Bab Dua Tinjauan Pustaka
|
|
- Vera Budiaman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab Dua Tinjauan Pustaka Pengantar Dalam bab ini berisi tentang tinjauan pustaka yang dipakai sebagai landasan pemikiran teoritis mengenai partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Selanjutnya konsep pemikiran teoritis yang telah dikembangkan dari literatur-literatur tersebut akan membantu penulis menganalisa hasil penelitian mengenai keterlibatan masyarakat dalam rencana pembangunan PLTP di Desa Idamdehe, Kecamatan Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat. Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa konsep yang dianggap relevan, yaitu teori tentang partisipasi, persepsi, sikap, resistensi, dan konsep pembangunan berkelanjutan. Partisipasi Partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan masyarakat lokal dalam menetapkan dan melaksanakan agenda mereka, sehingga kontrol berada pada masyarakat lokal. Dalam aksinya, masyarakat lokal melakukan aksi kolektif (Nemarundwe dan Richards, 2002: 169). Menurut Uphoff dan Cohen (dalam Ife, 2008: 296), partisipasi menekankan pada peran rakyat dalam pengambilan keputusan. Sejalan dengan pemikiran Uphoff dan Cohen, Kartasasmita 1 mengatakan bahwa peningkatan partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya merupakan unsur yang sungguh penting, Pengalaman banyak negara menunjukkan bahwa agar pembangunan dapat berhasil, partisipasi masyarakat amat 1 9
2 diperlukan. Partisipasi harus dilandasi oleh kesadaran, bukan karena paksaan. Kerstan, (dalam Nemarundwe dan Richards, 2002 : ), memaparkan ada tingkatan-tingkatan yang harus dilalui untuk mencapai aksi kolektif dalam kegiatan pasrtisipasi atau lebih dikenal dengan sebutan The Ladder Of Participation. Berikut merupakan ilustrasi gambar tentang The Ladder Of Participation, yaitu: Sumber: Kerstan, (dalam Nemarundwe dan Richards, 2002) Berdasarkan gambar di atas dapat disampaikan sebagai berikut: Tangga pertama, partisipasi pasif, yaitu dalam tahapan ini respon masyarakat terhadap tingkatan berpartisipasi masih menerima informasi. Tangga kedua, berpartisipasi untuk mendapatkan keuntungan, yaitu masyarakat berpartisipasi disebabkan adanya manfaat yang akan diterima jika mereka berpartisipasi. Tangga ketiga, kerjasama, yaitu respon masyarakat positif sehingga adanya kerjasama yang dihasilkan. Tangga keempat, konsultasi, yaitu masyarakat membutuhkan konsultasi terhadap kegiatan yang akan diambil/buat. Tangga kelima, kolaborasi. Kolaborasi adalah adanya kerja sama antara masyarakat dan pihak luar dalam melakukan kegiatan. Tangga keenam, 10
3 aksi kolektif atau aksi bersama, yaitu tingkatan partisipasi yang mengikutsertakan masyarakat secara bersama-sama dengan pihak luar dalam perencanaan serta pengambilan keputusan. Dalam tulisan Nemarundwe dan Richards (2002), tentang The Ladder Of Participation, partisipasi dipahami sebagai dinamika yang menuju arah positif, karena konsep pendekatan pembangunan yang digunakan adalah Bottom Up. Partisipasi masyarakat dalam penelitian Nemarundwe dan Richards, tegas karena masyarakat lokal dapat memetakan kebutuhan mereka sendiri tanpa adanya intervensi dari pihak luar, sehingga pembangunan dan program yang akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal. Akan tetapi menurut Syahdan (dalam Riansyah, 2012: 33), dia mengingatkan dalam tulisannya bahwa perlunya bersikap hati-hati terhadap konsep partisipasi. Ada beberapa hal yang perlu dicermati tentang pemaknaan partisipasi, yaitu: a). Partisipasi bukan mobilisasi dan sosialisasi. Artinya partisipasi sering dianggap sebagai kehadiran masyarakat secara massal atau menggerakan orang untuk berkumpul dan melakukan sesuatu (mobilisasi), kebijakan publik dianggap sudah partisipatif tatkala publik berkumpul bukan pada forum permusyawaratan, akan tetapi pada forum sosialisasi. b). Partisipasi tidak terhenti pada kerangka keterwakilan formal prosedural. Meski partisipasi harus diwadahi dalam berbagai prosedur komunikasi, bukan berarti mekanisme pengorganisasian opini publik hanya berada dalam prosedur formal. Ruang partisipasi seharusnya diperlebar sampai batas terluar dari kekuasaan komunikatif, yakni suara-suara bawah, media massa, serta berbagai aspirasi dan opini publik di forum warga. Keterwakilan dalam proses komunikasi publik dalam masyarakat majemuk harus terbuka secara kritis. c). Partisipasi sebagai agama baru. Paradigma partisipatif pada hakikatnya menggeser bandul orientasi perbincangan tentang pembangunan dari negara dan pasar kepada civil society. Namun bukan berarti semua yang dari masyarakat adalah benar dan sahih. Dalam pencapaian konsesus pembangunan tidak bisa dianggap bahwa kepentingan masyarakat selalu menjadi premis mayor dalam proses diskursif dan sementara kepentingan negara dianggap premis minor. d). Partisipasi bukan hanya vote, tapi juga voice. 11
