BAB II GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KELAS II TANJUNG GUSTA MEDAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KELAS II TANJUNG GUSTA MEDAN"

Transkripsi

1 BAB II GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KELAS II TANJUNG GUSTA MEDAN 2.1 Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan merupakan tempat untuk menampung narapidana dan tahanan wanita untuk dididik dan dibina berdasarkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila dan Kebijaksanaan Pemasyarakatan yaitu Pohon Beringin Pengayoman, dan berbagai kebijakan pemasyarakatan yang dikeluarkan Dirjen Pemasyarakatan Depkumham (dulu Dirjen Pemasyarakatan Depkeh), dan terakhir adalah Undang-undang Nomor 12 Tahun Pada mulanya Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan bergabung dengan Lembaga Pemasyarakatan Kelas I A Tanjung Gusta Medan. Dengan berpegang pada hukum dan untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan apabila narapidana dan tahanan wanita bersatu dengan narapidana atau tahanan pria, maka pemerintah membangun lembaga pemasyarakatan khusus wanita agar pembinaan yang dilakukan terhadap narapidana wanita dapat lebih khusus dan terarah. Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan didirikan pada tahun 1983 sampai 1985, berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.03-PR tanggal 26 Februari Lokasi Lembaga Pemasyarakatan ini berada di Kota Madya Medan Wilayah Kerja Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia RI Daerah Tk I, 38

2 Provinsi Sumatera Utara yang beralamat : Jl. Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan. Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan mempunyai batas atau wilayah sebagai berikut : Sebelah Timur : Berbatasan dengan tanah kosong Sebelah Barat : Berbatasan dengan rumah dinas Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Lapas Anak Medan Sebelah Utara : Berbatasan dengan Rumah Penduduk Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yaitu : 1. Tahap I, pada tahun 1979 dibangun gedung Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan. 2. Tahap II, dibangun penyelesaian gedung Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan. Sejak tanggal 2 Juli 1986 semua narapidana atau tahanan wanita yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I A Tanjung Gusta Medan dipindahkan ke gedung yang baru. Luas tanah keseluruhan ± m², luas bangunan ± m², luas lantai I kurang lebih 500 m², dan luas lantai II kurang lebih 250 m². Bangunan pertama untuk perkantoran yang terdiri atas ruangan depan yang bertingkat dimana bagian atas digunakan sebagai ruangan Kepala Lembaga Pemasyarakatan Wanita Medan, Sub TU, Ur Umum, Ur Kepeg & Keuangan. Sedangkan bagian bawah dimanfaatkan sebagai ruang pemeriksaan dan 39

3 penjagaan, ruang tamu, mushola, gereja, vihara dan dapur.kedua adalah bangunan untuk pembinaan yang dikenal dengan Binapi yang terdiri atas ruangan Poliklinik, ruangan kasie pembinaan, ruang kepegawaian, ruang registrasi, ruangan administrasi keamanan dan ketertiban, ruangan tamu dan gedung.sedangkan bangunan yang ketiga yang dikenal dengan bagian umum terdiri dari ruangan urusan umum, ruangan KPLP, ruangan penerima tamu untuk besukan dan kantin. Lalu bangunan keempat adalah bengkel kerja yang terdiri atas ruangan kantor, salon, ruangan menjahit, dan menyulam. Kemudian sebuah aula serba guna, yang terletak disamping gedung Binapi, yang biasanya digunakan untuk menyambut tamu yang berkunjung ke Lembaga Pemasyarakatan Wanita tersebut, dan biasanya juga digunakan untuk acara-acara keagamaan.dalam acara ini biasanya narapidana mempertunjukkan kebolehannya seperti bermain nasyid, menari, bernyanyi, serta membaca puisi. Lalu ada bangunan dapur yang berada di belakang blok penghuni yang digunakan untuk memasak semua kebutuhan para penghuni Lembaga Pemasyarakatan. Namun dalam sehari-harinya setiap pagi bagian dapur akan memperoleh bantuan tenaga dari masing-masing blok secara bergilir. Ruang tempat tinggal narapidana terdiri dari 4 blok yang masing-masing terdiri dari kamar-kamar yang mempunyai kapasitas yang berbeda-beda. Blok ini terdiri dari blok narapidana dan blok tahanan, dengan rincian sebagai berikut. 1. Blok A terdiri dari 4 kamar, kapasitas 1 orang untuk setiap kamar, namun pada kenyataannya dihuni sampai dengan 7 orang; 40

4 2. Blok B, terdiri atas 12 kamar, dengan perincian : a. Kamar 1, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 24 orang; b. Kamar 2, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 24 orang; c. Kamar 3, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 24 orang; d. Kamar 4, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 24 orang; e. Kamar 5, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 22 orang; f. Kamar 6, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 22 orang; g. Kamar 7, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 22 orang; h. Kamar 8, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 22 orang; i. Kamar 9, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 21 orang; j. Kamar 10, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 21 orang; k. Kamar 11, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 21 orang; l. Kamar 12, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 21 orang; 3. Blok C, terdiri atas 6 kamar, dengan perincian : a. Kamar 1, kapasitas 6 orang, dihuni oleh 14 orang; b. Kamar 2, kapasitas 6 orang, dihuni oleh 14 orang; c. Kamar 3, kapasitas 6 orang, dihuni oleh 14 orang; d. Kamar 4, kapasitas 6 orang, dihuni oleh 14 orang; e. Kamar 5, kapasitas 6 orang, dihuni oleh 14 orang; f. Kamar 6, kapasitas 6 orang, dihuni oleh 13 orang; 4. Blok D terdiri dari 4 kamar, kapasitas 1 orang untuk setiap kamar, namun pada kenyataannya dihuni sampai dengan 4 orang; 41

5 Blok A dan B digunakan untuk para narapidana sedangkan blok C dan D digunakan untuk para tahanan. Ditinjau dari keadaan fisik, pengelolaan lembaga pemasyarakatan wanita tersebut sebenarnya dapat dikatakan cukup memadai, terdiri dari perkantoran, ruang tempat tinggal narapidana, ruang kegiatan kerja, mushola, dan pos-pos penjagaan. Sedangkan daya tampung lembaga pemasyarakatan sebanyak 150 orang, sementara itu jumlah penghuninya pada saat penulis melakukan penelitian berjumlah 499 orang, yang terdiri atas 396 orang narapidana dan 103 orang tahanan, serta tahanan yang mempunyai anak dan anak ikut tinggal bersama ada 3 anak, dan ada 45 orang residivis. Tabel 1 Jumlah Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan tanggal 27 Maret 2014 Narapidana Tahanan Jumlah 396 Orang 103 Orang 499 Orang berikut : Sumber : Seksi Pembinaan dan Pendidikan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, Maret Untuk mengetahui jenis perkara yang dilanggarnya dapat dilihat pada tabel 42

6 Tabel 2 Jenis Pelanggaran / Kasus per tanggal 27 Maret 2014 Narkotika : 351 Orang - Pengedar : 301 Orang - Pengedar & Pemakai : 22 Orang - Pemakai : 28 Orang PIDUM 133 Orang PIDSUS - Tipikor : 7 Orang - Trafficking : 8 Orang Sumber : Seksi Pembinaan dan Pendidikan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, Maret Berdasarkan tabel tersebut maka dapat dilihat bahwa narapidana yang dibina di Lembaga Pemasyarakatan Wanita ini banyak yang terlibat kasus narkotika.hal ini merupakan suatu fenomena nyata bahwa kebanyakan penghuni lembaga pemasyarakatan di kota-kota besar mayoritas terlibat kasus narkotika. 2.2 Sumber Daya Manusia Pada saat ini jumlah pegawai Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan adalah 72 orang yang terdiri dari : Tabel 3 Jumlah Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Tanjung Gusta Medan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan SMA Satmud (D3) Jumlah 27 Orang 4 Orang 43

7 Strata 1 (S1) Strata 2 (S2) 33 Orang 8 Orang Sumber : Seksi Pembinaan dan Pendidikan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, Maret Melihat dari jumlah pegawai yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Wanita tersebut jelas tidak seimbang dengan jumlah narapidana 499 orang. Dan tidak semua petugas yang bertugas sebagai pembina, karena dari jumlah pegawai yang 72 orang tersebut dibagi lagi ke dalam beberapa sub bagian, seperti petugas jaga, administrasi dan petugas lainnya. Sudah semestinya lembaga pemasyarakatan ini memperoleh tambahan pegawai, karena sumber daya manusia sebagai pegawai dan pembina di lembaga pemasyarakatan tersebut masih kurang. Menurut Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas), dalam melakukan pembinaan juga sangat dipengaruhi oleh sumber daya manusianya baik yang dibina maupun pembinanya. Bagaimanapun bentuk pembinaan dan cara pembinaan dilakukan, kalau narapidana tidak mau atau atau tidak ada minat, juga tidak terlaksana, begitu juga sebaliknya kalau pembinanya tidak memiliki keahlian atau keterampilan alam membina, pembinaan itu tidak akan terlaksana sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Kelebihan kapasitas penghuni di lapas dan kurangnya pegawai untuk membina narapidana sangat sulit mengingat orang-orang yang akan dibina adalah orang-orang yang melanggar hukum. Namun dalam mengatasi hal tersebut, pembina dan yang akan dibina membangun kerjasama yang baik. Pembina melakukan pendekatan persuasif kepada para narapidana seperti pemberian hakhak para napi, memaksimalkan sarana dan prasarana yang ada maka terwujud keinginan yang diinginkan oleh para pembina terhadap yang dibinanya terlaksana dengan baik. 44

8 2.3 Pembinaan Petugas pembina harus memiliki keahlian atau keterampilan dalam membina narapidana.agar kegiatan jenis pembinaan tidak monoton, maka petugas pembina harus memiliki kemauan untuk mencari hal-hal yang baru terutama yang berhubungan dengan kegiatan keterampilan wanita yang sifatnya mudah diajarkan dan biayanya murah. Karena bagaimanapun bentuk kegiatan pembinaan yang dilakukan tidak terlepas dari masalah dana. Dengan demikian narapidana termotivasi untuk mengikuti setiap kegiatan pembinaan khususnya pembinaan keterampilan. Pembinaan dalam hal keterampilan di lapas sangat diminati oleh para napi karena keterampilan yang diajarkan dan dilakukan para napi sesuai dengan minat dan bakat yang mereka punya dan dengan begitu rasa bosan dapat diatasi oleh para narapidana. Keterampilan yang dilakukan seperti menyulam, menjahit, memasak kue, salon, membuat sandal, membuat tas, merangkai bunga, membuat hiasan manik-manik serta kerajinan-kerajinan tangan lainnya. Selain pembinaan keterampilan, pembinaan jasmani dan rohani juga dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan berupa : 1. Bidang Kerohanian Pada dasarnya pembinaan di bidang kerohanian disesuaikan dengan agama masing-masing dari narapidana.kegiatan kerohanian dilakukan setiap harinya dan bekerjasama dengan lembaga-lembaga keagamaan. Misalnya 45

9 saja untuk yang beragama Islam mendapat ceramah agama dari petugas yang tamatan Sarjana Agama Islam, dan yang beragama Kristen bekerjasama dengan beberapa gereja yang ada di Medan, seperti Gereja Pentakosta, Gereja Katolik dan Gereja Perjanjian Baru serta melakukan pendalaman Alkitab setiap harinya, sedangkan yang beragama Budha diadakan juga kerjasama dengan Vihara Sampali. 2. Bidang Jasmani / Olahraga Pembinaan di bidang jasmani diberikan kepada narapidana melalui kegiatan-kegiatan olaharaga seperti senam pagi setiap harinya, bola voli, tenis meja, bola kaki, dan bola kasti. 3. Bidang Rekreasi dan Hiburan Kepala Lembaga Pemasyarakatan membuat acara hiburan pada hari-hari tertentu pada saat perayaan 17 Agustus sebagai penyegaran. Kalau 17 Agustusan lah dibuat acara, kami gabung semua. Napi sama pegawai sama-sama ngikuti lomba, kadang pun Kalapas bawa orang dari luar lomba sama kami, jadi kami kek ngerasa senang. Oh..ada rupanya yang mau gabung sama kami yang diluar daripada kami. (Sri, 19 tahun) Bernyanyi bersama dan saling menghibur.selain itu bagi yang beragama Islam dibentuk suatu grup nasyid marhaban, dan bagi yang beragama Kristen dibuat vokal grup serta koor. 4. Bimbingan Keterampilan Keterampilan yang diberikan tentu saja keterampilan yang berkaitan dengan kegiatan wanita.keterampilan tersebut adalah salon kecantikan, menjahit, menyulam, mengkait, membuat bunga, merangkai bunga, 46

10 membuat hiasan manik-manik dan memasak beraneka ragam kue.bagi yang memiliki kemampuan bertani maka disediakan lading untuk berkebun.tanaman yang biasanya ditanam berupa kangkung, ubi jalar, sawi, terong, dan kacang hijau.dalam hal ini adalah tanaman yang tingginya tidak boleh melampaui tinggi badan dan bersifat rimbun. 5. Pendidikan Umum Disediakan Program Paket A, dalam hal ini yang menjadi target utama adalah narapidana yang masih buta huruf, agar bisa membaca dan menulis. Setidak-tidaknya narapidana tersebut bisa menulis surat kepada keluarganya dan bisa pula membalas surat tersebut. Tabel 4 Jadwal Kegiatan Sehari-hari Yang Dilakukan Oleh Narapidana Waktu (WIB) Kegiatan Senam Pagi Pemberantasan buta huruf Pembinaan keagamaan sesuai dengan agamanya masing-masing dan melakukan kegiatan keterampilan, terkadang diganti dengan penyuluhan hukum Sholat Zuhur berjamaah Igro dan Tadarus (bagi yang beragama Islam) serta Pendalaman Alkitab (bagi yang beragama Kristen) 47

11 Istirahat / Kegiatan masing-masing Sholat Ashar Berjamaah Olahraga Sumber : Seksi Pembinaan dan Pendidikan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, Maret Khusus pada hari minggu, narapidana lebih ditekankan pada kegiatan membersihkan lingkungan lembaga pemasyarakatan, kerohanian, dan hiburan. 2.4 Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang memegang peranan dan tidak dapat diabaikan dalam melaksanakan proses pembinaan bagi narapidana. Keberhasilan Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan dalam membina narapidana tidak bisa terlepas dari sarana/prasarana yang ada Prasarana Pendidikan dan Keterampilan Prasarana di Lembaga Pemasyarakatan ini bisa dikatakan cukup lengkap, karena di Lembaga Pemasyarakatan ini disediakan salon kecantikan lengkap dengan peralatannya, peralatan masak-memasak, lahan untuk berkebun walaupun tidak luas, ruang untuk menjahit serta peralatan menjahit yang lengkap, alat-alat menyulam. Di Lembaga Pemasyarakatan ini juga disediakan ruangan khusus untuk melaksanakan program paket A yang disediakan untuk mendukung program pembinaan dan pendidikan. 48

12 2.4.2 Prasarana Ibadah Fasilitas untuk tempat ibadah di Lembaga Pemasyarakatan ini kurang efektif karena ruang tempat untuk ibadah seperti mushola, vihara dan gereja yang ada di lembaga pemasyarakatan ini sempit. Namun dalam hal kelengkapan peralatan ibadah serta tenaga-tenaga yang akan berceramah ataupun melakukan pembinaan spiritual, di lembaga pemasyarakatan ini sudah memadai, karena pihak lembaga pemasyarakatan membangun kerjasama pihak luar Prasarana Kesehatan Di lembaga pemasyarakatan ini terdapat satu poliklinik beserta alat-alat medis dan obat-obatannya namun terbatas.dalam hal penanganan kesehatan terhadap para narapidana yang sakit keras misalnya, menjadi terhambat karena terputusnya kerjasama dengan pihak ASKES Prasarana Olahraga Tersedia lapangan olahraga, peralatan-peralatan olahraga, tape dan kaset untuk senam, serta peralatan-peralatan lainnya. Olahraga seperti senam dilakukan setiap harinya.lapangan untuk berolahraga juga sudah cukup luas dan memadai Prasarana Jalan Jalanan menuju ke lembaga pemasyarakatan ini sangat tidak memadai, karena banyak jalanan yang berlubang dan rusak.transportasi seperti angkutan umum ke lembaga pemasyarakatan juga hanya sedikit dan jarang yang lewat. Namun sarana transportasi yang lain, seperti becak, taksi dan transportasi lainnya 49

13 sudah banyak karena lokasi lembaga pemasyarakatan yang sudah ramai akan penduduk. 50

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Profil Lembaga Pemasyarakatan Wanitan Kelas IIA Way Hui

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Profil Lembaga Pemasyarakatan Wanitan Kelas IIA Way Hui 52 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Lembaga Pemasyarakatan Wanitan Kelas IIA Way Hui 4.1.1 Lokasi Penelitian Gambar 1. Lapas Wanita Kelas IIA Way Hui Lokasi penelitian adalah Lembaga Pemasyarakatan

Lebih terperinci

Denah Lokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Kota Langsa KANTOR PU TEMPAT TEMU BESUK KANTIN

Denah Lokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Kota Langsa KANTOR PU TEMPAT TEMU BESUK KANTIN Lampiran 1 Denah Lokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Kota Langsa KANTOR PU POS (3) P I N T U U T A M A AULA TANGGA MENUJU L.II PINTU II TEMPAT TEMU BESUK KANTIN PINTU III BLOK KAMAR NAPI / TAHANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang kejahatan semakin berkembang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang kejahatan semakin berkembang sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang kejahatan semakin berkembang sesuai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu meningkatnya pengangguran dan sulitnya

Lebih terperinci

BAB IVGAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Kalianda

BAB IVGAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Kalianda BAB IVGAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Kalianda Lapas Kalianda awalnya merupakan Rumah Tahanan Politik (RTP), kemudian pada tahun 1976 ditingkatkan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR TERPIDANA KASUS ASUSILA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN MEDAENG SURABAYA

BAB III PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR TERPIDANA KASUS ASUSILA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN MEDAENG SURABAYA 43 BAB III PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR TERPIDANA KASUS ASUSILA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN MEDAENG SURABAYA A. Latar Belakang Lembaga Pemasyarakatan Medaeng Surabaya 1. Sejarah Lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para pemimpin penjara. Gagasan dan konsepsi tentang Pemasyarakatan ini

BAB I PENDAHULUAN. para pemimpin penjara. Gagasan dan konsepsi tentang Pemasyarakatan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Pemasyarakatan lahir di Bandung dalam konferensi jawatan kepenjaraan para pemimpin penjara. Gagasan dan konsepsi tentang Pemasyarakatan ini dicetuskan oleh DR.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambarann Umum Lembaga Pemasyarakatan. yang menunjukkan adanya tendensi kriminologen-kriminologen baru

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambarann Umum Lembaga Pemasyarakatan. yang menunjukkan adanya tendensi kriminologen-kriminologen baru 41 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambarann Umum Lembaga Pemasyarakatan 1. Sejarah Pembangunan infrastruktur dinamis Kotamadya Bandar Lampung dengan ciri khusus pertanian dan industri dapat memicu

Lebih terperinci

RUMAH TAHANAN NEGARA KLAS IIB DUMAI Jl. Pemasyarakatan No. 01 Bumi Ayu - Dumai RUTAN DUMAI

RUMAH TAHANAN NEGARA KLAS IIB DUMAI Jl. Pemasyarakatan No. 01 Bumi Ayu - Dumai RUTAN DUMAI RUMAH TAHANAN NEGARA KLAS IIB DUMAI Jl. Pemasyarakatan No. 01 Bumi Ayu - Dumai SEJARAH SINGKAT Rumah Tahanan Negara Klas IIB Dumai yang awal mulanya bernama Cabang Rutan Bengkalis di Dumai terletak di

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR TERPIDANA NARKOTIKA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SIDOARJO

BAB III PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR TERPIDANA NARKOTIKA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SIDOARJO 53 BAB III PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR TERPIDANA NARKOTIKA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SIDOARJO A. Latar Berdirinya Lembaga pemasyarakatan (LAPAS) Sidoarjo 1. Sejarah Lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1981, didirikan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Karawang. Alasan didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 1999 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERAWATAN TAHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN. ada penjara, namun dahulu kala orang-orang yang dianggap melakukan kesalahan

BAB II GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN. ada penjara, namun dahulu kala orang-orang yang dianggap melakukan kesalahan BAB II GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN 4.1 Perkembagan Sistem Lembaga Pemasyarakatan Pada zaman dahulu belum ada pidana hilang kemerdekaan, sehingga tidak ada penjara, namun dahulu kala orang-orang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM RUTAN KLAS II B SERANG

BAB II GAMBARAN UMUM RUTAN KLAS II B SERANG BAB II GAMBARAN UMUM RUTAN KLAS II B SERANG A. Sejarah dan Letak Geografis Rutan Klas II B Serang Rutan Klas II B Serang dibangun pada tahun 1885 oleh pemerintah kolonial Belanda yang pada awalnya difungsikan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. Keadaan Geografis Desa Tanjung Medan Desa Tanjung Medan merupakan salah satu desa diantara desa yang berada di Kecamatan Tambusai Utara Kabupaten Rokan Hulu. Adapun

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN TENTANG CUTI BERSYARAT DI RUTAN MEDAENG SIDOARJO. Jenderal Sutoyo Medaeng Waru Sidoarjo. Rumah tahanan negara kelas I

BAB III HASIL PENELITIAN TENTANG CUTI BERSYARAT DI RUTAN MEDAENG SIDOARJO. Jenderal Sutoyo Medaeng Waru Sidoarjo. Rumah tahanan negara kelas I BAB III HASIL PENELITIAN TENTANG CUTI BERSYARAT DI RUTAN MEDAENG SIDOARJO A. Gambaran Umum Rutan Medaeng Rumah tahanan negara kelas I Surabaya beralamat di Jalan Letnan Jenderal Sutoyo Medaeng Waru Sidoarjo.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Dalam usahanya, Negara menjumpai banyak rintangan serta

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN. informan adalah orang-orang yang memiliki kapasitas dalam memberikan

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN. informan adalah orang-orang yang memiliki kapasitas dalam memberikan BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1 Profil Informan. Informan dalam penelitian ini berjumlah 8 (delapan) orang yang terdiri dari 4 (empat) orang petugas tetap Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Bandar

Lebih terperinci

BAB III. Pemasyarakatan Anak Blitar. 3.1 Pola Pembinaan Anak Pelaku Tindak Pidana Di Lembaga

BAB III. Pemasyarakatan Anak Blitar. 3.1 Pola Pembinaan Anak Pelaku Tindak Pidana Di Lembaga BAB III Pola Pembinaan Anak Pelaku Tindak Pidana Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar 3.1 Pola Pembinaan Anak Pelaku Tindak Pidana Di Lembaga Pemasayarakatan Anak Sebagaimana ditegaskan dalam Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA TANJUNG GUSTA MEDAN

BAB II GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA TANJUNG GUSTA MEDAN BAB II GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA TANJUNG GUSTA MEDAN 2.1 Perkembagan Sistem Lembaga Pemasyarakatan Pada zaman dahulu belum ada pidana hilang kemerdekaan, sehingga tidak ada penjara,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH 2.1 Sejarah Sekolah Dasar ABC Sekolah Dasar ABC merupakan salah satu jenis sekolah dasar islam terpadu yang berdiri pada Bulan Juli tahun 2007 di Medan. Pada awalnya, sekolah

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH A. Keadaan Geografis Desa Sokaraja Tengah terletak di wilayah kerja Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Desa Sokaraja Tengah terdiri dari 2 Dusun, 7 RW,

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN UMUM Sebagaimana ditegaskan dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang sangat bergantung pada kondisi anak-anak sekarang. Anak

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang sangat bergantung pada kondisi anak-anak sekarang. Anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua orang tentu saja sependapat bahwa hidup matinya suatu bangsa di masa mendatang sangat bergantung pada kondisi anak-anak sekarang. Anak amat memegang peranan

Lebih terperinci

Maksudnya adalah bahwa pembimbing kemasyarakatan yang ada di BAPAS. kerjaannya untuk dapat menyelesaikan persoalan tersebut.

Maksudnya adalah bahwa pembimbing kemasyarakatan yang ada di BAPAS. kerjaannya untuk dapat menyelesaikan persoalan tersebut. e. BAPAS dituntut sebagai konselor Maksudnya adalah bahwa pembimbing kemasyarakatan yang ada di BAPAS tersebut dituntut untuk selalu siap dalam menerima segala keluhan yang terjadi pada diri Klien Pemasyarakatan

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB 3 GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB 3 GAMBARAN UMUM RESPONDEN 3.1 Profil Responden 3.1.1 Sejarah Singkat SMP Negeri 127 Jakarta terletak di Jl. Raya Kebon Jeruk No. 126 A, Kecamatan Kebon Jeruk, Kota Jakarta Barat, Propinsi DKI Jakarta.

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 25 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Pada bab ini akan menjelaskan beberapa uraian menyangkut Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Bandung yang terdiri dari Sejarah, Visi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini narapidana tidak lagi dipandang sebagai objek melainkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini narapidana tidak lagi dipandang sebagai objek melainkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini narapidana tidak lagi dipandang sebagai objek melainkan menjadi subjek yang dihormati dan dihargai oleh sesamanya. Pada dasarnya yang harus diberantas ialah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2) Sebelah selatan dusun gunung rawas. 3) Sebelah timur dusun siwalan.

BAB I PENDAHULUAN. 2) Sebelah selatan dusun gunung rawas. 3) Sebelah timur dusun siwalan. BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah 1. Deskripsi Wilayah Desa a. Luas Wilayah Luas wilayah Desa Sentolo kurang lebih sekitar 604,7695 Ha. Terbagi menjadi 13 RW dan 58 RT. b. Batas Wilayah Desa Sentolo

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA KOMISI LANJUT USIA ( LANSIA ) GKI SUMUT MEDAN TAHUN 2016

PROGRAM KERJA KOMISI LANJUT USIA ( LANSIA ) GKI SUMUT MEDAN TAHUN 2016 I. VISI MENJADI TELADAN DALAM PELAYANAN PROGRAM KERJA KOMISI LANJUT USIA ( LANSIA ) GKI SUMUT MEDAN TAHUN II. MISI 1. Menjaga karya dan kemampuan 2. Menjaga iman 3. Menjaga kesehatan 4. Menjaga kebugaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan penduduk terbesar ke-empat di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan penduduk terbesar ke-empat di dunia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara dengan penduduk terbesar ke-empat di dunia, memiliki tingkat kejahatan yang tinggi pula. Tercatat dalam portal Pikiran Rakyat (21 Mei

Lebih terperinci

Profile LPKA Salemba PUSANEV_BPHN. Berkomitmen Untuk Membangun Manusia Mandiri

Profile LPKA Salemba PUSANEV_BPHN. Berkomitmen Untuk Membangun Manusia Mandiri Profile LPKA Salemba Berkomitmen Untuk Membangun Manusia Mandiri Jl. Percetakan Negara No. 88 A, Jakarta Pusat Telp/Fax. (021) 4288 3804 4288 3881 A. Peta Peraturan Perundang undangan (Dasar Hukum) UU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun fenomena kriminalitas yang dilakukan oleh remaja semakin meningkat. banyak kasus yang di timbulkan oleh remaja yang dapat membuat orang bertanya dimana

Lebih terperinci

BAB V. A. Proses Pendampingan dan Pembinaan Narapidana. pekerjaan sosial, memfasilitasi orang agar mampu memberdayakan dirinya

BAB V. A. Proses Pendampingan dan Pembinaan Narapidana. pekerjaan sosial, memfasilitasi orang agar mampu memberdayakan dirinya 92 BAB V A. Proses Pendampingan dan Pembinaan Narapidana 1. Proses Pendampingan Pendampingan sosial merupakan suatu strategi yang menentukan keberhasilan program pemberdayaan masyarakat. Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Lembaga Pemasyarakatan Secara formal sistem pemasyarakatan dicetuskan pada tanggal 5 juli 1953 oleh Dr. Suharjo, SH yaitu Menteri Kehakiman Republik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan kajian-kajian, penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis tentang Peranan Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung dapat ditarik beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan tersebut terjadi dikarenakan berbagai macam faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan tersebut terjadi dikarenakan berbagai macam faktor yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbagai tindakan kejahatan sering terjadi di masyarakat, misalnya pencurian, permapokan, pembunuhan, narkoba, penipuan dan sebagainya. Dari semua tindak

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil

BAB II URAIAN TEORITIS. Teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil BAB II URAIAN TEORITIS Teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN 6.1 Konsep Umum Perancangan Menjawab permasalahan depresi yang dialami oleh penghuni Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Wirogunan Yogyakarta yang terjadi karena berbagai

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 58 TAHUN 1999 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERAWATAN TAHANAN PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN

BAB III OBJEK PENELITIAN BAB III OBJEK PENELITIAN 3.1. Sejarah Lembaga 3.1.1. Sejarah Lapas Banceuy Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Banceuy Bandung terletak di Jalan Soekarno Hatta No. 187 A Bandung, sebelumnya terletak di Jalan

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. A. Gambaran Umum Rumah Tahanan Kelas I Surabaya. 1. Sejarah Singkat Rumah tahanan Kelas I Surabaya.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. A. Gambaran Umum Rumah Tahanan Kelas I Surabaya. 1. Sejarah Singkat Rumah tahanan Kelas I Surabaya. 67 BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Rumah Tahanan Kelas I Surabaya 1. Sejarah Singkat Rumah tahanan Kelas I Surabaya. Berdasarkan catatan historis Rumah tahanan kelas I Surabaya didirikan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 1999 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERAWATAN TAHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ha. Terbagi menjadi 14 RW dan 28 RT. Desa Banguncipto yang dibatasi oleh : 1) Sebelah Utara Desa Wijimulyo

BAB I PENDAHULUAN. Ha. Terbagi menjadi 14 RW dan 28 RT. Desa Banguncipto yang dibatasi oleh : 1) Sebelah Utara Desa Wijimulyo BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah 1. Deskripsi Wilayah Desa a. Luas Wilayah Luas wilayah Desa Banguncipto kurang lebih sekitar 435.841 Ha. Terbagi menjadi 14 RW dan 28 RT. b. Batas Wilayah Desa Banguncipto

Lebih terperinci

PP 58/1999, SYARAT-SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERAWATAN TAHANAN

PP 58/1999, SYARAT-SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERAWATAN TAHANAN PP 58/1999, SYARAT-SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERAWATAN TAHANAN Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 58 TAHUN 1999 (58/1999) Tanggal: 22 JUNI 1999 (JAKARTA)

Lebih terperinci

IV. PETA SOSIAL KELURAHAN SUKAMISKIN DAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN SUKAMISKIN BANDUNG

IV. PETA SOSIAL KELURAHAN SUKAMISKIN DAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN SUKAMISKIN BANDUNG IV. PETA SOSIAL KELURAHAN SUKAMISKIN DAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN SUKAMISKIN BANDUNG 4.1. Keadaan Umum Lokasi 4.1.2. Kelurahan Sukamiskin Kelurahan Sukamiskin merupakan tipologi perkotaan, memiliki luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timbul berbagai macam bentuk-bentuk kejahatan baru. Kejahatan selalu

BAB I PENDAHULUAN. timbul berbagai macam bentuk-bentuk kejahatan baru. Kejahatan selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini kejahatan semakin berkembang sesuai dengan perkembangan zaman terutama dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga timbul berbagai

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. Dari hasil penelitian yang dilakukan, serta berdasarkan hasil pembahasan

BAB III PENUTUP. Dari hasil penelitian yang dilakukan, serta berdasarkan hasil pembahasan BAB III PENUTUP Dari hasil penelitian yang dilakukan, serta berdasarkan hasil pembahasan dalam bab terdahulu, dapatlah ditarik kesimpulan yang merupakan jawaban permasalahan penelitian ini. Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Anak pidana oleh Petugas Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Anak pidana oleh Petugas Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Pembinaan Anak pidana oleh Petugas Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Sleman yang telah dilaksanakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945. Hal Itu berarti bahwa penegakan hukum menjadi yang utama

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat Berdirinya Panti Asuhan Al-Mudakkir

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat Berdirinya Panti Asuhan Al-Mudakkir BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Sejarah Singkat Berdirinya Panti Asuhan AlMudakkir Panti Asuhan AlMudakkir Banjarmasin didirikan pada tanggal 7 April 947 dengan Akta

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR KECAMATAN CIAWI KANTOR KEPALA DESA CILEUNGSI Alamat : Jalan Raya Veteran III No. 27 Tapos Kec. Ciawi Kab.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR KECAMATAN CIAWI KANTOR KEPALA DESA CILEUNGSI Alamat : Jalan Raya Veteran III No. 27 Tapos Kec. Ciawi Kab. PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR KECAMATAN CIAWI KANTOR KEPALA DESA CILEUNGSI Alamat : Jalan Raya Veteran III No. 27 Tapos Kec. Ciawi Kab. Bogor 16760 PROFIL/RIWAYAT DESA CILEUNGSI Desa Cileungsi merupkan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hanna, 2004, p Prapti Nitin, Buku Lustrum ke-25 Panti Wreda Hanna dalam Pendampingan Para Lanjut Usia di Panti Wreda

BAB I PENDAHULUAN. Hanna, 2004, p Prapti Nitin, Buku Lustrum ke-25 Panti Wreda Hanna dalam Pendampingan Para Lanjut Usia di Panti Wreda 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Permasalahan Panti Wreda Hanna yang didirikan oleh Persekutuan Doa Wanita Oikumene Hanna (PDWOH) merupakan sebuah Panti Wreda khusus untuk kaum wanita. Panti Wreda

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. Imigrasi. Rumah Detensi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. Imigrasi. Rumah Detensi. No.284, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. Imigrasi. Rumah Detensi. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-11.OT.01.01TAHUN 2009 TENTANG

Lebih terperinci

Gereja Menyediakan Persekutuan

Gereja Menyediakan Persekutuan Gereja Menyediakan Persekutuan Pada suatu Minggu pagi sebelum kebaktian Perjamuan Tuhan, lima orang yang akan diterima sebagaianggota gereja berdiri di depan pendeta dan sekelompok diaken. Salah seorang

Lebih terperinci

JURNAL HUKUM PEMENUHAN HAK MENDAPAT PENDIDIKAN BAGI ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN YANG BERADA DI LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK

JURNAL HUKUM PEMENUHAN HAK MENDAPAT PENDIDIKAN BAGI ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN YANG BERADA DI LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK JURNAL HUKUM PEMENUHAN HAK MENDAPAT PENDIDIKAN BAGI ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN YANG BERADA DI LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK Diajukan oleh : Theresa Arima Pangaribuan N P M : 13 05 11298 Program Studi :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah ;

PERATURAN DAERAH. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah ; PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MUSI RAWAS NOMOR : 11 TAHUN 1990 T E N T A N G PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERBURUHAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MUSI RAWAS DENGAN

Lebih terperinci

PROFIL UKS SMA NEGERI 3 KUNINGAN. Mewujudkan warga SMA Negeri 3 Kuningan yang sehat lahir dan batin. 2. Mewujudkan pendidikan kesehatan yang optimal.

PROFIL UKS SMA NEGERI 3 KUNINGAN. Mewujudkan warga SMA Negeri 3 Kuningan yang sehat lahir dan batin. 2. Mewujudkan pendidikan kesehatan yang optimal. PROFIL UKS SMA NEGERI 3 KUNINGAN 3.1. Visi Mewujudkan warga SMA Negeri 3 Kuningan yang sehat lahir dan batin. 3.2. Misi 1. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal kepada masyarakat belajar. 2. Mewujudkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 SMP NEGERI 1 PRAMBANAN KLATEN

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 SMP NEGERI 1 PRAMBANAN KLATEN BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Analisis situasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa PPL untuk memperoleh data mengenai kondisi baik fisik maupun non fisik yang ada di SMP Negeri 1 Prambanan

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. Efektifitas Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan. Kepercayaan Diri pada Remaja Kasus Pembunuhan Di Lembaga

BAB III PENYAJIAN DATA. Efektifitas Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan. Kepercayaan Diri pada Remaja Kasus Pembunuhan Di Lembaga BAB III PENYAJIAN DATA Efektifitas Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri pada Remaja Kasus Pembunuhan Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas IIB Pekanbaru. Adapun data umur

Lebih terperinci

A. Analisis Situasi 1. Analisis Situasi Sekolah a. Letak Geografis b. Profil Sekolah

A. Analisis Situasi 1. Analisis Situasi Sekolah a. Letak Geografis b. Profil Sekolah BAB I PENDAHULUAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan kegiatan latihan kependidikan yang dilaksanakan oleh mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta, yang mencakup segala tugas-tugas kependidikan,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KELAS IIB PEKANBARU. Saat ini Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas IIB Pekanbaru berada di

BAB II DESKRIPSI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KELAS IIB PEKANBARU. Saat ini Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas IIB Pekanbaru berada di BAB II DESKRIPSI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KELAS IIB PEKANBARU A. Sejarah Lapas Saat ini Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas IIB Pekanbaru berada di bawah Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan Hak Asasi

Lebih terperinci

BAB III HAMBATAN PROSES PEMBINAAN DAN UPAYA MENGATASI HAMBATAN OLEH PETUGAS LAPAS KELAS IIA BINJAI

BAB III HAMBATAN PROSES PEMBINAAN DAN UPAYA MENGATASI HAMBATAN OLEH PETUGAS LAPAS KELAS IIA BINJAI BAB III HAMBATAN PROSES PEMBINAAN DAN UPAYA MENGATASI HAMBATAN OLEH PETUGAS LAPAS KELAS IIA BINJAI A. Faktor yang menghambat Proses Pembinaan Narapidana Narkotika di Lapas Klas IIA Binjai Dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

Sehubungan dengan penyusunan skripsi, maka saya:

Sehubungan dengan penyusunan skripsi, maka saya: Medan, September 2007 Dengan hormat, Sehubungan dengan penyusunan skripsi, maka saya: Nama : Edwin CH. Sirait Nim : 020902016 Jurusan : Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial politik Judul Skripsi

Lebih terperinci

DENAH LINGKUNGAN RUMAH DAN SEKOLAH

DENAH LINGKUNGAN RUMAH DAN SEKOLAH DENAH LINGKUNGAN RUMAH DAN SEKOLAH Bab 2 Peta Konsep Denah Lingkungan Rumah Denah Lingkungan Sekolah Mempelajari tentang Cara Membuat Denah dan Peta Lingkungan Rumah Cara Membuat Denah dan Peta Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar hukum dari Pembebasan bersyarat adalah pasal 15 KUHP yang

BAB I PENDAHULUAN. Dasar hukum dari Pembebasan bersyarat adalah pasal 15 KUHP yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dasar hukum dari Pembebasan bersyarat adalah pasal 15 KUHP yang menyatakan orang yang dihukum penjara boleh dilepaskan dengan perjanjian, bila telah melalui

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori Lembaga Pemasyarakatan

BAB II. Landasan Teori Lembaga Pemasyarakatan BAB II Landasan Teori Lembaga Pemasyarakatan 2.1Tinjauan teori Tinjauan teori yang akan di paparkan merupakan teori-teori yang berkaitan dengan perancangan Lembaga Pemasyarakatan. 2.1.1 Pengertian Lembaga

Lebih terperinci

Kata Kunci : Narapidana, Lembaga Pemasyarakatan, Pembinaan

Kata Kunci : Narapidana, Lembaga Pemasyarakatan, Pembinaan PEMBINAAN TERHADAP NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA DENPASAR Oleh I Gede Ardian Paramandika I Ketut Mertha Gede Made Swardhana Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh oleh seluruh mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta. Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan

Lebih terperinci

ASPEK SPIRITUAL NARAPIDANA NARKOBA YANG MENJALANI MASA TAHANAN DI LEMBAGA PERMASYARAKATAN

ASPEK SPIRITUAL NARAPIDANA NARKOBA YANG MENJALANI MASA TAHANAN DI LEMBAGA PERMASYARAKATAN PENELITIAN ASPEK SPIRITUAL NARAPIDANA NARKOBA YANG MENJALANI MASA TAHANAN DI LEMBAGA PERMASYARAKATAN Lukita Mariah *, Idawati Manurung **, Abdul Halim ** Masa tahanan adalah masa dimana narapidana ditahan

Lebih terperinci

HASIL PERANCANGAN ... BAB IV. 4.1 Deskripsi Umum Projek

HASIL PERANCANGAN ... BAB IV. 4.1 Deskripsi Umum Projek BAB IV HASIL PERANCANGAN 4.1 Deskripsi Umum Projek Tema yang dibahas dalam perancangan ini adalah Reborn, merupakan bagian dari kehidupan atau perjalanan yang tampak dari kacang hijau, pada saat itu kita

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN BANGKINANG. Kecamatan Bangkinang atau sekarang lebih dikenal dengan

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN BANGKINANG. Kecamatan Bangkinang atau sekarang lebih dikenal dengan BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN BANGKINANG A. Sejarah Kecamatan Bangkinang 11 Kecamatan Bangkinang atau sekarang lebih dikenal dengan singkatanlanggini Bangkinang, adalah salah satu Kecamatan di provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan langkah perbaikan mutu kehidupan bangsa yang dibangun sebagai usaha sadar guna menciptakan manusia yang manusiawi yang memiliki karakter dan pola

Lebih terperinci

LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 2A AMBARAWA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR LATE-MODERN

LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 2A AMBARAWA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR LATE-MODERN LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 2A AMBARAWA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR LATE-MODERN Oleh : Pandu Pujo Wicaksono, Hendro Trilistyo, Eddy Hermanto Kabupaten Semarang sebagai wilayah yang sedang berkembang dengan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. membina warga binaan untuk memberikan bekal hidup, baik ketrampilan,

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. membina warga binaan untuk memberikan bekal hidup, baik ketrampilan, BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Sesuai dengan tujuannya, lembaga pemasyarakatan adalah lembaga yang membina warga binaan untuk memberikan bekal hidup, baik ketrampilan, pengetahuan maupun mental spiritual

Lebih terperinci

BAB III PEMENUHAN HAK ASIMILASI DI LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK KUTOARJO. A. Pelaksanaan Asimilasi Ditinjau Dari Prinsip Perlindungan Anak

BAB III PEMENUHAN HAK ASIMILASI DI LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK KUTOARJO. A. Pelaksanaan Asimilasi Ditinjau Dari Prinsip Perlindungan Anak BAB III PEMENUHAN HAK ASIMILASI DI LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK KUTOARJO A. Pelaksanaan Asimilasi Ditinjau Dari Prinsip Perlindungan Anak Asimilasi adalah pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Kedaton Kodya, daerah tingkat II Bandar

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Kedaton Kodya, daerah tingkat II Bandar 42 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kelurahan Rajabasa Kelurahan Rajabasa adalah salah satu desa yang sejak tahun 1992 menjadi Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Kedaton Kodya, daerah

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan 1. Poliklinik LP Kelas II A Narkotika mempunyai SDM untuk operasional Poliklinik sebanyak 13 orang yaitu 3 orang dokter umum, 2 orang dokter gigi, dan 8 orang

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 3 : Kuisioner kepada Petugas di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Kota Binjai Nama : NIP : Umur : Jabatan : 1. Menurut saudara, bagaimana dengan Pembinaan keagamaan yang saudara

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 1979 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERBURUHAN PROPINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 1979 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERBURUHAN PROPINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 1979 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERBURUHAN PROPINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di dua desa yakni Desa Pagelaran dan Desa Gemah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di dua desa yakni Desa Pagelaran dan Desa Gemah 52 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Pagelaran Penelitian ini dilakukan di dua desa yakni Desa Pagelaran dan Desa Gemah Ripah Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu. Desa Pagelaran

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN HAK ASASI MANUSIA WARGA BINAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK TANJUNG GUSTA MEDAN

BAB III PELAKSANAAN HAK ASASI MANUSIA WARGA BINAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK TANJUNG GUSTA MEDAN BAB III PELAKSANAAN HAK ASASI MANUSIA WARGA BINAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK TANJUNG GUSTA MEDAN A.Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta dan Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan

Lebih terperinci

PENGADILAN TINGGI MEDAN

PENGADILAN TINGGI MEDAN P U T U S A N Nomor : 191/PID.SUS/2016/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah menjatuhkan putusan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan bahwa tokoh masyarakat di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan bahwa tokoh masyarakat di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dengan demikian, dari temuan-temuan penelitian yang telah dilakukan disimpulkan bahwa tokoh masyarakat di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia memiliki

Lebih terperinci

INSTRUMENT INVENTARISASI PEMBERDAYAAN PENGUNGSI

INSTRUMENT INVENTARISASI PEMBERDAYAAN PENGUNGSI INSTRUMENT INVENTARISASI PEMBERDAYAAN PENGUNGSI Instrument berikut ditujukan untuk menggali informasi tentang inventarisasi kebutuhan pemberdayaan pengungsi akibat bencana. Informan/responden adalah kepala

Lebih terperinci

FORMAT OBSERVASI KONDISI SEKOLAH*)

FORMAT OBSERVASI KONDISI SEKOLAH*) Universitas Negeri Yogyakarta FORMAT OBSERVASI KONDISI SEKOLAH*) NPma.2 untuk mahasiswa NAMA MAHASISWA : Nur Aktafiyani Gusriyana PUKUL : 09.00 s/d selesai NO. MAHASISWA : 13207241014 TEMPAT OBSERVASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan bisnis dalam sektor jasa saat ini terus berkembang pesat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan bisnis dalam sektor jasa saat ini terus berkembang pesat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis dalam sektor jasa saat ini terus berkembang pesat. Seiring dengan era globalisasi saat ini, perusahaan jasa terus melakukan peningkatan

Lebih terperinci

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR : 15 TAHUN 2016 TENTANG PERUNTUKAN KAWASAN PASAR MENURUT JENIS USAHA, FASILITAS UMUM PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DAN PEMANFAATAN TANAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI Mahasiswa sebelum melaksanakan program PPL, terlebih dahulu melakukan beberapa rangkaian kegiatan observasi, baik itu melalui pengamatan terhadap situasi dan lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani dan olahraga memiliki peran yang sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani dan olahraga memiliki peran yang sangat penting BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani dan olahraga memiliki peran yang sangat penting dalam mengintensifkan penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang

Lebih terperinci

Denah Lingkungan Rumah dan Sekolah

Denah Lingkungan Rumah dan Sekolah Bab 2 Denah Lingkungan Rumah dan Sekolah Peta Konsep Denah Lingkungan Rumah dan Sekolah Denah Lingkungan Rumah Cara Membuat Denah dan Peta Lingkungan Rumah Mempelajari tentang Denah Lingkungan Sekolah

Lebih terperinci

BAB II PROFIL WILAYAH. acuan untuk menentukan program kerja yang akan dilaksanakan selama KKN

BAB II PROFIL WILAYAH. acuan untuk menentukan program kerja yang akan dilaksanakan selama KKN BAB II PROFIL WILAYAH A. Kondisi Wilayah Survei sangat perlu dilakukan sebelum penerjunan ke lokasi KKN sebagai acuan untuk menentukan program kerja yang akan dilaksanakan selama KKN belangsung, sehingga

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM. A. Lokasi dan Kondisi Fisik Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB. Secara umum Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) adalah tempat

BAB III GAMBARAN UMUM. A. Lokasi dan Kondisi Fisik Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB. Secara umum Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) adalah tempat 53 BAB III GAMBARAN UMUM A. Lokasi dan Kondisi Fisik Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Lubuk Pakam Secara umum Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan terhadap orang-orang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan sejarahnya Desa Karta Kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan sejarahnya Desa Karta Kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Desa Karta. Berdasarkan sejarahnya Desa Karta Kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah nama sebuah Desa yang terletak

Lebih terperinci

LAPORAN HARIAN PELAKSANAAN PPL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

LAPORAN HARIAN PELAKSANAAN PPL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NAMA SEKOLAH : SMP Muhammadiyah 2 Depok NAMA MAHASISWA : Ade Prasetyo ALAMAT SEKOLAH : jl. Swadaya no 4 Karangasem, Condongcatur, NIM : 13601241125 Depok, Sleman FAK/JUR/PRODI : FIK/ PJKR GURU PEMBIMBING

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MEDITASI ŻIKIR DI SLB. A. Profil SLB Negeri Ungaran Barat

BAB III DESKRIPSI MEDITASI ŻIKIR DI SLB. A. Profil SLB Negeri Ungaran Barat 42 BAB III DESKRIPSI MEDITASI ŻIKIR DI SLB A. Profil SLB Negeri Ungaran Barat SLB Negeri Ungaran (sebagai pengembangan dari SDLB Ungaran Tahun 2007), merupakan SLB yang pertama kali berdiri di Ungaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan undang-undang Dasar 1945 pasal 28H ayat (1) tentang Hak

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan undang-undang Dasar 1945 pasal 28H ayat (1) tentang Hak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan undang-undang Dasar 1945 pasal 28H ayat (1) tentang Hak Asasi Manusia juga telah dijelaskan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Kondisi Fisik

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Kondisi Fisik BAB I PENDAHULUAN Mahasiswa adalah calon guru, maka sudah selayaknya mahasiswa memiliki seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang memadai dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Berangkat

Lebih terperinci

DESKRIPSI OBJEK STUDI

DESKRIPSI OBJEK STUDI BAB III DESKRIPSI OBJEK STUDI 3.1 Deskripsi Objek Studi Objek yang akan penulis redesain adalah sebuah Lembaga Pemasyaratan Sukamiskin Bandung. Lembaga Pemasyarakatan yang akan dirancang adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini mempunyai peranan penting, salah satunya dibidang komputer. Dengan adanya teknologi komputer yang sangat canggih

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI. singkatan Kuansing, adalah salah satu kabupaten di Provinsi Riau, Indonesia.

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI. singkatan Kuansing, adalah salah satu kabupaten di Provinsi Riau, Indonesia. BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI A. Sejarah Kabupaten Kuantan Singingi 10 Kabupaten kuantan singingi atau sekarang lebih dikenal dengan singkatan Kuansing, adalah

Lebih terperinci