BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Asnawati (2013), bisnis internasional adalah bisnis yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Asnawati (2013), bisnis internasional adalah bisnis yang"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perdagangan Internasional Menurut Asnawati (2013), bisnis internasional adalah bisnis yang kegiatan-kegiatannya melewati batas-batas negara. Definisi inti tidak hanya termasuk perdagangan internasional dan pemanufakturan di luar negeri, tetapi juga industri jasa yang berkembang di bidang-bidang seperti transportasi, pariwisata, perbankan, periklanan, konstruksi, perdagangan eceran, perdagangan besar, dan komunikasi massa. Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa perdagangan internasional adalah bagian dari bisnis internasional. Perdagangan Internasional merupakan kegiatan bisnis yang dilakukan antara negara yang satu dengan negara yang lain. Suatu negara melakukan perdagangan internasional karena dua alasan utama yang masing-masing menyumbangkan keuntungan perdagangan bagi mereka. Alasan pertama, negara-negara berdagang karena setiap negara berbeda satu sama lain. Bangsa-bangsa, sebagaimana individu dapat memperoleh keuntungan dari perbedaan-perbedan mereka melalui suatu pengaturan dimana setiap pihak melakukan sesuatu dengan relatif baik. Alasan kedua, negara-negara berdagang satu sama lain dengan tujuan mencapai skala ekonomis dalam produksi, maksudnya jika setiap negara menghasilkan sejumlah barang tertentu maka mereka dapat menghasilkan barang-barang tersebut dengan skala yang lebih besar dan karenanya lebih efisien dibandingkan jika negara tersebut mencoba untuk memproduksi 9

2 digilib.uns.ac.id 10 segala jenis barang. Motif inilah dalam dunia nyata merupakan cerminan interaksi perdagangan internasional Alasan untuk melaksanakan perdagangan internasional adalah berupa spesialisasi antar bangsa bangsa, yang dalam hubungannya dengan keunggulan atau kekuatan tertentu beserta kelemahannya itu maka suatu negara haruslah menentukan pilihan strategis untuk memproduksikan suatu komoditi yang strategis yaitu : a. Memanfaatkan semaksimal mungkin kekuatan yang ternyata benarbenar paling unggul sehingga dapat menghasilkannya secara lebih efisien dan paling murah di antara Negara-negara yang lain. b. Menitik beratkan pada komoditi yang memiliki kelemahan paling kecil diantara Negara-negara yang lain. c. Mengkonsentrasikan perhatiannya untuk memproduksikan atau menguasai komoditi yang memiliki kelemahan yang tertinggi bagi negerinya. B. Pengertian Ekspor Ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri dengan menggunakan sistem pembayaran, kualitas, kuantitas dan syarat penjualan lainnya yang telah disetujui oleh pihak eksportir dan importir. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.146/MPP/IV/1999 tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor, telah dijelaskan : Ekspor adalah mengeluarkan barang dari daerah

3 digilib.uns.ac.id 11 pabean sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku (UU Kepabeanan No.10 th.1995). Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam ke luar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Hutabarat, 1990:306). Ekspor adalah perdagangan dengan mengeluarkan barang dan dalam keluar pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku (Punan, 1996:1). Dari beberapa pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan ekspor adalah perdagangan atau penjualan barang atau jasa ke luar negeri melalui daerah pabean di Indonesia dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang diberlakukan. C. Tahapan-tahapan Ekspor Tahapan ekspor adalah langkah-langkah yang harus dilakukan oleh eksportir apabila melakukan ekspor. Menurut sumber (Hamdani, 2003:50) tahapan ekspor adalah sebagai berikut : 1. Eksportir melaksanakan promosi Promosi dapat dilakukan baik secara langsung/direct promotion/dengan mengikuti pameran dagang di dalam dan di luar negeri maupun tidak langsung/indirect promotion/melalui media cetak dan media elektronik. 2. Korespondensi Eksportir mengadakan korespondensi dengan importir luar negeri untuk menawarkan dan menegosiasikan komoditi yang akan dijualnya.

4 digilib.uns.ac.id 12 Dalam surat penawaran kepada importir harus dicantumkan jenis barang, mutunya, harganya, kemasan, syarat-syarat pengiriman, dan sebagainya. 3. Pembuatan kontrak dagang (Sales Contract) Pembuatan kontrak dagang dapat dilakukan apabila eksportir menyetujui penawaran yang diajukan oleh eksportir maka importir dan eksportir membuat dan menendatangani kontrak dagang. Dalam kontrak dagang dicantumkan hal-hal yang disepakati bersama. 4. Penerbitan Letter of Credit (L/C) Penerbitan L/C dapat dilakukan setelah kontak dagang ditanda tangani oleh pihak importir dan eksportir. L/C diterbitkan oleh pihak importir melalui bank korespondensi di negaranya dan mengirim L/C tersebut ke bank devisa di negara eksportir. Kemudian bank devisa yang ditunjuk memberitahukan diterimanya L/C atas nama eksportir kepada eksportir. 5. Eksportir menyiapkan barang ekspor Eksportir mempersiapkan barang-barang yang dipesan importir setelah diterimanya L/C. Keadaan barang-barang yang disiapkan harus sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam kontrak dagang dan L/C. 6. Eksportir mendaftarkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) Eksportir mendaftarkan Pemberitahan Ekspor Barang (PEB) ke Bea dan Cukai di pelabuhan muat dengan melampirkan uraian barang yang dikapalkan sampai diperoleh Nota Pelayanan Ekspor (NPE).

5 digilib.uns.ac.id Inspeksi barang ekspor Inspeksi barang ekspor dilakukan oleh pembeli (importir) untuk menginspeksi barang-barang yang sudah siap di ekspor, sebelum barang dimuat kedalam container. Inspeksi biasanya dilakukan oleh pihak yang ditunjuk pembeli (importir). 8. Pemesanan ruang kapal Eksportir memesan ruang kapal dengan mengirim Shipping Instruction ke perusahaan pelayaran. Perusahaan pelayaran melakukan pengecekan kesediaan ruang kapal, kemudian memberikan D/O (Delivery Order) untuk mengambil container di depo container yang ditunjuk. Sedangkan untuk Less Than Container Load (LCL) barang dikirimkan ke Container Freight Station (CFS). 9. Pengiriman barang ke pelabuhan Eksportir sendiri dapat mengirim barang ke pelabuhan. Pengiriman dan pengurusan barang ke pelabuhan dan kapal dapat juga dilakukan oleh perusahaan jasa pengiriman barang (Freight Forwarding/ EMKL). Dokumen-dokumen disertakan dalam pengiriman barang ke pelabuhan dan ke kapal. 10. Pemeriksaan Bea Cukai Di pelabuhan dokumen ekspor diperiksa oleh pihak Bea Cukai. Apabila diperlukan barang-barang yang akan di ekspor diperiksa juga oleh Bea Cukai. Apabila barang dan dokumen telah sesuai dengan ketentuan maka Bea Cukai menandatangani pernyataan persetujuan muat yang ada pada PEB.

6 digilib.uns.ac.id Pemuatan barang ke kapal Pihak Bea Cukai menandatangani pernyataan muat yang ada di PEB kemudian barang dimuat ke atas kapal. Pihak pelayaran akan menerbitkan Bill of Lading (B/L) yang kemudian diserahkan pada eksportir. 12. Eksportir melengkapi dokumen ekspor Eksportir mengurus semua dokumen ekspor yang diminta/dibutuhkan pembeli/importir sebagaimana yang tercantum dalam Sales Contract (SC) atau Letter of Credit (L/C). 13. Pencairan L/C Dokumen ekspor yang sudah lengkap dan benar sesuai Sales Contract (SC) atau Letter of Credit (L/C) kemudian disampaikan ke Bank Devisa, untuk memperoleh pembayaran dari Bank (pencairan L/C). 14. Pengiriman barang ke importir Selama barang dalam perjalanan dari pelabuhan muat ke pelabuhan tujuan, Bank Devisa mengirim dokumen ekspor ke bank importir. Di samping itu eksportir mengirim satu set lengkap copy dokumen kepada importir. D. Ketentuan dan Persyaratan Ekspor Berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 01/MDAG/PER/1/2007 tanggal 22 Januari 2007, ekspor dapat dilakukan oleh setiap perusahaan atau perorangan yang telah memilki :

7 digilib.uns.ac.id Tanda Daftar Usaha Perdagangan (TDUP)/ Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP). 2. Ijin Usaha dari Departemen Teknis/Lembaga Pemerintah non Departemen berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Tanda Daftar Perusahaan (TDP). 4. Izin Khusus Lainnya dari Departemen Teknis/Lembaga Pemerintah non Departemen berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. E. Pengelompokan Barang Ekspor Berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 01/MDAG/PER/1/2007 Tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor, barang-barang ekspor digolongkan menjadi 4 (empat) bagian, yaitu : 1. Barang yang Diatur Ekspornya Pengaturan ekspor dilakukan sejalan dengan ketentuan perjanjian internasional, bilateral, regional maupun multilateral dalam rangka : a. Menjamin tersedianya bahan baku bagi industri dalam negeri. b. Melindungi lingkungan dan kelestarian alam. c. Meningkatkan nilai tambah. d. Memelihara prinsip-prinsip Kesehatan. Keamanan, Keselamatan, Lingkungan, dan Moral Bangsa (K3LM). e. Meningkatkan daya saing dan posisi tawar. 1) Persyaratan : a) Memenuhi persyaratan umum sebagai eksportir.

8 digilib.uns.ac.id 16 b) Memenuhi persyaratan khusus sesuai dengan barang yang diatur. c) Mendapat pengakuan sebagai Eksportir Terdaftar dari Menteri Perdagangan dalam hal ini Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri. Contoh : 1) Eksportir Terdaftar Kopi (ETK). 2) Eksportir Terdaftar Maniok (ETM). 3) Eksportir Terdaftar Rotan (ETR). 4) Eksportir Terdaftar Produk Industri Kehutanan (ETPIK). 5) Eksportir Terdaftar Timah Batangan (ETTB). 6) Eksportir Terdaftar Prekursor (ETP). 2. Barang yang Diawasi Ekspornya Penetapan terhadap barang yang diawasi ekspornya lebih disebabkan karena barang-barang tersebut sangat dibutuhkan di dalam negeri, hal ini dilakukan guna : a. Menjaga stabilitas pengadaan, dan konsumsi dalam negeri. b. Menjaga kelestarian alam. c. Memenuhi kebutuhan dan mendorong perkembangan industri di dalam negeri.. 1) Persyaratan : Eksportir yang akan mengekspor barang yang diawasi ekspornya, harus : a) Memenuhi persyaratan umum sebagai eksportir.

9 digilib.uns.ac.id 17 b) Memenuhi persyaratan khusus, yaitu telah mendapat rekomendasi dari Direktur Pembina Teknis yang bersangkutan dan/atau Instansi/Departemen lain yang terkait. c) Mendapat persetujuan ekspor dari Menteri Perdagangan atau pejabat yang ditunjuk. Contoh : 1) Kelapa Sawit. 2) Bibit Sapi. 3) Benih Ikan Bandeng. 4) Emas, Ikan Bandeng, dll. 3. Barang yang Dilarang Ekspornya Penetapan ketentuan terhadap barang yang dilarang ekspornya dikarenakan : a. Untuk menjaga kelestarian alam. b. Tidak memenuhi standar mutu. c. Untuk menjamin kebutuhan bahan baku bagi industri kecil/pengrajin. d. Peningkatan nilai tambah. e. Merupakan barang bernilai sejarah dan budaya. 1) Dasar Hukum a) Peraturan Bersama Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan dan Menteri Kehutanan Nomor 08/MIND/PER/2/2006, Nomor 01/M-DAG/PER/2/2006 dan Nomor P.08/Menhut-VI/2006 tanggal 1 Februari 2006 tentang Pencabutan Keputusan Bersama Menteri Kehutanan dan

10 digilib.uns.ac.id 18 Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 350/Menhut- VI/2004 dan Nomor 598/MPP/Kep/9/2004 tanggal 24 September 2004 tentang Larangan Ekspor Bantalan Rel Kereta Api dari Kayu dan Kayu Gergajian. b) Keputusan Bersama Menteri Kehutanan dan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 1132/KPTS11/2001 dan Nomor 292/MPP/Kep/10/2001 tanggal 8 Oktober 2001 tentang Penghentian Ekspor Kayu Bulat dan Bahan Baku Serpih. Contoh : 1) Kayu bulat serpihannya, kayu ramin, biji timah hitam. 2) Anak ikan arwana, ikan arwana, benih ikan sidat, udang galak air tawar. 3) Tanah liat, pasir, top soil (tanah humus). 4. Barang yang Bebas Ekspornya Penetapan terhadap barang yang bebas ekspornya lebih disebabkan karena barang-barang tersebut bayak beredar atau tersedia di dalam negeri. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing dan diversifikasi pasar. F. Dokumen Ekspor Berikut ini akan dijelaskan bagaimana peranan dari masing-masing dokumen yang sangat penting bagi terlaksananya kegiatan ekspor. Di antaranya adalah :

11 digilib.uns.ac.id Invoice Invoice adalah nota perincian tentang keterangan barang-barang yang dijual dan harga dari barang-barang tersebut. Invoice ditujukan oleh penjual/exportir kepada pembeli/importir yang nama dan alamatnya sesuai dengan yang tercantum dalam L/C dan ditandatangani oleh orang yang memiliki hak untuk menandatangani. Invoice dapat dibedakan menjadi 3, menurut (Hutabarat, 1990 : ): a. Proforma Invoice : merupakan penawaran dari penjual kepada calon pembeli atas barang yang dimilikinya. b. Commercial Invoice : biasa disebut faktur dagang yaitu merupakan nota rincian tentang keterangan barang-barang yang dijual dan harga barang-barang tersebut. c. Consular Invoice : adalah invoice yang dikeluarkan oleh instansi resmi, yakni kedutaan (konsulat). Hal-hal yang tercantum dalam invoice: a. Nama dan alamat perusahaan pemasok. b. Nama dan alamat pelabuhan muat, dan tanggal keberangkatan kapal. c. Nama dan alamat pelabuhan bongkar. d. Nama dan alamat importir. e. Nama pengirim. f. Nomor dan tanggal invoice. g. Nama kapal pengangkut. h. Jenis dan jumlah barang. i. Rincian berat dan ukuran barang.

12 digilib.uns.ac.id 20 j. Merk dan nomor pengepakan. k. No dan tanggal L/C. l. Bank pembuka L/C. m. Jenis pembayaran yang digunakan. n. List harga untuk masing-masing barang. 2. Packing List/ Weight List Packing list adalah dokumen yang menjelaskan tentang daftar isi barang yang dipak, dibungkus atau diikat dalam peti, kaleng, kardus dsb, yang fungsinya untuk memudahkan pemeriksaan oleh Bea dan Cukai pada waktu pembongkaran di negara tujuan. Isi pokok dari packing list antara lain : uraian barang, jenis bahan pembungkus, cara pengepakan, jumlah dan berat barang, serta isi dari masing-masing pembungkusan. Daftar isi barang tersebut dibuat oleh penjual atau eksportir. Hal-hal yang tercantum dalam packing list, di antaranya adalah : a. Nama dan alamat importir. b. Jenis dan jumlah barang untuk tiap-tiap kemasan. c. Berat kotor dan berat bersih. d. Nama dan alamat perusahaan pengirim barang. e. Nama dan tanggal packing list. 3. Full set On Board Ocean Bill of Lading/ Airway Bill Amir M.S (1980:42) menjelaskan, Bill of Lading adalah tanda terima barang yang telah dimuat di dalam kapal laut, yang juga merupakan documents of title yang berarti sebagai bukti atas pemilikan

13 digilib.uns.ac.id 21 barang, dan disamping itu merupakan bukti dari adanya perjanjian pengangkutan barang-barang malalui laut. Bill of Lading merupakan bukti adanya perjanjian pengangkutan barang melalui laut dan dibuat sekurang-kurangnya rangkap 3 (full set B/L) yang penggunaannya satu lembar untuk pengirim barang (shipper) dan dua lembar untuk penerima barang (consignee). Ada beberapa fungsi Bill of Lading. Di antaranya adalah : a. Bukti tanda penerimaan barang oleh carrier dari shipper. b. Bukti kontrak pengangkutan dan penyerahan barang antara pihak pengangkut dan pengirim. c. Bukti kepemilikan (document of title) yang menyatakan bahwa orang yang memegang B/L merupakan pemilik yang sah atas barang yang tercantum dalam B/L. Sudijono dan Harimurti (2011:4) menjelaskan, terdapat beberapa jenis dari Bill of Lading berdasarkan kepemilikannya. diantaranya : a. Bearer Bill of Lading (B/L atas pemegang), setiap orang yang memegang B/L ini dapat menagih barang-barang yang tersebut didalam B/L. Kata Bearer dicantumkan dibawah consignee. b. Straight Bill of Lading (B/L atas nama), B/L ini mencantumkan nama consignee dengan menggunakan kata- consigned to alamat consignee. c. Order Bill of Lading (dibuat atas order), mencantumkan kata-kata consigned to order of to the order of to order depan atau di belakang nama consignee, sehingga B/L ini dapat

14 digilib.uns.ac.id 22 dipindah-tangankan. Pemindahan kepemilikan oleh consignee kepada orang lain dilakukan dengan endorsment, yaitu menandatangani dan cap belakang B/L tersebut. Sudijono dan Harimurti (2011:5) menjelaskan, terdapat beberapa jenis dari Bill of Lading sesuai dengan fungsinya. Di antaranya : a. Shipped Bill of Lading Merupakan dokumen yang menunjukkan bahwa barang telah dimuat di kapal. B/L ini tidak ditandatangani, tetapi dikembalikan kepada shipper, sebelum barangnya dimuat di kapal yang akan mengangkutnya ke tempat tujuan. b. Revieved for Shipment Bill of Lading Dipakai oleh perusahaan pelayaran waktu menerima barang dari shipper di gudang pelayaran atau tempat dibawah pengawasan serta di Inland Container Depot (ICD). c. Through Bill of Lading Dipakai untuk muatan transhipment, dimana pengangkut pertama bertanggung jawab untuk pengangkutan melalui pengangkut kedua melalui perwakilannya dimana barang dibongkar dahulu untuk dikapalkan dengan pengangkut kedua hingga ke tempat tujuan. d. Combinet Transport Bill of Lading Dokumen perjalanan barang yang meliputi pengangkutan barang dengan menggunakan lebih dari satu jenis alat transportasi. Dokumen B/L ini dapat diperdagangkan.

15 digilib.uns.ac.id 23 e. Groupage Bill of Lading Dipakai oleh forwarder dengan mengumpulkan beberapa jenis barang dari berbagai shipper dan mengirimnya sebagai suatu kesatuan. Pemilik kapal mengeluarkan Groupage B/L terhadap forwarder selanjutnya untuk setiap shipper menerima House Bill of Lading dari forwarder. f. House Bill of Lading B/L yang digunakan untuk pengiriman barang dari beberapa shipper terutama yang menggunakan Less Container Load (LCL) dengan tujuan agar barang tidak tercampur dengan barang milik importir lain, untuk memudahkan importir menerima barangnya di pelabuhan bongkar tujuan. House B/L biasanya juga digunakan oleh beberapa kapal antar pulau di Indonesia yang pengirimannya tidak sampai satu container penuh. Ada beberapa kondisi yang berhubungan dengan Bill of Lading, diantaranya dalah : a. Clean Bill of Lading Apabila B/L tersebut tidak terdapat catatan/coretan tentang shipped b. Unclean/ Dirty/ Claused Bill of Lading Apabila terjadi kekurangan, pengepakan yang tidak bagus, rusak dan Old Gunny Bags Stained

16 digilib.uns.ac.id 24 c. Stale Bill of Lading B/L yang belum sampai kepada cosignee atau agennya ketika kapal sudah sampai di pelabuhan tujuan. Oleh karena itu stale B/L dapat dihindarkan dengan cara dikeluarkan. d. Surrended Bill of Lading B/L yang ditahan oleh pelayaran/agennya. Sedangkan untuk pengeluaran barang dari pelabuhan pihak pelayaran/agennya mengirim telex copy B/L. Yang menyatakan bahwa B/L tersebut ditahan dan sebagai gantinya importir dapat mengeluarkan barang dengan menggunakan telex copy tersebut. Beberapa hal yang tercantum dalam Bill of Lading, adalah : a. Nama dan alamat pengirim barang (Shipper). b. Nama dan alamat penerima barang (Consignee). c. Nama kapal yang mengangkut, feeder dan atau Ocean Vessel. d. Tujuan akhir pengapalan. e. Nama dan alamat pelabuhan. f. Nama dan alamat pembongkaran. g. Jumlah asli dari B/L. h. Nomor container, seal, merk, dan nomor kemasan (Shipping Marks). i. Nama, jumlah, berat bersih, berat kotor, dan ukuran barang yang dikirim. j. Ongkos muat, cara, dan tempat pembayaran. k. Cap dan tanda tangan agen pelayaran.

17 digilib.uns.ac.id Asuransi/ Insurance Asuransi (insurance) adalah persetujuan dimana pihak penanggung berjanji akan mengganti kerugian sehubungan dengan kerusakan-kerusakan, kerugian atau kehilangan laba yang diharapkan oleh pihak tertanggung yang diakibatkan oleh suatu kejadian yang tidak disangka. Dalam transaksi eskpor-impor asuransi dalam pengangkutan barang melalui laut diken Marine Insurance Dalam Kontrak FOB dan CNF importir yang bertanggung jawab atas asuransi barang-barang. Namun dalam Kontrak CIF eksportirlah yang berhak menutup asuransi atas barang yang diekspor. Beberapa hal yang tercantum dalam asuransi adalah : a. Nama dan alamat perusahaan yang menerbitkan polis. b. Nama dan alamat yang mengasuransikan. c. Jumlah nilai pengangkutan. d. Tanggal dan nomor L/C. e. Nomor dan tanggal polis dibuka, f. Jumlah dan nama barang yang diasuransikan. g. Nomor B/L dan invoice. h. Nama kapal pengangkutan. i. Tanggal kapal mulai berlayar. j. Nama pelabuhan asal. k. Nama pelabuhan tujuan. l. Besarnya premi.

18 digilib.uns.ac.id 26 m. Biaya untuk pengadaan polis. 5. Certificate of Origin (COO) Sudiyono (2009/2010) menjelaskan, COO disebut juga dengan Surat Keterangan Asal (SKA). Merupakan dokumen yang berdasarkan kesepakatan dalam perjanjian Bilateral, Regional, Multilateral,Unilateral atau karena ketentuan sepihak dari suatu negara tertentu, wajib disertakan pada waktu barang ekspor Indonesia akan memasuki wilayah negara tertentu yang membuktikan bahwa barang tersebut berasal, dihasilkan, atau diolah di Indonesia. Untuk jenis-jenis COO di Indonesia sendiri tergantung pada jenis barang dan negara tujuan. COO terdiri : a. COO / SKA Preferensi : yaitu COO yang memeroleh penurunan/ pembebasan bea masuk. 1) COO form A : digunakan untuk ekspor ke negara maju/ pemberi fasilitas Generalized System Preferensi (GSP) antara lain; Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), USA, Australia + New Zealand, Jepang, Switzerland, Kanada, dan Eropa Timur. 2) COO form D : COO khusus Common Effective Prefential Tariff (CEPT) untuk AFTA (Asean Free Trade Area). 3) COO form ACFTA : digunakan khusus untuk ASEAN-Cina. 4) COO form AK : digunakan khusus untuk ASEAN-Korea. 5) COO form CoA (Certificate of Authencity) : COO yang hanya bisa digunakan untuk keperluan ekspor tembakau ke Eropa. 6) COO form GSTP (Generalized System Tariff Preferensi) : hanya digunakan untuk ekspor antar negara berkembang.

19 digilib.uns.ac.id 27 7) COO form IJEPA (Indonesia-Jepang Ekonomic Partnership Agreement) : digunakan khusus untuk Indonesia-Jepang. 8) COO form Handicraft : COO yang hanya bisa digunakan untuk keperluan ekspor kerajinan tangan khusus Handicraft ke Eropa. 9) COO form ICC (Industrial Craft Certivicate) : COO yang hanya bisa digunakan untuk keperluan ekspor kerajinan tangan khusus ke Australia. 10) COO form AI : digunakan khusus untuk ASEAN-India. b. COO / SKA Non-Preferensi Selain yang disebut dalam COO preferensi, dibawah ini adalah jenisjenis COO non-preferansi, diantaranya adalah : 1) COO form B : bersifat Unilateral. Bisa digunakan ke seluruh dunia, selain negara-negara yang tercantum dalam COO preferensi. 2) COO form TP (Textil Product) : COO khusus TPT (Textil dan Produk Textil) dengan tujuan ekspor ke Uni-Eropa. 3) COO form Amex 3 (M) : COO yang digunakan khusus dengan negara tujuan Mexico. COO jenis ini ditulis dengan menggunakan bahasa spanyol. 4) COO form ICO (International Coffe Organisation) : digunakan untuk ekspor produk kopi ke negara-negara anggota ICO. Dengan negara- Ghana, Indonesia, Panama, Philipine, Vietnam. Dan negaranegara importir dan konsumen kopi, diantaranya : Austria,

20 digilib.uns.ac.id 28 Belgia, Denmark, Perancis, Jerman, Italia, Belanda, Spanyol, Inggris, dan Amerika Serikat. Di bawah ini merupakan kode dari masing-masing negara ASEAN untuk pengisian COO form D : a. Singapura :... /01/... b. Malaysia :... /02/... c. Thailand :... /03/... d. Philipina :... /04/... e. Brunei Darussalam :... /05/... f. Vietnam :... /06/... g. Laos :... /07/... h. Myanmar :... /08/... i. Kamboja :... /09/... Contoh : 011/SMG/02/14 Keterangan : 011 : nomor unit COO SMG : instansi penerbit COO (Semarang) 02 : negara tujuan Malaysia 14 : tahun terbit COO 6. Sertifikat Fumigasi Sertifikat fumigasi adalah sertifikat yang dikeluarkan sebagai prasyarat ekspor dan merupakan keterangan bebas dari hama dan bakteri yang dapat merusak atau mengurangi kualitas barang yang akan di

21 digilib.uns.ac.id 29 ekspor. Larutan dalam fumigasi biasanya dengan memberi larutan Natrium Bromide (Na Br) atau tergantung atas permintaan importir. (Komala D.N., 2010:32). 7. Sertifikat Surveyor/ Sertifikat Surveyor ( ) merupakan keterangan tentang keadaan barang yang dibuat oleh independent surveyor, juru pemeriksa barang atau barang resmi yang disahkan oleh pemerintah dan dikenal oleh Badan Dunia Perdagangan Internasional (Hutabarat, 1990:114). di Indonesia PT. Sucofindo yang berstatus sebagai correspondent dari SGS (Societe Generate de Survaillance). Sertifikat ini memberi jaminan antara lain : a. Mutu dan jumlah barang. b. Ukuran dan berat barang. c. Keadaan barang. d. Pembungkusan dan pengepakan. e. Banyaknya satuan isi masing-masing pengepakan. 8. Certificate of Quality (Sertifikat Mutu) Certificate of quality atau serfifikat mutu merupakan syarat keterangan yang menyatakan tentang mutu barang ekspor. Sertifikat ini dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Industri yang disahkan oleh pemerintah suatu negara. Sertifikat mutu di Indonesia dapat dibedakan menjadi 2, yaitu : a. Surat Pernyataan Mutu (SPM) : diterbitkan oleh eksportir biasa.

22 digilib.uns.ac.id 30 b. Sertifikat Mutu (SM) : diterbitkan oleh laboratorium yang telah ditunjuk. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan Surat Pernyataan Mutu (SPM) adalah : a. Surat Pernyataan Mutu (SPM) hanya untuk mata dagangan yang telah ditetapkan pengawasan mutu. b. Surat Pernyataan Mutu (SPM) dilampirkan pada lembar asli PEB dan disampaikan kepada Bank Devisa. c. Dokumen Surat Pernyataan Mutu (SPM) yang dilampirkan dalam PEB merupakan dokumen aslinya. d. PEB akan ditolak oleh Bank Devisa apabila : 1) Lembar asli PEB tidak dilampirkan dengan lembar asli Surat Pernyataan Mutu (SPM). 2) Surat Pernyataan Mutu (SPM) tidak diisi secara lengkap. 3) Pernyataan pada PEB lain dengan Surat Pernyataan Mutu (SPM). 9. Sanitary Health and Veterinary Certificate Sanitary Certificate diperlukan untuk menyatakan bahwa bahan baku ekspor, tanaman-tanaman atau bagian-bahian dari hasil-hasil tanaman telah diperiksa dan bebas dari hama-hama penyakit (Hutabarat, 1990:130) Dalam dokumen ini dijelaskan juga tingkat daya tahan barang, kebersihan serta aspek kesehatan lainnya. Dokumen ini diterbitkan oleh jawatan resmi yang telah ditunjuk oleh pemerintah.

23 digilib.uns.ac.id 31 G. Lembaga yang Berkaitan dengan Penerbitan Dokumen Ekspor Komala D.N. (2010 : 34-37) menjelaskan, dalam pelaksanaan ekspor ada beberapa pihak yang berkaitan dengan dokumen yang diterbitkan yang ikut memperlancar proses ekspor sesuai dengan prosedur atau tata cara yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pihakpihak tersebut antara lain : 1. Bea Cukai Kantor wilayah Bea Cukai yang berada dibawah Departemen Keuangan selaku pejabat yang mengawasi keluar masuknya barang dari wilayah hukum Indonesia. Dokumen yang diterbitkan adalah PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang). 2. Bank Devisa Bank Devisa baik yang berstatus swasta maupun yang berstatus pemerintah berfungsi memberikan jasa perbankan sebagai media perantara antara pembeli dan penjual yang berada dalam dua wilayah hukum yang berbeda yang belum saling mengenal/ mempercayai satu sama lain. Dokumen yang diterbitkan oleh bank antara lain : a. L/C (Letter of Credit). b. SPP (Surat Setoran Pajak). c. Surat Setoran Bea Cukai, dan d. Nota Perhitungan Pembayaran Wesel Ekspor.

24 digilib.uns.ac.id Departemen Perdagangan Departemen Perdagangan juga memiliki peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan ekspor. Mulai dari penerbitan SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan) sampai surat keterangan asal barang (Certificate of Origin) atau SKA (Surat Keterangan Asal) yang diperlukan dalam rangka keringanan bea masuk pada saat barang masuk di Negara tujuan. Dokumen yang diterbitkan Depperindag antara lain : a. SKA (Surat Keterangan Asal). b. APE (Angka Pengenal Ekspor). c. Angka Pengenal Impor Umum. d. Angka Pengenal Impor Terdaftar. 4. Shipping Company Sebagai pihak pengangkut (carrier), tentu memiliki peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan transaksi ekspor. Perusahaan pelayaran/shipping Company biasanya berasal dari lokal maupun yang berada di luar negeri yang diwakili oleh agennya yang terdapat di Indonesia. Dokumen yang diterbitkan oleh Perusahaan Pelayaran adalah : a. Bill of Lading. b.. 5. Perusahaan Asuransi Dalam kaitan dengan transaksi ekspor, perusahaan asuransi berfungsi mengamankan transaksi ekspor. Artinya eksportir kita dapat

25 digilib.uns.ac.id 33 mengasuransikan transaksi perdagangan Internasional tersebut sesuai dengan besarnya resiko terhadap pembeli barang tersebut. Dokumen yang diterbitkan oleh Perusahaan Asuransi adalah : a. Cover Note. b. Insurance Policy. 6. Badan Usaha Transportasi Perusahaan jasa transportasi barang ekspor disebut juga dengan Forwarding Agent, yang tugasnya menyelenggarakan pengepakan, sampai membukukan barang yang diperdagangkan. Dokumen yang diterbitkan oleh Badan Uaha Transportasi antara lain : a. Packing List. b. Measurement List. c. Weight Note. 7. Badan Pemeriksa/Surveyor Di Indonesia, PT. Sucofindo yang berstatus sebagai correspondent dari SGS (Societe Generate de Survaillance). Sering dipergunakan jasanya untuk pemeriksaan komoditi ekspor baik yang bersifat Pure Inspection maupun pemeriksaan untuk pengembalian bea masuk atas bahan baku yang diproses untuk tujuan ekspor. Dokumen yang diterbitkan oleh Badan Pemeriksa/Surveyor adalah : a. Certificate of Weight Note. b. Survey Report. c. Inspection Certificate.

26 digilib.uns.ac.id Badan Pengajuan dan Sertifikasi Mutu Barang Sertifikasi mutu barang umumnya dibuat oleh pabrik/balai pengujian barang yang diekspor termasuk tentang baru tidaknya barang, dan apakah telah memenuhi standar barang yang telah ditetapkan. Dokumen yang diterbitkan oleh Badan Pengajuan dan Sertifikasi Mutu Barang antara lain : a. Certificate of Quality. b. Test Certificate. c. Chemical Analysis. 9. Lembaga Fumigasi Fumigasi merupakan pemberian suatu jenis obat dengan takaran tertentu terhadap barang yang akan dikirim, untuk menghindari kerusakan barang yang diakibatkan oleh hama perusak selama dalam pengangkutan. Dokumen yang diterbitkan adalah Sertifikat Bebas Hama atau Fumigasi. 10. Kantor Inspeksi Pajak Wewenang pemeriksaan yang dilakukan oleh Kantor Inspeksi Pajak, adalah : a. Melakukan pemeriksaan rutin terhadap Wajib Pajak yang terpilih untuk diperiksa atas dasar kriteria seleksi (yang bukan merupakan wewenang pemeriksaan Kantor Pusat atau Kantor Wilayah). b. Melakukan pemeriksaan rutin terhadap Wajib Pajak yang terpilih atas dasar kriteria seleksi yang wewenang pemeriksaannya dilepaskan oleh Kantor Pusat atau Kantor Wilayah.

27 digilib.uns.ac.id 35 c. Melakukan pemeriksaan khusus terhadap Wajib Pajak tertentu atas perintah/ijin Direktur Jenderal Pajak berdasarkan usul Kepala Inspeksi Pajak melalui Kakanwil. d. Melakukan pemeriksaan khusus terhadap Wajib Pajak tertentu berdasarkan delegasi wewenang Kantor Pusat atau Kantor Wilayah. Dokumen yang diterbitkan oleh Kantor Inspeksi Pajak adalah NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). 11. Badan Revitalisasi Industri Kehutanan (BRIK) BRIK (Badan Revitalisasi Industri Kehutanan) dibentuk pada tanggal 13 Desember Organisasi nirlaba mitra Departemen Kehutanan, Departemen Perindustrian dan Departemen Perdagangan ini, bertujuan untuk meningkatkan kembali peran industri kehutanan. Melalui aktifitasnya, BRIK sebagai organisasi yang melayani kepentingan publik menyediakan data dan informasi yang dapat mendukung kepentingan Pemerintah. Para pelaku industri kehutanan khususnya, dan pihak-pihak lain yang berhubungan dengan sektor kehutanan umumnya. Endorsment (Pengesahan Ekspor) adalah salah satu layanan yang diberikan oleh BRIK kepada ETPIK. Selain endorsment, BRIK juga melakukan verifikasi/pemeriksaan industri yang menyangkut keabsahan dokumen perijinan, keberadaan perusahaan, aktivitas produksi dan ekspor bersama-sama instansi pemerintah yang terkait. Sosialisasi regulasi pemerintah, informasi yang bermanfaat bagi anggota, dan hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan pihak-pihak terkait merupakan bagian dari kegiatan BRIK.

28 digilib.uns.ac.id 36 H. Eksportir Terdaftar Produk Industri Kehutanan (ETPIK) Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 64/M-DAG/PER/10/2012 Tentang Ekspor Produk Industri Kehutanan, bahwa produk industri kehutanan perlu didukung oleh sumber bahan baku yang legal dan dikelola secara lestari. Dalam rangka mendorong ekspor dan mencegah perdagangan kayu dan produk kayu ilegal, penyesuaian dengan penetapan sistem klasifikasi barang yang baru dan standard verifikasi legalitas kayu, perlu adanya aturan untuk ekspor produk industri kehutanan. Produk industri kehutanan adalah produk kayu olahan dan turunannya serta barang jadi rotan. Dimana didalamnya produk furniture/meuble juga merupakan bagian dari produk industri kehutanan. Eksportir Terdaftar Produk Industri Kehutanan yang kemudian disingkat ETPIK adalah perusahaan industri kehutanan yang telah mendapat pengakuan untuk melakukan ekspor produk industri kehutanan. Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 64/M-DAG/PER/10/2012 Tentang Ekspor Produk Industri Kehutanan, pasal 3, Ekspor produk industri kehutanan hanya dapat dilaksanakan oleh: 1. Perusahaan industri kehutanan yang telah mendapat pengakuan sebagai ETPIK; dan 2. Perusahaan perdagangan di bidang ekspor produk industri kehutanan yang telah mendapat pengakuan sebagai ETPIK Non-Produsen. ETPIK dan ETPIK Non-Produsen diterbitkan langsung oleh Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Departemen Perdagangan. Dimana untuk

29 digilib.uns.ac.id 37 mendapatkan pengakuan sebagai ETPIK, perusahaan industri kehutanan harus mengajukan permohonan tertulis kepada Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Departemen Perdagangan.

30 digilib.uns.ac.id BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Umum Perusahaan CV. Manggala merupakan perusahaan yang bergerak di bidang Manufaktur Furniture (Meuble). CV. Manggala juga merupakan perusahaan keluarga, di mana pendiri sekaligus pimpinan adalah Bapak Wiyadi Wangso Manggolo. Karier dimulai pada tahun 1981, ketika mendapat kesempatan untuk memasok kusen, daun pintu dan jendela ke sebuah perusahaan developer yang terbiasa membuat rumah mewah untuk para pejabat khususnya di jawa tengah. Pada tahun 1985, perusahaan ini mendirikan workshop pekerjaan kayu untuk keperluan bangunan di Jatirejo dan Depo penjualan kayu, yang mana pada awal berdirinya, CV. Manggala memasok kebutuhan di wilayah Klaten, Solo, Yogyakarta Setelah beberapa tahun mengalami perkembangan, yang terbukti dengan bertambahnya Produk-produk furniture yang dihasilkan dan diorder semakin meningkat, pada tahun 1995, CV. Manggala mendirikan dengan tanah seluas dengan sistem terintegrasi mulai dari pengelolaan bahan baku dan pengeringan kayu untuk menghasilkan furniture yang berkualitas standar ekspor. Dan pada tahun 1995 ini juga, 38

Amelia Febriani Kelompok 3 Buku Kerja Dokumen Produk Ekspor

Amelia Febriani Kelompok 3 Buku Kerja Dokumen Produk Ekspor 1. Jelaskan tiga dokumen yang diperlukan untuk mengurus pengiriman sebelum melaksanakan ekspor! a. Delivery Order (DO), yaitu surat dari perusahaan pelayaran sebagai jawaban dari shipping instruction b.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kegiatan Ekspor 1. Pengertian Ekspor Kegiatan ekspor menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2009 yang didalamnya berisi Undang-undang Kepabeanan Nomor 17

Lebih terperinci

Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6

Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6 Berbagai Dokumen Penting Ekspor Pertemuan ke-6 BERBAGAI DOKUMEN EKSPOR 1. Invoice 2. Sales Contract 3. PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang ) 4. Full Set on Board Ocean Bill of Lading / Airway bill 5. Packing

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan A. Ekspor BAB II LANDASAN TEORI 1. Pengertian Ekspor Ekspor merupakan upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Efisiensi 2.1.1 Pengertian Efisiensi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efisiensi adalah ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu dengan tidak membuang waktu,

Lebih terperinci

DOKUMEN EKSPOR IMPOR. Hertiana Ikasari, SE, MSi

DOKUMEN EKSPOR IMPOR. Hertiana Ikasari, SE, MSi DOKUMEN EKSPOR IMPOR Hertiana Ikasari, SE, MSi Dokumen yang dibutuhkan dalam perdagangan Internasional bervariasi tergantung pada jenis transaksi, ketentuan atau peraturan negara pengimpor dan pengekspor,

Lebih terperinci

There are no translations available.

There are no translations available. There are no translations available. Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin) disingkat SKA adalah dokumen yang disertakan pada waktu barang ekspor Indonesia yang telah memenuhi ketentuan asal barang

Lebih terperinci

Proses dan Prosedur Ekspor. Pertemuan ke-3

Proses dan Prosedur Ekspor. Pertemuan ke-3 Proses dan Prosedur Ekspor Pertemuan ke-3 PROSES PERDAGANGAN EKSPOR Kegiatan ekspor: Upaya seorang pengusaha dlm memasarkan komoditi yg dikuasainya ke negara lain atau bangsa asing, dg mendapatkan pembayaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Ekspor Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari daerah pabean, dimana barang yang dimaksud terdiri dari barang dalam negeri (daerah pabean), barang

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan perkuliahan dengan Pokok Bahasan Sistem Pembayaran Perdagangan Internasional, mahasiswa akan dapat

Lebih terperinci

Visi Menciptakan perdagangan yang tangguh di DKI Jakarta dalam bersaing di pasar global

Visi Menciptakan perdagangan yang tangguh di DKI Jakarta dalam bersaing di pasar global Visi Menciptakan perdagangan yang tangguh di DKI Jakarta dalam bersaing di pasar global Misi Menjadi Motor Penggerak Utama dan Ujung Tombak Pembangunan Ekonomi Jakarta DASAR HUKUM INTERNASIONAL Perjanjian

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek. marketing. Adapun fungsi bidang ekspor ini adalah melakukan pengurusan

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek. marketing. Adapun fungsi bidang ekspor ini adalah melakukan pengurusan BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Bidang pelaksanaan kuliah kerja praktek, penulis lakukan di PT. Alenatex Bandung. Disana penulis ditempatkan pada bidang ekspor, dibawah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Impor Ekspor dalam Kepabeanan KegiatanImpor Ekspor merupakan faktor penentu dalam menentukan roda perekonomian di negara kita.seperti yang kita ketahui, Indonesia sebagai negara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu

BAB II LANDASAN TEORI. termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu BAB II LANDASAN TEORI A. Ekspor 1. Pengertian Ekspor Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barangbarang dari dalam negeri keluar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 59/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 59/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 59/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG KETENTUAN PENERBITAN SURAT KETERANGAN ASAL (CERTIFICATE OF ORIGIN) UNTUK BARANG EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan Tugas Akhir ini. Adapun penelitian terdahulu yang penulis ulas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan Tugas Akhir ini. Adapun penelitian terdahulu yang penulis ulas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sebelum laporan Tugas Akhir yang penulis kerjakan, telah banyak penelitian terdahulu yang memiliki pembahasan yang sama mengenai ekspor dan impor, hal ini

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Ekspor Barang Secara Umum

Lampiran 1. Prosedur Ekspor Barang Secara Umum LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Ekspor Barang Secara Umum Berdasarkan sumber KKP (2010), prosedur ekspor barang secara umum dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Eksportir dan importir mengadakan korespondensi/negoisasi.

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PROSEDUR PENERBITAN DAN PENGISIAN SURAT KETERANGAN ASAL (SKA) FORM E SEBAGAI DOKUMEN EKSPOR OLEH DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN DAN KOPERASI PROVINSI YOGYAKARTA Tugas Akhir Diajukan untuk melengkapi Tugas-tugas

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1. Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Dalam pelaksanaan kerja praktek pada PT.SAMUDERA INDONESIA cabang bandung Jawa Barat penulis ditempatkan di bagian pemasaran dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/M-DAG/PER/8/2010

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/M-DAG/PER/8/2010 PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/M-DAG/PER/8/2010 TENTANG SURAT KETERANGAN ASAL (CERTIFICATE OF ORIGIN) UNTUK BARANG EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya integrasi pasar pasar diseluruh dunia dalam satu tempat

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya integrasi pasar pasar diseluruh dunia dalam satu tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman teh mulai dikenal di Indonesia hanya sebagai tanaman hias. Melihat potensi yang besar pada waktu itu Pemerintahan Hindia Belanda yang menjajah Indonesia tertarik

Lebih terperinci

BAB II PROSES PERDAGANGAN LUAR NEGERI

BAB II PROSES PERDAGANGAN LUAR NEGERI BAB II PROSES PERDAGANGAN LUAR NEGERI Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan perkuliahan dengan Pokok Bahasan Proses Perdagangan Luar Negeri, Mahasiswa akan dapat menjelaskan proses perdagangan

Lebih terperinci

Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 17/M-DAG/PER/9/2005

Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 17/M-DAG/PER/9/2005 Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 17/M-DAG/PER/9/2005 TENTANG PENERBITAN SURAT KETERANGAN ASAL (CERTIFICA TE OF ORIGIN) UNTUK BARANG EKSPOR

Lebih terperinci

BAB III DISKRIPSI OBJEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

BAB III DISKRIPSI OBJEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan BAB III DISKRIPSI OBJEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Mitra Kargo Indonesia merupakan salah satu forwarder besar di wilayah Semarang yang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Surat Keterangan Asal. Barang. Indonesia. Tata Cara Ketentuan. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Surat Keterangan Asal. Barang. Indonesia. Tata Cara Ketentuan. Pencabutan. No.528, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Surat Keterangan Asal. Barang. Indonesia. Tata Cara Ketentuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/M-DAG/PER/3/2015

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2012, 2014 KEMENDAG. Ekspor. Industri. Kehutanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97/M-DAG/PER/12/2014 TENTANG KETENTUAN EKSPOR PRODUK

Lebih terperinci

PROSES DOKUMENTASI EKSPOR PRODUK KAYU OLAHAN PADA RAKABU FURNITURE. Tugas Akhir. Diajukan untuk melengkapi Tugas-Tugas dan persyaratan guna

PROSES DOKUMENTASI EKSPOR PRODUK KAYU OLAHAN PADA RAKABU FURNITURE. Tugas Akhir. Diajukan untuk melengkapi Tugas-Tugas dan persyaratan guna PROSES DOKUMENTASI EKSPOR PRODUK KAYU OLAHAN PADA RAKABU FURNITURE Tugas Akhir Diajukan untuk melengkapi Tugas-Tugas dan persyaratan guna Melengkapi Gelar Ahli Madya pada Program D III Bisnis Internasional

Lebih terperinci

Tujuan, Tugas, dan Jenis Perdagangan Internasional. Pertemuan ke-2

Tujuan, Tugas, dan Jenis Perdagangan Internasional. Pertemuan ke-2 Tujuan, Tugas, dan Jenis Perdagangan Internasional Pertemuan ke-2 TUJUAN PERDAGANGAN / PERNIAGAAN: 1.Memenuhi Kebutuhan Manusia 2.Memperoleh Penghasilan 3.Mengusahakan Pemerataan Hasil 4.Meningkatkan Kemakmuran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Ekspor 1 Pengertian Ekspor Ekspor merupakan upaya melakukan penjualan komoditi di dalam negeri kepada bangsa lain atau negara asing, dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.946, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor. Produk Hortikultura. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60/M-DAG/PER/9/2012 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

2015, No Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 97/M-DAG/PER/12/2014 tentang Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan dinilai su

2015, No Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 97/M-DAG/PER/12/2014 tentang Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan dinilai su BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1554, 2015 KEMENDAG. Ekspor. Produk. Industri Kehutanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 89/M-DAG/PER/10/2015 TENTANG KETENTUAN EKSPOR

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR DIREKTORAT PEMBINAAN KURSUS DAN PELATIHAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL DAN INFORMAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2011 A. Latar Belakang.

Lebih terperinci

STANDARD DAN PEDOMAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA IUIPHHK DAN IUI LANJUTAN. Prinsip Kriteria Indikator Verifier Metode Verifikasi Norma Penilaian

STANDARD DAN PEDOMAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA IUIPHHK DAN IUI LANJUTAN. Prinsip Kriteria Indikator Verifier Metode Verifikasi Norma Penilaian Lampiran 4 : Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor : P.6/VI-Set/2009 Tanggal : 15 Juni 2009 Tentang : Standard Dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Dan Verifikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Sistem Pembayaran Ekspor Sistem pembayaran adalah sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 27/M-DAG/PER/7/2008

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 27/M-DAG/PER/7/2008 PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 27/M-DAG/PER/7/2008 TENTANG KETENTUAN EKSPOR KOPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Pembentukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Pembentukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Pembentukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta berdiri sejak tahun 1950, yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Ekspor Impor Transaksi Ekspor - Impor adalah transaksi perdagangan internasional (International Trade) yang sederhana dan tidak lebih dari membeli dan menjual barang

Lebih terperinci

SURAT PERMOHONAN CUSTOMS ADVICE UNTUK IMPORTASI YANG MERUPAKAN TRANSAKSI JUAL BELI ATAU PERMOHONAN VALUATION RULING

SURAT PERMOHONAN CUSTOMS ADVICE UNTUK IMPORTASI YANG MERUPAKAN TRANSAKSI JUAL BELI ATAU PERMOHONAN VALUATION RULING LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 166 /BC/2003 TENTANG TATALAKSANAPEMBERIAN CUSTOMS ADVICE DAN VALUATION RULING. SURAT PERMOHONAN CUSTOMS ADVICE UNTUK IMPORTASI YANG MERUPAKAN

Lebih terperinci

STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU (VLK) PADA TDI. Prinsip Kriteria Indikator Verifier Metode Verifikasi Norma Penilaian

STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU (VLK) PADA TDI. Prinsip Kriteria Indikator Verifier Metode Verifikasi Norma Penilaian Lampiran 2.7. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P.5/VI-BPPHH/2014 Tanggal : 14 Juli 2014 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari

Lebih terperinci

2015, No Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

2015, No Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia T No.1070, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Kelapa Sawit. Crude Palm Oil. Produk Turunannya. Ekspor. Verifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54/M-DAG/PER/7/2015

Lebih terperinci

PROSEDUR KEPABEANAN BEA DAN CUKAI IMPOR BARANG PADA PT. PERTAMINA LUBRICANTS

PROSEDUR KEPABEANAN BEA DAN CUKAI IMPOR BARANG PADA PT. PERTAMINA LUBRICANTS PROSEDUR KEPABEANAN BEA DAN CUKAI IMPOR BARANG PADA PT. PERTAMINA LUBRICANTS Nama : Dinda Ningrum Gusliyati NPM : 52213554 Program Studi : DIII Manajemen Keuangan Pembimbing : Dr. Sri Murtiasih LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

Menteri Perdagangan Republik Indonesia NOMOR : 43/M-DAG/PER/10/ /M-DAG/PER/9/2007

Menteri Perdagangan Republik Indonesia NOMOR : 43/M-DAG/PER/10/ /M-DAG/PER/9/2007 Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 43/M-DAG/PER/10/2007---/M-DAG/PER/9/2007 TENTANG PENERBITAN SURAT KETERANGAN ASAL (CERTIFICATE OF ORIGIN)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 26/M-DAG/PER/12/2005 TENTANG KETENTUAN EKSPOR KOPI MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 26/M-DAG/PER/12/2005 TENTANG KETENTUAN EKSPOR KOPI MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 26/M-DAG/PER/12/2005 TENTANG KETENTUAN EKSPOR KOPI MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan dikeluarkannya Peraturan

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, MEMUTUSKAN :

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, MEMUTUSKAN : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-45/BC/2001 TANGGAL 31 JULI 2001 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PABEAN BARANG EKSPOR YANG MENDAPAT KEMUDAHAN EKSPOR Menimbang : DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

Proses dan Prosedur Impor. Pertemuan ke-9

Proses dan Prosedur Impor. Pertemuan ke-9 Proses dan Prosedur Impor Pertemuan ke-9 1. Tahapan impor 2. Bagan proses permohonan perizinan impor via on-line dan secara manual 3. Proses Importasi 4. Prosedur Impor DEFINISI IMPORTIR Badan usaha

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1104, 2014 KEMENDAG. Verifikasi. Penelusuran Teknis. Perdagangan. Ketentuan Umum. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46/M-DAG/PER/8/2014 TENTANG

Lebih terperinci

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 13

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 13 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1729, 2015 KEMENKEU. Tarif. Bea Masuk. Perjanjian. Kesepakatan Internasional. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 205/PMK.04/2015 TENTANG TATA CARA PENGENAAN

Lebih terperinci

PROSEDUR PENGIRIMAN BARANG EKSPOR MELALUI LAUT DENGAN LESS THAN CONTAINER LOAD ( LCL ) ( STUDI KASUS ASA CARGO DI SURAKARTA )

PROSEDUR PENGIRIMAN BARANG EKSPOR MELALUI LAUT DENGAN LESS THAN CONTAINER LOAD ( LCL ) ( STUDI KASUS ASA CARGO DI SURAKARTA ) digilib.uns.ac.id PROSEDUR PENGIRIMAN BARANG EKSPOR MELALUI LAUT DENGAN LESS THAN CONTAINER LOAD ( LCL ) ( STUDI KASUS ASA CARGO DI SURAKARTA ) Tugas Akhir Diajukan untuk melengkapi Tugas Tugas dan memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 KONSEP PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB 1 KONSEP PERDAGANGAN INTERNASIONAL BAB 1 KONSEP PERDAGANGAN INTERNASIONAL 1. Pengertian dan Pengaturan Transaksi Ekspor Impor untuk UKM Hubungan perdagangan luar negeri dalam hal ini ekspor impor sama halnya dengan perdagangan dalam negeri

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA KERTAS DAN KARTON UNTUK KEMASAN PANGAN SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

CONTOH FORMAT SURAT PENGAJUAN KEBERATAN KOP SURAT ORANG YANG MENGAJUKAN KEBERATAN

CONTOH FORMAT SURAT PENGAJUAN KEBERATAN KOP SURAT ORANG YANG MENGAJUKAN KEBERATAN 2010, No.591 10 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 217/PMK.04/2010 TENTANG KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN. CONTOH FORMAT SURAT PENGAJUAN KEBERATAN KOP SURAT ORANG YANG MENGAJUKAN KEBERATAN Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengenalan transaksi ekspor impor

BAB I PENDAHULUAN. Pengenalan transaksi ekspor impor BAB I PENDAHULUAN Pengenalan transaksi ekspor impor Transaksi perdagangan luar negeri yang lebih dikenal dengan istilah ekspor impor pada dasarnya adalah suatu transaksi yang sederhana dan tidak lebih

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN LUAR NEGERI NOMOR : 02/DAGLU/PER/2/2007

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN LUAR NEGERI NOMOR : 02/DAGLU/PER/2/2007 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN LUAR NEGERI NOMOR : 02/DAGLU/PER/2/2007 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA VERIFIKASI / PENELUSURAN TEKNIS EKSPOR PRODUK INDUSTRI KEHUTANAN TERTENTU OLEH SURVEYOR DIREKTUR

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan PT GHINA ANUGERAH LESTARI merupakan salah satu perusahaan jasa transportasi (Freight Forwarder) di Jakarta yang melayani jasa pengiriman barang

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan No.2006, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Produk Industri Kehutanan. Ekspor. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84/M-DAG/PER/12/2016 TENTANG KETENTUAN EKSPOR

Lebih terperinci

DRAF REVISI. 21. ISO/IEC 17000:2004 Conformity assessment vocabulary and general prinsiples

DRAF REVISI. 21. ISO/IEC 17000:2004 Conformity assessment vocabulary and general prinsiples Pedoman Pelaksanaan Deklarasi Keses uaian Pemasok Hutan Hak, Tempat Penampungan Terdaftar (TPT), Industri Rumah Tangga/Pengrajin, dan Impor Kayu dan Produk Kayu A. RUANG LINGKUP 1. Pedoman Deklarasi Kesesuaian

Lebih terperinci

8. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 36/M-DAG/PER/9/2007 sebagaimana telah diubah dengan Nomor 46/M-DAG/PER/9/2009 tentang Penerbitan Surat Izin Usa

8. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 36/M-DAG/PER/9/2007 sebagaimana telah diubah dengan Nomor 46/M-DAG/PER/9/2009 tentang Penerbitan Surat Izin Usa Lampiran 3.9. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P.5/VI-BPPHH/2014 Tanggal : 14 Juli 2014 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN LUAR NEGERI

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN LUAR NEGERI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN LUAR NEGERI NOMOR : 01/DAGLU/PER/2/2007 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ENDORSEMENT OLEH BADAN REVITALISASI INDUSTRI KEHUTANAN (BRIK) Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 41/M-DAG/PER/9/2009 TENTANG KETENTUAN EKSPOR KOPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 41/M-DAG/PER/9/2009 TENTANG KETENTUAN EKSPOR KOPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 41/M-DAG/PER/9/2009 TENTANG KETENTUAN EKSPOR KOPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

CONTOH FORMAT SURAT PENGAJUAN KEBERATAN KOP SURAT ORANG YANG MENGAJUKAN KEBERATAN

CONTOH FORMAT SURAT PENGAJUAN KEBERATAN KOP SURAT ORANG YANG MENGAJUKAN KEBERATAN CONTOH FORMAT SURAT PENGAJUAN KEBERATAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 217/PMK.04/2010 TENTANG KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN KOP SURAT ORANG YANG MENGAJUKAN KEBERATAN Nomor :... (1). (2).,..

Lebih terperinci

STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMEGANG IUIPHHK > 6000 M3/Tahun DAN IUI > 500 JUTA

STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMEGANG IUIPHHK > 6000 M3/Tahun DAN IUI > 500 JUTA Lampiran 2.5.a. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P. /VI-BPPHH/2013 Tanggal : 2013 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari

Lebih terperinci

STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU (VLK) PADA PEMEGANG IUIPHHK KAPASITAS > 6000 M3/Tahun DAN IUI DENGAN NILAI INVESTASI > 500 JUTA

STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU (VLK) PADA PEMEGANG IUIPHHK KAPASITAS > 6000 M3/Tahun DAN IUI DENGAN NILAI INVESTASI > 500 JUTA Lampiran 2.5. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P.5/VI-BPPHH/2014 Tanggal : 14 Juli 2014 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari

Lebih terperinci

MEMASUKI PASAR LUAR NEGERI

MEMASUKI PASAR LUAR NEGERI MEMASUKI PASAR LUAR NEGERI CARA MEMASUKI PASAR INTERNASIONAL 1. EXPORT 2. IMPORT 3. LICENCING 4. WARALABA 5. JOINT VENTURE 6 FOREIGN DIRECT 6. FOREIGN DIRECT INVESTMENT RISIKO YANG DIHADAPI SUATU NEGARA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 217/PMK.04/2010 TENTANG KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 217/PMK.04/2010 TENTANG KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 217/PMK.04/2010 TENTANG KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Kekhususan Jual Beli Perusahaan

Kekhususan Jual Beli Perusahaan JUAL BELI DAGANG Suatu perjanjian jual beli sebagai perbuatan perusahaan yakni perbuatan pedagang / pengusaha lainnya yang berdasarkan jabatannya melakukan perjanjian jual beli Kekhususan Jual Beli Perusahaan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32/MPP/KEP/1/2003 TENTANG KETENTUAN EKSPOR PRODUK INDUSTRI KEHUTANAN

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32/MPP/KEP/1/2003 TENTANG KETENTUAN EKSPOR PRODUK INDUSTRI KEHUTANAN KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32/MPP/KEP/1/2003 TENTANG KETENTUAN EKSPOR PRODUK INDUSTRI KEHUTANAN Menimbang : a. Bahwa Produk Industri Kehutanan merupakan salah satu komoditas penghasil devisa

Lebih terperinci

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 121/BAPPEBTI/PER/04/2015

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 121/BAPPEBTI/PER/04/2015 7. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang K

2015, No Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang K BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1305, 2015 KEMENDAG. Industri Kehutanan. Produk Ekspor. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66/M-DAG/PER/8/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

: bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa banding ini adalah Penetapan Nilai Pabean sebesar CIF USD 17,507.12;

: bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa banding ini adalah Penetapan Nilai Pabean sebesar CIF USD 17,507.12; Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-35310/PP/M.V/19/2011 Jenis Pajak : Bea Masuk; Tahun Pajak : 2009; Pokok Sengketa Menurut Terbanding Menurut Pemohon : bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa

Lebih terperinci

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan 3.1.1 Riwayat Perusahaan PT. Mega Segara merupakan salah satu perusahaan jasa transportasi di Jakarta Utara yang bergerak di bidang jasa pengiriman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut (Mardiasmo; 2011) Pajak adalah iuran rakyat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut (Mardiasmo; 2011) Pajak adalah iuran rakyat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut (Mardiasmo; 2011) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1201, 2014 KEMENDAG. Perdagangan. SNI Wajib. Pengawasan. Standarisasi Jasa. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/M-DAG/PER/8/2014 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lem

2 Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lem No.1091, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Tekstil. Produk Tekstil Batik. Motif Batik. Impor. Ketentuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/M-DAG/PER/7/2015

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI No. 42/08/61/Th. XIX, 1 Agustus A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI MENCAPAI US$43,76 JUTA Nilai ekspor Kalimantan Barat

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB PT. MITRA ATLANTIK NUSANTARA SEMARANG MELALUI LAUT SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Hukum

TANGGUNG JAWAB PT. MITRA ATLANTIK NUSANTARA SEMARANG MELALUI LAUT SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Hukum TANGGUNG JAWAB PT. MITRA ATLANTIK NUSANTARA SEMARANG SEBAGAI FREIGHT FORWARDER DALAM PENGIRIMAN BARANG MELALUI LAUT SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Hukum Guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

Prinsip Kriteria Indikator Verifier Metode Verifikasi Norma Penilaian

Prinsip Kriteria Indikator Verifier Metode Verifikasi Norma Penilaian Lampiran 2.6 Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P.8/VI-BPPHH/2012 Tanggal : 17 Desember 2012 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi

Lebih terperinci

STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA EKSPORTIR NON-PRODUSEN. Prinsip Kriteria Indikator Verifier Metode Verifikasi Norma Penilaian

STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA EKSPORTIR NON-PRODUSEN. Prinsip Kriteria Indikator Verifier Metode Verifikasi Norma Penilaian Lampiran 2.10. Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Nomor : P.14/PHPL/SET/4/2016 Tanggal : 29 April 2016 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja PHPL dan VLK

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA SISTEM BERJALAN

BAB 3 ANALISA SISTEM BERJALAN BAB 3 ANALISA SISTEM BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT Bahtera Satria Adidaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengurusan jasa kepabeanan yang juga sudah mulai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Ekspor 1. Pengertian Ekspor Pada dasarnya ekspor adalah mengeluarkan barang dari kawasan pabean pada suatu Negara. Menurut kamus lengkap perdagangan internasional, ekspor merupakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI I. TATALAKSANA EKSPOR 1. Kewenangan pemeriksaan barang-barang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.41, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor. Produk Tertentu. Ketentuan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83/M-DAG/PER/12/2012 TENTANG KETENTUAN IMPOR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1978 TENTANG TATACARA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN SERTA PEMINDAHAN BARANG KEDALAM DAN KELUAR WILAYAH USAHA BONDED WAREHOUSE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA TDI. Prinsip Kriteria Indikator Verifier Metode Verifikasi Norma Penilaian

STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA TDI. Prinsip Kriteria Indikator Verifier Metode Verifikasi Norma Penilaian Lampiran 2.6 Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P.8/VI-BPPHH/2012 Tanggal : 17 Desember 2012 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.29451/PP/M.IX/19/2011. Tahun Pajak : 2008;

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.29451/PP/M.IX/19/2011. Tahun Pajak : 2008; Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.29451/PP/M.IX/19/2011 Jenis Pajak : Bea Masuk; Tahun Pajak : 2008; Pokok Sengketa Menurut Terbanding Menurut Pemohon Menurut Majelis : bahwa yang menjadi pokok sengketa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-21/BC/1997 TENTANG PERSETUJUAN PEMBERITAHUAN NILAI PABEAN SEBELUM PENGAJUAN PIB

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-21/BC/1997 TENTANG PERSETUJUAN PEMBERITAHUAN NILAI PABEAN SEBELUM PENGAJUAN PIB DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-21/BC/1997 TENTANG PERSETUJUAN PEMBERITAHUAN NILAI PABEAN SEBELUM PENGAJUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang rendah dalam melakukan muat-bongkar barang dan upah. terciptanya peti kemas (container) (Amir MS, 2004:111).

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang rendah dalam melakukan muat-bongkar barang dan upah. terciptanya peti kemas (container) (Amir MS, 2004:111). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional sangat memerlukan adanya transportasi khususnya dibidang ekspor karena dapat memperlancar pengiriman barang sampai negara tujuan, barang-barang

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 46/PMK.04/2009 TENTANG PEMBERITAHUAN PABEAN DALAM RANGKA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI KAWASAN YANG TELAH DITUNJUK

Lebih terperinci

STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU (VLK) PADA PEMEGANG IUIPHHK KAPASITAS M3/Tahun DAN IUI DENGAN NILAI INVESTASI 500 JUTA

STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU (VLK) PADA PEMEGANG IUIPHHK KAPASITAS M3/Tahun DAN IUI DENGAN NILAI INVESTASI 500 JUTA Lampiran 2.6. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P.5/VI-BPPHH/2014 Tanggal : 14 Juli 2014 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Oprasional 2.1.1 Pengertian Manajemen Oprasional Manajemen Oprasional adalah serangkaian aktivitas untuk menciptakan nilai dalam bentuk barang dan jasa melalui transformasi

Lebih terperinci

FORMULIR PERMOHONAN REGISTRASI BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

FORMULIR PERMOHONAN REGISTRASI BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) FORMULIR PERMOHONAN REGISTRASI BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) A. CARA PENYAMPAIAN DOKUMEN PERMOHONAN 1. Pemohon registrasi B3 harus menyampaikan surat pengantar permohonan registrasi B3 sebagaimana format

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1034, 2013 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Sistem Sertifikasi Mandiri. Percontohan. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/M-DAG/PER/8/2013

Lebih terperinci

PT MUTUAGUNG LESTARI RESUME HASIL VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PT MUTUAGUNG LESTARI RESUME HASIL VERIFIKASI LEGALITAS KAYU RESUME HASIL VERIFIKASI LEGALITAS KAYU (1) Identitas LVLK : a. Nama Lembaga : PT MUTUAGUNG LESTARI b. Nomor Akreditasi : LVLK-003-IDN c. Alamat : Jl. Raya Bogor Km. 33,5 No. 19 Cimanggis Depok 16953 d.

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN LUAR NEGERI NOMOR : 08/DAGLU/PER/7/2008

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN LUAR NEGERI NOMOR : 08/DAGLU/PER/7/2008 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN LUAR NEGERI NOMOR : 08/DAGLU/PER/7/2008 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA VERIFIKASI / PENELUSURAN TEKNIS EKSPOR PRODUK INDUSTRI KEHUTANAN OLEH SURVEYOR DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

LVLK PT MUTUAGUNG LESTARI DIAGRAM ALIR PENERBITAN DOKUMEN V-LEGAL

LVLK PT MUTUAGUNG LESTARI DIAGRAM ALIR PENERBITAN DOKUMEN V-LEGAL DIAGRAM ALIR PENERBITAN DOKUMEN V-LEGAL PERMOHONAN V -LEGAL REVIEW KELENGKAPAN PERMOHONAN YA VERIFIKASI KESESUAIAN DATA PENGAJUAN EKSPORT TIDAK KEPUTUSAN TIDAK PELAPORAN KE KEMEN LHK YA INPUT DATA VERIFIKASI

Lebih terperinci

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu mengatur kembali ketentuan impor tekstil dan produk tekst

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu mengatur kembali ketentuan impor tekstil dan produk tekst No.1552, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Impor. Produk Tertentu. Batik. Motif Batik. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86/M-DAG/PER/10/2015 TENTANG KETENTUAN IMPOR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Penyelenggaraan. Pengusahaan. Angkutan Multimoda. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 8 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT OKTOBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT OKTOBER 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT OKTOBER No. 67/12/61/Th. XIX, 1 Desember A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR OKTOBER MENCAPAI US$84,85 JUTA Nilai ekspor Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. khususnya di bidang ekonomi internasional. Kelancaran serta kesuksesan

BAB I. Pendahuluan. khususnya di bidang ekonomi internasional. Kelancaran serta kesuksesan digilib.uns.ac.id 1 BAB I Pendahuluan A. Latar belakang masalah Perkembangan serta kemajuan teknologi dalam bidang komunikasi dan transportasi telah memberi pengaruh yang besar dalam hubungan antar negara

Lebih terperinci

Kalkulasi Harga Pokok Ekspor

Kalkulasi Harga Pokok Ekspor Kalkulasi Harga Pokok Ekspor Pertemuan ke-8 Mata Kuliah Administrasi Ekspor Impor Kalkulasi Ekspor Tujuan menghitung HP ( Harga Pokok) sebagai dasar untuk hitung harga jual dan anggaran biaya produksi

Lebih terperinci

PEDOMAN PENERBITAN DOKUMEN V-LEGAL

PEDOMAN PENERBITAN DOKUMEN V-LEGAL Lampiran 7. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P.8/VI-BPPHH/2011 Tanggal : 30 Desember 2011 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi

Lebih terperinci