BAB II KAJIAN PUSTAKA. sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar."

Transkripsi

1 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Sikap Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu merupakan sifat alami manusia yang mendorong mereka untuk mencari sesuatu secara lebih mendalam. Menurut Daryanto (2013: 138) rasa ingin tahu merupakan suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui secara lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar. Rasa ingin tahu merupakan pendorong utama untuk mengetahui hal-hal yang baru. Menurut Aly dan Rahma (2010: 3) rasa ingin tahu mendorong manusia untuk melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mencari jawaban atas berbagai persoalan yang muncul di dalam pikirannya. Sedangkan Suyadi (2013: 122) menyatakan bahwa rasa ingin tahu merupakan nilai karakter yang tampak jelas dalam transformasi pencarian jawaban atas pertanyaan atau masalah yang akan dibahas. Aktivitas peserta didik sepanjang proses atau aktivitas mencari hingga menemukan jawaban merupakan internalisasi rasa ingin tahu yang memuncak. 6

2 7 Berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa rasa ingin tahu merupakan sikap atau tindakan yang mendorong manusia untuk mencari tahu tentang apa yang mereka pelajari secara lebih mendalam. Rasa ingin tahu seseorang muncul karena adanya keinginan dan dorongan dalam diri untuk menemukan hal-hal yang baru. Tabel 2.1. Indikator Rasa Ingin Tahu Nilai Indikator Kelas 1-3 Kelas 4-6 Rasa Ingin Tahu: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar. Bertanya kepada guru dan teman tentang materi pelajaran. Bertanya kepada guru tentang gejala alam yang baru terjadi. Bertanya kepada guru tentang sesuatu yang didengar dari radio atau televisi. Bertanya tentang bebagai peristiwa yang dibaca dari media cetak. Bertanya atau membaca sumber di luar buku teks tentang materi yang terkait dengan pelajaran. Membaca atau mendiskusikan gejala alam yang baru terjadi. Bertanya tentang beberapa peristiwa alam, sosial, budaya, ekonomi, politik, teknologi yang baru didengar. Bertanya tentang sesuatu yang terkait dengan materi pelajaran tetapi diluar yang dibahas di kelas. (Daryanto, 2013: 147)

3 8 2. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Istilah prestasi belajar (achievement) berbeda dengan hasil belajar (learning outcome). Prestasi belajar biasanya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar adalah aspek pembentukan watak peserta didik. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian, olah raga dan pendidikan, khususnya dalam pembelajaran (Arifin, 2013: 12). Prestasi merupakan bukti atau hasil atas usaha yang telah dilakukan oleh seseorang. Menurut Hamdani (2011: 137) prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun secara kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak pernah melakukan kegiatan. Prestasi dipergunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam penentuan nilai akhir, sebab prestasi atau pencapaian siswa yang dilambangkan dengan nilai-nilai hasil belajar pada dasarnya mencerminkan sampai sejauh mana tingkat keberhasilan yang telah dicapai oleh siswa dalam pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan bagi masing-masing mata pelajaran atau bidang studi (Sudijono, 2013: 434).

4 9 Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang yang nantinya akan memperoleh sebuah hasil. Menurut Slameto (2010: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai sesesorang dari hasil belajarnya. Prestasi belajar akan dicapai oleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar secara maksimum. Sedangkan wujud dari prestasi belajar tersebut dinyatakan dalam bentuk nilai (angka) untuk menunjukan kemampuan pencapaian dari hasil belajarnya. b. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Pada dasarnya, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern), Hamdani (2011: ). 1) Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari peserta didik. Faktor ini antara lain sebagai berikut:

5 10 a) Kecerdasan (inteligensi) Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya inteligensi yang normal selalu menunjukan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. b) Faktor jasmani atau faktor fisiologis Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. c) Sikap Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang, atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh. Dalam diri siswa harus ada sikap yang positif (menerima) kepada sesama peserta didik atau kepada gurunya. Sikap positif ini akan menggerakkannya untuk belajar. Adapun siswa yang sikapnya negatif (menolak) kepada sesama siswa atau gurunya tidak akan mempunyai kemauan untuk belajar. d) Minat Minat menurut para ahli psikologi adalah suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus-menerus. Minat ini erat kaitannya dengan perasaan, terutama perasaan senang. Dapat dikatakan minat itu