4 Demokrasi deliberatif memang lekat dengan dihasilkannya konsesuskonsesus bersama. Namun bukan berarti proses mewujudkannya dilakukan dengan pendekatan efektif dan efisien seperti dalam logika produksi. Partisipasi bukan hanya masalah keterlibatan publik untuk memberikan pilihan (vote) namun lebih menekankan pada penyampaian aspirasi (voice) dan mendiskursifkannya secara berkualitas. Sebuah kesepakatan perencanaan pembangunan lebih baik tertunda karena alasan belum maksimal proses diskursifnya, dari pada dihasilkan secara efektif dan efisien namun berpotensi merugikan banyak kelompok kepentingan. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Nemarundwe dan Richards (2002) tentang The Ladder Of Participation dan menurut pemikiran Arnstein (dalam Ife, 2008, 299: 300), tentang Jenjang Partisipasi Warga Negara. Arstein (1969), Kontrol warga negara Kekuasaan didelegasikan Kemitraan menenangkan konsultasi menginformasikan terapi Manipulasi Derajat kekuatan warga negara Derajat tokenisme Nonpartisipasi Dari topologi ini, jelaskan bahwa apa yang mungkin dikatakan sebagai partispasi dapat berkisar dari manipulasi oleh pemegang kekuasaan sampai kepada warga negara yang memiliki kontrol terhadap keputusan-keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka, yang bervariasi menurut tingkat kontrol. 12
5 Persepsi Menurut Liliweri (1997:138), kata persepsi seringkali dimaknai dengan pendapat, sikap, penilaian, perasaan dan lain-lain. Yang pasti, tindakan persepsi, penilaian, perasaan, bahkan sikap selalu berhadapan dengan suatu objek atau suatu peristiwa tertentu. Persepsi selalu menggambarkan pengalaman manusia tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi atau menafsirkan pesan tentang objek tersebut. Persepsi individu tidak hadir sendiri tetapi terdiri dari beberapa bagian, yakni sensasi, atensi, ekspektasi atau harapan, motivasi dan memori. Berikut ini merupakan pembahasannya, yaitu : Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, tidak memerlukan uraian verbal, simbolis atau konseptual yang berhubungan dengan kegiatan indera. Sensasi berkaitan erat dengan cara indera manusia yang menangkap stimulus atau rangsangan dari objek atau dunia empiris. Atensi merupakan dampak dari sensasi yang mempengaruhi cara berpikir berdasarkan objek yang diterima oleh indera. Atensi selalu fokus pada indera mata, dan mengesampingkan peran indera lainnya untuk menangkap stimulus. Ekspektasi sama dengan harapan. Ekspektasi sering timbul setelah kita menangkap stimulus atau sering mengharapkan apa yang bakal terjadi setelah indera menangkap stimulus. Motivasi adalah dorongan batin internal untuk mewujudkan harapan. Memori adalah dicatat dalam ingatan semua stimulus mulai dari sensasi, atensi, ekspektasi atau harapan dan motivasi. Akhirnya persepsi hanya sampai pada tahap menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. 13
6 Persepsi (perception) adalah proses individu mengatur dan menginterpertasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Apa yang diterima seseorang pada dasarnya bisa berbeda dari realitas objektif. Walaupun seharusnya tidak perlu ada, perbedaan tersebut sering timbul (Robbins dan Judge : 175) Sering timbulnya perbedaan persepsi tersebut di pengaruhi oleh faktor-faktor yang terletak dalam pembentuk persepsi, dalam diri objek atau target yang diartikan atau dalam konteks situasai di mana persepsi tersebut dibuat. Berikut merupakan tabel tentang faktorfaktor yang mempengaruhi persepsi. Faktor-faktor dalam situasi waktu keadaann kerja keadaan sosial Faktor-faktor dalam diri si pengarti : Sikap-sikap Motif-motif Minat-minat Pengalaman Harapan-harapan Persepsi Faktor-faktor dalam diri target : Sesuatu yang baru Gerakan Suara Ukuran Latar belakang Kedekatan kemiripan Sumber : Robbins dan Judge, 2008:176 Gambar 2.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi 14
