BAB I PENDAHULUAN. dan pengetahuan itu terekam secara verbal, baik berupa leksikon-leksikon,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. dan pengetahuan itu terekam secara verbal, baik berupa leksikon-leksikon,"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa dan lingkungan sangat erat kaitannya. Selain merepresentasikan lingkungan, bahasa menjadi cerminan realitas kehidupan manusia di lingkungan tertentu (Kaelan, 2007). Para penutur bahasa yang berada di suatu lingkungan misalnya lingkungan kesungaian atau lingkungan pesisir, pasti memiliki pengetahuan tentang jenis ikan, tanaman, bebatuan, dan pasir. Pengetahuan itu berkaitan dengan pengalaman yang diwariskan oleh generasi penutur sebelumnya dan pengetahuan itu terekam secara verbal, baik berupa leksikon-leksikon, ungkapan-ungkapan maupun teks-teks lainnya. Menurut Sapir (dalam Fill dan Mühlhäusler, 2001:19), leksikon-leksikon dan ungkapan itu merupakan gambaran tentang interaksi, interelasi, dan interdepedensi masyarakat dengan tumbuhan, hewan, bebatuan, dan pasir yang ada di lingkungan itu. Bahasa seperti halnya elemen-elemen kebudayaan lainnya senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Perubahan bahasa mencerminkan perubahan lingkungan dari waktu ke waktu yang tercermin dalam dinamika kekayaan pengetahuan kebahasaan, khususnya leksikon-leksikon dan ungkapan-ungkapan yang dimiliki oleh masyarakat. Perubahan itu semakin jelas terlihat pada perubahan kosakata yang dikenal oleh setiap generasi mulai dari kosakata yang masih digunakan sampai kosakata yang sudah tidak digunakan lagi dalam percakapan sehari-hari. Dengan kata lain, gejala perubahan itu menunjukkan bahwa perangkat kata

2 2 tertentu tidak diwariskan lagi kepada generasi muda antara lain karena faktor lingkungan yang berubah sehingga apa yang generasi tua ketahui dan alami tidak bisa diketahui dan tidak dialami lagi oleh generasi muda. Pengetahuan dan pemahaman tentang unsur-unsur yang ada di lingkungan hidup (dalam kaitan dengan fungsi bahasa yang merekam pengetahuan masyarakat bahasa tentang kekayaan lingkungan itu) diasumsikan berlaku pula bagi masyarakat penutur bahasa Bali, khususnya para penutur bahasa-bahasa lokal lainnya yang mendiami bantaran Tukad Badung. Tukad Badung melintasi Kota Denpasar dari hulu hingga ke hilir. Dalam kaitan ini, masyarakat penutur asli bahasa Bali sebagai penduduk asli Kota Denpasar, khususnya yang tinggal sejak lama di sekitar bantaran sungai tersebut, sudah dapat dipastikan memiliki hubungan dengan Tukad Badung, khususnya dengan berbagai biota, tumbuhan, hewan, air sungai, bahkan bebatuan, yang tentunya direkam secara verbal dalam bahasa Bali. Namun, dalam perkembangan dan kenyataan sekarang para penghuni yang tinggal di sekitar Tukad Badung bukan hanya penduduk asli Bali, melainkan juga banyak masyarakat dari etnis yang berbeda seperti etnis Jawa, Madura, etnis Tionghoa, dan Arab. Keberagaman etnik, budaya, dan bahasa telah menjadi karakteristik wajah penduduk Kota Denpasar, khususnya di lingkungan Tukad Badung. Sebagai penutur bahasa Bali yang tinggal di sepanjang bantaran sungai, penduduk asli beserta guyub-guyub etnik itu pada awalnya menggunakan bahasa lokalnya masing-masing. Akan tetapi, dengan adanya perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, masyarakat heterogen yang hidup di sekitar

3 3 Tukad Badung menggunakan bahasa Indonesia. Melalui bahasa Indonesia pula mereka mengembangkan dan memperkaya kebudayaan Indonesia sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pelbagai ranah kehidupan. Seiring dengan itu, berbagai bangunan, jasa, dan industri mengisi ruang di sepanjang bantaran sungai tersebut sehingga pencemaran di sekitar Tukad Badung tidak bisa dihindari. Pencemaran di Tukad Badung dan daerah sekitar yang merupakan lingkungan hidup biota dan merupakan pemukiman masyarakat tidak dihindarkan. Hal tersebut, terlihat dari warna air Tukad Badung yang pada awalnya jernih, yang dalam kosakata bahasa Bali disebut ning jernih, menjadi putek keruh. Juga telah berkurangnya hewan-hewan yang bertahan hidup di Tukad Badung. Bahkan, biota-biota yang hidup di sana sudah berbeda seiring dengan perubahan Tukad Badung yang semakin tercemar. Penelitian membuktikan bahwa pengetahuan yang terekam dalam bahasa Bali bukan hanya pengetahuan yang berkaitan dengan wajah Tukad Badung, melainkan perubahan isi sungai Tukad Badung. Perubahan ataupun pergeseran kosakata terkait erat dengan perubahan lingkungan. Menurut Foucault (2007:101), kosakata yang dimiliki oleh para penutur merupakan rekaman otoritatif guyub tuturnya dan semua pengetahuan yang ada dapat dibandingkan jika keadaan berbeda atau berubah dalam waktu yang berbeda karena segala sesuatu yang diketahui di alam ini ditandai dan dikodekan secara lingual, khususnya dalam wujud satuan-satuan leksikon. Pemikiran Foucault mengisyaratkan bahwa kekayaan kosakata para penutur atau sekelompok penutur di daerah tertentu merupakan representasi yang menandai

4 4 karakteristik, ide, gagasan, disiplin berpikir, dan dunianya (lihat Sapir, 2001:14). Sejalan dengan pemikiran Foucault, kosakata bahasa Bali yang dimiliki penutur bahasa Bali yang tinggal di bantaran Tukad Badung, juga kosakata bahasa-bahasa lainnya yang hidup di lingkungan ikut mengalami perubahan, sesuai dengan perubahan lingkungan Tukad Badung. Para tetua di daerah ini masih mengenal istilah nyempal, mubu, ngerawe sebagai cara menangkap ikan yang menjadi ciri khas kegiatan mencari ikan di aliran Tukad Badung. Leksikon-leksikon seperti yang disebutkan di atas, dewasa ini tidak hanya dikenal sebagai penghias ingatan para penutur tua, tetapi juga para penutur muda di sekitar Tukad Badung. Kegiatan-kegiatan tersebut, dahulu kerap kali menjadi kegiatan yang lumrah dilakukan di aliran Tukad Badung. Akan tetapi, sekarang kegiatan tersebut sudah ditinggalkan. Hal ini, disebabkan beberapa faktor, salah satu faktornya yaitu perubahan lingkungan kesungaian Tukad Badung. Berdasarkan wawancara dengan sejumlah informan, pada masa lalu, Tukad Badung dihuni oleh cukup banyak biota sungai. Akan tetapi, sedimentasi, pendangkalan, dan pencemaran sejak belasan tahun silam telah mengakibatkan banyak biota sungai yang punah. Perubahan itu berdampak juga pada sejumlah kegiatan yang terkait dengan sumber daya sungai dan sumber daya airnya. Misalnya, kegiatan menangkap ikan, membuat penampungan air minum di Tukad Badung, dan sebagainya menjadi hilang. Tidak tampak lagi warga yang membuat penampungan air dan mengambil air dari Tukad Badung untuk minum. Melalui pengetahuan-pengetahuan tersebut informasi diperoleh dan menjadi cerminan yang menunjukkan adanya hubungan lingkungan dan bahasa, khususnya

5 5 di lingkungan Tukad Badung. Mbete (2014) mengatakan bahwa manusia sebagai penutur menyadari adanya keberadaan sejumlah bentuk dan makna kata tertentu dalam alur waktu yang secara kontekstual dan kontemporer dinamis, variatif, dan kreatif. Disebutkan juga dari sebuah kata yang secara literal memiliki makna dasar yang tidak istimewa akan berubah dalam penggunaannya. Proses morfologis dan sintaksis menjadi bagian dari tuturan bahkan wacana dan penggunaannya secara praktis dalam lingkungan sosial menjadikan kata, teks, dan diskursus kaya makna kontekstual. Di dalam kehidupan masyarakat, tuturan yang memiliki makna kontekstual dan berkaitan dengan fenomena alam di sekitarnya sering tidak bisa dilukiskan secara langsung sehingga muncul istilah-istilah dengan dwiarti atau banyak arti. Sebagai contoh kata gatep gayam memiliki makna dasar yang tidak istimewa tetapi setelah menjadi tuturan gatep ane luwung abe mulih, gatep ane puyung kutang bermakna jika mencari pendamping carilah yang baik budi pekertinya, jangan yang buruk perilakunya. Kata gatep gayam yang merupakan nomina pada awalnya bermakna harfiah lalu bermakna metaforis setelah dibentuk menjadi sebuah tuturan yang dikaitkan secara simbolik dengan lingkungan sosial. Tuturan tersebut bisa dijadikan prinsip dalam kehidupan tradisional para penutur bahasa Bali yang hidup di bantaran Tukad Badung. Müller (dalam Cassirer,1987) mengatakan bahwa bahasa yang bersifat dwiarti bahkan banyak arti itu merupakan asal mitos yang muncul di masyarakat. Begitu juga masyarakat tutur yang hidup di bantaran Tukad Badung memiliki sebuah kepercayaan tentang sosok penguasa yang ada di Tukad Badung. Kepercayaan

6 6 ini membuat masyarakat khawatir atas ketercemaran yang terjadi di Tukad Badung yang berujung pada kemarahan alam berwujud banjir besar yang berasal dari Tukad Badung dan menghancurkan rumah-rumah dan pemukiman warga. Secara tidak langsung kepercayaan yang dapat dikategorikan sebagai kearifan lokal menjadi kontrol sosial dan untuk menjaga lingkungan Tukad Badung diharapkan agar pencemaran dan kerusakan tidak semakin luas. Bukan hanya di Bali, melainkan di Jawa Timur pun ada upacara Yadnya Kasada yang dilakukan untuk menghormati leluhur dan menjaga lingkungan. Yadnya Kasada, Pesan leluhur; Peduli pada Lingkungan (Werdiono, Kompas, 6 September 2014) yang berisi ritual turun-temurun yang dilakukan masyarakat subetnis Tengger bertempat tinggal di Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Ritual ini dilakukan setiap malam ke-14 pada bulan kasada dalam kalender tradisional Tengger, terusan dari kalender Hindu lama. Malam bulan Kasada adalah malam saat bulan purnama tampak di langit secara utuh setahun sekali. Upacara ini merupakan wujud rasa terima kasih masyarakat kepada alam terutama Gunung Bromo yang telah memberi mereka berkah dalam kehidupannya. Mereka percaya bahwa apa yang mereka dapatkan merupakan hadiah dari alam dan hasilnya juga dikembalikan ke alam selain dinikmati untuk kehidupan mereka. Masyarakat melarung melempar hasil bumi seperti palawija dan sayuran yang dirangkai pada bambu (ongkek) ke kawah Gunung Bromo. Selain palawija dan sayuran, hewan seperti kambing dan ayam hidup, dan uang juga dilempar ke kawah setelah diberikan mantra oleh dukun daerah masing-masing. Upacara ini

7 7 bermula dari keinginan sepasang suami istri yaitu Jaka Seger seorang keturunan Brahmana dan Rara Anteng seorang putri keturunan Majapahit memiliki seorang anak lalu mereka bersemedi di Gunung Bromo dengan berjanji akan mengorbankan anak bungsunya jika doa mereka terkabul. Setelah itu mereka dikaruniai 25 anak dengan anak bungsu bernama Dewata Kusuma. Rasa sayang kedua orang tuanya membuat mereka melanggar janji kepada Sang pencipta (Ida Sang Hyang Widhi) dan suatu hari Dewata Kusuma menghilang, masuk ke kawah Gunung Bromo. Dewata Kusuma mengatakan itu takdirnya dan sebuah mandat untuk mewakili orang tuanya menghadap Sang Pencipta. Ia pun mengingatkan kedua orang tuanya untuk melakukan upacara setiap purnama Kasada dengan membawa hasil bumi ke Gunung Bromo. Masyarakat setempat menjadikan peristiwa itu sebagai prinsip hidup dan tidak akan melanggar janji untuk menghindari petaka yang akan terjadi. Persoalan mitologi tidak jauh dari bahasa yang sifat dan hakikatnya metaforis. Metafora yang muncul di lingkungan masyarakat tertentu berfungsi untuk menjelaskan hal-hal yang sulit dijelaskan secara langsung. Keberadaan metafora menunjukkan adanya keterkaitan, ketergantungan, dan keterhubungan manusia dengan lingkungannya. Selain itu, metafora juga menyadarkan guyub tutur bahwa fenomena ini tidak terlepas dari kebudayaan yang ada di dalam masyarakat. Kebudayaan merupakan suatu proses dan produk pikiran, perasaan, dan perilaku manusia (Masinambow, 2000). Manusia dikatakan sentral dari kebudayaan yang memiliki bentuk berupa wujud dan struktur, dan kebudayaan berfungsi meningkatkan harkat dan martabat manusia karena di dalam bahasa yang

8 8 merupakan sarang kebudayaan terdapat nilai dan makna. Menurut Bawa (2004), kebudayaan terlahir dari interaksi manusia, baik dengan penciptanya, dengan sesama, maupun dengan lingkungannya. Masyarakat Bali, termasuk masyarakat Bali di sepanjang bantaran Tukad Badung menyadari bahwa interaksi manusia dengan ketiganya berkaitan dengan konsep Tri Hita Karana yang merupakan tiga faktor ketenangan hidup manusia Bali yaitu (1) memelihara hubungan manusia dengan Tuhan (Parahyangan), (2) manusia dengan sesama (Pawongan), dan (3) manusia dengan lingkungannya dalam hal ini lingkungan Tukad Badung (Palemahan). Hal tersebut memperkuat pernyataan bahwa kebudayaan tercipta untuk kehidupan manusia karena manusia adalah makhluk ekologi (Keraf, 2014) yang hidup, dan tergantung pada lingkungan. Dengan demikian, kebudayaan membantu kehidupan manusia menuju pada kesejahteraan dan ketenangan yang diinginkan. Selain terjadi secara alamiah, perubahan lingkungan juga dipengaruhi oleh pola pikir dan perilaku manusia yang terlibat secara intens dengan lingkungan tersebut dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Pola pikir masyarakat yang terus ingin memenuhi hasrat untuk hidup, tanpa disadari telah mengubah lingkungan. Pohon-pohon, misalnya bambu-bambu yang dahulunya terdapat di bantaran Tukad Badung pada tebing-tebing telah digantikan oleh batu, tembok, dan bangunan. Perubahan lingkungan tersebut memengaruhi perubahan pengetahuan guyub tutur seperti kemunculan leksikon-leksikon baru menggantikan leksikonleksikon lama, penggunaan leksikon-leksikon lama berkurang dalam komunikasi antarguyub tutur di lingkungan tersebut bahkan ada leksikon lama yang tidak

9 9 digunakan lagi oleh guyub tutur. Berdasarkan survei awal pula, sebagai contoh dahulu masyarakat sekitar Tukad Badung tidak mengenal leksikon plastik, infus, spait, dan lain-lain di aliran Tukad Badung. Dewasa ini, leksikon-leksikon tersebut sudah dikenal baik oleh masyarakat sekitar Tukad Badung ini. Hal ini mencerminkan bahwa telah terjadi perubahan lingkungan yang mengarah pada kerusakan lingkungan. Fenomena perubahan lingkungan kesungaian Tukad Badung yang diuraikan di atas, menarik dan menjadi objek kajian ekolinguistik. Adanya keterkaitan antara bahasa dan lingkungan memberikan informasi, baik berupa leksikonleksikon, ungkapan, teks, maupun wacana serta kebudayaan yang hidup di bantaran Tukad Badung. Bahasa yang hidup dalam lingkungan tersebut menggambarkan lingkungan Tukad Badung, terlebih adanya perubahan lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang memengaruhi bahasa, khususnya leksikon-leksikon yang dimiliki guyub tutur bahasa Bali di bantaran Tukad Badung. Seperti disinggung di atas, pengetahuan kognitif guyub tutur bahasa Bali yang tinggal di bantaran Tukad Badung menyimpan kekayaan kebahasaan khususnya bahasa Bali dan kebudayaan Bali. Upaya penataan Kota Denpasar yang dilakukan oleh Pemerintah Kota, telah memengaruhi perubahan lingkungan Tukad Badung. Selain itu, perubahan lingkungan fisik Tukad Badung sendiri, pertumbuhan pemukiman, kemajuan industri barang dan jasa yang hidup di sekitar Tukad Badung memiliki pengaruh besar juga dalam perkembangan pengetahuan leksikon dan tataran bahasa yang dimiliki guyub tutur bahasa Bali di sekitar Tukad Badung. Pengetahuan kognitif

10 10 yang dimiliki memuat gambaran tentang khazanah biota kesungaian Tukad badung, baik khazanah biota di permukaan air, di dalam air maupun yang hidup di sekitarnya. Selain itu kekayaan atau pengetahuan guyub tutur bahasa Bali berkaitan pula dengan unsur-unsur abiotik yang ada di bantaran Tukad Badung. Fakta kerusakan lingkungan juga menjadi perhatian dalam penelitian ini sehingga memunculkan keingintahuan untuk mengkaji perubahan lingkungan kebahasaan khususnya khazanah leksikon kesungaian dan perubahan lingkungan kesungaian tersebut serta berharap dapat berguna dalam rangka upaya mengurangi dampak kerusakan lingkungan sungai Tukad Badung. 1.2 Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, ada tiga masalah penelitian yang dirumuskan sebagai berikut. 1) Bentuk dan kategori leksikon-leksikon apa sajakah yang merepresentasikan pengetahuan verbal masyarakat penutur bahasa Bali di lingkungan kesungaian pada guyub tutur bahasa Bali di bantaran Tukad Badung? 2) Bagaimanakah dinamika khazanah leksikon yang merepresentasikan perubahan lingkungan kesungaian Tukad Badung? 3) Faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi dinamika khazanah leksikon kesungaian Tukad Badung? 4) Tuturan-tuturan mitos kesungaian apa sajakah yang berkaitan dengan keberlanjutan kehidupan makhluk hidup di lingkungan Tukad Badung? Masalah pertama membahas perangkat-perangkat leksikon yang ditemukan di lingkungan kesungaian Tukad Badung sebagai khazanah pengetahuan verbal para

11 11 penutur tentang lingkungan itu. Pengetahuan verbal kesungaian diklasifikasikan menurut bentuk dan kategori secara linguistik dan ekolinguistik. Pengategorian meliputi kategori nomina, baik nomina bernyawa maupun tidak bernyawa. Kategori verba menunjukkan adanya kegiatan di lingkungan kesungaian, dan kategori adjektiva menunjukkan keadaan atau sifat-sifat entitas-entitas dan kondisi yang ada di lingkungan itu. Masalah kedua menggali informasi tentang perubahan pengetahuan dan pemahaman tentang khazanah leksikon yang menguraikan pengetahuan leksikon dengan bantuan tuturan yang dimiliki oleh para penutur tua dan generasi muda sehingga dinamika khazanah leksikon dan lingkungan yang terjadi di lingkungan kesungaian Tukad Badung dapat dipaparkan dengan jelas. Masalah ketiga menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya dinamika khazanah leksikon yang tercermin dari pengetahuan leksikon dan tuturan yang dimiliki guyub tutur di bantaran Tukad Badung. Dinamika khazanah leksikon juga menunjukkan perubahan lingkungan Tukad Badung melalui pengetahuan kognitif guyub tutur yang hidup di bantaran Tukad Badung. Masalah keempat menggali tuturan-tuturan mitos yang berkaitan dengan keberlanjutan kehidupan makhluk hidup di Tukad Badung beserta leksikonleksikon yang tersimpan dalam ingatan guyub tutur di bantaran Tukad Badung. Tuturan-tuturan mitos yang tersimpan dalam ingatan guyub tutur menunjukkan adanya hubungan yang erat antara guyub tutur dan lingkungan Tukad Badung. Hubungan itulah yang merupakan bagian atau unsur kebudayaan yang tercipta dan melahirkan kearifan lokal. Salah satu kearifan lokal yang dimaksudkan adalah

12 12 adanya mitos yang hidup di lingkungan guyub tutur bantaran Tukad Badung itu hidup. Selain itu, keberadaan mitos di Tukad Badung juga memengaruhi keberlanjutan kehidupan guyub tutur, hewan, dan tumbuhan serta leksikonleksikon sebagai pengetahuan kognitif guyub tutur yang hidup di lingkungan Tukad Badung. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dalam tesis ini ada dua yaitu tujuan umum dan khusus. Kedua tujuan tersebut diuraikan secara singkat berikut ini Tujuan Umum Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendokumentasikan pengetahuan kognitif penutur berupa leksikon-leksikon, wacana, dan tuturantuturan melalui penerapan teori ekolinguistik. Fakta ekolinguistik itu berkaitan dengan fenomena yang terjadi dalam masyarakat penutur bahasa Bali khususnya hubungan mereka dengan lingkungan kesungaian Tukad Badung. Bahasa Bali yang terekam dalam ingatan para penutur juga menunjukkan telah terjadinya perubahan lingkungan fisik dan lingkungan kebahasaan sebagai fakta dinamika yang tercermin pada khazanah leksikon kesungaian dalam rekaman kognitif para penutur yang mendiami bantaran Tukad Badung Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1) menemukan dan menganalisis bentuk-bentuk morfologi dan kategori leksikon khazanah leksikon kesungaian pada guyub tutur bahasa Bali di bantaran Tukad Badung;

13 13 2) mendeskripsikan perubahan dinamis khazanah leksikon yang tercermin pada leksikon-leksikon dan tuturan sebagai representasi perubahan lingkungan kebahasaan dan lingkungan kesungaian Tukad Badung; 3) menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi dinamika khazanah leksikon kesungaian Tukad Badung; 4) menemukan dan menganalisis tuturan-tuturan mitos yang berfungsi untuk keberlanjutan Tukad Badung. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat teoretis dan praktis yang diuraikan sebagai berikut Manfaat Teoretis Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah khazanah informasi kelinguistikan, khususnya informasi faktual terbaru tentang ekolinguistik. Hal tersebut dilakukan melalui pendokumentasian dan penemuanpenemuan makna referensial eksternal dari leksikon-leksikon dan tuturan-tuturan yang terdapat dalam khazanah leksikon yang ditemukan di lingkungan kesungaian Tukad Badung dan tuturan mitologis tentang Tukad Badung dan yang hidup di lingkungan hidup guyub tutur bahasa Bali di bantaran Tukad Badung. Fenomena kebahasaan ini layak dikaji sehingga dapat menjadi awal pengungkapan realitas ekologis yang ada. Selain itu, fakta-fakta dan informasi itu diharapkan menjadi awal pengembangan penelitian yang semakin dalam dan kompleks untuk menambah informasi kelinguistikan dalam rangka pengembangan makrolinguistik ataupun linguistik terapan khususnya ekolinguistik.

14 Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis bagi masyarakat khususnya di bantaran Tukad Badung adalah untuk memberikan informasi bahwa bahasa Bali dan lingkungan saling terkait seperti tampak pada pengetahuan kosakata dan tuturan-tuturan para penutur. Seperti diuraikan di atas khazanah leksikon merupakan ingatan dan cerminan, serta hasil interelasi dan interaksi masyarakat dengan lingkungan Tukad Badung. Pengetahuan itu juga gambaran interdependensi masyarakat dengan bantaran Tukad Badung. Disimak dari segi fungsi representasionalnya, bahasa Bali menggambarkan keadaan lingkungan khususnya lingkungan Tukad Badung. Representasi itu telah ada sejak lama hingga keberadaannya masa sekarang melalui memori kolektif atau ingatan guyub tutur yang memiliki hubungan timbal balik dan ketergantungan dengan lingkungan tersebut. Manfaat praktis lain penelitian ini ialah untuk memunculkan kembali kesadaran kepedulian masyarakat untuk menggali kembali pengetahuan guyub tutur memberdayakan lagi kearifan lokal dan melestarikan lingkungan Tukad Badung keterkaitan dan ketergantungan antara makhuk hidup dan lingkungan yang dimaksudkan itu tergambar melalui bahasa. Keberadaan tentang adanya keterkaitan dan ketergantungan yang dibedah melalui bahasa itu diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran kepedulian baru untuk bersama-sama mengupayakan pelestarian Tukad Badung. Semuanya itu secara nyata bermula dari pencegahan dan pemulihan kerusakan ekosistem Tukad badung dari ketercemarannya. Walaupun upaya peningkatan kepedulian masyarakat seperti adanya PROKASIH (Program Kali Bersih) telah dilakukan Pemerintah Kota Denpasar

15 15 tetapi kepedulian dan keterlibatan masyarakat untuk menjaga dan merawat Tukad Badung cenderung rendah. Seperti dirilis dalam media cetak Bali Post (Bali Post pada Kamis, 7 Juni 2007) berjudul Kendala Mewujudkan Kali Bersih -- Sebagian Masyarakat Menggunakan Kali sebagai TPA, tentang PROKASIH ternyata tidak berjalan dengan baik dan lancar. Hal ini dikarenakan perilaku masyarakat yang tidak kooperatif bahkan menjadikan Tukad Badung sebagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA), segala jenis sampah. Berdasarkan fakta tentang kekayaan biota dan abiota yang pernah ada di Tukad Badung, selanjutnya dapat menyadarkan masyarakat tentang pentingnya kebersihan Tukad Badung. Tukad Badung yang bersih sesungguhnya bermanfaat bagi masyarakat sendiri untuk memenuhi berbagai keperluan. Pengetahuan tentang entitas-entitas yang terekam dalam bahasa Bali khususnya, juga mitosmitos tentang kearifan lokal penting untuk menuntun perilaku dan sikap positif masyarakat terhadap sumber daya air lingkungan Tukad Badung secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang memiliki peranan penting dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk melanjutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya, merupakan sebuah sistem yang saling terkait satu sama lain. Manusia dalam menjalani kehidupannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan berkembang. Sebaliknya, jika suatu bahasa yang sedikit dipakai oleh penutur dengan

BAB I PENDAHULUAN. akan berkembang. Sebaliknya, jika suatu bahasa yang sedikit dipakai oleh penutur dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian linguistik mengenai lingkungan masih kurang memadai, padahal bahasa lingkungan itu luas. Lingkungan bahasa adalah dimensi lingkungan yakni segi ragawi, fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jaenudin, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jaenudin, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nama perkakas berbahan bambu merupakan nama-nama yang sudah lama dikenal dan digunakan oleh penutur bahasa Sunda. Dalam hal ini, masyarakat Sunda beranggapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Membicarakan mantra dalam ranah linguistik antopologi tidak akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Membicarakan mantra dalam ranah linguistik antopologi tidak akan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membicarakan mantra dalam ranah linguistik antopologi tidak akan terlepas dari gambaran akan bahasa dan budaya penuturnya. Peran bahasa sangatlah penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 102 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini membahas penggunaan leksikon Arab dalam bahasa Sunda yang dituturkan masyarakat adat Kampung Dukuh dengan menggunakan perspektif etnolinguistik.. Temuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurshopia Agustina, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurshopia Agustina, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, orang Sunda dapat mengembangkan jenis-jenis khas yang menarik yaitu mengembangkan macam-macam agroekosistem seperti berladang, bercocok tanam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Herskovits dan Malinowski (Wilson, 1989: 18) mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diri bangsa. Wujud budaya yang terdiri atas ide, benda, dan aktivitas khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. diri bangsa. Wujud budaya yang terdiri atas ide, benda, dan aktivitas khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik adalah budaya Indonesia yang menjadi salah satu ciri khas dan jati diri bangsa. Wujud budaya yang terdiri atas ide, benda, dan aktivitas khususnya yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan karakter secara eksplisit maupun implisit telah terbentuk dalam berbagai mata pelajaran yang diajarkan. Melalui pendidikan karakter diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Multimodal merupakan salah satu cabang kajian Linguistik Sistemik

BAB I PENDAHULUAN. Multimodal merupakan salah satu cabang kajian Linguistik Sistemik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Multimodal merupakan salah satu cabang kajian Linguistik Sistemik Fungsional (LSF) yang dikembangkan oleh Kress dan Van Leeuwen dalam buku Reading Images (2006). Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Bahasa selalu menggambarkan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan; lebih dalam lagi bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI ENELITIAN A. Tempat dan Subjek enelitian Sesuai dengan judulnya, penelitian ini dilakukan di lingkungan masyarakat perajin bambu di Desa arapatan, Kecamatan urwadadi, Kabupaten Subang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah penutur lebih dari satu juta jiwa (Bawa, 1981: 7). Bagi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah penutur lebih dari satu juta jiwa (Bawa, 1981: 7). Bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Bali merupakan salah satu bahasa daerah yang sampai saat ini masih digunakan oleh masyarakat penuturnya. Berdasarkan jumlah penuturnya bahasa Bali dapat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam penelitian yang menggunakan metode deskriptif maka data yang dipoeroleh dianalisis dan diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan menyampaikan maksud kepada lawan bicaranya. Bahasa terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan menyampaikan maksud kepada lawan bicaranya. Bahasa terdiri atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana yang sangat penting untuk berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Manusia merupakan makhluk individu dan makhluk sosial yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dalam penggunaannya di tengah adanya bahasa baru dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dalam penggunaannya di tengah adanya bahasa baru dalam masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran dan pemertahanan bahasa merupakan dua sisi mata uang (Sumarsono, 2011). Fenomena tersebut merupakan fenomena yang dapat terjadi secara bersamaan. Pemertahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Batak Simalungun merupakan bahasa yang digunakan oleh suku Simalungun yang mendiami Kabupaten Simalungun. Bahasa Batak Simalungun merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku

Lebih terperinci

2015 FENOMENA PENGGUNAAN NAMA-NAMA UNIK PADA MAKANAN DI BANDUNG

2015 FENOMENA PENGGUNAAN NAMA-NAMA UNIK PADA MAKANAN DI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, masalah penelitian yang meliputi pengidentifikasian masalahah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan kesimpulan dan saran sebagai berikut: A. KESIMPULAN 1. Kesimpulan umum Budaya tolak bala masih tetap dipertahankan

Lebih terperinci

ABSTRAK Penampakan fisik Tukad Badung terlihat berwarna kecoklatan, air kotor, dan bau limbah dari rumah tangga. Berbagai upaya telah dilakukan oleh

ABSTRAK Penampakan fisik Tukad Badung terlihat berwarna kecoklatan, air kotor, dan bau limbah dari rumah tangga. Berbagai upaya telah dilakukan oleh ABSTRAK Penampakan fisik Tukad Badung terlihat berwarna kecoklatan, air kotor, dan bau limbah dari rumah tangga. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah namun hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (sastrawan), dan pembaca karya sastra. Oleh karena itu, karya sastra memiliki

BAB I PENDAHULUAN. (sastrawan), dan pembaca karya sastra. Oleh karena itu, karya sastra memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah kesimpulan terhadap nilai yang berkembang dalam suatu masyarakat. Masyarakat di sini termasuk juga sang kritikus, pengarang (sastrawan),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa, yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan berbangsa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya dengan etniknya. Penanda etnik di

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya dengan etniknya. Penanda etnik di 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan etniknya. Penanda etnik di antaranya bahasa, pakaian, kesenian, dan ciri fisik. Bahasa, pakaian (termasuk dalam sistem

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

2014 KONSEP KESEJAHTERAAN HIDUP DALAM MANTRA

2014 KONSEP KESEJAHTERAAN HIDUP DALAM MANTRA BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan uraian pembahasan ketiga teks MT di Desa Karangnunggal Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur didapati simpulan bahwa kesejahteraan hidup bagi manusia yang diwakili oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Teluk Wondama merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat, yang baru berdiri pada 12 April 2003. Jika dilihat di peta pulau Papua seperti seekor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Khazanah Verbal Kepadian Komunitas Tutur Bahasa Kodi,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Khazanah Verbal Kepadian Komunitas Tutur Bahasa Kodi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian Khazanah Verbal Kepadian Komunitas Tutur Bahasa Kodi, Sumba Barat Daya: Kajian Ekolinguistik ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, memiliki berbagai suku, ras, bahasa dan kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang. Adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu dimana manusia mempunyai perasaan, jiwa, hati dan pikiran masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat. Sebagai unsur kebudayaan, bahasa berfungsi sebagai sarana terpenting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berlatar belakang sejarah Kota Sumedang dan wilayah Sumedang, yang berawal dari kerajaan Sumedang Larang yang didirikan oleh Praburesi Tajimalela (kurang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan studi ini dilatarbelakangi oleh terjadinya satu dilema yang

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan studi ini dilatarbelakangi oleh terjadinya satu dilema yang 1 BAB I PENDAHULUAN Pelaksanaan studi ini dilatarbelakangi oleh terjadinya satu dilema yang sangat sering dihadapi dalam perencanaan keruangan di daerah pada saat ini, yaitu konversi kawasan lindung menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa maupun di Pulau Bali, Pulau Sumatra, Pulau Kalimantan, dan pulaupulau

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa maupun di Pulau Bali, Pulau Sumatra, Pulau Kalimantan, dan pulaupulau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian dialektologi yang meletakkan titik fokus pada kajian kebervariasian penggunaan bahasa dalam wujud dialek atau subdialek di bumi Nusantara, dewasa ini telah

Lebih terperinci

TRADISI KARO DI DESA NGADISARI TENGGER PROBOLINGGO DARI AWAL PERTUMBUHAN HINGGA TAHUN 2010

TRADISI KARO DI DESA NGADISARI TENGGER PROBOLINGGO DARI AWAL PERTUMBUHAN HINGGA TAHUN 2010 TRADISI KARO DI DESA NGADISARI TENGGER PROBOLINGGO DARI AWAL PERTUMBUHAN HINGGA TAHUN 2010 SKRIPSI Oleh : Nining Winarsih NIM. 050210302260 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asing maupun domestik. Wisatawan biasanya datang untuk melihat panorama

BAB I PENDAHULUAN. asing maupun domestik. Wisatawan biasanya datang untuk melihat panorama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Taman Nasional Gunung Bromo sudah lama dikenal oleh banyak wisatawan asing maupun domestik. Wisatawan biasanya datang untuk melihat panorama matahari terbit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upacara Adat Labuh Saji berlokasi di Kelurahan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, pada tahun ini upacara dilaksanakan pada tanggal 13 Juni hal tersebut dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan suku bangsa. Masing-masing dari suku bangsa tersebut memiliki tradisi atau kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain itu kesenian juga mempunyai fungsi lain, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang , 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang , 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, terletak di daerah khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN A. PENGANTAR Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) merupakan salah satu unsur dalam Tri Darma Perguruan Tinggi. Secara umum, PkM tidak hanya untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu nilai dan pikiran yang hidup pada sebuah masyarakat, dan dalam suatu nilai, dan pikiran ini berkembang sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ismi Nurul Huda, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ismi Nurul Huda, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa mengambarkan budaya masyarakat penuturnya karena dalam kegiatan berbudaya, masyarakat tidak pernah lepas dari peranan bahasa. Bahasa disebut juga sebagai hasil

Lebih terperinci

DINAMIKA KHAZANAH LEKSIKON KESUNGAIAN PADA GUYUB TUTUR BAHASA BALI DI BANTARAN TUKAD BADUNG DENPASAR

DINAMIKA KHAZANAH LEKSIKON KESUNGAIAN PADA GUYUB TUTUR BAHASA BALI DI BANTARAN TUKAD BADUNG DENPASAR TESIS DINAMIKA KHAZANAH LEKSIKON KESUNGAIAN PADA GUYUB TUTUR BAHASA BALI DI BANTARAN TUKAD BADUNG DENPASAR GEK WULAN NOVI UTAMI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS DINAMIKA KHAZANAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kurikulum dalam pendidikan di Indonesia terus berkembang dari waktu ke waktu. Tentunya perkembangan ini terjadi untuk terus meningkatkan mutu pendidikan, bahkan perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang untuk memberikan salah satu rasa syukur kepada sang kuasa atas

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang untuk memberikan salah satu rasa syukur kepada sang kuasa atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upacara adat merupakan salah satu kebudayaan yang di turunkan oleh nenek moyang untuk memberikan salah satu rasa syukur kepada sang kuasa atas apa yang telah di berikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM EKSPRESI VERBAL ANAK USIA DINI DALAM AKTIVITAS KONSERVASI LINGKUNGAN BIDANG KEGIATAN

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM EKSPRESI VERBAL ANAK USIA DINI DALAM AKTIVITAS KONSERVASI LINGKUNGAN BIDANG KEGIATAN 1 LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM EKSPRESI VERBAL ANAK USIA DINI DALAM AKTIVITAS KONSERVASI LINGKUNGAN BIDANG KEGIATAN PKM-PENELITIAN Oleh : Nur Arifin 2111412068 2012 Yuni Puspita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LAHAN TEBA DALAM KONSERVASI SUMBER DAYA AIR

PEMANFAATAN LAHAN TEBA DALAM KONSERVASI SUMBER DAYA AIR 17 PEMANFAATAN LAHAN TEBA DALAM KONSERVASI SUMBER DAYA AIR A. A. Sg. Dewi Rahardiani 1) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Warmadewa ABSTRAK Air merupakan kebutuhan utama semua makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia pendidikan dewasa ini lebih menekankan pada penanaman nilai dan karakter bangsa. Nilai dan karakter bangsa merupakan akumulasi dari nilai dan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tradisional yang tersimpan dalam naskah lontar banyak dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Debus, berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, merupakan suatu bentuk seni dan budaya yang menampilkan peragaan kekebalan tubuh seseorang terhadap api dan segala bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa yang patut dijaga, dikelola dan dikembangkan dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa yang patut dijaga, dikelola dan dikembangkan dengan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan hidup Indonesia merupakan karunia yang sangat besar dari Tuhan Yang Maha Esa yang patut dijaga, dikelola dan dikembangkan dengan baik agar menjadi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. spesifik. Oleh sebab itu, apa yang diperoleh ini sering disebut sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. spesifik. Oleh sebab itu, apa yang diperoleh ini sering disebut sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kearifan merupakan salah satu bagian yang melekat pada masyarakat, khususnya masyarakat lokal. Kondisi lingkungan dan pengalaman belajar yang spesifik membuat masyarakat

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA Disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) Dosen: PELATIHAN DAN SOSIALISASI PEMBUATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kegiatan interkasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih baik lisan maupun tulisan. Sebelum mengenal tulisan komunikasi yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pulau Bangka merupakan pulau kecil di sebelah selatan Sumatra. Pulau ini sudah terkenal sejak abad ke-6. Hal ini dibuktikan dengan adanya peninggalan prasasti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana

Lebih terperinci

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pengakuan keesaan Tuhan dalam mantra Sahadat Sunda pengakuan keislaman sebagai mana dari kata Sahadat itu sendiri. Sahadat diucapkan dengan lisan dan di yakini dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pertelevisian ditandai dengan banyaknya jenis acara yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pertelevisian ditandai dengan banyaknya jenis acara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia pertelevisian merupakan dunia yang sangat cepat berkembang. Perkembangan dunia pertelevisian ditandai dengan banyaknya jenis acara yang ditayangkan selama dua

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Lingkungan Persawahan di Tanjung Morawa : Kajian Ekolinguistik.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Lingkungan Persawahan di Tanjung Morawa : Kajian Ekolinguistik. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan diuraikan konsep, landasan teori, dan tinjauan pustaka yang akan digunakan dalam penelitian Leksikon Nomina dan Verba Bahasa Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari beragam etnis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari beragam etnis yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari beragam etnis yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Setiap kelompok etnis tersebut memiliki kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kebudayaan dan Kesenian. 1. Kebudayaan sebagai proses pembangunan Koentjaraningrat dalam Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan mendeskripsikan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arin Rukniyati Anas, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arin Rukniyati Anas, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam keberadaannya, pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan

Lebih terperinci

Kesimpulan. Bab Sembilan. Subak sebagai organisasi tradisional yang memiliki aturan (awigawig)

Kesimpulan. Bab Sembilan. Subak sebagai organisasi tradisional yang memiliki aturan (awigawig) Bab Sembilan Kesimpulan Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian di Indonesia hingga saat ini masih berperan penting dalam penyediaan dan pemenuhan pangan bagi masyarakatnya. Dengan adanya eksplositas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian Ziarah merupakan istilah yang tidak asing di masyarakat. Ziarah adalah salah satu bentuk kegiatan berdoa yang identitik dengan hal yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan dari berbagai etnik. Warisan kebudayaan yang disampaikan secara turun menurun dari mulut kemulut secara lisan biasa disebut

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD PETANU

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD PETANU 1 IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD PETANU Putu Aryastana 1) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Warmadewa ABSTRAK Sempadan sungai merupakan suatu kawasan yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan komunikasi dapat menyampaikan pesan antar umat manusia. Salah satu alat komunikasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan berasal dari kata tahu yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tahun 2008, artinya mengerti setelah melihat suatu fenomena alam. Berdasarkan pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat Ciamis. Ronggeng gunung sebenarnya masih dalam koridor terminologi ronggeng secara umum, yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki fungsi yang sangat penting bagi manusia, terutama fungsi komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh manusia dan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia di era globalisasi sekarang ini sudah mengarah pada krisis multidimensi. Permasalahan yang terjadi tidak saja

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Permasalahan penggunaan bahasa dalam masyarakat seakan terus bermunculan. Dalam mengatasi hal tersebut, keterlibatan disiplin ilmu mutlak diperlukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan, manusia dikodratkan sebagai makhluk sosial karena manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya membutuhkan bantuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pandangan sosiolinguistik menyebutkan bahwa bahasa lahir di dalam masyarakat. Melalui media bahasa, sebuah kebiasaan lisan terbentuk secara turun temurun di dalam masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan anugerah Tuhan yang memiliki dan fungsi yang sangat besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat menjaga kesegaran udara

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Pada bab VI ini akan simpulan dari keseluruhan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab IV, hal ini bertujuan agar dapat dipetik inti atau benang merah dari keseluruhan pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dan anggota masyarakat memerlukan bahasa sebagai media komunikasi untuk berinteraksi dengan makhluk lainnya untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SUKU TENGGER

WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SUKU TENGGER WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SUKU TENGGER http://orig08.deviantart.net/e6a1/f/2008/330/8/3/gunung_bromo http://www.indonesiakaya.com/assets/imagesweb/wanita-suku-tengger http://cdm-media.viva.id/thumb2s.com/perayaan-hari-raya-karo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bararak adalah suatu tradisi yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala (pengangkatan) penghulu,

Lebih terperinci

Bab 2. Kerangka Pendekatan dan Teori

Bab 2. Kerangka Pendekatan dan Teori Bab 2 Kerangka Pendekatan dan Teori 15 II.1. Pengantar Kurikulum 2013 dikembangkan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui praktik pendidikan nasional agar peserta didik mampu menjadi warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di antara sejumlah bahasa daerah lainnya di Indonesia. Bahasa Bali

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di antara sejumlah bahasa daerah lainnya di Indonesia. Bahasa Bali BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Bali termasuk bahasa daerah yang masih tetap hidup dan berkembang di antara sejumlah bahasa daerah lainnya di Indonesia. Bahasa Bali termasuk ke dalam rumpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tradisi lisan merupakan warisan budaya nenek moyang yang merefleksikan karakter masyarakat pendukung tradisi tersebut. Signifikansi tradisi lisan dalam kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial memerlukan bahasa untuk berkomunikasi satu sama lain. Melalui bahasa pula, semua informasi yang ingin kita sampaikan akan dapat diterima

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan konsep, landasan teori, dan tinjauan pustaka pada penelitian Pemertahanan Leksikon Kelautan dalam Bahasa Pesisir Sibolga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer, konvensional, dan memiliki makna. Sifat dinamis itu muncul karena manusia sebagai

Lebih terperinci

2015 ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

2015 ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah bahasa dan etnis terbanyak di dunia. Lebih dari 700 bahasa dituturkan di Indonesia oleh beragam etnis yang berbeda-beda.

Lebih terperinci