BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi observasional dengan cara cross

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi observasional dengan cara cross"

Transkripsi

1 26 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain penelitian Penelitian ini merupakan studi observasional dengan cara cross sectional (potong lintang) artinya terhadap subjek yang diteliti tidak dilakukan perlakuan dan sekali pengukuran Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Patologi Klinik FK USU/RSUP. H. Adam Malik Medan bekerja sama dengan Divisi Endrokinologi Departemen Penyakit Dalam FK-USU/RSUP. H. Adam Malik Medan, mulai Maret 2016 sampai dengan April Populasi Penelitian Populasi penelitian adalah subjek yang datang ke Poli Endokrin Departemen Penyakit Dalam RSUP H Adam Malik Medan dan menderita sindroma metabolik Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah pasien dengan sindroma metabolik yang memenuhi kriteria inklusi subjek penelitian yang datang melakukan

2 27 pemeriksaan laboratorium rutin di Departemen Patologi Klinik RSUP H. Adam Malik Medan Kriteria Inklusi dan Eklusi Kriteria Inklusi : Bersedia ikut dalam penelitian. Penderita sindroma metabolik sesuai kriteria IDF 2005 berdasarkan: - Lingkar pinggang L 90 cm, P 80 cm Ditambah 2 kriteria dibawah ini - TD 130/85 mmhg - KGD Puasa 5,6 mmol/l (100 mg/dl) - Plasma TG 150 mg/dl, HDL, Laki-laki <40 mg/dl, Perempuan <50 mg/dl Pasien umur 18 tahun Kriteria Eksklusi : Wanita hamil Pasien-pasien dengan gangguan fungsi hati Pasien-pasien dengan gangguan ginjal Pasien dengan kelainan tiroid Perokok Riwayat minum alkohol

3 28 Tidak bersedia ikut dalam penelitian 3.6. Perkiraan Besar Sampel Perkiraan sampel minimun dan subjek yang diteliti digunakan rumus besar sampel 1 proporsi dengan uji hipotesis 1 kelompok Dimana : Z ( 1 / 2) n Z ( 1 / 2) Po (1 Po ) Z(1 ) ) Pa (1 Pa ) 2 Po Pa 2 (Lwanga, 2004) = deviat baku alpha. utk = 0,05 maka nilai baku normalnya 1,96 Z ( 1 ) = deviat baku betha. utk = 0,10 maka nilai baku normalnya 1,282 P 0 = proporsi penderita sindroma metabolik = (34,8 %) (Panjaitan,2006) P a = perkiraan proporsi penderita sindroma metabolik yang diteliti, sebesar = 0,548 (54,8%) P0 P a = beda proporsi yang bermakna ditetapkan sebesar 0,2 Maka sampel minimal untuk penelitian ini sebanyak 62 penderita sindroma metabolik 3.7. Ethical Clearance dan Informed Consent

4 29 Ethical clearance diperoleh dari Komite Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Medan dengan nomor : 12/KOMET/FK USU/2016. Inform consent diminta secara tertulis dari subjek penelitian yang menyatakan bersedia ikut dalam penelitian setelah mendapat penjelasan mengenai maksud dan tujuan dari penelitian ini Bahan, Cara Kerja, dan Alur Penelitian Bahan yang diperlukan Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah serum yang tidak lisis Anamnese dan Pemeriksaan Fisik Terhadap semua pasien yang bersedia ikut dalam penelitian dilakukan : a. Anamnese dan pencatatan umur, jenis kelamin, riwayat keluarga menderita diabetes, hipertensi, infark miokard, riwayat penggunaan obat, serta aktifitas fisiknya. b. Pengukuran Tinggi Badan dengan menggunakan pengukur tinggi badan (microtoise), kemudian subjek diminta melepaskan alas kaki (sepatu/sandal), dan topi. Subjek berdiri tegak dengan posisi kepala dan bahu bagian belakang, lengan, bokong dan tumit menempel pada dinding tempat microtoise di pasang. Pandangan lurus kedepan dan tangan dalam posisi bergantung bebas. Pencatatan dilakukan dengan ketelitian sampai satu angka dibelakang koma (Riskesdas, 2007).

5 30 c. Pengukuran berat badan (kg) menggunakan timbangan merk onemed. Letakkan timbangan di lantai yang rata, subjek diminta membuka alas kaki, jaket, dan tali pinggang, serta mengeluarkan isi kantong yang berat seperti kunci dan lain-lain, kemudian subjek diminta naik ke alat timbang dengan posisi kaki tepat di tengah alat timbang tapi tidak menutupi jendela baca. Minta subjek bersikap tenang (tidak bergerak-gerak) dan kepala tidak menunduk (memandang lurus kedepan) (Riskesdas, 2007). d. Pengukuran tekanan darah dengan alat sphygmomanometer (onemed), dimana pasien dibaringkan selama 5 menit kemudian dipasang manset pada lengan kanan dan dilakukan pengukuran sebanyak 2 kali dan diambil nilai reratanya (Riskesdas, 2007) e. Pengukuran lingkar pinggang dengan pita pengukur merk buterfly (tanpa ada penghalang seperti tali pinggang, korset) dalam keadaan akhir ekspirasi dengan posisi berdiri tegak tanpa alas kaki dengan jarak kedua tungkai cm. Pengukuran dilakukan melingkar pertengahan antara puncak krista iliaca dan tepi bawah kosta terakhir. Hasil pengukuran dinyatakan dengan sentimeter. Pengukuran yang benar di lakukan dengan menempelkan pita pengukur di atas kulit langsung Pengambilan dan pengolahan sampel Darah subjek diambil setelah subjek berpuasa selama 10 jam sebelumnya. Sampel darah diambil dengan cara vena punksi dari vena

6 31 mediana cubiti, setelah terlebih dahulu dibersihkan dengan alkohol 70% dan dibiarkan kering. Darah diambil dengan menggunakan venoject, untuk pemeriksaan profil lipid, kadar gula darah, dan insulin. Darah dibiarkan dalam suhu kamar selama 20 menit, kemudian di sentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit untuk mendapatkan serum yang diperlukan. Serum dipisahkan menjadi 2 tabung plastik (aliquot) masing-masing 1 ml, tabung pertama untuk memeriksa profil lipid dan kadar gula darah dan tabung kedua disimpan dalam freezer -20 C sampai waktu pemeriksaan yang telah ditentukan (maksimum 30 hari ) untuk pemeriksaan insulin (Sood, R.2006) Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan Kadar Gula Darah Pemeriksaan ini dilakukan dengan metode enzimatik berdasarkan reaksi hexokinase dengan alat Automatic Architec c8000 (Abboth, Laboratories). Sampel yang digunakan adalah serum pada panjang gelombang 340 nm. Hexokinase mengkatalisis fosforilasi glukosa oleh ATP untuk membentuk glukosa-6-fosfat dan ADP. Mengikuti reaksi, enzim kedua, glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PDH) digunakan untuk katalisis oksidasi dari glukosa-6-fosfat oleh NADP + untuk membentuk NADPH. D-glucose + ATP HK D-glucose-6-phosphate + ADP D-glucose-6-phosphate + NADP + G6PDH D-6-phosphogluconate+ NADPH+ H +

7 32 Sampel stabil : 1 hari pada suhu C, 7 hari pada suhu C. (Abboth, 2006) Pemeriksaan Trigliserida Pemeriksaan ini dilakukan dengan metode enzimatik kolorimetrik tes dengan gliserol fosfat oksidase dan 4-aminoantipyrine, dengan alat Automatic Architect c8000 (Abboth, Laboratories) Prinsip: Trigliserida di hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL) menjadi gliserol dan asam lemak Trigliserida LPL gliserol + asam lemak Gliserol kemudian mengalami fosforilasi menjadi gliserol-3-fosfat oleh ATP pada reaksi katalisasi oleh enzim gliserol kinase (GK) Gliserol + ATP GK gliserol-3-fosfat + ADP Oksidasi dari gliserol-3-fosfat di katalisasi oleh enzim gliserol fosfat oksidase (GPO) untuk menghasilkan dihidroksiaseton fosfat dan hidrogen peroksidase (H 2 O 2 ) Gliserol-3-Fosfat + O 2 GPO Dihidroksiaseton fosfat +H 2 O 2 Pada presence of peroksidase (POD), efek hidrogen peroksidase mengalami ikatan oksidatif dengan 4-klorofenol dan 4-aminoam inoantipyrine menghasilkan warna merah dari pewarna quinoneimine. Diukur pada panjang

8 33 gelombang 512 nm. Peningkatan absorben berbanding lurus dengan konsentrasi trigliserida dalam sampel. 2H 2 O aminoantipyrine +4-klorofenol H 2 O POD Quinoneimine dye +4 Sampel stabil : 2 hari pada suhu C, 7 hari pada suhu C, lebih dari 1 tahun C (Abboth, 2007) Pemeriksaan Kolesterol Total Pemeriksaan ini dilakukan dengan metode enzimatik kolorimetrik tes, dengan alat Automatic Architect c8000 (Abboth, Laboratories). Prinsipnya : Kolesterol ditentukan setelh hidrolisa enzimatik dan oksidasi. Indikator quinoneimine terbentuk dari hidrogen peroksida dan 4-aminoantipyrine dengan adanya phenol dan peroksidase. Kolesterol ester + H 2 O CHE kolesterol asam lemak Kolesterol + O 2 CHO kolestene-3-one + H 2 O 2 2H 2 O 2 + PAP + Phenol POD kuinoneimine + 4H 2 O Sampel stabil : 2 hari pada suhu C, 7 hari pada suhu C, lebih dari 1 tahun C (Abboth, 2007)

9 Pemeriksaan HDL Pemeriksaan ini dilakukan dengan metode enzimatik kolorimetrik tes, dengan alat Automatic Architect c8000 (Abboth, Laboratories). Prinsipnya Konsentrasi kolesterol dari HDL-C ditentukan secara enzimatik oleh kolesterol esterase dan kolesterol oksidase yang berikatan dengan Polyethylene Glycol (PEG). Kolesterol ester dipecah secara kuantitatif menjadi kolesterol bebas dan asam lemak oleh kolesterol esterase. Kolesterol dioksidasi oleh kolesterol oksidase menjadi 4-cholestenone dan hidrogen peroksidase HDL-C ester + H 2 O HDL-C + O 2 PEG- kolesterol esterase PEG- kolesterol oksidase HDL-C + RCOOH 4-cholestenone + H 2 O 2 Intensitas warna dari pewarna biru quinoneimine dibentuk berbanding lurus dengan konsentrasi HDL-C. Hal ini ditentukan dengan mengukur peningkatan absorben pada panjang gelombang 583 nm. 2H 2 O aminoantipyrine + HSDA + H + Peroksidase pigmen biru ungu +4H 2 O HSDA = Sodium N-(2-hydroxy-3-sulfopropyl) -3,5 dimethoxyaniline. Sampel stabil : 2 hari pada suhu C, 7 hari pada suhu C, 3 bulan pada suhu C (Abboth, 2008)

10 Pemeriksaan LDL Pemeriksaan ini dilakukan dengan metode enzimatik kolorimetrik tes, dengan alat Automatic Architect c8000 (Abboth, Laboratories). Prinsipnya : Kolesterol ester oleh enzim kolesterol esterase menjadi kolesterol bebas dan asam lemak bebas. Dengan adanya oksigen, kolesterol pada LDL kolesterol dioksidasi oleh enzim kolesterol oksidase menjadi kolestenon dan hidrogen peroksida dengan adanya enzim peroksidase, H202 bereaksi dengan 4 aminoantipirin dan HSDA membentuk pewarna pigmen biru ungu. Intensitas warna dari pewarna ini diukur pada panjang gelombang 583 nm. HDL-C ester + H 2 O Detergen Kolesterol esterase Cholesterol + Free Fatty acid LDL-C + O 2 Kolesterol oksidase 4-cholestenone + H 2 O 2 2H 2 O aminoantipyrine + HSDA + H + Peroksidase pigmen biru ungu +5H 2 O HSDA = Sodium N-(2-hydroxy-3-sulfopropyl) -3,5 dimethoxyaniline. Sampel stabil : 7 hari pada suhu C, 30 hari pada suhu C 7-14 hari. (Abboth, 2006) Pemeriksaan Insulin Dilakukan serentak setelah terkumpul sejumlah sampel. Pemeriksaan dilakukan mengunakan alat Architec ci4100 (Abboth, Laboratories). Sampel yang beku dicairkan pada suhu ruang, kemudian disamakan dengan vortex.

11 36 Pemeriksaan ini berdasarkan Chemiluminescence Microparticle Immunoassay (CMIA) (Abboth, 2009), dengan prinsip pemeriksaan 20 µl sampel diinkubasikan dengan biotin monoclonal insulin spesifik antibodi dan ruthenium monoclonal insulin spesifik antibodi membentuk ikatan sandwich. Kemudian melalui perantaraan biotin streptavidin komplek antigen antibodi akan terikat pada mikropartikel, adanya magnet membuat mikropartikel melekat pada permukaan elektroda dan terjadi proses chemiluminecent. (Abboth, 2009) Pemantapan kualitas Pemantapan kualitas penting untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pemeriksaan. Untuk itu sebelum melakukan pemeriksaan perlu dilakukan persiapan yang cukup untuk menghindari kesalahan dalam pemeriksaan. Prosedur yang harus diperhatikan diantaranya adalah dimulai dari preanalitik, analitik dan post analitik. Pemantapan kualitas dilakukan setiap kali pada saat awal pemeriksaan untuk menjamin ketepatan hasil pemeriksaan yang dikerjakan. Sebelum dilakukan pemeriksaan harus dilakukan kalibrasi terhadap alat-alat yang digunakan, agar penentuan konsentrasi zat dapat diketahui. Pemeriksaan yang baik apabila test tersebut memenuhi syarat teliti, akurat dengan batas nilai yang dikeluarkan oleh pabriknya. Ketepatan merupakan prasyarat dari ketelitian.

12 Kalibrasi dan Kontrol Kualitas Untuk pemeriksaan TG, HDL, LDL, TK dan KGD digunakan alat Architect c8000 dan pemeriksaan insulin menggunakan Architect ci Kalibrator dan control dalam bentuk cairan yang siap pakai. Kalibrasi dilakukan 1 kali pada waktu membuka reagen baru. Pastikan hasil pemantapan kualitas masuk ke dalam data nilai target. Data hasil pemeriksaan akan tersimpan secara otomatis. Dilakukan pemeriksaan setiap hari sebelum sampel diperiksa dan setelah selesai kalibrasi Trigliserida Kalibrator Trigliserida dengan nomor lot Y700, nomor serial 1/c803917, kalibrator terdiri dari 2 botol dengan nilai kosentrasi 92 mg/dl dan 448 mg/dl. Untuk titik nol digunakan blanko (aquadest). Tabel 3.1. Hasil Kalibrasi Trigliserida Kosentrasi Absorbansi Blanko 0 0,0643 Kalibrator Kalibrator

13 38 Gambar 3.1. Kurva Kalibrasi Trigliserida Pemeriksaan trigliserida menggunakan kontrol MULTICHEM dengan nomor lot dan reagen dengan nomor lot UN. Tabel 3.2. Kontrol Kualitas Trigliserida bulan Maret April 2016 Range Nilai (mg/dl) Nilai Target (mg/dl) L L L

14 Kolesterol Total Kalibrator Kolesterol total dengan nomor lot Y700 nomor serial 1/c803917, kalibrator terdiri dari 2 botol dengan kosentrasi 93 mg/dl dan 373 mg/dl. Untuk titik nol digunakan blanko (aquadest). Tabel 3.3. Hasil Kalibrasi Kolesterol Total Kosentrasi Absorbansi Blanko 0 0,0155 Kalibrator Kalibrator Gambar 3.2. Kurva Kalibrasi Kolesterol Total

15 40 Pemeriksaan kolesterol total menggunakan kontrol MULTICHEM dengan nomor lot dan reagen dengan nomor lot UN Tabel 3.4. Kontrol Kualitas Kolesterol total bulan Maret April Range Nilai (mg/dl) Nilai Target (mg/dl) L L L Low Density Lipoprotein (LDL) Kalibrator LDL dengan nomor lot Y700 serial 1/c kalibrator terdiri dari 1 botol dengan kosentrasi 110 mg/dl. Untuk titik nol digunakan blanko (aquadest). Tabel 3.5. Hasil Kalibrasi LDL Kosentrasi Absorbansi Blanko 0 0,0011 Kalibrator

16 41 Gambar Kurva Kalibrasi LDL Pemeriksaan LDL menggunakan kontrol MULTICHEM dengan nomor lot dan reagen dengan nomor lot Tabel 3.6. Kontrol Kualitas LDL bulan Maret April 2016 Range Nilai (mg/dl) Nilai Target (mg/dl) L L L

17 High Density Lipoprotein (HDL) Kalibrator HDL dengan nomor lot Y700 nomor seri 1/c kalibrator terdiri dari 1 botol dengan kosentrasi 58 mg/dl. Untuk titik nol digunakan blanko (aquadest). Tabel 3.7. Hasil Kalibrasi HDL Kosentrasi Absorbansi Blanko Kalibrator Gambar 3.4. Kurva Kalibrasi HDL Pemeriksaan HDL menggunakan kontrol MULTICHEM dengan nomor lot dan reagen dengan nomor lot UQ06.

18 43 Tabel 3.8. Kontrol Kualitas HDL bulan Maret April 2016 Range Nilai (mg/dl) Nilai Target (mg/dl) L L L Kadar Gula Darah Kalibrator Glukosa dengan nomor lot Y700 nomor seri 1/c kalibrator terdiri dari 2 botol dengan kosentrasi 95 mg/dl dan 441 mg/dl. Untuk titik nol digunakan blanko (aquadest). Tabel 3.9. Hasil Kalibrasi Kadar Gula Darah Kosentrasi Absorbansi Blanko Kalibrator Kalibrator

19 44 Gambar 3.5. Kurva Kalibrasi Kadar Gula Darah Pemeriksaan kadar gula darah dengan kontrol MULTICHEM dengan nomor lot dan reagen dengan nomor lot UQ Tabel Kontrol Kualitas Kadar Gula Darah bulan Maret April Range Nilai (mg/dl) Nilai Target (mg/dl) L L L

20 Insulin Kalibrator insulin dengan nomor lot LP33 kalibrator terdiri dari 6 botol dengan kosentrasi 0 uiu/ml, 3 uiu/ml, 10 uiu/ml, 30 uiu/ml, 100 uiu/ml dan 300 uiu/ml. Tabel Hasil Kalibrasi Insulin Kosentrasi (uiu/ml) Absorbansi Kalibrator Kalibrator Kalibrator Kalibrator Kalibrator Kalibrator

21 46 Gambar 3.6. Kurva Kalibrasi Insulin Pemeriksaan insulin menggunakan kontrol nomor lot 59127LP33 dan reagen dengan nomor lot LP77. Tabel Kontrol Kualitas Insulin bulan April 2016 Range Nilai (uiu/ml) Nilai Target (uiu/ml) L L L Batasan Operasional 1. Sindrom Metabolik yaitu sekumpulan faktor resiko yang terdiri dari hipertensi, obesitas, dislipidemia, intoleransi glukosa ditentukan menggunakan kriteria IDF 2005 yang terdiri dari : (Tabel 3.13.) Tabel Kriteria Sindroma Metabolik KRITERIA Obesitas Sentral, diikuti 2 dari kriteria : Laki laki 90 cm Wanita 80 cm

22 47 Dislipidemia Trigliserida 150 mg HDL : Laki-laki < 40 mg/dl : Perempuan < 50 mg/dl Hipertensi, Atau yang pernah menderita hipertensi dan sedang mengkonsums obat TD 130/85 mmhg Intoleransi glukosa, KGD puasa > 100 mg/dl termasuk toleransi glukosa puasa terganggu ataupun DM tipe Resistensi Insulin Gold standart pemeriksaan resistensi insulin adalah tekhnik insulin Euglikemik Clamp. Pada penelitian ini resistensi insulin dihlitung dengan menggunakan HOMA-IR. Resistensi insulin dinyatakan dengan HOMA-IR yang dihitung dengan menggunakan rumus : HOMA IR = glukosa puasa (mgl/dl) x insulin puasa (uu/ml) /405 Dikatakan resistensi insulin jika HOMA-IR > 2.5 (Kawamoto, 2009)

23 48 3. Rasio Profil Lipid Setelah diperiksa kadar Kolesterol total, Trigliserida, LDL, HDL maka dibuat rasio profil lipid yang dinilai dengan membagi nilai TK dengan HDL (TK/HDL), nilai LDL dengan HDL (LDL/HDL), nilai TG dengan HDL (TG/HDL) Analisa Data Statistik Analisa statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS versi Gambaran karateristik pada subjek penelitiian disajikan dalam bentuk tabulasi dan dideskripsikan. Untuk melihat hubungan resistensi insulin(homa-ir) dan rasio profil lipid pada penderita sindroma metabolik dan jika berdistribusi normal digunakan uji korelasi Pearson, jika tidak berdistribusi normal digunakan uji Spearman. Semua uji statisitk dengan nilai p<0.05 dianggap bermakna.

24 Alur Penelitian Subjek yang datang ke Poli Endokrin departemen Penyakit Dalam RSUP H Adam Malik Medan 1. Anamnesa 2. Pengukuran antropometri 3. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium 4. Cek Parameter SM (Kriteria IDF 2005) Rasio Profil Lipid HOMA IR Inklusi: Bersedia ikut dalam penelitian. Penderita SM sesuai kriteria IDF 2005 Pasien umur tahun Eklusi: Tidak bersedia ikut dalam penelitian. Wanita hamil Pasien-pasien dengan gangguan fungsi hati Perokok Riwayat minum alkohol ANALISA

25 50 BAB IV HASIL Pada Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan resistensi insulin menggunakan HOMA-IR dengan profil lipid dpada sindroma metabolik, yang dilaksanakan pada bulan Maret April Subjek penelitian adalah penderita sindroma metabolik yang memenuhi kriteria IDF Pada subjek penelitian dilakukan anamesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Subjek penelitian penderita sindroma metabolik terdapat 66 orang terdiri dari laki-laki 40 orang (60.6 %) dan perempuan 26 orang (39.4%) dengan umur rerata ± tahun. Ukuran Lingkar pinggang subjek dengan rerata ± 6.25 cm. Berat badan subjek dengan rerata ± kg. Tinggi badan subjek dengan rerata ± 8.62 cm. Indeks Massa Tubuh dengan rerata ± 4.55 kg/m2. Rerata tekanan darah sistolik ± mmhg dan tekanan darah diastolik dengan median 90 (70 110) mmhg. Rerata kadar insulin subjek ± 8.96 µiu. Kadar gula darah puasa subjek dengan rerata ± mg/dl. Rerata kadar kolesterol total subjek ± mg/dl. Kadar trigliserida dengan rerata ± mg/dl. Kadar HDL dengan median 37 (19 183) mg/dl. Rerata kadar LDL ± mg/dl. Nilai median HOMA-IR 3.08 (2.53

26 ) (table 4.1). Rerata rasio KT/HDL 4.78 ± Rerata rasio TG/HDL 3.96 ± Rerata LDL/HDL 3.22 ± 1.30.(Tabel.4.2) Tabel 4.1 Karateristik Subjek Berdasarkan Parameter Penelitian Variabel Jumlah Sampel (N = 66) Umur (tahun) a ± Lingkar Pinggang (cm) a ± 6.25 Berat Badan (kg) a ± Tinggi Badan (Cm) a ± 8.62 Indeks Massa Tubuh (kg/m2) a ± 4.55 Tekanan Darah Sistolik (mmhg) a ± Tekanan Darah Diastolik (mmhg) b 90 (70 110) Insulin (µiu) a ± 8.96 Kadar Gula Darah Puasa (mg/dl) a ± Kolesterol Total (mg/dl) a ± Trigliserida (mg/dl) a ± HDL (mg/dl) b 37 (19 183) LDL (mg/dl) a ± HOMA-IR b 3.08 ( ) a Data terdistribusi normal: rerata ± SD b Data terdistribusi tidak normal: Nilai tengah (minimum-maksimum) Tabel 4.2 Rasio Profil Lipid Penderita Sindroma Metabolik Rasio Profil Lipid Rerata ± SD Rasio KT/HDL 4.78 ± 1.50 Rasio TG/HDL 3.96 ± 2.06 Rasio LDL/HDL 3.22 ± 1.30 Pada tabel 4.2. didapatkan rasio profil lipid pada penderita sindroma rasio KT/HDL dengan rerata 4.78 ± 1.50, rasio TG/HDL 3.96 ± 2.06, rasio LDL/HDL 3.22 ± 1.30.

27 52 Tabel 4.3. Hubungan Resistensi Insulin (HOMA-IR) dengan Komponen Sindroma Metabolik Lingkar Pinggang (cm) Indeks Massa Tubuh Tekanan Darah Diastole (mmhg) N p.value r Tekanan Darah Sistole (mmhg) Kadar Gula Puasa (mg/dl) Trigliserida HDL (mg/dl) p.value < Pada tabel 4.3. diketahui bahwa tidak dijumpai hubungan yang signifikan antara HOMA-IR dengan semua elemen sindroma metabolik dengan p > 0.05 Tabel 4.4. Hubungan Resistensi Insulin (HOMA-IR) dengan Rasio Profil Lipid p.value r KT/HDL 0.048* TG/HDL LDL/HDL p.value <0.05

28 53 Pada tabel 4.4. menggambarkan hubungan resistensi Insulin (HOMA-IR) dengan rasio profil lipid yang dinilai dengan uji spearman dan didapati hubungan yang searah dengan kekuatan hubungan lemah yang signifikan (r : ; p = 0.048) antara HOMA-IR dan KT/HDL. Tidak dijumpai hubungan yang signifikan antara HOMA-IR dengan rasio TG/HDL ( r : ; p = 0.494). Begitu juga tidak dijumpai hubungan yang signifikan antara HOMA-IR dengan rasio LDL/HDL (r : 0.120; p = 0.336)

29 54 BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini dengan menggunakan kriteria IDF 2005 dan kami dapati laki-laki lebih banyak menderita sindroma metabolik sebanyak 40 orang (60.6%) dan perempuan sebanyak 26 orang (39.4%). Mostafa dkk melaporkan prevalensi sindroma metabolik di Asia Selatan laki laki sebesar 55% dan perempuan 45% (Mostafa, 2012). Penelitian Chaudari di India melaporkan laki-laki 50% dan perempuan 50% (Chaudari,P.2012). Soegeondo, dkk penelitiannya di Depok menyatakan bahwa prevalensi sindroma metabolik sebesar 25,7% pada pria dan 25% pada wanita (Soegondo, 2001). Vigil dkk di Inggris melaporkan prevalensi sindroma metabolik laki-laki 39% dan perempuan 61%(Vigil, L. 2012) Penelitian Chaves dkk di Meksiko melaporkan prevalensi sindroma metabolik laki-laki 33.9% dan perempuan 66.1%(Chaves, 2011). Perbedaan ini mungkin terjadi karena perbedaan kultur, gaya hidup, sosial ekonomi. Berdasarkan penelitian Tabata, S. (2009) di Jepang dan Chaudhari, S.P (2012) di India dimana ditemukan ada hubungan antara resistensi insulin dan lingkar pinggang. Dimana lingkar pinggang memiliki hubungan yang kuat dengan jumlah lemak intra abdominal dan lemak total. Lingkar pinggang juga dapat memperkirakan luasnya obesitas abdominal yang sudah mendekati deposisi (Tabata,2009). Namun penelitian ini tidak ditemukan hubungan

30 55 antara resistensi insulin dan lingkar pinggang, ini sesuai dengan penelitian Marjani (2012) di Iran dan Soegondo (2009) di Jakarta. Indeks massa tubuh tidak dapat menggambarkan komposisi tubuh secara akurat, karena indeks massa tubuh tidak dapat membedakan antara jaringan lemak, massa otot ataupun jaringan (Olivia, 2011). Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan antara resistensi insulin (HOMA-IR) dengan indeks massa tubuh, ini sesuai dengan penelitian Sumner (2005) di Amerika dan Huguette (2010) di Kamerun. Hal ini berbeda dengan He (2014) di China dan Mc.Laughin (2009) di Inggris dimana ditemukan hubungan antara resistensi insulin (HOMA-IR) dengan indeks massa tubuh. Resistensi insulin diduga berperan dalam terjadinya sindroma metabolik yang dihubungkan dengan penyakit kardiovaskuler. Resistensi insulin mengakibatkan disfungsi endotel pembuluh darah yang selanjutnya terjadi vasokonstriksi dan reabsorpsi natrium di ginjal yang mengakibatkan terjadinya hipertensi (Umboh,2007). Hal ini sesuai dengan penelitian Sinsha dkk (2015) di Bangladesh dan Vangaripu (2012) di Finlandia yang menyatakan ada hubungan antara resistensi insulin (HOMA-IR) dengan tekanan darah sistolik dan diastolik. Sedangkan pada penelitian ini tidak terdapat korelasi antara resistensi insulin (HOMA-IR) dengan tekanan darah sistole dan diastolik, hal ini sesuai dengan penelitian Ku (2009) di China.

31 56 Resistensi insulin merupakan suatu kondisi yang berhubungan dengan kegagalan organ target yang secara normal merespon aktivitas hormon insulin. Resistensi insulin juga berkaitan dengan kondisi hipertensi, hiperglikemia, dan dislipidemia, suatu kumpulan gejala yang disebut sebagai sindroma metabolik (Madsen,2012). Pada resistensi insulin terjadi peningkatan sintesa trigliserida hepatik, namun pada kondisi fisiologis lebih menghambat daripada meningkatkan sekresi VLDL ke sirkulasi sistemik (Lee, 2007). Hal ini sesuai dengan penelitian di China Lee dkk (2007) dan Chu, dkk (2012) ditemukan ada hubungan antara resistensi insulin dengan kadar trigliserida. Namun pada penelitian ini ditemukan tidak ada korelasi antara resistensi insulin (HOMA- IR) dengan kadar trigliserida, ini sesuai dengan penelitian Jung (2010) di Korea. Gangguan lipid yang lainnya pada resistensi insulin adalah penurunan kolesterol HDL, akibat penurunan susunan HDL dan metabolisme. Pada peningkatan hipertrigliseridemia, penurunan isi ester kolesterol dan inti lipoprotein menyebabkan penurunan isi kolesterol HDL dengan peningkatan TG menjadi partikel kecil dan padat, sebagian dari fungsi cholesterol ester transfer protein (CETP), menyebab bersihan di sirkulasi (Soegondo, 2001). Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan antara resistensi insulin (HOMA-IR) dengan kadar HDL ini sesuai dengan peneltian Ray, dkk (2015)

32 57 di India dan Jung (2010) di Korea, berbeda dengan penelitian Vigil (2012)di Spanyol bahwa ditemukan adanya hubungan antara resistensi insulin (HOMA-IR) dengan kadar HDL. Pada penelitian di Jepang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara resistensi insulin dengan rasio profil lipid TG/HDL, TK/HDL, LDL/HDL pada sindroma metabolik dan pada orang sehat ada hubungan yang signifikan antara resistensi insulin hanya dengan rasio TG/HDL (Kawamoto, 2011). Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan antara resistensi insulin (HOMA-IR) dengan rasio TG/HDL dan rasio LDL/HDL, ini sesuai dengan penelitian Chaves, dkk (2012) di Meksiko dan Mohiuddin (2013) di Pakistan, namun ada ditemukan hubungan yang signifikan antara HOMA-IR dengan rasio TK/HDL. Pada penelitian kami tidak ditemukan hubungan antara resistensi insulin yang menggunakan HOMA-IR dengan lingkar pinggang, tekanan darah, kadar gula darah puasa, kadar kolesterol total, kadar trigliserida, LDL dan HDL, begitu juga tidak ditemukan hubungan antara resistensi insulin (HOMA- IR) dan rasio TG/HDL juga rasio LDL/HDL. Hal ini mungkin dapat dihubungkan dengan penelitian kami bersifat cross sectional dimana pengambilan data penelitian hanya dilakukan satu kali dalam waktu bersamaan, sehingga hanya melihat korelasi antara variabel variabel tersebut. Faktor-faktor resiko lain yang mungkin dapat mempengaruhi hasil

33 58 penelitian tidak dianalisis lebih lanjut pada penelitian ini seperti riwayat keluarga dengan penyakit sama, aktivitas fisik dan keseimbangan energi serta analisis asupan makanan termasuk sumber karbohidrat serta lemak serta ada tidaknya mengkonsumsi obat-obatan.

34 59 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara resistensi insulin (HOMA IR) dan rasio KT/HDL pada penderita sindroma metabolik. 2. Tidak terdapat hubungan antara resistensi insulin (HOMA-IR) dengan rasio LDL/HDL pada penderita sindroma metabolik 3. Tidak terdapat hubungan antara resistensi insulin (HOMA-IR) dan Rasio TG/HDL pada penderita sindroma metabolik Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menganalisis faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kadar insulin, glukosa puasa dan profil lipid.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur penentuan lipid serum 1) Prosedur analisis kolesterol total

Lampiran 1 Prosedur penentuan lipid serum 1) Prosedur analisis kolesterol total 86 Lampiran Prosedur penentuan lipid serum ) Prosedur analisis kolesterol total Kolesterol total ditentukan dengan metode enzim cholesterol oxidasepaminophenozone (CHODPAP). Prinsip uji Kolesterol dan

Lebih terperinci

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita 12 Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita hiperkolesterolemia yang menderita penyakit jantung koroner, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Status gizi berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi baik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik subyek penelitian Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga menderita sindroma metabolik. Seluruh subyek penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index (BMI), pengukuran lingkar pinggang, rasio lingkar panggul pinggang, skinfold measurement, waist stature rasio,

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 KERANGKA TEORI klasifikasi : Angina pektoris tak stabil (APTS) Infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Melitus 2.1.1. Definisi Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang disebabkan karena terganggunya sekresi hormon insulin, kerja hormon insulin,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan uji potong lintang yang mendeskripsikan secara analitik profile lipid dengan rasio proinsulin-insulin. 3.2. Waktu dan Tempat

Lebih terperinci

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan strategi pembangunan kesehatan untuk mewujudkan bangsa yang sehat, di tahun 2011 dicanangkan peningkatan derajat kesehatan sebagai salah satu fokus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi muncul masalah gizi lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas fisik yang teratur mempunyai banyak manfaat kesehatan dan merupakan salah satu bagian penting dari gaya hidup sehat. Karakteristik individu, lingkungan sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sindroma ovarium polikistik (SOPK) adalah sindroma disfungsi ovarium dengan karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 28 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah: Variabel

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 24 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Fisiologi dan ilmu penyakit dalam 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian RW X, Kelurahan Padangsari, Kecamatan Banyumanik, Semarang pada bulan Januari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lemak Lemak adalah salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia, lemaktidak larut dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi diet tinggi lemak dan fruktosa di masyarakat saat ini mulai meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya konsumsi junk food dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat berkurangnya sekresi insulin, berkurangnya penggunaan glukosa,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apolipoprotein atau apoprotein dikenal sebagai gugus protein pada lipoprotein. 1 Fungsi apolipoprotein ini adalah mentransport lemak ke dalam darah. Karena lemak tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai laporan kesehatan mengindikasikan bahwa prevalensi penyakit tidak menular lebih banyak dari pada penyakit menular. Dinyatakan oleh World

Lebih terperinci

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

FREDYANA SETYA ATMAJA J. HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT TINGKAT KECUKUPAN KARBOHIDRAT DAN LEMAK TOTAL DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANG MELATI I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Skripsi Ini Disusun

Lebih terperinci

GAMBARAN KADAR TRIGLISERIDA (METODE GPO- PAP) PADA SAMPEL SERUM DAN PLASMA EDTA

GAMBARAN KADAR TRIGLISERIDA (METODE GPO- PAP) PADA SAMPEL SERUM DAN PLASMA EDTA GAMBARAN KADAR TRIGLISERIDA (METODE GPO- PAP) PADA SAMPEL SERUM DAN PLASMA EDTA Ratih Hardisari 1, Binti Koiriyah 2* 1,2 Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Jln. Ngadinegaran MJ III/62

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asam urat telah diidentifikasi lebih dari dua abad yang lalu akan tetapi beberapa aspek patofisiologi dari hiperurisemia tetap belum dipahami dengan baik. Asam urat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi industri. Salah satu karakteristik dari

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN.... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom Metabolik adalah sekumpulan gangguan metabolik dengan memiliki sedikitnya 3 kriteria berikut: obesitas abdominal (lingkar pinggang > 88 cm untuk wanita dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kolesterol 1. Definisi kolesterol Kolesterol merupakan lemak yang berwarna kekuningan dan berbentuk seperti lilin yang diproduksi oleh tubuh manusia terutama di dalam hati. Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian observasional analitik adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Departemen Kesehatan RI (2009), penyakit sistem sirkulasi darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati urutan teratas pada tahun 2007

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lemak adalah substansi yang tidak larut dalam air dan secara kimia mengandung satu atau lebih asam lemak. Tubuh manusia menggunakan lemak sebagai sumber energi, pelarut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi Klinik, dan Ilmu Gizi Klinik. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang bersamaan.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Fisiologi dan Farmakologi-Toksikologi. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan pola kesakitan dan kematian dari penyakit infeksi dan malnutrisi ke penyakit tidak menular menunjukan telah terjadinya transisi epidemiologi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan belah lintang (crosssectional)

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan belah lintang (crosssectional) BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan belah lintang (crosssectional) dimana peneliti melakukan pengukuran variabel pada saat tertentu. Setiap

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain penelitian Cross Sectional, dimana data antara variabel independen dan dependen akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit Dalam. 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit tidak menular salah satunya adalah Diabetes Mellitus (DM). DM dikenali sekitar 1500 tahun sebelum Masehi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang artinya masalah gizi kurang belum

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan studi potong-lintang (cross sectional study) sebagai studi deskriptif untuk mengetahui hubungan perilaku dengan prevalensi dislipidemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnyausia harapan hidup penduduk akibatnya jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. volume darah dan elastisitas pembuluh darah (Gunawan,Lany, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. volume darah dan elastisitas pembuluh darah (Gunawan,Lany, 2007). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Pengertian Hipertensi Hipertensi adalah kondisi tekanan darah tinggi. Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh darah. Tekanan darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diabetes melitus ditandai oleh adanya hiperglikemia kronik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus kini telah menjadi ancaman dalam kesehatan dunia. Jumlah penderita diabetes melitus tidak semakin menurun setiap tahunnya, namun justru mengalami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi, dan Biokimia. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 41 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional, dengan desain penelitian Cross Sectional (belah lintang) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM 3 METABOLISME GLUKOSA TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI SISKA MULYANI (NIM: ) HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : KAMIS / 4 Agustus 2016

LAPORAN PRAKTIKUM 3 METABOLISME GLUKOSA TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI SISKA MULYANI (NIM: ) HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : KAMIS / 4 Agustus 2016 LAPORAN PRAKTIKUM 3 METABOLISME GLUKOSA TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI SISKA MULYANI (NIM: 157008009) HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : KAMIS / 4 Agustus 2016 TEMPAT : LABORATORIUM TERPADU LANTAI 2 UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

PGK dengan HD IDWG BIA PHASE ANGLE

PGK dengan HD IDWG BIA PHASE ANGLE BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep PGK dengan HD Etiologi Compliance (Kepatuhan Pasien, kualitas HD) Asupan cairan Asupan Garam dan nutrisi IDWG BIA Komposisi cairan Status

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak,

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak, untuk pria dan wanita masing-masing melebihi 20% dan 25% dari berat tubuh (Siagian, 2004). Obesitas

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS KLINIK PERCOBAAN II PENETAPAN KADAR KOLESTEROL TOTAL

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS KLINIK PERCOBAAN II PENETAPAN KADAR KOLESTEROL TOTAL LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS KLINIK PEROAAN II PENETAPAN KADAR KOLESTEROL TOTAL Hari/ Tanggal Percobaan : Selasa/ 22 Maret 2011 Golongan/ Kelas : II/ FKK 2009 Dosen Jaga : Muthi Ikawati, M.Sc., Apt.

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Ekstrak Teh Hijau Hewan coba

METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Ekstrak Teh Hijau Hewan coba 13 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama bulan Pebruari 2008 sampai dengan Mei 2008 di Laboratorium Hewan SEAFAST IPB dan Laboratorium Anatomi Fisiologi dan Farmakologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai laporan terkini mengindikasikan bahwa prevalensi obesitas diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang berkembang telah meningkat dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Patologi Klinik.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Patologi Klinik. 27 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Patologi Klinik. 1.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium basah Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik-komparatif,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik-komparatif, 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik-komparatif, yakni mempelajari perbandingan variabel-variabel dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Studi kasus kontrol pada 66 orang pasien terdiri atas 33 orang sampel

BAB VI PEMBAHASAN. Studi kasus kontrol pada 66 orang pasien terdiri atas 33 orang sampel 52 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Sampel Penelitian Studi kasus kontrol pada 66 orang pasien terdiri atas 33 orang sampel hamil dengan preeklamsi, dipakai sebagai kelompok kasus dan 33 sampel hamil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab meningkatnya prevalensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat non-eksperimental dengan rancangan penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. B. Lokasi Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan studi potong lintang (cross-sectional study) sebagai studi deskriptif untuk mengetahui hubungan perilaku dengan prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlibat dalam aktifitas yang cukup seperti pada umumnya yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. terlibat dalam aktifitas yang cukup seperti pada umumnya yang dianggap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sedentary lifestyle adalah sebuah pola hidup dimana manusia tidak terlibat dalam aktifitas yang cukup seperti pada umumnya yang dianggap hidup sehat. Orang dengan sedentary

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu Gizi.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu Gizi. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu Gizi. 3.2 Tempat dan Waktu Tempat: SMA Negeri 9 Semarang Waktu: April - Mei 2016 3.3 Jenis dan Rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, ruang lingkup keilmuan yang digunakan adalah Ilmu Patologi Klinik 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1) Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort prospektif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort prospektif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort prospektif. 3.2 Tempat dan Waktu 3.2.1 Tempat Penelitian dilakukan di unit hemodialisis

Lebih terperinci

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek BAB 4 HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Oktober 2011 sampai dengan Desember 2011 di instalasi rawat jalan Ilmu Penyakit Saraf RSUP Dr.Kariadi Semarang. Pengambilan subyek penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian analitik Jenis Penelitian yang digunakan untuk menunjang penelitian ini adalah B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian Adapun tempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ tubuh secara bertahap menurun dari waktu ke waktu karena

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Teori Faktor risiko dan etiologi: - Faktor lingkungan - Faktor neurogenik - Faktor hormonal - Faktor genetik Overweight dan obesitas Body Mass Index

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di dunia. Diperkirakan 17,5 juta orang meninggal dunia karena penyakit ini. Dan 7,4 juta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan World Health Organization (WHO) tahun 1995 menyatakan bahwa batasan Berat Badan (BB) normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimental laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimental laboratorium 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimental laboratorium menggunakan post-test control design group only. Pada penelitian ini terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossectional ( potong lintang) yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transformasi luar biasa dibidang ekonomi dan urbanisasi telah mengubah struktur demografi sosial di Indonesia sehingga menyebabkan pergeseran besar dalam pola makan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis, disebut juga penyakit gula merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang ada di dunia (Soegondo, 2008). DM ditandai

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik. Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi potong lintang (cross sectional), yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data yang artinya terhadap subjek yang diteliti tidak diberikan perlakuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data yang artinya terhadap subjek yang diteliti tidak diberikan perlakuan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pengukuran data yang artinya terhadap subjek yang diteliti tidak diberikan perlakuan dan pengambilan

Lebih terperinci

METODE. Desain, Tempat, dan Waktu. Kriteria, Cara Pemilihan dan Jumlah Subjek

METODE. Desain, Tempat, dan Waktu. Kriteria, Cara Pemilihan dan Jumlah Subjek 10 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Desain studi yang digunakan pada penelitian ini adalah uji klinis acak tersamar ganda (Randomized double blind clinical trial). Penelitian ini dilakukan 3 kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diakses sejak awal sebelum terjadinya diabetes untuk pencegahan penyakit. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diakses sejak awal sebelum terjadinya diabetes untuk pencegahan penyakit. Selain itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resistensi insulin merupakan prediktor yang kuat untuk terjadinya diabetes pada orang obese sehingga derajat resistensi insulin pada individu obese perlu diakses sejak

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Prevalensi Sindrom Metabolik yang Semakin Meningkat. mengidentifikasi sekumpulan kelainan metabolik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Prevalensi Sindrom Metabolik yang Semakin Meningkat. mengidentifikasi sekumpulan kelainan metabolik. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi Sindrom Metabolik yang Semakin Meningkat Sindrom metabolik, juga dikenal sebagai sindrom resistensi insulin atau sindrom X, merupakan istilah yang biasa digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam dalam 10

BAB 1 PENDAHULUAN. Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam dalam 10 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Di negara maju, angka penderita gangguan ginjal cukup tinggi. Di Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam dalam 10 tahun. Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya.

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit metabolik dan obesitas menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius. Pada penyakit metabolik dapat ditandai dengan hiperglikemia akibat gangguan sekresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Glukosa Darah Glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidak mampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan insulin yang tidak efektif.

Lebih terperinci

BAB IV METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. RSUP Dr. Kariadi Semarang

BAB IV METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. RSUP Dr. Kariadi Semarang BAB IV METODA PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian - Tempat : Instalasi Geriatri Paviliun Lanjut Usia Prof. Dr. Boedhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dislipidemia adalah suatu kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total (hiperkolesterolemia), peningkatan kadar trigliserida

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. non-polar. Lipid adalah senyawa yang berisi karbon dan hidrogen, yang tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. non-polar. Lipid adalah senyawa yang berisi karbon dan hidrogen, yang tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lipid 1. Pengertian Lipid Lipid atau lemak didefinisikan sebagai senyawa organik heterogen yang terdapat di alam dan bersifat relatif tidak larut dalam air tetapi larut dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pasca Menopause Wanita mempunyai masa kehidupan seksual dimana banyak folikel primodial tumbuh menjadi folikel vesicular setiap siklus seksual, dan akhirnya hampir semua ovum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia terkomposis atas jaringan lemak yang. relatif sama, namun perbedaan lokasi deposisi jaringan

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia terkomposis atas jaringan lemak yang. relatif sama, namun perbedaan lokasi deposisi jaringan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh manusia terkomposis atas jaringan lemak yang relatif sama, namun perbedaan lokasi deposisi jaringan cadangan lemak menimbulkan perbedaan besar dalam peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Gizi. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juni 2016 dan bertempat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Gizi. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juni 2016 dan bertempat 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Gizi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juni 2016 dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di zaman modern ini. Obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit dimana terjadi penimbunan lemak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. data sekaligus pada satu saat (Notoatmodjo, 2011). Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Kelurahan Kecamatan Tanjung

III. METODE PENELITIAN. data sekaligus pada satu saat (Notoatmodjo, 2011). Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Kelurahan Kecamatan Tanjung 32 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik-komparatif dengan pendekatan Cross Sectional, dimana obyek penelitian hanya diobservasi sekali dan pengukuran dilakukan

Lebih terperinci