BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
|
|
- Widya Hadiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Busana dalam arti umum adalah bahan tekstil atau bahan lainnya yang sudah dijahit atau tidak dijahit yang dipakai atau disampirkan untuk penutup tubuh seseorang. Sebagai contoh yaitu kebaya dan kain panjang atau sarung, rok, blus, blazer, bebe, celana rok, celana pendek atau celana panjang (pantalon), sporthem, kemeja, T-Shirt, piyama, singlet, kutang (brassier) atau Buste Houder (BH), rok dalam, bebe dalam. Dalam pengertian lebih luas sesuai dengan perkembangan peradaban manusia, khususnya bidang busana, termasuk ke dalamnya aspek-aspek yang menyertainya sebagai perlengkapan pakaian itu sendiri, baik dalam kelompok milineris (millineries) maupun aksesoris (accessories). Dalam arti sempit busana dapat diartikan bahan tekstil yang disampirkan atau dijahit terlebih dahulu dipakai untuk penutup tubuh seseorang yang langsung menutup kulit ataupun yang tidak langsung menutup kulit seperti sarung atau kain dan kebaya, rok, blus, bebe, celana panjang atau pendek, kemeja, singlet, BH, piyama, dan daster. Pada zaman dahulu, orang telah mengenal bentuk-bentuk busana atau pakaian. Bentuk bentuk busana waktu itu sangat sederhana, dengan wujud geometris yaitu segiempat atau segi empat panjang. Setiap bangsa mempunyai cara masing masing dalam menggunakan pakaian dengan bentuk geometris tersebut. Ada pakaian yang dilingkarkan atau dililitkan begitu saja pada tubuh, dibantu dengan tali untuk mengikat.ada pula yang melubangi bagian tengah bidangnya untuk memasukkan kepala. Dalam perkembangannya, bentuk-bentuk tersebut digolongkan menjadi bentuk-bentuk dasar busana. Di makalah ini akan dijelaskan beberapa macam bentuk dasar busana dan juga berbagai macam bentuk siluet pada pakaian, baik dari siluet dasar sampai dengan variasinya. B. Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan bentuk dasar busana? 2. Ada berapa macam bentuk dasar busana menurut sejarah, dan bagaimana perkembangannya? 3. Apa yang dimaksud dengan siluet? Dan bagaimana penggolongannya? 1
2 BAB II PEMBAHASAN A. BENTUK DASAR BUSANA Bentuk dasar pakaian dapat diartikan sebagai bentuk awal dari suatu pakaian, menurut sejarah bentuk dasar pakaian di bagi menjadi tiga yaitu Kutang, Pakaian bungkus, dan Kaftan. Kutang Kutang adalah suatu bentuk pakaian yang berbentuk persegi panjang, pada pertengahannya diberi lubang untuk memasukkan kepala, dan pada bagian sisinya tidak dijahit. Panjang kutang tergantung pada iklim dan lingkungan daerah dan kebutuhan si pemakai. Istilah kutang dimulai dari bentuk yang menyerupai pipa atau selinder yang maksudnya untuk menyelubungi sesuatu. Pada zaman dulu penduduk asli Amerika, yaitu suku Indian telah mengenal pohon kutang. Kulit pohon itu diambil sedemikian rupa sehingga berbentuk silinder, yang mereka pergunakan sebagai bahan busana. Pakaian bungkus Bentuk dasar pakaian bungkus terdiri dari selembar bahan yang terlepas berbentuk persegi empat panjang, yang dipakai dengan cara dibungkuskan atau dibelitbelitkan sekeliling badan dari mulai dada ke bawah atau dari pinggang kebawah. Busana bungkus ini umumnya tidak dijahit, tetapi bukan berarti kebudayaan bangsa yang memakainya masih rendah, karena dibuktikan pada zaman kuno di Eropa Tengah sudah dipergunakan jarum jahit dari logam dan perunggu. Walaupun jarum jahit sudah ada, tetapi busana bungkus ini masih dari bahan terlepas yang dibelitkan atau didrapirkan langsung ke tubuh pemakai seperti sari di India, toga dan palla di Roma di zaman purbakala, chiton dan peplos di Yunani kuno, kain dan selendang di Indonesia. 2
3 Kaftan Kaftan bentuknya panjang, pada bagian tengah muka terbuka dari atas sampai ke bawah berlengan dan kadang-kadang memakai ikat pinggang. B. PERUBAHAN BENTUK DASAR BUSANA Dari ketiga macam bentuk dasar pakaian yang asli yaitu kutang, pakaian bungkus, kaftan. Sampai saat ini masih dipakai akan tetapi mengalami perubahan signifikan sesuai dengan tuntutan perkembangan dunia mode menjadi beberapa macam bentuk pakaian baik dari segi bahan maupun cara memakainya. Di indonesia sendiri bentuk busana tradisional pada dasarnya menunjukkan ciri-ciri yang khusus yang memperlihatkan seni berbusana yang cukup menarik. Prinsip kesamaan antara busana tradisional Indonesia dengan busana asli prasejarah terlihat pada : Macam dan jenis busana masih berhubungan dengan bentuk dasar busana asli prasejarah. Nama-nama khusus busana tiap daerah hanya berbeda dallam istilah, tapi bentuk dasarnya tetap sama. Macam kain yang digunakan, baik dari asal bahan, teknik tenunan, corak desain dan warna yang digunakan umumnya disukai disetiap daerah. Bentuk dan susunan busana tradisional indonesia dibagi atas beberapa golongan yang didasarkan atas prinsip asal dan bentuk busana asli dijaman pra sejarah, antara lain : BUSANA BUNGKUS 3
4 1). Bentuk busana yang didasarkan atas pakaian bungkus, berdasarkan fungsi dibedakan menjadi: a. Busana yang dipakai sebagai penutup badan seluruhnya: Selembar kain yang menutup badan dari atas buah dada atau ketiak sampai mata kaki Dua lembar kain yang menutup masing-masing bagian atas dan bawah Diterapkan pada: - Busana pengantin daerah Jawa - Busana pengantin daerah Bali - Busana Wanita dayak 2). Bentuk busana bungkus yang hanya berfungsi menutup bagian bawah,artinya khusus dipakai untuk membungkus badan bawah mulai dari pinggang sampai mata kaki, atau batas tertentu. Diterapkan pada: - Jarit nama kain didaerah Jawa - Ulos didaerah tapanuli - Tapih di daerah kalimantan,dll. 4
5 3). Bentuk busana bungkus hanya sebatas penutup badan bagian atas,yang dipergunakan sebagai pengganti baju. Diterapkan pada: - Kemben di daerah Jawa - Anteng dan Senteng dari Bali,dll. 4). Bentuk busana bungkus sebagai penutup kepala,baik untuk pria maupun wanita. Diterapkan pada: -Sabulangkan, selendang didaerah toraja -Tengkuluk, nama selendang didaerah batak atau tapanuli - Tengkuluk, nama selendang didaerah toba,minangkabau,dll Tidak hanya di indonesia bentuk pakaian bungkus aamat kental ditemukan pada sari atau pakaian yang paling terkenal di india dan merupakan pakaian tradisional masyarakat India. Cara pemakaiannya yaitu hanya dengan melilitkan selembar kain pada bagian bawah badan sampai bagian atas yang sebagiannya lagi di sampirkan pada bahu. KUTANG Di era perkembangan mode seperti sekarang ini bentuk kutang masih sangat banyak di terapkan pada model desain suatu busana, tapi dengan tampilan dan berbagai inovasi dari tangan-tangan ahli para Fashion Designer. Bentuk dasar kutang masih sangat kental kita jumpai dalam pembuatan baju tradisional masyarakat Sulawesi Selatan yang dikenal dengan nama baju Bodo. Baju bodo merupakan salah satu baju tradisional tertua di dunia yang masih sampai saat ini masih sering digunakan untuk menghadiri acara resmi. Model baju bodo ini pada 5
6 dasarnya merupakan modifikasi dari kutang. Perubahannya hanya pada bagian sisinya, sebagian dijahit dan disisa sebagian untuk tempat memasukkan lengan. Tidak hanya pada baju bodo saja tetapi dapat ditemukan pada : a. Yang berbentuk baju, antara lain : 1) Baju kurung yaitu busana di daerah Sumatera, Kalimantan, Madura dan Maluku. 2) Baju poro-poro yaitu busana khusus di daerah Sumbawa 3) Baju rambu-nua yaitu busana khusus di daerah flores 4) Baju pokko, busuk siku, kalade-limana dan tallu-buku yaitu busana khusus di daerah Toraja 5) Baju teluk-belanga, yaitu busana pria yang sebagian besar terdapat di daerah Indonesia b. Yang berbentuk sarung antara lain : 1) Rawo dan lawo, yaitu bentuk sarung di Flores 2) Utang, bentuk sarung di daerah Moumere 3) Lahu-hemba dan lau-padahu, sarung yang dikenal di daerah Sumbawa 4) Bonde dan pandan, macam sarung di Toraja 5) Cual, nama sarung di daerah Bangka-Belitung 6) Tapih bakurung, nama sarung di daerah Kalimantan. KAFTAN Busana ini merupakan bentuk perkembangan dari bentuk kutang. Kaftan berupa baju yang dimasukkan dari depan atau belakang Pakaian hasil modifikasi dari kaftan sangat melekat pada kimono, pakaian khas masyarakat Jepang. Kimono ini dasarnya merupakan bentuk ubah dari Kaftan. 6
7 Hanya saja diberi perubahan pada bagian lehernya yaitu diberi kerah dan memakai ikat sebagai pelengkap. Selain kimono ada berbagai macam modifikasi dari bentuk dasar kaftan. C.BENTUK BENTUK SILUET PAKAIAN 1. Siluet Busana a. Pengertian SILUET Bentuk luar atau bayangan suatu benda, setiap benda memiliki siluet yang berbeda (kamus) Garis dasar bagian luar yang membentuk pakaian ( Morton Grace Margaret) Unsur terpenting yang membentuk pakaian / bayangan garis liar dari suatu objek yang memberi jarak dengan pengelihatan. ( Pankowski ). Bagian luar suatu garmen yang di pengaruhi oleh penggunaan tekstur ( Sharon Lee Tate ). Garis luar / bentuk dasar pakaian yang membedakan satu model dengan model lainya. 7
8 Siluet secara umum adalah garis luar dari satu pakaian, bentuk dari pakaian, tanpa bagian-bagian atau detailnya seperti, kerutan, lipit-lipit, kup dll. Atau dapat disimpulkan sebagai sesuatu yang pertama nampak pada suatu model pakaian. Siluet sangat mempengaruhi bentuk tubuh si pemakai, oleh sebab itu untuk menutupi kekurangan dari bentuk tubuh si pemakai, perlu diperhatikan pemilihan siluet, kita mengenal beberapa bentuk tubuh wanita dewasa antara lain : Kurus Tinggi Kurus Pendek Tinggi Gemuk Pendek Gemuk Ideal/langsing/sedang Menutupi kekurangan seseorang yang mempunyai bentuk badan gemuk pendek, agar terlihat langsing begitu pula sebaliknya yang memiliki tubuh tinggi kurus agar ia terlihat agak berisi. b. Penggolongan siluet 1. Siluet berdasarkan bentuk dasar (Mrs. Young) siluet lurus Bentuknya lurus menyerupai pipa serta terlihat kaku. Siluet sangat sederhana, tanpa memperlihatkan bentuk tubuh, dapat di buat sangat longgar atau tidak terlalu longgar. Siluet ini sebaiknya di pakai oleh orang dengan bentuk tubuh kurus sehingga terkesan menambah volume tubuh. siluet lonceng Disebut juga siluet penuh karena memperlihatkan bentuk yang berisi, lobar dan melengkung menyerupai lonceng. siluet bustle Siluet yang mempunyai bentuk tonjolan atau busung. 2. Siluet berdasarkan tekstur siluet tailor Menggunakan tekstur yang tebal dan begat (formal dan semi tailor) 8
9 siluet darper Menggunakan tekstur yang tipis, teknuk penyelesaian system dressmaking ( Seperti lurus, miring, atau kaku) 3. siluet berdasarkan kesan usia Gadis moderen atau flapper Dewasa atau mature 4. siluet berdasarkan bentuk huruf Siluet A Menunjukan garis sempit di atas dan mengembang di bawah. Siluet H Menunjukan garis nisi lurus dari atas ke bawah. Siluet I Besar di atas dan di bawah, bagian tengah lurus. Siluet Y Besar di atas dan mengecil di bawah Siluet T Besar di atas dan lurus ke bawah. Siluet X Besar di atas, pas di pinggang dan besar di bawah. Siluet O Siluet ini menyerupai bentuk bola atau bulat. Siluet L Bagian belakang ada ekornya. Untuk lebih lengkapnya, yakni : Siluet Dasar: Siluet dasar terdiri dari: 1). Siluet H atau tabung : Bentuk pakaian ini adalah lurus ke bawah, rok agak sempit sehingga tidak terlalu memperlihatkan bentuk pinggang sipemakai. 9
10 2). Siluet A atau Segitiga : Bentuk pakaian ini pada bagian atas kecil sedangkan pada bagian bawahnya mengembang, bentuknya menyerupai bentuk segi tiga. 3). Siluet Y: Bentuk pakaian ini adalah pada bagian bahu agak terbuka atau melebar dan pada bagian bawah agak mengecil. Variasi Siluet Pakaian Variasi bentuk siluet Ada berbagai macam bentuk variasi siluet yang biasanya diterapkan pada desain pakaian saat ini yang dibuat dengan cara mengembangkan model siluet dasar. Berbagai bentuk variasi silue di buat untuk memenuhi permintaan pasar akan perubahan dan ingin inovasi baru terhadap mode pakaian, atas dasar pemikiran itulah timbul pemikiran dan berbagai desain pakaian dengan berbagai variasi siluet. Beberapa contoh variasi siluet pada pakaian Variasi bentuk ini, biasa disebut dengan siluet I, krn bentuknya menyerupai huruf I. Pakaian yang bersiluet I terkesan terlihat simpel. 10
11 Variasi bentuk siluet ini, biasa disebut variasi siluet S, karna bentuknya yang menyerupai huruf S. Variasi bentuk siluet ini memadukan antara bentuk siluet I dan A, bentuknya terlihat lurus pada bagian atas dan melebar pada bagian bawahnya. Variasi siluet ini merupakan variasi siluet A dan A terbalik, pada bagian atas bersiluet A dan pada bagian bawah terlihat seperti siluet A terbalik. 11
12 Variasi siluet ini merupakan variasi siluet A (segitiga) terbalik, jika pada siluet A mengecil pada bagian atas pada variasi siluet ini mengecil pada bagian bawah. Variasi siluet ini terlihat melebar pada bagian atas dan menyempit pada potongan di bawah buah dada (empire) kemudian pada batas tersebut kembali melebar pada bagian bawah. Jika dilihat variasi siluet ini juga merupakan adaptasi dari Siluet A 12
13 Variasi bentuk siluet ini biasa disebut variasi siluet T, karna bentuk siluetnya menyerupai bentuk huruf T. Variasi bentuk siluet ini, biasa disebut variasi siluet L karna bentul siluetnya menyerupai huruf L. Biasanya penggunaan Siluet L ini kerap ditemukan pada siluet gaun pengantin. Bentuk siluet ini lurus pada bagian depan tapi menjuntai panjang pada bagian belakang. 5. siluet berdasarkan bentuk alam - Hourglass silhouette, adalah siluet pakaian yang membentuk tubuh, 1. Pegged skirt / venus Siluet dengan bentuk lebar di atas, kecil. Di pinggang. Besar di panggul dan mengecil di bagian bawah. 2. Natural silhouette Bagian atas membentuk kutang / camisol, membentuk pinggang dan melebar di bagian rok. 3. Flare silhouette Besar di atas, kecil di pinggang dan melebar di bagian rok. 13
14 - Wide bodice silhouette Siluet yang memberi kesan tubuh bagian atas menjadi lebar, misalnya penggunaan garis horizontal ( motif / garis hias ) dan model lengan lebar yaitu kimono dan dolman. - Geometric silhouette adalah siluet dengan bentuk-bentuk geometric. 1. Rectangel / chemise Bentuk lurus persegi panjang ( siluet H ) 2. Tent / trapeze Bentuk tenda / segitiga ( siluet A ) 3. Wedge / taji Lebar di atas, kecil di pinggang dan mengecil ke bagian rok ( siluet Y ) 4. Tunic / T shape Lebar di atas dan tunic ke bagian bawah ( siluet T ) - Bustle silhouette Adalah siluet yang membentuk tubuh dan di beri tonjolan pada bagian tertentu. - Pants silhouette Adalah siluet dengan paduan celana panjang beragam bentuk / model. 14
15 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Bentuk dasar pakaian dapat diartikan sebagai bentuk awal dari suatu pakaian, menurut sejarah bentuk dasar pakaian di bagi menjadi tiga yaitu Kutang, Pakaian bungkus, dan Kaftan. Dari ketiga macam bentuk dasar pakaian yang asli yaitu kutang, pakaian bungkus, kaftan. Sampai saat ini masih dipakai akan tetapi mengalami perubahan signifikan sesuai dengan tuntutan perkembangan dunia mode menjadi beberapa macam bentuk pakaian baik dari segi bahan maupun cara memakainya. Siluet secara umum adalah garis luar dari satu pakaian, bentuk dari pakaian, tanpa bagian-bagian atau detailnya seperti, kerutan, lipit-lipit, kup dll. Atau dapat disimpulkan sebagai sesuatu yang pertama nampak pada suatu model pakaian. Siluet sangat mempengaruhi bentuk tubuh si pemakai, oleh sebab itu untuk menutupi kekurangan dari bentuk tubuh si pemakai, perlu memperhatikan pemilihan siluet. 15
16 DAFTAR PUSTAKA Riyanto. Arifah A. Modul Dasar Busana. Universitas Pendidikan Indonesia Djati. Pratiwi. Pecah Pola dan Pola Dasar Busana
BAHAN AJAR BAGIAN II SEJARAH MODE HUBUNGAN BENTUK DASAR BUSANA ASLI DENGAN BUSANA TRADISIONAL INDONESIA
BAHAN AJAR BAGIAN II SEJARAH MODE HUBUNGAN BENTUK DASAR BUSANA ASLI DENGAN BUSANA TRADISIONAL INDONESIA A. Busana Tradisional Indonesia Ditinjau dari Bentuk Dasar Busana Asli Indonesia sudah dikenal sebagai
Lebih terperinciGambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika
BAHAN AJAR BAGIAN III SEJARAH MODE PERKEMBANGAN BENTUK DASAR BUSANA DI NEGARA TIMUR A. Thailand Thailand adalah salah satu negara tetangga Indonesia sehingga busan antara kedua negara tersebut terdapat
Lebih terperinciSEJARAH DAN PERKEMBANGAN MODE BUSANA
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MODE BUSANA Dipresentasikan pada Pendidikan dan Latihan Tenaga Pendidik dan Penguji Praktek Menjahit Pakaian Wanita dan Anak se Jawa Barat Tanggal 19 Juli 2005 Oleh Dra. Arifah
Lebih terperinciKAJIAN KOMPARATIF DESAIN BUSANA NASIONAL WANITA INDONESIA KARYA BARON DAN BIYAN DENGAN KARYA ADJIE NOTONEGORO
KAJIAN KOMPARATIF DESAIN BUSANA NASIONAL WANITA INDONESIA KARYA BARON DAN BIYAN DENGAN KARYA ADJIE NOTONEGORO Oleh Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana JPKK FPTK UPI I. PRINSIP DASAR BUSANA
Lebih terperinciKeindahan Desain Kalung Padu Padan Busana. Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak
Keindahan Desain Kalung Padu Padan Busana Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak Pemakaian busana kini telah menjadi trend di dunia remaja, dengan
Lebih terperinciUJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN Hari/Tanggal (60 menit) P - 01
DOKUMEN SEKOLAH SANGAT RAHASIA UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 2014-2015 Mata Pelajaran Tata Busana/Ketrampilan Paket 01/Utama Hari/Tanggal... Waktu 08.30 09.30 (60 menit) P - 01 PETUNJUK UMUM :
Lebih terperinciBAHAN PERKULIAHAN KONTRUKSI POLA BUSANA (Prodi Pendidikan Tata Busana) Disusun Oleh : Dra. Marlina, M.Si Mila Karmila, S.Pd, M.Ds
BAHAN PERKULIAHAN KONTRUKSI POLA BUSANA (Prodi Pendidikan Tata Busana) Disusun Oleh : Dra. Marlina, M.Si Mila Karmila, S.Pd, M.Ds PRODI PENDIDIKAN TATA BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
Lebih terperinciLINSERI (BUSANA DALAM) Oleh : As-as Setiawati
LINSERI (BUSANA DALAM) Oleh : As-as Setiawati Arti Linseri - Lingerie berasal dari bahasa latin Lingerie berasal dari kata Ineus, made of linen, from Inum, flax yang berarti linen artinya pakaian yang
Lebih terperincikalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia
2017 kalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia Sa j a ilust rasi oleh Cin dy K a l e n d e r g r a t i s. T i d a k u n t u k d i p e r j u a l b e l i k a n F r e e C a l e n d a r. N o t fo r s
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN ANALISIS MODEL BUSANA
ANALISIS MODEL BUSANA Oleh : Dra. As-as Setiawati, M.Si PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB II KARAKTERISTIK BUSANA ETNIK
BAB II KARAKTERISTIK BUSANA ETNIK Karakteristik busana etnik setiap daerah berbeda-beda. Karakterstik tersebut ditinjau dari model busananya, jenis dan corak kain yang dipergunakan, warna busana dan perlengkapan
Lebih terperinciJURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Bahan Ajar
JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Bahan Ajar Mata Kuliah/ Kode MK : Dasar Busana / KB 112 Pokok bahasan : Perkembangan
Lebih terperinciBentuk Dasar Busana Dan Perkembangan Mode Busana
Bentuk Dasar Busana Dan Perkembangan Mode Busana Bentuk Dasar Busana Bentuk dasar busana yang terdapat di Indonesia, yaitu kutang, pakaian bungkus, poncho, kaftan dan celana. Untuk lebih jelasnya, bentuk
Lebih terperinciBAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN
BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. Kelompok Data Berkaitan Dengan Aspek Fungsi Produk Rancangan Gbr 3.A.1 Hijab Pengguna Motor Busana memiliki nilai fungsi dan kegunaan maka ada beberapa hal yang
Lebih terperinciMODUL VI BU 461*) Adibusana
MODUL VI 1. Mata Kuliah : BU 461*) Adibusana 2. Pertemuan ke : 11 dan 12 3. Pokok Materi : Busana Fantasi dan Kreasi Busana 1. Busana Fantasi 2. Busana Kreasi 4. Materi Perkuliahan : Busana fantasi adalah
Lebih terperinciBAHAN AJAR PERKULIAHAN
BAHAN AJAR PERKULIAHAN SEJARAH MODE (BU 152) Dr Mally Maeliah, M.Pd NIP. 19950929 198303 2 002 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI
Lebih terperinciULANGAN HARIAN MAN YOGYAKARTA III TAHUN PELAJARAN 2014/2015. : Prakarya dan Kewirausahaan Kerajinan Tekstil
ULANGAN HARIAN MAN YOGYAKARTA III TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran Kelas/Semester Waktu : Prakarya dan Kewirausahaan Kerajinan Tekstil : XII/I : 45 menit A. Pilihlahlah jawaban di bawah ini yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan, dan saran disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan, dan saran disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian Manfaat Hasil Belajar Membuat Pola Busana Pesta Wanita Dengan Sistem Kombinasi Sebagai Kesiapan Praktek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan manusia dan memiliki peran yang besar didalam kegiatan bisnis,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi saat ini telah memasuki setiap dimensi aspek kehidupan manusia dan memiliki peran yang besar didalam kegiatan bisnis, organisasi,
Lebih terperinciBerbagai Model Lengan Dan cara Membuat Polanya. Oleh : As-as Setiawati
Berbagai Model Lengan Dan cara Membuat Polanya Oleh : As-as Setiawati LENGAN BUSANA Lengan pada busana merupakan salah satu bagian yang akan memperindah busana dan melindungi tangan pemakainya, sehingga
Lebih terperinciUSANA SMK JILID 1. Ernawati Izwerni Weni Nelmira
Ernawati Izwerni Weni Nelmira TATA A BUSAN USANA SMK JILID 1 TUT WURI HANDAYANI Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan
Lebih terperinciMenggambar Busana. Untuk SMK Program Keahlian Tata Busana
1 Menggambar Busana Penyelesaian Pembuatan Gambar I Untuk SMK Program Keahlian Tata Busana Oleh : ANIEQ BARIROH PKK-FT-UNESA NAMA SISWA :... KELAS :... SMK JAWAHIRUL ULUM BESUKI-JABON SIDOARJO 2 HAND OUT
Lebih terperinciKain Sebagai Kebutuhan Manusia
KAIN SEBAGAI KEBUTUHAN MANUSIA 1 Kain Sebagai Kebutuhan Manusia A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari kain sebagai kebutuhan manusia. Manusia sebagai salah satu makhluk penghuni alam semesta
Lebih terperinciTATA BUSANA SMK JILID 1. Ernawati Izwerni Weni Nelmira
Ernawati Izwerni Weni Nelmira TATA BUSANA SMK JILID 1 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Hak Cipta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Busana merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Busana dalam arti umum seperti yang diungkapkan oleh Arifah A. Riyanto (2003:2) bahwa Busana adalah bahan tekstil
Lebih terperinciMODUL DASAR BUSANA. Oleh Prof.Dr.Arifah A. Riyanto,M.Pd. Dra.Liunir Zulbahri,M.Pd.
MODUL DASAR BUSANA Oleh Prof.Dr.Arifah A. Riyanto,M.Pd. Dra.Liunir Zulbahri,M.Pd. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
Lebih terperinci100 SOAL TES PRESTASI BELAJAR
100 SOAL TES PRESTASI BELAJAR Satuan Pendidikan Kompetensi Keahlian Mata Diklat Kelas/Semester : SMK N 6 Palembang : Tata Busana : Membuat Pola : X.XI/XII Busana Tahun Pelajaran : 2011 20112 Jumlah Soal
Lebih terperinciDESAIN BUSANA MUSLIMAH YANG TRENDI DAN MODIS
DESAIN BUSANA MUSLIMAH YANG TRENDI DAN MODIS Disampaikan pada Seminar Penerapan Syariah Islam 22 Februari 2003 Oleh Dra. Arifah A. Riyanto, M. Pd. HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
Lebih terperinciBAB III PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BUKIT HULU BANYU KALIMANTAN SELATAN
BAB III PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BUKIT HULU BANYU KALIMANTAN SELATAN 3.1 Pengertian Pakaian Adat Pakaian adat yaitu semua kelengkapan yang dipakai oleh seseorang yang menunjukkan kebudayaan suatu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan yang lebih baik. Melalui pendidikan manusia dapat menemukan halhal
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau kemajuan yang lebih baik. Melalui pendidikan manusia dapat menemukan halhal baru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting bagi pembangunan bangsa, karena
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting bagi pembangunan bangsa, karena merupakan salah satu aspek utama dalam pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya
Lebih terperinciKreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi
Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi Oleh: Nyoman Tri Ratih Aryaputri Mahasiswa Program Studi Seni Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia Denpasar Email: triratiharyaputri3105@gmail.com
Lebih terperinciMODUL III BU 461*) Adibusana
MODUL III 1. Mata Kuliah : BU 461*) Adibusana 2. Pertemuan ke : 5 dan 6 3. Pokok Materi : Busana Eksklusif Model Draperi 1. Pengertian Model Draperi 2. Karakteristik Busana Model Draperi 3. Jenis Kain
Lebih terperinciMODUL KURSUS MENJAHIT TINGKAT DASAR
i MODUL KURSUS MENJAHIT TINGKAT DASAR Cara Mengambil Ukuran, Pembuatan Pola Dasar, Merubah Model, Perencanaan Bahan Oleh Zulfaturochmah, S. Pd Pamong Belajar SKB Kab. Pekalongan DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Lebih terperinciDASAR DESAIN MODE BUS 132
BAHAN AJAR DASAR DESAIN MODE BUS 132 Disusun Oleh : Prof. Dr. Arifah A. Riyanto, M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Lebih terperinciDAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR BAGAN... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR BAGAN... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv vi viii ix BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Penelitian...
Lebih terperinciNama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya
Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya kerajinan batik,batik merupakan warisan budaya indonesia. kerajinan pahat, kerajinan yang membutuhkan ketekunan. kerajinan ukir, adalah
Lebih terperinciTips Memilah Busana Sesuai Sama Body
Tips Memilah Busana Sesuai Sama Body Tentu saja para cewek selalu ingin tampil menarik di variasi kesempatan kendi? Para perempuan mau tampil langsung & tetap memikat tanpa harus susah payah berdiet? Nah,
Lebih terperinciBriefing , 18 July 2016 Day 1-3, July 2016 Day 4, 23 July 2016
Briefing, 18 July 2016 Celana : Pria : Celana Panjang Kain Putih standar WGG 2016 Wanita : Rok Kain Putih standar WGG 2016 2. Barang Bawaan Wajib : Berkas Pengambilan Jaket Almamater Alat tulis untuk mencatat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Ambarwati, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri di bidang fashion merupakan industri yang sedang berkembang saat ini seiring dengan perkembangan kebutuhan manusia akan fashion. Hal ini mendorong industri-industri
Lebih terperinciJILID 3. Tata Busana
3 Tata Busana JILID 3 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Ernawati Izwerni Weni Nelmira TATA BUSANA
Lebih terperinciJILID 3. Tata Busana
3 Tata Busana JILID 3 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Ernawati Izwerni Weni Nelmira TATA BUSANA
Lebih terperinciBAB II METODE PERANCANGAN
BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS 1. Ulasan Karya Sejenis a. Bohemian Style Produk 1 : Baju Blouse Lengan Kalong Gambar 2. 1 Baju Blouse (Sumber: www.pinterest.com, 2017) Gambar diatas adalah beberapa
Lebih terperinciBAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN
BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Dalam perancangan produk clothing ini penulis melakukan analisa pada masing-masing produk yang akan
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
BAB II GAMBARAN UMUM PAKAIAN TRADISIONAL DAERAH BANDUNG 2.1 Pengertian Pakaian Tradisional Pakaian tradisional adalah busana yang dipakai untuk menutup tubuh manusia dan dikenakan secara turun-temurun.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam tesis yang berjudul Busana Adat Perkawinan Suku Gorontalo bahwa:
4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Tudung Kepala Dalam kamus bahasa Indonesia Partanto dan Yuwono (1994:495) tudung merupakan sesuatu yang dipakai untuk menutup bagian sebelah atas (kepala atau lubang).
Lebih terperinciTahun 1970-an batik Indonesia diunggulkan sebagai busana resmi di Indonesia oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin.
PEMBERDAYAAN BATIK Oleh Suciati, S.Pd., M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana JPKK FPTK UPI Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil tersebar di sepanjang garis khatulistiwa.
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Negara Cina yang merupakan salah satu dengan penduduk terbanyak di dunia memiliki berbagai seni budaya maupun mitos yang masih sangat kental. Acara-acara besar yang
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT KENYAMANAN GAUN BERUKURAN L YANG DIBUAT MENGGUNAKAN POLA MEYNEKE DAN POLA SO-EN
ANALISIS TINGKAT KENYAMANAN GAUN BERUKURAN L YANG DIBUAT MENGGUNAKAN POLA MEYNEKE DAN POLA SO-EN Laely Rachmania Nur Endah Purwaningsih Agus Sunandar Jurusan Teknologi Industri Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciANALISIS POLA BUSANA Oleh: As-as Setiawati
ANALISIS POLA BUSANA Oleh: As-as Setiawati CARA MENGUKUR BADAN Ketepatan suatu pola dasar ditentukan oleh cara mengukur badan yang tepat. Pola dasar yang baik berarti cara mengambil ukurannya tepat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pengertiannya yang paling umum, pakaian dapat diartikan sebagai penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung tubuh terhadap hal-hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ikat celup merupakan upaya penciptaan ragam hias permukaan kain setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di Indonesia tersebar
Lebih terperinciTata BUSANA. untuk Sekolah Menengah Kejuruan. Ernawati Izwerni Weni N. TATA BUSANA untuk SMK
Ernawati Izwerni Weni N. TATA BUSANA untuk SMK untuk Sekolah Menengah Kejuruan Tata BUSANA Ernawati Izwerni Weni Nelmira Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Lebih terperinciBAB V TEKNIK PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK
BAB V TEKNIK PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK A. Teknik Dasar Penataan Display Menata display yang baik selain harus memperhatikan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan desain dan keserasian warna,
Lebih terperinciYetti Pangaribuan adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
105 PENEKANAN UNSUR DEKORATIF MELALUI APLIKASI ORNAMEN ULOS BATAK TOBA PADA PERANCANGAN BUSANA Yetty Pangaribuan Abstrak Perancangan busana ada beberapa indikator yang menjadi pertimbangan dalam produksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etika Profesi 2.1.1 Definisi Etika Etika menurut Rini dan Intan (2015:3), berasal dari kata Yunani Ethos (Ta Etha) berarti adat istiadat atau kebiasaan. Dalam pengertian ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan berbagai peralatan dan perlengkapan hidup yang berfungsi untuk
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Pengertian Busana Manusia adalah makhluk yang berbudaya, dengan kebudayaan itu manusia mampu menciptakan berbagai peralatan dan perlengkapan hidup yang berfungsi
Lebih terperinciWALI KOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT
WALI KOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT KEPUTUSAN WALI KOTA BEKASI NOMOR : 556/KEP.357-Disparbud/VII/2017 TENTANG PELESTARIAN KEBUDAYAAN PADA BIOSKOP, USAHA JASA MAKANAN DAN MINUMAN, SERTA HOTEL BINTANG DI
Lebih terperinciRagam Hias Tenun Ikat Nusantara
RAGAM HIAS TENUN IKAT NUSANTARA 125 Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari sejarah teknik tenun ikat pada saat mulai dikenal masyarakat Nusantara. Selain itu, akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN SMK Negeri adalah salah satu lembaga pendidikan menengah kejuruan kelompok pariwisata yang memiliki 5 program keahlian yaitu Jasa Boga, Kecantikan, Tata Busana, Kimia
Lebih terperinciKata Pengantar. Penulis
Kata Pengantar P uji Tuhan, dengan penuh rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan karunia-nya, sehingga dapat menyelesaikan modul dengan judul Busana Pria ini
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 01
RPP menjahit RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 01 PELAJARAN : MULOK MENJAHIT KELAS /SEMESTER : VII / I MATERI : PENGERTIAN MENJAHIT SUB MATERI : DASAR DASAR MENJAHIT ALOKASI WAKTU : 2 x PERTEMUAN I. KOMPETENSI
Lebih terperinciLEMBARAN TUGAS, JOBSHEET DAN PANDUAN EVALUASI BELAJAR PRAKTIK KONSTRUKSI POLA BUSANA. Oleh: Dra. Haswita Syafri, M.Pd
LEMBARAN TUGAS, JOBSHEET DAN PANDUAN EVALUASI BELAJAR PRAKTIK KONSTRUKSI POLA BUSANA Oleh: Dra. Haswita Syafri, M.Pd JlhJRUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG Oktober,
Lebih terperinciBAB 3 ANALISIS DATA. Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi
BAB 3 ANALISIS DATA Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi pada mode busana Gothic Lolita yang didasarkan pada jenis-jenis busana Gothic Lolita modern. 3.1 Westernisasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Nurul Anggraeni (2015) mengembangkan penelitian yang berjudul Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif Menggunakan
Lebih terperinciDisampaikan pada Acara PKK Ibu-ibu Desa Trihanggo Sleman Yogyakarta Tahun 2004
MEMILIH BUSANA YANG TEPAT DAN BERETIKA UNTUK BERBAGAI MACAM KESEMPATAN Oleh : Widihastuti Staf Pengajar Program Studi Teknik Busana FT UNY widihastuti@uny.ac.id PENDAHULUAN Yang dimaksud dengan busana
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN/KOMUNITAS Di zaman yang sudah modern saat ini dan masuknya budaya asing kedalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tetapi Di Indonesia gaya bohemian ini sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang akan diciptakan. Desain busana erat hubungannya dengan mode (fashion).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desain busana merupakan perencanaan dalam pembuatan suatu busana yang akan diciptakan. Desain busana erat hubungannya dengan mode (fashion). Mode (fashion) merupakan
Lebih terperinciTATA BUSANA SMK JILID 3. Ernawati Izwerni Weni Nelmira
Ernawati Izwerni Weni Nelmira TATA BUSANA SMK JILID 3 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Hak Cipta
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : Mengingat
Lebih terperinciPenyusun: ANTI ASTA VIANI. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Penyusun: ANTI ASTA VIANI Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR
Lebih terperinciGUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2014
GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2014 T E N T A N G STANDARISASI PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUP PEMERINTAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciBUSANA TENUN IKAT TRADISIONAL KAB. KUPANG
BUSANA TENUN IKAT TRADISIONAL KAB. KUPANG Kegiatan menenun merupakan warisan ketrampilan turun temurun serta garis penghubung antar generasi yang sampai saat ini masih tetap dipertahankan dan tersebar
Lebih terperinciMODUL V. 1. Mata Kuliah : BU 461*) Adibusana 2. Pertemuan ke : 9 dan Pokok Materi : Busana Eksklusif Model Pas Badan
MODUL V 1. Mata Kuliah : BU 461*) Adibusana 2. Pertemuan ke : 9 dan 10 3. Pokok Materi : Busana Eksklusif Model Pas Badan 4. Materi Perkuliahan : 1. Model Strapless 2. Model Camisol 3. Model Thank top
Lebih terperinciMODEL KERAH JAS, KERAH SETALI, KERAH FRILLS DAN JABOT SERTA CARA MEMBUAT POLANYA
MODEL KERAH JAS, KERAH SETALI, KERAH FRILLS DAN JABOT SERTA CARA MEMBUAT POLANYA Oleh : As-as Setiawati Kerah Jas dan Kerah Setali Kerah jas adalah kerah yang dilengkapi dengan rever (kelepak), letak kerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Busana merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang tidak dapat digantikan oleh apapun. Pada awalnya busana hanya digunakan sebagai penutup tubuh. Kini fungsi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAKAIAN DINAS DAN ATRIBUT PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang beraneka ragam, salah satu hasil budaya tersebut adalah batik. Batik merupakan warisan
Lebih terperinciMEMBUAT POLA BUSANA TINGKAT DASAR
MEMBUAT POLA BUSANA TINGKAT DASAR Busana mempunyai hubungan yang erat dengan manusia, karena menjadi salah satu kebutuhan utamanya. Sejak jaman dahulu, dalam kehidupan sehari hari manusia tidak bisa dipisahkan
Lebih terperinciEbook 1. Dewasa (Model 1)
Ebook 1 Ebook Cara Menjahit Blouse Dasar Cara Membuat Pola Dasar Gaun Wanita Dewasa (Model 1) Sebuah PAnduan Lengkap yang Membahas Tentang Cara Membuat Pola Dasar Gaun Wanita Dewasa Oleh: Khasanah El Zahra
Lebih terperinciBAB III SURVEY LAPANGAN
BAB III SURVEY LAPANGAN 3.6 Perolehan Material Renda di Indonesia Renda yang banyak ditemukan di pasaran adalah jenis renda yang digunakan sebagai bahan dekorasi atau benda aplikasi. Biasanya renda digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya merupakan suatu pola hidup yang berkembang dalam masyarakat yang diwariskan dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, budaya memiliki kaitan yang sangat erat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada setiap era dalam perkembangan mode, ada tren dan tema yang mendasari perubahannya, mulai dari warna hingga siluet dan potongan busana. Tren untuk tahun 2015 berdasarkan
Lebih terperinciAtribut Wajib Fashion
Atribut Wajib Fashion Mengapa Anda harus mengisi spesifikasi SKU? Manfaat dari Atribut: 1. Mengarahkan pelanggan ke produk yang benar: Dengan atribut kunci sebagai filter, meningkatkan navigasi dan memudahkan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG
PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari busana itu sendiri. Lebih dari itu, pemenuhan kebutuhan akan busana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Busana merupakan kebutuhan primer bagi manusia. Ini artinya busana merupakan kebutuhan pokok manusia. Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, kegiatan
Lebih terperinciPERBEDAAN HASIL KETEPATAN UKURAN BLUS LURIK ANTARA YANG MENGGUNAKAN TEKNIK RELAXING DAN TOLERANSI UKURAN
PERBEDAAN HASIL KETEPATAN UKURAN BLUS LURIK ANTARA YANG MENGGUNAKAN TEKNIK RELAXING DAN TOLERANSI UKURAN SKRIPSI Disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Prodi Pendididkan
Lebih terperinciPowered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) 2 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pakaian Dinas Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah dan Kepala Desa; 8. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi
Lebih terperinciPenerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil
Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris pada bahan tekstil banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penerapan ragam hias pada bahan tekstil dapat dilakukan dengan cara membatik, menenun,
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS APARATUR SIPIL
Lebih terperinciANALISIS POLA DASAR ROK DAN PANTALON WANITA SERTA CARA MEMPERBAIKI POLA Oleh : As-as Setiawati
ANALISIS POLA DASAR ROK DAN PANTALON WANITA SERTA CARA MEMPERBAIKI POLA Oleh : As-as Setiawati 1. Pantat besar dan menonjol Cara memperbaiki polanya sebagai berikut: Ukur panjang tengah belakang rok pada
Lebih terperinciBAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN
BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Ambor Baju Pesta Balita Perempuan merupakan baju pesta untuk usia 1-5 tahun. Faktor yang mempengaruhi
Lebih terperinciBERITA NEGARA. ARSIP NASIONAL. Pakaian Dinas. Pegawai. Pencabutan.
No.230, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ARSIP NASIONAL. Pakaian Dinas. Pegawai. Pencabutan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN
Lebih terperinci2014, No PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN
2014, No.313 6 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 743/MENKES/PER/VI/2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL KANTOR
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU,
PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU, Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman dari waktu ke waktu, yang diiringi dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi, telah membawa manusia kearah modernisasi dan globalisasi.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG
Menimbang : a. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Kebutuhan pangan berupa makanan, sandang berupa pakaian, dan kebutuhan
Lebih terperinciSALINAN. Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 6,nomor 5494);
SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciMEMILIH POLA BUSANA TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
MEMILIH POLA BUSANA TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PROYEK PENGEMBANGAN SISTEM DAN STANDAR PENGELOLAAN SMK DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN JAKARTA
Lebih terperinci