BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Kajian pustaka ini akan memaparkan mengenai teori-teori yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Kajian pustaka ini akan memaparkan mengenai teori-teori yang"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka ini akan memaparkan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, serta mengkaji kembali mengenai teori-teori yang relevan dengan penelitian ini yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli mengenai variabel-variabel yang hendak diteliti, selain itu dalam sub-bab kajian pustaka ini, penulis akan pula memaparkan mengenai kerangka pemikiran dari penelitian ini sehingga dapat menjawab rumusan masalah yang diteliti secara teoritis Manajemen Setiap perusahaan maupun organisasi memerlukan ilmu manajemen didalam aktivitas kegiatannya. Istilah manajemen berasal dari Bahasa Inggris yaitu To Manage yang berarti memimpin atau mengelola suatu aktivitas sekelompok manusia untuk mencapai sasaran yang sebenarnya sudah ditetapkan secara menyeluruh. Manajemen merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Dapat dilihat dalam suatu organisasi, sukses atau tidaknya suatu tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan pengelolaan manajemen perusahaan tersebut. Manajemen yang baik akan memudahkan pelaksanaan dan pencapaian tujuan yang diinginkan menjadi terwujud. Pengertian manajemen banyak dikemukakan oleh para ahli dengan berbagai definisi dan beragam menekanan yang berbeda. Meskipun demikian 1

2 2 tetapi pada dasarnya memiliki kesimpulan yang serupa. Menurut George R. Terry diterjemahkan oleh Malayu Hasibuan (2014:2), menjelaskan pengertian Manajemen adalah sebagai berikut: Management is a distinct process consisting of planning. Organizing, actuating, and controlling performed to determine and accomplish stated objectives by the use human being and other resources. Artinya: Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakantindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Menurut Thomas S. Bateman and Scott A. Snell diterjemahkan oleh Ratno Purnomo dan Willy Abdillah (2014:15), menyatakan Manajemen adalah proses kerja dengan menggunakan orang dan sumber daya untuk mencapai tujuan. Manajer yang cakap melakukan hal tersebut dengan efektif dan efisien. Efektif berarti dapat mencapai tujuan organisasi. Efisien berarti mencapai tujuan organisasi dengan penggunaan sumber daya yang minimal yaitu menggunakan kemungkinan waktu, material, uang dan orang. Sedangkan, menurut Irham Fahmi (2013:2), Manajemen adalah suatu ilmu yang mempelajari secara komprehensip tentang bagaimana mengarahkan dan mengelola orang-orang dengan berbagai latar belakang yang berbeda-beda dengan tujuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Berdasarkan pengertian manajemen menurut para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan ilmu yang mempelajari dan mengolah suatu aktifitas dengan sedemikian rupa agar tujuan suatu organisasi atau

3 3 perusahaan dapat tercapai dan berjalan dengan efektif dan efisien dengan pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lain yang dimilikinya Manajemen Operasi Operasi merupakan salah satu fungsi pokok di dalam bisnis disamping fungsi pemasaran, keuangan dan personalia. Fungsi ini berkaitan dengan penggunaan sumber daya organisasi untuk mengubah bahan baku (input) menjadi barang jadi atau jasa (output). Kegiatan operasi merupakan kegiatan yang kompleks. Salah satu kegiatan dalam manajemen operasi diantaranya kegiatan produksi. Didalam melakukan proses produksi dalam suatu perusahaan diperlukan sekali manajemen yang baik, hal ini bertujuan untuk melakukan pengaturan ataupun pengawasan proses produksi agar sesuai dengan standar yang telah dibuat, baik kesesuaian standar proses produksi maupun kesesuaian standar dari produk yang telah dihasilkan. Menurut Heizer dan Render (2015:3), manajemen operasi adalah aktivitas yang berhubungan dengan penciptaan barang dan jasa melalui proses transformasi dari input (masukan) ke output (hasil). Menurut William J. Stevenson dan Choung (2015:4), manajemen operasi merupakan manajemen sistem atau proses yang menciptakan barang dan/atau menyediakan jasa. Sedangkan, menurut Budi Harsanto (2013:1), manajemen operasi ialah proses untuk menghasilkan produk secara efektif dan efisien melalui pendayagunaan sumber daya yang ada.

4 4 Menurut beberapa definisi para ahli diatas peneliti menyimpulkan bahwa, kegiatan operasi merupakan suatu aktivitas dalam perusahaan yang berkaitan dengan penciptaan barang, jasa atau kombinasinya melalui proses transformasi dari segala sumber daya input perusahaan yang diintegrasikan untuk menghasilkan output yang memiliki nilai tambah. Berikut adalah aliran transformasi dalam manajemen operasi Ruang Lingkup Manajemen Operasi Manajemen operasi memiliki ruang lingkup yang dapat menjelaskan bagaimana peran manajemen operasi dalam suatu organisasi baik itu perusahaan manufaktur maupun jasa. Manajemen operasi merupakan kegiatan yang mencakup bidang yang cukup luas, dimana manajemen operasi melibatkan kegiatan dalam mendesain produk dan/ jasa, seleksi proses, seleksi dan manajemen teknologi, desain sistem kerja, perencanaan lokasi, perencanaan fasilitas dan perbaikan mutu organisasi produk atau jasa. Menurut William J. Stevenson (2015:10), sebagian besar aktivitas yang dilakukan manajemen dan karyawan dapat dikategorikan kedalam bidang manajemen operasi, diilustrasikan dengan menggunakan perusahaan maskapai penerbangan dengan sistem operasi organisasi jasa kegiatan tersebut mencakup: 1. Peramalan, seperti kondisi cuaca dan pendaratan, permintaan tempat duduk untuk penerbangan, serta pertumbuhan perjalanan udara. 2. Perencanaan Kapasitas, harus dimiliki oleh maskapai penerbangan ntuk memelihara arus kas dan membuat laba yang wajar. (Terlalu sedikit atau

5 5 terlalu banyak pesawat terbang, atau bahkan jumlah pesawat yang tepat tetapi di tempat yang salah akan menyebabkan kerugian). 3. Penjadwalan, penjadwalan pesawat terbang untuk penerbangan dan pemeliharaan rutin; penjadwalan penerbang dan pramugari; serta penjadwalan awak pesawat terbang, petugas konter dan petugas bagasi. 4. Manajemen Persediaan, dari objek-objek seperti makanan dan minuman, peralatan P3K, majalah dipesawat terbang, bantal dan selimut, serta baju pelampung. 5. Menjamin Mutu, harus ada dalam operasi penerbangan dan pemeliharaan yang penekanannya pada keselamatan dan penting untuk menghadapi pelanggan di konter tiket, pendaftaran tiket, telpon dan reservasi elektronik, serta layanan pinggir jalan yang penekanannya pada efisiensi dan kesopanan. 6. Memotivasi dan Melatih karyawan, didalam setiap tahapan operasi. 7. Menempatkan Fasilitas, sesuai keputusan manajer untuk menyediakan jasa dikota mana, dimana harus menempatkan fasilitas pemeliharaan, dimana untuk menempatkan pusat aktivitas besar dan kecil. Menurut Sofjan Assauri (2011:28), ruang lingkup manajemen operasi terdiri dari : 1. Seleksi dan rancangan atau desain hasil produksi (produk) Setiap kegiatan produksi dan operasi harus dimulai dari penyeleksian dan perancangan produk yang akan dihasilkan secara efektif dan efisien, serta dengan mutu atau kualitas yang baik. 2. Seleksi dan perancangan proses peralatan

6 6 Setelah produk di desain, maka kegiatan yang harus dilakukan untuk merealisasikan usaha untuk menghasilkannya adalah menentukan jenis proses yang akan dipergunakan serta peralatannya 3. Pemilihan lokasi dan site perusahaan dan unit produksi Pemilihan lokasi dan site merupakan salah satu faktor penentu kelancaran produksi dan operasi, sehingga perlu memperhatikan faktor jarak kelancaran dan biaya pengangkutan dari sumber-sumber bahan dan masukan (input) serta biaya pengangkutan dari barang jadi ke pasar. 4. Rancangan tata letak (lay-out) dan arus kerja atau proses Kelancaran dalam proses produksi dan operasi ditentukan pula oleh salah satu faktor yang terpenting didalam perusahaan atau unit produksi yaitu rancangan tata-letak (lay-out) dan arus kerja atau proses. 5. Rancangan Tugas Pekerjaan Dalam penyusunan rancangan tugas pekerjaan harus pula memperhatikan kelengkapan tugas pekerjaan yang terkait dengan variabel tugas dalam struktur teknologi dan mutu atau kualitas suasana kerja yang ditentukan oleh variabel manusianya. 6. Strategi produksi dan operasi serta pemilihan kapasitas Dalam strategi produksi dan operasi harus terdapat pernyataan tentang maksud dan tujuan dari produksi dan operasi, maka ditentukanlah pemilihan kapasitas yang akan dijalankan dalam bidang produksi dan operasi. Menurut uraian yang telah dijelaskan diatas, meskipun kedua ahli menjelaskan berbeda antara manajemen operasi jasa dan manajemen operasi

7 7 manufaktur, tetapi pada intinya ruang lingkup manajemen operasi itu sama dimana terdapat perencanaan kapasitas/produksi, peramalan, penjadwalan, pengendalian mutu, tata letak pabrik, tata letak fasilitas, desain tugas/jadwal kerja Manajemen Persediaan Manajemen Persediaan merupakan hal mendasar agar dapat mengunggulkan kompetitif jangka panjang bagi perusahaan. Penerapan manajemen persediaan mempengaruhi keberlangsungan proses produksi serta meningkatkan pelayanan terhadap konsumen. Agar persediaan dalam suatu perusahaan tetap dapat terkendali maka dibutuhkan ilmu yang mengatur dan mengelola persediaan dengan baik. Menurut Rusdiana (2014:377), mengatakan bahwa manajemen persediaan adalah sistem manajemen (merancang, mengeksekusi, dan mengevaluasi) persediaan dengan instrument kebijakan terkait dengan : a. Waktu pemesanan kembali harus dilakukan. b. Jumlah item yang harus dipesan. c. Rata-rata level persediaan yang harus dijaga. Tujuan dari manajemen persediaan adalah menyelesaikan sasaran yang berpotensi untuk memaksimalkan pelayan pada pelanggan, memaksimalkan efisiensi pembelian pada produksi, meminimalkan investasi stok, memaksimalkan profit Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) dapat memiliki berbagai fungsi penting yang menambah fleksibilitas dari operasi suatu perusahaan dan dengan adanya

8 8 persediaan dapat mempermudah dan memperlancar jalannya proses produksi. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada resiko bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan yang memerlukan atau meminta barang atau jasa yang dihasilkan. Menurut William J. Stevenson (2015:179), Persediaan adalah stok atau simpanan barang-barang. Menurut Krajewski, et al (2013:329), Inventory is a stock of material used to satisfy customer demand or to support the production of service or goods. Artinya: Persediaan adalah sejumlah cadangan bahan yang digunakan sebagai pemenuhan permintaan pelanggan atau untuk mendukung produksi dalam bentuk jasa atau barang. Sedangkan, menurut T. Hani Handoko (2015:333), Persediaan adalah segala sesuatu atau sumber daya-sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Menurut penjelasan dari beberapa ahli diatas peneliti menyimpulkan bahwa, persediaan adalah sejumlah barang yang ada dan/atau di simpan digudang, yang dikeluarkan ketika terjadi kenaikan permintaan atau pada waktu tertentu Fungsi Persediaan Persediaan di dalam perusahaan merupakan hal yang sangat penting khususnya untuk perusahaan manufaktur yang memproduksi suatu barang atau produk, agar aktivitas produksi perusahaan tetap berjalan lancar tidak tersendat. Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi

9 9 perusahaan/pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang serta menyampaikannya pada para pelanggan atau konsumen. Menurut T. Hani Handoko (2015:337) adapun fungsi-fungsi persediaan oleh suatu perusahaan/pabrik adalah sebagai berikut: 1. Fungsi Decoupling. Persediaan decouples ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan barang dalam proses diadakan agar departemen-departemen dan proses-proses individual perusahaan terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para pelanggan. Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan disebut fluctuation stock. 2. Fungsi Economic Lot Sizing. Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan membeli sumber daya-sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi biaya-biaya per-unit. Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan-penghematan (potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit lebih murah dan sebagainya) karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, risiko dan sebagainya). 3. Fungsi Antisipasi.

10 10 Sering perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (seasonal inventories). Di samping itu, perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastiaan jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang-barang selama periode persamaan kembali, sehingga memerlukan kuantitas persediaan ekstra yang sering disebut persediaan pengaman (safety inventories). Maka Fungsi utama dari persediaan adalah mengoptimalkan proses produksi dan juga biaya yang harus dikeluarkan dalam proses produksi. Apabila perusahaan telah mampu mengoptimalkan fungsi persediaan tersebut maka proses produksi yang dilakukan perusahaan tersebut bisa berjalan lancar dan juga dengan adanya persediaan maka perusahaan bisa meminimasi risiko-risiko yang tentu saja akan merugikan perusahaan Tujuan Persediaan Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan mengendalikan dan menemukan solusi yang optimal terhadap seluruh masalah yang terkait dengan persediaan. Dikaitkan dengan tujuan umum perusahaan, maka ukuran optimalisasi pengendalian persediaan sering kali diukur dengan keutungan maksimum yang dicapai. Ada beberapa tujuan penting perusahaan dalam menyimpan persediaan sebagaimana menurut Manahan P. Tampubolon (2014:86), menerangkan bahwa tujuan menyimpan persediaan adalah sebagai berikut:

11 11 1. Penyimpanan barang diperlukan agar korporasi dapat memenuhi pesanan pelanggan secara cepat dan tepat waktu. 2. Untuk berjaga-jaga pada saat barang di pasar sukar diperoleh, pengecualian pada saat musim panen tiba. 3. Untuk menekan harga pokok per unit barang Jenis-Jenis Persediaan Persediaan memiliki berbagai jenis yang berbeda, maka dari itu persediaan didalam perusahaan perlu dikelompokan agar persediaan dapat berfungsi dengan baik. Menurut Heizer dan Render (2015:554) berdasarkan proses produksi, persediaan terbagi menjadi empat jenis, yaitu: 1. Persediaan bahan mentah (raw material inventory) adalah bahan bahan yang telah dibeli tetapi belum diproses. Bahan-bahan dapat diperolah dari sumber alam atau dibeli dari supplier (penghasil bahan baku). 2. Persediaan barang setengah jadi (work in process) atau barang dalam proses adalah komponen atau bahan mentah yang telah melewati sebuah proses produksi/telah melewati beberapa proses perubahan, tetapi belum selesai atau akan diproseskembali menjadi barang jadi. 3. Persediaan pasokan pemeliharaan/perbaikan/operasi/ MRO (maintenance, repair, operating) yaitu persediaan persediaan yang disediakan untuk pemeliharaan, perbaikan, dan operasional yang dibutuhkan untuk menjaga agar mesin mesin dan proses proses tetap produktif. 4. Persediaan barang jadi (finished good inventory) yaitu produk yang telah selesai di produksi atau diolah dan siap dijual.

12 12 Sedangkan menurut William J. Stevenson dan Choung (2015:181), jenis jenis persediaan meliputi: 1. Barang mentah dan suku cadang yang dibeli. 2. Barang setengah jadi, disebut barang dalma prosses (BDP) 3. Persediaan barang jadi (perusahaan manufaktur) atau barang dagangan (toko ritel) 4. Suku cadang pengganti, alat-alat, dan pasokan, 5. Barang dalam transit ke gudang atau pelanggan (persediaan pipa saluran). Pengelompokan jenis-jenis persediaan diatas sebagaimana yang telah disebutkan oleh beberapa ahli, memiliki tujuan yang sama bagi perusahaan. Dimana antara jenis persediaan yang satu dengan yang lain saling berhubungan dalam menukung kegiatan operasional perusahaan Pengendalian Persediaan Kurangnya pengendalian pada persediaan dapat mengakibatkan terjadinya kekurangan persediaan (stockout) maupun kelebihan persediaan (over stock) barang. Kekurangan persediaan dapat mengakibatkan kegagalan pengiriman, hilangnya penjualan, pelanggan yang tidak puas, dan terhambatnya produksi. Sedangkan jika terjadi kelebihan persediaan (over stock) maka akan timbuk resiko-resiko yang dihadapi oleh perusahaan, seperti tingginya biaya penyimpanan dan investasi yang tertahan, karena semakin besar tingkat persediaan maka semakin besar pula biaya penyimpanan yang harus dikeluarkan perusahaan.

13 13 Menurut William J. Stevenson dan Choung (2014:183), manajemen persediaan memiliki dua perhatian utama. Pertama, tingkat pelayanan pelanggan yaitu untuk memiliki barang yang tepat, dalam kuantitas yang memadai, di tempat yang tepat, pada waktu yang tepat. Kedua, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Sehingga timbul dua keputusan fundamental: waktu dan ukuran pesanan (yaitu kapan harus memesan dan berapa banyak yang harus dipesan). Keterangan diatas dapat dikatakan bahwa tujuan dari pengendalian persediaan adalah untuk memperoleh kualitas dan kuantitas yang tepat dari bahanbahan atau barang yang tersedia pada waktu yang dibutuhkan dengan biaya-biaya yang minimum untuk keuntungan dan kepentingan perusahaan. Dengan kata lain, pengendalian persediaan untuk menjamin terdapatnya persediaan pada tingkat yang optimal agar produksi dapat berjalan dengan lancar dan biaya persediaan yang minimal Biaya-Biaya Dalam Persediaan Perusahaan yang menyediakan persediaan di dalam kegiatan operasionalnya tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Menurut Mulyadi (2014:8), biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Oleh karena itu didalam menetapkan persediaan, suatu perusahaan perlu memikirkan biaya-biaya yang harus dikeluarkan agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Dari mulai pemesanan barang sampai barang datang dan disimpan, semua kegiatan itu membutuhkan biaya.

14 14 Menurut William J. Stevenson dan Choung (2015:187), terdapat tiga biaya dasar yang berhubungan dengan persediaan yaitu penyimpanan, transaksi (pemesanan), dan biaya kekurangan. Adapun penjelasan jenis biaya-biaya tersebut adalah: 1. Biaya penyimpanan (holding/carrying) berhubungan dengan kepemilikan barang secara fisik dalam penyimpanan. Biaya ini meliputi bunga, asuransi, pajak (dibeberapa negara), depresiasi, keusangan, kemunduran, kebusukan, pencurian, kerusakan, dan biaya pergudangan (suhu, penerangan, sewa, keamanan). 2. Biaya pemesanan (ordering cost) adalah biaya untuk memesan dan menerima persediaan. Biaya ini bervariasi dengan penempatan pesanan aktual. Disamping biaya pengiriman, biaya ini meliputi penyiapan faktur, biaya pengiriman, inspeksi barang pada saat kedatangan untuk mutu dan kuantitas, dan pemindahan barang ke penyimpanan sementara. 3. Biaya kekurangan (storage costs) terjadi ketika permintaan melebihi pasokan persediaan yang ada di tangan. Biaya ini meliputi biaya kesempatan untuk tidak melakukan penjualan, kehilangan niat baik pelanggan, pembebanan terlambat, dan biaya-biaya serupa. Sedangkan menurut Heizer dan Render (2015:559), ada tiga jenis biaya dalam persediaan, antara lain : 1. Biaya penyimpanan (holding cost) yaitu, biaya yang terkait dengan menyimpan atau membawa persediaan selama waktu tertentu.

15 15 2. Biaya pemesanan (ordering cost) mencakup biaya dari persediaan, formulir, proses pemesanan, pembelian, dukungan administrasi dan seterusnya. Ketika pemesanan sedang diproduksi, biaya pemesanan juga ada, tetapi mereka adalah bagian dari biaya penyetelan. 3. Biaya pemasangan (setup cost) adalah biaya untuk mempersiapkan sebuah mesin atau proses untuk membuat sebuah pemesanan. Ini menyertakan waktu dan tenaga kerja untuk membersihkan serta mengganti peralatan atau alat penahan. Manajer operasi dapat menurunkan biaya pemesanan dengan mengurangi biaya penyetelan serta menggunakan prosedur yang efisien serta menggunakan prosedur-prosedur yang efisien seperti pemesanan dan pembayaran elektronik. Menurut uraian yang telah para ahli jelaskan diatas mengenai jenis-jenis biaya yang terkait dengan pengelolaan persediaan, antara perusahaan yang satu dengan yang lain jenis-jenis biaya persediaan yang muncul akan berbeda, sesuai dengan kondisi dan bidang bisnis yang dijalani masing-masing perusahaan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini bisa jadi tidak ditemukan semua jenis biaya seperti yang dijelaskan diatas, tetapi hanya sebagian saja yang kemudian akan dicocokkan relevansinya dengan konsep yang akan diteliti Metode Pengendalian Persediaan Pengendalian persediaan pada perusahaan sangatlah dibutuhkan agar persediaan yang tersedia tidak terlalu sedikit (stockout) ataupun tidak terlalu banyak (overstock), selain daripada itu pengendalian persediaan dibutuhkan agar tidak timbul masalah kedepannya. Setiap keputusan yang diambil tentunya

16 16 mempunyai pengaruh terhadap besarnya biaya persediaan. Menurut Anderson dkk (dalam buku Nugroho dkk, 2012), Metode pengendalian persediaan menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memecahkan dua permasalahan utama, yaitu (1) berapa unit barang yang harus dipesan pada waktu tertentu; dan (2) kapan persediaan tersebut harus dipesan. Untuk memudahkan dalam pengambilan keputusan, telah dikembangkan beberapa metode pengendalian persediaan dalam manajemen persediaan Metode Economic Order Quantity (Economic Order Quantity/EOQ) Perusahaan berusaha menekan biaya seminimal mungkin agar keuntungan yang diperoleh menjadi lebih besar, demikian pula dengan manajemen persediaan selalu mengupayakan agar biaya persediaan menjadi minimal. Economic Order Quantity (EOQ) adalah salah satu teknik pengendalian persediaan yang paling sering digunakan. Menurut Manahan P. Tampubolon (2014:240) mengemukakan Penentuan jumlah pemesanan paling ekonomis (EOQ) dilakukan apabila persediaan untuk bahan baku tergantung dari beberapa pemasok, sehingga perlu dipertimbangkan jumlah pembelian persediaan bahan sesuai kebutuhan proses konversi. Menurut William J. Stevenson dan Shum Chee Choung (2015:190), Kuantitas Pesanan Ekonomis (EOQ) adalah ukuran pesanan yang meminimalkan biaya tahunan total. Model dasar EOQ ini melibatkan sejumlah asumsi, yaitu: 1. Hanya satu produk yang terlibat. 2. Kebutuhan tahunan permintaan diketahui.

17 17 3. Permintaan tersebar secara merata sepanjang tahun sehingga tingkat permintaan cukup konstan. 4. Waktu tunggu tidak bervariasi. 5. Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman tunggal. 6. Tidak terdapat diskon kuantitas. Sedangkan, menurut Heizer dan Render (2015:561) Economic Order Quantity (EOQ) adalah salah satu teknik pengendalian persediaan yang paling tua dan terkenal secara luas, metode pengendalian persediaan ini menjawab 2 (dua) pertanyaan penting, kapan harus memesan dan berapa banyak harus memesan. Teknik ini relative mudah digunakan, tetapi didasarkan pada beberapa asumsi sebagai beriku: 1. Jumlah permintaan diketahui cukup konstan dan independen. 2. Waktu tunggu, yakni waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan telah diketahui dan bersifat konstan. 3. Persediaan segera diterima dan selesai seluruhnya. Dengan kata lain, persediaan yang dipesan tiba dalam satu kelompok pada suatu waktu. 4. Tidak tersedia diskon kuantitas. 5. Biaya variable hanya biaya untuk memasang atau memesan (biaya pemasangan atau pemesanan) dan biaya untuk menyimpan persediaan dalam waktu tertentu. 6. Kehabisan persediaan dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.

18 18 Menurut asumsi-asumsi yang telah diuraikan oleh beberapa ahli di atas, dapat dilihat dari gambar 2.1 menunjukkan grafik penggunaan persediaan dalam waktu tertentu memiliki bentuk gigi gergaji, seperti gambar diatas, Q menyatakan jumlah yang dipesan. Jika jumlah ini adalah 500 baju, sejumlah baju itu tiba pada suatu waktu (ketika pesanan diterima). Jadi, tingkat persediaan melompat dari 0 ke 500 baju dalam waktu sesaat. Secara umum, tingkat persediaan naik dari 0 ke Q unit ketika pada suatu pesanan tiba. Gambar 2.1 Penggunaan Persediaan Dalam Waktu Tertentu Sumber : Heizer dan Render. Prinsip-prinsip Manajemen Operasi Menurut definisi dan asumsi yang telah dijelaskan oleh beberapa ahli diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah pembelian barang atau bahan baku yang ekonomis dengan biaya yang paling kecil. Penentuan jumlah pesanan yang ekonomis dapat dilakukan dengan tiga cara menurut Sofjan Assauri (2011:254) yaitu sebagai berikut : 1. Tabular Approach

19 19 Penentuan jumlah pesanan yang ekonomis dilakukan dengan cara menyusun suatu daftar atau tabel jumlah pesanan atau jumlah biaya per tahun. 2. Graphical Approach Penentuan jumlah pesanan yang ekonomis dilakukan dengan cara menggambarkan grafik-grafik carrying cost, ordering cost, dan total cost dalam satu gambar. Gambar 2.2 Hubungan Antara Biaya Pesan, Biaya Simpan, Biaya Persediaan Minimal 3. Formula Approach (Dengan Menggunakan Rumus) Cara penentuan jumlah pesanan yang ekonomis dengan menurunkan ke dalam rumus-rumus matematika. Dengan menggunakan simbol-simbol. Adapun di dalam menetapkan metode Economic Order Quantity (EOQ) dapat dihitung dengan suatu persamaan rumus. Persamaan dalam Model EOQ dapat dihitung sebagai berikut menurut Heizer & Render (2015): EOQ = 2DS H

20 20 Dimana: EOQ : kuantitas optimal (quantity optimal) D S H : permintaan (demand) : biaya pemesanan (cost of ordering) :biaya penyimpanan (cost of holding) Economical Order Quantity (EOQ) juga akan menentukan berapa unit persediaan yang optimal untuk perusahaan, agar perusahaan bisa meminimalisir biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan persediaan. Dalam menerapkan Economic Order Quantity (EOQ) ada biaya-biaya yang harus dipertimbangkan dalam penentuan jumlah pembelian yaitu: 1. Biaya Pemesanan Biaya pemesanan merupakan biaya-biaya yang akan langsung terkait dengan kegiatan pemesanan yang dilakukan perusahaan. Biaya pesan tidak hanya terdiri dari biaya eksplisit, tetapi juga biaya kesempatan (opportunity cost). Biaya pesan dalam satu periode, merupakan perkalian antara biaya pesan per pesan yang dinyatakan dengan notasi S dengan frekuensi pesanan dalam periode dinyatakan dengan maka biaya pemesanan dalam bentuk rumus sebagai berikut: Biaya Pemesanan = D Q S Dimana: Q : Jumlah unit per pesanan D : Permintaan tahunan dalam unit untuk barang persediaan

21 21 S : Biaya pemasangan atau pemesanan untuk setiap pesanan 2. Biaya Penyimpanan Biaya penyimpanan merupakan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan sehubungan dengan adanya bahan baku yang disimpan didalam perusahaan. Adapun rumus biaya penyimpanan adalah sebagai berikut: Biaya Penyimpanan = Q 2 H Dimana: Q : Jumlah unit per pesanan H : Biaya penyimpanan per unit per tahun H = P i P : Harga pembelian (purchasing cost) persatuan nilai persediaan i : biaya penyimpanan dari jumlah persediaan dinyatakan dalam persen (%) 3. Total Biaya Tujuan model EOQ ini adalah untuk menentukan jumlah (Q) setiap kali pemesanan (EOQ) sehingga meminimalisir biaya total persediaan. Biaya persediaan yang diberi notasi TC merupakan penjumlahan dari biaya pesan dan biaya simpan. TC minimum ini, akan tercapai pada saat biaya simpan sama dengan biaya pesan. Pada saat TC minimum, maka pada jumlah pesanan tersebut dikatakan jumlah yang paling ekonomis (EOQ). Adapun formulasi dari total biaya persediaan atau total inventory cost/ total cost

22 22 (TIC/TC) adalah sebagai berikut. Menurut (Heizer & Render, 2015) Rumus dari TIC/TC: TIC/TC = Biaya Pemesanan + Biaya Penyimpanan TIC/TC = D Q S + Q 2 H Dimana: Q : Jumlah unit per pesanan D : Permintaan tahunan dalam unit untuk barang persediaan S : Biaya pemasangan atau pemesanan untuk setiap pesanan H : Biaya penyimpanan per unit per tahun Sebagai contoh kasus PT. Maju Jaya pada tahun yang akan datang membutuhkan bahan baku sebanyak Unit. Harga bahan baku per unit Rp2.000,-. Biaya pesan untuk setiap kali melakukan pemesanan sebesar Rp , sedangkan biaya penyimpanan sebesar 25% dari nilai rata - rata persediaan. Dengan lead time selama 14 hari, asumsi 1 tahun = 50 minggu. Diminta : a. Berapa jumlah pemesanan yang paling ekonomis ( EOQ )? b. Berapa total biaya yang harus perusahaan keluarkan? c. Berapa kali pemesanan yang harus dilakukan dalam setahun? d. Berapa hari sekali perusahaan melakukan pemesanan ( 1 tahun = 360 hari )? Jawab : Diketahui :

23 23 D= unit P = Rp ,- S = Rp ,- H = (P i) = Rp ,- 0,25 = Rp. 500,- Dari rumus : a. Mengetahui seberapa besar unit yang harus dipesan oleh perusahaan agar biaya yang dikeluarkan ekonomis, maka dapat diketahui dari perhitungan rumus EOQ yaitu sebagai berikut: EOQ = 2DS H EOQ = Rp Rp. 500 Dari hasil yang didapat dengan menggunakan rumus EOQ, dihasilkan bahwa jumlah pesanan yang paling ekonomis untuk PT. Maju Jaya adalah sebesar unit untuk satu kali pesan. Penyelesaian dengan cara tabel: Frekuensi Pemesanan Tabel 2.1 Contoh Perhitungan EOQ dengan Cara Tabel Persediaan Biaya Biaya rata-rata Pemesanan Penyimpanan Jumlah Pesanan (unit) EOQ = EOQ = unit Biaya Total (Rp) (Rp) (Rp) 1 kali kali kali kali kali kali kali kali kali

24 24 b. Total biaya yang dikeluarkan perusahaan adalah dengan menjumlahkan biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya pembelian, sehingga akan di dapat berapa total biaya persediaan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan tersebut, maka perhitungannya dapat diketahui sebagai berikut: TC = D Q S + Q H + PD 2 TC = unit unit unit Rp Rp (Rp ) 2 TC = Rp Rp Rp TC = Rp Dari hasil yang diperoleh diatas maka perusahaan haruslah mengeluarkan biaya total persediaan sebesar Rp per tahun. 7. Pemesanan yang harus dilakukan dalam setahun adalah dengan membagi antara jumlah kebutuhan yang diketahui dengan jumlah quantitas unit yang didapat dari perhitungan (EOQ) sebelumnya, maka perhitungannya dapat diketuhui sebagai berikut: N= D Q = unit unit = 20 kali Jadi, pemesanan yang dilakukan oleh PT. Maju jaya selama setahun adalah sebanyak 20 kali pesanan. 8. Jika dalam 1 tahun sebanyak 360 hari maka perusahaan harus melakukan pemesanan setiap = 360/20 = 18 hari sekali. Jadi, kesimpulan untuk suatu contoh kasus diatas adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan tahunan sebesar unit, maka PT.Maju Jaya harus melakukan pemesanan persediaan sebanyak unit dengan frekuensi pemesanan sebanyak 20 kali dalam satu tahun atau setiap 18 hari sekali, dengan

25 25 total biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan adalah sebesar Rp , Frekuensi Pemesanan (N) dan Waktu antara Pesanan (T) Konsep EOQ dikenal memiliki beberapa persamaan diantaranya frekuensi pemesanan (N) atau jumlah pemesanan yang dilakukan perusahaan dalam suatu periode (Heizer & Render, 2015). Nilai dari Frekuensi pemesanan (N) dapat diperoleh dengan persamaan berikut (Heizer & Render, 2015) : N = Permintaan (D) Kuantitas Pesanan (Q) Kemudian persamaaan berikutnya yang dikenal dalam konsep EOQ adalah waktu antara pesanan (T). Waktu antara pesanan (T) adalah jarak waktu antara suatu pesanan dengan pesanan berikutnya (Heizer & Render, 2015). Persamaan dari Waktu antara pesanan (T) adalah sebagai berikut (Heizer & Render, 2015): T = Jumlah Hari Kerja Per tahun Frekuensi Pemesanan (N) Metode Safety Stock (Persediaan Pengaman) Safety Stock merupakan persediaan cadangan pengaman dimana persediaan ini digunakan apabila terjadi ketidakpastian seperti lead time berubah dan tingginya permintaan. Dengan menggunakan model EOQ dalam pengendalian persediaan sebenarnya masih ada kemungkinan terjadinya out of stock atau kekurangan persediaan dalam produksi. Banyak ketidakpastian yang mungkin

26 26 terjadi di dalam praktiknya. Untuk mengantisipasi ketidakpastian tersebut, khususnya dalam permintaan dan lead time, maka disediakan suatu jumlah tertentu (safety stock) yang akan mengurangi kehabisan persediaan. Menurut Sofjan Assauri (2011:186), Persediaan pengaman (safety stock) adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadi kekurangan bahan (out stock). Menurut Heizer dan Render (2015), Safety stock adalah persediaan tambahan yang mengizinkan terjadinya ketidaksamaan permintaan; sebuah penyangga. Menurut Stevenson dan Choung (2015:205), Safety stock adalah persediaan yang disimpan yang melebihi permintaan yang diperkirakan karena adanya permintaan dan/atau waktu tunggu yang bersifat variabel. Menurut beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli diatas, penulis menyimpulkan bahwa persediaan pengaman (Safety stock) adalah persediaan lebih yang disediakan atau disimpan ketika terjadinya ketidakpastian seperti permintaan tinggi ataupun keterlambatan datangnya barang. Ketidakpastian yang terjadi seperti pemesanan suatu barang sampai barang itu datang, diperlukan jangka waktu yang bervariasi dari beberapa bulan. Perbedaan waktu antara saat memesan sampai saat barang datang dikenal dengan istilah waktu tenggang (lead time). Waktu tenggang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dari barang itu sendiri dan jarak lokasi antara pembeli dan pemasok berada. Maka dari itu safety stok sangat diperlukan.

27 27 Semakin besar tingkat safety stock-nya maka kemungkinan kehabisan persediaan semakin kecil, akan tetapi akibatnya adalah biaya simpan semakin besar karena jumlah total persediaan meningkat. Bila demikian, tujuan meminimasi total biaya persediaan tidak tercapai karena total biaya dalam model persediaan didapatkan pada titik keseimbangan antara kelebihan dan kehabisan persediaan. Tetapi dengan diadakannya safety stock akan mengurangi kegiatan yang ditimbulkan karena terjadinya stock out, selain itu safety stock juga berperan untuk menjaga kelangsungan proses produksi dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Adapun rumus perhitungan safety stock yaitu: Z = X µ σ Karena persediaan pengaman merupakan selisih dari X dan m. Maka: Z = SS atau SS = Zσ σ Dimana: Z X : Safety Stock : Tingkat Persediaan µ : Rata rata permintaan σ SS : Standar deviasi permintaan selama waktu tenggang : Persediaan pengaman

28 28 Gambar 2.3 Grafik Model Persediaan Dengan Safety Stock dan Reorder Point (ROP) Dilihat dari gambar 2.3 yang mengilustrasikan bagaimana persediaan pengaman (safety stock) dapat mengurangi resiko kehabisan persediaan selama waktu tunggu (lead time). Perhatikan bahwa perlindungan terhadap kehabisan dibutuhkan hanya selama waktu tunggu. Jika, terdapat lonjakan secara tiba-tiba pada suatu titik selama siklus tersebut, hal itu akan memicu pemesanan lain. Setelah pesanan tersebut diterima, bahaya kehabisan yang mendekat dapat diabaikan. Tujuan dari safety stock adalah untuk meminimalkan terjadinya stock out dan mengurangi penambahan biaya penyimpanan dan biaya stock out total, biaya penyimpanan disini akan bertambah seiring dengan adanya penambahan yang berasal dari reorder point oleh karena adanya safety stock. Keuntungan adanya safety stock adalah pada saat jumlah permintaan mengalami lonjakan, maka persediaan pengaman dapat digunakan untuk menutup permintaan tersebut Lead Time Lead time muncul karena setiap pesanan membutuhkan waktu dan tidak semua pesanan bisa dipenuhi seketika sehingga selalu ada jeda waktu. Untuk menjamin kelancaran proses produksi perusahaan perlu memperhatikan jangka waktu antara

29 29 saat mengadakan pemesanan dengan saat penerimaan barang-barang yang dipesan kemudian dimasukkan kedalam gudang. Lead time menurut Heizer & Render (2015:567) merupakan waktu tunggu atau waktu pengantaran, bisa jadi hanya beberapa jam atau bulan. Lead time sangat berguna bagi perusahaan yaitu pada saat persediaan mencapai nol, pesanan akan segera bisa tiba di perusahaan. Dalam EOQ, lead time diasumsikan konstan artinya dari waktu ke waktu selalu tetap misalnya lead time 7 hari, maka akan berulang dalam setiap periodenya. Akan tetapi dalam prakteknya lead time banyak berubah-ubah, untuk mengantisipasinya perusahaan sering menyediakan safety stock Metode Titik Ulang Pesanan atau Reorder Point (ROP) Perusahaan sering mengalami kendala didalam menjalani kegiatan operasinya diantaranya yaitu persediaan yang kurang memadai yang dilibatkan oleh keterlambatan pembelian kembali stock persediaan bahan baku, sehingga dapat memperlambat proses produksi. Menurut Heizer dan Render (2015:567), Reorder point (ROP) atau titik pemesanan ulang adalah tingkat atau titik persediaan dimana tindakan harus diambil untuk mengisi kembali persediaan barang. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ROP antara lain: 1. Lead time (waktu tunggu) 2. Tingkat penggunaan rata-rata 3. Safety stock (persediaan pengaman) Titik pemesanan ulang biasanya ditetapkan dengan cara menambahkan penggunaan selama waktu tenggang dengan persediaan pengaman atau dalam bentuk rumus sebagai berikut:

30 30 Adapun Rumus ROP (Heizer & Render, 2015): ROP = d L Jika perusahaan menggunakan safety stock maka ROP akan menjadi: ROP = (d L) + Safety Stock Dimana: ROP d L : Titik pemesanan ulang : jumlah permintaan per hari atau tingkat pemakaian rata-rata : lead time atau waktu tunggu, yaitu waktu antara penempatan pesanan dan menerimanaya. Reorder point (ROP) menggunakan asumsi bahwa permintaan selama waktu tunggu dan waktu tunggu itu sendiri adalah konstan. Ketika kasusnya tidak seperti ini, persediaan tambahan yang sering disebut dengan persediaan pengaman (safety stock) haruslah ditambahkan. Jika ROP ditetapkan terlalu rendah, persediaan akan habis sebelum persediaan pengganti diterima sehingga produksi dapat terganggu atau permintaan pelanggan tidak dapat dipenuhi. Namun, jika titik pemesanan ulang ditetapkan terlalu tinggi, maka persediaan baru sudah datang sementara persediaan di gudang masih banyak. Keadaan ini mengakibatkan pemborosan biaya dan investasi yang berlebihan Model Persediaan Dengan Pesanan Tertunda

31 31 Salah satu asumsi yang dipakai pada metode persediaan sebelumnya ialah tidak adanya permintaan yang ditunda pemenuhannya (back order), yang disebabkan karena tidak tersedianya persediaan (stock-out). Menurut Eddy Herjanto (2012:250), Dalam banyak situasi, kekurangan persediaan yang direncanakan dapat disarankan. Asumsi dasar yang dipergunakan sama seperti dalam model EOQ biasa kecuali adanya tambahan asumsi bahwa penjualan tidak hilang karena stock-out tersebut. Pada gambar 2.4 grafik persediaan dalam model pesanan tertunda, Q merupakan jumlah setiap pemesanan, sedangkan (Q-b) merupakan on hand inventory, yang menujukkan jumlah persediaan pada setiap siklus persediaan yaitu jumlah persediaan yang tersisa setelah dikurangi back order. B merupakan back order yaitu jumlah barang yang dipesan oleh pembeli tetapi belum dapat dipenuhi. Tingkat Persediaan (Unit) Waktu Gambar 2.4 Grafik Persediaan dalam Model Pesanan Tertunda Dalam model ini, komponen biaya total persediaan selain biaya pemesanan dan biaya penyimpanan juga mencakup biaya yang timbul karena kekurangan persediaan. Biaya pemesanan sama dengan biaya pemesanan pada model EOQ dasar, tetapi biaya penyimpanan berbeda karena tidak seluruh barang yang

32 32 dipesan disimpan, yaitu hanya sejumlah persediaan yang tersisa setelah dikurangi back order. Contoh kasus: Suatu agen alat perkakas listrik yang mendapat kiriman barang secara reguler, dengan total penerimaan sebesar 240 unit/tahun. Biaya pesanan $ 50 dan biaya penyimpanan $ 10 per unit/tahun. Barang yang diterima terbatas sehingga perusahaan sering mengalami kehabisan stok. Meskipun demikian, konsumen bersedia menunggu sampai pengiriman yang berikutnya tiba. Biaya kekurangan persediaan (stock-out cost) sebesar $ 5 per unit. Jawaban penyelesaian: Ukuran pesanan optimal (unit) dapat dihitung sebagai berikut: Q* = ( 2 D S H ) (H+B B (240)(50) ) = (2 ) ( ) = 120. Jumlah barang yang tersedianya (unit) setelah pesanan tertunda dipenuhi: Q* b* = Q* ( H+B B ) = 120 (10+5 Ukuran pesanan tertunda optimal : b* = Q* (Q* b*) = = 80 unit 5 ) = 40 unit. Jadi, dapat disimpulkan bahwa untuk dapat memenuhi permintaan pesanan konsumen maka suatu agen alat perkakas listrik harus membeli dengan jumlah pesanan optimal sebanyak 120 unit, jumlah barang yang tersedianya (unit) setelah pesanan tertunda telah terpenuhi sebanyak 40 unit. Sehingga untuk ukuran pesanan tertunda yang optimal masih sebanyak 80 unit Model Persediaan Dengan Diskon Kuantitas

33 33 Banyak penjualan saat ini melakukan penjualan menggunakan strategi penjualan dengan diskon kuantitas. Dimana penjual memberikan harga yang bervariasi sesuai dengan jumlah unit barang yang dibeli. Semakin besar jumlah barang yang dibeli maka semakin rendah harga barang perunit yang diberikan oleh penjual. Strategi ini disebut penjualan dengan diskon kuantitas (quantity discounts). Salah satu metode persediaan dalam menentukan jumlah pesanan yang optimal dapat digunakan model persediaan dengan diskon kuantitas. Menurut Eddy Herjanto (2012:252) Biaya total persediaan dalam model ini merupakan jumlah dari biaya pemesanan, biaya penyimpanan, dan biaya pembelian barang. Hal ini berbeda dengan biaya total persediaan pada model EOQ dasar yang tidak memperhitungkan biaya pembelian yang nilainya selalu sama. Pada kasus ini, harga barang bervariasi tergantung dari jumlah setiap pesanan, sehingga biaya pembelian barangpun bervariasi. Prosedur penyelesaian untuk mencari nilai jumlah pesanan yang paling ekonomis (EOQ) sebagai berikut: 1. Hitung EOQ pada harga terendah. Jika EOQ fisibel, kuantitas itu merupakan pesanan yang optimal. 2. Jika EOQ tidak fisibel, hitung biaya total pada kuantitas terendah pada harga itu. 3. Hitung EOQ pada harga terendah berikutnya. Jika fisibel hitung biaya totalnya. 4. Jika langkah (3) masih tidak memberikan EOQ yang fisibel, ulangi langkah (2) dan (3) sampai diperoleh EOQ yang fisibel atau perhitungan tidak dapat lagi dilanjutkan.

34 34 5. Bandingkan biaya total dari kuantitas pesanan fisible yang telah dihitung. Kuantitas optimal ialah kuantitas yang mempunyai biaya total terendah. Contoh kasus: Toko Kamera Rancakbana mempunyai tingkat penjualan kamera model EOS sebanyak unit per tahun. Untuk setiap pengadaan kamera, took itu mengeluarkan biaya US$ 300 per pesanan. Biaya penyimpanan kamera per unit per tahun sebesar 20% dari nilai barang. Penyelesaian : Tabel 2.2 Contoh Data Harga Barang Toko Rancakbana Jumlah pembelian (unit) Harga barang (US$/ unit) < Jumlah pesanan ekonomis dan biaya total dihitung dengan menggunakan rumus berikut: 2 D S Q* = ( ) h.c TC = D S + Q h.c + DC Q 2 1) EOQ pada harga terendah ($ 47.5 per unit) : EOQ = ( 2 (6000)(300) ) = 616 0,2 (47,5)

35 35 EOQ ini tidak fisible karena harga $ 47.5 hanya berlaku untuk pembelian sekurang-kurangnya 2000 unit. Kuantitas terendah yang fisible pada harga $ 47.5 ialah 2000 unit. Biaya total pada kuantitas terendah tersebut ialah: TC = (6000/2000)(300) + (2000/2)(0.2)(47.5) (47.5) = ) EOQ pada harga terendah berikutnya ($ 48 per unit) : EOQ = ( 2 (6000)(300) ) = 612 0,2 (48) EOQ ini juga tidak fisible, karena harga $ 48 berlaku untuk pembelian unit. Kuantitas terendah pada harga $ 48 per unit adalah 1000 unit. Biaya total pada kuantitas pembelian 1000 unit : TC = (6000/2000)(300) + (1000/2)(0.2)(48) (48) = ) EOQ pada harga terendah berikutnya ($ 48.5 per unit) : EOQ = ( 2 (6000)(300) ) = 609 0,2 (48,5) EOQ ini fisible, karena harga $ 48.5 per unit berlaku untuk jumlah pembelian sebanyak 609 unit. Biaya total pada kuantitas pembelian 609 unit: TC = (6000/609)(300) + (609/2)(0.2)(48.5) (48.5) = Dengan telah ditemukannya EOQ yang fisible, yaitu pada harga pembelian $ 48.5 per unit, maka tidak perlu menghitung EOQ pada harga yang lain. Perhitungan pada harga yang lebih tinggi akan memberikan nilai biaya total yang lebih tinggi pula. Dari perhitungan diatas, diketahui biaya total terendah sebesar $ Dengan demikian jumlah pesanan yang paling optimal adalah 1000 unit. Meskipun dengan rumus EOQ ditemukan kuantitas pesanan fisible sebesar 609

36 36 unit, namun jumlah ini bukan nilai optimal. EOQ yang paling optimal ialah 1000 unit, karena memberikan biaya total terendah. Rangkuman hasil perhitungan di atas sebagai berikut dapat dilihat pada tabel 2.5 : Harga/unit (US$) Tabel 2.3 Analisis Model Persediaan dengan Diskon Kuantitas Kuantitas pembelian (unit) EOQ Fisibel atau Tidak Q yang Fisibel¹ Biaya total² (US$) , Tidak Tidak , Fisible Keterangan: 1. Kuantitas terendah yang fisibel pada harga yang bersangkutan (kolom1). 2. Biaya total pada Q yang Fisibel (kolom 5) Metode Persediaan Dengan Penerimaan Bertahap Metode persediaan yang telah dibahas sebelumnya, diasumsikan bahwa unit persediaan yang dipesan diterima sekaligus pada suatu waktu tertentu. Menurut Eddy Herjanto (2012:254) Persediaan tidak diterima secara seketika tetapi berangsur-angsur dalam suatu periode (non-instantaneous replenishment). Selama terjadi akumulasi persediaan, unit dalam persediaan juga digunakan untuk produksi menyebabkan berkurangnya persediaan. Keadaan seperti ini biasanya terjadi jika perusahaan berfungsi sebagai pemasok dan sekaligus pemakai, yaitu memproduksi komponen dan menggunakannya dalam memproduksi suatu barang. Kasus seperti ini menjadi tidak sesuai jika menggunakan model EOQ dasar. Diperlukan suatu model tersendiri yang disebut sebagai model persediaan dengan penerimaan bertahap (gradual replacement model). Pada gambar 2.5 seumpama suatu item persediaan diproduksi dengan kecepatan sebesar p unit per hari,

37 37 sedangkan penggunaan item itu sebesar d unit per hari. Diasumsikan bahwa kecepatan penerimaan barang melebihi kecepatan pemakaian barang maka persediaan akan bertambah sampai produksi mencapai Q. Dalam situasi ini, tingkat persediaan tidak akan setinggi Q seperti dalam model dasar tetapi lebih rendah, demikian pula, slope dari pertambahan persediaan tidaklah vertikal tetap miring. Ini karena pesanan tidak diterima semua secara sekaligus melainkan secara bertahap. Jika produksi dan penggunaan seimbang maka tidak akan ada persediaan persediaan karena semua output produksi langsung digunakan. Periode tp dapat disebut sebagai periode dimana terjadi produksi sekaligus penggunaan, sedangkan td merupakan periode penggunaan saja. Pada saat tp persediaan terbentuk dengan kecepatan yang tetap sebesar selisih antara produksi dengan penggunaan. Pada saat produksi terjadi, persediaan akan terus terakumulasi. Pada saat produksi berakhir, persediaan mulai berkurang. Dengan demikian, tingkat persediaan maksimum terjadi pada saat berakhirnya produksi. Model itu digambarkan sebagai berikut : Tingkat persediaan Akumulasi Produksi Q Ukuran Run Persediaan Maksimum Waktu tp td Gambar 2.5 Metode Persediaan dengan Penerimaan Bertahap

38 38 Dalam metode ini digunakan beberapa notasi sebagai berikut: Q : Jumlah pesanan H : Biaya penyimpanan per unit per tahun p : Rata-rata produksi per hari d : Rata-rata kebutuhan/ penggunaan per hari t : Lama production run, dalam hari Biaya Total dapat dihitung sebagai berikut : Biaya Total = Biaya setup + Biaya Penyimpanan Rumus biaya setup sama dengan biaya pemesanan dalam model EOQ dasar yaitu (D/Q)S. Contoh kasus: PT. Bonito merupakan industri sepatu wanita yang sedang berkembang. Jumlah permintaan sepatu kantor sebesar unit per tahun, atau rata-rata 40 unit/ hari. Sol sepatu dibuat sendiri dari kulit dengan kecepatan produksi 60 unit/ hari. Biaya set-up untuk pembuatan sol sepatu sebesar Rp36.000, sedangkan biaya penyimpanan diperkirakan sebesar Rp6.000 per unit/tahun. Berdasarkan data di atas dapat diketahui : D = unit/tahun d = 40 unit/hari p = 60 unit/hari S = Rp per set-up H = Rp6.000 per unit/tahun Penyelesaian :

39 39 Jumlah pesanan optimal: Q* = ( 2 D S h (1 d/p) (10.000)(36.000) ) = (2 ) = 600 unit (1 40/60) Persediaan maksimum: I maks = Q ( 1 d / p ) = 600 ( 1 40/60 ) = 200 unit Biaya Total pertahun : TC = D S + Q (1 d ) H = (1 ) = Rp ,- Q 2 p Waktu siklus = Q/d = 600/40 = 15 hari Waktu run = Q/p = 600/60 = 10 hari. Jadi, kesimpulan pada contoh kasus tersebut ialah untuk dapat memenuhi permointaan konsumen PT. Bonito melakukan jumlah pemesanan optimal sebanyak 600 unit dimana persediaan maksimum yang dilakukan adalah sebanyak 200 unit dengan total biaya pertahun sebesar Rp ,-. Adapun waktu siklus selama 15 hari dan waktu run selama 10 hari Klasifikasi ABC Dalam Persediaan Pengendalian persediaan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan menggunakan analisis nilai persediaan. Dalam analisis ini, persediaan dibedakan berdasarkan nilai investasi yang terpakai dalam satu periode. Biasanya, persediaan dibedakan dalam tiga kelas, yaitu A, B, dan C, sehingga analisis ini dikenal sebagai klasifikasi ABC. Klasifikasi ABC diperkenalkan oleh HF Dickie pada tahun 1950-an.

40 40 Menurut Menurut Eddy Herjanto (2012:239) Klasifikasi ABC merupakan aplikasi persediaan yang menggunakan prinsip pareto: the critical few and the trivial many. Idenya untuk memfokuskan pengendalian persediaan kepada item (jenis) persediaan yang bernilai tinggi (critical) daripada yang bernilai rendah (trivial). Klasifikasi ABC membagi persediaan dalam tiga kelas berdasarkan atas nilai persediaan. Dengan mengetahui kelas-kelas tersebut, dapat diketahui item persediaan tertentu yang harus mendapat perhatian lebih intensif/ serius dibandingkan item yang lain. Yang dimaksud dengan nilai dalam klasifikasi ABC bukan harga persediaan per unit, melainkan volume persediaan yang dibutuhkan dalam satu periode (biasanya satu tahun) dikalikan dengan harga per unit. Jadi, nilai investasi adalah jumlah nilai seluruh item pada satu periode. Suatu item tertentu dikatakan lebih penting dari item yang lain, karena item itu memiliki nilai investasi yang lebih tinggi. Konsekuensinya, item itu mendapat perhatian lebih besar dibandingkan item lain yang memiliki nilai investasi lebih rendah. Namun, tidak berarti item yang memiliki nilai investasi rendah tidak perlu diperhatikan, hanya saja pengendaliannya tidak seketat yang memiliki nilai investasi yang tinggi. Kriteria masing-masing kelas dalam klasifikasi ABC, sebagai berikut : 1. Kelas A, Persediaan yang memiliki nilai volume tahunan rupiah yang tinggi. Kelas ini mewakili sekitar 70% dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya hanya sedikit, bisa hanya 20% dari seluruh item. Persediaan yang termasuk dalam kelas ini memerlukan perhatian yang tinggi dalam

Manajemen Persediaan

Manajemen Persediaan Manajemen Persediaan 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 A B C 20 40 60 80 100 100 80 60 40 20 Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc. Program Studi Agribisnis FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI Persediaan Pengertian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Definisi Persediaan Persediaan adalah stok atau simpanan barang-barang. Biasanya, banyak dari barang-barang yang disimpan perusahaan dalam persediaan berhubungan

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

Manajemen Persediaan (Inventory Management) Manajemen Persediaan (Inventory Management) 1 A. PERSEDIAAN (INVENTORY) Persediaan adalah bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu misalnya untuk proses produksi atau

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan : stok dari elemen-elemen/item-item untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang atau bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan Menurut Pardede (2005), persediaan (inventory) adalah sejumlah barang atau bahan yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu di masa yang akan datang. Sediaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Kajian pustaka ini menguraikan tentang teori-teori dan pengertianpengertian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Kajian pustaka ini menguraikan tentang teori-teori dan pengertianpengertian BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka ini menguraikan tentang teori-teori dan pengertianpengertian yang mendukung penelitian ini, teori-teori dan pengertian yang

Lebih terperinci

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI INVENTORY MANAGEMENT MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI Manajemen Persediaan Manajemen persediaan merupakan suatu cara untuk mengelola dan mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat sehingga

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan Persediaan merupakan komponen penting dalam suatu kegiatan produksi maupun distribusi suatu perusahaan. Persediaan digunakan sebagai cadangan atau simpanan pengaman

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad, SE, MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pengelolaan Persediaan Materi Pembelajaran Persediaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pentingnya Persediaan Bagi Perusahaan Suatu perusahaan akan selalu mempunyai persediaan, baik persediaan berupa persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi ataupun persediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai pendukung teori adanya penelitian ini. Teori-teori yang menjadi bahan rujukan berkaitan tentang manajemen

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ II.1 Pengertian Persediaan Persediaaan adalah semua sediaan barang- barang untuk keperluan menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh :

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh : ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA Oleh : Boys Bidil Noor Fakultas Ekonomi, Univeritas 17 agustus Samarinda Email : boy.aidil@gmail.com ABSTRAKSI Penelitian ini untuk bertujuan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN PERSEDIAAN: BAHAN / BARANG YG DISIMPAN & AKAN DIGUNAKAN UTK MEMENUHI TUJUAN TERTENTU MISAL UTK PROSES PRODUKSI / PERAKITAN, UNTUK DIJUAL KEMBALI & UTK SUKU CADANG DR SUATU PERALATAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode tertentu, atau persediaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Menentukan Jumlah Persediaan dengan Asumsi Seluruh Data Tetap Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen SEKILAS MENGENAI PERSEDIAAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Fungsi Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pengertian persediaan menurut Handoko (1996) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumberdaya-sumberdaya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR. : Manajemen Operasional Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR. : Manajemen Operasional Agribisnis Mata Kuliah Semester PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis : IV Pertemuan Ke : 12 Pokok Bahasan : Perencanaan Persediaan Dosen :

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 1.8 Persediaan 2.1.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi tiap saat di bidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN PENGERTIAN Persediaan : - Segala sesuatu/sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan - Sekumpulan produk phisikal pada berbagai tahap proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Semua jenis perusahaan baik itu perusahaan manufaktur, perusahaan jasa dan perusahaan dagang memiliki persediaan sebagai aktiva lancar. Persediaan bagi perusahaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis MANAJEMEN KEUANGAN Modul ke: 12 Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Keuangan www.mercubuana.ac.id Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D.,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Persediaan Menurut Jacob, Chase, Aquilo (2009: 547) persediaan merupakan stok dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk produksi. Sedangkan

Lebih terperinci

Persediaan. by R.A.H

Persediaan. by R.A.H Persediaan by R.A.H MANAJEMEN PERSEDIAAN PENGERTIAN Persediaan adalah bahan atau barang yg disimpan yg akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Manajemen produksi terdiri dari dua kata yaitu manajemen dan produksi maka dari itu sebelum mengetahui mengenai manajemen produksi

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory control), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dipengaruhi oleh pengendalian persediaan (inventory), karena hal

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dipengaruhi oleh pengendalian persediaan (inventory), karena hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada hakikatnya setiap perusahaan baik jasa maupun perusahaan produksi selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah: 10 2.1. Persediaan 2.1.1. Pengertian Persediaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam perusahaan setiap manajer operasional dituntut untuk dapat mengelola dan mengadakan persediaan agar terciptanya efektifitas

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN ILHAM SUGIRI HAMZAH KARIM AMRULLAH ARIE TINO YULISTYO

MANAJEMEN PERSEDIAAN ILHAM SUGIRI HAMZAH KARIM AMRULLAH ARIE TINO YULISTYO MANAJEMEN PERSEDIAAN ILHAM SUGIRI HAMZAH KARIM AMRULLAH ARIE TINO YULISTYO Persediaan : PENGERTIAN - Segala sesuatu/sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan

Lebih terperinci

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan Petunjuk Sitasi: Fatimah, Syukriah, & Nurul, A. (2017). Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. H137-142). Malang: Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi telah membuat bisnis di Indonesia sangat berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan sebuah solusi yang tepat agar dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan 2.1.1 Uji Kenormalan Liliefors Perumusan ilmu statistika juga berguna dalam pengendalian persediaan dan biasanya digunakan untuk mengetahui pola distribusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Penilaian atas persediaan akan memberikan akibat langsung terhadap penentuan income dan penyajian arus kas. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY II. 1. Persediaan II. 1. 1. Pengertian Persediaan Setiap perusahaan baik perusahaan jasa, perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur selalu berusaha untuk mengadakan persediaan.

Lebih terperinci

Pengelolaan Persediaan

Pengelolaan Persediaan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya persediaan. Biaya-biaya yang berhubungan dengan persediaan. Pengolahan persediaan dengan teknik ABC dan EOQ Fakultas EKONOMI Program

Lebih terperinci

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY A. Penentuan Ukuran Pemesanan (Lot Sizing) Lot sizing merupakan teknik dalam meminimalkan jumlah barang yang akan dipesan, sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara agraris, pengendalian persediaan merupakan fungsi-fungsi yang sangat penting, karena dalam persediaan melibatkan Investasi rupiah terbesarnya

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ir. Rini Anggraini

Lebih terperinci

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN #14 MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan adalah bahan atau barang yang dismpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya: untuk digunakan dalam proses produksi/perakitan atau dijual kembali.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pada setiap perusahaan, baik perusahaan kecil, perusahaan menengah maupun perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Fungsi Pengendalian Persediaan Masalah pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi oleh perusahaan. Kekurangan bahan baku akan mengakibatkan adanya

Lebih terperinci

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT) Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT) Objektif: 12. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan jenis-jenis persediaan. 13. Mahasiswa dapat menghitung biaya-biaya dalam persediaan. 14.

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN MANAJEMEN KEUANGAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Helsinawati, SE, MM Bisnis

MODUL PERKULIAHAN MANAJEMEN KEUANGAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Helsinawati, SE, MM Bisnis MODUL PERKULIAHAN MANAJEMEN KEUANGAN MANAJEMEN PERSEDIAAN Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi dan Manajemen 84008 Helsinawati, SE, MM Bisnis S! 12 Abstract Berdasarkan Analisa

Lebih terperinci

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN #14 MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan adalah bahan atau barang yang dismpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya: untuk digunakan dalam proses produksi/perakitan atau dijual kembali.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Manajemen Persediaan Setiap perusahaan apakah itu perusahan perdagangan ataupun manufaktur serta jasa selalu mengadakan persediaan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Produksi, diartikan sebagai kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaat atau penciptaan faedah baru. Faedah atau manfaat ini dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan adalah bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi, bahan penolong yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Definisi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan (Iventory) Persedian (Iventory) merupakan salah satu komponen yang mempunyai peranan penting dalam suatu perusahaan. Setiap perusahaan biasanya memiliki persediaan

Lebih terperinci

MODEL PERSEDIAAN DETERMINISTIK STATIS WAKHID AHMAD JAUHARI TEKNIK INDUSTRI UNS 2015

MODEL PERSEDIAAN DETERMINISTIK STATIS WAKHID AHMAD JAUHARI TEKNIK INDUSTRI UNS 2015 MODEL PERSEDIAAN DETERMINISTIK STATIS WAKHID AHMAD JAUHARI TEKNIK INDUSTRI UNS 2015 Pendahuluan Model ini terjadi apabila seluruh variabel dan faktornya bersifat pasti dimana secara statistik ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan usahanya, perusahaan sebagai suatu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan usahanya, perusahaan sebagai suatu organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai tujuan usahanya, perusahaan sebagai suatu organisasi memerlukan pengelolaan yang baik terhadap seluruh kegiatan atau fungsi yang kegiatannya ada dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Dalam perancangan sistem terlebih dahulu harus mengerti sub sistem. Sub sistem yaitu serangkaian kegiatan yang dapat ditentukan identitasnya, yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. masalah atas apa yang diteliti, untuk mencapai tujuan dari penelitian ini perlu

BAB III METODE PENELITIAN. masalah atas apa yang diteliti, untuk mencapai tujuan dari penelitian ini perlu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Penelitian pada dasarnya untuk menunjukkan kebenaran dan memecahkan masalah atas apa yang diteliti, untuk mencapai tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

(2004) dengan penelitian yang diiakukan oleh penulis adalah metode pemecahan

(2004) dengan penelitian yang diiakukan oleh penulis adalah metode pemecahan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu Dari hasil kajian penelitian terdahulu mi dapat ditemukan kebaikan dan kelemahan penelitian terdahulu, serta untuk mengetahui hubungan antara penelitian

Lebih terperinci

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN 10.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Persediaan Perusahaan Manufaktur pada umumnya mempertahankan 3 jenis persediaan: a. Persediaan Bahan Baku, Faktor- faktor yang

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) PADA WAROENG JEANS CABANG P. ANTASARI SAMARINDA

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) PADA WAROENG JEANS CABANG P. ANTASARI SAMARINDA ejournal Administrasi Bisnis, 2018, 6 (1): 15-27 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id Copyright 2018 ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN PERSEDIAAN: TIPE, MANFAAT DAN BIAYA Jenis Persediaan: a. Persediaan bahan mentah. Bahan mentah adalah bahan yang akan digunakan untuk memproduksi barang dagangan. b. Persediaan barang

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Selama kurang lebih 1 (satu) bulan terhitung sejak 05 Juli s/d 13 Agustus 2010 penulis melaksanakan kerja praktek di Balai Besar Bahan

Lebih terperinci

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN #14 MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan adalah bahan atau barang yang dismpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya: untuk digunakan dalam proses produksi/perakitan atau dijual kembali.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ Hanna Lestari, M.Eng 1 Masalah produksi merupakan hal penting bagi perusahaan karena berkaitan dengan pencapaian laba perusahaan. Jika proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses

Lebih terperinci

#12 MANAJEMEN PERSEDIAAN

#12 MANAJEMEN PERSEDIAAN #12 MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan adalah bahan atau barang yang dismpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya: untuk digunakan dalam proses produksi/perakitan atau dijual kembali.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PERENCANAAN. 2.1.1 Pengetian Perencanaan Efektivitas adalah faktor yang sangat penting bagi perusahaan untuk mencapai kesuksesan dalam jangka panjang. Sukses perusahaan dapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Management Menurut Anton (2010:13), manajemen adalah ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manuasia secara efektif, dengan didukung oleh sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya perusahaan-perusahaan di berbagai bidang. Hal ini mendorong banyak pengusaha untuk lebih

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Uji Kenormalan Lilliefors Perumusan ilmu statistik juga berguna dalam pengendalian persediaan untuk menentukan pola distribusi.pola distribusi tersebut dapat diketahui dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia industri semakin maju, hal itu terbukti dengan banyaknya bermunculan industri-industri baru yang memproduksi berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. optimal sesuai dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. optimal sesuai dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memasuki perkembangan dunia ekonomi yang semakin luas saat ini, setiap perusahaan yang tumbuh dan berkembang memerlukan suatu pengendalian intern persediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan yang ketat antar perusahaan baik perusahaan nasional maupun perusahaan asing yang diakibatkan oleh faktor globalisasi menuntut perusahaan untuk dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Definisi sistem menurut Connoly dan Begg (2005) adalah mendeskripsikan ruang lingkup dan batasan dari aplikasi sistem basis data dan sudut pandang user yang

Lebih terperinci

Manajemen Produksi dan Operasi. Inventory M-4

Manajemen Produksi dan Operasi. Inventory M-4 Manajemen Produksi dan Operasi Inventory M-4 1 2 PENGERTIAN PERSEDIAAN Persediaan merupakan bagian dari modal kerja yang tertanam dalam bahan baku, barang setengah jadi, maupun berupa barang jadi tergantung

Lebih terperinci

Persediaan. Ruang Lingkup. Definisi. Menetapkan Persediaan. Keuntungan & Kerugian Persediaan

Persediaan. Ruang Lingkup. Definisi. Menetapkan Persediaan. Keuntungan & Kerugian Persediaan EMA402 - Manajemen Rantai Pasokan EMA-402 Manajemen Rantai Pasokan Materi #11 Manajemen Persediaan Definisi Persediaan Sekumpulan produk fisik pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah

Lebih terperinci

INVESTASI DALAM PERSEDIAAN

INVESTASI DALAM PERSEDIAAN INVESTASI DALAM PERSEDIAAN Persediaan (Inventory) mrpk elemen utama dari Modal Kerja karena : 1. Jml persediaan paling besar dj dibanding dg Modal Kerja lainnya 2. Aktiva yg selalu dlm keadaan berputar,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses. Persediaan diterjemahkan dari kata inventory yang merupakan jenis

BAB II LANDASAN TEORI. jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses. Persediaan diterjemahkan dari kata inventory yang merupakan jenis BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Persediaan didefinisikan sebagai barang jadi yang disimpan atau digunakan untuk dijual pada periode mendatang, yang dapat berbentuk bahan baku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laju perekonomian yang semakin meningkat dan tingkat persaingan yang semakin tajam, suatu perusahaan harus lebih giat dalam mencapai tujuan. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. a. Pengertian Persediaan. 2) Persediaan Barang Dalam Proses. 2) Persediaan Barang Jadi

MANAJEMEN PERSEDIAAN. a. Pengertian Persediaan. 2) Persediaan Barang Dalam Proses. 2) Persediaan Barang Jadi MANAJEMEN PERSEDIAAN a. Pengertian Persediaan Perusahaan yang melakukan usahanya dalam bidang pengolahan, komponen perusahaan merupakan komponen pokok yang harus mendapatkan perhatian secara penuh. Perusahaan

Lebih terperinci

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi 1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi roti dan bermacam jenis kue basah. Bahan baku utama yang

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN M A N A J E M E N O P E R A S I O N A L M I N G G U K E S E P U L U H B Y. M U H A M M A D W A D U D, S E., M. S I. F A K U L T A S E K O N O M I U N I V.

Lebih terperinci

INVENTORY. (Manajemen Persediaan)

INVENTORY. (Manajemen Persediaan) INVENTORY (Manajemen Persediaan) Pendahuluan Yaitu: Segala sesuatu/sumber-sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan Sekumpulan produk phisikal pada berbagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEOI 2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Inventory atau Persediaan Inventory adalah item atau material yang dipakai oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk menjalankan bisnisnya[10]. Persediaan adalah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian dan Tujuan Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan perdagangan ataupun pabrik selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory controll), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif

BAB IV METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis/Disain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Kuantitatif. Deskriptif yaitu menganalisa, mengendalikan dan mendiskripsikan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Manajemen Produksi 1.1.1 Pengertian Proses Produksi Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan kerja sering kita dengar mengenai apa yang

Lebih terperinci

Persediaan adalah barang yang sudah dimiliki oleh perusahaan tetapi belum digunakan

Persediaan adalah barang yang sudah dimiliki oleh perusahaan tetapi belum digunakan Persediaan adalah barang yang sudah dimiliki oleh perusahaan tetapi belum digunakan Persediaan merupakan faktor yang penting dalam mencapai tujuan perusahaan, karena kekurangan/kelebihan persediaan akan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: 04Fakultas Ekonomi dan Bisnis Penentuan Jumlah Persediaan: - Pengenalan Model Deterministik - Aplikasi Model Deterministik dalam Pemesanan Dr. Sawarni Hasibuan, M.T. Program

Lebih terperinci