MAQASHID SYARI AH (SUATU PERBANDINGAN) MARYANI, S. Ag, MHI ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAQASHID SYARI AH (SUATU PERBANDINGAN) MARYANI, S. Ag, MHI ABSTRAK"

Transkripsi

1 1 MAQASHID SYARI AH (SUATU PERBANDINGAN) MARYANI, S. Ag, MHI ABSTRAK Hukum Islam memiliki tujuan mewujudkan kemaslahatan manusia di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Untuk mengetahui dan menyelami tentang tujuan penetapan hukum syari at (maqashid al-syari ah), maka muncullah berbagai metode istinbath hukum yang dibuat oleh para ulama ushul. Maqashid alsyari ah adalah tujuan-tujuan yang hendak dicapai dari suatu penetapan hukum. Menurut al-syatibi, pengetahuan dan pemahaman maqashid al-syari ah merupakan aspek penting dalam melakukan ijtihad. Kegunaan mengetahui maqashid al-syari ah ini adalah dalam rangka menjawab persoalan-persoalan yang berkembang dan tidak diatur secara tegas dalam al-qur an dan al-hadits. Kata Kunci: maqashid, al-syari ah A. Pendahuluan Hukum Islam berasal dari wahyu Tuhan dan bersifat konstan. Ia diwujudkan dalam al-qur an sebagai firman Tuhan dan al-sunnah sebagai sabda Rasul SAW. dalam tataran idealis manusia diwajibkan untuk bertahkim kepada Tuhan. Namun, karena hukum-hukum itu mengatur dan merealisir kemaslahatan manusia, ia harus pula menyesuaikan kepada situasi dan kondisi masyarakat manusia, ia harus pula menyesuaikan kepada situasi dan kondisi masyarakat dalam lingkungan-lingkungan hukumnya. Dalam ilmu sosiologi hukum, hukum dalam posisi di atas dituntut dapat memainkan peranan ganda yang sangat penting. Pertama, hukum dapat dijadikan sebagai alat kontrol sosial terhadap perubahan-perubahan yang berlangsung dalam kehidupan manusia. Kedua, hukum dapat dijadikan alat rekayasa sosial, 1 dalam rangka mewujudkan kemaslahatan umat manusia sebagai tujuan hakiki hukum itu sendiri. Tujuan yang demikian itu terdapat pada semua sistem hukum termasuk hukum Islam. Sebagai suatu sistem hukum yang berdasarkan wahyu, hukum Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Jakarta: Rajawali Pers, 1980, hal.

2 2 Islam memiliki tujuan mewujudkan kemaslahatan manusia di dunia dan kebahagiaan di akhirat. 2 Untuk mengetahui dan menyelami tentang tujuan penetapan hukum syari at (maqashid al-syari ah), maka muncullah berbagai metode istinbath hukum yang dibuat oleh para ulama ushul. Di antara berbagai metode ijtihad tersebut adalah qiyas, istislah, istishhab, istihsan, dan urf. Pada dasarnya, metode-metode tersebut dalam prakteknya didasarkan atas konsep maqashid al-syari ah. Apabila ditelusuri, ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, tampaknya perhatian terhadap maqashid al-syari ah dalam pembentukan hukum sudah muncul. Sebagai contoh dalam sebuah hadits, Nabi pernah melarang kaum muslimin menyimpan daging kurban, kecuali dalam batas tertentu sekedar perbekalan untuk waktu tiga hari. Namun selang beberapa tahun, ketentuan yang diberikan Nabi dilanggar oleh beberapa orang sahabat. Permasalahan ini dikemukakan kepada Nabi, pada waktu itu, Nabi membenarkan tindakan para sahabat sembari menjelaskan bahwa hukum pelarangan penyimpanan daging kurban itu didasarkan atas kepentingan aldaffah (tamu yang terdiri dari orang-orang miskin yang datang dari perkampungan Badwi ke kota Madinah). Sekarang kata Nabi, simpanlah daging-daging kurban itu karena tidak ada lagi tamu yang membutuhkannya. 3 Dalam perkembangan pemikiran hukum Islam (Ushul Fiqh), walau tidak menyebutkan istilah, maqashid al-syari ah, dapat diduga maqashid alsyari ah dikembangkan dalam penerapan konsep qiyas, yakni dalam kaitannya dengan masalik al- illah. Corak seperti ini dapat ditelusuri seperti dalam al- Risalah karya al-syafi i ( H), al-burhan karya al-juwaini, al- Mustashfa karya al-ghazali, dan al-mu tamad karya Abu al-hasan al-bisri. 4 Perkembangan pemahaman dan perhatian terhadap maqashid al-syari ah 2 Muhammad Muslehuddin, Islamic Jurisprudence and The Rule of Necessity and Need, terj. Ahmad Tafsir, Bandung: Pustaka, 1985, hal Malik bin Anas, al-muwatha, Beirut: Dar Kutub al-ilmiyah, tt, hal Lihat juga Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqashid Syari ah menurut al-syatibi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996, hal Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqashid..., hal. 7.

3 3 secara khusus muncul pada abad ke-8 H oleh al-syatibi (w. 790 H) dengan karya monumentalnya al-muwafaqat fi Ushul al-syari ah. Pemahaman terhadap maqashid al-syari ah dalam rangka istinbath hukum adalah sesuatu yang penting, khususnya terhadap persoalan-persoalan yang tidak terdapat (secara eksplisit) dalam al-qur an. Al-Sunnah, dan Ijma. Untuk mengetahui bagaimana konsep maqashid al-syari ah ini, maka penulis mencoba mengkaji persoalan yang berkenaan dengan pemahaman terhadap maqashid al-syari ah di kalangan ulama ushul. B. Pengertian dan Dasar Maqashid al-syari ah Secara bahasa, maqashid al-syari ah terdiri dari dua kata, yakni maqashid dan syari ah. Maqashid adalah bentuk jamak dari maqshid yang berarti kesengajaan atau tujuan. Syari ah secara bahasa berarti jalan menuju sumber air. Jalan menuju sumber air ini dapat juga dikatakan sebagai jalan ke arah sumber pokok kehidupan. 5 Menurut istilah maqashid al-syari ah adalah kandungan nilai yang menjadi tujuan pensyari atan hukum. Al-Syatibi mempergunakan kata-kata yang berbeda-beda berkaitan dengan maqashid al-syari ah. Kata-kata itu adalah maqashid al-syari ah, maqashid al-syari yyah fi al-syari ah, dan maqashid min syar i al-hukm. 6 Istilah-istilah ini pada dasarnya mempunyai pengertian yang sama, yaitu tujuan hukum yang diturunkan Allah SWT. Jadi, maqashid al-syari ah adalah tujuan-tujuan yang hendak dicapai dari suatu penetapan hukum. Kajian terhadap maqashid al-syari ah ini sangat penting dalam upaya ijtihad hukum. Karenanya, ia dapat dijadikan landasan penetapan hukum. Pertimbangan ini menjadi suatu keharusan bagi masalahmasalah yang tidak ditemukan ketegasannya dalam nash. Penekanan maqashid al-syari ah dalam penetapan hukum didasarkan kepada ayat-ayat al-qur an yang menunjukkan bahwa hukum-hukum Tuhan Fazlurrahman, Islam, terj. Ahsin Muhammad, Bandung Pustaka, 1984, hal Al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Ushul al-syari ah, Kairo Mustafa Muhammad, tt, hal. 21, 23,

4 4 mengandung kemaslahatan. Seperti yang tersebut dalam QS. An-Nisa : 165 yang artinya adalah: Mereka kami utus selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan dalam QS. Al- Dzurriyat : 56 yang artinya adalah: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembahku. C. Pandangan Ulama tentang Maqashid al-syari ah Di kalangan ulama dalam memandang pentingnya mengetahui maqashid al-syari ah dalam menetapkan hukum, dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Kelompok yang berpendapat tidak perlunya mengetahui maqashid alsyari ah dalam penetapan hukum syara. Para ulama yang termasuk dalam kelompok pertama ini adalah Syi ah Imamiyah dan mazhab Zahiriyah. Menurut al-zahiri, bahwa memang segala nash itu adalah ma qulat al-ma na dalam artian mengandung kemaslahatan bagi hamba. Namun demikian, tiap-tiap nash itu harus dibatasi pada maudhu nya sendiri, tidak melampaunya dan tidak perlu diperhatikan illat yang dipetik daripadanya, walaupun kita wajib beri tikad bahwa di dalam illat itu terdapat maslahat di dunia dan akhirat. 7 Sementara itu, mazhab Syi ah Imamiyah menolak qiyas, kemudian mereka juga menolak istihsan dan istishlah dengan jalan aulawiyah (mengutamakan). Hal ini karena mereka menjadikan tafsir dan ijtihad para imam mereka pada posisi nash-nash syari at. Mereka beralasan bahwa imam mereka adalah ma shum (terpelihara) dari maksiat, kesalahan, dan kelupaan, baik urusan lahir maupun urusan batin, baik sebelum keimanan maupun sesudahnya. Eksistensi imam ma shum membuat mereka tidak memerlukan qiyas, karena perkataannya adalah hujjah sebagai konsekuensi dari kema shumannya. Dengan demikian, mereka juga tidak 7 T.M. Hasbi ash-shiddieqy, Pokok-pokok Pegangan Imam Mazhab, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997, hal

5 5 membutuhkan pentingnya mengetahui maqashid al-syari ah dalam penetapan hukum. Sebagian fuqaha berpendapat, mazhab Zahiri lahir dari mazhab Syafi i, karena Daud al-zahir termasuk murid al-syafi i, hanya saja Daud menolak illat nash dan makna-maknanya. Daud pernah ditanya, mengapa ia berbeda dengan imam Syafi i dalam masalah qiyas? Daud menjawab: Saya mengambil dalil-dalil Syafi i dalam menolak istihsan, kemudian saya menemukan dalam dalil-dalil tersebut (sesuatu) yang dapat berguna untuk menolak qiyas Ulama yang dalam istilah khusus tidak menyatakan pentingnya mengetahui maqashid al-syari ah dalam penetapan hukum, namun dari segi praktek metodologis yang digunakan mereka dalam istinbath hukum, tidak terlepas dari konsep maqashid al-syari ah. Para ulama yang termasuk dalam kelompok kedua ini adalah mayoritas ulama yakni: Hanafiyah, Malikiyah, Syafi iyah, Hanabilah, Syi ah Zaidiyah, Ibadhiyah, 9 dan Khawarij. 10 Abu Hanifah dan para pengikutnya merupakan kelompok yang banyak berpegang dan mengamalkan istihsan dan istishlah. Mereka menetapkan istihsan di atas aturan yang sistematis, yaitu ketika perlu meluruskan kejahatan, dan dengan melihat maksud umum syari at (maqashid al-syari ah) dalam menegakkan keadilan dan kemaslahatan. Sementara itu Mazhab Maliki sangat populer dengan menganggap maslahat mursalat sebagai sumber tersendiri. Namun, maslahat mursalat yang dikemukakan oleh Maliki diperjelas oleh pengikutnya, al-syatibi dengan memberikan tiga batasan yang dapat menghilangkan 8 Mushtafa Ahmad al-zarqa, al-istishlah wa al_mashalih al-mursalah fi al-syari ah al- Islamiyah wa Ushul Fiqh, ter. Ade Dedi Rohayana, Jakarta: Riora Cipta, 2000, hal Mazhab Ibadhiyah dihubungkan dengan syekh mazhabnya, Abdullah bin Ibadh (w. 85/86 H). Ia belajar ilmu dari Jabir bin Zaid, termasuk tokoh tabi in yang berguru kepada Ibnu Abbas, Bukhari, dan Muslim. Ibadhiyah membangun mazhabnya dari fiqh Jabir bin Zaid. Sebagian tokoh kontemporer menganggap mazhab Ibadhiyah masuk ke dalam mazhab Khawarij. Namun, kaum Ibadhiyah yang ada sekarang di Aljazair, Tunisia, dan Oman menolak pendapat yang mengatakan bahwa mereka adalah Khawarij. Lihat Ibid, hal. 86, Ibid, hal

6 6 kekhawatirannya dan mencegah kekacauan berpikir dari jalannya, sehingga kriteria maslahat tidak mengikuti hawa nafsu dan syahwat. Tiga batasan itu kemudian menjadi syarat-syarat maslahat yang dapat diamalkan dalam mazhab Maliki, yaitu: a) harus adanya kesesuaian antara maslahat yang diperhatikan dengan maqashid al-syari ah, b) harus berkaitan dengan perkara-perkara yang ma qulat yang menurut syara didasarkan kepada pemeliharaan terhadap maslahat, c) hasil maslahat dikembalikan kepada pemeliharaan terhadap perkara yang dlaruri menurut syara dan meniadakan kesempitan dalam agama. 11 Meskipun Imam Syafi i menolak istihsan, tetapi ia tidak mengingkari perlunya mengetahui maqashid al-syari ah. Karena dalam penggunaan qiyas, khususnya dalam penentuan illat, maka illat tidak mungkin bertentangan dengan maqashid al-syari ah, bahkan harus selalu berupaya merealisasikan maqashid al-syari ah. Begitu pula dengan konsep istislah ulama Hanabilah, di mana unsur maqashid al-syari ah dalam rangka penentuan arah kemaslahatan tetap menjadi perhatian. Mazhab Syi ah Zaidiyah lebih dekat kepada mazhab Ibadhiyah dan Khawarij juga menggunakan metodologi istinbath hukum dengan istihsan dan maslahat mursalat. Dengan demikian, para ulama tersebut secara tidak langsung mengakui keberadaan maqashid al-syari ah, meskipun tidak menjadi istilah yang berdiri sendiri. 3. Kelompok yang secara tegas menyatakan istilah maqashid al-syari ah dan menjadi syarat yang menentukan dalam penetapan hukum Islam. Ulama kelompok ketiga ini, yakni al-syatibi (ulama abad ke-8 H) yang memberikan penjelasan yang luas dalam kitabnya al-muwafaqat fi Ushul al-syari ah. Menurut al-syatibi, dalam upaya pemahaman maqashid al-syari ah para ulama terbagi kepada tiga kelompok, yaitu: a. Ulama yang berpendapat, bahwa maqashid al-syari ah adalah suatu yang abstrak, tidak dapat diketahui kecuali melalui petunjuk Tuhan s Ibid, hal

7 7 dalam bentuk zahir lafal yang jelas. Petunjuk itu tidak memerlukan penelitian yang pada gilirannya bertentangan dengan kehendak bahasa. Petunjuk dalam bentuk zahir lafal itu, baik disertai ungkapan bahwa taklif tidak berkaitan dengan kemaslahatan hamba, atau sebaliknya, dengan menyatakan keharusan urgensi kemaslahatan. Pandangan ini menolak analisis dalam bentuk qiyas. Kelompok ini disebut ulama Zahiriyah. b. Ulama yang tidak menempuh pendekatan zahir lafal dalam mengetahui maqashid al-syari ah. Kelompok ini terbagi kepada dua, pertama, ulama al-batiniyah, yakni ulama yang berpendapat bahwa maqashid al-syari ah bukan dalam bentuk zahir, dan bukan pula yang dipahami dari tunjukan zahir lafaz, tetapi yang ada di balik tunjukan zahir lafal, yang terdapat dalam semua aspek syari at. Kedua, ulama al-muttaqin fi al-qiyas, yakni ulama yang berpendapat bahwa maqashid alsyari ah harus dikaitkan dengan pengertian-pengertian lafal. c. Ulama yang melakukan penggabungan dua pendekatan (zahir lafal dan pertimbangan makna/ illat) dalam suatu bentuk yang tidak merusak pengertian zahir lafal dan tidak pula merusak kandungan makna illah, agar syari ah tetap berjalan secara harmonis tanpa kontradiksikontradiksi, kelompok ini disebut dengan ulama al-rasikhin. 12 Dalam hal ini, al-syatibi termasuk kepada kelompok yang ketiga, yang memadukan dua pendekatan. Menurut al-syatibi, pengetahuan dan pemahaman maqashid al-syari ah merupakan aspek penting dalam melakukan ijtihad. Orang yang berhenti pada zahir ayat atau pendekatan lafziyah serta terikat dengan nash yang juz iyah dan mengabaikan maksud-maksud pensyari atan hukum akan dihadapkan pada kekeliruan-kekeliruan dalam ijtihad. Di kalangan ulama ushul fiqh, tidak menyebutkan pengetahuan maqashid al-syari ah sebagai syarat bagi seseorang yang akan melakukan 12 Al-Syatibi, Op. Cit, hal

8 8 ijtihad dan sampainya seseorang pada tingkat mujtahid. Mengenai penting atau tidaknya pengetahuan terhadap maqashid al-syari ah ini terdapat dua kemungkinan keadaan yang terjadi bagi ulama terhadap maqashid al-syari ah, yaitu : 1. Ulama yang tidak memasukkan syarat mampu memahami maqashid alsyari ah sebagai syarat mutlak ijtihad, memasukkan syarat ini dalam syarat mengetahui atau memahami al-qur an dan Sunnah. Artinya, apabila seorang telah dapat memahami al-qur an dan Sunnah secara umum, diharapkan ia dapat mengetahui dan memahami maqashid al-syari ah yang terkandung dalam al-qur an dan al-sunnah. Maqashid al-syari ah hanya bisa diketahui melalui al-qur an dan al-sunnah al-sunnah yang merupakan khitab Syar i. 2. kemungkinan lain adalah bahwa ulama yang tidak menyebutkan istilah maqashid al-syari ah, mengharuskan seorang yang akan melakukan ijtihad, mengetahui qawa id al-kulliyah (kaidah-kaidah umum). Al- Ghazali misalnya, mengharuskan seorang yang ingin berijtihad melakukan penelitian lebih dahulu terhadap kaidah-kaidah umum serta memprioritaskannya dari hukum-hukum yang juziyyah (khusus). 13 Dari dua pandangan tentang maqashid al-syari ah di atas, dapat dikatakan bahwa ulama pada umumnya tidak menjadikan maqashid alsyari ah sebagai syarat yang menentukan. Bagi mereka maqashid al-syari ah dengan sendirinya termasuk dalam persyaratan umum memahami al-qur an dan Hadist serta pemahaman kaidah kulliyah. Oleh karenanya mereka menempatkan pertimbangan maqashid al-syari ah sebagai syarat altakmiliyah (penyempurna atau pelengkap), Pandangan ini sangat berbeda dengan al-syatibi yang menempatkan maqashid al-syari ah sebagai syarat yang sangat menentukan keberhasilan sebuah ijtihad. Dengan demikian, berkenaan dengan konsep maqashid al-syari ah ini, secara mayoritas ulama (kecuali Syi ah Imamiyah dan Zahiriyah) mengetahui 13 Asafri Jaya Bakri, Op. Cit, hal

9 9 keberadaannya, meskipun istilah yang digunakan berbeda-beda. Misalnya Fahmi Muhammad Ulwan mengatakan, bahwa pada prinsipnya konsep maslahat mursalat Imam Malik itu adalah identik dengan konsep maqashid al-syari ah menurut al-syatibi. 14 Begitu pula dengan konsep qiyas, istihsan, istishab, istislah, dan urf. Dan berkenaan dengan alasan-alasan masingmasing sama dengan alasan-alasan yang dikemukakan untuk mempertahankan masing-masing metodologi mereka. Berkenaan dengan konsep maqashid al-syari ah ini, menurut hemat penulis, pada dasarnya para ulama ushul setuju atau sepakat bahwa setiap wahyu Tuhan, baik dalam al-qur an maupun Hadits Nabi semuanya memiliki tujuan-tujuan tertentu, yang hanya Dialah sebagai al-syari mengetahuinya. Manusia hanya berusaha menyingkap kemungkinan-kemungkinan dari rahasia-rahasia di balik nash-nash tersebut yang tentunya tidak musti mutlak semuanya benar atau tidak musti pula mutlak semuanya salah. Yang jelas, kegunaan mengetahui maqashid al-syari ah ini adalah dalam rangka menjawab persoalan-persoalan yang berkembang dan tidak diatur secara tegas dalam al-qur an dan al-hadits. Dengan upaya pengenalan terhadap maqashid al-syari ah ini diharapkan hukum Islam bersifat dinamis, dan tidak mengalami kekosongan jawaban hukum terhadap suatu persoalan tertentu. D. Kesimpulan Demikianlah pembahasan tentang konsep maqashid al-syari ah dalam pandangan ulama ushul fiqh, di mana dalam pentingnya mengetahui maqashid al-syari ah dalam penetapan hukum, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama. Ada ulama yang menyatakan tidak penting mengetahui maqashid alsyari ah dalam rangka istinbath hukum, ada yang tidak secara tegas menyatakan pentingnya, dan ada pula ulama yang menyatakan sangat penting mengetahui maqashid al-syari ah. 14 Fahmi Muhammad Ulwan, Al-Qur an al-dlaruriyyah wa Mawashid al-tasyri al-islami, Mesir, : al-haiat al-mishriyah al- Ammah al-maktab, 1989, hal. 40.

10 10 Hukum dituntut dapat memainkan peranan ganda yang sangat penting. Pertama, hukum dapat dijadikan sebagai alat kontrol sosial terhadap perubahan-perubahan yang berlangsung dalam kehidupan manusia. Kedua, hukum dapat dijadikan alat rekayasa sosial. Maqashid al-syari ah adalah kandungan nilai yang menjadi tujuan pensyari atan hukum. Penekanan maqashid al-syari ah dalam penetapan hukum didasarkan kepada ayat-ayat al- Qur an yang menunjukkan bahwa hukum-hukum Tuhan mengandung kemaslahatan. Dalam konteks apakah pengetahuan terhadap maqashid al-syari ah menjadi syarat seorang dapat dikatakan sebagai mujtahid, mayoritas ulama tidak mensyaratkan pengetahuan terhadap maqashid al-syari ah sebagai syarat dalam ijtihad dan mujtahid. Mereka beranggapan pengetahuan tersebut cukup dan melekat dalam pemahaman terhadap al-quran dan Sunnah. Namun, al- Syatibi (tokoh ulama Malikiyah) menganggap pemahaman terhadap maqashid al-syari ah menjadi syarat ijtihad dan mujtahid, maka bila seseorang tidak mampu memahami maqashid al-syari ah, maka tingkatan mujtahidnya tidaklah sempurna. DAFTAR PUSTAKA

11 11 Al-Syatibi, Abu Ishaq, al-muwafaqat fi Ushul al-syaari ah, Kairo: Mustafa Muhammaf, tt. Ash-Shiddieqy, Hasbi ash-shiddieqy, Pokok-pokok Pegangan Imam Mazhab, Semarang: Pustaka rizki Putra, Bakri, Asafri Jaya, Konsep Maqashid Syari ah menurut al-syatibi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Fazlurrahman, Islam, terj. Ahsin Muhammad, Bandung: Pustaka, Ibn Anas, Malik, Al-Muwathha, Beirut: Dar Kutub al-ilmiyah, tt. Kurdi, Ahma al-hajj, al-madkhal al-fiqhi: al-qawa id al-kulliyah, Damsyik: Dar al-ma arif, Muslehuddin, Muhammad, Islamic Jurisprudence and The Rule of Necessity and Need, terj. Ahmad Tafsir, Bandung: Pustaka, Soekanto, Soerjono, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Jakarta: Rajawali Pers, Ulwan, Fahmi Muhammad, al-qiyam al-dlaruriyyah wa Maqashid al-tasyri al- Islami, Mesir: al-haiat al-mishriyah al- Amnah al-maktab, Zarqa, Musthafa Ahmad, al-istishlah wa al-mashalish al-mursalah fi al- al- Syari ah al-islamiyah wa Ushul Fiqh, terj. Ade Dedi Rohayana, Jakarta: Riora Cipta, 2000.

IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI

IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI BAB IV ANALISIS TERHADAP PANDANGAN IMAM SYAFI I DAN SYI> AH IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI PEWARIS NON MUSLIM A. Persamaan Pandangan Imam Syafi i dan Syi> ah Ima>miyah tentang Hukum

Lebih terperinci

KAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan

KAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan KAIDAH FIQHIYAH Pendahuluan Jika dikaitkan dengan kaidah-kaidah ushulliyah yang merupakan pedoman dalam mengali hukum islam yang berasal dari sumbernya, Al-Qur an dan Hadits, kaidah FIQHIYAH merupakan

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. iman.puasa adalah suatu sendi (rukun) dari sendi-sendi Islam. Puasa di fardhukan

BABI PENDAHULUAN. iman.puasa adalah suatu sendi (rukun) dari sendi-sendi Islam. Puasa di fardhukan 1 BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puasa Ramadhan adalah suatu pokok dari rangkaian pembinaan iman.puasa adalah suatu sendi (rukun) dari sendi-sendi Islam. Puasa di fardhukan atas umat islam yang mukallaf

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam Modul ke: Sumber Ajaran Islam Fakultas PSIKOLOGI Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Dian Febrianingsih, M.S.I Pengantar Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI A. Analisis Perhitungan Iddah Perempuan Yang Berhenti Haid Ketika

Lebih terperinci

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI A. Abdul Wahab Khallaf 1. Biografi Abdul Wahab Khallaf Abdul Wahab Khallaf merupakan seorang merupakan

Lebih terperinci

TEORI MAQASHID AL-SYARI'AH DALAM HUKUM ISLAM

TEORI MAQASHID AL-SYARI'AH DALAM HUKUM ISLAM TEORI MAQASHID AL-SYARI'AH DALAM HUKUM ISLAM Oleh : Ghofar Shidiq Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Islam Sultan Agung Abstrak Pembicaraan tentang maqashid al-syari'ah atau tujuan hukum Islam merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama yang sempurna, agama yang memberi rahmat bagi seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai bagi ummat manusia didalam

Lebih terperinci

Mazhab menurut bahasa: isim makan (kata benda keterangan tempat) dari akar kata dzahab (pergi) (Al-Bakri, I ânah ath- Thalibin, I/12).

Mazhab menurut bahasa: isim makan (kata benda keterangan tempat) dari akar kata dzahab (pergi) (Al-Bakri, I ânah ath- Thalibin, I/12). Mazhab menurut bahasa: isim makan (kata benda keterangan tempat) dari akar kata dzahab (pergi) (Al-Bakri, I ânah ath- Thalibin, I/12). Jadi, mazhab itu secara bahasa artinya, tempat pergi, yaitu jalan

Lebih terperinci

Al Wajibu La Yutraku Illa Liwajibin

Al Wajibu La Yutraku Illa Liwajibin Al Wajibu La Yutraku Illa Liwajibin Dalam Islam, diantara peninggalan-peninggalan ilmu yang paling besar yang dapat diwarisi oleh semua generasi dan telah dibukukan adalah ilmu Fiqih, karena ilmu ini selain

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ

BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ A. Analisis Pendapat Tentang Iddah Wanita Keguguran Dalam Kitab Mughni Al-Muhtaj Dalam bab ini penulis akan berusaha

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN TENTANG MASLAHAH

BAB II PEMBAHASAN TENTANG MASLAHAH BAB II PEMBAHASAN TENTANG MASLAHAH A. Pengertian Maslah}ah} Maslah}ah} berasal dari kata s}alah}a yang secara arti kata berarti baik lawan dari kata buruk atau rusak. Maslah}ah} adalah kata masdar s}alah}

Lebih terperinci

FIQHUL IKHTILAF (MEMAHAMI DAN MENYIKAPI PERBEDAAN DAN PERSELISIHAN) Oleh : Ahmad Mudzoffar Jufri

FIQHUL IKHTILAF (MEMAHAMI DAN MENYIKAPI PERBEDAAN DAN PERSELISIHAN) Oleh : Ahmad Mudzoffar Jufri FIQHUL IKHTILAF (MEMAHAMI DAN MENYIKAPI PERBEDAAN DAN PERSELISIHAN) Oleh : Ahmad Mudzoffar Jufri MACAM-MACAM IKHTILAF (PERBEDAAN) 1. Ikhtilaful qulub (perbedaan dan perselisihan hati) yang termasuk kategori

Lebih terperinci

RISALAH KEDUDUKAN AL- ADAH WA AL- URF DALAM BANGUNAN HUKUM ISLAM

RISALAH KEDUDUKAN AL- ADAH WA AL- URF DALAM BANGUNAN HUKUM ISLAM RISALAH KEDUDUKAN AL- ADAH WA AL- URF DALAM BANGUNAN HUKUM ISLAM Imron Rosyadi Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Dalam makalah ini penulis mengkaji tentang al- adah wa al-

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan Setelah menguraikan dan menuliskan sub-bab hasil penelitian dan sub-bab

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan Setelah menguraikan dan menuliskan sub-bab hasil penelitian dan sub-bab 191 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah menguraikan dan menuliskan sub-bab hasil penelitian dan sub-bab pembahasan melalui melalui analisis data, ada beberapa kesimpulan yang dapat diuraikan oleh peneliti

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MENGENAI PANDANGAN IMAM SYAFI I TENTANG STATUS WARIS ANAK KHUNTSA MUSYKIL

BAB IV ANALISIS MENGENAI PANDANGAN IMAM SYAFI I TENTANG STATUS WARIS ANAK KHUNTSA MUSYKIL BAB IV ANALISIS MENGENAI PANDANGAN IMAM SYAFI I TENTANG STATUS WARIS ANAK KHUNTSA MUSYKIL Penulis telah memaparkan pada bab sebelumnya tentang pusaka (waris), baik mengenai rukun, syarat, penghalang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak datangnya agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 Masehi,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak datangnya agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 Masehi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Amalan wakaf sangat besar artinya bagi kehidupan sosial ekonomi, kebudayaan dan keagamaan. Oleh karena itu Islam meletakkan amalan wakaf sebagai salah satu macam

Lebih terperinci

SUMBER HUKUM ISLAM 1

SUMBER HUKUM ISLAM 1 SUMBER HUKUM ISLAM 1 SUMBER UTAMA HUKUM ISLAM (DALIL QAT EI) Sumber utama hukum Islam ialah dalildalil yang telah disepakati oleh para ulamak dengan secara putus sebagai sumber hukum Islam yang utama dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Analisis Hedging Terhadap Dampak Kenaikan Harga BBM Ditinjau Dari Hukum Islam. Sebagaimana dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang akan saling membutuhkan satu sama lain sampai kapanpun, hal tersebut dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan. Maka dari itu mau

Lebih terperinci

studipemikiranislam.wordpress.com RUANG LINGKUP AJARAN ISLAM

studipemikiranislam.wordpress.com RUANG LINGKUP AJARAN ISLAM studipemikiranislam.wordpress.com RUANG LINGKUP AJARAN ISLAM Studi Objektif Berdasarkan kaidah ke-ilmuan Islam Berdasarkan sumber/riwayat terpercaya Tidak bertentangan dengan Dalil Syariah Mengutamakan

Lebih terperinci

UAS Ushul Fiqh dan Qawa id Fiqhiyyah 2015/2016

UAS Ushul Fiqh dan Qawa id Fiqhiyyah 2015/2016 UAS Ushul Fiqh dan Qawa id Fiqhiyyah 2015/2016 Soal 1 Sebutkan dan jelaskan dhawabith maqashid syariah! Dhawabith maqashid syariah adalah batasan-batasan yang harus dipenuhi untuk menentukan substansi

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam Modul ke: 02Fakultas Ekonomi dan Bisnis Pokok Bahasan : SUMBER AJARAN ISLAM Dr. Achmad Jamil, M.Si Program Studi S1 Manajemen AL QUR AN. Secara etimologi Alquran berasal dari kata

Lebih terperinci

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I. Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (TQS al-hujurat

Lebih terperinci

SILABUS Pengantar Ushul Fiqh. Dibuat Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh :

SILABUS Pengantar Ushul Fiqh. Dibuat Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Revisi : 00 Halaman : 1 dari 5 Dibuat Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Firmansyah, S.Pd., M.E.Sy. Juliana, S.Pd., M.E.Sy. Dr. A. Jajang W. Mahri, M.Si. (Dosen Pengampu) (Tim KBK Prodi) (Ketua Prodi)

Lebih terperinci

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab RASCAL321RASCAL321 BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian Jual Beli Seperti yang kita ketahui jual beli terdiri dari dua kata yaitu jual dan beli. Jual berasal dari terjemahan

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan. Sebagai akhir dari pembahasan, tulisan ini menyimpulkan beberapa kesimpulan penting sebagai berikut :

BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan. Sebagai akhir dari pembahasan, tulisan ini menyimpulkan beberapa kesimpulan penting sebagai berikut : BAB V P E N U T U P A. Kesimpulan Sebagai akhir dari pembahasan, tulisan ini menyimpulkan beberapa kesimpulan penting sebagai berikut : 1. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang zakat, Sejak tahun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERSYARATAN TEKNIS DAN SANKSI HUKUM MODIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR YANG

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERSYARATAN TEKNIS DAN SANKSI HUKUM MODIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR YANG 54 BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERSYARATAN TEKNIS DAN SANKSI HUKUM MODIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR YANG MENYEBABKAN KECELAKAAN DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS

Lebih terperinci

SILABUS Pengantar Ushul Fiqh. Dibuat Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh :

SILABUS Pengantar Ushul Fiqh. Dibuat Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Halaman : 1 dari 6 Dibuat Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Firmansyah, S.Pd., M.E.Sy. Juliana, S.Pd., M.E.Sy. Dr. A. Jajang W. Mahri, M.Si. (Dosen Pengampu) (Tim KBK Prodi) (Ketua Prodi) 1. Identitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Praktik Jual Beli Kotoran Sapi Sebagai Pupuk Kandang di PT. Juang Jaya Abdi Alam Sebagaimana telah dijelaskan pada bab terdahulunya, bahwa jual beli yang terjadi di PT. Juang Jaya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Ramli Abdul Wahid seorang pakar hadis, yang saat ini menjabat Direktur Pascasarjana Universitas Islam Sumatera Utara Medan. Ia berkomentar terhadap pemikiran T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy,

Lebih terperinci

Signifikansi Maqashid asy-syar i Dalam Pemikiran asy-syatibi Tentang Ijtihad. Samsidar Dosen STAIN Watampone

Signifikansi Maqashid asy-syar i Dalam Pemikiran asy-syatibi Tentang Ijtihad. Samsidar Dosen STAIN Watampone Signifikansi Maqashid asy-syar i Dalam Pemikiran asy-syatibi Tentang Ijtihad Samsidar Dosen STAIN Watampone Abstract: Article try to study about ijtihad as a source of law and decision method and it s

Lebih terperinci

KEHUJJAHAN HADIS MENURUT IMAM MAZHAB EMPAT

KEHUJJAHAN HADIS MENURUT IMAM MAZHAB EMPAT 93 Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 93-98 KEHUJJAHAN HADIS MENURUT IMAM MAZHAB EMPAT M. Nasri Hamang Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare Email: nasri_hamang@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3) 12 A. Terminologi Pemimpin BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN Pemimpin dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti: 1) Orang yang memimpin. 2) Petunjuk, buku petunjuk (pedoman), sedangkan Memimpin artinya:

Lebih terperinci

BAB IV KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MANHAJ. sama, pengambilan hukum yang dilakukan oleh lembaga Dewan Hisbah yang

BAB IV KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MANHAJ. sama, pengambilan hukum yang dilakukan oleh lembaga Dewan Hisbah yang BAB IV KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MANHAJ Manhaj yang digunakan tiap organisasi keagamaan pada dasarnya adalah sama, pengambilan hukum yang dilakukan oleh lembaga Dewan Hisbah yang cenderung menggunkan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu kejadian penting dalam suatu masyarakat tertentu, yaitu ada seorang anggota dari

Lebih terperinci

BAGAIMANA MEMILIH PENDAPAT DALAM BERAGAMA LIQA 23 JUNE Oleh Erwin Mazwardi

BAGAIMANA MEMILIH PENDAPAT DALAM BERAGAMA LIQA 23 JUNE Oleh Erwin Mazwardi BAGAIMANA MEMILIH PENDAPAT DALAM BERAGAMA LIQA 23 JUNE 2012 Oleh Erwin Mazwardi Daftar Isi Tafsiran Rasulullah Tafsiran Sahabat Tafsiran Tabiin Sejarah Mazhab Tafsiran Agama Siapa? Terbentuknya Pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan pedoman yang abadi untuk kemaslahatan umat manusia, merupakan benteng pertahanan syari at Islam yang utama serta landasan sentral bagi tegaknya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama 58 BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama Saudara Dan Relevansinya Dengan Sistem Kewarisan

Lebih terperinci

Istiqomah. Khutbah Pertama:

Istiqomah. Khutbah Pertama: Istiqomah Khutbah Pertama:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????:??????????????????????????????????..???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Lebih terperinci

Etimologis: berasal dari jahada mengerahkan segenap kemampuan (satu akar kata dgn jihad)

Etimologis: berasal dari jahada mengerahkan segenap kemampuan (satu akar kata dgn jihad) PENGANTAR Sumber hukum tertinggi dalam Islam adalah Al- Quran dan Sunnah. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, banyak permasalahan baru yang dihadapi umat Islam, yang tidak terjadi pada masa Rasulullah

Lebih terperinci

Kata Kunci: Ajjaj al-khatib, kitab Ushul al-hadis.

Kata Kunci: Ajjaj al-khatib, kitab Ushul al-hadis. MANHAJ AJJAJ AL-KHATIB (Analisis Kritis terhadap Kitab Ushul al-hadis, Ulumuh wa Mushtalahuh) Sulaemang L. (Dosen Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Kendari) Abstrak: Penelitian ini mebmahas Manhaj Ajjaj

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2. Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2. Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an sebagai firman Allah dan al-hadits merupkan sumber dan ajaran jiwa yang bersifat universal. 1 Syari at Islam yang terkandung dalam al- Qur an telah mengajarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan dan masalah kehidupan selalu muncul secara alami seiring dengan berputarnya waktu dan perkembangan zaman. Berbagai masalah muncul dari berbagai sudut

Lebih terperinci

MATERI I PENGANTAR USHUL FIQH TIM KADERISASI

MATERI I PENGANTAR USHUL FIQH TIM KADERISASI A. Pengertian Ushul Fiqh MATERI I PENGANTAR USHUL FIQH TIM KADERISASI Ushul fiqh merupakan sebuah pembidangan ilmu yang beorientasi pada dinamisasi hukum islam dan penanganan kasus-kasus yang berkaitan

Lebih terperinci

Homaidi Hamid, S. Ag., M.Ag. Ushul Fiqh

Homaidi Hamid, S. Ag., M.Ag. Ushul Fiqh Ushul Fiqh i Homaidi Hamid, S. Ag., M.Ag. Ushul Fiqh ii iii KATA PENGANTAR USHUL FIQH Homaidi Hamid, 2013 ISBN: masih menunggu terbit Hak Cipta Dilindungi Undang-undang All rights reserved Cetakan I, Juli

Lebih terperinci

Divisi Buku Perguruan Tinggi PT RajaGrafindo Persada J A K A R T A

Divisi Buku Perguruan Tinggi PT RajaGrafindo Persada J A K A R T A Divisi Buku Perguruan Tinggi PT RajaGrafindo Persada J A K A R T A Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Sanusi, Ahmad; Sohari Ushul Fiqh/Ahmad Sanusi, Sohari Ed. 1 Cet. 1. Jakarta: Rajawali

Lebih terperinci

Lahirnya ini disebabkan munculnya perbedaan pendapat

Lahirnya ini disebabkan munculnya perbedaan pendapat BAB IV ANALISIS PANDANGAN TOKOH NAHDLATUL ULAMA (NU) DAN MUHAMMADIYAH KOTA MADIUN TENTANG BPJS KESEHATAN A. Analisis Hukum Islam Terhadap Pandangan Tokoh Nahdlatul Ulama NU) Dan Muhammadiyah Kota Madiun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri. Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga

Lebih terperinci

SUMBER SUMBER HUKUM ISLAM

SUMBER SUMBER HUKUM ISLAM SUMBER SUMBER HUKUM ISLAM 1. Al Quran Al quran menurut bahasa (Etimologi), al Quran berarti bacaan, adapun menurut Istilah (Termonologis), yaitu Firman Allah SWT. Yang merupakan mukjizat yang diturunkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH A. Persamaan Pendapat Mazhab H{anafi Dan Mazhab Syafi i Dalam Hal Status Hukum Istri Pasca Mula> anah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG A. Analisis Terhadap Ketentuan Pasal 182 Kompilasi Hukum Islam Tentang

Lebih terperinci

Kewajiban berdakwah. Dalil Kewajiban Dakwah

Kewajiban berdakwah. Dalil Kewajiban Dakwah Kewajiban berdakwah Dalil Kewajiban Dakwah Sahabat, pada dasarnya setiap Muslim dan Muslimah diwajibkan untuk mendakwahkan Islam kepada orang lain, baik Muslim maupun Non Muslim. Ketentuan semacam ini

Lebih terperinci

MAQASID SYARI AH DAN PENGEMBANGAN HUKUM (Analisis Terhadap Beberapa Dalil Hukum)

MAQASID SYARI AH DAN PENGEMBANGAN HUKUM (Analisis Terhadap Beberapa Dalil Hukum) Aris Rauf, Maqasyid Syari ah dan Pengembangan Hukum... 24 MAQASID SYARI AH DAN PENGEMBANGAN HUKUM (Analisis Terhadap Beberapa Dalil Hukum) Aris Rauf Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare Email:

Lebih terperinci

Mukadimah. Pengkajian

Mukadimah. Pengkajian Mukadimah Pembahasan tentang pengertian al-qur an (ta riful Qur an) mencakup tiga bagian pembahasan yaitu: definisi al-qur an, nama-nama al-qur an, dan fungsi atau kedudukan Al-Qur an Pemahaman kaum muslimin

Lebih terperinci

BAB IV YANG BERHUTANG. dibedakan berdasarkan waktu dan tempat. Fatwa fatwa yang dikeluarkan oleh

BAB IV YANG BERHUTANG. dibedakan berdasarkan waktu dan tempat. Fatwa fatwa yang dikeluarkan oleh BAB IV ANALISIS TERHADAP DALIL DALIL QAWL QADIM DAN QAWL JADIm dan qawl jadi>d Imam Sha>fi i> dibedakan

Lebih terperinci

PEMIKIRAN HARUN NASUTION TENTANG IJTIHAD DAN PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM

PEMIKIRAN HARUN NASUTION TENTANG IJTIHAD DAN PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM PEMIKIRAN HARUN NASUTION TENTANG IJTIHAD DAN PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM Beni Firdaus * Abstract: Even though, Harun Nasution is not known as an expert of Islamic law, but he has some ideas about Islamic

Lebih terperinci

KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN

KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN A. Al-Qur an Sebagai Sumber Ajaran Islam Menurut istilah, Al-Qur an adalah firman Allah yang berupa mukjizat, diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, ditulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai agama pembawa rahmat bagi seluruh alam, Islam hadir dengan ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan manusia. Islam tidak

Lebih terperinci

IJTIHAD SEBAGAI JALAN PEMECAHAN KASUS HUKUM

IJTIHAD SEBAGAI JALAN PEMECAHAN KASUS HUKUM IJTIHAD SEBAGAI JALAN PEMECAHAN KASUS HUKUM Soiman Nawawi Dosen Fakultas Syari ah Institut Agama Islam Imam Ghozali (IAIIG) Cilacap Jl. Kemerdekaan Barat No. 1, Kesugihan, 53274 ABSTRAK Al Qur an merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mafqud (orang hilang) adalah seseorang yang pergi dan terputus kabar beritanya, tidak diketahui tempatnya dan tidak diketahui pula apakah dia masih hidup atau

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PEMIKIRAN IMAM SYATIBI

BAB IV ANALISA PEMIKIRAN IMAM SYATIBI 83 BAB IV ANALISA PEMIKIRAN IMAM SYATIBI A. Analisa Pemikiran Imam Syatibi Tentang Pajak 1. Analisis Tujuan Pajak Menurut Imam Syatibi Imam Syatibi menekankan bahwa tujuan dari pungutan pajak adalah untuk

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA 24 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA A. Pengertian Harta Secara Etimologi Harta dalam bahasa arab dikenal dengan al-mal. Secara etimologi, al-mal berasal dari mala yang berarti condong atau berpaling

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN A. Analisis Terhadap Praktik Tukar-Menukar Rambut di Desa Sendangrejo Lamongan Dari uraian

Lebih terperinci

DIPLOMA PENGAJIAN ISLAM. WD4013 USUL FIQH (Minggu 1)

DIPLOMA PENGAJIAN ISLAM. WD4013 USUL FIQH (Minggu 1) DIPLOMA PENGAJIAN ISLAM WD4013 USUL FIQH (Minggu 1) PENSYARAH: Ustazah Dr Nek Mah Batri PhD Pendidikan Agama Islam (UMM) PhD Fiqh Sains & Teknologi (UTM) DEFINISI USULFIQH Usul Bahasa: Apa yg dibina diatasnya.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 102 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan studi analisis pemikiran Imam Syafi i tentang kehujjahan hadis dalam kitab Ar-Risālah dapat ditarik kesimpulan menjadi beberapa point. Pertama, Hadis wajib

Lebih terperinci

Biografi Singkat Empat Iman Besar dalam Dunia Islam

Biografi Singkat Empat Iman Besar dalam Dunia Islam Biografi Singkat Empat Iman Besar dalam Dunia Islam *Biografi Singkat Empat Imam Besar dalam Dunia Islam* *Imam Hanafi (80-150 H)* Beliau dilahirkan pada tahun 80 H dan meninggal dunia di Bagdad pada tahun

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA 54 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA A. Analisis terhadap mekanisme transaksi pembayaran dengan cek lebih Akad merupakan suatu perikatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prolog (Pengantar, Tamhid) Allah menurunkan agama Islam kepada umatnya disertai dengan aturanaturan. Aturan-aturan tersebut dibuat oleh Allah agar manusia selamat hidup di dunia

Lebih terperinci

RISALAH AQIQAH. Hukum Melaksanakan Aqiqah

RISALAH AQIQAH. Hukum Melaksanakan Aqiqah RISALAH AQIQAH Hukum Melaksanakan Aqiqah Aqiqah dalam istilah agama adalah sembelihan untuk anak yang baru lahir sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT dengan niat dan syarat syarat tertentu. Oleh

Lebih terperinci

`BAB I A. LATAR BELAKANG

`BAB I A. LATAR BELAKANG `BAB I A. LATAR BELAKANG Sebelum munculnya aliran teologi asy ariyyah, aliran muktazilah menjadi pusat pemikiran kalam pada waktu itu yang memperkenalkan pemikiran yang bersifat rasional. Akan tetapi,

Lebih terperinci

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN JI A>LAH DAN PANDANGAN PENDUDUK DI DESA NGRANDULOR KECAMATAN PETERONGAN KABUPATEN JOMBANG A. Analisis Pelaksanaan Ji a>lah dan pandangan penduduk di Desa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MAS{LAH{AH MURSALAH TERHADAP PENGEMBALIAN KREDIT MIKRO DI USAHA SIMPAN PINJAM KAMPOENG ILMU SURABAYA

BAB IV ANALISIS MAS{LAH{AH MURSALAH TERHADAP PENGEMBALIAN KREDIT MIKRO DI USAHA SIMPAN PINJAM KAMPOENG ILMU SURABAYA BAB IV ANALISIS MAS{LAH{AH MURSALAH TERHADAP PENGEMBALIAN KREDIT MIKRO DI USAHA SIMPAN PINJAM KAMPOENG ILMU SURABAYA A. Analisis terhadap aplikasi pengembalian kredit mikro di Usaha Simpan Pinjam Kampoeng

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARDHAWI TENTANG ZAKAT INVESTASI

BAB IV ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARDHAWI TENTANG ZAKAT INVESTASI BAB IV ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARDHAWI TENTANG ZAKAT INVESTASI A. Analisis Pendapat Yusuf Qardhawi tentang Zakat Investasi Jika kita melihat kembali bagaimana zakat itu difungsikan sebagai sarana vital

Lebih terperinci

Kerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam

Kerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam Kerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam Istilah addin al-islam Tercantum dalam Al-Qur an Surat al-maaidah (5) ayat 3, mengatur hubungan manusia dengan Allah (Tuhan), yang bersifat vertikal, hubungan manusia

Lebih terperinci

MADZHAB SYAFI I. Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Ilmu Fiqh Dosen: Kurnia Muhajarah,M.S.I

MADZHAB SYAFI I. Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Ilmu Fiqh Dosen: Kurnia Muhajarah,M.S.I MADZHAB SYAFI I Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Ilmu Fiqh Dosen: Kurnia Muhajarah,M.S.I Disusun Oleh : Muhlisaturrohmah (1601016054) Etik Fitriayasari (1601016055) Annisa Kurniawati (1601016056)

Lebih terperinci

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

Di antaranya pemahaman tersebut adalah: MENYOAL PEMAHAMAN ATAS KONSEP RAHMATAN LI AL- ÂLAMÎN Kata Rahmatan li al- Âlamîn memang ada dalam al-quran. Namun permasalahan akan muncul ketika orang-orang menafsirkan makna Rahmatan li al- Âlamîn secara

Lebih terperinci

BAB III ABORSI PERSPEKTIF FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA DAN UNDANG-UNDANG NO.32 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

BAB III ABORSI PERSPEKTIF FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA DAN UNDANG-UNDANG NO.32 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN BAB III ABORSI PERSPEKTIF FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA DAN UNDANG-UNDANG NO.32 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN A. Aborsi Dalam Perspektif Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) 1. Dasar-dasar dan Prosedur Penetapan

Lebih terperinci

Hukum memperingati maulid nabi Rabu, 04 Agustus :42

Hukum memperingati maulid nabi Rabu, 04 Agustus :42 Allah telah memerintah nabinya untuk mengikuti syari'atnya dalam beribadah kepadanya, dan melarang mengikuti hawa nafsu, dalam banyak ayat Allah memerintah nabinya untuk mengikuti wahyu. Ulama mengatakan

Lebih terperinci

KRITERIA MASLAHAT. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT

KRITERIA MASLAHAT. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT 40 KRITERIA MASLAHAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Musyawarah Nasional MUI VII, pada 19-22 Jumadil Akhir 1426

Lebih terperinci

Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunnah

Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunnah Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunnah Khutbah Pertama:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.??????????????????????????

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dapat dijerat dengan pasal-pasal : (1) Pasal 285 Kitab Undang-undang Hukum

BAB V PENUTUP. dapat dijerat dengan pasal-pasal : (1) Pasal 285 Kitab Undang-undang Hukum BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sanksi hukum bagi seorang ayah melakukan tindak pidana pemerkosaan terhadap anak kandungnya, berdasarkan ketentuan hukum positif di Indonesia, ia dapat dijerat dengan pasal-pasal

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) IAIN SYEKH NURJATI CIREBON SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2016/2017

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) IAIN SYEKH NURJATI CIREBON SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 A. IDENTITAS 1 Jurusan/Prodi : Perbankan Syari ah 2 Nama Matakuliah..*) : Fiqh / Ushul Fiqh 3 Kode Matakuliah *) : SY. 300 4 Semester/SKS : I/3 SKS 5 Jenis Mata Kuliah : Wajib/Pilihan 6 Prasyarat.*) :

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISTINBATH HUKUM FUQAHA KLASIK DAN KONTEMPORER TENTANG UPAH MENGAJARKAN AL- QUR'AN. A. PerbandinganFuqahaKlasikdanFuqahaKontemporer

BAB IV ANALISIS ISTINBATH HUKUM FUQAHA KLASIK DAN KONTEMPORER TENTANG UPAH MENGAJARKAN AL- QUR'AN. A. PerbandinganFuqahaKlasikdanFuqahaKontemporer 123 BAB IV ANALISIS ISTINBATH HUKUM FUQAHA KLASIK DAN KONTEMPORER TENTANG UPAH MENGAJARKAN AL- QUR'AN A. PerbandinganFuqahaKlasikdanFuqahaKontemporer 1. PendapatYangMengharamkan Seperti telah disebutkan

Lebih terperinci

INTENSIFIKASI PELAKSANAAN ZAKAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA TENTANG

INTENSIFIKASI PELAKSANAAN ZAKAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA TENTANG INTENSIFIKASI PELAKSANAAN ZAKAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA TENTANG INTENSIFIKASI PELAKSANAAN ZAKAT Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam sidangnya pada tanggal 1 Rabi'ul Akhir 1402 H, bertepatan

Lebih terperinci

HUKUM DAN PERADILAN DALAM MASYARAKAT MUSLIM PERIODE AWAL Hadi Daeng Mapuna *

HUKUM DAN PERADILAN DALAM MASYARAKAT MUSLIM PERIODE AWAL Hadi Daeng Mapuna * 94 HUKUM DAN PERADILAN DALAM MASYARAKAT MUSLIM PERIODE AWAL Hadi Daeng Mapuna * Abstrak Hukum dan peradilan merupakan dua aspek yang sangat dibutuhkan dalam membina kehidupan bermasyarakat. Hukum sebagai

Lebih terperinci

SUMBER AJARAN ISLAM. Erni Kurnianingsih ( ) Nanang Budi Nugroho ( ) Nia Kurniawati ( ) Tarmizi ( )

SUMBER AJARAN ISLAM. Erni Kurnianingsih ( ) Nanang Budi Nugroho ( ) Nia Kurniawati ( ) Tarmizi ( ) SUMBER AJARAN ISLAM Erni Kurnianingsih (10301241001) Nanang Budi Nugroho (10301241012) Nia Kurniawati (10301241026) Tarmizi (10301249002) Dasar penggunaan sumber agama islam di dasarkan ayat al-qur an

Lebih terperinci

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH 90 BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH A. Tinjauan Tentang Jual Beli Sepatu Solid di Kecamatan Sedati Sidoarjo Dengan mengikuti empat mazhab fiqh

Lebih terperinci

HUKUM DAN HAM DALAM ISLAM

HUKUM DAN HAM DALAM ISLAM HUKUM DAN HAM DALAM ISLAM KELOMPOK 3B : Aria Trimadya 10510016 Hardany Triasmanto 10510020 Diar Luthfi Hawari 10510027 Shendy Arya 10510049 Achmad Noufal 10510058 Muhammad Reza 10510066 Peta Konsep ISLAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hukum Islam merupakan hukum Allah. Dan sebagai hukum Allah, ia menuntut kepatuhan dari umat Islam untuk melaksanakannya sebagai kelanjutan dari keimanannya kepada Allah

Lebih terperinci

RESUME. MATA KULIAH STUDI ISLAM BAB I s.d. BAB VI. oleh: Muhammad Zidny Naf an ( / TI 1C)

RESUME. MATA KULIAH STUDI ISLAM BAB I s.d. BAB VI. oleh: Muhammad Zidny Naf an ( / TI 1C) RESUME MATA KULIAH STUDI ISLAM BAB I s.d. BAB VI oleh: Muhammad Zidny Naf an (107091002928 / TI 1C) JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS dan TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN MADZHAB-MADZHAB FIQH

PEMBENTUKAN MADZHAB-MADZHAB FIQH PEMBENTUKAN MADZHAB-MADZHAB FIQH A. Landasan terbentuknya madzhab fiqh Munculnya pemikiran madzhab hukum dalam Islam dimulai sejak timbulnya persoalan tentang pemegang otoritas hukum. Weiss membedakan

Lebih terperinci

A. Pengertian Fiqih. A.1. Pengertian Fiqih Menurut Bahasa:

A. Pengertian Fiqih. A.1. Pengertian Fiqih Menurut Bahasa: A. Pengertian Fiqih A.1. Pengertian Fiqih Menurut Bahasa: Fiqih menurut bahasa berarti paham, seperti dalam firman Allah : Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan

Lebih terperinci

HUKUM MENGENAKAN SANDAL DI PEKUBURAN

HUKUM MENGENAKAN SANDAL DI PEKUBURAN HUKUM MENGENAKAN SANDAL DI PEKUBURAN I. Muqodimah : Prof. Abdul Wahhab Kholaf berkata dalam bukunya Ilmu Ushul Fiqih (hal. 143) : - - " "."." Nash Syar I atau undang-undang wajib untuk diamalkan sesuai

Lebih terperinci

BAB II\ TEORI MAS}LAH}AH. Dilihat dari bentuk lafalnya, kata Mas}lah}ah adalah kata bahasa Arab yang

BAB II\ TEORI MAS}LAH}AH. Dilihat dari bentuk lafalnya, kata Mas}lah}ah adalah kata bahasa Arab yang BAB II\ TEORI MAS}LAH}AH A. Pengertian Mas}lah}ah Dilihat dari bentuk lafalnya, kata Mas}lah}ah adalah kata bahasa Arab yang berbentuk mufrad (tunggal). Sedangkan bentuk jamaknya Mas}@alih. Dilihat dari

Lebih terperinci

Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang

Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????:?????????????????????????????????????????

Lebih terperinci

Al-Qur an Al hadist Ijtihad

Al-Qur an Al hadist Ijtihad Al-Qur an Al hadist Ijtihad Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia hingga akhir zaman (Saba'

Lebih terperinci

Dr. Marzuki, M.Ag. Dosen PKn dan Hukum FIS UNY KATA PENGANTAR

Dr. Marzuki, M.Ag. Dosen PKn dan Hukum FIS UNY KATA PENGANTAR Dr. Marzuki, M.Ag. Dosen PKn dan Hukum FIS UNY KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr. wb. Puji syukur ke hadirat Allah swt., pertama-tama, penulis panjatkan atas taufiq, hidayah, serta inayah-nya kepada penulis,

Lebih terperinci

BAB II. segi lafadz maupun makna, jamaknya (المصالح) berarti sesuatu yang baik. 2 Kata

BAB II. segi lafadz maupun makna, jamaknya (المصالح) berarti sesuatu yang baik. 2 Kata BAB II KETENTUAN UMUM MAS}LAH}AH MURSALAH A. Pengertian Mas}lah}ah Mursalah Dalam bahasa Arab Mas}lah}ah secara bahasa berasal dari kata S}alah}ah}, kata Mas}lah}ah mendung kemaslahatan berarti baik atau

Lebih terperinci