BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Produk Menurut Ismayasari (2014), enting-enting merupakan makanan khas dari daerah Jawa Tengah yang terbuat dari campuran kacang tanah yang telah disangrai dan ditambahkan dengan gula pasir yang dipanaskan kemudian dicetak. Disamping itu, enting-enting dapat disimpan lama tanpa tambahan bahan pengawet, sehingga dapat disajikan dalam berbagai kesempatan. Enting-enting dapat disimpan dan tahan lama karena adanya gula yang berfungsi sebagai pengawet alami. Menurut Sukendro (2009), enting-enting merupakan makanan tradisional yang ternyata terdiri dari lapisan isi dan kulit yang cukup dibuat dengan bahan dasar kacang tanah, gula pasir, dan air. Lapisan kulitnya lebih keras terasa manis dan renyah karena mengandung lebih banyak gula. Sedangkan isinya merupakan kacang tanah yang telah ditumbuk halus. Tekstur dari enting-enting itu sendiri renyah dan memiliki rasa manis dan gurih yang didapat dari kacang. Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan enting-enting yaitu kacang tanah yang telah disangrai dengan kualitas baik, tidak cacat dan bersih. Kacang tanah dipilih sebagai bahan baku karena mudah didapat dan mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh manusia. Menurut Mashudi (2008), dalam biji kacang tanah banyak mengandung protein, lemak dan karbohidrat. Kadungan protein sekitar %, karbohidrat 12 % dan minyak %. Selain itu kandungan mineralnya, terutama kalsium dan fosfor yang cukup tinggi terdapat didalamnya, kadar kalorinya pun tinggi (452 kal). Enting-enting yang dibuat selain menggunakan kacang tanah juga di tambahkan dengan kacang kedelai dan buah kedondong. Penambahan kacang kedelai dan buah kedondong bertujuan untuk menambah kandungan nilai dan gizi pada produk enting-enting. Kandungan protein nabatai pada kacang kedelai cukup tinggi. Bahkan, merupakan satu-satunya bahan nabati yang jumlah proteinnya mendekati protein daging. Dalam setiap 100 gram kedelai, 25

2 26 tedapat 38% protein. Buah kedondong mengandung banyak manfaat diantaranya sukrosa pada kedondong dapat menjadi sumber energi atau kalori. Selain kandungan vitamin C buah kedondong cukup tinggi yaitu 30 mgram/100g buah kedondong (Nur, 2012). Proses pembuatan enting-enting kacang tanah, kacang kedelai dan kedondong terdiri dari beberapa tahap yaitu mulai dari sortasi, penyangraian kacang tanah dan kacang kedelai, pembersihan kulit ari, pengupasan serta pemisahan daging buah kedondong dari kulit dan bijinya, pencucian daging buah kedondong, pengeringan, penumbukkan, dan perekatan dengan gula. Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut: 1. Sortasi bahan Kacang tanah, kacang kedelai dan buah kedondong yang digunakan untuk pembuatan enting-enting haruslah berkualitas baik dan tidak rusak atau busuk. Dengan kualitas bahan yang baik maka akan menghasilkan enting-enting yang baik. Untuk menghasilkan produk dengan kualitas baik maka sebelum proses pembuatan dimulai terlebih dahulu melakukan sortasi. Sortasi merupakan kegiatan dalam penanganan pasca panen yg bertujuan untuk memisahkan bahan utama (produk utama) dengan bahan pengotor (losses) atau sering disebut dengan kegiatan operasi pemisahan. Setelah bahan lolos sortasi maka bahan-bahan tersebut selanjutnya akan digunakan dalam proses produksi. (a) (b) (c) Gambar 4.1 Sortasi Bahan (a) Kacang kedelai; (b) Kacang tanah; (c) Gula merah 2. Pengupasan dan pemisahan daging buah kedondong Pengupasan bertujuan untuk memisahkan bagian yang dapat dimakan dengan bagian yang tidak dapat dimakan yaitu kulitnya. Selain

3 27 itu pengupasan juga bertujuan untuk memudahkan proses selanjutnya dan untuk mempercepat proses pematangan pada waktu pemasakan. Pengupasan dilakukan secara manual menggunakan pisau sampai seluruh bagian kulitnya terkelupas (Basuki dkk, 2013). Selain kulit buah, masih ada bagian yang termasuk limbah yang perlu dibersihkan, yaitu biji. Bijibiji tersebut harus segera dipisahkan (Suprapti, 2011). Gambar 4.2 Pengupasan dan Pemisahan Daging Buah 3. Pencucian daging buah Setelah dilakukan pengupasan dan pemotongan, daging buah kedondong kemudian dicuci dengan air mengalir yang bersih. Tujuan pencucian adalah untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada waktu pengupasan. Selain itu juga untuk menghilangkan getah yang masih tersisa pada daging buah (Basuki dkk, 2013). Tujuan dari pencucian dengan air mengalir adalah untuk menghilangkan residu yang larut dalam air mengalir yang mungkin menempel pada bahan. 4. Pengeringan (oven) Setelah daging buah kedondong dikupas, dipotong dan dicuci maka selanjutnya adalah proses pengeringan. Menurut Irzam (2014), proses pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air dari bahan, berat bahan dan mengawetkan bahan serta memudahkan tahapan proses selanjutnya. Dalam pengeringan ini dapat mendapatkan produk dengan satu atau lebih tujuan produk yang diinginkan, misalnya diinginkan bentuk fisiknya (bubuk, pipih, atau butiran), diinginkan warna, rasa dan strukturnya, serta mereduksi volume.

4 28 Gambar 4.3 Pengeringan Buah 5. Pembersihan kulit ari Sebelum dilakukan penyangraian dan penumbukkan, kacang yang akan digunakan selama proses produksi dibersihkan terlebih dahulu dari kulit arinya dimana menurut Marwati (2014), pembersihan kulit ari pada kacang mampu mengurangi kandungan cemaran Aflatoksin. Selain itu penghilangan kulit ari pada kacang juga mempengaruhi hasil dari produk yang dihasilkan. Pembersihan kulit ari dapat dilakukan dengan diayak dengan tangan. (a) (b) Gambar 4.4 Pembersihan Kulit Ari (a) Sebelum dibersihkan kulit arinya; (b) Setelah dibersihkan kulir arinya 6. Penyangraian kacang Kacang tanah dan kacang kedelai yang digunakan dalam produksi enting-enting setelah disortasi kemudian disangrai. Menurut Sari (2015), penyangraian merupakan proses pemanasan yang melibatkan suhu tinggi, biasanya dilakukan pada suhu di atas 100 C, sehingga dapat merapuhkan bahan dan menguapkan air dalam bahan. Sedangkan menurut Marwati (2014), penyangraian dilakukan untuk mengurangi cemaran yang terdapat pada kacang serta membantu untuk proses penghilangan kulit ari pada kacang. Cemaran yang biasanya terdapat dalam kacang-kacangan

5 29 khususnya kacang tanah dan kacang kedelai adalah aflatoksin. Aflatoksin merupakan cemaran yang dihasilkan oleh kapang, termasuk kedalam cemaran yang tahan terhadap perlakuan fisik, kimia maupun suhu tinggi sehingga dalam penyangraian memerlukan suhu tinggi sekitar100 0 C. (a) (b) Gambar 4.5 Penyangraian Kacang (a) Penyangraian kacang kedelai; (b) Penyangraian kacang tanah 7. Penumbukkan kacang Kacang yang telah dibersihkan dari kulit arinya kemudian ditumbuk. Penumbukkan atau penghancuran ini dilakukan tidak sampai kacang hancur namun hanya untuk mengecilkan ukuran kacang sehingga memiliki tekstur yang lebih baik. Penumbukkan kacang yang terlalu halus juga dapat menyebabkan minyak yang terkandung dalam kacang keluar sehingga membuat produk tidak tahan lama. Gambar 4.6 Kacang Yang Telah Ditumbuk 8. Pencampuran dan perekatan dengan gula Kacang yang telah ditumbuk dan buah kedondong yang telah mengalami pengecilan ukuran dicampurkan dan direkatkan dengan gula yang telah dikaramelisasi. Menurut Winarno (2004), gula karamel selain digunakan sebagai perekat pada beberapa campuran makanan juga sering dipergunakan sebagai bahan pemberi cita rasa makanan. Reaksi karamelisasi adalah reaksi yang terjadi karena pemanasan gula pada

6 30 temperatur tinggi diatas titik cairnya yang akan menghasilkan perubahan warna menjadi warna gelap sampai coklat. Gambar 4.7 Proses Karamelisasi dan Pencampuran 9. Pencetakan Bahan-bahan yang telah dicampurkan dengan gula karamelisasi kemudian dicetak dalam loyang cetakan dan didinginkan baru dapat dikemas dalam kemasan yang telah ditentukan. Pencetakan ini bertujuan untuk menyeragamkan bentuk dan ukuran produk yang dihasilkan sehingga membantu proses pengemasan. 10. Pengemasan Setelah produk dicetak dan didinginkan selanjutnya adalah proses pengemasan dimana produk diletakan kedalam kertas kue dan dimasukkan kedalam toples. Setelah itu diberi label produk. Menurut Saneto (1994), pengemasan merupakan salah satu cara untuk melindungi atau mengawetkan produk pangan maupun non pangan. Kemasan adalah suatu wadah yang digunakan untuk mengemas suatu produk yang dilengkapi dengan label atau keterangan-keterangan termasuk beberapa manfaat dari isi kemasan. Pengemasan mempunyai fungsi dalam menunjang distribusi produk terutama yang mudah mengalami kerusakan. Gambar 4.8 Produk Setelah Dikemas

7 31 B. Analisis Sensori Produk Pada produk enting-enting kacang tanah, kacang kedelai dan kedondong analisis kandungan yang diuji berupa analisis sensoris dan analisis proksimaat meliputi kadar protein total (N), kadar lemak, kadar air, kadar abu, dan karbohidrat. Hal ini perlu dilakukan guna mengetahui tingkat kesukaan konsumen dengan menggunakan uji sensoris secara scoring. Selain itu analisa proksimat dilakukan guna mengetahui kandungan nilai gizi serta ada atau tidaknya penambahan nilai gizi pada produk yang dibuat dibandingankan dengan produk yang telah ada sebelumnya. 1. Analisis sensori Menurut Lazim (2009), analisis sensori adalah salah satu metode yang digunakan dalam mengidentifikasi penerimaan pasar terutama pada produk berbasis makanan dan minuman. Hal ini berguna untuk pengembangan dan perbaikan produk karena faktor yang paling penting untuk pasar tertentu dapat diidentifikasi dan diperbaiki. Analisis sensori juga diperlukan untuk memastikan bahwa produk akan berhasil di pasar. Tanpa analisis sensori yang tepat, ada risiko tinggi kegagalan pada pasar. Analisis sensori terlalu sering sering diabaikan sebagai persyaratan sebelum produk diluncurkan. Hal ini serupa dengan pendapat Suardi (2007), dimana tingkat kesukaan konsumen dapat diukur menggunakan uji organoleptik melalui alat indra. Uji organoleptik merupakan hasil reaksi fisikologik berupa tanggapan atau kesan mutu oleh sekelompok orang yang disebut dengan panelis. Panelis adalah sekelompok orang yang bertugas menilai sifat atau kualitas bahan berdasarkan kesan subyektif. Analisis sensori dilakukan dengan uji organoleptik mrliputi uji kesukaan dengan tujuan untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap mutu enting-enting yang dibuat dengan perbedaan perbandingan antara kacang tanah, kacang kedelai dan buah kedondong. Uji organoleptik ini dapat membantu dalam penentuan formula yang paling tepat untuk mengetahui selera konsumen dipasaran dan sangat membantu produsen dalam mengeluarkan produk agar dapat diterima oleh konsumen.

8 32 Parameter yang di uji dari uji kesukaan atau ranking antara lain warna, aroma, rasa, tekstur, dan overall. Uji skoring atau skaling dilakukan dengan menggunakan pendekatan skor atau skala yang dihubungkan dengan deskripsi tertentu dari atribut mutu produk. Dalam sistem skoring, angka digunakan untuk menilai intensitas produk dengan sususan meningkat atau menurun (Gunarto, 2012). Skor nilai untuk mendapatkan prosentase dirumuskan sebagai berikut: % = n/n x 100% Keterangan: % = Skor prosentase n = Jumlah skor yang diperoleh N = Skor ideal (skor tertinggi x jumlah panelis) (Putri, 2014). Tabel 4.1 Hasil Analisis Enting-enting dengan Penambahan Kacang Kedelai dan Kedondong Kode Sampel Warna Rasa Aroma Tekstur Overall b 2.45 a 3.05 b 2.70 b 3.05 a c 3.80 c 4.00 c 3.85 c 4.15 b a 3.15 b 2.60 a 2.00 a 2.75 a Sumber : Hasil SPSS Keterangan: 196 : 250 gr kacang tanah gr kacang kedelai + 50 gr kedondong 390 : 250 gr kacang tanah + 75 gr kacang kedelai + 75 gr kedondong 272 : 250 gr kacang tanah + 50 gr kacang kedelai gr kedondong Dari data Tabel 4.1. dapat diketahui bahwa enting-enting kacang tanah, kacang kedelai dan kedondong dengan kode 196, 390 dan 727 memiliki nilai rerata yang berbeda-beda. Dari hasil uji SPSS dapat diketahui tingkat kesukaan konsumen terhadap enting-enting sebagai berikut : a. Warna Warna merupakan salah satu syarat mutu dalam uji organoleptik yang dapat mempengaruhi daya tarik konsumen secara visual. Dari

9 33 Tabel 4.1 dapat diketahui hasil organoleptik dari warna pada sampel enting-enting dimana kode sampel 196 dengan penambahan 150 gr kacang tanah gr kacang kedelai + 50 gr kedondong berbeda nyata dengan kode sampel 390 dengan penambahan 250 gr kacang tanah + 75 gr kacang kedelai + 75 gr kedondong dan berbeda nyata juga dengan kode sampel 272 dengan penambahan 250 gr kacang tanah + 50 gr kacang kedelai gr kedondong. Artinya dari ketiga sampel tersebut memiliki perbedaan pada warna. Urutan warna yang paling disukai adalah kode sampel 390; 196; 272. b. Rasa Menurut Shewfelt (2014), cita rasa adalah persepsi terhadap senyawa spesifik dilidah. Gula seperi sukrosa dan fruktosa, seperti juga senyawa buatan yang berinteraksi dengan reseptor lidah untuk menghasilkan rasa manis dan berlaku untuk senyawa atau rasa lain. Dari Tabel 4.1 dapat diketahui hasil organoleptik dari rasa pada sampel enting-enting dimana kode sampel 196 dengan penambahan 250 gr kacang tanah gr kacang kedelai + 50 gr kedondong berbeda nyata dengan kode sampel 390 dengan penambahan 250 gr kacang tanah + 75 gr kacang kedelai + 75 gr kedondong dan berbeda nyata juga dengan kode sampel 272 dengan penambahan 250 gr kacang tanah + 50 gr kacang kedelai gr kedondong. Artinya dari ketiga sampel tersebut memiliki perbedaan pada segi rasa. Urutan rasa yang paling disukai adalah kode sampel 390; 272; 196. c. Aroma Dari Tabel 4.1 dapat diketahui hasil organoleptik dari aroma pada sampel enting-enting dimana kode sampel 196 dengan penambahan 250 gr kacang tanah gr kacang kedelai + 50 gr kedondong berbeda nyata dengan kode sampel 390 dengan penambahan 250 gr kacang tanah + 75 gr kacang kedelai + 75 gr kedondong dan berbeda nyata juga dengan kode sampel 272 dengan penambahan 250 gr kacang tanah + 50 gr kacang kedelai gr

10 34 kedondong. Artinya dari ketiga sampel tersebut memiliki perbedaan pada aroma. Urutan aroma yang paling disukai adalah kode sampel 390; 272; 196. d. Tekstur Dari Tabel 4.1 dapat diketahui hasil organoleptik dari tekstur pada sampel enting-enting dimana kode sampel 196 dengan penambahan 250 gr kacang tanah gr kacang kedelai + 50 gr kedondong berbeda nyata dengan kode sampel 390 dengan penambahan 250 gr kacang tanah + 75 gr kacang kedelai + 75 gr kedondong dan berbeda nyata juga dengan kode sampel 272 dengan penambahan 250 gr kacang tanah + 50 gr kacang kedelai gr kedondong. Artinya dari ketiga sampel tersebut memiliki perbedaan pada tekstur. Urutan tekstur yang paling disukai adalah kode sampel 390; 272; 196. e. Overall Dari Tabel 4.1 dapat diketahui hasil organoleptik dari parameter overall pada sampel enting-enting dimana kode sampel 196 dengan penambahan 150 gr kacang tanah gr kacang kedelai + 50 gr kedondong berbeda nyata dengan kode sampel 390 dengan penambahan 250 gr kacang tanah + 75 gr kacang kedelai + 75 gr kedondong dan tidak berbeda nyata denga kode sampel 272 dengan penambahan 250 gr kacang tanah + 50 gr kacang kedelai gr kedondong. Sedangkan sampel 390 dengan penambahan 250 gr kacang tanah + 75 gr kacang kedelai + 75 gr kedondong berbeda nyata dengan kode sampel 272 dengan penambahan 250 gr kacang tanah + 50 gr kacang kedelai gr kedondong. Artinya dari kode sampel 196 dan kode sampel 272 tersebut tidak memiliki perbedaan yang signifikan sedangkan kode 196 dan 390 serta kode 390 dan 272 memiliki perbedaan pada parameter overall. Urutan parameter overall yang paling disukai adalah kode sampel 390; 272; 196.

11 35 C. Analisis Kandungan Produk 1. Uji kadar protein total (N) Protein merupakan sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringan baru yang selalu terjadi dalam tubuh. Protein juga dapat digunakan sebagai bahan bakar apabila keperluan energi tubuh tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Protein memiliki bermacam-macam fungsi bagi tubuh yaitu sebagai enzim, zat pengatur pergerakan, pertahanan tubuh, alat pengangkut dan lainnya (Winarno, 2004). Pada uji kadar protein total (N) dilakukan dengan analisis kuantitatif metode Kjeldahl. Analisis dengan cara Kjeldahl dilakukan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam bahan makanan secara tidak langsung. Menurut Maharani (2010), metode Kjeldahl terbagi menjadi 3 tahap yaitu, destruksi, destilasi dan titrasi. Peratam destruksi, dimana sampel dimasukkan dalam labu kjeldahl dengan bantuan corong kecil ditambah campuran selenium, 25 ml H 2 SO 4 pekat kemudian dipanaskan dengan api kecil dulu sampai gas SO 2 yang berwarna putih hilang dengan posisi labu kjeldhal miring Pemanasan dilanjutkan sampai terjadi larutan yang jernih. Kedua destilasi, hasil destruksi dipindahkan secara kuantitatif ke labu destilasi, ditambah 150 ml aquades dan 75 ml NaOH 50%. Hasil destilasi ditampung pada erlenmeyer yang telah berisi 20-50ml H 3 BO 3 2% dan indikator MO, proses destilasi selesai ditandai dengan pengecekan ph atau sampai amoniak habis. Ketiga Titrasi, destilat dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari kuning menjadi orange.

12 36 Tabel 4.2 Analisis Kadar Protein Enting-Enting Sampel Pengulangan Berat sampel (g) Blanko (ml) Volume NaOH Sampel (ml) N Fk Perhitungan % N % Protein Ratarata 1 2 I 0,672 50,326 36,184 0,0946 6,25 2,78 17,42 II 0,666 50,326 35,974 0,0946 6,25 2,85 17,83 17,61 III 0,681 50,326 35,846 0,0946 6,25 2,81 17,59 I 0,644 50,326 34,863 0,0946 6,25 3,18 19,86 II 0,654 50,326 35,213 0,0946 6,25 3,06 19,13 19,61 III 0,637 50,326 34,411 0,0946 6,25 3,17 19,85 Keterangan : Sampel 1 : Enting-Enting Kacang Tanah (kontrol) Sampel 2 : Enting-Enting Kacang Tanah, Kacang Kedelai dan Kedondong Pada analisa kadar protein terdapat dua sampel uji diantaranya sampel 1 yang merupakan enting-enting kacang tanah sebagai kontrol dan sampel 2 yang merupakan enting-enting kacang tanah dengan penambahan kacang kedelai dan kedondong. Pada tabel 4.2 masing-masing sampel yang dianalisis dilakukan 3 kali pengulangan. Masing-masing dari pengulangan dilakukan guna memperoleh data yang lebih akurat. Pada masing-masing pengulangan sampel 1 (kontrol) menghasilkan kadar protein sebesar 17,42%; 17,83; dan 17,59% dengan rata-rata kadar protein yang diperoleh sebesar 17,61%. Sampel 2 menghasilkan kadar protein sebesar 19,86%; 19,13%; dan 19,85% dengan rata-rata kadar protein sebesar 19,61%. Dari data diatas dapat diketahui kadar protein masingmasing dari kedua sampel yang diuji. Bila dibandingkan dengan standar SNI untuk kadar protein dari produk enting-enting sampel 1 yang merupakan kontrol, sampel tersebut telah memenuhi standar dimana menurut SNI kadar protein minimal pada produk entingenting kacang tanah sebesar 16%. Sedangkan pada sampel 2 yang merupakan enting-enting dengan penambahan kacang kedelai dan kedondong kadar protein yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan sampel kontrol dengan rata-rata sebesar 19,61%. Hasil tersebut masih

13 37 sesuai dengan standar SNI yang ada. Lebih besarnya nilai kadar protein pada sampel 2 disebabkan karena adanya penambahan kacang kedelai yang menyebabkan meningkatnya kadar protein dari produk yang dihasilkan. Bertambahnya kadar protein dari produk menandai bertambahnya nilai gizi yang terkadung akibat penambahan kacang kedelai. Dari rata-rata kadar protein didapat urutan kadar protein dari yang terbesar hingga terkecil, yaitu sampel 2 (19,61%) dan sampel 1 (17,61%). 2. Uji kadar lemak Lemak adalah sekelompok ikatan organik yang terdiri atas unsurunsur C,H, dan O yang mempunyai sifat dapat larut dalam zat-zat pelarut tertentu (zat pelarut lemak), seperti petroleum benzene, eter. Lemak didalam makanan yang memegang peranan penting ialah lemak netral (glycerin) (Gracia, 2009). Menurut Legowo (2004), lemak adalah senyawa ester dari gliserol dan asam lemak. Namun lemak yang ada dalam jaringan, baik hewam maupun tanaman, juga disertai dengan senyawa lain seperti posfolopoda, sterol dan beberapa pigmen. Dalam analisis kadar lemak, seringkali disebut sebagai analisis lemak kasar, karena selain asam lemak terikut pula senyawa-senyawa lain. Penentuan kadar lemak dengan metode soxhlet diperoleh dari berat residu dalam thimble sesudah ekstraksi berakhir dan sudah dikeringkan sampai berat konstam. Selisih bobot sampel sebelum dan bobot residu sesudah ekstraksi dan sudah dikeringkan merupakan lemak yang ada dalam bahan. Menurut Sudarmaji (2007), penentuan kadar lemak dan minyak dengan metode Soxhlet mula-mula 2 gram sampel kering ditimbang dicampurkan dengan pasir yang telah dipijarkan sebanyak 8 gram dan dimasukan kedalam tabung ekstraksi Soxhlet dalam Thimble. Dialirkan air pendingin melalui kondensor. Pasang tabung ekstraksi pada alat distilasi dengan pelarut petroleum ether secukupnya selama 4 jam. Setelah residu dalam tabung ekstraksi diaduk, ekstraksi dilanjutkan lagi selama 2 jam dengan pelarut yang sama. Petroleum ether yang telah mengandung ekstrak lemak dan minyak dimasukan dalam botol timbang dan diketahui

14 38 beratnya dan diuapkan dengan air panas sampai pekat teruskan pengeringan dalam oven C sampai berat konstan. Berat residu dalam botol tersebut dinyatakan sebagai berat lemak dan minyak. Tabel 4.3 Analisis Kadar Lemak Enting-Enting Berat (gr) Berat Sampel Pengulangan Berat labu sampel kosong 1 2 Berat labu kosong +lemak Berat lemak Kadar lemak (%) Ratarata I 0, , ,623 0,200 27,60 II 0, , ,689 0,231 29,99 29,29 III 0, , ,667 0,224 30,29 I 0, , ,839 0,320 43,30 II 0, , ,667 0,334 44,20 40,54 III 0, , ,821 0,267 36,14 Keterangan : Sampel 1 : Enting-Enting Kacang Tanah (kontrol) Sampel 2 : Enting-Enting Kacang Tanah, Kacang Kedelai dan Kedondong Pada analisa kadar lemak terdapat dua sampel uji diantaranya sampel 1 yang merupakan enting-enting kacang tanah sebagai kontrol dan sampel 2 yang merupakan enting-enting kacang tanah dengan penambahan kacang kedelai dan kedondong. Pada tabel 4.3 masing-masing sampel yang dianalisis dilakukan 3 kali pengulangan. Masing-masing dari pengulangan dilakukan guna memperoleh data yang lebih akurat. Pada masing-masing pengulangan sampel 1 (kontrol) menghasilkan kadar lemak sebesar 27,6%; 29,99%; dan 30,29% dengan rata-rata kadar lemak yang diperoleh sebesar 29,29%. Sampel 2 menghasilkan kadar lemak sebesar 43,30%; 44,20%; dan 36,14% dengan rata-rata kadar lemak sebesar 40,54%. Dari data diatas dapat diketahui kadar lemak masing-masing dari kedua sampel yang diuji. Bila dibandingkan dengan standar SNI untuk kadar lemak dari produk enting-enting sampel 1 yang merupakan kontrol, sampel tersebut telah memenuhi standar dimana menurut SNI kadar lemak maksimal pada produk enting-enting kacang tanah sebesar 33%. Sedangkan pada sampel 2 yang merupakan enting-enting dengan

15 39 penambahan kacang kedelai dan kedondong kadar lemak yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan sampel kontrol dengan rata-rata sebesar 40,54%. Hasil tersebut tidak sesuai dengan standar. Ketidak sesuaian tersebut diakibatkan karena pada sampel 2 adanya penambahan kacang kedelai yang menyebabkan adanya peningkatan kadar lemak dari produk yang dihasilkan. Bertambahnya kadar lemak dari produk menandai bertambahnya nilai gizi yang terkadung akibat penambahan kacang kedelai. Maka dari itu lebih besarnya kadar lemak pada sampel 2 bukan berarti produk tidak baik untuk dikonsumsi melainkan lebih tingginya kadar lemak tersebut bersumber dari tambahan kacang kedelai. Dari ratarata kadar lemak didapat urutan kadar lemak dari yang terbesar hingga terkecil, yaitu sampel 2 (40,45%) dan sampel 1 (29,29%). 3. Uji kadar air Air merupakan senyawa yang paling berlimpah di dalam sistem hidup dan mencakup 70% atau lebih dari bobot hampir semua bentuk kehidupan. Karena air mengisi semua bagian dari tiap sel, air merupakan medium tempat berlangsungnya transport nutrien, reaksi-reaksi enzimatis metabolisme sel, dan transfer energei kimia. Oleh karena itu, semua aspek dari struktur dan fungsi sel harus beradaptasi dengan sifat-sifat fisik dan kimia air. Menurut Arifianti (2012), analisa kadar air sangat penting dan sering dilakukan karena beberapa alasan yaitu sebagai standar mutu, pengawasan mutu, penanganan bahan, analisa bahan makanan, dan penentuan komposisi bahan makanan. Menurut Sudarmadji (1997), penentuan kadar air bahan dapat menggunakan berbagai cara. Ada termogravimetri dan termovolumetri. Prinsipnya menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan. Kemudian menimbang bahan sampai berat konstan yang berarti semua air sudah diuapkan. Metode thermovolumetri ialah metode penentuan kadar air dengan cara menguapkan air dengan membawa cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi dari pada air dan tidak bercampur dengan air serta mempunyai berat jenis lebih rendah dari air.

16 40 Cairan pembawa yang dapat digunakan adalah xylol, xylem, toluene, tetrakloroetile (Simon, 2006). Analisis thermogravimetri digunakan untuk mengetahui pemanasan sampel yang bertujuan menguapkan air di dalamnya. Bahan yang dimasukkan ke dalam alat pemanas akan mengalami susut berat karena kehilangan air. Dibutuhkan botol timbang untuk menaruh bahan ke cabinet dryer (Miranda, 2008). Tabel 4.4 Analisis Kadar Air Enting-Enting Sampel Pengulangan Berat botol timbang kosong (a) Berat sampel (b) Berat akhir botol+sampel (c) Kadar air (%) Ratarata kadar air (%) 1 2 I 19, ,087 3,2 II 20, ,879 3,1 3,23 III 19, ,144 3,4 I 20, ,802 3,5 II 20, ,393 3,1 3,3 III 19, ,357 3,3 Keterangan : Sampel 1 : Enting-Enting Kacang Tanah (kontrol) Sampel 2 : Enting-Enting Kacang Tanah, Kacang Kedelai dan Kedondong Pada analisa kadar air terdapat dua sampel uji diantaranya sampel 1 yang merupakan enting-enting kacang tanah sebagai kontrol dan sampel 2 yang merupakan enting-enting kacang tanah dengan penambahan kacang kedelai dan kedondong. Pada tabel 4.4 masing-masing sampel yang dianalisis dilakukan 3 kali pengulangan. Masing-masing dari pengulangan dilakukan guna memperoleh data yang lebih akurat. Pada masing-masing pengulangan sampel 1 (kontrol) menghasilkan kadar air sebesar 3,2%; 3,1%; dan 3,4% dengan rata-rata kadar air sebesar 3,23%. Sampel 2 menghasilkan kadar air sebesar 3,5%; 3,1%; dan 3,3% dengan rata-rata kadar air sebesar 3,3%. Dari data diatas dapat diketahui kadar air dari kedua sampel yang diuji. Bila dibandingkan dengan standar SNI untuk kadar air dari produk enting-enting, kedua sampel tersebut telah memenuhi

17 41 standar dimana menurut SNI kadar air maksimal sebesar 3,5%. Dari rata-rata kadar air didapat urutan kadar air dari yang terbesar hingga terkecil, yaitu sampel 2 (3,3%) dan sampel 1 (3,23%). 4. Uji kadar abu Menurut Azizah (2009), kadar abu suatu bahan adalah residu senyawa oksida dan garam yang tersisa dari pengeringan suatu bahan pada temperatur yang tinggi. Prinsipnya pada proses pengabuan zat-zat organik yang diuraikan menjadi air dan CO 2, tetapi bahan orgaik tidak. Kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat pada suatu bahan dapat merupakan dua macam garam yaitu garam organik dan garam anorganik. Penentuan kadar abu adalah dengan mengoksidasikan semua zat organik pada suhu tinggi, yaitu sekitar C dan kemudian melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut. Lama pengabuan tiap bahan berbeda-beda dan berkisar anatar 2-8 jam. Pengabuan dianggap selesai apabila diperoleh sisa pengabuan yang umumnya berwarna putih abu-abu dan beratnya konstan dengan selang waktu pengabuan 30 menit (Sudarmadji, 1996). Menurut Musfiroh (2010), pengukuran kadar abu total dilakukan dengan metode drying ashing. Sampel sebanyak 3g ditimbang pada cawan yang sudah diketahui bobotnya. Lalu diarangkan di atas nyala pembakaran dan diabukan dalam tanur pada suhu 550ºC hingga pengabuan sempurna. Setelah itu didinginkan dalam desikator dan ditimbang hingga diperoleh bobot tetap. Perhitungan kadar abu dilakukan dengan membandingkan berat abu dan berat sampel dikali 100%. Hasil penetapan kadar abu total dengan menggunakan metode pengabuan kering (dry ashing) misalkan untuk menghindari adanya berbagai komponen abu yang mengalami dekomposisi atau bahkan menguap pada suhu tinggi maka suhu pengabuan disesuaikan dengan bahan. Penentuan kadar abu kering dapat menggunakan rumus.

18 42 Tabel 4.5 Analisis Kadar Abu Enting-Enting Sampel Pengulangan 1 2 Berat cawan kosong (a) Berat sampel sebelum diabukan (b) Berat akhir cawan+sampel setelah pengabuan (c) Kadar abu (%) Ratarata kadar abu (%) I 20,328 2,005 20,363 1,74 II 22,821 2,011 22,858 1,83 1,75 III 21,240 2,014 21,274 1,68 I ,004 21,391 1,89 II 20,743 2,004 20,778 1,64 1,79 III 22,272 2,007 22,309 1,84 Keterangan : Sampel 1 : Enting-Enting Kacang Tanah (kontrol) Sampel 2 : Enting-Enting Kacang Tanah, Kacang Kedelai dan Kedondong Pada analisa kadar abu terdapat dua sampel uji diantaranya sampel 1 yang merupakan enting-enting kacang tanah sebagai kontrol dan sampel 2 yang merupakan enting-enting kacang tanah dengan penambahan kacang kedelai dan kedondong. Pada tabel 4.5 masing-masing sampel yang dianalisis dilakukan 3 kali pengulangan. Masing-masing dari pengulangan dilakukan guna memperoleh data yang lebih akurat. Pada masing-masing pengulangan sampel 1 (kontrol) menghasilkan kadar abu sebesar 1,74%; 1,83%; dan 1,68% dengan rata-rata kadar air sebesar 1,75%. Sampel 2 menghasilkan kadar abu sebesar 1,89%; 1,64%; dan 1,84% dengan ratarata kadar air sebesar 1,79%. Dari data diatas dapat diketahui kadar abu dari kedua sampel yang diuji. Bila dibandingkan dengan standar SNI untuk kadar abu dari produk enting-enting, kedua sampel tersebut telah memenuhi standar dimana menurut SNI kadar abu maksimal sebesar 2%. Dari rata-rata kadar abu didapat urutan kadar abu dari yang terbesar hingga terkecil, yaitu sampel 2 (1,79%) dan sampel 1 (1,75%).

19 43 5. Uji karbohidrat by difference Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hampir seluruh penduduk dunia. Karbohidrat juga mempunyai peran penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur, dan lain-lain. Ada beberapa analisis yang dapat digunakan untuk memperkirakan kandungan karbohidrat dalam bahan makanan. Yang paling mudah adalah dengan cara perhitungan kasar (proximate analysis) atau juga disebut carbohydrate by difference. Yang dimaksud dengan proximate analysis adalah suatu analisis dimana kandungan karbohidrat termasuk serat kasar diketahui bukan melalui analisis tetapi melalui perhitungan. Menurut Winarno (1986), perhitungan carbohydrate by difference adalah penentuan karbohidrat dalam bahan makanan secara kasar, hasilnya ini biasanya dicantumkan dalam daftar komposisi bahan makanan. Pada analisis kuantitatif uji kadar karbohidrat ditentukan dengan metode by difference yaitu dengan perhitungan melibatkan kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar lemak. Berikut ini adalah persamaan yang digunakan dalam menghitung kadar karbohidrat dengan metode by difference : Kadar karbohidrat (%) = 100% (% kadar air + %kadar abu + %kadar protein + % kadar lemak) Tabel 4.6 Analisis Kadar Karbohidrat Enting-Enting Sampel Pengulangan Kadar protein (%) Kadar lemak (%) Kadar air (%) Kadar abu (%) Kadar karbohidrat (%) Ratarata 1 2 I 17,42 27,60 3,2 1,74 50,04 II 17,83 29,99 3,1 1,83 47,25 48,11 III 17,59 30,29 3,4 1,68 47,04 I 19,86 43,30 3,5 1,89 31,45 II 19,13 44,20 3,1 1,64 31,93 34,08 III 19,85 36,14 3,3 1,84 38,87

20 44 Keterangan : Sampel 1 : Enting-Enting Kacang Tanah (kontrol) Sampel 2 : Enting-Enting Kacang Tanah, Kacang Kedelai dan Kedondong Pada analisa kadar karbohidrat, analisa yang dilakukan adalah dengan metode (proximate analysis) atau juga disebut carbohydrate by difference. Yang dimaksud dengan proximate analysis adalah suatu analisis dimana kandungan karbohidrat termasuk serat kasar diketahui bukan melalui analisis tetapi melalui perhitungan. Pada analisa terdapat dua sampel uji diantaranya sampel 1 yang merupakan enting-enting kacang tanah sebagai kontrol dan sampel 2 yang merupakan enting-enting kacang tanah dengan penambahan kacang kedelai dan kedondong. Pada tabel 4.6 masing-masing sampel yang dianalisis dilakukan 3 kali pengulangan. Masing-masing dari pengulangan dilakukan guna memperoleh data yang lebih akurat. Pada masing-masing pengulangan sampel 1 (kontrol) menghasilkan kadar karbohidrat sebesar 50,04%; 47,25%; dan 47,04%. Sampel 2 menghasilkan kadar lemak sebesar 31,45%; 31,93%; dan 38,87%. D. Desain Kemasan 1. Bahan Pengemasan enting-enting kacang tanah, kacang kedelai dan kedondong menggunakan dua jenis pengemas yaitu pengemas primer dan pengemas skunder. Dimana menurut Winarno (2005), kemasan primer adalah kemasan yang langsung bersentuhan atau menyelubungi produk pangan. Sedangkan kemasan sekunder adalah kemasan lapis kedua setelah kemasan primer, dengan tujuan untuk lebih memberikan perlindungan kepada produk. Pengemas skunder yang digunakan berupa toples mika dengan diameter ± 12 cm dan tinggi 4 cm (gambar 4.9). Toples ini terbuart dari plastik mika yang transparan sehingga produk dapat terlihat dan kemasannya juga aman untuk makanan.

21 45 Gambar 4.9 Pengemas Skunder 2. Bentuk Bentuk kemasan skunder berupa toples yang digunakan berbentuk bulat. Tujuan dari penggunaan kemasan ini adalah untuk mempermudah pemasaran, penyimpanan dan pengangkutan serta menarik minat konsumen. Dengan bentuk bulat ini maka kemasan mudah disimpan atau diletakan pada bidang datar serta dapat ditumpuk saat proses penyimpanan atau packing. 3. Labeling Label adalah tempelan sederhana pada produk atau gambar yang dirancang dengan rumit yang merupakan satu kesatuan dalam kemasan. Label merupakan bagian dari kemasan secara keseluruhan dan harus dipertimbangkan pada tahap awal dalam proses desain kemasan. Label juga bisa hanya mencantumkan merek atau dapat pula mencantumkan banyak informasi. Label pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi yaitu mengidentifikasi produk dan merek, menentukan kelas produk dan menjelaskan produk, mempromosikan produk melalui gambar yang menarik (Susetyarsi, 2012). Gambar 4.10 Label kemasan produk

22 46 Menurut keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia 705/MPP/Kep/11/2003, Pasal I mengenai ketentuan umum kemasan dapat dijelaskan kemasan produk yang berada dipasaran harus memenuhi standar seperti, tanggal kadaluarsa, kode produksi, Standar Nasional Indonesia (SNI), dan sertifikasi produk penggunaan tanda SNI. Tanggal kadaluwarsa adalah batas akhir suatu makanan yang dijamin mutunya sepanjang penyimpanannya mengikuti petunjuk yang diberikan oleh produsen. Kode produksi adalah tanggal produksi dan urutan pergantian jam produksi (shift) dalam bentuk angka dan atau huruf atau tanda lainnya yang menunjukkan riwayat produksi. Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah standar yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) dan berlaku secara nasional. Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI adalah rangkaian kegiatan penerbitan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI kepada pelaku usaha yang mampu menghasilkan barang dan atau jasa yang sesuai persyaratan SNI atau standar yang diacu atau diakui. Pada label wajib dicantumkan minimal : a. Nama produk; b. Nama/merek dagang; c. Nama Produsen atau Importir; d. Alamat Produsen atau Importir (minimal PO Box); e. Volume netto yang dinyatakan dalam sistem matrik f. Nomor pendaftaran dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (MD/ML) g. Bulan dan tahun kadaluwarsa. Maka label pada suatu produk kemasan yang bertujuan untuk memberi informasi produk tersebut. Label mempunyai 3 fungsi, yaitu 1). mengidentifikasi merek atau produk. 2). Pemberi informasi tentang produk, seperti siapa yang membuat, di mana pembuatannya, kapan dibuat, kandungan produk tersebut. 3). Media promosi melalui gambargambar yang menarik. Berdasarkan gambar 4.10 label pada pengemasan enting-enting terdiri dari judul produk, komposisi, netto, ijin produksi dari

23 47 Majelis Ulama Indonesia, kadaluarsa, kode produksi, alamat produksi dan kontak yang bisa dihubungi. E. Analisis Ekonomi Setelah melakukan analisa organoleptik maka diketahui formulasi mana yang paling disukai dan dapat dilakukan analisis kelayakan usaha. Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk mengetahui kapasitas produksi, penjualan, keuntungan maupun kerugian dari produksi enting-enting kacang tanah, kacang kedelai dan kedondong. Berikut rincian perhitungan : 1. Perhitungan Biaya Tetap (Total Fixed Cost) Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap, dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu (function of time), sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Berproduksi atau tidaknya suatu perusahaan, biaya fixed cost akan tetap dikeluarkan (Alwi, 1980). a. Biaya Usaha Tabel 4.7 Biaya Usaha Uraian Rp/bulan Gaji Pimpinan Gaji karyawan /bln Biaya Promosi Biaya Administrasi Jumlah b. Biaya Penyusutan/Depresi Dari segi pandang akutansi depresiasi adalah ongkos pengeluaran untuk operasi yang dibayar dimuka dan dibagi-bagi diantara tahun operasinya dengan menggunakan prosedur tertentu yang sistematis. Depresiasi bertujuan membagi ongkos atau nilai dasar lainnya dari harta modal yang berwujud dikurangi nilai sisa (jika ada), selama perkiraan umur satuan itu yang berguna (yang bisa saja merupakan kumpulan harta) didalam sebuah cara sistematis dan rasional. Ini merupakan proses alokasi bukan penilaian, sehingga tidak dimaksudkan sebagai ukuran pengaruh dari semua yang terjadi pada biaya (Grant, 1987).

24 48 Tabel 4.8 Biaya Penyusutan/Depresi Uraian Jumlah Nilai Depresi Depresiasi Harga (P) sisa N (Rp/tahun) (Rp/bulan)(Psatuan (Rp) (S) (P-S)/N S)/N Baskom Kompor gas Pisau Timbangan Sendok Solet kayu Talenan Teflon Loyang Oven Lesung Tabung gas 12 kg Jumlah , ,0 c. Amortasi Tabel 4.9 Amortasi Harta tak berwujud Rp/bulan Perijinan (Rp selama 2 th) Pajak PBB (Rp untuk 1 th) Jumlah d. Biaya investasi Tabel 4.10 Biaya investasi Uraian Rp Biaya pokok produksi Biaya usaha Amortisasi Kendaraan Biaya peralatan Jumlah

25 49 e. Pajak Usaha dan Asuransi Pajak Asuransi dan Usaha = 5% x investasi f. Bunga Bunga g. Dana Sosial = 2% x investasi = 2% x = Rp = 5% x Dana sosial per bulan = Rp h. Total Biaya Tetap Tabel 4.11 Total Biaya Tetap Komponen biaya tetap Rp./bulan Biaya usaha Biaya penyusutan/depresiasi Biaya amortisasi Pajak usaha dan asuransi Dana sosial Bunga Jumlah = Rp : 12 = Rp /bulan 2. Biaya Tidak Tetap (Total Variabel Cost) Variable cost (VC) merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan. Variable cost akan tetap dikeluarkan jika perusahaan hendak berproduksi (Alwi, 1980). a. Biaya Bahan Baku dan Bahan Pembantu Tabel 4.12 Bahan Baku dan Bahan Pembantu Bahan Jumlah (kg) Harga Satuan Rp./Hari Rp./bulan Kacang tanah Kacang kedelai Kedondong Gula merah Gula pasir Jumlah

26 50 b. Biaya Bahan Bakar dan Pembersih Tabel 4.13 Biaya Bahan Bakar dan Pembersih Nama Jumlah Rp/bulan Listrik Gas (LPG) 12 Rp Rp (350 gr) Jumlah c. Biaya Kemasan Tabel 4.14 Biaya Kemasan Uraian Harga/satuan Biaya/hari Biaya/bulan Kertas Kue Toples Label Jumlah d. Biaya Perawatan dan Perbaikan Tabel 4.15 Biaya Perawatan dan Perbaikan Uraian Jumlah Harga Nilai Jam/ Jam/ % awal (P) Sisa (S) Hari Bulan FPP BPP Baskom Kompor Gas Pisau Timbangan Sendok Solet kayu Telenan ,75 Teflon Loyang Oven Lesung gas 12 kg Jumlah ,75

27 51 e. Total Biaya Tidak Tetap Tabel 4.16 Total Biaya Tidak Tetap Komponen biaya tetap Rp/bulan Biaya bahan baku Biaya bahan bakar Biaya perawatan dan perbaikan Biaya kemasan Jumlah Kriteria Kelayakan Uasaha a. Total Biaya Produksi Total biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan selama usaha dijalankan, yang dibedakan atas biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya produksi diperoleh dari penjumlahan biaya tetap (FC) dengan biaya tidak tetap (VC) Total Biaya Produksi = Total biaya tetap + Total biaya tidak tetap = = Rp ,- b. Kapasitas Produksi Kapasitas produksi merupakan jumlah atau besarnya produk yang dapat dihasilkan oleh perusahaan selama kurun waktu tertentu. Dalam 1 kali produksi (per hari) menghasilkan 100 toples kemasan Kapasitas produksi dalam 1 bulan = 100 toples x 25 = 2500 toples c. Harga Pokok Penjualan Harga pokok penjualan merupakan harga minimal yang harus diberikan pada produk untuk menghindari kerugian. Harga pokok berasal dari biaya produksi (biaya tetap dan biaya tidak tetap) dibagi dengan jumlah produk yang dihasilkan (kapasitas produksi). Harga Pokok Penjualan (HPP)

28 52 HPP = Rp ,41/ toples Harga pokok penjualan enting-enting yaitu Rp ,41/ toples. d. Harga Jual Harga jual adalah harga yang diberikan pada produk setelah ditambah keuntungan sesuai yang diinginkan oleh perusahaan mengacu atau berdasarkan harga pokok, sehingga untuk memperoleh keuntungan maka harga jual harus lebih tinggi dari harga pokok produksi. Kisaran penetapan harga jual Rp / toples. e. Penjualan Hasil penjualan merupakan hasil yang akan didapatkan jika menjual enting-enting sesuai dengan kapasitas produksinya. Hasil penjualan dapat dihitung dengan cara mengkaitkan harga jual dengan kapasitas produksi. Penjualan = Harga jual x Kapasitas produksi = Rp /botol x 2500 toples/ bulan = Rp /bulan f. Laba (keuntungan) Laba merupakan keuntungan yang diperoleh dari selisih hasil penjualan dengan biaya produksi sebelum dikurangi pajak usaha. Laba terdiri dari 2, yaitu : Laba Kotor/bulan Laba Kotor = Hasil Penjualan Total biaya produksi = Rp Rp = Rp ,- Laba Bersih/bulan Laba Bersih = Laba kotor Pajak usaha = Rp Rp = Rp ,-

29 53 g. Break Event Point (BEP) BEP merupakan titik keseimbangan dimana pada titik tersebut pendapatan sama dengan biaya yang dikeluarkan, artinya titik impas dimana perusahaan tidak mengalami kerugian dan tidak mendapatkan keuntungan. Apabila penjualan hanya cukup menutupi biaya variable dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan mengalami kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variable dan biaya tetap yang harus dikeluarkan (Alwi, 1980). Harga Unit / unit h. Return On Invesment (ROI) sebelum pajak i. Return On Invesment (ROI) setelah pajak

30 54 j. Pay Out Time (POT) Waktu yang dibutuhkan dalam kembalinya modal yaitu selama 6,3 bulan. k. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) Dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa analisis usaha enting-enting kacang tanah, kacang kedelai dan kedondong adalah: a. Biaya Produksi Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan selama usaha dijalankan, yang dibedakan atas biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya produksi diperoleh dari penjumlahan biaya tetap (FC) dengan biaya tidak tetap (VC) 1. Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya tetap adalah biaya yang tetap dikeluarkan meskipun perusahaan tidak melakukan proses produksi dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu (function of time), sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Biaya tetap terdiri atas biaya usaha, amortisasi, biaya penyusutan alat, pajak usaha dan dana

31 55 sosial. Biaya tetap produksi Enting-enting Kacang Tanah, Kacang Kedelai dan Kedondong sebesar Rp ,-/bulan. 2. Biaya Tidak Tetap (Variabel Cost) Variable cost (VC) merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan. Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan jika melakukan proses produksi. Biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku, pembantu dan kemasan, biaya bahan bakar dan energi, biaya tenaga kerja, biaya perawatan dan perbaikan. Biaya tidak tetap produksi Enting-enting Kacang Tanah, Kacang Kedelai dan Kedondong setiap bulan sebesar Rp ,-/bulan. 3. Kapasitas Produksi Kapasitas produksi merupakan jumlah atau besarnya produk yang dapat dihasilkan oleh perusahaan selama kurun waktu tertentu. Kapasitas produksi Enting-enting Kacang Tanah, Kacang Kedelai dan Kedondong setiap bulan adalah toples/bulan dimana satu toples berisi 150 gr Entingenting. 4. Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi merupakan harga minimal yang harus diberikan pada produk untuk menghindari kerugian. Haraga pokok berasal dari biaya produksi (biaya tetap dan biaya variabel) dibagi dengan jumlah produk yang dihasilkan (kapasitas produksi). Harga pokok penjualan Enting-enting Kacang Tanah, Kacang Kedelai dan Kedondong adalah Rp ,41/ toples. 5. Harga Jual Harga jual adalah harga yang diberikan pada produk setelah ditambah keuntungan sesuai yang diinginkan oleh perusahaan berdassarkan harga pokok, sehingga untuk memperoleh keuntungan maka harga jual harus lebih tinggi

32 56 dari harga pokok. Harga jual Enting-enting Kacang Tanah, Kacang Kedelai dan Kedondong adalah Rp ,/toples. 6. Laba a. Laba kotor Laba kotor merupakan laba yang diperoleh dari selisih hasil penjualan dengan biaya produksi sebelum dikurangi pajak usaha. Laba kotor produksi Enting-enting Kacang Tanah, Kacang Kedelai dan Kedondong sebesar Rp ,-/bulan dari 2500 toples. b. Laba bersih Laba bersih merupakan laba yang diperoleh dari selisih laba kotor dengan pajak kepemilikan usaha. Laba bersih produksi Enting-enting Kacang Tanah, Kacang Kedelai dan Kedondong setiap bulannya adalah Rp ,-/bulan. 7. BEP (Break Event Point) Break Event Point merupakan titik keseimbangan dimana pada titik tersebut pendapatan sama dengan biaya yang dikeluarkan, artinya titik impas dimana perusahaan tidak mengalami kerugian dan tidak mendapatkan keuntungan. Produksi Enting-enting Kacang Tanah, Kacang Kedelai dan Kedondong mencapai titik impas pada tingkat produksi atau toples dari kapasitas produksi 2500 kemasan setiap bulannya. Jadi selisih antara kapasitas produksi dan titik impas merupakan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Oleh karena itu usaha atau produksi enting-enting akan tetap dapat berjalan. 8. Return Of Investment (ROI) Return of investment merupakan kemampuan modal untuk mendapatkan keuntungan atau persentase keuntungan yang diperoleh dari besarnya modal yang dikeluarkan. Return

33 57 of investment produksi Enting-enting Kacang Tanah, Kacang Kedelai dan Kedondong sebelum pajak adalah sebesar 15,7% dan untuk ROI produksi Enting-enting Kacang Tanah, Kacang Kedelai dan Kedondong setelah pajak adalah sebesar 15,00%. 9. Pay Out Time (POT) Pay Out Time (POT) merupakan waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mendapatkan pengembalian modal dan mendapatkan keuntungan bersih. Produksi Enting-enting Kacang Tanah, Kacang Kedelai dan Kedondong akan kembali modal dalam jangka waktu 6,3 bulan. 10. B/C (Benefit Cost Ratio) Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara pendapatan yang diperoleh dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Jika nilai B/C lebih kecil dari 1, maka proses produksi tidak layak untuk dilakukan karena perusahaan mengalami kerugian. Sebaliknya jika B/C lebih dari 1, maka proses produksi (usaha) tetap dapat dijalankan karena perusahaan mendapatkan keuntungan. Jika B/C sama dengan 1 maka perusahaan mengalami titik impas (tidak untung dan tidak rugi), artinya perlu mempertimbangkan beberapa faktor untuk menjalankan usaha. B/C ratio dari analisis ekonomi Enting-enting Kacang Tanah, Kacang Kedelai dan Kedondong sebesar 1,15 sehingga usaha ini layak untuk dijalankan.

BAB III METODOLOGI A.

BAB III METODOLOGI A. BAB III METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan praktik produksi enting-enting kacang tanah, kacang kedelai dan kedondong ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Produksi Kopi Biji Salak dengan Penambahan Jahe Merah dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Produk Es krim jambu merah adalah es krim yang terbuat dari susu cair full cream, susu skim, whipping cream, kuning telur, gula halus serta buah jambu biji merah.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - Kompor gas - Sendok - Cetakan plastik A.2Bahan

Lebih terperinci

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH Lampiran 1 BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH Bahan Tepung ubi jalar Putih Coklat collata Margarin Gula pasir Telur Coklat bubuk Kacang kenari Jumlah 250 gr 350 gr 380 gr 250 gr 8 butir 55 gr 50 gr Cara Membuat:

Lebih terperinci

BAB III METODE PELAKSANAAN

BAB III METODE PELAKSANAAN BAB III METODE PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Proses Produksi yang berjudul Proses Produksi Flakes Bekatul dilaksanakan mulai bulan April 2016 sampai bulan Mei 2016 di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanan Praktek Produksi Proses Pembuatan Teh Herbal Daun Sirsak dengan Campuran Kayu Manis, Daun Stevia dan Secang dalam Kemasan Celup dilaksanakan mulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental di bidang teknologi pangan. B. TEMPAT DAN WAKTU Tempat pembuatan chips tempe dan tempat uji organoleptik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 24 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Produk Kue cubit ubi jalar ungu adalah salah satu produk diversifikasi dari makanan tradisional kue cubit.kue berukuran kecil ini berdiameter sekitar 4cm. Kue cubit

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi talas segar yang dibeli di Bogor (Pasar Gunung Batu, Jalan Perumahan Taman Yasmin, Pasar

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai pengambilan sampel di Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru dan dianalisis

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung dan Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian tentang pengaruh variasi konsentrasi penambahan tepung tapioka dan tepung beras terhadap kadar protein, lemak, kadar air dan sifat organoleptik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Gorontalo. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium Kimia,

Lebih terperinci

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya. 57 Lampiran I. Prosedur Analisis Kimia 1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). Timbang contoh yang telah berupa serbuk atau bahan yang telah dihaluskan sebanyak 1-2 g dalam botol timbang

Lebih terperinci

BAB III METODE PELAKSANAAN

BAB III METODE PELAKSANAAN BAB III METODE PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktik produksi pembuatan nugget patin wortel dilaksanakan bulan Maret 2016 sampai selesai di Laboratorium Rekayasa Proses dan Pengolahan Hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan dan Hasil Pertanian, Jurusan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen laboratorium. Faktor perlakuan meliputi penambahan pengembang dan pengenyal pada pembuatan kerupuk puli menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan perlakuan satu faktor (Single Faktor Eksperimen) dan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan yaitu penambahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) : Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) : Rendemen merupakan persentase perbandingan antara berat produk yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

METODE. Materi. Rancangan

METODE. Materi. Rancangan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Sukarame Bandar Lampung, Laboratorium

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PELAKSANAAN

BAB III METODE PELAKSANAAN BAB III METODE PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Proses Produksi yang berjudul Proses Pembuatan Es Krim Wortel dilaksanakan mulai bulan Maret 2016 sampai bulan Mei 2016 di Laboratorium

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September Oktober Pengambilan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September Oktober Pengambilan III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada September 2013--Oktober 2013. Pengambilan sampel onggok diperoleh di Kabupaten Lampung Timur dan Lampung Tengah.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan di Farm dan Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi, pada tanggal 28 September sampai tanggal 28 November 2016.

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992) LAMPIRAN 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992) METODE PENGUJIAN Sebanyak 5 gram sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Untuk pengujianan total oksalat ke dalam Erlenmeyer ditambahkan larutan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Kadar Air dengan Metode Thermogravimetri (Sudarmadji, dkk., 2007)

LAMPIRAN. Kadar Air dengan Metode Thermogravimetri (Sudarmadji, dkk., 2007) LAMPIRAN Lampiran 1. Kadar Air dengan Metode Thermogravimetri (Sudarmadji, dkk., 2007) Cara kerja: a. Timbang kerupuk samiler yang sudah dihaluskan sebanyak 1-2 gram dalam botol timbang konstan yang sudah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1 LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat dan penurunan mutu produk kopi instan formula a. Kadar air (AOAC, 1995) Penetapan kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven. Prinsip dari metode

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratorium Analisis Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. B.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. B. digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai bulan Januari 2016 di Laboratorium Prodi Biologi Fakultas MIPA, Laboratorium

Lebih terperinci

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu 40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratoriun Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau.

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau. III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2014 bertempat di Labolaturium Teknologi Pascapanen (TPP) dan analisis Kimia dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel Tanaman wortel Wortel Lampiran 2. Gambar potongan wortel Potongan wortel basah Potongan wortel kering Lampiran 3. Gambar mesin giling tepung 1 2 4 3 5 Mesin Giling

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan November 2011 sampai Januari 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Cisolok, Palabuhanratu, Jawa Barat. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

METODE. Bahan dan Alat

METODE. Bahan dan Alat 22 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan September sampai November 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Makanan serta Laboratorium

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah kulit buah manggis, ethanol, air, kelopak bunga rosella segar, madu dan flavor blackcurrant. Bahan kimia yang digunakan untuk keperluan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Produk Kerupuk ikan sayur merupakan makanan yang berasal dari bahan utama yaitu ikan tenggiri dan tepung tapioka dengan penambahan sayur yang dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan IV. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Percobaan Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan penelitian utama dilaksanakan bulan Maret Juni 2017 di Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian melalui eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian melalui eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian melalui eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan. B. Waktu dan Tempat Penelitian a. Waktu Penelitian dilakukan mulai

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dantempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di UKM Mekar Sari di Dusun Boleleu No. 18 Desa Sidomakmur Kecamatan Sipora Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai. Sementara

Lebih terperinci

BAB III METODE PELAKSANAAN

BAB III METODE PELAKSANAAN BAB III METODE PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek produksi Pembuatan Kerupuk Kulit Pisang dilaksanakan di Universitas Sebelas Maret. Pelaksanaan praktek produksi dilakukan pada bulan februari-juni

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Industri Rumah Tangga Produksi Kelanting MT,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Industri Rumah Tangga Produksi Kelanting MT, III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Industri Rumah Tangga Produksi Kelanting MT, Gantiwarno, Pekalongan, Lampung Timur, dan Laboratorium Politeknik Negeri

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Lampung, Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratoriun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai 13 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai penjual di Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulang Bawang dan Laboratorium

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Waktu penelitian yakni pada bulan Desember

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi)

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi) Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi) Diambil 1 kg tepung onggok singkong yang telah lebih dulu dimasukkan dalam plastik transparan lalu dikukus selama 30 menit Disiapkan 1 liter

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015. 3.2 Alat Alat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 28 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa serta Laboratorium Analisis Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi

Lebih terperinci

3.1. Tempat dan Waktu Bahan dan Aiat Metode Penelitian

3.1. Tempat dan Waktu Bahan dan Aiat Metode Penelitian in. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Riau, Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi azeotropik kontinyu dengan menggunakan pelarut non polar.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Kerupuk Jagung 4.1.1 Pencampuran Adonan Proses pencampuran adonan ada dua kali yaitu dengan cara manual (tangan) dan kedua dengan menggunakan mixer. Langkah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan dan Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Teknologi III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Pangan Politeknik Negeri Lampung dan Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2015 sampai Juli 2015. Pembuatan jenang dilakukan di Laboratorium Benih-UKSW dan analisis kandungan gizi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Mei Tahun 2013 di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas Pertanian Dan Peternakan Universitas Islam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah permen jelly pepaya yang terbuat dari pepaya varietas IPB 1 dengan bahan tambahan sukrosa, ekstrak rumput

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011-Februari 2012. Proses penggorengan hampa keripik ikan tongkol dilakukan di UKM Mekar Sari,

Lebih terperinci

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih. Lampiran 1. Lembar Uji Hedonik Nama : Usia : Pekerjaan : Pengujian organoleptik dilakukan terhadap warna, aroma, rasa dan kekentalan yoghurt dengan metoda uji kesukaan/hedonik. Skala hedonik yang digunakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan April 2015

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan April 2015 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan April 2015 di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Analisis Hasil Pertanian Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit singkong dengan penggunaan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau atau tauge. Nata yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1.

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1. BAB III METODOLOGI A. ALAT DAN BAHAN A.1. Alat yang digunakan : A.1.1 Alat yang diperlukan untuk pembuatan Nata de Citrullus, sebagai berikut: 1. Timbangan 7. Kertas koran 2. Saringan 8. Pengaduk 3. Panci

Lebih terperinci

1 kg beras dicuci 3 kali dimasak dengan 2 liter air selama 25 menit

1 kg beras dicuci 3 kali dimasak dengan 2 liter air selama 25 menit Lampiran 1 DIAGRAM ALIR A. Pembuatan Kerupuk Puli 1 kg beras dicuci 3 kali dimasak dengan 2 liter air selama 25 menit Nasi dicampur bumbu (50 g bawang putih + 40 g garam + 20 g gula + 20 g merica + NaHCO

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 FORMULIR UJI KESUKAAN (UJI HEDONIK) Nama panelis : Umur : Jenis kelamin : Tlp/HP : Peminatan : Instruksi 1. Ciciplah sampel satu persatu. 2. Pada kolom kode sampel berikan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, sementara pengujian mutu gizi dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan Reproduksi Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

Lampiran 1 Formulir organoleptik

Lampiran 1 Formulir organoleptik LAMPIRA 55 56 Lampiran Formulir organoleptik Formulir Organoleptik (Mutu Hedonik) Ubi Cilembu Panggang ama : o. HP : JK : P / L Petunjuk pengisian:. Isi identitas saudara/i secara lengkap 2. Di hadapan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah bubuk susu kedelai bubuk komersial, isolat protein kedelai, glucono delta lactone (GDL), sodium trpolifosfat

Lebih terperinci

3. MATERI DAN METODE. Gambar 2. Alat Penggilingan Gabah Beras Merah. Gambar 3. Alat Penyosohan Beras Merah

3. MATERI DAN METODE. Gambar 2. Alat Penggilingan Gabah Beras Merah. Gambar 3. Alat Penyosohan Beras Merah 3. MATERI DAN METODE Proses pemanasan dan pengeringan gabah beras merah dilakukan di Laboratorium Rekayasa Pangan. Proses penggilingan dan penyosohan gabah dilakukan di tempat penggilingan daerah Pucang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pendahuluan

Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pendahuluan LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pendahuluan 1. Penentuan Formulasi Bubur Instan Berbasis Tepung Komposit : Tepung Bonggol Pisang Batu dan Tepung Kedelai Hitam Tujuan: - Mengetahui

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Juni 2017 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan pektin kulit jeruk, pembuatan sherbet

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. waktu penelitian ini dimulai pada bulan April 2016 sampai Desember 2016.

III. METODE PENELITIAN. waktu penelitian ini dimulai pada bulan April 2016 sampai Desember 2016. 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan dan Laboratorium Nutrisi dan Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari limbah cair tapioka dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak. Nata yang dihasilkan kemudian

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM Kelompok 10 Delis Saniatil H 31113062 Herlin Marlina 31113072 Ria Hardianti 31113096 Farmasi 4B PRODI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2012. Cangkang kijing lokal dibawa ke Laboratorium, kemudian analisis kadar air, protein,

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XVIII PENGUJIAN BAHAN SECARA KIMIAWI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass, III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan penelitian dimulai pada bulan Februari

Lebih terperinci

Mengemas Laba Usaha Kacang Mete Di Musim Lebaran

Mengemas Laba Usaha Kacang Mete Di Musim Lebaran Mengemas Laba Usaha Kacang Mete Di Musim Lebaran Peluang bisnis musiman yang menjanjikan untung besar bagi para pelakunya, salah satunya saja seperti bisnis camilan kacang mete yang labanya semakin gurih

Lebih terperinci

BAB III METODE PELAKSAANAN

BAB III METODE PELAKSAANAN BAB III METODE PELAKSAANAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Proses produksi kue cubit subtitusi ubi jalar ungu dilaksanakan mulai bulan Maret-April 2016 di Laboratorium Pangan dan Gizi ITP, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2013 di Laboratorium Teknologi Industri Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode 16 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai Maret 2011, bertempat di Laboratorium Preservasi dan Pengolahan Hasil Perairan, Laboratorium

Lebih terperinci