KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)"

Transkripsi

1 KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PUSAT PEMETAAN RUPABUMI DAN TOPONIM BADAN INFORMASI GEOSPASIAL SATUAN KERJA SEKRETARIAT UTAMA PPK DEPUTI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL DASAR I PEMBUATAN UNSUR PETA RUPABUMI INDONESIA SKALA 1:5.000 KAWASAN INDUSTRI SEBAGIAN WILAYAH PALU DAN SEKITARNYA MENGGUNAKAN DATA FOTO UDARA TAHUN ANGGARAN 2017

2 KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEMBUATAN UNSUR PETA RUPABUMI INDONESIA SKALA 1:5.000 KAWASAN INDUSTRI SEBAGIAN WILAYAH PALU DAN SEKITARNYA MENGGUNAKAN DATA FOTO UDARA LATAR BELAKANG Undang Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi 1. Geospasial khususnya pada pasal 7 menyebutkan bahwa Peta Rupabumi Indonesia (RBI) merupakan salah satu komponen Informasi Geospasial Dasar (IGD). IGD diselenggarakan secara bertahap dan sistematis untuk seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan wilayah yuridiksinya. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menyebutkan bahwa seluruh kegiatan pembangunan harus direncanakan berdasarkan data, baik spasial dan nonspasial serta informasi lain yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Pasal 14 ayat 3 huruf c, Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruangmenyatakan secara jelas kebutuhan akan IGD Skala Besar, khususnya untuk kepentingan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten/Kota maupun Kawasan Strategis Kabupaten/Kota. Tugas pokok dan fungsi Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim (PPRT) Badan Informasi Geospasial adalah menyelenggarakan dan membina program pemetaan rupabumi dan toponim, yang salah satu bentuknya adalah penyelenggaraan pemetaan rupabumi Indonesia. Peta Rupabumi Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a UU IG diselenggarakan pada skala kecil (1: , 1: , dan 1: ), skala menengah (1: , 1:50.000, dan 1:25.000), serta skala besar (1:10.000, 1:5.000, 1:2.500, dan 1:1.000) Sampai saat ini ketersediaan data spasial dengan skala besar tersebut masih sangat terbatas sehingga dibutuhkan suatu terobosan melalui upaya percepatan penyediaannya terutama di wilayah ibukota provinsi maupun kota-kota besar di Indonesia. Dalam RPJMN , PPRT memiliki target untuk penyediaan peta rupabumi Indonesia khususnya skala besar dalam rangka memenuhi kebutuhan nasional, diantaranya berupa penyediaan peta rupabumi untuk RDTR, kawasan strategis, kawasan ekonomi khusus atau kawasan industri, program kota baru serta mendukung program prioritas pemerintah lainnya. Oleh karena itu pada tahun anggaran 2017, Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim melakukan kegiatan 2dari36

3 pembuatan unsur peta rupabumi skala 1:5.000 kawasan industri sebagian wilayah Palu data foto udara dengan menggunakan data foto udara yang diakuisisi pada tahun anggaran MAKSUD DAN TUJUAN a. Maksud dari pengadaan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan informasi geospasial dasar terutama peta rupabumi Indonesia skala besar b. Tujuan dari pengadaan ini untuk menghasilkan unsur peta rupabumi skala 1:5.000 kawasan industri sebagian wilayah Palu dengan menggunakan data foto udara 3. TARGET/ SASARAN Target/ sasaran yang ingin dicapai dari pengadaan ini yaitu tersedianya unsur peta rupabumi skala 1:5.000 kawasan industri wilayah Palu dengan metode stereokompilasi secara 3D data foto udara yang tersimpan dalam seamless geodatabase dengan volume setara dengan luas 30 NLP (Nomor Lembar Peta) daratan pada skala 1: NAMA ORGANISASI PENGADAAN BARANG/JASA 5. SUMBER DANA DAN PERKIRAAN BIAYA 6. RUANG LINGKUP PENGADAAN/ LOKASI DAN FASILITAS PENUNJANG Badan Informasi Geospasial Satuan Kerja Sekretariat Utama PPK Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar I a. Sumber dana yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini berasal dari DIPA Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2017 b. PAGU anggaran sebesar Rp ,- dengan HPS yang diperlukan untuk Paket ini sejumlah Rp ,- (Dua Milyar Tiga Ratus Empat Puluh Tiga Juta Delapan Ratus Sembilan Puluh Sembilan Ribu Rupiah). c. Penandatangan Kontrak akan dilakukan setelah DIPA Tahun 2017 terbit. a. Ruang lingkup pekerjaan ini sebagaimana lampiran 1. b. Lokasi Pekerjaan pembuatan unsur peta rupabumi skala 1:5.000 kawasan industri sebagian wilayah Palu dapat dilihat pada indeks lokasi pekerjaan sebagaimana lampiran 2. c. Volume pekerjaan memiliki luasan setara dengan luas 30 NLP (Nomor Lembar Peta) daratan pada skala 1: d. Data dasar yang disediakan oleh Pemberi Kerja berupa: 1) Foto udara digital beserta parameter EO (Exterior Orientation) dan informasi kalibrasi kamera 2) Frame indeks peta RBI skala 1: ) Skema geodatabase 4) Dokumen pendukung pelaksanaan pekerjaan (petunjuk pelaksanaan pemetaan RBI skala besar) 3dari36

4 4dari36

5 Lampiran1. Ruang Lingkup Pekerjaan Ruang lingkup Pekerjaan Pembuatan Unsur Peta Rupabumi Skala 1:5.000 kawasan industri sebagian wilayah Palu dijelaskan pada tabel 1.1. Tabel1.1 Ruang Lingkup Pekerjaan No Tahapan Bobot 1 Persiapan 1.80% 2 Penyiapan Data 0.45% 3 Stereokompilasi (Hasil Akuisisi FU) 49.35% 4 Pembentukan Topologi dan Poligon 3.80% 5 Pembentukan DTM 7.63% 6 Pembentukan Kontur dan Spotheight 8.90% 7 Persiapan Survei 2.98% 8 Survei Kelengkapan Lapangan 14.81% 9 Penyelarasan Data 6.83% 10 Pembentukan Metadata 0.78% 11 Penyajian Hasil Pekerjaan 1.37% 12 Pelaporan 1.27% Total 100%

6 Lampiran2. Indeks Lokasi Pekerjaan Lokasi pekerjaan dan pembagian paket pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar2.1 Indeks Lokasi Pekerjaan Pembuatan Unsur Peta Rupabumi Skala 1:5.000 Kawasan Industri Wilayah Palu dan sekitarnya 6dari36

7 Lampiran3. Hasil Pekerjaan Hasil pekerjaan yang harus diserahkan diuraikan sebagaimana tabel 3.1 Tabel 3.1 Hasil Pekerjaan No Hasil Pekerjaan Spesifikasi Format Volume 1 Persiapan a Dokumen hasil pemeriksaan kesiapan alat dan personil b Dokumen rencana detail pekerjaan Mencakup hasil pemeriksaan alat dan personil pada tahapan persiapan Menjelaskan rencana detail pelaksanaan pekerjaan Non Disclosure Agreement (NDA) yang sudah ditandatangan c Laporan Persiapan Menjelaskan seluruh proses dan hasil yang dilakukan pada tahap persiapan 2 Penyiapan Data a Dokumen hasil pemeriksaan kesiapan alat dan personil Mencakup hasil pemeriksaan alat dan personil pada tahapan penyiapan data b Formulir checklist hasil kesiapan Mencakup hasil data pengecekan awal semua data yang diterima dari pemberi kerja c Laporan Penyiapan Data Menjelaskan seluruh proses dan hasil yang dilakukan pada tahap penyiapan data 3 Stereokompilasi a Dokumen hasil pemeriksaan kesiapan alat dan personil b Data unsur peta RBI hasil stereokompilasi Mencakup hasil pemeriksaan alat dan personil pada tahapan stereokompilasi File seamless hasil stereokompilasi (Kode unsur sesuai dengan yang diberikan oleh Pemberi Kerja) Dokumen QC Internal stereokompilasi c Laporan Stereokompilasi Menjelaskan seluruh proses dan hasil yang dilakukan pada tahap stereokompilasi 4 Pembentukan Topologi dan Poligon a Dokumen hasil pemeriksaan kesiapan alat dan personil b Data unsur peta RBI hasil pembentukan topologi Mencakup hasil pemeriksaan alat dan personil pada tahapan pembentukan topologi dan poligon File seamless hasil plotting yang sudah (*.pdf hasil scan) (*.pdf) (*.doc) (*.pdf hasil scan) digital (*.pdf) (*.doc) (*.pdf hasil scan) 1 set Digital (*.gdb) 1 set file setara dengan 30 NLP pada skala 1:5.000 (*.pdf hasil scan) (*.doc) (*.pdf hasil scan) dan 1 set file dan 1 set file Digital (*.gdb) 1 set file setara dengan 7dari36

8 No Hasil Pekerjaan Spesifikasi Format Volume ditopologi (Bentuk titik 30 NLP pada dan garis) skala 1:5.000 c Data unsur peta RBI File seamless hasil Digital (*.gdb) 1 set file pembentukan poligon pembentukan poligon setara dengan yang sudah ditopologi 30 NLP pada (Bentuk titik, garis dan skala 1:5.000 area) d Laporan Pembentukan Topologi dan Poligon 5 Pembentukan DTM a Dokumen hasil pemeriksaan kesiapan alat dan personil Dokumen QC internal Pembentukan Topologi dan Poligon Menjelaskan seluruh proses dan hasil yang dilakukan pada tahap pembentukan topologi dan poligon Mencakup hasil pemeriksaan alat dan personil pada tahapan Pembuatan DTM b File DTM File DTM seamless yang dibangun dari unsur perairan dan hipsografi Dokumen QC internal pembentukan DTM (*.pdf hasil scan) (*.doc) (*.pdf hasil scan) dan 1 set file dan 1 set file Digital (*.bil) 1 set file setara dengan 30 NLP pada skala 1:5.000 (*.pdf hasil scan) dan 1 set file c Laporan Pembentukan DTM Menjelaskan seluruh proses dan hasil yang dilakukan pada tahap pembentukan DTM 6 Pembentukan Kontur dan Spotheight a Dokumen hasil pemeriksaan kesiapan alat dan personil Mencakup hasil pemeriksaan alat dan personil pada tahapan Pembentukan Kontur dan Spotheight b Data Garis Kontur File kontur seamless (Dibentuk dari data DTM dengan interval 2m) Dokumen QC internal pembentukan kontur (*.doc) (*.pdf hasil scan) Digital (.gdb) (.pdf hasil scan) dan 1 set file 1 set file setara dengan 30 NLP pada skala 1:5.000 dan 1 set file c Data Spotheight File Spotheight Digital (.gdb) Dokumen QC internal pembentukan spotheight (.pdf hasil scan) 1 set file setara dengan 30 NLP pada skala 1:5.000 dan 1 set file d Laporan Pembentukan Kontur dan Spotheight Menjelaskan seluruh proses dan hasil yang silakukan pada tahap pembentukan kontur dan spotheight (*.doc) dan 1 set file 8dari36

9 No Hasil Pekerjaan Spesifikasi Format Volume 7 Persiapan Survei Kelengkapan Lapangan a Dokumen hasil pemeriksaan kesiapan alat dan personil Mencakup hasil pemeriksaan alat dan personil pada tahapan persiapan Survei Kelengkapan Lapangan b Dokumen Tanda Terima Surat Dokumen Tanda Terima Pemberitahuan survei Surat Pemberitahuan survei dari BIG ke Pemerintah Kabupaten/Kota c Data sekunder Data Sekunder selain yang diberikan oleh BIG, dapat berupa data batas wilayah, toponim atau data lainnya (Digunakan untuk menunjang pelaksanaan survei d Peta manuskrip A, B, dan Peta Foto kelengkapan lapangan) Unsur rupabumi Hasil Tahapan Stereokompilasi dilengkapi dengan data sekunder Sudah dilengkapi tanda lokasi untuk verifikasi unsur rupabumi pada manuskrip B Dicetak dan dilipat untuk memudahkan ke lapangan Disimpan dalam clear file holder Dokumen QC internal Tahapan Persiapan Survei e Dokumen Rencana detail survei Menjelaskan secara rinci rencana pelaksanaan SKL f Formulir Verifikasi Unsur Formulir menggunakan Rupabumi format dari pemberi kerja g Laporan Tahapan Persiapan Survei 8 Survei Kelengkapan Lapangan a Dokumen hasil pemeriksaan kesiapan alat dan personil b Formulir Verifikasi Unsur Rupabumi Menjelaskan seluruh proses dan hasil yang dilakukan pada tahap persiapan SKL Mencakup hasil pemeriksaan alat dan personil pada tahapan survei kelengkapan lapangan Formulir yang sudah diisi lengkap dengan hasil verifikasi unsur rupabumi (*.pdf hasil scan) (*.pdf hasil scan) Digital (*.pdf) (*.pdf hasil scan) Cetak dan Digital (*.pdf) (*.pdf) (*.doc) (*.pdf hasil scan) (*.pdf hasil scan) 1 set 1 set file setara dengan 30 NLP pada skala 1:5.000 filedigital filedigital filedigital filedigital filedigital 9dari36

10 No Hasil Pekerjaan Spesifikasi Format Volume c Data Batas wilayah indikatif Diketahui oleh Cetak, scan pemerintah daerah (.geotiff), dan digital setempat Digambarkan pada (*.gdb) manuskrip A d Formulir Nama Unsur Rupabumi Formulir yang sudah diisi nama unsur rupabumi (hasil scan format dan diketahui oleh *.pdf) pemerintah setempat daerah Mencakup 30 NLP pada skala 1:5.000 Digambarkan Manuskrip B pada e Data Hasil SKL Nama unsur yang terdaftar penulisannya telah sesuai dengan kaidah toponimi Data sesuai dengan formulir verifikasi unsur rupabumi, batas wilayah indikatif, formulir nama unsur rupabumi Foto lapangan yang dilampirkan di dalam geodatabase sesuai dengan obyeknya Cetak, (.geotiff) Digital (*.gdb) scan Mencakup 30 NLP pada skala 1: set Dokumen QC internal Tahapan SKL f Laporan hasil SKL Menjelaskan seluruh proses dan hasil yang dilakukan pada tahap SKL 9 Penyelarasan Data a Dokumen hasil pemeriksaan kesiapan alat dan personil b Data unsur peta RBI hasil penyelarasan data Mencakup hasil pemeriksaan alat dan personil pada tahapan penyelarasan data File seamless Atribut dan geometri sudah sesuai Edgematching di dalam dan antar paket Semua unsur sudah bersih dari kesalahan topologi Dokumen QC internal Tahapan Penyelarasan Data c Laporan Penyelarasan Data Menjelaskan seluruh proses dan hasil yang dilakukan pada tahap penyelarasan data 10 Pembentukan Metadata a Dokumen hasil pemeriksaan kesiapan alat dan personil Mencakup hasil pemeriksaan alat dan personil pada tahapan metadata (*pdf hasil scan) (*.doc) (*.pdf hasil scan) Digital (*.gdb) (*pdf hasil scan) (*.doc) (*.pdf hasil scan) dan 1 set file 1 set filedigital setara dengan 30 NLP pada skala 1: b Metadata yang telah Menggunakan Digital (*.gdb, dan 1 set 10dari36

11 No Hasil Pekerjaan Spesifikasi Format Volume dimasukkan ke dalam geodatabase unsur peta *.xml) geodatabase RBI hasil tahapan penyelarasan data Menggunakan standar c Laporan Pembentukan Metadata ISO Dokumen QC internal Tahapan pembentukan metadata Menjelaskan seluruh proses dan hasil yang dilakukan pada tahap pembentukan metadata (.pdf hasil scan) (*.doc) 1 cetak dan 1 set 11 Penyajian Hasil Pekerjaan a Dokumen hasil pemeriksaan kesiapan alat dan personil Mencakup hasil pemeriksaan alat dan personil pada tahapan penyajian hasil pekerjaan b Penyajian Hasil Pekerjaan Setiap lembar menampilkan kelompok unsur tertentu untuk seluruh wilayah yang dipetakan berdasarkan skala 1:5.000 (7 tema unsur rupabumi) Dicetak dengan ukuran kertas A1 (fixed extent scale) Dokumen QC internal Tahapan penyajian hasil pekerjaan c Laporan Penyajian Hasil Menjelaskan seluruh Pekerjaan proses dan hasil yang dilakukan pada tahap penyajian hasil pekerjaan 12 Pelaporan a Laporan akhir hasil pekerjaan Berisi kompilasi laporan pelaksanaan seluruh tahapan pekerjaan (*.pdf hasil scan) Cetak (ukuran A1 yang dilipat pada ukuran A4) Digital (fileproject beserta datanya, *.pdf) (*pdf hasil scan) (*.doc) (*.doc) 1 album dan 1 set Seluruh data hasil pekerjaan dalam format digital tersimpan dalam harddisk eksternal dan dilengkapi dengan checklist daftar data yang tersimpan (daftar isi harddisk atau struktur folder) dan diberikan pada akhir pekerjaan. Data setiap tahapan pekerjaan disimpan dalam geodatabase (diberikan oleh pemberi kerja) dan mencakup keseluruhan area pekerjaan. 11dari36

12 Lampiran4. Persyaratan Personil Persyaratan personil untuk melaksanakan pekerjaan ini sebagaimana tabel 4.1. Tabel 4.1 Persyaratan Personil No Pelaksana Pendidikan Minimal Pengalaman (Tahun) Jumlah (Orang) S1/S2/S3 1 Ketua Tim 1 (Geodesi/Geomatika/Geografi) > 5 2 Staf Administrasi SMA Tim Penyiapan Data 1 Koordinator Stereokompilasi 2 Operator Stereokompilasi Tim Digitasi Stereokompilasi 1 Koordinator Stereokompilasi 2 Operator Stereokompilasi Tim Pembentukan Topologi dan Poligon 1 Koordinator Pembentukan Topologi dan Poligon 2 Operator Pembentukan Topologi dan Poligon S1 (Geodesi/Geomatika/Geografi) SMA >3 D1 0-3 S1 (Geodesi/Geomatika/Geografi) SMA >3 D1 0-3 S1 (Geodesi/Geomatika/Geografi) SMA >3 D Tim Pembentukan DTM 1 Koordinator Pembentukan DTM 2 Operator Pembentukan DTM S1 (Geodesi/Geomatika/Geografi) SMA >3 D Tim Pembentukan Kontur dan Spotheight 1 Koordinator Pembentukan Kontur dan Spotheight 2 Operator Pembentukan Kontur dan Spotheight Tim Persiapan Survey 1 Koordinator Survey Kelengkapan Lapangan 2 Operator Survey Kelengkapan Lapangan S1 (Geodesi/Geomatika/Geografi) SMA >3 D1 0-3 S1 (Geodesi/Geomatika/Geografi) SMA >3 D Tim Survey Kelengkapan Lapangan 12dari36

13 No Pelaksana Pendidikan Minimal 1 Koordinator Survey Kelengkapan Lapangan 2 Operator Survey Kelengkapan Lapangan S1 (Geodesi/Geomatika/Geografi) Pengalaman (Tahun) SMA >3 D1 0-3 Jumlah (Orang) Tim Penyelarasan Data 1 Koordinator Penyelarasan Data 2 Operator Penyelarasan Data Tim Pembentukan Metadata 1 Koordinator Pembentukan Metadata 2 Operator Pembentukan Metadata Tim Penyajian Hasil Pekerjaan 1 Koordinator Penyajian Hasil Pekerjaan 2 Operator Penyajian Hasil Pekerjaan S1 (Geodesi/Geomatika/Geografi) SMA >3 D1 0-3 S1 (Geodesi/Geomatika/Geografi) SMA >3 D1 0-3 S1 (Geodesi/Geomatika/Geografi) SMA >3 D Personil yang terlibat untuk tahapan persiapan dan pelaporan yaitu Ketua Tim, staf adminsitrasi dan dua orang koordinator pekerjaan. Pada saat pelaksanaan Survei Kelengkapan Lapangan menggunakan tenaga lokal/buruh untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan; Pelaksanaan pekerjaan dilakukan secara sequential (seri), diperkenankan menggunakan personil yang sama pada lebih dari satu tahapan sepanjang personil yang bersangkutan memenuhi persyaratan yang dibutuhkan pada tahapan tersebut. Rincian tugas masing-masing personil adalah sebagai berikut: 1. Ketua Tim Pelaksana a. Bertanggung jawab terhadap seluruh pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditetapkan. b. Memberikan arahan kepada seluruh tim pelaksana terkait pelaksanaan pekerjaan. c. Menkoordinasikan seluruh tim pelaksana dalam pelaksanaan pekerjaan, dibantu oleh para koordinator. d. Melaksanakan monitoring dan evaluasi internal tim pelaksana sekurangkurangnya satu kali dalam satu bulan. e. Melaksanakan koordinasi dengan Tim Supervisi BIG selama pelaksanaan pekerjaan. f. Menyusun laporan pelaksanaan pekerjaan, dibantu oleh para koordinator. 13dari36

14 2. Koordinator a. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tahapan pekerjaan sesuai bidang tugasnya. b. Memberikan arahan kepada tim pelaksana dibawah koordinasinya terkait pelaksanaan tahapan pekerjaan yang menjadi bidang tugasnya. c. Mengoordinasikan Tim Pelaksana (para operator) sesuai bidang tugasnya. d. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh para Operator. e. Melaksanakan monitoring dan evaluasi internal tim pelaksana sekurangkurangnya satu kali dalam satu minggu. f. Membantu Ketua Tim Pelaksana dalam melaksanakan koordinasi teknis dengan Tim Supervisi BIG selama pelaksanaan pekerjaan. g. Melaksanakan kontrol kualitas internal terhadap hasil pekerjaan yang dilaksanakan oleh operator. h. Melaksanakan penyiapan bahan untuk penyusunan laporan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan bidang tugasnya. i. Bertanggung jawab kepada Ketua Tim Pelaksana. 3. Operator a. Melaksanakan pekerjaan pada masing-masing tahapan sesuai bidang tugasnya, berdasarkan petunjuk teknis dan arahan teknis dari Koordinator. b. Menguasai teknis pelaksanaan pada tahapan pekerjaan yang dilakukan. c. Mengisi personal log book dalam setiap pelaksanaan pekerjaan. d. Bertanggung jawab kepada Koordinator. 4. Staf Administrasi a. Membantu Ketua Tim Pelaksana dalam hal pelaksanaan administrasi pekerjaan b. Bertanggung jawab kepada Ketua Tim Pelaksana. 5. Tenaga Lokal/Buruh a. Membantu pelaksanaan survei kelengkapan lapangan b. Bertanggungjawab kepada koordinator Penyedia Jasa diperkenankan untuk bekerjasama (Kerja Sama Operasi, KSO) untuk memenuhi kebutuhan sumberdaya yang diperlukan dalam pelaksanaan paket pekerjaan. 14dari36

15 Jadwal pelaksanaan pekerjaan berdasarkan kebutuhan minimal personil ditunjukkan pada tabel 5 sebagai berikut: No Tahapan 1 BULAN KE-1 BULAN KE-2 BULAN KE-3 BULAN KE-4 BULAN KE-5 BULAN KE BULAN KE Persiapan 2 Penyiapan Data 3 Stereokompilasi (Hasil Akuisisi FU) 4 Pembentukan Topologi dan Poligon 5 Pembentukan DTM 6 Pembentukan Kontur dan Spotheight 7 Persiapan Survey 8 Survey Kelengkapan Lapangan 9 Penyelarasan Data 10 Pembentukan Metadata 11 Penyajian Hasil Pekerjaan 12 Pelaporan Lama pekerjaan adalah 210 hari kerja.

16 Lampiran5. Diagram Alir Pekerjaan Diagram alir pekerjaan dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 5.1. Diagram Alir Pekerjaan

17 17dari36

18 18dari36

19 QC Internal QC BIG 19dari36

20 Lampiran6. Spesifikasi Teknis Peralatan Spesifikasi minimum peralatan yang harus disediakan di setiap tahapan pekerjaan disebutkan pada tabel 6.1 Kode A.2.1. Tahapan Persiapan Tabel 6.1 Spesifikasi Teknis Peralatan Juml Peralatan ah Keterangan Laptop 2 - Digunakan oleh staf administrasi dan ketua tim Printer 1 PC Workstation 2 - Digunakan oleh (2) koordinator pekerjaan Plotter 1 Scanner A4 1 Software GIS 2 - Digunakan oleh (2) koordinator pekerjaan Harddisk Eksternal 1 A.2.2. A.2.3. Tahapan Penyiapan Data Laptop 2 - Digunakan oleh staf administrasi dan ketua tim Digital Stereoplotting PC Workstation 7 - Digunakan oleh (2) koordinator pekerjaan dan (9) operator teknis, dengan asumsi untuk operator diberlakukan sistem kerja 2 shift Printer 1 Scanner A4 1 Software GIS 7 - Digunakan oleh (2) koordinator pekerjaan dan (9) operator teknis, dengan asumsi untuk operator diberlakukan sistem kerja 2 shift Software Stereoplotting 7 - Digunakan oleh (2) koordinator pekerjaan dan (9) operator teknis, dengan asumsi untuk operator diberlakukan sistem kerja 2 shift Tahapan Stereokompilasi Digital Stereoplotting PC Workstation 7 - Digunakan oleh (2) koordinator pekerjaan dan (9) operator teknis, dengan asumsi untuk operator diberlakukan sistem kerja 2 shift Laptop 2 - Digunakan oleh staf administrasi dan ketua tim Printer 1 Scanner A4 1 Software GIS 7 - Digunakan oleh (2) koordinator pekerjaan dan (9) operator teknis, dengan asumsi untuk operator diberlakukan sistem kerja 2 shift Software Stereoplotting 7 - Digunakan oleh (2) koordinator pekerjaan dan (9) operator teknis, dengan asumsi untuk operator diberlakukan sistem kerja 2

21 Kode Peralatan Juml ah shift Keterangan A.2.4. Tahapan Pembentukan Topologi dan Poligon Laptop 2 - Digunakan oleh staf administrasi dan ketua tim PC Workstation 7 - Digunakan oleh (2) koordinator pekerjaan dan (9) operator teknis, dengan asumsi untuk operator diberlakukan sistem kerja 2 shift Printer 1 Scanner A4 1 Software GIS 7 - Digunakan oleh (2) koordinator pekerjaan dan (9) operator teknis, dengan asumsi untuk operator diberlakukan sistem kerja 2 shift A.2.5. A.2.6. Tahapan Pembentukan DTM Laptop 2 - Digunakan oleh staf administrasi dan ketua tim Digital Stereoplotting PC Workstation 7 - Digunakan oleh (2) koordinator pekerjaan dan (9) operator teknis, dengan asumsi untuk operator diberlakukan sistem kerja 2 shift Printer 1 Scanner A4 1 Software GIS 7 - Digunakan oleh (2) koordinator pekerjaan dan (9) operator teknis, dengan asumsi untuk operator diberlakukan sistem kerja 2 shift Software Stereoplotting 7 - Digunakan oleh koordinator dan operator teknis; Tahapan Pembentukan Kontur dan Spotheight Laptop 2 - Digunakan oleh staf administrasi dan ketua tim PC Workstation 7 - Digunakan oleh (2) koordinator pekerjaan dan (9) operator teknis, dengan asumsi untuk operator diberlakukan sistem kerja 2 shift Printer 1 Scanner A4 1 Software GIS 7 - Digunakan oleh (2) koordinator pekerjaan dan (9) operator teknis, dengan asumsi untuk operator diberlakukan sistem kerja 2 shift 21dari36

22 Kode Peralatan Juml ah Keterangan A.2.7. A.2.8. Tahapan Persiapan Survey Laptop 4 - Digunakan oleh staf administrasi dan ketua tim, koordinator, dan operator. Untuk koordinator dan operator digunakan pada sub-tahapan persiapan alat dan personil dan koordinasi dengan isntansi terkait. Plotter 1 Printer 1 Scanner A4 1 Software GIS 7 - Digunakan oleh (2) koordinator pekerjaan dan (9) operator teknis; dengan asumsi untuk operator diberlakukan sistem kerja 2 shift Software ini digunakan pada sub-tahapan pembuatan peta manuskrip, rencana detail, dan pencetakan PC Workstation 7 - Digunakan oleh (2) koordinator pekerjaan dan (9) operator teknis; dengan asumsi untuk operator diberlakukan sistem kerja 2 shift Software ini digunakan pada sub-tahapan pembuatan peta manuskrip, rencana detail, dan pencetakan Tapahan Survey Kelengkapan Lapangan GPS Handheld 9 - Digunakan oleh (9) operator teknis; Kamera Digital 9 - Digunakan oleh (9) operator teknis; Laptop 13 - Digunakan oleh (9) operator teknis; ketua tim; staf administrasi; dan (2) koordinator pekerjaan Printer 1 Scanner A0 1 Scanner A4 1 Software GIS 11 - Digunakan oleh (2) koordinator pekerjaan dan (9) operator teknis A.2.9. Tahapan Penyelarasan Data Laptop 2 - Digunakan oleh staf administrasi dan ketua tim PC Workstation 7 - Digunakan oleh (2) koordinator pekerjaan dan (9) operator teknis, dengan asumsi untuk operator diberlakukan sistem kerja 2 shift Printer 1 Scanner A4 1 Software GIS 7 - Digunakan oleh (2) koordinator pekerjaan dan (9 operator teknis, dengan asumsi untuk operator diberlakukan sistem kerja 2 22dari36

23 Kode Peralatan Juml ah shift Keterangan A A A Tahapan Pembentukan Metadata Laptop 2 - Digunakan oleh staf administrasi dan ketua tim PC Workstation 2 - Digunakan oleh (1) koordinator dan (1) operator teknis Printer 1 Scanner A4 1 Software GIS 2 - Digunakan oleh (1) koordinator dan (1) operator teknis Tahapan Penyajian Hasil Pekerjaan Laptop 2 - Digunakan oleh staf administrasi dan ketua tim PC Workstation 2 - Digunakan oleh (1) koordinator dan (1) operator teknis Plotter 1 Printer 1 Scanner A4 1 Software GIS 2 - Digunakan oleh (1) koordinator dan (1) operator teknis Tahapan Pelaporan Laptop 2 - Digunakan oleh staf administrasi dan ketua tim PC Workstation 2 - Digunakan oleh (2) koordinator Printer 1 Scanner A4 1 Harddisk Eksternal 1 Keterangan: No Jenis Peralatan Spesifikasi 1 Laptop setara Core i5, Ram 4 GB 2 PC Workstation setara Core i7 RAM 8 GB 3 Digital Stereoplotting PC Workstation mendukung tampilan stereo 3D dilengkapi dengan mouse dan kacamata 3D 4 Software Stereoplotting dapat melakukan pengelolaan data 3D dan dapat menghasilkan data sesuai skema data yang dipersyaratkan 5 Software GIS dapat melakukan pengelolaan data GIS dan dapat menghasilkan data sesuai schema data yang dipersyaratkan 6 GPS Handheld Dapat menyimpan data tracking dan marking 7 Kamera Digital Resolusi minimal 5MP 8 Scanner A0 A0 berwarna 23dari36

24 9 Scanner A4 A4 berwarna 10 Printer A4 berwarna 11 Plotter A0 berwarna 12 Harddisk Eksternal 2 TB Sanggup menyediakan perangkat sebagaimana tersebut di atas yang dinyatakan dengan: a. Untuk perangkat milik sendiri : bukti kepemilikan b. Untuk perangkat sewa: surat dukungan dari penyedia perangkat Penyedia Jasa menyertakan jadwal pemakaian peralatan dalam pelaksanaan pekerjaan (sesuai dengan format yang diberikan). 24dari36

25 Lampiran7. Spesifikasi Teknis Pekerjaan Spesifikasi teknis pekerjaan Pembuatan Unsur Peta Rupabumi Skala 1:5.000 Kawasan Industri Sebagian Wilayah Palu dan sekitarnya, dijelaskan sebagai berikut: 1. Umum a. Menyiapkan personil dan peralatan yang akan digunakan dalam setiap tahapan pekerjaan, sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan. b. Pemberi Kerja akan melakukan pengecekan terhadap kesesuaian Tim Pelaksana dan peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan dengan dokumen penawaran. c. Melaksanakan QC internal terhadap semua hasil tahapan pekerjaan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yang diberikan oleh Pemberi Kerja. Hasil QC dituangkan dalam dokumen QC internal. Dokumen QC internal merupakan salah satu kelengkapan yang diperlukan untuk proses QC oleh Pemberi Kerja d. Melaksanakan perbaikan dari hasil QC Pemberi Kerja e. Pelaksanaan tahapan pekerjaan harus mengacu kepada dokumen petunjuk pelaksanaan kegiatan 2. Persiapan Tahapan persiapan mencakup hal-hal sebagai berikut: a. Penyusunan rencana detail pelaksanaan pekerjaan sebagai acuan teknis dalam pelaksanaan pekerjaan. Rencana detail pelaksanaan pekerjaan sekurangkurangnya mencakup: 1) Pendahuluan meliputi: latar belakang, maksud dan tujuan, volume pekerjaan, hasil pekerjaan yang akan diserahkan 2) Pelaksanaan pekerjaan, meliputi: i. Tahapan pelaksanaan pekerjaan yang dilengkapi dengan diagram alir dan penjelasan rinci pada masing-masing tahapan pelaksanaan pekerjaan. ii. Jadwal pelaksanaan rinci. iii. Organisasi pelaksanaan dilengkapi dengan deskripsi kerja masingmasing unit organisasi. Dalam hal Penyedia Jasa merupakan konsorsium harus dilengkapi dengan deskripsi tugas dan tanggungjawab dari masing-masing perusahaan anggota konsorsium. iv. Susunan personil pelaksana dilengkapi dengan jadwal penugasan dan beban kerja masing-masing personil pada setiap tahapan pekerjaan. Dalam hal Penyedia Jasa merupakan konsorsium, maka perusahaan asal dari masing-masing personil pelaksana harus dicantumkan. v. Peta indeks kerja yang menyajikan indeks dalam skala 1: Dalam hal Penyedia Jasa merupakan konsorsium, maka wilayah kerja dari masing-masing konsorsium harus disajikan. vi. Prosedur kontrol kualitas (QC) internal Penyedia Jasa. 3) Uraian sumber data yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan. 4) Peralatan yang digunakan. 5) Spesifikasi teknis yang harus dipenuhi bagi setiap output dari masingmasing tahapan pekerjaan. Spesifikasi teknis wajib mengikuti apa yang tercantum dalam KAK. 25dari36

26 b. Penyedia Jasa wajib mengikutsertakan para Koordinator dalam rapat koordinasi teknis yang diselenggarakan oleh Pemberi Kerja untuk menyamakan persepsi dalam pelaksanaan pekerjaan. c. Penyedia Jasa wajib menandatangani pernyataan kesediaan (non disclosure agreement) untuk tidak memberikan seluruh data-data yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini maupun seluruh hasil pekerjaan kepada pihak lain tanpa izin tertulis dari BIG 3. Penyiapan Data Tahapan penyiapan data mencakup hal-hal sebagai berikut: a. Pengumpulan data dasar dan data pendukung yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan. b. Membuat daftar hasil pengecekan data yang dilakukan beserta keterangannya dan melaporkan kepada Pemberi Kerja apabila dijumpai data yang rusak. c. Pembuatan tanda terima data dasar yang diserahterimakan dari Pemberi Kerja kepada Penyedia Jasa. 4. Stereokompilasi Tahapan stereokompilasi bertujuan untuk merekam IGD unsur peta rupabumi Indonesia dalam format vektor 3 dimensi (3D) berdasarkan data dasar yang ditetapkan. Adapun IGD unsur peta RBI yang direkam mencakup unsur-unsur titik (point) dan garis (line) dari garis pantai, hipsografi, perairan, transportasi dan utilitas, bangunan dan fasilitas umum, serta penutup lahan. Ketentuan yang harus dipenuhi oleh Penyedia Jasa dalam tahapan stereokompilasi adalah sebagai berikut: a. Menggunakan SRGI207 sebagai sistem referensi geospasial dalam pelaksanaan pekerjaan mencakup datum horizontal dan vertikal. b. Melakukan stereoplotting sesuai dengan dokumen petunjuk pelaksanaan stereoplotting yang ditetapkan oleh Pemberi Kerja. Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam tahapan stereoplotting antara lain: Detail unsur dengan ukuran lebih besar dari atau sama dengan 2,5m x 2,5m diplotting sebagai area untuk sebagian unsur rupabumi Unsur garis yang berpotongan dan membentuk node topologi harus memiliki verteks dengan ketinggian yang sama. Kode unsur dan nama unsur sesuai dengan Daftar Kode Unsur Rupabumi Indonesia yang ditetapkan oleh Pemberi Kerja. Dalam hal terdapat unsur yang belum ada padanannya dalam daftar tersebut, Penyedia Jasa dapat mengusulkan kepada Pemberi Kerja untuk disetujui dan diterapkan kepada seluruh paket. Unsur rupabumi hasil stereoplotting disimpan dalam geodatabase dengan struktur data sesuai dengan skema yang ditetapkan oleh Pemberi Kerja. Menerapkan prinsip Create Once Used Many Times dengan pengertian bahwa setiap objek hanya boleh direkam satu kali. Tidak diperkenankan melakukan plotting terhadap objek yang sama lebih dari satu kali. Seluruh unsur rupabumi yang harus disajikan dalam skala 1:5.000 dan terlihat di dalam model harus diplot sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yang ditetapkan. 26dari36

27 Unsur rupabumi tertentu diplot dengan mengikuti ketentuan sebagai berikut: Garis pantai: garis perbatasan antara air dan daratan. Dalam kondisi air laut surut (ketinggian garis perbatasan air dan daratan di bawah 0m), di lakukan digitasi dua garis pantai yaitu: Garis Tepi Pantai/Pulau, yaitu garis perbatasan antara air dan daratan yang terlihat; Garis Tepi Pantai Nol, yaitu garis perbatasan antara air dan daratan dengan ketinggian 0m. Perairan (titik, garis) Sungai dengan lebar kurang dari 2,5m digambarkan menggunakan satu garis pada garis tengah sungai (centerline). Sungai dengan lebar lebih dari atau sama dengan 2,5m di-plotting dengan menggunakan dua garis, yaitu pada dua sisi tepi sungai. Garis tengah sungai ditempatkan di median badan sungai. Garis tengah sungai dan garis tepi sungai disimpan pada kode unsur yang berbeda. Sungai harus terhubung satu sama lain dan membentuk jaringan, dalam hal ini garis tengah sungai harus terhubung satu sama lain (snap) dan membentuk jaringan, aliran sungai menggantung diperbolehkan pada daerah tertentu. Plotting sungai dimulai dari arah hulu ke muara (tidak sebaliknya) sesuai dengan arah aliran sungai. Sungai utama harus satu segmen dari hulu ke muara. Elevasi/Ketinggian pada garis tepi kiri dan kanan sungai harus memiliki nilai yang relatif sama Plotting sungai tidak lebih tinggi dari terrain sekitar Garis tepi perairan tergenang (danau, empang, tambak, dll) mempunyai elevasi yang sama pada setiap verteksnya. Jika perairan tergenang terhubung pada perairan yang mengalir maka elevasinya sesuai dengan elevasi perairan yang mengalir. Transportasi dan Utilitas (titik, garis) Jalan dengan lebar kurang dari 2,5m digambarkan mengunakan satu garis pada as jalan (centerline). Jalan dengan lebar lebih dari atau sama dengan 2,5 m digambarkan mengunakan satu garis pada as jalan (centerline) dan kedua garis tepi jalan. Garis as jalan dan kedua garis tepi jalan disimpan pada kode unsur yang berbeda. Semua jalan, dalam hal ini centerline, harus terhubung satu sama lain (snap) dan membentuk suatu jaringan (road network). Penarikan objek landas pacu, dermaga laut, dan dermaga sungai dengan lebar kurang dari 2,5m digambarkan menggunakan satu garis. Penarikan objek landas pacu, dermaga laut, dan dermaga sungai dengan lebar lebih dari atau sama dengan 2,5 m digambarkan pada tepi objek. Kesesuaian geometri jembatan terhadap geometri jalan dan geometri sungai Kesesuaian geometri terowongan terhadap geometri antar jalan Penarikan Unsur Utilitas yang membetuk jaringan (jaringan telekomunikasi, listrik, dll) di plot dengan cara Point to Point di puncak objek. Unsur utilitas yang luasnya lebih dari atau sama dengan 2.5 m x 2.5 m digambarkan pada tepi objek. 27dari36

28 Penarikan Unsur Utilitas yang tidak membetuk jaringan (jaringan telekomunikasi, listrik, dll) di plot sesuai dengan kenampakan di data dasar. Unsur utilitas yang luasnya lebih dari atau sama dengan 2.5 m x 2.5 m digambarkan pada tepi objek. Hipsografi (titik, garis, kecuali garis kontur) a) Masspoint Mass point atau titik tinggi menggambarkan bentuk terrain dan harus ditempatkan di atas tanah (bare earth/ terrain). Mass point diambil secara random menyesuaikan bentuk terrain dengan kerapatan 2 20m. Gambar 7.1 Contoh Penempatan Masspoint atau titik tinggi Pada unsur perairan tidak dilakukan plotting masspoint. Peletakan mass point di tepi perairan harus memperhatikan ketinggian vertex garis perairan. Di wilayah pantai atau unsur perairan yang dipengaruhi pasang surut laut, maka masspoint diplot sampai batas air dan darat sebagaimana terlihat di foto. Nilai ketinggian tidak boleh bernilai kurang dari atau sama dengan nol kecuali di daerah cekungan yang memiliki ketinggian dibawah permukaan laut rata-rata. Peletakan masspoint tidak boleh terlalu dekat/ berimpit dengan garis tepi sungai atau breakline. b) Breakline Pada bagian terrain yang mengalami perubahan gradien secara extreme dibuat breakline, seperti punggung bukit. Breakline merupakan garis yang menghubungkan titik-titik tertinggi sehingga tidak ada masspoint yang memiliki ketinggian lebih tinggi dari breakline di dekatnya. 28dari36

29 Bangunan dan Fasilitas Umum (titik, garis) Bangunan yang berukuran lebih dari atau sama dengan 2,5 x 2,5 meter digambarkan pada tepi objek. Ketinggian bangunan diplot pada atapnya Untuk area bangunan yang padat dapat digunakan sharing boundary Penutup Lahan (titik, garis) Penutup lahan terbuka digambarkan berupa garis Garis penutup lahan harus snap dengan garis dari objek lainnya. Setiap luasan penutup lahan yang dibatasi oleh garis batas penutup lahan atau garis dari objek lainnya (jalan, sungai, bangunan, dsb) diberikan anotasi (point) sesuai dengan jenis penutup lahan 5. Pembentukan Topologi dan Poligon Topologi merupakan ketentuan yang terkait dengan hubungan antar obyek-obyek spasial berupa titik, garis maupun area dari suatu unsur geografis.topologi diperlukan untuk mengelola geometri dari objek-objek spasial yang digunakan bersama (shared geometry) serta untuk menjaga integritas data. Tahapan pekerjaan pembentukan topologi dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut: a. Melakukan pembentukan topologi (topology build) sesuai dengan topological rules yang ditetapkan oleh Pemberi Kerja. Pembentukan topologi secara iteratif mencakup topologi dalam satu unsur maupun topologi antar unsur dari geometri titik dan garis. Tabel 7.1 Aturan Topologi Aturan Topologi Titik Garis Semua objek harus berukuran lebih besar dari batas toleransi yang ditetapkan berdasarkan skala (must be larger than cluster tolerance) Tidak ada garis yang menumpuk jadi satu pada posisi yang sama (must not overlap) Tidak ada duplikasi garis berbeda pada posisi yang sama dengan garis itu sendiri (must not self-overlap) Tidak ada garis berbeda yang berpotongan (must not intersect) Tidak ada perpotongan pada garis itu sendiri (must not self-intersect) Ujung suatu garis harus snap dengan garis lain sehingga tidak ada garis yang undershoot maupun overshoot (must not have dangles dan must not have pseudo nodes) Tidak ada garis yang menumpuk jadi satu pada posisi yang sama antar unsur (must not overlap with) Satu objek direpresentasikan dalam satu record (must be single part) Harus terpotong (split) pada setiap pertemuan dengan garis yang lain (must not intersect or touch interior) (khusus unsur jalan) 29dari36

30 Aturan Topologi Titik Garis Tidak ada titik yang bertampalan pada posisi yang sama ataupun dengan titik itu sendiri (must be disjoint) b. Melakukan editing topologi terhadap kesalahan topologi (topological error) yang dijumpai. Tahapan berikutnya dapat dilakukan setelah data bebas dari kesalahan topologi. c. Pelaksanaan pembentukan dan editing topologi harus mengikuti petunjuk pelaksanaan pembangunan topologi yang ditetapkan oleh Pemberi Kerja. Geometri poligon dari suatu unsur geografis dibentuk oleh geometri garis yang topologinya sudah terbentuk. Pembentukan poligon dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut: a. Tahapan pekerjaan pembentukan poligon dilaksanakan menggunakan unsur garis yang bebas dari kesalahan topologi. b. Melakukan validasi topologi setelah poligon terbentuk berdasarkan aturan topologi sebagaimana tabel 7.2. Tabel 7.2 Aturan topologi pembentukan poligon Aturan Topologi Semua objek harus berukuran lebih besar dari batas toleransi yang ditetapkan berdasarkan skala (must be larger than cluster tolerance) Tidak ada obyek yang menumpuk jadi satu pada posisi yang sama (must not overlap) Tidak ada obyek yang menumpuk jadi satu pada posisi yang sama antar unsur (must not overlap with) Satu objek direpresentasikan dalam satu record (must be single part) Tidak ada area yang memiliki gap dengan unsur lainnya (must not have gap) Area 6. Pembentukan DTM (Digital Terrain Model) Pembentukan DTM bertujuan untuk menggambarkan topografi permukaan bumi di area yang dipetakan. Ketentuan yang harus dipenuhi oleh Penyedia Jasa dijelaskan sebagai berikut: a. Melakukan pembentukan DTM dari masspoint hasil plotting dengan mengikutsertakan breakline seperti punggung bukit, jalan, sungai, unsur perairan lainnya (garis tepi danau, dsb), serta garis pantai. Metoda interpolasi yang digunakan adalah Triangulated Irregular Network (TIN). Hasil dari tahapan pekerjaan ini berupa data DTM format *.bil 32 bit float, ukuran cell 2 meter. b. Tubuh air mempunyai ketinggian yang sama c. Tidak ada ketinggian yang berbeda secara signifikan terhadap daerah di sekitarnya (spikes) 30dari36

31 7. Pembentukan Kontur dan Spotheight Kontur adalah representasi topografi permukaan bumi dalam bentuk garis yang menghubungkan ketinggian yang sama. Kontur dibentuk dari DTM yang sudah lulus QC dengan interval kontur adalah 2 meter, sedangkan interval kontur indeks adalah 10m. Pada daerah yang relatif datar dibuat garis kontur bantu dengan interval 1m. Kontur yang dihasilkan harus dilakukan editing agar sesuai dengan kaidah pemetaan, sehingga memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. Sesuai dengan unsur lainnya (breakline, jalan, perairan, bangunan dan fasilitas umum). b. Nilai ketinggian pada kolom elevasi kontur harus sama dengan nilai z. c. Kontur tidak terputus, kecuali kontur bantu. d. Kontur tidak saling berpotongan. e. Kontur tidak memotong sungai yang sama lebih dari 1 kali. Spotheight dihasilkan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Spotheight diambil dari masspoint atau ditambahkan dari pertemuan patahan atau punggungan bukit. b. Spotheight diletakkan pada kontur puncak, lembah dan cekungan. c. Nilai spotheight tidak boleh sama dengan nilai elevasi kontur. d. Pada daerah relatif datar diberi satu spotheight setiap grid. 8. Persiapan Survei Tahap persiapan survei kelengkapan lapangan meliputi: a. Mobilisasi mencakup keberangkatan dan kepulangan. b. Koordinasi dengan instansi terkait pemberitahuan kegiatan survei. Pemberitahuan di tingkat provinsi dilakukan oleh Pemberi Kerja, sedangkan pemberitahuan di tingkat kabupaten/kota dilakukan oleh Penyedia Jasa. c. Pengumpulan data sekunder yang dapat menunjang kegiatan survei. Data sekunder tersebut dapat berupa data batas wilayah, toponim, atau data lainnya. Data tersebut hanya digunakan untuk memudahkan pelaksanaan survei, bukan untuk digunakan langsung dalam pemetaan. d. Melaksanakan penyiapan rencana survei, peta kerja dan bahan/material untuk keperluan survei kelengkapan lapangan, mencakup antara lain: a. Penyiapan peta-peta kerja, antara lain: o Peta manuskrip tipe A yang memuat unsur perairan, transportasi dan utilitas, bangunan, tutupan lahan, serta hipsografi o Peta manuskrip tipe B yang memuat seluruh unsur hasil plotting kecuali kontur dan dilengkapi dengan rencana verifikasi unsur rupabumi. Untuk lokasi urban peta manuskrip B di buat pada zoom view skala 1: o Peta foto dari hasil orthofoto dilengkapi dengan unsur batas wilayah, toponim dari data sekunder dan perairan sampai dengan level sungai 1 garis. e. Penyusunan rencana detail survei yang memuat antara lain rencana basecamp, jalur survei, personil, dan pembagian kerja selama di lapangan. 31dari36

32 f. Pencetakan formulir yang terdiri dari formulir verifikasi unsur rupabumi, formulir pengumpulan nama unsur rupabumi. 9. Survei Kelengkapan Lapangan Survei kelengkapan lapangan meliputi kegiatan sebagai berikut: Melakukan verifikasi unsur rupabumi terhadap unsur-unsur yang telah direkam pada tahapan stereokompilasi. Melaksanakan identifikasi terhadap indikasi batas wilayah administrasi (batas desa/kelurahan, batas kecamatan, batas kabupaten/kota) kepada pemerintah daerah setempat. Melaksanakan survei pengumpulan nama unsur rupabumi (toponim). Melakukan pengolahan data hasil survei kelengkapan lapangan dan disimpan dalam geodatabase SKL. Ketentuan yang harus dipenuhi oleh Penyedia Jasa dalam tahapan pekerjaan survei kelengkapan lapangan dijelaskan sebagai berikut: a. Menyimpan data perekaman jalur survei (tracking) selama melakukan survei kelengkapan lapangan b. Melakukan penandaan pada peta manuskrip untuk unsur rupabumi yang disurvei. Penandaan pada peta manuskrip dilakukan berdasarkan kenampakan di lapangan dan orientasi unsur-unsur rupabumi yang ada di manuskrip (misal: persimpangan jalan, bangunan, sungai). c. Melakukan verifikasi unsur rupabumi terhadap unsur-unsur yang telah direkam pada tahapan stereokompilasi dengan ketentuan: 1) Verifikasi unsur rupabumi dilakukan untuk memastikan kesesuaian antara data hasil plotting dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Sebagai contoh, apabila pada saat plotting suatu obyek diidentifikasi sebagai sawah, maka harus dicek kesesuaiannya dengan kondisi sebenarnya di lapangan. 2) Unsur hasil pengecekan lapangan dituliskan pada peta manuskrip yang dibawa ke lapangan dan diisikan ke dalam formulir verifikasi unsur rupabumi. 3) Dalam hal dijumpai obyek yang tidak tercantum dalam peta manuskrip, maka dilakukan penandaan di manuskrip, identifikasi jenis unsur, dan menambahkan catatan untuk kemudian dimasukkan ke dalam data hasil SKL. d. Melaksanakan konfirmasi terhadap indikasi batas wilayah administrasi (batas desa/kelurahan, batas kecamatan, batas kabupaten/kota) kepada pemerintah daerah setempat dengan ketentuan 1) Menggambarkan batas wilayah administrasi hasil identifikasi (hasil survei kelengkapan lapangan) pada manuskrip A yang diketahui oleh pemerintah daerah setempat (cap dan tanda tangan). 2) Menggambarkan batas wilayah sesuai dengan yang diperoleh di manuskrip pada data digital 32dari36

33 e. Melaksanakan survei pengumpulan nama unsur rupabumi (toponim) dengan ketentuan: 1) Pengumpulan toponim dilakukan terhadap setiap unsur rupabumi yang memiliki nama. 2) Infomasi yang dikumpulkan meliputi: toponim (nama unsur), koordinat, dan foto. 3) Mengisi formulir nama unsur rupabumi yang diketahui oleh pemerintah daerah setempat (cap dan tanda tangan). 4) Membuat daftar nama wilayah administrasi yang tercakup dalam wilayah paket pekerjaan. 5) Dalam hal unsur rupabumi adalah kantor kepala desa/lurah, kantor camat, kantor walikota/bupati, dan kantor gubernur, foto diambil dengan menampilkan papan nama dan surveyornya. f. Menyusun dan menyimpan semua data hasil survei kelengkapan lapangan (titik, garis, dan foto) ke dalam geodatabase dengan format sesuai dengan yang diberikan Pemberi Kerja pada saat di lapangan. g. Membuat logbook harian yang memuat nama personil, waktu dan kegiatan yang dilakukan. 10. Penyelarasan Data Penyelarasan data merupakan proses editing fitur dan atributing terhadap data dari hasil pekerjaan tahapan pembentukan topologi dan poligon berdasarkan data yang diperoleh dari hasil survei kelengkapan lapangan. Tahapan pekerjaan penyelarasan data dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut: a. Melakukan editing fitur dan atribut: Editing fitur dan atribut dilakukan terhadap data dari hasil survei kelengkapan lapangan dan data hasil tahapan pembentukan topologi dan poligon. Semua data dan atribut yang diisikan harus sesuai dengan formulir nama rupabumi dan manuskrip lapangan. Pengisian atribut harus seragam dan sesuai dengan ketentuan yang diberikan Pemberi Kerja. b. Edgematching dalam satu paket pekerjaan dan antar paket pekerjaan. Edgematching dilakukan untuk semua unsur rupabumi (baik x, y maupun z) dan atributnya. Pada tahap ini harus dipastikan bahwa data telah seamless dan matching. c. Melakukan validasi dan editing topologi terhadap unsur (titik, garis dan area) hasil edgematching untuk masing-masing unsur maupun antar unsur dengan menggunakan aturan topologi yang diberikan Pemberi Kerja dan memastikan semua unsur sudah bersih dari potensi kesalahan topologi sesuai tabel 7.1 dan tabel Pembentukan Metadata Pekerjaan pembentukan metadata dilakukan untuk menyiapkan metadata yang akan disertakan pada data digital unsur rupabumi skala menengah. Metadata yang dibuat, menggunakan ISO Tahapan pekerjaan pembuatan metadata dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut: a. Penyedia Jasa melakukan pengisian terhadap bagian yang wajib diisi (mandatory field) dan disimpan dalam format.xml. 33dari36

34 b. Mengimpor metadata ke dalam masing-masing geodatabase unsur rupabumi hasil dari tahapan penyelarasan data. abstract Contoh pengisian metadata ditunjukan pada tabel 7.3 berikut: Tabel 7.3. Contoh Pengisian Metadata NAMA FIELD KETERANGAN CONTOH PENGISIAN organisationname Nama organisasi Badan Informasi Geospasial pembuat data spasial datestamp Tanggal metadata [diisi sesuai tanggal akhir pelaksanaan pekerjaan] format tanggal [yyyy-mm-dd] title Judul data spasial Peta Rupabumi Indonesia Skala 1:5.000 Wilayah Kabupaten Bogor date Tanggal publikasi data format tanggal [yyyy mm-dd] Abstrak tentang data spasial [disesuaikan jenis pekerjaan] Peta Rupabumi Indonesia Skala 1:5.000 Wilayah Kabupaten Bogormerupakan hasil kompilasi data 3 dimensi dari data foto udara tahun Survei kelengkapan lapangan dilaksanakan pada tahun Pelaksana pekerjaan pemetaan rupabumi Indonesia ini adalah PT. Survei Pemetaan. Kepala Pusat Pemetaan individualname Nama penanggung jawab data spasial Rupabumi dan Toponim organisationname Nama organisasi Badan Informasi penanggung jawab Geospasial data spasial positionname Posisi penanggung Kepala Pusat Pemetaan jawab Rupabumi dan Toponim voice Nomor telepon (021) facsimile Nomor fax (021) deliverypoint Nama jalan tempat Jl. Raya Jakarta Bogor KM. 46 organisasi berada city Kota tempat organisasi Cibinong berada administrativearea Provinsi tempat Jawa Barat organisasi berada postalcode Kode pos electronicmailaddress info@big.go.id language Bahasa yang Indonesia digunakan westboundlongitude Koordinat Bujur barat 100,75 eastboundlongitude Koordinat Bujur timur 101,00 southboundlatitude Koordinat lintang 1,00 selatan northboundlatitude Koordinat lintang utara 0,75 34dari36

35 12. Penyajian Hasil Pekerjaan Penyajian hasil pekerjaan menampilkan 7 tema unsur rupabumi dalam satu paket pekerjaan. Setiap unsur harus disajikan pada satu tampilan skala yang sama (fixed extent scale). Tahap penyajian hasil pekerjaan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Menyajikan setiap tema unsur pada layout yang sudah disiapkan oleh Pemberi Kerja. Layout tersebut memuat spesifikasi penyajian untuk setiap unsur seperti ukuran dan warna. b. Pencetakan hasil pekerjaan, dengan setiap tema disajikan pada kertas ukuran A1. c. Unsur-unsur yang dimuat adalah sebagai berikut: e. Transportasi dan utilitas f. Bangunan dan fasilitas umum g. Penutup lahan h. Perairan dan garis pantai i. Hipsografi j. Nama rupabumi (toponim) k. Batas wilayah d. Masing-masing unsur dari setiap skala tersebut dicetak pada lembar yang berbeda. Pada setiap lembar dilengkapi unsur-unsur batas wilayah (provinsi dan kabupaten/kota), nama wilayah administrasi (provinsi dan kabupaten/kota), dan indeks NLP untuk keperluan orientasi. 13. Kontrol Kualitas Kontrol kualitas (QC) dilaksanakan secara internal oleh Penyedia Jasa maupun oleh Pemberi Kerja. Kontrol kualitas dimaksudkan untuk menjamin kualitas hasil pekerjaan pada setiap tahapan pekerjaan. Kontrol kualitas dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Penyedia Jasa wajib melakukan kontrol kualitas (QC) secara internal terhadap hasil pelaksanaan pada setiap tahapan pekerjaan yang dilakukan oleh operator. QC internal dilakukan oleh Koordinator terhadap hasil pekerjaan Operator yang berada di bawahnya. b. Hasil QC dituangkan dalam suatu dokumen QC yang ditetapkan oleh Pemberi Kerja. Koordinator bertanggung jawab terhadap kualitas data yang dikerjakan oleh Operator dan berhak untuk memerintahkan Operator untuk mengulangi atau memperbaiki kesalahan apabila data yang dihasilkan belum memenuhi kualitas yang ditetapkan. c. Proses kontrol kualitas dapat dilaksanakan secara parsial tanpa menunggu seluruh hasil pada satu tahapan pekerjaan. d. Pemberi Kerja hanya akan melakukan kontrol kualitas terhadap hasil pekerjaan yang sudah lolos QC internal dan dilengkapi dengan dokumen QC. 14. Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi dimaksudkan untuk menjamin kelancaran dalam pelaksanaan pekerjaan. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara internal oleh tim pelaksana dari Penyedia Jasa maupun oleh Pemberi Kerja. a. Penyedia Jasa wajib melaksanakan monitoring dan evaluasi secara internal dan berkala selama pelaksanaan pekerjaan. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: 35dari36

REVIEW HASIL CEK LAPANGAN PEMETAAN RUPABUMI INDONESIA (RBI) SKALA 1:25

REVIEW HASIL CEK LAPANGAN PEMETAAN RUPABUMI INDONESIA (RBI) SKALA 1:25 REVIEW HASIL CEK LAPANGAN PEMETAAN RUPABUMI INDONESIA (RBI) SKALA 1:25.000 BERDASARKAN PERATURAN KEPALA BIG NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG KETELITIAN PETA DASAR (Studi Kasus: Pekerjaan Pemetaan RBI Aceh Paket

Lebih terperinci

ATURAN TOPOLOGI UNTUK UNSUR PERAIRAN DALAM SKEMA BASIS DATA SPASIAL RUPABUMI INDONESIA

ATURAN TOPOLOGI UNTUK UNSUR PERAIRAN DALAM SKEMA BASIS DATA SPASIAL RUPABUMI INDONESIA ATURAN TOPOLOGI UNTUK UNSUR PERAIRAN DALAM SKEMA BASIS DATA SPASIAL RUPABUMI INDONESIA Danang Budi Susetyo, Dini Nuraeni, Aji Putra Perdana Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim Badan Informasi Geospasial

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT KEGIATAN SURVEI PEMETAAN PAKET PEKERJAAN PEMBUATAN GCP, ORTHOREKTIFIKASI CITRA DAN PETA DASAR KAWASAN LINTAU

Lebih terperinci

PROSES REKOMENDASI BIG LAMPIRAN PETA RDTR PUSAT PEMETAAN TATA RUANG DAN ATLAS, BIG

PROSES REKOMENDASI BIG LAMPIRAN PETA RDTR PUSAT PEMETAAN TATA RUANG DAN ATLAS, BIG PROSES REKOMENDASI BIG LAMPIRAN PETA RDTR PUSAT PEMETAAN TATA RUANG DAN ATLAS, BIG KONSEP ONE MAP POLICY 1 Standard Referensi Satu georeferensi yang sama Satu Pedoman yang sama Geoportal Basisdata Standar

Lebih terperinci

Mekanisme Persetujuan Peta untuk RDTR. Isfandiar M. Baihaqi Diastarini Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial

Mekanisme Persetujuan Peta untuk RDTR. Isfandiar M. Baihaqi Diastarini Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial Mekanisme Persetujuan Peta untuk RDTR Isfandiar M. Baihaqi Diastarini Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial Dasar Hukum FUNGSI RDTR MENURUT PERMEN PU No 20/2011 RDTR dan peraturan

Lebih terperinci

ANALISIS KETINGGIAN MODEL PERMUKAAN DIGITAL PADA DATA LiDAR (LIGHT DETECTION AND RANGING) (Studi Kasus: Sei Mangkei, Sumatera Utara)

ANALISIS KETINGGIAN MODEL PERMUKAAN DIGITAL PADA DATA LiDAR (LIGHT DETECTION AND RANGING) (Studi Kasus: Sei Mangkei, Sumatera Utara) Geoid Vol. No., Agustus 7 (8-89) ANALISIS KETINGGIAN MODEL PERMUKAAN DIGITAL PADA DATA LiDAR (LIGHT DETECTION AND RANGING) Agung Budi Cahyono, Novita Duantari Departemen Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus

Lebih terperinci

BADAN INFORMASI GEOSPASIAL : B.84/BIG/DIGD/HK/08/2012 TANGGAL :13 AGUSTUS Standard Operating Procedures tentang Pengelolaan Data Batas Wilayah

BADAN INFORMASI GEOSPASIAL : B.84/BIG/DIGD/HK/08/2012 TANGGAL :13 AGUSTUS Standard Operating Procedures tentang Pengelolaan Data Batas Wilayah LAMPIRAN 6 KEPUTUSAN DEPUTI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL DASAR BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR : B.84/BIG/DIGD/HK/08/2012 TANGGAL :13 AGUSTUS 2012 Standard Operating Procedures tentang Pengelolaan Data

Lebih terperinci

Status Data RBI Skala 1: dan 1: Tahun Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim Badan Informasi Geospasial KEBIJAKAN SATU PETA

Status Data RBI Skala 1: dan 1: Tahun Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim Badan Informasi Geospasial KEBIJAKAN SATU PETA Status Data RBI Skala 1:50.000 dan 1:25.000 Tahun 2017 Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim Badan Informasi Geospasial KEBIJAKAN SATU PETA Landasan Hukum Undang Undang RI Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN

PENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-399 PENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMETAAN WILAYAH MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMETAAN WILAYAH MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMETAAN WILAYAH MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

SPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR

SPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR SPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR i Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 3 1 Ruang lingkup... 4 2 Istilah dan definisi... 4 2.1 Istilah Teknis Perpetaan... 4 2.2 Istilah Tata Ruang... 5 3 Penyajian Muka

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG JENIS DAN ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG JENIS DAN ATAS YANG BERLAKU PADA BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, wwwbpkpgoid PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 27 TENTANG JENIS DAN ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN Informasi geografis merupakan informasi kenampakan permukaan bumi. Sehingga informasi tersebut mengandung unsur posisi geografis, hubungan keruangan, atribut

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Juli 2017

Jurnal Geodesi Undip Juli 2017 KAJIAN TEKNIS KONTROL KUALITAS TAHAP STEREOKOMPILASI PADA PEMBUATAN PETA RUPABUMI INDONESIA SKALA 1 : 5000 DENGAN MENGGUNAKAN DATA REVIEWER Diana Nukita, Sawitri Subiyanto, Haniah *) Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Pengertian Sistem Informasi Geografis

Pengertian Sistem Informasi Geografis Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk

Lebih terperinci

2014, No.31 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL. BAB I K

2014, No.31 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL. BAB I K No.31, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA WILAYAH. Geospasial. Informasi. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5502) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Survei: Sebuah Perjalanan Mengenal Nusantara

Survei: Sebuah Perjalanan Mengenal Nusantara Survei: Sebuah Perjalanan Mengenal Nusantara Negara ini luas. Indonesia, dengan segala kekayaannya, hamparan pulau ini layaknya sebuah surga untuk mereka yang merasa memilikinya. Penjelajahan mengelilingi

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI TEMPAT PLA DAN PELAKSANAAN PLA

BAB III DESKRIPSI TEMPAT PLA DAN PELAKSANAAN PLA BAB III DESKRIPSI TEMPAT PLA DAN PELAKSANAAN PLA A. Sejarah PT. Visinusa Indopratama PT. Visinusa Indopratama adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa survey dan pemetaan. Berdirinya perusahaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Tujuan. Model Data pada SIG. Arna fariza. Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 4/7/2016

Tujuan. Model Data pada SIG. Arna fariza. Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 4/7/2016 Model Data pada SIG Arna fariza Politeknik elektronika negeri surabaya Tujuan Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 1 Materi Sumber data spasial Klasifikasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Pengumpulan dan Integrasi Data. Politeknik elektronika negeri surabaya. Tujuan

Pengumpulan dan Integrasi Data. Politeknik elektronika negeri surabaya. Tujuan Pengumpulan dan Integrasi Data Arna fariza Politeknik elektronika negeri surabaya Tujuan Mengetahui sumber data dari GIS dan non GIS data Mengetahui bagaimana memperoleh data raster dan vektor Mengetahui

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KETELITIAN PETA DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KETELITIAN PETA DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KETELITIAN PETA DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. bahwa dalam penetapan standar ketelitian peta

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI JARINGAN JALAN PROVINSI SUMATERA BARAT

KERANGKA ACUAN KERJA PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI JARINGAN JALAN PROVINSI SUMATERA BARAT KERANGKA ACUAN KERJA PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI JARINGAN JALAN PROVINSI SUMATERA BARAT I. PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Dalam rangka menunjang kegiatan program tahunan bidang prasarana jalan yang

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN AUDIT

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Febuari 2009 sampai Januari 2010, mengambil lokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengolahan dan Analisis

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom No.1513, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. Audit Tata Ruang. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 44 Tahun 2012 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS DESA DI JAWA BARAT

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 44 Tahun 2012 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS DESA DI JAWA BARAT Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 44 Tahun 2012 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS DESA DI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA ACARA PENJELASAN DOKUMEN PEMILIHAN. Nomor : 154/BA/PP1/D.I/VI/2011 Tanggal : 17 Juni 2011

BERITA ACARA PENJELASAN DOKUMEN PEMILIHAN. Nomor : 154/BA/PP1/D.I/VI/2011 Tanggal : 17 Juni 2011 BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI PANITIA PENGADAAN BARANG DAN JASA KEDEPUTIAN BIDANG SURVEI, PENGUKURAN DAN PEMETAAN Jl. Kuningan Barat I No.1 Jakarta Selatan Telp. 5207030 5202328 BERITA ACARA PENJELASAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PETA DASAR ZONASI TINGKAT PERINGATAN TSUNAMI DAERAH BANYUWANGI

PETA DASAR ZONASI TINGKAT PERINGATAN TSUNAMI DAERAH BANYUWANGI PETA DASAR ZONASI TINGKAT PERINGATAN TSUNAMI DAERAH BANYUWANGI Dalam rangka upaya peringatan dini untuk bencana tsunami, beragam peta telah dibuat oleh beberapa instansi pemerintah, LSM maupun swasta.

Lebih terperinci

BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING

BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING APLIKASI GIS UNTUK PEMBUATAN PETA INDIKATIF BATAS KAWASAN DAN WILAYAH ADMINISTRASI DIREKTORAT PENGUKURAN DASAR DEPUTI BIDANG SURVEI, PENGUKURAN DAN PEMETAAN BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN 16/09/2012 DATA Data adalah komponen yang amat penting dalam GIS SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN Kelas Agrotreknologi (2 0 sks) Dwi Priyo Ariyanto Data geografik dan tabulasi data yang berhubungan akan

Lebih terperinci

Dr. ir. Ade Komara Mulyana Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim. BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

Dr. ir. Ade Komara Mulyana Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim. BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Dr. ir. Ade Komara Mulyana Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim BADAN INFORMASI GEOSPASIAL www.big.go.id Menjamin Ketersediaan dan Akses IG yang bisa dipertanggung-jawabkan Single Reference demi padunya

Lebih terperinci

3/17/2011. Sistem Informasi Geografis

3/17/2011. Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis Pendahuluan Data yang mengendalikan SIG adalah data spasial. Setiap fungsionalitasyang g membuat SIG dibedakan dari lingkungan analisis lainnya adalah karena berakar pada keaslian

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1343, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Daerah. Aliran Sungai. Penetapan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.59/MENHUT-II/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 25/PRT/M/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT PROSEDUR

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.8, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN. Wilayah. Nasional. Rencana. Tata Ruang. Peta. Ketelitian. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5393) PERATURAN

Lebih terperinci

BADAN INFORMASI GEOSPASIAL PUSAT PEMETAAN RUPABUMI DAN TOPONIM JL. Raya Bogor KM. 46, Cibinong Bogor 16911, Indonesia Telp/Fax.

BADAN INFORMASI GEOSPASIAL PUSAT PEMETAAN RUPABUMI DAN TOPONIM JL. Raya Bogor KM. 46, Cibinong Bogor 16911, Indonesia Telp/Fax. BADAN INFORMASI GEOSPASIAL PUSAT PEMETAAN RUPABUMI DAN TOPONIM JL. Raya Bogor KM. 46, Cibinong Bogor 16911, Indonesia Telp/Fax. (021) 87901254 LAPORAN MINGGUAN 4 PEMOTRETAN UDARA DIGITAL KOTA BANDA ACEH,

Lebih terperinci

TOPOLOGY GEODATABASE 1. Menyiapkan Geodatabase A. Membuat Tema atau Feature Dataset di ArcCatalog

TOPOLOGY GEODATABASE 1. Menyiapkan Geodatabase A. Membuat Tema atau Feature Dataset di ArcCatalog TOPOLOGY GEODATABASE Geodatabase merupakan database relasional yang mencakup informasi geografis. Geodatabase memuat kelas kelas/golongan feature dan table. Kelas kelas feature dapat diorganisasikan ke

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) 24/09/2012 10:58 Sistem (komputer) yang mampu mengelola informasi spasial (keruangan), memiliki kemampuan memasukan (entry), menyimpan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN PESISIR DAN LAUT PENYUSUNAN STATUS MUTU LAUT KOTA BATAM DAN KABUPATEN BINTAN TAHUN 2015

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN PESISIR DAN LAUT PENYUSUNAN STATUS MUTU LAUT KOTA BATAM DAN KABUPATEN BINTAN TAHUN 2015 KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN PESISIR DAN LAUT PENYUSUNAN STATUS MUTU LAUT KOTA BATAM DAN KABUPATEN BINTAN TAHUN 2015 Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Lingkungan

Lebih terperinci

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN (AANWIZJING)

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN (AANWIZJING) PANITIA PENGADAAN/KELOMPOK KERJA/PEJABAT PENGADAAN JASA KONSULTANSI SUMBER DANA APBD TAHUN ANGGARAN 2011 DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN PROVINSI SUMATERA UTARA BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN (AANWIZJING)

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Batas DAS Cimadur

Gambar 2. Peta Batas DAS Cimadur 11 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian DAS, Banten merupakan wilayah yang diambil sebagai daerah penelitian (Gambar 2). Analisis data dilakukan di Laboratorium Penginderaan Jauh

Lebih terperinci

JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF (Rp) 1) Skala 1:10.000, 7 (tujuh) layer Per Nomor (NLP) ,00. Per Km² 20.

JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF (Rp) 1) Skala 1:10.000, 7 (tujuh) layer Per Nomor (NLP) ,00. Per Km² 20. LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL I.

Lebih terperinci

EKSTRAKSI GARIS PANTAI MENGGUNAKAN HYPSOGRAPHY TOOLS

EKSTRAKSI GARIS PANTAI MENGGUNAKAN HYPSOGRAPHY TOOLS EKSTRAKSI GARIS PANTAI MENGGUNAKAN HYPSOGRAPHY TOOLS Danang Budi Susetyo, Aji Putra Perdana, Nadya Oktaviani Badan Informasi Geospasial (BIG) Jl. Raya Jakarta-Bogor Km. 46, Cibinong 16911 Email: danang.budi@big.go.id

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Nomor 2514); 3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tamba

2016, No Indonesia Nomor 2514); 3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1038, 2016 KEMENDAGRI. Batas Desa. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN DAN PENEGASAN

Lebih terperinci

Analisa Data Foto Udara untuk DEM dengan Metode TIN, IDW, dan Kriging

Analisa Data Foto Udara untuk DEM dengan Metode TIN, IDW, dan Kriging C182 Analisa Data Foto Udara untuk DEM dengan Metode TIN, IDW, dan Kriging Juwita Arfaini, Hepi Hapsari Handayani Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Perlunya peta dasar guna pendaftaran tanah

Perlunya peta dasar guna pendaftaran tanah Perlunya peta dasar guna pendaftaran tanah DISAMPAIKAN OLEH: SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL INFRASTRUKTUR KEAGRARIAAN KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENPASAR, BALI - APRIL

Lebih terperinci

Bogor, 22 Februari 2017 DIREKTORAT JENDERAL TATA RUANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Bogor, 22 Februari 2017 DIREKTORAT JENDERAL TATA RUANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL 1 5 2 3 4 1 2 3 4 5 Bogor, 22 Februari 2017 DIREKTORAT JENDERAL TATA RUANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL OUTLINE I. Isu Strategis dan Tantangan Global II.Isu Strategis

Lebih terperinci

Model Data Spasial. by: Ahmad Syauqi Ahsan

Model Data Spasial. by: Ahmad Syauqi Ahsan Model Data Spasial by: Ahmad Syauqi Ahsan Peta Tematik Data dalam SIG disimpan dalam bentuk peta Tematik Peta Tematik: peta yang menampilkan informasi sesuai dengan tema. Satu peta berisi informasi dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) Sistem Informasi Geografis atau disingkat SIG dalam bahasa Inggris Geographic Information System (disingkat GIS) merupakan sistem informasi

Lebih terperinci

Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang

Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi

Lebih terperinci

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas. Huruf b...

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas. Huruf b... PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL I. UMUM Sehubungan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG

- 1 - PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG - 1 - PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PELIBATAN INSTANSI PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN INFORMASI GEOSPASIAL DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

SKEMA DAN MEKANISME PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CAGAR BUDAYA Peta Sebaran Lokasi Cagar Budaya

SKEMA DAN MEKANISME PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CAGAR BUDAYA Peta Sebaran Lokasi Cagar Budaya KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA SKEMA DAN MEKANISME PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CAGAR BUDAYA Peta Sebaran Lokasi Cagar Budaya Disampaikan dalam Workshop Pengelolaan Data Geospasial

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA III DIGITASI GARIS ATAU LINE

LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA III DIGITASI GARIS ATAU LINE LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA III DIGITASI GARIS ATAU LINE Disusun oleh : NAMA : NUR SIDIK NIM : 11405244001 HARI : SELASA, 25 MARET 2014 JAM : 07.30-10.00 JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1252, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Wilayah Batas Daerah. Penegasan. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Bidang Informasi Geospasial Pusat Standardisasi dan Kelembagaan Informasi Geospasial Deputi Bidang Infrastruktur Informasi Geospasial Badan Informasi Geospasial

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika FT UGM TGGM KARTOGRAFI DIGITAL. Oleh Gondang Riyadi. 21 March 2014 Kartografi - MGR

Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika FT UGM TGGM KARTOGRAFI DIGITAL. Oleh Gondang Riyadi. 21 March 2014 Kartografi - MGR KARTOGRAFI DIGITAL Oleh Gondang Riyadi hal 1 Perkembangan Teknologi Pemetaan Teknologi pemetaan yang pada awalnya dilakukan secara manual (konvensional) bergeser kearah digital. Termasuk di dalamnya teknik

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang - 2 - Pertambangan Mineral dan Batubara sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian dimulai dari bulan Juli 2010 sampai Januari

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DATA DAN INFORMASI TATA RUANG KABUPATEN/KOTA BERBASIS CITRA SATELIT DAN GIS PENGANTAR Pesatnya perkembangan teknologi informasi membawa perubahan yang besar di berbagai bidang termasuk bidang

Lebih terperinci

Isfandiar M. Baihaqi

Isfandiar M. Baihaqi ASPEK PERPETAAN UNTUK PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) Isfandiar M. Baihaqi 0813

Lebih terperinci

BAB V KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) STUDI LARAP PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK KARANGNONGKO

BAB V KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) STUDI LARAP PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK KARANGNONGKO BAB V KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) STUDI LARAP PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK KARANGNONGKO Uraian Pendahuluan 1. Latar Belakang Rancangan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo memuat

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN

KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN KERANGKA ACUAN KERJA STUDI PENATAAN DAN PERENCANAAN DED KOMPONEN PSU KAWASAN KUMUH KEGIATAN PERENCANAAN DAN PENYIAPAN PRASARANA SARANA DAN UTILITAS KAWASAN KUMUH LOKASI : KABUPATEN BANGGAI LAUT TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka membangun infratsruktur data spasial, baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah, setidaknya ada 5 (lima) komponen utama yang dibutuhkan, yaitu

Lebih terperinci

BADAN INFORMASI GEOSPASIAL : B.84/BIG/DIGD/HK/08/2012 TANGGAL :13 AGUSTUS Standard Operating Procedures tentang Perundingan Teknis Batas Negara

BADAN INFORMASI GEOSPASIAL : B.84/BIG/DIGD/HK/08/2012 TANGGAL :13 AGUSTUS Standard Operating Procedures tentang Perundingan Teknis Batas Negara LAMPIRAN 4 KEPUTUSAN DEPUTI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL DASAR BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR : B.84/BIG/DIGD/HK/08/2012 TANGGAL :13 AGUSTUS 2012 Standard Operating Procedures tentang Perundingan Teknis

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI A. MODEL DATA SPASIAL Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. a. Model Data Vektor

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

Pengenalan Peta & Data Spasial Bagi Perencana Wilayah dan Kota. Adipandang Yudono 13

Pengenalan Peta & Data Spasial Bagi Perencana Wilayah dan Kota. Adipandang Yudono 13 Pengenalan Peta & Data Spasial Bagi Perencana Wilayah dan Kota Adipandang Yudono 13 Definisi Peta Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan atau buatan manusia, yang berada di atas maupun di

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA DATABASE PERENCANAAN JALAN KECAMATAN SAMPANG KABUPATEN SAMPANG

KERANGKA ACUAN KERJA DATABASE PERENCANAAN JALAN KECAMATAN SAMPANG KABUPATEN SAMPANG KERANGKA ACUAN KERJA DATABASE PERENCANAAN JALAN KECAMATAN SAMPANG KABUPATEN SAMPANG I. LATAR BELAKANG Transportasi merupakan pendukung perekonomian suatu daerah. Tersedianya suatu jaringan dan sistem transportasi

Lebih terperinci

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL JENIS DAN TARIF ATAS JENIS

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

(BIG) Jl. Raya Jakarta-Bogor KM. 46. Cibinong Telepon. (021) Faksimile. (021) PO. Box. 46 CBI

(BIG) Jl. Raya Jakarta-Bogor KM. 46. Cibinong Telepon. (021) Faksimile. (021) PO. Box. 46 CBI BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Jl. Raya Jakarta-Bogor M.. Cibinong Telepon. (0) 0-0. Faksimile. (0) 0 PO. Box. CBI http://www.big.go.id EPTSAN SERETARIS TAMA BADAN INFORMASI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.28, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA WILAYAH. Satu Peta. Tingkat Ketelitian. Kebijakan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian tugas akhir ini adalah Daerah Irigasi Tada yang berada di desa Tada Kecamatan Tinombo Selatan Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 TENTANG TATA CARA INVENTARISASI DAN PENETAPAN FUNGSI EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Stereokompilasi Unsur Rupabumi Skala 1: Menggunakan Data TerraSAR-X dan Citra SPOT-6

Stereokompilasi Unsur Rupabumi Skala 1: Menggunakan Data TerraSAR-X dan Citra SPOT-6 Stereokompilasi Unsur Rupabumi Skala 1:25.000 Menggunakan Data TerraSAR-X dan Citra SPOT-6 Stereocompilation of Topographic Features Scale 1:25,000 Using TerraSAR-X and SPOT-6 Image Data Danang Budi Susetyo

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL DAFTAR ISI DAFTAR ISI ii DAFTAR LAMPIRAN I iv DAFTAR LAMPIRAN

Lebih terperinci

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN (AANWIZJING)

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN (AANWIZJING) PANITIA PENGADAAN/KELOMPOK KERJA/PEJABAT PENGADAAN JASA KONSULTANSI SUMBER DANA APBD TAHUN ANGGARAN 2011 DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN PROVINSI SUMATERA UTARA BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN (AANWIZJING)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

PDF Compressor Pro BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PDF Compressor Pro BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Profil adalah kenampakan permukaan alam disebabkan adanya beda tinggi apabila beda tinggi dua tempat tersebut dibandingkan dengan jarak lurus mendatar. Manfaat profil

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA PADA TINGKAT KETELITIAN PETA SKALA 1:50.000 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik (2014), Indonesia memiliki 17.504 pulau dan luas daratan mencapai 1.910.931,32 km 2. Karena kondisi geografisnya yang

Lebih terperinci

PENGANTAR : KONSEP TOPOLOGY

PENGANTAR : KONSEP TOPOLOGY PENGANTAR : KONSEP TOPOLOGY Tahapan Proses Pembuatan Geodatabase Karakteristik GIS Pengertian Topology Toleransi Jarak Snaping Aturan Topology (Rule of Topology) Koreksi Topology LATIHAN : MEMBANGUN TOPOLOGY

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu

METODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

Lebih terperinci

Sumber Data, Masukan Data, dan Kualitas Data. by: Ahmad Syauqi Ahsan

Sumber Data, Masukan Data, dan Kualitas Data. by: Ahmad Syauqi Ahsan Sumber Data, Masukan Data, dan Kualitas Data by: Ahmad Syauqi Ahsan Data pada SIG Mendapatkan data adalah bagian yang sangat penting pada setiap proyek SIG Yang harus diketahui: Tipe-tipe data yang dapat

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4, Jakarta 10710 Telp: +62 21 345 6714; Fax: +62 21 345 6817 KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) TENAGA PENDUKUNG

Lebih terperinci

SURVEI HIDROGRAFI. Tahapan Perencanaan Survei Bathymetri. Jurusan Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang

SURVEI HIDROGRAFI. Tahapan Perencanaan Survei Bathymetri. Jurusan Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang SURVEI HIDROGRAFI Tahapan Perencanaan Survei Bathymetri Jurusan Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang Tahapan Perencanaan Survey Bathymetri Pengukuran bathimetri dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

NUR MARTIA

NUR MARTIA SIDANG TUGAS AKHIR Studi Sistem Informasi Geografis Kawasan Longsor Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat NUR MARTIA 3507100431 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Provinsi Sumatera Barat berada di antara

Lebih terperinci

2 rencana tata ruang itu digunakan sebagai media penggambaran Peta Tematik. Peta Tematik menjadi bahan analisis dan proses síntesis penuangan rencana

2 rencana tata ruang itu digunakan sebagai media penggambaran Peta Tematik. Peta Tematik menjadi bahan analisis dan proses síntesis penuangan rencana TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PEMERINTAHAN. Wilayah. Nasional. Rencana. Tata Ruang. Peta. Ketelitian. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 8) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci