BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
|
|
- Liani Sanjaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman penghasil selulosa merupakan komoditas penting setelah tanaman pangan. Indonesia sebagai negara dengan keanekaragaman hayati yang luas memiliki peluang yang besar untuk mengeksplorasi pemanfaatan bahan serat alam sebagai penguat material komposit. Pada saat ini, semakin meningkatnya penggunaan serat sintetis fiber glass pada berbagai industri khususnya industri transportasi seperti door trim, luggage box, badan pesawat dan body speed boat, dapat menimbulkan permasalahan, selain limbah anorganik yang semakin bertambah juga bahan baku serat sintetis yang terbatas sehingga mampu mendorong perubahan trend teknologi komposit menuju natural composite yang ramah lingkungan (Sisworo 2009). Rotan adalah salah satu material yang dapat dengan mudah dibengkokkan tanpa deformasi yang nyata. Rotan merupakan komoditas hasil hutan non-kayu, yang memberi kehidupan bagi dua juta rakyat Indonesia yang tersebar di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera. Sementara itu kulit rotan adalah limbah yang dapat direkayasa menjadi produk teknologi nasional yaitu filler nanokomposit. Pada pemanenan, besarnya limbah kulit rotan pada penebangan secara tradisional adalah % dan ketersediaannya sampai saat ini belum ada pemanfaatan sebagai filler nanokomposit. Menurut Direktorat Bina Produksi Kehutanan, dari 143 juta hektar luas hutan di Indonesia, diperkirakan hutan yang ditumbuhi rotan seluas juta hektar. Produksi rotan alam di Indonesia mencapai 556 ribu (2010) dan 696 ribu (2011) ton/tahun yang merupakan 85% dari produksi rotan dunia. Sedangkan nilai ekspor rotan Indonesia pada tahun 2006 tercatat ton, senilai $398/9 juta, tahun 2010 mencapai 526 ribu ton dan 684 ribu ton pada tahun Pajak ekspor rotan telah menghasilkan devisa sebesar U$D /triwulan. Tuntutan membuat segala sesuatu menjadi lebih ringan, superkuat, dan memiliki sifat fisis mekanis yang lebih menguntungkan serta harga produk yang dapat bersaing adalah hal yang wajar di era teknologi seperti saat ini. Dibidang
2 2 industri manufaktur komponen transportasi, khususnya sepeda motor, kebutuhan akan komposit sintetis meningkat tajam setiap tahunnya seiring dengan meningkatnya kebutuhan pasar akan sepeda motor. Sampai dengan tahun 2011 jumlah sepeda motor di Indonesia mencapai 69 juta dengan tingkat pertumbuhan 9 juta/tahun atau /hari (Lampiran 1). Salah satu contoh penggunaan material komposit fiber glass yang saat ini digunakan pada produk komponen sepeda motor adalah luggage box yang berfungsi sebagai penyimpan barang sekaligus sebagai tumpuan beban struktur pengendara sepeda motor yang berada tepat diatasnya. Dalam pembuatannya, satu unit luggage box membutuhkan 500 g biji komposit, sehingga dapat digambarkan kebutuhan akan komposit sintetis yang berbahan dasar minyak bumi dan bahaya akan global warming yang cukup besar. Hal ini mendorong peneliti dan industri membuat material baru yang ramah lingkungan sekaligus memiliki sifat fisis mekanis yang sebanding atau lebih baik dari material sebelumnya dan saat ini telah dikembangkan suatu metoda yaitu nanoteknologi. Nanoteknologi diyakini sebagai sebuah konsep teknologi yang akan melahirkan revolusi industri baru. Beberapa cabang ilmu terapan dan medis mengadopsi nanosains dan nanoteknologi menjadi fondasi utamanya dan tidak diragukan, dengan teknologi yang terus berkembang, penelitian dan pengunaan nanoteknologi akan terus bermunculan mengacu pada ide yang sangat sederhana yaitu menyusun sebuah material yang terdiri atas blok-blok partikel homogen dengan ukuran nanometer. Impian nanoteknologi dibidang komponen transportasi, untuk dapat merekayasa atau mengubah suatu bahan dengan tingkat fleksibilitas sama dengan yang telah dicapai manusia dalam memanipulasi data dengan teknologi informasi, mungkin masih terasa jauh dan masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan. Namun, dalam perkembangannya, nanoteknologi telah memberikan warna baru dalam bidang-bidang lain khususnya ilmu dan teknologi material bionanokomposit. Bionanokomposit merupakan pilihan material yang sangat potensial untuk dikembangkan dan diteliti lebih lanjut. Untuk mendapatkan material komposit berpenguat nanopartikel serat kulit rotan yang memiliki sifat fisis mekanis sebanding dengan komposit serat sintetis, maka diperlukan suatu teknik yang dapat mengakselerasi pembuatan partikel nano yang homogen yaitu kombinasi
3 3 antara penggilingan mekanik (milling-shaker), pemanasan berstirer dan ultrasonik. Nanopartikel ini dapat digunakan sebagai pengganti serat sintetis fiber glass dan digunakan sebagai filler bionanokomposit yang diproses dengan metoda injeksi molding sehingga bisa menjadi jawaban atas kebutuhan akan komposit disegala bidang. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini secara umum adalah mensintesa dan mengkarakterisasi material bionanokomposit filler nanopartikel serat kulit rotan, untuk menggantikan atau mengurangi penggunaan komposit sintetis fiber glass pada komponen sepeda motor. Tujuan umum tersebut, dilakukan dalam beberapa tahap penelitian yang mempunyai tujuan spesifik yaitu : 1. Mendapatkan selulosa dan karakteristiknya yang diperoleh dari ekstraksi kulit rotan dengan metode fermentasi kapang Aspergillus niger. 2. Mendapatkan suatu kondisi proses dan ukuran partikel optimum pada sintesa nanopartikel serat kulit rotan dengan metoda ultrasonik dan memperoleh karakteristiknya. 3. Mensintesa bionanokomposit berpenguat nanopartikel serat kulit rotan dengan metoda injeksi molding serta memperoleh karakterisasi sifat mekanik dan struktur mikro yang sebanding dengan standar material komposit berserat fiber glass pada komponen sepeda motor. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, dapat diperoleh manfaat sebagai berikut : 1. Mendapatkan data dasar karakteristik sifat fisik dan struktur mikro selulosa kulit rotan yang dapat digunakan untuk aplikasi bionanokomposit. 2. Memberikan suatu pengembangan konsep alternatif terhadap pemanfaatan limbah pertanian menjadi material baru berbasis nanoteknologi, sehingga dapat menyediakan material dasar nanofiber ramah lingkungan untuk menggantikan atau mengurangi penggunaan serat sintetis pada aplikasi industri komponen sepeda motor. 3. Menggali atau eksplorasi sumber daya alam Indonesia untuk memberikan nilai tambah yang signifikan terhadap pembangunan industri dan
4 4 kemandirian bangsa khususnya di bidang rekayasa material nanoteknologi dan komposit. Nilai Kebaruan Penelitian Nilai kebaruan penelitian ini terletak pada : 1. Pemanfaatan limbah kulit rotan yang diekstraksi dalam bentuk selulosa dan identifikasi kualitas serat berdasarkan struktur mikro, kristalografi, unsur penyusun serat dan densitas. Kebaharuan ini tertuang dalam eksperimen, hasil dan pembahasan pada bab 2. Sebuah paper tentang selulosa kulit rotan dengan metode bioproses telah dipresentasikan pada seminar nasional PERTETA 2011 di UNEJ dan diterbitkan dalam jurnal agrotek UNEJ Memperkecil ukuran serat kulit rotan yang disintesa dan dikarakterisasi dalam bentuk nanopartikel sampai orde < 100 nm dan digunakan sebagai filler bionanokomposit untuk menggantikan fiber glass. Kebaharuan ini tertuang dalam eksperimen, hasil dan pembahasan pada bab 3. Sebuah paper tentang analisa struktur kristal nanopartikel dengan menggunakan XRD telah dipresentasikan pada seminar nasional SNHNX 2011 di PUSPIPTEK Serpong dan dipublikasikan dalam Jurnal Sains dan Materi Indonesia (JUSAMI) Sementara itu paper lain dengan analisa struktur mikro menggunakan SEM-TEM telah diterbitkan pada Jurnal Biofisika FMIPA IPB Desember Aplikasi dari bionanokomposit pada komponen sepeda motor sebagai pengganti komposit berserat sintetis fiber glass dengan uji kualitas standarisasi ASTM dan HES (Honda Engineering Standard). Kebaharuan ini tertuang dalam eksperimen dan pembahasan pada bab 4. Sementara itu paper terkait novelty ini telah dipresentasikan pada The International Society for Southeast Asian Agriculture Science (ISSAS) dan telah diterbitkan pada proseeding ISSAS Publikasi internasional dengan judul bionanocomposite of polypropylene reinforced cellulose nanoparticles biomass of rattan synthetic substitute composite, submit di jurnal internasional CIGR (dalam proses revisi dan accepted).
5 5 Keterkaitan Antar Bab Untuk mendapatkan bionanokomposit standarisasi ASTM dan HES (Honda Engineering Standard) pada industri komponen sepeda motor, diperlukan penelitian dalam bentuk exsperimen di laboratorium dan beberapa pengujianpengujian yang saling terkait. Keterkaitan antar bab digambarkan secara sederhana pada diagram alir Gambar 1.1. BAB 1. Pendahuluan Umum Sintesa Eksplorasi data selulosa kulit rotan dengan metoda bioproses. BAB 2. Sintesa dan karakterisasi nanopartikel serat kulit rotan dengan metoda ultrasonik. BAB 3. Sintesa dan karakterisasi bionanokomposit filler nanopartikel serat kulit rotan metoda injeksi molding. BAB 4. dibandingkan Pengujian yang meliputi XRD, SEM-EDS, TEM dan densitas. Pengujian yang meliputi XRD, FTIR, SEM-EDS AAT, dan sifat mekanik. Sintesa komposit filler fiber glass standarisasi industri komponen sepeda motor dengan metoda injeksi molding. Gambar 1.1 Diagram alir keterkaitan antar bab penelitian. Penyusunan disertasi ini diawali dengan bab 1 yang menjelaskan tentang latar belakang dan tujuan secara umum pada keseluruhan proses penelitian. Kemudian penelitian ini dibagi dalam tiga tahap yaitu tahap pertama (bab 2) ekstraksi selulosa kulit rotan dengan metoda fermentasi media padat dengan menggunakan kapang Aspergillus niger. Keluaran dari tahap ini dihasilkan rendemen yang optimum pada variasi beberapa parameter yang dilakukan. Hasil dari rendemen ini dilakukan beberapa pengujian di laboratorium sebagai eksplorasi data selulosa kulit rotan terkait dengan struktur mikro, kristalografi dan densitas. Data yang dihasilkan sangat diperlukan sebagai masukan (input) data pada proses sintesa nanopartikel (tahap II).
6 6 Dalam Tahap II (bab 3) fokus pada pembuatan nanopartikel serat kulit rotan dengan mengamati fenomena yang terjadi dari awal sampai akhir proses sintesa. Metoda yang digunakan adalah ultrasonikasi. Sebelum diultrasonikasi dalam medium cair, kulit rotan dipreparasi terlebih dahulu agar mendapatkan hasil yang optimum. Preparasi tersebut meliputi penggilingan mekanik dengan cara milling dan shaker kemudian dilakukan pemanasan berstirer. Keluaran dari tahap ini adalah serat kulit rotan dengan ukuran 1 mm, 150 μm, dan 75 μm. Hanya cuplikan yang berukuran 75 μm yang diproses dalam ultrasonikasi dan dihasilkan nanopartikel yang berukuran < 100 nm. Pengujian yang dilakukan adalah untuk mengetahui kualitas dari serat untuk dibandingkan dengan serat sintetis fiber glass. Hasil nanopartikel serat kulit rotan yang sudah kering, kemudian diproses di tahap III (bab 4) yaitu sintesa bionanokomposit dengan metoda injeksi molding. Tahap ini adalah tahap akhir dimana produk bionanokomposit yang dihasilkan dalam bentuk cuplikan sesuai dengan pengujian mekanik standarisasi ASTM yang digunakan. Demikian juga dilakukan sintesa dengan metoda injeksi molding dengan material komposit sintetik (PP+FG) yang akan digunakan sebagai pembanding. Semua hasil pengujian yang dilakukan pada tahap ini mengacu pada standarisasi HES dengan perbandingan pada kerangka acuan yang digunakan sebagai material penyusun komponen sepeda motor. Tahap akhir adalah pembahasan umum pada bab 5 dan bab 6 sebagai kesimpulan umum dan saran.
SIFAT MEKANIK BIONANOKOMPOSIT FILLER NANOPARTIKEL BIOMASS KULIT ROTAN METODE INJEKSI MOLDING
Jurnal Biofisika 9 (1): 31-36 SIFAT MEKANIK BIONANOKOMPOSIT FILLER NANOPARTIKEL BIOMASS KULIT ROTAN METODE INJEKSI MOLDING S. Nikmatin 1, L.I. Sudirman 2 1 Departemen Fisika, FMIPA, Institut Pertanian
Lebih terperinciANALISA STRUKTUR MIKRO PEMANFAATAN LIMBAH KULIT ROTAN MENJADI NANOPARTIKEL SELULOSA SEBAGAI PENGGANTI SERAT SINTETIS
Jurnal Biofisika 7 (1): 41-49 ANALISA STRUKTUR MIKRO PEMANFAATAN LIMBAH KULIT ROTAN MENJADI NANOPARTIKEL SELULOSA SEBAGAI PENGGANTI SERAT SINTETIS S. Nikmatin 1*, A. Maddu 1, S. Purwanto 2, T. Mandang
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BIOKOMPOSIT FILLER SHORT FIBER KULIT ROTAN HASIL FERMENTASI
Jurnal Biofisika 8 (1): 1-8 SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BIOKOMPOSIT FILLER SHORT FIBER KULIT ROTAN HASIL FERMENTASI A. A. Anggraeni, S. Nikmatin* Bagian Fisika Terapan, Departemen Fisika,
Lebih terperinciPengembangan Teknologi Proses Produksi Bionanokomposit Filler Biomassa Rotan
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), Desember 2014 Vol. 19 (3): 163 168 ISSN 0853 4217 Pengembangan Teknologi Proses Produksi Bionanokomposit Filler Biomassa Rotan (Process Technology and Properties
Lebih terperinciLampiran 1 Data penjualan sepeda motor dan jumlah motor di Indonesia. Jumlah Kendaraan di Indonesia
127 Lampiran 1 Data penjualan sepeda motor dan jumlah motor di Indonesia Jumlah Kendaraan di Indonesia Jenis kendaraan Tahun Pertumbuhan bermotor 2010 2011 Kendaraan Persentase Mobil penumpang 8.129.091
Lebih terperinciANALISA STRUKTUR MIKRO PEMANFAATAN LIMBAH KULIT ROTAN MENJADI NANOPARTIKEL SELULOSA SEBAGAI PENGGANTI SERAT SINTETIS ABSTRAK
ANALISA STRUKTUR MIKRO PEMANFAATAN LIMBAH KULIT ROTAN MENJADI NANOPARTIKEL SELULOSA SEBAGAI PENGGANTI SERAT SINTETIS Siti Nikmatin 3, Akhirudin Maddu 3,Setyo Purwanto 2,, Tieneke Mandang 1, Aris Purwanto
Lebih terperinciPengaruh Milling Terhadap Karakteristik Nanopartikel Biomassa Rotan
, April 2016 Tersedia online OJS pada: Vol. 4 No. 1, p 81-86 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtep P-ISSN 2407-0475 E-ISSN 2338-8439 DOI: 10.19028/jtep.04.1.81-86 Technical Paper Pengaruh Milling Terhadap
Lebih terperinciANALISIS STRUKTUR SELULOSA KULIT ROTAN SEBAGAI FILLER BIONANOKOMPOSIT DENGAN DIFRAKSI SINAR-X
Analisis Struktur Selulosa Kulit Rotan Sebagai Filler Bionanokomposit dengan Difraksi Sinar-X (Siti Nikmatin) ABSTRAK Akreditasi LIPI Nomor : 452/D/2010 Tanggal 6 Mei 2010 ANALISIS STRUKTUR SELULOSA KULIT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa tahun belakangan ini, teknologi bukanlah sesuatu hal yang baru dalam kehidupan masyarakat dunia. Bahkan, teknologi sudah menjadi hal yang sangat vital
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Serat alam dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya, yaitu serat alam yang berasal dari tanaman dan hewan. Indonesia memiliki wilayah yang kondisi iklimnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi komposit saat ini sudah mengalami pergeseran dari bahan komposit berpenguat serat sintetis menjadi bahan komposit berpenguat serat alam. Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penggunaan polimer dan komposit dewasa ini semakin meningkat di segala bidang. Komposit berpenguat serat banyak diaplikasikan pada alat-alat yang membutuhkan material
Lebih terperinciPENGARUH PERSEN HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA
PENGARUH PERSEN HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA Dahyunir Dahlan, Sri Mulyati Laboratorium Fisika Material - Jurusan Fisika, FMIPA UNAND
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman buah yang banyak. dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis. Volume ekspor terbesar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanas merupakan salah satu tanaman buah yang banyak dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis. Volume ekspor terbesar untuk komoditas hortikultura berupa nanas
Lebih terperinciANALISA STRUKTUR NANOPARTIKEL SELULOSA KULIT ROTAN SEBAGAI FILLER BIONANOKOMPOSIT DENGAN DIFRAKSI SINAR X ABSTRAK
ANALISA STRUKTUR NANOPARTIKEL SELULOSA KULIT ROTAN SEBAGAI FILLER BIONANOKOMPOSIT DENGAN DIFRAKSI SINAR X Siti Nikmatin 1, Setyo Purwanto 2, Akhirudin Maddu 3, Tieneke Mandang 1, Aris Purwanto 1 1 Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan dan pemanfaatan karet sekarang ini semakin berkembang. Karet merupakan bahan atau material yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, sebagai bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau semisintetik, namun ada bebarapa polimer alami yang termasuk. peran sehingga terjadi peningkatan produksi otomotif dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plastik adalah polimer rantai panjang dari atom yang mengikat satu sama lain. Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang atau monomer. Istilah plastik mencakup
Lebih terperinciUJI KARAKTERISTIK SIFAT FISIS & MEKANIS SERAT AGAVE CANTULA ROXB (NANAS) ANYAMAN 2D PADA FRAKSI BERAT (30%, 40%, 50%, 60%)
TUGAS AKHIR UJI KARAKTERISTIK SIFAT FISIS & MEKANIS SERAT AGAVE CANTULA ROXB (NANAS) ANYAMAN 2D PADA FRAKSI BERAT (30%, 40%, 50%, 60%) Disusun Oleh: TARNO D 200 060 033 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi kertas saat ini masih bergantung pada ketersediaan kayu sebagai bahan baku utama pembuatan kertas. Bahkan, sekarang sekitar 95% sumber kertas dunia berasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbuat dari logam, proses pembentukannya yang relatif lebih sulit, dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri sekarang ini, kebutuhan material untuk sebuah produk bertambah. Penggunaan material logam pada berbagai komponen produk semakin berkurang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. begitu pesat, baik dalam bidang material logan maupun non logam. Selama ini keberadaan material logam dalam bidang industri sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berkembangan dengan begitu pesat, baik dalam bidang material logan maupun non logam. Selama ini keberadaan material logam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data statistik Kehutanan (2009) bahwa hingga tahun 2009 sesuai dengan ijin usaha yang diberikan, produksi hutan tanaman mencapai 18,95 juta m 3 (HTI)
Lebih terperinciPENGARUH PERSEN MASSA HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA
PENGARUH PERSEN MASSA HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA Sri Mulyati, Dahyunir Dahlan, Elvis Adril Laboratorium Material dan Struktur, Jurusan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Mesin mixer peralatan yang sangat penting yang digunakan pada proses
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mesin mixer peralatan yang sangat penting yang digunakan pada proses percampuran dua atau lebih material dalam suatu industri yang berbahan dasar thermoplastik dan
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASIWA
LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASIWA OPTIMASI BATANG ROTAN SEBAGAI FILLER BIOKOMPOSIT DENGAN ADITIF SERBUK DAUN TEMBAKAU DAN PEREKAT POLIVINIL ALKOHOL (PVA) PADA APLIKASI PAPAN GIPSUM PLAFON BIDANG
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ampas tebu atau yang umum disebut bagas diperoleh dari sisa pengolahan tebu (Saccharum officinarum) pada industri gula pasir. Subroto (2006) menyatakan bahwa pada
Lebih terperinci2014 WAKTU OPTIMUM ISOLASI NANOKRISTALIN SELULOSA BAKTERIAL DARI LIMBAH KULIT NANAS
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Polimer bahan baku berbasis petroleum semakin hari semakin dibatasi penggunaannya disebabkan polimer berbahan baku petroleum bersifat tidak terbarukan, tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang material komposit,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang material komposit, menjadi sebuah tantangan dalam ilmu material untuk mencari dan mendapatkan material baru yang memiliki
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan komposit semakin berkembang, baik dari segi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini penggunaan komposit semakin berkembang, baik dari segi penggunaan, maupun teknologinya. Penggunaannya tidak terbatas pada bidang otomotif saja, namun sekarang
Lebih terperinciSINTESIS NANOPARTIKEL SERAT RAMI DENGAN METODE ULTRASONIKASI UNTUK APLIKASI FILLER BIONANOKOMPOSIT
Jurnal Biofisika 8 (2): 34-41 SINTESIS NANOPARTIKEL SERAT RAMI DENGAN METODE ULTRASONIKASI UNTUK APLIKASI FILLER BIONANOKOMPOSIT D. Kurniawan, S. Nikmatin *, A. Maddu Departemen Fisika, Divisi Fisika Terapan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Material komposit merupakan material yang tersusun dari sedikitnya dua macam material yang memiliki sifat fisis yang berbeda yakni sebagai filler atau material penguat
Lebih terperinciBAB 4 SINTESA DAN KARAKTERISASI BIONANOKOMPOSIT FILLER NANOPARTIKEL SERAT KULIT ROTAN DENGAN METODA INJEKSI MOLDING
67 BAB 4 SINTESA DAN KARAKTERISASI BIONANOKOMPOSIT FILLER NANOPARTIKEL SERAT KULIT ROTAN DENGAN METODA INJEKSI MOLDING Pendahuluan Latar Belakang Berkembangnya kesadaran masyarakat untuk melestarikan lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan produk karet selama ini hanya cenderung pada penggunaan karet sintetis untuk produk otomotif dikarenakan lebih tahan terhadap bahan kimia dan mempunyai
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. sehingga sifat-sifat mekaniknya lebih kuat, kaku, tangguh, dan lebih kokoh bila. dibandingkan dengan tanpa serat penguat.
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serat merupakan material yang umumnya jauh lebih kuat dari matriks dan berfungsi memberikan kekuatan tarik. Secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi serat adalah sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, peran nanoteknologi begitu penting dalam perkembangan ilmu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, peran nanoteknologi begitu penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan kehidupan manusia. Nanoteknologi merupakan ilmu
Lebih terperinciTUGAS AKHIR REKAYASA KOMPOSIT BERPENGUAT LIMBAH SERBUK GERGAJI KAYU SENGON LAUT BERMATRIK RESIN POLYESTER BQTN 157
TUGAS AKHIR REKAYASA KOMPOSIT BERPENGUAT LIMBAH SERBUK GERGAJI KAYU SENGON LAUT BERMATRIK RESIN POLYESTER BQTN 157 Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana S1 Teknik
Lebih terperinciBAB 3 RANCANGAN PENELITIAN
BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap: 1. Pembuatan (sintesis) material. Pada tahap ini, dicoba berbagai kombinasi yaitu suhu, komposisi bahan, waktu pemanasan dan lama pengadukan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet alam (Hevea Brasiliensis) merupakan salah satu komoditi pertanian yang memiliki peranan yang penting dalam perekonomian Indonesia. Karet alam pada dasarnya tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsional, maupun piranti ke dalam skala nanometer.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi telah membangkitkan perhatian yang sangat besar dari para ilmuwan di seluruh dunia, dan saat ini merupakan bidang riset yang paling bergairah. Nanoteknologi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan material komposit dengan filler serat alam mulai banyak dikenal dalam industri manufaktur. Material yang ramah lingkungan, mampu didaur ulang, serta mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dibidang teknologi dan sains mendorong material komposit banyak digunakan pada berbagai macam aplikasi produk. Secara global material komposit dikembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Material untuk rekayasa struktur terbagi menjadi empat jenis, diantaranya logam, keramik, polimer, dan komposit (Ashby, 1999). Material komposit merupakan alternatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan material komposit dalam bidang teknik semakin meningkat seiring meningkatnya pengetahuan karakteristik material ini. Material komposit mempunyai banyak keunggulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dalam membuat berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Serat alam khususnya pisang yang berlimpah di Indonesia sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dalam membuat berbagai produk manufaktur. Berbagai jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penggunaan dan pemanfaatan material komposit dewasa ini berkembang cukup pesat mulai dari yang sederhana seperti alat - alat rumah tangga sampai sektor industri dikarenakan
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMANFAATAN LIMBAH KULIT ROTAN SEBAGAI SHORT FIBER FILLER BIOKOMPOSIT PADA APLIKASI BOX LUGGAGE SEPEDA MOTOR BIDANG KEGIATAN : PKM KARSA CIPTA (PKM-KC) Disusun
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber energi berbasis fosil (bahan bakar minyak) di Indonesia diperkirakan hanya cukup untuk 23 tahun lagi dengan cadangan yang ada sekitar 9.1 milyar barel (ESDM 2006),
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DISERTASI DOKTOR
Kode/Nama Rumpun Ilmu : 431/Teknik Mesin EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DISERTASI DOKTOR APLIKASI SUGAR CANE BAGASSE (SERAT AMPAS TEBU) SEBAGAI REINFORCEMENT (PENGUAT) PADA PERANCANGAN DAN PEMBUATAN REM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangunan kelautan, industri kelautan dan jasa kelautan (Fadel Muhammad, 2010).
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Harus disadari bahwa Indonesia adalah negara maritim dimana 70% wilayahnya terdiri dari laut. Selain itu, laut juga merupakan penghubung antarpulau atau wilayah di
Lebih terperinciFajar Nugroho Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto, Yogyakarta. Jl. Janti Blok R Lanud Adisutjipto
Seminar SENATIK Nasional Vol. II, 26 Teknologi November Informasi 2016, ISSN: dan 2528-1666 Kedirgantaraan (SENATIK) Vol. II, 26 November 2016, ISSN: 2528-1666 MdM- 41 STUDI PENGARUH PROSES MANUFAKTUR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komposit merupakan suatu struktur material yang merupakan perpaduan antara dua konstituen atau lebih yang dikombinasikan secara makroskopis (tidak homogen) dengan tujuan
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA
SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA Firmansyah, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, 25163 e-mail: firman_bond007@yahoo.com
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN FUNDAMENTAL
Kode/Nama Rumpun Ilmu : 431/Teknik Mesin EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN FUNDAMENTAL PENGEMBANGAN REM KOMPOSIT RAMAH LINGKUNGAN MENGGUNAKAN TEKNIK METAMODELING DAN OPTIMASI BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada ribuan tahun yang lalu material komposit telah dipergunakan dengan dimanfaatkannya serat alam sebagai penguat. Dinding bangunan tua di Mesir yang telah berumur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendukung sektor Industri Otomotif merupakan kegiatan yang. memanfaatkan kelebihan sumber daya alam lokal, yang diharapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengembangan teknologi proses manufaktur serat alam untuk mendukung sektor Industri Otomotif merupakan kegiatan yang memanfaatkan kelebihan sumber daya alam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan mengandung selulosa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini mendorong para peneliti untuk menciptakan dan mengembangkan suatu hal yang telah ada maupun menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanoteknologi adalah istilah untuk rentang teknologi, teknik dan proses yang menyangkut manipulasi materi pada tingkat molekul (kelompok atom), sistemsistem yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. bahan baku industri terus meningkat jumlahnya, akan tetapi rata-rata pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan sebagai salah satu sumber daya alam penghasil kayu menjadi modal dasar bagi pertumbuhan industri sektor pengolahan kayu. Penggunaan kayu sebagai bahan baku industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diakibatkan banyaknya pencemaran lingkungan, maka. kebutuhan industri sekarang ini lebih mengutamakan bahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya pemanasan global yang diakibatkan banyaknya pencemaran lingkungan, maka kebutuhan industri sekarang ini lebih mengutamakan bahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Material komposit merupakan suatu materi yang dibuat dari variasi penggunaan matrik polimer dengan suatu substrat yang dengan sengaja ditambahkan atau dicampurkan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kayu sebagai salah satu bahan bangunan yang memiliki corak serat yang beragam dan bernilai tinggi sehingga memancarkan keindahan dan pesona alami sampai saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam menciptakan material, struktur fungsional, maupun piranti dalam skala nanometer. Perkembangan nanoteknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi rekayasa material serta berkembangnya isu lingkungan hidup menuntut terobosan baru dalam menciptakan material yang berkualitas tinggi dan ramah lingkungan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu
I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sumberdaya hutan tropis yang dimiliki negara Indonesia, memiliki nilai dan peranan penting yang bermanfaat dalam konteks pembangunan berkelanjutan. Manfaat yang didapatkan
Lebih terperinciJMPM: Jurnal Material dan Proses Manufaktur - Vol.1, No.1, 31-34, Juni 2017
JMPM: Jurnal Material dan Proses Manufaktur - Vol.1, No.1, 31-34, Juni 2017 KARAKTERISASI SIFAT TARIK KOMPOSIT LAMINAT HIBRID KENAF-E-GLASS/POLYETHYLENE (PE) Mohamad Yuzdhie Ghozali 1,a, Harini Sosiati
Lebih terperinciPemanfaatan Ampas Tebu sebagai Reinforcement pada Pembuatan Rem Komposit Berbahan Alami
Pemanfaatan Ampas Tebu sebagai Reinforcement pada Pembuatan Rem Komposit Berbahan Alami Agus Triono 1)* 1) Jurusan Teknik Mesin, Universitas Jember Jl. Kalimantan no. 37 Jember Email: agustriono1@gmail.com
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
20 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengunaan material komposit mulai banyak dikembangakan dalam dunia industri manufaktur. Material komposit yang ramah lingkungan dan bisa didaur ulang kembali, merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan rekayasa teknologi saat ini tidak hanya bertujuan untuk membantu umat manusia, namun juga harus mempertimbangkan aspek lingkungan. Segala hal yang berkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Riset bidang material skala nanometer sangat pesat dilakukan di seluruh dunia saat ini. Jika diamati, hasil akhir dari riset tersebut adalah mengubah teknologi yang
Lebih terperinci14. Pengenalan Komposit
14. Pengenalan Komposit Definisi Komposit (composite) tidak jelas menurut kamus, komposit adalah suatu material yang tersusun oleh sesuatu yang berbeda atau zat yang berbeda. Pada skala atom beberapa logam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Paduan Fe-Al merupakan material yang sangat baik untuk digunakan dalam berbagai aplikasi terutama untuk perlindungan korosi pada temperatur tinggi [1]. Paduan ini
Lebih terperinciKarakterisasi Selulosa Kulit Rotan Sebagai Material Pengganti Fiber Glass Pada Komposit
Karakterisasi Selulosa Kulit Rotan Sebagai Material Pengganti Fiber Glass Pada Komposit Siti Nikmatin 1, Y.Aris Purwanto 1, Tieneke Mandang 1, Akhirudin Maddu 2, Setyo Purwanto 3 1 Departemen Teknik Mesin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi pada era globalisasi mengalami. perkembangan yang sangat pesat dengan berbagai inovasi yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi pada era globalisasi mengalami perkembangan yang sangat pesat dengan berbagai inovasi yang digunakan untuk memudahkan dalam pembuatan produk.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penghasil kayu, yang banyak digunakan untuk berbagai keperluan,baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan tanaman penghasil kayu, yang banyak digunakan untuk berbagai keperluan,baik untuk keperluan industri besar,industri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. komposit alternatif yang lain harus ditingkatkan, guna menunjang permintaan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri komposit di Indonesia dengan mencari bahan komposit alternatif yang lain harus ditingkatkan, guna menunjang permintaan komposit di Indonesia yang
Lebih terperinciStudi Awal Pembuatan Komposit Papan Serat Berbahan Dasar Ampas Sagu
Studi Awal Pembuatan Komposit Papan Serat Berbahan Dasar Ampas Sagu Mitra Rahayu1,a), Widayani1,b) 1 Laboratorium Biofisika, Kelompok Keilmuan Fisika Nuklir dan Biofisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan rekayasa teknologi saat ini tidak hanya bertujuan untuk membantu umat manusia, namun juga harus mempertimbangkan aspek lingkungan. Segala hal yang berkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Pemilihan serat bambu (petung) sebagai bahan penelitian dengan. dengan pertumbuhan yang relatif lebih cepat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai jenis bambu dengan kualitas yang baik tumbuh subur di berbagai daerah di Indonesia. Serat bambu mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan menjadi bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan tanaman penghasil kayu yang banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, baik untuk keperluan industri besar, industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah penduduk. Peningkatan konsumsi kayu ini tidak
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan manusia akan kayu untuk berbagai keperluan, baik untuk keperluan konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kereta Api di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Salah satu bagian terpenting dari kehidupan adalah transportasi. Hal ini dikarenakan setiap individu manusia memiliki mobilitas tersendiri. Mobilitas tersebut membutuhkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. posterior dalam dunia kedokteran gigi terus mengalami peningkatan yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan resin komposit sebagai bahan restorasi gigi anterior dan posterior dalam dunia kedokteran gigi terus mengalami peningkatan yang signifikan selama beberapa tahun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin pesat, dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang tinggi, porositas yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal utama yang harus dimiliki seorang dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan restorasi yang sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi dan sistematika penulisan yang digunakan dalam pembuatan tugas akhir.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanopartikel merupakan suatu partikel dengan ukuran nanometer, yaitu sekitar 1 100 nm (Hosokawa, dkk. 2007). Nanopartikel menjadi kajian yang sangat menarik, karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perkembangan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dalam industri mulai menyulitkan bahan konvensional seperti logam untuk memenuhi keperluan aplikasi baru. Penggunaan
Lebih terperinciBAB 3 SINTESA NANOPARTIKEL SERAT KULIT ROTAN DENGAN METODA ULTRASONIK DAN KARAKTERISASINYA
36 BAB 3 SINTESA NANOPARTIKEL SERAT KULIT ROTAN DENGAN METODA ULTRASONIK DAN KARAKTERISASINYA Pendahuluan Latar Balakang Istilah nanoteknologi akhir-akhir ini begitu populer di masyarakat. Sekarang ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia karena memiliki potensi keuntungan yang menjanjikan. Seiring dengan meningkatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. material teknik. Material komposit khususnya dengan penguatan serat alam mulai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian logam khususnya baja sebagai bahan baku dalam dunia manufaktur dan konstruksi mulai berkurang seiring dengan perkembangan teknologi dan pertimbangan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hutan semakin hari semakin berkurang. Untuk mengurangi ketergantungan akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan bahan papan pada saat sekarang ini mengalami peningkatan yang sangat drastis. Bahan papan merupakan bahan yang diperoleh dari kayukayu hasil hutan. Peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Serat batang pisang kepok(musa paradisiaca) pada umumnya hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serat batang pisang kepok(musa paradisiaca) pada umumnya hanya sebagai limbah yang tidak dimanfaatkan, padahal serat batang pisang biasanya dimanfaatkan sebagai bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ( Jamilah, 2009 ). Menurut Direktorat Bina Produksi Kehutanan (2006) bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia terhadap kayu sebagai konstruksi, bangunan atau furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk, sementara ketersediaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri manufaktur dewasa ini menunjukkan perkembangan yang. sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari menjamurnya pabrik-pabrik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri manufaktur dewasa ini menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari menjamurnya pabrik-pabrik manufaktur di Indonesia, baik
Lebih terperinciPENGANTAR. Latar Belakang. kegiatan produksi antara lain manajemen pemeliharaan dan pakan. Pakan dalam
PENGANTAR Latar Belakang Peningkatan produksi peternakan tidak terlepas dari keberhasilan dalam kegiatan produksi antara lain manajemen pemeliharaan dan pakan. Pakan dalam kegiatan produksi ternak sangat
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Indonesia menyebabkan industri kehutanan mengalami krisis bahan baku.
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan akan kayu semakin meningkat dengan semakin berkembangnya pembangunan di Indonesia. Fakta menunjukkan, besarnya laju kerusakan hutan di Indonesia menyebabkan industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi yang membutuhkan perawatan saluran akar pada umumnya mengalami kerusakan pada jaringan pulpa dan mahkota, baik karena proses karies, restorasi sebelumnya atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanoteknologi merupakan sebuah penemuan baru di bidang ilmu penelitian, khususnya penelitian bidang bioteknologi (Natarajan, et al., 2010). Penelitian di bidang nanoteknologi
Lebih terperinci