ANALISIS SISTEM PEMBAGIAN AIR IRIGASI UNTUK KEBUTUHAN LAHAN PERTANIAN PADA BENDUNG BERINGIN SILA DI KECAMATAN UTAN KABUPATEN SUMBAWA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS SISTEM PEMBAGIAN AIR IRIGASI UNTUK KEBUTUHAN LAHAN PERTANIAN PADA BENDUNG BERINGIN SILA DI KECAMATAN UTAN KABUPATEN SUMBAWA"

Transkripsi

1 1 ANALISIS SISTEM PEMBAGIAN AIR IRIGASI UNTUK KEBUTUHAN LAHAN PERTANIAN PADA BENDUNG BERINGIN SILA DI KECAMATAN UTAN KABUPATEN SUMBAWA Oleh : Didin Najimudin. ABSTRAK Air dalam pertanian merupakan kebutuhan pokok, terutama dalam budidaya tanaman padi atau persawahan. Yang didukung oleh irigasi sebagai penyedia air yang akan disalurkan melalui saluran saluran sebanyak keperluan untuk tumbuh dan berkembang bagi tanaman. Dalam memenuhi kebutuhan air luas tanah dalam pengairan akan di bagi bagi dengan jumlah, waktu, dan mutu yang tepat sehingga dapat memudahkan dalam pembagian airnya. Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air irigasi pada Daerah Irigasi Bringin Sila Kecamatan Utan terutama di Desa Motong dan Desa Sekokok diperoleh kebutuhan air sebesar 0.41 Ltr/Dtk/Ha dan debit saluran sebesar Ltr/Dtk/Ha dimana kebutuhan air lebih besar dari debit saluran yang menyebabkan kekurangan air yang disebabkan oleh sistem pembagian air yang kurang merata.sehingga pembagian air menggunakan sistem bergiliran. Berdasarkan dari hasil perhitungan untuk penjadwalan pembagian air yang efektif dibagi menjadi tiga golongan dengan luas lahan masing masing,dan dari tiga golongan tersebut pembagian air dijadikan tiga periode yang pembagian air irigasi setiap dua minggu perotasi dimana dua golongan di buka dan satu golongan di tutup agar petugas pintu air lebih leluasa dalam melaksanakan pembagian air yang lebih optimal. Kata Kunci: Irigasi, Kebutuhan Air, Debit Saluran, Sistem Pembagian Air.

2 2 PENDAHULUAN Air dalam pertanian merupakan kebutuhan pokok, terutama dalam budidaya tanaman padi atau persawahan. Seringkali terdengar berita mengenai konfik air antar petani atau bahkan antara petani dengan pengguna air lainnya, seperti perusahaan air minum, petani kolam atau perikanan, dan sebagainya. Hal ini karena air semakin hari semakin memiliki nilai ekonomi yang mahal baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Irigasi adalah upaya pemberian air dalam bentuk lengas (kelembaban) tanah sebanyak keperluan untuk tumbuh dan berkembang bagi tanaman. Pengertian lain dari irigasi adalah penambahan kekurangan kadar air tanah secara buatan yakni dengan memberikan air secara sistematis pada tanah yang diolah. Irigasi bagi tanaman padi berfungsi sebagai penyedia air yang cukup dan stabil untuk produksi padi. Luas tanah atau sawah di dalam daerah pengairan di bagi bagi sedemikian rupa sehingga memudahkan pembagian airnya. Adapun cara pembagiannya tergantung pada tujuan pengairan itu dan kebutuhan air untuk pertanian. Air yang disalurkan ke sawah melalui sistem jaringan irigasi yang terdiri atas saluran saluran dengan bangunan pengendali. Kapasitas irigasi dalam kaitannya dengan ketersediaan air untuk tanaman padi dapat dikaji melalui permasalahan mempengaruhi irigasi, dan terhadap faktor - pengelolahan faktor air yang irigasi.

3 3 Ketersedian air irigasi untuk tanaman padi banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor kondisi tanah, jenis tanaman, iklim, tofograf, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Tanaman padi merupakan tanaman yang banyak membutuhkan air, khususnya pada saat tumbuh mereka harus selalu tergenangi air. Agar produktivitas padi dapat efektif dalam satu satuan luas lahan, maka dibutuhkan suplay air yang cukup melalui irigasi. Irigasi merupakan prasarana untuk meningkatkan intensitas panen per tahun. Tersedianya air irigasi yang cukup terkontrol merupakan input untuk meningkatkan produksi padi. Bendung Beringin Sila merupakan salah satu pemasok air irigasi yang berada di wilayah Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa. Bendung ini direncanakan bisa memenuhi kebutuhan irigasi di daerah sekitarnya seluas ± 2400 Ha. Dengan melihat kondisi yang ada di daerah irigasi Beringin Sila banyak masyarakat yang kekurangan air untuk lahan pertanian mereka. Pada awalnya kebutuhan air pada Daerah Irigasi Beringin Sila bisa mencukupi, tetapi pada beberapa tahun ini ada sikitar 40% lahan pertanian yang kekeringan atau tidak mendapat air masyarakat banyak yang gagal panen, irigasi, sehingga terutama di Desa Motong dan Desa Sekokok Kecamatan Utan. Dari 582,91 Ha luas lahan, sekitar 230 Ha yang tidak kebagian air irigasi, sementara sebagian besar masyarakat yang ada di Desa Motong dan Desa Sekokok yang berprofesi sebagai petani. Maka dari permasalahan tersebut penulis ingin melakukan penelitian pada Daerah Irigasi Beringin Sila Kecamatan Utan tentang sistem pembagian air irigasi.

4 4 Adapun sistem yang ada pada saat ini menggunakan sistem terus-menerus. Untuk menindaklanjuti hal tersebut, dengan memperhatikan kondisi yang ada dan rencana pengembangan di masa yang akan datang maka menjadi acuan bagi penulis untuk mengajukan skripsi dengan judul Analisis Sistem Pembagian Air Irigasi Untuk Kebutuhan Lahan Pertanian Pada Bendung Beringin Sila Di Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa. METODELOGI PENELITIAN Daerah penelitian yang menjadi tinjauan, mengambil lokasi Daerah Irigasi Bendung Beringin Sila yaitu di Desa Motong dan Desa Sekokok Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa, sedangkan waktu penelitian di laksanakan selama 3 bulan yaitu dari bulan Juni sampai dengan bulan Agustus Jenis Dan Sumber Data 1 Data Primer 3.00 MA Gambar 1 :Dimensi Saluran Sekunder

5 5 Dimensi saluran pada saluran sekunder di lokasi penelitian dengan tinggi air 0,90 m, lebar atas saluran 3,00 m lebar bawah saluran 0,60 m dan tinggi jagaan 0,30 m. 2 Data Sekunder Data sekunder adalah data yang didapat dari pihak lain yang telah dipublikasikan antara lain buku buku referensi artikel dan praturan yang berkaitan dengan topik studi. Data sekunder terdiri dari : Data Curah Hujan Data Klimatologi Gambar Skema Jaringan Irigasi Gambar Topograf daerah Penelitian Foto Jaringan Irigasi Teknik Pengumpulan Data 1 Pekerjaan Persiapan Survey lokasi dilakukan bertujuan untuk peninjauan secara langsung dalam mengidentifkasi permasalahan yang ada di lokasi studi penelitian. 2 Kunjungan Ke Lokasi Kunjungan ke lokasi dilakukan ke kantor Instansi terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum Sumbawa Besar, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofsika (BMKG) Sumbawa Besar, kantor UPT Pengairan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sumbawa, yang bertempat di kecamatan Utan, serta tinjauan langsung ke lokasi penelitian. Analisis Data Langkah-langkah dalam menganalisis data penelitian ini adalah sebagai berikut :

6 6 Analisis curah hujan efektif menggunakan persamaan ( Perhitungan evaporasi dihitung dengan dihitung dengan 2.1 ) potensial menggunakan persamaan (2.10 ) Perhitungan kebutuhan air irigasi dengan mengunakan persamaan (2.11) Perhitungan kebutuhan air selama penyiapan lahan dengan mengunakan persamaan (2.12) Perhitungan kebutuhan air untuk konsumtif tanaman dengan mengunakan persamaam (2.16) HASIL DAN PEMBAHASAN Bendung Beringin Sila adalah salah satu bendung yang berada di kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa. Sistem pembagian air yang dilaksanakan sekarang adalah sistem terus-menerus, dengan kondisi daerah irigasinya terdapat kekurangan air, terutama di Desa Motong dan Desa Sekokok dari 582,91 Ha sekitar 230 Ha yang tidak kebagian air irigasi. Menghitung Curah hujan Efektif Hujan Rata-Rata 15 Hari Nilai 51 diambil dari data curah hujan tertinggi yang terjadi pada per15 hari dari 30 hari dapat dilihat pada lampiran Tabel 1 Curah Hujan rata-rata 15 harian (mm) Bulan Januari Februari Maret Periode Curah Hujan Mak Peringkat ke

7 7 Apr Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber :perhitungan Re80 (10/5)+1 3 Dari tabel 1 didapat Re80 berada pada tahun kesepuluh dan urutan ke 3 dari data curah hujan yang terkecil Perhitungan Curah hujan Efektif Tanaman Tabel 2 Perhitungan Curah Hujan Efektif padi dan palawija Bulan Periode Re80 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Reff (mm/ hari) Padi Palawija

8 8 Agt 1 2 Sept 1 2 Okt 1 2 Nov 1 2 Des 1 2 Sumber : Hasil Hitungan Dari tabel 4.1 Hujan efektif untuk padi di ambil yang maksimum adalah 4,18 mm/hari dan untuk palawija adalah 2,70 mm/hari. Perhitungan Evaporasi Potensial 1. Perhitungan Evaporasi Potensial pada Bulan Januari Step 1 Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh (ea) (mbar) Data Temperatur (T) Di dapat (ea) : : 26.8 mbar (Terdapat pada tabel 2.1.) Step 2 Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed) ea x RH x mbar (mbar) ed Step 3 % Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap ea mbar Air ed Step 4 Mencari harga fungsi Angin f(u) f(u) 0.27 x (1 +U/100) 0.27 x 1 + U/100

9 9 Step Km/hari Mencari harga faktor (W) dan (1-W) Data 26.8 C dan ketinggian rat- O rata air laut 0 maka W didapat W 0.24 dan 0.76 (1-W) Step 6 Ra Lokasi berada di Ra 16.7 mm/hari Step 7 Mencari harga radiasi ektra teressial o Ls Mencari harga radiasi gelombang Pendek (Rs) Rs { x (n/n)} x Ra 6.16 mm/ hari Step 8 Mencari harga f(t) koreksi terhadap akibat Temperatur f(t) 26.8 O C Maka f(t) Step 9 Mencari harga f(ed) koreksi akibat tekanan uap nyata f(ed) Step Mencari harga f(n/n) ( (n/n) 0.65 Step 11 Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1) Rn1 f(t) x f(ed) x f(n/n) 0.99 mm/ hari Step 12 Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns)

10 10 Rns Rs x (1 -a ) a 0.25 Koefsien Pemantulan Rns 4.62 mm/ hari Step 13 Mencari harga radiasi netto (Rn) Rn Rns - Rn Step 14 Mencari harga faktor koreksi ( c ) 1.04 Perhitungan Evaporasi (Eto) Eto c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed) Perhitungan Evporasi Untuk Bulan Februari Step 1 Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh (ea) (mbar) Data Temperatur (T) Di dapat (ea) : : mbar (Terdapat pada tabel 2.1.) Step 2 Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed) ea x RH 35.7 x mbar (mbar) ed Step 3 % Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap ea mbar Air ed

11 11 Step 4 Mencari harga fungsi Angin f(u) f(u) 0.27 x (1 +U/100) 0.27 x 0.33 Km/hari 1 + U/100 Step 5 Mencari harga faktor (W) dan (1-W) Data 27.3 O C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka W didapat W 0.24 dan 0.76 Step 6 (1-W) Mencari harga radiasi ektra teressial Ra Lokasi berada di Ra 16.7 mm/hari Step 7 o Ls Mencari harga radiasi gelombang Pendek (Rs) Rs { x (n/n)} x Ra 7.01 mm/ hari Step 8 Mencari harga f(t) koreksi terhadap akibat Temperatur f(t) 27.3 O C Data 27.3 O Maka f(t) Step 9 Mencari C harga tekanan uap nyata f(ed) Step Mencari harga f(n/n) ( (n/n) f(ed) koreksi akibat

12 Step 11 Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1) Rn1 f(t) x f(ed) x f(n/n) 1.24 mm/ hari Step 12 Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns) Rns Rs x (1 -a ) a 0.25 Koefsien Pemantulan 5.26 mm/ hari Step 13 Mencari harga radiasi netto (Rn) Rn Rns - Rn Step 14 Mencari harga faktor koreksi ( c ) 1.04 Perhitungan Evaporasi (Eto) Eto c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed) Perhitungan Evaporasi Untuk Bulan Maret Step 1 Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh (ea) (mbar) Data Temperatur (T) Di dapat (ea) : : mbar (Terdapat pada tabel 2.1.) Step 2 Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed) ea x RH 35.7 x 81 (mbar) ed %

13 13 Step mbar Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap ea mbar Air ed Step 4 Mencari harga fungsi Angin f(u) f(u) 0.27 x (1 +U/100) 0.27 x 0.32 Km/hari 1 + U/100 Step 5 Mencari harga faktor (W) dan (1-W) Data 27.4 O C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka W didapat W 0.24 dan 0.76 (1-W) Step 6 Mencari harga radiasi ektra teressial Ra Lokasi berada di Ra 16.7 mm/hari Step 7 o Ls Mencari harga radiasi gelombang Pendek (Rs) Rs { x (n/n)} x Ra 7.71 mm/ hari Step 8 Mencari akibat Temperatur f(t) Data 27.4 O C Maka f(t) harga f(t) koreksi terhadap

14 14 Step 9 Mencari harga f(ed) koreksi akibat tekanan uap nyata f(ed) Step Mencari harga f(n/n) ( (n/n) 0.87 Step 11 Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1) Rn1 f(t) x f(ed) x f(n/n) 1.17 mm/ hari Step 12 Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns) Rns Rs x (1 -a ) a 0.25 Koefsien Pemantulan 5.78 mm/ hari Step 13 Mencari harga radiasi netto (Rn) Rn Rns - Rn Step 14 Mencari harga faktor koreksi ( c ) 1.04 Perhitungan Evaporasi (Eto) Eto c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed) Perhitungan Evaporasi Untuk Bulan April Step 1 Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh (ea) (mbar) Data Temperatur (T) : 27.6

15 15 Di dapat (ea) Step 2 ed Step 3 : 35.7 mbar (Terdapat pada tabel 2.1.) Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed) (mbar) ea x RH 35.7 x mbar % Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap Air ea - ed 5.70 mbar Step 4 Mencari harga fungsi Angin f(u) f(u) 0.27 x (1 +U/100) 0.27 x 0.31 Km/hari 1 + U/100 Step 5 Mencari harga faktor (W) dan (1-W) Data 27.6 O W 0.24 dan 0.76 C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka W didapat (1-W) Step 6 Mencari harga radiasi ektra teressial Ra Lokasi berada di o Ls Ra 16.7 mm/hari Step 7 Mencari harga radiasi gelombang Pendek (Rs) Rs { x (n/n)} x Ra 6.68 Step 8 mm/ hari Mencari harga f(t) koreksi terhadap akibat Temperatur f(t) 27.6 O Maka f(t) Step 9 Mencari harga f(ed) koreksi akibat tekanan uap nyata f(ed) Data Step 10 C Mencari harga f(n/n) ( (n/n)

16 Step 11 Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1) Rn1 f(t) x f(ed) x f(n/n) 1.33 mm/ hari Step 12 Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns) Rns Rs x (1 -a ) a 0.25 Koefisien Pemantulan 5.01 mm/ hari Step 13 Mencari harga radiasi netto (Rn) Rn Rns - Rn Step 14 Mencari harga faktor koreksi ( c ) 1.04 Perhitungan Evaporasi (Eto) Eto c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed) Perhitungan Evaporasi Untuk Bulan Mei Step 1 Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh (ea) (mbar) Data Temperatur (T) Di dapat (ea) : : mbar (Terdapat pada tabel 2.1.) Step 2 (mbar) Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed)

17 17 ed ea x RH 35.7 x mbar Step 3 % Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap ea mbar Air ed Step 4 Mencari harga fungsi Angin f(u) f(u) 0.27 x (1 +U/100) 0.27 x 0.31 Km/hari 1 + U/100 Step 5 Mencari harga faktor (W) dan (1-W) Data 27.2 O C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka W didapat W 0.24 dan 0.76 (1-W) Step 6 Ra Lokasi berada di Ra 16.7 mm/hari Step 7 Mencari harga radiasi ektra teressial o Ls Mencari harga radiasi gelombang Pendek (Rs) Rs Step 8 { x (n/n)} x Ra 5.18 mm/ hari Mencari akibat Temperatur Data 27.2 C O harga f(t) koreksi terhadap

18 18 Maka f(t) Step 9 Mencari harga f(ed) koreksi akibat tekanan uap nyata f(ed) Step Mencari harga f(n/n) ( (n/n) 0.63 Step 11 Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1) Rn1 f(t) x f(ed) x f(n/n) 0.85 mm/ hari Step 12 Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns) Rns Rs x (1 -a ) a 0.25 Koefsien Pemantulan 3.88 mm/ hari Step 13 Mencari harga radiasi netto (Rn) Rn Rns - Rn Step 14 Mencari harga faktor koreksi ( c ) 1.04 Perhitungan Evaporasi (Eto) Eto c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed) Perhitungan Evaporasi Untuk Bulan Juni

19 19 Step 1 Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh (ea) (mbar) Data Temperatur (T) Di dapat (ea) : : mbar (Terdapat pada tabel 2.1.) Step 2 Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed) ea x RH 33.7 x mbar Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap ea mbar (mbar) ed Step 3 % Air ed Step 4 Mencari harga fungsi Angin f(u) f(u) 0.27 x (1 +U/100) 0.27 x 0.31 Km/hari 1 + U/100 Step 5 Mencari harga faktor (W) dan (1-W) Data 26.2 O C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka W didapat W 0.24 dan 0.76 (1-W) Step 6 Mencari harga radiasi ektra teressial Ra Lokasi berada di Ra 16.7 mm/hari o Ls

20 20 Step 7 Mencari harga radiasi gelombang Pendek (Rs) Rs { x (n/n)} x Ra 7.68 mm/ hari Step 8 Mencari harga f(t) koreksi terhadap akibat Temperatur Data 26.2 O C Maka f(t) Step 9 Mencari harga f(ed) koreksi akibat tekanan uap nyata f(ed) Step Mencari harga f(n/n) ( (n/n) 0.90 Step 11 Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1) Rn1 f(t) x f(ed) x f(n/n) 1.61 mm/ hari Step 12 Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns) Rns Rs x (1 -a ) a 0.25 Koefsien Pemantulan 5.76 mm/ hari Step 13 Mencari harga radiasi netto (Rn) Rn Rns - Rn Step 14 Mencari harga faktor koreksi ( c )

21 Perhitungan Evaporasi (Eto) Eto c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed) Perhitungan Evaporasi Untuk Bulan Juli Step 1 Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh (ea) (mbar) Data Temperatur (T) Di dapat (ea) : : mbar (Terdapat pada tabel 2.1.) Step 2 Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed) ea x RH 33.7 x mbar (mbar) ed Step 3 % Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap ea mbar Air ed Step 4 Mencari harga fungsi Angin f(u) f(u) 0.27 x (1 +U/100) 0.27 x 0.33 Km/hari 1 + U/100 Step 5 Mencari harga faktor (W) dan (1-W) Data 26.1 O C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka W didapat W 0.24 dan (1-W)

22 Step 6 Ra Lokasi berada di Ra Step 7 Mencari harga radiasi ektra teressial o Ls 16.7 mm/hari Mencari harga radiasi gelombang Pendek (Rs) Rs { x (n/n)} x Ra 7.26 mm/ hari Step 8 Mencari harga f(t) koreksi terhadap akibat Temperatur Data 26.1 O C Maka f(t) Step 9 Mencari harga f(ed) koreksi akibat tekanan uap nyata f(ed) Step Mencari harga f(n/n) ( (n/n) 0.86 Step 11 Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1) Rn1 f(t) x f(ed) x f(n/n) 1.53 mm/ hari Step 12 Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns) Rns Rs x (1 -a ) a 0.25 Koefsien Pemantulan 5.45 mm/ hari

23 23 Step 13 Mencari harga radiasi netto (Rn) Rn Rns - Rn Step 14 Mencari harga faktor koreksi ( c ) 1.04 Perhitungan Evaporasi (Eto) Eto c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed) Perhitungan Evaporasi Untuk Bulan Agustus Step 1 Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh (ea) (mbar) Data Temperatur (T) Di dapat (ea) : : mbar (Terdapat pada tabel 2.1.) Step 2 Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed) ea x RH 33.7 x mbar (mbar) ed Step 3 % Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap ea mbar Air ed Step 4 Mencari harga fungsi Angin f(u) f(u) 0.27 x (1 +U/100) 0.27 x 0.32 Km/hari 1 + U/100

24 24 Step 5 Mencari harga faktor (W) dan (1-W) Data 26.2 O C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka W didapat W 0.24 dan 0.76 (1-W) Step 6 Ra Lokasi berada di Ra 16.7 mm/hari Step 7 Mencari harga radiasi ektra teressial o Ls Mencari harga radiasi gelombang Pendek (Rs) Rs { x (n/n)} x Ra 8.02 mm/ hari Step 8 Mencari harga f(t) koreksi terhadap akibat Temperatur Data 26.2 O C Maka f(t) Step 9 Mencari harga f(ed) koreksi akibat tekanan uap nyata f(ed) Step Mencari harga f(n/n) ( (n/n) 0.94 Step 11 Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1) Rn1 f(t) x f(ed) x f(n/n) 1.75 mm/ hari Step 12 Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns)

25 25 Rns Rs x (1 -a ) a 0.25 Koefsien Pemantulan 6.01 mm/ hari Step 13 Mencari harga radiasi netto (Rn) Rn Rns - Rn Step 14 Mencari harga faktor koreksi ( c ) 1.04 Perhitungan Evaporasi (Eto) Eto c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed) Perhitungan Evaporasi Untuk Bulan September Step 1 Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh (ea) (mbar) Data Temperatur (T) Di dapat (ea) : : mbar (Terdapat pada tabel 2.1.) Step 2 Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed) ea x RH 35.7 x mbar (mbar) ed Step 3 % Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap ea mbar Air Step 4 ed Mencari harga fungsi Angin f(u)

26 26 f(u) 0.27 x (1 +U/100) 0.27 x 0.34 Km/hari 1 + U/100 Step 5 Mencari harga faktor (W) dan (1-W) Data 27.9 O C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka W didapat W 0.24 dan 0.76 (1-W) Step 6 Ra Lokasi berada di o Ls Ra 16.7 mm/hari Step 7 Mencari harga radiasi ektra teressial Mencari harga radiasi gelombang Pendek (Rs) Rs { x (n/n)} x Ra 7.26 mm/ hari Step 8 Mencari harga f(t) koreksi terhadap akibat Temperatur Data 27.9 O C Maka f(t) Step 9 Mencari harga f(ed) koreksi akibat tekanan uap nyata f(ed) Step Mencari harga f(n/n) ( (n/n) 0.86 Step 11 Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1)

27 27 Rn1 f(t) x f(ed) x f(n/n) 1.57 mm/ hari Step 12 Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns) Rns Rs x (1 -a ) a 0.25 Koefsien Pemantulan 5.45 mm/ hari Step 13 Mencari harga radiasi netto (Rn) Rn Rns - Rn Step 14 Mencari harga faktor koreksi ( c ) 1.04 Perhitungan Evaporasi (Eto) Eto 10. c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed) 3.15 Perhitungan Evaporasi Untuk Bulan Oktober Step 1 Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh (ea) (mbar) Data Temperatur (T) Di dapat (ea) : : mbar (Terdapat pada tabel 2.1.) Step 2 Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed) ea x RH x mbar (mbar) ed Step 3 Air % Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap

28 28 ea - ed 7.55 mbar Step 4 Mencari harga fungsi Angin f(u) f(u) 0.27 x (1 +U/100) 0.27 x 0.33 Km/hari 1 + U/100 Step 5 Mencari harga faktor (W) dan (1-W) Data 28.3 O C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka W didapat W 0.24 dan 0.76 (1-W) Step 6 Ra Lokasi berada di Ra 16.7 mm/hari Step 7 Mencari harga radiasi ektra teressial o Ls Mencari harga radiasi gelombang Pendek (Rs) Rs { x (n/n)} x Ra 6.68 mm/ hari Step 8 Mencari harga f(t) koreksi terhadap akibat Temperatur Data 28.3 O C Maka f(t) Step 9 Mencari harga tekanan uap nyata f(ed) Step Mencari harga f(n/n) f(ed) koreksi akibat

29 29 ( (n/n) 0.79 Step 11 Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1) Rn1 f(t) x f(ed) x f(n/n) 1.34 mm/ hari Step 12 Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns) Rns Rs x (1 -a ) a 0.25 Koefsien Pemantulan 5.01 mm/ hari Step 13 Mencari harga radiasi netto (Rn) Rn Rns - Rn Step 14 Mencari harga faktor koreksi ( c ) 1.04 Perhitungan Evaporasi (Eto) Eto c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed) Perhitungan Evaporasi Untuk Bulan November Step 1 Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh (ea) (mbar) Data Temperatur (T) Di dapat (ea) : : mbar (Terdapat pada tabel 2.1.) Step 2 (mbar) Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed)

30 30 ed ea x RH x mbar Step 3 % Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap ea mbar Air ed Step 4 Mencari harga fungsi Angin f(u) f(u) 0.27 x (1 +U/100) 0.27 x 0.33 Km/hari 1 + U/100 Step 5 Mencari harga faktor (W) dan (1-W) Data 28.7 O C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka W didapat W 0.24 dan 0.76 (1-W) Step 6 Ra Lokasi berada di o Ls Ra 16.7 mm/hari Step 7 Mencari harga radiasi ektra teressial Mencari harga radiasi gelombang Pendek (Rs) Rs { x (n/n)} x Ra 6.93 mm/ hari Step 8 Mencari akibat Temperatur Data 28.7 O C Maka f(t) harga f(t) koreksi terhadap

31 31 Step 9 Mencari harga f(ed) koreksi akibat tekanan uap nyata f(ed) Step Mencari harga f(n/n) ( (n/n) 0.82 Step 11 Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1) Rn1 f(t) x f(ed) x f(n/n) 1.36 mm/ hari Step 12 Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns) Rns Rs x (1 -a ) a 0.25 Koefsien Pemantulan 5.20 mm/ hari Step 13 Mencari harga radiasi netto (Rn) Rn Rns - Rn Step 14 Mencari harga faktor koreksi ( c ) 1.04 Perhitungan Evaporasi (Eto) Eto 12. c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed) 2.81 Perhitungan Evaporasi Untuk Bulan Desember Step 1 (ea) (mbar) Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh

32 32 Data Temperatur (T) Di dapat (ea) : : mbar (Terdapat pada tabel 2.1.) Step 2 Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed) ea x RH x mbar (mbar) ed Step 3 % Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap ea mbar Air ed Step 4 Mencari harga fungsi Angin f(u) f(u) 0.27 x (1 +U/100) 0.27 x 0.32 Km/hari 1 + U/100 Step 5 Mencari harga faktor (W) dan (1-W) Data 27.4 O C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka W didapat W 0.24 dan 0.76 (1-W) Step 6 Ra Lokasi berada di Ra 16.7 mm/hari Step 7 Mencari harga radiasi ektra teressial o Ls Mencari harga radiasi gelombang Pendek (Rs) Rs { x (n/n)} x Ra

33 33 Step mm/ hari Mencari harga f(t) koreksi terhadap akibat Temperatur Data 27.4 O C Maka f(t) Step 9 Mencari harga f(ed) koreksi akibat tekanan uap nyata f(ed) Step Mencari harga f(n/n) ( (n/n) 0.45 Step 11 Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1) Rn1 f(t) x f(ed) x f(n/n) 0.72 mm/ hari Step 12 Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns) Rns Rs x (1 -a ) a 0.25 Koefsien Pemantulan 2.63 mm/ hari Step 13 Mencari harga radiasi netto (Rn) Rn Rns - Rn Step 14 Mencari harga faktor koreksi ( c ) 1.04 Perhitungan Evaporasi (Eto)

34 34 Eto c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed) 1.65

35 35 Tabel 3 Hasil Perhitungan Evaporasi Potensial Per Hari Perhitungn Satuan Tek. Uap Air Jenuh mmbar Tek. Uap Air Nyata mmbar Per. Tekanan Uap (ea - ed) Fungsi Angin mmbar Faktor pembobot (1 W) Rad. Ekstra Terresial (Ra) Rad. Gel. Pendek (Rs) Radiasi Netto Gel. Pendek (Rns) Fungsi Tekanan Uap Nyata f(ed) Fungsi Penyinaran f(n/ N) Fungsi Suhu f(t) Radiasi Netto gelombang Panjang (Rn1) Radiasi Netto (Rn) Km/ Hari mm/ hari mm/ hari mm/ hari mm/ hari mm/ Jan Feb Mar Apr Mei Bulan Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des

36 36 hari Faktor pembobot Rn (W) Faktor Koreksi Evaporasi Potensial (Eto) mm/ hari Sumber :Hasil Perhitungan Tabel 4 Perhitungan Evaporasi Per Bulan Perhitungan Evaporasi Potensial Hasil Satuan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des mm/ hari mm/ Bulan Sumber :Hasil Perhitungan Dari tabel 4 didapat nilai Evaporasi potensial pada bulan januari didapat 2,03 mm/hari, pada bulan februari didapat 2,40 mm/hari, pada bulan maret didapat 2,85 mm/hari, pada bulan April didapat 2,34 mm/hari, pada bulan Mei didapat 2,05 mm/hari, pada bulan Juni didapat 3,03 mm/hari, pada bulan Juli didapat 2,93 mm/hari, pada bulan Agustus didapat 3,48 mm/hari, pada bulan

37 37 September didapat 3,15 mm/hari, pada bulan Oktober didapat 2,91 mm/hari, pada bulan Nopember didapat 2,81 mm/hari dan bulan Desember di dapat 1, 65 mm/hari. Grafk Simulasi Eto (mm/ hari) No 1 Perhitungan Tek. Uap Air Jenuh Grafk Simulasi Eto (mm/ bulan) No 1 Perhitungan Tek. Uap Air Jenuh

38 38 KESIMPULAN 1. Dengan perkiraan kapasitas AC yang pengaturan udaranya sangat baik dapat diperoleh AC yang dibutuhkan sebesar BTU/hr atau AC yang berkapasitas 2,5 PK. 2. Dengan perkiraan kapasitas AC yang pengaturan udaranya sedang dapat diperoleh AC yang dibutuhkan sebesar BTU/hr atau AC yang berkapasitas 3 PK. 3. Dengan perkiraan kapasitas AC yang pengaturan udaranya buruk dapat diperoleh AC yang dibutuhkan sebesar BTU/hr atau AC yang berkapasitas 4 PK.

39 39 Dari pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan yakni, ruangan tersebut tergolong pengaturan udara buruk, sebab suhu panas ruangan yang disebabkan oleh pancaran sinar matahari langsung masuk keruangan serta pintu, jendela, dan kaca-kaca yang tidak tertutup rapat. Maka dapat dipilih AC dengan kapasitas sebesar BTU/hr. atau AC sebesar 4 PK. SARAN 1. Pada dasarnya ruangan yang pengaturan udaranya sangat baik lebih sedikit pemakaian listrik daripada ruangan yang pengaturan udaranya buruk. Dilihat dari ruangan yang dianalisa, ruangan tersebut apabila tergolong pengaturan udara sangat baik maka ruang tersebut memerlukan AC berkapasitas BTU/hr atau AC berkapasitas 2,5 PK, tetapi ruangan tersebut tergolong ruangan yang pengaturan udaranya buruk, maka dapat diketahui AC yang dibutuhkan sebesar BTU/hr atau AC yang berkapasitas 4 PK. 2. Lebih besar kapasitas AC yang dibutuhkan maka pemakaiyan listriknya lebih besar pula. 3. Untuk lebih menambah wawasan dan pengetahuan diharapkan peneliti selanjutnya dapat menyempurnakan hasil penelitian ini guna untuk menambah bahan pembelajaran teknik mesin khususnya dibidang pendingin. DAFTAR PUSTAKA

40 40 Andrew D. Althouse, 1982, Modern Refrigeration andair Conditioning, lllinois-south Holand: The Goodhart-Wilcox Company, lnc. Edward.G. Pita., Air Conditioning Principle And System, Edisi ke Dua, Jakarta: PT. Ictiar Baru. Gorre. J.,1927, Mineapolis, Minnesota, New York: Willis Haviland Carrier. Handoko. K, 1981, Teknik Lemari Es, Edisi ke Dua, Jakarta: PT. Ictiar Baru. Harris. N.C., 1985, Modern Air Conditioning Practice, Third Edition, Mc Graw HiII International Book Co. Soedradjat. S.A., Analisa Anggaran Biaya Pelaksana, And Air Conditioning.com. Stroecker.W.F, Refrigeration And air Conditioning, And Air Conditioning.com.

41 41 Analisa Potensi Air Hujan Sebagai Alternatif Sumber Air Pertamanan Menggunakan Cistern Pada Kampus Universitas Samawa Sumbawa Besar Oleh : Burhanuddin ABSTRAK Semakin besarnya kebutuhan air pada saat ini yang dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk dan perubahan funsi lahan berdampak kepada berkurangnya penyerapan air tanah sehingga beralih menjadi air limpasan. Metode panen air hujan dengan menggunakan cistern merupakan salah satu upaya konservsi sumber air untuk memanfaatkan air limpasan yang begitu besar. Sehingga pemakaian sumber air dari PDAM dapat berkurang khusunya air untuk menyiram tanaman. Penelitian yang dilakukan dengan memanfaatkan potensi air hujan yang direncanakan ditampung menggunakan cistern melalui atap-atap gedung Universitas Samawa Sumbawa Besar dapat menjadi alternatif sumber air untuk penyiraman tanaman. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa potensi air hujan yang dapat dipanen dari atap gedung Universitas Samawa Sumbawa Besar adalah sebesar 124, m3/tahun, kapasitas cistern untuk menampung air hujan 9, liter yang desainnya bervariasi karena penempatannya dibagi menjadi 6 (enam) area, disamping itu penghematan yang terjadi adalah sebesar Rp. 15,073, pertahun. Kata kunci : Potensi Air Hujan, Panen Air Hujan, Ketersediaan air, Kebutuhan Air, Cistern, Alternatif Sumber Air Pertamanan. PENDAHULUAN

42 42 Masalah sumber daya air saat ini sudah menjadi suatu yang sangat penting di Indonesia, khususnya pulau Sumbawa. Seiring pesatnya pembangunan gedung-gedung bertingkat dan perumahan, kebutuhan air bersih akan selalu meningkat sementara air bersih tersebut semakin langka dan harus dibayar mahal. Sedangkan krisis sumber daya air disebabkan oleh kebutuhan air yang semakin besar akibat dari peningkatan jumlah penduduk dan perubahan fungsi lahan akan berdampak pada perubahan siklus hidrologi. Pada akhirnya hal ini akan menimbulkan krisis air bagi manusia yang akan berdampak buruk bagi kehidupan manusia yang sangat bergantung akan keberadaan air. Oleh karena itu perlu segera dilakukan konservasi sumber daya air untuk menjaga kelestarian sumber daya air. Peningkatan dan pengembangan sumber daya air secara berkelanjutan diantaranya melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya air, baik dari sisi penggunaannya maupun penyediaannya sangat diperlukan. Pada gedung kampus lama pemanfaatan sumber daya air masih berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), sedangkan pada gedung kampus baru Universitas Samawa Sumbawa Besar, air yang digunakan untuk keperluan sehari-sehari yang berasal dari sumur bor. Dengan semakin meningkatnya aktivitas keperluan air pada akhirnya akan bertambah dan sumber air yang berasal dari sumur bor tidak akan mampu mencukupi kebutuhan akan air, sehingga kebijkan yang akan diambil nantinya yaitu pemanfaatan sumber daya air melalui PDAM. Panen Air Hujan (Rainwater Harvesting). Panen air hujan adalah metode kuno yang dipopulerkan kembali dengan menampung air hujan untuk kemudian dapat dimanfaatkan kembali.

43 43 Pertimbangan untuk menggunakan air hujan adalah karena air hujan memiliki ph yang mendekati netral dan relatif bebas dari bahan pencemar. Metode Cistern. Metode cistern merupakan metode penampungan air hujan yang sederhana. Pada dasarnya metode cistern memiliki konsep dasar yang sama dengan metode panen air hujan pada umumnya, yaitu menampung langsung air hujan yang jatuh di atap dengan melalui komponen-komponen sistem panen air hujan seperti talang (gutter), pipa downpout, saluran pengelontor air hujan pertama (frst fush diverters), dan unit penampungan air. 1. Perhitugan Volume Cistern Ukuran kapasitas cistern harus dapat memenuhi permintaan kebutuhan air sepanjang tahun atau minimal sepanjang musim hujan. Untuk itu sebelum melaksankan pembuatan cistern perlu dilakukan perhitungan volume air hujan yang dapat tertampung oleh atap dengan memperhitungkan terjadinya kebocoran dan limpasan dengan asumsi efesiensi air yang tertampung sebesar % dari volume keseluruhan air yang dapat tertampung. Penentuan ukuran penampung/cistern dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu ; 1. Metode 1. Pendekatan dari segi kebutuhan air. Metode ini merupakan metode perhitungan paling sederhana dimana hanya menghitung volume air yang dibutuhkan yang langsung dianggap sebagai volume cistern yang harus disediakan. Adapun persamaan yang berlaku adalah ; V demand V cistern... (1)

44 44 Metode ini mengambil asumsi bahwa curah hujan dan daerah tangkapan memadai secara konsisten seperti kondisi di atas. Untuk itu dilakukan pengembangan permodelan perhitungan yaitu metode pendekatan dari segi ketersediaan air. 2. Metode 2. Pendekatan dari segi ketersediaan air. Metode ini hanya memperhitungkan jumlah air yang bisa ditangkap oleh suatu daerah tangkapan dengan mengetahui jumlah kebutuhan air sebagai pedoman bahwa volume ketersediaan air harus lebih besar dari pada kebutuhan air yang dianggap sama setiap hari sepanjang tahun. V Suply V cistern... (2) 3. Metode 3. Perhitungan neraca air. Pada metode ini perhitungan volume cistern ditentukan dengan mempertimbangkan keseimbangan antara ketersediaan air dan kebutuhan yang terjadi. Ketersediaan air berasal dari atap sedangkan kebutuhan air merupakan volume air yang dibutuhkan. 4. Kebutuhan air dapat diperhitungkan dengan cara mencari data penggunaan air yang ada atau dengan melakukan proyeksi berdasarkan asumsi volume volume penggunaan air yang ada. Untuk menentukan volume air yang tertampung atap terdapat dua metode yatiu metode rata-rata dan metode nilai tengah. Secara umum volume air yang tertampung di atap didapatkan dari persamaan : V R. A. k... (3) Dimana ;

45 45 V Volume air tetampung (m3) R Curah hujan (m) A Luas daerah tangkapan (m2) K Koefsien limpasan atap 2. Perhitungan Efsiensi Cistern Efsiensi yang dihasilkan oleh cistern diperhitungkan berdasarkan biaya pengeluaran dari dua kondisi yaitu biaya pengeluaran yang dibayar sebelum adanya cistern dibandingkan dengan biaya pengadaan cistern dan biaya yang dikeluarkan pada saat cistern telah dapat dioperasikan. Biaya pengeluran pada saat belum terdapat cistern adalah biaya penggunaan air oleh gedung Kampus Universitas Samawa Sumbawa Besar, berupa air PDAM. METODE PENELITIAN Dalam pelaksanaan penelitian ini, secara garis besar tahapan yang akan dilakukan digambarkan pada diagram di bawah ini.

46 46 Mulai Rumusan Masalah Studi Literatur Metode Cistern Pengumpulan Data Perhitungan Hidrologi, Curah Hujan, Dan Luas Atap Kebutuhan Air Neraca Air Ketersediaan Air Kebutuhan Air Perhitungan Volume Penampung Perhitungan Biaya Pengadaan Cistern Analisa Kesimpulan Dan Rekomendasi Selesaii

47 47 Gambar 1. Diagram Alir Metodelogi Penelitian HASIL PENELITIAN Kompleks Gedung Baru Universitas Samawa beralamatkan di Jalan Raya Semongkat. Dimana pada lokasi tersebut berada pada sebelah selatan Kota Sumbawa tepatnya di Bukit Bileng Monte Desa Jorok Kecamatan Unter Iwis. Dalam penelitian ini yang menjadi pembahasan yaitu Kompleks Universitas Samawa terdiri dari 11 gedung yaitu sebagai berikut : 1. Gedung Rektorat 2. Auditorium (Gedung Ruang Serba Guna) 3. Gedung Perpustakaan 4. Mesjid 5. Gedung Fakultas a. Fakultas FISIP d. Fakultas Teknik b. Fakultas Pertanian e. Fakultas Hukum c. Fakultas FKIP f. Fakultas Ekonomi 6. Green House

48 48 Data Curah Hujan di Kompleks Gedung Universitas Samawa Sumbawa Besar. Data curah hujan yang tersedia di kompleks gedung Universitas Samawa Sumbawa Besar merupakan data curah hujan bulanan yang di ambil dari data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofsika Kabupaten Sumbawa yang terdiri dari data curah hujan sejak tahun 2005 hingga Tabel 1. Data Curah Hujan Stasiun Pencatatan Brang Biji Sumbawa Besar. Bulan (mm) N o Tahu n Jan Fe b Ma r Ap r Me i Jun Jul Ag t Sep t Ok t No v De s

49 Sumber, BMKG Sumbawa Ket. - Tidak ada hujan - Hujan tapi tidak terukur dengan alat penakar hujan Perhitungan hujan andalan dilakukan melalui pengolahan data curah hujan bulanan yang ada dengan mengurutkan peringkat data curah hujan berdasarkan besar curah hujan rata-rata bulanan. Kemudian diperhitungkan peluang masin-masing dengan rumus : P (%) (m/(n+1)) x 100%...(4) Tabel 2. Peluang Hujan No Tahun Tahunan Rangking (m) Peluang (%) Setelah menentukan peluang, maka diambil lima buah data dengan tingkat peluang yang terdekat dengan 80 %. Sehingga data yang dianggap dapat mewakili adalah data hujan tahun 2006, 2010, 2011, 2012, 2013 dan akhirnya dari kelima data tersebut diambil data hujan rata-rata dan hujan andalan. Tabel 3. Curah Hujan Rata-rata dan Curah Hujan Andalan.

50 50 No Bulan CH Ratarata Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des CH Andala n Dari pengolahan data tersebut diperoleh hujan andalan yang akan digunakan sebagai data hujan bulanan yang baru. Secara grafk maka dapat dilihat sebagai berikut :

51 51 Curah Hujan Andalan CH Rata-rata CH Andalan Desember Nopember Oktober September Agustus Juli Juni Mei April Maret Februari 0 Januari Curah Hujan (mm) 500 Gambar 2. Curah Hujan Andalan Daerah tangkapan Hujan. Luasan daerah tangkapan yang berupa atap gedung Universitas Samawa dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini : Tabel 4. Luas Atap dan Jenis Atap Gedung Universitas Samawa Sumbawa Besar No Nama Gedung Gedung Rektorat Auditorium Luas Atap Jenis Atap Spandek Spandek

52 Mesjid Gedung Perpustakaan Gedung Fakultas Fakultas Ekonomi Fakultas FISIP Fakultas Pertanian Fakultas FKIP Fakultas Teknik Fakultas Hukum Green House Volume Ketersediaan x Plat Beton Spandek + Plat Beton Spandek + Plat beton 1214,24 Atap Metal Air. Volume ketersediaan air adalah volume air hujan yang tertangkap oleh atap gedung-gedung pada kompleks Universitas Samawa. Untuk menghitung besarnya volume ini dapat digunakan rumus : V R x A x k.. (5) Dimana : V Volume air yang tertampung (m3) R Curah hujan (m) A Luas daerah tangkapan (m2) K Koefsien limpasan air. Dengan demikian nilai koefsien yang digunakan setelah dilakukan penyesuaian koefsien dari refernsi adalah untuk atap genting,multiroof, spandek 0.75 dan atap dak beton, keramik, kaca, 0.9.

53 53 Dengan menggunakan persamaan (5) maka didapatkan volume air hujan yang terkumpul di atap gedung Kampus Universitas Samawa Sumbawa Besar sepanjang tahun berdasarkan data curah hujan bulanan yang dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini : Tabel 5. Volume Air Hujan Yang Terkumpul (m3) No Nama Gedung Gedung Rektorat Area 1 Auditorium Gedung Perpustakaan R A 2, , , K Total Area 2 Fakultas FKIP Fakultas FISIP , , Total Area 3 Green Hoes Fakultas Pertanian Total , , V (m3) 6, , , , , , , , , , Ket M3 M3 M3

54 54 Area 4 Fakultas Hukum Fakultas Teknik , , , , , , , , Total Area Masjid 5, Total Area 6 Fakultas Ekonomi , M3 M3 12,898. M3 08 Dari perhitungan maka hasil air yang didapatkan/terpanen sebesar 124, m3/tahun akan Total dibandingkan dengan kebutuhan air yang terjadi di gedung-gedung pada Kampus Universitas Samawa Sumbawa Besar. Jadi untuk itu perlu diketahui terlebih dahulu jumlah kebutuhan air di gedung Kampus Universitas Samawa Sumbawa Besar. Jenis Kebutuhan Pemakaian Air Tabel 6. Luas Area Taman Pada Kompleks Kampus Universitas Samawa Sumbawa Besar

55 55 No Nama Gedung Gedung Rektorat Area 1 Auditorium Gedung Perpustakaan Total Area 2 Fakultas FKIP Fakultas FISIP Total Area 3 Green Hoes Fakultas Pertanian Total Area 4 Fakultas Hukum Fakultas Teknik Total Luas Ket 2, , , , , , , M , , , , M2 5,000.0 M2 M2

56 56 0 2,500.0 Masjid 0 2,500.0 Total M2 0 Area 2,500.0 Fakultas Ekonomi 6 0 2,500.0 M2 Total 0 Total Luas Taman 26,375. M2 00 Total Luas Pemakaian Air Untuk Taman (Total 7,912.5 M3 Luas Taman x 0,3 Ltr/m2) 0 Dari data di lapangan, air yang digunakan untuk aktivitas pembangunan dan penyiraman adalah air Area 5 sumur bor dan pada akhirnya akan menggunakan air PDAM untuk mencukupi kebutuhan akan sumber air seiring besarnya aktivitas pada tahun mendatang, yang diperkirakan setiap harinya dibutuhkan air untuk menyiram tanaman sebesar 0.3 s/d 0.4 liter/m 2/hari (Mekanisme. Litbang. Deptan.go.id). Penyiraman tanaman selain dibagi menjadi enam tahap area penyiraman, penyiraman juga direncanakan dilakukan sebanyak dua kali pada jam 5 pagi dan 3. Dengan demikian total kebutuhan air untuk suluruh area taman seluas 26, m2 adalah m3/hari. Volume Cistern. Volume cistern ditentukan dengan cara keseimbangan antara ketersediaan air dan kebutuhan air (neraca air) pada gedung Universitas Samawa Sumbawa Besar. Cistern akan dibuat berdasarkan volume kebutuhan air bulanan untuk memenuhi kebutuhan air di area taman.

57 57 1. Biaya Awal Investasi Biaya pengadaan instalasi panen air hujan ini terdiri dari biaya pengadaan cistern dan sistem instalasinya. Lokasi penempatan cistern direncanakan pada enam lokasi dengan pertimbangan lokasi gedung yang sangat jauh dan diambil gedung-gedung yang yang terdekat sehingga penempatan lokasi masing-masing cistern menggunakan sistem komunal. N o Produk Tabel 7. Desain Rencana Cistern dan Biaya Pembuatan Cistern Harga Dimensi Jml Harga Vol (m3) Sat Water Tank Beton 852 Ltr Water Tank Beton 1, Ltr Water Tank Beton 1, ,2 Ltr Water Tank Beton 1, Ltr Water Tank Beton 2, Ltr Water Tank Beton 2, Ltr Total Harga ,500, ,800, ,500, ,000, ,500, ,000, ,500, ,000, ,500, ,500, ,500, ,500,0 00 1,432,800,000.00

58 58 Tabel 8. Biaya Total Pemasangan Talang Nama Gedung Panjan g (m ) 1 Gedung Rektorat 206,28 2 Auditorium 232,47 3 Perpustakaan 156,00 4 Fakultas FKIP 208,00 5 Fakultas FISIP 208,00 6 Green Houes Fakultas Pertanian Fakultas Hukum Fakultas Teknik 43,32 No ,00 208,00 208,00 10 Masjid 204,00 11 Fakultas Ekonomi 208,00 Total Harga Biaya Pasang (Rp) 2,062, ,324, ,560, ,080, , , , , , , , Total harga Pasang Talang (Rp) Ket 5,947, Area 1 4,160, Area 2 2,513, Area 3 4,160, Area 4 2,040,000. Area ,080,000. Area ,900,663.45

59 59 Tabel 9. Biaya Total Pemasangan Pipa No Nama Gedung 1 Gedung Rektorat Auditorium Perpustakaan Fakultas FKIP Fakultas FISIP Green Hoes Fakultas Pertanian Fakultas Hukum Fakultas Teknik Masjid Fakultas Panjan g (m ) Biaya Pasang (Rp) , , , , , , , , ,000.0 Total harga Pasang Talang (Rp) Ket 5,947, Area 1 4,160, Area 2 2,513, Area 3 4,160, Area 4 2,040, ,080,000. Area 5 Area 6

60 60 Ekonomi , Total Harga Tabel 10. Rekapitulasi Harga Pengadaan Cistern dan Pemasangan Talang dan Pipa N o Ciste rn Harga Cistern Biaya Pemasang an Talang Biaya Pemasang an Pipa Area 1 Area 2 Area 3 Area 4 Area 5 Area 6 127,800, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,947, ,160, ,513, ,160, ,040, ,040, ,300, , , , , , Total Harga pengadaan cistern Jml Harga (masingmasing cistern) 135,047, ,060, ,413, ,060, ,290, ,530, ,458,664,

61 61 Jadi, total biaya yang dikeluarkan dalam pengadaan cistern di Universitas Samawa Sumbawa Besar adalah sebesar Rp. 1,458,664,586.50, dibulatkan menjadi Rp. 1,458,665,000,00 (Satu Milyar Empat Ratus Lima Puluh Delapan Juta Enam Ratus Enam Puluh Lima Ribu Rupiah). 2. Penghematan Biaya Penghematan yang terjadi adalah jumlah air yang berasal dari cistern yang dapat mengurangi pemakaian air PDAM dalam memenuhi kebutuhan air pertamanan di Universitas Samawa Sumbawa Besar. Besar volume air tersebut merupakan jumlah total permintaan ketersediaan air yang ada yaitu sebesar 791,25 m3/bulan. Dimana harga air PDAM per m 3 sebesar Rp ,50 (Sesuai tagihan rumah tangga November 2014), jadi penghematan yang terjadi dihitung dengan mengalikan jumlah total ketersediaan air dalam satu bulan dengan harga air PDAM per m 3 sebesar Rp. 1,256, perbulan atau sebesar Rp. 15,073, pertahun. KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa potensi air hujan yang ada di Universitas Samawa Sumbawa Besar adalah sebagai berikut ; 1. Potensi volume air hujan yang dapat dipanen dari atap gedung Universitas Samawa Sumbawa Besar adalah sebesar 124, m3/tahun. 2. Kapasitas cistern untuk menampung air hujan adalah sebesar 9, liter. Desain cistern dibagi menjadi 6 (enam) area dengan dimensi masing-masing;

62 62 Area 1 menggunakan Water Tank Beton dengan kapasitas 852,00 liter, Area 2,3 dan 4 menggunakan Water Tank Beton dengan kapasitas 1, liter, Area 5 dan 6 menggunakan Water Tank Beton dengan kapasitas 2, liter. 3. Penghematan air yang terjadi jika menggunakan air PDAM dalam memenuhi konsumsi air pertamanan di Kampus Baru Universitas Samawa Sumbawa Besar adalah jika penggunaan air bulanan sebanyak 791,25 m3 dengan harga Rp. 1,256, perbulan atau sebesar Rp. 15,073, pertahun. SARAN Dari penelitian ini penulis menyarankan masih diperlukan beberapa perbaikan untuk masa yang akan datang guna memperoleh hasil yang lebih baik. Perbaikan itu antara lain ; 1. Dalam perhitungan volume air hujan yang dipanen dalam pemanfaatan sebagai sumber air pertamanan kiranya diperlukan data curah hujan yang mendekati wilayah studi sehingga data yang disajikan betul-betul akurat. Dan diharapkan dalam perhitungan debit air hujan sangat diperlukan untuk menghitung lamanya pengisian cistern, dimensi instalasi sebagai penyalur air hujan. 2. Efesiensi cistern dapat dibuat sebesar-besarnya tergantung dengan jumlah curah hujan, Dengan kondisi pembangunan yang sedang berlangsung di Kampus Baru Universitas Samawa Sumbawa Besar memungkinkan untuk dilakukan perencanaan yang baik dan matang terhadap pemanfaatan sumber daya air.

63 63 3. Dalam kondisi yang akan datang dengan semakin tingginya aktivitas di Kampus Baru Universitas Samawa Sumbawa Besar, tentu memerlukan ruang hijau sebagai tempat taman, kondisi ini tentu akan memerlukan efesiensi dalam pengelolaan air, yang kemudian diharapkan dalam konservasi air ini tingkat penghematan yang terjadi diharapkan semakin efesien karena semakin besar volume cistern semakin besar pula nilai efesiensi yang akan diperoleh. DAFTAR PUSTAKA Chow, Ven Te, et al.: Applied Hydrology, McGraw Hill International Edition Civil Engineering Series, Mekanisasi.litbang.deptan.go.id, Estimasi kebutuhan air tanaman daerah tropis. Harto BR., Sri. (2000). Hidrologi. Nafri Offset, Yogyakarta. Direktorat Cipta Karya Departemen Pekerjaa Umum, Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Air Bersih Perkotaan, Jakarta, Direktorat Cipta Karya Departemen Pekerjaa Umum, Tata Cara Survey dan Pengkajian Kebutuhan Dan Pelayanan Air Minum, Jakarta, Henry. J. Glynn and Gary W. Heinke. Enviromental Science and Engineering, Hall, Inc., 1996 New Jersey : Pretince-

64 64 PERENCANAAN SUMUR RESAPAN PADA PERUMAHAN GRIYA IDOLAH SUMBAWA BESAR Oleh : Rian Hidayat ABSTRAK Pembuatan Sumur Resapan merupakan solusi yang tepat untuk pencegahan banjir di daerah yang resapan air sedikit khususnya di Perumahan Griya Idola karena pemulihan lahan kritis memerlukan waktu yang relatif lama untuk daerah tangkapan air. Akan tetapi partisipasi masyarakat terhadap pembuatan Sumur Resapan dirumah sendiri belum antusias walaupun manfaat dari Sumur Resapan efektif untuk

65 65 pencegahan banjir dan membantu ketersediaan air pada musim kemarau. Sehingga aplikasinya terhadap pemukiman di Sumbawa Besar, hal ini menjadi menarik bagi penulis untuk melakukan penelitian mengenai Perencanaan Sumur Resapan Pada Perumahan Griya Idola dengan kegiatan ini masyarakat dapat merasakan secara langsung manfaat dari sumur resapan dan menjadikan sumur resapan sebagai budaya keluarga Indonesia terhadap sistem hidrologi sebagai upaya pelestarian sumber daya air. Hasil Penelitian dengan menghitung Besar Dedit Rancangan sebesar m 3/dtk.sehingga debit yang terjadi sudah tidak bisa menahan laju air yang mengalir dan Volume pekerjaan untuk Sumur Resapan dengan diameter 1 m dan kedalaman 1.5 m jadi jumlah sumur resapan yang di butuhkan adalah 428 buah dengan jarak antar sumur(s) : 6 meter. Kata kunci : Sumur Resapan, Air. PENDAHULUAN Sumur resapan adalah sumur atau lubang yang dibuat untuk menampung air hujan atau aliran air permukaan agar mengalir ke tanah yang dapat mempertahankan bahkan meningkatkan tinggi muka air tanah dan mengurangi laju air permukaan (surface runof) karena air langsung terserap. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui debit rencana desain sumur resapan di perumahan griya idola Sumbawa dan membuat perencanaan desain sumur resapan untuk mengurangi limpasan air hujan di perumahan Griya Idola. METODOLOGI PENELITIAN Penentuan lokasi penelitian. Penentuan drainase jalan yang digunakan dalam penelitian ditentukan melalui survey wilayah, dengan ketentuan sebagai berikut:

66 66 1. Lokasi drainase jalan harus berada di sekitar rumah warga, hal ini agar fungsi dari sumur resapan pada drainase jalan dapat langsung dirasakan oleh masyarakat. 2. Lokasi drainase harus merupakan titik kumpul aliran, sehingga sumur resapan pada drainase jalan dapat berfungsi secara maksimal. 3. Lokasi drainase jalan memiliki kondisi struktur yang baik, sehingga mampu meminimalis dana yang digunakan. 4. Lokasi drainase dipilih berdasarkan jalan dari rumah warga, hal ini dikarnakan agar tidak mengganggu kebersihan dari air tanah. Analisis data. Setelah pengolahan data selesai maka dilakukan analisis perbandingan antara volume air limpasan pada saat hujan sebelum dan sesudah pembuatan sumur resapan pada drainase jalan, serta analisis pengaruh adanya sumur resapan terhadap keadaan air tanah yang dilihat pada sumur-sumur dangkal. PEMBAHASAN Pengumpulan Data Peta pos penangkar hujan. Peta lokasi pos penakar hujan Sumbawa digunakan untuk mengetahui letak stasiun curah hujan. Dalam hal ini data hujan yang digunakan adalah data hujan jamjaman yang berasal dari stasiun otomatis. Sehingga dalam penelitian ini stasiun hujan yang digunakan

67 67 adalah stasiun Brang Biji karena stasiun ini termasuk alat pengukur hujan otomatis dan terdapat data hujan jam-jaman. Data hujan. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data hujan dengan lama waktu pengamatan 6 tahun yaitu dari tahun 2008 sampai dengan tahun Untuk uji kepangggahan data digunakan data hujan tahunan, sedangkan untuk analisis IDF digunakan data hujan jam-jaman. Data hujan ini diperoleh dari Balai Hidrologi Dinas Badan Meteorologi dan Geofsika sumbawa Besar. Analisis Hidrologi. Penetapan seri data yang akan digunakan dalam analisis ini adalah maxsimum annual series. Dimana setiap tahunnya diambil satu data maksimumnya, yang berarti jumlah data akan sama dengan jumlah tahun data. Penentuan Jenis Agihan. Dari data curah hujan rata-rata maksimum jam-jaman, selanjutnya dihitung parameter statistik untuk memilih sebaran yang cocok dimulai dari jam ke-1 sampai jam ke-24. Analisis parameter statistik curah hujan Gunung Sari dimulai dari hujan dengan durasi 1 jam seperti terlihat pada tabel dibawah ini. n Xr Xi i 1 n Standar deviasi

68 68 S n ( Xi Xr )2 i1 n Koefsien variasi Cv S Xr Cv S Xr Koefsien kepencengan Cs n ( X Xr )3 (n 1)(n 2 )S3 6 ( ) (6 1 )(6 2 ) Koefsien kurtosis n Ck n 2 ( X Xr )4 i1 ( n 1 )( n 2 )( n 3 ) S ( 6 1 )( 6 2)( 6 3) Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai Cv 0.691, Cs dan Ck maka jenis sebaran dipilih berdasarkan syarat-syarat seperti tercantum dalam tabel dibawah ini.

69 69 Tabel 1. Persyaratan Jenis Agihan Hujan pada jam ke-1 Agihan Normal Log Normal Gumbel Log Pearson Tipe III Syarat Cs 0 Ck 3 Cs/Cv 3 Cs 1,14 Ck 5,4 Selain diatas Perhitungan Cs Ck Cs/Cv 0.14 Cs syarat Ck Agihan yang dipilih adalah Log Pearson tipe II Sumber: hasil perhitungan Hasil analisis pemilihan jenis agihan hujan pada tabel di atas menunjukkan bahwa jenis agihan yang dipilih mendekati persyaratan Log Pearson tipe III. Dengan cara yang sama hasil perhitungan parameter statistik dan analisis pemilihan jenis agihan untuk hujan dengan durasi 2 jam sampai 24 jam dapat dilihat pada lampiran tabel IV-1 dan tabel IV-2. Dari hasil analisis diatas menunjukkan bahwa hujan dengan durasi 8 jam mengikuti agihan log normal dan durasi 14 jam mengikuti agihan normal sedangkan hujan dengan durasi yang lain mengikuti agihan Log Pearson Tipe III.

70 70 Distribusi Curah Hujan Rancangan. Kedalaman hujan untuk sebaran normal, log normal dan Log Pearson tipe III dianalisis dengan kala ulang 2, 5, dan 10 tahun. Berikut ini contoh perhitungan curah hujan rancangan untuk tiap agihan Log Person Type III Untuk hasilnya disajikan pada tabel dibawah ini: Nilai rata-rata n 1 Log X Log X i n i1 LogX Standar deviasi S S n ( Log X i Log X ) 2 i1 n , Koefsien kepencengan

71 71 n Cs Cs n ( Log X i Log X )3 i 1 (n 1 )(n 2 )(S Log x )3 6 ( ) 1, 47 (6 1 )(6 2 )( )3 Dari nilai koefsien kepencengan Cs -1,47 diperoleh besarnya faktor penyimpangan (k) berdasarkan kala ulangnya yaitu : Kala Ulang 2 tahun k ( )(( ) ( 1. 4 )) (( 1.6 ) ( 1. 4 )) k ( )(( ) ( 1. 4 )) (( 1. 6 ) ( 1. 4 )) Kala Ulang 10 tahun k ( )(( ) ( 1. 4 )) (( 1. 6 ) ( 1. 4 )) Sehingga dapat dihitung besarnya hujan rancangan untuk kala ulang 2, 5, dan 10 tahun sebesar:

72 72 Log x 2 LogX +k. S x x mm Log x x x mm Log x x x mm Uji Kecocokan. Pengujian kecocokan sebelum dilakukan pengujian data diurutkan dari yang terbesar sampai yang terkecil kemudian digambarkan pada kertas probabilias dengan cara Weibull. Langkah selanjutnya memploting data pada kertas kementakan dengan peluang empiris (Pe) sebagai sumbu X dan curah hujan sebagai sumbu Y. Kemudian mencari peluang teoritis (Pt) dengan cara menarik garis horisontal untuk nilai peluang empiris (Pe) terhadap garis ekstrapolasi. Intensitas Hujan. Perhitungan intensitas curah hujan jam-jaman dengan kala ulang 2, 5, dan 10 tahun digunakan rumus Talbot, Sherman dan Ishiguro. Berikut ini contoh perhitungan intensitas hujan masing-masing rumus.

73 73 Luas daerah Layanan. Tata nama dan luas daerah layanan perumahan griya idolah dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Luas Daerah layanan No Nama Luas Areal yang wilayah dilayani (Ha) 1 RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT

74 74 Sumber : Data Diolah,2014 Harga Koefsien Pengaliran. Ada beberapa tipe daerah pengaliran adalah sebagai berikut: Perumahan (R) : 0.7 Sawah (S) : 0.2 Jalan Aspal (A) : 0.9 Lapangan olah raga (LOR) : 0.25 Untuk tipe daerah pengaliran yang beragam, koefsien pengaliran dicari dengan persamaan. Berikut ini contoh perhitungan pada wilayah RT4. Luas jalan aspal : Ha Luas rumah : 0,1141 Ha Luas lapangan olah raga Koefsien pengaliran (C) : 0.04 Ha A 1 C1 + A 2 C A n +C n A (0. 9 x )+(0.7 x 0,. 395 )+(0.25 x ) 0,

75 75 Waktu Konsentrasi. Lamanya waktu konsentrasi (Tc) untuk drainase perkotaan terdiri atas waktu yang diperlukan air untuk mengalir dari bagian terjauh melalui permukaan tanah ke saluran terdekat (to) dan waktu mengalir didalam saluran ketempat yang diukur (td). Berikut contoh perhitungan pada RT1 lintasan aliran diatas permukaan lahan (L) kemiringan lahan (S) jarak terjauh dari tempat yang diukur (Ls) kecepatan aliran didalam saluran (v) :3m : Waktu konsentrasi dihitung menggunakan persamaan 2.29 adalah tc to + td L to ( ) S ( ) menit t d L 60 v x menit : 714 m : m/dtk

76 76 Jadi, tc menit. Perhitungan Debit Rancangan. Debit banjir rancangan dihitung dengan menggunakan Metode Rasional. Besarnya debit dihitung dengan persamaan Berikut contoh perhitungan pada RT 1. Koefsien Pengaliran (C) : 0.9 Intensitas Hujan (I) : mm/jam Luas wilayah (A) : m2 Sehingga diperoleh debit (Q) C x I x A x 0.9 x x m3/det. Kehilangan Air Akibat Konstruksi Rumah Tinggal 20 m

77 77 10 m Gambar 1. Denah bangunan rumah tinggal Dari gambar diatas diketahui Panjang : 10 m dan lebar 20 m. Luas Bangunan : 10 m x20 m > A 200 m2 Jika Tanah seluas 200 m2 dibebani hujan dengan intensitas (I) : mm/hr, maka jumlah air hujan yang hilang akibat lahan yang tertutup bangunan adalah sebesar: I mm/hr I /(24 x 60) I m/jam Jumlah (Volume) air hujan yang hilang sebesar: V x 200 V m3 Jika dalam 1 kawasan huni terdapat 347 rumah, maka Volume air yang berpotensi untuk hilang akibat lahan yang tertutup oleh bangunan adalah sebesar : V lost m3 x 347 V lost m3 Kalau diasumsikan hujan terjadi selama 5 jam, maka volume air yang hilang adalah sebesar :

78 78 V lost liter x 5 jam V lost liter Sekarang coba kita asumsikan jika hujan tersebut terjadi diaerah (yang seharusnya menjadi daerah ) imbuhan air hujan seperti misalnya perumahan griya idolah Dari data didapatkan luas wilayah perumahan griya idolah sebesar : km m2. Kita asumsikan 80% wilayah perumahan griya idolah telah dimanfaatkan untuk bangunan dan fasilitas publik, maka volume air yang hilang akibat bangunan dan fasilitas publik adalah sebesar : V lost 1101 x m V lost 73,3266 x 80% V lost liter Jika Hujan terjadi selama 5 jam, maka volume air yang hilang adalah sebesar : V lost liter/jam x 5 jam V lost liter Kehilangan Air Akibat Konstruksi Jalan 3.00 m Saluran Drainse kanan Saluran Drainse kiri 1.50 m 1.50 m

79 79 Gambar 2. Potongan melintang Konstruksi Jalan dan Tampak Atas) Diasumsikan Type jalan adalah : Arteri ; 2 arah Lebar Jalan 3,00 m Panjang Badan Jalan ( Griya idolah) 2.5 km > 2500 m Luas Badan Jalan 2500 m x 3 m A 7500 m2 x 0, m Direncanakan penggunaan sumur resapan untuk mengimbuhkan air hujan kedalam tanah, diasumsikan dimensi sumur resapan yang akan dipergunakan adalah : diamater (d) : 1 m dan tinggi (h) : 1.5 m Volume Sumur Resapan (1/4 x phi x d^2) x h

80 80 Volume Sumur Resapan (1/4 3,14 x 1^2) x 1.5 Vol Sumur m3 Vol Sumur liter Jumlah Sumur Resapan yang dibutuhkan sepanjang 2.5 km : n ( liter /1177.5) n buah Jadi jumlah sumur resapan yang di butuhkan di perumahan griya idolah sebanyak 428 buah jarak antar sumur resapan (s) 2500 m / 428 buah (s) 5.84 meter 6 m > Jadi sumur resapan dipasang dengan jarak antar sumur (s) : 6 meter. KESIMPULAN 1. Besar debit rancangan sebesar 26,425 m3/dtk sehingga debit yang terjadi sudah tidak bisa menahan laju air yang mengalir 2. Volume pekerjaan untuk sumur resapan dengan Diameter 1 m dan kedalaman 1,5 m dengan jumlah pekerjaan sumur resapan diperumahan griya idolah Sumbawa sebanyak 428 buah dengan jarak sumur resapan 6 meter.

81 81 SARAN Dari analisis data yang telah dilakukan dan dari kesimpulan yang diperoleh maka berikut merupakan saran untuk pihak yang terkait dengan studi yang dilakukan: 1. Membangun sumur resapan pada setiap perumahan untuk mengurangi pelimpasan dan meninggikan muka air tanah (ground water recharge). 2. Untuk mengetahui kemempuan optimal sumur untuk penurunan hidrograf, dapat dilakukan penelitian lanjutan terhadap variasi tinggi muka air tanah sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap efektivitas pembuatan sumur resapan. DAFTAR PUSTAKA Mulyana, Rachmat Penentuan Tipe Konstruksi Sumur Resapan Air Berdasarkan Sifat-sifat Fisik Tanah dan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kawasan Puncak. Tesis S2 IPB, Bogor. Saragih, John F.B Merenovasi Rumah Tipe 21 dan Tipe 36. PT.Gramedia Pustaka Utama,Jakarta. Suharsimi Arikunto Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rhineka Cipta. Suripin, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Andi Offset: Yogyakarta.

82 82 Kajian Sisitem Penyediaan Air Bersih PDAM Di Kecamatan Unter Iwes Kabupaten Sumbawa Oleh : Ruslan ABSTRAK Air merupakan unsur yang vital dalam kehidupan manusia. Seseorang tidak dapat bertahan hidup tanpa air, karena itulah air merupakan salah satu penopang hidup bagi manusia. Tubuh manusia sangat membutuhkan air untuk dikonsumsi agar mampu menjaga fungsi ginjal. Air juga menjadi kebutuhan dalam setiap rumah tangga, kegiatan pertanian, ekonomi, dan industri. Air perlu ditata penggunaannya agar memberikan manfaat bagi masyarakat. Air merupakan bagian dari pembangunan berkelanjutan, termasuk didalamnya air dan sanitasi, kesehatan, dan pertanian. Hal terpenting dalam setiap kebijakan pembangunan mengenai pengelolaan air adalah bahwa air berhubungan dengan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan sumber daya air yang dimulai dari kebijakan pemerintah tentang air, seperti bagaimana menyediakan air bersih bagi masyarakat dan pembangunan sistem irigasi yang memiliki asas adil dan merata. Hasil Penelitian dengan menghitung besar arah aliran pada masing-masing pipa distribusi air bersih PDAM kewilayah Kecamatan Unter Iwes diperoleh kebutuhan air pada jam puncak sebesar liter/hari. sedangkan Perhitungan besar tekanan aliran dalam pipa bahwa di pipa 14 inc HDPE dapat disimpulkan bahwa tekanan pada titik PA k Pa. Kata kunci : PDAM, Perpipaan, Air.

83 83 PENDAHULUAN Air merupakan unsur yang vital dalam kehidupan manusia. Seseorang tidak dapat bertahan hidup tanpa air, karena itulah air merupakan salah satu penopang hidup bagi manusia. Tubuh manusia sangat membutuhkan air untuk dikonsumsi agar mampu menjaga fungsi ginjal. Air juga menjadi kebutuhan dalam setiap rumah tangga, kegiatan pertanian, ekonomi, dan industri. Oleh karena itu, air perlu ditata penggunaannya agar memberikan manfaat bagi masyarakat. Air merupakan bagian dari pembangunan berkelanjutan, termasuk didalamnya air dan sanitasi, kesehatan, dan pertanian. Hal terpenting dalam setiap kebijakan pembangunan mengenai pengelolaan air adalah bahwa air berhubungan dengan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan sumber daya air yang dimulai dari kebijakan pemerintah tentang air, seperti bagaimana menyediakan air bersih bagi masyarakat dan pembangunan sistem irigasi yang memiliki asas adil dan merata. Secara yuridis dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 3 yaitu : Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam pasal tersebut jelas bahwa air harus dikelola dengan sebaik-baiknya oleh pemerintah sehingga manfaat air dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Sumber daya air merupakan kebutuhan mutlak setiap individu yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidupnya. Apabila terjadi pengurangan kuantitas maupun kualitas sumber daya air maka akan mempengaruhi kehidupan manusia secara bermakna. Kecenderungan saat musim kemarau tiba dibeberapa daerah di Indonesia mengalami krisis air bersih.

84 84 Fenomena kekurangan air bersih ini melanda Kota Sumbawa Besar, tepatnya di Kec.Unter Iwes. Setiap tahun saat musim kemarau tiba debit air di sumur dan sumber mata air diwilayah Sumbawa Besar mulai berkurang. Warga yang mengalami kekurangan air bersih ialah warga di Kec.Unter Iwes, Kota Sumbawa Besar. Mereka bertempat tinggal didaerah dataran tinggi ini mengalami kekurangan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari seperti: mandi, makan, masak, minum, mencuci, serta kebutuhan warga setempat lainnya. Oleh karena itu, para wargapun harus rela menempuh perjalanan sejauh dua kilometer untuk mendapatkan air bersih. Beberapa daerah di Kec.Unter Iwes juga mengalami kekurangan air bersih saat musim kemarau tiba. Bahkan jumlah kecamatan yang mengalami kekurangan air bersih kini bertambah banyak. Mereka yang selama ini selalu mengandalkan jaringan air melalui pipa PDAM, mulai kesulitan. Sebab, sudah sebulan ini air pipa PDAM macet. Akibatnya warga untuk memperoleh air untuk kebutuhan sehari-hari terpaksa memanfaatkan air sungai. Kendati kondisinya kotor dan keruh. Para warga di desa tersebut terpaksa mengangkut air yang berasal dari sungai tersebut untuk mereka bawa ke rumah meskipun kondisinya tidak dapat dikatakan bersih bila digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Masalah kekurangan air bersih yang dialami pada beberapa daerah di Kec.Unter Iwes saat musim kemarau tiba harus segera ditanggapi oleh Pemerintah Daerah Kec.Unter Iwes Seperti kita ketahui bahwa kebutuhan dalam hal air merupakan kebutuhan vital bagi masyarakat dalam kehidupan. Untuk melindungi segala bentuk pemanfaatan sumber daya air maka pemerintah membuat undang-undang yang mengatur mengenai prioritas pemanfaatan sumber daya air. Sebagai acuan di dalam pemanfaatan sumber daya air

85 85 ini adalah Undang-Undang No. 22 Tahun 1982 tentang Tata Guna Air. Di dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1982 tentang Tata Guna Air ini menyatakan urutan prioritas penggunaan air, yaitu : Air untuk minum, air untuk keperluan rumah tangga, air untuk kepentingan pertahanan dan keamanan, air untuk kepentingan peribadatan dan air untuk kepentingan irigasi. Seperti yang telah disebutkan di atas maka penggunaan air yang paling prioritas adalah untuk kebutuhan minum bagi masyarakat. PDAM Kec.Unter Iwes, Sumbawa Besar sebagai salah satu instansi pemerintah berbentuk BUMD yang menyelenggarakan pelayanan umum/jasa dalam hal pemenuhan kebutuhan air bersih dalam hal ini air untuk kebutuhan minum, memasak, mencuci, mandi bagi masyarakat. Sebagian besar kebutuhan air bersih untuk masyarakat Kec.Unter Iwes dilayani oleh PDAM. Data yang diperoleh mengenai cakupan pelayanan PDAM Tahun 2009 adalah 60,06% dari jumlah penduduk khususnya di Kec.Unter Iwes yaitu jiwa (Data Bagian Langganan). PDAM Kabupaten Sumbawa Besar menggunakan mata air dan air tanah sebagai sumber air baku dalam sistem penyediaan air minum bagi masyarakat. Data yang diperoleh dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (PJMD) Tahun Kec.Unter Iwes menyebutkan ketersediaan air di bumi seperti air permukaan dan air tanah tersebut keberadaannya dipengaruhi oleh iklim, jenis/sifat batuan dan kondisi permukaan tanah, dan tata guna lahan. Kondisi hidrologi Kec.Unter Iwes dipengaruhi oleh sifat iklim regional, disamping sifat-sifat fsis wilayah/tanah, hutan, dan lingkungan. Kec.Unter Iwes dengan luas wilayah sebesar 688,85 km² setidaknya memiliki sumber mata air sebanyak 197 titik dengan debit sekitar liter per detik pada Tahun 2004 dan mengalami penurunan menjadi 2.555,8 liter per detik pada Tahun

86 (RPJMD Tahun Kec.Unter Iwes). Penurunan debit mata air ini perlu mendapat perhatian lebih mengingat kebutuhan akan air bersih akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Kec.Unter Iwes. Hal ini menggambarkan kondisi yang kurang mendukung bagi Kec.Unter Iwes dalam usaha pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat. Salah satu penyebab menurunnya debit mata air ini dapat terjadi akibat adanya kerusakan lingkungan di wilayah tangkapan air di sekitar sumber mata air dan terjadi alih fungsi lahan hutan kayu menjadi lahan pertanian tanaman pangan, permukiman dan aktivitas guna lahan lainnya. Berdasarkan kondisi lingkungan yang dihadapi PDAM Kec.Unter Iwes maka dibutuhkan suatu perencanaan strategis. Penyusunan rencanaan strategis oleh PDAM Kec.Unter Iwes diharapkan mampu merespon segala kondisi lingkungan yang ada terutama dalam permasalahan penyediaan kebutuhan air bersih di Kec.Unter Iwes. Maka dari itu untuk merespon semua ini maka PDAM Kec.Unter Iwes dituntut untuk dapat melakukan perencanaan strategis yang tepat sehingga dapat memenangkan persaingan. Dengan memahami perubahan lingkungan perusahaan yang terus beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang terjadi akan dapat tumbuh dan berkembang. Sebaliknya perusahaan yang tidak beradaptasi dengan perubahan lingkungan akan mengalami kemunduran. Berangkat dari situlah yang mendorong peneliti ingin mengetahui perencanaan strategis dan strategi-strategi yang digunakan pada PDAM Kec.Unter Iwes dalam hal pemenuhan kebutuhan air bersih.

87 87 METODE PENELITIAN Subyek penelitian adalah jaringan pipa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) diwilayah Kecamatan Unter Iwes yang mengalami kekurangan air bersih. Adapun Obyek penelitian ini adalah di wilayah Kecamatan Unter Iwes Kabupaten Sumbawa. Alat. Alat yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini antara lain adalah : a) Untuk mengukur tekanan air menggunakan Manometer. b) Alat-alat tulis c) Meter. Metode Pengumpulan data. Tahap pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data-data yang akan digunakan dalam simulasi jaringan pipa distribusi. Dalam hal ini peranan instansi terkait sangat penting, terutama Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) tirta Batu Lanteh Kecamatan Unter Iwes. Data dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang diperlukan adalah sebagai berikut: 1. Data Primer a) Data dimensi, jenis dan panjang pipa b) Data debit air c) Data elevasi pipa d) Data tekanan aliran air dalam pipa. 2. Data Sekunder a) Data jumlah Pelanggan

88 88 Jumlah pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Wilayah Kecamatan Unter Iwes berfungsi untuk mengetahui banyaknya air yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam penelitian ini data jumlah pelanggan yang digunakan adalah data pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di wilayah Kecamatan Unter Iwes (bulan September 2013) dimana jumlah pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) diwilayah Kecamatan Unter Iwes sampai september tahun 2013 mencapai 1952 sambungan rumah, ini berarti kebutuhan air bersih akan semakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya. b) Data ketersediaan air Data ketersediaan air yaitu jumlah ketersediaan sumber air yang ada. Untuk wilayah pelayanan Kecamatan Unter Iwes sumber air yang dipakai berasal dari di sungai Berang Semongkat yang mempunyai kapasitas 469 liter/s. Untuk saat ini sumber air ini baru diambil untuk suplai air bersih sebesar 453 liter/s secara gravitasi, jarak sumber air baku ke instalasi pengolahan air 2,4 Km. Metode Analisis Data. Metode analisis data yang dilakukan berdasarkan sistematika tujuan dan aspek penelitian yaitu perhitungan kapasitas aliran fuida dan perhitungan tekanan aliran. HASIL PENELITIAN Umum. Menurut data curah hujan yang dikumpulkan dari stasiun pengamatan di Kecamatan Unter Iwes kondisi curah hujan tinggi biasanya terjadi pada bulan Nopember sampai April dengan tertinggi pada

89 89 pulan Januari dan curah hujan rendah pada bulan Mei sampai Oktober dengan terendah pada bulan Agustus. Analisis dan Pengolahan Data. 1. Perhitungan proyeksi jumlah penduduk ( Domestik ) Daerah layanan pada penelitian ini terbatas pada 3 desa yaitu desa nijang, uma baringin dan kerato sehingga jumlah penduduk yang akan di proyeksi mencakup jumlah penduduk dusun tersebut. Tabel 1. Jumlah penduduk daerah layanan Sumber : Data diolah Jumlah penduduk (Orang) N Desa o L P Jumlah Dalam perhitungan proyeksi 1 Kerato Uma Beringin jumlah penduduk digunakan metode 3 Nijang eksponensial, karena metode ini sering Jumlah Penduduk 7610 dipakai dalam perhitungan proyeksi penduduk dan mempunyai hasil proyeksi yang lebih besar dibanding metode lain yaitu P Po (1 + I ) n Untuk perhitungan proyeksi selama 5 tahun seperti pada tabel.2.

90 90 Tabel. 4.2 Proyeksi jumlah penduduk selama 5 tahun Tahun Jumlah Penduduk ( Jiwa ) Luas Wilayah ( M2 ) (Sumber : Hasil Perhitungan) 2. Estimasi Kebutuhan Air bersih Dalam perhitungan kebutuhan air domestik didasarkan pada jumlah penduduk proyeksi tahun ke 5 dengan kebutuhan air untuk daerah pedesaan yaitu 60 ltr/ org. Jumlah sambungan rumah didasarkan pada jumlah KK yang ada didaerah layanan. Untuk kebutuhan non domestik di dasarkan pada proyeksi fasilitas umum atau 15 % - 30 % dari pengguna Domestik untuk daerah pedesaan.

91 91 Karena perkembangan fasiltas umum berdasarkan perhitungan relatif kecil maka untuk kebutuhan non domestik digunakan 15% dari kebutuhan Domesitik. Contoh perhitungan kebutuhan air. Data sebagai berikut : Desa uma beringin Kecamatan Unter Iwes Jumlah sambungan rumah : 249 bh Populasi 5 tahun proyeksi : 2376 orang Kebutuhan air per orang : 60 liter/hari Diperoleh Kebutuhan domistik desa uma beringin yaitu: 2376 orang x 60 liter/hari liter/ hari Untuk kebutuhan non Domestik digunakan 15% dari kebutuhan domestik. Sehingga diperoleh kebutuhan non domestik sebagai berikut : 15 % x liter/ hari liter/hari Kehilangan air digunakan 30% dari kebutuhan non domestik: 30 % x liter/hari liter/hari Kebutuhan air perhari yaitu jumlah kebutuhan domestik, non domestik dan kehilangan air:

92 liter/hari Kebutuhan air jam puncak (peakhour) yaitu 100% dari kebutuhan air perhari: 100% x liter/hari Jadi, dapat di simpulkan bahwa kebutuhan air bersih pada jam puncak sebesar: liter/hari, dengan kebutuhan air perorang 60 liter/hari. Perhitungan Tekanan aliran air dalam pipa. Jenis-jenis pipa yang digunakan pada jaringan pipa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) diwilayah kecamatan Unter Iwes sumbawa: 1. Pipa 12 inc (PVC), S 12,5 pipa ini didistribusiikan dari pengolahan sepanjang 2800 M. 2. Pipa 10 inc (PVC), S 12,5 pipa ini dipasang sepasang sepanjang 2600 M 3. Pipa 6 inc (PVC), S 12,5 dengan Panjang 2500 M 4. Pipa 2 inc (PVC), S 12,5 dengan panjang 2500 M Tabel 3. Data Eksisting Jaringan Pipa Titi k Eleva si Diameter Pipa (D) Debit (l/d) Panjang (m) 14 inc 6 inc 6 inc 6 inc Tekanan (Hasil Manometer) 0,4 bar 0,2 bar 0,1 bar 0,1 bar Sumber : Hasil survey di instalasi jaringan pipa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) ke wilayah kecamatan Unter Iwes 2014.

93 93 1. Perhitungan Untuk Pipa HDPE 14 Inc sepanjang 2600 m za 34m Dik : diameter pipa : D 140 mm 0.14 m Panjang pipa : L 2,6 km 2600 m Rapat Relatif : S 0,9 > p 900 kg/mᶟ Debit Aliran : Q 0,025 mᶟ/d Kekentalan kinematik : v 2,1 x 10 ⁴ Tekanan dipipa B Zb 0.4 bar N/mᶟ Koefsien gesekan : f 0,02 Percepatan graftasi : g 9,81 m/s² Ditanyakan tekanan dititik za...? Kapasitas Aliran : zb 104 m

94 94 V 0,025 Q π m/d. 0,14 ² A 4 Angka Reynold : Re V.D 1,625 x 0, v 2,1 x 10 ⁴ Karena Angka Reynold Re < 2000 berarti aliran adalah laminear. Kehilangan tenaga karena gesekan : ,6252 L V2. 39,70 m/d hf f.. 0,02. 0,14 2 ( 9,81 ) D 2g Selisih Elevasi Kedua Ujung Pipa : z 70 x m 2600 Persamaan Bernouli untuk Kedua ujung : za + 0+ PA V ²A PB V ²B + zb + + hf ᵧ 2g ᵧ 2g PA ᵧ 900 x 9,81 PA m ᵧ

95 95 PA x 900 x N/m² Jadi dapat disimpulkan bahwa tekanan pada titik PA N/m² < P (standar tekanan pipa HDPE untuk S inc N/m²) dan dalam hal ini dapat di simpulkan bahwa tekanan air yang mengalir tidak dapat menyalurkan air secara maksimal. 2. Perhitungan Untuk Pipa PVC 6 Inc sepanjang 1600 m zb 34 m za 30 m Dik : diameter pipa : D 600 mm 0.60 m Panjang pipa : L 1,6 km 1600 m Rapat Relatif : S 0,9 > p 900 kg/mᶟ Debit Aliran : Q 0,024 mᶟ/d Kekentalan kinematik : v 2,1 x 10 ⁴ Tekanan dipipa B Zb 1.4 bar N/ m² Koefsien gesekan : f 0,02 Percepatan graftasi : g 9,81 m/s² Ditanyakan tekanan di titik za...?

96 96 Kapasitas Aliran : V 0,024 Q π m/d. 0,60 ² A 4 Angka Reynold : Re V.D 0,085 x 0, v 2,1 x 10 ⁴ Karena Angka Reynold Re < 2000 berarti aliran adalah laminear. Kehilangan tenaga karena gesekan : hf f ,085 ² L V² m/d. 0,02. 0,60 2( 9,81) D 2g Selisih Elevasi Kedua Ujung Pipa : z 4 x m 1600 Persamaan Bernouli untuk Kedua ujung : za + 0+ PA V ²A PB V ²B + zb + + hf ᵧ 2g ᵧ 2g PA ᵧ 900 x 9, 81 PA m ᵧ

97 97 PA x 900 x N/m² k Pa Jadi dapat disimpulkan bahwa tekanan pada titik PA k Pa < P (standar tekanan pipa PVC untuk 6 inc N/m²). 3. Perhitungan Untuk Pipa ACP 6 Inc sepanjang 1200 m za 30 zb 26 m Dik : diameter pipa : D 600 mm 0.60 m Panjang pipa : L 1,2 km 1200 m Rapat Relatif : S 0,9 > p 900 kg/mᶟ Debit Aliran : Q 0,023 mᶟ/d Kekentalan kinematik : v 2,1 x 10 ⁴ Tekanan dipipa B Zb 0,1 bar N/ mᶟ Koefsien gesekan : f 0,02 Percepatan graftasi : g 9,81 m/s² Ditanyakan tekanan di titik za...? Kapasitas Aliran :

98 98 V 0,023 Q π m/d. 0,60 ² A 4 Angka Reynold : Re V.D 0,814 x 0, v 2,1 x 10 ⁴ Karena Angka Reynold Re < 2000 berarti aliran adalah laminear. Kehilangan tenaga karena gesekan : hf f ,814 ² L V² m/d. 0,02. 0,6 2( 9,81) D 2g Selisih Elevasi Kedua Ujung Pipa : z 4 x m 1200 Persamaan Bernouli untuk Kedua ujung : za + 0+ PA V ²A PB V ²B + zb + + hf ᵧ 2g ᵧ 2g PA ᵧ 900 x 9,81 PA m ᵧ PA x 900 x N/m² k Pa

99 99 Jadi dapat disimpulkan bahwa tekanan pada titik PA k Pa < P (standar tekanan pipa PVC untuk 8 inc N/m²) Tabel 4. Perbandingan Tekenan Pipa Dengan Standar No. 1 Dimensi Pipa 2 Pipa HDPE 14 inc Pipa PVC 6 inc 3 Pipa ACP 6 inc Perbandingan tekanan N/M N/M N/M2 Standa r < < < Keterangan Tidak Memenuhi Standar Tidak Memenuhi Standar Tidak Memenuhi Standar KESIMPULAN Perhitungan besar tekanan aliran dalam pipa HDPE 14 inc pada titik PA adalah N/m2 < P (standar pipa HDPE untuk S inc N/m²). Dengan demikian tekanan pada jaringan distribusi air bersih PDAM di Kecamatan Unter Iwes tidak mampu mendistribusikan air bersih secara maksimal di Kecamatan Unter Iwes. SARAN

100 Untuk mengatasi salah satu penyebab menurunnya debit mata air akibat adanya kerusakan lingkungan di wilayah tangkapan air, PDAM Kec.Unter Iwes disarankan adanya suatu Penyusunan perencanaan, yang diharapkan mampu untuk merespon segala kondisi lingkungan yang ada terutama dalam permasalahan penyediaan kebutuhan air bersih. Penurunan debit mata air ini perlu mendapat perhatian lebih mengingat kebutuhan akan air bersih semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Kec. Unter Iwes. 2. Untuk mengatur tekanan air dalam pipa maka Kepada pihak Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di wilayah Kecamatan Unter Iwes, Perlu adanya petugas yang mengatur aliran air untuk memutar valve sesuai kebutuhan air. 3. Karena jaringan pipa yang ada saat ini masih baik, Perusahaan daerah air minum (PDAM) di wilayah Kecamatan Unter Iwes disarankan untuk mengantisipasi tingkat kebocoran pada jaringan pipa, perlu dilakukan perawatan atau pengecekan secara berkala pada diameter pipa, dari S-12,5 - S-14 pipa HDPE 6 inc. DAFTAR PUSTAKA Anonim. Data Curah Hujan Tahun Dinas Pertanian Kabupaten Sumbawa Damanhuri, Enri, 1989, Pendekatan Sistem Dalam Pengendalian dan Distribusi Air Minum, Bandung, Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITB. Harto, Sri Analisis Hidrologi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Pengoperasian Sistem Jaringan

101 101 Soewarno Hidrologi Aplikasi Metode Statistika Untuk Analisa Data. Bandung : Nova Sutrisno, Totok dkk, 2004, Teknologi Penyediaan Air Bersih, Jakarta, Rineka Cipta. Subarkah, Imam Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air. Bandung : Adhea Dharma. Sutopo Metode Penelitian Kualitatif (Dasar Teoti dan Terapannya Dalam Penelitian). Surakarta: Sebelas Maret University Press. RANCANGAN ALAT PENCETAK PERMEN SUSU SAPI

102 102 Oleh : Sussanto Wainigha ABSTRAK Merancang alat sederhana yang mudah digunakan yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas produksi permen susu sapi yang lebih baik. Dengan ukuran alat pencetak 60x60x20 mm. Dan kemampuan alat dalam sekali cetak bisa menghasilkan 608 biji permen susu sapi dalam waktu 3 menit, dimana dengan menggunaka alat pencetak ini maka ukuran permen hasil cetakan lebih presisi dengan dimensi 20x20x10 mm, dibandingkan dengan yang masih manual dimana dalam sekali cetak hanya menghasilkan 200 biji permen susu sapi dalam waktu 30 menit dan tentunya ukuran permen susu kurang presisi. Dengan adanya alat ini maka dapat meningkatkan efektiftas produksi permen susu sapi yang dihasilkan dimana dalam proses produksi permen susu sapi dengan menggunakan alat cetakan ini maka dapat menghasilkan biji/jam, dibandingkan dengan yang masih manual dimana dalam proses produksi hanya menghasilkan permen susu 400 biji/jam. Prinsip kerja Alat Pencetak Permen Susu Sapi ini adalah suatu prinsip kerja dimana dalam proses pengepresan adonan diakibatkan oleh tarikan kedua tuas yang bekerja melalui proses pedal dengan cara diinjak sehingga kedua tuas menarik plat atas sampai pisau cetakan menekan adonan diatas plat bawah sampai adonan berbentuk menjadi permen susu sesuai ukuran yang telah ditentukan. Kata Kunci : Alat Pencetak Permen Susu, Efektiftas. PENDAHULUAN Seiring perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, maka diperlukan upaya yang dapat memudahkan masyarakat dalam meningkatkan efsiensi peralatan dan efektiftas waktu produksi guna

103 103 meningkatkan kinerja usaha. Salah satu upaya tersebut ialah dengan pemanfaatan Teknologi Tepat Guna (TTG). Teknologi tepat guna merupakan wujud dari pemanfaatan ilmu pengetahuan guna memudahkan kinerja manusia dalam rangka peningkatan kesejahteraanya, teknologi tepat guna tidak hanya sebuah upaya perwujudan dari proses tranformasi ilmu-ilmu teoritis menjadi sesuatu yang berwujud, melainkan teknologi yang memiliki ketepatgunaan dan sesuai dengan tujuan-tujuan spesifk yang ingin dipenuhi dimana teknologi tersebut akan digunakan. Pembangunan di Kabupaten Sumbawa menunjukkan perkembangan yang cukup baik di segala sektor, hal ini ditunjukkan oleh meningkatnya kegiatan perekonomian skala kecil dan menengah. Peningkatan kegiatan perekonomian tersebut diantaranya ditunjang oleh peranan warga masyarakat dalam mengeksplorasi berbagai potensi yang ada di Kabupaten Sumbawa, pemanfaatan hasil turunan dari kegiatan peternakan misalnya susu adalah salah satu contohnya, warga masyarakat khususnya yang berada didesa penyaring telah mengolah susu kerbau dan sapi menjadi komoditi yang cukup bernilai ekonomis yaitu permen susu. Permen Susu adalah sejenis permen yang dibuat dengan menggunakan bahan dasar susu yang pada prinsipnya, pembuatan permen ini berdasarkan reaksi karamelisasi yaitu reaksi kompleks yang menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dari gula menjadi bentuk amorf yang berwarna coklat. Desa Penyaring merupakan salah satu sentral penghasil susu dan olahannya, saat ini penduduk desa Penyaring mulai berprofesi sebagai pengrajin permen susu dalam skala kecil. Pengolahan permen susu diolah dengan menggunakan system dan teknik produksi yang masih manual. Kusnandar, fery

104 104 Dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan efektiftas dan efsiensi peralatan yang digunakan dalam proses produksi permen susu tersebut diatas serta sebagai sebuah upaya penterjemahan ilmu pengetahuan yang kontekstual, penulis berupaya untuk memberikan sebuah solusi dengan merancang alat pencetakan permen susu yang nantinya diharapakan dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat. Alat ini nantinya dapat memberikan beragam manfaat yang dapat mensubstitusi beberapa proses dalam proses produksi permen susu yang masih manual selama ini. Oleh sebab itu penulis bermaksud mengajukan penelitian yang berjudul Rancangan Alat Pencetak Permen Susu Sapi. Prinsip Kerja Alat. Prinsip kerja Alat Pencetak Permen Susu ini adalah suatu prinsip kerja dimana dalam proses pengepresan adonan diakibatkan oleh tarikan kedua tuas yang bekerja melelui proses pedal dengan cara diinjak sehinnga kedua tuas menarik plat atas sampai pisau cetakan menekan adonan diatas plat bawah sampai adonan berbentuk menjadi permen susu sesuai ukuran yang telah ditentukan. Sebelum melakukan proses pengepresan terlebih dahulu meletakkan loyang adonan diatas plat bawah guna proses pencetakan. Bahan kontruksi loyang adonan terbauat dari bahan plat almunium yang tahan terhadap korosi dengan dimensi loyang adonan 45x45x5 mm. Plat atas sebagai rangka pisau cetakan fungsinya untuk mencetak atau membentuk adonan sampai berbentuk menjadi permen susu sesuai dengan bentuk dan ukuran yang telah ditentukan dalam rancangan pisau cetakan dengan jumlah permen susu yang ingin dihasilkan dalam sekali cetak adalah (608 biji/jam). Bahan konstruksi pisau cetakan dibuat dari bahan plat almunium dengan dimensi pisau cetakan 20x20x10x3.5 mm. Dan plat bawah sebagai wadah yang digunakan untuk meletakkan loyang

105 105 adonan permen susu yang sudah digilis untuk proses pencetakan. Bahan kontruksi plat bawah dibuat dari bahan plat almunium yang tahan terhadap karat dengan dimensi 600x600x20 mm. Dalam proses pengepresan ini komponen penggerak atau penarik plat cetakan adalah Pedal injak merupakan salah satu komponen alat pencetak adonan yang berhubungan langsung dengan kedua tuas guna proses pengepresan dengan cara diinjak sehingga plat cetakan dapat menekan adonan diatas loyang yang sudah diletakkan diatas plat bawah sampai adonan berbentuk menjadi permen susu. Dari hasil pengepresan ini disebut permen susu. Kemudian permen susu didinginkan sampai mengeras untuk proses pembungkusan dengan kemasan kertas permen. METODOLOGI PENELITIAN Desain Pengujian. Metode yang digunakan pada pengerjaan penelitian ini adalah gabungan antara perancangan dan eksperimental. Pengujian dilaksanakan apa bila perencanaan dan pembuatan Alat Pencetak Permen Susu ini yang telah diselesaikan. Metode Pengumpulan Data. Dalam rancang bangun Alat Pencetak Permen Susu ini ditetapkan suatu variabel, sebab suatu variabel merancang alat pencetak merupakan parameter utama yang

106 106 mempengaruhi hasil pencetak permen susu yang akan dicapai. Hal ini ditetapkan (2) variabel yaitu sebagai berikut: 1. Variabel bebas sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai. a. Alat ini dapat meningkatkan efektiftas waktu dan efsiensi sumberdaya dalam proses produksi permen susu. b. Merancang alat sederhana yang mudah digunakan yang diharapakan dapat meningkatkan kualitas produksi permen susu. c. Dapat memberikan pemahaman tentang penggunaan alat pencetak permen susu. 2. Variabel Terikat. Variabel terikat yaitu variabel yang menjadi perhatian utama perancang. Tujuan utama dari rancangan adalah menjelaskan variabel terikat. Dengan menganalisa variabel terikat, diharapkan dapat ditemukan jawaban dan penyelesaian permasalahan, Yang menjadi variabel terikat pada perancangan ini adalah merancang Rancangan Alat pencetak Permen Susu sederhana yang dapat meningkatkan efektiftas dan efsiensi proses produksi permen susu serta mudah digunakan oleh masyarakat.

107 107 Tabel 1. Bahan. N o. Bahan Satuan Harga 1. Plat Atas 4. Plat Bawah 5. Pisau Cetakan 6. Pegas 7. Baut & Mur 8. Besi Siku 9. Besi Kotak 600x600x20 mm. 600x600x20 mm. 20x20x10.3,5 mm. 100x20x10x2 mm. 125x20&10x7 mm. 730x40x40x1.6 mm. 560x20x20 mm. 10 Pipa 510x10x1/2 mm. Rp Poros 30x19 mm. Rp Rp Rp Biaya Pembuatan Alat 13 Jumlah Total Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

108 108 Menentukan Spesifkasi Alat Menentukan Spesifkasi Cetakan. Spesifkasi Alat Pencetak Permen Susu. Plat cetakan fungsinya untuk mencetak atau membentuk adonan sampai berbentuk menjadi permen susu sesuai dengan bentuk dan ukuran yang telah ditentukan dalam rancangan pisau cetakan dengan jumlah permen yang ingi dihasilkan dalam sekali cetak adalah (608 biji/jam). Bahan konstruksi pisau cetakan dibuat dari bahan plat almunium dengan dimensi pisau cetakan 20x20x10x3.5 mm. Menentukan Spesifkasi Plat Bawah. Spesifkasi Plat bawah fungsinya untuk tempat meletakkan loyang adonan permen susu yang sudah digilis sebelum dalam tahap proses pencetakan. Bahan konstruksi plat bawah terbuat dari bahan plat almunium dengan ukuran 60x60x20 mm. Loyang fungsinya sebagai wadah adonan untuk proses penggilisan dan hasil pengepresan disebut permen susu. Bahan kontruksi loyang adonan terbuat dari plat almunium dengan ukuran 45x45x5 mm. PERANCANGAN, PEMBUATAN, PERAKITAN Proses Perancangan. Tahap pertama yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini ialah tahap perancangan, dimana dalam tahap perancangan ini dimulai dengan mendesain gambar Alat Pencetak Permen Susu Sapi yang akan digunakan, tahap ini ditunjukkan untuk mempermudah dalam proses pembuatan atau perakitan alat nantinya. Pada tahap ini peneliti menggunakan software AutoCad 2008.

109 109 Perhitungan Pegas. Tekanan adalah besarnya gaya yang diberikan pada setiap daerah seluas 1 m2. Satuan untuk mendefnisikan besaran tekanan adalah N/m2 atau dengan satuan lain yakni Pascal. Merencanakan Luas Diameter Pegas F m.a 3 kg.10.m/s2 30 kg.m/s2 a. Mencari tegangan geser. τ d - 0,51 x Dw3 + 14,038 x Dw2 133,44 x Dw ,7 b. Mencari diameter lilitan kawat. Dw 3 8. K. F. Dm π.τd c. Diameter luar. D0 Dm + Dw d. Diameter dalam. Dl Dm-Dw Keterangan: Dm Diameter rata-rata. DW Diameter kawat. D1 Diameter dalam. D0 Diameter luar. F Gaya.

110 110 K Konstanta. τd Tegangan geser. Mencari tegangan geser. Diketahui : K 1,5 mm. Dm 100 mm. Dw 2 mm. F 3 kg. τ d - 0,51 x Dw3 + 14,038 x Dw2 133,44 x Dw ,7-0,51 x ,038 x ,44 x ,7 978,89 mm Mencari diameter lilitan kawat. Dw 3 8. K. F. Dm π.τd Dw , , ,89 Dw ,71 Dw 3,24 mm τ d - 0,51 x 3, ,038 x 3, ,44 x 3, ,7

111 ,37 mm Dw 3 8. K. F. Dm π.τd Dw , , ,98 Dw ,98 Dw 3,40 mm τ d - 0,51 x 3, ,038 x 3, ,44 x 3, ,7 882,24 mm Dw 3 8. K. F. Dm π.τd Dw , , ,24 Dw ,23 Dw 3,41 mm τ d - 0,51 x 3, ,038 x 3, ,44 x 3, , ,60mm

112 112 Dw 3 8. K. F. Dm π.τd Dw , , ,56 Dw ,09 Dw 3,42 mm Dm 10 cm 100 mm. Diameter luar. D0 Dm + Dw D ,97 D0 100,97 mm Diameter dalam. Dl Dm-Dw Dl 100-0,97 Dl 9,03 mm Proses Pembuatan

113 113 Alat. Adapun alat-alat yang akan dipersiapkan sebelum melakukan perakitan alat cetakan permen susu ini adalah sebagai berikut : 1. Mesin Las Listrik. 7. Gerinda Tangan 11. Jangka Sorong 2. Elektroda Las. 8. Gerinda Potong 12. Mesin Bor 3. Kunci Combinasi Gerinda Brush 13. Meteran 4. Palu. 10. Penggaris Siku 5. Tang. 11. Obeng (Min-Plus) Bahan. Adapun bahan yang akan digunakan dalam proses perakitan alat pencetak permen susu ini adalah sebagai berikut: 1. Plat almunium 600x600x3,5 mm. 2. Besi Kotak 830x20x20x1,6 mm. 3. Besi Siku 730x40x40x1,6 mm. 4. Pipa 600x15x1,2 mm. 5. Besi Pejal 630x50x10 mm. 6. Besi Plat 20x10x5 m. Adapun tahap-tahap dalam proses pembuatan alat ini adalah sebagai berikut: a. Bentuk rangka cetakan yang akan digunakan.

114 114 Gambar 1. Bentuk kerangka alat. b. Bentuk pisau cetakan yang akan digunakan. Gambar 2. Bentuk pisau cetakan. c. Bentuk plat atas atau cetakan yang akan digunakan. Gambar 3. Bentuk Plat atas. d. Bentuk plat bawah atau wadah loyang adonan yang akan digunakan.

115 115 Gambar 4. Bentuk Plat bawah. e. Bentuk tuas yang akan digunakan. Gambar 5. Bentuk Tus. f. Bentuk pedal injak yang akan digunaka.

116 116 Gambar 6. Bentuk Pedal Injak. Langkah-Langkah Pembuatan. Proses pembuatan Alat Pencetak Permen Susu ini dikerjakan dibengkel las. Proses pembuatannya sendiri memerlukan waktu kurang lebih satu bulan dimana dimulai dari tanggal 17 April 2014 sampai tanggal 31 mei Proses pembuatan tersebut dimulai dari menyiapkan bahan-bahan yang akan digunakan, misalnya bahan untuk rangka berupa besi siku, besi kotak, poros utama yaitu terbuat dari pipa besi serta bahan-bahan material lainnya. Adapun langkah-langkah dalam proses pembuatan Alat Pencetak Permen Susu ini adalah sebagai berikut : 1. Pengukuran bahan material sesuai ukuran alat yang telah ditentukan. 2. Pemotongan bahan material. 3. Proses perakitan plat atas dan plat bawah. 4. Proses perakitan plat cetakan. 5. Proses pengelasan kerangka alat. 6. Proses perakitan tuas penarik plat cetakan. 7. Proses pengelasan pedal injak. Proses Perakitan. Adapun langkah-langkah proses perakitan alat ini adalah sebagai berikut:

117 117 Alat Bantu Yang Digunakan Adapun alat bantu yang digunakan dalam proses perakitan alat ini adalah sebagai berikut : Klem. Penggaris siku. Proses Perakitan Alat Pada tahap ini peneliti merealisasikan bentuk perancangan yang telah dibuat sebelumnya ke dalam bentuk nyata atau bentuk sebenarnya. Adapun proses-proses perakitan alat ini adalah sebagai berikut : a. Proses pengukuran material. Gambar 7. Proses pengukuran material. b. Proses pemotongan material.

118 118 Gambar 8. Proses pemotongan material. c. Proses pengelasan material. Gambar 9. Proses pengelsan alat. Biaya Pembuatan Alat Besarnya biaya pembuatan alat pencetak permen susu adalah : Total Rp : ,00. Berat Kosong Alat Pencetak Permen Susu Sapi Adapun berat kosong alat pencetak permen susu adalah: Total Berat Kosong Alat : 15 kg. Tabel 2. Analisa Data Hasil Produksi Permen Susu Sapi Keterangan Kapasitas produksi. Manual 400 biji/jam. Hasil produksi. Ukurannya kurang presisi. Alat Cetak biji/jam. Ukurannya lebih presisi dengan ukuran

119 119 Produk yang rusak. Waktu siklus. Omzet. 10 0/0. 30 menit. 400 x Rp 750, ,00 20x10x10mm. 5 0/0. 3 menit x Rp 750, ,00 Analisa (BEP) Break Eren Point Adapun analisa BEP (Break Eren Point) alat ini adalah sebagai berikut: Dalam perhitungan ini penulis hanya menjelaskan perhitungan BEP Unit. Diketahui: 1. Biaya variabel/unit Susu sapi murni 150,00/unit. Fanily 10,00/unit. Gula 25,00/unit. 2. Biaya tetap Alat press ,00 3. Harga jual : t 0 tal cost h arga jual/ unit variabel cost , , ,7719/unit. 750,00 45,00 105

120 120 Artinya pengusaha harus menjual 3508,7719/unit agar dapat mencapai Break Event Point. KESIMPULAN Dari rangkaian penelitian yang telah dilakukan bisa ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Dengan adanya alat ini maka dapat meningkatkan efektiftas produksi permen susu yang dihasilkan dimana dalam proses produksi permen dengan menggunakan alat cetakan ini maka dapat menghasilkan biji/jam, dibandingkan dengan yang masih manual dalam sekali produksi hanya menghasilkan permen susu 400 biji/jam. 2. Dengan adanya alat pencetak ini maka dapat meningkatkan kualitas produksi permen susu yang dihasilkan dimana dengan menggunakan alat pencetak ini maka ukuran permen hasil cetakan lebih presisi dengan ukuran 20x10x10 mm. Dibandingan dengan yang yang masih manual tentunya ukaran permen kurang presisi. 3. Dengan adanya alat ini untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi permen susu yang lebih baik dimana dengan menggunakan alat cetakan ini dalam sekali cetak hanya membutukan waktu 3 menit. Dibandingkan dengan yang masih manual diaman dalam sekali cetak membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit. SARAN 1. Perlu penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan alat pencetak permen susu yang lebih efsien.

121 Perlu penelitian lebih lanjut untuk penyempurnaan alat produksi permen susu ini. 3. Perlu penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan alat produksi permen susu sapi yang lebih efsien dan mudah digunakan oleh para pengrajin permen susu. DAFTAR PUSTAKA Gere Jemes, M., 1878, Mekanika Teknik, Edisi 4. Jakarta: Erlangga. Jogaswara, E., 1999, Menggambar Teknik Dasar, Mesin SMK 1. Bandung: Armico. Kusnandar, fery., 2014, Reaksi Karamelisasi. Diakses tanggal Kersani, 2011, Permen Susu, Diakses pada tanggal Simat, R., Pengertian-Pegas, Diakses tanggal Timoshenko S. P., 1972, Mekanika Teknik, Edisi 4, Jakarta: Erlangga. RANCANG BANGUN ALAT CETAK BRIKET Oleh : Alif Fahmi

122 122 ABSTRAK Briket merupakan salah satu energi alternatif pengganti arang konvensional yang berasal dari kayu, karena briket ini terbuat dari bahan-bahan lunak yang di padatkan, contoh serbuk kayu, daun, ampas kelapa, ampas tebu dan lain-lain. Di Sumbawa banyak sekali terdapat bahan-bahan yang disebutkan di atas untuk dapat dijadikan briket. Tingginya kebutuhan masyarakat Indonesia terutama masyarakat Sumbawa akan bahan bakar dan langkanya memperoleh bahan bakar, maka sangat perlu masyarakat kita untuk dapat memikirkan bahan bakar lain sebagai alternatif, salah satunya briket. Masih sedikit masyarakat Sumbawa yang membuat atau memproduksi briket, pembuatannya pun masih menggunakan sistem dan teknik produksi yang masih manual. Dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan efektiftas dan efsiensi peralatan yang digunakan dalam proses produksi briket serta sebagai sebuah upaya penterjemahan ilmu pengetahuan yang kontekstual, penulis berupaya untuk memberikan sebuah solusi dengan merancang alat pencetakan briket yang nantinya diharapakan dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat. Alat ini nantinya dapat memberikan beragam manfaat yang dapat mensubstitusi beberapa proses dalam proses produksi briket yang masih manual selama ini. Dengan adanya alat ini maka dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produk briket yang dihasilkan, memudahkan para pembuat/pengrajin briket untuk meningkatkan produksi briket serta memberikan kemudahan bagi pembuat/pengrajin briket skala kecil dalam memproduksi briket yang lebih baik. Kata Kunci: Rancang bangun alat pencetak briket. PENDAHULUAN

123 123 Di Negara kita Indonesia sedang mengalami masa sulit mengenai pasang surut harga kebutuhan minyak bumi, pemerintah sendiri sedang mengkonversikan dari minyak tanah ke gas, namun itu dirasa kurang efektif oleh masyarakat dengan maraknya tabung gas yang bocor dan pasokan gas yang kurang memadai oleh sebab itu banyak usaha yang di lakukan oleh para ahli untuk mencari alternatif yang ramah lingkungan, salah satunya adalah membuat briket. Briket merupakan salah satu energi alternatif pengganti arang konvensional yang berasal dari kayu, karena briket ini terbuat dari bahan-bahan lunak yang di padatkan, contoh serbuk kayu, daun, ampas kelapa, ampas tebu, dan lain-lain. Dimana seperti yang kita ketahui serbuk kayu sangat mudah untuk kita dapatkan umumnya di Indonesia dan khususnya di Kota Sumbawa, di mana serbuk kayu bahkan merupakan sampah yang dibuang oleh masyarakat. Sekarang dengan kemajuan teknologi, serbuk kayu tersebut tidak lagi menjadi sampah melainkan sebuah sumber energi yang kita olah kembali menjadi briket yang bisa digunakan masyarakat untuk memasak. Untuk memadatkan serbuk kayu yang sudah dihancurkan kita perlu menciptakan suatu alat yang disebut Alat Pencetak Briket Arang. Disini serbuk kayu tersebut dipadatkan kembali dengan campuran bahan perekat tepung kanji dan dibentuk menjadi satu bentuk seperti hexagonal, cylindrical, square/cube, diak/tablet, dan lain-lain. Prinsip Kerja Alat. Dasar alat pencetak briket dimana alat ini menggunakan teknik pressure atau tekanan. Pressure atau tekanan ini sendiri dihasilkan oleh dongkrak yang menggunakan sistem pengungkit,dan dengan 2 pegas dikedua sisi pipa penekan bertujuan untuk mengembalikan pipa penekan pada posisi semula. Sedangkan pada pipa penekan itu sendiri terdiri dari 5 (lima) buah dan begitu juga

124 124 dengan pipa penampung bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi dan efsiensi waktu yang lebih singkat. Setelah proses pengepresan selesai maka plat terbawah dari alat ditarik melalui celah yang telah disiapkan. METODE PENELITIAN Desain Pengujian. Metode yang digunakan pada pengerjaan Tugas Akhir ini adalah gabungan antara perancangan dan eksperimental. Pengujian dilaksanakan apabila perencanaan dan pembuatan alat pencetak briket ini yang telah diselesaikan. Metode Pengumpulan Data. Dalam rancang bangun Alat Pencetak briket ini ditetapkan suatu variabel, sebab suatu variabel merancang alat pencetak mempengaruhi hasil pencetak merupakan parameter utama yang briket yang akan dicapai. Hal ini ditetapkan 2 variabel yaitu sebagai berikut : 1. Variabel Bebas, sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai, yaitu : a. Alat ini dapat meningkatkan efektiftas waktu dan efsiensi sumberdaya dalam proses produksi briket ; b. Merancang alat sederhana yang mudah digunakan yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas produksi briket ; c. Dapat memberikan pemahaman tentang penggunaan alat pencetak briket. 2. Variabel Terikat

125 125 Variabel terikat yaitu variabel yang menjadi perhatian utama perancang. Tujuan utama dari rancangan adalah menjelaskan variabel terikat. Dengan menganalisa variabel terikat, diharapkan dapat ditemukan jawaban dan penyelesaian permasalahan. Yang menjadi variabel terikat pada perancangan ini adalah bagaimana merancang alat pencetak briket sederhana yang dapat meningkatkan efektiftas dan efsiensi proses produksi briket serta mudah digunakan oleh masyarakat. Tabel 1. Harga Bahan N o Bahan Satuan Kanal U 500 x 100 x 3 mm Dongkrak 1 Ton Pegas Pipa Penekan 150 x 28 x 3 mm Pipa 120 x 31 x 3 mm Penampung 600 x 94 x 3 mm Plat (Plat 3 mm) Orang Biaya Produksi Alat TOTAL Menentukan Spesifkasi Alat Harga Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp , , , , , ,- Rp ,-

126 Menentukan Spesifkasi Pipa Cetakan / Pipa Penampung Spesifkasi Alat Pencetak Briket. Pipa/besi cetakan fungsinya untuk mencetak atau membentuk serbuk arang sampai berbentuk menjadi briket sesuai dengan bentuk dan ukuran yang telah ditentukan dalam rancangan alat cetakan dengan target produksi briket yang ingin dihasilkan dalam sekali cetak (300 Pcs/Jam). Bahan konstruksi pipa cetakan dibuat dari bahan besi tabung dengan ukuran 150 x 28 x 3 mm sebanyak 12 buah. 2. Menentukan Spesifkasi Pipa Penekan Spesifkasi pipa penekan fungsinya sebagai besi penekan dan pemadat serbuk arang yang sudah ditumbuk sebelum dalam tahap proses pencetakan. Bahan konstruksi pipa penekan terbuat dari bahan yang sama dengan pipa cetakan/pipa penampung namun dengan ukuran sedikit berbeda yaitu 120 x 31 x 3 mm sebanyak 12 buah juga. Pipa penekan adalah bahan logam yang kuat terhadap tekanan yang diberikan oleh dongkrak. Penggunaan logam besi dipilih karena efektif dalam penggunaannya, serta bahannya mudah didapat dengan kata lain ringan, kekuatan yang cukup baik, mudah diproduksi dan cukup ekonomis. PERANCANGAN, PEMBUATAN, PERAKITAN Proses Perancangan. Tahap pertama yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini ialah tahap perancangan, dimana dalam tahap perancangan ini dimulai dengan mendesain gambar Alat Cetak Briket yang akan digunakan, tahap ini ditunjukkan untuk mempermudah dalam proses pembuatan atau

127 127 perakitan alat nantinya. Pada tahap ini peneliti menggunakan software dan AutoCad 2008, untuk software AutoCad digunakan untuk menggambar dalam bentuk dua Dimensi (2D). Perhitungan Komponen Utama Alat : F m.a 4 kg x 10 m/s2 40 N Diketahui : K 1,5 mm Dw 3 mm Dm 250 mm F 40 N Mencari Tegangan Geser td -0,51 x Dw3 + 14,038 x Dw2-133,44 x Dw ,7-0,51 x ,038 x ,44 x ,7 905,95 kg/mm Dw , , ,95

128 ,68 td 19,48 kg/mm -0,51 x Dw3 + 14,038 x Dw2-133,44 x Dw ,7-0,51 x 19, ,038 x 19, ,44 x 19, , kg/mm Dw , , , ,96 36,90 kg/mm A. Diameter Rata-rata : Dm 25 cm 250 mm B. Diameter Luar : D0 Dm + Dw ,90 286,90 mm C. Diameter Dalam : D1 Dm Dw ,90 213,10 mm Proses Pembuatan. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan alat ini adalah sebagai berikut: 1. Alat Yang Digunakan

129 129 Adapun alat-alat yang akan dipersiapkan sebelum melakukan perakitan alat cetak briket ini adalah sebagai berikut : a) Alat las d) Palu b) Gerinda (potong & tangan) e) Obeng (min-plus) c) Tang 2. Bahan Yang Dikerjakan Adapun bahan yang akandikerjakan dalam perakitan alat pencetak permen susu ini adalah sebagai berikut: a) Kanal U d) Pipa Penekan b) Dongkrak e) Pipa Penampung c) Pegas f) Plat Alas Adapun tahap-tahap dalam proses pembuatan alat ini adalah sebagai berikut: 1. Bentuk rangka cetakan yang akan digunakan

130 130 Gambar 1. Bentuk Kerangka Alat 2. Bentuk Pipa Penekan yang akan digunakan Gambar 2. Bentuk Pipa Penekan 3. Bentuk Pipa Penampung yang akan digunakan

131 131 Gambar 3. Bentuk Pipa Penampung 4. Bentuk Pegas yang akan digunakan Gambar 4. Bentuk Pegas 5. Besi Alas/Penyangga Rangka yang digunakan

132 132 Gambar 5. Bentuk Besi Alas/Penyangga 6. Dongkrak yang digunakan Gambar 6. Dongkrak

133 133 Langkah-Langkah Pembuatan. Proses pembuatan Alat Cetak Briket ini dikerjakan di bengkel las. Proses pembuatannya sendiri memerlukan waktu kurang lebih satu bulan dimana dimulai dari tanggal 17 April 2014 sampai tanggal 17 Mei Proses pembuatan tersebut dimulai dari menyiapkan bahanbahan yang akan digunakan, misalnya bahan untuk rangka berupa kanal U dan juga mempersiapkan bahan-bahan serta alat-alat lainnya. Proses pembuatan dilakukan dalam dua tahap, dimana tahap pertama yaitu pembuatan atau perakitan rangka Alat Cetak Briket, dan tahap kedua yaitu pembuatan atau perakitan pipa cetakan briket. Tahap pertama dimulai dengan mengukur bahan-bahan material dan memotong bagian-bagian material tersebut sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk bagian rangka (kiri dan kanan) menggunakan besi kanal U dengan dimensi 1500 x 100 x 3 mm, sedangkan untuk rangka bagian atas menggunakan besi kanal U dengan dimensi 500 x 100 x 3 mm, dan rangka bagian bawah (besi alas) menggunakan plat dengan dimensi 700 x 120 x 3 mm. Setelah proses pemotongan selesai kemudian dilanjutkan dengan proses pengelasan pada setiap rangka. Proses selanjutnya pemasangan atau perakitan bagian-bagian dari Alat Cetak Briket tersebut. Untuk tahap kedua, yaitu dilanjutkan dengan pembuatan atau perakitan pipa cetakan yang terdiri dari pipa penekan dan pipa penampung, dimana pipa cetakan sendiri terbuat dari pipa besi, pipa penekan berdiameter 28 mm dengan tinggi 150 mm, dan pipa penampung berdiameter 31 mm dengan tinggi 150 mm. Adapun langkah-langkah dalam proses pembuatan Alat Cetak Briket ini adalah sebagai berikut :

134 134 a) Pengukuran bahan material sesuai ukuran alat yang telah ditentukan. b) Pemotongan bahan material. c) Proses perakitan komponen alat. d) Proses perakitan pipa cetakan dan pipa penampung. e) Proses pengelasan kerangka alat. Proses Perakitan 1)Alat Bantu Yang Digunakan Adapun alat bantu yang digunakan sebagai berikut : a. Meteran b. Klem c. Penggaris / Penggaris Siku 2)Proses Perakitan Alat Pada tahap ini peneliti merealisasikan bentuk perancangan yang telah dibuat sebelumnya ke dalam bentuk nyata atau bentuk sebenarnya. 1. Proses Pengukuran Material

135 135 Gambar 7. Proses Pengukuran Material 2. Proses Pemotongan material Gambar 8. Proses Pemotongan Material 3. Proses Pengelasan Alat

136 136 Gambar 9. Proses Pengelasan Alat 3)Biaya Bahan Tabel 2. Harga Bahan N o Bahan Satuan Kanal U 500 x 100 x 3 mm Dongkrak 1 Ton Pegas Pipa Penekan 150 x 28 x 3 mm Pipa 120 x 31 x 3 mm Penampung 600 x 94 x 3 mm Plat (Plat 3 mm) Orang Biaya Produksi Alat TOTAL Harga Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp , , , , , ,- Rp ,-

137 137 a) Biaya Pembuatan Dan Perakitan Adapun biaya pembuatan dan perakitan alat sebagai berikut : Total Rp ,b) Berat Kosong Alat Cetak Briket Adapun total berat kosong alat cetak briket tersebut adalah 25 kg. c) Prosedur Pengoperasian Dan Uji Coba Alat (Testing) Adapun tahap-tahap pengoperasian alat ini terdiri dari beberapa kegiatan sebagai berikut : 1. Menyiapkan bahan-bahan untuk membuat briket 2. Mencampur bahan untuk membuat briket. 3. Isi cetakan dengan bahan-bahan yang sudah tercampur 4. lakukan pengepresan dengan menggunakan dongkrak yang berkapasitas 2 ton. d) Tabel Perbandingan Hasil Produksi Briket Ketarangan Kapasitas produksi Hasil produksi Produk rusak Omzet yang Tabel 3. Perbandingan Hasil Produksi Briket Manual Alat cetak 60 biji/jam 240 biji/jam Tekanan tidak sama 20 % Tekanan sama rata (15 kg) 5% 60 x 150, , x 150, ,00

138 138 e) Analisa (BEP) Break Eren Point Adapun analisa BEP (Break Eren Point) alat ini adalah sebagai berikut: Dalam perhitungan ini penulis hanya menjelaskan perhitungan BEP Unit. Diketahui: 1. Biaya variabel/unit Kanji 20,00/unit. Serbuk 25,00/unit. 2. Biaya tetap Alat press Harga jual : t 0 tal cost h arga jual/ unit variabel cost , , ,90 /unit. 150,00 45,00 105,00 Artinya pengusaha harus menjual 99761,90/unit agar dapat mencapai Break Event Point. KESIMPULAN

139 139 Dari rangkaian penelitian yang telah dilakukan bisa ditarik kesimpulan bahwa dari hasil pengujian didapat hasil penelitian yang terbaik karena alat cetak dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produk briket yang dihasilkan dibandingkan dengan manual. SARAN 1. Perlu penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan produktivitas briket yang dihasilkan. 2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk penyempurnaan alat cetak briket perlu penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan alat cetak briket yang lebih efsien dan mudah digunakan oleh warga masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Fristiar, Ficky Mesin Pengupas Serabut Kelapa Semiotomatis. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Gere, Jemes M Mekanika Teknik, Edisi 4. Jakarta: Erlangga. Jogaswara, E Menggambar Teknik Dasar, Mesin SMK 1. Bandung: Armico. Ramdhani, Dadan M., dkk Mesin Press Papan Partikel sekam Padi Untuk Chieling Dengan Daya 10 Ton. Yogyakarta: Institut Sains Dan Teknologi Akprind. Rita Briket Sampah. Diakses pada hari Rabu, 30 November 2011 pukul WIB. Timoshenko, S. P Mekanika Teknik, Edisi 4. Jakarta: Erlangga.

140 140 Wahyu, Arozi Pembuatan Briket Arang. Jakarta : Madanitec. PERENCANAAN MESIN PEMARUT SEKALIGUS PEMERAS KELAPA

141 141 Oleh : Abdul Muis ABSTRAK Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka diperlukan upaya yang dapat memudahkan masyarakat dalam meningkatkan efsiensi peralatan dan efektiftas waktu guna meningkatkan kinerja usaha. Prinsip kerja Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras kelapa ini adalah suatu prinsip kerja dimana dalam proses pemerasan parutan kelapa diakibatkan oleh putaran ulir yang bekerja melalui proses putaran pulley yang di putar oleh vanbelt sehinga ulir berputar menekan parutan kelapa didalam tabung pipa paralon sampai parutan kelapa menghasilkan santan. Dalam merancang Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa ini ditetapkan suatu variabel, sebab suatu variabel merancang Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa merupakan parameter utama yang mempengaruhi hasil parutan kelapa dan santan yang akan dicapai. Adapun langkah-langkah yang perlu di perhatikan pada Alat pemarut dan pemeras kelapa, terutama dalam perawatan agar alat tetap awet, harus selalu di bersihkan setelah selesai melakukan proses, selalu memperhatikan segala komponen alat pemarut sekaligus pemeras kelapa ini, dan selalu simpan pada tempat yang aman. Alat ini nantinya dapat bermanfaat di kalangan masyarakat, memudahkan dalam proses produksi kelapa dapat menghasilkan santan yang berkualitas, higienis, dan memberi solusi pada masyarakat tanpa menggunakan proses manual dalam proses pemarutan dan pemerasan kelapa. Kata Kunci : Perencanaan Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa PENDAHULUAN Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka diperlukan upaya yang dapat memudahkan masyarakat dalam meningkatkan efsiensi peralatan dan efektiftas waktu guna

142 142 meningkatkan kinerja usaha. Salah satu upaya tersebut ialah dengan pemanfaatan Teknologi Tepat Guna (TTG). Teknologi Tepat Guna merupakan wujud dari pemanfaatan ilmu pengetahuan guna memudahkan kerja manusia dalam rangka peningkatan kesejahteraannya, Teknologi Tepat Guna tidak hanya sebuah upaya perwujudan dari proses tranformasi ilmu-ilmu teoritis menjadi sesuatu yang berwujud, melainkan teknologi yang memiliki ketepat gunaan dan sesuai dengan tujuan-tujuan spesifk yang ingin dipenuhi dimana teknologi tersebut akan digunakan. Pembangunan di Kabupaten Sumbawa menunjukkan perkembangan yang cukup baik di segala sektor, hal ini ditunjukkan oleh diantaranya peranan warga masyarakat dalam mengeksplorasi berbagai potensi, pemanfaatan hasil dari pertanian misalnya kelapa adalah salah satu contohnya, warga masyarakat khususnya yang mengolah bisnis rumah tangga atau produk skala kecil dan menengah, yang cukup bernilai ekonomis yaitu dengan memanfaatkan santan kelapa. Santan kelapa adalah jenis olahan yang di olah dengan menggunakan bahan dasar kelapa yang pada prinsipnya olahan yang menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dari kelapa menjadi santan, sedangkan pengolahan santan kelapa diolah dengan menggunakan system dan teknik produksi, saat ini banyak kita temukan pengolahan kelapa masih manual terutama pada rumah tangga atau industriindustri kecil dan menengah, Kusnandar, fery Dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan efektiftas dan efsiensi peralatan yang digunakan dalam proses produksi santan kelapa tersebut serta sebuah upaya pengembangan ilmu pengetahuan

143 143 yang kontekstual. Alat ini nantinya dapat memberikan beragam manfaat yang dapat mensubstitusi beberapa proses dalam proses produksi santan yang masih manual selama ini. Oleh sebab itu penulis bermaksud mengajukan penelitian yang berjudul Perencanaan Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk santan yang dihasilkan, memberikan kemudahan bagi masyarakat skala kecil dalam memproduksi santan yang lebih baik dan dapat memberikan kontribusi pengembangan Teknologi Tepat Guna (TTG) dalam pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Metode Pengumpulan Data. Dalam merancang Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa ini ditetapkan suatu variabel, sebab suatu variabel merancang Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa merupakan parameter utama yang mempengaruhi hasil parutan kelapa dan santan yang akan dicapai. Hal ini ditetapkan 3 variabel yaitu sebagai berikut: 1. Variabel bebas sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai. a. Meningkatkan efektiftas waktu dan efsiensi tenaga apabila menggunakan mesin pada proses pemarut sekaligus pemerasan kelapa b. Dapat memberikan pemahaman tentang perencanaan mesin pemarut sekaligus pemeras kelapa. 2. Variabel Terikat.

144 144 Variabel terikat yaitu variabel yang menjadi perhatian utama perancang. Tujuan utama dari rancangan adalah menjelaskan variabel terikat, terhadap perencanaan mesin pemarut sekaligus pemeras kelapa yaitu kelapa dan air. 3. Variabel terkontrol. Variabel terkontrol yaitu variabel yang menjadi perhatian utama hasil proses pengoperasian alat yaitu santan. Alat. Adapun alat-alat yang akan dipersiapkan sebelum melakukan perakitan Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa ini sebagai berikut : 1. Mesin Las. 5. Mesin Gerinda 2. Kunci Combinasi Meteran 3. Tang. 7. Mesin Bor 4. Palu. 8. Penggaris Siku. Bahan. Adapun bahan yang perlu di persiapkan : 1. Kelapa 7. Baut & Mur 2. Besi siku 8. Plat almunium 3. Parutan kelapa 9. Pipa paralon 3 / dop 4. Bearing 10. Sabuk 5. Pulley 11. Besi

145 Motor listrik 12. Krant Menentukan Spesifkasi Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa. Alat pemarut dan pememeras kelapa fungsinya mengiris kelapa membentuk kelapa sampai berbentuk irisan kecil-kecil sesuai dengan bentuk dan ukuran yang telah ditentukan dalam rancangan pisau irisan. Menentukan Spesifkasi Alat Pemeras Kelapa. Spesifkasi alat pemeras kelapa fungsinya untuk proses pengolahan kelapa parut yang tercampur dengan air dengan system ulir agar menghasilkan santan yang optimal sesuai kapasitas yang telah di tentukan. PERANCANGAN, PEMBUATAN, PERAKITAN Proses Perancangan. Tahap pertama yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini ialah tahap perancangan, dimana dalam tahap perancangan ini dimulai dengan mendesain gambar Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa yang akan digunakan, tahap ini ditunjukkan untuk mempermudah dalam proses pembuatan atau perakitan alat nantinya. Pada tahap ini peneliti menggunakan software AutoCad Proses Pembuatan. Adapun tahap-tahap dalam proses pembuatan alat ini sebagai berikut: a. Bentuk rangka mesin pemarut sekaligus pemeras kelapa yang akan digunakan.

146 146 Gambar 1. Bentuk kerangka alat. b. Bentuk pisau parutan kelapa yang akan digunakan. Gambar 2. Bentuk pisau parutan kelapa. c. Mesin penggerak utama yank digunakan

147 147 Gambar 3. mesin penggerak. d. Tabung air yang akan di gunakan Gambar 4. botol air mineral e. Sabuk dan pulley yang di gunakan

148 148 Gambar 5. Sabuk dan pulley f. Bentuk rumah parutan kelapa yang akan digunakan. Gambar 6. Bentuk books parutan kelapa g. Bentuk corong atau output parutan kelapa dan input alat pemeras yang digunakan.

149 149 Gambar 7. Corong alat pemeras kelapa. h. Bentuk tabung alat pemeras parutan kelapa yang akan digunakan terbuat dari pipa paralon. Gambar 8. Tabung alat pemeras parutan kelapa i. Bentuk alat pemeras parutan kelapa yang akan digunakan.

150 150 Gambar 9. Alat pemeras parutan kelapa. Langkah-Langkah Pembuatan. Pembuatan Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa ini dikerjakan dibengkel las RANGGA PUTRA. Proses pembuatannya sendiri memerlukan waktu yang cukup lama, dimulai dari pemilihan bahan yang cocok sesuai dengan kebutuhan, proses perakitan, dan pemasangan segala komponen Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa ini. Adapun langkah-langkah dalam proses pembuatan Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa ini adalah sebagai berikut : 1. Pengukuran bahan material sesuai ukuran yang telah ditentukan. 2. Pemotongan bahan material. 3. Proses perakitan kerangka 4. Proses perakitan books parutan kelapa. 5. Proses pengelasan alat pemeras 6. Proses perakitan tabung pemeras parutan kelapa 7. Proses pemasangan komponen mesin pemarut sekaligus pemeras kelapa. Proses Perakitan Alat. Pada tahap ini peneliti merealisasikan bentuk perancangan yang telah dibuat sebelumnya ke dalam bentuk nyata atau bentuk sebenarnya. Adapun proses-proses perakitan alat ini adalah sebagai berikut :

151 151 a. Proses pengukuran material. Gambar 10. Proses pengukuran material. b. Proses pemotongan material. Gambar 11. Proses pemotongan material. c. Proses pengelasan material.

152 152 Gambar 12. Proses pengelasan alat. Tabel 1. Biaya Pembuatan Dan Perakitan N o. 1. Besi siku 4 Rp Parutan kelapa Bearing Puli Rp Rp Rp Motor listrik 1 Rp Baut & Mur 50 Rp Plat almunium Pipa paralon 3 / dop Sabuk 1meter Rp ,5m / 2 Rp Rp Bahan Satuan Harga

153 Besi Krant 1 1 Biaya Pembuatan Alat Jumlah Total Rp Rp Rp Rp Adapun biaya pembuatan dan perakitan mesin pemarut sekaligus pemeras kelapa adalah : Total Rp : Rp Berat Kosong mesin pemarut sekaligus pemeras kelapa. Adapun berat kosong mesin pemarut sekaligus pemeras kelapa adalah : Total Berat Kosong Alat : 25 kg. HASIL PENGUJIAN Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah tahap pengujian Perencanaan Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa. Dalam tahap pengujian alat ini peneliti melaksanakan pengujian atau uji coba alat dengan menggunakan kelapa sebagai bahan untuk mendapatkan hasil, dengan kemampuan alat dalam sekali operasi bisa menghasilkan santan. Kemudian membandingkan manakah yang lebih baik antara proses manual dan menggunakan mesin pemarut sekaligus pemeras kelapa ini. Pada tahap ini, data-data yang didapatkan pada tahap pengujian dimana dari hasil santan dan koefsien waktu menggunakan mesin pemarut sekaligus pemeras kelapa, dibandingkan dengan proses manual tentunya hasil produksinya tidak sama dan juga waktu yang berbeda. Tabel 2. Hasil Pengujian Produksi Santan Kelapa

154 154 N o Kelapa Air 1 biji 1000 ml 1 biji 1000 ml 3. Proses pemarutan 14:08 10:34 4. Proses pemerasan 04:40 02:10 5. Total waktu 18:48 menit 12:45 menit 6. Hasil Putih Putih Uraian Manual Mesin Perawatan Alat Adapun langkah - langkah dalam perawatan Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa ini sebagai berikut: 1. Alat pemarut dan pemeras kelapa harus selalu di bersihkan setelah selesai melakukan proses. 2. Memperhatikan segala komponen pada saat memulai proses produksi. 3. Simpan selalu pada tempat yang aman. KESIMPULAN Dari rangkaian penelitian yang telah dilakukan bisa ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Dengan adanya alat ini maka dapat meningkatkan produk santan yang dihasilkan higienis. berkualitas dan

155 Dengan adanya mesin pemarut sekaligus pemeras kelapa ini dapat memudahkan kinerja masyarakat, efsiensi waktu dan tenaga dalam memproduksi santan kelapa. SARAN Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, maka peneliti menyarankan untuk kesempurnaan Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa ini, perlu penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan kinerja Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa yang mudah digunakan oleh warga masyarakat, terutama pada mesin penggerak utama. Dianjurkan menggunakan mesin di atas R.P.M, dan alat pemeras lebih di perkecil diameter ulir. DAFTAR PUSTAKA Febrianto,Putra, 2014, Almunium, Diakses tanggal Hemawan, 2012, motor-listrik, motor-listrik.blogspot.com.html. Diakses pada Ismanto, Edi, 2013, pengertian besi, diakses tanggal

156 156 Kusnandar, fery., 2014, Reaksi Karamelisasi. Diakses tanggal Maryanto, budi, 2012, Pengertian dan macam-macam baut, diakses tanggal ANALISIS PENGGUNAAN MATERIAL ALUMINIUM DAN KAYU PADA KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG Oleh : Dede Satria ABSTRAK

157 157 Penggunaan bahan material merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil optimal dalam suatu proyek pembangunan. Adanya produk kusen Aluminium sebagai alternatif lain yang digunakan sebagai bahan pembuatan kusen bangunan. Pada studi ini dilakukan perbandingan penggunaan kusen aluminium dan kusen kayu pada bangunan ditinjau dari segi biaya, waktu pelaksanaan dan tata laksana dengan menggunakan bahan aluminium dan kayu jati. Data yang digunakan pada analisis ini merupakan data harga satuan pekerjaan sebagai acuan dalam perhitungan yang sah. Dari hasil perbandingan dengan data yang ada, diperoleh jika ditinjau dari segi biaya adalah sebagai berikut, yaitu : kusen aluminium Rp ,- dan dari kusen Kayu sebesar Rp. Rp ,-. Maka diperoleh kesimpulan dari segi biaya yang paling murah untuk bahan penggunaan kusen bangunan adalah kusen kayu sedangkan dari segi waktu pelaksanaan kusen aluminium adalah yang paling cepat. Untuk tata laksana secara menyeluruh hampir sama akan tetapi ada sedikit perbedaan tata laksana pemasangannya yaitu dari kusen aluminium dikerjakan sesudah tembok berdiri dan sudah diplester dan dicat, sedangkan untuk kusen kayu pengerjaannya dilakukan bersamaan saat pemasangan bata merah. Kata kunci : Analisis, material, gedung. PENDAHULUAN Indonesia telah terkenal sejak lama menjadi penghasil kayu tropis terbesar di dunia. Saat ini kondisi hutan dan keberadaan material kayu sudah sangat memprihatinkan karena pembalakan hutan secara liar dan besar-besaran dipastikan akan membuat material kayu menjadi sulit dicari dan harganya pun nantinya akan melonjak naik. Oleh karena itu pencarian material alternatif dari kayu dilakukan sebagai solusi untuk melestarikan hutan dan diharapkan dapat membuat bangunan lebih awet. Kayu biasanya dimanfaatkan sebagai material seperti kusen, pintu, jendela, plafond, fnishing, lisplank, lantai dan

158 158 lainnya. Material kayu dengan tekstur dan guratannya yang indah sudah digemari para penggunanya. Namun penanganannya yang kurang tepat kayu akan berakibat pada daya tahan terhadap cuaca kurang baik, rentan rayap dan mudah lapuk, yang akhirnya cepat merusak bangunan dan elemennya. Perkembangan konstruksi di Indonesia saat ini sedang maju dengan pesat, hal ini ditandai dengan banyaknya proyek yang dikerjakan dalam skala besar, melihat perkembangan jasa konstruksi yang bergitu pesat, maka perusahaan-perusahaan industri bahan konstruksi pun berlomba-lomba untuk menciptakan inovasi-inovasi baru yang dapat meningkatkan efsiensi kerja dalam bidang konstruksi salah satunya bahan konstruksi yang mulai dilirik penggunaannya adalah pembuatan kusen, daun pintu dan daun jendela. Dalam dunia industri saat ini sebenarnya bahan pembuatan kusen ada banyak jenis bahannya yang ditawarkan oleh perusahaan yaitu kusen dari bahan beton, baja, PVC, aluminium dan kayu. Kusen kayu sudah digunakan jauh sebelum adanya bahan-bahan ini. Beberapa proyek pembangunan rumah, gedung dan perkantoran di kota-kota besar telah menggunakan bahan-bahan ini sebagai material bangunannya akan tetapi di kabupaten sumbawa bahanbahan material yang sering digunakan adalah bahan kayu dan aluminium. Dan masyarakat Sumbawa masih cenderung memilih kayu daripada mateial pengganti lainnya dalam bangunan. Tetapi semakin susahnya dan juga sulit mendapatkan kualitas kayu yang baik, membuat orang berinisiatif untuk menggunakan material pengganti kayu. Itu tentu saja material pengganti tersebut tidak lebih murah dari bahan kayu itu sendiri, bahkan cenderung lebih mahal.

159 159 Akan tetapi dengan keunggulan yang dimiliki kusen aluminium sebagai bahan material bangunan alternatif yang persisi, praktis dan tahan lama. Dan waktu pengerjaannya yang lebih ringkas serta perawatan atau pemeliharaannya yang mudah memuat biaya keseluruhannya lebih murah. Terlebih jika digunakan dalam skala bangunan yang besar, penggunaan material ini dapat sangat menekan biaya. Sehingga diharapkan dalam waktu dekat kondisi hutan akan berangsur membaik dan mengurangnya pemanasan global warning yang dikarenakan pengurangan penggunaan material kayu sebagai bahan bangunan Oleh karena itu perlu kiranya dilakukan penelitian secara analitis untuk mengetahui efsiensi penggunaan material aluminium dengan material kayu pada pekerjaan kusen, jika dibandingkan baik dari segi umur pakai yang nantinya akan berdampak pada biaya. METODE PENELITIAN Metodologi Penelitian. Metodologi penelitian yang digunakan didalam penelitian ini adalah dengan metode pengumpulan data primer (Pengukuran secara langsung dilapangan) dan analisis data sekunder (Perhitungan AHS 2014 dan Uji control HS Pasaran). Prosedur Penelitian. Adapun tahapan-tahapan prosedur penelitian yang dilakukan didalam penelitian ini adalah : 1. Tahap Pendahuluan

160 160 Mengidentifkasi data penelitian, yang mana dalam penelitian ini ada beberapa data yang dibutuhkan yaitu, a. Data harga satuan pekerjaan di Sumbawa besar, meliputi: Daftar harga satuan bahan. Daftar harga satuan alat. Daftar harga satuan upah tenaga. b. Data jenis dan umur pakai bahan Umur pakai kayu Umur pakai alumunium 2. Pengambilan Data Mengumpulkan data primer dan data sekunder meliputi: a. data primer berupa pengamatan langsung yang dimana akan dilakukan pada proses kerja di Lapangan. b. Data sekunder merupakan data yang diambil dari dokumen dan literatur-literatur pada dinas terkait yang berhubungan dalam penelitian ini sebagai informasi yang menunjang penelitian. Bagan Alur Penelitian Mulai

161 161 Identifikasi Masalah Perumusan Masalah Study Pustaka Pegumpulan Data Data Sekunder Data Primer 1. Pengamatan langsung pengerjaan di lapangan 1. Perhitungan AHS Uji kontrol HS pasaran Analisis dan Pembahasan

162 162 Kesimpulan Selesai HASIL PENELITIAN Analisis Dan Pengolahan Data. Perhitungan biaya pekerjaan material kusen aluminium dan kayu dapat dilihat gambar denah kusen bisa dilihat pada lampiran. Tabel 1. Jumlah kusen aluminium dan kayu pada denah kusen No Tipe Sumber : Data Diolah P1 P2 P3 P4 J1 J2 J3a J3b J4 banyak Aluminiu kayu m 1 buah 1 buah 2 buah 2 buah 1 buah 1 buah 4 buah 4 buah 1 buah 1 buah 2 buah 2 buah 10 buah 10 buah 4 buah 4 buah 1 buah 1 buah

163 163 Penggunaan material aluminium dan kayu dalam pekerjaan kusen pada konstruksi bangunan gedung saat ini banyaknya menjadi pilihan material kusen masyarakat akan tetapi dalam pemilihan material perlu diperhitungkan seberapa besar biaya dan waktu yang dihabiskan untuk penggunaan material tersebut dalam pengerjaannya nanti, maka perlulah diperhitungkan atau di analisa ke efsien material tersebut untuk mengetahui dan mendapat gambaran akan penggunaan material aluminium dan kayu dalam pekerjaan kusen. Pada lembaran lampiran terdapat gambar denah kusen yang dimana pada gambar penempatan kusen-kusen sesuai ruangan. Dalam menganalisis penggunaan material ini analis melakukan analisa data berupa harga satuan pekerjaan (biaya), pemeliharaan material, tata pelaksanaan, dan waktu pelaksanaan. Dari menganalisa data tersebut maka akan diketahui berupa selisih dan perbandingan biaya serta ke efsien penggunaan material tersebut. Rencana Anggaran Biaya Tabel 2. RAB Pekerjaan Bahan Aluminium N Pekerjaan Volu o 1. Pek. 1 m² me pasang 8 Satua Harga Jumlah n m² Satuan Rp Harga Rp

164 164 kusen pintu aluminium pek. 1 m² pasang pintu kaca rangka 2 aluminium Pek. 1 m² pasang pintu /jendela rangka 4. m² Rp Rp Rp Rp Rp m² aluminium Pek. 1 m² pasang jendela rangka Rp m² aluminium Total Rp (sumber: Hasil Perhitugan) Dalam perhitungan biaya pekerjaan kusen aluminium di dasarkan pada analisa harga satuan pekerjaan 2014 untuk kabupaten sumbawa.

165 165 Tabel 3. Perhitungan kusen bahan Kayu N o 1 Pekerjaan Volum Satu Harga Jumlah e an Satuan Harga Pek. 1 m³ Rp pasang kusen pintu / Rp m³ jendela kayu 2 jati pek. 1 m³ pasang pintu / jendela m³ kayu jati Pek. 1m³ mengerjakan daun 4 Rp Rp Rp Rp Rp Rp m³ pintu panil kayu jati Pek. 104,9 1 m 2 mengerjakan m¹

166 166 daun jendela kaca kayu jati Rp Total Dari hasil perhitungan analisa harga satuan pekerjaan kusen aluminium dan kayu memiliki perbedaan biaya yang sangat jauh yaitu kusen pintu/jendela, daun pintu dan daun jendela sebesar : Rp dan dari kusen kayu jati hanya sebesar : Rp Untuk membuktikan bahwa RAB kusen aluminium lebih mahal daripada RAB kusen kayu berdasarkan analisa harga satuan, maka saya melakukan kontrol atau chekking dengan menggunakan harga satuan untuk perhitungan biaya kusen aluminium dan biaya kusen kayu, yaitu dengan melakukan praktek langsung di lapangan dalam pembuatan J1 dan P1, dimana harga bahan yang diambil dari harga pasaran (toko), dan ongkos pembuatan dari biaya yang dibayarkan langsung kepada tukang kayu dan tukang aluminium adalah: 1. Pekerjaan kusen J1 dan P2 dari bahan kayu

167 Gambar 1. Type Jendela J1 (Bahan kayu) 1 m³ Rp Dalam 1 m³ isi (batang) 34 batang Perhitungannya sebagai berikut: Ukuran standar pada pasaran kayu adalah 6 x 12 x x 0.12 x m³ Kebutuhan kayu Biaya m³ x Rp Jadi, harga 1 batang kayu ukuran 6 x 12 x 300 Rp kebutuhan kayu pada pembuatan kusen type J1 adalah 7 buah batang

168 168 Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk membeli 7 batang kayu adalah : x 7 Rp Ongkos/ jasa bikin kusen kayu perlubang dengan ukuran 168 x 230 Rp Pada gambar diatas terdapat 4 lubang kusen sehingga hasil dari ongkos tukang kayu adalah : x 4 Rp Jadi, total biaya Rp

169 169 Gambar 2. Type Pintu P1 (Bahan kayu) 1 m³ Rp Dalam 1 m³ isi (batang) 34 batang Perhitungannya sebagai berikut: Ukuran standar pada pasaran kayu adalah 6 x 12 x x 0.12 x m³ Kebutuhan kayu Biaya m³ x Rp Jadi, harga 1 batang kayu ukuran 6 x 12 x 300 Rp kebutuhan kayu pada pembuatan kusen Type P1 adalah 3 buah batang Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk membeli 3 batang kayu adalah : x 3 Rp Ongkos/ jasa bikin kusen kayu perlubang dengan ukuran 214 x 128 Rp Pada gambar diatas terdapat 1 lubang kusen sehingga hasil dari ongkos tukang kayu adalah : Jadi, total biaya Rp Pekerjaan kusen J1 dan P2 dari bahan aluminium

170 Gambar 3. Type Jendela J1 (Bahan aluminium) 1 lonjor aluminium 6 meter Harga 1 lonjor aluminium Rp Perhitungannya sebagai berikut: Kebutuhan aluminium Biaya m² x Rp Jadi, biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan/bikin kusen aluminium type J1 adalah Rp Ongkos/ jasa bikin kusen aluminium type J1 perlubang dengan ukuran 168 x 230 Rp

171 171 Pada gambar diatas terdapat 4 lubang kusen sehingga hasil dari ongkos tukang aluminium adalah : x 4 Rp Jadi, total biaya Rp Gambar 4. Type Pintu P1 (Bahan aluminium) 1 lonjor aluminium 6 meter

172 172 Harga 1 lonjor aluminium Rp Perhitungannya sebagai berikut: Kebutuhan aluminium Biaya 2.52 m² 2.52 x Rp Jadi, biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan/bikin kusen aluminium type P1 adalah Rp Ongkos/ jasa bikin kusen aluminium type P1 perlubang dengan ukuran 214 x 128 Rp Pada gambar diatas terdapat 1 lubang kusen sehingga hasil dari ongkos tukang aluminium adalah : Jadi, total biaya Rp Dari praktek langsung di lapangan dengan menggunakan harga satuan di lapangan didapat hasil-hasil sebegai berikut: 1) Pembuatan jendela type J1 ukuran 168 x 230 dengan kusen kayu menghasilkan harga sebesar Rp , dan P1 ukuran 214 x 128 dengan kusen kayu sebesar Rp ) Pembuatan J1 ukuran 168 x 230 dengan kusen aluminium menghasilkan biaya sebesar Rp , dan P1 ukuran 214 x 128 dengan kusen bahan aluminium sebesar Rp Horizon Perencanaan. Dari perhitungan yang telah dilakukan dalam perhitungan harga dan biaya pemeliharaan yang telah dilakukan diatas, maka perlu dilakukannya perhitungan nilai biaya yang akan

173 173 dikeluarkan di masa datang pada kedua material yang digunakan untuk bangunan gedung. Perbedaan umur aset (material) antara kayu dan aluminium sebagai kusen adalah: 1. kusen kayu tahun 2. kusen aluminium tahun Berikut gambar Material Aluminium umur material Aluminium sebagai kusen tahun Tahun Tahun

174 174 Gambar 5. Perbedaan umur aset (material) antara kayu dan aluminium sebagai kusen Perencanaan menurut mondy, sharfn dan preumeux (1991) planning is process of determining in advance what should be accomplished and how it should berealized. Sependapat dengan bartal dan martin (1999) berpendapat bahwa perencanaan adalah peroses penentuan tujuan tujuan dan menetapkan cara caraterbaik untuk mencapainya. (planning is the proces of setting goals and decidinghow best to achieve them). Begitupula akkof (1970) berpendapat bahwa perencanaan adalah sesuatu yang kita lakukan terlebih dahulu, dalam pengambilan tindakan. (planning is some think we do in advance of takingaction). Lalu plunkett dan attner (1997) mengatakan perencanaan adalah merupakan persiapan segala sesuatu hari ini, untuk keperluan hari esok, ( planningis preparing tomorrow,today). Sedangkan menurut g.r terry (1997) mendefnisikan perencanaan adalah tindakan memilih dan menghubungkan fakta fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan dating dalam hal menvisualisasikan dan merumuskan aktivitas ativitas yang di anggap perlu untukmencapaihasilyang di inginkan. (planning is making and usingof assumption regarding the future in the visualization of prepared activities believenecessary to achive the desire goals). Tujuan perencanaan adalah meminimalkan pemborosan yang belebihan, dan menentukan untuk mengendalikan perencanaan membuat usaha lebih terkoordinasi dimasa mendatang.

175 175 Dari bahan pendukung yang membantu pengawetan yaitu bahan kain dan busa sebagai perawatan dan pemeliharaan. setiap 6 bulan sekali umumnya kusen aluminium dilakukan pemeliharaan yang dimana membutuhkan: 1. Tenaga (orang) : rupiah 2. Bahan lap (kain atau busa) : rupiah Berdasarkan umur aluminium Keterangan: Umur material aluminium sebagai kusen/pintu aluminium mencapai tahun. Untuk umur pakai pintu kerai aluminium mencapai antara tahun. Perhitungan perencanaan dilakukan berdasarkan umur terendah kusen yaitu 25 tahun dan umur terpanjang kusen aluminium yaitu 85 tahun untuk menyamai berapa jumlah pengeluaran perawatan kedual material nanti. Ongkos tukang Rp Harga material seluruh (kusen aluminium) Rp Rp x rupiah (1tahun) x 85 (umur teknis disesuaikan) Rp Maka total Rp Rp Rp ,

176 176 Sedangkan untuk perencanaan kusen kayu berdasarkan umur terendah adalah 30 tahun dan umur terpanjang adalah 90 tahun sehingga untuk menyesuaikan umur dengan material aluminium diambil umur dari terpanjang aluminium yaitu 85 tahun untuk mendapatkan berapa besar biaya yang dikeluarkan dengan umur yang disesuaikan. Perencanaan kayu Material Kayu umur material Kayu sebagai kusen tahun Tahun 0 10 Tahun Gambar 6. Perencanaan umur material kayu sebagai kusen

177 177 Membutuhkan: Ongkos pekerja Rp Cat kayu mutu tinggi Meni kayu Harga material kayu keseluruhan (kusen kayu) Rp Dalam hal ini diperhitungkan biaya: Tenaga + cat kayu mutu tinggi + meni kayu Rp ( 1tahun) Perbandingan biaya keseluruhan pemeliharaan material aluminium dan kayu dalam periode umur pakai yang dihitung adalah 85 tahun yaitu: Harga material seluruh (kusen Kayu) (1tahun) x 85 (umur teknis disesuaikan) Rp Maka total Rp Rp Rp material aluminium sebagai kusen yaitu tahun akan tetapi apabila bangunan terjadi gempa atau bencana tak terduga dalam waktu tahun maka biaya pengeluaran yang dikeluarkan kusen aluminium akan melonjak naik. Waktu Pelaksanaan. Waktu pelaksanaan atau produktiftas merupakan rasio kegiatan (output) dan masukan (input), dalam penelitian ini yang disebut sebagai output adalah luasan kusen yang

178 178 terpasang sedangkan input dalam hal ini adalah durasi / waktu total pengerjaan dari masing-masing kusen. Produktiftas waktu pengerjaan nilainya didapatkan melalui lapangan yang dimana saat terjadi pengerjaan kusen-kusen tersebut yaitu kusen dari bahan aluminium dan kayu. Produktivitas Luas Kusen Durasi Tabel 4. Produktivitas Pelaksanaan Pekerjaan kusen Aluminium Dimensi Kusen No t (m) Type P1 (1 buah) P2 (2buah) P3 (1 buah) P4 (4 buah) J1 (1 buah) J2 ( 2 buah) J3a ( L (m) Produktivita s Waktu Pasang Luas (m2) jam : menit : detik 0 : 13 : 20 0 : 18 : 15 0 : 10 : 37 0 : 24 : 35 0 : 16 : 02 0 : 14 : 12 1 : 20 : deti k jam 0,1 5 0,1 7 0,1 3 0,3 6 0,1 6 0,1 5 1,3 m2 / jam

179 buah) J3b buah) J4 (1 buah) 4 Total ( : 27 : 29 0 : 05 : ,4 0 0, Sumber : hasil analisa (2014) Dimensi N o Kusen jam : menit : Deti detik k 145 Type Luas (m2) 1 P1 (1 buah) : 24 : 13 2 P2 (2buah) : 32 : 18 3 P3 (1 buah) : 20 : 10 4 P4 (4 buah) : 15 : 24 5 J1 (1 buah) : 27 : 16 6 J2 ( 2 buah) : 32 : : 40 : 20 7 J3a (10 buah) Produktivita Waktu Pasang 8 J3b (4 buah) : 39 : 40 9 J4 (1 buah) Total : 15 : s jam m2 / jam , Tabel 5. Produktivitas Pelaksanaan Pekerjaan kusen kayu Sumber : Hasil analisa (2014) Berdasarkan Tabel 4 dan 5 dapat kita peroleh perbandingan untuk tiap besaran kusen produktivitas aluminium dan pemasangan kayu yaitu

180 180 memilki perbedaan sebesar 0.18 %. Dengan masing-masing produktiftas pekerjaan kusen aluminium dan kayu adalah : Aluminium m²/jam atau lama waktu pengerjaan 150 menit untuk seluruh item pekerjaan. Kayu m²/jam atau lama waktu pengerjaan selama 435 menit untuk seluruh item pekerjaan kusen. Dapat kita lihat bahwa untuk pekerjaan kusen dari bahan aluminium lebih cepat selesainya yaitu 285 menit dari pekerjaan kusen berbahan kayu. KESIMPULAN 1. Penggunaan material kayu lebih efsien daripada penggunaan material aluminium pada konstruksi bangunan gedung di Kabupaten sumbawa. Berikut uraiannya : a. Untuk pekerjaan pasangan kusen aluminium didapat harga satuan material pemasangan kusen aluminium keseluruhan sebesar Rp b. Sedangkan untuk pengerjaan pasangan kusen kayu (kelas 1), didapat harga satuan material pemasangan kusen kayu keseluruhan sebesar Rp c. Secara produktivitas, untuk pekerjaan pemasangan kusen aluminium, 1 orang tukang dapat menyelesaikan menit. pemasangan kusen Pintu dan jendela yaitu selama 150 menit atau 2 jam 30

181 181 d. sedangkan untuk pekerjaan pasangan kusen kayu, seorang tukang dapat mengerjakan atau menyelesaikan pemasangan selama 435 menit atau 7 jam 25 menit. 2. Keuntungan dan kerugian material aluminium dan kayu a. Aluminium : keuntungan dalam pengerjaan hanya memerlukan waktu yang relatif lebih cepat sedangkan kerugian dari material aluminium ini terlihat hanya dari pengeluran biaya pembelian bahan yang mahal. b. Kayu : keuntungan menggunakan kusen yang terbuat dari bahan kayu adalah harga yang terjangkau dan memiliki umur lebih lama dibandingkan umur pakai kusen aluminium. sedangkan dalam kerugiannya material kayu ini hanya mudah terbakar dan lapuk apabila material ini tidak dilakukan perawatan rutin. SARAN 1. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk menganalisa produktivitas pekerja, tukang, kepala tukang, dan mandor untuk pekerjaan pemasangan kusen aluminium dan kusen kayu, mulai dari pekerjaan pemasangan kusen alumnium, pekerjaan pemasangan kusen jendela, hingga pekerjaan fhinising. Dari data tersebut dapat diperoleh koefsen produktivitas tenaga kerja, sehingga dapat dibandingkan analisa harga satuannya dengan pekerjaan pemasangan kusen aluminium dan kayu secara keseluruhan.

182 Perbandingan lebih lanjut dapat dilakukan dengan melakukan analisa perhitungan pada Bangunan bertingkat tinggi (High-rise building). Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penggunaan material aluminium dan kayu berdasarkan biaya, waktu dan tata pelaksanaannya. DAFTAR PUSTAKA Dinas pekerjaan Departemen PU, Analisa Harga Satuan Pekerjaan Dengan Pendekatan Harga Satuan Pekerjaan Teori Dan Lapangan Sumbawa Besar, Felix Hidayat, Studi Perbandingan Biaya Material, Media Teknik Sipil, Vol. X, No. 1, Hal Frick, Heinz Ir Ilmu Konstruksi Bangunan Kayu. Yogyakarta, Kansius, H. 17. ( diakses senin, 15/11/2014. Waktu diakses diakses rabu, 17/11/2014. waktu : wita

183 183 UJI KUALITAS AGREGAT KASAR DARI TIGA QUARRY SEBAGAI BAHAN BANGUNAN DI KABUPATEN SUMBAWA Oleh : Asraruddin ABSTRAK Agregat yang dijadikan sebagai objek penelitian yaitu agregat kasar yang dihasilkan dari industriindustri pemecah batu yang menggunakan mesin (Crusher). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kualitas agregat kasar dari ketiga tempat (quarry) yang berbeda. Adapun quarry yang dijadikan sebagai lokasi pengambilan sampel yaitu 1). Quarry PT. Lancar Sejati, 2). Quarry Kanar dan 3). Quarry Perung.Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium PT. Lancar Sejati pada bulan November Tahap uji yang dilakukan yaitu meliputi : a). Pengujian besar butiran (gradasi), b). Pengujian kadar lumpur, c). Pengujian kadar air, d). Pengujian berat isi, serta e). Pengujian berat jenis dan penyerapan. Hasil penelitian menunjukan bahwa,terdapat perbedaan kualitas agregat kasar pada setiap pengujian dari ketiga tempat (quarry). 1). Pengujian besar butiran agregat kasar dari quarry PT. Lancar Sejati memiliki porsen tertahan untuk bukaan saringan 1 sebanyak 25,11%, saringan 3/4 sebanyak 43,48% dan saringan 1/2 sebanyak 24,31%. Quarry Kanar memiliki porsen tertahan untuk bukaan saringan 1 sebanyak 15,47%, saringan 3/4 sebanyak 29,56% dan saringan 1/2 sebanyak 41,64%. Sedangkan quarry Perung memiliki porsen tertahan untuk bukaan saringan 1 sebanyak 24,10%,

184 184 saringan 3/4 sebanyak 14,56% dan saringan 1/2 sebanyak 61,33%. Dapat dikatakan bahwa besar butiran (gradasi) agregat kasar dari ketiga quarry menunjukkan gradasi yang baik. 2). Pengujian kadar lumpur agregat kasar dari quarry PT. Lancar Sejati memiliki kadar lumpur rata-rata 0,91%, dan quarry Kanar yang memiliki kadar lumpur rata-rata 3,10% sedangkan quarry Perung yang memiliki kadar lumpur rata-rata 1,35%. 3).Pengujian kadar air dari ketiga quarry dapat dikatakan memenuhi standar. Dimana syarat untuk kadar air agregat kasar yaitu 0-3%. Adapun perinciannya yaitu : quarry PT. Lancar Sejati memiliki kadar air sebanyak 1,59%, quarry Kanar sebanyak 2,12% dan quarry Perung sebanyak 0,35%.4). Pengujian berat isi agregat kasar quarry PT. Lancar Sejati terdapat 2,45 gr/cm3, quarry Kanar sebanyak 1,57 gr/cm3 dan quarry Perung sebanyak 1,60 gr/cm3. 5). Pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar quarry PT. Lancar Sejati memiliki berat jenis dan penyerapan yang memenuhi syarat, agregat kasar quarry PT. Lancar Sejati memiliki penyerapan 2,79%. Sedangkan penyerapan pada quarry Kanar sebesar 5,82% dan quarry Perung memiliki daya serap 3,92%. Kata Kunci : Kualitas Agregat Kasar dan Quarry yang Berbeda. PENDAHULUAN Agregat merupakan butir butir batu pecah, kerikil dan pasir, baik yang berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk mineral padat berupa ukuran besar maupun kecil (Sukirman, 2003). Perbedaan karakteristik bagian luar agregat, terutama bentuk partikel dan tekstur permukaan memegang peranan penting terhadap sifat beton segar dan yang sudah mengeras. Kualitas mutu beton yang tinggi salah satunya dipengaruhi oleh kualitas agregat khususnya agregat kasar (krikil atau batu pecah). Agregat kasar untuk beton berupa kerikil atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu. Kualitas agregat akan berbeda tergantung proses dimana terbentuknya agregat tersebut.

185 185 Agregat yang dijadikan sebagai objek penelitian yaitu agregat kasar untuk penggunaan pada beton, yang berasal dari alam, yaitu agregat yang menggunakan bahan baku langsung dari batu alam berupa kerikil atau penghancurannya yang dihasilkan dari industri-industri pemecah batu yang menggunakan mesin (Crusher). Baik industri yang berskala besar atau berskala kecil. Agregat dengan mutu kurang baik yang dihasilkan suatu industri pemecah batu dapat mengakibatkan kesulitan dalam perencanaan dan pengendalian mutu campuran beton. Oleh karena itu sebagai kontrol kualitas bahan sebelum digunakan sebagai campuran dalam pembuatan beton perlu dilakukannya penelitian mengenai agregat untuk meningkatkan kualitas bahan bangunan dengan judul uji kualitas agregat kasar dari tiga quarry sebagai bahan bangunan di Kabupaten Sumbawa. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui perbedaan kualitas agregat kasar dari quarry PT. Lancar Sejati, Perung dan Kanar dan Untuk mengetahui penyebab terjadinya perbedaan kualitas pada masing-masing agregat kasar dari tiga quarry yang berbeda.

186 186 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium PT. Lancar Sejati yang bertempat di Desa Jompong Kecamatan Pelampang pada bulan Nopember Bahan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah agregat kasar yang menjadi objek penelitian, air yang digunakan untuk kegiatan pencucian agregat dan spritus untuk membakar agregat dalam proses pengeringan. Alat. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Laboratorium PT. Lancar Sejati, yang terdiri dari : 1) Timbangan, 2) Wadah untuk menimbang, 3) Saringan atau ayakan, 4) Wadah slinder (Bricket), 5) Batang penumbuk, 6) Kain penyap, dan 7) Botol plastik. Metode Penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalam metode eksperintal dengan percobaan di lapangan. Menurut Susilowati dan Endar (2005), bahwa penelitian eksperimental yaitu suatu usaha terencana untuk mengungkapkan fakta-fakta baru atau menguatkan teori dan bahkan membantah hasil-hasil penelitian yang telah ada. Pengumpulan Data. Penelitan ini dilakukan dalam beberapa tahapan metode penelitian yang dimulai dari tahap persiapan, pengujian agregat kasar, analisa data sampai dengan penarikan kesimpulan dan saran. Tahap Persiapan. Sebelum kegiatan pelaksanaan dilakukan, terlebih dahulu dilakukan kegiatan survei lokasi yang dijadikan sebagai lokasi penelitian, dan survei lokasi ke tiga tempat pengambilan

187 187 sampel serta mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan selama penelitian. Pengujian Agregat Kasar Pengujian agregat kasar dilakukan dalam beberapa tahap uji yang meliputi : a. Pengujian besar butiran (gradasi) Uji besar butiran (gradasi) agregat kasar dilakukan dengan menggunakan ayakan atau saringan. Adapun cara melakukan kegiatan uji yaitu sebagai berikut : 1) Menimbang berat benda uji atau agregat kasar 2) Menyaring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar diletakkan di atas. Kemudian saringan diguncang. 3) Dibiarkan selama 5 menit untuk memberi kesempataan debu-debu mengendap. 4) Menghitung berat agregat kasar yang bertahan pada masing-masing saringan. 5) Membersihkan semua saringan yang telah digunakan segera setelah selesai percobaan, dengan menggunakan kuas. b.pengujian Kadar Lumpur Tahap-tahap pengujian kadar lumpur yaitu : 1) Menyiapkan agregat kasar yang telah kering dalam 3 buah wadah. 2) Menimbang masing- masing wadah beserta isinya. 3) Mencuci agregat tersebut, kemudian mendiamkannya selama 5 menit lalu dibuang air cuciannya. Pembersihan diulang sampai air rendaman kelihatan bening.

188 188 4) Mengeringkan agregat kasar yang telah direndam dengan cara membakar agregat. 5) Menimbang agregat kasar yang telah di bakar. c. Pengujian Kadar Air Langkah-langkah pengujian kadar air agregat kasar yaitu: 1) Menimbang wadah (W1) 2) Memasukkan agregat kasar atau benda uji ke dalam wadah dan menimbang beratnya (W 2) 3) Menghitung berat agregat kasar (tanpa wadah) (W3W2-W1). 4) Mengeringkan benda uji dengan cara membakarnya. 5) Menimbang wadah dan banda uji kering (W4). 6) Menghitung berat benda uji kering (W5W4-W1). Adapun rumus perhitungan kadar air agregat adalah : Kadar air agregat(%) Dimana : W3-W5 100% W5 W3 : berat benda uji semula (gram) W5 : berat benda uji kering (gram) d.pengujian Berat Isi Prosedur pengujian berat isi agregat kasar yaitu : 1) Memasukkan agregat kasar kedalam wadah yang berbentuk silinder secara bertahap sebanyak 2

189 189 lapisan, setiap lapisan diketuk-ketuk sebanyak 25 kali. 2) Meratakan dengan sekop kecil sampai wadah ukur yang berbentuk selinder penuh. 3) Menuangkan agregat kasar yang ada di dalam wadah silinder ke dalam wadah kemudian menimbangnya. 4) Mencatat hasil timbangan, kemudian membaginya dengan volume wadah ukur silinder, maka akan diperoleh berat isi. e. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Langkah-langkah pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar adalah sebagai berikut: 1) Mencuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan lain yang melekat pada permukaan agregat. 2) Mengerigkan benda uji dengan cara membakarnya. 3) Mendinginkan benda uji, pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian menimbang beratnya (BK). 4) Merendam benda uji dalam air selama 24 jam. 5) Mengeluarkan benda uji dari air, kemudian dilap dengan kain penyerap sampai selaput air pada permukaan hilang, untuk butiran yang besar penngeringan harus satu persatu (SSD). 6) Menimbang berat benda uji dalam keadaan kering permukaan jenuh air (BJ). 7) Meletakkan benda uji di dalam keranjang dan goncangkan batunya untuk mengeluarkan udara yang tersekap dan tentukan beratnya di air (Ba).

190 190 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Besar Butiran (Gradasi). Analisa saringan adalah suatu kegiatan untuk menentukan pembagian ukuran dan jumlah Quarry Perung Quarry Kanar butir agregat. Hasil pengujian besar butiran (gradasi) disajikan pada Gambar 1 dan Gambar Quarry PT. Lancar Sejati ; 1/2 Gambar 1. Berat Tertahan Nomor Saringan Grafk Porsen Tertahan P o rs e n T e rta h a n (% ) B e ra t A gre ga t K a s a r (gr) Grafk Berat Tertahan Quarry Perung Quarry Kanar Quarry PT. Lancar Sejati ; 1/2 Nomor Saringan Gambar 2. Porsen Tertahan

191 191 Pengujian Kadar Lumpur. Hasil pengujian kadar lumpur agregat kasar disajikan pada Gambar 3. Porsentase Kadar Lumpur Grafk Pengujian Kadar Lumpur 3.500% 3.000% 3.110% 3.100% 3.100% 2.500% 3.103% Quaryy PT. Lancar Sejati 2.000% Quarry Kanar 1.500% 1.000% 1.000% 1.530% 1.520%.900%.500%.910%.910%.907% - P III Rata-Rata.000% -PI - P II Quarry Perung 1.350% Percobaan Gambar 3. Pengujian Kadar Lumpur Berdasarkan SK SNI S F dalam Riyadi, (2005) hasil pengujian kadar lumpur agregat kasar dari quarry PT. Lancar Sejati yang dilakukan pada tiap-tiap percobaan memenuhi persyaratan. Sedangkan hasil pengujian kadar lumpur agregat kasar dari quarry Kanar dan quarry Perung, pada semua percobaan menunjukkan hasil yang tidak memenuhi syarat. Dimana syarat untuk kadar lumpur agregat kasar yaitu <1%. Pengujian Kadar Air. Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam agregat, atau dengan katalain kadar air adalah nilai banding antara berat air yang terkandung dalam agregat dengan

192 192 agregat dalam keadaan kering. Hasil pengujian kadar air agregat kasar disajikan pada Gambar 4. Grafk Pengujian Kadar Air P o rsen t ase K ad ar A ir 2.500% 2.120% 2.000% 1.590% Kadar Air 1.500% 1.000%.500%.350%.000% Quarry PT. Lancar Sejati Quarry Kanar Quarry Perung Lokasi Pengambilan Sampel Gambar 4. Pengujian Kadar Air Berdasarkan ASTM C-556 dalam Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah (2004), hasil pengujian kadar air agregat kasar dari ketiga quarry memenuhi persyaratan. Dimana syarat untuk kadar air agregat kasar yaitu 0-3%. Pengujian Berat Isi. Berat isi agregat kasar adalah berat suatu volume dalam keadaan utuh, dinyatakan dalam gram/cm3. Langkah penguijian berat isi adalah dengan mengisi tabung dengan agregat kasar, kemudian menumbuk agregat kasar dengan tongkat baja. Berat isi diperoleh dengan membagi berat agregat kasar dengan volume tabung. Hasil pengujian berat isi agregat kasar dari ketiga tempat N ila i B e ra t I s i ( g r/ c m ³ ) (quarry) yang berbeda disajikan pada Gambar 5. Grafk Pengujian Berat Isi Berat Isi Quarry Kanar Quarry Perung Quarry PT. Lancar Sejati Lokasi Pengambilan Sampel

193 193 Gambar 5. Pengujian Berat Isi Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Hasil pengujian berat jenis dan penyerapan disajikan pada Gambar 6. Grafik Pengujian Berat Jinis & Penyerapan gr gr Berat Jenis gr gr gr Quarry Perung gr gr gr gr gr gr gr gr Quarry Kanar gr gr gr gr gr Quarry PT. Lancar Sejati gr.000 gr -Berat jenis bulk -Berat jenis SSD -Berat jenis semu Penyerapan Kriteria Uji Gambar 6. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Berdasarkan SNI F dalam Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah (2004), hasil pengujian berat jenis dan penyerapan pada Gambar 6 menunjukkan bahwa quarry PT. Lancar Sejati memiki berat jenis dan penyerapan yang memenuhi syarat, agregat kasar quarry PT. Lancar

194 194 Sejati memiliki penyerapan 2,79%. Sedangkan penyerapan pada quarry Kanar memiliki penyerapan 5,82% dan quarry Perung memiliki penyerapan 3,92%, dengan demikian dapat dikatakan quarry Kanar dan quarry Perung tidak memenuhi syarat. Dimana syarat untuk penyerapan agregat kasar yaitu <3%. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat perbedaan kualitas agregat kasar pada setiap pengujian dari ketiga tempat (quarry) yang dijadikan sampel, yaitu quarry PT. Lancar Sejati, quarry Kanar dan quarry Perung. 1). Pengujian besar butiran agregat kasar dari quarry PT. Lancar Sejati memiliki porsen tertahan untuk bukaan saringan 1 sebanyak 25,11%, saringan 3/4 sebanyak 43,48% dan saringan 1/2 sebanyak 24,31%. Quarry Kanar memiliki porsen tertahan untuk bukaan saringan 1 sebanyak 15,47%, saringan 3/4 sebanyak 29,56% dan saringan 1/2 sebanyak 41,64%. Sedangkan quarry Perung memiliki porsen tertahan untuk bukaan saringan 1 sebanyak 24,10%, saringan 3/4 sebanyak 14,56% dan saringan 1/2 sebanyak 61,33%. Dapat dikatakan bahwa besar butiran (gradasi) agregat kasar dari ketiga quarry menunjukkan gradasi yang baik. 2). Pengujian kadar lumpur agregat kasar dari quarry PT. Lancar Sejati memiliki kadar lumpur rata-rata 0,91% dapat dikatakan memiliki kualitas yang paling baik dari quarry Kanar yang memiliki kadar lumpur rata-rata 3,10% dan quarry Perung yang memiliki kadar lumpur rata-rata 1,35%. Dimana syarat untuk kadar lumpur agregat kasar yaitu <1%. 3).

195 195 Pengujian kadar air dari ketiga quarry dapat dikatakan memenuhi standar. Dimana syarat untuk kadar air agregat kasar yaitu 0-3%. Adapun perinciannya yaitu : quarry PT. Lancar Sejati memiliki kadar air sebanyak 1,59%, quarry Kanar sebanyak 2,12% dan quarry Perung sebanyak 0,35%. 4). Pengujian berat isi agregat kasar quarry PT. Lancar Sejati terdapat 2,45 gr/cm 3, quarry Kanar sebanyak 1,57 gr/cm3 dan quarry Perung sebanyak 1,60 gr/cm3. Dapat dikatakan bahwa quarry PT. Lancar Sejati memiliki berat isi tertinggi sedangkan quarry Kanar memiliki berat isi terendah. 5). Pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar quarry PT. Lancar Sejati memiliki berat jenis dan penyerapan yang memenuhi syarat, agregat kasar quarry PT. Lancar Sejati memiliki penyerapan 2,79%. Sedangkan penyerapan pada quarry Kanar sebesar 5,82% dan quarry Perung memiliki daya serap 3,92%, dengan demikian dapat dikatakan quarry Kanar dan quarry Perung tidak memenuhi syarat. Dimana syarat untuk penyerapan agregat kasar yaitu <3%. 2. Kualitas agregat kasar hasil dari quarry PT. Lancar Sejati secara umum dari semua kegiatan uji memiliki kualitas agregat kasar yang baik, sedangkan agregat kasar hasil dari quarry Kanar dan quarry Perung menunjukkan hasil yang tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan, bukan berarti agregat kasar dari quarry Kanar dan quarry Perung tidak layak digunakan akan tetapi perlu adanya perlakukan khusus dalam penggunaannya. Namun untuk pengujian kadar air agregat kasar dari ketiga quarry menunjukkan hasil yang memenuhi standar. Terjadinya perbedaan kualitas agregat kasar dari ketiga quarry yaitu disebabkan karena adanya perbedaan tekstur permukaan dan bentuk partikel agregat.

196 196 SARAN Berdasarkan hasil penelitian saran yang dapat diberikan dari penelitian ini yaitu : 1. Dalam perencanaan pembuatan beton, jika menggunakan agregat kasar hasil dari quarry PT. Lancar Sejati tidak perlu dicuci karena porsentase kandungan lumpur rata-rata dari quarry PT. Lancar Sejati memenuhi syarat yang telah ditetapkan, sedangkan agregat kasar hasil dari quarry Kanar dan quarry Perung sebelum digunakan perlu dicuci terlebih dahulu karena kadar lumpur rata-rata dari kedua quarry tersebut melebihi standar porsentase kadar lumpur yang telah ditetapkan. Dimana syarat untuk kadar lumpur agregat kasar yaitu <1%. 2. Daya serap air agregat kasar hasil dari quarry PT. Lancar Sejati menunjukkan porsentase hasil uji yang memenuhi standar, sedangkan daya serap air agregat kasar hasil dari quarry Kanar dan quarry Perung menunjukkan porsentase hasil uji yang melebihi standar sehingga penggunaan pada campuran beton perlu disesuaikan dengan jumlah air yang akan digunakan pada campuran beton sehingga campuran beton tidak kekurangan air. Dimana syarat untuk penyerapan agregat kasar yaitu <3%. 3. Dianggap perlu untuk melakukan kegiatan penelitian lanjutan serta menambah kriteria pengujian agregat kasar lainnya sebagai bahan pembanding hasil penelitian. DAFTAR PUSTAKA

197 197 Riyadi, M., 2005, Teknologi Bahan I. Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta. Sukirman, S., Perkerasan Lentur Jalan Raya. Nova Bandung. Toruan, A.L., Pengaruh Porositas Agregat Terhadap Berat Jenis Maksimum Campuran. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sam Ratulangi. Wahyudi, Perubahan Gradasi Akibat Pemadatan Ditinjau Terhadap Kekerasan Agregat Bergradasi Seragam. Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh. ANALISIS KELAYAKAN DIMENSI DERMAGA PELABUHAN BADAS KABUPATEN SUMBAWA Oleh: Arga Satya Nugraha ABSTRAK Pelabuhan Badas merupakan salah satu pelabuhan Barang yang ada di Kabupaten Sumbawa. Pelabuhan tersebut terletak pada posisi 08o LS dan 117o BT dengan luas lingkungan kerja perairan yaitu m2 dan daratan seluas m2 dan merupakan pelabuhan yang diusahakan (PP No.58 thn 1991 tgl 19 Oktober 1991), di kelola oleh PT (Persero) Pelabuhan Indonesia III, kantor

198 198 cabang berada di Jl. Pelabuhan Badas No. 11 Sumbawa Besar Pelabuhan Badas memiliki dua dermaga yaitu dermaga Nusantara dan dermaga PELRA (Pelayaran Rakyat). Dari hasil penelitian ini, berdasarkan perhitungan kapal dengan antrian terbanyak yaitu 2 kapal pada dermaga. Panjang dermaga yang dibutukan untuk 4 kapal yang akan bersandar yaitu sepanjang 635 m, maka 635 m > 154 m (panjang dermaga yang dibutuhkan lebih besar dari Existing yang ada), sehingga ukuran dimensi dermaga Nusantara tidak layak atau tidak dapat melayani 4 kapal sekaligus dalam satu hari. Dan dari hasil perhitungan antrian kapal yang berdasarkan lama bertambat dengan ukuran terbesar yaitu yang memiliki panjang 110 m. Dimensi dermaga yang dibutuhkan untuk 4 kapal yang akan bersandar yaitu sepanjang 791 m, maka 791 m > 154 m (panjang dermaga yang dibutuhkan lebih besar dari Existing yang ada), sehingga ukuran dimensi dermaga Nusantara tidak layak atau tidak dapat melayani kapal secara bersamaan dengan ukuran yang lainnya. Hasil perhitungan BOR (Berth Occupancy Ratio) pada dermaga Nusantara pada tahun 2008 tingkat pemakaian dermaga Nusantara sebesar 58%, tahun 2009 sebesar 62%, tahun 2010 sebesar 67%, tahun 2011 sebesar 70% dan pada tahun 2012 sebesar 79%. Tingkat pemakain dermaga tersebut telah melibihi nilai BOR (Berth Occupancy Ratio) seperti yang disyaratkan UNCTAD (United Nation Conference on Trade and Develoment) untuk satu tambatan yaitu sebesar 40%. Dari hasil prediksi arus kapal yang menggunakan analisis regresi, maka didapatkan hasil perkiraan kunjungan kapal 5 tahun yang akan datang yaitu pada tahun 2017 sebanyak 596 unit kapal dengan nilai BOR mencapai 101%. Kata kunci: Pelabuhan Badas, Dimensi dermaga, BOR (Berth Occupancy Ratio). PENDAHULUAN

199 199 Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan wilayah pantai sepanjang km (Triatmodjo,2010) atau dua kali keliling khatulistiwa. Kegiatan pelayaran sangat diperlukan untuk menghubungkan antar pulau, pemberdayaan sumber daya kelautan, penjagaan wilayah laut, penelitian kelautan dan sebagainya. Sehubungan dengan kegiatan pelayaran dan pelabuhan, maka di dalam skripsi ini akan di bahas mengenai pelabuhan Badas, yaitu pelabuhan barang yang terletak di kabupaten Sumbawa. Sumbawa merupakan salah satu dari sepuluh kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat, dengan luas wilayah keseluruhan mencapai ,7 km 2, yang terdiri dari daratan seluas 6.643,98 km 2, lautan seluas 3.831,72 km2 dan panjang pantai ± 982 km. Sebagai daerah kepulauan, kegiatan pelayaran sangat diperlukan untuk menghubungkan antar pulau, penjagaan wilayah laut, penelitian kelautan, dan sebagainya. Sehubungan dengan kegiatan pelayaran maka peranan pelabuhan sebagai prasarana pelayaran sangat penting bagi kehidupan sosial, ekonomi, pemerintahan, pertahanan/keamanan, dan sebagainya. Dengan berkembangnya kehidupan sosial dan ekonomi penduduk suatu daerah atau negara maka kebutuhan akan sandang, pangan dan fasilitas hidup lainnya meningkat. Hasil produksi suatu daerah baik yang berupa hasil bumi maupun hasil industri semakin banyak, sehingga diperlukan pemindahan atau pemasaran barang ke daerah lain. Dengan demikian diperlukan sarana dan prasarana pengangkutan yang lebih memadai. Salah satu sarana transportasi yang digunakan adalah kapal karena mempunyai peran sangat penting dalam sistem angkutan laut, hampir semua barang impor, ekspor dan muatan dalam jumlah

200 200 sangat besar diangkut dengan kapal laut, walaupun diantara tempat-tempat di mana pengangkutan dilakukan terdapat fasilitas angkutan lain yang berupa angkutan darat dan udara. Hal ini mengingat kapal mempunyai kapasitas yang jauh lebih besar daripada sarana angkutan lainnya. Sebagai contoh pengangkutan minyak yang yang mencapai puluhan bahkan ratusan ribu ton, apabila harus diangkut dengan truk tangki diperlukan ribuan kendaraan. Dengan demikian untuk muatan dalam jumlah besar angkutan dengan kapal akan memerlukan waktu lebih singkat, tenaga kerja lebih sedikit, dan biaya lebih murah. Selain itu untuk angkutan barang antar pulau atau negara, kapal merupakan sarana satu-satunya sarana yang paling sesuai, untuk mendukung sarana angkutan laut tersebut diperlukan prasarana berupa pelabuhan yang layak sesuai syarat aspek teknis pelabuhan. Berkaitan dengan peranan pelabuhan laut maka pelabuhan Badas yang terletak di Kabupaten Sumbawa Besar merupakan salah satu pelabuhan yang berfungsi sebagai gerbang (Gate way) transportasi laut dan memiliki peran strategis sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai pelabuhan barang dan tergolong dalam kegiatan pelayaran niaga yang dimana pelabuhan tersebut hanya melakukan aktiftas bongkar muat barang. Seiring dengan perkembangan pembangunan dan perdagangan daerah Kabupaten Sumbawa permintaan bahan-bahan pokok mengalami peningkatan dan berdampak juga pada kenaikan jumlah kunjungan kapal yang sering mengakibatkan antrian. Hal tersebut juga diakibatkan oleh keterbatasan kapasitas dermaga yang dimiliki oleh pelabuhan Badas sehingga terjadi kendala pada angkutan laut yang kurang cepat dalam melakukan bongkar muat barang. Berdasarkan permasalahan

201 201 tersebut, penulis merasa perlu melakukan penelitian tentang Analisis Kelayakan Dimensi Dermga Pelabuhan Badas Kabupaten Sumbawa. METODOLOGI PENELITIAN Umum. Metode penelitian adalah penyelidikan suatu masalah secara sistematis, kritis, ilmiah, dan lebih formal dan umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, atau menguji kebenaran suatu pengetahuan yang memiliki kemampuan deskripsi dan/atau prediksi (Suhardjono, 1993). Lokasi Studi. Adapun lokasi penelitian Analisa Kelayakan Ukuran Panjang Dermaga Pelabuhan Badas dilakukan di Pelabuhan Badas Kab. Sumbawa. Secara geografs terletak pada 08 o LS dan 117o BT. Pelabuhan Badas memiliki luas lingkungan kerja perairan (Ha) yaitu 756 Ha dan daratan seluas Ha. Pelabuhan Badas ini merupakan pelabuhan yang diusahakan (PP 58th 1991 tgl 19 Oktober 1991).

202 202 Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Pelabuhan Badas (Google earth, 2013) Deskripsi Wilayah Studi. Adapun tata letak sarana yang terdapat pada pelabuhan Badas Kabupaten Sumbawa dapat dilihat pada gambar berikut ini: c b a Gambar 2. Layout Pelabuhan Badas (Google earth, 2013) Keterangan:

203 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Sumbawa Besar 2. PT (Persero) Pelabuhan Indonesia-III 3. Kantor Administrator Pelabuhan Badas 4. Kantin 5. Gudang 6. Gudang 7. Terminal Penumpang 8. Mushallah 9. PT. Wana Indah Asri 10. a,b,c Lapangan Penumpukan 11. Dermaga Nusantara 12. Dermaga PELRA Gambar 3. Dermaga Nusantara (Dokumentasi, )

204 204 Proses Pengumpulan Data. Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pengumpulan data adalah sebagai berikut: a. Mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian yang terdiri dari, panjang dermaga saat ini, karakteristik kapal yang beroperasi dan fasilitas bongkar muat barang yang terdapat pada dermaga. b. Mengumpulkan data-data sekunder dan primer dari Kantor Administrator pelabuhan Badas dan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia-III dan observasi di lapangan. Data Sekunder dan Primer. Adapun data-data sekunder dan primer yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data Sekunder: - Data kunjungan kapal dalam 3 tahun terakhir - Kinerja operasional pelabuhan - Komodity utama pelabuhan Badas 2. Data Primer: - Ukuran dimensi dermaga - Tipe dermaga - Klasifkasi dermaga

205 205 Kriteria Dermaga Yang Layak Di Gunakan. Dalam penelitian ini acuan yang digunakan untuk mengukur layak tidaknya dermaga Nusantara untuk disandar yaitu dengan menggunakan: 1. Menentukan Dimensi dermaga Apabila dermaga tersebut layak disandar maka: Lp n. Loa + (n 1) Loa Lp hitungan < Existing yang ada Apabila dermaga tersebut tidak layak disandar maka: Lp n. Loa + (n 1) Loa Lp hitungan > Existing yang ada Dimana: Lp panjang dermaga. n jumlah kapal yang di sandar perbulan. Loa panjang kapal rata-rata perbulan yang di sandar. 15 ketetapan (jarak antara buritan ke haluan dari satu kapal ke kapal lain). 50 ketetapan (jarak dari kedua ujung dermaga ke buritan dan haluan kapal). 2. Menggunakan metode BOR (Berth Occupancy Ratio)

206 206 Karena dalam penelitian di fokuskan pada satu dermaga apabila dermaga tersebut layak disandar maka BOR < 40%, dan jika tidak maka BOR > 40%. Nilai BOR yang disaran oleh UNCTAD (United Nation Conference on Trade and Develoment). Tabel 1. Nilai BOR Jumlah Dermaga Sumber: Triatmodjo, 2010 Nilai BOR (%) Analisa Data. Dari hasil pengolahan data Sekunder diperoleh data panjang dermaga yang digunakan untuk mengetahui dimensi dermaga yang kemudian dihubungkan dengan karakteristik kapal yang bertambat pada dermaga pelabuhan Badas. Setelah itu dari hasil data kunjungan kapal pertahun, kinerja operasional pelabuhan dan jumalh tambatan yang digunakan, akan di hitung persentase tingkat pemakaian dermaga dengan menggunakan Metode BOR (Berth Occupation Ratio) atau tingkat pemakaian tambatan yaitu untuk mengetahui persentase tingkat pemakaian dermaga dengan satuan waktu tertentu sehingga memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemakaian dermaga. Kemudian menghitung

207 207 jumlah kunjungan kapal yang masuk, muatan kapal, rata-rata panjang dan muatan kapal yang beropersi pada pelabuhan Badas, sehingga akan diperoleh kesimpulan dari hasil pengolahan data tersebut. Menentukan Dimensi Dermaga. Panjang dermaga: Lp n Loa + (n 1) Dimana: Lp panjang kapal. n jumlah kapal yang di tambat. Loa panjang kapal yang di tambat. 15 ketetapan (jarak antara buritan ke haluan dari satu kapal ke apal lain). 50 ketetapan (jarak dari kedua ujung dermaga ke buritan dan haluan kapal). Metode Berth Occupancy Ratio (BOR). Nilai BOR secara umum dapat dihitung dengan persamaan berikut (Triatmodjo, 2010): BOR Vs. St x 100 % Waktu efektif. n Keterangan: BOR Berth Occupancy Ratio Vs Jumlah kapal yang dilayani (unit/tahun) St Service time (jam/perhari)

208 208 Waktu Efektif n Jumlah hari aktif dalam satu tahun Jumlah tambatan HASIL DAN PEMBAHASAN Dermaga Nusantara. Dermaga pada lokasi penelitian yaitu dermaga Nusantara yang melayani kegiatan kapal bongkar muat barang dan kegiatan ekspor impor barang. Kondisi Dermaga Nusantara. Dermaga Nusantara pelabuhan Badas memiliki panjang 154 m, lebar 10 m dengan kapasitas 2 T/m. Dermaga ini melayani kapal yang melakukan kegiatan ekspor impor barang curah. Kapal Tabel 2. Data kunjungan kapal dalam lima tahun terakhir Tahun Jumlah kunjungan kapal Sumber: Kantor Administrator Pelabuhan Badas Jumlah bongkar muat GT GT GT GT GT Dari data kunjungan kunjungan kapal diatas, yang mengalami peningkatan tertinggi yaitu pada tahun 2012 dengan jumlah kapal mencapai 462 kapal dan jumlah bongkar muat GT. Karena

209 209 peningkatan terjadi pada tahun 2012 maka data yang diolah untuk mendapatkan dimensi dermaga yang dibutuhkan adalah data kunjungan kapal tahun Perhitungan Dimensi Dermaga 1. Kapal dengan dua antrian pada dermaga Tgl Tiba Nama Kapal Tgl Tolak KMN. LESTARI 03 KLM. ULIN UTAMA KLM. HERO JAYA KLM. PURNAMA INDAH Lama Bertamb at jam jam hari hari Sumber: Kantor Administrator Pelabuhan Badas Ket Antria n Antria n Lo a (m ) Perhitungan kebutuhan dimensi panjang dermaga yang dibutuhkan: Diketahui: Lp dilapangan 154 m n Loa 4 kapal

210 m Perhitungan: Lp n. Loa + (n 1) Lp (4 1) Lp Lp 635 m Panjang dermaga yang dibutukan untuk 4 kapal yang akan bersandar yaitu sepanjang 635 m, maka 635 m > 154 m (panjang dermaga yang dibutuhkan lebih besar dari existing dermaga yang ada), sehingga ukuran dimensi dermaga Nusantara tidak layak atau tidak dapat melayani 4 kapal sekaligus dalam satu hari. 2. Kapal dengan antrian yang berdasarkan lama bertambat dengan ukuran terbesar. Tabel 3. Antrian kapal dengan ukuran terbesar. Nama Kapal Tgl Tgl Lama Tiba Tolak Tambat Lo Ket a( KLM. MALIK JAYA hari m) 22 KM. MAKMUR hari 20 MADANI hari Antria 22

211 211 KLM. KARTIKA EXPRESS MV. AMTRHA VII hari n 11 Antria 0 n Sumber: Kantor Administrator Pelabuhan Badas Perhitungan kebutuhan dimensi panjang dermaga yang dibutuhkan: Diketahui: Lp dilapangan 154 m n 4 kapal Loa m Perhitungan: Lp n. Loa + (n 1) Lp (4 1) Lp Lp 791 m Panjang dermaga yang dibutukan untuk 4 kapal yang akan bersandar yaitu sepanjang 791 m, maka 791 m > 154 m (panjang dermaga yang dibutuhkan lebih besar dari existing dermaga yang ada),

212 212 sehingga ukuran dimensi dermaga Nusantara tidak layak atau tidak dapat melayani kapal secara bersamaan dengan ukuran yang lainnya. Simulasi Perhitungan Berth Occupancy Ratio (BOR) Nilai BOR secara umum dapat dihitung dengan persamaan berikut (Triatmodjo, 2010): BOR Vs. St x 100% Waktu efektif. n Keterangan: BOR Vs St Waktu Efektif n Berth Occupancy Ratio Jumlah kapal yang dilayani (unit/tahun) Service time (jam/perhari) Jumlah hari aktif dalam satu tahun Jumlah dermaga 1. Nilai BOR tahun 2008 Diketahui: Vs 346 kapal St 6 jam Waktu efektif 354 n 1 Analisa perhitungan:

213 213 BOR Vs. St x 100% Waktu efektif. n BOR x 100% % 2. Nilai BOR tahun 2009 Diketahui: Vs 368 kapal St 6 jam Waktu efektif 354 n 1 Analisa perhitungan: BOR Vs. St x 100% Waktu efektif. n BOR x 100% % 3. Nilai BOR tahun 2010 Diketahui:

214 214 Vs 395 kapal St 6 jam Waktu efektif 354 n 1 Analisa perhitungan: BOR Vs. St x 100% Waktu efektif. n BOR x 100% % 4. Nilai BOR tahun 2011 Diketahui: Vs 413 kapal St 6 jam Waktu efektif 354 n 1 dermaga Analisa perhitungan: BOR Vs. St x 100% Waktu efektif. n

215 215 BOR x 100% % 5. Nilai BOR tahun 2012 Diketahui: Vs 465 kapal St 6 jam Waktu efektif 354 n 1 dermaga Analisa perhitungan: BOR Vs. St x 100% Waktu efektif. n BOR x 100% % Prediksi Arus Kapal. Perkiraan dilakukan dengan menggunakan analisis regresi yaitu untuk melihat pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya yang nantinya akan digunakan untuk

216 216 memprediksi suatu peningkatan arus kapal, yang dalam hal ini menggunakan software Exel (Triatmodjo, 2010). Persamaan arus kapal (Triatmodjo, 2010): y1 320,6 x0,269 Keterangan: y1 arus kapal pada suatu tahun yang diperkirakan x tahun ke 1, 2, 3,... dihitung sejak tahun 2008 (tahun 2008 adalah tahun ke 1). Pertumbuhan arus kapal/tahun dan BOR dalam 5 tahun terakhir. Tahun Tahun ke Arus kapal Unit BOR (%) 58% 62% 67% 70% 78% Sumber: Kantor Administrator Pelabuhan Badas dan hasil olah data

217 217 Gambar 4. Arus kunjungan kapal dalam 5 tahun terakhir Analisis Regresi f(x) exp( 0.07 x ) R² Gambar 5. Hasil prediksi arus kapal dengan menggunakan analisis regresi. Berdasarkan hitungan persamaan yang terdapat pada Gambar di atas dapat diperkirakan arus kapal untuk 5 tahun kedepan. Tabel 4. Hasil analisa prediksi arus kapal, pertumbuhan arus kapal/tahun dan BOR dengan menggunakan analisis regresi. Tahun Arus kapal BOR Tahun ke Unit (%)

218 % 92% 95% 98% 101% Gambar 6. Hasil prediksi arus kapal dengan menggunakan analisis regresi. 620 f(x) exp( 0.03 x ) R²

219 219 Regresi arus kapal Gambar 7. Hasil analisa prediksi arus kapal, pertumbuhan arus kapal/tahun dan BOR Tabel 5. Arus Kapal (BOR) Tahun Tahun ke Arus kapal Unit BOR (%) 58% 62% 67% 70% 78% 88% 92% 95% 98% 101%

220 220 Sumber: Olahan Data KESIMPULAN Setelah melakukan pengolahan data dari dermaga Nusantara pelabuhan Badas, hasil survey dari dari data sekunder dan primer yang diperoleh, maka diambil beberapa kesimpulan: 1. Dari hasil perhitungan kapal dengan antrian terbanyak yaitu 2 kapal pada dermaga. Panjang dermaga yang dibutukan untuk 4 kapal yang akan bersandar yaitu sepanjang 635 m, maka 635 m > 154 m (panjang dermaga yang dibutuhkan lebih besar dari panjang dermaga di lapangan), sehingga ukuran dimensi dermaga Nusantara tidak layak atau tidak dapat melayani 4 kapal sekaligus dalam satu hari. Dari hasil perhitungan antrian kapal ukuran terbesar yaitu kapal yang memiliki panjang 110 m. Dimensi dermaga yang dibutukan untuk 4 kapal yang akan bersandar yaitu sepanjang 791 m, maka 791 m > 154 m (panjang dermaga yang dibutuhkan lebih besar dari panjang dermaga di lapangan), sehingga ukuran dimensi dermaga Nusantara tidak layak atau tidak dapat melayani kapal secara bersamaan dengan ukuran yang lainnya. 2. Dari hasil perhitungan BOR tahun 2008, yaitu dengan jumlah kapal 346, nilai BOR mencapai 58%, hasil perhitungan BOR tahun 2009, yaitu dengan jumlah kapal 368, nilai BOR mencapai 62%, hasil perhitungan BOR tahun 2010, yaitu dengan jumlah kapal 395, nilai BOR mencapai 67%, hasil perhitungan BOR tahun 2011, yaitu dengan jumlah kapal 413, nilai BOR mencapai 70%, dan dari hasil perhitungan BOR tahun 2012, yaitu dengan jumlah kapal 465, nilai BOR mencapai 79%. Nilai BOR dari

221 221 tahun 2008 hingga 2012 telah melibihi kapasitas dermaga seperti yang disarankan oleh UNCTAD nilai BOR untuk 1 tambatan tidak boleh melebihi 40%. Sehingga dermaga Nusantara tidak layak menampung jumlah kapal yang melakukan sandar di dermaga Nusantara. 3. Dari hasil prediksi arus kapal yang menggunakan analisis regresi, maka didapatkan hasil perkiraan kunjungan kapal 5 tahun yang akan datang yaitu pada tahun 2017 sebanyak 596 unit kapal dengan nilai BOR mencapai 101%. SARAN 1. Perlu adanya penambahan panjang dermaga yang semula hanya dapat melayani dua kapal menjadi empat kapal dalam waktu yang bersamaan, agar dapat mengatasi antrian yang terjadi pada pelabuhan Badas dan peningkatan kapal yang akan terjadi pada tahun berikutnya. 2. Perlu adanya alat mekanis bongkar muat yaitu crane agar proses bongkar muat barang dapat berjalan dengan cepat. 3. Perlu diperhatikan kepada pemerintah Kabupaten Sumbawa agar dapat memperhatikan pelabuhan Badas untuk perkembangan yang akan datang karena melihat peran pelabuhan Badas sebagai satusatunya pelabuhan barang yang terdapat pada Kabupaten Sumbawa, karena sesuai dengan salah-satu peran pelabuhan sebagai perputaran roda ekonomi suatu daerah maupun negara. 4. Perlu diperhatikan kepada Departemen Perhubungan Laut, Kantor Otoritas Pelabuhan Badas dan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia-III mengenai sarana dan prasarana yang ada pada pelabuhan Badas

222 222 agar mendapat perhatian lebih seperti, lapangan penumpukan agar lebih diatur lagi sehingga diwaktu penumpukan barang berjalan dengan baik dan teratur dan plat lantai (Apron) dermaga perlu adanya perbaikan agar aktiftas di dermaga dapat berjalan dengan baik dan sarana jalan di kawasan pelabuhan Badas perlu adanya perbaikan. 5. Diperlukan studi penelitan lebih lanjut untuk mendapatkan Analisa kelayakan pengembangan dermaga di pelabuhan Badas yang lebih baik dan maju. DAFTAR PUSTAKA Abdulmutalip Danuningrat, Pelabuhan bagian I dan II, Penerbit Seksi Publikasi Teknik Departemen Teknik Sipil ITB, Bandung, Suhardjono, Pengantar Penelitian Ilmiah, Penerbit UPT Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang, Triatmodjo Bambang, Perencanaan Pelabuhan, Penerbit Beta Offset, Yogyakarta, 2010.

223 223 PERBANDINGAN ESTIMASI ANGGARAN BIAYA ANTARA METODE BOW, SNI DAN KOMBINASI Oleh : Jamaluddin ABSTRAK Analisa biaya konstruksi adalah suatu cara perhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi, yang dijabarkan dalam perkalian indeks bahan bangunan dan upah kerja dengan harga bahan bangunan dan standar pengupahan kerja, untuk menyelesaikan per-aitem pekerjaan konstruksi. Analisa biaya konstruksi yang selama ini digunakan adalah Analisa BOW (Burgerlijke Open bare Warken) yang ditetapkan pada tanggal 28 Februari 1921 pada zaman pemerintahan Belanda. Analisa BOW ini hanya dapat dipergunakan padapekerjaan yang memakai peralatan konvemsial saja, sedangkan bagi pekerjaan yang menggunakan peralatan modern Analsa BOW tidak dapat dipergunakan lagi. Kemudian pada tahun produk Analisa Biaya Konstruksi yang telah dukukuhkan sebagai badan Standa Nasional Indonesia (SNI) namun hanya untuk pekerjaan padat karya saja. Pada tahun 2002 SNI dikaji kembali dan disempurnakan dengan sasaran yang lebih luas yaitu bangunan gedung dan perumahan, dan peneliti mencoba mengkombinasikan kedua analisa yang dimana nilai koefsien/kuantitas yang digunakan adalah nilai koefsien/kuantitas dari Analisa BOW dan untuk harga satuan yang digunakan adalah harga satuan dari Analisa SNI. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada pekerjaan galian tanah, urugan kembali, urugan pasir, pasangan batu kosong dan pasangan pondasi menunjukkan bahwa hasil dari perhitungan harga satuan pekerjaan antara Metode BOW, SNI dan Kombinasi memiliki perbedaan masing jumlah harga satun pekerjaan yang berfariasi jumlahnya. Perbedaan jumlah harga satuan pekrjaan antara Analisa BOW dan SNI pada semua item pekerjaan pada pekerjaan pondasi dipengaruhi oleh harga satuan yang digunakan pada analisa BOW, Analisa BOW memiliki jumlah harga satuan yang nominalnya lebih kecil bila

224 224 dibandingkan dengan harga satuan pada Analisa SNI. Untuk nilai Koefsien Analisa pada BOW masih dipergunakan sebagai bahan pembelajaran kedepannya. Perbedaan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa SNI dan Kombinasi terlihat pada jumlah harga satuan pekerjaan pada pekerjaan urugan kembali, pasangan batu kosong dan pasangan pondasi. Selain memiliki perbedaan jumlah harga satuan pekerjaan Analisa SNI dan Kombinasi juga memiliki persamaan jumlah harga satuan pekerjaan yaitu pada pekerjaan galian tanah dan urugan pasir. Kata Kunci : Metode BOW, SNI, Dan Kombinasi. PENDAHULUAN Dalam sebuah proyek konstruksi terdapat berbagai tahapan pengerjaan yang berkaitan dengan manajemen konstruksi. Perkiraan biaya memegang peranan penting dalam penyelenggaraan proyek. Pada tahap pertama dipergunakan untuk mengetahui berapa besarnya biaya yang diperlukan untuk membangun proyek atau investasi, selanjutnya memiliki fungsi dengan spektrum yang amat luas yaitu merencanakan dan mengendalikan sumber daya seperti material, tenaga kerja, dan waktu. Untuk meningkatkan efsiensi dan efektiftas kegiatan pembangunan gedung dan bangunan dibidang konstruksi, diperlukan suatu sarana dasar perhitungan harga satuan yaitu Analisa Biaya Konstruksi (ABK). Analisa biaya konstruksi yang selama ini digunakan adalah Analisa BOW (burgerlijke open bare warken) yang kemudian diganti dengan Analisa SNI, dan peneliti mencoba mengkombinasikan kedua analisa tersebut sebagai bahan acuan kedepannya. Analisa BOW adalah suatu ketentuan yang ditetapkan pada tanggal 28 Februari 1921 pada zaman pemerintahan Belanda. Analisa BOW merupakan suatu rumusan penentuan harga satuan item jenis pekerjaan. Satuannnya ialah Rp. /m3, Rp. /m2, Rp. /m1.

225 225 Ada beberapa analisa BOW yang tidak relevan lagi dengan kebutuhan pembangunan, baik bahan maupun upah tenaga kerja. Namun demikian Analisa BOW masih dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam menyusun anggaran biaya banguanan. Maka pada tahun produk analisa biaya konstruksi yang telah dikukuhkan sebagai Standar Nasional Indonesia (SNI) oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN), Analisa metode SNI yaitu perhitungan harga satuan pekerjaan yang berlaku untuk seluruh Indonesia, berdasarkan harga satuan bahan, harga satuan upah tenaga kerja, dan harga satuan alat. Pelaksanaan pembangunan yang dimaksud adalah pihak-pihak yang terkait dalam pembangunan gedung dan perumahan yaitu para perencana, konsultan, kontraktor maupun perseorangan dalam memperkirakan biaya pembangunan. Kedua Analisa tersebut memiliki persamaan dan perbedaan indeks/koefsien, maka peneliti mencoba mengkombinasikan kedua analisa tersebut. pada nilai Kombinasi merupakan gabungan antara Analisa BOW dan Analisa SNI, dimana Kombinasi ini menggunakan nilai indeks/koefsien dari analisa BOW dan harga satuan yang digunakan adalah harga satuan dari Analisa SNI. METODE PENELITIAN Subjek Penelitian. Subjek penelitian ini adalah proyek pembangunan Ruko lantai satu Jalan A. Yani Kec.Sumbawa.Kab.Sumbawa.

226 226 Objek Penelitian. Objek penelitian ini adalah menganalisa harga dengan menggunakan metode BOW, SNI, dan Kombinasi Data Yang Diperlukan. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: 1) Gambar rencana arsitek dan struktur (gambar bestek), 2) Peraturan dan syarat-syarat yang berlaku (RKS) 3) Daftar harga satuan bahan yang digunakan didaerah setempat, 4) Daftar harga satuan upah untuk daerah setempat, 5) Rencana Anggaran Biaya penawaran proyek pembangunan Ruko lantai satu Jalan A. yani kec. Sumbawa Kab. Sumbawa 6) Daftar pedoman analisa BOW dan SNI. Cara Pengumpulan Data. Cara pengumpulan data penelitian berdasarkan gambar rencana, peraturan dan syarat-syarat yang berlaku (RKS), dan RAB dari proyek. Pengelolaan Data Pengelolaan data melewati tahapan-tahapan sebagai berikut: 1) Studi pustaka dari berbagai buku-buku literature. 2) Merangkum teori yang saling berhubungan antara manajemen konstruksi dan hal-hal terkait. 3) Mengumpulkan data dan penjelasan yang didapat dari konsultan perencana proyek pembangunan Ruko lantai satu Jalan A. yani kec. Sumbawa Kab.Sumbawa.

227 227 4) Mengumpulkan data yang didapat dari buku pedoman analisa. 5) Menghitung harga satuan bahan, upah dan pekerja menggunakan rumus sebagai berikut: tenaga kerja Volume pekerjaan x Koefisien anaisa tenaga kerja 6) Menghitung harga satuan pekerja tiap jenis pekerjaan yang diteliti menggunakan rumus sebagai berikut: RAB (Volume) x Harga satuan pekerjaan 7) Mendapatkan perbandingan harga satuan pekerjaan tiap jenis pekerjaan yang diteliti. PEMBAHASAN Hasil Penelitian. Pada bab ini akan dibahas harga satuan bahan, upah dan pekerjaan galian tanah, urugan tanah, urugan pasir, pasangan batu kosong dan pondasi batu kali. a. Pekerjaan Galian Dan Urugan 1) Galian Tanah Untuk Pondasi Menerus Panjang galian pondasi menerus (P) 77,12 m Tinggi galian (h) 0,80 m Lebar galian (l) 1,20 m

228 228 Luas penampang 0,80 x 1,20 0,96 m2 Volume 0,96 x 77,12 74,04 m3 2) Galian Tanah Untuk Pondasi Tapak Jumlah pondasi tapak 12 buah Tinggi (h) 1,80 m Lebar atas (a) 1,20 m Lebar bawah (b) 1,2 m Volume 1,80 x 1,20 x 1.2 2,59 x 12 31,10 m3 Jadi jumlah seluruh galian 74, ,10 105,14 m3 3) Urugan Tanah Kembali Volume galian tanah 105,14 m3 Urugan kembali ¼ galian Volume ¼ x 99,96 26,28 m3 4) Urugan Pasir Panjang urugan panjang galian 77,12 m Tinggi (h) 0,5 m Lebar (l) 1,20 m Luas penampang 0,5 x 1,20 0,6 m2

229 229 Volume 0,6 x 77,12 46,27 m3 b) Pekerjaan Pasangan 1) Pasangan Batu Kosong Panjang pasangan batu kosong Urugan pasir Galian tanah 77,12 m Tinggi (h) 0,20 m Lebar (l) 1,20 m Luas penampang 0,20 x 1,20 0,24 m2 Volume 0,24 x 77,12 18,50 m3 2) Pasangan Pondasi Batu Kali 1 Pc : 5 Ps Panjang pondasi 77,12 m Tinggi (h) 0,62 m Lebar atas pondasi (a) 0,30 m Lebar bawah pondasi (b) 1,00 m Luas penampang 0,65 x 0,62 0,403 m2 Volume 0,403 x 77,12 34,08 m3 Volume pondasi menerus setelah dikurang volume 6 buah pondasi tapak : luas pondasi menerus luas pondasi tapak

230 230 34,08 1,18 32,90 m3 3) Pondasi Tapak Bidang 1 Banyak 12 buah Tinggi (h) 1,52 m Lebar atas (a) 0,30 m Lebar bawah (b) 0,30 m Volume 1,52 x 0,30 x 0,30 0,14 x 12 1,68 m3 Bidang 2 Banyak 12 buah Tinggi (h) 0,25 m Lebar atas (a) 0,30 m Lebar bawah (b) 1,20 m Volume 0,25 x 1,20 x 0,30 0,09 x 12 1,08 m3 Bidang 3 Banyak 12 buah

231 231 Tinggi (h) 0,25 m Lebar atas (a) 1,20 m Lebar bawah (b) 1,20 m Volume 0,25 x 1,20 x 1,20 0,36 x 12 4,32 m3 v bidang 1 + bidang 2 + bidang 3 1,68 + 1,08 + 4,32 7,08 m3 c) Perhtungan Jumlah Harga Satuan Pekerjaan Dengan menggunakan rumus tenaga kerja Volume pekerjaan x Koefsien anaisa tenaga kerja maka akan didapat jumlah volume harga pekerjaan pada tiap item pekerjaan, dan dengan menggunakan rumus : RAB (Volume) x Harga satuan pekerjaan. Contoh: tenaga kerja 74,04 m3 x 0,75 55,53 m3 RAB 55,53 x 40,233 Rp2234,13849 d) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan Antara Analisa BOW, SNI dan Kombinasi

232 232 Untuk mendapat jumlah persentase harga satuan pekerjaan maka dapat dihitung menggunakan rumus: jumlah harga tertinggi jumlah harga terendah x 100 jumlah harga tertinggi contoh: , ,50 x100 93,82 % ,22 Pembahasan. Dari hasil perhitungan yang dilakukan maka dapat dibuat suatu grafk perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan upah (upah pekerja, mandor, kepala tukang, dan tukang batu) dan jumlah harga satuan bahan (tanah, pasir, batu, dan semen) per-item pekerjaan. a)perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan 1) Perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Metode BOW, SNI dan Kombinasi pekerjaan galian tanah Biaya (Rp) 3,500,000 3,172,573 3,172,573 3,000,000 2,500,000 Pekerja Mandor Linear (Mandor) 2,000,000 1,500,000 1,000, , ,938 9, BOW 167, ,698 SNI KOMBINASI

233 233 2) Perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa BOW, SNI dan Kombinasi pekerjaan urugan kembali Biaya (Rp) 900, , , , ,000 Pekerja Mandor 500, , , , , ,000 49,275 2, BOW 13,413 SNI 41,917 KOMBINASI 3) Perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa BOW, SNI dan Kombinasi peerjaan urugan pasir a. Perbandingan harga satuan perkerjaan (upah pekerja)

234 234 Biaya (Rp) 600, , , , ,000 Pekerja Mandor 300, , ,000 34, BOW 1,619 29,520 29,520 SNI KOMBINASI b. Perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan untuk bahan pasir Biaya (Rp) 6,000,000 5,000,000 4,830,588 4,830,588 4,000,000 Bahan (pasir) 3,000,000 2,000,000 1,000, , BOW SNI KOMBINASI 4) Perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa BOW, SNI dan Kombinasi peerjaan pasangan batu kosong

235 235 a. Perbandngan harga satuan perkerjaan (upah pekerja) Biaya (Rp) 1,200,000 1,116,466 1,000, , ,000 Pekerja Mandor 580, , ,000 69,375 4, BOW 46,032 SNI 88,523 KOMBINASI b. Perbandngan harga satuan perkerjaan (bahan(batu dan pasir)) Biaya (Rp) 2,500,000 2,220,000 2,035,000 2,000,000 1,500,000 Batu pasir 1,000, , , , , ,000 BOW SNI KOMBINASI 5) Perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa BOW, SNI dan Kombinasi peerjaan pasangan pondasi

236 236 a. Perbandngan harga satuan perkerjaan (upah pekerja) Biaya (Rp) 6,000,000 4,765,197 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000, ,100 20,727 15, ,150 BOW 1,985,499 2,100,336 Pekerja Mandor Kep. Tukang T. batu 1,312, , , , ,427 SNI KOMBINASI b. Perbandngan harga satuan perkerjaan (bahan(batu,pasir dan Pc)) Biaya (Rp) 7,000,000 6,000,000 5,816,720 5,000,000 4,000,000 3,948,000 3,948,000 1,700,272 1,631,511 3,000,000 2,000,000 1,000, , , , BOW SNI 174,138 KOMBINASI Batu Semen Pasir

237 237 b) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara metode BOW dan SNI Dari hasil perhitungan persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa BOW dan SNI, maka dapat dibuat suatu grafk perbadingan. 1) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa BOW dan SNI pada pekerjaan galian tanah Porsentase % % % % % Pekerja Mandor % % % % % % BOW dan SNI 2) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa BOW dan SNI pada pekerjaan urgan kembali.

238 238 Porsentase % % % % % % Pekerja Mandor % % % BOW dan SNI 3) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa BOW dan SNI pada pekerjaan urgan pasir a. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (upah pekerja) Porsentase % % % % % Pekerja Mandor % % % % % BOW dan SNI

239 239 b. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (bahan (pasir)) Porsentase % % % % % % % Pasir % % % % %.000% BOW dan SNI 4) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa BOW dan SNI pada pekerjaan Pas. Batu kosong a. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (upah pekerja)

240 240 persentase % % % % % Pekerja Mandor % % % % % BOW dan SNI b. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (bahan(pasir dan batu)) persentase % % % % % Batu Pasir % % % % % BOW dan SNI 5) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa BOW dan SNI pada pekerjaan Pas. Pondasi

241 241 a. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (upah pekerja) Porsentase % % % % % % % Pekerja Mandor Kep. Tuang T. batu % % % 3.470%.000% BOW dan SNI b. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (bahan (batu, pasir dan semen)) Porsentase % 250% 2 200% Batu Semen (PC) Pasir 150% 100% 94% 090% 50% 0% BOW dan SNI c. Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara metode SNI dan Kombinasi

242 242 a) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa SNI dan Kombinasi pada pekerjaan galian tanah Porsentase % 100% 90% 80% 70% 60% Pekerja Mandor 50% 40% 30% 20% 10% 0% SNI dan KOMBINASI b) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa SNI dan Kombinasi pada pekerjaan urugan kembali Porsentase % % 68% % % Pekerja Mandor % % % % SNI dan KOMBINASI

243 243 c) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa SNI dan Kombinasi pada pekerjaan urugan pasir 1. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (upah pekerja) 100% 90% 80% 70% 60% Pekerja Mandor 50% 40% 30% 20% 10% 0% SNI dan KOMBINASI 2. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (bahan(pasir)) Porsentase % 100% 90% 80% 70% 60% Pasir 50% 40% 30% 20% 10% 0% SNI dan KOMBINASI d) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa SNI dan Kombinasi pada pekerjaan Pas. Batu kosong

244 Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (upah pekerja) Porsentase % % % % % % Pekerja Mandor % % %.000% SNI dan KOMBINASI 2. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (bahan (batu dan pasir))

245 245 Porsentase % % % % % % Batu Pasir 8.330% 8.000% 6.000% 4.000% 2.000%.000% SNI dan KOMBINASI e) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa SNI dan Kombinasi pada pekerjaan Pas. Pondasi 1. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (upah pekerja) Porsentase % % % % % % % % % % % % % % %.000% SNI dan KOMBINASI Pekerja Mandor Kep. Tukang t. batu

246 Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (bahan (batu, pasir dan semen)) Porsentase % % % % % Batu semen (PC) Pasir % % % 4.040%.000% SNI dan KOMBINASI KESIMPULAN Setelah melakukan analisa data dan melakukan perbandingan antara metode BOW, SNI, dan Kombinasi pada proyek pembangunan Ruko lantai satu Jalan A. Yani Kec.Sumbawa.Kab.Sumbawa, maka dapat diambil kesimpulan: Perbedaan jumlah harga satuan pekerjaan pada pekerjaan galian tanah, urugan kembali, urugan pasir, pasangan batu kosong dan pasangan pondasi adalah Perbedaan jumlah harga satuan pekrjaan antara Analisa BOW dan SNI pada semua item pekerjaan pada pekerjaan pondasi dipengaruhi oleh harga satuan yang digunakan pada analisa BOW memiliki jumlah harga satuan yang nominalnya lebih sedikit bila

247 247 dibandingkan dengan harga satuan pada Analisa SNI. Perbedaan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa SNI dan Kombinasi terlihat pada jumlah harga satuan pada pekerjaan urugan kembali, pasangan batu kosong dan pasangan pondasi. Maka disimpulkan : 1) Ada perbedaan jumlah harga satuan antara Analisa BOW, SNI dan Kombinasi 2) Perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara analisa BOW, SNI, dan Kombinasi BOW dan SNI pada pekejaan galian tanah, urugan kembali, urugan pasir, pasangan batu kosong dan pasangan pondasi batu kali adalah: BOW harga satuan pekerjaan (upah pekerja Rp ,50, dan upah mandor Rp9.143,75), SNI harga satuan pekerjaan (upah pekerja Rp ,22, dan upah mandor ,30), dan Kombinasi harga satuan pekerjaan (upah pekerja Rp ,22, dan upah mandor Rp ,30). BOW harga satuan pekerjaan (upah pekerja Rp49.275,00, dan upah mandor Rp2.299,50), SNI harga satuan pekerjaan (upah pekerja Rp ,81, dan upah mandor ,31), dan Kombinasi harga satuan pekerjaan (upah pekerja Rp ,43, dan upah mandor Rp41.916,60). BOW harga satuan pekerjaan (upah pekerja Rp34.702,50, upah mandor Rp1.619,45, dan bahan (pasir) Rp ,00), SNI harga satuan pekerjaan (upah pekerja Rp ,27, upah mandor

248 248 Rp29.520,26, dan bahan (pasir) Rp ,53), dan Kombinasi harga satuan pekerjaan (upah pekerja Rp ,27, upah mandor Rp29.520,26, dan bahan (pasir) Rp ,53). BOW harga sauan pekerjaan (upah pekerja Rp69.375,00, upah mandor Rp4.856,25, dan bahan (batu kali Rp ,00, pasir Rp37.000,00)), SNI harga satuan pekerjaan (upah pekerja Rp ,19, upah mandor Rp46.031,70, dan bahan (batu kali Rp ,00, pasir Rp ,00)) dan Kombinasi harga satuan pekerjaan (upah pekerja Rp ,75, upah mandor Rp88.522,50, dan bahan (batu kali Rp ,00, pasir Rp ,00)). BOW harga satuan pekerjaan (upah pekerja Rp ,00, upah mandor Rp20.727,00, upah kepala tukang Rp15.792,00, upah tukang batu Rp ,00,dan bahan (batu kali Rp ,00, semen (PC) Rp ,56, pasir Rp ,80)). SARAN 1. Analisa harga satuan SNI perlu ditinjau lagi demi mendukung pembangunan yang akan dilakukan selanjutnya, karena bila ditinjau lagi dari Analisa Kombinasi (BOW dan SNI) masih ada harga satuan pekerjaan yang masih memiliki jumlah harga satuan pekerjaan yang sedikit bila dibandingkan dengan Analisa SNI.

249 Nilai koefsien/kuantitas pada Analisa SNI harus lebih diperhatikan lagi meski harga setiap bahan dan upah terus meningkat, mengingat hasil dari Analisa Kombinasi (BOW dan SNI) masih ada nilai koefsien dari Analisa BOW yang jika digunakan pada masa sekarang masih lebih efsien. DAFTAR PUSTAKA Ibrahim Bachtiar, 2003, Rencana Dan Estimate Real Of Cost, Penerbit Bumi Aksaara. Jakarta. Khalid Muhammad HM,2008, Studi analisa harga satuan pekerjaan pada konstruksi gedung dengan metode BOW, SNI, dan LAPANGAN, Penerbit Seksi Publikasi Teknik Departemen Teknik Sipil UI. Indonesi. Soeharto Imam, 1995, Manajemen proyek dari konseptual sampai operasional, Penerbit Erlangga, Jakarta. Susanta Gatut, 2008, Cara cepat menghitung biaya membangun rumah, Penerbit Griya Kreasi, Bandung. Yuwono Imam, 1995, Pondasi sederhana untuk rumah tinggal, Penerbit Balai Pustaka, Jakarta.

250 250 ANALISIS FAKTOR FAKTOR KERUSAKAN JALAN DIATAS TANAH EKSPANSIF (Studi Kasus : Jalan Lintas Sumbawa Bima, PAL IV KM 12 di Kabupaten Sumbawa Besar) Oleh: Andi Supandi

251 251 ABSTRAK Tanah ekspansif merupakan bahaya utama dibidang geoteknik yang dapat menimbulkan kerusakan parah terhadap kinerja dan umur layan infrastruktur. Masalah utama yang ditimbulkan tanah ekspansif adalah : perubahan volume karena mengembang dan menyusutnya tanah, yang dapat mengakibatkan penurunan tidak seragam penurunan daya dukung. Faktor faktor penyebab kerusakan jalan pada ruas jalan pal IV Km 12 di Kabupaten Sumbawa Besar disebabkan tanah dasar disebabkan oleh kondisi tanah dasar mengalami pengembangan ketika kadar airnya bertambah dan mengalami penyusutan disebabkan kadar airnya berkurang. Sifat sifat fsik tanah ekspansif pada ruas jalan pal IV Km 12 di Kabupaten Sumbawa Besar Pemadatan dengan metode Standard Proctor lebih tepat untuk pemadatan tanah lempung karena akan menghasilkan nilai CBR Soaked yang lebih besar dibandingkan dengan metode Modifed Proctor untuk satu komposisi campuran yang sama. Hasil analisis pengembangan menunjukan hasil yaitu dengan adanya campuran pasir maka pengembangan akan menurun, namun dalam kenyataannya pengembangan justru naik dari semula 13,5% menjadi 17,40%. Hasil ini mengindikasikan adanya gejala over compacted, sehingga perlu dicoba dengan menurunkan daya pemadatan dari Modifed Proctor menjadi Standard Proctor. Kata kunci: CBR Soaked, Modied froktor, Standar Froctor. PENDAHULUAN Jalan lintas Sumbawa Bima, pal IV - km 12 di Kabupaten Sumbawa Besar merupakan jalur transportasi lintas tengah yang menghubung Kabupaten Bima dan Kabupaten Sumbawa Besar sehingga mengakibatkan tingkat akses dan mobilitas yang cukup tinggi. Hal ini memberikan keuntungan yang

252 252 besar bagi Kabupaten Bima dan Kabupaten Sumbawa Besar sebagai modal dasar pengembangan wilayahnya sehingga perlu didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana transportasi yang baik, agar dapat memperlancar perkembangan wilayah khususnya perkembangan perekonomian ada di Kec.moyo hilir. Salah satu jalur transportasi lintas tengah yang berada di antara Ruas jalan ini sering mengalami kerusakan struktural jalan cukup parah yang dicurigai karena sifat ekspansif tanah lempung dari lapisan tanah dasar. Tanah ekspansif merupakan bahaya utama dibidang geoteknik yang dapat menimbulkan kerusakan parah terhadap kinerja dan umur layan infrastruktur. Masalah utama yang ditimbulkan tanah ekspansif adalah : perubahan volume karena mengembang dan menyusutnya tanah, yang dapat mengakibatkan penurunan tidak seragam penurunan daya dukung tanah; rawan terhadap erosi sangat tinggi ketika dilakukan penggalian dan kondisi pengerjaan yang sulit. Banyak kasus kerusakan perkerasan jalan terjadi pada jalan yang melewati daerah yang memiliki tanah ekspansif seperti kejadian ini dicurigai karena perilaku tanah ekspansif yang berada di bawah perkerasan jalan mempunyai sifat mengembang dan menyusut yang besar. Sifat kembang - susut ini merupakan faktor penyebab yang dominan terhadap kejadian kerusakan perkerasan jalan karena dapat mendorong perkerasan jalan ke arah vertikal dan dapat menarik secara lateral. Masalah kembang - susut ini terjadi pada tanah kelempungan dengan perubahan kadar air yang tinggi, sehingga feksibilitas perkerasan tidak mampu mengikuti perubahan sifat tanah ekspansif, maka kerusakanpun tak dapat dihindari. Tanah dasar (Subgrade) yang ekspansif menimbulkan banyak masalah kerusakan pada perkerasan jalan raya, sehingga perkerasan yang terletak

253 253 pada tanah dasar ekspansif ini sering membutuhkan biaya pemeliharaan dan rehabilitasi yang besar sebelum perkerasan mencapai umur layannya. Dari uraian latar belakang diatats maka peneliti mengajukan judul tentang Analisis Faktor Faktor Kerusakan Jalan di Atas Tanah Ekspansif (Studi Kasus : Jalan Lintas Sumbawa Bima, PAL IV KM 12 Di Kabupaten Sumbawa Besar). METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian. Lokasi penelitian yang dijadikan objek penelitian ini adalah ruas jalan PAL IV KM 12 Kabupaten Sumbawa Besar dengan lebar jalan 7 m yang terletak di antara Kabupaten Sumbawa Besar. Lokasi ruas jalan yang ditinjau ditunjukkan dalam Gambar 1.1 Peta Lokasi Penelitian. Pengambilan Contoh Uji. Contoh tanah ekspansif diambil dari satu lokasi di tepi Jalan lintas Sumbawa Bima, pal IV - km 12 di Kabupaten Sumbawa Besar pada Km Smg pada kedalaman 0,50 1,00 meter dengan cara mencangkul (Disturbed Sample) sebanyak 750 kg. Pada saat penggalian contoh, diamati secara visual dan dicatat jenis tanah, warna tanah, dan tinggi muka air tanah bila pada kedalaman galian sudah terlihat. Contoh tanah kemudian dijemur sampai kering udara, gumpalangumpalan tanah dipecah dengan palu karet kemudian disaring dengan saringan no. 4. Contoh yang dipergunakan adalah yang lolos saringan no.4, dimaksudkan agar pengujian dibebaskan dari gumpalan tanah yang lebih besar saringan no.4.

254 254 Pengujian contoh tanah. Contoh tanah yang telah di proses dilakukan pengujian sebagai berikut : 1) Sifat sifat fsik meliputi ; analisa distribusi butir, plastic limit, liquit limit, spesipic gravity. 2) Sifat sipat teknis, yaitu ; pemadatan dengan metode modifed proctor sehngga diperoleh harga Optimum Moisture Content (OMC) dan kepadatan kering maksimum. Test California Bearing Ratio (CBR), swelling, dan Unconfned Compressive Strength (UCS) dilakukan pad kodisi kadar air optimum (OMC). Pengujian Sifat Sifat Fisik. Untuk mengetahui sifat sfat fsik dan pemadatan akibat adanya campuran pasir pada tanah lempung, maka pada campuran dilakukan pengujian sifat sifat fsik Pengujian California Bearing Ratio (CBR), Swelling, dan Unconfned Compressive Strength (UCS) tanah yang didapatkan dengan metode Mdifed proctor. PEMBAHASAN DAN HASIL Sample tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah yang diambil ditepi Jalan lintas Sumbawa Bima, pal IV - km 12 di Kabupaten Sumbawa Besar. Hasil penelitian secara detail dapat dilihat pada tabel dibawah dan uraian secara garis besar adalah sebagai berikut : Tanah. Hasil penelitian laboratorium mengenai karakteristik tanah asli seperti pada tabel berikut. hasil pengujian analisa saringan tanah asli diketahui berat material : 50 gr Saring Berat Jumlah Persentase Persentase

255 255 an tertah an berat tertaha n Tertah an 10 Lewat lewat terhadap seluruh contoh Adapun cara atau rumus untuk menghitung jumlah persen tertahan dan jumlah persen terlewati adalah sebagai beikut : Jumlah tertahan x 100 Persentase tertahan Berat material 100 jumlah persen tertahan Persentase lewat

256 256 a) Pehitungan jumlah persen tetahan : No saringan b) Perhitungan jumlah persen terlewati : Tertahan 0.92 x x 100 Persentase tertahan

257 257 No saringan Tertahan Persentase lewat Hasil pengujian analisa saringan tanah campuran : Sumber : Analisa lapangan

258 258 a) Perhitungan jumlah tertahan tanah asli No saringn b) Perhitungan persen lolos saringan tanah asli Tertahan 0.92 x x 100 Persentase tertahan

259 259 No saringn Tertahan Persentase lewat Pengujian sifat mekanik campuran tanah dengan bahan stabilisasi. Pengujian dari sifat mekanik tanah meliputi pengujian pemadatan CBR, Swelling, dan UCS (Unconfned Comprensive Stregth) seperti pada tabel berikut : Hasil pengujian kepadatan CBR, swelling, dan UCS test tanah asli dengan persentase tanah campuran bahan.

260 260 Sumber : analisa lapangan Adapun rumus yang digunakan antara lain adalah : 1) Berat air Berat tanah kering x 100 % kadar Air

261 261 No percobaan Tanah Asli A. Berat Cawan 31,4 B. Berat tanah basah + cawan 36,90 C. Berat tanah kering + cawan 35,8 D. Berat air (B -C) 1,1 E. Berat tanah kering (C -A) 4,4 F. Kadar Air Optimum (OMC) (D/E )x 100) 25,5 G. Kepadatan kering I. CBR Unsoaked J. CBR soaked (B/F) (D + B) (I -J)/F) 1,45 38,00 1,43 a) Hatga CBR unsoaked naik dengan pertambahan campuran pasir yaitu dari semula 31,50% menjadi 49,50% pada prosentase campuran pasir 50%. Dan harga CBR soaked juga mengalami penaikan dari 1,30% menjadi 2,50% pada pesentase campuran. b) Swelling potential bertambah terus dengan naiknya persentase pasir dan naiknya kepadatan kering dari dari semula 12,50% menjadi 17,50%. c) Harga UCS juga mengalami kenaikan baik pada kondisi soaked maupun unsoaked dengan persentasi kenaikan yang sebanding. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis didapatkan disimpulkan :

262 Faktor faktor penyebab kerusakan jalan pada ruas jalan pal IV Km 12 di Kabupaten Sumbawa Besar disebabkan tanah dasar disebabkan oleh kondisi tanah dasar mengalami pengembangan ketika kadar airnya bertambah dan mengalami penyusutan disebabkan kadar airnya berkurang. 2. Sifat sifat fsik tanah ekspansif pada ruas jalan pal IV Km 12 di Kabupaten Sumbawa Besar : a. Pemadatan dengan metode Standard Proctor lebih tepat untuk pemadatan tanah lempung karena akan menghasilkan nilai CBR Soaked yang lebih besar dibandingkan dengan metode Modifed Proctor untuk satu komposisi campuran yang sama. b. Hasil analisis pengembangan menunjukan hasil yaitu dengan adanya campuran pasir maka pengembangan akan menurun, namun dalam kenyataannya pengembangan justru naik dari semula 13,5% menjadi 17,40%. Hasil ini mengindikasikan adanya gejala over compacted, sehingga perlu dicoba dengan menurunkan daya pemadatan dari Modifed Proctor menjadi Standard Proctor. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka perlu kiranya peneliti memberikan saran sebagai bahan masukan kapada peneliti peneliti selanjutnya sebagai berikut : 1) Untuk tanah ekspansif, pemadatan dengan metode standar proctor lebih dianjurkan dibandingkan dengan metode modifed proctor, hal ini untuk mencegah terjadinya over compacted. 2) Dengan komposisi 50%, pasir dan metode pemadatan Standard Proctor dapat menghasilkan nilai CBR yang memenuhi syarat sebagai Subgrade jalan dan dengan pengembangan yang kecil.

263 263 DATAR PUSTAKA ASTM (1992), ASTM Standards on Soil Stabilization with Admixture, American Society Testing and Materials, Second Edition. Bowles, J.E. (1979), Physical and Geotechnical Properties of Soils, McGrawhill Book Company, New York. Hermin Tjahyati, Ir. MSc ( 1994 ), Pengaruh Kadar Air pada Kestabilan Tanah, Konferensi Tahunan Teknik Jalan Ke 2, Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia, Jakarta, Indonesia. Kerbs, R.D., and Walker, R.D. ( 1971 ), Highway Materials, Mc Grawhill Book Company, New York. Pedoman Teknis Clean Set( 1994 ), Teknologi Stabilisasi Tanah Lunak, PT. Utraindah Tricahaya, Jakarta, Indonesia. Tahunan Teknik Jalan Ke - 2, Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia, Jakarta, Indonesia.

264 264 PENGARUH PENGHALUSAN INTAKE MANIFOLD TERHADAP PERFORMANCE MOTOR BENSIN 4 TAK 1 SELINDER SUPRA X 125 TAHUN 2006 Oleh : Komang Metty Trisna Negara, As arif, Sukmawan ABSTRAK Lubang intake manifold dan karburator didalam motor bensin berfungsi sebagai penyiapan campuran bahan bakar dan udara sebelum masuk ruang bakar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Pengaruh Penghalusan Lubang Intake Manifold Terhadap Performance Motor Bensin 4 Tak 1 Selinder Supra X 125 Tahun Penghalusan lubang intake manifold diharapkan dapat memperbaiki dan penambahan volume campuran bahan bakar dan udara yang masuk ke dalam ruang bakar sehingga dapat meningkatkan daya dan torsi serta konsumsi bahan bakar (FC) pada motor bensin 4 tak 1 selinder. Dari Hasil penelitian penggunaan intake manifold standart pada putaran 1500 rpm, jumlah konsumsi bahan bakarnya 1,53 ml, pada putaran 2000 dan 2500 rpm sebesar 1,83 ml. Sedangkan penggunaan intake manifold yang telah dihaluskan 0,5 mm sebesar 2,16 ml pada putaran 1500 rpm, 2,5 ml pada putaran 2000 rpm dan 4 ml pada putaran 2500 rpm. Untuk penghalusan intake manifold 1 mm besar konsumsi bahan bakarnya 3 ml pada putaran 1500 dan 2000 rpm, 3,67 ml pada putaran 2500 rpm. Dan penggunaan penghalusan intake manifold 1,5 mm sebesar 2,83 ml pada putaran 1500 rpm, 3,1 ml pada putaran 2000 rpm dan 4 ml pada putaran 2500 rpm. Dari penelitian yang terbaik adalah

265 265 penggunaan intake manifold yang standard karena untuk menghasilkan daya mesin yang sama dibutuhkan konsumsi bahan bakar paling rendah dibandingkan dengan yang lainnya yaitu lubang intake manifold dengan penghalusan 0,5 mm, 1 mm dan 1,5 mm. Kata Kunci: Penghalusan Lubang Intake manifold. PENDAHULUAN Berbagai modifkasi dilakukan orang khususnya dibengkel untuk meningkatkan performance motor bakar bensin. Modifkasi tersebut antara lain adalah mengurangi berat, mengurangi ketinggian silinder head dan menghaluskan lubang intake manifold. Dengan mengurangi berat, maka putaran motor akan lebih cepat dengan demikian dihasilkan peningkatan. Sedangkan dengan mengurangi ketinggian silinder head akan didapat rasio kompresi yang lebih besar yang tentunya menghasilkan peningkatan daya motor bakar. Dengan menghaluskan permukaan dalam, maka aliran campuran udara dan bahan bakar mengalami aliran lebih kecil akan membuat aliran masuk ruang bakar pada tekanan lebih tinggi dibandingkan dengan yang dialami aliran lebih besar. Campuran udara dan bahan bakar yang masuk pada tekanan lebih tinggi akan menghasilkan daya yang lebih besar saat langkah kerja.(heisler, H., 1995). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana Pengaruh Penghalusan Lubang Intake Manifold Terhadap Performance Motor Bensin 4 Tak 1Selinder Supra X 125 Tahun Sehingga

266 266 harapannya dapat memberikan informasi mengenai pengaruh penghalusan lubang intake manifold terhadap performance motor bensin 4 tak 1 selinder. Sukses pertama kali manusia mengubah energi panas menjadi energi mekanis dilakukan oleh James Watt 200 tahun yang lalu dengan mesin uapnya. Pada tahun 1986 Nicholas August Otto mulai dengan motor pembakarannya yang di kenal sampai sekarang. Motor pembakaran ini kemudian berkembang dan diadakan perbaikan sehingga bentuknya menjadi lebih kecil sedangkan tenaganya menjadi besar. Siklus kerja motor bensin empat langkah adalah: a. Langkah Penghisapan Katup masuk terbuka dan torak bergerak dari titik mati atas (TMA) menuju ketitik mati bawah (TMB) maka campuran udara dan bahan bakar mengalir masuk kedalam silinder. Gambar 1. Proses Langkah Pengisapan (Arismunandar, W., 1988). b. Langkah Kompresi

267 267 Katup masuk tertutup dan torak bergerak menekan campuran udara dan bahan bakar yang menimbulkan tekanan, sewaktu torak mendekat pada (TMA), ditimbulkan percikan api listrik yang dihasilkan oleh busi dengan dua ujung elektrodanya. Percikan api listrik ini membakar campuran bahan bakar dan udara sehingga mulai terjadi pembakaran. Gambar 2. proses Langkah Kompresi (Arismunandar, W., 1988). c. Langkah Ekspansi / Kerja Campuran udara dan bahan bakar yang terbakar menimbulkan tekanan, dan tekanan ini yang mendorong torak bergerak kebawah.gaya gerak yang ditimbulkan oleh torak diteruskan keporos engkol melalui lengan torak.

268 268 Gambar 3. proses Langkah Ekspansi/Kerja (Arismunandar, W., 1988). d. Langkah Pembuangan Katup buang terbuka, gas sisa pembakaran ditekan keluar oleh torak yang bergerak keatas dan selanjutnya dimulai lagi langkah pemasukan untuk siklus berikutnya.

269 269 Gambar 4. Proses Langkah Buang (Arismunandar, W., 1988). Gambar 5. Diagram siklus volume konstan (Arismunandar, W., 1988). Keterangan: P Tekanan fuida kerja (kg/cm2) V Volume spesifk (m3/kg)

270 270 qm Jumlah kalor yang dimasukkan (kcal/kg) qk Jumlah kalor yang dikeluarkan (kcal/kg) VL Volume langkah torak (m3, cm3) VS Volume sisa (m3, cm3) TMA Titik mati atas TMB Titik mati bawah Keterangan mengenai proses siklusnya adalah: 1. Fluida kerja dianggap sebagai gas ideal dengan kalor spesifk yang konstan. 2. Langkah Isap (0-1) merupakan proses tekanan konstan atau isobarik 3. Langkah kompresi (1-2) merupakan proses isentropik. 4. Proses pembakaran volume konstan (2-3) dianggap sebagai proses pemasukan kalor volume konstan. 5. Langkah kerja (3-4) merupakan proses isentropik 6. Proses pembuangan (4-1) dianggap sebagai proses pengeluaran kalor pada volume konstan. 7. Langkah buang (1-0) merupakan proses tekanan konstan. 8. Siklus dianggap tertutup, artinya siklusini berlangsung dengan fuida kerja yang sama atau gas yang berada di dalam silinder pada titik 1 dapat dikeluarkan dari dalam silinder pada waktu langkah buang, tetapi pada langkah isap berikutnya akan dimasukkan sejumlah fuida kerja yang sama.(arismunandar, W., 1977).

271 271 Daya. Secara umum daya akan meningkat seiring dengan meningkatnya putaran motor, sampai pada berhentinya kenaikan putaran akibat terbatasnya kemampuan penyuplai campuran udara-bahan bakar (carburator atau injector). Pada putaran 2000 sampai 2500 rpm terlihat perbedaan daya yang dihasilkan cukup besar. Daya N T x2 x π xn ( HP) x 60 Dimana: N Daya (kg.m/s). T Torsi (N). n putaran mesin (Rpm). Torsi. Pada semua putaran motor dapat dilihat ada kenaikan torsi meskipun relatif kecil pada penggunaan lubang intake manifold yang dihaluskan. Hal ini menunjukkan bahwa penghalusan dapat menaikkan torsi yang dihasilkan motor. Rumus torsi sebagai berikut: T P. R Dimana : T Torsi(kg.m). P Beban(kg). R Panjanglengan(m).

272 272 METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan eksperimental dengan penghalusan lubang intake manifold standard. Setiap penghalusan lubang intake manifold di uji dengan kondisi putaran mesin 1500, 2000, 2500, rpm dengan kecepatan (speed 4). Dari hasil penelitian tersebut terlihat bahwa aliran yang terbentuk pada lubang intake manifold mempengaruhi nilai Torsi, Daya dan komsumsi bahan bakar(fc). Metodelogi penelitian yang digunakan variabel-variabel sebagai berikut : 1. Metode eksperimental yaitu metode yang dilakukan dengan cara menghaluskan lubang intake manifold yang standar dan modefkasi untuk diperlukan memperoleh data-data yang diinginkan. 2. Studi literature (library research) yaitu metode yang dalam penelitian dilakukan pada pengujian yang dihasilkan tiap variasi lubang intake manifold. Variabel penelitian. Variabel penelitian adalah sebagai obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian lubang intake manifold terhadap motor bebek 4 tak 1 selinder supra X 125 tahun Variabel terikat. Variabel terikat adalah sejumlah gejala yang memiliki aspek atau unsur yang didalamnya berfungsi menerima atau menyesuaikan diri dengan kondisi lubang intakemanifold, yang disebut sebagai variabel terikat.

273 273 Variabel bebas. Variabel bebas adalah sejumlah gejala yang memiliki berbagai aspek atau unsur yang berfungsi mempengaruhi atau menentukan munculnya variabel lain yang disebut dengan variabel bebas yaitu : 1. Besar penghalusan lubang intake manifold diameter 0,5 mm; 1 mm; 1,5 mm. 2. Putaran mesin 1500, 2000, 2500 rpm. 3. Beban pengeraman 5 kg dengan menggunakan pengukuran neraca pegas. Prosedur Penelitian Persiapan: a. Penghalusan lubang intake manifold. b. Menyediakan alat dan bahan. Pengujian : a. Memanaskan mesin sampai mencapai suhu kerja selama± 5 menit. b. Melakukan pengujian tanpa melakukan penghalusan lubang intake manifold pada setiap variasi putaran. c. Melakukan pengujiandengan menggunakan lubang intake manifold yang telah dihaluskan sebesar 0,5, 1 dan 1,5 mm. pada variasi putaran mesin sebesar1500, 2000, 2500 rpm dan beban pengereman sebesar 5kg dengan menggunakan pengukuran neraca pegas, Mencatat hasil pengujian berupa konsumsi bahan bakar selama dalam 1 menit.

274 274 d. Menghitung seberapa besar daya efektif, dan torsi yang dihasilkan pada saat pengujian. e. Setiap pengujian dilakukan penghalusan lubang intake manifold sebanyak tiga kali. Bahan Penelitian a. Sepeda Motor Supra X 125 Tahun b. Intake Manifold c. Bensin Alat Penelitian a. Gelas Ukur b. Neraca Pegas c. Stopwatch d. Amplas e. Grinda Bor. HASIL DAN PEMBAHASAN

275 275 Akan disajikan hasil perhitungan yang telah didapatkan pada saat penelitian untuk mengetahui pengaruh penghalusan lubang intake manifold terhadap unjuk kerja motor bensin 4 tak 1 silinder Supra X 125 Tahun 2006 dan hasil perhitungan tersebut akan dibahas dalam bentuk tabel dan grafk. Data Hasil Perhitungan Hasil Perhitungan Kondisi Standar a. Perhitungan torsi dan daya pada kondisi intek manifold standar dengan beban pengereman 5 kg, speed 4 dan putaran mesin 1500 rpm. 1. Hasil Perhitungan Torsi ( T ) P Beban Pengereman 5 Kg R Panjang Lengan 65 mm 0,65 m TPxR 5 Kg x 0,65 mm 3,25 kg.m 2. Hasil perhitungan daya (HP) N T x2 x π xn 75 x 60 3,25 x 2 x 3,14 x

276 276 20,41 x x ,8 HP b. Perhitungan torsi dan daya pada kondisi intekmanifold standart dengan beban pengereman 5 kg, speed 4 dan putaran mesin 2000 rpm. 1. Hasil Perhitungan Torsi ( T ) P Beban Pengereman 5 Kg R Panjang Lengan 65 mm 0,65 m TPxR 5 Kg x0,65m 3,25kg.m 2. Hasil perhitungan daya (HP) N T x2 x π xn 75 x 60 3,25 x 2 x 3,14 x ,41 x x 60

277 ,9 HP Perhitungan torsi dan daya pada kondisi intekmanifold standart dengan beban pengereman 5 kg, speed 4 dan putaran mesin 2500 rpm. 1. Hasil Perhitungan Torsi ( T ) P Beban Pengereman 5 Kg R Panjang Lengan 65 mm 0,65 m TPxR 5 Kg x 0,65 m 3,25 kg.m 2. Hasil perhitungan daya (HP) N T x2 x π xn 75 x 60 3,25 x 2 x 3,14 x ,41 x x

278 278 11,3 HP Hasil perhitungan selanjutnya disajikan dalam bentuk table di bawah ini. Table 1. Hasil perhitungan data pada intake manifold 21 mm, 0,5 mm, 1 mm, 1,5mm dengan beban pengereman 5 kg. Putara n mesin 1500 ratarata 2000 Da Pengulan ya gan (HP ) 1 6,8 2 6,8 3 6,8 Tors i (Kg. m) 3,25 3,25 3,25 6,8 3,25 8,9 8,9 8,9 3,25 3,25 3,25 8,9 3, ratarata , 3 11, 3 11, 3 FC (ml) Sebel um Sesudah 248,2 248, , , , , , , , Konsu msi 1,8 1,8 1 1, , , ,5

279 279 Ratarata 11, 3 3, , , Hubungan Antara FC (ml)dan Daya Mesin (HP) Berikut adalah grafk hubungan antara FC dan Daya mesin yang dihasilkan, baik pada pengujian standart dan penghalusan intake manifold 0,5; 1; 1,5 mm. Semakin besar konsumsi bahan bakar maka daya mesin akan semakin besar. Konsumsi Bahan Bakar (ml) (FC) Grafk hubungan antara FC dan Daya Mesin Standart Peng. 0,5 mm peng. 1mm peng. 1,5 mm Daya Mesin (HP) Gambar 6. Grafk hubungan antara FC (ml) dan Daya mesin (HP)

280 280 Dari grafk gambar 6 di atas terlihat bahwa semakin tinggi konsumsi bahan bakar maka dayanya semakin besar. Pada penggunan intake manifold standart dapat dilihat peningkatan konsumsi bahan bakar sebesar 1,53 ml pada putaran 1500 Rpm dengan besar daya yang dihasilkan yaitu 6,8 HP. Sedangkan pada putaran 2000 dan 2500 Rpm konsumsi bahan bakar cendrung konstan (tetap) sebesar 1,83 ml tetapi daya yang dihasilkan tetap mengalami peningkatan sebesar 8,9 HP menjadi 11,3 HP. Peningkatan juga di alami pada penggunaan intake manifold yang telah dihaluskan sebesar 0,5 mm yaitu besar konsumsi bahan bakar pada putaran 1500 Rpm sebesar 2,16 ml dengan daya yang dihasilkan 6,8 HP, putaran 2000 Rpm sebesar 2,5 ml dengan daya mesin yang dihasilkan 8,9 HP dan putaran 2500 sebesar 2 ml dengan besaran daya 11,3 HP. Berbeda dengan penggunaan intake manifold dengan penghalusan 1 mm, terlihat bahwa konsumsi bahan bakar cendrung konstan pada putaran 1500 dan 2000 Rpm sebesar 3 ml dengan peningkatan daya sebesar 6,8 dan 8,9 HP, dan terjadi peningkatan konsumsi bahan bakar sebesar 3,67 ml dengan besaran daya 11,3 HP pada putaran 2500 Rpm.Untuk penggunaan penghalusan intake manifold 1,5 ml terjadi peningkatan konsumsi bahan bakar dan daya yang dihasilkan sebesar 2,83 ml pada putaran 1500 Rpm dengan daya 6,8 HP, 3,1 ml pada putaran 2000 Rpm dengan daya 8,9 HP dan 2 ml pada putaran 2500 Rpm dengan daya 11,3 HP. Hubungan Antara FC (ml) Dan Torsi (Kg.mm)

281 281 Grafk Hubungan Antara FC dan Torsi 4.5 Fuel Consumstion (FC) Standart Peng. 0,5 mm peng. 1mm peng. 1,5 mm Torsi Mesin Gambar 7. Grafk Hubungan Antara FC (ml)dan Torsi (Kg.mm) Dari grafk pada gambar 7 diatas dapat dilihat bahwa untuk bahan bakar nilai fuel consumstion akan meningkat seiring dengan bertambahnya torsi mesin. Pada kenyataanya semakin tinggi fuel consumstion(fc), torsi mesin yang dihasilkan cendrung tetap (konstan) hal ini disebabkan karna pada saat pengujian tidak dilakukan variasi beban pengereman 5 kg.m Beban pengereman yang digunakan 5 kg dengan besar torsi yang dihasilkan sebesar 3,25 kg.m. Besar torsi yang dihasilkan pada putaran mesin 1500 sama dengan besar torsi pada putaran 2000 dan 2500 rpm. Sedangkan konsumsi bahan bakar dengan besaran torsi mesin yang dihasilkan dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan pada keadaan

282 282 standart sebesar 1,53 ml pada putaran 1500 dan 2000 Rpm, dan 1,83 ml pada putaran 2500 Rpm, sedangkan penggunaan intake manifold yang dihaluskan 0,5 mm terjadi peningkatan konsumsi bahan bakar yaitu 2,16 ml pada putaran 1500 Rpm, 2,5 ml pada putaran 2000 Rpm dan 4 ml pada putaran 2500 Rpm. Penggunaan intek manifold dengan penghalusan 1 mm terlihat bahwa konsumsi bahan bakarnya pada putaran 1500 dan 2000 Rpm sebesar 3 ml dan 3,67 ml untuk putaran mesin 2500 rpm. Sedangkan untuk penghalusan 1,5 mm pada putaran 1500 Rpm sebesar 1,83 ml, putaran 2000 rpm sebesar 3,2 mldan putaran 2500 Rpm sebesar 4 ml. Hubungan Antara Fc (ml) Dan Putaran Mesin (Rpm) Grafk Hubungan Antara FC dan Putaran Mesin 3000 Putaran Mesin (Rpm) Standart Penghalusan 0,5 mm peng. 1mm peng. 1,5 mm Konsumsi Bahan Bakar FC (ml) 4 4.5

283 283 Gambar 8. Grafk Hubungan Antara FC(ml) dan Putaran Mesin (Rpm) Dari grafk diatas dapat dilihat bahwa peningkatan putaran mesin dengan penggunaan intake manifold dengan beda perlakuan mempunyai pengaruh terhadap konsumsi bahan bakar, ini diketahui bahwa semakin tinggi putaran mesin maka semakin besar bahan bakar yang dikonsumsi, begitu juga pada penggunaan lubang intake manifold yang standart dan lubang intake manifold yang dihaluskan. Padaputaran mesin 1500 rpm penggunaan intake manifold standartjumlah konsumsi bahan bakarnya 1,53 ml, putaran 2000 Rpm dan 2500 Rpm sebesar 1,83 ml. Proses Penelitian Adapun proses penelitian ini adalah sebagai berikut:

284 284 Gambar 9. Lubang Intake Manifold Standart. a. Persiapan alat dan bahan. b. Proses pengukuran torsi

285 285 Gambar 10. Alat dan bahan penelitian. c. Penentuan beban 5 kg Gambar 11. proses pengukuran torsi. d. Proses penentuan 1500 Rpm Gambar 12.Posisi beban pengereman 5kg. Gambar 13.Proses Kecepatan 1500Rpm. e. Proses penentuan 2000 Rpm f. Proses penentuan 2500 Rpm

286 286 Gambar 14.Proses Kecepatan 2000Rpm. Gambar 15.Proses Kecepatan 2500Rpm. g. Proses pengukuran lengan torsi h. Proses penentuan beban pengereman 5kg Gambar 16. Ukur Panjang Lengan Torsi. Gambar 17. Proses Penentuan Beban Kg. Pengereman 5 Proses pengukuran lubang intake manifold 21 mm, 0,5 mm, 1 mm, 1,5 mm.

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR 1 Rika Sri Amalia (rika.amalia92@gmail.com) 2 Budi Santosa (bsantosa@staff.gunadarma.ac.id) 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN Jonizar 1,Sri Martini 2 Dosen Fakultas Teknik UM Palembang Universitas Muhammadiyah Palembang Abstrak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1. Analisis Curah Hujan 4.1.1. Ketersediaan Data Curah Hujan Untuk mendapatkan hasil yang memiliki akurasi tinggi, dibutuhkan ketersediaan data yang secara kuantitas dan kualitas

Lebih terperinci

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

ANALISA KETERSEDIAAN AIR ANALISA KETERSEDIAAN AIR 3.1 UMUM Maksud dari kuliah ini adalah untuk mengkaji kondisi hidrologi suatu Wilayah Sungai yang yang berada dalam sauatu wilayah studi khususnya menyangkut ketersediaan airnya.

Lebih terperinci

Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 10 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak

Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 10 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak 13 Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 1 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak TAHUN PERIODE JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER 25 I 11 46 38 72 188 116 144 16 217

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI SUMBER AIR BERSIH PDAM JAYAPURA Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT Nohanamian Tambun 3306 100 018 Latar Belakang Pembangunan yang semakin berkembang

Lebih terperinci

PRAKTIKUM RSDAL II PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL (ETo) DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN (ETCrop)

PRAKTIKUM RSDAL II PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL (ETo) DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN (ETCrop) PRAKTIKUM RSDAL II PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL (ETo) DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN (ETCrop) Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air ke udara disebut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbandingan Evapotranspirasi Tanaman Acuan Persyaratan air tanaman bervariasi selama masa pertumbuhan tanaman, terutama variasi tanaman dan iklim yang terkait dalam metode

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Error Bookmark not defined. 2.1 UMUM Error Bookmark not defined.

DAFTAR ISI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Error Bookmark not defined. 2.1 UMUM Error Bookmark not defined. HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN MOTTO KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI ABSTRAK BAB IPENDAHULUAN DAFTAR ISI halaman i ii iii iv v vii

Lebih terperinci

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi Kebutuhan Tanaman Padi UNIT JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGST SEPT OKT NOV DES Evapotranspirasi (Eto) mm/hr 3,53 3,42 3,55 3,42 3,46 2,91 2,94 3,33 3,57 3,75 3,51

Lebih terperinci

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-30 Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier Ahmad Wahyudi, Nadjadji Anwar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi 2.1.1 Curah hujan rata-rata DAS Beberapa cara perhitungan untuk mencari curah hujan rata-rata daerah aliran, yaitu : 1. Arithmatic Mean Method perhitungan curah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hidrologi Siklus hidrologi menunjukkan gerakan air di permukaan bumi. Selama berlangsungnya Siklus hidrologi, yaitu perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke

Lebih terperinci

MENENTUKAN AWAL MUSIM TANAM DAN OPTIMASI PEMAKAIAN AIR DAN LAHAN DAERAH IRIGASI BATANG LAMPASI KABUPATEN LIMAPULUH KOTA DAN KOTA PAYAKUMPUH ABSTRAK

MENENTUKAN AWAL MUSIM TANAM DAN OPTIMASI PEMAKAIAN AIR DAN LAHAN DAERAH IRIGASI BATANG LAMPASI KABUPATEN LIMAPULUH KOTA DAN KOTA PAYAKUMPUH ABSTRAK VOLUME 2 NO., FEBRUARI 26 MENENTUKAN AWAL MUSIM TANAM DAN OPTIMASI PEMAKAIAN AIR DAN LAHAN DAERAH IRIGASI BATANG LAMPASI KABUPATEN LIMAPULUH KOTA DAN KOTA PAYAKUMPUH Mas Mera dan Hendra 2 ABSTRAK Daerah

Lebih terperinci

STUDI POTENSI IRIGASI SEI KEPAYANG KABUPATEN ASAHAN M. FAKHRU ROZI

STUDI POTENSI IRIGASI SEI KEPAYANG KABUPATEN ASAHAN M. FAKHRU ROZI STUDI POTENSI IRIGASI SEI KEPAYANG KABUPATEN ASAHAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi Syarat untuk menempuh Colloqium Doqtum/Ujian Sarjana Teknik Sipil M. FAKHRU ROZI 09 0404

Lebih terperinci

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-1 Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung) Anindita Hanalestari Setiawan

Lebih terperinci

pemakaian air bersih untuk menghitung persentase pemenuhannya.

pemakaian air bersih untuk menghitung persentase pemenuhannya. 5 3.2.1.3 Metode Pengumpulan Data Luas Atap Bangunan Kampus IPB Data luas atap bangunan yang dikeluarkan oleh Direktorat Fasilitas dan Properti IPB digunakan untuk perhitungan. Sebagian lagi, data luas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Daerah Irigasi Lambunu Daerah irigasi (D.I.) Lambunu merupakan salah satu daerah irigasi yang diunggulkan Propinsi Sulawesi Tengah dalam rangka mencapai target mengkontribusi

Lebih terperinci

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING Ivony Alamanda 1) Kartini 2)., Azwa Nirmala 2) Abstrak Daerah Irigasi Begasing terletak di desa Sedahan Jaya kecamatan Sukadana

Lebih terperinci

STUDI OPTIMASI POLA TANAM PADA DAERAH IRIGASI JATIROTO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM LINIER

STUDI OPTIMASI POLA TANAM PADA DAERAH IRIGASI JATIROTO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM LINIER TUGAS AKHIR - RC 091380 STUDI OPTIMASI POLA TANAM PADA DAERAH IRIGASI JATIROTO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM LINIER JUAN TALITHA NRP 3106 100 086 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Nadjadji Anwar, MSc Ir. Sudiwaluyo,

Lebih terperinci

ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA

ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA Salmani (1), Fakhrurrazi (1), dan M. Wahyudi (2) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air tanaman adalah banyaknya air yang dibutuhkan tanaman untuk membentuk jaringan tanaman, diuapkan, perkolasi dan pengolahan tanah. Kebutuhan

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan 3.3.2 Pengolahan Data Pengolahan data terdiri dari dua tahap, yaitu pendugaan data suhu Cikajang dengan menggunakan persamaan Braak (Djaenuddin, 1997) dan penentuan evapotranspirasi dengan persamaan Thornthwaite

Lebih terperinci

OPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN

OPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN OPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN M. Taufik Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Purworejo abstrak Air sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR ix DAFTAR ISI Halaman JUDUL i PENGESAHAN iii MOTTO iv PERSEMBAHAN v ABSTRAK vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xiii DAFTAR GAMBAR xvi DAFTAR LAMPIRAN xvii DAFTAR NOTASI xviii BAB 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PRAKTIKUM VIII PERENCANAAN IRIGASI

PRAKTIKUM VIII PERENCANAAN IRIGASI PRAKTKUM V PERENCANAAN RGAS Kebutuhan air irigasi diperkirakan untuk menentukan keperluan irigasi perimbangan antara air yang dibutuhkan dan debit sungai dipelajari dengan cara menganalisis data yang tersedia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Diskripsi Lokasi Studi Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di wilayah Kabupaten Banyumas dengan luas areal potensial 1432 ha. Dengan sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan air (dependable flow) suatu Daerah Pengaliran Sungai (DPS) relatif konstan, sebaliknya kebutuhan air bagi kepentingan manusia semakin meningkat, sehingga

Lebih terperinci

STUDI KESEIMBANGAN AIR PADA DAERAH IRIGASI DELTA BRANTAS (SALURAN MANGETAN KANAL) UNTUK KEBUTUHAN IRIGASI DAN INDUSTRI

STUDI KESEIMBANGAN AIR PADA DAERAH IRIGASI DELTA BRANTAS (SALURAN MANGETAN KANAL) UNTUK KEBUTUHAN IRIGASI DAN INDUSTRI TUGAS AKHIR - RC 091380 STUDI KESEIMBANGAN AIR PADA DAERAH IRIGASI DELTA BRANTAS (SALURAN MANGETAN KANAL) UNTUK KEBUTUHAN IRIGASI DAN INDUSTRI GILANG IDFI NRP 3106 100 024 Dosen Pembimbing : Prof. Dr.

Lebih terperinci

MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISUSUN OLEH : Nama : Winda Novita Sari Br Ginting Nim : 317331050 Kelas : B Jurusan : Pendidikan Geografi PEDIDIKAN

Lebih terperinci

DEFINISI IRIGASI TUJUAN IRIGASI 10/21/2013

DEFINISI IRIGASI TUJUAN IRIGASI 10/21/2013 DEFINISI IRIGASI Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian, meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi

Lebih terperinci

April 18, 18, Mei 18, 18, 18, 18, 18, Juni 18, 18, 18, 18, 18, 00 18, Juli 17, 17, 17, 17, Agustus 18, 00 18, 00 18, 00 18, 00 17, 17, September 17,

April 18, 18, Mei 18, 18, 18, 18, 18, Juni 18, 18, 18, 18, 18, 00 18, Juli 17, 17, 17, 17, Agustus 18, 00 18, 00 18, 00 18, 00 17, 17, September 17, Tabel. Debit Eksisting Mrican Kanan (m /det) BULA N Januari Februar i Maret April Mei Juni Juli Agustus Septem ber Oktober Novem ber Desemb er TAHUN PERO DE,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK REKAYASA IRIGASI I ARTIKEL/MAKALAH /JURNAL TENTANG KEBUTUHAN AIR IRIGASI, KETERSEDIAAN AIR IRIGASI, DAN POLA TANAM

TUGAS KELOMPOK REKAYASA IRIGASI I ARTIKEL/MAKALAH /JURNAL TENTANG KEBUTUHAN AIR IRIGASI, KETERSEDIAAN AIR IRIGASI, DAN POLA TANAM TUGAS KELOMPOK REKAYASA IRIGASI I ARTIKEL/MAKALAH /JURNAL TENTANG KEBUTUHAN AIR IRIGASI, KETERSEDIAAN AIR IRIGASI, DAN POLA TANAM NAMA : ARIES FIRMAN HIDAYAT (H1A115603) SAIDATIL MUHIRAH (H1A115609) SAIFUL

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Metodologi merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung pada bulan Juli - September 2011. 3.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA

ANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA ANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA Susilah Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh email: zulfhazli.abdullah@gmail.com Abstrak Kecamatan Banda Baro merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hal 51

I. PENDAHULUAN. Hal 51 Studi Optimasi Pemanfaatan Waduk Way Apu di Provinsi Maluku untuk Jaringan Irigasi, Kebutuhan Air Baku, dan Potensi PLTA STUDI OPTIMASI PEMANFAATAN WADUK WAY APU DI PROVINSI MALUKU UNTUK JARINGAN IRIGASI,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Hidrologi adalah ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran dan gerakan air di alam, yang meliputi bentuk berbagai bentuk air, yang menyangkut perubahan-perubahannya antara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Pengelompokan Area Kelurahan Kedung Lumbu memiliki luasan wilayah sebesar 55 Ha. Secara administratif kelurahan terbagi dalam 7 wilayah Rukun Warga (RW) yang

Lebih terperinci

STUDI OPTIMASI POLA TATA TANAM UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN HASIL PRODUKSI PERTANIAN DI DAERAH IRIGASI PARSANGA KABUPATEN SUMENEP JURNAL ILMIAH

STUDI OPTIMASI POLA TATA TANAM UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN HASIL PRODUKSI PERTANIAN DI DAERAH IRIGASI PARSANGA KABUPATEN SUMENEP JURNAL ILMIAH STUDI OPTIMASI POLA TATA TANAM UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN HASIL PRODUKSI PERTANIAN DI DAERAH IRIGASI PARSANGA KABUPATEN SUMENEP JURNAL ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1 ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1 Purwanto dan Jazaul Ikhsan Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jl. Lingkar Barat, Tamantirto, Yogyakarta (0274)387656

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum Lokasi Studi PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan Subang, Kabupaten Subang. Untuk mencapai PDAM Subang dapat ditempuh melalui darat

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK & MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

JURUSAN TEKNIK & MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Kompetensi dasar Mahasiswa mampu melakukan analisis evapotranspirasi pengertian dan manfaat faktor 2 yang mempengaruhi evapotranspirasi pengukuran evapotranspirasi pendugaan evapotranspirasi JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY

Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY Agung Purwanto 1, Edy Sriyono 1, Sardi 2 Program Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Janabadra Yogyakarta 1 Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

Faktor Teknis PLTMH 1. Beda Head 2. Perhitungan daya yang dihasilkan HASIL PENELITIAN

Faktor Teknis PLTMH 1. Beda Head 2. Perhitungan daya yang dihasilkan HASIL PENELITIAN 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Alur proses pembahasan PEMBAHASAN Kondisi Fisik 1. Curah Hujan 2. Suhu Udara 3. Kelembapan Udara 4. Penyinaran Matahari 5. Debit Andalan 6. Topografi 7. Penggunaan Lahan

Lebih terperinci

REDESAIN WADUK KLAMPIS KECAMATAN KEDUNGDUNG KABUPATEN SAMPANG SEBAGAI BANGUNAN PEMBANGKIT TENAGA AIR

REDESAIN WADUK KLAMPIS KECAMATAN KEDUNGDUNG KABUPATEN SAMPANG SEBAGAI BANGUNAN PEMBANGKIT TENAGA AIR Redesain Waduk Klampis Kecamatan Kedungdung Kabupaten Sampang sebagai Bangunan Pembangkit Tenaga Air REDESAIN WADUK KLAMPIS KECAMATAN KEDUNGDUNG KABUPATEN SAMPANG SEBAGAI BANGUNAN PEMBANGKIT TENAGA AIR

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 40 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok seluas 462 ha. Secara geografis daerah penelitian terletak

Lebih terperinci

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PADA DAERAH IRIGASI BLANG KARAM KECAMATAN DARUSSALAM KEBUPATEN ACEH BESAR

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PADA DAERAH IRIGASI BLANG KARAM KECAMATAN DARUSSALAM KEBUPATEN ACEH BESAR ISSN 2407-733X E-ISSN 2407-9200 pp. 35-42 Jurnal Teknik Sipil Unaya ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PADA DAERAH IRIGASI BLANG KARAM KECAMATAN DARUSSALAM KEBUPATEN ACEH BESAR Ichsan Syahputra 1, Cut Rahmawati

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BANGBAYANG UPTD SDAP LELES DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BANGBAYANG UPTD SDAP LELES DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BANGBAYANG UPTD SDAP LELES DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT Endang Andi Juhana 1, Sulwan Permana 2, Ida Farida 3 Jurnal Konstruksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Tangkapan Hujan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan stasiun curah hujan Jalaluddin dan stasiun Pohu Bongomeme. Perhitungan curah hujan rata-rata aljabar. Hasil perhitungan secara lengkap

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN WAKTU TANAM PADA TANAMAN KACANG TANAH

ANALISIS PENENTUAN WAKTU TANAM PADA TANAMAN KACANG TANAH ANALISIS PENENTUAN WAKTU TANAM PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) BERDASARKAN METODE PENDUGAAN EVAPOTRANSPIRASI PENMAN DI KABUPATEN GORONTALO Widiyawati, Nikmah Musa, Wawan Pembengo ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Tidak ada manusia yang dapat hidup tanpa air. Di daerah perkotaan seiring pesatnya pembangunan gedung

Lebih terperinci

STUDI SIMULASI POLA OPERASI WADUK UNTUK AIR BAKU DAN AIR IRIGASI PADA WADUK DARMA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT (221A)

STUDI SIMULASI POLA OPERASI WADUK UNTUK AIR BAKU DAN AIR IRIGASI PADA WADUK DARMA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT (221A) STUDI SIMULASI POLA OPERASI WADUK UNTUK AIR BAKU DAN AIR IRIGASI PADA WADUK DARMA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT (221A) Yedida Yosananto 1, Rini Ratnayanti 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional,

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM JARINGAN IRIGASI TERSIER SUMBER TALON DESA BATUAMPAR KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP.

EVALUASI SISTEM JARINGAN IRIGASI TERSIER SUMBER TALON DESA BATUAMPAR KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP. EVALUASI SISTEM JARINGAN IRIGASI TERSIER SUMBER TALON DESA BATUAMPAR KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP. Cholilul Chayati,Andri Sulistriyono. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Wiraraja

Lebih terperinci

STUDI OPTIMASI PEMANFAATAN AIR WADUK LIDER DI KABUPATEN BANYUWANGI UNTUK IRIGASI

STUDI OPTIMASI PEMANFAATAN AIR WADUK LIDER DI KABUPATEN BANYUWANGI UNTUK IRIGASI STUDI OPTIMASI PEMANFAATAN AIR WADUK LIDER DI KABUPATEN BANYUWANGI UNTUK IRIGASI Nama Mahasiswa : Nastasia Festy Margini NRP : 3107 100 012 Jurusan : Teknik Sipil FTSP-ITS Dosen Pembimbing : Prof.Dr.Ir.

Lebih terperinci

Oleh : I.D.S Anggraeni *), D.K. Kalsim **)

Oleh : I.D.S Anggraeni *), D.K. Kalsim **) PERBANDINGAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN IRIGASI PADI METODA DENGAN CROPWAT-8.0 (CALCULATION OF PADDY IRRIGATION REQUIREMENT RATIO ON WITH CROPWAT-8.0 METHOD) Oleh : I.D.S Anggraeni *), D.K. Kalsim **) Departement

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu 1. Penelitian sejenis mengenai Kajian Kebutuhan Air Irigasi Pada Jaringan Irigasi sebelumnya pernah ditulis oleh (Oktawirawan, 2015) dengan judul Kajian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di Laboratorium Sumber Daya Air dan Lahan Jurusan Teknik Pertanian dan Laboratorium Ilmu

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN AIR SAWAH DAERAH SEKITAR PANEI TENGAH KABUPATEN SIMALUNGUN

ANALISIS KEBUTUHAN AIR SAWAH DAERAH SEKITAR PANEI TENGAH KABUPATEN SIMALUNGUN ANALISIS KEBUTUHAN AIR SAWAH DAERAH SEKITAR PANEI TENGAH KABUPATEN SIMALUNGUN TUGAS AKHIR Ditulis untuk Menyelesaikan Matakuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III oleh: KHARDE MANIK

Lebih terperinci

Pengaruh Pergeseran Jadwal Tanam Terhadap Produktivitas Padi di Daerah Irigasi Krueng Aceh

Pengaruh Pergeseran Jadwal Tanam Terhadap Produktivitas Padi di Daerah Irigasi Krueng Aceh 386 Pengaruh Pergeseran Jadwal Tanam Terhadap Produktivitas Padi di Daerah Irigasi Krueng Aceh Meylis 1*, Sarah 1, A. Munir 2, Dirwan 1, Azmeri 1, dan Masimin 1 1 Universitas Syiah Kuala 2 Ranting Dinas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI DAN POLA TANAM PADA DAERAH IRIGASI RAWA SALIM BATU DENGAN LUAS AREAL 350 HA, KABUPATEN BULUNGAN, PROVINSI KALIMANTAN UTARA MUHAMMAD SANDI VADILLAH 12.11.1001.7311.097

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI RENTANG KABUPATEN MAJALENGKA. Hendra Kurniawan 1 ABSTRAK

OPTIMALISASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI RENTANG KABUPATEN MAJALENGKA. Hendra Kurniawan 1 ABSTRAK OPTIMALISASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI RENTANG KABUPATEN MAJALENGKA Hendra Kurniawan 1 1 Program Studi Magister Teknik Sipil, Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa No. 1 Jakarta ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Saluran irigasi DI. Kotapala, Kebutuhan air Irigasi, Efisiensi. Pengaliran.

ABSTRAK. Kata kunci : Saluran irigasi DI. Kotapala, Kebutuhan air Irigasi, Efisiensi. Pengaliran. ABSTRAK Daerah Irigasi (DI) Kotapala adalah salah satu jaringan irigasi yang berlokasi di Desa Dajan Peken, Desa Dauh Peken, Desa Delod Peken, dan Desa Bongan yang berada di Kabupaten Tabanan Bali. DI

Lebih terperinci

Irigasi Dan Bangunan Air. By: Cut Suciatina Silvia

Irigasi Dan Bangunan Air. By: Cut Suciatina Silvia Irigasi Dan Bangunan Air By: Cut Suciatina Silvia DEBIT INTAKE UNTUK PADI Debit intake untuk padi adalah debit yang disadap dan kemudian dialirkan ke dalam saluran irigasi untuk memenuhi kebutuhan air

Lebih terperinci

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) Artikel OPINI Harian Joglosemar 1 MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) ŀ Turunnya hujan di beberapa daerah yang mengalami kekeringan hari-hari ini membuat

Lebih terperinci

NERACA AIR METEOROLOGIS DI KAWASAN HUTAN TANAMAN JATI DI CEPU. Oleh: Agung B. Supangat & Pamungkas B. Putra

NERACA AIR METEOROLOGIS DI KAWASAN HUTAN TANAMAN JATI DI CEPU. Oleh: Agung B. Supangat & Pamungkas B. Putra NERACA AIR METEOROLOGIS DI KAWASAN HUTAN TANAMAN JATI DI CEPU Oleh: Agung B. Supangat & Pamungkas B. Putra Ekspose Hasil Penelitian dan Pengembangan Kehutanan BPTKPDAS 212 Solo, 5 September 212 Pendahuluan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR SAWAH DAERAH IRIGASI SEI BELUTU BENDUNG SEI BELUTU

PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR SAWAH DAERAH IRIGASI SEI BELUTU BENDUNG SEI BELUTU PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR SAWAH DAERAH IRIGASI SEI BELUTU BENDUNG SEI BELUTU LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III oleh: PAULUS F. PANJAITAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1.1 Lokasi Geografis Penelitian ini dilaksanakan di waduk Bili-Bili, Kecamatan Bili-bili, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Waduk ini dibangun

Lebih terperinci

OPTIMASI PEMANFAATAN AIR SUNGAI KESER UNTUK DAERAH IRIGASI NGASINAN MENGGUNAKAN PROGRAM LINIER

OPTIMASI PEMANFAATAN AIR SUNGAI KESER UNTUK DAERAH IRIGASI NGASINAN MENGGUNAKAN PROGRAM LINIER TUGAS AKHIR TERAPAN RC 145501 OPTIMASI PEMANFAATAN AIR SUNGAI KESER UNTUK DAERAH IRIGASI NGASINAN MENGGUNAKAN PROGRAM LINIER AZIS SEPTIAN BESTARI NRP 3114 030 010 NI NYOMAN ADUM MARRUSHARTATI NRP 3114

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA PENGARUH DEBIT AIR TEHADAP POLA TATA TANAM PADA BAKU SAWAH DI DAERAH IRIGASI KEBONAGUNG KABUPATEN SUMENEP Oleh : Cholilul Chahayati dan Sutrisno Dosen Fakultas Teknik Universitas Wiraraja (cholilul.unija@gmail.com

Lebih terperinci

STUDI KESEIMBANGAN AIR WADUK KEULILING KABUPATEN ACEH BESAR NAD UNTUK OPTIMASI IRIGASI

STUDI KESEIMBANGAN AIR WADUK KEULILING KABUPATEN ACEH BESAR NAD UNTUK OPTIMASI IRIGASI STUDI KESEIMBANGAN AIR WADUK KEULILING KABUPATEN ACEH BESAR NAD UNTUK OPTIMASI IRIGASI Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian pendidikan Sarjana Teknik Sipil ALEFYA ABRAR 07 0404 054 BIDANG STUDI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI iii MOTTO iv DEDIKASI v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR LAMPIRAN xiv DAFTAR

Lebih terperinci

STUDI POLA LENGKUNG KEBUTUHAN AIR UNTUK IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI TILONG

STUDI POLA LENGKUNG KEBUTUHAN AIR UNTUK IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI TILONG STUDI POLA LENGKUNG KEBUTUHAN AIR UNTUK IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI TILONG Yohanes V.S. Mada 1 (yohanesmada@yahoo.com) Denik S. Krisnayanti (denik19@yahoo.com) I Made Udiana 3 (made_udiana@yahoo.com) ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERSEMBAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv MOTTO...... vi ABSTRAK...... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR NOTASI... xi DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI WILAYAH KABUPATEN GARUT SELATAN

ANALISIS KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI WILAYAH KABUPATEN GARUT SELATAN ANALISIS KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI WILAYAH KABUPATEN GARUT SELATAN Dedi Mulyono 1 Jurnal Konstruksi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut 44151 Indonesia Email : jurnal@sttgarut.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkurangnya jumlah curah hujan di bawah normal pada suatu periode atau biasa disebut dengan kekeringan meteorologis merupakan indikasi pertama yang selanjutnya mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 6 OPTIMASI POLA PENGOPERASIAN BENDUNGAN CIBANTEN

BAB 6 OPTIMASI POLA PENGOPERASIAN BENDUNGAN CIBANTEN BAB 6 OPTIMASI POLA PENGOPERASIAN BENDUNGAN CIBANTEN 6.1 UMUM Analisa neraca air adalah studi mengenai kesetimbangan antara kebutuhan air dan ketersediaan air dalam periode waktu tertentu. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG

BAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG V-1 BAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG 5.1. Analisis Sedimen dengan Metode USLE Untuk memperkirakan laju sedimentasi pada DAS S. Grubugan digunakan metode Wischmeier dan Smith

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan jumlah penduduk Indonesia tahun 2010-2035. Proyeksi jumlah penduduk ini berdasarkan perhitungan

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 31/7/Th. IV, 1 Juli 216 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 215 PRODUKSI PADI TAHUN 215 NAIK 28,8 PERSEN A. PADI Produksi padi tahun 215 sebanyak 2,33 juta ton gabah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : DAS Tukad Petanu, Neraca air, AWLR, Daerah Irigasi, Surplus

ABSTRAK. Kata Kunci : DAS Tukad Petanu, Neraca air, AWLR, Daerah Irigasi, Surplus ABSTRAK Daerah Aliran Sungai (DAS) Tukad Petanu merupakan salah satu DAS yang berada di Provinsi Bali. DAS Tukad Petanu alirannya melintasi 2 kabupaten, yakni: Kabupaten Bangli dan Kabupaten Gianyar. Hulu

Lebih terperinci

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI BATANG ASAI KABUPATEN SAROLANGUN

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI BATANG ASAI KABUPATEN SAROLANGUN Jurnal Talenta Sipil, Vol.1 No.1, Februari 2018 e-issn 2615-1634 PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI BATANG ASAI KABUPATEN SAROLANGUN Fransiska Febby N. P, Azwarman Program Studi Teknik Sipil Universitas Batanghari

Lebih terperinci

STUDI POLA PEMANFAATAN BENDUNG PEJENGKOLAN UNTUK KEBUTUHAN AIR IRIGASI

STUDI POLA PEMANFAATAN BENDUNG PEJENGKOLAN UNTUK KEBUTUHAN AIR IRIGASI STUDI POLA PEMANFAATAN BENDUNG PEJENGKOLAN UNTUK KEBUTUHAN AIR IRIGASI SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh: ADITYA GARINI RAMADIAN NIM 122510013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini krisis air merupakan salah satu masalah utama di Kabupaten Rembang, yang aktifitas ekonomi didukung oleh kegiatan di sektor pertanian dan perikanan. Hal ini

Lebih terperinci

ANALISIS REDUKSI LIMPASAN HUJAN MENGGUNAKAN METODE RASIONAL DI KAMPUS I UNVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

ANALISIS REDUKSI LIMPASAN HUJAN MENGGUNAKAN METODE RASIONAL DI KAMPUS I UNVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO ANALISIS REDUKSI LIMPASAN HUJAN MENGGUNAKAN METODE RASIONAL DI KAMPUS I UNVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO Arkham Fajar Yulian, Teguh Marhendi, Amris Azizi* Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya, pergerakan dan distribusi air di bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan bumi, tentang sifat fisik,

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI ENERGI MATAHARI DI KALIMANTAN BARAT

ANALISIS POTENSI ENERGI MATAHARI DI KALIMANTAN BARAT ANALISIS POTENSI ENERGI MATAHARI DI KALIMANTAN BARAT Ida sartika Nuraini 1), Nurdeka Hidayanto 2), Wandayantolis 3) Stasiun Klimatologi Kelas II Mempawah Kalimantan Barat sartikanuraini@gmail.com, nurdeka.hidayanto@gmail.com,

Lebih terperinci

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial Unsur-unsur Iklim 1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran - 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial Puncak Atmosfer ( 100 km ) Tekanan Udara

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2013)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2013) BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th XI.,1 November PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun ) A. PADI B. JAGUNG Angka Ramalan (ARAM) II produksi Padi Provinsi Jawa Timur tahun sebesar

Lebih terperinci

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerentanan Produktifitas Tanaman Padi Analisis potensi kerentanan produksi tanaman padi dilakukan dengan pendekatan model neraca air tanaman dan analisis indeks kecukupan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI (STUDI KASUS PADA DAERAH IRIGASI SUNGAI AIR KEBAN DAERAH KABUPATEN EMPAT LAWANG)

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI (STUDI KASUS PADA DAERAH IRIGASI SUNGAI AIR KEBAN DAERAH KABUPATEN EMPAT LAWANG) ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI (STUDI KASUS PADA DAERAH IRIGASI SUNGAI AIR KEBAN DAERAH KABUPATEN EMPAT LAWANG) ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI (STUDI KASUS PADA DAERAH IRIGASI SUNGAI AIR KEBAN DAERAH

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam Perencanaan Embung

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam Perencanaan Embung BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam Perencanaan Embung Memanjang dengan metode yang telah ditentukan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Berdasarkan

Lebih terperinci

DEFt. W t. 2. Nilai maksimum deficit ratio DEF. max. 3. Nilai maksimum deficit. v = max. 3 t BAB III METODOLOGI

DEFt. W t. 2. Nilai maksimum deficit ratio DEF. max. 3. Nilai maksimum deficit. v = max. 3 t BAB III METODOLOGI v n t= 1 = 1 n t= 1 DEFt Di W t 2. Nilai maksimum deficit ratio v 2 = max DEFt Dt 3. Nilai maksimum deficit v = max { } DEF 3 t BAB III METODOLOGI 24 Tahapan Penelitian Pola pengoperasian yang digunakan

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan

Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan LAMPIRAN 167 Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan

Lebih terperinci

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu PEMBAHASAN UMUM Tujuan akhir penelitian ini adalah memperbaiki tingkat produktivitas gula tebu yang diusahakan di lahan kering. Produksi gula tidak bisa lagi mengandalkan lahan sawah seperti masa-masa

Lebih terperinci

Evapotranspirasi Rekayasa Hidrologi Universitas Indo Global Mandiri

Evapotranspirasi Rekayasa Hidrologi Universitas Indo Global Mandiri Evapotranspirasi Rekayasa Hidrologi Universitas Indo Global Mandiri 1 Evapotranspirasi adalah. Evaporasi (penguapan) didefinisikan sebagai peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN

BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti diklat ini peseta diharapkan mampu Menjelaskan tentang kebutuhan air tanaman A. Deskripsi Singkat Kebutuhan air tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi pertanian tersebut sangat besar, namun masih diperlukan penanganan yang baik agar kebutuhan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Mulai. Penentuan Lokasi Penelitian. Pengumpulan. Data. Analisis Data. Pengkajian keandalan jaringan irigasi

LAMPIRAN. Mulai. Penentuan Lokasi Penelitian. Pengumpulan. Data. Analisis Data. Pengkajian keandalan jaringan irigasi LAMPIRAN Lampiran 1. Flowchart Pelaksanaan Penelitian Mulai Penentuan Lokasi Penelitian Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder Analisis Data Deskriptif Kuantitatif Pengggambaran kondisi luasan lahan

Lebih terperinci