PEDOMAN TEKNIS. Oleh Beny Harjadi, Agung Wahyu Nugroho Susi Abdiyani Arina Miardini Dona Octavia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEDOMAN TEKNIS. Oleh Beny Harjadi, Agung Wahyu Nugroho Susi Abdiyani Arina Miardini Dona Octavia"

Transkripsi

1 PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN LAHAN BERMASALAH PANTAI BERPASIR DENGAN CEMARA Oleh Beny Harjadi, Agung Wahyu Nugroho Susi Abdiyani Arina Miardini Dona Octavia KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI KEHUTANAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI 2014 ii

2 KATA PENGANTAR Buku PENGELOLAAN LAHAN BERMASALAH PANTAI BERPASIR DENGAN CEMARA LAUT merupakan salah satu bentuk sarana BPTKPDAS untuk memperkenalkan hasil penelitian kepada masyarakat luas, khususnya di daerah pantai berpasir dengan permasalahan lahan marjinal. Kegiatan penelitian yang berkaitan dengan permasalahan lahan pantai berpasir di Kebumen berangkat dari presentasi hasil penelitian dari kantor BPTKPDAS kepada Dinas-Dinas yang ada di Kebumen. Selanjutnya pada saat itu Ibu Bupati (Ir. Rustriningsih) meminta untuk ada penelitian yang ada di pantai selatan Kebumen, mengingat kondisi pantai yang gersang dan panas sehingga pengunjung wisata sangat rendah. Begitu juga permasalahan lahan pantai dan pesisir selatan yang luas dan memanjang tidak dapat diusahakan untuk tanaman hortikultura karena gangguan uap air garam dan angin kencang dari laut. Tahun 2005 kegiatan penelitian BPTKPDAS dengan tanggul angin Cemara Laut (Casuarina equisetifolia) di mulai dengan melibatkan masyarakat desa Karanggadung khususnya Kelompok Tani Pasir Makmur. Kegiatan diawali dengan meyakinkan ke masyarakat bahwa pantai berpasir dapat untuk budidaya tanaman semusim (hortikultura) asal sudah ada tanaman tanggul di depannya atau dekat pantai. Awalnya masyarakat kurang percaya sehingga perlu diajak studi banding ke pantai Samas Jogyakarta yang sudah ada tanaman Cemara lautnya. Sepulang dari studi banding masyarakat yakin bahwa pantai yang nampaknya gersang, jika dikelola dengan baik akan menghasilkan yang jauh lebih produktif dibandingkan dengan tanah mineral biasa. Selanjutnya kegiatan tersebut berlanjut sampai sekarang ini dan menjadi show window BPTKPDAS. TIM PENELITI PANTAI BERPASIR i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... viii I.PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 5 C. Sasaran... 5 D. Batasan Istilah... 5 II.PERENCANAAN... 8 A. Pengorganisasian... 8 B. Pemetaan Lokasi... 9 C. Kebutuhan D. Penentuan III.PELAKSANAAN A. Persiapan B. Pembuatan Jalur Tanggul Angin C. Penanaman D. Pemeliharaan E. Pemanenan Hasil IV. MONITORING A. Pengamatan Tanah B. Pengamatan Iklim C. Pengamatan Tanaman D. Pengamatan Erosi ii

4 V.EVALUASI A. Tingkat Prosentase Tumbuh B. Tingkat Prosentase Hasil... C. Tingkat Perawatan dan Pengelolaan D. Tingkat Partisipasi Kelompok Tani E. Tingkat Dampak Pengelolaan Lahan Pantai F. Analisa Input dan Analisa Output... G. Tingkat Kemanfaatan Tanggul Angin H. Tingkat Adopsi Masyarakat VI. MANFAAT PLOT PENELITIAN A. Pemeliharaan Plot Penelitian B. Perbedaan Sebelum dan Sesudah Penanaman Cemara Laut C. Matinya Cemara Laut Di Pantai VII. PENUTUP iii

5 DAFTAR TABEL Tabel 1. Kondisi sebelum dan sesudah ada cemara laut di pantai...84 iv

6 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Diagram alur Penanganan permasalahan Lahan Pantai Berpasir dengan Cemara Laut... 4 Gambar 2. Areal Penelitian Lahan Pantai Berpasir di Desa Karanggadung, Kecamatan Petanahan, Kebumen, Sejak Tahun Gambar 3. Layout Pengembangan Demplot Tanaman Semusim dan Tanaman Tanggul Angin Cemara Laut Gambar 4. Persiapan Pembibitan Tanaman Tahunan dan Buah-buahan Gambar 5. Kondisi Awal Cemara Laut (Casuarina equisetifolia), saat ditanam di Lapangan Gambar 6. Perkembangan kematangan biji pada cangkang dari berwarna hijau (mentah), kuning (matang) dan coklat (biji lepas) Gambar 7. Contoh persemaian cemara laut dari biji di Pemalang Gambar 8. Cemara laut dari cangkok, dari biji dan setelah di prunning (dipangkas cabang-cabang bawah agar cepat meninggi) Gambar 9. Papan batas dan tanda peringatan untuk pengamanan lokasi penelitian jangan sampai diganngu pengunjung wisata Gambar 10. Pengamatan Pertumbuhan tanaman cemara laut Tahun 2011 dari penanaman Tanaman tahun 2006 sampai tahun Gambar 11. Beberapa tanaman yang ada di pantai berpasir, dimanfaatkan mikorizanya untuk perangsang pertumbuhan tanaman baru Gambar 12. Demplot Uji Coba dari Kantor BPTKPDAS Solo, antara Lain : Jagung, Cabe, dan Bawang Merah (Hortikultura) Gambar 13. Beberapa Tanaman Hortikultura, dibelakang Cemara Laut : Gula Kelapa, Semangka, Terong Ungu, dan Pepaya Kalifornia.36 Gambar 14. Beberapa Tanaman Bawah yang ada di Pantai Berpasir Gambar 15. Beberapa Macam Insektisida untuk Penyemprotan HPT (Hama Penyakit Tanaman) Gambar 16. Ternak Sapi dan Kambing Etawa untuk Peningkatan Penyediaan Pupuk Kandang dan Menjaga Kesuburan Lahan Gambar 17. Dampak Cemara Laut Meramaikan Kondisi Wisata : Warung di Tepi Pantai, Rumah Dekat Pantai (pesisir) dan Jalan Pantai Gambar 18. Kondisi Biofisik dan Kimia Pantai Berpasir pada Lahan Cemara Laut, Pasir Pantai dan Lahan Semusim di Pantai Petanahan Gambar 19. Pengambilan Sampel Tanah pada Lahan Cemara Laut, Pasir Pantai, Lahan Semusim Hortikultura di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung, Kec. Petanahan, Kab. Kebumen v

7 Gambar 20. Kondisi tanaman kekeringan akibat musim kemarau yang panjang, tanaman kering dan layu jika tidak diguyur hujan Gambar 21. Mengantisipasi perubahan iklim ekstrim di pantai maka diperlukan pemantauan perubahan iklim dan erosi angin Gambar 22. Kelembaban Ruang dan Udara Harian Pagi dan Siang di Desa Karanggadung, Kec.Petanahan, Kab.Kebumen Gambar 23. Suhu Udara dan Ruang pada Pagi dan Siang hari di Karanggadung, Petanahan, Kebumen Tahun Gambar 24. Suhu Tanah Top Soil (30cm), Solum (90cm), dan Regolit (150cm) Pagi dan Siang hari di Karanggadung, Kebumen Gambar 25. Data Hujan : Maximum Hujan, Rerata, Hari Hujan, Jumlah dan Minimum Gambar 26. Curah Hujan Bulanan di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung, Kab.Kebumen Tahun Gambar 27. Total Hujan Tahunan dan Hari Hujan di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung, Kab.Kebumen Tahun Gambar 28. Evaporasi pada Pengamatan Siang dan Malam hari Jauh dari Pantai (sebelah utara) serta Dekat Pantai (sebelah selatan) Gambar 29. Alat Penangkap Erosi Angin (Sandtrap) dan Bius Beton untuk Instalasi Air Sumur Renteng Gambar 30. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir Bulan Mei Gambar 31. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir Bulan Agustus Gambar 32. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir, 22 Desember Gambar 33. Lay out Tata Letak Stik Erosi untuk Memantau Erosi Angin di Pantai Petanahan, Kebumen, Tahun Gambar 34. Erosi Angin di Dekat Pantai (D), Gisik Pasir (G), Jauh dari Pantai (J) dan Pantai (P) di Petanahan, Juni-Agustus Gambar 35. Erosi Angin di Dekat Pantai (D), Gisik Pasir (G), Jauh dari Pantai (J) dan Pantai (P) di Petanahan, September- Desember Gambar 36. Kecepatan Angin Siang dan Malam Tahun 2007 di Kebumen. 63 Gambar 37. Kecepatan Angin Pagi dan Siang Hari di Karanggadung, Petanahan, Kebumen Tahun Gambar 38. Arah Angin Pagi dan Siang Hari dari Timur Laut (TL) sampai Barat Daya (BD) di Karanggadung, Kebumen Gambar 39. Kronologis Perubahan Kondisi Lahan Pantai Petanahan dengan Cemara Laut dari Tahun 2005 sampai vi

8 Gambar 40. Pertumbuhan Tanaman Cemara Laut dan Persen Tumbuh Tahun Gambar 41. Kondisi Tanaman yang Mengalami Kekeringan Akibat Musim Kemarau panjang dan Mati Akibat Busuk Akar Gambar 42. Pengunjung Wisata Meningkat karena Tingkat Kenyamanan Wisata Semakin Sejuk dan Indah Gambar 43. Pendapatan Wisata Bulanan di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung, Kab. Kebumen Tahun Gambar 44. Kunjungan Wisata Pantai Petanahan, Desa Karanggadung Gambar 45. Puncak kunjungan wisata saat Lebaran di bulan September 2011 dengan pendapatan mencapai Rp , Gambar 46. Sosialisasi Penyelamatan Pantai dengan Menanam Cemara Laut Pada Masyarakat dan Anak-anak Sekolah Gambar 47. Pendekatan dengan Cara Pendampingan Kelompok Tani dan Anak-anak Sekolah di Ruang Kelas Maupun di Ruang Terbuka 78 Gambar 48. Kondisi Gersang Pantai Petanahan dan Rindang Setelah Penghijauan dengan Cemara Laut Gambar 49. Peresmian Cemara Laut Wanagama III oleh Menteri Kehutanan di Pantai Petanahan, Kebumen Gambar 50. Sosilaisasi penyelamatan dini pantai dengan cemara laut perlu disampaikan pada semua dari warga biasa, aparat, anak-anak sekolah untuk membangkitkan partisipasinya Gambar 51. Pendekatan secara perorangan atau berkolompok harus sering dilakukan baik secara formal (aparat kabupaten sampai desa) maupun informal dengan para tokoh atau warga biasa. 81 Gambar 52. Akar cemara laut yang busuk akibat diserang jamur dari bahan pupuk kandang yang belum matang Gambar 53. Penyerangan akar oleh jamur atau penyakit busuk akar akan menyebabkan perakaran putus dan tanaman mati permanen. 89 Gambar 54. Bibit cemara laut muda yang mati pada saat penanaman bisa diakibatkan oleh iklim, tanah, pupuk, penanganan bibit dll vii

9 DAFTAR LAMPIRAN viii

10 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan bermasalah merupakan lahan yang tidak layak atau tidak sesuai dipergunakan untuk pertumbuhan tanaman, sehingga agar lahan bermasalah dapat dimanfaatkan perlu dilakukan usaha perbaikan. Macammacam permasalahan lahan dapat terjadi karena : 1. Proses alami 2. Proses buatan 3. Kombinasi keduanya. Proses permasalahan lahan alami meliputi : lahan marjinal (pasir kuarsa/podsol, pantai berpasir, lahan bergaram, dll), lahan basah (gambut, payau/estuarin, rawa, dll) dan tanah bencana (berapi, tsunami, gempa bumi, angin kencang, dll). Proses permasalahan lahan buatan meliputi lahan kritis, lahan asam/sulfat masam, dan lahan bekas tambang. Proses permasalahan lahan akibat kombinasi antara faktor alam dengan buatan manusia meliputi : lahan banjir, kekeringan, dan longsor. Salah satu permasalahan lahan di Indonesia adalah lahan pantai berpasir mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah pantai yang luas dan panjang. Bentuk lahan (landform) wilayah pantai secara umum dikelompokkan atas wilayah pantai berlumpur (muddy shores), pantai berpasir (sandy shores), dan pantai berbatu karang atau andesit (Bloom, 1979). Wilayah ini bersifat dinamis dimana terdapat hubungan antara pasokan butir-butir pasir dari hasil abrasi pantai oleh ombak menuju pantai dan dari gisik (beach) yang merupakan hasil erosi angin kearah daratan, sehingga pasokan pasir terjadi terus-menerus. Peristiwa tersebut menyebabkan lahan pantai berpasir menjadi kritis, baik untuk wilayah itu sendiri maupun wilayah di belakangnya (Sukresno, 1998). Pengertian tanah berpasir merupakan tanah yang mengandung banyak pasir tetapi masih ada debu dan liat sehingga tidak mudah terpisah (Hardjowigeno, 1992 ). Lingkungan pantai (Dahlan, 1992) memiliki karakter yang sangat khas sebagai ciri yang mencolok pada daerah pesisir pantai antara lain : a). Angin kencang dengan hembusan garam, b). Kadar garam 1

11 tinggi dalam tanah, c). Porositas tinggi, dan d). Pergerakan pasir yang bebas. Sifat Fisik tanah pantai berpasir butirannya kasar mengandung kerikil, konsistensi lepas sampai gembur, dan warnanya bervariasi dari merah kuning, coklat kemerahan, dan coklat kekuningan. Sifat Kimia tanah pantai berpasir kaya akan unsur-unsur hara seperti Posfor (P) dan Kalium (K) kecuali Nitrogen (N) yang belum terlapuk sehingga perlu tambahan pupuk organik, pupuk kandang dan pupuk hijau (Suhardjo, Supriyadi, dan Sudihardjo, 2000). Dengan kandungan garam-garaman yang tinggi menyebabkan tanah pantai berpasir memiliki ph tanah berkisar antara 6 sampai 7. Sifat Biologi tanah pantai berpasir memiliki sedikit mikroorganisme yang dapat memfiksasi nitogen dari udara. Terdapat banyak bakteri bacillus yang dapat melarutkan senyawa fosfat dan kalium di dalam tanah. Tanah pantai berpasir memiliki beberapa jenis tanah antara lain : tanah Alluvial, Regosol atau Entisols. Permasalahan yang terdapat pada lahan pantai berpasir meliputi (Gambar 1) : a) miskin unsur hara, b). sukar menahan air, c). mudah terjadi erosi, d). agregat tanah lemah. Cara mengatasi permasalahan tanah berpasir tersebut antara lain dengan : 1). pemberian mulsa, 2). menambahkan tanah liat (amelioran/ameliorat), 3). menambahkan bahan organik (pupuk kandang), 4). menanam tanaman penutup tanah, 5. menggunakan Bio-P 2000z. Kondisi lahan yang kritis tersebut disebabkan tidak hanya oleh faktor biofisik semata yang secara alami telah kritis dan bila tidak segera ditangani berdampak negatif pada lahan yang akan terjadi semakin meluas (Harsono, 1995). Hendaknya pemanfaatan lahan pantai berpasir dilakukan secara baik dan benar dan dapat berfungsi ganda, yaitu untuk mengendalikan erosi (angin) dan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat melalui usaha budidaya tanaman semusim yang sesuai dan bernilai ekonomi tinggi. Berkaitan dengan permasalahan yang ada di wilayah pantai berpasir, dibutuhkan suatu model pengelolaan untuk rehabilitasi dan 2

12 konservasi yang bisa meningkatkan produktivitas lahan yang berimplikasi pada tereduksinya marjinalitas lahan dan peningkatan pendapatan masyarakat sekitar area tersebut dengan penanaman cemara laut (Casuarina equisetifolia sp.) sebagai tanggul angin (Nurahmah dkk, 2007). 3

13 Gambar 1. Diagram alur Penanganan permasalahan Lahan Pantai Berpasir dengan Cemara Laut 4

14 B. Maksud dan Tujuan Petunjuk teknis ini bertujuan memberikan informasi kepada khalayak umum bagaimana memberdayakan lahan bermasalah pantai berpasir yang marjinal melalui penanaman tanaman tanggul angin cemara laut (cemara udang/casuarina equisetifolia sp.) dan tanaman budidaya (hortikultura) sehingga dapat dimanfaatkan menjadi lahan produktif untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar pesisir selatan (Sukresno dkk, 2000). C. Sasaran Pelaksanaan teknik konservasi lahan pantai berpasir dengan pengembangan model tanaman tanggul angin Casuarina equisetifolia sp. (pembiakan dan pola tanam) sebagai pengendali erosi angin, model pengelolaan tanaman budidaya (bawang merah, cabe, semangka dan terong) yang ditanam di belakang tanaman tanggul angin, sehingga dapat meningkatkan produktivitas lahan marjinal. D. Batasan Istilah Beberapa pengertian dan peristilah umum yang digunakan dan berhubungan dengan masalah pengelolaan wilayah pantai, antara lain: 1. Lahan bermasalah adalah lahan yang diakibatkan oleh rendahnya sifat fisik, kimia dan biologi sehingga tidak layak untuk pertumbuhan tanaman karena faktor bawaan/alami atau faktor buatan (eksploitasi lahan, perusakan lahan, pengelolaan lahan yang salah dll). 2. Pantai (shore), adalah hamparan lahan yang membentang di tepi laut, atau tepi perairan yang luas. 3. Wilayah Pantai atau Pesisir (coast), adalah daratan di tepi laut, yang meliputi pantai dan daratan didekatnya (pesisir) yang masih terpengaruh oleh aktivitas marin (lautan). 5

15 4. Daerah Pantai, adalah daratan yang terletak dibagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berbatasan dengan laut, dengan kelerengan kurang dari 8% (topografi datar). 5. Gisik (beach), yaitu daerah berbatasan antara permukaan air laut pasang dan surut, yang umumnya tertutup oleh hamparan pasir dan kerikil di permukaannya. 6. Beting Gisik, adalah gundukan alami memanjang searah garis pantai yang merupakan bekas gisik dan sudah tidak aktif lagi karena pantai mengalami akresi (daratan bertambah luas). 7. Laguna, adalah cekungan memanjang searah/sejajar garis pantai, diantara beting gisik, biasanya tergenang air. 8. Gumuk Pasir (sand dune), adalah bukit-bukit pasir yang terbentuk dari akumulasi pasir yang tererosi dan terbawa oleh angin. 9. Rekresi (abrasi), adalah daratan yang terkikis atau susut karena pengikisan gelombang atau arus laut. 10. Intrusi, adalah masuknya air laut ke arah daratan baik yang melalui permukaan tanah maupun lewat bawah tanah. 11. Salinitas Air, adalah kadar garam atau tingkat keasinan air. 12. Interface, adalah bidang pembatas antara air bawah tanah yang tawar (dari daratan) dan asin (dari lautan). 13. Erosi, adalah suatu proses dimana tanah atau partikel tanah atau batuan terlepas dan dihancurkan, kemudian diangkut, tercuci oleh suatu gaya (media pengangkut) berupa air, angin, atau gaya berat partikel tanah atau batuan itu sendiri. 14. Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT), adalah suatu usaha manusia untuk memperbaiki, meningkatkan, dan mempertahankan kondisi lahan agar dapat berfungsi secara optimal, baik sebagai unsur produksi, media pengatur tata air maupun sebagai unsur perlindungan alam lingkungan. 6

16 15. Sabuk Hijau Perlindungan Pantai, adalah suatu daratan yang terletak di sepanjang garis pantai dan berbatasan langsung dengan laut karena keadaan fisiknya berfungsi sebagai perlindungan bagi kelestarian sumber daya alam daerah pantai, dengan lebar tertentu dan ditanami dengan vegetasi tertentu. Tanaman sabuk hijau berfungsi sebagai pengendali abrasi, penahan uap garam-garaman, mencegah angin kencang dari lautan, dan pengendali iklim mikro. 7

17 II.PERENCANAAN A. Pengorganisasian Pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT) Pantai berpasir melalui pengembangan teknologi rehabilitasi lahan berpasir dan peningkatan tingkat pendapatan masyarakat serta kenyamanan berwisata, melibatkan multi stakeholder. Pihak yang terlibat meliputi instansi pemerintahan dan masyarakat sekitar sehingga perlu dilakukan konsultasi dan koordinasi ke instansi terkait dan sosialisasi rencana kegitan pada masyarakat (Harjadi dkk, 2007). Konsultasi dan koordinasi dari tingkat Kabupaten (Dinas Kehutanan dan Dinas Wisata), Kecamatan (Polsek dan Kantor Camat), Kelurahan sampai Kelompok Tani (Kontak Tani, Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama). Disamping itu juga ditetapkan salah satu rumah penduduk sebagai Sekretariat Kelompok Tani (KT) sebagai kantor anggota kelompok, tempat diskusi, dan menyimpan peralatan serta output tulisan hasil penelitian. Sehingga Sekretariat KT juga sebagai pusat sosialisasi hasil penelitian dan pusat informasi agenda acara KT. Pertemuan KT ditetapkan rutin setiap bulan dan bergilir dari rumah ke rumah anggota KT, kadang juga dilakukan di Balai Desa atau di Sekolah (SD Negeri I Karanggadung), dan di lokasi (Pondok Kerja). Kegiatan penanaman cemara laut juga melibatkan Bapak-Bapak dan Ibu- Ibu anggota KT serta anak-anak sekolah. 8

18 B. Pemetaan Lokasi Pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan dimulai dengan melakukan pemetaan lokasi untuk penanaman tanaman tanggul angin dan tanaman budidaya (Gambar 1) dengan menggunakan GPS (Global Positioning System). Lokasi pengelolaan lahan bermasalah di pantai berpasir (pantai selatan) di Desa Karanggadung, Kecamatan Petanahan, dan Kabupaten Kebumen (Harjadi dan Octavia, 2008). Gambar 2. Areal Penelitian Lahan Pantai Berpasir di Desa Karanggadung, Kecamatan Petanahan, Kebumen, Sejak Tahun 2005 a. Permasalahan Lahan Pantai Berpasir Tanah berpasir merupakan tanah muda (baru) yang dalam klasifikasi FAO termasuk dalam ordo Regosol sedangkan menurut klasifikasi USDA, tanah di daerah pantai termasuk ordo Entisol atau lebih dikenal dengan nama Entisol pantai. 1. Sifat Fisik Tanah i. Tekstur dan Struktur Tekstur tanah pasir adalah kasar, karena tanah pasir mengandung lebih dari 60% pasir dan memiliki kandungan liat kurang dari 2% (Sudihardjo, 2000). Partikel-partikel pasir mempunyai ukuran yang lebih 9

19 besar dan luas permukaan yang lebih kecil dibandingkan fraksi debu dan liat. Oleh karena itu, tidak banyak berfungsi dalam mengatur kimia tanah tetapi lebih sebagai penyokong tanah di mana sekitarnya terdapat partikel debu dan liat yang aktif. Tanah berpasir memiliki struktur butir tunggal, berupa butir-butir primer yang besar tanpa adanya bahan pengikat agregat, berukuran 0,002 mm - 2,0 mm. ii. Porositas dan Temperatur Tanah berpasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit menahan air. Porositas tanah pasir bisa mencapai lebih dari 50 %, maka bersifat mudah merembeskan air dan gerakan udara di dalam tanah menjadi lebih lancar (aerasi). Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin. Oleh sebab itu, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan organik yang lebih intensif. Tanah berpasir memiliki temperatur yang tinggi yang disebabkan karena kemampuan tanah menyerap panas yang tinggi. Tanah pasir memiliki kemampuan yang rendah dalam menahan lengas karena sifat tanah yang porous berakibat sempitnya kisaran kandungan air tersedia serta tingginya kecepatan infiltrasi 2,5-25 cm/jam (dibandingkan 0,001-0,1 cm/jam pada tanah liat/clay). Tanah pasir menyimpan air sangat rendah yaitu 1,6-3% dari total air yang tersedia. 2. Sifat Kimia Tanah i. Kapasitas Tukar Kation (KTK) Tanah pasir memiliki KTK rendah dibandingkan dengan tanah liat atau debu. Hal ini disebabkan tanah pasir memiliki kandungan liat dan humus yang sangat sedikit. Kapasitas Tukar Kation (KTK) Tanah berpasir berkisar antara 2-4 m/g. Kemampuan KTK yang rendah dapat ditingkatkan dengan pemupukan organik. 10

20 ii. ph Tanah (Kemasaman Tanah) Tanah berpasir di daerah pantai cenderung bersifat basa karena kandungan garamnya yang tinggi dan sedikitnya partikel liat serta kurangnya bahan organik. Kelebihan garam dalam tanah dapat menurunkan potensial air larutan tanah dan menyebabkan tumbuhan kekurangan air meskipun hidup pada lingkungan yang banyak air. Ini disebabkan karena potensial air di lingkungan lebih rendah daripada potensial air jaringan, kemudian yang terjadi adalah kehilangan air bukan menyerapnya. Menurut Hasan Basri Jumin (Sipayung, 2003 : 4), salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein serta penambahan biomassa tumbuhan. 3). Sifat Biologi Tanah Pada tanah berpasir jumlah mikroorganismenya sangat sedikit sehingga proses humifikasi berjalan lambat. Mikroorganisme pada tanah berpasir sangat sedikit karena kondisi lingkungan tanah berpasir tidak mendukung mikroorganisme untuk hidup. Kondisi yang tidak menguntungkan antara lain intensitas cahaya matahari yang sangat besar, suhu yang tinggi dan kemampuan menahan air pada tanah berpasir sangat rendah. Hal ini menyebabkan tanah berpasir menjadi kurang subur (Sulastri, 2012). Oleh sebab itu, dibutuhkan penambahan bahan organik sebagai sumber makanan bagi mikroorganisme sehingga dapat meningkatkan populasi mikroorganisme tanah baik jamur dan actinomycetes untuk membantu pembentukan agregat tanah. Pasir adalah butir tanah yang berukuran antara 0,050 mm sampai dengan 2 mm dan tergolong bahan halus tanah. Bahan halus tanah adalah bagian butir tanah yang berukuran kurang dari 2 mm yang terdiri atas pasir, debu dan liat. Tanah tergolong bertekstur pasir apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola 11

21 dan gulungan. Tanah bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar (Madjid, 2009). Tanah pasir tidak memiliki kemampuan menjerap air dan unsur hara sehingga tanah pasir mudah kering dan tidak subur. Tanah pasir juga sedikit mengandung liat, miskin bahan organik atau humus dan memiliki KTK yang rendah (Utami, 2009). b. Tanaman Tanggul Angin Pemetaan lokasi penanaman tanaman tanggul angin Cemara laut dengan memperhatikan aspek sebaran arah dan kecepatan angin tahunan. Jalur tanggul angin dibuat tegak lurus arah angin saat musim kemarau dan musim badai (angin kencang). Hal-hal yang perlu dirancang antara lain: a. Penetapan jarak antar tanggul angin dengan bibir pantai (< 100 m) dan tebal lapisan (> 5 tanaman Cemara Laut). b. Penetapan jarak tanam tanaman tanggul angin dan lay out sebaran (apakah berderet sistematis 5mx5m, 5mx10m atau selang-seling untu walang ). c. Tanaman Budidaya Pemetaan lokasi penanaman tanaman budidaya dengan memperhatikan sebaran dan lay out jalur tanggul angin. Hal-hal yang perlu dirancang antara lain: a. Pemilihan jenis tanaman budidaya sesuai dengan kebutuhan petani/masyarakat setempat dan sesuai ditanam di pantai. b. Lokasi penanaman (mengikuti letak jalur tanggul angin yang ada) yaitu tepat di belakang tanaman tanggul angin. 12

22 c. Penetapan waktu tanam, volume kebutuhan masing-masing bibit serta waktu dan dosis pemberian ameliorat (amelioran). Ameliorat berupa pupuk kandang, tanah liat maupun pupuk buatan (urea, TSP, ZA dan KCl) C. Kebutuhan a. Kebutuhan Bahan Tanaman cemara laut (Casuarina equisetifolia) ditanam dengan jarak 5 m x 5 m. Untuk kebutuhan bibit disesuaikan dengan luas areal yang akan ditanami. Kebutuhan bibit tanaman semusim bibit bawang merah sebanyak 200 kg per hektar dan jagung 20 kg per hektar (Ambarwati dan Purwanti, 2002). Bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan perbaikan tanah berupa pupuk kandang dengan dosis 20 ton/ha (Atmojo, 2003) serta pupuk anorganik 200 kg/ha ZA, KCl, urea, TSP, racun insektisida (serangga), dan fungisida (jamur). b. Kebutuhan Alat Alat yang dibutuhkan untuk kegiatan penetapan lokasi, pembuatan rancangan, dan pemetaan lokasi antara lain patok, meteran, kompas dan peta dasar. Alat yang dibutuhkan untuk kegiatan pengembangan sarana pengairan tanaman budidaya antara lain berupa bak renteng, pralon, gembor, selang dan pompa air. Alat yang dibutuhkan untuk kegiatan pengamatan perlakuan, antara lain: penjerap pasir (sand trap), evaporimeter (pengukur evaporasi), ombrometer (penakar hujan), anemometer (kecepatan angin), termometer udara, dan termometer tanah (kedalaman 30cm = top soil, 90cm = solum, 150cm = regolit). Alat yang dibutuhkan untuk kegiatan sosialisasi masyarakat adalah leaflet, poster, tulisan ilmiah dan laporan. Sedangkan untuk mengumpulkan informasi sosek (sosial ekonomi) dengan blanko kuisioner. 13

23 c. Kebutuhan Tenaga Tenaga yang dibutuhkan terdiri atas tenaga pengamat untuk data iklim (suhu, curah hujan, kecepatan angin) dan erosi pasir serta pengamat pertumbuhan tanaman. Disamping itu untuk keamanan melibatkan seluruh warga Karanggadung dan Karyawan Obyek wisata Karanggadung untuk mengawasi kalau ada pengunjung wisata yang sengaja atau sekedar iseng merusak tanaman. d. Kebutuhan Biaya Biaya bibit (Cemara laut dan tanaman semusim) dan pupuk (organik dan an-organik) yang dibutuhkan per hektarnya sekitar Rp ,- dan biaya perlengkapan lapangan sekitar Rp ,-. Beberapa biaya yang tidak terhitung berupa bantuan tenaga dari Kelompok Tani dari mulai penanaman, perawatan dan pengamanan serta pengamatan dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat. e. Kebutuhan Lahan Luasan lahan disesuaikan dengan ketersediaan bibit, jarak tanam yang dipilih dan ragam tanaman yang ditanam (disesuaikan dengan kemampuan anggaran biaya). Dari pihak kantor Obyek Wisata Karanggadung selaku pihak yang bertanggung jawab pengelolaan lahan pantai berpasir, mengijinkan untuk penggunaan lahan pantai berpasir seluas 11,71 ha untuk tanaman Cemara laut dan tanaman semusim. f.kebutuhan Ameliorat Dengan karakteristik tanah berpasir seperti di atas, dapat dilihat bahwa amelioran yang paling sesuai untuk meningkatkan kesuburan tanah berpasir adalah bahan organik (BPT, 2005). Penambahan bahan organik akan meningkatkan kemampuan tanah untuk diolah pada lengas yang rendah. Pada tanah berpasir yang kering yang semula tidak lekat, tidak 14

24 liat pada saat basah, dengan tambahan bahan organik dapat menjadi agak lekat dan liat serta sedikit teguh, sehingga mudah diolah. Hasil penelitian Nugroho dan Sumardi, 2010 menunjukkan bahwa penambahan amelioran (40% tanah dan 10% bahan organik) ke dalam media dasar pasir mampu meningkatkan daya hidup cemara udang sampai 78,3%. Penambahan tanah (20% dan 40%) ke dalam media dasar pasir mampu meningkatkan daya hidup cemara udang sebesar 60,83% dan 63,75%. Penambahan pupuk kandang 10% pada media dasar pasir mampu meningkatkan daya hidup cemara udang sebesar 65,55% dan penambahan pupuk kandang hingga 30% dan 50% tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Atmojo (2003) menjelaskan bahwa pemberian bahan organik mampu menciptakan kondisi yang sesuai untuk tanaman dengan memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah, aerasi lebih baik sehingga mempermudah penetrasi akar, memperbaiki kapasitas menahan air, meningkatkan ph, KTK dan serapan hara. Bahan organik merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme tanah, maka bahan organik juga mempercepat perbanyakan fungi, bakteri, mikroflora dan mikrofauna tanah lainnya. Peran bahan organik yang paling besar terhadap sifat fisik tanah meliputi : struktur, konsistensi, porositas, daya mengikat air, dan yang tidak kalah penting adalah peningkatan ketahanan terhadap erosi. Pada tanah berpasir, bahan organik dapat merubah struktur tanah dari berbutir tunggal menjadi bentuk gumpal, sehingga meningkatkan derajat struktur dan ukuran agregat atau meningkatkan kelas struktur dari halus menjadi sedang atau kasar (Scholes et al., 1994 dalam Atmojo, 2003). Bahkan bahan organik dapat mengubah tanah yang semula tidak berstruktur (pejal) dapat membentuk struktur yang baik atau remah, dengan derajat struktur yang sedang hingga kuat. Penambahan bahan organik pada tanah kasar (berpasir), akan meningkatkan pori yang berukuran menengah dan menurunkan pori makro sehingga meningkatkan 15

25 kadar air pada kapasitas lapang. Dengan demikian akan meningkatkan kemampuan menahan air (Stevenson, 1982 dalam Atmojo, 2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam humat (di dalam humus) lebih bertanggung jawab pada pembentukkan agregat di tanah regosol, yang ditunjukkan oleh meningkatnya kemantapan agregat tanah (Pertoyo, 1999 dalam Atmojo, 2003). Pengaruh penambahan bahan organik terhadap ph tanah dapat meningkatkan atau menurunkan tergantung oleh tingkat kematangan bahan organik dan jenis tanahnya. Penambahan bahan organik yang belum masak (misal pupuk hijau) atau bahan organik yang masih mengalami proses dekomposisi, biasanya akan menyebabkan penurunan ph tanah karena terjadinya pelepasan asam-asam organik selama proses dekomposisi. Peningkatan ph tanah juga akan terjadi apabila bahan organik yang kita tambahkan telah terdekomposisi lanjut (matang), karena bahan organik yang telah termineralisasi akan melepaskan mineralnya, berupa kationkation basa (Atmojo, 2003). Sumber utama N di dalam tanah berasal dari dekomposisi bahan organik. Pada tanah berpasir, potensi N dalam bentuk ion nitrat (NO3-) yang mengalami pencucian (leaching) lebih besar karena ion nitrat yang bermuatan negatif tersebut tidak bisa diadsorbsi oleh lempung/humus sehingga sering terlarut dalam air. Demikian juga unsur makro K lebih mudah terlindi di tanah berpasir karena kurangnya koloid tanah berupa humus dan lempung (clay), Hasil penelitian Gong et al. (2009) di Cina memperlihatkan bahwa perlakuan pemberian setengah pupuk organik dan pupuk mineral NPK mampu meningkatkan kandungan C dan N dalam tanah secara signifikan melebihi hasil pada penerapan pupuk mineral saja. g. Kebutuhan Saprotan Saprotan (Sarana Produksi Pertanian) diperlukan untuk meningkatkan produktivitas lahan pantai berpasir yang marjinal. Dosis ameliorat pupuk 16

26 kandang untuk meningkatkan produktivitas tanaman-tanaman budidaya tersebut sebanyak 20 ton per hektar untuk MT I. Dosis pupuk kimia per hektar seperti ZA, urea, KCl, dan TSP masing-masing sebanyak 200 kg/ha. Perawatan tanaman semusim dengan melakukan penyiraman rutin pagi dan sore, terutama pada saat setelah turun hujan karena suhu tanah meningkat yang menyebabkan tanaman layu jika tidak segera disirami. Pemberian saprotan dimaksudkan untuk memanipulasi lingkungan terutama tapak/site untuk pertumbuhan di lahan berpasir agar dapat tercipta kondisi tapak yang lebih sesuai untuk mendukung pertumbuhan tanaman dengan meminimalkan pembatas (constrain) pertumbuhan seperti perbaikan agregat tanah, peningkatan KTK tanah, peningkatan bahan organik, N tanah, P tersedia dan K tersedia. Pada tanah berpasir, khususnya unsur makro N dan K akan lebih mudah terlindi/pencucian (mengalami leaching). Pembatas pertumbuhan tersebut bisa diatasi dengan penambahan bahan organik dan juga dengan inokulasi mikoriza untuk membantu ketersediaan P (Gong et.al., 2009). Bahan organik akan mengurangi jerapan fosfat (P) sehingga menjadi tersedia bagi tanaman. Unsur P ini merupakan key of agriculture karena dari jumlahnya yang sangat kecil di alam, dari jumlah tersebut kebanyakan dalam bentuk tidak tersedia bagi tanaman. Oleh sebab itu, pemberian mikoriza untuk membantu ketersediaan P diharapkan akan mengoptimalkan pertumbuhan tanaman terutama di awal pertumbuhan. 17

27 D. Penentuan a. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berdekatan dengan pariwisata (±300 m) yang sebelumnya di sebelah utara tanggul pasir (Gumuk Pasir) dan selanjutnya dikembangkan di sebelah selatan yang berdekatan dengan garis pantai dengan jarak kurang dari < 100 m (Gambar 3). Disamping itu lokasi pengembangan berdekatan dengan desa Tanggul Angin yang merupakan pemukim eksodan yaitu pemukiman kembali penduduk yang pulang kampung dari transmigrasi dan korban bencana tsunami serta tidak memiliki tempat tinggal. Gambar 3. Layout Pengembangan Demplot Tanaman Semusim dan Tanaman Tanggul Angin Cemara Laut Lokasi penelitian dan pengembangan untuk pengelolaan lahan pantai berpasir memiliki sifat karakteristik sebagai berikut: a. Merupakan tanah terlantar tanpa vegetasi yang berjarak kurang dari 100 m dari batas pasang air laut hingga wilayah pantai ke arah daratan sejauh kurang lebih 300 m. b. Topografi datar sampai berombak, kelerengan landai (< 8 %) 18

28 c. Tersedia sumber air tawar (air hujan atau air sumur) d. Tersedia cukup bahan ameliorat (peningkat kesuburan) tanah (pupuk kandang atau tanah liat) di sekitar lokasi. e. Termasuk dalam tipe iklim B (basah), C (agak basah) dan D (sedang) menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Fergusson. b. Mess Pos Pengamatan Pos pengamatan yang berfungsi sekaligus sebagai Sekretariat Kelompok Tani (KT) berada pada jarak kurang lebih 500 meter dari lokasi penanaman agar akses mudah terjangkau. Pos tersebut dekat juga dengan obyek wisata sehingga koordinasi dengan petugas dari kantor Pariwisata semakin intensif. Pos Pengamatan (Sekretariat KT) berfungsi sebagai tempat istirahat sementara bagi para Petugas, tempat berkumpul dan diskusi dengan masyarakat, tempat informasi dan penyuluhan, dll. c. Tempat Pertemuan Kelompok Tani Jadwal pertemuan Kelompok Tani (KT) direncanakan di kantor Sekretariat KT, yaitu dengan bergilir dari rumah ke rumah setiap bulan sekali. Pertemuan KT kadang juga dilakukan di pantai sebelum penanaman, kadang di Balai Desa dan kadang juga di ruang sekolah. Pertemuan rutin KT dimaksudkan untuk meningkatkan partisipasi anggota KT juga meningkatkan soliditas kelompok disamping juga proses pembelajaran saling diskusi dan bertukar pengalaman. 19

29 III.PELAKSANAAN A. Persiapan a. Persiapan Lokasi Persiapan lokasi meliputi penempatan gubuk kerja, lokasi areal tanaman dan pos pengamatan. Untuk itu perlu ijin penempatan lokasi penelitian berikut mekanisme perijinan ke Pemda (Kabupaten) : Surat pengajuan ijin penelitian dari BP2TPDAS-IBB (Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Indonesia Bagian Barat) No. 598/BP2TPDAS-IBB/2006 tanggal 13 Juni 2006 kepada Bupati cq Kepala Dinas Kesbanglinmas (Kesatuan Bangsa Perlindungan Masyarakat dan Sosial) yang beralamat di Jl. Ampera No. 11, Telp Kebumen Surat Rekomendasi penelitian dari Kesbanglinmas no. 072/388 tanggal 15 Juni 2006 disampaikan kepada BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) yang beralamat di Jl. Veteran no. 2, Telp Kebumen Berdasarkan surat Rekomendasi dari Kesbanglinmas, BAPPEDA mengeluarkan surat ijin penelitian no /138 yang berlaku selama 3 bulan dari 15 Juni sampai 15 Agustus Surat tersebut disampaikan kepada (i) Kepala Diparta Kab. Kebumen, (ii) Kepala Dinas Hutpedal Kab. Kebumen, (iii) Kepala Obwis Pantai Petanahan, (iv) Camat Petanahan, dan (v) Kades Karanggadung. Untuk persiapan penanaman Cemara laut perlu dilakukan beberapa tahapan persiapan di lokasi sebagai berikut : perawatan beberapa bibit yang telah disiapkan sebelumnya untuk penyesuaian iklim (aklimatisasi) dengan melakukan penyiangan kebun bibit dan penyiraman setiap hari (Gambar 4 dan 5). 20

30 Gambar 4. Persiapan Pembibitan Tanaman Tahunan dan Buah-buahan Gambar 5. Kondisi Awal Cemara Laut (Casuarina equisetifolia), saat ditanam di Lapangan 21

31 Pembuatan ajir ukuran 150 cm sebanyak 350 buah untuk tanaman buah-buahan yaitu ajir sekaligus untuk menguatkan tegaknya tanaman, dan ajir ukuran 80 cm sebanyak 1100 buah untuk tanaman lainnya. Pembelian ameliorat atau tanah mineral dari tanah sawah yang subur untuk membantu penyediaan hara bagi tanaman. Pembelian pupuk organik berupa pupuk kandang dan ditambah dengan EM-4 untuk mepercepat dekomposisi pematangan pupuk organik. Stimulan atau inokulan yang diambil dari tanah dibawah perakran tanaman pandan berduri. Penutupan mulsa dari seresah tanaman rumput berduri di sekitar pantai, agar tanah terjaga kelembabannya. Pengukuran kembali luas lahan pantai berpasir yang akan ditanami untuk tanaman tanggul angin, buah-buahan, tanaman kehutanan dan semusim. Perbaikan instalasi air dan perbaikan sumur renteng dengan mencoba diesel penyedot air dan didistribusikan keseluruh penampung air yang tersebar di sekitar tanaman semusim. Melatih ulang pengamat (coaching) dan mengechek data (verifikasi) dari pengamat untuk pengamatan suhu udara dan suhu tanah (30, 90 dan 150 cm), curah hujan, kecepatan dan arah angin, erosi angin, dan evaporasi. 22

32 b. Persiapan SDM Untuk persiapan SDM (Sumber Daya Manusia) dilakukan dengan melakukan konsultasi dan koordinasi ke instansi terkait dan pendekatan pada masyarakat. 1. Konsultasi dan Koordinasi i. Dinas PEDAL (Perhutanan dan Pengendalian Dampak Lingkungan) Dinas PEDAL mendukung kegiatan pengembangan penelitian di lokasi pantai berpasir yang dilaksanakan oleh kantor Solo yang saat itu bernama BP2TPDAS-IBB (Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Indonesia Bagian Barat). Bentuk dukungan dari Dinas PEDAL antara lain diwujudkan dalam bentuk : mendampingi setiap konsultasi dengan beberapa kantor dinas yang terkait di kabupaten pemerintah daerah Kebumen, dan PKL (Penyuluh Kehutanan Lapangan) yang ditugaskan untuk terlibat langsung di lapangan dan saat pertemuan dengan Kelompok. ii. Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Lahan pantai berpasir selama ini belum dikelola masyarakat karena anggapan masyarakat bahwa lahan berpasir tidak berpotensi untuk diusahakan tanaman atau istilah warga pasti merugi atau tidak untung. Dengan adanya lokasi pengembangan penelitian lahan pantai berpasir ditunjang dengan fasilitas jalan JLSS (Jalan Lintas Selatan Selatan) jl. Dandeles dan jl. Diponegoro, maka akses ke lokasi wisata akan lebih mudah dan diharapkan pariwisata semakin berkembang. iii. Dinas Pariwisata Lokasi penelitian berdekatan dengan pariwisata, dan lahan untuk lokasi pengembangan penelitian masih termasuk lahan dibawah pengelolaan Dinas Pariwisata. Sehingga setiap ke lokasi selalu mengadakan koordinasi terlebih dahulu dengan kantor Dinas Pariwisata di Kabupaten Kebumen dan Kantor Obyek Wisata Petanahan di Desa Karanggadung. 23

33 2. Koordinasi di Daerah i. Kecamatan Petanahan Dari kantor BP2TPDAS-IBB melaporkan ke kantor kecamatan Petanahan, bahwa ada kegiatan pengembangan penelitian di desa Karanggadung, Kecamatan Petanahan yang sudah dilakukan sejak tahun Pemilihan lokasi pantai Petanahan merupakan permintaan dari Bupati Kebumen (Ibu Rustriningsih) setelah mendengar paparan tentang penanaman cemara laut di pantai Samas, Bantul. ii. Polsek Petanahan Seluruh anggota Tim Penelitian BP2TPDAS-IBB telah dilaporkan nama-namanya yang akan melakukan kegiatan secara intensif di lokasi dan direncanakan akan tinggal secara periodik di lapangan untuk jangka waktu yang lama sejak tahun 2005 sampai sekarang. iii. Desa Karanggadung Kepala lingkungan atau Bayan ada dua yaitu Karangcengis (Darjo) dan dan Karanggadung (Kartomiharjo). Sebagian besar anggota kelompok tani menerima keberadaan pengembangan penelitian di wilayahnya. Diharapkan kegiatan ini dapat menyerap tenaga kerja dan terbentuknya kelompok tani seperti yang diharapkan petugas PKL. Kegiatan pertemuan kelompok tani yang didampingi oleh PKL berupa : - Pertemuan rutin bulanan kelompok tani yang dihadiri anggota dan mantan lurah, bapak lurah dan bapak RT serta para tokoh masyarakat (TOGA = Tokoh Agama dan TOMAS = Tokoh Masyarakat) lainnya yang tertarik. - Mengagendakan rencana penanaman Cemara Laut yang tentunya disesuaikan dengan datangnya hujan (biasanya bulan 24

34 September dan Januari) serta setelah selesai perbaikan instalasi air dan sumur renteng. - Pada saat pelaksanaan penanaman juga mempertimbangkan kesibukan masyarakat Desa Karanggadung, yaitu tujuh hari menjelang hari raya idul fitri dan 7 hari setelah lebaran, dengan menyiapkan pembuatan ajir dan pembelian pupuk kandang. c. Koordinasi dengan UKP 1. UKP (Usulan Kegiatan Penelitian) yang berada di pusat P3HKA (Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam) di Bogor bertugas untuk mengadakan koordinasi, mensintesis dan membuat laporan menyeluruh dari hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh judul-judul yang dipayunginya. 2. UKP yang berjudul Teknologi dan Kelembagaan Rehabilitasi Lahan Terdegradasi di Ketua oleh Dr. Pratiwi, dan membawahi 18 judul yang dikerjakan oleh UPT (Unit Pelaksana Teknis) di BPPK Kupang, BPPK Samarinda, BPPK Aek Nauli Medan, BP2TPDAS-IBB di Surakarta, Loka Ciamis dan BP2TPDAS-IBT di Makassar. 3. Secara garis besar judul-judul dibawah UKP diatas dapat dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu tentang : (i) rehabilitasi lahan terdegradasi dan reklamasi lahan bekas tambang, (ii) kelembagaan, (iii) model dan teknik konservasi. 4. Konsultasi pada Tim UKP setahun minimal dilakukan 2 kali yaitu pertama pada saat mengawali kegiatan untuk menyusun RPTP (Rencana Pelaksanaan Tim Peneliti) dan kedua pada saat menjelang pembuatan laporan (akuntabilitas dan progres sintesis kegiatan). 5. Dibentuk jejaring kerja untuk melakukan komunikasi yang lebih intensif lewat internet, dan jika memungkinkan dapat dilakukan diskusi lewat internet secara tertulis maupun lisan dengan frukuensi minimal triwulanan. 25

35 d. Persiapan Lembaga dan Kelompok Tani Penelitian pengembangan tanaman pantai berpasir tidak hanya pengembangan suatu tanaman tertentu, tetapi lebih diutamakan merubah pola pikir masyarakat sekitar pantai berpasir. Masyarakat di sekitar pantai berpasir yang semula menganggap lahan pantai tidak dapat ditanami menjadi pola pikir bahwa lahan pantai dapat menghasilkan sesuatu yang menguntungkan dengan menjaga kelestarian alam lewat RLKT. Semua sarana dan prasarana yang ditempatkan di lokasi menjadi milik Kelompok Tani (KT) Pasir Makmur dan bukan menjadi milik perseorangan atau milik peneliti atau teknisi BP2TPDAS-IBB, sehingga semua anggota kelompok tani wajib merasa memiliki dan merawat, mengawasi serta menjaga dan mengamankannya untuk dipergunakan secara berkelompok. e. Persiapan Bahan dan Alat Bahan dan peralatan kegiatan pengembangan meliputi : 1. Kegiatan penetapan lokasi, pembuatan rancangan, dan pemetaan lokasi antara lain : patok, meteran, GPS, kompas, peta dasar. 2. Kegiatan pembuatan sarana penahan erosi pasir tanaman TA (Tanggul Angin), antara lain : vegetatif dengan camara laut (Casuarina equisetifolia sp.) dan mekanis dengan daun kelapa atau anyaman bambu. 3. Bibit tanaman budidaya semusim untuk ditanam di belakang jalur tanaman TA antara lain : terong, bawang merah, cabe merah, dan ketimun, jagung (Zea mays L.).dll. 4. Kegiatan perbaikan tanah dengan penambahan pupuk kandang dengan dosis 20 ton/ha dan ameliorat (tanah liat) serta pupuk anorganik 200 kg/ha ZA, KCl, urea, TSP, insektisida, dan fungisida. 5. Kegiatan pengembangan sarana pengairan tanaman budidaya antara lain berupa sumur, bak renteng, pralon, gembor, selang panjang, pompa air, dll. 26

36 6. Kegiatan pengamatan perlakuan, antara lain: Sand trap, evaporimeter, ombrometer, anemometer, termometer udara, kelembaban udara dan ruang serta termometer tanah. 7. Kegiatan sosialisasi masyarakat berupa penyebaran leaflet, poster, kalender dan karya tulis ilmiah, dan pengumpulan data sosek dengan menyebar blanko kuisioner yang relevan. B. Pembuatan Jalur Tanggul Angin a. Tanggul Angin Mekanis Pembuatan tanggul angin di dekat pantai (< 100 m) berfungsi sebagai filter untuk mencegah embun atau uap garam-garaman yang menyebabkan tanaman semusim terbakar. Tanggul angin ini juga berfungsi sebagai penahan angin yang kencang yang menyebabkan tanaman roboh dan layu oleh proses evapotranspirasi. Tanggul angin dapat berupa mekanis yaitu berupa daun kelapa kering, atau anayaman bambu, yang penting jangan sampai bahan yang berasal dari logam atau seng karena akan mudah karatan jika terkena garam-garaman air laut. b. Tanggul Angin Vegetatif Pembuatan tanggul angin juga dapat dibuat dari tanaman hidup sebagai tanggul angin vegetatif. Tanaman tahunan yang dapat dikembangkan sebagai tanggul angin vegetatif dengan syarat sesuai ditanam di pantai, memiliki akar kokoh (bibit dari biji, generatif) dan daundaunnya rapat dan batang meninggi. Beberapa tanaman yang cocok ditanam di pantai dan dapat dipakai untuk tanggul angin antara lain : ketapang, waru, cemara laut, dll. Untuk pantai Kebumen yang merupakan pengembangan dari pantai Samas-Bantul dengan penanaman Camera laut. Semula tanaman Cemara laut berasal dari cangkok (vegetatif), namun untuk keperluan konservasi sebaiknnya dengana tanaman generatif (bibit dari biji) yang memiliki akar tunjang yang kokoh. 27

37 c. Tanggul Angin Sementara Tanggul angin sementara dapat secara mekanis ataupun vegetatif. Tanggul angin sementara secara mekanis antara lain dengan daun kelapa, gedek bambu. Prinsip pembuatan tanggul angin sementara angin dapat menembus tetapi tidak sampai merusak tanaman, karena kecepatan angin sudah terhalang oleh tanggul angin, disamping itu juga mampu mengurangi bahaya kadar garam yang dibawa oleh uap air. Begitu juga tanggul angin sementara dapat dilakukan dengan vegetatif tanaman semusim yang cepat tumbuh dan lebih tinggi dari tanaman utamanya, misalnya : jagung, sorghum dll. C. Penanaman a. Tanaman Tanggul Angin Penanaman tanaman Casuarina equisetifolia sebagai tanaman tanggul angin permanen sepanjang 750 m searah garis pantai selebar 25 m. Tanaman tersebut berfungsi sebagai tanaman penghijauan untuk melindungi tanaman budidaya yang ditanam di antara jalur tanaman tanggul dari pengaruh erosi pasir, tiupan angin dan kadar garam (NaCl). Metode penanaman tanaman tanggul angin (TA) tersebut dilakukan dengan jarak tanam 5 m x 5 m setiap jalurnya, dengan model gigi belalang atau nguntu walang selang-seling dengan 5 jalur tanam. Data biofisik akan dianalisis secara deskriptif untuk menunjukkan perlakuan yang paling efektif. Dengan mengamati prosentase tumbuh tanaman TA cemara laut (Casuarina equisetifolia) dan mengamati pertumbuhan setiap bulannya. Pengembangan kebun bibit desa masih dalam taraf teori kepada anggota Kelompok Tani (KT) dan latihan pembuatan bedengan. Namun beberapa anggota KT sudah mampu mengembangan bibit cemara laut. Penjelasan tersebut antara lain mengenai pengembangan bibit cemara 28

38 laut yang dapat dilakukan secara vegetatif dengan cara mencangkok dan merunduk, sedangkan secara generatif dengan cara biji. Biji pada saat dipohon dipilih pohon yang telah berumur lebih dari 10 tahun, dan pilih cangkang yang sudah menguning dari perkembangan biji cangkang yang berwarna hijau, kuning dan coklat (Gambar 6). Semakin tua >10 tahun umur pohon maka kualitas biji cemara laut akan semakin baik, dan untuk cabang yang mau dicangkok dipilih yang mengarah keatas (autotorof). Cangkang masih hijau, belum matang Cangkang isi biji berwarna kuning Cangkang kosong jatuh di tanah Gambar 6. Perkembangan kematangan biji pada cangkang dari berwarna hijau (mentah), kuning (matang) dan coklat (biji lepas) Pemilihan biji pada saat di pohon dipilih cangkang yang berwarna kuning, sebab jika sudah berwarna coklat maka biji telah keluar tersebar di tanah dan tidak bisa berkecambah. Biji yang berwarna kuning dijemur dengan kain kasa sampai biji keluar, penggunaan kain kasa dimaksudkan agar biji tidak terbang kemana-mana. Biji direndam selama 2 hari, dan dijemur selama sehari, biji disemaikan di hamparan media tanah dan jika sudah berumur 2 bulan atau kecambah sudah kelihatan batang coklat dan daun sudah bercabang dipindahkan kedalam polybag (Gambar 7). 29

39 Bibit umur 1 bulan di tempat persemaian Bibit umur 2 bulan dipindah ke polybag Bibit umur 3 bulan disirami pagi dan siang Bibit umur 6 bulan tinggi >60 cm diameter >5 mm Bibit umur 8 bulan siap ditanam Bibit umur setahun, sudah lewat umur Gambar 7. Contoh persemaian cemara laut dari biji di Pemalang Cemara laut dapat dikembangkan lewat Cangkok atau Biji, dan setelah banyak cabang dibawah segera di lakukan pruning agar pertumbuhan meninggi. Pengembangan Cemara laut untuk konservasi tanah sebaiknya menggunakan bibit yang berasal dari biji yang memiliki akar tunggang yang kuat dan berumur panjang (Gambar 8). 30

40 Cemara dari Cangkok Cemara setelah Prunning Cemara dari Biji Gambar 8. Cemara laut dari cangkok, dari biji dan setelah di prunning (dipangkas cabang-cabang bawah agar cepat meninggi). Pengamanan lokasi penelitian cemara laut yang berada di lokasi wisata perlu dilakukan, mengingat banyaknya gangguan yang berasal dari manusia, hewan maupun alam. Langkah pengamanan lokasi Demplot dilakukan dengan pemagaran dan pemberian plang peringatan dan tanda batas pinggir lokasi (Gambar 9). 31

41 Papan lokasi Demplot Papan Sekretariat Papan batas pinggir Peringatan di pantai Papan depan wisata Batas lokasi Gambar 9. Papan batas dan tanda peringatan untuk pengamanan lokasi penelitian jangan sampai diganngu pengunjung wisata Dalam rangka memantau pertumbuhan tanaman cemara laut dilakukan pengukuran diameter setinggi dada atau keliling dan tinggi tanaman untuk tahun penanaman sejak tahun 2006 sampai 2009 (Gambar 10). Tanaman cemara laut yang ditanam pada tahun 2005 awalnya diambil dari cangkok maka tidak dilakukan pengamatan pertumbuhan karena tumbuhnya menyamping. Rata-rata tanaman yang sudah berumur 5 tahun (penanaman tahun 2006) telah mencpai tinggi 876 cm (8,7 m) dengan keliling 459,5 mm (45,9 cm) atau diameter batang 14 cm. 32

42 Gambar 10. Pengamatan Pertumbuhan tanaman cemara laut Tahun 2011 dari penanaman Tanaman tahun 2006 sampai tahun 2009 b. Tanaman Tahunan Beberapa tanaman yang tumbuh di lokasi pantai berpasir di Kebumen dapat dimanfaatkan mikoriza atau bakteri yang ada pada perakaran untuk merangsang pertumbuhan tanaman baru di pantai berpasir. Beberapa tanaman yang ada di pantai Karanggadung, Petanahan, Kebumen antara lain : Pandan berduri, Akasia, Widuri, Cemara laut, Rumput berduri, Jarak pagar, Kebun campuran, Kelapa, Gamal, Bekol, Buah Naga, Jambu Mete (Gambar 11). 33

43 Pandan berduri Akasia Widuri Cemara laut Rumput berduri Jarak pagar Kebun campuran Kelapa Gamal Bekol Buah Naga Jambu mete Gambar 11. Beberapa tanaman yang ada di pantai berpasir, dimanfaatkan mikorizanya untuk perangsang pertumbuhan tanaman baru c. Tanaman Semusim Tanaman semusim yang dapat dikembangkan di pantai berpasir antara lain bawang merah, cabe, jagung, semangka dan lain-lain. Data pencatatan hasil produksi di Bantul dari tahun 2000 sampai 2007 menunjukkan hasil yang fluktuatif yaitu kadang tinggi dan kadang 34

44 menurun. Hasil bawang merah tertinggi pada bulan Januari 2007 (29 ton/ha) dan terendah pada bulan Januari 2000 (10 ton/ha). Hasil cabe tertinggi pada bulan Mei 2002 (26,7 ton/ha) dan terendah pada bulan Januari 2003 (8 ton/ha). Begitu juga harga kedua komoditi tersebut juga fluktuatif naik turun, yaitu untuk bawang merah harga terendah Rp 2.500,-/kg dan harga tertinggi bisa mencapai Rp 6.000,-/kg, sedangkan harga cabe jauh lebih fluktuatif yaitu harga terendah Rp 2.500,-/kg dan harga tertinggi bisa mencapai Rp ,-/kg. Gambar 12 dibawah ini merupakan demplot pengembangan tanaman semusim yang pernah dikembangkan oleh BPTKPDAS yang dulu masih bernama BPK Solo dan telah banyak meyakinkan kepada masyarakat sekitar pesisir pantai untuk mengelola lahan pantai berpasir. Beberapa tanaman yang pernah dikembangkan dan sekarang sudah banyak dicontoh dan dikembangkan oleh masyarakat di pantai Petanahan antara lain : Jagung, Cabe dan Bawang Merah. Gambar 12. Demplot Uji Coba dari Kantor BPTKPDAS Solo, antara Lain : Jagung, Cabe, dan Bawang Merah (Hortikultura) 35

45 Dari demplot yang telah dikembangkan oleh kantor BPTKPDAS Solo berdampak positif dan dirasakan oleh masyarakat bahwa demplot tersebut mampu meyakinkan petani kalau lahan pasir yang semula marjinal ternyata dapat berproduksi jika dikelola dengan baik dan benar. Selanjutnya dengan mencontoh demplot tersebut para petani pengelola lahan pantai berpasir di belakang cemara laut dengan mengembangkan komoditi tanaman lain, antar lain : semangka, terong ungu, dan paling favorit sekarang ini adalah pepaya (gandul) kalifornia (Gambar 13). Gambar 13. Beberapa Tanaman Hortikultura, dibelakang Cemara Laut : Gula Kelapa, Semangka, Terong Ungu, dan Pepaya Kalifornia. d. Tanaman Bawah/Lantai Hutan Tanaman bawah yang tumbuh secara alami merupakan tanaman pioner yang mampu tumbuh di pantai berpasir (Gambar 14). Tanaman ini menjaga tingkat kesuburan tanah pantai yang cenderung kering dan 36

46 menjadi lahan marjinal. Lahan pantai berpasir yang kering dengan struktur tanah lepas-lepas dapat menjadi lebih baik jika ada tanaman bawah, disamping itu juga adanya seresah daun-daun dan ranting yang berguguran. Sehingga daun-daun cemara laut yang berguguran sebaiknya tidak diambil untuk bahan kayu bakar, walaupun daun-daun kering cemara sebenarnya sangat baik untuk merebus nira gula kelapa. Fungsi kompos biomasa tersebut sangat baik untuk pemantapan struktur tanah dan menjaga kelembaban tanah. 37

47 Rumput Merakan Pogonatherum paniceum (Lam.) Hackn Ipomea pescaprea Pandan berduri Pandanus tectorius Buah Pandanus tectorius Pongamia pinnata Rumput Gulung Rumput Teki Saccharum spontaneum 38

48 Tanaman Bunga Kenop (Gomphrena globosa L) Tanaman Lenglengan (Leucas lavandulifolia L.) Tapak Dara (Catharanthus roseus L. G. Don) Tapak liman (Elephanthopus scaber L) Widuri Tanaman Widuri Gambar 14. Beberapa Tanaman Bawah yang ada di Pantai Berpasir 39

49 D. Pemeliharaan Tanaman Semusim a. Pemupukan 1. Pemupukan I (Pupuk dasar), diberikan sebelum tanam atau awal tanam dengan cara menyebar pupuk NPK dicampur dengan tanah dan pasir dengan alat cangkul atau sebilah bambu. Pupuk dasar per hektar : SP36 = 500 kg, Urea = 100 kg, KCl = 100 kg dan ZA = 100 kg. 2. Pemupukan II (Pupuk pertumbuhan/vegetatif), pupuk NPK 200 kg/ha diberikan 15 HST (Hari Setelah Tanam) dengan disebar merata dalam tanah. 3. Pemupukan III (Pupuk produksi/generatif), pupuk NPK 200 kg/ha diberikan 25 HST. b. Penyiraman Penyiraman dilakukan setiap hari dengan cara dibentuk regu penyiraman dan perawatan tanaman dari KT (Kelompok Tani) Pasir Makmur. Apabila terjadi hujan maka besuk paginya tetap dilakukan penyiraman dengan tujuan untuk menetralisir suhu tanah yang sangat panas dari penguapan panas bumi, agar tanaman bawang merah tetap sehat dan tidak terbakar. c. Penyemprotan HPT (Hama Penyakit Tanaman) 1. Umur kurang 2 HST (Hari Setelah Tanam) untuk pemberantasan gulma atau rumput pengganggu, dengan GOAL 2E sebanyak 1½ tutup untuk 1 tangki air. 2. Umur 15 sampai 25 hari, penyemprotan dilakukan setelah 15 hari untuk interval waktu setiap 5 hari (15, 20 dan 25 hari), dengan : (a) PPC = 10 cc (1 tutup racun hpt) (b) Larvin = 1 sendok (c) Danvil 50 SC = 10 cc (1 tutup) 40

50 (d) Barer = 10 cc (1 tutup) 3. Umur 25 sampai 45 hari (Gambar 15) (a) N-Balancer = 10 cc (b) Manzate 200 = 1 sendok makan (c) Puanmur 50 SP = 1 sendok sirup (d) Larvin+Danvil+Barer+N-Balancer+Manzate+Puanmur, dicampur untuk 1 tangki (12-17 liter). 41

51 Racun sayur daun Danvil 50SC Goal 2E Puanmor Balancer Larvin DuPont Manzate 200 Borer Gambar 15. Beberapa Macam Insektisida untuk Penyemprotan HPT (Hama Penyakit Tanaman) 42

52 E. Pemanenan Hasil Contoh input-output hasil yang disampaikan masyarakat untuk penanaman papaya kalifornia sejumlah 500 batang (1/3 ha) diperlukan modal 18 juta dan mendapatkan keuntungan sebanyak Rp. 180 juta/tahun. Penanaman papaya tersebut dengan jarak tanam 2,5 x 2,5 m dibutuhkan 38 ton pupuk kandang per tahun dan pupuk NPK 20 g/bt/bulan, sehingga keuntungan bersih per bulannya 12.5 juta. Dengan adanya permintaan pupuk kandang untuk menjaga kesuburan lahan pantai maka diperlukan ternak besar (sapi) dan ternak kecil (kambing etawa) untuk pemasok pupuk kandang yang semakin langka (Gambar 16). Sebelumnya pupuk kandang berlimpah dan harga sangat murah, namun akhir-akhir ini kondisinya berbalik yaitu harga pupuk kandang cukup mahal yang sebelumnya hanya membayar upah para pengangkut saja, sedangkan sekarang ini harga pupuk kandang per colt pick-up Rp ,- 43

53 Gambar 16. Ternak Sapi dan Kambing Etawa untuk Peningkatan Penyediaan Pupuk Kandang dan Menjaga Kesuburan Lahan Dampak cemara laut sebagai tanggul angin disamping bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas lahan juga meningkatkan keamanan dan kenyamanan warga untuk tinggal atau menempati rumahnya dekat dengan pantai < 0,5 km, yang sebelumnya mereka menjauh dari garis pantai yaitu > 1 km (Gambar 17). Beberapa rumah sudah dibangun dekat dengan pantai, sehingga potensi ke depan untuk mendukung wisata bisa dimungkinkan didirikan tempat penginapan (Losmen atau Hotel) seperti yang telah dikembangkan di Pantai Glagah, karena selama ini rumahrumah penduduk di Petanahan sudah sering disewakan untuk pedagang musiman dari luar kota setiap hari raya (Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan Tahun Baru). 44

54 Gambar 17. Dampak Cemara Laut Meramaikan Kondisi Wisata : Warung di Tepi Pantai, Rumah Dekat Pantai (pesisir) dan Jalan Pantai 45

55 IV. MONITORING A. Pengamatan Tanah Kondisi biofisik tanah pantai berpasir merupakan tanah Regosol atau Entisols yang kurang subur. Ketidak suburan lahan tersebut dicirikan oleh kondisi sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang kurang menguntungkan bagi produktivitas tanaman. Unsur hara NPK di pantai berpasir termasuk rendah begitu juga unsur hara lainnya kecuali Na (Natrium) karena banyak mengandung garam-garaman NaCl (Gambar 18). Kondisi yang paling baik pada lahan bepasir yang sudah ada tanaman semusim (hortikultura) karena ada pengelolaan dari petani dengan menambahkan pupuk organik (kadang) dan pupuk an-organik (NPK). Kemasaman tanah cukup baik (netral) yaitu ph 6-7, dan ph terendah pada lahan semusim karena pengaruh pemberian pupuk kimia NPK. Kadar air tertinggi pada tanah yang ditanamani tanaman semusim karena banyak mengandung bahan organik, sehingga tanah dalam keadaan lembab. Kondisi air tanah pantai berpasir sepanjang pantai selatan walaupun dekat dengan pantai airnya tawar, berbeda dengan pantai utara yang air tanahnya terasa asin. Air tanah yang tawar di pantai selatan disebabkan oleh adanya pegunungan kapur sepanjang pantai yang dapat menyaring dan mengendapkan garam-garaman, sehingga intrusi air dari laut ke daratan telah menjadi tawar. 46

56 Gambar 18. Kondisi Biofisik dan Kimia Pantai Berpasir pada Lahan Cemara Laut, Pasir Pantai dan Lahan Semusim di Pantai Petanahan. Pengambilan sampel tanah pantai berpasir pada 3 kondisi lahan yang berbeda yaitu untuk tanah pantai dekat lautan, tanah dibawah tanaman cemara laut dan tanah dibawah tanaman semusim (Gambar 19). Gambar 19. Pengambilan Sampel Tanah pada Lahan Cemara Laut, Pasir Pantai, Lahan Semusim Hortikultura di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung, Kec. Petanahan, Kab. Kebumen 47

57 B. Pengamatan Iklim Iklim yang ekstrim di pantai menyebabkan tanaman mudah kering karena evapotranspirasi yang tinggi dan ketersediaan air tanah yang rendah (Gambar 20). Kondisi ekstrim pada lahan pantai berpasir menyebabkan tanaman mengalami dehidrasi dan sangat kekurangan air, sehingga menjadi kering dan mudah terbakar. Gambar 20. Kondisi tanaman kekeringan akibat musim kemarau yang panjang, tanaman kering dan layu jika tidak diguyur hujan Dalam rangka memantau kondisi perubahan iklim di pantai berpasir perlu dipasang beberapa alat pemantau iklim antara lain (Gambar 21) : penakar hujan ombrometer, termohygro pengukur suhu dan kelembaban, termometer tanah, stik erosi. Hindari pemasangan alat yang bahannya dari besi karena akan mudah rusak (karatan dan keropos). Beberapa peralatan yang sudah pernah rusak yaitu sandtrap (penjerap erosi angin), evaporimeter (pengukur evaporasi), anemometer (kecepatan & arah angin), label sampel tanaman, Kaliper (milimeter), stik erosi, batas 48

58 tepi lokasi, Hand Phone dan Tustel. Disarankan untuk alat-alat yang bahan dasarnya dominan dari logam agar hati-hati penggunaannya di pantai seperti HP (Hand Phone), Tustel/Kamera, Handycam, dll. Untuk mencegah kerusakan akibat uap garam-garman sebaiknya dibungkus dengan plastik. Sifat uap air yang mengandung garam-garaman sangat halus dan lembut sehingga lubang sekecil jarum pun dapat ditembus dan menyebabkan karatan sehingga beberapa onderdil di dalam yang berasal dari logam jadi macet/rusak. Pengamatan Cemara laut Lahan Pasir bermasalah Anemometer Stik erosi dari Pralon Evaporimeter Pembuatan stik erosi Suhu Tanah 30,90,150cm Ombrometer Diameter pohon Gambar 21. Mengantisipasi perubahan iklim ekstrim di pantai maka diperlukan pemantauan perubahan iklim dan erosi angin. 49

59 a. Kelembaban Ruang dan Udara Pengamatan kelembaban ruang dan udara pada pagi dan siang hari di pantai Petanahan, Desa Karanggadung (Gambar 22). Kelembaban ruang terendah bulan Juli di siang hari (61%) dan Kelembaban ruang tertinggi pada bulan Desember (74%). Kelembaban udara tertinggi pada bulan Desember di pagi hari (76%) dan terendah pada bulan Juli di siang hari (60%). Gambar 22. Kelembaban Ruang dan Udara Harian Pagi dan Siang di Desa Karanggadung, Kec.Petanahan, Kab.Kebumen Kelembaban udara di pagi hari 76% lebih tinggi dibandingan pada siang yang hanya 72%, sedangkan untuk kelembaban ruang tidak berbeda jauh yaitu dari 71% (siang) sampai 74% (pagi). Kisaran kelembaban ruang dari 61-74% dan kelembaban udara dari 60-75%. Kelembaban udara pagi hari lebih lembab dibandingkan pada siang hari, sehingga menyebabkan pantai terasa kering di siang hari disamping juga lebih panas. 50

60 b. Suhu Ruang dan Udara Pengamatan suhu ruang dan suhu udara pada pagi dan sore hari, yaitu untuk mengetahui fluktuasi temperatur yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman (Gambar 23). Pada pagi hari, suhu ruang terendah 25 o C (Januari) sampai tertinggi 30 o C (April). Suhu udara pada pagi hari terendah 23 o C (November dan Desember) dan tertinggi 26 o C (Maret dan Januari). Kaitan suhu (temperatur) udara dengan pengunjung wisata, dimana setelah jam pagi temperatur sudah mulai panas maka pengunjung datang pada pagi hari sebelum jam tersebut. Jika tidak pagi hari mereka akan berkunjung pada sore hari setelah jam karena suhu udara mulai menurun. Pada siang hari suhu ruang antara 25 o C sampai 27 o C (November dan Desember), sedangkan suhu udara dari 24 o C (November dan Desember) sampai 28 o C (Maret). Gambar 23. Suhu Udara dan Ruang pada Pagi dan Siang hari di Karanggadung, Petanahan, Kebumen Tahun

61 c. Suhu Tanah Top, Solum, Regolit Suhu tanah pagi dan siang hari berkisar 25 o C -34 o C dan suhu terpanas pada kedalaman solum tanah cm karena pada kedalaman tersebut banyak air yang mengalami penguapan akibat panas inti bumi (Gambar 24). Hal tersebut menyebabkan pada saat tanah pasir diguyur air hujan maka harus segera disiram air agar uap air yang meninggi suhunya dari inti bumi tidak sampai ke akar tanaman semusim. Suhu tanah terendah pada top soil <30 cm, sebab semakin jauh dari inti bumi maka suhu tanah akan menurun. Gambar 24. Suhu Tanah Top Soil (30cm), Solum (90cm), dan Regolit (150cm) Pagi dan Siang hari di Karanggadung, Kebumen. 52

62 Suhu tanah pantai berpasir pada siang hari tertinggi 34 o C untuk kedalaman regolit cm dari permukaan tanah (Gambar 19). Semakin kearah atas top soil permukaan tanah (<30cm) dan juga kearah lebih dalam regolit (>90cm) maka suhu tanah akan menurun, sehingga disarankan untuk lubang tanam pada lahan berpasir antara cm agar suhu tanah diperoleh paling rendah. d. Curah Hujan Curah hujan tertinggi pada bulan Februari (1400 mm) dan curah hujan terendah pada bulan Oktober (30 mm), dengan bulan basah selama 6 bulan dari bulan Oktober sampai Februari (Gambar 25). Gambar 25. Data Hujan : Maximum Hujan, Rerata, Hari Hujan, Jumlah dan Minimum Pengamatan curah hujan selama 5 tahun di Pantai Petanahan dari tahun dapat dilihat pada Gambar 26. Curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2010 dan saat itu sempat menimbulkan tsunami kecil dan meluapnya air laut ke daratan sehingga merusak pepohonan dan 53

63 beberapa warung yang berada di tepi pantai. Pada saat tsunami datang ditandai dengan permukaan air laut yang surut secara mendadak sehingga dasar lautan nampak sampai sepanjang sekitar 200 m, dan selanjutnya air naik mendadak dengan cepat melebihi batas tinggi permukaan. Pada tahun 2013 relatif hujan sepanjang tahun dan hanya mengalami 3 bulan kering yaitu bulan Juli-September (Gambar 26). Gambar 26. Curah Hujan Bulanan di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung, Kab.Kebumen Tahun Total hujan tahun 2013 sebanyak 2489,4 mm, puncak tertinggi pada bulan Januari dan terendah atau tidak ada hujan pada bulan Juli, Agustus, dan September. Total hari hujan tahun 2013, 268 hari dari 365 hari setahun, sehingga hujan merata hampir sepanjang tahun. 54

64 Total hujan tahunan dari tahun 2009 sampai 2013 tertinggi pada tahun 2010 yaitu sebanyak 5738,3 mm dengan jumlah hari hujan yang relatif sedikit yaitu hanya 177 hari, sehingga intensitas hujan cukup tinggi. Kondisi tersebut berlawanan dengan curah hujan tahun 2013 dengan total hujan yang jauh lebih rendah (2489,4 mm) tetapi hari hujan cukup tinggi 268 hari (Gambar 27). Gambar 27. Total Hujan Tahunan dan Hari Hujan di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung, Kab.Kebumen Tahun e.evaporasi Evaporasi diamati pada waktu siang dan malam hari, dimana siang hari merupakan proses penguapan pada waktu sepanjang pagi hari ( ), sedangkan pengamatan malam hari sebagai hasil penguapan sepanjang siang hari sampai sore ( ). Oleh karena itu tinggi evaporasi malam hari (rata-rata 0,4 mm) selalu lebih tinggi dari pada siang hari (rata-rata 0,3 mm). Begitu juga yang dekat pantai lebih tinggi penguapannya dibandingkan yang jauh dari pantai, karena 55

65 kecepatan angin menambah tingginya penguapan disamping panas matahari (Gambar 28). Gambar 28. Evaporasi pada Pengamatan Siang dan Malam hari Jauh dari Pantai (sebelah utara) serta Dekat Pantai (sebelah selatan) 56

66 C. Pengamatan Erosi a. Erosi angin Pemasangan alat penangkap erosi angin (sandtrap) yaitu dekat dengan laut (D), pada puncak gisik gumuk/gundukan pasir (G), dan jauh dari laut (J). Masing-masing diletakkan sebelah Timur (DT, GT, dan JT), diletakkan sebelah barat (DB, GB, dan JB), dan diletakkan di tengah atau pusat (DP, GP, dan JP). Sehingga ada 9 tiang sandtrap dan masingmasing dipasang 5 alat penangkap disebelah paling atas (PA), atas (A), tengah (T), bawah (PB), dan paling bawah (PB), lihat Gambar 29. Gambar 29. Alat Penangkap Erosi Angin (Sandtrap) dan Bius Beton untuk Instalasi Air Sumur Renteng Pengamatan erosi angin pada bulan Mei 2006 tertinggi justru jauh dari pantai sebelah timur yaitu total mencapai 6 gram, dan terendah pada jauh dari pantai bagian barat yaitu hanya mencapai kurang dari 3 gram (lihat Gambar 30). 57

67 Gambar 30. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir Bulan Mei 2006 Pada tanggal 12 Agustus 2006 hampir semua alat sandtrap hanya menginformasikan erosi angin kurang dari 0,5 g, khusus untuk titik yang jauh dari pantai sebelah barat dengan total erosi hampir 3 g (Gambar 31). Gambar 31. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir Bulan Agustus 2006 Erosi angin pada tanggal 22 Desember 2006 bervariasi lagi seperti bulan-bulan sebelumnya, hal ini mengindikasikan bahwa besarnya angin dari laut tidak merata. Pada tiang diatas gisik erosi relatif rendah karena angin yang bertiup tidak cukup mengangkat sampai ketinggian tertentu lubang perangkap diatas gisik. Erosi tertinggi masih sama yaitu terjadi 58

68 pada daerah yang jauh dari pantai yaitu sebesar 6 g pada tiang bagian barat (Gambar 32). Gambar 32. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir, 22 Desember 2006 Degradasi lahan pantai berpasir akibat erosi angin yang akan membentuk gisik (gundukan pasir) dan ini khas hanya ditemui di pantai Karanggadung akibat oleh karakter ombak laut yang berbeda dengan tempat lain. Dari pengamatan erosi angin diperoleh kesimpulan bahwa daerah gundukan bukit pasir akan semakin meninggi sedangkan pada daerah lembah akan semakin berkurang. Selanjutnya erosi angin diukur dengan stik erosi yang terbuat dari pralon yang diisi dengan semen cor, agar tidak dicabut dan dimanfaatkan orang untuk keperluan lain. Pemantauan erosi stik dimaksudkan untuk melihat perubahan yang terjadi pada suatu lahan, yaitu apakah terjadi penimbunan atau penambahan bahan material pasir (+) atau sebaliknya mengalami penurunan atau pengurangan bahan material (-). Stik erosi dipasang di 4 jalur dan masing-masing jalur ada 9 titik, ke empat jalur tersebut adalah (Gambar 33) : 1. Pantai (P):dipasang di pantai atau di depan Cemara laut. 2. Dekat (D): dipasang dekat pantai atau di belakang Cemara. 3. Gisik (G) : dipasang di tempat gundukan pasir. 4. Jauh (J) : dipasang jauh dari pantai atau di lahan semusim. 59

69 Gambar 33. Lay out Tata Letak Stik Erosi untuk Memantau Erosi Angin di Pantai Petanahan, Kebumen, Tahun 2013 Pengukuran erosi dekat pantai sedikit mengalami erosi dan tertinggi pada daerah gisik yaitu paling banyak mengalami penimbunan pasir (Gambar 34 dan 35). Penimbunan (+) dan Erosi (-) pasir, untuk setiap stik diukur dari berbagai arah yaitu dari sisi Barat (B), Selatan (S), Timur (T), dan Utara (U) relatif sama, sehingga perlu dilakukan dari keempat penjuru tersebut. 60

70 Gambar 34. Erosi Angin di Dekat Pantai (D), Gisik Pasir (G), Jauh dari Pantai (J) dan Pantai (P) di Petanahan, Juni-Agustus

71 Gambar 35. Erosi Angin di Dekat Pantai (D), Gisik Pasir (G), Jauh dari Pantai (J) dan Pantai (P) di Petanahan, September- Desember 2013 b. Kecepatan angin Kecepatan angin siang hari (>5 km/jam) lebih cepat dibandingkan malam hari (< 1 km/jam), dan pada malam hari sering 0 km/jam karena saat itu berhembus angin dari daratan ke lautan, pada siang hari angin berhembus dari lautan (Gambar 36). Dengan bantuan ombak kecepatan angin di siang hari meningkat sampai 20 km/jam. 62

72 Gambar 36. Kecepatan Angin Siang dan Malam Tahun 2007 di Kebumen Pada bulan Desember 2012 sampai Maret 2013 alat pemantau kecepatan dan arah angin (anemometer) rusak sehingga tidak ada data pada bulan tersebut. Data kecepatan dan arah angin baru ada kembali mulai bulan April 2013, sehingga dihimbau untuk alat pemantau kecepatan angin diupayakan yang terbuat dari plastik agar tidak rusak karatan oleh uap air yang mengandung garam-garaman. Kecepatan angin tertinggi bulan November pagi hari (6 m/det) dan Juni pada siang hari (7 m/det), lihat Gambar

73 Gambar 37. Kecepatan Angin Pagi dan Siang Hari di Karanggadung, Petanahan, Kebumen Tahun Data arah angin dapat dilihat pada Gambar 38, yang menunjukkan arah seperti arah kompas yaitu Utara (360), Timur Laut (TL), Timur (90), Tenggara (TG), Selatan (180), Barat Daya (BD), Barat (270), Barat Laut (BL). Arah angin yang perlu diwaspadai berasal dari Timur atau Tenggara (TG) yang bersifat merusak dan sering terjadi tsunami atau air pasang. 64

74 Gambar 38. Arah Angin Pagi dan Siang Hari dari Timur Laut (TL) sampai Barat Daya (BD) di Karanggadung, Kebumen. 65

75 V.EVALUASI A. Tingkat Prosentase Tumbuh Pengembangan cemara laut disampaikan pada saat pertemuan Kelompok Tani yang diadakan setiap bulan dari rumah ke rumah petani mengenai pengembangan bibit cemara laut yang dapat dilakukan secara vegetatif dengan cara mencangkok dan merunduk, sedangkan secara generatif dengan cara biji. Biji pada saat dipohon dipilih pohon yang telah berumur lebih dari 10 tahun agar bibitnya lebih kaut dan tahan terhadap iklim yang ekstrim di pantai, dan dari perkembangan biji dari cangkang yang berwarna hijau, kuning dan coklat dipilih biji yang masih berwarna kuning. Semakin tua umur pohon maka kualitas biji cemara laut akan semakin baik, dan untuk cabang yang mau dicangkok dipilih yang mengarah keatas (autotorof). Perkembangan Cemara laut Cangkok, Biji, dan setelah diprunning, dapat dilihat pada Gambar 39. Pada upaya pengelolaan lahan marjinal seperti pantai berpasir untuk pelaksanaan konservasi tanah sebaiknya menggunakan bibit cemara laut yang berasal dari biji karena memiliki akar tunggang yang kuat dan berumur panjang. Sebaiknya seresah atau daundaun cemara laut yang berguguran tidak diambil untuk bahan bakar pembuatan gula kelapa, tetapi dibarkan tetap disitu agar terbentuk humus untuk menjaga kelembaban dan bahan organik. 66

76 Gambar 39. Kronologis Perubahan Kondisi Lahan Pantai Petanahan dengan Cemara Laut dari Tahun 2005 sampai Perkembangan kondisi pertumbuhan cemara laut secara visual dapat dilihat pada Gamabr 10 diatas, yaitu sejak tahun 2005 dimana lahan pantai masih gersang dan terbuka sampai kondisi sat ini tahun Dalam rangka memantau pertumbuhan tanaman cemara laut yang masih muda dilakukan pengukuran diameter setinggi dada dan tinggi tanaman (Gambar 40). Persen tumbuh mengalami penurunan yaitu dari 74,3% menjadi 65,3% dan tinggi mengalami penambahan dari 10,5 cm (Mei 2013) menjadi 11,8 cm (November 2013). 67

77 Gambar 40. Pertumbuhan Tanaman Cemara Laut dan Persen Tumbuh Tahun 2013 B. Tingkat Perawatan dan Pengelolaan Iklim yang ekstrim di pantai menyebabkan tanaman mudah kering karena evapotranspirasi dan ketersediaan air tanah yang rendah (Gambar 41). Namun beberapa tanaman dekat lokasi BPTKPDAS ada tanaman cemara laut yang mati akibat busuk akar akibat pupuk kandang yang diberikan belum sampai pada kematangan dekomposisi yang sempurna sudah dijadikan press-block dan dipergunakan untuk media tanam. 68

78 Gambar 41. Kondisi Tanaman yang Mengalami Kekeringan Akibat Musim Kemarau panjang dan Mati Akibat Busuk Akar D. Tingkat Partisipasi Kelompok Tani Adanya kegiatan rehabilitasi lahan telah membangkitkan kembali kelompok tani yang hampir mati. Pada awalnya tingkat kehadiran cukup tinggi, namun setelah ada persoalan intern kelompok tani dan waktu jeda yang berkaitan dengan keproyekan maka tingkat kehadiran rendah. Hal ini disebabkan belum ada kegiatan pada lahan pantai pasir. Tingkat kehadiran anggota kelompok tani cukup rendah sekitar 30 40% dari jumlah anggota kelompok tani. Pada tahun kedua, kondisi tidak berubah. Sosialisasi dan pengalaman petani yang telah berusahatani di pantai pasir pada tahun pertama didengar pula oleh kelompok tani lain. Apalagi terdapat bantuan teknis dan non teknis yang diberikan oleh BP2TP DAS IBB. Hal tersebut mendorong Kelompok Tani Ternak Bhakti Usaha untuk bergabung dengan Kelompok Tani Pasir Makmur. Setelah pengabungan tersebut, tingkat kehadiran anggota kelompok tani meningkat menjadi 70 80% per pertemuan. Selain itu, dinamika dan aktivitas kelompok makin meningkat. Kelompok tani ternak Bhakti Usaha memberi kekuatan baru bagi kegiatan rehabilitasi lahan pantai. Apalagi dengan mengintegrasikan tanaman tanggul angin, tanaman semusim, agrowisata, wisata pantai, dan ketersediaan ternak untuk konservasi lahan dan 69

79 pendapatan maka akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Adanya ternak selain akan meningkatkan pendapatan juga menyediakan bahan untuk rehabilitasi lahan pantai melalui kotorannya. Selain itu, perkembangan selanjutnya menunjukkan arah partisipasi yang lebih baik. Apabila pada tahun sebelumnya pengerjaan rehabilitasi lahan pantai dilakukan dengan system upahan, pada saat ini setelah pengabungan antara Pasir Makmur dan Bakti Usaha dipergunakan system insentif. Pada tahun sebelumnya, sumbangan biaya sangat kecil diberikan anggota kelompok Anggota kelompok tani diupah untuk setiap pekerjaan yang dilakukan. Saat ini banyak pekerjaan yang tidak diupah lagi tetapi menjadi tanggung jawab kelompok tani. Kelompok tani bersedia menanam cemara laut dan tanaman semusim tanpa di upah. Kelompok tani melihat rehabilitasi lahan tersebut akan memberi manfaat ekonomi bagi mereka. Untuk itu perlu dikembangkan system dana bergulir untuk pengembangan dan rehabilitasi lahan pantai berpasir. Setiap pagi dan sore hari petani menderes manggar kelapa, ratarata per orang kelapa. Satu kelapa 2 sampai 3 manggar dan setiap manggar dideres selama 1 bulan. Deresan pagi diambil sore hari (12 jam) dan deresan sore diambil pagi hari (12 jam). Deresan pagi dan sore dimasak pada siang hari selama 1 jam dan dicetak sampai keras selama setengah jam dengan setengah batok kelapa. Perolehan hasil deresan rata-rata 5 kg/hari dengan harga lokal Rp 3.500,- dan harga di pasar Rp.5.000,-, sehingga setiap bulan pemasukkan dari menderes = 30 hari x 5 kg x Rp.3.500,- = Rp ,-. Kualitas kelapa deres lebih baik pada musim kemarau dari pada musim penghujan, namun kuantitas menurun pada musim kemarau yaitu hany 2-3 kg/hari sedangkan musim penghujan 3-5 kg/hari. Kelapa yang di deres ada yang milik sendiri, milik oranglain dengan sistem maro, dan milik wisata dengan cara minta ijin dengan Kepala Wisata, dengan biaya sewa per pohon Rp 1500,-. Sehingga untuk 70

80 20 pohon harus bayar pemilik pohon kelapa sebanyak 20 pohon x Rp 1.500,- = Rp ,-. Kelapa legen deresan ada yang berwarna hitam coklat yang berasal dari asli kelapa saja, putih untuk campuran pasir gula, dan basah untuk kecap. Kegiatan rutin muslim setiap malam jum at ada yasinan dari rumah ke rumah secara bergiliran. Setiap yasinan yang hadir orang mulai jam sampai WIB, dipimpin oleh Kyai Barnawi. Khusus malam jum at kliwon banyak pengunjung yang datang dari luar kota yang datang ke tempat wisata (Punden/Makam) dengan membayar secara sukarela, dengan juru kunci Pak Manten Abdur Rachman. E. Tingkat Dampak Pengelolaan Lahan Pantai Dampak positif dengan adanya cemara laut di pantai maka iklim mikro menjadi sejuk dan nyaman untuk berteduh bagi para pengunjung wisata. Sehingga jumlah pungunjung wisata dari tahun ke tahun semakin meningkat terutama pada hari minggu dan saat musim liburan anak sekolah (Gambar 42). 71

81 Gambar 42. Pengunjung Wisata Meningkat karena Tingkat Kenyamanan Wisata Semakin Sejuk dan Indah Dengan semakin rimbunnya cemara laut dan membuat suasana jadi sejuk dan nyaman maka pengunjung wisata terus meningkat dari tahun ke tahun, sebagai contoh untuk tahun 2010 pemasukan wisata Rp.155,365,000 dan tahun 2013 meningkat menjadi Rp ,- dengan kenaikan 56,7% (Gambar 43). Puncak kunjungan selalu pada saat lebaran Idul Fitri, untuk tahun ini 2013 pada bulan Agustus dan September dan juga setiap tahun baru. Pengunjung wisata sudah mulai merata setiap bulannya, yang sebelumnya hanya pada bulan-bulan liburan saja. 72

82 Gambar 43. Pendapatan Wisata Bulanan di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung, Kab. Kebumen Tahun Jumlah pengunjung wisata tidak selalu selaras dengan pendapatan obyek wisata, karena beberapa pengunjung rombongon Bis maka hanya terkena satu parkiran kendaraan saja, sedangkan jika mereka 73

83 naik motor maka akan meningkatkan total pendapatan wisata (Gambar 44). Gambar 44. Kunjungan Wisata Pantai Petanahan, Desa Karanggadung Peningkatan kenyamanan lingkungan sekitar wisata antara lain dapat ditinjau dari iklim mikro, keberadaan kelembagaan dan kebijakan yang berlaku : Perubahan kondisi iklim mikro sekitar lokasi pengembangan Akses jalan menuju ke lokasi dalam bentuk sarana dan prasarana yang memadai untuk memudahkan pengunjung wisata Institusi yang terlibat dalam pengembangan lahan pantai selama ini dan peranannya dalam pengembangan lahan pantai. Potensi dan kendala yang dihadapi dalam pengembangan pantai berpasir. Rencana pengembangan lahan pantai berpasir yang ada. Peraturan perundangan dan kebijakan pemerintah daerah dalam pengembangan lahan pantai berpasir. 74

84 Pengunjung (Jiwa) & Parkir(Rp.1000,-) Pemasukan Wisata (Rp.1000,-) Status lahan pantai berpasir yang akan dikembangkan dan prediksi persoalan yang timbul kedepan. Respon pemerintah daerah dalam pengembangan lahan pantai berpasir. G. Tingkat Kemanfaatan Tanggul Angin Dengan adanya cemara laut maka iklim mikro menjadi sejuk dan nyaman untuk berteduh bagi para pengunjung wisata. Sehingga kunjungan wisata dari tahun ke tahun semakin meningkat terutama pada hari minggu dan saat musim liburan anak sekolah. Dengan semakin rimbunnya cemara laut dan membuat suasana jadi sejuk dan nyaman maka pengunjung wisata terus meningkat dari tahun ke tahun, sebagai contoh untuk tahun 2010 pemasukan wisata Rp.155,365,000 dan tahun 2011 meningkat menjadi Rp. 254,413,500 dengan kenaikan 63,7% (Gambar 45). Puncak kunjungan selalu pada saat lebaran, untuk tahun ini pada bulan September 2011 dan juga tahun baru Pengunjung wisata sudah mulai merata setiap bulannya, yang sebelumnya hanya pada bulan-bulan liburan saja Pengunjung Parkir Pemasukan , JAN FEB MRT APR MEI JUN JUL AGS SPT OKT NOV DES Bulan Pengamatan Tahun Gambar 45. Puncak kunjungan wisata saat Lebaran di bulan September 2011 dengan pendapatan mencapai Rp ,- 75

85 Peningkatkan tingkat pendapatan masyarakat lahan pantai berpasir antara lain juga diamati perubahan kondisi ekonomi masyarakat, yaitu : Investasi awal pengembangan lahan pantai berpasir, jaringan irigasi sumur renteng, pembangunan tanggul angin permanen dan sementara, pembangunan site budidaya pertanian dan buah-buahan. Input output usahatani (tenaga kerja, bibit, pupuk, racun hama penyakit, output usahatani pokok dan sampingan) dalam volume dan harganya. Kondisi ekonomi masyarakat pantai dan kondisi ekonomi rumah tangga petani pelaksana plot pengembangan. Pemanfaatan lahan pantai selama ini. Minat masyarakat terhadap upaya rehabilitasi dan pemanfaatan lahan pantai berpasir untuk usaha tani. Minat masyarakat terhadap jenis-jenis tanaman budidaya yang akan ditanam dan potensi pasar bagi jenis-jenis tanaman budidaya tersebut. H. Tingkat Adopsi Masyarakat Dari tanaman semusim yang pernah diperkenalkan BPTKPDAS berdampak dalam bentuk pengembangan tanaman semusim (hortikultura) telah merubah persepsi masyarakat terhadap lahan pasir (Gambar 46). Lahan pasir yang dulu dianggap lahan bermasalah atau tidak produktif tetapi setelah ada tanaman tanggul cemara laut dan dibuktikan dalam bentuk demplot maka hasilnya meningkat 3 kali lipat dari pada tanah mineral biasa. Hal tersebut mengingat tanah pasir bersifat porous sehingga proses aerasi (pertukaran udara dan air) dalam tanah menjadi baik, disamping itu tanah pasir karena panas maka jauh dari gangguan hama penyakit/gulma, dan mudah dalam pengolahan lahannya karena tanahnya ringan. 76

86 Gambar 46. Sosialisasi Penyelamatan Pantai dengan Menanam Cemara Laut Pada Masyarakat dan Anak-anak Sekolah Pendekatan pada masyarakat setempat dari tingkat Kabupaten, Kecamatan sampai ke Desa dalam bentuk Silaturahmi dengan Masyarakat dan Para Tokoh baik secara perorangan maupun kelompok harus sering dilakukan (Gambar 47). Dalam rangka meningkatkan hubungan kedekatan dengan masyarakat maka diperlukan frekuensi tinggal dan menginap di lokasi cukup lama, dan juga diperlukan untuk merekrut orang di lokasi yang berpendidikan minimal SLTP sebagai pengamat lapangan. 77

87 Gambar 47. Pendekatan dengan Cara Pendampingan Kelompok Tani dan Anak-anak Sekolah di Ruang Kelas Maupun di Ruang Terbuka Dampak dari penanaman cemara laut pada lahan pantai berpasir secara visual dapat dilihat terjadinya perubahan secara drastis yaitu dari yang dulunya Gersang tahun 2005 dan berubah menjadi rendang pada saat ini (2013). Begitu juga jalan ke pantai lebih tertata rapi dengan adanya tanaman pandan berduri di kanan-kiri jalan menuju ke pantai (Gambar 48). Dampak kegiatan penanaman cemara laut dari BPTKPDAS juga telah dikembangkan oleh UGM dengan tanaman yang sama beserta para mahasiswanya yang sedang KKN dimulai tahun Selanjutnya pada tahun 2011 Hutan Cemara laut milik UGM diresmikan oelh Menteri Kehutanan dengan nama WANAGAMA III, yang terletak sebelah barat lokasi demplot milik BPTKPDAS Solo (Gambar 49). 78

88 Gambar 48. Kondisi Gersang Pantai Petanahan dan Rindang Setelah Penghijauan dengan Cemara Laut Gambar 49. Peresmian Cemara Laut Wanagama III oleh Menteri Kehutanan di Pantai Petanahan, Kebumen. 79

89 Dampak demplot tanaman semusim yang pernah diperkenalkan BPTKPDAS yang dulu masih bernama BPK Solo dalam bentuk tanaman semusim telah merubah persepsi masyarakat terhadap lahan pasir (Gambar 49). Lahan pasir yang dulu dianggap lahan bermaslaah atau tidak produktif tetapi setelah ada tanaman tanggul cemara laut dan dibuktikan dalam bentuk demplot maka hasilnya meningkat 3 kali lipat dari pada tanahmineral biasa. Hal tersebut mengingat tanah pasir bersifat porous sehingga proses aerasi (pertukaran udara dan air) dalam tanah menjadi baik, tanah pasir karena panas maka jauh dari gangguan hama penyakit/gulma, Aparat meninjau Lokasi Tanaman Hortikultura di Belakang Cemara Menengok di kandang ternak sapi milik Kelompok Tani di Samas Penjelasan Kepala Desa kepada Silaturahmi ke rumah-rumah warga Bapak dan Ibu Guru SD Gambar 50. Sosilaisasi penyelamatan dini pantai dengan cemara laut perlu disampaikan pada semua dari warga biasa, aparat, anakanak sekolah untuk membangkitkan partisipasinya 80

90 Pendekatan pada masyarakat setempat dari tingkat Kabupaten, Kecamatan sampai ke Desa dalam bentuk Silaturahmi dengan Masyarakat dan Para Tokoh baik secara perorangan maupun kelompok haru sering dilakukan (Gambar 51). Dalam rangka meningkatkan hubungan kedekatan dengan masyarakat maka diperlukan frekuensi tinggal dan menginap di lokasi cukup lama, dan juga diperlukan untuk merekrurt orang di lokasi yang berpendidikan minimal SLTP. Kerjasama dengan anggota Kelompok Tani Pertemuan Kelompok Tani di Balai Desa Komunikasi dengan para Guru SD dan para Tokoh Gambar 51. Pendekatan secara perorangan atau berkolompok harus sering dilakukan baik secara formal (aparat kabupaten sampai desa) maupun informal dengan para tokoh atau warga biasa 81

91 VI. MANFAAT PLOT PENELITIAN A. Pemeliharaan Plot Penelitian a. Manfaat Plot penelitian sebagai show window dari BPTKPDAS, yang mengawali melakukan kegiatan penanaman Cemara laut sejak tahun 2005 pada lahan bermasalah pantai berpasir. Dampak dari kegiatan litbanghut Surakarta ini telah diikuti oleh Dinas Kehutanan di Kebumen bekerja sama dengan UGM dengan anggaran dari BPDAS SOP Jogyakarta, untuk pengembangan Cemara laut sepanjang pantai selatan dari Samas sampai Cilacap. b. Pemanfaatan plot penelitian yang diupayakan dari BPKTPDAS yang dulu masih bernama BPK (Balai Penelitian Kehutanan) Solo untuk lokasi bekas penelitian, dipantau seberapa besar masyarakat bisa tetap menjaga Cemara Laut, agar tidak diganggu oleh pengunjung dan penyediaan kayu bakar bagi masyarakat. c. Pemanfaatan plot bekas penelitian semacam ini dapat dipakai sebagai laboratorium lapangan, untuk proses pembelajaran anakanak sekolah maupun masyarakat Kelompok Tani daerah pesisir dari tempat lain sebagai ajang studi banding. d. Beberapa Dinas yang mengembangkan Cemara laut sepanjang pantai selatan saat mau mengembangkan sering datang ke kantor BPTKPDAS (dulu BPK Solo) untuk konsultasi menanyakan tentang tata cara dan musim yang tepat untuk penanaman Cemara laut di sepanjang pantai selatan, antara lain dari Dinas Kehutanan Cilacap dan Dinas Kehutanan Kebumen. e. Pemanfaatan plot bekas penelitian oleh kantor Obyek Wisata Pantai Petanahan menjadikan kondisi iklim yang sejuk dan nyaman dengan adanya Cemara laut. Sejak tahun 2005 sampai sekarang jumlah pengunjung selalu meningkat dan berdampak pada 82

92 pendapatan daerah dari sektor wisata di Desa Karanggadung, Kec. Petanahan, Kab. Kebumen selalu meningkat. f. Masyarakat merasa senang dengan adanya Cemara laut karena produktivitas lahan di pantai berpasir semakin meningkat, yang sebelumnya merupakan lahan marjinal/gersang dan iklim yang ekstrim panas dan adanya uap garam-garaman dari laut yang menyebabkan tanaman sering terbakar dan menjadi kering. g. Garis pantai menjorok ke laut sehingga luas daratan meningkat, yang ditandai dari tanaman pandan berduri yang dulunya agak kedalam daratan, dan sekarang menanam cemara laut 100 m kearah lautan dari tanaman Pandan berduri dan 100 m dari bibir pantai atau garis pantai tertinggi. h. Menanggulangi bahaya tsunami, yaitu dengan adanya tanaman penghalang seperti Cemara laut maka jika ada tsunami atau air pasang dari lautan yang sangat tinggi maka benda-benda atau kotoran dari laut tidak segera menghantam rumah-rumah yang bisa menyebabkan roboh dan korban jiwa yang banyak. i. Mencegah abrasi dengan adanya tanaman Cemara laut sehingga garis pantai tidak mudah berkurang karena adanya ombak lautan selatan yang sangat besar. j. Kesejahteraan masyarakat meningkat dengan peningkatan pengunjung dengan pelayanan menyewakan tikar, warung, parkir, Musholla, sewa rumah dan MCK (Mandi, Cuci, Kakus). k. Semua aparat dari Pemda Kabupaten, Kecamatan sampai ke Desa dan Kantor Obyek Wisata sangat mendukung dan menilai positif dari adanya kegiatan pengembangan Cemara laut di pantai Karanggadung, Kec Petanahan. 83

93 l. Masyarakat yang banyak dilibatkan merasa bersyukur dan senang karena ada proses pembelajaran dan pengenalan dari lahan yang tidak produktif/bermaslah/marjinal dan ternyata setelah dikelola dengan penambahan pupuk kandang, ameliorat dan adanya tanggul angin dari Cemara laut maka lahan pantai akan bisa menghasilkan tiga kali lipat dari tanah mineral biasa, selama ketersediaan air untuk tanaman tercukupi dengan penyiraman setiap hari dilakukan pagi dan sore. m. Untuk anak-anak sekolah dapat dimanfaatkan belajar di alam atau sebagai laboratorium lapangan, dengan belajar langsung di lapangan maka pengenalan tanaman dari cara menanam sampai pada proses pertumbuhan dapat dilihat secara langsung. Antusias dari para pelajar SD (Sekolah Dasar) baik dari murid-murid maupun guru dan Kepala sekolah sangat tinggi. A. Kondisi Sebelum dan Sesudah Penanaman Kondisi manfaat adanya penanaman cemara laut di pantai Karanggadung, Petanahan dapat dibandingkan kondisi pada saat sebelum ada cemara laut dan sesudah ada cemara laut seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Kondisi sebelum dan sesudah ada cemara laut di pantai SEBELUM a. Aparat dan instansi terkait dari Pemda Kabupaten, Kecamatan sampai Desa tidak perduli dengan keberadaan pantai yang gersang, termasuk juga dari Polsek tidak peduli dengan keamanan di laut bagi para pengunjung wisata. b. Masyarakat kurang tertarik dengan lahan pantai yang SESUDAH a. Aparat dan instansi terkait dari Pemda lewat Dinas Kehutanan Kebumen bekerja sama dengan BPDAS SOP dan UGM mengembangkan Cemara laut, dan Polsek menempatkan aparatnya untuk pengamanan pantai dan pesisir pantai b. Masyarakat mulai berebut lahan untuk mengkapling lahan pantai 84

94 gersang, sehingga waktu diminta untuk mengelola lahan tidak ada yang mau walaupun diberi lahan secara gratis c. Kebiasaan buruk masyarakat pesisir yang suka mabuk dan menjadi preman dengan meminta uang keamanan bagi para pengunjung dan meminta hasil pertanian sangat mengganggu perkembangan ekonomi dan pertanian di pantai, karena pendatang takut d. Kelompok Tani yang dulunya hanya jadi-jadian atau nama saja sehingga setiap ada bantuan dari Pemerintah seperti sapi dan perahu nelayan maka selalu cepat diambil dan dijual kembali untuk dijadikan uang dan segera dapat dimanfaatkan atau dipakai untuk mabuk dan judi e. Obyek Wisata hanya untuk kunjungan nyepi karena ada Punden PANDAN KUNING bagi pengalap berkah dan untuk perbuatan mesum, sehingga semakin menambah gelap suasana pantai dan seram serta menakutkan di malam hari f. Pengelolaan lahan Pantai Berpasir tidak ada yang berminat dan tidak mau karena tahu bahwa lahan pantai yang gersang dan panas tidak bisa menghasilkan apapun. Seandainya diolah pun akan membutuhkan input yang sangat besar dan hasilnya tidak seberapa, karena kondisi iklim yang ekstrim, unsur hara yang rendah, tanah yang miskin, dan adanya uap garam-garaman walau diminta untuk sewa tahunan pada kantor wisata, dan wisata mulai memetakan persil magersari bagi pengelola lahan c. Kebiasaan buruk masyarakat pesisir berangsur-angsur berkurang, dan sebagian sudah mau bercocok tanam seperti Iping dan Alm.Dirun sebagai Kepala Keamanan desa, sehingga tidak ada yang suka memalak atau mengganggu hasil pertanian pada saat panen d. Kelompok Tani sudah mantap karena ada pendampingan dengan pertemuan setiap awal bulan malam kamis sehingga bantuan terus mengalir seperti sapi kepada KTT Bhakti Usaha dan perahu nelayan, karena kebiasaan buruk masyarakat sudah berkurang banyak e. Obyek Wisata menjadi bersih, nyaman, sejuk dan pengunjung semakin banyak berdatangan, sehingga dengan perlahan-lahan kegiatan yang mengarah negatif semakin berkurang atau hampir menghilang dan jadi segar menyenangkan f. Pengelolaan Lahan Pantai Berpasir dari perpakiran, penempatan warung, sampai pada pengelolaan lahan semakin bergairah dan bersaing dengan para pendatang dari luar, sehingga di musim liburan rumah-rumah penduduk laku disewakan untuk menginap para pengunjung atau pedagang musiman dari tempat lain untuk beradu meraup keuntungan besar-besaran. 85

95 g. Rumah penduduk yang paling dekat sekitar 2 km dari garis pantai untuk berjaga-jaga kalau air pasang (tsunami) dan mencegah angin kencang yang mengandung uap garamgaraman yang akan merusak perabot atau barang-barang yang dari logam karena mudah karatan atau keropos/hancur h. Para pengunjung atau pedagang musiman jika mau menginap menggunakan rumah-rumah penduduk yang boleh disewa atau ditempati sementara selama liburan hari raya (Idul Fitri, Idul Adha, dan Natal serta Tahun Baru). g. Rumah penduduk mulai tahun 2010 sudah mulai banyak yang didirikan dengan jarak kurang dari 1 km dari pantai walaupun belum permanen (dari bambu dan papan). Tapi mulai tahun ini sudah mulai membangun rumah permanen dari tembok, sehingga akan meningkatkan harga tanah di sekitar pantai (pesisir) h. Dalam waktu dekat kalau pengunjung atau pedagang musiman akan menginap bisa di Losmen atau Home Stay yang mulai akan didirikan seperti yang sudah banyak penginapan di pantai Glagah. C. Matinya Cemara Laut Di Pantai a. Kurang partisipasinya masyarakat setempat 1. Kurangnya masyarakat setempat dari semua elemen baik petani maupun bukan petani dari anak-anak sampai dewasa untuk ikut merawat dan menjaga, jika tidak maka gangguan iklim, tanah, dan manusia akan menyebabkan kerusakan tanaman Cemara laut. 2. Partisipasi masyarakat dalam bentuk Kelompok Tani atau Kelompok Pecinta lingkungan lainnya perlu dibangun agar tingkat kepedulian masyarakat terhadap lingkungan semakin meningkat. 3. Merubah persepsi masyarakat dan untuk meyakinkan masyarakat terlebih dahulu bahwa pasir yang merupakan tanah marjinal jika dikelola dengan baik dengan mempertimbangkan faktor penghambat/gangguan maka segala jenis tanaman dapat ditanam dengan hasil 3 kali lipat dari produksi pada tanah mineral biasa. 86

96 b. Kurangnya perawatan cemara laut 1. Kurangnya perawatan tanaman karena penanaman dilakukan secara borongan oleh pihak ke-3 atau CV bekerjasama dengan masyarakat setempat dengan kondisi sesaat pada saat proyek masih berlangsung saja, setelah itu dibiarkan saja. 2. Perlu pemberian ameliorat atau tanah mineral dari tempat lain untuk mengikat unsur hara, dan perlu penambahan pupuk kandang yang sudah matang dengan tingkat C/N < 1/3.(mineralisasi) 3. Pemberian humus dari daun tanaman yang ada disekitar lokasi untuk mempertahankan kelembaban tanah, karena panas bumi akan mengangkat kelembaban air keatas permukaan. c. Kondisi iklim yang ekstrim di pantai 1. Kondisi pantai yang sangat ekstrim karena adanya uap garamgaraman dari laut, angin kencang (evaporasi tinggi) dan tanaman muda mudah rebah, suhu udara yang ekstrim panas >38 o C menyebabkan tanaman terbakar dan unsur hara yang rendah. 2. Semua permasalahan pantai harus diatasi dengan baik, jika tidak maka peluang tanaman untuk hidup sangat kecil sekali. d. Tidak memperhatikan bulan penanaman 1. Bulan penanaman yang paling tepat yaitu pada bulan September dan bulan Januari, sebab pada saat itu kelembaban udara paling tinggi (lembab) dan suhu udara paling rendah berkisar 24 o C. 2. Pada bulan September dan Januari memang curah hujan termasuk rendah, hal ini dilakukan agar pada saat awal bibit yang stress mudah beradaptasi dengan lingkungan pantai yang ekstrim, tetapi setelah itu akan diguyur hujan selama lebih dari 3 bulan. 87

97 e. Bibit cemara laut yang belum sesuai standard 1. Bibit cemara laut yang layak untuk ditanam minimal batang berukuran 0,5 cm dengan tinggi tanaman minimal 60 cm dan umur bibit 6 bulan sampai satu tahun. 2. Cara membawa bibit harus hati-hati baik pada saat pengangkutan dengan truk, memindahkan dengan gerobak atau pada saat membawa dengan tangan harus disangga dari bawah agar bibit tidak patah akarnya. 3. Pada saat penenaman polybag dibuka bawahnya saja, agar tanah tidak mudah lepas sebelum bibit tersebut tumbuh dengan baik. 4. Lubang tanam diberi mikoriza yaitu tanah pasir yang berada disekitar tanaman pantai yang sudah ada, misalnya tanah dibawah perakaran pandan berudiri atau dibawah tanaman gamal. f. Cara penanaman yang tidak tepat 1. Seharusnya penanaman cemara laut dengan lubang tanam yang cukup 30cm x 30cm dengan kedalaman 50 cm dan dengan menggunakan ajir agar tanaman muda tidak mudah patah akibat terpaan angin laut. 2. Teknologi press block dengan media pupuk kandang cukup baik untuk pelepasan unsur hara secara pelan-pelan dan bertahap mengingat sifat pasir yang porous cepat melarutkan air dan unsur hara, namun jika pupuk kandangnya belum matang akan menjadi sumber penyakit atau jamur dan terjadi pembusukan perakaran 3. Sanitasi tanah harus dijaga yaitu jangan sampai tanah mengandung penyakit dan jamur yang menyebabkan busuk akar, seperti terjadi pada pupuk kandang yang dibuat press block yang belum mengalami proses dekomposisi yang sempurna. Pupuk kandang yang belum matang sebagai media yang baik untuk pertumbuhan jamur yang akan merusak akar tanaman. 88

98 Gambar 52. Akar cemara laut yang busuk akibat diserang jamur dari bahan pupuk kandang yang belum matang Gambar 53. Penyerangan akar oleh jamur atau penyakit busuk akar akan menyebabkan perakaran putus dan tanaman mati permanen. 89

99 Gambar 54. Bibit cemara laut muda yang mati pada saat penanaman bisa diakibatkan oleh iklim, tanah, pupuk, penanganan bibit dll 90

PENANGANAN LAHAN PANTAI BERPASIR DENGAN TANAMAN TANGGUL ANGIN CEMARA LAUT Oleh : Beny Harjadi Peneliti Madya Bidang Pedologi dan Penginderaan Jauh

PENANGANAN LAHAN PANTAI BERPASIR DENGAN TANAMAN TANGGUL ANGIN CEMARA LAUT Oleh : Beny Harjadi Peneliti Madya Bidang Pedologi dan Penginderaan Jauh PENANGANAN LAHAN PANTAI BERPASIR DENGAN TANAMAN TANGGUL ANGIN CEMARA LAUT Oleh : Beny Harjadi Peneliti Madya Bidang Pedologi dan Penginderaan Jauh Pada Balai penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaaan

Lebih terperinci

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial pp i CEMARA LAUT, MENGUBAH LAHAN MARGINAL MENJADI POTENSIAL Oleh : Beny Harjadi, Agung Wahyu Nugroho Arina Miardini Susi Abdiyani Dona Octavia ii Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-undang Nomor 19 Tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang pantai Indonesia

I. PENDAHULUAN. karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang pantai Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Nomor Per.06/MEN/2010 bahwa Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

Restorasi Organik Lahan. Aplikasi Organik Untuk Pemulihan Biofisik Lahan & Peningkatan Sosial Ekonomi Melalui Penerapan Agroforestri.

Restorasi Organik Lahan. Aplikasi Organik Untuk Pemulihan Biofisik Lahan & Peningkatan Sosial Ekonomi Melalui Penerapan Agroforestri. Restorasi Organik Lahan Aplikasi Organik Untuk Pemulihan Biofisik Lahan & Peningkatan Sosial Ekonomi Melalui Penerapan Agroforestri Ex-Tambang Restorasi Perubahan fungsi lahan pada suatu daerah untuk pertambangan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Umum Tanaman Cabai Tanaman cabai mempunyai daya adaptasi yang cukup luas. Tanaman ini dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 1400

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara ( km). Di sepanjang pantai tersebut ditumbuhi oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara ( km). Di sepanjang pantai tersebut ditumbuhi oleh berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan garis pantai terluas di Asia Tenggara (81.000 km). Di sepanjang pantai tersebut ditumbuhi oleh berbagai vegetasi pantai.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, cocok ditanam di wilayah bersuhu tinggi. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan tanaman perdu dan berakar tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. Tomat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PENGERTIAN TANAH Pedosfer berasal dari bahasa latin yaitu pedos = tanah, dan sphera = lapisan. Pedosfer yaitu lapisan kulit bumi yang tipis yang letaknya

Lebih terperinci

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah 1. List Program Untuk Menu Utama MPenjelasan_Menu_Utama.Show 1 2. List Program Untuk Penjelasan Menu Utama MPenjelasan_Tanah.Show 1 3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah MSifat_Bentuk2.Show

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan bahan pangan terpenting di Indonesia mengingat makanan pokok penduduk Indonesia sebagian besar adalah beras. Sementara itu, areal pertanian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di pulau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan

Lebih terperinci

PENYIAPAN LAHAN. Oleh : Juwariyah BP3K Garum

PENYIAPAN LAHAN. Oleh : Juwariyah BP3K Garum PENYIAPAN LAHAN Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai berlatih peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali tentang pembersihan lahan tanaman bawang merah dengan baik

Lebih terperinci

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting karena sebagai bahan baku produksi gula. Produksi gula harus selalu ditingkatkan seiring

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph)

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph) KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami sifat kimia tanah. 2. Memahami vegetasi tanah. 3. Memahami

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMANFAATAN LAHAN MARGINAL KAWASAN PESISIR

TEKNOLOGI PEMANFAATAN LAHAN MARGINAL KAWASAN PESISIR TEKNOLOGI PEMANFAATAN LAHAN MARGINAL KAWASAN PESISIR Oleh : Sunarto Gunadi *) Abstrak Lahan pesisir sesuai dengan ciri-cirinya adalah sebagai tanah pasiran, dimana dapat dikategorikan tanah regosal seperti

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau ABSTRAK Sejalan dengan peningkatan kebutuhan penduduk, maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian dan perkebunan juga meningkat. Lahan yang dulunya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya LEMBAR KERJA SISWA KELOMPOK :. Nama Anggota / No. Abs 1. ALFINA ROSYIDA (01\8.6) 2.. 3. 4. 1. Diskusikan tabel berikut dengan anggota kelompok masing-masing! Petunjuk : a. Isilah kolom dibawah ini dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Cara pandang masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Cara pandang masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Cara pandang masyarakat terhadap pertanian berubah menjadi

Lebih terperinci

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme :

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme : TANAH Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah Hubungan tanah dan organisme : Bagian atas lapisan kerak bumi yang mengalami penghawaan dan dipengaruhi oleh tumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, karena memiliki kandungan gizi cukup,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai

Lebih terperinci

TANAH. Oleh : Dr. Sri Anggraeni, M,Si.

TANAH. Oleh : Dr. Sri Anggraeni, M,Si. TANAH Oleh : Dr. Sri Anggraeni, M,Si. Tanah memberikan dukungan fisik bagi tumbuhan karena merupakan tempat terbenamnya/ mencengkeramnya akar sejumlah tumbuhan. Selain itu tanah merupakan sumber nutrien

Lebih terperinci

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) 1. Cara memperbaiki tanah setelah mengalami erosi yaitu dengan cara?? Konservasi Tanah adalah penempatansetiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Di Sumatra Utara areal pertanaman jagung sebagian besar di tanah Inceptisol yang tersebar luas dan berdasarkan data dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Tanaman selada (Lactuca sativa L.) merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Compositae. Kedudukan tanaman selada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Radish (Raphanus sativus L) merupakan salah satu tanaman perdu semusim yang

I. PENDAHULUAN. Radish (Raphanus sativus L) merupakan salah satu tanaman perdu semusim yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Radish (Raphanus sativus L) merupakan salah satu tanaman perdu semusim yang berumbi. Dibandingkan dengan sayuran berumbi yang lain, misalnya wortel (Daucus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu merupakan bahan pangan pokok ketiga setelah beras dan jagung. Daunnya dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu produk pertanian hortikultura yang banyak diusahakan oleh petani. Hal ini dikarenakan cabai merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomi dan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pokok masyarakat Indonesia dan komoditas agrikultur yang memiliki nilai

1. PENDAHULUAN. pokok masyarakat Indonesia dan komoditas agrikultur yang memiliki nilai 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia dan komoditas agrikultur yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Bawang

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman 1. Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman. Pada umumnya unsur hara akan mudah diserap tanaman pada ph 6-7, karena pada ph tersebut

Lebih terperinci

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara. Penyulaman Penyulaman dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan dengan segera agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya. Penyiangan Penyiangan terhadap gulma dilakukan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang memiliki prospek pengembangan cukup cerah, Indonesia memiliki luas areal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai komersial tinggi di Indonesia. Hal ini karena buah melon memiliki kandungan vitamin A dan C

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (merah). Banyaknya vitamin A pada tanaman tomat adalah 2-3 kali. banyaknya vitamin A yang terkandung dalam buah semangka.

BAB I PENDAHULUAN. (merah). Banyaknya vitamin A pada tanaman tomat adalah 2-3 kali. banyaknya vitamin A yang terkandung dalam buah semangka. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) adalah tumbuhan dari familia Solanaceae. Tomat merupakan tanaman semusim, dapat tumbuh setinggi 1-3 meter. Tomat termasuk sayuran

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE BAB III LANDASAN TEORI A. Metode USLE Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) merupakan model empiris yang dikembangkan di Pusat Data Aliran Permukaan dan Erosi Nasional, Dinas Penelitian Pertanian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertambangan Pasir Besi Pasir besi merupakan bahan hasil pelapukan yang umum dijumpai pada sedimen disekitar pantai dan tergantung proses sedimentasi dan lingkungan pengendapan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu TINJAUAN PUSTAKA 4 Botani dan Ekologi Tanaman Tebu Tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk dalam divisi Spermatophyta, kelas Monocotyledone, ordo Graminales dan famili Graminae (Deptan, 2005). Batang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pantai km serta pulau dan luas laut sekitar 3,1 juta km 2, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pantai km serta pulau dan luas laut sekitar 3,1 juta km 2, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai 81.791 km serta 17.504 pulau dan luas laut sekitar 3,1 juta km 2, sehingga wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia.

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN A. DEFINISI Adalah pengolahan lahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah dan Air Secara Umum Tanah merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri dari bahan padat, cair dan gas. Tanah yang ideal terdiri dari sekitar 50% padatan, 25% cairan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menyediakan unsur hara, pada takaran dan kesetimbangan tertentu secara berkesinambung, untuk menunjang pertumbuhan

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super "Solusi Quipper" F. JENIS TANAH DI INDONESIA

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super Solusi Quipper F. JENIS TANAH DI INDONESIA KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami jenis tanah dan sifat fisik tanah di Indonesia. F. JENIS TANAH

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menerus menyebabkan kerusakaan sifat fisik tanah dan selanjutnya akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. menerus menyebabkan kerusakaan sifat fisik tanah dan selanjutnya akan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Organik (Effluent Sapi) Pemakaian pupuk buatan (anorganik) yang berlebihan dan dilakukan secara terus menerus menyebabkan kerusakaan sifat fisik tanah dan selanjutnya akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Survei Tanah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian organik merupakan suatu kegiatan budidaya pertanian yang menggunakan bahan-bahan alami serta meminimalisir penggunaan bahan kimia sintetis yang dapat merusak

Lebih terperinci

LHP KAJIAN MITIGASI TANAH LONGSOR DALAM PENGELOLAAN DAS TAHUN ANGGARAN 2012 ( )

LHP KAJIAN MITIGASI TANAH LONGSOR DALAM PENGELOLAAN DAS TAHUN ANGGARAN 2012 ( ) LHP KAJIAN MITIGASI TANAH LONGSOR DALAM PENGELOLAAN DAS TAHUN ANGGARAN 2012 (15.1.2.12) OLEH : IR. BENY HARJADI. MSC DRS AGUS WURYANTA, MSC JOHANES GUNAWAN EDI SULASMIKO AGUS SUGIANTO BALAI PENELITIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan komoditas strategis kacang-kacangan yang banyak dibudidayakan setelah kedelai dan

Lebih terperinci

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB KARAKTERISTIK TANAH Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB Pendahuluan Geosfer atau bumi yang padat adalah bagian atau tempat dimana manusia hidup dan mendapatkan makanan,, mineral-mineral

Lebih terperinci

Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa

Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa Rajiman A. Latar Belakang Pemanfaatan lahan memiliki tujuan utama untuk produksi biomassa. Pemanfaatan lahan yang tidak bijaksana sering menimbulkan kerusakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.03/MENHUT-V/2004 TANGGAL : 22 JULI 2004 BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci