BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 23 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Wisata Alam di Semarang Obyek wisata alam adalah sumberdaya alam yang berpotensi dan berdaya tarik bagi wisatawan serta yang ditujukan untuk pembinaan cinta alam, baik dalam kegiatan alam maupun setelah pembudidayaan. Semua obyek yang ada tersebut merupakan target utama atau incaran dari pengunjung yang datang ke suatu tempat wisata (Suwantoro 1997). Obyek yang menjadi incaran untuk dikunjungi biasanya adalah daerah pantai, alam pegunungan, danau, sungai atau obyek seni budaya serta taman-taman rekreasi lainnya (Yoeti 1997 dalam Siswanto 2006). Kota Semarang memiliki daya tarik wisata alam yang masih alami dan menarik, begitu juga Kabupaten Semarang yang merupakan salah satu wilayah Jawa Tengah yang memiliki potensi pariwisata yang cukup besar. Kabupaten Semarang memiliki beberapa obyek wisata alam yang cukup potensial untuk program jangka panjang, seperti Taman Rekreasi Bukit Cinta, Wana Wisata Penggaron, Air Terjun Semirang, Wana Wisata Umbul Songo, Taman Wisata Kopeng, Desa Wisata Sidomukti, dan sebagainya. Obyek wisata alam dan jumlah pengunjung wisata alam di Kota dan Kabupaten Semarang pada tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. Tabel 4 Jumlah pengunjung obyek wisata alam di Kota Semarang tahun 2009 N o Obyek Wisata Alam Jumlah Pengunjung Tahun 2009 (Jiwa) Pengunjung nusantara Pengunjung mancanegara Jumlah 1 tahun 1 Pantai Marina Goa Kreo Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Semarang (2009) Obyek wisata alam di Semarang yang diteliti adalah: Pantai Marina, Goa Kreo, Air terjun Semirang dan Candi Gedongsongo, Bukit Cinta, Wana Wisata Umbul Songo, Kartika Wisata Kopeng, Bandungan Indah, Wana Wisata Penggaron, Wisata Agro Tlogo, Kampung Kopi Banaran, Langen Tirto, Umbul Sidomukti dan Rawa Permai. Dari kriteria yang dikembangkan maka obyek

2 24 wisata yang diteliti yaitu Pantai Marina, Goa Kreo, Air terjun Semirang dan Candi Gedongsongo. Tabel 5 Jumlah pengunjung obyek wisata alam di Kabupaten Semarang tahun 2009 N o Obyek Wisata Alam Jumlah Pengunjung Tahun 2009 (Jiwa) Pengunjung Nusantara Pengunjung Mancanegara Jumlah 1 tahun 1 Air terjun Semirang Candi Gedongsongo Bukit Cinta Wana Wisata Umbul Songo Kartika Wisata Kopeng Bandungan Indah Wana Wisata Penggaron Wisata Agro Tlogo Kampung Kopi Banaran Langen Tirto Umbul Sidomukti Rawa Permai Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Semarang (2009) Jumlah pengunjung wisata alam di Semarang dapat dilihat pada tiga tahun terakhir, yaitu pada Gambar 3 yang menunjukkan jumlah pengunjung wisata alam di Kota Semarang dan Kabupaten Semarang pada tahun Pada tahun 2008 di obyek wisata alam Air Terjun Semirang, tidak diperoleh data jumlah pengunjung wisata sehingga pada Gambar 3 terlihat seperti terjadi penurunan jumlah pengunjung. Pada tahun 2008 jumlah pengunjung wisata alam di obyek wisata Goa Kreo, Candi Gedongsongo, Wana wisata Umbul Songo, Wisata Agro Tlogo, Kampung Kopi Banaran, Langen Tirto, dan Umbul Sidomukti mengalami kenaikan jumlah pengunjung dari tahun sebelumnya. Kenaikan jumlah pengunjung pada tahun 2009 terjadi di obyek wisata Air Terjun Semirang, Bukit Cinta, Kartika Wisata Kopeng, Wisata Agro Tlogo, Langen Tirto dan Rawa Permai. Dari semua obyek wisata alam, Candi Gedongsongo merupakan obyek wisata alam yang jumlah pegunjung tertinggi mencapai pengunjung pada tahun 2008, karena obyek wisata alam Candi Gedongsongo telah banyak diketahui oleh masyarakat, baik yang ada di sekitar Semarang maupun di luar Kota Semarang. Selain berekreasi, pengunjung juga mendambakan udara sejak

3 25 pegunungan, pemandangan indah dan suasana alami. Hal ini terjadi di obyek wisata alam pegunungan, begitu juga pada obyek wisata alam Umbul Sidomukti mengalami kenaikan yang tajam dari pengunjung (tahun 2007) menjadi pengunjung (tahun 2008) Jumlah Pengunjung Tahun 2007 (Jiwa) Jumlah Pengunjung Tahun 2008 (Jiwa) Jumlah Pengunjung Tahun 2009 (Jiwa) Gambar 3 Jumlah pengunjung wisata alam di Kota Semarang dan Kabupaten Semarang pada tahun Penurunan jumlah pengunjung pada tahun 2008 terjadi pada obyek wisata alam Pantai Marina, Bukit Cinta, Kartika Wisata Kopeng, Bandungan Indah, Wana Wisata Penggaron dan Rawa Permai. Penurunan jumlah pengunjung pada tahun 2009 terjadi pada obyek wisata alam Pantai Marina, Goa Kreo, Candi Gedongsongo, Wana Wisata Umbul Songo, Bandungan Indah, Wana Wisata Penggaron, Wisata Agro Tlogo, Kampung Kopi Banaran dan Umbul Sidomukti. Berikut merupakan empat obyek wisata alam yang menjadi objek dalam penelitian, yaitu: 1) Pantai Marina Semarang Kawasan Pantai Marina Semarang terletak di sebelah utara Kota Semarang, tepatnya di dalam lingkup Kecamatan Tawangsari. Lokasinya tidak jauh dari pusat kota dan kawasan bisnis Semarang, yaitu Tugu Muda dan Simpang Lima, berada pada lingkungan perumahan eksklusif (Puri Anjasmoro, Royal Family Residence, Perumahan Semarang Indah, dan Perumahan Grand Marina) serta berdekatan dengan Kawasan Pekan Raya Promosi dan Pembangunan (PRPP) Jawa Tengah dan Puri Maerokoco (Taman Miniatur Jawa Tengah). Obyek wisata

4 26 ini dikelola oleh PT. Indo Perkasa Usahatama. Obyek wisata alam Pantai Marina dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5. \ Gambar 4 Pintu masuk dan loket obyek wisata Pantai Marina Semarang. Gambar 5 Obyek wisata Pantai Marina Semarang. Pada Pantai Marina terdapat kolam renang, sky air, dan speed boot serta keindahan suasana pantai. Pantai Marina pada awalnya diperuntukkan sebagai kawasan hunian elite, namun dengan perkembangan zaman Pantai Marina ini dibuka untuk umum. Banyak masyarakat khususnya Kota Semarang sendiri yang menginginkan sarana rekreasi air yang representatif artinya kawasan tersebut dekat dengan pusat Kota Semarang. Kegiatan yang biasa dilakukan adalah rekreasi keluarga, memancing, jogging, santai/duduk-duduk menikmati

5 27 pemandangan laut, berperahu, aktivitas pedagang kaki lima dan penjaja keliling. Harga tiket masuk wisata ini Rp 3.500,00 per orang. Beberapa fasilitas di obyek wisata alam Pantai Marina dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 Beberapa fasilitas yang terdapat di obyek wisata Pantai Marina Semarang. 2) Goa Kreo Obyek wisata Goa Kreo terletak di Kampung Talunkacang, Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunung Pati. Obyek wisata ini dikelola oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Semarang. Menurut legenda, Goa Kreo adalah goa yang dahulu kala digunakan untuk semedi Sunan Kalijaga pada saat membawa kayu jati ke Demak. Karena kayu jati terjepit di tebing, maka Sunan Kalijaga beserta pengikutnya istirahat di puncak bukit. Di bukit tersebut Sunan Kalijaga menemukan goa untuk bersemedi, sedangkan pengikutnya istirahat sambil menyiapkan bekal untuk selamatan. Pada saat sedang makan, datanglah empat ekor monyet ekor panjang yang warnanya merah, kuning, putih dan hitam dengan tujuan akan membantu apa yang menjadi kesulitan Sunan Kalijaga dan pengikutnya. Setelah selesai makan malam, mereka bersama-sama berangkat ke tebing tempat kayu terjepit. Berbagai cara kayu tersebut diambil namun sia-sia

6 28 dan pada akhirnya dipotong menjadi dua bagian. Satu bagian tenggelam dalam ladang dan satu bagian lagi bisa dibawa menuju ke Demak. Pada saat akan pergi, keempat ekor monyet ekor panjang mengikuti Sunan Kalijaga tetapi tidak diperbolehkan. Akhirnya keempat ekor monyet ekor panjang diberi wewenang untuk ngreho yang artinya merawat sungai dan goa. Kata inilah yang kemudian menjadikan goa ini disebut Goa Kreo dan sejak itu kawanan monyet ekor panjang yang menghuni kawasan ini dianggap sebagai penunggu. Harga tiket masuk wisata ini Rp 3.500,00 per orang. Obyek wisata alam Goa Kreo dapat dilihat pada Gambar 7 dan monyet ekor panjang penghuni Goa Kreo dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 7 Obyek wisata Goa Kreo. Perjalanan untuk mencapai mulut goa ini harus menuruni anak tangga yang cukup banyak (Gambar 8). Sekitar Goa Kreo ini terdapat hamparan sawah yang luas, tebing-tebing curam penuh pepohonan dan pengunjung juga bisa menikmati aliran sungai yang dingin dan segar di bagian bawah daerah ini sehingga tercipta panorama yang indah, namun saat ini akibat pembuatan jalan di perbukitan sekitar goa, air sungai menjadi keruh dan tanah sekitar sungai mengalami longsor. Selain menikmati pemandangan alam yang indah dan udara

7 29 yang sejuk Goa Kreo juga dilengkapi sarana-sarana lain seperti: tempat bermain yang dilengkapi dengan beberapa mainan anak seperti ayunan, papan luncur, dll. Utara Goa Kreo terdapat air terjun yang berasal dari berbagai sumber mata air yang jernih dan tidak mengenal kemarau. Untuk sampai di air terjun ini harus melalui tangga yang curam. Gambar 8 Tangga dan jalan menuju Goa Kreo. Gambar 9 Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) penghuni lokasi Goa Kreo. 3) Air Terjun Semirang Air Terjun Semirang berada di Desa Gogik, Ungaran, Kabupaten Semarang. Air terjun ini memiliki ketinggian ± 45 meter dan keindahan alam yang seperti hutan. Obyek wisata ini sejak tahun 1994 dikelola oleh Perusahaan Umum Perhutani (Perum Perhutani) Jawa Tengah. Akses menuju Desa Gogik memang sudah memiliki jalur yang mudah, akan tetapi untuk menuju gerbang masuknya, masih kurang bagus, berupa jalan berbatu dan licin. Tiket masuk wisata ini

8 30 terbilang murah yakni Rp 4000,00 per orang. Namun jika pada musim liburan (seperti musim liburan sekolah, libur hari raya, tahun baru dan sebagainya) harga tiket naik mencapai Rp 6000,00 per orang. Obyek wisata Air Terjun Semirang dapat dilihat pada Gambar 10 dan Gambar 11. Gambar 10 Obyek wisata Air Terjun Semirang. Gambar 11 Pintu masuk obyek wisata Air Terjun Semirang. Untuk dapat mencapai air terjun Semirang dibutuhkan tenaga yang ekstra, karena pengunjung harus mendaki jalan setapak sepanjang ± 1 km dan medannya seperti mendaki gunung, naik turun melewati tangga, berbatu dan sungai kecil serta banyak pepohonan yang tinggi dan rindang (Gambar 12 dan Gambar 13). Pohon di kawasan ini didominasi oleh pohon pinus. Terdapat juga shelter yang dapat digunakan untuk bersinggah dan beristirahat serta menikmati sejenak suara angin, gemericik air dan kicauan burung. Setelah mencapai puncak, terdapat tenda-tenda kecil atau warung yang menjual makanan dan minuman. Air Terjun Semirang ini dipercaya mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan suatu

9 31 penyakit. Terkadang ada pengunjung yang sengaja datang untuk berendam di air terjun untuk menyembuhkan penyakitnya. Gambar 12 Jalan setapak dan bertangga menuju Air Terjun Semirang. Gambar 13 Shelter dan pemandangan di obyek wisata Air Terjun Semirang. 4) Candi Gedongsongo Candi Gedongsongo merupakan wisata budaya berupa komplek candi yang berada di kaki Gunung Ungaran, tepatnya di Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Obyek wisata ini dikelola oleh Perum

10 32 Perhutani, Dinas Pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Semarang serta Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah. Candi Gedongsongo adalah nama yang diberikan oleh penduduk bagi kompleks tersebut. Berasal dari Bahasa Jawa, Gedong berarti rumah atau bangunan, Songo berarti Sembilan. Apakah ini berarti bahwa di kompleks Candi Gedongsongo sejak awal terdiri dari Sembilan kelompok atau memiliki arti lain belum dapat dijawab, tetapi pada saat ini hanya terdapat lima kompleks bangunan. Obyek wisata Candi Gedongsongo dapat dilihat pada Gambar 14 dan Gambar 15. Gambar 14 Obyek wisata Candi Gedongsongo. Candi Gedongsongo termasuk salah satu peninggalan budaya Hindu dari jaman Syailendra pada abad IX (927 SM). Obyek wisata ini merupakan obyek wisata alam pegunungan dengan hawa sejuk dan pemandangan alam yang indah, dilengkapi pula dengan pemandian air panas yang bersumber dari belerang, areal perkemahan, wisata berkuda dan outbound (Gambar 16). Harga tiket masuk kawasan ini cukup terjangkau yaitu Rp 5.000,00 per orang untuk wisatawan domestik, sedangkan untuk wisatawan mancanegara sebesar Rp ,00 per orang.

11 33 Gambar 15 Candi Gedong I. Gambar 16 Beberapa fasilitas yang terdapat di obyek wisata Candi Gedongsongo. 5.2 Karakteristik Pengunjung Usia Muda Jumlah pengunjung usia muda yang diperoleh sebanyak 150 orang yang terdiri dari pelajar SMA sebanyak 54 orang, mahasiswa sebanyak 64 orang dan pengunjung wisata alam sebanyak 32 orang. Karakteristik pengunjung usia muda pada penelitian ini dapat dilihat dari beberapa peubah yaitu jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga dan pekerjaan orang tua.

12 Karakteristik Pengunjung Potensial Usia Muda Pengunjung potensial usia muda terwakili oleh pelajar SMA dan mahasiswa di Kota Semarang (Tabel 6). SMA Negeri (SMA 1, SMA 2, SMA 11 dan SMA 15), SMA Swasta (SMA Institut Indonesia, SMA PGRI 1, SMA Semesta, SMA Sultan Agung 1) dan Universitas Negeri (Universitas Diponegoro), Universitas Swasta (Universitas Dian Nuswantoro, Universitas Stikubank dan Universitas Semarang). Tabel 6 Asal pengunjung potensial usia muda No Asal Pengunjung Jumlah (orang) Persentase (%) 1 SMA ,47 2 SMA ,08 3 SMA ,08 4 SMA 2 8 6,78 5 SMA Institut Indonesia 6 5,08 6 SMA PGRI 1 6 5,08 7 SMA Semesta 6 5,08 8 SMA Sultan Agung 1 6 5,08 9 Universitas Dian Nuswantoro 16 13,56 10 Universitas Diponegoro 16 13,56 11 Universitas Stikubank 16 13,56 12 Universitas Semarang 16 13,56 Total Jenis Kelamin Pengunjung potensial usia muda yang diperoleh sejumlah 118 orang. Jumlah pengunjung laki-laki dan perempuan sama banyaknya, yaitu 59 orang (50%). Pengunjung potensial usia muda, jumlah pengunjung laki-laki dan perempuan sama jumlahnya karena jumlah pengunjung potensial usia muda yang dipilih ada keterwakilan laki-laki dan perempuan pada masing-masing kelas (pada SMA) dan masing-masing angkatan (pada mahasiswa). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Jumlah pengunjung potensial usia muda berdasarkan jenis kelamin No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Laki-laki Perempuan Total

13 Umur Pengunjung usia muda yang diperoleh merupakan masyarakat usia muda antara tahun yang didominasi oleh pengunjung usia muda berumur 16 tahun yakni sebanyak 19 orang (16,10%). Pada Tabel 8 menunjukkan usia pengunjung pada usia muda yang diperoleh dalam penelitian. Seseorang melakukan suatu kegiatan wisata menurut Douglass (1969), akan tergantung pada umur, tingkat pendidikan serta pekerjaan. Kelompok umur muda adalah kelompok umur yang dipercaya mempunyai tingkat keingintahuan yang lebih besar terhadap obyek-obyek baru dan tergolong kelompok usia produktif yang membutuhkan waktu berekreasi lebih banyak. Jadi umur mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan untuk melakukan wisata alam. Hal ini sesuai dengan penelitian Nurchasanah (2005), yang menyatakan bahwa umur berpengaruh secara tidak langsung terhadap proses pengambilan keputusan untuk berekreasi. Hal ini dikarenakan umur dapat menggambarkan kemampuan fisik. Kegiatan rekreasi merupakan suatu kegiatan yang dibutuhkan oleh segala usia, untuk anak-anak umumnya kegiatan rekreasi yang sangat digemari karena mereka senang bermain, pada usia dewasa dan usia lanjut kegiatan rekreasi di luar ruangan masih tetap dibutuhkan walaupun intensitasnya berkurang. Tabel 8 Jumlah pengunjung potensial usia muda berdasarkan umur No Umur Jumlah (orang) Persentase (%) , , , , , , , , ,69 Total Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan dari pengunjung usia muda yang diperoleh dalam penelitian yaitu tingkat SMA dan universitas. Pada Tabel 9 menunjukkan

14 36 pengunjung potensial pada tingkat SMA sebanyak 54 orang (45,76%) dan pada tingkat mahasiswa sebanyak 64 orang (54,24%). Tabel 9 Jumlah pengunjung potensial usia muda berdasarkan pendidikan Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) SMA 54 45,76 Universitas 64 54,24 Total Douglass (1970) menyatakan pendidikan akan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap lingkungannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin besar kesempatan mendapat pekerjaan dengan penghasilan yang tinggi sehingga kesempatan untuk berwisata semakin besar. Menurut Alfinda (2003), bahwa tingkat pendidikan diketahui menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi permintaan berwisata, yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki para wisatawan potensial maka permintaan berwisata akan cenderung ke jenis wisata minat khusus. Jenis wisata minat khusus berarti bahwa dalam melakukan kegiatan wisata tidak saja berekreasi tetapi juga memiliki nilai edukasi. Kegiatan rekreasi dapat dilakukan oleh semua lapisan masyarakat termasuk dari berbagai tingkat pendidikan, artinya tingkat pendidikan tidak mempengaruhi jumlah permintaan terhadap wisata alam (Jalil 2006 dalam Muthiah 2010) Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan karena besar kecilnya jumlah anggota keluarga akan menentukan besar kecilnya biaya yang digunakan untuk berwisata. Anggota keluarga yang dimaksud adalah anggota keluarga inti yang terdiri dari orang tua dan saudara. Pada Tabel 10, menunjukkan besarnya jumlah anggota keluarga pengunjung potensial usia muda, jumlah keluarga pengunjung potensial mulai dari 2 hingga 10 orang. Tabel tersebut menunjukkan bahwa besar kecilnya anggota keluarga tidak berhubungan dengan permintaan wisata alam. Wisatawan yang memiliki jumlah anggota keluarga besar maupun kecil, tetap melakukan kegiatan wisata alam. Pengunjung yang memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 4 orang memiliki permintaan yang paling besar yaitu sebanyak 37 orang (31,36%).

15 37 Tabel 10 Jumlah pengunjung potensial usia muda berdasarkan jumlah anggota keluarga No Jumlah Anggota Keluraga (orang) Jumlah (orang) Persentase (%) , , , , , , , ,85 Total Latar Belakang Pengunjung Potensial Usia Muda Pengunjung potensial usia muda di Kota Semarang terwakilkan oleh pelajar SMA dan Mahasiswa di Kota Semarang, yaitu pelajar dan mahasiswa baik yang tergabung dalam pecinta alam maupun bukan pecinta alam. Pecinta alam yang dimaksud adalah siswa atau mahasiswa yang tergabung dalam ekstrakurikuler/kegiatan mahasiswa/organisasi pecinta alam, sedangkan bukan pecinta alam adalah siswa atau mahasiswa yang tidak tergabung dalam ekstrakurikuler/kegiatan mahasiswa/organisasi pecinta alam Permintaan Wisata Alam Bagi Para Pecinta Alam dan bukan Pecinta Alam a) Keanggotaan sebagai pecinta alam Pada Tabel 11 dapat terlihat pengunjung usia muda yang diperoleh sebanyak 118 orang yang terdiri dari 38 orang (32,20%) pecinta alam dan 80 orang (67,80%) bukan pecinta alam. Pada siswa SMA, dari delapan SMA di Semarang yang diteliti, hanya terdapat dua SMA yang mempunyai ekstrakurikuler pecinta alam yaitu SMA 1 dan SMA 2 Semarang. Sedangkan dari empat universitas yang diteliti, semuanya mempunyai kegiatan mahasiswa/organisasi pecinta alam.

16 38 Tabel 11 Jumlah pengunjung usia muda yang tergabung sebagai pecinta alam dan bukan pecinta alam. No Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Pecinta Alam 38 32,20 2 Bukan Pecinta Alam 80 67,80 Total b) Obyek wisata yang ingin dikunjungi Pada Tabel 12 dan Tabel 13 menunjukkan bahwa baik pecinta alam maupun bukan pecinta alam, pengunjung usia muda dominan lebih menyukai obyek wisata pegunungan. Hal ini disebabkan oleh obyek wisata alam pegunungan banyak diminati oleh masyarakat, baik yang ada di sekitar Semarang maupun di luar Kota Semarang. Untuk pengunjung luar kota, selain berekreasi, juga mendambakan udara sejuk pegunungan, pemandangan indah dan suasana alami (Hidayah 1992). Douglass (1982) dalam Hidayah (1992), bahwa masyarakat kota menyukai keadaan alami dengan pemandangan yang menyegarkan pikiran, yaitu seperti daerah pedesaan dan berhutan. Pada pecinta alam, yang dominan sebanyak 24 orang (Tabel 12), sedangkan pada bukan pecinta alam dominan sebesar 52,5% sebanyak 42 orang (Tabel 13). Tabel 12 Obyek wisata yang ingin dikunjungi oleh pecinta alam No Obyek yang ingin dikunjungi Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Pantai 5 13,16 2 Air terjun 6 15,79 3 Pegunungan 24 63,16 4 Goa 3 7,89 Total Tabel 13 Obyek wisata yang ingin dikunjungi oleh bukan pecinta alam No Obyek yang ingin dikunjungi Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Pantai 26 32,5 2 Air terjun 11 13,75 3 Pegunungan 42 52,5 4 Goa 1 1,25 Total

17 39 c) Alasan Berwisata Alam Kelompok pecinta alam dan bukan pecinta alam mempunyai perbedaan alasan dalam berwisata alam. Pada Tabel 14, kelompok pecinta alam mempunyai alasan berwisata untuk menghilangkan stress, kejenuhan, bosan, refreshing, menyegarkan pikiran dan menenangkan diri terdapat 17 orang (44,74%). Tabel 14 Alasan pecinta alam melakukan wisata alam No Alasan Berwisata Alam Jumlah Persentase (%) 1 Menghilangkan stress, kejenuhan, bosan, refreshing, 17 44,74 menyegarkan pikiran dan menenangkan diri 2 Berlibur, menghabiskan waktu, santai dan berfoya-foya 2 5,26 3 Pemandangan yang indah, menikmati keindahan alam 7 18,42 dan udara yang segar 4 Tempat menarik, menyenangkan, mengasyikkan dan seru 3 7,89 5 Ingin menambah pengalaman, wawasan ilmu dan 9 23,68 menginginkan tantangan Total Tabel 15 Alasan bukan pecinta alam melakukan wisata alam No Alasan Berwisata Alam Jumlah Persentase (%) 1 Menghilangkan stress, kejenuhan, bosan, refreshing, 27 33,75 menyegarkan pikiran dan menenangkan diri 2 Berlibur, menghabiskan waktu, santai dan berfoya-foya 9 11,25 3 Pemandangan yang indah, menikmati keindahan alam dan 33 41,25 udara yang segar 4 Tempat menarik, menyenangkan, mengasyikkan dan seru 6 7,5 5 Ingin menambah pengalaman, wawasan ilmu dan 5 6,25 menginginkan tantangan Total Pada Tabel 15, pada kelompok bukan pecinta alam dalam melakukan wisata mempunyai alasan untuk menikmati pemandangan yang indah, menikmati keindahan alam dan udara yang segar sebanyak 33 orang (41,25%). Sebagian besar pengunjung menyatakan alasannya berkunjung karena terdapat pemandangan alam yang lepas dan indah serta dapat menghirup udara sejuk. Secara tidak langsung hal ini menunjukkan bahwa atraksi wisata yang paling disukai oleh sebagian besar pengunjung yang datang ke obyek wisata alam adalah atraksi wisata alam tersebut (Widagh 2003).

18 40 d) Waktu Kunjungan Wisata Alam Berlibur merupakan tujuan utama dari para pengunjung. Hal itu disebabkan banyak dari pengunjung yang menggunakan waktu liburannya dengan berekreasi di obyek-obyek wisata alam. Pada libur seperti Hari Sabtu, Minggu, hari libur sekolah biasanya terjadi lonjakan pengunjung yang cukup signifikan dibandingkan dengan hari-hari biasa (Gunarya 2004). Menurut Qomariah (2009), musim liburan banyak dimanfaatkan oleh keluarga untuk berkumpul dengan rekreasi. Berwisata pada hari libur dengan alasan lebih santai karena terbebas dari rutinitas pekerjaan dan kegiatan sekolah. Sama halnya dengan waktu kunjungan wisata bagi pecinta alam dan bukan pecinta alam yang didominasi pada waktu liburan, yaitu sebanyak 27 orang (71,05%) untuk pecinta alam dan sebanyak 62 orang (77,5%) untuk bukan pecinta alam. Hal ini disebabkan pada waktu liburan, pengunjung usia muda mempunyai lebih banyak waktu luang. Waktu kunjungan pecinta alam dan bukan pecinta alam dapat dilihat pada Tabel 16 dan Tabel 17. Qomariah (2009) juga mengatakan bahwa pengunjung yang berstatus sebagai pelajar/mahasiswa dan berwiraswasta, karena faktor biaya dan waktu luang dari pengunjung tersebut mampu mendorong keinginan untuk mengisi waktu luang dengan melakukan wisata alam. Tabel 16 Waktu berkunjung pecinta alam No Waktu Kunjungan Jumlah Persentase (%) 1 Hari biasa Liburan 27 71,05 3 Akhir pekan 11 28,95 4 Sewaktu-waktu 0 0 Total Tabel 17 Waktu berkunjung bukan pecinta alam No Waktu Kunjungan Jumlah Persentase (%) 1 Hari biasa Liburan 62 77,5 3 Akhir pekan 13 16,25 4 Sewaktu-waktu 5 6,25 Total Menurut Yoeti (2008), semakin panjang waktu senggang yang tersedia dapat digunakan untuk berlibur. Sebagai contoh, di Indonesia jika hari libur jatuh

19 41 pada Hari Minggu, maka Hari Senin dinyatakan sebagai hari libur. Di Belanda, orang-orang yang tidak merokok memperoleh libur tambahan selama satu minggu, sebagai kompensasi waktu yang diberikan pada mereka yang merokok pada jam-jam kerja. e) Keinginan wisatawan mengunjungi obyek wisata alam Keinginan wisatawan mengunjungi obyek wisata alam sangat dipengaruhi oleh kondisi obyek wisata tersebut, jika obyek wisata sangat menarik dan menyenangkan wisatawan akan banyak berkunjung. Dapat dilihat pada Tabel 18, pengunjung usia muda pecinta alam yang mempunyai keinginan berkunjung tertinggi terdapat pada obyek wisata Umbul Sidomukti sebanyak 27 orang (71,05%). Umbul Sidomukti merupakan salah satu obyek wisata pegunungan yang cukup menantang karena tersedia fasilitas outbound sehingga menarik untuk dikunjungi bagi pecinta alam. Pada pengunjung usia muda pecinta alam yang mempunyai keinginan berkunjung terendah sebanyak 13 orang (34,21%) terdapat pada obyek wisata Goa Kreo dan Wana Wisata Penggaron. Persentase ini didapatkan dari rasio orang yang mempunyai keinginan berkunjung ke obyek wisata alam di Semarang dibandingkan dengan jumlah pengunjung pecinta alam (38 orang). Tabel 18 Keinginan berkunjung pecinta alam ke obyek wisata alam N o Obyek Wisata Alam Keinginan berkunjung Persentase (%) 1 Pantai Marina 15 39,47 2 Goa Kreo 13 34,21 3 Air terjun Semirang 23 60,53 4 Candi Gedongsongo 24 63,16 5 Bukit Cinta 16 42,11 6 Wana Wisata Umbul Songo 22 57,89 7 Kartika Wisata Kopeng 16 42,11 8 Bandungan Indah 14 36,84 9 Wana Wisata Penggaron 13 34,21 10 Wisata Agro Tlogo 20 52,63 11 Kampung Kopi Banaran 24 63,16 12 Langen Tirto 16 42,11 13 Umbul Sidomukti 27 71,05 14 Rawa Permai 17 44,74

20 42 Pada Tabel 19 menunjukkan pengunjung usia muda bukan pecinta alam yang mempunyai keinginan berkunjung tertinggi terdapat pada obyek wisata Air terjun Semirang sebanyak 47 orang (58,75%). Nuansa wisata alam lebih dapat dihayati oleh pengunjung. Hal ini dinyatakan oleh pengunjung usia muda bahwa kondisi air terjun yang alami, indah dan air yang bersih merupakan kepuasan tersendiri setelah lelah berjalan mendaki, kepuasan tersebut semakin bertambah setelah mereka bermain di air terjun. Pada pengunjung usia muda bukan pecinta alam yang mempunyai keinginan berkunjung terendah sebanyak 24 orang (30%) yaitu di Wana Wisata Penggaron. Menurut Surbakti (2010), pada umumnya yang menjadi daya tarik wisatawan alam adalah kondisi alamnya, sedangkan fasilitas seperti makanan bersih, pelayanan sopan dan sarana akomodasi adalah hanya faktor pendukung bagi wisatawan alam untuk melakukan kegiatan wisata alam. Persentase ini didapatkan dari rasio orang yang mempunyai keinginan berkunjung ke obyek wisata alam di Semarang dibandingkan dengan jumlah pengunjung bukan pecinta alam (80 orang). Tabel 19 Keinginan berkunjung bukan pecinta alam ke obyek wisata alam N o Obyek Wisata Alam Keinginan berkunjung Persentase (%) 1 Pantai Marina 26 32,50 2 Goa Kreo 26 32,50 3 Air terjun Semirang 47 58,75 4 Candi Gedongsongo 37 46,25 5 Bukit Cinta 29 36,25 6 Wana Wisata Umbul Songo 38 47,50 7 Kartika Wisata Kopeng 35 43,75 8 Bandungan Indah 37 46,25 9 Wana Wisata Penggaron 24 30,00 10 Wisata Agro Tlogo 38 47,50 11 Kampung Kopi Banaran 46 57,50 12 Langen Tirto 31 38,75 13 Umbul Sidomukti 43 53,75 14 Rawa Permai 30 37,50 f) Obyek wisata alam yang pernah dikunjungi Semua obyek wisata alam Semarang rata-rata pernah dikunjungi oleh pecinta alam. Obyek wisata Pantai Marina merupakan salah satu obyek wisata

21 43 yang sebagian besar pengunjung usia muda pernah mengunjungi, terdapat 36 orang (94,74%) dari total 38 orang pecinta alam yang pernah mengunjungi Pantai Marina (Tabel 20). Pada pengunjung usia muda pecinta alam, Langen Tirto merupakan obyek wisata alam yang paling sedikit pengunjung usia muda pernah mengunjungi, terdapat 5 orang (13,16%) dari total 38 orang pecinta alam. Persentase ini didapatkan dari rasio orang yang pernah mengunjungi obyek wisata alam dibandingkan dengan jumlah pengunjung pecinta alam (38 orang). Tabel 20 Obyek wisata alam yang pernah dikunjungi pecinta alam No Obyek Wisata Alam Pernah berkunjung Persentase (%) 1 Pantai Marina 36 94,74 2 Goa Kreo 20 52,63 3 Air terjun Semirang 26 68,42 4 Candi Gedongsongo 31 81,58 5 Bukit Cinta 11 28,95 6 Wana Wisata Umbul Songo 18 47,37 7 Kartika Wisata Kopeng 22 57,89 8 Bandungan Indah 35 92,11 9 Wana Wisata Penggaron 16 42,11 10 Wisata Agro Tlogo 8 21,05 11 Kampung Kopi Banaran 24 63,16 12 Langen Tirto 5 13,16 13 Umbul Sidomukti 29 76,32 14 Rawa Permai 18 47,37 Pada bukan pecinta alam, sebagian besar pengunjung usia muda juga pernah mengunjungi Pantai Marina, yaitu sebanyak 74 orang dari total 80 orang bukan pecinta alam pernah megunjungi (Tabel 21). Pada pengunjung usia muda bukan pecinta alam, Langen Tirto merupakan obyek wisata alam yang paling sedikit pengunjung usia muda pernah mengunjungi, terdapat 10 orang (12,50%) dari total 80 orang bukan pecinta alam. Persentase ini didapatkan dari rasio orang yang pernah mengunjungi obyek wisata alam dibandingkan dengan jumlah pengunjung bukan pecinta alam (80 orang). Sebagian besar pengunjung usia muda pernah mengunjungi Pantai Marina karena aksesnya mudah, jalannya bagus, lokasinya di dalam kota dan di sekitarnya merupakan perumahan elite sehingga mudah untuk menuju obyek tersebut. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Siswanto (2006), bahwa tingginya

22 44 tingkat kunjungan pengunjung ke lokasi obyek wisata karena berdekatan dengan kota dan obyek wisata yang berada dalam kota. Obyek wisata yang terletak di dalam kota sering dikunjungi oleh pengunjung dibandingkan obyek wisata lainnya. Menurut Surbakti (2010), kawasan yang berada di pusat kota dan aksesnya mudah sehingga tidak ada perbedaan yang drastis antara jumlah pengunjung laki-laki dan perempuan. Meskipun sebagian besar usia muda belum berpendapatan tetap, arus kunjungan wisata alam tetap tinggi karena aksesibilitas yang mudah, biaya yang relatif murah, transportasi darat relatif banyak. Siswanto (2006), mengatakan bahwa aksesibilitas merupakan suatu indikasi yang menyatakan mudah tidaknya suatu obyek untuk dijangkau dan merupakan salah satu pendorong pengunjung untuk melakukan kunjungan ke berbagai obyek wisata yang ada. Faktor penyebab rendahnya jumlah pengunjung yang berkunjung ke obyek wisata alam adalah jauhnya jarak obyek wisata tersebut sehingga sangat sedikit pengunjung yang datang ke obyek wisata tersebut. Kondisi jalan yang tidak begitu bagus juga menyebabkan kurangnya minat pengunjung untuk datang ke obyek wisata tersebut. Tingginya jumlah pengunjung yang mengetahui obyek wisata di Semarang tidak menjamin bahwa pengunjung tersebut pernah mengunjungi obyek wisata tersebut. Pengunjung banyak yang belum pernah mengunjungi obyek wisata di Semarang. Tabel 21 Obyek wisata alam yang pernah dikunjungi bukan pecinta alam No Obyek Wisata Alam Pernah berkunjung Persentase (%) 1 Pantai Marina 74 92,50 2 Goa Kreo 44 55,00 3 Air terjun Semirang 41 51,25 4 Candi Gedongsongo 50 62,50 5 Bukit Cinta 20 25,00 6 Wana Wisata Umbul Songo 38 47,50 7 Kartika Wisata Kopeng 31 38,75 8 Bandungan Indah 60 75,00 9 Wana Wisata Penggaron 19 23,75 10 Wisata Agro Tlogo 15 18,75 11 Kampung Kopi Banaran 35 43,75 12 Langen Tirto 10 12,50 13 Umbul Sidomukti 50 62,50 14 Rawa Permai 31 38,75

23 45 g) Frekuensi kunjungan wisatawan ke obyek wisata alam Frekuensi kunjungan merupakan kunjungan wisatawan ke obyek wisata untuk ke berapa kalinya. Frekuensi perjalanan yang telah dilakukan sangat bervariasi, namun pada umumnya wisatawan baru pertama kali berkunjung, sisanya merupakan kunjungan berulang. Tabel 22 Frekuensi kunjungan pecinta alam ke obyek wisata alam N o Obyek Wisata Alam Frekuensi Kunjungan (kali) > 5 1 Pantai Marina Goa Kreo Air terjun Semirang Candi Gedongsongo Bukit Cinta Wana Wisata Umbul Songo Kartika Wisata Kopeng Bandungan Indah Wana Wisata Penggaron Wisata Agro Tlogo Kampung Kopi Banaran Langen Tirto Umbul Sidomukti Rawa Permai Frekuensi perjalanan yang dilakukan berulang kali disebabkan karena daya tarik yang ditawarkan memang baik dan sifatnya rekreatif sehingga membuat wisatawan ingin melakukan kunjungan berikutnya. Pada Tabel 22 menunjukkan frekuensi kunjungan pecinta alam di Semarang. Pada umumnya mereka yang berkunjung ke obyek wisata di Semarang baru pertama kali yakni di obyek wisata Umbul Sidomukti (14 orang); Candi Gedongsongo (13 orang); Rawa Permai (12 orang); Air terjun Semirang, Wana Wisata Penggaron dan Kampung Kopi Banaran (10 orang); Wana Wisata Umbul Songo (9 orang); Goa Kreo, Bukit Cinta dan Kartika Wisata Kopeng (7 orang); Bandungan Indah dan Wisata Agro Tlogo (6 orang); Langen Tirto (4 orang) serta Pantai Marina (3 orang). Dapat dilihat obyek wisata dengan frekuensi kunjungan >5 kali, didominasi oleh obyek wisata Pantai Marina dan Bandungan Indah (12 orang). Frekuensi kunjungan pertama kali dengan jumlah pengunjung terbesar adalah di obyek wisata Umbul Sidomukti, yang merupakan salah satu obyek wisata baru di Kabupaten Semarang

24 46 yang peresmiannya dilakukan pada bulan Agustus tahun 2007, kemungkinan banyak pengunjung yang tertarik dengan wisata baru sehingga banyak dikunjungi. Tabel 23 menunjukkan frekuensi kunjungan bukan pecinta alam di Semarang, Pada umumnya mereka yang berkunjung ke obyek wisata di Semarang baru pertama kali yakni di obyek wisata Goa Kreo (30 orang); Umbul Sidomukti (27 orang); Air terjun Semirang (25 orang); Candi Gedongsongo (23orang); Wana Wisata Umbul Songo dan Kampung Kopi Banaran (18 orang); Rawa Permai (16 orang); Bandungan Indah (14 orang); Bandungan Indah (14 orang); Wisata Agro Tlogo (13 orang); Wana Wisata Penggaron (12 orang); Kartika Wisata Kopeng (11 orang); Bukit Cinta (10 orang) serta Pantai Marina dan Langen Tirto (9 orang). Dapat dilihat obyek wisata dengan frekuensi kunjungan >5 kali dengan jumlah pengunjung terbesar adalah di obyek wisata Pantai Marina (15 orang). Tabel 23 Frekuensi kunjungan bukan pecinta alam ke obyek wisata alam N o Obyek Wisata Alam Frekuensi Kunjungan >5 1 Pantai Marina Goa Kreo Air terjun Semirang Candi Gedongsongo Bukit Cinta Wana Wisata Umbul Songo Kartika Wisata Kopeng Bandungan Indah Wana Wisata Penggaron Wisata Agro Tlogo Kampung Kopi Banaran Langen Tirto Umbul Sidomukti Rawa Permai Sebagian besar pengunjung usia muda pecinta alam dan bukan pecinta alam pernah berkunjung ke Pantai Marina. Hal ini menunjukkan bahwa pengujung tidak merasa bosan untuk berekreasi ke Pantai Marina karena lokasinya berada di dalam kota sehingga mudah untuk dijangkau dan banyak diminati. Korah (1995) menyatakan bahwa frekuensi kunjungan ke obyek wisata alam umumnya dipengaruhi oleh kualitas pengalaman (quality of experience) pengunjung dalam mengonsumsi fasilitas maupun komponen daya tarik yang

25 47 ditawarkan suatu obyek wisata alam. Jika pengunjung puas, maka kualitas perjalanannya dapat dikatakan baik sehingga orang cenderung untuk datang kembali pada obyek wisata tersebut. h) Rangking kunjungan Rangking kunjungan merupakan urutan obyek wisata yang pernah dikunjungi dan paling disukai. Pada Tabel 24 menunjukkan rangking kunjungan pecinta alam ke obyek wisata alam. Pada tabel tersebut dapat dilihat obyek wisata Umbul Sidomukti menempati rangking ke-1 (13 orang), Kampung Kopi Banaran menempati rangking ke-2 (8 orang), Wana Wisata Umbul Songo menempati rangking ke-3 (6 orang), Bandungan Indah menempati rangking ke-4 (9 orang). Pada rangking ke-5 ditempati oleh 3 lokasi yaitu Pantai Marina, Goa Kreo dan Air Terjun Semirang (7 orang) dan seterusnya. Pada beberapa obyek wisata dapat menempati lebih dari satu rangking, seperti pada rangking 5 dan rangking 11. Tabel 24 Rangking kunjungan pecinta alam ke obyek wisata alam Rangking Kunjungan Obyek Wisata Alam Jumlah (orang) 1 Umbul Sidomukti 13 2 Kampung Kopi Banaran 8 3 Wana Wisata Umbul Songo 6 4 Bandungan Indah 9 5 Pantai Marina, Goa Kreo dan Air terjun Semirang 7 6 Bandungan Indah 4 7 Air terjun Semirang 5 8 Wana Wisata Penggaron 4 9 Wana Wisata Penggaron 4 10 Pantai Marina 4 11 Air terjun Semirang, Bukit Cinta, Wisata Agro Tlogo, Langen Tirto, Rawa Permai Pantai Marina Pada Tabel 25 menunjukkan rangking kunjungan bukan pecinta alam ke obyek wisata alam. Pada tabel tersebut dapat dilihat obyek wisata Umbul Sidomukti menempati rangking ke-1 (25orang), Bandungan Indah menempati rangking ke-2 (14 orang), Pantai Marina menempati rangking ke-3 (15 orang), Pantai Marina dan Bandungan Indah menempati rangking ke-4 (12 orang), Pantai 1

26 48 Marina menempati rangking ke-5 (9 orang) dan seterusnya. Dapat dikatakan bahwa Umbul Sidomukti adalah obyek wisata yang paling digemari oleh pengunjung usia muda karena baik pada pengunjung pecinta alam maupun bukan pecinta alam, Umbul Sidomukti menempati rangking pertama. Tabel 25 Rangking kunjungan bukan pecinta alam ke obyek wisata alam Rangking Kunjungan Obyek Wisata Alam Jumlah (orang) 1 Umbul Sidomukti 25 2 Bandungan Indah 14 3 Pantai Marina 15 4 Pantai Marina dan Bandungan Indah 12 5 Pantai Marina 9 6 Pantai Marina dan Goa Kreo 8 7 Goa Kreo, Wana Wisata Penggaron dan Rawa 4 Permai 8 Pantai Marina, Rawa Permai 5 9 Candi Gedongsongo 3 10 Bandungan Indah dan Umbul Sidomukti 2 11 Pantai Marina dan Rawa Permai 2 12 Rawa Permai 2 13 Pantai Marina 1 14 Rawa Permai 1 i) Lama kunjungan Lama kunjungan merupakan waktu lamanya wisatawan berkunjung di suatu obyek wisata. Lamanya berkunjung dapat dihubungkan dengan waktu senggang yang dimiliki oleh wisatawan. Pada Tabel 26 menunjukkan bahwa pengunjung wisata alam lebih banyak berkunjung di obyek wisata selama 1-6 jam. Pantai Marina merupakan obyek wisata alam yang paling banyak dikunjungi selama 1-6 jam (36 orang). Wisatawan yang berkunjung ke Pantai Marina tidak ada yang melebihi dari 6 jam (>6 jam). Perjalanan wisata ada yang dilakukan lebih dari satu hari (>24 jam), yakni di obyek wisata Kartika Wisata Kopeng (2 orang), Bandungan Indah (1 orang) dan Wana Wisata Penggaron (3 orang). Kartika Wisata Kopeng dan Bandungan Indah merupakan obyek wisata alam pegunungan yang di sekitarnya banyak villa atau penginapan lainnya sehingga wisatawan biasanya berkunjung lebih dari sehari dan menginap, sedangkan pada Wana Wisata Penggaron merupakan obyek wisata alam yang tersedia bumi perkemahan, sehingga wisatawan biasanya berkemah. Pengunjung pecinta alam paling lama melakukan perjalanan wisata di

27 49 Semarang selama dua hari (48 jam). Perjalanan wisata alam ada yang dilakukan lebih dari satu hari tetapi sangat sedikit. Tabel 26 Lama kunjungan pecinta alam ke obyek wisata alam N o Obyek Wisata Alam Lama Kunjungan (jam) >24 1 Pantai Marina Goa Kreo Air terjun Semirang Candi Gedongsongo Bukit Cinta Wana Wisata Umbul Songo Kartika Wisata Kopeng Bandungan Indah Wana Wisata Penggaron Wisata Agro Tlogo Kampung Kopi Banaran Langen Tirto Umbul Sidomukti Rawa Permai Tabel 27 Lama kunjungan bukan pecinta alam ke obyek wisata alam N o Obyek Wisata Alam Lama Kunjungan (jam) >24 1 Pantai Marina Goa Kreo Air terjun Semirang Candi Gedongsongo Bukit Cinta Wana Wisata Umbul Songo Kartika Wisata Kopeng Bandungan Indah Wana Wisata Penggaron Wisata Agro Tlogo Kampung Kopi Banaran Langen Tirto Umbul Sidomukti Rawa Permai Pada Tabel 27 menunjukkan bahwa pengunjung bukan pecinta alam juga lebih banyak berkunjung di obyek wisata selama 1-6 jam. Pantai Marina

28 50 merupakan obyek wisata alam yang paling banyak dikunjungi selama 1-6 jam (74 orang). Perjalanan wisata ada yang dilakukan lebih dari satu hari (>24 jam), yakni di obyek wisata Air terjun Semirang (1 orang), Candi Gedongsongo (1 orang), Kartika Wisata Kopeng (2 orang), Bandungan Indah (3 orang), Wana Wisata Penggaron (1 orang) dan Umbul Sidomukti (1 orang). Pengunjung bukan pecinta alam paling lama melakukan perjalanan wisata di Semarang selama 3 hari. Selama melakukan perjalanan wisata banyak kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung. Kegiatan yang mereka lakukan merupakan kegiatan yang bisa membuat mereka merasa senang. Pantai Marina merupakan obyek wisata yang banyak dikunjungi pengunjung usia muda, kegiatan yang dominan dilakukan adalah berenang, memancing, naik perahu, naik speed boat, jalan santai, bersepeda, bersantai, kumpul dan duduk bersama keluarga/pasangan dan menikmati pemandangan Karakteristik Pengunjung Aktual Usia Muda Pengunjung aktual usia muda ini terwakili oleh pengunjung wisata alam. Obyek wisata alam yang terpilih yaitu Pantai Marina, Goa Kreo, Air Terjun Semirang dan Candi Gedongsongo (mewakili obyek wisata alam pantai, goa, air terjun dan pegunungan) Jenis Kelamin Jumlah pengunjung aktual usia muda laki-laki sebanyak 18 orang (56,25%) lebih mendominasi daripada perempuan sebanyak 14 orang (43,75%). Hal ini karena sifat laki-laki yang biasa mempunyai jiwa kepetualangan sehingga apabila mempunyai waktu luang akan dimanfaatkan untuk berekreasi dan bersenang-senang, yang berbeda dengan perempuan. Pada Tabel 28 menunjukkan jumlah pengunjung aktual usia muda berdasarkan jenis kelamin di obyek wisata alam. Menurut Soemarto (1985) dalam Hidayah (1992) bahwa perempuan umumnya lebih senang yang indah dan halus serta tidak menyukai hal-hal yang kejam. Persentase antara jumlah laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda dikarenakan penyebaran kuesioner dengan menggunakan metode accidental

29 51 sampling sesuai dengan pengunjung wisata yang datang ke obyek wisata alam, dimana responden laki-laki dan perempuan tidak ditentukan jumlahnya. Tabel 28 Jumlah pengunjung aktual usia muda berdasarkan jenis kelamin No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Laki-laki 18 56,25 2 Perempuan 14 43,75 Total Umur Pengunjung aktual usia muda yang diperoleh didominasi oleh pengunjung berumur 17 tahun yakni sebanyak 11 orang (34,38%). Pada Tabel 29 menunjukkan usia pengunjung aktual pada usia muda yang diperoleh dalam penelitian. Pada penelitian Hidayah (1992) menyatakan bahwa kecenderungan kelompok usia muda (13-24 tahun) untuk mengadakan rekreasi diduga bahwa kelompok usia muda ini sudah banyak kesibukan-kesibukan, baik yang berhubungan dengan sekolah maupun kesibukan bekerja dan untuk mencapai kebutuhan tersebut akan menimbulkan ketegangan jika tidak diimbangi dengan rekreasi, karena dengan rekreasi dapat menghilangkan kejenuhan. Tabel 29 Jumlah pengunjung aktual usia muda berdasarkan umur Umur Jumlah (orang) Persentase (%) , , , , , , , , , ,25 Total Tingkat pendidikan Pada Tabel 30, jumlah pengunjung aktual pada tingkat SMA sebanyak 21 orang (65,63%) dan pada tingkat mahasiswa sebanyak 11 orang (34,38%). Tingkat pendidikan seseorang berkaitan dengan kelas sosialnya, yang secara langsung juga mempengaruhi pilihan seseorang dalam memilih kegiatan rekreasi.

30 52 Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, berarti informasi yang dimilikinya semakin banyak sehingga akan mempengaruhi keputusan dalam memilih obyek wisata. Tingginya tingkat pendidikan belum tentu dapat menunjukkan besarnya pendapatan yang diperoleh oleh para pengunjung, karena dengan tingginya pendidikan seseorang maka belum tentu mendapatkan penghasilan yang tinggi sesuai dengan tingkat pendidikan yang diperolehnya (Nurchasanah 2005). Tabel 30 Jumlah pengunjung aktual usia muda berdasarkan pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) SMA 21 65,63 Universitas 11 34,38 Total Jumlah Anggota Keluarga Pada Tabel 31, menunjukkan besarnya jumlah anggota keluarga pengunjung aktual usia muda, jumlah keluarga pengunjung aktual mulai dari 2 hingga 7 orang. Tabel tersebut menunjukkan bahwa besar kecilnya anggota keluarga tidak berhubungan dengan permintaan wisata alam. Wisatawan yang memiliki jumlah anggota keluarga besar maupun kecil, tetap melakukan kegiatan wisata alam. Pengunjung yang memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 4 dan 5 orang memiliki permintaan yang paling besar yaitu sebanyak 10 orang (31,25%). Tabel 31 Jumlah pengunjung potensial usia muda berdasarkan jumlah anggota keluarga No Jumlah Anggota Keluraga (orang) Jumlah (orang) Persentase (%) , , , , , ,13 Total Permintaan Potensial (potential demand) Wisata Alam di Kota Semarang bagi Usia Muda Permintaan potensial ini diwakili oleh pelajar SMA dan mahasiswa di Kota Semarang. Tabel 32 menggambarkan jumlah penduduk di Kota Semarang pada usia muda pada usia tahun.

31 53 Tabel 32 Data jumlah penduduk di Kota Semarang pada usia muda (15-24 tahun) Usia Jumlah (jiwa) Total Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Semarang (2008) Dari data Badan Pusat Statistik Kota Semarang (2008), penduduk di Kota Semarang pada usia muda sebanyak orang. Jumlah pengunjung potensial usia muda yang diperoleh sebanyak 118 orang, yaitu 54 pelajar SMA dan 64 mahasiswa di Kota Semarang. Jumlah pengunjung usia muda yang berpotensi terhadap wisata alam sebanyak 97 orang. Pengunjung usia muda yang berpotensi terhadap wisata alam dapat dilihat dari keinginan pengunjung usia muda untuk melakukan wisata alam. Pada Tabel 33, dapat diketahui bahwa permintaan potensial (potential demand) wisata alam di Kota Semarang bagi usia muda sebesar 82,20%. Artinya bahwa kelompok usia muda (15-24 tahun) di Kota Semarang mempunyai keinginan berwisata alam yang sangat besar, terbukti bahwa terdapat 97 orang dari 118 orang yang berkeinginan mengunjungi obyek wisata alam di Semarang. Permintaan potensial diperoleh dengan mengalikan persentase permintaan potensial dengan jumlah usia muda di Kota Semarang, jadi permintaan potensial wisata alam di Kota Semarang bagi usia muda sebesar orang. Tabel 33 Permintaan potensial masyarakat pada usia muda di Kota Semarang No Keinginan Berkunjung Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Ingin 97 82,20 2 Tidak 21 17,80 Total Permintaan Aktual (actual demand) Wisata Alam di Kota Semarang bagi Usia Muda Pada Tabel 34, dapat dilihat pada obyek wisata alam diperoleh pengunjung usia muda sebanyak 32 orang yakni 6 orang di Pantai Marina, 7 orang di Goa Kreo, 8 orang di Air Terjun Semirang dan 11 orang di Candi Gedongsongo. Jumlah pengunjung aktual usia muda yang diperoleh pada obyek wisata alam ditentukan berdasarkan kesediaan wisatawan untuk mengisi kuesioner karena tidak semua wisatawan bersedia untuk mengisi kuesioner.

32 54 Tabel 34 Jumlah pengunjung aktual usia muda pada obyek wisata alam No Obyek Wisata Alam Jumlah pengunjung usia muda (orang) 1 Pantai Marina 6 2 Goa Kreo 7 3 Air Terjun Semirang 8 4 Candi Gedongsongo 11 Total 32 Pada Tabel 35 dapat terlihat persentase permintaan aktual usia muda pada empat obyek wisata alam yang dikunjungi yaitu Pantai Marina sebanyak 22 orang, Goa Kreo sebanyak 26 orang, Air Terjun Semirang sebanyak 32 orang dan Candi Gedongsongo sebanyak 56 orang. Jumlah pengunjung aktual usia muda diperoleh dengan cara menghitung jumlah pengunjung usia muda yang berkunjung ke obyek wisata alam tersebut dalam waktu tertentu. Permintaan aktual usia muda pada obyek wisata pantai sebanyak orang, obyek wisata goa sebanyak orang, obyek wisata air terjun sebanyak orang dan obyek wisata pegunungan sebanyak orang. Jumlah pengunjung aktual di obyek wisata alam yang diperoleh terbilang sedikit dan kemungkinan data bias dapat terjadi pada objek penelitian karena pengamatan pengunjung dilakukan pada Bulan September (bertepatan dengan Bulan Ramadhan). Bahkan di Goa Kreo tidak ada pengelola yang menjaga loket pengunjung sehingga pengunjung dapat masuk obyek wisata tanpa membayar tiket masuk. Tabel 35 Jumlah pengunjung aktual di obyek wisata alam Semarang No Obyek Wisata Alam Jumlah Pengunjung rata-rata (1 tahun) Pengunjung Pengunjung Aktual Usia Muda Rasio Usia Muda dan Pengunjung Actual demand 1 Pantai Marina , Goa Kreo , Air Terjun , Semirang 4 Candi Gedongsongo , Keterangan: 1. Jumlah pengunjung rata-rata (1 tahun) = Data rata-rata pengunjung pada tahun (data dari Disparbud dan Disparta) 2. Jumlah pengunjung = Hasil pengamatan jumlah pengunjung di obyek wisata alam. 3. Pengunjung aktual usia muda = Hasil pengamatan jumlah pengunjung usia muda di obyek wisata alam.

33 55 Pengunjung aktual usia muda tertinggi terdapat pada obyek wisata alam Candi Gedongsongo, yang dikarenakan obyek wisata alam pegunungan banyak diminati oleh pengunjung, termasuk pengunjung usia muda yang biasanya datang secara massal ataupun berdua bersama pasangannya. Obyek wisata alam pegunungan mempunyai pemandangan alam yang menarik dan udara sejuk pegunungan sehingga banyak peminatnya. Pengunjung aktual usia muda terendah terdapat pada obyek wisata alam Air Terjun Semirang, yang dikarenakan obyek wisata tersebut memiliki medan yang cukup sulit, untuk mencapai Air Terjun Semirang dibutuhkan tenaga yang ekstra, karena pengunjung harus mendaki jalan setapak sepanjang kurang lebih 1 km dan medannya seperti mendaki gunung, naik turun melewati tangga, berbatu dan sungai kecil. 5.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Alam di Kota Semarang bagi Usia Muda Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Potensial Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik yang disebut model logit untuk mengidentifikasi peubah-peubah yang mempengaruhi keinginan wisatawan untuk mengunjungi obyek wisata alam di Kota Semarang. Model pengolahan logit juga digunakan untuk mengetahui pengaruh peubah bebas secara bersama-sama terhadap peubah respon. Regresi logistik adalah suatu metode statistik yang mendeskripsikan hubungan antara peubah respon yang memiliki dua kategori atau lebih dengan satu atau lebih peubah penjelas berskala kategorik atau numerik. Regresi logistik biner digunakan pada peubah respon yang bersifat biner (Hosmer & Lemeshow 1989). Peubah bebas yang diduga mempengaruhi keinginan wisatawan untuk mengunjungi obyek wisata alam di Kota Semarang adalah umur, jenis kelamin, pendidikan, keanggotaan dalam pecinta alam, jumlah anggota keluarga, pekerjaan orang tua, tempat wisata yang ingin dikunjungi, alasan berkunjung, waktu kunjungan, frekuensi kunjungan dan lama kunjungan. Peubah tidak bebas merupakan suatu pilihan bagi wisatawan (bersifat biner), yaitu bernilai 1 jika responden menyatakan ingin mengunjungi obyek wisata alam dan bernilai 0 jika responden tidak ingin mengunjungi obyek wisata

PERMINTAAN WISATA ALAM DI KOTA SEMARANG BAGI KELOMPOK USIA MUDA. (Nature-Based Tourism Demand at Semarang City for Young Age Group)

PERMINTAAN WISATA ALAM DI KOTA SEMARANG BAGI KELOMPOK USIA MUDA. (Nature-Based Tourism Demand at Semarang City for Young Age Group) Media Konservasi Vol. 18, No. 2 Agustus 2013 : 101 10 6 PERMINTAAN WISATA ALAM DI KOTA SEMARANG BAGI KELOMPOK USIA MUDA (Nature-Based Tourism Demand at Semarang City for Young Age Group) ARI LISTYOWATI

Lebih terperinci

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang

Lebih terperinci

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS Oleh : Pengendali EkosistemHutan TAMAN NASIONAL BALURAN 2004 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Taman Nasional Baluran

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

alami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata yang akan dikembangkan.

alami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata yang akan dikembangkan. 23 1. Potensi Wisata Gunung Sulah Potensi wisata merupakan segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata baik alami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR 6.1 Karakteristik Pengunjung Karakteristik pengunjung dalam penelitian ini dilihat dari jenis kelamin, lokasi dan tempat tinggal, status

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR Oleh : BETHA PATRIA INKANTRIANI L2D 000 402 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat menjanjikan bagi negara Indonesia karena memiliki potensi kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. sangat menjanjikan bagi negara Indonesia karena memiliki potensi kekayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pariwisata alam dewasa ini memiliki prospek yang sangat menjanjikan bagi negara Indonesia karena memiliki potensi kekayaan hayati dan non hayati yang sangat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara) GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) Pengunjung yang datang ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, berasal dari daerah dalam dan luar Kota Palembang (wisatawan

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGUNJUNG TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG

VI KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGUNJUNG TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG VI KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGUNJUNG TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG Pengunjung yang berwisata di TRKWC memiliki latar belakang sosial dan ekonomi yang berbeda-beda. Latar belakang atau karakteristik

Lebih terperinci

Wisata Alam di Kawasan Danau Buyan,Buleleng, Bali. BAB 1 PENDAHULUAN

Wisata Alam di Kawasan Danau Buyan,Buleleng, Bali. BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai alasan pemilihan judul dalam latar belakang, rumusan masalah dari permasalahan yang ingin dipecahkan, tujuan serta metode penelitian yang digunakan.

Lebih terperinci

Kecamatan Salahutu. 1. Pantai Natsepa

Kecamatan Salahutu. 1. Pantai Natsepa Kecamatan Salahutu Kecamatan Salahutu dengan ibukotanya Tulehu, yang Luas Wilayahnya 151,82 km2 terletak di bagian timur Pulau Ambon dengan 6 buah Negeri. Kecamatan ini memiliki daya tarik wisata yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang. Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek,

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang. Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek, V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek, Kanagarian Durian Gadang, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N

P E N D A H U L U A N P E N D A H U L U A N Dasar Surat Ketua Pengurus KORPRI kecamatan Majenang nomor : 22/PUK-MAG/IX/2014 Tanggal 8 September 2014 Perihal Lomba Penulisan Artikel di Media Elektronik dan Online. Sehubungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting, dimana dalam perekonomian suatu Negara, apabila dikembangkan secara terencana dan terpadu, peran pariwisata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek Kabupaten Sleman merupakan bagian dari wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY ) dengan luas wilayah 547,82 km² atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Lampung merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan Propinsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik

Lebih terperinci

REKREASI PANTAI DAN RESTORAN TERAPUNG

REKREASI PANTAI DAN RESTORAN TERAPUNG P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REKREASI PANTAI DAN RESTORAN TERAPUNG Dengan penekanan desain arsitektur waterfront Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

7 KONDISI DAN AKTIVITAS WISATA BAHARI PANTAI JAYANTI

7 KONDISI DAN AKTIVITAS WISATA BAHARI PANTAI JAYANTI 7 KONDISI DAN AKTIVITAS WISATA BAHARI PANTAI JAYANTI 7.1 Kondisi Alam dan Fasilitas Pendukung Wisata Bahari Selain memiliki potensi perikanan laut, Pantai Jayanti memiliki kelebihan dalam hal potensi wisata

Lebih terperinci

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, pasal

Lebih terperinci

VILLA RESORT DI KAWASAN RAWAPENING Penekanan Desain Arsitektur Organik

VILLA RESORT DI KAWASAN RAWAPENING Penekanan Desain Arsitektur Organik LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) VILLA RESORT DI KAWASAN RAWAPENING Penekanan Desain Arsitektur Organik Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh Gelar

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN REKREASI PERENG PUTIH BANDUNGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ORGANIK

PENGEMBANGAN KAWASAN REKREASI PERENG PUTIH BANDUNGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ORGANIK LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN REKREASI PERENG PUTIH BANDUNGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ORGANIK Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA KOPENG. Oleh : Galuh Kesumawardhana L2D

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA KOPENG. Oleh : Galuh Kesumawardhana L2D STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA KOPENG Oleh : Galuh Kesumawardhana L2D 098 432 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2004 ABSTRAK Pariwisata saat ini

Lebih terperinci

6 KONDISI PENGELOLAAN WISATA PANTAI PANGANDARAN

6 KONDISI PENGELOLAAN WISATA PANTAI PANGANDARAN 6 KONDISI PENGELOLAAN WISATA PANTAI PANGANDARAN 6.1 Aktivitas Wisata Pantai 6.1.1 Taman wisata cagar alam Taman wisata cagar alam merupakan suatu taman konservasi yang dikelola oleh perhutani dengan luas

Lebih terperinci

1.3 Manfaat Perancangan Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh berbagai manfaat yang berguna

1.3 Manfaat Perancangan Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh berbagai manfaat yang berguna JURNAL Kabupaten Tegal merupakan salah satu daerah yang berpotensi khususnya di sektor pariwisata. Salah satunya adalah kawasan wisata Guci. menurut website resmi Dinas Budaya dan pariwisata Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan sektor bisnis yang bergerak dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan sektor bisnis yang bergerak dalam bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri pariwisata merupakan sektor bisnis yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa. Produk yang ditawarkan berupa atraksi wisata, tempat hiburan, sarana

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Obyek wisata adalah sebuah tempat pokok untuk berwisata atau darma wisata (kamus bahasa indonesia). Jadi Obyek Wisata adalah, sebuah tempat untuk rekreasi atau bisa

Lebih terperinci

12 Tempat Wisata di Pulau Lombok yang Indah

12 Tempat Wisata di Pulau Lombok yang Indah 12 Tempat Wisata di Pulau Lombok yang Indah http://tempatwisatadaerah.blogspot.com/2015/01/12-tempat-wisata-terindah-di-lombok.html 12 Tempat Wisata Terindah di Lombok Nusa Tenggara Barat - Lombok merupakan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 14 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4. 1. Sejarah dan Status Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu telah dikunjungi wisatawan sejak 1713. Pengelolaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 61 LAMPIRAN 62 Lampiran 1. Kuisioner untuk Pengunjung Pantai Paris Tigaras PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA No. Waktu Hari/Tangga A. Data Pribadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber penghasilan suatu daerah. Dengan pengelolaan yang baik, suatu obyek wisata dapat menjadi sumber pendapatan yang besar.menurut

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM Bujur Timur dan antara Lintang Selatan. Batas wilayah. 19 sampai dengan 162 meter.

V. GAMBARAN UMUM Bujur Timur dan antara Lintang Selatan. Batas wilayah. 19 sampai dengan 162 meter. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Objek Wisata dan merupakan salah satu objek wisata yang berada di Kabupaten Pesawaran. Kabupaten Pesawaran sendiri merupakan kabupaten yang baru terbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rekreasi atau wisata sering digunakan sebagai sarana melepas

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rekreasi atau wisata sering digunakan sebagai sarana melepas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan rekreasi atau wisata sering digunakan sebagai sarana melepas stres. Gaya hidup masyarakat yang semakin sibuk dalam rutinitasnya, sempitnya waktu membuat

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA TIRTO ARGO DI UNGARAN

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA TIRTO ARGO DI UNGARAN LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA TIRTO ARGO DI UNGARAN Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata untuk dikembangkan dan diupayakan menjadi daya tarik wisata daerah. Potensi wisata tersebut

Lebih terperinci

ANALISIS JASA LINGKUNGAN EKOWISATA AIR TERJUN LAHUNDAPE DI KAWASAN TAHURA NIPA-NIPA

ANALISIS JASA LINGKUNGAN EKOWISATA AIR TERJUN LAHUNDAPE DI KAWASAN TAHURA NIPA-NIPA Ecogreen Vol. 3 1, April 2017 Halaman 27 31 ISSN 2407-9049 ANALISIS JASA LINGKUNGAN EKOWISATA AIR TERJUN LAHUNDAPE DI KAWASAN TAHURA NIPA-NIPA Arniawati *, Safril Kasim, Rahmawati Anshar Jurusan Kehutanan

Lebih terperinci

PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP PENGEMBANGAN OBYEK WISATA BUKIT BANAMA DI KECAMATAN BUKIT BATU KOTA PALANGKA RAYA. Dedy Norsandi

PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP PENGEMBANGAN OBYEK WISATA BUKIT BANAMA DI KECAMATAN BUKIT BATU KOTA PALANGKA RAYA. Dedy Norsandi PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP PENGEMBANGAN OBYEK WISATA BUKIT BANAMA DI KECAMATAN BUKIT BATU KOTA PALANGKA RAYA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Palangka Raya Jl. Hiu Putih, Tjilik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. padat sehingga orang akan mencari sesuatu yang baru untuk menghibur

BAB I PENDAHULUAN. padat sehingga orang akan mencari sesuatu yang baru untuk menghibur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keinginan manusia untuk berwisata akan terus meningkat sesuai peradabanan era modern. Hal ini disebabkan oleh rutinitas pekerjaan yang padat sehingga orang akan mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Arkeologi : adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hasil

BAB I PENDAHULUAN. 1. Arkeologi : adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hasil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Diskripsi Judul Agar dapat memberikan kejelasan mengenai maksud dari judul yang diangkat, maka setiap kata dari judul tersebut perlu dijabarkan pengertiannya, yaitu sebagai berikut

Lebih terperinci

Kecamatan Amahai. Pantai Kuako

Kecamatan Amahai. Pantai Kuako Kecamatan Amahai Kecamatan Amahai yang berada pada salah satu pintu masuk ke Kabupaten Maluku Tengah, juga memiliki potensi pariwisata yang handal. Potensi tersebut meliputi wisata budaya, wisata sejarah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang di luar tempat tinggalnya, bersifat sementara untuk berbagai tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kudus merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kudus merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kudus merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah mencapai 42.516 hektar yang terbagi dalam 9 kecamatan. Kabupaten Kudus memiliki potensi pariwisata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Obyek Penetapan otonomi daerah menjadi pintu gerbang bagi setiap pemerintah daerah untuk berlomba-lomba dalam mengelola, memacu, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu di Medan. Kota Medan memiliki objek wisata yang bernilai lebih di mata

BAB I PENDAHULUAN. satu di Medan. Kota Medan memiliki objek wisata yang bernilai lebih di mata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Medan merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Utara dan merupakan salah satu kota Metropolitan di Indonesia. Berbagai suku, agama, ras, budaya, gaya hidup

Lebih terperinci

Tetapi pemandangan sekitar yang indah dan udara yang begitu sejuk membuat para wisatawan tak jemu dengan perjalanan yang cukup menguras tenaga.

Tetapi pemandangan sekitar yang indah dan udara yang begitu sejuk membuat para wisatawan tak jemu dengan perjalanan yang cukup menguras tenaga. Wisata Alam merupakan salah satu pilihan wisata yang menarik bagi para wisatawan, baik wisatawan asing maupun wisatawan lokal. Bagi sebagian orang, wisata alam bisa di jadikan sebagai alternatif untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anies Taufik Anggakusumah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anies Taufik Anggakusumah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan kawasan dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada obyek wisata pemandian air panas alam CV Alam Sibayak yang berlokasi di Desa Semangat Gunung Berastagi, Kabupaten Karo Sumatera

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Lembah Manding, hutan pinus, kearifan lokal, dan briefing di basecamp sebelum

BAB IV KESIMPULAN. Lembah Manding, hutan pinus, kearifan lokal, dan briefing di basecamp sebelum BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian pada komponen daya tarik wisata jalur pendakian Gunung Merbabu via Dusun Suwanting yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat tiga

Lebih terperinci

POTENSI SUMBER DAYA ALAM DI GUNUNG MERAPI

POTENSI SUMBER DAYA ALAM DI GUNUNG MERAPI POTENSI SUMBER DAYA ALAM DI GUNUNG MERAPI Disusun oleh : Lucky Indra Pradipta (07312244072) Agus Satmoko (07312244081) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSUTAS

Lebih terperinci

WISATA AGRO BUNGA SEBAGAI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SUKUH PERMAI DI NGARGOYOSO KARANGANYAR

WISATA AGRO BUNGA SEBAGAI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SUKUH PERMAI DI NGARGOYOSO KARANGANYAR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR WISATA AGRO BUNGA SEBAGAI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SUKUH PERMAI DI NGARGOYOSO KARANGANYAR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan beberapa wilayah lainnya di Pulau Jawa. Tingkat kehidupan Jakarta dan sekitarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara harfiah arti kata Boom sama dengan Haven dalam bahasa Belanda atau

BAB I PENDAHULUAN. Secara harfiah arti kata Boom sama dengan Haven dalam bahasa Belanda atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara harfiah arti kata Boom sama dengan Haven dalam bahasa Belanda atau pelabuhan dalam bahasa Indonesia. Orang-orang Tuban setempat mengatakan bahwa boom dibangun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN. Gambar 4.1. Peta Kabupaten Sleman

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN. Gambar 4.1. Peta Kabupaten Sleman 46 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Kabupaten Sleman Gambar 4.1 Peta Kabupaten Sleman Kota Sleman terletak antara 110 33 00 sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Wisata adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh. ada hubungan-nya dengan pengunjung obyek wisata itu sendiri yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Wisata adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh. ada hubungan-nya dengan pengunjung obyek wisata itu sendiri yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelayakan Wisata adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang untuk menikmati suatu obyek dan daya tarik wisata secara sukarela, meskipun hal ini

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KUISIONER PENELITIAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Nomor Kode : Hari/Tanggal wawancara : Nama Responden : Jenis Kelamin : Tempat tinggal (Kabupaten/Kota)

Lebih terperinci

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu Obyek Wisata Batu Seribu terletak di Desa Gentan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. Letaknya sekitar 20 KM sebelah selatan Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak ragam pariwisata dan budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Mulai dari tempat wisata dan objek wisata

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Potensi Kawasan Wisata Potensi Sumberdaya Alam Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Nusa Tenggara Barat No.2 Tahun 1989 kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani merupakan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Karakteristik Pengunjung Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu

Lampiran 1 Karakteristik Pengunjung Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu 55 Lampiran 1 Karakteristik Pengunjung Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu Tabel 4 Karakteristik Pengunjung Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu No. Karakteristik Pengunjung* Persentase (%) 1. Tingkat pendidikan

Lebih terperinci

RESORT DAN SPA Sebagai Fasilitas Pengikat Paket Wisata Adventure di Ambarawa

RESORT DAN SPA Sebagai Fasilitas Pengikat Paket Wisata Adventure di Ambarawa LANDASAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR RESORT DAN SPA Sebagai Fasilitas Pengikat Paket Wisata Adventure di Ambarawa Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berwisata merupakan salah satu kebutuhan manusia yang perlu dipenuhi. Dengan berwisata diharapkan dapat memberikan suasana baru dengan cara menyegarkan pikiran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekayaan sumber daya alam Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh setiap daerah merupakan modal penting untuk meningkatkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Pertumbuhan pariwisata secara

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA TLOGO DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ORGANIK

PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA TLOGO DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ORGANIK LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA TLOGO DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ORGANIK Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh:

STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh: STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR Oleh: WINARSIH L2D 099 461 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor industri yang diharapkan mampu menjadi kekuatan pembangunan, yang dapat diandalkan terutama sebagai penghasil devisa negara

Lebih terperinci

VI. ATRIBUT-ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE CV ALAM SIBAYAK

VI. ATRIBUT-ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE CV ALAM SIBAYAK VI. ATRIBUT-ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE CV ALAM SIBAYAK Penelitian ini menggunakan analisis Regresi Logistik atau yang disebut model LOGIT untuk mengidentifikasi atribut-atribut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu pariwisata perlu dikelola dan dikembangkan agar. itu sendiri maupun bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat 1.

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu pariwisata perlu dikelola dan dikembangkan agar. itu sendiri maupun bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di Indonesia pariwisata merupakan sektor andalan penerimaan devisa negara bagi kegiatan ekonomi dan kegiatan sektor lain yang terkait. Oleh karena itu pariwisata perlu

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGUNJUNG WISATA ALAM BANTIMURUNG. Wahyudi Isnan

KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGUNJUNG WISATA ALAM BANTIMURUNG. Wahyudi Isnan Karakteristik dan Preferensi Pengunjung Wisata Alam Bantimurung KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGUNJUNG WISATA ALAM BANTIMURUNG Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar Jl. Perintis Kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Resha Febriyantika Yussita, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Resha Febriyantika Yussita, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu destinasi pariwisata yang sudah di kenal di dunia karena memiliki daya tarik yang unik dan beragam serta memiliki kekhasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obyek wisata merupakan perwujudan dari pada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu Provinsi terbesar di Indonesia yang letak

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu Provinsi terbesar di Indonesia yang letak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Barat merupakan salah satu Provinsi terbesar di Indonesia yang letak geografisnya berbatasan dengan Ibu Kota Indonesia. Jawa Barat sendiri memiliki keanekaragaman

Lebih terperinci

10 Tempat Wisata di Manado yang Wajib Dikunjungi

10 Tempat Wisata di Manado yang Wajib Dikunjungi 10 Tempat Wisata di Manado yang Wajib Dikunjungi Manado merupakan ibu kota dari Provinsi Sulawesi Utara. Kota ini memiliki semboyan Torang Samua Basudara yang berarti Kita Semua Bersaudara. Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melakukan perjalanan wisata sudah banyak sekali dilakukan oleh masyarakat modern saat ini, karena mereka tertarik dengan hasil kemajuan pembangunan suatu negara, hasil

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. kelompok responden akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. kelompok responden akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini. VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini terdiri dari empat kelompok yaitu kelompok wisatawan, kelompok unit usaha, kelompok tenaga kerja serta kelompok masyarakat

Lebih terperinci

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR. Oleh: TRI SULASTRI MAHFIDAH L2D

IDENTIFIKASI POTENSI KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR. Oleh: TRI SULASTRI MAHFIDAH L2D IDENTIFIKASI POTENSI KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR Oleh: TRI SULASTRI MAHFIDAH L2D 301 542 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2004 ABSTRAKSI Kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan wisata merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang maupun

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan wisata merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan wisata merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang maupun sekelompok orang diluar tempat tinggalnya dan bersifat sementara dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Yoeti (1993 :109) bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan pariwisata menduduki posisi yang sangat penting setelah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan pariwisata menduduki posisi yang sangat penting setelah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan pariwisata menduduki posisi yang sangat penting setelah minyak bumi dan gas. Kepariwisataan nasional sudah berkembang sedemikian rupa dan merupakan bagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan sebuah kota memiliki karakteristik tertentu, diantaranya tingkat mobilitas kegiatan masyarakat dan persaingan dalam berbagai bidang. Kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang cukup luas dengan penduduk yang beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

Lebih terperinci

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS Keputusan pengunjung untuk melakukan pembelian jasa dilakukan dengan mempertimbangkan terlebih dahulu kemudian memutuskan untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Lokasi Penelitian Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka beberapa informasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tempat kerja, di rumah, maupun di tempat lain. Aktivitas rutin tersebut dapat

I. PENDAHULUAN. tempat kerja, di rumah, maupun di tempat lain. Aktivitas rutin tersebut dapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia tidak terlepas dari kegiatan rutin di tempat kerja, di rumah, maupun di tempat lain. Aktivitas rutin tersebut dapat menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semarang merupakan ibu kota Provinsi Jawa Tengah. Sampai saat ini Kota Semarang terdiri dari 177 kelurahan dan 16 kecamatan. Batas wilayah administratif Kota Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kawasan wisata primadona di Bali sudah tidak terkendali lagi hingga melebihi

BAB I PENDAHULUAN. kawasan wisata primadona di Bali sudah tidak terkendali lagi hingga melebihi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika dilihat secara nyata, saat ini pembangunan yang terjadi di beberapa kawasan wisata primadona di Bali sudah tidak terkendali lagi hingga melebihi daya tampung dari

Lebih terperinci

MODEL AMBANG BATAS FISIK DALAM PERENCANAAN KAPASITAS AREA WISATA. Abstrak

MODEL AMBANG BATAS FISIK DALAM PERENCANAAN KAPASITAS AREA WISATA. Abstrak MODEL AMBANG BATAS FISIK DALAM PERENCANAAN KAPASITAS AREA WISATA BERWAWASAN KONSERVASI DI KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO KABUPATEN SEMARANG Rahma Hayati Jurusan Geografi FIS -UNNES Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung memiliki letak geografis yang sangat menguntungkan, letaknya sangat strategis karena berada di ujung Pulau Sumatera

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung memiliki letak geografis yang sangat menguntungkan, letaknya sangat strategis karena berada di ujung Pulau Sumatera 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Lampung memiliki letak geografis yang sangat menguntungkan, letaknya sangat strategis karena berada di ujung Pulau Sumatera bagian selatan sekaligus

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Wisata dan Willingness To Pay Bermacam-macam teknik penilaian dapat digunakan untuk mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar

Lebih terperinci