BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah Perkembangan Furoshiki 1. Kebudayaan Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sanskerta yaitu buddayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi dan akal) diartikan sebagai halhal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari bahasa latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata Culture juga diterjemahkan sebagai kultur dalam bahasa Indonesia yang mempunyai makna budaya yang hidup dan berkembang dalam suatu masyarakat yang bersifat dinamis ( Adapun ahli Antropologi yang merupakan definisi tentang kebudayaan secara sistematis dan ilmiah adalah E.B.Taylor, yang menulis dalam bukunya Primitive Culture, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan menurut kesepakatan dari konferensi yang diadakan World Conference on Cultural Policies di Mexico City yang di sponsori oleh UNESCO pada tanggal 26 Juli sampai 6 Agustus 1982 adalah : in its widest sense, culture may now be said to be the whole complex of distinctive spiritual, material, intellectual, and emotional features that characterize a society or social group. It includes not only the arts and letters, but also modes of life, the fundamental rights of the humans being, value

2 systems, traditions and beliefs; that it is culture that gives man the ability to reflect upon himself Terjemahan : dalam arti luas, budaya sekarang dapat dikatakan sebagai seluruh kompleks kekhasan spiritual, material, intelektual dan fitur emosional yang menjadi ciri suatu masyarakat atau kelompok sosial. Tidak hanya mencakup seni dan huruf-huruf, tapi juga mode hidup, hak-hak dasar manusia, sistem nilai, tradisi dan kepercayaan, itulah kebudayaan yang memberkan manusia kemampuan untuk merenungkan dirinya sendiri. ( mexico_en.pdf) Sehingga dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu umat manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Kesimpulan terkait budaya diatas, budaya yang dinamis merupakan lokal kontens Jepang yang berkembang dari masa ke masa sesuai pemakaiannya. 2. Kesenian Seni adalah proses penciptaan dan ekspresi dari manusia yang melibatkan keterampilan, imajinasi, atau teknis. Seni biasanya mengandung unsur estetika dan memiliki nilai jual. Seni pada mulanya adalah proses dari manusia. Sesungguhnya pengertian seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit

3 dinilai, karena setiap individu memiliki pengertian tersendiri. Ada yang mengatakan bahwa seni itu indah atau mengandung unsur estetika. Ada juga yang mengatakan bahwa seni itu memiliki makna yang mendalam. ( Kata seni berasal dari bahasa Sansekerta sani yang berarti pemujaan, persembahan, dan pelayanan. Dalam bahasa Inggris, seni disebut art yang berasal dari bahasa Latin artem yang memiliki arti sama. Kesenian tidak pernah berdiri lepas dari masyarakat. Sebagai salah satu bagian yang terpenting dari kebudayaan, kesenian adalah ungkapan kreativitas dari kebudayaan itu sendiri. Masyarakat yang menyangga kebudayaan dan dengan demikian juga kesenian mencipta, memberi peluang untuk bergerak, memelihara, menularkan, mengembangkan untuk kemudian menciptakan kebudayaan baru lagi. (Umar Kayam,1981:39) 3. Furoshiki Furoshiki adalah kain yang berbentuk segi empat untuk membungkus barang-barang yang akan dibawa berpergian untuk menyimpan barang-barang yang diletakkan di suatu tempat. Selanjutnya penggunaan kain furoshiki sebagai kain pembungkus tersebar seiring dengan aktivitas masyarakat pada saat itu. Furoshiki sudah menjadi kebutuhan sehari-hari di Jepang karena pada saat mereka ingin pergi ke pemandian umum, mereka akan membawa kain furoshiki bersama dengan yukata. (Grilli,1990:102) Adapun pengertian Furoshiki menurut Dumas (2004:53) adalah : 風呂敷は 布を折りたたんだもので 物品などを包んで持ち運びやくするために用いられるものです 人に贈り物っていくとき 風呂

4 敷に包んでいき 贈り物を受け取る人に手渡す直前に 風呂敷を解くのが普通です Terjemahan : Furoshiki adalah kain pembungkus atau kain yang digunakan untuk membungkus suatu barang sehingga barang tersebut dapat dengan mudah dibawa kemana-mana. Furoshiki biasanya digunakan ketika memberikan hadiah kepada seseorang lalu hadiah tersebut dibungkus dengan furoshiki dan membukanya sebelum memberikan hadiah tersebut kepada penerima hadiah. (Dumas,2004:53) Menurut Yuriko Koike pada saat The Senior Officials Meeting On the 3R initiative, The wrapper is a cloth of the living that has been used Japan from old times widely. The present including transportation and storage is encompassed, and it has bees used as a carpet and a multiplication thing. The wrapper can be called from the history and the tradition symbolize of the culture of the living of Japan Terjemahan : Furoshiki adalah kain dari kehidupan Jepang yang telah digunakan secara luas sejak dahulu kala. Sekarang meliputi pemindahan dan penyimpanan barang dan itu juga telah digunakan sebagai sebuah permadani dan mempunyai banyak fungsi. Furoshiki menandakan sejarah dan simbol tradisional dari budaya kehidupan Jepang 2.2 Pengertian Seni Furoshiki Pengertian furoshiki adalah kain pembungkus berbentuk persegi empat yang digunakan untuk membungkus barang sehingga dengan mudah dibawa kemanamana. Secara Harafiah furoshiki ( 風呂敷 ) adalah seni membungkus

5 makanan atau benda yang dilakukan secara tradisional. Seni furoshiki diperkenalkan oleh mayarakat Jepang sejak tahun sebelum masehi. Furo ( 風呂 ) yang berarti mandi dan shiki ( 敷き ) yang berarti membentangkan. Sebelum kata furoshiki menjadi popular dikalangan masyarakat Jepang masyarakat mengenal seni furoshiki dengan sebutan hirazutsumi ( 平包 ) yang berarti bungkusan yang dilipat. Sejak furoshiki menjadi populer banyak pedagang Jepang yang menggunakannya sebagai kain pelindung untuk barang-barang dagangan mereka agar barang dagangan tersebut dapat tetap terjaga dengan baik. Furoshiki juga berarti seni membungkus kain yang bukan hanya berguna untuk melindungi benda yang dibungkus agar terjaga dengan baik, namun furoshiki adalah suatu seni dimana para pengguna dapat berkreasi sekreatif mungkin tanpa melakukan pencemaran terhadap lingkungan dan tetap menjaga utuh budaya leluhur yang sesungguhnya sangat menguntungkan jika dilakukan sepenuhnya ke dalam kehidupan sekarang. Awalnya furoshiki digunakan di rumah pemandian umum sebagai pusat berkumpulnya masyarakat kalangan biasa sebagai kain pembuntal pakaian dan perlengkapan mandi mereka yang pergi membersihkan diri di tahun 1600-an. Selanjutnya, penggunaan furoshiki sebagai kain pembuntal cepat tersebar seiring dengan meningkatnya aktifitas masyrakat di masa tersebut. (Setyawati Alrine Novianda,2013:14) 2.3 Sejarah Munculnya Furoshiki Sejarah furoshiki bermula pada zaman Nara ( ), namun pada saat itu belum disebut furoshiki dan mengandung arti sebagai kain pembuntal yakni kain yang sederhana kemudian dipotong sama sisi lalu dijahit. Seiring

6 perkembangannya, pada zaman Nara tepatnya pada tahun 756, kain tersebut dijadikan sebagai kain pembungkus. Misalnya, pada tahun tersebut didirikannya bangunan yang disebut shosoin ( 正倉院 ) untuk menyimpan barang-barang kesenian dan harta peninggalan Kaisar Shomu di dekat Todaiji ( 東大寺 ) di Nara. Kemudian pada zaman Nara masyarakat Jepang sudah memiliki anggapan bahwa apabila memberikan suatu barang kepada seseorang, hendaknya dibungkus, maka dari itu kain pembungkus atau tsutsumi mulai dimanfaatkan sebagai alat untuk membungkus barang apapun. Pada zaman Nara juga dikenal kain pembungkus yang disebut Hokeifuhaku. The prototype of the furoshiki, the most common cloth used in Japan for gift wrapping, is the Hokei-fuhaku or square fabric like that found in the shosoin treasure house. Back to the nara period, the Hokei-fuhaku is said to have been used for wrapping items such as the stoles of Buddhist priest and the costumes of minstrels. At the time, wrapping clothes were known as tsutsumi (wrapping) or hiratsutsumi (flat wrapping). Terjemahan : Hal yang spesial dari furoshiki, yakni kain yang paling umum digunakan di Jepang untuk membungkus kado adalah Hokei-fuhaku atau kain persegi seperti yang ditemukan di rumah kekayaan Shosoin. Kembali ke periode Nara, Hokei-fuhaku dikatakan telah digunakan untuk membungkus barang-barang seperti selendang imam Buddha dan kostum penyanyi. Pada saat itu, membungkus baju dikenal sebagai tsutsumi (pembungkus) atau hiratsutsumi (pembungkus datar). (Chizuko Morita, 2005:91) Dalam adat istiadat Jepang mengemas adalah kegiatan yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jepang, kegiatan ini digemari dari awal zaman Heian ( ), tetapi kata furoshiki dikatakan berasal dari kebiasaan mandi

7 yang dikaitkan dengan masa pemerintahan Shogun Ashikaga ke tiga. Pada zaman Muromachi ( ), Yoshimitsu membangun sebuah pemandian besar di ibu kota, yang ia gunakan untuk menghibur para komandan militer yang sibuk menjalani tugas ke seluruh Jepang, saat itu ia menyuruh pelayannya mengambilkan kimono yang dibungkus oleh kain furoshiki, lalu ia menggunakan kain tersebut sebagai alas di dalam tempat pemandian. Kain tersebut digunakan dengan cara dibentangkan di atas lantai dalam pemandian, ini merupakan awal dari dikenal furoshiki. ( Biasanya tertera simbol keluarga agar kain tersebut tidak tertukar dengan milik orang lain. Rakyat jelata pada zaman Edo menggunakan kembali kebiasaan membawa pakaian mereka ke tempat pemandian dengan dibungkus kain persegi, sehingga mempopulerkan furoshiki sebagai alat bantu mereka sehari-hari. Para pedagang pun menggunakan furoshiki karena sangat berguna bagi bisnis mereka. Barang-barang yang dibungkus dalam jumlah yang banyak, lalu ujung kain dikaitkan. Kain furoshiki sangat kuat, terbuat dari sutra, katun dan biasanya terbuat dari bahan-bahan daur ulang. Pada zaman Edo tempat pemandian sangat popular di kalangan masyarakat, mereka membawa furoshiki untuk menyimpan handuk, sabun mandi, serta pakaian. Setelah itu, furoshiki semakin tersebar dengan meningkatnya aktivitas masyarakat pada masa itu. Pada saat kondisi Jepang semakin stabil dan kehidupan masyarakat Jepang sudah mulai berkembang, fungsi furoshiki pun sangat berguna dalam membawa barang untuk dijual maupun membawa barang untuk sekedar berpergian. Setelah itu furoshiki digunakan untuk seserahan pada saat pesta pernikahan. Kain yang digunakan umumnya bermotif bangau, kipas, pohon cemara serta ombak yang dipercaya akan membawa kebahagiaan bagi penggunanya. (Pertiwi Lintang Pandu,2011:22)

8 2.4 Perkembangan Seni Furoshiki Dalam penulisan ini, perkembangan furoshiki yang dimaksud adalah dari segi jenis dan kegunaan furoshiki dari zaman ke zaman Zaman Heian ( ) Pada zaman Heian kebudayaan Jepang memasuki zaman keemasannya. Pada zaman itu ada klan yang paling berkuasa yaitu klan Fujiwara. Jasa terbesar klan Fujiwara adalah mengembangkan budaya dan kesenian Jepang, yang mulai menggali potensi negeri sendiri. Salah satunya dalam hal berpakaian. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa penghuni istana pada zaman Heian memiliki cita rasa seni yang tinggi. Kain dibuat dengan aturan warna untuk masing-masing level di istana bahkan warna yang berbeda untuk setiap musim. Kaum wanitanya pun berbusana kimono yang sudah menggunakan teknik pencelupan warna dan sulapan yang indah. Oleh karena itu, pada saat akhir zaman Heian terlihat orangorang yang memakai kain pembungkus pakaian pada zaman ini diberi nama Koromo-tsutsumi. Dengan demikian kain pembungkus yang pada zaman Nara dinamakan Tsutsumi berubah menjadi Koromotsutsumi Zaman Muromachi ( ) Zaman Muromachi, dikatakan bahwa ada hubungan antara mandi dengan kain pembungkus, seperti yang tertulis di dalam Setsuyo- Shu ( 節用撞集 ) setiap harinya ada sekitar 100 orang yang mandi di pemandian umum milik Azuma Kagami yang resmi dibuka pada tahun Kebiasaan ini terus berlanjut dan jumlah orang

9 yang datang untuk mandi pun semakin bertambah. Kebiasaan ini disebut Prestasi mandi yang dibawa zaman Muromachi. Pada zaman ini biasanya orang-orang membentangkan sehelai kain yang biasanya untuk membungkus pakaian ganti mereka di tempat pemandian umum dan juga dijadikan sebagai alas duduk. Setelah itu kain tersebut dipakai untuk membungkus pakaian bekas pakai. Disinilah terjadi perkembangan dalam menggunakan kain pembungkus dari Koromo-tsutsumi menjadi furoshiki. Setelah furoshiki menyebar ke penjuru daerah di Jepang, pada zaman ini penggunaannya tidak hanya untuk membungkus pakaian dan alas duduk saja, akan tetapi digunakan untuk membungkus barang bawaan bila ingin berpergian. Pada zaman ini penggunaan furoshiki menyebar ke dalam etika pemberian hadiah termasuk dekorasi untuk membungkus hadiah. Membungkus barang sudah merupakan budaya di Jepang. Semua dilakukan dengan penuh ketelitian, detail dan memenuhi nilai-nilai keindahan yang luar biasa sehingga dapat dikatakan sebagai seni. Ada anggapan yang beredar di dalam masyarakat Jepang, bahwa barang yang dibungkus dengan furoshiki, maka barang yang berada didalamnya adalah lebih berharga dibanding dengan barang yang dibungkus dengan bahan pembungkus lain, meski sebenarnya barangnya sama. ( Zaman Edo ( ) Pada zaman Edo, pemandian umum di Jepang semakin populer. Pada zaman ini furoshiki masih digunakan sebagai kain pembungkus pakaian dan perlengkapan mandi orang Jepang. Pada tahun 1591 dibangun pemandian umum oleh Ise Yoichi, pada masa

