IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN"

Transkripsi

1 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis Desa Galuga merupakan salah satu desa yang secara administratif berada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa Galuga terletak di sebelah barat dari Kota Bogor sekitar 15 km ke arah Tangerang (Banten). Berdasarkan Citra Quickbird tahun 2010, Desa Galuga memiliki luas wilayah sekitar 229,2 ha atau m 2. Secara geografis Desa Galuga terletak pada BT BT sampai LS LS. Namun, secara administratif, batas wilayah Desa Galuga di sebelah utara berbatasan langsung dengan Desa Kerehkel dan Desa Cijujung. Sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Desa Dukuh. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Leuwiliang dan di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cemplang. Sungai utama yang mengalir di daerah tersebut adalah Sungai Cianten yang berada di sebelah barat Desa Galuga. Penduduk Desa Galuga berjumlah sekitar jiwa, dengan penduduk laki-laki sebanyak orang dan perempuan sebanyak orang. Kondisi pendidikan masyarakat Desa Galuga masih relatif rendah. Rata-rata penduduk hanya tamat SD/sederajat yaitu sekitar 369 orang (Tabel 6). Berdasarkan data yang didapatkan, mata pencaharian penduduk Desa Galuga tidak terlalu bervariasi. Penduduk dominan bekerja sebagai peternak yaitu sekitar orang atau 32,73% dari jumlah penduduk. Penduduk yang menjadi petani relatif sedikit yakni sekitar 548 orang atau 10,68% dari total keseluruhan penduduk Desa Galuga. Mata pencaharian penduduk Desa Galuga disajikan pada Tabel 7. TPA Galuga merupakan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah yang berada di Desa Galuga, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. TPA Galuga berada di RT 08/05, Kampung Lalamping, Desa Galuga. TPA ini berada di wilayah bagian tengah Desa Galuga dengan luas areal sampai pada tahun 2011 mencapai 31,8 ha atau sekitar 13% dari total keseluruhan luas wilayah Desa Galuga. 36

2 Tabel 6. Kondisi Pendidikan Penduduk Desa Galuga No Pendidikan Jumlah (orang) 1. Tidak Tamat SD/sederajat Tamat SD/sederajat Tamat SMP/sederajat Tamat SMU/sederajat Tamat Akademi (D1-D3) /sederajat 7 Sumber : Wiyana et al. (2008) Tabel 7. Mata Pencaharian/Pekerjaan Masyarakat Desa Galuga No Pekerjaan Jumlah (orang) 1. Petani Buruh Tani Peternak Pemilik Usaha Industri Rumah Tangga Pemilik Industri Kecil 1 6. PNS Pedagang Warung Tukang Ojek Supir Angkot Tukang Batu Tukang Cukur 2 Sumber : Wiyana et al. (2008) 4.2 Kondisi Iklim Berdasarkan klasifikasi menurut Schmidt-Ferguson, Desa Galuga memiliki curah hujan yang cukup tinggi yaitu sebesar 2000 mm/tahun dengan jumlah basah 4 bulan. Suhu rata-rata Desa Galuga sekitar C, dengan kelembaban relatif cukup tinggi sepanjang tahun rata-rata bulanan 70%-90% dan rata-rata tahunan 90%. Kecepatan angin bertiup rata-rata 2,7 km/jam atau 3-4 knot. Penyinaran matahari bulanan berkisar antara 50%-90% dengan rata-rata tahunan sebesar 60% (BMG Kota Bogor, 2010 dalam Desmawati, 2010). 4.3 Formasi Geologi Menurut Peta Geologi lembar Serang, Leuwidamar, Jakarta, Bogor, Karawang, dan Cianjur (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Ditjen Geologi dan Sumberdaya Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi RI, 1992) skala 1: , Desa Galuga dikelompokkan ke dalam lima formasi 37

3 geologi yaitu: qav, qvl, qvsb, tmb, dan tmn (Gambar 10). Kawasan TPA Galuga secara umum berada pada formasi geologi qvl, qvsb, dan tmn. Luas wilayah Desa Galuga untuk masing-masing formasi geologi disajikan pada Tabel 8. Berdasarkan formasi geologinya, Desa Galuga secara umum terbagi atas dua periode geologi, yakni tersier dan kuarter. Tersier merupakan pembentukan pada masa cenozoikum atau sekitar 60 juta tahun yang lalu, sedangkan kuarter merupakan pembentukan pada masa cenozoikum dimana bedanya dengan periode tersier yaitu pada masa quarter relatif lebih terbaru, artinya pembentukan dari 0-2 juta tahun yang lalu dan diperkirakan masih akan berlangsung sampai masa sekarang. Beberapa ahli memiliki pendapat berbeda-beda mengenai frekuensi waktu pembentukan pada masing-masing periode (Rachim, 2007) seperti yang disajikan pada Tabel 9. Tabel 8. Formasi Geologi dengan Luas Wilayah Desa Galuga Formasi Geologi Keterangan ** Luas Wilayah (Ha) Luas (%) Qav Qvl Qvsb Tmb Tmn Satuan batu pasir tufan dan konglomerat/kipas aluvium; tersusun dari lanau, batu pasir, kerikil, dan kerakal Lava gunung api; tersusun dari aliran lava bersusunan basal dengan labradorit, piroksen dan hornblende Batuan Gunung Api Gunung Salak; tersusun dari lahar, breksi tufan dan lapili, bersusunan andesit-basal Formasi Bojongmanik; tersusun dari batupasir, tuf batu apung, napal dengan moluscca, batu gamping dan batu lempung Tersusun dari batupasir, tuf batu apung, dan batu lempung Keterangan Sumber: ** Effendi et al. dalam Bustamiruddin (2002) 1,388 0,60 34,930 15,24 77,773 33,93 23,142 10,09 91,921 40,11 Berdasarkan formasi geologi tersebut, secara umum luas wilayah pada masing-masing periode relatif seimbang. Periode pada masa tersier luasnya mencapai 115,063 ha atau 50,2 %, sedangkan untuk masa quarter sekitar 114,091 ha atau 49,8% dari luas wilayah Desa Galuga. 38

4 Tabel 9. Umur Geologi Pada Periode Kuarter dan Tersier Umur (juta tahun ) Era Periode Epoch Kulp (1961) Haugh (1958) Hammon (1970) Kuarter Holosen (Recent) Masa Sekarang Pleistosen Cenozoikum Pliosen Miosen Tersier Oligosen Eosen Sumber : Rachim (2007) Gambar 10. Peta Geologi Desa Galuga 4.4 Topografi/Fisiografi Berdasarkan peta kontur Bakosurtanal (2006), Desa Galuga memiliki bentuk wilayah yang bervariasi. Ketinggian maksimum mencapai 287 mdpl yang berada di sebelah tengah bagian selatan dan sebelah utara bagian barat Desa Galuga. Wilayah sepanjang bagian timur maupun barat Desa Galuga memiliki bentuk wilayah datar dengan rata-rata ketinggian tidak lebih dari 190 mdpl. Wilayah bagian utara sampai tengah Desa Galuga memiliki bentuk wilayah 39

5 bergelombang dengan rata-rata ketinggian antara mdpl. Luas wilayah masing-masing ketinggian disajikan pada Tabel 10. TPA Galuga yang terletak tepat di tengah-tengah Desa Galuga berada pada ketinggian yang sedang. Sebelah utara TPA Galuga berada pada ketinggian antara mdpl, sedangkan sebelah selatan TPA Galuga berada pada ketinggian antara mdpl. Variasi ketinggian Desa Galuga dan TPA Galuga disajikan pada Gambar 11. Tabel 10. Ketinggian dengan Luas Wilayah Desa Galuga Ketinggian (mdpl) Luas Wilayah (Ha) Luas Wilayah (%) 162,5-176,389 55,426 24, , ,278 73,054 31, , ,167 23,921 10, , ,056 32,652 14, , ,944 18,003 7, , ,833 13,180 5, , ,722 8,042 3, , ,611 3,785 1, , ,5 1,093 0,477 Wilayah Desa Galuga mempunyai kemiringan lereng yang relatif bervariasi antara 0-40%. Berdasarkan peta kontur Bakosurtanal (2006), kemiringan lereng kawasan Desa Galuga dikelompokkan ke dalam tiga kelas kemiringan, yaitu 8%, 8-15%, dan >15%. Kawasan Desa Galuga didominasi oleh daerah landai dengan tingkat kemiringan <8% dengan luas wilayah mencapai 152,637 ha atau 66,6% dari luas keseluruhan wilayah Desa Galuga. Dari pengamatan lapang terlihat pemanfaatan lahan di kawasan ini sebagian besar dijadikan sebagai persawahan (lahan basah). Untuk wilayah yang terjal atau curam dengan tingkat kemiringan >15% luas arealnya mencapai 50,535 ha atau 22,1%. Wilayah yang bergelombang berada di kawasan Desa Galuga bagian tengah dari utara-selatan dengan luas wilayah mencapai ha atau 11,3% yang berada pada tingkat kemiringan 8-15%. Kawasan TPA Galuga berada pada topografi yang relatif landai. Sebelah utara areal buangan TPA Galuga berada pada tingkat kemiringan <8%. Sedangkan 40

6 untuk kawasan di sebelah selatan berada pada wilayah dengan tingkat kemiringan 8-15% (Gambar 12). Gambar 11. Peta Kelas Ketinggian Desa Galuga Gambar 12. Peta Kelas Kemiringan Lereng Desa Galuga 41

7 4.5 Tanah dan Lahan Jenis Tanah Jenis tanah yang terdapat di Desa Galuga dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis. Berdasarkan PPT Bogor (1992) skala 1:50.000, jenis tanah yang terdapat di Desa Galuga adalah aluvial dan latosol. Sedangkan kawasan TPA Galuga berada pada jenis tanah latosol (Gambar 13). Jenis tanah latosol dengan nama lengkap latosol cokelat kemerahan merupakan jenis tanah yang paling banyak tersebar. Dominasi tanah ini terlihat dengan luas areal penyebarannya yang mencapai 76,1% atau 174,292 ha. Penyebarannya meliputi seluruh bagian tengah sampai timur Desa Galuga. Untuk jenis tanah aluvial dengan nama lengkap kompleks aluvial cokelat dan aluvial cokelat kekelabuan, penyebarannya relatif lebih sedikit dengan luas areal 54,861 ha atau 23,9% dari total keseluruhan wilayah Desa Galuga dimana wilayah penyebarannya meliputi wilayah sebelah barat dari bagian utara-selatan Desa Galuga. Pembentukan kedua jenis tanah ini sangat dipengaruhi oleh bahan induk. Tanah latosol cokelat kemerahan berasal dari bahan induk tuf andesit. Tanah ini merupakan tanah yang berasal dari letusan gunung api dan tergolong kedalam tanah tua. Sedangkan untuk jenis tanah aluvial cokelat dan aluvial cokelat kekelabuan berasal dari bahan induk aluvium (volkanik). Tanah ini termasuk kedalam tanah muda, karena perkembangan tanahnya masih akan berlangsung. Tanah ini juga dipengaruhi oleh sedimentasi air sungai yang ada di sebelah barat Desa Galuga sehingga mempengaruhi komponen tanah ini secara keseluruhan. 42

8 Gambar 13. Peta Tanah Desa Galuga Tekstur Tanah Tanah terdiri dari butir-butir tanah berbagai ukuran. Bahan-bahan tanah yang lebih halus <2mm disebu fraksi tanah halus (fine earth fraction) dan dapat dibedakan menjadi: pasir (2mm-50µ); debu (50µ-2µ); liat (<2µ) (Hardjowigeno, 2007). Tekstur merupakan perbandingan relatif antara butri-butir primer pasir, debu, dan liat; atau proporsi berat dari pasir, debu, dan liat dalam massa tanah, yang dinyatakan dalam persen (Rachim, 2007). Berdasarkan hal tersebut, tekstur tanah dapat dikelompokkan menjadi 5 (lima) kelas tekstur yaitu tekstur kasar (pasir, pasir berlempung), agak kasar (lempung berpasir, lempung berpasir halus), sedang (lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu), agak halus (lempung liat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, halus (liat berpasir, liat berdebu, liat). Tanah dengan tekstur halus mempunyai porositas yang tinggi sehingga mudah untuk menyerap air, sedangkan tanah dengan tekstur kasar cenderung memiliki porositas yang rendah sehingga sulit menyerap air namun mudah untuk melalukan air. 43

9 Wilayah Desa Galuga dengan dua jenis tanah yang berbeda yaitu latosol cokelat kemerahan dan kompleks aluvial cokelat dan aluvial cokelat kekelabuan memiliki tekstur yang homogen untuk seluruh wilayah yaitu bertekstur halus. Hal ini juga berlaku di kawasan TPA Galuga. Dengan jenis tanah latosol cokelat kemerahan, kawasan TPA Galuga juga berada pada wilayah dengan tekstur tanah halus Drainase Bentuk tekstur tanah akan memperlihatkan bentuk drainase tanah. Drainase tanah merupakan kemampuan permukaan tanah untuk meresapkan air secara alami. Drainase tanah dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu drainase baik (tidak pernah tergenang secara periodik), drainase sedang (tergenang secara periodik), dan drainase buruk (tergenang secara terus menerus) (Hardjowigeno, 2007). Berdasarkan data yang didapatkan, kondisi drainase tanah wilayah Desa Galuga ada 2 (dua) bentuk yang terlihat dari perbedaan jenis tanah. Jenis tanah latosol cokelat kemerahan memiliki drainase sedang, sedangkan untuk jenis tanah aluvial cokelat dan aluvial cokelat kekelabuan memiliki drainase sedang sampai agak terhambat. Kawasan TPA Galuga dengan jenis tanah latosol cokelat kemerahan memiliki drainase sedang. 4.6 Penggunaan Lahan Pemanfaatan lahan di Desa Galuga relatif homogen. Terlihat pada Citra Quickbird tahun 2010 (UPTD TPA Kota Bogor, 2011), wilayah ini didominasi oleh vegetasi meliputi pepohonan dan rerumputan dengan luas areal mencapai ha atau 52,53%. Kegiatan pertanian baik pertanian lahan basah berupa sawah ataupun lahan kering berupa kebun campuran masih menjadi alternatif oleh penduduk sekitar dalam pemanfaatan lahan. Daerah persawahan memiliki luas sekitar ha atau 26,44%. Daerah persawahan berada di bentuk wilayah datar yang berada di sebelah timur dan di sebelaha barat bagian utara Desa Galuga. Sedangkan kebun campuran memiliki luas 6,341 ha atau 2,77%. Sampai pada tahun 2011, dari citra terlihat kawasan 44

10 TPA Galuga menghabiskan sekitar 5 ha atau 2,2% lahan Desa Galuga untuk tempat buangan TPA. Kawasan pemukiman terlihat lebih mengelompok yang berada di sebelah selatan dan sebelah timur yang terletak di sepanjang jalan desa dan sedikit di sebalah tengah bagian timur yang relatif menyebar. Tipe penggunaan lahan dengan luas disajikan pada Tabel 11, sedangkan peta penggunaan lahan Desa Galuga disajikan pada Gambar 14. Tabel 11. Tipe dan Luas Penggunaan Lahan di Desa Galuga Penggunaan Lahan Luas (Ha) Luas (%) Badan Air 8,055 3,51 Industri 7,108 3,10 Kebun Campuran 6,341 2,77 Lahan Terbuka 6,146 2,68 Pemukiman 20,571 8,97 Sawah Irigasi 60,611 26,44 Vegetasi 120,425 52,53 Sumber : Citra Quickbird Tahun 2010 (UPTD TPA Kota Bogor, 2011) Gambar 14. Peta Penggunaan Lahan Desa Galuga 45

11 4.7 Gambaran Umum TPA Galuga Sejarah Singkat dan Kondisi TPA Galuga TPA Galuga merupakan tempat pembuangan akhir sampah yang secara geografis berada di wilayah Kabupaten Bogor. Dalam pengoperasiannya TPA Galuga digunakan oleh Pemerintah Kota Bogor dan Pemerintah Kabupaten Bogor. Pengelolaanya merupakan tangung jawab Pemerintah Kota Bogor dimana lahan tersebut diperoleh melalui pembebasan tanah warga sejak tahun TPA Galuga merupakan TPA dengan sistem pembuangan open dumping. Pada cara ini sampah dibuang di atas permukaan tanah. Penimbunan sampah dilakukan di permukaan tanah yang terbuka sehingga menyerupai gunungan sampah. Luas areal TPA milik Kota Bogor sampai akhir tahun 2011 sekitar 27,8 ha sedangkan milik Kabupaten Bogor seluas 4 ha dari total luasan areal sekitar 31,8 ha. (UPTD TPA Kota Bogor, 2011) Dalam pemanfaatannya tidak semua lahan digunakan sebagai areal pembuangan sampah. Adapun lahan yang digunakan untuk areal buangan/tampungan sekitar 50%, sedangkan sisa lahan lainnya digunakan untuk sarana penunjang TPA diantaranya sebagai kantor, hangar (tempat parkir alat berat), penghijauan, pabrik kompos, saluran lindi dan sebagainya. TPA Galuga setiap harinya menampung buangan sampah Kota Bogor sekitar 97 truk atau sekitar m 3, sedangkan buangan sampah dari Kabupaten Bogor berkisar m 3. Jadi total maksimal sampah yang dibuang di TPA Galuga perhari mencapai m 3 (UPTD TPA Kota Bogor, 2011) Lebih lanjut UPTD TPA Kota Bogor (2011) mengungkapkan beberapa sarana penunjang operasional TPA seperti alat berat (bulldozer, wheell loader, track loader dan backhoe) dengan total sebanyak 6 unit merupakan milik Kota Bogor, sedangkan pihak Kabupaten Bogor menempatkan masing-masing 1 unit bulldozer dan backhoe. Selain alat berat yang diperlukan masih ada fasilitas penunjang lainnya yang dapat menunjang kelancaran dan keamanan TPA Galuga, yaitu: jalan akses sepanjang 1 km; kantor TPA; pengolahan kompos; emplasemen (bangunan penurunan sampah dari truk); tembok pembatasan areal TPA; pengolahan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah); fasilitas air bersih untuk 46

12 warga Desa Galuga dan sekitarnya; saluran pembuangan lindi; kolam penampungan lindi (terkubur longsoran sampah tahun 2010). Sebagian dari fasilitas TPA dibangun oleh Pemerintah Kota Bogor dan pemeliharaannya juga merupakan tanggung jawab bersama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor. Awalnya areal TPA Galuga digunakan sebagai tempat pembuangan sampah dan keberadaan rumah penduduk berada cukup jauh dari areal TPA dimana selama aktifitas TPA berjalan tidak menggangu masyarakat sekitar. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, sebagian masyarakat mulai melirik TPA dan melihat peluang bahwa keberadaan TPA dapat memberikan manfaat bagi warga sekitar untuk mencari nafkah dengan memafaatkan limbah sampah yang masih dapat bernilai ekonomis. Dimulai dengan pegumpulan sampah anorganik untuk dipakai dan dijual kembali. Akibatnya seiring berjalannnya waktu, bermunculan warga lainnya yang berprofesi menjadi pemulung, bandar dan sebagainya. Ratarata penduduk yang berprofesi sebagai bandar memiliki lokasi yang dekat TPA atau pinggir kawasan TPA sebagai tempat tinggal atau pemukiman. Sehingga sampai saat ini banyak pemukiman yang berada di pinggir dekat dengan kawasan TPA. Diperkirakan jumlah pemulung berkisar 300 orang dan bandar 30 orang yang merupakan warga sekitar dan beberapa orang pendatang. Keberadaan pemulung cukup mengganggu kelancaran petugas TPA (operator alat berat) karena dalam melakukan pekerjaannya para pemulung kurang memperhatikan keselamatan. Namun, selain mengganggu kelancaran operasional TPA, keberadaan pemulung juga dinilai cukup baik diantaranya mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke areal TPA dimana sampah-sampah seperti plastik, kertas, alumunium besi dan lainnya yang bernilai ekonomis dimanfaatkan kembali (daur ulang) oleh pemulung. Menurut UPTD TPA Kota Bogor (2011), diperkirakan dalam sehari dapat mengumpulkan sekitar liter/5 m 3 dengan rata-rata untuk 200 orang pemulung dapat mengangkut sampah sekitar 25 liter. Untuk kelancaran dan keamanan TPA Galuga, Pemerintah Kota Bogor secara berkelanjutan melakukan upaya-upaya pendekatan kepada tokoh masyarakat, alim ulama dan aparat terkait. Adapun upaya-upaya yang dilakukan antara lain: melakukan kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Bogor dalam 47

13 perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana umum untuk warga sekitar, pengobatan gratis setiap sekali dalam sebulan yang berpusat di kantor TPA Kondisi Sampah Kota dan Kabupaten Bogor Berdasarkan data Dinas Dinas Cipta Karya Kabupaten Bogor sampai pada tahun 2005, timbulan sampah Kabupaten Bogor mencapai 9.075,4 m 3 /hari. Aktifitas rumah tangga dan pasar atau pertokoan masing-masing menyumbang sebesar 40% dan 30% dari total sampah secara keseluruhan. Armada angkutan sampah untuk Kabupaten Bogor yaitu: truk sebanyak 33 unit; whellloader 2 unit; penyapu jalan 1 unit; mobil tinja 7 unit; mobil taman 1 unit. Sampah yang dikelola oleh Pemda Kabupaten Bogor dan Pemda Kota Bogor dilayani oleh 3 TPA yaitu: TPA Pondok Rajeg di Kecamatan Cibinong yang menampung sebanyak 700 m 3 /hari, TPA Jonggol di Kecamatan Jonggol sebanyak 269 m 3 /hari, TPA Galuga di Kecamatan Cibungbulang sebanyak m 3 /hari. Berdasarkan data pada tahun 2009, total sampah yang ada di Kabupaten Bogor mencapai ton per hari. Kapasitas tersebut baru dimanfaatkan menjadi pupuk organik sekitar 1,5-3 ton per hari. Total sampah tersebut merupakan hasil sampah organik dan anorganik dari sampah rumah tangga, industri dan termasuk pasar yang dikumpulkan dari 40 kecamatan di Kabupaten Bogor. Agar tidak menumpuk, sampah tersebut secara bertahap diolah menjadi kompos. Namun dari total sampah tersebut, hanya ada satu pabrik pengolahan di Cisarua dengan kapasitas tampung 2-3 ton per hari. Tapi yang berupa sampah organik dan bisa diolah hanya sekitar 1,5 ton per hari (Dinas Kebersihan dan Ketertiban PD Pasar Tohaga Bogor, 2009). Volume sampah yang datang setiap harinya di Kota Bogor dihasilkan dari aktifitas rumah tangga, kantor, pasar ataupun perkotaan, industri atau pabrik, sekolah, dan lain-lain (Lampiran 1). Berdasarkan data Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor dalam hal ini UPTD TPA, pada tahun 2010 jumlah timbulan sampah yang ada sebesar m 3/ hari. Sampah Organik merupakan penyumbang sampah terbesar yaitu sebesar 1.439,10 m 3 atau 60,85 % dari total sampah yang ada (Gambar 15). Sampah yang bisa terangkut dari timbulan sampah yang ada ke TPA Galuga pada tahun 2010 adalah 70,01%, sedangkan 29,91% 48

14 sisanya tidak terangkut ke TPA Galugga dikarenakan sebagian sudah diolah di sumber sampah seperti dibakar atau ditimbun, sebagian dibuang ke sungai, dan sebagiannya lagi terbuang di jalan pada saat pengangkutan oleh truk sampah. Persentase dari daya angkut pada tahun 2010 meningkat 2% dari tahun 2009 (Lampiran 2 dan 3). Volume (m3) Organik Plastik Kertas Logam Tekstil Karet Kaca & Mineral Limbah B3 Lain-lain Residu Timbulan Terangkut Jenis Sampah Gambar 15. Perbandingan Timbulan Sampah dan Sampah Terangkut Kota Bogor Tahun 2010 (UPTD TPA Kota Bogor, 2011) Pengelolaan Sampah TPA Galuga Sampah yang dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Galuga merupakan sampah yang berasal dari Kotamadya Bogor dan Kabupaten Bogor. Volume sampah yang berasal dari Kota Bogor lebih banyak daripada yang berasal dari Kabupaten Bogor. Kota Bogor harus menyediakan hingga 91 armada pengangkut sampah, sedangan untuk Kabupaten Bogor menyediakan 64 armada pengangkut sampah. Secara umum tahapan pengangkutan dan pengelolaan sampah di TPA Galuga adalah sebagai berikut: sampah yang diangkut berasal dari sampah rumah tangga, sampah rumah makan, sampah hotel-hotel, serta sampah perkotaan yang biasanya dikumpulkan melalui Tempat Pembuangan Sementara (TPS) terdekat. Sampah diangkut oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan melalui truk-truk armada pengangkutan sampah yang identik dengan warna kuning. Sebagai penciri, untuk truk sampah milik Kota Bogor plat nomor truk berakhiran huruf A, 49

15 sedangkan truk sampah milik Kabupaten Bogor berakhiran huruf F. Sampah diangkut dan dibawa ke TPA Galuga. Namun, sebelumnya sampah-sampah yang ada dipilah oleh kernet-kernet truk. Sampah anorganik berupa plastik, besi, ataupun sejenisnya dipilih dan langsung dijual ke lapak yang ada di sekitar TPA Galuga dengan harga Rp Rp perkilogram. Sortasi I dilakukan untuk memisahkan sampah organik dan sampah anorganik sisa pilahan kernet truk. Pada dasarnya semua sampah organik padat dapat dikomposkan. Sampah organik padat berasal dari sampah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan, limbah-limbah pertanian, limbah-limbah agroindustri. Sampah organik tersebut langsung dipisahkan dan diangkut ke tempat pengomposan untuk selanjutnya dijadikan pupuk kompos. Untuk sampah anorganik yang masih tersisa langsung dibuang ke tempat penumpukan atau penampungan sampah. Tempat penampungan sampah berupa area yang awalnya berupa lereng bukit kecil yang mampu menampung sampah tanpa membentuk gunungan. Namun, seiring dengan volume sampah yang dibuang semakin banyak, area tersebut semakin padat dan membentuk gunungan yang cukup tinggi. Di areal penampungan sampah, para warga yang banyak berprofesi sebagai pemulung telah siap untuk memulung sampah anorganik yang bernilai ekonomis. Kegiatan warga pemulung ini tidak jarang mengganggu aktivitas petugas alat berat untuk mendorong sampah ke tempat penampungan sampah. Penumpahan sampah harus memperhatikan pola penyebaran sampah dimana sampah dipadatkan dengan membentuk pola penyebaran memadat dari pinggir area menuju tengah area pengumpulan sampah. Hal tersebut dilakukan untuk efisiensi tempat, kemudahan pengelolaan selanjutnya serta untuk mengatur aliran air sampah yang berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan. Pemadatan sampah akan bergeser ketika sampah sudah rata dengan permukaan tanah paling tinggi sehingga tidak membentuk gunungan sampah. Waktu yang diperlukan untuk menumpuk sampah pada satu sisi area penumpahan dapat lebih dari 5 tahun. Sehingga untuk sampah yang timbunan sampahnya telah berumur lebih dari 5 tahun diperlukan pipa-pipa asap yang berfungsi untuk menyalurkan gas metan (CH 4 ) yang dihasilkan dari proses fermentasi oleh sampah 50

16 yang telah berumur lebih dari 5 tahun. Gas metan yang tidak disalurkan ke udara bebas dapat menimbulkan ledakan hebat hingga terjadi kebakaran TPA. Secara umum, proses pengelolaan sampah di TPA Galuga secara konvensional disajikan pada Gambar 16. Penanganan pengomposan di TPA Galuga yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor sebagai pihak pengelola TPA melalui mekanisme berikut ini (UPTD TPA Kota Bogor, 2011): 1. Sampah organik yang baru tiba ditempat pengomposan dilakukan sortasi II untuk menghindari adanya sampah anorganik yang dapat mengganggu proses fermentasi. 2. Sampah hasil sortasi ditempatkan pada blok kayu untuk dilakukan proses fermentasi selama satu minggu. 3. Setelah fermentasi pertama, blok kayu diangkat dan sampah kembali difermentasi. Sampah akan mengalami penyusutan hingga 30%. Jika kondisi sampah mengering, maka dilakukan penyiraman untuk menjaga keberlangsungan proses fermentasi. 4. Sampah yang telah difermentasi sampai 25 hari telah berubah menjadi pupuk kompos. 5. Pupuk kompos yang terbentuk pada fermentasi masih berupa potonganpotongan besar sehingga dilakukan proses grinding sehingga terbentuk pupuk kompos siap pakai 51

17 Sampah Kota Bogor Sampah Kabupaten Bogor Pengumpulan di TPS Pengangkutan ke TPA Galuga oleh Truk Sampah Sortasi I Sampah Organik Sampah Anorganik Sortasi II Sortasi II Kompos Pupuk Kompos Dibuang Ke TPA Tempat Penumpukan Sampah Dijual Ke Lapak Sortasi III Tumpukan Sampah Pemulung Digunakan Kembali Gambar 16. Alur Pengangkutan dan Pengelolaan Sampah di TPA Galuga 52

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KOMPOSISI DAN KARAKTERISTIK SAMPAH KOTA BOGOR 1. Sifat Fisik Sampah Sampah berbentuk padat dibagi menjadi sampah kota, sampah industri dan sampah pertanian. Komposisi dan jumlah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi CV. Jayabaya Batu Persada secara administratif terletak pada koordinat 106 O 0 51,73 BT dan -6 O 45 57,74 LS di Desa Sukatani Malingping Utara

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Evaluasi Lahan TPA Galuga dan Kawasan Sekitarnya

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Evaluasi Lahan TPA Galuga dan Kawasan Sekitarnya V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Evaluasi Lahan TPA Galuga dan Kawasan Sekitarnya Menilai suatu lahan/lokasi sesuai atau tidak dijadikan sebagai lahan untuk TPA memerlukan kaidah-kaidah ilmiah baik dari aspek

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Profil Desa Desa Jambenenggang secara admistratif terletak di kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Wilayah Kabupaten Sukabumi yang terletak

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas DAS/ Sub DAS Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS) yang dijadikan objek penelitian adalah Stasiun Pengamatan Jedong yang terletak di titik 7 59

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI Penelitian dimulai pada bulan Oktober sampai Desember 2008, bertempat di beberapa TPS pasar di Kota Bogor, Jawa Barat yaitu pasar Merdeka, pasar Jl. Dewi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian Daerah yang digunakan sebagai tempat penelitian merupakan wilayah sub DAS Pentung yang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. termasuk dalam Kabupaten Lampung Selatan. Sejak berdirinya Kecamatan Teluk

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. termasuk dalam Kabupaten Lampung Selatan. Sejak berdirinya Kecamatan Teluk IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Kelurahan Bakung Kelurahan Bakung Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung pada tahun 1982 asal mulanya merupakan satu wilayah dari Kampung

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN 1. LATAR BELAKANG PENGELOLAAN SAMPAH SNI 19-2454-1991 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, mendefinisikan sampah sebagai limbah yang bersifat padat, terdiri atas

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 15 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Kabupaten Lebak secara geografis terletak antara 6º18'-7º00' Lintang Selatan dan 105º25'-106º30' Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha atau 3.044,72 km².

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan makhluk hidup khususnya manusia, antara lain untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri dan tenaga

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pasir Sembung Cianjur merupakan satu-satunya TPA yang dimiliki oleh Kabupaten Cianjur.

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari instansi yang terkait dengan penelitian, melaksanakan observasi langsung di Tempat Pembuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupannya sehari-hari, manusia tidak bisa dilepaskan dari suatu benda. Benda ini ada yang dapat digunakan seutuhnya, namun ada juga yang menghasilkan sisa

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi Tahap inventarisasi merupakan tahap yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang mendukung dan dibutuhkan pada perencanaan jalur hijau jalan ini. Berdasarkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan 24 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Desa Merak Belantung

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 10 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah 2.1.1 Lokasi Lokasi penelitian Tugas Akhir dilakukan pada tambang quarry andesit di PT Gunung Sampurna Makmur. Secara geografis, terletak pada koordinat

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Daerah penelitian terletak di daerah Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Daerah penelitian terletak di daerah Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Penelitian Daerah penelitian terletak di daerah Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat (pedon AM1 s/d AM8), dan Kabupaten Serang Propinsi Banten (pedon AM9 dan AM10)

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 21 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Fisik Wilayah Geomorfologi Wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar daratannya terdiri dari dataran aluvial yang terbentuk karena banyaknya sungai

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 23 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Tanjung yang mempunyai

Lebih terperinci

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH ABSTRAK KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH Peningkatan populasi penduduk dan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kuantitas sampah kota. Timbunan sampah yang tidak terkendali terjadi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

KRITERIA, INDIKATOR DAN SKALA NILAI FISIK PROGRAM ADIPURA

KRITERIA, INDIKATOR DAN SKALA NILAI FISIK PROGRAM ADIPURA Lampiran IV : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 01 Tahun 2009 Tanggal : 02 Februari 2009 KRITERIA, INDIKATOR DAN SKALA NILAI FISIK PROGRAM ADIPURA NILAI Sangat I PERMUKIMAN 1. Menengah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG A. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Srumbung terletak di di seputaran kaki gunung Merapi tepatnya di bagian timur wilayah Kabupaten Magelang. Kecamatan Srumbung memiliki

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Dan Kesampaian Daerah Lokasi daerah yang diduga memiliki potensi bahan galian bijih besi secara administratif terletak di Desa Aie Sunsang, Kecamatan Alahan Panjang, Kabupaten

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota akan selalu berhubungan erat dengan perkembangan lahan baik dalam kota itu sendiri maupun pada daerah yang berbatasan atau daerah sekitarnya. Selain itu lahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 17 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Wilayah Kecamatan Pamarican memiliki 13 Desa dengan luasan sebesar 10.400 ha. Batas-batas geografi wilayah administrasi di

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III TINJAUAN LOKASI BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Gambaran Umum Kota Surakarta 3.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah Kota Surakarta secara geografis terletak antara 110 o 45 15 dan 110 o 45 35 Bujur Timur dan antara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tata Guna Lahan Tata guna lahan merupakan upaya dalam merencanakan penyebaran penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH Bab ini akan memberikan gambaran wilayah studi yang diambil yaitu meliputi batas wilayah DAS Ciliwung Bagian Hulu, kondisi fisik DAS, keadaan sosial dan ekonomi penduduk, serta

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 17 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Bogor Bogor dengan luasan total 273.930,153 ha terdiri dari kabupaten dan kotamadya, yang masing masing memiliki beberapa kecamatan. Kotamadya Bogor terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin meningkat seiring dengan kemajuan teknologi, yang juga akan membawa permasalahan lingkungan.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis Daerah penelitian terletak pada 15 7 55.5 BT - 15 8 2.4 dan 5 17 1.6 LS - 5 17 27.6 LS. Secara administratif lokasi penelitian termasuk ke dalam wilayah Desa

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 9 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Umum Kecamatan Megamendung Kondisi Geografis Kecamatan Megamendung Kecamatan Megamendung adalah salah satu organisasi perangkat daerah Kabupaten Bogor yang terletak

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kecamatan Conggeang 4.1.1 Letak geografis dan administrasi pemerintahan Secara geografis, Kecamatan Conggeang terletak di sebelah utara Kabupaten Sumedang. Kecamatan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Jakarta Pusat, Propinsi DKI Jakarta. Posisi Kota Jakarta Pusat terletak antara 106.22.42 Bujur Timur

Lebih terperinci

BAB II KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II KEADAAN UMUM PERUSAHAAN BAB II KEADAAN UMUM PERUSAHAAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai keadaan umum perusahaan sebagai tempat penelitian dan sumber data, yang meliputi gambaran umum perusahaan, potensi bahan galian, visi

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 54 BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 3.1 Karakteristik Umum Wilayah 3.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Secara geografis wilayah studi terletak diantara 107 o 14 53 BT sampai dengan 107 o

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 7 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT Lotus SG Lestari resmi berdiri sejak tahun 2011. Sebelum beralih kepemilikan PT Lotus SG Lestari bernama PT KML pada tahun yang sama. Adapun bisnis

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas HPGW secara geografis terletak diantara 6 54'23'' LS sampai -6 55'35'' LS dan 106 48'27'' BT sampai 106 50'29'' BT. Secara administrasi pemerintahan HPGW

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH

GAMBARAN UMUM WILAYAH 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH 3.1. Batas Administrasi dan Luas Wilayah Kabupaten Sumba Tengah merupakan pemekaran dari Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dibentuk berdasarkan UU no.

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Penelitian Daerah penelitian secara administratif termasuk dalam wilayah Kabupaten Bogor dan Kota Depok, Propinsi Jawa Barat. Secara geografis Kabupaten Bogor dan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa kota dan kabupaten seperti Kabupaten

Lebih terperinci

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN 1 Sampah merupakan konsekuensi langsung dari kehidupan, sehingga dikatakan sampah timbul sejak adanya kehidupan manusia. Timbulnya

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian dan Letak Geografis Lokasi penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII. PT. Perkebunan Nusantara VIII, Perkebunan Cikasungka bagian Cimulang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

BAB III METODE PERECANAAN. 7044`55011`` sampai 8026`35045`` Lintang Selatan. 3.2 Lokasi

BAB III METODE PERECANAAN. 7044`55011`` sampai 8026`35045`` Lintang Selatan. 3.2 Lokasi BAB III METDE PEREANAAN 3.1 Umum TPA Randuagung terletak disebelah Utara Kabupaten Malang. Secara administratif berada di Desa Randuagung, Kecamatan Singosari. Secara geografis Kabupaten Malang terletak

Lebih terperinci

Lampiran 1 Lokasi, altitude, koordinat geografis dan formasi geologi titik pengambilan sampel bahan induk tuf volkan Altitude

Lampiran 1 Lokasi, altitude, koordinat geografis dan formasi geologi titik pengambilan sampel bahan induk tuf volkan Altitude LAMPIRAN 30 31 Kode Tuf Volkan TV-1a TV-1b TV-1c Lampiran 1 Lokasi, altitude, koordinat geografis dan formasi geologi titik pengambilan sampel bahan induk tuf volkan Altitude Koordinat Lokasi Formasi Geologi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (http://www.asiamaya.com/peta/bandung/suka_miskin/karang_pamulang.

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (http://www.asiamaya.com/peta/bandung/suka_miskin/karang_pamulang. BAB II KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Geografis dan Administrasi Secara geografis daerah penelitian bekas TPA Pasir Impun terletak di sebelah timur pusat kota bandung tepatnya pada koordinat 9236241

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 51 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT dan 30 30 LS 6 derajat 41 00 LS serta mempunyai ketinggian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Keadaan Umum 2.1.1 Lokasi Kesampaian Daerah Lokasi CV JBP secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak. Provinsi Banten. Secara geografis lokasi

Lebih terperinci

BAB III STUDI LITERATUR

BAB III STUDI LITERATUR BAB III STUDI LITERATUR 3.1 PENGERTIAN LIMBAH PADAT Limbah padat merupakan limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organic dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar

Lebih terperinci

SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU

SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU Alfi Rahmi, Arie Syahruddin S ABSTRAK Masalah persampahan merupakan

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu. 25 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak dan luas DAS Cisadane segmen Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane secara keseluruhan terletak antara 106º17-107º BT dan 6º02-6º54 LS. DAS Cisadane segmen hulu berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan kota yang pesat menyebabkan makin bertambahnya jumlah penduduk yang tinggal di kota tersebut. Demikian juga dengan volume sampah yang diproduksi oleh kota

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Leuwigajah TPA Leuwigajah mulai dibangun pada tahun 1986 oleh Pemerintah Kabupaten Bandung karena dinilai cukup cocok untuk dijadikan TPA karena

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penggunaan Lahan Sawah dan Tegalan di Kabupaten Bogor Penggunaan lahan di Kabupaten Bogor pada tahun 1990, 2001, 2004, dan 2008 masih didominasi oleh lahan pertanian yaitu

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis dan Iklim Daerah aliran sungai (DAS) Siulak di hulu DAS Merao mempunyai luas 4296.18 ha, secara geografis terletak antara 101 0 11 50-101 0 15 44 BT dan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kondisi Kebun Buah Mangunan. 1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Kebun Buah Mangunan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kondisi Kebun Buah Mangunan. 1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Kebun Buah Mangunan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI Kondisi Kebun Buah Mangunan 1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Kebun Buah Mangunan Wilayah Kabupaten Bantul merupakan salah satu wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal sebagai sektor penting karena berperan antara lain sebagai sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal sebagai sektor penting karena berperan antara lain sebagai sumber 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian Indonesia, sektor pertanian secara tradisional dikenal sebagai sektor penting karena berperan antara lain sebagai sumber utama pangan dan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super "Solusi Quipper" F. JENIS TANAH DI INDONESIA

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super Solusi Quipper F. JENIS TANAH DI INDONESIA KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami jenis tanah dan sifat fisik tanah di Indonesia. F. JENIS TANAH

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Karakteristik Biofisik 4.1.1 Letak Geografis Lokasi penelitian terdiri dari Kecamatan Ciawi, Megamendung, dan Cisarua, Kabupaten Bogor yang terletak antara 6⁰37 10

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA., Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci