MORFOMETRI KUMBANG PENYERBUK KELAPA SAWIT, Elaeidobius kamerunicus F. DI WILAYAH DESA PANDU SENJAYA, KOTA WARINGIN BARAT, KALIMANTAN TENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MORFOMETRI KUMBANG PENYERBUK KELAPA SAWIT, Elaeidobius kamerunicus F. DI WILAYAH DESA PANDU SENJAYA, KOTA WARINGIN BARAT, KALIMANTAN TENGAH"

Transkripsi

1 MORFOMETRI KUMBANG PENYERBUK KELAPA SAWIT, Elaeidobius kamerunicus F. DI WILAYAH DESA PANDU SENJAYA, KOTA WARINGIN BARAT, KALIMANTAN TENGAH AMELIA MUTIARA FIKRA DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Morfometri Kumbang Penyerbuk Kelapa Sawit, Elaeidobius kamerunicus F. di Wilayah Desa Pandu Senjaya, Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2015 Amelia Mutiara Fikra NIM G

4

5 ABSTRAK AMELIA MUTIARA FIKRA. Morfometri Kumbang Penyerbuk Kelapa Sawit, Elaeidobius kamerunicus F. di Wilayah Desa Pandu Senjaya, Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan BANDUNG SAHARI. Elaeidobius kamerunicus merupakan penyerbuk tanaman kelapa sawit yang efektif. Ukuran tubuh kumbang jantan dan betina bervariasi. Tujuan penelitian ini ialah mempelajari ukuran bagian-bagian tubuh E. kamerunicus yang berasal dari bunga jantan di pohon dan bunga yang dipelihara dalam kandang. Penelitian ini juga mengukur pollen load dari kumbang E. kamerunicus. Pengambilan contoh kumbang asal pohon dan kandang dilakukan di kebun kelapa sawit di wilayah Desa Pandu Senjaya, Kota Waringin Barat Kalimantan Tengah. Duabelas bagian tubuh kumbang diukur pada setiap kumbang dari 1000 kumbang jantan dan betina yang dikoleksi dari 20 pohon dan 1000 kumbang betina dan jantan dari kandang. Hasil pengukuran dianalisis menggunakan uji t pada SPSS Statistics v 22. Penghitungan pollen load dilakukan pada 50 kumbang jantan dan betina yang dikoleksi dari bunga jantan dan kumbang jantan dan betina yang dikoleksi dari bunga betina, dengan menggunakan software ImageJ. Kumbang jantan mempunyai panjang tubuh (3 551 µm) lebih besar dari kumbang betina (2 891 µm). Moncong kumbang betina lebih panjang dari moncong kumbang jantan. Ukuran tubuh kumbang jantan asal pohon lebih besar daripada kumbang asal kandang. Ukuran tubuh kumbang betina asal pohon juga lebih besar dibanding kumbang asal kandang. Moncong kumbang betina asal kandang lebih panjang dari mocong kumbang asal pohon. Kumbang jantan membawa polen lebih banyak (5 374 polen) dibandingkan kumbang betina (2 777 polen). Panjang tubuh kumbang berkorelasi positif dengan pollen load. Kata kunci : Elaeidobius kamerunicus, pollen load, ukuran tubuh. ABSTRACT AMELIA MUTIARA FIKRA. Morphometry of weevil polinator of Oil Palm, Elaeidobius kamerunicus F. in Pandu Senjaya Village Area, Kota Waringin Barat, Central Kalimantan. Supervised by TRI ATMOWIDI and BANDUNG SAHARI. Elaeidobius kamerunicus is an effective polinator for oil palm plantation. Body size of the weevil varied based on sex. The objective of this research was to study morphometry of E. kamerunicus collected from oil palm trees and rearing cages. The research also measured pollen load of E. kamerunicus. Weevils were sampled from oil palm plantations in Pandu Senjaya village area, Central Kalimantan. Twelve body parts were measured from 1000 male and female weevils collected from 20 oil palm plants and 1000 male and female collected from rearing cages. Measured body parts were analyzed using t-test in SPSS Statisctics v 22. Pollen load was calculated from each 50 male and female weevils from male and female flowers of oil palm using ImageJ software. Male weevils

6 have larger body size (lenght= 3.55 mm) than female (lenght= 2.89 mm). Male weevils collected directly from oil palm flowers have larger body size than weevils collected from rearing cages. Female weevils collected directly from oil palm flowers was also larger than females collected from rearing cages. Female mouth part collected from rearing cages was longer than females collected from oil palm trees. Males pollen load (5 374 pollens) was higher than females (2 777 pollens). Body length of weevils correlated possitively with pollen load. Keywords: body size, Elaeidobius kamerunicus, pollen load

7 MORFOMETRI KUMBANG PENYERBUK KELAPA SAWIT, Elaeidobius kamerunicus F. DI WILAYAH DESA PANDU SENJAYA, KOTA WARINGIN BARAT, KALIMANTAN TENGAH AMELIA MUTIARA FIKRA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Biologi pada Departemen Biologi DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

8

9 Judul Skripsi : Morfometri Kumbang Penyerbuk Kelapa Sawit, Elaeidobius kamerunicus F. di Wiayah Desa Pandu Senjaya, Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah Nama : Amelia Mutiara Fikra NIM : G Disetujui oleh Dr. Tri Atmowidi, M.Si Pembimbing I Dr. Bandung Sahari Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir Iman Rusmana, M.Si Ketua Departemen Tanggal Lulus:

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini berjudul Morfometri Kumbang Penyerbuk Kelapa Sawit, Elaeidobius kamerunicus F. di Wilayah Desa Pandu Senjaya, Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Juli 2014 di perkebunan sawit di wilayah Desa Pandu Senjaya Kalimantan Tengah dan Research Center Astra Agro Lestari Kalimantan Tengah. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Tri Atmowidi, M.Si dan Bapak Dr Bandung Sahari atas bimbingan, saran, dan ilmu yang bermanfaat selama melaksanakan penelitian dan penulisan karya ilmiah, serta kepada Ibu Dr Kanthi Arum Widayati, M.Si selaku wakil komisi penguji. Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak Astra Agro Lestari yang telah membiayai penelitian ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada Van Basten Tambunan yang sudah banyak membantu selama penulis melaksanakan penelitian dan pengumpulan data di kebun. Di samping itu penulis juga berterimakasih kepada ayah, ibu, Agung Nopranto, dan seluruh keluarga atas doa, dukungan dan kasih sayangnya, kepada adik saya tersayang Muhammad Daffa Prakarsa Fikra atas motivasinya, kepada Fia Afiani Zakky, Julia Jalesvita, Ega Bayu Lesama, dan Yurika Dwi Anggarini atas dukungannya, serta teman-teman Biologi angkatan 47 atas kebersamaan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Bogor, Februari 2015 Amelia Mutiara Fikra

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 METODE 2 Waktu dan Tempat 2 Prosedur Penelitian 2 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 Hasil 4 Morfometri Kumbang Jantan dan Betina 4 Pollen Load pada Kumbang 6 Pembahasan 9 Pengaruh Perubahan Lingkungan Fisik terhadap Morfometri Kumbang 9 Perbedaan Ukuran Tubuh Kumbang Jantan dan Betina serta Implikasinya dalam Penyerbukan 9 Pollen Load dan Pollen Loss 10 Ukuran Tubuh, Penyerbukan, Fruit Set, dan Minyak Sawit 10 SIMPULAN 10 DAFTAR PUSTAKA 11 LAMPIRAN 13 RIWAYAT HIDUP 22 vi vi vi

12 DAFTAR TABEL 1 Data parameter lingkungan saat pengambilan sampel kumbang 4 2 Ukuran tubuh E. kamerunicus jantan dan betina 4 3 Perbandingan ukuran tubuh E. kamerunicus asal pohon dan kandang 6 4 Rerata jumlah polen yang dibawa kumbang jantan dan kumbang betina 7 DAFTAR GAMBAR 1 Kandang pemeliharaan E. kamerunicus 3 2 Hubungan panjang tubuh kumbang jantan dan betina dengan jumlah polen yang dapat dibawa 7 3 Hubungan panjang tubuh kumbang jantan dengan rerata jumlah polen yang dapat dibawa 8 4 Hubungan panjang tubuh kumbang betina dengan rerata jumlah polen yang dapat dibawa 8 DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil uji tantara kumbang jantan dan kumbang betina 14 2 Hasil uji t kumbang jantan dari pohon dan kandang 15 3 Hasil uji t kumbang betina dari pohon dan kandang 17 4 Hasil uji korelasi Pearson panjang tubuh kumbang dan pollen load 19 5 Hasil uji korelasi Pearson panjang tubuh kumbang jantan dan pollen load 20 6 Hasil uji korelasi Pearson panjang tubuh kumbang betina dan pollen load 21

13 PENDAHULUAN 14 Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan sumber minyak nabati paling utama diantara 12 jenis minyak nabati yang paling banyak dikonsumsi dan Indonesia merupakan produsen terbesar di dunia (Kementrian Pertanian 2012). Produksi minyak sawit (crude palm oil/cpo dan kernel palm oil/ PKO) sangat ditentukan oleh keberhasilan penyerbukan. Rendahnya pernyerbukan akan meningkatkan pembentukan buah partenokarpi, sehingga menurunkan produktivitas CPO. Kelapa sawit merupakan tanaman monoecious, namun demikian kemunculan bunga jantan dan betina sangat jarang terjadi bersamaan, sehingga penyerbukan bunga betina tergantung pada bunga jantan dari pohon lain. Oleh karena itu, peran pollinator yang efektif, seperti Elaeidobius kamerunicus menjadi sangat penting (Syed 1982; Pardede 1990; Pahan 2008; Adaigbe et al. 2011). Kumbang E. kamerunicus (Coleoptera: Curculionidae) berwarna cokelat kehitaman, dan memiliki panjang tubuh ±4 mm dan lebar ±1.5 mm (Lubis dan Widanarko 2012). Ukuran tubuh kumbang jantan lebih besar daripada kumbang betina (Kurniawan 2010). Kumbang betina memiliki panjang tubuh 2-3 mm, moncong lebih panjang dibanding kumbang jantan, dan tidak terdapat tonjolan pada pangkal elytra. Kumbang jantan memiliki panjang tubuh 3-4 mm, moncong lebih pendek, dan terdapat tonjolan pada pangkal elytra (Ayuningsih 2013). Kumbang jantan memiliki rambut-rambut yang lebih banyak dibanding kumbang betina (Kurniawan 2010). Kumbang E. kamerunicus dewasa menyelesaikan siklus hidupnya di bunga jantan kelapa sawit (Sambathkumar dan Ranjith 2011). Rambut-rambut pada elytra kumbang jantan menyebabkan polen menempel ketika kumbang ini mencari pakan di bunga jantan dan terjadi transfer polen ke bunga betina ketika kumbang ini mengunjungi bunga betina (Kurniawan 2010). Kumbang E. kamerunicus memiliki frekuensi kunjungan yang tinggi pada bunga kelapa sawit dibanding serangga pengunjung lainnya (Pratiwi 2013). Kumbang E. kamerunicus berperan penting dalam produksi kelapa sawit sehingga populasinya harus selalu terjaga. Namun demikin, populasi kumbang di lapangan seringkali berfluktuasi sehingga dapat berpengaruh pada produktivitas kelapa sawit. Baru-baru ini di beberapa perkebunan, diterapkan metode hatch & carry, dengan cara memotong tandan bunga jantan kelapa sawit post anthesis yang mengandung E. kamerunicus pradewasa dan memindahkannya dalam kandang. Ketika serangga keluar menjadi dewasa, disemprot dengan polen dengan viabilitas tinggi sebelum dipindahkan ke wilayah yang populasinya rendah (Prasetyo et al. 2014). Beberapa pertanyaan kemudian muncul, jika tandan post anthesis yang dipotong dari pohon dan dipindahkan dalam kandang, kemungkinan akan berpengaruh terhadap kebugaran serangga polinator dalam jangka panjang. Perubahan iklim kemungkinan akan mempengaruhi keragaan dan kebugaran serangga yang berhasil menjadi dewasa.

14 2 Ukuran tubuh sangat mempengaruhi kebugaran serangga. Ukuran tubuh ini sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan (Daly 1985). Jumlah polen yang dapat dibawa oleh suatu individu kumbang berkaitan dengan morfologi dan ukuran tubuh kumbang (Agenginardi 2011). Oleh karena itu, salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap morfometri kumbang pernyerbuk dan implikasinya pada kebugaran. Morfometri adalah pengukuran dan analisis bentuk yang digunakan dalam berbagai bidang ilmu termasuk di bidang entomologi (Daly 1985). Variasi lingkungan dapat mempengaruhi ukuran tubuh organisme (Nijhout 2003). Ukuran tubuh serangga memiliki korelasi positif dengan satu atau lebih variabel kebugaran (fitness). Sagarra et al. (2001) melaporkan serangga parasitoid betina yang berukuran tubuh lebih besar dapat hidup lebih lama dan memiliki kemampuan untuk bereproduksi lebih tinggi. Demikian juga parasitoid jantan yang berukuran tubuh lebih besar dapat hidup lebih lama dan memiliki tingkat kesuksesan kopulasi lebih tinggi daripada yang berukuran kecil. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mempelajari morfometri bagian-bagian tubuh kumbang E. kamerunicus asal pohon dan asal kandang. Penelitian ini juga mengukur pollen load pada kumbang E. kamerunicus. METODE Waktu dan Tempat Pengambilan contoh serangga dilakukan di perkebunan kelapa sawit di wilayah Desa Pandu Senjaya, Pangkalan Lada, Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah. Pengambilann data di lapangan dilakukan mulai dari bulan Februari hingga Mei Prosedur Penelitian Pengambilan contoh kumbang dari bunga jantan asal pohon. Bunga jantan post anthesis yang di dalamnya terdapat pupa E. kamerunicus, disungkup menggunakan plastik. Sebanyak 1000 individu kumbang jantan dan betina dikoleksi dari 20 tandan bunga jantan dari pohon yang berbeda. Kumbang yang telah dikumpulkan dimasukkan ke dalam plastik, diberi label, kemudian diawetkan dengan cara disimpan di dalam freezer. Kondisi lingkungan berupa suhu dan kelembaban udara di kebun diukur sebanyak 3 kali dalam satu hari pengambilan contoh kumbang, yaitu pukul 08.00, 10.00, dan Pengambilan contoh kumbang dari bunga jantan di kandang. Bunga jantan post anthesis yang di dalamnya terdapat E. kamerunicus tahap telur atau larva instar awal dipisahkan dari pohon dan dimasukkan ke dalam kandang pemeliharaan. Kandang pemeliharaan berukuran 1 x 1.5 m 2 terbuat dari kayu dan ditutup dengan kain kassa untuk mencegah kumbang keluar dari kandang

15 (Gambar 1). Kandang terletak di dalam kebun kelapa sawit. Setelah muncul imago, serangga dipanen sebanyak 1000 jantan dan 1000 betina. Kumbang yang telah dikumpulkan dimasukkan ke dalam plastik, diberi label, kemudian diawetkan dengan cara disimpan di dalam freezer. Kondisi lingkungan berupa suhu dan kelembaban udara di dalam kandang diukur sebanyak 3 kali dalam satu hari pengambilan contoh kumbang, yaitu pukul 08.00, 10.00, dan Gambar 1 Kandang pemeliharaan kumbang E. kamerunicus Pengambilan contoh kumbang untuk penghitungan pollen load. Sebanyak 50 kumbang jantan dan betina dikumpulkan dari bunga jantan dan bunga betina dengan bantuan pinset. Selanjutnya kumbang dimasukkan ke dalam amplop alumunium foil dan disimpan di dalam freezer. Pengukuran bagian tubuh E. kamerunicus. Spesimen kumbang diamati menggunakan mikroskop stereo dan diukur bagian-bagian tubuhnya menggunakan software NIS-F1 Elements. Sebanyak 12 variabel bagian tubuh kumbang diukur, yaitu panjang abdomen, lebar abdomen, tebal abdomen, panjang toraks, lebar toraks, tebal toraks, panjang elytra, lebar elytra, panjang moncong, panjang antena, panjang dari kepala hingga ujung elytra, dan lebar tubuh. Penghitungan pollen load. Satu individu kumbang dimasukkan ke dalam tabung mikro, kemudian dicuci dengan larutan KOH 10%. Metode pencucian menggunakan prinsip pump-suck menggunakan pipet. Sebanyak µl larutan KOH 10% ditambahkan ke dalam tabung mikro untuk mendistribusikan polen. Sampel polen didistribusikan ke dalam bidang pandang pada kaca objek. Masing-masing bidang pandang diamati menggunakan mikroskop stereo kemudian difoto. Foto sampel polen dianalisis menggunakan software ImageJ. Analisis data. Data morfologi kumbang yang diambil dari bunga di pohon dan dari kandang dibandingkan dan diuji dengan uji t pada program SPSS v22. Pollen load pada masing-masing kumbang dihitung dan dibandingkan.

16 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Morfometri Kumbang Jantan dan Betina Suhu udara rata-rata di dalam kandang saat pengambilan contoh adalah o C dengan kelembaban 61%, sedangkan suhu udara di kebun adalah 28.7 o C dengan kelembaban 82% (Tabel 1). Tabel 1 Data parameter lingkungan saat pengambilan sampel kumbang Tempat Hidup Suhu Udara ( o C) Kelembaban (%) Pohon ( ( (81-85) 80 (79-81) 83 (81-84) ( ) 32.5) 32.8) Kandang 32 ( ) 32.3 ( ) 32 ( ) 61 (60-63) 60 (59-62) 61 (59-62) Keterangan: Angka di dalam kurung menunjukkan nilai terendah dan tertinggi. Sampel kumbang yang diukur bagian tubuhnya adalah fase awal imago. Hasil penelitian menunjukkan, E. kamerunicus jantan memiliki bagian-bagian tubuh yang signifikan lebih besar dari kumbang betina, kecuali panjang moncong (Tabel 2). Kumbang jantan memiliki rataan panjang tubuh, panjang toraks, dan lebar toraks yang signifikan lebih besar dibandingkan kumbang betina. Namun, kumbang betina memiliki moncong yang signifikan lebih panjang ( µm) dibandingkan dengan kumbang jantan (1 144 µm). Secara statistik keempat karakter yang diukur tersebut berbeda nyata (N= 4000, F= , p<0.001; N= 4000, F= , p<0.001; N= 4000, F= 82.86, p<0.001; N= 4000, F= , p<0.001) (Lampiran 1). Tabel 2 Ukuran tubuh E. kamerunicus jantan dan betina Bagian Tubuh Rerata Ukuran (µm) Kumbang Jantan Kumbang Betina Panjang Tubuh a ( ) b ( ) Panjang Toraks 928 a ( ) 761 b ( ) Lebar Toraks a ( ) b ( ) Panjang Moncong b ( ) a ( ) Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak menunjukkan perbedaan nyata berdasarkan uji t pada α=5%. Data asal kumbang digabung. Berdasarkan asal kumbang, ukuran tubuh yang dikumpulkan secara langsung dari pohon signifikan lebih besar dibanding yang berasal dari kandang. Kumbang jantan asal pohon memiliki rataan panjang tubuh µm ( µm) dan lebar tubuh µm ( µm). Kumbang jantan asal kandang memiliki rataan panjang tubuh µm ( µm) dan lebar tubuh µm ( µm). Semua karakter tubuh kumbang jantan yang diukur, yaitu panjang total tubuh, lebar tubuh, panjang abdomen, lebar abdomen, tebal abdomen, panjang toraks, lebar toraks, tebal toraks, panjang elytra, lebar elytra, panjang moncong, dan panjang antena yang dikoleksi dari pohon, berbeda nyata dengan kumbang jantan yang dikoleksi dari kandang (N= 2000, F= , p<0.001; N= 2000, F= 0.695, p<0.001; N= 2000, F= 0.451, p<0.001; N= 2000, F=

17 1.78, p<0.001; N= 2000, F= 0.010, p<0.001; N= 2000, F= 0.000, p<0.001; N= 2000, F= 1.246, p<0.001; N= 2000, F= , p<0.001; N= 2000, F= 1.132, p<0.001; N= 2000, F= 3.813, p<0.001; N= 2000, F= , p<0.001; N= 2000, F= , p<0.001) (Tabel 3) (Lampiran 2). Kumbang betina yang dikoleksi dari pohon memiliki rataan panjang tubuh dan lebar tubuh signifikan lebih besar dibanding kumbang betina yang dikoleksi dari kandang. Kumbang betina yang dikoleksi dari kandang memiliki moncong cenderung lebih panjang (1 427µm) dari kumbang betina yang dikoleksi dari pohon (1 414 µm). Terdapat 7 karakter tubuh yang berbeda pada kumbang betina yang dikoleksi dari pohon dan yang dikoleksi dari kandang, yaitu panjang total tubuh, lebar tubuh, panjang toraks, tebal toraks, panjang elytra, panjang moncong, dan panjang antena (N= 2000, F=6.048, p<0.001; N= 2000, F= 6.898, p<0.001; N= 2000, F= 4.776, p<0.001; N= 2000, F= , p=0.010; N= 2000, F= 5.327, p=0.028; N= 2000, F= , p<0.001; N= 2000, F= 6.58, p<0.001). Kecuali moncong, karakter tubuh yang berbeda nyata pada kumbang betina yang dikoleksi dari pohon tersebut cenderung lebih besar dibandingkan kumbang betina yang dikoleksi dari kandang (Tabel 3) (Lampiran 3). 5

18 6 Tabel 3 Perbandingan ukuran tubuh E. kamerunicus asal pohon dan kandang Karakter Tubuh Kumbang Jantan Ukuran tubuh kumbang jantan (µm) Asal Pohon Asal Kandang Pajang total tubuh a ( ) b ( ) Lebar tubuh a ( ) b ( ) Panjang abdomen a ( ) b ( ) Lebar abdomen a ( ) b ( ) Tebal abdomen a ( ) b ( ) Panjang toraks 948 a ( ) 909 b ( ) Lebar toraks a ( ) b ( ) Tebal toraks 903 a ( ) 854 b ( ) Panjang elytra a ( ) b ( ) Lebar elytra a ( ) 797 b ( ) Panjang moncong a ( ) b ( ) Panjang antena a ( ) b ( ) Kumbang Betina Pajang total tubuh a ( ) b ( ) Lebar tubuh a ( ) b ( ) Panjang abdomen a ( ) a ( ) Lebar abdomen a ( ) a ( ) Tebal abdomen 919 a ( ) 916 a ( ) Panjang toraks 766 a ( ) 753 b ( ) Lebar toraks a ( ) a ( ) Tebal toraks 788 a ( ) 766 b ( ) Panjang elytra a ( ) b ( ) Lebar elytra 666 a ( ) 665 a ( ) Panjang moncong b ( ) a ( ) Panjang antena a ( ) b ( ) Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak menunjukkan perbedaan nyata berdasarkan uji t pada α=5%. Pollen Load pada Kumbang Kumbang jantan memiliki kemampuan membawa polen lebih banyak daripada kumbang betina. Jumlah polen yang menempel pada tubuh kumbang jantan yang dikoleksi dari bunga jantan (5 374 polen) signifikan lebih banyak daripada polen yang menempel pada tubuh kumbang jantan yang dikoleksi dari bunga betina (514 polen). Polen yang menempel pada tubuh kumbang betina yang dikoleksi dari bunga jantan (2 777 polen) lebih banyak dibandingkan polen yang menempel pada bunga betina yang dikoleksi dari bunga betina (263 polen). Hal ini kemungkinan disebabkan adanya kehilangan polen (pollen loss). Pollen loss

19 pada kumbang jantan yaitu sebesar 90.44% dan pada kumbang betina yaitu sebesar 90.52% (Tabel 4). Tabel 4 Rerata jumlah polen yang dibawa kumbang jantan dan kumbang betina Jenis kelamin kumbang Kumbang jantan Kumbang betina Rerata pollen load (polen) Kumbang dari bunga Kumbang dari bunga jantan betina Pollen loss (%) Secara statistik, panjang tubuh mempengaruhi jumlah polen yang dapat dibawa oleh kumbang E. kamerunicus jantan dan betina. Panjang tubuh kumbang dan pollen load berkorelasi positif secara signifikan (N= 200, r = 0.301, p< 0.001) (Lampiran 4) (Gambar 2). Hal ini menunjukkan semakin panjang tubuh kumbang, maka semakin banyak polen yang dapat dibawa. Kumbang dengan panjang tubuh mm mampu membawa rata-rata 137 polen, kumbang dengan panjang tubuh mm mampu membawa rata-rata polen Pollen load (polen) y = x r= Panjang tubuh kumbang (mm) Gambar 2 Hubungan panjang tubuh kumbang dengan rerata jumlah polen yang dapat dibawa Panjang tubuh kumbang jantan cenderung berkorelasi positif, walaupun secara statistik tidak signfikan dengan pollen load (N= 100, r = 0.128, p = 0.206) (Lampiran 5). Kumbang dengan panjang tubuh mm dapat membawa rata-rata polen, kumbang dengan panjang tubuh mm membawa rata-rata polen, sedangkan kumbang dengan panjang tubuh mm membawa rata-rata polen (Gambar 3).

20 y = x r= Pollen load (polen) Panjang tubuh kumbang (mm) Gambar 3 Hubungan panjang tubuh kumbang jantan dengan rerata jumlah polen yang dapat dibawa Pada kumbang betina, panjang tubuh cenderung berkorelasi positif walaupun secara statistik tidak signifikan dengan pollen load (N= 100, r = 0.065, p= 0.622) (Lampiran 6). Kumbang dengan panjang tubuh mm membawa rata-rata polen, kumbang dengan panjang tubuh mm membawa rata-rata polen, sedangkan kumbang dengan panjang tubuh mm membawa rata-rata polen (Gambar 4) Rerata pollen load (polen) y = x r = Panjang tubuh kumbang (mm) Gambar 4 Hubungan panjang tubuh kumbang betina dengan rerata jumlah polen yang dapat dibawa

21 9 Pembahasan Pengaruh Perubahan Lingkungan Fisik terhadap Morfometri Kumbang Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa karakter lingkungan yang diukur, yaitu suhu dan kelembaban di pohon dan di dalam kandang berubah secara drastis. Suhu lingkungan di kandang lebih tinggi dan kelembaban lebih rendah dibanding di pohon. Hal ini menunjukkan adanya kehilangan air (water lost) yang signifikan pada tandan yang telah dipotong dari pohonnya, sedangkan dalam tandan tersebut masih terdapat kumbang pradewasa yang masih mengalami pertumbuhan dan perkembanngan untuk menjadi dewasa. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kumbang jantan yang dikoleksi dari pohon memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibanding kumbang jantan yang dikoleksi dari kandang. Kumbang betina yang dikoleksi dari pohon memiliki panjang toraks, tebal toraks, panjang elytra, panjang antena, panjang dan lebar tubuh yang lebih besar dibandingkan kumbang betina dari kandang. Namun, moncong kumbang betina asal kandang lebih panjang dibanding kumbang betina asal pohon. Pebedaan ukuran tubuh kumbang terkait dengan kondisi lingkungan fisik yang berbeda antara pohon dan kandang. Rerata suhu udara di kebun lebih rendah dibanding suhu udara di kandang. Suhu lingkungan areal perkebunan sebagai habitat E. kamerunicus, menurut Kurniawan (2010), adalah o C dengan kelembaban 64-81%. Suhu lingkungan yang tinggi mengakibatkan imago memiliki ukuran tubuh dan sayap yang kecil (Nijhout 2003). Ukuran tubuh yang lebih besar berkaitan dengan kelangsungan hidup, produktivitas, dan kesuksesan perkawinan yang lebih tinggi (Kingsolver dan Huey 2008). Perbedaan Ukuran Tubuh Kumbang Jantan dan Betina serta Implikasinya dalam Penyerbukan Berdasarkan hasil penelitian, ukuran tubuh kumbang jantan lebih besar dibandingkan kumbang betina. Dari duabelas bagian tubuh yang diukur, hanya bagian moncong kumbang betina yang lebih panjang dibandingkan kumbang jantan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ayuningsih (2013) bahwa kumbang jantan memiliki moncong lebih pendek dibanding kumbang betina. Ukuran tubuh kumbang berkaitan dengan efisiensi penyerbukan kelapa sawit. Berdasarkan hasil penelitian, kumbang jantan mampu membawa polen lebih banyak dibanding kumbang betina. Hal ini menunjukkan kumbang jantan memiliki peran penting dalam penyerbukan kelapa sawit karena mampu membawa polen lebih banyak ke bunga betina. Menurut Agenginardi (2011) kumbang betina dari bunga jantan dapat membawa rata-rata polen ( polen), sedangkan menurut Nabilah (2011) kumbang jantan dari bunga jantan dapat membawa polen rata-rata 3285 polen ( polen). Permukaan elytra kumbang jantan memiliki rambut-rambut halus yang menyebabkan polen dapat menempel pada elytra saat kumbang berada di bunga jantan mekar kelapa sawit (O brien dan Woodruff 1986). Efisiensi penyerbukan oleh E. kamerunicus dipengaruhi oleh panjang tubuh dan kerapatan seta pada tubuh kumbang. Penyerbukan yang dilakukan oleh kumbang jantan lebih efisien dibanding kumbang betina karena kumbang jantan memiliki tubuh yang lebih panjang dan seta yang lebih banyak dan rapat dibanding kumbang betina (Dhileepan 1992).

22 10 Pollen Load dan Pollen Loss Kumbang yang sampai di bunga betina hanya membawa berkisar 9% dari total polen yang dibawa oleh kumbang ketika masih di bunga jantan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kumbang sudah terlebih dahulu mengunjungi bunga betina lain sebelum mengunjungi bunga betina yang diteliti. Pollen loss juga kemungkinan disebabkan oleh hembusan angin di kebun. Secara umum, panjang tubuh kumbang dapat mempengaruhi pollen load. Panjang tubuh kumbang berkorelasi positif dengan jumlah polen yang dapat dibawa. Menurut Agenginardi (2011) ukuran tubuh berkaitan dengan jumlah polen yang dapat dibawa. Semakin besar ukuran tubuh, maka kemungkinan akan semakin banyak polen yang menempel pada tubuhnya Ukuran Tubuh, Penyerbukan, Fruit Set, dan Minyak Sawit Secara keseluruhan, hasil penelitian ini memperlihatkan ukuran tubuh sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan fisik, dalam hal ini adalah suhu dan kelembaban. Peningkatan suhu dan penurunan kelembaban habitat E. kamerunicus berdampak sangat signifikan terhadap perkembangan pradewasa kumbang. Hal ini terlihat dari beberapa karakter mofometri yang diamati, secara keseluruhan menunjukkan ukuran tubuh yang lebih kecil pada kumbang yang dipindahkan dari pohon ke kandang, sedangkan ukuran tubuh merupakan karakter penting dari kebugaran. Pada kelompok serangga lain, seperti Hymenoptera parasitika, ukuran tubuh yang lebih kecil disebabkan oleh tekanan lingkungan yang mempengaruhi daya terbang, reproduksi, dan kelangsungan hidup (Sagarra et al. 2001). Jika fenomena ini juga terjadi pada kumbang E. kamerunicus, maka dalam jangka panjang, perlakuan pemindahan tandan sebagai habitat kumbang dari pohon ke dalam kandang akan memberikan tekanan terhadap kebugaran, sehingga mengganggu proses penyerbukan dan dapat mengakibatkan produksi minyak sawit menurun. Laporan ilmiah yang secara spesifik memperlihatkan hubungan antara perubuhan ukuran tubuh terhadap kebugaran kumbang belum pernah ada, oleh karena itu selanjutnya perlu dilakukan penelitian untuk melihat aspek-aspek tersebut. SIMPULAN Kumbang jantan memiliki ukuran tubuh lebih besar dari betina yang ditunjukkan dari hasil pengukuran 11 bagian tubuh, yaitu panjang, lebar, dan tebal abdomen, panjang, lebar, dan tebal toraks, panjang dan lebar elytra, panjang antena, serta panjang total dan lebar tubuh. Kumbang betina memiliki moncong yang lebih panjang dari kumbang jantan. Kumbang jantan dan betina asal pohon secara umum memiliki ukuran tubuh lebih besar dari asal kandang. Moncong kumbang betina asal kandang lebih panjang dari moncong kumbang betina asal pohon. Kumbang jantan membawa polen lebih banyak dibanding kumbang betina. Secara umum, terdapat korelasi yang signifikan antara panjang tubuh kumbang dengan pollen load.

23 11 DAFTAR PUSTAKA Adaigbe VC, Odebiyi JA, Omoloye AA, Aisagbonhi CI, Iyare O Host location and ovipositional preference of Elaeidobius kamerunicus on four host palm species. J. Hortic. For. 3: Agenginardi EB Jumlah polen kelapa sawit dan viabilitasnya pada tubuh kumbang betina Elaeidobius kamerunicus Faust. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ayuningsih M Frekuensi kunjungan Elaeidobius kamerunicus Faust. pada bunga betina dan efektivitasnya terhadap pembentukan buah kelapa sawit. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Daly HV Insect morphometrics. Ann. Rev. Entomol. 30: Dhileepan K Pollen carrying capacity, pollen load and pollen transferring ability of the oil palm pollinating weevil Elaeidobius kamerunicus Faust in India. Oleagineux. 47 (2): Howard FW, Moore D, Giblin-Davis RM, Abad RG Insects on Oil Palm. Oxon (EN): CABI Publishing Kementrian Pertanian Statistik Kelapa Sawit Indonesia. Jakarta: Kementrian Pertanian Kingsolver JG, Huey RB Size, temperature, and fitness: three rules. Evol Ecol Research.10: Kurniawan Y Demografi dan populasi Kumbang Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera: Curculionidae) sebagai penyerbuk kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Lubis RE, Widanarko A Buku Pintar Kelapa Sawit. Jakarta (ID): PT Agromedia Pustaka. Nabilah S Jumlah polen kelapa sawit dan viabilitasnya pada tubuh kumbang jantan Elaeidobius kamerunicus Faust. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nijhout HF The control of body size in insects. Developmental Biology. 261: 1-9 O brien CW, Woodruff RE First records in the United States and South America of the African oil palm weevils, Elaeidobius subvittatus (Faust) and Elaeidobius kamerunicus (Faust) (Coleoptera: Curculionidae). Entomology Circular. no: 284. Pahan I Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Pardede DB Biologi Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera: Curculionidae) Dalam Hubungannya Dengan Penyerbukan Bunga Kelapa Sawit. [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Prasetyo AE, Purba WO, Susanto A Elaeidobius kamerunicus: application of hatch and carry technique for increasing oil palm fruit set. J.of Oil Palm Res. 26(3): Pratiwi HP Serangga pengunjung bunga betina dan polen yang terbawa kumbang Elaeidobius kamerunicus pada kelapa sawit. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

24 12 Sagarra LA, Vincent C, Stewart RK Body size as an indicator parasitoid quality in male and female Anagyrus kamali (Hymenoptera: Encyrtidae). Bull Entomol Research. 91: doi: /BER Sambathkumar S, Ranjith AM Insenct pollinators of oil palm in Kerala with special reference to African weevil, Elaeidobius kamerunicus Faust. Pest Management in Horticultural Ecosystems. 17(1): Setyamidjaja D Kelapa Sawit Teknik Budi Daya, Panene, dan Pengolahan. Yogyakarta (ID): Kanisius Syed RA, Law IH, Corley RHV Insect pollination of the oil palm: introduction, establishment and pollinating efficiency of E. kamerunicus in Malaysia. Planter. 58: 547

25 LAMPIRAN 13

26 Lampiran 1 Hasil uji t (α= 5%) kumbang jantan dan kumbang betina 14 PANJANG TORAKS LEBAR TORAKS PANJANG TOTAL PANJANG MONCONG Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means Mean Std. Error 95% Confidence Interval of the Difference F Sig. t Df Sig. (2-tailed) Difference Difference Lower Upper Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed

27 Lampiran 2 Hasil uji t kumbang jantan dari pohon dan kandang Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t Df Sig. (2-tailed) 95% Confidence Interval of Mean Std. Error the Difference Difference Difference Lower Upper PANJANG Equal variances assumed ABDOMEN Equal variances not assumed LEBAR Equal variances assumed ABDOMEN Equal variances not assumed TEBAL Equal variances assumed ABDOMEN Equal variances not assumed PANJANG Equal variances assumed TORAKS Equal variances not assumed LEBAR Equal variances assumed TORAKS Equal variances not assumed TEBAL Equal variances assumed TORAKS Equal variances not assumed PANJANG Equal variances assumed ELYTRA Equal variances not assumed LEBAR Equal variances assumed

28 16 16 ELYTRA Equal variances not assumed PANJANG Equal variances assumed MONCONG Equal variances not assumed PANJANG Equal variances assumed ANTENA Equal variances not assumed PANJANG Equal variances assumed TOTAL Equal variances not assumed TUBUH LEBAR Equal variances assumed TUBUH Equal variances not assumed

29 Lampiran 3 Hasil uji t kumbang betina dari pohon dan kandang Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means Sig. (2- Mean Std. Error 95% Confidence Interval of the Difference F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper PANJANG Equal variances assumed ABDOMEN Equal variances not assumed LEBAR Equal variances assumed ABDOMEN Equal variances not assumed TEBAL Equal variances assumed ABDOMEN Equal variances not assumed PANJANG Equal variances assumed TORAKS Equal variances not assumed LEBAR TORAKS Equal variances assumed Equal variances not assumed TEBAL TORAKS Equal variances assumed Equal variances not assumed PANJANG Equal variances assumed ELYTRA Equal variances not assumed LEBAR ELYTRA Equal variances assumed Equal variances not assumed PANJANG Equal variances assumed

30 18 18 MONCONG Equal variances not assumed PANJANG Equal variances assumed ANTENA Equal variances not assumed PANJANG Equal variances assumed TOTAL TUBUH Equal variances not assumed LEBAR TUBUH Equal variances assumed Equal variances not assumed

31 19 Lampiran 4 Hasil uji korelasi Pearson panjang tubuh kumbang dan pollen load Correlations Panjang Tubuh Pollen Load Panjang Tubuh Pearson Correlation ** Sig. (2-tailed).000 N Pollen Load Pearson Correlation.301 ** 1 Sig. (2-tailed).000 N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

32 20 Lampiran 5 Hasil uji korelasi Pearson panjang tubuh kumbang jantan dan pollen load panjang tubuh kumbang jantan Correlations panjang tubuh kumbang jantan pollen load kumbang jantan Pearson Correlation Sig. (2-tailed).206 N pollen load kumbang jantan Pearson Correlation Sig. (2-tailed).206 N

33 21 Lampiran 6 Hasil uji korelasi Pearson panjang tubuh kumbang betina dan pollen load Correlations panjang tubuh kumbang betina pollen load kumbang betina panjang tubuh kumbang Pearson Correlation betina Sig. (2-tailed).522 N pollen load kumbang betina Pearson Correlation Sig. (2-tailed).522 N

34 22 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 12 Mei 1993 dari ayah Taufik Gosali dan ibu Mira Fatmi. Penulis adalah putri pertama dari 2 bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 5 Kota Bengkulu dan pada tahun yang tersebut penulis lulus seleksi masuk IPB dan diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Biologi Dasar pada tahun ajaran 2013/2014 dan 2014/2015 dan asisten Mikroteknik pada tahun ajaran 2014/2015. Penulis juga pernah aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Biologi divisi PSDM tahun 2011/2012. Penulis juga pernah aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara Mahasiswa Agriaswara pada tahun , pada tahun 2013 penulis pernah menjadi perwakilan Organisasi Mahasiswa Daerah Bengkulu menjadi Putri Omda pada acara karnaval Festival Buah Nusantara 2013 dan Gebyar Nusantara 2013 di IPB. Bulan Juli-Agustus 2013 penulis melaksanakan Praktik Lapangan di PT. Batanghari Barisan Crumb Rubber Factory dengan judul Sistem Pengolahan Limbah Cair PT. Batanghari Barisan Crumb Rubber Factory Padang.

HASIL. ujung tandan. tengah tandan. pangkal tandan

HASIL. ujung tandan. tengah tandan. pangkal tandan 2 dihitung jumlah kumbang. Jumlah kumbang per spikelet didapat dari rata-rata 9 spikelet yang diambil. Jumlah kumbang per tandan dihitung dari kumbang per spikelet dikali spikelet per tandan. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

DEMOGRAFI DAN POPULASI KUMBANG Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera: Curculionidae) SEBAGAI PENYERBUK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

DEMOGRAFI DAN POPULASI KUMBANG Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera: Curculionidae) SEBAGAI PENYERBUK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DEMOGRAFI DAN POPULASI KUMBANG Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera: Curculionidae) SEBAGAI PENYERBUK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) YANA KURNIAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik

TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial atau regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Tingkat keasaman

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN TAHUN PERTAMA ASTRA AGRO LESTARI (AAL) RESEARCH AWARD TAHUN 2009

LAPORAN PENELITIAN TAHUN PERTAMA ASTRA AGRO LESTARI (AAL) RESEARCH AWARD TAHUN 2009 LAPORAN PENELITIAN TAHUN PERTAMA ASTRA AGRO LESTARI (AAL) RESEARCH AWARD TAHUN 2009 Judul: Aplikasi Kumbang Penyerbuk Elaeidobius kamerunicus Faust (Curculionidae: Coleoptera) untuk Peningkatan Produksi

Lebih terperinci

Study of Weevil Population Elaidobius kamerinucus in Oil Palm Plant in Kebun Bangun PTPN III Simalungun District. Universitas Jenderal Soedirman

Study of Weevil Population Elaidobius kamerinucus in Oil Palm Plant in Kebun Bangun PTPN III Simalungun District. Universitas Jenderal Soedirman STUDI POPULASI SERANGGA PENYERBUK Elaidobius kamerinucus PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elais guieneensis Jacq) DI KEBUN BANGUN PTPN III KABUPATEN SIMALUNGUN Study of Weevil Population Elaidobius kamerinucus

Lebih terperinci

POTENSI Elaeidobius kamerunicus Faust. SEBAGAI SERANGGA PENYERBUK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN KELAPA SAWIT RAKYAT KABUPATEN BLITAR

POTENSI Elaeidobius kamerunicus Faust. SEBAGAI SERANGGA PENYERBUK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN KELAPA SAWIT RAKYAT KABUPATEN BLITAR POTENSI Elaeidobius kamerunicus Faust. SEBAGAI SERANGGA PENYERBUK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN KELAPA SAWIT RAKYAT KABUPATEN BLITAR SKRIPSI Oleh Ichwan Gayuh Firmansyah NIM 081510501007

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. anthesis (mekar) seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. anthesis (mekar) seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki 4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Bunga Kelapa Sawit Tandan bunga jantan dibungkus oleh seludang bunga yang pecah jika akan anthesis (mekar) seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki 100-250 spikelet (tangkai

Lebih terperinci

Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : Vol.4, No.2. Agustus (12) :

Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : Vol.4, No.2. Agustus (12) : PENGGUNAAN BERBAGAI PLASMA NUTFAH KELAPA SAWIT KOLEKSI PPKS RIAU TERHADAP POPULASI SERANGGA PENYERBUK KELAPA SAWIT (Elaeidobius kamerunicus Faust.) The Use Of Various Oil Palm Germplasm Collection of Indonesian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODA. Ketinggian kebun Bah Birung Ulu berkisar m dpl pada bulan

BAHAN DAN METODA. Ketinggian kebun Bah Birung Ulu berkisar m dpl pada bulan 12 BAHAN DAN METODA Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Bah Birung Ulu dan Laboratorium Entomologis Hama dan Penyakit Tanaman

Lebih terperinci

Research and Development PT. Sawit Sumbermas Sarana Tbk., Kalimantan Tengah, 2

Research and Development PT. Sawit Sumbermas Sarana Tbk., Kalimantan Tengah, 2 Populasi Serangga Penyerbuk Kelapa. Populasi Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust dan Pengaruhnya terhadap Nilai Fruit Set pada Tanah Berliat, Berpasir dan Gambut di Kalimantan

Lebih terperinci

Program Lay ut Medan Santika Premiere Dyandra Hotel & Convention Medan Toba Lake Niagara Hotel Parapat Pematang Siantar Marihat Parapat Colloquium Location Field Clinic Location 1. Teknik Hatch

Lebih terperinci

DEMOGRAFI DAN POPULASI KUMBANG Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera: Curculionidae) SEBAGAI PENYERBUK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

DEMOGRAFI DAN POPULASI KUMBANG Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera: Curculionidae) SEBAGAI PENYERBUK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DEMOGRAFI DAN POPULASI KUMBANG Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera: Curculionidae) SEBAGAI PENYERBUK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) YANA KURNIAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman yang termasuk dalam famili Palmae. Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil dan bersifat monocious, yaitu bunga jantan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Uji Perbedaan. Group Statistics. Independent Samples Test

LAMPIRAN. Uji Perbedaan. Group Statistics. Independent Samples Test Lampiran 1 LAMPIRAN Uji Perbedaan Group Statistics Perusahaan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean ROA AQUA 3 7,9500,56000,32332 INDF 3 3,6967 1,28442,74156 Independent Samples Test Levene's Test for

Lebih terperinci

FREKUENSI KUNJUNGAN KUMBANG PENYERBUK Elaeidobius kamerunicus PADA BUNGA BETINA TANAMAN KELAPA SAWIT DI PERKEBUNAN PTPN VIII CIMULANG, BOGOR KOMAL

FREKUENSI KUNJUNGAN KUMBANG PENYERBUK Elaeidobius kamerunicus PADA BUNGA BETINA TANAMAN KELAPA SAWIT DI PERKEBUNAN PTPN VIII CIMULANG, BOGOR KOMAL FREKUENSI KUNJUNGAN KUMBANG PENYERBUK Elaeidobius kamerunicus PADA BUNGA BETINA TANAMAN KELAPA SAWIT DI PERKEBUNAN PTPN VIII CIMULANG, BOGOR KOMAL DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

FREKUENSI KUNJUNGAN Elaeidobius kamerunicus Faust. PADA BUNGA BETINA DAN EFEKTIVITASNYA TERHADAP PEMBENTUKAN BUAH KELAPA SAWIT MIRAH AYUNINGSIH

FREKUENSI KUNJUNGAN Elaeidobius kamerunicus Faust. PADA BUNGA BETINA DAN EFEKTIVITASNYA TERHADAP PEMBENTUKAN BUAH KELAPA SAWIT MIRAH AYUNINGSIH FREKUENSI KUNJUNGAN Elaeidobius kamerunicus Faust. PADA BUNGA BETINA DAN EFEKTIVITASNYA TERHADAP PEMBENTUKAN BUAH KELAPA SAWIT MIRAH AYUNINGSIH DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

FREKUENSI KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK Elaeidobius kamerunicus Faust. PADA BUNGA BETINA TANAMAN KELAPA SAWIT DI PERKEBUNAN PTPN VIII CIKASUNGKA, BOGOR

FREKUENSI KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK Elaeidobius kamerunicus Faust. PADA BUNGA BETINA TANAMAN KELAPA SAWIT DI PERKEBUNAN PTPN VIII CIKASUNGKA, BOGOR FREKUENSI KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK Elaeidobius kamerunicus Faust. PADA BUNGA BETINA TANAMAN KELAPA SAWIT DI PERKEBUNAN PTPN VIII CIKASUNGKA, BOGOR AMINAH DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH: YENI RAWATI HARIANJA / AGROEKOTEKNOLOGI

SKRIPSI OLEH: YENI RAWATI HARIANJA / AGROEKOTEKNOLOGI DAMPAK PENGGUNAAN INSEKTISIDA SISTEMIK TERHADAP PERKEMBANGAN SERANGGA PENYERBUK KELAPA SAWIT Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera : Curculionidae) SKRIPSI OLEH: YENI RAWATI HARIANJA / 120301041 AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

DINAMIKA POPULASI KUMBANG Elaeidobius kamerunicus (CURCULIONIDAE : COLEOPTERA) SEBAGAI PENYERBUK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) UMUR ENAM TAHUN

DINAMIKA POPULASI KUMBANG Elaeidobius kamerunicus (CURCULIONIDAE : COLEOPTERA) SEBAGAI PENYERBUK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) UMUR ENAM TAHUN DINAMIKA POPULASI KUMBANG Elaeidobius kamerunicus (CURCULIONIDAE : COLEOPTERA) SEBAGAI PENYERBUK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) UMUR ENAM TAHUN EDNAN SETRYAWAN WIBOWO DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk kelompok tanaman berumah satu (monoecious),

TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk kelompok tanaman berumah satu (monoecious), TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Bunga Kelapa Sawit Kelapa sawit termasuk kelompok tanaman berumah satu (monoecious), artinya karangan bunga (inflorescence) jantan dan betina berada pada satu pohon, tetapi tempatnya

Lebih terperinci

POPULASI KUMBANG Elaeidobius kamerunicus Faust PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI PTPN VIII CIMULANG, BOGOR ENGGAR RENO HARUMI

POPULASI KUMBANG Elaeidobius kamerunicus Faust PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI PTPN VIII CIMULANG, BOGOR ENGGAR RENO HARUMI 1 POPULASI KUMBANG Elaeidobius kamerunicus Faust PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI PTPN VIII CIMULANG, BOGOR ENGGAR RENO HARUMI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BIOLOGI HAMA KUMBANG PENGGEREK PUCUK KELAPA SAWIT

BIOLOGI HAMA KUMBANG PENGGEREK PUCUK KELAPA SAWIT BIOLOGI HAMA KUMBANG PENGGEREK PUCUK KELAPA SAWIT (Oryctes rhinoceros L.) (Coleoptera: Scarabaeidae) PADA MEDIA BATANG DAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DI RUMAH KASSA SKRIPSI OLEH : AHMAD SEJAHTRA 070302031

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penyajian Data Tujuan dari dilaksanakanya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh dan seberapa besar pengaruh penerapan model pembelajaran tutor sebaya berbantuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Bunga Kelapa Sawit Kelapa sawit termasuk kelompok pohon berumah satu, artinya dalam satu pohon terdapat tandan bunga jantan dan tandan bunga betina. Pertumbuhan bunga

Lebih terperinci

Warta. Forcipomyia spp.: Sang Penghulu Bunga Kakao

Warta. Forcipomyia spp.: Sang Penghulu Bunga Kakao Forcipomyia spp.: Sang Penghulu Bunga Kakao Fakhrusy Zakariyya 1), Dwi Suci Rahayu 1), Endang Sulistyowati 1), Adi Prawoto 1), dan John Bako Baon 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB.

Lebih terperinci

DAFTAR KUISIONER Komoditi: Kelapa sawit

DAFTAR KUISIONER Komoditi: Kelapa sawit Lampiran 1. Kuisioner Penelitian DAFTAR KUISIONER Komoditi: Kelapa sawit A. KARAKTERISTIK PETANI 1. Nama :... 2. Umur :... Tahun 3. Alamat :... 4. Pendidikan Terakhir :... 5. Pelatihan yang telah diikuti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq). Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) berasal dari Afrika Barat.

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq). Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) berasal dari Afrika Barat. 4 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq). Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) berasal dari Afrika Barat. Spesies palm tropika ini banyak ditanam di kawasan garis khatulistiwa.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1 : Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan Jhonson Pascal Test sebelum dan sesudah diberi teh hitam.

LAMPIRAN. Lampiran 1 : Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan Jhonson Pascal Test sebelum dan sesudah diberi teh hitam. 43 LAMPIRAN Lampiran 1 : Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan Jhonson Pascal Test sebelum dan sesudah diberi teh hitam No. Sebelum (detik) Sesudah (detik) No. Sebelum Sesudah (detik) (detik) No. Sebelum

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN. Analisis Deskriptif

HASIL PENELITIAN. Analisis Deskriptif HASIL PENELITIAN Analisis Deskriptif Berdasarkan data item yang valid yang ada, maka selanjutnya akan dibuat kategorisasi untuk menentukan tinggi rendahnya harga diri dalam penelitian ini akan dibuat 5

Lebih terperinci

dan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU

dan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU ANALISIS HARGA POKOK TANDAN BUAH SEGAR(TBS), CPO DAN INTI SAWIT DI KEBUN GUNUNG BAYU PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV KABUPATEN SIMALUNGUN M. Zainul Arifin SPY 1), Salmiah 2) dan Emalisa 3) 1) Alumni Fakultas

Lebih terperinci

JUMLAH POLEN KELAPA SAWIT DAN VIABILITASNYA PADA TUBUH KUMBANG JANTAN Elaeidobius kamerunicus Faust. SITI NABILAH

JUMLAH POLEN KELAPA SAWIT DAN VIABILITASNYA PADA TUBUH KUMBANG JANTAN Elaeidobius kamerunicus Faust. SITI NABILAH JUMLAH POLEN KELAPA SAWIT DAN VIABILITASNYA PADA TUBUH KUMBANG JANTAN Elaeidobius kamerunicus Faust. SITI NABILAH DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N KAJIAN KEMAMPUAN MENYEBAR KUMBANG TANDUK (Oryctes rhinoceros L.) BERDASARKAN ARAH MATA ANGIN (UTARA-SELATAN) PADA AREAL PERTANAMAN KELAPA SAWIT (Elais guinensis Jacq.) SKRIPSI OLEH DEWI HANDAYANI S 060302025

Lebih terperinci

Uji perbedaan yang dilakukan adalah menguji rata-rata N-Gain hasil belajar ranah

Uji perbedaan yang dilakukan adalah menguji rata-rata N-Gain hasil belajar ranah 56 Uji perbedaan yang dilakukan adalah menguji rata-rata N-Gain hasil belajar ranah kognitif masing-masing kelas yang telah dilakukan pembelajaran dengan media pembelajaran berbasis TIK Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

1b. Bibir bagian atas terpisah dari moncongnya oleh suatu lekukan yangjelas;pangkal bibir atas tertutup oleh lipatan kulit moncong 5

1b. Bibir bagian atas terpisah dari moncongnya oleh suatu lekukan yangjelas;pangkal bibir atas tertutup oleh lipatan kulit moncong 5 LAMPIRAN 19 20 Lampiran 1. Kunci determinasi ikan hampala (Hampala macrolepidota) menurut Kottelat et al., (1993) 1b. Bibir bagian atas terpisah dari moncongnya oleh suatu lekukan yangjelas;pangkal bibir

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 7 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengendalian Hayati, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan Februari

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. sikap dan perilaku terkait HIV AIDS di SMA PGRI 1 Kota Bogor Tahun 2008 dapat

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. sikap dan perilaku terkait HIV AIDS di SMA PGRI 1 Kota Bogor Tahun 2008 dapat BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku terkait HIV AIDS di SMA PGRI 1 Kota Bogor Tahun 2008 dapat disimpulkan

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KUMBANG PENYERBUK KELAPA SAWIT, Elaeidobius kamerunicus (COLEOPTERA : CURCULIONIDAE) AMALIA SHOLEHANA

DEMOGRAFI KUMBANG PENYERBUK KELAPA SAWIT, Elaeidobius kamerunicus (COLEOPTERA : CURCULIONIDAE) AMALIA SHOLEHANA DEMOGRAFI KUMBANG PENYERBUK KELAPA SAWIT, Elaeidobius kamerunicus (COLEOPTERA : CURCULIONIDAE) AMALIA SHOLEHANA DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Rosma Hasibuan 1, I Gede Swibawa 1, Agus M. Hariri 1, Sudi Pramono 1, F.X. Susilo 1, dan Nurafiah Karmike 2. ABSTRACT

Rosma Hasibuan 1, I Gede Swibawa 1, Agus M. Hariri 1, Sudi Pramono 1, F.X. Susilo 1, dan Nurafiah Karmike 2. ABSTRACT J. Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika Vol. 2, No. 2: 42-46 (2002). ISSN 1411-7525 DAMPAK APLIKASI INSEKTISIDA PERMETRIN TERHADAP SERANGGA HAMA (THOSEA SP.) DAN SERANGGA PENYERBUK (ELAEIDOBIUS KAMERUNICUS)

Lebih terperinci

KEMAKNAAN TRYOUT TERHADAP KELULUSAN UJIAN KOMPETENSI PADA PROGRAM D-III KEPERAWATAN DI JAWA TIMUR (Suatu Analisis Pendekatan Statistik)

KEMAKNAAN TRYOUT TERHADAP KELULUSAN UJIAN KOMPETENSI PADA PROGRAM D-III KEPERAWATAN DI JAWA TIMUR (Suatu Analisis Pendekatan Statistik) KEMAKNAAN TRYOUT TERHADAP KELULUSAN UJIAN KOMPETENSI PADA PROGRAM D-III KEPERAWATAN DI JAWA TIMUR (Suatu Analisis Pendekatan Statistik) Anas Tamsuri, Rohmah Susanto Litbang AIPDiKI Jatim 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lapang dan di Laboratorium Bioekologi Parasitoid dan Predator Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor, pada bulan Mei

Lebih terperinci

DEMOGRAFI DAN POPULASI KUMBANG

DEMOGRAFI DAN POPULASI KUMBANG DEMOGRAFI DAN POPULASI KUMBANG Elaeidobius kamerunicus Faust (COLEOPTERA:CURCULIONIDAE) SEBAGAI PENYERBUK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI PERKEBUNAN PT. AGRI ANDALAS, PROVINSI BENGKULU MEGA SARI

Lebih terperinci

SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPEL PENELITIAN

SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPEL PENELITIAN Lampiran 1 : SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPEL PENELITIAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Jenis kelamin : Umur : Pekerjaan : Alamat : No. telepon : Dengan ini menyatakan bahwa saya telah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Karakteristik Pasien Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Jaminan Kesehatan Nasional No Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin a.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN I Perhitungan rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan rasio aktivitas pada PTPN III A. 2005 1. Rasio Likuiditas a. Quick Ratio b. Cash Ratio 2. Rasio Solvabilitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 56 BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Pair Checks Berbasis Masalah Kontekstual Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) Kumbang penggerek pucuk yang menimbulkan masalah pada perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi, Saya Kelvin Gohan mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas kedokteran Gigi. Saya akan mengadakan penelitian

Lebih terperinci

AGROEKOLOGI DAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT KAITANNYA DENGAN SERANGGA PENYERBUK DI PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN

AGROEKOLOGI DAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT KAITANNYA DENGAN SERANGGA PENYERBUK DI PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, 2009 AGROEKOLOGI DAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT KAITANNYA DENGAN SERANGGA PENYERBUK DI PT. BINA SAINS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Hasil Belajar Pretest Kelas Van Hiele dan Bruner

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Hasil Belajar Pretest Kelas Van Hiele dan Bruner BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41. Deskripsi Data Deskripsi data dalam hasil penelitian dan pembahasan akan dibahas mengenai data hasil belajar pretes kelas yang akan menggunakan teori Van Hiele

Lebih terperinci

Setelah mengeras lalu dikeluarkan dari cetakan dan di simpan selama 24 jam. Pengukuran kekasaran awal. Dibagi 2 kelompok. n = 20

Setelah mengeras lalu dikeluarkan dari cetakan dan di simpan selama 24 jam. Pengukuran kekasaran awal. Dibagi 2 kelompok. n = 20 Lampiran 1. Alur Penelitian Resin Komposit Hybrid Sampel resin komposit dibentuk di dalam master cast ( 10 mm x 2 mm ) Lalu dilakukan penyinaran dengan menggunakan light curing selama 40 detik Setelah

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN LAMPIRAN 52 LAMPIRAN 1 ب س م للا الر ح م ن الر ح ي م LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Dengan ini saya Nama : Usia : Jenis Kelamin : Alamat : Pendidikan terakhir : Tanggal Pengambilan Data : Menyatakan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN UNTUK PETANI SIPT

KUESIONER PENELITIAN UNTUK PETANI SIPT Lampiran 1. KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN UNTUK PETANI SIPT ANALISIS SISTEM INTEGRASI PADI TERNAK (SIPT) TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH Petunjuk

Lebih terperinci

SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPEL PENELITIAN

SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPEL PENELITIAN FORM A SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPEL PENELITIAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Umur : Alamat : Dengan ini menyatakan bahwa saya telah diberikan penjelesan oleh peneliti tentang tujuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Penelitian Penelitian yang dilakukan yaitu menggunakan metode eksperimen untuk membandingkan akibat dari suatu perlakuan. Tindakan yang dilakukan

Lebih terperinci

INPUTING DATA Sel Jenis Kelamin Umur Kubus X1 X2 X3 X4 KK Financial_Rendah Laki-laki Financial_Rendah Perempuan

INPUTING DATA Sel Jenis Kelamin Umur Kubus X1 X2 X3 X4 KK Financial_Rendah Laki-laki Financial_Rendah Perempuan LAMPIRAN INPUTING DATA Sel Jenis Kelamin Umur Kubus X1 X2 X3 X4 KK Financial_Rendah Laki-laki 18 5 7.0 7.0 7.0 7.0 7.0 Financial_Rendah Perempuan 18 6 6.0 5.0 6.0 6.0 5.75 Financial_Rendah Perempuan 18

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. peneliti melakukan dokumentasi berupa foto-foto selama penelitian berlangsung.

BAB IV HASIL PENELITIAN. peneliti melakukan dokumentasi berupa foto-foto selama penelitian berlangsung. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penyajian Data Hasil Penelitian Penelitian ini di laksanakan pada tanggal 15 Februari sampai 25 Februari 2016 dengan jumlah pertemuan sebanyak dua kali. Dalam pelaksanaan penelitian,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Syarat mutu dendeng sapi (SNI 2908:2013. Dendeng Sapi) No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan 1 Bau - Normal 2 Warna - Normal 3 Kadar Air %

Lampiran 1. Syarat mutu dendeng sapi (SNI 2908:2013. Dendeng Sapi) No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan 1 Bau - Normal 2 Warna - Normal 3 Kadar Air % Lampiran 1. Syarat mutu dendeng sapi (SNI 2908:2013. Dendeng Sapi) No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan 1 Bau - Normal 2 Warna - Normal 3 Kadar Air % Maks 12 4 Kadar Lemak % Maks 3 5 Kadar Protein % Min

Lebih terperinci

DEMOGRAFI DAN PERBANYAKAN KUMBANG Elaeidobius kamerunicus SEBAGAI PENYERBUK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) MONIKA NOVALIA

DEMOGRAFI DAN PERBANYAKAN KUMBANG Elaeidobius kamerunicus SEBAGAI PENYERBUK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) MONIKA NOVALIA DEMOGRAFI DAN PERBANYAKAN KUMBANG Elaeidobius kamerunicus SEBAGAI PENYERBUK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) MONIKA NOVALIA DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Persiapan tanaman uji, tanaman G. pictum (kiri) dan tanaman A. gangetica (kanan)

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Persiapan tanaman uji, tanaman G. pictum (kiri) dan tanaman A. gangetica (kanan) BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Kelompok Peneliti Hama dan Penyakit, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor. Penelitian dimulai dari bulan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MTs Al-Umron Bendosewu. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendekatan

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. Efektivitas Terapi Musik Bagi Siswa SD Terhadap Kecemasan Belajar

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. Efektivitas Terapi Musik Bagi Siswa SD Terhadap Kecemasan Belajar Peneliti : Siska Riantiarni Trg LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Efektivitas Terapi Musik Bagi Siswa SD Terhadap Kecemasan Belajar Matematika Kelas V SD Negeri No. 060886 dan kelas V SD

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. pengaruh metode pembelajaran kooperatif Team Assisted

BAB IV HASIL PENELITIAN. pengaruh metode pembelajaran kooperatif Team Assisted BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MTsN Tulungagung pada tanggal 23 Oktober 07 November 2015. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. observasi digunakan oleh peneliti untuk mengamati kondisi sekolah meliputi

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. observasi digunakan oleh peneliti untuk mengamati kondisi sekolah meliputi BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Penyajian Data Hasil Penelitian Data dalam penelitian ini diperoleh peneliti melalui beberapa metode, yaitu metode interview, metode tes, dan metode dokumentasi. Metode

Lebih terperinci

Uji Perbandingan Rata-Rata

Uji Perbandingan Rata-Rata Uji Perbandingan Rata-Rata Pengujian hipotesis perbandingan rata-rata dilakukan untuk melihat kesesuaian dugaan peneliti terhadap suatu objek yang diteliti dengan kenyataannya. Misalnya seorang peniliti

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN A. KARAKTERISTIK RESPONDEN A1. A2. A3. A4. A5. PETUNJUK PENGISIAN : BERILAH TANDA SILANG (X) JAWABAN YANG SESUAI DENGAN PILIHAN ANDA PADA PERTANYAAN YANG MENYEDIAKAN BEBERAPA PILIHAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Nomor : Tanggal : PERBEDAAN PENURUNAN SKOR PLAK ANTARA MEMAKAI KAYU SIWAK DAN SIKAT

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: NOFRIZAL AMRI

SKRIPSI. Oleh: NOFRIZAL AMRI ANALISIS POTENSI DAN PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN BUAH TERHADAP MUTU MINYAK KELAPA SAWIT TIPE DURA, PISIFERA, DAN TENERA DI KEBUN BANGUN BANDAR, DOLOK MASIHUL, SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh: NOFRIZAL AMRI

Lebih terperinci

DAMPAK PENERAPAN RSPO (ROUNDTABLE ON SUSTAINABLE PALM OIL) TERHADAP VOLUME PENJUALAN EKSPOR CPO DAN PENDAPATAN DI PERUSAHAAN PERKEBUNAN NEGARA SKRIPSI

DAMPAK PENERAPAN RSPO (ROUNDTABLE ON SUSTAINABLE PALM OIL) TERHADAP VOLUME PENJUALAN EKSPOR CPO DAN PENDAPATAN DI PERUSAHAAN PERKEBUNAN NEGARA SKRIPSI DAMPAK PENERAPAN RSPO (ROUNDTABLE ON SUSTAINABLE PALM OIL) TERHADAP VOLUME PENJUALAN EKSPOR CPO DAN PENDAPATAN DI PERUSAHAAN PERKEBUNAN NEGARA (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III) SKRIPSI OLEH:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. pengaruh model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL)

BAB IV HASIL PENELITIAN. pengaruh model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penyajian Data Tujuan dari dilaksakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) berbantuan LKS terhadap hasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 7 Salatiga, SMP Negeri 7 adalah salah satu Sekolah Menengah Pertama di Kota Salatiga yang terletak dijalan

Lebih terperinci

DAYA PREDASI Sycanus croceovittatus (Hemiptera: Reduviidae) TERHADAP ULAT API Setothosea asigna PADA TANAMAN KELAPA SAWIT DI INSEKTARIUM OLEH:

DAYA PREDASI Sycanus croceovittatus (Hemiptera: Reduviidae) TERHADAP ULAT API Setothosea asigna PADA TANAMAN KELAPA SAWIT DI INSEKTARIUM OLEH: DAYA PREDASI Sycanus croceovittatus (Hemiptera: Reduviidae) TERHADAP ULAT API Setothosea asigna PADA TANAMAN KELAPA SAWIT DI INSEKTARIUM SKRIPSI OLEH: NENA CHRISTA DAELI 050302006 DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Larutan dapar fosfat ph 7,4 isotonis

LAMPIRAN. Larutan dapar fosfat ph 7,4 isotonis LAMPIRAN Lampiran 1. Flowsheet pembuatan larutan dapar fosfat ph 7,4 isotonis Natrium dihidrogen fosfat ditimbang 0,8 g Dinatrium hidrogen fosfat ditimbang 0,9 g dilarutkan dengan 100 ml aquadest bebas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. matematika siswa kelas VIII MTs Ma arif NU Bacem Tahun Ajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. matematika siswa kelas VIII MTs Ma arif NU Bacem Tahun Ajaran BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penyajian Data Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui Pengaruh Brain Gym dan seberapa besar pengaruhnya terhadap hasil belajar

Lebih terperinci

Lampiran 1 Surat keterangan lolos etik

Lampiran 1 Surat keterangan lolos etik Lampiran 1 Surat keterangan lolos etik Lampiran 2 Surat keterangan mengenai kitosan dari BATAN. Lampiran 3 Uji normalitas kelompok Perlakuan sel HSC-4 Konsentrasi Chitosan Statistic df Sig. Statistic df

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO Lampiran 1 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO KUESIONER PENELITIAN Perbedaaan Stres Kerja Pegawai Dinas Luar Berdasarkan Gender Pada AJB 1912 Bumiputera Cabang Ponorogo Bersama kuesioner

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN. Perbedaan Sanitasi Lingkungan dan Perilaku Petugas Kesehatan terhadap Angka

KUESIONER PENELITIAN. Perbedaan Sanitasi Lingkungan dan Perilaku Petugas Kesehatan terhadap Angka KUESIONER PENELITIAN Perbedaan Sanitasi Lingkungan dan Perilaku Petugas Kesehatan terhadap Angka Kuman dan Pada Ruangan ICU di RSUD Dr. Pirngadi dan Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan Tahun 200

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. hanya pada ranah kognitif. Tes hasil belajar sebelum diperlakukan diberi

BAB IV HASIL PENELITIAN. hanya pada ranah kognitif. Tes hasil belajar sebelum diperlakukan diberi 63 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Data hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diukur dengan instrumen berupa tes soal pilihan ganda, untuk mengetahui seberapa

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Morfometrik Mikro Ileum Itik Cihateup Menggunakan Metode Paraffin Haemotoksilin Eosin

Lampiran 1. Prosedur Analisis Morfometrik Mikro Ileum Itik Cihateup Menggunakan Metode Paraffin Haemotoksilin Eosin LAMPIRAN 53 54 Lampiran 1. Prosedur Analisis Morfometrik Mikro Ileum Itik Cihateup Menggunakan Metode Paraffin Haemotoksilin Eosin Menurut Muntiha (2001), prosedur analisis hispatologi dan jaringan hewan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 2016 di SMAN 1 Tulungagung dengan popoulasi siswa kelas X sebanyak 250 siswa. Dari opulasi tersebut peneliti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) terhadap hasil belajar matematika materi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian ini dilaksanakan di SMK SORE Tulungagung. Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

Lebih terperinci

KEPERCAYAAN DIRI. Corrected Item-Total Correlation

KEPERCAYAAN DIRI. Corrected Item-Total Correlation LAMPIRAN 61 KEPERCAYAAN DIRI PUTARAN 1 N % Cases Valid 60 100.0 Excluded( a) 0.0 Total 60 100.0 a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Alpha N of Items.756

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian ini dilakukan di MA Al-Hikmah Langkapan Srengat Blitar pada tanggal 3 sampai 13 Februari 2016. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Uji Perbandingan Rata-Rata

Uji Perbandingan Rata-Rata Uji Perbandingan Rata-Rata Pengujian hipotesis perbandingan rata-rata dilakukan untuk melihat kesesuaian dugaan peneliti terhadap suatu objek yang diteliti dengan kenyataannya. Misalnya seorang peniliti

Lebih terperinci

Statistics. BWTsebelum1 BWTsesudah1 BWTselisih1 BWTsebelum2 BWTsesudah2 BWTselisih2. N Valid

Statistics. BWTsebelum1 BWTsesudah1 BWTselisih1 BWTsebelum2 BWTsesudah2 BWTselisih2. N Valid Lampiran 1 Uji Stastitik Statistics BWTsebelum1 BWTsesudah1 BWTselisih1 BWTsebelum2 BWTsesudah2 BWTselisih2 N Valid 13 13 13 13 13 13 Missing 13 13 13 13 13 13 Mean 5,538 7,308 1,769 5,385 7,115 1,731

Lebih terperinci

STUDI BIOLOGI SERANGGA PENYERBUK KELAPA SAWIT. Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera : Curculionidae) Elaeis. guineensis Jacq.

STUDI BIOLOGI SERANGGA PENYERBUK KELAPA SAWIT. Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera : Curculionidae) Elaeis. guineensis Jacq. STUDI BIOLOGI SERANGGA PENYERBUK KELAPA SAWIT Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera : Curculionidae) Elaeis guineensis Jacq. DI LABORATORIUM SKRIPSI OLEH : ROMI ARFIANTO S MELIALA 020302006 HPT DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Total Aktiva Perusahaan Perbankan (dalam rupiah) NAMA PERUSAHAAAN Rata-rata

Total Aktiva Perusahaan Perbankan (dalam rupiah) NAMA PERUSAHAAAN Rata-rata Lampiran 1 Total Aktiva Perusahaan Perbankan 2009-2013 (dalam rupiah) PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 316,547,02 9 225,541,32 8 404,285,60 2 469,899,284 551,336,790

Lebih terperinci

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI INSTRUKSI KERJA PENGEMBANGBIAKAN SERANGGA FRUIT SET YANG OPTIMAL NO. ISK/AGR-KBN/33 Status Dokumen No. Distribusi DISAHKAN Pada tanggal 02 Desember 2015 Dimpos Giarto V. Tampubolon

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Kedungwaru pada tanggal 14 sampai 22 Januari 2016. Dengan rincian jadwal sebagai berikut. Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBEHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBEHASAN 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBEHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kalongan 02, 04 pada kelas 4 semester II (genap) tahun ajaran 2015-2016. SD Negeri

Lebih terperinci

POPULASI KUMBANG Elaeidobius kamerunicus Faust PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI PTPN VIII KEBUN SUKAMAJU, CIKIDANG, SUKABUMI

POPULASI KUMBANG Elaeidobius kamerunicus Faust PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI PTPN VIII KEBUN SUKAMAJU, CIKIDANG, SUKABUMI i POPULASI KUMBANG Elaeidobius kamerunicus Faust PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI PTPN VIII KEBUN SUKAMAJU, CIKIDANG, SUKABUMI FANI ALFI YANTI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. terhadap hasil belajar siswa kelas VII pada materi Himpunan MTs Aswaja

BAB IV HASIL PENELITIAN. terhadap hasil belajar siswa kelas VII pada materi Himpunan MTs Aswaja BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbasis portofolio terhadap hasil belajar siswa

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN. Kepada Yth : Konsumen Swalayan Macan Yaohan Merak Jingga Medan

KUESIONER PENELITIAN. Kepada Yth : Konsumen Swalayan Macan Yaohan Merak Jingga Medan Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN ANALISIS EFEKTIVITAS IKLAN TV SIRUP MARKISA DENGAN PENDEKATAN EPIC MODEL PT. MAJUJAYA POHONPINANG PADA KONSUMEN SWALAYAN MACAN YAOHAN MERAK JINGGA MEDAN Kepada Yth : Konsumen

Lebih terperinci

SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPLE PENELITIAN

SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPLE PENELITIAN LAMPIRAN - LAMPIRAN Lampiran 1 SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPLE PENELITIAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama : Jenis kelamin : Umur : Alamat : Dengan ini menyatakan bahwa saya telah diberikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui empat tahap prosedur penelitian, yaitu tahap persiapan penelitian, tahap

Lebih terperinci

PENGUKURAN VERTICAL JUMP

PENGUKURAN VERTICAL JUMP PENGUKURAN VERTICAL JUMP GAMBAR SAMPEL LATIHAN TUCK JUMP GAMBAR LATIHAN DEPTH JUMP Lampiran 4 Hasil Uji Normalitas dengan menggunakan Uji Shapiro Wilk Test [DataSet0] Case Processing Summary Cases Valid

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Kristen 1 Salatiga. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Kristen 1 Salatiga Tahun Ajaran

Lebih terperinci

Validitas & Reliabilitas (Sert)

Validitas & Reliabilitas (Sert) Validitas & Reliabilitas (Sert) Case Processing Summary N % Cases Valid 40 100.0 Excluded a 0.0 Total 40 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Kelapa sawit, Elaeidobius kamerunicus, pembentukan buah, parameter lingkungan. ABSTRACT

ABSTRAK. Kata kunci: Kelapa sawit, Elaeidobius kamerunicus, pembentukan buah, parameter lingkungan. ABSTRACT ABSTRAK DARA VEMORISTA WINDHI. Populasi Kumbang Elaeidobius kamerunicus Faust. (Curculionidae : Coleoptera) pada Bunga Jantan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI

Lebih terperinci