*) Ilmu Kesehatan Masyarakat Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "*) Ilmu Kesehatan Masyarakat Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi"

Transkripsi

1 ANALISIS PROSES PERENCANAAN KEBUTUHAN ALAT KESEHATAN DI UNIT GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT ADVENT MANADO Edgar I. Raranta *, Gustaf A. E. Ratag *, Jimmy Posangi *, *) Ilmu Kesehatan Masyarakat Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Abstrak Semakin berkembangnya pembangunan sosial ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat yang semakin tinggi membuat sistem nilai dalam masyarakat berubah. Masyarakat saat ini semakin menginginkan pelayanan umum yang lebih baik termasuk pelayanan kesehatan. Bagian kedaruratan (Emergency Department) berperan penting dalam memberi masyarakat akses terhadap perawatan kesehatan akut, dan penyediaan dukungan untuk layanan kesehatan primer dan layanan. Sehubungan dengan hal ini maka peneliti bertujuan meneliti tentang proses perencanaan pengadaan kebutuhan alat kesehatan di unit gawat darurat Rumah Sakit Advent Manado. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang proses perencanaan pengadaan alat kesehatan di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Advent Manado pada bulan Mei 2017 sampai November 2017 dengan 6 informan penelitian yang menggunakan pedoman wawancara mendalam dan validasi data menggunakan dengan metode triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan dalam pengadaan kebutuhan alat kesehatan di unit gawat darurat Rumah Sakit Advent Manado selalu berdasarkan pertimbangan anggaran yang tersedia, sedangkan dalam pengadaan kebutuhan alat kesehatan di unit gawat darurat Rumah Sakit Advent Manado sering berdasarkan pertimbangan penetapan prioritas, serta dalam pengadaan kebutuhan alat kesehatan di unit gawat darurat Rumah Sakit Advent Manado selalu berdasarkan pertimbangan sisa persediaan. Maka disarankan perlu adanya tim yang berkewajiban melakukan monitoring dan evaluasi serta memiliki metode dan pedoman yang baku dalam mengoptimalkan kegiatan perencanaan pengadaan kebutuhan alat kesehatan berdasarkan standarisasi atau klasifikasi rumah sakitnya Abstract Increasingly socio-economic development and higher levels of community education make the value system in society change. Today's society increasingly wants better public services including health services. Emergency departments play an important role in providing communities with access to acute health care, and providing support for primary health care and services. In this regard, the researcher aims to examine the planning process of procurement of medical equipment needs in the emergency unit of Advent Manado Hospital. This research uses qualitative method which aims to get more in-depth information about process of health equipment procurement in Emergency Unit of Advent Manado Hospital on May 2017 until November 2017 with 6 research informant using in-depth interview and validation data using triangulation method. The results showed that planning in procurement of medical equipment needs in emergency unit of Advent Manado Hospital is always based on the budget considerations available, whereas in the procurement of medical equipment needs at Advent Manado Hospital emergency room is often based on priority consideration consideration, and in procurement of equipment requirement health in the emergency unit of Advent Manado Hospital is always based on consideration of the remaining inventory. It is advisable to have a team that is obliged to perform monitoring and evaluation and has standard methods and guidelines in optimizing the procurement activities of the needs of medical devices based on the standardization or classification of the hospital 1

2 PENDAHULUAN Semakin berkembangnya pembangunan sosial ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat yang semakin tinggi membuat sistem nilai dalam masyarakat berubah. Masyarakat saat ini semakin menginginkan pelayanan umum yang lebih baik termasuk pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan salah satu sektor pelayanan jasa yang berkembang pesat, hal ini dikarenakan semakin berkembangnya teknologi dalam bidang kesehatan sehingga tuntutan dan harapan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu semakin terasa (Herlambang, dan Muwarni 2012). Penyediaan pelayanan kesehatan merupakan tanggung jawab negara sebagaimana yang tercantum dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 34 ayat 3 yang menyatakan bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang dilakukan oleh tenaga medis profesional yang terorganisir baik dari sarana prasarana kedokteran yang permanen, pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien (Supartiningsih, 2016). Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 147/menkes/per/I/2010 tentang Perizinan Rumah Sakit menyebutkan bahwa untuk mendapatkan izin operasional, rumah sakit harus memenuhi persyaratan yang meliputi sarana dan prasaran, peralatan, sumber daya manusia, serta administrasi dan manajemen. Sebagai sarana pelayanan kesehatan rumah sakit juga dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang cepat, lengkap dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dengan memenuhi prinsip kemanusiaan dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu. Salah satu persyaratan izin rumah sakit adalah rumah sakit wajib menyelenggarakan pelayanan gawat darurat selama 24 jam sehari. Gawat Darurat adalah suatu keadaan klinis dimana pasien membutuhkan tindakan medis segera untuk penyelamatan nyaman dan pencegahan timbulnya suatu kecacatan lebih lanjut. Sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pada pasalnya yang ke 32 bahwa dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu. Bagian kedaruratan (Emergency Department) berperan penting dalam memberi masyarakat akses terhadap perawatan kesehatan akut, dan penyediaan dukungan untuk layanan kesehatan primer dan layanan masyarakat (Anonim, 2014) Menurut The Australasian College for Emergency Medicine (ACEM), bagian kedaruratan (Emergency Department) juga berhadapan dengan banyak pelayanan pasien rawat jalan dan rawat inap 2

3 sebagai konsekuensi dari sistim rujukan serta fasilitas kesehatan disekitarnya. Dalam penyediaan layanan kesehatan, alat kesehatan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam rangka mendukung penanganan permasalahan kesehatan. Sebagaimana dalam Undang-undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada pasalnya yang ke 7 dan ke 15 selain rumah sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, dan sumber daya manusia, rumah sakit juga harus memenuhi persyaratan dalam kefarmasian, dan peralatan, dimana ketersediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan haruslah bermutu, bermanfaat, aman dan terjangkau. (Anonim, 2009). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit Bab II tentang Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Dan Bahan Medis Habis Pakai, pedoman perencanaan harus mempertimbangkan a). anggaran yang tersedia; b). penetapan prioritas; c). sisa persediaan; d). data pemakaian periode yang lalu; e). waktu tunggu pemesanan; f). rencana pengembangan. (Anonim, 2016) Alat kesehatan digunakan untuk diagnostik, monitoring dan tujuan terapeutik adalah komponen kunci dari perawatan medis. Mengelola peralatan adalah salah satu fungsi yang paling penting dari rumah sakit untuk pelayanan secara terus menerus, tidak terputus dan berkualitas (Kumar dkk, 2014). The American College of Emergency Physicians (ACEP) menekankan bahwa keadaan darurat perawatan medis harus tersedia untuk semua anggota masyarakat; akses terhadap asuhan medis dan perawatan darurat yang tepat harus tidak terbatas; keberlangsungan yang terus menerus harus ada di antara penyedia sebelum rumah sakit, penyedia layanan gawat darurat, dan penyedia layanan keberlanjutan serta evaluasi, pengelolaan, dan perawatan pasien harus tepat dan tepat. (Anonim, 2014) Munif (2016) melakukan Evaluasi Perencanaan Pengadaan Alat Medis Di Unit IGD Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang Tahun Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa sudah terdapat kebijakan terkait pengadaan alat medis dan sudah diterapkan dalam perencanaan pengadaan. Anggaran rumah sakit berasal dari biaya berobat pasien. Besaran anggaran inventaris alat medis tidak menentu, tergantung dari jumlah kebutuhan alat di tahun tersebut. Proses perencanaan pengadaan alat medis yang dilakukan di rumah sakit Roemani Muhammadiyah Semarang sudah sesuai dengan kebijakan direksi rumah sakit. Rumah Sakit Advent Manado adalah sebuah rumah sakit swasta yang didirikan di Manado padang tanggal 3 Desember Rumah Sakit Advent Manado merupakan sebuah lembaga pelayanan Kristen yang didukung oleh sebuah institusi yang bernaung dibawah Gereja 3

4 Masehi Advent Hari Ketujuh. Rumah Sakit Advent menyediakan pelayanan Unit Gawat Darurat yang dibuka 24 jam untuk umum, dan berkewajiban dalam menyediakan sumber daya manusia serta fasilitas peralatan kesehatan guna memberikan pelayanan untuk pasien yang membutuhkan pertolongan cepat dan tepat. Pada kenyataannya masih terdapat kendala dalam pengadaaan alat kesehatan khususnya di bagian Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Advent Manado. Masih terdapat banyak alat kesehatan yang keadaannya kurang baik bahkan dalam keadaan rusak berat. Dalam wawancara pendahuluan dengan petugas UGD, persediaan obat-obatan yang diperlukan dalam bidang kegawatdaruratan, tidak bermasalah sekalipun pengadaan farmasi dan alat kesehatan tidak secara formal disusun berdasarkan masukan dari bawah (bottom-up). Masalah yang sering muncul ialah keterbatasan dalam hal anggaran yang tersedia, demikian juga penetapan peralatan di UGD yang belum sesuai prioritas dan juga persediaan peralatan yang terkadang kurang atau overstock. Sehubungan dengan hal ini maka peneliti bertujuan meneliti tentang proses perencanaan pengadaan kebutuhan alat kesehatan di unit gawat darurat Rumah Sakit Advent Manado. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang proses perencanaan pengadaan alat kesehatan di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Advent Manado pada bulan Mei 2017 sampai November 2017 dengan 6 informan penelitian yang menggunakan pedoman wawancara mendalam dan validasi data menggunakan dengan metode triangulasi. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Identifikasi Perencanaan Dalam Pengadaan Kebutuhan Alat Kesehatan Di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Advent Manado Berdasarkan Pertimbangan Anggaran Yang Tersedia Berdasarkan hasil wawancara mendalam disimpulkan bahwa pengadaan alat kesehatan di IGD telah melalui mekanisme anggaran yang tersedia. Untuk anggaran sendiri sesuai observasi dokumen menunjukkan bahwa pengeluarannya Rp. 2,062,328, dan pemasukan yang di dapat Rp. 24,019,381, Kontribusi IGD sebagai pendapatan (income) rumah sakit terlihat dari laporan keuangan Rumah Sakit Adven Manado tahun 2016 yaitu sebesar Rp. 1,032,233, Revenue dari IGD memang agak kecil dibandingkan dengan unit radiologi (Rp. 2,865,568,418.00), laboratorium klinik, (Rp. 6,368,812,671.00), apotik (Rp. 6,364,765,607.00). Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa perlu dialokasikan anggaran untuk kelengkapan IGD dengan pertimbangan bahwa apabila penanganan kasus kedaruratan dapat dilaksanakan di IGD 4

5 RS Advent dengan kata lain tidak dirujuk ke RS lainnya menurut sistem referral maka revenue di IGD diharapkan bertambah. Dalam laporan keuangan tersebut tidak jelas tertata pengeluaran (expense) dari IGD. Asumsi peneliti bahwa walaupun tidak secara rinci pengeluaran IGD namun pembiayaan dapat saja melalui sebagian dari pembiayaan Nursing Service, Dokter IGD, peralatan alat kesehatan untuk keperluan emergency, obatobat kedaruratan, maintenance ruangan triase, penambahan tempat tidur. Dari observasi dokumen ternyata ada beberapa peralatan yang dalam waktu singkat sudah mendesak harus disediakan yaitu defibrillator, timbangan, venoscope, lampu sorot, Saturasi O2 portable, Regulator O2 biasa. Demikian juga dengan meningkatnya jumlah penderita di IGD maka perlu penambahan peralatan yang hanya tersedia 1 buah misalnya Saturasi O2 portable, Mesin Suction, Suction central, stretcher. Rumah Sakit merupakan salah satu sarana kesehatan, dimana berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan R.I No, 159.b/Men.Kes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit, Bab V, Pasal 19 dinyatakan, bahwa setiap rumah sakit harus mempunyai ruangan untuk penyelenggaraan rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, penunjang medik dan non medik, serta harus memenuhi standardisasi bangunan rumah sakit Pedoman Teknis Sarana Dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C yang diterbitkan oleh Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan RI menekankan bahwa Rumah sakit harus memenuhi persyaratan teknis sarana dan prasarana rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan secara paripurna. Keseluruhan persyaratan tersebut harus direncanakan sesuai dengan standard dan kaidah-kaidah yang berlaku. Adapun secara umum yang dimaksud dengan sarana adalah segala sesuatu hal yang menyangkut fisik gedung/ bangunan serta ruangan, sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang membuat sarana tersebut dapat berfungsi seperti pengadaan air bersih, listrik, instalasi air limbah dan lain -lain. Hal ini sesuai dengan penelitian Waworuntu (2013) yang mengevaluasi Penyusunan Anggaran Sebagai Alat Pengendalian Manajemen BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Tujuannya untuk mengetahui penyusunan anggaran sabagai alat pengendalian manajemen di rumah sakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyusunan anggaran di Rumah Sakit Malalayang sebagai alat pengendalian manajemen sudah cukup efektif. Penyusunan anggaran yang digunakan menggunakan pendekatan sistem perencanaan, program, dan anggaran terpadu (PBBS). PBBS tidak seperti penganggaran tradisional, dimana pengambilan keputusan anggaran dilakukan dari atas kebawah melainkan kombinasi antara pengambilan keputusan dari atas kebawah dan bawah keatas. Hal ini terlihat dari bagaimana proses penyusunan anggaran sampai dengan tahap pelaporannya sesuai 5

6 dengan karakteristik PBBS yaitu pendekatan ini dirumuskan dalam bentuk program atau aktivitas dari visi, misi, dan tujuan yang terdapat dalam dokumen perencanaan di Rumah Sakit Malalayang. Komponen penting dalam mendukung salah satu upaya peningkatan pelayanan kesehatan adalah dengan pengadaan alat kesehatan. Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik. (Febriawati, 2013) Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit, Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi standar: a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; dan b. pelayanan farmasi klinik. Dari hasil wawancara mendalam, anggaran dan keuangan untuk pemenuhan, penggantian atau pengembangan, peralatan medis disesuaikan dengan kebutuhan peralatan medis. Pasal 6 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit ditekankan bahwa Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit harus menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau. (Anonim, 2016) Kareth (2014) meneliti Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perencanaan Pengadaan Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Selebesolu Kota Sorong Alat analisis yang digunakan untuk mengetahui fakto-faktor yang mempengaruhi perencanaan fasilitas kesehatan digunakan analisis SWOT sebagai salah satu metoda untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep organisasi yang berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu strengths, weakness, opportunities dan threat. Berdasarkan hasil SWOT dapat disimpulkan bahwa Perencanaan Pengadaan Kebutuhan fasilitas kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Selebesolu sangat dipengaruhi oleh jumlah pasien, jumlah tenaga medis dan jumlah tenaga non medis, di mana jumlah pasien jumlah tenaga medis dan non medis mengalami peningkatan setiap tahunnya namun tidak diimbangin dengan fasilitas kesehatan yang memadai. RSUD Selenbesolu memiliki kelemahan dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM) perencanaan, lemahnya leadership, ketersedian dana yang belum memadai, ketersediaan dokter spesialis yang belum memadai, namun memiliki peluang, yaitu tersedianya pasar tenaga kesehatan khususnya dokter spesialis yang cukup, peningkatan tipe rumah sakit dari tipe C ke tipe B sebagai peluang, dengan ancaman yang 6

7 dihadapi yaitu pengaruh budaya dan adat istiadat masyarakat setempat terhadap pelayanan kesehatan. Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Standarisasi IGD untuk mencapai mutu pelayanan saat ini menjadi salah satu komponen penilaian penting dalam akreditasi suatu rumah sakit. (Ghiani et al. 2013; Armen, dan Azwar, 2013) Menurut Pedoman Pengelolaan Peralatan Kesehatan Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (2015), Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik Dan Sarana Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, anggaran dan keuangan untuk pemenuhan, penggantian atau pengembangan, peralatan medis disesuaikan dengan kebutuhan peralatan medis. Untuk Fasyankes milik pemerintah, anggaran bisa bersumber dari: a). Pendapatan Nasional Bukan Pajak (PNBP) b). Badan Layanan Umum (BLU) c). Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). d). Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). e). Anggaran lain sumber (bantuan hibah, dan lain-lain). Seluruh sumber anggaran tersebut, untuk memenuhi kebutuhan pemenuhan dan penggantian peralatan dalam pelayanan kesehatan harus masuk di dalam perencanaan atau RAB (rencana anggaran belanja. Rumah sakit setiap tahunnya) Apabila anggaran sumber dari pendapatan rumah sakit memiliki kemampuan yang terbatas, maka perencanaannya difokuskan kepada peralatan medis dimana prioritas yang disesuaikan dengan kriteria pada setiap rumah Sakit diantaranya tingkat utilitas, life-support, branding dan pelayanan unggulan. Munif (2016) meneliti Evaluasi Perencanaan Pengadaan Alat Medis Di Unit IGD Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang Tahun Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa sudah terdapat kebijakan terkait pengadaan alat medis dan sudah diterapkan dalam perencanaan pengadaan. Sumber daya manusia yang terlibat dalam perencanaan pengadaan alat adalah Perawat, Dokter, kepala instalasi, dan tim pengadaan. Sumber Daya Manusia yang ada di Rumah Sakit Roemani, khususnya di Unit IGD masih mengalami kekurangan dari sisi Perawat dan Dokter. Anggaran rumah sakit berasal dari biaya berobat pasien. Besaran anggaran inventaris alat medis tidak menentu, tergantung dari jumlah kebutuhan alat di tahun tersebut. Proses perencanaan pengadaan alat medis yang dilakukan di rumah sakit Roemani Muhammadiyah Semarang sudah sesuai dengan kebijakan direksi rumah sakit. Mugama dkk (2016) dalam penelitian mereka Analisis Proses Perencanaan Pengadaan Kebutuhan Alat Kesehatan Di Poliklinik Gigi RSUD Bitung menemukan 7

8 bahwa tahap proyeksi kebutuhan alat kesehatan dan penyesuaian dengan alokasi dana berdasarkan pemakaian alat tahun sebelumnya, dengan tidak melakukan analisa terlebih dahulu dalam perencanaan alat kesehatan, khususnya untuk menghitung perkiraan anggaran, yang pada akhirnya pengadaan alat kesehatan masih belum efektif dan efisien. Verawaty, dkk (2015) meneliti Perencanaan Kebijakan Persediaan Obat Dengan Menggunakan Metode Probabilistik Continuous Review (S,S) System pada Bagian Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Metode yang digunakan adalah analisis ABC dan analisis VED serta metode probabilistik Continuous Review (s,s) System untuk mengetahui ukuran jumlah pemesanan, safety stock dan reorder point sehingga dapat mengurangi terjadinya kelebihan persediaan serta meminimalisir total biaya persediaan yang harus dikeluarkan oleh rumah sakit. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode probabilistik Continuous Review (s,s) System, dapat diketahui bahwa total biaya persediaan obat yang dihasilkan sebesar Rp dan mengalami penghematan sebesar Rp atau 42,09% dari kondisi aktual. Apabila anggaran sumber dari pendapatan rumah sakit memiliki kemampuan yang terbatas, maka perencanaannya difokuskan kepada peralatan medis prioritas yang disesuaikan dengan kriteria pada setiap rumah sakit diantaranya tingkat utilitas, life support, branding dan pelayanan unggulan. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan, rumah sakit membutuhkan dana investasi yang cukup besar. Dengan adanya penyusunan anggaran manajemen rumah sakit dapat membandingkan dan menganalisa biaya yang sesungguhnya dengan biaya yang dianggarkan. (Armen, dan Azwar, 2013) 2. Identifikasi Perencanaan Dalam Pengadaan Kebutuhan Alat Kesehatan Di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Advent Manado Berdasarkan Pertimbangan Penetapan Prioritas Berdasarkan hasil wawancara mendalam dan observasi dokumen dapat disimpulkan bahwa penetapan prioritas alat kesehatan di IGD telah melalui mekanisme yang ada dan tersedia cukup memadai. Pasal 5 Permenkes 72 tahun 2016 ditekankan bahwa Untuk menjamin mutu Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, harus dilakukan Pengendalian Mutu Pelayananan Kefarmasian yang meliputi: a. monitoring; dan b. Evaluasi sehingga management berupaya agar prioritas penyediaan alat kesehatan di IGD selalau mengacu pada SOP yang tersedia. Dari hasil wawancara, tidak selamanya hasil dari penilaian kebutuhan peralatan medis dapat direalisasikan semuanya, oleh karena keterbatasan anggaran 8

9 menjadi kendala dalam pemenuhan tersebut berfdasarkan pertimbangan pendapatan rumah sakit memiliki kemampuan yang terbatas, maka perencanaannya difokuskan kepada peralatan medis prioritas. Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dinyatakan bahwa Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan. Persyaratan kefarmasian harus menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu, bermanfaat, aman, dan terjangkau Carter, et al (2014) meneliti The Relationship Between Emergency Department Crowding and Patient Outcome. Sebanyak 196 abstrak ditelusuri dan hanya 11 artikel yang memenuhi kriteria inklusi. Tiga dari kesebelas penelitian tersebut melaporkan adanya hubungan positif yang signifikan antara kepadatan dan mortalitas di IGD diantara pasien yang dirawat di rumah sakit atau di yang dipulangkan. Lima penelitian melaporkan bahwa kepadatan di IGD berhubungan dengan banyaknya pasien yang meninggalkan IGD tanpa dilayani. Peneliti menemukan ukuran kepadatan pasien di IGD bervariasi di seluruh lokasi penelitian. Strategi optimalisasi harus ditegakkan dengan cara memanfaatkan Sistem Informasi Rumah Sakit secara maksimal pada fungsi manajemen kefarmasian, sehingga diharapkan dengan model ini akan terjadi efisiensi tenaga dan waktu. Efisiensi yang diperoleh kemudian dimanfaatkan untuk melaksanakan fungsi pelayanan farmasi klinik secara intensif. (Febriawati, 2013) Menurut Departemen Kesehatan RI (2006) gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera untuk menyelamatkan kehidupannya (life saving). Instalasi gawat darurat adalah salah satu sumber utama pelayanan kesehatan di rumah sakit. Ada beberapa hal yang membuat situasi di IGD menjadi khas, diantaranya adalah pasien yang perlu penanganan cepat walaupun riwayat kesehatannya belum jelas. Maksud dari pelayanan rawat darurat adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera untuk menyelamatkan kehidupannya. Unit kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan rawat darurat disebut dengan nama Instalasi Gawat Darurat (IGD). Tergantung dari kemampuan yang dimiliki, keberadaan IGD dapat beraneka macam. Namun yang lazim ditemukan adalah yang tergabung dalam rumah sakit. Menurut WHO (2011) Manajemen IGD rumah sakit adalah proses yang terus menerus yang memerlukan integrasi upaya perencanaan dan tanggapan dengan program lokal dan nasional. Prinsip dan rekomendasi yang diuraikan dalam alat ini bersifat generik, berlaku untuk berbagai kontinjensi dan berdasarkan pendekatan bahaya semua ini dimaksudkan untuk melengkapi rencana 9

10 pengelolaan darurat rumah sakit multisektoral yang ada dan, bila memungkinkan, menambah prosedur operasi standar selama situasi nonkrisis. Meskipun telah majunya sistem rumah sakit yang dianut oleh suatu negara bukan berarti tiap rumah sakit memiliki kemampuan mengelola IGD sendiri. Penyebab utama kesulitan untuk mengelola IGD adalah karena IGD merupakan salah satu dari unit kesehatan yang paling padat modal, padat karya, serta padat teknologi. (Herlambang, 2016) Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. (Febriawati, 2013) Permadi (2015) meneliti Analisis Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Bahan dan Alat Kesehatan Habis Pakai (BAHP) Pada Instalasi Farmasi di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan di instalasi farmasi RSUD Sleman dengan menggunakan bahan dan alat kesehatan habis pakai (BAHP) sebagai objek penelitian. Penelitian dimulai dengan melakukan klasifikasi BAHP menggunakan analisis ABC-VED untuk mengklasifikasikan BAHP yang akan diteliti lebih lanjut. Analisis mengenai sistem perencanaan dilakukan dengan membandingkan metode peramalan yang telah dimiliki oleh RSUD Sleman dengan metode peramalan teoritis. Pengendalian persediaan dilakukan dengan menggunakan metode continuous review policy dan periodic review policy yang nantinya akan dibandingkan dengan metode pengendalian yang dimiliki oleh rumah sakit. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa metode peramalan yang tepat untuk digunakan dalam perencanaan persediaan BAHP adalah metode naive karena memiliki tingkat error yang terendah dibandingkan dengan metode lainnya. Usulan untuk sistem pengendalian persediaan BAHP dapat dilakukan dengan menggunakan metode continuous review policy karena dapat menurunkan jumlah average stock opname yang dimiliki rumah sakit. The American College of Emergency Physicians (ACEP) melalui buku Emergency Department Planning and Resource Guidelines menekankan bahwa IGD harus dirancang untuk menyediakan lingkungan yang aman untuk memberikan perawatan dan harus memungkinkan akses mudah bagi semua orang yang hadir untuk perawatan. IGD harus dirancang untuk melindungi, semaksimal mungkin konsisten dengan kebutuhan medis. IGD yaitu suatu tempat / unit pelayanan dirumah sakit yang memiliki tim kerja dengan kemampuan khusus dan peralatan yang memberikan pelayanan pasien gawat darurat yang terorganisir. Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat 10

11 Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. (Ghiani et al. 2013) Hartanto (2013) menganalisis Perawatan Aset Operasional Medis Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun Dari hasil analisis sistem perawatan aset operasional medis rumah sakit umum pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2012 dan analisa yang dilakukan dari hasil pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan melalui kuesioner dan wawancara dari pihak manajemen, karyawan, dan pengguna peralatan, maka peneliti menyimpulkan bahwa hasil penelitian dengan importance performance analysis menunjukkan bahwa persepsi pengguna baik dokter dan perawat didapat bahwa variabel yang memiliki tingkat kepentingan dan telah dilaksanakan dengan baik adalah program pemeliharaan peralatan secara rutin. 3. Identifikasi Perencanaan Dalam Pengadaan Kebutuhan Alat Kesehatan Di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Advent Manado Berdasarkan Pertimbangan Sisa Persediaan Berdasarkan hasil wawancara mendalam dan observasi dokumen dapat disimpulkan bahwa sisa persediaan alat kesehatan telah cukup memadai dan dapat mendukung kelancaran tugas pegawai rumah sakit dalam menyusun perencanaan pengadaan alat kesehatan, karena kelengkapan sarana fasilitas perencanaan didanai JKN, sehingga perencanaan pengadaan alat kesehatan di IGD mempunyai sarana/fasilitas khusus. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh munif (2016) yang meneliti Unit Installation In Emergency Roemani Muhammadiyah Hospital Semarang Year 2016 mengatakan bahwa proses perencanaan pengadaan peralatan medis yang dilakukan di RSUD Roemani Muhammadiyah Semarang sesuai dengan kebijakan direksi rumah sakit. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, perlu dilakukan identifikasi kebutuhan medis di unit gawat darurat sebagai dasar usulan anggaran pengadaan alat kesehatan dan alat pemenuhan prioritas di unit gawat darurat. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan kebutuhan terkait jenis, spesifikasi dan jumlah peralatan medis sesuai dengan kemampuan pelayanan/klasifikasi rumah sakit, beban pelayanan, perkembangan teknologi kesehatan, sumber daya manusia yang mengoperasikan dan memelihara sarana dan prasarana. Perencanaan kebutuhan peralatan sangat bermanfaat untuk penyediaan anggaran, pelaksanaan pengadaan peralatan medis secara efektif, efisien dan prosesnya dapat dipertanggungjawabkan. Menurut Siagian (2016), perencanaan merupakan suatu tahap yang dilakukan manajemen untuk menentukan peran setiap manajer dalam melaksanakan program guna untuk mencapai tujuan bersama. Keberhasilan 11

12 dari suatu perencanaan membutuhkan fungsi manajemen, yang merupakan pengendalian atau control yang meliputi kegiatan penerapan (action) dan evaluasi kinerja (performance evaluation). Fungsi manajemen ini harus dilaksanakan dan dikuasai oleh setiap tingkat manajeman yang ada pada perusahaan. Salah satu bagian dari akuntansi manajemen ada lah akuntansi pertanggungjawaban (responbility accounting), yang fungsinya mengukur dan mengevaluasi suatu rencana atau anggaran dengan tindakan atau realisasi aktivitas manajemen dari setiap tingkat manajemen pada suatu perusahaan dengan menetapkan penghasilan dan biaya tertentu bagi departemen atau divisi yang memiliki tanggung jawab pada pakerjaan tersebut. Perencanaan di bidang kesehatan pada dasarnya merupakan hasil rangkuman dari tugas pokok, aturan, gagasan, pengetahuan, pengalaman dan keadaan lingkungan. Dapat dikatakan bahwa perencanaan adalah kegiatan penyusunan daftar kebutuhan yang terkait dengan menggunakan pedoman konsep yang sistematis dan menggunakan urutan yang logis sehingga tercapai sasaran yang telah ditetapkan. Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik. (Anonim, 2016) Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana, dan peralatan. Alat kesehatan merupakan salah satu aspek yang mendukung terselenggaranya upaya pencegahan penyakit (preventif) dan penyembuhan penyakit (kuratif). Tidak tersedianya peralatan kesehatan maka akan mempengaruhi mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien. (Ghiani et al. 2013). Dalam Undang - Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, pada pasal 98 dan 104 menyebutkan bahwa pengelolaan alat kesehatan harus aman, berkhasiat/bermanfaat, bermutu dan terjangkau bagi masyarakat serta pengamanan alat kesehatan diselenggaarakan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh pengguna alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu atau keamanan dan/atau khasiat/kemanfaatan. Oleh karena itu, kondisi maupun fungsi dari sarana fisik alat kesehatan tersebut harus dalam keadaan baik dan mendukung pelayanan kesehatan. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan koordinasi yang baik dan terpadu antara instansi terkait mulai dari sumber daya manusia, sarana dan prasarana, 12

13 biaya/dana, dan permintaan, pengadaan alat kesehatan. (Febriawati, 2013) Meinurisa (2017) meneliti kualitas Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Di Rumah Sakit Umum Tipe D yang menunjukkan bahwa kualitas pelayanan di IGD RSUD Kabupaten Pesawaran cukup baik. Perlu adanya pengadaan sarana kotak saran untuk penyerapan aspirasi dari masyarakat yang diletakkan ditempat yang mudah dilihat sebab, IGD RSUD Kabupaten Pesawaran perlu mendapatkan masukan dari masyarakat dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada pasien. RSUD Kabupaten Pesawaran juga perlu meningkatkan kelengkapan dan ketersediaan alat medis, kelayakan ruangan, kebersihan ruang tindakan dan kamar mandi pasien, serta meningkatkan keamanan dan kenyamanan lingkungan IGD. Sebab, berdasarkan rekapitulasi jawaban angket hal-hal tersebut memperoleh skor terkecil. Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang menjamin seluruh rangkaian kegiatan perbekalan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas, manfaat, dan keamanannya. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan administrasi yang diperlukan bagi kegiatan Pelayanan Kefarmasian. (Febriawati, 2013) Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Dalam ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa Pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu. Alat Kesehatan yang dikelola oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu berupa alat medis habis pakai/peralatan non elektromedik, antara lain alat kontrasepsi (IUD), alat pacu jantung, implan, dan stent. Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan formularium, pengadaan, dan pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui Instalasi Farmasi. Dengan demikian semua Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang beredar di Rumah Sakit merupakan tanggung jawab Instalasi Farmasi, sehingga tidak ada pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang 13

14 dilaksanakan selain oleh Instalasi Farmasi. (Febriawati, 2013) Mugama dkk (2015) melakukan Analisis Proses Perencanaan Pengadaan Kebutuhan Alat Kesehatan Di Poliklinik Gigi RSUD Bitung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahap pemilihan kebutuhan alat kesehatan berdasarkan jenis penyakit, tindakan perawatan dan data pasien. Tahap kompilasi pemakaian alat kesehatan bersumber dari data pasien yang di rekap setiap bulannya serta data pemakaian alat kesehatan. Tahap perhitungan kebutuhan alat kesehatan berdasarkan data alat yang rusak dan kebutuhan akan alat yang diperlukan, namun belum menggunakan perhitungan dan analisa yang baku yang telah ditetapkan. Tahap proyeksi kebutuhan alat kesehatan dan penyesuaian dengan alokasi dana berdasarkan pemakaian alat tahun sebelumnya. alat kesehatan di poliklinik gigi RSUD Bitung belum sesuai dengan standar, jumlah pasien dan tindakan perawatan dan dibutuhkan pedoman yang lebih memadai sesuai standar. Permadi, (2015) melakukan Analisis Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Bahan dan Alat Kesehatan Habis Pakai (BAHP) pada Instalasi Farmasi di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Yogyakarta. Penelitian dimulai dengan melakukan klasifikasi BAHP menggunakan analisis ABC-VED untuk mengklasifikasikan BAHP yang akan diteliti lebih lanjut. Analisis mengenai sistem perencanaan dilakukan dengan membandingkan metode peramalan yang telah dimiliki oleh RSUD Sleman dengan metode peramalan teoritis. Pengendalian persediaan dilakukan dengan menggunakan metode continuous review policy dan periodic review policy yang nantinya akan dibandingkan dengan metode pengendalian yang dimiliki oleh rumah sakit. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa metode peramalan yang tepat untuk digunakan dalam perencanaan persediaan BAHP adalah metode naive karena memiliki tingkat error yang terendah dibandingkan dengan metode lainnya. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan oleh rumah sakit pemerintah tidak terlepas dari fasilitas kesehatan yang memadai. Fasilitas kesehatan yang memadai melewati suatu mekanisme perencanaan yang matang dan akurat untuk mengidentifikasi suatu kebutuhan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang prima. Kareth (2014) meneliti Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perencanaan Pengadaan Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Selebesolu Kota Sorong. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perencanaan pengadaan kebutuhan fasilitas kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Selebesolu Kota Sorong. Alat analisis yang digunakan untuk mengetahui fakto-faktor yang mempengaruhi perencanaan fasilitas kesehatan digunakan analisis SWOT sebagai salah satu metoda untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, 14

15 proyek atau konsep organisasi yang berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu strengths, weakness, opportunities dan threat. Berdasarkan hasil SWOT dapat disimpulkan bahwa perencanaan pengadaan kebutuhan fasilitas kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Selebesolu sangat dipengaruhi oleh jumlah pasien, jumlah tenaga medis dan jumlah tenaga non medis, dimana jumlah pasien jumlah tenaga medis dan non medis mengalami peningkatan setiap tahunnya namun tidak diimbangin dengan fasilitas kesehatan yang memadai. Peneliti menemukan RSUD Selenbesolu memiliki kelemahan dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM) perencanaan, lemahnya leadership, ketersedian dana yang belum memadai, ketersediaan dokter spesialis yang belum memadai, namun memiliki peluang, yaitu tersedianya pasar tenaga kesehatan khususnya dokter spesialis yang cukup, peningkatan tipe rumah sakit dari tipe C ke tipe B sebagai peluang, dengan ancaman yang dihadapi yaitu pengaruh budaya dan adat istiadat masyarakat setempat terhadap pelayanan kesehatan. Permadi (2015) menganalisis Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Bahan dan Alat Kesehatan Habis Pakai (BAHP) Pada Instalasi Farmasi di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan di instalasi farmasi RSUD Sleman dengan menggunakan bahan dan alat kesehatan habis pakai (BAHP) sebagai objek penelitian. Penelitian dimulai dengan melakukan klasifikasi BAHP menggunakan analisis ABC-VED untuk mengklasifikasikan BAHP yang akan diteliti lebih lanjut. Analisis mengenai sistem perencanaan dilakukan dengan membandingkan metode peramalan yang telah dimiliki oleh RSUD Sleman dengan metode peramalan teoritis. Pengendalian persediaan dilakukan dengan menggunakan metode continuous review policy dan periodic review policy yang nantinya akan dibandingkan dengan metode pengendalian yang dimiliki oleh rumah sakit. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa metode peramalan yang tepat untuk digunakan dalam perencanaan persediaan BAHP adalah metode naive karena memiliki tingkat error yang terendah dibandingkan dengan metode lainnya. Usulan untuk sistem pengendalian persediaan BAHP dapat dilakukan dengan menggunakan metode continuous review policy karena dapat menurunkan jumlah average stock opname yang dimiliki rumah sakit. KESIMPULAN 1. Perencanaan dalam pengadaan kebutuhan alat kesehatan di unit gawat darurat Rumah Sakit Advent Manado selalu berdasarkan pertimbangan anggaran yang tersedia 2. Perencanaan dalam pengadaan kebutuhan alat kesehatan di unit gawat darurat Rumah Sakit Advent Manado sering berdasarkan pertimbangan penetapan prioritas 15

16 3. Perencanaan dalam pengadaan kebutuhan alat kesehatan di unit gawat darurat Rumah Sakit Advent Manado selalu berdasarkan pertimbangan sisa persediaan SARAN 1. Perlu dilakukan identifikasi kebutuhan alat medis di unit IGD sebagai dasar pengusulan anggaran pengadaan alat medis 2. perlu adanya tim yang berkewajiban melakukan monitoring dan evaluasi serta memiliki metode dan pedoman yang baku dalam mengoptimalkan kegiatan perencanaan pengadaan kebutuhan alat kesehatan berdasarkan standarisasi atau klasifikasi rumah sakitnya DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 2016a. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit 2014a. Emergency Department Design Guidelines. The Australasian College For Emergency Medicine (ACEM) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta: Depertemen Kesehatan Republik Indonesia Armen, F., dan V. Azwar Dasar-dasar Manajemen Keuangan Rumah Sakit. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Carter, E. J., S. M. Pouch and E. L. Larson The Relationship Between Emergency Department Crowding and Patient Outcome. J Nurs Scholarsh March; 46(2): doi: /jnu Febriawati, H Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Ghiani, G., G. Laporte and R. Musmanno Introduction To Logistic System Management. Second Edition. United Kingdom: A Jhon Waley sons. Ltd.Publication. Hartanto, H Analisis Perawatan Aset Operasional Medis Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun S2 Magister Ek.Pembangunan UGM Herlambang, S dan A. Muwarni Cara Mudah Memahami Manajemen Kesehatan di Rumah Sakit. Jatirejo: Gosyen Publishing. Kareth, S Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perencanaan Pengadaan Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Selebesolu Kota Sorong Meinurisa, D Kualitas Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Di Rumah Sakit Umum Tipe D. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik 16

17 Universitas Lampung Bandar Lampung Mugama, P., F. K. Kolibu, C. K. F. Mandagi. Analisis Proses Perencanaan Pengadaan Kebutuhan Alat Kesehatan Poliklinik Gigi RSUD Bitung. FKM Unsrat Munif, M. N Evaluasi Perencanaan Pengadaan Alat Medis Di Unit IGD Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang Tahun Skripsi Prodi Kesehatan Masyarakat - S1. FKes UDINUS Permadi, G.A Analisis Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Bahan dan Alat Kesehatan Habis Pakai (BAHP) pada Instalasi Farmasi di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Yogyakarta, Skripsi, Program Studi Teknik Industri, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Siagian, S. P Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. Bumi Aksara. Supartiningsi, S Kualitas Pelayanan Kepuasan Pasien Rumah Sakit: Kasus Pada Pasien Rawat Jalan. Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit, 6 (1):9-15. Verawaty, D. M., D. D. Damayanti, dan B. Santosa Perencanaan Kebijakan Persediaan Obat Dengan Menggunakan Metode Probabilistik Continuous Review (S,S) System pada Bagian Instalasi Farmasi Rumah Sakit Waworuntu, T. S. S Evaluasi Penyusunan Anggaran Sebagai Alat Pengendalian Manajemen BLU RSUP Prof.Dr. R.D. Kandou Manado. Jurnal EMBA Vol 1 No 3. 17

ANALISIS PROSES PERENCANAAN PENGADAAN KEBUTUHAN ALAT KESEHATAN DI POLIKLINIK GIGI RSUD BITUNG Patter Mugama*, Febi K. Kolibu*, Chreisye K. F.

ANALISIS PROSES PERENCANAAN PENGADAAN KEBUTUHAN ALAT KESEHATAN DI POLIKLINIK GIGI RSUD BITUNG Patter Mugama*, Febi K. Kolibu*, Chreisye K. F. ANALISIS PROSES PERENCANAAN PENGADAAN KEBUTUHAN ALAT KESEHATAN DI POLIKLINIK GIGI RSUD BITUNG Patter Mugama*, Febi K. Kolibu*, Chreisye K. F. Mandagi* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Sistem dan Prosedur Suatu informasi dari suatu perusahaan terutama informasi mengenai keuangan dan informasi akuntansi diperlukan oleh berbagai

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES PERENCANAAN PENGADAAN KEBUTUHAN ALAT KESEHATAN DI POLIKLINIK GIGI RSUD BITUNG Patter Mugama*, Febi K. Kolibu*, Chreisye K. F.

ANALISIS PROSES PERENCANAAN PENGADAAN KEBUTUHAN ALAT KESEHATAN DI POLIKLINIK GIGI RSUD BITUNG Patter Mugama*, Febi K. Kolibu*, Chreisye K. F. ANALISIS PROSES PERENCANAAN PENGADAAN KEBUTUHAN ALAT KESEHATAN DI POLIKLINIK GIGI RSUD BITUNG Patter Mugama*, Febi K. Kolibu*, Chreisye K. F. Mandagi* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Pembangunan kesehatan pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu dari saranan kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya pada pedoman organisasi rumah sakit umum menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya pada pedoman organisasi rumah sakit umum menjelaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan. Rumah sakit memiliki fungsi pelayanan medis, penunjang medis, pelayanan dan asuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu bagian dari rantai pelayanan kesehatan tidak terlepas dari tanggung jawab memberikan pelayanan gawat darurat. Di dalam PERMENKES RI Nomor:

Lebih terperinci

EVALUASI PERENCANAAN PENGADAAN ALAT MEDIS DI UNIT INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG TAHUN 2016

EVALUASI PERENCANAAN PENGADAAN ALAT MEDIS DI UNIT INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG TAHUN 2016 EVALUASI PERENCANAAN PENGADAAN ALAT MEDIS DI UNIT INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG TAHUN 2016 Moh. Nizar munif *), Retno Astuti Setijaningsih **) *) Alumni Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini.

BAB I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini. BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini. Dengan meningkatnya status perekonomian masyarakat, kemudahan komunikasi serta peningkatan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan dalam masyarakat biasanya dilakukan dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Instalasi farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit, merupakan suatu unit atau bagian yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi akan memberikan dampak negatif berupa kesenjangan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi akan memberikan dampak negatif berupa kesenjangan derajat kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dampak globalisasi terhadap kesehatan sangat kompleks. Dampak bisa terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Dampak langsung misalnya efek terhadap harga obat-obatan,

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna (promotif, preventif, kuratif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (UU No.40 Tahun 2004 tentang SJSN) yang menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (UU No.40 Tahun 2004 tentang SJSN) yang menjamin 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam persaingan global saat ini, khususnya dunia kesehatan mengalami kemajuan yang pesat dalam teknologi kesehatan, menajemen dan regulasi di bidang kesehatan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen berarti bahwa kinerja suatu barang atau jasa sekurang kurangnya sama dengan apa yang diharapkan (Kotler & Amstrong, 1997).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan perorangan meliputi pelayanan, promotif, preventif, kuratif, dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan perorangan meliputi pelayanan, promotif, preventif, kuratif, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan meliputi pelayanan, promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang menyediakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi untuk keberhasilan pembangunan Bangsa Indonesia. Oleh karena itu perlu dilakukan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dari pembangunan nasional. Tujuan utama dari pembangunan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. penting dari pembangunan nasional. Tujuan utama dari pembangunan di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dibidang kesehatan merupakan salah satu bagian yang penting dari pembangunan nasional. Tujuan utama dari pembangunan di bidang kesehatan adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan memberikan dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan adanya keberpihakan dan perhatian pemerintah terhadap peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan adanya keberpihakan dan perhatian pemerintah terhadap peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan masyarakat di Republik Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan layanan ini disebabkan adanya keberpihakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Identifikasi Masalah

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Identifikasi Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum RSUD Pasaman Barat merupakan Rumah sakit Kelas C yang berdiri berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2005 pada tanggal 1 April 2005 dalam bentuk Lembaga Teknis Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Strategi pemerintah dalam pembangunan kesehatan nasional 2015-2019 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada pasal 1 (ayat 1) menyebutkan Jaminan Sosial adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia industri kesehatan terdiri dari beberapa jenis yaitu pelayanan klinik, puskesmas, dan rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia industri kesehatan terdiri dari beberapa jenis yaitu pelayanan klinik, puskesmas, dan rumah sakit. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia industri kesehatan terdiri dari beberapa jenis yaitu pelayanan klinik, puskesmas, dan rumah sakit. Pelayanan di industri kesehatan sangat perlu diperhatikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat pada umumnya semakin sadar akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan. Kesehatan merupakan salah satu kunci utama bagi seseorang dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan rumah sakit sekarang ini menjadi semakin penting dengan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan rumah sakit sekarang ini menjadi semakin penting dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan rumah sakit sekarang ini menjadi semakin penting dengan peningkatan kesadaran dan kebutuhan masyarakat terhadap kesehatan. Sehingga usaha di bidang ini akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat merupakan bagian dari

Lebih terperinci

EVALUASI PELAYANAN KEFARMASIAN DALAM PENDISTRIBUSIAN SEDIAAN FARMASI DI INSTALASI FARMASI RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO

EVALUASI PELAYANAN KEFARMASIAN DALAM PENDISTRIBUSIAN SEDIAAN FARMASI DI INSTALASI FARMASI RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO EVALUASI PELAYANAN KEFARMASIAN DALAM PENDISTRIBUSIAN SEDIAAN FARMASI DI INSTALASI FARMASI RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO Krista R. Burhanuddin 1), Heedy tjitrosantoso 1), Paulina V. Y. Yamlean 1) 1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal yang diperlukan langkah-langkah peningkatan upaya kesehatan, diantaranya kesehatan ibu dan anak. Angka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja. Kondisi ini menuntut kesiapan petugas kesehatan untuk mengantisipasi kejadian itu. Bila

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. of Hospital Care yang dikutip Azwar (1996) mengemukakan beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. of Hospital Care yang dikutip Azwar (1996) mengemukakan beberapa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Pengertian Rumah Sakit Menurut American Hospital Association, Wolper dan Pena, Association of Hospital Care yang dikutip Azwar (1996) mengemukakan beberapa pengertian

Lebih terperinci

oleh petugas di Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2007).

oleh petugas di Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat merupakan salah satu komponen penting dan tidak tergantikan dalam pelayanan kesehatan, baik pelayanan kesehatan primer maupun pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Rumah sakit menurut Permenkes No. 147 tahun 2010 merupakan institusi pelayanan kesehatan yang kegiatan utamanya melayani dan menjual jasa perawatan kepada perorangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi khususnya pada bidang kesehatan, mendorong pelayanan kesehatan untuk terus berupaya meningkatnya

Lebih terperinci

INTISARI GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT UNIT DOSE DISPENSING DI DEPO TULIP RSUD ULIN BANJARMASIN

INTISARI GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT UNIT DOSE DISPENSING DI DEPO TULIP RSUD ULIN BANJARMASIN INTISARI GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT UNIT DOSE DISPENSING DI DEPO TULIP RSUD ULIN BANJARMASIN Mustika Meladiah 1 ; Harianto 2 ; Rachmawati 3 Pengelolaan obat merupakan salah satu segi manajemen rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Permenkes Nomor 269 Tahun 2008, sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk praktik kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus direkam dan didokumentasikan ke dalam bentuk catatan medis. yang disebut rekam medis atau rekam kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. harus direkam dan didokumentasikan ke dalam bentuk catatan medis. yang disebut rekam medis atau rekam kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap pelaksanaan praktik kedokteran seperti rumah sakit, harus direkam dan didokumentasikan ke dalam bentuk catatan medis yang disebut rekam medis atau rekam kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan dalam bidang kesehatan merupakan bagian penting dalam rangka pembangunan nasional. Dalam Undang Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dinyatakan bahwa pembangunan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH PT NUSANTARA SEBELAS MEDIKA RUMAH SAKIT ELIZABETH SITUBONDO 2015 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN Tujuan Umum... 2 Tujuan Khusus... 2 BAB II

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komitmen pembangunan kualitas masyarakat di Indonesia. Sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. komitmen pembangunan kualitas masyarakat di Indonesia. Sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan masyarakat di Republik Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan layanan ini disebabkan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna dan tidak hanya sekedar bebas dari penyakit atau ketidakseimbangan.

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna dan tidak hanya sekedar bebas dari penyakit atau ketidakseimbangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan keadaan seseorang dimana status fisik, mental serta sosial yang sempurna dan tidak hanya sekedar bebas dari penyakit atau ketidakseimbangan. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, persaingan terjadi di berbagai sektor, termasuk sektor jasa. Salah satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus menggunakan

Lebih terperinci

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan. Pengelolaan obat yang efisien diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi rumah sakit dan pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

BAB I PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangungan kesehatan secara menyeluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan suatu obat dapat berpengaruh terhadap kualitas pengobatan, pelayanan dan biaya pengobatan. Penggunaan obat merupakan tahap akhir manajemen obat. Penggunaan

Lebih terperinci

MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT KEPUASAN DAN KESELAMATAN PASIEN ADALAH TUJUAN KAMI

MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT KEPUASAN DAN KESELAMATAN PASIEN ADALAH TUJUAN KAMI MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT 1. Mewujudkan kualitas pelayanan paripurna yang prima dengan mengutamakan keselamatan pasien dan berfokus pada kepuasan pelanggan. 2.

Lebih terperinci

PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN JAKARTA

PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN JAKARTA PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN JAKARTA 1. SEJARAH RSUD TARAKAN JAKARTA Pada mulanya tahun 1953, rsud tarakan hanya berbentuk balai pengobatan. Kemudian pada tahun 1956, beralih menjadi puskesmas

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat semakin menyadari pentingnya menjaga kesehatan, dimana kesehatan menjadi salah satu prioritas yang perlu diperhatikan untuk bertahan hidup dan

Lebih terperinci

Rumah Sakit XYZ merupakan salah satu rumah sakit negeri yang ada di Kabupaten Bandung. Rumah sakit ini memiliki sepuluh instalasi, yaitu :

Rumah Sakit XYZ merupakan salah satu rumah sakit negeri yang ada di Kabupaten Bandung. Rumah sakit ini memiliki sepuluh instalasi, yaitu : BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 17 TAHUN 2015 T E N T A N G TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. upaya dan keselamatan kerja (K3) dalam pemakaian alat medis, untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. upaya dan keselamatan kerja (K3) dalam pemakaian alat medis, untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan rujukan di Indonesia akhir-akhir ini sangat pesat, baik dari jumlah maupun pemanfaatan teknologi kedokteran

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pelayanan RS adalah suatu topik yang senantiasa merupakan isu yang hampir selalu hangat dibahas pada berbagai seminar di media massa. Bahkan sebagian masyarakat

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbekalan kesehatan adalah pelayanan obat dan perbekalan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. perbekalan kesehatan adalah pelayanan obat dan perbekalan kesehatan digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Sistem Kesehatan Nasional diketahui bahwa subsistem obat dan perbekalan kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, maka tuntutan

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, maka tuntutan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemangku kepentingan pemberi pelayanan kesehatan. Semakin tingginya tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya

Lebih terperinci

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, 06 JANUARI 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 11 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 11 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALUYO JATI KRAKSAAN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT A. SEJARAH DAN KEDUDUKAN RUMAH SAKIT Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rengat Kabupaten Indragiri Hulu pada awalnya berlokasi di Kota Rengat Kecamatan Rengat (sekarang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan. Menurut WHO, kesehatan adalah kondisi dinamis meliputi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat mutlak. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

BAB I PENDAHULUAN. bersifat mutlak. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang bersifat mutlak. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan haruslah memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional. Berdasarkan hal tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan begitu kompleksnya masalah hidup sekarang ini menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional telah diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karyawan yang berpenghasilan rendah dan negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. karyawan yang berpenghasilan rendah dan negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini, banyak penelitian yang telah dilakukan pada peran perawat dalam kaitannya untuk bekerja dan tanggung jawab terhadap kinerja karyawan yang berpenghasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,

Lebih terperinci

BAB II RENCANA STRATEGIS

BAB II RENCANA STRATEGIS BAB II RENCANA STRATEGIS 2.1. INDIKATOR KINERJA UTAMA Dalam lampiran Keputusan Bupati Siak Nomor 378/HK/KPTS/2016 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama Rumah Sakit Umum Daerah Siak disebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi dalam segala bidang pembangunan mendorong perubahan yang radikal, termasuk perubahan perilaku sebagai wujud eksplisit dari pola pikir yang teradopsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menentukan waktu tanggap di sebuah Rumah Sakit. Faktor-faktor tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menentukan waktu tanggap di sebuah Rumah Sakit. Faktor-faktor tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Landasan Teori 1.Ketersediaan perawat dan dokter jaga IGD Hendrik et al. (2006) menyatkan bahwa ada beberapa faktor yang menentukan waktu tanggap di sebuah Rumah Sakit. Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan sarana pelayan kesehatan yang dapat meng-cover. berbagai masalah kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan sarana pelayan kesehatan yang dapat meng-cover. berbagai masalah kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya pembangunan kesehatan masyarakat saat ini, diperlukan sarana pelayan kesehatan yang dapat meng-cover berbagai masalah kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Rumah sakit adalah sebuah institusi yang menyediakan pelayanan kesehatan dengan tujuan memperbaiki kesehatan seluruh lapisan masyarakat dengan meliputi pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah sakit Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 983/Menkes/SK/XI/1992 Rumah Sakit merupakan salah satu tempat dari sarana kesehatan menyelenggarakan kesehatan, bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN

BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN 1.1 Kesimpulan Pada bab sebelumnya telah diuraikan pembahan mengenai Rumah Sakit Korban Lakalantas Kendal, sehingga dapat disimpulkan berbagai masalah, dan potensi

Lebih terperinci

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr.Wb. Penundaan pelayanan kepada pasien terjadi apabila pasien harus menunggu terlayani dalam waktu yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian Rumah Sakit menurut UU RI No.23 Tahun 1992 adalah sarana kesehatan yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau upaya kesehatan rujukan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rumah sakit sebagai institusi yang bergerak di bidang pelayanan kasehatan mengalami perubahan, pada awal perkembangannya, rumah sakit lembaga yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan

BAB 1 PENDAHULUAN. paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Undang-undang No. 44 Tahun 2009, rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang adil dan merata. Salah satu pelayanan kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang adil dan merata. Salah satu pelayanan kesehatan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan dibidang kesehatan di Indonesia bertujuan untuk mencapai masyarakat yang memiliki kemampuan untuk mewujudkan keadaan yang sehat baik secara jesmani maupun

Lebih terperinci

BAB II RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA BRAYAN. dengan Type Madya.Kapasitas Rawat Inap 270 Bed. Sakit Martha Friska Brayan adalah sebagai berikut :

BAB II RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA BRAYAN. dengan Type Madya.Kapasitas Rawat Inap 270 Bed. Sakit Martha Friska Brayan adalah sebagai berikut : BAB II RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA BRAYAN A. Sejarah Ringkas Rumah Sakit Martha Friska berdiri sejak tanggal 2 Maret 1981 beralamat di jalan Komodor Laut Yos Sudarso No. 91 Medan, Sumatera Utara.Dengan status

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI Oleh : MEILINA DYAH EKAWATI K 100 050 204 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Profil Perusahaan Klinik Geo Medika merupakan sebuah fasilitas layanan kesehatan milik swasta. Pada awal pendiriannya Klinik Geo Medika memberikan layanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diolah sebagai bahan pembuat laporan pelayanan rumah sakit. Rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. diolah sebagai bahan pembuat laporan pelayanan rumah sakit. Rumah sakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Pelayanan untuk pasien di rumah sakit umumnya meliputi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu pelayanan kesehatan rumah sakit yang dapat menggambarkan mutu rumah sakit adalah pelayanan pembedahan. Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

Lebih terperinci

TUGAS MANAJEMEN PELAYANAN RUMAH SAKIT

TUGAS MANAJEMEN PELAYANAN RUMAH SAKIT TUGAS MANAJEMEN PELAYANAN RUMAH SAKIT PENYUSUN : INDAH WIYANTI 201431350 UNIVERSITAS ESAUNGGUL FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2015 Buatlah prosedur pelayanan administrasi disertai langkah-demi langkah

Lebih terperinci

NOMOR : 10 TAHUN 2009

NOMOR : 10 TAHUN 2009 BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2009 NOMOR 17 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR : 10 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sakit antara lain pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sakit antara lain pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit adalah sebuah institusi pelayanan kesehataan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, baik itu yang dimiliki oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh manusia, karena kesehatan menentukan segala aktivitas dan kinerja manusia. Pengertian sehat

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM RS PKU MUHAMMADIYAH TEMANGGUNG

BAB III GAMBARAN UMUM RS PKU MUHAMMADIYAH TEMANGGUNG BAB III GAMBARAN UMUM RS PKU MUHAMMADIYAH TEMANGGUNG 3.1. Profil RS PKU muhammadiyah Temanggung Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung adalah rumah sakit swasta yang berdiri pada lokasi strategis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru telah berdiri pada tahun 1980 dan beroperasi pada tanggal 5 Juli 1984 melalui

Lebih terperinci

pendidikan dan penelitian yang erat hubungannya dengan kehidupan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

pendidikan dan penelitian yang erat hubungannya dengan kehidupan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang mempunyai tenaga medik, keperawatan, penunjang medik dan rujukan, pendidikan dan penelitian yang erat hubungannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan yang komprehensif dan berkesinambungan selama 24

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan yang komprehensif dan berkesinambungan selama 24 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Berlakunya Undang-Undang Nomor 14

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Berlakunya Undang-Undang Nomor 14 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan data dan informasi saat ini berkembang sangat pesat, dilihat dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Berlakunya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Permenkes RI No. 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk praktik kedokteran

Lebih terperinci