BAB I PENDAHULUAN. informasi, dan kultur dewasa ini berada dalam sebuah kondisi tarik-menarik
|
|
- Verawati Tanuwidjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya lokal di dalam era modernisasi dan globalisasi ekonomi, informasi, dan kultur dewasa ini berada dalam sebuah kondisi tarik-menarik dalam kegiatannya dengan berbagai tantangan dan pengaruh globalisasi, yang menghadapkannya pada pilihan-pilihan yang dilematis. Di satu pihak globalisasi dilihat oleh budaya lokal sebagai sebuah peluang bagi pengembangan potensi diri dan keunggulannya dalam sebuah medan persaingan global yang kompleks. Di pihak lain globalisasi dilihat pula sebagai sebuah ancaman terhadap eksistensi dan keberlanjutan budaya lokal itu sendiri (Piliang, 2005) Globalisasi yang bergerak sekarang ini sangat ditentukan oleh kekuatan yang mengendarainya, seperti kekuatan ekonomi, kekuatan budaya yang dominan, kekuatan nilai-nilai dan ideologi yang popular di dunia ini yang didapatkan baik melalui media informasi dan teknologi. Oleh sebab itu, untuk dapat bertahan di dalam terpaan globalisasi yang inhuman maka pribadi, kelompok atau bangsa tentu perlu mempunyai identitas sendiri (Har Tilaar, 2007: 1-2). Berkaitan dengan globalisasi, Giddens (2003:37) mengatakan, bahwa globalisasi yang bergerak sekarang ini membawa prinsip budaya modernitas sehingga memunculkan berbagai permasalahan sosial dan mengancam peradaban manusia. Melalui ideologi budaya konsumerisme, ideologi agama yang di bawa
2 2 budaya globalisasi telah banyak menimbulkan konflik, kesenjangan dan bentukbentuk stratifikasi baru di dalam masyarakat. Globalisasi juga telah menimbulkan pertentangan antara nilai-nilai budaya lokal dan global menjadi semakin tinggi intensitasnya. Sistem nilai lokal yang selama ini digunakan sebagai acuan oleh masyarakat tidak jarang mengalami perubahan karena pengaruh budaya global, terutama dengan adanya kemajuan teknologi informasi yang semakin mempercepat proses perubahan tersebut. Proses globalisasi juga merambah wilayah kehidupan agama yang serba sakral menjadi sekuler, yang menimbulkan ketegangan bagi umat beragama. Nilai-nilai yang mapan selama ini telah mengalami perubahan yang pada gilirannya menimbulkan keresahan psikologi dan krisis identitas di banyak kalangan masyarakat. Fenomena ini menarik untuk dikaji karena ditenggarai dibalik fenomena tersebut ada pertarungan kepentingan atau ideologi ekstrim yang terstruktur dengan rapi. Kota Mataram tak lepas dari arus besar globalisasi tersebut, selain kecenderungan perubahan pola fikir masyarakat dari tipe masyarakat komunal (gemeinchaft) ke masyarakat agregatif (gesellslschaft). Kecenderungan pragmatisme dan individualisme masyarakat kota berdanpak pula pada pemahaman dan sikap mereka terhadap tradisi dan adat yang mereka warisi dari leluhur mereka dahulu. Salah satu warisan tradisi yang masih bertahan hingga saat ini di Kota Mataram tepatnya di kelurahan Rembige adalah ritual adat batetulak. Menurut masyarakat Rembige sejak zaman dahulu leluhur mereka sudah melaksanakan tradisi ritual ini, tradisi ini dipercaya dapat menghilangkan bala (marabahaya atau tulak) yang ada di Kelurahan Rembige.
3 3 Masyarakat kelurahan Rembige kecamatan Selaparang merupakan masyarakat Sasak yang leluhurnya berasal dari Lombok Timur. Dinamika sejarah masyarakat Sasak Lombok tak lepas dari pengaruh agama Islam sebagai bagian dari kehidupan keseharian mereka yang sebelumnya mereka juga bersentuhan dengan agama Hindu dan kepercayaan-kepercayaan lokal mereka. Dinamika perkembangan pemahaman keislaman mereka terkait erat dengan praktik kehidupan berbudaya mereka. Beragamnya pemahaman berislam mereka juga berdanpak pada pemahaman dan sikap mereka terhadap praktik berbudaya, salah satunya pada ritual adat batetulak. Seperti dikemukakan oleh Nur Kholis Majid (1999: 34), bahwa perkembangan proses islamisasi di Indonesia menjadi empat tahab. Pertama, Islam sufi, penekanan pemahaman Islam sufi lebih kepada pesan perdamaian, cinta kasih antara manusia dengan manusia lain, hubungan harmonis dengan alam sebagai wujud sifat rahman dan rahim pencipta. Berislam dengan model ini dekat dengan budaya setempat bahkan terjadi harmonisasi dengan kebudayaan setempat seperti dipraktekkan oleh para wali songo. Kedua, Islam fiqh, generasi Islam pada era itu lebih menekankan pada aturan-aturan beragama sesuai dengan kaidah syariat Islam. Ada empat mazhab yang dominan saat itu yaitu mazhab Hanafi, Syafi i, Maliki dan Hambali ditambah dengan Mazhab Ja fari. Ketiga, Islam politik, pada saat itu nusantara dalam era pergerakan revolusi melawan penjajah Belanda, berislam juga tidak lepas dari aktivitas politik, para ulama dan santri Nusantara yang belajar di Timur Tengah tak lepas dari berbagai aktivitas politik yang terkait erat dengan pergerakan kemerdekaan di Nusantara. Keempat, Islam
4 4 intelektual, model berislam ini berkembang setelah Indonesia merdeka dimana para pelajar mengkaji Islam dari sudut pandang ilmiah. Begitu juga dengan perkembangan Islam di daerah Lombok. Dinamika perkembangan pemikiran Islam di daerah ini menjadi lebih beragam, karena tidak hanya dipengaruhi oleh empat tahap yang ditulis Majid tetapi juga dipengaruhi oleh aliran wahabi yang ikut serta masuk pada abat ke-20. Idiologi Islam wahabi ini mengusung gagasan pemurnian dalam berislam (purifikasi). Idiologi ini banyak bertentangan dengan pemahaman berislam secara kultural yang sejak awal menjadi ciri umat Islam di Lombok. Ketika pemahaman berislam secara kultural ini menjadi bagian praktik hidup keseharian masyarakat, ritual adat batetulak hidup berdampingan dan seiring dengan penghayatan berislam mereka. Persoalannya menjadi berbeda ketika di Kota Mataram (di Kelurahan Rembige khususnya) ada kelompok baru yang memahami praktik berislam mereka seperti ideologi wahabi, adanya kelompok baru yang memahami Islam dengan ideologi purifikasi ini membawa danpak pada pandangan berbudaya mereka. Salah satu danpak tersebut adalah ketidak setujuan mereka terhadap pelaksanaan ritual batetulak. Bagi mereka pelaksanaan ritual ini bertentangan dengan nilai-nilai murni Islam. Dari informasi Mamik Aziz, salah satu tokoh masyarakat Rembige sejak dahulu pelaksanaan ritual batetulak berjalan sesuai apa yang dipercaya oleh masyarakat secara umum yakni dipercaya mampu menolak bala. Ritual ini diwarisi dari ulama pembawa Islam pertama ke tanah Lombok, warisan itu bukan hanya berbentuk ritual saja pada setiap bulan muharram tapi juga berbentuk
5 5 berbagai peninggalan para ulama pembawa Islam pertama di Lombok yang berupa Al-Qur an, berbagai macam keris, tombak, kelewang dan lain-lain yang mereka simpan di sebuah rumah khusus yang mereka namakan gedeng. Bendabenda ini dikeramatkan dan hanya bisa dikeluarkan selama ritual berlangsung. Dari awal dilaksanakan ( abad ke-16) belum pernah terjadi penentangan terhadap pelaksanaan ritual ini, masyarakat menerima bentuk ritual ini sebagai warisan dari leluhur mereka yang perlu untuk terus dilestarikan. Adanya pro dan kontra terkait pelaksanaan ritual ini melahirkan sebuah diskursus (wacana). Menurut Ricoeur (dalam Kuta Ratna, 2013: 529) wacana adalah peristiwa bahasa. Bahasa adalah house of being atau rumah ada. Maksudnya, bahasa adalah jalan bagi kita untuk menjelaskan dan memahami realitas dan tidak ada jalan lain. Bahasa berkaitan dengan subjek tertentu tetapi wacana dengan intersubjektif sebab wacana selalu ditujukan pada subjek lain, merupakan pesan dengan ciri arbitrer dan kontingental, bergantung pada sesuatu. Terkait dengan wacana seperti dijelaskan di atas, Di Rembige pelaksanaan acara ritual adat batetulak menjadi wacana hangat di masyarakat, di satu sisi ada sebagian besar kelompok masyarakat yang mewacanakan bahwa ritual ini perlu dijaga dan dilestarikan keberadaannya sebagai warisan budaya dari leluhur mereka dahulu, disisi lain terdapat sebagaian kecil kelompok masyarakat yang mewacanakan ritual ini bertentangan dengan nilai-nilai murni dalam Islam sehingga mereka menganggabnya bid ah. Dalam konteks wacana, menurut Foucault wacana adalah salah satu cara bagi kita untuk memahami realitas (dunia). Karena wacana merupakan jalan bagi
6 6 kita untuk mengetahui dan menjelaskan realitas, maka wacana merupakan satu faktor penting yang membentuk kita (kuasa wacana). Wacana merupakan cara berfikir, cara mengetahui dan menyatakan sesuatu. Karena ada beragam cara berfikir, cara menyatakan sesuatu, maka wacana tidak tunggal tapi beragam (plural atau multivokal). Lagi pula menurut Foucault ada berbagai perspektif, kepentingan dan kuasa yang berbeda dalam membentuk wacana. (Lubis, 2014: 83). Adanya beragamnya wacana terkait ritual adat batetulak di Rembige menunjukkan beragamnya cara berfikir, cara mengetahui dan menyatakan sesuatu pada masyarakat Rembige saat ini, hal itu bisa dijadikan sarana untuk memahami kondisi dan perkembangan masyarakat dan kebudayaan Sasak khususnya di daerah Rembige. Walaupun ada sebagian kecil kelompok masyarakat yang tidak sejalan dengan adanya pelaksanaan ritual ini, ritual batetulak terus berlangsung hingga saat ini, bahkan pemerintah Kota Mataram turut serta dalam acara ritual ini. Keterlibatan pemerintah Kota bukan hanya pada masalah pendanaan saja tapi juga keterlibatan aparat keamanan dalam menjaga ketertiban selama ritual berlangsung, aparat desa dan aparat kecamatan juga ikut hadir dan di acara puncaknya dihadiri oleh walikota. Harusnya dengan terlibatnya pemerintah di acara ritual ini pro dan kontra tentang pelaksanaan ritual ini tidak ada tapi dalam kenyataannya pro kontra itu tetap terjadi. Hal ini terkait dengan pemahaman keagamaan yang beragam. Adanya para dai (ustad) dan mahasiswa lulusan Timur Tengah dengan beragam pemahaman keagamaan mereka juga melahirkan penafsiran tersendiri terhadap ritual ini. Mereka yang pemikirannya bercorak paham wahabi umumnya
7 7 membid ahkan ritual batetulak karena dianggab tidak sesuai dengan ajaran Islam yang murni. Disamping itu kecenderungan tokoh masyarakat melibatkan pemerintah dalam pelaksanaan ritual ini juga terkait dengan ikut campurnya pemerintah dalam pelaksanaan ritual ini. Situsi ini menarik jika dikaitkan dengan relasi kuasa dan pengetahuan, dimana pengetahuan tak pernah netral. Adanya perbedaan atau keragaman tafsir terhadap ritual ini seiring dengan laju globalisasi pada masyarakat Rembige dan Mataram pada umumnya melahirkan sebuah diskursus yang menarik untuk diperbincangkan dan di teliti lebih jauh. Adanya diskursus ini mempengaruhi keberlangsungan dan eksistensi ritual batetulak, bagi masyarakat Rembige ritual batetulak sudah menjadi bagian praktik kehidupan berbudaya mereka. Saat ritual berlangsung tingkat partisipasi masyarakat sangat tinggi dalam ritual ini, mulai orang tua hingga anak-anak, lakilaki dan perempuan. Ritual ini berlangsung selama tiga hari, proses ritual dimulai dari pembacaan hikayat-hikayat (bakayat) sebelum jam WITA, para pembaca hikayat duduk di brugak khas Sasak, mereka dikelilingi oleh para pendengar yang sebagian besar adalah generasi muda. Bakayat adalah tradisi sastra masyarakat Sasak di Lombok yang berupa pembacaan hikayat dengan cara menembangkan yang disertai terjemahan dan penafsiran dalam bahasa Sasak secara bergantian oleh penembang (pemace) dan tukang cerita (bujangge). Tradisi apresiasi sastra semacam ini di kalangan etnik Sasak memiliki sejarah yang panjang. Data yang ada menunjukkan bahwa tradisi ini dimulai akhir abad ke-16 atau awal ke-17 dan masih berlanjut sampai sekarang ( Jamaluddin, 2011: dalam Suyasa. 2015: 1102 ). Kitab Sastra Melayu Islam yang dibaca saat bakayat
8 8 diperlakukan sebagai karya sastra dakwah yang agung, yang disejajarkan dengan karya-karya sastra Jawa Islam yang datang lebih awal. Berbagai kitab sastra Melayu beredar di masyarakat yang dibawah oleh para pedagang yang singgah dan berdagang di Lombok, dan kemudian kitab ini dijadikan bacaan dalam berbagai kegiatan adat keagamaan. Tradisi ini kemudian berlanjut, dalam perjalanannya menyesuaikan dengan dinamika budaya lokal yang lebih awal. Beberapa karya sastra Melayu Islam disajikan dalam bentuk pertunjukan sebagaimana dalam sastra Sasak tradisional pengaruh Jawa. Bentuk penyajian ini dikenal dengan bakayat, nyaer, ngaji kayat, dan ngayat. Bakayat merupakan praktik budaya lokal Sasak yang didasarkan pada sastra Melayu Islam. Acara puncak dari rangkaian ritual ini tepat jam dini hari dimana benda-benda pusaka itu diarak mengeliling kampung hingga dua kali putaran. Para pengarak terdiri dari para tokoh masyarakat diikuti oleh anggota masyarakat yang lain baik laki-laki maupun perempuan dari yang tua hingga generasi muda dan ada juga anak-anak. Tradisi ritual ini perlu dilestarikan keberadaannya sebagai identitas budaya masyarakat bangsa khususnya masyarakat Sasak Rembige dan sebagai khasanah tradisi lisan nusantara secara umum. Untuk menggali dan mengembangkan khasanah budaya nusantara, pengkajian tradisi lisan amat penting karena tradisi lisan dapat menjadi wahana dalam memahami jati diri bangsa sekaligus sebagai wahana dalam proses pewarisan budaya antar generasi. Sampai zaman komputerisasi digital yang serba canggih dewasa ini, kedudukan tradisi lisan dalam kehidupan masyarakat nusantara pada umumnya masih penting. Hal ini karena bangsa Indonesia lebih
9 9 mengenal budaya lisan sebelum mengenal budaya tulis. Tradisi lisan yang ada dalam kehidupan masyarakat nusantara antara lain adalah berupa narasi, legenda, anekdot, wayang, pantun, dan syair. Dalam cakupan lebih luas, tradisi lisan juga berupa pembacaan sastra, visualisasi sastra dengan tari dan gerakan, termasuk pameran. Dia berkaitan dengan sistem kognitif masyarakat, seperti adat istiadat, sejarah, etika, sistem genealogi, dan sistem pengetahuan (Sularto, 2011). Ritual adat batetulak merupakan salah satu warisan tradisi lisan Sasak yang masih lestari hingga saat ini (di era globalisasi). Ritual ini dilaksanakan secara masal oleh masyarakat Rembige, mereka percaya bahwa dengan dilaksanakannya ritual ini kampung mereka akan selamat dari berbagai macam bencana. Tulak berarti kembali yang artinya harapan atau semacam do a dari semua penduduk Rembige, sebelum bencana itu datang, kampung mereka telah selamat dari segala hal yang berbau bencana. Dimasa lalu kampung Rembige pernah mengalami bencana wabah kolera masal, banyak anggota masyarakat meninggal dunia akibat wabah ini begitu juga saat era kolonial (Belanda dan Jepang) kampung mereka berdasarkan keterangan dari para tokoh seringkali terhindar dari kejamnya penguasa kolonial. Keselamatan peristiwa historis ini sering dikaitkan dengan ritual batetulak. Pada saat pelaksanaan ritual kisah-kisah historis ini dibangkitkan kembali untuk mengenang dan memaknai kembali spirit mereka melakukan ritual khususnya buat generasi muda. Bagi mereka keselamatan bukan hanya berhubungan dengan sesuatu yang tanpak saja (kesehatan fisik, kerukunan antar tetangga, kebersihan lingkungan) tapi juga ada kaitan erat dengan yang tidak tanpak yakni penguasa
10 10 semesta yang terkait erat dengan sistem kosmologi mereka yaitu hablumminallah dan hablumminannas (relasi manusia dengan Tuhan dan relasi manusia dengan sesama manusia serta lingkungan). Dari penjelasan di atas, terdapat diskursus pada masyarakat Rembige beserta tokoh adat sebagai pemilik tradisi, agamawan (tuan guru), pemerintah Kota Mataram dan para budayawan mempunyai pandangan tersendiri tentang tradisi ritual adat batetulak. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana bentuk diskursus yang berkembang saat ini terkait ritual adat batetulak pada masyarakat Rembige di Kota Mataram? 2. Mengapa terjadi diskursus ritual adat batetulak pada masyarakat Rembige Kota Mataram? 3. Implikasi apa yang terkandung dalam diskursus ritual adat batetulak pada masyarakat Kelurahan Rembige Kota Mataram? 4. Bagaimana strategi pewarisan ritual adat batetulak pada masyarakat Kelurahan Rembige saat ini?
11 Tujuan Penelitian khusus. Tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu, tujuan umum dan tujuan Tujuan Umum Secara umum, penelitian ini bertujuan mengkaji, memahami dan mendeskripsikan tentang diskursus tradisi ritual adat batetulak pada masyarakat Sasak Rembige di Kota Mataram Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini mempunyai tujuan untuk menjawab masalah yang diajukan dalam permasalahan penelitian. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1). Untuk mengetahui bentuk diskursus terkait tradisi ritual adat batetulak pada masyarakat Rembige Kota Mataram. 2). Untuk memahami lebih jauh faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya diskursus (wacana) tradisi ritual adat batetulak pada masyarakat Rembige. 3). Untuk menganalisis implikasi diskursus ritual adat batetulak pada masyarakat Rembige Kota Mataram. 4). Untuk menjelaskan strategi pewarisan ritual adat batetulak pada masyarakat Rembige.
12 Manfaat Penelitian Manfaat teoretis atau Akademis Manfaat teoretis dari penelitian ini diharapkan dapat: 1). Memberikan kontribusi terhadap pemahaman teoretis yang menyangkut diskursus tradisi budaya suatu masyarakat. 2). Memberikan kontribusi terhadap pengembangan keilmuan, khususnya kajian tradisi lisan suatu masyarakat yang belum banyak diminati masyarakat Indonesia. 3). Untuk memperkuat kajian diskursus dalam prespektif kajian budaya. 4). Menambah referensi tentang kajian ritual adat khususnya ritual adat batetulak pada masyarakat Sasak Rembige Kota Mataram Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1) Pemerintah dalam pelestarian tradisi lisan yang tetap dipertahankan oleh masyarakat pemiliknya. 2) Pendokumentasian budaya khususnya tradisi ritual adat batetulak pada masyarakat Rembige. 3) Peneliti lain terutama sebagai acuan, dan informasi bagi peneliti yang memiliki perhatian dan ketertarikan terhadap tradisi lisan nusantara. 4) Masukan kepada masyarakat Rembige tentang tradisi ritual adat mereka bila dikaji dari sudut pandang kajian budaya.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan
Lebih terperinciJURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)
JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Teluk Wondama merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat, yang baru berdiri pada 12 April 2003. Jika dilihat di peta pulau Papua seperti seekor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman
Lebih terperinci2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin dalam berbagai kebudayaan lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak muncul begitu saja, melainkan
Lebih terperinci2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat memiliki jenis yang beragam. Keanekaragaman jenis kesenian tradisional itu dalam perkembangannya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN
13 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Sebagai pembanding, dalam penelitian ini peneliti menampilkan penelitian terdahulu baik berupa buku, tesis dan
Lebih terperinciBAB V. Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian di bab-bab sebelumnya. menunjukkan terjawabnya rumusan masalah tersebut.
BAB V Kesimpulan Penelitian ini berangkat dari sebuah rumusan masalah mengenai konstruksi diskursif pengetahuan dan praktek keagamaan Islam Wetu Telu di Lombok. Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu budaya penting bagi masyarakat Islam Jawa, baik yang masih berdomisili di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi menyambut bulan Suro merupakan hal yang sudah menjadi salah satu budaya penting bagi masyarakat Islam Jawa, baik yang masih berdomisili di Jawa maupun yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disepakati oleh adat, tata nilai adat digunakan untuk mengatur kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya pantun dalam Dendang lahir secara adat di suku Serawai. Isi dan makna nilai-nilai keetnisan suku Serawai berkembang berdasarkan pola pikir yang disepakati
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan
BAB V PENUTUP Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan orang-orang Islam di Jawa. Kedudukan dan kelebihan Masjid Agung Demak tidak terlepas dari peran para ulama yang bertindak
Lebih terperincicommit to user 1 BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi tabut di Bengkulu semula merupakan ritual yang sakral penuh dengan religius-magis yaitu merupakan suatu perayaan tradisional yang diperingati pada tanggal 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan
1 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Mitos adalah tipe wicara, segala sesuatu bisa menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah wacana. Mitos tidak ditentukan oleh objek pesannya, namun oleh bagaimana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari berbagai etnik dan berada dalam keberagaman budaya. Belajar dari sejarah bahwa kemajemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabhanti Watulea merupakan tradisi lisan masyarakat Watulea di Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara. Kabhanti Watulea adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sebuah ciri dari masyarakat di suatu daerah. Contoh nyata dari kebudayaan di masyarakat adalah adanya berbagai macam pakaian adat, tradisi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan kita tidak dapat melihatnya sebagai sesuatu yang statis, tetapi merupakan sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat
Lebih terperinci2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. memelihara nilai-nilai budaya yang diperolehnya dari para karuhun mereka.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi kesimpulan dan rekomendasi yang dirumuskan dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian. A. Kesimpulan Umum Masyarakat Desa Cisaat Kecamatan Ciater Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang begitu unik. Keunikan negara ini tercermin pada setiap dimensi kehidupan masyarakatnya. Negara kepulauan yang terbentang dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama, keyakinan, ras, adat, nilai,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin pada bagian budayabudaya lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak ada begitu saja, tetapi juga karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia di era globalisasi sekarang ini sudah mengarah pada krisis multidimensi. Permasalahan yang terjadi tidak saja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebudayaan sebagai warisan leluhur yang dimiliki oleh masyarakat setempat, hal ini memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keanekaragaman seni, budaya dan suku bangsa. Keberagaman ini menjadi aset yang sangat penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini semakin mendukung terkikisnya nilai-nilai tradisional sebuah bangsa. Lunturnya kesadaran akan nilai budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa dan sastra adalah cermin kebudayaan dan sebagai rekaman budaya yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran penting bahasa dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Adat Kuta sebagaimana desa adat lainnya di Bali, merupakan suatu lembaga adat yang secara tradisi memiliki peran dalam mengorganisasi masyarakat dan menyelenggarakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni yang merekam kembali alam kehidupan, akan tetapi yang memperbincangkan kembali lewat suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fenomena yang dirasakan semakin kuat mencengkram memasuki abad dua puluh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi sudah melewati proses sejarah yang sangat panjang, suatu fenomena yang dirasakan semakin kuat mencengkram memasuki abad dua puluh satu ini. Umat manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah suatu peristiwa sosial yang mempunyai tenaga kuat sebagai sarana kontribusi antara seniman dan penghayatnya, ia dapat mengingatnya, menyarankan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. Hal tersebut dapat dilihat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan pada umumnya selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Demikian halnya dengan kesusastraan Indonesia. Perkembangan kesusastraan Indonesia sejalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam tradisi mereka. Budaya dan sumber-sumber sejarah tersebut dari generasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia menyimpan limpahan budaya dan sumber sejarah dalam tradisi mereka. Budaya dan sumber-sumber sejarah tersebut dari generasi ke generasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan bangsa lainnya. Kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat suatu bangsa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan secara umum diakui sebagai unsur penting dalam proses pembangunan suatu bangsa. Lebih-lebih suatu bangsa yang sedang membangun watak dan kepribadiannya yang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi
BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian mengenai partisipasi masyarakat dalam perayaan tradisi masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji, mengingat saat ini kehidupan masyarakat sudah dilanda
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara
digilib.uns.ac.id 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upacara tradisional merupakan salah satu wujud peninggalan kebudayaan dan pada dasarnya upacara tradisional disebarkan secara lisan. Upacara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai suku bangsa tentunya kaya akan budaya dan tradisi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Situasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai keanekaragaman seperti yang terdapat di daerah lain di Indonesia. Kesenian tersebut di antaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat pemiliknya, sebagai milik bersama, yang isinya mengenai berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya bangsa dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayah negara yang terbentang luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung
Lebih terperinci2014 SAJARAH CIJULANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah kuno merupakan salah satu warisan budaya Indonesia dalam bidang keberaksaraan yang telah dilindungi oleh UU RI No. 11 tahun 2010. Ungkapan warisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten
1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kesenian pada dasarnya muncul dari suatu ide (gagasan) dihasilkan oleh manusia yang mengarah kepada nilai-nilai estetis, sehingga dengan inilah manusia didorong
Lebih terperinci2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI
1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pengakuan keesaan Tuhan dalam mantra Sahadat Sunda pengakuan keislaman sebagai mana dari kata Sahadat itu sendiri. Sahadat diucapkan dengan lisan dan di yakini dengan
Lebih terperinci2016 PANDANGAN MASYARAKAT SUNDA TERHADAP ORANG BANGSA ASING
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mantra merupakan puisi lisan yang bersifat magis. Magis berarti sesuatu yang dipakai manusia untuk mencapai tujuannya dengan cara-cara yang istimewa. Perilaku magis
Lebih terperinciSAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PROGRAM PENYEBARAN DAN PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH Dl PERSADA NUSANTARA
1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PROGRAM PENYEBARAN DAN PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH Dl PERSADA NUSANTARA Yang saya hormati, Tanggal : 11 Agustus 2008 Pukul : 09.30 WIB Tempat : Balai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan terikat oleh suatu rasa identitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara garis besar perkembangan seni pertunjukan Indonesia tradisional sangat dipengaruhi oleh adanya budaya yang datang dari luar. Hal itu menjadikan kesenian tradisional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemasan Sisingaan Pada Grup Setia Wargi Muda Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jawa Barat atau yang lebih dikenal dengan etnis Sunda sangat kaya dengan berbagai jenis kesenian. Kesenian itu sendiri lahir dari jiwa manusia dan gambaran masyarakatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Padahal, kehidupan masyarakat di Desa Munggu tampak tergolong
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fakta menunjukkan bahwa di Desa Munggu, Badung terdapat suatu tradisi budaya masih lestari yang melibatkan seluruh warga masyarakatnya. Bahkan, hingga kini tradisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan
Lebih terperinciBAB IV RESEPSI MASYARAKAT DESA ASEMDOYONG TERHADAP TRADISI BARITAN. Secara definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin), reception
88 BAB IV RESEPSI MASYARAKAT DESA ASEMDOYONG TERHADAP TRADISI BARITAN A. Analisis Resepsi 1. Pengertian Resepsi Secara definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin), reception (Inggris),
Lebih terperinciBAB V MENGANALISA PEMIKIRAN REKONSTRUKSI TRADISI PEWAYANGAN. Setelah memperhatkan secara seksama atas data-data yang penulis dapatkan
BAB V MENGANALISA PEMIKIRAN REKONSTRUKSI TRADISI PEWAYANGAN Setelah memperhatkan secara seksama atas data-data yang penulis dapatkan dilapangan, ada beberapa catatan mendasar atas fenomena kemunculan komunitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Friedman (2000) mengatakan, dalam perspektif global saat ini tidak banyak dipertentangkan tentang fakta bahwa homogenisasi dunia barat, tetapi kebanyakan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan
Lebih terperinciKONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU
BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebut bentuk dan cara pendekatan terhadap karya sastra dan gejala
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan suatu kegiatan mengekspresikan diri yang diwujudkan dalam bentuk karya yaitu yang disebut karya sastra. Sastra boleh juga disebut karya seni karena
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Debus, berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, merupakan suatu bentuk seni dan budaya yang menampilkan peragaan kekebalan tubuh seseorang terhadap api dan segala bentuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberagamaan orang Maluku, dapat dipahami melalui penelusuran sejarah yang memberi arti penting bagi kehidupan bersama di Maluku. Interaksiinteraksi keagamaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini berjudul Transformasi Persepsi Publik Terhadap Pertunjukan
173 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Penelitian ini berjudul Transformasi Persepsi Publik Terhadap Pertunjukan Teater Dul Muluk di Kota Palembang-. Penelitian ini memaknai nilai peruntuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah unsur kebudayaan yang bersumber pada aspek perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi daya manusia untuk menciptakan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
318 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan capaian hasil penelitian dan pembahasan seperti yang tertuang pada bab IV, bahwa penelitian ini telah menghasilkan dua analisis, pertama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Bahasa memungkinkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Bahasa memungkinkan kita untuk bertukar informasi dengan orang lain, baik itu secara lisan maupun tertulis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk menanamkan nilai-nilai karakter dalam kehidupan. Dasar dari pengembangan pendidikan karakter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ini gerak perubahan zaman terasa semakin cepat sekaligus semakin padat. Perubahan demi perubahan terus-menerus terjadi seiring gejolak globalisasi yang kian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan bangsanya. Sebagai bangsa yang heterogen, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
101 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan disimpulkan hasil penellitian yang telah dilakukan dalam penulisan skripsi yang berjudul Tenun Songket Palembang 1980-2000 (Kajian Sosial Budaya Tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia adalah suatu Negara yang berbentuk Republik, dengan banyak Pulau di dalamnya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan di dalamnya tumbuh berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan zaman yang ditandai dengan munculnya kemajuan teknologi dan informasi yang semakin pesat membuat kehidupan manusia menjadi serba mudah. Salah satunya
Lebih terperinciPERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI SURAN DI MAKAM GEDIBRAH DESA TAMBAK AGUNG KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI SURAN DI MAKAM GEDIBRAH DESA TAMBAK AGUNG KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN Oleh: Tanti Wahyuningsih program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa wahyutanti546@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Praktik poligami dalam bentuk tindakan-tindakan seksual pada perempuan dan keluarga dekatnya telah lama terjadi dan menjadi tradisi masyarakat tertentu di belahan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan
BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Hasil analisa wacana kritis terhadap poligami pada media cetak Islam yakni majalah Sabili, Syir ah dan NooR ternyata menemukan beberapa kesimpulan. Pertama, poligami direpresentasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya transformasi budaya dan nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh generasi terdahulu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arsitektur sebagai produk dari kebudayaan, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya proses perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana yang strategis untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia, sebab pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di tengah masyarakat dan merupakan sistem yang tidak terpisahkan. Kesenian yang hidup dan berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan adalah seni yang merupakan bagian dari kehidupan manusia yang sangat tua keberadaannya. Salah satu bentuk kesusastraan yang sudah lama ada di Indonesia
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan
BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan bangsa dengan warisan kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan aset tidak ternilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rezki Puteri Syahrani Nurul Fatimah, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adat adalah aturan, kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan terbentuk dari suatu masyarakat atau daerah yang dianggap memiliki nilai dan dijunjung serta dipatuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi rajaraja yang memerintah.
Lebih terperinci