BAB III. SISTEM PEMBINAAN RUMAH TAHANAN NEGARA KLAS 1 SURAKARTA A. Sejarah Berdirinya Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III. SISTEM PEMBINAAN RUMAH TAHANAN NEGARA KLAS 1 SURAKARTA A. Sejarah Berdirinya Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta"

Transkripsi

1 BAB III SISTEM PEMBINAAN RUMAH TAHANAN NEGARA KLAS 1 SURAKARTA A. Sejarah Berdirinya Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta 1. Sejarah Singkat Berdirinya Rumah Tahanan Klas 1 Surakarta Munculnya sebuah konsep pembaruan sistem pemidanaan di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari sistem yang mendahuluinya, seperti halnya sejarah berdirinya Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta. Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta ini berdiri pada tahun 1878 dengan nama Rumah Penjara Surakarta, yang dalam pelaksanaannya masih menggunakan sistem balas dendam sehingga seolah olah penjara dijadikan sebagai sarana pembalasan dendam dari negara terhadap orang yang melakukan tindak pidana dengan cara menghukum seberat beratnya, bahkan yang lebih ironis lagi, hak hak kebebasan serta kemerdekaanya juga turut dicabut. Dalam sistem ini, narapidana diisolasikan dari kehidupan bermasyarakat. Orang hukuman dipandang sebagai individu yang rendah martabatnya sehingga tidak layak bersosialisasi dengan masyarakat. Realisasi dari sistem balas dendam dianggap sebagai sistem yang tidak manusiawi yang akhirnya memunculkan fenomena baru. Pada tahun 1964 terjadi perubahan sistem yang semula berfungsi sebagai alat balas dendam berubah menjadi sistem permasyarakatan yang lebih menekankan pada proses pembinaan yang diarahkan pada segi kepribadian sebagai perubahan sikap dan tingkah laku yang lebih baik. Namun, meskipun sistemnya telah berubah, nama Rumah Penjara masih tetap melekat dan menimbulkan kesan angker dan arogan yang masih mendominasi sampai sekarang. 38

2 39 Surat Keputusan Menteri Kehakiman tanggal 11 Maret 1976 No. Y.S.4 /2/23/1976 tentang pembentukan kantor Direktorat Jenderal Bina Tuna Warga pada Kabupaten atau Kotamadya, maka Lembaga Pemasyarakatan Surakarta berkedudukan sebagai kantor Direktorat Jenderal Bina Warga dengan membawahi beberapa Lembaga Pemasyarakatan yang berada di eks Karesidenan Surakarta yang meliputi Lembaga Pemasyarakatan Klaten, Lembaga Pemasyarakatan Boyolali, Lembaga Pemasyarakatan Wonogiri, dan Lembaga Pemasyarakatan Sragen. Surat Keputusan Menteri Kehakiman tanggal 30 Juli 1977 No. Y. S. 4 / 6/ 3 tahun 1977 tentang Penetapan Klasifikasi dan Balai BISPA, maka Lembaga Pemasyarakatan Surakarta berkedudukan sebagai Kantor Direktorat Jenderal Bina Tuna Warga juga sebagai Lembaga Pemasyarakatan Klas I. Pada tahun 1983 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman tanggal 16 Desember 1983 No. 03. UM tentang penetapan Lembaga Pemasyarakatan tertentu sebagai Rumah Tahanan Negara (Rutan), maka Lembaga Pemasyarakatan Surakarta disamping sebagai Lembaga Pemasyarakatan sekaligus sebagai Rumah Tahanan Negara (Rutan). Surat Keputusan Menteri Kehakiman No. M. 04. PR tersebut tentang organisasi dan tata kerja, Rumah Tahanan Surakarta ditetapkan sebagai Rumah Tahanan Negara (Rutan) Klas I dengan wilayah wewenang meliputi Kotamadya / Daerah Tingkat II Surakarta, Daerah Tingkat II Sukoharjo dan Daerah Tingkat II Karanganyar yang kini namanya menjadi Kota Surakarta, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Karanganyar. 30 vi. 30 Arsip Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah hlm. v

3 40 Bangunan gedung Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta ini terletak di tengah kota tepatnya di jalan raya Slamet Riyadi No. 18 Surakarta dengan luas tanah m 2. Batas batas Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta ini adalah : (a) Sebelah Utara : Gang Kampung Baru (b) Sebelah Selatan : Jl. Raya Slamet Riyadi (c) Sebelah Barat : Dibatasi Gang antara Rumah Tahanan ( Rutan ) dengan Bank BPD (d) Sebelah Timur : Dibatasi jalan antara Rumah Tahanan ( Rutan ) dengan Bank Bumi Daya. 2. Status, Struktur Organisasi dan Tata Laksana Rumah Tahanan Klas 1 Surakarta a. Status Rumah Tahanan Klas 1 Surakarta Status Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta ini merupakan unit pelaksanaan teknik di bidang penahanan untuk kepentingan penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan. Rumah Tahanan Klas 1 Surakarta adalah lembaga pemerintah yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Departemen Kehakiman. Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta ini juga sebagai tempat untuk menampung narapidana yang telah menerima keputusan hukum untuk ditahan. Berdasarkan kapasitasnya, Rumah Tahanan Surakarta ini diklasifikasikasi ke dalam klas 1.

4 41 b. Struktur Organisasi Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta Bagan 1 Bagan Struktur organisasi Rumah Tahanan Klaa 1 Surakarta Kepala Rutan Klas 1 Urusan Tata Usaha Kesatuan Pengamanan Rutan Seksi Pelayananan Tahanan Seksi Pengelolaan Rutan Sub Seksi Administrasi dan Perawatan Sub Seksi Keuangan / Perlengkapan Sub Seksi Bantuan Hukum dan Penyuluhan Sub Seksi Bimbingan Kegiatan Petugas Keamanan Sub Seksi Umum Kegiatan Sumber : Buku Tahunan Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta

5 42 Pada bagian struktur organisasi Rumah Tahanan (Rutan) Klas 1 Surakarta dalam penyelenggaraanya dipimpin oleh seorang Kepala Rutan yang bertugas melakukan pelayanan tahanan, pengelolaan keamanan dan tata tertib, serta melakukan pengawasan terhadap para narapidana yang ada di Rumah Tahanan (Rutan). Kepala Rumah Tahanan Negara dalam melaksanakan tugas berfungsi sebagaimana layaknya suatu lembaga keamanan dibantu oleh tiga kepala seksi dan satu bagian urusan tata usaha, yaitu: (1) Kepala Seksi pelayanan tahanan yang membawahi tiga sub seksi (2) Kepala Seksi Pengelolaan Rutan yang membawahi dua sub seksi (3) Kepala Seksi kesatuan pengamanan Rutan yang dibantu oleh staf keamanan (4) Urusan Tata Usaha Adapun tugas dan fungsinya dari masing kepala seksi yaitu sebagai berikut : (1). Kepala Seksi pelayanan tahanan Kepala Seksi pelayanan tahanann ini mempunyai tugas yaitu melakukan pengadministrasian dan perawatan, mempersiapkan pemberian bantuan hukum dan penyuluhan bagi para tahanan dan narapidana. Kepala Seksi pelayanan tahanan ini juga memiliki fungsi yaitu melakukan administrasi membuat data statistik dan dokumentasi para tahanan dan narapidana serta memberi perawatan dan pemeliharaan bagi para tahanan dan narapidana, mempersiapkan pemberian bantuan hukum dan pnyuluhan bagi para tahanan

6 43 dan narapidana, memberikan bimbingan kegiatan kepada para tahanan dan narapidana. 31 Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kepala Seksi pelayanan tahanan, dibantu oleh tiga sub unit : (a) Kepala sub seksi Administrasi dan Perawatan Bertugas melakukan pencatatan tahanan dan barang barang bawaan tahanan, membuat data statistik dan dokumentasi, serta memberikan perawatan dan mengurus keadaan narapidana. (b) Kepala sub seksi bantuan hukum dan penyuluhan Bertugas untuk mempersiapkan pemberian bantuan hukum dan penyuluhan dari penasehat hukum, memberikan penyuluhan yang menekankan pada pembinaan kepribadian. (c) Kepala sub seksi bimbingan kegiatan Bertugas untuk memberikan bimbingan kegiatan yang menekankan pada bidang pembinaan kemandirian bagi penghuni Rutan. (2) Kepala seksi pengelolaan Rutan ` Bertugas untuk mengurusi bidang keuangan, perlengkapan dan rumah tangga Rutan. Kepala seksi pengelolaan Rutan ini juga memiliki fungsi yaitu melaksanakan urusan keuangan dan perlengkapan termasuk pengadaan, inventarisasi, penghapusan dan pelaporan perlengkapan yang ada di Rumah Tahanan Negara, melakukan urusan Rumah Tangga dan Kepegawaian. 31 Buku Tahunan Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta hlm. 4-5

7 44 (3). Kepala seksi Kesatuam pengamanan Rutan Bertugas untuk memelihara keamanan dan ketertibab. Kepala seksi kesatuan dan pengamanan Rutan ini memliki fungsi yaitu melakukan administrasi keamanan dan ketertiban Rutan, melakukan penjagaan dan pengawasan terhadap tahanan, memelihara keamanan dan ketertiban Rutan, melakukan penerimaan, penempatan dan pengeluaran tahanan serta memonitor tata tertib tahanan pada tingkat pemeriksaan., serta membuat laporan dan berita acara pelaksanaan pengamanan dan ketertiban Rutan Di dalam melaksanakan tugasnya, kepala seksi kesatuan pengamanan Rutan dibantu petugas pengamanan, yang bertugas serta bergiliran menurut waktu yang telah ditetapkan selama 24 jam. (4) Urusan Tata Usaha Bertugas mengurus segala hal yang berhubungan dengan surat menyurat dan kearsipan. c. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Rumah Tahanan ( Rutan ) (1) Kedudukan Rutan yaitu. unit pelaksanaan teknis di bidang penahanan untuk kepentingan penyidikan,penuntutan, dan pemeriksaan disidang pengadilan atau tempat tersangka / terdakwa ditahan selama proses penyidikan berlangsung. Rumah Tahanan Negara dipimpin oleh seorang kepala yang disebut Kepala Rutan, Kepala Rutan ini bertanggung jawab kepada kantor wilayah Departemen Kehakiman Ibid, hlm.6.

8 45 (2) Tugas Rumah Tahanan Negara (Rutan) mempunyai tugas untuk melaksanakan perawatan terhadap tersangka atau terdakwa sesuai dengan perundang undangan yang berlaku. (3) Fungsi Rutan adalah melakukan pelayanan tahanan, melaksanakan pemeliharaan pemeliharaan keamanan dan ketertiban, melakukan pengelolaam Rumah Tahanan, dan melakukan urusan tata usaha Rumah Tahanan. d. Sarana atau Fasilitas yang dimiliki Rumah Tahanan ( Rutan ) Didalam melaksanakan tugas kepada warga binaan ( narapidana ) agar dapat dapat terlaksana dengan lanccar dang berhasil, sesuai dengan program Rutan sangat diperlukan sarana atau fasilitas yang memadai. Sarana atau fasilitas yang ada di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta yaitu gedung Rumah Tahanan yang terdiri dari : (1) Ruang gedung berlantai dua untuk kompleks perkantoran. (2) Satu unit gedung serbaguna atau aula untuk pertemuan dan olahraga. (3) Dua unit gedung ibadah yaitu masjid dan gereja. (4) Satu unit ruang kesehatan / poliklinik. (5) Satu unit ruang ketrampilan. (6) Satu unit ruang kesenian. (7) Satu unit ruang besuk. (8) Satu unit ruang koperasi. (9) Satu unit gudang beras.

9 46 (10) Satu unit ruang dapur umum. (11) Satu unit ruang MCK, jumlah kamar sebanyak 32 dan yang difungsikan 28 kamar. (12) Satu unit mobil kijang cell wagon untuk operasional. e. Klasifikasi Narapidana di Rutan Klas 1 Surakarta Dalam Rumah Tahanan, yang menempatinya disebut penghuno. Penghuni Rutan Klas 1 Surakarta digolongkan menjadi 2 yaitu tahanan dan narapidana. Untuk lebih jelas akan diterangkan mengenai kedua beserta klasifikasinya di Rutan Klas 1 Surakarta. 33 (1) Tahanan Tahanan merupakan tersangka atau terdakwa yang ditempatkan didalam Rutan untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di bidang pengadilan. Tahanan ini sifatnya sementara yang meliputi tahanan polisi atau yang dilakukan oleh penyidik atau penyidik pembantu dan tahanan jaksa atau tahanan yang dilakukan oleh penuntut umum sebagai penahanan lanjutan. Penghuni Rutan Klas 1 Surakarta yang berstatus tahanan dapat diklasifikasikan menjadi lima macam yaitu : (a) Tahanan titipan A.I: Tahanan Polisi (b) Tahanan titipan A.II: Tahanan Kejaksaan (c) Tahanan titipan A.III:Tahanan Hakim Pengadilan Negeri yaitu tahanan yang karena ada pelimpahan perkara dari jaksa ke tangan hakim 33 Ibid, hlm.6.

10 47 (d) Tahanan titipan A.IV: Tahanan Putusan Banding, tahanan karena perkara yang sudah diputus oleh Hakim Pengadilan yang berkompeten, akan tetapi merasa tidak puas dan tersangka mengajukan naik banding. Selama belum ada putusan banding, tersangka tetap harus menjalani (e) Tahanan titipan A. V: Tahanan Putusan Kasasi, yaitu tahanan karena perkara yang sah diputus pengadilan tinggi tetapi pihak tersangka tidak puas dan kemudian mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung. 34 (2) Narapidana Narapidana adalah manusia biasa, yang menurut hukum tengah menjalani masa pidana dan merupakan manusia yang tengah mengalami krisis. Mengingat bahwa narapidana adalah manusia yang sedang mengalami krisis kepercayaan diri akibat stigma masyarakat, maka pada siang hari pihak Rutan memberi kebebasan untuk bergaul diantara penghuni sesama Rutan, asal tidak melanggar tata tertib yang ada. Hal ini dimaksudkan agar narapidana dapat menumbuhkan kembali kepercayaan dirinya dan tidak mempunyai pikiran bahwa mereka adalah orang yang terasing yang sudah bobrok mentalnya yang tidak layak hidup ditengah-tengah masyarakat.selain itu juga sebagai sarana untuk memudahkan mereka dalam meyesuaikan diri dengan kehidupan masyarakat sebagai dasar resosialisasi kelak, tentu saja kebebasan yang diberikan Rutan masih berada dalam pengawasan petugas yang bersangkutan. Sedang pada malam hari para penghuni Rutan diharuskan masuk kamarnya masing-masing, hal ini bertujuan untuk menjaga agar residivis tidak 34 Ibid, hlm.7.

11 48 mempunyai kesempatan mempengaruhi penghuni lain untuk melakukan tindak pidana lagi atau pengaruh dari rencana untuk melarikan diri. Penghuni Rutan Klas I Surakarta yang berstatus narapidana disebut dengan istilah register, yang diklasifikasikan menjadi 4, yaitu : (1) Register B I : Narapidana yang masa pidananya lebih dari satu tahun (2) Register B II a : Narapidana yang masa pidananya antara tiga bulan sampai satu tahun. (3) Register B II b : Narapidana yang masa pidananya kurang dari tiga bulan (4) Register B III : Narapidana yang dikenai pidana kurungan sebagai pengganti denda atau subsider, ini untuk Tindak Pidana Ringan (TIPIRING) atau biasanya dibawah tiga bulan. 35 Dalam hal klasifikasi beradasarkan umur, dapat dikategorikan menjadi tiga kategori: (1) Kategori Dewasa : Umur 22 tahun keatas. (2) Kategori Pemuda : Umur tahun. (3) Kategori Anak Pidana : Dibawah umur 18 tahun. Penempatan kamar penghuni, Rutan Klas 1 Surakarta juga dipisahkan khususnya antara tahanan dan narapidana, pria atau wanita. Untuk penghuni wanita ditempatkan di blok yang tertutup. Untuk itu akan diuraikan pembagian blok para penghuni Rutan Klas 1 Surakarta : (1) Blok A: Khusus untuk penghuni wanita, baik tahanan maupun narapidana. Dalam blok ini bisa menampung 40 orang. hlm i vii. 35 Inventaris Arsip Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah. 2013

12 49 (2) Blok B : Untuk para penghuni yang berstatus tahanan pria dan anak pidana. Dalam blok ini bisa menampung sekitar 50 orang narapidana laki laki dan 20 orang narapidana anak anak (3) Blok C: Untuk para penghuni yang berstatus narapidana pria dan anak pidana. Dalam blok ini menampung 25 orang narapidana (4) Blok D: Untuk para penghuni khusus yang berstatus tahanan dan narapidana, biasanya karena faktor narkoba, tetapi pada waktu dulu sebelum kasus narkoba merebak drastis. Blok D ditempati oleh tahanan politik, dan sekarang tahanan politik sudah tidak ada. Penghuni khusus narkoba dengan penghuni penghuni perlu dipisahkan dengan maksud agar para penghuni kasus narkoba tidak mempengaruhi penghuni lain untuk sekedar mencoba atau memakai segala jenis obat obatan terlarang, sehingga mencegah tindak pidana residivis baru. 36 Dalam blok ini menampung satu sampai tiga orang narapidana f. Visi dan Misi Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta ini memiliki visi dan misi yaitu (1) Visi Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta : Visi Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta adalah memulihkan kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan warga binaan permasyarakatan sebagai individu, anggota masyarakat dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa ( Membangun Manusia Mandiri ) 36 Ibid, hlm viii.

13 50 (2) Misi Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta : Misi Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta adalah melaksanakan perawatan tahanan, pembinaan dan pembimbingan warga binaan peramasyarakatan serta pengelolaan benda sitaan Negara dalam kerangka penegakan hukum, pencegahan dan penanggulangan kejahatan dan perlindungan hak asasi manusia. 37 B. Lahirnya Sistem Pembinaan Narapidana Di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta Lahirnya sistem pembinaan narapidana yang ada di Surakarta ini tidak lepas dari perkembangan sistem hukum yang ada di Indonesia. Lahirnya sistem pembinaan narapidana yang ada di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta karena pada tahun 1969 ini, sistem yang digunakan untuk narapidana telah berubah sesuai dengan gagasan dari Sahardjo. Gagasan yang dicetuskan oleh Sahardjo mengenai sistem penjara yang diberlakukan kepada narapidana diganti dengan sistem permasyarakatan yang bertujuan agar para narapidana dapat berubah tabiatnya. Tujuan utama dari sistem baru permasyarakatan ini adalah meningkatkan kesadaran narapidana sebagai manusia. 38 Konsepsi Permasyarakatan ini telah diakui secara resmi diakui sebagai suatu keberhasilan dalam perlakuan kepada narapidana. Sistem kepenjaraan yang memperlakukan narapidana sebagai obyek yang diperlakukan lebih rendah dari 37 Ibid, hlm. xi. 38 Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan di Indonesia ( Jakarta : PT Pradnya Paramita, 1986 ), hlm 91.

14 51 manusia, atau dengan kata lain narapidana ini diperlakukan secara tidak adil atau kurang manusiawi. Jika narapidana hanya dipandang sebagai obyek dan tidak diberikan pembinaan maka narapidana yang ada di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta hanya dimanfaatkan tenaganya saja untuk kepentingan penjara. Dalam sistem permasyarakatan, narapidana disini berperan sebagai subyek yang seharusnya narapidana diperlakukan sama seperti manusia lainnya. Dalam sistem baru pembinaan narapidana, perlakuan narapidana diterapkan sebagai subyek dan obyek yang aertinya yang artinya perlakuan yang diterapkan kepada narapidana ini sejajar dengan manusia lain namun para narapidana memiliki kedudukan yang berbeda dengan manusia lain karena narapidana ini harus melalui proses pembinaan terlebih dahulu. Proses pembinaan narapidana ini ada beberapa komponen pembinaan yaitu pembina, yang dibina, materi pembinaan, tempat pembinaan, sarana pembinaan, dan sejumlah komponen lainnya. Pembinaan kepada narapidana ini tidak hanya dari segi spiritual saja, melainkan mereka juga dibina dalam bidang keterampilan, pendidikan sekolah, kepemimpinan, dan berbagai bidang lainnya. Pembinaan narapidana adalah upaya untuk mempersiapkan narapidana kembali ke masyarakat. Dalam sistem permasyarakatan, semua bentuk bangunan penjara masih terap digunakan, hanya namanya saja yang dirubah menjadi Lembaga Permasyarakatan. Sebagian besar narapidana ini dibina di dalam Lembaga Permasyarakatan / Rutan. Sebenarnya narapidana harus dipidana dan dibina hanya di Lembaga Permasyarakatan, tidak di Rutan ( Rumah Tahanan Negara ) karena Rutan hanya diperuntukkan bagai para tahanan saja. Namun, karena tidak setiap kota atau kabupaten mempunyai lembaga permasyarakatan, maka sebagian narapidana terpaksa dipidana di Rutan, dititipkan di

15 52 Rutan setempat terutama untuk narapidana dengan pidana dibawah satu tahun, atau narapidana yang sisa hukumannya tinggal beberapa bulan saja, dipindahkan dari Lembaga Permasyarakatan ke Rutan tempat asal narapidana guna persiapan diri menjelang lepas/ habis masa pidananya. 39 Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta ini memiliki banyak sekali pembinaan yang diperuntukkan bagi para narapidana yang ada di sana. Pembinaan yang dilakukan kepada narapidana ini bertujuan agar para narapidana yang berada di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta memiliki keterampilan dan kelak akan dijadikan sebagai bekal jika mereka bebas nanti. Hal ini sesuai dengan visi dan misi yang ada di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta yaitu Membangun Manusia Mandiri. Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta pada tahun merupakan pusat dari lembaga lembaga permasyarakatan yang ada di daerah eks Karesidenan Surakarta. Bentuk perlakuan yang dituangkan dalam usaha Lembaga Permasyarakatan di Surakarta / Rutan untuk membina narapidana dalam mengenal dirinya sediri sehingga dapat merubah diri sendiri menjadi lebih baik, menjadi positif, tidak lagi melakukan tindak pidana dan mampu mengembangkan diri sendiri menjadi manusia yang lebih berguna bagi nusa, bangsa, agama, dan keluarganya. Berbagai upaya telah dilakukan Lembaga Permasyarakatam / Rutan dalam rangka mewujudkan pelaksanaan pidana yang efektif dan efisien agar narapidana dapat mengenal diri sendiri. Usaha itu berupa pembagian Lembaga Permasyarakatan berdasarkan kapasitasnya yaitu Klas I, II, III dan di Surakarta sendiri, Rumah Tahanan Negara (Rutan) adalah Klas I. 39 Ibid, hlmn.100.

16 53 Antara tahanan dengan narapidana terdapat perbedaan yang signifikan. Narapidana adalah tahanan yang telah diputuskan hukumannya oleh pengadilan, sedangkan tahanan adalah mereka yang masih dalam proses pengadilan. Rumah Tahanan Negara adalah sebagai tempat pelaksanaan pidana pencabutan kemerdekaan selama kurang dari satu tahun. Lembaga permasyarakatan ini memp 40 unyai masa pidana yang berlaku lebih dari satu tahun sehingga yang membedakan antara Rumah Tahanan (Rutan) dan Lembaga Permasyarakatan (Lapas) adalah masa pencabutan kemerdekaan. Untuk tugas dan sistem pembinaan tidak berbeda namun realisasinya banyak narapidananya yang masa pidanya lebih dari satu berada di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta dengan pertimbangan bahwa para narapidana ini memiliki potensi di bidang tertentu sehingga bisa membantu para petugas Rumah Tahanan (Rutan) dalam membina dan mendidik narapidana lain dan narapidana yang berpotensi ini atas persetujuan Direktorat Jenderal Permasyarakatan diminta untuk tetap tinggal di Rumah Tahanan (Rutan) sampai masa pidananya berakhir. C. Pembinaan Narapidana yang ada di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta Tahun Pembinaan Narapidana yang ada di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta ini sangat beragam mulai ddari pembinaan pendidikan, pembinaan bidang olahraga, keterampilan, keagamaan maupun bidang sosial. Sistem Pembinaan narapidana yang ada di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakara ini memiliki tujuan agar para narapidana yang ada Rumah Tahanan Negara Klas 1 memliiki keterampilan keterampilan khusus 40 Inventaris Arsip Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah. 2013,,op.cit, hlm. viii.

17 54 setelah para narapidana ini keluar dari Lembaga Permasyarakatan dan juga menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Pembinaan narapidana yang dilakukan di Rumah Tahanan Klas 1 Surakarta ini didasarkan pada perubahan sistem yang ada di Rumah Tahanan Negara Klas 1 yang semula memberlakukan sistem penjara yang akhirnya diganti menjadi sistem pembinaan yang dinilai lebih efektif untuk narapidana itu sendiri. Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta ini juga melakukan pembinaan agama bagi narapidana. Pembinaan agama yang ada di Lembaga Permasyarakatan Surakarta adalah pembinaan Agama Islam, Agama Kristen Protestan / Katolik, Agama Hindu/ Budha.. Untuk agama Islam, mata pelajaran yang diajarkan kepada narapidana adalah Tauhid, Fikih, Akhlak, Tafsir Our an, Hadits, dan Tarikh. Untuk agama Kristen Protestan/ Katolik, mata pelajar yang diajarkan kepada narapidana adalah Kataksasi, Ceramah, Babtis, Misa / Perjamuan Kudus, Kumpulan Doa dan Ibadat Minggu sedangkan untuk Agama Hindu/ Budha pelajaran agama yang diajarkan ini disesuaikan dengan keperluan agama yang bersangkutan. Program pembinaan untuk narapidana di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta ini banyak menglami perubahan. Perubahan program pembinaan kepada narapidana ini dikarenakan adanya perubahan sistem yang terjadi di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta. Perubahan sistem yang terjadi di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta ini awalnya adalah sistm penjara yang berlangsung pada tahun 1960 dan pada tahun 1976, sisem penjara ini berganti dengan sistem pembinaan bagi narapidana namun pembinaaan yang dilakukan hanya sebatas pembinaan di bidang fisik saja. Pada tahun 1980, dimulailah sistem pembinaan kepada yang dilakukan dengan cara membuat program pembinaan bagi narapidana. Program pembinaan yang dilakukan oleh pihak

18 55 Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta ini meliputi bidang olahraga, bidang pendidikan, bidang keterampila, dan bidang pertanian. Program pembinaan ini bagi narapidana ini dilakukan dengan cara seti. jumlah tahanan atau narapidana yang ikut dalam pembinaan berjumlah orang narapidana dan jumlah pembina yang bertugas untuk membina narapidana ini berjumlah satu orang pembina. Para narapidana ini dibina di ruangan ruangan khus yang disediakan untuk melakukan pembinaan. Ruangan ruangan khusus yang dissediakan untuk membina para narapidana ini biasanya adalah aula atau ruang ruang besar yang terdapat dalam blok blok yang ada di Rutan itu sendiri. Program pembinaan yang ada di Rumah Tahanan Klas 1 Surakarta ini setiap bulannya dibuat laporan yang digunakan untuk memantau hasil dari pembinaan yang dilakukan. Pelaksanaan program pembinaan yang dilakukan oleh pihak Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta ini dilakukan setiap hari satu kegiatan dan seriap hari program pembinaan dilakukan selama satu sampai dua jam. Laporan hasil pembinaan kepada narapidana kemudian akan diserahkan kepada Kantor Kementerian Kehakiman yang ada di Jawa Tengah. Program penyuluhan Agama Kristen yang dilakukan pihak Rumah Tahnana Negara Klas 1 Surakarta pada tahun 1980 ini menunjukkan bahwa penyuluhan Agama ini diikuti oleh 28 orang narapidana Para narapidana ini dibimbing oleh pembina tau pembing agama Kristen yaitu Ny. Sinta Atmojo dan Bp. Yonatan. Hasil pembinaan

19 56 penyuluhan Agama Krsten yang dilakukan oleh pembina ini dinilai baik karena jumlah narapidana yang mengikuti pembinaaan cukup banyak. 41 Penyuluhan Agama Islam yang dilakukan oleh pihak Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta yang dibantu oleh Drs. Maqsudi dan Ny. Darti Nuflikah ini jumlah memperoleh hasil yang baik. Hal ini terlihat dari animo pengikut penyuluhan agama Islam yang berjumlah 50 orang. Program Penyuluhan agama Islam pada tahun 1980 imemiliki hasil yang ma dengan penyuluhan agam Kristen yang dinilai baik karena jumlah narapidana yang dinbina cukup banyak. 42 Program penyuluhan agama Islam pada pertengahan tahun 1980 mengalami peniningkatan yang cuukup banyak. Hal ini dikarenakan para narapidana yang mengikuti penyuluhan peny Agama Islam bertambah. Para narapidana yang mengikuti penyuluhan agama Islam yang awalnya herjumlah 50 orang kemudian bertambah menjadi 84 orang. Bertambahnya jumlah narapidana yang dibina ini tidak luput dari bimbingan dari Bapak Masqudi dan Ny. Darti Nufkilah yang dibantu oleh Soewoto yangberhasil membina narapidan dengan baik. 43. Program penyuluhan Agama Kristen yang dilakukan oleh pihak Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta yang dilakukan bersama para pembina yang bernama D. Poewohatmojo dan Bapak Suprapto. Jumlah narapidana yang dalam pembinaan 41 Laporan Penyuluhan Agama Kristen untuk bulan Juni 1980 pada Kantor Ditjen Binaga Surakarta. 42 Laporan Penyuluhan Agama Islam untuk bulan September 1980 pada Kantor Ditjen Binaga Surakarta. 43 Laporan Penyuluhan Agama Islam untuk bulan September 1980 pada Kantor Ditjen Binaga Surakarta

20 57 Agama Kristen berjumlah 45 orang narapidana. Program pembinaan Agama Kristen dinilai baik karena jumlah narapidana yang ikut dalam pembinaan ini cukup banyak. Pada pertengahan tahun 1980, program penyuluhan Agama Kristen yang ada di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini disebabkan narapidana yang ikut dalam pembinaan Agama Kristen jumlahnya bertambah menjadi 147 orang. Bertambahnya jumlah narapidana yang ikut dalam pembinaan ini dikarenakan animo narapidana yang ada di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta yang ingin melakukan pembinaan. Pembina Agama Kristen yang bertugas membina yaitu Ibu Sindu Rahardjo dan Bapak. D. Poewohatmojo yang dibantu oleh Bapak Suprapto. Hasil pembinaan agama Kristen pada pertengahan tahun 1980 ini dinilai sangat baik. Program Penyuluhan Agama Islam di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta pada akhir tahun 1980 mengalami perkembangan yang cukup pesat. Ini terlihat dari hasil pembinaan Agama Islam yang semula hanya diikuti oleh 50 orang kemudian bertambah menjadi 84 orang lalu bertambah kembali menjadi 120 orang. Jumlah pembina yang ditugaskan untuk membimbing para narapidana yang dibimbing ini juga mengalami peningkatan dari yang semula hanya dibimbing tiga orang pembina jumlahnya bertambah menjadi tujuh pembina. Para pembina yang ditugaskan untuk membina narapidana yaitu Bapak Masqudi, Ny. Darti Nufkilah, Soewoto, Sadjadi BA, Sdr. Yoesoef BA, Anwar Siswadi dan Bapak Isman. Hasil pembinaan agama Islam ini dinilai sangat baik karena materi pembinaan yang diberikan adalah materi sholat lima waktu, menghafal Al- Quran, Fiqih, dan Tauhid.

21 58 Program penyuluhan Agama Kristen di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta juga mengalamai perkembangan yang cukup pesat. Pada akhir tahun 1980, jumlah narapidana yang dibina bertambah. Hal ini dapat dilihat darii seula jumlah narapidana yang dibina berjumlah 45 0rang bertambah jumlahnya menjadi 147 dan kemudian bertambah menjadi 160 orang. Jumlah pembina yang ditugaskan untuk membina naropidana juga bertambah dari tiga orang menjadi empat orang yaitu Ibu Sindu Rahardjo, Bapak. D. Poewohatmojo, Bapak Suprapto dan Moses Pinangkaan.Materi yang diberikan dalam pembinaan agama Kristen ini adalah Kotbah dan Katakisasi dan hasil dari pembinaan Agama Kristen ini dinilai cukup baik Program pembinaan Budi Pekerti yang dilakukan oleh Gabungan Ibu ibu Antar Gereja Se- Kecamatan Kota Surakarta yang dipimpin oleh Ibu Sudarjono pada tahun 1980 di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta ini dikuti oleh para narapidana sebanyak 131 orang. Materi yang diberikan penyuluhan ini adah cerita cerita yang diambil dari teladan atau panutan tokoh tokoh dalam Alkitab Kristiani. Hasil dari pembinaan Budi Pekerti ini dinilai sangat baik karena jumlah narapidana yang ikut dalam pembinaan ini cukup banyak. 44 Program penyuluhan Agama Islam pada tahun 1981 yang dilakukan oleh pihak Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta ddikuti oleh para narapidana yang jumlahnya 85 orang. Jumlah narapidana yang dibina pada tahun 1981 ini menurun jumlahnya dibandingkan dengan tahun Namun, pada akhir tahun 1991 jumlah narapidana yang dibina bertambah jumlahnya menjadi 111 orang. Meningkatnya jumlah narapidana 44 Arsip Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta tahun 1980 tentang pembinaan budi pekerti.

22 59 yang dibina ini dinilai cukup baik. Materi yang diberikan dalam pembinaan ini adalah Tauhid dan Fiqih. Program penyuluhan Agama Kristen di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta pada tahun 1981 mengalami penurunan jumlah narapidana Hal ini dapat dilihat dari hasil absensi jumlah narapidana yang dibina hanya berjumlah 111 orang. Jumlah pembina yang ditugaskan untuk membina para narapidana juga menurun jumlahnya yaitu hanya dua orang saja yaitu Bapak. D. Poewohatmojo, Bapak Suprapto dan Moses Pinangkaan Hasil dari pembinaan agama Kristen pada tahun 1981 adalah cukup baik 45 TABEL 2 Laporan Kegiatan Olahraga dan Kesenian untuk bulan Nopember 1981 di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta No Tangga Olahraga dan Kesenian Nama Pelatih / Pembimbing Jumlah Pengikut Alat - alat yang digunakan Waktu Latihan ,4,7,9,11 Senam Soeparmo 48 Peraga 30 Menit 2 14,16,18,21 Bola Voli W.A. 36 Bola, Net, 90 Munandar. B.A dll Menit 3 23,25,28,30 Tenis W.A. 12 Bola, Net, 90 Meja Munandar. B.A Bed Menit 4 7,14,21,28 Karawitan Ian Isngandi 28 Gamelan 120 Lengkap Menit Keterangan Tiap Hari Senin Rabu, Sabtu Tiap Hari Sabtu Sumber : Arsip Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa laporan kegiatan olahraga dan kesenian yang ada di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta pada bulan Nopember 1981 bahwa kegiatan olahraga yang dilakukan adalah senam, bola voli, tenis meja dan 45 Wawancara dengan Bapak Suprapto tanggal 3 Desember 2015

23 60 kegiatan karawitan. Kegiatan senam ini dilakukan pada tanggal 2,4,7,9, dan 11 Nopember 1981 yang dibimbing oleh Soeparmo dengan jumlah pengikut 48 orang dan alat alat yang dipergunakan adalah peraga serta kegiatan senam ini dilakukan tiap hari Senen selama 30 menit. Kegiatan olahraga seperti bola voli ini dilakukan tiap hari Rabu dan Sabtu selama 90 menit yaitu pada tanggal 14, 16, 18, dan 21 Nopember 1981, kegiatan bola voli ini dibimbing oleh W.A. Munandar. BA yang dikuti oleh 36 orang dan alat alat yang dipergunakan dalam kegiatan bola voli ini adalah bola, net, dll sedangkan untuk kegiatan tenis meja yang dilakukan pada tanggal 23,25,28, dan 30 Nopember 1981 selama 90 menit, kegiatan tenis meja ini dibimbing oleh W.A. Munandar. BA yang dikkuti oleh 12 orang dan alat alat yang dipergunakan dalam kegiatan tenis meja ini adalah bola, net, meja, bed. Kegiatan kesenian yaitu karawitan ini dilakukan pada tanggal 7,14,21, dan 28 Nopember 1981, kegiatan karawitan ini dilaksanakan selama 120 menit yang dibimbing oleh Ian Isngadi dan kegiatan ini diikuti 28 pengikut serta alat alat yang dipergunakan dam kegiatan karawitan ini adalah gamelan lengkap/ TABEL 3 Laporan Bulanan Kegiatan Olahraga dan Kesenian Bulan Nopember 1981 di untuk Rumah Tahanan Klas 1 Surakarta No Tanggal Jenis Olahraga atau Kesenian Nama Pelatih/ Pembimbing Jumlah Pengikut Alat alat yang digunakan Waktu Latihan OLAHRAGA 1 Tg 2, 4, Bola Voli Basoeki 28 Bola dan Net s/d , 11 " " 28 -sda s/d , 18 " " 28 -sda s/d ,25 " " 28 -sda s/d KESENIAN Sumber : Arsip Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta Keterangan

24 61 Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa hasil laporan bulanan kegiatan olahraga dan kesenian yang ada di Rumah Tahanan Klas 1 Surakarta pada bulan Nopember 1981 ini diikuti oleh 28 narapidana. Kegiatan olahraga yang dikuti adalah bola voli yang dibimbing oleh Basoeki dan alat alat dipergunakan dalam kegiatan ini adalah bola dan net. Kegiatan ini dilakukan tanggal 2,4,9,11,16,18, 23, dan 25 Nopember Para narapidana ini mendapatkan kegiatan olahraga dan kesenian yang ada di Lembaga Permasyarakatan Surakarta dan kegiatan ini dilaksanakan pada pulul s/d Laporan Kegiatan Penataran P.4 Gelombang Ke II Tipe 25 jam bagi narapidana tahun 1982 di Lembaga Permasyarakatan Surakarta, pelaksanaan penatarana P.4 di LP Surakarta dimulai pada tanggal 13 Desember s/d 21 Desember 1982 yang diikuti oleh 20 orang narapidana ( dengan catatan satu narapidana tidak fdapat menyelesaikan penataran karena sakit ). Keseluruhan dari peserta penataran berasal dari pendidikan sebagai berikut : 1. 2 narapidana dengan pendidikan SMTP narapidana dengan pendidikan SD narapidana dengan pendidikan Madrasah kl narapidana tidak berpendidikan / buta- huruf. Sedang para penatar adalah dari pegawai LP Surakarta sendiri masing masing : 1. Sdr. Soetopo BA dan Sdr. Soebari BA dengan materi penataran Pancasila. 2. Sdr. Yahudi Pranoto dan Sdr. Suhadi dengan materi penataran GBHN. 3. Sdr. Basuki dengan materi penataran UUD 1945.

25 62 Hasil dari penataran P.4 gelombang II tipe 25 jam tahun 1982 bagi narapidana di Lembaga Permasyarakatan Srurakartatelah dilaksanakan dan hasil dinilai cukup baik. TABEL 4 Laporan Bulanan Kegiatan Olahraga dan Kesenian Bulan Maret 1982 di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta Minggu Tanggal Jenis Olahraga dan Kesenian I Bulu Nama Pelatih/ Pembimbing Jumlah Pengikut Alat alat yang digunakan - 8 Raket, Net, Tangkis dan Bola Tenis Meja - 8 Meja, Net, Bola, dan Bal Karawitan Slamet BU, Karyawan LP Surakarta 10 Gamelan milik LP Surakarta Waktu Latihan Minggu Minggu Minggu Keterangan Bermain/ Latihan Sendiri sda II Bulu Tangkis - 6 Sda sda sda Tenis Meja - 8 Sda sda sda Karawitan sda 10 Sda sda sda Iii Bulu Tangkis 8 Sda sda sda Tenis Meja 6 Sda sda sda Karawitan sda 10 Sda sda sda Iv Bulu Tangkis - 4 Sda sda sda Tenis Meja - 8 Sda sda sda Karawitan sda 10 Sda sda sda sumber :Arsip Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan olahraga dan kesenian pada Bulan Maret 1982 yang diikuti oleh para narapidana yang ada di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta, kegiatan olahraga dan kesenian yang diikuti adalah bulu tangkis, tenis meja dan karawitan. Kegiatan olahraga bulu tangkis ini diikuti oleh 8 orang pada tanggal 7,14,21,28 Maret 1982 namun pada tanggal 28 Maret 1982,

26 63 jumlah pengikut kegiatan bulu tangkis ini berkurang menjadi 4 orang dan kegiatan bulu tangkis ini menggunakan alat alat yaitu raket, net dan bola. Kegiatan olahraga tenis meja ini diikuti 8 orang dan kegiatan tenis meja ini menggunakan alat alat berupa meja, net, bola, dan bal. Kegiatan kesenian yaitu karawitan ini diikuti oleh 10 orang yang dilatih oleh Slamet BU, karyawan LP Surakarta dan kegiatan karawitan ini menggunakan gamelan yang merupakan milik LP Surakarta. Kegiatan olahraga dan kesenian ini dilaksanakan setiap hari Minggu dan kegiatan ini dilakukan dengan cara bermain atau latihan sendiri. Kegiatan Bimbingan Roehani Mental / Budi yang dilakukan pihak Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta yang dipimpin oleh Ibu Sudayono ini dilakukan setipa hari Jumat selama dua jam Materi yang diberikan dalam pembinaan ini adalah tokoh atau panutan yang kitab kitab agama Kristiani yaitu Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Jumlah narapidana yang ikut dalam pembinaan ini berjumlahn 121 orang dan hasil yang diperoleh dari pembinaan ini adalah baik karena jumlah narapidana yang ikut dalam pembinaan ini cukup banyak. Kegiatan Bimbingan Agama Kristen Prostestan pada tahun 1982 yang dilakukan pihak Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta yang dipimpin oleh Ibu Sinduharjo yang dilakukan setiap hari Minggu selama 1 ½ jam ini ddikuti sebanyak 78 oarang narapidana. Bimbingan Roehani agama Kristen ini semakin menurun jumlahnya dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hasil dari bimbingan Roehani agama Kristen ini mendapatkan hasil yang lumayan baik. Kegiatan Bimbingan Roehani Agama Islam pada tahun 1982 yang dilakukan pihak Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta ini menurun jumlahnya. Kegiatan

27 64 Roehani agama Islam yang semula meningkat namun pada tahun 1982 jumlahnya menurun yaitu hanya 70 orang narapidana saja yang dibina dan hadir. Pembina yang ditugaskan untuk membina para narapidana adalah Anwar Siswadi dan hasil dari pembinaan ini dinilai lumayan baik. TABEL 5 Laporan Bulanan Kegiatan Olahraga dan Kesenian Untuk Bulan Maret 1983 di Lembaga Permasyarakatan Surakarta No Tanggal Jenis Olahraga dan Kesenian Nama Pelatih/ Pembimbing Jumlah Pengikut Alat alat yang digunakan Waktu Latihan Olahraga Senin 7,14,21,28 Bola Voli Bambang. K. Bc. IP Rabu 2,9,16,23,30 Bulu Tangkis dan Tenis Meja Kamis 3,10,17,24,31 Bola Voli Bambang. K. Bc. IP Sabtu 5,12,19,26 Bulu Tangkis dan Tenis Meja Kesenian 15 orang Alat - alat Olahraga milik Jawatan s/d orang s/d orang s/d orang s/d Rabu 2,9,16,23,30 Karawitan 20 orang Gamelan milik Jawatan s/d Sabtu 5,12,19,26 Karawitan 20 orang s/d Sumber : Arsip Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta Keterangan Di halaman Blok C Di ruang Perusahaan dan Pendidikan Di halaman Blok C Di ruang Perusahaan dan Pendidikan Di ruang Pendidikan Di ruang Pendidikan Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pada bulan Maret 1983,para narapidana yang mendapatkan pembinaan di bidang olahraga dan kesenian. Di bidang olahraga, jenis kegiatan yang dilakukan adalah Volley Ball yang dibimbing oleh Bambang K.BC. IP. ini diikuti sebanyak 15 orang setiap hari Senin dan Kamis, kegiatan

28 65 bola voli ini dilaksanakan pada pukul s/d di halaman Blok C Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta dan batminton & ping pong yang dilakukan setiap hari Rabu pada pukul s/d dan hari Sabtu pada pukul s/d 12.00, kegiatan bulu tangkis dan tenis meja dilaksanakan di ruang Perusahaan dan Pendidikan. Kegiatan olahraga ini dilaksanakan di ruang ruang yang sudah disediakan. Di bidang kesenian, jenis kegiatan yang dilakukan adalah karawitan yang pelaksanaannya pada setiap hari Rabu pada pukul s/d dan hari Sabtu pada pukul s/d Kedua jenis kegiatan ini difasilitasi oleh alat alat yang merupakan milik Jawatan Lembaga Permasyarakatan Surakarta seperti alat alat olahraga dan gamelan yang digunakan untuk kegiatan olahraga dan kesenian ini. Kegiatan Bimbingan Rohani Agama Islam tahun 1983, hasil dari Bimbingan Agama Islam pada tahun ini dinilai baik. Hal ini dikarenakan bimbingan Rohani Agama Islam ini diikuti narapidana pria yang berjumlah 74 orang dan narapidana wanita yang berjumlah 22 orang. Para narapidana ini mendapat pelajaran Agama Islam yang diajarkan oleh Drs. Maqsudi bagi narapidana pria dan Ny. Darti Nuflikah bagi narapidana wanita. 46 Kegiatan Bimbingan Rohani Agama Kristen tahun 1983, hasil dari Bimbingan Agama Kristen ini dinilai baik. Hal ini dikarenakan bimbingan Rohano Agama Kristen ini diikuti narapidana pria yang berjumlah 29 orang dan narapidana wanita yang berjumlah 10 orang. Para narapidana ini mendapat pelajaran Agama Kristem yang 46 Laporan Bulanan Pendidikan Agama Islam bulan Maret 1983.

29 66 diajarkan oleh Bp. Yonathan bagi narapidana pria dan Ibu Sutoko bagi narapidana wanita. 47 Kegiatan Bimbingan Rohani Agama Katholik tahun 1983 dengan hasil baik. Hal ini dikarenakan jumlah narapidana yang hadir sebanyak 15 orang. Buku buku yang digunakan untuk bimbingan Agama Katholik yaitu PWI Liturgi. Para narapidana ini mendapat pelajaran bimbingan Agama Katholik yang diajarkan oleh Romo P.J. Madyasusanto, SJ. 48. Tabel 6 Laporan Program Kerja dan absensi narapidana di Rumah Tahanan Klas 1 Surakarta tahun 1986 Program Kerja Absensi Banyak Narapidana Jumlah Pembina Pendidikan Agama Islam 50 orang 52 orang 2 orang Pendidikan Agama Kristen 24 orang 30 orang 2 orang Pendidikan Agama Katolik 10 orang 10 orang 1 orang Pendidikan Sekolah dan Keterampilan / Kesenian Pendidikan Mental dan Budi Pekerti 165 orang 185 orang 10 orang 40 orang 50 orang 1 orang Penataran P4 120 orang 145 orang 4 orang Pertanian 120 orang 145 orang 6 orang Sumber : Laporan bulanan prmbinaan narapidana di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta tahun 1986 \ Dalam melakukan pembinaan bagi narapidana yang ada di Ruumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta ini dibantu oleh para pembina yang ditugaskan untuk membina para narapidana. Program kerja yang dilakukan oleh pihak Rumah Tahanan Negara Klas 47 Laporan Bulanan Pendidikan Agama Kristen bulan Maret Laporan Bulanan Pendidikan Agama Katholik bulan Maret 1983.

30 67 1 Surakarta tahun 1986 diantara pendidikan agama, pendidikan sekolah dan keterampilan atau kesenian, pendidikan mental dan budi pekerti, penataran P4 dan pertanian. Program kerja yang dilakukan ini adalah program kerja yang wajib dilakukan oleh para narapidana yang ada di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta. Program pembinaan di bidang keterampilan dilakukan di tempat khusus yang digunakan untuk melatih keterampilan para anarapidana yang berada di kompleks blok belakang Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta. Program pembinaan yang dilakukan di luar Rumah Tahanan Negara yaitu pembinaan pertanian di wilayah Silir, Semanggi, Surakarta. Program pembinaan di bidang pendidikan ini dilakukan dengan cara menatangkan guru guru dari sekolah yang ada di daerah Surakarta. Pembinaan di bidang pendidikan ini menggunakan kurikulum yang ada di sekolah yaitu kurikulum Caturwulan. Para narapidana yang dibina adalah narapidana yang berada di usia sekolah. Pelaksanaaan kurikulun Caturwulan dan sistem pembelajaran yang dibuat seperti sekolah membuat program pembinaan berjalan efektif. Sistem pembinaan kepada narapidana yang ada di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta ini dilakukan secara bersama sama dengan lembaga lembaga permasyarakaratan yang ada di daerah eks- Karesidenan Surakarta seperti Sragen, Boyolali, Surakarta dan Klaten. Proses pembinaan narapidana yang ada di daerah eks Karesidenan Surakarta wajib memberikan laporan kegiatan yang dilakukan setiap buulannya kepada Kepala Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta. Pembinaan yang dilakukan diantaranya adalah bimbingan Rohani Agama dan Budi Pekerti, kegiatan olahraga dan kesenian, kegiatan perpustakaan, bimbingan pendidikan kejuruan,

31 68 keterampilan dan kepramukaan, kegiatan surat menyurat dan kunjungan bagi narapidana anak, anak negara, dan anak sipil, kegiatan penataran P.4 yang wajib dilakukan bagi Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta dan lembaga permasyarakatan yang ada di daerah eks- Karesidenanan Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Munculnya sebuah konsep pembaruan sistem pembinaan terhadap narapidana yang ada di Indonesia ini tidak dapat dipisahkan dari sistem yang mendahuluinya. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil

BAB II URAIAN TEORITIS. Teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil BAB II URAIAN TEORITIS Teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Profil Lembaga Pemasyarakatan Wanitan Kelas IIA Way Hui

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Profil Lembaga Pemasyarakatan Wanitan Kelas IIA Way Hui 52 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Lembaga Pemasyarakatan Wanitan Kelas IIA Way Hui 4.1.1 Lokasi Penelitian Gambar 1. Lapas Wanita Kelas IIA Way Hui Lokasi penelitian adalah Lembaga Pemasyarakatan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 68, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3842) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Sistem Pembinaan di Rumah Tahanan Klas 1 Surakarta pada tahun

BAB V KESIMPULAN. Sistem Pembinaan di Rumah Tahanan Klas 1 Surakarta pada tahun BAB V KESIMPULAN Sistem Pembinaan di Rumah Tahanan Klas 1 Surakarta pada tahun 1978 1986 ini mengalami banyak sekali perubahan sistem. Pada awalnya Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta ini hanya bertugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang kejahatan semakin berkembang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang kejahatan semakin berkembang sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang kejahatan semakin berkembang sesuai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu meningkatnya pengangguran dan sulitnya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini narapidana tidak lagi dipandang sebagai objek melainkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini narapidana tidak lagi dipandang sebagai objek melainkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini narapidana tidak lagi dipandang sebagai objek melainkan menjadi subjek yang dihormati dan dihargai oleh sesamanya. Pada dasarnya yang harus diberantas ialah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 31 TAHUN 1999 (31/1999) TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 31 TAHUN 1999 (31/1999) TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN PERATURAN PEMERINTAH (PP) NOMOR 31 TAHUN 1999 (31/1999) TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (2) Undang-undang

Lebih terperinci

BAB IVGAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Kalianda

BAB IVGAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Kalianda BAB IVGAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Kalianda Lapas Kalianda awalnya merupakan Rumah Tahanan Politik (RTP), kemudian pada tahun 1976 ditingkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya terbatas pada kuantitas dari bentuk kejahatan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. hanya terbatas pada kuantitas dari bentuk kejahatan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kejahatan dewasa ini menunjukan tingkat kerawanan yang cukup tinggi. Hal ini dapat diketahui melalui pemberitaan media cetak maupun elektronik serta sumber-sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para pemimpin penjara. Gagasan dan konsepsi tentang Pemasyarakatan ini

BAB I PENDAHULUAN. para pemimpin penjara. Gagasan dan konsepsi tentang Pemasyarakatan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Pemasyarakatan lahir di Bandung dalam konferensi jawatan kepenjaraan para pemimpin penjara. Gagasan dan konsepsi tentang Pemasyarakatan ini dicetuskan oleh DR.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.789, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPT. Kerjasama. Penegak Hukum. Penanganan Tindak Pidana. Terorisme PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/K.BNPT/11/2013

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KELAS II TANJUNG GUSTA MEDAN

BAB II GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KELAS II TANJUNG GUSTA MEDAN BAB II GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KELAS II TANJUNG GUSTA MEDAN 2.1 Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan merupakan tempat untuk menampung narapidana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas pokok melaksanakan pemasyarakatan narapidana/anak didik. makhluk Tuhan, individu dan anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. tugas pokok melaksanakan pemasyarakatan narapidana/anak didik. makhluk Tuhan, individu dan anggota masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga Pemasyarakatan merupakan salah satu unit pelaksana tekhnis dari jajaran Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang mempunyai tugas pokok melaksanakan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pada hakikatnya perlakuan terhadap

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN TENTANG CUTI BERSYARAT DI RUTAN MEDAENG SIDOARJO. Jenderal Sutoyo Medaeng Waru Sidoarjo. Rumah tahanan negara kelas I

BAB III HASIL PENELITIAN TENTANG CUTI BERSYARAT DI RUTAN MEDAENG SIDOARJO. Jenderal Sutoyo Medaeng Waru Sidoarjo. Rumah tahanan negara kelas I BAB III HASIL PENELITIAN TENTANG CUTI BERSYARAT DI RUTAN MEDAENG SIDOARJO A. Gambaran Umum Rutan Medaeng Rumah tahanan negara kelas I Surabaya beralamat di Jalan Letnan Jenderal Sutoyo Medaeng Waru Sidoarjo.

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 58 TAHUN 1999 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERAWATAN TAHANAN PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBUK INOONESIA NOMOR M.2.PK.04-10 TAHUN 2007 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN ASIMILASI,

Lebih terperinci

2015, No. -2- untuk melaksanakan ketentuan Pasal 50 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan Pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor

2015, No. -2- untuk melaksanakan ketentuan Pasal 50 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan Pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1528, 2015 KEMENKUMHAM. Lembaga Pemasyarakatan. Rumah Tahanan Negara. Pengamanan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2015

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 1999 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERAWATAN TAHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada dasarnya merupakan pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada dasarnya merupakan pembangunan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional pada dasarnya merupakan pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat Indonesia yang berdasarkan pada Undang-undang Dasar 1945. Fungsi hukum

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN 1983 TENTANG PELAKSANAAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

1 dari 8 26/09/ :15

1 dari 8 26/09/ :15 1 dari 8 26/09/2011 10:15 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pada hakikatnya

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 1999 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERAWATAN TAHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN 1983 TENTANG PELAKSANAAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN 1983 TENTANG PELAKSANAAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN

Lebih terperinci

Institute for Criminal Justice Reform

Institute for Criminal Justice Reform PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pada hakikatnya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pada hakikatnya Warga Binaan Pemasyarakatan sebagai insan dan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.832, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Remisi. Asimilasi. Syarat. Pembebasan Bersyarat. Cuti. Tata Cara. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK

Lebih terperinci

PP 58/1999, SYARAT-SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERAWATAN TAHANAN

PP 58/1999, SYARAT-SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERAWATAN TAHANAN PP 58/1999, SYARAT-SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERAWATAN TAHANAN Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 58 TAHUN 1999 (58/1999) Tanggal: 22 JUNI 1999 (JAKARTA)

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tamba

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tamba No.404, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Narapidana. Pembinaan. Izin Keluar. Syarat. Tata Cara. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa anak merupakan amanah

Lebih terperinci

2016, No Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pem

2016, No Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.810, 2016 KEMENKUMHAM. Remisi. Asimilasi. Cuti Mengunjungi Keluarga. Pembebasan Bersyarat. Cuti Menjelang Bebas. Cuti Bersyarat. Pemberian. Tata Cara. Perubahan. PERATURAN

Lebih terperinci

RUMAH TAHANAN NEGARA KLAS IIB DUMAI Jl. Pemasyarakatan No. 01 Bumi Ayu - Dumai RUTAN DUMAI

RUMAH TAHANAN NEGARA KLAS IIB DUMAI Jl. Pemasyarakatan No. 01 Bumi Ayu - Dumai RUTAN DUMAI RUMAH TAHANAN NEGARA KLAS IIB DUMAI Jl. Pemasyarakatan No. 01 Bumi Ayu - Dumai SEJARAH SINGKAT Rumah Tahanan Negara Klas IIB Dumai yang awal mulanya bernama Cabang Rutan Bengkalis di Dumai terletak di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan hukum sebagai upaya untuk menegakan keadilan, kebenaran dan ketertiban dalam Negara hukum Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan makmur berasaskan Pancasila. Dalam usaha-usahanya Negara menjumpai banyak rintangan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemerdekaan bergerak seseorang, pada akhir tujuannya adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kemerdekaan bergerak seseorang, pada akhir tujuannya adalah untuk BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penjatuhan pidana penjara oleh hakim untuk menghilangkan kemerdekaan bergerak seseorang, pada akhir tujuannya adalah untuk melindungi masyarakat dari segala bentuk kejahatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran baru mengenai pemidanaan yang tidak lagi sekedar penjeraan tapi juga merupakan suatu usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Dalam usahanya, Negara menjumpai banyak rintangan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan yang wajar sesuai dengan Perundang-undangan yang berlaku dan normanorma

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan yang wajar sesuai dengan Perundang-undangan yang berlaku dan normanorma BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pembaharuan sistem secara lebih manusiawi dengan tidak melakukan perampasan hak-hak kemerdekaan warga binaan pemasyarakatan, melainkan hanya pembatasan kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Lembaga Pemasyarakatan Secara formal sistem pemasyarakatan dicetuskan pada tanggal 5 juli 1953 oleh Dr. Suharjo, SH yaitu Menteri Kehakiman Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negeri tersebut diperlukan upaya untuk meningkatkan menejemen Pegawai. Negeri Sipil sebagai bagian dari Pegawai Negeri.

BAB I PENDAHULUAN. Negeri tersebut diperlukan upaya untuk meningkatkan menejemen Pegawai. Negeri Sipil sebagai bagian dari Pegawai Negeri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional, untuk mewujudkan masyarakat madani yang taat hukum, berperadapan modern, demokratis, makmur, adil dan bermoral tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya kualitas sumber daya manusia staf Lembaga Pemasyarakatan, minimnya fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya kualitas sumber daya manusia staf Lembaga Pemasyarakatan, minimnya fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narapidana sebagai warga negara Indonesia yang hilang kemerdekaannya karena melakukan tindak pidana pembunuhan, maka pembinaannya haruslah dilakukan sesuai dengan

Lebih terperinci

Pengertian dan Sejarah Singkat Pemasyarakatan

Pengertian dan Sejarah Singkat Pemasyarakatan Pengertian dan Sejarah Singkat Pemasyarakatan Handar Subhandi Bakhtiar http://handarsubhandi.blogspot.co.id/2014/11/pengertian-dan-sejarah-singkat.html Konsep tentang pelaksanaan pidana penjara di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1981, didirikan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Karawang. Alasan didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melanggarnya, sedangkan kejahatan adalah perbuatan dengan proses yang sama dan

BAB I PENDAHULUAN. melanggarnya, sedangkan kejahatan adalah perbuatan dengan proses yang sama dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan yang disertai ancaman (sanksi) berupa pidana tertentu bagi siapa saja yang melanggarnya,

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara R

2 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara R BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1452, 2014 KEMENKUMHAM. Pengubahan Klas. UPT. Pemasyarakatan. Penilaian. Pedoman. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Sebagai anggota masyarakat, individu harus mematuhi norma-norma yang berlaku, agar tercapai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :M.01-PK TAHUN 1999 TENTANG ASIMILASI, PEMBEBASAN BERSYARAT DAN CUTI MENJELANG BEBAS

KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :M.01-PK TAHUN 1999 TENTANG ASIMILASI, PEMBEBASAN BERSYARAT DAN CUTI MENJELANG BEBAS KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :M.01-PK.04.10 TAHUN 1999 TENTANG ASIMILASI, PEMBEBASAN BERSYARAT DAN CUTI MENJELANG BEBAS MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA. Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan tersebut terjadi dikarenakan berbagai macam faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan tersebut terjadi dikarenakan berbagai macam faktor yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbagai tindakan kejahatan sering terjadi di masyarakat, misalnya pencurian, permapokan, pembunuhan, narkoba, penipuan dan sebagainya. Dari semua tindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan narkoba merupakan kejahatan yang bersifat merusak, baik merusak mental maupun moral dari para pelakunya, terlebih korban yang menjadi sasaran peredaran

Lebih terperinci

2011, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lemba

2011, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lemba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.901,2011 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Tahanan. Pengeluaran. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-24.PK.01.01.01 TAHUN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa anak merupakan amanah dan karunia

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran N

2017, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran N No.1490, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Pengelolaan Barang Bukti. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN BARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam hukum pidana Indonesia pidana penjara diatur sebagai salah satu bentuk pidana pokok berdasarkan Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Terpidana

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR TERPIDANA KASUS ASUSILA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN MEDAENG SURABAYA

BAB III PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR TERPIDANA KASUS ASUSILA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN MEDAENG SURABAYA 43 BAB III PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR TERPIDANA KASUS ASUSILA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN MEDAENG SURABAYA A. Latar Belakang Lembaga Pemasyarakatan Medaeng Surabaya 1. Sejarah Lembaga

Lebih terperinci

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA f Rapat Finalisasi, 17 November 2016ANCANGAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN PERKARA PELANGGARAN LALU

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. prinsip hukum acara pidana yang mengatakan peradilan dilakukan secara

I. PENDAHULUAN. prinsip hukum acara pidana yang mengatakan peradilan dilakukan secara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyidik berwenang melakukan penahanan kepada seorang tersangka. Kewenangan tersebut diberikan agar penyidik dapat melakukan pemeriksaan secara efektif dan efisien

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.153, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 3 Tahun : 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 3 Tahun : 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 3 Tahun : 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.194, 2015 PIDANA. Diversi. Anak. Belum Berumur 12 Tahun. Pedoman. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5732). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. 1 Hal ini berarti setiap

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. 1 Hal ini berarti setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pemerintahan suatu negara pasti diatur mengenai hukum dan pemberian sanksi atas pelanggaran hukum tersebut. Hukum merupakan keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa anak merupakan amanah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERIN TAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN 1983 TENTANG PELAKSANAAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Pasal

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 5 TAHUN 2018 T E N T A N G

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 5 TAHUN 2018 T E N T A N G BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 5 TAHUN 2018 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PAMONG DESA DENGAN

Lebih terperinci

2016, No Kartu Tanda Pengenal Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil perlu diganti; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

2016, No Kartu Tanda Pengenal Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil perlu diganti; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam No.87,2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Penyidik Pegawai Negeri Sipil. Pengangkatan. Mutasi. Pemberhentian. Pengangkatan Kembali. Kartu Tanda Pengenal. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.10, 2007 DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. KEPEGAWAIAN. PPNS. Pengangkatan. Mutasi. Pemberhentian. Pencabutan.

BERITA NEGARA. No.10, 2007 DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. KEPEGAWAIAN. PPNS. Pengangkatan. Mutasi. Pemberhentian. Pencabutan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.10, 2007 DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. KEPEGAWAIAN. PPNS. Pengangkatan. Mutasi. Pemberhentian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana; 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementer

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana; 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementer No.1223, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik

Lebih terperinci

BAB III. Pemasyarakatan Anak Blitar. 3.1 Pola Pembinaan Anak Pelaku Tindak Pidana Di Lembaga

BAB III. Pemasyarakatan Anak Blitar. 3.1 Pola Pembinaan Anak Pelaku Tindak Pidana Di Lembaga BAB III Pola Pembinaan Anak Pelaku Tindak Pidana Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar 3.1 Pola Pembinaan Anak Pelaku Tindak Pidana Di Lembaga Pemasayarakatan Anak Sebagaimana ditegaskan dalam Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi,

BAB I PENDAHULUAN. diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1999 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN HAK WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: UU 5-1991 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 2004 POLITIK. KEAMANAN. HUKUM. Kekuasaaan Negara. Kejaksaan. Pengadilan. Kepegawaian.

Lebih terperinci

NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN

NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pada hakikatnya Warga Binaan Pemasyarakatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) sebagai salah satu institusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) sebagai salah satu institusi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) sebagai salah satu institusi penegak hukum, merupakan muara dari peradilan pidana yang menjatuhkan pidana penjara kepada para

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kenyataan menunjukkan bahwa semakin maju masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kenyataan menunjukkan bahwa semakin maju masyarakat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kenyataan menunjukkan bahwa semakin maju masyarakat, semakin banyak komplikasi hidup yang dialaminya. Banyak persaingan, perlombaan dan pertentangan karena semakin banyak

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. sesuai

Lebih terperinci

P, 2015 PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

P, 2015 PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan ini terdapat jelas di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Hasil amandemen

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH 2.1 Sejarah Sekolah Sekolah Dasar Negeri (SDN) 060796 merupakan salah satu sekolah negeri yang beralamat di Jalan Medan Area Selatan, Kecamatan Medan Area, Kota Medan. Sekolah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DIVERSI DAN PENANGANAN ANAK YANG BELUM BERUMUR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 11 TAHUN 2002 SERI : D NOMOR : 8 PEMERINTAH KOTA SRAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2002

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 11 TAHUN 2002 SERI : D NOMOR : 8 PEMERINTAH KOTA SRAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2002 LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 11 TAHUN 2002 SERI : D NOMOR : 8 PEMERINTAH KOTA SRAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2002 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN ( LPMK

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PEJABAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (PPPNS) DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2017, No Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor

2017, No Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor No.1222, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Pengangkatan dan Pemberhentian Kades. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1999 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN HAK WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN UMUM Sebagaimana ditegaskan dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang sangat bergantung pada kondisi anak-anak sekarang. Anak

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang sangat bergantung pada kondisi anak-anak sekarang. Anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua orang tentu saja sependapat bahwa hidup matinya suatu bangsa di masa mendatang sangat bergantung pada kondisi anak-anak sekarang. Anak amat memegang peranan

Lebih terperinci

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYIDIKAN BAGI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

Lebih terperinci

Maksudnya adalah bahwa pembimbing kemasyarakatan yang ada di BAPAS. kerjaannya untuk dapat menyelesaikan persoalan tersebut.

Maksudnya adalah bahwa pembimbing kemasyarakatan yang ada di BAPAS. kerjaannya untuk dapat menyelesaikan persoalan tersebut. e. BAPAS dituntut sebagai konselor Maksudnya adalah bahwa pembimbing kemasyarakatan yang ada di BAPAS tersebut dituntut untuk selalu siap dalam menerima segala keluhan yang terjadi pada diri Klien Pemasyarakatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. landasan pendiriannya yang telah tertuang dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. landasan pendiriannya yang telah tertuang dalam Undang-Undang Dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara hukum Indonesia disebut sebagai negara hukum sesuai dengan landasan pendiriannya yang telah tertuang dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan undang-undang Dasar 1945 pasal 28H ayat (1) tentang Hak

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan undang-undang Dasar 1945 pasal 28H ayat (1) tentang Hak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan undang-undang Dasar 1945 pasal 28H ayat (1) tentang Hak Asasi Manusia juga telah dijelaskan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-05.OT.01.01 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN NOMOR M.01-PR.07.03 TAHUN 1985 TENTANG ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijalani oleh setiap manusia berdasarkan aturan kehidupan yang lazim disebut norma. Norma

Lebih terperinci

Strategi RUTAN dan LAPAS yang ada di DKI Jakarta saat ini dalam mengatasi over capacity adalah melakukan penambahan gedung hunian dan

Strategi RUTAN dan LAPAS yang ada di DKI Jakarta saat ini dalam mengatasi over capacity adalah melakukan penambahan gedung hunian dan BAB VI PENUTUP 6.1. KESIMPULAN Kesimpulan akhir dari hasil penelitian mengenai Penanggulangan Kepadatan Hunian (Over Capacity) di Rumah Tahanan Negara dan Lembaga Pemasyarakatan di DKI Jakarta ini adalah

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN KEPANITERAAN PIDANA

STANDAR PELAYANAN KEPANITERAAN PIDANA STANDAR PELAYANAN KEPANITERAAN PIDANA 1. PELAYANAN PERSIDANGAN NO. JENIS PELAYANAN DASAR HUKUM 1. Penerimaan Pelimpahan Berkas. Pasal 137 KUHAP PERSYARATAN - Yang melimpahkan harus Jaksa Penuntut Umum

Lebih terperinci