BAB II KAJIAN TEORITIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORITIK"

Transkripsi

1 8 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Pemecahan Masalah Masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Namun, tidak semua pertanyaan otomatis akan menjadi masalah. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah jika pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan (challenge) yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin (routine procedure) yang sudah diketahui si pelaku (Shadiq, 2004). Setiap masalah harus ada pemecahan masalah. Menurut Nasution (2009) pemecahan masalah berarti menyelesaikan tantangan dalam menjawab masalah. Pemecahan masalah merupakan perluasan yang wajar dari belajar aturan. Dalam memecahkan masalah kita perlu mempelajari aturan. Tidak sekadar menerapkan aturan-aturan yang diketahui, akan tetapi juga menghasilkan pelajaran baru. Menurut NCTM (2000) pemecahan masalah berarti melibatkan diri dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya. Dalam menyelesaikan masalah tersebut memerlukan waktu yang lebih lama dari biasanya karena suatu masalah memuat tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh prosedur rutin. Solso (2007) menyatakan pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi atau jalan keluar untuk suatu masalah yang 8

2 9 spesifik. Polya (1973) mengemukakan pendapatnya bahwa secara umum terdapat empat tahap kemampuan pemecahan masalah, yaitu: memahami masalah (understanding the problem), membuat rencana penyelesaian (deising a plan), menyelesaikan masalah sesuai rencana (carrying out the plan), dan memeriksa hasil penyelesaian masalah (looking back). Menurut John Dewey (Nasution, 2009) terdapat langkah-langkah yang diikuti dalam pemecahan masalah, yaitu: 1) Pelajar dihadapkan dengan masalah 2) Pelajar merumuskan masalah itu 3) Ia merumuskan hipotesis 4) Ia menguji hipotesis itu Terdapat empat langkah penting yang harus dilakukan dalam proses pemecahan masalah menurut Shadiq (2004), yaitu: 1) Memahami masalahnya 2) Merencanakan cara penyelesaian 3) Melaksanakan rencana 4) Menafsirkan hasilnya Dalam langkah memahami masalah siswa harus dapat menentukan dengan cermat apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal yang akan menjadi arah dalam pemecahan masalah. Hal-hal yang diketahui tidak hanya dibayangkan dalam otak yang sangat terbatas kemampuannya, namun dapat dituangkan ke dalam kertas. Merencanakan cara penyelesaian siswa dituntut untuk membuat model

3 10 matematika dari soal yang diberikan. Lalu dalam langkah melaksanakan rencana siswa dituntut menyelesaikan model matematika yang telah dibuatnya. Dan pada tahap terakhir menafsirkan hasilnya siswa dituntut untuk dapat menyimpulkan hasil yang diperolehnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah adalah usaha dari seseorang untuk dapat menyelesaikan sebuah pertanyaan dengan menemukan jalan atau solusi untuk memecahkan masalah dengan melibatkan dirinya dalam mengatasi pertanyaan atau soal yang memiliki tantangan. Berdasarkan tahapan pemecahan masalah, berikut ini tahapan dengan indikatornya yang akan digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah yaitu sesuai tahapan Polya sebagai berikut: Indikator kemampuan pemecahan masalah berdasarkan tahapan menurut Polya. Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Tahapan Pemecahan Masalah Memahami masalah Membuat rencana penyelesaian Menyelesaikan masalah sesuai rencana Memeriksa hasil penyelesaian Indikator Siswa dapat menetukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal yang diberikan. Siswa dapat menentukan rumus mana yang dapat digunakan dalam soal. Siswa dapat menyelesaikan soal sesuai dengan rumus yang telah dibuat. Siswa dapat memeriksa hasil yang telah dikerjakan.

4 11 2. Self Efficacy Menurut Santrock (2007) self-efficacy adalah keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai sebuah situasi dan memberikan hasil yang diinginkan. Self-efficacy merupakan faktor penting dalam menjelaskan apakah siswa tersebut akan berhasil atau tidak. Hal ini karena siswa yang memiliki keyakinan terhadap dirinya sendiri secara tidak sadar akan dapat memotivasi dirinya untuk bisa. Menurut Ormrod (2008), self-efficacy adalah penilaian seseorang tentang kemampuannya sendiri untuk menjalankan perilaku tertentu atau mencapai tujuan tertentu. Setiap orang akan lebih mungkin terlibat dalam perilaku tertentu ketika mereka yakin bahwa mereka akan mampu menjalankan perilaku tersebut dengan sukses. Self-efficacy membantu seseorang dalam menentukan pilihan, usaha mereka untuk maju, kegigihan, ketekunan yang mereka tunjukan dalam menghadapi kesulitan, dan derajat kecemasan atau ketenangan yang mereka alami saat mereka mempertahankan keputusan-keputusan yang mencakup kehidupan mereka. Ormrod (2008) menyebutkan beberapa perilaku yang dipengaruhi oleh self-efficacy yaitu sebagai berikut: 1) Pilihan aktivitas Self efficacy mempengaruhi pilihan siswa terhadap aktivitasaktivitas yang akan ia lakukan. Antara siswa yang memiliki selfefficacy rendah akan berbeda pilihan aktivitasnya dengan siswa yang

5 12 memiliki self-efficacy tinggi. Pada saat belajar siswa yang memiliki self-efficacy rendah ia akan menghindari tugas-tugas atau soal-soal yang menantang. Namun, hal ini akan berbeda dengan siswa yang memiliki self-efficacy tinggi. Pada saat belajar siswa yang memiliki self-efficacy tinggi mereka akan cenderung untuk lebih bersemangat dalam menyelesaikan tugas-tugas ataupun soal-soal terutama untuk tugas-tugas atau soal-soal yang menantang. 2) Tujuan Orang yang memiliki self-efficacy tinggi akan dengan percaya diri menetapkan tujuan yang lebih tinggi bagi dirinya. Bila seseorang merasa mampu melakukan tugas-tugas dalam karir tertentu maka ia akan memilih karir tersebut. 3) Usaha dan Persistensi Siswa yang memiliki self-efficacy tinggi akan cenderung untuk lebih bersemangat dalam menyelesaikan tugas ataupun soal terutama untuk tugas atau soal yang menantang. Saat menghadapi tugas atau soal yang menantang siswa yang memiliki self-efficacy tinggi akan terus berusaha pantang menyerah dalam mengerjakan tugas tersebut sampai masalah tersebut terpecahkan. Sedangkan siswa yang memiliki self-efficacy rendah akan bersikap kebalikannya. Ia akan mudah menyerah saat menghadapi soal yang sulit.

6 13 4) Pembelajaran dan prestasi Orang dengan self-efficacy tinggi akan cenderung lebih banyak belajar dan berprestasi daripada mereka yang memiliki self-efficacy rendah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan selfefficacy menurut Ormrod (2008), di antaranya adalah: a) Keberhasilan dan kegagalan pembelajar sebelumnya b) Pesan yang disampaikan orang lain c) Keberhasilan dan kegagalan orang lain d) Keberhasilan dan kegagalan dalam kelompok yang lebih besar. Menurut Bandura (1997) ada tiga dimensi sebagai pengukuran tingkat self-efficacy, yaitu sebagai berikut: 1) Level Pada dimensi ini tingkat self-efficacy hanya diukur berdasarkan tingkatan atau level seseorang terhadap usaha dalam menyelesaikan level tersebut. Dalam mengerjakan tugas tertentu self-efficacy setiap orang hanya sebatas tingkat kesukaran yang rendah, sedang, atau tinggi saja. 2) Strenght Keyakinan dalam diri seseorang juga dapat dibedakan pada tingkatan kemantapan orang tersebut terhadap keyakinannya. Hal ini disebut dengan kekuatan (strenght).

7 14 3) General Self-efficacy juga dapat dibedakan berdasarkan general artinya seberapa self-efficacy yang dimiliki seseorang untuk dapat digeneralisasikan ke dalam situasi yang lain. Pada penelitian ini indikator self-efficacy dikembangkan dari dimensi-dimenasi yang dikemukakan oleh Bandura (1997), yaitu level, strenght, dan general. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini yaitu; Dimensi Level Tabel 2.2 Indikator Self-efficacy Indikator 1. Siswa mampu menyelesaikan tugas. 2. Siswa mampu menghadapi tugas yang sulit. Strenght 1. Keyakinan siswa terhadap usahanya dalam mencapai tujuan. 2. Keyakinan siswa pada kemampuannya sendiri dalam bertahan untuk menyelesaikan tugas. General 1. Siswa mampu menyikapi situasi yang berbeda dengan baik. 2. Siswa konsisten pada tugas atau aktivitasnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa self-efficacy adalah keyakinan pada kemampuan sendiri dalam menyelesaikan masalah. Indikator self-efficacy pada penelitian ini dikembangkan dari dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Bandura (1997) yaitu Level, Strenght, General. 3. Problem Based Learning (PBL) Landasan teori pembelajaran berbasis masalah adalah kolaborativisme, yaitu suatu perspektif yang berpendapat bahwa siswa akan menyusun pengetahuan dengan cara membangun penalaran dari

8 15 semua pengetahuan yang sudah dimilikinya dan dari semua itu akan memperoleh hasil dari kegiatan berinteraksi dengan sesama individu. Adapun pendapat Hamruni (Suyadi, 2013) mengemukakan bahwa PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya. Adapun karakteristik dari PBM menurut Min Liu (Shoimin,2014), yaitu; 1. Learning is student-centered Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada siswa sebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori kontruktivisme dimana siswa di dorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri. 2. Authentic problems form the organizing focus for learning Masalah yang disajikan kepada siswa dalah masalah yang otentik sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti. 3. New information is acquired through self-directed learning Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya sehingga siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya.

9 16 4. Learning occurs in small groups Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha membangun pengetahuan secara kolaboratif, PBM dilaksanakan dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penetapan tujuan yang jelas. 5. Teachers act as facilitators Pada pelaksanaan PBM, guru hanya berperan sabagai fasilitator. Meskipun begitu, guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan mendorong mereka agar mencapai target yang hendak dicapai. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan menggunakan PBL terdapat langkah-langkah yang akan dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Menurut Hamruni (Suyadi, 2013), terdapat enam langkah untuk dapat menerapkan strategi pembelajaran berbasis masalah ini, yaitu: 1) Menyadari adanya masalah Pada tahap ini guru dapat menunjukkan adanya gap atau kesenjangan antara realitas yang terjadi dengan idealitas atau yang dikehendaki. 2) Merumuskan masalah Setelah siswa mampu menangkap gap atau kesenjangan dalam masalah tersebut maka guru perlu membantu siswa untuk

10 17 merumuskan masalah, sehingga menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih fokus dan spesifik. 3) Merumuskan hipotesis Apabila siswa sudah mampu merumuskan masalah secara spesifik, maka mereka harus mampu merumuskan hipotesis. Guru membantu siswa untuk dapat merumuskan masalah dengan tepat. 4) Mengumpulkan data Guru mendorong siswa untuk mendapatkan atau mengumpulkan data yang relevan secepat mungkin, kemudian mengorganisasikannya, serta menyajikannya secara skematis atau terpetakan, sehingga mudah dipahami. 5) Menguji hipotesis Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan, guru membantu siswa untuk mampu menguji hipotesis yang diajukan pada langkah ke-tiga. 6) Menentukan pilihan penyelesaian Guru membantu siswa untuk memilih alternatif penyelesaian masalah secara bijaksana. Selain itu, menurut Ibrahim dan Nur (Rusman, 2013) menguraikan langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah, yaitu:

11 18 Tabel 2.3 Langkah-Langkah PBL Tahapan Fase 1: Orientasi siswa kepada masalah Fase 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar Fase 3: Membimbing pengalaman individual/ kelompok Fase 4:Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Perilaku Guru Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah. Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya. Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa PBL adalah pembelajaran yang dimulai dengan memberikan masalah kepada siswa, dimana masalah yang diberikan merupakan masalah yang berkaitan dengan permasalahan dalam konteks dunia nyata, selanjutnya siswa memecahkan masalah tersebut dengan menggunakan pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya untuk menemukan pengetahuan baru. 4. Team-Assisted Individualization (TAI) Team Assisted Individualization (TAI) adalah bantuan individual dalam kelompok dengan karakteristik bahwa tanggung jawab belajar ada pada siswa. Siswa harus mampu membangun pengetahuan tidak menerima bantuan langsung atau dalam bentuk jadi dari guru. TAI

12 19 menggabungkan kooperatif dengan pengajaran individual. Menurut Slavin sintak strategi pembelajaran bantuan individual dalam kelompok (BidaK) adalah (1) buat kelompok heterogen dan berikan bahan ajar berupa modul, (2) siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai anggota kelompok secara individual, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi, (3) penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif (Suyatno, 2009) TAI memiliki dasar pemikiran untuk mengadaptasi pengajaran terhadap perbedaan individual berkaitan dengan kemampuan siswa maupun pencapaian prestasi siswa (Slavin, 2009). Perbedaan individualisasi pengajaran tersebut yaitu siswa memasuki kelas dengan pengetahuan, kemampuan, dan motivasi yang sangat beraagam. Dalam strategi TAI diterapkan bimbingan antar teman. Siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi akan bertanggung jawab terhadap siswa yang mempunyai kemampuan akademik kurang. Dengan hal itu maka siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan akademik kurang dapat terbantu dalam menyelesaikan permasalahan yang ia hadapi dalam pembelajaran. Menurut Shoimin (2014) Team Assisted Individualization (TAI) memiliki delapan komponen, yaitu: 1) Placement Test, pada langkah ini guru memberikan tes awal (pretest) kepada siswa. Cara ini bisa digunakan dengan mencermati rata-

13 20 rata nilai harian atau nilai pada bab sebelumnya yang diperoleh siswa, sehingga guru dapat mengetahui kekurangan siswa pada bidang tertentu. 2) Teams, langkah ini cukup penting dalam penerapan strategi pembelajaran tipe Team AssistedIndividualization. Pada tahap ini guru membentuk kelompok-kelompok yang bersifat heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa. 3) Teaching Group, guru memberikan materi secara singkat menjelang pemberian tugas kelompok. 4) Student Creative, pada sintak ini guru perlu menekankan dan menciptakan persepsi bahwa keberhasilan setiap siswa (individu) ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya. 5) Team Study, pada sintak team study siswa belajar bersama dengan mengerjakan LKS yang diberikan dalam kelompoknya. Pada sintak ini guru juga memberikan bantuan secara individual kepada siswasiswa yang membutuhkan dengan dibantu siswa-siswa yang memiliki kemampuan akademis tinggi di dalam kelompok tersebut yang berperan sebagai peer tutoring (tutor sebaya). 6) Fact Test, guru memberikan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa. Misalnya dengan memberikan kuis dan sebagainya. 7) Team Score and Recognition, guru memberikan skor pada hasil kerja kelompok dan memberikan gelar penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang

14 21 kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas. Misalnya dengan menyebut mereka sebagai kelompok Ok, kelompok luar biasa dan sebagainya. 8) Whole-Class Unit, pada sintak ini guru menyajikan kembali materi di akhir bab dengan strategi pemecahan masalah untuk seluruh siswa kelas di kelasnya. Strategi Team Assited Individualization (TAI) dirancang untuk memperoleh manfaat yang sangat besar dari potensi sosialisasi yang terdapat dalam PBL. Menurut Slavin (2009) TAI juga dirancang untuk memuaskan kriteria berikut ini untuk menyelesaikan masalah-masalah teoretis dan praktis dari sistem pengajaran individual: 1) Dapat meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan rutin. 2) Guru setidaknya akan menghabiskan separuh dari waktunya untuk mengajar kelompok-kelompok kecil. 3) Operasional program tersebut akan sedemikian sederhananya sehingga para siswa di kelas tiga ke atas dapat melakukannya. 4) Para siswa akan termotivasi untuk memperlajari materi-materi yang diberikan dengan cepat dan akurat, dan tidak akan bisa berbuat curang atau menemukan jalan pintas. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Team Assisted Individualization (TAI) adalah strategi pembelajaran yang dilakukan dengan membentuk kelompok kecil yang heterogen dan bimbingan antar

15 22 teman. Dimana Siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi akan bertanggung jawab terhadap siswa yang mempunyai kemampuan akademik kurang untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru. Di dalam Team Assisted Individualization (TAI) ada delapan komponen yaitu: placement test, teams, teaching group, student creative, team study, fact test, teams score and recognition, and whole class unit. 5. Problem Based Learning (PBL) dengan Strategi Team-Assisted Individualization (TAI) Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan masalah. Pada mulanya siswa diberikan masalah yang berkaitan dengan permasalahan sehari-hari lalu masalah tersebut dipecahkan bersama dalam diskusi kelompok. Dalam pelaksanaan diskusi tidak semua siswa ikut terlibat aktif. Kadang ada beberapa siswa yang pasif saat berdiskusi. Oleh karena itu perlu adanya strategi untuk mengatasi hal tersebut, salah satunya dengan menerapkan strategi Team Assisted Individualization (TAI). Team Assisted Individualization (TAI) ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual karena tipe ini mengkombinasikan keunggulan individual dan pembelajaran kooperatif. Penerapan PBL dengan strategi TAI ini memaksimalkan kemampuan individu siswa. Siswa masuk kelas dengan pengetahuan, kemampuan, dan motivasi yang beragam dengan cara pembentukan kelompok heterogen. Setiap kelompok mempunyai siswa dengan

16 23 kemampuan beragam dari mulai yang berkemampuan akademis tinggi sampai dengan rendah. Selanjutnya pemberian persepsi oleh guru bahwa keberhasilan setiap individu ditentukan oleh kelompoknya, sehingga pada saat diskusi dalam satu kelompok siswa yang mempunyai kemampuan akademis tinggi akan memberikan bimbingan kepada anggota kelompok yang mempunyai akademis kurang. Selain mendapatkan bimbingan dari siswa yang berkemampuan akademis tinggi, siswa yang akademisnya kurang juga akan dibantu oleh guru. Di akhir pembelajaran kelompok yang sukses dalam hasil diskusi kelompok akan diberikan penghargaan oleh guru. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diuraikan langkah-langkah PBL dengan strategi Team Assisted Individualization (TAI) sebagai berikut: Tabel 2.4 Langkah-Langkah PBL dengan Strategi TAI Tahapan Fase 1: Orientasi siswa pada masalah Fase 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar Perilaku Guru 1. Guru memberikan masalah yang berkaitan dengan permasalahan dunia nyata dengan membagikan Lembar Kerja Kelompok (LKK) kepada setiap siswa. Lalu guru meminta siswa untuk mengamati. 2. Guru membantu siswa dalam mengidentifikasi dan mengkoordinasi LKK yang diberikan selama proses mencoba dilakukan siswa. 3. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok heterogen dengan anggota kelompok empat siswa. Pembagian kelompok ini berdasarkan rata-rata nilai ulangan harian siswa. (Placement Test dan Teams) 4. Guru memberikan materi sesuai LKK

17 24 Tahapan Fase 3: Membimbing penyelidikan individu dan kelompok Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Fase 5: Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Perilaku Guru yang diberikan. (Teaching Group) 5. Guru menekankan dan menciptakan persepsi bahwa keberhasilan setiap siswa ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya dalam memecahkan masalah dengan cara saling berdiskusi. (Student Creative) 6. Guru mengawasi jalannya diskusi kelompok dalam membahas penyelesaian LKK yang diberikan. (Team Study) 7. Guru meminta siswa berkemampuan tinggi untuk membantu siswa yang berkemampuan rendah dalam kelompoknya. 8. Guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan. 9. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi LKK di depan kelas. 10. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk bertanya atau menanggapi hasil diskusi yang sedang dipresentasikan. 11. Guru memberikan kuis untuk dikerjakan secara individual (Fact Test) 12. Guru memberikan simpulan dengan menekankan strategi penyelesaian masalah. (Whole-Class Unit) 13. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang sukses dalam diskusi. (Teams Score and Team Recognition) Adapun perbedaan antara Problem Based Learning (PBL) dan Problem Based Learning (PBL) dengan strategi Team Assisted Individualization (TAI) sebagai berikut:

18 25 Tabel 2.5 Perbedaan Antara PBL dan PBL dengan strategi TAI PBL PBL dengan strategi TAI Fase 1: Orientasi siswa pada masalah 1. Guru memberikan 1. Guru memberikan masalah yang masalah yang berkaitan berkaitan dengan permasalahan dengan permasalahan dunia nyata dengan membagikan dunia nyata. Lembar Kerja Kelompok (LKK) 2. Guru meminta siswa kepada setiap siswa. Lalu guru meminta siswa untuk mengamati. 2. Guru membantu siswa dalam mengamati dan mengidentifikasi dan menanggapi pertanyaan mengkoordinasi LKK yang guru mengenai diberikan selama proses mencoba permasalahan tersebut dilakukan siswa. Fase 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar 3. Guru meminta siswa 3. Guru membagi siswa ke dalam untuk berkelompok ke beberapa kelompok heterogen dalam beberapa dengan anggota kelompok empat kelompok dengan siswa. Pembagian kelompok ini anggota masing-masing berdasarkan rata-rata nilai ulangan 4-5 orang. harian siswa. (Placement Test dan Teams) 4. Guru memberikan materi sesuai LKK yang diberikan. (Teaching Group) 4. Guru memberikan LKK yang berkaitan dengan permasalahan kehidupan sehari-hari yang dibagikan kepada setiap kelompok. 5. Guru membantu siswa dalam mengidentifikasi dan mengkoordinasi LKK yang diberikan. 5. Guru menekankan dan menciptakan persepsi bahwa keberhasilan setiap siswa ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya dalam memecahkan masalah dengan cara saling berdiskusi. (Student Creative) Fase 3: Membimbing penyelidikan individu dan kelompok 6. Guru membimbing kepada setiap kelompok dalam bekerja sama dengan anggota kelompoknya dalam menyelesaikan LKK. 7. Guru membantu siswa dalam mengumpulkan informasi agar siswa 6. Guru meminta siswa berkemampuan tinggi untuk membantu siswa yang berkemampuan rendah dalam kelompoknya. 7. Guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang

19 26 PBL PBL dengan strategi TAI dapat menyelesaikan membutuhkan. masalah pada LKK. Fase 5: Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah 8. Guru dan siswa 8. Guru memberikan soal evaluasi membahas bersama untuk dikerjakan secara individual pendapat yang telah (Fact Test) dikemukakan siswa dan melakukan evaluasi dari hasil presentasi. 9. Guru dan siswa bersamasama menyimpulkan hasil pembelajaran yang diperoleh. 11. Guru memberikan soal evaluasi. 9. Guru memberikan simpulan dengan menekankan strategi penyelesaian masalah. (Whole- Class Unit) 11. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang sukses dalam diskusi. (Teams Score and Team Recognition) B. Penelitian Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Taufik (2015) yaitu berdasarkan hasil uji hipotesis dengan Independent Samples Test diperoleh kemampuan komunikasi matematis siswa yangmengikuti strategi TPS dalam PBL lebih baik dibandingkan dengan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti PBL. Penelitian yang dilakukan Taufik dengan peneliti memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan terletak pada jenis penelitian dan model pemebelajaran. Penelitian Taufik dan penelitian peneliti sama-sama melakukan penelitian eksperimen. Model pembelajaran yang digunakan Taufik dan peneliti adalah PBL. Perbedaannya terletak pada sumber data penelitian, strategi pemebelajaran, dan kemampuan kognitif. Sumber data penelitian Taufik adalah siswa SMP. Strategi pembelajaran yang digunakan Taufik menggunakan strategi TPS, sedangkan strategi pembelajaran yang

20 27 digunakan peneliti menggunakan strategi TAI. Selain sumber data penelitian dan strategi pembelajaran penelitian Taufik dan peneliti juga berbeda pada kemampuan kognitif yang diujikan. Taufik menguji kemampuan komunikasi matematis sedangkan peneli menguji kemampuan pemecahan masalah matematis. Penelitian yang dilakukan oleh Dian (2015) menyatakan bahwa kelas yang diajar dengan menggunakan PBL dengan strategi TPS berpengaruh terhadap kemampuan koneksi matematis siswa SMP N 1 Binangun. Penelitian yang dilakukan Dian memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti, yaitu terletak pada jenis penelitian, sumber data penelitian, dan model pembelajaran. Penelitian Dian dan peneliti sama-sama merupakan penelitian eksperimen. Sumber data penelitian Dian dan peneliti adalah siswa SMP. Model pembelajaran yang digunakan Dian dan peneliti sama-sama menggunakan model pembelajaran PBL. Perbedaan penelitian Dian dan penelitian peneliti terletak pada strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang digunakan Dian menggunakan strategi TPS sedangkan strategi pembelajaran yang digunakan peneliti menggunakan strategi TAI. Selain strategi pembelajaran penelitian Dian dan peneliti juga mempunyai perbedaan pada kemampuan kognitif. Penelitian Dian menguji kemampuan koneksi matematis sedangkan peneliti menguji kemampuan pemecahan masalah matematis. Penelitian yang dilakukan Ida Fikriyah (2016) menyatakan bahwa pada kelompok kemampuan pemecahan masalah tinggi siswa termasuk level

21 28 abstraks diperluas, pada kelompok kemampuan pemecahan masalah rendah termasuk level relation dan level prastruktural. Penelitian Ida dan peneliti memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan penelitian Ida dan penelitian adalah sama-sama meneliti kemampuan pemecahan masalah. Perbedaannya terletak pada jenis penelitian dan sumber data penelitian. Jenis penelitian Ida menggunakan deskripsi kualitatif sedangkan penelitian peneliti menggunakan penelitian eksperimen. Sumber data penelitian Ida adalah siswa SMK, sedangkan sumber data peneliti adalah siswa SMP. Beberapa penelitian di atas memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan pengaruh PBL dengan strategi TAI. Penelitian ini dilakukan sebagai tindak lanjut untuk melengkapi dan memperbaiki kekurangan dari penelitian sebelumnya. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa belum ada penelitian yang sama dengan peneliti, yaitu pengaruh Problem Based Learning (PBL) dengan strategi Team Assisted Individualization (TAI) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis dan self-efficacy siswa SMP Negeri 1 Karangpucung. C. Kerangka Pikir Pada pembelajaran matematika siswa hanya menghafal rumus dan terpaku pada apa yang dicontohkan, sehingga siswa menjadi kurang terlatih dalam mengembangkan kemampuannya dan sering dianggap sebagai pembelajaran yang membosankan. Sehingga perlu adanya strategi pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran karena strategi pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan

22 29 proses pembelajaran. Strategi pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru salah satunya yaitu strategi TAI. Strategi TAI adalah strategi pembelajaran yang dilakukan dengan membentuk kelompok kecil yang heterogen dan bimbingan antar teman. Strategi TAI dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual atau perorangan. Selain strategi pembelajaran, untuk mengoptimalkan tercapainya tujuan pembelajaran diperlukan adanya suatu model pembelajaran. Salah satu model yang dapat digunakan adalah PBL. PBL merupakan model pembelajaran yang dimulai dengan memberikan masalah kepada siswa, dimana masalah yang diberikan merupakan masalah yang berkaitan dengan permasalahan dalam konteks dunia nyata. Dengan adanya permasalahan, siswa belajar untuk menyelesaikannya. Salah satu kemampuan siswa yang perlu dimiliki adalah kemampuan pemecahan masalah. Di dalam pemecahan masalah, siswa tidak hanya dapat untuk memecahkan masalah tetapi juga dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya. Siswa dapat menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Selain kemampuan kognitif siswa juga perlu memiliki kemampuan afektifnya, salah satunya yaitu self-efficacy. Self-efficacy perlu dimiliki setiap siswa karena self-efficacy adalah keyakinan pada kemampuan sendiri dalam menyelesaikan masalah. Dalam menyelesaikan masalah pada self-efficacy ada tingkatannya yaitu level, stenght, dan general. Langkah awal dalam pembelajaran menggunakan model PBL dengan strategi TAI yaitu orientasi siswa pada masalah. Pada tahap ini guru memberikan masalah yang berkaitan dengan permasalahan dunia nyata. Pada

23 30 langkah kedua yaitu mengorganisasi siswa untuk belajar, pada langkah ini guru menekankan dan menciptakan persepsi bahwa keberhasilan setiap siswa ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya dalam memecahkan masalah dengan cara berdiskusi. Langkah ketiga yaitu membimbing penyelidikan individu dan kelompok, pada langkah ini guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan dan siswa yang berkemampuan tinggi membantu siswa yang berkemampuan rendah. Langkah keempat yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya, pada langkah ini guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi dan memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk aktif bertanya dan menanggapi hasil diskusi. Langkah kelima yaitu menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, pada langkah ini guru memberikan kesimpulan dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang sukses dalam diskusi sehingga memotivasi siswa untuk lebih aktif dan kompak dalam berdiskusi. Melalui perpaduan PBL dengan strategi TAI diduga mampu mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Hal itu dikarenakan dalam penerapan PBL dengan strategi TAI memberikan lebih banyak kesempatan siswa untuk memecahkan masalah konteks dunia nyata baik secara individu maupun kelompok. Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik kerangka pikir bahwa melalui PBL dengan strategi TAI dapat berpengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis dan self-efficacy.

24 31 D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Capaian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran PBL dengan strategi TAI lebih baik dari pada kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran PBL (tanpa TAI). 2. Capaian self-efficacy siswa yang mengikuti pembelajaran PBL dengan strategi TAI lebih baik dari pada self-efficacy siswa yang mengikuti pembelajaran PBL (tanpa TAI).

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya. 2 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Menurut NCTM (2000) pemecahan masalah berarti melibatkan diri dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya. Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Matematis Shadiq (Depdiknas, 2009) menyatakan bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan dalam rangka membuat suatu pernyataan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Komunikasi Matematis Secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian pesan dimana individu atau beberapa orang atau kelompok menciptakan dan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami

BAB II KAJIAN TEORI. melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Pemahaman Konsep Matematika Salah satu tujuan mata pelajaran matematika dalam kurikulum 2006 yaitu bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendasari perkembangan sains dan teknologi, mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. yang mendasari perkembangan sains dan teknologi, mempunyai peran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia ilmu pengetahuan, matematika memiliki peran yang sangat penting dimana matematika bukan hanya digunakan dalam lingkup matematika itu sendiri, tetapi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut Nasution (2010), memecahkan masalah dapat dipandang sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Efektivitas Pembelajaran Dalam kamus bahasa indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980) pada akhir abad ke 20 (Sanjaya, 2007). Pada awalnya, PBL dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut NCTM (2000) pemecahan masalah adalah suatu penyelesaian yang belum diketahui sebelumnya dengan cara penugasan sehingga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) siswa dengan kelompok heterogen. Sedangkan, Sunal dan Hans

BAB II KAJIAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) siswa dengan kelompok heterogen. Sedangkan, Sunal dan Hans 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin, kooperatif adalah suatu pembelajaran dimana siswa belajar

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tiga kelas, yaitu kelas VII, VIII dan IX. yang telah disesuaikan dengan perkembangan kurikulum.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tiga kelas, yaitu kelas VII, VIII dan IX. yang telah disesuaikan dengan perkembangan kurikulum. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang SMP Negeri 2 Susukan merupakan salah satu sekolah menengah pertama yang berada di Kabupaten Semarang. SMP Negeri 2 Susukan terletak di Dusun Wonosari, Desa Koripan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam menyusun sebuah laporan Penelitian Tindakan Kelas, tentunya penulis tidak dapat hanya mengandalkan pengetahuan pribadi yang dimiliki tanpa bantuan sumber-sumber yang relevan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Setiap orang pasti akan dihadapkan pada masalah, baik masalah dalam kehidupan sehari-hari maupun masalah dalam konteks

Lebih terperinci

Kata kunci : Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Assisted Individualization (TAI), motivasi belajar, dan hasil belajar.

Kata kunci : Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Assisted Individualization (TAI), motivasi belajar, dan hasil belajar. UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 IMOGIRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB II. 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif. menurut Majid (2013: 174) mengemukakan bahwa Pembelajaran

BAB II. 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif. menurut Majid (2013: 174) mengemukakan bahwa Pembelajaran BAB II MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT PADA MATERI LOGARITMA DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA A. Model Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU No.20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU No.20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU No.20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau

Lebih terperinci

Syahriani S.Pd.,M.Pd Dosen Non PNS Jurusan Biologi Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Alauddin Makassar. Abstrak

Syahriani S.Pd.,M.Pd Dosen Non PNS Jurusan Biologi Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Alauddin Makassar. Abstrak Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Biologi pada Siswa Kelas XI MA Madani Alauddin Pao-Pao Kabupaten Gowa Syahriani S.Pd.,M.Pd Dosen Non PNS Jurusan Biologi

Lebih terperinci

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA SISWA KELAS XI IPS 2 MAN MOJOKERTO KABUPATEN MOJOKERTO Syifa ur Rokhmah Jurusan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning Teori yang melandasi Problem Based Learning adalah teori Vygotsky, Bruner dan Dewey. Teori Vgostky menjelaskan

Lebih terperinci

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI), keaktifan, hasil belajar

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI), keaktifan, hasil belajar PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA SISWA KELAS XI IPS 5 SMA NEGERI 7 MALANG Nenis Julichah 1, Marhadi

Lebih terperinci

*

* PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN IKATAN KIMIA DI KELAS X SMA NEGERI 10 PEKANBARU Sulastri Sibarani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional. Kurikulum Tingkat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut Aunurrahman (2011:108) kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu kompetensi yang harus diajarkan kepada siswa. Menurut Adjie dan Maulana

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI PADA MATERI LOGIKA MATEMATIKA

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI PADA MATERI LOGIKA MATEMATIKA PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PADA MATERI LOGIKA MATEMATIKA Luqman Nizar Aditya 1, Siti Khabibah 2 Pendidikan Matematika 1, FMIPA 1, UNESA 1 Just.lies26@gmail.com 1, khabibah_khabibah@yahoo.com

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008), efektivitas berasal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008), efektivitas berasal dari II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008), efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti berhasil guna. Efektivitas berhubungan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MELATIH KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MELATIH KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 4, Nomor 1, April 2016, hlm 58-67 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MELATIH KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Lebih terperinci

Model pembelajaran matematika di sd

Model pembelajaran matematika di sd Model pembelajaran matematika di sd Tahapan Proses Belajar Mengajar Input Proses Output 1 Input kejadian pertama yang menggambarkan siswa yang memiliki sejumlah materi prasyarat dari konsep yang akan dipelajari,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Variabel Terikat a. Kemampuan Berpikir Kritis Berpikir kritis menurut Ennis (1993) adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika selain merupakan dasar dan pangkal tolak penemuan dan pengembangan ilmu-ilmu lain, matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika selain merupakan dasar dan pangkal tolak penemuan dan pengembangan ilmu-ilmu lain, matematika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika selain merupakan dasar dan pangkal tolak penemuan dan pengembangan ilmu-ilmu lain, matematika juga merupakan landasan yang kuat bagi pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. National Cauncil of Teacher of Mathematics (NCTM, 2000) menyebutkan. masalah (problem solving), penalaran (reasoning), komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. National Cauncil of Teacher of Mathematics (NCTM, 2000) menyebutkan. masalah (problem solving), penalaran (reasoning), komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang sangat penting dalam sistem pendidikan karena matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan sains dan

Lebih terperinci

4. Untuk mengetahui aplikasi model pembelajaran cooperative learning tipe Team Assisted Individualization (TAI) dalam pembelajaran matematika pada

4. Untuk mengetahui aplikasi model pembelajaran cooperative learning tipe Team Assisted Individualization (TAI) dalam pembelajaran matematika pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pesatnya perkembangan zaman dan era globalisasi menuntut setiap manusia untuk siap menghadapi persaingan. Untuk dapat bersaing dan dapat bertahan maka harus memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, masing-masing orang mempunyai pendapat yang tidak sama. Sebagian orang beranggapan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. spesifik (Solso, 2008). Menurut Suherman (2001) pemecahan masalah merupakan

BAB II KAJIAN TEORITIK. spesifik (Solso, 2008). Menurut Suherman (2001) pemecahan masalah merupakan BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi atau jalan keluar untuk suatu masalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. masalah matematika itu bisa merupakan kegiatan menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. masalah matematika itu bisa merupakan kegiatan menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pemecahan Masalah Matematis Pemecahan masalah merupakan suatu proses untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi untuk mencapai suatu tujuan yang hendak dicapai.memecahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999),

BAB I PENDAHULUAN. hlm Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UU No. 20 tahun 2003 mendefinisikan pembelajaran adalah proses interaksi siswa (peserta didik) dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALLY (TAI) PADA MATA PELAJARAN IPA

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALLY (TAI) PADA MATA PELAJARAN IPA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALLY (TAI) PADA MATA PELAJARAN IPA Siti Marlina Tarihoran Program Studi Pendidikan Dasar Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang berhubungan dengan variabel dalam penelitian ini. Teori-teori tersebut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah Matematis Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran berbasis masalah, sebelumnya harus dipahami dahulu kata masalah. Menurut Woolfolk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan kegiatan observasi awal pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan diskusi kepada guru mata pelajaran IPS, kelas VII A menunjukkan beberapa permasalahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Penyelenggaraan pendidikan baik secara formal maupun informal harus disesuaikan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA 2.1.1 Pengertian Kemampuan Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemampuan memiliki arti kesanggupan, kekuatan, kecakapan. Bisa dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. Efektivitas merupakan standar atau taraf tercapainya suatu

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA SUB MATERI FUNGSI DAN KORESPONDENSI SATU-SATU DI KELAS VIII SMPIT AL-USWAH SURABAYA Anis Nuryani Matematika, FMIPA, Unesa ayat.arifin@yahoo.co.id

Lebih terperinci

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA MATERI BANGUN RUANG BALOK DI KELAS VIII-B SMP NEGERI 4 MAGETAN Rara Tria Ajengsari S1 Pendidikan Matematika, Jurusan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP CAHAYA DAN SIFATNYA DENGAN MODEL KOOPERATIVE TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP CAHAYA DAN SIFATNYA DENGAN MODEL KOOPERATIVE TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP CAHAYA DAN SIFATNYA DENGAN MODEL KOOPERATIVE TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION Sidik Nuryanto 1), Kuswadi 2), Sadiman 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Slamet

Lebih terperinci

Pengaruh Model Pembelajaran TAI terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA

Pengaruh Model Pembelajaran TAI terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Pengaruh Model Pembelajaran TAI terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Dewi Nurrizki, Reviandari Widyatiningtyas,

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3c MODEL PROBLEM BASED LEARNING 2 Model Problem Based Learning 3 Definisi Problem Based Learning : model pembelajaran yang dirancang agar peserta

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 10 SIJUNJUNG JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Representasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Representasi Matematis BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Representasi Matematis Janvier (Kartini, 2009) mengungkapkan bahwa konsep tentang representasi merupakan salah satu konsep psikologi yang dipakai dalam pendidikan matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan setiap manusia, pendidikan juga merupakan upaya manusia untuk memperluas pengetahuan dalam rangka membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki abad ke 21 persaingan dan tantangan di semua aspek kehidupan semakin besar. Teknologi yang semakin maju dan pasar bebas yang semakin pesat berkembang mendorong

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN Efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur. Efektivitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang

Lebih terperinci

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 1 No. 1 Tahun 2012 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA SISWA KELAS IV SD NEGRI NGROTO 02 GUBUG GROBOGAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru demi tercapainya keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemecahan masalah a) Masalah Matematika Masalah matematika merupakan pengetahuan yang berkenaan dengan ide-ide atau konsep yang abstrak yang tersusun secara hierarkis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses membangun peradaban bangsa. Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar guna menyiapkan sumber daya manusia dalam berbagai

Lebih terperinci

Tiamsa Napitupulu Guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan

Tiamsa Napitupulu Guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI EKONOMI SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN Tiamsa Napitupulu Guru Mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan usaha sadar dari seorang guru untuk mengarahkan siswa ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan belajar sesuai dengan apa

Lebih terperinci

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP UNS, Surakarta, Indonesia. Dosen Prodi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP UNS, Surakarta, Indonesia

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP UNS, Surakarta, Indonesia. Dosen Prodi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP UNS, Surakarta, Indonesia Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 4 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politis, keagamaan, intelektual,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. undang-undang No.20 pasal 1 tahun 2003 tentang sisdiknas dikatakan bahwa. lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang.

BAB 1 PENDAHULUAN. undang-undang No.20 pasal 1 tahun 2003 tentang sisdiknas dikatakan bahwa. lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia. Dalam undang-undang No.20 pasal 1 tahun 2003 tentang sisdiknas dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemecahan Masalah Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan pokok dalam seluruh proses pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat merespon siswa untuk terlibat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Learning Model pembelajaran PBL merupakan model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya, penerapan metode mengajar yang bervariasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya, penerapan metode mengajar yang bervariasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidang pendidikan merupakan kunci pokok keberhasilan pembangunan di segala bidang, maka upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan perlu ditingkatkan melalui pendidikan

Lebih terperinci

Abstrak Kata Kunci 1. Pendahuluan

Abstrak Kata Kunci 1. Pendahuluan Abstrak Ada nilai tambah yang didapat seseorang dalam melakukan kegiatan membaca. Satu diantaranya, orang menjadi luas cakrawala kehidupannya, terbebas dari penjara dunia yang sempit dan terbatas, baik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemandirian Belajar Istilah kemandirian (Nurhayati, 2011) menunjukkan adanya kepercayaan terhadap kemampuan diri untuk menyelesaikan masalahnya tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran siswa dapat memahami konsep yang dipelajarinya. mengingat dan membuat lebih mudah dalam mengerjakan soal-soal

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran siswa dapat memahami konsep yang dipelajarinya. mengingat dan membuat lebih mudah dalam mengerjakan soal-soal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemahaman konsep matematika merupakan salah satu hal yang terpenting dalam pembelajaran. Pemahaman konsep membuat siswa lebih mudah dalam menyelesaikan permasalahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Metakognitif. Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Metakognitif. Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Metakognitif Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan bahwa metakognisi merujuk pada kesadaran pengetahuan seseorang yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Matematika dapat membekali siswa untuk memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Matematika dapat membekali siswa untuk memiliki kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari di setiap jenjang pendidikan formal, mulai dari tingkat sekolah dasar, sekolah menengah, sekolah atas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII,

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII, merupakan salah satu materi pokok dalam pelajaran biologi disekolah. Sistem gerak merupakan

Lebih terperinci

PROSIDING ISBN :

PROSIDING ISBN : P 40 UPAYA PENINGKATAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI SIDOMULYO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kelas VIII-B SMP Negeri 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango pada pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roheni, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roheni, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan dasar dari ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting untuk dipelajari. Hal ini ditegaskan oleh Suherman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Pembelajaran Kooperatif Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Barisan dan Deret dengan. penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assited

BAB VI PENUTUP. 1. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Barisan dan Deret dengan. penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assited BAB VI PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan uraian dan analisis penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Barisan dan Deret

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Kooperatif 1. Teori Belajar Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah yang lebih baik. Menurut Sardiman (1986: 22), secara

Lebih terperinci

KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TYPE JIGSAW DAN PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) Nawir R MTs Negeri Model Palopo

KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TYPE JIGSAW DAN PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) Nawir R MTs Negeri Model Palopo KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TYPE JIGSAW DAN PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) Nawir R MTs Negeri Model Palopo Abstrak: Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat Kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Keberhasilan proses belajar mengajar dapat diukur dari keberhasilan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran. Keberhasilan tersebut dapat terlihat dari tingkat pemahaman

Lebih terperinci

belajar sejarah siswa. Sehingga, model pembelajaran Team Assisted

belajar sejarah siswa. Sehingga, model pembelajaran Team Assisted 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Pengaruh Pengertian pengaruh menurut WJS. Poerwadarminto (2002:349) yaitu daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk

Lebih terperinci

Oleh Desi Khairani Drs. Sanggup Barus, M.Pd.

Oleh Desi Khairani Drs. Sanggup Barus, M.Pd. PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) TERHADAP KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK CERPEN NASIHAT- NASIHAT KARYA A. A. NAVIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted 72 A. Deskripsi Data 1. Aktivitas Siswa BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Aktivitas Siswa Siklus I Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran melalui model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pendidikan merupakan kunci kemajuan sebuah bangsa, pendidikan pula yang menjadi lahirnya beragam budaya tinggi suatu bangsa. Dunia telah membuktikan

Lebih terperinci

e-journal. Volume 05 Nomor 01 Tahun 2016, Edisi Yudisium Periode Pebruari 2016, Hal

e-journal. Volume 05 Nomor 01 Tahun 2016, Edisi Yudisium Periode Pebruari 2016, Hal UJI COBA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MEMBUAT POLA KEBAYA KARTINI MODIFIKASI DI KELAS XII BUSANA BUTIK 4 SMK NEGERI 6

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII-F SMPN 14 BANJARMASIN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MEANS END ANALYSIS (MEA)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII-F SMPN 14 BANJARMASIN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MEANS END ANALYSIS (MEA) MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII-F SMPN 14 BANJARMASIN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MEANS END ANALYSIS (MEA) Yuda Rama Al Fajar Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lambung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional

BAB II KAJIAN TEORI. ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Matematika 1. Pengertian Matematika Menurut kamus Bahasa Indonesia untuk pelajar, matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI A. Pembahasan 1. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Berdasarkan tabel 4.4. yang terdapat pada bab IV tentang hasil analisis guru selama kegiatan belajar mengajar model

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian eksperimen ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 15 April 2016 sampai dengan 2 Mei

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah BAB II KAJIAN TEORI E. Kajian Teori 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Mereka juga

Lebih terperinci

ISSN Heri Sutarno Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI

ISSN Heri Sutarno Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Dedi Rohendi dedir@centrin.co.id Heri Sutarno

Lebih terperinci