Pengaruh Pergeseran Jadwal Tanam Terhadap Produktivitas Padi di Daerah Irigasi Krueng Aceh
|
|
- Lanny Agusalim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 386 Pengaruh Pergeseran Jadwal Tanam Terhadap Produktivitas Padi di Daerah Irigasi Krueng Aceh Meylis 1*, Sarah 1, A. Munir 2, Dirwan 1, Azmeri 1, dan Masimin 1 1 Universitas Syiah Kuala 2 Ranting Dinas Pengairan Aceh Besar *mey2_saza@yahoo.com Intisari Persoalan utama yang terjadi pada Daerah Irigasi Krueng Aceh adalah tidak terpenuhinya kebutuhan air irigasi di musim tanam gadu. Jadwal tanam pada D.I. Krueng Aceh juga mengalami pergeseran setiap tahunnya. Jadwal tanam untuk musim rendengan yang direncanakan pada bulan Oktober bergeser ke bulan November, sedangkan untuk musim tanam gadu direncanakan pada bulan April bergeser ke bulan Juni. Akibat dari pergeseran jadwal tanam tersebut mempengaruhi produktivitas padi yang berdampak pada ketahanan pangan daerah. Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui pengaruh pergeseran jadwal tanam terhadap produktivitas padi pada D.I. Krueng Aceh. Metode studi yang digunakan ialah dengan mengumpulkan data sekunder dan data primer. Data sekunder terdiri dari data debit andalan, debit pengambilan rencana, jadwal tanam rencana, dan hasil panen padi dari tahun 2008 hingga 2012, sedangkan data primer meliputi survei lapangan pada saluran primer dan survei ke sawah. Data primer ini dapat diperoleh dengan cara melakukan pengamatan secara langsung ke lokasi dengan mengukur tinggi muka air pada waktu pengambilan maksimum. Pengamatan tersebut dilakukan selama 2 bulan, mulai dari bulan Juni hingga bulan Juli tahun Tinggi muka air pada saluran primer dibaca melalui peil scale yang terdapat pada bangunan ukur ambang lebar. Hasil studi yang diperoleh menunjukkan bahwa dengan adanya pergeseran jadwal tanam yang dilakukan oleh petani mengakibatkan produktivitas padi menurun antara 0,85% sampai 6,64%. Kesimpulan yang didapat dari studi ini adalah selama 5 tahun terakhir dari tahun 2008 sampai tahun 2012, jadwal tanam pada D.I. Krueng Aceh mengalami pergeseran. Pergeseran jadwal tanam tersebut mempengaruhi produktivitas padi dan mengakibatkan ketidakcukupan debit untuk mengairi sawah. Kata kunci: pergeseran, jadwal tanam, produktivitas
2 387 PENDAHULUAN Irigasi Krueng Aceh merupakan irigasi teknis yang dibangun pada tahun 1992 dan suplai airnya berasal dari Sungai Krueng Aceh. Setelah Daerah Irigasi Krueng Aceh dibangun, produktivitas padi yang awalnya hanya 2,5 ton/ha diharapkan meningkat menjadi 6 ton/ha. Pola tanam yang diterapkan pada D.I. Krueng Aceh ialah padi-padi dengan dua musim tanam. Musim tanam pertama (musim rendengan) berada pada bulan Oktober sampai bulan Januari. Pada musim rendengan ini, seluruh areal persawahan dapat diairi yaitu seluas 6640,36 ha. Untuk musim tanam kedua (musim gadu) berada pada bulan April sampai bulan Juli. Pada musim tanam tersebut, areal persawahan yang dapat diairi seluas 4174,33 ha. Persoalan utama yang terjadi pada D.I. Krueng Aceh adalah tidak terpenuhinya kebutuhan air irigasi di musim tanam gadu. Dinas Pengairan Aceh Besar menyatakan bahwa debit andalan Sungai Krueng Aceh pada musim kering rata-rata 5,59 meter kubik per detik (Serambi Indonesia, 30 Juni 2011). Jadwal tanam pada D.I. Krueng Aceh juga mengalami pergeseran setiap tahunnya. Jadwal tanam untuk musim rendengan yang direncanakan pada bulan Oktober bergeser pada bulan November, sedangkan untuk musim tanam gadu direncanakan pada bulan April bergeser ke bulan Juni. Akibat dari pergeseran jadwal tanam tersebut, berpengaruh terhadap produktivitas padi sehingga berdampak pada ketahanan pangan daerah. Oleh karena itu, perlu dilakukan studi terhadap permasalahan ini. Adapun tujuan studi ini adalah untuk mengetahui pengaruh pergeseran jadwal tanam terhadap produktivitas padi pada Daerah Irigasi Krueng Aceh. TINJAUAN PUSTAKA Ketersediaan Air Sungai Ketersediaan air sungai adalah jumlah air (debit) yang diperkirakan terus menerus ada di suatu lokasi (bendung atau bangunan air lainnya) pada suatu sungai dengan jumlah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Air yang tersedia tersebut dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti air baku yang meliputi air domestik (air minum dan rumah tangga) dan non domestik (perdagangan, perkantoran) dan industri, pemeliharaan sungai, peternakan, perikanan, irigasi, dan pembangkit listrik tenaga air. Untuk pemanfaatan air, perlu diketahui informasi ketersediaan debit andalan (Triatmodjo, 2009). Menurut Anonim 1 (1986), bila kebutuhan air tidak dapat dipenuhi oleh hujan, maka untuk mengairi sawah diperlukan sumber air yang berasal dari sungai. Debit sungai yang dapat diandalkan sebagai dasar perencanaan untuk kebutuhan air disebut debit andalan. Debit andalan untuk perencanaan irigasi adalah debit sungai dengan kemungkinan tak terpenuhi 20% atau dengan kata lain debit sungai dengan kemungkinan terpenuhi 80%. Debit Pengambilan (Qp) Kebutuhan irigasi adalah bagian dari penggunaan konsumtif yang harus disediakan oleh irigasi. Kebutuhan air irigasi dianalisis berdasarkan kebutuhan air tanaman (di lahan) dan kebutuhan air pada bangunan pengambilan (di bendung).
3 388 Debit pengambilan (Qp) ditentukan oleh kebutuhan dan luas daerah yang akan diairi ( Anonim 2, 1986). Bangunan Pengukur Debit Bangunan pengukur debit yang di pakai di hulu saluran primer pada bendung Krueng Aceh adalah alat ukur ambang lebar. Anonim 3 (1986) menyebutkan bahwa bangunan ukur ambang lebar dianjurkan untuk dibuat karena memiliki kelebihankelebihan seperti bentuk hidrolis luwes dan sederhana, konstruksi kuat dan tidak mahal, benda-benda hanyut dapat dilewatkan, serta operasinya mudah. Alat Pengukur Tinggi Muka Air Salah satu pengukuran tinggi muka air pada saluran primer yaitu secara manual. Pengukuran secara manual adalah dengan melihat peil scale (papan duga). Dari papan duga tersebut dapat diketahui tinggi muka air saat itu (Windarta, 2000). Agar debit yang mengalir dapat diketahui dengan mudah, maka digunakan tabel hubungan tinggi muka air dengan debit. Hubungan tinggi muka air dengan debit pada bangunan ukur ambang lebar yang terdapat pada saluran primer dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hubungan tinggi muka air dan debit pada bangunan ukur ambang lebar (saluran primer) Tinggi muka air (h) (cm) Debit (Q) (m3/dt) 10 0, , , , , , , , , ,856 Sumber : Ranting Dinas Pengairan Seulimum, 1995 METODOLOGI STUDI Lokasi Lokasi penelitian berada di Desa Seunebok, Kecamatan Selimum, Kabupaten Aceh Besar. Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam studi ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari survei lapangan pada saluran primer dan survei ke sawah. Data sekunder diperoleh dari pihak Dinas terkait seperti Ranting Dinas Pengairan
4 389 Seulimum, Ranting Dinas Pengairan Blang Bintang, dan Dinas Pengairan Kabupaten Aceh Besar. Data primer meliputi debit aliran dari bangunan pengambilan bendung irigasi Krueng Aceh yang mengalir pada saluran primer. Data primer ini diperoleh dengan cara melakukan pengamatan secara langsung ke lokasi untuk mengukur tinggi muka air pada waktu pengambilan maksimum. Pengamatan tersebut dilakukan selama 2 bulan, mulai dari bulan Juni hingga bulan Juli tahun Untuk data sekunder meliputi data debit andalan, debit pengambilan rencana, jadwal tanam rencana, dan hasil panen padi dari tahun 2008 hingga 2012 pada D.I. Krueng Aceh. Analisis Data Data sekunder yang telah diperoleh, selanjutnya dianalisis pergeseran jadwal tanamnya dari tahun 2008 sampai Untuk data primer, tinggi muka air dibaca melalui peil scale yang terdapat pada saluran primer dengan bangunan ukur ambang lebar. Bangunan ukur ambang lebar tersebut lokasinya 500 meter dari bendung Krueng Aceh. Dari tinggi muka air yang telah diperoleh, dapat diketahui debit pengambilan saat pengamatan (Qp real) dengan menggunakan tabel hubungan tinggi muka air dan debit. Debit yang telah diperoleh kemudian dirata-ratakan per bulannya dan dibandingkan dengan debit pengambilan rencana (Qp desain) pada musim tanam gadu. HASIL STUDI DAN PEMBAHASAN Hasil Pengumpulan Data Debit andalan dan debit pengambilan rencana yang diperoleh Dari Ranting Dinas Pengairan Blang Bintang, Aceh Besar disajikan pada Tabel 2. Untuk grafiknya dapat dilihat pada Gambar 1. Grafik ini berdasarkan jadwal tanam rencana. Tabel 2. Debit andalan dan debit pengambilan rencana pada D.I.Krueng Aceh No Bulan Debit andalan (m 3 /dtk) Debit pengambilan (m 3 /dtk) 1 Januari 11, Februari 11, Maret 14, April 19, Mei 21, Juni 9, Juli 5, Agustus 4, September 5, Oktober November 27, Desember 29,
5 390 Gambar 1. Grafik debit andalan dan debit pengambilan rencana Jadwal tanam rencana pada D.I. Krueng Aceh ditampilkan pada Tabel 3. Untuk hasil panen padi pada D.I. Krueng Aceh ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 3. Jadwal tanam rencana pada D.I. Krueng Aceh No Musim Tanam Bulan 1 Rendengan Oktober - Januari 2 Gadu April Juli Sumber : Ranting Dinas Pengairan Blang Bintang, 1995 Tabel 4. Hasil panen padi pada D.I. Krueng Aceh No Musim Tanam Tahun Hasil Panen (ton) 1 Rendengan 2008/ ,26 2 Gadu ,97 3 Rendengan 2009/ ,33 4 Gadu ,39 5 Rendengan 2010/ ,42 6 Gadu ,25 7 Rendengan 2011/ ,23 8 Gadu 2012 Sumber : Ranting Dinas Pengairan Blang Bintang, 1995 Belum panen Analisis Pergeseran Jadwal Tanam Terhadap Produktivitas Padi Produktivitas padi dipengaruhi oleh jadwal tanam, ketersediaan air irigasi, dan peran P3A dalam pengoperasian sarana irigasi. Nilai produktivitas padi akan maksimal jika padi yang dihasilkan memiliki koefisien produktivitas yang tinggi. Hal tersebut dipengaruhi oleh tersedianya debit pengambilan untuk kebutuhan irigasi. Tabel 5 berikut menampilkan nilai produktivitas padi dengan jadwal tanam yang telah bergeser untuk setiap musim tanam selama 5 tahun, yaitu dari tahun 2008 sampai dengan tahun Apabila jadwal tanam yang terealisasi sesuai dengan perencanaan, nilai produktivitas padi akan tinggi. Begitu juga sebaliknya, apabila jadwal tanam yang terealisasi bergeser dari jadwal rencananya maka produktivitas padi akan menurun. Pada Tabel 6 dapat dilihat hasil penurunan produktivitas padi ketika jadwal tanam telah bergeser. Pada musim rendengan tahun 2008/2009 mengalami penurunan produksivitas yang cukup besar mencapai 6,64%, sedangkan
6 391 pada musim tanam gadu tahun 2010 mengalami penurunan produktivitas sebesar 2,26%. Oleh karena itu, untuk mempertahankan produktivitas padi di D.I. Krueng Aceh ini, perlu adanya rekomendasi-rekomendasi yang dapat memberikan solusi dari permasalahan yang telah terjadi. Tabel 5. Hubungan pergeseran jadwal tanam dengan produktivitas padi Koefisien produktivitas Produktivitas (ton) Tahun Bulan (ton/ha) Musim Tanam Renc Real Renc Real Rendengan 2008/2009 Nov Feb Gadu 2009 Mei Agt Rendengan 2009/2010 Des Mar Gadu 2010 Jun Sept Rendengan 2010/2011 Nov Feb Gadu 2011 Mei Agt Rendengan 2011/2012 Nov Feb Gadu 2012 Jun - Feb Sumber : Dinas Pengairan Aceh Besar, Tabel 6. Penurunan produktivitas padi akibat pergeseran jadwal tanam Musim Produktivitas (ton) Penurunan Tahun Tanam Rencana Realisasi Produktivitas (%) Rendengan 2008/ , ,26 6,64 Gadu , ,97 0,85 Rendengan 2009/ , ,33 6,25 Gadu , ,39 2,26 Rendengan 2010/ , ,42 6,50 Gadu , ,25 1,10 Rendengan 2011/ , ,23 6,17 Gadu Sumber : Dinas Pengairan Aceh Besar, 2012 Analisis Debit Pengambilan Saat Pengamatan (Q real) Setelah dilakukan penelitian selama 2 bulan, maka diperoleh tinggi muka air pada saluran primer. Kemudian dianalisis untuk memperoleh debit dengan menggunakan tabel hubungan tinggi muka air dan debit, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 7. Untuk perbandingan antara Qp desain dengan Qp real disajikan pada Tabel 8, sedangkan grafik perbandingan antara Qp desain dengan Qp real disajikan pada Gambar 2 sebagai berikut. Tabel 7. Tinggi muka air rata-rata (H) dan debit pengambilan rata-rata (Qp real) saat pengamatan H Qp real No Bulan Masa (cm) (m 3 /dtk) 1 Juni Penyiapan lahan 79,4 6,387 2 Juli Pertumbuhan padi 68,6 5,276
7 392 Tabel 8. Hasil penelitian debit pengambilan real pada bulan Juni-Juli tahun 2012 Qp desain No Masa Qp real (m 3 /dtk) (m 3 /dtk) Keterangan 1 Penyiapan lahan Tidak Terpenuhi 2 Pertumbuhan padi Tidak Terpenuhi Gambar 2. Grafik debit pengambilan rencana (Qp desain) dan debit pengambilan real (Qp real) Petani melakukan pengolahan tanah di musim tanam gadu tahun 2012 pada bulan Juni. Berdasarkan Tabel 8, dapat diketahui bahwa debit rencana untuk masa pengolahan tanah adalah 7,54 m 3 /dtk. Namun, dikarenakan debit pengambilan saat pengamatan yang ada hanya 6,387 m 3 /dtk, maka kebutuhan air pada masa olah tanah kurang mencukupi. Begitu juga pada masa pertumbuhan padi, banyak sawah yang kekurangan air. Tabel 9. Pengaruh pergeseran jadwal tanam terhadap debit Qp real pada musim tanam gadu tahun 2012 Masa Penyiapan lahan Pertumbuhan padi Panen Waktu Mulai Pengerjaan Qp desain Qp real Keterangan (m 3 /dtk) (m 3 /dtk) April Terpenuhi Mei Terpenuhi Juni Terpenuhi Mei Terpenuhi Juni Terpenuhi Juli Tidak terpenuhi Juli Terpenuhi Agustus Terpenuhi September Terpenuhi Dari Tabel 9, dapat dilihat bahwa apabila jadwal tanam yang sudah ditetapkan
8 393 bergeser, maka akan berpengaruh pada terpenuhi atau tidaknya kebutuhan debit pengambilan. Tampak bahwa jika waktu mulai masa penyiapan lahan dari bulan April dan bulan Mei, maka kebutuhan air terpenuhi. Namun ketika masa penyiapan lahan dimulai dari bulan Juni kebutuhan air tidak terpenuhi. Saat padi kekurangan air, hal ini dapat berdampak pada keretakan tanah dan padi banyak yang layu bahkan ada yang mati. Ketidakcukupan air yang terjadi pada sawah disajikan pada Gambar 3 sebagai berikut. Gambar 3. Foto daerah sawah yang mengalami kekurangan debit KESIMPULAN Kesimpulan a. Jadwal tanam pada Daerah Irigasi Krueng Aceh mengalami pergeseran di setiap tahunnya. b. Produktivitas padi yang diperoleh dari jadwal tanam yang mengalami pergeseran lebih kecil dibandingkan dengan produktivitas padi yang diperoleh dari jadwal tanam yang tidak mengalami pergeseran jadwal tanamnya. c. Penyiapan lahan yang dimulai dari bulan Juni saat musim tanam gadu mengakibatkan ketidakcukupan debit pengambilan. d. Pergeseran jadwal tanam mempengaruhi produktivitas padi, nilai maksimum penurunan produktivitas yang terjadi 6,64 % dari produktivitas rencana awal. Saran a. Perlu adanya sosialisasi atau penyuluhan khususnya kepada petani agar lebih memahami dan mematuhi arahan dari pihak Dinas Pengairan untuk melaksanakan jadwal tanam sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Hal ini
9 394 guna untuk memajukan ketahanan pangan daerah, khususnya daerah Aceh Besar yang berdampak pada ketahanan nasional. b. Perlu pembinaan kepada Keujreun Blang (Perkumpulan Petani Pemakai Air) agar lebih aktif dalam memberi informasi kepada petani mengenai rencana jadwal tanam di setiap musim tanam. c. Perlu dibuat suatu waduk di daerah Selimum yang dapat menyuplai air ke daerah irigasi krueng aceh, mengingat debit Sungai Krueng Aceh pernah mengalami krisis. UCAPAN TERIMA KASIH Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadirat Allah SWT karena berkat kemurahan-nya karya ilmiah ini dapat kami selesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Terima kasih kepada Bapak Ijal dan Saudara Akmal yang telah bekerja sama dan membantu dalam penyelesaian studi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. REFERENSI Anonim 1, Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan 01, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, Halaman 79. Anonim 2, Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan 03, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, Halaman 4. Anonim 3, Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan 04, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, Halaman 7. Dinas Pengairan, Hasil Panen Daerah Irigasi Krueng Aceh, Dinas Pengairan Aceh Besar, Jantho. Ranting Dinas Pengairan Selimum, Profil Daerah Irigasi Krueng Aceh, Dinas Pengairan Aceh Besar, Jantho. Serambi Indonesia, 30 Juni Hampir 50 % Sawah Tidak Terairi Di Aceh Besar. Triatmodjo, B., Hidrologi Terapan, Beta Offset, Yogyakarta, Halaman 309. Windarta, J., 2000, Pengembangan Sistem Peringatan Dini Banjir Kali Garang Semarang Dengan Teknologi Informasi Berbasis SMS dan Web, Institute Pertanian Bogor, Bogor.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Diskripsi Lokasi Studi Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di wilayah Kabupaten Banyumas dengan luas areal potensial 1432 ha. Dengan sistem
Lebih terperinciKAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING
KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING Ivony Alamanda 1) Kartini 2)., Azwa Nirmala 2) Abstrak Daerah Irigasi Begasing terletak di desa Sedahan Jaya kecamatan Sukadana
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan masyarakat mengakibatkan perubahan fungsi lingkungan yang berdampak negatif terhadap kelestarian
Lebih terperinciOPTIMALISASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI RENTANG KABUPATEN MAJALENGKA. Hendra Kurniawan 1 ABSTRAK
OPTIMALISASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI RENTANG KABUPATEN MAJALENGKA Hendra Kurniawan 1 1 Program Studi Magister Teknik Sipil, Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa No. 1 Jakarta ABSTRAK Sesuai
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 31/7/Th. IV, 1 Juli 216 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 215 PRODUKSI PADI TAHUN 215 NAIK 28,8 PERSEN A. PADI Produksi padi tahun 215 sebanyak 2,33 juta ton gabah
Lebih terperinciOptimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-1 Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung) Anindita Hanalestari Setiawan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah maupun masyarakat mengandung pengertian yang mendalam, bukan hanya berarti penambahan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air memiliki karakteristik unik dibandingkan dengan sumber daya alam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air memiliki karakteristik unik dibandingkan dengan sumber daya alam lainnya. Air bersifat sumber daya yang terbarukan dan dinamis. Artinya sumber utama air yakni hujan
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2015)
No. 39/07/36/Th.X, 1 Juli 2016 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2015) PRODUKSI PADI 2015 NAIK 7,00 PERSEN DIBANDINGKAN TAHUN 2014 A. PADI Produksi padi Provinsi Banten tahun 2015 sebesar
Lebih terperinciANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA
No. 72/11/71/Th. IX, 2 November 2015 ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Ramalan 2 (Aram 2) produksi padi tahun 2015 diperhitungkan sebesar 673.712 ton Gabah Kering
Lebih terperinciAnalisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY
Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY Agung Purwanto 1, Edy Sriyono 1, Sardi 2 Program Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Janabadra Yogyakarta 1 Jurusan Teknik Sipil,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini krisis air merupakan salah satu masalah utama di Kabupaten Rembang, yang aktifitas ekonomi didukung oleh kegiatan di sektor pertanian dan perikanan. Hal ini
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR Jl. Madukoro Blok.AA-BB Telp. (024) , , , S E M A R A N
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR Jl. Madukoro Blok.AA-BB Telp. (024) 7608201,7608342, 7608621, 7608408 S E M A R A N G 5 0 1 4 4 Website : www.psda.jatengprov..gp.id Email
Lebih terperinciANGKA TETAP TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA
No. 44/07/71/Th. XVI, 1 Juli 2016 ANGKA TETAP TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Tetap (Atap) produksi padi tahun 2015 mencapai 674.169 ton Gabah Kering Giling (GKG). Dibandingkan
Lebih terperinciOPTIMASI PEMANFAATAN AIR BAKU DENGAN MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING (LP) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU, BANTEN. OLEH : MIADAH F
OPTIMASI PEMANFAATAN AIR BAKU DENGAN MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING (LP) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU, BANTEN. OLEH : MIADAH F14102075 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.
KATA PENGANTAR Sektor pertanian merupakan sektor yang vital dalam perekonomian Jawa Tengah. Sebagian masyarakat Jawa Tengah memiliki mata pencaharian di bidang pertanian. Peningkatan kualitas dan kuantitas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Daerah Irigasi Lambunu Daerah irigasi (D.I.) Lambunu merupakan salah satu daerah irigasi yang diunggulkan Propinsi Sulawesi Tengah dalam rangka mencapai target mengkontribusi
Lebih terperinciTabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi
Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi Kebutuhan Tanaman Padi UNIT JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGST SEPT OKT NOV DES Evapotranspirasi (Eto) mm/hr 3,53 3,42 3,55 3,42 3,46 2,91 2,94 3,33 3,57 3,75 3,51
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan air (dependable flow) suatu Daerah Pengaliran Sungai (DPS) relatif konstan, sebaliknya kebutuhan air bagi kepentingan manusia semakin meningkat, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I - 1. Resti Viratami Maretria, 2011 Perencanaan Bendung Tetap Leuwikadu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian dibutuhkan sekali adanya air karena air itu sesuatu mineral yang penting untuk memberi makanan cair bagi tanaman. Yang mengisi ruang- ruang dalam tanaman
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Pada tahun 1960, Indonesia mengimpor beras sebanyak 0,6 juta ton. Impor beras mengalami peningkatan pada tahun-tahun
Lebih terperinciTabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan
LAMPIRAN 167 Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2013)
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th XI.,1 November PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun ) A. PADI B. JAGUNG Angka Ramalan (ARAM) II produksi Padi Provinsi Jawa Timur tahun sebesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi
Lebih terperinciREVITALISASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) (KASUS DAERAH PACITAN) (279A)
REVITALISASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) (KASUS DAERAH PACITAN) (279A) Indra Bagus Kristiarno 1, Lutfi Chandra Perdana 2,Rr. Rintis Hadiani 3 dan Solichin 4 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Menurut Dillon (2009), pertanian adalah sektor yang dapat memulihkan dan mengatasi krisis ekonomi di Indonesia. Peran terbesar sektor pertanian adalah
Lebih terperinciPERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta
PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR 1 Rika Sri Amalia (rika.amalia92@gmail.com) 2 Budi Santosa (bsantosa@staff.gunadarma.ac.id) 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan barang ultra essential bagi kelangsungan hidup manusia. Tanpa air, manusia tidak mungkin bisa bertahan hidup. Di sisi lain kita sering bersikap menerima
Lebih terperinciSTUDI SIMULASI POLA OPERASI WADUK UNTUK AIR BAKU DAN AIR IRIGASI PADA WADUK DARMA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT (221A)
STUDI SIMULASI POLA OPERASI WADUK UNTUK AIR BAKU DAN AIR IRIGASI PADA WADUK DARMA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT (221A) Yedida Yosananto 1, Rini Ratnayanti 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan jumlah penduduk Indonesia tahun 2010-2035. Proyeksi jumlah penduduk ini berdasarkan perhitungan
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)
No. 20/03/51/Th. X, 1 Maret 2016 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) PRODUKSI PADI TAHUN 2015 (ANGKA SEMENTARA) TURUN 0,49 PERSEN A. PADI Angka Sementara (ASEM) produksi padi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Tangkapan Hujan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan stasiun curah hujan Jalaluddin dan stasiun Pohu Bongomeme. Perhitungan curah hujan rata-rata aljabar. Hasil perhitungan secara lengkap
Lebih terperinciStudi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-30 Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier Ahmad Wahyudi, Nadjadji Anwar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM
BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Air merupakan elemen yang sangat mempengaruhi kehidupan di alam. Semua makhluk hidup sangat memerlukan air dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Siklus hidrologi yang terjadi
Lebih terperinciKAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerentanan Produktifitas Tanaman Padi Analisis potensi kerentanan produksi tanaman padi dilakukan dengan pendekatan model neraca air tanaman dan analisis indeks kecukupan
Lebih terperinciPERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR YOGI OKTOPIANTO
PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR YOGI OKTOPIANTO 6309875 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK 20 BAB I PENDAHULUAN.. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan
Lebih terperinciPRODUKSI PADI JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)
No. 16/03/71/Th. X, 1 Maret 2016 PRODUKSI PADI JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) A. PADI Angka Sementara (Asem) produksi padi di Sulawesi Utara tahun 2015 diperkirakan sebesar 674.169 ton
Lebih terperinciANGKA SEMENTARA TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA
No. 21/03/71/Th. IX, 2 Maret 2015 ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Sementara (Asem) produksi padi tahun 2014 diperhitungkan sebesar 640.162 ton Gabah Kering Giling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam usaha pertanian. Cara mengaliri air ketanaman yaitu dengan sistem irigasi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air mempunyai arti yang penting dalam kehidupan, salah satunya adalah dalam usaha pertanian. Cara mengaliri air ketanaman yaitu dengan sistem irigasi, aliran irgasi
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI DAN UBI KAYU 2015
No. 01/07/74/Th. III, 01 Juli 2016 PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI DAN UBI KAYU 2015 A. PADI Angka Tetap (ATAP) produksi padi Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015 sebanyak 660.720 ton gabah kering giling
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU, DAN UBI JALAR (ANGKA TETAP TAHUN 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)
PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU, DAN UBI JALAR (ANGKA TETAP TAHUN DAN ANGKA RAMALAN I ) No. 38/07/91/Th. IX, 1 Juli PADI Angka Tetap produksi padi tahun sebesar 27,66 ribu ton Gabah Kering Giling
Lebih terperinciKAJIAN KUALITAS AIR UNTUK AKTIFITAS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRUENG ACEH Susi Chairani 1), Siti Mechram 2), Muhammad Shilahuddin 3) Program Studi Teknik Pertanian 1,2,3) Fakultas Pertanian, Universitas
Lebih terperinciANGKA TETAP TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA
No. 47/07/71/Th. XI, 1 Juli 2015 ANGKA TETAP TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Tetap (ATAP) produksi padi tahun 2014 diperhitungkan sebesar 637.927 ton Gabah Kering Giling (GKG).
Lebih terperinciPRAKTIKUM VIII PERENCANAAN IRIGASI
PRAKTKUM V PERENCANAAN RGAS Kebutuhan air irigasi diperkirakan untuk menentukan keperluan irigasi perimbangan antara air yang dibutuhkan dan debit sungai dipelajari dengan cara menganalisis data yang tersedia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Azwar Wahirudin, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan air untuk pertanian di Indonesia merupakan hal yang sangat penting, untuk tercapainya hasil panen yang di inginkan, yang merupakan salah satu program pemerintah
Lebih terperinciIrigasi Dan Bangunan Air. By: Cut Suciatina Silvia
Irigasi Dan Bangunan Air By: Cut Suciatina Silvia DEBIT INTAKE UNTUK PADI Debit intake untuk padi adalah debit yang disadap dan kemudian dialirkan ke dalam saluran irigasi untuk memenuhi kebutuhan air
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2015)
No. 46/07/51/Th. X, 1 Juli 2016 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2015) PRODUKSI PADI TAHUN 2015 TURUN 0,49 PERSEN A. PADI Produksi padi di Bali tahun 2015 tercatat sebesar 853.710
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BANGBAYANG UPTD SDAP LELES DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT
ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BANGBAYANG UPTD SDAP LELES DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT Endang Andi Juhana 1, Sulwan Permana 2, Ida Farida 3 Jurnal Konstruksi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air
TINJAUAN PUSTAKA Neraca Air Neraca air adalah model hubungan kuantitatif antara jumlah air yang tersedia di atas dan di dalam tanah dengan jumlah curah hujan yang jatuh pada luasan dan kurun waktu tertentu.
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam Perencanaan Embung
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam Perencanaan Embung Memanjang dengan metode yang telah ditentukan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Berdasarkan
Lebih terperinciPRODUKSI PADI dan PALAWIJA (ANGKA RAMALAN III TAHUN 2011)
No. 57/11/63/Th.XV, 1 November PRODUKSI PADI dan PALAWIJA (ANGKA RAMALAN III TAHUN ) Produksi padi tahun (ARAM III) diperkirakan sebesar 2.001.274 ton Gabah Kering Giling (GKG), naik sebesar 159.185 ton
Lebih terperinci3. METODOLOGI PENELITIAN
23 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini memanfaatkan data sekunder yang tersedia pada Perum Jasa Tirta II Jatiluhur dan BPDAS Citarum-Ciliwung untuk data seri dari tahun 2002 s/d
Lebih terperinciANGKA RAMALAN 1 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA
No. 47/07/71/Th.IX, 1 Juli 2015 ANGKA RAMALAN 1 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Ramalan 1 (Aram 1) produksi padi tahun 2015 diperhitungkan sebesar 664.282 ton Gabah Kering Giling
Lebih terperinci2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015
BPS PROVINSI LAMPUNG BADAN PUSAT STATISTIK No. 1/7/18/Th. X, 1 Juli 216 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 215 PRODUKSI PADI TAHUN 215 NAIK 9,69 PERSEN A. PADI Produksi padi tahun 215 sebanyak 3,64 juta
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ARAM II 2015)
jambi No. 63/11/15 /Th. IX, 2 November PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ARAM II ) A. PADI Produksi padi tahun (Angka Ramalan II) diperkirakan sebesar 561.542 ton GKG, atau turun sebesar 103.178 ton
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 045/11/11/Th.V. 01 November 2011 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA RAMALAN III TAHUN 2011) Sampai dengan Subrorund II (Januari-Agustus) tahun 2011,
Lebih terperinciANALISIS KETERSEDIAAN AIR PADA DAERAH IRIGASI BLANG KARAM KECAMATAN DARUSSALAM KEBUPATEN ACEH BESAR
ISSN 2407-733X E-ISSN 2407-9200 pp. 35-42 Jurnal Teknik Sipil Unaya ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PADA DAERAH IRIGASI BLANG KARAM KECAMATAN DARUSSALAM KEBUPATEN ACEH BESAR Ichsan Syahputra 1, Cut Rahmawati
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH INTERSEPSI LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP KETERSEDIAAN AIR SUNGAI PADA SUB DAS BENDUNG JEURAM KABUPATEN NAGAN RAYA
ANALISIS PENGARUH INTERSEPSI LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP KETERSEDIAAN AIR SUNGAI PADA SUB DAS BENDUNG JEURAM KABUPATEN NAGAN RAYA Meylis, Alfiansyah Yulianur, dan Azmeri* Program Magister Teknik Teknik
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari hasil analisa dan perhitungan terhadap tata pengaturan air khususnya sumber daya air Waduk Sermo kaitannya dengan sistem irigasi Kalibawang di Bendung Pengasih
Lebih terperinciBab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permalan mempunyai peranan penting dalam pengambilan keputusan, untuk perlunya dilakukan tindakan atau tidak, karena peramalan adalah prakiraan atau memprediksi peristiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kuta Baru Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai terancam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Ribuan hektar areal persawahan masyarakat di Desa Paya Lombang dan Kuta Baru Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai terancam gagal panen karena jebolnya bronjong
Lebih terperinciKONTROL PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN PRIMER DAN DIMENSI KOLAM OLAK BANGUNAN TERJUN 13 SALURAN SEKUNDER DI BENDUNG NAMU SIRA SIRA
KONTROL PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN PRIMER DAN DIMENSI KOLAM OLAK BANGUNAN TERJUN 13 SALURAN SEKUNDER DI BENDUNG NAMU SIRA SIRA LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan
Lebih terperinciPRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)
BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) No. 45/07/35/Th XII,1 Juli 2014 A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2013 produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain :
BAB III METODOLOGI 45 3.1. URAIAN UMUM Di dalam melaksanakan suatu penyelidikan maka, diperlukan data-data lapangan yang cukup lengkap. Data tersebut diperoleh dari hasil survey dan investigasi dari daerah
Lebih terperinciTINJAUAN SISI OPERASI WADUK DALAM MENUNJANG INTENSITAS TANAM
JURNAL TUGAS AKHIR TINJAUAN SISI OPERASI WADUK DALAM MENUNJANG INTENSITAS TANAM Oleh : MOCHAMMAD YUSUF KRISHNA SATRIA D 111 12 283 JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN GOWA 2017 TINJAUAN
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU
PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU (Angka Sementara 2010 dan Angka Ramalan I Tahun 2011) No. 13/03/14/Th. XII, 1 Maret 2011 A. PADI. Angka Sementara (ASEM) produksi padi tahun 2010 adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan
Lebih terperinciPENGOPERASIAN WADUK MELALUI MODEL OPTIMASI LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus Waduk Keuliling Aceh Besar)
PENGOPERASIAN WADUK MELALUI MODEL OPTIMASI LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus Waduk Keuliling Aceh Besar) Wesli Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh Email: ir_wesli@yahoo.co.id
Lebih terperinci7. PERUBAHAN PRODUKSI
7. PERUBAHAN PRODUKSI 7.1. Latar Belakang Faktor utama yang mempengaruhi produksi energi listrik PLTA dan air minum PDAM adalah ketersedian sumberdaya air baik dalam kuantitas maupun kualitas. Kuantitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, sehingga wajar apabila prioritas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, sehingga wajar apabila prioritas utama dalam agenda pembangunan nasional dipusatkan dibidang pertanian. Salah satu sasaran pembangunan
Lebih terperinciPRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2012)
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 20/03/35/Th.XI,1 Maret 2013 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun ) A. PADI B. JAGUNG Angka Sementara produksi Padi Provinsi Jawa Timur tahun sebesar 12,20 juta
Lebih terperinciLAMPIRAN. Mulai. Penentuan Lokasi Penelitian. Pengumpulan. Data. Analisis Data. Pengkajian keandalan jaringan irigasi
LAMPIRAN Lampiran 1. Flowchart Pelaksanaan Penelitian Mulai Penentuan Lokasi Penelitian Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder Analisis Data Deskriptif Kuantitatif Pengggambaran kondisi luasan lahan
Lebih terperinciPERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR SAWAH DAERAH IRIGASI SEI BELUTU BENDUNG SEI BELUTU
PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR SAWAH DAERAH IRIGASI SEI BELUTU BENDUNG SEI BELUTU LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III oleh: PAULUS F. PANJAITAN
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)
No. 28/3/Th. XVIII, 2 Maret 215 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN ) PRODUKSI PADI TAHUN (ANGKA SEMENTARA) DIPERKIRAKAN TURUN,63 PERSEN A. PADI Produksi padi tahun sebanyak 7,83
Lebih terperinciPRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap Tahun 2012 dan Angka Ramalan I Tahun 2013)
BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap Tahun 2012 dan Angka Ramalan I Tahun 2013) A. PADI No. 45/07/35/Th.XI,1 Juli 2013 Angka Tetap (ATAP) tahun 2012 produksi Padi Provinsi Jawa
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan kondisi hidrologi DAS sebagai dampak perluasan lahan kawasan budidaya yang tidak terkendali tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air seringkali
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU
No. 27/07/14/Th. XI, 1 Juli 2010 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU (Angka Tetap 2009 dan Angka Ramalan II Tahun 2010) A. PADI. Angka Tetap (ATAP) produksi padi tahun 2009 adalah sebesar
Lebih terperinci2015 ANALISA PENGISIAN AWAL WADUK (IMPOUNDING) PADA BENDUNGAN JATIGEDE
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bendungan adalah sebuah bangunan air yang berfungsi sebagai penangkap air dan menyimpannya di musim penghujan waktu air sungai mengalir dalam jumlah besar. Waduk merupakan
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU, DAN UBI JALAR (ANGKA RAMALAN II 2015)
No. 62/11/91/Th. IX, 2 November PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU, DAN UBI JALAR (ANGKA RAMALAN II ) PADI Produksi padi tahun (ARAM II) diperkirakan sebesar 33,56 ribu ton gabah kering giling (GKG),
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014)
BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014) No. 75/11/35/Th.XII, 3 November 2014 A. PADI Produksi Padi Provinsi Jawa Timur berdasarkan Angka Ramalan II (ARAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air (SDA) bertujuan mewujudkan kemanfaatan sumberdaya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besar
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU
PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU (Angka Sementara 2009 dan Angka Ramalan I Tahun 2010) No. 11/03/14/Th. XI, 1 Maret 2010 A. PADI. Angka Sementara (ASEM) produksi padi tahun 2009 adalah
Lebih terperincistabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu
PEMBAHASAN UMUM Tujuan akhir penelitian ini adalah memperbaiki tingkat produktivitas gula tebu yang diusahakan di lahan kering. Produksi gula tidak bisa lagi mengandalkan lahan sawah seperti masa-masa
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun ,
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun 1990 1996, perubahan penggunaan lahan menjadi salah satu penyebab yang meningkatkan debit puncak dari 280 m 3 /det menjadi 383
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN III TAHUN 2011)
BADAN PUSAT STATISTIK No. 69/11/Th. XIV, 1 November PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN III TAHUN ) PRODUKSI PADI TAHUN (ANGKA RAMALAN III) DIPERKIRAKAN TURUN 1,63 PERSEN A. PADI Produksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya alam yang sangat besar terutama potensi sumber daya air. Pelaksanaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Lampung memiliki kedudukan yang strategis dalam pembangunan nasional. Di samping letaknya yang strategis karena merupakan pintu gerbang selatan Sumatera,
Lebih terperinciBAB VI ANALISIS SUMBER AIR DAN KETERSEDIAAN AIR
BAB VI ANALISIS SUMBER AIR DAN KETERSEDIAAN AIR 6.1 SUMBER AIR EXISTING Sumber air existing yang digunakan oleh PDAM untuk memenuhi kebutuhan air bersih di daerah Kecamatan Gunem berasal dari reservoir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan nasional dan meminimalkan perbedaan distribusi pengembangan sumber daya air di daerahdaerah, maka Pemerintah Indonesia telah
Lebih terperinciEVALUASI DAERAH IRIGASI BENGAWAN JERO KABUPATEN LAMONGAN
EVALUASI DAERAH IRIGASI BENGAWAN JERO KABUPATEN LAMONGAN Aris Setiawan 1, Nur Azizah Affandy² 1 Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan, ²Fakultas Teknik Program Studi Teknik
Lebih terperinciTz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C
Kriteria yang digunakan dalam penentuan bulan kering, bulan lembab dan bulan basah adalah sebagai berikut: Bulan kering (BK): Bulan dengan C
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU
No. 43/11/14/Th. XI, 1 November 2010 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU (Angka Ramalan III Tahun 2010) A. PADI. Produksi padi tahun 2010 berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) III diperkirakan
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU
No. 54/11/14/Th.XV, 3 November 2014 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU (Angka Ramalan II Tahun 2014) A. PADI. Angka Ramalan (ARAM) II produksi padi tahun 2014 diperkirakan sebesar 356.281
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pengelolaan air di suatu daerah irigasi, kenyataannya seringkali terdapat pembagian air yang kurang sesuai kebutuhan air di petak-petak sawah. Pada petak yang
Lebih terperinciWALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 22.A TAHUN TENTANG
SALINAN WALIKOTA TEGAL 2013 TENTANG UNTUK MUSIM TANAM PENGHUJAN TAHUN 2013/2014 DAN MUSIM KEMARAU TAHUN 2014 DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan produktivitas
Lebih terperinciBAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
189 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari uraian pada Bab V, memperhatikan tujuan penelitian, kerangka permasalahan, dan batasan-batasan yang dikemukakan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1. Analisis Curah Hujan 4.1.1. Ketersediaan Data Curah Hujan Untuk mendapatkan hasil yang memiliki akurasi tinggi, dibutuhkan ketersediaan data yang secara kuantitas dan kualitas
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 046/11/12/Th.VI. 01 November 2012 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2012) Sampai dengan Subrorund II (Januari-Agustus) tahun 2012,
Lebih terperinciWALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG
1 WALIKOTA TEGAL TENTANG POLA TANAM DAN RENCANA TATA TANAM UNTUK MUSIM TANAM PENGHUJAN TAHUN 2009 / 2010 DAN KEMARAU TAHUN 2010 DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang
Lebih terperinciABSTRAK Faris Afif.O,
ABSTRAK Faris Afif.O, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, November 2014, Studi Perencanaan Bangunan Utama Embung Guworejo Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Dosen Pembimbing : Ir. Pudyono,
Lebih terperinci