Metode dan Pendekatan Ilmu Politik
|
|
- Susanti Tan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Metode dan Pendekatan Ilmu Politik MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah : Ilmu Politik Dosen pengampu : Syamsul Ridwan, S.Ag, SH, MH. Disusun oleh : Muhammad Syafiun Najib ( ) FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2015
2 I. Pendahuluan Pendekatan dalam ilmu politik merupakan suatu cara atau sudut pandang yang digunakan oleh para ilmuwan politik dalam menelaah politik itu sendiri. Pendekatan-pendekatan yang digunakan akan menimbulkan berbagai implikasi terhadap metode-metode yang digunakan pengkajian ilmu politik sendiri. Tak jarang terdapat pertentangan antara pendekatan yang satu dengan pendekatan lainnya, hal disebabkan oleh karena keanekaragaman pemikiran manusia itu sendiri. Namun demikian, ada pula pendekatan yang satu menyokong atau melengkapi pendekatan sebelumnya. Dari sejarah perkembangan ilmu politik telah bermunculan berbagai pendekatan yang dipergunakan dalam kajian politik, hal dilakukan dalam rangka menyempurnakan kedudukan ilmu politik displin ilmu yang mempunyai dasar, kerangka, obyek serta ruang lingkup yang jelas. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai beberapa metode pendekatan ilmu ini politik, diantaranya pendekatan legal/institusioanal, pendekatan perilaku, pendekatan Neo- Marxis, teori ketergantungan dan pendekatan institusional baru. II. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep pendekatan legal/institusioanal? 2. Bagaimana konsep pendekatan perilaku? 3. Bagaimana konsep pendekatan Neo-Marxis? 4. Bagaimana konsep teori ketergantungan? 5. Bagaimana konsep pendekatan institusional baru? III. Pembahasan A. Pendekatan Legal/Institusioanal Pendekatan Legal/institusioanal, yang sering dinamakan pemdekatn tradisional, mulai berkembang abad 19 pada masa sebelum Perang Dunia II. Dalam pendekatan ini negara menjadi fokus pokok, terutama segi konstitusional
3 dan yuridisnya. Bahasan tradisional menyangkut antara lain sifat dari Undang-undang dasar, masalah kedaulatan, kedudukan dan kekuasaanformal serta yuridis dari lembaga-lembaga kenegaraanseperti parlemen, badan eksekutif, dan badan yudikatif. Dengan demikian pendekatan tradisional ini mencakup baik unsur legal maupun unsur institusional. Pendekatan ini lebih bersifat normatif dengan mengasumsikan norma-norma demokrasi Barat, dengan Negara ditafsirkan sebagai suatu badan dari norma-norma konstitusional yang formal dengan contoh karyanya R Kranenburg berjudul Algeemene Stastsleer. Namun penelitian mengenai kekuasaan dalam praktiknya sangat sukar untuk dilaksanakan dan kurang berkembang pada masa itu. Sekalipun demikian, pandangan untuk memusatkan perhatian pada kekuasaan dari kedudukan sebagai satu-satunya factor penentu, sehingga menjadi hanya salah satu dari sekian banyak factor (sekalipun dinilai penting) Dalam proses membuat dan melaksanakan keputusan. Pendobrakan terrhadap pendekatan tradisional terjadi dengan tumbuhnya Pendekatan Perilaku (Behavioral Approaches). 1 B. Pendekatan Perilaku Pendekatan Perilaku timbul dari mulai berkembang di Amerika tahun 1950 seusai Pernag Dunia II; dengan sebab kemunculan, yaitu sifat deskriptif dari ilmu politik dianggap tidak memuaskan; kekhawatiran ilmu politik tidak akan maju; dan muncul keraguan mengenai kemampuan para sarjana ilmu politik menerangkan fenomena politik. 1 Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, 2008, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), hlm
4 Pendekatan ini tidak menganggap lembaga-lembaga formal sebagai titik sentral (actor independent) tetapi hanya kerangka bagi kehidupan manusia. Pendekatan ini menampilkan suatu cirri khas yang revolusioner, sebagaimana diuraikan David Easton (1962) dan Albert Sumit (1967), yaitu perilaku politik menampilkan ketentuan sebagai generalisasi harus ada usaha membedakan norma dengan fakta, analisis politik tidak boleh dipengaruhi oleh nilai-nilai pribadi si peneliti, penelitian harus sistematis dan menuju pembentukan teori dan ilmu politik harus bersifat murni, serta ilmu politik harus tetap terbuka bagi dan terintegrasi dengan ilmu-ilmu lainnya. Pendekatan ini dipelopori oleh Gabriel Abraham Alham dan David Easton, Karl Deutsch, Robert Dahl, serta David Apter. System politik menyelenggarakan dua fungsi, yaitu fungsi masukan dan keluaran yang terpengaruh oleh sifat dan kecenderungan para aktor politik. Perbedaan antara para tradisionalis dengan para behavioralis dapat disimpulkan, yaitu para tradisionalis menekankan nilai-nilai dan norma-norma maka para behavioralis menekankan fakta. Jika para tradisionalis menekanakan fungsi filsafat maka para behavioralis menekankan penelitian empiris. Jika para tradisionalis memperjuangkan ilmu yang bersifat terapan maka para behavioralis memperjuangkan ilmu bersifat murni. Jika para tradisionalis menonjolkan aspek historis-yuridis maka para behavioralis mengutamakan aspek sosiologis-psikologis. Jika para tradisionalis memilih metode kualitatif maka para behavioralis lebih mementingkan metode kuantitatif. Pada tahun 1969 David Easton, pelopor Pendekatan Perilaku yang kemudian mendukung Pendekatan Pasca-Perilaku
5 merumuskan pokok pikirannya dlam suatu Credo Of Relevance, yaitu: 1)dalam usaha mengadakan penelitian empiris dan kuantitatif, ilmu politik menjadi terlalu abstrak dant tidak relevan dengan masalah sosial yang dihadapi; 2) Pendekatan Perilaku secara terselubung bersifat konservatif; 3) dalam meneliti niali-nilai tidak boleh dihilangkan; ilmu yidak boleh bebas nilai (value free) dalam evaluasinya; dan 4) mereka harus merasa commited untuk aktif mengubah masyarakat menjadi lebih baik; sarjana harus berorientasi pada tindakan (action-centered). 2 C. Pendekatan Neo-Marxis Kebanyakan kalangan Neo-Marxis adalah cendekiawan yang berasal dari kalangan borjuis dan seperti cendekiawan yang dipihak satu, menolak komunisme Uni Soviet yang bersifat represif, tapi di pihak lain tidak menyetujui banyak aspek masyarakat kapitalis. Mereka beranggapan pemikiran Marx sangat menarik karena ramalan Marx tentang runtuhnya kapitalisme yang tak terelakkan dan etika humanis yang meyakini bahwa manusia pada hakikatnya baik, dan dalam keadaan tertentu yang menguntungkan akan dapat membebaskan diri dari lembaga-lembaga yang menindas, menghina, dan menyesatkan. Fokus analisa Neo-Marxis adalah kekuasaan serta konflik yang terjadi dalam negara. Bagi kalangan ini, konflik antarkelas merupakan proses dialektis paling penting dalam mendorong perkembangan masyarakat dan semua gejala politik harus dilihat dalam rangka konflik antarkelas ini. Kalangan ini merumuskan fleksibilitas dan keluasan dengan mencanangkan adanya dua himpunan 2 Miriam, Dasar-dasar, hlm
6 massa (aggregates) yang sedikit banyak kohesif serts memiliki banyakl fasilitas (the advantages) dan mereka yang tidak memiliki fasilitas (the disanvantages). Sarjana ilmu politik arus utama (mainstreams) mengkritik bahwa Neo-Marxis lebih cenderung mengecam pemikiran sarjana borjuis daripada membentuk atau membangun teori sendiri, kritik lainnya bahwa Neo-Marxis kontemporer merupakan ciptaan dari teoritisi sosial yang berasal dari kampus. Namun, mulai tahun 1970-an pemikiran kelompok Neo-Marxis juga dicantumkan dalam kurikulum jurusanjurusan ilmu poliyik di Amerika Serikat dan Eropa Barat. Pada awal dasawarsa 1990-an situasi politik telah banyak berubah. Komunisme di negara-negara Eropa Timur terbukti gagal untuk menjelmakan surga dunia yang lebih lama dijanjikannya. Tahun 1970 yang oleh Khruschchev dengan penuh optmisme dicangangkan sebagai saat Uni Soviet akakn melampaui Amerika Serikat di bidang perekonomiannya dan terpecahnya negara itu menjadi beberapa negara tahun Akhirnya, kejatuhan pamor komunisme dengan sendirinya mempunyai dampak negatif pada pemikiran Marx, baik yang bersifat klasik maupun yang bersifat Neo-Marxis. Semua argumentasi yang tadinya dianggap sebagai suatu alternatif yang cukup tangguh, mulai disangsikan validitasnya. 3 D. Teori Ketergantungan (Dependency Theory) Kalangan ini berhaluan toeri kiri yang mengkhususkan penelitiannya pada hubungan antara negara Dunia Pertama dengan Dunia Ketiga; inipun menarik perhatian di tahun 1970-an dan 1980-an dengan Paul Bacan disusul 3 Miriam, Dasar-dasar, hlm
7 dengan Andre Gunder Frank sebagai perintisnya. Bertolak dari teori Lenin mengenai imperialisme, kelompok ini berpendapat bahwa imperialisme masih hidup, tetapi dalam bentuk lain. Pertama, negara bekas jajahan dapat menyediakan sumber daya manusia dan sumber daya alam. Kedua, negara kurang maju dijadikan pasar produksi. Mereka berpendapat bahwa gejala ketergantungan ini sudah menjadi gejala dunia; mereka melihat adanya suatu mata rantai hubungan metropolitan-satelit (chain of metropolitan-satellite) dalam struktur sistem dunia yang melampaui batas-batas negara. E. Pendekatan Pilihan Rasional Pendekatan ini muncul akibat pertentangan pendekatan-pendekatan sebelumnya dengan pendapat bahwa mereka telah meningkatkan olmu politik menjadi suatu ilmu yang benar-benar science, Manusia Politik (Homo Politicus) berubah menjadi Manusia Ekonomi (Homo Economicus) dalam hal penentuan kebijakan publik. Kalangan ini membuat simplikasi yang radikal dan memakai model matematika untuk menjelaskan dan menafsirkan gejala-gejala politik. Pelaku Rational Choice ini, terutama politisi, birokrat, pemilih dalam pemilu, dan aktor ekonomi, pada dasarnya egois dan segala tindakannya berdasarkan kecenderungan ini, yaitu mencari cara yang peling efisien untuk mencapai tujauannya. Namun, golongan ini tidak luput oleh kritikan, seperti oleh para penganut structural-fungtionalism karena dianggap tidak memerhatikan kenyataan bahwa manusia dalam perilaku poltitiknya sering tidak mempunyai skala preferensi yang tegas dan stabil., dan bahwa ada
8 pertimbangan lain yang turut meenentukan sikapnya, seperti faktor budaya, agama, sejarah, dan moralitas, tindakan manusia terinspirasi oleh apa yang baik dan apa yang mungkin; kritik lainnya seperti memaksimalkan kepentingan sendiri cenderung secara tidak langsung mengabaikan unsur etika, lagipula skala preferensi manusia dapat saja berubah sepanjang masa. Di sisi lain pendekatan ini sangat berjasa dalam mendorong usaha kuantitattif dalam ilmu politik dan mengembangkan sifat empiris yang dibuktikan kebenarannya, ketimbang studi abstrak dan spekulatif. John Rawls, dalam A Theory of Justice (1971) mengargumentasikan bahwa nilai-nilai seperti keadilan, persamaan hak, dan moralitas merupakan sifat manusia yang perlu diperhitungkan dan dikembangkan, iapun memperjuangkan suatu keadilan yang dapat dinikmati oleh semua warga, termasuk mereka yang rentan dan miskin; dinamakannya equtiy atau distinctive justice; ia pun mendambakan suatu masyarakat yang mempunyai konsensus kuat mengenai asas-asas keadilan yang harus dilaksanakan oleh institusi-institusi politik. 4 F. Pendekatan Institusional Baru Pendekatan ini lahir dari paradigma teori-teori societycentered menjadi paradigma state-centered; lebih merupakan suatu visi yang meliputi beberapa pendekatan lain, bahkan beberapa bidang ilmu pengetahuan lain, seperti sosiologi dan ekonomi. Teori ini lebih melihat negara sebagai hal yang dapat diperbaiki ke arah suatu tujuan tertentu yang memerlukan sebuah rencana praktis. 4 Miriam, Dasar-dasar, hlm. 90-1
9 Kelompok ini menakankan konsensus bahwa inti dari institusi politik adalah rules of the game (aturan main). Jan-Erik Lane dan Svante Erson mendefinisikan institusi mencakup: 1. Struktur fisik, 2. Struktur demografis, 3. Perkembangan historis, 4. Jaringan pribadi, dan 5. Struktur sementara (keputusan sementara). Institusi memengaruhi dan menetukan cara para aktor berusaha mencapai tujuannya; menentukan: a) siapa aktor yang sah, b) jumlah aktor, c) siapa menentukan tindakan. Manusia dari manusia yang rasional (memakai akal) menjadi manusia yang reasonable (memikirkan apa yan layak) untuk kepentingan bersama. Inti dari teori pendekatan ini dirumuskan oleh Robert E Goodin, yaitu: 1. Aktor dan kelompok melaksanakan proyek dalam suatu konteks terbatas secara kolektif. 2. Pembatasan itu terdiri dari institusi-institusi, yaitu: a) pola norma dan pola peran yang telah berkembang dalam kehidupan sosial dan b) perilaku pemegang peran tersebut yang telah ditentukan secara sosial dan selalu berubah. 3. Pembatasan ini dalam banyak hal memberikan keuntungan individu atau kelompok dalam mengejar proyek. 4. Faktor-faktor pembatas itu memengaruhi pembentukan preferensdi dan motivasi dari aktor dan kelompok-kelompok. 5. Pembatasan berakar historis. 6. Pembatasan mewujudkan, memelihara, dan memberi peluang serta kekuatan yang berbeda kepada individu dan kelompok masing-masing.
10 Penganut teori ini memiliki poko masalah bagaimana membentuk institusi yang dapat menghimpun secara efektif sebanyak mungkin preferensi dari para aktor untuk menentukan kepentingan klolektif, teori ini memiliki proses yang disebut institutional engineering (rekayasa institusional) melalui suatu institutional design (rancangan institusional); merupakan suatu rencana aksi analisis yang sangat penting. 5 IV. Penutup 1. Kesimpulan Ada banyak pendekatan dalam ilmu politik, beberapa diantaranya adalah pendekatan legal/institusioanal yaitu pendekatan lebih bersifat normatif dengan mengasumsikan norma-norma demokrasi Barat, dengan Negara ditafsirkan sebagai suatu badan dari norma-norma konstitusional yang formal. Sedangkan pendekatan Neo-Marxis adalah pendekatan yang tidak menganggap lembaga-lembaga formal sebagai titik sentral (actor independent) tetapi hanya kerangka bagi kehidupan manusia. Adapun pendekatan Institusional Baru, teori ini lebih melihat negara sebagai hal yang dapat diperbaiki ke arah suatu tujuan tertentu yang memerlukan sebuah rencana praktis. 2. Penutup Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat menambah ilmu wawasan bagi kita semua. Tidak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan sebagai acuan dalam pembuatan makalah selanjutnya. 5 Miriam, Dasar-dasar, hlm
11
12 Daftar Pustaka Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, 2008, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
PENDEKATAN DALAM ILMU POLITIK
PENDEKATAN DALAM ILMU POLITIK KONSEP DASAR DALAM ILMU POLITIK Kategori Metodologi Seharusnya (ought to be) DEFINISI DEFINISI PENDEKATAN Klasik Kelembagaan Negara TRADISIONAL/ KENEGARAAN Kenyataan (what
Lebih terperinciPendekatan-Pendekatan dalam Ilmu Politik. Cecep Hidayat Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia
Pendekatan-Pendekatan dalam Ilmu Politik Cecep Hidayat Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Definisi Pendekatan Menurut Vernon van Dyke: Pendekatan adalah
Lebih terperinciPendekatan Studi Perbandingan Pemerintah
Pendekatan Studi Perbandingan Pemerintah Pendekatan Kelembagaan/Institusi onal/tradisional Pendekatan Behavioural/Tingkah Laku Pendekatan Paskabehavioural 1. Pendekatan Kelembagaan (1920an-1930an) Ditemukan
Lebih terperinciSosiologi politik MEMAHAMI POLITIK #3 Y E S I M A R I N C E, M. S I
Sosiologi politik MEMAHAMI POLITIK #3 Y E S I M A R I N C E, M. S I PERKEMBANGAN ILMU POLITIK CARA MEMANDANG ILMU POLITIK Ilmu yang masih muda jika kita memandang Ilmu Politik semata-mata sebagai salah
Lebih terperinciPendekatan-Pendekatan dalam Ilmu Politik
Pendekatan-Pendekatan dalam Ilmu Politik Cecep Hidayat cecep.hidayat@ui.ac.id - www.cecep.hidayat.com Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Materi Bahasan
Lebih terperinciSISTEM, PENDEKATAN DAN HUBUNGAN ILMU POLITIK DENGAN ILMU LAINNYA
SISTEM, PENDEKATAN DAN HUBUNGAN ILMU POLITIK DENGAN ILMU LAINNYA KELOMPOK 2 : VERONIKA S INDAH SARI HASIBUAN ROYHAN PERISTIWANI OLEH : B REGULER 2012 PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS
Lebih terperinciPendekatan Historis Struktural
Teori modernisasi ternyata mempunyai banyak kelemahan sehingga timbul sebuah alternatif teori yang merupakan antitesis dari teori modernisasi. Kegagalan modernisasi membawa kenajuan bagi negara dunia ketiga
Lebih terperinciBAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN
BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN TEORI DEPENDENSI Dr. Azwar, M.Si & Drs. Alfitri, MS JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS Latar Belakang Sejarah Teori Modernisasi
Lebih terperinciRANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.
Modul ke: MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN MODUL 2 NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN SUMBER : BUKU ETIKA BERWARGANEGARA, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI. ( DITERBITKAN OLEH UMB GRAHA ILMU ) Fakultas
Lebih terperinciKETERGANTUNGAN DAN KETERBELAKANGAN. Slamet Widodo
KETERGANTUNGAN DAN KETERBELAKANGAN Slamet Widodo Teori modernisasi ternyata mempunyai banyak kelemahan sehingga timbul sebuah alternatif teori yang merupakan antitesis dari teori modernisasi. Kegagalan
Lebih terperinciNegara Demokrasi Modern dan Negara Autokrasi Modern
1 Negara Demokrasi Modern dan Negara Autokrasi Modern Disusun oleh: Pamungkas Satya Putra Pamungkas Satya Putra Fakultas Hukum Universitas Singaperbangsa Karawang Karawang 2014 2 Perkuliahan Tema Pamungkas
Lebih terperinciKELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2
KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 SOSIOLOGI??? APA MANFAAT LETAK LAHIRNYA SOSIOLOGI Sosiologi lahir manakala muncul perhatian terhadap masyarakat karena perubahan yang terjadi Terdapat peristiwa besar di
Lebih terperinciSosialisme Indonesia
Sosialisme Indonesia http://sinarharapan.co/news/read/140819049/sosialisme-indonesia 19 Agustus 2014 12:50 Ivan Hadar* OPINI Sosialisme-kerakyatan bisa diterapkan di Indonesia. Terpilihnya Jokowi sebagai
Lebih terperinciPara filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.
Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama
Lebih terperinciGagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial
Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial Filsafat Ilmu Sosial 1 Positivistik (Value free) Fenomenologi (Value Bound) Perbedaan Paradigma dalam Sosiologi 2 3 Ilmu-ilmu sosial (seperti Sosiologi) telah
Lebih terperinciPANITIA UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP 2012/ 2013 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PANITIA UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP 2012/ 2013 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS WARMADEWA MATA UJI : METODOLOGI ILMU PEMERINTAHAN JURUSAN/ SEMESTER : ILMU PEMERINTAHAN/ VI HARI/ TANGGAL
Lebih terperinciPERAN WALIKOTA SURABAYA DALAM PENUTUPAN LOKALISASI DOLLY MENURUT PILIHAN RASIONAL (RATIONAL CHOICE)
PERAN WALIKOTA SURABAYA DALAM PENUTUPAN LOKALISASI DOLLY MENURUT PILIHAN RASIONAL (RATIONAL CHOICE) PENGANTAR Mengenai judul yang saya angkat ini merupakan hal yang menarik menurut saya karena sejak berdirinya
Lebih terperinciSEJARAH PEMILU DUNIA
SEJARAH PEMILU DUNIA PENGERTIAN PAKAR Secara etimologis kata Demokrasi terdiri dari dua kata Yunani yaitu damos yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan cratein atau cratos yang berarti kedaulatan
Lebih terperinciEksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi
Eksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi NAMA : Bram Alamsyah NIM : 11.12.6286 TUGAS JURUSAN KELOMPOK NAMA DOSEN : Tugas Akhir Kuliah Pancasila : S1-SI : J : Junaidi Idrus,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat,
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Demokrasi di Indonesia Definisi demokrasi menurut Murod (1999:59), sebagai suatu policy di mana semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat, mempunyai
Lebih terperinciETIKA POLITIK BERDASARKAN PANCASILA
ETIKA POLITIK BERDASARKAN PANCASILA Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Pendidikan Pancasila Dosen Pengampu: Yuli Nur Khasanah Disusun Oleh: 1. Angki Azhari Janati (1601016048) 2. Laila Shoimatu
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis
BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Dampak Nasakom Terhadap Keadaan Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun 1959-1966, penulis menarik kesimpulan bahwa Sukarno sebagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)
BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya
Lebih terperinciBAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik
BAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik Pokok Bahasan Pada umumnya, dalam dunia ilmu pengetahuan orang mencoba untuk melihat dan menjelaskan suatu fenomena sosial menggunakan alur dan logika
Lebih terperinciThe Public Administration Theory Primer (Sebuah Kesimpulan)
The Public Administration Theory Primer (Sebuah Kesimpulan) Tujuan utama buku ini adalah untuk menjawab tentang peran teori terkait permasalahan administrasi publik. Sebagaimana diketahui, tujuan utama
Lebih terperinciDisusun oleh : Tedi Sudrajat, S.H. M.H. Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Tahun 2011
Disusun oleh : Tedi Sudrajat, S.H. M.H. Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Tahun 2011 1 Keberadaan Sosiologi Hukum Dalam Konteks Ilmu Hukum Kecenderungan Ilmu hukum dititik beratkan pada sifat
Lebih terperinciPERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL
PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL Tidak seperti biologi atau teori-teori psikologi yang, untuk sebagian besar, mengeksplorasi faktor-faktor yang terkait kejahatan
Lebih terperinciPada periode keempat ini Joint Parliamentary Commission berubah menjadi Mercosur Parliament yang secara resmi meminta delegasi dari tiap parlemen di n
BAB IV KESIMPULAN Regionalisme Mercosur merupakan regionalisme yang telah mengalami proses yang panjang dan dinamis. Berbagai peristiwa dan upaya negara anggotanya terhadap organisasi ini telah menjadikannya
Lebih terperinciBagian Pertama: PENDEKATAN EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL
Bagian Pertama: PENDEKATAN EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL 1 2 BAB I Memahami Ekonomi Politik Internasional A. Pendahuluan Negara dan pasar dalam perkembangannya menjadi dua komponen yang tidak terpisahkan.
Lebih terperinciRUANG KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN PENGARANG : SUWARSONO DAN ALVIN Y. SO. Oleh : Wahyu Ishardino Satries. Abstrak
RUANG KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN PENGARANG : SUWARSONO DAN ALVIN Y. SO Oleh : Wahyu Ishardino Satries Abstrak This writing is an adaption from the book of Suwarsono and Alvin Y. So Social
Lebih terperinciPrinsip-Prinsip Aliran-Aliran Sosialisme
KRITIK TERHADAP SISTEM EKONOMI SOSIALISME fakta Sosialisme Muncul Akibat Kezhaliman Kapitalisme thd Masyarakat Prinsip-Prinsip Aliran-Aliran Sosialisme (1) Mewujudkan Kesamaan (Equity) Secara Riil (2)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rusia merupakan negara federasi yang terbentuk pasca keruntuhan Uni Soviet. Sebagai negara baru, Rusia berusaha untuk membangun kembali kejayaan seperti
Lebih terperinciTUJUAN NEGARA. Sesuai dengan tujuan bersama yang disepakati Tujuan negara sesuai dengan ideologi yang digunakan dalam negara
IDEOLOGI POLITIK TUJUAN NEGARA Sesuai dengan tujuan bersama yang disepakati Tujuan negara sesuai dengan ideologi yang digunakan dalam negara tersebut MINGGU DEPAN 1. Ideologi : Anarkisme dan Komunisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demi stabilitas keamanan dan ketertiban, sehingga tidak ada lagi larangan. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang mencakup:
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (untuk selanjutnya disebut dengan UUD 1945) secara tegas menyebutkan negara Indonesia adalah
Lebih terperinciSOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN
SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN Pada hakekatnya manusia merupakan mahluk sosial. Hal ini dapat dilihat dari kehidupannya yang senantiasa menyukai dan membutuhkan kehadiran manusia lain. Manusia memiliki
Lebih terperinciDEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA. Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH.
Modul ke: DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia Fakultas FAKULTAS RINA KURNIAWATI, SHI, MH Program Studi http://www.mercubuana.ac.id DEFINISI
Lebih terperinciMata Kuliah: Pengantar Ilmu Politik. Yanuardi, M.Si
Mata Kuliah: Pengantar Ilmu Politik Yanuardi, M.Si Ilmu Politik Ilmu Politik adalah Ilmu yang mempelajari tentang politik What is Science? science dalam pengertian ilmu pengetahuan alam ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya
BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945 1 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali, yakni Perubahan Pertama pada tahun 1999, Perubahan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan paparan yang digambarkan dalam pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Proses pengukuhan PAI sebagai bagian dari mata kuliah yang harus
Lebih terperinciPERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK
31 Jurnal Sains Psikologi, Jilid 6, Nomor 1, Maret 2017, hlm 31-36 PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK Fadhil Hikmawan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada fadhil_hikmawan@rocketmail.com
Lebih terperinciWulansari Budiastuti, S.T., M.Si.
Modul ke: Fakultas FIKOM Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Program Studi Periklanan dan Komunikasi Pemasaran. www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Sistem ekonomi demokrasi pancasila Kajian ilmiah tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di
Lebih terperinciSOSIOLOGI PENDIDIKAN
SOSIOLOGI PENDIDIKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF STRUKTURAL KONFLIK TOKOH PEMIKIR ANTARA LAIN: 1. KARL MARX (1818-1883) 5. JURGEN HABERMAS 2. HEGEL 6. ANTONIO GRAMSCI 3. MAX HORKHEIMER (1895-1973) 7. HERBERT
Lebih terperinciMATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM MATCH DAY 25 ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KENYATAAN (BAGIAN 1)
MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM MATCH DAY 25 ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KENYATAAN (BAGIAN 1) A. SOSIOLOGI HUKUM 1. Pemahaman Dasar Sosiologi Hukum Sosiologi hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang
Lebih terperinciKuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi
Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi Teori Sosiologi Kontemporer Amika Wardana. Ph.D a.wardana@uny.ac.id Overview Perkuliahan Konstruksi Teori Sosiologi Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu Pengetahun
Lebih terperinciModul ke: Pancasila. Pancasila sebagai Ideologi Negara. Fakultas MKCU. Finy F. Basarah, M.Si. Program Studi MKCU
Modul ke: Pancasila Pancasila sebagai Ideologi Negara Fakultas MKCU Finy F. Basarah, M.Si Program Studi MKCU Pancasila sebagai Ideologi Negara Pancasila Abstract: Pancasila sebagai Ideologi, dan ideologi
Lebih terperinciOleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si
Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si Konsep (pengertian) ilmu pengetahuan Memahami dan menjelaskan konsep (pengertian) ilmu pengetahuan secara umum Hubungan sosiologi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya Memahami
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia
101 BAB 5 KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya. Fokus utama dari bab ini adalah menjawab pertanyaan penelitian. Bab ini berisi jawaban yang dapat ditarik dari pembahasan dan
Lebih terperinciKONSEP-KONSEP POLITIK
KONSEP-KONSEP POLITIK (Teori politik, Masyarakat, Kekuasaan dan Negara) Oleh: Adiyana Slamet Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-9 (IK-1,3,4,5) Pengertian Teori Teori adalah abstraksi
Lebih terperinciPENGAMALAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN REFORMASI
PENGAMALAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN REFORMASI NAMA : Ragil Prasetia Legiwa NIM : 11.02.7942 TUGAS JURUSAN KELOMPOK NAMA DOSEN : Tugas Akhir Kuliah Pancasila : D3 - MI : A : M. Khalis Purwanto
Lebih terperinciRENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR. 1. Nama Mata Kuliah : TEORI POLITIK KLASIK DAN KONTEMPORER
RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR 1. Nama Mata Kuliah : TEORI POLITIK KLASIK DAN KONTEMPORER 2. Kode/SKS : SPF 245 / 3 SKS 3. Prasyarat Mata Kuliah : Pengantar Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tingkat metodologi, sejak awal pertumbuhan ilmu-ilmu sosial sudah dikenal ada dua mazhab penelitian sosial. Dalam konteks ini Sanapiah Faisal membaginya menjadi 2
Lebih terperinciPANCASILA IDEOLOGI TERBUKA
PANCASILA IDEOLOGI TERBUKA Era global menuntut kesiapan segenap komponen Bangsa untuk mengambil peranan sehingga pada muara akhirnya nanti dampak yang kemungkinan muncul, khususnya dampak negatif dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan
Lebih terperinciTeori Ketergantungan
Teori Ketergantungan Teori ini berpendapat bahwa kemiskinan yang terdapat di negara-negara berkembang yang mengkhususkan diri pada produksi pertanian adalah akibat dari struktur perekonomian dunia yang
Lebih terperinciSistem Politik Gabriel Almond. Pertemuan III
Sistem Politik Gabriel Almond Pertemuan III Teori Fungsionalisme Lahir sebagai kritik terhadap teori evolusi, yang dikembangkan oleh Robert Merton dantalcott Parsons. Teori fungsional memandang masyarakat
Lebih terperinciTeori Ketergantungan
Teori Ketergantungan Teori ini berpendapat bahwa kemiskinan yang terdapat di negara-negara berkembang yang mengkhususkan diri pada produksi pertanian adalah akibat dari struktur perekonomian dunia yang
Lebih terperinciHAKIKAT ILMU SOSIAL. Sifat sifat hakikat sosiologi sehingga dinyatakan sebagai ilmu pengetahuan:
PENGANTAR SISTEM SOSIAL TKW 121 2 SKS DR. Ir. Ken Martina K, MT. KULIAH KE 2 HAKIKAT ILMU SOSIAL Sifat sifat hakikat sosiologi sehingga dinyatakan sebagai ilmu pengetahuan: a. Sosiologi merupakan ilmu
Lebih terperinciSAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Handout 4 Pendidikan PANCASILA SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PANCASILA sebagai Sistem Filsafat Kita simak Pengakuan Bung Karno tentang Pancasila Pancasila memuat nilai-nilai universal Nilai-nilai
Lebih terperinciSistem Ekonomi sebagai Alat untuk Memecahkan Masalah Ekonomi. Bab. Warta Ekonomi
Bab II Sistem Ekonomi sebagai Alat untuk Memecahkan Masalah Ekonomi Warta Ekonomi Relevansi Platform Ekonomi Pancasila Menuju Penguatan Peran Ekonomi Rakyat Ekonomi Rakyat dan Reformasi Kebijakan Maret
Lebih terperinciPARTISIPASI POLITIK PEMILU
PARTISIPASI POLITIK PEMILU DEMOKRASI TUJUAN PERKULIAHAN Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami A. B. Partisipasi Politik Pemilu C. Demokrasi PARTISIPASI POLITIK DINAMIKA PARTISIPASI POLITIK Awalnya studi
Lebih terperinci2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nasionalisme atau rasa kebangsaan tidak dapat dipisahkan dari sistem pemerintahan yang berlaku di sebuah negara. Nasionalisme akan tumbuh dari kesamaan cita-cita
Lebih terperinci* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik
Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori
Lebih terperinciASAL MULA & PERKEMBANGAN SOSIOLOGI. Fitri Dwi Lestari
ASAL MULA & PERKEMBANGAN SOSIOLOGI Fitri Dwi Lestari ASAL USUL SOSIOLOGI Dari bukti peninggalan bersejarah, manusia prasejarah hidup secara berkelompok. ASAL USUL SOSIOLOGI Aristoteles mengatakan bahwa
Lebih terperinciAsumsi dasar dari teori modernisasi mencakup:
Asumsi dasar dari teori modernisasi mencakup: (1) Bertolak dari dua kutub dikotomis yaitu antara masyarakat modern (masyarakat negara-negara maju) dan masyarakat tradisional (masyarakat negara-negara berkembang);
Lebih terperinciBAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN
BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN A. Objek Bahasan 1. Objek materi Filsafat Indonesia ialah kebudayaan bangsa. Menurut penjelasan UUD 1945 pasal 32, kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu mengalami perkembangan diberbagai bidang. Perkembangan yang diawali niat demi pembangunan nasional tersebut
Lebih terperinciBAB II KAJIAN KONSEP CIVIL SOCIETY
BAB II KAJIAN KONSEP CIVIL SOCIETY A. Pengertian tentang konsep civil society Konsep civil society memiliki pengertian yang beragam sesuai dengan sudut pandang masing-masing tokoh yang memberikan penekanan
Lebih terperinciTEORI UTAMA PEMBANGUNAN
TEORI UTAMA PEMBANGUNAN MENURUT TODARO (1991;1994) Teori pertumbuhan linear. Teori perubahan struktural. Teori Dependensia. Teori neo-klasik. Teori-teori baru. Teori pertumbuhan linear Dasar pemikiran
Lebih terperinciBAB II TINDAKAN SOSIAL MARX WEBER. ketuhanan). Ia dididik dengan tradisi idealisme Jerman dan perduli
BAB II TINDAKAN SOSIAL MARX WEBER Max Weber (1864-1920), ia dilahirkan di Jerman dan merupakan anak dari seorang penganut protestan Liberal berhaluan sayap kanan. Weber berpendidikan ekonomi, sejarah,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat (anggota) yang menjadi cikal bakal dari partisipasi politik. Dalam meningkatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. Utopia.com..., Raditya Margi Saputro, FIB UI, Universitas Indonesia
BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Bila ditarik garis besarnya maka di dalam skripsi ini saya telah mencoba memaparkan sebuah teori tentang kemungkinan baru di dalam memunculkan sebuah ranah publik melalui hubungan
Lebih terperinciBULETIN ORGANISASI DAN APARATUR
BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR I. Pendahuluan Banyaknya kebijakan yang tidak sinkron, tumpang tindih serta overlapping masih jadi permasalahan negara ini yang entah sampai kapan bisa diatasi. Dan ketika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Desa merupakan objek yang dijadikan pemerintah dalam usaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa merupakan objek yang dijadikan pemerintah dalam usaha pembangunan yang sebesar-besarnya dalam memenuhi tingkat kebutuhan masyarakat diwilayah sekitarnya.
Lebih terperinciPARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)
PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) Definisi Partai Politik Secara umum dapat dikatakan partai politik adalah suatu kelompok
Lebih terperinciMAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan
MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN Imam Gunawan PERENIALISME Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad 20. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang
Lebih terperinciKATALOG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
KATALOG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2014 KATA PENGANTAR Penerbitan Katalog Pascasarjana dimaksudkan untuk memberikan panduan pelaksanaan proses belajar mengajar
Lebih terperinciBAHAN KULIAH 7 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN
BAHAN KULIAH 7 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN TEORI MODERNISASI Dr. Azwar, M.Si & Drs. Alfitri, MS JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS Hasil Kajian Klasik Teori Modernisasi
Lebih terperinciDEPENDENCY THEORY (TEORI KETERGANTUNGAN)
DEPENDENCY THEORY (TEORI KETERGANTUNGAN) Tokoh: Theotonio Dos Santos Raul Prebisch Paul Baran Andre Gunder Frank Apa itu Ketergantungan Ketergantungan adalah keadaan di mana kehidupan ekonomi negara tertentu
Lebih terperinciPERKENALAN PROFIL RINGKAS
Oleh : Rudi Salam Sinaga, S.Sos. M.Si Dosen Pengajar & Ketua Prodi Ilmu Pemerintahan UMA (Sumber : diolah dari berbagai sumber) 081376883177/www.rudisalams.wordpress.com/ www.rudisalamsinaga.blog.uma.ac.id
Lebih terperinciBAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, Sangsekerta, dan Latin. Dimana istilah kebijakan ini memiliki arti menangani masalah-masalah publik
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Frankfurt. Para tokoh Mazhab Frankfurt generasi pertama terjebak dalam
BAB V BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Pemikiran-pemikiran Habermas merupakan sebuah ide pembaharuan atas kebuntuan berpikir yang dialami oleh para pendahulunya dalam Mazhab Frankfurt. Para tokoh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi massa menjadi sebuah kekuatan sosial yang mampu membentuk opini publik dan mendorong gerakan sosial. Secara sederhana, komunikasi diartikan sebagai
Lebih terperinciTeori Konflik I: Marxis dan Neo Marxis
Teori Konflik I: Marxis dan Neo Marxis K U L I A H KE- 5: A M I K A W A R D A N A, P H. D A. W A R D A N A @ U N Y. A C. I D T E O R I S O S I O L O G I K O N T E M P O R E R Materi: Fungsionalisme Versus
Lebih terperinciSAMSURI SEMESTER GASAL 2011/2012 YOGYAKARTA
PENDIDIKAN PANCASILA SAMSURI SEMESTER GASAL 2011/2012 YOGYAKARTA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA PENGERTIAN IDEOLOGI DAN IDEOLOGI TERBUKA IDEOLOGI-IDEOLOGI BESAR DI DUNIA: LIBERALISME-KAPITALISME, SOSIALISME,
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan
BAB VI PENUTUP Setelah menjelaskan berbagai hal pada bab 3, 4, dan 5, pada bab akhir ini saya akan menutup tulisan ini dengan merangkum jawaban atas beberapa pertanyaan penelitian. Untuk tujuan itu, saya
Lebih terperinciPENGARUH LIMA ALIRAN TERHADAP KEPEMIMPINAN DI INDONESIA. Novia Kencana, MPA Universitas Indo Global Mandiri
PENGARUH LIMA ALIRAN TERHADAP KEPEMIMPINAN DI INDONESIA Novia Kencana, MPA Universitas Indo Global Mandiri LIMA ALIRAN PEMIKIRAN POLITIK DI INDONESIA Terdapat lima aliran pemikiran politik di Indonesia,
Lebih terperinciPANCASILA PANCASILA DAN IDEOLOGI DUNIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.
PANCASILA Modul ke: PANCASILA DAN IDEOLOGI DUNIA Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA ABSTRACT Menjelaskan ideologi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad ke 20 bukan hanya menjadi saksi perjuangan bangsa Indonesia, akan tetapi dalam hal gerakan-gerakan anti penjajahan yang bermunculan di masa ini menarik perhatian
Lebih terperinciPersoalan Ekonomi dan Sosiologi
SOSIOLOGI EKONOMI Persoalan Ekonomi dan Sosiologi Economics and sociology; Redefining their boundaries: Conversations with economists and sociology (Swedberg:1994) Tiga pembagian kerja ekonomi dengan sosiologi:
Lebih terperinciA. Beberapa pemimpin yang bertindak diktator terhadap rakyatnya : 1. Adolf Hilter
A. Beberapa pemimpin yang bertindak diktator terhadap rakyatnya : 1. Adolf Hilter 2. Napoleon Bonaparte 3. Benito Mussolini 4. Jendral TNI Soeharto 5. Saddam Husein B.Alasan pemimpin atau pemerintah diktator
Lebih terperinciTeori juga membantu dalam memilih metode penelitian, menguji data, menarik kesimpulan, dan merumuskan tindak lanjut kebijaksanaan.
Semua Ilmu akan mengalami kesulitan dalam melakukan penelitian tanpa teori. Teori merupakan alat bantu utama. Teori mempertajam proses berpikir, menggelar kerangka analisa, membantu merumuskan hipotesa,
Lebih terperinciKelembagaan Ekonomi di Indonesia (Ekonomi Pancasila, Ekonomi Kerakyatan)
Kelembagaan Ekonomi di Indonesia (Ekonomi Pancasila, Ekonomi Kerakyatan) Pokok Bahasan: 1. Indonesia Kapitalis atau sosialis? 2. Kelembagaan ekonomi Indonesia( sistem regulasi, konstitusi, institusi) 3.
Lebih terperinciTEORI-TEORI KLASIK PEMBANGUNAN EKONOMI
TEORI-TEORI KLASIK PEMBANGUNAN EKONOMI Hampir semua negara bekerja keras untuk melaksanakan pembangunan. Kemajuan ekonomi hanya menjadi salah satu komponen penting dalam pembangunan, namun perlu dipahami
Lebih terperinciSebuah Pendekatan dalam Mempelajari Pembangunan di Negara Berkembang. By Dewi Triwahyuni
Sebuah Pendekatan dalam Mempelajari Pembangunan di Negara Berkembang By Dewi Triwahyuni Jika Teori Modernisasi cenderung menjadikan negara2 maju/industri sebagai model pembangunan, sebaliknya teori dependensia
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan ini adalah penelitian hukum normatif empiris.penelitian hukum
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Masalah Pendekatan ini adalah penelitian hukum normatif empiris.penelitian hukum normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan hukum
Lebih terperinciJurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung SILABUS. : Pengantar Ilmu Politik
Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung SILABUS Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Politik Kode Mata Kuliah : FSP-616101 Jumlah Satuan Kredit Semester : 3 sks
Lebih terperinci