METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Objek Penelitian Batasan Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Objek Penelitian Batasan Penelitian"

Transkripsi

1 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta. Penelitian dilaksanakan mulai Juli sampai dengan September Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah lahan kebun campuran dan daerah aliran sungai sekitar kebun campuran. Penelitian dilakukan terhadap petani kebun campuran (pemilik kebun campuran) dan non petani kebun campuran (bukan pemilik kebun campuran) selaku responden. Batasan Penelitian 1. Sistem agroforestry kebun campuran adalah sistem yang memadukan berbagai tanaman kayu, tanaman buah dan tanaman pertanian. Penilaian ekonomi yang dilakukan meliputi nilai guna langsung (NGL) berupa nilai produksi tanaman kayu, tanaman buah dan tanaman pertanian, nilai guna tidak langsung (NGTL) berupa nilai hidrologi yang terdiri atas nilai pencegahan erosi dan nilai kualitas air, dan nilai pilihan (Npil). Nilai ekonomi sistem agroforestry kebun campuran secara keseluruhan diformulasikan sebagai berikut: NE = NGL + NGTL + Npil NE = Nproduksi + Nhidrologi + Npil NE = [NT K + NT B + NT P ]+ [Nka+Npe] + Npil Dalam hal ini: NGL = Nilai Guna Langsung berupa nilai produksi terdiri atas: NT K = Nilai produksi tanaman kayu NT B = Nilai produksi tanaman buah NT P = Nilai produksi tanaman pertanian NGTL = Nilai Guna Tidak Langsung berupa nilai hidrologi terdiri atas: Nka = Nilai kualitas air Npe = Nilai pencegahan erosi Npil = Nilai pilihan.

2 44 2. Nilai guna langsung kebun campuran berupa nilai produksi adalah seluruh nilai manfaat yang diperoleh dari jenis-jenis tanaman yang terdapat pada lahan agroforestry kebun campuran berupa barang yang dapat dinilai dengan harga pasar atau juga nilai penggunaan bagi seseorang atau kelompok tertentu. Harga yang digunakan adalah harga pada saat dilakukan penelitian. 3. Nilai guna tidak langsung kebun campuran berupa nilai hidrologi 1) Nilai pencegahan erosi merupakan nilai kemampuan lahan agroforestry kebun campuran dalam menahan laju erosi. Nilai pencegahan erosi diidentifikasi melalui pendekatan produktifitas dengan mengembalikan kandungan unsur hara yang hilang akibat erosi melalui penggunaan pupuk sehingga dapat mempertahankan produktifitas. 2) Nilai kualitas air diperoleh dari kesediaan membayar masyarakat untuk kualitas air yang dihasilkan dari keberadaan lahan agroforestry kebun campuran sebagai pendukung tata air. Nilai kualitas air diidentifikasi melalui pendekatan kandungan sedimen terlarut dalam air karena erosi berpengaruh terhadap sedimen dalam badan air (konsentrasi sedimen). 4. Nilai pilihan lahan agroforestry kebun campuran merupakan kesediaan membayar masyarakat sebagai nilai jaminan terhadap kelestarian manggis yang terdapat dalam kebun campuran sehingga manfaatnya masih dapat dirasakan di masa yang akan datang. Pengumpulan Data Jenis Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari petani pengelola lahan kebun campuran sebagai responden. Data primer terdiri dari: 1. Data sosial ekonomi masyarakat, meliputi: a. Umur b. Jumlah anggota keluarga. c. Mata pencaharian. d. Tingkat pendapatan. e. Tingkat pendidikan.

3 45 f. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang keberadaan, fungsi, manfaat dan dampak ekologis kebun campuran. Pengetahuan diukur melalui pengisian sejumlah pertanyaan dengan cara memberi skor kepada setiap jawaban responden. Penentuan skor untuk setiap jawaban dilakukan dengan menggunakan skala Likert (1 = tidak setuju, 2 = setuju dan 3 = sangat setuju) dan menjumlahkannya untuk setiap responden untuk mendapatkan tingkat pengetahuan. 2. Data nilai ekonomi kebun campuran, meliputi: 1) Nilai guna langsung (nilai produksi) a. Data potensi lahan petani: luas pemilikan/ pengelolaan lahan kebun campuran, status lahan, jenis tanaman, dan produktifitas tiap jenis tanaman. b. Data jenis-jenis manfaat langsung dari lahan agroforestry dan kegunaannya, jumlah/periode dan frekuensi yang dihasilkan dalam satu tahun (kalender panen) d. Data harga pasar untuk tiap jenis manfaat ekonomi langsung yang dihasilkan dari lahan agroforestry kebun campuran dan harga barang substitusinya. Harga yang digunakan adalah harga pada saat dilakukan penelitian e. Biaya pengelolaan dan pemeliharaan mencakup jenis kegiatan, frekuensi kegiatan, tenaga kerja, Hari Orang Kerja (HOK) dan biaya/hok. 2) Nilai guna tidak langsung (nilai hidrologi) a. Nilai pencegahan erosi: pendugaan laju erosi lahan agroforestry (kebun campuran) dan lahan non agroforestry (tanah kosong, tegal/ladang), kandungan unsur hara tanah daerah penelitian pada penutupan lahan kebun campuran dan harga pupuk. b. Nilai kualitas air: pendugaan laju erosi lahan agroforestry kebun campuran, debit aliran sungai, konsentrasi sedimen, kebutuhan air per rumah tangga dan kesediaan membayar masyarakat untuk setiap kualitas air yang disimulasikan melalui 3 buah sampel dengan kualitas (konsentrasi sedimen) berbeda.

4 46 3) Nilai pilihan a. Persepsi masyarakat terhadap keberadaan lahan agroforestry kebun campuran (kepedulian, latar belakang, keinginan dan harapan untuk melestarikan). b. Kesediaan membayar untuk pelestarian kebun campuran sebagai perwujudan keinginan melestarikan sistem agroforestry kebun campuran untuk kepentingan di masa yang akan datang. Data sekunder adalah data yang menyangkut keadaan lingkungan baik fisik, sosial ekonomi masyarakat dan data lain yang berhubungan dengan objek penelitian, baik yang tersedia di tingkat desa, kecamatan maupun instansi-instansi terkait lainnya. Data sekunder meliputi: 1. Keadaan umum lokasi penelitian yang meliputi letak dan keadaan fisik lingkungan dan kegiatan sosial ekonomi masyarakat. 2. Keadaan: tanah, jenis tanah, curah hujan, penutupan tanah, topografi, kelerengan lahan serta jumlah penduduk secara keseluruhan. 3. Keadaan penduduk: komposisi umur petani, jenis kelamin, pendidikan serta jumlah penduduk dan jenis pekerjaannya. 4. Data potensi dan luasan lahan pertanian dan agroforestry: rata-rata pemilikan lahan, status lahan, jenis tanaman dan produksi. Metode Pengumpulan Data 1. Studi literatur, dilakukan untuk mendapatkan data mengenai keadaan umum lokasi penelitian, iklim, keadaan tanah, curah hujan, jenis penutupan tanah, topografi, kelerengan lahan serta jumlah penduduk secara keseluruhan, tipe dan luasan agroforestry yang dikembangkan serta hasil produksinya dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dilakukan dengan mempelajari arsip-arsip yang ada di instansi terkait. 2. Teknik observasi, dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti pada rumah tangga petani maupun lapangan. 3. Teknik wawancara, 1) Data sosial ekonomi, wawancara dilakukan secara terstruktur dan bebas. Secara terstruktur dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan\kuisioner yang telah disiapkan sedangkan wawancara bebas

5 47 dilakukan tanpa menggunakan daftar pertanyaan\kuisioner mengenai halhal yang masih berhubungan dengan penelitian. 2) Data nilai ekonomi mencakup nilai guna langsung, nilai guna tidak langsung dan nilai pilihan, wawancara yang dilakukan menggunakan kuisioner dan bersifat semi terbuka untuk menggali keterangan dari responden. 4. Pengukuran langsung, baik di lapangan atau labotarorium untuk memperoleh data pendukung nilai guna tidak langsung, yaitu debit aliran sungai dan konsentrasi sedimen dalam sampel air yang disimulasikan. Metode Pengukuran Pengukuran dilakukan untuk memperoleh data pendukung nilai guna tidak langsung, yaitu debit aliran sungai dan konsentrasi sedimen dalam sampel air. 1. Debit aliran sungai, pengukuran yang dilakukan bersifat sesaat yaitu pada saat penelitian (pengukuran) dilakukan. 1) Pengukuran luas penampang basah sungai dilakukan pada lokasi yang telah ditentukan dengan cara membagi lebar sungai menjadi beberapa segmen yang sama yang kemudian diukur kedalaman untuk tiap segmen. d L s h h h h h h h Gambar 2 Ilustrasi penampang basah aliran sungai A = (h1+h2+h3+...+hn) x Ls Keterangan: A = Luas penampang basah aliran sungai (m²) Ls = Lebar sungai (m) hn = Kedalaman sungai segmen n (m) d = Jarak antar segmen (m) 2) Pengukuran kecepatan limpasan air sungai dilakukan melalui pengukuran kecepatan gerak daun pada aliran sungai per satuan detik pada jarak 1 meter.

6 48 3) Kompilasi data luas penampang basah aliran sungai dan kecepatan limpasan air sungai untuk pengukuran debit air sungai. Secara matematis dapat dinyatakan dalam persamaan: Q = V x A Keterangan : Q = debit aliran sungai (m³/detik) V = kecepatan aliran sungai (m/detik) A = Luas penampang basah aliran sungai (m²) 2. Konsentrasi sedimen melayang (concentration of suspended sediment) Pengukuran konsentrasi sedimen melayang ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi sedimen yang terdapat dalam 3 sampel air yang akan disimulasikan pada masyarakat untuk mengetahui kesediaan membayar tiap kualitas air. 1) Pengambilan sampel air dilakukan pada lokasi pengukuran debit, untuk mengetahui tingkat kekeruhan sampel dilakukan simulasi awal. 2) Analisis laboratorium sedimen melayang dilakukan dengan cara menyaring sampel-sampel sedimen melayang dengan kertas filter, kemudian dioven dengan suhu 105 C selam 24 jam dan ditimbang untuk mengetahui berat kering yang digunakan dalam penentuan konsentrasi sedimen melayang. 3) Perhitungan konsentrasi sedimen melayang/concentration of suspended sediment Cs (mg/l) untuk sampel air simulasi. Pengukuran dilakukan di laboratorium. Formula yang digunakan: G2 G1 Cs = V Keterangan: Cs G2 G1 V = konsentrasi sediment (mg/ltr) = berat sedimen dan kertas filter dalam kondisi kering (mg) = berat kertas filter (mg) = Volume contoh sedimen (liter) 3. Kandungan unsur hara tanah dilakukan dengan pengambilan sampel tanah pada penutupan lahan kebun campuran dengan tahapan:

7 49 1). Menyiapkan tanah di loka kajian pada penutupan lahan kebun campuran (membersihkan permukaannnya dari batu serpihan, dedaunan dan kotoran lain) 2). Membuat plot ukuran 1 x 1 m dan menentukan 5 titik pengamatan dalam plot. 1m 1m Gambar 3 Bentuk plot pengambilan sampel tanah 3). Mengambil contoh tanah dari 5 titik pengamatan untuk mewakili top soil dengan jeluk 0-30 cm dan sub soil dengan jeluk > 30 cm. 4). Pengambilan sampel tanah untuk setiap jeluk sekitar 0,5 kg. 5). Analisis laboratorium. Metode Penentuan Responden Pemilihan lahan agroforestry kebun campuran yang akan digunakan untuk objek penelitian dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yang disesuaikan dengan kondisi yang diperlukan untuk penelitian. Desa yang diambil adalah Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta. Pengambilan sampel responden untuk nilai ekonomi dihitung sebagai berikut: 1. Untuk penentuan nilai guna langsung berupa nilai produksi, populasi yang digunakan adalah para petani agroforestry yang diambil sebanyak 30 orang responden berdasarkan cara random sampling sesuai dengan keperluan penelitian dengan tetap memperhatikan modus jenis tanaman pada setiap lahan respoden agar data tersebut dapat representatif yang klasifikasinya ditentukan secara subjektif dengan indikator keragaman luasan lahan tiap respoden. 2. Untuk penentuan nilai guna tidak langsung dan nilai pilihan, populasi yang digunakan adalah masyarakat desa yang tinggal di sekitar lahan agrofrestry yang diambil sebanyak 60 orang responden berdasarkan cara random sampling yang terdiri dari 30 responden petani agroforestry (pada nilai guna langsung) dan 30 responden yang bukan petani agroforestry sesuai dengan keperluan penelitian.

8 50 Metode Penilaian Metode-metode penilaian ekonomi yang digunakan untuk mengetahui nilai pemanfaatan sistem agroforestry kebun campuran: 1. Metode penilaian berdasarkan harga pasar Metode ini digunakan untuk menilai manfaat ekonomi langsung yang dihasilkan yang dijual di pasar dengan pendekatan harga yang berlaku di pasar 2. Metode penilaian berdasarkan harga barang pengganti Metode ini digunakan dengan didasarkan atas harga barang pengganti (barang substitusi) atau nilai banding antara barang yang bersangkutan dengan barang lain yang memiliki nilai pasar. 3. Metode kontingensi (CVM) Nilai guna tidak langsung dan nilai pilihan dihitung menggunakan metode Contingent Valuation Method (CVM) dengan menggunakan pendekatan willingness to pay (WTP). Metode ini dilakukan dengan cara menanyakan langsung kepada responden (menggunakan kuisioner/daftar pertanyaan) tentang kesediaan membayar (willingness to pay) atau kesediaan dibayar (willingness to accept). Tabel 3 Komponen nilai dan metode penelitian yang digunakan No. Komponen nilai Metode penilaian 1. Nilai guna langsung (nilai produksi) Nilai produksi tanaman kayu Nilai produksi tanaman buah Nilai produksi tanaman pertanian Harga pasar Harga barang pengganti 2. Nilai guna tidak langsung (nilai hidrologi) Nilai kualitas air Nilai pencegahan erosi Metode kontingensi (CVM) Harga barang pengganti 3. Nilai pilihan Kelestarian komoditas manggis kebun campuran di masa yang akan datang Metode kontingensi (CVM)

9 51 Metode Pengolahan dan Analisis data Pengolahan data yang diperoleh dilakukan dengan melakukan perhitungan dan diaplikasikan dalam bentuk tabulasi dan gambar untuk mendapatkan gambaran tentang nilai ekonomi dari pemanfaatan lahan agroforestry baik nilai guna langsung (NGL) berupa nilai produksi, nilai guna tidak langsung (NGTL) berupa nilai hidrologi (nilai pencegahan erosi dan nilai kualitas air) dan nilai pilihan (Npil). Nilai Produksi 1. Nilai rata-rata hasil agroforestry kebun campuran dari setiap jenis diperoleh melalui tahap perhitungan sebagai berikut: 1) Mencari nilai manfaat ekonomi langsung dari lahan agroforestry kebun campuran tiap responden dengan cara pendekatan harga pasar atau harga substitusi atau pendekatan harga barang pengganti tergantung dari jenis manfaat tersebut dan adanya data mengenai nilai manfaat tersebut di pasar. 2) Menentukan nilai pemanfaatan per jenis produk (Rp/panen) per responden, yaitu dengan mengalikan nilai rata-rata per unit tiap jenis (Rp/unit) dengan kuantitas pengambilan (unit/panen). 3) Menentukan nilai total pemanfaatan per jenis produk kebun campuran (Rp/thn), yaitu dengan menjumlahkan nilai pemanfaatan per jenis produk seluruh responden dikalikan dengan frekuensi panen per tahun. 4) Untuk mendapatkan harga rata-rata per jenis produk yang keluar dari kebun campuran (Rp/ha/thn) maka nilai total pemanfaatan per jenis produk (Rp/thn) dibagi dengan luasan agroforestry seluruh responden (ha). 2. Nilai ekonomi produksi kebun campuran (kotor) Npk = n i= 1 ( Hr) i Npk = Nilai Produksi kotor kebun campuran (Rp/ha/thn) Hr =Harga Rata-rata perjenis produk kebun campuran (Rp/ha/thn) 3. Nilai Produksi bersih kebun campuran Npb = Npk Bp Npb = Nilai Produksi bersih kebun campuran (Rp/ha/thn)

10 52 Npk = Nilai Produksi kotor kebun campuran (Rp/ha/thn) Bp = Biaya Pengelolaan kebun campuran (Rp/ha/thn) 4. Nilai produksi total kebun campuran Nptot = Npb X L Nptot = Nilai Produksi Total Npb = Nilai Produksi Bersih L = Luas wilayah kebun campuran desa Babakan Nilai Hidrologi 1. Pendugaan laju erosi dihitung dengan menggunakan persamaan Universal Soil Loss Equation (USLE) sebagai berikut: A = R x K x L x S x C x P Keterangan: A = Banyaknya tanah tererosi (ton/ha/tahun) R = Faktor curah hujan dan aliran permukaan yaitu jumlah satuan indeks erosi hujan yang merupakan perkalian antara energi hujan total dengan intensitas hujan maksimum 30 menit (I 30 ), tahunan nilai R dapat ditentukan dengan menggunakan peta Isoerden Jawa dan Madura skala 1: tahun 1987 dari Bols R = ( EI EI i= 1 30 ) i = 2,21P 1,36 Keterangan: R EI 30 P = Erosivitas hujan rata-rata tahunan = Indeks erosivitas bulanan Bols = Rataan curah hujan (cm) pada suatu bulan K = Faktor erodibilitas tanah, adalah tanah yang hilang persatuan indeks erosi hujan dari suatu tanah tertentu yang diukur dalam satu satuan petak buku yang panjang lerengnya 22 m dengan kemiringan lereng seragam 9%, dibersihkan secara terus menerus dan tidak ditanami vegetasi. (Diperoleh dari studi literatur)

11 53 L = Faktor panjang lereng, adalah rasio tanah yang hilang dari suatu lahan dengan panjang lereng tertentu dengan tanah yang hilang dari lahan berkondisi tetapi panjang lerengnya 22 m. (Diperoleh dari studi literatur dan pengukuran lapangan) S = Faktor kemiringan lereng adalah rasio tanah yang hilang dari suatu lahan yang berlereng tertentu dengan tanah yang hilang dari lahan yang identik tetapi kemiringan lerengnya 9%. (Diperoleh dari studi literatur) C = Faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman yaitu nisbah antara besarnya erosi dari suatu areal dengan vegetasi penutup dan pengelolaan tanaman tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah yang identik tanpa tanaman. (Diperoleh dari studi literatur) P = Faktor teknik konservasi, adalah rasio tanah yang hilang dari lahan dengan teknik konservasi tertentu seperti pembuatan kontur penanaman dalam strip, pembuatan teras dengan tanah yang hilang dari lahan yang identik tetapi diolah dan ditanami tanaman dengan garis mengikuti lereng. (Diperoleh dari studi literatur) 2. Nilai Pencegahan Erosi Nilai pencegahan erosi diidentifikasi melalui pendekatan produktifitas dengan mengembalikan kandungan unsur hara yang hilang terkikis akibat erosi melalui penggunaan pupuk sehingga dapat mempertahankan produktifitas, dengan menggunakan metode penilaian pendekatan harga barang pengganti. Tahapan perhitungan: 1) erosi = kemampuan lahan agroforestry menahan laju erosi (ton/ha/thn) = laju erosi lahan non agroforestry laju erosi lahan agroforestry 2) Kandungan unsur hara yang hilang = erosi x kandungan unsur hara awal Kandungan unsur hara yang hilang menunjukkan jumlah unsur hara yang seharusnya hilang terkikis akibat erosi, namun dapat dipertahankan dengan keberadaan agroforestry kebun campuran. 3) Menghitung jumlah pupuk yang ekivalen dengan kandungan unsur hara yang hilang.

12 54 4) Nilai pencegahan erosi didapatkan dengan metode pendekatan harga barang pengganti melalui harga pupuk yang dibutuhkan untuk mengembalikan kandungan unsur hara yang hilang tersebut. 5) Nilai pencegahan erosi Total (NpeT) = Npe x luas lahan agroforestry 3. Nilai Kualitas Air 1) Perhitungan debit sedimen (ton/thn) dalam aliran sungai Qs = SDR x A Keterangan: Qs = debit sedimen (ton/thn) SDR = Soil Delivery Ratio ( diperoleh dari studi literatur) A = Laju erosi tanah berdasarkan USLE (ton/ha/thn) 2) Perhitungan konsentrasi sedimen (mg/l) dalam aliran sungai Cs = Qs (Qxk) Keterangan: Cs = Konsentrasi sedimen dalam sungai (mg/l) Qs = debit sedimen (ton/hr) Q = debit aliran sungai (m³/detik) k = 0,0864 (konstanta) 3) Persamaan pendugaan WTP kualitas air untuk mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi kesediaan membayar. Dari data yang diperoleh dan setelah ditabulasikan dapat diduga suatu persamaan yang menjelaskan hubungan antara WTP (Y) responden untuk setiap kualitas air dengan peubah lainnya atau variabel sosial ekonomi (X) yang berkaitan. Y= a 0 +a 1 X 1 +a 2X 2+a 3X 3 +a 4X 4 +a 5X 5 +a 6X 6 dalam hal ini: Y = Kesediaan membayar (WTP) untuk tiap kualitas air X 1 X 2 X 3 = Umur (tahun) = Tingkat pendidikan (tahun) = Tingkat pendapatan (Rp/bln)

13 55 X 4 X 5 X 6 = Tingkat pengetahuan (skore) = Jumlah anggota keluarga (orang) = Kebutuhan air (l/rt/thn) 4) Persamaan pendugaan WTP kualitas air untuk menduga besar kesediaan membayar masyarakat berdasarkan konsentrasi sedimen dan musim. Dari data yang diperoleh dan setelah ditabulasikan dapat diduga suatu persamaan yang menjelaskan hubungan antara WTP (Y) responden untuk setiap kualitas air dengan konsentrasi sedimen (X) dan musim (D). Y= a 0 +a 1 X+a 2D dalam hal ini: Y = Kesediaan membayar (WTP) untuk tiap kualitas air X = Konsentrasi sedimen (mg/ltr) D = Musim (dummy variabel) = 0, bila musim hujan = 1, bila musim kemarau Penentuan kedua persamaan pendugaan WTP kualitas air dilakukan dengan meregresikan kesediaan membayar (Y) dengan variabel-variabel yang diduga berpengaruh (X). Semua data yang diperoleh baik dari wawancara dan pengukuran langsung dicoba dalam empat persamaan, yaitu: a. Model linier Y = a 0 +a 1 X 1 +a 2X 2+a 3X 3 +a 4X 4 b. Model semilog ln Y = a 0 +a 1 X 1 +a 2X 2+a 3X 3 +a 4X 4 Y = a 0 +a 1 ln X 1 +a 2 ln X 2+a 3 ln X 3 +a 4 ln X 4 c. Model double log ln Y = a 0 +a 1 ln X 1 +a 2 ln X 2+a 3 ln X 3 +a 4 ln X 4 Dari persamaan yang diperoleh tersebut, kemudian dilakukan beberapa pengujian untuk memperoleh persamaan terbaik yang memenuhi kriteria uji statistik: a. Koefisien determinasi (R 2 ), menunjukkan nilai koefisien determinasi yakni suatu nilai yang menerangkan besarnya keragaman dalam peubah tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan oleh peubah bebasnya (X), yang umunya dinyatakan dalam persen (%).

14 56 b. P value, menunjukkan nilai peluang bagi penerimaan H 0 dalam pengujian koefisien regresi apabila nilai P tersebut lebih besar dari taraf nyata yang ditetapkan dalam pengujian maka dikatakan model regresi tersebut tidak nyata, artinya semua koefisien regresi sama dengan nol. Apabila nilai P tersebut lebih kecil dari taraf nyata yang ditetapkan maka dikatakan model regresi tersebut nyata. c. Uji normal (NormalityTest), untuk mengetahui distibusi penyebaran data yang normal yang dapat dideteksi dengan metode grafik dengan plot yang cenderung membentuk garis lurus. d. Uji multikolinearitas, menunjukkan adanya hubungan yang sempurna antara semua atau beberapa peubah dalam model regresi yang dikemukakan. Akibat yang ditimbulkan apabila suatu persamaan tidak memenuhi uji ini atau dengan kata lain dalam persamaan terjadi hubungan yang sempurna antara dua peubah yang ada, maka kita tidak mungkin mengetahui pengaruh masingmasing peubah yang berkaitan tersebut terhadap peubah yang akan diduganya Hal ini dilihat dengan adanya Variation Inflation Factor (VIF) > 10. 5) Penentuan nilai kualitas air yang digambarkan melalui kesediaan membayar (WTP) diperoleh melalui kesediaan membayar masyarakat terhadap suatu kualitas air (Rp/ltr/RT) dikalikan dengan kebutuhan air rumah tangga (ltr/thn) dan jumlah populasi RT (Rumah Tangga) di Desa Babakan. Nilai Pilihan Penetuan nilai potensial dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut: Npil = WTP x Q x Lkc dalam hal ini: Npil = Nilai pilihan komoditas kebun campuran (Rp/thn) WTP = Rata-rata kesediaan membayar masyarakat terhadap komoditas kebun campuran (Rp/kg) Q = Produktifitas komoditas kebun campuran (Rp/kg/ha) Lkc = Luas kebun campuran di wilayah penelitian (ha)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) Metode USLE dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besarnya erosi untuk berbagai macam kondisi tataguna lahan dan kondisi iklim yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) Metode USLE dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besarnya erosi untuk berbagai macam kondisi tataguna lahan dan kondisi iklim yang

Lebih terperinci

125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng

125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng 124 Bab VI Kesimpulan Lokasi penelitian, berupa lahan pertanian dengan kondisi baru diolah, tanah memiliki struktur tanah yang remah lepas dan jenis tanah lempung berlanau dengan persentase partikel tanah

Lebih terperinci

Teknik Konservasi Waduk

Teknik Konservasi Waduk Teknik Konservasi Waduk Pendugaan Erosi Untuk memperkirakan besarnya laju erosi dalam studi ini menggunakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) atau PUKT (Persamaan umum Kehilangan Tanah). USLE

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Jika dirumuskan dalam suatu persamaan adalah sebagai berikut : R=.(3.1) : curah hujan rata-rata (mm)

BAB III LANDASAN TEORI. Jika dirumuskan dalam suatu persamaan adalah sebagai berikut : R=.(3.1) : curah hujan rata-rata (mm) BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Curah hujan wilayah Menurut Triatmodjo (2010) stasiun penakar hujan hanya memberikan kedalaman hujan di titik di mana stasiun tersebut berada, sehingga hujan pada suatu luasan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Erosi adalah proses terkikis dan terangkutnya tanah atau bagian bagian tanah oleh media alami yang berupa air. Tanah dan bagian bagian tanah yang terangkut dari suatu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii KATA PENGANTAR... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR PETA... xii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9 Distribusi responden berdasarkan kelompok umur. Petani Kebun Campuran

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9 Distribusi responden berdasarkan kelompok umur. Petani Kebun Campuran 66 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Rata-rata usia responden petani kebun campuran adalah 52,03 tahun, sedangkan responden non petani kebun campuran sebesar 41,83 tahun. Distribusi responden

Lebih terperinci

PRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA

PRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA PRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA Metode prediksi erosi yang secara luas telah dipakai serta untuk mengevaluasi teknik konservasi pada suatu area diantaranya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 18 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2006 - Agustus 2006 di wilayah daerah aliran sungai (DAS) Dodokan (34.814 ha) dengan plot pengambilan sampel difokuskan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG

BAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG V-1 BAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG 5.1. Analisis Sedimen dengan Metode USLE Untuk memperkirakan laju sedimentasi pada DAS S. Grubugan digunakan metode Wischmeier dan Smith

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden 1. Luas DTA (Daerah Tangkapan Air) Merden Dari hasil pengukuran menggunakan aplikasi ArcGis 10.3 menunjukan bahwa luas DTA

Lebih terperinci

Erosi. Rekayasa Hidrologi

Erosi. Rekayasa Hidrologi Erosi Rekayasa Hidrologi Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Erosi merupakan tiga proses yang berurutan, yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tank Model Penerapan Tank Model dilakukan berdasarkan data harian berupa data curah hujan, evapotranspirasi dan debit aliran sungai. Data-data tersebut digunakan untuk menentukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 10 C. Tujuan Penelitian... 10

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400

Lebih terperinci

ANALISIS EROSI DAN SEDIMENTASI LAHAN DI SUB DAS PANASEN KABUPATEN MINAHASA

ANALISIS EROSI DAN SEDIMENTASI LAHAN DI SUB DAS PANASEN KABUPATEN MINAHASA ANALISIS EROSI DAN SEDIMENTASI LAHAN DI SUB DAS PANASEN KABUPATEN MINAHASA Marizca Monica Rantung A. Binilang, E. M. Wuisan, F. Halim Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi email:brikaks_1505@ymail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Embung merupakan bangunan air yang menampung, mengalirkan air menuju hilir embung. Embung menerima sedimen yang terjadi akibat erosi lahan dari wilayah tangkapan airnya

Lebih terperinci

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 217 ISBN: 978 62 361 72-3 PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA Esa Bagus Nugrahanto Balai Penelitian dan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN 38 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan, dalam rentang bulan Januari - Mei 2011 yang berlokasi di Desa Igirmranak, Kecamatan Kejajar, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat manusia. Pengertian lahan dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998), yaitu : Lahan merupakan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak 1. Luas DTA (Daerah Tangkapan Air) Opak Dari hasil pengukuran menggunakan aplikasi ArcGis 10.1 menunjukan bahwa luas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE BAB III LANDASAN TEORI A. Metode USLE Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) merupakan model empiris yang dikembangkan di Pusat Data Aliran Permukaan dan Erosi Nasional, Dinas Penelitian Pertanian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut TINJAUAN PUSTAKA Erosi Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagianbagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi 3 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi Erosi berasal dari bahasa latin erodere yang berarti menggerogoti atau untuk menggali. Istilah erosi ini pertama kali digunakan dalam istilah geologi untuk menggambarkan

Lebih terperinci

DR. IR. AFANDI, M.P. PANDUAN PRAKTEK KONSERVASI TANAH DAN AIR

DR. IR. AFANDI, M.P. PANDUAN PRAKTEK KONSERVASI TANAH DAN AIR DR. IR. AFANDI, M.P. PANDUAN PRAKTEK KONSERVASI TANAH DAN AIR PANDUAN PRAKTEK KONSERVASI TANAH DAN AIR DR. IR. AFANDI, M.P. JURUSAN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG, 2008

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Uraian Umum Embung merupakan bangunan air yang selama pelaksanaan perencanaan diperlukan berbagai bidang ilmu guna saling mendukung demi kesempurnaan hasil perencanaan. Bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama semakin meningkat. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi manusia. Dengan kata lain

Lebih terperinci

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI DENGAN METODE USLE (UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION) BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI PULAU SAMOSIR

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI DENGAN METODE USLE (UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION) BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI PULAU SAMOSIR PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI DENGAN METODE USLE (UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION) BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI PULAU SAMOSIR SKRIPSI OLEH: FRISCA ELIANA SIDABUTAR 031201021/MANAJEMEN HUTAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 9 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan : Oktober November 2010 (Bogor). Pelaksanaan lapang (pra survei dan survei) : Desember 2010. Analisis Laboratorium : Januari Februari 2011.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelah Tenggara Kota Yogyakarta dengan jarak sekitar 39 km. Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. sebelah Tenggara Kota Yogyakarta dengan jarak sekitar 39 km. Kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Gunungkidul dengan ibukota Kabupaten Wonosari terletak di sebelah Tenggara Kota Yogyakarta dengan jarak sekitar 39 km. Kabupaten Gunungkidul juga dikenal

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran... i ii iii vi ix xi xiii xii BAB I. PENDAHULUAN... 1

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir III-1 BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Metodologi yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir III-2 Metodologi dalam perencanaan

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH SEDIMENTASI KALI BRANTAS TERHADAP KAPASITAS DAN USIA RENCANA WADUK SUTAMI MALANG

STUDI PENGARUH SEDIMENTASI KALI BRANTAS TERHADAP KAPASITAS DAN USIA RENCANA WADUK SUTAMI MALANG STUDI PENGARUH SEDIMENTASI KALI BRANTAS TERHADAP KAPASITAS DAN USIA RENCANA WADUK SUTAMI MALANG Suroso, M. Ruslin Anwar dan Mohammad Candra Rahmanto Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem,

PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang pengembangannya sangat besar

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PETA... INTISARI... ABSTRACT... i ii iii iv v ix

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN 4. METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam menentukan nilai ekonomi total dari Hutan Kota Srengseng adalah menggunakan metoda penentuan nilai ekonomi sumberdaya

Lebih terperinci

Bab ini berhubungan dengan bab-bab yang terdahulu, khusunya curah hujan dan pengaliran air permukaan (run off).

Bab ini berhubungan dengan bab-bab yang terdahulu, khusunya curah hujan dan pengaliran air permukaan (run off). BAB VII. EROSI DAN SEDIMENTASI A. Pendahuluan Dalam bab ini akan dipelajari pengetahuan dasar tentang erosi pada DAS, Nilai Indeks Erosivitas Hujan, Faktor Erodibilitas Tanah, Faktor Tanaman atau Faktor

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Faktor Erosivitas Faktor erosivitas hujan yang didapatkan dari nilai rata rata curah hujan bulanan dari stasiun-stasiun hujan yang terdekat dengan lokasi penelitian.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Way Semangka

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Way Semangka 40 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Way Semangka dan Way Semung, Wonosobo Kabupaten Tanggamus. DAS Sungai Way Semaka mempunyai

Lebih terperinci

PENANGANAN MASALAH EROSI DAN SEDIMENTASI DI KAWASAN KELURAHAN PERKAMIL

PENANGANAN MASALAH EROSI DAN SEDIMENTASI DI KAWASAN KELURAHAN PERKAMIL PENANGANAN MASALAH EROSI DAN SEDIMENTASI DI KAWASAN KELURAHAN PERKAMIL Fifi Nur Fitriyah Fuad Halim, M. I. Jasin Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi email: By_rhiby@yahoo.com

Lebih terperinci

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

PENDAHULLUAN. Latar Belakang PENDAHULLUAN Latar Belakang Tanaman kakao sebagai salah satu komoditas andalan subsektor perkebunan Propinsi Sulawesi Tenggara banyak dikembangkan pada topografi berlereng. Hal ini sulit dihindari karena

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR..... ii DAFTAR ISI...... iv DAFTAR TABEL..... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN.... 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B. Rumusan Masalah. 7 C. Tujuan Penelitian......

Lebih terperinci

: Curah hujan rata-rata (mm) : Curah hujan pada masing-masing stasiun (mm) : Banyaknya stasiun hujan

: Curah hujan rata-rata (mm) : Curah hujan pada masing-masing stasiun (mm) : Banyaknya stasiun hujan BAB III LANDASAN TEORI A. Analisis Hidrologi 1. Curah Hujan Wilayah Menurut Triatmodjo (2010) stasiun penakar hujan hanya memberikan kedalaman hujan di titik dimana stasiun tersebut berada, sehingga hujan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai Januari 2012 di Stasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS) Cikadu Kecamatan Arjasari Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Pelaksanaan Penelitian 1. Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai September 2014 di Dukuh Kaliwuluh, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang,

Lebih terperinci

PENDEKATAN SISTEM PENDUGAAN NILAI FUNGSI HIDROLOGIS

PENDEKATAN SISTEM PENDUGAAN NILAI FUNGSI HIDROLOGIS 142 PENDEKATAN SISTEM PENDUGAAN NILAI FUNGSI HIDROLOGIS Model Pengendalian Erosi dan Hasil Air Hutan Alam Yang dimaksud dengan fungsi hidrologis pada penelitian ini adalah fungsi pengendalian erosi dan

Lebih terperinci

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk:

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk: Latar Belakang Tanah, air dan iklim merupakan tiga komponen utama dalam suatu ekosistem memegang peranan penting dalam kehidupan biologis. Lahan sebagai suatu media, selain berfungsi dalam menerima, menyimpan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Rancangan Penulisan

BAB III METODOLOGI Rancangan Penulisan BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Metodologi penelitian adalah semacam latar belakang argumentatif yang dijadikan alasan mengapa suatu metode penelitian dipakai dalam suatu kegiatan penelitian. Metodologi

Lebih terperinci

MENENTUKAN LAJU EROSI

MENENTUKAN LAJU EROSI MENENTUKAN LAJU EROSI Pendahuluan Erosi adalah proses berpindahnya massa batuan dari satu tempat ke tempat lain yang dibawa oleh tenaga pengangkut yang bergerak di muka bumi. Tenaga pengangkut tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa Sumber Brantas Kota Batu Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Erosi Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah dari suatu tempat ke tempat lain melalui media air atau angin. Erosi melalui media angin disebabkan oleh kekuatan angin sedangkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode MUSLE

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode MUSLE BAB III LANDASAN TEORI A. Metode MUSLE Metode MUSLE (Modify Universal Soil Loss Equation) adalah modifikasi dari metode USLE (Soil Loss Equation), yaitu dengan mengganti faktor erosivitas hujan (R) dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) dan Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan dan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

3. BAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian 10 3. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian lapangan dilakukan di Kampung Arca Baru Sawah, Desa Sukaresmi, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Analisis tanah dan air dilaksanakan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK SEBAGAI PENGENDALI EROSI DI SUB DAS CIBOJONG KABUPATEN SERANG, BANTEN. Oleh: FANNY IRFANI WULANDARI F

PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK SEBAGAI PENGENDALI EROSI DI SUB DAS CIBOJONG KABUPATEN SERANG, BANTEN. Oleh: FANNY IRFANI WULANDARI F PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK SEBAGAI PENGENDALI EROSI DI SUB DAS CIBOJONG KABUPATEN SERANG, BANTEN Oleh: FANNY IRFANI WULANDARI F14101089 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR FANNY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) berfungsi sebagai penampung air hujan, daerah resapan, daerah penyimpanan air, penangkap air hujan dan pengaliran air. Wilayahnya meliputi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Data 5.1.1 Analisis Curah Hujan Hasil pengolahan data curah hujan di lokasi penelitian Sub-DAS Cibengang sangat berfluktuasi dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Analisis Hidrologi 1. Curah Hujan Wilayah Curah hujan (mm) adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam penakar hujan pada tempat yang datar, tidak menyerap, tidak meresap

Lebih terperinci

STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah)

STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah) JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume 9, Issue 2: 57-61 (2011) ISSN 1829-8907 STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah) Rathna

Lebih terperinci

MENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE USLEa

MENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE USLEa JIMT Vol. 0 No. Juni 203 (Hal. ) Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X MENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Curah hujan Grafik curah hujan selama pengamatan (2 Desember 2010-31 Januari 2011) disajikan dalam Gambar 10. Gambar 10 Curah hujan selama pengamatan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Umum Sedimentasi dapat didefinisikan sebagai pengangkutan, melayangnya (suspensi) atau mengendapnya material fragmental oleh air.sedimentasi merupakan akibat dari adanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Hidrologi dan Neraca air Menurut Mori (2006) siklus air tidak merata dan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi (suhu, tekanan atmosfir, angin, dan lain-lain) dan kondisi

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN RAKYAT MELALUI PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH LOKAL SPESIFIK (Studi Kasus pada DAS Cisadane)

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN RAKYAT MELALUI PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH LOKAL SPESIFIK (Studi Kasus pada DAS Cisadane) PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN RAKYAT MELALUI PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH LOKAL SPESIFIK (Studi Kasus pada DAS Cisadane) Oleh : Edy Junaidi Balai Penelitian Kehutanan Ciamis ABSTRAK Luasan penggunaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan terhadap kondisi hidrologis di Sub Daerah Aliran Ci Karo, maka penulis dapat menarik

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 7 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan berdasarkan data sekunder DAS Brantas tahun 2009-2010 dan observasi lapang pada bulan Februari Maret 2012 di Stasiun Pengamat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 31 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi penelitian tersebar di tiga kecamatan yaitu : 1) Kecamatan Sukamakmur, 2) Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI TPLA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI TPLA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III DESKRIPSI TPLA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sejarah Singkat Balai Pusdalisbang Provinsi Jawa Barat Pusdalisbang (Pusat Data Dan Analisa Pembangunan) adalah unsur pelaksanaan Tugas Teknik Badan

Lebih terperinci

Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang

Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang Estimation of Actual Erosion by USLE Method Approach Vegetation, Slope

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Sub-DAS Cibengang yang secara geografis terletak di ketinggian 1130 mdpl dengan koordinat 06º57 56,6 lintang selatan dan 107º53 23,2 bujur

Lebih terperinci

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

%$be PEWGARUH EROSl DAN SEDIMENTASI TERHADAP UMUR WADUK SAGULONG

%$be PEWGARUH EROSl DAN SEDIMENTASI TERHADAP UMUR WADUK SAGULONG %$be PEWGARUH EROSl DAN SEDIMENTASI TERHADAP UMUR WADUK SAGULONG Dl DAERAH ALIRAN SUNGAI ClTAWUWI Oleh AHMAD AMIN AULAWI F 24. 0282 1994 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR Ahmad

Lebih terperinci

%$be PEWGARUH EROSl DAN SEDIMENTASI TERHADAP UMUR WADUK SAGULONG

%$be PEWGARUH EROSl DAN SEDIMENTASI TERHADAP UMUR WADUK SAGULONG %$be PEWGARUH EROSl DAN SEDIMENTASI TERHADAP UMUR WADUK SAGULONG Dl DAERAH ALIRAN SUNGAI ClTAWUWI Oleh AHMAD AMIN AULAWI F 24. 0282 1994 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR Ahmad

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pengolahan data sekunder menggunakan hasil study screening dan laporan monitoring evaluasi BPDAS Brantas tahun 2009 2010. Analisis data dilakukan sejak bulan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii v viii x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C. Tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk melakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk melakukan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk melakukan penelitian. Pengertian lain dari metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian 3.2 Metode Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian 3.2 Metode Pengumpulan Data 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Pulau Pasi, Kabupatenn Kepulauann Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan Bulan Juni 2010. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara tertuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan. besar sementara wilayah kawasan lindung dan konservasi menjadi berkurang.

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan. besar sementara wilayah kawasan lindung dan konservasi menjadi berkurang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan lingkungan mempunyai hubungan timbal balik. Di dalam pembangunan, manusia merupakan konsumen yang berperan aktif dalam proses pemanfaatan sumber daya

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PETANI TERHADAP PENINGKATAN PELAYANAN IRIGASI Studi Kasus Daerah Irigasi Klambu Kanan Wilalung, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah Oleh : FAHMA MINHA A14303054 PROGRAM

Lebih terperinci

Kemampuan hujan dengan energi kinetiknya untuk menimbulkan erosi pada suatu bidang lahan dalam waktu tertentu (Intensitas Hujan = EI30

Kemampuan hujan dengan energi kinetiknya untuk menimbulkan erosi pada suatu bidang lahan dalam waktu tertentu (Intensitas Hujan = EI30 Persamaan Umum Kehilangan Tanah (Universal Soil Loss Equation) (USLE) (Wischmeier & Smith, 1969) A = R. K. L. S. C. P A = Jumlah Tanah Tererosi (Ton/Ha/Th) R = Jumlah Faktor Erosivitas Hujan (Joule) K

Lebih terperinci

ANALISA EROSI DAN USAHA KONSERVASI PADA SUB DAS KONTO HULU BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

ANALISA EROSI DAN USAHA KONSERVASI PADA SUB DAS KONTO HULU BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ANALISA EROSI DAN USAHA KONSERVASI PADA SUB DAS KONTO HULU BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh : Prima Hadi Wicaksono*) Rispiningtati*) Ade Andrian Y**). Abstrak Sub DAS Konto Hulu mempunyai sungai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB III Metodologi Penelitian

BAB III Metodologi Penelitian 53 III.1 Lokasi penelitian BAB III Metodologi Penelitian Secara Administratif lokasi penelitian dilaksanakan di kampung Cirawa, Desa Cibeureum, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 13 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai Desember 2011 dan terbagi menjadi 2 tempat yakni lapang dan laboratorium. Kegiatan penelitian

Lebih terperinci

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura Hak cipta dilindungi Undang-Undang Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura ISBN: 978-602-97552-1-2 Deskripsi halaman sampul : Gambar

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional INACID Mei 2014, Palembang Sumatera Selatan

Prosiding Seminar Nasional INACID Mei 2014, Palembang Sumatera Selatan No Makalah : 1.17 EROSI LAHAN DI DAERAH TANGKAPAN HUJAN DAN DAMPAKNYA PADA UMUR WADUK WAY JEPARA Dyah I. Kusumastuti 1), Nengah Sudiane 2), Yudha Mediawan 3) 1) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Karakteristik Fisika dan Kimia Tanah. Coklat kehitaman. Specific gravity Bobot isi 0.91

Karakteristik Fisika dan Kimia Tanah. Coklat kehitaman. Specific gravity Bobot isi 0.91 77 BAB V Hasil dan Pembahasan Pada bab ini diuraikan hasil hasil penelitian berupa hasil pengamatan, perhitungan formula limpasan air permukaan, perhitungan formula prediksi erosi dan perhitungan program

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Keaslian Penelitian... 4

DAFTAR ISI Keaslian Penelitian... 4 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR PETA... xiv INTISARI... xv ABSTRAK...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai tempat terutama daerah tropis khususnya di daerah pegunungan yang nantinya akan sangat berpengaruh

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA PENGGUNAAN LAHAN DI DAS CISADANE HULU: MAMPUKAH MEMPERBAIKI FUNGSI HIDROLOGI DAS? Oleh : Edy Junaidi ABSTRAK

PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA PENGGUNAAN LAHAN DI DAS CISADANE HULU: MAMPUKAH MEMPERBAIKI FUNGSI HIDROLOGI DAS? Oleh : Edy Junaidi ABSTRAK PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA PENGGUNAAN LAHAN DI DAS CISADANE HULU: MAMPUKAH MEMPERBAIKI FUNGSI HIDROLOGI DAS? Oleh : Edy Junaidi ABSTRAK DAS Cisadane Hulu merupakan salah satu sub DAS Cisadane yang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada

BAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kajian Geoteknik Analisis kemantapan lereng keseluruhan bertujuan untuk menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada sudut dan tinggi tertentu. Hasil dari analisis

Lebih terperinci

ANALISA UMUR KOLAM DETENSI AKIBAT SEDIMENTASI (Studi Kasus Kolan Detensi Ario Kemuning Palembang )

ANALISA UMUR KOLAM DETENSI AKIBAT SEDIMENTASI (Studi Kasus Kolan Detensi Ario Kemuning Palembang ) ANALISA UMUR KOLAM DETENSI AKIBAT SEDIMENTASI (Studi Kasus Kolan Detensi Ario Kemuning Palembang ) R.A. Sri Martini Email : ninik_kunc@yahoo.co.id Sudirman Kimi Dosen Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PREDIKSI EROSI DAN SEDIMENTASI DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI KEDUANG KABUPATEN WONOGIRI

PREDIKSI EROSI DAN SEDIMENTASI DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI KEDUANG KABUPATEN WONOGIRI PREDIKSI EROSI DAN SEDIMENTASI DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI KEDUANG KABUPATEN WONOGIRI (The Prediction of Erosion and Sedimentation at Keduang Sub-Watershed in Wonogiri Regency) JOKO SUTRISNO 1, BUNASOR

Lebih terperinci

V DINAMIKA ALIRAN BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN KERAGAMAN SPASIAL DAN TEMPORAL HIDROKIMIA

V DINAMIKA ALIRAN BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN KERAGAMAN SPASIAL DAN TEMPORAL HIDROKIMIA 55 V DINAMIKA ALIRAN BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN KERAGAMAN SPASIAL DAN TEMPORAL HIDROKIMIA 5.1 Pendahuluan Di beberapa negara, penelitian tentang proses limpasan dalam suatu daerah tangkapan atau DAS berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI 2.1 Bagan Alir Perencanaan

BAB II METODOLOGI 2.1 Bagan Alir Perencanaan BAB II METODOLOGI 2.1 Bagan Alir Perencanaan Gambar 2.1. Gambar Bagan Alir Perencanaan 2.2 Penentuan Lokasi Embung Langkah awal yang harus dilaksanakan dalam merencanakan embung adalah menentukan lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua Desa dengan pola hutan rakyat yang berbeda dimana, desa tersebut terletak di kecamatan yang berbeda juga, yaitu:

Lebih terperinci