Skala 1:1. Rangkaian Pemancar FM dengan PLL. Elsa Yolanda Oktavia. Diperiksa Dilihat NO:1 POLITEKNIK NEGERI PADANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Skala 1:1. Rangkaian Pemancar FM dengan PLL. Elsa Yolanda Oktavia. Diperiksa Dilihat NO:1 POLITEKNIK NEGERI PADANG"

Transkripsi

1 55 Rangkaian Pemancar FM dengan PLL POLITEKNIK NEGERI PADANG Skala 1:1 Digambar Diperiksa Dilihat NO:1 Elsa Yolanda Oktavia

2 56 Blok Diagram Pemancar FM 55 MHz VCO Buffer RF Amplifier Preschaler Programa bled divider Local Oscillator Phase detector

3 57 Rangkaian Pemancar FM Berdasarkan Blok Diagram VCO Buffer RF Amplifier l. osilator Phasa detector Programbled Divider Preschaler

4 56 Daftar Komponen Pemancar FM PLL frekuensi 55 MH No Nama Komponen Jumlah (Buah) 1 IC TC 5082P 1 2 IC TC 5081 P 1 3 IC TC 9122 P 1 4 LB IC Reggulator IC Regulator Transistor C Transistor C Kapasitor Variable 60 pf 1 10 Kapasitor 33 pf 3 11 Kapasitor 15 pf 1 12 Kapasitor 10 nf 1 13 Kapasitor 100 nf 1 14 Kapasitor 10 pf 1 15 Kapasitor 10 pf 1 16 Kapasitor 100 µf 1 17 Kapasitor 2µ Kapasitor 33 pf 1 19 Kapasitor 220 µf 1 20 Kapasitor 10 µf 1 21 Kapasitor 47 pf 1 22 Kapasitor 1 nf 5 23 Resistor Resistor 10 K 1 25 Resistor 2K Resistor 2K 1 27 Resistor 1K 1 28 Resistor 10 K 1 29 Resistor 5K6 4

5 57 30 Resistor 15 K 1 31 Resistor Resistor Resistor 4K Resistor 1K Lock Indicator 1 36 Lilitan 1 37 Dioda BB Dioda Selector 1 40 Kristal 3,2 MHz 1

6 60 Proses Pembuatan Pemancar FM 55 MHz Memindahkan Layout ke PCB Melarutkan PCB Membor PCB sesuai Tata Letak Komponen Menyolder komponen pada PCB

7 Abstrak Perancangan dan Pembuatan Pemancar Frequency Modulation dengan Frekuensi Pancaran 55 MHz Elsa Yolanda Oktavia Radio frequency modulation (FM) terus mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan zaman. Dengan berkembangnya radio FM ini maka sistem pemancar dan penerima juga mengalami perkembangan. Perkembangan pemancar FM mengakibatkan padatnya frekuensi yang akan mempengaruhi pancaran radio dari suatu pemancar ke radio penerima. Di Indonesia siaran radio FM dialokasikan pada jalur VHF (Very High Frequency) dengan frekuensi MHz. Pemilihan frekuensi ini karena pada rentang frekuensi ini lebih tahan terhadap noise. Semakin banyak pemancar yang mengudara dengan frekuensi ini mengakibatkan sulitnya mencari frekuensi yang dapat digunakan untuk pemancar, karena itu dilakukan perancangan dan pembuata pemancar FM dengan menggunakan frekuensi 55 MHz. Selain itu penggunaan frekuensi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kualitas pemancar FM jika frekuensi yang digunakan dibawah frekuensi broadcast. Pemancar FM ini menggunakan Phase Locked Loop (PLL) yang digunakan untuk mengunci frekuensi sehingga stabil pada frekuensi 55 MHz. Pemancar FM ini menggunakan daya 500 mw yang dapat menjangkau sejauh 45 meter. Kata Kunci : Pemancar FM, Noise, Frekuensi, PLL, Jarak i

8 Abstract Design and Manufacture Transmitter Frequency Modulation with Transmit Frequency 55 MHz Elsa Yolanda Oktavia Radio frequency modulation (FM) continues to have evolved along with the times. With the development of this, The FM radio transmitter and receiver system is also experiencing growth. The development resulted iin congested frequency FM transmitter that will affect the radio emission from a radio transmitter to a receiver. In Indonesia FM radio broadcast are allocated on track VHF ( Very High Frequency ) with a frequency of MHz. Seection of these frequencies because the frequency range is more resistant to noise. The more transmitters on the air with this frequency made it difficult to find the frequency that can be used for the transmitter, because it was carried out the design and making of FM transmitter using a frequency of 55 MHz. In addition the use of these frequencies aims to determine how the quality of FM transmitters if the frequencies used under the broadcast frequency. This FM transmitter using a Phase Locked Loop (PLL) is used to lock the frequency that is stable at a frequency of 55 MHz. This FM transmitter uses 500 mw power that can reach as far as 45 meters. Keywords: FM transmitter, Noise, Frequency, PLL, Distance ii

9 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan zaman teknologi berkembang sangat pesat. Begitu juga dengan perkembangan radio frequency modulation (FM). Seiring perkembangan radio FM ini, berarti semakin banyak pemancar dan penerima FM yang beredar. Dengan semakin banyaknya pemancar FM maka frekuensi akan semakin padat, tentu saja hal ini mempengaruhi pancaran radio dari suatu pemancar ke radio penerima. Komunikasi radio FM yang umumnya digunakan adalah menggunakan frekuensi broadcast (88 MHz 108 MHz), karena pada frekuensi ini lebih tahan terhadap noise. Semakin banyaknya pemancar yang mengudara dengan rentang frekuensi broadcast maka akan sulit mencari frekuensi yang sama sekali belum digunakan dalam suatu pemancar FM. Untuk itu pada Tugas Akhir ini digunakan frekuensi dibawah frekuensi broadcast yaitu 55 MHz. Pemilihan frekuensi ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana kualitas suara yang dihasilkan jika frekuensi pemancar FM yang digunakan berada dibawah frekuensi broadcast. Dalam Tugas Akhir ini pembahasan yang dibahas adalah pemancar FM sehingga judul tugas akhir ini adalah Perancangan dan Pembuatan Pemancar Frequency Modulation (FM) dengan Frekuensi Pancaran 55 MHz. 1

10 2 1.2 Tujuan Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah : 1. Membuat pemancar frequency modulation (FM) dengan frekuensi pancar 55 MHz. 2. Mengukur sinyal keluaran dari blok diagram sistem pemancar frequency modulation (FM). 1.3 Rumusan Masalah Permasalahan yang dibahas dalam pembuatan pemancar frequency modulation (FM) ini adalah : 1. Bagaimana perancangan sistem radio pemancar FM. 2. Bagaimana membuat sistem radio pemancar FM dengan frekuensi 55 MHz. 3. Bagaimana prinsip kerja radio pemancar FM. 4. Bagaimana penggunaan rangkaian PLL (Phase Locked Loop) pada pemancar FM. 5. Bagaimana kualitas sinyal yang dihasilkan pada pemancar FM dengan frekuensi 55 MHz. 1.4 Batasan Masalah Pada penulisan Tugas Akhir ini agar tidak terjadi kesalahan persepsi dan tidak meluasnya pokok bahasan, maka penulis memberikan batasan masalah yaitu: 1. Perancangan dan pembuatan rangkaian pemancar FM pada frekuensi 55 MHz. 2. Proses dan prinsip kerja pemancar FM.

11 3 3. Tujuan penggunaan rangkaian PLL pada pemancar FM. 1.5 Manfaat Manfaat dari pembuatan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui dan memahami proses dan prinsip kerja pemancar frequency modulation ( FM ) dengan menggunakan frekuensi 55 MHz. 1.6 Metode Penulisan 1. Studi Literatur. Dilakukan dengan cara mencari dan mempelajari referensi yang membahas tentang pembuatan dan perancangan pemancar serta penerima dengan menggunakan frequency modulation (FM). 2. Konsultasi. Mengadakan konsultasi dengan dosen pembimbing maupun dengan pihak yang mendukung (teknisi handal). 3. Perancangan sistem. Pada tahap ini akan dilakukan perancangan, dan instalasi pemancar frequency modulation (FM). 4. Penulisan laporan Tugas Akhir. Pada tahap ini dilakukan penulisan Tugas Akhir tentang hasil penelitian. 1.7 Sistematika Penulisan Untuk memudahkan dalam memahami tugas akhir ini, maka penulis menguraikan sistematika penulisan sebagai berikut :

12 4 BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini menjelaskan tahap awal dari penulisan berupa latar belakang, maksud dan tujuan,rumusan masalah, batasan masalah, metode pembuatan tugas akhir dan sistematika penulisan. BAB I LANDASAN TEORI Menjelaskan tentang teori- teori pendukung yang berhubungan dengan perancangan pemancar frequency modulation (FM). BAB III PEMBUATAN DAN PERANCANGAN ALAT Menjelasan cara perancangan pemancar frequency modulation (FM). BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pengujian dan pengoperasian alat. BAB V KESIMPULAN Merupakan bagian akhir dari penulisan laporan yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Karakteristik Gelombang Radio Panjang Gelombang dan Frekuensi Gelombang radio yang dipancarkan dari antena pemancar berjalan melalui atmosfer sebagai pemampatan dan pembiasan garis garis gaya listrik. panjang gelombang dari puncak ke puncak atau dari lembah ke lembah disebut panjang gelombang. Gelombang radio berjalan dari antena dengan kecepatan 3 x 10 8 m/det sama dengan kecepatan cahaya, atau gelombang radio berjalan adalah 7,5 x keliling bumi dalam satu detik.[2] Gambar 1. Panjang Gelombang Bentuk gelombang yang berulang ulang dengan sendirinya disebut cycle, banyaknya cycle tiap detik disebut frekuensi. Adapun hubungan panjang gelombang dan frekuensi adalah seperti persamaan berikut : λ = (1) Dimana, 5

14 6 λ = Panjang Gelombang (m) v = Kecepatan = (m/det) f = Frekuensi (Hz) Gelombang yang berfrekuensi rendah mempunyai panjang gelombang yang lebih panjang dan gelombang yang berfrekuensi tinggi mempunyai panjang gelombang lebih pendek.[2] Gelombang radio terdiri dari : 1. Informasi suara ( percakapan dan musik harus diangkut dari stasiun pemancar ke para pendengar ); 2. Gelombang pembawa ( alat pengangkut dari informasi suara ). Setiap stasiun pemancar mempunyai frekuensi gelombang pembawa sendiri. Frekuensi frekuensi dari gelombang pembawa yang berlainan telah ditetapkan dalam kelompok kelompok sebagai berikut : Tabel 1. Panjang Gelombang dan Frekuensi Pembawa[2] Kelompok Panjang Gelombang Dari Gelombang Pembawa Frekuensi Gelombang Pembawa Gelombang Panjang meter KHz Gelombang Menengah meter KHz Gelombang Pendek meter 5 30 MHz Ultra 10 1 meter MHz Pada prinsipnya, gelombang radio adalah gelombang elektromagnet yang tergolong kedalam sinar yang dapat dilihat atau visible light. Tetapi gelombang

15 7 radio biasanya ditentukan sebagai gelombang yang mempunyai jangkauan frekuensi dari 10 khz hingga MHz.[2] Kekuatan Medan Listrik Apabila gelombang radio dipancarkan mereka menyebabkan berubahnya garis garis gaya listrik. Garis garis gaya listrik yang terdapat pada antena disebut medan listrik. Kekuatan medan listrik diukur dengan satuan V/m yang menunjukan banyaknya tegangan induksi dalam antena yang panjangnya 1 meter. Dalam banyak hal kekuatan dari suatu medan listrik sangat kecil, oleh sebab itu kekuatan medan listrik biasanya dinyatakan dalam mv/m (1/1.000 V/m) atau dalam mikrodesibel ( V/m).[2] 2.2 Modulasi Frequency modulation (FM) didefinisikan sebagai deviasi frekuensi sesaat sinyal pembawa ( dari frekuensi tidak termodulasinya ) sesuai dengan amplitudo sesaat sinyal pemodulasi. Sinyal pembawa dapat berupa gelombang sinus, sedangkan sinyal informasi dapat berupa gelombang apa saja ( sinus, kotak, segitiga atau sinyal lainnya misalnya sinyal audio ). Antena penerima mengubah gelombang radio menjadi variasi tegangan yang diberikan pada pesawat penerima (sinyal antena). Informasi suara dimodulasikan pada gelombang pembawa oleh : 1. Variasi amplitudo dari gelombang pembawa dalam irama suara; 2. Variasi frekuensi dari gelombang pembawa dalam irama suara. Prinsip dasar dari pengiriman dan penerimaan gelombang radio adalah :

16 8 1. Pada pemancar Suara diubah ke dalam sinyal listrik oleh mikrofon yang kemudian sinyal listrik ini akan dimodulir oleh arus yang berfrekuensi tinggi yang mempunyai karakteristik radiasi yang baik atau lebih dikenal dengan proses modulasi. Dan setelah itu gelombang radio dipancarkan dari antena pemancar.[2] 2. Pada penerima Gelombang radio yang dipancarkan akan ditangkap oleh antena penerima. Selanjutnya proses tuning yaitu gelombang radio yang ditangkap akan dipilih, yang akan dilanjutkan lagi ke proses pemisahan sinyal suara dari modulasi yang berfreluensi tinggi (deteksi). Suara yang dihasilkan nantinya dapat didengar melalui speaker.[2] Amplitude Modualtion (AM) Dalam modulasi amplitudo, amplitudo gelombang pembawa dimodulasikan sesuai dengan amplitudo gelombang sinyal. Gelombang yang dimodulasi dengan sistem AM disebut sampul (envelope) dan sesuai dengan amplitudo gelombang sinyal. Dalam bentuk lain, gelombang dari gelombang bermodulasi sesuai dengan amplitudo gelombang sinyal. Jika amplitudo gelombang sinyal kecil, amplitudo gelombang pembawa juga kecil dan sebaliknya.[2] Frequency modulation (FM) Frequency modulation (FM) adalah proses untuk mengirimkan sinyal informasi dengan menumpangkan sinyal informasi kepada sinyal pembawa yang akan dikirimkan kepada penerima melalui antena. Sehingga dari proses

17 9 pencampuran sinyal informasi dan sinyal pembawa ini akan dihasilkan frekuensi modulasi.[7] Gambar 2. (a) Sinyal Pembawa (b) Sinyal Pemodulasi (c) Sinyal Termodulasi FM[2] Modulasi ini menggunakan frekuensi dari sinyal analog untuk membedakan kedua keadaan sinyal digital. Pada modulasi jenis ini, amplitudo dan phase dari sinyal analog adalah tetap yang berubah adalah frekuensi sinyal analognya. Dalam sistem FM, sinyal modulasi atau sinyal yang ditumpangkan akan menyebabkan frekuensi dari gelombang pembawa berubah ubah sesuai perubahan frekuensi dari sinyal modulasi. Dalam siaran FM gelombang pembawa harus memiliki perubahan frekuensi yang sesuai dengan amplitudo dari sinyal modulasi, tetapi bebas frekuensi sinyal yang diatur oleh frekuensi modulator.[7]

18 10 Frekuensi modulasi memiliki kelemahan dan kelebihan, adapun diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Kelebihan Frekuensi Modulasi a. FM lebih tahan terhadap gangguan noise. Biasanya noise mengganggu atau mengubah amplitudo sinyal, adapun pada FM informasi berada pada perubahan frekuensi sehingga meskipun amplitudo sinyal berubah ubah oleh noise informasi pada FM tidak akan terpengaruh. b. Rasio S/N dapat ditingkatkan tanpa harus menaikan daya yang dipancarkan. c. Interferensi tertentu pada penerima lebih mudah ditekan. d. Dapat menghasilkan fidelity yang sangat baik dan sesuai untuk sinyal musik. e. Pemodulasian dapat dilakukan pada level daya rendah. f. Penguat RF tingkat akhir dapat dioperasikan pada kelas C sehingga lebih efisien.[6] 2. Kekurangan Frekuensi Modulasi a. Lebar pita sinyal FM jauh lebih besar dari sinyal AM. Untuk radio siaran FM mencapai 200 KHz. b. FM tidak sesuai untuk daerah frekuensi tinggi ( HF ) atau yang lebih rendah, hal ini dikarenakan lebar pita sinyal FM yang besar. c. Karakteristik perambatan gelombang radio diatas frekuensi 30 MHz, hanya efektif untuk pola perambatan Space Wave atau Line of Sight (LOS). Tidak dapat digunakan untuk komunikasi jarak jauh melalui perambatan

19 11 Ground wave atau sky wave. Komunikasi jarak jauh dengan FM hanya dapat dilakukan dengan bantuan repeater atau satelit. d. Rangkaian FM relatif lebih rumit.[6] 2.3 Pemancar FM Pemancar adalah perangkat radio yang berfungsi mengirimkan sinyal informasi. Sinyal yang akan dikirimkan ini akan diubah terlebih dahulu kedalam bentuk sinyal frequency modulation (FM) tinggi ( RF modulasi ). Proses pengiriman sinyal informasi menjadi sinyal frekuensi tinggi dikerjakan oleh perangkat perangkat pada pemancar, karena yang dikirimkan oleh pemancar adalah sinyal modulasi, maka pemaancar dapat dirancang dengan jenis jenis modulasi. Sinyal frequency modulation (FM) dibangkitkan dengan modulator.[2] Tujuan dari pemancar FM adalah untuk merubah satu atau lebih sinyal input yang berupa frekuensi audio (AF) menjadi gelombang termodulasi dalam sinyal RF (Radio Frekuensi) yang dimaksudkan sebagai output daya yang kemudian diumpankan ke sistem antena untuk dipancarkan. Dalam bentuk sederhana dapat dipisahkan atas modulator FM dan sebuah power amplifier RF dalam satu unit.[3] Pemancar FM terdiri atas rangkaian blok subsistem yang memiliki fungsi tersendiri, yaitu : 1. FM exciter merubah sinyal audio menjadi frekuensi RF yang sudah termodulasi. 2. Intermediate Power Amplifier (IPA) dibutuhkan pada beberapa pemancar untuk meningkatkan tingkat daya RF agar mampu menghandle final stage 3. Power Amplifier ditingkat akhir menaikan power dari sinyal sesuai yang dibutuhkan oleh sistem antena.

20 12 4. Catu daya ( power supplay ) merubah input power dari sumber AC menjadi tegangan dan arus DC atau AC yang dibutuhkan oleh tiap subsistem. 5. Transmitter control system memonitor, melindungi dan memberikan perintah bagi tiap subsistem sehingga mereka dapat bekerja sama dan memberikan hasil yang diinginkan. 6. RF lowpass filter membatasi frekuensi yang tidak diinginkan dari output pemancar. 7. Directional coupler yang mengindikasikan bahwa daya sedang dikirimkan atau diterima dari sistem pemancar[3]. 2.4 Sistem Pemancar FM Sebuah sistem pemancar FM secara umum dapat digambarkan dalam blok diagram seperti gambar 3 : Antena Sinyal Informasi Modulator Penyangga (Buffer) Penguat RF (Ampllifier) Oscilator Gambar 3. Blok Diagram Sistem Pemancar FM Secara Umum[4] Sinyal analog dihasilkan dari microphone / pemutar audio, frekuensi pembawa (carier) ditentukan oleh rangkaian osilator kemudian mixer

21 13 (pencampur) berperan untuk mencampurkan kedua frekuensi. Sinyal suara yang telah termodulasi kemudian diperkuat dayanya sebelum dipancarkan melalui antena Osilator Untuk membangun sebuah sistem komunikasi yang baik harus dimulai dengan osilator yang dapat bekerja dengan baik. Dalam sistem komunikasi osilator menghasilkan gelombang sinus yang dipakai sebagai sinyal pembawa (carier). Osilator dengan frekuensi yang bisa diubah dinamakan VFO ( Variable Frequency Oscillator ). VFO memiliki kelebihan pada deviasi frekuensinya yang lebar. Untuk menghasilkan frekuensi dengan kisaran MHz dapat digunakan VFO. Karena pada VFO dipakai induktor dan kapasitor sebagai penentu frekuensi maka kestabilan nilai induktor dan kapasitor. Komponen komponen pada VFO yang mudah terpengaruh oleh perubahan suhu mengakibatkan VFO mempunyai kestabilan yang rendah.[8] Perubahan frekuensi pada VFO terjadi karena diberi besaran tegangan tertentu pada inputnya disebut sebagai VCO (Voltage Control Oscillator). VCO banyak diaplikasikan pada rangkaian osilator FM karena sinyal suara langsung dapat dimasukan pada input VCO. Osilator jenis lain menggunakan crystal sebagai komponen penentu frekuensi karena osilator crystal memiliki kestabilan frekuensi yang sangat tinggi. Frekuensi osilator crystal tidak bisa diubah ubah sehingga sulit untuk diterapkan pada metode frequency modulation (FM).[8] Kestabilan frekuensi dari osilator crystal dapat digabungkan dengan deviasi frekuensi VFO yang lebar dengan menerapkan osilator yang terkontrol dengan PLL. Pada osilator terkontrol PLL, osilator crystal dipakai sebagai penghasil

22 14 frekuensi referensi. Dengan demikian akan didapatkan frekuensi referensi yang sangat stabil dan dapat diubah ubah.[8] Gambar 4. Rangkaian Osilator Kristal[8] Osilator berfungsi sebagai pembangkit frekuensi tinggi yang akan digunakan sebagai sinyal pembawa (carier) dan merupakan rangkaian yang menghasilkan sinyal keluaran yang amplitudonya berubah ubah terhadap waktu. Perbedaan antara penguat dan osilator adalah jika dalam penguat memerlukan sinyal masukan untuk menghasilkan sinyal keluaran maka berbeda halnya dengan osilator yang tidak memerlukan sinyal masukan yang ada hanya sinyal keluaran yang frekuensi dan amplitudonya dapat dikendalikan.[8] Osilator memiliki tiga jenis yaitu osilator RC, osilator LC dan osilator relaksasi. Osilator RC dan LC menghasilkan sinyal berbentuk sinusoidal sedangkan osilator relaksasi menghasilkan sinyal berbentuk gigi gerjaji, kotak, segitiga,pulsa dan lain lain. Osilator dengan frekuensiyang bisa diubah disebut VFO ( Variable Frequency Oscillator ). VFO mempunyai kelebihan pada deviasi frekuensinya yang lebar. Kestabilan frekuensi dari osilator kristal dapat

23 15 digabungkan dengan deviasi frekuensi VFO yang lebar dengan menerapkan osilator terkontrol PLL sehingga akan didapatkan frekuensi referensi yang sangat stabil.[8] Modulator / Mixer Pada bagian ini terjadi proses pencampuran antara frekuensi audio dengan frekuensi radio yang dihasilkan oleh osilator atau yang biasa disebut modulasi. Modulasi adalah proses perubahan suatu gelombang periodik sehingga menjadikan suatu sinyal mampu membawa suatu informasi. Dengan proses modulasi suatu informasi bisa dimasukan kedalam suatu gelombang pembawa yang berupa gelombang sinus berfrekuensi tinggi. Ada beberapa teknik transmisi gelombang radio yaitu modulasi amplitudo (AM), frequency modulation (FM) (FM) dan modulasi phasa (PM). Pada pemancar radio dengan teknik FM, frekuensi gelombang carier akan berubah seiring perubahan sinyal suara atau informasi.setelah dilakukan penguatan sinyal agar bisa dikirim jauh, gelombang yang telah tercampur dipancarkan melalui antena. Frequency modulation (FM) tidak langsung diperoleh melalui proses modulasi fasa dengan sinyal masukan informasi diintegrasikan terlebih dahulu sebelum masuk ke modulator. Metode yang sering digunakan adalah tipe Amstrong. Apabila fasa dari keluaran osilator kristal berubah maka dihasilkan modulasi fasa (PM). Perubahan fasa dari sinyal secara tidak langsung akan menyebabkan perubahan frekuensi. Oleh karena itu dapat terjadi modulasi langsung dari kristal melalui modulasi phasa (PM), yang secara tidak langsung menghasilkan frequency modulation (FM). Keadaan tersebut akan menghasilkan resistensi dari drain ke source dapat berubah ubah terhadap tegangan drain ( sinyal pemodulasi ).[8]

24 16 Gambar 5. Modulator FM[8] Proses terjadinya modulasi yaitu mula mula sinyal audio masuk ke rangkaian pengoperasian frekuensi. Rangkaian diatas terdiri dari rangkaian RC low pass yang membuat amplitudo audio berkebalikan dengan frekuensinya. Dengan demikian sinyal FM secara tidak langsung dihasilkan melalui perubahan fasa dari keluaran osilator kristal. Modulator berfungsi sebagai sarana untuk menumpangkan sinyal informasi ke sinyal pembawa dalam bentuk modulasi, dimana sinyal informasi akan mengubah ubah frekuensi atau amplitudo dari sinyal pembawa. Modulator merupakan bagian utama dari pemancar FM yaitu suatu alat yang digunakan untuk melakukan modulasi. Jadi modulator FM merupakan alat penghasil sinyal FM. Sinyal FM dapat diperoleh dari suatu rangkaian dengan komponen utamanya adalah osilator dan piranti non linear. Piranti non linear yang sering digunakan adalah transistor dan dioda varactor.[8]

25 17 Prinsip kerja dari modulator adalah adanya tegangan bias dari sinyal pemodulasi ( informasi ) yang akan berpengaruh pada nilai induktansi dari transistor ataupun nilai kapasitansi dari dioda varactor. Perubahan nilai induktansi maupun kapasitansi tersebut akan berpengaruh pada reaktansi osilator sehingga dihasilkan perubahan frekuensi ataupun fasa dari keluaran osilator sesuai dengan sinyal frequency modulation (FM) yang diinginkan. Ada dua cara untuk menghasilkan sinyal FM yaitu modulasi langsung dan modulasi tidak langsung.[8] Phase Locked Loop (PLL) Sistem PLL merupakan suatu sistem umpan balik yang sinyal keluarannya dikunci dengan sinyal masukan. Sinyal masukan disebut sinyal referensi. Pada dasarnya sistem PLL merupakan suatu sistem simpul umpan balik yang terdiri dari : 1. Osilator referensi 2. Phase Detector (PD) 3. Low Pass Filter (LPF) 4. Voltage Control Oscilator (VCO)[4] Bagian keseluruhan dari osilator ini dirangkai membentuk suatu simpul tertutup sebagai gambar 6 : Gambar 6. Blok Diagram Osilator PLL[1]

26 18 1. Osilator Referensi Osilator referensi akan menghasilkan frekuensi input bagian PLL. Untuk menjaga agar sistem PLL tetap akurat, maka osilator referensi harus tetap dalam keadaan stabil. Untuk itu dapat digunakan rangkaian yang dikontrol sebuah kristal. Frekuensi osilator referensi ini besarnya harus dibuat sma dengan besar frekuensi umpan balik bila dalam keadaan mengunci, sehingga bila kedua sinyal tersebut menjadi input phase detector dapat membandingkan phase kedua.[4] 2. Phase Detector Phase Detector menghasilkan tegangan DC rata rata. Tegangan outputnya sebanding terhadap perbedaan phasa antara sinyal input PLL (sinyal referensi) dengan sinyal output VCO (sinyal umpan balik). Pada bagian phase detector terdapat dua masukan. Phase detector akan memberikan reaksi pada saat adanya masukan dari kedua sinyal output. Apabila kedua sinyal mempunyai frekuensi yang sama tetapi dengan fasa yang berbeda maka phase detector mempunyai beberapa kondisi yaitu : a. Bila sinyal pertama mendahului sinyal kedua maka output phasa detector ini akan memberikan penunjukan suatu tegangan yang tinggi pada sisa waktu yang sama, dengan fasa yang berbeda. b. Bila sinyal pertama terdahului oleh sinyal kedua maka output phasa detector akan memberikan penunjukan tegangan yang rendah pada saat waktu yang sama dengan fasa yang berbeda. c. Bila sinyal yang pertama dan kedua sefasa maka phasa detector menunjukan dalam kondisi penguncian frekuensi.[4]

27 19 3. Low Pas Filter Low Pass Filter merupakan rangkaian yang dirancang agar melewatkan pita frekuensi tertentu agar memperlemah semua isyarat diluar pita ini. Jaringan filter bisa bersifat aktif ataupun pasif. Filter aktif biasanya menggunakan transistor atau Op-Amp. Filter dalam sistem PLL menghasilkan tegangan rata rata yang mengendalikan rangkaian VCO dan untuk mempengaruhi kerja rangkaian PLL, maka LPF ini memiliki fungsi antara lain : 1. Meredam frekuensi tinggi yang dihasilkan oleh output phasa detector 2. Sebagai penentu kinerja PLL 3. Daerah kunci yaitu daerah frekuensi VCO dimana frekuensi outputnya harus stabil 4. Bandwidth loop sistem 5. Tegangan transient yaitu mencegah overshoot yang mengakibatkan osilasi dan menyebabkan frekuensi keluaran tidak bisa dikunci.[4] 4. Voltage Control Oscillator (VCO) VCO merupakan osilator yang frekuensi keluarannya sebanding dengan kendali pada masukannya. Gambar 7. Grafik Frekuensi Terhadap Tegangan Kendali[1]

28 20 Apabila loop terkunci V d merupakan tegangan searah DC. Apabila loop tidak terkunci V d merupakan frekuensi selisih (f ref -f out ) yang mencoba mendorong VCO keadaan sinkron terhadap sinyal masukan. Dalam penerapannya, hal hal utama yang digunakan pada PLL adalah : 1. Spektrum, dalam beberapa penerapannya keluaran VCO adalah berupa gelombang sinusoidal, tetapi dalam aplikasi lain keluaran VCO dapat berupa gelombang persegi panjang. 2. Karakteristik frekuensi tegangan harus linear dan toleransi ini tergantung bentuk penerapan VCO. 3. Stabilitas frekuensi, VCO membutuhkan stabilitas frekuensi tinggi, karena dengan begitu VCO akan bekerja normal[4] Penyangga Pada setiap osilator, frekuensi dan amplitudo osilasi dalam beberapa tingkat dipengaruhi oleh impedansi beban kemana osilator disalurkan. Dengan demikian diperlukan suatu tingkat penguat penyangga antara osilator dan beban. Penyangga berfungsi untuk menstabilkan frekuensi dan amplitudo osilator akibat pembebanan tingkat selanjutnya. Penyangga biasa disebut exciter. Penyangga biasanya didefinisikan sebagai rangkaian dengan penguatan satu. Antara masukan dan keluaran terdapat isolasi impedansi. Keluaran dari Op Amp terhubung pada masukan inverting dan tegangan masukan dihubungkan pada masukan non inverting. Rangkaian penyangga dibangun menggunakan penguat operasional ( Op - Amp ) dengan konfigurasi salah satu inputnya digunakan sebagai jalur umpan balik secara langsung tanpa menggunakan resistansi, sehingga nilai resistansi umpan balik adalah 0 Ohm. Dengan hambatan umpan

29 21 balik sama dengan nol sehingga besarnya penguatan dapat dirumuskan sebagai berikut : Dimana, A = Rf Rin + 1 (2) A Rf Rin = Penguatan Tegangan = Tegangan umpan balik = Tegangan Input Berikut ini adalah rangkaian penyangga positif dan negatif yang sering diaplikasikan dalam rangkaian pemancar : Gambar 8. Penyangga Positif (a) dan Penyangga Negatif (b)[8] Berbeda dengan penguat penyangga positif, pada penguat penyangga negatif memiliki kelemahan dengan impedansi masukan yang menjadi rendah. Aplikasi dari rangkaian penyangga ini adalah sebagai penguat arus, karena pada penguat penyangga tidak memiliki penguatan tegangan (A) atau penguatan tegangan 1 kali. Rangkaian berukuran sampai puluhan kilo Ohm dibebani oleh rangkaian inputnya, maka dengan adanya buffer ini akan bisa diatasi, tidak akan terbebani dan distorsi bisa ditekan seminimal mungkin.[8]

30 Penguat Daya Rangkaian penguat daya adalah merupakan suatu rangkaian yang digunakan untuk memperbesar atau menguatkan sinyal masukan. Tetapi proses yang terjadi sebenarnya adalah sinyal input replika kemudian direka kembali menjadi sinyal yang lebih besar dan lebih kuat. Penguat daya biasa digunakan pada rangkaian elektronika sebagai penguat sinyal informasi sebelum dikirimkan, sehingga penguat daya sangat penting sekali agar informasi yang dikirimkan dapat sampai ketujuan tanpa ada yang hilang ditengah jalan.sinyal yang didapat dari exciter masih relatif lemah. Untuk mendapatkan daya yang lebih besar dibutuhkan penguat daya frekuensi radio. Parameter parameter pada penguat daya frekeunsi radio adalah : a. Bandwidth dan Faktor Kualitas Tiap kanal dari pemancar FM stereo membutuhkan bandwidth 75 KHz, sedangkan bandwidth frekuensi kerja radio FM adalah 20 MHz. Faktor kualitas dapat dinyatakan dengan persamaan seperti berikut : Q = (3) Dimana, Q f BW = Faktor Kualitas = Frekuensi Kerja = Bandwidth Rangkaian penguat dengan faktor kualitas yang sangat tinggi sangat sulit sekali dibuat dan rangkaian cenderung berisolasi. Biasanya penentuan faktor kualitas penguat didapatkan dari frekuensi tengah dari frekuensi kerja

31 23 dibandingkan bandwidth. Dengan faktor kualitas penguat yang makin rendah memang akan didapatkan daya keluaran yang lebih kecil tetapi akan didapatkan kemudahan dalam penalaan.[8] b. Penguatan Tiap Tingkat dan Daya Output Tiap Tingkat Transistor dengan daya keluaran besar biasanya membutuhkan daya masukan yang besar pula. Karena itu penguat dengan daya keluaran besar biasanya dibuat beberapa tingkat agar didapatkan daya yang cukup untuk menggerakan transistor tingkat akhir. Tiap transistor mempunyai penguatan. Untuk transistor dengan daya keluaran yang kecil biasanya mempunyai penguatan yang besar. Sebaliknya untuk transistor dengan daya keluaran yang besar penguatannya akan mengecil. Dengan demikian penguatan dan daya keluaran adalah hal yang saling bertolak belakang.[8] c. Impedansi Input dan Output Tiap Tingkat Pada penguat daya frekuensi radio impedansi sumber dan impedansi beban tiap tingkat harus sama. Dengan demikian sumber daya yang dihasilkan akan diserap seluruhnya oleh beban ( transfer daya maksimal ). Jika impedansi yang ada belum sama maka impedansi tersebut harus disamakan dengan matcing impedance.[8] d. Linearitas dan Efisiensi Dengan linearitas penguat yang tinggi akan didapatkan efisiensi yang rendahsedangkan dengan linearitas penguat yang rendah akan didapatkan efisiensi yang tinggi. Pada pemancar FM linearitas dari sinyal tidak begitu berpengaruh karena informasi dari sinyal FM ada frekuensinya, berbeda dengan pemancar AM yang terletak pada amplitudonya.[8]

