BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Veronika Johan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan konsep, landasan teori, dan tinjauan pustaka pada penelitian Pemertahanan Leksikon Kelautan dalam Bahasa Pesisir Sibolga Desa Pondok Batu Kecamatan Sarudik : Kajian Ekolinguistik. 2.1 Konsep Sebelum mengacu pada uraian teori yang digunakan dalam penelitian ini, perlu dijelaskan konsep dasar yang dianggap relevan sebagai pendukung untuk dapat lebih memahami topik dan bermanfaat untuk menyamakan persepsi terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Konsep tersebut diuraikan berikut ini Ekologi Ekologi berasal dari bahasa Yunani yaitu oikos (rumah atau tempat hidup) dan logos (ilmu atau pelajaran ). Secara etimologis berarti ilmu tentang makhluk hidup dan rumah tangganya.dengan kata lain definisi dan Ekologi ialah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya (Hannum, 2009:2). Ekologi merupakan totalitas manusia dengan lingkungan yang berisikan hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungannya. Manusia dan lingkungan adalah komponen yang secara teratur berinteraksi dan saling tergantung memebentuk keseluruhan untuk menjamin kelangsungan hidup keduanya Kelautan Sebagai desa maritim, Indonesia memiliki pantai terpanjang di dunia, dengan garis pantai lebih dari km dari 67, 493 desa di Indonesia, kurang lebih desa dikategorikan sebagai desa pesisir (Kusnadi,2002,1).
2 Salah satu usaha yang dilakukan Pemerintah Republik Indonesia untuk mensukseskan pembangunan dengan target pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah medornisasi di berbagai bidang perikanan. Salah satunya yaitu baik yang menyangkut penggantian alat-alat penangkapan ikan dari yang tradisional menjadi alat tangkap kan yang lebih modren. Secara khusus, tujuan modernisasi alat tangkap perikanan juga sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan. Jumlah nelayan Sibolga mencapai pada tahun Dari jumlah tersebut, 90 persen merupakan nelayan tetap dan selebihnya adalah nelayan sambilan. Jenis ikan yang ditangkap adalah ikan gembung, tuna, kakap, dan kerapu Pemertahanan Bahasa Konsep pemertahanan bahasa berawal dari pemahaman tentang kata tersebut. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1375). dikemukakan bahwa makna kata kebertahanan adalah ihwal bertahan. Sedangkan makna kata bertahan tetap pada tempatnya (kedudukan dan sebagainya). Konsep kebertahanan diartikan sebagai proses, cara, perbuatan mempertahankan. Pemertahanan bahasa terkait dengan faktor-faktor sosial dan psikologis, seperti kekuatan ikatan etnis, sistem nilai, pola permukiman, agama, sistem kekeluargaan,jenis kelamin, dan ekonomi. Pemertahanan bahasa adalah masyarakat tetap menggunakan bahasanya secara kolektif atau secara bersama-sama dalam ranah-ranah pemakaian tradisional (Merti, 2010:9-10) Bahasa dan Lingkungan Bahasa dan lingkungan adalah dua hal yang saling berhubungan dan saling memengaruhi. Dalam tulisannya Language Ecology and Environment, Muhlhauser (dalam Surbakti, 2013) menyebut, ada empat yang memungkinkan hubungan antara bahasa dan lingkungan yakini: (1) bahasa berdiri dan terbentuk sendiri (Chomsky, Linguistik Kognitif), (2) bahasa dikonstruksi alam (Marr), (3) alam dikonstruksi bahasa dan (4) bahasa saling berhubungan dengan alam
3 keduanya saling mengontruksi, namun jarang yang berdiri sendiri (ekolinguistik). Sapir (dalam Al- Gayoni(2012: 29) mengemukakan tiga bentuk dan lingkungan yaitu : a. Lingkungan fisik yang mencakupi karakter geografis seperti topografi sebuah negara (baik pantai, lembah dan dataran tinggi, maupun pegunungan, keadaan cuaca dan jumlah curah hujan. b. Lingkungan ekonomis yaitu kebutuhan dasar manusia yang terdiri atas flora dan fauna dan sumber mineral yang ada dalam daerah tersebut. c. Lingkungan sosial melingkupi berbagai kekuatan dalam masyarakat yang membentuk kehidupan dan pikiran masyarakat suatu sama lain. Namun, yang paling penting dari keluatan sosial tersebut adalah agama, standar, etika, bentuk organisasi politik danseni Leksikon Leksikon merupakan komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa, leksikon juga diartikan sebagai kosakata, kekayaan yang dimiliki sebuah bahasa (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008:805). Leksikon adalah koleksi leksem pada suatu bahasa. Kajian terhadap leksikon mencakup apa yang dimaksud dengan kata, strukturisasi kosakata, penggunaan dan penyimpanan kata, pembelajaran kata, sejarah dan evolusi kata (etimologi), hubungan antarkata, serta proses pembentukan kata pada suatu bahasa. Dalam penggunaan sehari-hari, leksikon dianggap sebagai sinonim kamus atau kosakata. Sedikit membedakan leksikon dari perbendaharaan kata, yaitu Leksikon mencakup komponen yang mengandung segala informasi tentang kata dalam suatu bahasa seperti perilaku semantis, sintaksis, morfologis, dan fonologisnya, sedangkan perbendaharaan kata lebih ditekankan pada kekayaan kata yang dimiliki seseorang atau sesuatu bahasa.
4 2.1.7 Kata Benda (Nomina) Chaer (2008:69) mengatakan nomina adalah kata-kata yang dapat diikuti dengan frase yang... atau yang sangat... Misalnya kata-kata: (1) jalan (yang bagus); (2) murid (yang rajin); (3) pemuda (yang sangat rajin). Ada tiga macam kata benda,yaitu: (a) Kata benda yang jumlahnya dapat dihitung sehingga di depan kata benda itu dapat diletakkan kata bantu bilangan. (b) Kata benda yang jumlahnya tak terhitung. (c) Kata benda yang menyatakan khas. 2.2 Landasan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori ekolinguistik. Ekolinguistik adalah kajian interdisipliner yang mengkaitkan ekologi dan linguistik diawali pada tahun 1970-an menciptakan paradigma ekologi bahasa. Dalam pandangan Haugen, ekologi bahasa adalah kajian tentang interaksi bahasa dan lingkungannya. Dalam konteks ini, menggunakan konsep lingkungan bahasa secara metaforis, yakni lingkungan dipahami sebagai masyarakat pengguna bahasa, sebagai salah satu kode bahasa. Bahasa berada hanya dalam pikiran penuturnya, dan oleh karenanya bahasa hanya berfungsi apabila digunakan untuk menghubungkan antarpenutur, dan menghubungkan penutur dengan lingkungannya, baik lingkungan sosial ataupun lingkungan alam. Dengan demikian, ekologi bahasa ditentukan oleh orang-orang yang mempelajari, menggunakan, dan menyampaikan bahasa tersebut kepada orang lain. Ekolinguistik adalah studi hubungan timbal balik yang bersifat fungsional. Dua parameter yang hendak dihubungkan adalah bahasa dan lingkungan. Hal ini bergantung pada perspektif yang digunakan baik ekologi bahasa maupun bahasa ekologi. Kombinasi keduanya menghasilkan kajian ekolinguistik. Peneliti bidang ekolinguistik dapat juga membedah makna makna sosialekologis di balik bahasa, khususnya leksikon, di atas konsep dan landasan teoretis yaitui (1) bahasa yang hidup dan lingkungan itu menggambarkan, mewakili, melukis (mereprentasikan secara simbolik-verbal) realitas di lingkungan baik lingkungan alam maupun lingkungan buatan manusia (lingkungan sosial-budaya;
5 (2) dinamika dan perubahan bahasa pada tataran leksikon. Pada tataran leksikon, dinamika dan perubahan bahasa dipengaruhi oleh tiga dimensi (Lindo dan Bundsgaard; 10-11), antara lain: 1) Dimensi ideologis, yaitu adanya ideologi atau adicita masyarakat misalnya ideologi kapitalisme yang disangga pula dengan ideologi sehingga perlu dilakukan aktivitas terhadap sumber daya lingkungan, seperti muncul istilah dan wacana ekspoitasi, pertumbuhan, keuntungan secara ekonomis. Jadi, ada upaya untuk tetap mempertahankan, mengembangkan, dan membudidayakan jenis ikan dan tumbuhan produktif tertentu yang bernilai ekonomi tinggi dan kuat. 2) Dimensi biologis, yakni adanya aktivitas wacana, dialog, dan dikursus sosial untuk mewujudkan ideologi tersebut. Dalam dimensi ini bahasa merupakan wujud praktis sosial yang bermakna. 3) Dimensi biologis, berkaitan dengan adanya diversitas (keanekaragaman) biota danau (atau laut, maupun darat) secara berimbang dalam ekosistem, serta dengan tingkat vitalis spesies dan adanya hidup yang berbeda antara satu dengan yang lain. Dimensi biologis itu secara verbal terekam secara leksikon dalam khazanah kata setiap bahasa sehingga entitas-entitas itu tertandakan dan dipahami Ekolinguistik Dalam lingkup kajian Ekolinguistik, bahasa yang hidup dan digunakan untuk menggambarkan,mewakili,melukiskan (mempresentasikan secara simboliksimbolik) realitas di lingkungan, baik lingkungan ragawi maupun lingkungan buatan manusia (lingkungan sosial-budaya). Hal tersebut mengimplikasikan bahasa mengalami perubahan seiring dengan perubahan lingkungan ragawi dan sosialnya, sebagaimana dinyatakan Liebert dalam Mbete (2009:7) bahwa perubahan bahasa mempresentasikan perubahan ekologi. Proses perubahan pada bahasa tersebut berjalan secara bertahap dalam kurun waktu yang lama, tanpa disadari oleh penuturnya, dan tidak dapat dihindari. Ekolinguistik adalah ilmu pengetahuan antardisiplin yang merupakan sebuah payung bagi semua penelitian bahasa dan bahasa-bahasa yang dikaitkan
6 sedemikian rupa dengan ekologi. Hal itu seperti yang dikatakan oleh Fill (1993:126) dalam Lindo dan Simonsen (2000:40) bahwa ekolinguistik merupakan sebuah payung bagi semua penelitian bagi bahasa yang ditautkan dengan ekologi. Ekolinguistik ini pertama kali dikenalkan oleh Haugen dalam tulisannya yang bertajuk Ecology Of Language tahun Haugen lebih memilih istilah ekologi bahasa (Ecology Of Language) dari istilah lain yang bertalian dengan kajian ini. Pemilihan tersebut karena pencakupan yang luas di dalamnya. Yang mana para pakar bahasa dapat berkerjasama dengan berbagai jenis ilmu sosial lainnya dalam memahamio interaksi antar bahasa (Haugen dalam Al-Gayoni, 2012:2). Haugen (1972 dalam Mbete ), menyatakan bahwa ekolinguistik memiliki kaitan dengan 10 ruang kaji, yaitu: (1) Linguistik historis komparatif (2) Linguistik demografi (3) Sosiolinguistik (4) Dialinguistik (5) Dialektologi (6) Filologi (7) Linguistik preskriptif (8) Glotopolitik (9) Etnolinguistik, linguistik antropologi ataupun linguistik kultural (cultural linguistics) (10) Tipologi bahasa-bahasa di suatu lingkungan Leksikon yang terekam melalui proses konseptualisasi dalam pikiran penutur menjadi leksikon yang fungsional untuk digunakan (Mbete dan Abdurahman 2009). Sehubungan dengan itu, penutur bahasa akan menggunakan leksikon yang ada dalam konseptual mereka jika didukung dengan lingkungan ragawi yang ada. Sebaliknya, konsepsi leksikal dalam alam pikiran penutur ini akan berubah jika adanya perubahan lingkungan ragawi. Perubahan itu terjadi dalam waktu yang cukup lama sehingga mengakibatkan menghilangnya atau menyusutnya sejumlah leksikon bahkan, pada komunitas yang dwibahasawan, yang hanya terjadi perubahan.
7 2.3 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka memuat hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. penelitian-penelitian tersebut menajadi sumber acuan dalam penelitian ini. Surbakti (2013) dalam tesisnya yang berjudul Leksikon Ekologi Kesungaian Lau Bingei : Kajian Ekolinguistik, mengkaji leksikon terhadap pemahaman dan nilai budaya ekoleksikon lau bingei bagi guyub tutur bahasa karo. Teori yang digunakan adalah teori ekolinguistik dan antropolinguistik. Untuk menganalisis leksikon ekologi kesuangaian Lau Bingei, nilai budaya, dan kearifan lingkungan digunakan metode deskriftif kualitatif. Dari hasil analisis diperoleh 14 kelompok leksikon dengan jumlah 409 leksiokon nomina dan 111 leksikon verba. Total leksikon terdiri atas 520 leksikon. Kemudian leksikon tersebut diujikan kepada guyub tutur bahasa karo di 16 kelurahan dengan menyodorkan 4 kategori pilihan kepada tiga generasi usia >46 tahun, tahun, tahun, maka diperoleh hasil pemahaman guyub tutur bahasa karo terhadap leksikon nomina kategori A JP (30,79%), BJP 14898(37,94 %), C JP 5251(13,39%) dan D JP 7018 (17,87%). Pemahaman guyub tutur terhadap leksikon verba dengan kategori A JP 5465 (51,28%), B JP 2940(27,59%), C JP 1455, (13,65%)dan D JP 796 (7,46%). Nilai budaya dan kearifan lingkungan guyub tutur bhasa karo melalui leksikon ekologi kesuangaian Lau Bingei mengandung nilai-nilai budaya yaitu (1) nilai sejarah, (2) nilai religius dan keharmonisan, (4) nilai sosial dan budaya, (4) nilai kesejahteraan dan (5) nilai ciri khas. Sedangkan, nilai kearifan lingkungan yang dapat digali melalui leksikon ekologi kesungaian Lau Bingei adalah (1) nilai kedamaian, dan (2) nilai kesejahteraan dan gotong royong. Penlitian oleh Surbakti tersebut menambah informasi mengenai teori yang digunakan. Penelitian tersebut juga memberikan kontribusi terhadap penelitian ini yaitu berkaitan dengan metode penelitian. Pada teknik pengumpulan data, data yang diperoleh berasal dari dokumen tertulis, wawancara mendalam dan observasi partsipan. Wawancara yang dilakukan menggunakan teknik catat dan rekam. Pada teknik analisis data, untuk menjawab masalah pemahaman guyub tutur bahasa karo menggunakan metode kuantitatif,
8 serta menggunakan rumus untuk mendapatkan jumlah persentase pemahaman leksikn ekologi kesungaian Lau Bingei, sedangkan penelitian ini mengkaji kosakata kelautan dalam bahasa pesisir sibolga. Tangkas (2013) dalam tesisnya Khazanah Verbal Kepribadian Komunitas Tutur Bahasa Kodi, Sumbar Baat Daya : Kajian Eklinguistk menggunakan teori ekolinguistik dengan menerapkan model hierarki dialektikal, model referensial, model matriks semantik, dan model dimensi logis untuk mengkaji bentuk kebahasaan khazanah verbal kepribadian serta fungsi dan makna khazanah verbal kepribadian. Khazanah verbal kepribadian terdiri atas satan-satuan lingual berupa ekoleksikon dan ekowacana kepadian dengan menerpkan aspek semantik, sntaksis, dan pragmatik. Ekoleksikon kepadian terdiri atas leksikon kepadian tahap pratanam, dan leksikon kepadian tahap pascatanam. Aspek sintaksis pada leksikon untuk mengetahui bentuk atau struktur satuan lingual dari sistem pemarkah pada leksikon, sedangkan aspek semantik untuk menemukan inpor sosial leksiokn yang dipengaruhi oleh semantik teks dan konteks, sedangkan penelitian ini mengkaji kosakata kelautan dalam bahasa pesisir sibolga. Simanjuntak (2014) dalam tesisnya Perubahan Fungsi Sosioekologis Leksikon Flora Bahasa Pakpak Dairi membahas perubahan fungsi sosioekologis leksikon flora bahasa Pakpak Dairi di Desa Urug Gedag Kabupaten Dairi melalui perspektif eklnguistik. Fokus penelitian ini adalah untuk mndeskripsikan leksikon flora, pemahaman masyarakat terhadap leksikon flora, dan relasi semantis yang terbentuk dari leksikon flora Bahasa Pakpak Dairi. Pengumpulan data leksikon folra dilakukan melalui dokumen tertulis, observasi, dan wawancara terhadap beberapa orang infoman yang lahir dan tinggal di Desa Urug Gedag serta berprofesi sebagai petani minimal 20 tahun. Untuk mengetahui gambaran pemahaman masyarakat Urug Gedang terhadap leksikon flora tersebut, maka data leksikon yang telah terkumpul diujikan kepada 60 orang responden yang terbagi atas tiga kelompok usia yaitu 20 orang kelompok usia tua, 20 orang kelompok usia dewasa, dan 20 orang kelmpok usia remaja. Pendekatan dan metode penelitian yang digunakan adalah perpaduan kualitatif dan kuantitatif. Jumlah data yang dipeoleh dalam penelitian ini adalah
9 sebanyak 200 leksikon flora yang terbagi atas lima kelompok yaitu : (1) 63 leksikon, (2) 53 leksikon rambah, (3) 36 leksikon suanen, (4) 23 leksikon buah, dan (5) 25 leksikon rorohen. Seluruh data leksikon diujikan kepada 60 orang responden untuk mengetahui bagaimana gambaran pemahaman mereka terhadap leksikon flora Bahasa Pakpak Dairi, sedangkan penelitian ini mengkaji kosakata kelautan dalam bahasa pesisir sibolga. Dari hasil pengujian data ditemukan penyusutan pada semua kelompok leksikon. Kelompok leksikon paling rendah dalam pemahaman remaja adalah kelompok leksikon kayu dan rambah. Relasi semantis yang terbentuk dari data leksikon Bahasa Pakpak Dairi adalah antonim, homonim, homgaf, hiponim, dan meronim. Penelitian yang dilakukan oleh Simanjuntak tersebut memberikan kontribusi bagi penelitian ini, yaitu mengeni teori dan metode penelitian yang digunakan, terutama pada teknik analisis data. Untuk menjawab permasalahan pemahaman leksikon flora tesebut dengan penelitian ini terletak pada objek yang dikaji. penelitian tersebut mengkaji perubahan fungsi sosioekologis leksikon flora daalam bahasa Pakpak Dairi, sedangkan penelitian ini mengkaji tentang leksikon kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga. Kesuma (2015) dalam tesisnya Keterancaman Leksikon Ekoagraris dalam Bahasa Angkola/Mandailing : Kajian Ekolinguistik, mendeskipskan keberadaan leksikon agraris yang masih digunakan oleh masyarakat diangkola Mandailing dan nilai budaya dan kearifan lingkungan yang terkandung dalam leksikon ekoagraris di Kecamatan Sayurmatinggi. Penelitian ini menggunkan metode deskriftif kualitatif dan kuantitatif. Data yang digunakan diambil dengan teknik wawancara, observasi,penyebaran koesioner, dan memanfaatkan literatur yang sudah ada. Data penelitian ini adalah leksikon verba, nomina, adjectiva yang berhubungan dengan leksikon persawahan dan perladangan di Kecamatan Sayurmatinggi. Hasil penelitian ini adalah 11 kelompok leksikon yaitu (1) lekskon bagian sawah, (2) leksikon benda benda persawahan dan perladangan, (3) leksikon peralatan hasil panen, (4) leksikon alur beras dan palawijaya, (5) leksikon alat dan mesin pertanian, (6) leksikon tumbuhan sawah dan sekitar sawah, (7) leksikon
10 tanaman ladang, (8) leksikon nama tumbuhan obat di sekitar sawah dan ladang, (9) lekskon fauna dalam persawahan dan perladangan, (10) leksikon alat penangkap ikan, (11) leksikon alat penangkap burung. Dari sebelas kelompok leksikon tersebut diperoleh 315 leksikon nomina, leksikon verba terdiri atas 66 leksikon, dan leksikon adjektiva terdiri atas 13 leksikon, total leksikon yang ditemukan dalam persawahan dan perladangan diperoleh hanya dari dua jenis leksikon dalam tataran nomina dan verba sedangkan penelitian ini mengkaji kosakata kelautan dalam bahasa pesisir sibolga. Rizkyansyah (2015) dalam skripsinya Leksikon Nomina dan Verba Bahasa Jawa dalam Lingkungan Persawahan di Tanjung Morawa: Kajian Ekolinguistik mendeskripsikan leksikon nomina dan verba bahasa Jawa dalam lingkungan persawahan di Tanjung Morawa dan gambaran pemahaman masyarakat terhadap leksikon nomina dan verba dalam lingkungan persawahan. Penelitian ini menggunakan metode deskriftif kualitatif dan kuantitatif. Data yang digunakan untuk diambil dengan teknik wawancara, observasi, dan penyebaran kuesioner. Dari hasil analisis, dapat diketahui bahwa leksikon persawahan dalam bahasa Jawa di Tanjung Morawa terdiri atas 11 kelompok leksikon yaitu (1) leksikon bagian sawah, (2) leksikon benda-benda persawahan dan perladangan, (3) leksikokn peralatan produksi hasil panen, (4) leksikon alur beras dan palawija, (5) leksikon alat dan mesin pertanian, (6) leksikn tumbuhan, (7) leksikon tanaman ladang, (8) leksikon nama tumbuhan bat disekitar sawah dan ladang, (9) leksikon fauna dalam persawahan dan perladangan, (10) leksikon alat penangkap ikan, (11) leksikon alat penangkap burung. Dari sebelas kelompok leksikon tersebut diperoleh 222 leksikon nomina dan leksikon verba terdir atas 36 leksikon dan total leksikon yang ditemukan dalam persawahan dan perladangan di Tanjung Mrawa 258 leksikon. Penelitian tersebut memliki persamaan dan perbedaan dari penelitian ini. Persamannya terletak pada teori yang digunakan yaitu sama-sama menggunkan teori ekolinguistik, serta sama-sama menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Perbedaannya terletak pada bahasa dan tempat yang menjadi fokus dalam penelitian. Penelitian yang dilakukan Rizkyansyah mengkaji leksikon dalam bahasa Jawa di Tanjung Morawa, sedangkan penelitian ini mengkaji kosakata kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga.
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Lingkungan Persawahan di Tanjung Morawa : Kajian Ekolinguistik.
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan diuraikan konsep, landasan teori, dan tinjauan pustaka yang akan digunakan dalam penelitian Leksikon Nomina dan Verba Bahasa Jawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan berkembang. Sebaliknya, jika suatu bahasa yang sedikit dipakai oleh penutur dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian linguistik mengenai lingkungan masih kurang memadai, padahal bahasa lingkungan itu luas. Lingkungan bahasa adalah dimensi lingkungan yakni segi ragawi, fisik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang memiliki peranan penting dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk melanjutkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori-Teori yang Relevan 2.1.1 Ekolinguistik Ekolinguistik mengkaji interaksi bahasa dengan ekologi pada dasarnya ekologi merupakan kajian saling ketergantungan dalam suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya, merupakan sebuah sistem yang saling terkait satu sama lain. Manusia dalam menjalani kehidupannya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS. Dalam bab ini akan diuraikan kajian pustaka, kerangka teori, dan
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS Dalam bab ini akan diuraikan kajian pustaka, kerangka teori, dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian Keterancaman Leksikon ekoagraris dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jaenudin, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nama perkakas berbahan bambu merupakan nama-nama yang sudah lama dikenal dan digunakan oleh penutur bahasa Sunda. Dalam hal ini, masyarakat Sunda beranggapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bentuk komunikasi masyarakat untuk saling berinteraksi sosial. Berbagai macam kelas sosial memengaruhi perkembangan bahasa yang digunakan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ada di Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku dengan jumlah pulau 66
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Kei (Nuhu Evav / Tanat Evav) adalah salah satu kepulauan yang ada di Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku dengan jumlah pulau 66 buah pulau kecil.
Lebih terperinciBAB II KONSEP LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Melayu Sakai di Desa Kesumbo Ampai : Kajian Antropolinguistik.
BAB II KONSEP LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan diuraikan konsep, landasan teori, dan tinjauan pustaka yang akan digunakan dalam penelitian Leksikon dalam pengobatan tradisional masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurshopia Agustina, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, orang Sunda dapat mengembangkan jenis-jenis khas yang menarik yaitu mengembangkan macam-macam agroekosistem seperti berladang, bercocok tanam,
Lebih terperinciBAB II KONSEP, KERANGKA TEORETIS, DAN PENELITIAN TERDAHULU. terdahulu yang berkaitan dengan penelitian Leksikon Ekologi Kesungaian Lau
BAB II KONSEP, KERANGKA TEORETIS, DAN PENELITIAN TERDAHULU Pada bab ini akan diuraikan konsep, kerangka teori, dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian Leksikon Ekologi Kesungaian Lau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pengetahuan itu terekam secara verbal, baik berupa leksikon-leksikon,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa dan lingkungan sangat erat kaitannya. Selain merepresentasikan lingkungan, bahasa menjadi cerminan realitas kehidupan manusia di lingkungan tertentu (Kaelan,
Lebih terperinciKATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257
KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI - 13010113140096 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 1. INTISARI Semiotika merupakan teori tentang sistem
Lebih terperinciKETERANCAMAN LEKSIKON EKOAGRARIS DALAM BAHASA ANGKOLA/MANDAILING: KAJIAN EKOLINGUISTIK TESIS. Oleh DELI KESUMA /LNG
KETERANCAMAN LEKSIKON EKOAGRARIS DALAM BAHASA ANGKOLA/MANDAILING: KAJIAN EKOLINGUISTIK TESIS Oleh DELI KESUMA 127009013/LNG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 KETERANCAMAN LEKSIKON
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013
BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini akan diuraikan, latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian ini bertitik tolak dari perspektif ekolinguistik. Menurut Mbete
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Penelitian ini bertitik tolak dari perspektif ekolinguistik. Menurut Mbete (2009:2), dalam perspektif ekolinguistik, bahasa dan komunitas penuturnya dipandang sebagai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS. bersama organisme-organisme lainnya. Teori-teori yang digunakan dalam
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS Penelitian ini bertitik tolak dari perspektif ekolinguistik. Menurut Mbete (2009:2), dalam perspektif ekolinguistik, bahasa dan komunitas penuturnya dipandang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Penelitian ekolinguistik ini berkaitan pula dengan beberapa pustaka atau hasil
16 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ekolinguistik ini berkaitan pula dengan beberapa pustaka atau hasil penelitian terdahulu sebagai pembanding dan penentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya maupun dengan penciptanya. Saat berkomunikasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diri bangsa. Wujud budaya yang terdiri atas ide, benda, dan aktivitas khususnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik adalah budaya Indonesia yang menjadi salah satu ciri khas dan jati diri bangsa. Wujud budaya yang terdiri atas ide, benda, dan aktivitas khususnya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan leksikon sangat penting dalam perkembangan bahasa seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang satu dengan yang lainnya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Batak Simalungun merupakan bahasa yang digunakan oleh suku Simalungun yang mendiami Kabupaten Simalungun. Bahasa Batak Simalungun merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, memiliki berbagai suku, ras, bahasa dan kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang. Adanya
Lebih terperinciLEKSIKON NOMINA DAN VERBA BAHASA JAWA DALAM LINGKUNGAN PERSAWAHAN DI TANJUNG MORAWA : KAJIAN EKOLINGUISTIK SKRIPSI OLEH M.
LEKSIKON NOMINA DAN VERBA BAHASA JAWA DALAM LINGKUNGAN PERSAWAHAN DI TANJUNG MORAWA : KAJIAN EKOLINGUISTIK SKRIPSI OLEH M. ROZY RIZKYANSYAH 110701029 DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Khazanah Verbal Kepadian Komunitas Tutur Bahasa Kodi,
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian Khazanah Verbal Kepadian Komunitas Tutur Bahasa Kodi, Sumba Barat Daya: Kajian Ekolinguistik ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan
Lebih terperinciANTROPOLINGUISTIK DR. FAJRI USMAN, M.HUM FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ANDALAS 2014
ANTROPOLINGUISTIK DR. FAJRI USMAN, M.HUM FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ANDALAS 2014 ANTROPOLINGUISTIK KAJIAN KEBUDAYAAN MELALUI BENTUK-BENTUK LINGUAL ---- MENGKAJI BAHASA MELALUI BUDAYA يم ب س م من
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
102 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini membahas penggunaan leksikon Arab dalam bahasa Sunda yang dituturkan masyarakat adat Kampung Dukuh dengan menggunakan perspektif etnolinguistik.. Temuan dan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK 2.1 Teori-Teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti 2.1.1 Pengertian Semantik Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda
Lebih terperinciBAB VI SIMPULAN DAN SARAN. Bahasa dan lingkungan saling terkait. Lingkungan memengaruhi bahasa dan
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Bahasa dan lingkungan saling terkait. Lingkungan memengaruhi bahasa dan bahasa mencerminkan lingkungan. Bahasa dan lingkungan membentuk bahasa lingkungan dan lingkungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepustakaan Yang Relevan Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah dalam suatu penelitian. Paparan atau konsep-konsep tersebut bersumber
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN
20 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Subbab ini berisi paparan mengenai sejumlah tulisan berupa kajian atau hasil penelitian tentang kebergeseran dan
Lebih terperinciLEKSIKON NOMINA BAHASA GAYO DALAM LINGKUNGAN KEDANAUAN LUT TAWAR: KAJIAN EKOLINGUISTIK TESIS. Oleh DEWI SUKHRANI /LNG
LEKSIKON NOMINA BAHASA GAYO DALAM LINGKUNGAN KEDANAUAN LUT TAWAR: KAJIAN EKOLINGUISTIK TESIS Oleh DEWI SUKHRANI 087009024/LNG SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 LEKSIKON NOMINA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana, 2008:143). Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh para anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak pernah berhenti berubah, baik ke arah perkembangan dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa tidak pernah berhenti berubah, baik ke arah perkembangan dan kemajuan maupun ke arah kepunahannya. Hal ini dapat diamati secara jelas pada kemunculan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Fitriyani, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat pesisir merupakan kelompok orang yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini diuraikan (1) latar belakang, (2) masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut. 1.1
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Tinjauan Studi Terdahulu Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan aspek pandangan yaitu pada tahun 2000 oleh Chatarina dari Fakultas Ilmu
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa dalam penggunaannya di tengah adanya bahasa baru dalam masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran dan pemertahanan bahasa merupakan dua sisi mata uang (Sumarsono, 2011). Fenomena tersebut merupakan fenomena yang dapat terjadi secara bersamaan. Pemertahanan
Lebih terperinciRelasi Leksikal dalam Peristilahan Kehewanan: Sebuah Kajian Ekolinguistik. Made Sri Satyawati Universitas Udayana
Relasi Leksikal dalam Peristilahan Kehewanan: Sebuah Kajian Ekolinguistik Made Sri Satyawati Universitas Udayana madesrisatyawati@yahoo.co.id 1.1 Pendahuluan Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lambang bahasa untuk menggambarkan objek, konsep, proses, dan sebagainya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penamaan, menurut Kridalaksana (2008:160), merupakan proses pencarian lambang bahasa untuk menggambarkan objek, konsep, proses, dan sebagainya. Proses ini biasanya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau studi pustaka karena teori secara nyata dapat dipeoleh melalui studi atau kajian kepustakaan.
Lebih terperinciPERUBAHAN FUNGSI SOSIOEKOLOGIS LEKSIKON FLORA BAHASA PAKPAK DAIRI
Kajian Linguistik, Februari 2015, 35-53 Copyright 2015, Program Studi Linguistik FIB USU, ISSN 1693-4660 Tahun ke-12, No 1 PERUBAHAN FUNGSI SOSIOEKOLOGIS LEKSIKON FLORA BAHASA PAKPAK DAIRI Dairi Sapta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya di muka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari oleh para penuturnya. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses berpikir maupun dalam kegiatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini. 2.1.1 Dialek Dialek berasal dari bahasa Yunani yaitu dialektos. Dialektologi merupakan
Lebih terperinciMODEL WACANA BERWAWASAN NILAI-NILAI KONSERVASI BERBASIS EKOLINGUISTIK SEBAGAI PENGAYAAN MATERI AJAR MATA KULIAH PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 33 Nomor 2 Tahun 2016 MODEL WACANA BERWAWASAN NILAI-NILAI KONSERVASI BERBASIS EKOLINGUISTIK SEBAGAI PENGAYAAN MATERI AJAR MATA KULIAH PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP Tommi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan tersebut dibangun oleh komponen-komponen yang terjalin di dalam suatu organisasi kewacanaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri dalam suatu masyarakat. Berbagai status sosial dan budaya dalam masyarakat sangat memengaruhi perkembangan
Lebih terperinci2015 ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah bahasa dan etnis terbanyak di dunia. Lebih dari 700 bahasa dituturkan di Indonesia oleh beragam etnis yang berbeda-beda.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya dengan etniknya. Penanda etnik di
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan etniknya. Penanda etnik di antaranya bahasa, pakaian, kesenian, dan ciri fisik. Bahasa, pakaian (termasuk dalam sistem
Lebih terperinci(Eucheuma cottonii) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur)
TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur) DONA WAHYUNING LAILY Dosen Agrobisnis Perikanan ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah penghasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hurford dan Hearsly menyatakan bahwa semantik merupakan cabang dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hurford dan Hearsly menyatakan bahwa semantik merupakan cabang dari linguistik yang mengkaji arti di dalam bahasa (Hurford dan Hearsly, 1983:1). Saat seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang didiami oleh berbagai suku bangsa. Setiap suku bangsa mempunyai ciri khas tersendiri
Lebih terperinciII.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion
II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion Bioregion merupakan area geografis yang mempunyai karakteristik tanah, daerah aliran sungai (DAS), iklim, tanaman lokal serta hewan, yang unik dan memiliki nilai intrinsik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:9) yang. Kegiatan komunikasi yang baik didukung oleh salah satu komponen
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui bahasa, manusia dapat berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini sesuai
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia selain dikenal negara agraris, juga negara maritim. Sebutan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia selain dikenal negara agraris, juga negara maritim. Sebutan tersebut diberikan mengingat sebagian besar wilayahnya adalah lautan, serta matapencaharian
Lebih terperinciKONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI (KAJIAN ETNOLONGUISTIK DI INDRAMAYU)
KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI (KAJIAN ETNOLONGUISTIK DI INDRAMAYU) Nurul Purwaning Ayu Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia Surel:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan
Lebih terperinciT. H GEOGRAFI DIALEK BAHASA SIMALUNGUN DALAM PENGEMBANGAN LEKSIKON BAHASA INDONESIA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Simalungun atau Sahap Simalungun adalah bahasa yang digunakan oleh suku Simalungun yang mendiami Kabupaten Simalungun. Bahasa Simalungun merupakan salah
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sibolga terletak di kawasan pantai Barat Sumatera Utara, yaitu di Teluk Tapian Nauli. Secara geografis, Kota Sibolga terletak di antara 01 0 42 01 0 46 LU dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat. Sebagai unsur kebudayaan, bahasa berfungsi sebagai sarana terpenting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan warisan nenek moyang yang mengandung nilainilai kearifan lokal. Usaha masyarakat untuk menjaga kebudayaan melalui pendidikan formal maupun nonformal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki arti yang sama atau mirip. Sinonimi juga dapat disebut persamaan kata
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinonimi adalah suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun, memiliki arti yang sama atau mirip. Sinonimi juga dapat disebut persamaan kata atau padanan kata.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ismi Nurul Huda, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa mengambarkan budaya masyarakat penuturnya karena dalam kegiatan berbudaya, masyarakat tidak pernah lepas dari peranan bahasa. Bahasa disebut juga sebagai hasil
Lebih terperinciANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI
ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa adalah suatu simbol bunyi yang dihasilkan oleh indera pengucapan manusia. Bahasa sebagai alat komunikasi sangat berperan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam suatu wilayah pesisir terdapat beragam sistem lingkungan (ekosistem). Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove, terumbu karang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan berbahasa ini harus dibinakan
Lebih terperinciMATA PELAJARAN : BAHASA SIMALUNGUN JENJANG PENDIDIKAN : SMP/M Ts/SMA/SMK/MA
MATA PELAJARAN : BAHASA SIMALUNGUN JENJANG PENDIDIKAN : SMP/M Ts/SMA/SMK/MA Kompetensi Guru 1. Pedagogi 1.1 Mengenal karakteristik dan potensi peserta didik 1.2 Menguasai teori belajar dan prinsip pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai bahasa yang dituturkannya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu kesepakatan itu pun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. utama bagi pengambil kebijakan pembangunan. Laut hanya dijadikan sarana lalu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma pembangunan kelautan pada masa sekarang membawa pandangan baru bagi pelaksana pembangunan. Pada masa lalu, laut belum menjadi perhatian utama bagi pengambil
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa konsep seperti pemerolehan bahasa, morfologi, afiksasi dan prefiks, penggunaan konsep ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu ragam kebudayaan di Indonesia yang dapat menunjukan identitas budaya pemiliknya ialah folklor. Menurut Danandjaja (1984:2), folklor didefinisikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Sinonim Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim berarti nama lain
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,
Lebih terperinciKISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN BAHASA JEPANG
KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN BAHASA JEPANG Kompetens Pedagogik 2. Menguasai teori belajar dan prinsip prinsip pembelajaran yang mendidik. 1. Memahami berbagai teori belajar dan prinsip prinsip
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa daerahnya masing-masing. Hal tersebut sejalan dengan hakikat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang sangat membutuhkan sebuah sarana untuk berinteraksi satu sama lain. Meskipun terdapat begitu banyak sarana yang dapat digunakan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengkomunikasikan segala
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa sangat berperan penting bagi kehidupan manusia. Bahasa dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengkomunikasikan segala sesuatu. Satuan kebahasaan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. didalam ranah kajian ilmu-ilmu sosial bahkan hingga saat ini. Berbagai macam jenis
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Daerah pedalaman di Indonesia sudah sejak lama mendapatkan tempat didalam ranah kajian ilmu-ilmu sosial bahkan hingga saat ini. Berbagai macam jenis penelitian dengan rupa-rupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. plasma nutfah serta fungsi sosial budaya bagi masyarakat di sekitarnya dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan lindung sebagai kawasan yang mempunyai manfaat untuk mengatur tata air, pengendalian iklim mikro, habitat kehidupan liar, sumber plasma nutfah serta fungsi
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM EKSPRESI VERBAL ANAK USIA DINI DALAM AKTIVITAS KONSERVASI LINGKUNGAN BIDANG KEGIATAN
1 LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM EKSPRESI VERBAL ANAK USIA DINI DALAM AKTIVITAS KONSERVASI LINGKUNGAN BIDANG KEGIATAN PKM-PENELITIAN Oleh : Nur Arifin 2111412068 2012 Yuni Puspita
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki wilayah pemakaiannya sendiri. Demikian halnya dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki wilayah pemakaiannya sendiri. Demikian halnya dengan bahasa Pakpak yang digunakan oleh masyarakat suku Pakpak. Masyarakat suku Pakpak merupakan
Lebih terperinciBAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN
BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN 8.1. Kesimpulan 1. Selama abad ke-15 hingga ke-19 terdapat dua konsep pusat yang melandasi politik teritorial di Pulau Jawa. Kedua konsep tersebut terkait dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai pada bentuknya yang sekarang sudah pasti bahasa-bahasa itu mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa-bahasa yang hidup dewasa ini tidak muncul begitu saja. Sebelum sampai pada bentuknya yang sekarang sudah pasti bahasa-bahasa itu mengalami perjalanan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak
9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lepas dari pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan. Oleh sebab itu, banyak
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan, dimana sebagian besar wilayahnya terdiri dari perairan. Berbicara tentang kelautan dan perikanan tidak lepas dari pemanfaatan
Lebih terperinciJurnal TUTUR, Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 ASOSIASI PENELITI BAHASA-BAHASA LOKAL (APBL)
BENTUK EKOLEKSIKON DALAM TEKS BERITA KONSERVASI DI LAMAN WWW.UNNES.AC.ID: KAJIAN EKOLINGUISTIK Tommi Yuniawan, Fathur Rokhman, Rustono, Hari Bakti Mardikantoro Universitas Negeri Semarang tommiyuniawan@mail.unnes.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi tersebut, manusia memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun kelompok. Bahasa
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Dialek Dialek adalah sebagai sistem kebahasaan yang dipergunakan oleh satu masyarakat untuk membedakannya dari masyarakat lain yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal
Lebih terperinciPEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.)
A. Pengertian Kosakata PEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.) Guru Bahasa Indonesia SMAN 3 Parepare Kosakata menurut Kridalaksana (1993: 122) sama dengan leksikon. Leksikon adalah (1)
Lebih terperinci