BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sifat Asam Warna Coklat Suhu 35 0 C 60 0 C BOD ppm COD ppm TOD ppm

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sifat Asam Warna Coklat Suhu 35 0 C 60 0 C BOD ppm COD ppm TOD ppm"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA PT. Indonesia Toray Sinthetic (ITS) merupakan perusahaan yang bergerak dalam produksi serat sinthetic seperti Polyester Stafle Fiber (PSF) atau lebih dikenal sebagai kapas sinthetic, Nilon Filament Yarn (NFY) atau biasa dikenal sebagai benang nilon, dan polyester chip yaitu berupa chip sebagai bahan baku pembuatan film plastik. Pembuatan serat sinthetic ini berbahan dasar Ethylen Glycol (EG) dan Purified Terepthalat Acid (PTA), dari proses produksi ini dihasilan limbah berupa limbah padat, cair dan gas. Sebagian besar limbah yang dihasilkan berupa limbah cair dan cukup membahayakan bagi lingkungan sehingga diperlukan treatment khusus dari limbah cair yang dihasikan ini. Sumber limbah cair yang diolah di PT. ITS berasal dari : 1. Limbah cair dari proses produksi departemen Nylon Filament Yarn dan Polyester Staple Fiber dan Polyester Chip. 2. Limbah cair dari sisa proses Deionezer. Kandungan limbah cair pabrik polyester sendiri terdiri dari air, ethylene glycol, methyldioxolane, acetic acid, 1,4-dioxane (Indrawan, 2012). Senyawasenyawa tersebut dihasilkan dari reaksi esterifikasi dan juga proses polimerisasi pada proses pembuatan polyester dan proses destilasi saat recovery EG. Kandungan COD limbah cair dapat mencapai ppm. Karakteristik Limbah Cair di PT ITS ditunjukkan pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Karakteristik limbah cair PT. Indonesia Toray Synthetics Sifat Asam Warna Coklat Suhu 35 0 C 60 0 C BOD ppm COD ppm TOD ppm (Sumber : PT. Indonesia Toray Synthetics, 2012) 6

2 Bab II Tinjauan Pustaka Proses Pengolahan Limbah Cair Sebagian besar limbah yang dihasilkan di industri polyester berupa limbah cair dan memiliki karakateristik berbahaya bagi lingkungan salah satunya yaitu kandungan EG pada air limbah yang bersifat racun bagi mahluk hidup dan dapat mematikan. Sehingga air harus dilakukan treatment terlebih dahulu di unit pengolahan air limbah. Di PT ITS dilakukan beberapa tahap pengolahan air limbah dan ini cukup efektif untuk menurunkan kadar COD dan BOD limbah sehingga memenuhi syarat air yang dapat dilepas ke lingkungan. meliputi tahapan sebagai berikut: 1. Penurunan suhu limbah Limbah cair dari proses produksi yang masuk ke raw water sebelumnya didinginkan dengan Cooling Tower. Temperatur air limbah diturunkan dari 35 C 60 C hingga suhunya berkisar C. Penurunan temperatur ini bertujuan agar mikroba yang mendegradasi senyawa organik dapat hidup. 2. Ekualisasi Unit ekualisasi diperlukan untuk mencegah fluktuasi konsentrasi air limbah. Unit ekualiasasi berupa tank penampung sementara di PT ITS disebut dengan raw water pit. Proses pengolahan air limbah di PT ITS dimulai dari tangki ekualisasi (raw water pit) dengan kapasitas tampung m 3. Tahap selanjutnya adalah dilakukan aerasi di aeration tank dengan kapasitas 3920 m 3. Di tangki ini proses penguraian air limbah dilakukan oleh mikroba dan DO (Dissolved Oxygen) dijaga antara 2-4 ppm agar kebutuhan O 2 untuk mikroba bisa terpenuhi. Setelah melalui tangki aerasi selama 12 jam air limbah dialirkan ke tanki sedimentasi untuk memisahkan antara air bersih dan lumpur. Kemudian air bersih dibuang ke selokan dan dialirkan ke Sungai Cisadane sedangkan lumpur yang dihasilkan sebagian dikembalikan sebagai sludge return dan sebagian lagi diolah pada pengolahan limbah padat.

3 Bab II Tinjauan Pustaka 8 3. Netraliasasi ph Kemudian dari raw water pit dipompa untuk dialirkan ke neutralization tank dan diatur laju alirnya sesuai dengan level air limbah dan kandungan TODnya. Proses netralisasi ph adalah proses penambahan senyawa asam atau basa yang bertujuan untuk mempersiapkan ph air limbah yang sesuai pada tahap pengolahan selanjutnya. Kondisi ph limbah yang masuk ke unit IPAL PT ITS menunjukkan limbah memiliki ph yang bervariasi sebagai berikut : - Polyester Stafle Fiber = ph Polyester chip = ph6-7 - Nylon = ph 8-10 Pada neutralization tank dilakukan mixing dengan agitator dan penambahan NaOH atau HCl agar ph dapat dijaga berkisar 6-8. Pada neutralization tank juga dilakukan pemberian nutrient yang berupa unsur N (Urea) dan unsur P (H 3 PO 4 ) dengan perbandingan BOD : N : P = 100 : 5 : 0,6 untuk kebutuhan mikroba pada proses lumpur aktif. 4. Lumpur Aktif Lumpur aktif merupakan proses pengolahan limbah secara biologi yaitu dengan menggunakan bantuan mikroorganisme. Proses lumpur aktif bertujuan untuk menurunkan kadar BOD pada limbah. BOD akan dicerna oleh mikroorganisme dan dihasilkan keluaran berupa lumpur. Air limbah diaerasi untuk menjaga DO antara 2 4 ppm. Aeration tank berjumlah enam tanki dengan kapasitas total 3920 m 3 dan dioperasikan secara seri. Terdapat 2 bak awal proses aerasi disertai pengaduk bertujuan untuk menghomogenkan antara limbah dengan mikroorganisme. Setelah proses homogenisasi dengan mikroorganisme baru masuk ke bak aerasi dengan pengaduk udara dengan jumlah sebanyak enam bak. Masing-masing tahap tiap bak selama 12 jam untuk memaksimalkan penguraian senyawa organik.

4 Bab II Tinjauan Pustaka 9 5. Sedimentation Tank Dari proses lumpur aktif masuk ke tahap sedimentasi yang bertujuan untuk memisahkan antara lumpur dengan air. Proses sedimentasi merupakan proses pemisahan menggunakan prinsip gaya gravitasi. Tanki sedimentasi berfungsi memisahkan air bersih yang bercampur dengan lumpur menggunakan alat yang disebut sedimentasi clarifier. Sebelum masuk proses sedimentasi ditambahkan flokulan dan dilakukan pengadukan lambat untuk mempercepat proses pengendapan lumpur. Tanki sedimentasi berjumlah satu unit dan mempunyai kapasitas penampungan 1660 m 3. Prinsip kerja dari clarifier dapat dijelaskan pada Gambar 2.1 yaitu umpan akan masuk ke bagian tengah alat clarifier padatan secara gravitasi akan keluar melewati bagian bawah clarifier sementara air akan keluar lewat bagian atas clarifier. Kemudian diperoleh air jernih pada permukan dan disalurkan ke outlet air di bagian atas clarifier kemudian disalurkan ke sungai. Sebagian dimasukkan ke kolam ikan sebagai pengujian kelayakan air sebelum dilepas ke lingkungan. Kondisi clarifier di lapangan disajikan pada Gambar 2.2. Gambar 2.1. Prinsip Kerja Clarifier

5 Bab II Tinjauan Pustaka 10 Gambar 2.2. Clarifier di Lapangan Clarifier dilengkapi dengan alat pengaduk (agitator) dengan pengadukan lambat yang berfungsi menghomogenkan dengan flokulan dan menghasilkan gaya sentifugal untuk mempercepat proses pengendapan (Perdani, 2011). Hasil samping dari proses sedimentasi ini dihasilkan lumpur pada bagian dasar clarifier. Sebagian lumpur akan di kembalikan ke unit lumpur aktif untuk digunakan kembali sementara sebagiannya lagi diolah agar lumpur tidak menumpuk di unit clarifier Proses Pengolahan Limbah Akhir Lumpur yang dihasilkan dari proses sedimentasi di clarifier tidak dapat dibuang langsung ke lingkungan karena termasuk limbah B3. Pengolahan limbah lumpur ini berupa tahap pengeringan dan tahap pengolahan akhir yaitu pembakaran pada furnace. Pada beberapa industri pengolahan lumpur diserahkan pada unit pengolahan limbah pemerintah namun ini memerlukan biaya yang cukup mahal. PT ITS memiliki inisatif mengolah limbah lumpur menjadi bahan bakar alternatif untuk furnace boiler karena lumpur ini berdasarkan penelitian memiliki nilai kalori yang cukup sebagai bahan bakar boiler. Ini sangat menguntungkan karena selain menghemat biaya proses furnace juga lumpur ini memeberikan energi lebih untuk boiler.

6 Bab II Tinjauan Pustaka 11 Karekterisik lumpur sebelum diolah memiliki kadar air mencapai 90 % - 97 % sehingga untuk pengeringannya di PT ITS dibantu oleh dua alat yaitu dehydrator dan sludge drum dryer. 1. Proses Pengeringan Menggunakan Dehydrator Sludge Dehydrator adalah alat yang berfungsi untuk mengeringkan lumpur basah yang berasal dari bak sedimentasi. Sludge tersebut memiliki kandungan air yang masih tinggi sehingga harus diproses terlebih dahulu untuk mengurangi kadar airnya. Salah satu caranya yaitu dengan menggunakan sludge dehydrator. Sludge dehydrator yang digunakan oleh PT. ITS adalah jenis Volute Dewatering Press seperti yang sajikan pada Gambar 2.3. Gambar 2.3. Dehydrator di PT. ITS Prinsip kerja dehydrator yang terdapat di PT ITS terdapat dua tahap utama yaitu tahap kogulasi flokulasi dan tahap pengpressan oleh screw. Sebelumnya lumpur dipompa dari clarifier untuk masuk ke bak koagulasi dan flokulasi. Bak koagulasi dan flokulasi terpisah oleh sekat seperti yang ditampilkan pada Gambar 2.4 karena bak memiliki fungsi masing-masing sehingga diperlakukan berbeda diantaranya dari penambahan chemical yang diberikan pada bak koagulasi ditambahkan PAC sementara pada bak flokulasi ditambahkan chemical ducam, selain dari putaran agitator yang diberikan. Pada bak flokulasi diberikan putaran agitator lebih lambat dibandingkan pada bak koagulasi. Pada prinsipnya kedua bak ini berfungsi untuk

7 Bab II Tinjauan Pustaka 12 mengoptimalisasikan pembentukan gumplan lumpur sehingga akan lebih maksimal pada saat pressing oleh screw dehydrator. Kemudian setelah masuk ke bak koagulasi dan flokulasi, lumpur yang telah menggumpal akan masuk ke drum dewatering press. Di dalam drum dewatering press terdapat screw seperti yang disajikan pada Gambar 2.4 yang berputar dan secara otomatis akan mempress lumpur sehingga lumpur akan mengeluarkan air. Air yang dihasilkan akan ditampung oleh bak filtrate sedangkan lumpur yang sudah berkurang kadar airnya akan masuk ke sludge drum dehydrator melalui conveyor. Gambar 2.5 memperlihatkan bagian screw dari alat dehydrator terdiri dari 2 bagian screw yang memiliki fungsi yang berbeda yaitu pada bagian awal sebagai tahap thickening dan bagian kedua sebagai tahap dewatering. 1 2 Gambar 2.4. Bak koagulasi dan flokulasi Keterangan : 1. Bak koagulasi 2. Bak flokulasi

8 Bab II Tinjauan Pustaka 13 Gambar 2.5. Komponen alat drum dewatering press pada volute dehydrator Kondisi dari alat dehydrator yang ada di PT ITS disajikan pada Gambar 2.6 Gambar 2.6. Drum Dewatering Press Dari proses pengeringan di dehydrator dapat menurunkan kadar air lumpur hingga 85% selanjutnya lumpur yang telah dikeringkan di dehydrator dikirimkan ke sludge drum dryer menggunakan screw conveyor seperti yang disajikan pada Gambar 2.7.

9 Bab II Tinjauan Pustaka 14 Gambar 2.7. Screw conveyor ke alat sludge drum dryer 2. Proses Pengeringan Menggunakan Sludge Drum Dryer Sludge dryer merupakan alat untuk pengeringan lumpur dengan bantuan pemanas berupa steam ataupun udara dari funace. Jenis sludge dryer di PT. ITS menggunakan pemanas berupa steam dengan jenis sludge dryer berupa double drum dryer seperti yang disajikan pada Gambar 2.8. Gambar 2.8. Skema Double Drum Dryer di PT ITS

10 Bab II Tinjauan Pustaka 15 Prinsip kerja dari alat ini yaitu steam dengan tekanan 0.6 MPa masuk melalui pipa poros drum. Pada pipa poros drum terdapat beberapa nozzle sehingga steam dapat mengisi seluruh volume drum sehingga suhu plat sludge drum dryer akan naik dan dapat mengeringkan sludge yang menempel di permukaan sludge drum dryer. Di dalam alat sludge drum dryer terdapat dua drum yang berputar berlawanan ke bagian dalam sludge drum dryer dengan kecepatan yang sama. Sludge masuk diantara kedua drum tersebut, jarak antara dua drum sangat berdekatan sehingga menipiskan sludge yang telah masuk. Sludge selanjutnya akan menempel pada plate drum tersebut dan terjadi proses pengeringan hingga sampai ke scraper seperti yang disajikan pada Gambar 2.9. Kandungan air pada lumpur akan menguap dan selanjutnya akan keluar lewat cerobong hisap yang ditarik menggunakan blower seperti yang disajikan pada Gambar Scraper merupakan pisau untuk melepas sludge yang telah kering pada drum. Sludge yang telah dikeruk akan jatuh dan ditampung oleh hopper yang berada di bagian bawah alat sludge dryer seperti yang disajikan pada Gambar Selanjutnya dry cake akan dikirim ke unit pembangkit steam sebagai campuran bahan bakar furnace boiler. Kondisi sludge drum dryer di PT ITS cukup efektif mengeringkan sludge hingga kandungan 15 % namun terdapat masalah yaitu dari penggunaan steam yang berlebih. Berdasarkan spesifikasi alat sludge drum dryer ini menjelaskan dengan konsumsi steam 335 kg/hour dengan tekanan 0,6 MPa dapat mengeringkan sludge sampai dengan kandungan kadar airnya 15 % sementara aktualnya dibutuhkan steam lebih dari 580 kg/hour. Berdasarkan kondisi ini diperlukan evaluasi kinerja sludge drum dryer.

11 Bab II Tinjauan Pustaka 16 Gambar 2.9. Drum dryer dengan lumpur Gambar Cerobong keluaran uap air Gambar Hoper penampung dry cake 2.2 Perpindahan Panas Perpindahan panas pada terdiri dari tiga jenis yaitu secara konduksi, konveksi, dan radiasi Konduksi Konduksi merupakan perpindahan panas dari partikel yang lebih berenergi ke partikel yang kurang berenergi yang saling berdekatan dari sebuah bahan karena interaksi antara partikel tersebut. Contoh: semakin panasnya (hangat) sendok yang tercelup dalam secangkir kopi panas. Fourier merumuskan persamaan untuk meramalkan laju perpindahan panas secara konduksi adalah:

12 Bab II Tinjauan Pustaka 17 Dimana : q q x A = - k d345rt dx = laju perpindahan panas konduksi dt/dx = gradient suhu ke arah perpindahan panas A k = konduktivitas atau kehantaran termal benda dengan tanda minus menunjukkan aliran kalor ke tempat yang bertemperatur lebih rendah = luas permukaan yang mengalami perpindahan panas Laju perpindahan panas secara konduksi terbagi menjadi dua yaitu : a. Laju perpindahan secara konduksi pada tahanan seri Laju perpindahan panas secara konduksi pada tahanan seri dengan ketebalan material, konduktifitas termal yang berbeda, membuat penurunan temperatur juga berbeda, maka kalor yang dipindahkan : Gambar Konduksi pada tahanan seri (McCabe, 1993) Rumus pada kondisi seri ini dijabarkan sebagai berikut : (T 4 T 1 ) q = R 1 + R 2 + R 3 Dimana : R = Tahanan perpindahan panas R = x/(k. A) A = Luas permukaan perpindahan panas b. Laju perpindahan konduksi pada silinder Laju perpindahan panas secara konduksi pada silinder mempunyai perbedaan dengan laju perpindahan panas secara konduksi pada pelat atau balok karena beda persamaan luas bidang permukaan (Geankoplis, 1993).

