BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN"

Transkripsi

1 BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN Kemiskinan di Indonesia merupakan kemiskinan multidimensi. Berbagai kebijakan pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan diarahkan ke dalam bentuk peningkatan kesejahteraan penduduk miskin. Upaya untuk mencapai sasaran tersebut diarahkan pada 4 fokus kebijakan pembangunan untuk menanggulangi kemiskinan, yaitu (1) perluasan akses masyarakat miskin atas pendidikan, kesehatan dan infrastruktur dasar; (2) perlindungan sosial; (3) penanganan masalah gizi kurang dan rawan pangan; serta (4) perluasan kesempatan berusaha. Sehubungan dengan itu, usaha untuk menanggulangi kemiskinan merupakan tanggung jawab bersama bagi seluruh pihak, baik instansi pemerintah, instansi swasta maupun masyarakat pada umumnya. I. Permasalahan yang Dihadapi Kemiskinan merupakan permasalahan sosial yang hadir di tengah-tengah kehidupan masyarakat Indonesia. Sampai saat ini jumlah penduduk miskin di Indonesia masih sangat besar. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar 37,17

2 juta atau 16,58 persen. Kondisi itu lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi pada bulan Maret 2006 yang berjumlah 39,3 juta atau 17,75 persen. Itu berarti jumlah penduduk miskin berkurang sebesar 2,13 juta. Batas garis kemiskinan pada bulan Maret 2007 adalah Rp per kapita per bulan, meningkat dari Rp per kapita per bulan pada bulan Maret Peranan komoditas yang mempengaruhi garis kemiskinan paling besar adalah beras. Harga beras cenderung mengalami fluktuasi sehingga mempengaruhi daya beli masyarakat miskin. Kondisi itu disebabkan oleh kemampuan produksi beras dalam negeri belum menjamin permintaan beras cukup secara nasional. Untuk itu, kecukupan cadangan beras akan terus dijaga untuk menjamin stabilitas harga beras. Tingginya jumlah penduduk miskin juga disebabkan oleh (1) penyebaran pembangunan yang belum merata terutama di perdesaan; (2) terbatasnya akses terhadap layanan dasar (kesehatan, pendidikan, perumahan, permukiman, infrastruktur, permodalan/kredit, dan informasi) dan bantuan sosial bagi masyarakat miskin; (3) masih terdapatnya kawasan kumuh yang luas dan kantong-kantong kemiskinan di perkotaan; (4) tingginya harga bahan kebutuhan pokok, terutama beras dengan kenaikan harga mencapai 33 persen pada tahun 2007 akibat dampak larangan impor beras; (5) rendahnya kapasitas dan produktivitas usaha serta keterbatasan akses terhadap sumber-sumber pendanaan; serta (6) lemahnya kelembagaan pengarusutamaan gender. Pemerintah terus berupaya melaksanakan program penanggulangan kemiskinan. Salah satunya adalah menyamakan persepsi penanggulangan kemiskinan dan menyinergikan berbagai kebijakan dan program yang terkait dengan upaya penanggulangan kemiskinan, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan daerah, lembaga-lembaga swadaya, maupun masyarakat luas. II. Langkah Kebijakan dan Hasil yang Dicapai Langkah yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi dan mengurangi jumlah penduduk miskin adalah melalui (1) perluasan akses masyarakat miskin atas pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dasar; (2) perlindungan sosial; (3) penanganan masalah 16-2

3 gizi kurang dan rawan pangan; dan (4) perluasan kesempatan berusaha. A. Perluasan Akses Masyarakat Miskin Atas Pendidikan, Kesehatan dan Infrastruktur Dasar 1. Peningkatan Akses dan Kualitas Pendidikan Sejalan dengan tujuan pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDGs) termasuk pencapaian target-targetnya sampai dengan 2015, pemerintah Indonesia sejak tahun 1994 menerapkan program wajib belajar sembilan tahun (wajar 9 tahun) sehingga semua anak di mana pun, baik laki-laki maupun perempuan dapat menyelesaikan pendidikan dasar. Untuk mendukung terwujudnya program itu, mulai bulan Juli 2005 pemerintah menyediakan dana bantuan operasional sekolah (BOS). Alokasi dana BOS pada tahun 2006 sebesar Rp10,2 triliun dan pada tahun 2007 meningkat menjadi Rp11,6 triliun. Selain digunakan untuk membiayai operasional sekolah, dana BOS juga digunakan untuk membantu anak-anak yang berasal dari keluarga miskin untuk memperoleh layanan pendidikan minimal sampai dengan tingkat SLTP. Pada tahun anggaran 2006, pemerintah mengalokasikan dana BOS untuk 39,8 juta peserta didik pada jenjang pendidikan dasar, yang mencakup SD, MI, SDLB, SMP, MTs, SMPLB, dan Pesantren Salafiyah, serta satuan pendidikan non-islam yang menyelenggarakan pendidikan dasar sembilan tahun. Kemudian meningkat pada tahun 2007 menjadi 41,3 juta peserta didik. Pada jenjang pendidikan menengah disediakan beasiswa untuk siswa miskin di SMA/SMK/MA bagi 692,6 ribu siswa. Dengan beasiswa yang lebih banyak dan lebih besar jumlahnya, diharapkan partisipasi penduduk miskin yang menempuh jenjang pendidikan menengah dapat ditingkatkan. Di samping itu, untuk siswa SLB, juga disediakan beasiswa tambahan bagi siswa dari keluarga tidak mampu. Selain itu, pada tahun 2007 upaya penuntasan Wajib Belajar Pendidikan dasar 9 tahun juga dilakukan melalui jalur pendidikan non formal diantaranya dengan melakukan pemberian biaya operasional penyelenggaraan (BOP) Paket A dan Paket B untuk orang dan orang, pemberian bantuan rintisan Paket A 16-3

4 untuk 600 orang, bantuan perluasan Paket A dan Paket B untuk orang, rintisan pangkalan belajar pendidikan kesetaraan untuk pulau terpencil, TKI perbatasan, perahu berjalan, dan bis berjalan untuk 900 orang. 2. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Pemerintah menyediakan anggaran kesehatan sebesar 2,55 persen dari total anggaran pendapatan belanjan negara (APBN) Tahun Upaya peningkatan pelayanan kesehatan dilakukan melalui (1) pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya, serta rawat inap kelas III di rumah sakit (RS); (2) peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dasar terutama di daerah perbatasan, terpencil, tertinggal, dan kepulauan. Puskesmas dan jaringan yang telah selesai dibangun, diperbaiki, dan ditingkatkan sebesar 60 persen; (3) pelatihan teknis bidan dan tenaga kesehatan untuk menunjang percepatan pencapaian MDGs. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan penduduk miskin adalah dengan memberikan kartu asuransi kesehatan bagi masyarakat miskin (Askeskin). Kartu Askeskin digunakan penduduk miskin untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan mendapatkan pelayanan rawat inap kelas III di RS. Jumlah RS yang telah melayani peserta Askeskin sebanyak 464 RS pemerintah dan RS TNI-Polri, serta 130 RS swasta. Jumlah keluarga miskin yang mendapatkan perlindungan pelayanan kesehatan dasar sebanyak 60 juta. Namun, penduduk miskin yang memanfaatkan puskesmas dan jaringannya hanya sebesar 15 persen. Dengan adanya Askeskin, diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas masyarakat miskin terhadap pelayanan kesehatan, dan menurunkan angka kematian ibu dan bayi, serta meningkatkan produktivitas dan mutu sumber daya manusia (SDM). 3. Peningkatan Sarana dan Prasarana Dasar bagi Masyarakat Miskin Akses penduduk miskin terhadap air bersih juga masih rendah. Untuk kuintil paling rendah, hanya 48 persen yang memiliki akses air bersih di daerah perdesaan, sedangkan untuk perkotaan 78 persen. Pembangunan prasarana dan sarana air minum juga telah dilakukan. Selama tahun telah dibangun prasarana dan sarana air 16-4

5 minum bagi 1,2 juta penduduk perdesaan dan 1,1 juta penduduk ibukota kecamatan. Hal itu akan ditingkatkan lagi bagi 1,5 juta penduduk perdesaan dan 1,4 juta penduduk ibukota kecamatan di tahun Proses penentuan jenis prasarana disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat melalui musyawarah desa. Hal itu sekaligus untuk memberdayakan masyarakat dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Pada tahun 2006, pemerintah telah membangun perumahan rakyat atau rumah sederhana sebanyak unit. Jumlah ini meningkat dari tahun 2004 yang berjumlah unit perumahan rakyat atau rumah sederhana. B. Perlindungan Sosial 1. Peningkatan Perlindungan kepada Keluarga Miskin, termasuk Perempuan dan Anak Pada tahun 2006 pemerintah masih melanjutkan pemberian subsidi langsung tunai (SLT) dengan sasaran rumah tangga miskin (RTM) sebanyak 19,1 juta RTM. Pemberian SLT itu dilakukan dengan tujuan menjaga daya beli RTM akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Dalam rangka memberikan perlindungan kepada keluarga miskin termasuk perempuan dan anak, pemerintah melakukan uji coba PKH yang dipersiapkan sebagai cikal bakal sistem penjaminan sosial pada masa depan. PKH adalah program yang memberikan bantuan tunai kepada RTSM. RTSM mempunyai kewajiban untuk memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), yaitu pendidikan dan kesehatan. Penerima bantuan PKH adalah RTSM yang memiliki anggota keluarga yang terdiri atas anak usia 0 15 tahun dan/atau ibu hamil/nifas. Peserta PKH akan menerima bantuan maksimal selama 6 tahun. Pada tahun 2007, pemerintah melaksanakan PKH di 7 provinsi pada 348 kecamatan (49 kabupaten) dengan target RTSM. Total dana yang dikeluarkan pemerintah untuk pelaksanaan PKH pada tahun 2007 sebesar Rp1 triliun. Pada tahun 2008, uji coba 16-5

6 PKH akan berlanjut untuk mengetahui dampaknya terhadap peningkatan kualitas hidup RTSM. Dengan rencana anggaran sebesar Rp1,1 triliun, perluasan uji coba PKH akan dilakukan secara terbatas. Peningkatan peran dan kualitas hidup perempuan dilakukan melalui penyusunan kebijakan, program, dan kegiatan afirmasi (affirmative actions) di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi, yang merupakan komponen gender-related development index (GDI). Hasil yang telah dicapai antara lain: (1) tercapainya peserta keluarga berencana baru (PB) miskin hingga April 2007 sekitar 3,2 juta; dan (2) terlaksananya pemberdayaan ekonomi keluarga melalui kelompok usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera (UPPKS) yang sampai triwulan pertama tahun 2007 beranggotakan 3,1 juta keluarga miskin dan 1,4 juta diantaranya mempunyai usaha. Anak-anak telantar dan anak jalanan pun tidak luput mendapat perhatian dari pemerintah melalui pelaksanaan pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak telantar di 31 provinsi, dan anak jalanan di 24 provinsi. 2. Peningkatan Perlindungan kepada Komunitas Miskin, Penyandang Masalah Sosial, dan Korban Bencana Berbagai upaya perlindungan sosial terhadap komunitas miskin terus dilakukan pemerintah melalui pemberdayaan dan peningkatan kapasitas fakir miskin. Pemberdayaan fakir miskin telah dilaksanakan melalui kegiatan sosialisasi program bantuan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) kepada KK menyebar di 33 provinsi. Pemberdayaan melalui bantuan UEP dimaksudkan untuk meningkatkan penghasilan ekonomi keluarga miskin sehingga dapat membantu mempercepat keluar dari kemiskinannya. Penerima bantuan UEP juga menerima santunan hidup yang ditujukan bagi KK, bantuan bahan bangunan rumah (BRR), dan bantuan perbaikan sarana lingkungan bagi 65 desa di daerah penerima program. Pemberdayaan dan perlindungan sosial bagi kelompok adat terpencil (KAT) dilaksanakan secara bertahap, yaitu tahap I sebanyak KK; tahap II sebanyak KK; dan tahap III sebanyak KK. Pemberdayaan KAT tahun 2006 diharapkan 16-6

7 dapat memberdayakan warga KAT sebanyak KK dengan kenaikan 5,19 persen dari tahun 2005 sebesar KK dari jumlah KK warga KAT yang belum diberdayakan di 28 provinsi. Bagi penyandang cacat, pemerintah memberikan layanan dan rehabilitasi sosial kepada orang melalui kegiatan rehabilitasi berbasis masyarakat, sedangkan bantuan dalam bentuk jaminan kesejahteraan sosial diberikan kepada orang di 5 provinsi dengan nilai sebesar Rp ,00 per bulan. C. Penanganan Masalah Gizi Kurang dan Rawan Pangan 1. Perbaikan Gizi Masyarakat Penanggulangan GAKY telah dilaksanakan di 272 kecamatan endemik berat (20 kabupaten) dan 197 kecamatan endemik sedang (36 kabupaten/kota). Penanggulangan GAKY diintegrasikan ke dalam penanggulangan kemiskinan secara nasional yang diarahkan kepada peningkatan perbaikan wilayah untuk membuka isolasi daerah disertai dengan peningkatan pendapatan, sehingga masyarakat tersebut mampu mengonsumsi bahan pangan dari luar daerah endemik GAKY. Asupan gizi masyarakat perdesaan mengalami peningkatan secara konsisten sejak tahun Selama periode 2004 hingga 2005, asupan energi meningkat dari kkal menjadi kkal atau sekitar 103,2 persen di atas normal angka kecukupan gizi (AKG). Begitu juga dengan asupan protein meningkat dari 53,7 gram menjadi 55,3 gram, atau sekitar 106,3 persen di atas AKG. Sementara itu, selama periode 2004 sampai 2005, skor pola pangan harapan (PPH) masyarakat perdesaan meningkat dari 74 menjadi 77,6. 2. Peningkatan Ketahanan Pangan Pangan merupakan salah satu kebutuhan mendasar manusia. Namun, masih banyak penduduk yang belum dapat memenuhi kebutuhan pokoknya. Dalam rangka pemenuhan hak dan kebutuhan pangan bagi masyarakat miskin, pemerintah melaksanakan program beras untuk keluarga miskin (Raskin). Tujuan program Raskin 16-7

8 adalah mengurangi beban pengeluaran keluarga miskin melalui pemberian bantuan sebagian kebutuhan pangan dalam bentuk beras. Anggaran subsidi untuk Raskin tahun 2006 dialokasikan sebesar Rp5,32 triliun dengan jumlah sasaran penerima manfaat mencapai 10,83 juta KK. Jumlah itu lebih besar jika dibandingkan dengan tahun 2005 yang dialokasikan sebesar Rp4,68 triliun dengan jumlah sasaran penerima sebanyak 8,3 juta KK, sedangkan sasaran program Raskin untuk tahun 2007 sebanyak 15,8 juta RTM. Tiaptiap RTM mendapatkan beras sejumlah 10 kg per RTM per bulan selama 12 bulan dengan harga Rp1.000,00 per kg. D. Perluasan Kesempatan Berusaha 1. Peningkatan Dukungan Pengembangan Usaha bagi Masyarakat Miskin Pengembangan usaha bagi masyarakat miskin dilakukan untuk meningkatkan pendapatan mereka. Berbagai usaha telah dilakukan dan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. Upaya penanggulangan kemiskinan untuk rumah tangga petani telah dilakukan, antara lain, melalui pemberian kemudahan dalam akses modal yang diwujudkan dalam proyek Peningkatan Pendapatan Petani/Nelayan Kecil (P4K) yang telah dilaksanakan dari tahun 1998 sampai dengan 2006, serta pemberian kredit dengan bunga subsidi pemerintah untuk usaha tani, seperti kredit ketahanan pangan (KKP) yang masih berlangsung hingga saat ini. Pemerintah telah menyalurkan dana penjaminan sebesar Rp345,6 miliar, dengan rasio jaminan terhadap pinjaman 1 berbanding 2,5 melalui skema Program Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro (P3KUM). 2. Peningkatan Sinergi dan Optimalisasi Upaya Pemberdayaan Masyarakat Pemerintah telah mengonsolidasikan program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat yang dijalankan oleh kementerian dan lembaga ke dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Penyelesaian 16-8

9 permasalahan kemiskinan yang ada diharapkan dapat mempercepat upaya pengurangan jumlah penduduk miskin dan peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia yang berada dalam kategori miskin. 1. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri PNPM merupakan payung kebijakan program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM juga merupakan instrumen program untuk percepatan pencapaian MDGs sampai tahun Tujuan umum PNPM adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin dan meningkatkan kesempatan kerja. Pemanfaat langsung PNPM adalah (1) kelompok masyarakat miskin di perdesaan dan perkotaan; (2) kelompok penganggur dan pencari kerja di perdesaan dan perkotaan; (3) kelembagaan masyarakat di perdesaan dan perkotaan; dan (4) kelembagaan pemerintahan lokal. Pada tahun 2007 pelaksanaan PNPM menggunakan mekanisme Program Pengembangan Kecamatan (PPK) untuk daerah perdesaan dan mekanisme Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) untuk daerah perkotaan dengan jumlah lokasi sebanyak 1993 kecamatan di perdesaan dan 838 kecamatan di perkotaan. Total bantuan yang akan disalurkan untuk kegiatan PNPM tahun 2007 sebesar Rp3,8 triliun. Pada tahun 2008, PNPM Mandiri diprioritaskan untuk menyelesaikan masalah kemiskinan di daerah tertinggal. Untuk itu, PNPM akan diperluas melibatkan Program Pengembangan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK), dan Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), serta diperkuat oleh berbagai program pemberdayaan masyarakat lainnya yang dilaksanakan oleh departemen sektor. Pengintegrasian berbagai program pemberdayaan masyarakat ke dalam kebijakan PNPM Mandiri tersebut akan memperluas cakupan pembangunan hingga ke daerah-daerah tertinggal dan terpencil. Dengan anggaran yang direncanakan sebesar Rp7,01 triliun, PNPM ditargetkan akan mencakup desa 16-9

10 16-10 tertinggal dan kelurahan di kecamatan pada tahun Program Pengembangan Kecamatan (PPK) PPK merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan, memperkuat institusi lokal, dan memperbaiki kinerja pemerintah daerah. PPK memusatkan kegiatannya kepada masyarakat perdesaan Indonesia yang paling miskin, melalui penyediaan pendanaan (dana hibah) dan bantuan teknis kepada masyarakat desa agar dapat terlibat dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan yang partisipatif. Pada tahun 2006, PPK mendanai sebanyak kegiatan di kecamatan, dengan total BLM senilai Rp1,52 triliun (setara 168,9 juta dolar AS, dengan kurs Rp9.000,00). Jumlah tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2005, dan PPK telah mendanai lebih dari kegiatan, melalui pelaksanaan PPK II dan PPK III yang berlangsung pada tahun tersebut. Pelaksanaan kegiatan di lokasi pascabencana, seperti di NAD, dengan dukungan dana hibah dari sejumlah lembaga donor yang tergabung dalam multi donor trust fund (MDTF) memberi kontribusi yang besar dalam jumlah kegiatan yang dilaksanakan pada tahun Untuk tahun 2007 telah dialokasikan sebesar Rp1.994 miliar untuk mencapai sasaran sebanyak 1993 kecamatan. Dari tahun 1998 sampai 2006 PPK telah menjangkau desa termiskin di Indonesia, yang mencakup lebih dari separuh desa di seluruh Indonesia atau 54 persen total desa di Indonesia. Secara akumulatif program itu telah mendanai sebanyak kegiatan masyarakat di perdesaan. Jumlah tersebut di luar kegiatan pemberian paket beasiswa atau kegiatan dalam bidang pendidikan. PPK telah mendanai lebih dari kegiatan prasarana, ekonomi, dan sosial di seluruh Indonesia, yaitu dibangun atau ditingkatkan jalan, dibangun atau direkonstruksi jembatan, dibangun sistem irigasi,

11 9.241 unit air bersih, dan unit MCK. Untuk pendidikan, telah dibangun dan direnovasi sekolah; disediakan alat dan materi penunjang belajar-mengajar; dan diberikan lebih dari beasiswa pendidikan untuk perseorangan. Untuk kesehatan, telah dibangun dan direnovasi unit sarana dan pos kesehatan. 3. Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) P2KP merupakan program pemerintah yang secara substansi berupaya dalam penanggulangan kemiskinan melalui konsep pemberdayaan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat sehingga dapat terbangun "gerakan kemandirian penanggulangan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan" yang bertumpu pada nilai-nilai luhur dan prinsip-prinsip universal. P2KP dimulai sejak tahun 1999 yang pada awalnya dilaksanakan dalam rangka menanggulangi kemiskinan sebagai akibat krisis ekonomi tahun kemudian berkembang menjadi krisis multidimensi. P2KP dilaksanakan dalam beberapa tahapan. P2KP-1 dilaksanakan dari tahun di 6 provinsi, yang tersebar di wilayah pantura Jawa, Kabupaten Bandung dan Kota Bandung, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Malang dan Kota Malang, dengan lokasi sasaran kelurahan. P2KP-2 dilaksanakan dari tahun di 13 provinsi yang tersebar di Pulau Kalimantan (kecuali Kalimantan Timur), Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, dan Pulau Jawa bagian selatan dengan lokasi sasaran kelurahan. P2KP-3 dilaksanakan dari tahun di 15 provinsi yang tersebar di Pulau Sumatera, Kalimantan Timur, NTT, Maluku, Maluku Utara, Irian Jaya Barat, dan Papua dengan lokasi sasaran kelurahan. Dalam kurun waktu , jumlah BLM yang telah disalurkan melalui skema P2KP senilai Rp1,7 triliun dengan sasaran 240 kabupaten/kota, kecamatan,

12 16-12 kelurahan, dan 46 juta penduduk. Untuk tahun 2007, telah dialokasikan sebesar Rp1.841 miliar untuk mencapai sasaran sebanyak 838 kecamatan. 4. Pemberdayaan Masyarakat untuk Pembangunan Desa (PMPD) Proyek Pemberdayaan Masyarakat untuk Pembangunan Desa (PMPD) bertujuan untuk mengentaskan masyarakat miskin perdesaan, khususnya masyarakat miskin yang tinggal di dekat pusat pertumbuhan, melalui upaya berikut ini: (1) memberdayakan masyarakat desa dengan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam merencanakan, mengelola kegiatan pembangunan desanya, dan meningkatkan kapasitas aparat pemerintah dalam memfasilitasi pembangunan perdesaan; dan (2) mendukung kegiatan investasi lokal serta meningkatkan keterkaitan perdesaan-perkotaan dengan membangun sarana dan prasarana perdesaan yang dibutuhkan untuk mengembangkan produktivitas usaha skala kecil dan mikro. Sampai dengan tahun 2007, program itu telah mencapai sasaran 6 provinsi, 12 kabupaten/kota, 76 kecamatan, dan 543 desa. PMPD akan berakhir pada tahun Diharapkan sasaran yang telah ditetapkan akan dapat dicapai pada akhir program. 5. Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) PEMP merupakan salah satu upaya mereduksi penyebab internal problematik ketidakberdayaan masyarakat pesisir. PEMP dilaksanakan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan yang bertujuan (1) mereduksi pengaruh kenaikan BBM terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir melalui peningkatan dan penciptaan usaha produktif secara berkesinambungan; (2) meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat; (3) memperkuat kelembagaan ekonomi masyarakat, baik makro maupun mikro, dalam mendukung pembangunan daerah; dan (4) mendorong

13 bergeraknya mekanisme manajemen pembangunan masyarakat yang partisipatif dan transparan. Sampai dengan tahun 2006, PEMP telah menjangkau 297 kabupaten/kota pesisir dengan terbentuknya 277 unit lembaga keuangan mikro (LKM) dan 278 unit koperasi dengan alokasi dana untuk kurun waktu sejumlah Rp311,8 milyar. BLM kepada nelayan dan masyarakat pesisir yang ditujukan untuk menekan biaya produksi dilakukan dengan beberapa upaya yaitu (1) melalui pembangunan Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) di 148 titik lokasi yang telah beroperasi di 112 kabupaten/kota dan (2) pembangunan kedai pesisir sebanyak 196 unit di 168 kabupaten/kota sampai Juni III. Tidak Lanjut yang Diperlukan Berdasarkan permasalahan yang ada dan tantangan yang akan dihadapi, maka tindak lanjut yang diperlukan untuk mencapai tujuan penanggulangan kemiskinan secara umum adalah sebagai berikut: a) mendesain program penanggulangan kemiskinan lebih bersifat pro-poor (berpihak pada rakyat miskin) dengan mengacu pada empat fokus, yaitu (1) memperluas akses masyarakat miskin atas pelayanan pendidikan, kesehatan dan infrastruktur; (2) membangun dan menyempurnakan sistem perlindungan sosial bagi masyarakat miskin; (3) mengatasi masalah gizi kurang dan rawan pangan; dan (4) mengharmonisasikan program pemberdayaan masyarakat sebagai upaya memperluas kesempatan berusaha. Terkait dengan upaya tersebut diatas, masih diperlukan perbaikan dalam penentuan target penerima manfaat program penanggulangan kemiskinan. Selain itu, di dalam setiap program perlu dilengkapi oleh strategi untuk keberlanjutan dari kemandirian masyarakat; b) menurunnya angka kemiskinan merupakan prioritas utama dalam rencana kerja pemerintah tahun 2007 sehingga banyak pihak memfokuskan pada kegiatan-kegiatan yang terkait dengan kemiskinan; sebagai akibatnya, banyak program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan tersebar di berbagai 16-13

14 kementerian dan lembaga pemerintah; untuk itu, diperlukan adanya koordinasi dan sinkronisasi program penanggulangan kemiskinan. Dengan demikian, penurunan angka kemiskinan dapat terwujud sesuai dengan target pemerintah; c) Untuk mendukung kedua upaya di atas, monitoring dan evaluasi program-program penanggulangan kemiskinan perlu diperkuat. Tujuan monitoring dan evaluasi diarahkan untuk menilai ketepatan target penerima manfaat program dan efektivitas program dalam menyelesaikan masalah-masalah kemiskinan

BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN Kemiskinan merupakan masalah multidimensi dan lintas sektor yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain: tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan,

Lebih terperinci

BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN I. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI Sejalan dengan upaya mendorong peningkatan kesejahteraan penduduk miskin dalam rangka menikmati pertumbuhan ekonomi yang semakin berkualitas,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah kemiskinan masih tetap menjadi masalah fenomenal yang masih belum dapat terselesaikan hingga

Lebih terperinci

DISPARITAS KEMISKINAN MASIH TINGGI - SEPTEMBER 2012

DISPARITAS KEMISKINAN MASIH TINGGI - SEPTEMBER 2012 DISPARITAS KEMISKINAN MASIH TINGGI - SEPTEMBER 2012 DKI JAKARTA BALI KALIMANTAN SELATAN BANGKA BELITUNG BANTEN KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN TIMUR KEPULAUAN RIAU SULAWESI UTARA KALIMANTAN BARAT SUMATERA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Masih tingginya angka kemiskinan, baik secara absolut maupun relatif merupakan salah satu persoalan serius yang dihadapi bangsa Indonesia hingga saat ini. Kemiskinan

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Lintas Bidang Penanggulangan Kemiskinan II.1.M.B-1. (dalam miliar rupiah)

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Lintas Bidang Penanggulangan Kemiskinan II.1.M.B-1. (dalam miliar rupiah) MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN Bidang: Lintas Bidang Penanggulangan Kemiskinan (dalam miliar rupiah) No 2012 2013 2014 I. Prioritas: Penanggulangan Kemiskinan A. Fokus Prioritas: Peningkatan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 16 JANUARI 2014 Tema Prioritas Penurunan tingkat kemiskinan absolut dari 14,1% pada 2009 menjadi 8 10% pada akhir 2014, yang diikuti dengan: perbaikan distribusi perlindungan sosial, pemberdayaan

Lebih terperinci

MDGs. Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan. dalam. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007

MDGs. Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan. dalam. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007 MDGs dalam Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007 1 Cakupan Paparan I. MDGs sebagai suatu Kerangka untuk

Lebih terperinci

BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN Dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009, definisi kemiskinan adalah kondisi yang membuat seseorang atau sekelompok orang, laki-laki

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 6.1. STRATEGI Untuk mewujudkan visi dan misi daerah Kabupaten Tojo Una-una lima tahun ke depan, strategi dan arah

Lebih terperinci

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan, CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP 2013 A. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan September 2011 sebesar 29,89 juta orang (12,36 persen).

Lebih terperinci

Appendix 1. The Process of Deriving Macropropositions

Appendix 1. The Process of Deriving Macropropositions Appendix 1 The Process of Deriving Macropropositions The following Tables are the detail process of deriving macropropositions from the relevant paragraphs. They cover the comprehensive process of deriving

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL A. KONDISI UMUM Pelaksanaan pembangunan bidang kesejahteraan sosial selama periode 2001-2004 memperlihatkan kondisi yang menggembirakan, terutama

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto F.1306618 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. TinjauanPustaka PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a.bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT DEPUTI BIDANG KEMISKINAN, KETENAGAKERJAAN, DAN UKM BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BAPPENAS Rapat Koordinasi Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengahtengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia masalah kemiskinan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA Abstrak Upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia telah menjadi prioritas di setiap era pemerintahan dengan berbagai program yang digulirkan. Pengalokasian anggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan menurut Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia (TKPKRI, 2008) didefinisikan sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL A. KONDISI UMUM Pelaksanaan pembangunan bidang kesejahteraan sosial selama periode 2001-2004

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG TAHUN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG TAHUN SALINAN NOMOR 28, 2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG TAHUN 2013 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PRIORITAS 4 MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2011 WILAYAH SULAWESI DALAM JUTA RUPIAH

PRIORITAS 4 MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2011 WILAYAH SULAWESI DALAM JUTA RUPIAH PRIORITAS 4 MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2011 WILAYAH SULAWESI DALAM JUTA RUPIAH NO. ARAH KEBIJAKAN STRATEGI PENGEMBANGAN 1 Provinsi Sulawesi Utara 1. Pengembangan kawasan perbatasan sebagai beranda

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut : IKHTISAR EKSEKUTIF Sistem AKIP/LAKIP Kabupaten Sukabumi adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban yang baik, transparan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi hak

Lebih terperinci

RANGKUMAN HASIL SIDANG KELOMPOK Prioritas 4 : Penanggulangan Kemiskinan Prioritas 10 : Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, & Paska Konflik

RANGKUMAN HASIL SIDANG KELOMPOK Prioritas 4 : Penanggulangan Kemiskinan Prioritas 10 : Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, & Paska Konflik RANGKUMAN HASIL SIDANG KELOMPOK Prioritas 4 : Penanggulangan Kemiskinan Prioritas 10 : Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, & Paska Konflik WILAYAH : Sumatera A Hari/ Tanggal : Sabtu/01 Mei 2010 Sesi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013

Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013 Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013 DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN LATAR BELAKANG Pada Tahun

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015

Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015 Rapat Koordinasi TKPK Tahun 2015 dengan Tema : Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015 Soreang, 27 November 2015 KEBIJAKAN PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN Peraturan Presiden

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM

STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM Deputi Meneg PPN/Kepala Kepala Bappenas Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan UKM Rakornas Gubernur dan Bupati/Walikota dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode tahun 1974-1988,

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT INSTRUKSI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT, Dalam rangka mempercepat pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dan sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

Lebih terperinci

Program Kompensasi Penyesuaian Subsidi Bahan Bakar Minyak 2013

Program Kompensasi Penyesuaian Subsidi Bahan Bakar Minyak 2013 Program Kompensasi Penyesuaian Subsidi Bahan Bakar Minyak 2013 Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013 semula masih memberikan alokasi yang cukup besar terhadap subsidi energi, termasuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAGIAN PERTAMA PRIORITAS NASIONAL DAN BAB 1 PENDAHULUAN PRIORITAS NASIONAL LAINNYA

DAFTAR ISI BAGIAN PERTAMA PRIORITAS NASIONAL DAN BAB 1 PENDAHULUAN PRIORITAS NASIONAL LAINNYA DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAGIAN PERTAMA PRIORITAS NASIONAL BAB 1 PENDAHULUAN... 1-1 BAB 2 PRIORITAS NASIONAL DAN PRIORITAS NASIONAL LAINNYA.... 2-1 A. PRIORITAS NASIONAL 2.1 PRIORITAS NASIONAL 1: REFORMASI

Lebih terperinci

Pemerintah Daerah Provinsi Bali BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

Pemerintah Daerah Provinsi Bali BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan serta pencapaian target-target pembangunan pada tahun 2016, maka disusun berbagai program prioritas yang

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

: PERATURAN GUBERNUR TENTANG ARAH, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

: PERATURAN GUBERNUR TENTANG ARAH, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN. 2 6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara; 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 53 TAHUN 2007 TENTANG ARAH, KEBIJAKAN DAN STRATEGl PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan. Pembangunan sudah menjadi bagian dari proses terbentuknya peradaban manusia. Tujuan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan dasar dan paling essensial dari pembangunan tidak lain adalah mengangkat kehidupan manusia yang berada pada lapisan paling bawah atau penduduk miskin, kepada

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka mempercepat pembangunan Provinsi

Lebih terperinci

Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bidang Kemiskinan,Ketenagakerjaan dan UKM

Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bidang Kemiskinan,Ketenagakerjaan dan UKM Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bidang Kemiskinan,Ketenagakerjaan dan UKM Lokakarya Nasional PNPM Mandiri Perkotaan-ICDD Jakarta, 9 Februari 2011 Arah Kebijakan Penanggulangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka mempercepat pembangunan Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan desa merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, dengan demikian pembangunan desa mempunyai peranan yang penting dan bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat kompleks. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan yang meluas merupakan tantangan terbesar dalam upaya Pembangunan (UN, International Conference on Population and Development, 1994). Proses pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi hak

Lebih terperinci

KONSOLIDASI KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN PUSAT DAERAH

KONSOLIDASI KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN PUSAT DAERAH SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KONSOLIDASI KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN PUSAT DAERAH DISAMPAIKAN OLEH : DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan. Kemiskinan telah ada sejak lama pada hampir semua peradaban manusia. Pada setiap belahan dunia dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian proses multidimensial yang berlangsung secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu terciptanya

Lebih terperinci

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 PRIORITAS 4 Tema Prioritas Penanggung Jawab Bekerjasama dengan PROGRAM AKSI BIDANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN Penurunan tingkat kemiskinan absolut dari 14,1% pada 2009 menjadi

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2013 BAB IV 1 Tabel 4.1 Hubungan Visi/Misi dan Tujuan/Sasaran Pembangunan No Visi / Misi Tujuan Sasaran 1 2 3 4 Misi : 1 Mengembangkan Masyarakat Lombok Barat yang

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) I. Pendahuluan II. III. IV. Pangan dan Gizi Sebagai Investasi Pembangunan Analisis Situasi Pangan dan Gizi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN 2 010 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya seperti Indonesia. Kemiskinan seharusnya menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya seperti Indonesia. Kemiskinan seharusnya menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah lama yang pada umumnya dihadapi hampir di semua negara-negara berkembang, terutama negara yang padat penduduknya seperti Indonesia.

Lebih terperinci

APBN 2008 dan Program Kompensasi. Freddy H. Tulung Dirjen SKDI

APBN 2008 dan Program Kompensasi. Freddy H. Tulung Dirjen SKDI APBN 2008 dan Program Kompensasi Freddy H. Tulung Dirjen SKDI 1 Filosofi Kebijakan Pemerintah Kebijakan yang populer belum tentu benar, kebijakan yg benar tidak selamanya populer Ekonomi negara harus dikelola

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

RISALAH KESEPAKATAN PEMBAHASAN SIDANG KELOMPOK MUSRENBANG NASIONAL TAHUN 2010

RISALAH KESEPAKATAN PEMBAHASAN SIDANG KELOMPOK MUSRENBANG NASIONAL TAHUN 2010 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (MUSRENBANGNAS) TAHUN 2010 Jakarta, 28 April-1 Mei 2010 RISALAH KESEPAKATAN PEMBAHASAN SIDANG KELOMPOK

Lebih terperinci

BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL Perlindungan dan kesejahteraan sosial diperlukan bagi seluruh rakyat Indonesia untuk meningkatkan kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat.

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH MALUKU 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah Meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kehidupan yang baik merupakan kehendak manusia yang paling hakiki. Tiada satu pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang dijalaninya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. 1 Universitas Indonesia. Analisis pelaksanaan..., Rama Chandra, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. 1 Universitas Indonesia. Analisis pelaksanaan..., Rama Chandra, FE UI, 2010. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kemiskinan yang dihadapi, terutama, oleh negara-negara yang sedang berkembang, memang sangatlah kompleks. Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) adalah program nasional yang menjadi kerangka dasar dan acuan pelaksanaan program-program pengentasan

Lebih terperinci

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Gambaran Umum Provinsi NTB Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terletak antara 115 45-119 10

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN NEGARA. APBN Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4848)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN NEGARA. APBN Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4848) No. 63, 2008 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN NEGARA. APBN 2008. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4848) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.A TARGET KINERJA PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN TAHUN 2011

MATRIKS 2.2.A TARGET KINERJA PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN TAHUN 2011 MATRIKS 2.2.A TARGET KINERJA PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN TAHUN 2011 Bidang: Lintas Bidang Penanggulangan Kemiskinan No /Fokus /Kegiatan I. : Penanggulangan Kemiskinan A. Fokus :

Lebih terperinci

STRATEGI NASIONAL RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL TAHUN

STRATEGI NASIONAL RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL TAHUN KEMENTERIAN DESA, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN NASIONAL PERCEPATAN TAHUN 2015-2019 ? adalah daerah kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK IND()NESIA BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

PRESIDEN REPUBLIK IND()NESIA BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL REPUBLIK IND()NESIA BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAB 28 PENINGKATAN PE RLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL A. KONDISI UMUM Pembangunan kesejahteraan sosial di Indonesia saat

Lebih terperinci

SALINAN WALIKOTA LANGSA,

SALINAN WALIKOTA LANGSA, SALINAN QANUN KOTA LANGSA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar favorit. Pada lembaga persekolahan ini tidak cukup ruang bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dasar favorit. Pada lembaga persekolahan ini tidak cukup ruang bagi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, ada kecenderungan bahwa program pendidikan dasar yang bermutu hanya diorientasikan untuk orang dan kelompok tertentu, terutama pada institusi pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk miskin di Indonesia berjumlah 28,55 juta jiwa dan 17,92 juta jiwa diantaranya bermukim di perdesaan. Sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencarian

Lebih terperinci

DIAKUI RAWAN DISELEWENGKAN, DANA BANSOS NAIK RP4 TRILIUN. radiotrendyfm.com

DIAKUI RAWAN DISELEWENGKAN, DANA BANSOS NAIK RP4 TRILIUN. radiotrendyfm.com DIAKUI RAWAN DISELEWENGKAN, DANA BANSOS NAIK RP4 TRILIUN radiotrendyfm.com Kendati dianggap sering diselewengkan, anggaran Bantuan Sosial i (Bansos) tetap naik tahun depan. Dalam RAPBN 2013, pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sebagai suatu proses berencana dari kondisi tertentu kepada kondisi yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan tersebut bertujuan

Lebih terperinci

5.1. VISI MEWUJUDKAN KARAKTERISTIK KABUPATEN ENDE DENGAN MEMBANGUN DARI DESA DAN KELURAHAN MENUJU MASYARAKAT YANG MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN

5.1. VISI MEWUJUDKAN KARAKTERISTIK KABUPATEN ENDE DENGAN MEMBANGUN DARI DESA DAN KELURAHAN MENUJU MASYARAKAT YANG MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Mengacu kepada arah pembangunan jangka panjang daerah, serta memerhatikan kondisi riil, permasalahan, dan isu-isu strategis, dirumuskan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi kehilangan terhadap sumber-sumber pemenuhan kebutuhan dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah dan panjang garis pantai mencapai 104.000 km. Total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK)

BAB I PENDAHULUAN. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) atau Support for Poor and Disadvantaged Area (SPADA) merupakan salah satu program dari pemerintah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera,

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera, KATA PENGANTAR Salam Sejahtera, Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan karunianya, penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci