HARGA SAHAM DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MENJELANG KEPUTUSAN DELISTING BEI TAHUN
|
|
- Johan Wibowo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HARGA SAHAM DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MENJELANG KEPUTUSAN DELISTING BEI TAHUN BATTI HUSAIN iii
2 HARGA ADALAH APA YANG ANDA BAYARKAN, NILAI ADALAH APA YANG ANDA TERIMA (WARREN BUFFET)
3 PENDAHULUAN BAB Latar Belakang Dalam kurun waktu 8 (Delapan) tahun sejak bergabungnya Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun 2009, sampai dengan 2016 Bursa Efek Indonesia telah mendelisting 28 perusahaan. Masalah delisting di bursa efek menjadi masalah yang ambigu, disisi lain pemerintah melalui badan otoritas pasar modal mendorong terbentuknya modal yang besar lewat bursa namun di lain sisi munculnya fenomena delisting akan membuat kepercayaan pasar terhadap perusahaan yang terdaftar di bursa akan merosot. Kondisi ini bukan saja berdampak pada lemahnya keinginan masyarakat berinvestasi melalui pasar modal tetapi juga mengurangi tingkat kepercayaan kepada pasar modal. Hal ini akan membuat investor semakin cenderung untuk bertransaksi pada hanya sebagian kecil saham yang di anggap aman saja untuk menghindari resiko rugi, rerata 95% dari total nilai transaksi pertahun dan 90% kapitalisasi di pasar regular di dominasi oleh LQ45 (Pakiding,2014). Kenyataan ini akan membuat sebagian perusahaan yang go publik mengalami transaksi yang stagnan, sehingga memicu keinginan untuk go private dan banyaknya saham tidur, dan fenomena ini tidak berhenti sampai disitu saja namun penumpukan modal pada hanya sebagian kecil perusahaan tidak akan memberikan kontirbusi yang besar 1
4 terhadap laju ekonomi secara riil karena terjadinya konsentrasi investasi. Secara umum penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perusahaan mampu mengelola keuangannya pada saat mereka go publik terutama ketika memperdagangkan sahamnya di pasar modal. Melalui analisa Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Price to Book Value (PBV) dan Harga Saham perusahaan menjelang delisting, kami berharap dapat menelusuri kinerja keuangan sebagai faktor penjelas delisting dari Bursa Efek Indonesia. Meskipun terdapat sangsi bahwa informasi keuangan tidak dapat dijadikan landasan dalam membuat keputusan oleh karena semakin meningkatnya kesenjangan antara nilai pasar dan nilai buku ekuitas perusahaan dalam finacial market (Canibano et.al 2000 dalam Pakiding 2014), namun secara empirik informasi kinerja keuangan yang terdapat pada laporan perusahaan akan berdampak langsung terhadap nilai perusahaan di mata investor, dan di pasar keuangan pengambilan keputusan diawali dari seberapa baik return investasi yang dilakukan dari sudut pandang investor. Hasil dari penelitian ini akan memperlihatkan kinerja keuangan perusahan yang didelisting melalui 4 variabel yaitu Harga Saham, ROA, ROE dan PBV. Analisa ini di dasarkan bahwa harga saham sebagai salah satu informasi dalam mempersepsi pasar dan rasio profitabilitas sebagai penetrasi dasar dalam mengukur informasi, terakhir kami menganalisa nilai harga suatu saham agar dapat dilihat 2
5 3 kontinuitas informasi kinerja keuangan perusahaan dalam pasar keuangan. Analisa kinerja keuangan dilakukan pada perusahaan yang delisiting tahun , maka sebelum analisa kinerja keuangan, terlebih dahulu akan dikemukakan alasan BEI mendelisting perusahaan terdaftar. Karena sebagian besar perusahaan yang terdelisting merupakan involuntary delisting, tentu ini tidak banyak berhubungan dengan masalah manajemen, tetapi lebih di picu oleh kepercayaan pasar terhadap masa depan perusahaan, sehingga penelitian ini lebih berfokus kepada proses yang melatar belakangi terjadinya delsiting, olehnya itu judul penelitian ini adalah Harga Saham Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebagai Faktor Penjelas Delisiting di Busa Efek Indonesia Tahun Rumusan Masalah Sejatinya Bursa Efek Indonesia diharapkan sebagai media terjadinya simbiosis mutualisme antara Perusahaan dan Investor, sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM), bahwa Pasar Modal Indonesia diharapkan mampu menjadi motor penggerak perekonomian Indonesia melalui perannya sebagai sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan kesempatan bagi pemodal, namun dengan melihat fenomena jumlah delisting di BEI setiap tahun dan pada umumnya kriteria delisting perusahaan terdaftar di sebabkan oleh involuntary delisting (penghapusan secara paksa), maka kami mencoba menganalisa
6 4 kondisi keuangan menjelang delisiting, sehingga rumusan masalah yang akan di kembangkan dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah Harga Saham, Return On Equity, Return On Asset, dan Price to Book Value perusahaan dapat menjadi faktor penjelas delisting di Bursa Efek Indonesia tahun
7 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Pasar Modal didefenisikan sebagai tempat mentransaksikan modal jangka panjang, dimana permintaan diwakili oleh perusahaan penerbit surat berharga dan penawaran diwakili oleh investor (Fabozi dan Modigliani, 2003:10). Dengan adanya pasar modal pembangunan tidak lagi harus terus digantungkan kepada utang luar negeri dan perbankan. Mobilisasi modal masyarakat merupakan solusi yang baik untuk menggerakkan pembangunan. Inilah arti penting hadirnya pasar modal dan mengapa pasar modal menjadi simbol kemoderenan. Di Indonesia sendiri Pasar Modal dimulai ketika Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia, dan pada tahun 1950 mulailah di terbitkan Obligasi Republik Indonesia.
8 6 Sampai dengan akhir Juni 2016 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 531 Perusahaan. Tabel.2 1 Jumlah Perusahaan yang terdaftar di BEI Tahun Jumlah Emiten Pertambahan/ Tahun Delisting * Rerata 16 6 *Juni 2016 Jumlah 10 Thn Phenomena delisting banyak di analisa dari berbagai sisi, beberapa peneliti melakukannya dengan pendekatan model kebangkrutan Zmijewki model, Altman Model dan Springate model untuk memprediksi perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan sampai dengan kategori bangkrut (delisting pada bursa). Fatmawati (2010) menggunakan ketiga model dalam membanding ketepatan pengukuran kebangkrutan terhadap 60 Perusahaan yang list di BEI, dengan ketepatan prediktor pengukuran Zmijewski dari 60 perusahaan yang terdaftar di BEI yang di jadikan sampel diprediksi 23 delsiting, 27 listing dan 10 penyimpangan. Jumlah yang signifikan lebih dari 20% terprediksi bangkrut, jika dibandingkan dengan tabel 2.1. maka Bursa telah mendelisting sebanyak 51 Perusahaan dalam 10 tahun atau 10% dari total jumlah perusahaan terdaftar. Sebagai perbandingan dengan
9 7 tabel 2.1 antara jumlah delisting dan jumlah perusahaan yang list setiap tahunnya mencapai 30% atau 3:1. Delisiting juga dapat dilihat dari dampak sisi kinerja manajeman atau Good Corporate Governace (GCG), pengelolaan perusahaan sebagai entitas bisnis menjadi peneltian yang banyak dilakukan dalam menghubungkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, Charitou et.al (2007) menyatakan bahwa tingkat intensitas propabilitas yang terjadi dari delisting sangat berkaitan dengan karakter tata kelola perusahaan dan kinerja dewan komisaris sangat berperan penting dalam kemampuan perusahaan untuk bertahan dari fluktuasi keuangan. Perusahaan yang mampu bertahan dalam fluktuasi ekonomi ini, akan memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk mengalami involuntary delisting, Lakhaye (2014) dalam penelitiannya untuk melihat pengaruh GCG terhadap saham yang delsiting mengatakan bahwa kepemilikan manajerial, komisaris independen, auditor eksternal, debt ratio dan return on equity secara simultan berpengaruh terhadap involuntary delisting perusahaan. Selain masalah yang disebutkan diatas, masalah kepatuhan terhadap aturan dan etika bisnis juga menjadi tema dalam mendekati masalah delisting dari sisi penelitian bidang hukum dan administrasi. Standarisasi laporan, pelanggaran terhadap keterbukaan/ transparansi ke publik, laporan keuangan yang disclaimer, keterlambatan dalam memberikan informasi kepada pasar dan windows dressing merupakan salah satu tema yang berkembang. Dalam penelitian Sanjaya (2012),
10 8 tentang pemberian sanksi oleh Bursa Efek Indonesia kepada PT. Katarina Utama Tbk, karena manajemen perusahaan tersebut diduga telah melakukan pemalsuan laporan keuangan auditan tahun buku 2009 untuk menggelembungkan aset- asetnya agar bisa meraup dana IPO besar. Di delistingnya perusahaan dari BEI sangat merugikan investor sebagai pemegang saham karena saham-saham yang di delisting tidak dapat lagi diperdagangkan di bursa. 2.2 Faktor-Faktor Penyebab Dilakukannya Delisting Peraturan mengenai delisting saham di Indonesia terdapat dalam Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor Kep- 308/BEJ/ yaitu Peraturan Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa. Bunyi salah satu ketentuan dalam peraturan tersebut adalah : 1. Untuk melindungi kepentingan publik dan dalam rangka penyelenggaraan perdagangan efek yang teratur, wajar dan efisien, bursa berwenang untuk : a. menghapus pencatatan efek tertentu di bursa; b. menyetujui atau menolak permohonan pencatatan kembali termasuk penempatannya pada papan pencatatan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang menjadi penyebab delisting
11 9 2. Dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan delisting dan relisting, bursa meminta Komite Pencatatan untuk memberikan pendapat. 3. Apabila saham perusahaan tercatat dilakukan delisting, maka semua jenis efek perusahaan tercatat tersebut juga dihapuskan dari daftar efek yang tercatat di bursa. Menurut Kamus Instopedia Delisting is The removal of a listed security from the exchange on which it trades. Stock is removed from an exchange because the company for which the stock is issued, whether voluntarily or involuntarily, is not in compliance with the listing requirements of the exchange, ini berarti bahwa delisting adalah penghapusan saham dari daftar saham yang diperdagangkan. Saham perusahaan dihapus oleh pihak pasar modal baik dilakukan secara sukarela atau tidak, karena tidak sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh pasar modal Pahlevi, 2008 meneliti beberapa faktor yang menyebabkan delisting oleh bursa tahun dan menemukan bahwa dilesting dikarenakan : ekuitas kurang dari 3 milyar rupiah (10 emiten), melakukan penggabungan atau peleburan usaha ( 12 emiten), tidak menyampaikan laporan tahunan (6 emiten), diputus pailit (3 emiten), dan dilikuidasi (13 emiten). Selain sebab-sebab diatas juga terdapat tindakan involuntary delisting (13 emiten) yang dilakukan oleh emiten. tindakan voluntary delisting disebabkan oleh go private yang dilakukan oleh emiten. Bagi investor, perusahaan yang sudah delisted adalah
12 10 identik dengan bangkrut, karena mereka sudah tidak bisa lagi melakukan investasi di perusahaan tersebut. Secara umum, Halim (2009) menyatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan perusahaan di delisting di BEI adalah : 1. Selama 3 tahun berturut-turut menderita rugi atau terdapat saldo rugi sebesar 50% atau lebih dari modal disetor dalam neraca perusahaan pada tahunterakhir 2. Selama 3 tahun berturut-turut tidak membayar dividen tunai (untuk saham),melakukan tiga kali cidera janji (untuk obligasi) 3. Jumlah modal sendiri kurang dari Rp. 3 miliar 4. Jumlah pemegang saham kurang dari 100 pemodal (orang/badan) selama 3 bulan berturut-turut berdasarkan laporan bulanan emiten/bae (1 pemodal sekurang-kurangnya memiliki 1 satuan perdagangan/500saham) 5. Selama 6 bulan berturut-turut tidak terjadi transaksi 6. Laporan keuangan disusun tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan ketentuan yang ditetapkan BAPEPAM 7. Melanggar ketentuan bursa pada khususnya dan ketentuan Pasar Modal padaumumnya 8. Melakukan tindakan-tindakan yang melanggar kepentingan umum berdasarkan keputusan instansi berwenang 9. Emiten dilikuidasi baik karena merger, penggabungan, bangkrut, dibubarkan (reksadana) atau alasan lainnya 10. Emiten dinyatakan pailit oleh pengadilan
13 Emiten menghadapi gugatan / perkara / peristiwa yang secara material mempengaruhi kondisi dan kelangsungan hidup perusahaan 12. Khusus untuk emiten reksadana, NAV turun menjadi kurang dari 50% dari nilai perdana yang disebabkan kerugian operasi Tercatat ada ada 28 Perusahaan terdaftar yang di delisting di BEI tahun terdiri dari : ( lima belas ) Perusahaan yang bergerak dibidang Jasa ( sebelas ) Perusahaan yang bergerak di bidang Manufaktur 3. 1 (satu ) Perusahaan yang bergerak dibidang Pertambangan 4. 1 (satu) Perusahaan yang bergerak di bidang Perbankan Sesuai dengan Peraturan Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan Efek (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa, disebutkan, delisting saham oleh Bursa salah satunya disebabkan oleh perseroan mengalami kondisi, atau peristiwa, yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha Perusahaan Tercatat, baik secara finansial atau secara hukum, atau terhadap kelangsungan status Perusahaan Tercatat sebagai Perusahaan Terbuka, dan Perusahaan Tercatat tidak dapat menunjukkan indikasi pemulihan yang memadai. Dalam rangka pengambilan keputusan atas penghapusan pencatatan persetujuan efek atau penolakan atas permohonan pencatatan kembali efek serta penempatannya pada Papan Utama atau Papan Pengembangan sebagai mana yang dimaksud dalam
14 12 Peraturan ini, bursa melakukan penelaahan atas keterangan keterangan dan dokumen yang disampaikan Perusahaan Tercatatat, Calon Perusahaan Tercatat atau informasi lain yang diperoleh Bursa dengan tidak hanya mempertimbangkan pada aspek formal, tetapi juga mempertimbangkan substansi persyaratan serta pendapat dari Komite Pencatatan Efek Agar tidak terjadi generalisasi dalam melihat bahwa setiap perusahaan yang delisting di Bursa Efek Indonesia merupakan perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan, maka perlu mengemukakan kembali istilah-istilah yang berhubungan dengan kesulitan keuangan. Ada perbedaan antara bangkrut dan kurang likuiditasnya perusahaan. Bangkrut dalam istilah ekonomi adalah ketika nilai pasar dari perusahan tidak mampu menutupi utang perusahaan yang diberikan oleh kreditur sementara kurang likuiditasya perusahaan ditandai dengan ketidak mampuan arus kas/kas perusahaan dalam mengembalikan / membayar kreditur dalam jangka pendek, namun likuiditas tidak selalu menimbulkan kebangkrutan (Brigham at.al,2010). Pada penelitian empiris, kesulitan keuangan memang masih sulit untuk didefinisikan. Kesulitan semacam itu bisa berarti mulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek), yang merupakan kesulitan keuangan yang paling ringan, sampai ke pernyataan kebangkrutan yang merupakan kesulitan yang paling berat. Dengan begitu kesulitan
15 13 keuangan bisa dilihat sebagai kontinuum yang panjang, mulai dari yang ringan sampai yang paling berat. Perusahaan menuju kebangkrutan didefinisikan sebagai kondisi dimana hasil operasi perusahaan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban perusahaan (Insolvency). Insolvency dapat dibedakan dalam 2 kategori sebagai berikut (Emery at al, 2004 dalam Suroso 2006). 1. Technical Insolvency Bersifat sementara dan munculnya karena perusahaan kekurangan kas untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek. 2. Bankruptcy Insolvency Bersifat lebih serius dan munculnya ketika total nilai utang melebihi nilai total aset perusahaan atau nilai ekuitas perusahaan negatif. Banyak faktor yang dapat menyebabkan perusahaan menghadapi kebangkrutan yaitu antara lain kenaikan biaya operasi, ekspansi berlebihan, ketinggalan eknologi, kondisi persaingan, kondisi ekonomi, kelemahan manajemen perusahaan dan penurunan aktifitas perdagangan industri. Dalam kondisi ekonomi yang tidak buruk, kebanyakan perusahaan yang mengalami kebangkrutan adalah akibat dari kelemahan manajemen (Whitaker, 1999). Menurut Martin (1995) dalam Supardi dan Mastuti (2003), kebangkrutan didefinisikan sebagai berikut. :
16 14 1. Economic distress, berarti perusahaan kehilangan uang atau pendapatan sehingga tidak mampu menutup biaya sendiri karena tingkat laba yang lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dan arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas perusahaan sebenarnya jauh di bawah arus kas yang diharapkan atau tingkat pendapatan atas biaya historis dan investasinya lebih kecil daripada biaya modal perusahaan yang dikeluarkan untuk sebuah investasi. 2. Kebangkrutan, berarti kesulitan dana untuk menutup kewajiban perusahaan atau kesulitan likuiditas yang diawali dengan kesulitan ringan sampai pada kesulitan yang lebih serius, yaitu jika utang lebih besar dibandingkan dengan aset. Definisi kebangkrutan yang lebih pasti sulit dirumuskan tetapi terjadi dari kesulitan ringan sampai berat. Penelitian-penelitian empiris biasanya menggunakan pernyataan kebangkrutan sebagai definisi kebangkrutan. (Hanafi, 2004). Istilah kesulitan keuangan (perusahaan menuju kebangkrutan) digunakan untuk mencerminkan adanya permasalahan likuiditas yang tidak dapat dijawab atau diatasi tanpa melakukan perubahan skala operasi atau restrukturisasi perusahaan. 2.3 Perusahaan Terbuka Syarat utama untuk menjadi anggota di BEI haruslah dimulai dari perusahaan publik atau perusahaan terbuka, syarat ini bisa menjadi alasan delisting sekiranya perusahaan yang terdaftar di bursa tidak memenuhi kriteria ini lagi. Pengertian perseroan terbuka yang pertama
17 15 disebut di atas dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal merupakan Perusahaan Publik. Perseroan terbatas yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp ,00 (tiga miliar rupiah) atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Pada Undang Undang Nomor 1 Tahun 1995 ada dua istilah yang digunakan yaitu Perseroan Terbatas (UUPT) adalah Perseroan Terbuka untuk perusahaan terbuka dan Perseroan Tertutup untuk perusahaan tertutup. Perseroan Terbuka adalah: (i) perseroan yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau (ii) perseroan yang melakukan penawaran umum (emiten), sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Dengan demikian, Perseroan Tertutup mempunyai pengertian sebaliknya. Sedangkan yang dimaksud penawaran umum oleh perusahaan terdaftar berarti kegiatan penawaran efek yang dilakukan untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam Undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya. Pada prinsipnya, pengertian penawaran efek yang demikian memperhatikan kondisi-kondisi sebagai berikut: 1. Setiap penawaran efek kepada lebih dari 100 pihak;
18 16 2. Setiap penawaran efek yang menggunakan media massa dianggap sebagai suatu penawaran kepada lebih dari 100 (seratus) Pihak; dan atau 3. Suatu Penawaran efek bukan merupakan suatu penawaran umum sebagaimana dimaksud dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, jika nilai seluruh penawaran dari penawaran efek tersebut kurang dari Rp.1 miliar. 2.4 Ketentuan Sanksi atas Pelanggaran Bapepam akan mengenakan sanksi administratif atas setiap pelanggaran terhadap peraturan-peraturan tersebut di atas oleh pihak yang telah memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran dari Bapepam sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 102 ayat 2 UUPM. Sanksi administratif dapat berupa: a. Peringatan tertulis; b. Denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu; c. Pembatasan kegiatan usaha d. Pembekuan kegiatan usaha; e. Pencabutan izin usaha; f. Pembatalan persetujuan; dan g. Pembatalan pendaftaran.
19 Penelitian Terdahulu Dalam mengkaji tentang delesiting, beberapa penulis mendasarkan penelitiannya dengan mengambil referensi utama misalnya Zmijewski (1984), Altman (1968),Springate (1978),Platt dan Platt (2002) yang dominan untuk memprediksi adanya kecenderungan financial distress dalam beberapa peringkat berdasarkan kategori tertentu. Penelitian terdahulu seperti yang dilakukan Harris et.al (2008) memeringkat kategori saham yang delisting berdasarkan beratnya pelanggaran yang di lakukan oleh perusahaan di National Association of Securities Dealers Automated Quotations (Nasdaq), Tahun sebanyak 1098 saham yang delisting di peringkat berdasarkan masalahnya yaitu Bankruptcy, Corporate Governance, Core Listing dan Non Core Listing, dari peringkat ini mereka mengatakan bahwa Non Core Listing merupakan faktor terbanyak penyebab alasan delisting di Nasdaq selama 3 tahun. Halim (2009) mengatakan salah satu alasan yang sering disebut oleh perusahaan multinasional adalah adanya program konsolidasi regional yang dilakukan oleh perusahaan induk. Alasan lain yang sering diutarakan oleh perusahaan multinasional adalah konsolidasi finansial yang dilakukan oleh perusahaan induk. Selain itu, ada beberapa alasan lain yang masih perlu dikaji kebenarannya lebih lanjut melalui suatu analisa dan survei yang lebih mendalam, misalnya kurangnya insentifinsentif khusus yang diberikan pemerintah, seperti perpajakan atau kemudahan perijinan bagi perusahaan-perusahaan yang tercatat di
20 18 bursa. Sementara itu, otoritas pasar modal juga dipandang melakukan pengawasan yang terlalu kaku sehingga mempersulit perusahaan terbuka dalam proses pengambilan kebijakan. Maulidya (2013) dalam hal perusaahan melakukan pencatatan kembali saham (relisting) harus disertai dengan tindakan konkrit guna memperbaiki hal-hal yang menjadi alasan dilakukannya delisting seperti kondisi finansial atau kondisi hukum yang dapat berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha perusahaan itu sendiri. Apabila perusahaan tersebut sudah memiliki kondisi perusahaan yang baik maka perusahaan harus tetap mempertimbangkan akibat perusahaan tersebut setelah relisting karena tanpa adanya penambahan komposisi kepemilikan saham publik akan mengakibatkan saham perusahaan tersebut tidak bergerak. Garcia (2013) yang melakukan perbandingan perusahaan yang di delisting di negara Mexico, Brasil dan Colombia sebagai pembanding dalam penelitiannya di Mexican Stock Exchange (MSE) mengatakan bahwa rendahnya kualitas kinerja keuangan dan harga saham yang tidak stabil (unexpected) terhadap saham saham menjadi penyebab utama delisting selama tiga dekade, namun dia menyarankan untuk meningkatkan kualitas regulasi, keterbukaan informasi bursa dan peluang bagi perusahaan lokal untuk mencatatkan sahamnya di MSE untuk pengembangan pasar modal di Meksiko karena hal hal tersebut menjadi salah satu latar penyebab terjadinya delisting di MSE
21 BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Kerangka konseptual merupakan dasar dari seluruh proyek penelitian (Sekaran, 2003), menurutnya ada lima hal yang harus diperhatikan dalam menyusun kerangka konseptual : 1. Seluruh variabel yang relevan dengan penelitian harus jelas dan di beri label 2. Seluruh variabel yang ada harus saling berkaitan, sehingga dapat diketahui kaitan yang kuat antara teori yang ada dengan seluruh variabel 3. Jika secara umum di dapatkan indikator keterhubungan atau tidak secara teoritis dari keduanya, dapat dinyatakan dalam hubungan positif atau negatif 4. Pengungkapan secara jelas argumentasi yang mendasari keterhubungan yang telah ditemukan dalam penelitian 5. Pentingnya membuat diagram sistematis agar pembaca dapat mengetahui dengan mudah hubungan yang terjadi secara komprehensif antar teori. 19
22 20 Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan secara sederhana sebegai berikut : Gambar 3 1 Kerangka Konseptual Penelitian BURSA EFEK INDONESIA Delisting penyebab delisting Alasan BEI mendelisting perusahaan Kesimpulan & Saran Indikator Penjelas : Kinerja Keuangan Perusahaan
23 BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Penyebab perusahaan terdaftar di delisting oleh BEI Kami mengidentifikasi perusahaan yang di delisting dari periode 1 Januari 2009 hingga 30 Juni Hingga periode tersebut terdapat 28 Perusahaan yang telah di delisting di Bursa Efek Indonesia. Karena penelitian ini secara umum untuk mengetahui alasan delisting di Bursa Efek Indonesia maka tidak dilakukan adanya penyeleksian data berdasarkan kategori penyebab delisting secara umum yaitu voluntari dan involuntari atau berdasakan kategori jenis sektor. Tabel 5.1 memperlihatkan daftar perusahaan dan sektor bidang perusahaan yang di delisting Tabel 5 1 Jumlah Dan Sektor Perusahaan Yang Delisting No Tahun Jumlah KODE NAMA EMITEN SEKTOR IPO DELISTING SING Singer Indonesia Perdagangan Besar ( Jasa ) 30 Des Des 09 Tbk 2 2 MACO Courts Indonesia Perdgangan Retail ( Jasa ) 17 Jul Des JASS Jasa Angkasa Transportasi ( Jasa ) 15 Jun02 01 Des09 Semesta 4 4 PROD Sara Lee Body Care Kosmetik & Keperluan Rumah 16 Jun Des09 Indonesia Tangga(Manufaktur) 5 5 TALF Tunas Alfin Tbk Plastik & Kemasan 12 Feb01 01 Des09 (Manufaktur) 6 6 BUKK Bukaka Teknik Konstruksi ( Jasa ) 09 Jan95 01 Des09 Utama Tbk 7 7 SKBM Sekar Bumi Tbk Makanan & Minuman ( 05 Jan93 01 Des 09 Manufaktur ) 8 8 IATG Infoasia Teknologi Global Tbk Sektor Telekomunikasi ( Jasa ) 15 Nop Des09 21
24 22 Lanjutan Tabel PTRA New Century Development Tbk Property & Realestate ( Jasa) 10 2 AQUA Aqua Golden Mississippi Makanan & Minuman ( Tbk Manufaktur ) 11 3 DYNA Dynaplast Plastik & Kemasan (Manufaktur) 12 4 ANTA Anta Express Tour and Hotel dan Parawisata Travel Service Tbk (Jasa) 13 5 ALFA Alfa Retalindo Tbk Perdagangan Eceran ( Jasa ) Mar94 24 Jan11 01 Mar90 01 Apr11 05 Ags91 27 Jul11 18 Jan02 04 Okt11 18 Jan00 17 Okt MBAI Multibreede Adirama Pakan ternak 28 Feb Jul12 Indonesia Tbk (Manufaktur ) 15 2 RINA Katarina Utama Konstruksi non 14 Jul09 01 Okt12 Bangunan ( Jasa ) 16 3 SIIP Surya inti Permata Property & Realestate ( 08 Jan08 28 Feb 12 Jasa) 17 4 SIMM Surya Intrindo Makmur Alas Kaki ( Manufaktur ) 28 Mar00 03 Des CPDW Indo Setu Bara Resources,Tbk Tambang batubara ( Pertambangan ) 19 2 IDKM Indosiar Karya Media, Tbk advertising,printing & Media ( Jasa ) 20 3 INCF Amstelci Idonesia, Tbk Lembaga Pembiayaan(Jasa) 21 4 KARK Dayaindo Resources Perdagangan Besar Internasional, Tbk barang Produksi ( Jasa ) 22 5 PAFI Panasania Filamen Inti Tekstil & Garmen Tbk (Manufaktur) 23 6 PWSI Panca Wirasakti, Tbk Property & Realestate (Jasa) 24 7 SAIP Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas ( Pulp dan Kertas Tbk Manufaktur ) ASIA Asia Natural Resources,Tbk 2015 Perdagangan Besar barang Produksi ( Jasa ) 18 Jun Sep13 04 Okt04 01 Mei Jul90 19 Feb Jul Des Jan Mar13 01 Jan Mei Mei Okt13 20 Okt94 27 Nop DAVO Davomas Abadi Tbk Makanan dan Minuman 22 des94 21 Jan BAEK Bank Ekonomi Raharja Perbankan 08 Jan Sep UNTX Unitex Tbk Tekstil dan Garmen 16 Jun89 07 Des 15 Untuk tahun 2010 tidak terdapat perusahaan yang di delisting oleh Bursa Efek Indonesia, begitupun sampai dengan akhir periode penelitian 31 Juni 2016, belum ada perusahaan yang di delisting. Dari tabel 5.1 dapat di lihat bahwa dari 28 jumlah perusahaan yang di
25 23 delisting sampai dengan 31 juni 2016, sebagian besar merupakan perusahaan dari sektor Jasa, yaitu 15 Perusahaan sektor Jasa, 11 Sektor Manufaktur, 1 sektor Pertambangan dan 1 Sektor Perbankan. Jika dirata ratakan lamanya waktu terdaftar di Bursa Efek Indonesia hingga pendelistingan adalah 13 Tahun. Perusahaan yang di delisting di Bursa Efek Indonesia, beberapa diantaranya di delesting melalui keinginan perusahaan sendiri (Voluntary) dengan alasan akuisisi, merger dan menjadi perusahaan tertutup, tetapi kebanyakan dari kasus delisting pada rentang waktu penelitian di sebabkan oleh sanksi yang di kenakan oleh Bursa (Involuntary). Tabel 5.2 dapat dilihat alasan pendelistingan perusahaan oleh Bursa Efek Indonesia tahun Tabel.5.2 Penyebab delesting oleh Bursa Efek Indonesia tahun Tahun Total Perusahaan yang delsiting Go Private Merger Akuisisi Delisting Pailit Menghadapi tuntutan perkara Disclaimer Rugi Saham tidak likuid Melanggar Aturan Umum Pengamatan dimulai sejak Tahun 2009 pada awal penggabungan antara Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) menjadi Bursa Efek Indonesia sehingga seluruh
26 24 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia harus kembali melakukan penawaran umum saham ke 2 ( Secondary Public Offering / SPO ). Beberapa saham yang di delisting pada awal penggabungan merupakan perusahaan yang berasal dari Bursa Efek Surabaya, sehingga salah satu alasan Bursa Efek Indonesia mendelisting emiten tersebut dikarenakan tidak melakukan SPO. 5.2 Kinerja Keuangan Perusahaan Menjelang Delisting Disamping meneliti alasan pendelistingan oleh Bursa Efek Indonesia terhadap perusahaan, kami juga menganalisa Harga Saham, ROE, ROA, dan PBV perusahaan, keempat indikator ini dianggap merupakan kinerja keuangan perusahaan sebagai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan baik dari sisi bisnis maupun dari sisi investasi. Tabel 5.3 memperlihatkan perbandingan harga saham semua perusahaan pada masa periode selama 30, 60, 90 dan 270 hari sebelum delisting. Pencantuman masa periode ini untuk melihat persepsi invenstor luar dalam melakukan transaksi di bursa, sebagai respon terhadap informasi yang ada dibursa, hal ini juga akan menunjukkan sekiranya terjadi abnormal return saham pada periode tersebut. Tabel 5 3. Harga Saham Perusahaan Delisting No NAMA EMITEN 270 hari 90 Hari 60 Hari 30 hari 1 Singer Indonesia Tbk 1,000 1,000 1,000 1,000 2 Courts Indonesia 1,000 1,000 1,000 1,000 3 Jasa Angkasa Semesta
27 25 Lanjutan Tabel Sara Lee Body Care Indonesia 2,250 2,250 2,250 2,250 5 Tunas Alfin Tbk BukakaTeknikUtamaTbk SekarBumiTbk InfoasiaTeknologi Global Tbk New Century Development Tbk Aqua Golden Mississippi Tbk 244, , , , Dynaplast 3,500 3,500 3,500 3, Anta Express Tour and Travel Service Tbk 2,400 2,400 2,250 2, Alfa RetalindoTbk 2,400 2,400 2,250 2, ultibreede Adirama Indonesia Tbk 14,750 14,750 13,300 5, Katarina Utama Surya inti Permata Surya IntrindoMakmur IndoSetu Bara Resources,Tbk IndosiarKarya Media, Tbk AmstelciIdonesia, Tbk 3,150 3,150 3,150 3, Dayaindo Resources Internasional, Tbk PanasaniaFilamen Inti Tbk PancaWirasakti, Tbk Surabaya AgungIndustri Pulp 24 dankertastbk Asia Natural Resources,Tbk Davomas AbadiTbk Bank EkonomiRaharja 2,100 2,100 2,100 2, UnitexTbk 3,700 3,700 3,700 3,700 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa return saham dipengaruhi oleh kondisi saat itu, salah satu diantaranya Arman 2008 mengatakan bahwa pengaruh return saham di pengaruhi oleh surprise pertumbuhan jumlah uang beredar, surprise inflasi, surprise suku bunga deposito, pengaruh surprise nilai tukar rupiah/us dollar, pengaruh surprise pertumbuhan investasi asing dan pengaruh surprise pertumbuhan ekonomi.
28 26 Dengan demikian bahwa harga saham saja tidak selalu merefleksikan nilai kinerja dari perusahaan sehingga pengambilan kesimpulan tidak cukup dalam mengkategorikan masalah keuangan, oleh karena untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi oleh perusahaan pada awal keputusan delisting, maka ROA, ROE dan PBV sebagai rasio profitabilitas dianggap mampu memberi bukti empirik bahwa kinerja keuangan merupakan penjelas utama terhadap perusahaan sebelum pengumuman delisting. Pada tabel 5.4 di cantumkan rerata rasio probitabilitas perusahaan selama 270 Hari. Tabel 5 4. Rerata Kinerja Keuangan, PBV, ROA, ROE Perusahaan yang delisting No NAMA EMITEN *PBV(%) *ROA (%) *ROE (%) 1 Singer Indonesia Tbk Courts Indonesia JasaAngkasaSemesta Sara Lee Body Care Indonesia Tunas Alfin Tbk BukakaTeknikUtamaTbk SekarBumiTbk InfoasiaTeknologi Global Tbk New Century Development Tbk Aqua Golden Mississippi Tbk Dynaplast Anta Express Tour and Travel Service Tbk Alfa RetalindoTbk Multibreede Adirama Indonesia Tbk Katarina Utama Surya inti Permata Surya IntrindoMakmur IndoSetu Bara Resources,Tbk IndosiarKarya Media, Tbk AmstelciIdonesia, Tbk Dayaindo Resources Internasional, Tbk
29 27 Lanjutan Tabel PanasaniaFilamen Inti Tbk PancaWirasakti, Tbk Surabaya AgungIndustri Pulp dankertastbk Asia Natural Resources,Tbk DavomasAbadiTbk Bank EkonomiRaharja UnitexTbk *dihitung dengan nilai dasar per kuartal Tabel.5.4 memperlihatkan bahwa sebanyak 10 perusahaan tidak menguntungkan dari sisi bisnis dan investasi, ke tujuh perusahaan tersebut mengalami kesulitan keuangan di mana nilai ROA dan ROE menunjukan nilai negatif. Sementara ada 15 Perusahaan yang tidak memiliki kemampuan untuk mengelola aset yang dimilikinya. Tabel 5.5 Resume perubahan harga saham perusahaan menjelang delsiting. Statistik IPO Delist Alasan Delisting Rerata (Rp) 270 (Rp) 90 (Rp) 60 (Rp) 30 (Rp) Average Delisting ( 20 ) Min Akuisisi (2 ) 2,269 2,250 2,250 2,175 2,400 Max Merger (2) 6,670 8,025 8,025 7,290 3,340 Stand. Dev Go Private (4) 63,609 63,600 63,600 63,563 63,675 Pada Tabel 5.5 memperlihatkan nilai rerata dari harga saham pada periode yang berbeda, bahwa secara khusus terdapat pergerakan harga hanya pada saham yang di delesting karena merger, dari nilai Rp menjadi Rp Hasil ini mendukung penelitian terdahulu bahwa reaksi suatu pasar yang ditimbulkan akibat pengumuman merger dan akuisisi dapat dilihat pada berubahnya harga saham, baik pada perusahaan pengakuisisi maupun perusahaan target (Kunjono, 2003). Namun pada saham yang didelsiting karena involuntary
30 28 delisting, akuisisi dan go private tidak mengalami pergerakan harga, ini dapat dilihat pada periode 30 hari dan 60 hari yang tidak menunjukkan signifikan perbedaan pada periode 90 hari bahkan selama hampir satu tahun sebelum delisting, karena kurang dari 5%. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sanger et.al,1990 menyebutkan bahwa pada saat perusahaan memutuskan untuk delisting satu satunya hal yang dapat memicu abnormal return positif atau negatif tergantung dari proses kriteria delisting. Kemungkinan ini berhubungan dengan informasi bahwa secara alami akan terjadi pergerakan harga, baik secara positif maupun negatif pada seluruh saham yang ada di pasar keuangan sesuai dengan informasi yang ada, namun dengan alasan tersebut seharusnya perusahaan yang di delisting oleh bursa mengalami nilai negatif yang signifikan pada periode tersebut karena terjadi penawaran transaksi yang rendah terhadap perusahaan yang dianggap memiliki kondisi sakit, tetapi data menunjukkan bahwa sampai pada beberapa periode, pergerakan harga menunjukkan tidak signifikan. Untuk menganalisa lebih lanjut terhadap anomali ini, yaitu pergerakan harga saham dan hubungannya dengan informasi yang ada, kami menggunakan pendekatan statistik yaitu parametrik dan non parametrik. Seluruh data yang dihitung secara parametrik dan non parametrik terlebih dahulu di konversi kedalam logaritma.
31 29 Ho : Tidak terdapat korelasi yang signifikan antara perubahan harga saham dengan informasi menjelang delisting Tabel 5 6 Nilai statistik Uji Skewnes dan Kortusisus N Skewness Kurtosis *Z- *Z- Std. Std. Skewness Kurtosius Statistic Statistic Error Statistic Error 270 Hari Hari Hari hari Valid N (listwise) * diolah 28 Hasil statistik menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan normal dengan nilai skewness lebih kecil dari 1.96 dan nilai Kurtosis di bawah dari Dengan menggunakan uji Non Parametrik, Two Independent Sample dan One sample K-S juga dapat dilihat bahwa perubahan harga saham perperiode tidak signifikan karena α > Hari Hari 30 hari - 60 Hari Z a b Asymp. Sig. (2-tailed)
32 30 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 270 Hari 90 Hari 60 Hari 30 hari N Normal Parameters a,,b Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Selanjutnya secara khusus kami mengamati pergerakan Rasio Keuangan yaitu ROE dan ROA dengan membagi kriteria antara perusahaan involuntary dan perusahaan yang di delisting karena permintaan sendiri (Voluntary), tetapi karena sampel terhadap kriteria voluntary dianggap kecil maka akuisisi, merger dan go privat menjadi bagian dari voluntary, hal ini juga untuk menghindari generalisasi kondisi perusahaan seperti yang telah di kemukakan pada kajian teoritis tentang kesulitan keuangan. Dari analisa data, Rasio ROE dan ROA untuk beberapa periode mengalami fluktuasi pada periode 60 Hari namun kecenderungan memperlihatkan bahwa ROE mengalami pergerakan positif, dalam artian ROE semakin besar mendekati hari pengumuman delesting pada periode 270 hari, hal ini terjadi khususnya kepada perusahaan yang delisting karena Go Private, Akuisisi dan Merger, namun untuk kategori perusahaan yang terdelesting karena involuntary delisting mengalami penurunan rasio profitabiltas.
33 31 Tabel 5 7. Perubahan Kinerja Keuangan Perusahaan Voluntari Delisting No Nama Perusahaan KODE * ROA 60 30* ROE * 1 Aqua Golden Mississippi Tbk AQUA Dynaplast DYNA Anta Express Tour and Travel Service Tbk ANTA Alfa Retalindo Tbk ALFA Bank Ekonomi Raharja BAEK Unitex Tbk UNTX Indosiar Karya Media, Tbk IDKM Multibreede Adirama Indonesia Tbk MBAI Rerata *Hasil pengurangan antara periode hari, Hari 60 30* Tabel 5.8 Perubahan Kinerja Keuangan Perusahaan Involuntari Delisting No Nama Perusahaan ROA ROE KODE Courts Indonesia MACO Tunas Alfin Tbk TALF Bukaka Teknik Utama Tbk BUKK Infoasia Teknologi Global Tbk IATG New Century Development Tbk PTRA Katarina Utama RINA Surya inti Permata SIIP Surya Intrindo Makmur SIMM Dayaindo Resources Internasional, Tbk KARK Panasania Filamen Inti Tbk PAFI Panca Wirasakti, Tbk PWSI Surabaya Agung Industri Pulp dan Kertas Tbk SAIP Asia Natural Resources,Tbk ASIA
34 32 Lanjutan Tabel Singer Indonesia Tbk SING Counts Indonesia MACO Indo Setu Bara Resources,Tbk CPDW Amstelci Idonesia, Tbk INCF Davomas Abadi Tbk DAVO Sekar Bumi Tbk SKBM Jasa Angkasa Semesta JASS Rerata Ho = Return On Equity, Return On Asset akan mengalami penurunan menjelang keputusan delisitng. Untuk lebih menguatkan analisa maka pengujian dilakukan dengan menggunakan metode statistik, pengolahan data secara statistik dilakukan dengan Nonparametrik. Pada perusahaan yang involuntary delisting mengalami penurunan rasio profitabilitas ROA dan ROE, sementara pada perusahaan voluntary delisting mengalami kenaikan rasio profitabitas ROA dan ROE. Tabel.5.9 Hasi Uji Non Parametrik terhadap involuntay delsiting, Kolmogorov-Smirnov Periode Hari Jumlah sampel Asymp. Sig. (2-tailed) N ROA ROE ROA ROE 270 Hari Hari Hari Hari di olah dari statistik K-S K-S
35 33 Tabel 5.10 Hasi Uji Non Parametrik Voluntary, Kolmogorov-Smirnov Periode Hari Jumlah Asymp. Sig. (2-tailed) K-S sampel N ROA ROE ROA ROE 270 Hari Hari Hari Hari di olah dari statistik K-S Dengan uji Kolmogorov Smirnov Kinerja Keuangan ROA dan ROE, jika α<0.05 terima Ho dan α>0.05 tolak Ho. Dengan Uji beda Wilcoxon signed tes perusahaan yang voluntary delisting mengalami perubahan dalam nilai Based on negatif sebaliknya perusahaan yang involuntary delsiting dengan nilai Based on positif. Tabel 5.11 Uji Wilcoxon signed, Uji beda Kinerja keuangan voluntary TES STATISTIC N ROE ROA Asymp. Sig. (2-tailed) a a a a a a a.based on Negative Z Tabel 5 12 Uji Wilcoxon signed, Uji beda Kinerja keuangan involuntary TES STATISTIC N ROE ROA Asymp. Sig. (2-tailed) a b b a b b a.based on Negative b.based on Positive Z
36 34 Akhirnya untuk mengetahui secara fundamental Rasio Finansial, mengapa suatu saham tidak likuid di perdagangkan, maka perlu menganalisa kecenderungan nilai harga saham dipasar modal. Tabel 5.13 dan tabel 5.14 memperlihatkan nilai PBV saham yang didelisting Ho = Nilai PBV akan mengalami penurunan menjelang hari keputusan delsiting Tabel 5 13 Nilai PBV dari perusahaan yang voluntari delisting No Nama Perusahaan BPV Aqua Golden Mississippi Tbk Dynaplast Anta Express Tour and Travel Service Tbk Alfa Retalindo Tbk Bank Ekonomi Raharja Unitex Tbk Indosiar Karya Media, Tbk Multibreede Adirama Indonesia Tbk Rerata perperiode Tabel 5.14 Nilai PBV dari perusahaan yang involuntari delisting No Nama Perusahaan PBV Singer Indonesia Tbk Courts Indonesia Jasa Angkasa Semesta Sara Lee Body Care Indonesia Tunas Alfin Tbk Bukaka Teknik Utama Tbk Sekar Bumi Tbk Infoasia Teknologi Global Tbk New Century Development Tbk Katarina Utama
37 35 Lanjutan tabel Surya inti Permata Surya Intrindo Makmur Indo Setu Bara Resources,Tbk Amstelci Idonesia, Tbk Dayaindo Resources Internasional, Tbk Panasania Filamen Inti Tbk Panca Wirasakti, Tbk Surabaya Agung Industri Pulp dan Kertas Tbk Asia Natural Resources,Tbk Davomas Abadi Tbk Rerata perperiode Secara rerata dalam beberapa periode terlihat bahwa nilai PBV untuk saham yang involuntari delisting cenderung naik sementara nilai rerata untuk perusahaan yang voluntary delisting cenderung turun. Hal ini mengisyaratkan bahwa nilai saham perusahaan yang delisting karena involuntary semakin mahal sementara perusahaan yang delsiting secara voluntary nilainya cenderung lebih murah pada setiap periode. Dengan menggunakan metode statistik non parametrik maka diperoleh nilai kecenderungan PBV pada kasus delisting. Dengan Uji Kolmogorov-Smirnov Tabel 5.15 dan Tabel 5.16, jika α<0.05 tolak Ho dan α>0.05 terima Ho, untuk perusahaan yang voluntary delisting terima Ho dan untuk perusahaan yang invountary delisting Tolak Ho.
38 36 Tabel 5 15 Nilai PBV Involuntary delisting dan Voluntary Delisting Kriteria Uji K - S N Involuntary delisting voluntary delisting Asymp. Sig. (2-tailed) Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Kolmogorov-Smirnov Z Pada tabel.5.16 terlihat bahwa nilai PBV pada perusahaan involuntary delisting cenderung semakin mahal pada setiap periode, sementara untuk voluntary cenderung di hargai lebih murah pada setiap periode Kecenderungan naik dan turunnya nilai PBV dapat di lihat pada uji beda Wilcoxon. Tabel 5 16 Nilai harga saham (BPV) perusahaan yang delsiting Kriteria Wilcoxon Signed Rangkin test N Involuntary delisting voluntary delisting Z a a a Asymp. Sig. (2-tailed) Z a b b Asymp. Sig. (2-tailed) a.based on Negative b.based on Positive Pada Uji beda Wilcoxon kecenderungan nlai harga saham perusahaan yang involuntary delisting berharga lebih mahal dari 0.353, 2.075, dan dari harga perperiode, sementara untuk perusahaan yang voluntary delsiting harga sahamnya cenderung menjadi lebih murah dari harga perperiode sebelumnya dari 1.363, 1.540, dan 2.214
39 BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Interpretasi ROA Dan ROE Terhadap Perusahaan Delisting ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa lalu, analisis ini kemudian bisa diproyeksikan ke masa depan untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa yang akan datang. Analisis ROA mengukur kemampuan laba dengan menggunakan total aset yang ada, setelah biaya-biaya modal dikeluarkan dari analisis. Fokus analisis ROA adalah profitabilitas independent terhadap biaya modalnya. Olehnya itu perusahan involuntari delisting yang mengalami penurunan ROA apalagi yang memiliki nilai negatif merupakan perusahaan yang kurang memiliki kelanjutan usaha yang baik (Going Concern). ROE secara ekplisit memperhitungkan kemampuan perusahaan menghasilkan suatu laba bagi pemegang saham biasa, setelah memperhitungkan bunga (biaya bunga) dan Deviden saham Preferen (biaya saham preferen). Investor mempunyai klaim terhadap residual atas keuntungan yang diperoleh, sehingga wajar jika investor sangat menaruh minat terhadap ROE. Oleh karenanya perusahaan yang memiliki nilai ROE yang menurun atau negatif merupakan perusahaan yang kurang baik untuk berinvestasi karena akhirnya investasi yang dilakukan hanya akan digunakan oleh perusahaan untuk biaya-biaya 37
40 38 yang tidak produktif. Secara akuntansi dapat dilihat hubungan ROE dan ROA. Gambar 6.1 Hubungan ROE - ROA ROE = ROA x Leverage yang disesuaikan Common Earning Leverage ( CEL ) Leverage Struktur Modal (LSM) Laba bersih untuk saham biasa Rerata saham biasa Laba bersih + Bunga bersih Pajak = x x Rerata Total Aset Laba bersih untuk saham biasa Laba bersih + Bunga bersih Pajak Rerata Total Aset Rerata Saham Biasa Dari gambaran daiatas dinyatakan bahwa, jika ROE mengalami nilai penurunan atau negatif maka perusahaan tidak menghasilkan laba atau aset yang dimiliki perusahaan semakin berkurang. Gambaran diatas juga dapat diketahui bahwa transasksi perusahaan voluntary delisiting masih memiliki kecenderungan untuk berubah karena ROA dan ROE masih mampu memberikan keuntungan kepada investor selain itu adanya pembelian kembali oleh perusahaan (buy back), namun sebaliknya untuk perusahaan yang involuntary delisting hanya akan menghasilkan kerugian untuk investor. Dengan penjelasan diatas maka :
41 39 1. Return On Equity, Return On Asset akan mengalami penurunan dalam setiap periode hari menjelang keputusan delisitng untuk perusahaan yang involuntary delisting ( terima Ho ) 2. Return On Equity, Return On Asset tidak mengalami penurunan dalam setiap periode hari menjelang delisting untuk perusahaan yang voluntary delsiting ( Tolak Ho ) 6.2 PBV Perusahaan Yang Delisting Bahwa salah satu alasan investor membeli suatu saham adalah mengukur seberapa besar perbandingan harga saham secara riil dengan harga intrinsiknya. Mc Kensey dalam hal kredibilitas perusahaan menyatakan bahwa sebagian besar perusahaan di Indoensia yang tercatat di pasar modal ternyata over valued, karena nilai pasarnya didasarkan pada Growht Expectation 90% sementara Current Earning Stream hanya berkisar 10% sementara di negara maju ditentukan dengan Growth Expectation 30% dan Current Earning stream 70% yang sebenarnya merupakan kinerja korporasi (TS.Kaihatu, 2006). Tabel 5.6 menyajikan nilai PBV saham yang voluntari delisting dan tabel. 5.7 menyajikan nilai PBV saham yang involuntary. Hasil analisa secara statistik pada periode 30, 60, 90, 270 hari menghasilkan nilia PBV saham yang delisting secara voluntary cenderung lebih rendah dari nilai sebelumnya, sementara nilai saham perusahaan yang di delisting secara involuntari cenderung lebih tinggi
42 40 dari nilai sebelumnya pada setiap periode. Hal ini mensyaratkan bahwa nilai harga saham perusahaan yang involuntary delisiting cenderung bertambah mahal jika dibandingkan dengan nilai akunting perusahaan pada setiap kuartal, sebaliknya harga saham perusahaan voluntary delisting cenderung lebih murah dari nilai akunting perusahaan. Dengan penjelasan data diatas menunjukkan bahwa nilai ekuitas perusahaan yang involuntary delisting semakin menurun sementara jumlah saham yang beredar tetap dan untuk perusahaan yang di delisting secara voluntary nilai ekuitasnya masih bertambah. Sehingga untuk perusahaan yang voluntary delisting Nilai PBV akan mengalami penurunan pada setiap periode hari menjelang delisiting (Terima Ho untuk perusahaan yang voluntary delisting), dan untuk perusahaan yang involuntary delisting akan mengalami kenaikan nilai PBV peda setiap periode menjelang delisting (Tolak Ho untuk perusahaan yang involuntary delisting)
BAB I PENDAHULUAN. melakukan devaluasi Renminbi sebesar 3%, krisis yang dialami Eropa dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami penurunan karena berbagai dampak terutama faktor eksternal atau luar negeri. Faktor eksternal dipengaruhi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terus mengalami pertumbuhan. Seiring meningkatnya pertumbuhan jumlah
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sektor industri Food and Beverage merupakan salah satu sektor usaha yang terus mengalami pertumbuhan. Seiring meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar. Di mana Subprime Mortage yang terjadi di Amerika Serikat memberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis global yang terjadi pada tahun 2008 membuat dampak yang begitu besar. Di mana Subprime Mortage yang terjadi di Amerika Serikat memberikan efek negatif bagi Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada tahun 2008 terjadi krisis keuangan global yang bermula dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2008 terjadi krisis keuangan global yang bermula dari krisis keuangan di Amerika Serikat, sehingga ini berpengaruh terhadap kondisi perekonomian dunia termasuk
Lebih terperinciJudul : Variabel Penentu Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Nama : Ni Komang Uttami Ghita Dewi NIM :
Judul : Variabel Penentu Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Nama : Ni Komang Uttami Ghita Dewi NIM : 1315251035 Abstrak Global financial crisis yang terjadi di Amerika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bursa Efek Indonesia. Gambar 1.1 Logo Bursa Efek Indonesia Sumber:
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Bursa Efek Indonesia Gambar 1.1 Logo Bursa Efek Indonesia Sumber: www.idx.co.id Bursa Efek Indonesia atau yang biasa disingkat BEI, atau Indonesia
Lebih terperinciDaftar populasi dan sampel penelitian
Daftar populasi dan sampel penelitian Lampiran 1 No Nama Perusahaan Kriteria Sampel 1 2 3 4 Sampel 1 Singer Indonesia Tbk - 2 Courts Indonesia Tbk - - 3 Jasa Angkasa Semesta Tbk Sempel 1 4 Sara Lee Body
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Bursa Efek Indonesia atau Indonesia Stock Exchange (IDX) merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan-perusahaan yang sedang mengalami masa perkembangan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur modal yang kuat untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi liabilitasnya terhadap bank, supplier, tenaga kerja, pajak, dan
BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebangkrutan adalah situasi dimana perusahaan dianggap tidak mampu untuk memenuhi liabilitasnya terhadap bank, supplier, tenaga kerja, pajak,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga saham a. Pengertian saham Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsumsi makanan dan non makanan. Tingkat konsumsi makanan dan non. Gambar 1.1. Pengeluaran per Kapita di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat memiliki kebutuhan pokok harian yang harus dipenuhi, yakni berupa konsumsi makanan dan non makanan. Tingkat konsumsi makanan dan non makanan masyarakat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan dari keberadaan suatu entitas bisnis ketika didirikan. Kelangsungan hidup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mempertahankan kelangsungan hidup suatu usaha yang dijalankan merupakan tujuan dari keberadaan suatu entitas bisnis ketika didirikan. Kelangsungan hidup usaha selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. surat berharga di pasar modal. Surat berharga yang baru dikeluarkan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan media yang sangat efektif untuk dapat menyalurkan dan menginvestasikan dana yang berdampak produktif dan menguntungkan investor. Perusahaan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal Ada bermacam-macam pengertian pasar modal, namun pada dasarnya pengertian pasar modal adalah sama. Dibawah ini ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan manufaktur merupakan suatu cabang industri yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan manufaktur merupakan suatu cabang industri yang menggabungkan pemakaian mesin, peralatan dan tenaga kerja dalam suatu proses untuk mengubah bahan
Lebih terperinciBAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis
10 BAB 2 Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sebuah negara yang memiliki keuangan yang kuat dan modern, berarti telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini menjadi sangat di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan lainnya (Gitosudarmo, 2002:5). Perusahan harus terus memperoleh laba agar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan organisasi yang mencari keuntungan sebagai tujuan utamanya walaupun tidak menutup kemungkinan mengharapkan kemakmuran sebagai tujuan lainnya
Lebih terperincimenyebabkan harga saham tinggi (Dharmastuti, 2004:17-18). sebagaimana yang diharapkan oleh pemegang saham.
Untuk mengetahui laba yang diperoleh perusahaan dengan menghitung Laba Per Lembar saham (Earning Per Share)/EPS. EPS merupakan perbandingan antara pendapatan yang dihasilkan (laba bersih) dan jumlah saham
Lebih terperinciAnalisis Perbandingan Harga Saham Sebelum dan Setelah Pengumuman Laporan Keuangan pada Bank-Bank Yang Go Public Di Indonesia Periode 2015
Prosiding Akuntansi ISSN: 2460-6561 Analisis Perbandingan Harga Saham Sebelum dan Setelah Pengumuman Laporan Keuangan pada Bank-Bank Yang Go Public Di Indonesia Periode 2015 1 Jessy Castela Mulyana, 2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh tingkat keuntungan (return) yang tinggi. Tinggi rendahnya
1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pasar modal merupakan salah satu sarana investasi yang banyak diminati para investor. Salah satu tujuan investor membeli saham adalah untuk memperoleh tingkat keuntungan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. publikasi Bursa Efek Indonesia dan sumber-sumber lain yang terkait dengan
III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder yang bersumber dari hasil laporan publikasi Bursa Efek Indonesia dan sumber-sumber lain yang terkait dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Menurut UU Negara Republik Indonesia No. 5 tahun 1984 pasal satu huruf dua menyatakan bahwa industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri-industri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga Saham Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan atas perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi
Lebih terperinciGLOSARIUM. B Blue Chip : Saham yang emitennya memiliki reputasi baik. D Delisting : Penghapusan efek dari daftar efek yang tercatat di bursa.
81 GLOSARIUM B Blue Chip : Saham yang emitennya memiliki reputasi baik C Capital Gain : Keuntungan investor yang diperoleh dari kelebihan harga jual di atas harga beli yang keduanya terjadi di pasar sekunder.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. panjang diantara berbagai alternatif lainnya bagi perusahaan, termasuk di dalamnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang diantara berbagai alternatif lainnya bagi perusahaan, termasuk di dalamnya adalah sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa mendatang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang dan memberikan kontribusinya pada perekonomian nasional.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manufaktur merupakan sektor industri yang penting di lingkup perekonomian Indonesia, jumlah perusahaannya yang sangat besar dibagi menjadi sektor-sektor, salah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai pengaruh variable independen (Current Ratio, Debt To Equity Ratio,
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Analisis Hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan model regresi berganda. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai pengaruh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian PBV, DER, EPS, dan ROA Pengertian PBV (Price Book Value)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian PBV, DER, EPS, dan ROA 2.1.1.1 Pengertian PBV (Price Book Value) Rasio PBV (Price Book Value) ini di definisikan sebagai rasio harga saham
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang
14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa di perjual belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal Pasar modal dapat digunakan sebagai tempat menjual saham bagi perusahaan yang memerlukan dana, begitu juga investor dapat membeli surat berharga di pasar modal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan yang pesat. Perkembangan dan kemajuan antar perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada persaingan antar perusahaan saat ini menyebabkan sektor ekonomi mengalami perubahan yang pesat. Perkembangan dan kemajuan antar perusahaan dituntut mampu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 2.1 Rasio Likuiditas Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam melunasi hutang lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.
Lebih terperinciPERATURAN NOMOR I-D: TENTANG PENCATATAN SERTIFIKAT PENITIPAN EFEK INDONESIA (SPEI) DI BURSA
LAMPIRAN Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor : Kep-00389/BEI/06-2009 Tanggal dikeluarkan :12 Juni 2009 Tanggal diberlakukan : 12 Juni 2009 PERATURAN NOMOR I-D: TENTANG PENCATATAN SERTIFIKAT
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber dana jangka pendek
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan pada penelitian ini adalah: 2.1.1 Widayanti dan Haryanto (2013) Penelitian Widayanti dan Haryanto (2013)
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. akhir dari proses akuntansi, yang disajikan sebagai bahan informasi bagi
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian laporan keuangan Laporan keuangan pada hakekatnya merupakan suatu output dan hasil akhir dari proses akuntansi, yang disajikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi perekonomian yang sedang recovery ini masyarakat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam situasi perekonomian yang sedang recovery ini masyarakat dihadapkan pada berbagai pilihan mengenai cara menginvestasikan dana. Berbagai macam pilihan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pasar Modal 2.1.1.1 Pengertian Pasar Modal Menurut Sunariyah (2011:4) mengemukakan bahwa pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sub sektor
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel yang digunakan dalam penelitian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Saham a. Pengertian Saham Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti mengambil 3 penelitian terdahulu sebagai dasar dalam penelitian saat ini, diantaranya adalah : 1. Penelitian yang dilakukan Marwata (2001), penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi daya tarik bagi para investor, tidak hanya investor dalam negeri tetapi
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia dilihat dari sisi kehidupan masyarakatnya menunjukkan bahwa investasi pasar modal Indonesia telah menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, tingkat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, tingkat persaingan antar perusahaan pun semakin tinggi dan pada akhirnya menjadi suatu tuntutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pergerakan harga saham industri farmasi di Bursa Efek Indonesia mulai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pergerakan harga saham industri farmasi di Bursa Efek Indonesia mulai dari tahun 2010 2014 mengalami peningkatan sekitar 6-7 persen. Hal ini disebabkan
Lebih terperincimengharapkan terciptanya iklim investasi yang baik karena pihak yang akan masuk ke Pasar Modal harus memiliki kriteria tertentu, terlebih lagi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Untuk mengembangkan usahanya, perusahaan membutuhkan dana yang besar. Salah satu strategi dalam memperoleh dana tersebut adalah dengan menghimpun dana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan demi kemakmuran para pemegang saham. Di era globalisasi sekarang ini, perkembangan dunia bisnis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagai pedoman bagi peneliti. Selain itu juga untuk menghindari adanya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu bertujuan sebagai bahan untuk membandingkan dan sebagai pedoman bagi peneliti. Selain itu juga untuk menghindari adanya kesamaan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ingin bertahan dan lebih maju perlu mengembangkan strategi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi ini, perkembangan teknologi dan informasi mendorong pertumbuhan dan persaingan di dunia industri semakin kuat. Perusahaanperusahaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tambahan modal kerja, ekspansi dan lain-lain dan sebagai tempat bagi investor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah tempat untuk memperjualbelikan sekuritas jangka panjang, seperti saham dan obligasi. Fungsi pasar modal yaitu sebagai tempat bagi emiten untuk memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari permasalahan ekonomi. Permasalahan ekonomi yang terjadi dapat
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia termasuk dalam kategori negara berkembang yang tidak terlepas dari permasalahan ekonomi. Permasalahan ekonomi yang terjadi dapat mengakibatkan meningkatnya
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Perkembangan pasar modal Indonesia Perusahaan Kapitalisasi Pasar
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan pasar modal Indonesia sampai dengan tahun 2015 terus menunjukkan pencapaian positif. Hal ini diantaranya dapat dilihat dari jumlah emiten yang mencatatkan diri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Pada penelitian ini tidak mengabaikan adanya penelitian terdahulu yang sangat bermanfaat sebagai acuan penulis, dalam penelitian ini menggunakan dua peneliti
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKSI PT BURSA EFEK JAKARTA
KEPUTUSAN DIREKSI PT BURSA EFEK JAKARTA Nomor : Kep-315/BEJ/062000 Perihal : Peraturan Pencatatan Efek Nomor I-A : Tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas Di Bursa Tgl. Dikeluarkan : 30
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk
18 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Masalah nilai dan pengukuran sudah lama menjadi isu ekonomi khususnya akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk mengetahui
Lebih terperinciDAMPAK AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PT ELANG MAHKOTA TEKNOLOGI, Tbk. DAN ENTITAS ANAK
DAMPAK AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PT ELANG MAHKOTA TEKNOLOGI, Tbk. DAN ENTITAS ANAK Shelly Sylvia Email: yumi.haiiro4@gmail.com Program Studi Akuntansi STIE Widya Dharma Pontianak
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Data dan Sampel Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan-perusahaan manufaktur
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Pengujian ini bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, mean dan standar deviasi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Laporan tahunan (annual report) adalah suatu laporan resmi mengenai keadaaan
9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Laporan Tahunan Perusahaan Laporan tahunan (annual report) adalah suatu laporan resmi mengenai keadaaan keuangan emiten dalam jangka waktu satu tahun. Termasuk di dalam laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembangnya perekonomian Indonesia. Pengerahan dana dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal secara perlahan telah tumbuh menjadi bagian penting dari tumbuh dan berkembangnya perekonomian Indonesia. Pengerahan dana dari masyarakat melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kali perusahaan tidak bisa memenuhi kebutuhan bisnisnya hanya dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Era globalisasi saat ini membuat persaingan bisnis semakin ketat dan kebutuhan untuk aktivitas bisnis pun menjadi semakin besar. Namun, sering kali perusahaan tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan suatu aktivitas pengerahan dana jangka panjang dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan suatu aktivitas pengerahan dana jangka panjang dari masyarakat untuk kemudian digunakan ke sektor yang lebih produktif. Proses pembentukan modal
Lebih terperinciII. TIN JAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi
17 II. TIN JAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi keuangan dari perusahaan. Laporan keuangan yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh positif sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan suatu Negara memerlukan dana investasi dalam jumlah yang banyak sehingga perlu ada usaha yang mengarah pada dana investasi yang bersumber dari
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham.
Lebih terperinciSSIA MERENCANAKAN MELAKUKAN PEMBELIAN KEMBALI SAHAM SENILAI Rp 200 MILIAR
SSIA MERENCANAKAN MELAKUKAN PEMBELIAN KEMBALI SAHAM SENILAI Rp 200 MILIAR Sehubungan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 2/POJK.04/2013 Tahun 2013 tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun Menurut Platt dan Platt (2002) menyebutkan financial distress
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Financial Distress merupakan suatu keadaan dimana perusahaan mengalami masalah kesulitan keuangan, banyak perusahaan di Indonesia yang mengalami Financial Distress
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keputusan investasi merupakan pertimbangan untuk harapan. meningkatnya nilai dan perhatian terhadap memperkecil resiko di masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keputusan investasi merupakan pertimbangan untuk harapan meningkatnya nilai dan perhatian terhadap memperkecil resiko di masa mendatang. Proses penilaian investasi memerlukan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal mempunyai peran penting bagi perekonomian negara. Pasar modal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal mempunyai peran penting bagi perekonomian negara. Pasar modal dewasa ini telah menjadi salah satu indikator perkembangan perekonomian sebuah negara. Dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan
BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran penting dalam melakukan bisnis perekonomian. Pasar modal menjembatani bertemunya investor yang menginvestasikan dananya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Signaling Theory 2.1.1. Pengertian Signaling Theory Menurut Jama an (2008) Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksilalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis Teori sinyal (signaling theory) dibangun sebagai upaya untuk memaksilalkan nilai Teori sinyal menunjukkan aya asimetri informasi antara manajemen perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengumuman pembagian dividen. Pujiono (2002) dan Sularso (2003) dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal memiliki peran penting sebagai lembaga pembiayaan bank dan lembaga pembiayaan non bank di Indonesia. Pasar modal sebagai lembaga pembiayaan telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alias penghapusan pencatatan saham emiten terjadi. Bursa Efek Indonesia (BEI)
BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada 30 Oktober 2014, untuk pertama kalinya di tahun 2014, delisting alias penghapusan pencatatan saham emiten terjadi. Bursa Efek Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berkembangnya perekonomian, banyak perusahaan yang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan berkembangnya perekonomian, banyak perusahaan yang melakukan ekspansi usaha. Untuk tujuan tersebut, maka perusahaan memerlukan dana yang relatif
Lebih terperinciBAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu abnormal return dan trading
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian Pada bab ini akan disajikan mengenai data yang berhasil dikumpulkan. Penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu abnormal return
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah bursa saham di Jakarta yang merupakan bursa tempat dimana orang memperjualbelikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian, memacu perusahaan untuk terus
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya perekonomian, memacu perusahaan untuk terus menerus melakukan pengembangan, salah satunya yaitu melakukan perluasan atau ekspansi dalam usahanya.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Saham Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu bentuk investasi pendanaan dari masyarakat yang berperan untuk digunakan sebagai sumber pembiayaan bagi perusahaan. Pasar modal menyediakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru Indonesia, baik di kota-kota besar maupun didaerah. Pembangunan ini tentunya tidak terlepas dari
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham.
A. Penelitian Terdahulu BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai penelitian-penelitian terdahulu tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham. Adha dan Ratna
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, yang termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan transaksi di pasar modal agar bisa mengambil keputusan tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang investor menaruh harapan akan memperoleh manfaat dari setiap transaksi penanaman modal. Investor perlu memilih sejumlah informasi sebelum melakukan transaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan. Pihak pihak yang melakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan kegiatan penanaman sejumlah dana maupun sumber daya lainnya pada satu atau lebih aset selama kurun waktu tertentu dengan harapan memperoleh
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan penelitian untuk mencari perusahaan-perusahaan yang melakukan reverse takeover di Bursa Efek Indonesia pada kurun waktu 2001 2006 peneliti menyimpulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri ini akan memiliki prospek yang baik. Dengan pertimbangan ini, saham di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Investasi saham property dan real estate adalah salah satu pilihan investasi yang menarik. Industri property memiliki supply lahan yang terbatas sementara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini pasar modal memiliki peran yang cukup penting dalam suatu perekonomian suatu negara. Dianggap demikian karena pasar modal dapat menjalankan dua
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham et.al,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilai Perusahaan Nilai perusahaan sangat penting, karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham et.al, 1996). Semakin
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK
- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda Indonesia masih dirasakan berdampak negatif sampai sekarang ini. Penyebabnya yaitu didahului dengan terjadinya krisis moneter, krisis
Lebih terperinci