Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran 2015 BAB I PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran 2015 BAB I PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan Anggaran (KUPA) merupakan dokumen perencanaan penganggaran yang digunakan sebagai dasar Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Perubahan APBD Tahun Kebijakan Umum Perubahan Anggaran disusun dalam rangka konsistensi dan penyesuaian kebijakan terkait dengan program prioritas pembangunan tahun 2015 sebagaimana ditetapkan dalam RKPD Tahun Hal ini dilakukan dalam menyikapi berbagai kondisi yang berkembang selama perjalanan APBD Tahun Rancangan Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Tahun 2015 yang juga merupakan kebijakan politik pemerintah daerah dirumuskan dengan maksud agar proses penyusunan APBD dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, serta mampu secara komprehensif mengakomodir dinamika pembangunan Pemerintah Pusat dan Daerah sehingga dapat mempertahankan sinergitas pencapaian tujuan pembangunan pemerintah pusat dan daerah, sekaligus menjadi indikator kinerja yang akan digunakan dalam menilai efektivitas pelaksanaannya selama kurun waktu satu tahun ke depan. Sinkronisasi RKPD Kabupaten Pinrang dengan Kebijakan Umum Anggaran tahun 2015 dilakukan melalui pengintegrasian antara program dan kegiatan menurut RKPD yang selaras RPJMD dengan klasifikasi urusanurusan pemerintahan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Dalam rangka menyikapi perubahan-perubahan kebijakan pemerintah tersebut, menyebabkan pengalokasian dana bantuan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada daerah mengalami perubahan, seperti dana bagi hasil pajak dan bukan pajak, dana bagi hasil pajak dari Propinsi dan Pemerintah lainnya serta dana penyesuaian dan otonomi khusus.sesuai PP No. 58 Tahun 2005, perubahan dari APBD menjadi APBD-Perubahan dimungkinkan. Hal ini terdapat dalam penjelasan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 yang perubahannya melalui Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 154 ayat 1 huruf a menyatakan bahwa: Perubahan APBD dapat dilakukan apabila terjadi perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA yang telah disepakati sebelumnya. Sedangkan KUPA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

2 menurut pasal 155 ayat 1 menyatakan bahwa Perubahan APBD dilakukan apabila perkembangan yang tidak sesuai dengan Asumsi KUA APBD sebagaimana dimaksud dalam pasal 154 ayat 1 huruf a dapat berupa terjadinya pelampauan atau tidak tercapainya proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan sebagaimana disepakati semula dalam KUA APBD. Asumsi asumsi yang mendasari. Perubahan Anggaran pendapatan dan belanja daerah, antara lain : 1. Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kerangka ekonomi daerah dan kerangka pendanaan, prioritas dan sasaran pembangunan, rencana program dan kegiatan prioritas daerah 2. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran tahun anggaran sebelumnya harus digunakan untuk tahun berjalan 3. Keadaan darurat dan keadaan luar biasa sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan 4. Pergeseran kegiatan antar SKPD, penghapusan kegiatan, penambahan kegiatan baru/kegiatan alternatif, penambahan atau pengurangan target kinerja dan pagu kegiatan, serta perubahan lokasi dan kelompok sasaran kegiatan. Namun demikian, KUPA Kabupaten Pinrang Tahun 2015 perubahannya terutama disebabkan oleh : 1. Adanya kebijakan Pemerintah Pusat khususnya terhadap dana Alokasi Khusus dan Dana Penyesuaian Otonomi Khusus serta beberapa perubahan pada Pendapatan Asli Daerah. 2. Adanya PMK 93/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan dan Evaluasi Dana Desa. 3. Adanya PMK 92/PMK.07/2015 tentang Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus Tambahan Pada APBN Tahun Anggaran Adanya Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun 2015 yang harus disesuaikan dengan hasil Audit BPK 5. Adanya Pokok Hutang yang harus dibayarkan Pemerintah Kabupaten Pinrang kepada pihak ketiga. Penyusunan Rancangan Kebijakan Umum Perubahan Anggaran (KUPA) Tahun Anggaran 2015, berpedoman pada Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD memuat Kondisi Ekonomi Makro Daerah, Asumsi Penyusunan APBD, Kebijakan Pendapatan Daerah, Kebijakan Belanja Daerah, Kebijakan Pembiayaan Daerah dan Strategi Pencapaiannya. KUPA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

3 Selanjutnya Rancangan Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Tahun 2015 yang telah disepakati antara eksekutif dan legislatif merupakan dasar dalam menyusun Rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Perubahan (PPAS-P) Tahun Anggaran 2015 serta Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-P SKPD) tahun anggaran 2015 di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pinrang dalam menyelenggarakan pembangunan selama satu tahun anggaran, yang disusun mengacu pada kebijakan Pemerintah Pusat dan kebijakan Pemerintah Daerah sebagaimana yang tertuang pada RKPD tahun 2015, yang secara keseluruhan merupakan bagian tidak terpisahkan dari upaya pencapaian visi dan misi pembangunan Kabupaten Pinrang. Berdasarkan hal tersebut diatas, Kebijakan Umum Perubahan APBD Tahun Anggaran 2015 memuat tentang target pencapaian kinerja dari program-program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk setiap urusan pemerintah daerah yang disertai dengan proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dana penggunaan pembiayaan yang disertai dengan asumsi yang mendasarinya yang akan ditempuh pada tahun 2015, serta tingkat keberhasilan-keberhasilan pembangunan yang telah dicapai termasuk permasalahan/hambatan dan tantangan yang terjadi dan yang akan dihadapi. Disisi lain, guna menjaga konsistensi pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Pinrang agar tetap berjalan sesuai dengan tujuan jangka panjang maupun jangka menengah yang dicita-citakan oleh seluruh stakeholders pembangunan di Kabupaten Pinrang, maka proses penyusunan KUPA Kabupaten Pinrang tahun 2015 tetap mengacu pada RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2015 yang telah dilakukan penyesuaian guna mensinkronkan Visi, misi, tujuan, sasaran dan arah kebijakan dengan RPJMD yang merupakan tahap kedua dari RPJPD serta kebijakan-kebijakan Pemerintah Daerah, Provinsi dan juga kebijakan-kebijakan Pemerintah Pusat Hal lain yang juga perlu diperhatikan dalam proses perencanaan pembangunan tahunan yaitu harus mengakomodir kepentingan dan keterkaitannya dengan proses penganggaran daerah, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 2003 tentang Keuangan Negara jo. PP nomor 58 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah jo. Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUPA) sejalan dengan penyusunan RKPD. Berdasarkan KUPA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

4 dokumen tersebut nantinya akan dihasilkan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Perubahan (PPAS-P). Bentuk proses perencanaan pembangunan dengan penganggaran daerah juga disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 bahwa RKPD menjadi pedoman dalam penyusunan RAPBD. Pasal 18 ayat (5) Undang-Undang Dasar 1945 Pemerintah Daerah secara konstitusional diberi wewenang untuk menjalankan otonomi seluas luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh Undang-Undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat seperti diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lainnya termasuk Kebijakan Umum Angaran (KUA) dan Perubahannya. Kepala daerah bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan daerah sebagai bagian dari kewenangan Pemerintah Daerah untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera di Kabupaten Pinrang Dengan demikian KUPA merupakan salah satu produk hukum daerah yang dituangkan dalam bentuk Nota Kesepakatan antara Pihak Eksekutif dengan Pihak Legislatif. KUPA menjadi pedoman dalam penyusunan PPAS- P dan PRAPBD, yang penyusunannya dilaksanakan melalui berbagai pendekatan yaitu : a. Pendekatan politis, yaitu upaya untuk melibatkan lembaga DPRD dalam penyusunan serta penetapannya setelah melalui pembahasan bersama antara DPRD dengan Pemerintah Daerah; b. Pendekatan partisipatif, yaitu KUA merupakan penjabaran dari RKPD Kabupaten Pinrang. RKPD adalah dokumen perencanaan pembangunan yang penyusunannya melalui pembahasan dengan melibatkan pemangku kepentingan dalam forum SKPD dan Musrenbang; c. Pendekatan teknokratis, yaitu penyusunan KUA berdasarkan analisis kebutuhan pembangunan sesuai dengan proyeksi perkembangan indikator makro ekonomi dan perkiraan kemampuan keuangan daerah; d. Pendekatan top-down, yaitu sinergi dan komitmen perencanaan pembangunan daerah yang mengacu pada rencana pembangunan nasional sebagaimana dituangkan dalam dokumen RPJPN, RPJMN dan RKP; e. Pendekatan bottom-up, yaitu penjaringan aspirasi dan kebutuhan masyarakat untuk dituangkan kedalam program pembangunan daerah sebagai penjabaran dari visi, misi dan program kepala daerah KUPA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

5 1.2. Tujuan Penyusunan KUA Tujuan dari penyusunan KUA Kabupaten Pinrang Tahun 2015 adalah untuk memenuhi kewajiban penyelenggaraan Pemerintah Daerah sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terkahir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Disamping itu KUA berfungsi sebagai pedoman dalam Penyusunan PPAS dan RAPBD yang selanjutnya akan dijadikan pedoman dalam penyusunan RKA SKPD Dasar Hukum Sebagai Dasar Hukum dalam Penyusunan KUPA Kabupaten Pinrang Tahun 2015 adalah : 1. Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara ; 2. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; 3. Undang-undangNomor 23 Tahun 2014, tentang Pemerintahan Daerah; 4. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014, tentang Desa; 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, Propinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Negara ; 7. Peraturan Presiden Nonor 5 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun ; 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terkahir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah ; 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun 2015 ; KUPA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

6 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. 11. Peraturan Daerah Pinrang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pinrang Tahun ; 12. Peraturan Bupati Pinrang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Pinrang tahun KUPA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

7 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1. Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah Sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Pinrang Tahun 2015 bahwa Kebijakan Makro Ekonomi Daerah Pinrang Tahun 2015 diarahkan pada pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perluasan kesempatan kerja, kesempatan berusaha untuk mengurangi pengangguran serta kemiskinan, peningkatan akses pelayanan dan mutu layanan kesehatan dan pendidikan serta bebas biaya pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat miskin. Disamping itu diupayakan pengurangan ketimpangan pendapatan antar kelompok masyarakat serta meningkatkan peranan sektor-sektor unggulan daerah dalam penyediaan kesempatan kerja. Peningkatan Investasi / Swasta / swadaya masyarakat diharapkan mampu memacu pertumbuhan ekonomi daerah. Untuk itu diperlukan regulasi dibidang perijinan dan adanya kepastian hukum, jaminan keamanan serta meningkatkan infrastruktur wilayah guna mendukung investasi di bidang ekonomi yang mampu meningkatkan kesempatan kerja guna kesejahteraan masyarakat Pinrang, disamping memacu pertumbuhan pasar bagi produk lokal serta meningkatkan daya saing di pasar nasional maupun internasional. Sesuai dengan kebijakan makro ekonomi daerah tersebut diatas dan berdasarkan kondisi, potensi dan permasalahan yang dihadapi serta memperhatikan perkembangan perekonomian yang telah dicapai, maka perkiraan pencapaian makro ekonomi tahun 2015 adalah sebagai berikut : 1. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pinrang dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini relatif cukup fluktuatif, dimana pertumbuhan tertinggi terjadi tahun 2012 dan terendah tahun Hal ini diduga sebagai dampak kontraksi perekonomian nasional dan adanya krisis keuangan internasional sehingga ikut berpengaruh terhadap kinerja perekonomian di daerah. Secara rata-rata, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pinrang periode tahun mencapai 0,49%. Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu KUPA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

8 7.65%. dan pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi sedikit mengalami perlambatan pertumbuhan yaitu sebesar 6.23%. Sementara pertumbuhan perekonomian Kabupaten Pinrang Tahun 2013 mengalami perlambatan menjadi 6.81%. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi seperti yang diharapkan tersebut maka perlu adanya strategi yang tepat, guna mencapai keberhasilan pembangunan untuk dapat dinikmati oleh masyarakat secara merata. Dengan kondisi tersebut, upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi diarahkan pada sektor ekonomi yang mampu mengoptimalkan lahan dengan penyerapan tenaga kerja yang besar dan produk yang dihasilkan mempunyai keunggulan komparatif dah keunggulan kompetitif. 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) secara umum dibagi ke dalam nilai Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan nilai Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Gambaran selengkapnya akan diuraikan pada bagian berikut: a. PDRB Harga Berlaku Kemajuan ekonomi suatu daerah memang bisa kita lihat secara kasat mata, namun untuk melakukan perencanaan strategi pembangunan kedepan, hasil pencapaian pembangunan perlu dipotret secara kuantitatif. Kemajuan ekonomi suatu daerah bisa dipotret dengan menggunakan instrument yang bernama PDRB. Meskipun instrument ini tidak mutlak member gambaran kemajuan dan kesejahteraan masyarakatnya, namun paling tidak dipakai dalam menghitung pertumbuhan ekonomi daerah. PDRB Kabupaten Pinrang yang menggambarkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pinrang selama Tahun 2009 sampai 2013 menunjukkan adanya fluktuasi. Untuk tahun 2013 terdapat 3 sektor yang konstribusinya mengalami penurunan yaitu sektor pertanian, industry pengolahan dan 6 sektor mengalami kenaikan. PDRB Kabupaten Pinrang tahun 2013 mengalami peningkatan dibandingkan dengan PDRB untuk tahun Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini :. KUPA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

9 No Tabel 2.1 Pertumbuhan PDRB adh Konstan di Kabupaten Pinrang Pada Tahun Sektor (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Pertanian 2,538, ,927, ,421, ,917, ,376, Pertambangan & penggalian 37, , , , , Industri pengolahan 177, , , , , Listrik, gas, & air bersih 28, , , , , Konstruksi 179, , , , , Perdagangan, hotel, & restoran Pengangkutan & komunikasi Keuangan, sewa, & jasa Perusahaan 569, , , , ,126, , , , , , , , , , , Jasa-jasa 612, , , ,052, ,208, PDRB 4,492, ,290, ,216, ,237, ,261, Sumber : PDRB Kab. Pinrang Tahun b. PDRB Harga Konstan PDRB harga konstan menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun berdasarkan tahun dasar. Adapun tahun dasar yang ditetapkan adalah tahun 2000, mengingat kondisi perekonomian nasional pada tahun tersebut lebih baik dan lebih stabil. Sama halnya dengan PDRB harga berlaku, untuk tahun 2013 sektor pertanian masih merupakan sektor dominan dalam pembentukan PDRB di Kabupaten Pinrang dengan peranannya sekitar 52,98% berdasarkan harga konstan. Pada urutan kedua adalah sektor Jasa dengan konstribusi sebesar 14,63%. Menduduki peringkat ketiga dan keempat terbesar dalam memberikan kontribusi bagi PDRB Kabupaten Pinrang secara berturut - turut adalah sektor perdagangan sebesar 13,63%, sedangkan sektor-sektor lainnya memberikan andil yang realtif kecil yaitu pada kisaran dibawah 5%. Secara keseluruhan PDRB berdasarkan harga konstan pada tahun 2013 sebesar Rp ,30 atau meningkat sebesar Rp ,80 dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp ,50 tahun 201, hal tersebut dapat dilihat pada table berikut : KUPA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

10 No Tabel 2.2 Pertumbuhan PDRB adh Berlaku di Kabupaten Pinrang Pada Tahun Sektor (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Pertanian 1,477, ,535, ,612, ,722, Pertambangan & penggalian Industri pengolahan Listrik,gas & air bersih 1,805, , , , , , , , , , , , , , , , Konstruksi 98, , , , , Perdagangan, hotel & restoran Pengangkutan & komunikasi Keuangan, sewa, & jasa Perusahaan 269, , , , , , , , , , , , , , , Jasa-jasa 193, , , , , Jumlah 2,384, ,532, ,713, ,937, ,137, Sumber : PDRB Kab. Pinrang Tahun Struktur Ekonomi Salah satu indikator makro Ekonomi yang menjadi acuan adalah Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE). Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pinrang pada Tahun 2013 mengalami perlambatan pertumbuhan pada kisaran 6,81 %. Jika dilihat dari pertumbuhan tiap-tiap sektor ekonomi terlihat bahwa pada Tahun 2013 terdapat 2 sektor ekonomi mengalami pertumbuhan, 7 sektor yang mengalami perlambatan pertumbuhan bila dibandingkan dengan Tahun sebelumnya yaitu industri pengolahan dan listrik gas dan air bersih. No Tabel 2.3 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pinrang Tahun Sektor % % % % % 1 Pertanian Pertambangan & penggalian Industri pengolahan Listrik,gas & air bersih Konstruksi KUPA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

11 6 Perdagangan, hotel & restoran Pengangkutan & komunikasi Keuangan, sewa, & jasa Perusahaan Jasa-jasa Jumlah Sumber : PDRB Kab. Pinrang Tahun PDRB Perkapita PDRB perkapita atau pendapatan per kapita merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menggambarkan tingkat kemakmuran masyarakat secara makro. PDRB Perkapita berdasarkan harga berlaku pada Tahun 2013 menunjukkan peningkatan lebih besar dibandingkan dengan PDRB per kapita berdasarkan harga konstan. PDRB perkapita berdasarkan harga berlaku diproyeksikan mencapai Rp ,00, angka ini mengalami peningkatan dibandingkan Tahun 2012 yang mencapai Rp ,00. Nilai PDRB perkapita atas dasar konstan yang menggambarkan pendapatan riil penduduk Kabupaten Pinrang. Untuk tahun 2013 diperkirakan sebesar Rp mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan Tahun 2012 yaitu sebesara Rp ,00. Hal ini sejalan dengan peningkatan daya beli pada IPM pada tahun , walaupun demikian, peningkatan PDRB perkapita tersebut belum sepenuhnya menggambarkan secara riil kenaikan daya beli masyarakat Pinrang secara umum. Hal ini disebabkan pada PDRB per kapita yang dihitung atas dasar harga berlaku masih terkandung faktor inflasi yang sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Untuk mengetahui perkembangan daya beli masyarakat secara riil bisa digunakan PDRB per kapita atas dasar harga konstan. Pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Pinrang dari Tahun 2009 sampai 2013 mempunyai tren yang meningkat, artinya kesejahteraan masyarkat Pinrang makin membaik. Tahun 2012 pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Pinrang sebesar rupiah, sedangkan pada Tahun 2013 diperkirakan sebesar Rp atau dengan kata lain tiap bulan rata-rata penduduk Pinrang berpenghasilan 1,9 juta rupiah lebih perbulan. KUPA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

12 5. Inflasi Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus berkaitan dengan mekanisme pasar.tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dilihat pula dari kemampuan penduduk dalam mengkonsumsi barang dan jasa.perkembangan barang dan jasa ini berdampak langsung terhadap tingkat daya beli dan biaya hidup penduduk.jika harga-harga secara umum meningkat maka bisa terjadi daya beli penduduk menurun.tahun 2011, tingkat inflasi di Kabupaten Pinrang menurun 1,17 poin, yaitu dari 9,69 % pada tahun 2010 menjadi 5,92 % pada tahun 2011 dan perkiraan tahun 2012 yaitu sebesar 5,25 % Dilihat dari sektor kegiatannya, tingkat Inflasi PDRB Kabupaten Pinrang dari Tahun adalah: Tabel 2.4 Tingkat Inflasi PDRB di Kabupaten Pinrang Pada Tahun No. Lapangan Usaha * Pertanian Pertambangan dan penggalian Industry pengolahan Listrik, air bersih dan gas Bangunan dan Kontruksi Perdagangan, Hotel dan 6 Restoran Pengangkutan dan 7 Komunikasi Keuangan, Persewaan & jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB Sumber : PDRB Kabupaten Pinrang Peningkatan inflasi tertinggi terjadi pada sektor jasa yang mencapai 10,90 persen, kemudian disusul oleh sektor pertambangan dan penggalian sebesar 9,55 %, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 7,24 %. Adapun sektor lainnya berkisar antara 5 6 %. 6. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) IPM merupakan salah satu indikator penting yang digunakan dalam perencanaan kebijakan dan evaluasi pembangunan, karena nilai IPM KUPA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

13 mencakup 3 tiga bidang pembangunan manusia yang diangap paling mendasar, yaitu Angka harapan hidup, pengetahuan, dan hidup layak. Nilai ini menggambarkan potret pembangunan manusia Kabupaten Pinrang dari kondisi fisik manusia (kesehatan dan kesejahteraan), maupun non-fisik (intelektualitas). Pencapaian hasil IPM merupakan hasl pencapaian jangka waktu yang panjang. Peningkatan IPM pada prinsipnya merupakan perubahan pola pikir manusia, yaitu perubahan untuk semakin berperilaku hidup bersih dan sehat (Bidang kesehatan); Peningkatan intelektual (pendidikan) dan peningkatan kemampuan bersaing secara ekonomi (bidang ekonomi). Secara umum nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu tahun 2009 sebesar 72,61 poin menjadi 74,87 pada tahun 2013, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.5 Komponem IPM Kabupaten Pinrang Tahun No Indeks T a h u n Angka Harapan Hidup (thn) 71,72 72,06 72,28 72,50 72, Angka Melek Huruf (%) Rata Lama Sekolah (thn) Paritas Daya Beli (Ribu Rp.) 89,74 89,90 91,48 91,63 91,99 7,22 7,61 7,62 7,89 7,89 637,37 638,49 639,83 643,01 645,86 IPM 72,61 73,21 73,80 74,39 74,87 Sumber BPS Kab. Pinrang Tahun Penduduk dan Ketenagakerjaan Total jumlah penduduk di Kabupaten Pinrang pada Tahun 2013 adalah jiwa yang terdiri dari laki-laki sebesar jiwa dan perempuan sebesar jiwa, atau mengalami peningkatan sebesar 0,35 % dari jumlah penduduk Tahun 2012, yaitu jiwa, sedangkan jumlah rumah tangga untuk tahun 2013 sebesar Adapun rincian jumlah penduduk perkecamatan dapat dilihat pada tabel 2.6 berikut : KUPA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

14 Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Banyaknya Rumah Tangga Dirinci Tiap Kecamatan Kab. PinrangTahun 2013 NO KECAMATAN LAKI- LAKI PEREMPU AN JUMLAH PERSEN TASE SEX RASIO BANYAKNYA RUMAH TANGGA MATTIRO SOMPE 13,360 14,349 27, ,903 2 SUPPA 15,093 16,121 31, ,322 3 MATTIRO BULU 13,183 14,239 27, ,834 4 WATANG SAWITTO 26,557 27,750 54, ,771 5 PATAMPANUA 8,499 9,068 17, ,574 6 DUAMPANUA 21,375 23,047 44, ,534 7 LEMBANG 18,772 19,851 38, ,132 8 CEMPA 15,576 16,582 32, ,256 9 TIROANG 10,569 11,045 21, , LANRISANG 8,159 9,099 17, , PALETEANG 19,212 19,982 39, , BATULAPPA 4,760 5,045 9, ,171 JUMLAH 175, , , ,291 Sumber : BPS Kab. Pinrang Tahun 2014 Jumlah penduduk tahun 2013 sebesar jiwa mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan Tahun sebelumnya, yaitu : meningkat 5,3 % bila dibandingkan Tahun 2012 yakni sebesar jiwa. Peningkatan dari Tahun 2012 ke Tahun 2013 yang cukup tinggi dibandingkan Tahun 2011 disebabkan adanya penyesuaian registrasi dengan hasil Sensus Penduduk Tahun Hal ini membuktikan perlunya perbaikan registrasi data kependudukan dari instansi terkait. Dengan adanya program elektronik KTP, menjadi momentum dan peluang untuk melakukan perbaikan terhadap registrasi penduduk tahun-tahun mendatang, sehingga akurasi jumlah penduduk menjadi lebih baik. Salah satu Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat tergambarkan dari laju pertumbuhan angkatan kerja yang terserap pada lapangan pekerjaan. Tingginya angkatan kerja pada suatu daerah secara langsung dapat menggerakan perekonomian daerah tersebut. Hal sesulawesi Selatanknya dapat mengakibatkan timbulnya masalah sosial. Gambaran kondisi ketenagakerjaan seperti tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), persentase kesempatan kerja, persentase angkatan kerja yang bekerja dan KUPA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

15 distribusi lapangan pekerjaan sangat berguna dalam melihat prospek ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat apakah benar-benar digerakan oleh produksi yang melibatkan tenaga kerja daerah atau karena pengaruh faktor lain. Banyaknya penduduk yang bekerja akan berdampak pada peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan penduduk sangat menentukan pemenuhan kebutuhan hidup yang layak (peningkatan kemampuan daya beli). Pada tahun 2013 jumlah angakatan kerja Kabupaten Pinrang sebesar yang terdiri dari laki-laki sebesar dan perempuan sebesar , sedangkan yang bekerja sebesar Mengingat Kabupaten Pinrang merupakan salah satu daerah andalan Provinsi Sulawesi Selatan sebagai penghasil beras dan hasil bumi lainnya.oleh sebab itu sektor pertanian merupakan lapangan pekerjaan yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Tingginya TPAK seyogyanya diimbangi dengan besarnya kesempatan kerja. Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan investasi yang dapat menciptakan kesempatan kerja, sehingga dapat menyerap pertambahan angkatan kerja. Untuk tahun 2013 jumlah pengangguran terbuka Kabupaten Pinrang menurun menjadi 1,96 % dari 5,35 % pada tahun Kabupaten Pinrang adalah salah satu daerah andalan Provinsi Sulawesi Selatan sebagai penghasil beras dan hasil bumi lainnya. Oleh sebab itu sektor pertanian merupakan lapangan pekerjaan yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Berdasarkan data Sakernas 2010, banyaknya penduduk yang bekerja di sektor pertanian sekitar 50,06 persen kemudian disusul sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Hotel sebesar 18,05 persen, Jasa Kemasyarakatan 14,45, Industri Pengolahan sekitar 8,82 persen dan sector Lainnya 8,60 persen. 2.2 Rencana Target Ekonomi Makro Untuk melakukan proyeksi pertumbuhan ekonomi selain mempertimbangkan laju pertumbuhan ekonomi pada periode-periode sebelumnya atau data historis, juga perlu dipertimbangkan potensi atas kondisi perekonomian yang terjadi pada periode pelaporan. Selain hal itu perlu juga dipertimbangkan fenomena-fenomena yang terjadi saat KUPA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

16 ini maupun fenomena yang diperkirakan akan terjadi di masa yang akan datang (periode proyeksi) yang berpotensi mempengaruhi perekonomian. Dengan tanpa mengabaikan adanya keterikatan ekonomi antar sektor dalam satu daerah dan keterikatan antar daerah, maka untuk melakukan proyeksi perlu dipertimbangkan laju pertumbuhan ekonomi provinsi maupun pertumbuhan kabupaten lainnya. 1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Pinrang 2015 Catatan terakhir pertumbuhan ekonomi Pinrang pada tahun 2013 sebesar 6.81%, dengan kecenderungan yang meningkat merupakan modal awal untuk pencapaian pertumbuhan yang lebih baik di tahun 2012 dan Namun demikian tekanan dari sisi pengeluaran pemerintah yang merupakan salah satu pendorong utama tidak dapat diabaikan. a. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Pinrang Tahun 2014 dan 2015 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pinrang pada 2014 diperkirakan berada pada kisaran 7 % - 8 %. Secara umum laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pinrang pada 2013 mengalami perlambatan, diperkirakan pada tahun 2014 dan 2015 akan mengalami percepatan pertumbuhan yang mampu mempengaruhi perekonomian secara umum, walaupun pertumbuhannya tidak signifikan, hal ni dipengaruhi dengan kebijakan dalam mengurangi subsidi BBM. Proyeksi pertumbuhan yang diperkirakan diatas capaian pertumbuhan 2013 sebesar 7.00% - 7,5% Ekspansi sektor pertanian terutama didorong oleh kinerja pertanian tanaman bahan makanan dan peternakan. Beberapa hal yang diperkirakan akan turut mendorong kinerja sektor pertanian adalah peningkatan kualitas infrastruktur pertanian, terutama dalam hal pengairan dan irigasi, adanya upaya optimalisasi lahan tidak produktif (lahan bero) serta dikembangkannya program-program yang terkait dengan peningkatan produksi pertanian seperti kelompok wanita tani, pengoptimalan lahan pekarangan untuk produksi pertanian Kendala sektor pertanian kedepan terutama dalam hal hama. Selain sektor pertanian, sektor Pertambangan dan penggalian, bangunan dan konstruksi serta perdagangan hotel dan restoran juga diperkirakan turut mendorong pertumbuhan pada tahun KUPA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

17 Pada 2013 laju pertumbuhan perekonomian Kabupaten Pinrang diperkirakan mampu tumbuh lebih tinggi dari tahun sebelumnya mencapai kisaran 7% - 8%. Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dipicu oleh pertumbuhan daerah lain. Selain tingginya dorongan faktor eksternal pertumbuhan ini juga diperkirakan didukung oleh laju inflasi yang lebih moderat dibandingkan tahun sebelumnya. Walaupun masih terdapat kekuatiran adanya kebijakan-kebijakan baru dengan pergantian kepemimpinan. KUPA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

18 BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR, DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARANPENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) TAHUN Asumsi Dasar Penyusunan Rancangan APBD memerlukan pencermatan dan pengkajian yang sangat mendalam, sehingga apa yang dirancang realitasnya sesuai dengan sasaran ataupun tidak jauh dari apa yang telah kita rencanakan, Untuk mencapai kondisi dimaksud diperlukan berbagai asumsi guna mendukung pencapaian target/sasaran dimaksud. Asumsi Dasar yang digunakan dalam Penyusunan APBD Tahun 2015 adalah sebagai berikut : Terjadinya peningkatan Pendapatan Asli Daerah yang menjadi kewenangan Pemda Kabupaten Pinrang terutama dari Pos lain-lain pendapatan Asli Daerah Yang sah Obyek Pajak tetap Penerimaan Daerah dari Dana Bagi Hasil Pajak diasumsikan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya Penerimaan Daerah dari Dana Alokasi Umum (DAU) diasumsikan ada peningkatan dari tahun sebelumnya Penerimaan Daerah dari Dana Alokasi Khusus (DAK) diasumsikan sama dari tahun sebelumnya Penerimaan Daerah dari Lain-lain Pendapatan yang sah secara umum mengalami peningkatan dari tahun sebelumnnya 3.2. Laju Inflasi Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus berkaitan dengan mekanisme pasar. Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dilihat pula dari kemampuan penduduk dalam mengkonsumsi barang dan jasa. Perkembangan barang dan jasa ini berdampak langsung terhadap tingkat daya beli dan biaya hidup penduduk. Jika harga-harga secara umum meningkat maka bisa terjadi daya beli penduduk menurun. Inflasi sebagai indikator makro prekonomian perlu menjadi kajian karena sangat berpengaruh terhadap stabilitas prekonomian dan kinerja pelaksanaan pembangunan. Pada tahun 2011, tingkat inflasi di Kabupaten Pinrang menurun 1,17 poin, KUPA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

19 yaitu dari 10,86 % pada tahun 2010 menjadi 9,69 % pada tahun Sedangkan untuk tahun 2012 dan 2013 mengalami penurunan dari 7,53 menjadi 6,87 dan diproyeksikan akan terus mengalami penurunan 6-5 % untuk tahun 2014 dan Pertumbuhan PDRB PDRB Kabupaten Pinrang tahun 2013 mengalami peningkatan dibandingkan dengan PDRB untuk Tahun Baik itu dilihat dari PDRB atas harga berlaku maupun PDRB atas dasar harga konstan. Untuk tahun 2013, PDRB atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan sebesar Rp 1 Milyar lebih, sedangkan untuk PDRB atas dasar harga konstan mengalami kenaikan sebesar Rp 200 Milyar lebih. Asumsi-asumsi tahun Pertumbuhan PDRB diproyeksikan mengalami peningkatan yang tidak terlalu signifikan 3.4. Lain-Lain Asumsi Dalam rangka penyiapan Rancangan APBD 2015 lain-lain asumsi yang dapat ditambahkan adalah : a. Kondisi ekonomi stabil b. Kondisi keamanan semakin stabil c. Adanya peningkatan belanja Pegawai KUPA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

20 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH 4.1 Pendapatan Daerah Kebijakan Pendapatan Daerah yang akan dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2015 Berdasarkan pengkajian dan pembahasan bersama Tim Anggaran Pemerinta Daerah (TAPD), maka penetapan target Pendapatan Asli Daerah Tahun 2015 berdasarkan pada 3 (tiga) hal, yaitu : a. Realisasi pendapatan pada tahun yang lalu b. Tingkat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pinrang c. Potensi sumber pendapatan asli daerah Berdasarkan ke tiga hal tersebut diatas, maka ditetapkan target Pendapatan pada Perubahan Tahun 2015 sebesar Rp ,00 atau mengalami peningkatan sebesar Rp ,00. dibandingkan pendapatan pada pokok tahun 2015 hal ini disebabkan meningkatnya pendapatan dari PAD sebesar 5,83 %, Dana Perimbangan sebesar % dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sebesar 9,19% Target Pendapatan Daerah Meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Pada perubahan anggaran tahun 2015 Pendapatan Asli Daerah (PAD) diperkirakan mengalami peningkatan sebesar Rp ,00 (5.83%), dibandingkan pada pokok tahun 2015, yang terdiri dari hasil pajak daerah diperkirakan mengalami peningkatan sebesar Rp ,00, retribusi daerah mengalami peningkatan sebesar Rp ,00, pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan mengalami peningkatan sebesar Rp ,00 dan untuk lain-lain pendapatan asli daerah yang sah mengalami peningkatan sebesar Rp ,00. Selain PAD, penerimaan daerah yang bersumber dari Dana Perimbangan yang jumlahnya ditargetkan mengalami peningkatan sebesar Rp ,00 dibandingkan pada pokok tahun 2015, yang meliputi Dana Alokasi Umum (DAU) pada tidak mengalami perubahan yaitu sebesar Rp ,00 dan Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak tahun 2015 ditargetkan mengalami peningkatan sebesar Rp ,00. sedangakan untuk Dana Alokasi Khusus pada perubahan tahun 2015 sebesar Rp ,00 meningkat KUPA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

21 menjadi Rp ,00 ( %). Besarnya dana perimbangan yang dialokasikan untuk Kabupaten Pinrang tergantung dari kemampuan dan kebijakan pemerintah pusat dengan mempertimbangkan beberapa kriteria yang ditetapkan antara lain; luas wilayah, jumlah penduduk dan kemajuan ekonomi daerah. Untuk Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah ditargetkan mengalami kenaikan sebesar Rp ,00. terdiri dari Pendapatan Hibah sebesar Rp ,00, tidak mengalami perubahan sedangkan Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya (PKB & BBNKB, PBBKB, PPABT & AP dan PHR) mengalami peningkatan sebesar Rp ,00, Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerahnya tidak mengalami perubahan yaitu sebesar Rp.17, Sedangkan untuk Dana Penyesuaian dan otonomi khusus mengalami peningkatan sebesar Rp ,00 dari Rp ,00 pada pokok tahun 2015 naik menjadi Rp ,00 pada perubahan tahun ,24%), hal ini disebabkan meningkatnya Alokasi Dana Desa Sehingga secara total rencana pendapatan daerah pada perubahan tahun 2015 adalah sebesar Rp mengalami peningkatan sebesar Rp ,00 dibandingkan dengan Pendapatan pada pokok Tahun 2014 sebesar Rp Upaya-Upaya Pemerintah Daerah Dalam Mencapai Target Pendapatan Untuk memantapkan pendapatan daerah agar rencana belanja pemerintah daerah tidak terganggu maka pemerintah daerah berupaya memperjuangkan peningkatan pendapatan daerah yang bersumber dari dana perimbangan yang bersumber dari pemerintah pusat yaitu Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK),dan lain-lain pendapatan yang sah, namun tetap berupaya menjaga dan mengembangkan perekonomian daerah untuk meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat. 4.2 Belanja Daerah Kebijakan Belanja Daerah Kebijakan Belanja Daerah disusun berdasarkan upaya untuk mengatasi permasalahan pembangunan yang bersifat mendasar meliputi KUPA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

22 empat bidang prioritas, yaitu; Bidang Pendidikan, Bidang Kesehatan, Bidang Ekonomi, dan Bidang Lingkungan Hidup dengan tujuan untuk mempercepat kesejahteraan masyarakat, penanggulangan kemiskinan dan pengurangan pengangguran. Selain ke-empat bidang tersebut juga difokuskan pada upaya mendorong program/kegiatan prioritas pada bidang-bidang lainnya, terutama program/kegiatan prioritas yang secara langsung berpengaruh pada upaya mewujudkan Kesejahteraan masyarakat Pinrang. Disamping itu, penyusunan belanja daerah juga diprioritaskan untuk menunjang efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi tanggung jawabnya. Kebijakan belanja daerah adalah dalam rangka memenuhi beban pengeluaran atas Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung. Belanja Tidak Langsung yang meliputi belanja pegawai, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada pemerintah desa (ADD), belanja bantuan sosial dan belanja tak terduga. Belanja Tidak Langsung pada perubahan tahun 2015 diperkirakan mengalami peningkatan sebesar Rp ,13 dari Rp ,00 pada pokok tahun 2015 naik menjadi Rp ,13 pada perubahan tahun 2015 atau mengalami peningkatan sebesar 6.58 %, kenaikan tersebut disebabkan meningkatnya belanja gaji, belanja bantuan keuangan keuangan kepada provinsi/kabupaten, pemerintah desa dan partai politik. Belanja Langsung yang meliputi belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja modal. Kebijakan belanja langsung dimaksudkan untuk membiayai seluruh kegiatan-kegiatan pembangunan dalam tahun 2015 serta penyempurnaan target-target tahunan, baik yang bersifat prioritas maupun penunjang dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan. Belanja langsung direncanakan pada perubahan tahun 2015 sebesar Rp ,00 atau mengalami peningkatan sebesar Rp (48,94%) dibandingkan dengan pokok Tahun Secara keseluruhan Total Belanja yang direncanakan pada perubahan tahun 2015 sebesar Rp mengalami peningkatan dibandingkan dengan Belanja pada pokok tahun 2015 sebesar Rp ,13. Mengingat total pendapatan sebesar Rp ,00 lebih kecil dibandingkan dengan total belanja sehingga posisi RAPBD perubahan Tahun 2015 defisit sebesar Rp ,13. Hal tersebut akan ditutupi oleh sisa lebih Perhitungan Anggaran (Silpa) yang terdapat pada pembiayaan. KUPA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

23 4.2.2 Kebijakan Belanja Tak Langsung (Belanja Pegawai, Belanja Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Bantuan Keuangan Dan Belanja Tidak Terduga) a. Belanja Pegawai, Belanja Pegawai adalah merupakan kewajiban pemerintah atas kinerja pegawai dan belanja tersebut diharapkan mampu memberikan kesejahteraan bagi pegawai sehingga dapat meningkatkan kinerjanya bagi pembangunan daerah. Pada perubahan anggaran tahun 2015 belanja pegawai direncanakan menyerap Plafon Anggaran Sementara sebesar Rp ,13 mengalami peningkatan sebesar Rp ,13 dibandingkan APBD pokok tahun 2015 atau mengalami peningkatan sebesar 4,71 % b. Belanja Bunga Untuk tahun perubahan anggaran tahun 2015 Belanja Bunga tidak dianggarkan. c. Belanja Hibah Belanja Hibah ditargetkan mengalami peningkatan sebesar Rp ,00, belanja tersebut diarahkan untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan oleh pemerintah/instansi vertikal, semi pemerintah, perusahaan daerah serta masyarakat dan organisasi kemasyarakatan yang secara spesifik telah ditentukan peruntukannya. d. Bantuan Sosial Belanja bantuan sosial ditargetkan tidak mengalami perubahan yaitu sebesar Rp pada perubahan anggaran tahun 2015, belanja tersebut diarahkan dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang diberikan kepada kelompok/anggota masyarakat.. e. Belanja Bagi Hasil kepada Pemerintah Desa Kebijakan belanja bagi hasil dimaksudkan sebagai upaya pemerataan atas pendapatan yang diperoleh dari pajak kepada seluruh Pemerintah Desa dalam rangka meningkatkan percepatan pembangunan masing- masing Desa. Belanja bagi hasil dalam tahun 2015 tidak dianggarkan karena ada beberapa pengalihan rekening dan kebijakan penganggaran untuk desa f. Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Desa dan Partai Politik Bantuan Keuangan diarahkan untuk mengatasi kesejangan fiskal pemerintah kabupaten dan pemerintah desa dan lembaga-lembaga KUPA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

24 tradisional lainnya dimasyarakat dalam upaya mempercepat pemerataan pembangunan. Bantuan Keuangan direncanakan mengalami peningkatan sebesar Rp ,00 (42,54%) dari Rp ,00 pada anggaran pokok tahun 2015 menjadi ,00 pada perubahan anggaran tahun 2015 g. Belanja Tidak Terduga Belanja Tidak Terduga diarahkan untuk membiayai estimasi kegiatan- kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi, diluar kendali dan tidak biasa/tanggap darurat yang tidak diharapkan berulang dan belum tertampung dalam bentuk program dan kegiatan. Pada perubahan Tahun 2015 belanja tidak terduga direncanakan sebesar Rp atau sama dengan anggaran pokok tahun Kebijakan Belanja Langsung Sesuai Urusan dan Satuan Kerja Perangkat Daerah Belanja daerah diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan berdasarkan ketentuan perundangundangan. Mengenai kebijakan belanja berdasarkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dilaksanakan secara proporsional sesuai tugas dan fungsi SKPD yang bersangkutan serta permasalahan yang ditangani sesuai kemampuan keuangan daerah. Alokasi anggaran belanja untuk SKPD harus terukur yang diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan. Pada perubahan anggaran Tahun 2015 Belanja Langsung direncanakan sebesar Rp atau mengalami peningkatan sebesar 48,94 % dibandingkan pada anggaran pokok Belanja langsung terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa dan Belanja Modal. Untuk perubahan 2015 Belanja Pegawai sebesar Rp , Belanja Barang dan Jasa Sebesar Rp sedangkan untuk belanja Modal sebesar Rp Belanja Langsung tersebut diarahkan untuk membiayai Urusan Wajib dan Urusan Pilihan yang dialokasikan untuk 44 SKPD. 4.2 Pembiayaan Daerah Pada perubahan anggaran tahun 2015, pembiayaan daerah dilakukan dengan kebijakan penerimaan dan pengeluaran pembiayaan, antara lain: Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Penerimaan pembiayaan tersebut sepenuhnya bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun anggaran sebelumnya yaitu sebesar Rp ,13 KUPA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

25 4.3.2 Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan Pengeluaran Pembiayaan pada perubahan anggaran tahun 2015 direncanakan untuk penyertaan modal (investasi) Pemerintah Daerah sebesar Rp ,00, sehingga total penyertaan modal pada tahun 2015 sebesar Rp , Kendala, Strategi, dan Prioritas Pembangunan Kendala Berbagai kemajuan memang telah dicapai tahun 2013 dan tahun 2014, namun dirasakan permasalahan/kendala masih tetap ada dan memerlukan upaya pemecahan dalam tahun Adapun kendala tersebut antara lain : 1) Dari sisi demografi, semakin meningkatnya jumlah penduduk sebagai akibat pertumbuhan (kelahiran), mengakibatkan jumlah penduduk miskin dan angka pengangguran juga mengalami peningkatan. Hal ini membawa konsekuensi terhadap peningkatan penyediaan prasarana dan sarana serta lapangan kerja. Jumlah penduduk yang terlalu besar akan membawa dampak pada terjadinya kerawanan sosial, ancaman terhadap ketentraman dan ketertiban daerah. Sedangkan dari aspek sosial lainnya seperti pendidikan dan kesehatan masih perlu ditingkatkan kualitasnya, demikian juga dalam penanganan masalah kependudukan. 2) Dari sisi ekonomi sudah menunjukkan perkembangan ke arah yang lebih baik, namun masih perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan capaian target-target indikator ekonomi agar dapat lebih bermanfaat bagi masyarakat. Selain itu karakteristik perekonomian daerah Pinrang yang sangat didominasi oleh sektor pertanian. 3) Sedangkan dari aspek pengembangan wilayah, masih terjadinya ketimpangan pembangunan antar wilayah yang disebabkan oleh kondisi geografis dan demografis serta tidak meratanya potensi sumber daya yang dimiliki oleh setiap wilayah Strategi Untuk mengatasi kendala tersebut maka strategi pembangunan daerah Pinrang antara lain adalah : 1) Memantapkan pembangunan ekonomi melalui pencapaian targettarget makro ekonomi yang berkualitas dan berkeadilan sebagai KUPA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

26 upaya untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran. 2) Terkait dengan indikator struktur ekonomi khususnya dalam upaya meningkatkan kontribusi sektor primer, perlu ditempuh langkahlangkah; optimalisasi pemanfaatan lahan, penerapan teknologi, penguatan SDM, dan perlindungan terhadap lahan pertanian berkelanjutan dan penyiapan infrastruktur. 3) Memberikan peluang yang lebih besar bagi penduduk miskin untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan pembangunan. 4) Meningkatkan kualitas SDM melalui peningkatan mutu dan layanan pendidikan dan kesehatan serta sarana prasarana pendukungnya. 5) Menciptakan suasana yang lebih kondusif baik keamanan maupun prosedur birokrasi untuk mendorong investasi dan pertumbuhan sektor unggulan daerah. 6) Memelihara, mengembangkan, dan melestarikan adat dan budaya daerah sebagai landasan bagi pembangunan Pinrang Prioritas Pembangunan Tahun 2015 Untuk mendukung prioritas Nasional Tahun 2015 yang terdiri dari 9 (sembilan) Bidang Issu Strategis Nasional Tahun 2015 dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015 dengan menetapkan 7 Prioritas Pembangunan Propinsi, yaitu : (1) Pengembangan Kerjasama dan Daya Saing Daerah; (2) Pengembangan Ekonomi Kerakyatan; (3) Pengembangan Pendidikan, Kepemudaan, Keolahragaan dan Kebudayaan serta Pengembangan Kesehatan; (4) Peningkatan Kapasitas Infrastruktur Wilayah; (5) Pengembangan Kawasan Strategis ; (6) Peningkatan Pengelolaan Sumberdaya Air dan Kapasitas Infrastruktur Irigasi; (7) Reformasi Birokrasi dan Penguatan Kapasitas Kelembagaan Penetapan program prioritas Kabupaten Pinrang Tahun 2015 selain mengacu pada Prioritas Nasional dan Prioritas Propinsi tersebut diatas, juga dirumuskan berdasarkan beberapa isu strategis dan tantangan yang dihadapi serta disesuaikan misi dan Agenda Pembangunan Kabupaten Pinrang, dengan tetap memperhatikan potensi wilayah dan faktor strategis yang dimiliki oleh Kabupaten Pinrang serta aspirasi masyarakat yang berkembang. Untuk itu maka Prioritas Pembangunan Daerah Tahun 2015 adalah menyelesaikan permasalahan/hambatan utama serta menjawab tantangan yang mendesak dan berdampak luas bagi peningkatan KUPA Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran

Kebijakan Umum APBD Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran 2016 BAB I PENDAHULUAN

Kebijakan Umum APBD Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran 2016 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan dasar pengelolaan keuangan Daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran. Artinya

Lebih terperinci

Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu kegiatan utama bagi pemerintah daerah disamping pelayanan dan operasional internal birokrasi. Dengan telah diterapkannya Otonomi Daerah

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

Pemerintah Provinsi Bali

Pemerintah Provinsi Bali BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan pendapatan daerah yang memiliki fungsi sebagai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman BAB III PENUTUP... 13

DAFTAR ISI. Halaman BAB III PENUTUP... 13 DAFTAR ISI Halaman BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBK... 1 1.2. Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBK... 2 1.3. Dasar Hukum Penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2015 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Nota Kesepakatan...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI BALI

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI BALI NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI BALI NOMOR : 075/5690/B.Pem NOMOR NOMOR : 910/2819/DPRD TANGGAL : 8 Oktober 2010 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis perekonomian daerah, sebagai

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD Dengan dilantiknya Dr. H. Irianto Lambrie dan H. Udin Hianggio, B.Sc sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Utara periode jabatan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 260 menyebutkan bahwa Daerah sesuai dengan kewenangannya menyusun rencana pembangunan Daerah

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD 2.1. Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD Dalam penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD ini, perhatian atas perkembangan kondisi perekonomian Kabupaten Lombok

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2015 merupakan masa transisi pemerintahan dengan prioritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR TAHUN 2013 TANGGAL BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan adalah sebuah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan Imam Bonjol Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Mukomuko Kode Poss 38364

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan Imam Bonjol Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Mukomuko Kode Poss 38364 PERATURAN BUPATI MUKOMUKO NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI MUKOMUKO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1. Kondisi Ekonomi Daerah Kota Bogor Salah satu indikator perkembangan ekonomi suatu daerah

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan Pasal 18 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa dalam rangka penyusunan Rancangan APBD diperlukan penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan ekonomi daerah disusun dalam rangka memberikan solusi jangka pendek dan jangka panjang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR : 39 TANGGAL : 14 Mei 2013 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Daerah Provinsi

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR Nomor : 03/KB/BTD-2012 02/KSP/DPRD-TD/2012 TANGGAL 31 JULI 2012 TENTANG PRIORITAS DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR : 32 Tahun 2014 TANGGAL : 23 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan adanya dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 sebagai dokumen perencanaan periode lima tahunan,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 (KUA APBD PERUBAHAN T.A. 2015)

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 (KUA APBD PERUBAHAN T.A. 2015) KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 (KUA APBD PERUBAHAN T.A. 2015) KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kerangka ekonomi makro dan kebijakan keuangan daerah yang dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Setiap daerah di era Otonomi memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk dapat mengatur proses pembangunannya sendiri, mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sisten Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) bahwa Pemerintah maupun Pemerintah Daerah setiap

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN PINRANG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN PINRANG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN PINRANG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang \bi LAMPIRAN : PERATURAN WALIKOTA BEKASI Nomor : 46 Tahun 207 Tanggal : 03 Agustus 207 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012 1 LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN, PENGANGGARAN, DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Sleman Tahun 2014 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2015-2016 dapat digambarkan

Lebih terperinci

hal- ii Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017

hal- ii Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017 DAFTAR ISI Hal. Nota Kesepakatan Daftar Isi i BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan... 2 1.3. Dasar Hukum... 3 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 8 2.1. Perkembangan Indikator Ekonomi

Lebih terperinci

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB - I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

REVISI RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN PINRANG TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

REVISI RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN PINRANG TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN REVISI RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN PINRANG TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah proses yang direncanakan dalam rangka mencapai kondisi yang lebih baik dibandingkan keadaan sebelumnya. Aspek pembangunan meliputi sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang memuat rancangan ekonomi daerah, kebijakan keuangan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR : TAHUN 2014 TANGGAL : MEI 2014 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KENDAL TAHUN ANGGARAN 2010 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Lampung adalah dokumen perencanaan tahunan Pemerintah Daerah Provinsi Lampung, yang merupakan penjabaran dari Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016 PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2015 DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel...

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,

Lebih terperinci

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007 RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007 APBD merupakan penjabaran kuantitatif dari tujuan dan sasaran Pemerintah Daerah serta tugas pokok dan fungsi unit

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA LAMPIRAN II.1 : PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR : 45 TAHUN 2009 TANGGAL : 11 NOVEMBER 2009 TENTANG : SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BUNGO. SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan Pasal 18 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa dalam rangka penyusunan Rancangan APBD diperlukan penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Penetapan KUPA Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Tahun Anggaran 2017 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DIY Kompleks Kepatihan Danurejan Yogyakarta (0274)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kerangka ekonomi makro dan kebijakan keuangan daerah yang dimuat dalam rencana kerja Pemerintah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi- i. Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii

DAFTAR ISI. Daftar Isi- i. Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I.1 1.2 Tujuan... I.4 1.3 Dasar Hukum... I.4 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, selaras,

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak Tahun

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak Tahun B AB I P E N D AH U L U AN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat dengan mempertimbangkan urutan pilihan dan ketersediaan

Lebih terperinci

Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Kabupaten Pinrang Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Kabupaten Pinrang Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan PPAS 2016 Menurut Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 dan Permendagri 13 tahun 2006 sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya menjadi Permendagri

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana pengelolaan keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dalam Peraturan Daerah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2015 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2015 Menimbang :a. bahwa sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 7 Tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 1. Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kondisi makro ekonomi Kabupaten Kebumen Tahun

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA I-0 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemerintah Daerah Provinsi berkewajiban menyusun perencanaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemerintah Daerah Provinsi berkewajiban menyusun perencanaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Daerah Provinsi berkewajiban menyusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan sistem perencanaan pembangunan nasional. Proses perumusan perencanaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam ketentuan umum Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal, Standar Pelayanan Minimal

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Arah Dan Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pertumbuhan Ekonomi Kondisi ekonomi makro Kabupaten

Lebih terperinci

PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Maksud Perubahan

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan Pasal 18 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa dalam rangka penyusunan Rancangan APBD diperlukan penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 38/MoU.KP/HKM/2015 TANGGAL : 8 Oktober 2015 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN

Lebih terperinci

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015 i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan merupakan tahapan awal dalam proses pembangunan sebelum diimplementasikan. Pentingnya perencanaan karena untuk menyesuaikan tujuan yang ingin

Lebih terperinci

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN - 3 - LAMPIRAN: NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/3839-910/6439 TENTANG : PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA APBD KOTA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1 Kondisi Pendapatan Daerah Pendapatan daerah terdiri dari tiga kelompok, yaitu Pendapatan Asli

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. ARAH KEBIJAKAN EKONOMI DAERAH Berdasarkan RPJMD Kota Jambi, tahun 2016 merupakan pertumbuhan pembangunan ekonomi yang merupakan

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI KUDUS, Menimbang :

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang PPAS APBD 2016 BAB I 1

1.1 Latar Belakang PPAS APBD 2016 BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan dan penganggaran adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH PERUBAHAN KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2015

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH PERUBAHAN KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2015 PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH PERUBAHAN KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013-2018 1.1. Latar Belakang Lahirnya Undang-undang

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci