Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial"

Transkripsi

1 pp i

2 CEMARA LAUT, MENGUBAH LAHAN MARGINAL MENJADI POTENSIAL Oleh : Beny Harjadi, Agung Wahyu Nugroho Arina Miardini Susi Abdiyani Dona Octavia ii

3 Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta 1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp ,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp ,00 (lima miliar rupiah). 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp ,00 (lima ratus juta rupiah). iii

4 Beny Harjadi, Agung Wahyu Nugroho Arina Miardini Susi Abdiyani Dona Octavia CEMARA LAUT,, MENGUBAH LAHAN MARGINAL MENJADI POTENSIAL BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI iv

5 Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT) Beny Harjadi, dkk Cetakan ke-1. Surakarta. CV. Mekar Abadi Publising ix Hal : 17,5 x 25 cm CEMARA LAUT MENGUBAH LAHAN MARJINAL MENJADI POTENSIAL Hak Beny Harjadi, dkk Penulis Beny Harjadi, Agung Wahyu Nugroho Arina Miardini Susi Abdiyani Dona Octavia Penyunting Prof. Dr. Ir. Mohammad Naiem, M.Agr. Tata Letak dan Sampul Tommy Kusuma AP Penerbit & Pencetak Penerbitan dan Pencetakan CV. Mekar Abadi (Anggota IKAPI Jateng) Jl. Sampangan No.26 RT.001 RW.020 Semanggi, Surakarta Cetakan, edisi I, 2017 Hak Cipta dilindungi Undang-undang All Right Reserved Dicetak : Dana Balitek DAS ISBN : v

6

7 KATA PENGANTAR CEMARA LAUT MENGUBAH LAHAN MARGINAL MENJADI POTENSIAL buku buah kerja penelitian sekaligus pengalaman lapang. Mulanya adalah hamparan pasir panas nan gersang di sepanjang pantai selatan Kebumen. Melalui perencanaan dan metoda yang baik, pantai itu perlahan berhias sabuk cemara hijau. Perubahan paras pantai ini tidak saja menjadikan cemara laut (Casuarina equisetifolia) yang ditanam berfungsi sebagai peredam gelombang angin, tapi lahan belakang tegakan cemara ke arah daratan juga menggeliat menjadi lahan yang perlahan bisa dimanfaatkan untuk tanaman pertanian. Kerasnya ekosistem pantai yang bersifat transboundary area daratan dan lautan, mulai ramah dengan hadirnya sabuk hijau cemara. Menengok sedikit kebelakang, kegiatan penelitian lahan pantai berpasir di Kebumen bermula dari presentasi pada dinas terkait di Kabupaten Kebumen. Menindaklanjuti hasil presentasi Pemerintah Kabupaten Kebumen menghendaki dilakukan penelitian di Pantai Selatan Kebumen, agar kondisi pantai yang gersang dan panas menjadi rindang dan sejuk, sehingga pengunjung wisata akan meningkat jumlahnya. Begitu pula dengan permasalahan lahan pantai berpasir yang dianggap tidak produktif untuk tanaman hortikultura karena gangguan uap air garam dan angin kencang dari laut, padahal memiliki potensi. Pembangunan tegakan Cemara Laut (Casuarina equisetifolia) sebagai tanggul angin dimulai tahun 2005 sampai Penanaman ini melibatkan partisipasi aktif masyarakat Desa Karanggadung kabupaten Kebumen khususnya Kelompok Tani Pasir Makmur. Pembentukan kelompok ini mampu membangun keyakinan bahwa lahan pantai berpasir dapat untuk budidaya tanaman semusim (hortikultura). Apresiasi disampaikan kepada para penulis, semoga tulisan ini dapat menjadi bahan pertimbangan pengambil kebijakan dalam penyelamatan pantai dari abrasi dan degradasi lahan akibat erosi angin di daerah lain. Surakarta, September 2017 Kepala BPPTPDAS Dr. Nur Sumedi, S.Pi, MP. i

8 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v I.PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 4 C. Sasaran... 4 D. Batasan Istilah... 4 II.PERENCANAAN... 7 A. Pengorganisasian... 7 B. Pemetaan Lokasi... 8 C. Kebutuhan Bahan, Alat, Tenaga, Biaya, Lahan, Ameliorat, & Saprotan III.PELAKSANAAN A. Persiapan B. Pembuatan Jalur Tanggul Angin C. Penanaman D. Pemeliharaan Tanaman Semusim E. Pemanenan Hasil IV. MONITORING A. Pengamatan Tanah B. Pengamatan Iklim C. Pertumbuhan Tanaman V.EVALUASI A. Tingkat Prosentase Tumbuh B. Matinya Cemara Laut Di Pantai D. Sosial Ekonomi D. Tingkat Dampak Pengelolaan Lahan Pantai ii

9 E. Tingkat Kemanfaatan Tanggul Angin F. Tingkat Adopsi Masyarakat VI. MANFAAT PLOT PENELITIAN A. Pemeliharaan Plot Penelitian B. Kondisi Sebelum dan Sesudah Penanaman VII. PENUTUP DAFTAR PUSTAKA iii

10 DAFTAR TABEL Tabel 1. Kondisi sebelum dan sesudah ada cemara laut di pantai iv

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Diagram alur Penanganan permasalahan Lahan Pantai Berpasir dengan Cemara Laut... 3 Gambar 2. Areal Penelitian Lahan Pantai Berpasir di Desa Karanggadung, Kecamatan Petanahan, Kebumen, Sejak Tahun Gambar 3. Persiapan Pembibitan Tanaman Tahunan dan Buah-buahan Gambar 4. Kondisi Awal Cemara Laut (Casuarina equisetifolia), saat ditanam di Lapangan Gambar 5. Perkembangan kematangan biji pada cangkang dari berwarna hijau (mentah), kuning (matang) dan coklat (biji lepas) Gambar 6. Contoh persemaian cemara laut dari biji di Pemalang Gambar 7. Cemara laut dari cangkok, dari biji dan setelah di prunning (dipangkas cabang-cabang bawah agar cepat meninggi) Gambar 8. Papan batas dan tanda peringatan untuk pengamanan lokasi penelitian jangan sampai diganngu pengunjung wisata Gambar 9. Pengamatan Pertumbuhan tanaman cemara laut Tahun 2011 dari penanaman Tanaman tahun 2006 sampai tahun Gambar 10. Beberapa tanaman pantai berpasir yang dapat dimanfaatkan mikorizanya untuk perangsang pertumbuhan tanaman baru Gambar 11. Demplot Uji Coba dari Kantor BPTKPDAS Solo, antara Lain : Jagung, Brambang dan Cabe Merah (Hortikultura) Gambar 12. Beberapa Tanaman Hortikultura, dibelakang Cemara Laut : Cabe, Pepaya, Nira Kelapa, Semangka, Terong Ungu, dan Kelapa Gambar 13. Beberapa Tanaman Bawah yang ada di Pantai Berpasir Gambar 14. Beberapa Macam Insektisida untuk Pemberantasan HPT (Hama Penyakit Tanaman) Gambar 15. Kegiatan Masyarakat Pantai Berpasir : Silaturahmi, Panen Nira, Ternak Kambing Etawa dan Ternak Sapi Gambar 16. Dampak Cemara Laut Meramaikan Kondisi Wisata Pantai : Warung di Tepi Pantai, Rumah Dekat Pantai (pesisir) dan Jalan Pantai v

12 Gambar 17. Kondisi Biofisik dan Kimia Pantai Berpasir pada Lahan Cemara Laut, Pasir Pantai dan Lahan Semusim di Pantai Petanahan Gambar 18. Pengambilan Sampel Tanah pada Lahan Cemara Laut, Pasir Pantai, dan Lahan Semusim Hortikultura di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung, Kec. Petanahan, Kab. Kebumen Gambar 19. Alat Pengamatan Perangkap Erosi Angin (Sandtrap) yang Tersebar di 9 Stik Erosi Gambar 20. Erosi Angin dengan sand trap di Lahan Pantai Berpasir, Bulan Mei Gambar 21. Erosi Angin dengan sand trap pada Lahan Pantai Berpasir Bulan Agustus Gambar 22. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir, 22 Desember Gambar 23. Lay out Tata Letak Stik Erosi untuk Memantau Erosi Angin di Pantai Petanahan, Kebumen, Tahun Gambar 24. Erosi Angin di Dekat Pantai (D), Gisik Pasir (G), Jauh dari Pantai (J) dan Pantai (P) di Petanahan, Juni-Agustus Gambar 25. Erosi Angin di Dekat Pantai (D), Gisik Pasir (G), Jauh dari Pantai (J) dan Pantai (P) di Petanahan, September- Desember Gambar 26. Kondisi tanaman mati kekeringan akibat musim kemarau yang panjang, akar busuk dan tanaman kering akibat terbakar Gambar 27. Mengantisipasi perubahan iklim ekstrim di pantai maka diperlukan pemantauan perubahan iklim dan erosi angin Gambar 28. Kelembaban Ruang dan Udara Harian Pagi dan Siang di Desa Karanggadung, Kec.Petanahan, Kab.Kebumen Gambar 29. Suhu Udara dan Ruang pada Pagi dan Siang hari di Karanggadung, Petanahan, Kebumen Tahun Gambar 30. Suhu Tanah Top Soil (30cm), Solum (90cm), dan Regolit (150cm) Pagi dan Siang hari di Karanggadung, Kebumen Gambar 31. Data Hujan : Maximum Hujan, Rerata, Hari Hujan, Jumlah dan Minimum Gambar 32. Curah Hujan Bulanan di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung, Kab.Kebumen Tahun vi

13 Gambar 33. Total Hujan Tahunan dan Hari Hujan di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung, Kab.Kebumen Tahun Gambar 34. Evaporasi pada Pengamatan Siang dan Malam hari Jauh dari Pantai (sebelah utara) serta Dekat dari Pantai (selatan) Gambar 35. Kecepatan Angin Siang dan Malam Tahun 2007 di Kebumen Gambar 36. Kecepatan Angin Pagi dan Siang Hari di Karanggadung, Petanahan, Kebumen Tahun Gambar 37. Arah Angin Pagi dan Siang Hari dari Barat Daya (BD), Tenggara (TG) sampai Timur Laut (TL) di Karanggadung Gambar 38. Lahan pantai berpasir sebelum dan setelah penanaman cemara, a) Sebelum penanaman, b) Setelah penanaman Gambar 39. a) Pengukuran tinggi dan diameter tanaman pada plot muda (A), b) Pengukuran tinggi dan diameter pada plot tua (B) Gambar 40. Tinggi tanaman cemara laut pada lahan pantai berpasir Gambar 41. Diameter cemara umur < 8 tahun pada lahan pantai berpasir Gambar 42. Kronologis Perubahan Kondisi Lahan Pantai Petanahan dengan Cemara Laut dari Tahun 2005 sampai Gambar 43. Pertumbuhan Tanaman Cemara Laut dan Persen Tumbuh Tahun Gambar 44. Akar cemara laut yang busuk akibat diserang jamur dari bahan pupuk kandang yang belum matang Gambar 45. Penyerangan akar oleh jamur atau penyakit busuk akar akan menyebabkan perakaran putus dan tanaman mati permanen Gambar 46. Bibit cemara laut muda yang mati pada saat penanaman bisa diakibatkan oleh iklim, tanah, pupuk, penanganan bibit dll Gambar 47. Pengunjung Wisata Meningkat karena Tingkat Kenyamanan Wisata Semakin Sejuk dan Indah Gambar 48. Pendapatan Wisata Bulanan di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung, Kab. Kebumen Tahun Gambar 49. Kunjungan Wisata Pantai Petanahan, Desa Karanggadung, Kab. Kebumen Tahun Gambar 50. Puncak kunjungan wisata saat Lebaran di bulan September 2011 dengan pendapatan mencapai Rp , vii

14 Gambar 51. Sosialisasi Penyelamatan Pantai dengan Menanam Cemara Laut Pada Masyarakat dan Anak-anak Sekolah Gambar 52. Pendekatan dengan Cara Pendampingan Kelompok Tani dan Anak-anak Sekolah di Ruang Kelas Maupun di Ruang Terbuka Gambar 53. Kondisi Gersang Pantai Petanahan dan Rindang Setelah Penghijauan dengan Cemara Laut Gambar 54. Peresmian Cemara Laut Wanagama III oleh Menteri Kehutanan di Pantai Petanahan, Kebumen Gambar 55. Sosilaisasi penyelamatan dini pantai dengan cemara laut perlu disampaikan pada semua dari warga biasa, aparat, anakanak sekolah untuk membangkitkan partisipasinya Gambar 56. Pendekatan secara perorangan atau berkolompok harus sering dilakukan baik secara formal (aparat kabupaten sampai desa) maupun informal dengan para tokoh atau warga biasa viii

15 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan marginal merupakan lahan yang tidak layak untuk ditanami atau tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Lahan marginal atau lahan bermasalah agar dapat dimanfaatkan perlu dilakukan usaha perbaikan. Penyebab utama suatu lahan menjadi bermasalah, yaitu : 1. Proses alami 2. Proses buatan 3. Kombinasi keduanya. Proses alami terjadi karena faktor alam, seperti : lahan marginal (pasir kuarsa/podsol, pantai berpasir, lahan bergaram, dll), lahan basah (gambut, payau/estuarin, rawa, dll) dan lahan bencana (berapi, tsunami, gempa bumi, angin kencang, dll). Proses buatan diakibatkan oleh perbuatan manusia seperti lahan kritis, lahan asam atau sulfat masam, dan lahan bekas tambang. Yang ketiga merupakan proses kombinasi antara faktor alam dengan perbuatan manusia meliputi: lahan banjir, kekeringan, dan longsor. Pengertian lahan pantai berpasir merupakan lahan pantai yang mengandung banyak pasir tetapi masih ada debu dan liat sehingga tidak mudah terpisah (Hardjowigeno, 1992 ). Lingkungan pantai umumnya memiliki karakter yang khas sebagai berikut : a). angin kencang, b). kadar garam tinggi, c). porositas tinggi, dan d). pergerakan pasir yang dinamis (Dahlan, 1992). Sifat fisik lahan berpasir umumnya memiliki butiran kasar mengandung kerikil, konsistensi lepas sampai gembur, dan warnanya bervariasi dari merah kuning, coklat kemerahan, dan coklat kekuningan. Sifat kimianya kaya akan unsur-unsur hara seperti Posfor (P) dan Kalium (K) kecuali Nitrogen (N) yang belum terlapuk sehingga perlu tambahan pupuk organik, pupuk kandang dan pupuk hijau (Suhardjo, et al., 2000). Kandungan garam yang tinggi menyebabkan lahan pantai berpasir memiliki ph tanah berkisar antara 6 sampai 7. Adapun sifat biologinya memiliki sedikit mikroorganisme yang dapat memfiksasi nitogen dari udara. Terdapat banyak bakteri bacillus yang dapat melarutkan senyawa fosfat dan kalium di dalam tanah. Tanah pantai berpasir memiliki beberapa jenis tanah antara lain: tanah Alluvial, Regosol atau Entisols. 1

16 Permasalahan yang terdapat pada lahan pantai berpasir ditunjukkan pada Gambar 1 meliputi: a) miskin unsur hara, b). sukar menahan air, c). mudah terjadi erosi, d). lemah agregat tanahnya. Cara mengatasi permasalahan lahan pantai berpasir tersebut diantaranya dengan: 1). pemberian mulsa, 2). menambahkan tanah liat (amelioran/ameliorat), 3). menambahkan bahan organik (pupuk kandang), 4). menanam tanaman penutup tanah, 5). menggunakan pupuk organik hayati. Kondisi lahan yang kritis tersebut disebabkan tidak hanya oleh faktor biofisik semata yang secara alami telah kritis, tetapi juga jika tidak ditangani secara tepat akan berdampak negatif dan semakin meluas (Harsono, 1995). Hendaknya pemanfaatan lahan pantai berpasir dilakukan secara baik dan benar agar dapat berfungsi ganda, yaitu untuk mengendalikan erosi (angin) dan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat melalui usaha budidaya tanaman semusim yang sesuai dan bernilai ekonomi tinggi. Berkaitan dengan permasalahan yang ada di lahan pantai berpasir, Nurahmah et al. (2007) merekomendasikan suatu model pengelolaan untuk rehabilitasi dan konservasi, yaitu penanaman cemara laut (Casuarina equisetifolia sp.) sebagai tanggul angin. Model ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan sehingga level marginalitas lahan menurun dan pendapatan masyarakat sekitar lahan pantai berpasir tersebut meningkat (Nurahmah et al., 2007). 2

17 Unsur hara rendah Kadar garam tinggi Erosi angin dan abrasi Iklim mikro buruk Pemantauan dan pengumpulan data Pemantauan kondisi iklim Pemantauan fisik lahan Pemantaun sosial, ekonomi dan kelembagaan Pengamatan: 1. kecepatan angin 2. kelembaban 3. suhu udara 4. suhu tanah 5. curah hujan Pengamatan: 1. biofisik tanah 2. erosi angin 3. pertumbuhan 4. produksi Pengamatan: 1. sosial 2. ekonomi - finansial - in/output 3. lembaga Kegiatan lapangan Mengurangi permasalahan Cemara laut (FISIK) - Pengembangan: vegetatif (cangkok), generatif (biji) - Pemeliharaan: pemupukan, penyiangan, dll - Wisata/keindahan Masyarakat (SOSEK) - Desa: kelompok tani (KT) dan non KT - Wisata: staf dan pedagang/jasa - Pendidikan: formal (SD) dan informal (PKK, PNPM) Lahan pantai berpasir menjadi produktif Gambar 1. Diagram alur Penanganan permasalahan Lahan Pantai Berpasir dengan Cemara Laut 3

18 B. Maksud dan Tujuan Buku ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada khalayak umum tentang pengelolaan lahan pantai berpasir yang marginal melalui penanaman tanaman tanggul angin cemara laut (Casuarina equisetifolia sp.) dan tanaman hortikultura (hortikultura) sehingga dapat dimanfaatkan menjadi lahan produktif untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar lahan pantai berpasir. C. Sasaran Teknik konservasi lahan pantai berpasir melalui pengembangan model tanaman tanggul angin cemara laut (Casuarina equisetifolia) mulai dari pembibitan sampai penanaman yang berfungsi sebagai pengendali erosi angin. Adanya tanaman tanggul angin, diharapkan pengembangan tanaman hortikultura dapat meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan masyarakat. D. Batasan Istilah Beberapa pengertian dan peristilah umum yang digunakan dan berhubungan dengan masalah pengelolaan lahan pantai antara lain: 1. Lahan marginal adalah lahan bermasalah yang diakibatkan oleh rendahnya sifat fisik, kimia dan biologi sehingga tidak layak untuk pertumbuhan tanaman karena faktor alami atau faktor buatan (eksploitasi lahan, perusakan lahan, pengelolaan lahan salah dll). 2. Pantai (shore), adalah hamparan lahan yang membentang di tepi laut, atau tepi perairan laut yang luas. 3. Wilayah Pantai atau Pesisir (coast), adalah daratan di tepi laut, yang meliputi pantai dan daratan (pesisir) yang masih terpengaruh oleh aktivitas marin (lautan). 4

19 4. Daerah Pantai, adalah daratan yang terletak dibagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berbatasan dengan laut, dengan kelerengan kurang dari 8% (topografi datar). 5. Gisik (beach), yaitu daerah berbatasan antara permukaan air laut pasang dan surut, yang umumnya tertutup oleh hamparan pasir dan kerikil di permukaannya. 6. Beting Gisik, adalah gundukan pasir alami memanjang searah garis pantai yang merupakan bekas gisik dan sudah tidak aktif lagi karena pantai mengalami akresi (daratan bertambah luas). 7. Laguna, adalah cekungan memanjang searah/sejajar garis pantai, diantara beting gisik, biasanya tergenang air. 8. Gumuk Pasir (sand dune), adalah bukit-bukit pasir yang terbentuk dari akumulasi pasir yang tererosi dan terbawa oleh angin. 9. Rekresi (abrasi), adalah daratan yang terkikis atau susut karena pengikisan gelombang atau arus laut. 10. Intrusi, adalah masuknya air laut ke arah daratan baik yang melalui permukaan tanah maupun lewat bawah tanah. 11. Salinitas Air, adalah kadar garam atau tingkat keasinan air. 12. Interface, adalah bidang pembatas antara air bawah tanah yang tawar (dari daratan) dan asin (dari lautan). 13. Erosi, adalah suatu proses dimana tanah atau partikel tanah atau batuan terlepas dan dihancurkan, kemudian diangkut, tercuci oleh suatu gaya (media pengangkut) berupa air, angin, atau gaya berat partikel tanah atau batuan itu sendiri. 14. Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT), adalah suatu usaha manusia untuk memperbaiki, meningkatkan, dan mempertahankan kondisi lahan agar dapat berfungsi secara optimal, baik sebagai unsur produksi, media pengatur tata air maupun sebagai unsur perlindungan alam lingkungan. 5

20 15. Tanggul Angin atau Sabuk Hijau Perlindungan Pantai, adalah suatu daratan yang terletak di sepanjang garis pantai dan berbatasan langsung dengan laut karena keadaan fisiknya berfungsi sebagai perlindungan bagi kelestarian sumber daya alam daerah pantai, dengan lebar tertentu dan ditanami dengan vegetasi tertentu. Tanaman sabuk hijau berfungsi sebagai pengendali abrasi, penahan uap garam-garaman, mencegah angin kencang dari lautan (tanggul angin), dan pengendali iklim mikro. 6

21 II. PERENCANAAN A. Pengorganisasian Pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT) Pantai Berpasir dapat dilakukan melalui pengembangan teknologi rehabilitasi lahan berpasir dan peningkatan tingkat pendapatan masyarakat serta kenyamanan berwisata dengan melibatkan multi stakeholder. Pihak yang terlibat meliputi instansi pemerintah dan masyarakat sekitar sehingga perlu dilakukan konsultasi dan koordinasi ke instansi terkait dan sosialisasi rencana kegitan pada masyarakat (Harjadi et al, 2007). Pemilihan lokasi penelitian ditempuh melalui mekanisme perijinan ke Pemerintah Daerah Kabupaten, antara lain: Surat pengajuan ijin penelitian dari BP2TPDAS-IBB (Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai - Indonesia Bagian Barat) No. 598/BP2TPDAS- IBB/2006 tanggal 13 Juni 2006 kepada Bupati cq Kepala Dinas Kesbanglinmas (Kesatuan Bangsa Perlindungan Masyarakat dan Sosial) yang beralamat di Jl. Ampera No. 11, Telp Kebumen Surat Rekomendasi penelitian dari Kesbanglinmas no. 072/388 tanggal 15 Juni 2006 disampaikan kepada BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) yang beralamat di Jl. Veteran no. 2, Telp Kebumen Berdasarkan surat Rekomendasi dari Kesbanglinmas, BAPPEDA mengeluarkan surat ijin penelitian no /138 yang berlaku selama 3 bulan dari 15 Juni sampai 15 Agustus Surat tersebut disampaikan kepada (i) Kepala Diparta Kab. Kebumen, (ii) Kepala Dinas Hutpedal Kab. Kebumen, (iii) Kepala Obwis Pantai Petanahan, (iv) Camat Petanahan, dan (v) Kades Karanggadung. 7

22 Kegiatan ini dikoordinasikan antar instansi terkait (Dinas Kehutanan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kecamatan Petanahan, Desa Karanggadung, Polsek SD Negeri Karanggadung dan masyarakat). Dalam pelaksanaannya kegiatan ini juga dibentuk kelompok tani yaitu Kelompok Tani Pasir Makmur. Pembentukan Kelompok Tani Pasir Makmur bertujuan sebagai forum diskusi dan bertukar informasi dalam pelaksanaan kegiatan. Kelompok Tani Pasir Makmur memiliki sebuah sekretariat kelompok dan jadwal rutin pertemuan. Pertemuan ini dilakukan setiap bulan pada malam Rabu manis (legi) dengan lokasi sesuai kesepakatan. B. Pemetaan Lokasi Pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan dimulai dengan melakukan pemetaan lokasi untuk penanaman tanaman tanggul angin dan tanaman hortikultura dengan menggunakan GPS (Global Positioning System). Lokasi pengelolaan lahan pantai berpasir berada di Desa Karanggadung, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen yang ditunjukkan pada Gambar 2. Panjang = 741 m Lebar = 158 m Luas = 11,71 ha Jarak Puncak pasang = 55 m Gambar 2. Areal Penelitian Lahan Pantai Berpasir di Desa Karanggadung, Kecamatan Petanahan, Kebumen, Sejak Tahun

23 Lokasi penelitian dan pengembangan untuk pengelolaan lahan pantai berpasir memiliki sifat karakteristik sebagai berikut: a. Merupakan lahan terlantar tanpa vegetasi yang berjarak kurang dari 100 m dari batas pasang air laut hingga wilayah pantai ke arah daratan sejauh kurang lebih 300 m. b. Topografi datar sampai berombak, kelerengan landai (< 8 %) c. Tersedia sumber air tawar (air hujan atau air sumur) d. Tersedia cukup bahan ameliorat (peningkat kesuburan) tanah (pupuk kandang atau tanah liat) di sekitar lokasi. e. Termasuk dalam tipe iklim B (basah), C (agak basah) dan D (sedang) menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Fergusson. Di dekat lokasi penelitian didirikan pos pengamatan yang berfungsi sekaligus sebagai sekretariat Kelompok Tani (KT) berada pada jarak kurang lebih 500 meter dari lokasi penanaman agar akses mudah terjangkau. Pos tersebut dekat juga dengan obyek wisata sehingga koordinasi dengan petugas dari kantor Pariwisata semakin intensif. Pos pengamatan sekaligus sebagai sekretariat KT berfungsi sebagai tempat istirahat sementara bagi para petugas, tempat berkumpul dan diskusi dengan masyarakat, tempat informasi dan penyuluhan bagi anggota KT. 1. Permasalahan Lahan Pantai Berpasir Tanah berpasir merupakan tanah muda (baru) yang dalam klasifikasi FAO termasuk dalam ordo Regosol sedangkan menurut klasifikasi USDA, tanah di daerah pantai termasuk ordo Entisol atau lebih dikenal dengan nama Entisol pantai. 9

24 a). Sifat Fisik Tanah (1) Tekstur dan Struktur Tekstur lahan pasir umumnya kasar, karena mengandung lebih dari 60% pasir dan memiliki kandungan liat kurang dari 2% (Sudihardjo, 2000). Partikel-partikel pasir mempunyai ukuran yang lebih besar dan luas permukaan yang lebih kecil dibandingkan fraksi debu dan liat. Oleh karena itu, tidak banyak berfungsi dalam mengatur kimia tanah tetapi lebih sebagai penyokong tanah di mana sekitarnya terdapat partikel debu dan liat yang aktif (Harjadi dan Octavia, 2008). Lahan berpasir memiliki struktur butir tunggal, berupa butir-butir primer yang besar tanpa adanya bahan pengikat agregat, berukuran 0,002 mm - 2,0 mm. (2) Porositas dan Temperatur Tanah berpasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit menahan air. Porositas tanah pasir bisa mencapai lebih dari 50 %, maka bersifat mudah merembeskan air dan gerakan udara di dalam tanah menjadi lebih lancar (aerasi). Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin. Oleh sebab itu, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan organik yang lebih intensif. Tanah berpasir memiliki temperatur yang tinggi yang disebabkan oleh kemampuan lahan menyerap panas yang tinggi. Lahan pasir memiliki kemampuan yang rendah dalam menahan lengas karena sifat tanah yang porous berakibat sempitnya kisaran kandungan air tersedia serta tingginya kecepatan infiltrasi 2,5-25 cm/jam (dibandingkan 0,001-0,1 cm/jam pada tanah liat/clay). lahan pasir menyimpan air sangat rendah yaitu 1,6-3% dari total air yang tersedia. 10

25 b). Sifat Kimia Tanah (1) Kapasitas Tukar Kation (KTK) Tanah pasir memiliki KTK rendah dibandingkan dengan tanah liat atau debu. Hal ini disebabkan lahan pasir memiliki kandungan liat dan humus yang sangat sedikit. Kapasitas Tukar Kation (KTK) lahan berpasir berkisar antara 2-4 m/g. Kemampuan KTK yang rendah dapat ditingkatkan dengan pemupukan organik. (2) ph Tanah (Kemasaman Tanah) Tanah berpasir di daerah pantai cenderung bersifat basa karena kandungan garamnya yang tinggi dan sedikitnya partikel liat serta kurangnya bahan organik. Kelebihan garam dalam tanah dapat menurunkan potensial air larutan tanah dan menyebabkan tumbuhan kekurangan air meskipun hidup pada lingkungan yang banyak air. Ini disebabkan karena potensial air di lingkungan lebih rendah daripada potensial air jaringan, sehingga yang terjadi adalah kehilangan air. c). Sifat Biologi Tanah Pada tanah berpasir jumlah mikroorganismenya sangat sedikit sehingga proses humifikasi berjalan lambat. Mikroorganisme pada lahan berpasir sangat sedikit karena kondisi lingkungan lahan berpasir tidak mendukung mikroorganisme untuk hidup. Kondisi yang tidak menguntungkan antara lain intensitas cahaya matahari yang sangat besar, suhu yang tinggi dan kemampuan menahan air pada lahan berpasir sangat rendah. Hal ini menyebabkan lahan berpasir menjadi kurang subur (Sulastri, 2012). Oleh sebab itu, dibutuhkan penambahan bahan organik sebagai sumber makanan bagi mikroorganisme sehingga dapat meningkatkan populasi mikroorganisme tanah baik jamur dan bakteri tanah actinomycetes untuk membantu pembentukan agregat tanah. 11

26 Pasir adalah butir tanah yang berukuran antara 0,050 mm sampai dengan 2 mm dan tergolong bahan halus tanah. Bahan halus tanah adalah bagian butir tanah yang berukuran kurang dari 2 mm yang terdiri atas pasir, debu dan liat. Tanah tergolong bertekstur pasir apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan. Tanah bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar (Madjid, 2009). Tanah pasir tidak memiliki kemampuan menjerap air dan unsur hara sehingga tanah pasir mudah kering dan tidak subur. Tanah pasir juga sedikit mengandung liat, miskin bahan organik atau humus dan memiliki KTK yang rendah (Utami, 2009). 2. Tanaman Tanggul Angin Pemetaan lokasi penanaman tanaman tanggul angin Cemara laut dilakukan dengan memperhatikan arah dan kecepatan angin. Jalur tanggul angin dibuat tegak lurus arah angin. Hal-hal yang perlu dirancang antara lain: a) Penetapan jarak antara tanaman tanggul angin dengan bibir pantai 100 m dan lebar jalur 5 baris tanaman. b) Penetapan jarak tanam tanaman tanggul angin dan lay out sebaran adalah berderet sistematis 5mx5m, 5mx10m atau selang-seling untu walang. 3. Tanaman Hortikultura Lokasi penanaman tanaman hortikultura dilakukan dengan memperhatikan sebaran dan lay out jalur tanggul angin. Hal-hal yang perlu dirancang antara lain: a) Pemilihan jenis tanaman hortikultura sesuai dengan kebutuhan petani/masyarakat setempat dan sesuai untuk ditanam di lahan pantai berpasir. 12

27 b) Lokasi penanaman (mengikuti letak jalur tanggul angin yang ada) yaitu tepat di belakang tanaman tanggul angin. c) Penetapan waktu tanam, volume kebutuhan masing-masing bibit serta waktu dan dosis pemberian ameliorat (amelioran). Ameliorat berupa pupuk kandang, tanah liat maupun pupuk buatan (urea, TSP, ZA dan KCl). C. Kebutuhan Bahan, Alat, Tenaga, Biaya, Lahan, Ameliorat, & Saprotan 1. Bahan Tanaman cemara laut (Casuarina equisetifolia) ditanam dengan jarak 5 m x 5 m. Untuk kebutuhan bibit disesuaikan dengan luas areal yang akan ditanami. Kebutuhan benih tanaman hortikultura bawang merah sebanyak 200 kg per hektar dan jagung 20 kg per hektar (Ambarwati dan Purwanti, 2002). Bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan perbaikan tanah berupa pupuk kandang dengan dosis 20 ton/ha (Atmojo, 2003) serta pupuk anorganik campuran ZA, KCl, urea, TSP sebanyak 200 kg/ha, insektisida dan fungisida. 2. Alat Alat yang dibutuhkan untuk kegiatan penetapan lokasi, pembuatan rancangan, dan pemetaan lokasi antara lain patok, meteran, kompas dan peta dasar. Alat yang dibutuhkan untuk kegiatan pengembangan sarana pengairan tanaman hortikultura antara lain berupa bak renteng, pralon, gembor, selang dan pompa air. Alat yang dibutuhkan untuk kegiatan pengamatan perlakuan, antara lain: stik erosi, penjerap pasir (sand trap), evaporimeter (pengukur evaporasi), ombrometer (penakar hujan), anemometer (kecepatan angin), termometer udara, dan termometer tanah (kedalaman 30cm = top soil, 90cm = solum, 150cm = regolit). Alat yang dibutuhkan untuk kegiatan sosialisasi masyarakat adalah leaflet, poster, tulisan ilmiah dan laporan. Informasi sosek (sosial ekonomi) diperoleh dengan melalui wawancara dan blanko kuisioner/isian. 13

28 3. Tenaga Tenaga yang dibutuhkan untuk pembuatan tanaman terdiri atas tenaga pengamat untuk data iklim (suhu, curah hujan, kecepatan angin) dan erosi pasir serta pengamat pertumbuhan tanaman. Disamping itu untuk menjamin keamanan tanaman maka seluruh warga Karanggadung dan Karyawan Obyek wisata Karanggadung dilibatkan dalam pengawasan terhadap pengunjung wisata yang datang ke lokasi. 4. Biaya Biaya bibit (Cemara laut dan tanaman semusim) dan pupuk (organik dan an-organik) yang dibutuhkan per hektarnya sekitar Rp ,- dan biaya perlengkapan lapangan sekitar Rp ,-. Beberapa biaya yang tidak terhitung berupa bantuan tenaga dari Kelompok Tani dari mulai penanaman, perawatan dan pengamanan serta pengamatan dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat. 5. Lahan Luasan lahan disesuaikan dengan ketersediaan bibit, jarak tanam yang dipilih dan ragam tanaman yang ditanam (disesuaikan dengan kemampuan anggaran biaya). Dari pihak kantor Obyek Wisata Karanggadung selaku pihak yang bertanggung jawab pengelolaan lahan pantai berpasir, mengijinkan untuk penggunaan lahan pantai berpasir seluas 11,71 ha untuk tanaman Cemara laut dan tanaman semusim. 6. Ameliorat Dengan karakteristik tanah berpasir seperti di atas, dapat dilihat bahwa amelioran yang paling sesuai untuk meningkatkan kesuburan tanah berpasir adalah bahan organik (BPT, 2005). Penambahan bahan organik akan meningkatkan kemampuan tanah untuk diolah pada lengas 14

29 yang rendah. Pada tanah berpasir yang kering yang semula tidak lekat, tidak liat pada saat basah, dengan tambahan bahan organik dapat menjadi agak lekat dan liat serta sedikit teguh, sehingga mudah diolah. Hasil penelitian Nugroho dan Sumardi, 2010 menunjukkan bahwa penambahan amelioran (40% tanah dan 10% bahan organik) ke dalam media dasar pasir mampu meningkatkan daya hidup cemara laut sampai 78,3%. Penambahan tanah (20% dan 40%) ke dalam media dasar pasir mampu meningkatkan daya hidup cemara laut sebesar 60,83% dan 63,75%. Penambahan pupuk kandang 10% pada media dasar pasir mampu meningkatkan daya hidup cemara laut sebesar 65,55% dan penambahan pupuk kandang hingga 30% dan 50% tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Atmojo (2003) menjelaskan bahwa pemberian bahan organik mampu menciptakan kondisi yang sesuai untuk tanaman dengan memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah, aerasi lebih baik sehingga mempermudah penetrasi akar, memperbaiki kapasitas menahan air, meningkatkan ph, KTK dan serapan hara. Bahan organik merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme tanah, maka bahan organik juga mempercepat perbanyakan fungi, bakteri, mikroflora dan mikrofauna tanah lainnya. Peran bahan organik yang paling besar terhadap sifat fisik tanah adalah memperbaiki struktur, konsistensi, porositas, daya mengikat air, termasuk peningkatan ketahanan terhadap erosi. Pada tanah berpasir, bahan organik dapat merubah struktur tanah dari berbutir tunggal menjadi bentuk gumpal, sehingga dapat meningkatkan derajat struktur dan ukuran agregat atau meningkatkan kelas struktur dari halus menjadi sedang atau kasar (Scholes et al., 1994 dalam Atmojo, 2003). Bahkan bahan organik dapat mengubah tanah yang semula tidak berstruktur menjadi berstruktur lebih baik atau remah dengan derajat struktur yang sedang hingga kuat. Penambahan bahan organik pada tanah kasar (berpasir), akan meningkatkan pori yang berukuran menengah dan menurunkan pori makro sehingga 15

30 meningkatkan kadar air pada kapasitas lapang. Dengan demikian akan meningkatkan kemampuan menahan air (Stevenson, 1982 dalam Atmojo, 2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam humat (di dalam humus) lebih bertanggung jawab pada pembentukkan agregat di tanah regosol, yang ditunjukkan oleh meningkatnya kemantapan agregat tanah (Pertoyo, 1999 dalam Atmojo, 2003). Pengaruh penambahan bahan organik dapat meningkatkan atau menurunkan ph tanah tergantung oleh tingkat kematangan bahan organik dan jenis tanahnya. Penambahan bahan organik yang belum masak (misal pupuk hijau) atau bahan organik yang masih mengalami proses dekomposisi, biasanya akan menyebabkan penurunan ph tanah karena terjadinya pelepasan asam-asam organik selama proses dekomposisi. Peningkatan ph tanah juga akan terjadi apabila bahan organik yang kita tambahkan telah terdekomposisi lanjut (matang), karena bahan organik yang telah termineralisasi akan melepaskan mineralnya, berupa kationkation basa (Atmojo, 2003). Sumber utama N di dalam tanah berasal dari dekomposisi bahan organik. Pada tanah berpasir, potensi N dalam bentuk ion nitrat (NO3-) yang mengalami pencucian (leaching) lebih besar karena ion nitrat yang bermuatan negatif tersebut tidak bisa diadsorbsi oleh lempung/humus sehingga sering terlarut dalam air. Demikian juga unsur makro K lebih mudah terlindi di tanah berpasir karena kurangnya koloid tanah berupa humus dan lempung (clay), Hasil penelitian Gong et al. (2009) di Cina memperlihatkan bahwa perlakuan pemberian pupuk organik dan pupuk mineral NPK mampu meningkatkan kandungan C dan N dalam tanah secara signifikan melebihi hasil pada penerapan pupuk mineral saja. 7. Saprotan Saprotan (Sarana Produksi Pertanian) diperlukan untuk meningkatkan produktivitas lahan pantai berpasir yang marginal. Dosis ameliorat pupuk kandang untuk meningkatkan produktivitas tanaman- 16

31 tanaman hortikultura tersebut sebanyak 20 ton per hektar untuk MT I. Dosis pupuk kimia per hektar seperti ZA, urea, KCl, dan TSP masing-masing sebanyak 200 kg/ha. Perawatan tanaman semusim dengan melakukan penyiraman rutin pagi dan sore, terutama pada saat setelah turun hujan karena suhu tanah meningkat yang menyebabkan tanaman layu jika tidak segera disirami. Pemberian saprotan dimaksudkan untuk memanipulasi lingkungan agar dapat tercipta kondisi tapak yang lebih sesuai untuk mendukung pertumbuhan tanaman dengan meminimalkan faktor pembatas (constrain) pertumbuhan, seperti perbaikan agregat tanah, peningkatan KTK tanah, peningkatan bahan organik, N tanah, P tersedia dan K tersedia. Pada tanah berpasir, khususnya unsur makro N dan K akan lebih mudah terlindi/pencucian (mengalami leaching). Pembatas pertumbuhan tersebut bisa diatasi dengan penambahan bahan organik dan juga dengan inokulasi mikoriza untuk membantu ketersediaan P (Gong et.al., 2009). Bahan organik akan mengurangi jerapan fosfat (P) sehingga menjadi tersedia bagi tanaman. Unsur P ini merupakan key of agriculture karena dari jumlahnya yang sangat kecil di alam, dari jumlah tersebut kebanyakan dalam bentuk tidak tersedia bagi tanaman. Oleh sebab itu, pemberian mikoriza untuk membantu ketersediaan P diharapkan akan mengoptimalkan pertumbuhan tanaman terutama di awal pertumbuhan. 17

32 III. PELAKSANAAN A. Persiapan a. Persiapan Lokasi Persiapan lokasi meliputi penempatan gubuk kerja, lokasi areal tanaman dan pos pengamatan. Untuk itu perlu ijin penempatan lokasi penelitian berikut mekanisme perijinan ke Pemda (Kabupaten) : Surat pengajuan ijin penelitian dari BP2TPDAS-IBB (Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Indonesia Bagian Barat) No. 598/BP2TPDAS-IBB/2006 tanggal 13 Juni 2006 kepada Bupati cq Kepala Dinas Kesbanglinmas (Kesatuan Bangsa Perlindungan Masyarakat dan Sosial) yang beralamat di Jl. Ampera No. 11, Telp Kebumen Surat Rekomendasi penelitian dari Kesbanglinmas no. 072/388 tanggal 15 Juni 2006 disampaikan kepada BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) yang beralamat di Jl. Veteran no. 2, Telp Kebumen Berdasarkan surat Rekomendasi dari Kesbanglinmas, BAPPEDA mengeluarkan surat ijin penelitian no /138 yang berlaku selama 3 bulan dari 15 Juni sampai 15 Agustus Surat tersebut disampaikan kepada (i) Kepala Diparta Kab. Kebumen, (ii) Kepala Dinas Hutpedal Kab. Kebumen, (iii) Kepala Obwis Pantai Petanahan, (iv) Camat Petanahan, dan (v) Kades Karanggadung. Untuk persiapan penanaman Cemara laut perlu dilakukan beberapa tahapan persiapan di lokasi sebagai berikut : perawatan beberapa bibit yang telah disiapkan sebelumnya untuk penyesuaian iklim (aklimatisasi) dengan melakukan penyiangan kebun bibit dan penyiraman setiap hari (Gambar 3 dan 4). 18

33 Gambar 3. Persiapan Pembibitan Tanaman Tahunan dan Buah-buahan Gambar 4. Kondisi Awal Cemara Laut (Casuarina equisetifolia), saat ditanam di Lapangan 19

34 Pembuatan ajir ukuran 150 cm sebanyak 350 batang untuk tanaman buah-buahan yaitu ajir sekaligus untuk menguatkan tegaknya tanaman, dan ajir ukuran 80 cm sebanyak 1100 buah untuk tanaman lainnya. Pemberian ameliorat atau tanah mineral dari tanah sawah yang telah dicampur dengan pupuk kandang dimaksudkan untuk membantu penyediaan hara bagi tanaman. Pembelian pupuk organik berupa pupuk kandang dan ditambah dengan EM-4 untuk mempercepat proses dekomposisi pematangan pupuk organik. Stimulan atau inokulan yang diambil dari tanah dibawah perakran tanaman pandan berduri, karena banyak bintil-bintil mikoriza yang membantu penyerapan unsur hara dari udara. Penutupan mulsa dari seresah tanaman rumput berduri di sekitar pantai, agar tanah terjaga kelembabannya. Pengukuran kembali luas lahan pantai berpasir yang akan ditanami untuk tanaman tanggul angin, buah-buahan, tanaman kehutanan dan tanaman semusim. Perbaikan instalasi air dengan menyediakan sumur renteng dengan menggunakan diesel sebagai penyedot air dan mendistribusikan keseluruh penampung air yang tersebar di sekitar tanaman semusim. Melatih ulang pengamat (coaching) dan mengecek data (verifikasi) dari pengamat untuk pengamatan suhu udara dan suhu tanah pada kedalaman 30, 90 dan 150 cm, curah hujan, kecepatan dan arah angin, erosi angin, dan evaporasi. 20

35 b. Persiapan SDM Untuk persiapan SDM (Sumber Daya Manusia) dilakukan dengan melakukan konsultasi dan koordinasi ke instansi terkait dan pendekatan pada masyarakat. 1. Konsultasi dan Koordinasi i. Dinas PEDAL (Perhutanan dan Pengendalian Dampak Lingkungan) Dinas PEDAL mendukung kegiatan pengembangan penelitian di lokasi pantai berpasir yang dilaksanakan oleh BP2TPDAS-IBB (Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Indonesia Bagian Barat). Dukungan dari Dinas PEDAL antara lain diwujudkan dalam bentuk pendampingan pada setiap proses konsultasi dengan beberapa kantor dinas yang terkait yang ada di pemerintah daerah Kabupaten Kebumen, PKL (Penyuluh Kehutanan Lapangan) yang ditugaskan untuk terlibat langsung di lapangan dan saat pertemuan antara penyuluh dengan Kelompok Tani (KT). ii. Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Lahan pantai berpasir selama ini belum dikelola masyarakat karena anggapan masyarakat bahwa lahan berpasir tidak berpotensi untuk diusahakan menjadi tanaman yang bernilai ekonomi tinggi dan menguntungkan. Dengan adanya lokasi penelitian dan pengembangan lahan pantai berpasir yang ditunjang dengan fasilitas Jalan Lintas Selatan Selatan (JLSS) jl. Dandeles dan jl. Diponegoro, maka akses ke lokasi wisata akan lebih mudah dan diharapkan prospek pariwisata semakin berkembang. iii. Dinas Pariwisata Lokasi penelitian berdekatan dengan pariwisata, dan lahan untuk lokasi pengembangan penelitian masih termasuk lahan dibawah pengelolaan Dinas Pariwisata. Sehingga setiap ke lokasi 21

36 selalu mengadakan koordinasi terlebih dahulu dengan kantor Dinas Pariwisata di Kabupaten Kebumen dan Kantor Obyek Wisata Petanahan di Desa Karanggadung. 2. Koordinasi di Daerah i. Kecamatan Petanahan Dari kantor BP2TPDAS-IBB melaporkan ke kantor kecamatan Petanahan, bahwa ada kegiatan pengembangan penelitian di desa Karanggadung, Kecamatan Petanahan yang sudah dilakukan sejak tahun Pemilihan lokasi pantai Petanahan merupakan permintaan dari Bupati Kebumen (Ibu Rustriningsih) setelah mendengar paparan tentang penanaman cemara laut di pantai Samas, Bantul. ii. Polsek Petanahan Seluruh anggota Tim Penelitian BP2TPDAS-IBB telah dilaporkan nama-namanya yang akan melakukan kegiatan secara intensif di lokasi dan direncanakan akan tinggal secara periodik di lapangan untuk jangka waktu yang lama sejak tahun 2005 sampai sekarang. iii. Desa Karanggadung Kepala lingkungan atau Bayan ada dua yaitu Karangcengis (Darjo) dan dan Karanggadung (Kartomiharjo). Sebagian besar anggota kelompok tani menerima keberadaan pengembangan penelitian di wilayahnya. Diharapkan kegiatan ini dapat menyerap tenaga kerja dan terbentuknya kelompok tani seperti yang diharapkan petugas PKL. Kegiatan pertemuan kelompok tani yang didampingi oleh PKL berupa : - Pertemuan rutin bulanan kelompok tani yang dihadiri oleh seluruh pengurus dan serta para tokoh masyarakat (TOGA = 22

37 Tokoh Agama dan TOMAS = Tokoh Masyarakat) lainnya yang berminat. - Mengagendakan rencana penanaman Cemara Laut yang tentunya disesuaikan dengan datangnya hujan (biasanya bulan September sampai Januari) serta setelah selesai perbaikan instalasi air dan sumur renteng selesai dilakukan. - Pada saat pelaksanaan penanaman juga mempertimbangkan kesibukan masyarakat Desa Karanggadung, yaitu tujuh hari menjelang hari raya idul fitri dan 7 hari setelah lebaran, dalam kaitannya dengan menyiapkan pembuatan ajir dan pembelian pupuk kandang. c. Koordinasi dengan UKP 1. UKP (Usulan Kegiatan Penelitian) yang berada di pusat P3HKA (Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam) di Bogor bertugas untuk mengadakan koordinasi, mensintesis dan membuat laporan menyeluruh dari hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh judul-judul yang dipayunginya. 2. UKP yang berjudul Teknologi dan Kelembagaan Rehabilitasi Lahan Terdegradasi di Ketua oleh Dr. Pratiwi, dan membawahi 18 judul yang dikerjakan oleh UPT (Unit Pelaksana Teknis) di BPPK Kupang, BPPK Samarinda, BPPK Aek Nauli Medan, BP2TPDAS-IBB di Surakarta, Loka Ciamis dan BP2TPDAS-IBT di Makassar. 3. Secara garis besar judul-judul dibawah UKP diatas dapat dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu tentang : (i) rehabilitasi lahan terdegradasi dan reklamasi lahan bekas tambang, (ii) kelembagaan, (iii) model dan teknik konservasi. 4. Konsultasi pada Tim UKP setahun minimal dilakukan 2 kali yaitu pertama pada saat mengawali kegiatan untuk menyusun RPTP 23

38 (Rencana Pelaksanaan Tim Peneliti) dan kedua pada saat menjelang pembuatan laporan (akuntabilitas dan progres sintesis kegiatan). 5. Dibentuk jejaring kerja untuk melakukan komunikasi yang lebih intensif lewat internet, dan jika memungkinkan dapat dilakukan diskusi lewat internet secara tertulis maupun lisan dengan frukuensi minimal triwulanan. d. Persiapan Lembaga dan Kelompok Tani Penelitian pengembangan tanaman pantai berpasir tidak hanya pengembangan suatu tanaman tertentu, tetapi lebih diutamakan merubah pola pikir masyarakat sekitar lahan pantai berpasir. Masyarakat di sekitar lahan pantai berpasir yang semula menganggap lahan pantai tidak dapat ditanami menjadi pola pikir bahwa lahan pantai dapat menghasilkan sesuatu yang menguntungkan dengan menjaga kelestarian alam lewat RLKT. Semua sarana dan prasarana yang ditempatkan di lokasi menjadi milik Kelompok Tani (KT) Pasir Makmur dan bukan menjadi milik perseorangan, bukan pula milik peneliti atau teknisi BP2TPDAS-IBB. Semua anggota kelompok tani wajib merasa memiliki dan merawat, mengawasi serta menjaga dan mengamankannya untuk dipergunakan secara berkelompok. e. Persiapan Bahan dan Alat Bahan dan peralatan kegiatan pengembangan meliputi : 1. Kegiatan penetapan lokasi, pembuatan rancangan, dan pemetaan lokasi antara lain : patok, meteran, GPS, kompas, peta dasar. 2. Kegiatan pembuatan sarana penahan erosi pasir berupa tanaman TA (Tanggul Angin), antara lain : secara vegetatif dengan camara laut (Casuarina equisetifolia sp.) dan secara mekanis dengan daun kelapa atau anyaman bambu. 3. Bibit tanaman budidaya semusim untuk ditanam di belakang jalur tanaman TA antara lain : terong, bawang merah, cabe merah, dan ketimun, jagung (Zea mays L.).dll. 24

39 4. Kegiatan perbaikan tanah dengan penambahan pupuk kandang dengan dosis 20 ton/ha dan ameliorat (tanah liat) serta pupuk anorganik 200 kg/ha ZA, KCl, urea, TSP, insektisida, dan fungisida. 5. Kegiatan pengembangan sarana pengairan tanaman budidaya antara lain berupa sumur, bak renteng, pralon, gembor, selang panjang, pompa air, dll. 6. Kegiatan pengamatan perlakuan, antara lain: Sand trap, evaporimeter, ombrometer, anemometer, termometer udara, kelembaban udara dan ruang serta termometer tanah. 7. Kegiatan sosialisasi masyarakat berupa penyebaran leaflet, poster, kalender dan karya tulis ilmiah, dan pengumpulan data sosek dengan menyebar blanko kuisioner yang relevan. B. Pembuatan Jalur Tanggul Angin a. Tanggul Angin Mekanis Pembuatan tanggul angin di dekat pantai (< 100 m) berfungsi sebagai filter untuk mencegah embun atau uap garam-garaman yang menyebabkan tanaman semusim terbakar. Tanggul angin ini juga berfungsi sebagai penahan angin yang kencang yang menyebabkan tanaman roboh dan layu oleh proses evapotranspirasi. Tanggul angin dapat berupa mekanis yaitu berupa daun kelapa kering, atau anyaman bambu, yang penting jangan sampai bahan yang berasal dari logam atau seng karena akan mudah karatan jika terkena garam-garaman air laut. b. Tanggul Angin Vegetatif Pembuatan tanggul angin juga dapat dibuat dari tanaman hidup sebagai tanggul angin vegetatif. Tanaman tahunan yang dapat dikembangkan sebagai tanggul angin vegetatif dengan syarat sesuai ditanam di pantai, memiliki akar menghujam ke tanah (bibit dari biji, generatif) dan tajuk yang rindang dan batang kokoh. Beberapa tanaman yang cocok ditanam di pantai dan dapat dipakai untuk tanggul angin 25

40 antara lain : ketapang, waru, cemara laut, dll. Untuk pantai Kebumen yang merupakan pengembangan dari pantai Samas-Bantul dengan penanaman Camera laut. Semula tanaman Cemara laut berasal dari cangkok (vegetatif), namun untuk keperluan konservasi sebaiknnya dengan tanaman generatif (bibit dari biji) yang memiliki akar tunjang yang kokoh. c. Tanggul Angin Sementara Tanggul angin sementara dapat secara mekanis ataupun vegetatif. Tanggul angin sementara secara mekanis antara lain dengan daun kelapa, gedek anyaman bambu. Prinsip pembuatan tanggul angin sementara angin dapat menembus tetapi tidak sampai merusak tanaman, karena kecepatan angin sudah terhalang oleh tanggul angin, disamping itu juga mampu mengurangi bahaya kadar garam yang dibawa oleh uap air. Begitu juga tanggul angin sementara dapat dilakukan dengan vegetatif tanaman semusim yang cepat tumbuh dan lebih tinggi dari tanaman utamanya, misalnya : jagung, sorghum dll. C. Penanaman a. Tanaman Tanggul Angin Penanaman tanaman Casuarina equisetifolia sebagai tanaman tanggul angin permanen sepanjang 750 m searah garis pantai selebar 25 m. Tanaman tersebut berfungsi sebagai tanaman penghijauan untuk melindungi tanaman budidaya yang ditanam di antara jalur tanaman tanggul dari pengaruh erosi pasir, tiupan angin dan kadar garam (NaCl). Metode penanaman tanaman tanggul angin (TA) tersebut dilakukan dengan jarak tanam 5 m x 5 m setiap jalurnya, dengan model gigi belalang atau nguntu walang selang-seling dengan 5 jalur tanam. Data biofisik akan dianalisis secara deskriptif untuk menunjukkan perlakuan yang paling efektif. Dengan mengamati prosentase tumbuh tanaman TA cemara laut (Casuarina equisetifolia) dan mengamati pertumbuhan setiap bulannya. 26

41 Pengembangan kebun bibit desa masih dalam taraf teori kepada anggota Kelompok Tani (KT) dan latihan pembuatan bedengan. Namun beberapa anggota KT sudah mampu mengembangan bibit cemara laut. Penjelasan tersebut antara lain mengenai pengembangan bibit cemara laut yang dapat dilakukan secara vegetatif dengan cara mencangkok dan merunduk, sedangkan secara generatif dengan cara biji. Biji pada saat dipohon dipilih pohon yang telah berumur lebih dari 10 tahun, dan pilih cangkang yang sudah menguning dari perkembangan biji cangkang yang berwarna hijau, kuning dan coklat (Gambar 5). Semakin tua >10 tahun umur pohon maka kualitas biji cemara laut akan semakin baik, dan untuk cabang yang mau dicangkok dipilih yang mengarah keatas (autotorof). Cangkang masih hijau, belum matang Cangkang isi biji berwarna kuning Cangkang kosong jatuh di tanah Gambar 5. Perkembangan kematangan biji pada cangkang dari berwarna hijau (mentah), kuning (matang) dan coklat (biji lepas) Pemilihan biji pada saat di pohon dipilih cangkang yang berwarna kuning, sebab jika sudah berwarna coklat maka biji telah keluar tersebar di tanah dan tidak bisa berkecambah. Biji yang berwarna kuning dijemur dengan kain kasa sampai biji keluar, penggunaan kain kasa dimaksudkan agar biji tidak terbang kemana-mana. Biji direndam selama 2 hari, dan dijemur selama sehari, biji disemaikan di hamparan media tanah dan jika 27

42 semai sudah berumur 2 bulan atau hypocotyle sudah berwarna merah atau coklat dan daun sudah bercabang, semai dipindahkan kedalam polybag (Gambar 6). Bibit umur 1 bulan di tempat persemaian Bibit umur 2 bulan dipindah ke polybag Bibit umur 3 bulan disirami pagi dan siang Bibit umur 6 bulan tinggi >60 cm diameter >5 mm Bibit umur 8 bulan siap ditanam Bibit umur setahun, sudah lewat umur Gambar 6. Contoh persemaian cemara laut dari biji di Pemalang 28

43 Cemara laut dapat dikembangkan lewat Cangkok atau Biji. Apabila batang bagian bawah dan batang sudah muncul banyak cabang sebaiknya segera di lakukan pruning (pemangkasan cabang bawah) agar pertumbuhan meninggi dapat terpacu. Pengembangan Cemara laut untuk konservasi tanah sebaiknya menggunakan bibit yang berasal dari biji yang memiliki akar tunggang yang kuat dan berumur panjang (Gambar 7). Cemara dari Cangkok Cemara setelah Prunning Cemara dari Biji Gambar 7. Cemara laut dari cangkok, dari biji dan setelah di prunning (dipangkas cabang-cabang bawah agar cepat meninggi). 29

44 Papan lokasi Demplot Papan Sekretariat Papan batas pinggir Peringatan di pantai Papan depan wisata Batas lokasi Gambar 8. Papan batas dan tanda peringatan untuk pengamanan lokasi penelitian jangan sampai diganngu pengunjung wisata Pengamanan lokasi penelitian cemara laut yang berada di lokasi wisata perlu dilakukan, mengingat banyaknya gangguan yang berasal dari manusia, hewan maupun alam. Langkah pengamanan lokasi Demplot dilakukan dengan pemagaran dan pemberian plang papan nama peringatan dan tanda batas pinggir lokasi (Gambar 8). Dalam rangka memantau pertumbuhan tanaman cemara laut dilakukan pengukuran diameter setinggi dada atau keliling dan tinggi tanaman untuk tahun penanaman sejak tahun 2006 sampai 2009 (Gambar 9). Tanaman cemara laut yang ditanam pada tahun 2005 awalnya diambil dari cangkok maka tidak dilakukan pengamatan pertumbuhan karena tumbuhnya menyamping. Rata-rata tanaman yang sudah berumur 5 tahun (penanaman tahun 2006) telah mencpai tinggi 876 cm (8,7 m) dengan keliling 459,5 mm (45,9 cm) atau diameter batang 14 cm. 30

45 Gambar 9. Pengamatan Pertumbuhan tanaman cemara laut Tahun 2011 dari penanaman Tanaman tahun 2006 sampai tahun 2009 b. Tanaman Tahunan Beberapa tanaman yang tumbuh di lokasi pantai berpasir di Kebumen dapat memanfaatkan mikoriza atau bakteri yang ada pada perakaran cemara laut untuk merangsang pertumbuhan tanaman baru di pantai berpasir. Beberapa tanaman yang ada di pantai Karanggadung, Petanahan, Kebumen antara lain : Pandan berduri, Akasia, Widuri, Cemara laut, Rumput berduri, Jarak pagar, Kebun campuran, Kelapa, Gamal, Bekol, Buah Naga, Jambu Mete (Gambar 10). 31

46 Pandan berduri Akasia Widuri Cemara laut Rumput berduri Jarak pagar Kebun campuran Kelapa Gamal Bekol Buah Naga Jambu mete Gambar 10. Beberapa tanaman pantai berpasir yang dapat dimanfaatkan mikorizanya untuk perangsang pertumbuhan tanaman baru 32

47 c. Tanaman Semusim Tanaman semusim yang dapat dikembangkan di pantai berpasir antara lain bawang merah, cabe, jagung, semangka dan lain-lain. Data pencatatan hasil produksi di Bantul dari tahun 2000 sampai 2007 menunjukkan hasil yang fluktuatif yaitu kadang tinggi dan kadang menurun. Hasil bawang merah tertinggi pada bulan Januari 2007 (29 ton/ha) dan terendah pada bulan Januari 2000 (10 ton/ha). Hasil cabe tertinggi pada bulan Mei 2002 (26,7 ton/ha) dan terendah pada bulan Januari 2003 (8 ton/ha). Begitu juga harga kedua komoditi tersebut juga fluktuatif naik turun, yaitu untuk bawang merah harga terendah Rp 2.500,-/kg dan harga tertinggi bisa mencapai Rp 6.000,-/kg, sedangkan harga cabe jauh lebih fluktuatif yaitu harga terendah Rp 2.500,-/kg dan harga tertinggi bisa mencapai Rp ,-/kg. Gambar 11 dibawah ini merupakan demplot pengembangan tanaman semusim yang pernah dikembangkan oleh BPTKPDAS yang dulu masih bernama BPK Solo dan telah banyak meyakinkan kepada masyarakat sekitar pesisir pantai untuk mengelola lahan pantai berpasir. Beberapa tanaman yang pernah dikembangkan dan sekarang sudah banyak dicontoh dan dikembangkan oleh masyarakat di pantai Petanahan antara lain : Jagung, Cabe dan Bawang Merah. Dari demplot yang telah dikembangkan oleh kantor BPTKPDAS Solo berdampak positif dan dirasakan oleh masyarakat bahwa demplot tersebut mampu meyakinkan petani kalau lahan pasir yang semula marjinal ternyata dapat berproduksi jika dikelola dengan baik dan benar. Selanjutnya dengan mencontoh demplot tersebut para petani pengelola lahan pantai berpasir di belakang cemara laut dengan mengembangkan komoditi tanaman lain, antar lain : semangka, terong ungu, dan paling favorit sekarang ini adalah pepaya (gandul) kalifornia (Gambar 12). 33

48 b. Brambang a. Jagung c. Cabe Merah Gambar 11. Demplot Uji Coba dari Kantor BPTKPDAS Solo, antara Lain : Jagung, Brambang dan Cabe Merah (Hortikultura) a. Cabe b. Pepaya c. Nira Kelapa d. Semangka e. Terong Ungu f. Kelapa Gambar 12. Beberapa Tanaman Hortikultura, dibelakang Cemara Laut : Cabe, Pepaya, Nira Kelapa, Semangka, Terong Ungu, dan Kelapa 34

49 d. Tanaman Bawah/Lantai Hutan Tanaman bawah yang tumbuh secara alami merupakan tanaman pioner yang mampu tumbuh di pantai berpasir (Gambar 13). Rumput Merakan Pogonatherum paniceum (Lam.) Hackn Ipomea pescaprea Pandan berduri Pandanus tectorius Buah Pandanus tectorius Pongamia pinnata Rumput Gulung 35

50 Rumput Teki Saccharum spontaneum Tanaman Bunga Kenop (Gomphrena globosa L) Tanaman Lenglengan (Leucas lavandulifolia L.) Tapak Dara (Catharanthus roseus L. G. Don) Tapak liman (Elephanthopus scaber L) 36

51 Widuri Tanaman Widuri Gambar 13. Beberapa Tanaman Bawah yang ada di Pantai Berpasir Tanaman ini menjaga tingkat kesuburan tanah pantai yang cenderung kering dan menjadi lahan marjinal. Lahan pantai berpasir yang kering dengan struktur tanah lepas-lepas dapat menjadi lebih baik jika ada tanaman bawah, dan juga adanya seresah daun-daun serta ranting-ranting yang berguguran sebagai mulsa. Sehingga daun-daun cemara laut yang berguguran sebaiknya tidak diambil untuk bahan kayu bakar, walaupun daun-daun kering cemara sebenarnya sangat baik untuk merebus nira gula kelapa. Fungsi kompos biomasa tersebut sangat baik untuk pemantapan struktur tanah dan menjaga kelembaban tanah. D. Pemeliharaan Tanaman Semusim a. Pemupukan 1. Pemupukan I (Pupuk dasar), diberikan sebelum tanam atau awal tanam dengan cara menyebar pupuk NPK dicampur dengan tanah dan pasir dengan alat cangkul atau sebilah bambu. Pupuk dasar per hektar : SP36 = 500 kg, Urea = 100 kg, KCl = 100 kg dan ZA = 100 kg. 2. Pemupukan II (Pupuk pertumbuhan/vegetatif), pupuk NPK 200 kg/ha diberikan 15 HST (Hari Setelah Tanam) dengan disebar merata dalam tanah. 37

52 3. Pemupukan III (Pupuk produksi/generatif), pupuk NPK 200 kg/ha diberikan 25 HST. b. Penyiraman Penyiraman dilakukan setiap hari dengan cara dibentuk regu penyiraman dan perawatan tanaman dari KT (Kelompok Tani) Pasir Makmur. Apabila terjadi hujan maka besuk paginya tetap dilakukan penyiraman dengan tujuan untuk menetralisir suhu tanah yang sangat panas dari penguapan panas bumi, agar tanaman bawang merah tetap sehat dan tidak terbakar. c. Pemberantasan HPT (Hama Penyakit Tanaman) Pemeliharaan tanaman untuk mencegah gangguan hama penyakit, dengan penyemprotan racun HPT (Gambar 14). 1. Umur kurang 2 HST (Hari Setelah Tanam) untuk pemberantasan gulma atau rumput pengganggu, dengan GOAL 2E sebanyak 1½ tutup untuk 1 tangki air. 2. Umur 15 sampai 25 hari, penyemprotan dilakukan setelah 15 hari untuk interval waktu setiap 5 hari (15, 20 dan 25 hari), dengan : (a) PPC = 10 cc (1 tutup racun hpt) (b) Larvin = 1 sendok (c) Danvil 50 SC = 10 cc (1 tutup) (d) Barer = 10 cc (1 tutup) 3. Umur 25 sampai 45 hari (a) N-Balancer = 10 cc (b) Manzate 200 = 1 sendok makan (c) Puanmur 50 SP = 1 sendok sirup (d) Larvin+Danvil+Barer+N-Balancer+Manzate+Puanmur, dicampur untuk 1 tangki (12-17 liter). 38

53 Racun sayur daun Danvil 50SC Goal 2E Puanmor Balancer Larvin DuPont Manzate 200 Borer Gambar 14. Beberapa Macam Insektisida untuk Pemberantasan HPT (Hama Penyakit Tanaman). 39

54 E. Pemanenan Hasil Contoh input-output hasil yang disampaikan masyarakat untuk penanaman papaya kalifornia sejumlah 500 batang (1/3 ha) diperlukan modal 18 juta dan mendapatkan keuntungan sebanyak Rp. 180 juta/tahun. Penanaman papaya tersebut dengan jarak tanam 2,5 x 2,5 m dibutuhkan 38 ton pupuk kandang per tahun dan pupuk NPK 20 g/bt/bulan, sehingga keuntungan bersih per bulannya 12.5 juta. Dengan adanya permintaan pupuk kandang untuk menjaga kesuburan lahan pantai maka diperlukan ternak besar (sapi) dan ternak kecil (kambing etawa) untuk pemasok pupuk kandang yang semakin langka (Gambar 15). Sebelumnya harga pupuk kandang sangat murah karena stok pupuk melimpah dan upah tenaga kerja juga murah. Namun kondisinya sekarang berbalik sehingga harga pupuk kandang menjadi cukup mahal (Rp ,-/pick up). a. Silaturahmi b. Panen Nira c. Ternak Kambing Etawa d. Ternak Sapi Gambar 15. Kegiatan Masyarakat Pantai Berpasir : Silaturahmi, Panen Nira, Ternak Kambing Etawa dan Ternak Sapi 40

55 Dampak cemara laut sebagai tanggul angin disamping bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas lahan juga meningkatkan keamanan dan kenyamanan warga untuk tinggal atau menempati rumahnya dekat dengan pantai < 0,5 km (Gambar 16). Sebelumnya mereka menjauh dari garis pantai yaitu > 1 km, sebaliknya kondisi sekarang ini sebagian penduduk sudah berani membangun rumah dekat dengan pantai. Potensi ke depan untuk mendukung wisata bisa dimungkinkan didirikan tempat penginapan (Losmen atau Hotel) seperti yang telah dikembangkan di Pantai Glagah. Adapun selama ini rumah-rumah penduduk di Desa Karanggadung Petanahan baru sebatas disewakan untuk pedagang musiman dari luar kota setiap hari raya (Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan Tahun Baru). b. Rumah Dekat Pantai a. Warung Tepi Pantai c. Jalan Pantai Gambar 16. Dampak Cemara Laut Meramaikan Kondisi Wisata Pantai : Warung di Tepi Pantai, Rumah Dekat Pantai (pesisir) dan Jalan Pantai 41

56 IV. MONITORING A. Pengamatan Tanah a. Kondisi Tanah Kondisi biofisik tanah pantai berpasir merupakan tanah Regosol atau Entisols yang kurang subur (Balai Penelitian Tanah, 2005.). Ketidak suburan lahan tersebut dicirikan oleh kondisi sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang kurang menguntungkan bagi produktivitas tanaman. Unsur hara NPK di pantai berpasir termasuk rendah begitu juga unsur hara lainnya kecuali Na (Natrium) karena lahan pantai banyak mengandung garam-garaman NaCl. Kondisi yang paling baik adalah lahan bepasir yang sudah ada tanaman semusim (hortikultura) karena ada pengelolaan oleh petani dengan menambahkan pupuk organik (kadang) dan pupuk an-organik (NPK). Kemasaman tanah cukup baik (netral) yaitu ph 6-7, dan ph terendah pada lahan semusim karena pengaruh pemberian pupuk kimia NPK. Kadar air tertinggi pada tanah yang ditanamani tanaman semusim karena banyak mengandung bahan organik, sehingga tanah dalam keadaan lembab. Kondisi air tanah pantai berpasir sepanjang pantai selatan walaupun dekat dengan pantai airnya tawar, berbeda dengan pantai utara yang air tanahnya terasa asin. Air tanah yang tawar di pantai selatan disebabkan oleh adanya formasi batuan kapur sepanjang pantai yang dapat menyaring dan mengendapkan garam-garaman, sehingga intrusi air dari laut ke daratan telah menjadi tawar. Kondisi kimia tanah semakin membaik yang ditunjukkan dari KPK (Kapasitas Pertukuran Kation) yang semakin meningkat dari 0,9 me/100gr pada lahan pasir terbuka menjadi 4,5 me/100gr pada lahan yang ada tanaman cemara laut dan meningkat lagi menjadi 7,9 me/100gr pada lahan yang ada tanaman semusim (Gambar 17). Begitu juga untuk sifat fisika tanah juga semakin membaik yang ditunjukkan dari kadar air yang meningkat dari -0,5% menjadi 80% pada lahan yang ada tanaman semusimnya. 42

57 Gambar 17. Kondisi Biofisik dan Kimia Pantai Berpasir pada Lahan Cemara Laut, Pasir Pantai dan Lahan Semusim di Pantai Petanahan. Pengambilan sampel tanah pantai berpasir pada 3 kondisi lahan yang berbeda yaitu untuk tanah pantai dekat lautan, tanah dibawah tanaman cemara laut dan tanah dibawah tanaman semusim (Gambar 18). PENGAMBILAN SAMPEL TANAH a.cemara Laut b.pasir Pantai c.tanaman semusim Gambar 18. Pengambilan Sampel Tanah pada Lahan Cemara Laut, Pasir Pantai, dan Lahan Semusim Hortikultura di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung, Kec. Petanahan, Kab. Kebumen. 43

58 b. Erosi Angin Pemasangan alat penangkap erosi angin (sandtrap) yaitu dekat dengan laut (D), pada puncak gisik gumuk/gundukan pasir (G), dan jauh dari laut (J). Masing-masing diletakkan sebelah Timur (DT, GT, dan JT), diletakkan sebelah barat (DB, GB, dan JB), dan diletakkan di tengah atau pusat (DP, GP, dan JP). Sehingga ada 9 tiang sandtrap dan masingmasing dipasang 5 alat penangkap yaitu di sebelah paling atas (PA), atas (A), tengah (T), bawah (B), dan paling bawah (PB), lihat Gambar 19. Keterangan : J: Jauh dari laut JB -> sebelah Barat JP -> sebelah Pusat JT -> sebelah Timur G: Gisik/Gumuk GB -> sebelah Barat GP -> sebelah Pusat GT -> sebelah Timur D: Dekat laut DB -> sebelah Barat DP -> sebelah Pusat DT -> sebelah Timur Gambar 19. Alat Pengamatan Perangkap Erosi Angin (Sandtrap) yang Tersebar di 9 Stik Erosi. Pengamatan erosi angin pada bulan Mei 2006 tertinggi justru jauh dari pantai sebelah timur yaitu total mencapai 6 gram, dan terendah pada jauh dari pantai bagian barat yaitu hanya mencapai kurang dari 3 gram (lihat 44

59 Gambar 20). Sebaliknya untuk yang dekat pantai justru yang tertinggi sandtrap sebelah barat. Kondisi ini banyak dipengaruhi arah angin dan faktor penghalang tanaman dan adanya gisik pasir. Gambar 20. Erosi Angin dengan sand trap di Lahan Pantai Berpasir, Bulan Mei 2006 Pada tanggal 12 Agustus 2006 hampir semua alat sandtrap hanya menginformasikan erosi angin kurang dari 0,5 g, khusus untuk titik yang jauh dari pantai sebelah barat dengan total erosi hampir 3 g ( Gambar 21). 45

60 Gambar 21. Erosi Angin dengan sand trap pada Lahan Pantai Berpasir Bulan Agustus 2006 Erosi angin pada tanggal 22 Desember 2006 bervariasi lagi seperti bulan-bulan sebelumnya, hal ini mengindikasikan bahwa besarnya angin dari laut tidak merata. Pada tiang diatas gisik erosi relatif rendah karena angin yang bertiup tidak cukup mengangkat sampai ketinggian tertentu lubang perangkap diatas gisik. Erosi tertinggi masih sama yaitu terjadi pada daerah yang jauh dari pantai yaitu sebesar 6 g pada tiang bagian barat ( Gambar 22). 46

61 Gambar 22. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir, 22 Desember 2006 Degradasi lahan pantai berpasir akibat erosi angin yang akan membentuk gisik (gundukan pasir) dan ini khas hanya ditemui di pantai Karanggadung akibat oleh karakter ombak laut yang berbeda dengan tempat lain. Dari pengamatan erosi angin diperoleh kesimpulan bahwa daerah gundukan bukit pasir akan semakin meninggi sedangkan pada daerah lembah akan semakin berkurang. Selanjutnya erosi angin diukur dengan stik erosi yang terbuat dari pralon yang diisi dengan semen cor, agar tidak dicabut dan dimanfaatkan orang untuk keperluan lain. Pemantauan erosi stik dimaksudkan untuk melihat perubahan yang terjadi pada suatu lahan, yaitu apakah terjadi penimbunan atau penambahan bahan material pasir (+) atau sebaliknya mengalami penurunan atau pengurangan bahan material (-). Stik erosi dipasang di 4 jalur dan masing-masing jalur ada 9 titik, ke empat jalur tersebut adalah (Gambar 23) : 1. Pantai (P):dipasang di pantai atau di depan Cemara laut. 2. Dekat (D): dipasang dekat pantai atau di belakang Cemara. 3. Gisik (G) : dipasang di tempat gundukan pasir. 4. Jauh (J) : dipasang jauh dari pantai atau di lahan semusim. 47

62 Gambar 23. Lay out Tata Letak Stik Erosi untuk Memantau Erosi Angin di Pantai Petanahan, Kebumen, Tahun 2013 Pengukuran erosi dekat pantai sedikit mengalami erosi dan tertinggi pada daerah gisik yaitu paling banyak mengalami penimbunan pasir (Gambar 24). Penimbunan (+) dan Erosi (-) pasir, untuk setiap stik diukur dari berbagai arah yaitu dari sisi Barat (B), Selatan (S), Timur (T), dan Utara (U) relatif sama, sehingga perlu dilakukan dari keempat penjuru tersebut. Dari stik erosi yang berjumlah 9 x 4 = 36 buah, masing-masing diamati dari ke empat penjuru mata angin karena untuk stik yang sama memiliki tebal timbunan dan pengkisan partikel pasir yang berbeda. Misalanya untuk daerah gisik bagian barat (GB) dari ke empat penjuru sama-sama terjadi penimbunan, hanya berbeda ketebalannya saja. Pada sisi sebelah barat mengalami penimbunan pasir yang paling tebal yaitu mencapai 10 cm. Pada daerah pantai mengalami pengikisan yang ditunjukkan grafik yang mengarah ke bawah dengan kondisi yang hampir sama dari ke empat penjuru arah mata angin. 48

63 Gambar 24. Erosi Angin di Dekat Pantai (D), Gisik Pasir (G), Jauh dari Pantai (J) dan Pantai (P) di Petanahan, Juni-Agustus 2013 Pada bulan Juli dan Agustus terjadi kondisi yang berbeda dari bulan-bulan lainnya, yaitu pada daerah gisik pasir yang biasanya terjadi penimbunan justru mengalami pengikisan yang sangat banyak. Kondisi ini menunjukkan erosi angina akan terjadi fluktuasi yang ekstrim pada musim kemarau karena pasir dalam keadaan kering dan berdebu, sehingga partikel pasir mudah berpindah sesuai dengan arah dan kecepatan angin. 49

64 Gambar 25. Erosi Angin di Dekat Pantai (D), Gisik Pasir (G), Jauh dari Pantai (J) dan Pantai (P) di Petanahan, Sept- Des 2013 Gambar 25 menunjukkan bahwa kondisi ekstrim pada bulan November yaitu mengalami penimbunan pada sisi selatan dan timur. Kondisi tersebut merata dari yang pinggir pantai, di daerah gisik sampai daerah yang jauh dari pantai. Kondisi erosi angina mulai menurun pada bulan Desember hampir tidak ada erosi maupun juga deposit (penimbunan). Hanya pada daerah gisik (gundukan pasir) yang relative tidak stabil yaitu adanya penimbunan (+) atau grafik keatas dan juga adanya pengikisan (-) atau grafik menurun dibawah 0. B. Pengamatan Iklim Iklim yang ekstrim di pantai menyebabkan tanaman mudah kering karena evapotranspirasi yang tinggi dan ketersediaan air tanah yang 50

65 rendah (Gambar 26). Kondisi ekstrim pada lahan pantai berpasir menyebabkan tanaman mengalami dehidrasi dan sangat kekurangan air, sehingga menjadi kering dan mudah terbakar. a.mati kekeringan b.mati busuk akar c.mati terbakar Gambar 26. Kondisi tanaman mati kekeringan akibat musim kemarau yang panjang, akar busuk dan tanaman kering akibat terbakar Dalam rangka memantau kondisi perubahan iklim di pantai berpasir perlu dipasang beberapa alat pemantau iklim antara lain : penakar hujan ombrometer, termohygro pengukur suhu dan kelembaban, termometer tanah, stik erosi. Hindari pemasangan alat yang bahannya dari besi karena akan mudah rusak karena karatan dan keropos. Beberapa peralatan yang sudah pernah rusak yaitu sandtrap (penjerap erosi angin), evaporimeter (pengukur evaporasi), anemometer (kecepatan & arah angin), label sampel tanaman, Kaliper (milimeter), stik erosi, batas tepi lokasi, Hand Phone dan Camera sebaiknya dibungkus dengan plastik. Sifat uap air yang mengandung garam-garaman sangat halus dan lembut sehingga lubang sekecil jarum pun dapat ditembus dan 51

66 menyebabkan karatan sehingga beberapa peralatan yang ada yang bahannya berasal dari logam jadi macet/rusak (Gambar 27). Pengamatan Cemara laut Lahan Pasir bermasalah Anemometer Stik erosi dari Pralon Evaporimeter Pembuatan stik erosi Suhu Tanah 30,90,150cm Ombrometer Phi-Band (diameter) Gambar 27. Mengantisipasi perubahan iklim ekstrim di pantai maka diperlukan pemantauan perubahan iklim dan erosi angin. a. Kelembaban Ruang dan Udara Pengamatan kelembaban ruang dan udara pada pagi dan siang hari di pantai Petanahan, Desa Karanggadung. Kelembaban ruang terendah 52

67 bulan Juli di siang hari (61%) dan Kelembaban ruang tertinggi pada bulan Desember (74%). Kelembaban udara tertinggi pada bulan Desember di pagi hari (76%) dan terendah pada bulan Juli di siang hari (60%). Gambar 28. Kelembaban Ruang dan Udara Harian Pagi dan Siang di Desa Karanggadung, Kec.Petanahan, Kab.Kebumen Pada Gambar 28 menjelaskan bahwa kelembaban udara di pagi hari 76% lebih tinggi dibandingan pada siang yang hanya 72%, sedangkan untuk kelembaban ruang tidak berbeda jauh yaitu dari 71% (siang) sampai 74% (pagi). Kisaran kelembaban ruang dari 61-74% dan kelembaban udara dari 60-75%. Kelembaban udara pagi hari lebih lembab dibandingkan pada siang hari, sehingga menyebabkan pantai terasa kering di siang hari disamping juga lebih panas. b. Suhu Ruang dan Udara Pengamatan suhu ruang dan suhu udara pada pagi dan sore hari, yaitu untuk mengetahui fluktuasi temperatur yang berpengaruh pada 53

68 pertumbuhan tanaman (Gambar 29). Pada pagi hari, suhu ruang terendah 25 o C (Januari) sampai tertinggi 30 o C (April). Suhu udara pada pagi hari terendah 23 o C (November dan Desember) dan tertinggi 26 o C (Maret dan Januari). Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa para wisatawan, banyak yang berkunjung sebelum jam pagi karena setelah itu temperatur sudah mulai panas. Sebaliknya jika tidak berkunjung pada pagi hari mereka akan berkunjung pada sore hari setelah jam yang suhu udara mulai menurun. Pada siang hari suhu ruang antara 25 o C sampai 27 o C (November dan Desember), sedangkan pada malam hari suhu udara dari 24 o C (November dan Desember) sampai 28 o C (Maret). Gambar 29. Suhu Udara dan Ruang pada Pagi dan Siang hari di Karanggadung, Petanahan, Kebumen Tahun 2013 c. Suhu Tanah Top, Solum, Regolit Suhu tanah pagi dan siang hari berkisar 25 o C -34 o C dan suhu terpanas pada kedalaman solum tanah cm karena pada kedalaman 54

69 tersebut banyak air yang mengalami penguapan akibat panas inti bumi. Hal tersebut menyebabkan pada saat tanah pasir diguyur air hujan maka harus segera disiram air agar uap air yang meninggi suhunya dari inti bumi tidak sampai ke akar tanaman semusim. Suhu tanah terendah pada top soil <30 cm, sebab semakin jauh dari inti bumi maka suhu tanah akan menurun. Gambar 30. Suhu Tanah Top Soil (30cm), Solum (90cm), dan Regolit (150cm) Pagi dan Siang hari di Karanggadung, Kebumen. Suhu tanah pantai berpasir pada siang hari tertinggi adalah 34 o C untuk kedalaman regolit cm dari permukaan tanah (Gambar 30). Semakin kearah atas top soil permukaan tanah (<30cm) dan juga kearah 55

70 lebih dalam regolit (>90cm) maka suhu tanah akan menurun, sehingga disarankan untuk lubang tanam pada lahan berpasir antara cm agar suhu tanah diperoleh paling rendah. d. Curah Hujan Curah hujan tertinggi pada bulan Februari (1400 mm) dan curah hujan terendah pada bulan Oktober (30 mm), dengan bulan basah selama 6 bulan dari bulan Oktober sampai Februari ( Gambar 31). Gambar 31. Data Hujan : Maximum Hujan, Rerata, Hari Hujan, Jumlah dan Minimum Pengamatan curah hujan selama 5 tahun di Pantai Petanahan dari tahun dapat dilihat pada Gambar 32. Curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2010 bersamaan juga adanya tsunami kecil pada saat yang bersamaan sehingga menyebabkan meluapnya air laut ke daratan dan merusak 56

71 pepohonan serta beberapa warung yang berada di tepi pantai. Pada saat tsunami datang ditandai dengan permukaan air laut yang surut secara mendadak sehingga dasar lautan nampak sampai sepanjang sekitar 200 m, dan selanjutnya air naik mendadak dengan cepat melebihi batas tinggi permukaan. Pada tahun 2013 hujan turun sepanjang tahun dan hanya mengalami 3 bulan kering yaitu bulan Juli-September. Gambar 32. Curah Hujan Bulanan di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung, Kab.Kebumen Tahun Total hujan tahun 2013 sebanyak 2.489,4 mm, puncak tertinggi pada bulan Januari dan terendah atau tidak ada hujan pada bulan Juli, Agustus, dan September. Total hari hujan tahun 2013, 268 hari dari 365 hari setahun, sehingga hujan merata hampir sepanjang tahun. 57

72 Total hujan tahunan dari tahun 2009 sampai 2013 tertinggi pada tahun 2010 yaitu sebanyak 5738,3 mm dengan jumlah hari hujan yang relatif sedikit yaitu hanya 177 hari, sehingga intensitas hujan cukup tinggi. Kondisi tersebut berlawanan dengan curah hujan tahun 2013 dengan total hujan yang jauh lebih rendah (2489,4 mm) tetapi hari hujan cukup tinggi 268 hari ( Gambar 33). Gambar 33. Total Hujan Tahunan dan Hari Hujan di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung, Kab.Kebumen Tahun e. Evaporasi Evaporasi diamati pada waktu siang dan malam hari, dimana siang hari merupakan proses penguapan pada waktu sepanjang pagi hari hingga siang hari ( ), sedangkan pengamatan malam hari sebagai hasil penguapan sepanjang siang hari sampai sore ( ). 58

73 Oleh karena itu tinggi evaporasi malam hari (rata-rata 0,4 mm) selalu lebih tinggi dari pada siang hari (rata-rata 0,3 mm). Begitu juga untuk lahan berpasir yang dekat pantai lebih tinggi penguapannya dibandingkan lahan berpasir yang jauh dari pantai, karena kecepatan angin menambah tingginya penguapan disamping panas matahari (Gambar 34). Gambar 34. Evaporasi pada Pengamatan Siang dan Malam hari Jauh dari Pantai (sebelah utara) serta Dekat dari Pantai (selatan) 59

74 Evaporasi yang terjadi di daerah dekat pantai (0,4 mm/hari) jauh lebih tinggi dibandingkan yang jauh dari pantai (0,1 mm/hari). Evaporasi pada malam hari lebih tinggi dari pada siang hari, baik pada daerah dekat pantai maupun yang jauh dari pantai. b. Kecepatan angin Kecepatan angin siang hari adalah >5 km/jam yang ini lebih cepat dibandingkan malam hari yaitu < 1 km/jam, dan pada malam hari kecepatan angin sering 0 km/jam karena saat itu berhembus angin dari daratan ke lautan, sementara pada siang hari angin berhembus dari lautan ke daratan ( Gambar 35). Dengan bantuan ombak kecepatan angin di siang hari meningkat sampai 20 km/jam. Gambar 35. Kecepatan Angin Siang dan Malam Tahun 2007 di Kebumen Pada bulan Desember 2012 sampai Maret 2013 alat pemantau kecepatan dan arah angin (anemometer) rusak sehingga tidak ada data pada bulan tersebut. Data kecepatan dan arah angin baru ada kembali mulai bulan April 2013, sehingga dihimbau untuk alat pemantau 60

75 kecepatan angin diupayakan yang terbuat dari plastik agar tidak rusak akibat karatan oleh uap air yang mengandung garam-garaman. Kecepatan angin tertinggi bulan November pagi hari (6 m/det) dan Juni pada siang hari (7 m/det), lihat Gambar 36. Gambar 36. Kecepatan Angin Pagi dan Siang Hari di Karanggadung, Petanahan, Kebumen Tahun Data arah angin dapat dilihat pada 61

76 Gambar 37, yang menunjukkan arah seperti arah kompas yaitu Utara (360), Timur Laut (TL), Timur (90), Tenggara (TG), Selatan (180), Barat Daya (BD), Barat (270), Barat Laut (BL). Arah angin yang perlu diwaspadai berasal dari Timur atau Tenggara (TG) yang bersifat merusak dan sering terjadi tsunami atau air pasang. Arah Angin pada PAGI Hari Arah Angin pada SIANG Hari 62

77 Gambar 37. Arah Angin Pagi dan Siang Hari dari Barat Daya (BD), Tenggara (TG) sampai Timur Laut (TL) di Karanggadung. C. Pertumbuhan Tanaman Daya hidup (survival) merupakan indikasi kemampuan tumbuh dan adaptasi tanaman terhadap kondisi lingkungan tempat tumbuh. Daya hidup diukur dengan persen hidup yaitu perbandingan antara jumlah tanaman yang hidup dengan total tanaman yang ditanam. Pada awal penanaman, persen hidup tanaman masih rendah yaitu hanya 9,6 %. Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan yang kurang mendukung daya hidup dan pertumbuhan tanaman. Kematian tanaman ditandai dengan perubahan warna daun dari hijau menjadi coklat kering, akar kering, dan apabila tidak mampu bertahan maka tanaman akan mati. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan persen hidup tanaman misalnya pembuatan sumur renteng, penambahan pupuk kandang pada lubang tanam, dan pemeliharaan rutin sehingga terbentuk tegakan cemara yang dapat membentuk iklim mikro di sekitarnya (Gambar 38). a. Sebelum penanaman b. Setelah penanaman Sumber: Nugroho,

78 Gambar 38. Lahan pantai berpasir sebelum dan setelah penanaman cemara, a) Sebelum penanaman, b) Setelah penanaman Nugroho dan Sumardi (2010) mengungkapkan bahwa penambahan amelioran (40 % tanah mineral dan 10 % pupuk kandang) pada media tanam dapat meningkatkan persen hidup cemara laut sampai 78,3%. Penambahan amelioran dapat memberikan kondisi lingkungan mikro (rizosfer) yang menguntungkan bagi perkembangan akar tanaman. Amelioran tersebut mampu mengurangi suhu tanah yang panas, menahan air lebih lama, dan menyediakan unsur hara yang cukup. Penambahan amelioran mampu memberikan kondisi yang dikehendaki akar dalam beradaptasi dengan lingkungan yang ekstrim. Akar tanaman dapat tumbuh dan berkembang serta berfungsi optimal dalam menyerap hara dan air. Pertumbuhan adalah pembelahan sel (peningkatan jumlah) dan pembesaran sel (peningkatan ukuran). Pertumbuhan juga dapat diartikan sebagai peningkatan bahan kering, tinggi, volume, luas daun (Gardner et al., 1985). Pertumbuhan suatu jenis pohon dipengaruhi oleh unsur hara, air, intensitas cahaya matahari, dan suhu udara (Baker, 1950; Hardjowigeno, 1987). Pengukuran pertumbuhan tanaman dilakukan secara periodik (tahunan) pada PUP yang telah dibuat. Variabel pertumbuhan yang diukur adalah tinggi total dan diameter. Pengukuran diameter batang dilakukan setinggi dada (dbh) atau sekitar 1,3 meter dari permukaan tanah dengan menggunakan diameter tape. Sedangkan pengukuran tinggi pohon menggunakan galah ukur. Tinggi pohon yang diukur merupakan tinggi total yaitu jarak vertikal antara permukaan tanah dengan puncak pohon. Untuk tanaman yang masih muda, pengukuran diameter batang dilakukan 10 cm dari permukaan tanah (Gambar 39). 64

79 Sumber: Nugroho, 2013 Gambar 39. a) Pengukuran tinggi dan diameter tanaman pada plot muda (A), b) Pengukuran tinggi dan diameter pada plot tua (B) Hasil pengukuran rutin menunjukkan bahwa rerata tinggi total dan diameter cemara laut umur 8 tahun adalah 13,34 m dan 17,74 cm. Data tinggi total dan diameter cemara laut dari umur 1 8 tahun secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 40 dan

80 Gambar 40. Tinggi tanaman cemara laut pada lahan pantai berpasir Gambar 41. Diameter cemara umur < 8 tahun pada lahan pantai berpasir 66

81 V. EVALUASI A. Tingkat Prosentase Tumbuh Pengembangan pertumbuhan cemara laut disampaikan pada saat pertemuan Kelompok Tani yang diadakan setiap bulan dari rumah ke rumah petani. Informasi kegiatan cemara laut meliputi pengembangan bibit cemara laut yang dapat dilakukan secara vegetatif dengan cara mencangkok dan merunduk, sedangkan secara generatif dengan cara biji. Biji yang diambil dari pohon dipilih untuk pohon yang telah berumur lebih dari 10 tahun agar bibitnya lebih kuat dan tahan terhadap iklim yang ekstrim di pantai. Perkembangan biji mulai dari cangkang yang berwarna hijau, kuning, coklat dan dipilih untuk biji yang masih berwarna kuning. Semakin tua umur pohon kualitas biji cemara laut akan semakin baik calon bibit yang akan tumbuh. Untuk pengembangan secara vegetatif cabang yang mau dicangkok harus dipilih yang mengarah keatas (autotorof). Pengelolaan lahan marginal seperti pantai berpasir untuk pelaksanaan konservasi tanah sebaiknya menggunakan bibit cemara laut yang berasal dari biji karena memiliki akar tunggang yang kuat dan berumur panjang. Sebaiknya seresah atau daun-daun cemara laut yang berguguran tidak diambil untuk bahan bakar pembuatan gula kelapa, tetapi dibiarkan tetap di lokasi agar terbentuk humus untuk menjaga kelembaban lahan dan sumber bahan organik. 67

82 Gambar 42. Kronologis Perubahan Kondisi Lahan Pantai Petanahan dengan Cemara Laut dari Tahun 2005 sampai Perkembangan kondisi pertumbuhan cemara laut secara visual dapat dilihat pada Gambar 42 diatas, yaitu sejak tahun 2005 dimana lahan pantai masih gersang dan terbuka sampai kondisi tahun Dalam rangka memantau pertumbuhan tanaman cemara laut yang masih muda dilakukan pengukuran diameter setinggi dada dan tinggi tanaman ( Gambar 43). Persen tumbuh mengalami penurunan yaitu dari 74,3% menjadi 65,3% dan tinggi mengalami penambahan dari 10,5 cm (Mei 2013) menjadi 11,8 cm (November 2013). 68

83 Gambar 43. Pertumbuhan Tanaman Cemara Laut dan Persen Tumbuh Tahun

84 B. Matinya Cemara Laut Di Pantai a. Kurang partisipasinya masyarakat setempat 1. Kurangnya masyarakat setempat dari semua elemen baik petani maupun bukan petani dari anak-anak sampai dewasa untuk ikut merawat dan menjaga, jika tidak maka gangguan iklim, tanah, dan manusia akan menyebabkan kerusakan tanaman Cemara laut. 2. Partisipasi masyarakat dalam bentuk Kelompok Tani atau Kelompok Pecinta lingkungan lainnya perlu dibangun agar tingkat kepedulian masyarakat terhadap lingkungan semakin meningkat. 3. Merubah persepsi masyarakat dan untuk meyakinkan masyarakat terlebih dahulu bahwa pasir yang merupakan tanah marginal jika dikelola dengan baik dengan mempertimbangkan faktor penghambat/gangguan maka segala jenis tanaman dapat ditanam dengan hasil 3 kali lipat dari produksi pada tanah mineral biasa. b. Kurangnya perawatan cemara laut 1. Kurangnya perawatan tanaman karena penanaman dilakukan secara borongan oleh pihak ke-3 atau CV bekerjasama dengan masyarakat setempat dengan kondisi sesaat pada saat proyek masih berlangsung saja, setelah itu dibiarkan saja. 2. Perlu pemberian ameliorat atau tanah mineral dari tempat lain untuk mengikat unsur hara, dan perlu penambahan pupuk kandang yang sudah matang dengan tingkat C/N < 1/3.(mineralisasi) 3. Pemberian humus dari daun tanaman yang ada disekitar lokasi untuk mempertahankan kelembaban tanah, karena panas bumi akan mengangkat kelembaban air keatas permukaan. 70

85 c. Kondisi iklim yang ekstrim di pantai 1. Kondisi pantai yang sangat ekstrim karena adanya uap garamgaraman dari laut, angin kencang (evaporasi tinggi) dan tanaman muda mudah rebah, suhu udara yang ekstrim panas >38 o C menyebabkan tanaman terbakar dan unsur hara yang rendah. 2. Semua permasalahan pantai harus diatasi dengan baik, jika tidak maka peluang tanaman untuk hidup sangat kecil sekali. d. Tidak memperhatikan bulan penanaman 1. Bulan penanaman yang paling tepat yaitu pada bulan September dan bulan Januari, sebab pada saat itu kelembaban udara paling tinggi (lembab) dan suhu udara paling rendah berkisar 24 o C. 2. Pada bulan September dan Januari memang curah hujan termasuk rendah, hal ini dilakukan agar pada saat awal bibit yang stress mudah beradaptasi dengan lingkungan pantai yang ekstrim, tetapi setelah itu akan diguyur hujan selama lebih dari 3 bulan. e. Bibit cemara laut yang belum sesuai standard 1. Bibit cemara laut yang layak untuk ditanam minimal batang berukuran 0,5 cm dengan tinggi tanaman minimal 60 cm dan umur bibit 6 bulan sampai satu tahun. 2. Cara membawa bibit harus hati-hati baik pada saat pengangkutan dengan truk, memindahkan dengan gerobak atau pada saat membawa dengan tangan harus disangga dari bawah agar bibit tidak patah akarnya. 3. Pada saat penenaman polybag dibuka bawahnya saja, agar tanah tidak mudah lepas sebelum bibit tersebut tumbuh dengan baik. 4. Lubang tanam diberi mikoriza yaitu tanah pasir yang berada disekitar tanaman pantai yang sudah ada, misalnya tanah 71

86 dibawah perakaran pandan berudiri atau dibawah tanaman gamal. f. Cara penanaman yang tidak tepat 1. Seharusnya penanaman cemara laut dengan lubang tanam yang cukup 30cm x 30cm dengan kedalaman 50 cm dan dengan menggunakan ajir agar tanaman muda tidak mudah patah akibat terpaan angin laut. 2. Teknologi press block dengan media pupuk kandang cukup baik untuk pelepasan unsur hara secara pelan-pelan dan bertahap mengingat sifat pasir yang porous cepat melarutkan air dan unsur hara, namun jika pupuk kandangnya belum matang akan menjadi sumber penyakit atau jamur dan terjadi pembusukan perakaran 3. Sanitasi tanah harus dijaga yaitu jangan sampai tanah mengandung penyakit dan jamur yang menyebabkan busuk akar, seperti terjadi pada pupuk kandang yang dibuat press block yang belum mengalami proses dekomposisi yang sempurna. Pupuk kandang yang belum matang sebagai media yang baik untuk pertumbuhan jamur yang akan merusak akar tanaman (Gambar 44-46). 72

87 Gambar 44. Akar cemara laut yang busuk akibat serangan jamur dari bahan pupuk kandang yang belum matang Gambar 45. Penyerangan akar oleh jamur atau penyakit busuk akar akan menyebabkan perakaran putus dan tanaman mati permanen. 73

88 Gambar 46. Bibit cemara laut muda yang mati pada saat penanaman bisa diakibatkan oleh iklim, tanah, pupuk, penanganan bibit, dll D. Sosial Ekonomi Adanya kegiatan rehabilitasi lahan telah membangkitkan kembali kelompok tani yang hampir mati. Pada awalnya tingkat kehadiran kelompok tani cukup tinggi, namun setelah ada persoalan intern kelompok tani dan waktu jeda yang berkaitan dengan keproyekan maka tingkat kehadiran rendah, hanya sekitar 30 40% dari jumlah anggota kelompok tani. Pada tahun kedua, kondisi tidak berubah. Sosialisasi dan pengalaman petani yang telah melakukan usaha tani di pantai pasir 74

89 pada tahun pertama didengar pula oleh kelompok tani lain. Apalagi terdapat bantuan teknis dan non teknis yang diberikan oleh BP2TPDAS IBB (Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Indonesia Bagian Barat). Hal tersebut mendorong Kelompok Tani Ternak Bhakti Usaha untuk bergabung dengan Kelompok Tani Pasir Makmur. Setelah pengabungan tersebut, tingkat kehadiran anggota kelompok tani meningkat menjadi 70 80% per pertemuan. Selain itu, dinamika dan aktivitas kelompok makin meningkat. Kelompok tani ternak Bhakti Usaha memberi kekuatan baru bagi kegiatan rehabilitasi lahan pantai. Apalagi dengan mengintegrasikan tanaman tanggul angin, tanaman semusim, agrowisata, wisata pantai, dan ketersediaan ternak untuk konservasi lahan dan pendapatan maka akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Adanya ternak selain akan meningkatkan pendapatan kelompok tani juga menyediakan kotoran bahan baku pupuk yang bermanfaat untuk program rehabilitasi lahan pantai. Selain itu, perkembangan selanjutnya menunjukkan arah partisipasi yang lebih baik. Apabila pada tahun sebelumnya pengerjaan rehabilitasi lahan pantai dilakukan dengan sistem upahan, tetapi setelah pengabungan antara Pasir Makmur dan Bakti Usaha dipergunakan system insentif. Pada tahun sebelumnya, sumbangan biaya sangat kecil diberikan anggota kelompok Anggota kelompok tani diupah untuk setiap pekerjaan yang dilakukan. Saat ini banyak pekerjaan yang tidak diupah lagi tetapi menjadi tanggung jawab kelompok tani. Kelompok tani bersedia menanam cemara laut dan tanaman semusim tanpa di upah. Kelompok tani melihat rehabilitasi lahan tersebut akan memberi manfaat ekonomi bagi mereka. Kemudian dikembangkanlah sistem dana bergulir untuk pengembangan dan rehabilitasi lahan pantai berpasir. Setiap pagi dan sore hari petani menderes manggar kelapa, ratarata per orang kelapa. Satu kelapa 2 sampai 3 manggar dan setiap manggar dideres selama 1 bulan. Deresan pagi diambil sore hari (12 jam) 75

90 dan deresan sore diambil pagi hari (12 jam). Deresan pagi dan sore dimasak pada siang hari selama 1 jam dan dicetak sampai keras selama setengah jam dengan setengah batok kelapa. Perolehan hasil deresan rata-rata 5 kg/hari dengan harga lokal Rp 3.500,-/kg dan harga di pasar Rp.5.000,-/kg, sehingga setiap bulan pemasukkan dari menderes = 30 hari x 5 kg x Rp.3.500,- = Rp ,-. Kualitas kelapa deres lebih baik pada musim kemarau dari pada musim penghujan, namun kuantitas menurun pada musim kemarau yaitu hanya 2-3 kg/hari sedangkan musim penghujan 3-5 kg/hari. Kelapa yang di deres ada yang milik sendiri, milik oranglain dengan sistem maro, dan milik otoritas wisata pantai dengan cara minta ijin dengan Kepala Wisata, dengan biaya sewa per pohon Rp 1500,-. Sehingga untuk 20 pohon harus bayar pemilik pohon kelapa sebanyak 20 pohon x Rp 1.500,- = Rp ,-. Kelapa legen deresan ada yang berwarna hitam coklat yang berasal dari asli kelapa saja, putih untuk campuran gula pasir, dan basah untuk kecap. Kegiatan rutin muslim setiap malam jum at ada yasinan dari rumah ke rumah secara bergiliran. Setiap yasinan yang hadir orang mulai jam sampai WIB, dipimpin oleh Kyai Barnawi. Sementara itu khusus malam jum at kliwon banyak pengunjung yang datang dari luar kota yang datang ke tempat wisata (Punden/Makam) dengan membayar secara sukarela, kepada Pak Manten Abdur Rachman sebagai juru kunci. D. Tingkat Dampak Pengelolaan Lahan Pantai Dampak positif dengan adanya cemara laut di pantai maka iklim mikro menjadi sejuk dan nyaman untuk berteduh bagi para pengunjung wisata. Sehingga jumlah pungunjung wisata dari tahun ke tahun semakin meningkat terutama pada hari minggu dan saat musim liburan anak sekolah (Gambar 47). 76

91 a. Parkir b. Wawancara c. Turis Lokal d. Rekreasi Keluarga Gambar 47. Pengunjung Wisata Meningkat karena Tingkat Kenyamanan Wisata Semakin Sejuk dan Indah Dengan semakin rimbunnya cemara laut dan membuat suasana jadi sejuk dan nyaman maka pengunjung wisata terus meningkat dari tahun ke tahun. Sebagai contoh untuk tahun 2010 pemasukan wisata Rp.155,365,000 dan tahun 2013 meningkat menjadi Rp ,- dengan kenaikan 56,7% (Gambar 48). Puncak kunjungan selalu pada saat lebaran Idul Fitri, untuk tahun ini 2013 pada bulan Agustus dan September dan juga setiap tahun baru. Pengunjung wisata sudah mulai merata setiap bulannya, yang sebelumnya hanya pada bulan-bulan liburan saja. 77

92 Gambar 48. Pendapatan Wisata Bulanan di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung, Kab. Kebumen Tahun Jumlah pengunjung wisata tidak selalu selaras dengan pendapatan obyek wisata, karena beberapa pengunjung rombongon Bis hanya terkena satu parkiran kendaraan saja. Bagi mereka yang naik motor maka akan meningkatkan total pendapatan wisata, karena setiap kepala wajib bayar tiket masuk (Gambar 49). 78

93 Gambar 49. Kunjungan Wisata Pantai Petanahan, Desa Karanggadung, Kab. Kebumen Tahun Peningkatan kenyamanan lingkungan sekitar wisata antara lain dapat ditinjau dari iklim mikro, keberadaan kelembagaan dan kebijakan yang berlaku : Perubahan kondisi iklim mikro sekitar lokasi pengembangan Akses jalan menuju ke lokasi dalam bentuk sarana dan prasarana yang memadai untuk memudahkan pengunjung wisata Institusi yang terlibat dalam pengembangan lahan pantai selama ini dan peranannya dalam pengembangan lahan pantai. Potensi dan kendala yang dihadapi dalam pengembangan pantai berpasir. Rencana pengembangan lahan pantai berpasir yang ada. Peraturan perundangan dan kebijakan pemerintah daerah dalam pengembangan lahan pantai berpasir. Status lahan pantai berpasir yang akan dikembangkan dan prediksi persoalan yang timbul kedepan. Respon pemerintah daerah dalam pengembangan lahan pantai berpasir. 79

94 Pengunjung (Jiwa) & Parkir(Rp.1000,-) Pemasukan Wisata (Rp.1000,-) E. Tingkat Kemanfaatan Tanggul Angin Dengan adanya cemara laut maka iklim mikro menjadi sejuk dan nyaman untuk berteduh bagi para pengunjung wisata. Sehingga kunjungan wisata dari tahun ke tahun semakin meningkat terutama pada hari minggu dan saat musim liburan anak sekolah. Dengan semakin rimbunnya cemara laut dan membuat suasana jadi sejuk dan nyaman maka pengunjung wisata terus meningkat dari tahun ke tahun, sebagai contoh untuk tahun 2010 pemasukan wisata Rp.155,365,000 dan tahun 2011 meningkat menjadi Rp. 254,413,500 dengan kenaikan 63,7% (Gambar 50). Puncak kunjungan selalu pada saat lebaran, untuk tahun ini pada bulan September 2011 dan juga tahun baru Pengunjung wisata sudah mulai merata setiap bulannya, yang sebelumnya hanya pada bulan-bulan liburan saja Pengunjung Parkir Pemasukan , JAN FEB MRT APR MEI JUN JUL AGS SPT OKT NOV DES Bulan Pengamatan Tahun Gambar 50. Puncak kunjungan wisata saat Lebaran di bulan September 2011 dengan pendapatan mencapai Rp ,- 80

95 F. Tingkat Adopsi Masyarakat Tanaman semusim (hortikultura) yang pernah diperkenalkan oleh BP2TPDAS telah merubah persepsi masyarakat terhadap lahan pasir (Gambar 51). Lahan pasir yang dulu dianggap lahan bermasalah atau tidak produktif setelah ada tanaman tanggul angina cemara laut dan dibuktikan dalam bentuk demplot maka hasilnya dapat meningkat 3 kali lipat dari tanah mineral biasa. Kondisi tersebut mengingat tanah pasir bersifat porous sehingga proses aerasi (pertukaran udara dan air) dalam tanah semakin membaik. Kondisi tanah pasir yang ekstrim panas maka tidak ada gangguan hama penyakit atau gulma tanaman, dan mudah dalam pengolahan lahan karena tanahnya ringan. a.kecil menanam b.belajar di alam c.studi banding ke Bantul d.cara menanam cemara Gambar 51. Sosialisasi Penyelamatan Pantai dengan Menanam Cemara Laut Pada Masyarakat dan Anak-anak Sekolah 81

96 Pendekatan pada masyarakat setempat dari tingkat Kabupaten, Kecamatan sampai ke tingkat Desa dalam bentuk silaturahmi dengan masyarakat dan para tokoh secara perorangan maupun kelompok harus sering dilakukan. Silaturahmi ini dimaksudkan untuk meningkatkan dalam rangka membangun hubungan kedekatan dengan masyarakat. Frekuensi tinggal dan menginap di lokasi bagi para peneliti, teknisi dan penyuluh yang cukup lama juga diperlukan untuk merekrut orang di lokasi setempat yang berpendidikan minimal SLTP sebagai pengamat lapangan. Pendekatan pada masyarakat dapat melalui : a.pelatihan di kelas, b.pendampingan orang dewasa, c.pelatihan tempat terbuka, d.pendampingan anak sekolah (Gambar 52). a. Pelatihan di kelas b.pendampingan orang dewasa c.pelatihan tempat terbuka d.pendampingan anak sekolah Gambar 52. Pendekatan dengan Cara Pendampingan Kelompok Tani dan Anak-anak Sekolah di Ruang Kelas Maupun di Ruang Terbuka 82

97 Dampak dari penanaman cemara laut pada lahan pantai berpasir secara visual dapat dilihat terjadinya perubahan secara drastis yaitu dari yang dulunya Gersang tahun 2005 dan berubah menjadi rindang pada saat ini (2013). Begitu juga jalan ke pantai lebih tertata rapi dengan adanya tanaman pandan berduri di kanan-kiri jalan menuju ke pantai (Gambar 53). Lokasi pantai berpasir di Karanggadung, Petanahan, Kebumen sempat mendapatkan kunjungan dari Mentri Kehutanan beserta para Dirjen dan Eselon I lainnya untuk meresmikan WANAGAMA III pada tahun 2011 (Gambar 54). SEBELUM ADA CEMARA LAUT (TAHUN 2005) a.lahan Pantai Tahun 2005 b.jalan Pantai Tahun 2005 SESUDAH ADA TANAMAN CEMARA LAUT (2015) c.lahan Pantai Tahun 2015 d.jalan Pantai Tahun 2015 Gambar 53. Kondisi Gersang Pantai Petanahan dan Rindang Setelah Penghijauan dengan Cemara Laut 83

98 a. Kunjungan Mentri Kehutanan Dr. Zulkufli Hasan, SE.MM b. Kunjungan Kepala Balitbang Kehutanan Dr. Tahrir Fathoni Gambar 54. Peresmian Cemara Laut Wanagama III oleh Menteri Kehutanan di Pantai Petanahan, Kebumen Dampak demplot tanaman semusim yang pernah diperkenalkan BPTKPDAS yang dulu masih bernama BPK Solo dalam bentuk tanaman semusim telah merubah persepsi masyarakat terhadap lahan pasir (Gambar 55). Lahan pasir yang dulu dianggap lahan bermasalah atau tidak produktif tetapi setelah ada tanaman tanggul cemara laut dan dibuktikan dalam bentuk demplot maka hasilnya meningkat 3 kali lipat dari pada tanahmineral biasa. Hal tersebut mengingat tanah pasir bersifat porous sehingga proses aerasi (pertukaran udara dan air) dalam tanah menjadi baik, tanah pasir yang selalu panas akan jauh dari gangguan hama penyakit dan gulma. 84

99 Aparat meninjau Lokasi Tanaman Hortikultura di Belakang Cemara Studi banding di kandang ternak sapi milik Kelompok Tani di Samas Penjelasan Kepala Desa kepada Bapak dan Ibu Guru SD Silaturahmi ke rumah-rumah warga Gambar 55. Sosilaisasi penyelamatan dini pantai dengan cemara laut perlu disampaikan pada semua dari warga biasa, aparat, anak-anak sekolah untuk membangkitkan partisipasinya Pendekatan pada masyarakat setempat dari tingkat Kabupaten, Kecamatan sampai ke Desa dalam bentuk Silaturahmi dengan Masyarakat dan Para Tokoh baik secara perorangan maupun kelompok harus sering dilakukan (Gambar 56). Dalam rangka meningkatkan hubungan kedekatan dengan masyarakat maka diperlukan frekuensi tinggal dan menginap di lokasi cukup lama, dan juga diperlukan untuk merekrurt orang di lokasi yang berpendidikan minimal SLTP. 85

100 Kerjasama dengan anggota Kelompok Pertemuan Kelompok di Balai Desa Komunikasi dengan para Guru SD dan para Tokoh Gambar 56. Pendekatan secara perorangan atau berkolompok harus sering dilakukan baik secara formal (aparat kabupaten sampai desa) maupun informal dengan para tokoh atau warga biasa 86

101 VI. MANFAAT PLOT PENELITIAN A. Pemeliharaan Plot Penelitian a. Manfaat Plot penelitian sebagai show window dari BPTKPDAS, yang mengawali melakukan kegiatan penanaman Cemara laut sejak tahun 2005 pada lahan bermasalah pantai berpasir. Dampak dari kegiatan litbanghut Surakarta ini telah diikuti oleh Dinas Kehutanan di Kebumen bekerja sama dengan UGM. b. Pemanfaatan plot penelitian yang diupayakan dari BPKTPDAS yang dulu masih bernama BPK (Balai Penelitian Kehutanan) Solo untuk lokasi bekas penelitian, dipantau seberapa besar masyarakat bisa tetap menjaga Cemara Laut, agar tidak diganggu oleh pengunjung dan penyediaan kayu bakar bagi masyarakat. c. Pemanfaatan plot bekas penelitian semacam ini dapat dipakai sebagai laboratorium lapangan, untuk proses pembelajaran anakanak sekolah maupun masyarakat Kelompok Tani daerah pesisir dari tempat lain sebagai ajang studi banding. d. Beberapa Dinas yang mengembangkan Cemara laut sepanjang pantai selatan saat mau mengembangkan sering datang ke kantor BPTKPDAS (dulu BPK Solo) untuk konsultasi menanyakan tentang tata cara dan musim yang tepat untuk penanaman Cemara laut di sepanjang pantai selatan, antara lain dari Dinas Kehutanan Cilacap dan Dinas Kehutanan Kebumen. e. Pemanfaatan plot bekas penelitian oleh kantor Obyek Wisata Pantai Petanahan menjadikan kondisi iklim yang sejuk dan nyaman dengan adanya Cemara laut. Sejak tahun 2005 sampai sekarang jumlah pengunjung selalu meningkat dan berdampak pada pendapatan daerah dari sektor wisata di Desa Karanggadung, Kec. Petanahan, Kab. Kebumen selalu meningkat. 87

102 f. Masyarakat merasa senang dengan adanya Cemara laut karena produktivitas lahan di pantai berpasir semakin meningkat, yang sebelumnya merupakan lahan marginal/gersang dan iklim yang ekstrim panas dan adanya uap garam-garaman dari laut yang menyebabkan tanaman sering terbakar dan menjadi kering. g. Garis pantai menjorok ke laut sehingga luas daratan meningkat, yang ditandai dari tanaman pandan berduri yang dulunya agak kedalam daratan, dan sekarang menanam cemara laut 100 m kearah lautan dari tanaman Pandan berduri dan 100 m dari bibir pantai atau garis pantai tertinggi. h. Menanggulangi bahaya tsunami, yaitu dengan tanaman penghalang atau tanggul angin cemara laut maka jika ada tsunami atau air pasang dari lautan yang sangat tinggi maka tidak langsung menghantam ke daerah pesisir. i. Dengan adanya tanaman cemara laut proses abrasi yang dapat mengakibatkan berkurangnya garis pantai karena ombak laut selatan yang sangat besar akan dapat dicegah. j. Dengan adanya cemara laut yang berdampak pada kondisi lingkungan yang sejuk akan terjadi peningkatan pengunjung dan perputakaran ekonomi. Perekonomian meningkat dengan adanya sewa tikar, warung, parkir, musholla, sewa rumah dan MCK (Mandi, Cuci, Kakus), sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat. k. Semua aparat dari Pemda Kabupaten, Kecamatan sampai ke Desa dan Kantor Obyek Wisata sangat mendukung dan menilai positif dari adanya kegiatan pengembangan Cemara laut di pantai Karanggadung, Kec Petanahan. l. Masyarakat yang dilibatkan merasa bersyukur dan senang karena ada proses pembelajaran dan pengenalan dari lahan pantai yang tidak produktif/bermasalah/marginal menjadi lahan produktif. 88

103 m. Anak-anak sekolah dasar merasa senang karena bermanfaat dapat belajar di alam atau berfungsi sebagai laboratorium lapangan. Dengan belajar langsung di lapangan maka pengenalan tanaman dari cara menanam sampai pada proses pertumbuhan dapat diamati secara langsung. Hal tersebut juga ditunjang oleh antusias dari murid-murid SD (Sekolah Dasar) yang didukung oleh semangat para guru dan kepala sekolah yang sangat tinggi. B. Kondisi Sebelum dan Sesudah Penanaman Kondisi manfaat adanya penanaman cemara laut di pantai Karanggadung, Petanahan telah memberi manfaat yang besar bagi masyarakat sebagai perbandingan kondisi lahan pada saat sebelum ada cemara laut dan sesudah ada cemara laut seperti pada Tabel 1. 89

104 Tabel 1. Kondisi sebelum dan sesudah ada cemara laut di pantai SEBELUM a. Aparat dan instansi terkait dari Pemda Kabupaten, Kecamatan sampai Desa tidak perduli dengan keberadaan pantai yang gersang, termasuk juga dari Polsek tidak peduli dengan keamanan di laut bagi para pengunjung wisata. b. Masyarakat kurang tertarik dengan lahan pantai yang gersang, sehingga waktu diminta untuk mengelola lahan tidak ada yang mau walaupun diberi lahan secara gratis c. Pengunjung wisata kurang merasa nyaman dengan ulah sebagian dari masyarakat setempat yang sering mabuk dan suka memalak (meminta uang dengan paksa), sehingga mempengaruhi jumlah pengunjung yang semakin menurun. d. Semula nama Kelompok Tani (KT) hanya sekedar nama, agar bisa mendapatkan bantuan saprotan dari pemerintah. Beberapa bantuan yang diterima hanya ditelantarkan atau kadang ada juga yang segera dijual agar mendapatkan uang secara cepat. e. Semula kunjungan wisata hanya difokuskan untuk nyepi di Pandan Kuning sebagai SESUDAH a. Aparat dan instansi terkait dari Pemda lewat Dinas Kehutanan Kebumen bekerja sama dengan BPDAS SOP dan UGM mengembangkan Cemara laut, dan Polsek menempatkan aparatnya untuk pengamanan pantai dan pesisir pantai b. Masyarakat mulai berebut lahan untuk mengkapling lahan pantai walau diminta untuk sewa tahunan oleh kantor wisata sekalipun, dengan sistem magersari bagi pengelola lahan. c. Kebiasaan buruk masyarakat pesisir berangsur-angsur mulai berkurang, dan sebagian besar sudah mau bercocok tanam. Dengan semakin banyaknya masyarakat yang menanam, sehingga tidak ada lagi yang suka memalak atau mengganggu hasil pertanian pada saat panen. d. Kelompok Tani sudah mantap karena ada pendampingan dengan pertemuan setiap awal bulan malam kamis sehingga bantuan terus mengalir seperti sapi kepada KTT.Bhakti Usaha dan KT.Rukun Makmur dengan bantuan bibit dan pupuk. e. Obyek Wisata menjadi bersih, nyaman, sejuk dan pengunjung semakin banyak berdatangan, 90

105 ngalap berkah untuk meminta kekayaan secara cepat. Kunjungan ngalap berkah ini membuat kondisi wisata semakin gelap dan suasana magis. f. Masyarakat tidak berminat melakukan pengelolaan lahan Pantai Berpasir, karena mereka menganggap lahan pantai tidak produktif sama sekali. Jika diolah pun akan membutuhkan input yang sangat besar dan hasilnya tidak seberapa, karena kondisi iklim yang ekstrim, unsur hara yang rendah, tanah yang miskin, dan adanya uap garam-garaman g. Penduduk semula mendirikan rumah jauh dari pantai yang berjarak > 2 km, Karena takut kalau ada bencana tsunami, angin putting beliung dan pengaruh uap garam-garaman yang menyebabkan segala perkakas dari besi mudah rusak atau karatan. h. Para pengunjung atau pedagang musiman dari luar kota jika mau menginap menggunakan rumahrumah penduduk yang boleh disewa selama liburan seperti hari raya (Idul Fitri, Idul Adha, dan Natal serta Tahun Baru). sehingga dengan perlahan-lahan kegiatan yang mengarah negatif semakin berkurang atau hampir menghilang, dan jadi lebih segar menyenangkan dan barokah. f. Pengelolaan Lahan Pantai semakin bergairah dan bersaing dengan para pendatang dari luar yang berani menyewa lahan dengan harga tinggi. Pada musim liburan rumah-rumah penduduk laku disewakan untuk menginap para pengunjung atau para pedagang musiman dari luar kota yang berjualan atau membuka warung makanan. g. Sejak tahun 2010 penduduk mulai banyak yang mendirikan rumah dekat dengan pantai yang berjarak kurang dari 1 km. Sebagian penduduk mulai berani membangun rumah permanen dari tembok, sehingga akan meningkat-kan harga tanah dan rumah di sekitar pantai (pesisir). h. Dalam waktu dekat pedagang musiman luar kota akan dapat menginap di Losmen atau Home Stay yang mulai akan didirikan seperti yang sudah banyak dibangun penginapan bagi pengunjung di pantai Glagah. 91

106 VII. PENUTUP Dampak adanya cemara laut di pantai berpasir Petanahan antara lain iklim semakin sejuk yaitu suhu udara dari 23 o C sampai 28 o C, dan kelembaban semakin meningkat yaitu tertinggi sampai 76%, sehingga lingkungan wisata akan semakin nyaman dan sejuk. Dengan meningkatnya kenyamanan wisata berdampak pada peningkatan pengunjung dan pendapatan wisata sampai meningkat 56,37% dari tahun 2010 sampai Disamping itu yang dulu kunjungan wisata terkonsentrasi 75% pada hari besar saja yaitu Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan Tahun Baru, maka sekarang sudah mulai relatif tersebar merata pada bulan-bulan lainnya. Dengan adanya tanggul angin cemara laut dengan melibatkan masyarakat dan anggota Kelompok Tani Pasir Makmur maka cemara laut dapat terjaga dengan baik. Masyarakat sekitar pesisir pantai ikut menjaga dan mengawasi, serta mengamankan karena merasa memiliki Cemara laut. Manfaat yang dapat dipetik dengan adanya cemara laut maka lahan dibelakang dapat dibudidayakan untuk tanaman semusim atau tanaman hortikultura dan hasilnya jauh lebih baik dari tanah mineral biasa karena sedikit hama dan aerasi yang lebih baik. Dengan adanya cemara laut maka iklim mikro semakin baik yaitu angin berkurang, uap garam-garaman terhalang, suhu rendah, tempat rindang sehingga nyaman untuk berteduh bagi para pengunjung wisata. Peningkatan kenyaman dan keindahan lingkungan berdampak pada peningkatan pengunjung wisata. Peningkatan pengunjung wisata dan ditambah dengan produktivitas lahan yang membaik tentunya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani Desa Karanggadung. Dengan semakin rapatnya wind break dari cemara laut berdampak pada tanaman di belakangnya tidak terganggu oleh adanya erosi angin, uap garam-garaman, dan uap air yang tinggi, sebaliknya lahan berubah menjadi lebih subur karena kelembaban meningkat dan suhu menurun serta pengaruh humus dan pupuk kandang. Hasil yang diperoleh dari 92

107 petani hortikultura jauh lebih menguntungkan pada lahan berpasir dibandingkan tanah mineral biasa, karena pengaruh porositas tanah yang tinggi akan meningkatkan aerasi dan pengolahan tanah yang mudah karena tesktur tanah yang ringan (sand). Kegiatan Pemeliharaan Plot-plot penelitian sangat penting sebagai show windows dan sekaligus sebagai laboratorium lapangan, hal tersebut karena penelitian yang berkaitan dengan tanaman keras dibutuhkan waktu yang lama (>20 tahun). Disamping dapat dipakai sebagai ruang unjuk prestasi untuk menunjukkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan Balitbanghut dan dilaksanakan oleh BPTKPDAS Solo kepada instansi lain. Plot penelitian tersebut dapat dipakai sebagai laboratorium lapangan bagi para Pelajar atau Mahasiswa dan sebagai tempat studi banding bagi para petani yang ada di daerah pesisir. Bagi masyarakat sekitar pesisir yang semula kurang yakin bahwa lahan marginal seperti pantai berpasir dapat dibudidayakan untuk tanaman hortikultura, ternyata setelah ada tanaman tanggul angin cemara laut hasilnya bisa lebih baik dibandingkan tanah mineral biasa. Sebaiknya untuk plot-plot penelitian dapat diperluas pada daerah lain yang tersebar terutama pada lahan-lahan yang sebelumnya bermasalah, misalnya tanah masam gambut (Histosols), tanah tandus dan berbatu (Entisols), tanah bekas letusan gunung berapi (Andisols), tanah bekas tambang (kapur, feldspar, emas, batu bara), dll. Pada pantai berlumpur biasa dikembangkan tanaman Mangrove maka untuk pantai berpasir disarankan untuk dikembangkan tanaman Cemara laut. Untuk sosialisasi teknik penanaman cemara laut di pantai berpasir maka perlu dibuat Buku Pedoman Teknis Penanaman Cemara Laut di Pantai Berpasir yang berjudul CEMARA LAUT-MERUBAH LAHAN MARGINAL MENJADI POTENSIAL. 93

108 DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, E. & S. Purwanti Keragaan Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Bawang Merah di Lahan Pasir Pantai. Agrivet. 6(2): Atmojo, S. W Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Balai Penelitian Tanah (BPT) Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk. Edisi 1. BalaiPenelitian Tanah, BadanLitbangPertanian, DepartemenPertanian. Dahlan, E. N Hutan Kota untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan. APHI. Jakarta. Gong, W., X.Yan, J.Wang, T.Hu dan Y. Gong Long-term manure and fertilizer effects on soil organic matter fractions and microbes under a wheat maize cropping system in northern china. Geoderma 149: Harjadi B, Cahyono S.A., Octavia D., Gunawan, Priyanto A., dan Siswo, Laporan Hasil Proyek (LHP) Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir. DepHut, Balitbanghut, BPK Solo. Harjadi, B., dan Octavia, D., Penerapan teknik konservasi tanah di pantai berpasir untuk agrowisata, Info Hutan Vol. V, No. 2, Tahun Dephut., Balitbanghut, Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam (P3HKA). Bogor. Harsono, Hand Out Erosi dan Sedimentasi. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta 94

109 Madjid, A Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Sriwijaya. Palembang. Nugroho, A.W dan Sumardi Ameliorasi Tapak untuk Pemapanan Cemara laut (Casuarina Equisetifolia Linn.) pada Gumuk Pasir Pantai. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Vol. VII No.4: , 2010 Nurahmah, Y, Mile, M.Yamin, Suhaendah, E Tekhnis Perbanyakan Tanaman Laut (Casuarina equisetifolia) pada Media Pasir. Info Tekhnis Vol 5 no. 1. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Sudihardjo, AM Teknologi Perbaikan Sifat Tanah Subordo Psaments dalam Upaya Rekayasa Budidaya Tanaman Sayuran di Lahan Beting Pasir. Prosiding Seminar Teknologi Pertanian untuk Mendukung Agribisnis dalam Pengembangan Ekonomi Wilayah dan Ketahanan Pangan. Yogyakarta. Suhardjo M, Supriyadi & Sudihardjo Efektifitas Pupuk Alternatif Organik, Pupuk Mikroba Cair dan Pembenah Tanah Terhadap Tanaman Bawang Merah di Wilayah Pesisir Pantai Selatan DIY. Prosiding Seminar Teknologi Pertanian untuk Mendukung Agribisnis dalam Pengembangan Ekonomi Wilayah dan Ketahanan Pangan. Yogyakarta. Sukresno, Laporan Kajian Konservasi Tanah dan Air pada Kawasan Pantai Berpasir dan Berlumpur di Jawa Tengah dan DIY. Dephut, Balitbanghut, BTPDAS. Solo. Sukresno, Mashudi, A.B. Supangat, Sunaryo & D. Subaktini Pengembangan Potensi Lahan Pantai Berpasir dengan Budidaya Tanaman Semusim di Pantai Selatan Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional. Pengelolaan Ekosistem Pantai dan Pulau- Pulau Kecil dalam Konteks Negara Kepulauan. Fak. Geografi UGM. Yogyakarta. 95

110 Sulastri, F Pengaruh Proporsi Penambahan Kompos Biopa dan Mulsa Jerami terhadap Serapan Hara Na, Mg serta Kandungan Klorofil Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) yang Ditanam di Kawasan Pantai Pandansari Bantul. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Utami, N.H Kajian Sifat Fisik, Sifat Kimia dan Sifat Biologi Tanah Paska Tambang Galian C pada Tiga Penutupan Lahan. Departemen Silvikultur. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Skripsi.Tidak Diterbitkan. 96

111 BIODATA PENULIS Ir. Beny Harjadi, MSc., lahir di Surakarta, 17 Maret 1961, Pendidikan S1 dari Jurusan Ilmu-Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, IPB (Institut Pertanian Bogor). Pendidikan terakhir S2 di ENGREF (École Nationale du Génie Rural, des Eaux et des Forêst), Jurusan Penginderaan Jauh Satelit, Fak.Kehutanan, Montpellier, Perancis (1996), Jabatan terakhir Peneliti Utama IV d, Bidang Ilmu Lingkungan dan Pencemaran Sumberdaya Lahan (Environment and Land Resources Pollution). Karier peneliti sebagai pendamping expert New Zealand sebagai counterpart survey ISDL, Penelitian terkait daerah tangkapan waduk wonogiri meliputi DAS wiroko, DAS Temon, DAS Alang Unggahan dan DAS Wuryantoro. Alamat kantor Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPPTPDAS).Jl. Ahmad Yani Pabelan, Po.Box.295, Surakarta. (57102) Jawa Tengah, Telp/Fax : , bpksolo@indo.net.id. Alamat rumah : Perumahan Joho Baru, Jl.Gemak II, Blok T.10, Rt 04/ Rw VIII, Kel.Joho, Sukoharjo, (57513) Jawa Tengah. Telp : HP : adbsolo@yahoo.com. Agung Wahyu Nugroho, S.Hut, M.Sc Lahir di Klaten, 17 Januari Pendidikan S1 jurusan budidaya hutan (silvikultur) ditempuh di FakultasKehutanan, UGM, Yogyakarta, Indonesia ( ); master of science dalam bidang silvikultur di Fakultas Kehutanan, UGM, Yogyakarta, Indonesia ( ). Jabatan saat ini peneliti madya bidang Silvikultur pada Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi 97

112 Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPPTPDAS). Beberapa penelitian yang pernah dilakukan antara lain: silvikultur jenis ulin (Eusideroxylonzwageri) ( ), rehabilitasi pantai Kebumen ( ), silvikultur jenis rotan jernang (Daemonoropsdraco) ( ), rehabilitasi lahan rawa gambut, peningkatan produktivitas pohon penghasil gaharu, dan pengaturan optimalisasi lahan pola agroforestri tanaman kehutanan dengan sawit, site manager penelitian pembangunan kebun konservasi genetic ulin (Eusideroxylonzwageri) kerjasama antara Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Hutan (FORDA) dengan International Tropical Timber Organization (ITTO Project PD 539/09 Rev. 1/F). Pernahsebagaiinvited speaker dalam international seminar forests and medicinal plants for better human welfare (2013)., pembangunan kebun konservasi jenis plarar gunung (Dipterocarpusretusus) dan kalimasada (Cordiasubcordata), model pengembangan rehabilitasi pantai, dan rehabilitasi Telaga Warna dan Pengilon, Dieng. Beberapa publikasi terbitan prosiding nasional, prosiding internasional, dan jurnal terakreditasi mengenai silvikultur jenis ulin, pembangunan plot konservasi jenis ulin, silvikultur jenis rotan jernang, dan teknik rehabilitasi pantai telah dihasilkan. Arina Miardini,S.Hut, M.Sc. Lahir di Grobogan 5 September 1983, merupakan sarjana kehutanan dari Fakultas Kehutanan Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Institut Pertanian Bogor, Master of Science pada Fakultas Geografi Program Magister Perencanaan Pengelolaan Pesisir dan DAS Universitas Gajah Mada. Jabatan saat ini adalah Peneliti Muda bidang Ilmu tanah Agroklimatologi dan Hidrologi pada Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPPTPDAS). Beberapa penelitian yang pernah dilakukan antara lain: 98

113 Neraca air, Optimalisasi luas hutan terhadap tata air, Mitigasi banjir dan tanah longsor, Analisis erosi dan sedimentasi, Model rehabilitasi lahan pantai berpasir, kerentanan hutan terhadap perubahan iklim dan cuaca ekstrim, dan kajian degradasi lahan sebagai dasar pengelolaan banjir. Publikasi yang dihasilkan berupa majalah, prosiding nasional, jurnal terakreditasi mengenai pengelolaan lahan dan aplikasi penginderaan jauh dan system informasi geografis. Susi Abdiyani, S.Hut, M.Env. Mgmt., lahir di Brebes 6 November 1979, merupakan sarjana Kehutanan dari UGM dan S2 pada program Environmental Management di Massey University, New Zealand. Jabatan saat ini adalah Peneliti Muda bidang Konservasi Sumber Daya Hutan pada Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPPTPDAS). Beberapa kegiatan penelitian yang pernah diikuti antara lain: Pengelolaan Kolaboratif Hutan Nusakambangan Menuju Hutan yang Lestari dan Masyarakat Sejahtera sebagai pendamping masyarakat, Investigasi Illegal Logging untuk mengekspose kerusakan hutan Nusakambangan dan peran penduduk kampong laut dalam upaya menghutankan kembali kawasan, Kajian Kriteria Dan Indikator Penetapan Zona Taman Nasional Yang Berbobot Konservasi, Konservasi Flora Langka Karimun, dan Kajian Rehabilitasi Hutan dan Lahan Terdegradasi dengan Jenis Lokal dengan focus pada aspek vegetasi hutan, Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah pada Lahan Pantai Berpasir, Rehabilitasi Telaga Warna dan Pengilon, Dieng dan tata kelola pemulihan DTA Rawa pening. Kursus pendek yang pernah diikuti antara lain kursus Bahasa Inggris di Kadipaten (2007) dan Bogor (2008) dengan dana dari Kementerian Kehutanan, kursus Plant Genetic Resources and Seeds: Policies, conservation and use di India (2009) yang dibiayai oleh Netherlands Fellowship Programmes (NFP). 99

114 Dona Octavia, S.Hut, M.Sc. Lahir di Padang, 28 Oktober Pendidikan S1 jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB dan Pendidikan S2 Master of Science pada Program Studi Ilmu Kehutanan, Jurusan Budidaya Hutan /bidang silvikultur di Fakultas Kehutanan, UGM. Jabatan terakhir peneliti muda IIId pada Pusat Litbang Hutan di Bogor. Beberapa riset terkait silvikultur dan agroforestri dalam rehabilitasi lahan telah dilakukan, diantaranya Rehabilitasi Lahan Pantai Berpasir, Rehabilitasi Lahan terdegradasi dengan Jenis Pohon Lokal, Rehabilitasi Hutan dan Lahan secara Partisipatif dengan Sistem Agroforestri untuk Mendukung Ketahanan Pangan, Efektivitas Rehabilitasi di Lahan Bekas Tambang pada Hutan Pinjam Pakai Beberapa publikasi terkait konservasi dan atau rehabilitasi lahan juga telah diterbitkan dalam jurnal nasional terakreditasi, jurnal internasional, prosiding nasional dan internasional. Alamat kantor: Pusat Litbang Hutan, Jl. Gunung Batu no.5, Bogor

115 101

PENANGANAN LAHAN PANTAI BERPASIR DENGAN TANAMAN TANGGUL ANGIN CEMARA LAUT Oleh : Beny Harjadi Peneliti Madya Bidang Pedologi dan Penginderaan Jauh

PENANGANAN LAHAN PANTAI BERPASIR DENGAN TANAMAN TANGGUL ANGIN CEMARA LAUT Oleh : Beny Harjadi Peneliti Madya Bidang Pedologi dan Penginderaan Jauh PENANGANAN LAHAN PANTAI BERPASIR DENGAN TANAMAN TANGGUL ANGIN CEMARA LAUT Oleh : Beny Harjadi Peneliti Madya Bidang Pedologi dan Penginderaan Jauh Pada Balai penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaaan

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS. Oleh Beny Harjadi, Agung Wahyu Nugroho Susi Abdiyani Arina Miardini Dona Octavia

PEDOMAN TEKNIS. Oleh Beny Harjadi, Agung Wahyu Nugroho Susi Abdiyani Arina Miardini Dona Octavia PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN LAHAN BERMASALAH PANTAI BERPASIR DENGAN CEMARA Oleh Beny Harjadi, Agung Wahyu Nugroho Susi Abdiyani Arina Miardini Dona Octavia KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang pantai Indonesia

I. PENDAHULUAN. karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang pantai Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Nomor Per.06/MEN/2010 bahwa Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

Restorasi Organik Lahan. Aplikasi Organik Untuk Pemulihan Biofisik Lahan & Peningkatan Sosial Ekonomi Melalui Penerapan Agroforestri.

Restorasi Organik Lahan. Aplikasi Organik Untuk Pemulihan Biofisik Lahan & Peningkatan Sosial Ekonomi Melalui Penerapan Agroforestri. Restorasi Organik Lahan Aplikasi Organik Untuk Pemulihan Biofisik Lahan & Peningkatan Sosial Ekonomi Melalui Penerapan Agroforestri Ex-Tambang Restorasi Perubahan fungsi lahan pada suatu daerah untuk pertambangan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Umum Tanaman Cabai Tanaman cabai mempunyai daya adaptasi yang cukup luas. Tanaman ini dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 1400

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, cocok ditanam di wilayah bersuhu tinggi. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan tanaman perdu dan berakar tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. Tomat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Cara pandang masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Cara pandang masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Cara pandang masyarakat terhadap pertanian berubah menjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan bahan pangan terpenting di Indonesia mengingat makanan pokok penduduk Indonesia sebagian besar adalah beras. Sementara itu, areal pertanian

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu merupakan bahan pangan pokok ketiga setelah beras dan jagung. Daunnya dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah 1. List Program Untuk Menu Utama MPenjelasan_Menu_Utama.Show 1 2. List Program Untuk Penjelasan Menu Utama MPenjelasan_Tanah.Show 1 3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah MSifat_Bentuk2.Show

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau ABSTRAK Sejalan dengan peningkatan kebutuhan penduduk, maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian dan perkebunan juga meningkat. Lahan yang dulunya

Lebih terperinci

PENYIAPAN LAHAN. Oleh : Juwariyah BP3K Garum

PENYIAPAN LAHAN. Oleh : Juwariyah BP3K Garum PENYIAPAN LAHAN Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai berlatih peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali tentang pembersihan lahan tanaman bawang merah dengan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara ( km). Di sepanjang pantai tersebut ditumbuhi oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara ( km). Di sepanjang pantai tersebut ditumbuhi oleh berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan garis pantai terluas di Asia Tenggara (81.000 km). Di sepanjang pantai tersebut ditumbuhi oleh berbagai vegetasi pantai.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertambangan Pasir Besi Pasir besi merupakan bahan hasil pelapukan yang umum dijumpai pada sedimen disekitar pantai dan tergantung proses sedimentasi dan lingkungan pengendapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, karena memiliki kandungan gizi cukup,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

Lebih terperinci

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman 1. Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman. Pada umumnya unsur hara akan mudah diserap tanaman pada ph 6-7, karena pada ph tersebut

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah dan Air Secara Umum Tanah merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri dari bahan padat, cair dan gas. Tanah yang ideal terdiri dari sekitar 50% padatan, 25% cairan,

Lebih terperinci

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PENGERTIAN TANAH Pedosfer berasal dari bahasa latin yaitu pedos = tanah, dan sphera = lapisan. Pedosfer yaitu lapisan kulit bumi yang tipis yang letaknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting karena sebagai bahan baku produksi gula. Produksi gula harus selalu ditingkatkan seiring

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya LEMBAR KERJA SISWA KELOMPOK :. Nama Anggota / No. Abs 1. ALFINA ROSYIDA (01\8.6) 2.. 3. 4. 1. Diskusikan tabel berikut dengan anggota kelompok masing-masing! Petunjuk : a. Isilah kolom dibawah ini dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) 1. Cara memperbaiki tanah setelah mengalami erosi yaitu dengan cara?? Konservasi Tanah adalah penempatansetiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Radish (Raphanus sativus L) merupakan salah satu tanaman perdu semusim yang

I. PENDAHULUAN. Radish (Raphanus sativus L) merupakan salah satu tanaman perdu semusim yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Radish (Raphanus sativus L) merupakan salah satu tanaman perdu semusim yang berumbi. Dibandingkan dengan sayuran berumbi yang lain, misalnya wortel (Daucus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di pulau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Tanaman selada (Lactuca sativa L.) merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Compositae. Kedudukan tanaman selada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penambangan batubara dapat dilakukan dengan dua cara: yaitu penambangan dalam dan penambangan terbuka. Pemilihan metode penambangan, tergantung kepada: (1) keadaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu produk pertanian hortikultura yang banyak diusahakan oleh petani. Hal ini dikarenakan cabai merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomi dan

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

TANAH. Oleh : Dr. Sri Anggraeni, M,Si.

TANAH. Oleh : Dr. Sri Anggraeni, M,Si. TANAH Oleh : Dr. Sri Anggraeni, M,Si. Tanah memberikan dukungan fisik bagi tumbuhan karena merupakan tempat terbenamnya/ mencengkeramnya akar sejumlah tumbuhan. Selain itu tanah merupakan sumber nutrien

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Di Sumatra Utara areal pertanaman jagung sebagian besar di tanah Inceptisol yang tersebar luas dan berdasarkan data dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai arti penting bagi masyarakat. Meskipun disadari bawang merah bukan merupakan kebutuhan pokok, akan

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menyediakan unsur hara, pada takaran dan kesetimbangan tertentu secara berkesinambung, untuk menunjang pertumbuhan

Lebih terperinci

BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.03/MENHUT-V/2004 TANGGAL : 22 JULI 2004 BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur hara guna mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

LHP KAJIAN MITIGASI TANAH LONGSOR DALAM PENGELOLAAN DAS TAHUN ANGGARAN 2012 ( )

LHP KAJIAN MITIGASI TANAH LONGSOR DALAM PENGELOLAAN DAS TAHUN ANGGARAN 2012 ( ) LHP KAJIAN MITIGASI TANAH LONGSOR DALAM PENGELOLAAN DAS TAHUN ANGGARAN 2012 (15.1.2.12) OLEH : IR. BENY HARJADI. MSC DRS AGUS WURYANTA, MSC JOHANES GUNAWAN EDI SULASMIKO AGUS SUGIANTO BALAI PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional, selain mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat dan juga mengarah pada kesejahteraan

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph)

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph) KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami sifat kimia tanah. 2. Memahami vegetasi tanah. 3. Memahami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Di Indonesia jagung merupakan bahan pangan kedua setelah padi. Selain itu, jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri lainnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Survei Tanah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pokok masyarakat Indonesia dan komoditas agrikultur yang memiliki nilai

1. PENDAHULUAN. pokok masyarakat Indonesia dan komoditas agrikultur yang memiliki nilai 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia dan komoditas agrikultur yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Bawang

Lebih terperinci

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat Agro inovasi Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat 2 AgroinovasI PENANAMAN LADA DI LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH Lahan bekas tambang timah berupa hamparan pasir kwarsa, yang luasnya terus bertambah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (merah). Banyaknya vitamin A pada tanaman tomat adalah 2-3 kali. banyaknya vitamin A yang terkandung dalam buah semangka.

BAB I PENDAHULUAN. (merah). Banyaknya vitamin A pada tanaman tomat adalah 2-3 kali. banyaknya vitamin A yang terkandung dalam buah semangka. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) adalah tumbuhan dari familia Solanaceae. Tomat merupakan tanaman semusim, dapat tumbuh setinggi 1-3 meter. Tomat termasuk sayuran

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang memiliki prospek pengembangan cukup cerah, Indonesia memiliki luas areal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

IV. SIFAT FISIKA TANAH

IV. SIFAT FISIKA TANAH Company LOGO IV. SIFAT FISIKA TANAH Bagian 2 Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS SIFAT SIFAT FISIKA TANAH A. Tekstur Tanah B. Struktur Tanah C. Konsistensi Tanah D. Porositas Tanah E. Tata Udara Tanah F. Suhu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum) merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum) merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai (Capsicum annuum) merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan mempunyai prospek pasar yang unik dan menarik. Selama ini budidaya cabai dilakukan

Lebih terperinci

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara. Penyulaman Penyulaman dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan dengan segera agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya. Penyiangan Penyiangan terhadap gulma dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah marginal merupakan tanah yang memiliki mutu rendah karena

BAB I PENDAHULUAN. Tanah marginal merupakan tanah yang memiliki mutu rendah karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah marginal merupakan tanah yang memiliki mutu rendah karena adanya beberapa faktor pembatas seperti topografi yang miring, dominasi bahan induk, kandungan unsur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600- 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-700 ribu ton per tahun dengan kebutuhan kedelai nasional mencapai 2 juta ton

Lebih terperinci

Oleh : Ir. Beny Harjadi, MSc Drs. Agus Wuryanta, MSc Arina Miardini, S.Hut Edi Sulasmiko Agus Sugianto

Oleh : Ir. Beny Harjadi, MSc Drs. Agus Wuryanta, MSc Arina Miardini, S.Hut Edi Sulasmiko Agus Sugianto LAPORAN HASIL PENELITIAN (L H P) KAJIAN MITIGASI TANAH LONGSOR ASPEK DARI: RPI : TEKNOLOGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAHAN DAN AIR PENDUKUNG PENGELOLAAN DAS Tahun Anggaran 2013 (15.1.2.12.1) Oleh : Ir. Beny

Lebih terperinci

Ekologi Padang Alang-alang

Ekologi Padang Alang-alang Ekologi Padang Alang-alang Bab 2 Ekologi Padang Alang-alang Alang-alang adalah jenis rumput tahunan yang menyukai cahaya matahari, dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang (rhizome)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu TINJAUAN PUSTAKA 4 Botani dan Ekologi Tanaman Tebu Tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk dalam divisi Spermatophyta, kelas Monocotyledone, ordo Graminales dan famili Graminae (Deptan, 2005). Batang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan permukaan bumi yang dimanfaatkan sebagai media

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan permukaan bumi yang dimanfaatkan sebagai media I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan permukaan bumi yang dimanfaatkan sebagai media tumbuh dan berkembang suatu tanaman. Macam tanah yang ada di Indonesia seperti Gambut (Organosol), Latosol,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol 27 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol Tanah Latosol tergolong tanah yang subur. Tanah Latosol merupakan tanah yang umum terbentuk di daerah tropika basah sehingga dapat digunakan untuk pertanian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT NAMA INSTANSI FASILITATOR : MU ADDIN, S.TP : SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG : Ir. SETIA PURNOMO, M.P. Perencanaan pemeliharaan merupakan tahapan awal yang sangat

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian. Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian. Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini diperuntukan untuk perkebunan dan budidaya. Disebelah timur lokasi tambang pada jarak

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci