Teori Analisis Lokasi Industri Dengan Segitiga Lokasionalnya (Alfred Weber, 1909) Alfian Haris Aryawan
|
|
- Ade Suparman Lesmana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Mata Kuliah Analisis Lokasi dan Keruangan (RP ) Teori Analisis Lokasi Industri Dengan Segitiga Lokasionalnya (Alfred Weber, 1909) Alfian Haris Aryawan
2 PENDAHULUAN Latar Belakang Faktor lokasi merupakan unsur yang tidak pernah lepas dari suatu pembangunan. Dalam hal ini penentuan lokasi ditujukan agar memperoleh kemudahan aksestabilitas dan profit yang tinggi terhadap berjalannya suatu perindustrian. Kabupaten Sumenep memiliki potensi berbagai jenis hasil perikanan, baik perairan laut beserta hasil olahannya maupun hasil dari pertambakan. Namun, potensi tersebut masih belum termaksimalkan walaupun hasil produksinya berlebih dibandingkan hasil produksi standarnya. Dengan adanya pembangunan industri, diharapkan akan memacu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainnya. Keberadan industri pengolahan perikanan di Kabupaten Sumenep yang berskala rumah tangga dengan jumlah yang cukup banyak dapat merangsang pertumbuhan sektor perikanan lebih tinggi lagi. Namun, keberadaaan industri berskala rumah tangga tersebut mengalami penurunan kinerja kawasan yang disebabkan oleh menurunnya jumlah industri pengolahan perikanan dalam beberapa tahun terakhir. Tercatat, pada tahun 2007 jumlah industri pengolahan perikanan berskala rumah tangga di Kabupaten Sumenep adalah unit. Namun, di tahun 2010 jumlahnya menurun menjadi unit industri. Penyebab turunya industri berskala rumah tangga ini adalah ketidakmampuan bersaing dengan pasar dikarenakan kurangnya inovasi dalam mengelola hasil ikan yang sesuai dengan permintaan pasar. Selain itu, proses pengolahan industri berskala rumah tangga ini masih belum didukung dengan lokasi yang memadahi. Sehingga segala aktivitas pengolahannya dilakukan di lokasi permukiman warga. Walaupun Kabupaten Sumenep memiliki potensi di sektor perikanan yang cukup memadai, namun tidak cukup membantu permasalahan kemiskinan di Kabupaten Sumenep. Keberadaan industri pengolahan perikanan seharusnya dapat mengatasi masalah kemiskinan yang ada, dikarenakan sektor industri merupakan sektor yang memiliki tingkat produktivitas yang tinggi. Berdasarka RPJMD Kabupaten Sumenep tahun 2011, pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan dianggap belum optimal. Kondisi tersebut diilustrasikan oleh kontributor subsektor perikanan dan kelautan dalam struktur perekonomian hanya 18,15% dari total PDRB Kabupaten Sumenep keseluruhan. Dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat seiring bergulirnya otonomi daerah yang menyebabkan ketidakseimbangan pertumbuhan dan perkembangan produk-produk unggulan pada suatu wilayah, akan menyebabkan kesenjangan pembangunan pada tiap-tiap wilayah di Kabupaten
3 Sumenep. Sehingga peningkatan nilai tambah sektor perikanan melalui pengembangan industri berbasis peikanan perlu dilakukan. Langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan dimana wilayah yang potensial untuk dikembangkan sebagai industri pengolahan perikanan. Rumusan Masalah Apakah konsep dasar teori lokasi yang sekiranya berkaitan? Apakah alasan dari pemilihan lokasi? Apa saja faktor-faktor lokasi sehingga menjadi lokasi yang terpilih? Bagaimana implikasi teori terhadap lokasi yang dipilih? Tujuan Dapat menjabarkan teori lokasi yang sekiranya berkaitan dengan permasalahan yang dibahas Dapat menjelaskan sebab dari pemilihan lokasi pengembangan lokasi Dapat menjabarkan faktor-faktor yang menyebabkan lokasi tersebut menjadi terpilih Dapat menjelaskan implikasi teori terhadap lokasi yang dipilih.
