BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
|
|
- Ade Tan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut definisi World Bank [1], terdapat tiga poin pokok dalam pengertian e-government. Pertama, dalam e-government, pemerintah memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang merupakan teknologi baru yang berkembang sangat pesat dalam 50 tahun terakhir. Kedua, TIK digunakan untuk mengubah hubungan antara pemerintah dengan masyarakat, pemerintah dengan swasta dan hubungan antara lembaga pemerintah. Ketiga, tujuan penggunaan TIK adalah untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas serta meningkatkan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan. Dari definisi tersebut, dampak implementasi e- government yang tepat dapat memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat di suatu negara secara signifikan, termasuk di Indonesia. Penerapan e-government di Indonesia dimulai sejak dikeluarkannya Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government. Menurut informasi dari IDNIC [2], pada akhir tahun 2002 setidaknya terdapat 321 website milik pemerintah pada saat itu. Hingga tahun 2011 menurut data Kementerian Komunikasi dan Informatika [3] sudah terdapat website institusi pemerintahan yang menggunakan domain go.id. Adanya Instruksi Presiden tersebut telah membuat pemerintah baik pusat maupun daerah seakan berlomba-lomba menyediakan anggaran untuk mengimplementasikan e-government. Dari data Kementerian Keuangan [4], diketahui bahwa sejak tahun 2006 hingga tahun 2012 Pemerintah telah mengalokasikan anggaran dalam bidang TIK melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp ,5 milyar. Diperkirakan anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk pengembangan e-government jauh lebih besar, karena dana sebesar Rp ,5 milyar tersebut tidak termasuk anggaran yang dikeluarkan pemerintah daerah melalui Anggaran 1
2 Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan tidak termasuk pula anggaran yang dikeluarkan sejak tahun 2003 hingga Anggaran yang dikeluarkan pemerintah dalam bidang TIK ini dapat pula dikatakan suatu bentuk investasi. Layaknya dalam dunia bisnis, setiap bentuk investasi harus menghasilkan keuntungan atau manfaat yang sebanding dengan nilai investasi yang diberikan. Pemerintah harus dapat mempertanggunjawabkan setiap investasi yang dikeluarkan, termasuk investasi di bidang TIK. Investasi TIK tidak hanya meliputi pembelian peralatan, tetapi termasuk juga dengan perancangan sistem informasi untuk pelayanan publik dan penyelenggaraan pemerintahan. Usaha untuk memperkirakan seberapa besar manfaat dari nilai investasi TIK penting untuk dilakukan, dalam konteks seberapa jauh investasi tersebut mempengaruhi atau mendukung penyelenggaraan pemerintahan dan memberikan nilai tambah bagi layanan publik, sehingga pemerintah dapat menyimpulkan bahwa investasi atau anggaran TIK yang dikeluarkan tidak sia-sia [5]. Namun demikian, evaluasi investasi TIK bukanlah hal yang mudah. Menurut suatu hasil survey [6] menunjukkan 51% perusahaan tidak pernah melakukan evaluasi investasi TIK bahkan 68% perusahaan tidak membandingkan manfaat yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Sehingga wajar apabila hingga saat ini pemerintah masih mengalami kesulitan untuk membuktikan atau memperlihatkan bahwa anggaran sebesar itu benar-benar tidak percuma atau secara nyata terlihat adanya peningkatan manfaat yang signifikan. Sesuai dengan definisi World Bank diatas, terlihat bahwa manfaat dari penerapan e-government merupakan variabel yang sulit dilihat dan diukur (intangible) [7]. Sehingga sulit mencari rumusan yang merepresantasikan manfaat yang diberikan oleh penerapan e-government terhadap anggaran yang dialokasikannya. Kesulitan untuk mengukur manfaat penerapan e-government ini membuat pemerintah sulit membuat prioritas program kerja dalam bidang TIK [5]. Sehingga kadang kala program kerja TIK terlihat bersifat sporadis, seakan tidak memiliki arah yang jelas karena program kerja TIK yang tidak penting justru dikerjakan terlebih dahulu. Hal tersebut terjadi karena sebelum membuat program 2
