BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas mengenai konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk membahas serta menganalisis permasalahan yang ada. 2.1 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Penelitian dilakukan di salah satu home industry yang bergerak dibidang mebel dan furniture yang ada di Kota Surakarta. Home industry ini bernama Mebel Waluyo Jati yang terletak di Jalan Mendung 2 Gendingan RT 01 RW 15 Jebres, Surakarta. Pemilik UKM ini bernama Bapak Sartono Waluyo yang merupakan generasi kedua sejak didirikannya home industry ini pada tahun Mebel Waluyo Jati kini memiliki 8 orang pekerja yang memiliki tugas masingmasing sesuai stasiun kerjanya. Terdapat beberapa stasiun kerja diantaranya adalah stasiun pemotongan bahan mentah, stasiun perakitan bahan mentah menjadi bahan setengah jadi, stasiun assembly menjadi barang jadi, dan stasiun finishing. Jumlah pekerja pada setiap stasiunnya menyesuaikan dengan pekerjaan yang dilakukan. Waktu kerja yang diterapkan di Mebel Waluyo Jati mulai pukul Mebel Waluyo Jati ini tergolong dalam perusahaan make to order, yaitu perusahaan yang memproduksi suatu produk sesuai dengan pesanan atau order yang diterima. Pesanan dapat berupa jendela, figura, meja, kursi, kusen pintu, dan berbagai furniture lainnya. Penelitian ini difokuskan pada proses pengolahan kayu menjadi produk jendela. Terdapat beberapa rangkaian proses kerja pengolahan kayu menjadi produk jendela diantaranya adalah proses pengerjaan konstruksi, proses assembly dan proses finishing. Proses kerja diawali dengan proses pengerjaan konstruksi yang terdiri dari: 1. Pengukuran Proses kerja diawali dengan melakukan pengukuran pada bahan yang akan dibuat suatu produk. Pengukuran dilakukan menyesuaikan dengan spesifikasi pesanan. II-1

2 Gambar 2.1 Proses Kerja Pengukuran 2. Pemotongan Proses selanjutnya yaitu dilakukan pemotongan pada bahan sesuai dengan pengukuran yang telah dilakukan pada proses sebelumnya. Pemotongan dilakukan secara manual dengan gergaji tangan dan dilakukan dengan mesin menggunakan gergaji mesin. Gambar 2.2 Proses Kerja Pemotongan 3. Penghalusan Selanjutnya dilakukan proses penghalusan pada kayu yang telah dipotong pada proses sebelumnya. Proses penghalusan difungsikan untuk menghilangkan lapisan kasar pada kulit luar kayu. Gambar 2.3 Proses Kerja Penghalusan II-2

3 4. Pemahatan Selanjutnya masuk ke proses pemahatan. Proses pemahatan yaitu proses pemberian lubang pada bagian kayu yang nantinya difungsikan untuk assembly dengan bahan yang lainnya. Gambar 2.4 Proses Kerja Pemahatan 5. Pemberian Profil Proses selanjutnya adalah pemberian profil pada bagian sisi tepi kayu. Proses pemberian profil ini difungsikan untuk memberikan kesan artistik pada produk. Pemberian profil ini juga menyesuaikan dengan pesanan konsumen. Gambar 2.5 Proses Kerja Pemberian Profil Proses kerja selanjutnya adalah proses assembly yang terdiri dari: 1. Assembly Bahan-bahan kayu yang telah dikerjakan pada proses pengerjaan konstruksi sebelumnya dilanjutkan ke tahap assembly, yaitu proses perakitan menjadi produk setengah jadi Gambar 2.6 Proses Kerja Assembly II-3

4 2. Pengeboran Setelah kayu dirakit menjadi satu selanjutnya dilakukan pengeboran pada bagian sisi-sisinya. Proses pengeboran difungsikan untuk membuat lubang bagi pen yang nantinya dipasang. Gambar 2.7 Proses Kerja Pengeboran 3. Pemasangan Pen Setelah diberi lubang pada proses sebelumnya lalu dipasang pen pada lubanglubang tersebut. Proses pemasangan pen ini difungsikan untuk mengunci produk sebagai penguat. Pen disini difungsikan sebagai pengganti paku. Pen terbuat dari batang bambu yang disesuaikan ukurannya dengan lubang. Gambar 2.8 Proses Kerja Pemasangan Pen 4. Pengampelasan Setelah pen terpasang pada semua lubang selanjutnya dilakukan pengampelasan dengan menggunakan mesin. Proses ini berfungsi untuk meratakan permukaan setelah dipasangi pen serta untuk membuat permukaan kayu lebih halus. Gambar 2.9 Proses Kerja Pengampelasan (Mesin) II-4

5 Selanjutnya adalah proses terakhir sebelum produk didistribusikan ke konsumen yaitu proses kerja finishing. Penelitian ini berfokus pada proses finishing pemelituran. Berikut adalah rangkaian proses kerja pada proses finishing pemelituran, antara lain: 1. Pengampelasan Proses kerja finishing dimulai dengan melakukan proses pengampelasan pada seluruh permukaan produk. Proses kerja pengampelasan menggunakan alat berupa ampelas. Ampelas yang digunakan biasanya ampelas dengan kode 120 dan 150. Selain itu menggunakan ampelas bekas yang nanti difungsikan ketika proses kerja bergantian saat melakukan pengampelasan pada proses penggilapan. Gambar 2.10 Proses Kerja Pengampelasan 2. Pelapisan Bahan Plamir Proses selanjutnya adalah pelapisan bahan plamir pada seluruh permukaan produk. Bahan plamir terdiri dari campuran spirtus dan wood filler. Pelapisan bahan plamir pada permukaan produk menggunakan alat berupa scrap. Gambar 2.11 Proses Kerja Pelapisan Plamir 3. Pemelituran Setelah permukaan produk dilapisi plamir dan diampelas kembali, selanjutnya adalah dilakukan proses pemelituran. Pemelituran merupakan proses pemberian warna dasaran pada produk yang akan dibuat. Bahan pelitur yang II-5

6 digunakan merupakan campuran dari spirtus, serlak dan ongker. Alat yang digunakan dalam proses pemelituran yaitu menggunakan kuas. Gambar 2.12 Proses Kerja Pemelituran 4. Penggilapan Proses inti dari proses finishing pemelituran yaitu adalah proses penggilapan. Penggilapan merupakan proses pemberian warna pada kayu dengan cara mengoleskan bahan nggilap pada produk dengan menggunakan kain yang dilipat. Bahan nggilap merupakan campuran yang terdiri dari spirtus dan serlak. Proses penggilapan dilakukan bergantian dengan pengampelasan, dan proses ini merupakan proses yang membutuhkan waktu paling lama. Hasil produk pelituran yang bagus adalah ketika produk diberikan perlakuan penggilapan yang semakin lama. Semakin lama produk diberikan perlakuan penggilapan maka akan menghasilkan warna kayu yang bagus. Selain itu juga warna menyesuaikan permintaan konsumen. Gambar 2.13 Proses Kerja Penggilapan 2.2 LANDASAN TEORI Pada subbab ini akan akan dijelaskan mengenai landasan teori yang digunakan dalam penelitian diantaranya konsep ergonomi, Nordic Body Map (NBM), sikap kerja ergonomi, faktor resiko sikap kerja terhadap gangguan musculoskeletal, postur kerja, metode analisis REBA, anthropometri dan II-6

7 aplikasinya dalam perancangan fasilitas kerja, aplikasi distribusi normal dan persentil dalam penetapan data anthropometri Konsep Ergonomi Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain atau perancangan (Nurmianto, 2008). Ergonomi merupakan ilmu, seni, dan penerapan teknologi yang digunakan untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara fasilitas yang digunakan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia sehingga kualitas hidup bisa menjadi lebih baik (Tarwaka dkk., 2004). Disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari keterbatasan dari kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk buatannya untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem tersebut dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif dan efisien (Wignjosoebroto, 2000). Menurut Mc Cormicks dan Sanders (1993) menyatakan bahwa ergonomi terbagi ke dalam tiga pendekatan, yaitu: 1. Fokus Utama Fokus utama ergonomi adalah mempertimbangkan manusia dalam perancangan benda kerja, prosedur dan lingkungan kerja. Fokus ergonomi adalah interaksi manusia dengan produk, peralatan, fasilitas, lingkungan dan prosedur dari pekerjaan dan kehidupan sehari-harinya. Ergonomi menekankan lebih kepada faktor manusianya dibandingkan ilmu teknik yang lebih menekankan pada faktor-faktor nonteknis. 2. Tujuan Ergonomi memiliki dua tujuan utama yaitu meningkatkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan serta aktifitas-aktifitas lainnya serta meningkatkan nilainilai tertentu yang diinginkan dari pekerjaan tersebut termasuk memperbaiki keamanan, mengurangi kelelahan dan stress, meningkatkan kenyamanan dan memperbaiki kualitas hidup. II-7

8 3. Pendekatan Utama Pendekatan utama mencakup aplikasi sistematik dari informasi yang relevan tentang kemampuan, keterbatasan, karakteristik, perilaku dan motivasi manusia terhadap desain produk dan prosedur yang digunakan serta lingkungan tempat menggunakannya. Berdasarkan pendekatan tersebut diatas maka Chappins (1995) merangkum definisi ergonomi sebagai ilmu yang menggali dan mengaplikasikan informasi-informasi mengenai perilaku, kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia lainnya untuk merancang peralatan, mesin, sistem, pekerjaan, dan lingkungan untuk meningkatkan produktivitas, keselamatan, kenyamanan, dan efektivitas pekerjaan manusia. Iftizar Z. Sutalaksana dkk (1987) merumuskan ergonomi sebagai suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang yang hidup dan bekerja dalam sistem tersebut mencapai tujuan yang diinginkan dengan efektif, aman, dan nyaman. Dalam hal perancangan alat atau stasiun kerja, penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun (design) atau rancang ulang (redesign) (Nurmianto, 2005). Prinsip penting yang harus selalu diterapkan pada setiap perancangan produk adalah fitting the job to the man rather than the man to the job (Sutalaksana, 1979). Hal ini mengandung pengertian bahwa pekerjaan harus disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, sehingga hasil yang dicapai dapat menjadi lebih baik Nordic Body Map (NBM) Nordic Body Map merupakan salah satu alat ukur ergonomik sederhana yang biasa digunakan untuk mengenali sumber penyebab keluhan musculoskeletal. Melalui Nordic Body Map dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit (Corlett, 1992). Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh seperti pada gambar 2.1, maka diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja. commit Menurut to user Kroemer (2001), kuesioner nordic II-8

9 merupakan kuesioner yang paling sering digunakan untuk mengetahui ketidaknyamanan atau kesakitan pada tubuh. Kuesioner ini sudah cukup terstandardisasi dan tersusun rapi. Kuesioner ini dikembangkan oleh Kourinka (1987) dan dimodifikasi oleh Dickinson (1992). Adanya keluhan otot skeletal yang terkait dengan ukuran tubuh manusia lebih disebabkan oleh tidak adanya kondisi keseimbangan struktur rangka di dalam menerima beban, baik beban berat tubuh maupun beban tambahan lainnya. Misalnya tubuh yang tinggi rentan terhadap beban tekan dan tekukan, oleh sebab itu mempunyai resiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya keluhan otot skeletal (Wignjosoebroto, 2000). Kuesioner NBM terhadap segmen-segmen tubuh ditampilkan dalam gambar 2.1. Gambar 2.14 Segmen Tubuh Manusia Sikap Kerja Ergonomi Posisi tubuh dalam melakukan suatu pekerjaan ditentukan oleh jenis pekerjaan yang dilakukan. Sikap kerja pada saat bekerja sebaiknya dilakukan secara normal sehingga dapat mencegah timbulnya cedera musculoskeletal. Rasa nyaman dapat dirasakan apabila pekerja melakukan sikap kerja yang baik. Posisi tubuh dalam beraktivitas melakukan pekerjaan dipengaruhi oleh hubungan antara II-9

10 dimensi kerja dengan variasi tempat kerja. Menurut Pheasant (1991) sikap tubuh (posture) manusia secara mendasar yaitu: 1. Sikap berdiri (standing) Sikap kerja dengan posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada kedua kaki. Berdiri dengan posisi benar yaitu dengan tulang punggung yang lurus dan bobot badan terbagi rata pada kedua kaki. Gambar 2.15 Sikap berdiri 2. Sikap duduk Sikap kerja dimana kaki tidak terbebani oleh berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. 3. Sikap berbaring (lying) Sikap kerja terlentang dengan bagian lordosis dipertahankan dengan pada dan lutut dalam posisi Sikap jongkok Sikap kerja dengan posisi lutut, paha, badan, dan lumbal semua dalam posisi fleksi maksimal. Menurut Weerdmeester (1993) menyatakan bahwa apabila dari sikap tubuh terdapat alat atau peralatan yang digunakan untuk bekerja selanjutnya disebut sebagai sikap kerja. Prinsip kerja secara ergonomi agar terhindar dari risiko cedera (Barnes, 1980), yaitu: 1. Gunakan tenaga seefisien mungkin, beban yang tidak perlu harus dikurangi atau dihilangkan, perhitungan gaya berat yang mengacu pada berat badan dan bila perlu gunakan pengungkit sebagai alat bantu. 2. Sikap kerja duduk, berdiri, dan jongkok disesuaikan dengan prinsip ergonomi. II-10

11 3. Panca indera dipergunakan sebagai kontrol, bila merassakan kelelahan harus istirahat (jangan dipaksa), dan bila lapar atau haus harus makan atau minum (jangan ditahan). 4. Jantung digunakan sebagai parameter yang diukur melalui denyut nadi per menit, yaitu tidak melebihi jumlah maksimum yang diperbolehkan. Menurut Bridger (1995) sikap kerja seseorang dipengaruhi oleh 4 faktor diantaranya adalah: 1. Fisik: umur, jenis kelamin, ukuran anthropometri, berat badan, kesegaran jasmani, kemampuan gerakan sendi, dan penglihatan. 2. Jenis keperluan tugas: pekerjaan memerlukan ketelitian, kekuatan tangan, ukuran tempat duduk, giliran tugas, dan waktu istirahat. 3. Desain tempat kerja: seperti ukuran tempat duduk, ketinggian landasan kerja, kondisi bidang pekerjaan, dan faktor lingkungan. 4. Lingkungan kerja (environment): intensitas penerangan, suhu lingkungan, kelembaban udara, kecepatan udara, kebisingan, debu, dan getaran Faktor Resiko Sikap Kerja Terhadap Gangguan Musculoskeletal Sikap kerja merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya gangguan musculoskleletal. Sikap kerja yang biasa dilakukan oleh manusia antara lain dduk, berdiri, membungkuk, jongkok, berjalan, dan sebagainya. Sikap kerja dilakukan tergantung dengan jenis pekerjaan dan sistem kerja yang ada. Berikut penjelasan mengenai gangguan musculoskeletal yang dapat terjadi berkaitan dengan sikap kerja, yaitu: 1. Sikap kerja duduk Sikap kerja duduk mengakibatkan munculnya keluhan pada punggung bagian bawah, karena pada saat duduk maka otot bagian paha tertarik dan bertentangan dengan bagian pinggul. Akibatnya tulang pelvis akan miring ke belakang dan tulang belakang bagian lumbar L3/L4 akan mengendor. Kondisi ini akan membuat sisi depan invertebral disk tertekan dan sekelilingnya melebar. Hal ini menyebabkan rasa nyeri pada punggung bagian bawah dan menjalar ke kaki. Ketegangan dan rasa sakit bekerja dengan sikap duduk dapat dikurangi dengan merancang tempat duduk yang nyaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi duduk tanpa sandaran menaikkan tekanan pada invertebratal disk II-11

12 sebanyak sepertiga sampai setengah lebih banyak daripada posisi berdiri (Kroemer, 2000). Sikap kerja duduk pada kursi membutuhkan sandaran untuk menopang punggung, yang memungkinkan pergerakan maju-mundur untuk melindungi bagian lumbar. Sandaran harus dirancang dengan tonjolan ke depan untuk memberi ruang bagi lumbar yang menekuk. 2. Sikap kerja berdiri Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang paling sering dilakukan saat bekerja. Berat tubuh akan ditopang oleh satu atau dua kaki. Aliran berat tubuh mengalir pada kedua kaki menuju tanah karena adanya gaya gravitasi bumi. Kestabilan posisi tubuh saat berdiri dipengaruhi posisi kedua kaki. Posisi kaki yang sejajar lurus dengan jarak sesuai tulang pinggul akan menjaga tubuh sehingga tidak tergelincir. Selain itu perlu menjaga kelurusan antara anggota tubuh bagian atas dengan tubuh bagian bawah. 3. Sikap kerja membungkuk Salah satu sikap kerja yang tidak nyaman dan sering menimbulkan rasa sakit adalah sikap kerja membungkuk. Posisi ini menimbulkan ketidaknyamanan karena tidak adanya keseimbangan dan tidak menjaga kestabilan tubuh saat bekerja. Sikap kerja membungkuk yang dikerjakan berulang dan dalam kurun waktu yang lama akan mengakibatkan pekerja mengalami nyeri pada punggung bagian bawah (low back pain). Pada saat membungkuk, tulang belakang bergerak ke sisi depan tubuh. Otot perut dan bagian depan invertebral disk pada bagian lumbar mengalami tekanan. Pada bagian ligamen sisi belakang dari invertebral disk justru mengalami regangan. Kondisi ini menyebabkan nyeri pada punggung bagian bawah (low back pain) Postur Kerja Postur (posture) merupakan posisi tubuh manusia secara keseluruhan. Posisi tubuh (postur) tiap pekerja saat bekerja berbeda, yaitu postur kerja yang merupakan posisi tubuh pada saat pekerja melakukan aktivitasnya. Tubuh adalah keseluruhan jasad manusia yang kelihatan dari ujung rambut sampai ujung kaki. Pertimbangan ergonomi yang commit berkaitan to user dengan postur kerja membantu II-12

13 mendapatkan postur yang nyaman bagi pekerja, baik itu postur kerja berdiri, duduk, angkat maupun angkut. Beberapa jenis pekerjaan memerlukan postur kerja tertentu yang terkadang tidak nyaman dilakukan. Kondisi tersebut memaksa pekerja berada pada postur kerja yang tidak alami. Hal ini mengakibatkan pekerja cepat lelah dan keluhan sakit pada bagian tubuh, cacat produk, bahkan cacat tubuh (Barnes, 1980). Menurut Barnes (1980) beberapa masalah berkenaan dengan posisi postur kerja yang sering terjadi, yaitu: 1. Hindari kepala dan leher yang mendongak. 2. Hindari tungkai yang menaik. 3. Hindari tungkai kaki pada posisi terangkat. 4. Hindari postur memutar atau asimetris. 5. Sediakan sandaran bangku yang cukup. Menurut Barnes (1980) untuk menghindari postur kerja tidak alami maka dapat dilakukan pertimbangan ergonomi, yaitu: 1. Mengurangi keharusan bekerja dengan posisi tubuh membungkuk dalam frekuensi kegiatan yang sering atau dalam jangka waktu yang lama. 2. Mengatasi hal ini, maka stasiun kerja dirancang dengan memperhatikan fasilitas kerja seperti meja dan kursi yang sesuai data anthropometri agar pekerja menjaga postur kerjanya tetap tegak dan normal. Ketentuan iniditekankan ketika pekerjaan dilakukan dengan posisi postur tubuh berdiri. 3. Pekerja tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum. Pengaturan postur kerja dalam hal ini dilakukan dalam jarak jangkauan normal (prinsip ergonomi gerakan). 4. Pekerja tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja dalam waktu yang cukup lama dengan posisi kepala, leher, dada, dan kaki berada dalam postur kerja yang miring. 5. Operator tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam frekuensi atau periode waktu yang lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi diatas level siku yang normal. Sikap kerja pada saat bekerja sebaiknya dilakukan secara normal sehingga dapat mencegah timbulnya cedera commit musculoskeletal. to user Rasa nyaman dapat dirasakan II-13

14 apabila pekerja melakukan proses kerja dengan postur kerja yang baik. Beberapa pergerakan tubuh saat melakukan proses kerja yaitu sebagai berikut: a. Korset bahu Korset bahu memiliki macam-macam gerakan normal, yaitu: abduction, adduction, elevation, depression. Berikut adalah penjelasan untuk masing-masing macam gerakan korset bahu: (a) (b) (c) (d) Gambar 2.16 Jangkauan Gerakan Korset Bahu Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi sumbu tengah tubuh (the median plane) ditunjukkan oleh gambar 2.16 (a). Adduction adalah pergerakan ke arah sumbu tengah tubuh (the median plane) ditunjukkan oleh gambar 2.16 (b). Elevation adalah pergerakan ke arah atas atau bahu diangkat ke atas, ditunjukkan oleh gambar 2.16 (c). Depression adalah pergerakan bahu kearah bawah atau bahu diturunkan ke bawah, ditunjukkan oleh gambar 2.16 (d). b. Persendian bahu Persendian bahu memiliki beberapa jangkauan gerakan normal yaitu flexion, extension, abduction, adduction, dan rotation. Berikut adalah penjelasan untuk masing-masing macam gerakan persendian bahu: (a) (b) (c) (d) (e) commit (f) to user (g) Gambar 2.17 Jangkauan Persendian Bahu II-14

15 Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan, ditunjukkan oleh gambar 2.17 (a). Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang, ditunjukkan oleh gambar 2.17 (b). Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah tubuh, ditunjukkan oleh gambar 2.17 (c). Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh, ditunjukkan oleh gambar 2.17 (d). Rotation adalah pergerakan perputaran bagian atas lengan atau kaki depan, ditunjukkan oleh gambar 2.17 (e dan f). Circumduction adalah pergerakan perputaran lengan menyamping secara keseluruhan, ditunjukkan oleh gambar 2.17 (g). c. Persendian siku Persendian siku memiliki gerakan normal yaitu supination, pronation, flexion, dan extension. Berikut adalah penjelasan untuk masing-masing macam gerakan persendian siku: (a) (b) (c) (d) Gambar 2.18 Jangkauan Gerakan Persendian Siku Supination adalah pergerakan perputaran kearah samping dari anggota tubuh, ditunjukkan oleh gambar 2.18 (a). Pronation adalah pergerakan perputaran bagian tengah dari anggota tubuh, ditunjukkan oleh gambar 2.18 (b). Flexion adalah pergerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan, ditunjukkan oleh gambar 2.18 (c). Extension adalah pergerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang, ditunjukkan oleh gambar 2.18 (d). d. Persendian pergelangan tangan Persendian pergelangan tangan memiliki gerakan normal yaitu flexion, ekstension, adduction, abduction, dan circumduction. Berikut adalah penjelasan untuk masing-masing macam gerakan commit persendian to user pergelangan tangan: II-15

16 (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 2.19 Jangkauan Gerakan Pergelangan Tangan Flexion adalah pergerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan, ditunjukkan oleh gambar 2.19 (a). Extension adalah pergerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang, ditunjukkan oleh gambar 2.19 (b). Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah tubuh, ditunjukkan oleh gambar 2.19 (c). Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh, ditunjukkan oleh gambar 2.19 (d). Circumduction adalah pergerakan tangan secara memutar, ditunjukkan oleh gambar 2.19 (e) Metode Analisis Postur Kerja Rapid Entire Body Assessment (REBA) REBA atau Rapid Entire Body Assessment dikembangkan oleh Dr. Sue Hignett dan Dr. Lynn McAtamney yang merupakan seorang ergonom dari salah satu universitas di Nottingham (University of Nottingham s Institute of Occupational Ergonomics). REBA merupakan suatu metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan, dan kaki seorang yang sedang melakukan aktivitas kerja. Selain itu metode ini juga dipengaruhi oleh faktor coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktivitas pekerja. Penilaian dengan menggunakan metode REBA tidak membutuhkan waktu lama untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan postur kerja operator (McAtamney dan Hignett, 2000). Penilaian postur kerja dengan menggunakan metode ini yaitu dengan cara pemberian skor resiko antara 1 sampai 15, skor tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar (bahaya) untuk dilakukan dalam proses kerja. II-16

17 Hal ini berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic hazard. Metode REBA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang beresiko sehingga dapat dilakukan langkah pencegahan yaitu dnegan perbaikan segera. Penilaian menggunakan metode REBA yang telah dilakukan oleh Dr. Sue Hignett dan Dr. Lynn McAtamney dijelaskan melalui tahapantahapan sebagai berikut (McAtamney dan Hignett, 2000): Tahap 1 : Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan foto atau video Gambaran sikap (postur) kerja pekerja pada posisi leher, punggung, lengan, pergelangan tangan hingga kaki diperoleh dengan memotret atau merekam pekerja saat melakukan aktivitas kerja. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data postur tubuh secara detail (valid), sehingga dari hasil rekaman dan hasil foto bisa diperoleh data akurat untuk tahap perhitungan serta analisis selanjutnya. Tahap 2 : Penentuan sudut dari bagian tubuh pekerja Pada penilaian dengan menggunakan metode REBA, segmen-segmen tubuh dibagi menjadi 2 kelompok yaitu grup A dan grup B. Grup A meliputi bagian punggung (batang tubuh), leher, dan kaki. Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan. Skor berdasarkan data sudut segmen tubuh pada masing-masing grup dapat diketahui, kemudian dengan skor tersebut digunakan untuk mendapatkan nilai table A score berdasarkan tabel A dan nilai table B score berdasarkan tabel B. Grup A 1) Batang tubuh (Trunk) Gambar 2.20 Postur tubuh bagian batang tubuh (Trunk) Tabel 2.1 Skor batang tubuh Locate Trunk Position Score Adjustment Posisi normal (tegak lurus) (ke depan maupun belakang) 2 < atau >60 0 commit 4 to user +1 jika batang tubuh berputar/bengkok/bungkuk II-17

18 2) Leher (Neck) Gambar 2.21 Postur tubuh bagian leher (Neck) Tabel 2.2 Skor leher (Neck) Locate Neck Position Score Adjustment jika leher >20 0 (ke depan maupun belakang) 2 berputar/bengkok 3) Kaki (Legs) Gambar 2.22 Postur tubuh bagian kaki Tabel 2.3 Skor kaki (Legs) Locate Legs Position Score Adjustment Posisi normal/seimbang (berjalan 1 +1 jika lutut antara atau duduk) +2 jika lutut >60 0 Bertumpu pada satu kaki lurus 2 4) Beban (Load) Tabel 2.4 Skor beban (Load) Load Score Adjustment < 5 kg kg 1 +1 jika kekuatan cepat > 10 kg 2 Grup B 5) Lengan atas (Upper Arm) Gambar 2.23 Postur tubuh bagian lengan atas (Upper Arm) II-18

19 Tabel 2.5 Skor lengan atas (Upper Arm) Locate Upper Arm Position Score Adjustment 20 0 (ke depan maupun ke belakang) >20 0 (ke belakang) atau > ) Lengan bawah (Lower Arm) 1 +1 jika bahu naik +1 jika lengan berputar/bengkok +1 jika miring, menyangga berat dari lengan Gambar 2.24 Postur tubuh bagian lengan bawah (Lower Arm) Tabel 2.6 Skor lengan bawah (Lower Arm) Locate Lower Arm Position Score < 60 0 atau > ) Pergelangan tangan (Wrist) Gambar 2.25 Postur tubuh bagian pergelangan tangan (Wrist) Tabel 2.7 Skor pergelangan tangan (Wrist) Locate Lower Arm Position Score Adjustment (ke atas maupun ke bawah) 1 + jika pergelangan tangan putaran >15 0 (ke atas maupun ke bawah) 2 menjauhi sisi tengah Tahap 3 : Penentuan berat benda yang diangkat, coupling, dan aktivitas pekerja Selain memberikan skor pada masing-masing segmen tubuh, faktor lain yang perlu disertakan adalah berat beban, coupling, dan aktivitas pekerjanya. Masing-masing faktor tersebut juga memiliki kategori skor sebagai berikut: II-19

20 Adjusment 8) Coupling (kopling) Tabel 2.8 Skor Coupling Coupling Score Keterangan Baik 0 Kekuatan pegangan baik Sedang 1 Pegangan bagus tetapi tidak ideal atau kopling cocok dengan bagian tubuh Kurang baik 2 Pegangan tangan tidak sesuai walaupun mungkin Tidak dapat diterima 3 Kaku, pegangan tidak nyaman, tidak ada pegangan atau kopling tidak sesuai dengan bagian tubuh 9) Force/ load (beban), diberi skor: 0 untuk beban < 2kg (pembebanan sesekali) 1 untuk beban 2-10 kg (pembebanan sesekali) 2 untuk beban 2-10 kg (pembebanan statis atau berulang-ulang) 3 untuk beban > 10 kg (berulang-ulang atau sentakan cepat) Tabel 2.9 Skor Aktivitas Aktivitas Score Keterangan Postur statik 1 1 atau lebih bagian tubuh statis/diam, contoh: memegang lebih dari 1 menit Pengulangan 1 Tindakan berulang-ulang contoh: mengulangi >4kali per menit Ketidakstabilan 1 Tindakan menyebabkan jarak yang besar dan cepat pada postur (tidak stabil) Tahap 4 : Perhitungan nilai REBA untuk postur kerja yang bersangkutan Setelah diperoleh skor dari tabel REBA A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk berat beban yang diangkat sehingga didapatkan nilai bagian A. Sementara skor dari tabel REBA B dijumlahkan dengan skor dari tabel coupling sehingga diperoleh nilai bagian B. Dari niali bagian A dan B dapat digunakan untuk memperoleh nilai bagian C berdasarkan tabel REBA C. Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan nilai bagian C dengan nilai aktivitas pekerja. Berdasarkan nilai REBA tersebut dapat diketahui level resiko dan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengurangi commit resiko to serta user perbaikan metode kerja. II-20

21 Level resiko yang terjadi dapat diketahui berdasarkan nilai Final REBA Score. Berikut akan dijelaskan level resiko dan tindakan yang harus dilakukan terhadap suatu pekerjaan: Tabel 2.10 Level Resiko dan Tindakan Level Skor REBA Level Resiko Tindakan Tindakan 1 Dapat diabaikan 0 Tidak diperlukan perbaikan 2-3 Kecil 1 Mungkin diperlukan perbaikan 4-7 Sedang 2 Perlu dilakukan perbaikan 8-10 Tinggi 3 Segera dilakukan perbaikan Sangat Tinggi 4 Dilakukan perbaikan sekarang juga Anthropometri dan Aplikasinya Dalam Perancangan Fasilitas Kerja Istilah Anthropometri berasal dari anthro yang berarti manusia dan metri yang berarti ukuran. Secara definitif anthropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia (Wignjosoebroto, 2000). Anthropometri menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto (2008) adalah suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran, (tinggi, lebar, dan sebagainya), berat, dan lain-lain yang berbeda satu dengan yang lainnya. Anthropometri secara luas yang digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan produk maupun sistem kerja yang akan melibatkan interaksi manusia. Aplikasi anthropometri meliputi perancangan areal kerja, peralatan kerja dan produk-produk konsumtif, dan perancangan lingkungan kerja fisik. Manusia pada umumnya akan berbeda beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Terdapat beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia diantaranya: a. Umur Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar seiring dengan bertambahnya umur commit yaitu to user sejak awal kelahiran sampai dengan II-21

22 umur sekitar 20 tahunan. Dari suatu penelitian yang dilakukan oleh A. F. Roche dan G. H. Davila (1972) di USA diperoleh kesimpulan bahwa laki-laki akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21,2 tahun, sedangkan wanita 17,3 tahun. Meskipun ada 10 % yang masih terus bertambah tinggi sampai usia 23,5 tahun (laki-laki) dan 21,1 tahun (wanita). Setelah itu, tidak lagi akan terjadi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi pertumbuhan menurun ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahunan. b. Jenis kelamin (sex) dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul, dan sebagainya. c. Suku bangsa (etnic) Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnic akan memiliki karakteristik fisik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dimensi tubuh suku bangsa negara Barat pada umumnya mempunyai ukuran yang lebih besar daripada dimensi tubuh suku bangsa negara Timur. d. Posisi tubuh (posture) Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh karena itu harus posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei pengukuran. Berkaitan dengan posisi tubuh manusia dikenal dua cara pengukuran, yaitu: 1. Anthropometri Statis (Structural Body Dimensions) Tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur meliputi berat badan, tinggi tubuh, dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang lutut, pada saat berdiri/duduk, panjang lengan, dan sebagainya. 2. Anthropometri Dinamis (Functional Body Dimensions) Pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang harus diselesaikan (Wignjosoebroto, 2000). II-22

23 2.2.8 Aplikasi Distribusi Normal dan Persentil dalam Penetapan Data Anthropometri Pada penetapan data anthropometri, pemakaian distribusi normal akan umum diterapkan. Distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan harga ratarata dan simpangan standarnya dari data yang ada. Berdasarkan nilai yang ada tersebut, maka persentil (nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di bawah nilai tersebut) bisa ditetapkan sesuai tabel probabilitas distribusi normal. Bilamana diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi yang ada, maka diambil rentang 2,5 th dan 97,5 th percentile sebagai batas-batasnya (Wignjosoebroto, 2000). 95% 2.5% 2.5% x 2.5-th percentile 97.5-th percentile Gambar 2.26 Distribusi Normal yang Mengakomodasi 95% dari Populasi Menurut Julius Panero dan Martin Zelnik (2003) disamping berbagai variasi, pola umum dari suatu distribusi data anthropometrik, seperti juga datadata lain, biasanya dapat diuga dan diperkirakan seperti pada distribusi Gaussian. Distribusi semacam itu, bila disajikan melalui grafik dengan membandingkan kejadian yang muncul terhadap besaran, biasanya berbentuk kurva simetris atau berbentuk lonceng. Ciri umum kurva berbentuk lonceng tersebut adalah besarnya prosentase pada bagian tengah dengan sedikit saja perbedaan yang mencolok pada bagian ujung dari skala grafik tersebut. Secara statistik sudah diperlihatkan bahwa data hasil pengukuran tubuh manusia pada berbagai populasi akan terdistribusi dalam grafik sedemikian rupa sehingga data-data yang bernilai kurang lebih sama akan terkumpul di bagian tengah grafik. Sedangkan data-data dengan nilai penyimpangan yang ekstrim akan terletak pada ujung-ujung grafik. Telah disebutkan pula bahwa merancang untuk kepentingan keseluruhan populasi sekaligus merupakan hal yang tidak praktis. Oleh karena itu sebaiknya dilakukan perancangan dengan tujuan dan data yang II-23

24 berasal dari segmen populasi dibagian tengah grafik. Jadi merupakan hal logis untuk mengesampingkan perbedaan yang ekstrim pada bagian ujung grafik dan hanya menggunakan segmen terbesar yaitu 90% dari kelompok populasi tersebut. Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi). Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase teretentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya: 95% populasi adalah sama dengan atau lebih rendah dari 95 persentil; 5% dari populasi berada sama dengan atau lebih rendah dari 5 persentil (Nurmianto, 2008). Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data anthropometri, ditunjukan dalam tabel Pada pengolahan data anthropometri yang digunakan adalah data anthropometri hasil pengukuran dimensi tubuh manusia yang berkaitan dengan dimensi dari perancangan fasilitas kerja. Tabel 2.11 Macam Persentil dan Cara Perhitungan dalam Distribusi Normal Persentil 1-St 2.5-th 5-th 10-th 50-th 90-th 95-th 97.5-th 99-th Perhitungan x - 2,325 σ x x - 1,96 σ x x - 1,645 σ x x - 1,28 σ x x x + 1,28 σ x x + 1,645 σ x x + 1,96 σ x x + 2,325 σ x Keterangan tabel 2.11, yaitu: x = mean data σ x = standar deviasi dari data x II-24

25 2.2.9 Mekanika Konstruksi Mekanika konstruksi merupakan salah satu ilmu yang mempelajari dan meramalkan kondisi benda diam atau bergerak akibat pengaruh gaya yang bereaksi pada benda tersebut. A. Statika Statika merupakan ilmu yang mempelajari tentang statik dari suatu beban terhadap gaya-gaya dan beban yang mungkin ada pada bahan tersebut. Tiga jenis tumpuan dalam ilmu statika untuk menentukan jenis perletakan yang digunakan dalam menahan beban yang ada dalam struktur, beban yang ditahan oleh peletakan masing-masing adalah : 1. Tumpuan rol Tumpuan rol adalah tumpuan yang dapat meneruskan gaya desak yang tegak lurus bidang peletakannya. Gambar 2.27 Tumpuan rol 2. Tumpuan sendi Tumpuan sendi adalah tumpuan yang dapat meneruskan gaya tarik dan desak tetapi arahnya selalu menurut sumbu batang sehingga batang tumpuan hanya memiliki satu gaya. Gambar 2.28 Tumpuan sendi 3. Tumpuan jepitan Tumpuan jepitan adalah tumpuan yang dapat meneruskan gaya tarik dan momen sehingga dapat mendukung H,V,M yang berarti mempunyai tiga gaya. Gambar 2.29 Tumpuan jepitan II-25

26 B. Gaya Gaya merupakan sesuatu yang menyebabkan suatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau sebaliknya. Dalam ilmu statika, gaya dibedakan menjadi : 1. Gaya luar Gaya luar adalah gaya yang diakibatkan oleh beban yang berasal dari luar sistem yang pada umumnya menciptakan kestabilan konstruksi. 2. Gaya dalam Gaya dalam adalah gaya yang diakibatkan oleh gaya luar yang bekerja, maka bahan memberikan perlawanan sehingga timbul gaya dalam yang menyebabkan terjadinya deformasi atau perubahan bentuk. 3. Gaya geser Gaya geser adalah gaya dalam yang terjadi akibat adanya beban yang arah garis kerjanya tegak lurus pada sumbu batang yang ditinjau. Gambar 2.30 Sketsa gaya geser 4. Gaya normal Gaya normal adalah gaya dalam yang terjadi akibat adanya beban yang arah garis kerjanya searah sumbu batang yang ditinjau. Gambar 2.31 Sketsa gaya normal C. Momen Momen merupakan gaya yang bekerja dikalikan dengan panjang lengan yang terjadi akibat adanya beban yang terjadi pada struktur tersebut. II-26

27 Gambar 2.32 Sketsa momen bending Dalam Gambar 2.32 di atas berarti bahwa pada titik C terjadi momen sebesar: Mc = RA. L1. Bidang momen diberi tanda positif jika bagian bawah atau bagian dalam yang mengalami tarikan. Bidang momen positif diarsir tegak lurus sumbu batang yang mengalami momen. Sebaliknya, apabila yang mengalami tarikan pada bagian atas atau luar bidang momen, maka diberi dengan tanda negatif. Bidang momen negatif diarsir sejajar dengan sumbu batang. Perlu diketahui bahwa momen yang berputar ke kanan belum tentu positif dan momen yang berputar ke kiri belum tentu negatif Review Penelitian Mengenai Perbaikan Postur Kerja Maria Puspita Sari (2010) meneliti mengenai perbaikan postur kerja saat pekerja melakukan proses pemasangan stiker dalam pembuatan gitar. Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi keluhan yang dirasakan oleh pekerja saat melakukan proses kerja. Pengumpulan data yang dilakukan meliputi pengambilan gambar postur kerja, data keluhan pekerja, data anthropometri dan wawancara. Data keluhan pekerja diperoleh dengan menyebarkan kuesioner Nordic Body Map. Penilaian postur kerja dilakukan menggunakan metode RULA untuk mengetahui seberapa besar level resiko dan level tindakan yang harus dilakukan terhadap postur kerja tersebut. Obyek yang diteliti pada penelitian ini adalah postur kerja pada kegiatan pemasangan stiker gitar. Postur kerja awal proses pemasangan stiker gitar dilakukan di lantai tanpa alas duduk dengan memangku gitar yang akan dipasangi stiker. Berdasarkan penilaian dengan menggunakan RULA, postur kerja yang dilakukan termasuk level resiko tinggi dengan tindakan perlu dilakukan sekarang juga. II-27

28 Metode yang diterapkan pada penelitian ini menggunakan metode pendekatan ergonomi. Pengolahan data pada penelitian ini diawali dengan menghitung persentil data anthropometri. Data anthropometri yang digunakan diantaranya tinggi siku berdiri dan jangkauan tangan ke depan. Tahapan perancangan alat pemasang stiker gitar diawali dari identifikasi kebutuhan dalam perancangan. Identifikasi kebutuhan dalam perancangan menghasilkan data kebutuhan dan desain alat yang diperoleh dari data keluhan dan harapan pekerja. Selanjutnya pembangkitan gagasan/ide dari data kebutuhan diterjemahkan menjadi desain alat. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan maka diperoleh suatu hasil rancangan alat pemasang stiker gitar. Hasil rancangan alat bantu diimplementasikan pada proses pemasangan stiker gitar. Perbaikan postur kerja yang awalnya dilakukan dengan memangku gitar di lantai tanpa alas duduk menjadi berdiri tegak dengan fasilitas alat bantu. Dengan diterapkannya alat bantu pada proses pemasangan stiker gitar maka dapat menurunkan level resiko menjadi 3-4 yang berarti tergolong dalam resiko kecil. Bayu Putut Tri Nugroho (2012) meneliti perbaikan postur kerja pada penggilingan padi yang dilakukan di daerah Sragen. Penelitian ini bertujuan untuk merancang alat bantu angkut karung gabah berdasarkan pendekatan anthropometri pekerja penggilingan padi di Sragen. Pengumpulan data yang dilakukan meliputi pengambilan gambar postur kerja, data aktivitas kerja, data keluhan pekerja, dan data anthtopometri pekerja. Penilaian postur kerja dilakukan menggunakan metode REBA untuk mengetahui seberapa besar level resiko dan level tindakan yang harus dilakukan terhadap postur kerja tersebut. Penyusunan konsep perancangan pada penelitian ini dilakukan dengan cara menjabarkan keluhan dan keinginan pekerja menjadi kebutuhan perancangan. Informasi keluhan dan keinginan pekerja diperoleh dengan cara wawancara langsung terhadap pekerja. Data kebutuhan dikembangkan sebagai pembangkitan gagasan desain. Berdasarkan penjabaran kebutuhan dihasilkan suatu usulan rancangan alat bantu berupa troli angkut karung gabah. Konsep perancangan dilanjutkan dengan penentuan spesifikasi alat bantu meliputi penentuan dimensi, penentuan commit komponen, to user dan pembuatan gambar desain II-28

29 2D. Hasil rancangan berupa troli angkut karung gabah diilustrasikan ke dalam gambar 3D dengan tujuan untuk mengetahui cara kerja troli hasil rancangan. Perbaikan metode kerja ditunjukkan dengan perubahan aktivitas kerja yang awalnya mengangkut karung gabah secara manual menjadi menggunakan alat bantu berupa troli. Dari 6 aktivitas kerja yang dilakukan penilaian postur kerja diperoleh 4 aktivitas kerja dengan REBA skor 9, 1 aktivitas kerja dengan REBA skor 8, dan 1 aktivitas kerja dengan REBA skor 10. Hal ini menunjukkan bahwa postur kerja yang dilakukan memiliki resiko tinggi. Setelah diterapkan troli pengangkut karung gabah dapat menurunkan level resiko yang ditunjukkan dengan 5 aktivitas kerja dengan REBA skor 1 dan 1 aktivitas kerja dengan REBA skor 6. Hal ini berarti bahwa postur kerja perbaikan tergolong ke dalam level resiko kecil. Manfaat lain yang diperoleh selain perbaikan postur dengan diterapkannya troli tersebut dapat meningkatkan produktivitas kerja karena troli mampu mengangkut 3 karung gabah sekaligus. II-29

PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEMPERBAIKI POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PEMELITURAN DALAM PROSES FINISHING (Studi Kasus: Home Industry Waluyo Jati)

PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEMPERBAIKI POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PEMELITURAN DALAM PROSES FINISHING (Studi Kasus: Home Industry Waluyo Jati) PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEMPERBAIKI POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PEMELITURAN DALAM PROSES FINISHING (Studi Kasus: Home Industry Waluyo Jati) Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan MODUL 10 REBA 1. Deskripsi Rapid Entire Body Assessment (REBA) merupakan metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomic dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur kerja seorang operator. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi mengenai analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA Yudha Rahadian 1*, Giusti Arcibal 1, Irwan Iftadi 1,2 1 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Jln. Ir. Sutami 36A,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Penelitian merupakan serangkaian aktivitas merumuskan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan dari suatu permasalahan yang dijadikan objek

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD Satria merupakan usaha kecil menengah yang bergerak di bidang produksi linggis. Usaha ini dikelola secara turun menurun yang didirikan pada tahun

Lebih terperinci

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI Silvi Ariyanti 1 1 Program Studi Teknik Industri Universitas Mercubuana Email: ariyantisilvi41@gmail.com ABSTRAK Pada industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dibahas teori-teori yang digunakan sebagai landasan dan dasar pemikiran yang mendukung analisis dan pemecahan permasalahan dalam penelitian ini. 2.1 Kajian Ergonomi

Lebih terperinci

1 Pedahuluan. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.5 No.1 (2016) 4-10 ISSN X

1 Pedahuluan. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.5 No.1 (2016) 4-10 ISSN X Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.5 No.1 (2016) 4-10 ISSN 2302 934X Ergonomic and Work System Analisis Pemindahan Material Secara Manual Pada Pekerja Pengangkut Kayu Dengan Menggunakan Metode

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan hasil dari

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali Alfian Destha Joanda *1) dan Bambang Suhardi *2) 1,2) Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, beregrak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki

Lebih terperinci

POSTUR KERJA. 1. Video postur kerja operator perakitan 2. Foto hasil screencapture postur kerja

POSTUR KERJA. 1. Video postur kerja operator perakitan 2. Foto hasil screencapture postur kerja A. Deskripsi POSTUR KERJA Rapid Entire Body Assessment (REBA) merupakan metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur kerja seorang operator. Rapid

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan dalam diagram alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Pustaka Studi Lapangan Identifikasi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA Fahmi Sulaiman 1 * & Yossi Purnama Sari 2 1,2 Program Studi Teknik Industri, Politeknik LP3I Medan Tel: 061-7867311

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Ergonomi Ergonomi adalah ilmu yang menemukan dan mengumpulkan informasi tentang tingkah laku, kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia untuk perancangan mesin, peralatan,

Lebih terperinci

Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa

Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa ANALISIS POSTUR KERJA PADA INDUSTRI GERABAH Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI, FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA, Jln.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi 2.1.1 Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah suatu ilmu yang dapat digunakan untuk menggunakan informasi/data sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dibahas analisis dan interpretasi hasil yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan pengolahan data. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan

Lebih terperinci

Metode dan Pengukuran Kerja

Metode dan Pengukuran Kerja Metode dan Pengukuran Kerja Mengadaptasi pekerjaan, stasiun kerja, peralatan dan mesin agar cocok dengan pekerja mengurangi stress fisik pada badan pekerja dan mengurangi resiko cacat kerja yang berhubungan

Lebih terperinci

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT. ANALISIS POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESMENT PADA OPERATOR DALAM PEMBUATAN PEMBERSIH AIR LIMBAH DI PT. KAMIADA LESTARI INDONESIA Disusun Oleh: Roni Kurniawan (36411450) Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Batu bata Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah dibersihkan dari kerikil dan batu-batu lainnya. Tanah ini banyak ditemui di sekitar kita. Itulah

Lebih terperinci

Perancangan Alat Bantu Pemasangan Stiker Gitar untuk Mengurangi Keluhan dan Memperbaiki Postur Kerja di Tarjo Guitar Sukoharjo

Perancangan Alat Bantu Pemasangan Stiker Gitar untuk Mengurangi Keluhan dan Memperbaiki Postur Kerja di Tarjo Guitar Sukoharjo Performa (2011) Vol. 10, No. 2: 119-130 Perancangan Alat Bantu Pemasangan Stiker Gitar untuk Mengurangi Keluhan dan Memperbaiki Postur Kerja di Tarjo Guitar Sukoharjo Maria Puspita Sari, Rahmaniyah Dwi

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian. Metodologi penelitian ini akan membantu menyelesaikan penelitian

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT BANTU PEMASANGAN STIKER GITAR UNTUK MENGURANGI KELUHAN DAN MEMPERBAIKI POSTUR KERJA DI TARJO GUITAR SUKOHARJO

PERANCANGAN ALAT BANTU PEMASANGAN STIKER GITAR UNTUK MENGURANGI KELUHAN DAN MEMPERBAIKI POSTUR KERJA DI TARJO GUITAR SUKOHARJO PERANCANGAN ALAT BANTU PEMASANGAN STIKER GITAR UNTUK MENGURANGI KELUHAN DAN MEMPERBAIKI POSTUR KERJA DI TARJO GUITAR SUKOHARJO Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik MARIA PUSPITA

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Farida Ariani 1), Ikhsan Siregar 2), Indah Rizkya Tarigan 3), dan Anizar 4) 1) Departemen Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural

Lebih terperinci

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS Dian Palupi Restuputri *1, Erry Septya Primadi 2, M. Lukman 3 1,2,3 Universitas Muhammadiyah Malang Kontak person:

Lebih terperinci

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA 60 ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA Friska Pakpahan 1, Wowo S. Kuswana 2, Ridwan A.M. Noor 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Egonomi Ergonomi atau ergonomis berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Ergonomi dapat didefenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG TAHU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA

PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG TAHU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG TAHU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA Dwi Nurul Izzhati Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik UDINUS Jl. Nakula I, No.5-11, Semarang E-mail: dwinurul@dosen.dinus.ac.id

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Analisis Postur Tubuh Dan Pengukuran Skor REBA Sebelum melakukan perancangan perbaikan fasilitas kerja terlebih dahulu menganalisa postur tubuh dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN Journal Industrial Manufacturing Vol. 3, No. 1, Januari 2018, pp. 51-56 P-ISSN: 2502-4582, E-ISSN: 2580-3794 ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING

Lebih terperinci

19/03/2013. Apa Itu RULA? Contoh RULA Worksheet. Klasifikasi Skor RULA. Penghitungan Skor RULA. Contoh Kasus

19/03/2013. Apa Itu RULA? Contoh RULA Worksheet. Klasifikasi Skor RULA. Penghitungan Skor RULA. Contoh Kasus Winda Halim, ST., MT IE-402 Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi 2 Jurusan Teknik Industri Fakutas Teknik Universitas Kristen Maranatha Apa Itu RULA? Contoh RULA Worksheet Klasifikasi Skor RULA Penghitungan

Lebih terperinci

RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) A. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mampu merancang metode kerja berdasarkan pada prinsip-prinsip biomekanika. 2. Mengetahui postur kerja yang baik menurut prinsip-prinsip RULA. 3.

Lebih terperinci

Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan ABSTRAK

Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan ABSTRAK Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan Ery Suhendri¹, Ade Sri Mariawati²,Ani Umiyati³ ¹ ² ³ Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa erysuhendri@yahoo.com¹,adesri77@gmail.com²,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Ergonomi Kata Ergonomi berasal dari dua kata Latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang

Lebih terperinci

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang Nama : Tehrizka Tambihan NPM : 37412336 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Rossi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA I-20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi dan Produktivitas 2.1.1 Ergonomi Ergonomi atau ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii AYAT AL-QURAN... iii PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR... iv KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xv DAFTAR

Lebih terperinci

Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja

Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja https://doi.org/10.22219/jtiumm.vol18.no1.19-28 Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja Dian Palupi Restuputri, M. Lukman, Wibisono Teknik Industri, Teknik, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR Iwan Suryadi 1, Siti Rachmawati 2 1,2 Program Studi D3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA Etika Muslimah 1*, Dwi Ari Wibowo 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Antropometri

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Antropometri BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Fasilitas ergonomi telah menjadi suatu bidang khusus, itu semua dikarenakan dampak yang mengacu pada keselamatan, kesehatan, produktifitas dan perekonomian serta daya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1.Tinjauan Pustaka Penelitian yang dilakukan oleh Fitriadi dan Bambang (2015) ini mengangkat judul Perancangan Alat Bantu Penyayatan untuk Peningkatan Kapasitas

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PENGANGKUTAN BUAH KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA)

ANALISIS POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PENGANGKUTAN BUAH KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA) ANALISIS POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PENGANGKUTAN BUAH KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA) Muhammad wakhid Mahasiswa Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGAJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGAJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT...

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan Nai Shoes Collection merupakan home industry yang bergerak di bidang industri sepatu safety dan sepatu boot yang berlokasi di Jl. Cibaduyut Raya Gang Eteh Umi RT. 2 RW 1 kota Bandung.

Lebih terperinci

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ Cita Anugrah Adi Prakosa 1), Pringgo Widyo Laksono 2) 1,2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta 2) Laboratorium

Lebih terperinci

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA Samuel Bobby Sanjoto *1), M.Chandra Dewi K 2) dan A. Teguh Siswantoro 3) 1,2,3) Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma

Lebih terperinci

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak Analisis Tingkat Risiko Cedera MSDs pada Pekerjaan Manual Material Handling dengan Metode REBA dan RULA pada Pekerjaan Area Produksi Butiran PT. Petrokimia Kayaku Reza Rashad Ardiliansyah 1*, Lukman Handoko

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X ANALISA KELUHAN DAN USULAN PERANCANGAN TROLI ERGONOMIS SEBAGAI ALAT BANTU ANGKUT DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA ( Studi Kasus : Pelelangan Ikan Muara Angke ) Renty Anugerah Mahaji Puteri 1*, Yakub 2 12

Lebih terperinci

POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT

POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT Model Konsep Interaksi Ergonomi POSTURE??? Postur Kerja & Pergerakan An active process and is the result of a great number

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Seiring meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia, membuat pembangunan semakin meningkat pula. Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan tersebut banyak orang membuka usaha di bidang bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cuci jet stream motor Al-Hidayah adalah suatu bidang jasa mencuci motor dengan menggunakan engine spray. Kelebihan dari cuci jet stream motor adalah bisa membersihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Masalah Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan adanya aktivitas manual yaitu

Lebih terperinci

MODUL I DESAIN ERGONOMI

MODUL I DESAIN ERGONOMI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu sistem kerja, pada dasarnya terdiri dari empat komponen utama, yaitu: manusia, bahan, mesin dan lingkungan kerja. Dari keempat komponen tersebut, komponen manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 5.1 Hasil A. Penilaian Postur Kerja Berdasarkan Metode RULA Hasil pengolahan data postur kerja pengawas radiasi pertama di SDPFPI- DPFRZR-BAPETEN dengan metode RULA, dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Review PT. Union Jaya Pratama PT Union Jaya Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kasur busa. Hasil produksi dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk mendapatkan gambaran tentang langkah-langkah pendekatan yang dilakukan untuk memcahkan masalah dalam penelitian ini, maka dalam bab ini akan dijelaskan secara terperinci

Lebih terperinci

Analisis Sistem Kerja Sortasi Biji Kopi Dengan Menggunakan Pendekatan Ergonomi Di CV. Kopi Tunah Kolak Jaya

Analisis Sistem Kerja Sortasi Biji Kopi Dengan Menggunakan Pendekatan Ergonomi Di CV. Kopi Tunah Kolak Jaya Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.4 No.1 (2015) 11-16 ISSN 2302 934X Ergonomic and Work System Analisis Sistem Kerja Sortasi Biji Kopi Dengan Menggunakan Pendekatan Ergonomi Di CV. Kopi Tunah

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X I Wayan Sukania, Lamto Widodo, David Gunawan Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Metode perancangan alat atau produk dalam penelitian ini menggunakan perancangan produk dengan metode rasional. Tahapan dari penelitian ditunjukan

Lebih terperinci

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG

Lebih terperinci

ANALISIS ERGONOMI PADA PEKERJA LAUNDRI

ANALISIS ERGONOMI PADA PEKERJA LAUNDRI ANALISIS ERGONOMI PADA PEKERJA LAUNDRI Peneliti : Anita Dewi Prahastuti Sujoso 1 Mahasiswa : Melisa Fani 2, Alifatul Fitria 3, Rsikita Ikmala 4 Sumber dana : 1, Dosen Bagian Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Postur kerja adalah sikap tubuh pekerja saat melaksanakan aktivitas kerja. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator yang kurang

Lebih terperinci

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI BASUKI ARIANTO Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma Jakarta ABSTRAK Rumah tinggal adalah rumah yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian terhadap proses pekerjaan finishing yang terdiri dari pemeriksaan kain, pembungkusan kain, dan pengepakan (mengangkat kain) ini memiliki

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 1 2017 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN ALAT ANGKUT TABUNG LPG 3 KG YANG ERGONOMIS (STUDI KASUS DI UD. X) Ronal Natalianto Purnomo, Julius Mulyono *, Hadi Santosa Jurusan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Format Standard Nordic Quetionnaire

Lampiran 1. Format Standard Nordic Quetionnaire Lampiran 1. Format Standard Nordic Quetionnaire A. DATA RESPONDEN Nama : Usia : Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan Status Pernikahan : Berat Badan Tinggi Badan : kg : cm Tangan dominan : a. Kanan

Lebih terperinci

Gambar 3. 1 Flowchart Penelitian

Gambar 3. 1 Flowchart Penelitian BAB III METOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Metodologi penelitian berkaitan dengan prosedur, alat, metode serta desain penelitian yang dipergunakan di dalam melaksanakan penelitian. Tahapan proses

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluhan Muskuloskeletal Menurut Tarwaka (2004), keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat ringan

Lebih terperinci

Cut Ita Erliana dan Ruchmana Romauli Rajagukguk. Lhokseumawe Aceh Abstrak

Cut Ita Erliana dan Ruchmana Romauli Rajagukguk. Lhokseumawe Aceh   Abstrak ANALISA POSTUR KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) PADA PEKERJA BAGIAN MOTHER PLANT DEPARTEMEN NURSERY PT. TOBA PULP LESTARI, TBK PORSEA Cut Ita Erliana dan Ruchmana Romauli

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tempat dan kondisi kerja yang kurang nyaman dapat menimbulkan kerugian bahkan kecelakaan pada karyawan. Akibat yang ditimbulkan dari kurangnya kenyamanan dan keamanan kondisi kerja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kursi Kerja a. Pengertian Kursi Kerja Kursi kerja merupakan perlengkapan dari meja kerja atau mesin, sehingga kursi akan dapat dijumpai dalam jumlah yang lebih

Lebih terperinci

PT. Indospring Tbk adalah sebuah perusahaan otomotif manufacturing yang memproduksi spring dengan mutu

PT. Indospring Tbk adalah sebuah perusahaan otomotif manufacturing yang memproduksi spring dengan mutu APLIKASI ERGONOMI UNTUK MENINGKATKAN KINERJA OPERATOR DAN OUTPUT PRODUKSI PADA PROSES TAPER Maulidina Achmad PT. Indospring Tbk Email : teknik.industriunmuh@gmail.com ABSTRAK PT. Indospring Tbk adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan perhatian dari suatu industri. Hal tersebut merupakan input perusahaan yang penting karena tanpa adanya

Lebih terperinci

ANALISA ERGONOMI PADA POSTUR KERJA OPERATOR PAKAN AYAM MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESMENT (RULA) DI PT. X. Abstrak

ANALISA ERGONOMI PADA POSTUR KERJA OPERATOR PAKAN AYAM MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESMENT (RULA) DI PT. X. Abstrak ANALISA ERGONOMI PADA POSTUR KERJA OPERATOR PAKAN AYAM MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESMENT (RULA) DI PT. X Krishna Tri Sanjaya 1 Staf Pengajar, Universitas PGRI Ronggolawe, Tuban krishnasanjaya@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Konsep Ergonomi untuk Kenyamanan Kerja Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni yang berupaya menserasikan antara alat, cara, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,

Lebih terperinci

Universitas Indonesia

Universitas Indonesia 36 BAB V HASIL 5. 1 Profil PT Soraya Intercine Films PT Soraya Intercine Flims merupakan rumah produksi yang didirikan pada tahun 1982. Aktivitas bisnis dari perusahaan ini antara lain adalah: 1. Memproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan produksi di bidang manufaktur maupun jasa sering dijumpai stasiun kerja yang tidak ergonomis dikarenakan tidak sesuainya antropometri pekerja dengan fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perusahaan dituntut untuk memperhatikan kinerja pekerjanya, karena pekerja merupakan salah satu aset perusahaan yang sangat vital dalam kegiatan proses

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK TUGAS AKHIR ANALISA POSTUR KERJA DAN PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING INDUSTRI KECIL (Studi kasus: Industri Kecil Pembuatan Tahu di Kartasuro) Diajukan sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian yang dilakukan, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan dalam tugas akhir ini. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA 138 BAB V HASIL DAN ANALISA 5.2. Hasil PT. Intan Pertiwi Industri merupakan perusahaan industri yang bergerak dalam pembuatan elektroda untuk pengelasan. Untuk menemukan permasalahan yang terdapat pada

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Industri ISSN:

Prosiding Teknik Industri ISSN: Prosiding Teknik Industri ISSN: 2460-6502 Perancangan Fasilitas Kerja Berdasarkan Prinsip Ergonomi pada Stasiun Kerja Pemasangan Insole Sepatu di CV. Iruls Bandung Facility Design Based on The Principle

Lebih terperinci

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI Ade Putri Kinanthi 1, Nur Azizah Rahmadani 2, Rahmaniyah Dwi Astuti 3 1,2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Meja dan Kursi yang dirancang terbukti menurunkan keluhan kedua operator

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Arbeitswissenschaft di Jerman, Human Factors Engineering atau Personal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Arbeitswissenschaft di Jerman, Human Factors Engineering atau Personal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi 2.1.1 Defenisi Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Pada berbagai negara digunakan istilah yang berbeda, seperti

Lebih terperinci

KAJIAN POSTUR KERJA PADA PENGRAJIN TENUN SONGKET PANDAI SIKEK

KAJIAN POSTUR KERJA PADA PENGRAJIN TENUN SONGKET PANDAI SIKEK KAJIAN POSTUR KERJA PADA PENGRAJIN TENUN SONGKET PANDAI SIKEK Dessi Mufti 1, Eva Suryani 2 dan Novia Sari 3 Abstract: Working position of Songket workers at Tenunan Antik Pusako Minang Pandai Sikek were

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

Ergonomic and Work System Usulan Fasilitas Kerja yang Ergonomis Pada Stasiun Perebusan Tahu di UD. Geubrina

Ergonomic and Work System Usulan Fasilitas Kerja yang Ergonomis Pada Stasiun Perebusan Tahu di UD. Geubrina Industrial Engineering Journal Vol.5 No.2 (2016) 17-22 ISSN 2302 934X Ergonomic and Work System Usulan Fasilitas Kerja yang Ergonomis Pada Stasiun Perebusan Tahu di UD. Geubrina Amri 1*, Syarifuddin, As

Lebih terperinci

PERBAIKAN PROSES IRAT BAMBU DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DI UKM ALIFA CRAFT WEDDING SOUVENIR KASONGAN,BANTUL

PERBAIKAN PROSES IRAT BAMBU DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DI UKM ALIFA CRAFT WEDDING SOUVENIR KASONGAN,BANTUL PERBAIKAN PROSES IRAT BAMBU DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DI UKM ALIFA CRAFT WEDDING SOUVENIR KASONGAN,BANTUL TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Industri

Lebih terperinci

Penentuan Tingkat Resiko Kerja Dengan Menggunakan Score Reba

Penentuan Tingkat Resiko Kerja Dengan Menggunakan Score Reba Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vo.1 No.1 (01) 5-9 ISSN 30 934X Ergonomi Penentuan Tingkat Resiko Kerja Dengan Menggunakan Score Reba Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh

Lebih terperinci

BIOMEKANIKA PERTEMUAN #14 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

BIOMEKANIKA PERTEMUAN #14 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA BIOMEKANIKA PERTEMUAN #14 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mampu merancang

Lebih terperinci

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ABSTRAK PT. X adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur pengolahan logam spesialis pembuatan cetakan

Lebih terperinci