4 KAJIAN TEORI Analisis Lokasi Alfred Weber (1909). Lokasi Industri sebaiknya diletakkan ditempat yang memiliki sewa lahan paling minimal. Tempat yang memiliki total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimaldan cenderung identik dengan keuntungan yang maksimal. (Alfred Weber, 1909). Teori Weber diatas merupaka teori yang dirumuskan dalam bukunya yang berjudul Über den Standort der Industrien. Teori Weber yang disebut segitiga lokasional, menjelaskan tentang penentuan lokasi yang optimal untuk produksi yang baik didasarkan pada lokasi tetap pasar dan dua lokasi sumber bahan baku. Gambar 1, Segitiga Lokasional menurut Alfred Weber Untuk mengetahui apakah lokasi optimum lebih ekat dengan sumber input (pasar), digunakan indeks bahan, yaitu perbandingan berat input bahan lokal dengan berat produk akhir. Terkait penentuan lokasi, teori Weber terbagi atas 6. 6 teori Weber terkait penetuan lokasi, antara lain: 1. Wilayah yang seragam dalam hal topografi, iklim dan penduduknya. 2. Sumber daya dan bahan mentah, tidak semua jenis sumber daya alam. 3. Upah tenaga kerja, ada upah yang baku dan telah ditetapkan sehingga jumlahnya sama disetiap tempat, tetapi ada pula upah yang merupakan hasil persaingan antar penduduk. 4. Terdapat satu jenis transportasi serta ketergantungan terhadap biaya transportasi. Besarnya biaya transport dipengaruhi masa bahan baku serta jarak bahan baku menuju pabrik. 5. Adanya kempetisi antar industri 6. Manusia yang selalu berpikir rasional terhadap perkembangan industri
5 Dalam teori Weber, terdapat juga beberapa faktor lokasi yang dikemukakan menurut Alfred Weber. Diantaranya: a) Berdasarkan kelaziman yg terjadi Berlaku umum dan praktis untuk setiap kegiatan industri (biaya transport, biaya tenaga kerja, biaya lahan, etc.) Berlaku khusus dan hanya terjadi pada kegiatan tertentu pada bobot (bahan mentah dan produk mudah busuk, kelembaban udara, aliran air) b) Berdasarkan pengaruh ruang Faktor regional dimana industri tertarik pada aspek geografis tertentu, jaringan utama orientasi industri (ketersediaan lahan, simpul transportasi, tempat bongkar-muat, pelabuhan). Faktor regional yang murni ekonomi adalah harga bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya transport Faktor aglomerasi/deglomerasi dimana dalam jaringan utamanya tidak tergantung pada orientasi geografis, antar industri saling terkait atau saling berjauhan (menekan harga melalui produksi massal, penggunaan mesin yg lebih baik (internal faktor), ketersediaan bantuan (eksternal faktor) c) Berdasarkan sifat dan keadaan Faktor alamiah dan teknis: posisi dan iklim, tingkat upah (umr), kualitas tenaga kerja Faktor sosial budaya: tingkat suku bunga, tingkat pendidikan, tingkat kinerja. Metoda AHP Dalam jurnal ditemukan bahwa peneliti menggunakan metode AHP. metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 70 an ketika di Warston school. Metode AHP merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam sistem pengambilan keputusan dengan memperhatikan faktor faktor persepsi, preferensi, pengalaman dan intuisi. AHP menggabungkan penilaian penilaian dan nilai nilai pribadi ke dalam satu cara yang logis. Analytic Hierarchy Process (AHP) dapat menyelesaikan masalah multikriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Masalah yang kompleks dapat di artikan bahwa kriteria dari suatu masalah yang begitu banyak (multikriteria),struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian pendapat dari pengambil keputusan, pengambil keputusan lebih dari satu orang, serta ketidakakuratan data yang tersedia. Menurut Saaty, hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang
6 kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipersentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat.
7 REVIEW JURNAL Metode Penelitian A. Penentuan faktor-faktor pengembangan industri pengolahan perikanan di kabupaten sumenep. Tahapan pertama yang dilakukan dalam analisis ini adalah melakukan analisa deskriptif terhadap variabel yang didapat dari tinjauan pustaka untuk dijadikan faktor pengembangan industri pengolahan perikanan. Setelah tahapan tersebut, dilakukan fiksasidengan analisis Delphi. Analisis Delphi yaitu usaha untuk memperoleh konsensus groups/expert yang dilakukan secara berkelanjutan sehingga diperoleh konvergansi opini. Berikut beberapa tahapan analisis delphi : Wawancara Responden Reduksi dan Tampilan Data Hasil Wawancara Iterasi dan Penarikan Kesimpulan B. Penentuan Prioritas Wilayah pengembangan Industri Pengolahan Perikanan di Kabupaten Sumenep. Tahap awal penetuan prioritas wilayah pengembangan industri adalah harus diketahui terlebih dahulu bobot tiap variabel. Pembobotan tiap variabel dilakukan menggunakan analisis AHP. Memakai persepsi responden yang dianggap expert sebagai input utamanya. Dalam hal ini, expert yang terkait diperoleh dari hasil analisis stakeholders. Adapun tahapan analisis AHP pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Mengidentifikasi permasalahan dan menentukan tujuan analisis AHP Mendetailkan masing-masing kriteria dan alternatif kemudian enyusun ke dalam struktur hierarki Menentukan responden Menentukan skala perbandigan Penyebaran kuisioner Pengolahan dengan matriks pairwise comparison Melakukan uji konsistensi.