3 kerja TIK pemerintah tidak melakukan kajian manfaat terlebih dahulu, sekedar ada anggaran untuk bidang TIK kemudian dibuatkan program kerja yang berkaitan dengan TIK. Selain itu pula, kesulitan ini juga membuat penerapan e-government seperti fenomena gunung es [8], dimana hanya sebagian kecil saja manfaat yang terlihat secara kasat mata padahal sebenarnya masih banyak manfaat yang belum tergali. Sehingga program dalam bidang TIK sering kali dianggap sebagai cost center, yang menghabiskan anggaran yang besar tanpa diikuti manfaat yang signifikan. Anggapan seperti ini membuat program kerja TIK mendapatkan porsi anggaran yang relatif kecil apabila dibandingkan dengan anggaran untuk pendidikan, kesehatan, perdagangan dan sebagainya. Padahal menurut kajian [9] yang dilakukan di 120 negara antara tahun 1980 dan 2006 dengan metode analisis econometric TIK dapat mendorong pertumbuhan ekonomi (Gambar 1.1). Apabila pemerintah dapat menggali manfaat TIK dan memperlihatkannya secara lebih nyata, maka pemerintah bisa memperoleh porsi anggaran dalam bidang TIK yang lebih besar dan laju pertumbuhan ekonomi dapat berlari lebih cepat. Gambar 1.1. Hubungan dampak pembangunan TIK dengan pertumbuhan ekonomi [9] Akan tetapi dalam beberapa tahun terakhir, telah dilakukan survei oleh ITGI (Information Technology Governance Institute) yang menunjukkan bahwa perusahaan yang mengalami kerugian akibat penerapan investasi TIK pada skala 3
4 besar sebanyak 20% hingga 70%, sedangkan sisanya kurang dari 8% yang berhasil mendapatkan manfaat dan nilai dari investasi TIK tersebut [10]. The Standish Group International juga telah melakukan survei yang menunjukkan pada tahun sebanyak 18% hingga 24% proyek TIK mengalami kegagalan [11]. Sehingga penting sekali bagi pemerintah untuk melakukan analisis manfaat investasi TIK sebelum proyek TIK tersebut dilaksanakan agar investasi TIK yang diberikan oleh pemerintah tidak mengalami kerugian dan dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu diperlukan metode untuk melakukan analisis manfaat investasi TIK bagi instansi pemerintah. Rumusan ini harus dapat memperhitungkan manfaat yang sulit dilihat dan diukur (intangible) pada penerapan e-government dalam suatu instansi pemerintah. Dan yang paling penting rumusan ini dapat merepresentasikan rasio manfaat yang diberikan oleh penerapan e-government terhadap anggaran yang dialokasikannya. Sehingga pemerintah dapat membuat prioritas program dalam bidang TIK berdasarkan manfaat yang akan diberikannya. Selain itu pula pemerintah dapat memiliki posisi daya tawar yang tinggi dalam hal pengajuan anggaran di bidang TIK. Balai Standardisasi Metrologi Legal (BSML) Regional II merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknik (UPT) di Kementerian Perdagangan yang baru didirikan setelah adanya otonomi daerah yang bertujuan mendukung percepatan perkembangan sistem metrologi legal di wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. BSML Regional II memiliki wilayah kerja yang cukup luas yang mencakup 9 propinsi dan 160 kabupaten/kota, sehingga diperlukan sistem informasi yang handal untuk mendukung kenerja BSML Regional II. Saat ini terdapat tiga aplikasi yang akan diterapkan di BSML Regional II, yaitu Sistem Informasi Pelayanan Kemetrologian (SIPEK), Sistem Monitoring Tera/Tera Ulang UTTP (SIMTU) dan Sistem Database UPTD Metrologi Legal (SIDAMEL). Evaluasi investasi TIK sangat penting untuk dilakukan pada BSML Regional II untuk mengetahui seberapa jauh manfaat yang dapat diberikan. Manfaat yang terukur dari evaluasi investasi TIK dapat digunakan sebagai data 4
5 dukung untuk meyakinkan ketersediaan anggaran dalam melakukan pengembangan sistem informasi. Evaluasi investasi TIK juga dapat memberikan urutan prioritas sistem informasi yang akan diterapkan terlebih dahulu. Sehingga penerapan TIK di BSML Regional II dapat berjalan dengan efektif dan terarah dengan baik. 1.2 Perumusan masalah Hingga saat ini BSML Regional II belum melakukan analisis manfaat dari suatu investasi TIK yang meliputi manfaat dari aspek finansial maupun nonfinansial. Keadaan ini menyebabkan BSML Regional II sulit untuk memperoleh ketersediaan anggaran dalam pengembangan sistem informasi dan menentukan prioritas program dalam bidang TIK. Oleh karena itu, penelitian ini akan melakukan evaluasi investasi TIK di BSML Regional II dengan menggunakan metode Information Economics untuk mengetahui kelayakan investasi TIK yang akan dilakukan oleh Balai Standardisasi Metrologi Legal Regional II dan urutan prioritas penerapannya. 1.3 Keaslian penelitian Penelitian dengan tema analisis investasi TIK telah banyak dilakukan. Pada tahun 2009 telah dilakukan penelitian [12] untuk melakukan analisis dan strategi penentuan prioritas investasi TIK di BKD Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Analisis menggunakan metode Strategic Distincion Model memposisikan pengembangan TIK berdasarkan skala prioritas dan keterbatasan sumber daya yang dimiliki. Data diperoleh dengan menggunakan 30 orang sampel yang terdiri dari 10 orang mewakili konstituen pimpinan, 10 orang mewakili pengelola TI dan 10 orang pengguna (user). Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah pemanfaatan TIK di BKD Propinsi DIY telah memenuhi harapan dan membuat urutan prioritas investasi TIK di BKD Propinsi DIY. Penelitian dengan tema analisis investasi TIK juga telah dilakukan pada PT. Simplimobile Indonesia. Metode yang digunakan adalah Economic Value 5
6 Added yaitu dengan melakukan pengurangan keuntungan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan investasi TIK. Dari hasil kajian investasi TIK di PT. Simplimobile Indonesia, diperoleh nilai Economic Value Added yang positif sehingga investasi TIK layak untuk dijalankan [13]. Pada penelitian [14] telah dilakukan analisis kelayakan investasi aplikasi sistem informasi finansial menggunakan metode Information Economics pada CV. Rinjani Agro Sentosa. Dari hasil pembahasan, diperoleh kesimpulan aplikasi sistem informasi finansial memperoleh nilai sebesar 14,56 dari nilai minimal -50 dan nilai maksimal 100. Nilai akhir ini menandakan kelayakan investasi aplikasi sistem informasi finansial di CV. Rinjani Agro Sentosa perlu ditinjau ulang. Penelitian yang serupa dengan [14] juga telah dilakukan penelitian [15] pada PT. Indo Sumber Kencana. Penelitian [15] menggunakan metode Information Economics untuk menganalisis investasi pengembangan teknologi jaringan yakni penggunaan WAN dan WLAN. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Information Economics untuk WAN sebesar 29 dari nilai minimal -23 dan nilai maksimal 52 serta untuk WLAN diperoleh nilai sebesar 27 dari nilai minimal -23 dan nilai maksimal 50. Dari nilai tersebut diperoleh kesimpulan investasi penggembangan teknologi jaringan di PT. Indo Sumber Kencara layak dijalankan dengan prioritas WAN terlebih dahulu atas WLAN. Metode Information Economics juga telah digunakan dalam melakukan analisis investasi TIK di instansi pemerintahan. Penelitian [16] menganalisis penerapan Sistem Informasi Manajeman Bina Marga (SIMBM) yaitu aplikasi untuk melakukan monitoring pelaksanaan proyek pembangunan pada Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum. Pada penelitian ini diperoleh kesimpulan pengembangan SIMBM bermanfaat untuk menunjang kinerja Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum. Penelitian ini menggunakan pendekatan yang sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh [16], yakni penggunaan metode Information Economics untuk melakukan analisis investasi TIK di instansi pemerintah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian [16] adalah objek penelitian. Penelitian [16] 6
7 hanya melakukan analisis terhadap satu sistem informasi dan kelayakan manfaatnya, sedangkan penelitian ini melakukan analisis terhadap tiga sistem informasi yang akan diterapkan pada BSML Regional II, mengkuantifikasi manfaatnya secara lebih terukur dan membuat urutan prioritas penerapannya. Pembuatan prioritas penerapan TIK dalam penelitian seperti pembuatan urutan proiritas yang dilakukan oleh penelitian [15]. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian [15] pada objek penelitian, penelitian [15] dilakukan pada perusahaan swasta sedangkan penelitian ini fokus pada instansi pemerintah. Analisis manfaat dan prioritas investasi TIK pada instansi pemerintah juga dilakukan pada penelitian [12]. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian [12] terletak pada penggunaan metode, penelitian ini menggunakan metode information economics sedangkan penelitian 12] menggunakan metode Strategic Distincion Model. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kelayakan investasi TIK berupa tiga aplikasi yang akan diterapkan di BSML Regional II, yaitu Sistem Informasi Pelayanan Kemetrologian (SIPEK), Sistem Monitoring Tera/Tera Ulang UTTP (SIMTU) dan Sistem Database UPTD Metrologi Legal (SIDAMEL) beserta urutan prioritas penerapannya. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran seberapa jauh kelayakan investasi TIK yang akan dilakukan oleh BSML Regional II. 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pedoman bagi BSML Regional II dalam membuat prioritas penerapan TIK. 3. Nilai kelayakan yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan pimpinan BSML Regional II dalam mengajukan anggaran untuk mengimplementasikan sistem informasi di BSML Regional II 7
EVALUASI KELAYAKAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMPUTER DENGAN METODE INFORMATION ECONOMICS PADA BALAI STANDARDISASI METROLOGI LEGAL REGIONAL II
EVALUASI KELAYAKAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMPUTER DENGAN METODE INFORMATION ECONOMICS PADA BALAI STANDARDISASI METROLOGI LEGAL REGIONAL II Arif Nurjaya 1), Wing Wahyu Winarno 2), Silmi Fauziati
Lebih terperinciPROPOSAL SARANA KEMETROLOGIAN DAN FASILITAS PENDUKUNGNYA
PROPOSAL SARANA KEMETROLOGIAN DAN FASILITAS PENDUKUNGNYA DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN PASAR KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN 2016 PROPOSAL PENGEMBANGAN SARANA KEMETROLOGIAN DAN FASILITAS
Lebih terperinci2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tent
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1217, 2016 KEMENDAG. UPT. Bidang Kemetrologian dan Bidang Standardisasi dan Pengendalian Mutu. Orta PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60/M-DAG/PER/8/2016
Lebih terperinciMenteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/M-DAG/PER/12/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA
Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/M-DAG/PER/12/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI STANDARDISASI METROLOGI LEGAL MENTERI PERDAGANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mampu menghasilkan barang atau jasa yang memiliki kandungan teknologi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan perekonomian nasional pada era globaliasasi saat ini diarahkan dan diharuskan dapat mendukung tumbuhnya dunia usaha sehingga mampu menghasilkan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No. 1719, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Unit Metrologi Legal. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78/M-DAG/PER/11/2016 TENTANG UNIT METROLOGI LEGAL DENGAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dengan yang di sampaikan Cassidy (2005) bahwa perencanaan strategis SI dan TI
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kunci kesuksesan dari integrasi Sistem Informasi dan Teknologi Informasi (SI dan TI) sangat ditentukan jika ada keselarasan antara Perencanaan Strategis Sistem Informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan peraturan sektor publik yang disertai dengan adanya tuntutan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan peraturan sektor publik yang disertai dengan adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi
Lebih terperinciMENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK IND PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK IND PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43/M-DAG/PER/11/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BIDANG KEMETROLOGIAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Perkembangan yang terjadi dalam bidang ICT (Information and Communication Technology) telah membawa dampak yang cukup signifikan pada kehidupan manusia. Terjadi perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengenai kebijakan otonomi daerah yaitu Pemerintah Daerah memiliki hak, wewenang,
Lebih terperinciWALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 49 TAHUN 2016 TENTANG
WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dan kebutuhan masyarakat Indonesia pada umumnya terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan dan kebutuhan masyarakat Indonesia pada umumnya terhadap pelayanan prima dari pemerintah yang berorientasi pada kepuasan masyarakat semakin besar sejak era
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1. Analisis pengukuran..., Gita Dinarsanti, FE UI, 2010.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan merupakan kebutuhan yang sangat vital sebagai pendukung utama dinamika dan aktivitas ekonomi baik di pusat maupun daerah dan pengembangan wilayah serta sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN manajemen upaya kesehatan manajemen kesehatan
BAB I PENDAHULUAN Dalam Undang-undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992 pasal 63 dijelaskan perlunya pengembangan Sistem Informasi Kesehatan yang mantap agar dapat menunjang sepenuhnya pelaksanaan manajemen
Lebih terperincigovernance) dan pemerintahan yang bersih (clean government) tetapi juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan barang dan jasa pemerintah memiliki posisi yang strategis, bukan hanya dalam mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintahan yang bersih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebelah mata, peran perkembangan teknologi informasi telah memberikan dampak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi informasi telah menunjukkan jati dirinya dalam peradaban manusia dewasa ini. Sudah tentu tidak dapat dipungkiri dan dipandang sebelah mata, peran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah untuk merencanakan dan melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepercayaan publik melalui peningkatan pelayanan publik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dikeluarkannya paket perundang-undangan di bidang Keuangan Negara yang meliputi Undang-Undang No. 17/2003 tentang Keuangan Negara, Undangundang No. 1/2004
Lebih terperinciBab IV Studi Kasus IV.1 Profil Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Bab IV Studi Kasus Sebelum melakukan perancangan, akan dipaparkan profil Direktorat Jenderal Perbendaharaan beserta visi, misi, tugas pokok dan fungsi, struktur organisasi, strategi bisnis, strategi TI,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan Teknologi Informasi (TI) saat ini telah mencakup berbagai bidang. Hal tersebut dapat dilihat bahwa Teknologi Informasi saat ini sudah menjadi kebutuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui satu paket undang-undang di bidang keuangan negara. Reformasi ini
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi manajemen keuangan negara telah dicanangkan di Indonesia melalui satu paket undang-undang di bidang keuangan negara. Reformasi ini mencakup perencanaan, penganggaran,
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG
SALINAN PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA STRATEGI/INDUK (MASTERPLAN) PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
BAB. I PENDAHULUAN Penelitian ini akan menjelaskan implementasi penganggaran berbasis kinerja pada organisasi sektor publik melalui latar belakang dan berusaha mempelajarinya melalui perumusan masalah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan, pelaporan dan evaluasi anggaran pada sebuah organisasi. Laporan
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Semakin berkembangnya teknologi yang berpengaruh terhadap perkembangan organisasi sektor publik maupun swasta dan semakin cerdasnya masyarakat di era globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan salah satu syarat mutlak bagi kelangsungan hidup bangsa dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan pembangunan
Lebih terperinciRENCANA KERJA T.A 2018 DIREKTORAT METROLOGI
RENCANA KERJA T.A 208 DIREKTORAT METROLOGI Disampaikan pada : Sinkronisasi Kebijakan Perlindungan Konsumen & Tertib Niaga, 9 September 207 Outline 2 Sasaran dan Prioritas T.A. 208 3 PRIORITAS NASIONAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan desentraliasasi fiskal, Indonesia menganut sistem pemerintah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah pembangunan ekonomi nasional menunjukan bahwa sebelum pelaksanaan desentraliasasi fiskal, Indonesia menganut sistem pemerintah yang terpusat (sentralistik).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena terjadinya krisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka menyelenggarakan pemerintah daerah sesuai dengan yang diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, pemerintah daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Kesadaran tersebut
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Semenjak era reformasi yang dimulai pada tahun 1998 bangsa Indonesia telah maju selangkah lagi menuju era keterbukaan, hal ini terlihat dari semakin tingginya kesadaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permasalahan ketenagakerjaan, yakni pengangguran merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketersediaan lapangan atau kesempatan kerja baru untuk mengatasi permasalahan ketenagakerjaan, yakni pengangguran merupakan salah satu target yang harus dicapai
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,
BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk penerapan prinsip-prinsip good governance.dalam rangka pengaplikasian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tata kelola yang diselenggarakan pemerintahan secara baik dalam suatu Negara merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan. Pemerintah wajib menerapkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kantor, hingga pembelian barang dan jasa untuk kantor pemerintah. Bahkan sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kontrak untuk pekerjaan publik antara pemerintah dengan sektor swasta/privat merupakan bisnis dengan ukuran yang sangat besar. Mulai dari proyek-proyek infrastruktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik di Indonesia yang mendapatkan perhatian besar adalah Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah. Ini dikarenakan pemerintah
Lebih terperinciPembangunan Infrastruktur Untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi dan Mengurangi Kesenjangan
Rilis PUPR #1 18 Juli 2017 SP.BIRKOM/VII/2017/352 Pembangunan Infrastruktur Untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi dan Mengurangi Kesenjangan Yogyakarta--Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan daerah.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan di daerah, Pemerintah Daerah wajib mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan di daerahnya dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Alokasi anggaran kegiatan APBN maupun APBD harus dilakukan tepatwaktu,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Alokasi anggaran kegiatan APBN maupun APBD harus dilakukan tepatwaktu, tepat-sasaran sekaligus memiliki multiplier effect terhadap pertumbuhan ekonomi. Beberapa
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan teknologi informasi (information technology) telah menembus semua jenis organisasi, hampir setiap proses bisnis yang ada didukung oleh teknologi informasi
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH
PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 mewajibkan Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.346, 2010 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. E-GOVERNMENT. Pelaksanaan.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.346, 2010 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. E-GOVERNMENT. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.10/MEN/VII/2010
Lebih terperinciBUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR4ATAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAN E-GOVERNMENT DI KABUPATEN MOJOKERTO
BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR4ATAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAN E-GOVERNMENT DI KABUPATEN MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang a. bahwa pemanfaatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Hal ini berkaitan dengan tanggung jawab pemerintah terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sesuai dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah dan diberikannya wewenang yang lebih luas kepada pemerintah kabupaten dan kota di Indonesia, maka
Lebih terperinciGUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT
GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DAN PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciMENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.10/MEN/VII/2010 TENTANG E-GOVERNMENT DI KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN
Lebih terperinciBAB IV KAIDAH PELAKSANAAN
BAB IV KAIDAH PELAKSANAAN BAB IV KAIDAH PELAKSANAAN Dalam melaksanakan program dan kegiatan untuk mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2012 Kementerian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) merupakan suatu kebutuhan guna mendukung kegiatan organisasi termasuk di lingkungan pemerintahan dalam pencapaian tujuannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sistem Informasi merupakan kumpulan elemen-elemen/sumberdaya dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Informasi merupakan kumpulan elemen-elemen/sumberdaya dan jaringan prosedur yang saling berkaitan secara terpadu, terintegrasi dalam suatu hubungan hirarkis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengelolaan disektor publik sering dinilai oleh masyarakat tidak produktif, tidak efisien, rendah kualitasnya danbanyak kekurangan lainya. Hal tersebutmemunculkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. finansial Pemerintah Daerah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini menyebabkan aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Dalam penyelengaraan otonomi daerah, pemerintah diberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Dalam penyelengaraan otonomi daerah, pemerintah diberikan kewenangan yang luas untuk menyelenggarakan semua urusan pemerintah, hal itu tidak terlepas dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kebijakan desentralisasi fiskal yang diberikan pemerintah pusat kepada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan desentralisasi fiskal yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah diatur dalam UU RI Nomor 33 Tahun 2004. UU ini menegaskan bahwa untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Reformasi sistem penganggaran telah berjalan sejak disahkan paket. undang-undang keuangan negara yaitu Undang-Undang (UU) Nomor 17
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi sistem penganggaran telah berjalan sejak disahkan paket undang-undang keuangan negara yaitu Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003, UU Nomor 1 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam sektor publik, dalam hal ini adalah belanja modal,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Investasi dalam sektor publik, dalam hal ini adalah belanja modal, merupakan salah satu pengeluaran investasi jangka panjang dalam kegiatan perekonomian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN RENSTRA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, maksud dan tujuan, batasan masalah yang mendefinisikan luang lingkup penelitian tugas akhir, metodologi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat dan telah semakin luas.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat dan telah semakin luas. Penggunaan teknologi yang tidak hanya terbatas pada bidang bisnis dan perdagangan tetapi lebih
Lebih terperinciKESIAPAN E-GOVERNMENT XYZ
KESIAPAN E-GOVERNMENT XYZ Lucky E. Santoso dan Anton T. Argono http://www.lesantoso.com/ Abstrak Tujuan penelitian ini adalah menentukan seberapa siap instansi-instansi XYZ (bukan nama sebenarnya) dalam
Lebih terperinciANALISIS VALUE FOR MONEY PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN 2007
ANALISIS VALUE FOR MONEY PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN 2007 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi daerah, sebagaimana halnya di bidang-bidang lainnya. Usaha untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah pusat telah menggariskan kebijaksanaan untuk mengembangkan dan meningkatkan peranan dan kemampuan pemerintah daerah di bidang keuangan dan ekonomi daerah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan diberlakukannya UU Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah yang kemudian direvisi dengan UU Nomor 32 tahun 2004, memberikan wewenang seluasnya kepada
Lebih terperinciBAB 7 PENUTUP 7.1 PEDOMAN PEMBANGUNAN
BAB 7 7.1 PEDOMAN PEMBANGUNAN Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2016 memuat sasaran, arah kebijakan dan strategi pembangunan untuk semua program dan kegiatan prioritas menurut strategi pembangunan nasional
Lebih terperinci2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1565, 2014 KEMENDAG. Alat Ukur. Takar. Timbang. Perlengkapan. Tera dan Tera Ulang. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/M-DAG/PER/10/2014 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya berbagai sistem informasi pada instansi-instansi pemerintah merupakan implikasi positif dari pemanfaatan teknologi informasi (TI) untuk meningkatkan pelayanan
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam tahun anggaran tertentu yang berisi sumber pendapatan dan penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anggaran sektor publik merupakan alat ( instrument) akuntabilitas atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran sektor publik merupakan alat ( instrument) akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dari uang publik. Penganggaran
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2006 NOMOR 1 SERI A NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2006 NOMOR 1 SERI A NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH
Lebih terperinciIMPLEMENTASI STANDAR PENGELOLAAN SUMBER DAYA TEKNOLOGI INFORMASI GUNA MENDUKUNG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DI LEMBAGA PEMERINTAHAN
IMPLEMENTASI STANDAR PENGELOLAAN SUMBER DAYA TEKNOLOGI INFORMASI GUNA MENDUKUNG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DI LEMBAGA PEMERINTAHAN Agustinus Fritz Wijaya, S.Kom., M.Cs. Ariya Dwika Cahyono, S.Kom.,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN DOMPU NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DOMPU,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DOMPU NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DOMPU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan visi misi pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama semakin berkembang. Bukan hanya perusahaan swasta saja yang menggunakan teknologi informasi
Lebih terperinciPERANAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM E-GOVERNMENT SERTA P E N T I N G N Y A K O M I T M E N.
PERANAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM E-GOVERNMENT SERTA P E N T I N G N Y A K O M I T M E N munir@upi.edu PENGANTAR Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang sedemikian pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas, membuka peluang bagi proses akses, pengelolaan, dan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era ini perguruan tinggi sangat berperan penting dalam. merupakan tempat dimana mahasiswa dapat menimba ilmu dan tempat untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era ini perguruan tinggi sangat berperan penting dalam pengembangan kualitas hidup bagi suatu masyarakat. Perguruan tinggi sendiri merupakan tempat dimana mahasiswa
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puskesmas merupakan salah satu institusi pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di suatu
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puskesmas merupakan salah satu institusi pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di suatu wilayah tertentu. Lingkup pelayanan yang begitu luas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang Nomor 22 dan Nomor 25 tahun 1999 yang sekaligus menandai perubahan paradigma pembangunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dengan pesat. Upaya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan di Indonesia saat ini sangat cepat dikarenakan Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dengan pesat. Upaya pemerintah dilakukan
Lebih terperinciANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN/FISKAL
ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN/FISKAL (Studi Empiris pada Kabupaten/Kota di Wilayah karesidenan Surakarta) SKRIPSI Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi Informasi (TI) pada awalnya hanya dimanfaatkan untuk menyelesaikan proses-proses manual yang terjadi pada suatu organisasi. Seiring dengan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyampaikan laporan pertanggungjawaban yang terdiri atas Laporan Perhitungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan Pemerintah No. 108 Tahun 2000 tentang pertanggungjawaban Kepala Daerah menyarankan agar setiap akhir tahun anggaran, Kepala daerah menyampaikan laporan pertanggungjawaban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi menjadi tonggak sejarah perubahan dari tatanan kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Reformasi menjadi tonggak sejarah perubahan dari tatanan kehidupan kelembagaan dan birokrasi di Indonesia, dimana semua stakeholder mulai menuntut penyelenggaran
Lebih terperinciBAB V PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR
BAB V PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR 25-29 BAB V PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR 25-29 53 PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demokratis, transparan, serta meletakkan supremasi hukum. Perubahan yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia pada saat ini tengah mengalami perubahan kehidupan berbangsa dan bernegara secara fundamental menuju ke sistem tata kelola kepemerintahan yang demokratis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan pemberdayaan dalam pengambilan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah merupakan pemberdayaan dalam pengambilan keputusan secara lebih leluasa untuk mengelola sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing daerah sesuai
Lebih terperinci2015, No Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Ta
No.1486, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Ketersediaan Layanan. Kerjasama Pemerintah. Badan Usaha. Infrastruktur.Pembayaran. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.08/2015
Lebih terperinciBERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN E-GOVERNMENT PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. era baru dengan dijalankannya otonomi daerah. Otonomi daerah ini ditandai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan Pemerintah Daerah di Indonesia sejak tahun 2001 memasuki era baru dengan dijalankannya otonomi daerah. Otonomi daerah ini ditandai dengan keluarnya Undang-Undang
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 18 TAHUN 2015
PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 18 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN,
Lebih terperinciBANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya
BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Menyelesaikan Desentralisasi Pesan Pokok Pemerintah daerah (Pemda) di Indonesia kurang memiliki pengalaman teknis untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengadaan saat ini masih ditangani secara ad-hoc oleh panitia yang dibentuk dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan merupakan salah satu fungsi penting pada organisasi pemerintah, namun hingga saat ini kurang mendapatkan perhatian yang memadai. Fungsi pengadaan saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya peningkatan kualitas layanan sebagai salah satu realisasi dari tata kelola pemerintahan yang baik (Good Corporate Governance) mensyaratkan penerapan tata kelola
Lebih terperinci