BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan dalam istilah Inggris, dipisahkan antara ship yang lebih besar dan boat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan dalam istilah Inggris, dipisahkan antara ship yang lebih besar dan boat"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kapal merupakan alat transportasi laut. Kapal merupakan kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut, seperti halnya sampan, atau perahu yang lebih kecil. Kapal biasanya cukup besar untuk membawa perahu kecil seperti sekoci. Sedangkan dalam istilah Inggris, dipisahkan antara ship yang lebih besar dan boat yang lebih kecil. Secara kebiasaannya, kapal dapat membawa perahu tetapi perahu tidak dapat membawa kapal. Ukuran sebenarnya dimana sebuah perahu disebut kapal selalu ditetapkan oleh undang-undang dan peraturan atau kebiasaan setempat. Berabad-abad kapal digunakan oleh manusia untuk mengarungi sungai lautan yang diawali oleh penemuan perahu. Biasanya, manusia pada masa lampau menggunakan kano, rakit, ataupun perahu. Semakin besar kebutuhan akan daya muat maka dibuatlah perahu atau rakit yang berukuran lebih besar yang dinamakan kapal. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan kapal pada masa lampau menggunakan kayu, bambu ataupun batang-batang papyrus seperti yang digunakan bangsa Mesir kuno, kemudian digunakan bahan-bahan logam seperti besi/baja karena kebutuhan manusia akan kapal sangat kuat. Untuk penggeraknya, manusia pada awalnya menggunakan dayung kemudian angin dengan bantuan layar, mesin uap, setelah muncul revolusi industri dan mesin diesel serta nuklir. Beberapa peneliti memunculkan kapal bermesin yang berjalan mengambang diatas air seperti Hovercraft dan Eakroplane. Serta kapal yang digunakan didasar lautan yakni kapal selam. Berabad-abad kapal digunakan untuk mengangkut penumpang dan barang sampai akhirnya pada awal abad ke-0 1

2 ditemukan pesawat terbang yang mampu mengangkut barang dan penumpang dalam waktu singkat maka kapal mendapat saingan berat. Namun untuk kapal masih memiliki keunggulan, yakni mampu mengangkut barang lebih dengan tonase yang lebih besar sehingga lebih banyak didominasi oleh kapal niaga dan tanker sedangkan kapal penumpang banyak dialihkan menjadi kapal pesiar, seperti Queen Elizabeth dan Awani Dream. Kapal perikanan merupakan kapal, perahu atau alat apung lainnya yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pelatihan perikanan dan penelitian /eksplorasi perikanan. 1. Tujuan Praktikum Adapun percobaan ini bertujuan: 1. Agar mahasiswa mampu memahami pengertian dari kapal maupun kapal perikanan.. Agar mahasiswa dapat memahami bangunan sebuah kapal, serta apa saja yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kapal. 3. Agar mahasiswa bisa membedakan jenis-jenis kapal serta aplikasinya dalam usaha perikanan. 1.3 Manfaat Adapun manfaat dari praktikum ini adalah: 1. Mengetahui cara pengukuran dan konstruksi kapal. Memahami kegunaan setiap jenis kapal perikanan.

3 3. Memahami seluruh kontruksi kapal serta apa yang harus diperhatikan dalam membuat sebuah kapal. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas kapal penangkap ikan menurut kepurusan menteri kelautan dan perikanan nomor 38 tahun 0003 merupakan tingkat kemampuan kapal penangkap ikan untuk memperoleh hasil tangkapan ikan per tahun. Produktivitas kapal ikan 1

4 ditetapkan dengan mempertimbangkan: Ukuran tonase kapal, jenis bahan kapal, jenis alat penangkap ikan yang digunakan, jumlah trip operasi penangkapan per tahun, kemampuan tangkap rata-rata per trip, wilayah penangkapan ikan. Produksi kapal penangkap ikan per gross tonnage (GT) per tahun ditetapkan berdasarkan perhitungan jumlah hasil tangkapan ikan per kapal dalam satu tahun dibagi besarnya GT kapal yang bersangkutan (ridzal, 008). Pemerintahan pada decade tahun 70-an membuat program tentang peningkatan taraf hidup masyarakat ekonomi lemah. Salah satunya adalah nelayan tradisional. Program ini diwujudkan dengan nama program motorisasi perahu nelayan tradisional yang menggunakan sistem top down, dimana program tersebut langsung turun dari pemerintahan sedangkan para nelayan tradisioanl hanya menjadi objek. Dengan tidak adanya tindak lanjut tentang motorisasi itu sendiri mengakibatkan tidak adanya pemahaman dikalangan masyarakat nelayan tradisional terhadap operasional motor yang benar. Pada akhirnya hal ini menyebabkan tidak efisiennya sistem propulsi perahu yang mereka miliki (laksono dan aries, 009). Sistem pemantauan kapalm perikanan/vessel Monitoring System (VMS) merupakan salah satu bentuk sistem pengawasan dibidang penangkapan dan/atau pengangkutan ikan dengan satelit dan peralatan transmitter yang ditempatkan pada kapal perikanan guna mempermudah pengawasan dan pemantauan terhadap kegiatan/aktivitas kapal ikan berdasarkan posisi kapal yang terpantau di monitoring Vessel Monitoring System di Pusat Pemantauan Kapal Perikanan (Fisheries Monitoring Center) di Jakarta atau daerah di unit Pelaksana teknis (UPT) pengawasan (DKP, 008). Kapal perikanan merupakan bagian dari armada penangkapan yang terdiri dari nelayan, alat tangkap dan kapal itu sendiri. Pengertian kapal perikanan sendiri

5 menurut UU NO. 31 Tahun 004 tentang perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, penelitian/eksploitasi perikanan. Kapal perikanan secara garis besar terdiri dari 3 kategori yakni perahu tanpa motor, perahu motor temple, dan kapal motor (Nugraha, 009). BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Pengamatan kapal dilakukan pada kapal perikanan SUPM Ladong yaitu: KM Ladong yang berada di Lampulo serta pengamatan terhadap kapal lain pada lokasi yang sama. Waktu praktikum yaitu: tanggal 19 Desember Metode Praktikum

6 Dalam melakukan praktikum, informasi dan data diperoleh dari pengamatan kapal KM Ladong dan kapal nelayan sekitar dengan mendengarkan penjelasan dari para asisten. BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengertian Kapal Perikanan Kapal adalah kendaraan pengangkut penumpang di laut, pada semua daerah yang mempunyai perairan tertentu. Kapal perikanan yaitu kapal, perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan dan pengolahan ikan. Kapal perikanan adalah kapal yang secara spesifik dipergunakan untuk kegiatan usaha perikanan, misalnya: menangkap ikan, mengangkut ikan, 1

7 mengumpulkan ikan, memprossing hasil tangkapan, melakukan survey dan penelitian perikanan, melatih para calon perwira dan ABK ( cadet ) baru, dan lain sebagainya. Kapal perikanan terdiri dari kapal penangkap ikan dan kapal bukan penangkap ikan, dengan tipe dan jenis, meliputi : Kapal penangkap ikan : kapal pukat hela, kapal pukat cincin, kapal jaring insang, kapal jaring angkat, kapal pancing, dan lain lain. Kapal bukan penangkap ikan : kapal induk perikanan, kapal pengangkut perikanan, kapal riset perikanan, kapal latih perikanan. 4. Jenis-Jenis Kapal Perikanan Dalam praktikum, kapal yang digunakan adalah jenis kapal purse seine yang dioperasikan malam hari. Secara umum, jenis-jenis kapal perikanan sendiri tergantung dengan alat tangkap yang digunakan. Alat tangkap yang biasa digunakan seperti purse seine, trawl, long line dan lain-lain. Jenis-jenis alat tangkap ini selain mempengaruhi terhadap jenis-jenis kapal perikanan juga mempengaruhi bentukbentuk kapal. Dengan kata lain, lain alat tangkap lain pula bentuk kapalnya. Hal itu disebabkan karena instrumen yang digunakan untuk mendukung ketika melakukan penangkapan ikan akan berbeda pada setiap jenis alat tangkap. Berikut contoh gambar serta keterangan kapal perikanan sesuai dengan alat tangkap yang digunakan: 1. Kapal Long Line

8 Sumber : Fishing Boats, Gambar 4.1. Bagian-bagian kapal long line secara detail Keterangan : 1. Tiang (Mest). Anjungan (Wheel House) 3. Kepala Palkah (Fish Hatch) 4. Deck Agil (Fore Castle Deck) 5. Winch Jangkar (Winch Less) 6. Gudang (Store) 7. Bak Rantai Jangkar (Chain Locker) 8. Tangki Bahan Bakar (Fuel Oil Tank) 9. Penggulung Tali Pancing (Line Hauler) 10. Palkah Ikan (Fish Hold) 11. Ruang Mesin Pendinginan Cepat (Quick Freezing Room) 1. Ruang Mesin Pendingin (Refrigerating Machine Room) 13. Ruang Mesin (Engine Room) 14. Dasar Berganda (Double Bottom) 15. Ruang Makanan (Mess Room) 16. Tangki Air Tawar (Fresh Water Tank) 17. Gudang Persediaan Makanan (Provision Store) 18. Ruang Mesin Kemudi (Steering Engine Room) 19. Daun Kemudi 0. Baling-baling (Propeller) 1. Ruang Anak Buah Kapal (Crew Space)

9 . Geladak Utama (Main Deck) 3. Geladak Jembatan (Bridge Deck) 4. Linggi Haluan (Fore Post) 5. Lunas (Keel) 6. Linggi Buritan (Stern Post) 7. Linggi Baling-baling (Propeller Post) 8. Sekat Pelanggaran (Collision Bulk Head) 9. Sekat Kedap Air (Transversal Bulk Head). Kapal Stern Trawl 1

10 Sumber : Munparisit, Aussanee Gambar GT Kapal Stern Trawl Keterangan : 1. Radar mast. Wheel house 3. No.1 Hatch 4. Windlass 5. Store 6. Chain Locker 7. Fore peak tank 8. Fuel oil tank 9. Crew space 10. Fuel oil tank 11. No.1 Fish hold 1. Officer s room 13. Quick freezing room 14. Trawl winch 15. No. Fish Hold 16. Fuel oil tank 17. Lobby

11 Fuel oil tank Engine roon entrance Engine room Factory Fishing winch & Capsf an Freah water tank Fishing gear store Hydraulic flap hatch Fuel oil tank Warp block Slip way Block Gantry Serch light No.3 -iasc Span stay No. Mast Trawl winch control consoles 3. Kapal Purse Seine Sumber : Munparisit, Aussanee Gambar GT Large Thai purse seiner 1

12 4.3 Bagian-Bagian Kapal Kapal pada umumnya adalah sebuah tempat atau bejana apung yang berdinding tipis, kedap air, dan dapat diisi oleh muatan, penumpang, mesin, tempat tinggal awak kapal serta peralatan kapal yang disesuaikan dengan tujuan pembangunannya. Bekerja sama atau tidak dengan seorang ahli bangunan kapal, pemilik (perusahaan penangkap ikan) merancang suatu kapal penangkap ikan pada umumnya berdasarkan pertimbangan sebagai berikut : a. Daya angkut, b. Sarat, c. Kecepatan, d. Sistem penggerak, e. Tipe, f. lsi ruang muat, serta g. Tugas dan fungsi. Gambar 4.4 Bagian-bagian kerangka dalam kapal Keterangan : 1 = Geladak = Linggi Belakang 3 = Gading

13 4 = Linggi Depan 5 = Baling-baling 6 = Lunas 4.4 Bangunan Kapal Kapal penangkap ikan merupakan suatu kesatuan sistem bangunan kapal yang terdiri dari : Bangunan Dalam Kapal Bangunan dalam kapal adalah bangunan atau ruangan-ruangan yang dibuat di bawah geladak utama. Bangunan dalam kapal terdiri dari : ceruk depan ( fore peak tank ) dan ceruk belakang ( after peak tank ), ruang palkah, ruang mesin, dasar berganda, ruang tempat menyimpan makanan, gudang, dan lain sebagainya. Untuk tujuan memperkokoh konstruksi kapal dan membentuk bangunan dalam kapal, pada umumnya bangunan dalam kapal dilengkapi dengan bagianbagian kapal yang dikenal dengan kerangka kapal. Bagian-bagian itu adalah terdiri dari : lunas, linggi, gading, kulit, dan geladak. Bagian-bagian kapal inilah yang membentuk sebuah kerangka bangunan dalam kapal yang akhirnya membentuk sebuah lambung kapal. Pada prinsipnya bahwa setiap bagian itu mempunyai fungsi masing-masing dalam membentuk suatu sistem dalam sebuah kapal. Misalnya : a. Lunas berfungsi sebagai tempat bertumpunya linggi dan gading serta memperkokoh konstruksi melintang kapal; b. Linggi berfungsi sebagai : tumpuan tempat menempelnya kulit, sebagai dasar membentuk bentuk haluan dan buritan, di samping itu tentu saja berfungsi untuk memperkokoh konstruksi kapal secara keseluruhan ( vertikal dan melintang ). 1

14 Secara khusus linggi belakang berfungsi sebagai tempat kedudukan poros baling-baling, c. Kulit berfungsi untuk menutupi seluruh kerangka kapal, sehingga kapal menjadi kedap air dan mempunyai daya apung, d. Geladak berfungsi untuk menutupi seluruh bangunan dalam kapal (lambung), sehingga barang atau orang yang berada di dalamnya terlepas dari berbagai macam bahaya atau ancaman. Misalnya : hujan, panas, angin dan lain sebagainya. Oleh karenanya dikenal dengan geladak pelindung, e. Gading berfungsi sebagai tempatnya bertumpunya kulit, membentuk bangunan bangunan dalam kapal, dan memperkokoh konstruksi melintang kapal, 1 Gambar 4.5 Kedudukan gading di atas lunas Keterangan : 1 = Gading = Lunas A. Gading 1

15 Kulit kapal didukung oleh gading-gading-yang dipasang vertikal hanya pada kapal-kapal yang panjang, gading-gading dipasang juga arah membujur kapal. Gading-gading dibuat dari : a. Baja keral. b. Baja siku tidak sama kaki. c. Gading-gading yang dibangun, seperti untuk gading gading-gading pelat atau gading-gading besar ( web frame ). Baja keral paling sering digunakan untuk gading-gading dan terdapat dalam berbagai ukuran (umpanya 80 x 11 :37Ox13. dan 430 x 15). Dimana terdapat wrang penuh di dalam dasar berganda, maka sering gading-gading yang dipasang adalah gading-gading yang diperberat (diperkuat). Gading-gading ini berukuran lebih besar daripada gading-gading yang terletak diantaranya. Di bawah geladak, gading-gading berat ini diteruskan dengan balokbalok melintang ( lihat konstruksi geladak ). Di tempat-tempat dimana diperlukan kekuatan ekstra, dipasang gading-gading pelat ( gading-gading besar, gading-gading web ), yang dibuat dari pelat bilah dan bilah hadap yang dilaskan padanya. Pelat bilah dipotong sesuai bentuk dan ukuran hingga tidak perlu dilengkungkan. Gading-gading besar ini dipasang bersarna dengan wrang penuh di dalam alas ganda dan balok-balok pelat di bawah geladak. Konstruksi semacam ini dinamakan pelintang bingkai ( raamspant ) dan menambah kekuatan melintang kapal. Pelintang bingkai terdapat : a. Di dalam palka pada ujung-ujung depan dan belakang ambang palkah dan kadangkadang juga diantaranya. b. Di dalam kamar mesin sekitar mesin utama. 1

16 Jarak antara dua gading tergantung dari beban pada pelat kulit. Di bagian haluan harus diperhitungkan tegangan-tegangan ujung kapal. Selain itu karena kedudukan pelat alas yang.miring terhadap lunas dan linggi jarak yang ditumpu menjadi lebih besar. Oleh karena hal-hal tersebut di atas, maka jarak gading-gading di haluan dan buritan harus lebih kecil daripada di tempat-tempat lainnya. Menurut letaknya, gading terbagi atas : a. Gading haluan, b.gading utama ( gading besar ), c. Gading lancip ( gading poros buritan ), dan d. Gading kemudi ( gading nol = 0 ). 1 Gambar 4.6 Penempatan gading di kapal Keterangan : 1. Gading haluan,

17 Sumber : Soegilar, dan Sudarsono, Tjitro D Gambar 4.7 Detail penempatan gading di kapal Keterangan : AF = After Perpendicular = garis tegak belakang FP = Forward Perpendicular = garis tegak depan ½ L = setengan panjang garis air 1 = ceruk belakang = ceruk belakang 3 = gading-gading kemudi 4 = gading-gading utama Secara khusus menurut bentuknya, gading-gading pada sebuah kapal penangkap ikan mencakup : 1. Gading-gading lancip, yang digunakan di bagian-bagian tajam dari kapal seperti pada : a. Gading-gading haluan di depan sekat ceruk haluan. b. Gading gading poros buritan, antara sekat ceruk buritan dan ujung belakang tabung poros baling-baling. Gading-gading ini terdapat pada kapal-kapal dengan konstruksi keling, sedangkan pada kapal-kapal konstruksi las diganti dengan wrang-wrang tinggi dari gading-gading lancip rnenempel pada wrangwrang tersebut.

18 . Gading utama adalah gading-gading pada setengah jarak antara garis tegak (loadline ). Tergantung dari penuh atau tidaknya bentuk lambung, terdapat sejumlah gading-gading yang sama bentuknya. 3. Gading-gading kemudi dipasang pada sumbu poros kemudi ini adalah gadinggading nol = O dan mengikat pelat buritan pada kulit.pada saat ini hanya digunakan pelat buritan, yang langsung dilas pada kulit. 4. Gading-gading buritan, adalah gading-gading yang digunakan untuk memberikan bentuk pada buritan dan terletak di belakarrg pelat buritan. B. Geladak Geladak paling atas yang menutup seluruh bangunan dalam kapal disebut dengan Geladak Utama. Geladak yang terletak pada atas ruang timbul di buritan kapal disebut Geladak Kimbul. Geladak di atas ruang agil/bak di haluan disebut Geladak Agil. Geladak yang dibangun di atas anjungan disebut Geladak Anjungan. Serta geladak untuk menempatkan sekoci disebut Geladak Sekoci. Menurut kedudukanny, geladak kapal terdiri dari : a. geladak dasar ( lower deck ), b. geladak antara ( twene deck ) yaitu geladak yang dibangun diantara geladak utama dengan geladak dasar, c. geladak utama ( mine deck ), d. geladak sekoci, dan e. geladak atas ( top deck ).

19

20 Gambar 4.8 Penempatan geladak di kapal Keterangan : 1 = Geladak Kimbul = Geladak utama 3 = Geladak sekoci 4 = Geladak Anjungan 5 = Geladak antara 6 = Geladak dasar 7 = Geladak agil Sedangkan geladak terpanjang dan terputus dari haluan hingga buritan yang dipergunakan sebagai tempat orang berjalan dikenal dengan Geladak Jalan Terus. Untuk lebih mengenal dengan jelas mengenai kedudukan dan tempatnya hal yang berkenaan dengan geladak, dapat dilihat pada gambar Bangunan Atas dan Dalam Kapal Bangunan atas kapal adalah bangunan kapal yang dibuat di atas geladak utama ( mine deck ), sedangkan bangunan dalam kapal adalah bangunan kapal yang dibuat di bawah geladak utama. Ada ornamen pendukung yang melengkapi bangunan atas dan dalam kapal, dan sangat variatif untuk masing-masing jenis kapal perikanan. Di bawah ini diperlihatkan bagian-bagian bangunan atas dan dalam kapal untuk masing-masing jenis kapal perikanan.

21 Sumber : Munparisit, Aussanee Gambar 4.9 Bagian-bagian atas dan dalam kapal perikanan Keterangan :

22 1. Fishing Light green Masthead light white 5 3. Fishing Light white Stern Light white i Sid Light white/green 11½0 6. Lifecratt 7. Air intake engine room 8. Moring bitt 9. Chain roller 10. Chain Looker 11. Engine room 1. Removable purse davit 13. Trawl winch 14. Fish hold capactry 8.5 mp 15. Trawl davic, port and starboart 16. Exhacsc pipe 17. Wheel house 18. Down engine room 19. Chain pipe 0. Engine romove hatch 1. Hatch to fish hold. Deck plate above emergency tiller 3. Stern roller 4. Hatch to deck store

23 4.5 Bentuk Kapal Ikan Berdasarkan pertimbangan berbagai macam pelaksaan tugas dan fungsi, secara umum bentuk kapal ikan bila dilihat secara membujur ( vertikal ) terdiri dari : a. Kapal Berbentuk Segitiga ( V Bottom ) Kapal berbentuk segitiga, penampang membujurnya diperlihatkan pada gambar 10. Gambar 4.10 Kapal Berbentuk Segitiga (V Bottom) Keterangan : WL = WL = Water Line = Garis Air b. d = draft = sarat kapal D = Depth = tinggi kapal F = Free board = lambung bebas = lambung timbul Kapal Berbentuk Kotak ( Flate Bottom )

24 Kapal berbentuk kotak, penampang membujurnya ditunjukkan pada gambar Gambar Kapal berbentuk kotak Keterangan : F = Free Board = lambung bebas CL = center line WL = Water Line d = draft c. Kapal Berbentuk Biasa (round bottom) Kapal berbentuk biasa dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 4.1 Kapal berbentuk biasa Keterangan : F = Free board = lambung bebas = lambung timbul

25 WL = Water Line d = draft = sarat D = Depth = tinggi kapal Mengacu kepada Design of Small Fishing Vessel, maka ukuran kapal perikanan, besar kecilnya ukuran kapal ikan tergantung tujuan penangkapannya dan areal penangkapannya. 4.6 Keuntungan dan Kerugian Bentuk Kapal Bentuk-bentuk kapal sesuai dengan tujuan pembuatannya mempunyai keuntungan dan keruagiannya masing-masing. Keuntungan dan kerugian bentuk kapal tersebut di atas dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 4.1. Keuntungan dan Kerugian Bentuk Kapal No. Bentuk Kapal Kapa. 1 Berbentuk Segi Tiga ( Keuntungan a. Hambatan V Bottom ) Kapal Berbentuk Kotak (Flate Bottom) Kerugian a. Muatannya terhadap air kecil. lebih sedikit b. Kecepatan lebih dibandingka maksimal n dibandingan bentuk kapal yang lain. lainnya. bentuk a. Hambatan terhadap air besar. a. Daya muat b. Kecepatannya lebih palkanya rendah dibandingan besar bentuk kapal lainnya. 3 Kapal Berbentuk Kotak c. (Flate Bottom) a. Hambatan terhadap air a. sedang( lebih kecil dibandingkan dengan a. bentuk flate bottom. palkannya sedang. 1 Daya muat

26 b. Kecepatannya lebih rendah dibandingan bentuk kapal V bottom dan lebih cepat diban dingkan bentuk kapal flate bottom. Pengaruh bentuk sendiri dapat dilihat dari fungi kapal serta dimana/ diperairan bagaimana yang akan digunakan kapal tsb. Secara umum bentuk dapan kapal berbentuk V, disebabkan karena kegunaan kapal tersebut untuk mencari serta mengejar gerombolan ikan, sehingga membutuhkan kecepatan. Dengan betuk tersebut, kecepatan kapal akan lebih efesien karena hambatan terhadap air akan lebih kecil. Untuk daerah Aceh, kapal nelayan sebagian besar atau hamper semuanya menggunakan bentuk V di depannya. Hal ini disebabkan karena fungsinya tersebut sebagai pencari dan pengejar ikan, sehingga kecepatan adalah menjadi sebuah andalan. Di lokasi praktikum, terdapat sebuah kapal yang sedang dibuat. Terlihat bahwa kapal yang sedang dibuat tersebut menggunakan gabungan ketiga bentuk kapal, yaitu: bentuk V, flate, dan round (biasa). Hal ini menyimpulkan bahwa semua bentuk tersebut dapat digabung sesuai dengan keperluan dan efesiensi yang ingin di dapatkan. 4.7 Bagian Kemudi dan Baling-Baling Kemudi Kemudi pada sebuah kapal merupakan sebuah rangkaian sub sistem yang mempunyai fungsi, saling terikat, saling mentergantungkan satu sama lain dengan

27 fungsi sub sistem yang lainnya agar kapal dalam keadaan laik laut dan mampu berlayar sebagaimana yang telah direncanakan dalam tujuan pelayarannya. Kemudi adalah alat yang digunakan untuk merubah haluan kapal. Kemudi merupakan penerus gerak putaran baling-baling dari sebuah kapal motor, sehingga dengan adanya kemudi kapal dapat diarahkan sesuai dengan haluan yang dikehendaki. Tanpa sebuah kemudi, kapal yakin tidak akan mampu mencapai tempat tujuan sebagaimana yang direncanakan dalam pelayaran Penataan Kemudi Syarat-syarat penataan kemudi : a. Kemudi harus cukup kuat dan dapat bertumpu dengan baik pada tempatnya, b. Harus dimbuat sedemikian rupa sehingga gerakannya dapat diselaraskan dengan roda kemudi di anjungan, dan c. Harus dilengkapi dengan penataan kemudi cadangan, kalau poros kemudi besarnya 9 atau lebih, maka kemudi cadangannya harus dilengkapi dengan mesin penggerak sendiri, dan kemudi cadangan ini harus dipoiks/dicoba oaling kurang ( 1 ) satu kali dalam setahun. Pada setiap penataan kemudi secara garis besarnya terbagi dalam : a. Roda ( penataan roda ) kemudi di anjungan ( Bridge ), b. Mesin penggerak daun kemudi, c. Kapal ( hubungan ) dari mesin kemudi ke poros kemudi, dan d. Penerus gerak dari anjungan ke mesin kemudi. Penerus gerak dari anjungan ke mesin kemudi, pada kapal yang penataan kemudinya terpisah dari mesin penggerak daun kemudi dapat terdiri dari :

28 a. Penerus gerak rantai ( pakai rantai ), b. Penerus gerak hydroulik, c. Penenrus gerak listrik ( electric ), dan d. Penerus gerak elektro hidaouluk (gabungan antara listrik dan hydrolik) System Kemudi Kemudi yang biasa digunakan di atas kapal ada (5) lima sistem, yaitu: a. System Manual, yaitu daun kemudi langsung behubungan dengan tongkat yang langsung digerakkan dengan tangan. Kemudi ini banyak diginakan oleh kapal-kapal kecil atau kapal kayu. b. System Mekanik, yaitu daun kemudi yang letaknya di buriotan dhubungkan dengan gigi-gig atau rantai dan dihubungkan ke jatra yang letaknya di ruang kemudi/navigasi. System ini digerakkan dengan tangan. c. System Hydroulik, yaitu untuk menggerakkan daun kemudi digunakan sistem hidroulik yaitu system yang menggunakan tenaga cairan/oli sehingga gerakkannya lebih halus dan ringan, memutar jatra dengan tangan. d. System Elektro Hydoulik, yaitu hampir sama dengan hidroulik, hanya tenaga penggeraknya menggunakan tenaga listrik yang mengatur katupkatup olie. 1

29 e. System Kemudi Otomatis, yaitu suatu susunan kemudi yang terdapat di kapal-kapal penumpang yang dilengkapi dengan pedoman-pedoman gasing. Kemudi berfungsi untuk mengolah gerak kapal. Untuk menggerakkan daun kemudi yang berada di bawah permukaan air, dipergunakan mesin kemudi yang dihubungkan dengan poros kemudi pada ruang mesin kemudi. Mesin kemudi dapat dioperasikan dari ruang nahkoda yang berada di anjungan. Tidak dapat disangkal bahwa kemudi memegang peranan yang penting di dlam pelayaran dengan sebuah kapal, bahkan ikut menentukan faktor keselamatan sebuah kapal Ketentuan SOLAS 1960 Sehubungan dengan peranan tersebut di atas, maka sebuah kemudi harus mematuhi beberapa ketentuan-ketentuan yang diharuskan demi keselamatan tadi. Menurut SOLAS 1960 ketentuan tersebut antara lain : a. Kemudi utama harus mempunyai kekuatan yang cukup, b. Pada kecepatan maksimum kapal masih dapat dikemudikan dengan layak, c. Baik kapal penumpang, kapal barang, kapal ikan harus dilengkapi dengan dengan sebuah perangkat kemudi utama dan sebuah perangkat kemudi lensa yang disetujui oleh isntasi pemerintah yang berwenang, d. Di kapal penumpang, barang, dan kapal ikan kemudi utamanya pada waktu maju dengan kecepatan maksimum, kemudi harus dapat 1

30 disimpangkan sebesar 350 ke kiri/ke kanan dalam waktu 8 detik (dari kedudukan tengah ke kiri 35 0), kembali ke tengah lalu ke kanan Jenis Daun Kemudi Berdasarkan jenisnya daun kemudi dapat dibagi menjadi : a. Daun Kemudi Biasa Daun kemudi biasa adalah kemudi yang seluruh daun kemudi berada di belakang poros putarnya. Umumnya dipakai/dipasang pada kapal-kapal kecil yang berbaling-baling tunggal. Daun kemudi bisa dibagi atas : (1) Daun Kemudi Pelat Tunggal () Daun Kemudi Pelat Ganda Gambar 4.13 Kemudi biasa pelat tunggal b. Daun Kemudi Berimbang Kemudi Berimbang ialah kemudi yang daun kemudinya sebagian berada di belakang poros putarnya. Pada kemudi berimbang penuh, 5 30

31 % bagian daun kemudi berada di depan di depan poros putar sedang sisanya berada berada di belakang poros putar. Daun kemudi berimbang dibagi menjadi : (1) Daun Kemudi Berimbang Penuh () Daun Kemudi Semi Berimbang Berimbang disini maksudnya ialah untuk mendapatkan pengurangan pemakaian tenaga mesin kemudi yang disebabkan bergesernya pusat tekanan melintang ke arah mendekati poros putar kemudi (menghemat tenaga mesin kemudi). Sebagai akibat pergeseran tadi maka tekanan air yang didapat/diterima oleh bagian di belakang merupakan hal yang berat untuk menggerakkan kemudi, sebab dengan motor kemudi yang kecil saja daun kemudi sudah mempunyai kecenderungan untuk berputar (menyimpang). Hal ini berlainan sekali dengan kemudi biasa dimana untuk menggerakkan daun kemudi membutuhkan tenaga mesin yang besar. c. Daun Kemudi Patent Kemudi Patent ialah kemudi yang konstruksinya dibuat berdasarkan hasil penelitian (research) lalu dipatenkan. Penelitian iniu dibuat pertimbangan untuk mencapai efesiency/rendemen kemudi yang lebih baik.

32 Gambar Kemudi Patent Penyangga Kemudi Berat kemudi dan gagang kemudi dikurangi dengan gaya apung, ditampung oleh penyangga juga merupakan bantalan teratas dari gagang kemudi dan sekaligus dibuat sebagai bis pakking yang menahan masuknva air saat kapat bergerak naik turun. Bis dudukan dan ring pemiklul dilumasi dengan gemuk. Kadang-kadang bis pakking ditempatkan di bawah hingga bantalan tetap kering. Semua elemen terdiri atas dua bagian untuk memungkinkan demontase. Penyangga kemudi kapal perikanan seperti yang terlihat pada gambar 15.

33 Gambar Penyangga Kemudi 4.7. Baling-Baling ( Propeller ) Baling-baling adalah bagian dari mesin penggerak yang berada di air, serta alat yang terpenting dan terbanyak digunakan untuk menggerakkan kapal. 1

34 Gambar Daun baling-baling Pada umunya baling-baling tediri dari daun baling-baling yang disebut Pitch Propeller, yang jumlahnya bisa dua, tiga, empat, lima daun. Ada daun baling-baling yang tetap dan dapat diatur sudutnya Tipe Propoller ( Baling-Baling ) Tipe Menurut Jumlah Daun Propeller Dilihat dari jumlah daun propeller, dalam teknik perkapalan perikanan dikenal beraneka jumlah daun, diantaranya : a. Propeller Dua Daun Gambar Propeller dua daun Untuk kapal perikanan umumnya menggunakan baling-baling dua daun dan arah putarannya searah jarum jam (ke kanan). Baling-baling putaran kanan adalah baling-baling yang berputar ke kanan dilihat dari arah buritan kapal, dan kapal bergerak maju. 3

35 Agar kapal bergerak mundur, maka baling-baling dirubah putarannya atau sudut daun baling-baling dirubah arahnya. Prinsip kerja baling-baling (kapal dapat begerak maju) adalah karena bentuknya sedemikian rupa sehingga apabila berputar, maka akan mendorong air ke belakang/air yang didorong tersebut akan mendorong air ke belakang dan kapal bergerak maju. Pertimbangan dalam memilih jumlah daun propeller: a. Jumlah daun propeller semakin banyak maka putaran yang dihasilkan semakin seimbang ( balans ). b. Jumlah daun semakin sedikit maka semakin efisien namun getarannya semakin besar Tipe Propeller Menurut Arah Putaran Propeller Tipe propeller menurut arah dorongan putaran propeller dibagi menjadi dua tipe, yaitu : a. Propeller tipe putaran kiri ( counterclockwise ). b. Propeller tipe putaran kanan ( clockwise ). Pemilihan tipe arah putaran dorongan daya propeller agar disesuaikan dengan arah putaran shaft propeller atau arah putaran flens gear box Tipe Propeller Menurut Rancangan Pitch Propeller Tipe propeller menurut rancangan pitch propeller dibagi menjadi dua tipe, yaitu: a. Pitch propeller statis (fixed pitch propeller = FPP). 1

36 Propeller statis menurut besaran pitch dikategorikan menjadi dua yaitu : 1). Propeller statis pitch rendah (Climb Propeller), cocok digunakan pada motor penggerak kapal jenis putaran tinggi. ). Propeller statis pitch besar (Cruise Propeller), cocok digunakan pada motor penggerak kapal jenis putaran rendah. b. Pitch propeller yang dapat diatur secara hidrolis (controlrable pitch propeller = CPP). Pada kapal perikanan dengan rancangan shaft propeller yang berukuran relatif besar dapat menggunakan pitch propeller yang dapat diatur secara hidrolis (controlrable pitch propeller = CPP) Penempatan Baling-Baling Penempatan baling-baling di ujung buritan kapal dan harus berada di bawah atau di dlam air. Apabila dua buah baling-baling, maka diletakkan di kanan dan kiri belakang lunas kapal. Apabila tiga atau empat baling-baling, maka yang lainnya diletakkan di smping bagian haluan, gunanya adalah untuk membelokkan kapal atau mendorong kapal pad sat sandar dermaga. Gambar 4.18 Baling-baling tunggal 1

37 Gambar 4.19 Baling-baling ganda Gambar 4.0 Penempatan baling-baling di kapal 4.8 Stabilitas Kapal Secara umum dapat dikatakan bahwa stabilitas atau kesetimbangan ialah sifat atau kecenderungan sebuah kapal untuk kembali ke kedudukan semula setelah mendapat sudut senget karena gaya dari luar. Sewaktu kapal menyenget oleh karena kapal mendapatkan pengaruh luar. Misalnya angin, ombak dan sebagainya. Secara umum hal-hal yang mempengaruhi keseimbangan kapal dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu : 1

38 a. Faktor internal yaitu tata letak barang, bentuk ukuran kapal, kebocoran karena kandas atau tubrukan, dan b. Faktor eksternal yaitu berupa angin, ombak, arus, dan badai. Stabilitas kapal dapat dibedakan antara lain : a. Stabilitas dinamis, dan b. Stabilitas statis. Stabilitas dinamis adalah kerja yang diperlukan untuk memiringkan kapal sampai sudut senget tertentu. Sedangkan stabilitas statis adalah daya tegak bagi kapal pada kedudukan semula. Stabilitas melintang penting sekali bagi hal-hal berikut : a. Pemompaan tangki-tangki dasar berganda, b. Pengisian ruang palkah dengan air pada saat kebakaran, c. Pembongkaran atau pemindahan muatan di dalam palka, d. Pada saat kapal akan naik dok, dan e. Bila terjadi kebocoran kapal. Ukuran-ukuran pokok yang menjadi dasar dari pengukuran kapal adalah panjang ( length ), lebar ( breadth ), tinggi ( depth) serta sarat ( draft ). Sedangkan untuk panjang di dalam pengukuran kapal dikenal beberapa istilah seperti LOA ( Length Over All ), LBP (Length Between Perpendicular) dan LWL ( Length Water Line). Stabilitas kapal penangkapan ikan dapat dibedakan menjadidua, yaitu: a. Stabilitas Kapal melintang ( horizontal ) 1

39 Stabilitas melintang adalah kemampuan kapal sewaktu mengalami senget dalam arah melintang untuk yang tegak disebabkan oleh adanya pengaruh luar yang bekerja padanya. Gambar 4.1 Stabilitas kapal melintang b. Stabilitas Kapal membujur ( vertikal ) Stabilitas kapal membujur ( vertikal ) ialah sifat atau kecenderungan sebuah kapal untuk kembali ke kedudukan semula setelah mendapat senget karena gaya dari luar, dimana pergerakkan kapal mengoleng ke kiri dan ke kanan. Gambar 4. Stabilitas kapal membujur 4.9 Perhitungan Brutto Register Tonnage ( BRT )

40 Untuk perhitungan gross tonnage atau brutto register tonnage dari sebuah kapal tergantung dari cara perhitungan yang dilakukan oleh suatu negara tertentu. a. Konvensi Internasional dalam Pengukuran Tonnage Kapal, tahun Pengukuran Gross Tonnage : GT untuk kapal yang mempunyai panjang lebih besar 4 meter (L > 4 meter) dapat ditentukan dengan formula sebagai berikut : GT = k x V dimana : GT = Gross Tonnage Kapal (dalam RT) V = Volume total dari ruangan-ruangan tertutup dalam kapal (dalam m 3) K= 0, + 0,0 log 10 v b. Pengukuran Gross Tonnage : GT untuk kapal ikan yang mempunyai panjang kapal lebih kecil 4 meter (L < 4 meter) dapat ditentukan dengan formula, sebagai berikut : GT = (a+ b) = 0,353 ( a+ b),838 Dimana : a = Volume ruangan tertutup yang berada di bawah geladak (dalam m3) b = Volume ruangan tertutup yang berada di atas geladak (dalam m3) Untuk kapal ikan digunakan rumus : Keterangan : L= panjang ruangan GT = (LxBxD),83 B= lebar ruangan D= draft=serat kapal BAB V

41 KESIMPULAN Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah: 1. Kapal adalah mencakup setiap jenis pesawat air, termasuk bukan menguak pesawat-pesawat terbang laut, berberat benaman digunakan atau dapat digunakan sebagai sarana pengangkutan di air.. Jenis-jenis kapal perikanan tergantung kepada alat tangkap yang digunakan. 3. Ukuran pokok sebuah kapal meliputi : panjang, lebar, dan tinggi. 4. Bagian bagian kapal meliputi : bangunan dalam kapal dan bangunan atas kapal. 5. Tata letak bagian-bagian kapal meliputi : letak, jumlah dan ukuran. 6. Bentuk kapal ikan terdiri dari tiga jenis, yaitu bentuk segi tiga sama kaki biasa, dan kotak. 7. Setiap bentuk kapal ikan mempunyai keuntungan dan kerugiannya masing-masing. 8. Putaran baling-baling berpengaruh terhadap peletakan alat tangkap. DAFTAR PUSTAKA 1

42 Dinas Kelautan dan Pariwisata Pengaturan Penggunaan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan (Vessel Monitoring System). Surat Edaran. Pusat Data, Statistic Dan Informasi (PUSDATIN). Jakarta. Laksono, Aries Dwi Kajian Teknis Penambahan Circulating Duct Pada Kapal Perikanan Tipe Outboard Di Indonesia. Paper. ITS. Nugraha, A Klasifikasi kapal Perikanan. Paper Perikanan Tangkap. PT. Media Nusa Pradana. Batam. Ridzal Saini Juklak Perhitungan Produktivitas Kapal Perikanan. Kliping Dunia Ikan dan Mancing. Jakarta. 3

BAB V DASAR BERGANDA ( DOUBLE BOTTOM )

BAB V DASAR BERGANDA ( DOUBLE BOTTOM ) BAB V DASAR BERGANDA ( DOUBLE BOTTOM ) PENGERTIAN DASAR BERGANDA Dasar Berganda ialah bagian dari konstruksi kapal yang dibatas, Bagian bawah - Oleh kulit kapal bagian bawah ( bottom shell planting ) Bagian

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan Menurut Nomura dan Yamazaki (1977) kapal perikanan sebagai kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan yang meliputi aktivitas penangkapan atau pengumpulan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI STRUKTUR DAN BAGIAN BAGIAN KAPAL PERIKANAN

IDENTIFIKASI STRUKTUR DAN BAGIAN BAGIAN KAPAL PERIKANAN IDENTIFIKASI STRUKTUR DAN BAGIAN BAGIAN KAPAL PERIKANAN PK. NPL. G. 01. M BIDANG KEAHLIAN PROGRAM KEAHLIAN : PELAYARAN : NAUTIKA PERIKANAN LAUT DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SEKAT KEDAP AIR HALUAN MIRING KAPAL PENUMPANG : 5 % L M KAPAL BARANG : b = Jarak terkecil dari. ketentuan. b = 5 % L atau.

SEKAT KEDAP AIR HALUAN MIRING KAPAL PENUMPANG : 5 % L M KAPAL BARANG : b = Jarak terkecil dari. ketentuan. b = 5 % L atau. BAB III SEKAT KEDAP AIR HALUAN MIRING KAPAL PENUMPANG : 5 % L + 3.05 M KAPAL BARANG : b = Jarak terkecil dari ketentuan b = 5 % L atau b = 10 meter b = 8 % L ( Seijin Pemerintah ) SEKAT KEDAP AIR BULLBOUS

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Terdapat beberapa definisi mengenai kapal perikanan, menurut Undang- Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat

Lebih terperinci

Bentuk baku konstruksi kapal pukat cincin (purse seiner) GT

Bentuk baku konstruksi kapal pukat cincin (purse seiner) GT Standar Nasional Indonesia Bentuk baku konstruksi kapal pukat cincin (purse seiner) 75 150 GT ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... I Prakata... II Pendahuluan... III 1 Ruang

Lebih terperinci

Bentuk baku konstruksi kapal rawai tuna (tuna long liner) GT SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional

Bentuk baku konstruksi kapal rawai tuna (tuna long liner) GT SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Bentuk baku konstruksi kapal rawai tuna (tuna long liner) 75 150 GT ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...II pendahuluan...iii 1 Ruang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I A. UMUM Untuk merencanakan sebuah kapal bangunan baru, ada beberapa masalah yang penting dan pokok untuk dijadikan dasar perencanaan, baik dari segi teknis, ekonomis maupun segi artistiknya.beberapa

Lebih terperinci

Awak tidak memperhatikan bangunan dan stabilitas kapal. Kecelakaan kapal di laut atau dermaga. bahaya dalam pelayaran

Awak tidak memperhatikan bangunan dan stabilitas kapal. Kecelakaan kapal di laut atau dermaga. bahaya dalam pelayaran Bagian-bagian Kapal Awak tidak memperhatikan bangunan dan stabilitas kapal Kecelakaan kapal di laut atau dermaga bahaya dalam pelayaran merugikan harta benda, kapal, nyawa manusia bahkan dirinya sendiri.

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kapal Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Kapal perikanan merupakan kapal yang digunakan untuk aktivitas penangkapan ikan di laut (Iskandar dan Pujiati, 1995). Kapal perikanan adalah kapal yang digunakan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KAPAL (Tonnage Measurement)

PENGUKURAN KAPAL (Tonnage Measurement) PENGUKURAN KAPAL (Tonnage Measurement) OLEH : LUKMAN HIDAYAT NRP. 49121110172 PROGRAM DIPLOMA IV JURUSAN TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN SEKOLAH TINGGI PERIKANAN JAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PENDAHULUAN MT SAFINA SYUMADHANI Tanker 3600 BRT I - 1 PROGRAM STUDI D III TEKNIK PERKAPALAN PROGRAM DIPLOMA FAKULTAS TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN. PENDAHULUAN MT SAFINA SYUMADHANI Tanker 3600 BRT I - 1 PROGRAM STUDI D III TEKNIK PERKAPALAN PROGRAM DIPLOMA FAKULTAS TEKNIK BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Untuk merencanakan sebuah kapal bangunan baru, ada beberapa masalah yang penting dan pokok untuk dijadikan dasar perencanaan, baik dari segi teknis, ekonomis maupun segi artistiknya.

Lebih terperinci

Istilah istilah yang ada di teori bangunan kapal Istilah istilah yang ada pada konstruksi bangunan kapal Jenis-jenis kapal

Istilah istilah yang ada di teori bangunan kapal Istilah istilah yang ada pada konstruksi bangunan kapal Jenis-jenis kapal Istilah istilah yang ada di teori bangunan kapal Istilah istilah yang ada pada konstruksi bangunan kapal Jenis-jenis kapal Ukuran utama ( Principal Dimension) * Panjang seluruh (Length Over All), adalah

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL HALAMAN SURAT TUGAS

HALAMAN JUDUL HALAMAN SURAT TUGAS DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN SURAT TUGAS HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI HALAMAN PENGESAHAN KETUA PROGRAM STUDI HALAMAN MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Umum A.1. Jenis Kapal A.2. Kecepatan Kapal A.3. Masalah Lain

BAB I PENDAHULUAN A. Umum A.1. Jenis Kapal A.2. Kecepatan Kapal A.3. Masalah Lain BAB I PENDAHULUAN A. Umum Dalam merencanakan atau mendesain kapal bangunan baru, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan sebuah kapal, baik dari segi teknis, ekonomis maupun segi artistiknya.

Lebih terperinci

ANALISA TEKNIS KM PUTRA BIMANTARA III MENURUT PERATURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU BKI

ANALISA TEKNIS KM PUTRA BIMANTARA III MENURUT PERATURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU BKI ANALISA TEKNIS KM PUTRA BIMANTARA III MENURUT PERATURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU BKI Sarjito Jokosisworo*, Ari Wibawa Budi Santosa* * Program Studi Teknik Perkapalan Fakultas Teknik UNDIP ABSTRAK Mayoritas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.283, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pengukuran Kapal. Tata cara. Metode. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGUKURAN KAPAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi teknis, ekonomis maupun segi artistiknya. Hal-hal dasar yang. harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi teknis, ekonomis maupun segi artistiknya. Hal-hal dasar yang. harus diperhatikan adalah sebagai berikut : BAB I A. Umum Dalam merencanakan atau mendesaign kapal bangunan baru, ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam merencanakan sebuah kapal, baik dari segi teknis, ekonomis maupun segi artistiknya.

Lebih terperinci

Bangunan dan Stabilitas Kapal Niaga 1

Bangunan dan Stabilitas Kapal Niaga 1 HALAMAN SAMPUL Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2015 Bangunan dan Stabilitas Kapal Niaga 1 SMK / MAK Kelas X Semester I NAUTIKA KAPAL NIAGA KELAS X-1 I Bangunan dan Stabilitas Kapal

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kapal Purse Seine di Takalar Semua usaha penangkapan ikan dengan alat tangkap purse seine di kabupaten Takalar menggunakan sistem satu kapal (one boat sistem). Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN . HASIL DAN PEMBAHASAN yang dijadikan sampel dan diukur pada penelitian ini berjumlah 22 unit yang mempunyai wilayah pengoperasian lokal, yaitu di daerah yang tidak jauh dari teluk Palabuhanratu. Konstruksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Kapal Perikanan. Kapaf ikan adalah salah satu jenis dari kapal, dengan demikian sifat dan

II. TINJAUAN PUSTAKA Kapal Perikanan. Kapaf ikan adalah salah satu jenis dari kapal, dengan demikian sifat dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kapal Perikanan Kapaf ikan adalah salah satu jenis dari kapal, dengan demikian sifat dan syarat-syarat yang diperlukan oleh suatu kapal akan diperlukan juga oleh kapal ikan, akan

Lebih terperinci

BAB V SHELL EXPANSION

BAB V SHELL EXPANSION BAB V SHELL EXPANSION A. PERHITUNGAN BEBAN A.1. Beban Geladak Cuaca (Load and Weather Deck) Yang dianggap sebagai geladak cuaca adalah semua geladak yang bebas kecuali geladak yang tidak efektif yang terletak

Lebih terperinci

BAB III. Tindakan Olah Gerak menolong orang jatuh kelaut tergantung dan pada factor-factor sebagai berikut :

BAB III. Tindakan Olah Gerak menolong orang jatuh kelaut tergantung dan pada factor-factor sebagai berikut : BAB III BERLAYAR DIPERAIRAN SEMPIT DAN DANGKAL GEJALANYA : Timbul ombak haluan yang mengalir kebelakang. Arus lemah yang mengalir diperpanjang garis lunas. Arus buritan yang mengalir ke depan. Ombak buritan

Lebih terperinci

Metacentra dan Titik dalam Bangunan Kapal

Metacentra dan Titik dalam Bangunan Kapal Metacentra dan Titik dalam Bangunan Kapal 1. Titik Berat (Centre of Gravity) Setiap benda memiliki tittik berat. Titik berat inilah titik tangkap dari sebuah gaya berat. Dari sebuah segitiga, titik beratnya

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI UKURAN KAPAL

IDENTIFIKASI UKURAN KAPAL IDENTIFIKASI UKURAN KAPAL PK. NPL. G. 02. M BIDANG KEAHLIAN PROGRAM KEAHLIAN : PELAYARAN : NAUTIKA PERIKANAN LAUT DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 21 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kapal Cumi-Cumi (Squid Jigging) Kapal cumi-cumi (squid jigging) merupakan kapal penangkap ikan yang memiliki tujuan penangkapan yaitu cumi-cumi. Kapal yang sebagai objek penelitian

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BUKAAN KULIT SHELL EXPANTION

PERHITUNGAN BUKAAN KULIT SHELL EXPANTION BAB V PERHITUNGAN BUKAAN KULIT Perhitungan Shell Expansion ( bukaan kulit ) kapal MT. SADEWA diambil dari perhitungan Rencana Profil berdasarkan Peraturan Biro Klasifikasi Indonesia Volume II, Rules for

Lebih terperinci

KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN PALABUHANRATU JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN PALABUHANRATU JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN PALABUHANRATU JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA ARIEF MULLAH MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN

Lebih terperinci

INSTALASI PERMESINAN

INSTALASI PERMESINAN INSTALASI PERMESINAN DIKLAT MARINE INSPECTOR TYPE-A TAHUN 2010 OLEH MUHAMAD SYAIFUL DITKAPEL DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT KEMENTRIAN PERHUBUNGAN KAMAR MESIN MACHINERY SPACE / ENGINE ROOM RUANG

Lebih terperinci

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA FINAL KNKT.17.03.05.03 Laporan Investigasi Kecelakaan Pelayaran Tenggelamnya KM. Sweet Istanbul (IMO No. 9015993) Area Labuh Jangkar Pelabuhan Tanjung Priok, DKI Jakarta Republik Indonesia

Lebih terperinci

2016, No Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang Pengesahan International Convention For The Safety of Life at Sea, 1974; 6. Peratur

2016, No Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang Pengesahan International Convention For The Safety of Life at Sea, 1974; 6. Peratur BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1428, 2016 KEMENHUB. Kendaraan diatas Kapal. Pengangkutan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 115 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGANGKUTAN

Lebih terperinci

Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka belitung

Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka belitung 3 R. Nopandri et al. / Maspari Journal 02 (2011) 3-9 Maspari Journal 01 (2011) 3-9 http://masparijournal.blogspot.com Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat

Lebih terperinci

Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka Belitung

Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka Belitung 3 R. Nopandri et al. / Maspari Journal 02 (2011) 3-9 Maspari Journal 01 (2011) 3-9 http://jurnalmaspari.blogspot.com Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka

Lebih terperinci

EVALUASI PERBANDINGAN DRAFT KAPAL IKAN FIBERGLASS DAN KAYU BERDASARKAN SKENARIO LOADCASE, STUDI KASUS KAPAL IKAN 3GT

EVALUASI PERBANDINGAN DRAFT KAPAL IKAN FIBERGLASS DAN KAYU BERDASARKAN SKENARIO LOADCASE, STUDI KASUS KAPAL IKAN 3GT EVALUASI PERBANDINGAN DRAFT KAPAL IKAN FIBERGLASS DAN KAYU BERDASARKAN SKENARIO LOADCASE, STUDI KASUS KAPAL IKAN 3GT Nurhasanah Teknik Perkapalan, Politeknik Negeri Bengkalis, Indonesia Email: nurhasanah@polbeng.ac.id

Lebih terperinci

BAB V MIDSHIP AND SHELL EXPANSION

BAB V MIDSHIP AND SHELL EXPANSION BAB V MIDSHIP AND SHELL EXPANSION Perhitungan Midship & Shell Expansion berdasarkan ketentuan BKI (Biro Klasifikasi Indonesia) Th. 2006 Volume II. A. PERHITUNGAN PLAT KULIT DAN PLAT GELADAK KEKUATAN B.1.

Lebih terperinci

SPESIFIKASI TEKNIS KAPAL IKAN 1 GT FRP

SPESIFIKASI TEKNIS KAPAL IKAN 1 GT FRP SPESIFIKASI TEKNIS KAPAL IKAN 1 GT FRP DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PEMERINTAH KABUPATEN SIKKA TAHUN ANGGARAN 2017 SPESIFIKASI TEKNIS 1 1. UMUM 1.01 PENDAHULUAN Untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana

Lebih terperinci

KAPAL IKAN PURSE SEINE

KAPAL IKAN PURSE SEINE KAPAL IKAN PURSE SEINE Contoh Kapal Purse Seine, Mini Purse Seine, Pengoperasian alat tangkap. DESAIN KAPAL PURSE SEINE Spesifikasi kapal ikan yang perlu di perhatikan : 1. Spesifikasi teknis : khusus

Lebih terperinci

KONTRUKSI KAPAL PERIKANAN DAN UKURAN-UKURAN UTAMA DALAM PENENTUAN KONSTRUKSI KAPAL

KONTRUKSI KAPAL PERIKANAN DAN UKURAN-UKURAN UTAMA DALAM PENENTUAN KONSTRUKSI KAPAL KONTRUKSI KAPAL PERIKANAN DAN UKURAN-UKURAN UTAMA DALAM PENENTUAN KONSTRUKSI KAPAL RULLY INDRA TARUNA 230110060005 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2012 0 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

DESAIN INSTALASI LAMPU NAVIGASI PADA KAPAL PERINTIS 2000 GT

DESAIN INSTALASI LAMPU NAVIGASI PADA KAPAL PERINTIS 2000 GT DESAIN INSTALASI LAMPU NAVIGASI PADA KAPAL PERINTIS 2000 GT Andi Setiawan 1a) Moh Toni Prasetyo 2) Aris Kiswanto 3) 123) Prodi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Jl. Kasipah no 10-12 Semarang-Indonesia a)

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Kapal Cumi-Cumi (Squid Jigging) Kapal penangkap cumi-cumi adalah kapal yang sasaran utama penangkapannya adalah cumi-cumi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Kapal perikanan adalah kapal yang digunakan didalam usaha perikanan yang mencakup penggunaan atau aktivitas dalam usaha menangkap atau mengumpulkan sumberdaya perairan

Lebih terperinci

SOAL DAN PENYELESAIAN KONS & STAB UKP ANT IV BAG Terangkan artinya istilah berikut ini : a. MAST HOUSE b. BULWARK c.

SOAL DAN PENYELESAIAN KONS & STAB UKP ANT IV BAG Terangkan artinya istilah berikut ini : a. MAST HOUSE b. BULWARK c. SOAL DAN PENYELESAIAN KONS & STAB UKP ANT IV BAG 1. 1. Terangkan artinya istilah berikut ini : a. MAST HOUSE b. BULWARK c. TONNAGE WELL 1. Arti istilah berikut ini : a. MAST HOUSE = Ruangan yang terletak

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 21 1.1. Latar Belakang Perairan Aceh berhubungan langsung dengan Samudra Hindia berada di sebelah barat Sumatra dan mempunyai potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar. Luas perairan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN FRANCIS... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI...iii. DAFTAR GAMBAR... v. DAFTAR TABEL...vi. PETA KEDUDUKAN BAHAN AJAR...

DAFTAR ISI. HALAMAN FRANCIS... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI...iii. DAFTAR GAMBAR... v. DAFTAR TABEL...vi. PETA KEDUDUKAN BAHAN AJAR... HALAMAN FRANCIS i KATA PENGANTAR Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi siswa dari sisi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara utuh. Keutuhan tersebut menjadi dasar dalam perumusan kompetensi

Lebih terperinci

Iswadi Nur Program Studi Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik UPN Veteran Jakarta Jl. RS Fatmawati, Pondok Labu Jakarta Selatan

Iswadi Nur Program Studi Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik UPN Veteran Jakarta Jl. RS Fatmawati, Pondok Labu Jakarta Selatan FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BEBAN RANCANGAN (DESIGN OAD) TERKAIT DENGAN PERHITUNGAN KONSTRUKSI KAPA- KAPA NIAGA BERBAHAN BAJA MENURUT REGUASI KAS Iswadi Nur Program Studi Teknik Perkapalan, Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH FREE SURFACE TERHADAP STABILITAS KAPAL PENGANGKUT IKAN HIDUP. Oleh: Yopi Novita 1*

PENGARUH FREE SURFACE TERHADAP STABILITAS KAPAL PENGANGKUT IKAN HIDUP. Oleh: Yopi Novita 1* BULETIN PSP ISSN: 0251-286X Volume XIX No. 2 Edisi Juli 2011 Hal 35-43 PENGARUH FREE SURFACE TERHADAP STABILITAS KAPAL PENGANGKUT IKAN HIDUP Oleh: Yopi Novita 1* ABSTRAK Muatan utama kapal pengangkut ikan

Lebih terperinci

Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero)

Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero) Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero) Nama : Geraldi Geastio Dominikus NPM : 23412119 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Eko Susetyo

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENDATAAN KAPAL DAN GALANGAN KAPAL SERTA PENERBITAN SURAT TANDA KEBANGSAAN KAPAL DI KABUPATEN TANGERANG

Lebih terperinci

STATUS REKOMENDASI KESELAMATAN SUB KOMITE INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI. Penerima Receiver.

STATUS REKOMENDASI KESELAMATAN SUB KOMITE INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI. Penerima Receiver. STATUS REKOMENDASI KESELAMATAN SUB KOMITE INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI Investigasi Investigation Tanggal Kejadian Date of Occurrence Sumber Source Tanggal Dikeluarkan

Lebih terperinci

ZIG-ZAG TEST DAN TURNING CIRCLE TEST DALAM OLAH GERAK CIKAR PADA KAPAL TANGKER DRAGON REIGN A B S T R A K

ZIG-ZAG TEST DAN TURNING CIRCLE TEST DALAM OLAH GERAK CIKAR PADA KAPAL TANGKER DRAGON REIGN A B S T R A K ZIG-ZAG TEST DAN TURNING CIRCLE TEST DALAM OLAH GERAK CIKAR PADA KAPAL TANGKER DRAGON REIGN Manadianto Staf pengajar Akademi Maritim Yogyakarta (AMY) A B S T R A K Olah gerak cikar adalah olah gerak yang

Lebih terperinci

Keuntungan topdal tunda terhadap topdal tangan 1. Pelayanannya lebih jauh 2. Dapat dilakukan pengukuran secara terns menerus (continue)

Keuntungan topdal tunda terhadap topdal tangan 1. Pelayanannya lebih jauh 2. Dapat dilakukan pengukuran secara terns menerus (continue) 1. Apung di cuci dengan air tawar, dikeringkan benar kemudian dilumasi dengan gemuk 2. Tali topdal dicuci dengan air tawar, dikeringkan (diangin-anginkan) dan digulung rapi. 3. Bagian-bagian yang bergerak

Lebih terperinci

FINAL KNKT Laporan Investigasi Kecelakaan Laut

FINAL KNKT Laporan Investigasi Kecelakaan Laut FINAL KNKT-08-11-05-03 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI Laporan Investigasi Kecelakaan Laut Terbaliknya Perahu Motor Koli-Koli Perairan Teluk Kupang NTT 09 Nopember 2008 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN

TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Dalam merencanakan atau mendesain kapal bangunan baru, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan sebuah kapal, baik dari segi teknis, ekonomis maupun segi artistiknya.

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI STRUKTUR DAN BAGIAN-BAGIAN KAPAL. NPL - Prod/K.01. Kompetensi : Bangunan dan Stabilitas Kapal

MENGIDENTIFIKASI STRUKTUR DAN BAGIAN-BAGIAN KAPAL. NPL - Prod/K.01. Kompetensi : Bangunan dan Stabilitas Kapal MENGIDENTIFIKASI STRUKTUR DAN BAGIAN-BAGIAN KAPAL NPL - Prod/K.01 Kompetensi : Bangunan dan Stabilitas Kapal BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIKMENJUR DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

ALTERNATIF PENGGUNAAN GADING BAJA PADA PEMBANGUNAN KAPAL KAYU 30 GT

ALTERNATIF PENGGUNAAN GADING BAJA PADA PEMBANGUNAN KAPAL KAYU 30 GT Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 10, Nomor 2, Juli - Desember 2012 ALTERNATIF PENGGUNAAN GADING BAJA PADA PEMBANGUNAN KAPAL KAYU 30 GT Lukman Bochary & Farid Larengi Jurusan Teknik Perkapalan

Lebih terperinci

Bab XII. Spesifikasi Teknis dan Gambar

Bab XII. Spesifikasi Teknis dan Gambar Bab XII. Spesifikasi Teknis dan Gambar Pekerjaan : Pengadaan Kapal Pengawas (Long Boat) 1. KONDISI UMUM Spesifikasi teknis ini bersama dengan gambar-gambar yang diampirkan dimaksudkan untuk menerangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Ilmu Bangunan Kapal

BAB I PENDAHULUAN. A. Ilmu Bangunan Kapal BAB I PENDAHULUAN A. Ilmu Bangunan Kapal Seperti kita ketahui ilmu bangunan kapal merupakan salah satu bagian dari ilmu kecakapan pelaut (seamanship), yang akhir-akhir ini makin berkembang sesuai dengan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Kapal Perikanan 5 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Kapal Perikanan Pada hakekatnya fungsi sebuah kapal ialah sebagai alat pengangkut di air dari suatu tempat ke tempat lain, baik pengangkutan barang, penumpang maupun

Lebih terperinci

ANALISA PENGGUNAAN RUANGAN KAPAL PENANGKAP IKAN TUNA DI PANTAI SADENG GUNUNG KIDUL. Salim Staf Pengajar Akademi Maritim Yogyakarta (AMY) ABSTRAK

ANALISA PENGGUNAAN RUANGAN KAPAL PENANGKAP IKAN TUNA DI PANTAI SADENG GUNUNG KIDUL. Salim Staf Pengajar Akademi Maritim Yogyakarta (AMY) ABSTRAK ANALISA PENGGUNAAN RUANGAN KAPAL PENANGKAP IKAN TUNA DI PANTAI SADENG GUNUNG KIDUL Salim Staf Pengajar Akademi Maritim Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hasil ruangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum. 2.1.1 Defenisi Stabilitas Stabilitas adalah merupakan masalah yang sangat penting bagi sebuah kapal yang terapung dilaut untuk apapun jenis penggunaannya, untuk

Lebih terperinci

DAFTAR SIMBOL / NOTASI

DAFTAR SIMBOL / NOTASI DAFTAR SIMBOL / NOTASI A : Luas atau dipakai sebagai koefisien, dapat ditempatkan pada garis bawah. ( m ; cm ; inci, dsb) B : Ukuran alas lateral terkecil ( adakalanya dinyatakan sebagai 2B ). ( m ; cm

Lebih terperinci

BAB II CARA KERJA MESIN 2 TAK DAN 4 TAK

BAB II CARA KERJA MESIN 2 TAK DAN 4 TAK BAB II CARA KERJA MESIN 2 TAK DAN 4 TAK A. PEMBAGIAN MOTOR DIESEL 1. Menurut cara kerja Mesin diesesl menurut cara kerja nya dapat diklarisfikasikan menjadi 2 cara kerja,untuk dapat menghasilkan usaha

Lebih terperinci

BAB V BUKAAN KULIT (SHELL EXPANSION)

BAB V BUKAAN KULIT (SHELL EXPANSION) BAB V BUKAAN KULIT (SHELL EXPANSION) Perhitungan Shell Expansion (Bukaan Kulit) berdasarkan ketentuan BKI (Biro Klasifikasi Indonesia) Th. 2007 Volume II. A. PERKIRAAN BEBAN A.1. Beban sisi kapal a. Beban

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.50/MEN/2011 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERKAPALAN RENCANA GARIS C.20.02

KONSEP DASAR PERKAPALAN RENCANA GARIS C.20.02 KONSEP DASAR PERKAPALAN RENCANA GARIS C.20.02 BAGIIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIIKULUM DIIREKTORAT PENDIIDIIKAN MENENGAH KEJURUAN DIIREKTORAT JENDERAL PENDIIDIIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIIDIIKAN

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Desain Perahu Katamaran General arrangement (GA)

5 PEMBAHASAN 5.1 Desain Perahu Katamaran General arrangement (GA) 5 PEMBAHASAN 5.1 Desain Perahu Katamaran 5.1.1 General arrangement (GA) Pembuatan desain perahu katamaran disesuaikan berdasarkan fungsi yang diinginkan yaitu digunakan sebagai perahu pancing untuk wisata

Lebih terperinci

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN )

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN ) MT LINUS 90 BRT LINES PLAN BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN ). PERHITUNGAN DASAR. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + % x Lpp 07,0 + % x 07,0 09, m. Panjang Displacement (L Displ) L Displ

Lebih terperinci

Tahun Pembuatan 2009 Kayu Ketapa (terminalia catapa) 10,05 meter 0,97 meter

Tahun Pembuatan 2009 Kayu Ketapa (terminalia catapa) 10,05 meter 0,97 meter 31 31 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilakukan selama tiga bulan (3) ( bulan yaitu mulai bulan Juli sampai dengan September 2010 di perairan Ur Pulau

Lebih terperinci

Z = 10 (T Z) + Po C F (1 + )

Z = 10 (T Z) + Po C F (1 + ) BAB V BUKAAN KULIT (SHELL EXPANSION) Perhitungan Shell Expansion (Bukaan Kulit) berdasarkan ketentuan BKI (Biro Klasifikasi Indonesia) Th. 2006 Volume II. A. PERKIRAAN BEBAN A.1. Beban sisi kapal a. Beban

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERIKSAAN TONGKANG

LAPORAN PEMERIKSAAN TONGKANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN MINISTRY OF TRANSPORTATION DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIRECTORATE GENERAL OF SEA TRANSPORTATION LAPORAN PEMERIKSAAN TONGKANG NAMA KAPAL : PEMILIK / OPERATOR : AGENT :

Lebih terperinci

ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR

ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR JURNAL TEKNIK SISTEM PERKAPALAN Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR Prasetyo Adi Dosen Pembimbing : Ir. Amiadji

Lebih terperinci

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN )

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN ) BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN ) C.. PERHITUNGAN DASAR A. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + % x Lpp 5.54 + % x 5.54 7.65 m B. Panjang Displacement (L Displ) L Displ,5 x ( Lwl + Lpp

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN UNTUK MENGOLAH GERAK

BAB II PERSIAPAN UNTUK MENGOLAH GERAK BAB II PERSIAPAN UNTUK MENGOLAH GERAK - Kapal datang dari laut 1 jam sebelumnya KKM harus diberitahu - Peta penjelas / peta pelabuhan disiapkan - Sarat kapal dan kedalaman perairan diperhatikan - Alat

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI Yang bertanda tangan dibawah ini, tim dosen penguji Tugas Akhir telah menguji dan menyetujui Laporan Tugas Akhir yang telah disusun oleh : Nama : NIN INDIARTO NIM : L0G

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN UKURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU NELAYAN DI PELABUHAN NELAYAN (PN) GRESIK MENGGUNAKAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (BKI)

STUDI KELAYAKAN UKURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU NELAYAN DI PELABUHAN NELAYAN (PN) GRESIK MENGGUNAKAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (BKI) STUDI KELAYAKAN UKURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU NELAYAN DI PELABUHAN NELAYAN (PN) GRESIK MENGGUNAKAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (BKI) Oleh : Abdur Rachman 4108.100.111 Dosen Pembimbing : M. Nurul Misbah,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/naval JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro ISSN 2338-0322 Optimalisasi Desain Struktur Kekuatan

Lebih terperinci

Simulasi pengaruh trim terhadap stabilitas kapal pukat cincin

Simulasi pengaruh trim terhadap stabilitas kapal pukat cincin Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 2(Edisi Khusus): 13-18, Januari 2015 ISSN 2337-4306 Simulasi pengaruh trim terhadap stabilitas kapal pukat cincin Simulation of trim effect on the stability

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Proses Pembuatan Kapal Baru Pada umumnya metode atau cara dalam proses pembuatan kapal terdiri dari dua cara yaitu cara pertama berdasarkan sistem, cara kedua berdasarkan tempat.

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Dimensi Utama

5 PEMBAHASAN 5.1 Dimensi Utama 5 PEMBAHASAN 5.1 Dimensi Utama Keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh pengrajin kapal tradisional menyebabkan proses pembuatan kapal dilakukan tanpa mengindahkan kaidahkaidah arsitek perkapalan. Dasar

Lebih terperinci

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR Telah disebutkan bahwa pada jalan rel perpindahan jalur dilakukan melalui peralatan khusus yang dikenal sebagai wesel. Apabila dua jalan rel yang terletak pada satu bidang saling

Lebih terperinci

KAJIAN DIMENSI DAN MODEL SAMBUNGAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU PRODUKSI GALANGAN RAKYAT DI KABUPATEN BULUKUMBA

KAJIAN DIMENSI DAN MODEL SAMBUNGAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU PRODUKSI GALANGAN RAKYAT DI KABUPATEN BULUKUMBA PROSID ING 2011 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK KAJIAN DIMENSI DAN MODEL SAMBUNGAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU PRODUKSI GALANGAN RAKYAT DI KABUPATEN BULUKUMBA Azis Abdul Karim, Mansyur Hasbullah & Andi Haris

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Perencanaan Rancang Bangun Dalam merencanakan suatu alat bantu, terlebih dahulu kita harus memperhatikan faktor-faktor yang mendasari terlaksananya perencanaan alat bantu

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI Yang bertanda tangan dibawah ini, Tim Dosen Penguji Tugas Akhir telah menguji dan menyetujui Laporan Tugas Akhir yang telah disusun oleh : Nama : ALI MUNAWAR NIM : L0G

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komponen Jembatan Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : 1. Struktur jembatan atas Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang memindahkan

Lebih terperinci

Analisa Penerapan Bulbous Bow pada Kapal Katamaran untuk Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar

Analisa Penerapan Bulbous Bow pada Kapal Katamaran untuk Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-13 Analisa Penerapan Bulbous Bow pada Kapal Katamaran untuk Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar Prasetyo Adi dan

Lebih terperinci

: Perikanan Tangkap Udang Nomor Sampel Kabupaten / Kota : Kecamatan : Kelurahan / Desa Tanggal Wawancara : Nama Enumerator :..

: Perikanan Tangkap Udang Nomor Sampel Kabupaten / Kota : Kecamatan : Kelurahan / Desa Tanggal Wawancara : Nama Enumerator :.. 173 Lampiran 34 Daftar Kuisioner Jenis Pertanyaan : Perikanan Tangkap Udang Nomor Sampel Kabupaten / Kota : Kecamatan : Kelurahan / Desa Tanggal Wawancara : Nama Enumerator.. I Identitas Responden Nama

Lebih terperinci

Dhani Priatmoko REDUCTION GEAR AND PROPULSION SYSTEM VIBRATION ANALYSIS ON MV.KUMALA

Dhani Priatmoko REDUCTION GEAR AND PROPULSION SYSTEM VIBRATION ANALYSIS ON MV.KUMALA Dhani Priatmoko 4207 100 002 REDUCTION GEAR AND PROPULSION SYSTEM VIBRATION ANALYSIS ON MV.KUMALA Pendahuluan KM Kumala diinformasikan mengalami getaran yang berlebih dan peningkatan temperatur gas buang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis 29 4 KEADAAN UMUM 4.1 Letak dan Kondisi Geografis Keadaan geografi Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten yang memiliki luas laut yang cukup besar. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar berada

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN POMPA SENTRIFUGAL PENGISI KETEL DI PT. INDAH KIAT SERANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN POMPA SENTRIFUGAL PENGISI KETEL DI PT. INDAH KIAT SERANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN POMPA SENTRIFUGAL PENGISI KETEL DI PT. INDAH KIAT SERANG Tugas Akhir ini Disusun dan Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) A. PERHITUNGAN DASAR A.. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + % x Lpp 9,5 + % x 9,5 5, m A.. Panjang Displacement (L Displ) L Displ,5 x ( Lwl + Lpp ),5 x (5, +

Lebih terperinci

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA PEMERIKSA DAN PENGUJI KESELAMATAN DAN KEAMANAN KAPAL

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA PEMERIKSA DAN PENGUJI KESELAMATAN DAN KEAMANAN KAPAL PENETAPAN KRITERIA PEMERIKSA DAN PENGUJI KESELAMATAN DAN KEAMANAN KAPAL LAMPIRAN 8 i DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Istilah dan Definisi 4. Persyaratan 4.1. Persyaratan Utama 4.2. Kompetensi Marine

Lebih terperinci

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) A. PERHITUNGAN DASAR. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + % x Lpp 99,5 +,98, m. Panjang Displacement (L Displ) L Displ,5 x (Lwl + Lpp),5 x (, + 99,5),5

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN:

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 G-98 Produksi Kapal Ikan Tradisional dengan Kulit Lambung dan Geladak Kayu Laminasi serta Konstruksi Gading dan Geladak Aluminium Ricky Andrianto

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penangkapan ikan didefinisikan sebagai kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gambaran Umum Hovercraft Hovercraft adalah suatu kendaraan yang berjalan diatas bantalan udara (air cushion) yang pergerakannya dihasilkan dari gaya angkat dan gaya dorong yang

Lebih terperinci

BAB V TONASE (TONNAGE)

BAB V TONASE (TONNAGE) BAB V TONASE (TONNAGE) A. Pengertian Tonase Kapal ialah sebuah benda terapung yang digunakan untuk sarana transportasi dan pengangkutan di atas air, baik berupa barang, penumpang, hewan dan lain-lain.

Lebih terperinci