BAB 3 ANALISIS DATA. Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 ANALISIS DATA. Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi"

Transkripsi

1 BAB 3 ANALISIS DATA Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi pada mode busana Gothic Lolita yang didasarkan pada jenis-jenis busana Gothic Lolita modern. 3.1 Westernisasi Pada Mode Busana Gothic Lolita Sebelum penulis memberikan analisis mengenai unsur westernisasi dalam mode busana Gothic Lolita, penulis akan memaparkan perbedaan mode busana zaman Victoria dan mode busana Gothic Lolita. Gambar 3.1 Mode Busana Zaman Victoria dan Gothic Lolita Modern di Jepang Mode Busana Gothic Lolita Mode Busana ZamanVictoria di Jepang (Fashion-Era.com) (

2 Sebenarnya mode busana Gothic di negara Barat, yang terletak di benua Eropa pada abad ke-18 sampai sekarang, tidak memiliki warna-warna gelap seperti mode busana Gothic seperti mode fesyen di Jepang. Bahkan mode busana Gothic maupun Gothic Lolita di Jepang memiliki ciri khas yang sangat berbeda dengan mode busana Gothic di negara Barat yang terletak di benua Eropa. Semenjak bangsa Barat masuk ke Jepang, pengaruh budaya Barat terhadap budaya Jepang membuat masyarakat Jepang menjadi masyarakat yang maju. Di negara Barat pada abad ke-18, khususnya dalam zaman Victoria, busana yang dikenakan oleh masyarakat Barat saat itu berupa gaun panjang dengan renda yang bertumpuk-tumpuk. Masyarakat Jepang yang tertarik dengan mode busana ala Victoria tersebut, memodifikasi mode busana tersebut, menjadikannya lebih simple dan unik. Terdapat perubahan yaitu dari bentuk aslinya yang panjang menjadi sederhana yakni ukuran rok menjadi lebih pendek. Sebagaimana menurut Kindaichi Kyousuke, inti dari makna sederhana adalah perubahan yang sebelumnya memiliki bentuk yang rumit. Gaya mode busana Gothic yang telah dimodifikasi oleh masyarakat Jepang inilah yang disebut dengan Gothic Lolita. Keunikan mode busana ini semakin menyebar luas terutama di kalangan remaja Jepang saat ini. Bahkan juga menyebar luas ke berbagai negara dunia. Selanjutnya penulis akan menganalisis unsur-unsur westernisasi mode busana Gothic Lolita yang didasarkan pada jenis-jenis mode busana Gothic Lolita modern yang telah dijelaskan di bab

3 3.2 Analisis Pengaruh Barat Dalam Sweet Lolita Gambar 3.2 Mode Busana Sweet Lolita (Ama-Rori) (Gothic Lolita&Bible vol. 7) Deskriptif pakaian: Dengan melihat gambar di atas, Sweet Lolita menampilkan gaya busana yang manis dan kekanak-kanakan. Berikut ini adalah analisis bagian-bagian mode busana Sweet Lolita: 1. Kepala Pada bagian kepala, digunakan pita besar atau kecil dengan warna yang senada dengan warna pakaian atau dapat juga digunakan Bonnets. Warna yang digunakan adalah warna-warna cerah seperti pink, putih, krem dan sebagainya, sehingga memberikan tampilan yang manis

4 Gambar 3.3 Pita Berenda (Gothic Lolita&Bible vol.4) Gambar 3.4 Bonnets Mode Bonnets Pada Zaman Victoria Mode Bonnets Gothic Lolita di Jepang (Fashion-Era.com) (Gothic Lolita&Bible vol.4) 2. Pakaian Untuk gaya ini banyak digunakan corak gaun yang berwarna cerah (merah muda, putih, krem, dan lain-lain). Untuk rok digunakan rok berenda yang bertumpuk

5 tumpuk seperti yang ditunjukan pada gambar di atas. Pada baju atasan juga ditambahkan pita atau tali dengan warna cerah untuk mempermanis pakaian. 3. Sepatu Sepatu digunakan model sepatu Mary Jane seperti yang ditunjukan pada gambar 3.5 di bawah ini. Warna sepatu juga mengikuti warna pakaian. Selain itu, juga ditambahkan stocking atau kaus kaki berenda dengan warna yang sama. Gambar 3.5 Sepatu Mary Jane Untuk Busana Sweet Lolita (Gothic Lolita&Bible vol.7) 4. Aksesoris Pada mode busana ini juga ditambahkan aksesoris seperti tas dengan warna senada atau boneka (seperti boneka Teddy Bear pada gambar di atas) untuk menegaskan kesan kekanak-kanakan. Mode busana Sweet Lolita menekankan gaya yang manis dan cerah, sehingga tampilan yang kekanak-kanakan dalam mode busana ini jadi lebih hidup. Unsur Gothic Lolita yang seharusnya ditampilkan dalam mode busana gaun panjang yang anggun namun suram, menjadi sebuah gaun yang pendek sebatas lutut dengan penuh renda dan pita yang memiliki warna cerah (merah muda, putih dan krem) sehingga lebih

6 menunjukan tampilan yang penuh keceriaan, dan kepolosan layaknya seorang gadis kecil. Gaya pada mode busana ini telah mengalami perubahan budaya berpakaian yang jauh menyimpang dari aslinya. Istilah Sweet Lolita hanya ada di Jepang, karena gaya busana ini termasuk salah satu jenis mode busana Gothic Lolita di Jepang. Gaya ini tetap mengandung makna Gothic tetapi mengalami modifikasi sehingga menjadi mode busana seperti ini. Analisis unsur westernisasi: Dari gambar dan analisis pakaian di atas terlihat dengan jelas hasil westernisasi dan akulturasi kebudayaan Barat dan kebudayaan Jepang. Unsur westernisasi kebudayaan Barat dapat dilihat dari bentuk pakaian yang digunakan untuk gaya Sweet Lolita ini yaitu rok berenda yang bertumpuk-tumpuk, pita dan bonnets, stocking berenda, sepatu Mary Jane (sepatu dengan sol tebal dan tinggi) dan boneka teddy bear. Unsur kebudayaan Jepang dalam Sweet Lolita gaya ini merupakan hasil modifikasi dari pakaian Gothic Lolita yang ada di Eropa oleh kaum muda Jepang sehingga menampilkan gaya Gothic Lolita yang manis. Gaya Sweet Lolita ini merupakan salah satu jenis gaya Gothic Lolita di Jepang yang paling banyak diminati oleh kaum muda Jepang, yang kemudian juga menyebar luas ke berbagai negara.berikut ini penulis akan menganalisis berdasarkan jenis-jenis busana dari Gothic Lolita

7 3.3 Analisis Pengaruh Barat Dalam Shiro-Rori (Shiroi Lolita), Kuro-Rori (Kuroi Lolita), Pink-Rori (Pink Lolita),dan Mizu-Rori (Mizuiro Lolita) Mode busana jenis Gothic Lolita ini dibagi lagi menjadi empat jenis warna yang masing-masing memiliki ciri khas yang unik. Penulis akan menganalisis mode busana ini satu persatu Shiro-Rori (Shiroi Lolita) Gambar 3.6 Shiro-Rori Mode Busana Shiro-Rori Pada Zaman Victoria Mode Busana Shiro-Rori Di Jepang (victorianbridalmuseum.com/lectures) ( al/victorian Girl-19.jpg)

8 Deskriptif pakaian: Dilihat dari gambar di atas, Shiro-Rori menampilkan gaya yang pucat dan sesuai dengan namanya, mode busana ini di dominasi dengan warna putih. Berikut ini adalah analisis pakaian Shiro-Rori secara detailnya: 1. Kepala Untuk hiasan kepala pada mode busana Shiro-Rori, dapat digunakan pita putih, pita berenda putih atau bonnets pada zaman Victoria abad ke-18 seperti gambar dibawah ini Gambar 3.7 Bonnets Gambar 3.8 Pita Berenda (Gothic Lolita&Bible vol.7) (Gothic Lolita&Bible Vol.5) 2. Pakaian Mode busana untuk Shiro-Rori adalah bentuk baju berenda yang bertumpuktumpuk dengan warna putih. Karena warna putih merupakan warna yang netral, baju ini bisa dipadukan dengan pita hitam seperti contoh gambar baju di bawah ini

9 Gambar 3.9. Mode Busana Shiro-Rori Yang Telah Dimodifikasi Dengan Pita Hitam (Gothic Lolita&Bible vol 7) 3. Sepatu Sepatu yang digunakan dalam mode busana Shiro-Rori adalah jenis sepatu Mary Jane berwarna putih seperti sepatu yang dikenakan dalam mode busana Sweet Lolita. Bentuk sepatu ini juga dapat menyerupai bentuk sepatu ballet berwarna putih, seperti gambar di bawah ini. Gambar 3.10 Mode Sepatu Yang Dipakai Dalam Busana Shiro-Rori (Gothic Lolita& Bible vol.4)

10 4. Aksesoris Aksesoris pendukung mode busana ini yang sebagian besar diminati oleh si pemakai adalah payung berenda putih, tas tangan putih, dan boneka teddy bear. Tetapi karena warna putih adalah warna netral pada mode gaun ini, mode gaun Shiro-Rori dapat di padukan dengan aksesoris hitam misalnya: pita hitam. Gambar 3.11 Payung Berenda Putih Gambar 3.12 Tas Tangan (Gothic Lolita&Bible vol 6) (Gothic Lolita&Bible vol.6) Gambar 3.13 Boneka Teddy Bear (Gothic Lolita&Bible vol 6) Dalam mode busana Shiro-Rori, gaya ini menampilkan gaun dan aksesoris serba putih untuk memberikan kesan pucat dalam mode busana ini. Unsur Gothic yang seharusnya ditampilkan dalam mode busana gaun yang anggun namun suram, menjadi

11 kesan yang pucat dan tidak berdosa. Setelah melihat gambar diatas, gaya ini telah mengalami perubahan budaya berpakaian yang jauh menyimpang dari aslinya. Dapat dilihat dari bentuk gaun. Di negara Eropa mode gaun Gothic adalah panjang, sedangkan di Jepang gaun Gothic hanya sampai sebatas lutut. Di negara-negara Eropa sendiri, tidak ada istilah Shiro-Rori. Meski Shiro-Rori merupakan mode busana ala gaun gadis bangsawan di negara Eropa, di Eropa sendiri gaun yang serupa dengan Shiro-Rori memilikki warna dan corak bermacam-macam seperti corak bunga, warna-warna pilihan (hitam, merah, hijau, biru,dsb) Di Jepang, gaya ini tetap mengandung makna Gothic tetapi mengalami perubahan secara berangsur-angsur dari gaya baju sebelumnya sehingga terbentuklah mode baju seperti ini Analisis unsur westernisasi: Dari gambar dan analisis pakaian di atas terlihat dengan jelas hasil akulturasi kebudayaan Barat dan kebudayaan Jepang. Unsur westernisasi unsur kebudayaan Barat dapat dilihat dari bentuk pakaian yang digunakan untuk gaya Shiro-Rori ini yaitu gaun berenda bertumpuk-tumpuk, stocking, pita berenda untuk aksesoris kepala, dan aksesoris tambahan seperti tas tangan, payung berenda,. Selain itu dapat dilihat juga dari dandanannya yang menggunakan make-up tebal yang berwarna putih sehingga menampilkan kesan pucat. Pada gambar mode busana Shiro-Rori zaman Victoria bentuk gaun lebih terlihat glamour dan anggun, panjang dan menggambarkan sosok wanita dewasa pada zaman Victoria. Di Jepang, mode busana Shiro-Rori dibuat tidak jauh dari aslinya, masih memakai renda bertumpuk dan lebih memperlihatkan kesan kekanak-kanakan. Busana ini mengalami perubahan yang lebih sederhana Unsur kebudayaan Jepang dalam mode busana Shiro-Rori merupakan hasil modifikasi dari

12 pakaian Gothic Lolita yang ada di Eropa oleh kaum muda Jepang sehingga menampilkan gaya Gothic Lolita yang pucat Gaya Shiro-Rori ini merupakan salah satu jenis gaya Gothic Lolita di Jepang yang kemudian menyebar luas ke berbagai negara dan menjadi kostum dalam cosplay (costum player) Kuro-Rori (Kuroi Lolita) Gambar 3.14 Kuro-Rori Mode Busana Kuro-Rori Pada Zaman Victoria Mode Busana Kuro-Rori Di Jepang (telematics.ex.ac.uk/vrivic/ /dress1obj.htm) ( Deskriptif pakaian: Melihat gambar di atas, penulis akan menjelaskan sedikit mengenai pakaian beserta aksesoris yang dipakai dalam mode busana Kuro-Rori sebagai berikut:

13 1 Kepala Pada bagian kepala dan rambut untuk mode Kuro-Rori, si pemakai dapat memakai topi kecil berwarna hitam, pita berenda, bonnets dan pita hitam Gambar 3.15 Topi Kecil Berwarna Hitam Gambar 3.16 Pita Berenda (Gothic Lolita&Bible vol 6) ( Gambar 3-17 Pita Hitam Gambar 3.18 Bonnets (Gothic Lolita&Bible vol.4) (Gothic Lolita&Bible vol.4) 2 Pakaian Dilhat dari gambar di atas, Kuro-Rori menampilkan gaya yang. Untuk gaya ini mode gaun dan aksesorisnya tidak berbeda jauh dengan mode gaun Shiro-Rori, yaitu menggunakan rok berenda yang bertumpuk-tumpuk seperti gambar di atas. Selain itu ditambahkan aksesoris seperti stocking hitam dan stocking putih, pita hitam dan pita putih. Karena mode baju Kuro-Rori berwarna hitam dan hitam

14 adalah warna yang netral warna aksesoris yang digunakan bisa berwarna hitam dan bisa juga berwarna putih. Gambar 3.19 Mode Busana Kuro-Rori Yang Dimodifikasikan Dengan Warna Putih (Gothic Lolita&Bible vol.7) 3. Sepatu Dalam mode busana Kuro-Rori sepatu yang dipakai adalah bentuk sepatu Mary Jane berwarna hitam. Sepatu ini bisa digunakan dengan stocking dan kaus kaki berenda hitam maupun putih. Gambar 3.20 Sepatu Mary Jane Gambar 3.21 Gambar Sepatu Mary Jane. (Gothic Lolita&Bible vol.5) (Gothic Lolita&Bible vol.5)

15 4. Aksesoris Aksesoris pelengkap yang dipakai untuk mempermanis gaya busana ini adalah tas tangan, boneka teddy bear dan payung Gambar 3.22 Tas Tangan Gambar Boneka Teddy Bear (Gothic Lolita&Bible vol.7) (Gothic Lolita&Bible vol.6) Gambar 3. 24Payung (Gothic Lolita&Bible vol.4)

16 Analisis unsur westernisasi: Dari gambar dan analisis pakaian di atas terlihat dengan jelas hasil akulturasi kebudayaan Barat dan kebudayaan Jepang. Unsur westernisasi, yakni unsur kebudayaan Barat dapat dilihat dari bentuk pakaian yang digunakan untuk gaya Kuro-Rori ini, Seperti yang telah penulis tulis mengenai manfaat gaun hitam pada zaman Victoria abad ke-18 adalah sebagai baju untuk berkabung nasional, mode baju ini.terinspirasi dari gaun hitam zaman Victoria abad ke-18. Namun baju Kuro-Rori bukan dipakai untuk berkabung di Jepang. Sedangkan untuk dandannya, si pemakai lebih menyukai dandanan netral, yaitu hanya polesan bedak dan make-up yang ringan (make-up dengan warna lembut). Dalam mode busana Kuro-Rori terdapat perubahan yaitu dari bentuk aslinya yang panjang menjadi sederhana yakni ukuran rok menjadi lebih pendek Unsur kebudayaan Jepang pada gaya Kuro-Rori merupakan hasil modifikasi dari pakaian Gothic Lolita yang ada di Eropa oleh kaum muda Jepang sehingga menampilkan gaya Gothic Lolita yg suram.dan gaya Kuro-Rori ini merupakan salah satu jenis gaya Gothic Lolita di Jepang yang kemudian menyebar luas ke berbagai negara dan cukup diminati oleh orang-orang di luar Jepang

17 3.3.3 Pink-Rori (Pink Lolita) Gambar 3.25 Pink Rori Mode Busana Pink-Rori Pada Zaman Victoria Mode Busana Pink Rori di Jepang ( Deskriptif pakaian: Dilihat dari gambar di atas, Pink-Rori menampilkan gaya yang manis dan lemah lembut. Untuk mengetahui mode busana Pink-Rori, penulis akan memaparkan mengenai mode busana ini

18 1. Kepala Pada kepala, biasanya si pemakai menghiasi rambut dengan memakai pita berenda di kepala ( gambar 3. 25) seperti di bawah ini Gambar 3.26 Bentuk Pita Berenda ( 2. Pakaian Untuk gaya ini banyak digunakan warna gaun pink dengan renda putih bertumpuk-tumpuk di atas (lihat gambar 3.25) maupun di bawah (gambar 3.27)

19 Gambar Mode Busana Pink Rori (Gothic Lolita&Bible vol.20) 3. Sepatu model sepatu berupa model sepatu Mary Jane (sepatu dengan sol tebal dan tinggi) yang menyerupai sepatu ballet berwarna pink dengan stocking berenda warna putih.seperti contoh gambar di bawah ini

20 Gambar 3.28 Kaus Kaki Berenda Dan Sepatu Mary Jane Yang Berbentuk Sepatu Ballet (Gothic Lolita&Bible vol.20) Dalam mode baju Pink Lolita, gaya yang ditampilkan hampir sama dengan gaya Shiro-Rori yaitu menampilkan kesan manis dan lebih menunjukkan kelemah lembutan dari seorang gais bangsawan.. Unsur Gothic yang seharusnya ditampilkan dalam mode busana gaun yang anggun namun suram, menjadi kesan yang romantis. Gaya ini juga telah mengalami sedikit perubahan budaya berpakaian yang sesungguhnya. Di negaranegara Eropa sendiri, tidak ada istilah Pink-Rori.. Makna Gothic dalam mode busana ini sangat minim, karena dilihat dari gambar di atas, warna pink bukan termasuk warna yang gelap. Tetapi makna Gothic yang minim yang dapat telihat adalah bentuk mode baju Pink-Rori itu sendiri

21 Analisis unsur westernisasi: Dari gambar dan analisis pakaian diatas terlihat dengan jelas hasil akulturasi kebudayaan Barat dan kebudayaan Jepang.Unsur westernisasi unsur kebudayaan Barat dapat dilihat dari bentuk pakaian yang digunakan untuk gaya Pink-Rori ini yaitu mode busana berenda yang bertumpuk-tumpuk. Mode busana Pink - Rori pada zaman Victoria lebih terkesan glamour dan menunjukan citra diri seorang perempuan pada zaman itu. Bentuk busananyapun mengenakan renda bertumpuk dengan rok panjang berlipit, sedangkan Pink-Rori di Jepang dibuat lebih glamour dengan mengenakan banyak renda bertumpuk dan warna pink cerah untuk mempermanis penampilan mulai dari bentuk hiasan kepala, mode baju hingga sepatu. Pink-Rori memilikki persamaan yang tidak beda jauh dengan Shiro-Rori dan Kuro-Rori. Perbedaannya hanya pada warna mode busana. Warna make-up yang dipakai dalam dandanan mode busana Pink- Rori adalah lembut dan alami..unsur kebudayaan Jepang dalam gaya Pink-Rori merupakan hasil modifikasi dari pakaian Gothic Lolita yang ada di Eropa oleh kaum muda Jepang sehingga menampilkan gaya Gothic Lolita yg lembut dan romantis. Tetapi, terdapat perubahan yaitu dari bentuk aslinya yang panjang menjadi sederhana yakni ukuran rok menjadi lebih pendek

22 3.3.4 Mizuiro Rori Gambar 3.29 Mizuiro-Rori Mode Busana Mizuiro-Rori Pada Zaman Victoria Mode Busana Mizuiro Rori di Jepang (image 44.webshots.com/44/4/94/93/ spSBxlM_ph.jp) ( Deskriptif pakaian: Dilhat dari gambar di atas, Mizuiro-Rori menampilkan gaya yang lembut dan tenang..bentuk mode bajunyapun sangat unik, yaitu perpaduan antara yukata dan rok lipit berenda. Seperti yang akan penulis jelaskan di bawah ini

23 1. Kepala Aksesoris yang dipakai untuk kepala dan rambut pada busana ini sangat sederhana sekali yaitu pita besar Gambar 3.30 Pita besar Untuk Aksesoris Rambut Gambar 3.31 Pita Pada Rambut ( (Gothic Lolita&Bible vol.5) 2. Pakaian: Dalam mode baju Mizuiro-Rori seperti gambar 3.28 di atas, dapat dilihat model dasarnya adalah yukata pendek yang ditambahkan dengan renda dan lipatan pita berwarna putih, juga terdapat renda pada obi. 3. Sepatu Model sepatu yang bisa dipakai untuk membuat penampilan menjadi kontras adalah sepatu Mary Jane dengan warna yang sama dengan warna busana yang dipadukan dengan kaos kaki sebatas lutut yang berenda. Gambar 3.32 Sepatu Pada Mode Busana Mizuiro-Rori (Gothic Lolita&Bible vol.6)

24 Mode busana ini menekankan mode busana tradisonal Jepang, sehingga kesan Gothic dalam mode baju ini jadi berkurang.. Mode busana ini telah mengalami perubahan budaya berpakaian yang jauh menyimpang dari aslinya. Di negara-negara Eropa sendiri, tidak ada istilah Mizuiro-Rori. Di Jepang, gaya ini tetap mengandung makna Gothic tetapi mengalami perubahan secara berangsur-angsur dari gaya baju sebelumnya sehingga terbentuklah mode baju seperti ini. Analisis unsur westernisasi: Dari gambar dan analisa pakaian diatas terlihat dengan jelas hasil akulturasi kebudayaan Barat dan kebudayaan Jepang. Mode busana ini merupakan hasil perpaduan antara unsur westernisasi dengan unsur Jepang. Unsur westernisasi pada mode busana Mizuiro-Rori dapat dilihat dari bentuk pakaian bagian bawah yang dimodifikasi menyerupai rok dengan tambahan renda dan lipatan pita sebagai penekanan gaya Gothic.Gaun Mizuiro-Rori pada zaman Victoria lebih bersifat anggun dan memperlihatkan kedewasaan seorang gadis Victoria.Sedangkan di Jepang sendiri, unsur Jepang dalam mode busana ini adalah mode busana tradisional Jepang, yukata. Bentuk Yukata pendek dengan hiasan renda putih bertumpuk lebih memperlihatkan kesan gadis Jepang yang manis dan lincah. Terdapat perubahan yaitu dari bentuk aslinya yang panjang menjadi sederhana yakni ukuran rok menjadi lebih pendek

25 3.4 Analisis pengaruh Barat dalam Princess&Prince Lolita Gambar.3.33 Mode Busana Princess Dan Prince Lolita (Gothic Lolita&Bible vol.6) Deskriptif pakaian Princess Lolita: Dilhat dari gambar di atas, Princess Lolita menampilkan gaya yang anggun dan elegan. Layaknya seorang Putri bangsawan. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai mode busana Princess Lolita 1. Kepala Layaknya seperti soerang Putri bangsawan, si pemakai mengenakan mahkota atau topi kecil untuk memberikan citra keanggunan pada diri seorang Putri bangsawan

26 Gambar 3.34 Mahkota Pada Mode Busana Princess Lolita (Gothic Lolita&Bible vol.4) Gambar 3.35 Topi Kecil Pada Mode Busana Princess Lolita Mode Topi kecil dalam Busana Princess Lolita Pada Zaman Victoria Mode Topi Kecil dalam Busana Princess Lolita Di Jepang (Fashion-Era.com) (Gothic Lolita&Bible vol.4) 2. Pakaian Pada busana banyak digunakan gaun terusan dengan renda bertumpuk seperti gambar di bawah ini

27 Gambar 3.36 Mode Busana Princes Lolita. Mode Busana Princess Lolita Pada Zaman Victoria Mode Busana Princess Lolita Di Jepang (Fashion-Era.com) ( 3. Sepatu Sepatu dan kaus kaki atau stocking yang digunakan dalam mode busana ini adalah berwarna hitam dan pita hitam untuk menyesuaikan gaun yang dipakai. Gambar 3.37 Stocking dan Kaus Kaki Beserta Sepatu Dalam Mode Busana Princess Lolita (Gothic Lolita&Bible vol.7)

28 Deskriptif pakaian Prince Lolita : Dilihat dari gambar di atas, Prince Lolita menampilkan gaya yang sportif dan elegan layaknya penampilan seorang Pangeran pada saman Victorian abad 18.sepatu bertumit pendek dan kaus kaki atau stocking putih dan sebilah mata pisau. Lolita yang dimaksudkan dalam istilah pada mode busana ini menggambarkan sosok Pangeran yang tidak bersalah. 1. Kepala Karena mode busana ini menggambarkan seorang Pangeran, biasanya si pemakai selalu memakai topi untuk menampilkan kesan maskulin dan elegan. Gambar 3.38 Mode Topi Dalam Mode Busana Prince Lolita (Gothic Lolita vol.6) 2. Pakaian Untuk gaya ini banyak digunakan satu set pakaian yang mirip dengan pakaian seorang Pangeran yaitu, jas dan celana dengan lipatan kecil dan berenda di bagian pinggir celana seperti gambar di bawah ini

29 Gambar 3.39 Mode Busana Prince Lolita (Gothic Lolita&Bible vol.5) ( 3. Sepatu Sepatu yang dikenakan dalam mode busana Prince Lolita adalah sepatu yang bertumit pendek dan kaus kaki atau stocking putih dan sebilah mata pisau. Lolita yang sepatu bertumit pendek dan kaus kaki atau stocking putih dan sebilah mata pisau. Gambar 3.40 Mode Sepatu Dalam Prince Lolita (Gothic Lolita&Bible vol.5) Dalam mode baju Princess Lolita dan Prince Lolita, menggambarkan sosok Putri dan Pangeran pada abad 18 di negara Eropa., sehingga kesan elegan dan glamour dalam mode baju ini jadi terlihat. Unsur Gothic pada kedua mode busana ini adalah bentuk dan

30 warna dari gambar pakaian di atas. Gaya ini telah mengalami perubahan budaya berpakaian yang jauh menyimpang dari aslinya. Di negara-negara Eropa sendiri, tidak ada istilah Princess Lolita dan Prince Lolita. Di Jepang, gaya ini tetap mengandung makna Gothic tetapi mengalami perubahan secara berangsur-angsur dari gaya baju sebelumnya sehingga terbentuklah mode baju seperti ini. Analisis unsur westernisasi: Dari gambar dan analisa pakaian diatas terlihat dengan jelas hasil akulturasi kebudayaan Barat dan kebudayaan Jepang.Unsur westernisasi unsur kebudayaan Barat dapat dilihat dari bentuk pakaian yang digunakan untuk gaya Princess Lolita dan Prince Lolita ini yaitu rok satu pasang yang berupa rok terusan, mahkota, topi kecil, satu pasang jas dan celana berlipit dan berenda, dan model sepatu. Motif utama dari mode busana ini adalah motif mawar. Pada zaman Victoria, mode busana Princess Lolita ini berbentuk panjang dan berenda. Tampak lebih anggun dan elegan. Sedangkan mode busana Princess Lolita di Jepang mengalami akulturasi yang dapat dilihat dengan jelas, yaitu bentuk busananya lebih pendek dan sederhana. Pengaruh unsur Westernisasi pada mode busana ini masih melekat yaitu, dapat kita lihat dari mode busananya yang masih memakai banyak renda dan bentuk lengan Victorian Sleeves. Tetapi, di dalam busana Princess Lolita terdapat perubahan yaitu dari bentuk aslinya yang panjang menjadi sederhana yakni ukuran rok menjadi lebih pendek, sedangkan untuk busana Prince Lolita terdapat perubahan mode pakaian glamour menjadi lebih sprotif

31 Gambar 3.41 Mode lengan Victorian Sleeves Dalam busana Princess Lolita (Fashion-Era.com) Unsur kebudayaan Jepang dalam gaya ini, Princess Lolita dan Prince Lolita merupakan hasil modifikasi dari pakaian Gothic Lolita yang ada di Eropa oleh kaum muda Jepang sehingga menampilkan gaya Gothic Lolita yg elegan dan glamour. Dan gaya Princess Lolita dan Prince Lolita ini merupakan salah satu jenis gaya Gothic Lolita di Jepang, tetapi mode busana Princess Lolita lebih cepat menyebar luas ke berbagai negara dan lebih diminati oleh penggemar mode busana Gothic Lolita

32 3.5 Analisis pengaruh Barat dalam Classic Lolita Gambar 3.42 Classic Lolita Mode Busana Classic Lolita Pada Zaman Victoria Mode Busana Classic Lolita di Jepang (Fashion-Era.com) (Gothic Lolita&Bible vol.6) Deskriptif pakaian: Dilhat dari gambar di atas, Classic Lolita menampilkan mode busana yang dipakai oleh rakyat jelata pada zaman Victoria

33 1. Kepala Untuk menegaskan citra seorang rakyat jelata, pada bagian kepala untul mode busana Classic Lolita di kenakan bonnets, dan bonnets yang dipakai memilikki bermacam-macam bentuk seperti gambar yang ada di bawah ini Gambar3.43 Bonnets Mode Bonnets Classic Lolita Pada Zaman Victoria Mode Bonnets Classic Lolita Pada Classic Lolita di Jepang (Fashion-Era..com) (Gothic Lolita&Bible vol.5) 2. Pakaian Untuk gaya ini banyak digunakan gaun biasa dengan renda yang pada umumnya dipakai oleh penduduk wanita dewasa pada zaman Victoria dengan motif yang cerah namun bersahaja seperti gambar di atas. Selain itu ditambahkan aksesoris seperti celemek dan bonnets (topi kecil yang dipakai pada zaman Victoria abad 18). Setelah melihat perbedaan antara mode busana Classic Lolita pada zaman Victoria dan Classic Lolita di Jepang, penulis akan memaparkan sedikit mengenai perbedaan tersebut. Perbedaannya tidak begitu banyak, dari bentuk

34 bajunya sangat mirip, hanya saja Classic Lolita pada zaman Victoria berupa gaun panjang dengan renda bertumpuk dan Classic Lolita di Jepang di buat lebih pendek dan sederhana. Untuk busana Bonnets, mengalami sedikit perbedaan,yaitu bentuk Bonnets pada zaman Victoria sangat sederhana, dan di Jepang bentuk Bonnets dibuat lebih semarak yaitu dibri tali, pita, renda dan hiasan bunga kecil untuk mempermanis penampilan. Gambar 3.44 Mode Busana Classic Lolita (Gothic Lolita Bible vol.4) Dalam mode baju Classic Lolita, menekankan gaya yang masih memelihara nilai tradisi pada gaun yang dipakai oleh rakyat jelata, sehingga memberikan kesan tradisional pada mode baju ini. Unsur Gothic yang seharusnya ditampilkan dalam mode busana gaun yang anggun namun suram, menjadi kesan yang bersahaja. Gaya ini telah mengalami sedikit perubahan budaya berpakaian yang sesungguhnya. Di negara-negara Eropa sendiri, tidak ada istilah Classic Lolita. Di Jepang, gaya ini tetap mengandung makna Gothic tetapi mengalami perubahan secara berangsur-angsur dari gaya baju sebelumnya sehingga terbentuklah mode baju seperti ini

35 Analisis unsur westernisasi: Dari gambar dan analisa pakaian diatas terlihat dengan jelas hasil akulturasi kebudayaan Barat dan kebudayaan Jepang.Unsur westernisasi unsur kebudayaan Barat dapat dilihat dari bentuk pakaian yang digunakan untuk gaya Classic Lolita ini yaitu motif cerah yang menyerupai motif mode busana seperti mode busana pada zaman Victoria abad 18 (seperti mode busana gaun Alice in Wonderland), bonnets dan rok berenda. Pada zaman Victoria abad ke-18, mode busana ini dipakai sebagai pakaian sehari-hari rakyat jelata pada zaman itu. Mode busananya sangat sederhana, memakai gaun panjang dengan celemek putih berenda, memakai topi kecil atau bonnets.di Jepang, unsur kebudayaan Jepang terhadap gaya Classic Lolita merupakan hasil modifikasi dari pakaian Gothic Lolita yang ada di Eropa oleh kaum muda Jepang sehingga menampilkan gaya Gothic Lolita yang sederhana. Tetapi, terdapat perubahan yaitu dari bentuk aslinya yang panjang menjadi sederhana yakni ukuran rok menjadi lebih pendek

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh industri pakaian di Jepang. Mode busana kaum remaja Jepang, terutama di kotakota

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh industri pakaian di Jepang. Mode busana kaum remaja Jepang, terutama di kotakota BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kaum remaja Jepang merupakan bagian populasi yang sangat diperhitungkan oleh industri pakaian di Jepang. Mode busana kaum remaja Jepang, terutama di kotakota besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun lisan. Namun fungsi ini sudah mencakup lima fungsi dasar yakni expression,

BAB I PENDAHULUAN. maupun lisan. Namun fungsi ini sudah mencakup lima fungsi dasar yakni expression, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem lambang bunyi berartikulasi yang bersifat sewenagwenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan

Lebih terperinci

Keindahan Desain Kalung Padu Padan Busana. Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak

Keindahan Desain Kalung Padu Padan Busana. Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak Keindahan Desain Kalung Padu Padan Busana Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak Pemakaian busana kini telah menjadi trend di dunia remaja, dengan

Lebih terperinci

PERSYARATAN PAKAIAN STUDENT DAY 2016 UNIVERSITAS UDAYANA

PERSYARATAN PAKAIAN STUDENT DAY 2016 UNIVERSITAS UDAYANA PERSYARATAN PAKAIAN STUDENT DAY 2016 UNIVERSITAS UDAYANA A. HARI PERTAMA WANITA TAMPAK DEPAN WANITA TAMPAK SAMPING 13 1 6 11 & 12 7 5 3 10 2 8 4 9 1. Menggunakan baju batik berkerah, warna cerah dominan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. subkultur, westernisasi, eropanisasi, perubahan sosial budaya, pengertian dan sejarah

BAB 2 LANDASAN TEORI. subkultur, westernisasi, eropanisasi, perubahan sosial budaya, pengertian dan sejarah BAB 2 LANDASAN TEORI Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai, budaya kaum muda Jepang, subkultur, westernisasi, eropanisasi, perubahan sosial budaya, pengertian dan sejarah Gothic Lolita, serta ciri

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika BAHAN AJAR BAGIAN III SEJARAH MODE PERKEMBANGAN BENTUK DASAR BUSANA DI NEGARA TIMUR A. Thailand Thailand adalah salah satu negara tetangga Indonesia sehingga busan antara kedua negara tersebut terdapat

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Dalam perancangan produk clothing ini penulis melakukan analisa pada masing-masing produk yang akan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

Bab 1. Pendahuluan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, Jepang adalah negara yang mudah bagi seseorang untuk menciptakan suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

Lebih terperinci

TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA

TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA 1 TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA DALAM RANGKA PERESMIAN GEDUNG OLAH RAGA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PADA TANGGAL 22 JANUARI 2008 Disusun oleh: Titik Putraningsih JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III SURVEY LAPANGAN

BAB III SURVEY LAPANGAN BAB III SURVEY LAPANGAN 3.6 Perolehan Material Renda di Indonesia Renda yang banyak ditemukan di pasaran adalah jenis renda yang digunakan sebagai bahan dekorasi atau benda aplikasi. Biasanya renda digunakan

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama Bab 5 Ringkasan Pada dasarnya, Jepang adalah negara yang mudah bagi seseorang untuk menciptakan suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama remaja putri Jepang yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etika Profesi 2.1.1 Definisi Etika Etika menurut Rini dan Intan (2015:3), berasal dari kata Yunani Ethos (Ta Etha) berarti adat istiadat atau kebiasaan. Dalam pengertian ini

Lebih terperinci

Bab 2. Data dan Analisa. Data dan informasi yang digunakan untuk analisa dan konsep proyek ini didapat dari

Bab 2. Data dan Analisa. Data dan informasi yang digunakan untuk analisa dan konsep proyek ini didapat dari Bab 2 Data dan Analisa 2.1 Sumber Data dan informasi yang digunakan untuk analisa dan konsep proyek ini didapat dari berbagai sumber, dantara lain: a. Literatur: artikel elektronik maupun non elektronik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pengertiannya yang paling umum, pakaian dapat diartikan sebagai penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung tubuh terhadap hal-hal

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN/KOMUNITAS Di zaman yang sudah modern saat ini dan masuknya budaya asing kedalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tetapi Di Indonesia gaya bohemian ini sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti rok, dress, atau pun celana saja, tetapi sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan yang

Lebih terperinci

Rias pengantin yang terkesan sederhana dan segar dengan penampilan yang natural namun tetap anggun dan elegan. Rias pengantin yang terkesan lembut

Rias pengantin yang terkesan sederhana dan segar dengan penampilan yang natural namun tetap anggun dan elegan. Rias pengantin yang terkesan lembut Rias pengantin yang terkesan sederhana dan segar dengan penampilan yang natural namun tetap anggun dan elegan. Rias pengantin yang terkesan lembut dan natural, dipadukan dengan gaun pengantin berwarna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman dari waktu ke waktu, yang diiringi dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi, telah membawa manusia kearah modernisasi dan globalisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia fashion negara Jepang semakin berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia fashion negara Jepang semakin berkembang seiring dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia fashion negara Jepang semakin berkembang seiring dengan modernisasi yang terjadi di negara tersebut. Masuknya berbagai informasi secara bebas melalui

Lebih terperinci

Briefing , 18 July 2016 Day 1-3, July 2016 Day 4, 23 July 2016

Briefing , 18 July 2016 Day 1-3, July 2016 Day 4, 23 July 2016 Briefing, 18 July 2016 Celana : Pria : Celana Panjang Kain Putih standar WGG 2016 Wanita : Rok Kain Putih standar WGG 2016 2. Barang Bawaan Wajib : Berkas Pengambilan Jaket Almamater Alat tulis untuk mencatat

Lebih terperinci

MODUL VI BU 461*) Adibusana

MODUL VI BU 461*) Adibusana MODUL VI 1. Mata Kuliah : BU 461*) Adibusana 2. Pertemuan ke : 11 dan 12 3. Pokok Materi : Busana Fantasi dan Kreasi Busana 1. Busana Fantasi 2. Busana Kreasi 4. Materi Perkuliahan : Busana fantasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang La Belle Epoque merupakan jaman keemasan dan jaman kemakmuran di Perancis. Periode La Belle Epoque dalam sejarah Perancis yang konvensional di mulai pada tahun 1871

Lebih terperinci

diciptakan oleh desainer game Barat umumnya mengadopsi dari cerita mitologi yang terdapat di Di dalam sebuah game karakter memiliki

diciptakan oleh desainer game Barat umumnya mengadopsi dari cerita mitologi yang terdapat di Di dalam sebuah game karakter memiliki ABSTRACT Wimba, Di dalam sebuah game karakter memiliki menjadi daya tarik utama dalam sebuah game, menjadi teman bagi pemain, juga dapat berperan sebagai atau dari sebuah game sekaligus menjadi elemen

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. ARSIP NASIONAL. Pakaian Dinas. Pegawai. Pencabutan.

BERITA NEGARA. ARSIP NASIONAL. Pakaian Dinas. Pegawai. Pencabutan. No.230, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ARSIP NASIONAL. Pakaian Dinas. Pegawai. Pencabutan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Menurut Keraf (1998:14) etika berasal dari kata Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya berarti adat istiadat atau kebiasaan. Dalam pengertian ini etika berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Touch of Batik merupakan konsep yang menggabungkan dua latar belakang yang berbeda, yaitu batik hasil karya seni Indonesia pada gayastreetstyle. Batik yang diangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keadaan modern (modernitas) adalah berkaitan dengan suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keadaan modern (modernitas) adalah berkaitan dengan suatu keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan modern (modernitas) adalah berkaitan dengan suatu keadaan di mana segala sistem kemasyarakatan yang bersifat tradisional dilepaskan menjadi tatanan yang mengimplikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reggi Juliana Nandita, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reggi Juliana Nandita, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tari Jaipong telah mengalami perkembangan yang begitu pesat, terlihat dari tarian yang ditampilkan oleh penari wanita, gerak yang semula hadir dengan gerak-gerak

Lebih terperinci

KAJIAN KOMPARATIF DESAIN BUSANA NASIONAL WANITA INDONESIA KARYA BARON DAN BIYAN DENGAN KARYA ADJIE NOTONEGORO

KAJIAN KOMPARATIF DESAIN BUSANA NASIONAL WANITA INDONESIA KARYA BARON DAN BIYAN DENGAN KARYA ADJIE NOTONEGORO KAJIAN KOMPARATIF DESAIN BUSANA NASIONAL WANITA INDONESIA KARYA BARON DAN BIYAN DENGAN KARYA ADJIE NOTONEGORO Oleh Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana JPKK FPTK UPI I. PRINSIP DASAR BUSANA

Lebih terperinci

PENGENALAN KEHIDUPAN KAMPUS MAHASISWA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2016

PENGENALAN KEHIDUPAN KAMPUS MAHASISWA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2016 TATA TERTIB PENGENALAN KEHIDUPAN KAMPUS 1. Kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Program Studi Teknik Kimia diadakan pada tanggal 1 September. 2. Kegiatan dimulai pukul 06.00 WIB dan wajib datang 30 menit

Lebih terperinci

4. Bagi mahasiswa yang memiliki sakit ringan menggunakan pita berwarna biru, dipasang di lengan sebelah kiri menggunakan peniti.

4. Bagi mahasiswa yang memiliki sakit ringan menggunakan pita berwarna biru, dipasang di lengan sebelah kiri menggunakan peniti. > Seluruh Mahasiswa: 1. Bagi mahasiswa Difabel menggunakan pita berwarna hijau, dipasang di lengan sebelah kiri menggunakan peniti. 2. Bagi mahasiswa Perempuan yang berhalangan menggunakan pita berwarna

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP DESAIN. Konsep desain ini mengusung tema eklektik,menurut kamus besar bahasa

BAB IV KONSEP DESAIN. Konsep desain ini mengusung tema eklektik,menurut kamus besar bahasa BAB IV KONSEP DESAIN IV.1. Latar Belakang Konsep IV.1.1 Tema Desain Konsep desain ini mengusung tema eklektik,menurut kamus besar bahasa indonesia Eklektik adalah bersifat memilih yang terbaik dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Budaya populer Jepang beragam, ia mempresentasikan cara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Budaya populer Jepang beragam, ia mempresentasikan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya populer adalah budaya yang bersifat produksi, artistik dan komersial, diciptakan sebagai konsumsi massa dan dapat diproduksi kembali serta dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar desain kemasan toko cemilan Abang None adalah dengan membuat packaging untuk produk makanan khas betawi cemilan Abang None yang terlanjur

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS 1. Ulasan Karya Sejenis a. Bohemian Style Produk 1 : Baju Blouse Lengan Kalong Gambar 2. 1 Baju Blouse (Sumber: www.pinterest.com, 2017) Gambar diatas adalah beberapa

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Lebih terperinci

GAYA BUSANA HARAJAKU DI JEPANG

GAYA BUSANA HARAJAKU DI JEPANG GAYA BUSANA HARAJAKU DI JEPANG KERTAS KARYA DIKERJAKAN O L E H Nama : Elisa Simanjuntak NIM : 112203022 DEPARTEMEN D-III BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 i GAYA

Lebih terperinci

DESAIN BUSANA MUSLIMAH YANG TRENDI DAN MODIS

DESAIN BUSANA MUSLIMAH YANG TRENDI DAN MODIS DESAIN BUSANA MUSLIMAH YANG TRENDI DAN MODIS Disampaikan pada Seminar Penerapan Syariah Islam 22 Februari 2003 Oleh Dra. Arifah A. Riyanto, M. Pd. HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan manusia dan memiliki peran yang besar didalam kegiatan bisnis,

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan manusia dan memiliki peran yang besar didalam kegiatan bisnis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi saat ini telah memasuki setiap dimensi aspek kehidupan manusia dan memiliki peran yang besar didalam kegiatan bisnis, organisasi,

Lebih terperinci

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG SERAGAM SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG SERAGAM SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG SERAGAM SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 6, NO 1, Edisi Februari 2014 (ISSN : ) BUSANA MENCERMINKAN KEPRIBADIAN. V. Naniek Risnawati

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 6, NO 1, Edisi Februari 2014 (ISSN : ) BUSANA MENCERMINKAN KEPRIBADIAN. V. Naniek Risnawati BUSANA MENCERMINKAN KEPRIBADIAN V. Naniek Risnawati Dosen Tetap ASM Semarang Abstraksi Busana sebagai salah satu unsur penampilan sangat mempengaruhi kepribadian seseorang, busana yang tepat, rapi, memberi

Lebih terperinci

IV. Tata Krama Penampilan

IV. Tata Krama Penampilan IV. Tata Krama Penampilan 1. Berdandan atau Menggunakan Perhiasan Siapa pun suka berdandan, apalagi bagi remaja sudah senang bergaya. Setiap mau bepergian pastilah ingin berdandan terlebih dahulu. Tetapi,

Lebih terperinci

PANDUAN PROGRAM ORIENTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS HARMONI 2016 STIE PERBANAS SURABAYA TAHUN AKADEMIK 2016/2017

PANDUAN PROGRAM ORIENTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS HARMONI 2016 STIE PERBANAS SURABAYA TAHUN AKADEMIK 2016/2017 PANDUAN PROGRAM ORIENTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS HARMONI 2016 STIE PERBANAS SURABAYA TAHUN AKADEMIK 2016/2017 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS SURABAYA Jl. Nginden Semolo 34-36 Surabaya 60118

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAKAIAN DINAS DAN ATRIBUT PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tren fashion yang berkembang tidak selalu baru dalam semua unsurnya, karena tren fashion dapat menggunakan atau menggabungkan dari unsur tren fashion sebelumnya. Sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya merupakan suatu pola hidup yang berkembang dalam masyarakat yang diwariskan dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, budaya memiliki kaitan yang sangat erat

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN PKM-KEWIRAUSAHAAN Di Usulkan Oleh: 1.RINA ANJARSARI

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PAKAIAN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PAKAIAN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PAKAIAN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN KARYA

BAB IV PERANCANGAN KARYA BAB IV PERANCANGAN KARYA 4.1 Perancangan Perancangan dibuat untuk memberikan gagasan dan konsep untuk karya. 4.1.1 Tema Tema mengedepankan mengenai romantisme yang menjadi aksentuasi tepat untuk gaya feminin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kabuki merupakan teater asal Jepang yang terkenal dan mendunia, ceritanya didasarkan pada peristiwa sejarah, drama percintaan, konfilk moral, dan kisah kisah tragedi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.16/MEN/2004 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.16/MEN/2004 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.16/MEN/2004 TENTANG PAKAIAN SERAGAM KERJA, TANDA PENGENAL DAN ATRIBUT BAGI PEGAWAI DI LINGKUNGAN PUSAT KARANTINA IKAN DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

THE. Masquerader. masqueraders dianggap tidak menghormati pihak gereja karena mengenakan kostum jubah biara dan memakai topeng.

THE. Masquerader. masqueraders dianggap tidak menghormati pihak gereja karena mengenakan kostum jubah biara dan memakai topeng. VENICE CARNIVAL THE Venice Carnival atau The Carnival of Venice diadakan di kota kanal Venisia, Italia. Pertama kali terdokumentasikan pada 2 mei 1268, tercatat pada dokumen yang berisikan larangan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting mengenai peran serta posisi seseorang di kehidupan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. penting mengenai peran serta posisi seseorang di kehidupan sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di dalam sebuah lingkungan sosial seorang individu cenderung ingin dilihat dan diterima di tengah eksistensinya individu lain. Menampilkan identitas diri

Lebih terperinci

Menggambar Busana. Untuk SMK Program Keahlian Tata Busana

Menggambar Busana. Untuk SMK Program Keahlian Tata Busana 1 Menggambar Busana Penyelesaian Pembuatan Gambar I Untuk SMK Program Keahlian Tata Busana Oleh : ANIEQ BARIROH PKK-FT-UNESA NAMA SISWA :... KELAS :... SMK JAWAHIRUL ULUM BESUKI-JABON SIDOARJO 2 HAND OUT

Lebih terperinci

kalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia

kalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia 2017 kalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia Sa j a ilust rasi oleh Cin dy K a l e n d e r g r a t i s. T i d a k u n t u k d i p e r j u a l b e l i k a n F r e e C a l e n d a r. N o t fo r s

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan kebutuhan dasar manusia sepanjang hidupnya. Semakin tinggi taraf ekonomi seseorang, kebutuhan berbusana juga akan meningkat. Peningkatan tersebut dapat

Lebih terperinci

Atribut PKKMABA Raja Brawijaya 2016

Atribut PKKMABA Raja Brawijaya 2016 Atribut PKKMABA Raja Brawijaya 2016 Mahasiswa Laki-Laki: - Rambut tidak boleh di cat, harus dipotong pendek dan rapi dan tidak bermodel skin hairstyle. - Memakai kemeja lengan panjang berwarna putih berkerah

Lebih terperinci

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) 2 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pakaian Dinas Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah dan Kepala Desa; 8. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KARYA. Dalam pengkajian Tugas Akhir ini saya melakukan kajian dengan menggunakan

BAB IV TINJAUAN KARYA. Dalam pengkajian Tugas Akhir ini saya melakukan kajian dengan menggunakan BAB IV TINJAUAN KARYA 4.1. Pembahasan Karya Dalam pengkajian Tugas Akhir ini saya melakukan kajian dengan menggunakan pendekatan analisis. Pengkajian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, tahap pertama

Lebih terperinci

HIMPUNAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA Jl. MT. Haryono 167 Malang 65145

HIMPUNAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA Jl. MT. Haryono 167 Malang 65145 TATA TERTIB PK2 MAHASISWA BARU JURUSAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2017 1. Kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus (PK2) Mahasiswa Baru Jurusan Teknik Elektro Universitas Brawijaya 2017 diadakan pada tanggal 21

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya zaman, fungsi busana mengalami sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. namun memiliki keuangan yang terbatas. Saat berbelanja di Boutique

BAB VI PENUTUP. namun memiliki keuangan yang terbatas. Saat berbelanja di Boutique 1 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dapat disimpulkan bahwa pakaian bekas merupakan suatu fenomena yang sudah tidak asing lagi dikalangan mahasiswa, khususnya mahasiswa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN Nomor : KM 6 Tahun 2004 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN Nomor : KM 6 Tahun 2004 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN Nomor : KM 6 Tahun 2004 TENTANG PEDOMAN PAKAIAN SERAGAM PEGAWAI NEGERI SIPIL UNTUK PETUGAS OPERASIONAL DI BIDANG PERHUBUNGAN DARAT MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kehidupan manusia, Bagi manusia, busana merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kehidupan manusia, Bagi manusia, busana merupakan salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berpengaruh besar terhadap kehidupan manusia, Bagi manusia, busana merupakan salah satu kebutuhan pokok

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.768, 2014 KEMENDIKBUD. Peserta Didik. Jenjang Pendidikan. Sekolah. Pakaian Seragam. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan pemenuh kebutuhan primer manusia akan sandang, terkhusus untuk tujuan utama busana sebagai pelindung tubuh terhadap cuaca. Selain kebutuhan untuk melindungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam dan keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan bumi pertiwi terkenal di mata internasional. Tidak terlepas oleh pakaian adat dan

Lebih terperinci

BAB IV. KONSEP PERANCANGAN

BAB IV. KONSEP PERANCANGAN BAB IV. KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Menurut ASEAN DNA, sebuah situs untuk mempromosikan pemahaman yang berkaitan dengan karakteristik ASEAN menyebutkan bahwa rata-rata tinggi badan

Lebih terperinci

PERATURAN PSYCHE 2017

PERATURAN PSYCHE 2017 PERATURAN PSYCHE 2017 HIMPUNAN MAHASISWA PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2017 TATA TERTIB PSYCHE 2017 A. Hak Peserta 1. Peserta berhak untuk mendapatkan perlakuan yang

Lebih terperinci

BAB II KARAKTERISTIK BUSANA ETNIK

BAB II KARAKTERISTIK BUSANA ETNIK BAB II KARAKTERISTIK BUSANA ETNIK Karakteristik busana etnik setiap daerah berbeda-beda. Karakterstik tersebut ditinjau dari model busananya, jenis dan corak kain yang dipergunakan, warna busana dan perlengkapan

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

f. Memotong rambut dengan ketentuan model (atas :3,belakang :2, samping:1).

f. Memotong rambut dengan ketentuan model (atas :3,belakang :2, samping:1). 1 ATURAN PAKAIAN SERAGAM PUTRA (Gambar dilampiran) Hari Pertama a. Memakai pakaian kemeja panjang berwarna putih. b. Memakai celana panjang berbahan kain berwarna hitam. c. Memakai ikat pinggang hitam

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG

- 1 - PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG - 1 - SALINAN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PAKAIAN DINAS BUPATI, WAKIL BUPATI, DAN KEPALA DESA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

8 Macam Nuansa Warna Interior Minimalis

8 Macam Nuansa Warna Interior Minimalis 8 Macam Nuansa Warna Interior Minimalis Apa yang harus anda ketahui mengenai trend interior di tahun 205 Kata Pengantar Hi, terima kasih sudah mendownload free ebook ini. Di ebook ini saya yakin anda akan

Lebih terperinci

BOOKLET PESERTA MASA ORIENTASI KAMPUS DAN KULIAH UMUM (MOKAKU) PENDIDIKAN UNTUK MERANGKAI INDONESIA

BOOKLET PESERTA MASA ORIENTASI KAMPUS DAN KULIAH UMUM (MOKAKU) PENDIDIKAN UNTUK MERANGKAI INDONESIA BOOKLET PESERTA MASA ORIENTASI KAMPUS DAN KULIAH UMUM (MOKAKU) PENDIDIKAN UNTUK MERANGKAI INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013 Masa Orientasi Kampus dan Kuliah Umum (MOKAKU) Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Etika Menurut Keraf (2005:14) etika berasal dari kata Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya ta etha berarti adat istiadat atau kebiasaan. Dalam pengertian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gaya hidup baru. Terlebih lagi dengan pencintraan terhadap kebaya semikin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gaya hidup baru. Terlebih lagi dengan pencintraan terhadap kebaya semikin BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Seiring dengan perkembangaan teknologi dan media masa membuat kebaya memiliki sebuah arti baru dalam masyarakat yang mengakibatkan sebuah gaya hidup baru. Terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Semua orang melalui proses pertumbuhan dari bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa dan tua. Masa kanak-kanak merupakan masa bermain dan umumnya kita memiliki mainan kesukaan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 45 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 45 Tahun : 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 45 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea

BAB I PENDAHULUAN. luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Korea Selatan sudah dapat dikatakan berhasil dalam menyebar luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea telah menyebarkan budayanya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG 1 SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PAKAIAN SERAGAM SEKOLAH BAGI PESERTA DIDIK JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PENGENALAN KEHIDUPAN KAMPUS MAHASISWA BARU 2017 P K 2 M A B A JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PENGENALAN KEHIDUPAN KAMPUS MAHASISWA BARU 2017 P K 2 M A B A JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS BRAWIJAYA PERATURAN PK2 MAHASISWA BARU UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2017 1. Kegiatan PK2 diadakan pada tanggal 21 Agustus 2017. 2. Kegiatan PK2 dimulai pada pukul 06.00 WIB. 3. Mahasiswa Baru Jurusan Arsitektur Universitas

Lebih terperinci

BAB V TEKNIK PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK

BAB V TEKNIK PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK BAB V TEKNIK PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK A. Teknik Dasar Penataan Display Menata display yang baik selain harus memperhatikan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan desain dan keserasian warna,

Lebih terperinci

A. PENDAHULUAN B. Pengetahuan dan Teknik Corective Make Up 1. Pengertian rias wajah korektif

A. PENDAHULUAN B. Pengetahuan dan Teknik Corective Make Up 1. Pengertian rias wajah korektif A. PENDAHULUAN Menikah merupakan momen khusus sebagai bentuk perayaan kasih sepasang manusia. Untuk itu berbagai persiapan direncanakan dengan seksama, tidak terkecuali rias pengantin. Setiap pengantin

Lebih terperinci

2017, No Nomor 177, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4925); 2. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2010 tentang Badan Nasio

2017, No Nomor 177, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4925); 2. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2010 tentang Badan Nasio No.887, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPP. Pakaian Dinas Pegawai. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PANITIA KEGIATAN ORIENTASI PENGENALAN LINGKUNGAN MESIN 2017 HIMPUNAN MAHASISWA MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA PERATURAN MABA SAAT PK2

PANITIA KEGIATAN ORIENTASI PENGENALAN LINGKUNGAN MESIN 2017 HIMPUNAN MAHASISWA MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA PERATURAN MABA SAAT PK2 PERATURAN MABA SAAT PK2 1. Kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus (PK2) Jurusan Mesin Universitas Brawijaya 2017 dilaksanakan pada 21 Agustus 2017 2. Kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus (PK2) Jurusan Mesin

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG. PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG. PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang

Lebih terperinci

yang diturunkan dan generasi ke generasi, semua adat istiadat s e k e l o m p o k m a n u s i a. D e n g a n demikian sebuah

yang diturunkan dan generasi ke generasi, semua adat istiadat s e k e l o m p o k m a n u s i a. D e n g a n demikian sebuah yang diturunkan dan generasi ke generasi, semua adat istiadat yang melatarbelakangi s e k e l o m p o k m a n u s i a. D e n g a n demikian sebuah komunitas atau kebudayaan dimana manusia itu tinggal merupakan

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata kunci: ganguro

Abstraksi. Kata kunci: ganguro Abstraksi Negara Jepang adalah negara yang kaya akan budaya baik tradisional maupun modern. Jepang juga merupakan salah satu negara pusat mode dunia dan trend mode di Jepang yang selalu berubah secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis global dunia ritel, khususnya produk fashion asing yang masuk ke Indonesia saat ini semakin mengalami peningkatan. Berdasarkan Merdeka.com, Head

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU,

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU, PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU, Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kimono merupakan pakaian tradisional sekaligus pakaian nasional Jepang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kimono merupakan pakaian tradisional sekaligus pakaian nasional Jepang. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimono merupakan pakaian tradisional sekaligus pakaian nasional Jepang. Perkembangan Jepang yang begitu pesat dalam berbagai bidang, salah satunya bidang fashion,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. begitu juga dengan rakyatnya. Pengaruh dari pemerintah kolonial Belanda masih

BAB I PENDAHULUAN. begitu juga dengan rakyatnya. Pengaruh dari pemerintah kolonial Belanda masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesultanan Serdang didirikan pada abad ke-18 sebagai pecahan dari kesultanan Deli. Keberadaan Kesultanan ini tentunya juga mempengaruhi keberadaan keluarga maupun

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: busana siap pakai, arsitektur Mamluk, masjid Sultan Hassan, urban

ABSTRAK. Kata kunci: busana siap pakai, arsitektur Mamluk, masjid Sultan Hassan, urban ABSTRAK Ma Fuane menjadi judul dari koleksi tugas akhir ini. Kata Ma Fuane berasal dari bahasa Mesir yang berarti tanah (land). Ma Fuane menjadi warna dasar dari tampilan koleksi busana, sebagaimana tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan pangan, hal tersebut sangat penting bagi manusia untuk menutup bagian bagian tubuh manusia. Perkembangan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPPTKI. Pakaian Dinas. PNS. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPPTKI. Pakaian Dinas. PNS. Pencabutan. No.1747, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPPTKI. Pakaian Dinas. PNS. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PAKAIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah Media massa sudah menjadi bagian hidup bagi semua orang. Tidak dikalangan masyarakat atas saja media massa bisa diakses, akan tetapi di berbagai kalangan masyarakat

Lebih terperinci