SASANANING PENDETA HINDU DALAM TEKS GEGURITAN SIDHA YOGA KRAMA (GSYK)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SASANANING PENDETA HINDU DALAM TEKS GEGURITAN SIDHA YOGA KRAMA (GSYK)"

Transkripsi

1 SASANANING PENDETA HINDU DALAM TEKS GEGURITAN SIDHA YOGA KRAMA (GSYK) Ni Putu Parmini Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS IKIP Saraswati, Tabanan Indonesia Abstrak Objek penelitian ini adalah teks Geguritan Sidha Yoga Krama (selanjutnya disingkat GSYK). Teks GSYK mengandung narasi-narasi yang sangat menarik dan aktual untuk dibahas pada masyarakat kekinian. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana sasananing kependetaan dalam teks GSYK. Jawaban atas permasalahan sasananing kependetaan dalam teks GSYK merupakan tujuan khusus penelitian ini. Hasil análisis data menunjukkan bahwa GSYK merupakan wacana naratif yang dibangun oleh pupuh-pupuh, didalamnya menarasikan sasana kependetaan. Sasana kependetaan dalam teks yakni pendeta harus mengikuti sasana kependetaan sebagai berikut. (1) mengalahkan sadripu, (2) melaksanakan Tri Kaya Parisudha, (3) memahami Catur Asrama dan Catur Purusa Artha, (4) memahami Kamendria dan Yama Niama Brata, (5) hormat/bakti kepada nabe, (6) yakin terhadap Panca Srada, dan (7) memahami dan melaksanakan kemoksan. Dari uraian di atas pendeta wajib memahami pelaksanaan Tri Jnana Sandi. Simpulan dalam karya tulis ini dapat dijadikan sasana kependetaan yang dikemas dalam bentuk geguritan sehingga lebih mudah dan menarik. Lewat geguritan sasana kependetaan dapat disimak dengan lebih komprehensif, bukan hanya pendidikan juga sambil menikmati hiburan. Selanjutnya yang menstransfer sasana tersebut kepada masyarakat kependetaan. Kata kunci: Sasananing, kependetaan, dan geguritan. Abstract The object of this study is the text Geguritan Sidha Yoga Krama (hereinafter abbreviated GSYK). Text GSYK narratives contain very interesting and actual for discussion on contemporary society. The analysis conducted in this study to answer the question of how sasananing GSYK clergy in the text. The answer to the problem of clergy in the text sasananing GSYK a particular purpose of this study. The results of the data analysis showed that GSYK a narrative discourse built-stanza by stanza, narrated therein gym clergy. Sasana pastor clergy in the text should follow the following clergy gym. (1) beat sadripu, (2) implement the Tri Kaya Parisudha, (3) understand the Dormitory Chess and Chess Purusa Artha, (4) understand Kamendria and Niama Yama Brata, (5) respect / devotion to the nabe, (6) are sure to Five Srada, and (7) to understand and implement kemoksan. From the above description are required to understand the implementation of the Tri pastor Jnana password. The conclusions in this paper can be used as a gym clergy geguritan packaged in the form of making it easier and interesting. Through geguritan gym clergy can be listened to with more comprehensive, not only education while also enjoying the entertainment. Furthermore the gym to the public menstransfer clergy. Keywords: Sasananing, clergy, and geguritan. 1. Pendahuluan Geguritan adalah hasil karya sastra tradisional Bali yang berbentuk puisi naratif. Disebut puisi naratif karena dilihat dari bentuknya adalah puisi, sedangkan dari isinya adalah naratif atau bercerita (Tinggen, 1994:31). Pandangan itu perlu direvisi karena ditemukan juga geguritan yang tidak bercerita, seperti geguritan dalam sarascamuscaya. Proses penciptaan geguritan masih berlangsung terus di masyarakat dengan berbagai topik utama dan tema aktual yang sedang hangat di masyarakat. Salah satu bukti lahirnya Geguritan Sidha Yoga Krama yang sarat dengan nilai kehidupan khususnya dalam hal kewajiban-kewajiban pendeta Siwa- Buddha di Bali. Dalam GSYK terdapat narasi yang menarik dan memang perlu dibahas karena memuat petunjuk tentang kewajiban-kewajiban pendeta Siwa- Buddha sehingga tindakan pendeta relevan dengan sasana kependetaan. Fungsi dan makna pendeta perlu disosialisasikan dan dikembangkan sebagai pembina dan penuntun umat dalam melaksanakan upacara keagamaan di Bali. Pendeta dalam tatanan kehidupan beragama Hindu di Bali memiliki posisi sentral, baik ditinjau dari segi sosial kemasyarakatan maupun sosial keagamaan. Widiantara (2010:73) menyatakan pendeta di mata masyarakat 546

2 sebagai orang terhormat dan sebagai guru tempatnya masyarakat menimba informasi pelaksanaan ajaran agama. Ajaran kependetaan yang dilukiskan melalui tokoh GSYKitu adalah ajaran yang diarahkan pada prilaku pendeta yang sesuai dengan ajaran agama Hindu, seperti implementasi Tri Jnana Sandi sebagai upaya mencapai Catur Purusa Artha. Tanpa implementasi ajaran tersebut maka seorang pendeta yang kodratnya sebagai manusia biasa akan mudah dikuasai oleh sifat rajas dan tamas. Benang merah yang dapat ditarik dari lukisan tokoh-tokoh GSYK tentang sasananing pendeta Siwa Buddha yakni seorang pendeta Siwa Buddha wajib memahami tatwa, susila, serta acara. Lukisan tokoh-tokoh dalam GSYKmenarik perhatian penulis, sehingga disusun makalah tentang Sasananing Pendeta dalam GSYK. Sasananing pendeta itu mesti dipahami semasih menjadi calon pendeta sehingga setelah diangkat menjadi pendeta siap melakoni profesi kependetaan, agar jangan sampai ada pendeta yang setelah diangkat baru berusaha menemukan sasananing yang mesti dilakukan, karena sasananing pendeta itu belum disiapkan secara jelas, tegas dan spesifik. Kekurangjelasan akan kewajiban sasananingpendeta itu dapat ditemukan titik terangnya dalan wacana GSYK. Dampak dari kurang tegasnya rambu-rambu dan sasananing yang mesti dijalankan seorang pendeta berpengaruh pada guna (sifat)pendeta dalam melayani masyarakat serta tindakannya seharihari. Paparan di atas menunjukkan adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Di satu sisi, seorang pendeta harus menjalankan sasananing seperti ajaran agama Hindu yang dilukiskan dalam GSYK. Di sisi lain pendeta perlu keseriusan dan kedisiplinan dalam memahami secara mendetail sasananing pendeta terutama upaya mengendalikan diri dari pengaruh duniawi. Untuk memenuhi harapan sebagai seorang pendeta maka perlu adanya imbauan kepada calon pendeta maupun pendeta untuk mengikuti penataran dari Parisada Hindu Dharma dan memahami GSYK. Dengan demikian GSYKsignifikan sebab dari wacana yang demikian ringkas tetapi mengandung manfaat dalam kehidupan. Atas dasar adanya kesenjangan antara kenyataan 547 dengan harapan itulah dikaji sasananing pendeta Hindu dalam teks GSYK. 2.Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode pustaka. Hal itu dilakukan dengan mengkaji pustaka-pustaka yang relevan dengan sasananing pendeta Siwa - Buddha. 3. Pembahasan Sasananing pendeta berasal dari kata sasana yang artinya perilaku menurut aturan (Kamus Bali Indonesia, Ananda Kusuma, 1986: 178). Dalam konteks kependetaan sasananing pendeta berarti prilaku menurut etika kependetaan. Sesana seorang pendeta adalah hal-hal yang wajib diingat dan dilaksanakan serta pantangan-pantangan yang patut dihindari. Sasananing pendeta menurut Resi Sasana (dalam Subagiasta, 2006: 24) adalah ketentuanketentuan yang mesti dilakukan atau ditaati oleh seorang pendeta. Ketentuanketentuan itu sejalan dengan ajaran kependetaan yang dideskripsikan dalam GSYK mencakup ajaran Tri Jnana Sandhi dalam konteks kependetaan. Implementasi Tri Jnana Sandhi dapat dilakukan melalui unsur-unsur ajaran sebagai berikut. 3.1 Sad Ripu Sad Ripu berasal dari kata sad yang berarti enam dan ripu yang berarti musuh. Jadi Sad Ripu berarti enam musuh. Musuh yang dimaksud adalah musuh yang berasal atau bersumber dari dalam diri sendiri dan patut dienyahkan. Unsur sad ripu terdiri dari kama, lobha, kroda, mada, moha, dan matsarya. Sad Ripu yang diuraikan di atas telah digambarkan melalui tokoh Empu Iswara yakni ketika Empu Iswara, menentang Teken Wuwung agar mampu mengubah prilakunya yang loba dan serakah (pupuh sinom bait 7-13). Teken Wuwung pada mulanya bersikap sombong karena merasa sakti, bersikap sembarangan dan rakus. Akibat perilaku itu, akhirnya terjadi polusi air di arena pasraman Empu Iswara. Hal itu mengganggu pemandangan dan berdampak pada kesehatan. Selanjutnya, Empu Iswara yang marah terhadap Teken Wuwung yang belum mampu mengendalikan diri dari Sad Ripu akhirnya dikejar, dimarahi sampai Teken Wuwung minta maaf dan menyadari kesalahannya. Pada pupuh

3 Sinom terkandung makna bahwa, Empu Iswara menjalankan dharma. Marah ketika melihat sikap Teken Wuwung yang masih diselimuti Sad Ripu, kemarahan itu hanya strategi untuk mengubah prilaku Teken Wuwung agar terhindar dari Sad Ripu. Kemarahan Empu Iswara juga dapat dimaknai sebagai upaya memberikan pelajaran tentang sasananing kependetaan pada muridnya sehingga mau mengubah sikapnya. 3.2 Tri Hita Karana Realitas imbauan tokoh cerita tentang perlakuan alam ditunjukkan dalam GSYK pada pupuh Sinom bait 8 14 yang melukiskan tentang larangan mencemari air dan lingkungan. Pesan pengarang melalui tokoh cerita akan semakin konkrit dengan membaca pupuh Sinom bait 8 14 yang melukiskan hal sejalan dengan paparan yang dinyatakan oleh Wiana (2007: ), bahwa air tidak boleh dikotori. Ketika lingkungan dan air di pasraman Empu Iswara dikotori oleh Teken Wuwung, Empu Iswara marah dan sedih melihat lingkungan kotor. Empu Iswara memberikan imbauan tentang sasananing pendeta kepada Teken Wuwung sampai muncul kesadarannya tentang air dan lingkungan perlu dijaga kelestariannya. Air dan lingkungan yang kotor akan merusak pikiran, perasaan, dan pemandangan serta tidak akan memberikan kesejahteraan dan kenyamanan kepada umatnya. 3.3 Kamoksan Moksa adalah keyakinan kelima ajaran agama Hindu. Menurut Swastikarana (2013:20), moksa berarti kembalinya Atman kepada asalnya, yaitu Brahman. Atau dengan kata lain, moksa berarti bersatunya kembali Atman dengan Brahman. Moksa merupakan tujuan akhir umat Hindu. Sebagaimana tersirat dalam bait-bait GSYK moksa dicapai berdasarkankeyakinan terhadap Panca Srada. 3.4 Tri Kaya Parisudha Tri Kaya Parisudha adalah tiga gerak perilaku manusia yang harus disucikan yang terdiri atas manacika, wacika, kayika. Tri kaya Parisuda terlukis pada cuplikan pupuh Dangdang Gula sebagai berikut. 31. Mangenangen sidha yoga mangkin.manuptupang.jagi wacanayang.ring sang sri bhupala mangkē.ring indik-indik humatur.mangda tan minab babēki.ri sang manemu lara.taler ring sang prabhu.tan ngawinang iwang arsa.yatna-yatna.pidabdab aturē aris.tur galang katarima : Terjemahan: Berfikir Empu Sidha Yoga kemudian, menutupi, apa yang akan dibicarakankepada sri maha raja sekarang, tata cara bicara, biar tidak dikira meledek, pada orang yang ada dalam keadaan sakit, begitu juga sang prabhu, tidak menyebabkan salah terima, siapsiapkemudian bicara, biar bisa diterima dengan baik. 3.5 Catur Asrama Catur Asrama dalam ajaran agama Hindu adalah tahapan hidup yang mesti ditempuh manusia. Catur Asrama terdiri dari brahmacari, grehasta, wanaprasta, dan biksuka. Catur Asrama dalam GSYK dilukiskan pada bait 3-9 pupuh Durma, yakni bait 3 dilukiskan Sidha Yoga menjalani kehidupan berumah tangga berputra dua laki-laki. Sidha Yoga selalu memberikan nasihatnasihat kepada putranya agar selalu menjalani ajaran Dharma. Sidha Yoga mengimbau kepada putranya agar selalu bertindak sesuai dengan sastra agama. Kedua putranya diimbau mampu menjalankan sasananing kependetaan sehingga dapat dijadikan contoh oleh masayarakat. Dijelaskan lagi agar catur asrama sebagai tahapan hidup wajib ditempuh sesuai dengan kebenaran dalan sastra. 3.6 Catur Purusartha Moksa dalam GSYKlebih ditekankan pada keseimbangan dan kedamaian hidup. Dalam mencapai tujuan hidup tersebut disebutkan dapat ditempuh melalui empat landasan yakni Catur Purusartha. Dalam Agama Hindu dijelaskan Catur berarti empat, Purusa artinya hidup jiwa dan Artha adalah tujuan dapat juga berarti kebendaan, terdiri dari: Dharma, Artha, Kama, dan Moksah. 548

4 3.7 Menghormati Nabe Dalam GSYK dilukiskan penghormatan Nabe pada pupuh sinom bait Dilukiskan pada pupuh durma bait 8-19 bahwa seorang calon pandita mesti hormat kepada guru, Sidha Yoga sangat hormat kepada guru (Sidha Yoga sangat hormat kepada Nabe) terbukti beliau mau menikah dengan perempuan buta. 3.8 Dasa Indria Dalam GSYK Dasa Indria dilukiskan sebagai berikut. 22. Heda cening ampah-ampah, Ipancendria nekain, Lan ipance karmēndria, Musuh nira sang mawiku, Apang tusing kalahanga, Krana sakti, Ngawē rered ka pradnyan: Terjemahan : Jangan nanda gegabah, akan kehadiran Panca Indria, dan juga Panca Karmendria, Musuh beliau yang menjadi seorang pendeta, Supaya tiada di kalahkan, Oleh kesaktiannya, Membuat surut kepintaran ananda Pada bait di atas dilukiskan bahwa indria merupakan alat yang menggerakkan anggota badan berdasarkan olah rasa dan olah pikir. 3.9Yama Niyama Brata Pengendalian Diri Calon Pandita Dalam GSYK dilukiskan sisya calon pandita diberikan tuntunan untuk mengendalikan diri dengan mengikuti tatwa Agama Hindu yang dinamakan Yama Niyama Brata. Seorang Sisya hendaknya memahami mengamalkan ajaran Yama Niyama Brata (Nasihat Empu Iswara kepada Sidha Yoga juga nasihat Sidha Yoga kepada putranya). Sejalan dengan yang diungkap dalam Kitab Silakrama, Yama Niyama Brata sebenarnya merupakan dasar kesusilaan untuk mencapai kesempurnaan rokhani dan kesucian batin guna tercapainya Dharma dan Moksa serta merupakan tata tertib siswa atau sisya calon pendeta. Imbauan Nabe kepada Sisyanya dalamgsyk(pupuh ginadadan durma) bahwa dengan pikiran dan rohani yang bersih dan suci dalam mengimplementasikan sasananing kependetaan maka alam Tuhan akan terbuka semakin lebar. Calon pendetawajib selalu berbuat bersih dan menyucikan dirinya. 3.10Panca Sradha Menurut Upadeça (1978:14-33) Panca Sradha merupakan lima kepercayaan mutlak Agama Hindu. Swastikarana (2013) menyatakan dalam implementasi keseharian termasuk dalam konteks kependetaan agama Hindu tercakup ke dalam suatu ajaran Tri Jnana Sandhi, yaitu: Tattwa, Susila dan Acara. 4. Simpulan GSYKmemberikan pencerahan kepada masyarakat khususnya para pendeta dan calon pendeta dalam rangka implementasi sasana pendeta. Perubahan status dari walaka menjadi sadhaka merupakan suatu perubahan yang sangat signifikan. GSYKyang mewacanakan tentang perubahan status tersebut dengan kemasan yang menarik akan lebih mendapat perhatian masyarakat sehingga benar-benar dapat digunakan sebagai umpan balik dan salah satu sumber ajaran kependetaan (hasil wawancara dengan kelompok pembaca). GSYKdapat dijadikan salah satu tolak ukur dalam upaya pengendalian diri sehingga dapat ditentukan layak tidaknya seseorang untuk didiksa. GSYKyang mewacanakan tentang sasana pendeta dalam tugasnya memberikan tuntunan kepada umat Hindu tentang tata kehidupan beragama, maka GSYKberfungsi sebagai penyelamat Agama Hindu pada generasi mendatang. 5. Daftar Pustaka Anandakusuma, Sri Resi Kamus Bahasa Bali Indonesia. Denpasar: Cv. Kayumas Agung. Degung, I Made Geguritan Sidha Yoga Krama. Sibetan Karangasem. Parisada Hindu Darma Upedesa. Cetakan ke 3. Denpasar : Parisada Hindu Dharma. Putra, Ida Bagus Rai, dkk Swastikarana. Denpasar: PT Mahabhakti. 549

5 Punyatmadja, I.B. Oka Çilakrama. Denpasar: Upada Sastra. Srimad, Sri Bhagavadgita. Jakarta : Perpustakaan Nasional. Subagiasta, I Ketut Tattwa Hindu. Surabaya : Paramita. Swastika, I Ketut Pasek Wiku Sesana dan Dasar-Dasar Pokok Ajaran Agama Hindu. Surabaya : Paramita. Sukarta, I Ketut Widya Santi Agama Hindu. Denpasar : Pustaka Tarukan Agung. Tinggen, I Nengah Aneka sari Gending-Gending Bali. Denpasar : Rhika Dewata. Widyantara, Wayan Diksa. Denpasar : PT Offset. 550

DAFTAR ISI... SAMPUL DEPAN... SAMPUL DALAM... LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN... PERSYARATAN KEASLIAN...

DAFTAR ISI... SAMPUL DEPAN... SAMPUL DALAM... LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN... PERSYARATAN KEASLIAN... 2 DAFTAR ISI SAMPUL DEPAN... SAMPUL DALAM... i ii LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN... PERSYARATAN KEASLIAN... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... iii iv v vi

Lebih terperinci

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan) Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar Kelas 1 Kompetensi Inti KD Lama KD Baru 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya Menunjukkan contoh-contoh ciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan berasal dari kata gurit yang berarti gubah, karang, sadur. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim Penyusun Kamus Bali-Indonesia,

Lebih terperinci

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar henysari74@gmail.com ABSTRAK Dalam pengenalan ajaran agama tidak luput dari

Lebih terperinci

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E) 21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memiliki tingkatan yakni, dari masa anak anak,

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memiliki tingkatan yakni, dari masa anak anak, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya memiliki tingkatan yakni, dari masa anak anak, remaja, dewasa, dan tua. Masa dewasa inilah manusia menetapkan keputusan besar dalam hidupnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL)

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL) merupakan geguritan yang memiliki keterkaitan isi tentang perjalanan suci pengemban dharma dari Ida Dang

Lebih terperinci

GEGURITAN PURA TANAH LOT ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH IDA BAGUS PUTU WIASTIKA NIM

GEGURITAN PURA TANAH LOT ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH IDA BAGUS PUTU WIASTIKA NIM GEGURITAN PURA TANAH LOT ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH IDA BAGUS PUTU WIASTIKA NIM 0901215024 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014 GEGURITAN PURA TANAH

Lebih terperinci

LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK

LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK Dosen : Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag., M.Pd.H OLEH: I PUTU CANDRA SATRYASTINA 15.1.2.5.2.0800 PRODI

Lebih terperinci

17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

3. Pengertian Hukum Karmaphala dalam Ajaran Agama Hindu adalah

3. Pengertian Hukum Karmaphala dalam Ajaran Agama Hindu adalah 1. Pengertian Atman adalah. a. Percikan terkecil dari Sang Hyang Widhi Wasa b. Tidak terlukai oleh api c. Tidak terlukai oleh senjata d. Tidak bergerak e. Subha Karma Wasa 2. Fungsi Atman dalam mahluk

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA - 446 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA - 1254 - D. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan akar dari kebudayaan nasional. Keberadaan karya sastra dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan akar dari kebudayaan nasional. Keberadaan karya sastra dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra Bali merupakan bagian dari kebudayaan daerah yang merupakan akar dari kebudayaan nasional. Keberadaan karya sastra dapat memperkaya warisan budaya bangsa

Lebih terperinci

ABSTRAK GEGURITAN MASAN RODI ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI

ABSTRAK GEGURITAN MASAN RODI ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI ABSTRAK GEGURITAN MASAN RODI ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI Penelitian terhadap Geguritan Masan Rodi ini membahas tentang analisis struktur dan fungsi. Analisis ini mempunyai tujuan untuk mengungkapkan struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih hidup dan berkembang cukup baik. Hal ini ditandai dengan banyaknya bermunculan para pengarang

Lebih terperinci

Upaya Menuju Kelepasan dalam Geguritan Yadnya ring Kuruksetra

Upaya Menuju Kelepasan dalam Geguritan Yadnya ring Kuruksetra Upaya Menuju Kelepasan dalam Geguritan Yadnya ring Kuruksetra Ni Putu Parmini IKIP Saraswati Tabanan E-mail: putuparmini83@yahoo.co.id Abstract This study analyses the poem titled Geguritan Yadnya ring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai salah satu penyimpanan naskah-naskah kuna warisan nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai penyimpanan naskah-naskah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan

Lebih terperinci

GEGURITAN ABIMANYU WIWAHA:

GEGURITAN ABIMANYU WIWAHA: 1 GEGURITAN ABIMANYU WIWAHA: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI IDA BAGUS ADI RAKA WEDA NIM 0901215007 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS UDAYANA ABSTRACT This study discusses the literature

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keindahan dalam isi dan ungkapannya. Karya

Lebih terperinci

Materi modul. Oleh : Ketut putrana S.Pd. AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI

Materi modul. Oleh : Ketut putrana S.Pd. AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI Materi modul Oleh : Ketut putrana S.Pd. AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMK NEGERI 1 SUKASADA TAHUN PELAJARAN 2017/2018 MATERI MODUL MOKSA Pengertian Moksa, Kata Moksa dari bahasa sansekerta,dari akar kata

Lebih terperinci

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA TUGAS AGAMA DEWA YADNYA NAMA ANGGOTA KELOMPOK 7 KETUT ALIT WIRA ADI KUSUMA (05) ( KETUA ) NI LUH LINA ANGGRENI (27) ( SEKETARIS ) NI LUH DIAH CITRA URMILA DEWI (14) I PUTU PARWATA (33) SMP N 2 RENDANG

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini memuat tentang hasil hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang

Lebih terperinci

Lampiran 07 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Tri Sëmaya pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu di SMA Negeri 8 Denpasar

Lampiran 07 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Tri Sëmaya pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu di SMA Negeri 8 Denpasar Lampiran 07 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Tri Sëmaya pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu di SMA Negeri 8 Denpasar RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Kelas / Semester

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh

BAB I PENDAHULUAN. sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan adalah suatu karya sastra tradisional yang mempunyai sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh atau pupuh pupuh, dan

Lebih terperinci

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD 27. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan dirumuskan

Lebih terperinci

GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM

GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM 0501215003 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA BALI JURUSAN SASTRA DAERAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2009 GEGURITAN

Lebih terperinci

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD)

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD) 16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan

Lebih terperinci

I Ketut Sudarsana. > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari

I Ketut Sudarsana. > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari I Ketut Sudarsana > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari Ajaran Tri Kaya Parisudha dapat dilaksanakan dengan cara memberikan arahan

Lebih terperinci

PENEGAKAN AWIG-AWIG LARANGAN BERBURU BURUNG DI DESA PAKRAMAN KAYUBIHI, KECAMATAN BANGLI, KABUPATEN BANGLI

PENEGAKAN AWIG-AWIG LARANGAN BERBURU BURUNG DI DESA PAKRAMAN KAYUBIHI, KECAMATAN BANGLI, KABUPATEN BANGLI PENEGAKAN AWIG-AWIG LARANGAN BERBURU BURUNG DI DESA PAKRAMAN KAYUBIHI, KECAMATAN BANGLI, KABUPATEN BANGLI Oleh : Pande Putu Indra Wirajaya I Gusti Agung Mas Rwa Jayantiari I Gusti Ngurah Dharma Laksana

Lebih terperinci

Nirwana dan Cara Pencapaiannya dalam Agama Hindu

Nirwana dan Cara Pencapaiannya dalam Agama Hindu Oleh : Hj. A. Nirawana Abstract Menggapai nirwanan adalah sebuah tujuan spiritual dalam agama hindu. Tulisan berikut ingin menelusuri sejauhmana makna nirwana dan langkahlangkah pencapaiannya bagi penganut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN 1.1 Latar Belakang Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali Tradisional yang dibentuk oleh pupuh-pupuh. Setiap pupuh

Lebih terperinci

PENGANTAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU

PENGANTAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU PENGANTAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU I KETUT SUDARSANA 1. Pengertian Pendidikan Sanjana (2006:2) menyatakan bahwa adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar proses pembelajaran yang efektif,

Lebih terperinci

Ni Luh Ayu Eka Damayanti * ABSTRAK

Ni Luh Ayu Eka Damayanti * ABSTRAK IMPLEMENTASI PENDIDIKAN TRI KAYA PARISUDHA DALAM MENINGKATKAN NILAI ETIKA SISWA DI SEKOLAH DASAR NEGERI PURWOSARI KECAMATAN TORUE KABUPATEN PARIGI MOUTONG Ni Luh Ayu Eka Damayanti * Staff Pengajar STAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi terhadap semua ciptaan-nya baik dari segi yang terkecil hingga ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN. terjadi terhadap semua ciptaan-nya baik dari segi yang terkecil hingga ciptaan- 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Alam semesta jagat raya dengan seisinya bergerak berputar tiada hentinya dengan perputaran yang teratur sesuai dengan hukumnya. Hukum perputaran terjadi terhadap semua

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PERILAKU PRIMORDIALISME

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PERILAKU PRIMORDIALISME PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PERILAKU PRIMORDIALISME Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Email : imadepurana@yahoo.co.id Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra Abstrak Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara sastra Bali dengan kebudayaan Bali, di antaranya: Sastra Bali sebagai

BAB I PENDAHULUAN. antara sastra Bali dengan kebudayaan Bali, di antaranya: Sastra Bali sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah banyak ungkapan yang dilontarkan bertalian dengan hubungan antara sastra Bali dengan kebudayaan Bali, di antaranya: Sastra Bali sebagai aspek kebudayaan Bali,

Lebih terperinci

MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL.

MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL. MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL. H DISUSUN OLEH: I WAYAN AGUS PUJAYANA ORANG SUCI Orang suci adalah

Lebih terperinci

L A M P I R A N L A M P I R A

L A M P I R A N L A M P I R A L A M P I R A N L A M P I R A N LAMPIRAN I Daftar Wawancara DAFTAR WAWANCARA UNTUK SUBYEK A. Gambaran kontrol diri menurut subyek 1. Menurut Anda apakah ukuran seseorang memiliki kontrol 2. Menurut Anda,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berfungsi untuk mengetahui faktor-faktor keaslian suatu penelitian. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran, atau

Lebih terperinci

KAKAWIN BALI DWIPA ANALISIS KONVENSI DAN INOVASI. I Gusti Bagus Budastra. Program Studi Sastra Jawa Kuno Fakultas Sastra Universitas Udayana.

KAKAWIN BALI DWIPA ANALISIS KONVENSI DAN INOVASI. I Gusti Bagus Budastra. Program Studi Sastra Jawa Kuno Fakultas Sastra Universitas Udayana. 1 KAKAWIN BALI DWIPA ANALISIS KONVENSI DAN INOVASI I Gusti Bagus Budastra Program Studi Sastra Jawa Kuno Fakultas Sastra Universitas Udayana Abstract Kakawin is a literary work that is formed by wirama

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. dasarkan bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. dasarkan bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarkan bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan

Lebih terperinci

NILAI DALAM GEGURITAN CUPAK Pande Putu Yayuk Mariani Jurusan Sastra Bali, Fakultas Sastra. Abstract

NILAI DALAM GEGURITAN CUPAK Pande Putu Yayuk Mariani Jurusan Sastra Bali, Fakultas Sastra. Abstract 1 NILAI DALAM GEGURITAN CUPAK Pande Putu Yayuk Mariani Jurusan Sastra Bali, Fakultas Sastra Abstract This research is explaining about traditional Balinese literature of geguritan with the theme Geguritan

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI

Lebih terperinci

BERKAS PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Program Studi : Semua Prodi. Mata Kuliah : Pendidikan Agama dan Etika Hindu

BERKAS PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Program Studi : Semua Prodi. Mata Kuliah : Pendidikan Agama dan Etika Hindu FAKULTAS : SEMUA JURUSAN Program Studi : Semua Prodi BERKAS PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Mata Kuliah : Pendidikan Agama dan Etika Hindu Kode Mata Kuliah : HUH1D2 SKS : 2 Semester : Ganjil

Lebih terperinci

BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN. Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru)

BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN. Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru) BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru) Puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali merupakan salah satu aspek kebudayaan Bali yang hidup dan berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu maka di Bali lahirlah

Lebih terperinci

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER Oleh : Drs. I Ketut Rindawan, SH.,MH. ketut.rindawan@gmail.com Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra Abstrak

Lebih terperinci

KELUARGA HINDU. Oleh : I Ketut Sudarsana Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

KELUARGA HINDU. Oleh : I Ketut Sudarsana Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar KELUARGA HINDU Istilah keluarga berasal dari bahasa sansekerta kula dan varga kula berarti abdi, hamba. Varga berarti jalinan, ikatan. Istilah kula dan warga ini dirangkaikan sehingga menjagi kulavarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun hingga kini proses kreativitas penciptaan geguritan masih berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. namun hingga kini proses kreativitas penciptaan geguritan masih berlangsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan sampai saat ini masih digemari oleh masyarakat pencinta sastra khususnya dan masyarakat Bali pada umumnya. Hal ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) :

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) : SENI BUDAYA BALI Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali Oleh (Kelompok 3) : Dewa Made Tri Juniartha 201306011 Ni Wayan Eka Putri Suantari 201306012 I Gusti Nyoman Arya Sanjaya 201306013 Dicky Aditya

Lebih terperinci

Geguritan Mantri Sanak Lima Analisis Struktur Dan Nilai. Abstract

Geguritan Mantri Sanak Lima Analisis Struktur Dan Nilai. Abstract Geguritan Mantri Sanak Lima Analisis Struktur Dan Nilai Ni Putu Noviyanti Wardani 1*, I Nyoman Duana Sutika 2, Ida Bagus Rai Putra 3 123 Program Studi Sastra Bali Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk-bentuk adat istiadat dan tradisi ini meliputi upacara perkawinan, upacara

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk-bentuk adat istiadat dan tradisi ini meliputi upacara perkawinan, upacara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Bali memiliki bentuk-bentuk kebudayaan yang cukup beraneka ragam, kebiasaan masyarakat daerah tertentu yang unik, yang kesemuanya itu memiliki daya tarik tersendiri

Lebih terperinci

Hari Raya Nyepi. Musuh musuh dalam diri manusia A, Sad Ripu B, Sapta Timira

Hari Raya Nyepi. Musuh musuh dalam diri manusia A, Sad Ripu B, Sapta Timira Hari Raya Nyepi Dengan brata penyepian manusia dapat mengendalikan musuh-musuh dalam dirinya, sesuai dengan pedoman yang dikeluakan oleh Parisadha Hindu Dharma Pusat, umat hindu dalam merayakan hari raya

Lebih terperinci

CATUR PURUSA ARTHA SEBAGAI DASAR KEGIATAN USAHA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DI DESA PAKRAMAN KIKIAN

CATUR PURUSA ARTHA SEBAGAI DASAR KEGIATAN USAHA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DI DESA PAKRAMAN KIKIAN CATUR PURUSA ARTHA SEBAGAI DASAR KEGIATAN USAHA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DI DESA PAKRAMAN KIKIAN Abstract Oleh Dewa Made Pancadana A.A. Gede Oka Parwata Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

D. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti

D. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti D. Pendidikan dan Budi Pekerti Satuan Pendidikan : SMA Kelas : X (sepuluh) Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,

Lebih terperinci

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Ni Putu Sri Ratna Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan

Lebih terperinci

PENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT

PENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT PENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT Oleh Ida Bagus Gede Angga Juniarta Anak Agung Sri Utari Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The pratima thievery

Lebih terperinci

MEMBANGUN KEMATANGAN JIWA KEAGAMAAN GENERASI MUDA HINDU MELALUI PEMBELAJARAN ASTANGGA YOGA

MEMBANGUN KEMATANGAN JIWA KEAGAMAAN GENERASI MUDA HINDU MELALUI PEMBELAJARAN ASTANGGA YOGA MEMBANGUN KEMATANGAN JIWA KEAGAMAAN GENERASI MUDA HINDU MELALUI PEMBELAJARAN ASTANGGA YOGA Oleh Ida Bagus Kade Yoga Pramana Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstrak Astangga Yoga merupakan suatu metode

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA HINDU

PENDIDIKAN AGAMA HINDU Kurikulum 2004 PANDUAN MATERI UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2004/2005 SD PENDIDIKAN AGAMA HINDU DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN Hak Cipta pada

Lebih terperinci

ETIKA PERGAULAN DI MASYARAKAT

ETIKA PERGAULAN DI MASYARAKAT ETIKA PERGAULAN DI MASYARAKAT Materi Pembekalan KKN PPM/Bud/2015 Materi Pembekalan KKN PPM/Bud/2011 Materi Pembekalan KKN PPM/Bud/2011 LANGKAH AWAL KKN DI DESA Mencari Posko Bersama DPL menemui kepala

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini memuat tentang hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti yang lebih dulu yang ada kaitannya dengan penelitian

Lebih terperinci

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI KEPUTUSAN BUPATI KARANGASEM N0M0R218/HK/2016 TENTANG

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI KEPUTUSAN BUPATI KARANGASEM N0M0R218/HK/2016 TENTANG BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI KEPUTUSAN BUPATI KARANGASEM N0M0R218/HK/2016 TENTANG PENETAPAN PESERTA UTSAWA DHARMA GITA TINGKAT PROVINSI BALI WAKIL KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016 W BUPATI KARANGASEM,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra sebagai milik bersama yang mencerminkan kedekatan antara karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. sastra sebagai milik bersama yang mencerminkan kedekatan antara karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Babad merupakan salah satu karya sastra sejarah. Adanya tradisi karya sastra sebagai milik bersama yang mencerminkan kedekatan antara karya sastra dengan penyambutnya

Lebih terperinci

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar TRADISI PERSEMBAHYANGAN TANPA MENGGUNAKAN API DI PURA KAHYANGAN ALAS KEDATON DESA PAKRAMAN KUKUH KECAMATAN MARGA KABUPATEN TABANAN (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari

Lebih terperinci

KONSEP KETUHANAN DALAM GEGURITAN SUCITA Oleh Ni Luh Adik Puspita Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

KONSEP KETUHANAN DALAM GEGURITAN SUCITA Oleh Ni Luh Adik Puspita Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar KONSEP KETUHANAN DALAM GEGURITAN SUCITA Oleh Ni Luh Adik Puspita Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstrak This research is ronducted based on the outhor s interest in the text of Geguritan Sucita

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Putra (1986), dalam penelitian beliau yang berjudul "Aspek Sastra Dalam Babad Dalem Suatu Tinjauan Intertekstualitas", menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Denpasar. Pada zaman dahulu, perempuan wangsa kesatria yang menikah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Denpasar. Pada zaman dahulu, perempuan wangsa kesatria yang menikah dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dahulu masalah kasta atau wangsa merupakan permasalahan yang tak kunjung sirna pada beberapa kelompok masyarakat di Bali, khususnya di Denpasar. Pada zaman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini, tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini, tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Pada penelitian ini, tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif.penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau

Lebih terperinci

PERSIAPAN KKN PPM Materi Pembekalan KKN PPM/Bud/2011

PERSIAPAN KKN PPM Materi Pembekalan KKN PPM/Bud/2011 PERSIAPAN KKN PPM Persiapan Fisik - Perlengkapan - Kesehatan Persiapan Mental - Kesiapan dgn kondisi & lingkungan baru Langkah Awal Mencari Posko Bersama DPL menemui kepala desa Posko sebaiknya Nyaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memikat perhatian para peneliti, salah satunya adalah kakawin yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memikat perhatian para peneliti, salah satunya adalah kakawin yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam khazanah sastra Jawa Kuna (kawi) memang telah sejak lama memikat perhatian para peneliti, salah satunya adalah kakawin yang merupakan sastra Jawa Kuna yang berbentuk

Lebih terperinci

Kapan Boleh Menikah? Koran TOKOH No. 514/Tahun X, November Usia Perkawinan Menurut Hukum Adat Bali

Kapan Boleh Menikah? Koran TOKOH No. 514/Tahun X, November Usia Perkawinan Menurut Hukum Adat Bali Kapan Boleh Menikah? Koran TOKOH No. 514/Tahun X, 16 22 November 2008. Kapan Boleh Menikah? Usia Perkawinan Menurut Hukum Adat Bali DEWASA atau belumnya seseorang niscaya sudah ditentukan batasnya. Sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan prosa yang diadaptasi dari bagian epos-epos dalam

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan prosa yang diadaptasi dari bagian epos-epos dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parwa merupakan prosa yang diadaptasi dari bagian epos-epos dalam bahasa Sanskerta dan menunjukkan ketergantungannya dengan kutipan-kutipan dari karya asli dalam bahasa

Lebih terperinci

PENDIDIKAN SEKSUALITAS DALAM TEKS LONTAR SMARAKRIDALAKSANA

PENDIDIKAN SEKSUALITAS DALAM TEKS LONTAR SMARAKRIDALAKSANA 1 PENDIDIKAN SEKSUALITAS DALAM TEKS LONTAR SMARAKRIDALAKSANA Oleh Anak Agung Gde Oka Widana agung_widana@yahoo.co.id ABSTRAK Pendidikan seksualitas penting untuk dipelajari sebagai bentuk implementasi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: pendidikan, Pasraman, pengetahuan, agama Hindu

ABSTRAK. Kata Kunci: pendidikan, Pasraman, pengetahuan, agama Hindu ABSTRAK Perancangan Pasraman Hindu di Buleleng merupakan suatu upaya dalam memberikan pembinaan serta pendidikan secara mental dan fisik baik jasmani maupun rohani kepada seluruh masyarakat Hindu, khususnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. ada kaitannya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. ada kaitannya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat suatu uraian sistematis mengenai teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti

Lebih terperinci

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) 16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk

Lebih terperinci

D. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti

D. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti D. Pendidikan dan Budi Pekerti Satuan Pendidikan : SMP Kelas : VII (Tujuh) Kompetensi Inti : KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka. Kajian pustaka merupakan pedoman terhadap suatu penelitian sekaligus

Lebih terperinci

GEGURITAN SRI SEDANA ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI. Luh Putu Sulyanthini Program Studi Sastra Bali Fakultas Sastra Unud ABSTRACT:

GEGURITAN SRI SEDANA ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI. Luh Putu Sulyanthini Program Studi Sastra Bali Fakultas Sastra Unud ABSTRACT: GEGURITAN SRI SEDANA ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI Luh Putu Sulyanthini Program Studi Sastra Bali Fakultas Sastra Unud ABSTRACT: This research looked into Bali belleslettres Tradisional that organized as

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia di dunia ini, termasuk di Indonesia. Sejak dilahirkan di dunia manusia sudah mempunyai kecenderungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan karya sastra tidak dapat dilepaskan dari gejolak dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Karena itu, sastra merupakan gambaran kehidupan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki beragam adat dan budaya daerah yang masih terjaga kelestariannya. Bali adalah salah satu provinsi yang kental adat dan budayanya.

Lebih terperinci

PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU. Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra

PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU. Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra Abstrak Tri Hita Karana pada hakikatnya adalah sikap hidup

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti terdahulu yang berkaitan

Lebih terperinci

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I EKSISTENSI PALINGGIH RATU AYU MAS SUBANDAR DI PURA DALEM BALINGKANG DESA PAKRAMAN PINGGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Teologi Hindu) OLEH : I NENGAH KADI NIM. 09.1.6.8.1.0150 Email

Lebih terperinci

Oleh: Desak Made Wirasundari Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Dr. Dra. Ida Ayu Tary Puspa, S.Ag, M.Par.

Oleh: Desak Made Wirasundari Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Dr. Dra. Ida Ayu Tary Puspa, S.Ag, M.Par. KEDUDUKAN DAN PERANAN IBU RUMAH TANGGA DALAM PENDIDIKAN SOSIAL PADA ANAK USIA DINI DESA ADAT AMBENGAN DI DESA AYUNAN KECAMATAN ABIANSEMAL KABUPATEN BADUNG Oleh: Desak Made Wirasundari Dewi wirasundaridewi@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan karya sastra Bali khususnya kidung masih mendapat tempat di hati

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan karya sastra Bali khususnya kidung masih mendapat tempat di hati BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan karya sastra Bali khususnya kidung masih mendapat tempat di hati masyarakat pencinta kesusastraan Bali, sehingga keberadaannya masih tetap hidup seiring

Lebih terperinci

K. Yasini Program Studi Pendidikan Agama Hindu STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah ABSTRAK

K. Yasini Program Studi Pendidikan Agama Hindu STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah   ABSTRAK PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN SISWA DI SD INPRES GUNUNG SARI KECAMATAN PASANG KAYU K. Yasini Program Studi Pendidikan Agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemunculan roman pendek Nemoe Karma karya I Wayan Gobiah yang

BAB I PENDAHULUAN. Kemunculan roman pendek Nemoe Karma karya I Wayan Gobiah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemunculan roman pendek Nemoe Karma karya I Wayan Gobiah yang diterbitkan oleh Balai Poestaka tahun 1931 selalu disebut-sebut sebagai masa awal lahirnya sastra Bali

Lebih terperinci

WACANA KESETIAAN DAN CINTA KASIH DALAM GLR ANALISIS SEMIOTIK

WACANA KESETIAAN DAN CINTA KASIH DALAM GLR ANALISIS SEMIOTIK WACANA KESETIAAN DAN CINTA KASIH DALAM GLR ANALISIS SEMIOTIK Ni Kadek Septiani Sastra Bali Fakultas Sastra Abstract Geguritan Luh Raras has a quirk in the convention padalingsa geguritan and build structures.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tersebut, selain untuk menghibur, juga untuk menyampaikan pesan

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tersebut, selain untuk menghibur, juga untuk menyampaikan pesan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan Bali terus mengalami perkembangan seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Segala aspek permasalahan dan persoalan yang sering dijumpai dalam kehidupan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN AGAMA HINDU

PEMBELAJARAN AGAMA HINDU PEMBELAJARAN AGAMA HINDU I KETUT SUDARSANA iketutsudarsana@ihdn.ac.id www.iketutsudarsana.com Secara etimologi agama berasal dari bahasa sanskerta, yaitu dari kata a dan gam. a berarti tidak dan gam berarti

Lebih terperinci

INTEGRASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR

INTEGRASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR INTEGRASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR Oleh: I Made Sedana, S.Pd., M.Pd.. Abstrak Sekolah merupakan institusi sosial yang dibangun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.

Lebih terperinci

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) 16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk

Lebih terperinci

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI Mengikuti nilai-nilai positif dalam cerita

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI Mengikuti nilai-nilai positif dalam cerita RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA MAHATMA GANDHI Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas/ Semester : X/1 Alokasi Waktu : 5 Pertemuan ( 15 x 45 Menit) A. TUJUAN

Lebih terperinci

PERANAN SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU (STAH) DHARMA SENTANA SULAWESI TENGAH DALAM MENINGKATKAN ETIKA MAHASISWA DI LINGKUNGAN KAMPUS

PERANAN SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU (STAH) DHARMA SENTANA SULAWESI TENGAH DALAM MENINGKATKAN ETIKA MAHASISWA DI LINGKUNGAN KAMPUS PERANAN SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU (STAH) DHARMA SENTANA SULAWESI TENGAH DALAM MENINGKATKAN ETIKA MAHASISWA DI LINGKUNGAN KAMPUS IG M. SUARNADA Program Studi Pendidikan Agama Hindu STAH Dharma Sentana

Lebih terperinci