OPTIMASI SERAT KENAF SEBAGAI FILLER BIOKOMPOSIT DENGAN ADITIF SERBUK DAUN TEMBAKAU PADA APLIKASI PAPAN GIPSUM PLAFON VINA FAUZIAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPTIMASI SERAT KENAF SEBAGAI FILLER BIOKOMPOSIT DENGAN ADITIF SERBUK DAUN TEMBAKAU PADA APLIKASI PAPAN GIPSUM PLAFON VINA FAUZIAH"

Transkripsi

1 OPTIMASI SERAT KENAF SEBAGAI FILLER BIOKOMPOSIT DENGAN ADITIF SERBUK DAUN TEMBAKAU PADA APLIKASI PAPAN GIPSUM PLAFON VINA FAUZIAH DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2 ii

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimasi Serat Kenaf sebagai Filler Biokomposit dengan Aditif Serbuk Daun Tembakau pada Aplikasi Papan Gipsum Plafon adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2013 Vina Fauziah NIM G

4 iv ABSTRAK VINA FAUZIAH. Optimasi Serat Kenaf sebagai Filler Biokomposit dengan Aditif Serbuk Daun Tembakau pada Aplikasi Papan Gipsum Plafon. Dibimbing oleh SITI NIKMATIN dan ABDUL DJAMIL HUSIN. Telah dilakukan sintesis dan karakterisasi biokomposit papan gipsum plafon berbasis serat kenaf menggunakan metode cetak tekan dengan variasi filler anyaman dan searah. Konsentrasi fiber optimum terdapat pada filler anyaman dengan serat kenaf 10 %, matriks gipsum 88 %, PVA (Polivinil Alkohol) dan tembakau 1 %. Hasil pengujian mekanik kekerasan dan impact yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan papan gipsum komersial. Daya serap papan gipsum tertinggi terdapat pada komposit fiber glass sebesar 25 %, sedangkan pada biokomposit dengan penambahan tembakau sebesar 21 % dan terendah pada biokomposit tanpa penambahan tembakau sebesar 13 %. Pengembangan tebal nilai tertinggi terdapat pada komposit fiber glass sebesar 1.85 %, sedangkan biokomposit dengan penambahan tembakau sebesar 1.73 % dan nilai terendah terdapat pada biokomposit tanpa penambahan tembakau sebesar 0.4 %. Densitas pada biokomposit sebesar 1.6 g cm -3, sedangkan pada komposit fiber glass sebesar 1.98 g cm -3. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa serat kenaf dan serbuk daun tembakau layak digunakan sebagai pengisi papan gipsum plafon. Kata kunci: biokomposit, daya serap, pengembangan tebal, serat kenaf, sifat mekanik VINA FAUZIAH. Optimization of Kenaf Fiber as Biocomposite Filler with Additive Tobbaco Leaf Powder on the Applycation of Gypsum Board Ceiling. Supervised by SITI NIKMATIN and ABDUL DJAMIL HUSIN. Synthesis and characterization of biocomposite gypsum board ceiling based on kenaf fiber has been performed compression molding method with variation of woven and uniform filler. The optimum fiber concentration on the fiber are woven with 10 % kenaf fiber, 88 % matrixes gypsum, 1 % PVA (Polivinil Alcohol) and tobacco. The test resulted that the hardness and impact mechanical of the resulted product was higher than the commercial gypsum. The highest absorption of gypsum board is 25 % owned by fiber glass composite, on biocomposite with addition of tobbaco is 21 % and the lowest is 13 % on biocomposite without addition of tobbaco. The highest value on thickness development is 1.85 % owned by fiber glass composite. On biocomposite with addition of tobbaco is 1.73 % and the lowest is 0.4 % on biocomposite without addition of tobbaco. Density of biocomposite is 1.6 g cm -3, whereas density of fiber glass composite is 1.98 g cm -3. The test result showed that the kenaf s fiber and tobbaco leaf powder is reliable to use as the filling material for the the gypsum plafon. Keyword : biocomposite, absorption, thickness development, kenaf fiber, mechanical properties

5

6 vi OPTIMASI SERAT KENAF SEBAGAI FILLER BIOKOMPOSIT DENGAN ADITIF SERBUK DAUN TEMBAKAU PADA APLIKASI PAPAN GIPSUM PLAFON VINA FAUZIAH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Fisika DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

7

8 viii Judul Skripsi : Optimasi Serat Kenaf sebagai Filler Biokomposit dengan Aditif Serbuk Daun Tembakau pada Aplikasi Papan Gipsum Plafon. Nama : Vina Fauziah NIM : G Disetujui oleh Dr. Siti Nikmatin, M.Si Pembimbing I Abdul Djamil Husin, M.Si Pembimbing II Diketahui Dr. Akhiruddin Maddu Ketua Departemen Fisika Tanggal Lulus :

9 Judul Skripsi : Optimasi Serat KeDaf sebagai Filler Biokomposit dengan Aditif Serbuk Daun Tembakau pada Aplikasi Papan Gipsum Plafon. Nama : Vina Fauziah NIM : G Disetuj ui oleh Dr. Siti Nikmatin, M.Si Pembimbing I Abdul Djamil Rusin, M.Si Pembimbing II Tanggal Lulus: - 7 JAN 2m ~

10 PRAKATA Alhamdulillahirabbil'alamin. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Optimasi Serat Kenaf sebagai Filler Biokomposit dengan Aditif Serbuk Daun Tembakau pada Aplikasi Papan Gipsum Plafon sebagai salah satu syarat kelulusan program sarjana di Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian. Dalam penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dr. Siti Nikmatin, M. Si dan Bapak Abdul Djamil Husin, M. Si selaku pembimbing skripsi, Bapak Ardian Arief, M. Si selaku dosen penguji serta semua dosen dan staff Departemen Fisika IPB. 2. Kedua orang tua Mama Papa dan kakak tersayang yang telah mendoakan, memberikan motivasi dan kasih sayangnya kepada penulis. 3. Tim peneliti komposit Helen Kusuma Ardani, Nadia Putri Utami S., Arlin Nissa F., Feby Rahmawati. 4. Teman tersayang dan terkasih Anugrah Permana Putra Syafaat. 5. Sahabat tersayang Rian Maryanto, Niken Tri Handoyo, Helen Kusuma Ardani, Indri Putri, Abah Dede, Upriyanti, Bunga Firda, Meiliana PU, Noldy Hutagalung, Chriss Leowardy, Cynthia Mawar, Dewi Ayu, Virjean, dan juga teman teman angkatan 46 lainnya yang telah banyak memberi motivasi bagi penulis. 6. Adik adik dan kakak kakak tingkat di Departemen Fisika angkatan 47 dan 45 yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis. Selanjutnya, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kemajuan penelitian ini. Bogor, Desember 2013 Vina Fauziah

11 x DAFTAR ISI DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR LAMPIRAN xii PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Manfaat Penelitian 2 Ruang Lingkup Penelitian 3 METODE Waktu dan Tempat Penelitian 3 Alat dan Bahan 3 Prosedur Penelitian 3 Karakterisasi Papan Gipsum Plafon 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Kandungan Serat dengan metode Van Soest 6 Analisa Mekanik 7 Kekerasan 7 Charpy impact 8 Analisa Sifat Morfologi 10 Analisa FTIR 14 Analisa Massa Jenis (Densitas) 15 Analisa Penyerapan Air dan Pengembangan Tebal 15 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 17 Saran 18 DAFTAR PUSTAKA 18 LAMPIRAN 20 RIWAYAT HIDUP 29

12 DAFTAR TABEL Tabel 1 Komposisi matriks dan filler pada sintesa biokomposit 4 Tabel 2 Hasil uji kekerasan 7 Tabel 3 Hasil charpy impact biokomposit dengan variasi anyaman 9 Tabel 4 Hasil charpy impact biokomposit dengan variasi searah 9 Tabel 5 Nilai EDS biokomposit variasi anyaman 12 Tabel 6 Nilai EDS biokomposit variasi searah 13 Tabel 7 Nilai EDS serat kenaf 13 Tabel 8 Nilai EDS tembakau 13 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Hubungan antara tingkat kekerasan (kgf) terhadap sampel komposit 7 Gambar 2 Hasil pengujian kekerasan 7 Gambar 3 Efek temperatur terhadap ketangguhan impact beberapa material 9 Gambar 4 Hubungan antara rata-rata charpy impact terhadap biokomposit 10 Gambar 5 Hasil pengujian charpy impact 10 Gambar 6 Hasil pencitraan SEM (Scanning Electron Microccopy) kenaf bast fiber 11 Gambar 7 Citra SEM beserta grafik EDS 11 Gambar 8 FTIR biokomposit papan gipsum plafon 14 Gambar 9 FTIR selulosa standar 15 Gambar 10 Hasil pengujian penyerapan air 16 Gambar 11 Hasil pengujian pengembangan tebal 17 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Diagram Alir Penelitian Biokomposit Papan Gipsum Plafon 20 Lampiran 2 Hasil Pengujian Charpy Impact 20 Lampiran 3 Hasil Pengujian SEM-EDS 23

13 xii Lampiran 4 Perhitungan massa jenis 27 Lampiran 5 Perhitungan penyerapan air 27 Lampiran 6 Perhitungan pengembangan tebal 28

14

15

16 PENDAHULUAN Latar Belakang Material komposit yang diperoleh dari keanekaragaman hayati di alam memiliki fungsi lebih baik dari material sintetis, tentu akan menjadi pilihan masyarakat karena lebih aman bagi kesehatan dan dapat memberikan manfaat positif pada pelestarian lingkungan. Selama ini komposit banyak dibuat dari bahan baku yang tidak terbarukan seperti serat sintetis yang akan menimbulkan masalah pada lingkungan, misalnya dalam pembuangannya karena tidak dapat terdegradasi oleh lingkungan. 1 Pemilihan material komposit merupakan salah satu masalah yang dihadapi produsen dari sekian banyak material yang tersedia, terkait dengan efisiensi proses produksi, produk ramah lingkungan, kebutuhan konsumen akan produk yang ringan, murah, dan kuat serta kebutuhan komposit yang stabil selama proses produksi berlangsung. 2 Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pengembangan material yang dapat menawarkan solusi teknik yang mengedepankan kemampuan sistem yang menjadi penelitian ini yaitu ekstraksi serat kenaf sebagai filler biokomposit dengan aditif serbuk daun tembakau pada aplikasi papan gipsum plafon. Tersedianya material baru yang lebih murah tentu akan menguntungkan bagi industri konstruksi, apalagi jika memiliki kualitas lebih baik dan menggunakan bahan-bahan alam seperti kenaf. Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) merupakan tanaman yang mudah tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia. Kenaf terdiri dari serat bagian luar yang terdapat pada kulit sebesar 35 % berat kering tangkai dan bagian dalam berupa inti sebesar 65 % berat kering tangkai. 3 Keunggulan tanaman kenaf adalah pertumbuhan tanaman kenaf lebih cepat dibandingkan dengan tanaman penghasil serat lainnya, seperti bambu dan rotan, dengan pertumbuhan optimal hari dalam keadaan normal, mampu beradaptasi di berbagai lingkungan, gangguan hama dan penyakit sedikit, biaya produksi murah, dan mudah terdegradasi. 4 Ditinjau dari sifat morfologi dan komposisi kimia batang kenaf memiliki kandungan serat meliputi selulosa 76.,47 %, lignin 2.39 %, dan hemiselulosa 9.43 %. Penggunaan serat kenaf sebagai bahan baku papan gipsum merupakan salah satu cara untuk memanfaatkan tanaman serat yang penggunaannya masih terbatas untuk produksi karung goni di Indonesia karena mempunyai kandungan selulosa yang besar dan ketersediaannya pun melimpah. Penelitian kenaf yang merupakan serat alam non kayu sebagai bahan penguat polimer telah banyak diteliti salah satunya pada papan gipsum. Penggunaan serat kenaf sebagai bahan baku papan gipsum telah diteliti oleh Rhony Setiawan Maail (2006) dengan judul Papan Semen-Gipsum dari Core-Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) Menggunakan Teknologi Pengerasan Autoclave dengan hasil sifat fisis dan mekanik diantaranya Modulus Patah 84 kg/cm², Modulus Elastisitas kg/cm², kerapatan 1.14 g/cm³, kadar air 8.14 %, penyerapan air %, pengembangan tebal dan linier % dan %, kuat pegang sekrup kg, dan keteguhan rekat internal kg/cm². 5 Penelitian sintesa papan gipsum juga telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya menggunakan filler dari tandan kosong kelapa sawit dan sabut kelapa

17 2 sawit oleh Rudihariawan (2000) dengan judul Sifat Fisik dan Mekanik Papan Gipsum dari Tandan Kosong dan Sabut Kelapa Sawit. Hasil sifat fisis dan mekanik diantaranya Modulus Patah kg/cm², Modulus Elastisitas kg/cm², kerapatan 1.15 g/cm³, kadar air %, penyerapan air %, pengembangan tebal 0.14 % %, pengembangan panjang 0.29 % %, pengembangan lebar 0.34 % %, kuat cabut sekrup 19.7 kg kg, keteguhan geser 6.35 kg/cm² kg/cm² dan keteguhan rekat internal 0.43 kg/cm² kg/cm². 6 Inovasi lain dari penggunaan serat kenaf sebagai filler komposit papan gipsum yaitu menambahkan zat aditif serbuk daun tembakau dan perekat polivinil alkohol (PVA) dengan metode cetak tekan dan murah. Serat kenaf yang disusun dengan orientasi searah dan anyaman dapat meningkatkan kualitas sifat mekanik biokomposit gipsum yang saat ini sudah dikembangkan. Penambahan zat aditif serbuk daun tembakau dengan perekat PVA dapat mengurangi pelapukan sehingga umur (massa) pakai menjadi lebih baik karena pada kandungan tembakau terdapat zat-zat kimia alam yang dapat digunakan sebagai bahan insektisida dan bahan anti jamur. 7 Selain itu bahan perekat polivinil alkohol (PVA) merupakan pelarut cepat, kuat dan fleksibel, memiliki titik lebur 230 ºC dan pada suhu 180 ºC-190 ºC akan terhidrolisis sempurna atau sebagian. 8 Inovasi tersebut diharapkan dapat menghasilkan produk baru gipsum dan dapat diaplikasikan untuk produksi skala kecil (homeindustry). Perumusan Masalah 1. Apakah serat kenaf yang disusun dengan orientasi searah dan anyaman yang ditambah dengan zat aditif serbuk daun tembakau dan perekat PVA dapat meningkatkan kualitas sifat mekanik biokomposit papan gipsum yang saat ini sudah dikembangkan? 2. Apakah penambahan aditif dari daun tembakau dengan perekat PVA dapat mengurangi pelapukan dari komposit papan gipsum sehingga umur (masa) pakai papan plafon gipsum menjadi lebih baik dari sebelumnya? 3. Apakah metode cetak tekan dan pengeringan dengan oven blower dapat memiliki sifat fisis mekanik yang lebih baik dibandingkan papan gipsum plafon yang ada di pasaran. Tujuan Penelitian 1. Mensintesa biokomposit filler serat kenaf yang ditambahkan zat aditif serbuk daun tembakau dan perekat PVA dengan metode cetak tekan. 2. Mendapatkan biokomposit papan gipsum plafon dengan parameter konsentrasi fiber optimum sebagai pengganti papan gipsum plafon sintetis yang ekonomis dengan sifat fisis dan mekanik yang lebih baik.

18 3 Manfaat Penelitian 1. Mengembangkan penelitian tentang sintesa biokomposit papan gipsum yang saat ini sudah banyak diteliti oleh para peneliti sebelumnya. 2. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat diaplikasikan untuk produksi skala kecil (homeindustry) dengan sifat fisik dan mekanik yang lebih baik dari papan gipsum.plafon yang ada sekarang. 3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan referensi bagi penelitian dan pengembangan bahan tembakau, serta dapat dikembangkan lebih lanjut dengan menggunakan parameter-parameter atau bahan yang berbeda. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mensintesa biokomposit filler serat kenaf dengan zat aditif serbuk daun tembakau dan perekat PVA pada aplikasi papan gipsum plafon dengan parameter konsentrasi fiber optimum dan ekonomis serta sifat fisik dan mekanik yang lebih baik Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan penelitian sintesa biokomposit papan gipsum yang saat ini sudah dikembangkan dan dapat diaplikasikan untuk produksi skala kecil. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dari Maret sampai Agustus Tempat pelaksanaan penelitian ini di Laboratorium Fisika Terapan dan Biofisika FMIPA IPB, Laboratorium Milling Fateta IPB, Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fapet IPB, dan Laboratorium Mechanical Testing Sentra Teknologi Polimer Puspiptek. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan antara lain Rotary Blender, timbangan (neraca analitik), cetakan spesimen dengan ukuran 25 cm x 8 cm x 4 mm, papan triplek, pemberat, oven blower, furnance, Charpy Impact ISO 179, Fourier Transform Infrared (FTIR), Scanning Electron Microscopy (SEM-EDS), dan Hardness JIS Bahan-bahan yang digunakan serat kenaf, daun tembakau, tepung gipsum, perekat polivinil alkohol, alumunium foil, dan air. Prosedur Penelitian Preparasi sampel Bahan yang digunakan pada pembuatan papan gipsum ini adalah batang kenaf yang berasal dari Malang. Sebelum batang kenaf digunakan terlebih dahulu dilakukan pengecekan kadar selulosa di laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB dengan metode ADF dan NDF. Tujuan dari pengecekan

19 4 kadar selulosa kenaf adalah untuk mengetahui berapa persen kandungan kadar selulosa kenaf jika kandungan kadar selulosa lebih dari 60 % maka kenaf dapat langsung digunakan untuk pembuatan papan gipsum plafon. Setelah uji kadar selulosa, batang kenaf dipotong dengan ukuran panjang 25 cm (sesuai dengan ukuran cetakan). Batang kenaf yang telah dipotong akan disusun dengan 2 variasi yaitu dengan orientasi searah (vertikal) dan anyaman (vertikal + horizontal). Sebagai bahan aditif papan gipsum digunakan daun tembakau jinten yang berasal dari Jombang. Bahan aditif digunakan untuk mengurangi pelapukan (jamur) setelah pemakaian papan gipsum dari kurun waktu tertentu. Daun tembakau ini dimilling untuk mendapatkan hasil berupa ukuran partikel (serbuk). Sebagai langkah awal daun tembakau dikeringkan dengan oven blower dengan suhu 50 ºC selama 24 jam. Setelah itu dilakukan pengeringan dan mengaktifkan zat-zat yang terkandung di dalam tembakau menggunakan alat furnance dengan pemanasan rendah pada suhu 200 ºC. Sintesa biokomposit Persiapkan bahan dan alat cetakan papan gipsum plafon. Papan gipsum plafon yang akan dibuat berukuran 25 cm x 8 cm x 4 mm. Metode pembuatan papan gipsum plafon dimulai dari tepung gipsum, serbuk daun tembakau, dan PVA dicampur dengan menggunakan rotary blender sampai kalis agar bahanbahan tersebut homogen. Kemudian masukkan campuran adonan tepung gipsum, serbuk daun tembakau, dan PVA yang sudah dilakukan milling ke dalam cetakan. Kemudian susun batang kenaf dengan 2 variasi yaitu dengan orientasi searah dan anyaman. Setelah itu tambahkan kembali adonan tepung gipsum, serbuk daun tembakau, dan PVA. Sehingga jumlah keseluruhan papan gipsum plafon yang dibuat sebanyak 10 lembar. Tutup dengan lembaran seng. Kemudian beri tekanan dengan beban 3 kg yang terbuat dari semen. Setelah gipsum terbentuk kemudian dikeringkan menggunakan oven blower pada suhu 50 ºC selanjutnya dikondisikan kembali pada suhu ruangan selama 3 hari sebelum dipotong menjadi contoh uji untuk pengujian sesuai standar. Pengambilan data disesuaikan dengan Tabel 1 dan masing-masing sampel dilakukan pengulangan data sebanyak 3 kali pengulangan. Untuk mendapatkan konsentrasi yang sesuai dengan cetakan biokomposit dilakukan pengukuran massa jenis terhadap sampel masing-masing komponen sehingga didapatkan massa total yang digunakan. Tabel 1 Komposisi matriks dan filler pada sintesa biokomposit Sampel PVA Tembakau Kenaf Matriks (gipsum) 1 1 % 1 % 5 % 93 % 2 1 % 1 % 10 % 88 % 3 1 % 1 % 15 % 83 % 4 1 % 1 % 20 % 78 % 5 1 % 1 % 25 % 73 %

20 Karakterisasi papan gipsum plafon a. Karakterisasi Sifat Mekanik Biokomposit dengan filler serat kenaf dikarakterisasi melalui uji kekerasan dan uji impact. Pada karakterisasi uji kekerasan menggunakan alat uji kekerasan JIS Setiap sampel diberi beban 1 kg, hasil dari pengukuran ini merupakan nilai kekerasan sampel dengan satuan kgf. Setiap sampel dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali kemudian hasil dari pengulangan tersebut dirata-ratakan. Karakterisasi uji impact bertujuan untuk mengetahui berapa energi yang dapat diserap suatu material sampai material tersebut patah dengan menggunakan alat uji Charpy Impact ISO 179. Sampel dipreparasi dan dikondisikan pada temperature 23 C dan kelembaban relative 50% selama lebih dari 40 jam sebelum dilakukan pengujian charpy impact dengan kecepatan 2.9 m/s dan beban sebesar 1 Joule pada temperature 23.9 C dan kelembaban relatif 60%. Pengujian dilakukan 3 kali pengulangan pada tiap sample kemudian hasil dari pengulangan tersebut dirata-ratakan. Hasil sifat mekanik pada sampel yang terbaik dilakukan pengujian terhadap SEM/EDS, FTIR, dan XRD. b. Karakterisasi dengan SEM/EDS Alat yang digunakan pada karakterisasi ini adalah SEM JEOL. Sampel yang diuji merupakan sampel dengan nilai hasil pengujian mekanik yang tertinggi. Sebelum dikarakterisasi sampel dicoating dengan emas selanjutnya diletakkan pada plat alumunium 4 sisi, setting SEM pada tegangan 20 kv dengan perbesaran 50, 100, 500, dan 1000 kali. Sementara itu pengamatan EDS (Energy Dispersive Spectroscopy) bertujuan untuk menelusuri kandungan unsur (elemen) sampel. c. Karakterisasi FTIR Pengujian FTIR terhadap sampel bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan gugus kompleks yang terdapat dalam sampel. Tahap awal dari pengujian ini adalah sampel biokomposit sebanyak 2 mg dicampur dengan 100 mg KBR, kemudian sampel dibuat pelet. Setelah itu, dilakukan pengukuran dengan spektrometer FTIR. d. Karakterisasi massa jenis Densitas didefinisikan sebagai rasio antara massa dan volume material. Bahan yang diujikan adalah 2 sampel komposit yaitu komposit fiber glass dan komposit serat alam (biokomposit papan gipsum plafon). Dari data massa yang didapat akan diperoleh densitas masing-masing sampel. Perhitungan massa jenis dapat dilihat pada lampiran. e. Karakterisasi penyerapan air dan pengembangan tebal Pengembangan tebal dilakukan bersamaan dengan penyerapan air menggunakan contoh uji yang sama. Contoh uji ditimbang dan diukur ketebalannya pada keempat sudut kemudian dirata-ratakan, lalu direndam dalam air selama 2 jam menggunakan contoh yang berbeda. Setelah perendaman dilakukan pengukuran kembali dan bobot contoh uji dengan cara yang sama. Perhitungan pengembangan tebal dan penyerapan dapat dilihat pada lampiran. 5

21 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Kandungan Serat dengan Metode Van Soest Metode Van Soest dan Robertson 9 berfungsi untuk memperoleh data yang lebih akurat tentang fraksi kandungan serat seperti selulosa, lignin dan hemiseulosa berdasarkan atas keterikatan dengan anion atau kation detergen. Berdasarkan metode pengujian yang dikembangkan oleh Van Soest, serat selanjutnya dikelompokkan menjadi serat yang terlarut dalam detergen netral dan serat yang terlarut dalam detergen asam. Metode Van Soest mengelompokkan komponen isi sel dan dinding sel. 10 Isi sel merupakan komponen yang sangat mudah dicerna, sedangkan komponen dinding sel adalah kelompok yang larut dalam deterjen netral (Netral Detergent Fiber atau NDF) sisa setelah ekstraksi dengan asam ethylenediaminetetraacetate (EDTA). Metode detergen netral merupakan sistem netral untuk mengukur jumlah total serat atau serat yang tidak larut dalam detergen netral. Serat yang tergabung dalam NDF tidak dapat larut dari matriks dinding sel tanaman. Dari hasil ekstraksi dengan menggunakan larutan NDS (Neutral Detergent Solid) dengan temperatur 105 o C didapatkan kadar NDF sebesar 87.94%. Tingginya kadar dari NDF disebabkan oleh larutan NDS yang tidak bersifat hidrolitik sehingga ikatan hidrogen dan ikatan intramolekular yang sangat resisten terhadap larutan dengan tingkat konsetrasi yang tinggi masih berada dalam residu NDF. Selain kelompok yang tidak larut dalam deterjen netral terdapat komponen NDF yang hanya larut dalam deterjen asam dan pada dasarnya merupakan fraksi lignin kasar dan selulosa bahan tumbuhan tetapi juga meliputi silika. 11 Metode detergen asam merupakan sistem detergen asam yang digunakan untuk mengisolasi selulosa dan lignin serta beberapa komponen yang terikat dengan keduanya. Hasil ekstraksi dengan menggunakan 0,5 M asam sulfat (H 2 SO 4 ) dan cethyltrimethylammonium bromida (CETAB) 12 didapatkan kadar ADF sebesar %. Setelah dikeringkan selama 8 jam pada suhu 105 o C dalam oven didapatkan kadar selulosa sebesar %, kemudian sampel dibakar dalam tanur dengan suhu 500 o C didapatkan kadar lignin sebesar 2.39 %. Perbedaan antara kandungan NDF dan ADF terdapat pada kandungan hemiselulosanya. ADF tidak memasukkan kandungan hemiselulosa sebagai penyusunnya. Pengukuran hemiselulosa bisa menggunakan pendekatan selisih antara kedua komponen tersebut 13 sehingga hasil selisih antara kandungan ADF san NDF untuk mengetahui kadar hemiselulosanya sebesar 9.43 %. Menurut Kollman et al. 14 pada umumnya kayu yang digunakan untuk papan partikel mempunyai kandungan selulosa rata rata 44 % dan kandungan lignin rata rata 27 %. Kandungan selulosa dan lignin yang cukup merupakan syarat utama suatu bahan dapat dijadikan papan partikel. Zat ekstraktif yang dikandung oleh kayu dan bahan berligninselulosa lainnya akan menghalangi perekat untuk mencapai selulosa, sehingga garis perekatan yang terbentuk tidak sempurna, akibatnya kekuatan rekat rendah. Zat ekstraktif menyebabkan pemakaian perekat kurang efisien dan laju pengerasan perekat terhambat. 15 Dengan adanya kandungan selulosa yang tinggi akan meningkatkan sifat fisis mekanik pada komposit.

22 Tingkat kekerasan (kgf)) 7 Analisa Sifat Mekanik Kekerasan Hasil pengujian kekerasan JIS 8.27 terhadap sampel dapat dilihat pada Tabel 2. Pengujian kekerasan digunakan untuk ketahanan material terhadap gaya penekanan dari material lain yang lebih keras. Kekerasan suatu material ditentukan oleh luas area dan kedalaman idensitas yang dihasilkan. Tabel 2 Hasil uji kekerasan Sampel Anyaman Long Fiber glass kgf 632 kgf 546 kgf kgf kgf kgf kgf kgf kgf kgf kgf A 1L sfg Sampel komposit Gambar 1 Hubungan antara tingkat kekerasan (kgf) terhadap sampel komposit. Gambar 2 Hasil pengujian kekerasan Sampel FG merupakan komposit papan gipsum yang ada di pasaran dengan menggunakan filler fiber glass digunakan sebagai pembanding terhadap sampel biokomposit serat kenaf dengan nilai 546 kgf. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa sampel 2 pada variasi anyaman (2A) memiliki nilai kekerasan yang terbaik dengan nilai 4850 kgf dengan filer serat kenaf 10 %, matriks gipsum 88 %, PVA

23 8 dan tembakau 1 %. Sampel pada variasi searah (long) memiliki nilai uji kekerasan tertinggi sebesar kgf pada sampel 1 (1L) dengan filler serat kenaf 5 %, matriks gipsum 93 %, PVA dan tembakau 1 %. Kekerasan dipengaruhi oleh ketebalan dari setiap sampel. Sampel 2A memiliki homogenitas yang tinggi antara filler dan matrik sehingga hasilnya memiliki nilai yang terbaik dibandingkan dengan sampel yang lainnya. Semakin homogen atau tercampurnya suatu material semakin meningkat sifat makroskopik dari material. PVA berfungsi sebagai perekat dalam material yang diteliti. Perekat ini berfungsi sebagai pengikat antara filler dengan matriks dengan adanya suatu ikatan antarmuka yaitu ikatan mekanik. Dari hasil kekerasan yang telah didapatkan sampel 2A dengan serat kenaf memiliki kualitas kekuatan hardness yang lebih baik dibandingkan dengan serat sintetis yang ada di pasaran. Charpy Impact Hasil charpy impact dengan ISO 179 terhadap sampel dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4. Harga rata-rata kekutan charpy impact tertinggi pada sampel dengan variasi anyaman (3A) sebesar kj m -2 dan harga rata-rata energi terserap adalah sebesar J. Sedangkan hasil charpy impact tertinggi pada sampel dengan variasi searah (4L) dengan harga rata-rata kekuatan charpy impact adalah sebesar kj m -2 dan harga rata-rata energi terserap adalah sebesar 0.822J. Energi yang diserap oleh sampel untuk terjadinya perpatahan pada ketahanan tumbukan sesaat sampel 3A lebih kecil dibandingkan dengan sampel 4L. Komposit dengan serat fiber glass digunakan sebagai komposit pembanding kualitas charpy impact biokomposit. Kekuatan charpy impact komposit tersebut adalah sebesar kj m -2. Jelas terlihat pada Gambar 1 bahwa terdapat perbedaan antara sampel 3A dan 4L. Hal ini terjadi karena kekuatan biokomposit yang kurang merata di setiap tempat oleh distribusi serat yang kurang merata, sehingga energi yang diserap menjadi lebih kecil. Luasan daerah tumbukan juga mempengaruhi yaitu semakin luas daerah tumbukan maka semakin kecil pula harga tumbukan biokomposit tersebut. Selain itu dapat dipengaruhi juga oleh fraksi volume dan ketebalan specimen, semakin tebal dan meningkatnya fraksi volume maka harga energi serapnya meningkat. Pada pengujian impact dengan suhu yang berbeda-beda maka akan terlihat bahwa pada suhu tinggi material akan bersifat ulet sedangkan pada suhu rendah material akan bersifat rapuh. Ini terjadi karena vibrasi atom-atom bahan pada suhu yang berbeda. Vibrasi atom berperan sebagai suatu panghalang terhadap pergerakan dislokasi pada saat terjadi deformasi kejut / impact dari luar. Dengan semakin tinggi vibrasi atom maka pergerakan dislokasi menjadi relative sulit sehingga dibutuhkan energi yang lebih besar untuk mematahkan benda uji. Sebaliknya pada suhu dibawah 0 o C, vibrasi atom relatif sedikit sehingga pada saat bahan dideformasi pergerakan dislokasi menjadi lebih mudah dipatahkan dengan energi yang relatif lebih rendah. Proses penyerapan energi ini akan diubah menjadi berbagai respon yaitu deformasi plastis,efek hysteria, dan efek inersia. 16 Nilai kekuatan charpy impact komposit lebih rendah dibandingkan dengan nilai kekuatan charpy impact biokomposit. Perbedaan kekuatan charpy impact antara komposit serat sintetis dan serat batang kenaf terlihat sangat jelas, sehingga

24 komposit dengan serat kenaf memiliki kualitas kekuatan charpy impact yang lebih baik dibandingkan dengan serat sintetis. 9 Gambar 3 Efek temperature terhadap ketangguhan impact beberapa material Tabel 3 Hasil charpy impact sampel dengan variasi anyaman Sampel Rata-rata Kekuatan charpy impact (kj m -2 ) Energi Terserap (J) Tabel 4 Hasil charpy impact sampel dengan variasi searah Sampel Rata-rata Kekuatan charpy impact (kj m -2 ) Energi Terserap (J)

25 Rata-rata Kekuatan charpy impact (kj m-2) L 3A sfg Sampel komposit Gambar 4 Hubungan antara rata-rata charpy impact (kj m -2 ) terhadap sampel komposit. Gambar 5 Hasil pengujian charpy impact Analisa Sifat Morfologi menggunakan SEM (Scanning Electron Microscopy) Citra yang diamati pada SEM (Scanning Electron Microscopy) dibentuk dengan menggunakan berkas-berkas elektron sebagai ganti radiasi cahaya. Permukaan yang diamati harus konduktif agar elektron dapat terpantulkan dari permukaan sehingga dilakukan coating permukaan dengan lapisan logam yang sangat tipis harus diterapkan pada material non-konduktif. Morfologi yang diamati oleh SEM berupa bentuk,ukuran, dan susunan partikel. Pada sampel 2A memiliki tingkat homogenitas yang baik antara tepung gipsum, serbuk daun tembakau, dan PVA tetapi dari matriks tersebut tidak merekat sempurna dengan filler serat kenaf begitu juga dengan sampel 4L dapat dilihat pada gambar 6 (a) dan (b). Hal ini disebabkan kurangnya pemberian tekanan terhadap sampel sehingga masih terdapat rongga-rongga udara pada sampel dan luas permukaan partikel yang tidak tertutupi merata oleh perekat. Dari morfologi permukaan cuplikan dengan perbesaran 500 X terlihat selulosa (C 6 H 10 O 5 ) membentuk potongan-potongan jaringan serat yang memanjang, kontinu, dan saling menumpuk atau terikat menjadi bentuk serat yang kuat, memiliki rantai monomer panjang serta banyak mengandung mineral-mineral alam yang bersumber pada nutrisi tanah yang dapat

26 mengalami proses pelapukan/degradasi karena faktor lingkungan. Tersusun atas selulosa dan lignin yng saling menumpuk dn terikat antara satu dengan yang lain. Serat kenaf memiliki penampang lintang yang berlubang. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya penambahan alkali pada proses sintesa serat kenaf sehingga lubang tersebut masih terdapat pada biokomposit. Lubang ini yang mengakibatkan kekuatan impact material menurun dan bahkan masih berada di bawah standar. Serat biokomposit long fiber terlihat berikatan. Ikatan silang antara asam maleat anhydride dengan serat kenaf membentuk ikatan silang dengan gugus OH. Selain itu adanya penambahan coupling agent menyebabkan adanya ikatan mekanik antara permukaan yang kasar sehingga antara matriks dengan filler dapat berikatan. Semakin kasar permukaan maka ikatan mekaniknya semakin kuat. 11 Gambar 6 Hasil pencitraan SEM (Scanning Electron Microccopy) kenaf bast fiber. 17 (a) (b)

27 12 (c) (d) Gambar 7 Citra SEM (Scanning Electron Microccopy) beserta Grafik EDS perbesaran 500 X (a) biokomposit variasi anyaman (2A) (b) biokomposit variasi searah (4L) (c) kenaf bast fiber (d) tembakau. Tabel 5 menunjukkan nilai EDS dari biokomposit variasi anyaman (2A) Element (kev) mass % atom % C K O K S K Ca K Mo L

28 13 Tabel 6 menunjukkan nilai EDS dari biokomposit variasi searah (4L) Element (kev) mass % atom % C K O K S K K K Ca K Tabel 7 menunjukkan nilai EDS dari serat kenaf Element (kev) mass % atom % C K O K Ca K Tabel 8 menunjukkan nilai EDS dari tembakau Element (kev) mass % atom % C K O K Mg K Al K Si K Cl K K K Ca K EDS (Energy Dispersive Spectroscopy) merupakan karakterisasi material dengan menangkap dan mengolah sinyal dari flouresensi sinar-x yang dikeluarkan oleh suatu volume kecil dari permukaan sampel sehingga komposisi unsur dapat diketahui. Gambar 5 (a) menunjukkan permukaan biokomposit filler serat kenaf, dari gambar tersebut terlihat membentuk potongan-potongan jaringan serat yang memanjang, kontinu, dan saling menumpuk atau terikat menjadi bentuk serat yang kuat. Gambar tersebut menunjukkan terdapat selulosa (C 6 H 10 O 5 ) pada serat kenaf. Pada tabel 7 terdapat kandungan karbon dengan % massa sebesar dan % atom sebesar 49.79, begitu juga dengan oksigen dengan % massa dan % atom Terdapat juga unsur lain yaitu unsur Ca. Gambar 5 (d) menunjukkan morfologi dari tembakau, dari gambar tersebut terdapat titik putih. Titik putih ini menunjukkan terdapat adanya kandungan nikotin (C 10 H 14 N 2 ). Pada tabel 8 terdapat kandungan karbon dengan % massa dan % atom sebesar %, begitu juga dengan oksigen % massa sebesar dan % atom sebesar Terdapat juga unsur lain yaitu unsur Mg, Al, Si, Cl, K, dan Ca. Komposisi dari biokomposit terdiri dari adanya campuran tepung gipsum (CaSO4.2H2O), serat kenaf (C 6 H 10 O 5 ), PVA, dan tembakau (C 10 H 14 N 2 ). Kandungan dari bahan-bahan tersebut dapat dilihat dari tabel EDS. Pada tabel 5

29 14 menunjukkan nilai EDS dari biokomposit dengan variasi anyaman (2A). terdapat kandungan karbon dengan % massa sebesar dan % atom sebesar 29.23, kandungan oksigen dengan % massa sebesar dan % atom sebesar 29.23, kandungan sulfida dengan % massa 5.65 dan % atom sebesar 3.32, dan kandungan kalsium dengan % massa dan % atom sebesar 5.8. terdapat juga unsur lain yaitu unsur Mo. Unsur kandungan yang terdapat pada biokomposit 2A sama halnya dengan pada biokomposit 4L. Pada tabel 6 menunjukkan nilai EDS dari biokomposit dengan variasi searah (4L) terdapat kandungan karbon dengan % massa sebesar dan % atom sebesar 46.56, kandungan oksigen % massa sebesar dan % atom sebesar 48.05, kandungan sulfida dengan % massa 3.55 dan % atom sebesar 1.95, kandungan kalium dengan % massa 0.24 dan % atom sebesar 0.11 dan kandungan kalsium dengan % massa 4.23 dan % atom sebesar Terdapat juga unsur lain yaitu unsur K. Analisa FTIR Berdasarkan spektra FTIR biokomposit (Gambar 8) dapat mengidentifikasi struktur senyawa dan ikatan interfase antara gugus-gugus fungsi material penyusunnya berdasarkan kombinasi pita serapan (energi fibrasi), dapat mendeteksi bilangan gelombang sebesar 400 cm ¹ sampai 4000 cm ¹. Gipsum (CaSO4.2H2O) sebagai matriks dan serat kenaf (C 6 H 10 O 5 ) sebagai filler membentuk ikatan interfase pada gugus fungsi melalui serapan pada bilangan gelombang 2122 cm ¹ dan 2231 cm ¹ (C=C), gugus C=O pada bilangan gelombang 1620 cm ¹ dan 1690 cm ¹. Sementara itu spektra FTIR juga menunjukkan besarnya serapan gugus fungsi lainnya seperti gugus hidroksil (O- H) pada bilangan gelombang 671 cm ¹ dan 3549 cm ¹, gugus NH pada bilangan gelombang 3248 cm ¹ dan 3402 cm ¹, gugus R-NO2 pada bilangan gelombang 1381cm ¹, dan gugus C-O pada bilangan gelombang 1065 cm ¹ dan 1103 cm ¹. Munculnya gugus fungsi O-H pada biokomposit ini menunjukkan bahwa masih terkandung H2O. Gambar 8 FTIR biokomposit papan gipsum plafon.

30 15 Gambar 9 FTIR selulosa standar 18 Analisa Massa Jenis (Densitas) Pengujian massa jenis dapat dilakukan dengan mengacu terhadap hukum Archimedes dimana benda yang sebagian atau seluruhnya berada di dalam fluida selalu mendapat gaya ke atas sebesar berat fluida yang dipindahkan. Alat yang digunakan untuk melakukan pengujian ini adalah neraca teknis dan fluida yang digunakan adalah air. Biokomposit yang diukur massa jenisnya merupakan bahan yang memiliki kekuatan mekanik terbaik yaitu biokomposit 2A dan biokomposit 4L yang kemudian dibandingkan dengan komposit fiber glass. Hasil pengujian menunjukkan besarnya nilai diperoleh massa jenis pada biokomposit 2A sebesar 1.6 g cm -3, sedangkan biokomposit 4L memiliki nilai massa jenis sebesar 1.7 g cm -3 dan pada komposit fiber glass nilai massa jenisnya sebesar 1.98 g cm -3. Hasil pengujian densitas tersebut menunjukkan bahwa densitas dari serat alam lebih kecil daripada serat sintetis sehingga untuk volume yang sama massa dari serat alam lebih ringan daripada serat sintetis. Analisa Penyerapan Air dan Pengembangan Tebal Hasil pengujian penyerapan air selama dua hari menunjukkan bahwa daya serap papan gipsum tertinggi diperoleh dari komposit fiber glass sebesar 25 %, pada biokomposit dengan penambahan tembakau sebesar 21 % dan terendah pada biokomposit tanpa penambahan tembakau sebesar 13 %. Daya serap air papan gipsum setelah direndam selama dua hari dapat dilihat pada Gambar 1. Hasil sidik

31 16 ragam menunjukkan bahwa gipsum komposisi tidak berpengaruh terhadap penyerapan air papan gipsum. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan air gypsum adalah adanya saluran kapiler yang menghubungkan antar ruang kosong, volume ruang kosong di antara partikel, luas permukaan partikel yang tidak dapat perekat ditutupi. 18 Kerapatan papan gypsum yang tinggi menyebabkan volume ruang antar partikel semakin kecil, sehingga penyerapan air lebih rendah dari papan yang memiliki kerapatan rendah. Nilai pengembangan tebal papan gipsum setelah direndam dua hari dapat dilihat pada Gambar 2. Nilai tertinggi pengembangan tebal terdapat pada komposit fiber glass sebesar 1.85 %. Pada biokomposit dengan penambahan tembakau sebesar 1.73 % dan nilai terendah terdapat pada biokomposit tanpa penambahan tembakau sebesar 0.4 %. Hal ini disebabkan keadaan sampel pada biokomposit dengan penambahan tembakau kurang merekat sempurna. Faktor komposisi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pengembangan tebal. Variabel yang paling penting dengan pengembangan tebal adalah penyerapan air. Semakin tinggi penyerapan air maka akan disertai dengan pengembangan tebal. Hal ini disebabkan karena air yang diserap papan gipsum akan mempengaruhi pengembangan volume masing-masing partikel dan menyebabkan pembebasan tekanan dari papan yang diberikan pada proses pengempaan pada waktu pembentukan lembaran. Melemahnya ikatan antar partikel pada dasarnya diepngaruhi oleh besarnya nisbah kempa, keteguhan rekat awal sebelum terjadinya peningkatan kadar air dan besarnya penurunan keteguhan rekat antar partikel akibat meningkatnya kadar air. 14 Menurut Djalal 18 papan gipsum yang telah mengalami pemuaian akibat pembebasan tekanan tidak dapat kembali pada keadaan semula meskipun kadar air papan tersebut kembali pada keadaan sebelum terjadinya pemuaian. Pengembangan tebal yang terjadi akan melemahkan ikatan antar individu partikel sehingga kekuatan mekaniknya menjadi lemah. Pada tingkat penambahan kadar air tertentu besarnya muai dari masingmasing partikel yang tergabung dalam lembaran papan dipengaruhi oleh sifat partikel yang digunakan dan efektivitas penggunaan perekat dalam membatasi besarnya muai individu partikel. 25% 13% 21% FG NT T FG NT T Hubungan antara penyerapan air dengan komposit Gambar 10 Hasil pengujian penyerapan air.

32 17 1,85% 1,73% FG NT 0,40% T FG NT T Hubungan antara pengmbangan tebal dengan komposit Gambar 11 Hasil pengujian pengembangan tebal. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil analisis kadar selulosa dengan menggunakan metode Van Soest dan Robertson menunjukkan bahwa kadar selulosa yang terdapat pada serat kenaf sebesar % dengan kadar lignin sebesar 2.39 % dan kadar hemiselulosa sebesar 9.43 %. Semakin banyak kadar selulosa yang terkandung pada serat kenaf akan meningkatkan sifat fisis mekanik pada bahan biokomposit. Konsetrasi fiber optimum biokomposit papan gipsum plafon terdapat pada filler anyaman dengan komposisi serat kenaf 10 %, matriks gipsum 88 %, PVA dan tembakau 1 % dengan karakterisasi sebagai berikut Biokomposit Komposit FG Hardness 4850 kgf > 546 kgf Impact kj m -2 > kj m -2 Energi serap J > J Hasil morfologi dengan SEM menunjukkan penyebaran filler serat kenaf cukup tersebar merata pada matriks pada biokomposit, selain itu terdapat kandungan selulosa (C 6 H 10 O 5 ) yang ditunjukkan dengan adanya bintik putih. Hal ini dapat dibuktikkan dengan grafik EDS. Dari grafik tersebut terdapat kandungan karbon dengan % massa sebesar dan % atom sebesar dan kandungan oksigen dengan % massa sebesar dan % atom sebesar Hasil analisa FTIR menunjukkan adanyan ikatan interfase antara filler serat kenaf (C 6 H 10 O 5 ) dan matriks gipsum (CaSO4.2H2O) pada gugus fungsi melalui serapan pada bilangan gelombang 2122 cm ¹ dan 2231 cm ¹ (C=C), gugus C=O pada bilangan gelombang 1620 cm ¹ dan1690 cm ¹. Hasil pengujian densitas pada biokomposit sebesar 1.6 g cm -3, sedangkan pada komposit fiber glass sebesar 1.98 g cm -3. Daya serap papan gipsum tertinggi diperoleh komposit fiber glass sebesar 25 %, pada biokomposit dengan

33 18 penambahan tembakau sebesar 21 % dan terendah pada biokomposit tanpa penambahan tembakau sebesar 13 %. Sedangkan pada pengembangan tebal nilai tertinggi diperoleh dari komposisi komposit fiber glass sebesar 1.85 %. Pada biokomposit dengan penambahan tembakau sebesar 1.73 % dan nilai terendah terdapat pada biokomposit tanpa penambahan tembakau sebesar 0.4 %. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal sehingga memenuhi syarat standar nasional untuk diaplikasikan ke pasaran. Pada proses pembuatan biokomposit ini disarankan menggunakan metode hot press supaya kadar air pada bahan berkurang. Perlu adanya pengujian anti rayap pada biokomposit ini untuk mengetahui ketahanan bahan terhadap serangan rayap. DAFTAR PUSTAKA 1. Nikmatin S,et all Karakterisasi Selulosa Kulit Rotan sebagai Material Pengganti Fiber Glass pada Komposit. Jurnal Kajian Teknik Pasca Panen dan Proses Hasil Pertanian: Nikmatin S Bionanokomposit filler nanopartikel serat kulit kenaf sebagai material pengganti komposit sintetis fiber glass pada komponen kendaraan bermotor [disertasi]. Institut Pertanian Bogor : Bogor 3. Liu A Making Pulp and Paper from Kenaf. Agriculture Officer, International Jute Organization (IJO). [1 Februari 2013]. 4. [Balittas]. Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat Kenaf : Buku 1, Malamg : Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat. 5. Setiawan Maail R Papan Semen-Gipsum dari Core-Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) Menggunakan Teknologi Pengerasan Autocalve [disertasi]. Institut Pertanian Bogor : Bogor 6. Rudihariawan Sifat Fisik dan Mekanik Papan Gipsum dari Tandan Kosong dan Sabut Kelapa Sawit [skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor 7. [Balittas]. Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat Tembakau : Buku 1, Malamg : Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat. 8. Sinaga, Salon Pembuatan Papan Ghipsum Plafon dengan bahan Pengisi Padat Pabrik Kertas Rokok dan Perekat Polivinil Alkohol[tesis]. Unversitas Sumatera Utara : Medan 9. Van Soest, P. J. & Robertson, J. B. (1980) Systems of analysis for evaluating fibrous feeds. In: Standardization of Analytical Methodology in Feeds (Pigden,W. J., Balch, C. C. & Graham, M., eds.), pp International Research Development Center, Ottawa, Canada. 10. Hernawati Teknik analisis nutrisi pakan, kecernaan pakan dan evaluasi energi pada ternak. Universitas Pendidikan Indonesia : Bandung

34 11. Arif D Analisis pengaruh ukuran. [skripsi]. Universitas Indonesia : Jakarta. 12. Tim Laboratorium Pengetahuan bahan makanan ternak. CV Nutri Sejahtera : Bogor. 13. Nursiam I Pendugaan kadar Neutral Detergent Fiber dan Adic Detergent Fiber pada pakan berdasarkan hasil analisa proksimat. [skripsi]. Institut Pertanian Bogor : Bogor. 14. Kollman, F. F. P., Kuenzi, E., dan A. J. Stamm Principles of Wood Science and Technology II Wood Based Materials. Springer-Verlag Berlin Heidelberg : New York. 15. Rudihariawan Sifat Fisik dan Mekanik Papan Gipsum dari Tandan Kosong dan Sabut Kelapa Sawit [skripsi]. Institut Pertanian Bogor : Bogor. 16. Ardhila Pengujian impak dan fenomena. [Terhubung Berkala]. impak dan fenomena. [18 September 2013] 17. Ibrahim NA, Wan M, Maizathulnisa O, Khalina A, Kamarul. Poly(Lactic Acid) (PLA)-reinforced kenaf bast fiber composites : the effect of triacetin. Journal of reinforced plastics and composites. 2009;0: Monariqsa, D, dkk Ekstraksi Selulosa dari Kayu Gelam (Melaleuca leucadendron Linn) dan Kayu Serbuk Industri Meubel. J penelitian sains 3(C) :

35 20 LAMPIRAN Lampiran 1 Diagram Alir Penelitian Biokomposit Papan Gipsum Plafon Mulai Milling daun tembakau Preparasi sampel Potong kenaf (panjang 25 cm) Milling Gipsum + tembakau + PVA Sintesa Biokomposit Karakterisasi Kenaf (searah & anyaman) Mekanik (kekerasan, impact) SEM-EDS, FTIR, Penyerapan air & Pengembangan Tebal Perhitungan & analisis data Penyusunan laporan Lampiran 2 Hasil Pengujian Charpy Impact Kondisi Sampel Alat : Metode : ISO 179 Kelembapan : 50% Kecepatan benturan : 2.9 m/s 2 Energy pendulum : 2,75 J Koreksi Energi : 0,018 J

36 21 Sampel biokomposit dengan variasi searah Sampel 1 Width (mm) Thickness (mm) Impact Energy (Joule) Corrected Energy Impact Izod Strength (kj/m) 11,81 5,1 0,615 0,608 10, ,89 0,194 0,187 3,187 12,13 5,92 0,994 0,987 13,745 Sampel 2 Mean 9,009 Standard Deviation 5,362 Standar Deviation (%) 60,00% Width (mm) Thickness (mm) Impact Energy (Joule) Corrected Energy Impact Izod Strength (kj/m) 11,9 5,79 0,437 0,43 6,241 12,68 6,23 0,636 0,629 7,962 11,89 6,15 0,423 0,416 5,689 Sampel 3 Mean 6,631 Standard Deviation 1,186 Standar Deviation (%) 18,00% Width (mm) Thickness (mm) Impact Energy (Joule) Corrected Energy Impact Izod Strength (kj/m) 11,88 6,69 0,454 0,447 5,624 12,17 6,9 0,399 0,399 4,668 11,88 7,02 0,435 0,428 5,132 Sampel 4 Mean 5,141 Standard Deviation 0,478 Standar Deviation (%) 9,00% Width (mm) Thickness (mm) Impact Energy (Joule) Corrected Energy Impact Izod Strength (kj/m) 12,01 6,3 0,974 0,967 12,780 12,02 5,58 0,52 0,513 7,649 12,22 5,93 0,993 0,986 13,607 Mean 11,345 Standard Deviation 3,228 Standar Deviation (%) 28,00%

37 22 Sampel 5 Width (mm) Thickness (mm) Impact Energy (Joule) Corrected Energy Impact Izod Strength (kj/m) 11,68 5,1 0,611 0,604 10,140 12,02 5,07 0,348 0,341 5,596 12,13 4,92 0,253 0,246 4,122 Mean 6,619 Standard Deviation 3,137 Standar Deviation (%) 47,00% Sampel biokomposit dengan variasi anyaman Sampel 1 Width (mm) Thickness (mm) Impact Energy (Joule) Corrected Energy Impact Izod Strength (kj/m) 12,12 6,5 0,597 0,59 7,489 11,88 6,05 0,265 0,258 3,590 12,08 6,33 0,347 0,34 4,446 Sampel 2 Mean 5,175 Standard Deviation 2,049 Standar Deviation (%) 40,00% Width (mm) Thickness (mm) Impact Energy (Joule) Corrected Energy Impact Izod Strength (kj/m) 11,99 6,94 0,728 0,721 8, ,54 0,436 0,429 5,466 12,17 6,87 0,333 0,326 3,899 Sampel 3 Mean 6,010 Standard Deviation 2,429 Standar Deviation (%) 40,00% Width (mm) Thickness (mm) Impact Energy (Joule) Corrected Energy Impact Izod Strength (kj/m) 11,96 5,51 0,527 0,52 7,891 12,16 5,99 0,482 0,475 6,521 12,29 5,72 0,379 0,372 5,292 Sampel 4 Mean 6,568 Standard Deviation 1,300 Standar Deviation (%) 20,00% Width (mm) Thickness (mm) Impact Energy (Joule) Corrected Energy Impact Izod Strength (kj/m) 11,93 5,77 0,402 0,395 5,738 11,94 5,98 0,447 0,44 6,162 12,1 5,84 0,401 0,394 5,576 Mean 5,825 Standard Deviation 0,303 Standar Deviation (%) 5,00%

38 23 Sampel 5 Width (mm) Thickness (mm) Impact Energy (Joule) Corrected Energy Impact Izod Strength (kj/m) 12,12 5,79 0,337 0,33 4,703 11,75 5,98 0,235 0,228 3,245 12,16 6,39 0,246 0,239 3,076 Mean 3,674 Standard Deviation 0,894 Standar Deviation (%) 24,00% Lampiran 3 Hasil Pengujian SEM-EDS Biokomposit dengan variasi anyaman

39 24 Biokomposit dengan variasi searah

40 Serat kenaf 25

41 26 Tembakau

42 27 Lampiran 4 Perhitungan massa jenis Keterangan: ρ = densitas material (g cm -3 ) ρ air = densitas air (g cm -3 ) = 1 g cm -3 m 1 = massa awal pada saat di udara (g) m 2 = massa akhir pada saat di air (g) ρ 2A = gram/cm 3 = 1.6 gram/cm 3 ρ 4L = gram/cm 3 = 1.98 gram/cm 3 ρ FG = gram/cm 3 = 1.7 gram/cm 3 Lampiran 5 Perhitungan penyerapan air Keterangan : B = Bobot awal B 1 = Bobot akhir Penambahan tembakau Rata rata = 21.1 % Tanpa penambahan tembakau Rata rata = % Komposit fiber glass

43 28 Rata rata = % Lampiran 6 Perhitungan pengembangan tebal Penambahan tembakau Rata rata = 0.4 % Tanpa penambahan tembakau Rata rata = 1.73 % Komposit fiber glass Rata rata = 1.85 %

44 29 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ciamis pada tanggal 23 Oktober 1991 dari pasangan H. Oni Saduddin, B.A. dan Hj. Noneng Nurlaela. Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Banjarsari dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Selama menempuh pendidikan, penulis menjadi asisten praktikum Eksperimen Fisika 1 pada tahun ajaran 2012/2013. Penulis juga pernah aktif di beberapa kegiatan kepanitian organisasi, yaitu aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Fisika sebagai anggota Divisi Keilmuan ( ).

OPTIMASI SERAT KENAF SEBAGAI FILLER BIOKOMPOSIT DENGAN ADITIF SERBUK DAUN TEMBAKAU PADA APLIKASI PAPAN GIPSUM PLAFON

OPTIMASI SERAT KENAF SEBAGAI FILLER BIOKOMPOSIT DENGAN ADITIF SERBUK DAUN TEMBAKAU PADA APLIKASI PAPAN GIPSUM PLAFON Jurnal Biofisika 10 (1): 30-42 OPTIMASI SERAT KENAF SEBAGAI FILLER BIOKOMPOSIT DENGAN ADITIF SERBUK DAUN TEMBAKAU PADA APLIKASI PAPAN GIPSUM PLAFON V. Fauziah*, S. Nikmatin, A. D. Husin Departemen Fisika,

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASIWA

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASIWA LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASIWA OPTIMASI BATANG ROTAN SEBAGAI FILLER BIOKOMPOSIT DENGAN ADITIF SERBUK DAUN TEMBAKAU DAN PEREKAT POLIVINIL ALKOHOL (PVA) PADA APLIKASI PAPAN GIPSUM PLAFON BIDANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lignin merupakan polimer alam yang terdapat dalam tumbuhan. Struktur lignin sangat beraneka ragam tergantung dari jenis tanamannya. Namun, secara umum lignin merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan material komposit dengan filler serat alam mulai banyak dikenal dalam industri manufaktur. Material yang ramah lingkungan, mampu didaur ulang, serta mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang material komposit,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang material komposit, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang material komposit, menjadi sebuah tantangan dalam ilmu material untuk mencari dan mendapatkan material baru yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hutan semakin hari semakin berkurang. Untuk mengurangi ketergantungan akan

BAB I PENDAHULUAN. hutan semakin hari semakin berkurang. Untuk mengurangi ketergantungan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan bahan papan pada saat sekarang ini mengalami peningkatan yang sangat drastis. Bahan papan merupakan bahan yang diperoleh dari kayukayu hasil hutan. Peningkatan

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA

PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA i PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 i PENGARUH PERENDAMAN

Lebih terperinci

Studi Awal Pembuatan Komposit Papan Serat Berbahan Dasar Ampas Sagu

Studi Awal Pembuatan Komposit Papan Serat Berbahan Dasar Ampas Sagu Studi Awal Pembuatan Komposit Papan Serat Berbahan Dasar Ampas Sagu Mitra Rahayu1,a), Widayani1,b) 1 Laboratorium Biofisika, Kelompok Keilmuan Fisika Nuklir dan Biofisika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN KOMPOSIT GIPSUM SERAT IJUK DENGAN PENAMBAHAN BORAKS (Dinatrium Tetraborat Decahydrate)

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN KOMPOSIT GIPSUM SERAT IJUK DENGAN PENAMBAHAN BORAKS (Dinatrium Tetraborat Decahydrate) ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN KOMPOSIT GIPSUM SERAT IJUK DENGAN PENAMBAHAN BORAKS (Dinatrium Tetraborat Decahydrate) Hilda Trisna, Alimin Mahyudin Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Andalas, Padang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga didunia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga didunia BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga didunia setelah Nigeria dan Thailand dengan hasil produksi mencapai lebih 23 juta ton pada tahun 2014

Lebih terperinci

Pengaruh Persentase Serat Sabut Pinang (Areca Catechu L. Fiber) dan Foam Agent terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Papan Beton Ringan

Pengaruh Persentase Serat Sabut Pinang (Areca Catechu L. Fiber) dan Foam Agent terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Papan Beton Ringan Jurnal Fisika Unand Vol. 6, No. 4, Oktober 2017 ISSN 2302-8491 Pengaruh Persentase Serat Sabut Pinang (Areca Catechu L. Fiber) dan Foam Agent terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Papan Beton Ringan Firda Yulia

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT PINANG (Areca catechu L. Fiber) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISIS BAHAN CAMPURAN SEMEN GIPSUM

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT PINANG (Areca catechu L. Fiber) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISIS BAHAN CAMPURAN SEMEN GIPSUM PENGARUH PENAMBAHAN SERAT PINANG (Areca catechu L. Fiber) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISIS BAHAN CAMPURAN SEMEN GIPSUM Suci Olanda, Alimin Mahyudin Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Material untuk rekayasa struktur terbagi menjadi empat jenis, diantaranya logam, keramik, polimer, dan komposit (Ashby, 1999). Material komposit merupakan alternatif

Lebih terperinci

= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum α i ε ij

= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum α i ε ij 5 Pengujian Sifat Binderless MDF. Pengujian sifat fisis dan mekanis binderless MDF dilakukan mengikuti standar JIS A 5905 : 2003. Sifat-sifat tersebut meliputi kerapatan, kadar air, pengembangan tebal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi plastik membuat aktivitas produksi plastik terus meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau bahan dasar. Material plastik

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penggunaan dan pemanfaatan material komposit dewasa ini berkembang cukup pesat mulai dari yang sederhana seperti alat - alat rumah tangga sampai sektor industri dikarenakan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BIOKOMPOSIT FILLER SHORT FIBER KULIT ROTAN HASIL FERMENTASI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BIOKOMPOSIT FILLER SHORT FIBER KULIT ROTAN HASIL FERMENTASI Jurnal Biofisika 8 (1): 1-8 SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BIOKOMPOSIT FILLER SHORT FIBER KULIT ROTAN HASIL FERMENTASI A. A. Anggraeni, S. Nikmatin* Bagian Fisika Terapan, Departemen Fisika,

Lebih terperinci

PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE

PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE Harini Program Studi Teknik Mesin Universitas 17 agustus 1945 Jakarta yos.nofendri@uta45jakarta.ac.id

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN ALKALI TERHADAP SIFAT MEKANIK KOMPOSIT KENAF - POLYPROPYLENE

PENGARUH PERLAKUAN ALKALI TERHADAP SIFAT MEKANIK KOMPOSIT KENAF - POLYPROPYLENE PENGARUH PERLAKUAN ALKALI TERHADAP SIFAT MEKANIK KOMPOSIT KENAF - POLYPROPYLENE SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh : KOMANG TRISNA ADI PUTRA NIM. I1410019

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan manusia terhadap kayu sebagai bahan konstruksi bangunan atau furnitur terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk, sementara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tandan Kosong Sawit Jumlah produksi kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, pada tahun 2010 mencapai 21.958.120 ton dan pada tahun 2011 mencapai

Lebih terperinci

F SIFAT FISIK DAN MEKANIK PAPAN GIPSUM DARI TAN DAN KOSONG DAN SABUT KELAPA SAWIT. Oleh: RUDIHARIAWAN I FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

F SIFAT FISIK DAN MEKANIK PAPAN GIPSUM DARI TAN DAN KOSONG DAN SABUT KELAPA SAWIT. Oleh: RUDIHARIAWAN I FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN SIFAT FISIK DAN MEKANIK PAPAN GIPSUM DARI TAN DAN KOSONG DAN SABUT KELAPA SAWIT Oleh: RUDIHARIAWAN I F31.0518 2000 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR SIFAT FISIK DAN MEKANIK PAPAN

Lebih terperinci

F SIFAT FISIK DAN MEKANIK PAPAN GIPSUM DARI TAN DAN KOSONG DAN SABUT KELAPA SAWIT. Oleh: RUDIHARIAWAN I FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

F SIFAT FISIK DAN MEKANIK PAPAN GIPSUM DARI TAN DAN KOSONG DAN SABUT KELAPA SAWIT. Oleh: RUDIHARIAWAN I FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN SIFAT FISIK DAN MEKANIK PAPAN GIPSUM DARI TAN DAN KOSONG DAN SABUT KELAPA SAWIT Oleh: RUDIHARIAWAN I F31.0518 2000 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR SIFAT FISIK DAN MEKANIK PAPAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perkembangan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dalam industri mulai menyulitkan bahan konvensional seperti logam untuk memenuhi keperluan aplikasi baru. Penggunaan

Lebih terperinci

akan sejalan dengan program lingkungan pemerintah yaitu go green.

akan sejalan dengan program lingkungan pemerintah yaitu go green. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, masyarakat Indonesia masih memahami bahwa serat alam tidak terlalu banyak manfaatnya, bahkan tidak sedikit yang menganggapnya sebagai bahan yang tak berguna

Lebih terperinci

OPTIMASI KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DAN FERO SULFAT

OPTIMASI KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DAN FERO SULFAT VI. OPTIMASI KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DAN FERO SULFAT Pendahuluan Penelitian pada tahapan ini didisain untuk mengevaluasi sifat-sifat papan partikel tanpa perekat yang sebelumnya diberi perlakuan oksidasi.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS KALSIUM KLORIDA

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS KALSIUM KLORIDA KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS KALSIUM KLORIDA HASIL PENELITIAN Oleh: Zul Rahman Arief 061203037 / Teknologi Hasil Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

SIFAT MEKANIK BIONANOKOMPOSIT FILLER NANOPARTIKEL BIOMASS KULIT ROTAN METODE INJEKSI MOLDING

SIFAT MEKANIK BIONANOKOMPOSIT FILLER NANOPARTIKEL BIOMASS KULIT ROTAN METODE INJEKSI MOLDING Jurnal Biofisika 9 (1): 31-36 SIFAT MEKANIK BIONANOKOMPOSIT FILLER NANOPARTIKEL BIOMASS KULIT ROTAN METODE INJEKSI MOLDING S. Nikmatin 1, L.I. Sudirman 2 1 Departemen Fisika, FMIPA, Institut Pertanian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH KARAKTERISTIK KOMPOSIT SERBUK KAYU JATI DENGAN FRAKSI VOLUME 25%, 30%, 35% TERHADAP UJI BENDING, UJI TARIK DAN DAYA SERAP BUNYI UNTUK DINDING PEREDAM SUARA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober 2015. Pembuatan papan dan pengujian sifat fisis dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Program Studi Kehutanan,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan diuraikan analisis terhadap hasil pengolahan data. Pembahasan mengenai analisis hasil pengujian konduktivitas panas, pengujian bending, perhitungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari hingga Juni 2009 dengan rincian waktu penelitian terdapat pada Lampiran 3. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

SIFAT FISIS MEKANIS PAPAN GIPSUM DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DENGAN PERLAKUAN PERENDAMAN DAN VARIASI KADAR GIPSUM

SIFAT FISIS MEKANIS PAPAN GIPSUM DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DENGAN PERLAKUAN PERENDAMAN DAN VARIASI KADAR GIPSUM SIFAT FISIS MEKANIS PAPAN GIPSUM DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DENGAN PERLAKUAN PERENDAMAN DAN VARIASI KADAR GIPSUM SKRIPSI Oleh : FAUZAN KAHFI 031203035 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN B. Tahapan Proses Pembuatan Papan Serat 1. Pembuatan Matras a. Pemotongan serat Serat kenaf memiliki ukuran panjang rata-rata 40-60 cm (Gambar 18), untuk mempermudah proses pembuatan

Lebih terperinci

6 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGEMPAAN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

6 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGEMPAAN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT 77 6 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGEMPAAN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT 6.1 Pendahuluan Pengempaan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas papan yang dihasilkan (USDA, 1972). Salah satu hal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 7 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biokomposit dan pengujian sifat fisis dan mekanis dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa dan Desain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Alat Penelitian Alat yang digunakan selama proses treatment atau perlakuan alkalisasi serat kenaf dapat dilihat pada Gambar 3.1. (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) Gambar 3.1. Peratalatan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius) SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius) Citra Mardatillah Taufik, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 8 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian ini menggunakan bahan-bahan berupa tandan kosong sawit (TKS) yang diperoleh dari pabrik kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara VIII Kertajaya,

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT IJUK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN SEMEN-GIPSUM

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT IJUK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN SEMEN-GIPSUM PENGARUH PENAMBAHAN SERAT IJUK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN SEMEN-GIPSUM Meri Darmawi, Alimin Mahyudin Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, 25163 e-mail:

Lebih terperinci

Lampiran A. Densitas Dari Papan Gipsum Plafon Terhadap Sampel (Gipsum : Serbuk Batang Kelapa Sawit : Tapioka) M k M g M t ρ air Ρ

Lampiran A. Densitas Dari Papan Gipsum Plafon Terhadap Sampel (Gipsum : Serbuk Batang Kelapa Sawit : Tapioka) M k M g M t ρ air Ρ Lampiran A. Densitas Dari Papan Gipsum Plafon Terhadap Sampel (Gipsum : Serbuk Batang Kelapa Sawit : Tapioka) No Sampel Gipsum : Batang Kelapa Sawit : Tapioka M k M g M t ρ air Ρ 1 65 g : 0 g : 0 g 5,97

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah logam. Seiring dengan jaman yang semakin maju, kebutuhan akan logam menjadi semakin tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penggunaan polimer dan komposit dewasa ini semakin meningkat di segala bidang. Komposit berpenguat serat banyak diaplikasikan pada alat-alat yang membutuhkan material

Lebih terperinci

Gambar 7. Jenis-jenis serat alam.

Gambar 7. Jenis-jenis serat alam. III. TINJAUAN PUSTAKA A. Serat Alam Penggunaan serat alam sebagai bio-komposit dengan beberapa jenis komponen perekatnya baik berupa termoplastik maupun termoset saat ini tengah mengalami perkembangan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS NATRIUM SILIKAT

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS NATRIUM SILIKAT KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS NATRIUM SILIKAT SKRIPSI Oleh Ance Trisnawati Gultom 061203040/Teknologi Hasil Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIS PAPAN PARTIKEL BAMBU BETUNG

KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIS PAPAN PARTIKEL BAMBU BETUNG KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIS PAPAN PARTIKEL BAMBU BETUNG HASIL PENELITIAN Oleh: Satria Muharis 071203013/Teknologi Hasil Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011

Lebih terperinci

STUDI PERLAKUAN SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DAN PEMBUATAN KOMPOSIT POLIMER BUSA SERTA ANALISA UJI LENTUR

STUDI PERLAKUAN SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DAN PEMBUATAN KOMPOSIT POLIMER BUSA SERTA ANALISA UJI LENTUR STUDI PERLAKUAN SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DAN PEMBUATAN KOMPOSIT POLIMER BUSA SERTA ANALISA UJI LENTUR SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 204 di Workshop Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara untuk membuat

Lebih terperinci

SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH INDUSTRI PENSIL DENGAN BERBAGAI RASIO BAHAN BAKU DAN TARGET KERAPATAN

SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH INDUSTRI PENSIL DENGAN BERBAGAI RASIO BAHAN BAKU DAN TARGET KERAPATAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH INDUSTRI PENSIL DENGAN BERBAGAI RASIO BAHAN BAKU DAN TARGET KERAPATAN Oleh: Yunida Syafriani Lubis 111201033 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara ERICK MARTHIN GULTOM (061203028) KEHUTANAN 2010 KUALITAS PAPAN PLASTIK KOMPOSIT PADA BERBAGAI TINGKAT PENDAURULANGAN PLASTIK ERICK MARTHIN GULTOM 061203028 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan tanaman penghasil kayu yang banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, baik untuk keperluan industri besar, industri

Lebih terperinci

PENGARUH PROPORSI CAMPURAN SERBUK KAYU GERGAJIAN DAN AMPAS TEBU TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA FATHIMA TUZZUHRAH ARSYAD

PENGARUH PROPORSI CAMPURAN SERBUK KAYU GERGAJIAN DAN AMPAS TEBU TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA FATHIMA TUZZUHRAH ARSYAD i PENGARUH PROPORSI CAMPURAN SERBUK KAYU GERGAJIAN DAN AMPAS TEBU TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA FATHIMA TUZZUHRAH ARSYAD DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN 25 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 AlaT Penelitian Peralatan yang digunakan selama proses pembuatan komposit : a. Alat yang digunakan untuk perlakuan serat Alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap: 1. Pembuatan (sintesis) material. Pada tahap ini, dicoba berbagai kombinasi yaitu suhu, komposisi bahan, waktu pemanasan dan lama pengadukan.

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 ABSTRAK

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR. PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT TANDAN KELAPAA SAWIT (Elaeis Guineensis) POLYPROPYLENE (RPP) DENGAN VARIASI MASSAA

LAPORAN AKHIR. PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT TANDAN KELAPAA SAWIT (Elaeis Guineensis) POLYPROPYLENE (RPP) DENGAN VARIASI MASSAA LAPORAN AKHIR PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT TANDAN KELAPAA SAWIT (Elaeis Guineensis) MENGGUNAKAN PENGUAT SERAT RECYCLED POLYPROPYLENE (RPP) DENGAN VARIASI MASSAA Dibuat Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada April- Juli 2012 bertempat di Waduk Batutegi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada April- Juli 2012 bertempat di Waduk Batutegi 25 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada April- Juli 2012 bertempat di Waduk Batutegi Kabupaten Tanggamus dan Laboratorium Balai Penelitian Ternak Ciawi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian IV. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian terapan, yang pelaksanaannya kebanyakan dilaksanakan di laboratorium. Agar supaya, tujuan peneltian dapat tercapai dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini mendorong para peneliti untuk menciptakan dan mengembangkan suatu hal yang telah ada maupun menciptakan

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *) ABSTRAK

PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *)   ABSTRAK PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA Adriana *) email: si_adramzi@yahoo.co.id ABSTRAK Serat sabut kelapa merupakan limbah dari buah kelapa yang pemanfaatannya sangat terbatas. Polipropilena

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI BATAKO RINGAN MENGGUNAKAN ABU VULKANIK SINABUNG DAN SERAT BATANG PISANG DENGAN PEREKAT POLYESTER SKRIPSI

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI BATAKO RINGAN MENGGUNAKAN ABU VULKANIK SINABUNG DAN SERAT BATANG PISANG DENGAN PEREKAT POLYESTER SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI BATAKO RINGAN MENGGUNAKAN ABU VULKANIK SINABUNG DAN SERAT BATANG PISANG DENGAN PEREKAT POLYESTER SKRIPSI Diajukan Oleh : NASRUL 100801009 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Uji

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 12 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Juni 2012. Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu: Tahap 1. Pembuatan polimer khitosan dilakukan di UPT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan Test Specification SNI

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan Test Specification SNI BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan bahan baku, pembuatan dan pengujian sifat fisis papan partikel dilaksanakan di Laboratorium Bio-Komposit sedangkan untuk pengujian sifat mekanis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data statistik Kehutanan (2009) bahwa hingga tahun 2009 sesuai dengan ijin usaha yang diberikan, produksi hutan tanaman mencapai 18,95 juta m 3 (HTI)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan rekayasa teknologi saat ini tidak hanya bertujuan untuk membantu umat manusia, namun juga harus mempertimbangkan aspek lingkungan. Segala hal yang berkaitan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. sehingga sifat-sifat mekaniknya lebih kuat, kaku, tangguh, dan lebih kokoh bila. dibandingkan dengan tanpa serat penguat.

I.PENDAHULUAN. sehingga sifat-sifat mekaniknya lebih kuat, kaku, tangguh, dan lebih kokoh bila. dibandingkan dengan tanpa serat penguat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serat merupakan material yang umumnya jauh lebih kuat dari matriks dan berfungsi memberikan kekuatan tarik. Secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi serat adalah sebagai

Lebih terperinci

PEMBUATAN HIDROGEL BERBASIS SELULOSA DARI TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L) DENGAN METODE IKAT SILANG SKRIPSI MARLINA PURBA

PEMBUATAN HIDROGEL BERBASIS SELULOSA DARI TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L) DENGAN METODE IKAT SILANG SKRIPSI MARLINA PURBA PEMBUATAN HIDROGEL BERBASIS SELULOSA DARI TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L) DENGAN METODE IKAT SILANG SKRIPSI MARLINA PURBA 130822002 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH RASIO SEMEN DAN PARTIKEL TERHADAP KUALITAS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH PARTIKEL INDUSTRI PENSIL

PENGARUH RASIO SEMEN DAN PARTIKEL TERHADAP KUALITAS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH PARTIKEL INDUSTRI PENSIL PENGARUH RASIO SEMEN DAN PARTIKEL TERHADAP KUALITAS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH PARTIKEL INDUSTRI PENSIL SKRIPSI Oleh: RIZQI PUTRI WINANTI 111201013 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ampas tebu atau yang umum disebut bagas diperoleh dari sisa pengolahan tebu (Saccharum officinarum) pada industri gula pasir. Subroto (2006) menyatakan bahwa pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan berkembangnya teknologi pembuatan komposit polimer yaitu dengan merekayasa material pada saat ini sudah berkembang pesat. Pembuatan komposit polimer tersebut

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI PAPAN KOMPOSIT DENGAN VARIASI PANJANG SERAT

PEMANFAATAN LIMBAH TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI PAPAN KOMPOSIT DENGAN VARIASI PANJANG SERAT PEMANFAATAN LIMBAH TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI PAPAN KOMPOSIT DENGAN VARIASI PANJANG SERAT Rina Lusiani 1*, Sunardi 2, Yogie Ardiansah 3 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pokok masyarakat dalam bahan bangunan untuk perumahan, maka

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pokok masyarakat dalam bahan bangunan untuk perumahan, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia semakin meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia maka semakin bertambah pula kebutuhan pokok masyarakat dalam bahan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Fakultas Kehutanan Univesitas Sumatera Utara Medan. mekanis kayu terdiri dari MOE dan MOR, kerapatan, WL (Weight loss) dan RS (

METODE PENELITIAN. Fakultas Kehutanan Univesitas Sumatera Utara Medan. mekanis kayu terdiri dari MOE dan MOR, kerapatan, WL (Weight loss) dan RS ( 12 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2017 - Juni 2017. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, dan Workshop Fakultas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman penghasil selulosa merupakan komoditas penting setelah tanaman pangan. Indonesia sebagai negara dengan keanekaragaman hayati yang luas memiliki peluang yang besar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisis 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisis Tampilan permukaan komposit PP-mikrofibril TKKS dengan khitosan untuk substitusi PP disajikan dalam Gambar 10. Pemotretan dilakukan dengan menggunakan mikroskop

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA Firmansyah, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, 25163 e-mail: firman_bond007@yahoo.com

Lebih terperinci

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 17 III.METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji

III. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan bahan baku dan pembuatan papan partikel dilaksanakan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan dan Laboratorium Bio-Komposit sedangkan untuk pengujian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisis Papan Semen 4.1.1. Kadar Air Nilai rata-rata kadar air papan semen sekam hasil pengukuran disajikan pada Gambar 7. 12 Kadar air (%) 9 6 3 0 JIS A5417 1992:

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL

Lebih terperinci

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Yuliani Arsita *, Astuti Jurusan Fisika Universitas Andalas * yulianiarsita@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI Standar Nasional Indonesia Papan partikel ICS 79.060.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Klasifikasi...

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Secara garis besar penelitian dibagi menjadi tiga, yaitu pembuatan kertas dengan modifikasi tanpa tahap penghilangan lemak, penambahan aditif kitin, kitosan, agar-agar, dan karagenan,

Lebih terperinci

Gravitasi Vol. 14 No.1 (Januari-Juni 2015) ISSN: ABSTRAK

Gravitasi Vol. 14 No.1 (Januari-Juni 2015) ISSN: ABSTRAK PENGARUH VARIASI UKURAN PANJANG SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BATAKO The effect of the addition of coconut fiberto compressive strength and flexural strength on brick. Sitti Hajrah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan material komposit dalam bidang teknik semakin meningkat seiring meningkatnya pengetahuan karakteristik material ini. Material komposit mempunyai banyak keunggulan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia menyebabkan industri kehutanan mengalami krisis bahan baku.

PENDAHULUAN. Indonesia menyebabkan industri kehutanan mengalami krisis bahan baku. PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan akan kayu semakin meningkat dengan semakin berkembangnya pembangunan di Indonesia. Fakta menunjukkan, besarnya laju kerusakan hutan di Indonesia menyebabkan industri

Lebih terperinci

KETAHANAN KOMPOSIT KAYU PLASTIK-DAUR-ULANG DENGAN PENAMBAHAN UV STABILIZER TERHADAP CUACA IWAN RISNASARI

KETAHANAN KOMPOSIT KAYU PLASTIK-DAUR-ULANG DENGAN PENAMBAHAN UV STABILIZER TERHADAP CUACA IWAN RISNASARI KETAHANAN KOMPOSIT KAYU PLASTIK-DAUR-ULANG DENGAN PENAMBAHAN UV STABILIZER TERHADAP CUACA IWAN RISNASARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Material komposit merupakan material yang tersusun dari sedikitnya dua macam material yang memiliki sifat fisis yang berbeda yakni sebagai filler atau material penguat

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan TINJAUAN PUSTAKA A. Papan Partikel A.1. Definisi papan partikel Kayu komposit merupakan kayu yang biasa digunakan dalam penggunaan perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar,

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEN HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA

PENGARUH PERSEN HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA PENGARUH PERSEN HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA Dahyunir Dahlan, Sri Mulyati Laboratorium Fisika Material - Jurusan Fisika, FMIPA UNAND

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari 28 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari 2010 yang bertempat di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca

Lebih terperinci