AKUNTANSI ISTISHNA DAN ISTISHNA PARAREL (FINANCING)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AKUNTANSI ISTISHNA DAN ISTISHNA PARAREL (FINANCING)"

Transkripsi

1 AKUNTANSI ISTISHNA DAN ISTISHNA PARAREL (FINANCING) Nama : Habril Okta Bayu Nim : PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2016

2 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, taufik, dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat serta salam atas junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kami dari zaman gelap gulita menuju ke zaman yang terang benerang. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah yang membahas tentang Akuntansi istishna dan istishna paraler. Dimana dalam makalah ini diharapkan lebih membuka wawasan berpikir dibidang terkait. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Yogyakarta, November2016 Pemakalah

3 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan syariah di indonesia diawali oleh pendirian bank Muamalat Indonesia pada tahun 1991 yang diprakarsai oleh MUI, pemerintah dan ikatan cendikiawan muslim (ICMI) serta beberapa pengusaha muslim. Sampai akhir desember 2008 terdapat 5 bank syariah di indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah, Bank Syariah Mandiri dan Bank Syariah Bukpin terdapat 27 bank umum yang membuka unit usaha syariah serta 131 BPR syariah 1 Produk perbankan syariah yang mempunyai spesifikasi tersendiri seperti akad jual beli uang terdiri dari Murabahah, salam, dan istishna, akad bagi hasil yang terdiri dari, ijarah dan ijarah muntahiyyah bit tamlik. Disamping itu perbankan syariah menggunajkan akad tabbaru untuk produk Qard, Qardul hasan, wakalah, kafalah, Rahn Mengakomodasi produk perbankan syariah maka Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dengan merujuk Standar Akuntansi dan Auditing untuk lembaga keuangan islam (Accounting and Auditing Standars for Islamic Financial Institution ) lembaga regulasi keuangan islam internasional yang berkedudukan di abu dhabi, maka IAI membuat Produk Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) syariah nomor 59 yang disahkan 1 mei 2002 dan diberlakukan 1 januari Dalam perkembangannya PSAK 101 tentang penyajian pelaporan keuangan syariah PSAK 102 tentang akuntansi murabahah, PSAK 103 tentang akuntansi salam, PSAK 104 tentang akuntansi istishna, PSAK 105 tentang akuntansi Mudharabah, PSAK 106 tentang akuntansi musyarakah. Islam melalui Al-Qur an telah menggariskan bahwa konsep akuntansi yang harus diikuti oleh para pelaku bisnis menekankan pada konsep pertanggungjawaban atau akuntabilitas (accountability), sebagaimana telah dijelaskan pada surah Al-Baqarah ayat 282. Disamping itu, akuntansi syariah harus berorientasi sosial. Hal ini berarti, bahwa akuntansi tidak hanya sebagai alat untuk menerjemahkan fenomena ekonomi dalam bentuk ukuran moneter tetapi juga sebagai metode untuk menjelaskan tentang bagaimana fenomena ekonomi itu berjalan dalam masayrakat islam 2 Sebagaimana kita ketahui, bahwa pada akhir tahun 1970an telah terjadi perubahan-perubahan besar terhadap keberadaan ilmu akuntansi menuju proses harmonisasi penerapan akuntansi. 3 Islam sebagai suatu agama yang memiliki 1 firdaus furywardhana, SE.,SS., MSI,(2009) Akuntansi syariah. Yogyakarta: Pendidikan Dan Pelatihan Perbankan Syariah Hal.5 2 Drs.Muhammad (2002), Pengantar akuntansi syariah.jakarta: Salemba Empat ha.l4 3 Iwan Triyuwono(1996) loc. Cit. hal 15

4 ajaran menyeluruh, tentu saja tidak tinggal diam dalam membangun paradigma ilmu yang sesuai dengan nilai-nilai islam. Disamping itu, didalam unit bisnis aspek yang cukup pennting peranannya adalah akuntansi. Mengapa? Sebab akuntansi ini tidak saja akan mempengaruhi perilaku manajemen, pemegang saham, karyawan, dan masyarakat sekelilingnya, tetapi juga organisasi yang bersangkutan. Faktor-faktor lain seperti sistem ekonomi, sosial, politik, peraturan perundang-undangan, kultur, presepsi dan nilai yang berlaku dalam masyarakat mempunyai pengaruh besar terhadap bentuk akuntansi. Hal ini membukikan bahwa akuntansi adalah sebuah keutuhan atau entitas (entity) informasi yang tidak bebas nilai B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana cara kita untuk mengimplementasikan produk Akuntasi Syariah (Istishna) pada Lembaga Keuangan Syariah C. Tujuan 1. Agar dapat memahami produk-produk Akuntansi Syariah dan menerapkannya didalam Lembaga Keuangan Syariah.

5 BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Akuntansi Istishna Istishna adalah akad jual beli antara al-mustashni (pembeli) dan as-shani (produsen yang juga bertindak sebagai penjual). Bedasarkan akad tersebut, pembeli menugasi produsen untuk menyediakan al-mashnu (barang pesanan) sesuai spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan menjualnya dengan harga yang disepakati. Cara pembayaran dapat berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu 4. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan produsen/penjual diawal akad. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis, spesifikasi teknis, kualitas dan kuantitasnya. Barang pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati antara pembeli dan penjual/produsen. Jika barang yg telah dikirim salah atau cacat, maka produsen /penjual bertanggung jawab atas kelalaiannya. (1)Pesan Nasabah (2)Jual (pembeli) Bank (penjual) Produsen (3)Bayar B. Istishna Pararel 4 Drs.muhammad pengantar(2002), pengantar akuntansi syariah.jakarta: Salemba Empat hal.217

6 Bank juga dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi istishna. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain (subkontraktor) untuk menyediakan barang pesanan dengan cara istishna maka hal ini disebut istishna pararel. Istishna pararel dapat dilakukan dengan syarat : 1. Akad kedua antara bank dan subkontraktor terpisah dari akad pertama antara bank dan pembeli akhir; dan 2. Akaad kedua dilakukan setelah akan pertama sah. Pada dasarnya istishna tidak dapat dibatalkan, kecuali memenuhi kondisi : 1. Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya; atau 2. Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad. Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari produsen/penjual atas: 1. Jumlah yang telah dibayarkan; dan 2. Penyerahan barang pesanan sesuai spesifikasi dan tepat waktu. Produsen/penjual mempunyai hak untuk mendapatkan jaminan bahwa harga yang disepakati akan dibayar tepat waktu. Perpindahan kepemilikan barang pesanan dari produsen/penjual ke pembeli dilakukan pada saat penyerahan sebesar yang telah disepakati. C. Pendapatan Dan Keuntungan Istishna Dan Istishna Pararel Pendapatan istishna adalah total harga uang disepakati dalam akad antara bank dan pembeli akhir, termasuk margin keuntungan. Margin keuntungan adalah selisih antara pendapatan istishna dan harga pokok istishna. Pendapaatan istishna diakui dengan menggunakan metode persentase penyelesaian atau metode akad selesai 5 Jika metode presentase penyelesaian digunakan, maka: 5 Ibid hal 219

7 1. Bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dalam periode tersebut diakui sebagai pendapatan istishna pada periode yang bersangkutan; 2. Bagian margin keuntungan istishna yang diakui selama periode pelaporan ditambahkan kepada aktiva istishna dalam penyelesaian; dan 3. Pada akhir periode harga pokok istishna diakui sebagai biaya istishna yang telah dikeluarkan sampai dengan periode tersebut. Jika estimasi persentase penyelesaian akad dan biaya untuk penyelesaiannya tidak dapat ditentukan secara rasional pada akhir periode laporan keuangan, maka digunakan metode akad selesai dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Tidak ada pendapatan istishna yang diakui sampai pekerjaan tersebut selesai; 2. Tidak ada harga pokok istishna yang diakui sampai pekerjaan tersebut selesai; 3. Tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna dalam penyelesaian sampai pekerjaan tersebut selesai; dan 4. Pengakuan pendapatan istishna, harga pokok istishna, dan keuntungan dilakukan hanya pada akhir penyelesaian pekerjaan. D. Penyelesaian Awal Jika pembeli akhir melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo dan bank memberikan potongan, maka bank menghapus sebagian keuntungannya sebagai akibat penyelesaian awal tersebut. Penghapusan sebagian keuntungan akibat penyelesaian awal piutang istihna dapat dilakukan sebagai : 1. Potongan secara langsung dan dikurangnkan dari piutang istishna pada saat pembayaran; atau 2. Penggantian (reimbursement) kepada pembeli sebesar jumlah keuntungan yang dihapuskan tersebut setelah menerima pembayaran piutang istishna secara keseluruhan. E. Perubahan Pesanan dan Klaim Tambahan Pengukuran perubahan pesanan dan klaim tambahan adalah sebagai berikut: 1. Nilai dan biaya akibat perubahan pesanan yang disepakati oleh bank dan pembeli akhir ditambahkan kepada pendapatan istishna dan biaya istishna 2. Jika kondisi pengenaan klaim tambahan yang di persyaratkan dipenuhi, maka jumlah biaya tambahan yang diakibatkan oleh setiap klaim akan menambah biaya istishna, sehingga pendapatan istishna

8 akan berkurang sebesar jumlah penambahan biaya akibat klaim tambahan; F. Ilustrasi Jurnal Istishna 1. Penerimaan uang muka pesanan dari nasabah Db. Kas/rekening Kr. Kewajiban lainnya Uang muka Istishna 2. Penerimaan barang dari supplier a. Mekanisme uang muka Pemberian uang muka Db. Aset lainnya Uang muka kepada supplier Kr. Kas/rekening Penerimaan sebagian barang pesanan dari supplier Db. Aset Istishna Dalam Penyelesaian Kr. Aset lainnya Uang Muka kepada supplier. b. Mekanisme tagihan dari supplier Menerima tagihan dari supplier Db. Aset Istishna Dalam Penyelesaian Kr. Kewajiban lainnya Utang Istishna Pembayaran kepada supplier Db. Kewajiban lainnya Utang Istishna Kr. Kas/rekening c. Penagihan termin kepada nasabah Db. Piutang Istishna Kr. Marjin Istishna ditangguhkan Kr. Termin Istishna d. Pembayaran oleh nasabah Db. Kas Kr. Piutang Istishna

9 G. Teknis Perhitungan dan Penjurnalan Transaksi Istishna Transaksi istishna pertama Contoh kasus 11.1 Untuk mengembangkan klinik ibu dan anak yang dikelolanya, dr.ursila berencana menambah satu unit bangunan seluas 100m. Dr ursila menghubungi Bank Berkah Syariah untuk menyediakan bangunan baru yang sesuai dengan keinginannya. Setelah melakukan negoisasi dan survey bangunan. Pada tanggal 10 Februari 20XA ditandatanganilah transaksi istishna untuk bangunan. Adapun kesepakatan antara dr.ursila dengan Bank Berkah Syariah adalah sebagai berikut. Harga bangunan : Rp Lama penyelesaian : 5 bulan (paling lambat tanggal 10juni) Mekanisme penagihan : 5 termin sebesar 30 juta/termin mulai tanggal 10 agustus Mekanisme pembayaran : setiap 3 hari setelah tanggal penagihan Transaksi istishna kedua Untuk membuat bangunan yang sesuai dengan dr.ursila, pada tanggal 12 Februari 20XA, Bank Berkah Syariah memesan kepada kontraktor PT. Kontruksi dengan kesepakatan sebagai berikut. Harga bangunan : Rp Lama penyelesaian : 4 bulan 15 hari (paling lambat tanggal 25juni) Mekanisme penagihan : tiga termin pada saat penyelesaian 20%, 50% dan 100% kontraktor Mekanisme pembayaran oleh : dibayar tunai sebesar tagihan dari kontraktor bank H. Penjurnalan Transaksi Istishna Transaksi biaya pra-akad (bank sebagai penjual) Berdasarkan PSAK 104 paragraf 25, disebutkan bahwa biaya perolehan istishna terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung meliputi biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung untuk membuat barang pesanan. Adapun biaya tidak langsung adalah biaya overhead termasuk biaya akad dan biaya praakad. Selanjutnya pada paragraf 26 disebutkan bahwa biaya pra akad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan sebagai biaya istishna jika akad disepakati. Pada tanggal 5 Februari 20XA, untuk keperluan survey dan pembuatan desain bangunan yang akan dijadikan acuan barang. Bank Berkah Syariah telah mengeluarkan kas hingga Rp jurnal untuk mengakui transaksi ini adalah sebagai berikut. Tanggal Rekening Debit Kredit 05/02/XA Db. Beban pra-akad yang ditangguhkan Kr. Kas

10 Dalam laporan keuangan, beban praakad disajikan dalam neraca pada bagian aset lancar dengan perlakuan sebagai beban dibayar dimuka. Akan tetapi, karena rekening ini bersifat sementara, biasanya saldo rekening ini adalah 0 dan tidak disajikan dalam laporan keuangan. Penandatanganan akad dengan pembeli (bank sebagai penjual) Pada saat akad ditandatangani antara bank dengan pembeli, tidak ada jurnal yang harus dibuat untuk mengakui adanya jual beli istishna. Tetapi adanya kesepakatan jual beli istishna ini menyebabkan pengeluaran pengeluaran praakad diakui sebagai biaya istishna. Berdasarkan PSAK 104 paragraf 26, dinyatakan bahwa biaya praakad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan sebagai biaya istishna jika akad disepakati. Misalkan kasus dr.ursila dengan bank berkah syariah. Transaksi istishna jadi disepakati pada tanggal 10 februari, maka jurnal pengakuan beban praakad menjadi biaya istishna adalahsebagai berikut. Tanggal Rekening Debit Kredit 10/02/XA Db. Biaya istishna Kr. Beban praakad yang ditangguhkan Dalam praktik perbankan, jika akad jadi disepakati, beberapa bank memperlakukan bebas praakad sebagai piutang istishna. Pembuatan akad istishna paralel dengan pembuat barang (bank sebagai pembeli) Berdasarkan PSAK 104 paragraf 29 disebutkan bahwa biaya perolehan istishna paralel terdiri dari: 1. Biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan produsen atau kontraktor kepada entitas. 2. Biaya tidak langsung, yaitu biaya overhead termasuk biaya akad dan praakad 3. Semua biaya akibat produsen atau kontraktor tidak dapat memenuhi kewajibannya,jika ada. Biaya perolehan istishna paralel diakui sebagai aset istishna dalam penyelesaian pada saat diterimanya tagihan dari produsen atau kontraktor sebesar jumlah tagihan. Penerimaan dan pembayaran tagihan kepada penjual (pembuat barang istishna)

11 Berdasarkan PSAK 104 paragraf 36 disebutkan bahwa pembeli mengakui aset istishna sebesar jumlah termin yang ditagih oleh penjual yang dalam hal ini pembuat barang dan sekaligus mengakui utang istishna kepada pembuat barang tersebut. Disebutkan bahwa mekanisme pembayaran dilakukan dalam tiga tahap termin, yaitu pada saat penyelesaian 20%, 50% dan 100%. Realisasi tagihan ketiga termin tersebut ditunjukan sebagai berikut. No.termin Tingkat penyelesaian Tanggal penagihan Jumlah tagihan Tanggal pembayaran Jumlah pembayaran 1 20% 1 april april % 15 mei mei % 25juni juli Misalkan pada tanggal 1 april PT. Kontruksi menyelesaikan 20% pembangunan dan menagih pembayaran termin pertama sebesar Rp (20% x Rp ) kepada bank berkah syariah. Jurnal pengakuan penagihan pembayaran pembayaran oleh pembuat barang adalah sebagai berikut. Tanggal Rekening Debit Kredit 01/04/XA Db. Aset istishna dalam penyelesaian Kr. Utang istishna Misalkan pembayaran dilakukan pada tanggal 8 april, maka jurnal pembayaran tersebut adalah sebagai berikut. Tanggal Rekening Debit Kredit 08/04/XA Db. Utang istishna Kr. Kas rekening nasabah pemasok Jurnal sejenis juga dilakukan pada saat penerimaan tagihan dan pembayaran kedua(penyelesaian 50% dan 100%) Misalkan tagiahn kedua diterima pada tanggal 15 mei dan diikuti pembayaran oleh bank pada tanggal 22 mei 20XA. Tagihan ketiga diterima tanggal 25 juni 20XA dan dibayarkan pada tanggal 2 Juli 20XA. Jurnal untuk transakti tersebut adalah sebagai berikut. Tanggal Rekening Debit Kredit 15/05/XA Db. Aset istishna dalam penyelesaian Kr. Utang istishna * *(50%-20%) x /05/XA Db. Utang istishna pembuat barang Kr. Kas/ rekening nasabah pemasok

12 25/06/XA Db. Aset istishna dalam penyelesaian Kr. Utang istishna * *(100%-50%) x = /07/XA Db. Utang istishna pembuat barang Kr. Kas/rekening nasabah pemasok Pengakuan pendapatan istishna Pada istishna paralel terdapat dua metode pengakuan pendapatan, yaitu metode persentase penyelesaian dan metode akad selesai. Pada metode akad selesai, pengakuan pendapatan diakui setelah barang selesai. Pengakuan pendapatan dibelakang berlaku juga untuk metode persentasi penyelesaian dimana tidak terdapat alasan rasional yang kuat untuk mengukur persentasi penyelesaian. 6 Pada metode persentase penyelesaian, pendapatan diakui sesuai persentase penyelesaian dan menambah nilai aset istishna dalam penyelesaian. Dasar dari pengakuan pendapatan adalah a;asan rasional yang terdokumentasi dimana bank dapat menaksir persentase penyelesaian barang secara moneter untuk dijadikan nilai harga pokok jual beli. Pengakuan pendapatan ini dapat dilakukan secara periodik (bulanan, triwulan dll) atau pada periode tertentu sepanjang bank memiliki dokumen persentase penyelesaian. 7 Berdasarkan PSAK 104 paragraf 18, disebutkan bahwa jika metode persentase penyelesaian digunakan maka, 1. Bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dalam periode tersebut diakui sebagai pendapatan istishna pada periode yang bersangkutan. 2. Bagian margina keuntungan istishna yang diakui selama periode pelaporan ditambahkan ke[ada aset istishna dalam penyelesaian dan 3. Pada akhir periode harga pokok istishna diakui sebesar biaya istishna yang telah dikeluarkan sampai denga periode tersebut. Dengan menggunakan metode persentasi penyelesaian, maka pendapatan diakui sesua dengan persentase penyelesaian. Adapun perhitungan pendapatan istishna, harga pokok istishna dan keuntungan istishna adalah sebagai berikut. Pendapata istishna diukur sebesar bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dalam periode tersebut. Pendapatan istishna = persentase penyelesaian x nilai akad penjualan Maka pada tanggal 10 april saat penyelesaian 20%, diakui pendapatan sebesar Rp (20% x Rp ) Harga pokok istishna diakui sebesar persentase penyelesaian akad istishna. 6 Yahya rizal, Erlangga, akuntansi perbankan syariah, hal ibid

13 Harga pokok istishna = persentase penyelesaian x nilai akad pembelian = 20% x Rp = Keuntungan istishna yang dimaksud adlah bagian margin keuntungan istishna yang diakui selama periode pelaporan yang ditambahkan kepada aset istishna dalam penyelesaian. Keuntungan istishna = persentase penyelesaian x margin keuntungan istishna = 20% x (Rp Rp ) = 20% x Rp = Rp Dalam jurnal penyesuaian yang dibuat pengakuan keuntungan istishna dilakukan dengan mendebit aset istishna dalam penyelesaian sebesar Secara keseluruhan jurnal yang terkait dengan transaksi pengakuan pendapatan saat penyelesaian 20%, 50% dan 100% adalah sebagai berikut. Tanggal Rekening Debit Kredit 10/04/XA Db. Aset istishna dalam penyelesaian Db. Harga pokok istishna Kr. Pendapatan istishna Ket : Pendapatan margin = % penyelesaian x harga jual = 20% x = Harga pokok istishna = %penyelesaian x harga beli = 20% x = Aset istishna = %penyelesaian - keuntungan dalam penyelesaian istishna = 20% = /05/XA Db. Aset istishna dalam penyelesaian Db. Harga pokok istishna Kr. Pendapatan istishna Ket : Pendapatan margin = % penyelesaian x harga jual = (50% - 20%) x = Harga pokok istishna = % penyelesaian x harga beli

14 = (50% - 20%) x = Aset istishna = %penyelesaian keuntungan dalam penyelesaian istishna = (50% - 20%) = /06/XA Db. Aset istishna dalam penyelesaian Db. Harga pokok istishna Kr. Pendapatan istishna Ket : Pendapatan margin = % penyelesaian x harga jual = (100% - 50%) x = Harga pokok istishna = %penyelesaian x harga beli = (100% - 50%) x = Aset istishna = %penyelesaian keuntungan dalam penyelesaian istishna = (100% - 50%) = Dasar dari pengakuan pendapatan adalah laporan teknis yang dijadikan dasar perusahaan untuk mengakui adanya pendapatan. Laporan teknis ini berupa laporan unit kerja produksi atau unit kerja teknis terhadap kondisi pekerjaan kontruksi yang dilakukan. (unit kerja akuntansi tidak dapat menyusun sendiri laporan teknis karena masalah teknis berada diluar domain legitimasi dari akuntan). 8 Penagihan piutang istishna pembeli Penagihan dilakukan penjual dilakukan sesuai dengan kesepakatan dalam akad dan tidak selalu sesuai dengan persentase penyelesaian pembuatan barang pesanan (PSAK 104 paragraf 24). Berdasarkan PSAK paragraf 23 disebutkan bahwa tagihan setiap termin kepada pembeli diakui sebagai piutang istishna dan termin istishna pada pos lawannya. Karena istishna yang dilakukan adalah istishnanya paralel, maka termin yang ada dibedakan antara termin bank pemasok dengan termin bank nasabah. Keduanya tidak harus sama karena bergantung kepada kondisi setiap pihak yang terlibat. Penagihan oleh bank kepada pembeli akhir dilakukan dalam 5 termin dalam jumlah yang sama, yaitu Rp , setiap tanggal 10 mulai bulan april. Maka, jurnal untuk mengakui 5 kali penagihan piutang istishna kepada pembeli dan penerimaan pembayaran tersebut adalah sebagai berikut. 8 ibid, hal 235

15 Tanggal Rekening Debit Kredit 10/04/XA Db. Piutang istishna Kr. Temin istishna /05/XA Db. Piutang istishna Kr. Temin istishna /06/XA Db. Piutang istishna Kr. Temin istishna /07/XA Db. Piutang istishna Kr. Temin istishna /08/XA Db. Piutang istishna Kr. Temin istishna Penerimaan pembayaran piutang istishna dari pembeli. Pembayaran piutang istishna oleh nasabah dilakukan setelah menerima tagihan istishna dari bank. Oleh karena itu termin istishna merupakan pos lawan dari piutang istishna. Maka pada waktu pembayaran piutang, bank sebagai penjual perlu menutup termin istishna. Pada saat yang sama bank juga mengkredit aset istishna dalam penyelesaian untuk mengakui adanya pengalihan aset kepada pembeli sebesar jumlah yang dibayar. Pembayaran oleh nasabah pembeli dilakukan 3 hari setelah menerima tagihan dari bank sebagai penjual. Maka jurnal untuk mengakui 5 kali penerimaan pembayaran dari pembeli tersebut adalah sebagai berikut. Tanggal Rekening Debit Kredit 13/04/XA Db. Kas/rekening nasabah pembeli istishna Kr. Piutang istishna /05/XA Db. Kas/rekening nasabah pembeli istishna Kr. Piutang istishna /06/XA Db. Kas/rekening nasabah pembeli istishna Kr. Piutang istishna /07/XA Db. Kas/rekening nasabah pembeli istishna Kr. Piutang istishna /08/XA Db. Kas/rekening nasabah pembeli istishna Kr. Piutang istishna Menurut PAPSI 2013, pada saat barang pesanan telah diserahkan kepada nasabah, bank melakukan jurnal balik atas rekening aktiva istishna dalam penyelesaian dan termin istishna. Misalkan barang pesanan diserahkan pada tanggal 13/08/XA, maka jurnal pada saat penyerahan barang tersebut adalah sebagai berikut.

16 Tanggal Rekening Debit Kredit 13/08/XA Db. Termin istishna Kr. Aset istishna dalam penyelesaian I. Variasi Transaksi dan Kebijakan Akuntansi 1. Perlakuan akuntansi terdapat beban praakad jika transaksi tidak jadi disepakati. Berdasarkan PSAK 104 paragraf 26 disebutkan kalau akad tidak jadidisepakati, maka beban tersebut dibebankan pada periode berjalan. Misalkan transaksi istishna pada kasus 11.1 tidak jadi disepakati, maka jurnal pengakuan praakad yang ditangguhkan enjadi beban operasional pada periode berjalan adalah sebagai berikut. Rekening Debit(Rp) Kredit(Rp) Db. Beban operasional Kr. Beban Pra-akad yang ditanguhkan Beban akad yang diakui pada periode berjalan,disajikan dalam laporan laba rugi bank syariah 2. Pengakuan pendapatan dengan metode akad selesai Berdasarkan PSAK 104 paragraf 17, disebutkan bahwa pendapatan ishtishna diakui dengan menggunakan metode persentase penyelesaian atau metode akad selesai. Dalam hal ini, penjuralan transaksi 11.1 menggunakan metode oersentase penyelesaian. Adapun metode akad selesai, dapat digunakan jika metode estimasi persentase penyelesaian akad dan biaya untuk metode penyekesaiannya tidak dapat ditentukan dengan secara rasional pada akhir periode laporan keuangan (PSAK 104 paragraf 19). Akad dikataka selesai jika proses pembuatan barang pesanan selesai dan diserahkan kepada pembeli. Berdasarkan PSAK 104 paragraf 19, disebutkan bahwa pada metode akad selesai melekat beberapa ketentuan berikut. 1. Tidak ada pendapatan istishna yang diakui sampai dengan pekerjaaan tersebut selesai, 2. Tidak ada harga pokok istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai, 3. Tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna dan keuntungan dilakukan hanya pada saat penyelesaian pekerjaan. 4. Pengakuan pendapatan istishna, harga pokok istishna, dan keuntungan dilakukan hanya saat penyelesaian pekerjaan.

17 Untuk kasus 11.1 dengan menggunakan metode akad selesai, pendapatan, harga pokok istishna dan bagian keuntungan baru diakui pada saat pekerjaan selesai dikerjakan 100%. Misalkan, pada tanggal 25 Juni 20XA, pemasok pemasok melaporkan bahwa pekerjaan telah berhasil diselesaikan. Maka, jurnal pengakuan pendapatan dengan menggunakan metode akad selesai pada saat pekerjaan selesai dikerjakan oleh pemasok adalah sebagai berikut. Tanggal Rekening Debit(Rp) Kredit(Rp) 25/06/XA Db. Aset istishna dalam penyelesaian Db. Haraga pokok istishna Kr. Pendapatan istishna Pembayaran dengan cara tangguh Berdasarkan PSAK 104 paragraf 20. Jika menggunakan metode presentase penyelesaian dan proses pelunasan dilakukan dalm periode lebih satu tahun setelah penyerahan barang pesanan, meaka menggunakan pendapatan dibagi mennjadi dua bagian, tauitu : a. Margin keuntunan pembuatan barang pesanan yang dihitung apabila istishna dilakukan secara tunai, diakui sesuai presentase penyelesaian, dan b. Selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selama periode pelunasan secara proporsional sesuai dengan jumlah pembayran. Proposal yang dimaksud sesuai dengan paragraf 24-5 PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah. Kasus 11.2 istishna dengan Pembayaran Tangguh Dengan mengacu oada Kasus 11.1, misalkan barang bangunan yang dipesan oleh dr. Ursila disepakati untuk dibayar dalam masa 3 tahun. Dalam pembayaran tangguhan tersebut disepakati nilai pembayaran secara angsuran selama 3 tahun adalah Rp berikut adalah ringkasan informasi tansaksi dengan pembayaran tangguh Biaya perolehan bangunan : Rp Margin keuntungan : Rp Nilai tunai pada saat barang diserahkan : Rp Nilai akad untuk pembayran secara angsuran selama 3 tahun : Rp Selisih nilai akad dan nilai tunai yang diakui selama 3 tahun : Rp

18 Untuk hal-hal yang berkaitan dengan pemasok, pencatatan transaksi istishna dengan pembayaran tangguh pada dasarnya sama dengan pembayaran tunai seperti yang dibahas pada kasus 11.1 berikut jurnal yang relevan dengan transaksi tersebut: 1. Jurnal saat pengakuan pengeluaran untuk memperoleh istishna Mengacu pada kasus 11.1 yang mendahului kasus 11.2, terdapat tiga kali pengakuan pengeluaran untuk memperoleh istisha sesuai dengan tagihan dan pembayaran oleh bank kepda pemasok: Rekening Debit(Rp) Keredit(Rp) Db. Aset istishna dalam penyelesaian Kr. Utang Db. Utang Kr. Kas/rekening Ket: tagihan dan pembayaran pertama oleh bank kepada pemasok Db. Aset istishna dan penyelesaian Kr. Utang Db. Utang Kr. Kas/ rekening Ket: tagihan dan pembayaran pertama oleh bank kepada pemasok Db. Aset istishna dalam penyelesaian Kr. Utang Db. Utang Kr. Kas/rekening Ket: tagihan dan pembayaran ketiga oleh bank kepada pemasok sehingga keseluruhan tagihan dari pemasok adalah Rp (Rp Rp Rp ) 2. Jurnal saat pengakuan pedapatan sebagaimana pada istishna dengan pembayaran tunai, pengakuan pendapatan pada istishna tangguh didasarkan pada metode persentase penyelesaian atau metode akad selesai. Jika menggunakan metode persentase penyelesaian, maka pengakuahn pendapatannya adalah sebagimana yang dibahas pada kasus pada metode tersebut pengakuan istisha, harga pokok istishna dan keuntungan istishna dilakukan seiring dengan tingkat presentase penyelesaian yang ditandai dengan tagihan oleh pemasok. Adapun jika menggunakan metode akad selesai, pengakuan pendapatan istishna, harga pokok istishna, dan keuntungan istishna dilakukan hanya pada saat penyelesaian pekerjaan dengan jurnal sebagai berikut: Rekening Debit(Rp) Kredit(Rp) Db. Aset istishna dalam penyelesaian

19 Db. Harga pokok istishna Kr. Pendapatan istishna Jurnal pada saat penagihan dan penyerahan aset istishna kepada pembeli Meskipun istishna dilakukan dengan pembayaran tangguh, penjual harus menentukan nilai tunai istishna pada saat penyerahan barang pesanan sebagai dasar untuk mengakui margin keuntungan. Selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selama periode pelunasan secara proporsional sesuia dengan jumlah pembayaran. Nilai akad dalam istishna adalah harga yang disepakati antara penjual dan pembeli akhir. Menurut PAPSI 2013 ( h. 4.18), pengakuan pendapatan untuk transaksi istishna menggunakan metode sebagaimana pengakuan pengakuan pada pendapatan transaksi murabahah. Adapun jurnal penagihan pada saat penagihan bulanan pada kasus 11.2 adalah sebagai berikut. Rekening Debit(Rp) Kredit(Rp) Db. Piutang istishna Kr. Termin istishna Kr. Margin istishna ditangguhakan Jjj Saat proyek diserahkan, maka dilakukan jurnal sebagi berikut: Rekening Debit(Rp) Kredit(Rp) Db. Termin istishna Kr. Margin istishna ditangguhkan Jurnal saat pembayaran oleh pembeli Misalkan cicilan istishna dibayar perbulan selama 3 tahun (36 bulan), maka pembayaran perbulan adalah: Pembayaran per bulan = Pembayaran per bulan = Rp Pada saat yang sama, pendapatan istishna yang ditangguhkan berubah menjadi pendapatan istishna sebesar

20 Pendapatan per bulan = Pendapatan per bulan = Rp Rekening Debit(Rp) Kredit(Rp) Db. Kas/rekening nasabah Kr. Piutang istishna Db. Margin istishna ditangguhkan Kr.pendapatan istishna Jurnal pemberian potonganjika pembeli melunasi lebih awal Berdasarkan PSAK 106 paragraf 31, disebutkan bahwa jika pembeli melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo dan penjual memebrikan potongan tersebut diakui sebagi pengurang pendapatan istishna akibat penyelesaian awal piutang istishna dapat diberlakukan sebagai: a. Potongan secara langsung dan dikut=rangkan dari piutang istishna pada saat pembayaran; atau b. Penggantian reimbursement kepada pembeli sebesar jumlah keuntungan yang dihapuskan tersebut setelah menerima pembayaran utang istishna secara keseluruhan. Misalkann dalam kasus 11.2, nasabah melunasi lebih awal pembiayaan pada akhir tahun kedua saat sisa pembayaran sebesar Rp atas pelunasan lebih awal tersebut, bank memberikan potongan sebesar Rp Alternatif I: potongan scara langsung dan dikurang dari piutang istishna pada saat pembayaran. Rekening Debit(Rp) Kredit(Rp) Db. Kas Kr. Potongan Kr. Piutang istishna Alternatif II: Penggantian reimbursement kepada pembeli sebesar jumlah keuntungan yang dihapuskan tersebut setelah menerima pembayaran utang istishna secara keseluruhan. Rekening Debit(Rp) Kredit(Rp) Db. Kas Kr. Piutang istishna

21 Db. Pendapatan istishna Kr. Kas/rekening nasabah Kr. Pendapatan istishna Ket: *saldo pendapatan istishna tangguh pada akhir tahun kedua BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Istishna adalah akad jual beli antara al-mustashni (pembeli) dan as-shani (produsen yang juga bertindak sebagai penjual). Bedasarkan akad tersebut, pembeli menugasi produsen untuk menyediakan al-mashnu (barang pesanan) sesuai spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan menjualnya dengan harga yang disepakati. Cara pembayaran dapat berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Pada dasarnya istishna tidak dapat dibatalkan, kecuali memenuhi kondisi: Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya; atau Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad.

22 DAFTAR PUSTAKA Furywardhana,Firdaus, SE.,SS., MSI, Akuntansi syariah : Pendidikan Dan Pelatihan Perbankan Syariah, Yogyakarta, (2009) Drs.Muhammad Pengantar akuntansi syariah jakarta, (2002) Yaya, Rizal. Akuntansi Perbankan Syariah : Teori dan Praktik Kontemporer. Jakarta: 2014.

III.2. ISTISHNA. B. Dasar Pengaturan 01. SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. 02. PSAK 104 tentang Akuntansi Istishna.

III.2. ISTISHNA. B. Dasar Pengaturan 01. SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. 02. PSAK 104 tentang Akuntansi Istishna. III.2. ISTISHNA A. Definisi 01. Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli/ mustashni')

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan pada bab II, maka dalam bab ini penulis akan membahas penerapan pembiayaan istishna pada PT. Bank Muamalat Indonesia.

Lebih terperinci

AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM

AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM SESI 7: Akuntansi Akad Istishna Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA 2 DEFINISI Akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan yang

Lebih terperinci

Akuntansi Istishna' ED PSAK 104 (Revisi 2006) Hak Cipta 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA ED

Akuntansi Istishna' ED PSAK 104 (Revisi 2006) Hak Cipta 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA ED Akuntansi Istishna' ED PSAK 4 (Revisi 06) Hak Cipta 06 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 4.1 ED 56789 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 4 AKUNTANSI ISTISHNA' Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 104 AKUNTANSI ISTISHNA'

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 104 AKUNTANSI ISTISHNA' Akuntansi Istishna' ED PSAK (Revisi 00) 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. AKUNTANSI ISTISHNA' Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar. Paragraf Standar harus

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan pada BAB II, maka dalam hal ini penulis akan membahas penerapan akuntansi untuk pembiayaan

Lebih terperinci

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB II LANDASAN TEORI

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version)  BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Akuntansi 1. Pengertian Akuntansi Dari segi istilah, kata akuntansi berasal dari kata bahasa Inggris to account yang berarti memperhitungkan atau mempertanggungjawabkan akuntansi

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Antonio, Muhammad Syafi i, 2002, Bank Syariah, Dari Teori ke Praktek, Gema Insani Press, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Antonio, Muhammad Syafi i, 2002, Bank Syariah, Dari Teori ke Praktek, Gema Insani Press, Jakarta. 70 DAFTAR PUSTAKA Antonio, Muhammad Syafi i, 2002, Bank Syariah, Dari Teori ke Praktek, Gema Insani Press, Jakarta. Baiquni, M. S, 2010, Akuntansi Istishna Paralel Perbankan. http://ekonomipolitikislam.blogspot.com/2010/08/akuntansi-istishnaparalel-perbankan.html,

Lebih terperinci

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI ISTISHNA' IKATAN AKUNTAN INDONESIA

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI ISTISHNA' IKATAN AKUNTAN INDONESIA PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PSAK No. 0 Juni 00 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI ISTISHNA' IKATAN AKUNTAN INDONESIA PSAK No. 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNT UNTANSI

Lebih terperinci

AKUNTANSI ISTISHNA. Materi: 9. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

AKUNTANSI ISTISHNA. Materi: 9. Afifudin, SE., M.SA., Ak. Materi: 9 AKUNTANSI ISTISHNA Afifudin, SE., M.SA., Ak. E-mail: afifudin_aftariz@yahoo.co.id atau afifudin26@gmail.comm (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang) Jl. MT. Haryono 193

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan pada Bab II, maka bab ini peneliti akan membahas mengenai Perlakuan Akuntansi Pendapatan atas Pembiayaan Murabahah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk menerapkan murabahah pesanan yang bersifat mengikat. PT. Bank Muamalat Indonesia,

Lebih terperinci

AKUNTANSI BANK SYARIAH. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

AKUNTANSI BANK SYARIAH. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. AKUNTANSI BANK SYARIAH Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. AKUNTANSI PENGHIMPUNAN DANA Akuntansi Wadiah Dana wadiah diakui: sebesar jumlah dana yang dititipkan pada saat terjadinya; Penerimaan yang diperoleh

Lebih terperinci

BAGIAN III AKAD JUAL BELI

BAGIAN III AKAD JUAL BELI - 19 - BAGIAN III AKAD JUAL BELI III.1. MURABAHAH A. Definisi 1. Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar beban perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59

KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59 KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59 by KarimSyah Law Firm Level 11, Sudirman Square Office Tower B Jl. Jend. Sudirman Kav. 45-46, Jakarta

Lebih terperinci

BAGIAN XI LAPORAN LABA RUGI

BAGIAN XI LAPORAN LABA RUGI BAGIAN XI LAPORAN LABA RUGI XI.1. PENGERTIAN 01. Laporan Laba Rugi adalah laporan yang menyajikan seluruh pos penghasilan dan beban yang diakui dalam suatu periode yang menunjukkan komponen laba rugi.

Lebih terperinci

PERBANKAN SYARIAH TRANSAKSI SALAM AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

PERBANKAN SYARIAH TRANSAKSI SALAM AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi. PERBANKAN SYARIAH Modul ke: TRANSAKSI SALAM Fakultas FEB AFRIZON Program Studi www.mercubuana.ac.id DEFINISI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) NO. 103 SALAM adalah akad jual beli muslam fiih

Lebih terperinci

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 6. Afifudin, SE., M.SA., Ak. Materi: 6 AKUNTANSI MURABAHAH Afifudin, SE., M.SA., Ak. E-mail: afifudin_aftariz@yahoo.co.id atau afifudin26@gmail.comm (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang) Jl. MT. Haryono 193

Lebih terperinci

Menurut Antonio (2001) ada beberapa syarat khusus yang mengatur. 1) Penjual memberitahukan modal kepada nasabah

Menurut Antonio (2001) ada beberapa syarat khusus yang mengatur. 1) Penjual memberitahukan modal kepada nasabah Menurut Antonio (2001) ada beberapa syarat khusus yang mengatur dalam pembiyaan murabahah, yaitu : 1) Penjual memberitahukan modal kepada nasabah 2) Kontrak yang pertama harus sah sesuai dengan rukun yag

Lebih terperinci

PERBANKAN SYARIAH IJARAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

PERBANKAN SYARIAH IJARAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi. PERBANKAN SYARIAH Modul ke: IJARAH Fakultas FEB AFRIZON Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id 12.1 DEFINISI DAN PENGGUNAAN Ijarah dan ijarah Muntahiyah Bit tamlik (IMBT) merupakan transaksi sewa

Lebih terperinci

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) 36 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version)  36 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 36 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tahapan Proses Pembiayaan Istishna Berikut ini adalah tahapan proses pembiayaan istishna yang diterapkan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk terhadap para calon

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. bab ini penulis akan membahas penerapan pembiayaan istishna pada PT.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. bab ini penulis akan membahas penerapan pembiayaan istishna pada PT. BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan pada bab II, maka dalam bab ini penulis akan membahas penerapan pembiayaan istishna pada PT. Bank Muamalat Indonesia.

Lebih terperinci

PERBANKAN SYARIAH MUDHARABAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

PERBANKAN SYARIAH MUDHARABAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi. PERBANKAN SYARIAH Modul ke: MUDHARABAH Fakultas FEB AFRIZON Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Investasi mudharabah adalah pembiayaan yang di salurkan oleh bank syariah kepada pihak lain untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntansi Syariah BAB II LANDASAN TEORI Menurut Kieso (2002: 2), akuntansi bisa didefinisikan secara tepat dengan menjelaskan tiga karakteristik penting dari akuntansi yaitu pengidentifikasian,

Lebih terperinci

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS JUAL BELI

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS JUAL BELI PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS JUAL BELI Produk & Jasa Lembaga Keuangan Syariah Operasional Bank Syariah di Indonesia Penghimpunan Dana Penggunaan Dana Wadiah Mudharabah Equity Financing Debt Financing Giro

Lebih terperinci

Prinsip Sistem Keuangan Syariah

Prinsip Sistem Keuangan Syariah TRANSAKSI SYARIAH 1 Prinsip Sistem Keuangan Syariah 1. Pelarangan Riba 2. Pembagian Risiko 3. Tidak menganggap Uang sebagai modal potensial 4. Larangan melakukan kegiatan spekulatif 5. Kesucian Kontrak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. Pencatatan akuntansi pembiayaan ijarah pada PT. Bank Muamalat

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. Pencatatan akuntansi pembiayaan ijarah pada PT. Bank Muamalat BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN Pencatatan akuntansi pembiayaan ijarah pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk dilakukan seperti dibawah ini, pencatatan didasarkan pada bank sebagai pemilik obyek Ijarah:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya oleh orang lain. Penulis ingin melakukan pembahasan dan penelitian terhadap pengaruh prinsip jual

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.102 Akuntansi untuk penjual 1. Pengakuan dan Pengukuran a. Pada saat perolehan, asset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya

Lebih terperinci

PERBANKAN SYARIAH AKUNTANSI MUSYARAKAH RESKINO. SUMBER Yaya R., Martawiredja A.E., Abdurahim A. (2009). Salemba Empat. Modul ke: Fakultas FEB

PERBANKAN SYARIAH AKUNTANSI MUSYARAKAH RESKINO. SUMBER Yaya R., Martawiredja A.E., Abdurahim A. (2009). Salemba Empat. Modul ke: Fakultas FEB PERBANKAN SYARIAH Modul ke: 12 Fakultas FEB AKUNTANSI MUSYARAKAH RESKINO Program Studi Akuntansi SUMBER Yaya R., Martawiredja A.E., Abdurahim A. (2009). Salemba Empat PEMBAHASAN MATERI Definisi, Pengertian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bank Syariah 1. Prinsip Akutansi Bank Islam Laporan akuntansi Bank Islam menurut Pardede dan Gayo (2005) terdiri dari : Laporan posisi keuangan / neraca Laporan laba-rugi Laporan

Lebih terperinci

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 5-6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 5-6. Afifudin, SE., M.SA., Ak. Materi: 5-6 AKUNTANSI MURABAHAH Afifudin, SE., M.SA., Ak. E-mail: afifudin_aftariz@yahoo.co.id atau afifudin26@gmail.comm (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang) Jl. MT. Haryono 193

Lebih terperinci

Bab 10 AKUNTANSI TRANSAKSI SALAM DAN SALAM PARALEL

Bab 10 AKUNTANSI TRANSAKSI SALAM DAN SALAM PARALEL Bab 10 AKUNTANSI TRANSAKSI SALAM DAN SALAM PARALEL SOAL-SOAL LATIHAN: A. Soal Teori 1. Jelaskanlah definisi jual beli dengan skema salam! Jawab : Jual beli dengan skema salam adalah jual beli yang pelunasannya

Lebih terperinci

ANALISIS PSAK 102 (REVISI 2013) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PRODUK KEPEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR (KKB) BRISYARIAH IB

ANALISIS PSAK 102 (REVISI 2013) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PRODUK KEPEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR (KKB) BRISYARIAH IB Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN: 2460-2159 ANALISIS PSAK 102 (REVISI 2013) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PRODUK KEPEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR (KKB) BRISYARIAH IB 1 Renka Suka Alamsyah,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Akuntansi Akad Murabahah pada KJKS BMT Al Fath

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Akuntansi Akad Murabahah pada KJKS BMT Al Fath BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Akuntansi Akad Murabahah pada KJKS BMT Al Fath Pencatatan akuntansi yang dilakukan oleh KJKS BMT Al Fath dilakukan dengan cara komputerisasi dengan program IT

Lebih terperinci

IV.2. PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

IV.2. PEMBIAYAAN MUSYARAKAH IV.2. PEMBIAYAAN MUSYARAKAH A. Definisi 01. Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan

Lebih terperinci

MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH (AKAD SALAM) OLEH : Dian Magfirawati A Dwi Kartini Wardaningsi A

MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH (AKAD SALAM) OLEH : Dian Magfirawati A Dwi Kartini Wardaningsi A MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH (AKAD SALAM) OLEH : Dian Magfirawati A311 11 284 Dwi Kartini Wardaningsi A311 11 270 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terciptanya peradaban bisnis dengan wawasan humanis, emansipatoris,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terciptanya peradaban bisnis dengan wawasan humanis, emansipatoris, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Syariah Menurut Triyuwono (2012:104), akuntansi syariah merupakan salah satu dekonstruksi akuntansi modern kedalam bentuk yang humanis dan syarat nilai dimana tujuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntansi Umun dan Akuntansi Syariah akuntansi bisa didefinisikan secara tepat dengan menjelaskan tiga karakteristik penting dari akuntansi: identifikasi, pengukuran,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN BAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN 4.1 Pengakunan Pembiayaan Musyarakah Wal Ijarah Muntahiya Bittamlik di Bank Muamalat Indonesia Cabang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian a) Implementasi Akad Murabahah Di Indonesia, aplikasi jual beli murabahah pada perbankan syariah di dasarkan pada Keputusan Fatwa Dewan Syariah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Produk-poduk Gadai Syariah berdasarkan PSAK 102, 105, dan 107. berdasarkan PSAK 105 : Akuntansi Mudharabah.

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Produk-poduk Gadai Syariah berdasarkan PSAK 102, 105, dan 107. berdasarkan PSAK 105 : Akuntansi Mudharabah. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Produk-poduk Gadai Syariah berdasarkan PSAK 102, 105, dan 107 Produk gadai syariah: 1. AMANAH (Pembiayaan Kepemilikan Kendaraan Bermotor Bagi Karyawan) berdasarkan PSAK 102 : Akuntansi

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 102 AKUNTANSI MURABAHAH

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 102 AKUNTANSI MURABAHAH Akuntansi Murabahah ED PSAK (Revisi 00) 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. AKUNTANSI MURABAHAH Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar. Paragraf Standar harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bank-bank konvensional. Esensi bank Islam tidak hanya dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. bank-bank konvensional. Esensi bank Islam tidak hanya dilihat dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bank Islam memiliki ciri karakter sendiri yang berbeda dengan bank-bank konvensional. Esensi bank Islam tidak hanya dilihat dari ketiadaan sistem riba dalam seluruh

Lebih terperinci

TUGAS Pembahasan Soal-Soal Akuntansi Istishna

TUGAS Pembahasan Soal-Soal Akuntansi Istishna TUGAS Pembahasan Soal-Soal Akuntansi Istishna Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islamic Banking and Accounting Disusun Oleh : 1. DYAH PUSPASARI (2010160435) 2. MAULIDA DWI INDAH S. (2010160437)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dan neraca pembayaran yang biasanya ditangani oleh kementrian keuangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dan neraca pembayaran yang biasanya ditangani oleh kementrian keuangan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diantara kebijakan ekonomi yang paling penting di setiap negara adalah kebjiakan fiskal dan kebijkan moneter. Kibijakan fiskal meliputi anggaran negara, pajak dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Akuntansi 1. Pengertian Akuntansi Akuntansi menurut Weygandt dkk. (2007:4) adalah sebagai berikut : Suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatat, dan mengomunikasikan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ikatan Akuntan Imdonesia Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.

DAFTAR PUSTAKA. Ikatan Akuntan Imdonesia Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. DAFTAR PUSTAKA Ikatan Akuntan Imdonesia. 2010. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Kasmir. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Rajawali Pers. Muhammad. 2005. Manajemen

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 108 AKUNTANSI PENYELESAIAN UTANG PIUTANG MURABAHAH BERMASALAH

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 108 AKUNTANSI PENYELESAIAN UTANG PIUTANG MURABAHAH BERMASALAH 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. AKUNTANSI PENYELESAIAN UTANG PIUTANG MURABAHAH BERMASALAH Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar. Paragraf Standar harus

Lebih terperinci

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH SESI 4: Akuntansi Murabahah Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA Ruang Lingkup 1. Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dan Koperasi Syariah yang melakukan transaksi murabahah baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah ini salah satunya dicirikan dengan sistem bagi hasil (non bunga)

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah ini salah satunya dicirikan dengan sistem bagi hasil (non bunga) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Konsep perbankan syariah adalah hal yang baru dalam dunia perbankan di Indonesia, terutama apabila dibandingkan dengan penerapan konsep perbankan konvensional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara dengan basis penduduk muslim terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara dengan basis penduduk muslim terbesar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara dengan basis penduduk muslim terbesar di dunia tetapi jauh tertinggal oleh Inggris dalam penerapan ekonomi syariahnya. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Islam sebagai agama yang memuat ajaran yang bersifat universal dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Islam sebagai agama yang memuat ajaran yang bersifat universal dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam sebagai agama yang memuat ajaran yang bersifat universal dan komprehensif yang berarti Islam menerangkan seluruh aspek kehidupan, baik ritual (ibadah) maupun sosial

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat PT Bank Mega Syariah Indonesia Sejarah kelahiran Bank Mega Syariah Indonesia berawal dari akuisisi PT Bank Umum Tugu oleh

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS MURABAHAH PADA PT. BANK BRI SYARIAH, TBK.

ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS MURABAHAH PADA PT. BANK BRI SYARIAH, TBK. ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS MURABAHAH PADA PT. BANK BRI SYARIAH, TBK. Nama : Nurdiani Sabila NPM : 25210157 Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Dr. Ambo Sakka Hadmar,SE.,MSi LATAR BELAKANG PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALSIS DATA. Sesuai dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan bahwa setiap bank wajib

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALSIS DATA. Sesuai dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan bahwa setiap bank wajib BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALSIS DATA A. Penyajian Data Sesuai dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan bahwa setiap bank wajib dalam mencatat dan mempublikasikan laporan keuangan sebagai bentuk transparansi

Lebih terperinci

AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH

AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH PSAK No. 59 1 Mei 2002 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH Sanksi Pelanggaran Pasal 44: Undang-undang Nomor 7 tahun 1987 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor. 6 tahun

Lebih terperinci

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN 29 /SEOJK.05/2015 TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN 29 /SEOJK.05/2015 TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 29 /SEOJK.05/2015 TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO -2- PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO YANG MENJALANKAN KEGIATAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Kerangka Teori dan Literatur II.1.1 Pengertian Bank Syariah Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan yang merupakan perubahan dari Undang-Undang

Lebih terperinci

AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM

AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM SESI 6: Akuntansi Akad Salam Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA 2 DEFINISI Dari kata As salaf : pendahuluan karena pemesan barang menyerahkan uangnya di muka. jual beli

Lebih terperinci

AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH TEORI DAN PRAKTIK KONTEMPORER BERDASARKAN PAPSI 2013 EDISI 2

AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH TEORI DAN PRAKTIK KONTEMPORER BERDASARKAN PAPSI 2013 EDISI 2 Buku ini mengulas akuntansi syariah secara lengkap, mulai dari sejarah perkembangan akuntansi syariah, pengembangan perbankan syariah, system operasional bank syariah, hingga cara perhitungan bagi hasil

Lebih terperinci

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version)  BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Praktek Pembiayaan Murabahah Praktek pembiayaan Murabahah di Bank Muamalat Indonesia berpanduan pada DSN-MUI dan PSAK. 1. Akuntansi Syariah Murabahah (PSAK 102)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. BPRS atau yang dulu dikenal sebagai Bank Perkreditan Rakyat

BAB II LANDASAN TEORI. BPRS atau yang dulu dikenal sebagai Bank Perkreditan Rakyat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian BPRS BPRS atau yang dulu dikenal sebagai Bank Perkreditan Rakyat Syari ah sudah diganti dengan Bank Pembiayaan Rakyat Syari ah (UU no.21 tahun 2008) mempunyai perbedaan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.404, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Pasar Modal. Penerbitan Efek Syariah. Akad. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5822) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 107 1. PSAK Tentang Akuntansi Pembiayaan Ijarah Berdasarkan perkembangan per 1 September 2007, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan pada bab II, maka dalam bab ini penulis akan membahas penerapan akuntansi untuk pembiayaan ijarah pada Bank DKI Syariah.

Lebih terperinci

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP PEMBIAYAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH ib PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA SYARIAH CABANG SURABAYA

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP PEMBIAYAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH ib PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA SYARIAH CABANG SURABAYA ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP PEMBIAYAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH ib PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA SYARIAH CABANG SURABAYA Tysa Dhara Noor Febrina Universitas Negeri Surabaya Email: tysadhara@yahoo.com

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. Metodologi Pengembangan Standar Akuntansi Keuangan Syariah 1. Add Pendekatan Your Text Ideologis Tujuan dan berbagai Kaidah Akuntansi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Akuntansi Pembiayaan Ijarah pada Bank Muamalat. 1. Perhitungan Akuntansi Pembiayaan Ijarah

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Akuntansi Pembiayaan Ijarah pada Bank Muamalat. 1. Perhitungan Akuntansi Pembiayaan Ijarah BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Akuntansi Pembiayaan Ijarah pada Bank Muamalat Indonesia, Tbk 1. Perhitungan Akuntansi Pembiayaan Ijarah Pencatatan akuntansi pembiayaan ijarah pada Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lembaga keuangan, khususnya lembaga perbankan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lembaga keuangan, khususnya lembaga perbankan yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam lembaga keuangan, khususnya lembaga perbankan yang merupakan salah satu lembaga keuangan paling strategis sangat penting bagi pendorong kemajuan perekonomian

Lebih terperinci

MURABAHAH ANUITAS DAN PENERAPANNYA MENURUT STANDAR AKUNTANSI SYARIAH

MURABAHAH ANUITAS DAN PENERAPANNYA MENURUT STANDAR AKUNTANSI SYARIAH MURABAHAH ANUITAS DAN PENERAPANNYA MENURUT STANDAR AKUNTANSI SYARIAH Oleh: Marita Kusuma Wardani Ibu_ayya@yahoo.co.id (Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Surakarta) Abstract Praktek transaksi syariah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Oleh karena itu peranan

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Oleh karena itu peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian yang semakin kompleks tentunya membutuhkan ketersediaan dan peran serta lembaga keuangan. Kebijakan moneter dan perbankan merupakan bagian

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BNI SYARIAH CABANG BEKASI. Ita Isnaini EB17

ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BNI SYARIAH CABANG BEKASI. Ita Isnaini EB17 ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BNI SYARIAH CABANG BEKASI Ita Isnaini 23210675 4EB17 LATAR BELAKANG 2010 BNI SYARIAH Produk Unggulan Griya ib Hasanah IAI & DSN Standar Akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tika Indah Kawuryan, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tika Indah Kawuryan, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian suatu negara dibangun atas dua sektor, yaitu sektor rill dan sektor moneter. Sektor rill adalah sektor ekonomi yang ditumpukan pada sektor manufaktur

Lebih terperinci

PERBANKAN SYARIAH SISTEM DAN OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

PERBANKAN SYARIAH SISTEM DAN OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi. PERBANKAN SYARIAH Modul ke: SISTEM DAN OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH Fakultas FEB AFRIZON Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Definisi Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhankebutuhan. yang harus dipenuhi. Seluruh aktivitas ekonomi yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhankebutuhan. yang harus dipenuhi. Seluruh aktivitas ekonomi yang mengandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhankebutuhan yang harus dipenuhi. Seluruh aktivitas ekonomi yang mengandung kemaslahatan bagi umat disebut sebagai

Lebih terperinci

LAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-./BL/. Tanggal : PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL

LAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-./BL/. Tanggal : PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL LAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-./BL/. Tanggal : DRAFT PERATURAN NOMOR IX.A.14 : AKAD-AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL 1. Definisi a. Ijarah adalah

Lebih terperinci

BUKU IV AKUNTANSI SYARI AH BAB I CAKUPAN AKUNTANSI SYARI AH. Pasal 735

BUKU IV AKUNTANSI SYARI AH BAB I CAKUPAN AKUNTANSI SYARI AH. Pasal 735 205 BUKU IV AKUNTANSI SYARI AH BAB I CAKUPAN AKUNTANSI SYARI AH Pasal 735 (1) Akuntansi syari ah harus dilakukan dengan mencatat, mengelompokkan, dan menyimpulkan transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian

Lebih terperinci

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MURABAHAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MURABAHAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PSAK No. 0 Juni 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MURABAHAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA PSAK No. 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNT UNTANSI

Lebih terperinci

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008 PERBANKAN SYARIAH Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi Bengkulu, 13 Februari 2008 1 Bank Syariah BANK yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, serta tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, DAN MUSYARAKAH PADA BANK KALTIM SYARIAH DI SAMARINDA

ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, DAN MUSYARAKAH PADA BANK KALTIM SYARIAH DI SAMARINDA ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, DAN MUSYARAKAH PADA BANK KALTIM SYARIAH DI SAMARINDA Jati Satria Pratama Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Email : Order.circlehope@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang dapat menjadi data pendukung dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha 50 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha BMT berdiri dalam rangka menumbuh dan mengembangkan sumberdaya ekonomi mikro yang bersumber pada syariat Islam.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah. Terutama menyangkut tempat tinggal yang merupakan papan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah. Terutama menyangkut tempat tinggal yang merupakan papan sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena terkait keuangan atau mashrafiyah yang terjadi pada dekade terakhir ini dapat dikatakan sangat merisaukan kalangan masyarakat menengah ke bawah. Terutama

Lebih terperinci

BAGIAN IV AKAD BAGI HASIL

BAGIAN IV AKAD BAGI HASIL BAGIAN IV AKAD BAGI HASIL IV.1. PEMBIAYAAN MUDHARABAH A. Definisi 01. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak

Lebih terperinci

Pembandingan PSAK No. 102 Dengan Fatwa MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 1

Pembandingan PSAK No. 102 Dengan Fatwa MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 1 EKBISI, Vol. VII, No. 2, Juni 2013, hal. 150 163. ISSN:1907-9109 Pembandingan PSAK No. 102 Dengan Fatwa MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 1 Aninda Adhaninggar, Fakultas Ekonomi UII Syamsul Hadi, Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN PERATURAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: PER- 04 /BL/2007 TENTANG AKAD-AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM KEGIATAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH KETUA BADAN

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. (Akuntansi Murabahah) dan fikih muamalah. Dalam rangka meningkatkan dan

BAB VI PENUTUP. (Akuntansi Murabahah) dan fikih muamalah. Dalam rangka meningkatkan dan BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji tingkat kepatuhan pada PT Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah berdasarkan PSAK 102 (Akuntansi Murabahah) dan fikih

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERDASARKAN PESANAN DAN TANPA PESANAN SERTA KESESUAIAN DENGAN PSAK 102

ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERDASARKAN PESANAN DAN TANPA PESANAN SERTA KESESUAIAN DENGAN PSAK 102 ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERDASARKAN PESANAN DAN TANPA PESANAN SERTA KESESUAIAN DENGAN PSAK 102 Muhammad Yusuf Accounting and Finance Department, Faculty of Economics and Communication,

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada PT. BPR Syariah Karya Mugi

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada PT. BPR Syariah Karya Mugi BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada PT. BPR Syariah Karya Mugi Sentosa adalah bertujuan untuk mengetahui mekanisme pembiayaan dan perlakuan akuntansi pada pembiayaan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 53 /POJK.04/2015 TENTANG AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 53 /POJK.04/2015 TENTANG AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 53 /POJK.04/2015 TENTANG AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

AKUNTANSI SALAM psak 103

AKUNTANSI SALAM psak 103 Disampaikan oleh Wiroso AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH AKUNTANSI SALAM psak 103 This training material is solely for the use of training participants. No part of it may be circulated, quoted, or reproduced

Lebih terperinci

ANALISIS PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN PSAK 105 (Studi kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk)

ANALISIS PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN PSAK 105 (Studi kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk) ANALISIS PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN PSAK 105 (Studi kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk) NAMA : SILPIA NAVITA SARI NPM : 21208165 JURUSAN : AKUNTANSI DOSEN

Lebih terperinci

JENI WARDI & GUSMARILA EKA PUTRI. Fakultas Ekonomi Universitas Lancang Kuning ABSTRAK

JENI WARDI & GUSMARILA EKA PUTRI. Fakultas Ekonomi Universitas Lancang Kuning   ABSTRAK 447 ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI SYARIAH UNTUK PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, SERTA KESESUAIANNYA DENGAN PSAK NO. 102, DAN 105 JENI WARDI & GUSMARILA EKA PUTRI Fakultas Ekonomi Universitas Lancang Kuning

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 103 AKUNTANSI SALAM

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 103 AKUNTANSI SALAM Akuntansi Salam ED PSAK 0 (Revisi 00) 0 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 0 AKUNTANSI SALAM Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar. Paragraf Standar harus

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Ny.Indah yang beralamat di JL. Beruang Raya No. 102 Kecamatan. Gayamsari Semarang Timur ingin membeli sepeda motor Supra X 125 yang

BAB IV ANALISIS. Ny.Indah yang beralamat di JL. Beruang Raya No. 102 Kecamatan. Gayamsari Semarang Timur ingin membeli sepeda motor Supra X 125 yang BAB IV ANALISIS 4.1. Contoh Study Kasus Ny.Indah yang beralamat di JL. Beruang Raya No. 102 Kecamatan Gayamsari Semarang Timur ingin membeli sepeda motor Supra X 125 yang seharga Rp. 16.000.000,00. Tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi adalah an everchangging discipline, berubah terus menerus sepanjang masa (Morgan 1988, Hines 1989 dan Francis 1990). Akuntansi adalah proses mengidentifikasi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Nasabah Nasabah adalah aset atau kekayaan utama perusahaan karena tanpa pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang mengatakan pelanggan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan bukanlah sebuah pabrik atau produsen yang menghasilkan uang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan bukanlah sebuah pabrik atau produsen yang menghasilkan uang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lembaga keuangan pada dasarnya adalah lembaga perantara, berposisi sentral di antara pemilik dana, antara penyimpan dan peminjam, antara pembeli dan penjual, serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pendapatan Pendapatan merupakan tujuan utama dari pendirian suatu perusahaan. Sebagai suatu organisasi yang berorientasi profit maka pendapatan mempunyai peranan

Lebih terperinci