7 Dalam tabel di atas dapat dipahami bahwa banyak faktor yang dapat membentuk dan terkadang mengubah persepsi. Faktor-faktor ini bisa terletak dalam diri pembentuk persepsi, dalam diri objek atau target atau dalam konteks situasi di mana persepsi tersebut dibuat. Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu self factor, situation dan faktorfaktor dalam diri target. Hal tersebut yang akhirnya membuat persepsi masing-masing individu terhadap objek menjadi berbeda satu dengan yang lainnya, walaupun individu melihat objek yang sama. Sikap Menurut Sarwono dan Meinarno (2009), Sikap berasal dari bahasa Latin aptus, yang berarti dalam keadaan sehat dan siap melakukan aksi/tindakan. Secara harfiah, sikap dipandang sebagai kesiapan raga yang dapat diamati. Menurut Allport (dalam Sarwono dan Meinarno, 2009: 81) sikap merupakan kesiapan mental, yaitu suatu proses yang berlangsung dalam diri seseorang bersama dengan pengalaman individual masing-masing, mengarahkan dan menentukan respon terhadap berbagai objek dan situasi. Makna sikap, lebih dari sekedar menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Menurut Liliweri (1997:140), sikap adalah sebuah penilaian yang relatif bertahan. Penilaian itu bisa bersifat positif atau negatif yang berkaitan dengan kepercayaan, perasaan atau emosi, dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek. Sikap merupakan konsep yang dibentuk oleh 3 komponen, yaitu kognitif, afektif dan perilaku. Ketiga komponen tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut : Komponen kognitif berisi tentang semua pemikiran serta ide-ide yang berkenaan dengan objek sikap. Isi pemikiran seseorang meliputi hal-hal yang diketahuinya mengenai objek sikap, yaitu dapat berupa tanggapan atau keyakinan, kesan dan penilaian terhadap objek sikap tadi. 15
8 Komponen afektif meliputi perasaan atau emosi seseorang terhadap objek sikap. Adanya komponen afeksi dari sikap dapat diketahui melalui perasaan suka atau tidak suka, senang atau tidak senang atau objek sikap. Isi perasaan atau emosi pada penilaian seseorang terhadap objek sikap inilah yang menjadi suatu pendorong atau kekuatan untuk bertindak. Komponen perilaku dapat diketahui melalui respon subjek yang berkenaan dengan objek sikap. Respon tersebut dapat berupa tindakan atau perbuatan yang dapat diamati, dan dapat berupa intensi 2 atau niat untuk melakukan perbuatan tertentu sehubungan dengan objek sikap. Jika intensinya positif maka respon yang diberikan pun akan positif. Sebagai contoh adanya partisipasi dan dukungan yang diberikan dalam suatu kegiatan. Sedangkan jika intensinya negatif maka respon yang di berikan pun akan negatif karena adanya kecenderungan untuk menjauhi atau tidak berpartisipasi dan memberikan dukungan terhadap suatu kegiatan. Menurut Farhati (1995), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sikap yang diberikan terhadap lingkungan, yaitu : Faktor kepribadian Respon yang dilakukan biasanya dipengaruhi oleh pengetahuan individu terhadap objek, serta adanya intervensi pengetahuan yang berasal dari pengalaman orang lain. Hal inilah yang akan menentukan sikap seseorang terhadap lingkungannya. Faktor demografis Respon yang diberikan terhadap lingkungan akan bersifat positif karena adanya pengetahuan yang dimiliki oleh individu, biasanya hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan individu yang tinggi. Sebaliknya respon yang diberikan akan bersifat negatif untuk individu yang memiliki ciri sebaliknya. 2 Intensi adalah predis posisi atau kesiapan untuk bertindak terhadap objek sikap 16
9 Faktor sistem nilai Perbedaan nilai yang dianut seseorang akan mempengaruhi penilaian seseorang terhadap sesuatu. Nilai-nilai yang telah ditanamkan oleh orang tua tentang bagaimana berinteraksi dengan lingkungan, akan mempengaruhi pandangan dan tindakan seseorang, terhadap lingkungan sekitarnya. Resistensi Definisi resistensi Menurut Hujatnikajenong (dalam Adlin, 2006:176), resistensi merupakan konsep yang sangat luas, walaupun demikian pada dasarnya ingin menjelaskan terjadinya perlawanan yang dilakukan subaltern atau mereka yang tertindas, karena ketidakadilan dan sebagainya. Resistensi juga dapat dilihat sebagai materialisasi atau perwujudan yang paling aktual dari hasrat untuk menolak dominasi pengetahuan atau kekuasaan. Menurut Barnard dan Jonathan (Suriadi, 2008), resistensi merupakan suatu perlawanan ataupun penolakan untuk memprotes perubahan-perubahan yang terjadi dan yang tidak sesuai. Lebih jauh Piderit (2000), menambahkan bahwa resistensi merupakan sebagai respon negatif ketika menghadapi perubahan yang berasal dari tiga dimensi, yaitu komponen afektif, komponen kognitif dan komponen perilaku. Komponen afektif melihat bagaimana perasaan ketika terjadi perubahan, kemudian komponen kognitif mengarah pada pikiran ketika terjadi perubahan, dan komponen perilaku yang mencakup tindakan yang memberi respon pada perubahan. Jadi dapat disimpulkan bahwa resistensi adalah kecenderungan individu untuk menghindari atau menolak perubahan yang terdiri dari beberapa komponen, yaitu: komponen kognitif, afektif, dan perilaku yang direpresentasikan melalui serangkaian respon negatif terhadap perubahan. 17
10 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resistensi Menurut Suriadi (2008), resistensi dapat diakibatkan oleh tiga faktor. Pertama, faktor sosio-psikologis yakni keadaan sosial yang mempengaruhi psikologis, Kedua, faktor sistem budaya yang sudah tidak sesuai lagi tatanan nilai dan norma. Ketiga, faktor struktural yakni adanya kondisi struktural (sosial politik). Smelser (dalam Sihbudi dan Nurhasim, 2001) menyatakan bahwa gerakan sosial seperti perlawanan ataupun resistensi ditentukan oleh lima faktor. Pertama, daya dukung (structural condusiveness) yaitu suatu perlawanan akan mudah terjadi dalam suatu lingkungan atau masyarakat tertentu yang berpotensi untuk melakukan suatu gerakan massa secara spontan dan berkesinambungan (seperti lingkungan kampus, buruh, petani, dan sebagainya). Kedua, adanya tekanan-tekanan struktural (struktural strain) akan mempercepat orang untuk melakukan gerakan massa secara spontan karena keinginan mereka untuk melepaskan diri dari situasi yang menyengsarakan. Ketiga, menyebarkan informasi yang dipercayai oleh masyarakat luas untuk membangun perasaan kebersamaan dan juga dapat menimbulkan kegelisahan kolektif akan situasi yang dapat menguntungkan tersebut. Keempat, faktor yang dapat memancing tindakan massa karena emosi yang tidak terkendali (triggering incidence), seperti adanya rumor atau isu-isu yang bisa membangkitkan kesadaran kolektif untuk melakukan perlawanan. Kelima, upaya mobilisasi orang-orang untuk melakukan tindakan yang telah direncanakan (mobilization for actions). Konsep Pembangunan Berkelanjutan Menurut Hardjosoemantri (2000) 3, Konsep pembangunan berkelanjutan dipopulerkan melalui laporan WCED 4 berjudul Our Common Future (Hari depan kita bersama) yang diterbitkan pada 3 %20abdurrahman.pdf. 4 juli World Commission on Environment and Development. 18
11 tahun Laporan ini mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Dalam konsep pembangunan berkelanjutan mengenal tiga pilar utama, yaitu: ekonomi, lingkungan dan sosial. Menurut Djajadiningrat (2005), pembangunan yang berkelanjutan harus memperhatikan aspek keberlanjutannya, yaitu: keberlanjutan ekologi, keberlanjutan di bidang ekonomi, keberlanjutan sosial dan budaya, keberlanjutan politik dan keberlanjutan pertahanan keamanan. Untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan maka berdasarkan Deklarasi Rio pada tahun 1992, PBB menawarkan 27 principle of rio declaration. Diantaranya yaitu : (principle 1), Human beings and the environment. (principle 2) Prevention. (principle 3) From a right to development to intergenerational equity. (principle 4) Sustainable development through integration. (principle 5) Poverty eradication. (principle 6) Special situation of developing countries. (principle 7) Common but differentiated responbilities. (principle 8) Sustainable patterns of production and comsumption and demographic policies. (principle 9) Science and technology. (principle 10) Public participation. (principle 11 ) Environmental legislation. (principle 12) The environmental and trade. (principle 13) Liability and compensation. (principle 14) Dangerous activities and substances. (principle 15) Precaution. (principle 16) The polluter-pays principles. (principle 17) Environmental impact assessment. (principle 18) Notification and assistance in case of emergency. (principle 19) Notification and consultation on activities with transboundary impact. (principle 20) The role of woman. (principle 21) The role of youth. (principle 22) Indigenous people and sustainable development. (principle 23) The enviroment of oppresed peoples. (principle 24) The enviroment in armed conflict. (principle 25) Peace, development and 19