32 24 e. Macam Macam Penguat Daya Berdasarkan dengan tipe pembiasan yang dilakukan oleh penguat, dapat dikelompokan menjadi : 1. Penguat kelas A Penguat kelas A adalah penguat yang titik kerja efektifnya dari tegangan VCC penguat. Penguat kelas A memerlukan bias awal yang menyebabkan penguat dalam kondisi siap untuk menerima sinyal. Karena hal ini maka penguat kelas A menjadi penguat dengan efisiensi terendah namun dengan tingkat distorsi ( cacat sinyal ) terkecil.[8] Gambar 9. Penguat Kelas A[6] 2. Penguat kelas B Penguat kelas B merupakan penguat yang bekerja berdasarkan tegangan bias dari sinyal input yang masuk. Titik kerja penguat kelas B berada dititk cutoff transistor. Dalam kondisi tidak ada sinyal input dengan level diatas 0.6 Volt (batas tegangan bias transistor).[8]

33 25 Gambar 10. Penguat Kelas B[6] 3. Kelas AB Titik kerja diatur dua ekstrim dari kelas A dan kelas B. Jadi sinyal output sama dengan nol pada satu bagian namun dengan selang kurang dari setengah siklus sinyal sinus. Untuk mengatasi permasalahn distorsi pada penguat kelas B, maka dibuatlah penguat kelas Ab. Penguat ini memiliki titik beban yang berada sedikit diatas titik B. Cara untuk mengatasi cross-over adalah dengan menggeser sedikit titik Q pada garis beban dari titik B ke titik AB. Ini tujuannya tidak lain adalah agar pada saat transisi sinyal dari phase positif ke phase negatif dan sebaliknya, terjadi overlap diantara transistor Q 1 dan Q 2.[8] Gambar 11. Penguat Kelas AB[6]

34 26 4. Penguat Kelas C Penguat memerlukan frekuensi kerja sinyal sehingga tidak mem-perhatikan bentuk sinyal. Penguat kelas C dipakai pada penguat frekuensi tinggi. Pada penguat kelas C sering ditambahkan sebuah rangkaian resonator LC untuk membantu kerja penguat. Tetapi sebenarnya fidelitas yang tinggi bukan menjadi tujuan dari penguat jenis ini. Transistor memang sengaja dibuat bekerja pada daerah saturasi. Rangkaian ini jika diberi umpan balik dapat menjadi rangkaian osilator RF yang sering digunakan pada pemancar.[8] Gambar 12. Penguat Kelas C[6] Antena Antena berfungsi sebagai pengubah sinyal listrik menjadi gelombang elektromagnetik untuk dipancarkan ke udara bebas. Antena adalah bagian yang sangat penting dari pemancar. Antena berfungsi sebagai alat yang dapat meradiasaikan gelombang radio. Selain itu antena juga berfungsi untuk mengarahkan arah pancaran sesuai tujuannya ( audience ). Salah satu faktor penting dalam instalasi antena FM adalah ketinggian antena. Namun dalam

35 27 perancangan sebuah pemancar FM portable pemasangan antena tidak memerlukan ketinggian khusus karena jarak antara pemancar dan penerima sangat berdekatan. Pada band VHF, syarat agar komunikasi bisa berkangsung adalah Line of Sight. Jadi kedua antena baik pemancar maupun penerima harus saling terlihat. Sehingga tidak boleh ada benda benda yang dapat menyerap energi radion.[5] Ada beberapa parameter antena yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis antena yaitu sebagai berikut : 1. Pola radiasi Pola radiasi antena dibentuk oleh dua radiasi berdasar bidang irisan, yaitu pola radiasi pada bidang irisan arah elevasi (pola elevasi) dan pola radiasi pada bidang irisan arah azimuth (pola azimuth). Kedua pola tersebut membentuk pola 3 dimensi, yang umumnya disebut pola radiasi antena dipol. Sebuah antena yang meradiasikan sinyalnya sama besar kesegala arah disebut antena isotropis, yang memiliki pola radiasi berbentuk bola.[8] 2. Gain Gain (Directive Gain) merupakan karakter antena yang terkait dengan kemampuan antena mengarahkan radiasi sinyalnya, atau penerimaan sinyal dari arah tertentu. Satuan yang digunakan untuk gain adala desibel (db).[8] 3. Polarisasi Polarisasi merupakan arah rambat dari medan listrik. Antena dipol memilik polarisasi linear vertikal. Mengenali polarisasi antena berguna dalam sistem komunikasi, khususnya untuk mendapatkan efisiensi maksimum pada transmisi

36 28 sinyal. Secara teori beamwidth untuk antena yang berbentuk parabola dapat ditentukan.[8]

37 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PEMANCAR FREQUENCY MODULATION (FM) DENGAN FREKUENSI PANCARAN 55 MHz 3.1 Umum Pembahasan pada bab ini adalah tentang perancangan dan pembuatan pemancar frequency modulation (FM) dimana menggunakan frekuensi 55 MHz. Untuk mendesain suatu alat diperlukan perancangan yang baik, sehingga didapatkan alat yang baik sesuai dengan tujuan pembuatan alat. Adapun tujuan membuat alat ini adalah untuk membuat pemancar yang bekerja pada frekuensi khusus yang belum digunakan oleh pemancar radio lain sehingga dapat digunakan dalam kebutuhan perorangan atau dalam suatu kelembagaan serta untuk mengetahui bagaimana kualitas suara yang dihasilkan jika frekuensi yang digunakan berada dibawah frekuensi broadcast. 3.2 Perancangan Dalam pembuatan alat, diperlukan suatu perancangan agar alat yang dihasilkan dapat berfungsi dengan baik serta sesuai dengan apa yang diharapkan. Sebelum membuat pemancar FM ini, hal hal yang harus diperhatikan terlebih dahulu adalah bagaimana bentuk blok diagram, spesifikasi peralatan dan dalam perancangan rangkaian yang akan dipakai pada proses pembuatan Blok Diagram Blok diagram memiliki peranan penting dalam proses pembuatan alat, karena dengan adanya blok diagram kita dapat mengetahui langkah langkah 29

38 30 serta bagian mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu. Blok diagram pemancar FM yang digunakan dalam rangkaian pada alat ini adalah : VC O Buffe r RF Amplifi er Preschal er Progr amabl ed divide r Local Oscill ator Phase detect or Gambar 13. Blok Diagram Pemancar FM dengan PLL 1. Voltage Controled Oscillator (VCO) VCO diharapkan beresonansi pada frekuensi 55 MHz, maka keluaran VCO ini yang berada pada kisaran 55 MHz dibagi dengan TC Preschaler Pada pemancar FM ini yang berfungsi sebagai preschaler adalah LB 3500, dimana sinyal RF dari VCO masuk ke LB Disini frekuensi dibagi dengan delapan diteruskan ke TC 9122 sebagai pembagi terprogram (N) dan outputnya dikirimkan ke IC TC 5081 sebagai IC PLL.

39 31 3. Programbled Divider IC yang berfungsi sebagai pembagi terprogram disini adalah TC 9122, dimana keluaran VCO yang berada pada kisaran 55 MHz akan dibagi dengan TC 9122 ( dengan step 25 KHz sebesar 2200 (55 MHz : 25 KHz = 2200) maka akan diperoleh keluaran berupa sinyal dengan frekuensi sebesar 25 KHz. Selanjutnya sinyal keluaran dari TC 9122 dibandingkan dengan sinyal keluaran dari TC 5082 yang stepnya harus sama dengan hasil pembagian diatas yaitu 25 KHz. Pembagi maksimum TC 9122 yaitu pembagi frekuensi kerja VCO, diusahakan tidak lebih dari 14 MHz. Angka pembagi pada IC TC 9122 ini dikodekan dengan BCD ( Binary Code Decimal ) atau artinya bilangan desimal yang dikodekan menjadi 4 digit bilangan biner. Angka satuan diwakili oleh pin 3 sampai 6, angka puluhan diwakili oleh pin 7 sampai 10, angka ratusan diwakili oleh pin 11 sampai 14 dan angka ribuan diwakili oleh pin 15 sampai 16. Tabel 2. Pengaturan pada IC TC 9122 Pin Nilai Logika Jumlah N Satuan Puluhan Ratusan Ribuan Nilai N 2200 Frekuensi 55 MHz

40 32 Sambungkan pin 3 sampai 16 dengan dip switch, dimana nantinya dip switch ini akan digantikan dengan rangkaian logic controler. Pengetesan rangkaian dilakukan dengan menghubungkan pin 2 TC 9122 via coupling capacitor ke output VCO, dimana output VCO adalah 55 MHz, pembagi diset pada 2200 dengan frequency counter pada pin 17 harus mendapatkan pembacaan sebesar 55 MHz : 2200 = 25 KHz. 4. Local Oscillator IC yang digunakan sebagai lokal osilator pada pemancar FM ini adalah TC 5082 dimana fungsinya adalah untuk membagi clock referensi yang dibangkitkan oleh kristal 3.2 MHz, melakukan adjusment terhadap clock referensi ini dengan menggunakan dioda varaktor. 5. Phase Detector Pada fasa detektor jika sinyal dari output TC 9122 dan TC 5082 memiliki frekuensi yang sama persis maka kedua sinyal ini tidak memiliki perbedaan fasa atau disebut dengan kondisi locked maka IC fasa detektor yaitu TC 5081 akan memmberikan output berupa tegangan DC 0 Volt,sebaliknya bila kedua sinyal memiliki frekuensi yang berbeda maka kedua sinyal ini memili perbedaah fase sehingga TC 5081 akan memberikan output tegangan DC lebih besar dari 0 Volt. Tegangan DC kemudian diumpankan pada VCO melalui sebuah dioda varaktor. 6. Buffer Penyangga (buffer) berfungsi menguatkan arus sinyal keluaran dari osilator. Sebuah penyangga identik dengan rangkaian dengan impedansi masukan tinggi dan impedansi keluaran rendah sehingga sering digunakan emitor follower pada tahap ini.

41 Spesifikasi Peralatan Spesifikasi pemancar FM ini dapat dijelaskan pada tabel dibawah : Tabel 3. Spesifikasi Peralatan No Nama Spesifikasi 1 Frekuensi Pancaran 55 MHz 2 Daya Pancar 500 mw 3 Tegangan Masukan 12 Volt DC 4 Jangkauan ± 45 meter Rancangan Rangkaian Rancangan rangkaian dibuat menggunakan software Eagle. Dimana rancangan rangkaian ini disebut skematik. Skematik merupakan gambar rangkaian yang digunakan dalam membuat alat, adapun skematik yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah : Gambar 14. Skematik Pemancar FM

42 Rancangan Mekanik Tahap ini merupakan perancangan kotak atau casing sebagai tempat meletakan rangkaian yang telah jadi supaya rangkaian terlindungi dan untuk menambah nilai estetika. Dalam pembuatan box, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu berat komponen, ukuran papan PCB, kondisi kerja rangkaian dan perencanaan letak rangkaian. Sebelum pembuatan box, besarnya rangkaian harus diukur terlebih dahulu baik dalam panjang maupun lebar, selain itu juga harus diperhatikan banyaknya komponen yang akan dimasukan kedalam box. Setelah itu ditentukan jenis bahan yang cocok untuk dijadikan box pemancar ini. Bahan yang telah dipilih diukur sesuai dengan kebutuhan. Dari perancangan box ini ditetapkan bahwa ukuran box yang akan dipakai adalah 21.8 cm x 15 cm x 10 cm. Langkah langkah menentukan ukuran Box adalah : a. Perancangan Box Secara Keseluruhan 10 cm 21.8 cm 10 Cm 15 cm 15 cm 10 Cm 21.8 cm 10 Cm Gambar 15. Perancangan Box

43 35 b. Perancangan Box Tampak Depan 10 cm 1,5 cm 21.8 cm Gambar 16. Perancangan Box Tampak Depan c. Perancangan Box Tampak Belakang 21.8 cm 10cm Fus e Gambar 17. Perancangan Box Tampak Belakang d. Perancangan Box Tampak Samping 15 cm 10 cm Gambar 18. Perancangan Box Tampak Samping

44 36 e. Perancangan Box Tampak Atas 21.8 cm 15 cm Gambar 19. Perancangan Box Tampak Atas 3.3 Pembuatan Setelah perancangan sudah selesai, maka langkah selanjutnya adalah pembuatan alat. Dalam pembuatan alat ini mencakup semua pengerjaan alat dari awal sampai akhir. Adapun hal yang mencakup dalam pembuatan alat disini antara lain pembuatan rangkaian, perakitan rangkaian ke PCB sampai dengan pemasangan komponen serta pembuatan kotak yang digunakan sebagai tempat untuk meletakan alat yang sudah jadi Rangkaian 1. Pembuatan Layout Rangkaian Pada tahap ini harus diperhatikan tata letak komponen yang dirancang agar dapat dipasang dengan teratur dan benar. Langkah langkah pembuatan layout adalah : a. Mengamati bentuk gambar rangkaian b. Mencari informasi mengenai besaran fisik dari komponen yang digunakan

45 37 c. Membuat layout berdasarkan gambar rangkaian dengan jalur sependek pendeknya dengan menggunakan software Eagle d. Menghindari jalur yang membuat sudut lancip e. Mengecek kebenaran jalur f. Jalur yang telah selesai dibuat, siap dipindahkan ke PCB dengan cara menyablonnya. Setelah dibuat menggunakan Eagle maka hasil layout untuk pemancar FM yang didapatkan adalah : Gambar 20. Layout PCB Rangkaian Pemancar FM

46 38 Gambar 21. Layout Komponen Pemancar FM 2. Perakitan Rangkaian a. Pemindahan Layout Ke PCB Sebelum memindahkan layout kepermukaan papan PCB sebaiknya permukaan PCB dibersihkan terlebih dahulu. Untuk membersihkannya bisa menggunakan kertas amplas yang halus atau menggunakan sabun cuci. Proses ini bertujuan untuk membersihkan permukaan PCB dari kotoran yang bisa membuat layout terputus saat melakukan pelarutan. Dalam proses pemindahan ini, layout yang telah dibuat dicetak selanjutnya difotocopy ke kertas OHP (kertas slide). Layout dari kertas OHP ini kemudian disetrika secara merata kepermukaan PCB.

47 39 b. Pelarutan Proses pelarutan untuk mengangkat tembaga yang tidak dibutuhkan pada permukaan PCB, sehingga bagian tembaga yang tersisa hanya bagian layout. Dalam proses pelarutan ini, digunakan larutan Asam Clorida (HCl), larutan peroksida air (H 2 O 2 ) dan air (H 2 O). Adapun perbandingan yang digunakan dalam pelarutan ini adalah 1,5 : 3 : 5 dengan 1,5 untuk larutan HCl, 3 untuk larutan H 2 O 2 dan 5 untuk air (H 2 O). c. Pembersihan Ulang Setelah proses pelarutan selesai, permukaan PCB dibersihkan dari sisa sisa larutan. Dalam proses ini PCB dibersihkan dengan air terlebih dahulu setelah itu dibersihkan juga dengan menggunakan tiner. Kemudian PCB di bersihkan juga dengan menggunakan kertas amplas tujuannya supaya dalam penyolderan timah melekat dengan baik. d. Pengeboran Dalam proses ini, permukaan papan PCB yang telah bersih tadi dilubangi sesuai dengan tata letak komponen pada rangakain. e. Pemasangan Komponen Pemasangan komponen dilakukan dengan penyolderan, dalam proses ini pastikan komponen terpasang sesuai dengan tata letak komponen supaya tidak terjadi kerusakan pada komponen tersebut Pembuatan Mekanik Langkah langkah dalam pembuatan box adalah : a. Memilih bahan yang sesuai

48 40 b. Melakukan pengukuran, bahan yang telah dipilih diukur sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan kemudian dipotong sesuai dengan ukuran yang ada pada gambar rancangan c. Lubang, bagian dasar pada bahan dilubangi terlebih dahulu dengan menggunakan bor sebelum dirakit. Lubang ini digunakan untuk pemasangan PCB pada bagian dasar yaitu dengan menggunakan baut. d. Perakitan, setelah proses diukur dan dipotong sesuai dengan ukuran, kemudian bahan tersebut dirakit dengan menggunakan lem, bentuk dan model sesuai dengan keinginan, dimana kali ini box yang dibuat berbentuk balok. e. Pemasangan PCB pada box, dimana PCB diletakan sesuai dengan lubang baut yang ada pada bagian dasar box. Gambar 22. Box Tampak Depan

49 41 Gambar 23. Box Tampak Atas Gambar 24. Box Tampak Belakang

50 BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN Setelah perancangan dan pembuatan alat selesai, maka sebelum dilakukan pengukuran terlebih dahulu dilakukan pengetesan alat untuk mengetahui apakah alat tersebut berjalan dengan baik atau tidak. Setelah alat bekerja dengan baik maka dilakukan pengukuran pada alat dimana pada langkah ini ditentukan terlebih dahulu titik pengukuran sehingga akan memudahkan dalam proses pengukuran dan pengambilan data nantinya Tujuan Pengukuran Dilakukan pengukuran pada rangkaian memiliki beberapa tujuan diantanya adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana cara kerja dari rangkaian pemancar frekuensi modulasi. 2. Untuk mengetahui tegangan pada regulator dan frekuensi pada titik pengukuran rangkaian pemancar. 3. Untuk mengetahui bentuk gelombang ataupun karakteristik keluaran pada setiap titik pengukuran rangkaian pemancar Pengujian perangkat Pemancar FM yang baik merupakan sebuah pemancar yang bisa memancarkan sinyal informasi sehingga sinyal informasi ini dapat diterima oleh penerima FM, untuk mengetahui kelayakan pemancar FM ini maka dilakukan pengujian perangkat. Pengujian perangkat ini dilakukan pada sisi pemancar dan 42

51 43 penerima, dan setelah pengujian pemancar dapat berfungsi yang ditandai dengan masuknya input suara pada pemancar kepada bagian penerima Blok Diagram Pengukuran Sebelum melakukan pengukuran terlebih dahulu menentukan titik-titik pengukuran pada rangkaian pemancar untuk mempermudah proses pengambilan data. Adapun titik pengukuran pada rangkaian pada rangkaian tersebut antara lain: 1. Titik pengukuran ke 1 dilakukan pada input pemancar FM. 2. Titik pengukuran ke 2 dilakukan pada osilator. 3. Titik pengukuran ke 3 dilakukan pada output VCO pada PLL 4. Titik Pengukuran 4 dilakukan pada output buffer 5. Titik Pengukuran ke 5 dilakukan pada ouput pemancar FM TP 1 TP 3 TP 4 TP 5 VC O Buffe r RF Amplifi er Preschal er Progr amabl ed divide r TP 2 Local Oscill ator Phase detect or Gambar 25. Blok Diagram Rangkaian PLL

52 Langkah Langkah Pengukuran Untuk pengukuran dipersiapkan terlebih dahulu peralatan-peralatan yang digunakan sebelum melakukan pengukuran. Adapun langkah-langkah pengukuran adalah sebagai berikut : 1. Siapkan semua alat yang digunakan untuk pengukuran dan pastikan semua alat dalam keadaan baik. 2. Hidupkan osiloskop dan function generator. 3. Lakukan kalibrasi terlebih dahulu pada osiloskop dan multimeter. 4. Pasang kabel BNC to Banana pada function generator sebagai frekuensi input dihubungkan ke rangkaian FM 5. Pasang kabel BNC to Banana pada osiloskop sebagai keluaran dari setiap titik pengukuran pada rangkaian pemancar FM 6. Ukur rangkaian pemancar sesuai dengan titik-titik pengukuran yang telah ditentukan. 7. Perhatikan dengan teliti keluaran pada osiloskop, foto dan catat hasilnya. 8. Jika pengukuran telah selesai,sebelum mematikan peralatan kalibrasi ulang osiloskop untuk memastikan bahwa osiloskop dalam keadaan baik Hasil Pengukuran Sinyal Input Sinyal input yang dihasilkan dalam pengujian alat ini adalah sinyal input yang diberikan sinyal audio yang berasal dari laptop atau Hp. Bentuk sinyal modulasi yang telah diukur seperti pada gambar 26 :

53 45 Gambar 26. Bentuk Sinyal Input Suara Dalam pengukuran sinyal input ini diketahui bahwa bentuk sinyal input selalu berubah ubah. Hal ini terjadi karena tekanan nada dari lagu yang diputar selalu berubah ubah setiap waktu. Pengukuran sinyal input bertujuan untuk mengetahui fungsi dari modul input yang digunakan. Berdasarkan hasil pengukuran modul input yang terpasang sudah berfungsi dengan baik karena sinyal input yang diberikan dapat diproses ketahap berikutnya. Untuk melihat sinyal input yang stabil maka input diganti menggunakan function generator sehingga dihasilkan sinyal input ( sinyal informasi ) seperti pada Gambar.27 :

54 46 Gambar 27. Bentuk Sinyal Informasi Gelombang Pembawa Rangkaian yang membangkitkan gelombang pembawa adalah osilator. Adapun bagian osilator pada rangkaian pemancar FM ini adalah pada CT 5082 P. Pada saat dilakukan pengujian rangkaian osilator menghasilkan gelombang pembawa yang mampu membawa sinyal input yang diberikan. Hasil pengukuran yang dilakukan dengan osiloskop terlihat pada Gambar.28 : Gambar 28. Bentuk Gelombang Pembawa

55 47 Gelombang yang terbentuk adalah gelombang sinus, yang selanjutnya gelombang sinus inilah yang akan menumpangkan sinyal informasi agar dapat dipancarkan. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui kinerja dari osilator yang dirancang Ouput PLL Sistem PLL merupakan sistem umpan balik yang sinyal keluarannya dikunci dengan sinyal masukan. Rangkaian PLL terintegrasi dalam sebuah rangkaian terpadu ( Integrated Circuit ). Sinyal keluaran dari sistem PLL diukur pada keluaran blok VCO. Gambar 29. Bentuk Sinyal Output PLL Dari gambar tersebut diamati bahwa sinyal yang dihasilkan dari PLL terkunci pada frekuensi MHz. Dalam hasil pengukuran tersebut terlihat bahwa sinyal informasi telah ditumpangkan kedalam gelombang pembawa.

56 Output Buffer Keluaran dari buffer merupakan sinyal termodulasi yang sudah dapat dipancarkan tetapi memiliki daya yang relatif kecil sehingga sangat rawan terhadap interferensi. Hasil dari pengukuran keluaran buffer ditunjukan dalam gambar.30 : Gambar 30. Bentuk Sinyal Output Buffer Dalam gambar tersebut dapat diamati bahwa sinyal informasi terdapat didalam gelombang pembawa. Buffer ini berfungsi untuk menstabilkan frekuensi akibat pembebanan tingkat selanjutnya Sinyal FM Setelah melewati beberapa tahapan akhirnya sinyal FM siap untuk dipancarkan melalui antena pemancar. Pengukuran terhadap sinyal FM ini dilakukan pada titik output RF. Adapun sinyal output yang dihasilkan terlihat seperti Gambar.31 :

57 49 Gambar 31. Bentuk Sinyal FM yang dipancarkan 4.6 Pengujian Sinyal Suara terhadap Jarak Langkah langkah dalam pengujian jarak terhadap suara adalah : 1. Hidupkan pemancar dan penerima. 2. Pastikan frekuensi yang dipancarkan pada pemancar sama dengan frekuensi yang diterima oleh penerima. 3. Untuk mengetahui kualitas suara berdasarkan jarak maka digunakan gedung G Politeknik Negeri Padang sebagai tempat pengujian yaitu dari lantai 1,2 dan 3. Posisikan pemancar FM dan penerima FM sesuai dengan jarak yang akan diukur. 4. Masukan input suara pada pemancar FM yang akan diterima oleh penerima FM melalui speaker. 5. Ulangi pengujian pada tempat yang berbeda agar kualitas sinyal suara terhadap jarak dapat dibedakan.

58 50 Tabel 4. Hasil Pengujian Sinyal Suara terhadap Jarak Jarak Kondisi Analisa 1 10 meter Suara jelas Sinyal informasi yang dipancarkan oleh antena pemancar, dapat didengar dengan jelas dan bersih walaupun ada sedikit noise yang terdengar. 30 meter Suara dipengaruhi oleh noise Sinyal yang diterima oleh penerima FM cukup baik karena masih agak jelas dan tidak terlalu banyak noise. > 45 meter Suara tidak terdengar Sinyal informasi yang ditangkap tidak terdengar jelas karena jarak antara pemancar dan penerima sudah terlalu jauh sehingga banyak noise yang terdetekksi. Dari pengujian jarak yang dilakukan didapatkan bahwa pemancar FM ini dapat menjangkau daerah sejauh lebih kurang 45 meter. Dimana pengujian ini dilakukan pada Gedung G Politeknik Negeri Padang dari lantai 1 sampai lantai Analisa Pengukuran Pemancar FM Pemancar FM ini bekerja pada frekuensi 55 MHz, dengan jangkauan sekitar 45 meter, adapun tegangan yang digunakan adalah 12 Volt DC dengan output daya sebesar 500 mw.

59 51 Sinyal input atau sinyal informasi yang diberikan berasal dari dua buah sumber yaitu dari suara ( berasal dari Hp/Laptop ) dan input dari function generator. Input suara menghasilkan sinyal informasi yang selalu berubah yang disebabkan oleh sinyal suara yang selalu berubah ubah setiap waktu. Sedangkan pada input dengan menggunakan function generator dihasilkan sinyal informasi yang lebih stabil berupa sinyal sinus. Sinyal informasi yang berasal dari input ini akan dibawa oleh sinyal carier, dimana sinyal carier dibangkitkan terlebih dahulu oleh osilator sehingga dapat menumpangkan sinyal informasi yang nantinya dapat dipancarkan. Sinyal informasi yang telah ditumpangkan pada sinyal carier atau disebut juga dengan proses modulasi akan masuk pada rangkaian PLL dimana sinyal yang dihasilkan pada rangkaian PLL ini diukur pada keluaran VCO. Adapun sinyal yang dihasilkan akan terkunci pada frekuensi 55 MHz sesuai dengan frekuensi pancaran yang digunakan oleh pemancar. Sinyal yang dihasilkan ini merupakan sinyal modulasi dimana pada hasil pengukuran terlihat bahwa sinyal informasi telah ditumpangkan kedalam sinyal pembawa. Setelah melalui VCO sinyal akan masuk pada rangkaian buffer dimana sinyal akan mudah mengalami interferensi disebabkan karena memiliki daya yang relatif kecil. Sinyal pada keluaran buffer ini merupakan sinyal termodulasi yang sudah dapat dipancarkan. Buffer akan menstabilkan frekuensi yang mengalami pembebanan pada tingkat selanjutnya. Sinyal keluaran dari buffer siap untuk dipancarkan. Sinyal yang dipancarkan ini merupakan sinyal FM yang dipancarkan melalui antena. Dari data yang didapatkan diketahui bahwa dengan menggunakan frekuensi pancaran 55 MHz kualitas sinyal yang dipancarkan tidak terlalu bagus karena

60 52 terdapat banyak noise. Hal ini dapat terlihat dari data sinyal pada RF output yang tidak sesuai dengan sinyal yang seharusnya dihasilkan, dimana sinyal yang ada pada RF output merupakan sinyal FM tetapi pada data pengukuran sinyal FM yang didapatkan tidak bagus.

61 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dari pengujian dan analisa maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Frekuensi yang dipancarkan pada pemancar FM ini adalah 55 MHz, dimana pada frekuensi ini sinyal yang dihasilkan banyak dipengaruhi oleh noise. 2. Pemancar FM ini memiliki daya 500 mw dengan jangkauan pancar sekitar 45 meter. 3. Penggunaan Phase Locked Loop pada pemancar FM ini bertujuan untuk mengunci frekuensi pada 55 MHz sehingga frekuensi menjadi stabil. 5.2 Saran Setelah melakukan pengujian pada Pemancar FM ini jangkauan yang didapatkan masih dekat karena pemancar FM ini hanya menggunakan daya pancar 500 mw untuk mengembangkan Tugas Akhir ini maka daya pancar pada pemancar dapat diperbesar sehingga pemancar FM dapat menjangkau daerah yang lebih luas. 53

62 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PEMANCAR MODULASI FREKUENSI DENGAN FREKUENSI PANCARAN 55 MHz Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana muda Ahli Madya dari Politeknik Negeri Padang Elsa Yolanda Oktavia BP PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI PADANG 2016

63 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PEMANCAR MODULASI FREKUENSI DENGAN FREKUENSI PANCARAN 55 MHz TUGAS AKHIR Elsa Yolanda Oktavia BP PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI PADANG 2016

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 2. SISTEM MODULASI DALAM PEMANCAR GELOMBANG RADIO Modulasi merupakan metode untuk menumpangkan sinyal suara pada sinyal radio. Maksudnya, informasi yang akan disampaikan kepada

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. dengan cara modulasi dan gelombang elektromagnetik. Gelombang ini melintas dan

BAB II DASAR TEORI. dengan cara modulasi dan gelombang elektromagnetik. Gelombang ini melintas dan BAB II DASAR TEORI Pemancar radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan gelombang elektromagnetik. Gelombang ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga

Lebih terperinci

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Realisasi PLL (Phase Locked Loop) sebagai modul praktikum demodulator FM sebelumnya telah pernah dibuat oleh Rizal Septianda mahasiswa Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Alat Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang direncanakan diperlihatkan pada Gambar 3.1. Sinyal masukan carrier recovery yang berasal

Lebih terperinci

BOBI KURNIAWAN, JANA UTAMA Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

BOBI KURNIAWAN, JANA UTAMA Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia bidang TEKNIK PERANCANGAN RADIO PORTABEL UNTUK MASYARAKAT PEDESAAN DI INDONESIA BERBASIS FREKUENSI MODULASI (FM) DENGAN MENGGUNAKAN MP3, MEMORY CARD, KOMPUTER DAN LINE IN MICROPONE SEBAGAI MEDIA INPUT

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS Untuk mengetahui apakah hasil rancangan yang dibuat sudah bekerja sesuai dengan fungsinya atau tidak, perlu dilakukan pengujian dan beberapa pengukuran pada beberapa test point

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENELITIAN TERDAHULU Sebelumnya penelitian ini di kembangkan oleh mustofa, dkk. (2010). Penelitian terdahulu dilakukan untuk mencoba membuat alat komunikasi bawah air dengan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Tinjauan Umum Alat Alat ini menggunakan system PLL hanya pada bagian pemancar, terdapat juga penerima, dan rangkaian VOX atau voice operated switch, dimana proses pengalihan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan tentang perancangan perangkat keras dari tugas akhir yang berjudul Penelitian Sistem Audio Stereo dengan Media Transmisi Jala-jala Listrik. 3.1.

Lebih terperinci

Perancangan dan Pembuatan Tahap RF Downlink 436,9 Mhz untuk Portable Transceiver Ground Station Satelit Iinusat-01

Perancangan dan Pembuatan Tahap RF Downlink 436,9 Mhz untuk Portable Transceiver Ground Station Satelit Iinusat-01 Seminar Tugas Akhir Selasa, 24 Januari 2012 Perancangan dan Pembuatan Tahap RF Downlink 436,9 Mhz untuk Portable Transceiver Ground Station Satelit Iinusat-01 Riski Andami Nafa 2209106071 Pembimbing :

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu adalah penelitian yang mencoba membuat alat komunikasi bawah air dengan cara mengirimkan bit yang di tandai oleh nyala lampu yang berbasis

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 52 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM Bab ini membahas pengujian alat yang dibuat, kemudian hasil pengujian tersebut dianalisa. 4.1 Pengujian Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN REALISASI

BAB 3 PERANCANGAN DAN REALISASI ABSTRAK Transceiver (transmitter receiver) tidak hanya digunakan untuk komunikasi suara saja tetapi dapat digunakan untuk komunikasi data dengan menggunakan sebuah modem. Untuk komunikasi jarak jauh biasa

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM. 1141160049 JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL 2011/2012 POLITEKNIK NEGERI MALANG jl.soekarno

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal.

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal. BAB II DASAR TEORI 2.1 Modulasi Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk memperoleh transmisi yang efisien dan handal. Pemodulasi yang merepresentasikan pesan yang akan dikirim, dan

Lebih terperinci

Dasar- dasar Penyiaran

Dasar- dasar Penyiaran Modul ke: Fakultas FIKOM Dasar- dasar Penyiaran AMPLITUDO MODULATON FREQUENCY MODULATON SHORT WAVE (SW) CARA KERJA PEMANCAR RADIO Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi BROAD CASTING Judul Sub Bahasan

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Bandung, Februari 2015 Penyusun. (Agung Rismawan)

Kata Pengantar. Bandung, Februari 2015 Penyusun. (Agung Rismawan) Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN REALISASI PLL(88-108) MHZ DENGAN INDIKATOR LED SAAT DAERAH FREKUENSI LOCK DAN UNLOCK

PERANCANGAN DAN REALISASI PLL(88-108) MHZ DENGAN INDIKATOR LED SAAT DAERAH FREKUENSI LOCK DAN UNLOCK Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Tugas Akhir - 2008 PERANCANGAN DAN REALISASI PLL(88-108) MHZ DENGAN INDIKATOR LED SAAT DAERAH FREKUENSI LOCK DAN UNLOCK Gumilar Trisyana Putra¹, Budianto², Budi Prasetya³

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH KAPITA SELEKTA Desain Sistem PLC 1 Arah Dosen: Bp. Binsar Wibawa

TUGAS MATA KULIAH KAPITA SELEKTA Desain Sistem PLC 1 Arah Dosen: Bp. Binsar Wibawa TUGAS MATA KULIAH KAPITA SELEKTA Desain Sistem PLC 1 Arah Dosen: Bp. Binsar Wibawa Disusun oleh: (Telkom Group) 1. Alwin Bahari 2. Aulya Rahman F 3. Firman Anggoro 4. Gunawan 5. Hafiz Maulana 6. Irfan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 2 BAB III METODE PENELITIAN Pada skripsi ini metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen (uji coba). Tujuan yang ingin dicapai adalah membuat suatu alat yang dapat mengkonversi tegangan DC ke AC.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Abstrak... Abstract... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... BAB I Pendahuluan Latar Belakang...

DAFTAR ISI. Abstrak... Abstract... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... BAB I Pendahuluan Latar Belakang... ABSTRAK Kemajuan teknologi sudah berkembang dengan pesat terutama dengan banyak terciptanya berbagai macam peralatan dalam bidang telekomunikasi yang salah satunya yaitu modem sebagai alat modulasi dan

Lebih terperinci

Pemancar dan Penerima FM

Pemancar dan Penerima FM Pemancar dan Penerima FM Budihardja Murtianta Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga budihardja.murtianta@staff.uksw.edu Ringkasan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Modulasi Modulasi adalah proses pencampuran dua sinyal menjadi satu sinyal. Biasanya sinyal yang dicampur adalah

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Modulasi Modulasi adalah proses pencampuran dua sinyal menjadi satu sinyal. Biasanya sinyal yang dicampur adalah BAB II PEMBAHASAN.1. Pengertian Modulasi Modulasi adalah proses pencampuran dua sinyal menjadi satu sinyal. Biasanya sinyal yang dicampur adalah sinyal berfrekuensi tinggi dan sinyal berfrekuensi rendah.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk mempermudah penjelasan dan cara kerja alat ini, maka dibuat blok diagram. Masing-masing blok diagram akan dijelaskan lebih rinci

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Realisasi modul praktikum FM menggunakan PLL (Phase Locked Loop) sebelumnya telah pernah dibuat oleh Rizal Septiandi mahasiswa Program Studi Teknik Telekomunikasi

Lebih terperinci

I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A

I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A VI. ANALISA DATA Percobaan SSB dan DSB yang pertama sinyal audio dengan gelombang sinus 1kHz dan amplitudo 2Vpp dimodulasi dengan carrier. Sinyal audio digabung

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA TRANSCEIVER Oleh : Sunarto YBØUSJ

PRINSIP KERJA TRANSCEIVER Oleh : Sunarto YBØUSJ PRINSIP KERJA TRANSCEIVER Oleh : Sunarto YBØUSJ UMUM Radio communication transceiver adalah pesawat pemancar radio sekaligus berfungsi ganda sebagai pesawat penerima radio yang digunakan untuk keperluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Inovasi di dalam teknologi telekomunikasi berkembang dengan cepat dan selaras dengan perkembangan karakteristik masyarakat modern yang memiliki mobilitas tinggi, mencari

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Pada perancangan perangkat keras (hardware) ini meliputi: Rangkaian

BAB III PERANCANGAN. Pada perancangan perangkat keras (hardware) ini meliputi: Rangkaian BAB III PERANCANGAN Pada perancangan perangkat keras (hardware) ini meliputi: Rangkaian catu daya, modulator dan demodulator FSK, pemancar dan penerima FM, driver motor DC, mikrokontroler, sensor, serta

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada alat ini. Dimulai dari uraian perangkat keras lalu uraian perancangan

Lebih terperinci

Rangkaian Pembangkit Gelombang dengan menggunakan IC XR-2206

Rangkaian Pembangkit Gelombang dengan menggunakan IC XR-2206 Eddy Nurraharjo Program Studi Teknik Informatika, Universitas Stikubank email : eddynurraharjo@gmail.com Abstrak Sebuah sinyal dapat dihasilkan dari suatu pembangkit sinyal yang berupa sebuah rangkaian

Lebih terperinci

LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2015/2016

LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2015/2016 LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2015/2016 JUDUL AMPITUDE SHIFT KEYING GRUP 4 3A PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Blok diagram Dibawah ini adalah gambar blok diagram dari sistem audio wireless transmitter menggunakan laser yang akan di buat : Audio player Transmitter Speaker Receiver

Lebih terperinci

ALAT TRANSCEIVER AUDIO WIRELESS ANTARA MUSIC PLAYER DENGAN SPEAKER AKTIF MENGGUNAKAN GELOMBANG RADIO

ALAT TRANSCEIVER AUDIO WIRELESS ANTARA MUSIC PLAYER DENGAN SPEAKER AKTIF MENGGUNAKAN GELOMBANG RADIO T E S L A VOL. 15 NO.2 OKTOBER 2013 ALAT TRANSCEIVER AUDIO WIRELESS ANTARA MUSIC PLAYER DENGAN SPEAKER AKTIF MENGGUNAKAN GELOMBANG RADIO Aripin 1, Endah Setyaningsih 1 dan Tjandra Susila 22 Abstract: Music

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM AUDIO SECARA WIRELESS TRANSMITTER MENGGUNAKAN LASER POINTER

PEMODELAN SISTEM AUDIO SECARA WIRELESS TRANSMITTER MENGGUNAKAN LASER POINTER PEMODELAN SISTEM AUDIO SECARA WIRELESS TRANSMITTER MENGGUNAKAN LASER POINTER Eko Supriyatno, Siswanto Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Jakarta Email : anzo.siswanto@gmail.com

Lebih terperinci

1. Pengertian Penguat RF

1. Pengertian Penguat RF 1. Pengertian Penguat RF Secara umum penguat adalah peralatan yang menggunakan tenaga yang kecil untuk mengendalikan tenaga yang lebih besar. Dalam peralatan elektronik dibutuhkan suatu penguat yang dapat

Lebih terperinci

Perancangan dan Pembuatan Tahap RF Downlink 2.4 GHz Untuk Pengiriman Citra Pada Sistem Komunikasi Satelit Nano

Perancangan dan Pembuatan Tahap RF Downlink 2.4 GHz Untuk Pengiriman Citra Pada Sistem Komunikasi Satelit Nano JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-160 Perancangan dan Pembuatan Tahap RF Downlink 2.4 GHz Untuk Pengiriman Citra Pada Sistem Komunikasi Satelit Nano Rochmawati

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT. modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT. modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT 3.1 Pembuatan Modulator 8-QAM Dalam Pembuatan Modulator 8-QAM ini, berdasarkan pada blok diagram modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2012/2013 JUDUL ( FSK) FREQUENCY SHIFT KEYING GRUP 1 TELKOM 3D PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK

Lebih terperinci

PEMANCAR DAN PENERIMA RADIO MOD. f c AUDIO AMPL. f LO MOD FREK LOCAL OSCIL

PEMANCAR DAN PENERIMA RADIO MOD. f c AUDIO AMPL. f LO MOD FREK LOCAL OSCIL VII. PEMANCAR DAN PENERIMA RADIO VII.1. BLOK DIAGRAM PEMANCAR AM / FM a. MOD Sinyal AM / FM / SSB Antena b. MOD AMP POWER Mikr s.akustik s. Listrik f LO LOCAL OSCIL Antena c. MOD FREK FREQ. MULTI PLIER

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 206/207 JUDUL SINGLE SIDEBANDD-DOUBLE SIDEBAND (SSB-DSB) GRUP 2 3C PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK

Lebih terperinci

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Model Sistem Komunikasi Sinyal listrik digunakan dalam sistem komunikasi karena relatif gampang dikontrol. Sistem komunikasi listrik ini mempekerjakan sinyal listrik untuk membawa

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PEDOMAN PRAKTIKUM

BAB III PERANCANGAN PEDOMAN PRAKTIKUM BAB III PERANCANGAN PEDOMAN PRAKTIKUM 3.1. Perancangan Pedoman Praktikum Pada perancangan pedoman praktikum untuk mata kuliah Elektronika Telekomunikasi Analog terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Tujuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori teori yang mendasari perancangan dan perealisasian inductive wireless charger untuk telepon seluler. Teori-teori yang digunakan dalam skripsi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. regulator yang digunakan seperti L7805, L7809, dan L Maka untuk

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. regulator yang digunakan seperti L7805, L7809, dan L Maka untuk BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Pengukuran Catu Daya Pada pengujian catu daya dilakukan beberapa pengukuran terhadap IC regulator yang digunakan seperti L7805, L7809, dan L78012. Maka untuk regulator

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK A. OP-AMP Sebagai Peguat TUJUAN PERCOBAAN PERCOBAAN VII OP-AMP SEBAGAI PENGUAT DAN KOMPARATOR

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KOMUNIKASI RADIO SEMESTER V TH 2013/2014 JUDUL REJECTION BAND AMPLIFIER GRUP 06 5B PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI JAKARTA PEMBUAT

Lebih terperinci

DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI

DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Pendahuluan Telekomunikasi = Tele -- komunikasi Tele = jauh Komunikasi = proses pertukaran informasi Telekomunikasi = Proses pertukaran

Lebih terperinci

menggunakan sistem PAL (Phase Alternating Line), pemancar televisi digunakan untuk mengirimkan sinyal-sinyal suara dan sinyal-sinyal gambar

menggunakan sistem PAL (Phase Alternating Line), pemancar televisi digunakan untuk mengirimkan sinyal-sinyal suara dan sinyal-sinyal gambar X. BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Sistem Alat yang dibuat merupakan pemancar televisi berwama dengan menggunakan sistem PAL (Phase Alternating Line), pemancar televisi digunakan untuk mengirimkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI DUA ARAH DENGAN SISTEM MODULASI FM

PERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI DUA ARAH DENGAN SISTEM MODULASI FM ISSN: 1693-6930 81 PERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI DUA ARAH DENGAN SISTEM MODULASI FM Makmur 1, Tole Sutikno 2 1 PT. Semen Tonasa (Persero) Jl. Chairil Anwar No. 1, Makassar 09113, Telp. (0411) 321823 Fax.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 54 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Dalam bab ini akan dibahas tentang pengujian berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja dari sistem mulai dari blok-blok

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI MALANG 2016

POLITEKNIK NEGERI MALANG 2016 PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI LAPORAN PERCOBAAN 8 PHASE LOCKED LOOP Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Elektronika Telekomunikasi Semester IV PEMBIMBING : Lis Diana Mustafa, ST. MT.

Lebih terperinci

Modul Elektronika 2017

Modul Elektronika 2017 .. HSIL PEMELJRN MODUL I KONSEP DSR TRNSISTOR Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan karakteristik serta fungsi dari rangkaian dasar transistor..2. TUJUN agian ini memberikan informasi mengenai penerapan

Lebih terperinci

Cara Kerja Exciter Pemancar Televisi Analog Channel 39 di LPP (Lembaga Penyiaran Publik) Stasiun Transmisi Joglo Jakarta Barat

Cara Kerja Exciter Pemancar Televisi Analog Channel 39 di LPP (Lembaga Penyiaran Publik) Stasiun Transmisi Joglo Jakarta Barat Cara Kerja Exciter Pemancar Televisi Analog Channel 39 di LPP (Lembaga Penyiaran Publik) Stasiun Transmisi Joglo Jakarta Barat Yogo Tri Saputro 17411549 Teknik Elektro Latar Belakang Pada dasarnya pemancar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi PWM Sinyal PWM pada umumnya memiliki amplitudo dan frekuensi dasar yang tetap, namun, lebar pulsanya bervariasi. Lebar pulsa PWM berbanding lurus dengan amplitudo sinyal

Lebih terperinci

TAKARIR. periode atau satu masa kerjanya dimana periodenya adalah nol.

TAKARIR. periode atau satu masa kerjanya dimana periodenya adalah nol. TAKARIR AC {Alternating Current) Adalah sistem arus listrik. Sistem AC adalah cara bekerjanya arus bolakbalik. Dimana arus yang berskala dengan harga rata-rata selama satu periode atau satu masa kerjanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain fungsi dari function generator, osilator, MAX038, rangkaian operasional amplifier, Mikrokontroler

Lebih terperinci

Rancang Bangun Modulator FM

Rancang Bangun Modulator FM Rancang Bangun Modulator FM David Satria Efendi* Febrizal** Rahyul Amri** *Alumni Teknik Elektro Universitas Riau **Jurusan Teknik Elektro Universitas Riau Kampus Binawidya Km 125 Simpang Baru Panam Pekanbaru

Lebih terperinci

MODULATOR DAN DEMODULATOR BINARY ASK. Intisari

MODULATOR DAN DEMODULATOR BINARY ASK. Intisari MODULATOR DAN DEMODULATOR BINARY ASK MODULATOR DAN DEMODULATOR BINARY ASK Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email: budihardja@yahoo.com Intisari

Lebih terperinci

PENGERTIAN GELOMBANG RADIO

PENGERTIAN GELOMBANG RADIO PENGERTIAN GELOMBANG RADIO PENGERTIAN GELOMBANG RADIO Sebelumnya kita bahas tentang Pengertian Radio Terlebih Dahulu. Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara Radiasi dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN 3.1 Perancangan Sistem Perancangan mixer audio digital terbagi menjadi beberapa bagian yaitu : Perancangan rangkaian timer ( timer circuit ) Perancangan rangkaian low

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. serta pengujian terhadap perangkat keras (hardware), serta pada bagian sistem

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. serta pengujian terhadap perangkat keras (hardware), serta pada bagian sistem BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pengujian terhadap sistem yang telah dibuat dilakukan untuk mengetahui apakah sistem yang telah dibuat sudah dapat digunakan sesuai dengan perencanaan yang ada. Pengujian dan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN ROBOT MENGGUNAKAN MODULASI DIGITAL FSK (Frequency Shift Keying )

PENGENDALIAN ROBOT MENGGUNAKAN MODULASI DIGITAL FSK (Frequency Shift Keying ) PENGENDALIAN ROBOT MENGGUNAKAN MODULASI DIGITAL FSK (Frequency Shit Keying ) JOHANES 1 - FX.HENDRA PRASETYA 2 - RISA FARRID CHRISTIANTI 3 anes_spook@yahoo.com ; Universitas Katolik Soegijapranata Jl.Pawiyatan

Lebih terperinci

PERCOBAAN VIII TRANSDUSER UNTUK PENGUKURAN SUARA

PERCOBAAN VIII TRANSDUSER UNTUK PENGUKURAN SUARA PERCOBAAN VIII TRANSDUSER UNTUK PENGUKURAN SUARA A. TUJUAN PERCOBAAN : Setelah melakukan praktek, mahasiswa diharapkan dapat : 1. Mengetahui konstruksi dasar dan karakteristik dari sebuah microphone dynamic

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Dasar teori yang mendukung untuk tugas akhir ini adalah teori tentang device atau

BAB II DASAR TEORI. Dasar teori yang mendukung untuk tugas akhir ini adalah teori tentang device atau 7 BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang mendukung untuk tugas akhir ini adalah teori tentang device atau komponen yang digunakan, antara lain teori tentang: 1. Sistem Monitoring Ruangan 2. Modulasi Digital

Lebih terperinci

PHASE LOCK LOOP FREQUENCY SYNTHESIZER

PHASE LOCK LOOP FREQUENCY SYNTHESIZER PHASE LOCK LOOP FREQUENCY SYNTHESIZER Langka 1 Kc Oleh : Sunarto YBØUSJ UMUM Pada prinsipnya Phase Lock Loop adalah suatu feedback control system yang rangkaiannya terdiri atas bagian bagian pokok sebagai

Lebih terperinci

PEMBUATAN PEMANCAR FM SEDERHANA UNTUK ALAT PERAGA

PEMBUATAN PEMANCAR FM SEDERHANA UNTUK ALAT PERAGA INDEPT, Vol. 6, No. 1 Februari 2016 ISSN 2087 9245 PEMBUATAN PEMANCAR FM SEDERHANA UNTUK ALAT PERAGA João Dos Reis Tavares 1, Heni Puspita 2 Program Studi Avionik Fakultas Teknik Universitas Nurtanio Bandung

Lebih terperinci

PEMANCAR&PENERIMA RADIO

PEMANCAR&PENERIMA RADIO PEMANCAR&PENERIMA RADIO Gelombang elektromagnetik gelombang yang dapat membawa pesan berupa sinyal gambar dan suara yang memiliki sifat, dapat mengarungi udara dengan kecepatan sangat tinggi sehingga gelombang

Lebih terperinci

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) DASAR ELEKTRONIKA KOMPONEN ELEKTRONIKA SISTEM BILANGAN KONVERSI DATA LOGIC HARDWARE KOMPONEN ELEKTRONIKA PASSIVE ELECTRONIC ACTIVE ELECTRONICS (DIODE

Lebih terperinci

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER 1. Tujuan Memahami op-amp sebagai penguat inverting dan non-inverting Memahami op-amp sebagai differensiator dan integrator Memahami op-amp sebagai penguat jumlah 2. Alat

Lebih terperinci

Dasar- dasar Penyiaran

Dasar- dasar Penyiaran Modul ke: Dasar- dasar Penyiaran AMPLITUDO MODULATON FREQUENCY MODULATON CARA KERJA PENERIMA RADIO Fakultas FIKOM Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi BROAD CASTING Judul Sub Bahasan Template Modul

Lebih terperinci

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, ,

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, , 56 Tabel 4.1 Hasil Perbandingan Antara Output LM 35 dengan Termometer No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0,25 25 0 2 0,26 26 0 3 0,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0,29 28 1 6

Lebih terperinci

MODULASI. Adri Priadana. ilkomadri.com

MODULASI. Adri Priadana. ilkomadri.com MODULASI Adri Priadana ilkomadri.com Pengertian Modulasi Merupakan suatu proses penumpangan atau penggabungan sinyal informasi (pemodulasi) kepada gelombang pembawa (carrier), sehingga memungkinkan sinyal

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas tentang perancangan sistem yang dibuat dimana diantaranya terdiri dari penjelasan perancangan perangkat keras, perancangan piranti lunak dan rancang bangun

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) I. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai

Lebih terperinci

BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk

BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA Kompetensi: Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk komunikasi, salah satunya pada rentang band High Frequency (HF). Mahasiswa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013. Perancangan alat penelitian dilakukan di Laboratorium Elektronika, Laboratorium

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTEK TV DAN DISPLAY BLOK TUNER DONAL INDRA 05 / / 3E2

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTEK TV DAN DISPLAY BLOK TUNER DONAL INDRA 05 / / 3E2 LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTEK TV DAN DISPLAY BLOK TUNER DONAL INDRA 0 / 64 / E JURUSAN ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG 008 FT UNP Padang Lembaran : Job Sheet Jurusan : Pend. TeElektronika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Frekuensi Untuk mengetahui apakah besarnya nilai frekuensi berpengaruh terhadap transmisi daya, maka diperlukan pengukuran daya dengan menggunakan nilai frekuensi

Lebih terperinci

Penguat Inverting dan Non Inverting

Penguat Inverting dan Non Inverting 1. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian op-amp sebagai penguat inverting dan non inverting. 2. Mengamati fungsi kerja dari masing-masing penguat 3. Mahasiswa dapat menghitung penguatan

Lebih terperinci

B B BA I PEN EN A D HU LU N 1.1. Lat L ar B l e ak an Mas M al as ah

B B BA I PEN EN A D HU LU N 1.1. Lat L ar B l e ak an Mas M al as ah BAB I PENDAHULUAN Pada tugas akhir ini penulis akan merancang dan membuat penguat audio kelas D tanpa tapis induktor-kapasitor (LC) yang memanfaatkan modulasi tiga aras. Pada bab I, penulis akan menjelaskan

Lebih terperinci

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto Pengkondisian Sinyal Rudi Susanto Tujuan Perkuliahan Mahasiswa dapat menjelasakan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Mahasiswa dapat menerapkan penggunaan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Pendahuluan

Lebih terperinci

Latihan Soal dan Pembahasan SOAL A

Latihan Soal dan Pembahasan SOAL A Latihan Soal dan Pembahasan SOAL A 1. Jelaskan jenis-jenis modulasi digital? 2. Apa keuntungan modulasi FM jika dibandingkan dengan modulasi AM? 3. Sebutkan interface mux SDH dan dapan menampung sinyal

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA. Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA. Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan spesifikasi alat sehingga memudahkan menganalisa rangkaian. Pengukuran dilakukan pada setiap titik pengukuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sensor RF (Radio Frekuensi) Sensor RF (Radio Frekuensi) adalah komponen yang dapat mendeteksi sinyal gelombang elektromagnetik yang digunakan oleh sistem komunikasi untuk mengirim

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA VIA JALA JALA LISTRIK

KOMUNIKASI DATA VIA JALA JALA LISTRIK KOMUNIKASI DATA VIA JALA JALA LISTRIK Rama Kurnia Pasifik, Bayu Al Fajri, Angga Setya Perdana Program Studi Teknik Elekomunikasi Politeknik Negeri Jakarta, Depok ABSTRAK Dengan kemajuan dalam bidang telekomunikasi

Lebih terperinci

MODULASI AM, DSB, SSB dan DEMODULASI AMPLITUDO

MODULASI AM, DSB, SSB dan DEMODULASI AMPLITUDO MODULASI AM, DSB, SSB dan DEMODULASI AMPLITUDO 1. Tujuan 1.1 Mahasiswa dapat mempelajari tentang modulasi amplitudo (AM, DSB dan SSB) 1.2 Mahasiswa dapat mempraktekkan modulasi amplitudo (AM, DSB dan SSB)

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS Untuk mengetahui apakah hasil rancangan yang dibuat sudah bekerja sesuai dengan fungsinya atau tidak, perlu dilakukan beberapa pengukuran pada beberapa test point yang dianggap

Lebih terperinci

ANALISIS BANDWIDTH KANAL CATV MENGGUNAKAN MODULATOR TELEVES 5857 DAN ZINWEL C1000

ANALISIS BANDWIDTH KANAL CATV MENGGUNAKAN MODULATOR TELEVES 5857 DAN ZINWEL C1000 SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 3/ Juni ANALISIS BANDWIDTH KANAL CATV MENGGUNAKAN MODULATOR TELEVES 5857 DAN ZINWEL C1000 Mulia Raja Harahap, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun komponen-komponen penting dalam pembuatan perancangan alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun komponen-komponen penting dalam pembuatan perancangan alat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Komponen yang digunakan Adapun komponen-komponen penting dalam pembuatan perancangan alat pembangkit sinyal EKG menggunakan IC 14521 dan IC 14017 antara lain: Tabel 3.

Lebih terperinci

METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan. 3.2 Alat dan Bahan Bahan Alat

METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan. 3.2 Alat dan Bahan Bahan Alat METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilakukan di Laboratorium Ergonomika dan Elektronika Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian dan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENULISAN

BAB III METODOLOGI PENULISAN BAB III METODOLOGI PENULISAN 3.1 Blok Diagram Gambar 3.1 Blok Diagram Fungsi dari masing-masing blok diatas adalah sebagai berikut : 1. Finger Sensor Finger sensor berfungsi mendeteksi aliran darah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp ) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp ) 1.2 Alat Alat Yang Digunakan Kit praktikum karakteristik opamp Voltmeter DC Sumber daya searah ( DC

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENGUAT DAYA RF

RANCANG BANGUN PENGUAT DAYA RF Berkala Fisika ISSN : 141-966 Vol. 6, No. 3, Juli 3, hal. 55-6 RANCANG BANGUN PENGUAT DAYA RF Sapto Nugroho 1, Dwi P. Sasongko, Isnaen Gunadi 1 1. Lab. Elektronika dan Instrumentasi, Jurusan Fisika, UNDIP

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tergantung pada besarnya modulasi yang diberikan. Proses modulasi

BAB II LANDASAN TEORI. tergantung pada besarnya modulasi yang diberikan. Proses modulasi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Modulasi dan Demodulasi Modulasi adalah suatu proses dimana parameter dari suatu gelombang divariasikan secara proposional terhadap gelombang lain. Parameter yang diubah

Lebih terperinci