13 Bab II Tinjauan Pustaka 18 Gambar Perpindahan konduksi pada silinder (Geankoplis, 1993) q = k. A Ln. T r Dimana : A Ln = 2πL.(r 2 r 1 ) ln (r 2 /r 1 ) Konveksi T = (T 2 T 1 ) r = (r 2 r 1 ) Konveksi merupakan perpindahan panas antara permukaan solid dan berdekatan dengan fluida yang bergerak atau mengalir dan itu melibatkan pengaruh konduksi dan aliran fluida. Contoh: sebuah plat besi panas akan lebih cepat dingin jika diletakkan di depan kipas angin dibandingkan dengan jika diletakkan begitu saja di udara terbuka. Fourier merumuskan persamaan untuk meramalkan laju perpindahan panas secara konveksi adalah: q = h A ( T w T f ) dimana : q = laju perpindahan panas konveksi h = koefisien perpindahan-kalor konveksi A = luas permukaan yang mengalami perpindahan panas T w = temperatur permukaan benda solid yang dilalui fluida yang mengalir T f = temperatur fluida yang mengalir berdekatan dengan permukaan benda solid

14 Bab II Tinjauan Pustaka 19 Berdasarkan gaya penyebab terjadinya arus aliran fluida, konveksi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, diantaranya : a. Konveksi alamiah Konveksi alamiah dapat terjadi karena ada arus yang mengalir akibat gaya apung, sedangkan gaya apung terjadi karena ada perbedaan densitas fluida tanpa dipengaruhi gaya dari luar sistem. Perbedaan densitas fluida terjadi karena adanya gradien suhu pada fluida. Contoh konveksi alamiah antara lain aliran udara yang melintasi radiator panas (McCabe,1993). b. Konveksi paksa Konveksi paksa terjadi karena arus fluida yang terjadi digerakkan oleh suatu peralatan mekanik ( contoh : pompa, pengaduk ), jadi arus fluida tidak hanya tergantung pada perbedaan densitas. Contoh perpindahan panas secara konveksi paksa antara lain : pemanasan air yang disertai pengadukan Radiasi Radiasi merupakan perpindahan energi karena emisi gelombang elektromagnetik (atau photons). Jika gelombang tersebut mengenai suatu benda, maka gelombang dapat mengalami transisi ( diteruskan), refleksi (dipantulkan), dan absorpsi (diserap) dan menjadi kalor. Hal itu tergantung pada jenis benda, sebagai contoh memantulkan sebagian besar radiasi yang jatuh padanya, sedangkan permukaan yang berwarna hitam dan tidak mengkilap akan menyerap radiasi yang diterima dan diubah menjadi kalor. Fourier merumuskan persamaan untuk meramalkan laju perpindahan panas secara radiasi adalah: 4 q = εaσ (T s - T 4 sur ) dimana: q = laju perpindahan panas radiasi ε = sifat radiasi pada permukaan (emisivitas) A = luas permukaan σ = konstanta Stefan-Boltzmann (5.67 x 10-8 W/m 2 K 4 ) Ts = temperatur absolute permukaan Tsur = sebagai temperatur sekitar

15 Bab II Tinjauan Pustaka Insulasi Panas Insulasi panas dilakukan bertujuan untuk mencegah berlebihnya panas yang lepas ke lingkungan dari suatu alat. Untuk menginsulasi panas dilakukan dengan cara memasangkan bahan yang memiliki daya hantar panas yang buruk seperti asbes, fiber atau rockwool. Ketiga bahan ini memiliki koefisien konduktifitas yang rendah sehingga cocok digunakan sebagai bahan insulasi Bahan Insulasi Panas a. Asbes Asbes merupakan mineral fibrosa yang secara luas banyak digunakan masyarakat. Sekitar tahun 80-an bahan asbes biasanya sangat akrab digunakan sebagai penutup atap dan plafon rumah. Selain harga dan pemasangannya mudah karena asbes memiliki bobot yang ringan. Karena sifatnya yang tahan panas, kedap suara dan kedap air, asbes sering juga digunakan pada insulasi pipa pemanas dan juga untuk panel. Namun asbes memiliki kekurangan dari segi kesehatan. Asbes dapat membahayakan tubuh kita jika terdapat bagian asbes yang rusak, sehingga serat-seratnya dapat terlepas. Kondisi ini sangat beresiko karena serpihan asbes yang berupa serbuk sangat berbahaya bagi paru-paru (Diana, 2002). Seperti yang ditampilkan pada Gambar 2.12 asbes memiliki sifat rapuh dan serat-seratnya mudah terlepas. Gambar Asbes

16 Bab II Tinjauan Pustaka 21 b. Fiberglass insulation board Fiberglass insulasi biasa digunakan sebagai bahan insulasi panas pada peralatan vessel, chiller dan peralatan-peralatan yang menghantarkan panas. Fiberglass insulation dapat mengisolasi panas dari 0 F F. Fiberglass insulation memiliki beberapa keuntungan diantaranya bahannya ringan, kuat dan fleksibel seperti yang disajikan pada Gambar Gambar Fiberglass insulation board 2.4 Kurva Karakteristik Pengeringan Dalam proses pengeringan, proses perpindahan massa dan perpindahan panas merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan. Pada permukaan bahan akan terbentuk lapisan tipis air dan juga terbentuk lapisan tipis udara, yang sering disebut lapisan film. Dengan adanya beda konsentrasi air di permukaan padatan dan di udara pengering maka air akan menguap dan berpindah dari bahan ke udara pengering (Geankoplis, 1998). Karakteristik proses pengeringan suatu bahan bergantung pada waktu yang diperlukan, sehingga kurva kandungan air bahan terhadap waktu yang diperlukan untuk mengeluarkan air dari bahan tersebut dapat digambarkan seperti dalam Gambar 2.14 yang dinamakan kurva pengeringan. Pada proses pengeringan berlaku dua proses, yaitu pada permulaan proses air dipermukaan bahan akan diuapkan, seperti yang digambarkan pada kurva pengeringan yang berkemiringan rendah, kemudian barulah berlaku proses

17 Bab II Tinjauan Pustaka 22 pemindahan air dari bagian dalam bahan ke permukaaannya. Semakin lama semakin sedikit air yang diuapkan. Proses ini berlangsung sampai air yang terikat saja yang tinggal di dalam bahan tersebut (Coulson and Richardson,2002). Dari data percobaan pengeringan akan dapat dibuat kurva yang menyatakan hubungan antara kadar air dan waktu pengeringan, A Kadar Air (X) B C D E Waktu, t menit Gambar Kurva Hubungan Kadar Air dengan Waktu Pengeringan Dari data tersebut dapat diubah ke dalam kecepatan pengeringan ( R c ) sebagai fungsi dari kandungan air (X) seperti Gambar dengan menentukan perubahan ΔX dalam waktu Δt dengan hubungan sebagai berikut : Ls ΔX R c = A Δt Keterangan : R c = kecepatan pengeriagan ( kg air/jam m 2 ) Ls = berat padatan kering (kg) A = luas padatan (m 2 ) X = kadar air bahan (kg air/kg padatan kering) t = waktu (menit)

18 Bab II Tinjauan Pustaka 23 R c C B Kg air Jam m 2 D A E X* X (Kg air/kg Padatan) Gambar Kurva Kadar Pengeringan Permulaan operasi biasanya temperatur padatan lebih rendah dibanding temperatur kesetimbangan sehingga kecepatan pengeringan akan naik dengan kenaikan temperatur bahan. Periode ini (AB) disebut periode penyesuaian awal dan biasanya sangat pendek dibanding keseluruhan operasi. Setelah temperatur kesetimbangan tercapai, maka masuk ke periode kecepatan pengeringan tetap pada gambar ditunjukkan pada daerah (BC). Pada periode ini akan terjadi penguapan cairan dari permukaan padatan, kecepatan penguapan di permukaan tersebut masih bisa diimbangi oleh difusi maupun efek kapiler air dari dalam padatan ke permukaan padatan. Dengan demikian permukaan padatan akan tetap basah. Setelah mencapai kadar air kritis Xc, kecepatan difusi air dari dalam padatan tidak bisa mengimbangi kecepatan penguapan di permukaan padatan. Dengan demikian akan terjadi tempat-tempat kering (dry spot). Ini akan mengurangi kecepatan pengeringan dan disebut periode kecepatan menurun yang pertama (CD). Pada periode (DE), kecepatan pengeringan ditentukan oleh kecepatan difusi dari dalam permukaan padatan. Ini akan terus berlangsung sampai tercapai kadar air kesetimbangan X*.

BAB I PENDAHULUAN .1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN .1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah industri polimer merupakan salah satu limbah yang tergolong dalam limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Pada umumnya limbah industri polimer berasal dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Pengeringan (drying) adalah pemisahan sejumlah air dari suatu benda atau objek yang didalamnya terdapat kandungan air, sehingga benda atau objek tersebut kandungan

Lebih terperinci

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA 2. 1 Pengumpulan Air Limbah Air limbah gedung PT. Sophie Paris Indonesia adalah air limbah domestik karyawan yang berasal dari toilet,

Lebih terperinci

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Air yang digunakan meliputi : 1. Air pendingin, digunakan untuk mendinginkan alat penukar panas. 2. Air Proses,

Lebih terperinci

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan MEKANISME By : Dewi Maya Maharani Pengeringan Prinsip Dasar Pengeringan Proses pemakaian panas dan pemindahan air dari bahan yang dikeringkan yang berlangsung secara serentak bersamaan Konduksi media Steam

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

Sistem pengering pilihan

Sistem pengering pilihan Sistem pengering pilihan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan alat pengeringan yang khusus (pilihan) Sub Pokok Bahasan 1.Pengering dua tahap 2.Pengering

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Hot Water Heater Pemanasan bahan bakar dibagi menjadi dua cara, pemanasan yang di ambil dari Sistem pendinginan mesin yaitu radiator, panasnya di ambil dari saluran

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN FISIKA BAB V PERPINDAHAN KALOR Prof. Dr. Susilo, M.S KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal

LAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal 64 LAMPIRAN I Tes Hasil Belajar Observasi Awal 65 LAMPIRAN II Hasil Observasi Keaktifan Awal 66 LAMPIRAN III Satuan Pembelajaran Satuan pendidikan : SMA Mata pelajaran : Fisika Pokok bahasan : Kalor Kelas/Semester

Lebih terperinci

Sewage Treatment Plant

Sewage Treatment Plant Sewage Treatment Plant Sewage Treatment Plant Adalah sebuah sistem pengolahan air limbah menjadi air berkualitas 3, yang kemudian bisa dimanfaatkan untuk menyiram tanaman atau dibuang ke saluran pembuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan. Metode pengawetan dengan cara pengeringan merupakan metode paling tua dari semua metode pengawetan yang ada. Contoh makanan yang mengalami proses pengeringan ditemukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah perpindahan energi karena adanya perbedaan temperatur. Perpindahan kalor meliputu proses pelepasan maupun penyerapan kalor, untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving PERPINDAHAN PANAS Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving force/resistensi Proses bisa steady

Lebih terperinci

Konsep Dasar Pendinginan

Konsep Dasar Pendinginan PENDAHULUAN Perkembangan siklus refrigerasi dan perkembangan mesin refrigerasi (pendingin) merintis jalan bagi pertumbuhan dan penggunaan mesin penyegaran udara (air conditioning). Teknologi ini dimulai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERINGAN Pengeringan adalah proses pengurangan kelebihan air yang (kelembaban) sederhana untuk mencapai standar spesifikasi kandungan kelembaban dari suatu bahan. Pengeringan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Unit Operasi IPAL Mojosongo Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo di bangun untuk mengolah air buangan dari kota Surakarta bagian utara, dengan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat BAB II DASAR TEORI 2.. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah proses berpindahnya energi dari suatu tempat ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat tersebut. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil BAB II LANDASAN TEORI II.1 Teori Dasar Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat atau bejana yang disusun untuk mengubah air menjadi uap dengan jalan pemanasan, dimana energi kimia diubah menjadi energi panas.

Lebih terperinci

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN PABRIK PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA Dosen Pengampu: Ir. Musthofa Lutfi, MP. Oleh: FRANCISKA TRISNAWATI 105100200111001 NUR AULYA FAUZIA 105100200111018

Lebih terperinci

PENDINGIN TERMOELEKTRIK

PENDINGIN TERMOELEKTRIK BAB II DASAR TEORI 2.1 PENDINGIN TERMOELEKTRIK Dua logam yang berbeda disambungkan dan kedua ujung logam tersebut dijaga pada temperatur yang berbeda, maka akan ada lima fenomena yang terjadi, yaitu fenomena

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Radiator

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Radiator BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Radiator Radiator adalah alat penukar panas yang digunakan untuk memindahkan energi panas dari satu medium ke medium lainnya yang tujuannya untuk mendinginkan maupun memanaskan.radiator

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH Sampah adalah sisa-sisa atau residu yang dihasilkan dari suatu kegiatan atau aktivitas. kegiatan yang menghasilkan sampah adalah bisnis, rumah tangga pertanian dan pertambangan

Lebih terperinci

LAJU PERPINDAHAN PANAS PADA RADIATOR DENGAN FLUIDA CAMPURAN 80% AIR DAN 20% RADIATOR COOLANT PADA PUTARAN KONSTAN

LAJU PERPINDAHAN PANAS PADA RADIATOR DENGAN FLUIDA CAMPURAN 80% AIR DAN 20% RADIATOR COOLANT PADA PUTARAN KONSTAN LAJU PERPINDAHAN PANAS PADA RADIATOR DENGAN FLUIDA CAMPURAN 80% AIR DAN 20% RADIATOR COOLANT PADA PUTARAN KONSTAN Agung Nugroho Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT)

Lebih terperinci

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X Contoh soal kalibrasi termometer 1. Pipa kaca tak berskala berisi alkohol hendak dijadikan termometer. Tinggi kolom alkohol ketika ujung bawah pipa kaca dimasukkan

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN BAB VII PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN 7.1. Sumber Limbah Di BTIK-LIK Magetan terdapat kurang lebih 43 unit usaha penyamak kulit, dan saat ini ada 37

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK 1 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

LAPORAN KERJA PRAKTEK 1 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Alat penukar kalor (Heat Exchanger) merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk menukarkan energi dalam bentuk panas antara fluida yang berbeda temperatur yang

Lebih terperinci

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI II DSR TEORI 2. Termoelektrik Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 82 oleh ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah rangkaian. Di antara kedua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah cair Menurut PP No 82 tahun 2001 limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Limbah cair berasal dari dua jenis sumber yaitu

Lebih terperinci

PENGERING UNTUK BAHAN BERBENTUK PADATAN

PENGERING UNTUK BAHAN BERBENTUK PADATAN PENGERING UNTUK BAHAN BERBENTUK PADATAN PARTIKULAT DAN BUTIRAN Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan alat pengeringan yang digunakan untuk bahan

Lebih terperinci

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 009 DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

PRE-ELIMINARY PRIMARY WASTEWATER TREATMENT (PENGOLAHAN PENDAHULUAN DAN PERTAMA)

PRE-ELIMINARY PRIMARY WASTEWATER TREATMENT (PENGOLAHAN PENDAHULUAN DAN PERTAMA) PRE-ELIMINARY PRIMARY WASTEWATER TREATMENT (PENGOLAHAN PENDAHULUAN DAN PERTAMA) Tujuan pengolahan pertama (Primary Treatment) dalam pengolahan limbah cair adalah penyisihan bahan padat dari limbah cair

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi Tulen yang berperan dalam proses pengeringan biji kopi untuk menghasilkan kopi bubuk TULEN. Biji

Lebih terperinci

PENGELOLAAN AIR LIMBAH PKS

PENGELOLAAN AIR LIMBAH PKS PENGELOLAAN AIR LIMBAH PKS 2 PENDAHULUAN Kebijakan Perusahaan Melalui pengelolaan air limbah PMKS akan dipenuhi syarat buangan limbah yang sesuai dengan peraturan pemerintah dan terhindar dari dampak sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampui daya

Lebih terperinci

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH 5 2.1 Proses Pengolahan Air Limbah Domestik Air limbah domestik yang akan diolah di IPAL adalah berasal dari kamar mandi, wastavel, toilet karyawan, limpasan septik tank

Lebih terperinci

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA BAB2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Secara umum pengolahan kelapa sawit terbagi menjadi dua hasil akhir, yaitu pengolahan minyak kelapa sawit (CPO) dan pengolahan inti sawit (kernel).

Lebih terperinci

RINGKASAN BAKING AND ROASTING

RINGKASAN BAKING AND ROASTING RINGKASAN BAKING AND ROASTING Bab I. Pendahuluan Baking dan Roasting pada pokoknya merupakan unit operasi yang sama: keduanya menggunakan udara yang dipanaskan untuk mengubah eating quality dari bahan

Lebih terperinci

Pengeringan Untuk Pengawetan

Pengeringan Untuk Pengawetan TBM ke-6 Pengeringan Untuk Pengawetan Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan

Lebih terperinci

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi Metode Analisis Untuk Air Limbah Pengambilan sample air limbah meliputi beberapa aspek: 1. Lokasi sampling 2. waktu dan frekuensi sampling 3. Cara Pengambilan sample 4. Peralatan yang diperlukan 5. Penyimpanan

Lebih terperinci

PENGGORENGAN, EKSTRUSI, & PEMANGANGGAN. Teti Estiasih - THP - FTP - UB

PENGGORENGAN, EKSTRUSI, & PEMANGANGGAN. Teti Estiasih - THP - FTP - UB PENGGORENGAN, EKSTRUSI, & PEMANGANGGAN 1 PENGGORENGAN 2 TUJUAN Tujuan utama: mendapatkan cita rasa produk Tujuan sekunder: Inaktivasi enzim dan mikroba Menurunkan aktivitas air pada permukaan atau seluruh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dalam penelitian pengeringan kerupuk dengan menggunakan alat pengering tipe tray dengan media udara panas. Udara panas berasal dari air keluaran ketel uap yang sudah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan 134 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan Prinsip dasar proses pengeringan adalah terjadinya pengurangan kadar air atau penguapan kadar air oleh

Lebih terperinci

Bab III CUT Pilot Plant

Bab III CUT Pilot Plant Bab III CUT Pilot Plant 3.1 Sistem CUT Pilot Plant Skema proses CUT Pilot Plant secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 3.1. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa sistem CUT dibagi menjadi beberapa

Lebih terperinci

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG PERANCANGAN PABRIK PENGOLAHAN LIMBAH Oleh: KELOMPOK 2 M. Husain Kamaluddin 105100200111013 Rezal Dwi Permana Putra 105100201111015 Tri Priyo Utomo 105100201111005 Defanty Nurillamadhan 105100200111010

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 1. Limbah Cair Hotel. Usaha perhotelan yang berkembang cepat, limbah rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 1. Limbah Cair Hotel. Usaha perhotelan yang berkembang cepat, limbah rumah tangga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Limbah Cair Hotel Usaha perhotelan yang berkembang cepat, limbah rumah tangga yang semakin berlimpah mengakibatkan timbulnya pencemaran yang semakin meningkat dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Energi surya merupakan energi yang didapat dengan mengkonversi energi radiasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Energi surya merupakan energi yang didapat dengan mengkonversi energi radiasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Energi Surya Energi surya merupakan energi yang didapat dengan mengkonversi energi radiasi panas surya (Matahari) melalui peralatan tertentu menjadi sumber daya dalam bentuk lain.

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian Penelitian biofiltrasi ini targetnya adalah dapat meningkatkan kualitas air baku IPA Taman Kota Sehingga masuk baku mutu Pergub 582 tahun 1995 golongan B yakni

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thermosiphon Reboiler Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida yang akan didihkan dan diuapkan dengan proses sirkulasi almiah (Natural Circulation),

Lebih terperinci

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian HRSG HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap atau boiler yang memanfaatkan energi panas sisa gas buang satu unit turbin gas untuk memanaskan air dan

Lebih terperinci

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02 MODUL PERKULIAHAN Perpindahan Panas Secara Konduksi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Teknik Teknik Mesin 02 13029 Abstract Salah satu mekanisme perpindahan panas adalah perpindahan

Lebih terperinci

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM 52 BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM Unit pendukung proses (utilitas) merupakan bagian penting penunjang proses produksi. Utilitas yang tersedia di pabrik PEA adalah unit pengadaan air, unit

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL 34 3.1. Uraian Proses Pengolahan Air limbah dari masing-masing unit produksi mula-mula dialirkan ke dalam bak kontrol yang dilengkapi saringan kasar (bar screen) untuk menyaring

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Putaran Dan Debit Air Terhadap Efektifitas Radiator

Pengaruh Variasi Putaran Dan Debit Air Terhadap Efektifitas Radiator Pengaruh Variasi Putaran Dan Debit Air Terhadap Efektifitas Radiator Nur Robbi Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Islam Malang Jl. MT Haryono 193 Malang 65145 E-mail: nurrobbift@gmail.com

Lebih terperinci

Macam-macam Pengering. TBM ke 9

Macam-macam Pengering. TBM ke 9 Macam-macam Pengering TBM ke 9 Pengeringan adalah proses pengeluaran air dari suatu bahan dengan menggunakan energy panas sehingga kadar air dalam bahan menurun. Dalam proses pengeringan biasanya disertai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah perkebunan kelapa sawit adalah limbah yang berasal dari sisa tanaman yang tertinggal pada saat pembukaan areal perkebunan, peremajaan dan panen kelapa sawit.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Penelitian Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu blotong dan sludge industri gula yang berasal dari limbah padat Pabrik Gula PT. Rajawali

Lebih terperinci

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Matahari atau juga disebut Surya adalah bintang terdekat dengan Bumi dengan jarak sekitar 149.680.000 kilometer (93.026.724 mil). Matahari adalah suatu bola gas yang pijar dan ternyata

Lebih terperinci

SISTEM DISTILASI AIR LAUT TENAGA SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR DENGAN TIPE KACA PENUTUP MIRING

SISTEM DISTILASI AIR LAUT TENAGA SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR DENGAN TIPE KACA PENUTUP MIRING SISTEM DISTILASI AIR LAUT TENAGA SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR DENGAN TIPE KACA PENUTUP MIRING Mulyanef 1, Marsal 2, Rizky Arman 3 dan K. Sopian 4 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin Universitas Bung Hatta,

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #6 Genap 2014/2015. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c.

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #6 Genap 2014/2015. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. Materi #6 Sumber Air 2 Air Tanah Lebih sedikit bakteri. Kemungkinan terdapat banyak larutan padat. Air Permukaan Lebih banyak bakteri. Lebih banyak padatan tersuspensi dan ganggang. 6623 - Taufiqur Rachman

Lebih terperinci

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Pasteurisasi susu, jus, dan lain sebagainya. Pendinginan buah dan sayuran Pembekuan daging Sterilisasi pada makanan kaleng Evaporasi Destilasi Pengeringan Dan lain

Lebih terperinci

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik TAMBA GURNING NIM SKRIPSI

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik TAMBA GURNING NIM SKRIPSI KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH INTENSITAS CAHAYA DAN LAJU ALIRAN TERHADAP EFISIENSI TERMAL DENGAN MENGGUNAKAN SOLAR ENERGY DEMONSTRATION TYPE LS-17055-2 DOUBLE SPOT LIGHT SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk

Lebih terperinci

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan konsekuensi meningkatnya luas permukaan. Ukuran partikel atau

Lebih terperinci

PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK

PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK TUGAS AKHIR Oleh: I Gusti Ngurah Indra Cahya Hardiana 0704105029 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah dan Pengenalan Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 1821 oleh seorang ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah

Lebih terperinci

Cooling Tower (Menara Pendingin)

Cooling Tower (Menara Pendingin) Cooling Tower (Menara Pendingin) A. Pengertian Menurut El. Wakil, menara pendingin didefinisikan sebagai alat penukar kalor yang fluida kerjanya adalah air dan udara yang berfungsi mendinginkan air dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Perpindahan Kalor Perpindahan panas adalah ilmu untuk memprediksi perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara benda atau material. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar BAB NJAUAN PUSAKA Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar 150.000.000 km, sangatlah alami jika hanya pancaran energi matahari yang mempengaruhi dinamika atmosfer

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Soal Zat dan Kalor

Xpedia Fisika. Soal Zat dan Kalor Xpedia Fisika Soal Zat dan Kalor Doc. Name: XPPHY0399 Version: 2013-04 halaman 1 01. Jika 400 g air pada suhu 40 C dicampur dengan 100 g air pada 30 C, suhu akhir adalah... (A) 13 C (B) 26 C (C) 36 C (D)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Di

Lebih terperinci

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! Soal Suhu dan Kalor Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1.1 termometer air panas Sebuah gelas yang berisi air panas kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air dingin. Pada

Lebih terperinci

Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Bergelombang untuk Pengering Bunga Kamboja

Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Bergelombang untuk Pengering Bunga Kamboja Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Bergelombang untuk Pengering Bunga Kamboja Ketut Astawa1, Nengah Suarnadwipa2, Widya Putra3 1.2,3

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS, terdiri dari beberapa stasiun yang menjadi alur proses dalam pemurnian kelapa

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KETEBALAN ISOLATOR TERHADAP LAJU KALOR DAN PENURUNAN TEMPERATUR PADA PERMUKAAN DINDING TUNGKU BIOMASSA

PENGARUH VARIASI KETEBALAN ISOLATOR TERHADAP LAJU KALOR DAN PENURUNAN TEMPERATUR PADA PERMUKAAN DINDING TUNGKU BIOMASSA PENGARUH VARIASI KETEBALAN ISOLATOR TERHADAP LAJU KALOR DAN PENURUNAN TEMPERATUR PADA PERMUKAAN DINDING TUNGKU BIOMASSA Firmansyah Burlian, M. Indaka Khoirullah Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering Sebuah penelitian dilakukan oleh Pearlmutter dkk (1996) untuk mengembangkan model

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas/Kalor Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan Industri Tahu 1. Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE Deddy Kurniawan W, Fahmi Arifan, Tri Yuni Kusharharyati Jurusan Teknik Kimia PSD III Teknik, UNDIP Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat dan keterbatasan persediaan energi yang tak terbarukan menyebabkan pemanfaatan energi yang tak terbarukan harus diimbangi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING Bambang Setyoko, Seno Darmanto, Rahmat Program Studi Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknik UNDIP Jl. Prof H. Sudharto, SH, Tembalang,

Lebih terperinci

JENIS-JENIS PENGERINGAN

JENIS-JENIS PENGERINGAN JENIS-JENIS PENGERINGAN Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat membedakan jenis-jenis pengeringan Sub Pokok Bahasan pengeringan mengunakan sinar matahari pengeringan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN INTISARI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN i ii iii iv v vi viii x xii

Lebih terperinci

BAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA BANDUNG SEBAGAI ENERGI

BAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA BANDUNG SEBAGAI ENERGI BAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA BANDUNG SEBAGAI ENERGI Waste-to-energy (WTE) merupakan konsep pemanfaatan sampah menjadi sumber energi. Teknologi WTE itu sendiri sudah dikenal di dunia sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin besarnya laju perkembangan penduduk dan industrialisasi di Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Padatnya pemukiman dan kondisi

Lebih terperinci

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA 2.1. Peningkatan Kualitas Batubara Berdasarkan peringkatnya, batubara dapat diklasifikasikan menjadi batubara peringkat rendah (low rank coal) dan batubara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1] BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dewasa ini kelangkaan sumber energi fosil telah menjadi isu utama. Kebutuhan energi tersebut setiap hari terus meningkat. Maka dari itu, energi yang tersedia di bumi

Lebih terperinci

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012 Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 202 ISSN 0852-2979 PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 202 Heri Witono, Ahmad Nurjana

Lebih terperinci

PENGERINGAN SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN

PENGERINGAN SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN PENGERINGAN SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN Souvia Rahimah Jatinangor, 5 November 2009 Pengertian PENGERTIAN UMUM : PROSES PENGURANGAN AIR DARI SUATU BAHAN SAMPAI TINGKAT KEKERINGAN TERTENTU. Penerapan panas dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid).

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pemurnian Minyak Sawit Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikelpertikel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses evaporasi telah dikenal sejak dahulu, yaitu untuk membuat garam dengan cara menguapkan air dengan bantuan energi matahari dan angin. Evaporasi adalah salah satu

Lebih terperinci

PROSES UBC. Gambar 1. Bagan Air Proses UBC

PROSES UBC. Gambar 1. Bagan Air Proses UBC Penulis: Datin Fatia Umar dan Bukin Daulay Batubara merupakan energi yang cukup andal untuk menambah pasokan bahan bakar minyak mengingat cadangannya yang cukup besar. Dalam perkembangannya, batubara diharapkan

Lebih terperinci