10 ini pemandian umum sudah mulai menarik biaya mandi kepada siapapun yang mandi disana. Didalam pemandian umum ini sudah tidak menggunakan uap melainkan menggunakan air panas alami. Pada zaman ini juga sudah mengenal pakaian yang disebut yukata. Yukata adalah sejenis kimono yang dibuat dari bahan kain katun tipis tanpa pelapis. Yukata dipakai agar badan menjadi sejuk di sore hari atau sesudah mandi malam berendam dengan air panas. Pada zaman Edo ini juga memberikan sebuah catatan sejarah mengenai furoshiki. Furoshiki yang dimaksud disini yaitu kain persegi yang digunakan sebagai karpet. Karpet tersebut merupakan hal yang termewah pada waktu itu, mengingat produksi kain pada waktu itu baru saja dimulai di berbagai tempat. Pada zaman ini Kokura-furoshiki (kain bermotif garis-garis) yaitu kain yang bukan digunakan untuk membungkus, melainkan karpet. Dengan demikian, kegunaan furoshiki kian lama berubah seiring berjalannya perkembangan zaman. Kata furoshiki yang menunjukkan kemasan mengacu pada bagaimana mengikat dan melipat. ( Zaman Meiji ( ) Pada zaman Meiji, industri Jepang berkembang maju. Produksi sutra meningkat dan Jepang menjadi ekportir sutra terbesar. Harga kain sutra tidak lagi mahal, dan mulai dikenal berjenis-jenis kain sutra. Industri pemintal sutra didirikan di berbagai tempat di Jepang. Sejalan dengan pesatnya perkembangan industri pemintalan, industri tekstil benang sutra ikut berkembang. Tersedianya beraneka jenis kain yang dapat diproses menyebabkan berkembangnya teknik

11 pencelupan kain. Tetapi dengan semakin berkembangnya industri tekstil, semakin bertambah pula keinginan untuk menggunakan teknologi modern. Oleh karena itu, pada zaman Meiji telah mengubah industri kain pembungkus, karena masyarakat mulai menggunakan alat tenun modern yang menggunakan listrik daripada tenun tangan. Kain yang pada dasarnya berukuran besar pada saat itu mulai banyak yang diperkecil ukurannya. Penggunaan warna pada kain pun berubah, penggunaan warna alami berubah menjadi menggunakan pewarna kimia. Hal tersebut jelas memberikan dampak yang sangat besar terhadap penggunaan furoshiki yang tidak lagi sebagai kain pembungkus pakaian. Pola pikir masyarakat berubah dan terus berinovasi sesuai dengan permintaan konsumen pada saat itu. ( net.co.jp/furoshiki/history05) Zaman Showa ( ) Sejak zaman Meiji, ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan yang terpenting dalam kebudayaan Jepang. Setelah Perang Dunia II dengan pengaruh yang sangat kuat dari Amerika, Jepang semakin merasa perlu meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologinya. Jepang menyadari betul bahwa kekalahan tersebut disebabkan oleh ketinggalannya dalam industri dan teknologi dari Amerika. Karena kekalahan perangnya, Jepang mengalami kemiskinan dan kehancuran. Oleh karena itu, pemerintah Jepang mengubah cara hidup masyarakatnya menjadi masyarakat yang modern dengan megubah nilai budayanya termasuk furoshiki yang mengalami kemunduran, akibat mengutamakan perkembangan industri dalam memulihkan perekenomiannya tersebut, saat itu Jepang tidak

12 memperdulikan dampak negatif yang ditimbulkan oleh industri, terutama terhadap lingkungan. Tahun 1960-an furoshiki tidak digunakan lagi sebagai pembungkus barang. Pada saat itu semua Department Store mulai menggunakan tas yang terbuat dari kertas. Pada tahun 1963, masing-masing toko melakukan hal yang serupa, menggunakan tas kertas untuk membawa barang. Pembungkus berbahan kertas tersebut sangat digemari para konsumen pada tahun itu. Ini menjadi alasan pasar industri kertas mulai banyak di bangun di Jepang. Pada tahun 1970 muncul supermarket yang menggunakan plastik sebagai tas pembungkus barang. Furoshiki semakin menghilang dan semakin mengalami penurunan. Melihat kondisi seperti itu timbul gagasan dari seorang pembuat kimono, tentang produksi tas kain. Gagasan ini didukung oleh seluruh masyarakat yang khususnya kaum wanita paruh baya, karena khawatir tentang kualitas tas kertas. Department Store dan Supermarket akhirnya memproduksi tas kain. Pada tahun 1985 furoshiki sebagai alat pembungkus barang sudah tidak lagi dijumpai, tapi furoshiki masih diproduksi karena meningkatnya pasangan yang menikah pada zaman ini, yang membuat para industri berlomba-lomba memproduksi kain yang nantinya akan dijadikan sebagai pembungkus hadiah.( 06) Zaman Heisei (Modern) Pada zaman modern ini kenyamananlah yang dicari oleh masyarakat. Furoshiki banyak digunakan untuk berbagai macam

13 upacara perayaan keluarga, acara pernikahan, dan upacara adat lainnya. Dalam acara pesta pernikahan furoshiki digunakan sebagai pembungkus hadiah atau yang biasa disebut seserahan. Kain yang biasanya digunakan pada umumnya bermotif burung bangau, kipas, pohon cemara dan ombak. Motif tersebut dipercaya akan membawa berkah dan kebahagiaan bagi penggunanya. Pada saat ini furoshiki secara bebas dipilih sesuai dengan kebutuhan dan anggaran serta dapat digunakan berbagai kondisi sosial. Furoshiki yang berukuran kecil biasanya dapat digunakan untuk membungkus uang sebagai hadiah, keranjang, buku-buku dan tempat untuk membawa bekal. Sedangkan furoshiki yang berukuran besar dapat digunakan untuk pembungkus botol, kotak besar dan tas belanja. Pada zaman modern ini furoshiki tidak lagi sebagai sepotong kain biasa. Furoshiki sudah menjadi kain yang telah menemani kehidupan masyarakat Jepang. Furoshiki dapat didesain lebih praktis dan modern dengan style lebih fashionable. Bahkan furoshiki dapat digunakan menjadi hiasan kepala, ikat pinggang dan pembungkus alat-alat rumah tangga agar terlihat lebih indah dan rapih. Dari perkembangan pada zaman ke zaman di atas dapat disimpulkan bahwa, terjadi perubahan pada kegunaan furoshiki saja. Dari zaman Heian sampai zaman Muromachi kegunaan pada furoshiki yaitu sebagai alat pembungkus pakaian ganti di pemandian umum dan dijadikan sebagai alas duduk. Setelah itu kain tersebut dipakai untuk membungkus pakaian bekas pakai. Dizaman inilah terjadi perkembangan dalam menggunakan kain pembungkus dari koromo-tsutsumi menjadi Furoshiki. Setelah furoshiki

14 menyebar ke penjuru daerah di jepang, kegunaannya pun semakin banyak yaitu digunakan untuk membungkus barang bawaan bila ingin berpergian dan menjadi dekorasi untuk membungkus hadiah. Pada zaman Edo kegunaannya pun berubah, furoshiki hanya kain persegi yang digunakan sebagai karpet. Karpet merupakan hal yang termewah pada waktu itu, mengingat produksi kain pada waktu itu baru saja dimulai di berbagai tempat. Pada zaman ini Kokura-furoshiki (kain bermotif garis-garis) yaitu kain yang bukan digunakan untuk membungkus, melainkan karpet. Pada zaman Meiji sampai zaman Showa penggunaan furoshiki mengalami kemunduran. Akibat dari kemunduran tersebut adalah Jepang mengutamakan perkembangan industri dalam memulihkan perekenomiannya pada waktu itu, saat itu Jepang tidak memperdulikan dampak negatif yang ditimbulkan oleh industri, terutama terhadap lingkungan. Pada zaman Showa furoshiki tidak digunakan lagi sebagai pembungkus barang. Pembungkus kain berubah menjadi berbahan kertas. Pembungkus kertas tersebut sangat digemari para konsumen pada zaman itu. Tidak lama kemudian muncul supermarket yang menggunakan plastik sebagai tas pembungkus barang. Furoshiki semakin menghilang dan semakin mengalami penurunan. Akhir pada zaman Showa ada gagasan dari pembuat kimono untuk memulai kembali penggunaan furoshiki. Furoshiki sebagai alat pembungkus barang sudah tidak lagi dijumpai, tapi furoshiki masih diproduksi karena meningkatnya pasangan yang menikah pada zaman ini dan kain furoshiki dijadikan sebagai pembungkus hadiah atau seserahan Pada zaman Heisei (modern), furoshiki tidak lagi sebagai sepotong kain biasa. Furoshiki sudah menjadi kain yang telah menemani kehidupan masyarakat Jepang. Sampai saat ini furoshiki bisa menjadi pembungkus

15 semua barang. Bahkan furoshiki sudah menjadi style yang lebih fashionable di masyarakat Jepang. 2.5 Jenis Kain, Ukuran Kain dan Motif Kain dalam Seni Furoshiki Tidak hanya dapat menjaga lingkungan dari pemanasan global atau globalwarming, tapi juga dapat berkarya dengan indah. Sesungguhnya tidak ada ukuran yang diharuskan untuk penggunaan kain furoshiki, ukuran kain tergantung objek yang akan dibungkus. Begitu juga dengan jenis kain yang digunakan, furoshiki dapat dibuat dari kain sutra, katun, rayon, chiffon, dan banyak jenis kain lainnya, biasanya terbuat dari bahan-bahan yang didaur ulang. Namun tidak terlepas dari apa yang akan dibungkus, jenis kain sangatlah harus diperhatikan, karena jika barang atau objek yang dibungkus memiliki massa yang cukup berat, pilihlah kain yang memiliki serat kapas kuat dan tebal. Agar ketika membawa furoshiki dalam perjalanan yang cukup lama, barang bawaan tidak rusak. Dan pilihlah kain-kain yang dapat disimpul dengan mudah. Kain furoshiki berbentuk segi empat sama sisi dan bermacam-macam, tetapi pada umumnya adalah 45 cm, 55 cm, 75 cm, 105 cm, 120 cm, dan 230 cm. Selembar kain ini bisa dibentuk dengan indah, terkadang bisa dikombinasikan dengan kain yang berbeda corak atau warna untuk menampilkan keindahan pada kain tersebut. Kini kegunaan kain furoshiki juga dapat digunakan sebagai kain pembungkus seserahan saat pesta pernikahan di Jepang. Dengan motif-motif tertentu masyarakat Jepang percaya bahwa setiap motif memiliki makna yang akan membawa berkah serta kebahagiaan abadi di masa depan bagi penggunanya. Motif yang digunakan pada acara pernikahan sebagai

16 pembungkus seserahan pada furoshiki tersebut, yaitu motif burung bangau, motif kipas, motif pohon cemara, dan motif ombak. Berikut ini motif-motif yang digunakan sebagai pembungkus seserahan pada saat acara pernikahan di Jepang, antara lain : a. Motif burung bangau b. Motif kipas

17 c. Motif pohon cemara d. Motif ombak

18 Kain furoshiki berfungsi sebagai salah satu perhiasan berharga yang menarik perhatian dan sengaja sebagai pembungkus seserahan dengan diiringi doa-doa dari orang tua mempelai pengantin wanita dapat membawa kebanggan, status, bentuk ungkapan cinta dan dan dukungan dari keluarga pengantin wanita untuk kehidupan barunya memikul tanggung jawab sebagai istri. Sehingga saat acara pernikahan diselenggarakan, motif-motif furoshiki tersebut sebagai pembungkus hadiah pemberian orang tua mempelai wanita kepada pengantin wanita dan pengantin pria. (Brandon 1989 : 12-15) Selain sebagai kain pembungkus seserahan pada saat pesta pernikahan, kain furoshiki memiliki motif-motif lainnya seperti : a. Long life and chrysanthemums Furoshiki dengan desain bermotif kanji keberuntungan yang menampilkan dua karakter yang digunakan untuk merayakan umur panjang dan dipadu dengan taburan gambar bunga krisan yang merupakan simbol umur panjang lambang keluarga di kiri bawah adalah bunga lonceng cina. b. Treasure trove Furoshiki yang memiliki desain mencakup berbagai harta termasuk jubah ajaib yang membuat pemakainya tak terlihat, tas, motif cengkeh, perhiasan, dan tujuh pusaka. Simbol ini memiliki makna kebahagiaan, kesejahteraan dan kemakmuran. c. Carp swimming up waterfall Furoshiki yang menggambarkan suatu ikan mas pemberani yang berenang di jeram dangkal di hulu sungai kuning dan berubah menjadi naga. Furoshiki ini mungkin telah dibuat untuk merayakan kelahiran

19 anak laki-laki, seperti ikan mas secara tradisional melambangkan kesuksesan duniawi. d. Shellfish bucket waterfall Kulit kerang digunakan dalam permainan tradisional Jepang dan simbol ini memiliki makna keharmonisan dalam perkawinan. Didalam keluarga kaya, pengantin yang membawa ember kayu dipernis dari kerang ini ke rumah baru mereka sebagai bagian dari harta kekayaan mereka. Motif ini biasanya dimasukkan ke dalam desain furoshiki. e. Sho-chiku-bai Furoshiki ini menggunakan teknik pencelupan yang berasal dari Okinawa yakni bingata. Teknik ini digunakan untuk menggambarkan sho atau pinus, yang tetap selalu hijau walaupun melewati musim dingin yang terdingin sekalipun, chiku atau bamboo, yang akan bangkit kembali bahkan ketika diterpa oleh salju, dan bai atau pohon pulm, yang tetap berbunga meskipun dingin. Pola seperti ini dikenal sebagai saikan-sanyu, atau secara harfiah berarti tiga teman di musim dingin, sebuah referensi yang memiliki makna tiga orang teman yang akan selalu ada dalam keadaan apapun. f. Abundant harverst Furoshiki yang memiliki motif sepasang burung bangau yang mewakili pasangan suami istri dan batang padi, yang mengungkapkan keinginan tidak hanya untuk memiliki kekayaan berlimpah tetapi juga keharmonisan perkawinan dan banyak anak.

20 g. Quilted Furoshiki Furoshiki biasa yang diperkuat dengan nama toko kanemasa yang ternama pada zaman Edo di setiap sudut ujung kain. h. Hawk and Stormy Seas Furoshiki yang bermotif seekor burung elang meluncur di atas laut, tidak terpancing oleh gelombang yang dapat membahayakannya. Digambarkan dalam bentuk adegan yang heroik, melambangkan harapan bahwa anak kelak akan memiliki keberanian. i. Okina Furoshiki yang bermotif Okina adalah orang yang bermain Noh atau Nogaku dilakukan pada perayaan dan ritual sakral. Sebuah furoshiki digunakan dalam perayaan yang ditampilkan dengan topeng yang dikenakan oleh Okina saat ia menari, berdoa untuk kedamaian dan ketenangan di bawah langit. Selain itu terdapat motif kotak yang digunakan untuk meletakkan topeng, serta pembungkus kepala kaum bangsawan, serta bel dan kipas milik karakter sanbaso. ( Chizuko Morita, 2005:94 ) 2.6 Teknik-Teknik Furoshiki Terkait perkembangan furoshiki yang semakin maju. Ada beberapa teknikteknik dasar yang biasanya masyarakat Jepang gunakan dalam menggunakan furoshiki, yaitu : 1. Hirazutsumi adalah cara membungkus yang paling sederhana.

21 2. Otsukaizutsumi adalah cara yang paling sering dilakukan untuk membungkus benda yang berbentuk kotak. 3. Binzutsumi adalah cara untuk membungkus botol. 4. Kakushizutsumi adalah modifikasi dari teknik Otsukaizutsumi. 5. Makizutsumi adalah cara membungkus benda yang berbentuk silinder. 6. Hikkakezutsumi adalah cara membungkus benda yang berbentuk kotak dengan keindahan dua simpul. 7. Suikazutsumi adalah cara membungkus benda yang berbentuk bulat, seperti semangka atau melon. Beberapa cara membungkus teknik dasar furoshiki: 1. Hirazutsumi Berikut ini adalah langkah-langkah membungkus barang dengan teknik dasar Hirazutsumi. Tempatkan barang untuk membungkus di tengah furoshiki Lipat sudut hingga membungkus beda, lalu selipkan ke bawah. Kemudian lipat sudut yang lain hingga membungku s benda tersebut. Tarik sudut secara bersamaan. Kemudia n ikatlah kedua sudut tersebut hingga berbentu k simpul seperti digambar.

22 2. Otsukaizutsumi Berikut ini adalah langkah-langkah membungkus barang dengan teknik dasar Otsukaizutsumi. Letakkan kedua buku ditengah furoshiki, bungkus buku pertama dan selipkan dibawah buku, lakukan langkah tersebut pada buku kedua. Lipat sudut kanan dan sudut kiri dengan buku ke pusat. Bawa sudut ke atas dan bawah secara bersamaan, hingga mereka saling berdekatan. Balik buku dan ikat dari sudut pertama ke sudut yang kedua. 3. Binzutsumi Berikut ini adalah langkah-langkah membungkus barang dengan teknik dasar Binzutsumi. Letakkan kedua sisi botol secara berdampingan di tengah furoshiki. Ambil sudut dari bawah dan lipat ke atas. Gulung botol sampai tertutup dengan kain. Ikat ujung botol secara bersamaan.

23 4. Okaimonozutsumi Berikut ini adalah langkah-langkah membungkus barang dengan teknik dasar Okaimonozutsumi. Tempatkan barang untuk membungkus di tengah furoshiki. Ikat pada sisi yang pertama. Ikat pada sisi yang kedua. Kedua lingkaran menjadi dua pegangan. Cara-cara menggunakan furoshiki tersebut sangatlah mudah. Sehingga tidak perlu takut atau khawatir untuk menggunakannya sebagai kain pembungkus untuk membawa barang dalam keseharian.

24

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jepang adalah Negara yang kaya dengan keaneka ragaman kebudayaannya. Di era globalisasi sekarang ini negara Jepang termasuk dalam urutan-urutan Negara dengan modernisasi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM FUROSHIKI. mayarakat Jepang sejak tahun sebelum masehi. Furo yang berarti mandi dan shiki

BAB II GAMBARAN UMUM FUROSHIKI. mayarakat Jepang sejak tahun sebelum masehi. Furo yang berarti mandi dan shiki BAB II GAMBARAN UMUM FUROSHIKI 2.1 Pengertian Furoshiki Secara Harafiah furoshiki ( 風呂敷 ) adalah seni membungkus makanan atau benda yang dilakukan secara tradisional. Seni furoshiki diperkenalkan oleh

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. bepergian ke rumah pemandian umum atau disebut dengan sentou 銭湯 pada tahun

Bab 1. Pendahuluan. bepergian ke rumah pemandian umum atau disebut dengan sentou 銭湯 pada tahun Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Menurut Relache (2011), kain furoshiki 風呂敷 adalah salah satu hasil kebudayaan Jepang yang mengandung nilai seni, fungsional serta ramah lingkungan ini awalnya digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh suatu negara. Seorang ahli antropologi, Koentjaraningrat (1990) mengemukakan

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh suatu negara. Seorang ahli antropologi, Koentjaraningrat (1990) mengemukakan BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan salah satu warisan dari nenek moyang yang dimiliki oleh suatu negara. Seorang ahli antropologi, Koentjaraningrat (1990) mengemukakan bahwa, kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KIMONO PADA MASYARAKAT JEPANG. Dulunya kimono adalah salah satu dari 2 jubah formal yang biasa

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KIMONO PADA MASYARAKAT JEPANG. Dulunya kimono adalah salah satu dari 2 jubah formal yang biasa BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KIMONO PADA MASYARAKAT JEPANG 2.1. Sejarah Kimono di Jepang Dulunya kimono adalah salah satu dari 2 jubah formal yang biasa digunakan di pengadilan Cina. Kemudian berevolusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang telah menyerap banyak gagasan dari negara-negara lain yaitu teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan kebudayaan. Jepang telah mengembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kimono merupakan pakaian tradisional sekaligus pakaian nasional Jepang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kimono merupakan pakaian tradisional sekaligus pakaian nasional Jepang. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimono merupakan pakaian tradisional sekaligus pakaian nasional Jepang. Perkembangan Jepang yang begitu pesat dalam berbagai bidang, salah satunya bidang fashion,

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman dari waktu ke waktu, yang diiringi dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi, telah membawa manusia kearah modernisasi dan globalisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti akal atau budi dan dapat diartikan sebagai hal-hal

Lebih terperinci

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia KAIN SEBAGAI KEBUTUHAN MANUSIA 1 Kain Sebagai Kebutuhan Manusia A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari kain sebagai kebutuhan manusia. Manusia sebagai salah satu makhluk penghuni alam semesta

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. Setelah penulis melakukan analisis makna dari dua motif yaitu motif burung

Bab 4. Simpulan dan Saran. Setelah penulis melakukan analisis makna dari dua motif yaitu motif burung Bab 4 Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Setelah penulis melakukan analisis makna dari dua motif yaitu motif burung bangau atau tsuru dan motif pohon cemara atau matsu yang digunakan pada kain furoshiki sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta Buddayah. Kata Buddayah adalah bentuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta Buddayah. Kata Buddayah adalah bentuk BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Kebudayaan Para pakar Antropologi budaya Indonesia umumnya sependapat bahwa kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta Buddayah. Kata Buddayah adalah bentuk jamak dari

Lebih terperinci

PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG. Oleh : Amaliatun Saleha NIP:

PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG. Oleh : Amaliatun Saleha NIP: PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG Oleh : Amaliatun Saleha NIP: 19760609 200312 2 001 JURUSAN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2006 ABSTRAK Salah

Lebih terperinci

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup BAB II SOFTWERE JLOOK UP 2.1 SOFTWERE KAMUS JLOOK UP Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup handal, karena di samping dapat mengartikan bahasa Jepang ke Inggris dan begitu juga

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN 2.1 Uraina Tentang Seni Kata seni berasal dari kata "SANI" yang kurang lebih artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Menurut kajian ilmu di eropa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kesatuan yang memiliki beranekaragam kebudayaan. Budaya Indonesia yang beraneka ragam merupakan kekayaan yang perlu dilestarikan dan dikembangkan

Lebih terperinci

KEHIDUPAN ORANG JEPANG. tertentu saja. Misalnya pada waktu sejin shiki (hari kedewasaan), kekkon shiki (hari

KEHIDUPAN ORANG JEPANG. tertentu saja. Misalnya pada waktu sejin shiki (hari kedewasaan), kekkon shiki (hari KEHIDUPAN ORANG JEPANG 1. Pakaian Pakaian khas Jepang adalah kimono. Kimono dipakai oleh orang Jepang hanya pada waktu tertentu saja. Misalnya pada waktu sejin shiki (hari kedewasaan), kekkon shiki (hari

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tanda Baca Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat atau yang menyatakan sesuatu: dari kejauhan terdengar sirene -- bahaya; 2 gejala: sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pengertiannya yang paling umum, pakaian dapat diartikan sebagai penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung tubuh terhadap hal-hal

Lebih terperinci

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi. Lampiran 1 Soal Pre Test Terjemahkan kedalam bahasa jepang! 1. Anda boleh mengambil foto. ~てもいいです 2. Mandi ofuro Sambil bernyanyi. ~ ながら 3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal BAB I GAMBARAN USAHA 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Seni batik di Indonesia usianya telah sangat tua, namun belum diketahui secara pasti kapan mulai berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa. Banyak negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain itu kesenian juga mempunyai fungsi lain, seperti

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika BAHAN AJAR BAGIAN III SEJARAH MODE PERKEMBANGAN BENTUK DASAR BUSANA DI NEGARA TIMUR A. Thailand Thailand adalah salah satu negara tetangga Indonesia sehingga busan antara kedua negara tersebut terdapat

Lebih terperinci

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi Oleh: Nyoman Tri Ratih Aryaputri Mahasiswa Program Studi Seni Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia Denpasar Email: triratiharyaputri3105@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisi Jepang ada satu tradisi yang dapat mengangkat pamor pariwisata negeri

BAB I PENDAHULUAN. tradisi Jepang ada satu tradisi yang dapat mengangkat pamor pariwisata negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia dan kaya akan kebudayaan. Seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat dan kemajuan media informasi,

Lebih terperinci

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu ABSTRAK Bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi atau ujaran.sebagai lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan seiringnya waktu, bahasa terus mengalami perkembangan dan perubahan. Bahasa disampaikan oleh

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima

Bab 3. Analisis Data. Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Giri dan Ninjou Dalam Urashima Tarou Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima Tarou dalam Nihon Ohanashi Meisakuzensyuu 2 Urashima Tarou

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan berbagai peralatan dan perlengkapan hidup yang berfungsi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan berbagai peralatan dan perlengkapan hidup yang berfungsi untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Pengertian Busana Manusia adalah makhluk yang berbudaya, dengan kebudayaan itu manusia mampu menciptakan berbagai peralatan dan perlengkapan hidup yang berfungsi

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang

Bab 1. Pendahuluan. Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang memiliki kekayaan teknologi yang berkembang pesat dikarenakan adanya sumber daya manusia

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini. Teori tersebut antara lain, Teori Keigo yang berupa sonkeigo ( 尊敬語 ) dan kenjoogo

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Sejak zaman dahulu kala, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

Bab 1. Pendahuluan. Sejak zaman dahulu kala, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sejak zaman dahulu kala, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi kepada sesamanya, baik itu lisan maupun tulisan. Menurut Parera (1997:27), bahasa ialah

Lebih terperinci

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ. (Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) こんじょう Percakapan: まま : さすが ママの子 いざとなると 根性あるわっ あさり ガンバレ! Terjemahan: Mama: Anak mama memang hebat. Walau dalam keadaan susah, tetap bersemangat. Berusaha Asari! b.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenangwenang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah : LAMPIRAN PROGRAM TAHUNAN Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Program : X Tahun Pelajaran : 2008 / 2009 Semester : 1 dan 2 Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping Revitalisasi Kota Tua Jakarta pembahasan yang didasarkan pemikiran yang menggunakan semiotika signifikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau mengandung maksud tertentu, tanda pengenal yang tetap (menyatakan sifat dan keadaan).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara yang dapat dilakukan untuk dapat mengerti kepribadian bangsa Jepang, yakni dengan cara mempelajari

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Negara Cina yang merupakan salah satu dengan penduduk terbanyak di dunia memiliki berbagai seni budaya maupun mitos yang masih sangat kental. Acara-acara besar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai halhal yang

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, maupun pertanyaan kepada orang lain dengan bahasa yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, maupun pertanyaan kepada orang lain dengan bahasa yang baik dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengajaran bahasa merupakan suatu bidang pengajaran yang mempunyai masalah kompleks dan belum terjawab.salah satu contoh permasalahannya adalah bagaimana mengembangkan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Skripsi yang berjudul Makna Motif dan Warna Hollyebok ( 혼례복 ) dalam

BAB IV KESIMPULAN. Skripsi yang berjudul Makna Motif dan Warna Hollyebok ( 혼례복 ) dalam BAB IV KESIMPULAN Skripsi yang berjudul Makna Motif dan Warna Hollyebok ( 혼례복 ) dalam Pakaian pada Pernikahan Korea ini membahas mengenai pakaian pernikahan tradisional hollyebok yang dikenakan oleh keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pelestarian budaya bukan hanya yang berhubungan dengan masa lalu, namun justru membangun masa depan yang menyinambungkan berbagai potensi masa lalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan manusia dan memiliki peran yang besar didalam kegiatan bisnis,

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan manusia dan memiliki peran yang besar didalam kegiatan bisnis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi saat ini telah memasuki setiap dimensi aspek kehidupan manusia dan memiliki peran yang besar didalam kegiatan bisnis, organisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Penjelasan Judul Perancangan Promo Eksplorasi Dan Aplikasi Ragam Hias Ulos Batak merupakan kegiatan rancangan kerja yang berlandaskan pada teknik eksplorasi dan aplikasi kain tenun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan salah satu seni budaya Indonesia yang sudah menyatu dengan masyarakat Indonesia sejak beberapa abad lalu. Batik menjadi salah satu jenis seni kriya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa kesulitan jika harus menghapal kanji. Di tambah lagi satu kanji bisa

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa kesulitan jika harus menghapal kanji. Di tambah lagi satu kanji bisa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bagi pembelajar yang berasal dari negara yang tidak mempelajari kanji ( 非漢字圏 )seperti orang Indonesia, kanji merupakan salah satu huruf yang dirasa sulit, karena jumlahnya

Lebih terperinci

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya PENERAPAN DESAIN DALAM RANGKAIAN BUNGA SEBAGAI PELENGKAP DEKORASI RUANG Arita Puspitorini PKK Abstrak, Bunga sejak dulu hingga kini memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, karena bunga dirangkai

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan etnis budaya, dimana setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak

BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan penuturnya untuk menyampaikan gagasan, pikiran, ide, dan perasaannya dalam berbagai situasi. Cara penyampaian pikiran,

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Ambor Baju Pesta Balita Perempuan merupakan baju pesta untuk usia 1-5 tahun. Faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Bahasa di dalam wacana linguistik diberi pengertian sebagai sistem simbol bunyi

BAB 1. Pendahuluan. Bahasa di dalam wacana linguistik diberi pengertian sebagai sistem simbol bunyi BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa di dalam wacana linguistik diberi pengertian sebagai sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap), yang bersifat arbitrer dan konvensional,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan pengumpulan data Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada mahasiswa tingkat II Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peradaban manusia selalu berubah menuruti perkembangan pola pikirnya. Dahulu kita mengenal adanya peradaban nomaden yang masih sangat mengandalkan alam untuk memenuhi

Lebih terperinci

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,. 1.Dasar nya :Unkapan Pemberian dan Penerimaan Di bagian ini saya akan membahas lebih dalam mengenai pola kalimat sopan,.yang inti dari pelajaran bahasa jepang level 3 yaitu pola kalimat sopan,bentuk sopan

Lebih terperinci

kebudayaan Cina Peranakan bagi peneliti maupun pemba BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

kebudayaan Cina Peranakan bagi peneliti maupun pemba BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA untuk menambah wawasan dan pemahaman tentang museum Tjong A Fie serta kebudayaan Cina Peranakan bagi peneliti maupun pemba BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam Kamus Besar

Lebih terperinci

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり Standar Kompetensi Mengungkapkan informasi secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Sekolah. Kompetensi Dasar - Mengidentifikasikan waktu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG AMIGURUMI. Boneka berasal dari bahasa Portugis yaitu Boneca yang berarti sejenis

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG AMIGURUMI. Boneka berasal dari bahasa Portugis yaitu Boneca yang berarti sejenis BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG AMIGURUMI 2.1 Sejarah Amigurumi Boneka berasal dari bahasa Portugis yaitu Boneca yang berarti sejenis mainan yang dapat berbentuk macam-macam, terutamanya bentuk manusia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Touch of Batik merupakan konsep yang menggabungkan dua latar belakang yang berbeda, yaitu batik hasil karya seni Indonesia pada gayastreetstyle. Batik yang diangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial dimana dalam kehidupan sehari-harinya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial dimana dalam kehidupan sehari-harinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial dimana dalam kehidupan sehari-harinya tidak bisa lepas dari komunikasi. Salah satu alat komunikasi yaitu bahasa. Dengan bahasa,

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Temari adalah simbol perfeksionisme di Jepang. Temari kerap diberikan sebagai

Bab 5. Ringkasan. Temari adalah simbol perfeksionisme di Jepang. Temari kerap diberikan sebagai Bab 5 Ringkasan Temari adalah simbol perfeksionisme di Jepang. Temari kerap diberikan sebagai hadiah yang diberikan saat berbahagia. Dahulu temari juga dikenal sebagai bola kesayangan para ibu. Di sekitar

Lebih terperinci

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL 2.1. Seni dan Tari 2.1.1. Pengertian Seni Seni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 915) didefinisikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan untuk mengetahui lebih banyak mengenai budaya kuliner Jepang. Dari

BAB I PENDAHULUAN. keinginan untuk mengetahui lebih banyak mengenai budaya kuliner Jepang. Dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berawal dari ketertarikan penulis mengenai kuliner Jepang, penulis memiliki keinginan untuk mengetahui lebih banyak mengenai budaya kuliner Jepang. Dari pengamatan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Linguistik merupakan ilmu bahasa yang diperlukan sebagai dasar untuk meneliti suatu bahasa. Ilmu linguistik terdapat dalam semua bahasa. Bahasa merupakan media komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asing khususnya bahasa Jepang ialah adanya pengaruh Bl (bahasa ibu)

BAB I PENDAHULUAN. asing khususnya bahasa Jepang ialah adanya pengaruh Bl (bahasa ibu) BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Persoalan kebahasaan yang sering dihadapi dalam pengajaran bahasa asing khususnya bahasa Jepang ialah adanya pengaruh Bl (bahasa ibu) terhadap B2 (bahasa yang dipelajari).

Lebih terperinci

Penjelasan lebih lanjut mengenai mahar dan prosesi pertunangan akan dibahas di bab selanjutnya.

Penjelasan lebih lanjut mengenai mahar dan prosesi pertunangan akan dibahas di bab selanjutnya. Secara garis besar, aku mengurutkan persiapan pernikahan seperti ini: 1. Tentukan Besarnya Mahar dan Tanggal Pertunangan Mahar atau Mas Kawin adalah adalah harta atau barang yang diberikan oleh calon pengantin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan budaya Indonesia seperti: ragam suku, ragam bahasa, dan ragam pakaian adat yang salah satunya berbahan

Lebih terperinci

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek,

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek, 53 BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek, Kabupaten. Tuban. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa masyarakat sekitar menyebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Teori-teori Perkawinan dalam Masyarakat Jepang Sebelum Tahun 1946

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Teori-teori Perkawinan dalam Masyarakat Jepang Sebelum Tahun 1946 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Perkawinan dalam Masyarakat Jepang Sebelum Tahun 1946 Masyarakat Jepang memiliki adat istiadat perkawinan yang mungkin terlihat tidak umum bagi orang-orang dari negara

Lebih terperinci

2015 TARI TUPPING DI DESA KURIPAN KECAMATAN PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

2015 TARI TUPPING DI DESA KURIPAN KECAMATAN PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Budaya lahir dan dibentuk oleh lingkungannya yang akan melahirkan berbagai bentuk pola tersendiri bagi masyarakat pendukungnya. Berbicara tentang kebudayaan

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Merupakan karya ilmiah yang saya susun di bawah bimbingan bapak Jonnie Rasmada Hutabarat, M.A., selaku Pembimbing I dan bapak Dr. Ari Artadi selaku Pembimbing II, tidak

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Budaya kebudayaan

1.1 Latar Belakang Budaya kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang masing-masing memiliki ciri khasnya sendiri, mulai dari lagu kedaerahan, pakaian adat, rumah adat sampai ke makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang

Lebih terperinci

KAJIAN RELEVANSI ATRIBUT PADA BUSANA PENGANTIN ADAT SUNDA DENGAN PRINSIP DAN POLA MASYARAKAT SUNDA

KAJIAN RELEVANSI ATRIBUT PADA BUSANA PENGANTIN ADAT SUNDA DENGAN PRINSIP DAN POLA MASYARAKAT SUNDA BAB IV KAJIAN RELEVANSI ATRIBUT PADA BUSANA PENGANTIN ADAT SUNDA DENGAN PRINSIP DAN POLA MASYARAKAT SUNDA Masyarakat Sunda merupakan masyarakat yang lebih memiliki afektif dominan, maksudnya, sensitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya merupakan suatu pola hidup yang berkembang dalam masyarakat yang diwariskan dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, budaya memiliki kaitan yang sangat erat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO 2.1 Sejarah Kumihimo Kumihimo dikenal mulai sejak zaman Edo. Kumihimo pertama kali diciptakan oleh suatu bentuk jari loop mengepang. Kemudian alat takaida seperti

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat pengantar untuk berhubungan ataupun berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa adalah sistem

Lebih terperinci

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018 Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018 - Registrasi ulang dimulai sejak pukul 7.30 09.00. Jika Telat diharuskan untuk registrasi ulang di bagian sekretariat, dan akan berpengaruh

Lebih terperinci

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN SAVOY HOMANN ホテルのエグセクテイブカラオケ JUN はビジネスマンの商談や海外の旅行者をリラックスさせるための憩いの憩いの場所

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, bahasa mempunyai fungsi sebagai alat untuk berkomunikasi (Chaer, 2003: 31). Dengan adanya bahasa kita dapat menyampaikan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cerita rakyat adalah bagian dari kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap kehidupan bangsanya. Hal ini dapat dilihat pada sejarah, tabiat dan watak bangsa tersebut.

Lebih terperinci

Kajian Perhiasan Tradisional

Kajian Perhiasan Tradisional Kajian Perhiasan Tradisional Oleh : Kiki Indrianti Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Universitas Telkom ABSTRAK Kekayaan budaya Indonesia sangat berlimpah dan beragam macam. Dengan keanekaragaman budaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Linguistik dipelajari dengan pelbagai maksud dan tujuan. Untuk sebagian orang, ilmu itu dipelajari demi ilmu itu sendiri; untuk sebagian yang lain, linguistik

Lebih terperinci

BAB III PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BUKIT HULU BANYU KALIMANTAN SELATAN

BAB III PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BUKIT HULU BANYU KALIMANTAN SELATAN BAB III PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BUKIT HULU BANYU KALIMANTAN SELATAN 3.1 Pengertian Pakaian Adat Pakaian adat yaitu semua kelengkapan yang dipakai oleh seseorang yang menunjukkan kebudayaan suatu

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs.,M.A. media_pembelajaran@yahoo.co.jp Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang FPBS Universitas Pendidikan Indonesia Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa memiliki

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. dari definisi langsung dan penyusunan bagian-bagiannya, melainkan merupakan suatu

Bab 2. Landasan Teori. dari definisi langsung dan penyusunan bagian-bagiannya, melainkan merupakan suatu Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori kanyouku 慣用句 Kanyouku 慣用句 adalah suatu ungkapan yang maknanya tidak dapat diturunkan dari definisi langsung dan penyusunan bagian-bagiannya, melainkan merupakan suatu makna

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KIRIGAMI. di masyarakat luas. Seni kerajinan ini berasal dari Negeri Matahari, Jepang.

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KIRIGAMI. di masyarakat luas. Seni kerajinan ini berasal dari Negeri Matahari, Jepang. BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KIRIGAMI 2.1 Sejarah Kirigami Seni kerajinan kertas kirigami merupakan salah satu varian dari kerajinan origami. Origami merupakan kerajinan kertas lipat yang terlebih dahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut penelitian dari Setiadi (2012: 9) menyatakan bahwa budaya merupakan perkembangan dari kata majemuk budi dan daya yang membedakan makna antara budaya dan kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori. Pada bab ini, penulis akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan dalam

BAB 2. Landasan Teori. Pada bab ini, penulis akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan dalam BAB 2 Landasan Teori Pada bab ini, penulis akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan dalam menganalisis penyakit hiperseksual yang diderita oleh tokoh Yuriko Hirata. 2.1. Teori Penokohan Menurut

Lebih terperinci

MAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI

MAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI SKRIPSI MAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI CLARISSA AULIA PRAHARSACITTA 1101705006 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA Bahasa adalah milik manusia yang merupakan pembeda utama antara manusia dengan makhluk lainnya didunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Kebutuhan pangan berupa makanan, sandang berupa pakaian, dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perbedaan budaya antara suatu negara tentu saja menghasilkan suatu cara komunikasi yang berbeda antara Negara yang satu dengan Negara yang lain. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknik ikat celup sudah mendunia di berbagai Negara, Contohnya di Negara India mempunyai teknik Bandhni, Jepang dengan Shibori, dan Thailand dengan Mudmeenya

Lebih terperinci