8 Bobot yang diperoleh dari analisis AHP dilakukan analisis multikriteria untuk mengetahui wilayah yang menjadi prioritas pengembangan. Berikut bagan struktur hierarki dalam AHP. Bagan 1, Bagan Struktur Hierarki dalam Metoda AHP Hasil Penelitian A. Penentuan Faktor-Faktor Pengembangan Industri Pengolahan Perikanan di Kabupaten Sumenep Dari hasil analisis delphi diperoleh faktor-faktor penentu pengembangan industri pengolahan perikanan di Kabupaten Sumenep, seperti ditunjukkan dalam tabel berikut: Tabel 1, Faktor Penentu Pengembangan Industri Pengolahan
9 Gambar 2, Tingat kepentingan tiap variabel
10 Gambar 3, Peta prioritas wilayah pengembangan B. Penentuan Prioritas Wilayah Pengembangan Industri Pengolahan Perikanan di Kabupaten Sumenep Dalam menentukan prioritas wilayah pengembangan industri pengolahan perikanan di Kabupaten Sumenep terlebih dahulu digunakan teknik analisis AHP dengan menggunakan software expert choice untuk menentukan bobot tiap variabel. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 2. Dari bobot hasil analisis AHP dijadikan input data untuk melakukan analisis selanjutnya, yaitu multikriteria analisis yang digunakan untuk mengetahui prioritas wilayah pengembangan industri pengolahan perikanan di Kabupaten Sumenep. Hasil bobot AHP dikalikan dengan nilai variabel yang telah distandarisasi satuan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut: 1. Kecamatan Dungkek dengan nilai 0, merupakan kecamatan yang memiliki nilai tertinggi dari hasil perhitungan multikriteria analisis, sehingga sangat berpotensi untuk pengembangan industri pengolahan perikanan. Kecamatan ini memiliki kuantitas bahan bakuyang cukup berpotensi dan
11 kuantitas nelayan terbanyak. Selain itu Kecamatan Dungkek merupakan kecamatan yang memiliki kuantitas industri pengolahan ikan dan pengolah ikan terbanyak di Kabupaten Sumenep. Di Kecamatan ini juga terdapat prasarana perikanan yang berupa pabrik es. 2. Kecamatan Sapeken dengan nilai 0, merupakan kecamatan yang memiliki nilai tertinggi dari hasil multikriteria analisis yang berlokasi di wilayah kepulauan. Kecamatan ini menghasilkan produksi ikan dan produk ikan olahan yang berupa ikan kering terbanyak di Kabupaten Sumenep. Dengan demikian kecamatan ini sangat berpotensi dalam penyediaan bahan baku. Selain itu di Kecamatan Sapeken juga terdapat pabrik es. Di kecamatan ini kuantitas industri pengolahan perikanan dan pengolah ikan juga cukup memadai. 3. Kecamatan Ambunten dengan nilai 0,52096 merupakan kecamatan yang menghasilkan produksi ikan olahan yang cukup banyak, seperti; ikan kering, ikan asapan/pindang dan terasi dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Kecamatan Ambunten juga memiliki kuantitas nelayan, industri pengolahan ikan dan pengolah ikan yang cukup memadai. 4. Kecamatan Pragaan dengan nilai 0, merupakan kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi dan angkatan kerja terbanyak yang dapat menunjang dalam hal ketersediaan tenaga kerja. Kecamatan Pragaan juga memiliki prasarana perikanan yang cukup memadai yang berupa armada dan alat tangkap, sehingga dapat memperlancar dalam memperoleh bahan baku. 5. Kecamatan Masalembu dengan nilai 0, memiliki jumlah alat tangkap terbanyak dan menghasilkan produk ikan olahan berupa ikan kering yang cukup banyak. Selain itu kecamatan ini juga menghasilkan produksi ikan yang cukup memadai. Di Kecamatan Masalembu juga terdapat pabrik es. Kuantitas industri pengolahan ikan dan pengolah ikan di kecamatan ini juga cukup memadai. 6. Kecamatan Raas dengan nilai 0, memiliki kuantitas nelayan dan prasarana perikanan yang berupa armada dan alat tangkap yang cukup memadai, sehingga dapat mempermudah dalam memperoleh bahan baku perikanan. Kontinuitas bahan baku di kecamatan ini juga cukup signifikan. 7. Kecamatan Pasongsongan dengan nilai 0, merupakan kecamatan yang terletak di WPPS yang sama dengan Kecamatan Ambunten. Kecamatan ini merupakan kecamatan yang direncanakan untuk kawasan minapolitan oleh Kabupaten Sumenep. Kecamatan Pasongsongan memiliki kuantitas bahan bakuyang cukup melimpah dan produk hasil olahan ikan yang bervariatif,
12 seperti; ikan kering, ikan asapan/pindang dan terasi. Selain itu di kecamatan ini juga terdapat pelabuhan perikanan dan pabrik es. 8. Kecamatan Nonggunong dengan nilai 0,2481 memiliki kontinuitas bahan baku paling tinggi di Kabupaten Sumenep. Dengan demikian ketersediaan bahan baku yang terdapat di Kecamatan Nonggunong sangat berkelanjutan. Dari hasil penelitian dan peta yang dicantumkan diatas dapat disimpulkan bahwa wilayah yang memiliki potensi sebagai prioritas adalah Kecamatan Dungkek. Faktor Penentuan Lokasi Faktor-faktor yang menjadi penentu terhadap lokasi potensial pengembangan industri pengolahan perikanan di Kabupaten Sumenep antara lain, sebagai berikut: I. Aspek potensi Sumberdaya perikanan Ketersediaan bahan baku sumberdaya perikanan Faktor Penentuan Lokasi II. Aspek potensi SDM Potensi tenaga kerja Ketersediaan pengolah ikan Ketersediaan nelayan III. Aspek prasarana industri pengolahan perikanan Ketersediaan jaringan listrik Ketersediaan jaringan air bersih Ketersediaan jaringan jalan IV. Aspek sarana industri pengolahan perikanan Keberadaan prasarana perikanan Keberadaan industri pengolahan perikanan
13 CRITICAL REVIEW Implikasi Teori Terhadap Lokasi yang di Pilih Dari jurnal tersebut saya memperoleh informasi yang sangat bermanfaat mengenai penerapan penentuan lokasi potensial dengan metode-metode tertentu. Pada bab sebelumnya, telah dijelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi potensial serta Namun, pada kesempatan kali ini saya ingin bereksperimen dengan materi yang telah saya pelajari pada mata kuliah analisis lokasi dan keruangan. Disini saya berpendapat bahwa penentuan lokasi potensial pengembangan industri perikanan di Kabupaten Sumenep juga dapat dianalisis menggunakan teori dari Alfred Weber. Dalam jurnal ini, peneliti menggunakan faktor-faktor sebagai penentu lokasi terhadap pengembangan industri perikanan di Kabupaten Sumenep yang terdiri atas aspek SDM yang berupa tenaga kerja, aspek potensi sumberdaya perikanan yang berupa ketersedian sumber bahan baku, aspek prasarana yang berupa jaringan jalan sebagai media terjadinya mobilitas, serta aspek sarana yang berupa keberadaan industri pengolahan perikanan. Jika kita kembai pada teori lokasi industri Weber, Sebagian faktor yang telah disebutkan merupakan faktor yang juga dapat mendukung pelaksanaan analisis menggunakan teori Weber. (1) (2) (3) Gambar 4, Tiga bentuk segitiga lokasional menurut Weber Dari ketiga bentuk segitiga lokasional yang dikemukakan oleh Alfred Weber tersebut, dapat disimpulkan bahwa lokasi potensial pengembangan industri perikanan di Kabupaten Sumenep berdasar pada bentuk segitiga (2). Dimana, akibat dari cepatnya pembusukan terhadap ikan yang diperoleh mengharuskan lokasi industri perikanan terletak dekat dengan laut (sumber bahan baku) agar ikan dapat diolah pabrik terlebih dahulu sebelum membusuk. Setelah pengemasan di pabrik (industri perikanan), menggunakan media seperti kaleng sebagai wadah tertutup peletakkan hasil pengolahan ikan membuat daya tahan hasil olahan dari ikan tersebut menjadi tahan lama dan otomatis harga ekonomis dari hasil produksi industri perikanan dapat ditingkatkan.
14 KESIMPULAN Lesson Learned Berdasarkan hasil pembahasan secara keseluruhan pada bab-bab sebelum-nya, maka pelajaran yang saya peroleh adalah: Dalam penentuan faktor-faktor, diharapkan agar lebih cermat dan sesuai. Agar analisis sesuai dengan tujuan dilaksanakannya suatu penelitian. Dalam menggunakan faktor-faktor penentu lokasi, harus dipastikan bahwa semua faktor sudah sesuai dengan tujuan penelitian. Karena, apabila ada yang tidak sesuai kemungkinan besar akan berpengaruh terhadap hasil akhir penelitian. Dalam melakukan penelitian, analisa deskriptif terhadap variabel yang diperoleh dari tinjauan pustaka sangatlah diperlukan guna mengetahui kesesuaian variabel yang akan menjadi faktor penentu lokasi potensial Industri. Analisis Delphi yaitu usaha untuk memperoleh konsensus groups/expert yang dilakukan secara berkelanjutan sehingga diperoleh konvergansi opini. Yang terdiri atas tahapan seperti; wawancara responden, reduksi dan tampilan data hasil wawancara, serta iterasi dan penarikan kesimpulan. Analisis Delphi merupakan analisis yang terkadang terkadang digunakan oleh planner. Pemberian penjelasan/deskripsi dalam lembar hasil penelitian (jurnal) merupakan poin penting yang harus selalu dilakukan guna membantu pembaca memahami bentuk penelitian dan data seperti apa yang dibutuhkan oleh seorang peneliti. Dari suatu penelitian, berbagai jenis metode penelitian dapat menjadi solusi dari suatu penelitian. Disaat menggunakan satu metode penelitian, metode penelitian lain yang bersangkut dengan tujuan pelaksanaan penelitian dapat menjadi alternatif atau penguat metode penelitian.
15 DAFTAR PUSTAKA Aulia, Belinda Ulfa, Eko Budi Santoso dan Ema Umilia Diktat Analisis Lokasi dan Keruangan. Surabaya: PWK ITS Santoso, Eko Budi dan Yuni Astutik Prioritas Wilayah Pengembangan Industri Pengolahan Perikanan di Kabupaten Sumenep. dhttp://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/view/2464 (diakses pada tanggal 14 Maret 2016)
Prioritas Wilayah Pengembangan Industri Pengolahan Perikanan di Kabupaten Sumenep
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-20 Prioritas Wilayah Pengembangan Industri Yuni Astutik dan Eko Budi Santoso Program Studi Perencanan Wilayah dan Kota, Fakultas
Lebih terperinciPENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE
PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE Nunu Kustian Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Matematika dan IPA Email: kustiannunu@gmail.com ABSTRAK Kebutuhan
Lebih terperinciPENEMPATAN JUKIR DI WILAYAH KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN KEDIRI DENGAN METODE ANALITICAL HIERARCHY PROCESS SKRIPSI
PENEMPATAN JUKIR DI WILAYAH KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN KEDIRI DENGAN METODE ANALITICAL HIERARCHY PROCESS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Komputer (
Lebih terperinciPrioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa
Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Rizal Afriansyah Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Email : rizaldi_87@yahoo.co.id Abstrak - Transportasi mempunyai
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN JURUSAN DI SMKN 1 NGANJUK MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ( AHP )
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN JURUSAN DI SMKN 1 NGANJUK MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ( AHP ) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 70 an ketika di Warston school. Metode AHP merupakan salah
Lebih terperinciANALISIS PEMILIHAN KONSTRUKSI KUDA-KUDA BAJA BENTANG BESAR
Spectra Nomor 19 Volume X Januari 2012: 52-61 ANALISIS PEMILIHAN KONSTRUKSI KUDA-KUDA BAJA BENTANG BESAR Munasih Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Persaingan usaha jasa konstruksi yang semakin
Lebih terperinciPENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA
PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA Virgeovani Hermawan 1 1 Mahasiswa Magister Teknik Sipil Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur dapat didefinisikan sebagai kebutuhan dasar fisik yang diperlukan untuk jaminan ekonomi sektor publik dan sektor privat, sebagai layanan dan fasilitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan
Lebih terperinciBAB III METODE KAJIAN
47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN xvi xviii xix I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah.. 9 1.3. Tujuan Penelitian... 10 1.4 Manfaat Penelitian. 10 1.5. Ruang
Lebih terperinci8. PRIORITAS PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEMERSAL YANG BERKELANJUTAN DENGAN ANALISIS HIRARKI PROSES
8. PRIORITAS PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEMERSAL YANG BERKELANJUTAN DENGAN ANALISIS HIRARKI PROSES 8.1 Pendahuluan Untuk dapat memahami persoalan dalam pemanfaatan dan pengelolaan
Lebih terperinciMATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)
Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lahan kritis dapat didefinisikan sebagai lahan yang telah mengalami kerusakan sehingga berkurang fungsinya sampai pada batas yang ditentukan atau diharapkan.
Lebih terperinciPERUMUSAN STRATEGI KORPORAT PERUSAHAAN CHEMICAL
PERUMUSAN STRATEGI KORPORAT PERUSAHAAN CHEMICAL Mochammad Taufiqurrochman 1) dan Buana Ma ruf 2) Manajemen Industri Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SANTRI BERPRESTASI PONDOK PESANTREN ASSYAFI IYYAH KEDIRI DENGAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SANTRI BERPRESTASI PONDOK PESANTREN ASSYAFI IYYAH KEDIRI DENGAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada umumnya mempunyai corak atau cirinya sendiri yang berbeda
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan pengalaman yang lalu hanya beberapa hari saja TPA Leuwigajah ditutup, sampah di Bandung Raya sudah menumpuk. Oleh karena itu sebagai solusinya Pemerintah
Lebih terperinciCritical Review Jurnal Analisa Lokasi dan Keruangan
i P a g e Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan critical review dengan lancar yang membahas studi kasus
Lebih terperinciDAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii
DAFTAR ISI PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 2 1.2 Rumusan Masalah... 5 1.3 Tujuan, Sasaran dan Manfaat...
Lebih terperinciANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI
ANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN Metode Penghasilan yang Hilang (Loss of Earnings Methods) Menurut Hufscmidt, et al., (1992), Metode penghasilan yang hilang
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Metode Penghasilan yang Hilang (Loss of Earnings Methods) Menurut Hufscmidt, et al., (1992), Metode penghasilan yang hilang merupakan salah
Lebih terperinciPengembangan Daerah Tertinggal di Kabupaten Sampang
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 C -38 Pengembangan Daerah Tertinggal di Kabupaten Ovi Resia Arianti Putri dan Eko Budi Santoso. Program Studi Perencanan Wilayah dan Kota, Fakultas
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 14 LANDASAN TEORI 2.1 Proses Hierarki Analitik 2.1.1 Pengenalan Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process AHP) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton
Lebih terperinciEFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE
34 EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE Faisal piliang 1,Sri marini 2 Faisal_piliang@yahoo.co.id,
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP Fitriyani Jurusan Sistem Informasi, STMIK Atma Luhur Pangkalpinang Email : bilalzakwan12@yahoo.com ABSTRAK Sistem Pendukung Keputusan dirancang
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi penelitian.
III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di kota Sibolga yang terletak di tepi pantai barat pulau Sumatera bagian Utara di Teluk Tapian Nauli, + 350 km Selatan kota
Lebih terperinciPENETAPAN KRITERIA HARGA BIAYA ANGKUT TRANSPORTASI BAHAN BAKAR SOLAR SEBAGAI DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENINGKATKAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN
Penetapan Kriteria Harga Biaya Angkut Transportasi Bahan Bakar Solar... (Sopiah dkk) PENETAPAN KRITERIA HARGA BIAYA ANGKUT TRANSPORTASI BAHAN BAKAR SOLAR SEBAGAI DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENINGKATKAN
Lebih terperinciPENGEMBANGAN DAERAH TERTINGGAL (UNDERDEVELOPMENT REGION) DI KABUPATEN SAMPANG
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 PENGEMBANGAN DAERAH TERTINGGAL (UNDERDEVELOPMENT REGION) DI KABUPATEN SAMPANG Ovi Resia Arianti Putri, Eko Budi Santoso. Program Studi Perencanan Wilayah
Lebih terperinciPengertian Metode AHP
Pengertian Metode AHP Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan
Lebih terperinciAnalytical hierarchy Process
Analytical hierarchy Process Pengertian AHP Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. AHP menguraikan masalah multi faktor atau
Lebih terperinciMATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)
Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor
Lebih terperinci2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran
di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta meliputi: 1. Strategi Pemasaran (Relation Marketing) dilaksanakan dengan fokus terhadap pelayanan masyarakat pengguna, sosialisasi kepada masyarakat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN BAB I 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi sangat terkait erat dengan pembangunan sosial masyarakatnya. Pada awalnya pembangunan ekonomi lebih diprioritaskan pada pertumbuhannya saja, sedangkan
Lebih terperinciANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN
ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN Yusrinawati Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Email: yusri47@yahoo.com Retno Indryani Eko Budi Santoso
Lebih terperinciMETODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM
METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM Oleh : Yuniva Eka Nugroho 4209106015 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Karyawan merupakan sumber daya yang utama bagi perusahaan. Maju mundurnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karyawan merupakan sumber daya yang utama bagi perusahaan. Maju mundurnya suatu perusahaan sangat ditentukan oleh karyawan yang bekerja pada perusahaan. Setiap perusahaan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang tujuannya untuk menyajikan
Lebih terperincirepository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv viii xv xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Perumusan Masalah...
Lebih terperinciBAB III Visi dan Misi
BAB III Visi dan Misi 3.1 Visi Pembangunan daerah di Kabupaten Bandung Barat, pada tahap lima tahun ke II Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) atau dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Lebih terperinciJURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI
JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI ANALISIS RISIKO PELAKSANAAN PEKERJAAN MENGGUNAKAN KONTRAK UNIT PRICE (Studi Kasus: Peningkatan dan Pelebaran Aset Infrastruktur Jalan Alai-By Pass Kota Padang Sebagai Jalur
Lebih terperinciPENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA Desy Damayanti Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Ria Asih Aryani Soemitro Dosen Pembina Magister Manajemen Aset FTSP
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR KEBERHASILAN AGROINDUSTRI KAKAO BERKELANJUTAN DI SUMATERA BARAT MENGGUNAKAN PENDEKATAN FUZZY AHP
ANALISIS FAKTOR KEBERHASILAN AGROINDUSTRI KAKAO BERKELANJUTAN DI SUMATERA BARAT MENGGUNAKAN PENDEKATAN FUZZY AHP Universitas Dharma Andalas Email: dewi.a@unidha.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk
Lebih terperinciANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT Multi-Attribute Decision Making (MADM) Permasalahan untuk pencarian terhadap solusi terbaik dari sejumlah alternatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik,
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN 4.1. Objek Pengambilan Keputusan Dalam bidang manajemen operasi, fleksibilitas manufaktur telah ditetapkan sebagai sebuah prioritas daya saing utama dalam sistem
Lebih terperinciAPLIKASI AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN TEMPAT KULIAH DI BANGKA BELITUNG
APLIKASI AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN TEMPAT KULIAH DI BANGKA BELITUNG Fitriyani Jurusan Sistem Informasi, STMIK Atma Luhur Pangkalpinang Jl.Raya Selindung Baru Pangkalpinang
Lebih terperinciAnalisis Human Error terhadap Kecelakaan Kapal pada Sistem Kelistrikan berbasis Data di Kapal
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-10 Analisis Human Error terhadap Kecelakaan Kapal pada Sistem Kelistrikan berbasis Data di Kapal Lucky Andoyo W, Sardono Sarwito,
Lebih terperinciPrioritas Faktor Pengembangan Kawasan Industri Gula Toelangan Melalui Pendekatan Konsep Simbiosis Industri
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Prioritas Faktor Pengembangan Kawasan Industri Gula Toelangan Melalui Pendekatan Konsep Simbiosis Industri Dwi Ayu Rakhmawati
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Dewasa ini, Perkembangan teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran, hal ini telah dicantumkan dalam Pasal 31 (1) Undang-Undang Dasar 1945. Berdasarkan pasal tersebut, maka Pemerintah
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
1) Miskin sekali: Apabila tingkat pendapatan per kapita per tahun lebih rendah 75% dari total pengeluaran 9 bahan pokok 2) Miskin: Apabila tingkat pendapatan per kapita per tahun berkisar antara 75-125%
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Metode Analytical Hierarchy Process 2.2.1 Definisi Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah
Lebih terperinciArahan Pengembangan Kawasan Prigi Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek Melalui Konsep Minapolitan
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-255 Arahan Pengembangan Kawasan Prigi Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek Melalui Konsep Hesty Ristiani Putri dan Sardjito
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Analisis Spasial
METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah administratif Kabupaten Tulang yang terdiri dari 13 kecamatan. Waktu pelaksanaan penelitian selama kurang lebih 8 (delapan) bulan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sistem pendukung keputusan merupakan sistem interaktif dalam mendukung proses pengambilan keputusan melalui alternatif alternatif yang diperoleh dari hasil pengolahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan nasional Negara Indonesia adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, diantaranya melalui pembangunan ekonomi yang berkesinambungan. Pembangunan ekonomi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijaksanaan Pemerintah yang diatur dalam Undang-undang Nomor 26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Pembangunan Wilayah Pesisir Kebijaksanaan Pemerintah yang diatur dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dimana Rencana Tata Ruang Propinsi/Kota
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 25 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 26 Masterplan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Timur Tahun 2015 2019
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN 5.1 Temuan Studi
BAB 5 KESIMPULAN Bab ini merupakan penutup dari studi yang dilakukan dimana akan dipaparkan mengenai temuan studi yang dihasilkan dari proses analisis terutama untuk mencapai tujuan penelitian yang telah
Lebih terperinciSistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP
Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP A Yani Ranius Universitas Bina Darama, Jl. A. Yani No 12 Palembang, ay_ranius@yahoo.com ABSTRAK Sistem
Lebih terperinciBAB 2 KAJIAN LITERATUR
BAB 2 KAJIAN LITERATUR Bab ini berisikan tentang teori yang terkait dengan pembahasan studi yakni teori mengenai perencanaan pengembangan wilayah, teori keterkaitan antar industri, dan teori pemilihan
Lebih terperinciBAB I PERSYARATAN PRODUK
BAB I PERSYARATAN PRODUK I.1 Pendahuluan Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini membuat banyak pihak merasakan manfaat yang luar biasa. Bukan hanya sebagai pelengkap kebutuhan manusia, namun keberadaan
Lebih terperinciMENENTUKAN LOKASI INDUSTRI
MENENTUKAN LOKASI INDUSTRI TEORI LOKASI INDUSTRI adalah suatu teori yang dikembangkan untuk memperhitungkan pola lokasi kegiatan ekonomi termasuk di dalamnya kegiatan industri dengan cara konsisten dan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka
Lebih terperinciPENERAPAN ANALITYC HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM MEMILIH GADGET SMARTPHONE
PENERAPAN ANALITYC HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM MEMILIH GADGET SMARTPHONE Lutfi Syafirullah 1), Joko Dwi Mulyanto 2) Program Studi Manajemen Informatika AMIK BSI Purwokerto Jl. DR. Bunyamin No. 106, Pabuaran,
Lebih terperinciARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI DI KEC. BANGOREJO KAB. BANYUWANGI
ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI DI KEC. BANGOREJO KAB. BANYUWANGI Nyimas Martha Olfiana, Adjie Pamungkas Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota,
Lebih terperinciRANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN
RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN Yosep Agus Pranoto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tegal terletak di pantai utara Jawa Tengah dengan wilayah pantai dan laut yang berbatasan dengan Kabupaten Tegal oleh Sungai Ketiwon di sebelah timur dan dengan
Lebih terperinciPengembangan Wilayah Berbasis Agroindustri di Kabupaten Sumenep
Pengembangan Wilayah Berbasis Agroindustri di Kabupaten Sumenep Oleh : Maulina Oktavia 3608100060 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciANALYTICAL HIERARCHY PROCESS METHOD IN DECISION MAKING SHIPYARD ELECTION TO NEW TANKER SHIPBUILDING IN BATAM ISLAND. By Yuniva Eka Nugroho
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS METHOD IN DECISION MAKING SHIPYARD ELECTION TO NEW TANKER SHIPBUILDING IN BATAM ISLAND By Yuniva Eka Nugroho 4209106015 Abstract Analitycal Hierarchy Process (AHP) merupakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam
BAB III METODOLOGI Metodologi merupakan kumpulan prosedur atau metode yang digunakan untuk melakukan suatu penelitian. Menurut Mulyana (2001, p114), Metodologi diukur berdasarkan kemanfaatannya dan tidak
Lebih terperinciBab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan
Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota Malang. Fokus penelitian ini meliputi Sub sektor apa saja yang dapat menjadi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan ( decision support systems disingkat DSS) adalah bagian dari sistem informasi berbasis computer termasuk sistem berbasis
Lebih terperinciIII METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala
50 III METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 3.1.1 Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala a. Penentuan Kriteria dan Alternatif : Diperlukan data primer berupa kriteria yang digunakan dalam pemilihan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai langkah-langkah yang ditempuh untuk mendapatkan metodologi penelitian yang merupakan suatu tahapan yang harus diterapkan agar penelitian
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Dalam menghadapi era globalisasi dan iklim bisnis yang berubah dengan cepat menuntut perusahaan maupun organisasi dan lembaga tertentu untuk mampu bertahan dan beradaptasi dengan perubahan-perubahan
Lebih terperinciSistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah
Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah A Yani Ranius Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bina Darma Palembang ay_ranius@yahoo.com Abstrak Sistem
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN GURU YANG BERHAK MENERIMA SERTIFIKASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN GURU YANG BERHAK MENERIMA SERTIFIKASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciArahan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Petani Jeruk Siam berdasarkan Perspektif Petani di Kec. Bangorejo Kab. Banyuwangi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-239 Arahan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Petani Jeruk Siam berdasarkan Perspektif Petani di Kec. Bangorejo Kab. Banyuwangi
Lebih terperinciOLEH : TOMI DWICAHYO NRP :
OLEH : TOMI DWICAHYO NRP : 4301.100.036 LATAR BELAKANG Kondisi Kab. Blitar merupakan lahan yang kurang subur, hal ini disebabkan daerah tersebut merupakan daerah pegunungan berbatu. Sebagian Kab. Blitar
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari hasil penelitian ini dihasilkan 12 komoditas pertanian yang menjadi komoditas unggulan
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP Mayang Anglingsari Putri 1, Indra Dharma Wijaya 2 Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Indonesia sedang melakukan pembangunan wilayah yang bertujuan menyejahterakan rakyat atau menjadi lebih baik dari sebelumnya. Indonesia terdiri dari pulau-pulau
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN Penelitian pendahuluan telah dilakukan sejak tahun 2007 di pabrik gula baik yang konvensional maupun yang rafinasi serta tempat lain yang ada kaitannya dengan bidang penelitian.
Lebih terperinciANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)
ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS) M.Fajar Nurwildani Dosen Prodi Teknik Industri, Universitasa Pancasakti,
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA 4.1. PENDAHULUAN
BAB IV ANALISA DATA 4.1. PENDAHULUAN Pada Bab ini akan dijelaskan mengenai proses analisa data, termasuk gambaran umum data yang di analisa guna mendapatkan jawaban dari pertanyaan penelitian dan pengolahan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Peta Pulau Ambon
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Ambon terletak di bagian selatan Pulau Ambon, tepatnya di daerah pesisir Teluk Ambon dan Teluk Baguala. Total luas wilayah Kota Ambon sekitar 786 km 2, terbagi atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi dapat meminta bantuan kepada helpdesk. Ada perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu bisnis perusahaan, user yang mengalami masalah dengan teknologi informasi dapat meminta bantuan kepada helpdesk. Ada perusahaan yang menyediakan helpdesk
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR PEMILIHAN APLIKASI CHATTING PARA PENGGUNA SMARTPHONE ANDROID DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS
ANALISIS FAKTOR PEMILIHAN APLIKASI CHATTING PARA PENGGUNA SMARTPHONE ANDROID DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS Muhammad Choiru Zulfa Fakultas Sains dan Teknologi UNISNU Jepara zulfamc@gmail.com
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE AHP (Analytical Hierarchy Process)
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE AHP (Analytical Hierarchy Process) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Komputer (S.Kom)Pada Jurusan
Lebih terperinciPENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
PENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ( Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Temanggung ) RINGKASAN
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di
45 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di Provinsi Lampung yaitu Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung,
Lebih terperinci