6 11 terjadi karena perasaan senang pada suatu. Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap pembelajaran. Jika menyukai suatu mata pelajaran, siswa akan belajar dengan senang hati tanpa rasa beban. e) Bakat Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas maisng-masing. f) Motivasi Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi menjadi hal yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong siswa untuk melakukan belajar. 2) Faktor Eksternal Faktor eksternal terdiri dari dua macam, yaitu lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. Lingkungan sosial contohnya guru, kepala sekolah, staf administrasi, teman-teman sekelas, rumah tempat tinggal peserta didik, alat-alat belajar, dan lain-lain. Adapun yang termasuk dalam lingkungan nonsosial yaitu gedung sekolah, tempat tinggal, dan waktu belajar.

7 12 Faktor ekstern yang dapat mempengaruhi prestasi belajar menurut Slameto (dalam Hamdani, 2011: 143) adalah sebagai berikut: a) Keadaan keluarga Keluarga merupakan lingkungan tekecil dalam masyarakat, tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang terdorong untuk belajar secara aktif karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. b) Keadaan sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu, lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong peserta didik untuk belajar lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan peserta didik, alat-alat pelajaran, dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa yang kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.

8 13 c) Lingkungan masyarakat Lingkungan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Lingkungan alam sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi anak sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan tempat tinggal anak tersebut berada. c. Fungsi Prestasi Belajar Prestasi belajar (achievement) semakin terasa penting untuk dibahas, karena mempunyai beberapa fungsi utama. Fungsi dari prestasi belajar menurut Arifin (2013: 12-13) antara lain sebagai berikut: 1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa. 2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.

9 14 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ektern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ektern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat. 5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran. 3. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam a. Pengertian IPA IPA adalah ilmu yang mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Oleh karena itu, dalam menjelaskna hakikat fisika, pengertian IPA dipahami terlebih dahulu. IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati (Kardi dan Nur, 1994 dalam Trianto, 2010: 136).

10 15 IPA adalah suatu pengetahuan teoritis yan diperoleh/ disusun dengan cara yang khas/ khusus, yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyususnan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait-mengkait antara cara yang satu dengan cara yan lain. Cara untuk memperoleh ilmu secara demikian ini terkenal dengna nama metode ilmiah. Metode ilmiah pada dasarnya merupakan suatu cara yang logis untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Metode ilmiah ini merupakan dasar metode yang digunakan dalam IPA (Aly dan Rahma, 2010: 18). Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang semua hal yang ada di alam semesta ini, baik yang dapat diamati oleh indera maupun yang tidak dapat diamati oleh indera, dari unsur biotik maupun abiotik. IPA dipelajari dengan menggunakan beberapa cara seperti melakukan kegiatan pengamatan, observasi, percobaan dan yang lainnya. Cara tersebut dikenal dengan nama metode ilmiah yang pada dasarnya merupakan suatu cara untuk memecahkan suatu permasalahan. b. Materi Benda dan Sifatnya 1) Sifat-sifat Bahan dan Penyusunnya a) Jenis Bahan Berdasarkan Struktur Penyusunnya Bahan-bahan yang menyusun tali adalah serat. Serat merupakan bagian dasar dari tali dan bentuknya berupa untaian

11 16 yang tidak dapat dipisah lagi. Contohnya adalah senar, nilon, dan ijuk. Senar merupakan serat yang berasal dari plastik, contohnya senar untuk bermain layang-layang dan senar untuk memancing. Nilon merupakan serat buatan sedangkan ijuk adalah serat yang berasal dari pangkal pelepah pohon enau. Gabungan dari beberapa serat akan membentuk benang. Contohnya benang jahit dan benang kasur. Benang jahit dan benang kasur tersusun dari serat kapas. Tali merupakan gabungan dari beberpa benang yang menjadi satu. Contohnya tali tambang dan tambang plastik. Karpet, korden, sajadah, baju, dan celana merupakan bendabenda yang disusun oleh kumpulan-kumpulan tali, yaitu benang. Baju dan celana yang kita pakai berasal dari kain yang juga tersusun dari kumpulan benang. Benda-benda lain, seperti kursi, meja, jendela, lemari, dan lain-lain juga tersusun atas benda yang berbeda-beda jenisnya. b) Penggunaan Bahan Berdasarkan Struktur Penyusunnya Bahan yang menyusun suatu benda mempengaruhi kegunaan benda tersebut. Bambu dapat digunakan untuk membuat pagar dan kursi atau jika dianyam dapat dibuat bilik. Rotan dapat digunakan untuk bahan pembuatan kursi. Namun demikian, tidak semua kursi terbuat dari kayu, bambu, ataupun

12 17 rotan. Plastik juga dapat digunakan untuk membuat kursi dan benda-benda lainnya. Bahan penyusun benda ini tentu mempengaruhi kegunaannya. Kursi yang terbuat dari kayu atau rotan memiliki sifat yang berbeda dengan kursi yang terbuat dari plastik. 2) Hubungan Antara Jenis Bahan dan Kekuatannya a) Berbagai bahan dengan kekuatan yang dimilikinya Benda-benda yang ada di sekeliling kita biasanya tersusun atas bahan-bahan yang berupa kayu, plastik, karet, bambu, kaca, batu, kain, dan benang. Susunan bahan-bahan tersebut akan memengaruhi kekuatan dari benda. Benda yang tersusun dari plastik tentu memiliki kekuatan yang berbeda dengan benda yang tersusun dari kayu atau batu. Masing-masing bahan penyusun benda tersebut memiliki sifat dan ciri tersendiri. Penggunaan bahan-bahan tersebut juga akan disesuaikan dengan kegunaan bendanya. b) Hubungan Antara Jenis Bahan Penyusun Benda dengan Sifatnya Benda yang memiliki bahan penyusun yang berbeda tentu akan memiliki sifat yang berbeda pula. Sifat benda tersebut meliputi kekuatan, kelenturan, tahan panas, penghantar listrik, dan lain-lain.

13 18 3) Faktor-faktor Penyebab Perubahan Sifat Benda a) Pemanasan Pemanasan air akan mengakibatkan air berubah wujud menjadi uap air (gas). Jadi pemanasan mengakibatkan benda mengalami perubahan wujud. Benda padat apabila dipanaskan akan berubah menjadi cair dan benda cair apabila dipanaskan akan berubah menjadi uap air. b) Pendinginan Es krim atau es yang biasa kamu beli di sekolah atau warung dekat rumahmu sebenarnya berasal dari bahan-bahan yang berbentuk cairan. Apabila cairan tersebut didinginkan maka akan berubah wujud menjadi padat, yaitu es. Jadi, pendinginan menyebabkan benda mengalami perubahan wujud. Benda cair akan berubah wujudnya menjadi benda padat. c) Pembakaran Pada saat di bakar kertas tersebut mengalami perubahan warna dan bentuk. Sebelum dibakar kertas tersebut berwarna putih, namun setelah dibakar warna kertas berubah menjadi hitam. Selain perubahan warna, kertas juga mengalami perubahan bentuk dari berupa lembaran menjadi abu. Oleh karena itu, pembakaran dapat menyebabkan benda mengalami perubahan bentuk, warna, kelenturan, dan bau.

14 19 d) Pembusukan Buah yang dibiarkan beberapa hari di udara terbuka maka akan menjadi lembek, layu, dan warnanya pun berubah. Hal ini terjadi karena buah yang dibiarkan di udara terbuka akan mengalami pembusukan. Jadi, pembusukan juga mengakibatkan benda mengalami perubahan bentuk, warna, dan bau. e) Perkaratan Logam seperti besi, dapat mengalami perkaratan apabila terkena air atau uap air dan dibiarkan dalam waktu yang lama. Perkaratan ini menyebabkan warna besi berubah dan besi menjadi rapuh. Perkaratan dapat menyebabkan benda mengalami perubahan warna dan kekuatan, Sulistyanto, H dan Edy, W (2008: 63-71). 4) Macam-macam Perubahan Sifat Benda a) Perubahan Sifat Benda yang Bersifat Sementara Perubahan bersifat sementara adalah perubahan benda yang dapat kembali ke wujud semula dan tidak menghasilkan zat baru. Perubahan bersifat sementara disebut juga perubahan fisika. b) Perubahan Sifat Benda yang Bersifat Tetap Perubahan bersifat tetap adalah perubahan benda yang tidak dapat kembali ke wujud semula. Perubahan ini menghasilkan

15 20 zat baru. Perubahan bersifat tetap disebut juga perubahan kimia, Azmiyawati, C dan Kusumawati, R (2008: 73). 4. Metode Discovery Discovery merupakan metode pembelajaran yang membuat siswa menjadi lebih aktif lagi. Menurut Hanafiah dan Suhana (2010: 77) discovery merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis dan logis sehingga siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku. Discovery merupakan proses pembelajaran yang berfokus pada penemuan masalah (sumber pembelajaran) yang berasal dari pengalamanpengalaman nyata siswa. Sehingga tujuan utama dari discovery tidak terletak pada pencarian aplikasi pengetahuan, melainkan suatu upaya untuk membangun pengetahuan secara induktif dari pengalamanpengalaman siswa dan pengalaman merupakan sumber materi yang dapat dieksplorasi dalam proses pembelajaran (Anam, 2015: 110). Strategi pembelajaran discovery adalah nama lain dari strategi penemuan. Pengetahuan baru yang diperoleh siswa dilakukan melalui aktivitas discovering atau menemukan dimana guru mengarahkan siswa sedemikian rupa sehingga siswa menemukan konsep-konsep dan prinsip-

16 21 prinsip melalui proses mentalnya sendiri (Said dan Budimanjaya, 2015: 117). Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa discovery adalah metode pembelajaran yang bertujuan untuk menemukan suatu konsep atau memecahkan masalah dengan melibatkan kemampuan siswa secara maksimal. Metode penemuan ini lebih menitikberatkan pada siswa atau berpusat pada siswa, sehingga siswa akan lebih berperan aktif saat mengikuti proses pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode discovery menurut Whewell (dalam Said dan Budimanjaya, 2015: 118) adalah sebagai berikut: 1) Guru mengidentifikasi kebutuhan siswa. 2) Guru melakukan seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan. 3) Seleksi bahan atau masalah yang akan dipelajari. 4) Guru membantu dan memperjelas tugas/ masalah yang dihadapi siswa serta perannya masing-masing. 5) Guru mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan. 6) Guru mengecek pemahaman siswa terhadap hal yang akan dipecahkan. 7) Guru memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan.

17 22 8) Guru membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa. 9) Guru memfasilitatori siswa agar mampu menganalisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi masalah. 10) Guru memfasilitatori terjadinya interaksi antara siswa dan guru. 11) Guru membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya. Keunggulan metode discovery menurut Roestiyah (2012: 20-21) adalah sebagai berikut: 1) Membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/ pengenalan siswa. 2) Siswa meperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/ individual sehingga dapat kokoh/ mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. 3) Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa. 4) Mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing. 5) Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat. 6) Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri.

18 23 7) Metode ini berpusat pada siswa tidak pada guru. Sehingga guru hanya sebagai teman belajar saja dan membantu bila diperlukan. Kelemahan metode discovery menurut Roestiyah (2012: 21) adalah sebagai berikut: 1) Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik. 2) Bila kelas terlalu besar penggunaan metode ini akan kurang berhasil. 3) Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan metode penemuan. 4) Dengan metode ini ada yag berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan/ pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa. 5) Metode ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif. Langkah-langkah pembelajaran discovery pada pelajaran IPA materi benda dan sifatnya, mengacu pada pendapat dari Whewell di atas adalah sebagai berikut: 1) Guru mengkondisikan kelas agar siswa siap untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

19 24 2) Guru melakukan kegiatan apersepsi dengan cara memberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi kepada siswa. 3) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. 4) Guru menjelaskan tentang permasalahan atau materi yang nantinya akan dihadapi oleh siswa. 5) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. 6) Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada siswa. 7) Guru membimbing siswa untuk mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk percobaan. 8) Guru membimbing siswa dalam melakukan kegiatan percobaan. 9) Guru berkeliling untuk mengawasi kegiatan siswa dan membantu siswa jika ada kesulitan. 10) Guru membimbing siswa untuk mempersiapkan hasil diskusi. 11) Guru menunjuk satu persatu perwakilan kelompok untuk melakukan presentasi di depan kelas. 12) Guru membimbing siswa untuk bertanya dan berpendapat terhadap hasil presentasi kelompok yang sedang maju di depan kelas. 13) Guru memberikan pemantapan dan penguatan materi kepada siswa. 14) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait materi yang belum jelas.

20 25 15) Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari kegiatan dan materi yang telah dibahas. B. Penelitian Yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Arifin, Z (2012) dengan judul Pengaruh Penggunaan Metode Discovery Berbasis Media Realita Terhadap Hasil Belajar IPA, menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V yang diajar menggunakan metode discovery berbasis media realita. Simpulan penelitian ini adalah hasil belajar IPA pada siswa yang diajar dengan metode discovery berbasis media realita lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan pembelajaran langsung berbasis media gambar. Penelitian yang dilakukan oleh Artini (2014) dengan judul Pengaruh Metode Pembelajaran Guided Discovery Terhadap Kreativitas Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 6 SDK Soverdi Tuban, menyatakan bahwa terdapat perbedaan kreativitas dan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional. Penelitian di atas relevan dengan penelitian ini dilihat dari penggunaan metode yang sama dalam pembelajaran yaitu metode discovery. Hasil penelitian di atas menjadi salah satu dasar dalam pemilihan metode discovery

21 26 yang diterapkan dalam penelitian ini. Penelitian terdahulu menjadi cerminan supaya penelitian ini menjadi lebih baik dan sesuai. C. Kerangka Pikir Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru harus pandai memilih metode pembelajaran yang tepat. Dengan adanya pemilihan metode yang tepat, maka akan membuat siswa tertarik dengan kegiatan belajar mengajar. Selain itu, dengan adanya pemilihan metode yang tepat maka materi yang diberikan oleh guru akan mudah diserap oleh siswa. Sehingga siswa dapat memahami dengan baik apa yang diberikan oleh guru. Kemudian untuk dapat melakukan pembelajaran yang efektif, siswa dituntut agar aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan metode discovery menekankan pada bagaimana proses kegiatan belajar mengajar itu dilaksanakan. Proses pembelajaran memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar. Proses belajar menyangkut perubahan aspek-aspek tingkah laku, seperti pengetahuan, sikap dan keterampilan. Untuk itu diperlukan ketepatan metode yang mampu mengaktifkan siswa, yaitu metode discovery. Dengan menggunakan metode discovery ini diharapkan dapat meningkatkan sikap rasa ingin tahu siswa dan prestasi belajar.

22 27 Berikut adalah skema kerangka berfikir dari penelitian ini: Kondisi awal 1. Guru belum menggunakan metode pembelajaran yang tepat atau bervariasi. 2. Siswa pasif/ tidak berani untuk bertanya 3. Siswa kurang tertarik dengan pembelajaran 4. Siswa kurang dapat memahami materi 5. Kondisi kelas kurang kondusif Pelaksaan Tindakan Tindakan untuk mengatasi masalah adalah melalui metode discovery, langkah-langkahnya: 1) Guru mengidentifikasi kebutuhan siswa. 2) Guru melakukan seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan. 3) Seleksi bahan atau masalah yang akan dipelajari. 4) Guru membantu dan memperjelas tugas/ masalah yang dihadapi siswa serta perannya masing-masing. 5) Guru mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan. 6) Guru mengecek pemahaman siswa terhadap hal yang akan dipecahkan. 7) Guru memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan. 8) Guru membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa. 9) Guru memfasilitatori siswa agar mampu menganalisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi masalah. 10) Guru memfasilitatori terjadinya interaksi antara siswa dan guru. 11) Guru membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya. Kondisi Akhir Peningkatan rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa yang telah mencapai KKM IPA yaitu 70 sekurang-kurangnya 80%. Gambar 2.1 Bagan alur kerangka pikir

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Sikap Rasa Ingin Tahu Keingintahuan (Curiousity) menurut Samani dan Hariyanto (2012: 119) adalah keinginan untuk menyelidiki dan mencari pemahaman terhadap rahasia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Kelas/ Semester : V/1 Alokasi Waktu : 2x 35 menit Hari/Tanggal : Rabu/ 30 November 2011 A. Standar Kompetensi :

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kerjasama a. Pengertian Kerjasama Kerjasama dalam proses pembelajaran merupakan salah satu hal yang penting dalam suatu proses pembelajaran. Kerjasama dalam belajar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 777 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Aktif Peran aktif merupakan partisipasi siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Siswa dipandang sebagai obyek dan subyek, maksudnya yaitu selain siswa mendengarkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Rasa Ingin tahu. a. Pengertian Rasa Ingin Tahu

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Rasa Ingin tahu. a. Pengertian Rasa Ingin Tahu 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Rasa Ingin tahu a. Pengertian Rasa Ingin Tahu Kegiatan belajar mengajar yang efektif diperlukan adanya suatu sikap rasa ingin tahu siswa terhadap materi pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 7 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Ibrahim dan Nur (Rusman,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Rasa Tanggung Jawab a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab Rasa tanggung jawab merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 1.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Pengetahuan alam sudah jelas artinya adalah pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Adapun pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Percaya Diri 1. Pengertian Percaya Diri Masalah dengan percaya diri hampir dialami oleh setiap individu dari usia remaja hingga dewasa. Percaya diri merupakan hal yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tanggung Jawab a. Pengertian Tanggung Jawab Menurut Fitri (2012: 112) tanggung jawab merupakan nilai moral penting dalam kehidupan bermasyarakat. Tanggung

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka

BAB II Kajian Pustaka 6 2.1 Kajian Teori BAB II Kajian Pustaka 2.1.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika 21 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika Russefendi ET (Suwangsih dan Tiurlina, 2006: 3), menjelaskan bahwa kata matematika berasal dari perkataan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik. BAB II KAJIAN TEORI A. Partisipasi dan Prestasi Belajar Matematika 1. Partisipasi Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI : 2007) partisipasi adalah turut berperan serta dalam suatu kegiatan (keikutsertaan/

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebagai hasil pengalaman. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebagai hasil pengalaman. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Belajar Belajar adalah perubahan tingkah laku yang bersifat permanen sebagai hasil pengalaman. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang dilaksanakan di penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang mengisyaratkan adanya orang yang mengajar dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1.Pembelajaran Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik (Djamarah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Model Guided Discovery Learning a. Pengertian Guided Discovery Learning Menurut Newhall J (dalam Eggen P, 2012, h.177) model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Metode Penemuan (Discovery) Penemuan (Discovery) adalah suatu metode / strategi yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Metode Penemuan (Discovery) Penemuan (Discovery) adalah suatu metode / strategi yang 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Penemuan (Discovery) 1. Pengertian Metode Penemuan (Discovery) Penemuan (Discovery) adalah suatu metode / strategi yang berpusat pada siswa dimana kelompok kelompok

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam kegiatan belajar. Keingintahuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam kegiatan belajar. Keingintahuan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu senantiasa senantiasa akan memotivasi diri untuk terus mencari dan mengetahui hal-hal baru sehingga akan memperbanyak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu setiap manusia itu berbeda-beda. Begitupula rasa ingin tahu peserta didik dalam proses pembelajaran pasti berbeda. Rasa ingin tahu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suka, tidak suka, atau acuh tak acuh. Selanjutnya Gerung dalam Sunarto dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suka, tidak suka, atau acuh tak acuh. Selanjutnya Gerung dalam Sunarto dan 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Sikap Ilmiah a. Pengertian Sikap Sikap menurut Sabri dalam Hamdani (2011:140) adalah: suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang atau benda

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Rasa Ingin Tahu a. Pengertian Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu menurut Daryanto dan Darmiatun (2013: 71) adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan siswa dalam belajar. Guru harus mampu berperan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan siswa dalam belajar. Guru harus mampu berperan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di sekolah atau yang sering disebut dengan proses belajar mengajar merupakan interaksi antara guru dengan siswa. Jika guru telah memahami siswanya

Lebih terperinci

15. Metode Discovery

15. Metode Discovery 15. Metode Discovery Salah satu metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery, hal itu disebabkan karena metode discovery ini: (a) Merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dedukasi. IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dedukasi. IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam 1. Pengertian IPA Menurut H.W Fowler (Trianto, 2010: 136), IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala

Lebih terperinci

BAB 7 PERUBAHAN SIFAT BENDA. Kamu dapat menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap.

BAB 7 PERUBAHAN SIFAT BENDA. Kamu dapat menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap. BAB 7 PERUBAHAN SIFAT BENDA Tujuan Pembelajaran Kamu dapat menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap. Di sekitar kita terdapat bermacam-macam benda, antara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Karakter Rasa Ingin Tahu a. Pengertian Karakter Rasa Ingin Tahu Karakter dapat diperoleh melalui pendidikan baik pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. 2.1 Hakekat Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perubahan Penampakan Benda Langit

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. 2.1 Hakekat Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perubahan Penampakan Benda Langit 7 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakekat Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perubahan Penampakan Benda Langit 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Belajar dalam arti luas adalah semua persentuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dalam Konteks Pembelajaran Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik secara umum maupun secara khusus. Penafsiran tersebut berbeda satu

Lebih terperinci

1. Pengertian Perubahan Materi

1. Pengertian Perubahan Materi 1. Pengertian Perubahan Materi Pada kehidupan sehari-hari kamu selalu melihat peristiwa perubahan materi, baik secara alami maupun dengan disengaja. Peristiwa perubahan materi secara alami, misalnya peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial guna menjamin perkembangan dan kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Fungsi dan tujuan penddikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang

BAB II KAJIAN TEORI. membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di MI 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di MI Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang membahas tentang gejala-gejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Persaingan semakin ketat dan masyarakat dituntut untuk dapat bersaing dalam menghadapi tantangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN RUMUSAN HIPOTESIS. menghafal, yang diutamakan adalah penumpukkan ilmu. Prestasi belajar bagi

BAB II KAJIAN TEORI DAN RUMUSAN HIPOTESIS. menghafal, yang diutamakan adalah penumpukkan ilmu. Prestasi belajar bagi BAB II KAJIAN TEORI DAN RUMUSAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Paradigma pendidikan ditinjau dari sisi belajar diartikan sebagai upaya seseorang untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau tujuan tertentu (Hamdu dan Agustina, 2011: 2). Motivasi belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau tujuan tertentu (Hamdu dan Agustina, 2011: 2). Motivasi belajar BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Motivasi Belajar Pada dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, menggarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh siswa namun guru juga

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh siswa namun guru juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas dan peran guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangatlah kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif di dalam kelas,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah juga dipercaya sebagai satu satunya cara agar manusia pada zaman

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah juga dipercaya sebagai satu satunya cara agar manusia pada zaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai tugas untuk mengantarkan peserta didik mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Sekolah juga dipercaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Pendidikan adalah usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Pendidikan adalah usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang berkualitas sangat diperlukan dalam upaya mendukung terciptanya manusia yang cerdas dan mampu bersaing diera globalisasi. Pendidikan mempunyai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Bamboo Dancing. a. Pengertian Model Kooperatif tipe bamboo dancing

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Bamboo Dancing. a. Pengertian Model Kooperatif tipe bamboo dancing 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Bamboo Dancing a. Pengertian Model Kooperatif tipe bamboo dancing Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. Pendidikan menurut Undang-undang tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. Pendidikan menurut Undang-undang tentang Sistem Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Pendidikan menurut Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa, sehingga siswa memperoleh pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landaan Teori 2.1.1 Pengertian Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Hamalik (2005:27) menyimpulkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray. a. Pengertian Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray. a. Pengertian Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray a. Pengertian Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang unik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengembangkan dirinya. Oleh karena itu belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengembangkan dirinya. Oleh karena itu belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak lahir manusia telah mulai melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Disiplin Belajar Belajar ialah berusaha atau berlatih supaya mendapat suatu kepandaian (Poerwadarminta, 2007: 121). Belajar menurut Slameto (2010:2) merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses belajar mengajar antara guru dengan siswa untuk pengembangan potensi diri yang dilakukan secara sadar dan terencana agar dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

Nama : Mutik Hamitayani NIM : POKJAR : Gantiwarno, Klaten Tugas : IPA 1

Nama : Mutik Hamitayani NIM : POKJAR : Gantiwarno, Klaten Tugas : IPA 1 Nama : Mutik Hamitayani NIM : 836763454 POKJAR : Gantiwarno, Klaten Tugas : IPA 1 1. Alasan Pembelajaran IPA dengan teori model Teori Piaget ini karena banyak dipakai dalam penentuan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan dalam belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan syarat mutlak bagi pengembangan sumber daya manusia dalam menuju masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan dapat dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kualitas pendidikan harus ditingkatkan. investasi besar untuk berjuang keluar dari krisis dan menghadapi dunia global

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kualitas pendidikan harus ditingkatkan. investasi besar untuk berjuang keluar dari krisis dan menghadapi dunia global BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk peningkatan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kerja keras sedini mungkin. Walaupun hal tersebut telah diupayakan, namun

BAB I PENDAHULUAN. dan kerja keras sedini mungkin. Walaupun hal tersebut telah diupayakan, namun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Tujuan tersebut hanya dapat dicapai manakala ditunjang oleh usaha

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model Pembelajaran Kolaboratif Berkolaborasi berarti bekerja sama dengan orang lain. Dalam praktek, pembelajaran kolaboratif berarti siswa bekerja secara berpasangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ilmu,

BAB I PENDAHULUAN. berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ilmu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia. Ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Examples Non Examples Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga lima orang dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Outdoor Experiential Learning. 1) Belajar di Luar Kelas (Outdoor Study)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Outdoor Experiential Learning. 1) Belajar di Luar Kelas (Outdoor Study) 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Model Outdoor Experiential Learning a. Definisi Outdoor Experiential Learning 1) Belajar di Luar Kelas (Outdoor Study) Vera (2012:16) mengemukakan bahwa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan mampu menggunakan metode ilmiah, bersikap ilmiah untuk

Lebih terperinci

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran di tingkat sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Pendidikan atau pengajaran di sekolah dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus merupakan akibat dari proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi dari berbagai media massa, baik media cetak atau elektronika sering dikemukakan bahwa mutu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi dari berbagai media massa, baik media cetak atau elektronika sering dikemukakan bahwa mutu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi dari berbagai media massa, baik media cetak atau elektronika sering dikemukakan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah terutama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Guide Discovery Guru dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan memberikan pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Pada hakekat belajar diartikan sebagai proses membangun makna atau pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang dialaminya sehingga terjadi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. aktif mengungkapkan gagasan dan ide-ide secara individual maupun kelompok.

II. TINJAUAN PUSTAKA. aktif mengungkapkan gagasan dan ide-ide secara individual maupun kelompok. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Efektivitas pembelajaran Efetivitas pembelajaran dapat dicapai apabila siswa berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa tidak hanya aktif mendengarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. IPA berasal dari kata sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam. Sains

BAB II KAJIAN PUSTAKA. IPA berasal dari kata sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam. Sains BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ILMU PENGETAHUAN ALAM IPA berasal dari kata sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam. Sains menurut Suyoso dalam Nana, dkk (2008) merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia yang

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT BENDA. A.Sifat-Sifat Benda Padat, Cair, dan Gas

SIFAT-SIFAT BENDA. A.Sifat-Sifat Benda Padat, Cair, dan Gas SIFAT-SIFAT BENDA A.Sifat-Sifat Benda Padat, Cair, dan Gas Di lingkungan sekitarmu banyak terdapat benda padat, cair, dan gas. Dapatkah kamu menyebutkan contoh-contohnya? Bagaimanakah sifatsifat benda

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1. Pembelajaran IPA Menurut Gagne dalam Slameto, (2010:13) memberikan dua definisi belajar, yakni: (1) belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu saja menyangkut berbagai hal tidak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran aktif manusia dalam kehidupan sangat penting, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran aktif manusia dalam kehidupan sangat penting, karena dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran aktif manusia dalam kehidupan sangat penting, karena dengan peran aktif tersebut manusia menjadi dinamis. Demikian juga tentang prestasi belajar, semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pemahaman 1. Pengertian Pemahaman Pemahaman ini berasal dari kata Faham yang memiliki tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7 Disini ada pengertian tentang pemahamn yaitu kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama dan mempunyai pandangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Leaflet Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Derajat Sarjana S-I Program Studi Pendidikan. Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI. Derajat Sarjana S-I Program Studi Pendidikan. Pancasila dan Kewarganegaraan IMPLEMENTASI METODE DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus Pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMP Negeri 2 Boyolali Tahun Pelajaran 2013/2014) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran merupakan persiapan kita di masa depan, dalam hal ini masa depan kehidupan anak yang ditentukan oleh orang tuanya. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan aktivitas interaksi aktif individu terhadap lingkungan sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Sementara itu, pembelajaran adalah penyediaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Tanggung Jawab a. Pengertian Tanggung Jawab Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam penelitian ini teori yang akan dikaji adalah sebagai berikut: (1) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA); (2) Pembelajaran IPA di SD; (3) Ruang lingkup pembelajaran IPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara tingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Muhibbin Syah, 2003:10).

BAB I PENDAHULUAN. cara tingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Muhibbin Syah, 2003:10). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metodemetode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara tingkah laku yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal. 1 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Setiap orang membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci