Kebijakan Umum APBD Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran 2016 BAB I PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kebijakan Umum APBD Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran 2016 BAB I PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan dasar pengelolaan keuangan Daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran. Artinya bahwa penetapan kebijakan serta target pendapatan, pengeluaran dan pembiayaan daerah dalam APBD merupakan bagian dari penyelenggaraan pemerintahan daerah yang sangat menentukan kualitas APBD. Oleh karena itu, penyusunan APBD harus dilakukan dengan penuh keseriusan, kecermatan dan ketelitian tersendiri. Hal ini dimaksudkan agar dokumen APBD yang tersusun dapat realisitis, rasional dan akuntabel sehingga penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat berjalan secara efektif dan efisien. Salah satu tahapan dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA). Dari sisi legal, Pasal 310 ayat 1 Undang undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa kepala daerah menyusun KUA dan PPAS berdasarkan RKPD. Hal ini sejalan dengan Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah mengamanatkan bahwa Kepala Daerah menyusun Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS). UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah juga mengamanatkan bahwa dalam penyusunan KUA dan PPAS Kepala Daerah berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Hal ini berarti bahwa proses penyusunan KUA harus mengikuti program dan kegiatan yang telah tercantum pada RKPD. Dengan kata lain, dokumen KUA harus searah dengan RKPD. Secara substansi dokumen KUA Tahun Anggaran 2016 adalah dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk tahun Dengan demikian, maka dokumen KUA tahun 2016 pada dasarnya memuat kebijakan umum daerah tahun anggaran 2016 yang menjadi pedoman dan ketentuan umum dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kebijakan umum ini diharapkan dapat menjembatani antara arah dan tujuan strategis dengan ketersediaan anggaran. Penyusunan KUA Tahun Anggaran 2016 dilakukan melalui proses analisis teknokratik dengan berdasar pada Peraturan Bupati Nomor 18 Tahun KUA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

2 2015 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2016 serta Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang Nomor 2 Tahun 2014 tentang RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun serta memperhatikan kebijakan Pemerintah Kabupaten Pinrang dan menelaah hasil reses anggota DPRD Kabupaten Pinrang. Selain itu, penyusunan KUA Tahun Anggaran 2016 juga memperhatikan kebijakan perencanaan pembangunan nasional. Melalui rangkaian proses penyusunan dimaksud, diharapkan dapat terwujud dokumen KUA Tahun Anggaran 2016 yang implementatif dan akuntabel. Setelah dokumen KUA Tahun Anggaran 2016 tersusun, selanjutnya dokumen tersebut disampaikan kepada DPRD Kabupaten Pinrang untuk dibahas dan disepakati menjadi Nota Kesepakatan KUA/PPAS Tahun Anggaran Pasal 87 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah mengamanatkan bahwa Rancangan KUA dan rancangan PPAS disampaikan kepala daerah kepada DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya. Selanjutnya Pasal 87 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 juga mengamanatkan bahwa Rancangan KUA dan rancangan PPAS selanjutnya disepakati menjadi KUA dan PPAS Kemudian menurut Pasal 88 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, KUA dan PPAS yang telah disepakati masingmasing dituangkan ke dalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama antara kepala daerah dengan pimpinan DPRD dalam waktu bersamaan. Berdasarkan nota kesepakatan tersebut, sesuai dengan Pasal 89 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Kepala Daerah menerbitkan pedoman penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah/Unit Kerja Perangkat Daerah (RKASKPD) sebagai pedoman bagi SKPD dalam menyusun RKASKPD. Dokumen RKASKPD tersebut selanjutnya akan menjadi bahan dalam penyusunan RAPBD Tahun Anggaran Secara diagramatik alur proses perencanaan dan penganggaran dari KUA sampai dengan APBD dapat di lihat pada gambar berikut: KUA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

3 Gambar I.1. Bagan Proses Penyusunan KUA 2016 Berdasarkan Gambar I.1 di atas, RKPD Tahun 2016 menjadi dokumen perencanaan pembangunan yang signifikan. Hal ini didasarkan bahwa dengan dokumen RKPD Tahun 2016, Pemerintah Kabupaten Pinrang menyusun KUA Tahun Anggaran 2016 yang kemudian akan dijadikan dasar bagi penyusunan RAPBD Tahun Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum APBD Penyusunan KUA Tahun Anggaran 2016 bertujuan untuk : 1. Menyusun kerangka ekonomi makro daerah tahun 2016 yang akuntabel yang meliputi pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan indikator makro lainya guna dijadikan dasar dalam perencanaan pembangunan daerah dan APBD tahun anggaran Menyusun asumsi dasar penyusunan APBD Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran 2016 yang rasional dan realistis yang akan digunakan sebagai dasar penyusunan APBD Kabupaten Pinrang tahun anggaran Menyusun kebijakan pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah yang komprehensif dan sistematis untuk dijadikan dasar dalam penyusunan APBD tahun anggaran Menyusun pedoman yang digunakan dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Tahun Anggaran 2016 yang selanjutnya akan dijadikan pedoman bagi seluruh SKPD dalam menyusun Rencana Kerja dan Anggaran. KUA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

4 1.3. Dasar Hukum Penyusunan Kebijakan Umum APBD Dasar hukum penyusunan KUA Tahun Anggaran 2016, antara lain: 1. UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2. UndangUndang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah; 3. UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan UndangUndang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah; 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2016; 11. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Pinrang Tahun ; 12. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pinrang ; 13. Peraturan Bupati Nomor 18 Tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pembangunan Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Pinrang 2016; KUA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

5 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah Tahun 2014 Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator penting dalam pembangunan ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang mantap dan berkualitas akan berpengaruh terhadap pembangunan suatu daerah. Oleh karena itu, historis pertumbuhan ekonomi diperlukan untuk dijadikan dasar perencanaan pembangunan daerah. Untuk perhitungan data tahun 2014 mengalami beberapa perubahan, utamanya dalam perhitungan PDRB. Pada tahuntahun sebelumnya menggunakan tahun dasar 2000, sedangkan untuk tahun 2014 menggunakan tahun dasar Perekonomian Kabupaten Pinrang pada tahun2014 mengalami peningkatan dibandingkan pertumbuhan tahuntahun sebelumnya. Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Pinrang tahun 2014 mencapai 8,11 persen, sedangkan tahun 2013 sebesar 7,28 persen. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian sebesar 13,94 persen. Sedangkan seluruh lapangan usaha ekonomi PDRB yang lain pada tahun 2014 mencatat pertumbuhan yang positif kecuali lapangan usaha Pengadaan Air, Pengelolaan sampah, Limbah sebesar 9,23 persen PDRB Kabupaten Pinrang menurut lapangan usaha dirinci menjadi 17 kategori lapangan usaha dan sebagian besar kategori dirinci lagi menjadi subkategori. Pemecahan menjadi subkategori atau sublapangan usaha ini disesuaikan dengan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Sesuai dengan kebijakan makro ekonomi daerah tersebut diatas dan berdasarkan kondisi, potensi dan permasalahan yang dihadapi serta memperhatikan perkembangan perekonomian yang telah dicapai, maka perkiraan pencapaian makro ekonomi tahun 2015 adalah sebagai berikut : 1. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pinrang tahun 2014 diperkirakan mengalami percepatan yang bertumbuh sekitar 8,11 %. Selama 5 tahun terakhir pertumbuhan relatif cukup fluktuatif, untuk dimana pertumbuhan tertinggi terjadi tahun 2012 dan terendah tahun Hal ini diduga sebagai dampak kontraksi perekonomian nasional dan adanya krisis keuangan internasional sehingga ikut berpengaruh terhadap kinerja perekonomian di daerah. Secara ratarata, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pinrang periode tahun mencapai 0,49%. Pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi sebesar 5.70%. dan pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi mengalami percepatan pertumbuhan yaitu KUA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

6 sebesar 7.71%. Sementara pertumbuhan perekonomian Kabupaten Pinrang Tahun 2012 merupakan pertumbuhan yang cukup moderat yaitu sebesar 8.51%, sedangkan tahun 2013 sedikit mengalami perlambatan yaitu sebesar 7.28%. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi seperti yang diharapkan tersebut maka perlu adanya strategi yang tepat, guna mencapai keberhasilan pembangunan untuk dapat dinikmati oleh masyarakat secara merata. Dengan kondisi tersebut, upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi diarahkan pada sektor ekonomi yang mampu mengoptimalkan lahan dengan penyerapan tenaga kerja yang besar dan produk yang dihasilkan mempunyai keunggulan komparatif dah keunggulan kompetitif. 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) secara umum dibagi ke dalam nilai nilai Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) dan. Gambaran selengkapnya akan diuraikan pada bagian berikut: a. PDRB Harga Berlaku Kemajuan ekonomi suatu daerah memang bisa kita lihat secara kasat mata, namun untuk melakukan perencanaan strategi pembangunan kedepan, hasil pencapaian pembangunan perlu dipotret secara kuantitatif. Kemajuan ekonomi suatu daerah bisa dipotret dengan menggunakan instrument yang bernama PDRB. Meskipun instrument ini tidak mutlak member gambaran kemajuan dan kesejahteraan masyarakatnya, namun paling tidak dipakai dalam menghitung pertumbuhan ekonomi daerah. Untuk tahun 2014 sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan masih merupakan sektor dominan dalam pembentukan PDRB di Kabupaten Pinrang dengan peranannya sekitar 48,51% berdasarkan harga berlaku. Pada urutan kedua adalah sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 12,42%. Menduduki peringkat ketiga dan keempat terbesar dalam memberikan kontribusi bagi PDRB Kabupaten Pinrang secara berturut turut adalah sektor Konstruksi 9.72 % dan Industri Pengolahan sebesar 6,25%, sedangkan sektorsektor lainnya memberikan andil yang realtif kecil yaitu pada kisaran dibawah 5%. Secara keseluruhan PDRB berdasarkan harga berlaku pada tahun 2014 sebesar Rp ,26 milyar atau meningkat sebesar Rp ,94 milyar dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 9.847,32 milyar tahun PDRB Kabupaten Pinrang yang menggambarkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pinrang selama Tahun 2010 sampai 2014 menunjukkan adanya fluktuasi. Untuk tahun 2014 terdapat 8 lapangan usaha yang laju pertumbuhannya KUA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

7 mengalami peningkatan yaitu sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, serta 7 lapangan usahan lainnya mengalami kenaikan. PDRB Kabupaten Pinrang tahun 2014 mengalami peningkatan dibandingkan dengan PDRB untuk tahun Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :. Tabel 2.1 Distribusi Persentase PDRB adh Berlaku di Kabupaten Pinrang Pada Tahun LAPANGAN USAHA a Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan b Pertambangan dan Penggalain c Industri Pengolahan d Pengadaan Listrik dan Gas e Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan adur Ulang f Konstruksi g Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor h Transportasi dan Pergudangan i Penyediaan Akomodasi Makan Minum j Informasi dan Komunikasi k Jasa Keuangan dan Asuransi l Real Estat m,n Jasa Perusahaan o Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib p Jasa Pendidikan q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial r,s,t,u Jasa Lainnya PDRB Sumber : PDRB Kab. Pinrang Tahun b. PDRB Harga Konstan PDRB harga konstan menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun berdasarkan tahun dasar. Adapun tahun dasar yang ditetapkan adalah tahun 2010 mengingat kondisi perekonomian nasional pada tahun 2010 tersebut lebih baik dan lebih stabil, selain itu terjadi perubahan struktur ekonomi selama 10 (sepuluh) tahun terakhir terutama dibidang informasi dan teknologi serta transportasi yang berpengaruh terhadap pola distribusi dan munculnya produkproduk baru. Adapun lapangan usaha lainnya berturutturut mencatat pertumbuhan yang positif, di antaranya lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi KUA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

8 Mobil dan Sepeda Motor mencatat sebesar 11,17 persen, lapangan usaha Pengadaan Listrik dan Gas sebesar 10,50 persen, Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 9,80 persen, lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar 9,45 persen, lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan sebesar 8,96 persen, lapangan usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,81 persen,, lapangan usaha Real Estat sebesar 7,54 persen, lapangan usaha Industri Pengolahan sebesar 7,48 persen, lapangan usaha Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 5,61 persen, lapangan usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 5,07 persen, lapangan usaha Jasa Lainnya sebesar 4,67 persen, lapang usahan Konstruksi sebesar 3,58 persen, lapangan usaha Jasa Pendidikan 3,03 persen, lapangan usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 0,99 persen, dan lapangan usaha Jasa Perusahaan sebesar 0,51 persen.. Secara keseluruhan PDRB berdasarkan harga konstan pada tahun 2014 sebesar Rp. 8,941, atau meningkat sebesar Rp dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp ,50 juta tahun 2013, hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.2 Pertumbuhan PDRB adh Konstan di Kabupaten Pinrang Pada Tahun LAPANGAN USAHA a Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan b Pertambangan dan Penggalain c Industri Pengolahan d Pengadaan Listrik dan Gas e Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan adur Ulang f Konstruksi g Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor h Transportasi dan Pergudangan i Penyediaan Akomodasi Makan Minum j Informasi dan Komunikasi k Jasa Keuangan dan Asuransi l Real Estat m,n Jasa Perusahaan o Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib p Jasa Pendidikan q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial r,s,t,u Jasa Lainnya PDRB Sumber : PDRB Kab. Pinrang Tahun KUA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

9 3. Struktur Ekonomi Perekonomian Kabupaten Pinrang pada tahun 2014 mengalami peningkatan dibandingkan pertumbuhan tahuntahun sebelumnya. Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Pinrang tahun 2014 mencapai 8,11 persen, lebih tinggi daripada partum uhan Sulawesi Selatan, sedangkan tahun 2013 sebesar 7,28 persen. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian sebesar 13,94 persen. Sedangkan seluruh lapangan usaha ekonomi PDRB yang lain pada tahun 2014 mencatat pertumbuhan yang positif kecuali lapangan usaha Pengadaan Air, Pengelolaan sampah, Limbah sebesar 9,23 persen. Adapun laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pinrang tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.3 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pinrang Tahun No Tahun Sulawesi Selatan Pinrang Sumber : PDRB Kab. Pinrang Tahun PDRB Perkapita PDRB perkapita atau pendapatan per kapita merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menggambarkan tingkat kemakmuran masyarakat secara makro. PDRB Perkapita berdasarkan harga berlaku pada Tahun 2014 menunjukkan peningkatan lebih besar dibandingkan dengan PDRB per kapita berdasarkan harga konstan. PDRB perkapita berdasarkan harga berlaku diproyeksikan mencapai juta rupiah, dengan pertumbuhan sebesar 13,47 persen. Pada tahun 2011 dan berturutturut sebesar 14,78; 11,76; dan 14,46 persen pada tahun Hal ini sejalan dengan peningkatan daya beli pada IPM pada tahun , walaupun demikian, peningkatan PDRB perkapita tersebut belum sepenuhnya menggambarkan secara riil kenaikan daya beli masyarakat Pinrang secara umum. Hal ini disebabkan pada PDRB per kapita yang dihitung atas dasar harga berlaku masih terkandung faktor inflasi yang sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Untuk mengetahui perkembangan daya beli masyarakat secara riil bisa digunakan PDRB per kapita atas dasar harga konstan. Adapun PDRB Perkapita menurut lapangan usaha adalah sebagai berikut : KUA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

10 Tabel 2.4 PDRB Perkapita Kabupaten Pinrang Tahun LAPANGAN USAHA Pertanian, Kehutanan, dan a Perikanan 9,17 10,24 11,73 12,95 15,13 b Pertambangan dan Penggalain 0,32 0,37 0,46 0,57 0,75 c Industri Pengolahan 1,16 1,32 1,50 1,70 1,95 d Pengadaan Listrik dan Gas 0,02 0,02 0,02 0,02 0,03 e Pengadaan Air, Pengelolaan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Sampah, Limbah dan adur Ulang f Konstruksi 1,78 2,05 2,36 2,70 3,03 g Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 2,23 2,61 3,08 3,47 3,87 h Transportasi dan Pergudangan 0,52 0,56 0,62 0,69 0,82 i Penyediaan Akomodasi Makan Minum 0,16 0,18 0,21 0,24 0,28 j Informasi dan Komunikasi 0,43 0,49 0,58 0,70 0,75 k Jasa Keuangan dan Asuransi 0,32 0,40 0,52 0,59 0,67 l Real Estat 0,59 0,69 0,81 0,91 1,05 m,n Jasa Perusahaan 0,03 0,03 0,03 0,03 0,04 o Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial 0,93 1,09 1,20 1,29 1,33 Wajib p Jasa Pendidikan 0,68 0,75 0,79 0,86 0,89 q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,25 0,27 0,29 0,34 0,39 r,s,t,u Jasa Lainnya 0,16 0,17 0,18 0,20 0,22 PDRB 18,75 21,24 24,38 27,26 31,20 5. Inflasi Inflasi adalah suatu proses meningkatnya hargaharga secara umum dan terus menerus berkaitan dengan mekanisme pasar.tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dilihat pula dari kemampuan penduduk dalam mengkonsumsi barang dan jasa.perkembangan barang dan jasa ini berdampak langsung terhadap tingkat daya beli dan biaya hidup penduduk.jika hargaharga secara umum meningkat maka bisa terjadi daya beli penduduk menurun.tahun 2014, tingkat inflasi di Kabupaten Pinrang tahun 2014 diperkirakan pada kisaran 15 % 6. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) IPM merupakan salah satu indikator penting yang digunakan dalam perencanaan kebijakan dan evaluasi pembangunan, karena nilai IPM mencakup 3 tiga bidang pembangunan manusia yang diangap paling mendasar, yaitu Angka harapan hidup, pengetahuan, dan hidup layak. KUA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

11 Nilai ini menggambarkan potret pembangunan manusia Kabupaten Pinrang dari kondisi fisik manusia (kesehatan dan kesejahteraan), maupun nonfisik (intelektualitas). Pencapaian hasil IPM merupakan hasl pencapaian jangka waktu yang panjang. Peningkatan IPM pada prinsipnya merupakan perubahan pola pikir manusia, yaitu perubahan untuk semakin berperilaku hidup bersih dan sehat (Bidang kesehatan); Peningkatan intelektual (pendidikan) dan peningkatan kemampuan bersaing secara ekonomi (bidang ekonomi). Ketiga komponen penyusun IPM ini masingmasing menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Dengan demikian perkembangan IPM dari tahun ke tahun terus meningkat, sedikit demi sedikit. Pada tahun 2010 IPM Kabupaten Pinrang 66,25 dan pada tahun 2014 menjadi 68,92. Angka ini berada pada peringkat ke6 di seluruh Sulawesi Selatan, juga berada di atas angka IPM Provinsi Sulawesi Selatan, 68,49. Peningkatan IPM ini berarti bahwa secara perlahan pembangunan di Kabupaten Pinrang memberikan hasil bagi peningkatan kehidupan masyarakat, khususnya di bidang kesehatan, pendidikan, dan daya beli masyarakat. Masyarakat Pinrang tengah menuju ke arah kehidupan yang lebih baik. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.5 Komponem IPM Kabupaten Pinrang Tahun No URAIAN Indeks Kesehatan Indeks Pendidikan Indeks Pengeluaran Sumber BPS Kab. Pinrang Tahun Penduduk dan Ketenagakerjaan Komposisi penduduk Kabupaten Pinrang didominasi oleh penduduk usia muda, seperti tampak pada gambar piramida penduduk Kabupaten Pinrang. Jumlah penduduk usia 04 dan 59 tahun kurang sedikit dibanding usia 1014 tahun karena adanya penurunan jumlah kelahiran selama lima tahun terakhir terkait dengan kebijakan pemerintah di bidang kependudukan. Pada jumlah penduduk usia 2024 juga lebih sedikit dari kelompok usia di bawahnya karena KUA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

12 penduduk pada usia tersebut banyak yang melanjutkan pendidikan atau bekerja di luar daerah. Kelompok penduduk terbanyak terdapat pada usia 1014 tahun. Jumlah penduduk Kabupaten Pinrang tahun 2014 berdasarkan proyeksi data DAU adalah jiwa, dengan kepadatan 186 jiwa/km2rasio jenis kelamin (sex ratio) 94,07 yang berarti bahwa pada setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 94 orang penduduk lakilaki. Dengan kata lain, perbandingan antara jumlah penduduk lakilaki dan perempuan adalah 94:100. Berdasarkan stuktur umur, rasio ketergantungan penduduk Kabupaten Pinrang adalah 58,51 yang berarti bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif (15 64)menanggung 59 orang usia tidak produktif (0 14 dan Adapun rincian jumlah penduduk perkecamatan dapat dilihat pada tabel 2.6 berikut : Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Banyaknya Rumah Tangga Dirinci Tiap Kecamatan Kab. PinrangTahun 2014 NO KECAMATAN Laki Laki Perempuan Jumlah Seks Rasio Rumah Tangga SUPPA 15,211 16,243 31, ,338 2 MATTIRO SOMPE 13,463 14,459 27, ,515 3 LANRISANG 8,222 9,168 17, ,058 4 MATTIRO BULU 13,287 14,348 27, ,448 5 WATANG SAWITTO 26,767 27,967 54, ,769 6 PALETEANG 19,365 20,137 39, ,215 7 TIROANG 10,651 11,130 21, ,082 8 PATAMPANUA 15,696 16,708 32, , CEMPA 8,566 9,137 17, ,131 DUAMPANUA 21,541 23,223 44, ,443 BATULAPPA 4,797 5,083 9, , LEMBANG 18,918 20,000 38, ,079 JUMLAH 176, , , ,943 Sumber : BPS Kab. Pinrang Tahun 2015 Jumlah penduduk tahun 2014 sebesar jiwa mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan Tahun sebelumnya, yaitu : meningkat 0,76 % bila dibandingkan Tahun 2013 yakni sebesar jiwa. Peningkatan dari Tahun 2013 ke Tahun 2014 yang cukup tinggi dibandingkan Tahun 2012 KUA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

13 disebabkan adanya penyesuaian registrasi dengan hasil Sensus Penduduk Tahun Hal ini membuktikan perlunya perbaikan registrasi data kependudukan dari instansi terkait. Dengan adanya program elektronik KTP, menjadi momentum dan peluang untuk melakukan perbaikan terhadap registrasi penduduk tahuntahun mendatang, sehingga akurasi jumlah penduduk menjadi lebih baik. Salah satu Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat tergambarkan dari laju pertumbuhan angkatan kerja yang terserap pada lapangan pekerjaan. Tingginya angkatan kerja pada suatu daerah secara langsung dapat menggerakan perekonomian daerah tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya masalah sosial. Gambaran kondisi ketenagakerjaan seperti tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), persentase kesempatan kerja, persentase angkatan kerja yang bekerja dan distribusi lapangan pekerjaan sangat berguna dalam melihat prospek ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat apakah benarbenar digerakan oleh produksi yang melibatkan tenaga kerja daerah atau karena pengaruh faktor lain. Banyaknya penduduk yang bekerja akan berdampak pada peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan penduduk sangat menentukan pemenuhan kebutuhan hidup yang layak (peningkatan kemampuan daya beli). Pada tahun 2014 jumlah angakatan kerja Kabupaten Pinrang sebesar yang terdiri dari lakilaki sebesar dan perempuan sebesar , sedangkan yang bekerja sebesar Mengingat Kabupaten Pinrang merupakan salah satu daerah andalan Provinsi Sulawesi Selatan sebagai penghasil beras dan hasil bumi lainnya.oleh sebab itu sektor pertanian merupakan lapangan pekerjaan yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Tingginya TPAK seyogyanya diimbangi dengan besarnya kesempatan kerja. Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan investasi yang dapat menciptakan kesempatan kerja, sehingga dapat menyerap pertambahan angkatan kerja. Untuk tahun 2014 jumlah pengangguran terbuka Kabupaten Pinrang sebesar 2,8 %. Kabupaten Pinrang adalah salah satu daerah andalan Provinsi Sulawesi Selatan sebagai penghasil beras dan hasil bumi lainnya. Oleh sebab itu sektor pertanian merupakan lapangan pekerjaan yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Berdasarkan data Sakernas 2010, banyaknya penduduk yang bekerja di sektor pertanian sekitar 50,06 persen kemudian disusul sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Hotel sebesar 18,05 persen, Jasa Kemasyarakatan 14,45, Industri Pengolahan sekitar 8,82 persen dan sector Lainnya 8,60 persen. KUA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

14 2.2 Rencana Target Ekonomi Makro Untuk melakukan proyeksi pertumbuhan ekonomi selain mempertimbangkan laju pertumbuhan ekonomi pada periodeperiode sebelumnya atau data historis, juga perlu dipertimbangkan potensi atas kondisi perekonomian yang terjadi pada periode pelaporan. Selain hal itu perlu juga dipertimbangkan fenomenafenomena yang terjadi saat ini maupun fenomena yang diperkirakan akan terjadi di masa yang akan datang (periode proyeksi) yang berpotensi mempengaruhi perekonomian. Dengan tanpa mengabaikan adanya keterikatan ekonomi antar sektor dalam satu daerah dan keterikatan antar daerah, maka untuk melakukan proyeksi perlu dipertimbangkan laju pertumbuhan ekonomi provinsi maupun pertumbuhan kabupaten lainnya. 1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Pinrang 2015 Catatan terakhir pertumbuhan ekonomi Pinrang pada tahun 2014 sebesar 8.11%, dengan kecenderungan yang meningkat merupakan modal awal untuk pencapaian pertumbuhan yang lebih baik di tahun 2015 dan Namun demikian tekanan dari sisi pengeluaran pemerintah yang merupakan salah satu pendorong utama tidak dapat diabaikan. a. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Pinrang Tahun 2015 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pinrang pada 2015 berada pada kisaran 8,5 %. Secara umum laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pinrang pada 2014 mengalami percepatan, diperkirakan pada tahun 2015 akan mengalami percepatan pertumbuhan yang mampu mempengaruhi perekonomian secara umum, walaupun pertumbuhannya tidak signifikan, hal ini dipengaruhi dengan kebijakan dalam mengurangi subsidi BBM. Proyeksi pertumbuhan yang diperkirakan diatas capaian pertumbuhan 2014 sebesar 8.11%. Ekspansi sektor pertanian terutama didorong oleh kinerja pertanian tanaman bahan makanan dan peternakan. Beberapa hal yang diperkirakan akan turut mendorong kinerja sektor pertanian adalah peningkatan kualitas infrastruktur pertanian, terutama dalam hal pengairan dan irigasi, adanya upaya optimalisasi lahan tidak produktif (lahan bero) serta dikembangkannya programprogram yang terkait dengan peningkatan produksi pertanian seperti kelompok wanita tani, pengoptimalan lahan pekarangan untuk produksi pertanian Kendala sektor pertanian kedepan terutama dalam hal hama. Selain sektor pertanian, Kehutanan,, dan Perikanan sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Sektor Konstruksi serta KUA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

15 Industri Pengolahan juga diperkirakan turut mendorong pertumbuhan pada tahun Pada Tahun 2015 proyeksi laju pertumbuhan perekonomian Kabupaten Pinrang diperkirakan mampu tumbuh lebih tinggi dari tahun sebelumnya mencapai kisaran 8,5%. Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dipicu oleh pertumbuhan daerah lain. Selain tingginya dorongan faktor eksternal pertumbuhan ini juga diperkirakan didukung oleh laju inflasi yang lebih moderat dibandingkan tahun sebelumnya. Walaupun masih terdapat kekuatiran adanya kebijakankebijakan baru.. Gambar II.1 Pertumbuhan Ekonomi Tahun Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan Pinrang Sumber: BPS Kabupaten Pinrang, 2015 Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar II.1 diatas bahwa laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pinrang tahun 2014 mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan yang dicapai tahun 2013 (berdasarkan tahun dasar 2010). Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya PDRB hal ini ditandai dengan laju pertumbuhan beberapa sektor, terutama sector pertanian, kehutanan, dan perikanan. Selain itu adanya perubahan struktur ekonomi selama 10 (sepuluh) tahun terakhir terutama dibidang informasi dan teknologi serta transportasi yang berpengaruh terhadap pola distribusi dan munculnya produkproduk baru KUA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

16 Pada tahun 2014 sektor yang mengalami pertumbuhan paling tinggi adalah Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yaitu sebesar 13,72 persen. Selanjutnya adalah sektor Informasi dan Komunikasi sebesar 11,08 persen. kemudian pertumbuhan sektor Jasa Perusahaan sebesar 8,95 persen. Kondisi tersebut tergambarkan dari grafik tersebut diatas. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan jumlah penduduk miskin. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Tahun 2014, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami peningkatan dari 1,96 persen menjadi 2,8 persen atau terjadi peningkatan sebesar 0,82 poin. Secara absolut, jumlah penganggur mengalami peningkatan sebanyak orang yaitu dari orang pada tahun 2013 menjadi orang pada tahun Sementara jumlah angkatan kerja pada tahun 2014 mencapai orang, bertambah orang dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja tahun 2013 yaitu orang. Perkembangan jumlah angkatan kerja dan tingkat pengagguran Kabupaten Pinrang terlihat pada gambar berikut. Gambar II.4. Tingkat Pengangguran Kabupaten Pinrang Tahun , , ,000 50,000 Angkatan Kerja Pengangguran Terbuka (Sumber: BPS Kabupaten Pinrang tahun 2015) Pada Gambar II.4 tergambarkan bahwa jumlah angkatan kerja Kabupaten Pinrang cenderung stabil dari tahun 2010 sampai tahun 2014, sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka berfluktuasi, jika dibandingkan pada tahun terjadi penurunan dari pada tahun 2010 menjadi persen pada tahun Selain indikator Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), dampak gejolak inflasi juga mempengaruhi jumlah penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin secara makro sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan (GK), yaitu sejumlah rupiah yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan minimal makanan dan non makanan, yang merupakan ratarata pengeluaran perkapita. Berdasarkan data kemiskinan yang dikeluarkan BPS Kabupaten Pinrang pada tahun 2013 jumlah penduduk miskin di Kabupaten Pinrang tercatat sebesar 32,1 ribu orang (8,86 persen). Dibandingkan dengan Maret 2012 (28,1 ribu orang atau 7,83 KUA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

17 persen), jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 4 ribu lebih atau meningkat 1,03 poin.: Gambar II.5. Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Pinrang Tahun Persentase Penduduk Miskin Kab. Pinrang Jumlah Persentase (Sumber: BPS Kab. Pinrang 2015) Dengan melihat Gambar II.5 di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat Kemiskinan yang cenderung fluktuasi dari tahun ke tahun, dan terjadi peningkatan pada tahun Oleh karena itu, diperlukan kebijakan pembangunan yang berorientasi propoor. Melihat perkembangan pertumbuhan ekonomi dan inflasi pada tahun 2014 serta memperhatikan perkembangan perekonomian nasional dan global, kondisi perekonomian Kabupaten Pinrang pada tahun 2015 relatif lebih stabil dan prospektif. Pada tahun 2015, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pinrang diproyeksi akan bergerak positif, perekonomian Pinrang pada Tahun 2015 diproyeksikan mampu lebih baik. Proyeksi tersebut diperkuat oleh adanya potensi dukungan baik dari sektor pertanian maupun sector lainnya. Proyeksi pertumbuhan perekonomian Pinrang tahun 2015 tersebut ditopang pula oleh prospek membaiknya sector sektor andalan serta menguatnya konsumsi rumah tangga. Selanjutnya membaiknya prospek pertumbuhan ekonomi Pinrang tahun 2015 ditopang oleh prospek peningkatan investasi dengan adanya akselerasi proyek pembangunan infrastruktur, baik oleh swasta maupun pemerintah. Pengoperasian PTSP Kabupaten Pinrang juga turut mendukung kinerja investasi yang lebih baik dengan adanya streamlining dari perizinan. Sementara itu, meningkatnya perkembangan konsumsi rumah tangga terkait dengan pertumbuhan kelas menengah dan meningkatnya tingkat pendapatan akan mempengaruhi kondisi ekonomi makro. Pertumbuhan ekonomi Pinrang pada akhir tahun 2015 diproyeksikan akan tumbuh pada kisaran 8,5 persen. KUA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

18 Sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi, inflasi Kabupaten Pinrang relatif dapat terkelola dengan baik. Inflasi Kabupaten Pinrang tahun 2015 diperkirakan lebih rendah dari tahun sebelumnya, yaitu berada pada kisaran 1 5 persen. Penentuan tersebut juga didasari dengan pertimbangan resiko tekanan inflasi beberapa gejolak harga diantaranya kenaikan LPG 3 kg, kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) golongan rumah tangga dan TDL kelompok industri disamping penyesuaian harga BBM yang berdampak pada biaya transportasi. KUA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

19 BAB III ASUMSIASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) Perekonomian Kabupaten Pinrang mencerminkan perekonomian Sulawesi Selatan sehingga pergerakan yang terjadi pada perekonomian Kabupaten Pinrang akan mempengaruhi perekonomian Sulawesi Selatan. Hal ini juga mempunyai pengertian bahwa perekonomian Kabupaten Pinrang juga mempunyai interdepedensi dengan perekonomian Sulawesi Selatan.. Berdasarkan kondisi riil perekonomian Kabupaten Pinrang tahun 2014 dan proyeksi tahun 2015, maka prospek perekonomian tahun 2016 dapat diuraikan sebagai berikut. 3.1 Asumsi Dasar yang Digunakan dalam APBN Dalam beberapa tahun terakhir, perekonomian nasional masih dan sedang dihadapkan pada berbagai tantangan yang cukup berat, khususnya yang berasal dari persoalan gejolak dan ketidakpastian ekonomi global. Menurunnya kinerja ekspor akibat pelemahan permintaan global dan merosotnya harga komoditas internasional merupakan faktor utama melambatnya aktivitas ekonomi nasional. Melemahnya kinerja ekspor juga telah berdampak pada kondisi neraca pembayaran Indonesia terus mengalami defisit cukup besar. Pertumbuhan ekonomi nasional di tahun 2016 diperkirakan akan mencapai 5,8 6,2 persen, yang diharapkan akan lebih bertumpu pada faktorfaktor domestik seperti aktivitas investasi, khususnya infrastruktur, yang lebih tersebar ke berbagai kawasan dan terfokus pada pengembangan potensi daerah. Peningkatan belanja modal pemerintah dan transfer ke daerah akan menjadi langkah awal bagi strategi pembangunan saat ini. Laju inflasi diperkirakan berada pada kisaran 4,0 persen ± 1,0 persen yang terutama didukung oleh semakin membaiknya koordinasi kebijakan fiskal, moneter dan sektor riil. Nilai tukar rupiah diperkirakan akan bergerak pada kisaran Rp per dolar AS. 3.2 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pinrang Tahun 2016 Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator penting dalam pembangunan suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Secara umum, pendorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pinrang akan cenderung konservatif, artinya perekonomian KUA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

20 Kabupaten Pinrang didorong oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga seperti tahuntahun sebelumnya. Kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pinrang masih ditopang dari sector pertanian, mengingat sector pertanian merupakan sector merupakan sektor dominan dalam perekonomian Pinrang. Setelah wilayah. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pinrang tahun 2016 diproyeksikan berada pada kisaran 8,5 8,7 persen. Pertumbuhan yang cukup tinggi tersebut selain dipengaruhi oleh faktor domestik, juga dipengaruhi oleh perbaikan dari faktor eksternal (perekonomian global). Dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, seluruh pemangku kepentingan pembangunan Kabupaten Pinrang harus bekerja sama agar perekonomian Kabupaten Pinrang dapat menunjukan kinerja yang prima dalam rangka untuk memberikan manfaat bagi masyarakat Pinrang. 3.3 Laju Inflasi Kabupaten Pinrang Tahun 2016 Inflasi merupakan indikator penting dalam perencanaan pembangunan daerah. Fluktuasi inflasi daerah akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, penentuan asumsi indikator inflasi merupakan langkah strategis dan penting. Tren penurunan tekanan inflasi akan terus berlanjut pada tahun Inflasi tahun 2016 diproyeksikan lebih rendah dari tahun 2015 yaitu sebesar 13 persen. Kondisi tersebut terjadi dengan asumsi nilai tukar yang diharapkan mulai bergerak ke arah stabil dan pasokan kebutuhan pokok masyarakat yang terjaga. 3.4 Pertumbuhan PDRB Kabupaten Pinrang Kabupaten Pinrang sebagai salah satu lumbung pangan tercermin dari struktur perekonomian Pinrang yang diukur dengan PDRB menurut sektoral (lapangan usaha) dimana sekitar 49 persen PDRB Kabupaten Pinrang berasal dari sektor primer (Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Penyedian Akomodasi dan Makan Minum; Jasa Keuangan dan Asuransi; Real Estate; Jasa Perusahaan; Transportasi dan Pergudangan; Informasi dan Komunikasi; Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan sosial; dan Jasa Lainnya). Sedangkan berdasarkan harga konstan tahun dasar 2010, PDRB Kabupaten Pinrang pada tahun 2014 sebesar Rp ,23 juta, meningkat Rp ,38 juta dibanding tahun 2013 sebesar Rp ,85 juta. Sementara PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2014 mencapai Rp ,74, sedangkan pada tahun 2013 adalah sebesar Rp yang berarti terjadi peningkatan sebesar KUA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

21 Rp ,81 juta atau sebesar 13,30 persen. Besaran PDRB harga berlaku dari tahun 2008 sampai tahun 2014 terlhat pada gambar berikut. Gambar III.1. Perkembangan PDRB Harga Berlaku (Triliun RP) Tahun Berdasarkan Gambar III.1 di atas, perkembangan PDRB Kabupaten Pinrang dari tahun 2010 sampai dengan 2014 cenderung meningkat secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perekonomian Pinrang terus membaik yang perlu untuk dipertahankan agar aktivitas perekonomian seperti ini terus dapat berlanjut dan berkesinambungan. 3.5 Lainlain Asumsi 1. Belanja Daerah diprioritaskan untuk mendanai belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib untuk terjaminnya kelangsungan pemenuhan pelayanan dasar masyarakat sesuai dengan kebutuhan Tahun Anggaran Belanja Daerah dialokasikan untuk memenuhi 18 Urusan Wajib dan 5 Urusan Pilihan. 3. Dalam rangka peningkatan bidang pendidikan, alokasi anggaran fungsi pendidikan diupayakan sekurang kurangnya 20 persen dari belanja daerah, termasuk dana Bantuan Operasional Pendidikan 4. Dalam rangka peningkatan bidang kesehatan, alokasi anggaran urusan kesehatan sekurang kurangnya 10 persen dari total belanja, di antaranya untuk Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Daerah. 5. Mendorong kegiatan dalam bentuk kerjasama antar pemerintah dan/atau swasta sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku. 6. Stabilitas ketentraman dan keamanan dapat terkendali dan terkelola dengan baik sehingga aktivittas sosial ekonomi dapat berjalan dengan baik. KUA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

22 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) terdiri dari Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Daerah. Menurut UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pendapatan Daerah adalah semua hak Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan, sedangkan Belanja Daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan, serta Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahuntahun anggaran berikutnya. 4.1 Pendapatan Daerah Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah 1. Pajak Daerah a) Peningkatan Pelayanan Pajak Daerah Melakukan perluasan pembayaran pajak melalui bank (multikanal) dan tempat lainnya. Melakukan pemutakhiran data subjek dan objek PBB Melakukan koordinasi dengan Instansi Pemerintah dan Stakeholder yang terkait dengan penentuan potensi pajak daerah. Peningkatan kualitas pelayanan seluruh jenis pajak daerah. Melakukan penyesuaian tarif beberapa pajak daerah. 2. Retribusi Daerah a) Peningkatan Pelayanan Retribusi Daerah Untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat, sebagian pelayanan Retribusi Perizinan dan Non Perizinan dilaksanakan melalui Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP). Melakukan penyesuaian tariff beberapa jenis retribusi Daerah. 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan Lainlain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah Meningkatkan kemampuan manajemen pengelolaan bisnis Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang dapat meningkatkan laba BUMD. Menerapkan strategis bisnis yang tepat, serta meningkatkan sinergisitas antar BUMD untuk meningkatkan daya saing perusahaan. KUA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

23 Mengoptimalkan pemanfaatan aset daerah yang berada di lahanlahan yang strategis dan ekonomis melalui kerjasama dengan Pihak Ketiga. 4. Kebijakan Dana Perimbangan Pemerintah Kabupaten Pinrang senantiasa melakukan koordinasi dengan Pemerintah Pusat untuk meningkatkan pendapatan yang berasal dari Dana Perimbangan melalui Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (sumber daya alam), serta perolehan DAU. 5. Kebijakan Lainlain Pendapatan Daerah Yang Sah Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Provinsi terhadap Hibah Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dan Tunjangan Guru Sertifikasi dan Non Sertifikasi Target Pendapatan Daerah Rencana Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2016 didasarkan pada realisasi 2015 dan kebijakan pendapatan daerah Dari rencana Pendapatan Daerah pada APBD tahun 2014 sebesar Rp ,00 sampai dengan 31 Desember 2014 telah dapat direalisasikan sebesar Rp ,66 atau 101,37 persen, sebagaimana pada Tabel IV.1 berikut. Tabel IV.1. Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2014 per 31 Desember 2014 TAHUN 2014 No. URAIAN APBD Realisasi S/D 31 Desember % A. PENDAPATAN ASLI DAERAH 1 HASIL PAJAK DAERAH 12,178,728,000 16,790,725,877 Pajak Hotel 50,000,000 79,243, Pajak Restoran 60,000,000 82,755, Hiburan 8,500,000 3,300, Pajak Reklame 74,500, ,351, Pajak Penerangan Jalan 5,216,728,000 8,068,549, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 500,000, ,139, Pajak Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan 700,000,000 1,026,268, Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaaan dan Perkotaan 5,569,000,000 6,580,118, Pajak Rokok 2 HASIL RETRIBUSI DAERAH 4,573,794,000 4,933,487, Retribusi Jasa Umum 2,821,894,000 2,953,714, Retribusi Jasa Usaha 853,900, ,134, Retribusi Perizinan Tertentu 898,000,000 1,262,638, KUA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

24 3 4 HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN Bagian Laba Atas Penyertaan Modal pada Perusahaan Milik Daerah/BUMD LAINLAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH 6,275,000,000 6,558,633, ,275,000,000 6,558,633, ,980,000,019 65,238,353, Hasil Penjualan Aset Daerah Yang Tidak Dipisahkan 295,000, ,120, Penerimaan Jasa Giro 1,763,523,614 4,052,413, Pendapatan Bunga 481,476, ,142, Tuntutan Ganti Kerugian Daerah 1,255,685,225 #DIV/0! Pendapatan Dari Pengembalian 130,758,412 #DIV/0! Fasilitas Sosial Dan Fasilitas Umum 400,000, ,000, LainLain PAD 16,000,000,000 11,050,278, Pendapatan Dari BLUD 45,040,000,000 47,352,954, B DANA PERIMBANGAN 704,024,658, ,993,385, DANA BAGI HASIL PAJAK / BAGI HASIL BUKAN PAJAK 18,692,568,555 19,661,295, Bagi Hasil Pajak 17,756,910,000 16,581,731, Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) 935,658,555 3,079,563, DANA ALOKASI UMUM 629,285,550, ,285, DANA ALOKASI KHUSUS 56,046,540,000 56,046,540, LAINLAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 191,914,553, ,855,200, Pendapatan Hibah 1,996,664,500 1,314,607, Dana Bagi Hasil Pajak Dari Propinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya 28,734,702,205 37,963,476, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 142,382,891, ,776,821, Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya 18,800,295,640 18,800,295, PENDAPATAN 982,946,733, ,369,784, Sumber : DPPKAD Kabupaten Pinrang, 2015 Berdasarkan proyeksi kondisi perekonomian tahun 2015 dan 2016 dan realisasi pendapatan daerah sampai 31 Desember 2015 serta kebijakan umum pendapatan maka rencana Pendapatan Daerah tahun 2016 ditargetkan sebesar Rp ,00 atau naik 27,76 persen terhadap Penetapan 2015 sebesar Rp ,00. Secara lebih rinci, target pendapatan daerah Tahun Anggaran 2015 dan rencana tahun 2016 dapat dilihat dalam Tabel IV.2 berikut : KUA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

25 Tabel IV.2. Target Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2016 NO. URUT URAIAN JUMLAH (Rp.) JUMLAH (Rp.) T.A 2015 POKOK 2016 BERTAMBAH/ BERKURANG % PENDAPATAN 1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH Hasil Pajak daerah Hasil Retribusi Daerah 89,800,740, ,793,056, ,992,316, ,178,728, ,277,728, ,099,000, ,455,536, ,474,336, (981,200,000.00) (22.02) Hasil pengelolaan Kekayaan daerah yang Dipisahkan 6,275,000, ,924,516, ,649,516, Lainlain Pendapatan Asli daerah yang Sah 65,891,476, ,116,476, ,000, DANA PERIMBANGAN 740,537,032, ,590,425, ,053,393, Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 18,604,410, ,604,410, Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus : 654,528,422, ,399,157, ,870,735, ,404,200, ,586,858, ,182,658, LAINLAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 213,554,630, ,648,667, ,094,037, Pendapatan Hibah dari Pemerintah 1,982,144, ,216,778, ,634, Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintahan Daerah Lainnya 25,957,572, ,732,572, ,775,000, Dana Penyesuaian : 167,814,617, (167,814,617,990.00) (100.00) Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya 17,800,295, ,611,543, (2,188,752,000.00) (12.30) Dana Transfer Lainnya : 186,087,773, ,087,773, JUMLAH PENDAPATAN 1,043,892,403, ,278,032,150, ,139,746, Sumber : DPPKAD dan Bappeda Kabupaten Pinrang Tahun 2015 Berdasarkan Tabel IV.2 diatas, komponen Pendapatan Daerah yang memberikan kontribusi terbesar dalam peningkatan pendapatan adalah Dana Perimbangan dengan penambahan sebesar Rp ,00 atau 27,96% dari Pendapatan Daerah pada APBD KUA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

26 4.1.3 Upaya Pemerintah Daerah dalam Mencapai Target Pendapatan Daerah 1. Melaksanakan optimalisasi pelaksanaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dengan melakukan penyesuaian Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) sebagai dasar pengenaan BPHTB. 2. Melaksanakan optimalisasi pelaksanaan pemungutan PBB Perdesaan dan Perkotaan yang menjadi kewenangan daerah sesuai UndangUndang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dengan melakukan pemutakhiran data objek pajak PBBP2 serta melakukan penyesuaian NJOP sebagai dasar pengenaan PBBP2. 3. Melakukan koordinasi yang lebih intensif dengan Kementerian Keuangan melaui Direktorat Jenderal Pajak dengan membuat kesepakatan perihal pertukaran data informasi terkait informasi perpajakan maupun laporan keuangan Wajib Pajak tertentu. 4.2 Belanja Daerah Pengalokasian Belanja Daerah oleh Pemerintah Kabupaten Pinrang untuk Tahun Anggaran 2016 disesuaikan dengan asumsi dasar ekonomi makro, kebutuhan penyelenggaraan daerah, kebutuhan pembangunan, dan mengikuti ketentuan perundangan yang berlaku. Kebijakan terkait Belanja Daerah untuk Tahun Anggaran 2016 yaitu sebagai berikut Kebijakan terkait Pemenuhan Belanja Mengikat dan Belanja Wajib (Pasal 106 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006) : 1. Memenuhi Belanja Mengikat yaitu belanja yang dibutuhkan secara terusmenerus dan dialokasikan oleh Pemda dengan jumlah yang cukup untuk keperluan setiap bulan dalam tahun anggaran bersangkutan seperti Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa. 2. Memenuhi Belanja Wajib yaitu belanja untuk terjaminnya kelangsungan pemenuhan pendanaan pelayanan dasar masyarakat antara lain : Pendidikan dan Kesehatan dan/atau melaksanakan kewajiban kepada pihak ketiga Kebijakan terkait Pemenuhan Belanja Prioritas dalam pencapaian visi dan misi RPJMD : Melaksanakan Program Unggulan dan Program Prioritas dalam rangka pencapaian Visi dan Misi RPJMD. 1. Melaksanakan sasaran dan prioritas pembangunan tahun 2016 sesuai dengan arah kebijakan pembangunan tahun ketiga yang tertuang di dalam KUA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

27 RPJMD yaitu memantapkan capaian pembangunan yang telah dilaksanakan pada tahuntahun sebelumnya dengan terus melakukan perbaikan dan penyempurnaan pada upayaupaya yang dilakukan pemerintah daerah. Pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan pada tahun keempat diarahkan pada upaya untuk mensinergikan capaian pembangunan di masingmasing bidang/sektor agar terwujud pembangunan Kabupaten Pinrang yang berkelanjutan secara fisik, sosial dan ekonomi. Sinergitas kebijakan, program dan kebijakan antar bidang dilakukan dalam rangka mewujudkan kota Pinrang sebagai kota modern yang tertata rapi. 2. Mengedapankan programprogram yang menunjang pertumbuhan ekonomi, peningkatan penyediaan lapangan kerja dan upaya pengentasan kemiskinan. 3. Melaksanakan programprogram yang bersifat mengikat seperti halnya dukungan pencapaian 9 prioritas pembangunan nasional (Nawa Cita) sebagaimana diamanatkan pada RPJMN serta pemenuhan ketentuan perundangundangan. 4. Melaksanakan pendampingan terhadap programprogram pemerintah pusat serta programprogram yang membutuhkan pendampingan sesuai dengan ketentuan yang belaku 5. Mengakomodir program pembangunan yang dijaring melalui Aspirasi Masyarakat dalam Musrenbang berdasarkan skala prioritas Kebijakan terkait pengalokasian belanja penyelenggaraan urusan pemerintah daerah (Pasal 12 UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014): 1. Pendidikan 2. Kesehatan 3. Pekerjaan umum dan penataan ruang 4. Perumahan rakyat dan kawasan permukiman 5. Ketenteraman 6. Ketertiban umum 7. Pelindungan masyarakat sosial Kebijakan terkait belanja hibah, bantuan sosial, subsidi, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006) : KUA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

28 1. Hibah adalah pemberian uang/barang atau jasa dari pemerintah daerah kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk menunjang penyelenggaraan urusan pemerintah daerah. 2. Bantuan sosial adalah pemberian bantuan berupa uang/barang dari pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. 3. Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf g digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah Iainnya atau dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah Iainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan. 4. Belanja tidak terduga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf h merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahuntahun sebelumnya yang telah ditutup. 4.3 Pembiayaan Daerah Kebijakan umum Pembiayaan Daerah terdiri dari Kebijakan dan Rencana Penerimaan Pembiayaan serta Kebijakan dan Rencana Pengeluaran Pembiayaan. Selanjutnya berikut diuraikan kedua Kebijakan Pembiayaan tersebut Kebijakan dan Rencana Penerimaan Pembiayaan Sumber Penerimaan Pembiayaan diharapkan berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun 2015 dan Penerimaan Kembali Pinjaman Daerah. Untuk SiLPA Tahun 2015 diperkirakan akan mencapai Rp sementara untuk Penerimaan Kembali Pinjaman Daerah sebesar Rp nihil Kebijakan dan Rencana Pengeluaran Pembiayaan Daerah Untuk Pengeluaran Pembiayaan Daerah diarahkan untuk Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) pada Perusahaan Daerah sebesar Rp nihil KUA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

29 4.4 Ringkasan RAPBD 2016 Berdasarkan kebijakan dan target Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan Pembiayaan Daerah, maka secara ringkas dapat disampaikan Ringkasan RAPBD 2016 sebagaimana tercantum pada tabel berikut : Tabel IV.3. NO. URUT URAIAN JUMLAH (Rp.) JUMLAH (Rp.) T.A 2015 POKOK 2016 BERTAMBAH/ BERKURANG % PENDAPATAN 1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 89,800,740, ,793,056, ,992,316, Hasil Pajak daerah Hasil Retribusi Daerah 13,178,728, ,277,728, ,099,000, ,455,536, ,474,336, (981,200,000.00) (22.02) Hasil pengelolaan Kekayaan daerah yang Dipisahkan 6,275,000, ,924,516, ,649,516, Lainlain Pendapatan Asli daerah yang Sah 65,891,476, ,116,476, ,000, DANA PERIMBANGAN 740,537,032, ,590,425, ,053,393, Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 18,604,410, ,604,410, Dana Alokasi Umum 654,528,422, ,399,157, ,870,735, Dana Alokasi Khusus : 67,404,200, ,586,858, ,182,658, LAINLAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 213,554,630, ,648,667, ,094,037, Pendapatan Hibah dari Pemerintah 1,982,144, ,216,778, ,634, Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintahan Daerah Lainnya 25,957,572, ,732,572, ,775,000, Dana Penyesuaian : 167,814,617, (167,814,617,990.00) (100.00) Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya 17,800,295, ,611,543, (2,188,752,000.00) (12.30) Dana Transfer Lainnya : 186,087,773, ,087,773, JUMLAH PENDAPATAN 1,043,892,403, ,278,032,150, ,139,746, BELANJA 2.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG Belanja Pegawai 618,051,218, ,148,931, ,097,712, ,014,473, ,031,182, ,016,708, Belanja Subsidi 500,000, (500,000,000.00) Belanja Hibah 4,645,000, ,845,000, ,000, KUA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

30 2.1.4 Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi, Kabupaten/ Kota, Pemerintahan Desa dan Partai Politik 1,350,000, ,050,000, ,000, ,041,744, ,722,749, ,681,004, Belanja Tidak terduga 2,500,000, ,500,000, BELANJA LANGSUNG 424,091,184, ,831,797, ,740,612, Belanja pegawai 36,554,064,250 36,554,064, Belanja Barang dan Jasa 220,269,417, ,269,417, Belanja Modal 424,091,184, ,008,315, (89,082,869,250.00) (21.01) JUMLAH BELANJA Surplus / (defisit) 3 PEMBIAYAAN PENERIMAAN PEMBIAYAAN 3.1 DAERAH Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya Penerimaan Pemberian Pinjaman Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 1,042,142,403, ,338,980,729, ,838,325, ,750,000, (60,948,578,660.00) (62,698,578,660.00) (3,582.78) 60,948,578, ,948,578, ,948,578, ,948,578, Jumlah Penerimaan Pembiayaan PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 1,750,000, Penyertaan Modal 1,250,000, Pembayaran Pokok Utang 500,000, Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 20,055,000, Pembiayaan Netto 60,948,578, ,948,578, (1,750,000,000.00) (100.00) (1,250,000,000.00) (500,000,000.00) (20,055,000,000.00) (100.00) (1,750,000,000.00) 60,948,578, ,698,578, (3,582.78) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan (SILPA) Sumber : Bappeda dan DPPKAD Kabupaten Pinrang, 2015 Sesuai dengan Tabel III.3 diatas, besaran total RAPBD Tahun Anggaran 2016 adalah sebesar Rp ,00, yang terdiri dari Pendapatan Daerah sebesar Rp ,00 Belanja Daerah sebesar ,00 Penerimaan Pembiayaan sebesar Rp ,00 yang berasal dari silpa tahun anggaran berjala sedangakn Pengeluaran Pembiayaan nihil. KUA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

31 BAB V PENUTUP Dokumen Kebijakan Umum APBD (KUA) Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran 2016 telah disusun melalui proses teknokratik dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 tahun Sedangkan substansi KUA Tahun Anggaran 2016 disusun berdasar pada Peraturan Bupati Pinrang Nomor 18 Tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2016 dan Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang Pinrang Nomor 2 Tahun 2014 tentang RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun serta memperhatikan kebijakan Pemerintah Kabupaten Pinrang dan juga hasil reses anggota DPRD Kabupaten Pinrang. Fungsi dari dokumen KUA Tahun Anggaran 2016 adalah sebagai dasar dalam penyusunan Nota Kesepakatan tentang Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) dan penyusunan Ranperda Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran Dokumen Kebijakan Umum APBD (KUA) Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran 2016 disusun dengan harapan bahwa seluruh pemangku kepentingan dapat mempedomani dan mengimplementasikan secara bertanggungjawab dan profesional. Dengan demikian masyarakat Pinrang dapat merasakan manfaatnya secara optimal dari pembangunan yang telah direncanakan tersebut. Jika dalam proses pembahasan Ranperda APBD Tahun Anggaran 2016 menjadi Perda APBD Tahun Anggaran 2016 terdapat kondisi yang menyebabkan perubahan pada KUA ini, maka dapat dilakukan penyempurnaan sepanjang disepakati bersama oleh pihak pertama dan pihak kedua. BUPATI PINRANG ASLAM PATONANGI KUA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran 2015 BAB I PENDAHULUAN

Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran 2015 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan Anggaran (KUPA) merupakan dokumen perencanaan penganggaran yang digunakan sebagai dasar Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran

Lebih terperinci

hal- ii Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017

hal- ii Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017 DAFTAR ISI Hal. Nota Kesepakatan Daftar Isi i BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan... 2 1.3. Dasar Hukum... 3 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 8 2.1. Perkembangan Indikator Ekonomi

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

Pemerintah Provinsi Bali

Pemerintah Provinsi Bali BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan pendapatan daerah yang memiliki fungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD 2.1. Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD Dalam penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD ini, perhatian atas perkembangan kondisi perekonomian Kabupaten Lombok

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 01/08/1205/Th. VIII, 16 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN 7 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN EKONOMI TAHUN 2015 TUMBUH 4,06 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kabupaten Bangka Selatan tahun 2015 yang diukur

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan ekonomi daerah disusun dalam rangka memberikan solusi jangka pendek dan jangka panjang

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis perekonomian daerah, sebagai

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VIII, 7 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 TUMBUH 5,41 PERSEN Perekonomian Jakarta Timur tahun

Lebih terperinci

No. 25/05/31/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 TUMBUH 5,08 PERSEN MENGALAMI KONTRAKSI 0,12 PERSEN DIBANDINGKAN TRIWULAN IV/2014

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015 BPS KABUPATEN SERDANG BEDAGAI No. 01/10/1218/Th.VII, 10 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Serdang Bedagai tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1. Kondisi Ekonomi Daerah Kota Bogor Salah satu indikator perkembangan ekonomi suatu daerah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN No. 09/02/31/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN Perekonomian Jakarta tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2017

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2017 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN 2016 Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI DAFTAR ISI iv DAFTAR

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 TUMBUH 5,98 PERSEN Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th.XV, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2017 TUMBUH 5,37 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kerangka ekonomi makro dan kebijakan keuangan daerah yang dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016 No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3. 1. Arah Kebijakan Ekonomi 3.1.1. Kondisi Ekonomi Tahun 2014 dan Perkiraan Tahun 2015 Peningkatan dan perbaikan kondisi ekonomi

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014 No. 11/02/15/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH 7,9 PERSEN KINERJA POSITIF YANG TERUS TERJAGA DALAM KURUN LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian

Lebih terperinci

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 TUMBUH 2,41 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 No. 37/08/14/Th. XVIII, 7 Agustus 2017 Perekonomian

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kerangka ekonomi makro dan kebijakan keuangan daerah yang dimuat dalam rencana kerja Pemerintah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 No. 17/05/31/Th.IX, 15 MEI 2010 No. 7/10/3171/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 34/05/35/Th.XIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2015 TUMBUH 5,18 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014 Persen (%) No. 29/05/75/Th.IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I- 2015 Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014 Perekonomian Gorontalo yang

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 10/02/32/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2016 TUMBUH 5,45 PERSEN EKONOMI JAWA BARAT 2016 TUMBUH 5,67 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 No. 11/02/Th.IX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 TUMBUH 6,51 PERSEN Perekonomian Sulawesi Tenggara tahun 2016 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 No. 31/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2017 TUMBUH SEBESAR 5,75% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,34% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015 No. 05/02/Th. IX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015 EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015 TUMBUH 6,88 PERSEN MENINGKAT DARI TAHUN SEBELUMNYA Perekonomian Sulawesi Tenggara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT No.01/10/3174/Th.VIII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,85 PERSEN Trend laju pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu BAB - III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Kinerja Keuangan Masa Lalu Arah Kebijakan Pengelolaan Keuangan Kebijakan Umum Anggaran Bab ini berisi uraian tentang gambaran umum mengenai pengelolaan keuangan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi ekonomi makro yang baik, yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 65/11/32/Th.XVII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 TUMBUH 5,03 PERSEN Perekonomian Jawa Barat pada Triwulan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 15/02/21/Th.XI, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 TUMBUH 6,02 PERSEN Perekonomian Kepulauan Riau tahun 2015

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT No.01/10/3174/Th.IX, 3 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 TUMBUH 5,96 PERSEN Trend laju pertumbuhan ekonomi Jakarta

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/05/34/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I 2015 TUMBUH 0,16 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015 No. 29/5/13/Th.XVIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015 EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015 TUMBUH 5,46 PERSEN Perekonomian Sumatera Barat yang diukur berdasarkan besaran

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2018

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2018 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2018 Pemerintah Kota Semarang Tahun 2017 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SEMARANG DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN BATU BARA

BPS KABUPATEN BATU BARA BPS KABUPATEN BATU BARA No. 01/07/1219/Th.VI, 24 Juli 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BATU BARA TAHUN 2016 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batu Bara tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2017 No. 26/05/15/Th.XI, 5 Mei PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I- EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I- TUMBUH 4,27 PERSEN DIBANDING TRIWULAN I- Perekonomian Provinsi Jambi yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 64/11/16/Th.XVII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 TUMBUH 4,89 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAIRI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAIRI TAHUN 2015 BPS KABUPATEN DAIRI No. 01/10/1210/Th. IX, 3 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAIRI TAHUN 2015 Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dairi tahun 2015, diukur berdasarkan laju pertumbuhan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016 No. 1/0/33/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN TUMBUH 5,8 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN PERTUMBUHAN TAHUN SEBELUMNYA 17 1 A. PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA

Lebih terperinci

Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2017

Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2017 RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PINRANG TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 45/08/Th.XIX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN II-2017 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,29 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT 10/02/32/Th. XVIII, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN TUMBUH 5,03 PERSEN Perekonomian Jawa Barat tahun yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2015 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Nota Kesepakatan...

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 26/05/Th.XIX, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017 TUMBUH 5,11

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2015 BPS PROVINSI BENGKULU No. 11/02/17/X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2015 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,14 PERSEN, PERTUMBUHAN TERENDAH DALAM LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Provinsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 40/05/21/Th.X, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015 TUMBUH 7,14 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2014

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR : 900 / NOMOR : 900 / 01114

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR : 900 / NOMOR : 900 / 01114 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR : 900 / 02753 NOMOR : 900 / 01114 TANGGAL : TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 No. 11/02/15/Th.X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH 4,21 PERSEN Perekonomian Provinsi Jambi tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 38/05/21/Th.XI, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Triwulan III-2017

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Triwulan III-2017 Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara N o. 61/11/Th.IX, 6 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Triwulan III-2017 Provinsi Sulawesi Tenggara

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK No. 65/08/21/Th.X, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN TRIWULAN II-2015 TUMBUH 6,35 PERSEN (C-TO-C) Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 10/02/73/Th. IX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016 EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016 TUMBUH 7,41 PERSEN PDRB MENURUT

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2016 No. 027/05/16/Th.X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2016 EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2016 TUMBUH 0,56 PERSEN DIBANDING TRIWULAN IV-2015 Perekonomian Provinsi Jambi yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2016 Pertanian, Kehutanan, dan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Konstruksi Perdagangan Besar dan Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 12/02/61/Th.XVIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN TUMBUH 5,02 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TAHUN 2013 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017 No. 44/08/13/Th XX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017 EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,32 PERSEN Perekonomian Sumatera Barat yang diukur berdasarkan besaran

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015 No. 37/08/31/Th.XVII, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015 TUMBUH 5,15 PERSEN LEBIH CEPAT 0,07 PERSEN DIBANDINGKAN TRIWULAN I/2015 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 No. 9/02//13/Th. XX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN IV-2016 TUMBUH 4,86 PERSEN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 TUMBUH 5,26 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Triwulan III 2017 No. 62/11/32/Th. XIX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Triwulan III-2017 Ekonomi Jawa Barat Triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2015 No. 52/11/31/Th.XVII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2015 TUMBUH 5,96 PERSEN LEBIH CEPAT 0,8 PERSEN DIBANDINGKAN TRIWULAN II/2015

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 90/11/21/Th.X, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,37 PERSEN (C-TO-C) Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 27/05/32/Th.XIX, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2017 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2017 TUMBUH 5,24 PERSEN Perekonomian Jawa Barat pada triwulan I-2017

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA

BAB V ANALISA PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA BAB V ANALISA PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA 5.1. PEREKONOMIAN MASING-MASING KABUPATEN/KOTA. Nilai tambah yang dihasilkan dari seluruh aktivitas ekonomi di suatu daerah selama satu tahun sangat dipengaruhi

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN MALINAU

BPS KABUPATEN MALINAU BPS KABUPATEN MALINAU No. 03/07/6501/Th.I, 19 Juli 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI MALINAU TAHUN 2016 EKONOMI MALINAU TAHUN 2016 TUMBUH 1,71 PERSEN Perekonomian Malinau tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Sleman Tahun 2014 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2015-2016 dapat digambarkan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015 No. 09/09/12.77/Th.XII, 1 September 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Padangsidimpuan tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. V, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2014 tumbuh 6,24 persen. Pada tahun 2014, besaran Produk

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH NOMOR : 178/238/DPRD/2016 NOMOR : 910/205/Bappeda/2016 TANGGAL : 28 Juli 2016 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2015 No. 09/02/31/Th.XVIII, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2015 TUMBUH 5,88 PERSEN MELAMBAT SEJAK TIGA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Jakarta tahun 2015 yang diukur

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH),

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH), KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH), 2010-2016 A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4 848 847.7 5 422 596.4 6 137 535.9 6 879 709.2 7 610 994.1 8 399 150.1

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016 No. 010/0/15/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH,37 PERSEN Perekonomian Provinsi Jambi tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th.XIV, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2016 TUMBUH 5,34 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2015 Perekonomian

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN LANGKAT No. 01/11/1213/Th. IX, 1 Nopember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Langkat tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 Pemerintah Kota Semarang Tahun 2016 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SEMARANG DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH NOMOR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINTANG Peningkatan Ekonomi Kerakyatan Melalui Optimalisasi Pembangunan Infrastruktur Dasar, Sumber Daya Manusia Dan Tata Kelola Pemerintahan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 26/05/32/Th.XVIII, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2016 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2016 TUMBUH 5,08 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2015 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 07/02/53/Th.XIX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015 EKONOMI NTT TAHUN 2015 TUMBUH 5,02 PERSEN Perekonomian NTT tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III-2015 No. 64/11/13/Th.XVIII, 5 November PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III- EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III- TUMBUH 4,71 PERSEN Perekonomian Sumatera Barat yang diukur berdasarkan besaran Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. VI, 7 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2015 tumbuh 5,61 persen. Pada tahun 2015, besaran Produk

Lebih terperinci

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 1. Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kondisi makro ekonomi Kabupaten Kebumen Tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016 Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016 EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016 TUMBUH 2,34 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TRIWULAN I/2015 No. 24/05/14/Th. XVII, 4 Mei 2016 Perekonomian Riau

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen No. 11/02/75/Th.XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen Perekonomian Gorontalo tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2016 No. 77/11/33/Th.X, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III- EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III- TUMBUH 5,6 PERSEN LEBIH BAIK DIBANDING TRIWULAN III-15 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA No. 28/05/Th. IX, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA EKONOMI SULAWESI TENGGARA TRIW. I-2017 TUMBUH 8,39 PERSEN (YEAR ON YEAR) Perekonomian Sulawesi Tenggara triwulan I-2017 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 62/11/32 Th.XVIII, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2016 TUMBUH 5,76 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci