Departemen Dalam Negeri Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa LAPORAN TAHUNAN 2008

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Departemen Dalam Negeri Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa LAPORAN TAHUNAN 2008"

Transkripsi

1 Departemen Dalam Negeri Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa LAPORAN TAHUNAN 2008

2 DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KATA SAMBUTAN Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan) terus diperluas. Pada 2008, program ini memberikan pendampingan dan pemberdayaan masyarakat di kecamatan, yang meliputi desa paling miskin di tanah air. Perluasan wilayah ini membutuhkan penambahan tenaga fasilitator dan konsultan, yang diterjunkan di lokasi melengkapi tenaga pendamping masyarakat yang telah ada. Dalam rangka memberi dukungan lebih lanjut pada pengembangan program, diputuskan untuk menambah perusahaan konsultan guna memperkuat tim konsultan di tingkat provinsi dan nasional, yakni menambah Konsultan Manajemen Regional guna memfasilitasi koordinasi antara Kantor Koordinator Provinsi dengan Konsultan Manajemen Nasional. Setiap Konsultan Manajemen Regional mengelola lima hingga enam provinsi. Kantor Koordinator Provinsi juga diperkuat dengan tambahan tenaga Spesialis. Kini, setiap provinsi memiliki lima Spesialis, ditambah seorang Spesialis Microfinance yang ditempatkan di setiap Konsultan Manajemen Regional. Pengembangan PNPM Mandiri Perdesaan menunjukkan meningkatnya kepercayaan Pemerintah Pusat terhadap kemampuan program dalam berperan alat pengentasan kemiskinan yang kredibel karena memberikan dukungan pada pembangunan partisipatif; prinsip-prinsip otonomi regional dan desentralisasi; pendekatan pro-rakyat miskin dan perempuan; pengambilan keputusan yang demokratis di daerah; keterbukaan/ transparansi dan akuntabilitas; serta pengutamaan kebutuhan-kebutuhan riil masyarakat guna memastikan keberlanjutan program. Sekali lagi, tingginya tingkat partisipasi masyarakat dapat dilihat dari jumlah kehadiran yang tercatat dalam pertemuan-pertemuan PNPM Mandiri Perdesaan di tingkat desa dan kecamatan. Pada 2008, rata-rata partisipasi kaum perempuan mencapai 49% dan masyarakat dari kelompok kurang mampu 56%. Pada tahun ini, kegiatan pembangunan prasarana/sarana perdesaan menyerap tenagan kerja lokal hingga 1,6 juta orang dengan jumlah Hari Orang Kerja (HOK) lebih dari 15,3 juta, dimana sekitar 73% diantaranya adalah warga paling miskin di desanya. Selain itu, program juga menyelengarakan berbagai kegiatan peningkatan kapasitas bagi lebih dari fasilitator dan aparat lokal, serta lebih dari kader desa. Pada 2008, dukungan Pemerintah Daerah untuk program lebih besar dengan memberikan komitmen biaya bersama (cost sharing) hingga Rp dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) masingmasing daerah. Dukungan ini menunjukkan penguatan Otonomi Daerah dan peningkatan kapasitas lokal/ daerah. Kami ingin memanfaatkan kesempatan ini guna menyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh pelaku PNPM Mandiri Perdesaan di berbagai level pemerintahan. Kami berharap laporan ini memberikan informasi dan gambaran akurat tentang pelaksanaan program tahun 2008; dan kami berharap keberhasilan juga yang sama, bahkan lebih meningkat di DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA DEPDAGRI AYIP MUFLICH

3 KATA PENGANTAR Perkembangan yang pesat pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan) menunjukkan keseriusan Pemerintah Pusat dalam melaksanakan kebijakan penanggulangan kemiskinan. Pada 2008 terlihat pencapaian signifikan dari Rp 4,5 triliun dana yang dialokasikan pemerintah dalam mendukung upaya penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di desa di tanah air, yakni dengan mendanai sebanyak kegiatan pembangunan dan peningkatan kapasitas yang diusulkan, dikerjakan dan dikelola langsung oleh masyarakat. Secara spesifik, sebesra 67% dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dimanfaatkan masyarakat untuk mendanai kegiatan pembangunan prasarana/sarana perdesaan yang sangat mereka butuhkan, termasuk kilometer jalan; jembatan; sistem irigasi; sarana air bersih dan fasilitas Mandi Cuci Kakus (MCK). Selain itu, pada 2008 ini, program juga telah mendanai pembangunan sekolah; Poliklinik Desa (Polindes) dan usulan kegiatan untuk kelompok usaha perempuan/ Simpan Pinjam khusus Perempuan (SPP). Pada 2008, pola distribusi dari dana-dana yang disalurkan secara langsung ke masyarakat, melalui Bantuan Langsung Masyarakat (BLM), mengikuti Tahun 2007, dimana 67% dana digunakan masyarakat untuk membangun/ merehabilitasi infrastruktur dasar perdesaan, 16% untuk mendukung kegiatan Simpan Pinjam khusus Perempuan (SPP), 12% untuk bidang pendidikan dan 4% untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan. Program-program pekerjaan fisik telah mempekerjakan sebanyak masyarakat desa dan membukukan Hari Orang Kerja (HOK). Sebagian besar dari mereka adalah penduduk paling miskin di masyarakat. Upaya peningkatan kapasitas mendapat prioritas tinggi selama 2008 ini. Program memberikan pelatihan rutin bagi fasilitator, konsutan, aparat lokal dan sejumlah warga masyarakat, baik di tingkat desa maupun kecamatan. Kami menyampaikan terimakasih kepada seluruh pelaku PNPM Mandiri Perdesaan, baik di tingkat Pemerintah Pusat maupun di Pemerintahan Daerah. Kami sangat menghargai kerja keras dan dedikasi fasilitator/ konsultan dalam menjalankan program di lapangan yang kerap berubah-ubah. Kami berharap peran yang lebih besar dalam upaya pembangunan perdesaan dan penanggulangan kemiskinan pada DIREKTUR KELEMBAGAAN DAN PELATIHAN MASYARAKAT DITJEN PMD DEPDAGRI ARWAN SUBAKTI

4 DAFTAR ISI KATA SAMBUTAN KATA PENGANTAR I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN Program Objectives 1.3 PRINSIP 1.4 CAKUPAN WILAYAH 1.5 DUKUNGAN KONSULTAN 1.6 DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH 1.7 PROGRAM PENDUKUNG II. KEMAJUAN DAN HASIL 2.1 KEGIATAN PENCAIRAN DANA KEGIATAN 2.3 PARTISIPASI MASYARAKAT 2.4 HASIL KEGIATAN KEGIATAN KIE 2.6 PELATIHAN DAN PENINGKATAN KAPASITAS III. PROGRAM PENDUKUNG 3.1 PNPM-R2PN KEPULAUAN NIAS 3.2 PNPM-RESPEK PAPUA DAN PAPUA BARAT 3.3 PNPM-PASKABENCANA BENGKULU 3.4 PILOT PENDIDIKAN PNPM-GENERASI 3.6 PNPM-AGRIBISNIS 3.7 PILOT P2SPP IV. MONITORING DAN EVALUATION 4.1 PENANGANAN PENGADUAN MASALAH 4.2 SUPERVISI KEUANGAN 4.3 INDIKATOR KINERJA PNPM-PERDESAAN 2008 V. TANTANGAN TANTANGAN SELAMA 2008

5 PNPM MANDIRI PERDESAAN 7 I. PENDAHULUAN

6 PNPM MANDIRI PERDESAAN LATAR BELAKANG Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan/PNPM-Perdesaan) merupakan salah satu mekanisme pemberdayaan masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri dalam mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah perdesaan. Program ini dilakukan untuk lebih mendorong upaya peningkatan kualitas hidup, kesejahteraan dan kemandirian masyarakat. PNPM-Perdesaan mengadopsi sepenuhnya pendekatan dan desain Program Pengembangan Kecamatan (PPK), yang telah dilaksanakan sejak PNPM-Perdesan memusatkan kegiatan bagi masyarakat paling miskin di perdesaan. Program ini mendorong seluruh komponen masyarakat berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan dan pengawasan pembangunan melalui pemberdayaan masyarakat/ kelembagaan lokal. Program menyediakan pendampingan dan pelatihan, serta dana Bantuan Langsung untuk Masyarakat (BLM) ke setiap kecamatan. BLM ini merupakan dana stimulan untuk membiayai usulan kegiatan masyarakat yang paling mereka butuhkan. Baik usulan kegiatan peningkatan kapasitas, maupun kegiatan dibidang prasarana/sarana dasar perdesaan, pendidikan, kesehatan hingga ekonomi/ simpan pinjam. Pada 2008, besarnya BLM antara Rp 1 miliar hingga Rp 3 miliar per kecamatan per tahun. PNPM-Perdesaan ini berada dalam binaan Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Ditjen PMD), Departemen Dalam Negeri. Program ini mengusung sistem pembangunan dengan mendorong perencanaan pembangunan dari bawah (bottom-upplanning) yang sesungguhnya. Seluruh kegiatan diusulkan langsung dan dilaksanakan oleh masyarakat. Masyarakat desa bersama-sama terlibat dalam proses perencanaan partisipatif dan pengambilan keputusan penggunaan dana BLM. Penggunaan BLM dilakukan atas dasar kebutuhan pembangunan dan prioritas yang ditentukan bersama-sama dalam forum musyawarah. Dalam PNPM-Perdesan, masyarakat diajak terlibat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, pengelolaan, pengawasan/ pemantauannya. Guna mencapai tujuan tersebut, masyarakat diberi sejumlah peningkatan kapasitas dalam berbagai aspek pembangunan wilayah dan sumberdaya manusia, diantaranya perencanaan pembangunan, administrasi dan manajemen pembangunan, serta sejumlah materi peningkatan kapasitas lainnya. Sejarah Perkembangan Program Cikal bakal dari PNPM-Perdesaan adalah Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Program ini dimulai sejak Indonesia mengalami krisis multidimensi dan perubahan politik pada Fase pertama PPK (PPK I) dimulai pada 1998/ , dilanjutkan dengan PPK II ( ), PPK III ( ). Program ini diimplementasikan di wilayah paling miskin di tanah air, dan sejumlah lokasi konflik/ bencana yang sulit terjangkau pembangunan. Perempuan bekerja membangun sarana sanitasi umum mandi cuci dan kakus (MCK) di Kec. Sapak Dolok Hole, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara

7 10 PNPM MANDIRI PERDESAAN Sejak , PPK menunjukkan hasil menggembirakan. PPK telah mempelopori investasi model kelembagaan dan pelaksana pembangunan partisipatif, aset berupa sumberdaya manusia dan pengelola kegiatan pembangunan di setiap kecamatan, modal bergulir dan juga telah membiayai sekitar kegiatan pembangunan yang diusulkan, dilaksanakan dan dikelola oleh masyarakat. Melihat keberhasilan PPK, pemerintah bertekad melanjutkan upaya penanggulangan kemiskinan dan perluasan tenaga kerja melalui mekanisme pemberdayaan masyarakat. Upaya itu diawali dengan peluncuran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM), 1 September 2006, dan dikukuhkan Presiden RI sebagai Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) di Kota Palu, 30 April Salah satu mekanisme yang digunakan PNPM Mandiri adalah PPK. Pada 2007, PPK menjadi PNPM-PPK dan menjadi mekanisme yang diadopsi PNPM Mandiri dalam mencapai tujuannya di wilayah perdesaan. Mulai tahun ini, seluruh program pemberdayaan berada di bawah koordinasi kantor Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Meko Kesra). Pada 2008, karena fokus bekerja/ melayani wilayah perdesaan, PNPM-PPK menjadi PNPM Mandiri Perdesaan/ PNPM-Perdesaan. Sejak 2008, dalam mendukung upata desentralisasi dan otonomi daerah, executing agency PNPM-Perdesaan, yang juga bertindak sebagai Pembina dan Sekretariat Nasional PNPM-Perdesaan, Ditjen PMD, mendelegasikan sejumlah fungsi administratif dan operasional ke daerah, yakni: Perekrutan fasilitator/ konsultan di tingkat kabupaten dan kecamatan; Mempekerjakan konsultan/ Koordinator Provinsi, serta fasilitator tingkat kabupaten dan kecamatan melalui kontrak langsung; Menangani pembayaran gaji untuk konsultan provinsi, kabupaten dan fasilitator kecamatan Pemeliharaan catatan keuangan dan laporan lengkap (dua kali setahun) untuk semua operasional yang dialokasikan dan digunakan dalam mendukung program di tingkat provinsi dan kabupaten 1.2. TUJUAN Pada 2008, tujuan utama PNPM-Perdesaan adalah melanjutkan upaya penanggulangan kemiskinan dan perluasan lapangan kerja di wilayah perdesaan, melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat dan padat karya. Fasilitator/ konsultan didorong untuk mendampingi/ memfasilitasi masyarakat lebih intensif selama tahap perencanaan dan pendataan/ pemetaan rumahtangga miskin/ sangat miskin (RTM). Perhatian lebih juga diberikan untuk memaksimalkan pemanfaatan tenaga kerja lokal dalam proyek-proyek infrastruktur. Kiri-Kanan: irigasi di Hasambi, Kec. Padang Bolak Julu, Sumut; jalan beton di Murano Kec. Teluk Etna, Kaimana, Papua Barat

8 PNPM MANDIRI PERDESAAN PRINSIP PNPM-Perdesaan dilaksanakan melalui upaya-upaya pemberdayaan dan partisipasi masyarakat/ kelembagaan lokal di perdesaan. Dalam pelaksanaannya, PNPM-Perdesan melibatkan sebanyak-banyaknya anggota masyarakat dari berbagai lapisan, mulai dari proses perencanaan, pengambilan keputusan dalam penggunaan dan pengelolaan dana, pelaksanaan kegiatan, sampai pada upaya pelestarian hasil kegiatan, pengawasan/pemantauan dan evaluasinya. Sebagai upaya mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan di lapangan, PNPM-Perdesaan menekankan pelaku, aparat dan masyarakat untuk memegang kunci untuk memasuki gerbang kemandirian, yang dikenal dengan nama SiKOMPAK. Kunci kemandirian ini dijabarkan dalam prinsip-prinsip program, sebagai berikut: Bertumpu pada Pembangunan Manusia: Setiap kegiatan diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia seutuhnya. Otonomi: Masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola Desentralisasi: Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah atau masyarakat, sesuai dengan kapasitasnya. Berorientasi pada Masyarakat Miskin: Semua kegiatan yang dilaksanakan, harus mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung. Partisipasi/Pelibatan Masyarakat: Masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong-royong menjalankan pembangunan. Demokratis: Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin. Kesetaraan dan Keadilan Gender: Laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan tersebut. Transparan dan Akuntabel: Prioritas: Sinergi: Keberlanjutan: Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan, sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggung-gugatkan. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan, kegiatan mendesak dan bermanfaat bagi sebanyakbanyaknya masyarakat, dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar-pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya untuk saat ini tetapi juga di masa depan, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Kiri-Kanan: warga desa pengadaan barang pabrikasi di atas Rp 15 juta dengan mekanisme lelang; Matrial yang dibeli warga melalui lelang

9 12 PNPM MANDIRI PERDESAAN 1.4 CAKUPAN WILAYAH Pada 2008, pemerintah mengalokasikan dana PNPM-Perdesaan untuk kecamatan di 335 kabupaten, 30 provinsi. Selain itu, dialokasikan pula dana Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pulau Nias (PNPM-R2PN) untuk 25 kecamatan, PNPM Generasi Sehat dan Cerdas (PNPM-Generasi untuk 176 kecamatan, PNPM Smallhoder Agribusiness Development Initiative (PNPM-Agribisnis) untuk 24 kecamatan dan pilot Program Pengembangan Sistem Pembangunan Partisipatif (P2SPP) untuk 13 kabupaten. Angka tersebut diluar jumlah kecamatan yang mendapat dana PNPM Rencana Strategis Pembangunan Kampung (PNPM-Respek) di Papua dan Papua Barat. Perkembangan Lokasi PNPM-Perdesaan Level Pemerintahan Cakupan Wilayah * Total Provinsi Kabupaten Kecamatan Desa Catatan: Data diluar cakupan lokasi PNPM-Generasi, PNPM-Respek, PNPM-R2PN, PNPM-SADI PNPM-R2PN 2007/08: 252 desa 9 kecamatan 2 kabupaten 1 provinsi PNPM-Generasi 2008: desa 176 kecamatan 21 kabupaten 5 provinsi PNPM-SADI 2007/08: 24 kecamatan 4 provinsi Pilot P2SPP 2007/08: 13 kabupaten 12 provinsi PNPM-Respek 2008: kampung 387 distrik 29 kabupaten 2 provinsi *Data 2006, diluar lokasi bencana: desa 318 kecamatan 25 kabupaten 4 provinsi Sejak , PNPM-Perdesaan telah menjangkau desa atau lebih dari 58% desa di Indonesia. Melihat cakupan wilayah dan pemanfaatnya, program ini layak disebut sebagai program pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air. 1.5 DUKUNGAN KONSULTAN Guna mengoptimalkan fungsi fasilitasi dan pemberdayaan masyarakat/ kelembagaan lokal, PNPM-Perdesaan menyediakan bantuan teknis, yang secara fungsional dilaksanakan oleh konsultan dan fasilitator dari tingkat nasional hingga desa. Jumlah fasilitator/ konsultan umumnya meningkat seiring bertambahnya lokasi program. Pada 2008, jumlah fasilitator/ konsultan (termasuk pilot proyek) mencapai orang, lebih banyak dari Angka tersebut diluar jumlah Fasilitator Desa/ Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) sebagai volunteer demi kemajuan desanya. Setiap desa memiliki paling tidak dua orang KPMD (satu laki-laki, satu perempuan). Pada 2008, jumlah KPMD mencapai orang. Mereka dipilih secara langsung oleh warga desa dalam sebuah forum musyawarah di desa, untuk membantu memfasilitasi pelaksanaan kegiatan program di desa masing-masing, bersama-sama. Sebelum dan selama bekerja, KPMD dibekali peningkatan kapasitas dari program, baik melalui in-service-training maupun on-the-job-training. Kiri-Kanan: Pelatihan Kader Desa di Kecamatan Molo, Sulawesi Selatan; Warga di salah satu desa di Jawa Barat mendapat informasi kesehatan

