentang perolehan refleks dilakukan sebelum diterbitkannya tulisan-tulisan Watson, karena penelitian ini sebagian besar dilakukan oleh peneliti berkebangsaan Rusia seperti Ivan Petrovich Pavlov

3 ( ). Tetapi kelompok ilmuwan Rusia tersebut memberikan dampak besar bagi behaviorisme setelah publikasi tulisan-tulisan Watson dan berperan sebagai kekuatan untuk memperluas formulasi aslinya Ciri Dari Teori Belajar Behaviorisme Untuk mempermudah mengenal teori belajar behavioristik dapat dipergunakan ciri-cirinya yaitu : 1. Mementingkan pengaruh lingkungan (environmentalistis) 2. Mementingkan bagian-bagian daripada keseluruhan (elentaristis) 3. Mementingkan peranan reaksi atau respon (psikomotor) 4. Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar 5. Mementingkan hubungan sebab akibat pada waktu yang lalu 6. Mementingkan pembentukan kebiasaan. 7. Ciri khusus dalam pemecahan masalah dengan mencoba dan gagal (trial and error). Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar. Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang pebelajar dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagianbagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul, 1997). Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik.

4 Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner. Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi atau dihilangkan (negative reinforcement) maka responpun akan semakin kuat Prinsip dalam Teori Belajar Behaviorisme 1. Reinforcement and Punishment Reinforcement dan Punishment merupakan perlakuan pendidik kepada anak didiknya. reinforcement dan punishment juga merupakan strategi untuk mengajar dan mendidik siswa. Reinforcement dalam dunia pendidikan anak diartikan sebagai penghargaan yang diharapkan bisa meningkatkan sikap dan perkembangan positif pada anak didik. Biasanya reinforcement berupa hadiah dan pujian. Berikut adalah contohnya: Hadiah kejutan untuk kesuksesan ulangan harian. Misalnya, anda adalah seorang ibu atau ayah yang sedang menjemput pulang anak anda. Di dalam perjalanan pulang atau boleh juga pada saat tiba di rumah, tanyakan pada anak anda apakah hari ini ada ulangan atau tidak, jika ada ulangan bagaimana hasilnya. misalnya anak anda mendapatkan nilai 8 atau 9, maka ajaklah anak anda untuk merayakan keberhasilannya mencapai nilai tersebut. Langkah ini telah terbukti mampu memacu semangat belajar siswa, maka di sinilah terjadi reinforcement. perlu diketahui bahwa untuk melakukan reinforcement tidak harus menunggu anak mendapatkan nilai 8 atau 9, namun berapapun nilainya, orang tua harus mensupport anak didik.

5 Ada beberapa wujud reinforcement yang sering dilakukan oleh pendidik. Pertama, reinforcement perayaan keberhasilan dengan memberikan hadiah berupa makanan, kedua, berupa ucapan selamat, dan ketiga berupa hadiah yang lain seperti menonton film kesukaannya, pergi piknik dan sebagainya. Punishment atau hukuman bukan hal yang baru lagi dalam dunia pendidikan. hukuman sudah terlalu mengakar tunggang dalam benak para pendidik dari jaman pendidikan yang penuh kekerasan hingga sekarang yang meskipun sudah di sana sini digembar gemborkan penghapusan kekerasan pada siswa tetap saja hukuman yang tidak membangun baik berupa kekerasan dan lainnya diterapkan dalam proses pembelajaran dan pendidikan. Contoh dari bentuk punishment yang tidak membangun banyak sekali ditemukan di sekolah, sebut saja siswa kena strap, harus berdiri dibawah tiang bendera. hukuman seperti demikian itu sama sekali tidak membangun. mestinya, ketika siswa melakukan sebuah pelanggaran, hukumlah mereka dengan sesuatu yang justru memberikan manfaat yang positif bagi mereka, misalnya dengan menghafalkan kosa kata bahasa inggris dengan jumlah tertentu dan masih banyak hukuman lainnya yang jauh lebih memberikan kontribusi positif. 2. Primary and Secondary Reinforcement Reinforcement primer hampir selalu nyata. Mereka biasanya terdiri dari sesuatu yang anak bisa memegang atau merasa tapi mereka selalu melibatkan keinginan langsung. Contohnya termasuk bola favorit, terowongan, mainan, video, atau hal-hal lain yang membangkitkan indra seperti gelembung, menggelitik, pelukan atau meremas, tekstur, atau musik. Salah satu penguat utama yang paling mendasar adalah makanan. Makanan bisa menjadi penguat bahkan ketika anak Anda tidak lapar, jika camilan yang disukai. Strategi ini adalah untuk hanya memberikan jumlah yang sangat kecil dari

6 makanan setelah menetapkan jumlah tanggapan sukses atau tugas. Camilan favorit bisa pergi sepanjang jalan jika dikelola dengan tepat. Hal ini juga penting untuk tidak membiarkan hal itu camilan atau objek menjadi terlalu memanjakan. Reinforcement sekunder, sebagaimana disebutkan di atas dipelajari. Mereka intrinsik dan bermanfaat pada tingkat internal, memberikan siswa perasaan atau anticiaption sesuatu yang mereka akhirnya bergaul dengan suatu kegiatan. Sebagai contoh, pembacaan cerita pengantar tidur dapat dikaitkan dengan perasaan mengantuk jika selalu membaca pada sekitar waktu yang sama, di tempat tidur, sebelum tidur. Beberapa contoh lain dari penguatan sekunder meliputi pujian verbal, tersenyum, token, thumbs up, dan bertepuk tangan. Untuk siswa yang khas, pujian lisan biasanya cukup. Anak-anak menyadari bahwa mereka melakukan sesuatu yang baik ketika mereka mendapatkan kegembiraan dan senyum dari orang dewasa atau teman sebaya di sekitar mereka. Dengan anak-anak yang kekurangan empati sosial dan kemampuan untuk berhubungan dengan perasaan orang lain, pujian lisan ini perlu dipasangkan dengan sesuatu yang lain. Jika anak suka dipeluk atau diperas, Anda mungkin ingin memasangkan pujian lisan dengan pelukan besar untuk menciptakan yang baik, perasaan hangat. 3. Schedules of Reinforcement Jadwal penguatan adalah aturan yang tepat yang digunakan untuk menyajikan (atau menghapus) reinforcement (atau punishment) mengikuti perilaku operant tertentu. Aturan-aturan ini didefinisikan dalam hal waktu dan / atau jumlah tanggapan yang diperlukan dalam rangka untuk menyajikan (atau menghapus) sebuah penguat (atau Punisher). Jadwal yang berbeda jadwal penguatan menghasilkan efek berbeda pada perilaku instrumental. 4. Contingency Management

7 Manajemen kontingensi atau penggunaan sistematis Penguatan adalah jenis perawatan yang digunakan di bidang kesehatan atau penyalahgunaan zat mental. Perilaku pasien dihargai (atau, lebih jarang, dihukum), umumnya, kepatuhan terhadap atau kegagalan untuk mematuhi aturan program dan peraturan atau rencana pengobatan mereka. Sebagai pendekatan untuk pengobatan, manajemen kontingensi muncul dari terapi perilaku dan diterapkan analisis perilakutradisi dalam kesehatan mental. Dengan sebagian besar evaluasi, prosedur manajemen kontingensi memproduksi salah satu efek ukuran terbesar dari semua kesehatan mental dan intervensi pendidikan. 5. Stimulus Control in Operant Learning Kontrol stimulus dikatakan terjadi ketika organisme berperilaku dalam satu cara dengan adanya stimulus yang diberikan dan cara lain dalam ketiadaan. Misalnya, adanya tanda berhenti meningkatkan kemungkinan bahwa "pengereman" perilaku akan terjadi. Biasanya perilaku tersebut disebabkan oleh memperkuat perilaku di hadapan satu stimulus dan menghilangkan penguatan dengan adanya stimulus lain. Banyak teori percaya bahwa semua perilaku berada di bawah beberapa bentuk kontrol stimulus. perilaku verbal adalah berbagai rumit perilaku dengan berbagai rangsangan pengendali. Kekurangan pendekatan behaviorisme Kekurangan dari pendekatan behavioristik adalah ; kurang menyentuh aspek pribadi, bersifat manipulatif dan mengabaikan hubungan antar pribadi, lebih terkonsentrasi kepada teknik, seringkali pemilihan tujuan ditentukan oleh konselor, konstruk belajar yang dikembangkan dan digunakan tidak cukup komprehensif untuk menjelaskan belajar dan hanya dipandang sebagai suatu hipotesis yang harus di tes, serta perubahan pada konseli hanya berupa gejala yang dapat berpindah kepada bentuk perilaku lain. Kritik terhadap Terapi Behavior

8 Corey (2005) memberikan kritik terahadap terapi behavior, yaitu : 1. Terapi behavior hanya mengubah perilaku bukan mengubah perasaan 2. Terapi behavior gagal menghubungkan faktor-faktor penting dalam terapi/konseling 3. Terapi behavior tidak memberikan proses pemahaman 4. Terapi behavior berusaha menghilangkan simptom daripada mencari penyebab 5. Terapi behavior dikontrol dan dimanipulasi oleh terapis Tokoh-tokoh Behaviorisme Ivan Petrovich Pavlov ( ) Ivan Petrovich Pavlov lahir pada tanggal 14 September 1849 dan wafat pada Februari Ivan Petrovich Pavlov adalah tokoh psikologi Rusia yang mempelopori aliran behaviorisme, terutama untuk karyanya dalam pengkondisian klasik. Dari masa-masa kecilnya Pavlov menunjukkan tingkat intelektual yang cemerlang dan memiliki energi yang luar biasa yang ia sebut sebagai "Naluri untuk Penelitian". Behaviorisme merupakan aliran dalam psikologi yang timbul sebagai perkembangan dari psikologi pada umumnya. Para ahli psikologi dalam rumpun behaviorisme ingin meneliti psikologi secara obyektif. Mereka berpendapat bahwa kesadaran merupakan hal yang dubious, sesuatu yang tidak dapat diobservasi secara langsung, secara nyata. Menurut Pavlov, aktivitas organisme dapat dibedakan atas:

9 1) Aktivitas yang bersifat reflektif, yaitu aktivitas organisme yang tidak disadari oleh organisme yang bersangkutan. Organisme membuat respon tanpa disadari sebagai reaksi terhadap stimulus yang mengenainya. 2) Aktivitas yang disadari, yaitu aktivitas atas kesadaran organisme yang bersangkutan. Aktivitas ini merupakan respon atas dasar kemauan sebagai suatu reaksi terhadap rangsangan yang diberikan. Rangsangan yang diterima oleh organisme akan diteruskan ke pusat kesadaran, baru kemudian memberikan respon. Dengan demikian aktivitas yang disadari memiliki jalur yang lebih panjang daripada aktivitas yang bersifat reflektif. Berkaitan dengan hal itu, Pavlov sangat memusatkan perhatiannya pada masalah refleks, karena itu pula, psikologi Pavlov sering disebut sebagai psikologi refleks atau psychoreflexology. Pavlov kurang setuju dengan metode instropektif dalam psikologi, karena menurut Pavlov, metode instropektif tidak dapat diukur secara obyektif. Pavlov memiliki pemikiran objective psychology, sehingga ia mendasarkan eksperimentalnya pada observed fact yaitu pada keadaan yang benar-benar dapat diobservasi. Eksperimental Pavlov berkontribusi pada pembelajaran, misalnya pada pembentukan kebiasaan (habit formation). Konsep Pavlov yang terkenal adalah " respon berkondisi/ conditioned response (yang oleh dirinya sendiri disebut sebagai refleks bersyarat) pada tahun Dia melakukan eksperimental pada kontrol salivasi pada anjing. Menurut Pavlov, apabila anjing lapar dan melihat makanan, kemudian mengeluarkan air liur, hal ini merupakan respon alami, yang bersifat reflektif dan disebut sebagai respon yang tidak berkondisi (unconditioned response). Demikian halnya dengan anjing apabila mendengar suara bel maka akan menggerakkan telinganya. Pavlov memiliki pemikiran apakah anjing dapat mengeluarkan liur jika mendengarkan bel. Kemudian hal ini dijadikan penelitian eksperimental yang memberikan kesimpulan bahwa perilaku tersebut dapat dibentuk

10 dengan cara memberikan stimulus yang berkondisi (conditioned stimulus) berbarengan atau sebelum diberikan stimulus alami (unconditioned stimulus) secara berulang, sehingga pada akhirnya akan terbentuk respons berkondisi (conditioned response). Respon ini pun dapat dikembalikan dengan memberikan stimulus berkondisi secara berulang-ulang tanpa disertai stimulus alami sebagai reinforcement, sehingga pada akhirnya anjing tidak mengeluarkan air liur apabila mendengar bunyi bel. Keadaan ini disebut sebagai experimental extinction. Tetapi apabila dalam kondisi tersebut sekali waktu diberikan stimulus alami sebagai reinforcement, maka respons berkondisi dapat terbentuk secara cepat, hal ini yang disebut sebagai spontaneous recovery. Karya Pavlov dikenal di Barat, terutama melalui tulisantulisan John B. Watson, gagasan "conditioning" sebagai bentuk otomatis belajar menjadi konsep kunci dalam spesialisasi pengembangan psikologi komparatif, dan pendekatan umum untuk psikologi yang mendasari itu, behaviorisme. Pavlov sering diklasifikasikan ke dalam behavioris yang asosiatif. Karya Pavlov dengan pengkondisian klasik adalah pengaruh yang sangat besar untuk bagaimana manusia memandang diri mereka sendiri, perilaku dan pembelajaran mereka. Penelitian Pavlov pada refleks bersyarat sangat dipengaruhi tidak hanya ilmu pengetahuan, tetapi juga budaya populer. The Pavlov Institut Fisiologi Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia didirikan oleh Pavlov pada tahun 1925 dan dinamai menurut namanya setelah kematiannya Edward Lee Thorndike ( ) Thorndike dilahirkan di Williamsburg pada tahun Thorndike merupakan tokoh yang mengadakan penelitian mengenai animal psychology. Kemudian penelitiannya ini dijadikan disertasi doktornya dengan judul Animal Intelligence: An Experimental Study of Associative

11 Processes in Animal, yang diterbitkan tahun 1911 dengan judu Animal Intelligence. Dalam bukunya inilah tercermin ide-ide fundamental Thorndike, termasuk pula teori tentang belajar. Menurut Thorndike, asosiasi antara sense of impression dan impuls of action, disebut sebagai koneksi (connection), yaitu usaha untuk menggabungkan antara kejadian sensoris dan perilaku. Thorndike menitikberatkan pada aspek fungsional dari perilau, yaitu bahwa proses mental dan perilaku berkaitan dengan penyesuaian diri organisme tersebut terhadap lingkungannya. Karena itu Thorndike diklasifikasikan ke dalam behavioris yang fungsional. Menurut Thorndike, dasar dari belajar adalah trial and error (atau disebutnya sebagai learning by selecting and connnecting). Dari eksperimennya, Thorndike mengajukan adanya tiga macam hukum yang sering dikenal dengan hukum primer dalam hal belajar, yaitu: 1) Hukum kesiapan (the law of readiness) Menurut Thorndike, belajar yang baik harus ada kesiapan dari organisme yang bersangkutan. Hasil belajar ditentukan juga dari kesiapan, jika dijabarkan secara terperinci, maka: a. Apabila organisme memilki kesiapan belajar, dan organisme tersebut dapat melaksanakan aktivitas tersebut, maka akan muncul sebuah kepuasan. b. Apabila organisme memilki kesiapan belajar, namun organisme tersebut tidak dapat melaksanakan aktivitas tersebut, maka akan muncul kekecewaan atau frustasi c. Apabila organisme tidak memilki kesiapan belajar tetapi dipaksa untuk melakukan aktivitas tersebut, maka akan menimbulkan keadaan yang tidak memuaskan. 2) Hukum latihan (the law of exercise) Thorndike mengemukakan adanya dua aspek dalam hukum latihan, yaitu a. The law of use Dalam hukum ini dijelaskan bahwa dengan latihan, hubungan antara stimulus dengan respon akan menjadi kuat b. The law of disuse

12 Dinyatakan bahwa hubungan antara stimulus dengan respon akan menjadi lemah jika tidak ada latihan. 3) Hukum efek (the law of effect) Hukum ini menjelaskan bahwa hubungan antara stimulus dan respon juga dipengaruhi oleh efek yang ditimbulkan. Hubungan keduanya akan menjadi kuat, jika stimulus memberikan hasil yang menyenangkan/ membawa reward. Demikian sebaliknya apabila stimulus memberikan hasil yang tidak menyenangkan, maka hubungan antara stimulus dan respon akan melemah. Pada tahun 1929 di International Congress of Psychology di New Heaven, Thorndike mengadakan revisi terhadap hukum yang ia kemukakan sebelumnya. Aspek yang direvisi adalah berkaitan dengan hukum latihan dan hukum efek. Menurut pandangan Thorndike yang baru, bahwa untuk memperkuat hubungan stimulus dan respon, tidak semata-mata dengan adanya pengulanagan/ latihan saja. Namun ia tetap mempertahankan bahwa latihan mengakibatkan adanya kemajuan, tetapi tidak berarti bahwa tidak ada latihan akan menyebabkan kelupaan, hubungan tidak simetris. Sedangkan pada hukum efek, Thorndike berpendapat bahwa reward akan meningkatkan kekuatan hubungan antara stimulus dan respon, namun punishment belum tentu mengakibatkan menurunnya hubungan stimulus respon. Karena itu reward dan punishment tidak menunjukkan efek yang simetris. Hukum yang dikemukakan Thorndike merupakan hukum belajar yang masih digunakan hingga saat ini. Adanya revisi yang pernah dilakukan Thorndike, menyebabkan teori ini dikenal dengan teori sebelum tahun 1930 dan teori setelah tahun John Broadus Watson ( ) J.B. Watson lahir di Greenville pada tanggal 9 Januari 1878 dan meninggal pada tanggal 25 September 1958 di New York. Universitas

13 Furman merupakan tempat pertama kali Watson masuk dalam dunia akdemis. Perkenalan pertama Watson dengan psikologi melalui mata kuliah Introspeksi, menyusul filsafat dan behaviorisme. Kemudian Watson melanjutkan pendidikannya di University of Chicago. Watson mulai memustakan perhatian pada psikologi eksperimental Karya pertama dari Watson dituangkan dalam makalah terkenal yang diterbitkan di jurnal psikologi ternama, Psychological Review, pada Selanjutnya Watson aktif dalam penyampaian kuliah umum dan menerbitkan buku Watson s Behavior pada Menurut Watson, penekanan ilmu psikologi adalah pada perilaku yang tampak (observable) dan menolak penggunaan instrospeksi (mengobservasi kondisi mental seseorang) sebagai metode penelitian. Introspeksi merupakan pendekatan yang tidak ada gunanya karena psikologi merupakan suatu ilmu, datanya harus dapat diamati dan diukur. Watson berpendapat bahwa hanya dengan mempelajari apa yang dilakukan manusia (perilaku) menjadikan psikologi menjadi ilmu yang obyektif. Watson terkenal dengan teorinya yang disebut Watson Behaviorism (Behaviorisme Watson). Watson mendefinisikan psikologi sebagai ilmu pengetahuan tentang tingkah laku. Sasaran behaviorisme adalah kemampuan meramalkan reaksi melalui pengenalan kondisi lingkungan dan sebaliknya juga mengenali reaksi agar dapat meramalkan kondisi lingkungan yang mendahuluinya. Watson mencatat empat metode khusu yang dapat digunakan oleh para behavioris dalam penyelidikan mereka, yakni : 1) Observasi dengan atau tanpa kontrol instrument 2) Metode refleks bersyarat yang dikembangkan oleh Pavlov 3) Metode laporan lisan/verbal 4) Metode testing (Naisaban, 2004) Watson menolak konsep sebelumnya dimana pikiran menjadi subyek dalam psikologi. Menurut pedapatnya, perilaku pelaku yang menjadi sunjek psikologi. Perilaku yang observable atau yang berpotensi

14 untuk dapat diamati dengan bebrabagi cara baik pada aktivitas manusia maupun hewan. Menurut pendapat Watson, tiga prinsip dalam aliran behaviorisme yakni : 1) Menekankan respon terkondisi sebagai elemen pembangun pelaku. Kondisi merupakan lingkungan eksternal yang ada dalam kehidupan. Perilaku muncul sebagai respon dari kondisi yang ada disekitar manusia dan hewan. 2) Perilaku merupakan elemen yang dapat diobservasi dan dapat dipelajari sebagai konsekuensi dari pengaruh lingkungan, dengan demikian perilaku terbentuk karena dipelajari. Lingkungan dapat berasal dari pengalaman baik masa lalu ataupun yang baru terjadi, fisik, maupun social. Lingkungan nantinya akan memberikan contoh yang akan dipelajari oleh individu tersebut. 3) Pusat perhatian aliran behaviorisme ada pada perilaku hewan. Pada dasarnya perilaku manusia dan hewan dianggap sama, sehingga observasi terhadap perilaku hewan dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku manusia. (Atkinson & Rita, 1999) Burrhus Frederic Skinner ( ) Burrhus Frederic Skinner lahir pada tanggal 20 Maret 1904 dan wafat pada 18 Agustus Ia adalah seorang psikologi Amerika, tokoh behaviorisme, penulis, penemu, dan filsuf sosial. Ia aktif menulis dan telah menerbitkan 21 judul buku dan 180 artikel. Bukunya yang berjudul The Behaviour of Organism yang diterbitkan dalam tahun 1938 memberikan dasar dari sistemnya. Sedangkan bukunya pada tahun 1953 yang berjudul Science and Human Behavior Psychology merupakan buku teksnya untuk Behavior Psychology.

15 Skinner membedakan perilaku menjadi 2 hal, yaitu: 1) Perilaku yang alami (innate behavior/ respondent behavior), yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang jelas, perilaku yang bersifat reflektif 2) Perilaku operan (operant behavior), yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang tidak diketahui, tetapi semata-mata ditimbulkan oleh organisme yang bersangkutan. Perilaku operan belum tentu didahului adanya stimulus dari luar. Berkaitan dengan adanya perilaku responden dan operan, maka dikenal adanya kondisioning responden dan kondisioning operan. Burrhus Frederic Skinner adalah tokoh kondisioning operan sama halnya dengan Thorndike, sedangkan Pavlov adalah tokoh kondisioning klasik. Menurut Skinner, ada dua prinsip umum yang berkaitan dengan kondisioning operan, yaitu: 1) Setiap respon yang diikuti oleh reward (sebagai reinforcement stimuli) akan cenderung diulangi 2) Reward atau reinforcement stimuli akan meningkatkan kecepatan (rate) terjadinya respons. Pada kondisioning operan, titik berat berada pada respon atau perilaku dan konsekuensinya. Dalam kondisioning operan, organisme harus membuat respon sedemikian rupa untuk memperoleh reinforcement yang merupakan reinforcement stimuli. Disinilah perbedaan kondisioning operan dengan kondisioning klasik. Pada kondisioning klasik, organisme tidak perlu membuat respon atau aktivitas untuk memperoleh reward atau reinforcement. Menurut Skinner reinforcement dibedakan menjadi reinforcement positif dan reinforcement negatif. Reinforcement positif, yaitu reinforcement yang apabila diberikan akan meningkatkan probabilitas respon, sedangkan reinforcement negatif, yaitu sesuatu apabila ditiadakan akan menyebabkan probabilitas respon lebih kecil, atau dengan kata lain merupakan punishment atau hukuman. Namun demikian, menurut Skinner,

16 yang dimaksud dengan hukuman yaitu dengan menyingkirkan reinforcement positif atau mengenakan reinforcement negatif. Menurut Skinner baik reinforcement positif maupun reinforcement negatif ada yang primer dan ada yang sekunder. Reinforcement primer berkaitan dengan keadaan yang alami, misalnya makanan merupakan reinforcement positif primer, dan aliran listrik merupakan reinforcement negatif primer (dalam eksperimental Skinner). Reinforcement positif sekunder misalnya bunyi bel, karena bunyi bel merupakan fore signal datangnya makanan, sedangkan sinar lampu adalah reinforcement negatif sekunder, karena sinar lampu sebagai fore signal datangnya aliran listrik (dalam eksperimental Skinner). Menurut Skinner, perilaku itu merupakan rangkaian perilakuperilaku yang lebih kecil atau lebih sederhana. Misalnya untuk datang ke sekolah tidak terlambat, maka ini merupakan rangkaian perilaku bangun lebih pagi, mandi lebih pagi, makan lebih pagi, dan seterusnya. Karena itu, untuk membentuk sebuah perilaku, perlu dianalisis bentuk perilakuperilaku kecil yang mengarah pada perilaku yang ingin dibentuk, kemudian dipikirkan reward yang akan diberikan jika perilaku yang dimaksud terbentuk. Pemberian reward dapat dimulai sejak satu perilaku kecil terbentuk, kemudian bergeser pada perilaku berikutnya, demikian seterusnya hingga pada akhirnya reward hanya diberikan jika perilaku yang dimaksud terbentuk. Misalnya untuk membentuk perilaku datang ke sekolah tidak terlambat, maka saat anak dapat bangun lebih pagi perlu diberikan reward. Apabila perilaku bangun pagi telah terbentuk, maka reward diberikan setelah anak mau mandi lebih pagi. Apabila perilaku makan pagi telah terbentuk, maka reward diberikan setelah perilaku yang akan dibentuk selanjutnya, demikian seterusnya hingga reward hanya diberikan jika anak tidak terlambat datang ke sekolah. Hal ini disebut sebagai metode shaping dari Skinner.

17 1.2.5 Albert Bandura Albert Bandura lahir di Alberta, kanada pada tahun Bandura menjalankan pendidikannya di University of British Columbia dan lowa, tempat Bandura memperoleh gelarph.d pada tahun Salah satu pandangan Bandura memiliki penekanan peran sentral pembelajaran observasional. Bandura menemukan bahwa anak-anak dapat belajar dari mengamati seorang dewasa yang bertindak agresif. Anak-anak yang melihat orang dewasa dihukum karena melakukan agresi, kemungkinan kecil sekali untuk mencontoh bila ada kesempatan, tapi bila dijanjikan ganjaran untuk meniru model tersebut, maka mereka tidak berbeda dengan anak-anak lain. Indikasi ini menunjukkan bahwa anakanak dapat belajar melakukan sesuatu, dengan mengamati seseorang yang tidak diberi ganjaran. Dalam hal ini, Bandura membedakan antara imitation (peniruan) dan identification (identifikasi). Imitation mencakup peniruan benar-benar dari tingkah laku orang lain, sedangkan identification mencakup usaha untuk sepenuhnya mirip atau sebisa mungkin mirip dengan orang lain. Berbeda dengan pendapat Skinner, Bandura memandang individu sebagai orang yang memiliki kemampuan otonomi untuk mengatur lingkungan sesuai dengan kebaikannya atau penderitaannya. Bandura juga mengembangkan teknik-teknik modeling dalam modifikasi kekacauan-kekacauan fobi yang menghasilkan suatu teknik terapi untuk mengembalikan tingkah laku fobi, melalui cara : 1) Mengatur kondisi-kondisi sehingga klien menampilkan gairah tingkah laku yang mahir atau cakap tanpa rasa takut 2) Melihat pengalaman-pengalaman pokok dalam kesuksesan 3) Membantu para klien untuk menampilkan kegiatan-kegiatan yang semakin lama semakin maju dari yang sederhana dan mudah hingga

18 yang sulit, hasilnya bukan hanya perubahan perilaku tetapi juga keyakinan untuk mencapai hasil-hasil yang diinginkan. Sebagai contoh teknik modeling terapi fobi, supaya seorang penderita fobi dapat mengatasi ketakutan pada ular, orang itu dimasukkan dalam kamar bersama dengan seseorang yang tidak takut ular. Didalam kamar itu juga ditempatkan ular, orang yang fobi ular berada dalam kamar bersama dengan orang yang tidak takut ular. Kedua orang tersebut mendekati ular secara perlahan-lahan, sedikit demi sedikit mendekat hingga menyentuh ular dengan tangannya. Pada mulanya, menyentuh ular dalam waktu yang singkat, tapi kemudian makin lama, hingga ia terbiasa menyentuh ular. Dan akhirnya orang yang fobi ular akan terbiasa menyentuh ular sendiri. (Naisaban, 2004) John Dollard dan Neal E. Miller Dollard dan Miller bekerjasama di Institute of Human Relations Universitas Yale. Teori yang mereka ciptakan banyak dipengaruhi oleh teori Hull-Spence, yang terutama menangani peran motivasi dalam tingkah laku dan bagaimana motivasi belajar dapat diperoleh. Menurut Dollard dan Miller, bentuk sederhana dari teori belajar adalah mempelajari keadaan di mana terjadi hubungan antara respon dengan cue-stimulusnya. Habit atau kebiasaan adalah satu-satunya elemen dalam teori Dollard dan Miller yang memiliki sifat struktural. Habit merupakan ikatan antara stimulus dengan respon yang relatif stabil dan bertahan lama dalam kepribadian. Namun, susunan kebiasaan itu bersifat sementara karena dapat berubah dengan adanya pengalaman baru. Dari eksperimen eksperimennya, Dollard dan Miller menyimpulkan sebagian besar dorongan sekunder yang dipelajari manusia, dipelajari melalui belajar rasa takut dan anxiety. Mereka juga menyimpulkan bahwa untuk bisa belajar, seseorang harus menginginkan sesuatu, mengenali sesuatu, mengerjakan sesuatu, dan mendapatkan sesuatu (want something, notice something, do something, get something).

19 Ini selanjutnya menjadi 4 komponen utama belajar menurut Dollard dan Miller, yakni : 1) Drive adalah stimulus dalam diri organisme yang mendorong terjadinya kegiatan tetapi tidak menentukan bentuk kegiatan. Kekuatan drives tergantung pada kekuatan stimulus yang memunculkannya. Semakin kuat drivenya, semakin keras usahan tingkah laku yang dihasilkannya. Drive sekunder atau drive yang dipelajari diperoleh berdasarkan drive primer; rasa takut (sekunder) diperoleh atau dibangun di atas rasa sakit (primer). Setelah drive sekunder dimiliki, akan memotivasi untuk mempelajari respon baru seperti fungsi dari drive primer. Kekuatan drive sekunder tergantung pada kekuatan drive primer dan jumlah reinforcement yang diperoleh. 2) Cue adalah stimulus yang memberi petunjuk perlunya dilakukan respon yang sesungguhnya. Jenis dan kekuatan cue bervariasi dan variasi itu memnetukan bagaimana reaksi terhadapnya. 3) Response adalah aktifitas yang dilakukan seseorang. Menurut Dollard dan Miller, sebelum suatu respon dikaitkan dengan sutu stimulus, respon itu harus terjadi lebih dahulu. 4) Reinforsemen atau hadiah adalah drive pereda dorongan (drive reduction). 1.3 PERILAKU ABNORMAL DEFINISI Perilaku manusia disikapi sebagai respon yang akan muncul kalau ada stimulus tertentu yang berupa lingkungan. Akibatnya, perilaku manusia dipandang selalu dalam bentuk hubungan karena suatu stimulus tertentu akan memunculkan perilaku yang tertentu pula pada manusia (Endraswara,2008 :57). Seseorang yang tingkah lakunya berbeda dari norma yang berlaku dalam masyarakat disebut abnormal. Norma norma tersebut berbeda antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya. Suatu perilaku yang

20 dianggap normal pada suatu masyarakat belum tentu dianggap normal oleh masyarakat lain. Namun demikian, tidak ada satu masyarakat pun yang tidak memiliki norma sosial bagi tingkah laku, norma moral, etis maupun hukum. Oleh karena itu satu kriteria untuk mendefinisikan perilaku abnormal adalah pelanggaran terhadap norma. Skinner berpendapat bahwa tingkah laku abnormal berkembang dengan prinsip yang sama dengan perilaku normal. Oleh karena itu, menurutnya tingkah laku abnormal dapat diganti dengan tingkah laku normal dengan cara sederhana, yakni dengan memanipulasi lingkungan. Konsep impuls id yang tertekan, inferiority complexes, anxiety, ego defence, krisis identitas, konflik ego-super ego adalah penjelasan yang mengkhayal. Kelainan tingkah laku tersebut adalah kegagalan belajar membuat seperangkat respon yang tepat. Kelainan tersebut antara lain : 1. Kekurangan tingkah laku (behavior deficit) Tidak memiliki repertoire respon yang dikehendaki karena miskin reinforcement 2. Kesalahan penguatan (schedule reinforcement error) Pilihan responnya tepat tetapi reinforcement diterima secara tidak benar sehingga organisme cenderung memakai respon yang tidak dikehendaki. 3. Kesalahan memahami stimulus (failure in discriminating stimulus) Sering terjadi pada penderita skizoprenik dan psikotik lainnya, yakni orang yang gagal memilah tanda-tanda yang ada pada stimulus sehingga stimulus yang benar dihubungkan dengan hukuman dan yang salah dihubungkan dengan reinforcement. Akibatnya akan terjadi pembentukan tingkah laku yang tidak dikehendaki 4. Merespon secara salah (inapropiate set of response) Terkait dengan ketidakmampuan mengenali penanda spesifik suatu stimulus, orang akhirnya mengembangkan respon yang salah. Karena justru respon itu yang mendapat reinforcement. Dapat disimpulkan bahwa tingkah laku abnormal harus dipahami melalui sejarah reinforcement yang diterima seseorang. Tingkah laku abnormal itu dapat diganti dengan cara sederhana, yakni dengan

21 memanipulasi reinforcement lingkungan,, mengikuti kondisioning operan dan kondisioning responden KRITERIA PERILAKU ABNORMAL Kriteria terkenal untuk mendefinisikan perilaku abnormal adalah pelanggaran norma sosial, disamping penyimpangan dari norma-norma statistik, ketidaksenangan pribadi, perilaku maladaptif, gejala salah suai, tekanan batin dan ketidakmatangan. 1. Pelanggaran norma sosial Pada dasarnya, setiap masyarakat mempunyai seperangkat norma yang lengkap atau aturan untuk perilaku, yang meliputi hampir semua aspek kehidupan. Sebagai contoh, dalam masyarakat kita, norma menetapkan bahwa kita harus mengenakan pakaian didepan umum. Masyarakat lain mempunyai aturan yang berbeda, karena norma relatif terhadap waktu dan tempat. Tetapi pada umumnya kita mengganggap norma itu tidak relatif tetapi mutlak, Oleh karena itu pelanggaran terhadap norma dipandang sangat serius, dan orang-orang yang berjalan dengan telanjang dianggap sebagai orang yang abnormal. 2. Penyimpangan dari Norma Statistik Menurut kriteria ini, kata abnormal berarti menyimpang dari normal, yaitu setiap hal yang luar biasa, tidak lazim, atau secara harfiah menyimpang dari hal-hal yang biasa. Dalam kaitan ini, banyak karakteristik, seperti tinggi badan, berat badan, kecerdasan atau intelegensi, mencakup suatu rentang nilai jika diukur pada suatu populasi. Sebagian besar orang berada didalam rentang pertengahan tinggi badan, sementara sedikit individu adalah jangkung secara abnormal atau pendek secara abnormal. Salah satu definisi abnormalitas didasarkan pada frekuensi statistik : perilaku abnormal adalah perilaku yang secara statistik jarang atau menyimpang dari normal. Akan tetapi menurut definisi ini, orang yang sangat cerdas atau sangat gembira diiklasifikasikan sebagai abnormal. Begitupula sebaliknya, orang yang

22 sangat bodoh atau selalu tampak sedih akan diklasifikasikan sebagai abnormal. Contoh yang lain atas dasar patokan tersebut, orang dapat didiagnosis bermental terbelakang (idiot, moron atau embicile) apabila nilai IQ jauh dibawah rata-rata. Nilai IQ normal sekitar 100, nilai batasnya 69 apabila jauh dibawah rata-rata dianggap abnormal. 3. Ketidaksenangan Pribadi (Personal Discomfort) Apabila seorang mengatakan sangat tidak bahagia, perilaku ini dinamakan abnormal dan memerlukan bantuan. Ini adalah ukuran yang lebih bebas ketimbang pelanggaran norma social atau penyimpangan dari norma statistik, karena memperbolehkan orang menilai kenormalannya sendiri. Aturan ketidaksenangan pribadi sekarang secara luas digunakan untuk gangguan neurolik seperti fobia, yaitu anggapan bahwa orang yang menderita dan keluarganya adalah satu-satunya yang merasa tidak bahagia. Akan tetapi, kriteria ketidaksenangan pribadi sosial mengganggu. 4. Perilaku Maladaptif Menurut kriteria ini perilaku dianggap abnormal jika bersifat maladaptif, memiliki pengaruh buruk pada individu atau masyarakat. Beberapa jenis perilaku menyimpang yang mengganggu kesejahteraan individu seorang pria yang sangat takut ditempat keramaian sehingga ia tidak dapat menumpang bus ketempat kerjanya, selain itu pecandu alkohol yang minum sampai mabuk berat sehingga ia tidak dapat mempertahankan pekerjaanya, atau seorang wanita yang mencoba bunuh diri. Bentuk lain dari penyimpangan perilaku adalah perilaku yang berbahaya bagi masyarakat seperti remaja yang memiliki kemarahan agresif dan menyerang, individu paranoid yang merencanakan pembunuhan terhadap pemimpin nasional. Jika kita menggunakan kriteria maladaptivitas, semua perilaku harus dianggap abnormal. 5. Gejala Salah Suai (Maladjustment) Abnormalitas disini dipandang sebagai ketidakefektifan individu dalam menghadapi, menangani atau melaksanakan tuntutan-tuntutan dari

23 lingkugan fisik dan sosialnya maupun yang bersumber dari berbagai kebutuhannya sendiri. Kriteria semacam ini jelas bersifat negatif, dalam arti tidak memperhitungkan fakta bahwa seorang individu dapat berpenyesuaian baik (well-adjusted) tanpa memanfaatkan dan mengembangkan kemampuan-kemampuannya. Tidak sedikit orang yang secara umum disebut berhasil dalam menjalani hidup, dalam arti hidup secara lumrah-baik, maupun sebagai pribadi, ia tidak pernah berkembang secara maksimal-optimal. 6. Ketidakmatangan Seseorang dikatakan abnormal apabila perilakunya tidak sesuai dengan tingkat usianya, tidak selaras dengan situasinya. Masalahnya sering sulit menemukan patokan tentang kepantasan dan kematangan. 7. Tekanan Batin Abnormalitas di sini dipandang berwujud perasaan cemas, depresi atau sedih, atau rasa bersalah yang mendalam. Namun ini bukan patokan yang baik untuk membedakan perilaku normal dari yang abnormal atau sebaliknya. Tekanan batin yang kronik seperti tak berkesudahan, mungkin memang merupakan indikasi bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Sebaliknya, sangat normal bila orang merasa sedih atau tertekan manakala mengalami musibah, kekecewaan atau ketidakadilan. Ketabahan memang suatu indikator dalam menghadapi bencana, namun dalam kondisi biasa, misalnya akan terkesan aneh bila orang merasa gembira menghadapi ketika menghadapi kematian seseorang yang dikasihi BENTUK-BENTUK PERILAKU ABNORMAL Penggolongan bentuk-bentuk perilaku abnormal selalu mengalami perubahan dari masa ke masa. Bentuk-bentuk perilaku abnormal yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari antara lain : 1. Neurosis Gangguan yang dapat menyebabkan kesulitan emosi yang sangat berat tetapi gangguan tersebut tidak menghalangi penderita mengadakan

24 hubungan dengan orang lain secara nyata. Penderita neurotik mungkin tidak dapat meninggalkan rumah atau tetap bekerja, tetapi dia masih mengetahui apa yang ada disekelilingnya. Kaum behavioris berpendapat bahwa sumber neurosis adalah cara belajar yang keliru (faulty learning) dalam menghindari kecemasan. Menurut kacamata behavioristik, inti neurosis adalah gaya hidup maladaptive yang berupa tingkah laku bersifat defensif dengan tujuan menghindari atau mengurangi rasa cemas. Pola-pola gangguan neurosis antara lain ; a. Gangguan Kecemasan Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang ternyata menemui kesulitan dalam memberikan suatu dikotomi yang jelas dan tepat antara kecemasan dan ketakutan. Rasa cemas selalu dicampur adukkan dengan rasa takut. Aliran behaviorisme beralasan bahwa kecemasan yang tidak realistis dan yang realistis merupakan akibat yang lazim. Jika seseorang dilanda suatu kecemasan panjang dan tanpa akhir, secara psikologis sebenarnya sudah berada dalam bahaya kehancuran diri. b. Gangguan Fobia Fobia diartikan sebagai ketakutan pada suatu objek atau keadaan yang tidak dapat dikendalikan, yang biasanya disertai dengan rasa sakit yang perlu diobati. Pendapat lain menyebut fobia sebagai rasa takut terhadap hal-hal yang dianggap mengancam, misalnya rasa takut pada tempat-tempat yang tinggi. Supratiknya menjelaskan bahwa fobia sebagai perasaan takut yang bersifat menetap terhadap objek atau situasi tertentu yang sesungguhnya tidak menimbulkan ancaman nyata bagi yang bersangkutan atau yang bahayanya terlalu dibesar-besarkan. Beberapa contoh fobia yang penting antara lain : 1) Akrofobia yaitu takut berada di ketinggian 2) Agorafobia yaitu takut berada ditempat terbuka 3) Klaustrofobia yaitu takut berada ditempat tertutup 4) Hematofobia yaitu takut melihat darah 5) Monofobia yaitu takut berada sendirian disuatu tempat 6) Niktofobia yaitu takut pada kegelapan 7) Pirofobia yaitu takut melihat api

25 8) Zoofobia yaitu takut pada binatang pada umumnya atau hanya jenis binatang tertentu. Fobia pada umumnya memiliki beberapa sifat khusus, antara lain : 1) Perasaan takutnya intens dan mengganggu kegiatan sehari-hari, misalnya seorang pemuda harus kehilangan pekerjaanya sebagai perawat karena takut melihat darah. 2) Biasanya disertai simtom-simtom lain seperti pusing, sakit punggung maupun sakit perut. 3) Kadang-kadang disertai kesulitan membuat keputusan. Gejala ini disebut desidofobio atau takut membuat keputusan. c. Gangguan Kompulsif Obsesif Gangguan kompulsif obsesif yaitu penderita berulang-ulang memikirkan pemikiran yang mengganggu atau merasa terpaksa berulang-ulang melakukan tindakan yang tidak penting, dorongan kompulsif atau keduanya. Seperti para penderita fobia yang umumnya menyadari tidak ada alasan dari ketakutan mereka, penderita gangguan kompulsif obsesif menyadari bahwa tidak ada kepentingan objektif untuk tetap mengunci atau mengecek apapun. Meskipun demikian, mereka terpaksa melakukan, dan mungkin mengalami kecemasan luar biasa apabila mereka tidak memenuhi dorongan kompulsif itu. Pada umumnya gangguan kompulsif obsesif biasanya diderita oleh orangorang yang minder dan merasa tidak aman, mudah merasa bersalah dan mudah merasa terancam. 2. Gangguan Psikosis Merupakan suatu gejala terjadinya denial of major aspects of reality dengan gejala dan pola-pola berikut : a. Reaksi Schizophrenic yang menyangkut proses emosional dan intelektual. Gejalanya sama sekali tidak mengacuhkan apa yang terjadi disekitarnya. b. Reaksi Paranoid dimana seseorang selalu dibayangi oleh hal-hal yang seolah-olah mengancam dirinya. Oleh karena itu dia akan menyerang terlebih dahulu. c. Reaksi afektif dan involutional, dimana seseorang merasakan adanya depresi yang sangat kuat.

26 3. Bunuh Diri Para ilmuwan sosial mencatat bahwa kebanyakan percobaan bunuh diri, baik dikalangan perempuan maupun laki-laki biasanya dilalukan ditengah suasana percekcokan antara pribadi atau tekanan hidup berat lainnya. Kelompok yang beresiko tinggi untuk melakukan percobaan bunuh diri adalah mahasiswa, penderita depresi, para lansia, pecandu alcohol, orang-orang yang berpisah atau bercerai dengan pasangan hidupnya, orang-orang yang hidup sebatang kara, kaum pendatang, para penghuni daerah kumuh dan miskin, kelompok profesional tertentu seperti dokter, pengacara dan psikolog. Pada umumnya bunuh diri dilakukan karena stress yang ditimbulkan oleh berbagai sebab, antara lain : a. Depresi Ada indikasi bahwa sebagian besar orang yang berhasil melakukan bunuh diri sedang dilanda depresi pada saat tindakan tersebut dilakukan b. Krisis dalam hubungan interpersonal Konflik dan pemutusan hubungan seperti perceraian, konflik dalam perkawinan, perpisahan, kehilangan orang terkasih akibat kematian dapat menimbulkan stress berat yang mendorong dilakukannya tindakan bunuh diri. c. Kegagalan dan devaluasi diri Perasaan bahwa dirinya telah gagal dalam suatu urusan penting, biasanya menyangkut pekerjaan, dapat menimbulkan devaluasi diri atau rasa kehilangan harga diri yang mendorong tindakan bunuh diri. d. Konflik batin Stress bersumber dari konflik batin atau pertentangan didalam pikiran. Misalnya seorang wanita lajang merasa cemas, bingung, ragu-ragu antara memilih hidup atau mati, dan akhirnya memutuskan untuk tidak lagi melanjutkan teka teki itu dengan melakukan bunuh diri. e. Kehilangan makna dan harapan hidup Kehilangan makna dan harapan hidup seseorang merasa hidupnya sia-sia, akibatnya memilih mengakhiri hidupnya dengan

27 bunuh diri. Perasaan semacam ini sering dialami oleh orang-orang yang menderita penyakit kronik atau terminal. DAFTAR PUSTAKA Alwisol Psikologi Kepribadian. Jakarta : UMM Press Endraswara, Suwardi Metode Penelitian Psikologi Sastra. Yogyakarta: Medpress Sobur, A Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung : CV Pustaka Setia a. Psikoterapi Behavioristik Modifikasi Tingkah Laku Skinner Behaviorisme masih tetap berkembang luas dalam bentuk modifikasi tingkah laku (behavior modification). B-mod (sebutan behavior modification) adalah senjata atau strategi untuk mengubah tingkah laku bermasalah. Beberapa teknik berikut dikemukakan oleh skinner tetapi mungkin juga dikembangkan dari pakar lain atau disempurnakan oleh pakar lain. 1. Pembanjiran (Flooding) Membuat situasi klien menjadi cemas yang berlebih atau bertingkah laku yang tidak dikehendaki, bertahan disana sampai klien menyadari bahwa malapetaka yang dicemaskan tidak terjadi. Flooding harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena emosi yang berlebih bisa menimbulkan akibat tertentu, bahkan pada penderita gangguan jantung flooding bisa berakibat fatal. Tapi dampak flooding bisa sangat luar biasa bahkan penderita fobia bisa sembuh. Penjenuhan (satiation) adalah varian flooding yang dipakai organisme untuk mengontrol tingkah lakunya (self control). 1) Terapi Aversi Pada kontrol diri, aversi dilakukan oleh individu sendiri, sedang pada terapi aversi pengaturan kondisi aversi diciptakan oleh terapis. Misalnya remaja yang senang berkelahi, kepadanya ditunjukkan foto teman yang kesakitan. Pada saat yang sama remaja tersebut dikenai

28 kejut listrik yang menimbulkan rasa sakit. Diharapkan terjadi proses pembalikan reinforsemen positif (perasaan senang/bangga) karena menyakiti teman lain, berubah menjadi reinforsemen negatif (perasaan iba, berdosa, takut) karena melihat luka dan merasakan sakit karena kejut listrik. Keberhasilan suatu treatmen menuntut kerja keras dari pihak klien dan bantuan yang optimal dari terapis. a. Pemberian hadiah/hukuman secara selektif (Selective Reward/Punishment) Strategi terapi ini untuk memperbaiki tingkah laku anak dengan melibatkan figur disekeliling anak sehari-hari., khususnya orang tua dan guru. Terapis meneliti klien dalam setting aktual, bekerjasama dengan orang tua dan guru untuk memberi hadiah ketika anak melakukan tingkah laku yang dikehendaki, dan menghukum kalau muncul tingkah laku yang tidak dikehendaki. Tingkah laku dan bentuk hadiah/hukuman direncanakan secara teliti, dipilih yang paling memberi dampak efektif. b. Latihan ketrampilan sosial (Social skill training) Banyak yang dipakai untuk membantu penderita depresi. Teori depresi yang populer memandang depresi sebagai akibat dari perasaan tidak mendapat hadiah (perhatian) yang memadai dari lingkungan, mungkin karena tidak memiliki ketrampilan untuk memperolehnya. Kepada penderita diajarkan teknik-teknik khusus dalam berinteraksi sosial. c. Kartu berharga (Token Economy) Teknik yang didasarkan pada prinsip kondisioning operan, didesain untuk mengubah tingkah laku klien. Intervensi ini bisa dipakai untuk mendidik anak dirumah dan disekolah khususnya pada anak yang mengalami keterlambatan, autistik dan delinkuen. Hadiah dalam bentuk berharga diberikan kepada klien setiap kali klien memunculkan tingkah laku yang dikehendaki, misalnya memakai pakaian sendiri, makan sendiri, mengatur tempat tidur, menyapu lantai dan sebagainya. Pemberian reinforsemen diatur dalam interval

TEORI BELAJAR TINGKAH LAKU

TEORI BELAJAR TINGKAH LAKU TEORI BELAJAR TINGKAH LAKU 1. Teori Belajar Tingkah Laku (Behaviorisme) Paham behaviorisme memandang belajar sebagai perkayaan/penambahan materi pengetahuan (material) dan atau perkayaan pola-pola respon

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR BEHAVIORISME (TINGKAH LAKU)

TEORI BELAJAR BEHAVIORISME (TINGKAH LAKU) TEORI BELAJAR BEHAVIORISME (TINGKAH LAKU) Penguatan (+) Stimulus Respon Reinforcment Penguatan (-) Faktor lain ialah penguatan (reinforcement) yang dapat memperkuat timbulnya respons. Reinforcement bisa

Lebih terperinci

SKINNER TIGA ASUMSI DASAR SKINNER

SKINNER TIGA ASUMSI DASAR SKINNER 3 SKINNER Minat utama Skinner adalah pada analisis eksperimental atas tingkah laku. Skinner melakukan penelitian pada tikus atau burung merpati. Di samping itu, Skinner juga menerapkan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Modul ke: Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Behaviorisme Fakultas Psikologi Dra. Anna Amanah, Psi., MSi. www.mercubuana.ac.id Program Studi Psikologi Tokoh Tokoh: Ivan P. Pavlov 1849 1936 John Broadus

Lebih terperinci

PERILAKU DAN MENTAL DALAM PERSPEKTIF BEHAVIORISME

PERILAKU DAN MENTAL DALAM PERSPEKTIF BEHAVIORISME PERILAKU DAN MENTAL DALAM PERSPEKTIF BEHAVIORISME Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Psikologi Dosen Pengampu: Baidi Bukhori, S. Ag., M. Si. Disusun Oleh : Muhlisaturrohmah (1601016054) Mukoyimah

Lebih terperinci

Teori belajar : Analisis perilaku BF Skinner

Teori belajar : Analisis perilaku BF Skinner Teori belajar : Analisis perilaku BF Skinner Biografi BF Skinner Burrhus Frederic Skinner lahir 1904 di Pennsylvania Ayahnya seorang pengacara dan politisi ternama, ibunya seorang ibu rumah tangga Skinner

Lebih terperinci

Teori Belajar Behavioristik

Teori Belajar Behavioristik Teori Belajar Behavioristik Pandangan tentang belajar : Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma S-R (stimulus- respon) Ciri-ciri teori belajar behavioristik : a. Mementingkan

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK Pertemuan ke-2 1 Pemerolehan vs Pembelajaran Pemerolehan memiliki ciri-ciri yang sama dengan pemerolehan bahasa pertama, seorang anak penutur asli, sedangkan belajar bahasa

Lebih terperinci

PSIKOLOGI ALIRAN BEHAVIORISME

PSIKOLOGI ALIRAN BEHAVIORISME PSIKOLOGI ALIRAN BEHAVIORISME Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsur subyek tunggal psikologi.

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK. MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Belajar dan Pembelajaran yang dibina oleh Bapak Drs. Parno, M.

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK. MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Belajar dan Pembelajaran yang dibina oleh Bapak Drs. Parno, M. TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Belajar dan Pembelajaran yang dibina oleh Bapak Drs. Parno, M.Si oleh Yunida Ekawati 110321406344 Zul Farida Arini 110321406367 Elies

Lebih terperinci

JOHN DOLLARD & NAEL E MILLER STRUKTUR KEPRIBADIAN

JOHN DOLLARD & NAEL E MILLER STRUKTUR KEPRIBADIAN 4 JOHN DOLLARD & NAEL E MILLER STRUKTUR KEPRIBADIAN John Dollard dan Neal E. Miller bekerja sama di Institute of Human Relation Universitas Yale mengembangkan pendekatan interdisiplin 3 bidang ilmu, yaitu

Lebih terperinci

antara stimulus dan respon. Menurut Pavlov respon dari seseorang tergantung

antara stimulus dan respon. Menurut Pavlov respon dari seseorang tergantung Teori teori Behaviorisme 1. Classical Conditioning, Ivan Pavlov (1849 1936) Pavlov adalah seorang psikolog dari Rusia yang menemukan hubungan antara stimulus dan respon. Menurut Pavlov respon dari seseorang

Lebih terperinci

TEORI behaviorism. Teori belajar koneksionisme

TEORI behaviorism. Teori belajar koneksionisme TEORI behaviorism Ada dua jenis pengkondisian: Tipe S : respondent conditioning (pengkondisian responden) identik dengan pengkondisian klasik. Menekankan arti penting stimulus dalam menimbulkan respons

Lebih terperinci

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI Subtitle MENGAPA INDIVIDU BERPERILAKU AGRESIF? PENDEKATAN-PENDEKATAN BIOLOGIS PSIKODINAMIKA BEHAVIOR HUMANISTIK KOGNITIF Memandang perilaku dari sudut pandang pemfungsian

Lebih terperinci

B.F. Skinner. Pendekatan Psikologi Skinner

B.F. Skinner. Pendekatan Psikologi Skinner B.F. Skinner Teori Kepribadian Behaviorisme Pendahuluan Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologis yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913. Seperti halnya psikoanalisa, behaviorisme

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR SKINNER

TEORI BELAJAR SKINNER TEORI BELAJAR SKINNER A. ALIRAN PSIKOLOGI TINGKAH LAKU (BEHAVIOR) Banyak teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Remaja dipandang sebagai periode perubahan, baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dipandang sebagai proses yang dinamis yang dipengaruhi oleh sifat bakat seseorang dan pengaruh lingkungan dalam menentukan tingkah laku apa yang

Lebih terperinci

Menyampah' dari Perspektif Psikologi (2) Marselius Sampe Tondok Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya

Menyampah' dari Perspektif Psikologi (2) Marselius Sampe Tondok Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya Menyampah' dari Perspektif Psikologi (2) Marselius Sampe Tondok Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya Dipublikasikan pada Harian Surabaya Post, 20 Juli 2008 Kalau pada edisi lalu kita membahas perilaku

Lebih terperinci

MEMAHAMI TEORI-TEORI PERILAKU BELAJAR DALAM ORGANISASI

MEMAHAMI TEORI-TEORI PERILAKU BELAJAR DALAM ORGANISASI MEMAHAMI TEORI-TEORI PERILAKU BELAJAR DALAM ORGANISASI Oleh: Alimul Muniroh 1 Abstrak Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang mendasar sebagai hasil dari pengalaman di sebuah organisasi/ lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena---teori adalah untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena.

BAB I PENDAHULUAN. fenomena---teori adalah untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai suatu kegiatan profesional dan ilmiah, pelaksaan konseling bertitik tolak dari teori-teori yang dijadikan sebagai acuannya. Pada umumnya teori diartikan

Lebih terperinci

2016 PENGGUNAAN TEKNIK TEGURAN TERHADAP PERILAKU STEREOTYPE PADA PESERTA DIDIK TOTALLY BLIND DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG

2016 PENGGUNAAN TEKNIK TEGURAN TERHADAP PERILAKU STEREOTYPE PADA PESERTA DIDIK TOTALLY BLIND DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Orang tunanetra merupakan seseorang yang kehilangan seluruh maupun sebagian dari fungsi penglihatannya, terdapat beberapa dampak yang ditimbulkan dari ketunanetraan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan

Lebih terperinci

Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori self-efficasy

Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori self-efficasy Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (Social Learning Teory) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen

Lebih terperinci

Konsep-konsep Modifikasi Perilaku. Danang Setyo Budi Baskoro, S.Psi., M.Psi

Konsep-konsep Modifikasi Perilaku. Danang Setyo Budi Baskoro, S.Psi., M.Psi Konsep-konsep Modifikasi Perilaku Danang Setyo Budi Baskoro, S.Psi., M.Psi POKOK BAHASAN 1. Dasar Pemikiran 2. Definisi Modifikasi Perilaku 3. Perilaku 4. Pendekatan behavioristik 5. Prinsip dasar Modifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang diekspresikan dalam wujud media tulis. Untuk itu, karya sastra dihasilkan melalui imajinasi dan

Lebih terperinci

Teori Pendidikan dan Teori Belajar dalam Kurikulum. Oleh. Fauzan AlghiFari / / TP-B.

Teori Pendidikan dan Teori Belajar dalam Kurikulum. Oleh. Fauzan AlghiFari / / TP-B. Teori Pendidikan dan Teori Belajar dalam Kurikulum Oleh Fauzan AlghiFari / 15105241008 / TP-B http://fauzanfari.blogs.uny.ac.id A. TEORI PENDIDIKAN BEHAVIORISME Teori behaviorisme adalah teori belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Teori Konseling Behavioral konseling

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Teori Konseling Behavioral konseling BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah sebuah aset yang penting di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, karena bagaimana pun tidak ada bangsa yang maju tanpa diiringi pendidikan yang bermutu. Pendidikan

Lebih terperinci

Behaviorisme. Disusun oleh: Dr. phil. Hana Panggabean

Behaviorisme. Disusun oleh: Dr. phil. Hana Panggabean Behaviorisme Disusun oleh: Dr. phil. Hana Panggabean Behaviorisme muncul sebagai kritik lebih lanjut dari strukturalisme Wundt. Meskipun didasari pandangan dan studi ilmiah dari Rusia, aliran ini berkembang

Lebih terperinci

Psikologi Fungsionalisme

Psikologi Fungsionalisme Modul ke: Psikologi Fungsionalisme Tokoh dan perebedaan dengan strukturalisme Fakultas Psikologi Ainul Mardiah, M.Sc Program Studi Psikologi Sejarah Aliran Fungsionalisme Fungsionalisme adalah aliran psikologi

Lebih terperinci

EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK

EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK Murhima A. Kau Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo INTISARI Proses perkembangan perilaku prososial menurut sudut pandang Social Learning Theory

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat beradaptasi dengan baik maka ia akan memiliki kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat beradaptasi dengan baik maka ia akan memiliki kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap orang pasti akan mengalami banyak masalah dalam kehidupannya. Salah satu masalah yang harus dihadapi adalah bagaimana seseorang dapat beradaptasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN THEORY OF LEARNING ACCORDING TO EDUCATIONAL PSYCHOLOGY ABSTRACT

TEORI BELAJAR DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN THEORY OF LEARNING ACCORDING TO EDUCATIONAL PSYCHOLOGY ABSTRACT Jurnal Sosial Humaniora ISSN 2087-4928 Volume 4 Nomor 2, Oktober 2013 62 TEORI BELAJAR DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN THEORY OF LEARNING ACCORDING TO EDUCATIONAL PSYCHOLOGY RK Rusli 1a dan MA Kholik 1 1 Program

Lebih terperinci

Untuk pemahaman yang lebih mendalam, perlu diuraikan definisi belajar tersebut melalui penjelasan dari komponen-komponen dan istilah-istilah serta

Untuk pemahaman yang lebih mendalam, perlu diuraikan definisi belajar tersebut melalui penjelasan dari komponen-komponen dan istilah-istilah serta WHAT IS LEARNING? Belajar adalah salah satu bidang kajian terpenting dalam psikologi dan merupakan suatu konsep yang benar-benar sulit didefinisikan. Dalam American Heritage Dictionary, belajar diartikan

Lebih terperinci

TEORI TEORI BELAJAR. Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN

TEORI TEORI BELAJAR. Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN TEORI TEORI BELAJAR Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memperoleh sebagaian besar dari kemampuannya melalui belajar. Belajar adalah suatu peristiwa yang terjadi didalam

Lebih terperinci

Teori-teori Belajar. Teori Behavioristik. Afid Burhanuddin. Memahami teori-toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran.

Teori-teori Belajar. Teori Behavioristik. Afid Burhanuddin. Memahami teori-toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran. Teori-teori Belajar Teori Behavioristik Afid Burhanuddin Belajar Mengajar Kompetensi Dasar Memahami teori-toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran Indikator Memahami hakikat teori pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan orang lain. Kehidupan manusia mempunyai fase yang panjang, yang di dalamnya selalu mengalami

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

AWAL MUNCULNYA TEORI BEHAVIORISME

AWAL MUNCULNYA TEORI BEHAVIORISME TEORI BEHAVIORISTIK KELOMPOK 2 ABRAR YUSRA (5115153527) ACHMAD RIZQI AGFIAN (5115152309) ARI PRABOWO (5115152234) CITRATRI AYUNINGTIAS (5115152673) DHIMAZ IDRIS (5115151820) EKA MARDIANA (5115154962) ENCIK

Lebih terperinci

Oleh : Muh. Mustakim, M.Pd.I

Oleh : Muh. Mustakim, M.Pd.I Oleh : Muh. Mustakim, M.Pd.I Hakikat Belajar Belajar merupakan proses mencapai berbagai dan sikap untuk bekal hidup di masa mendatang. macam kompetensi, Belajar adalah proses mendapatkan perubahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada masa ini anak belum memiliki kemampuan berpikir yang baik. Hal ini membuat mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi masalah kesehatan mental. Jika sudah menjadi masalah kesehatan mental, stres begitu mengganggu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

MATERI 7 MATA KULIAH DETEKSI DINI DALAM PERKEMBANGAN

MATERI 7 MATA KULIAH DETEKSI DINI DALAM PERKEMBANGAN FOBIA SEKOLAH TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM: Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa dapat memahami fobia sekolah guna melakukan deteksi dini TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS: 1. Mahasiswa dapat menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang dituangkan dalam bentuk aturan. Salah satunya adalah aturan sekolah yang disebut dengan

Lebih terperinci

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan jalur pendidikan formal yang berfungsi untuk mendidik, mengajar dan melatih siswa mempersiapkan dirinya di masa yang akan datang. Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar.

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup penelitian. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang berkembang dan akan selalu mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab hakikat manusia sejak terjadinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Gangguan Jiwa BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa Gangguan jiwa merupakan perubahan sikap dan perilaku seseorang yang ekstrem dari sikap dan perilaku yang dapat menimbulkan penderitaan

Lebih terperinci

PSIKOLOGI UMUM 1. Aliran Bevahiorisme: Neo-Behaviorisme

PSIKOLOGI UMUM 1. Aliran Bevahiorisme: Neo-Behaviorisme PSIKOLOGI UMUM 1 Aliran Bevahiorisme: Neo-Behaviorisme Edward C. Tolman Clark L. Hull B.F. Skinner Alberd Bandura Julian Rotter Neobehaviorisme 1930 1960: Tolman, Hull & Skinner Beberapa prinsip Neobehaviorisme:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 16 BAB II LANDASAN TEORI A. Terapi Behaviorisme 1. Pengertian Terapi Behavorisme Behaviorisme adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia. Yang mana, manusia dikendalikan oleh lingkungannya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605). BAB II KAJIAN TEORI A. Teori Kontrol Diri 1. Pengertian Kontrol Diri Kontrol diri adalah kemampuan untuk menekan atau untuk mencegah tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa. Merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke masa dewasa awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih dituntut suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi mendefinisikan perkembangan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup

Lebih terperinci

Teori Teori Belajar: Behaviorisme, Kognitif, dan Gestalt

Teori Teori Belajar: Behaviorisme, Kognitif, dan Gestalt Teori Teori Belajar: Behaviorisme, Kognitif, dan Gestalt Jika menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan sejumlah teori belajar yang bersumber dari aliran aliran psikologi. Di bawah ini akan dikemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak selamanya berjalan dengan mulus, tenang, penuh dengan kebahagiaan dan kegembiraan. Tetapi seringkali manusia menghadapi berbagai cobaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu bisa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya, agar. dalam kehidupan suami istri. Putusnya hubungan perkawinan yang

BAB I PENDAHULUAN. individu bisa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya, agar. dalam kehidupan suami istri. Putusnya hubungan perkawinan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kodrat individu sebagai mahluk sosial yang menyebabkan individu tidak dapat menghidar dari interaksi dengan lingkungan. Dalam diri individu terdapat suatu dorongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar, digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan bagi individu yang belajar atau mengikuti pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar,

Lebih terperinci

EMOSI DAN SUASANA HATI

EMOSI DAN SUASANA HATI EMOSI DAN SUASANA HATI P E R I L A K U O R G A N I S A S I B A H A N 4 M.Kurniawan.DP AFEK, EMOSI DAN SUASANA HATI Afek adalah sebuah istilah yang mencakup beragam perasaan yang dialami seseorang. Emosi

Lebih terperinci

2014 PENGGUNAAN TEKNIK BEHAVIOR CONTRACT

2014 PENGGUNAAN TEKNIK BEHAVIOR CONTRACT 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merupakan suatu bentuk perbuatan atau aktivitas yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya sehari-hari baik yang dapat diamati secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam pendidikan. Perguruan Tinggi diadakan dengan tujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

Lebih terperinci

Reality Therapy. William Glasser

Reality Therapy. William Glasser Reality Therapy William Glasser 1. Latar Belakang Sejarah William Glasser lahir tahun 1925, mendapatkan pendidikan di Cleveland dan menyelesaikan sekolah dokter di Case Western Reserve University pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua menginginkan dan mengharapkan anak yang dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan pintar. Anak-anak yang patuh, mudah diarahkan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengalaman Memaafkan. kebanyakan berfokus pada memaafkan sebagai proses dengan individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengalaman Memaafkan. kebanyakan berfokus pada memaafkan sebagai proses dengan individu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Memaafkan 1. Definisi Pengalaman Memaafkan Memaafkan merupakan sebuah konsep dimana terdapat pelaku dan korban yang berada dalam sebuah konflik dan sedang berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. kematangan mental, emosional dan sosial. remaja, diantaranya mengenai ciri-ciri masa remaja.

BAB II TINJAUAN TEORITIS. kematangan mental, emosional dan sosial. remaja, diantaranya mengenai ciri-ciri masa remaja. BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Masa Remaja Istilah remaja (adolescence) berasal dari kata adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Saat ini istilah remaja mempunyai arti yang lebih luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa. Di masa ini, remaja mulai mengenal dan tertarik dengan lawan jenis sehingga remaja

Lebih terperinci

PRIBADI CARL ROGERS. Setelah mendapat gelar doktor dalam psikologi Rogers menjadi staf pada Rochester Guidance Center dan kemudian menjadi

PRIBADI CARL ROGERS. Setelah mendapat gelar doktor dalam psikologi Rogers menjadi staf pada Rochester Guidance Center dan kemudian menjadi 9 PRIBADI CARL ROGERS Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990)

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Skripsi bertujuan agar mahasiswa mampu menyusun dan menulis suatu karya ilmiah, sesuai dengan bidang ilmunya. Mahasiswa yang mampu menulis skripsi dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan

BAB I PENDAHULUAN. rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tunagrahita adalah kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam berinteraksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tujuan hidupnya, prestasi, kesuksesan dan juga penghargaan. Tanpa didukung oleh

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tujuan hidupnya, prestasi, kesuksesan dan juga penghargaan. Tanpa didukung oleh 7 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Kemandirian Anak 2.1.1 Pengertian Kemadirian Kemandirian merupakan salah satu aspek terpenting yang harus dimiliki setiap individu dan anak, karena

Lebih terperinci

MATERI PENDEKATAN KONSELING PERILAKU

MATERI PENDEKATAN KONSELING PERILAKU MATERI PENDEKATAN KONSELING PERILAKU 1. Latar Belakang Konseling behavior dikembangkan sejak 1950-an dan 1960-an. Konseling tersebut merupakan pemisahan yang radikal dari psikoanalisis yang berlaku saat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Amalia (2010) dengan penelitian yang berjudul Analisis Perilaku Tokoh

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Amalia (2010) dengan penelitian yang berjudul Analisis Perilaku Tokoh BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan hasil studi pustaka yang telah dilakukan, ditemukan beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini, baik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Proses kehidupan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PERILAKU DISIPLIN BELAJAR SISWAMELALUI TEKNIK REINFORCEMENT POSITIF DALAM PEMBELAJARAN IPS

PENINGKATAN PERILAKU DISIPLIN BELAJAR SISWAMELALUI TEKNIK REINFORCEMENT POSITIF DALAM PEMBELAJARAN IPS 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini peneliti memaparkan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. A. Latar Belakang Penelitian Hasil pengamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,

Lebih terperinci

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi menurut Irwanto, et al (dalam Rangkuti & Anggaraeni, 2005), adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. TK (Taman kanak-kanak) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal

I. PENDAHULUAN. TK (Taman kanak-kanak) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang TK (Taman kanak-kanak) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal dalam rangka sistem pendidikan nasional yang merupakan salah satu bentuk

Lebih terperinci

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Nama : No HP : Alamat : Pendidikan Terakhir : 1. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Pemikiran dan perhatian ditujukan ke dalam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

Behavior and Social Learning Theory

Behavior and Social Learning Theory MODUL 4 PSIKOLOGI PERKEMBANGAN 1 Behavior and Social Learning Theory Materi yang akan di bahas: a. Pendekatan Umum Teori b. Penekanan pada Perilaku Belajar c. Hukum Universal d. Teori Belajar Modern e.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus (Heward dan Orlansky, 1992) adalah anak dengan

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus (Heward dan Orlansky, 1992) adalah anak dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak berkebutuhan khusus (Heward dan Orlansky, 1992) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat

Lebih terperinci

Pengertian Psikologi

Pengertian Psikologi 1 Pengertian psyche Pengertian Psikologi Psikologi berasal dari kata Yunani psyche yang artinya jiwa. Logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi psikologi berarti : ilmu yang mempelajari tentang

Lebih terperinci

Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya)

Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya) Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya) Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan kejiwaan itu terjadi karena tidak terkendalinya emosi dan perasaan dalam diri. Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurun waktu terdekat ini kemajuan disegala aspek kehidupan menuntut masyarakat untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak yang sehat dan memiliki tumbuh kembang yang baik merupakan dambaan bagi setiap pasangan suami istri yang telah menikah. Anak merupakan berkah yang sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. Kenakalan Remaja 1. Pengertian Kenakalan Remaja Kenakalan remaja (juvenile delinquency) mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara

Lebih terperinci