BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam penelitian ini teori yang akan dikaji adalah sebagai berikut: (1) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA); (2) Pembelajaran IPA di SD; (3) Ruang lingkup pembelajaran IPA di SD; (3) Metode pembelajaran; (4) Metode discovery; (5) Pendekatan scientifik; (6) Belajar; (7) Hasil belajar; (8) Kajian penelitian yang relevan; (9) Sintak Pembelajaran Metode Discovery 2.2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu Pengetahuan Alam merupakan usaha manusia untuk memahami alam semesta dengan melakukan pengamatan yang benar dan dapat dijelaskan dengan penalaran yang sahih, sehingga mendapatkan kesimpulan. Dalam IPA terdiri atas tiga hal yaitu IPA sebagai proses, IPA sebagai prosedur, dan IPA sebagai produk. IPA sebagai proses merujuk pada aktivitas ilmiah yang dilakukan para ahli IPA yang sesuai dengan rasional, kognitif dan tujuan. Biasanya aktivitas ini disebut dengan penelitian. IPA sebagai prosedur, merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan untuk memahami sesuatu. Tindakan tersebut berupa, 1) observasi, melakukan pengamatan terhadap lingkungan sekitar hingga menemukan sebuah topik dan mengidentifikasinya menjadi masalah. 2) menyusun hipotesis, hipotesis merupakan suatu gagasan solusi dari suatu masalah yang berdasarkan pengetahuan dan penelitian. 3) Percobaan, merupakan pengujian hipotesis. 4) Membuat kesimpulan yangb berupa pernyataan hubungan antara hasil dan hipotesis. IPA sebagai produk ilmiah, merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh para ahli IPA. Produk tersebut merupakan pengetahuan IPA yang

2 dapat ditemukan di dalam buku ajar, majalah ilmiah, buku teks, artikel ilmiah serta pernyataan-pernyataan para ahli IPA. Produk IPA dapat berupa fakta, konsep, lambang, konsepsi/ penjelasan dan teori. Menurut Usman dalam bukunya Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, IPA merupakan terjemahan dari kata-kata dalam bahasa Inggris yang dapat disebut sebagai ilmu alam yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Peristiwa tersebut dapat berupa gejala-gejala alam yang kemudian diamati oleh manusia. Berdasarkan hasil pengamatan dan percobaan yang disusun secara sistematis manusia dapat menemukan hal yang dapat dibahas dalam IPA. Menurut Wilkipedia, IPA adalah sebuah mata pelajaran yang membahas beberapa cabang ilmu IPA untuk siswa Sekolah Dasar (SD) dan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Cabang-cabang ilmu IPA adalah biologi, fisika, kimia, ilmu bumi dan astronomi. Dengan mempelajari cabang-cabang ilmu tersebut siswa diharapkan dapat memahami alam semesta. Beberapa alasan yang menyebabkan Ilmu Pengetahuan Alam diajarkan di Sekolah Dasar. Pertama, IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kekayaan alam suatu bangsa dapat terkelola dengan baik jika masyarakatnya memiliki pengetahuan alam yang terus berkembang. Sehingga masyarakat mampu menjaga dan memanfaatkan kekayaan alam bangsa seiring dengan perkembangan teknologi. Karena pengetahuan dasar teknologi adalah IPA. Kedua, IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berfikir kritis. Dalam mempelajari IPA siswa diajak untuk melakukan beberapa proses, misalnya mengamati. Dalam proses mengamati suatu hal siswa akan dituntut pemikiran yang rasional sehingga memunculkan pemikiran yag kritis. Ketiga, IPA bukan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka. Hal ini dapat dilihat dengan bahan ajar IPA yang mencakup tentang gejala-gejala alam yang memerlukan percoaan untuk memahaminya. Jadi belajar IPA tidak bisa hanya dengan menghafal tapi haru dengan melakukan percobaan. Keempat, Mata pelajaran IPA memiliki nilai-nilai

