BAB V TONASE (TONNAGE)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V TONASE (TONNAGE)"

Transkripsi

1 BAB V TONASE (TONNAGE) A. Pengertian Tonase Kapal ialah sebuah benda terapung yang digunakan untuk sarana transportasi dan pengangkutan di atas air, baik berupa barang, penumpang, hewan dan lain-lain. Karena fungsinya inilah maka besar kecilnya sebuah kapal tidak saja dinyatakan dalam ukuran-ukuran memanjang atau membujur, melebar atau melintang dan tegak saja, tetapi juga dinyatakan dan dilengkapi pula dengan ukuran-ukuran isi maupun berat. Dengan kata lain, besarnya sebuah kapal tidak saja dinyatakan seperti apa yang kita lihat dalam ukuran fisiknya, tetapi juga dari kemampuan kapal tersebut mengangkut muatan. Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa kapaln tanker dan kapal barang umum dengan daya angkut yang sama akan kelihatan berbeda baik dalam ukuran panjang, lebar maupun dalamnya. Guna dari pada ukuran-ukuran ini ialah untuk mengetahui beasr kecilnya sebuah kapal, besar kecilnya daya angkut kapal tersebut dan sekaligus mengetahui besarnya bea-bea yang harus dikeluarkan, seperti bea pelabuhan, bea sandar, bea terusan dan lain sebagainya. B. Jenis Tonase Tonase sebuah kapal dapat diperinci sebagai berikut : 1. Isi kotor (Gross Tonnage = Bruto Register Ton = BRT) Isi kotor besarnya tertera di dalam sertifikat kapal itu, isi kotor merupakan jumlah dari, - Isi ruangan dibawah geladak ukur dan geladak tonnase atau yang sering kita dengan sebagai geladak jalan terus yang paling atas( upper most continuously deck) - Isi ruangan/tempat-tempat antara geladak kedua dan geladak atas - Isi ruangan-ruangan yang tertutup secara permanent pada geladak atas atau geladak diatasnya. - Isi dari ambang palka ( ½ % dari BRT kapal) Isi atau volume ruangan dibawah geladak ukur mengandung pengertian volume dari ruanganruangan yang dibatasi oleh : - Di sebelah atas oleh geladak jalan terus paling atas. - Di sebelah bawah oleh bagian atas dari lajur dasar dalam. - Di sebelah samping oleh bagian sebelah dalam gading-gading.( Lihat lebar tonnase) Di samping itu volume ruangan dibawah geladak ukur termasuk volume dari poros baling- baling atau bentuk-bentuk apendasi lain pada kulit kapal di bawah geladak ukur.

2 13 Isi kotor (GRT atau BRT)merupakan isi dari sebuah kapal dikurangi dengan isi sejumlah ruangan tertentu yang berfungsi sebagai ruangan untuk keamana kapal. Ruangan- ruangan itu disebut sebagai ruangan yang dikecualikan (exempted spaces) atau ruangan-ruangan yang dikurangi (deducted spaces) Dengan kata lain isi kotor sebuah kapal dapat diartikan sebagai isi sebuah kapal dikurangi dengan ruangan-ruangan yang dikecualikan,seperti: - Dasar berganda (double bottom) - Tangki ceruk depan (fore peak tank) - Tangki ceruk belakang (after peak tank) - Deak sheller ( sehller deck) - Dapur (galley) - Anjungan (kamar kemudi)= bridge - Kantor nachcoda (master s office) - Ruang kosong diatas kamar mesin, dll. Isi kotor biasanya diberikan dalam kaki kubik,. Untuk mendapatkan tonnasenya. Maka jumlah tersebut dibagi dengan 100. Dengan kata lain 1(satu) Register ton= 100 kaki kubik atau 2,83 meter kubik. 2. Isi bersih (Net tonnage= Netto Register Ton=NRT) Isi bersih sebuah kapal diperoleh dari isi kotor(brt) dikurangi dengan isi sejumlah ruangan yang berfungsii tidak dapat dipakai untuk mengangkut barang dagangan seperti: - Kamar nachcoda dan kamar anak kapal (master s and crew accommodation) - Wc-wc - Ruangan jangkar (chain locker) - Kamar radio ( radio station) - Gudang serang (bos n store) - Kamar mesin(propelling machinery spaces) yang meliputi kamar mesinnya sendiri (engine room),terowongan poros baling-baling (shaf tunnel atau shaft alley), ruang keluar darurat (espact trunk),ruang untuk tangki harian (daily consumption tank), ruang untuk menyimpan alat-alat mesin atau suku cadang mesin (engine store), ruang mesin kemudi (steering engine room) dan ruang untuk bengkel mesin (engine workshop). Cara pengurangan volume ruang amar mesin dari gs ton untuk mendapatkan net ton disesuaikan dengan besarnya ruangan kamar mesin tersebut. Perhitungan-perhitungan mengenai ini diatur di dalam DANUBE RULE.

3 14 3. Isi Tolak (Displaement = berat benaman) Isi tolak sebuah kapal yang terapung di air ialah berat air yang dipindahkan oleh kapal itu. Dengan demikian isi tolak sebuah kapal sama dengan jumlah ton air yang dipindahkan atau sama dengan berat seluruh kapal beserta isinya. Isi tolak merupakan jumlah dari: - Berat kapal kosong hanya dengan inventaris tatap saja - Berat muatan - Berat bahan bakar, air tawar, ballas dan gudang - Berat perlengkapan dan inventaris tak tetap. Untuk menghitung volume kapal yang terapung di air laut: kita dapat memakai rumus L x B x D x C b dimana L = panjang kapal B = lebar kapal D = dalam/sarat kapal 1 long ton = 1016 kg = 2240 lbs Bj air laut diambil rata-rata 1,025 dan untuk air tawar = 1,000. Cb atau block coefficient berkisar antara Contoh : Kapal yang panjangnya 64 m, maximum lebarnya 10 m, mempunyai sarat kapal kosong (light draft) 0.5 m dan sarat muatan penuh (load draft) 4 m. Block coefficient of fitness 0.6 pada light draft dan 0.75m pada load draft. Hitunglah : DWT (Dead Weight Ton) kapal tersebut? Light Displacement = L x B x draft x Cb = 64 x 10 x 0.5 x 0.6 = 192 m³ Load Displacement = L x B x draft x Cb = 64 x 10 x 4 x 0.75 = 1920 m³ DWT = ( Load Displacement Light Displacement) x = ( ) x = ton.

4 15 4. Bobot mati (DWT = Dead Weight Ton) Bobot mati atau yang sering disebut sebagai DWT ialah isi Tolok dikurangi dengan berat kapal kosong dan inventaris tetap saja. Dengan demikian bobot mati dapat diartikan dengan jumlah jumlah berat muatan, bahan bakar, air tawar, ballast, gudang dan inventaris tidak tetap, sehingga kapal tenggelam sampai sarat maksimumnya. Cargo DWT ialah berat muatan yang dapat dimuat/diangkut oleh kapal tersebut. Dengan kata lain, cargo DWT itu merupakan bobot mati dikurangi dengan bahan bakar, air tawar, ballast, gudang dan inventaris tak tetap. Isi Tolok - Berat kapal kosong + inventaris tetap - Berat muatan Cargo DWT - Berat bahan bakar - Berat air tawar Bobot mati DWT - Berat ballast - Berat gudang Stowage factor atau faktor pemuatan ialah jumlah meter kubik ruangan yang dipakai untuk memadatkan 1 ton muatan. 5. Tonase perlengkapan (Equipment tonnage) ialah tonase yang diperlukan oleh Biro klasifikasi untuk menentukan ukuran dan kekuatan alat-alat labuh, seperti jangkar, rantai jangkar, derek jangkar dan lain-lain. 6. Tonase tenaga (Power tonnage) ialah berat kapal kotor ditambah PK (tenaga kuda) mesin kapal itu sendiri (BRT + PK mesin). 7. Berat kapal kosong (Light displacement) ialah berat kapal hanya dengan inventaris tetap saja, tanpa muatan, bahan bakar, air tawar, ballast dan lain-lain. 8. Isi benaman (Volume of displacement) ialah volume zat cair yang dipindahkan oleh kapal itu sendiri. Volume = Berat (benda) x Berat jenis.

5 16 Pengaruh berat jenis pada sarat kapal dan kepindahan air : Pengaruh terhadap kapal bentuk persegi : Volume baru x Bj baru = Volume lama x Bj lama Volume baru Volume lama = Bj lama Bj baru Sarat baru Sarat lama Bj. lama Bj. baru Contoh : Sebuah kapal bentuk segi panjang terapung dengan sarat rata-rata = 4.2 meter di pelabuhan yang B.J. airnya kg/m³. Hitunglah sarat rata-ratanya bila kapal tersebut terapung di laut yang B.J. airnya kg/m³. Sarat baru Sarat lama Bj. lama Bj. Baru Sarat baru = B.J. lama x Sarat lama B.J. baru Sarat baru = ( ) x 4.2 m = 4.18 meter. 9. Modified Tonnage Kapal dengan geladak shelter terbuka mempunyai tonase yang lebih kecil dari pada yang seharusnya kapal tersebut miliki, sehingga kapal-kapal tersebut tidak dapat dimuati lebih dalam lagi. Untuk menjamin keselamatan kapal-kapal tersebut, akan lebih baik jika semua geladak shelternya ditutup rapat sehingga terjadilah perubahan di dalam perhitungan tonasenya. Perhitungan tonasenya sama dengan pada kapal-kapal yang geladak antaranya tertutup secara permanen atau yang sering disebut sebagai kapal dengan geladak shelter tertutup. Dengan demikian penambahan tonasenya akan sama dengan pengurangan tonase sebagai akibat jika geladak shelternya terbuka. Namun dengan sendirinya lambung bebas kapal tersebut akan bertambah. Dalam hal ini baik tonase maupun lambung bebasnya dihitung dan diukur seperti kalau geladak kedua, bukan geladak atas sebagai geladak lambung bebas (freeboard deck). Kapal-kapal yang tonasenya dirubah seperti ini diberi tanda tonase di kedua lambungnya untuk menunjukkan kenyataan ini. Modified tonnage tidak secara otomatis diberi, tetapi hanya diberikan jika pemilik kapal menghendakinya. Sebab tanpa demikian garis muat dan tonasenya akan diperhitungkan secara normal dimana geladak atas dianggap sebagai lambung bebasnya.

6 Alternative Tonnage Sebuah kapal dapat saja memiliki 2 (dua) tonase sebagai alternatif, yaitu full tonnage dan alternative tonnage, asalkan pemilik kapal menghendakinya. Pada full tonnage, tonase diperhitungkan secara normal atau biasa dengan geladak atas sebagai geladak lambung bebasnya, sedangkan pada alternative tonnage lambung bebas diperhitungkan berdasarkan asumsi bahwa geladak kedua sebagai geladak lambung bebasnya. Tanda tonase ditempatkan pada kedua lambung kapal untuk menunjukkkan hal ini. Tanda tonase menunjukkan mana dari kedua tonase ini yang diambil sebagai tonase kapal tersebut. Jika tanda tonase terendam, kapal dianggap dimuati sampai garis muat maksimumnya dan tonasenya adalah Full tonnage. Jika tanda tonase berada di atas garis air, kapal tersebut dianggap memiliki Modified tonnage. Geladak kedua TANDA MODIFIED TONNAGE 305 mm TF 305 mm F T 381 mm S W TANDA ALTERNATIVE TONNAGE TF F T S 229 mm Geladak kedua W

7 18 BAB VI KEMUDI (RUDDER) Tidak dapat disangkal bahwa kemudi memegang peranan yang sangat dalam pelayaran dengan sebuah kapal. Bahkan ikut menentukan faktor keselamatan sebuah kapal. Sehubungan dengan peranan kemudi tersebut di atas SOLAS 74 melalui Peraturan 29 Bagian B Bab 11-1 mengenai perangkat kemudi ( Resolusi A : 210 (VII) ) menyebutkan sebagai berikut : 1. Bagi kapal penumpang dan kapal barang. a. Kapal-kapal harus dilengkapi dengan perangkat kemudi induk ( utama ) dan perangkat kemudi bantu yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah. b. Perangkat kemudi utama harus berkekuatan yang layak dan cukup untuk mengemudikan kapal pada kecepatan ekonomis maksimum. Perangkat kemudi utama dan poros kemudi harus di pasang sedemikian rupa sehingga pada kecepatan mundur maksimum tidak mengalami kerusakan. c. Perangkat kemudi bantu harus mempunyai kekuatan yang layak dan cukup untuk mengemudikan kapal pada kecepatan sekedar untuk dapat berlayar dan dipakai dengan segera dalam keadaan darurat. d. Kedudukan kemudi yang tepat pada kapal tenaga harus terlihat di stasiun pengemudi utama ( kamar kemudi anjungan ) 2. Hanya bagi kapal penumpang. a. Perangkat kemudi induk harus mampu memutar daun kemudi dari kedudukan 35 0 di satu sisi sampai ke kedudukan 35 0 disisi lain selagi kapal berjalan maju dengan kecepatan ekonomis maksimum. Daun kemudi harus dapat diputar dari kedudukan 35 0 disalah satu sisi ke kedudukan 35 0 disisi yang lain dalam waktu 28 detik pada kecepatan ekonomis maksimum. b. Perangkat kemudi bantu harus dapat digerakkan dengan tenaga dimana pemerintah mensyaratkan bahwa garis tengah poros kemudi pada posisi celaga berukuran lebih 9 ( 228,6 mm ). c. Jika unit tenaga perangkat kemudi induk dan sambungan sambungannya di pasang secara rangkap yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Pemerintah, dan masing masing unit tenaga itu dapat membuat perangkat kemudi sesuai dengan syarat syarat paragraph. d. Jika pemerintah mensyaratkan suatu poros kemudi yang garis tengahnya pada posisi celaga lebih dari 9 (228,6 mm) harus dilengkapi dengan stasiun pengemudian pengganti yang ditempatkan sesuai dengan syarat-syarat yang ditetapkan oleh Pemerintah. Sistem-sistem pengawasan perangkat kemudi jarak jauh dari stasiun pengemudian utama dan stasiun pengemudi pengganti, harus ditata sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh Pemerintah, yaitu bahwa dengan macetnya salah satu dari sistem itu tidak akan mengakibatkan kapal tidak dapat dikemudikan dengan menggunakan sistem lain. e. Sarana yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh Pemerintah harus dilengkapkan untuk memungkinkan penyampaian aba-aba dari anjungan ke stasiun pengemudian pengganti.

8 19 3. Hanya untuk kapal Barang a. Perangkat kemudi bantu harus digerakan dengan tenaga dimana Pemerintah mensyaratkan garis tengah poros kemudi pada posisi celaga berukuran lebih dari 14 (355 mm) b. Perangkat kemudi bantu tidak dipersyaratkan dengan ketentuan bahwa unit-unit dan sambungannya itu yang sedang bekerja secara bersama sama memenuhi ketentuan sub paragraf (2) paragraf (a) Peraturan ini. 4. Jenis-jenis Kemudi a. Kemudi biasa Ialah kemudi yang seluruh daun kemudinya berada dibelakang poros putar. Yang terdiri dari pelat tunggal atau anda. Kemudi biasa pelat tunggal konstruksinya terdiri dari pelat tunggal saja dan pelat ganda, kontruksi daun kemudinya terdiri dari lembaran berganda dimana kedua ujungnya dihubungkan satu sama lain sehingga didalamnya terbentuk rongga. Kerangka kemudi biasa dapat terbuat dari baja tempa atau pelat yang di las, kemudi pelat ganda kedua sisinya di tutupi pelat pelat sehingga ditengahnya berbentuk rongga. Kerangka kemudi biasa dapat saja terbuat dari baja tempa, dapat juga dari pelat yang dilas. Hanya saja pada kemudi biasa pelat ganda, kedua sisinya ditutupi dengan pelat-pelat, sehingga ditengahnya berbentuk rongga. Banyak kapal-kapal modern memakai daun kemudi jenis ini dan didisain sedemikian rupa sehingga berbentuk streamline. Kemudi pelat ganda, dapat merupakan kemudi biasa, dapat juga berbentuk kemudi berimbang atau semi berimbang. Pada kemudi pelat ganda, permukaan pelat sebelah dalamnya dilapis dengan bitumastic atau jenis bahan pelapis lainnya. Rongga di dalamnya sering juga diisi dengan busa plastic, bahkan kadang-kadang diisi dengan minyak bekas sampai ± 75%, dengan maksud agar bagian dalam daun kemudi tetap terawatt dengan baik. 1. Konstruksi kemudi biasa Pada umumnya konstruksi kemudi biasa ditandai dengan cirri-ciri tertentu seperti : - Daun kemudi terletak 100% di belakang poros putarnya. - Sebagai penguat daun kemudi biasanya diberi kerangka atau rusuk atau lengan kemudi agar kemudi dapat berfungsi dengan baik dan cukup kuat menahan tekanan dari luar. - Selalu dilengkapi dengan kokor jantan (pintle) dan kokot betina (gudgeon) agar kemudi dapat dilepaskan dengan mudah dari linggi kemudi bila diperlukan. - Susunan kemudi biasa terdiri dari 2 bagian utama, yaitu daun kemudi dan poros kemudi atas dan bawah yang saling dihubungkan dengan sebuah kopling. - Pada susunan kemudi biasa terdapat bagian-bagian yang terletak pada sumbu yang sama, yaitu poros kemudi atas, baut penutup atau pengunci, baut kemudi biasa dan baut cembung putar (taats). - Agar daun kemudi pada waktu diputar tidak melewati batas maksimum cikar 35 seperti yang disyaratkan, maka pada linggi kemudi terdapat Nok kemudi (rudder stops) tepat di belakang salah satu kokot atasnya. - Di dalam kopling kemudi terdapat baji yang gunanya untuk menahan dan membantu bautbaut kopling, dengan sendirinya membantu memperkuat berputarnya kopling. Dengan adanya kopling daun kemudi bias dilepas bila diperlukan.

9 20 Umumnya daun kemudi dilepas bila daun kemudi mengalami kerusakan atau pecah dan bila pelat cembung putar mengalami keausan. Ausnya pelat cembung putar dapat diketahui dari membesarnya jarak antara kedua kokot atas dan bawah. Jarak normalnya antara mm. Bagian atas dari pelat cembung putar ini, berbentuk cembung yang terbuat dari bahan yang keras sekali, agar dapat menahan gesekan antara baut dan pelat cembung putar bila kemudi disimpangkan. Hal ini disebabkan karena pelat cembung putar ini berfungsi sebagai tempat tumpuhan kemudi (titik dukung kemudi) dan sebagai pelancar berputarnya daun kemudi di anjungan. 2. Cara mengganti daun kemudi di Dock - Kemudi dicikar ke kiri atau ke kanan kemudian ditahan dengan takal di lambung kapal. - Baut dan flens kopling dibuka/dilepas. - Kwadran kemudi dilepas atau diangkat dan diganjal dengan kayu. - Baji dibuka. - Baut-baut kemudi dan baut penutup dibuka/dilepas. - Kencangkan tali pada balok penahan. - Daun kemudi didorong dari bawah, sabelumnya kemudi dicikar sebaliknya. Mendorong dari bawah ini maksudnya agar pelat cembung putar terlepas, lalu baut cembung putarnya dibuka. Bila kita hendak melepaskan pelat cembung putar saja, tidak perlu daun kemudi diangkat. Melepas pelat cembung putar dapat dilakukan dengan mendorong ke atas memakai baut kecil melalui lobang di bawah pelat tersebut. Diameter lobang antara 1 1½ inchi. b. Kemudi berimbang Kemudi berimbang ialah kemudi yang daun kemudinya sebagian berada di belakang poros putar dan sebagian kecil berada di depan poros putarnya. Pada kemudi berimbang penuh 25 30% bagian daun kemudi berada di depan poros putar, sedangkan sisanya berada di belakang poros putar. Pada kemudi semi berimbang bagian daun kemudi yang berada di depan poros putar lebih kecil dari 20%. Pada kemudi berimbang, jika kemudi disimpangkan, pusat tekanan melintang yang bekerja pada daun kemudi di belakang poros putar bergeser kea rah mendekati poros putar (ke tengah) sehingga memperingan pemakaian tenaga mesin kemudi. Sebagai akibat dari pergeseran yang dimaksud, tekanan air yang diterima oleh daun kemudi di belakang poros putar sama dengan tekanan yang diterima oleh daun kemudi di depan poros putar. Sebagai akibatnya, pada kemudi berimbang penuh, kemudi sangat mudah digerakkan. Dengan sudut kemudi yang kecil sekalipun kemudi sudah mempunyai kecendrungan untuk berputar (menyimpang). Hal ini berlainan sekali dengan kemudi biasa, dimana untuk menggerakkan daun kemudi membutuhkan tenaga mesin yang besar. Namun perlu diingat bahwa ratio tekanan antara sudut kemudi yang satu dengan lainnya berbeda. Dengan kata lain tidak pada setiap sudut penyimpangan kemudi, tekanan air berimbang. Kebanyakan kemudi berimbang tekanan air akan berimbang pada sudut -

10 21 penyimpangan 15. Pada kemudi semi berimbang dimana bagian daun kemudi di depan poros putar terlalu kecil untuk memberikan efek berimbang secara penuh. KEMUDI BIASA KEMUDI BERIMBANG KEMUDI SEMI BERIMBANG

11 22 Kemudi dan linggi baling-baling

12 23 BAB VII PENAMPANG MELINTANG DAN MEMBUJUR SEBUAH KAPAL Penampang sebuah kapal atau bagian-bagiannya, umumnya dibedakan atas penampang melintang dan penampang membujur. Bentuk dari penampang-penampang ini sangat tergantung dari tipe sebuah kapal dan kegunaan dari kapal tersebut. Dengan demikian sistem kerangka yang digunakan dalam membangun kapal tersebut ikut menentukan konstruksi melintang dan membujurnya. A. Penampang Melintang Penampang melintang sebuah kapal dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai kaitan antara tipe kapal, sistem kerangka yang digunakan yang sekaligus memberikan perbedaan yang nyata mengenai perkuatan-perkuatan dan jumlahnya pada konstruksi bagian kapal yang mendapat tekanan terbesar, yaitu dasar berganda. Dengan kata lain wrang-wrang yang digunakan sebagai perkuatan dasar berganda sebuah kapal akan sangat bergantung dari jenis kerangka yang digunakan pada konstruksi melintang kapal tersebut. PENAMPANG MELINTANG KAPAL 28 2 < 20 % >8 0% 70 - Penampang melintang sebuah kapal dengan sistem kerangka melintang yang melalui wrang penuh (atas) dan wrang terbuka (bawah). 24

13 Nama suku bagian penampang melintang sebuah kapal : 1. Lunas tegak (vertical keel) 2. Lunas datar (horizontal keel) 3. Kulit kapal bagian bawah (bottom plating) 4. Lajur samping (bilge strake) 5. Kulit lambung (shell plating) 6. Lajur bingkai (sheer strake) 7. Pelat tank top = lajur dasar dalam (tank top plating) 8. Geladak antara bawah (lower tween deck) 9. Geladak antara atas (upper tween deck) 10. Geladak utama (main deck) 11. Wrang penuh (solid floor) 12. Wrang terbuka (open floor) 13. Baja siku gading balik 14. Longitudinals 15. Pelat pengisian (bilge bracket) 16. Pelat kipas (guesset plate) 17. Papan penutup got (bilge bracket covers) 18. Lobang peringan (lightening holes) 19. Lempeng samping (margin plate) 20. Balok geladak (deck beam) 21. Pelat lutut = pelat siku (bracket) 22. Gading-gading (frames) 23. Lunas samping (bilge keel) 24. Tiang (pillars) 25. Ambang palka (hatch coaming) 26. Penyangga ambang palka (hatch coaming stay) 27. Baja siku gading 28. Bracket 29. Lobang udara (air holes) 30. Lobang air (water holes) 25

14 Penampang melintang sebuah kapal dengan sistem konstruksi membujur melalui wrang penuh 26

15 Nama suku bagian : 1. Lunas tegak 2. Lunas datar 3. Kulit kapal bagian bawah (pelat dasar bawah/alas) 4. Pelat samping 5. Kulit kapal/lambung kapal 6. Lajur bingkai 7. Lajur dasar dalam (pelat tank top) 8. Geladak antara bawah 9. Geladak antara atas 10. Geladak atas (utama) 11. Wrang penuh 12. Wrang terbuka 13. Wrang tertutup 14. Longitudinal 15. Pelat pengisian (bilge plate) 16. Pelat kipas 17. Balok perkuatan membujur 18. Tutup geladak bawah 19. Lempeng samping 20. Balok geladak 21. Pelat siku 22. Gading-gading 23. Penguat dek 24. Tiang (pillar) 25. s/d 27 ambang palka 28. Penyangga ambang 29. Pagar 30. Pelat siku penguat 31. Bagian atas pagar 32. Dinding kedap air 33. Penguat dinding 34. Lunas samping 27

16 B. Penampang membujur 1. Konstruksi haluan kapal Haluan sebuah kapal merupakan bagian yang paling besar mendapat tekanan dan tegangantegangan, sebagai akibat terjangan kapal terhadap air dan pukulan-pukulan ombak. Untuk mengatasi tegangan-tegangan tersebut, konstruksi haluan sebuah kapal harus dibangun cukup kuat dengan jalan : - Di depan sekat penlanggaran bagian bawah, dipasang wrang-wrang terbuka yang cukup tinggi yang diperkuat dengan perkuatan-perkuatan melintang dan balok-balok geladak. Wrang-wrang ini membentang dari sisi yang satu ke sisi lainnya, dimana bagian atasnya diperkuat lagi dengansebuah flens. Pada bagian tengah-tengah wrang secara membujur, dipasang penguat tengah (center girder) yang berhenti pada jarak beberapa gading dari linggi depan. Pada bagian di depannya, kulit kapal menjadi sedemikian sempitnya, sehingga tidak perlu dipasang penguat tengah lagi. - Disamping wrang-wrang terbuka tersebut di atas, pada bagian di depan sekat pelanggaran juga dipasang penguat-penguat tegak dan mendatar. Penguat tegak dapat berupa tiang/topang atau dapat juga berupa dinding membujur yang berlubang (wash-plate). Penguat mendatar berupa susunan balok-balok geladak tambahan yang bentuk dan konstruksinya sama dengan balok geladak biasa yang diperkuat dengan tiang atau pelat berlubang tadi. Antara penguat tegak dan penguat melintang, maupun antara penguat melintang dengan kulit kapal, dipasang pelat-pelat lutut yang cukup tebal dan kuat, walaupun tidak semuanya. Susunan balok-balok geladak tambahan ini biasanya dipasang di dalam tangki ceruk depan atau pada sebelah bawah geladak terendah. Jarak tegak antara susunan yang satu dengan lainnya adalah 2 meter. - Pada setiap susunan balok-balok geladak tambahan dipasang senta samping (side stringer) yang bentuk dan konstruksinya sama dengan senta geladak (deck stringer) biasa. Pertemuan antara senta samping dengan kulit kapal di bagian linggi, biasanya membentuk semacam segitiga yang saling mengikatsecara terpadu, yang lebih dikenal dengan nama breasthooks - Gading-gading pada bagian haluan, biasanya jaraknya lebih rapat satu sama lain. Pada jarak kurang lebih 15% panjang kapal terhitung dari linggi depan, gading-gading pada bagian bawahnya (deep framing) diperkuat, (20% lebih kuat) kelingannya lebih rapat, juga pelat lutut antara gading-gading dengan kulit kapal dipertebal. - Lajur-lajur di dekat lunas, pelatnya dipertebal. 28

17 Konstruksi membujur sebuah kapal Konstruksi membujur kapal Ro-Ro 29

18 BAB VIII GELADAK DAN DASAR BERGANDA A. Geladak Secara umum konstruksi geladak adalah suatu bentuk permukaan datar atau hampir mendatar yang menutupi sisi atas ruangan-ruangan di kapal. Dilihat dari segi konstruksi, geladak adalah kumpulan komponen-komponen konstruksi mendatar yang terdiri atas balk geladak, pembujur geladak, penumpu geadak dan pelat geladak yang dibatasi oleh lambung di sekililingnya. Fungsi geladak adalah untuk : Menjaga kekedapan kapal, Menempatkan dan melindungi barang atau kargo, tempat anak buah kapal dan penumpang, Menambah kekuatan memanjang dan melintang. Oleh sebab itu, persyaratan perencanaan dan pemasangan geladak betul-betul kedap air dan memenuhi persyaratan ukuran tertentu. Susunan konstruksi geladak adalah : balok geladak ditempatkan secara melintang kapal, dengan penumpu geladak dipasang searah dengan panjang kapal, sedangkan balok geladak dan gading dihubungkan dengan lutut. 1. Macam macam geladak Dari segi arsitektur kapal, geladak dapat dibagi sebagai berikut : a. Geladak utama, yaitu geladak menerus yang dipasang paling penting sebagai komponen konstruksi pada kapalkapal yang mempunyai lebih dari satu geladak. b. Geladak kedua, ketiga dan seterusnya, yaitu geladak yang terletak di bawah geladak utama secara berurutan. c. Kapal-kapal berurutan relatif besar, terutama kapal penumpang, mempunyai geladak yang sangat banyak baik di bawah maupun di atas geladak utama. Dari segi konstruksi, dikenal pula istilah geladak kekuatan. Geladak menurut Biro Klasifikasi Indonesia didifinisikan sebagai berikut. Geladak teratas yang menerus sepanjang kapal yang merupakan lingkar kerangka bujur pokok. Geladak bangunan atas memanjang di dalam daerah 0,4 L tengah kapal dan lebih panjang dari 0,15 L. Geladak bangunan atas yang panjangnya di bawah 12 m, tidak dianggap sebagai geladak kekuatan. Geladak penggal atau geladak bangunan atas yang diturunkan, memanjang ke dalam daerah 0,4 L tengah kapal. Geladak utama dapat pula dianggap sebagai kekuatan, asalkan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh Biro Klasifikasi. Berarti pula geladak tersebut memenuhi dua fungsi, yaitu sebagai geladak utama dan geladak kekuatan. Sebuah geladak yang menerus dan terletak di bawah geladak utama kapal dianamkan geladak kedua, ketiga, dan seterusnya. Geladak ini dinamakan geladak antara. Jadi, didifinisi geladak antara adalah geladak yang terletak di bawah geladak atas dan berada di atas geladak lainnya. Selain dari geladak yang telah dijelaskan di atas, ada pula geladak di atas geladak utama. Geladak tersebut ada yang yang menerus dan ada pula yang tepotong, yang dimaia sesuai dengan fungsinya. Misalnya geladak sekoci, geladak kimbul, geladak akil, dan geladak anjungan. 30

19 Pada kapal kargo, yang hanya mempunyai sebuah geladak, geladak tersebut dapat berfungsi sebagai geladak atas, geladak kekuatan, dan geladak utama. Perencanaan geladak yang lebih menguntungkan bias dilihat dari segi penampang melintang kapal, adalah berbentuk cembung Keuntungannya, air yang ada di tengah kapal dapat mengalir ke samping. Kenaikan ini dinamakan camber. Camber mempunyai ukuran ketinggian normal F B, di mana B adalah lebar maksimum kapal. Dari bentuk susunan geladak yang sering dipakai di kapal, ada beberapa macam geladak yaitu sebagai berikut. Geladak kayu dan pelat baja, yaitu geladak yang dibuat dari bahan kayu dengan beberapa pelat lajur geladak. Pelat lajur geladak dipasang pada beberapa tempat tertentu, yaitu pada sisi geladak. Pelat lajur pengikat, yang mencakup bukaanbukaan geladak, dan pelat diagonal dipasang sekitar tiang agung, sedangkan kayu dipasang membentang di atas pelatpelat lajur geladak tersebut. Dengan dipasangnya geladak kayu, akan lebih memberikan perlindungan terhadap perbedaan suhu, karena bersifat isolasi terhadap panas dan dingin. Juga kalau orang berjalan di atas geladak kayu lebih nyaman dibanding berjalan di atas geladak pelat Geladak pelat, yaitu geladak yang seluruhnya dibuat dari bahan-bahan pelat baja. Pemasangan geladak pelat tersebut akan memenuhi kekuatan kapal serta mengurangi biaya pembuatan dan perawatan. Geladak pelat dengan lapisan, yaitu geladak yang dibuat dari bahan pelat baja dan di atasnya diberi lapisan kayu atau bahan-bahan lainnya. Maksud pemasangan lapisan tersebut adalah untuk mengambil manfaat kebaikan-kebaikan dari bahan kayu atau bahan lainnya, meskipun biaya pembuatannya lebih besar dan memerlukan perawatan yang lebih cermat. 1. geladak utama 2. Gading 3. geladak kedua 4. geladak ketiga 5. Pelat alas da;am 6. Lutut bilga 7. Pelat lutut 31

20 B. Dasar Berganda (Double Bottom) - Pengertian Dasar Berganda Dasar berganda ialah bagian dari konstruksi kapal yang dibatasi : Bagian bawah : - oleh kulit kapal bagian bawah (bottom shell plating) Bagian atas : - oleh tank top (tank top plating) atau pelat dasar dalam (inner bottom plating) Bagian samping : - oleh lempeng samping (margin plate) Bagian depan : - oleh sekat kedap air terdepan/sekat pelanggaran (collosion bulkhead) Bagian belakang : - oleh sekat kedap air paling belakang atau (after peak bulkhead) - Guna dasar berganda : 1. Bila kapal kandas dan mengalami kebocoran, masih ada dasar yang kedap air. 2. Sebagai ruangan muatan cair, air tawar, bahan bakar, ballast dan lain sebagainya. 3. Membantu mengatur stabilitas kapal. Air ballast dapat juga dipakai untuk membantu mengambangkan kapal kandas. Air ballast dapat juga membantu agar baling-baling dan daun kemudi dapat terendam lebih dalam sehingga dapat bekerja lebih berdaya guna. 4. Menambah kekuatan melintang kapal. - Dasar berganda kerangka melintang Dasar berganda dengan kerangka melintang mempunyai cirri-ciri sebagai berikut : Dilengkapi dengan wrang-wrang penuh pada setiap gading di bawah kamar mesin, kursi ketel, dinding-dinding kedap air dan di daerah yang perlu dilindungi. Jarak antara wrang-wrang penuh tersebut tidak lebih dari 3.05 m dengan diselingi wrang terbuka antaranya. Pada kapal-kapal yang lebarnya sampai dengan 20 m harus dilengkapi dengan sebuah gading-gading membujur (longitudinal) pada setiap sisi. Pada kapal-kapal yang lebarnya lebih dari 20 m dilengkapi dengan 2 buah longitudinal pada setiap sisi yang terbentang sejauh mungkin dari muka ke belakang. Wrang penuh yang terbentang melintang dari penyangga tengah sampai lempeng samping pada setiap sisinya, diberi lobang peringan, kecuali kalau wrang tersebut wrang kedap air, wrang kedap air ditempatkan di bawah atau di dekat dinding-dinding. Jika tinggi penyangga tengah sampai 915 mm, wrang tersebut harus diperkuat dengan penguat tegak. Wrang-wrang terbuka ditempatkan di antara wrang-wrang penuh, pada bagian rendahnya kosong (tanpa pelat) dan pada bagian ujung-ujungnya diberi bracket. Bracket ini lebarnya paling sedikit ¾ tinggi penyanggah tengah. Longitudinal pada wrang terbuka ini diperkuat dengan sebuah batang tegak. Bila jarak antara bracket dengan longitudinal cukup besar, maka boleh ditambah dengan sebuah perkuatan serupa lagi. Pada sistem kerangka melintang, penyangga tengah dan lempeng samping tidak terputus, demikian pula wrang melintangnya sedangkan longitudinalnya terputus pada wrang melintangnya. 32

21 Penampang melintang Dasar Berganda dengan kerangka melintang : 1. Gading-gading 9 2. Tank side bracket 3. Lempeng samping 4. Longitudinal 7 5. Penyangga tengah 6. Bracket 8 7. Wrang penuh 8. Wrang terbuka 9. Pelat tank top 1 - Dasar Berganda kerangka membujur Sistem ini umumnya diperuntukan bagi kapal-kapal yang panjangnya lebih dari 120 meter. Longitudinalnya terbuat dari balok rata, atau dapat juga dari balok bertombol atau dari balok siku balik yang ditunjang oleh wrang penuh pada setiap jarak tak lebih dari 3.7 meter. Longitudinalnya diperkuat dengan sebuah batang tegak pada wrang. Longitudinal ini didudukkan pada wrang sedalam minimal 150 mm dan harus terbentang sepanjang dalam dari wrang itu. Cirri-ciri kerangka membujur sebagai berikut : Pada kerangka membujur, wrang penuh dipasang di bawah gading-gading kamar mesin, kursi ketel, dinding kedap air dan pada ujung bracket deep tank. Jika tidak ada wrang lain diantara kedua wrang penuh, bagian tersebut perlu diberi bracket dari lempeng samping sampai ke longitudinal terdekat. Penyangga tengah juga diberi bracket dengan jarak tidak lebih dari 1.25 meter. Bila jarak antara sebuah wrang dengan wrang lainnya sampai 2 atau lebih jarak gading, maka untuk memperkuat longitudinal dipasang penguat tegak paling sedikit 100 mm dalamnya. Kapal-kapal yang lebarnya sampai dengan meter dipasang sebuah longitudinal pada setiap sisi. Bila lebar kapal lebih dari 21 meter, dipasang dua buah longitudinal pada setiap sisi. Pada kapal yang panjangnya kurang dari 215 meter, longitudinalnya terputus pada wrang kedap air (tertutup) dan sebagai penggantinya diberi bracket, tetapi pada kapal yang panjangnya lebih dari 215 meter, longitudinalnya jalan terus tanpa terputus. Jarak antara wrang yang satu dengan lainnya tidak melebihi 3.7 meter kecuali kapal tersebut diperuntukkan bagi pengangkut barang-barang berat atau biji-bijian tambang, jarak maksimumnya 2.5 meter. 33

22 Ketentuan SOLAS 74 mengenai dasar berganda Bab 11-1 Peraturan 10 Sejauh yang dapat dilaksanakan dasar berganda sebuah kapal dipasang mulai dari sekat pelanggaran atau sekat ceruk depan sampai sekat ceruk belakang. Namun dalam kenyataannya SOLAS 74 memberikan ketentuan mengenai panjang dasar berganda sebuah kapal sebagai berikut : a. (1) Di kapal-kapal yang panjangnya 50 meter (165 feet) dan kurang dari 61 meter (200 feet) harus dipasang dasar berganda paling sedikit dari sekat di depan kamar mesin sampai dengan sekat ceruk depan atau sejauh dapat dilaksanakan sedekat mungkin dengan sekat tersebut. (2) Di kapal-kapal yang panjangnya 61 meter (200 feet) dan kurang dari 76 meter (249 feet) harus dipasang dasar berganda paling sedikit dari sekat-sekat kamar mesin diteruskan sampai ke sekat ceruk haluan dan sekat ceruk buritan atau sejauh dapat dilaksanakan sampai sedekat mungkin dengan sekat-sekat tersebut. (3) Di kapal-kapal yang panjangnya 76 meter (249 feet) atau lebih harus dipasang dasar berganda dari sekat ceruk haluan sampai sekat ceruk buritan atau sedekat mungkin dengan sekat-sekat tersebut. KM DB 50 m < Panjang Dasar Berganda kapal < 61 m KM DB DB 61 m < Panjang Dasar Berganda kapal < 76 m KM DB DB DB Panjang Dasar Berganda kapal > 76 m 34

23 b. Bila dasar berganda diharuskan untuk dipasang, maka tingginya ditentukan atau harus mendapat persetujuan pemerintah dan dasar dalam diteruskan sampai ke sisi lambung sedemikian rupa sehingga dapat melindungi dasar kapal sampai ke lengkungan got (bilge). Perlindungan ini dianggap memenuhi syarat bila garis potong antara lempeng samping (margin plate) dengan lajur samping (bilge strake), tidak lebih rendah dari suatu bidang datar yang melalui titik potong antara garis gading utama dengan garis diagonal yang dibuat melalui titik potong garis gading dengan lunas, dimana garis diagonal tersebut membentuk sudut 25 dengan alas dan memotong bidang simetri pada setengah lebar kapal terbesar. c. Got pengering (drain well) yang dibuat di dalam dasar berganda yang digunakan untuk mengeringkan palka/ruang muat dan lain sebagainya tidak boleh lebih rendah dari yang diperlukan. Bagaimanapun dalamnya got tersebut tidak boleh lebih dalam dari dasar berganda di bidang simetri dikurangi 18 inchi atau tidak lebih dalam dari bidang datar yang melalui titik potong gading-gading dengan diagonal. Got yang ada di belakang ujung poros baling-baling boleh diteruskan sampai ke dasar luar. Got-got lainnya, misalnya untuk minyak pelumas di bawah mesin utama, dapat diijinkan oleh pemerintah, bila susunannya memberikan perlindungan yang setarap dengan yang diperoleh dari dasar berganda seperti yang diharuskan oleh peraturan ini. d. Dasar berganda tidak diperlukan bagi kompartemen-kompartemen kedap air yang berukuran sedang dan digunakan untuk mengangkut minyak dan yang melakukan pelayaran internasional jarak dekat secara teratur, pemerintah dapat memberikan kelonggaran terhadap konstruksi dasar berganda di bagian manapun dari kapal itu, yang faktor pembaginya tidak lebih besar dari 0.50 bila ternyata pemasangan dasar berganda di bagian tersebut tidak sesuai dengan rancangan dan pelaksanaan tugas yang baik di kapal. ½ Lebar terbesar CL Dasar Berganda 25 35

24

BAB V DASAR BERGANDA ( DOUBLE BOTTOM )

BAB V DASAR BERGANDA ( DOUBLE BOTTOM ) BAB V DASAR BERGANDA ( DOUBLE BOTTOM ) PENGERTIAN DASAR BERGANDA Dasar Berganda ialah bagian dari konstruksi kapal yang dibatas, Bagian bawah - Oleh kulit kapal bagian bawah ( bottom shell planting ) Bagian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I A. UMUM Untuk merencanakan sebuah kapal bangunan baru, ada beberapa masalah yang penting dan pokok untuk dijadikan dasar perencanaan, baik dari segi teknis, ekonomis maupun segi artistiknya.beberapa

Lebih terperinci

BAB V SHELL EXPANSION

BAB V SHELL EXPANSION BAB V SHELL EXPANSION A. PERHITUNGAN BEBAN A.1. Beban Geladak Cuaca (Load and Weather Deck) Yang dianggap sebagai geladak cuaca adalah semua geladak yang bebas kecuali geladak yang tidak efektif yang terletak

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL HALAMAN SURAT TUGAS

HALAMAN JUDUL HALAMAN SURAT TUGAS DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN SURAT TUGAS HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI HALAMAN PENGESAHAN KETUA PROGRAM STUDI HALAMAN MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BUKAAN KULIT SHELL EXPANTION

PERHITUNGAN BUKAAN KULIT SHELL EXPANTION BAB V PERHITUNGAN BUKAAN KULIT Perhitungan Shell Expansion ( bukaan kulit ) kapal MT. SADEWA diambil dari perhitungan Rencana Profil berdasarkan Peraturan Biro Klasifikasi Indonesia Volume II, Rules for

Lebih terperinci

PENGUKURAN KAPAL (Tonnage Measurement)

PENGUKURAN KAPAL (Tonnage Measurement) PENGUKURAN KAPAL (Tonnage Measurement) OLEH : LUKMAN HIDAYAT NRP. 49121110172 PROGRAM DIPLOMA IV JURUSAN TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN SEKOLAH TINGGI PERIKANAN JAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PENDAHULUAN MT SAFINA SYUMADHANI Tanker 3600 BRT I - 1 PROGRAM STUDI D III TEKNIK PERKAPALAN PROGRAM DIPLOMA FAKULTAS TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN. PENDAHULUAN MT SAFINA SYUMADHANI Tanker 3600 BRT I - 1 PROGRAM STUDI D III TEKNIK PERKAPALAN PROGRAM DIPLOMA FAKULTAS TEKNIK BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Untuk merencanakan sebuah kapal bangunan baru, ada beberapa masalah yang penting dan pokok untuk dijadikan dasar perencanaan, baik dari segi teknis, ekonomis maupun segi artistiknya.

Lebih terperinci

SEKAT KEDAP AIR HALUAN MIRING KAPAL PENUMPANG : 5 % L M KAPAL BARANG : b = Jarak terkecil dari. ketentuan. b = 5 % L atau.

SEKAT KEDAP AIR HALUAN MIRING KAPAL PENUMPANG : 5 % L M KAPAL BARANG : b = Jarak terkecil dari. ketentuan. b = 5 % L atau. BAB III SEKAT KEDAP AIR HALUAN MIRING KAPAL PENUMPANG : 5 % L + 3.05 M KAPAL BARANG : b = Jarak terkecil dari ketentuan b = 5 % L atau b = 10 meter b = 8 % L ( Seijin Pemerintah ) SEKAT KEDAP AIR BULLBOUS

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan Menurut Nomura dan Yamazaki (1977) kapal perikanan sebagai kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan yang meliputi aktivitas penangkapan atau pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Ilmu Bangunan Kapal

BAB I PENDAHULUAN. A. Ilmu Bangunan Kapal BAB I PENDAHULUAN A. Ilmu Bangunan Kapal Seperti kita ketahui ilmu bangunan kapal merupakan salah satu bagian dari ilmu kecakapan pelaut (seamanship), yang akhir-akhir ini makin berkembang sesuai dengan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Terdapat beberapa definisi mengenai kapal perikanan, menurut Undang- Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI STRUKTUR DAN BAGIAN BAGIAN KAPAL PERIKANAN

IDENTIFIKASI STRUKTUR DAN BAGIAN BAGIAN KAPAL PERIKANAN IDENTIFIKASI STRUKTUR DAN BAGIAN BAGIAN KAPAL PERIKANAN PK. NPL. G. 01. M BIDANG KEAHLIAN PROGRAM KEAHLIAN : PELAYARAN : NAUTIKA PERIKANAN LAUT DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.283, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pengukuran Kapal. Tata cara. Metode. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGUKURAN KAPAL

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN FRANCIS... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI...iii. DAFTAR GAMBAR... v. DAFTAR TABEL...vi. PETA KEDUDUKAN BAHAN AJAR...

DAFTAR ISI. HALAMAN FRANCIS... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI...iii. DAFTAR GAMBAR... v. DAFTAR TABEL...vi. PETA KEDUDUKAN BAHAN AJAR... HALAMAN FRANCIS i KATA PENGANTAR Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi siswa dari sisi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara utuh. Keutuhan tersebut menjadi dasar dalam perumusan kompetensi

Lebih terperinci

Bangunan dan Stabilitas Kapal Niaga 1

Bangunan dan Stabilitas Kapal Niaga 1 HALAMAN SAMPUL Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2015 Bangunan dan Stabilitas Kapal Niaga 1 SMK / MAK Kelas X Semester I NAUTIKA KAPAL NIAGA KELAS X-1 I Bangunan dan Stabilitas Kapal

Lebih terperinci

Istilah istilah yang ada di teori bangunan kapal Istilah istilah yang ada pada konstruksi bangunan kapal Jenis-jenis kapal

Istilah istilah yang ada di teori bangunan kapal Istilah istilah yang ada pada konstruksi bangunan kapal Jenis-jenis kapal Istilah istilah yang ada di teori bangunan kapal Istilah istilah yang ada pada konstruksi bangunan kapal Jenis-jenis kapal Ukuran utama ( Principal Dimension) * Panjang seluruh (Length Over All), adalah

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN

TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Dalam merencanakan atau mendesain kapal bangunan baru, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan sebuah kapal, baik dari segi teknis, ekonomis maupun segi artistiknya.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI UKURAN KAPAL

IDENTIFIKASI UKURAN KAPAL IDENTIFIKASI UKURAN KAPAL PK. NPL. G. 02. M BIDANG KEAHLIAN PROGRAM KEAHLIAN : PELAYARAN : NAUTIKA PERIKANAN LAUT DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kapal Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Kapal perikanan merupakan kapal yang digunakan untuk aktivitas penangkapan ikan di laut (Iskandar dan Pujiati, 1995). Kapal perikanan adalah kapal yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi teknis, ekonomis maupun segi artistiknya. Hal-hal dasar yang. harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi teknis, ekonomis maupun segi artistiknya. Hal-hal dasar yang. harus diperhatikan adalah sebagai berikut : BAB I A. Umum Dalam merencanakan atau mendesaign kapal bangunan baru, ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam merencanakan sebuah kapal, baik dari segi teknis, ekonomis maupun segi artistiknya.

Lebih terperinci

Metacentra dan Titik dalam Bangunan Kapal

Metacentra dan Titik dalam Bangunan Kapal Metacentra dan Titik dalam Bangunan Kapal 1. Titik Berat (Centre of Gravity) Setiap benda memiliki tittik berat. Titik berat inilah titik tangkap dari sebuah gaya berat. Dari sebuah segitiga, titik beratnya

Lebih terperinci

BAB V MIDSHIP AND SHELL EXPANSION

BAB V MIDSHIP AND SHELL EXPANSION BAB V MIDSHIP AND SHELL EXPANSION Perhitungan Midship & Shell Expansion berdasarkan ketentuan BKI (Biro Klasifikasi Indonesia) Th. 2006 Volume II. A. PERHITUNGAN PLAT KULIT DAN PLAT GELADAK KEKUATAN B.1.

Lebih terperinci

Bab XII. Spesifikasi Teknis dan Gambar

Bab XII. Spesifikasi Teknis dan Gambar Bab XII. Spesifikasi Teknis dan Gambar Pekerjaan : Pengadaan Kapal Pengawas (Long Boat) 1. KONDISI UMUM Spesifikasi teknis ini bersama dengan gambar-gambar yang diampirkan dimaksudkan untuk menerangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Umum A.1. Jenis Kapal A.2. Kecepatan Kapal A.3. Masalah Lain

BAB I PENDAHULUAN A. Umum A.1. Jenis Kapal A.2. Kecepatan Kapal A.3. Masalah Lain BAB I PENDAHULUAN A. Umum Dalam merencanakan atau mendesain kapal bangunan baru, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan sebuah kapal, baik dari segi teknis, ekonomis maupun segi artistiknya.

Lebih terperinci

BAB V BUKAAN KULIT (SHELL EXPANSION)

BAB V BUKAAN KULIT (SHELL EXPANSION) BAB V BUKAAN KULIT (SHELL EXPANSION) Perhitungan Shell Expansion (Bukaan Kulit) berdasarkan ketentuan BKI (Biro Klasifikasi Indonesia) Th. 2007 Volume II. A. PERKIRAAN BEBAN A.1. Beban sisi kapal a. Beban

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN . HASIL DAN PEMBAHASAN yang dijadikan sampel dan diukur pada penelitian ini berjumlah 22 unit yang mempunyai wilayah pengoperasian lokal, yaitu di daerah yang tidak jauh dari teluk Palabuhanratu. Konstruksi

Lebih terperinci

Z = 10 (T Z) + Po C F (1 + )

Z = 10 (T Z) + Po C F (1 + ) BAB V BUKAAN KULIT (SHELL EXPANSION) Perhitungan Shell Expansion (Bukaan Kulit) berdasarkan ketentuan BKI (Biro Klasifikasi Indonesia) Th. 2006 Volume II. A. PERKIRAAN BEBAN A.1. Beban sisi kapal a. Beban

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI Yang bertanda tangan dibawah ini, tim dosen penguji Tugas Akhir telah menguji dan menyetujui Laporan Tugas Akhir yang telah disusun oleh : Nama : NIN INDIARTO NIM : L0G

Lebih terperinci

Soal :Stabilitas Benda Terapung

Soal :Stabilitas Benda Terapung TUGAS 3 Soal :Stabilitas Benda Terapung 1. Batu di udara mempunyai berat 500 N, sedang beratnya di dalam air adalah 300 N. Hitung volume dan rapat relatif batu itu. 2. Balok segi empat dengan ukuran 75

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG GARIS MUAT KAPAL DAN PEMUATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG GARIS MUAT KAPAL DAN PEMUATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG GARIS MUAT KAPAL DAN PEMUATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA BUKAAN KULIT (SHEEL EXPANSION) Beban sisi geladak dihitung menurut rumus BKI 2006 Vol II Sect.

BAB V RENCANA BUKAAN KULIT (SHEEL EXPANSION) Beban sisi geladak dihitung menurut rumus BKI 2006 Vol II Sect. BAB V RENCANA BUKAAN KULIT () A. Perhitungan Beban A.1 Beban Sisi Beban sisi geladak dihitung menurut rumus BKI 2006 Vol II Sect. 4.B.2.1 A.1.1. Dibawah Garis Air Muat Beban sisi geladak dibawah garis

Lebih terperinci

TEKNIK KONSTRUKSI KAPAL BAJA JILID 2

TEKNIK KONSTRUKSI KAPAL BAJA JILID 2 Moch. Sofi, dkk. TEKNIK KONSTRUKSI KAPAL BAJA JILID 2 SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Hak Cipta

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS KONVERSI KAPAL TANKER SINGLE HULL MENJADI DOUBLE HULL

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS KONVERSI KAPAL TANKER SINGLE HULL MENJADI DOUBLE HULL PRESENTASI TUGAS AKHIR ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS KONVERSI KAPAL TANKER SINGLE HULL MENJADI DOUBLE HULL Dipresentasikan Oleh : MUHAMMAD KHARIS - 4109 100 094 Dosen Pembimbing : Ir. Triwilaswandio W.P.,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Proses Pembuatan Kapal Baru Pada umumnya metode atau cara dalam proses pembuatan kapal terdiri dari dua cara yaitu cara pertama berdasarkan sistem, cara kedua berdasarkan tempat.

Lebih terperinci

ANALISA TEKNIS KM PUTRA BIMANTARA III MENURUT PERATURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU BKI

ANALISA TEKNIS KM PUTRA BIMANTARA III MENURUT PERATURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU BKI ANALISA TEKNIS KM PUTRA BIMANTARA III MENURUT PERATURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU BKI Sarjito Jokosisworo*, Ari Wibawa Budi Santosa* * Program Studi Teknik Perkapalan Fakultas Teknik UNDIP ABSTRAK Mayoritas

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Kapal Cumi-Cumi (Squid Jigging) Kapal penangkap cumi-cumi adalah kapal yang sasaran utama penangkapannya adalah cumi-cumi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Desain Perahu Katamaran General arrangement (GA)

5 PEMBAHASAN 5.1 Desain Perahu Katamaran General arrangement (GA) 5 PEMBAHASAN 5.1 Desain Perahu Katamaran 5.1.1 General arrangement (GA) Pembuatan desain perahu katamaran disesuaikan berdasarkan fungsi yang diinginkan yaitu digunakan sebagai perahu pancing untuk wisata

Lebih terperinci

BAB IX WRANG (FLOOR) Capt. Habiyudin M Mar./Document/BP3IP

BAB IX WRANG (FLOOR) Capt. Habiyudin M Mar./Document/BP3IP BAB IX WRANG (FLOOR) Pada bab sebelumnya sudah sering disebut mengenai wrang, yang di dalam konstruksi dasar berganda memegang peranan yang sangat penting dalam kaitan dan fungsinya. Seperti kita ketahui

Lebih terperinci

Awak tidak memperhatikan bangunan dan stabilitas kapal. Kecelakaan kapal di laut atau dermaga. bahaya dalam pelayaran

Awak tidak memperhatikan bangunan dan stabilitas kapal. Kecelakaan kapal di laut atau dermaga. bahaya dalam pelayaran Bagian-bagian Kapal Awak tidak memperhatikan bangunan dan stabilitas kapal Kecelakaan kapal di laut atau dermaga bahaya dalam pelayaran merugikan harta benda, kapal, nyawa manusia bahkan dirinya sendiri.

Lebih terperinci

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Dengan iman dan taqwa saya menjadi kuat,tanpa iman dan taqwa saya menjadi lemah. Sabar, Tawakal, dan Ikhlas, unsur menuju kesuksesan Hidup adalah kerja keras Untuk menjadi orang

Lebih terperinci

Perancangan Aplikasi Perhitungan dan Optimisasi Konstruksi Profil pada Midship Kapal Berdasar Rule Biro Klasifikasi Indonesia

Perancangan Aplikasi Perhitungan dan Optimisasi Konstruksi Profil pada Midship Kapal Berdasar Rule Biro Klasifikasi Indonesia JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), 27-520 (201-928X Print) G 12 Perancangan Aplikasi Perhitungan dan Optimisasi Konstruksi Profil pada Midship Kapal Berdasar Rule Biro Klasifikasi Indonesia Aditya

Lebih terperinci

KAJIAN DIMENSI DAN MODEL SAMBUNGAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU PRODUKSI GALANGAN RAKYAT DI KABUPATEN BULUKUMBA

KAJIAN DIMENSI DAN MODEL SAMBUNGAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU PRODUKSI GALANGAN RAKYAT DI KABUPATEN BULUKUMBA PROSID ING 2011 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK KAJIAN DIMENSI DAN MODEL SAMBUNGAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU PRODUKSI GALANGAN RAKYAT DI KABUPATEN BULUKUMBA Azis Abdul Karim, Mansyur Hasbullah & Andi Haris

Lebih terperinci

PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA

PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA 1. Umum Secara umum metode perakitan jembatan rangka baja ada empat metode, yaitu metode perancah, metode semi kantilever dan metode kantilever serta metode sistem

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI Yang bertanda tangan dibawah ini, tim dosen penguji Tugas Akhir telah menguji dan menyetujui Laporan Tugas Akhir yang telah disusun oleh : Nama : ICHFAN FAUZI NIM : L0G

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/naval JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro ISSN 2338-0322 Optimalisasi Desain Struktur Kekuatan

Lebih terperinci

KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN PALABUHANRATU JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN PALABUHANRATU JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN PALABUHANRATU JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA ARIEF MULLAH MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Bentuk baku konstruksi kapal rawai tuna (tuna long liner) GT SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional

Bentuk baku konstruksi kapal rawai tuna (tuna long liner) GT SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Bentuk baku konstruksi kapal rawai tuna (tuna long liner) 75 150 GT ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...II pendahuluan...iii 1 Ruang

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 21 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kapal Cumi-Cumi (Squid Jigging) Kapal cumi-cumi (squid jigging) merupakan kapal penangkap ikan yang memiliki tujuan penangkapan yaitu cumi-cumi. Kapal yang sebagai objek penelitian

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI Yang bertanda tangan dibawah ini, Tim Dosen Penguji Tugas Akhir telah menguji dan menyetujui Laporan Tugas Akhir yang telah disusun oleh : Nama : ALI MUNAWAR NIM : L0G

Lebih terperinci

Sambungan dan Hubungan Konstruksi Kayu

Sambungan dan Hubungan Konstruksi Kayu Sambungan Kayu Konstruksi kayu merupakan bagian dari konstruksi bangunan gedung. Sambungan dan hubungan kayu merupakan pengetahuan dasar mengenai konstruksi kayu yang sangat membantu dalam penggambaran

Lebih terperinci

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR Penyusunan RKS Perhitungan Analisa Harga Satuan dan RAB Selesai Gambar 3.1 Flowchart Penyusunan Tugas Akhir BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR 4.1 Data - Data Teknis Bentuk pintu air

Lebih terperinci

SISTIM PIPA KAPAL BERDAYA MESIN 2655 HP

SISTIM PIPA KAPAL BERDAYA MESIN 2655 HP SISTIM PIPA KAPAL BERDAYA MESIN 2655 HP Sri Pramono Ratna Dwi Kurniawan Staf Pengajar Akademi Teknik Perkapalan (ATP) Veteran Semarang Abstrak Sistem pipa mempunyai peranan penting dalam pelayanan umum

Lebih terperinci

Iswadi Nur Program Studi Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik UPN Veteran Jakarta Jl. RS Fatmawati, Pondok Labu Jakarta Selatan

Iswadi Nur Program Studi Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik UPN Veteran Jakarta Jl. RS Fatmawati, Pondok Labu Jakarta Selatan FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BEBAN RANCANGAN (DESIGN OAD) TERKAIT DENGAN PERHITUNGAN KONSTRUKSI KAPA- KAPA NIAGA BERBAHAN BAJA MENURUT REGUASI KAS Iswadi Nur Program Studi Teknik Perkapalan, Fakultas

Lebih terperinci

Analisa Kekuatan Konstruksi Corrugated Watertight Bulkhead Dengan Transverse Plane Watertight Bulkhead Pada Pemasangan Pipa di Ruang Muat Kapal Tanker

Analisa Kekuatan Konstruksi Corrugated Watertight Bulkhead Dengan Transverse Plane Watertight Bulkhead Pada Pemasangan Pipa di Ruang Muat Kapal Tanker 1 Analisa Kekuatan Konstruksi Corrugated Watertight Bulkhead Dengan Transverse Plane Watertight Bulkhead Pada Pemasangan Pipa di Ruang Muat Kapal Tanker Stevan Manuky Putra, Ir. Agoes Santoso, M.Sc., M.Phil.,

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERKAPALAN RENCANA GARIS C.20.02

KONSEP DASAR PERKAPALAN RENCANA GARIS C.20.02 KONSEP DASAR PERKAPALAN RENCANA GARIS C.20.02 BAGIIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIIKULUM DIIREKTORAT PENDIIDIIKAN MENENGAH KEJURUAN DIIREKTORAT JENDERAL PENDIIDIIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIIDIIKAN

Lebih terperinci

KEKUATAN STRUKTUR KONSTRUKSI KAPAL AKIBAT PENAMBAHAN PANJANG. Thomas Mairuhu *) Abstract

KEKUATAN STRUKTUR KONSTRUKSI KAPAL AKIBAT PENAMBAHAN PANJANG. Thomas Mairuhu *) Abstract KEKUATAN STRUKTUR KONSTRUKSI KAPAL AKIBAT PENAMBAHAN PANJANG Thomas Mairuhu *) Abstract The passenger cargo ship which has = 0 ton and 7 meter in length between perpendicular was prolong in 4 meter in

Lebih terperinci

ini, adalah proyek penggantian jembatan kereta api lama serta pembuatan 2 bentangan jembatan baru yang

ini, adalah proyek penggantian jembatan kereta api lama serta pembuatan 2 bentangan jembatan baru yang BAB IV STUDI KASUS PENGGANTIAN JEMBATAN KERETA API BH _812 KM 161+601 DI BREBES IV.1. Deskripsi Proyek 4.1.1. Ganbaran Unun Proyek Proyek yang menjadi studi kasus dalam tugas akhir ini, adalah proyek penggantian

Lebih terperinci

Bentuk baku konstruksi kapal pukat cincin (purse seiner) GT

Bentuk baku konstruksi kapal pukat cincin (purse seiner) GT Standar Nasional Indonesia Bentuk baku konstruksi kapal pukat cincin (purse seiner) 75 150 GT ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... I Prakata... II Pendahuluan... III 1 Ruang

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI STRUKTUR DAN BAGIAN-BAGIAN KAPAL. NPL - Prod/K.01. Kompetensi : Bangunan dan Stabilitas Kapal

MENGIDENTIFIKASI STRUKTUR DAN BAGIAN-BAGIAN KAPAL. NPL - Prod/K.01. Kompetensi : Bangunan dan Stabilitas Kapal MENGIDENTIFIKASI STRUKTUR DAN BAGIAN-BAGIAN KAPAL NPL - Prod/K.01 Kompetensi : Bangunan dan Stabilitas Kapal BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIKMENJUR DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

ANALISA PENGGUNAAN RUANGAN KAPAL PENANGKAP IKAN TUNA DI PANTAI SADENG GUNUNG KIDUL. Salim Staf Pengajar Akademi Maritim Yogyakarta (AMY) ABSTRAK

ANALISA PENGGUNAAN RUANGAN KAPAL PENANGKAP IKAN TUNA DI PANTAI SADENG GUNUNG KIDUL. Salim Staf Pengajar Akademi Maritim Yogyakarta (AMY) ABSTRAK ANALISA PENGGUNAAN RUANGAN KAPAL PENANGKAP IKAN TUNA DI PANTAI SADENG GUNUNG KIDUL Salim Staf Pengajar Akademi Maritim Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hasil ruangan

Lebih terperinci

ShippingEducationEbooks www.ebokship.plusadvisor.com SumberEbookShippingTerlengkap DiIndonesia Youneedgoodadvisor www.plusadvisor.com TOPIK.1 MERKAH KAMBANGAN PLIMSOLL MARK 300 mm 540 mm 25 mm 230 mm TF

Lebih terperinci

MACAM MACAM SAMBUNGAN

MACAM MACAM SAMBUNGAN BAB 2 MACAM MACAM SAMBUNGAN Kompetensi Dasar Indikator : Memahami Dasar dasar Mesin : Menerangkan komponen/elemen mesin sesuai konsep keilmuan yang terkait Materi : 1. Sambungan tetap 2. Sambungan tidak

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN KAPAL

PROSES PEMBUATAN KAPAL PROSES PEMBUATAN KAPAL Pada umumnya metode atau cara dalam proses pembuatan kapal terdiri dari dua cara yaitu cara pertama berdasarkan sistem, cara kedua berdasarkan tempat. Proses pembuatan kapal berdasarkan

Lebih terperinci

ALTERNATIF PENGGUNAAN GADING BAJA PADA PEMBANGUNAN KAPAL KAYU 30 GT

ALTERNATIF PENGGUNAAN GADING BAJA PADA PEMBANGUNAN KAPAL KAYU 30 GT Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 10, Nomor 2, Juli - Desember 2012 ALTERNATIF PENGGUNAAN GADING BAJA PADA PEMBANGUNAN KAPAL KAYU 30 GT Lukman Bochary & Farid Larengi Jurusan Teknik Perkapalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komponen Jembatan Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : 1. Struktur jembatan atas Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang memindahkan

Lebih terperinci

2016, No Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang Pengesahan International Convention For The Safety of Life at Sea, 1974; 6. Peratur

2016, No Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang Pengesahan International Convention For The Safety of Life at Sea, 1974; 6. Peratur BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1428, 2016 KEMENHUB. Kendaraan diatas Kapal. Pengangkutan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 115 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGANGKUTAN

Lebih terperinci

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN )

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN ) BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN ) C.. PERHITUNGAN DASAR A. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + % x Lpp 5.54 + % x 5.54 7.65 m B. Panjang Displacement (L Displ) L Displ,5 x ( Lwl + Lpp

Lebih terperinci

Studi Implementasi Risk Based Inspection (RBI) untuk Estimasi Harga Kapal Bekas

Studi Implementasi Risk Based Inspection (RBI) untuk Estimasi Harga Kapal Bekas Studi Implementasi Risk Based Inspection (RBI) untuk Estimasi Harga Kapal Bekas Oleh : Septian Aji Dewangkara 4108 100 087 Dosen Pembimbing : Ir. Triwilaswandio WP, M.SC Sri Rejeki Wahyu Pribadi, ST, MT

Lebih terperinci

KONSTRUKSI KAPAL SOFYAN HANANDIS D ( MIDSHIP SECTION ) OLEH :

KONSTRUKSI KAPAL SOFYAN HANANDIS D ( MIDSHIP SECTION ) OLEH : KONSTRUKSI KAPAL ( MIDSHIP SECTION ) OLEH : SOFYAN HANANDIS D 331 10 266 JURUSAN PERKAPALAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN DAFTAR ISI PENGANTAR

Lebih terperinci

SPESIFIKASI TEKNIS KAPAL IKAN 1 GT FRP

SPESIFIKASI TEKNIS KAPAL IKAN 1 GT FRP SPESIFIKASI TEKNIS KAPAL IKAN 1 GT FRP DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PEMERINTAH KABUPATEN SIKKA TAHUN ANGGARAN 2017 SPESIFIKASI TEKNIS 1 1. UMUM 1.01 PENDAHULUAN Untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana

Lebih terperinci

BAB III. Tindakan Olah Gerak menolong orang jatuh kelaut tergantung dan pada factor-factor sebagai berikut :

BAB III. Tindakan Olah Gerak menolong orang jatuh kelaut tergantung dan pada factor-factor sebagai berikut : BAB III BERLAYAR DIPERAIRAN SEMPIT DAN DANGKAL GEJALANYA : Timbul ombak haluan yang mengalir kebelakang. Arus lemah yang mengalir diperpanjang garis lunas. Arus buritan yang mengalir ke depan. Ombak buritan

Lebih terperinci

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN )

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN ) MT LINUS 90 BRT LINES PLAN BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN ). PERHITUNGAN DASAR. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + % x Lpp 07,0 + % x 07,0 09, m. Panjang Displacement (L Displ) L Displ

Lebih terperinci

Analisis Kekuatan Konstruksi Sekat Melintang Kapal Tanker dengan Metode Elemen Hingga

Analisis Kekuatan Konstruksi Sekat Melintang Kapal Tanker dengan Metode Elemen Hingga JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-183 Analisis Kekuatan Konstruksi Sekat Melintang Kapal Tanker dengan Metode Elemen Hingga Ardianus, Septia Hardy Sujiatanti,

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BEBAN RANCANGAN (DESIGN LOAD) KONSTRUKSI KAPAL BARANG UMUM DWT BERBAHAN BAJA MENURUT REGULASI KELAS

PERHITUNGAN BEBAN RANCANGAN (DESIGN LOAD) KONSTRUKSI KAPAL BARANG UMUM DWT BERBAHAN BAJA MENURUT REGULASI KELAS PERHITUNGAN BEBAN RANCANGAN (DESIGN LOAD) KONSTRUKSI KAPAL BARANG UMUM 12.000 DWT BERBAHAN BAJA MENURUT REGULASI KELAS Iswadi Nur Program Studi Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, UPN Veteran Jakarta,

Lebih terperinci

PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) A. PERHITUNGAN DASAR A.. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + % x Lpp 9,5 + % x 9,5 5, m A.. Panjang Displacement (L Displ) L Displ,5 x ( Lwl + Lpp ),5 x (5, +

Lebih terperinci

SOAL DAN PENYELESAIAN KONS & STAB UKP ANT IV BAG Terangkan artinya istilah berikut ini : a. MAST HOUSE b. BULWARK c.

SOAL DAN PENYELESAIAN KONS & STAB UKP ANT IV BAG Terangkan artinya istilah berikut ini : a. MAST HOUSE b. BULWARK c. SOAL DAN PENYELESAIAN KONS & STAB UKP ANT IV BAG 1. 1. Terangkan artinya istilah berikut ini : a. MAST HOUSE b. BULWARK c. TONNAGE WELL 1. Arti istilah berikut ini : a. MAST HOUSE = Ruangan yang terletak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Kapal Perikanan. Kapaf ikan adalah salah satu jenis dari kapal, dengan demikian sifat dan

II. TINJAUAN PUSTAKA Kapal Perikanan. Kapaf ikan adalah salah satu jenis dari kapal, dengan demikian sifat dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kapal Perikanan Kapaf ikan adalah salah satu jenis dari kapal, dengan demikian sifat dan syarat-syarat yang diperlukan oleh suatu kapal akan diperlukan juga oleh kapal ikan, akan

Lebih terperinci

PRESENTASI SKRIPSI ANALISA PERBANDINGAN KEKUATAN KONSTRUKSI CORRUGATED WATERTIGHT BULKHEAD

PRESENTASI SKRIPSI ANALISA PERBANDINGAN KEKUATAN KONSTRUKSI CORRUGATED WATERTIGHT BULKHEAD PRESENTASI SKRIPSI ANALISA PERBANDINGAN KEKUATAN KONSTRUKSI CORRUGATED WATERTIGHT BULKHEAD DENGAN TRANSVERSE PLANE WATERTIGHT BULKHEAD PADA RUANG MUAT KAPAL TANKER Oleh: STEVAN MANUKY PUTRA NRP. 4212105021

Lebih terperinci

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) A. PERHITUNGAN DASAR. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + % x Lpp 99,5 +,98, m. Panjang Displacement (L Displ) L Displ,5 x (Lwl + Lpp),5 x (, + 99,5),5

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PERAIRAN PELABUHAN

BAB III PERENCANAAN PERAIRAN PELABUHAN BAB III PERENCANAAN PERAIRAN PELABUHAN III.1 ALUR PELABUHAN Alur pelayaran digunakan untuk mengarahkan kapal yang akan masuk ke dalam kolam pelabuhan. Alur pelayaran dan kolam pelabuhan harus cukup tenang

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 43 TAHUN 2010

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 43 TAHUN 2010 MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 43 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR SPESIFIKASI TEKNIS GERBONG a. bahwa dalam Pasal 197 Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009

Lebih terperinci

Studi Perancangan Sistem Konstruksi Kapal Liquified Natural Gas (LNG) CBM

Studi Perancangan Sistem Konstruksi Kapal Liquified Natural Gas (LNG) CBM Studi Perancangan Sistem Konstruksi Kapal Liquified Natural Gas (LNG) 30.000 CBM Zamzamil Huda Abstrak Sering kali dalam perancangan dan pembuatan kapal baru mengalami kelebihan dan pengurangan berat konstruksi

Lebih terperinci

A. JUMLAH DAN SUSUNAN ANAK BUAH KAPAL A.1. Jumlah ABK dapat dihitung dengan 2 cara a. Dengan Rumus HB Ford :

A. JUMLAH DAN SUSUNAN ANAK BUAH KAPAL A.1. Jumlah ABK dapat dihitung dengan 2 cara a. Dengan Rumus HB Ford : BAB III PERHITUNGAN RENCANA UMUM (GENERAL ARRANGEMENT) A. JUMLAH DAN SUSUNAN ANAK BUAH KAPAL A.1. Jumlah ABK dapat dihitung dengan 2 cara a. Dengan Rumus HB Ford : 1 1 6 5 35 BHP Zc = C st C deck LWL x

Lebih terperinci

BAB VI PERHITUNGAN SISTEM PIPA

BAB VI PERHITUNGAN SISTEM PIPA BAB VI PERHITUNGAN SISTEM PIPA A. Umum Sistem pipa merupakan bagian utama suatu sistem yang menghubungkan titik dimana fluida disimpan ke titik pengeluaran semua pipa baik untuk memindahkan tenaga atau

Lebih terperinci

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy. SOAL HIDRO 1. Saluran drainase berbentuk empat persegi panjang dengan kemiringan dasar saluran 0,015, mempunyai kedalaman air 0,45 meter dan lebar dasar saluran 0,50 meter, koefisien kekasaran Manning

Lebih terperinci

DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR)

DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR) DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR) Alat ukur dalam dunia teknik sangat banyak. Ada alat ukur pneumatik, mekanik, hidrolik maupun yang elektrik. Termasuk dalam dunia otomotif, banyak juga alat ukur

Lebih terperinci

Gbr. 27 BAB II DEREK MUAT (CARGO WINCH) Derek Muat.

Gbr. 27 BAB II DEREK MUAT (CARGO WINCH) Derek Muat. BAB II DEREK MUAT (CARGO WINCH) Derek Muat. Kebanyakan Derek mempunyai teromol yang dipasak tetap pada sumbu utama pada kedua sisi dari sumbu utama, jadi di luar kursi-kursi terdapat kepala lepas atau

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG PERKAPALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG PERKAPALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG PERKAPALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran terdapat beberapa

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERIKSAAN TONGKANG

LAPORAN PEMERIKSAAN TONGKANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN MINISTRY OF TRANSPORTATION DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIRECTORATE GENERAL OF SEA TRANSPORTATION LAPORAN PEMERIKSAAN TONGKANG NAMA KAPAL : PEMILIK / OPERATOR : AGENT :

Lebih terperinci

1. Steering Gear (Mesin Kemudi)

1. Steering Gear (Mesin Kemudi) Permesinan bantu atau pemesinan geladak merupakan sistem permesinan yang berhubungan dengan operasional kapal yang tidak ada hubungannya dengan sistem penggerak utama kapal. Sistem permesinan geladak yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG P E R K A P A L A N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG P E R K A P A L A N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG P E R K A P A L A N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran

Lebih terperinci

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS BAB II A. PERHITUNGAN DASAR A.1. Panjang Garis Muat ( LWL ) LWL = Lpp + 2 % Lpp = 78,80 + ( 2%x 78,80 ) = 80,376 m A.2. Panjang Displacement untuk kapal Baling baling Tunggal (L displ) L displ = ½ (LWL

Lebih terperinci

BAB II CARA KERJA MESIN 2 TAK DAN 4 TAK

BAB II CARA KERJA MESIN 2 TAK DAN 4 TAK BAB II CARA KERJA MESIN 2 TAK DAN 4 TAK A. PEMBAGIAN MOTOR DIESEL 1. Menurut cara kerja Mesin diesesl menurut cara kerja nya dapat diklarisfikasikan menjadi 2 cara kerja,untuk dapat menghasilkan usaha

Lebih terperinci

A. JUMLAH DAN SUSUNAN ANAK BUAH KAPAL A.1. Jumlah ABK dapat dihitung dengan 2 cara a. Dengan Rumus HB Ford :

A. JUMLAH DAN SUSUNAN ANAK BUAH KAPAL A.1. Jumlah ABK dapat dihitung dengan 2 cara a. Dengan Rumus HB Ford : BAB III PERHITUNGAN RENCANA UMUM (GENERAL ARRANGEMENT) A. JUMLAH DAN SUSUNAN ANAK BUAH KAPAL A.1. Jumlah ABK dapat dihitung dengan 2 cara a. Dengan Rumus HB Ford : 1 1 6 5 35 BHP Zc = C st C deck LWL x

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

b. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a perlu diatur lebih lanjut mengenai perkapalan dengan Peraturan Pemerintah;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a perlu diatur lebih lanjut mengenai perkapalan dengan Peraturan Pemerintah; PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG P E R K A P A L A N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran terdapat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Pantai Sanur, Dermaga, Marina, Speedboat

ABSTRAK. Kata kunci: Pantai Sanur, Dermaga, Marina, Speedboat ABSTRAK Pantai Sanur selain sebagai tempat pariwisata juga merupakan tempat pelabuhan penyeberangan ke Pulau Nusa Penida. Namun sampai saat ini, Pantai Sanur belum memiliki dermaga yang berakibat mengganggu

Lebih terperinci

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab VI Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran BAB VI

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab VI Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran BAB VI BAB VI Tujuan : Setelah mempelajari materi pelajaran pada bab VI, diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menjelaskan arti dari kelurusan, kesikuan, keparalelan dan kedataran. 2. Menyebutkan beberapa alat ukur

Lebih terperinci