10 PNPM MANDIRI PERDESAAN 13 Jumlah Konsultan PNPM-Perdesaan Konsultan & Fasilitator Konsultan Manajemen Nasional Unit Manajemen Regional Konsultan Manajemen Provinsi Konsultan Pendamping UPK Konsultan Manajemen Kabupaten Asisten Konsultan Kabupaten 2 2 Fasilitator Kecamatan Fasilitator Informasi Fasilitator Pilot Pendidikan Fasilitator PNPM-Generasi Fasilitator PNPM-SADI 21 Jumlah Konsultan Fasilitator Desa ± ± ± ± ± Keterangan: : PPK; 2007: PNPM-PPK; 2008: PNPM-Perdesaan 1.6 DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH Melihat besarnya manfaat program bagi masyarakat dan wilayahnya, Pemerintah Daerah kemudian berpartisipasi dalam pendanaan program. Pada 2008, dukungan pendanaan dialokasikan dalam Dana Daerah untuk Program Bersama (DDUPB), yang besarnya mencapai Rp 955,2 miliar atau sekitar 95,52 juta dolar AS. Dana tersebut diluar dana Pendampingan Administrasi Proyek (PAP) yang besarnya minimal 1% dari BLM Provinsi dan 5% BLM Kabupaten. Mulai 2003, Pemerintah Daerah telah memberikan dukungan pendanaan bagi pelaksanaan program. 1.7 PROGRAM PENDUKUNG Pada 2008, terdapat sejumlah program yang melekat pada PNPM-Perdesaan. Selain PNPM-Respek dan PNPM-R2PN, dilaksanakan sejumlah pilot proyek, baik yang telah berjalan sejak tahun-tahun sebelumnya maupun yang baru dimulai tahun ini. Program Pendukung 1) PNPM Rencana Strategis Pembangunan Kampung (PNPM-Respek) 2) Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pulau Nias (PNPM-R2PN) 3) PNPM-Paskabencana Bengkulu Pilot Proyek 1) PNPM Generasi Sehat dan Cerdas (PNPM-Generasi) 2) PNPM Smallhoder Agribusiness Development Initiative (PNPM-Agribisnis) 3) Program Pengembangan Sistem Pembangunan Partisipatif (P2SPP) Program pendukung dan pilot-pilot proyek ini dibahas dalam bab terpisah, termasuk Pilot Pendidikan dengan dana TA 2007 masih harus diselesaikan pada Kiri-Kanan: Pelatihan PNPM-Respek bagi fasilitator dan masyarakat/ kader pemberdayaan masyarakat desa di Papua dan Papua Barat

11 II. KEMAJUAN DAN HASIL

12 PNPM MANDIRI PERDESAAN KEGIATAN 2008 Pada 2008, kegiatan yang berjalan di lokasi program adalah penyelesaian PNPM-PPK TA 2007, PNPM-R2PN TA 2007 dan Pilot Pendidikan TA 2007; serta pelaksanaan PNPM-Perdesaan TA 2008, program Paskabencana Bengkulu dan PNPM-Respek, dan beberapa pilot proyek seperti PNPM-Generasi, PNPM-Agribisnis dan P2SPP. Kegiatan tersebut melibatkan Dana Langsung Masyarakat (BLM) sekitar Rp 6,39 triliun (diluar BLM untuk PNPM-Respek). Gambaran pelaksanaan program pada 2008 nampak dalam Grafik Gantt, dimana warna hijau tua menunjukkan target waktu pelaksanaan dan hijau muda waktu penyelesaian sesungguhnya. Rata-rata, dibutuhkan waktu sekitar bulan untuk menyelesaikan program, mulai persiapan lokasi, perencanaan di lapangan hingga Musyawarah Desa Serah Terima (MDST). FASE PROGRAM PNPM - Perdesaan PNPM- PPK Target waktu Realisasi Kegiatan PNPM-Perdesaan PNPM-Paska Bencana PNPM-R2PN PNPM-Respek PNPM- Generasi PNPM-Agribisnis Pilot P2SPP PNPM-PPK PNPM-R2PN PNPM-Respek Pilot Pendidikan PNPM- Generasi Pilot P2SPP Grafik Gantt Pelaksanaan Program 2008 TAHUN/ SEMESTER PENCAIRAN DANA KEGIATAN Berdasarkan Laporan Mingguan per 05 Januari 2009, hingga akhir 2008, dana BLM TA 2008 yang telah dicairkan ke rekening masyarakat sebesar Rp 3,88 triliun (89% alokasi) atau 97% DIPA Jumlah tersebut merupakan akumulatif dari BLM PNPM-Perdesaan, program pendukung dan pilot proyek yang melekat pada PNPM-Perdesaan. Khusus 2008, terdapat perbedaan jumlah BLM PNPM-Perdesaan dalam alokasi dan DIPA, dimana rata-rata 10% alokasi BLM 2008 di setiap lokasi dialokasikan ke DIPA Pada 2008, sejumlah lokasi dengan dana TA 2007 masih harus menyelesaikan kegiatan. Hingga akhir 2008, dana TA 2007 yang telah dicairkan sebesar Rp 1,92 triliun (95% alokasi). Warga perwakilan setiap desa di Barito Kuala, Kalimantan Selatan, tengah melakukan musyawarah menentukan prioritas usulan kegiatan dalam Musyawarah Antar-Desa Prioritas (MAD II) di kecamatan

13 18 PNPM MANDIRI PERDESAAN Program PNPM-Perdesaan TA 2008 Sumber Pembiayaan Alokasi (Rp) Pencairan (Rp) % APBN APBD Paskabencana Bengkulu APBN PNPM- Generasi TA 2008 APBN APBD PNPM- Agribisnis 2008 APBN Pilot P2SPP TA 2008 PNPM-PPK TA 2007 Alokasi dan Pencairan Dana per Desember 2008 APBN APBD SUB TOTAL APBN APBD PNPM-R2PN TA 2007 APBN Pilot Pendidikan TA 2007 APBN SUB TOTAL TOTAL PNPM-Perdesaan TA 2008 Pada PNPM-Perdesaan TA 2008, keterlambatan pencairan salah satunya disebabkan terlambatnya penetapan lokasi dan alokasi dana program. Penetapan ini baru tuntas pada pertengahan Selanjutnya, lokasi masih harus menunggu revisi DIPA dan persetujuan pencairan BLM, yang baru dikeluarkan pada kuartal terakhir Meski demikian, pencairan dana TA 2008 terhitung cepat, yakni mencapai 91,5% di akhir 2008, dimana BLM dari APBD telah cair 98% dan APBN 85%. Satu hal yang patut dibanggakan, keseriusan masyarakat dan konsultan dalam menjaga pelaksanaan program agar tetap sesuai prinsip dan tahapan kegiatan. Per akhir 2008, penyerapan oleh desa-desa sebesar 75%, sementara kegiatan yang sudah tuntas (MDST) sekitar 60%, dan seluruh lokasi tetap mengikuti prosedur dan tahapan kegiatan yang digariskan. Paskabencana Bengkulu TA 2008 Per akhir 2008, pencairan dana program paskabencana untuk 25 kecamatan di Bengkulu mencapai 75% alokasi TA PNPM-PPK TA 2007 Dalam PNPM-PPK TA 2007, tiga dari 32 provinsi yang dilayani program merupakan lokasi sangat sulit, yakni Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Hingga akhir 2008, Maluku Utara baru mencairkan 81% APBD dan 94% BLM dari APBN, Papua Barat mencairkan 63% APBD dan 83% APBN, sedang Papua mencairkan 95% APBD dengan 81% APBN. Secara umum, selain karena masalah geografis dan transportasi, keterlambatan pencairan dana disebabkan juga oleh faktor cuaca. Kiri-Kanan: Warga desa memasang trucuk untuk pembuatan jembatan; Jembatan di Desa Latawara, Kec. Rante Angin, Kolaka Utara, Sulawesi Barat

14 PNPM MANDIRI PERDESAAN 19 PNPM-R2PN TA 2007 Penyerapan dana PNPM-R2PN TA 2007 untuk sembilan kecamatan di dua kabupaten Kepulauan Nias, Sumatera Utara, mencapai 61% dana yang dialokasikan pada atahun tersebut. Sebetulnya, dana untuk program perumahan sudah terserap 94%, namun untuk sekolah, Balai Desa dan prasarana penunjang lingkungan masih dibawah 23%. Hal tersebut disebabkan sulitnya pasokan bahan matrial di lokasi, terutama kayu, papan dan semen. Pilot Pendidikan TA 2007 Sementara itu, Pilot Pendidikan sebenarnya telah mencairkan seluruh dana yang dialokasikan, sejak Meski demikian belum semua dana terserap. Oleh sebab itu, pada 2008, kegiatan pilot difokuskan pada penyelesaian kegiatan dan penyerapan dana program oleh desa-desa di empat provinsi, yang pada akhir 2007 baru 60%. Keterlambatan ini terjadi karena masalah administrasi pengajuan pencairan dana ke KPPN. Masalah tersebut dapat diselesaikan setelah dikeluarkan Surat Direktur Pengelolaan Kas Negara S-7613/PB/2008 pada pertengahan November Pilot P2SPP TA 2008 Hingga akhir 2008, data pencairan dana pilot P2SPP yang tercatat sekitar 87% dari alokasi. Hal itu disebabkan terlambatnya revisi DIPA. Satu kabupaten (Minahasa Selatan), tidak dapat mencairkan dana karena alokasi BLM hangus, sehingga harus menunggu pengalokasian dana baru. Sedangkan satu kabupaten lainnya (Batanghari) alokasi BLM diluncurkan ke tahun berikutnya. Masalah Keterlambatan Pencairan dana untuk pilot proyek lainnya juga mengalami keterlambatan. Selain karena masalah administrasi, keterlambatan disebabkan terlambatnya waktu start pelaksanaan kegiatan di lapangan karena proses penetapan lokasi dan alokasi dana program membutuhkan waktu tambahan. Total Komitmen Pendanaan Program Secara akumulatif, total komitmen dana untuk pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat terbesar ini sejak (PPK I, PPK II, PPK III, PNPM-PPK dan PNPM-Perdesaan) mencapai sekitar Rp 17 triliun atau 1,72 miliar dolar AS. Didalamnya termasuk kontribusi Pemda sekitar Rp 215 miliar (215 juta dolar AS) dan hibah dari lembaga-lembaga donor/ negara sahabat dengan angka yang juga besar, yakni sekitar Rp 172 miliar (172,8 juta dolar AS). Angka tersebut diluar dana dukungan masyarakat atau swadaya masyarakat. Komitmen dana tersebut dialokasikan untuk berbagai jenis kategori kegiatan program, termasuk alokasi dana BLM berupa grant dan subloan (Kategori I), dukungan training dan fasilitasi (Kategori II), pendampingan konsultan (Kategori III), serta penyertaan program (Kategori IV). Kiri-Kanan: Pembangunan ruang kelas SD yang difasilitasi P2SPP di Desa Nenowea, NTT; Gedung SD di Desa Lurang, Kab. SW, Maluku

15 20 PNPM MANDIRI PERDESAAN Tahapan Proyek DDUPB Trust Funds/ Hibah Bank Dunia Pusat Belanda Jepang Multi Donor IBRD IDA Sub Total PPK I ,2 273,2 PEKKA - - 2, ,7 PPK II 26 53, ,9 143,6 432,4 Pemulihan Lokasi Bencana , ,7 PPK III/a ,5 52,7 123,2 PPK di NAD & Nias , ,5 PNPM Generasi & Pendidikan 2, , ,4 R2PN ,5 27, ,0 PPK III/b + PNPM-PPK 66, ,7 231,2 PNPM-SADI , ,4 PNPM-Perdesaan 95, ,97 41,19 181,99 516,68 TOTAL 215,32 53,9 2,7 116,2 225,47 600,59 511, ,38 * DDUPB: Dana Daerah untuk Program Bersama * Angka dalam jutaan dolar AS * Kurs untuk IDA dan IBRD berbeda setiap tahun anggaran Jumlah Komitmen Pendanaan Program Kami mendengar orang Indonesia tidak bisa bekerja berkelompok kalau menyangkut uang, tetapi ternyata disini (PNPM-Perdesaan) bisa. (PNPM-Perdesaan) Ini sebuah mekanisme yang bagus, sehingga hasilnya pun bagus. Kami akan mempelajari dan mempertimbangkan untuk mengadopsinya, Mohammed Safiullah Mansoor, pejabat Islamic Development Bank, Jalur Gaza Satu hal yang sangat kami kagumi ketika berkunjung ke lokasi PNPM-Perdesaan adalah semua data terekam dengan baik. Terlebih ketika melihat proposal dan laporan akhir pelaksanaan program yang dibuat oleh masyarakat. Datanya begitu lengkap dan detil. Hebat. Ini seperti laporan yang dibuat secara profesional, He Xiaojun, Direktur Divisi Foreign Capital Management Center, Lembaga Pembangunan dan Penanggulangan Kemiskinan, RRC Kiri-Kanan: Petani kopi di Ngada, Flores, NTT, menerima pelatihan pemeliharaan tanaman melalui PNPM-Agribisnis; Selain meubelair dan buku, murid diajak lebih kreatif melalui Pilot Pendidikan

16 PNPM MANDIRI PERDESAAN PARTISIPASI MASYARAKAT Partisipasi masyarakat, terutama kaum perempuan merupakan salah satu indikator kunci dari kinerja program ini/ Key Performance Indicator (KPI). Pada 2008, konsistensi partisipasi masyarakat relatif terjaga dan tetap tinggi. Partisipasi kaum perempuan sekitar 49% dan keterlibatan warga dari kelompok kurang mampu/ rumahtangga miskin (RTM) 59%. Angka tersebut lebih tinggi dari target KPI sebesar 40%. Berdasarkan data dari lokasi, lebih dari 12,5 juta warga desa terlibat langsung dalam berbagai forum musyawarah pembangunan yang difasilitasi program tahun ini. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam PNPM-Perdesaan 2008 Tahapan Kegiatan: 1. Musyawarah Antar-Desa (MAD) I 2. Musyawarah Desa (MD) I 3. Penggalian Gagasan 4. Musyawarah Khusus Perempuan 5. MD II 6. MAD II 7. MAD III 8. MD III 9. Musyawarah Pertangung-jawaban I 10. Pelatihan Tim Pemelihara 11. Musyawarah Pertanggung-jawaban II Konsistensi tersebut melengkapi capaian target KPI untuk partisipasi masyarakat sejak program digulirkan pada Di akhir PPK III dan PNPM-PPK (2007), partisipasi kaum perempuan mencapai 44% dan keterlibatan kelompok kurang mampu sekitar 63%. Di akhir PPK II (2005), partisipasi kaum perempuan mencapai 46% dan partisipasi kelompok kurang mampu 68%. Sebelumnya, akhir PPK I (2002) partisipasi kelompok kurang mampu mencapai 53%. Menyikapi hadirnya PNPM pada 2007, perhatian terhadap partisipasi warga dari kelompok kurang mampu memang terus ditingkatkan. Salah satunya dengan merancang ulang standar usulan masyarakat, yakni dengan mencoba melakukan identifikasi secara optimal terhadap kebutuhan mendesak warga miskin, serta menjamin usulan tersebut menjadi bagian dari proposal desa. Di lain pihak, fasilitator/konsultan diberi motivasi untuk dapat memfasilitasinya dengan lebih baik. Kiri-Kanan: MAD Sosialisasi di Kec. Sukadana, Kalimantan Barat; Warga diberi perlatihan cara membuat proposal usulan yang baik

17 22 PNPM MANDIRI PERDESAAN Partisipasi masyarakat dalam PNPM-Perdesaan tidak hanya ditunjukkan oleh tingkat kehadiran warga dalam berbagai forum musyawarah, melainkan juga dukungan tenaga, uang dan matrial yang diberikan secara sukarela (swadaya). Bila selama 2007 swadaya masyarakat rata-rata 6% dari BLM yang diserap setiap desa, pada 2008 besarnya mencapai 3,4% BLM. Pada 2008 kebijakan program diarahkan untuk lebih mengutamakan usulan-usulan kegiatan dari kelompok kurang mampu, yang melibatkan sebanyak-banyaknya RTM dan memberi manfaat paling besar bagi masyarakat miskin. Besarnya swadaya tidak lagi menjadi bagian dari kriteria dalam prioritas usulan HASIL KEGIATAN 2008 Program telah menanamkan investasi besar di setiap kecamatan lokasi sasaran, terutama dalam bentuk aset-aset berupa: Model Kelembagaan & Sistem Pembangunan Partisipatif PNPM-Perdesaan telah mengembangkan dan mengaktifkan forum-forum pengambilan keputusan di tingkat dusun, desa dan antardesa (kecamatan), dengan penajaman peran dan fungsi. Program juga memfasilitasi pembentukan lembaga pelaksana hasil keputusan dari forum-forum tersebut. Penajaman peran dan fungsi didasarkan pada model/ sistem pembangunan partisipatif dan perencanaan dari bawah ( buttom-up-planning ). Upaya penajaman ini sangat menonjol pada forum Musyawarah Desa sebagai perluasan peran Musyawarah Pembangunan Desa (Musbangdes), serta Musyawarah Antar Desa sebagai perluasan peran Forum Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP). Forum Pengambil Keputusan dalam PNPM-Perdesaan Kecamatan 1) Forum Musyawarah Antar Desa (MAD Sosialisasi 2) Forum MAD Prioritas usulan 3) Forum MAD Penetapan Usulan 4) Forum MAD Khusus Desa 1) Forum Musyawarah Desa (MD) Sosialisasi 2) Forum MD Penggalian Gagasan 3) Forum MD Khusus Perempuan 4) Forum MD Perencanaan 5) Forum MD Sosialisasi Hasil MAD Penetapan Usulan Kecamatan 1) Unit Pengelola Kegiatan (UPK) 2) Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) 3) Badan Pengawas UPK (BP-UPK) 4) Tim Verivikasi (TV) Usulan Lembaga Pelaksana Keputusan dalam PNPM-Perdesaan Desa 1) Tim Penulis Usulan (TPU) 2) Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) 3) Tim Pemantau (TP) 4) Tim Pengelola dan Pemelihara Prasarana (TP3) Forum/ lembaga tersebut telah terlatih dan memperoleh pendampingan fasilitator/konsultan. Mereka juga telah terbukti mampu memberi pelayanan yang baik kepada masyarakat desa dan antardesa, utamanya masyarakat miskin. Kiri-Kanan: Warga desa di Lampung bersama-sama membangun jalan desa; Musyawarah Kusus Perempuan (MKP) di Tulang Bawang Baru, Lampung

18 PNPM MANDIRI PERDESAAN 23 Aset berupa Sumberdaya Manusia Selain sumberdaya manusia (SDM) konsultan/fasilitator yang ditugaskan di seluruh lokasi program, di setiap desa/ kecamatan lokasi PNPM-Perdesaan terdapat pelaku pendukung dengan jumlah cukup besar. Mereka merupakan penduduk setempat/lokal, yang telah diberi peningkatan kapasitas dalam berbagai bidang. Mereka terbukti siap mengemban fungsi pengelola, pelaksana, pemantau dan pemelihara pembangunan di desa dan kecamatan masing-masing. Aset SDM Lokal di Lokasi PNPM-Perdesaan 2008 Kecamatan Desa Lembaga Min. Jumlah Pengurus Jumlah SDM Jumlah Ekuivalen Lembaga Min. Jumlah Pengurus Jumlah SDM Jumlah Ekuivalen UPK TPU BKAD TPK BP-UPK TP TV TP Pendamping Lokal Kader Desa Jumlah tersebut merupakan angka perkiraan di lokasi PNPM-Perdesaan yang mendapat pendanaan TA Aset berupa Unit Pengelola Kegiatan (UPK) UPK merupakan lembaga pengelola kegiatan dan keuangan yang berbasis di setiap kecamatan lokasi program, atau sekitar unit. UPK dikelola oleh masyarakat lokal, yang dipilih secara langsung melalui forum MAD di tingkat kecamatan. Pengelola/staf UPK bekerja secara volunteer dan berperan dalam pengelolaan/ pembinaan kelompok simpan-pinjam di wilayahnya. Berdasarkan evaluasi pada 2007, sebanyak 88% UPK di lokasi program termasuk dalam kategori potensial: memiliki kualitas pinjaman terhadap tunggakan yang baik; produktif dan dapat mengelola dana jasa pinjaman dengan baik; memiliki administrasi yang baik. UPK memiliki pengalaman mengelola dana program dalam jumlah relatif besar. Pada 2008, misalnya, setiap UPK mengelola dan menyalurkan dana BLM yang besarnya antara Rp 1-3 miliar. UPK juga memiliki pengalaman mengelola dan menyalurkan pinjaman untuk kegiatan kelompok usaha mikro di perdesaan. Selama , UPK di seluruh tanah air, telah mengelola dan menyalurkan block grant sebesar Rp 1,8 triliun ke lebih dari kelompok, dimana diantaranya adalah kelompok Simpan Pinjam khusus Perempuan (SPP). Hingga Desember 2008, UPK di seluruh lokasi memiliki surplus ditahan mencapai Rp 183 miliar dengan laba operasional lebih dari Rp151 miliar dan total surplus mencapai Rp335 miliar. Meski masih membutuhkan peningkatan kapasitas, unit ini telah mampu mengelola dan membina anggota kelompok. Salah satu buktinya, sejumlah anggota kelompok memperoleh penghargaan tingkat nasional Citi Micro-Enterpreneurship Award (CMA) dari UKM Center, Universitas Indonesia. Kiri-Kanan: Warga desa di Ledokombo, Jember, Jatim, melakukan pelelangan; Fasilitator melakukan supervisi dan sertifikasi kegiatan pembangunan sarana irigasi

19 24 PNPM MANDIRI PERDESAAN Aset berupa Infrastruktur Perdesaan Program mengalokasi dana BLM sebagai stimulan yang dapat dimanfaatkan masyarakat mendanai berbagai kegiatan dalam mendukung pembangunan, peningkatan kapasitas dan kesejahteraan warga di lokasi. Salah satunya berupa prasarana/ sarana dasar yang diusulkan, dirancang dan dibangun sendiri oleh masyarakat. Prasarana/sarana ini sangat dibutuhkan dan bermanfaat untuk membuka akses ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Total BLM TA 2008 yang dialokasikan sekitar Rp 4,38 triliun, namun hingga akhir 2008 masyarakat baru memanfaatkan Rp 3,88 triliun. Dari jumlah tersebut, sebagian besar BLM (61%) terserap ke bidang infrastruktur. Sisanya untuk mendukung kegiatan Simpan Pinjam khusus Perempuan (SPP) sebesar 16%, kegiatan di bidang pendidikan (12%), serta bidang kesehatan dan sanitasi (10,9%). Lainnya untuk peningkatan kapasitas warga. BLM TA 2007 digunakan untuk infrastruktur (67%), SPP (17%), pendidikan (12%), kesehatan dan sanitasi (4%). Distribusi Penyerapan Dana PNPM-Perdesaan 2008 Selama 2008, PNPM-Perdesaan telah mendanai kegiatan dari usulan masyarakat di kecamatan. Jumlah tersebut jauh lebih besar dari 2007, yakni usulan dari kecamatan. Dari usulan yang terdanai, ternyata masyarakat perdesaan masih sangat membutuhkan infrastruktur dasar. Hal itu nampak dari tingginya usulan pembangunan dan rehabilitasi prasarana/sarana dasar di wilayahnya, yang mencapai kegiatan (53% jumlah kegiatan yang terdanai). Jumlah tersebut termasuk sarana pendidikan dan kesehatan. Jumlah Kegiatan per Bidang Persentase Kegiatan per Bidang Dari jumlah tersebut, pembangunan jalan desa merupakan kegiatan yang paling banyak diusulkan. Jumlahnya mencapai 45% total pembangunan/rehabilitasi prasarana/sarana yang terdanai. Lainnya adalah jembatan (4%), sarana air bersih (6%) dan irigasi (9%). Selain manfaat sosial dan ekonomi untuk jangka panjang, kegiatan di bidang ini memberikan manfaat jangka pendek bagi masyarakat setempat berupa penghasilan tambahan penghasilan bagi sekitar 1,6 juta warga lokal. Kegiatan di bidang prasarana/sarana ini membukukan lebih dari 15,3 juta Hari Orang Kerja (HOK). Perlu dicatat, sekitar 73% tenaga kerja merupakan warga dari kelompok sangat miskin (RTM). Prasarana/sarana dasar perdesaan ini dimanfaatkan langsung oleh lebih dari 23,7 juta warga desa. Kiri-Kanan: Jembatan di Cempi Jaya, Lombok; Jalan desa di Suka Makmur, Lombok Barat; semuanya dikerjakan warga desa dengan dana PNPM-Perdesaan

20 PNPM MANDIRI PERDESAAN 25 Secara akumulatif, sejak , program telah mendanai lebih dari kegiatan yang diusulkan, dirancang, dikerjakan dan dikelola sendiri oleh masyarakat. Dari jumlah tersebut, sebanyak diantaranya adalah kegiatan di bidang prasarana/sarana. Jumlah tersebut tidak termasuk beasiswa atau paket pendidikan. Berdasarkan hasil studi, IERR terhadap investasi pembangunan melalui program mencapai 53%. Usulan Kegiatan Masyarakat melalui PNPM-Perdesaan 2008 No. Usulan Kegiatan Jumlah Usulan Sumber Dana Jumlah Pekerja Siap HOK BLM Swadaya Total RTM 1 Pembuatan Jalan % Peningkatan Jalan % Perbaikan Jalan % Pembuatan Jembatan % Peningkatan Jembatan % Rehab Jembatan % Pembangunan Pasar % Peningkatan Pasar % Rehab Pasar % Tambatan Perahu (TP) % Peningkatan TP % Rehab TP % Pendirian Gedung % Peningkatan Gedung % Rehab Gedung % Pembuatan Irigasi % Peningkatan Irigasi % Perbaikan Irigasi % Instalasi Listrik % Peningkatan Listrik % Perbaikan Listrik % Pendirian Sekolah % Peningkatan Sekolah % Rehab Sekolah % Pendirian Polindes % Peningkatan Polindes % Rehab Polindes % Sarana Air Bersih (SAB) % Peningkatan SAB % Rehab SAB % Pembuatan MCK % Peningkatan MCK % Rehab MCK % Bangunan Pelengkap (BP) % Peningkatan BP % Rehab BP % Aneka Bangunan (AB) % Rehab AB % Prasarana Umum (PU) % Peningkatan PU % Rehab PU % Prasarana Pendidikan % Peningkatan Pras-dik % Rehab Pras-dik % Prasarana Kesehatan % Peningkatan Pras-kes % Rehab Pras-kes % %

21 26 PNPM MANDIRI PERDESAAN Aset berupa Kelompok Usaha Mikro Selain memberi peningkatan kapasitas kepada masyarakat lokal dan dana stimulan untuk membiayai usulan kegiatan paling dibutuhkan warga, program juga mengelola dan membina kelompok usaha mikro. Kelompok usaha mikro ini terdiri dari kelompok Simpan Pinjam khusus Perempuan (SPP) dan Usaha Ekonomi Produktif (UEP). Pada 2008, terdapat kegiatan SPP yang didanai dengan nilai Rp 634 miliar atau (16% BLM). Jumlah tersebut masih dibawah pagu alokasi SPP seperti diatur program, yakni 25% BLM. Pada 2008, tidak ada alokasi BLM untuk pendanaan UEP. Program hanya mengalokasikan BLM untuk peningkatan kapasitas administrasi dan penguatan usaha kelompok UEP. Meski demikian, masyarakat masih memiliki kesempatan untuk mengakses dana UEP dari perguliran yang dikelola UPK. Dana perguliran ini berasal dari pengembalian pinjaman sebelumnya dan bunga. Pada 2008, kegiatan peningkatan kapasitas UEP menyerap Rp 3,1 miliar (0,08% BLM). Secara akumulatif, selama , terdapat kelompok yang mengakses dana UEP/SPP. Sebanyak kelompok mengakses pinjaman dari dana BLM, sedangkan lainnya dari perguliran. Rata-rata terdapat 10 anggota kelompok yang mendapat pinjaman SPP/UEP. Pertumbuhan kelompok mencapai 68%. Jumlah Kelompok Berdasarkan Jenis Usaha 2008 Kegiatan Jumlah Kelompok Aneka Usaha Usaha Bersama SPP UEP Total Satu hal menarik, rata-rata tingkat pengembalian pinjaman kelompok ini relatif tinggi. Pada 2008, rata-rata tingkat pengembalian SPP mencapai 93%, sedangkan UEP 87%. Angka tersebut sangat mengesankan, mengingat pengelolaan dan pembinaan kelompok dilakukan hanya oleh warga desa. Di sejumlah lokasi, fenomena tingginya rata-rata tingkat pengembalian pinjaman kelompok ini mendorong Pemda dan institusi keuangan lain (perbankan/bpr, koperasi) berminat menjalin kerjasama dengan UPK. Perkembangan Tingkat Pengembalian Pinjaman Perkembangan Kapitalisasi Dana Dikelola UPK Kiri- Kanan: Kelompok SPP di Aceh membuat pakaian dan membuka toko baju; Kelompok SPP di Sulawesi Selatan membuat gula kelapa

22 PNPM MANDIRI PERDESAAN KEGIATAN KIE Pada 2008, selain melakukan kegiatan sosialisasi melalui media massa, upaya Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) terkait kebijakan dan hasil kegiatan program juga dilakukan dengan memproduksi sejumlah media cetakan. Kegiatan sosialisasi melalui media massa mencakup fasilitasi pelaksanaan kunjungan media massa ke lokasi program (media trip), penayangan adlibs radio, iklan display dan advertorial di sejumlah media massa. Upaya sosialisasi dan diseminasi informasi juga dilakukan dengan menggelar pameran di sejumlah lokasi dan pengadaan materi cetakan. Media Trip Pelaksanaan media trip mendapat dukungan dana dari PNPM Support Facility (PSF) Bank Dunia. Lokasi media trip pada 2008 adalah beberapa kecamatan di Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Nanggroe Aceh Darussalam, Jawa Barat dan Papua. Media yang turut dalam kegiatan ini beragam, diantaranya Kompas, Republika, Media Indonesia, Majalah Tempo, Majalah Tempo Bahasa Inggris, Metro TV, SCTV, TVOne, serta sejumlah media lokal. Flores, NTT Banggai dan Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah Aceh tengah, Nanggroe Aceh Darussalam Majalengka, Jawa Barat Puncak Wijaya, Papua Lokasi Fokus Liputan Media Partisipasi Menyambut Temu Nasional PNPM Mandiri Menyoroti Apa dan Bagaimana program dilaksanakan dan manfaatnya bagi masyarakat. Menyambut HUT RI ke-63. Menyoroti usaha masyarakat mendapatkan penerangan dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLMTH) yang didanai PNPM. -idem- Menyambut Hari Sumpah Pemuda. Menyoroti kegigihan fasilitator dalam memfasilitasi implementasi program, layak menjadi inspirasi bagi para pemuda. Semangat baru dalam pembangunan di tanah Papua melalui program PNPM-Respek. Menunjukan upaya masyarakat dan fasilitator dalam merencanakan kegiatan, melaksanakan, dan mengelola pembangunan, serta melestarikannya. Majalah Tempo; Majalah Tempo Bahasa Inggris; SCTV; Metro TV Kompas; Majalah Tempo; Metro TV; SCTV; media lokal Republika; Media Indonesia; TVOne Kompas; Pikiran Rakyat; Metro TV Media Trip 2008 Majalah Tempo; Majalah Tempo Bahasa Inggris; RCTI; media lokal Media trip juga dilakukan ke lokasi PNPM-Generasi di Jawa Barat dan NTT dengan fasilitasi penuh dan dukungan dana dari PSF Bank Dunia. Dari kegiatan ini diperoleh sejumlah output berupa artikel dan berita yang dimuat/ tayang di media partisipan. Artikel dan media yang tayang umumnya bertendensi positif, sangat mendukung upaya mempertahankan perspektif positif program, citra program dan memperkuat posisi program di masyarakat luas. Tingkat pengetahuan program dari sejumlah jurnalis yang turut dalam kegiatan ini juga meningkat. Hal ini merupakan aset program bagi pelaksanaan kampanye melalui media massa di waktu yang akan datang. Kiri-Kanan: Reporter SCTV meliput petani rumput laut di Desa Apal, Banggai Kepulauan, Sulteng; Mewawancarai Koordinator Provinsi NTT di Adonara

23 28 PNPM MANDIRI PERDESAAN Penayangan Adlibs dan Iklan Display Penayangan adlibs dilakukan menjelang akhir 2008 di tiga radio nasional dengan relay: RRI, 68 H dan El-Shinta. Adlibs di masing-masing radio ditayangkan selama 30 hari dengan frekuensi 12 slot per hari. Adlibs dibuat dalam 12 versi untuk mengakomodir jumlah slot yang ditetapkan. Sementara itu, iklan display dan advertorial dimuat di Kompas, Majalah tempo, Koran Tempo dan Media Indonesia. Masing-masing satu iklan display dan satu advertorial plus bonus iklan display. Materi Cetakan dan Audio-Visual Pada 2008, selain Petunjuk Teknis Operasional (PTO) beserta Penjelasan dan Formulirnya, dicetak beberapa media pendukung sosialisasi berupa paket informasi, poster, flipchart, Laporan Tahunan 2007 dan Laporan Akhir PPK II, dengan jumlah tertentu. Setiap materi cetakan telah didistribusikan ke seluruh lokasi program, kecuali materi cetakan R2PN hanya ke Pulau Nias. Dalam mengoptimalkan pelatihan/ peningkatan kapasitas, diupayakan pengadaan beberapa materi audiovisual secara amatir dan swadaya, seperti perencanaan masyarakat dan refleksi kemiskinan. Materi Cetakan 2008 No. PNPM-Perdesaan No. PNPM-R2PN 1. Paket Informasi 1. Paket Informasi 2. Poster Terimakasih 2. Poster Partisipasi 3. Poster Prinsip Program 3. Poster Transparansi 4. Poster Antikorupsi 4. Poster Relokasi 5. Poster Kesetaraan 5. Poster Reboisasi 6. Flipchart 7. Laporan Tahunan Annual Report Laporan Akhir Final Report KDP II Penayangan Adlibs dan Iklan Display Pada 2008, upaya diseminasi informasi program melalui website resmi program terus diupayakan. Upaya ini menjadi kegiatan rutin yang dilaksanakan Unit KIE Konsultan Manajemen Nasional PNPM Mandiri. Selain informasi dari lapangan, disajikan Laporan Mingguan perkembangan program yang diperbarui setiap minggu. Alamat website resmi PNPM Mandiri Perdesaan disesuaikan dengan URL situs resmi PNPM Mandiri yang dikelola Tim Pengendali menjadi Pameran dan Pendampingan Tamu Selama 2008 program mengikuti sejumlah pameran dan memfasilitasi tamu Bank Dunia yang berkunjung ke lapangan. Pameran yang digelar umumnya melekat pada acara kunjungan pejabat (Presiden RI/ Menko Kesra) ke lokasi program. Dalam setiap pameran, program mempertahankan disain stand dengan imej perdesaan damai dan maju. Penampilan stand ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung, termasuk Presiden RI. Pameran Rutin: 1. Gelar TTG 2.. Harganas Pendampingan Tamu 1. John Hopkins University, AS, ke Jawa Barat, NAD dan Sumatera Utara, Februari Foreign Capital Project Management Center (FCPMC), Cina, ke Jawa Barat, April Development Bank, West Bank, Gaza, ke Jawa Barat, Juni Delegasi Kedutaan Belanda, Indonesia, ke Jawa Barat, Agustus 2008, November 2008 Kiri ke Kanan: Kunjungan Presiden RI ke lokasi PNPM Mandiri di Sulawesi Selatan; Salah satu tampilan stand PNPM-Perdesaan

24 PNPM MANDIRI PERDESAAN PELATIHAN DAN PENINGKATAN KAPASITAS Sepanjang 2008, sedikitnya konsultan/ fasilitator program telah mendapat berbagai pelatihan dan peningkatan kapasitas melalui in-service-training, baik pratugas maupun penyegaran. Jumlah itu diluar aparat, masyarakat dan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dari setiap desa, yang juga telah mendapat berbagai pelatihan. Pada 2008, program telah memberikan peningkatan kapasitas KPMD kepada sekitar warga di lebih dari desa di tanah air. Dari jumlah itu, 50% diantaranya adalah kaum perempuan. Ini merupakan aset sumberdaya manusia (SDM) sangat berharga. Program terus berupaya memberikan peningkatan kapasitas bagi masyarakat agar dapat menjadi motor penggerak pembangunan desa. Jumlah hari efektif penyelenggaraan pelatihan melalui in-service-training dikurangi pada tahun ini. Meski demikian, program terus mendorong porsi on-the-job-training di lokasi tugas. Pada 2008, dilakukan juga serangkaian kegiatan pelatihan/ peningkatan kapasitas kepada fasilitator/ konsultan, aparat serta masyarakat lokal Papua dan Papua Barat terkait pelaksanaan PNPM-Respek disana dan PNPM-Generasi. Jenis Pelatihan dan Peningkatan Kapasitas Pelatihan dan peningkatan kapasitas yang diberikan program beragam jenisnya, baik untuk fasilitator/ konsultan, aparat maupun masyarakat. Jenis pelatihan formal dan kegiatan peningkatan kapasitas utama yang diberikan program mencakup Training of Trainers (TOT), pelatihan pratugas bagi pelaku baru, penyegaran bagi pelaku lama, pembekalan dan rapat koordinasi. Pelatihan dan peningkatan kapasitas ini diberikan kepada seluruh pelaku PNPM-Perdesaan dan pelaku program-program yang melekat pada PNPM-Perdesaan. 1. TOT Pratugas Fasilitator Kecamatan dan Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PjOK) 2. Pelatihan Pratugas Fasilitator Kecamatan dan PjOK 3. Pelatihan Pratugas Fasilitator Kabupaten 4. TOT Pelatihan Pratugas Fasilitator Kabupaten, Fasilitator Distrik dan PjOK PNPM-Respek Papua 5. Pelatihan Pratugas PjOK PNPM-Respek 6. Pelatihan Pratugas Fasilitator Distrik PNPM-Respek 7. Pelatihan Pratugas Fasilitator Kabupaten PNPM-Respek 8. Pembekalan Pratugas bagi Fasilitator Teknik 9. TOT Pelatihan Pratugas PNPM-Generasi Fasilitator Kabupaten dan Spesialis Training Provinsi 10. Pelatihan Pratugas Fasilitator Kecamatan dan PjOK Kecamatan Baru 11. Rapat Koordinasi Nasional khusus Pelatihan TOT Pelatihan Training of Trainers (TOT) dilakukan untuk meningkatkan kapasitas para pelatih, khususnya dalam teknik fasilitasi, penguasaan metodologi dan modul baru. TOT ini penting dilakukan mengingat sejumlah tenaga pelatih adalah orang baru. Berkaitan dengan penyelenggaraan pelatihan pratugas fasilitator/ konsultan baru dan penyegaran pelaku, program melakukan TOT di awal Kiri-Kanan: Salah satu sesi pelatihan bagi Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) yang dipilih masyarakat dari setiap desa di provinsi Lampung

25 30 PNPM MANDIRI PERDESAAN TOT dilakukan selama tiga hari efektif kepada 389 calon pelatih, yang terdiri atas konsultan pelatih, sejumlah Fasilitator Kabupaten dan Fasilitator Kebupaten Teknik yang dinilai cakap memfasilitasi pelatihan. Adapun pelatih TOT ini adalah para Spesialis Pelatihan (Training Specialist) dari Konsultan Manajemen Nasional PNPM-Perdesaan dan Spesialis Pelatihan Regional. TOT juga dilakukan dalam rangka pelatihan pratugas bagi calon pelaku PNPM-Respek di Papua dan Papua Barat, pertengahan Februari TOT yang diselenggarakan di Jakarta ini diikuti 55 peserta dam difasilitasi oleh Konsultan Manajemen Nasional PNPM-Perdesaan. Pelatihan Pratugas sebagai Tahap Akhir Rekrutmen Selain sarana peningkatan kapasitas, pelatihan pratugas dalam PNPM-Perdesaan merupakan bagian penting dari proses seleksi calon fasilitator/ konsultan baru. Sehingga hanya peserta yang dinilai cakap dan siap yang akan diterjunkan ke lokasi tugas. Selama 2008, PNPM-Perdesaan telah memberikan pelatihan pratugas kepada sekitar calon Fasilitator Kecamatan dan Fasilitator Teknik. Pelatihan ini dilakukan selama 11 hari di seluruh provinsi program. Dari pelatihan ini, berhasil ditempatkan fasilitator mengisi kekosongan, 491 sebagai cadangan dan lainnya dinyatakan belum berhasil. Pada waktu bersamaan, diberikan pelatihan pratugas kepada 558 PjOK dari 558 kecamatan. Para PjOK umumnya menjabat sebagai Kepala Urusan Pembangunan di kecamatan. Sementara itu, pelatihan pratugas bagi Fasilitator Kabupaten dilaksanakan secara nasional, mengingat jumlahnya hanya 113 orang. Pelatihan ini digelar akhir Februari Dari pelatihan ini, program menempatkan seluruh Fasilitator Kabupaten baru di sejumlah lokasi yang masih kosong. Pembekalan Pratugas Fasilitator Teknik Secara nasional, ketersediaan Fasilitator Teknik merupakan masalah nasional. Untuk itu, dilakukan rekrutmen tambahan bagi Fasilitator Teknik pada September-Oktober Guna mempercepat mobilisasi calon baru ini, program menyelenggarakan pelatihan teknis intensif selama tiga hari. Tujuannya, mengarahkan mereka pada realitas pembangunan infrastruktur di desa berbasis masyarakat. Kegiatan ini diberikan kepada 200 calon Fasilitator Teknik tambahan secara paralel di ibukota 24 provinsi, pada pertengahan Oktober NAD 2. Sumatra Utara 3. Sumatra Barat 4. Riau 5. Kepulauan Riau 6. Jambi 7. Bengkulu 8. Bangka Belitung 9. Sumatra Selatan 10. Banten 11. Jawa Barat 12. Nusa Tenggara 13. Kalimantan Timur 14. Kalimantan Selatan 15. Kalimantan Tengah 16. Kalimantan Barat 17. Sulawesi Selatan 18. Sulawesi barat 19. Sulawesi Tengah 20. Sulawesi Tenggara 21. Sulawesi Utara 22. Gorontalo 23. Maluku Utara 24. Maluku Kiri-Kanan: Pelatihan KPMD di Kecamatan Aru Utara, Kabupaten Aru, Provinsi Maluku

26 PNPM MANDIRI PERDESAAN 31 Pelatihan PNPM-Respek Pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat di bumi Papua memasuki babak baru dengan adanya PNPM-Respek. Guna mendukung kesiapan pelaksanaan PNPM-Respek, dilakukan sejumlah pelatihan/ peningkatan kapasitas bagi para pelaku, aparat dan masyarakat disana, yakni Pratugas Fasilitator Distrik, PjOK Distrik dan Fasilitator Kabupaten. Pada 2008 juga diberikan pelatihan khusus bagi para kader teknik. Tercatat distrik baru menggunakan tenaga fasilitator hasil pelatihan pratugas ini. Detil informasi mengenai pelatihan ini disajikan di bab khusus PNPM-Respek. Rapat Koodinasi Nasional Bidang Pelatihan PNPM-Perdesaan mengadakan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) khusus bidang pelatihan di Jakarta, Oktober Rakornas bertujuan: diseminasi kebijakan baru PNPM-Pedesaan 2008 dan rencana 2009; Evaluasi Rencana Kegiatan Tindak Lanjut (RKTL)/ pencapaian 2008; Evaluasi keterlambatan di lokasi dengan dana TA dan TA. 2008, termasuk di lokasilokasi pilot program, lokasi pascabencana, isu kekosongan konsultan, kualitas infrastruktur, penanganan dan pemantauan internal/audit; Dukungan Financial Management Spesialist (FMS). Rakornas dihadiri 104 peserta dari Tim Koordinasi pusat; Sekretariat Nasional; sejumlah Spesilalis Konsultan Manajemen Nasional; Koordinator Provinsi; Koordinator Pulau Nias, Financial Management Support (FMS) Provinsi; Micro Credit Financial Specialist (MCFS); Pakar Monitoring dan Evaluasi dari Pilot PNPM-SADI. Pelatihan dan Peningkatan Kapasitas Masyarakat Pelatihan dan peningkatan kapasitas masyarakat di lokasi program terus berlanjut. Kegiatan ini dilakukan dengan dukungan Dana Operasional Kegiatan (DOK) Pelatihan Masyarakat. Kegiatan ini meliputi 11 kegiatan pelatihan. Semua provinsi melaksanakan kegiatan pelatihan tersebut, bahkan banyak daerah memberi pelatihan tambahan yang digagas dan didanai oleh Pemda provinsi/ kabupaten untuk merespon tuntutan/ kebutuhan masyarakat lokal untuk kebutuhan pengembangan kapasitas dan pelatihan khusus. 11 Pelatihan Masyarakat 1. Pembekalan Pimpinan Forum Musyawarah Antar-Desa (MAD) & pelatihan lanjutan 2. Pelatihan dasar untuk asisten Fasilitator Kecamatan 3. Pelatihan Unit Pengelola Kegiatan (UPK) 4. Pembekalan Tim Verifikasi (TV) 5. Peningkatan kapasitas untuk Kepala Desa (Kades) 6. Pembekalan Kader Teknik desa 7. Pembekalan Tim Penulis Usulan (TPU) 8. Pembekalan Badan Pengawas UPK (BP-UPK) 9. Pelatihan Tim Pengelola dan Pemelihara Prasarana (TP3) 10. Pembekalan Tim Pengelola Kegiatan (TPK) 11. Pelatihan Kades & Badan Permusyawaratan Desa (BPD Kiri-Kanan: Salah serorang fasilitator tengah menyampaikan materi kepada peserta pelatihan; Peserta pelatihan Kader Teknik di Papua

27 III. PROGRAM PENDUKUNG

28 PNPM MANDIRI PERDESAAN 35 Pada 2008, terdapat sejumlah kegiatan pendukung dan pilot proyek. Kegiatan pendukung dimaksud diantaranya PNPM- R2PN, PNPM-Respek, serta PNPM-Paskabencana Bengkulu. Sedangkan pilot proyek yang dilanjutkan pada tahun ini adalah Pilot Pendidikan TA 2007, PNPM-Generasi, PNPM-Agribisnis, dan P2SPP PNPM-R2PN Pada 2008, pelaksanaan PNPM-R2PN di Kepulauan Nias, Sumatera Utara, masih melanjutkan kegiatan dengan dana TA Program dilaksanakan di sembilan kecamatan di dua kabupaten. Berdasarkan Laporan Mingguan Konsultan Manajemen Nasional PNPM-Perdesaan, hingga akhir 2008, penyerapan dana program mencapai 61%. Kegiatan Alokasi (Rp) Penyerapan (Rp) % R2PN Perumahan R2PN Sekolah R2PN Balai Desa R2PN Prasarana Pendukung Sebetulnya, dana untuk R2PN Perumahan sudah terserap 94%, namun untuk sekolah, Balai Desa dan prasarana pendukung lingkungan masih kurang dari 23%. Hal tersebut disebabkan sulitnya pasokan beberapa jenis bahan matrial di lokasi, terutama kayu, papan dan semen. Khusus P2PN Perumahan, tercatat Kepala Keluarga (KK) menerima rumah, dengan jumlah rumah sebanyak Mereka tergabung dalam 217 Kelompok Pemukiman (KP). Hingga akhir 2008, tingkat penyelesaian rumah setara dengan persentase penyerapan dana, rata-rata 60%. Total No Lokasi Jumlah Rumah Nias 1 Gido Idanogawo Lolofitumoi Tuhemberua Namohalu Esiwa 184 Nias selatan Alokasi dan Penyerapan Dana PNPM-R2PN TA 2007 Target R2PN Perumahan 2007 Sub total Lahusa Teluk Dalam Amandraya Lolowau 181 Sub total 963 Total Pelaksanaan PNPM-R2PN di Kepulauan Nias disambut baik masyarakat dan aparat setempat. Hal itu nampak dari tingginya angka partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan. Partisipasi warga dari kelompok kurang mampu mencapai 75% dan kaum perempuan 49%. Mekanisme dan prosedur program yang melibatkan masyarakat langsung dalam perencanaan, pembangunan, pengelolaan dana dan pelestarian hasil kegiatan, meningkatkan kepercayaan mereka terhadap program. PNPM-R2PN ini dilaksanakan di dua kabupaten Nias, yakni Nias dan Nias Selatan. Pada 2007/2008, program ini menjangkau 68 desa di 5 kecamatan Nias dan 59 desa di 4 kecamatan Nias Selatan, sedangkan 2008/2009 akan menjangkau 49 desa di 5 kecamatan Nias dan 32 desa di 4 kecamatan Nias Selatan. Salah satu pelaksanaan kegiatan pembangunan rumah bagi korban langsung gempa di Pulau Nias, yang didanai dan difasilitasi PNPM-R2PN

29 36 PNPM MANDIRI PERDESAAN 3.2. PNPM-RESPEK Pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat di bumi Papua memasuki babak baru dengan dilaksanakannya PNPM- Respek. Sebelumnya, kedua provinsi ini juga menerima bantuan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang dikenal dengan Program Pengembangan Distrik (PPD), sejak PPD sendiri terus berlangsung di bumi ini hingga Respek (Rencana Strategis Pembangunan Kampung) merupakan program pembangunan desa (kampung), yang dikembangkan Pemerintah Provinsi Papua, sejak Program ini merupakan jawaban atas Undang-Undang (UU) No.21/2001 tentang Otonomi Khusus (Otsus) Papua. UU ini memberi kewenangan penggunaan dana Otsus oleh pemerintah daerah setempat. Program ini memiliki tujuan sama dengan PNPM-Perdesaan: meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta mendukung Pemda dalam menerapkan pemerintahan yang bersih dan damai, melalui upaya pemberdayaan masyarakat. Respek menyediakan fasilitasi bagi pembangunan di wilayah Papua dan Papua Barat, peningkatan kapasitas dan menyediakan block grant atau BLM Rp 100 juta per desa untuk lebih dari desa di kedua provinsi tersebut. Pada 2008, kedua Pemda setempat memutuskan untuk menggunakan prosedur dan mekanisme PNPM-Perdesaan dengan beberapa penyesuaian lokal. Namanya menjadi PNPM-Respek dan wilayah yang dijangkau mencapai desa di 387 kecamatan (distrik). Dalam PNPM-Respek, Pemerintah Pusat turut mengalokasikan dana pendampingan (fasilitator) dan tambahan Rp 300 juta per distrik. Sedangkan BLM guna mendanai usulan pembangunan yang diajukan langsung masyarakat, disediakan oleh Pemda kedua provinsi tersebut dari dana Otsus. Pada 2008, besaran BLM masih sama, Rp 100 juta per desa. Lokasi dan Alokasi Dana PNPM-Respek 2008 Cakupan Wilayah Level Pemerintahan Papua Papua Barat Kecamatan (Distrik) Jumlah Distrik 387 Dana 300 juta Rp Desa Jumlah Desa BLM 100 juta Rp Hasil Kajian Sintese Kapasitas Pembangunan Papua menunjukkan, kondisi sosial ekonomi masyarakat di kampung-kampung tidak memperlihatkan perubahan berarti selama kurang lebih 50 tahun pembangunan karena kendala geografis, keterbatasan transportasi, dan sumberdaya manusia, Donatus Motte, Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa provinsi Papua Meningkatkan Kapasitas Pelaku dan Masyarakat Dalam menyiapkan masyarakat sebagai motor penggerak pembangunan kampung, PNPM-Respek memfasilitasi sejumlah peningkatan kapasitas. Para pelaku program dan aparat mendapat pelatihan pratugas. Tercatat distrik baru menggunakan tenaga fasilitator hasil dari pelatihan ini. Program juga menyediakan pelatihan khusus kader teknik, guna meningkatkan kemampuan masyarakat dalam membangun infrastruktur yang baik. Gambaran kehidupan warga kurang mampu di pesisir pantai di Desa Malaweli, Sorong, Papua Barat. Infrastruktur perdesaannya pun masih jauh dari layak. PNPM-Respek mencoba memperbaiki kesejahteraan warga melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat

30 PNPM MANDIRI PERDESAAN 37 Pelatihan Pratugas Pada 2008, PNPM-Respek memberikan pelatihan pratugas bagi sejumlah calon Fasilitator Distrik, PjOK dan Fasilitator Kabupaten di Papua dan Papua Barat. Pratugas Fasilitator Distrik dilaksanakan dalam dua gelombang, Februari-Maret 2008 dan Desember 2008, berlangsung paralel di kedua provinsi. Sementara itu, pratugas Fasilitator Kabupaten dilaksanakan di Papua, Februari-Maret Fasilitator Papua Papua Barat Gelombang I Gelombang II Gelombang I Gelombang II Fasilitator Distrik Fasilitator Distrik Teknik Fasilitator Kabupaten 13 Fasilitator Kabupaten Teknik 14 Jumlah Peserta Pelatihan PNPM-Respek 2008 Jumlah Sub Total Total Sehubungan adanya kekosongan Fasilitator Distrik, pada 2008 juga difasilitasi pelatihan pratugas tambahan. Kekosongan umumnya disebabkan pemberhentian fasilitator karena meninggalkan lokasi, melakukan pelanggaran kode etik atau meninggal dunia. Pelatihan pratugas bagi PjOK dilaksanakan akhir Februari, juga berlangsung paralel. Di Papua diikuti 283 PjOK, sedang di Papua barat diikuti 105 PjOK. Berbekal pelatihan ini, aparat di tingkat kecamatan dan kabupaten, siap mendukung pelaksanaan PNPM-Respek. Pelatihan Khusus Kader Teknik Rendahnya minat Sarjana Teknik untuk mengabdi di bumi Papua menjadi tantangan tersendiri bagi program. Hal ini disikapi program dengan mencari berbagai solusi agar upaya pemberdayaan masyarakat dan transfer pengetahuan berjalan baik. Salah satunya dengan merekrut lulusan diploma dan menyiapkannya sebagai Kader Teknik dengan memberi pelatihan pada September Upaya serupa ini pernah dilakukan pada 2003/2004. Pada 2008, kegiatan ini mendapat dukungan dana dari AusAID sekitar Rp 11,8 miliar. Pelaksanaan pelatihan kembali dikelola oleh Universitas Cendrawasi (Uncen) dengan tim pelatih dari gabungan dosen teknik Uncen, konsultan program dan Tim Koordinasi Provinsi. Pelatihan meliputi aspek teori, praktik dan kemampuan pengelolaan lapangan dengan pendekatan berbeda. Materi pelatihan dibuat lebih praktis dan lebih disesuaikan dengan kondisi lokal. Pelatihan dihadiri 112 peserta dari 120 yang direkrut. Pelatihan berlangsung antara September 2008-Maret Suka duka memang ada, tapi Saya senang, karena tujuan akhir adalah bagaimana ekonomi rakyat bisa maju, Imelda Kambu, fasilitator Distrik Agats, Asmat, Papua Kiri-kanan: Tampak atas dan samping jembatan gantung yang dibangun warga di puncak ketinggian, Puncak Jaya, Papua, dengan bantuan dana PNPM-Respek 2007

31 38 PNPM MANDIRI PERDESAAN Kemajuan Kegiatan PNPM-Respek 2008 Kondisi alam menjadi tantangan terbesar dalam pelaksanaan program ini. Hampir seluruh lokasi program merupakan desa terpencil dengan akses transportasi minim, kelangkaan logistik dan biaya operasional tinggi. Ditambah sulitnya mencari tenaga pendamping yang bersedia ditempatkan di lokasi-lokasi tersebut. Hingga akhir 2008, sejumlah lokasi program belum memiliki Fasilitator Teknik, sementara pelatihan khusus Kader Teknik baru dimulai September 2008 dan hasilnya baru dapat dituai pada Maret Akibatnya, pembangunan prasarana/sarana yang diusulkan masyarakat pun terhambat. Meski demikian, per akhir 2008, sejumlah desa umumnya telah memasuki tahap pencairan dana dan melakukan pertanggungjawaban pertama. Sebanyak 50% desa di Papua Barat telah melakukan pencairan dana, bahkan 24% diantaranya telah melakukan pertanggung-jawaban tahap pertama. Sedangkan di Papua, baru 17% desa yang mencairkan dana. Usulan kegiatan yang diajukan oleh warga umumnya pembangunan sarana/prasarana umum perdesaan, seperti peningkatan mutu jalan (perkerasan jalan), jembatan, sarana air bersih, MCK, pasar dan rehabilitasi gedung sekolah. Sebagai catatan, tahapan pelaksanaan PNPM-Respek dirancang khusus dengan mengurangi jumlah forum musyawarah desa dan kecamatan, guna mempercepat waktu penyelesaian kegiatan. Namun tantangan tersebut masih berpengaruh besar dalam kemajuan pelaksanaan kegiatan di lapangan. Kemajuan Kegiatan PNPM-Respek per Desember 2008 Jumlah Desa Selesai Tahapan Kegiatan Provinsi Total Distrik Papua % Papua Barat % Total % Tahapan Kegiatan: 1. MAD I 2. MD I 3. Pelaitah KPMD 4. Perencanaan Kegiatan 5. MD Pelaksanaan Kegiatan 6. Pencairan Dana BLM 7. Pertanggungjawaban I 8. Pertanggungjawaban II 9. MDST: Musyawarah Desa Serah Terima Warga setidaknya tak lagi hanya bisa bermimpi. PNPM-Respek Provinsi Papua, membantu warga untuk merubah mimpi menjadi nyata. Keinginan warga tak lagi terkubur dalam lumpur hidup di kedalaman Danau Sentani. Kini mereka sudah bukan lagi bayi, tetapi eksekutor pembangunan yang bisa menentukan kemana kampung yang berada di pinggiran Danau Sentani ini akan berlabuh, Suroso, Papua Pos Nabire Kiri-Kanan: Salah satu pelaksanaan MAD Sosialisasi PNPM-Respek yang disambut antusias warga; Salah satu Kader Teknik di Papua membantu musyawarah

32 PNPM MANDIRI PERDESAAN 39 Menyulap Kader Teknik di Papua Program PNPM Mandiri RESPEK (PNPM-Respek) di Papua sangat besar. Pada 2008 melayani 387 distrik (kecamatan). Umumnya, kegiatan yang diinginkan dan dibutuhkan masyarakat Papua dan Papua Barat adalah pembangunan berbagai prasarana desa. Kegiatan tersebut didanai dengan menggunakan jatah bantuan yang disalurkan ke semua kampung di kedua provinsi. Selama ini, pembangunan prasarana tersebut masih diluar kompetensi masyarakat setempat, mengingat rata-rata tingkat pendidikannya relatif rendah. Untuk membantu masyarakat dalam membangun prasarana yang dipilihnya, sejumlah fasilitator teknik ditempatkan di distrik dan kabupaten oleh PNPM Mandiri. Setiap distrik seharusnya didampingi seorang Sarjana Teknik untuk membantu mendesain prasarana dan mengawasi konstruksinya. Akan tetapi, selama program ini berjalan di wilayah Papua, posisi Fasilitator Teknik sulit diisi. Sarjana Teknik, baik dari dalam maupun luar wilayah Papua, sulit dicari. Apalagi yang siap ditempatkan di distrik dan bekerja di kampung. Alhasil, kekosongan Fasilitator Teknik mencapai ratusan orang. Untuk membantu mengatasi kekurangan ini, pada 2003/2004 diadakan pendidikan teknis untuk 228 orang peserta di Universitas Cendrawasih (Uncen). Pendidikan itu berjalan selama enam bulan dan menghasilkan sumberdaya manusia (SDM) dengan pendidikan setara Diploma I bidang teknik sipil. Untuk pendidikan itu, kurikulum dan materi dikembangkan oleh sebuah tim pelatih yang jumlahnya 12 orang sarjana teknik dari Jawa dan Sumatera. Secara umum, program ini cukup berhasil, akan tetapi masih ditemukan kelemahan dan beberapa masalah. Belajar dari pengalaman, untuk 2008 tim pelatih (konsultan provinsi, tim koordinasi provinsi dan wakil dari Uncen) mengubah beberapa aspek pendidikan: cara menyeleksi peserta, porsi teori dan praktik, cara mengatur praktik lapangan dan topik pelatihan nonteknis. Terjaring 120 kandidat untuk turut pendidikan, mulai September 2008-Maret 2009, namun hanya 112 yang hadir. Pendekatan pendidikan sedikit berbeda dari sebelumnya. Materi ilmu teknik sipil (termasuk matematika) mendapat porsi waktu paling besar, yakni lebih dari tiga bulan. Materi-materinya dibuat lebih praktis dan aplikatif daripada lima tahun lalu dan topiknya disesuaikan dengan jenis prasarana yang paling sering dihadapi di lapangan. Misalnya, konstruksi jalan dibatasi pada konstruksi rabat beton dan sirtu, karena jarang terdapat jalan Telford di Papua. Selanjutnya, peserta diberi beberapa materi khusus. Materi khusus pertama adalah cara berpikir ke samping, cara melakukan fasilitasi pada masyarakat, cara membuat presentasi, cara menganalisis masalah secara rasional, beberapa topik terkait manajemen untuk fasilitator dan cara menyusun argumen yang persuasif. Selanjutnya, peserta diberi peningkatan kapasitas tentang dasar pembangunan pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) dan praktikum pembangunan prasarana secara langsung. Baru setelah itu, peserta diberikan materi terkait aturan main dan dasar pemikirian program PNPM-Respek sebagai contoh program pemberdayaan di Papua. Terakhir, dilakukan ujian/ seleksi tahap akhir dan penilaian secara keseluruhan. Peserta yang lulus seleksi tahap akhir akan dibekali orientasi pratugas program PNPM-Respek, untuk belajar cara mengisi formatformat secara detail, serta mempelajari siklus, aturan dan prosedur program secara lengkap. Setelah pelatihan ini, mereka dapat ditempatkan untuk mengisi lowongan posisi Fasilitator Teknik di distrik-distrik lokasi PNPM-Respek. Australia membantu pemerintah daerah di Papua dan Papua Barat dalam menanggapi kebutuhan pembangunan kemasyarakatan, termasuk melalui pelatihan di bidang infrastruktur dasar. Dengan memperbaiki jalan, jembatan dan sumur, masyarakat akan memperoleh akses yang lebih baik ke pelayanan dasar dan memperbaiki matapencaharian mereka, Blair Exell, Perwakilan Tertinggi AusAID di Indonesia Kiri-Kanan: Sesi pelajaran dan praktik bagicalon Kader Teknik di Papua dan Papua Barat

33 40 PNPM MANDIRI PERDESAAN 3.3. PNPM-PASKABENCANA BENGKULU PNPM-Perdesaan memainkan peranan penting dalam merespon berbagai bencana alam di sejumlah wilayah tanah air. Mulai dari paska-bencana bom Bali, Oktober 2002; gempa di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, November 2002; gempa dan tsunami di Provinsi NAD, Desember 2004; gempa di Kepulauan Nias di Sumatera Utara, Maret 2005; DIY, dan Klaten, Jawa Timur, Mei 2006; juga gempa di Sumatera Barat, Selain turut andil dalam aksi tanggap darurat, PNPM-Perdesaan juga membantu upaya rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah paskabencana. Pada 2008, program menjalankan PNPM-Paskabencana Bengkulu dengan mengalokasikan dana Rp 75 miliar untuk 25 kecamatan yang terkena dampak bencana di lima kabupaten. Per akhir 2008, pencairan dana mencapai 75% dari alokasi. Sebanyak 98% lokasi telah membuat disain/ Rencana Anggaran Biaya (RAB). Beberapa desa telah memulai kegiatan fisik dan menyerap dana. Lokasi dan Alokasi Dana PNPM-Paskabencana Bengkulu TA 2008 Lokasi Jumlah Kecamatan Alokasi (Rp) Pencairan (Rp) % Bengkulu Utara Mukomuko Kepahiang Seluma Kota Bengkulu Total Berdasarkan usulan masyarakat, sebagian besar dana dimanfaatkan masyarakat untuk membangun dan merehabilitasi prasarana dasar perdesaan dan sarana/fasilitas umum, seperti jalan, jembatan, sarana air bersih dan sanitasi (MCK). Meski sebagai lokasi baru dalam PNPM-Perdesaan, namun program paskabencana ini mendapat dukungan masyarakat. Hal itu nampak dari partisipasi warga dalam setiap tahapan kegiatan. Hingga akhir 2008, lebih dari warga desa di lokasi paskabencana terlibat langsung dalam tahap perencanaan kegiatan paskabencana di wilayahnya. Hal menggembirakan dari kegiatan ini, partisipasi kaum perempuan ternyata lebih tinggi dari laki-laki, yakni mencapai 76%. Mereka umumnya warga korban bencana, dimana 48% diantaranya merupakan kelompok kurang mampu (RTM). Kiri-Kanan: Prasarana jalan desa yang dibangun warga dengan dana PNPM-Perdesaan di kec. Rimbo Pengadang; dan MCK di Kec. Tebat Karai, Bengkulu

34 PNPM MANDIRI PERDESAAN PILOT PENDIDIKAN TA 2007 Pilot Pendidikan diinisiasi pada dan mulai diimplementasikan pada Pelaksanaan pilot ini dilatarbelakangi tingginya kebutuhan masyarakat di lokasi PNPM-PPK terhadap pemenuhan pendidikan. Hal itu nampak dari banyaknya usulan masyarakat di bidang pendidikan, namun belum dapat terdanai. Pilot ini merupakan kerjasama antara Departemen Dalam Negeri (Depdagri) dan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Pada 2008, pelaksanaan pilot lebih difokuskan pada penyelesaian kegiatan di lokasi program, yang pada akhir 2007 baru mencapai 60%. Semua lokasi pilot sebenarnya telah mencairkan seluruh dana BLM dan DOK sejak akhir 2007, namun terlambat untuk diserap desa-desa. Pada saat itu, memang terjadi masalah administrasi pencaiaran ke KPPN dan baru selesai pada pertengahan November 2008, yakni setelah keluar Surat Direktur Pengelolaan Kas Negara S-7613/PB/2008. Pilot Pendidikan dilaksanakan di 19 kecamatan lokasi PNPM-Perdesaan di delapan kabupaten dalam empat propinsi. Pilot ini dapat dinikmati oleh sekitar jiwa penduduk kurang mampu/miskin di 186 desa. Lokasi Pilot Pendidikan Tingkat Wilayah Provinsi 4 4 Kabupaten 7 8 Kecamatan Desa No. Provinsi Kabupaten Jumlah Kec. Alokasi (Rp) Pencairan (Rp) % 1 Barito Kuala Kalimantan Selatan 2 Hulu Sungai Utara Alokasi dan Penyerapan Dana Pilot Pendidikan TA 2007 Bolaang Mongondow Sulawesi Utara Minahasa Selatan Minahasa Tenggara Sulawesi Selatan Tana Toraja Polewali Mandar Sulawesi Barat 8 Mamasa Total Hingga akhir 2008, terdapat 175 kegiatan yang terdanai BLM, dimana 50 diantaranya (28,6%) adalah kegiatan fisik, yang menyerap dana Rp 1,45 miliar (34% BLM). Kegiatan fisik diantaranya rehabilitasi gedung/ ruang kegiatan belajar, perpustakaan dan sarana pendukungnya, prasarana seperti kantor, peningkatan/perluasan halaman sekolah, pagar, Water Closet (WC) dan tanggul sekolah. Provinsi yang paling banyak menyerap dana untuk kegiatan fisik adalah Kalimantan Selatan dan Sulawesi Utara. Kondisi sebagian besar prasarana/sarana pendidikan di kedua wilayah tersebut memang belum memadai. Hal itu disebabkan upaya rehabilitasi dan pembangunan prasarana/sarana pendidikan yang direncanakan Dinas Pendidikan kedua provinsi belum menjangkau desa terpencil, seperti lokasi pilot. Berkat Pilot Pendidikan sekolah kami mendapat banyak prestasi. Masyarakat semakin percaya kepada kami. Anak murid kami mendapat juara dalam keterampilan komputer, berkat dana pemeliharaan komputer dari pilot ini, Syamsuddin, Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Bersubsidi, Hambuku Tengah, Sungai Pandan, HSU, Kalsel Kiri-Kanan: Kegiatan Komite sekolah yang difasilitasi Pilot Pendidikan; Salah satu gedung SD di Minahasa Selatan, yang direhab melalui Pilot Pendidikan

35 42 PNPM MANDIRI PERDESAAN No Jenis Kegiatan Provinsi Sulbar Sulsel Sulut Kalsel Kegiatan yang Didanai BLM Pilot Pendidikan TA 2007 kegiatan Dana BLM (Rp) % 1 Honor guru ,4 2 Beasiswa ,4 3 Paket Buku/pelajaran ,8 4 Komputer ,7 5 Bimbingan belajar ,1 6 Kelengkapan siswa (seragam) ,0 7 Meubelair ,7 8 Rehap atap kelas ,9 9 Rehap sekolah/rkb ,3 10 Rehap ruang kantor ,9 11 Pembangunan Perpustakaan ,8 12 Peningkatan halaman sekolah ,9 13 Pembuatan WC sekolah ,3 14 Pagar sekolah ,4 15 Pembuatan tanggul sekolah ,5 Jumlah Kegiatan lain yang didanai adalah pengadaan meubelair, yang menyerap Rp 543 juta (12,7% BLM). Pengadaan meubelair di sejumlah lokasi memang sangat diperlukan mengingat kondisi meja dan bangku belajar sangat memprihatinkan: tidak kokoh (reot), lapuk atau tidak utuh. Kegiatan pengadaan meubelair termasuk dalam kategori non-fisik. Dalam Pilot Pendidikan, dialokasikan pula dana DOK Komite Sekolah dan DOK Peningkatan Mutu Pendidikan. Pada 2008, dana tersebut dimanfaatkan untuk mendukung peningkatan kapasitas dan mendukung peningkatan mutu pendidikan. Kegiatan Peningkatan Mutu Pendidikan: Kegiatan Komite Sekolah: Lebih untuk sosialisasi dan publikasi Lomba pembuatan media belajar Pembuatan buletin Sosialisasi melalui media massa Lokakarya dengan dunia usaha Lebih untuk peningkatan kapasitas Pelatihan Tim Teknis Pendidikan (TTPn) Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) tingkat Kecamatan MBS tingkat Sekolah Lokakarya Perencanaan Pembangunan Pendidikan Peningkatan Metodologi Pakem/CTL Kelompok Kerja Guru (KKG)/ Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS)/ Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) On-the-job-training sekolah Subsidi pengembangan media belajar Kiri-Kanan: Salah satu kegiatan Pilot Pendidikan, pengadaan meubelair bagi sekolah-sekolah. Kini kegiatan belajar mengajar menjadi lebih baik

36 PNPM MANDIRI PERDESAAN PNPM-GENERASI Masyarakat secara konsisten mengusulkan kegiatan di bidang kesehatan dan pendidikan melalui PNPM-Perdesaan. Namun usulan tersebut sering tidak terdanai karena banyak kebutuhan lain yang disepakati masyarakat sebagai prioritas, sementara dana BLM pun terbatas. Guna mengakomodasi usulan-usulan di bidang kesehatan dan pendidikan ini, program melaksanakan pilot proyek PNPM Generasi Sehat dan Cerdas (PNPM-Generasi) dengan alokasi dana dan fasilitator khusus. Pada 2008, PNPM-Generasi dilaksanakan di 178 kecamatan, yang menjangkau desa. Di tahun ini, PNPM-Generasi menjalankan dua kegiatan secara parallel, yakni penyelesaian kegiatan dengan dana TA 2007 dan TA Kegiatan dengan dana TA 2007 meliputi pelaksanaan, pemantauan dan penilaian akhir hingga Agustus Sedangkan kegiatan dengan dana TA 2008: perencanaan (Mei-Agustus 2008), dilanjutkan pelaksanaan, pemantauan dan penilaian akhir mulai September Provinsi Kabupaten Jumlah Kecamatan Jumlah Desa Lokasi Pilot-Generasi Total Total Jawa Barat Sukabumi Kuningan Majalengka Sumedang Subang Jawa Timur Malang Pamekasan Trenggalek Nganjuk Magetan NTT Sumba Timur Rote Ndao TTS Lembata Flores Timur Manggarai Gorontalo Gorontalo Boalemo Pohuwato Sulawesi Utara Minahasa Utara Total Berkat PNPM-Generasi, sekarang Posyandu selalu dipenuhi warga. Dulu hanya sekitar 20-an orang saja, bias sekitar 50-an orang. Masyarakat merasa sangat terbantu dengan program dan kegiatan PNPM-Generasi, Natalina, Kader Desa Genilangit, Kec. Poncol, Jawa Timur Kiri-Kanan: Beberapa kegiatan PNPM-Generasi di Pamekasan, Jawa Timur, memastikan Balita tumbuh dengan baik sesuai Kartu Menuju Sehat

37 44 PNPM MANDIRI PERDESAAN Kemajuan Kegiatan PNPM-Generasi 2008 Pencairan Dana Per akhir 2008, seluruh dana BLM TA 2007 telah dicairkan, baik yang bersumber dari APBD maupun APBN. Sebanyak 100 dari 129 kecamatan telah melakukan musyawarah desa pertanggungjawaban, bahkan 78 diantaranya telah melakukan sosialisasi kegiatan TA Lokasi yang belum tuntas terdapat di Jawa Barat (6 kecamatan), Jawa Timur (5 kecamatan) dan NTT (18 kecamatan). Sebagaimana kebijakan cost sharing dalam PNPM-Perdesaan, pencairan dana APBN dalam PNPM-Generasi juga dilakukan setelah APBD dicairkan. Sebanyak 22 kecamatan TA 2007 didanai secara penuh APBN dari hibah Pemerintah Belanda. Nilainya mencapai Rp 26,25 miliar atau masing-masing kecamatan Rp 1,25 miliar. Provinsi Jumlah Kecamatan Alokasi (Rp) Pencairan (Rp) % APBD APBN APBD APBN APBD APBN Jawa Barat Jawa Timur NTT Sulawesi Utara Gorontalo Jumlah Total Sementara itu, rata-rata pencairan BLM TA 2008 sebesar 86% (APBD 99% dan APBN 84%). Kegiatan di lapangan umumnya sedang pencairan BLM dari APBD. Per akhir 2008, baru 36 kecamatan yang mencairkan dana APBN dan enam kecamatan telah menyelesaikan kegiatan dengan dana TA Provinsi Jumlah Kecamatan Alokasi dan Pencairam Dana PNPM-Generasi TA 2007 Alokasi dan Pencairan Dana PNPM-Generasi TA 2008 Alokasi (Rp) Pencairan (Rp) % APBD APBN APBD APBN APBD APBN Jawa Barat Jawa Timur NTT Sulawesi Utara Gorontalo Jumlah Total Partisipasi Masyarakat Satu hal yang membanggakan, dukungan masyarakat terhadap pelaksanaan PNPM-Generasi sangat besar. Tidak hanya terlihat dari tingkat partisipasi masyarakat, melainkan juga swadaya waktu, tenaga dan materi. Dalam pelaksanaan TA 2007, swadaya berbentuk materi mencapai 5% dari alokasi BLM. PNPM-Generasi mampu meningkatkan kesadaran kaum ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan, Yustina Idii, Kader Desa dan Pemanfaat PNPM-Generasi di Wae Ri i, Manggarai, NTT Kiri-Kanan: Ibu dan balita di NTT memanfaatkan sarana kesehatan desa; Anak-anak usia sekolah kini lebih aktif belajar dengan tingkat kehadiran di kelas yang tinggi

38 PNPM MANDIRI PERDESAAN 45 Hasil Kegiatan PNPM-Generasi 2007 PNPM-Generasi TA 2007 telah dinikmati oleh sekitar 2,5 juta warga (ibu, balita dan anak usia sekolah) di desa, sedangkan TA 2008 diperkirakan dinikmati lebih dari warga di 546 desa. Berdasarkan laporan dari setiap lokasi TA 2007, BLM pilot ini lebih banyak dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan di bidang pendidikan, yakni menyerap 56%. Persentase Penyerapan Dana PNPM-Generasi TA 2008 Satu hal yang perlu dicatat, terdapat perbedaan pola penyerapan BLM di wilayah Timur dan Barat Indonesia. Pola ini memberi gambaran mengenai prioritas kebutuhan masyarakat di kedua wilayah tersebut kala itu. Di Gorontalo dan NTT, misalnya, warga memiliki kecenderungan memanfaatkan sebagian besar dana BLM (65%) untuk kegiatan pendidikan. Hal berbeda ditunjukkan warga di Jawa Barat, yang lebih memanfaatkan dana BLM untuk kegiatan kesehatan (48%). Kegiatan Bidang Pendidikan TA 2007 Kegiatan Bidang Kesehatan TA 2007 Perlu dicatatat, kegiatan PNPM-Generasi yang berbasis masyarakat ini berhasil mendorong masyarakat memanfaatkan jaringan yang ada di wilayahnya, seperti sekolah-sekolah, Puskesmas, guru, dokter dan bidan setempat. Dalam pelaksanaannya, pilot juga mendukung peningkatan kualitas terhadap jaringan-jaringan tersebut, termasuk pelatihan bagi tenaga pendidik atau staf medis. Anggota masyarakat dan aparat juga menerima pelatihan, sehingga mereka dapat mengambil peran lebih aktif dalam kegiatan di bidang pendidikan dan kesehatan di wilayahnya. Kami gembira dapat bantuan jas hujan buat anak, berkat PNPM-Generasi. Sekarang anak Kami tidak kehujanan saat pergi dan pulang sekolah, Warga Desa Lungku, Kec. Wae Ri i, Manggarai, NTT Kiri-Kanan: SD di Mekar jaya, Sukabumi, Jawa Barat, yang dibangun warga dengan dana PNPM-Generasi; sebelumnya, murid belajar di tenda

39 46 PNPM MANDIRI PERDESAAN 3.6. PNPM-AGRIBISNIS Smallholder Agricultural Development Iniative (SADI)/ PNPM-Agribisnis merupakan pilot program yang ditujukan memberi bantuan kepada kelompok-kelompok petani di wilayah perdesaan. Pilot yang melekat pada PNPM-Perdesaan ini mengajak masyarakat/ para petani merencanakan, menentukan dan melaksanakan kegiatan berbasis pertanian guna meningkatkan pendapatan rumahtangga dan kesejahteraan petani secara umum. Program ini dilaksanakan di empat provinsi di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan mendapat dukungan pendanaan dari hibah Pemerintah Australia (AusAID). Provinsi Kabupaten Kecamatan 1. Sulawesi Selatan 1. Tana Toraja Mengkendek; Rindingalo; Sesean 2. Bantaeng Bissappu; Tompobulu; Gantarang Keke 2. Sulawesi Tenggara 3. Muna Lawa; Kusambi; Wakorumba Selatan 4. Konawe Selatan Lainea; Palangga; Konda 3. NTT 5. Timor Tengah Selatan (TTS) Amanuban Selatan; Mollo Utara; Kuan Fatu 6. Ngada Aimere; Golewa; Riung Barat 4. NTB 7. Lombok Barat Gerung; Bayan; Narmada 8. Dompu Hu u; Manggelawa; Pekat Lokasi PNPM-SADI TA 2008 Pilot ini terdiri dari tiga subprogram yang saling mendukung dalam meningkatkan produktivitas kelompok petani dan memastikan mereka memiliki akses ke pasar lokal. Upaya tersebut dilakukan dengan memberi analisa mendalam dan detil terhadap input dan output bidang pertanian, serta memberi bantuan kepada para petani dalam memaksimalkan/ memperluas produksi pertanian secara efisiensi (intensifikasi dan ekestensifikasi pertanian). Subprogram 1: PNPM-Agribisnis/ PNPM-SADI sebagai fokus utama pilot yang melekat pada PNPM-Perdesaan. Menggunakan mekanisme perencanaan partisipatif. Subprogram 2: IFC (International Finance Corporation) untuk menganalisia dan memperkuat jaringan pemasaran dan jaringan yang dapat membantu petani agar produk mereka sampai konsumen. Subprogram 3: ACIAR (Australia Center for International Agricultural Research) untuk mendukung subprogram lainnya melalui penelitian di bidang pertanian yang dapat diadaptasi oleh para petani di lokasi pilot, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan. Pada 2008, setiap kecamatan program mendapat stimulan Dana Operasional Kegiatan (DOK) Rp 100 juta per tahun dan BLM Rp 110 juta. Hingga Desember 2008, seluruh DOK dan BLM telah dicairkan 100% oleh lokasi, namun DOK baru terserap sekitar 53% dan BLM 25%. Provinsi Alokasi dan Pencairan Dana PNPM-Agribisnis TA 2008 Alokasi (Rp) Pencairan (Rp) % DOK BLM DOK BLM DOK BLM Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara NTT NTB Jumlah Total Kiri-Kanan: Petani kopi menghasidir musyawarah desa di Kec. Konda, Kab. Konawea Selatan, Sulawesi Tenggara; Warga bekerja dengan sukarela

40 PNPM MANDIRI PERDESAAN 47 Dalam PNPM-Agribisnis, masyarakat/ para petani melakukan musyawarah untuk menentukan usulan kegiatan prioritas. Prioritas usulan ini didasarkan pada beberapa kriteria. Pada 2008, terdapat 405 usulan kegiatan yang diajukan masyarakat. Lokasi Jumlah Usulan Kegiatan 2008 Jumlah Usulan Sulawesi Selatan 95 Sulawesi Tenggara 101 NTT 130 NTB 79 Jumlah 405 Kriteria Prioritas Usulan: (1) Menguntungkan sebagian besar petani miskin, (2) sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga petani; (3) dapat ditangani oleh masyarakat sendiri ; (4) didukung oleh sumberdaya lokal; (5) memiliki potensi berkembang dan berkelanjutan; (6) tidak secara langsung menguntungkan individu tertentu; (7) cenderung meningkatkan kapasitas teknis lokal, teknologi tepat guna bagi petani; (8) memberi solusi masalah, termasuk masalah produktivitas; (9) memberi kesempatan masyarakat meningkatkan pengetahuan terkait dasar-dasar agribisnis, dari input, produksi dan pemasaran; (10) membuka kesempatan bermitra dengan pihak luar; (11) kegiatan relevan lain yang membantu peningkatan produktivitas lokal, akses ke pasar dan pendapatan rumahtangga petani miskin Manfaat Program Per akhir 2008, sejumlah usulan tersebut sedang/ telah dilaksanakan dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat/ para petani. Baik usulan peningkatan kapasitas maupun pembangunan prasarana/sarana yang mendukung pertanian. Para petani di Sulawesi Selatan, misalnya, akhirnya memperoleh pelatihan TOT Padi SRI yang mereka idamkan dengan dukungan dana dari PNPM-Agribisnis. Sementara di Sulawesi Tenggara, petani kini memiliki kios usaha tani dan kandang demplot penggemukan sapi potong. Para petani di NTT juga telah merasakan manfaat program. Mereka, misalnya, kini memiliki jalan usaha tani yang layak, serta memiliki saluran irigasi yang lebih baik. Selain dapat lebih mudah menuju ke sawah/ladang, rehab jalan usaha tani ini dapat memperlancar pengangkutan hasil panen mereka ke pasar. Sebelumnya, sebagian besar badan jalan rusak sehingga sulit menuju sawah/ladang, terlabih saat musim penghujan. Perbaikan jalan usaha tani ini pada gilirannya mengurangi praktik ijon, sehingga harga jual hasil panen bisa lebih tinggi. Di NTB, para petani rumput laut merasa sangat terbantu dengan lantai jemur rumput laut yang mereka bangun dengan dukungan dana PNPM-Agribisnis. Sedangkan petani penggarap sawah, kini dapat meningkatkan produksi menyusul direhabnya saluran irigasi yang mengairi sawah-sawah mereka. Tidak hanya itu, para petani juga dapat saling bertukar pikiran di tempat yang lebih nyaman sekaligus tidak perlu kuatir ternaknya hilang. Mereka telah memiliki pondok pertemuan pertanian dan kandang kolektif yang diusulkan dan dibangun bersama dengan dukungan dana program. Sejumlah petani di NTB juga telah mendapatkan peningkatan kapasitas terkait sejumlah komoditas agribisnis. Peningkatan kapasitas para petani diharapkan akan terus bertambah seiring ditetapkannya BDSP pelatihan-pelatihan agribisnis di lokasi-lokasi program. Kiri-Kanan: petani mengangkit hasil bumi melalui jambatan yang dibangun warga dengan dana PNPM-Perdesaan; produksi pertanian semakin baik

41 48 PNPM MANDIRI PERDESAAN 3.7. PILOT P2SPP Dalam upaya mendorong pengintegrasian sistem pembangunan partisipatif ke dalam pembangunan reguler di daerah, Sekretariat Nasional PNPM-Perdesaan menginisiasi pilot proyek Program Pengembangan Sistem Pembangunan Partisipatif (P2SPP). Program ini berbasis di kabupaten dan memanfaatkan sumber dana kabupaten sebagai stimulan untuk membiayai usulan-usulan kegiatan yang digagas masyarakat. Program ini dimulai pada Tujuan utama program ini adalah memastikan usulan-usulan kegiatan yang diputuskan dalam musyawarah antar-desa di setiap kecamatan masuk dalam daftar isian proyek daerah dan mendapat pendanaan. Pada 2008, Pilot dijalankan di 13 kabupaten di 12 provinsi. Sebanyak lima kabupaten merupakan lokasi baru, sedangkan delapan lainnya telah menginjak tahun kedua dan empat diantaranya memasuki tahun ketiga. Kemajuan Kegiatan Pilot P2SPP Tujuan Khusus: a. Keterpaduan antarprogram/kegiatan penanggulangan kemiskinan di daerah; b. Keterpaduan perencanaan pembangunan, pelaksanaan, pengendalian dan pelestarian oleh masyarakat & Pemda; c. Keterlibatan masyarakat dan peningkatan kapasitasnya dalam pengelolaan pembangunan daerah, terutama kelompok miskin; d. Kapasitas lembaga kemasyarakatan dan pemerintahan desa dalam pengelolaan pembangunan berkelanjutan; e. Pengintegrasian model pembiayaan BLM ke dalam sistem penganggaran pemerintah daerah dan desa; f. Pendampingan masyarakat oleh pemerintah daerah melalui pendayagunaan setrawan. Hingga akhir 2008, pencairan dana sekitar 88% dari alokasi. Keterlambatan diantaranya disebabkan oleh terlambatnya revisi DIPA. Kabupaten Minahasa Selatan tidak dapat mencairkan seluruh dana BLM karena ternyata hingga akhir 2008 Pemda hanya mengalokasikan 50% BLM dari APBD, sehingga BLM dari APBN tidak dapat dicairkan dan hangus. Sedangkan di Batanghari terjadi kekeliruan, dimana 25% BLM tahap kedua digunakan untuk kegiatan PNPM-Perdesaan. No Kabupaten Provinsi Lokasi dan Alokasi Dana Pilot P2SPP 2008 Alokasi (Miliar Rp) Pencairan (MiliarRp) % APBN APBD APBN APBD APBN APBD 1. Batanghari Jambi Boyolali Jateng Minahasa Selatan Sulut Ngada NTT OKU Timur Sumsel Tapin Kalsel Tabanan Bali Jombang Jatim Way Kanan Lampung Sambas Kalbar Lombok Barat NTB Bantul DIY Nagekeo NTT Perencanaan Pembangunan Desa Sub Total Total % Di tahun ketiga pelaksanaannya, program ini berhasil: 1) menguatkan wacana pengintegrasian sistem pembangunan partisipatif ke dalam sistem pembangunan reguler, guna meningkatkan efektivitas pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat dikalangan anggota dewan di lokasi, birokrat (SKPD) dan masyarakat umum; 2) menguatkan perlunya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) yang sesuai Permendagri No.66/2007; 3) penguatan proses Musrenbang, utamanya Musrenbang Desa dan Kecamatan; serta 4) menguatkan wacana pentingnya pembuatan Peraturan Daerah (Perda) terkiat pengintegrasian.

42 PNPM MANDIRI PERDESAAN 49 Pada 2008, RPJMDes umumnya masih versi program, belum disesuaikan dengan ketentuan dalam Permendagri No.66/2007. RPJMDes merupakan induk penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan APBDes. RPJMDes yang baik dapat mendorong penyelarasan rencana kegiatan dan anggaran, seperti Alokasi Dana Desa (ADD), Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), Program Lokal, PNPM-Perdesaan dan lain-lain. No Kabupaten Pencapaian Kualitatif 1. Batanghari Proses perencanaan telah terintegrasi. RPJM Desa belum sesuai Permendagri No Boyolali Proses perencanaan telah terintegrasi. Pengkajian keadaan desa belum optimal. RPJM Desa belum sesuai Permendagri No Minahasa Selatan N/A 4. Ngada Proses perencanaan telah terintegrasi. RPJM Desa belum sesuai Permendagri No OKU Timur Fasilitasi pengintegrasian perencanaan tidak memadai dan tidak efektif 6. Tapin Fasilitasi pengintegrasian perencanaan cukup memadai. Komitmen dan dukungan Pemkab baik 7. Tabanan Fasilitasi pengintegrasian menemui banyak kendala karena lingkungan kurang kondusif 8. Jombang RPJM Desa belum sesuai Permendagri No.66. Ada inisiatif pembentukan Perda dan Perbup yang mendukung pengintegrasian. 9. Way Kanan N/A 10. Sambas Penyiapan pengintegrasian cukup memadai, kerjasama PMD dengan Bappeda kondusif. 11. Lombok Barat Penyiapan pengintegrasian berjalan efektif. Komitmen dan dukungan Pemkab memadai. 12. Bantul Penyiapan pengintegrasian tidak efektif. Cenderung dilaksanakan sebagai proyek. 13. Nagekeo Penyiapan pengintegrasian cukup efektif. Komitmen dan dukungan Pemkab memadai. Peningkatan Kapasitas Aparat dan Masyarakat Seluruh lokasi pilot menjalankan kegiatan pendukung dengan kualitas beragam. Kegiatan ini menjadi media peningkatan kapasitas bagi pelaku dan masyarakat. Pada 2008, kegiatan pendukung yang dilakukan meliputi Sosialisasi dan TOT Setrawan Kabupaten, Review Musrenbang Kabupaten, Pelatihan Pembekalan Setrawan Kecamatan, Pelatihan UPK, Semiloka Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD), Semiloka DPRD, Pelatihan Kades & BPD, Workshop Regional. Upaya tersebut berhasil mencetak tenaga pelatih dan fasilitator dari kalangan aparat kabupaten dan kecamatan. Program juga telah meningkatkan kemampuan Kepala Desa, Ketua BPD dan pengurus Unit Pengelola Kegiatan (UPK) dan masyarakat di lokasi program. Diperkirakan jutaan warga lokal dan aparat kecamatan/ kabupaten telah mendapatkan peningkatan kapasitas di bidang tersebut. Meski demikian, kemampuan aparat desa dalam pengelolaan pemerintahan dan dukungan legislative daerah masih perlu ditingkatkan bila ingin proses pengintegrasian berjalan optimal. Peningkatan kapasitas pengelolaan pemerintahan desa yang perlu diseriusi adalah pembuatan Peraturan Desa (Perdes), RPJMDes, APBDes dan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Pemerintah Desa. Pemenuhan Kebutuhan Masyarakat Pencapaian Kualitatif Pilot P2SPP 2008 Selain peningkatan kapasitas, pilot juga memfasilitasi pemenuhan kebutuhan paling mendesak di masyarakat, salah satunya peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana/ sarana perdesaan. Pada 2008, P2SPP telah mamfasilitasi dan mendanai sejumlah kegiatan pembangunan sarana/prasarana dan peningkatan kapasitas yang sangat dibutuhkan masyarakat. Kiri-Kanan: beberapa kegiatan yang diusulkan masyarakat melalui P2SPP: TK dan peningkatan kualitas jalan desa

43 IV. MONITORING & EVALUASI

44 PNPM MANDIRI PERDESAAN PENANGANAN PENGADUAN MASALAH Pembelajaran prinsip transparansi dan akuntabilitas bagi pelaku, aparat dan masyarakat di lokasi program terus diupayakan. Salah satunya melalui upaya penanganan pengaduan dan masalah. Pada 2008, ditemukan/ diterima pengaduan masalah sekaligus diselesaikan sesuai mekanisme. Beberapa diantaranya bermanfaat sebagai pembelajaran dan perbaikan PNPM- Perdesaan di masa depan. Perkembangan Masalah Pada 2008, masih terdapat 823 sisa masalah dari , ditambah 800 masalah baru. Dari jumlah tersebut, 803 masalah (49,5%) berhasil diselesaikan. Sebagian besar masalah adalah dugaan penyalahgunaan dana, namun pada 2008, jumlah masalah baru di kategori ini turun 50%. Sebaliknya, pelanggaran atas prinsip dan prosedur justru meningkat. Hal itu disebabkan banyaknya fasilitator/ konsultan baru yang belum sepenuhnya memahami prinsip dan prosedur program. No Kategori Masalah Sisa 2007 Penyalahgunaan Dana Lokasi dan Alokasi Dana Pilot P2SPP 2008 Di awal 2008, masih terdapat Rp 25,8 miliar sisa dana yang disalahgunakan selama periode , dan pada 2008 sendiri ditemukan indikasi penyalahgunaan dana sebesar Rp 10 miliar. Meski begitu, sekitar Rp 8,6 miliar dari jumlah tersebut berhasil dikembalikan tahun ini. Secara akumulatif, jumlah dana yang diduga disalahgunakan sejak mencapai Rp 45,5 miliar, dimana sekitar Rp 18,1 miliar diantaranya berhasil dikembalikan secara tunai atau dalam bentuk aset. No Tahun Penyalahgunaan Dana (Rp) Pengembalian Dana(Rp) Sisa Saldo (Rp) Total Angka penyalahgunaan dana tersebut terkesan besar. Namun, bila dibandingkan dengan total BLM yang disalurkan ke masyarakat sejak , yang besarnya sekitar Rp 15,5 triliun, ternyata prosentasenya hanya 0,29%. Khusus 2008 lebih rendah lagi, yakni hanya 0,24% dari total BLM yang disalurkan ke masyarakat pada tahun tersebut (sekitar Rp 4,03 triliun) Baru Baru Selesai 1 Pelanggaran atas prinsip dan prosedur Masalah dugaan penyalahgunaan dana Intervensi negatif oleh pejabat Force Majeure Lain lain Total Perkembangan Penyelesaian Penyalahgunaan Dana per Desember 2008 Pelaku program tengah melakukan pengecekan jumlah dan kualitas material yang dibeli. Pencekan perlu dilakukan, selain untuk memastikan jumlah dan kualitas sesuai dengan RAB kegiatan, juga untuk mencegah penyalahgunaan dana

45 54 PNPM MANDIRI PERDESAAN Dugaan Pelaku Berdasarkan pengaduan, masalah yang terjadi selama 2008 diduga melibatkan pihak/ orang. Jumlah terbanyak (24,6%) berasal dari masyarakat, yang umumnya anggota kelompok, Mereka dinilai kurang kooperatif dalam pengembalian pinjaman, meski telah dilakukan berbagai pendekatan, termasuk inisiatif penerapan sanksi lokal/ adat oleh warga. Salah satunya, kelompok bahkan desa yang bersangkutan tidak bisa menerima dana program/ perguliran lagi. Satu hal yang terus diwaspadai adalah keterlibatan pengurus UPK di sejumlah masalah. Jumlahnya mencapai 21% dari pelaku. Mereka memiliki akses besar terhadap dana program. Namun, mengingat pengurus UPK merupakan representasi warga se-kecamatan yang dipilih dalam Forum MAD, maka penyelesaiannya pun dilakukan oleh masyarakat. Pengurus UPK yang terlibat dalam penyelewengan dana umumnya telah dipecat dan dituntut mengembalikan dana. Kecamatan Bermasalah Pada Oktober 2007, Ditjen Pemberdayaan Masyarakat (PMD) mengklasifikasi 113 kecamatan sebagai kecamatan bermasalah. Kecamatan tersebut belum berhasil menyelesaikan masalah, yang umumnya berupa penyalahgunaan dana. Hingga akhir 2008, sebanyak 81 kecamatan telah dihapus dari daftar tersebut, sedangkan 32 lainnya masih dalam proses. Pada 2008, terdapat 131 kecamatan masuk dalam kategori kecamatan bermasalah untuk diproses pada Kecamatan ini berada tersebar di 88 kabupaten dan 23 provinsi. Pengawasan Masyarakat Satu hal menggembirakan, pada 2008, keterlibatan masyarakat dalam pengawasan program cukup tinggi. Hal ini terlihat dari jumlah pengaduan masyarakat yang mencapai 13,4%. Hal itu tak lepas dari upaya fasilitasi konsultan/fasilitator di lapangan. Jumlah Pihak yang Terlibat Masalah per Desember 2008 No Pelaku Jumlah % 1 Masyarakat/ anggota kelompok Pengurus Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Anggota Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) Konsultan/ Fasilitator Kepala Desa/ aparat desa Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PjOK)/ aparat Kecamatan Pengurus LKMD/LPM Camat Penyalur (supplier) Lain lain Total Sumber Informasi/Pengaduan Masalah per Desember 2008 No Sumber Informasi Total % 1 Konsultan ,0 2 Masyarakat Pemanfaat ,4 3 BPKP 127 7,8 4 LSM Lokal 9 0,6 5 Laporan Media Masa 6 0,4 6 Supervisi Bank Dunia 7 0,4 7 Informasi Lain 24 1,5 Total Kiri-Kanan: Papan proyek kegiatan membantu masyarakat memantau kegiatan; Warga dan konsultan turut memantau pelaksanaan program

46 PNPM MANDIRI PERDESAAN 55 Program memang menyediakan pelatihan khusus untuk masyarakat. Baik dengan Dana Operasional Khusus (DOK) pelatihan masyarakat melalui in-service-training (IST) maupun swadaya on-the-job-training oleh fasilitator/ konsultan setempat, serta pelatihan lain dengan dukungan dana dari Pemda. Khusus pengawasan, masyarakat juga mendapat peningkatan kapasitas terkait pengawasan partisipatif masyarakat/ Community Participatory Monitoring (CPM). Pengaduan dari masyarakat biasanya disampaikan melalui surat via pos, pesan singkat (SMS), ada juga melalui surat elektronik ( ). Secara umum, pada 2008, terdapat 302 pengaduan melalui SMS, 93 , 14 surat, serta lima telepon. Semua pengaduan masalah dicatat dan ditindaklanjuti oleh Unit Penanganan Pengaduan Masalah untuk diproses ke tahap selanjutnya. Masalah yang Ditangani Hukum Semua pengaduan masalah yang masuk akan dicatat dan ditindaklanjuti. Penyelesaian masalah dalam PNPM-Perdesaan diarahkan sebagai sarana pembelajaran bagi masyarakat dan pelaku program. Oleh sebab itu, masyarakat didorong untuk dapat menyelesaikan masalah di lokasi dengan bantuan fasilitator/konsultan. Selain sanksi adat, sejumlah masyarakat melimpahkan masalah guna mendapat sanksi program bahkan penanganan hukum negara. Pada 2008, jumlah akumulasi masalah yang ditangani pihak berwenang (polisi, kejaksaan dan pengadilan) sebanyak 187 masalah, dimana 82 diantaranya berhasil diselesaikan. Pada tahun ini, terdapat 37 masalah baru yang diserahkan ke polisi, 11 ke kejaksaan dan enam masalah dilimpahkan ke pengadilan setempat. Namun seluruh masalah yang masuk ke pengadilan berhasil di selesaikan. Jalur Hukum Lama Jumlah Baru Sisa Kasus (Proses) Polisi Kejaksaan Pengadilan 6 Masalah yang Ditangani Hukum 2008 Total 105 Masalah Besar yang Ditangani Hukum Penggelapan bantuan dana block grant masyarakat (BLM) melibatkan Nofriza (Fasilitator) dengan total Rp 309 juta. Sipelaku menarik dana dari Rekening BPPK yang dimiliki UPK di BRI Kuala Tungkal, 19 Februari Dana itu ditransfer ke rekeningnya dengan menggunakan slip penarikan yang ditandatangani FK, Kepala UPK dan dia sendiri. Setelah penarikan dana tersebut, sipelaku menghilang. Dia telah masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) yang polisi setempat. Sampai saat ini, tidak ada pengembalian dana yang dilakukan olehnya atau salah satu keluarganya. Kecamatan Pengabuan, Kabupaten Jabung Barat, Provinsi Jambi Kepala UPK (Adde Currie S.) menarik dana kredit secara ilegal senilai Rp untuk kepentingan pribadi. Sipelaku juga telah melakukan hal serupa terhadap dana kredit mikro pada 2005, namun dianggap terselesaikan, karena dia mengembalikan semua uang. Dia telah berulangkali melakukan tindakan itu di tahun 2005, dan telah diajukan dalam forum masyarakat. Selama ini dia telah melunasi Rp dari dana yang diambil, meninggalkan sisa pengembalian sebesar Rp untuk dikembalikan. Kasus ini dibawa masyarakat ke pihak yang berwenang. Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah Masalah penggelapan dana melibatkan salah satu kelompok mikro kredit di UEP. Masalah ini terjadi karena tidak ada niat serius dari peminjam untuk mengambalikan dana. Peminjam utama adalah aparat kecamatan, aparat desa dan sejumlah anggota kelompok UEP. Masalah ini melibatkan dana sebesar Rp Oknum aparat meminjam Rp , sisanya Rp dipinjam oleh anggota dari kelompok UEP. Dari jumlah ini, Rp telah dikembalikan dari oknum aparat. Masalah ini diputuskan untuk ditangani kepolisian setempat. Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi DI Yogyakarta Pada Januari 2004, senilai Rp dana Matching Grant dari pemerintah kabupaten telah dicairkan oleh camat setempat (sekarang sudah ex.). Rp dari jumlah itu dicairkan secara ilegal dan digunakan untuk kepentingan pribadi. Pada Juni 2006, masyarakat, konsultan dan LSM lokal melaporkan hal ini ke kejaksaan di Merauke. Kepala kantor kejaksaan berjanji untuk menangani kasus tersebut. Namun, hingga akhir 2008 kasus ini masih stagnan. Kecamatan Assue, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Masalah penggelapan dana kredit mikro melibatkan anggota TPK, yang menjadi salah satu pemimpin kelompok dan kepala desa dari lima desa. Masalah ini melibatkan Rp Penanganan secara intensif oleh masyarakat dan konsultan lapangan berhasil menyelamatkan dana tersebut. Terakhir, nilai uang dikembalikan Rp Setelah negosiasi intensif, masyarakat menganggap masalah ini/ jumlah dana yang kembali terselesaikan. Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah

47 56 PNPM MANDIRI PERDESAAN 4.2. SUPERVISI KEUANGAN Melanjutkan pendekatan baru dalam kegiatan audit yang telah dilaksanakan sejak 2006, pada 2008 ini program melanjutkan memberikan peningkatan kapasitas konsultan/fasiliator dan staf UPK dalam memfasilitasi kegiatan supervisi keuangan dan audit internal. Pada 2008, program juga melakukan pemetaan terhadap UPK yang beroperasi di seluruh lokasi program guna mengetahui potensi dan kinerjanya. Sementara itu, guna mengukur keberhasilan implementasi program secara menyeluruh, pada 2008 juga dilakukan audit BPKP di lokasi program. Kegiatan Audit Internal Selama 2008, program memberikan on-the-job-training di bidang supervisi keuangan/audit melalui kegiatan Audit Bersama. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas konsultan dalam melaksanakan supervisi keuangan secara efektif dan dapat mentransfer kemampuan tersebut kepada masyarakat (UPK dan kelompok). Melalui kegiatan ini, masyarakat nantinya diharapkan memiliki kemampuan dan kapasitas dalam melakukan supervisi keuangan atau audit bagi programprogram pembangunan yang masuk ke wilayahnya di kemudian hari. Kegiatan ini juga diharapkan dapat menciptakan sistem audit internal, lengkap dengan mekanisme kontrol dan supervisi yang dapat diterapkan secara terintegrasi sampai ke tingkat kecamatan, guna mendorong penguatan praktik transparansi dan akutabilitas di lokasi program. Kegiatan ini dapat dikatakan berhasil, sehingga kegiatan monitoring dan evaluasi bidang keuangan secara internal, dilimpahkan kepada Unit Financial Management Support (FMS) sejak Pada 2008, kegiatan ini telah dilaksanakan di 30 provinsi. Pemetaan UPK Potensial Selain memberikan peningkatan kapasitas kepada para pelaku program dalam hal supervisi keuangan dan audit internal, program melakukan monitoring secara ketat terhadap kinerja UPK. Salah satunya melalui pemetaan UPK. Sebagaimana diketahui, UPK memiliki posisi sangat strategis dalam implementasi kegiatan pemberdayaan masyarakat ini. UPK yang berbaasis di setiap kecamatan program, merupakan unit pengelola kegiatan dan keuangan program. Tujuan utama dari pemetaan UPK ini adalah untuk mengetahui jenis dukungan apa yang perlu diberikan ke setiap UPK untuk meningkatkan kinerjanya. Pemetaan didasarkan pada kesehatan UPK secara keseluruhan, yang terdiri atas tiga aspek: 1) tingkat kualitas pinjaman; 2) produktivitas UPK atau potensi pendapatan dari jasa (bunga) dibanding total pinjaman masyarakat; serta 3) kualitas pengelolaan pinjaman dan administrasi umum. Per Desember 2008, program telah melakukan evaluasi terhadap UPK, termasuk UPK di lokasi phase out (tidak menerima dana BLM program lagi). Evaluasi menghasilkan empat kategori UPK, yakni A, B, C dan D. UPK A-B dinilai memiliki potensi berkembangan, sedangkan UPK C-D dinilai kurang berpotensi dan memerlukan ekstra pendampingan. Kategori Hasil Pemetaan UPK 2008 Jumlah A B 660 C 172 D 122 Kiri-Kanan: Konsultan melakukan audit internal pembukuan UPK di NAD;Salah satu UPK di Jawa Barat yang maju pesat dan telah memiliki kantor sendiri

48 PNPM MANDIRI PERDESAAN 57 Evaluasi Kesehatan UPK Bila UPK dapat mengelola keuangan dan kelompok dengan baik, diyakini UPK dapat mengakses dana dari sumber lain di masa depan, sehingga unit ini dapat terus hidup di tengah masyarakat. Untuk alasan inilah program melakukan sistem perankingan UPK dan evaluasi kesehatan UPK. Hasil dari evaluasi ini memberikan informasi UPK yang benar-benar sehat, juga siap diajak bekerjasama oleh pihak lain (donor/ investor) yang tertarik menanamkan modal, baik untuk mendukung kelestarian kelompok usaha mikro di perdesaan atau mitra kegiatan untuk tujuan komersil. Tingkat Kesehatan UPK 2008 Tingkat Jumlah Sehat Baik Tidak Sehat 193 Total Metodologi evaluasi meliputi dua aspek. Pertama, aspek kelembagaan guna melihat tingkat kematangan dan profesionalitas UPK. Aspek ini termasuk dukungan teknis, hukum dan dana dari institusi lain. Kedua adalah aspek kuantitatif, yang menyoroti kinerja keuangan, potensi dan kualitas utang/pinjaman, serta kemampuan pengelolaan aset. Hingga Desember 2008, dari UPK yang dievaluasi, diantaranya dinyatakan sehat secara finansial, baik. Hanya 193 UPK yang kondisi keuangannya buruk. UPK di Papua, Papua Barat dan Bengkulu belum dievaluasi. Sebagaimana dilaporkan, per 2008, UPK mengelola dan membina kelompok. Dengan demikian, kesehatan UPK menjadi sangat strategis. Apalagi, ditilik dari tingkat perkembangannya, UPK masih harus mengelola dan membina kelompok pemula. Kelompok pemula ini memerlukan pendampingan dan pengarahan yang lebih intensif dibanding kelompk berkembang ( kelompok) dan matang ( kelompok). Tingkat perkembangan kelompok ini didasarkan pada kriteria pengelolaannya. Kriteria Perkembangan Kelompok: 1. Ikatan pemersatu kelompok kuat, baik secara domisili dan kegiatan, juga lamanya waktu bergabung. 2. Memiliki kegiatan anggota dan intensif dijalanlankan untuk tujuan bersama; 3. Memiliki kepengurusan yang jelas, dengan jadwal rutin dan agenda pertemuan jelas; 4. Memiliki aturan kelompok: AD/ART yang dilaksanakan dengan baik; 5. Memiliki iuran wajib, iuran sukarena dan simpanan seba gai modal; 6. Memiliki administrasi kelompok/ laporan tertulis dan dipertanggung-jawabkan secara rutin Dari sisi pembinaan kelompok, kesehatan UPK juga menjadi penting, karena sudah terdapat kelompok yang bertindak sebagai executing. Kelompok executing ini adalah kelompok matang yang tidak hanya berperan sebagai penyalur pinjaman (channelling) ke para anggotanya, melainkan juga memiliki agenda dan rencana pengembangan kelompok. Kelompok executing ini umumnya mengelola dana yang dipinjam dari UPK dengan ketentuan yang disepakati anggotanya, misalnya menerapkan bunga lebih tinggi dari UPK. Selisih bunga ini akan dikumpulkan, kemudian setelah jumlahnya cukup, dana ini akan disalurkan ke anggota lain yang belum mendapat pinjaman UPK. Audit BPKP Berdasarkan Laporan Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) 2008, diketahui pada 2007, badan ini telah melakukan audit di 15% kecamatan lokasi PNPM-Perdesaan. Setiap tahun, BPKP memang mengalokasikan waktu untuk melakukan audit minimal di 15% lokasi program. Berdarakan Laporan BPKP, tidak ditemukan masalah berarti, meski demikian masalah administrasi keuangan dan pelanggaran prosedur program mendapat tekanan dan harus segera ditindaklanjuti. Kiri-Kanan: Kualitas partisipasi, prasarana dan ketersediaan informasi di Papan Informasi desa merupakan beberapa kegiatan yang diaudit BPKP

49 58 PNPM MANDIRI PERDESAAN 4.3. INDIKATOR KINERJA PNPM-PERDESAAN 2008 Realisasi INDIKATOR Target Proyek MASUKAN Jumlah kecamatan lokasi program 750 1,842 2,408 Jumlah desa dengan kegiatan 12,000 14,688 22,629 % perempuan dalam musyawarah desa 40% 44%Av. 49%Av. % BLM yang disalurkan 80% 1 86% 1 95% % desa dengan Tim Pemelihara 85% 100% 100% % desa dengan 3 (tiga) Peraturan Desa (Perdes) 85% 2 NA 2 NA % UPK yang mendapat pelatihan 75% 100% 100% KELUARAN EIRR terhadap investasi pembangunan > 30% 3 53% 3 53% % kegiatan selesai dan diserahterimakan (berdasarkan tipe, nilai, dll) 85% 97% 85% % kecamatan yang dikunjungi konsultan 50% 100% 100% % pengaduan yang diselesaikan, berdasarkan database 50% 55% 49,5% % desa dengan Perdes 65% NA NA % Musyawarah Antar-Desa yang diatur Perda 65% NA NA DAMPAK 1. Kemiskinan Jumlah penerima manfaat 12,000,000 14,951,052 22,825,930 % perempuan penerima manfaat 40% 50% 51% % kelompok miskin penerima manfaat 65% 63% 48% Jumlah Sekolah Dasar (SD) yang direhab 700 1,560 3, Pemerintahan Jumlah masalah yang diekspos 50 NA NA 3. Keberlanjutan % sarana prasarana yang dinilai Baik dan Sangat Baik 70% 65% 65% Jumlah UPK mengelola dana >Rp 100 juta 200 2,788 3,413 Kajian terhadap pemeliharaan jangka panjang 1 NA NA Kajian tentang pilihan-pilihan keberlanjutan keuangan 1 NA NA Catatan: Av: Average = rata-rata 1 Hasil/keluaran 2008 per Juni NA (Not Available): tinjauan masih berlangsung 3 Angka berdasarkan Economic Impact Analysis Kiri-Kanan: PNPM-Perdesaan memberi dampak positif pada perekonomian anggota masyarakat di NAD; juga tersedianya akses jalan/jembatan ke sumber ekonomi/ pendidikan/ kesehatan seperti di salah satu desa di Purakarta, Jawa Barat

50 V. TANTANGAN 2008

PNPM MANDIRI PERDESAAN

PNPM MANDIRI PERDESAAN PNPM MANDIRI PERDESAAN Oleh : DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA KEMENTERIAN DALAM NEGERI PNPM MANDIRI PERDESAAN Merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menurunkan kemiskinan dan pengangguran

Lebih terperinci

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Gambaran Umum Provinsi NTB Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terletak antara 115 45-119 10

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. TinjauanPustaka PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN POLA KHUSUS REHABILITASI PASCABENCANA

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN POLA KHUSUS REHABILITASI PASCABENCANA PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN POLA KHUSUS REHABILITASI PASCABENCANA A. PENDAHULUAN PNPM Mandiri Perdesaan adalah program nasional Pemerintah Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pemerintahan dari sentralistik ke desentralistik telah memberikan nuansa baru yang sama sekali berbeda

Lebih terperinci

TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A. 2010

TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A. 2010 Lampiran II Surat Menteri Dalam Negeri Nomor : 414.2/753/PMD Tanggal : 19 Pebruari 2010 TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A.

Lebih terperinci

KEBERLANJUTAN DAN PENATAAN KELEMBAGAAN PNPM MPd

KEBERLANJUTAN DAN PENATAAN KELEMBAGAAN PNPM MPd KEBERLANJUTAN DAN PENATAAN KELEMBAGAAN PNPM MPd DAMPAK PNPM MPd 2007 2014 FOKUS PRIORITAS INDIKATOR IMPACT GOAL Pembangunan Infrastruktur Perdesaan ( Pro Job & Pro poor) Terpenuhinya kebutuhan dan hak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditetapkan sebelumnya tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditetapkan sebelumnya tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas 2.1.1 Pengertian Efektivitas Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

Lebih terperinci

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI THIRD KECAMATAN DEVELOPMENT PROJECT

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI THIRD KECAMATAN DEVELOPMENT PROJECT LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI THIRD KECAMATAN DEVELOPMENT PROJECT DISUSUN OLEH : DIREKTORAT EVALUASI, AKUNTANSI DAN SETELMEN SUBDIREKTORAT MONITORING DAN EVALUASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengahtengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia masalah kemiskinan

Lebih terperinci

MATERI DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA. RAPAT DENGAR PENDAPAT DPR - RI Rabu, 16 Nopember 2011

MATERI DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA. RAPAT DENGAR PENDAPAT DPR - RI Rabu, 16 Nopember 2011 KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MATERI DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA RAPAT DENGAR PENDAPAT DPR - RI Rabu, 16 Nopember 2011 I. PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A. 2011

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Gambaran Umum Provinsi NTB Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terletak antara 115 45-119 10

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Sambutan Kata Pengantar I. GAMBARAN UMUM

Daftar Isi. Kata Sambutan Kata Pengantar I. GAMBARAN UMUM Daftar Isi Kata Sambutan Kata Pengantar I. GAMBARAN UMUM 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. 1.6. 1.7. Pendahuluan Sasaran Program Prinsip-prinsip PNPM-PPK Cakupan Wilayah dan Jumlah Konsultan PNPM-PPK di Lokasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Sari Surya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Sari Surya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan pada penelitian ini. Ada dua rujukan sebagai berikut: 1. Sari Surya, 2011 Yang pertama adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode tahun 1974-1988,

Lebih terperinci

Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015

Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015 Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015 PANDUAN PENGAKHIRAN SERTA PENATAAN DAN PENGALIHAN KEPEMILIKAN ASET HASIL KEGIATAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN (PNPM MANDIRI-PPK) POLA KHUSUS REHABILITASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan sturktural

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman - 1. Laporan SADI Provinsi NTT Bulan Maret 2009

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman - 1. Laporan SADI Provinsi NTT Bulan Maret 2009 RINGKASAN EKSEKUTIF Seluruh lokasi pilot program PNPM Agribisnis Perdesaan di 6 Kecamatan Provinsi NTT telah menyelesaikan alur/tahapan perencanaan pada bulan November 2008. Seluruh kecamatan telah melaksanakan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KERJA SAMA

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 3 Tahun : 2012 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN

Lebih terperinci

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI Penjelasan VI terdiri dari dua bagian, yaitu Penulisan Usulan Desa dan Verifikasi. Bagian penulisan usulan berisi penjelasan tentang cara menuliskan usulan

Lebih terperinci

PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR

PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR World Bank PNPM Support Facility (PSF) Gedung Bursa Efek Indonesia Tower 1, lantai 9 Jl. Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190

Lebih terperinci

PENJELASAN VII PEMANTAUAN, PENGAWASAN, EVALUASI, AUDIT, DAN PELAPORAN

PENJELASAN VII PEMANTAUAN, PENGAWASAN, EVALUASI, AUDIT, DAN PELAPORAN PENJELASAN VII PEMANTAUAN, PENGAWASAN, EVALUASI, AUDIT, DAN PELAPORAN Kegiatan pengendalian dalam PNPM Mandiri Perdesaan terdiri dari pemantauan, pengawasan, audit, evaluasi, dan pelaporan. Dalam buku

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015 BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KERJA SAMA ANTAR DESA DALAM RANGKA PELESTARIAN HASIL PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG . BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI MURUNG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, disahkan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, disahkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, disahkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan secara resmi mulai di implementasikan di tahun 2015. Undang-undang ini menghadirkan

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. merbau pada saat itu disebut Distrik Merbau dengan Ibu Negerinya Teluk

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. merbau pada saat itu disebut Distrik Merbau dengan Ibu Negerinya Teluk BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kecamatan Merbau Sebelum Indonesia merdeka Kecamatan Merbau berada dalam lingkungan pemerintahaan kerajaan siak yang berdiri sampai dengan tahun

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TERM OF REFERENCE (TOR) PENDAMPING DESA

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TERM OF REFERENCE (TOR) PENDAMPING DESA Lampiran-1 Surat Nomor : B.046/DPPMD/06/2015 Tanggal : 19 Juni 2015 KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

(PNPM-MP) adalah bagian dari upaya Pemerintah

(PNPM-MP) adalah bagian dari upaya Pemerintah BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG W/ W Menimbang Mengingat BADAN KERJASAMA ANTAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, a. bahwa Kebijakan Pokok

Lebih terperinci

PENDAMPING DESA. oleh: Ahmad Erani Yustika

PENDAMPING DESA. oleh: Ahmad Erani Yustika PENDAMPING DESA oleh: Ahmad Erani Yustika Direktur Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi 1 STATUS EX-PNPM MANDIRI PERDESAAN

Lebih terperinci

Bab 4 Menatap ke Depan: Perubahan Konteks Operasional

Bab 4 Menatap ke Depan: Perubahan Konteks Operasional Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Bab 4: Menatap ke Depan Bab 4 Menatap ke Depan: Perubahan Konteks Operasional Sejumlah proyek baru diharapkan dapat mendorong pengembangan ekonomi berkelanjutan di Aceh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan nasional pada usaha proaktif untuk meningkatkan peran

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan nasional pada usaha proaktif untuk meningkatkan peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Implementasi pembangunan di Indonesia merupakan bagian dari strategi untuk mencapai cita-cita nasional dalam mewujudkan masyarakat yang berkeadilan, makmur

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTRAIAN ASET HASIL KEGIATAN PROGRAM NASONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT-MANDIRI PEDESAAN DI KABUPATEN

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN SADI (Smallholder Agribusiness Development Initiative) BULAN : JANUARI 2009 RINGKASAN EKSEKUTIF

LAPORAN BULANAN PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN SADI (Smallholder Agribusiness Development Initiative) BULAN : JANUARI 2009 RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN BULANAN PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN SADI (Smallholder Agribusiness Development Initiative) BULAN : JANUARI 2009 RINGKASAN EKSEKUTIF Seluruh wilayah pilot program di empat provinsi sudah menyelesaikan

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2016

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2016 SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN HASIL KEGIATAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang indonesia terus melakukan upaya-upaya untuk menjadi negara maju, yaitu dengan terus melaksanakan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI W A L I K O T A K E D I R I PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI Menimbang WALIKOTA KEDIRI, : a. bahwa pelaksanaan pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN Kemiskinan di Indonesia merupakan kemiskinan multidimensi. Berbagai kebijakan pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan diarahkan ke dalam bentuk peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN YG MEMAHAMI & RESPONSIF THD KEBUTUHAN MASYARAKAT MASYARAKAT YANG MANDIRI & SEJAHTERA

PEMERINTAHAN YG MEMAHAMI & RESPONSIF THD KEBUTUHAN MASYARAKAT MASYARAKAT YANG MANDIRI & SEJAHTERA MENEMUKAN DAN MEMBIAYAI KEBUTUHAN MASYARAKAT DESA AKAN LISTRIK Pengalaman PNPM Mandiri Perdesaan (Program Pengembangan Kecamatan) Oleh: Prabawa Eka Soesanta DIREKTORAT JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1.1 Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Program Pengembangan Kecamatan (PPK) adalah salah satu program yang dicanangkan mulai tahun 1998 oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Keberhasilan Program pemberdayaan Masyarakat. dalam (power within), kekuasaan untuk (power to), kekuasaan atas (power

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Keberhasilan Program pemberdayaan Masyarakat. dalam (power within), kekuasaan untuk (power to), kekuasaan atas (power 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan. 1. Keberhasilan Program pemberdayaan Masyarakat Menurut Poerwoko (2012:110) Terkait dengan pemberdayaan masyarakat, keberhasilan dapat dilihat dari keberdayaan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERUMAHAN

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR Rancangan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Permasalahan kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.369, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata No.1359, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. Dana Desa. Penetapan. Tahun 2018. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 16 JANUARI 2014 Tema Prioritas Penurunan tingkat kemiskinan absolut dari 14,1% pada 2009 menjadi 8 10% pada akhir 2014, yang diikuti dengan: perbaikan distribusi perlindungan sosial, pemberdayaan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI MAJALENGKA Nomor : 11 TAHUN 2009 Tanggal : 26 Juni 2009 Tentang : PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2009.

PERATURAN BUPATI MAJALENGKA Nomor : 11 TAHUN 2009 Tanggal : 26 Juni 2009 Tentang : PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2009. LAMPIRAN I : PERATURAN BUPATI MAJALENGKA Nomor : 11 TAHUN 2009 Tanggal : 26 Juni 2009 Tentang : PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2009. PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD)

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Khaidar Syaefulhamdi Ependi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Khaidar Syaefulhamdi Ependi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan sosial. Maka dari itu, hasil dari pembangunan harus dinikmati oleh seluruh masyarakat

Lebih terperinci

KEGIATAN YANG DIDANAI SUMBER PENDANAAN UNIT. PEMANFAAT L/P/KM (...Orang) P2DTK (Rp) SWADAYA (Rp) KEGIATAN (Kode) KEGIATAN (UPKD...

KEGIATAN YANG DIDANAI SUMBER PENDANAAN UNIT. PEMANFAAT L/P/KM (...Orang) P2DTK (Rp) SWADAYA (Rp) KEGIATAN (Kode) KEGIATAN (UPKD... SURAT PENETAPAN BUPATI (SPB) TENTANG DANA ALOKASI KABUPATEN (DA-Kab) KABUPATEN... Nomor:..., tanggal... LAMPIRAN II PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- /PB/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.160.2015 KEMENDESA-PDT-TRANS. Desa. Pendampingan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia

Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia PAMUJI LESTARI Asisten Deputi Urusan Pemberdayaan Masyarakat selaku Sekretaris Pokja Pengendali PNPM Mandiri ARAHAN STRATEGIS PROGRAM

Lebih terperinci

Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013

Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013 Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013 DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN LATAR BELAKANG Pada Tahun

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548 /KMK

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548 /KMK KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548 /KMK.07/2003 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS NON DANA REBOISASI TAHUN ANGGARAN 2004 Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAGIRI

Lebih terperinci

TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2006

TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2006 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 124 /PMK.02/2005 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2006 Menimbang : a. bahwa sesuai dengan hasil

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera,

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera, KATA PENGANTAR Salam Sejahtera, Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan karunianya, penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENDAMPINGAN DESA DENGAN

Lebih terperinci

PTO PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN

PTO PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN PTO PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA I. KEBIJAKAN POKOK 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, masalah kemiskinan telah menjadi masalah internasional, terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah satu tujuan yang ingin dicapai

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya

KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN 2014-2015 Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya LINGKUP PAPARAN 1 Pendahuluan 2 Landasan Kebijakan 3 Arah

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk dapat mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk dapat mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya kesejahteraan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan kegiatan pembangunan nasional di Indonesia merupakan salah satu upaya untuk dapat mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015

Lebih terperinci

Perspektif Kemendes No. 3 Tahun 2015

Perspektif Kemendes No. 3 Tahun 2015 KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA Perspektif Kemendes No. 3 Tahun 2015 Disampaikan dalam Acara : Sosialisasi Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan Pasal 18 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa dalam rangka penyusunan Rancangan APBD diperlukan penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan harus memperhatikan segala sumber-sumber daya ekonomi sebagai potensi yang dimiliki daerahnya, seperti

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN A.1. Pelaksanaan PPK 1. Efektifitas Pemberdayaan dalam PPK a) Kesesuaian Pemberdayaan dengan dimensi Konteks Program pemberdayaan yang dilakukan: untuk penetapan

Lebih terperinci

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahasan utama dalam penelitian ini. Minimnya lapangan pekerjaan, pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahasan utama dalam penelitian ini. Minimnya lapangan pekerjaan, pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan masyarakat Indonesia pada saat ini dirasakan masih sangat memprihatinkan. Banyak masyarakat yang belum mendapatkan kesejahteraan yang layak atau sepenuhnya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBUATAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA ( RPJM-DESA ) DAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA ( RKP-DESA )

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN -1- PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2010

I. PENDAHULUAN -1- PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2010 LAMPIRAN I : PERATURAN BUPATI MAJALENGKA Nomor : 8 Tahun 2010 Tanggal : 6 Agustus 2010 Tentang : PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2010 PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD)

Lebih terperinci

MATRIKS AKTIVITAS PELAKSANAAN PPK DAN POTENSI MASALAH YANG DAPAT TERJADI

MATRIKS AKTIVITAS PELAKSANAAN PPK DAN POTENSI MASALAH YANG DAPAT TERJADI MATRIKS AKTIVITAS PELAKSANAAN PPK DAN POTENSI MASALAH YANG DAPAT TERJADI No BENTUK KEGIATAN ASPEK YANG DIPERHATIKAN POTENSI MASALAH PENGELOLAAN DANA PPK 1. Rekening tujuan kurang jelas dan tidak spesifik.

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 29 /PB/2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok Program Pengembangan Otonomi Daerah pada tahun 2004, yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2094,2014 KEMENDAGRI. Desa. Pembangunan. Pedoman. MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Salah satu tujuan Nasional Republik Indonesia yang ada pada Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum. Namun dalam upaya mencapai

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Proyek yang berfokus pada pemulihan masyarakat adalah yang paling awal dijalankan MDF dan pekerjaan di sektor ini kini sudah hampir

Lebih terperinci

I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM II. CAKUPAN PELAKSANAAN UJI PETIK III. HASIL UJI PETIK. 1. Capaian Umum

I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM II. CAKUPAN PELAKSANAAN UJI PETIK III. HASIL UJI PETIK. 1. Capaian Umum PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK KEGIATAN SIKLUS MASYARAKAT PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Periode : Bulan Juli - September 2010 I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM Dana BLM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beruntung (disadvabtaged groups), seperti orang miskin, orang dengan kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. beruntung (disadvabtaged groups), seperti orang miskin, orang dengan kecacatan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerjaan sosial adalah aktivitas kemanusiaan yang sejak kelahirannya sekian abad yang lalu telah memiliki perhatian yang mendalam pada pemberdayaan masyarakat, khususnya

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KERJASAMA ANTAR DESA DALAM RANGKA PELESTARIAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN

Lebih terperinci

Pelaksanaan program Pamsimas menggunakan pendekatan

Pelaksanaan program Pamsimas menggunakan pendekatan Bagaimana Kegiatan Dilaksanakan? Siswa-siswi SDN Kwangsan 02 di Kec. Jumapolo Kab. Karanganyar Jawa Tengah melakukan demo PHBS dalam rangkaian program Pamsimas. Pelaksanaan program Pamsimas menggunakan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) DESA TUNGU KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN

BAB III GAMBARAN UMUM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) DESA TUNGU KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN 30 BAB III GAMBARAN UMUM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) DESA TUNGU KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN A. Gambaran Umum Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) 1. Tempat Penelitian a. Letak Geografis

Lebih terperinci