3 pendidikan, yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan. (Usman 2011: 4) Berdasarkan pendapat para ahli tentang IPA, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan mata pelajaran yang mempelajari tentang alam yang dilakukan dengan melalui beberapa proses untuk menemukan sebuah kesimpulan yang diharapkan dapat membentuk pribadi siswa secara utuh sehingga dapat menjadi modal kemajuan suatu bangsa Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran di sekolah sekarang ini sudah semakin berkembang, dari pengajaran yang bersifat tradisional menjadi pengajaran yang modern. Kegiatan pembelajaran bukan lagi sekadar menyampaikan pelajaran atau materi ajar. Akan tetapi, kegiatan pembelajaran lebih kompleks dengan kegiatan yang bervareasi dan aktif. Kegiatan pembelajaran juga tidak lagi berpusat pada guru tetapi berpusat pada siswa. Pembelajaran merupakan proses aktif siswa yang mengembangkan potensi dirinya (Utomo, 2013: 27). Siswa terlibat dalam pengalaman belajar yang bermakna yang memerluan pikiran, emosi, dan aktivitas yang menyenangkan, menantang serta mendorong kretifitas. Menurut Usman (2011: 5) Pembelajaran IPA yang cocok bagi siswa Indonesia adalah pembelajaran yang menggunakan pendekatan yang mencakup kesesuaian antara situasi dan belajar siswa dengan situasi kehidupan nyata di masyarakat. Penerapan pembelajaran IPA di masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Karena itu, siswa perlu diberikan kesempatan memperoleh pengalaman secara indrawi maupun non indrawi. Misalnya, dalam pembelajaran pertulangan daun siswa diajak untuk mengamati tanaman yang ada di taman sekolah. Kemudian siswa diminta mengelompokkan tanaman berdasarkan bentuk daunnya. Dengan pembelajaran secara langsung melalui pengalam, siswa akan lebih memahami dan mengingatnya.

4 2.2.2 Ruang Lingkup Bahan Kajian IPA di SD Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut. 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana 4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Salah satu Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dipelajari di kelas IV semester 2 adalah: 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari 8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifatsifatnya 2.3 Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah langkah operasional atau cara yang digunakan untuk menerapkan strategi pembelajaran yang dipilih (Ridwan 2013:9). Metode pembelajaran berfungsi untuk menciptakan lingkungan belajar dan mendasari aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran. Metode pembelajaran dipilih sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dengan metode yang tepat diharapkan siswa mampu berkembang maksimal. Menurut lathifah (2012) metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode berperan sebagai alat motvasi strategi pembelajaran. Metode pembelajaran dalam pelaksanaanya bersifat prosedural dan berisi tahap-tahap tertentu.

5 Dari dua pendapat tentang metode pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk menerapkan strategi pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pembelajaran sehingga mampu membawa siswa berkembang secara optimal Metode Discovery Discovery adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan (Ridwan 2013: 220). Menurut pendapat Dwijaya (2012: 10) metode discovery diartikan sebagai prosedur pembelajaran yang mementingkan perorangan, manipulasi objek, melakukan percobaan, sebelum sampai kepada generalisasi. Dalam metode discovery mengutamakan cara belajar siswa aktif dengan berorientasi pada proses. Sedangkan menurut pratiknjo (2012: 7) metode discovery adalah metode pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri, melihat sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat menemukan sendiri Dari beberapa pendapat tentang metode discovery dapat disimpulan bahwa metode discovery adalah metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah dengan menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi melalui pengamatan atau percobaan dengan pengawasan guru. Dalam pelaksanaan metode discovery bukan hanya siswa saja yang aktif, melainkan guru juga dituntut lebih kreatif dalam penyajian pembelajaran. Guru harus mampu memodifikasi pembelajaran sehingga siswa tertarik dan tertantang untuk melakukan percobaan. Selain itu guru juga perlu membangun situasi belajar yang membuat siswa aktif berusaha menemukan pengetahuan sendiri.

6 2.3.2 Langkah dan Tahap Pembelajaran Discovery Langkah-langkah pembelajaran discovery menurut Ridwan (2013:221) adalah: a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran b. Guru membagi petunjuk praktikum eksperimen c. Peserta didik melaksanakan eksperimen dibawah pengawasan guru. d. Guru menunjukkan gejala yang diamati e. Peserta didik menyimpulkan hasil eksperimen Tahap pembelajaran menggunakan discovery secara umum dapat digambarkan sebagai berikut. (Ridwan 2013: 222) Guru memaparkan topik yang akan dikaji, tujuan belajar, motivasi, dan memberikan penjelasan ringkas. Guru mengajukan permasalahan atau pertanyaan yang terkait dengan topik yang dikaji Kelompok merumuskan hipotesis dan merancang percobaan atau mempelajari tahapan percobaan yang dipaparkan oleh guru, LKS, atau buku. Guru membimbing dalam perumusan hipotesis dan merencanakan percobaan Guru memfasilitasi kelompok dalam melaksanakan percobaan/ investigasi Kelompok melakukan percobaan atau pengamatan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis Kelompok mengorganisasikan dan menganalisis data serta membuat laporan hasil percobaan atau pengamatan Kelompok memaparkan hasil investigasi (percobaan atau pengamatan) dan mengemukakan konsep yang ditemukan. Guru membimbing peserta didik dalam mengkonstruksi konsep berdasarkan hasil investigasi

7 2.3.3 Kelebihan Metode Discovery Kelebihan metode discovery menurut Roestiyah (2008: 21) adalah: (1) Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan; memperbanyak kesiapan serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/ pengenalan siswa. (2) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. (3) dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa. (4) Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing. (5) Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat. (6) Membuat siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri. (7) strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar: membantu bila diperlukan Kelemahan Metode Discovery Kelemahan metode discovery menurut Widdiharto (2004) (a) Untuk materi tertentu waktu yang tersita lebih lama. (b) Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan model ceramah. (c) Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. Umumnya topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan model ini. 2.4 Pendekatan Scientific (Ilmiah) Kurikulum 2013 menekankan pembelajaran menggunakan pendekatan Scientific. Proses pembelajaran dengan scientific diharpakan mampu memenuhi tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ranah sikap merupakan proses mengamati materi ajar supaya siswa tahu tentang mengapa. Ranah pengetahuan merupakan proses mengamati materi ajar supaya siswa tahu tentang

8 apa. Sedangkan ranah keterampilan merupakan proses mengamati materi ajar supaya peserta didik tahu tentang bagaimana. Pembelajaran dengan pendekatan scientific lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran secara tradisional. Pendekatan ini bercirikan menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, menggolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, menganalisis, menalar, dan menyimpulkan. Hasil belajar dapat membentuk siswa yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintregasi. Pendekatan scientific memiliki beberapa kriteria antaralain, pertama materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelasakan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng. Kedua mendorong dan menginspirasi siswa berfikir secara kritis, analisis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. Ketiga mendorong dan menginspirasi siswa untuk mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola piiikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. Keeempat berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. Kelima tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik penyajiannya Langkah-Langkah Pembelajaran Scientific Menurut kementrian pendidikan dan kebudayaan pembelajaran scientific terdiri atas 5 langkah yaitu: 1. Mengamati Mengamati merupakan proses pembelajaran yang mengutamakan kebermaknaan pembelajaran. Keunggulan kegiatan mengamati antara lain objek tersaji secara nyata sehingga siswa senang dan tertantang, dan pelaksanaanya murah. Namun kegiatan megamati memerlukan waktu dan persiapan yang lama

9 dan matang, biaya dan tenaga yang relatif banyak, bahkan dapat mengaburkan makna dan tujuan pembelajaran jika kondisi tidak terkendali. Langkah-langkah kegiatan mengamati yaitu, (1) menentukan objek apa yang akan diamati, (2) membuat pedoman pengamatan yang sesuai dengan lingkungan yang diamati, (3) menentukan secara jelas data yang diperlukan, (4) menentukan tempat yang akan diamati, (5) menentukan secara jelas langkah yang akan dilakukan untuk mengumpulkan data, (6) menentukan cara dan mencatat hasil pengamatan. Untuk itu praktik mengamati dalam pembelajaran akan efektif ketika guru dan siswa melengkapi diri dengan alat-alat pencatatan. Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan guru dan siswa selama kegiatan pengamatan adalah cermat, objektif, jujur dan fokus pada objek yang diamati untuk kepentingan pembelajaran. Homogenitas atau heterogenitas subjek, objek, atau situasi yang diamati sebaiknya ditentukan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengamatan. Memahami apa yang hendak dicatat juga harus diperhatikan sebagai catatan perolehan pengamatan. Jika semua hal diatas terlaksana dengan baik akan memudahkan proses selanjutnya. 2. Menanya Menanya merupakan kegiatan dimana siswa terangsang untuk mengeluarkan pertanyaan atau pernyataannya berdasarkan hasil pengamatan. Pertanyaan dimaksudkan untuk mendapatkan tanggapan verbal. Beberapa fungsi pertanyaan dalam kegiatan ini yaitu, (1) membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian siswa tentang hasil pengamatan, (2) mendorong dan menginspirasi siswa untuk aktif belajar, dan mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri; (3) memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya terhadap hasil pengamatan; (4) membangkitak keterampilan siswa dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar; (5) mendorong partisipasi siswa dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berfikir, dan menarik simpulan.

10 Kriteria pertanyaan yang baik adalah singkat, jelas, menginspirasi jawaban, memiliki fokus, bersifat penguatan, memberi kesempatan siswa berfikir ulang, merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif, dan merangsang proses interaksi. Pertanyaan guru yang baik akan mampu menginspirasi siswa untuk menjawab dengan baik dan benar. Untuk itu guru harus memahami kualitas pertanyaan. 3. Menalar Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dalam kegiatan ini yang diharapkan adalah penalaran ilmiah. Diharapkan siswa memiliki kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi pengalaman memori. Terdapat dua cara menalar, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari hal-hal yang bersifat nyata secara individu menjadi simpulan yang bersifat umum. Penalaran ini lebih berpijak pada observasi indrawi atau pengalam empirik. Penalaran deduktif adalah cara menalar dengan menarik simpulan dari pernyataan yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Penalaran ini dikenal dengan pola silogisme. Cara kerja penalaran deduktif adalah dengan menerapkan menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu baru menghubungkannya ke dalam bagian yang khusus. 4. Mencoba Mencoba atau melakukan percobaan merupakan aktivitas siswa untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik. Mencoba dalam kegiatan ini dimaksudkan untuk mengembangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa. Siswa melakukan kegiatan dari mengenal alat atau bahan yang digunakan sampai mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data, serta

11 menarik simpulan atas percobaan yang dilakukan. Selain itu siswa juga membuat laporan dan menyampaikan hasil percobaannya. Guru perlu memahami beberapa hal supaya percobaan dapat berjalan dengan baik, diantaranya: (1) guru merumuskan tujuan percobaan yang akan dilakukan siswa; (2) guru bersama siswa mempersiapkan perlengkapan yang digunakan dalam percobaan; (3) guru perlu memperhitungkan tempat dan waktu percobaan; (4) guru menyediakan kertas kerja sebagai pengarah kegiatan siswa; (5) guru menyampaikan masalah yang akan dijadikan percobaan; (6) guru membagi kertas kerja pada siswa; (7) siswa melaksanakan percobaan dengan bimbingan guru; (8) siswa mengumpulkan hasil percobaan dan guru mengevaluasinya, jika dianggap perlu dapat didiskusikan secara klasikal. 5. Membentuk jejaring Membentuk jejaring dilakukan siswa untuk menempatkan dan memaknai kerjasama baik dengan guru maupun dengan teman yang lain. Dalam kegiatan ini siswa harus lebih aktif berinteraksi secara empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan serta kelebihan masing-masing. Sehingga diharapkan akan tumbuh rasa aman yang memungkinkan siswa menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama. Selain itu kegiatan membentuk jejaring ini juga dapat membuat guru dan siswa saling berbagi informasi, berbagi tugas dan kewenangan, dan memunculkan keseragaman di dalam heterogenitas siswa dalam kelas, serta membuat guru berperan menjadi mediator dalam pembelajaran. 2.5 Belajar Menurut Wulandari (2013,25) belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku dan pencapaian kompetensi serta kepandaian yang diperoleh melalui pengalaman dan berinteraksi dengan lingkungan. Sedangkan menurut Slameto (Syaiful Bahri, 2011: 13) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

12 laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pendapat Syaiful Bahri (2011: 13) belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kogitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Watson (Ridwan, 2013: 6) belajar adalah proses interaksi anatara stimulus (S) dan respo (R), namun S-R harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Dari beberapa pengertian belajar, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah aktivitas jiwa raga dengan proses perubahan tingkah laku melalui latihan yang merupakan hasil dari pengalaman dalam interaksi individu dengan lingkungan yang dapat diamati dan diukur Hasil Belajar Hasil belajar merupakan kapasitas terukur dan perubahan individu yang dinginkan berdasarkan ciri-ciri atau variabel-variabel bawaannya melalui perlakuan pembelajaran tertentu. Hasil belajar juga merupakan hasil kegiatan dari belajar dalam bentuk pengetahuan sebagai akibat dari pembelajaran yang dilakukan siswa (Wulandari, 2013: 26) Sedangkan menurut Mardiyah (2012: 6), hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang merupakan hasil dari aktivitas belajar yang ditujukkan dalam bentuk angka-angka seperti yang dapat dilihat pada nilai rapor. Selain itu Mardiyah juga berpendapat bahwa hasil belajar juga dapat diartikan sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan program pendidikan yang ditetapkan. Hasil belajar siswa dipengaruhi dua faktor utama yaitu faktor dari luar diri siswa dan faktor dari dalam diri siswa. Faktor dari luar diri siswa berasal dari dua

13 hal yaitu lingkungan dan instrumental. Faktor lingkungan berupa lingkungan alami dan lingkungan sosial. Sedangkan faktor instrumental berupa kurikulum, program, sarana dan fasilitas, serta guru. Faktor dari dalam diri siswa terbagi menjadi dua yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis berupa kondisi fisiologis siswa dan kondisi panca indra. Sedang faktor psikologis siswa berupa minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif (syaiful Bahri, 2011: 177). Berdasarkan kajian tentang hasil belajar, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku pada diri siswa yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dapat diamati dan diukur sebagai akibat dari pencapaian penguasaan materi dalam pembelajaran di sekolah dengan dipengaruhi beberapa faktor dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa, yang dapat didokumentasikan dalam buku raport. 2.6 Kajian Penelitian Yang Relevan Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Dwijaya Putri Iriany (2010) yang melakukan penelitian dengan judul Penggunaan Media Gambar Dalam Penerapan Metode Discovery Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas 3 SD Negeri 3 Purwodadi Lecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pembelajaran pada pra tindakan masih menggunakan metode ceramah dan kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran, (2) hasil belajar IPA pada pra tindakan memperoleh presentase 52% siswa yang tuntas, (3) penerapan metode pembelajaran sesuai dengan metode discovery, (4) hasil belajar siswa pada siklus I memperoleh presentase 74% siswa yang tuntas sedang siklus II 89%, (5) siklus I presentase keberhasilan dari 52% menjadi 74% dengan peningkatan 22%. Sedangkan pada siklus II dari 74% menjadi 89% dengan peningkatan 15%. Meskipun penelitian tersebut menggunakan media gambar namun tetap menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode discovery hasil belajar IPA mengalami kenaikan.

14 Berdasarkan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajara discovery dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 3 SD Negeri 3 Purwodadi Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan. Berdasarkan penelitian ini, disarankan hendaknya guru dapat memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pratiknjo (2012) dengan judul Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Metode Discovery Pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Grobogan Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkanbahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dengan ditandai bertambahnya jumlah siswa yang tuntas dari pra siklus dengan siklus 1 sebesar 29,5%. Begitu pula pada siklus 2 ketuntasan belajar siswa naik 11% dari siklus 1. Nilai rata-rata kelas juga mengalami peningkatan yaitu pra siklus 56,43 dengan ketuntasan klasikal 40,5% meningkat pada siklus 1 menjadi 70,22 dengan ketuntasan klasikal 70%. Hasil belajar siswa meningkat lagi pada siklus 2 yaitu 75,54 dengan ketuntasan klsikal 81%. Berdasarkan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajara discovery dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VI SD Negeri 1 Sugihan Kecamatan Toro Kabupaten Grobogan. 2.7 Kerangka Berfikir Adapun kerangka berfikir dapat digambarkan sebagai berikut:

15 Kondisi awal Guru ceramah Hasil belajar siswa rendah Siklus I Penerapan metode discovery dengan pendekatan scientific pada meteri pengertian, sumber, sifat, perpindahan dan kegunaan energi panas. Tindakan Penerapan Metode Discovery dengan Penedakatan Scientific Siklus II Penerapan metode discovery dengan pendekatan scientific pada meteri Termometer dan pengaruh energi panas Kondisi akhir Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas 4 SD Negeri Barukan 01meningkat. Bagan 2.1 Kerangka Berfikir

16 2.8 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Dengan penggunaan metode discovery dan pendekatan scientific dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri Barukan 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang pada mata pelajaran IPA SK memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah

Lebih terperinci

PADA KURIKULUM (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak

PADA KURIKULUM (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak PEMBELAJARAN BERMAKNA (MEANINGFUL LEARNING) PADA KURIKULUM 2013 (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak Tujuan penulisan artikel ini adalah pentingnya menerapkan pembelajaran bermakna di kelas. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan terjemahan dari kata-kata bahasa inggris Natural Science secara singkat sering disebut science. Natural artinya alamiah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu pengetahuan merupakan ilmu yang sangat penting di dunia ini. Ilmu pengetahuan yang berkembang sekarang ini sangat beragam. Salah satunya adalah ilmu tentang alam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia, sehingga manusia mempunyai keterampilan dan keahlian khusus yang dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Suprijono Contextual Teaching and Learning (CTL)

Lebih terperinci

KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK

KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK PPT 2.1 BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Esensi Pendekatan Saintifik Proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas V MI Darussalam Palembang

Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas V MI Darussalam Palembang Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas V MI Darussalam Palembang Nurchafsah dan Mardiah MI Darussalam Palembang japridiah@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Dalam kajian pustaka ini dipaparkan berbagai macam teori tentang Hasil Belajar, Ilmu Pengetahuan Alam, Pembelajaran IPA itu sendiri serta Langkahlangkah pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu alam atau dalam bahasa Inggris disebut natural science atau ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode eksperimen Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari atau melakukan sendiri, mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. 1 Pembelajaran IPA secara

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. 1 Pembelajaran IPA secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains. IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapan IPA secara umum terbatas pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian IPA Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program Pendidikan (GBPP) kelas V Sekolah Dasar dinyatakan: Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah menunjukan perkembangan yang sangat pesat. Kemajuan IPTEK bukan hanya dirasakan oleh beberapa orang saja melainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Melalui pendidikan, manusia mendapatkan pembelajaran secara kognitif, afektif dan psikomotor yang kemudian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian mengenai teori-teori menurut pendapat dari beberapa ahli yang digunakan untuk mengembangkan dan mendukung penelitian ini. Pembahasan

Lebih terperinci

PENINGKATAN MINAT DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MENGGUNAKAN METODE INQUIRY KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN

PENINGKATAN MINAT DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MENGGUNAKAN METODE INQUIRY KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN MINAT DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MENGGUNAKAN METODE INQUIRY KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN Oleh ELISA NIM F34211502 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan memilih menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaaat penelitian, dan fokus penelitian. Berikut uraian

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaaat penelitian, dan fokus penelitian. Berikut uraian BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaaat penelitian, dan fokus penelitian. Berikut uraian selengkapnya. 1.1 Latar Belakang Sisdiknas (2013)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan pengamatan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka Penelitian ini mengutip beberapa pendapat para ahli yang mendukung dan relavansi dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan yang utama. Peranan guru adalah menciptakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penerapan kurikulum 2013 harus diterapkan untuk memfasilitasi siswa agar terlatih

I. PENDAHULUAN. Penerapan kurikulum 2013 harus diterapkan untuk memfasilitasi siswa agar terlatih I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan kurikulum 2013 harus diterapkan untuk memfasilitasi siswa agar terlatih berpikir logis, sistematis, kreatif, inovatif, dan ilmiah. Oleh karena itu, salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh siswa namun guru juga

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh siswa namun guru juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas dan peran guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangatlah kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif di dalam kelas,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Metode berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau jalan

BAB II KAJIAN TEORI. Metode berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau jalan BAB II KAJIAN TEORI A. Metode Eksperimen Metode berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran IPA a. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan haanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pemahaman 1. Pengertian Pemahaman Pemahaman ini berasal dari kata Faham yang memiliki tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7 Disini ada pengertian tentang pemahamn yaitu kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Cikampek Barat III Desa Cikampek Barat Kec. Cikampek Kab. Karawang. Alasan dipilihnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah laku bahkan pola pikir seseorang untuk lebih maju dari sebelum mendapatkan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan rohani kepada orang yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan (Syaripudin, T: 2009, 5).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari siswa sekolah dasar. IPA berguna untuk memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai fenomena-fenomena

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari tentang peristiwaperistiwa yang terjadi di alam. Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu, pendidikan sangat perlu untuk dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat IPA IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kurikulum merupakan salah satu unsur sumber daya pendidikan yang memberikan kontribusi signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1.Pembelajaran Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik (Djamarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satu tujuan pembangunan di bidang pendidikan. antara lain: guru, siswa, sarana prasarana, strategi pembelajaran dan

I. PENDAHULUAN. salah satu tujuan pembangunan di bidang pendidikan. antara lain: guru, siswa, sarana prasarana, strategi pembelajaran dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, berbudi luhur, cerdas, kreatif dan bertanggung jawab merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains dalam arti sempit adalah disiplin

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains dalam arti sempit adalah disiplin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains dalam arti sempit adalah disiplin ilmu yang terdiri dari ilmu fisik dan ilmu biologi. Ilmu pengetahuan alam berupaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional, dengan jelas dikatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional, dengan jelas dikatakan bahwa : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini semakin berkembangnya teknologi dan informasi yang menuntut adanya perkembangan dan perubahan dalam semua aspek kehidupan manusia termasuk aspek pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang diharapkan dalam tujuan Pendidikan Nasional. Peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang diharapkan dalam tujuan Pendidikan Nasional. Peningkatan mutu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang baik akan dapat meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa seperti yang diharapkan dalam tujuan Pendidikan Nasional. Peningkatan mutu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran kooperatif Tipe NHT Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah studi mengenai alam sekitar, dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan pendidikan yang ada di Indonesia. Pendidikan di Indonesia selalu berkembang mengikuti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Penalaran Matematika Materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Materi matematika dipahami melalui penalaran, dan penalaran

Lebih terperinci

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN BIOLOGI KELAS VII-A SMP NEGERI 1 GESI TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI OLEH : NANIK SISWIDYAWATI X4304016 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak rintangan dalam masalah kualitas pendidikan, salah satunya dalam program pendidikan di Indonesia atau kurikulum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Neng Ela, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Neng Ela, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya setiapa individu menginginkan kehidupan yang lebih baik. Salah satu upaya untuk mencapai keinginan tersebut adalah dengan meningkatkan sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan IPA (sains) memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan IPA (sains) memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan IPA (sains) memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi era industrialisasi dan globalisasi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan dan kecakapan. Menurut Wina Sanjaya (2006:113) belajar. di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan dan kecakapan. Menurut Wina Sanjaya (2006:113) belajar. di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar Menurut Witherington dalam Hanafiah dan Suhana (2009:7) belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons baru yang berbentuk

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan mampu menggunakan metode ilmiah, bersikap ilmiah untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata pelajaran fisika pada umumnya dikenal sebagai mata pelajaran yang ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari pengalaman belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang sangat besar, terutama pendidikan di tingkat dasar dan menengah. Pendidikan ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1. Pembelajaran IPA Menurut Gagne dalam Slameto, (2010:13) memberikan dua definisi belajar, yakni: (1) belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah dasar (SD) adalah salah satu wujud pendidikan dasar formal dimana seseorang mendapatkan pengetahuan dasar. Pendidikan dasar merupakan fondasi yang penting

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka

BAB II Kajian Pustaka 6 2.1 Kajian Teori BAB II Kajian Pustaka 2.1.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

Menurut aliran behavioristik dalam Wina (2009: 114) belajar adalah pembentukan

Menurut aliran behavioristik dalam Wina (2009: 114) belajar adalah pembentukan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang relative dalam aspek kognitif dan psikomotor,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam a. Pengertian Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Manusia sebagai pemegang dan penggerak utama dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Melalui

Lebih terperinci

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A -USAHA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR SOMATIS, AUDITORI, VISUAL DAN INTELEKTUAL (SAVI) ( PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII SMP N II Wuryantoro)

Lebih terperinci

Kata Kunci: Minat Belajar, Media Pembelajaran, Konsep Dasar Sains

Kata Kunci: Minat Belajar, Media Pembelajaran, Konsep Dasar Sains PENINGKATAN MINAT BELAJAR MAHASISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN BUKU BESAR (BIG BOOK) PADA MATA KULIAH KONSEP DASAR SAINS Sarah Fazilla Dosen FKIP Program Studi PGSD Universitas Almuslim email:sarah.fazlia@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari mengenai alam dan fenomena alam yang terjadi, yang berhubungan dengan benda hidup maupun benda tak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam dikenal juga dengan istilah sains. Sains berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti saya tahu. Dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang mengisyaratkan adanya orang yang mengajar dan

Lebih terperinci

KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC

KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Esensi Pendekatan Ilmiah Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada sub bab ini, peneliti akan membahas mengenai teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang sudah ditentukan. Adapaun teori yang berkaitan dengan variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama dan mempunyai pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi memberikan dampak yang besar dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Munculnya berbagai macam teknologi hasil karya manusia

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD

2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini, peneliti akan memaparkan latar belakang masalah menentukan penelitian mengenai PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan SMP dan SMA adalah mata pelajaran fisika. Fisika merupakan bagian dari sains yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SD Negeri Barukan 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. SD Negeri Barukan 01 merupakan sekolah dasar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dan tidak bisa terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan merupakan suatu hal yang memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Di era globalisasi saat ini menuntut setiap manusia agar dapat bersaing untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, berbagai masalah dan tantangan dalam segala aspek

Lebih terperinci

Oleh: Musringah SD Negeri 2 Durenan Kabupaten Tranggalek

Oleh: Musringah SD Negeri 2 Durenan Kabupaten Tranggalek JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 251 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS 1 SDN 1 DURENAN PADA TEMA PENGALAMANKU MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK DI KECAMATAN DURENAN KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu kompetensi guru dalam

I. PENDAHULUAN. belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu kompetensi guru dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu pranata sosial yang menyelenggarakan pendidikan untuk mengembangkan potensi siswa. Keberhasilan pendidikan ini didukung dengan adanya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) Pendekatan adalah usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode untuk mencapai pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bidang strategis dalam kemajuan dan perkembangan bangsa, kemajuan suatu bangsa tidak akan lepas dari peran perkembangan sektor pendidikan.

Lebih terperinci

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. Diajukan Oleh: Wahyu Setyoasih

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. Diajukan Oleh: Wahyu Setyoasih Artikel Publikasi: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X IPS DI SMA NEGERI 3 PATI TAHUN AJARAN 2014/2015 Usulan Penelitian Diajukan

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3a PENDEKATAN SAINTIFIK 2 PENGERTIAN (1/2) Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan tenaga pendidik

Lebih terperinci