12 environmental protection. (principle 26) International environmental dispute settlement. (principle 27) Cooperation in a spirit of global parthership. 20
Baharuddin Nurkin, Ph.D Lahir : 24 Febr. 1946, Bantaeng Pendidikan formal: M.Sc (Washington State Univ. USA, 1983); Ph.D (University of Idaho, USA, 19
PENGERTIAN, PROSES & MANFAAT AMDAL Oleh : Baharuddin Nurkin -Dawn- Baharuddin Nurkin, Ph.D Lahir : 24 Febr. 1946, Bantaeng Pendidikan formal: M.Sc (Washington State Univ. USA, 1983); Ph.D (University of
Lebih terperinciSensasi persepsi perhatian - berpikir - mengambil keputusan - memori motivasi
Proses Kognitif Proses kognitif dalam diri manusia terdiri dari : Sensasi persepsi perhatian - berpikir - mengambil keputusan - memori motivasi 1. Sensasi - Tahap paling awal dalam penerimaan informasi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. 1 penelitian sosiologi.blogspot.com /2013/03/kajian-sosiologi.perpolisian-masyarakat.html
BAB II KAJIAN TEORI Dalam Bab II merupakan pembahasan mengenai penelitian terdahulu dan kajian teori yang digunakan dalam menganalisis Hubungan Program Community Oriented Policing dengan Perubahan Perilaku
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI
BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu rangkaian upaya yang dilakukan secara terus menerus untuk mendorong terjadinya perubahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan otonomi daerah tidak terlepas dari sebuah perencanaan baik perencanaan yang berasal dari atas maupun perencanaan yang berasal dari bawah. Otonomi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon Respon berasal dari kata response yang berarti jawaban, balasan, atau tanggapan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, respon adalah tanggapan, reaksi, dan jawaban (kbbi.we.id).
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Frankfurt. Para tokoh Mazhab Frankfurt generasi pertama terjebak dalam
BAB V BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Pemikiran-pemikiran Habermas merupakan sebuah ide pembaharuan atas kebuntuan berpikir yang dialami oleh para pendahulunya dalam Mazhab Frankfurt. Para tokoh
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. dapat mendorong proses penganggaran khususnya APBD Kota Padang tahun
BAB VI PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Pada awalnya penulis ingin mengetahui peran komunikasi dalam hal ini melalui konsep demokrasi deliberatif yang dikemukakan oleh Jurgen Habermas dapat mendorong proses penganggaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi merupakan proses pemberdayaan masyarakat, sehingga mampu menyelesaikan sendiri masalah yang mereka hadapi, melalui kemitraan, transparasi, kesetaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembelajaran pendidikan jasmani yang diberikan di sekolah dari mulai SD sampai dengan SMA memiliki cakupan yang begitu banyak dan luas. Kurikulum 2013 mengenai Pendidikan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Faktor yang mempengaruhi keberhasilan inisiasi pelembagaan partisipasi perempuan dalam perencanaan dan penganggaran daerah adalah pertama munculnya kesadaran
Lebih terperinciPrinsip dalam Pembelajaran
Prinsip dalam Pembelajaran Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu membedakan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran Indikator: Mahasiswa mampu memahami prinsip kesiapan dalam pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengertian citra itu sendiri sangatlah abstrak (intangible), dan tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pengertian citra itu sendiri sangatlah abstrak (intangible), dan tidak dapat diukur secara matematis tetapi hasilnya dapat dirasakan dari hasil penilaian baik atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang mandiri... (UURI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
Lebih terperinciBab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Women can be very effective in navigating political processes. But there is always a fear that they can become pawns and symbols, especially if quotas are used. (Sawer,
Lebih terperinciRio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.
Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan sebuah kampanye global bertajuk "Education for All" atau "Pendidikan untuk Semua". Kampanye "Education
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mengaktualisasikan kepentingannya guna menjawab kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa sebagai salah satu pemerintahan terendah dengan jumlah penduduk yang merupakan kesatuan masyarakat dan bertempat tinggal dalam suatu wilayah yang merupakan kesatuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami. bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepercayaan itu adalah kemauan seseorang atau sekelompok orang untuk mau memberi keyakinan pada seseorang yang ditujunya. Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis dimana
Lebih terperinciBAB IX. Hubungan Antara Proses Penginderaan dan Persepsi
BAB IX Hubungan Antara Proses Penginderaan dan Persepsi A. PENGINDERAAN Penginderaan adalah proses penerimaan stimulus oleh individu melalui alat penerima, yaitu alat indera yang terdiri dari indera penglihatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kelompok maupun suatu kelompok dengan kelompok lainnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial, dimana satu sama lain saling menumbuhkan yang didalamnya akan terbentuk dan terjalin suatu interaksi atau hubungan yang
Lebih terperinciHakikat Sosialisasi Politik
Perilaku dan Sikap Politik SOSIALISASI POLITIK 1. Alexis S. Tan dalam Mass Communication; Theories and Research, mengatakan sosialisasi politik merupakan proses perubahan perilaku yang berhubungan erat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyiapkan manusia menghadapi masa depan agar bisa hidup lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran supaya peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan
6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,
Lebih terperinciSTRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SLTP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH KALIBENING SALATIGA
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SLTP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH KALIBENING SALATIGA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika Oleh : IMAM
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA 2.1.1.1 Pembelajaran IPA. Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Pieget (1932) dalam bukunya, The Moral Judgement of. objek dan kejadian yang ada di sekitar lingkungannya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Moral Kognitif Teori perkembangan moral (moral development), pada awalnya dikemukakan oleh Pieget (1932) dalam bukunya, The Moral Judgement of a Child
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara
BAB II LANDASAN TEORI A. KOMITMEN KARYAWAN TERHADAP ORGANISASI 1. Defenisi Komitmen Karyawan terhadap Organisasi Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara individu karyawan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Salah satunya adalah terjadinya perubahan sistem pemerintahan
Lebih terperinciPartisipasi Publik dan Harmoni Sosial
Bab VIII Penutup Ruang publik di wilayah perkotaan merupakan magnet yang memiliki daya tarik tersendiri bagi para pelaku usaha sektor informal. PKL merupakan aktivitas ekonomi sektor informal yang cukup
Lebih terperinciPENDIDIKAN HAK ASASI MANUSIA. Oleh. Abas Yusuf. (IP, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) Kata kunci: Sikap, persuasi, model pendidikan HAM.
98 PENDIDIKAN HAK ASASI MANUSIA Oleh Abas Yusuf (IP, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) Abstrak: Deklarasi universal Hak Asasi Manusia (HAM) yang dilancarkan PBB pada tahun 1948 telah mendapat pengakuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara demokrasi, dimana kekuasaan atau kedaulatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara demokrasi, dimana kekuasaan atau kedaulatan berada ditangan rakyat. Dengan bentuk pemerintahan yang seperti itu, Indonesia menjadi Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Motivasi dalam proses belajar merupakan hal yang sangat penting.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Motivasi dalam proses belajar merupakan hal yang sangat penting. Mitchell (1997:60-62) menyatakan bahwa motivasi merupakan proses yang menjelaskan intensitas,
Lebih terperinciBAB II PENDEKATAN TEORITIS
2.1 Tinjauan Pustaka BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1.1 Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Program Pengembangan Kecamatan (PPK) adalah salah satu program yang dicanangkan mulai tahun 1998 oleh pemerintah
Lebih terperinciPERSEPSI INTI KOMUNIKASI. Rizqie Auliana
PERSEPSI INTI KOMUNIKASI Rizqie Auliana rizqie_auliana@uny.ac.id Pengertian Persepsi atau perception adl hal sederhana dari getaran apapun dari pikiran sehat kita. Persepsi sebagai proses yang memungkinkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi kebijakan otonomi daerah berdasarkan UU 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah telah membawa paradigma baru dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan otomomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan otomomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan dua hal yang amat penting, pertama adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam suatu proses pembangunan, selain dipertimbangkan aspek pertumbuhan dan pemerataan, juga dipertimbangkan dampak aktivitas ekonomi terhadap kehidupan sosial masyarakat,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Adanya pemberian pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan akademis dan psikologis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat memahami yang diajarkan.pendidikan harus mendapat perhatian baik oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikandapat dipandang salah satu sarana untuk meningkatkan pemahaman tentang suatu pembelajaran,dengan pendidikan maka siswa diharapkan mengerti dan dapat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan sikap dan keterampilan yang merupakan hasil aktivitas belajar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa atau yang disebut dangan nama lainnya sebagaimana yang dikemukakan oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah suatu kesatuan masyarakat
Lebih terperinciKOMUNIKASI YANG EFEKTIF
KOMUNIKASI YANG EFEKTIF Oleh: Muslikhah Dwihartanti Disampaikan pada kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun 2004 Penyuluhan tentang Komunikasi yang Efektif bagi Guru TK di Kecamatan Panjatan A. Pendahuluan
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang wajib dipelajari oleh setiap siswa pada jenjang pendidikan manapun, baik dari tingkat Sekolah
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 115 8.1 Kesimpulan Dari hasil kajian tentang Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) (suatu kajian penguatan kapasitas
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI
BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Teori Teori Umum Pada bab ini penulis akan membahas mengenai teori teori yang terdapat pada judul skripsi. Penulis juga akan membahas teori teori yang berhubungan dengan topik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah mengharuskan untuk diterapkannya kebijakan otonomi daerah. Meskipun dalam UUD 1945 disebutkan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perumahan Kota Modern , tentunya tidak bisa lepas dari berbagai
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Pemilihan media baru dalam dunia pendidikan di kalangan remaja di perumahan Kota Modern 2014-2015, tentunya tidak bisa lepas dari berbagai alasan rasional yang
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Untuk mewujudkan visi dan misi, beserta tujuan dan sasaran yang telah dirumuskan, diperlukan penetapan mengenai upaya mencapai tujuan dan sasaran misi tersebut dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor
BAB 5 KESIMPULAN Sebagaimana dirumuskan pada Bab 1, tesis ini bertugas untuk memberikan jawaban atas dua pertanyaan pokok. Pertanyaan pertama mengenai kemungkinan adanya variasi karakter kapasitas politik
Lebih terperinciPARADIGMA APARATUR PEMERINTAH DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR
PARADIGMA APARATUR PEMERINTAH DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR Oleh: FIERDA FINANCYANA L2D 001 419 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan Keberhasilan adalah hasil serangkaian keputusan kecil yang memuncak dalam sebuah tujuan besar dalam sebuah tujuan besar atau pencapaian. keberhasilan adalah lebih
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Konsep partisipasi masyarakat Partisipasi berasal dari bahasa inggris yaitu participation yang berarti pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Keith davis (1995) menjelaskan
Lebih terperinciKEPEMIMPINAN PARTISIPATIF = KOMUNIKASI EFEKTIF
Orientasi Pelaksana Tugas Geuchik Gampong Workshop P3MDBPMKS Aceh Utara, 14-17 Desember 2015 KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF = KOMUNIKASI EFEKTIF KAMARUDDIN HASAN FISIP UNIMAL HP.081395029273 MATERI 1. TUJUAN
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Mewujudkan visi dan misi pembangunan KotaMojokerto di era desentralisasi, demokrasi dan globalisasi ini, strategi dan arah kebijakan pembangunan jangka menengah diterapkan
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. mendeliberasikan ide-ide mengenai perlindungan terhadap hak publik adalah ruang
97 BAB 5 PENUTUP A. KESIMPULAN PENELITIAN Studi ini memiliki hipotesa awal bahwa arena yang cukup esensial dalam mendeliberasikan ide-ide mengenai perlindungan terhadap hak publik adalah ruang publik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemerintah melalui Otonomi Daerah.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
39 BAB II LANDASAN TEORI A. INTENSI MEMBELI 1. Definisi Intensi Teori perilaku berencana merupakan pendekatan teoritis yang digunakan untuk menjelaskan intensi dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. vital dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai bentuk simbol, teorema, dalil,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak peradaban bermula, Matematika memainkan peranan yang sangat vital dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai bentuk simbol, teorema, dalil, ketetapan, dan konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan oleh penulis di kelas XII-A SMK 45 Lembang, baik wawancara dengan guru maupun siswa, diketahui bahwa
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Kelompok Tani Lestari Indah di Tanjung Laut Indah, Bontang Selatan, Bontang adalah:
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan dari analisis data mengenai Dampak Pemberdayaan Masyarakat bagi Perempuan mengenai Pelaksanaan CSR PT. Badak NGL terhadap Anggota Perempuan Kelompok Tani Lestari
Lebih terperinciPersepsi merupakan sebuah proses memilah, mengorganisir, dan menginterpretasikan berbagai informasi dan mengolahnya agar kita dapat mendapatkan
PERSEPSI Persepsi merupakan sebuah proses memilah, mengorganisir, dan menginterpretasikan berbagai informasi dan mengolahnya agar kita dapat mendapatkan pandangan tentang dunia yang sebenarnya (Gamble&Gamble)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penguasaan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa yang akan datang. IPA berkaitan dengan cara
Lebih terperinci2015 PERAN SOSIALISASI POLITIK ORGANISASI KEMAHASISWAAN DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI POLIITK MAHASISWA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan insan intelektual yang akan menjadi generasi penerus bangsa di masa depan. Dalam mengembangkan dirinya, mahasiswa tidak hanya bisa memanfaatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberlanjutan pembangunan didekati dengan tiga nilai utama (Todaro dan Smith,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberlanjutan pembangunan didekati dengan tiga nilai utama (Todaro dan Smith, 2009) yaitu sustainance, self esteem, and freedom. Pembangunan harus terencana dan berkelanjutan
Lebih terperinciREVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya
REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA Fakultas Hukum Universitas Brawijaya BHINNEKA TUNGGAL IKA SEBAGAI SPIRIT KONSTITUSI Pasal 36A UUD 1945 menyatakan
Lebih terperinciPUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UMB IRA PURWITASARI S.SOS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Akulturasi merupakan proses social yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsure-unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsure-unsur asing itu lambat
Lebih terperincipembentukan FSD pada tahun 2001 lalu. Kota tersebut dianggap mewakili kontradiksi neoliberalisme, ia merupakan kota finansial terbesar di India juga
BAB V KESIMPULAN Sejak sejarah pembentukannya di awal tahun 2000 lalu, Forum Sosial Dunia sudah mendeklarasikan diri sebagai wacana kontrahegemoni terhadap globalisasi ekonomi neoliberal, terutama tandingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesinambungan pelanggan dengan potensi profitable dengan membangun sebuah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelanggan merupakan kunci keberhasilan bisnis. Oleh sebab itu, perusahaan melakukan berbagai cara untuk membuat pelanggan meningkat dan tetap setia, namun
Lebih terperinciMENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT
BRIEF NOTE AMERTA Social Consulting & Resourcing Jl. Pulo Asem Utara Raya A20 Rawamangun, Jakarta 132 13220 Email: amerta.association@gmail.com Fax: 62-21-4719005 MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan dan saling berinteraksi. Dalam interaksi antar manusia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan adalah Qisthiarini (2012) dengan judul penelitian NGO dan Sustainable
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Penelitian selanjutnya berkaitan dengan pengaruh NGO dalam pelestarian lingkungan adalah Qisthiarini (2012) dengan judul penelitian NGO dan Sustainable Development:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembukaan UUD 1945 menyatakan dengan tegas bahwa mencerdaskan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan UUD 1945 menyatakan dengan tegas bahwa mencerdaskan bangsa merupakan salah satu cita-cita luhur dari perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan alat bagi manusia dalam berkomunikasi. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan ide, pikiran, dan perasaannya. Alwasilah (2014, hlm.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Hizbut Tahrir) menjadi sebuah fenomena di tengah-tengah masyarakat. Taqiyyudin An Nabhani, seorang ulama asal palestina.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pada akhir tahun belakangan ini salah satu organisasi Transnasional (Hizbut Tahrir) menjadi sebuah fenomena di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Pasalnya hal
Lebih terperinciPEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat Indonesia. Berhubungan dengan hal itu, pendidikan memiliki peranan
Lebih terperinciPemberdayaan KEKUASAAN (POWER)
1 Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) Pemberdayaan (empowerment) adalah sebuah konsep yang berhubungan dengan kekuasaan (power) Dalam tulisan Robert Chambers 1, kekuasaan (power) diartikan sebagai kontrol terhadap
Lebih terperinciA. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM
A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan dunia bisnis saat ini semakin pesat, persaingan yang semakin ketat menjadi tantangan maupun ancaman bagi pelaku bisnis. Agar dapat memenangkan
Lebih terperinciisu kebijakan dan dinamikanya. Kemudian pada bagian kedua kita akan Isu kebijakan publik sangat penting dibahas untuk membedakan istilah
4 Isu Kebijakan Publik A. Pendahuluan Pada bagian ini, anda akan mempelajari konsep isu kebijakan publik dan dinamikanya dalam pembuatan kebijakan. Untuk itu, kita akan membagi uraian ini menjadi tiga
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Peran Menurut Abdulsyani (1994) peran atau peranan adalah apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Peran merupakan suatu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas
BAB II KAJIAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Sejarah self efficacy pertama kali diperkenalkan oleh Bandura dalam pembelajaran sosial, dimana self efficacy merupakan turunan dari teori
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Fenomena perempuan bercadar merupakan sebuah realitas sosial yang terjadi di tengah masyarakat kita. Fenomena yang terjadi secara alamiah dalam setting dunia
Lebih terperinci2015 PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan khususnya sains (IPA) dan teknologi, di satu sisi memang memberikan banyak manfaat bagi penyediaan beragam kebutuhan manusia.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efikasi Diri (self-efficacy) Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran penting. Faktor person (kognitif) yang ditekankan Bandura (dalam Santrock,
Lebih terperinciPEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King
PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King Imogene M. King mengawali teori ini melalui studi literatur dalam keperawatan, ilmu-ilmu perilaku terapan, diskusi dengan beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peranan Organisasi Kepemudaan Dalam Pembinaan Pribadi Yang Partisipatif Di Masyarakat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terbentuknya kepribadian yang partisipatif dalam kehidupan bermasyarakat sudah menjadi suatu keharusan khususnya di kalangan pemuda belakangan ini. Harapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia (SDM) merupakan kunci utama bagi suksesnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) merupakan kunci utama bagi suksesnya pembangunan bangsa. Untuk itu pengembangan Sumber Daya Manusia hendaknya merupakan suatu proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan yang menjabarkan pernyataan singkat hasil temuan penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kesimpulan penelitian akan dimulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Konteks Masalah Penyesuaian diri terhadap lingkungan yang baru dijajaki merupakan proses awal untuk dapat bertahan hidup dalam sebuah lingkungan baru. Berbagai masalah-masalah akan
Lebih terperinci