PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI"

Transkripsi

1 PERAN IPPHOS DALAM REVOLUSI KEMERDEKAAN INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh: YUDHI RAHARJO NIM : PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015

2 PERAN IPPHOS DALAM REVOLUSI KEMERDEKAAN INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh: YUDHI RAHARJO NIM : PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i

3 ii

4 iii

5 HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini ku persembahkan kepada: Orang tuaku, saudara-saudaraku yang menyertai dan mengiringi perjuanganku dalam menimba ilmu, baik itu lewat doa, materi, dan hingga motivasi yang tidak pernah terlambat. iv

6 HALAMAN MOTTO Kesadaran adalah matahari, kesabaran adalah bumi, keberanian menjadi cakrawala, dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. (Paman Doblang- Kantata Takwa) Nrimo artinya, saya berdoa sungguh-sungguh, saya bekerja sungguhsungguh, selanjutnya biarlah Tuhan yang menentukan. (F. G. Joyner) Sebebas camar engkau berteriak, setabah nelayan menembus badai, seikhlas karang menunggu ombak, seperti lautan engkau bersikap. (Sang Petualang- Kantata Takwa) v

7 PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang telah saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 26 Februari 2015 Penulis, Yudhi Raharjo vi

8 LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Yudhi Raharjo Nomor Mahasiswa : Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: PERAN IPPHOS DALAM REVOLUSI KEMERDEKAAN INDONESIA Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 26 Februari 2015 Yang menyatakan, vii

9 ABSTRAK PERAN IPPHOS DALAM REVOLUSI KEMERDEKAAN INDONESIA Oleh: Yudhi Raharjo Universitas Sanata Dharma 2015 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tentang: (1) Latar belakang berdirinya IPPHOS; (2) Peran IPPHOS dalam Revolusi Kemerdekaan Indonesia ; (3) Kontribusi IPPHOS saat ini. Metode penelitian yang digunakan adalah historis faktual dengan tahapan: menentukan topik atau tema penelitian, mengumpulkan sumber, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan politik dan sosiologi, dan ditulis secara deskriptif analitis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Latar belakang berdirinya IPPHOS adalah untuk ikut ambil peran dalam perjuangan bangsa mempertahankan kemerdekaan melalui foto-foto hasil karyanya. (2) Peran IPPHOS dalam Revolusi Kemerdekaan Indonesia yaitu ikut berperan dalam mengambil gambar setiap peristiwa yang terjadi di Indonesia, agar dapat membangkitkan semangat kebangsaan pada masyarakat. (3) Karya IPPHOS memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan dan masyarakat. viii

10 ABSTRACT THE ROLE OF IPPHOS IN INDONESIAN INDEPENDENCE REVOLUTION By: Yudhi Raharjo Sanata Dharma University 2015 This research aims to describe and analyze about: (1) The Background of the establishment of IPPHOS, (2) The role of IPPHOS in Indonesian independence revolution on , and (3) The IPPHOS contribution to the present day. This research has been completed based on factual historical research methods with multiple stages, the collection of data from various sources, review the critiques of the other interviewees, interpretations, and histography. The approach in this study is the political and sociological approaches, and this reasearch is written in descriptive-analysis way. The results of this research show that: (1) The Background of the IPPHOS establishment is its participation in the Nation struggle to defend its independence through photographs taking which recorded any events happening in the homeland of Indonesia, especially during the revolution of independence of Indonesia. (2) The role of IPPHOS in the revolution of independence of Indonesia is taking images of any events that happened in the homeland Indonesia as to raise the spirit of nationalism for society. (3) IPPHOS has contributed to science and to society. ix

11 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan sebesar-besarnya kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkah rahmat yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peran IPPHOS dalam Revolusi Kemerdekaan Indonesia Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Sejarah. Penulis menyadari betul bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 2. Dra. Th. Sumini, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma yang telah sabar membimbing, mengarahkan, serta memberi banyak masukan yang berguna kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 3. Drs. A. K. Wiharyanto, M. M., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama penyusunan skripi ini, serta dalam melaksanakan studi di Universitas Sanata Dharma. 4. Hendra Kurniawan, M.Pd., yang telah memberikan banyak masukan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. x

12 5. Seluruh dosen dan karyawan sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah yang membantu penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma. 6. Teman-teman seperjuangan Program Studi Pendidikan Sejarah angkatan 2010, yang telah bersama-sama berjuang mencari ilmu dan pengalaman untuk berkarya. 7. Kakak-kakak angkatan Program Studi Pendidikan Sejarah, Kak Cahyo, yang membantu dan memberikan ide dan saran yang berguna bagi penulis untuk menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma. 8. Keluarga Besar MAPASADHA yang telah membantu penulis belajar segala aspek kehidupan, serta membuat penulis dapat bertahan dari keras dan lembutnya hidup di Yogyakarta. 9. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna penulis maupun para pembaca. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Yogyakarta, 26 Februari 2015 Penulis, Yudhi Raharjo xi

13 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv HALAMAN MOTTO... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix KATA PENGANTAR... x DAFTARISI... xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xxi BAB I : PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 8 C. Tujuan Penelitian... 9 D. Manfaat Penelitian... 9 E. Tinjauan Pustaka F. Landasan Teori G. Metodologi Penelitian dan Pendekatan H. Model dan Sistematika Penulisan BAB II : LATAR BELAKANG BERDIRINYA IPPHOS A. Kondisi Pers pada Masa Kemerdekaan Indonesia tahun 1945, sebelum berdirinya IPPHOS B. Proses Berdirinya IPPHOS Tokoh-tokoh Pendiri IPPHOS a) Alex Mendur xii

14 b) Frans Mendur c) Frans F. Umbas dan Justus K. Umbas Kelahiran IPPHOS a) Latar Belakang b) Maksud dan Tujuan c) Kantor Berita Foto IPPHOS BAB III : PERAN IPPHOS DALAM REVOLUSI KEMERDEKAAN INDONESIA A. Perkembangan IPPHOS Tenaga Kerja Wartawan Foto IPPHOS Perluasan Cabang IPPHOS Hubungan dengan Pemerintah B. Hasil Karya IPPHOS pada Masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia Tahun Peristiwa di Tahun Peristiwa di Tahun Peristiwa di Tahun Peristiwa di Tahun Peristiwa di Tahun Peran IPPHOS pada Media Massa (Harian Merdeka) C. Hasil Foto IPPHOS menurut Sudut Pandang Fotografi BAB IV : KONTRIBUSI IPPHOS PADA SAAT INI A. Kontribusi bagi Ilmu Pengetahuan B. Kontribusi bagi Masyarakat BAB V : KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

15 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 : Bagan kerangka konseptual peran IPPHOS dalam Revolusi Kemerdekaan Indonesia Gambar 2 : Alex Mendur Gambar 3 : Para pendiri IPPHOS Gambar 4 : Foto bersama di depan kantor IPPHOS cabang Yogyakarta Gambar 5.a : Presiden Soekarno membaca naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia Gambar 5.b : Pengibaran Sang Saka Merah Putih Gambar 5.c : Peserta Upacara Proklamasi Kemerdekaan Gambar 6.a : Suasana pelantikan anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) Gambar 6.b : Kabinet pertama RI Gambar 7.a : Perawat PMI bertugas saat Agresi Militer Belanda ke II Gambar 7.b : Korban pertempuran sedang dalam perawatan medis Gambar 8.a : Presiden Soekarno tiba di Lapangan Ikada Gambar 8.b : Suasana rapat raksasa di Lapangan Ikada Gambar 8.c : Pengibaran Bendera Merah Putih di Lapangan Ikada Gambar 9.a : Truk tentara Sekutu melintasi slogan anti Belanda xiv

16 Gambar 9.b : Presiden Soekarno dan Kabinet pertama RI diwawancarai wartawan asing Gambar 10 : Rapat Badan Pekerja KNIP Gambar 11 : Presiden Soekarno bertemu dengan Letnan Jenderal Christison Gambar 12 : Kapal terbakar di Pelabuhan Tanjung Perak Gambar 13 : Peresmian Kabinet Sjahrir oleh Presiden Soekarno Gambar 14 : Pertemuan antara Indonesia, Belanda, dan Sekutu Gambar 15 : Daerah Karawang - Bekasi yang hancur Gambar 16 : Suasana Kongres wartawan Gambar 17.a : Bandung Lautan Api Gambar 17.b : Satuan TKR dan pemuda menjaga pos-pos Gambar 18.a : Pengangkutan bekas tawanan Sekutu Gambar 18.b : Pengangkutan bekas tawanan Sekutu Gambar 18.c : Pengangkutan APWI Gambar 19.a : Jenderal Soedirman dan Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo di kamp tawanan Jepang Gambar 19.b : TRI menjaga evakuasi serdadu Jepang Gambar 20 : Perdana Menteri Sjahrir memeriksa barisan siswa Sekolah Tinggi Polisi Negara Gambar 21 : Pembukaan BNI Gambar 22 : Barisan anggota ALRI xv

17 Gambar 23 : R. C. Kirby berbincang dengan Perdana Menteri Sutan Sjahrir Gambar 24.a : Kegiatan pengangkutan padi untuk dikirim ke India Gambar 24.b : Kegiatan pengangkutan padi untuk dikirim ke India Gambar 25 : Rakyat Jakarta menukar uang Jepang dengan ORI Gambar 26.a : Para wartawan asing menyiapkan naskah berita di tangga Hotel Linggarjati Gambar 26.b : Makan siang saat istirahat Perundingan Linggarjati antara RI dan Belanda Gambar 26.c : Para peserta perundingan Linggarjati berfoto bersama Gambar 27.a : Upacara pelantikan Dewan kelaskaran Pusat dan Seberang Gambar 27.b : Laskar Pemuda Indonesia Maluku Gambar 27.c : Laskar Hisbullah Gambar 27.d : Laskar Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS) Gambar 28 : Suasana rapat Konferensi Denpasar Gambar 29.a : Demonstrasi pesawat terbang dan terjung payung Gambar 29.b : Rakyat melihat demonstrasi pesawat terbang dan terjun payung Gambar 30 : Upacara penandatangan Perjanjian Linggarjati Gambar 31 : Acara perploncoan mahasiswa baru UGM Gambar 32.a : Pelantikan pucuk pimpinan TNI Gambar 32.b : Para pimpinan TNI yang dilantik xvi

18 Gambar 33.a : Evakuasi korban serangan udara saat agresi Militer I Belanda 124 Gambar 33.b : Reruntuhan pesawat Dakota VT-CLA Gambar 33.c : Jenderal Soedirman menghadiri pemakaman Komodor Udara Adisucipto dan Komodor Udara Abdulrachman Saleh Gambar 33.d : Para pekerja membersihkan puing akibat pemboman kota oleh AURI saat Agresi Militer I Belanda Gambar 34.a : Pesawat terbang yang membawa tiga dokter dari India beserta obat-obatan Gambar 34.b : Obat-obatan dari India sedang diturunkan dari pesawat Gambar 35 : Peninjauan oleh anggota KTN Gambar 36 : Perundingan di atas Kapal Renville Gambar 37 : Suasana Kongres Wanita di tahun Gambar 38 : Suasana perundingan Kaliurang Gambar 39 : Penandatanganan perjanjian Renville Gambar 40.a : Para Pemudi menyambut Divisi Siliwangi di Stasiun Kereta Yogyakarta Gambar 40.b : Divisi Siliwangi tiba di Stasiun kereta Yogyakarta Gambar 40.c : Pasukan hijrah ke Stasiun Yogyakarta disambut oleh Wakil Presiden Moh. Hatta Gambar 40.d : Pasukan Hijrah yang dipimpin Mayor Jenderal Mokoginta, sedang memberi laporan kepada Panglima Besar Jenderal Soedirman Gambar 41.a : Suasana pada Konferensi II Negara Jawa Barat Pasundan xvii

19 Gambar 41.b : Pengambilan sumpah R. A. A. Wiranatakusumah sebagai Wali Negara Pasundan Gambar 41.c : Rakyat Bandung yang berada di Yogyakarta mengadakan demonstrasi menentang dibentuknya Negara Pasundan Gambar 42 : Obat-obatan dari Mesir Gambar 43 : Suasana rapat pembentukan Negara Sumatera Timur Gambar 44.a : Suasana dalam Konferensi Federal di Bandung Gambar 44.b : Para anggota BFO berfoto bersama Gambar 45.a : Serdadu Belanda yang ditawan oleh TNI Gambar 45.b : Penyerahan anggota TNI yang ditawan Belanda Gambar 46.a : PON pertama Gambar 46.b : PON pertama Gambar 47.a : Pasukan Batalyon Prabu Kian Santang melakukan eksekusi terhadap pemberontak PKI/FDR Gambar 47.b : Batalyon Kosasih dari Brigade 12 Divisi Siliwangi tiba di Yogyakarta Gambar 48 : Upacara pemberangkatan jenazah Lenan Jenderal Oerip Soemohardjo ke Taman Makam Pahlawan Semaki Gambar 49.a : Pasukan TNI yang terdiri dari Brigade X/Garuda Mataram, Akademi Militer, Brigade XVI/ KRIS, Tentara Pelajar, dan Tentara Genie Pelajar melancarkan gerilya terhadap tentara pasukan Belanda Gambar 49.b : Tentara Belanda memasuki kota Yogyakarta xviii

20 Gambar 49.c : Presiden Soekarno, Wakil Presiden Moh. Hatta, dan K.H. Agus Salim tiba di Lapangan Udara Maguwo untuk diterbangkan ke Sumatera Gambar 50 : Letnan Kolonel Soeharto, berfoto bersama kesatuan TNI Gambar 51 : Perundingan Roem Royen, Gambar 52 : Pasukan TNI memasuki kota Yogyakarta Gambar 53.a : Puji syukur atas kembalinya para pemimpin di Yogyakarta Gambar 53.b : Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta disambut oleh rakyat Yogyakarta Gambar 54.a : Pasukan TNI mengawal Panglima Besar Jenderal Soedirman kembali ke Yogyakarta Gambar 54.b : Panglima Besar Jenderal Soedirman ditandu oleh tentara dan rakyat dalam perjalanannya kembali ke Yogyakarta Gambar 54.c : Presiden Soekarno memeluk Panglima Besar Jenderal Soedirman Gambar 54.d : Wakil Presiden Moh. Hatta giliran memeluk Panglima Besar Jenderal Soedirman Gambar 55.a : Suasana Konferensi Inter-Indonesia pertama di Yogyakarta Gambar 55.b : Suasana Konferensi Inter-Indonesia Kedua di Jakarta Gambar 56 : Solo kembali Gambar 57 : Upacara penandatanganan Piagam Konstitusi RIS Gambar 58 : Pelantikan Ir. Soekarno sebagai Presiden RIS Gambar 59 : Upacara penyerahan jabatan Presiden Republik Indonesia xix

21 Gambar 60 : Upacara penyerahan kedaulatan dari pemerintah Belanda kepada pemerintah RIS Gambar 61.a : Presiden Soekarno dan Sultan Hamengku Buwono IX disambut rakyat Gambar 61.b : Presiden Soekarno berpidato di Istana Merdeka Gambar 62 : Para pekerja koperasi penggilingan Sumberhardjo di pabrik gula Rendeng Kudus Gambar 63 : Suasana Pelabuhan Tanjung Priok Gambar 64 : Pengangkutan APWI, warga Belanda dan Indo dari kamp tahanan Jepang xx

22 DAFTAR LAMPIRAN Gambar Silabus Rencana Pelaksanaan Pembelajaran xxi

23 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah kebenaran akan peristiwa sejarah tidak terlepas dari bukti dan data yang tersedia. Sebuah peristiwa sejarah tersebut tidak dengan mudah diakui kebenarannya tanpa adanya sebuah pengkajian atau penelitian. Dalam melakukan pengkajian dan penelitian tersebut dibutuhkan bukti atau data sumber sejarah. Masyarakat sudah mengetahui, bahwa telah terdapat banyak sejarawan yang melakukan berbagai penelitian sejarah, baik itu di dalam maupun di luar negeri. Dalam melakukan penelitian tersebut, selain dibutuhkan kemampuan ilmu pengetahuan, juga dibutuhkan data dan sumber sejarah yang masih tersedia. Oleh karena itu, betapa pentingnya mengetahui data dan sumber sejarah yang dapat menceritakan dan mendeskripsikan sebuah peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dalam melakukan penelitian serta pengkajian peristiwa sejarah, dibutuhkan sumber data dan bukti sejarah. Munculnya Revolusi Industri, memberikan manfaat besar bagi kehidupan manusia. Berbagai macam penemuan akan teknologi membuka pandangan baru terhadap sumber sejarah. Dalam dunia jurnalistik, penemuan mesin cetak memiliki peran besar terhadap kemajuan di bidang pers. Percetakan masuk ke Indonesia pada medio abad ke-17 atau tahun 1668, ada juga yang menyebutnya tahun 1659 terkait dengan laporan Nieuhoff 1

24 2 dalam tulisannya Zae-en Lantreise atau Pengelolaan Laut dan Darat 1. Keberadaan mesin cetak bukan lantas menjadi permulaan bagi sejarah pers, jika pers didefinisikan sebagai media komunikasi. Memang adanya pers berkaitan erat dengan adanya mesin cetak yang fungsinya adalah menggandakan berita dan informasi untuk perluasan komunikasi. Pada masa penjajahan Belanda telah muncul surat kabar pertama yaitu Bataviase Nouvelles, tahun Bangsa Indonesia memiliki koranyang berawal dari semangat kebangsaan pada tahun 1907, dan Koran Medan Priaji adalah surat kabar pertama penyuluh kebangsaan anak negeri. Pada masa awal kemerdekaan telah lahir lembaga yang berkaitan dengan pers, seperti Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS). PWI dan SPS sebagai komponen penting dalam rangka pembinaan pers, didirikan pada tahun Pada waktu itu, di Indonesia sedang berkobar revolusi fisik atau konfrontasi bersenjata melawan kolonialisme Belanda, yang hendak mencoba menjajah kembali negeri ini, setelah selama Perang Dunia Kedua di Pasifik tahun jatuh ke tangan Jepang. 2 Perjuangan bangsa Indonesia dalam bidang pers dan berita menjadi sisi tersendiri, sebab dari sana akan muncul lembaga-lembaga pers yang mengubah cara berfikir bangsa Indonesia ke depan. Menurut pendapat seorang ahli komunikasi, Wilbur Schramm, pers bagi masyarakat adalah watcher, forum, teacher (pengamat, forum dan guru). Maksudnya, pers itu setiap harinya memberikan laporan dan ulasan mengenai berbagai macam kejadian dalam dan luar negeri, menyediakan tempat (forum) 1 2 Taufik Rahzen, Seabad Pers Kebangsaan , Jakarta, I:Boekoe, 2007, hlm. iii. T Atmadi, Sistem Pers Indonesia, Jakarta, PT. Gunung Agung, 1985, hlm. 20.

25 3 bagi masyarakat untuk mengeluarkan pendapat secara tertulis, dan turut mewariskan nilai-nilai kemasyarakatan dari generasi ke generasi. 3 Orang sering mengatakan bahwa pers memberikan penerangan, pendidikan, ulasan, hiburan, maupun kontrol sosial kepada masyarakat. Dengan jalan memberikan hal-hal tersebut kepada masyarakat, pers Indonesia diharapkan akan mampu menciptakan iklim sosial yang dapat memberi kesempatan berkembangnya dinamika masyarakat, dalam kondisi stabilitas nasional yang dinamis. Bertolak dari hal tersebut, dapat dilihat betapa besar peran yang diberikan pers bagi masyarakat Indonesia. Pers juga menjadi faktor dalam memacu usaha pergerakan kebangsaan, yaitu pergerakan nasional. Pers sudah ada sejak bangsa Indonesia masih dijajah oleh kolonial Belanda, hal ini yang membuat terus meningkatnya semangat nasionalisme bangsa Indonesia melalui media pemberitaan surat kabar. H.O.S. Tjokroaminoto yang dikenal sebagai salah satu tokoh pergerakan adalah pemimpin redaksi surat kabar, serta juga tiga serangkai yang juga memiliki surat kabar. Kesemuanya itu merupakan bentuk perjuangan bangsa Indonesia dengan semangat nasionalisme. Apa yang para penulis asing sebut dengan istilah vernacular press atau pers pribumi, merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap usaha membangkitkan kesadaran nasional bangsa Indonesia sejak awal abad ke-20. Dimulai dari usaha menanamkan kesadaran berbangsa, sampai kemudian menjadi bangsa yang merdeka hingga sekarang, apa yang tadinya disebut pers pribumi, telah memberikan pencerminan dari aspirasi dan cita-cita bangsa dalam arti yang 3 Ibid., hlm. 26.

26 4 luas. Setelah merdeka, tradisi perjuangan pers nasional sebagai pengemban aspirasi dan cita-cita bangsa akhirnya dituangkan dalam Undang-Undang Pokok Pers, yang antara lain berbunyi bahwa Pers Nasional merupakan pencerminan yang aktif dan kreatif dari pada penghidupan dan kehidupan bangsa berdasarkan Demokrasi Pancasila. 4 Pers tidak hanya dilihat dari surat kabar, koran, maupun berbagai catatan tulisan tentang semangat nasional bangsa, pers juga berkaitan dengan dokumentasi sebuah peristiwa sejarah yang sangat tinggi nilainya pada saat itu. Selain mesin cetak, dalam dunia pers terdapat juga kamera sebagai teknologi untuk pewartaan sebuah berita. Setelah ditemukannya kamera, menciptakan sebuah bentuk pengabadian terhadap sebuah peristiwa ataupun objek. Perlu diketahui pada abad-19, ketika perang berkecamuk, masih sedikit orang yang memiliki kamera, apalagi orang Indonesia. Padahal kamera sangat berguna bagi pemberitaan sampai sumber sejarah, kita akan mengetahui berita melalui dokumentasi foto, ataupun dokumentasi video. Pada tahun 1932, muncul tokoh Alex Mendur yang merupakan tokoh penting dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui kamera. Pada usia 25 tahun, tepatnya pada tahun 1932, Alex Mendur diterima bekerja pada harian De Java Bode sebagai wartawan foto. Pada waktu itu di Jakarta juru potret hanya sedikit, hanya tiga orang, yaitu dua orang Belanda dan Alex Mendur sendiri. 5 Beruntunglah bangsa ini, sebab Alex Mendur kelak akan menjadi aktor di balik dokumentasi foto berbagai peristiwa sejarah di Indonesia. 4 5 Ibid., hlm. 5. Wiwi Kuswiah, Alex Impurung Mendur, Jakarta, Depdikbud, 1986, hlm. 16.

27 Pada masa menjelang kemerdekaan dan pada masa perang kemerdekaan Alex Mendur muncul sebagai tokoh pejuang kemerdekaan. Ia merupakan salah satu tokoh wartawan foto besar di Indonesia. Pada saat para pejuang Indonesia berjuang dengan senjata dan diplomasi, beliau berjuang dengan kameranya, dengan tujuan untuk memberikan sumbangsih terhadap Indonesia. Ia meliput segala kegiatan sekitar kemerdekaan Indonesia. Alex Mendur berjuang bersama rekan-rekannya seperti Justus Kopit Umbas, Frans Ferdinand Umbas, serta adiknya Frans Soemarto Mendur, mereka sering berkumpul untuk merundingkan segala sesuatu yang berhubungan dengan bidang fotografi. Dalam perkembangannya, mereka menemukan ide untuk mendirikan kantor berita foto. Kantor berita foto tersebut merupakan benih-benih munculnya IPPHOS (Indonesian Press Photo Service). Melalui semangat perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, Alex Mendur dan kawan-kawan mau ikut turun ke lapangan, mendokumentasikan setiap peristiwa baik itu perang maupun berbagai diplomasi yang terjadi. ( )Matanya menyipit, berfokus pada satu titik. Telunjuk kanannya siap menekan, menempel panel kecil dikameranya. Tangan kirinya melingkar, memutar memainkan diafragma dan memajumundurkan lensa secara manual. Bilur peluh yang menyusuri pipitnya tak ia hiraukan, pandangannya tetap awas pada objek di depannya kendati nyalinya tak cukup terusik, bisa saja tentara Jepang sekonyong-konyong muncul dan membikin kisruh peristiwa sakral yang sedang memuncaki khusyuk itu. Ia bersiap membidik. Satu dua tiga dan, terekamlah momen bersejarah. 6 5 Seperti itulah gambaran saat Alex Mendur dan saudaranya mengabadikan peristiwa yang terjadi pada masa kemerdekaan Indonesia, serta yang paling 6 Taufik Rahzen, Seabad Pers Kebangsaan , Jakarta, I:Boekoe, 2007, hlm. 703.

28 6 dikenal yaitu peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia.Kegiatan IPPHOS sangat banyak pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Begitu banyak hasil dokumentasi berupa foto peristiwa penting yang dihasilkan, namun tidak banyak yang mengetahui siapa aktor di peristiwa itu. Padahal hasil kerja mereka pada masanya sangat berguna bagi sejarah bangsa Indonesia. Tidak hanya sekedar sejarah, hasil foto-foto karya IPPHOS merupakan sumber sejarah, sumber belajar, dan sumber pengetahuan, bagi bangsa Indonesia. Melalui foto, bangsa Indonesia dapat merasakan semangat perjuangan dan semangat nasionalisme. Sampai saat sekarang ini, kamera dan foto sudah sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pada masa kemerdekaan Indonesia, masih sedikit orang yang memegang kamera untuk mengabadikan peristiwa, hanya ada beberapa lembaga berita foto. Dapat diketahui, betapa pentingnya para pejuang fotografer bagi bangsa Indonesia. Melalui kerja keras mereka, dapat diketahui peristiwa sejarah pada masa lampau secara visual. IPPHOS, merupakan elemen penting bagi bangsa ini, yang memiliki peran besar dalam memacu semangat kebangkitan dan semangat nasional melalui foto. Bertolak dari hal tersebut, peneliti akan mendeskripsikan lebih lanjut mengenai IPPHOS secara lebih dalam. Penulisan skripsi ini mendeskripsikan peran IPPHOS, pada masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia tahun Rumusan masalah yang pertama, mendeskripsikan mengenai latar belakang berdirinya IPPHOS di Indonesia yang tidak lepas dari peran Alex Mendur dan kawan-kawan. Alex Mendur telah menjadi tokoh yang penting dalam dunia fotografi, dengan keikutsertaan beliau menjadi tukang foto sebuah

29 7 organisasi berita. Dibekali keterampilan dalam bidang fotografi, Alex Mendur berfikir untuk memberikan pengabdiannya bagi bangsa Indonesia. Dari sana, ia memiliki pemikiran yang besar, yaitu membuat sebuah lembaga yang bekerja khusus untuk mencari dokumentasi kenegaraan. Lembaga tersebut yang pada akhirnya dikenal dengan sebutan IPPHOS (Indonesian Press Photo Service). Rumusan masalah yang kedua, mendeskripsikan tentang peran IPPHOS dalam masa Revolusi Kemerdekaan Dalam berbagai peristiwa yang terjadi menyangkut perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan, IPPHOS berusaha untuk mengabadikan momen tersebut. Terlebih lagi, IPPHOS memiliki hak dan akses lebih fleksibel dalam meliput foto yang terjadi di setiap daerah. Wewenang dan hak yang dimiliki dalam mendokumentasikan sebuah peristiwa bukan tidak ada kendala, acap kali juru foto IPPHOS menghadapi penjagaan dari pihak Belanda ataupun Jepang saat akan mengambil dokumentasi. Apa yang dilakukan IPPHOS dalam acaranya mencari dokumentasi foto, sangat berguna bagi arsip dan sejarah kenegaraan. Terlebih dalam periode Revolusi Kemerdekaan tahun merupakan masa krusial bagi bangsa Indonesia. Dimana pada masa tersebut terjadi berbagai peristiwa penting yang menjadikan negara Indonesia terbebas dari penjajahan bangsa asing. Dari banyaknya perang yang berkecamuk di daerah Indonesia, hingga perjuangan diplomasi para tokoh pemimpin bangsa seperti Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, Perdana Menteri Sutan Sjahrir, bahkan Raja Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono IX dapat kita amati melalui hasil karya juru foto IPPHOS.

30 8 Rumusan masalah yang ketiga, mendeskripsikan mengenai kontribusi yang diberikan IPPHOS sebagai lembaga pendokumentasian kenegaraan. Kontribusi yang diberikan oleh IPPHOS sangat berguna bagi ilmu pengetahuan dan informasi di negara Indonesia. Dapat diketahui bahwa, banyaknya foto yang dihasilkan oleh IPPHOS digunakan oleh banyak peneliti sebagai sumber belajar dan penulisan buku sejarah. Lebih tepatnya kita dapat merasakan apa yang telah disumbangkan IPPHOS bagi negara ini. Banyak buku pelajaran yang berkaitan dengan sejarah terutama pada masa revolusi hingga orde baru, yang menggunakan foto karya dokumentasi fotografer IPPHOS. Jika ditelusuri lebih lanjut, masih banyak masyarakat kita belum mengetahui akan pentingnya mempelajari sejarah, melalui hasil karya IPPHOS dapat diharapkan menjadi acuan dan pemicu motivasi bagi masyarakat dalam mempelajari peristiwa sejarah bangsa Indonesia. Bagi ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan sejarah, IPPHOS dapat membantu kita mempelajarinya melalui foto. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana latar belakang berdirinya IPPHOS? 2. Bagaimana peran IPPHOS dalam Revolusi Kemerdekaan Indonesia ? 3. Bagaimana kontribusi IPPHOS saat ini?

31 9 C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis latar belakang berdirinya IPPHOS. 2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis peran IPPHOS dalam Revolusi Kemerdekaan Indonesia Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kontribusi IPPHOS saat ini. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi dunia keguruan dan Ilmu Pendidikan Penelitian ini akan menambah wawasan dan pengetahuan mengenai sejarah nasional, yang terjadi di dalam negara Indonesia. Banyak sekali peristiwa sejarah yang digambarkan melalui foto IPPHOS tersebut. Dalam dunia keguruan dan ilmu pendidikan, pembelajaran sejarah melalui foto dan gambar, akan menambah minat dan semangat dalam mempelajari sejarah, khususnya peristiwa sejarah pada masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia. Pada dasarnya IPPHOS yang tumbuh sejak masa awal kemerdekaan memiliki ambil andil dalam pendokumentasian berbagai peristiwa kenegaraan, hingga Indonesia diakui kedaulatannya oleh bangsa asing. Dalam dunia keguruan tentu diperlukan pengetahuan pasti tentang sebuah peristiwa sejarah, melalui karya IPPHOS, dapat memberikan gambaran sebuah peristiwa sejarah.

32 10 2. Bagi Universitas Sanata Dharma Penelitian ini akan menambah wawasan dan pengetahuan civitas akademika Universitas Sanata Dharma. Dimana masih sedikit mahasiswa yang mengetahui aktor dibalik layar foto-foto sejarah. Saat ini hanya sedikit orang yang mengetahui Alex Mendur dan kawan-kawan yang notabene adalah pendiri IPPHOS. Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi referensi dan contoh bagi mahasiswa yang ingin menulis tugas akhir, terutama yang berhubungan dengan jurnalistik, pers, media massa, surat kabar, maupun fotografi pada era revolusi kemerdekaan Indonesia. Sepak terjang Alex Mendur dan kawan-kawan pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan bersama rekan-rekan di dunia jurnalistik, perlu mendapat sorotan lebih, karena perjuangan yang mereka lalukan tidak kalah penting dengan perjuangan oleh pejuang bersenjata. 3. Bagi Masyarakat Luas Penelitian ini akan menambah pengetahuan bagi masyarakat mengenai sepak terjang IPPHOS pada masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia tahun Masyarakat umum akan mengetahui hasil dokumentasi IPPHOS berupa foto-foto yang memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi. Dari penelitian ini pula diharapkan, agar masyarakat lebih membuka mata terhadap berbagai sisi sebuah peristiwa sejarah. Baik itu hasil foto dokumentasi yang ternyata anak negeri dapat melakukannya meskipun dimasa Revolusi Kemerdekaan, yang notabene rakyat lebih disibukkan dengan perjuangan bersenjata.

33 11 E. Tinjauan Pustaka Penelitian ini menggunakan sumber dari buku, adapun beberapa buku pokok yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, di antaranya: Alexius Impurung Mendur (Alex Mendur), buku karangan Wiwi Kuswiah berisi tentang biografi Alex Mendur. Beliau adalah salah satu tokoh yang berjasa dalam mendirikan IPPHOS. Secara lebih khusus, buku ini akan menjawab permasalahan mengenai latar belakang Alex Mendur, sampai ia menjadi pejuang kemerdekaan melalui foto hasil karyanya. Alex Mendur adalah tokoh pers yang mengabdikan dirinya untuk kepentingan nusa bangsa serta negara Indonesia, khususnya dalam dunia fotografi. Semangat 45, dalam Rekaman Gambar IPPHOS, buku karya A. B. Lapian ini merupakan buku sejarah perjuangan kemerdekaan bergambar, yang menampilkan peristiwa penting dalam periode perang kemerdekaan tahun Buku ini akan membantu menjelaskan dan mendeskripsikan hasil karya foto di masa perjuangan, terutama hasil karya foto milik IPPHOS. Judul dan isi buku ini, mengisyaratkan semangat perjuangan, semangat kemerdekaan yang terus dikobarkan melalui setiap foto dokumentasi oleh IPPHOS terhadap berbagai peristiwa yang terjadi di Indonesia. Melalui foto-foto tercermin bahwa IPPHOS memiliki peran besar dalam setiap peristiwa, meskipun dalam perang mengabadikan peristiwa menjadi sebuah foto dokumentasi. Jagat Wartawan Indonesia, buku karangan Soebagijo ini berisi tentang deskripsi berbagai tokoh dalam dunia pers. Di dalam buku tersebut, dideskripsikan tidak kurang 111 tokoh yang berperan dalam dunia pers atau

34 12 wartawan di Indonesia. Secara khusus, buku ini akan menjawab mengenai pembahasan salah seorang tokoh pendiri IPPHOS, yaitu Frans Soemarto Mendur. Frans Mendur merupakan salah satu tokoh pendiri IPPHOS, ia memiliki sepak terjang yang cukup luas dalam dunia pers. Seperti anggota IPPHOS yang lain, beliau memiliki peran besar dalam proses dokumentasi berbagai peristiwa yang terjadi di Indonesia, terlebih pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. IPPHOS Indonesian Press Photo Service, buku karya Yudhi Soerjoatmojo merupakan buku yang berisi foto-foto hasil karya IPPHOS. Dirancang lengkap dan modern, buku tersebut menceritakan lebih spesifik dan menarik mengenai sepak terjang wartawan IPPHOS dalam mencari dokumentasi foto-foto. Buku ini akan menjawab permasalahan tentang sejarah berdirinya IPPHOS, perjalanan Alex Mendur dan kawan-kawan dalam membangun kantor berita foto, sampai foto-foto hasil jepretan wartawan IPPHOS di berbagai peristiwa di Indonesia. Melalui buku ini kita dapat menyaksikan betapa besar dan gigih juru foto IPPHOS meliput setiap peristiwa, hingga menghasilkan foto peristiwa yang memiliki nilai sejarah tinggi. F. Landasan Teori Untuk mempermudah dalam menjelaskan penelitian ini, penulis akan menjelaskan terlebih dahulu mengenai konsep pembahasan di dalamnya. Ada 3 hal yang dijadikan sebagai landasan teori dalam penyusunan penelitian ini, diantaranya yaitu peran, pers, dan revolusi. Ketiga hal tersebut menjadi landasan

35 13 teori untuk menjelaskan terlebih lanjut mengenai konsep teori yang akan penulis sampaikan dalam penelitian ini. 1. Peran Suatu penjelasan historis menyebutkan, konsep peran semula dipinjam dari kalangan drama atau teater yang hidup subur pada zaman Yunani kuno atau Romawi. Dalam arti ini, peran menunjuk pada karakterisasi yang disandang untuk dibawakan oleh seorang aktor dalam sebuah pentas drama. 7 Dalam kehidupan sosial nyata, membawakan peran berarti menduduki suatu posisi sosial dalam masyarakat. Dalam hal ini seorang individu harus patuh pada skenario, yang berupa norma sosial, tuntutan sosial dan kaidah-kaidah. Peran diartikan sebagai suatu penjelasan yang merujuk pada konotasi ilmu sosial, yang mengartikan peran sebagai suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu karakterisasi dalam struktur sosial. 8 Konsep peran selalu dikaitkan dengan posisi. Istilah posisi ini sering dijelaskan pula dalam istilah lain, seperti niche, status, dan office. 9 Posisi pada dasarnya adalah suatu unit dari struktur sosial. Dengan demikian posisi tidak lain merupakan suatu kategori secara kolektif tentang orang-orang yang menjadi dasar bagi orang lain dalam memberikan sebutan, perilaku atau reaksi umum terhadapnya. Kendati peran merupakan gagasan sentral dari pembahasan tentang teori peran, ironisnya, kata tersebut lebih banyak mengundang silang pendapat di antara para pakar. Yang paling sering terjadi adalah bahwa peran dijelaskan Edy Suhardono, Teori Peran: Konsep, Derivasi dan Implikasinya, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 1994, hlm. 3. Idem. Ibid., hlm. 14.

36 14 dengan konsep-konsep tentang pemilahan perilaku. Definisi yang paling umum disepakati adalah bahwa peran merupakan seperangkat patokan, yang membatasi apa perilaku yang mesti dilakukan oleh seseorang yang menduduki suatu posisi. Dalam mempelajari teori peran, akan dijumpai istilah-istilah yang diperuntukan bagi pelaku peran, seperti ego, alter, self, other, reference group, actor, dan group. 10 Terdapat 4 konsep untuk pelaku-pelaku peran ini. Pertama adalah pelaku-pelaku yang dikaji, cara yang paling mudah untuk menangkap gagasan ini adalah dengan membuat perbedaan antara pelaku yang dikaji dan yang tidak dikaji, misalnya membedakan antara subyek dan nir-subyek. Subyek adalah pelaku yang terlibat dalam fenomena peran, sedangkan nir-subyek adalah si peneliti, pengamat atau penyelidik. Kedua, orang yang sedang berperilaku, orang yang sedang membawakan suatu perilaku peran disebut sebagai pelaku atau penampil. Kedua istilah tersebut sama-sama dapat menerangkan perihal mana yang sedang membawakan perilaku peran. Di antara pihak-pihak tersebut, masih dapat dibedakan pihak mana yang menciptakan perilaku, serta pihak mana yang mendapatkan akibat dari perilaku tersebut. 11 Ketiga, jumlah pelaku, dilihat dari jumlah subyek, diperlukan istilah-istilah seperti individu untuk pelaku tunggal, kumpulan untuk jumlah yang lebih dari satu orang, dan semua orang. Keempat, pelaku tertentu, konsep peran dikatakan sebagai terkhususkan kalau didalamnya diterapkan atau dikembangkan suatu penggolongan umum secara lazim atau secara khusus, sehingga menempatkan individu tertentu, terpisah dari yang lain Ibid., hlm. 12. Ibid., hlm. 13.

37 15 Dapat disimpulkan bahwa peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang berdasarkan status dan fungsi sosialnya. Peran apapun yang diemban oleh personal diharapkan dapat ditingkatkan secara maksimal baik dari segi individu, organisasi maupun masyarakat. Peran memiliki definisi ikut ambil bagian dalam suatu kegiatan atau kejadian. Seseorang dikatakan menjalankan peran manakala ia menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan bagian tidak terpisah dari status yang disandangnya. 2. Pers Pers dapat diandalkan sebagai media komunikasi. Istilah pers merupakan terjemahan dari bahasa Inggris press, yang mempunyai pengertian luas dan sempit. Dalam pengertian luas, pers mencangkup semua media komunikasi massa, seperti radio, televisi, dan film yang berfungsi memancarkan / menyebarkan informasi, berita, gagasan, pikiran, atau perasaan seseorang atau sekelompok orang kepada orang lain. Maka dikenal adanya istilah jurnalistik radio, jurnalistik televisi, dan juga jurnalistik pers. Dalam pengertian sempit, pers hanya digolongkan produk-produk penerbitan yang melewati proses percetakan, seperti surat kabar harian, majalah mingguan, majalah tengah bulanan, dan sebagainya yang dikenal sebagai media cetak. 12 Pers dan media massa menjadi hasil karya budaya masyarakat manusia yang semakin berkembang meluas, sehingga keperluan berekspresi dan berkomunikasi tidak lagi memadai jika tidak dibantu oleh instrumen yang sanggup menyampaikan pesan secara serentak, cepat, menjangkau luas, dan 12 F. Rachmadi, Perbandingan Sistem Pers, Jakarta, PT. Gramedia, 1990, hlm. 10.

38 16 instrumen tersebut adalah media massa. Pers sebagai suatu kesatuan sistem ditinjau dari relasi-relasi interennya lebih nyata jika ditangkap sebagai kecenderungan-kecenderungan yang saling berlawanan arah, atau sebagai dinamika-dinamika yang saling mengisi dan arena itu membuat pers lebih efektif menjalankan peranan-peranannya. 13 Pers menjadi saluran untuk berekspresi diri, tetapi ekspresi diri itu dimaksudkan untuk diketahui orang lain dan dengan demikian terjadilah proses komunikasi. Orang menerbitkan surat kabar tidak pernah untuk dirinya sendiri, melainkan selalu untuk ditujukan atau disebarluaskan kepada masyarakat luas. Dengan kata lain, pers sangat berhubungan erat dengan masyarakat. Suatu entitas kemasyarakatan disebut lembaga, jika ia ada dan tumbuh karena terikat kepada tugas melaksanakan sejumlah peranan. Peranan pers relevan jika mengindahkan dua hal, yaitu: pertama, peranan yang melekat secara eksistensial pada kehadiran pers sebagai extension of men. Kedua, apabila peranan itu senantiasa diperbaharui dan digugat kembali dengan mempersoalkan, peranan apakah kiranya diharapakan dari pers. 14 Media massa yang terdapat di Indonesia dapat dikatakan sebagai pers, dan sangat memberikan pengaruh besar bagi perjuangan bangsa Indonesia. 3. Revolusi Revolusi merupakan suatu perubahan yang mendadak dan tajam dalam siklus kekuasaan sosial. Ia tercermin dalam perubahan radikal terhadap proses pemerintahan yang berdaulat pada segenap kewenangan dan legitimasi resmi, dan sekaligus perubahan radikal dalam konsepsi tatanan sosialnya. Transformasi Jakob Oetama, Perspektif Pers Indonesia, Jakarta,LP3ES, 1987, hlm. 11. Ibid., hlm. 18.

39 17 demikian pada umumnya telah diyakini, tak akan mungkin dapat terjadi tanpa kekerasan. Seandainya mereka melakukannya tanpa pertumpahan darah, tetap masih dianggap sebagai revolusi. 15 Revolusi juga berarti perubahan ketatanegaraan / pemerintahan / keadaan sosial yang dilakukan dengan kekerasan, seperti contoh dengan perlawanan senjata. Revolusi yang dilakukan oleh sebuah kelompok tentunya dalam tujuan mencapai hasil, seperti kemerdekaan. Merdeka memiliki definisi yaitu bebas dari penjajahan. Revolusi Kemerdekaan dapat diartikan sebagai suatu perubahan sistem pemerintahan / ketatanegaraan / keadaan sosial suatu masyarakat untuk mencapai kebebasan dari penjajahan. Proses revolusi dipahami sebagai proses yang amat luar biasa, sangat kasar, dan merupakan suatu gerakan yang paling terpadu dari seluruh gerakan-gerakan sosial apapun. Ia dipahami sebagai ungkapan pernyataan akhir dari suatu keinginan otonom dan emosi-emosi yang mendalam serta mencakup segenap kapasitas keorganisasian maupun ideologi protes sosial yang dikerjakan secara seksama. Khususnya citra utopis atau pembebasan yang bertumpu pada simbol-simbol persamaan, kemajuan, kemerdekaan dengan asumsi sentral, bahwa revolusi akan menciptakan suatu tatanan sosial baru yang lebih baik. 16 Ada beberapa revolusi besar yang telah menghantar dunia ke era modern. Pemberontakan Besar ( ) dan Revolusi Kejayaan (1688) di Inggris, Revolusi Amerika ( ) dan Revolusi Perancis ( ) serta peristiwa-peristiwa yang membawa pesan revolusioner di seluruh dunia seperti revolusi-revolusi Eropa sekitar tahun 1848, Komune Paris ( ) dan yang S. N. Eisenstadt, Revolusi dan Transformasi masyarakat, Jakarta, CV. Rajawali, 1986, hlm. 5. Ibid.,hlm. 3.

40 18 terpenting Revolusi Rusia ( ) serta Revolusi Cina ( ). 17 Peristiwa revolusi yang terjadi di berbagai belahan dunia tersebut telah mempengaruhi gambaran diri masyarakat modern. Ada berbagai gambaran tentang pengaruh atau akibat dari revolusi. Pertama, perubahan secara kekerasan terhadap rezim politik yang ada, yang didasari oleh legitimasi maupun simbolsimbolnya sendiri. Kedua, penggantian elit politik atau kelas yang sedang berkuasa dengan yang lainnya. Ketiga, perubahan secara mendasar seluruh bidang kelembagaan utama yang menyebabkan modernisasi di segenap aspek kehidupan sosial, pembaharuan ekonomi dan industrialisasi, serta menumbuhkan sentralisasi dan partisipasi dalam dunia politik, keempat, pemutusan secara radikal dengan segala hal yang telah lampau. Kelima, memberikan kekuatan ideologis dan orientasi kebangkitan mengenai gambaran revolusioner. Dari kelima gambaran pengaruh revolusi tersebut, semuanya berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Revolusi yang terjadi di berbagai belahan dunia memberikan pengaruh pula bagi bangsa Indonesia. Terpuruk dari penjajahan bangsa asing, bangsa Indonesia menginginkan kemerdekaan dan kebebasan dalam berbangsa dan bernegara. Pada abad ke-20, revolusi terjadi di Indonesia, perjuangan dan semangat kebangsaan akan sebuah kemerdekaan muncul demi melepaskan diri dari penjajahan. Revolusi Kemerdekaan Indonesia dimulai pada masa proklamasi kemerdekaan Indonesia, yakni 17 Agustus Perjuangan bangsa akan kemerdekaan Indonesia tidak berhenti pada tanggal tersebut, selama periode Ibid., hlm. 1.

41 19 Agustus 1945 hingga 27 Desember 1949, bangsa dan tokoh pejuang bangsa Indonesia berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Hal tersebut terjadi karena pengakuan kemerdekaan belum diakui oleh Belanda, hingga pada menjelang akhir bulan Desember 1949, terjadi penyerahan kedaulatan atau pengakuan kemerdekaan bangsa Indonesia. Kerangka konseptual dalam penulisan skripsi ini, dapat digambarkan seperti bagan dibawah ini: Gambar 1: Kerangka konseptual peran IPPHOS dalam Revolusi Kemerdekaan Indonesia. Keterangan bagan: 1. Pada bagan pertama, akan dijelaskan mengenai latar belakang berdirinya IPPHOS. Baik itu mengenai tokoh-tokoh yang berperan serta proses terbentuknya lembaga tersebut. 2. Pada bagan kedua, akan dijelaskan mengenai peran yang disumbangkan oleh IPPHOS, terutama anggota yang terdapat di dalamnya. Peran tersebut adalah peran pada masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia, pada tahun

42 20 3. Pada bagan ketiga, akan dijelaskan mengenai kontrbusi yang diberikan IPPHOS, pada masa sekarang. Kontrubusi tersebut akan dibagi menjadi dua macam, yaitu bagi bidang ilmu pengetahuan, dan bagi masyarakat luas. G. Metodologi Penelitian dan Pendekatan 1. Metodologi Penelitian Secara umum, penelitian diawali dengan: pemilihan tema atau topik. Ini disebut sebagai awal mulainya penelitian karena tema merupakan rambu-rambu awal yang harus dipatuhi. Dalam melakukan penelitian sejarah, terdapat tahapan yang harus ditempuh oleh peneliti. Sejarawan seringkali memiliki pendapat berlainan menyangkut prosedur penelitian sejarah. Ada aliran yang menekankan pentingnya dokumen dan deskripsi fakta, sementara aliran lain menekankan tahap interprestasi. Ada yang berpendapat bahwa kajian historis perlu dipandu dengan hipotesis formal, dan yang lainnya menekankan metodologi yang lebih luwes seperti pendekatan yang berorientasi pada sumber. Pada rancangan yang berorientasi pada sumber, peneliti mengkaji sejumlah sumber yang relevan yang sesuai dengan minatnya, dan mencari apa yang dianggap bernilai, sehingga isi sumber dapat menentukan sifat penelitian, namun terdapat konsesus bahwa penelitian sejarah umumnya harus memenuhi kriteria yang sama dan mengikuti prosedur yang sama dengan metode penelitian ilmiah yang lainnya. 18 Sesudah mendapatkan topik ataupun tema penelitian, selanjutnya peneliti akan melalui tahap-tahap seperti: a) Mengumpulkan Sumber (Heuristik), b) Kritik 18 Sulistyo Basuki,Metode Penelitian, Jakarta, Wedatama Widya Sastra, 2006, hlm. 26.

43 21 Sumber (Verifikasi, otentisitas, dan validitas), c) Interpretasi (Analisis dan Sintesis), d) Eksposisi (Narasi). a. Mengumpulkan Sumber (Heuristik) Mengumpulkan sumber sejarah adalah tahapan lanjutan setelah tema dipilih. Antara tema dengan sumber yang dikumpulkan harus sesuai, dan ada konsistensi antara keduanya. Beberapa jenis sumber yang dapat diperoleh ketika akan melakukan penelitian di antaranya: sumber tertulis, sumber lisan, benda peninggalan, dan sumber kuantitatif. Sumber tertulis masih banyak tersimpan di berbagai lokasi, seperti arsip, museum, ataupun perpustakaan. Di tempat tersebut kita dapat menemukan catatan harian, surat kabar, majalah, dan juga foto serta, gambar merupakan sumber data yang berharga. Selain bentuk dokumen tersebut, masih terdapat sumber seperti buku ataupun tulisan dari para pelaku sejarah. Jikalau para pelaku sejarah tersebut tidak menulis, masih dapat dilakukan wawancara atau pengumpulan data secara lisan. Mengenai sumber ini, peneliti harus mempertimbangkan keberadaan sumber, semakin banyak dan lengkap sumber penunjang yang didapatkan, semakin mempermudah dalam penelitian sejarah. b. Kritik Sumber (Verifikasi, Otentisitas, dan Validitas) Kritik sumber sejarah adalah upaya untuk mendapatkan otentisitas dan kredibilitas sumber. Adapun caranya yaitu melakukan kritik. Yang dimaksud dengan kritik adalah kerja intelektual dan rasional yang mengikuti metodologi sejarah guna mendapatkan objektivitas suatu kejadian. Bekal utama seorang peneliti sejarah adalah sifat tidak percaya terhadap semua sumber sejarah. Peneliti

44 22 harus lebih dulu mempunyai prasangka yang jelek atau ketidakpercayaan terhadap sumber sejarah yang tinggi. Peneliti sejarah akan mencari kebenaran sejarah, padahal kebenaran sumber harus diuji terlebih dahulu dan setelah hasilnya memang benar maka sejarawan harus percaya akan kasus tersebut. Kritik merupkan produk proses ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan dan agar terhindar dari fantasi, manipulasi, atau fabrikasi. Sumber-sumber pertama harus dikritik, sumber harus diverifikasi atau diuji kebenarannya dan diuji akurasinya atau ketepatannya. Dalam melakukan kritik sumber terdapat 2 bagian, yaitu kritik eksternal dan kritik eksternal. Kritik eksternal adalah usaha untuk mendapatkan otentisitas sumber dengan melakukan penelitian fisik terhadap suatu sumber. Kritik eksternal mengarah pada pengujian terhadap aspek luar dari sumber, sedangkan kritik internal adalah kritik yang mengacu pada kredibiltas sumber, artinya apakah isi dokumen ini terpercaya, tidak dimanipulasi, mengandung bias, dikecohkan, dan lain-lain. Kritik internal ditujukan untuk memahami isi teks. Dalam melalukan kriktik sumber tersebut diperlukan verifikasi, sebab tidak semuanya sumber akan digunakan dalam penulisan. Perlu adanya tinjauan otentifikasi atau keaslian sumber. Aspek selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah mengenai validitas sumber, sebab sumber yang valid adalah sumber yang memiliki tingkat kebenaran informasi. c. Interpretasi (Analisis dan Sintesis) Interpretasi atau penafsiran merupakan bagian yang cukup penting, karena lewat interpretasiakan didapatkan hasil penafsiran atau analisis. Interpretasi juga tergantung pada proses sebelumnya, yaitu kritik sumber yang menghasilkan fakta,

45 23 dan juga sumber-sumbernya yang lebih merupakan awal segalanya. Jadi, tanpa penafsiran data yang dengan susah dikumpulkan tidak memberi informasi, artinya data tinggal data. Interpretasi ada ditengah-tengah antara kritik dan eksposisi, disatu pihak ia tidak mempunyai makna tanpa adanya kritik sumber terlebih dahulu, dipihak lain eksposisi literer dari data sejarah sangat terkondisikan oleh interpretasi. Dalam hal ini interpretasi ada pada kritik dan eksposisi, keduannya melakukan sendiri-sendiri.mengenai analisis, dilakukan terhadap suatu kejadian sejarah. Ada beberapa kejadian sejarah, tetapi setelah dilakukan analisis ternyata hanya ada satu faktor kuat yang menyebabkan terjadinya kerusuhan. Analisis artinya menguraikan setiap kejadian untuk diambil kesimpulannya. Mengenai sintesis, menyatukan kejadian-kejadian atau sebab-sebab sejarah. Faktor-faktor yang sudah ada dihubungkan dengan faktor-faktor lain yang berbeda, namun hasilnya merupakan kesatuan. d. Eksposisi (Narasi) Pada dasarnya penyampaian hasil penelitian berupa narasi atau cerita yang dalam hal berbentuk karya sastra. Ada perbedaan secara tematis penarasian sejarah dengan sosiologi. Bagi sejarah yang sangat menandai kekhasannya adalah prosesualnya, sedangkan sosiologi adalah konsep strukturalnya. Bagi sejarah sangat beruntung dengan menggabungkan dua tema penulisan itu sehingga daya penjelasnya tinggi. Tulisan sejarah mengikuti kronologi, yaitu urutan waktu dengan unit waktu, misalnya sepuluh tahun, duapuluh tahun, dan seterusnya, sehingga terjadi kronologi kejadian, seperti tahun 1900, 1910, 1920, 1930, 1940, 1950, dan seterusnya. Tulisan sosiologi bercirikan perubahan dalam sistematika,

46 24 misalnya perubahan ekonomi, masyarakat, politik, dan kebudayaan. Setiap dasawarsa itu ada kekuatan penggerak perubahan, meski sejarah itu tidak mesti berjalan atas perubahan tetapi juga atas kelangsungan (continuities and changes in history) Pendekatan Hal yang cukup hakiki dalam metodologi sejarah adalah pendekatan (approach). Pendekatan menjadi dianggap penting sebab dari pendekatan yang mengambil sudut pandang tertentu akan menghasilkan kejadian tertentu. Perkembangan ilmu sosial yang luar biasa tak pelak lagi berpengaruh pada penelitian sejarah, lebih-lebih jika penelitian yang bersifat diakronis dan memasukkan aspek-aspek pendekatan yang diperlukan dalam penelitian sejarah. Itulah sebabnya, penelitian ini menggunakan pendekatan politik, dan pendekatan sosiologi. a. Pendekatan politik Sejarah politik tak lepas dari konsep politik seperti sistem politik, kekuasaan hirarki, konstitusi, demokrasi, birokrasi, kepemimpinan, kawulagusti, konflik, korupsi, dan lain-lain. Bingkai politik berupa budaya politik (politic culture) merupakan wadahnya. Perlu disadari bahwa peristiwa sejarah demikian banyaknya. Oleh karena itu diperlukan seleksi data lewat pendekatan agar penggambaran sejarah diperoleh secara khas. Seleksi itu dilakukan lewat konsep yang diajukan guna membuat kriteria. Seleksi diperlukan guna menyaring hal-hal yang sangat tinggi relevansinya. Pendekatan sangat penting kedudukannya 19 Suhartono W Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2010, hlm. 155.

47 25 dalam menjaring data. Dalam pendekatan politik, dapat diambil konsep mengenai suasana politik yang terdapat pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Melalui rekaman foto-foto karya IPPHOS, dapat diketahui keadaan politik di Indonesia masih belum stabil, masih tedapat perjuangan diplomasi para tokoh intelektual dalam memperjuangkan kedaulatan Negara Indonesia. b. Pendekatan sosiologi Dalam menghadapi gejala historis yang serba kompleks, setiap penggambaran atau deskripsi sejarah suatu peristiwa menuntut adanya pendekatan yang memungkinkan penyaringan data yang diperlukan. Suatu seleksi akan mempermudah dengan adanya konsep-konsep yang berfungsi sebagai kriteria. Antara sosiologi dan sejarah mempunyai persamaan perspektif dan yang membedakan hanya temporalnya. Hal ini dapat dirunut dari timbulnya sejarah sosiologi dan sosiologi sejarah. Pendekatan sosiologi akan melihat peristiwa sosial segala implikasinya. Konsep sosiologi perlu dikuasai seperti struktur, konflik, kekuasaan, dan lain-lain. 20 Dalam pendekatan sosiologi akan dilihat lebih dalam mengenai kehidupan sosial, tokoh-tokoh pendiri IPPHOS. Pada masa kemerdekaan Indonesia yang masih membutuhkan perjuangan dalam berperang dan diplomasi, Alex Mendur dan rekannya memiliki andil dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Selain dokumentasi peristiwa sejarah, IPPHOS juga ikut mengabadikan foto-foto mengenai kehidupan sosial masyarakat Indonesia pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan. 20 Ibid., hlm. 38.

48 26 H. Model dan Sistematika Penelitian Penelitian ini menggunakan model penulisan deskriptif-analitis. Setelah dikumpulkan data dari beberapa sumber data berupa buku dan karya tulis, maka peneliti melakukan deskripsi dan analisis. Dengan melihat pembahasan dalam penelitian, yakni latar belakang berdirinya IPPHOS di Indonesia, peran IPPHOS pada masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia, dan kontribusi IPPHOS bagi masa sekarang. Penulisan penelitian sejarah yang berjudul Peran IPPHOS (Indonesian Press Photo Service) dalam Revolusi Kemerdekaan Indonesia, tahun , menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I Pada bab ini berupa pendahuluan, yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metodologi penelitian, pendekatan, dan model serta sistematika penulisan. BAB II Pada bab ini diuraikan latar belakang berdirinya IPPHOS di Indonesia. Beberapa tokoh seperti Mendur bersaudara dan juga Umbas bersaudara, memiliki peran serta dalam mendirikan kantor berita IPPHOS. Juga diuraikan mengenai latar belakang berdirinya lembaga kantor berita foto IPPHOS serta perkembangan IPPHOS kedepannya. BAB III Pada bab ini diuraikan peran yang dilakukan IPPHOS pada masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia, tahun Didalamnya memuat berbagai kejadian serta peristiwa sejarah yang berhasil diabadikan oleh anggota IPPHOS sebagai wartawan foto. Kejadian dan peristiwa tersebut termasuk dalam perjuangan bangsa Indonesia baik

49 27 secara diplomasi masupun bersenjata. Kejadian dan peristiwa tersebut terjadi pada rentan waktu tahun 1945, 1946, 1947, 1948, dan tahun IPPHOS tidak luput dari kegiatannya yang mendokumentasikan foto peristiwa-peristiwa tersebut. BAB IV Pada bab ini diuraikan kontribusi IPPHOS pada masa sekarang. Pada konteks kontribusi ini, dibagi menjadi 2 bagian, yakni kontribusi bagi Ilmu Pengetahuan, dan kontribusi bagi masyarakat luas. BAB V Pada bab ini,mendeskripsikan kesimpulan dari penelitian permasalahan yang telah diuraikan pada BAB II, III, dan IV.

50 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA IPPHOS (INDONESIAN PRESS PHOTO SERVICE) A. Kondisi Pers pada Masa Kemerdekaan Indonesia Tahun 1945 / Sebelum Berdirinya IPPHOS Pers di Indonesia sudah berlangsung jauh sebelum Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Menurut Edward C. Smith, pers di Indonesia dapat dibagi menjadi empat kurun waktu yang dibedakan berdasarkan kondisi politik. Pembagian tersebut antara lain: Masa Kolonial , Masa Pendudukan Jepang selama Perang Dunia II , Masa Revolusi menentang Belanda , dan Zaman Merdeka era Presiden Soekarno Dapat dikatakan bahwa pers di Indonesia tidak lepas dari pemerintahan masa kolonial, dan pers pada saat ini merupakan kelanjutan dari apa yang pernah bangsa Indonesia perjuangkan pada masa tersebut. Belanda datang pertama kali di Indonesia pada tahun 1596, dan 19 tahun kemudian mereka memulai satu medium komunikasi berupa gazette (penerbitan berkala atau lembaran berita). Meskipun pada saat itu, pers Cina dan pers Pribumi Indonesia baru muncul pada waktu kemudian, namun pers Belanda yang tetap mendapat paling banyak manfaat sampai masa setelah Perang Dunia II. Kekuasaan Belanda secara efektif berakhir dengan kedatangan bala tentara Jepang 41 Edward Cecil Smith, Pembredelan Pers di Indonesia, Jakarta, PT. Pustaka Grafitipers, 1986, hlm

51 29 pada awal tahun Pendudukan yang dilakukan oleh Jepang berangsung hingga akhir Perang Dunia II, tahun Pada kurun waktu tersebut, ternyata Jepang memberi kesempatan terhadap wartawan Indonesia berperan memperoleh pengalaman untuk mengurus media pers di bawah kekuasaan Jepang. 42 Pada masa awal abad ke-19, sikap umum pemerintah Belanda terhadap pers mengandung antagonisme. Pernyataan keras disampaikan kepada wartawan, mereka dilarang menunjukkan pendapat sendiri atau berusaha mengadakan penyelidikan yang bebas atas dasar informasi yang disampaikan kepadanya, atau yang paling tidak masuk akal adalah mengecam tindakan penguasa ini atau yang lainnya, karena ia akan menghadapi resiko kemarahan pejabat yang ditimpakan kepadanya, dengan segala akibat yang menyertainya, dan orang baik hati yang martabatnya telah diserang itu dengan serta merta akan berubah menjadi seorang lalim yang mengerikan, tanpa membawa hikmah bagi kaum wartawan yang tidak tahu bagaimana mengurus dengan baik pekerjaannya sendiri. Sampai awal abad ke-20, Batavia kehilangan dua surat kabar, yakni Bataviaasch Handelsblad dan Nieuw Bataviaasch Handelsblad. Java Bode setelah mengalami masa kemerosotan, mulai pulih pada keadaannya semula. Dalam dasawarsa pertama, dua surat kabar lain terbit di Batavia: Bataviaasch Niewsblad 1855 dan Niews van den Dag Nederlandsch Indie. Tekanan pemerintah pada tahun 1903 dialami oleh redaktur Niewsblad, J. F. Scheltema, yang harus mengundurkan diri setelah dihukum penjara 3 bulan karena tulisannya yang tajam mengenai sikap mendua pemerintah dalam politik candu. 42 Idem.

52 30 Pada bulan Maret tahun 1906, Undang-Undang Pers yang cukup ketat akhirnya sedikit diperlonggar. Sensor ditiadakan dari Undang-Undang Pers 1856, demikian pula Pasal 17, yang mengharuskan pencetak surat kabar bertanggung jawab apabila penulis karangan tidak bisa dituntut. Masa setengah abad antara tindakan kegelapan pada 1856 dan kelonggaran yang diberikan 1906 disebut Von Faber sebagai masa yang paling suram dalam sejarah pers Hindia Belanda. Mengenai Undang-Undang Pers 1906, ia menambahkan, seandainya kebebasan pers diperoleh lebih awal, tidak diragukan lagi akan timbul protes yang lebih keras terhadap sistem Tanam Paksa, yang menguras habis tanah jajahan untuk mengisi peti simpanan Negeri Belanda. Mungkin akan terjadi pertukaran gagasan yang lebih bebas mengenai segala masalah yang menyangkut kesejahteraan penduduk pribumi, perdagangan, dan pemerintahan. Akhirnya, pemerintah waktu itu akan memperoleh informasi yang lebih baik dan tidak demikian sepenuhnya bergantung pada pendapat pribadi para pejabatnya. Pers Indonesia lahir dari penderitaan dan tekanan terhadap rakyat serta kemarahan yang berkobar. Betapapun orang merumuskan nasionalisme, pers Indonesia dan dorongan kearah kemerdekaan nasional tumbuh bersama-sama, memupuk satu sama lain. Pers Indonesia dapat dikatakan masih berada di belakang pers bangsa Belanda waktu itu, karena kurangnya tenaga kerja yang cakap, karena kurangnya uang, karena sedikitnya penduduk pribumi yang bisa baca tulis, dan karena tekanan dibawah pemerintahan Belanda waktu itu. Pengawasan pemerintahan terhadap pers dapat menghambat para penerbit mengatasi rintangan-rintangan lain. Satu undang-undang kriminal Belanda

53 31 mengganjar dengan hukuman berat penyiaran dengan kata-kata, surat atau gambar, secara langsung atau tidak langsung, secara terbuka atau sembunyisembunyi, gagasan yang bertujuan mengacaukan ketertiban dan ketentraman dan mendesak kejatuhan pemerintah Hindia Belanda, atau yang secara terang-terangan melahirkan rasa permusuhan, kebencian, atau kritik terhadap pemerintahan. Padahal kebebasan dalam pers bukanlah semata-mata kebebasan yang bersifat fungsional ataupun historis, melainkan adalah kebebasan yang bersifat etis, seperti halnya larangan membunuh adalah suatu ketentuan etis karena martabat manusia tidak boleh diperkosa dan bukanlah semata-mata suatu ketentuan fungsional, misalnya karena kalau pembunuhan manusia diperbolehkan, dalam waktu singkat penduduk bumi akan habis dan sejarah manusia akan terhenti. Dalil umum dari etika nilai berbunyi: suatu nilai etis tidak pernah merupakan hasil deduksi dari perkembangan empiris. 43 Ordonansi pengawasan pers tahun 1937 memberikan kekuasaan mutlak kepada pemerintah untuk menutup sementara waktu penerbitan surat kabar, tanpa proses hukum, demi kepentingan tegaknya hukum dan ketertiban. Setelah ditahun 1930 dan selama Revolusi Indonesia ( ), Belanda menutup beberapa surat kabar Indonesia yang terbit di daerah pendudukan Belanda. Pers Indonesia tidak mendapatkan banyak dorongan dalam tanggung jawab sosial, undangundang pers yang bersifat menekan tidak memungkinkan berbuat demikian. Perlakuan penguasa Belanda terhadap pers Indonesia yang bersifat menekan, kebanyakan pers Indonesia menunjukan sifat yang mencolok, yakni melakukan 43 Jakob Oetama, Perspektif Pers Indonesia, Jakarta, LP3ES, 1987, hlm. 25.

54 32 kritik dengan keras. Pers Indonesia dibawah penjajahan menjadi demikian kasar sehingga pemerintah kolonial mendatangkan tenaga-tenaga wartawan untuk membela pemerintah. Seperti tampak dalam sejarah, bahwa pers Indonesia tidak begitu menonjol hingga muncul semangat nasionalisme menjadi penggerak semangat kebangsaan. Dari semangat kebangsaan dan nasionalisme inilah, bangsa Indonesia dapat lebih bergerak terutama dalam hal pers Indonesia. Pers Indonesia semakin mengalami masa yang cukup membingungkan, ini terjadi pada saat pers Belanda dan Cina yang terdapat di Indonesia diambil alih oleh Jepang. Meskipun penerbitan pers Indonesia masih bisa berjalan, namun tidak lepas dari pengawasan ketat Jepang. Indonesian Historiography memuat satu alinea yang menceritakan tentang surat kabar masa pendudukan Jepang. Indonesia dibagi menjadi dua bagian: Jawa dan Sumatera dikuasai Angkatan Darat Jepang selama pendudukan, sementara Kalimantan, Sulawesi, dan daerah sebelah timurnya dikuasai Angkatan Laut. Sebagai media komunikasi di daerahdaerah tersebut, ada lima surat kabar yang diterbitkan dibawah pengawasan pemerintah militer. Surat kabar tersebut adalah Jawa Shinbun di Jawa, Sumatera Shinbun di Sumatera, Borneo Shinbun di Kalimantan, Celebes Shinbun di Sulawesi, dan Ceram Shinbun di Pulau Seram, masing-masing diurus Asahi Press, Mainichi Press, dan Yomiuri Press. 44 Di bawah pemerintahan Jepang, meskipun aturan hidup sangat keras, orang Indonesia memperoleh pengalaman yang kemudian ternyata tidak ternilai harganya. Mereka bekerja sebagai pemimpin pemerintahan dan teknisi yang 44 Ibid., hlm.71.

55 33 tadinya dipegang oleh Belanda. Orang Indonesia dijadikan satuan-satuan tempur dan diberi latihan militer, persiapan yang tidak sengaja untuk revolusi. Modal orang Indonesia tersebut padatahun 1945 menjadi jelas bahwa Sekutu akan menang. Sehingga tercapailah cita-cita seluruh bangsa Indonesia, yakni kemerdekaan. Pers dan masyarakat merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, pers lahir untuk memenuhi hajat masyarakat (untuk memperoleh informasi secara terus menerus mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi). Oleh karena itu pers memiliki kedudukan sebagai lembaga kemasyarakatan yang tidak mempunyai kehidupan mandiri, melainkan dipengaruhi dan mempengaruhi lembaga kemasyarakatan yang lain-lain. Pers hidup dalam keterikatan suatu unit organisasi, yaitu masyarakat tempat pers beroperasi. Cara kerjanya, muatan atau siarannya, tujuan serta cara melakukan kontrol sosial, pendek kata segala sasaran serta aktivitasnya tergantung pada falsafah yang dianut masyarakatnya. 45 Dari sinilah bangsa Indonesia yang memperoleh pengalaman akan dunia pers dapat mengembangkan usahanya membantu perjuangan bangsa Indonesia memperoleh kemerdekaan melalui media pers. Perkembangan pers menumbuhkan gejala kultur modern bagi masyarakat, dan dianggap sebagai suatu fenomena yang mempunyai pola tetap, memiliki organisasi terstruktur, berada di dalam kerangka besar suatu masyarakat, tetapi juga berdiri sendiri. Pers berkembang menjadi suatu kelembagaan masyarakat, 45 T. Atmadi, Sistem Pers Indonesia, Jakarta, PT. Gunung Agung, 1985, hlm. 25.

56 lembaga sosial. 46 Bangsa Indonesia dapat berperan aktif dalam perkembangan pers, yakni mendukung semangat nasionalisme bangsa. 34 B. Proses Berdirinya IPPHOS 1. Tokoh-tokoh Pendiri IPPHOS a. Alex Mendur Alex Mendur memiliki nama lengkap Alexius Impurung Mendur. Alex Mendur dilahirkan pada tanggal 7 November 1907 di Kawangkoan, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara. Alex Mendur merupakan putra dari August Mendur dan Ariance Mononimbar. Alex Mendur adalah anak tertua dari 11 bersaudara. Diceritakan bahwa sewaktu Ariance Mononimbar mulai mengandung anaknya yang pertama, tidak ada tanda-tanda yang istimewa. Ariance pun tetap sehat-sehat saja, beliau tidak menyadari bahwa kelak ia akan melahirkan anak yang pada masa dewasa akan sangat berperan bagi dunia pers, khususnya di Indonesia. Setelah sembilan bulan kandungannya, lahirlah seorang bayi laki-laki yang mungil.bayi mungil tersebut ialah Alex Mendur. Kehidupan Alex Mendur saat beranjak remaja seperti kebanyakan anak seusianya. Ayahnya yang hanya bekerja sebagai petani dan pedagang, menginginkan Alex mendapatkan bekal pendidikan yang tinggi. Pada usia 6 tahun, Alex dimasukkan ke sekolah yang bernama Volkschool Gouvernement. Menurut Abraham Assa, teman sekolah dan teman sepermainan Alex Mendur disebutkan bahwa, ia lebih rendah satu kelas dari Alex Mendur. Ia orangnya rajin 46 Jakob Oetama, op.cit., hlm. 78.

57 35 dan pandai, periang, suka berkelakar dengan teman-temannya dan selalu gembira, cekatan dalam segala hal dan situasi, penurut dan patuh pada perintah kedua orang tuanya. Watak Alex diturunkan dari ayahnya yang keras dan disiplin. Sampai pada tahun 1918, pada usia11 tahun, Alex menyelesaikan sekolahnya. Pada waktu sekolah, Alex sangat senang mendengarkan pelajaran ilmu bumi, karena Guru yang mengajarkan pelajaran itu bisa menerangkan, sehingga menarik bagi yang mendengarkannya. Begitu pula Alex tertarik mengenai petapeta bumi dan kepulauan yang ada di Indonesia, terutama tanah Jawa. Oleh karena itu, ketika mendengar ada saudaranya datang dari tanah Jawa, Alex gembira sekali dan ia ingin pergi kesana. Saudara Alex tersebut bernama Anton Nayoan, ia berasal dari Desa Tondegesan, Kecamatan Kamangkaoan. Bapak Nayoan di Jawa (pada masa itu masyarakat luar Jawa menyebut Batavia dengan sebutan Jawa) sudah bekerja sebagai karyawan pada perusahaan Belanda yang menjual alat-alat dan bahan-bahan keperluan dan perlengkapan fotografi. Mendengar bahwa Alex akan pergi ke tanah Jawa, orang tua Alex keberatan. Pasalnya pada waktu itu Alex belum cukup umur dan masih terlalu muda untuk pergi jauh-jauh, tetapi Anton dengan sabar membantu menjelaskan maksud dan tujuan Alex pergi, pada akhirnya dengan perasaan berat orang tua Alex mengikhlaskan kepergian Alex ke tanah Jawa. Pada usia 25 tahun, tepatnya pada tahun 1932, Alex Mendur diterima bekerja pada harian De Java Bode sebagai wartawan foto. Pada waktu itu di Jakarta, juru potret hanya sedikit yakni sekitar tiga orang. Di antara tiga orang tersebut Alex merupakan satu-satunya orang Indonesia, dan dua yang lain adalah

58 36 orang Belanda. Alex Mendur bekerja di De Java Bode tidak lama, hanya tiga tahun dari , tetapi bekerja di De Java Bode banyak pengalaman yang tidak dapat dilupakan dan merupakan kenang-kenangan tersendiri bagi Alex. Setelah tahun 1936, Alex bekerja di KPM, meskipun Alex hanyalah tamatan Sekolah Rakyat, namun karena kedekatannya dengan Presiden Direktur KPM, Meneer Evert, Alex dapat bekerja di KPM. Di KPM, Alex ditempatkan pada bagian publikasi dan reklame. Pada saat Jepang melaksanakan invasinya di Indonesia, yakni tahun 1942, keadaan di Indonesia sangat kacau. Hal ini mengakibatkan pula pada kehidupan Alex Mendur. Di masa awal penjajahan Jepang kehidupan Alex Mendur dan keluarganya mengalami masa suram.para pemuda termasuk Alex ikut kedalam barisan propaganda dan pelopor. Alex kemudian ditunjuk oleh pemerintah Jepang untuk bekerja sebagai kepala bagian fotografi kantor berita Domei. Dalam perkembangan pekerjaannya tersebut memberikan peluang akses bagi Alex untuk lebih banyak bekerja sebagai wartawan foto guna melakukan dokumentasi terhadap setiap peristiwa yang terjadi di Indonesia pada masa itu. Foto Alex Mendur dapat dilihat pada gambar 2 yang terdapat pada lampiran. b. Frans Soemarto Mendur Frans Mendur memiliki nama lengkap Frans Soemarto Mendur. Adik kandung dari Alex Mendur ini lahir pada tahun 1913 di Kawangkoan, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara.Sejak menjejakkan kakinya di tanah jawa, Frans mendur memiliki orang tua angkat yang berasal dari Jawa Timur.

59 37 ( )Dari mana ia mendapatkan nama Soemarto di depan nama Frans Mendur itu, jawabnya: Dari orang tua angkat saya yang kala itu menjadi manteri penjual garam di Sidoarjo, Jawa Timur. 47 Tujuan Frans Mendur di Pulau Jawa adalah untuk hidup mandiri dan membantu mengurangi beban orang tua di rumah. Alex Mendur merupakan mentor pribadi Frans dalam memberikan pendidikan dan kemampuan di dunia fotografi. Semenjak itu, masa depan Frans telah dituntun oleh sang kakak untuk turut terjun dalam dunia pers sebagai wartawan foto. Alex mengajak Frans Mendur dengan harapan agar Frans dapat hidup mandiri seperti kakaknya. Orang tua Frans adalah petani dan menetap di Manado, namun Frans adalah sosok yang selalu bersemangat demi menggapai kehidupan lebih baik. Setelah tidak bersekolah, ia rela melakukan berbagai pekerjaan yang halal. Frans pernah menjadi penjual rokok di pinggir jalanan Surabaya, inilah yang membuat jiwa baja untuk Frans agar bertahan hidup semakin terasah. Dia lalu menentukan garis hidupnya setelah iabelajar memotret kepada Alex, kala itu Alex Mendur sedang bekerja sebagai wartawan foto pada surat kabar Java Bode di Betawi. Setahun kemudian di tahun 1935, Frans Mendur ingin coba-coba sendiri dan mengirimkan hasil karyanya ke Java Bode dan Wereld Nieuws en Sport in Beeld, sebuah surat kabar mingguan berbahasa Belanda yang juga dicetak di percetakan De Unie, kemudian jadi Daya Upaya dan kini dibongkar. Selain untuk kedua perusahaan surat kabar Belanda tadi, Frans juga pernah mengirimkan karya fotonya kepada Harian Nasional, misalnya kepada harian Pemandangan, yang kala itu merupakan salah satu surat kabar yang lumayan juga besarnya di 47 Soebagijo I. N., Jagat Wartawan Indonesia, Jakarta, PT. Gunung Agung, 1981, hlm. 124.

60 38 antara suarat kabar nasional lainnya. Pada masa menjadi pembantu wartawan foto, gajinya baru tujuh belas setengah gulden, tetapi beras pun masih lima sen per kilonya. Setelah Jepang menggantikan kedudukan Belanda untuk menjadi pihak yang dipertuan di bumi Indonesia ini, Frans menjadi wartawan foto untuk Djawa Shimbun Sha, semacam Serikat Penerbit Surat Kabar sekarang ini. Di samping itu, dia juga bekerja untuk Surat Kabar Asia Raya, dan sebagai seorang wartawan tentu saja dia dapat bergerak bebas kemana-mana, kendatipun pada masa pendudukan Jepang itu sensor keras sekali cara kerjanya. Justru karena ia bergerak kemana-mana itulah, maka pengalamannya menjadi banyak, dapat melihat dan menyaksikan dengan mata kepala sendiri apa yang tidak atau belum tentu bisa dibenarkan untuk dilihat orang awam. 48 Pada tahun 1945, Frans Mendur ikut bekerja di Kantor Berita Domei dengan Alex sebagai kepala juru foto di Instansi milik Jepang tersebut. 49 Setelah Frans mampu menguasai teknik pemotretan, kemudian ia menyempatkan untuk mengajar kepada tenaga-tenaga muda yang dalam hal pers fotografi sedang diminati. 50 Wartawan-wartawan foto muda yang ada di sekelilingnya diberi bimbingan dan tuntutan agar kelak mereka dapat mewarisi kepandaian yang baik dan tentunya berguna bagi negara. Pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, ketika ibu kota Republik Indonesia terpaksa pindah ke Yogyakarta pada tahun 1946, Frans turut pula mengurusi kantor cabang IPPHOS di Yogyakarta. Kota Yogyakarta menjadi Ibid., hlm Taufik Rahze, Seratus Jejak Pers Indonesia. Jakarta. I: Boekoe, 2007, hlm Soebagijo I. N., op.cit., hlm. 124.

61 39 tempat terselenggaranya pemerintahan Republik Indonesia di samping tekanan yang masih datang dari pihak Sekutu maupun Belanda. Sementara itu, Frans Mendur terus beraksi dengan hasil jepretannya yang dikenal gesit, pemberani, dan merakyat, tentang aksi perang dan kehidupan rakyat di tengah tekanan bangsa Belanda menjadi kartu sakti perjuangan Republik Indonesia di forum Internasional. 51 Frans Mendur mengurusi kantor cabang di Yogyakarta dengan dibantu bersama beberapa anggota IPPHOS yang lainnya. Setelah Indonesia merdeka dan berdaulat, Frans Mendur masih berkecimpung dalam dunia jurnalistik dan pers. Tahun 1954 hingga tahun 1958, ia menjabat sebagai Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) cabang Jakarta. Dikarenakan sakit yang dideritanya, perintis fotografi nasional, Frans Mendur akhirnya menghembuskan nafas penghabisan di Rumah Sakit Sumber Waras Jakarta pada tanggal 24 April Harian Merdeka dalam menanggapi berita wafatnya Frans Mendur, menulis bahwa sebenarnya terlepas dari segalanya, Frans berhak untuk dimakamkan di taman Makam Pahlawan. Sayangnya begitu besar jasanya dalam mengabadikan sejarah perjuangan bangsanya, namun dia kebetulan dianggap tidak mempunyai syarat untuk masuk ke Taman Makam Pahlawan. 53 c. Frans FerdinandUmbas dan Justus Kopit Umbas Frans Umbas dan Justus Umbas merupakan saudara kandung yang ikut terjun dalam dunia fotografi di Indonesia.Frans Ferdinand Umbas yang lebih dikenal dengan nama Frans Nyong Umbas oleh wartawan ini lahir di tahun 1915, sedangkan kakaknya yang bernama lengkap Justus Kopit Umbas lahir pada Taufik Rahze, op.cit., hlm Idem. Soebagijo I. N., op.cit., hlm. 125.

62 40 tahun Kedua tokoh pendiri IPPHOS ini lahir sebagai etnis Minahasa sama seperti Mendur bersaudara, yakni di Sulawesi Tenggara. Frans Umbas sering berkumpul dengan Alex Mendur adalah salah satu dari sekian banyak tokoh dari Sulawesi yang aktif mendiskusikan bagaimana mereka bisa berkontribusi terhadap kemerdekaan sekaligus menghapus stigma yang terlanjur menempel pada kelompok etnis Minahasa sebagai antek Belanda. Mendur bersaudara dan Umbas bersaudara merupakan anak didik Anton Nanjoan dalam dunia fotografi. Mereka dapat menjadi pejuang bangsa melalui kamera karena tangan dingin Anton melatih keterampilan dalam memotret suatu peristiwa. Di masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, Umbas Bersaudara menjadi tokoh penting dalam berdirinya kantor berita foto IPPHOS, dimana masing-masing dari mereka memegang peranan penting di kantor IPPHOS Jakarta dan Yogyakarta. Frans Nyong Umbas adalah salah satu aktivis Jong Maesa, ia adalah salah satu penggerak dalam kelompok tersebut. Dari sisi bisnis, Frans Nyong Umbas berhasil membangun berbagai konsesi dagang yang menguntungkan. Frans Umbas diangkat menjadi menteri Muda Perekonomian dari Partai Kristen Indonesia (Parkindo) di Kabinet Ali Sastroamidjojo II yang dikenal dengan kabinet menteri. 54 Frans Nyong Umbas meninggal di tahun 1997, sedangkan kakaknya Justus Kopit Umbas meninggal tahun Yudhi Soerjoatmodjo, IPPHOS Remastered Edition, Jakarta, Galeri Foto Jurnalistik Antara, 2013, hlm. 9.

63 41 2. Kelahiran IPPHOS a. Latar Belakang Masa-masa Perang Dunia II mulai berakhir, ditandai dengan pengakuan kekalahan Jepang kepada Sekutu. Bangsa Indonesia memiliki cita-cita tinggi, yakni menjadi bangsa yang merdeka, bangsa yang diakui oleh dunia sebagai sebuah negara yang berdaulat. Setiap lapisan masyarakat ikut membantu dalam mencapai kemerdekaan. Terdorong oleh keinginan dan jiwa kemerdekaan untuk membantu perjuangan kemerdekaan, setiap masyarakat akan menyerahkan jiwa raganya. Tidak terkecuali bagi para wartawan yang menulis berita tentang perjuangan kemerdekaan menuju kepada proklamasi yang dicita-citakan. Pada masa itu, Alex Mendur sudah bekerja sebagai wartawan foto yang meliput segala kegiatan tentang persiapan kemerdekaan. Persiapan kemerdekaan dengan foto secara visual dan para pemuda ikut serta memegang peranan dengan senjata bambu runcing berperang melawan penjajahan. Semua terjun dalam pergerakan tidak lain hanya ingin menyumbangkan tenaga untuk nusa dan bangsa dengan jalan memberikan sumbangsih terhadap kemerdekaan Indonesia. Alex Mendur merupakan sosok yang paling berpengaruh terhadap kelahiran IPPHOS, pada masa kemerdekaan ia telah bekerja sebagai wartawan foto di surat kabar Harian Merdeka. Di surat kabar Harian Merdeka yang didirikan oleh B. M. Diah ini, Alex bekerja sebagai juru potret. Sewaktu Alex bekerja disana, ia sering didatangi oleh orang-orang luar negeri seperti wartawan yang meminta foto-foto tentang tokoh-tokoh terkemuka bangsa Indonesia, seperti Bung Karno, Bung Hatta, Bung Syahrir, foto-foto perjuangan bangsa Indonesia antara

64 42 lain saat-saat proklamasi 17 Agustus 1945, foto-foto para pemuda pejuang, rapat raksasa di Lapangan Ikada pada tanggal 19 September 1945, dan sebagainya. Sejak saat itulah timbul ide untuk mendirikan kantor berita foto, dengan tujuan supaya lebih bisa menyebarluaskan karya-karyanya. Memang seharusnya, setiap gerakan perjuangan harus disebarluaskan ke segala penjuru dunia. Bagi Alex Mendur hal semacam itu merupakan kewajiban dan tanggung jawab secara moral untuk melaksanakannya, mengingat Alex mendur sendiri adalah seorang pejuang kemerdekaan. Untuk mewujudkan niat mulia tersebut, Alex menggagas ide mengenai keinginan untuk mendirikan kantor berita foto. Untuk merealisasikannya, kemudian Alex Mendur menemui rekan-rekannya satu profesi seperti Justus Kopit Umbas, Frans Ferdinand Umbas, Frans Soemarto Mendur untuk merundingkan segala sesuatu dalam mencari kesempatan berkumpul dalam satu bidang foto dalam satu wadah. b. Maksud dan Tujuan Setiap organisasi maupun sebuah lembaga yang akan berdiri pasti memiliki suatu kepentingan maksud dan tujuan. Begitu pula dengan kantor berita foto yang hendak dibangun oleh Alex Mendur dan rekan-rekannya. Pada awalnya kantor berita foto yang didirikan oleh Alex mendur dan rekan-rekannya memiliki maksud dan tujuan yang sederhana. Tujuan sederhana tersebut adalah dimana mereka yang bekerja sebagai pejuang bangsa melalui hasil karya fotografi peristiwa perjuangan bangsa, dapat memiliki sebuah kantor berita foto. Kantor

65 43 berita foto tersebut, merupakan kantor berita foto nasional yang dapat menyimpan berbagai foto perjuangan bangsa dalam melawan penjajah. Dalam ide pembentukan kantor berita foto, dapat dilihat dari sisi semangat perjuangan yakni semangat nasionalisme bahwa setiap masyarakat Indonesia berjuang melawan penjajah dalam memperoleh kemerdekaan. Dari foto-foto tersebut, dapat ditangkap oleh masyarakat bahwa memang terdapat perjuangan bangsa yang begitu besar, yang dibuktikan melalui foto-foto yang sangat bernilai harganya. Selain hal itu, kantor berita foto juga bertujuan untuk mengkoordinir tenaga pers fotografi diseluruh kepulauan nusantara, mengkoordinir untuk mempublikasikan foto-foto mereka baik itu keluar negeri dan maupun didalam negeri. Dari sekian banyak foto yang dihasilkan oleh wartawan foto yang tergabung di dalam IPPHOS, ini dapat mengajak dan memotivasi masyarakat baik kaum muda untuk mengajak menjadi pejuang kemerdekaan melalui fotografi. IPPHOS pun mau mendidik pemuda-pemudi dalam hal pers fotografi, agar semangat kebangsaan dapat terus dikabarkan melalui beragam cara, seperti halnya wartawan foto. c. Kantor Berita Foto IPPHOS Harapan Alex Mendur untuk mendirikan kantor berita foto akhirnya dapat terwujudkan. Pada awalnya kantor berita foto tersebut belum memiliki nama, ini dikarenakan Alex Mendur belum berfikir untuk menjadikan kantor berita foto tersebut sebagai Nationale Benotschaaf (NV) kalau sekarang disebut Perseroan Terbatas (PT). Selain belum ada keinginan untuk menjadikan kantor berita

66 44 tersebut menjadi sebuah perusahaan berupa PT, Alex Mendur dan kawan-kawan pada waktu itu hanya konsentrasi pada peredaran foto-foto perjuangan saja guna menyebarluaskan foto-foto kepada masyarakat luas dengan sukarela. Dapat dikatakan, sebenarnya kegiatannya sudah dimulai sejak tahun 1945 sebelum kantor berita foto didirikan. Kantor berita foto berjalan terus sambil menyebarluaskan foto-foto perjuangan, baik melalui surat kabar maupun orang-orang yang berkepentingan. Disadari bahwa kantor berita tersebut tidak memiliki kedudukan yang kuat. Hal itu disebabkan karena belum adanya sebuah hubungan perusahaan berupa Perseroan Terbatas (PT), selain itu juga adanya peraturan-peraturan pemerintah daerah yang pada masa itu pemerintahan pendudukan Inggris yang mengharuskan setiap perusahaan baru harus segera menjadi Perseroan Terbatas (PT). Pada masa itu, apabila sebuah usaha telah menjadi Perseroan Terbatas (PT), akan aman dari gangguan pihak luar, karena telak memiliki ikatan hukum yang kuat, yakni hukum PT itu sendiri. 55 Seiring berjalannya waktu, kantor berita foto sering didatangi oleh wartawan-wartawan asing seperti dari United Press, Frans Agency, dan duta-duta lain dari Amerika Serikat seperti F.B.I. Tidak hanya dari luar negeri, hasil foto Alex Mendur dan kawan-kawan juga sangat diminati oleh wartawan-wartawan dalam negeri, pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia pun menginginkan foto-foto perjuangan karya Alex Mendur dan kawan-kawan. Wartawan asing yang mendatangi kantor berita foto tersebut sering memanggil kantor berita foto milik 55 Wiwi Kuswiah, Alex Impurung Mendur, Jakarta, Depdikbud, 1986, hlm. 26.

67 45 Alex Mendur dan kawan-kawan dengan Indonesian Press Photo, Indonesian Press Photo!, maka muncul ide dari Frans Umbas untuk memberi nama Indonesian Press Photo Service atau disingkat IPPHOS. Maksud dari Frans Umbas memberi nama tersebut yakni dengan alasan bahwa kantor berita foto tersebut bertujuan untuk memberi pelayanan berupa foto-foto dokumentasi, yang dapat digunakan untuk kepentingan umum secara sukarela tanpa pamrih. 56 Pada tanggal 2 Oktober 1946, NV. IPPHOS Coy Ltd., secara resmi didirikan, dengan tokohnya seperti: Alex Mendur, Frans Mendur, Justus Umbas, Frans Umbas, serta Alex Mamusung. Kemudian diperkuat lagi oleh M. Jacob, Aniem Abdul Rachman, dan lain-lain. Kantor berita foto IPPHOS menempati sebuah gedung bekas perusahaan Belanda, Fermount & Cuipers, yang terletak di Jl. Mqlenvliet OOst, sekarang Jl. Hayam Wuruk No. 30, Jakarta. 57 Pada dasarnya pendirian sebuah kantor berita foto IPPHOS tersebut tanpa persiapan yang rumit dan prosesnya berjalan dengan lancar. Foto para pendiri IPPHOS, seperti Frans Umbas, Alex Mendur, Justus Umbas dan Alex Mamusung dapat dilihat pada gambar 3 yang terdapat pada lampiran Ibid., hlm. 27. Idem.

68 BAB III PERAN IPPHOS (INDONESIAN PRESS PHOTO SERVICE) DALAM REVOLUSI KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN A. Perkembangan IPPHOS 1. Tenaga Kerja Wartawan Foto IPPHOS Seiring perjalanan waktu, Kantor Berita Foto IPPHOS dapat berdiri karena terdapat anggota yang memang bekerja tanpa pamrih. Alex Mendur mengajak Frans Mendur, Justus Umbas, Frans Umbas, Alex Mamusung, dan Oscar Ganda dalam pekerjaannya. Dapat dikatakan bahwa IPPHOS telah memiliki tokoh-tokoh penyangga demi eksistensi berdirinya Kantor Berita Foto, bahkan orang yang berniat untuk mengabdikan dirinya untuk IPPHOS bertambah. Sepak terjang IPPHOS memang menarik banyak masyarakat dari dalam atau luar negeri untuk sekedar menyaksikan perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan melalui foto. Anak-anak muda yang berminat dalam hal fotografi ternyata ada, diantaranya adalah Budiarjo, yang dikemudian hari menjabat sebagai Menteri Penerangan Republik Indonesia dalam Kabinet Pembangunan yang diumumkan tanggal 6 Juni Selain Budiarjo, juga terdapat Aniem Abdul Rachman yang turut membantu kegiatan operasional IPPHOS. Pada masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia , memang belum banyak anggota masyarakat yang bekerja sebagai wartawan foto maupun juru 75 Wiwi Kuswiah, Alexius Impurung Mendur, Jakarta, Depdikbud, 1986,hlm

69 47 foto. Hal ini disebabkan karena pada saat itu sangat sulit memperoleh kamera maupun perlengkapan fotografi. Meskipun ada yang menjual perlengkapan fotografi, pun sudah pasti harganya sulit dijangkau masyarakat awam. Di samping tekanan dari pihak Belanda yang ingin merebut kembali tanah Indonesia, bangsa Indonesia masih disibukkan dengan perjuangan bersenjata mengusir penjajah. 2. Perluasan Cabang IPPHOS Berdirinya Kantor Berita Foto IPPHOS, mengawali sebuah semangat baru, yakni sebuah perjuangan para pejuang wartawan foto, melalui foto mereka yang bercerita tentang lika-liku perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaannya. Pada awal berdiri, IPPHOS belum memiliki sebuah pengakuan dari pemerintah mengenai status Kantor Berita Foto sebagai salah satu instansi perseroan terbatas. Seiring perjalanan waktu, Kantor Berita Foto ini memperoleh legitimasi berupa perseroan terbatas / PT. Untuk pertama kali, IPPHOS berkantor di Ibukota Jakarta, dan untuk seterusnya. Kantor Berita Foto IPPHOS mendapatkan posisi yang penting di masyarakat. Banyak foto-foto hasil karya wartawan foto yang tergabung dalam IPPHOS dibeli atau hanya sekedar diminta. Semenjak IPPHOS berdiri, sudah banyak anggota masyarakat yang berburu foto perjuangan hasil karya IPPHOS, bahkan pihak dari luar negeri pun berburu fotofoto perjuangan seperti foto Bung Karno, atau foto peristiwa krusial yang terjadi di Indonesia pada masa itu. Sejak IPPHOS resmi berdiri sebagai sebuah instansi pada tanggal 2 Oktober 1946, IPPHOS semakin berkembang dan besar. Selain itu, Mendur dan Umbas bersaudara ternyata tidak hanya meresmikan sebuah kantor berita, tapi

70 48 sekaligus dua biro foto yang memiliki status setara yakni di Jakarta dan Yogyakarta. Di Jakarta, Alex mendur memimpin IPPHOS bersama akuntan, Justus Umbas. Nyong Umbas membantu sebagai juru foto sekaligus orang yang bertugas untuk kasak-kusuk di pasar gelap dan kantor sensor Belanda, sedangkan Frans Mendur memimpin IPPHOS Yogyakarta dengan dibantu oleh Oscar Ganda yang bekerja sebagai tenaga administrasi, serta Alex Mamusung dan Melvin Jacob yang juga jago foto. 76 Di Yogyakarta, IPPHOS menempati kantor yang sudah pasti dianggap sebagai sarang musuh oleh Belanda yakni di rumah Pendeta Johan Enos Jacob, di Jalan Sayidan. Kantor tersebut juga ternyata berfungsi sebagai markas Laskar KRIS (Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi), sekaligus tempat penampungan bagi para pelarian politik dan pengungsi dari Minahasa. 77 Diantara fotografer yang membantu disana adalah Melvin Jacob, putera Pendeta Jacob yang ikut Badan Pemberontak Republik Indonesia di Yogyakarta sejak usia 16 tahun. Frans Mendur diangkat menjadi pemimpin Kantor Berita Foto cabang Yogyakarta.Pembagian tugas antara dua kota tersebut boleh jadi bukan hal baru. Ketika pada Januari 1946 ibu Kota Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta karena alasan keamanan, Alex dan Frans Mendur yang saat itu masih bekerja di Harian Merdeka pun berbagi tugas. Alex Mendur tetap meliput perjuangan front Jawa Barat serta perundingan-perundingan yang dipimpin Perdana Menteri Sjahrir, sedangkan Frans Mendur hijrah bersama Presiden Yudhi Soerjoatmodjo, IPPHOS Remastered Edition, Jakarta, Galeri Foto Jurnalistik Antara, 2013, hlm. 16. Ibid., hlm. 18.

71 49 Soekarno dan sebagian besar kabinetnya ke Jawa Tengah, di mana kemudian ia meliput front Jawa Timur dan Jawa Barat. Setelah membuka kantor cabang baru di Yogyakarta, hasil karya fotografer IPPHOS semakin dikenal di kalangan masyarakat luas. Disela perjuangan bersenjata dan perjuangan diplomasi bangsa Indonesia, Kantor Berita Foto ini semakin melebarkan sayapnya yang berupa pembukaan kantor cabang ke beberapa daerah di Indonesia. Pada tahun 1948, IPPHOS membuka kantor cabang di Semarang, Palembang, Ujung Pandang, hingga Surabaya. Lalu setahun kemudian, muncul kantor cabang di Manado, Bandung, dan Medan, meski ketiga kantor cabang tersebut hanyalah sebagai cabang perwakilan. Ada pula kantor cabang IPPHOS di Makasar, dan Alex Mamusung ditugaskan untuk menjadi kepala kantor cabang di kota tersebut. Perlu diketahui oleh masyarakat, bahwa berdirinya kantor cabang di berbagai daerah tersebut tidak lepas dari bantuan dan usaha beberapa tokoh masyarakat di kota tersebut. Semakin jelas bahwa usaha dan kerja keras IPPHOS menjadi kantor berita foto semakin dapat dirasakan masyarakat. Pembukaan cabang-cabang kantor menjadi bukti nyata, bahwa mengobarkan semangat perjuangan dan semangat kemerdekaan dapat dilakukan melalui media foto. Dibukanya cabang-cabang IPPHOS di daerah itu tidak lain maksudnya adalah supaya peristiwa-peristiwa yang terjadi di setiap tempat dapat disebarluaskan, seperti foto pemberontakan Andi Azis di Sulawesi, peristiwa Republik Maluku Selatan di Maluku, dan sebagainya. Maka dapat dikatakan tidak ada peristiwa sejarah sejak proklamasi

72 50 kemerdekaan yang luput dari rekaman IPPHOS. 78 Untuk menyebarluaskan rekaman gambar IPPHOS tersebut, perluasan kantor cabang adalah sarana yang digunakan oleh Frans Mendur dan kawan-kawannya. 3. Hubungan dengan Pemerintah Geliat usaha Alex Mendur dan rekan-rekannya di Kantor Berita Foto IPPHOS tidak semudah dengan apa yang terlihat dari kebesarannya saat ini. Berbagai kendala sempat menerpa tumbuh kembangnya IPPHOS. Berkaitan dengan hubungan kantor berita ini dengan pemerintah tidak dapat terlepas dari tokoh dan pihak yang berpengaruh pada saat itu. Di tahun 1945, saat proklamasi dan tahun-tahun revolusi kemerdekaan IPPHOS masih mendapat tekanan dari pihak luar, baik itu Jepang maupun Belanda. Pemerintah Indonesia yang dipimpin oleh Presiden Soekarno memberikan ruang lebih bagi IPPHOS. Bung Karno dan pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia sangat mengapresiasikan perjuangan wartawan foto seperti Alex Mendur, sehingga IPPHOS mampu mendapatkan ruang serta mendapatkan lisensi sebagai instansi sebuah perseroan terbatas atau disingkat PT. Berkat peran pemerintah yang melancarkan jalan IPPHOS tersebut, maka kantor berita dapat berdiri di bawah perlindungan pemerintah. Hal tersebut tidak lantas membuat tekanan pihak luar menghilang.terkadang masih saja pihak Belanda yang saat itu ingin menjajah kembali Indonesia, menghalang-halangi wartawan foto IPPHOS dalam mengambil gambar. Meskipun begitu perjuangan mereka tidak surut, ini dikarenakan semangat mereka dalam memperjuangkan kemerdekaan melalui foto perjuangan. 78 Wiwi Kuswiah, op.cit.,hlm. 29.

73 51 Pada waktu Bung Sjahrir menjadi Perdana Menteri, kedudukan IPPHOS menjadi tambah kuat. Hal ini disebabkan karena Bung Sjahrir menginginkan semua kegiatan pemerintah diabadikan dan Alex Mendur menjadi salah satu sosok yang diharapkan beliau. 79 Untuk itu Alex Mendur selaku pemimpin IPPHOS menjadi lebih dekat dengan para pejabat seperti Presiden Soekarno, Mohammad Hatta, hingga Alex Kawilarang. Mengenai kedekatan dengan Perdana Menteri Sjahrir, Alex Mendur dan Sutan Sjahrir telah saling mengenal sejak zaman penjajahan Jepang, pada masa itu Sjahrir masih menjadi pemuda pejuang kemerdekaan. Bahkan Alex Mendur pernah menetap tinggal di rumah Bung Sjahrir di Jalan Maluku No. 19, Jakarta, kurang lebih pada tahun Karena saat itu Bung Sjahrir sakit dan harus berobat keluar negeri, Swiss. Rumahnya yang kosong tidak ada yang menempati, dan atas kebijaksanaan pemerintah, keluarga Alex Mendur diperkenankan menempati rumah tersebut. Di masa Ibu kota Republik pindah ke kota Yogyakarta, perjuangan bangsa Indonesia mencapai pengakuan kedaulatan dari Belanda semakin mencapai pada puncaknya. Alex Mendur dan kawan-kawan yang ikut meliput peristiwa di sana pun merasakan kehangatan dari Raja Kesultanan Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Foto Frans Mendur bersama beberapa kerabatnya di depan kantor IPPHOS cabang Yogyakarta terdapat pada gambar 4 di lampiran. Keselamatan IPPHOS banyak dipengaruhi oleh peran Sultan Hamengku Buwono IX. Beliau memberi pengertian kepada Belanda supaya IPPHOS tidak diganggu selama melakukan dokumentasi peristiwa revolusi. Di samping itu, juga dari 79 Idem.

74 52 polisi yang mengerti akan kedudukan IPPHOS sebagai kantor yang mengumpulkan foto-foto. 80 Begitu pula kantor-kantor cabang IPPHOS di daerah mengalami bantuan dari pemerintah dan masyarakat daerah setempat. Hubungan baik antara Alex Mendur dan kawan-kawan dengan Sri Sultan terus berlangsung, bahkan Raja Yogyakarta tersebut bersedia dibuatkan foto-foto pribadi lalu untuk kemudian diperbanyak. Hal tersebut membuat sedikit demi sedikit dana untuk kelangsungan hidup IPPHOS berhasil dikumpulkan. Foto-foto tersebut yang kemudian disebarluaskan ke daerah-daerah hingga banyak pihak yang bersedia membeli foto mereka, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Pada masa perjuangan kemerdekaan, Alex Mendur dan kawan-kawan menjalin hubungan kerabat dengan beberapa tokoh penting. Dalam ceritanya, Alex mengungkapkan persahabatannya dengan Alex Kawilarang, pemimpin pasukan tentara nasional. Pada awal tahun 1946, ketika Alex sedang meliput peristiwa, ia mendapat hadangan dari rakyat pejuang. Hal tersebut dikarenakan Alex ketahuan membawa kamera, sedangkan rakyat menganggap yang memiliki kamera hanyalah orang Belanda. Alex pun diserbu oleh mereka yang menganggapnya sebagai mata-mata Belanda, lalu datang Alex Kawilarang yang menenangkan dan menjelaskan para pejuang tersebut. Alex Kawilarang menghampiri Alex Mendur sambil berbincang-bincang, melepas rindu. Melihat hal tersebut, masyarakat yang tadinya mengurung Alex Mendur perlahan pergi menjauh meninggalkan Alex Mendur Ibid., hlm. 34. Ibid., hlm. 31.

75 53 Hubungan antara IPPHOS dengan pemerintah memang dapat dikatakan hanya Alex Mendur atau Frans Mendur saja yang memiliki hubungan lebih dekat dengan tokoh pemerintah. Kita tidak dapat meninggalkan peran anggota lainnya seperti Justus bersaudara hingga Oscar Ganda, bahwa mereka juga berperan aktif dalam perkembangan IPPHOS. Ada pula Alex Mamusung bekerja sebagai juru foto IPPHOS di daerah Makasar, yang memiliki peran yang tidak kalah penting. Liputan mereka dalam berita dan foto semakin mendongkrak reputasi IPPHOS terutama dimata pemerintah. Saat perayaan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1951, pemerintah Republik Indonesia pun menganugerahkan bintang jasa kepada Alex Mamusung. 82 Frans Umbas juga berperan dalam membangun mitra konsesi dagang yang menguntungkan. IPPHOS juga mendapat julukan Raja Kertas karena menjadi penyalur untuk berbagai surat kabar serta peralatan fotografi liford yang konsesinya mereka dapatkan dari Belanda. Selain itu mereka juga menjadi penyalur tunggal tinta cetak Tjemani, pesawat radio merek Ralin, dan lampu pijar. 83 Dari sekian banyak konsesi dagang tersebut, foto menjadi ciri khas bagi IPPHOS di mata pemerintah dan masyarakat. Beberepa lembar foto lama menjadi bukti kuat, bukan cuma tentang tingkat kemakmuran kantor berita, tetapi juga kedekatan relasi mereka dengan para petinggi negara Yudhi Soerjoatmodjo, op.cit., hlm. 8. Idem.

76 54 B. Hasil Foto Karya IPPHOS pada Masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia Tahun Pada masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia, rentang waktu tahun 1945 hingga 1949 telah terjadi berbagai peristiwa bersejarah. Masa Revolusi ditandai dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus Semenjak saat itu, bangsa Indonesia belum sepenuhnya merdeka dari penjajahan, ini dikarenakan tentara Belanda yang ingin merebut kembali Tanah Air. Berbagai peristiwa bersejarah yang mempengaruhi keberlangsungan negara pada saat ini terjadi. Juru foto maupun wartawan foto dalam dan luar negeri tidak lepas dari setiap kejadian yang berlangsung. Meskipun tidak seluruh kejadian di tanah air dapat diabadikan dalam sebuah gambar, namun Alex Mendur dan kawan-kawan berjuang dengan segala kemampuan mengabadikan peristiwa menjadi sebuah foto. Tidak sedikit hasil foto yang mereka hasilkan, demi tujuan mengabadikan peristiwa bersejarah Negara Republik Indonesia. Revolusi Kemerdekaan Indonesia diakhiri dengan pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda, dan Presiden Soekarno kembali ke Jakarta. Dibawah ini terdapat berbagai peristiwa bersejarah yang terjadi di Nusantara pada masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia yang terhitung sejak Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, hingga penyerahan kedaulatan Republik Indonesia di tahun1949. IPPHOS berperan dalam mengabadikan momentum tersebut dalam hasil foto yang bernilai sejarah besar.

77 55 1. Peristiwa di Tahun 1945 a. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945, rakyat Indonesia menyatakan diri sebagai bangsa yang merdeka. Proklamasi kemerdekaan itu disampaikan oleh Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia, bertempat di kediaman Presiden Soekarno, di Jalan Pegangsaan Timur No.56, Jakarta, kurang lebih pukul WIB. 84 Pada bulan Agustus tahun 1945, Alex Mendur masih bekerja sebagai juru foto Kantor Berita Antara, sedangkan adiknya Frans menjadi juru foto Harian Asia Raya. Tidak ada juru foto yang datang selain Alex dan Frans Mendur, keduanya mengabadikan foto dengan kamera merk leica. Setelah selesai acara tersebut, Alex langsung kembali ke kantornya, dan langsung mencetak foto yang baru saja dia ambil. Ketika saat film dalam proses pengeringan, ternyata film foto milik Alex telah dirampas tentara Jepang. Beruntung bagi Frans, ia tidak segera memproses foto, tetapi menyembunyikan film di dalam tanah halaman rumahnya. Sebab jika ia langsung mencetak foto tersebut, besar kemungkinan tentara Jepang akan pula merampasnya. Pada akhirnya hanya foto-foto hasil karya Frans Mendur yang masih aman, dan hingga sekarang kita dapat melihat detik-detik proklamasi yang merupakan peristiwa penting bangsa Indonesia. 85 Dalam peristiwa proklamasi tersebut, Alex dan Frans Mendur merekam dengan baik peristiwa yang paling berpengaruh dalam perjuangan bangsa Indonesia memperoleh kemerdekaan. Dalam foto yang terdapat pada gambar 5.a, Garda Maeswara, Sejarah Revolusi Indonesia , Yogyakarta, Narasi, 2010, hlm. 3. Wiwi Kuswiah, op.cit., hlm. 23.

78 56 5.b, dan 5.c di lampiran, terlihat bagaimana Presiden Soekarno sedang membacakan teks proklamasi kemerdekaan, lalu juga terdapat proses pengibaran bendera Sang Saka Merah Putih, dengan disaksikan oleh tokoh-tokoh sebagai peserta upacara. b. Pembentukan Komite Nasional, Partai Nasioal Indonesia, dan Badan Keamanan Rakyat Pada tanggal 22 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menyelenggarakan sidang dan berhasil membentuk Komite Nasional Indonesia, Partai Nasional Indonesia, dan Badan Keamanan Rakyat. Dalam peristiwa ini, anggota IPPHOS terlibat dalam pengambilan gambar saat pelantikan anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), yang bertempat di Gedung Kesenian, Pasar Baru, Jakarta. Dalam foto yang terdapat pada lampiran, gambar 6.a, tampak Presiden Soekarno sedang melantik anggota KNIP. c. Pembentukan Kabinet Republik Indonesia Pada tanggal 2 September 1945, Presiden Soekarno memimpin pembentukan kabinet Indonesia yang pertama. Pembentukan kabinet tersebut sesuai dengan sistem pemerintahan yang berlaku, yakni berdasarkan Undang- Undang Dasar Kabinet pertama ini langsung dipimpin oleh Presiden Soekarno, maka Kabinet I ini disebut juga Kabinet Presidensial. 86 Satu bulan setelah Kabinet Republik Indonesia dibentuk, pada tanggal 4 Oktober 1945 dilakukan sesi pemotretan anggota kabinet. Dalam sesi tersebut, mereka berpose untuk dokumentasi pers asing serta tidak ketinggalan anggota IPPHOS. Foto yang 86 Garda Maeswara, op.cit., hlm. 17.

79 57 diambil di kediaman Presiden Soekarno di Jl. Pegangsaan Timur No. 56 tersebut terlihat sangat sosok dan penampilan tokoh dan pemimpin bangsa Indonesia yang baru. Terlihat salah satu anggota kabinet yang menggunakan sepatu dan berjas, namun hanya menggunakan celana pendek, serta tidak dengan sengaja seekor anjing hitam yang sedang melintas pun terekam dalam gambar. Beberapa ajudan yang menjaga para pemimpin bangsa, menegaskan bahwa di balik kesan pilu, namun para pendiri bangsa siap untuk menghantarkan rakyat menuju gerbang kemerdekaan. Foto tersebut terdapat pada lampiran, gambar 6.b. d. Palang Merah Indonesia Tanggal 17 September 1945 Palang Merah Indonesia resmi berdiri. Presiden Soekarno memerintahkan Dr. Boentaran, Menteri Kesehatan RI Kabinet I untuk membentuk badan Palang Merah Nasional. Perintah ini ditindak lanjuti dengan mengumpulkan lima orang yang bertugas sebagai panitia, yang terdiri dari: Dr. Mochtar sebagai Ketua, Dr. Bahder Djohan sebagai notulen, dan dibantu Dr. Djoehana Wiradikarta, Dr. Marzuki, Dr. Sitanala sebagai anggota. Dibawah komando Dr. Boentaran, kelima orang tersebut bekerja bahu membahu dan menghasilkan apa yang kini kita kenal sebagai organisasi PMI. Drs. Mohammad Hatta didapuk selaku Ketua Pengurus Besar Pleno PMI dan Dr. Boentaran didapuk sebagai Ketua Pengurus Besar Harian. Didalam menjalankan tugastugasnya, PMI berperan membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, khususnya tugas kepalangmerahan. 87 Sejak didirikannya palang merah, dapat dikatakan bahwa mereka sangat bekerja keras. Dapat dilihat dari gambar hasil 87 Ibid., hlm. 24.

80 58 karya IPPHOS, bahwa meskipun kaum wanita, tetapi mereka tidak gentar untuk siap dan tanggap menangani korban perang. Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai pemberi bantuan medis, PMI termasuk cepat dan tanggap. Dari foto-foto yang terdapat pada gambar 7.a dan 7.b di lampiran, dapat dikatakan bahwa PMI berperan besar demi kesehatan fisik rakyat Indonesia yang berjuang di medan perang. Pekerjaan seperti mengangkut korban dengan tandu, hingga memberi bantuan medis mengobati korban luka cukup terampil dilakukan, inilah Palang Merah Indonesia yang berdiri siaga di belakang para pejuang perang kemerdekaan. e. Rapat Raksasa di Lapangan IKADA Sebulan paska proklamasi kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 19 September 1945, dihelat rapat raksasa di lapangan IKADA (Ikatan Atletik Djakarta) kini lapangan pojok timur Monas. Meskipun rapat raksasa tersebut hanya berlangsung beberapa menit, namun prosesnya cukup panjang.inti dari perhelatan rapat raksasa di lapangan ini merupakan akumulasi kekecewaan pemuda atas sikap pemimpin Indonesia yang tidak segera merebut kekuasaan dari Jepang. Padahal mereka siap melakukan hal itu, karena mereka adalah anggota pasukan militer bentukan Jepang. Mereka juga kecewa karena presiden tidak segera membentuk kesatuan tentara. 88 Dalam peristiwa ini, juru foto IPPHOS mengikuti dan mengambil banyak gambar. Seperti saat Presiden Soekarno yang baru tiba di Lapangan Ikada, lalu saat suasana rapat raksasa dimulai, hingga prosesi pengibaran Bendera Merah Putih saat rapat raksasa berlangsung. Foto 88 Ibid., hlm. 28.

81 59 peristiwa yang terjadi di Lapangan Ikada dapat dilihat pada gambar 8.a, 8.b, dan 8.c di lampiran. f. Pendaratan Tentara Sekutu (AFNEI) Dibawah kendali Jenderal Christison, AFNEI (Allied Forces in the Netherlands East Indies) tiba di Jakarta. Tugas mereka adalah menduduki wilayah-wilayah Indonesia dan melucuti tentara Jepang. Dalam praktik di lapangan AFNEI bertujuan untuk membentuk pemerintahan militer seperti di daerah Jakarta, Surabaya, Medan, dan Padang. 89 Untuk menunaikan tugas-tugas tersebut dengan membawa seribu pasukan yang datang bergelombang selama 29 dan 30 September Suasana Ibu Kota Negara menjadi kembali tegang, banyak spanduk dan tulisan di tembok yang intinya menentang kedatangan Belanda kembali di Indonesia. Juru foto IPPHOS pun sempat mengambil gambar saat truk dengan beberapa tentara Sekutu melintasi slogan anti Belanda yang dibuat pemuda Indonesia, pada tanggal 29 September Foto tersebut terdapat pada gambar 9.a di lampiran. Sementara pada awal oktober 1945, juru foto IPPHOS turut mengambil gambar saat Presiden Soekarno berbicara di depan pers menyusul pendaratan yang dilakukan tentara Inggris dan rombongan NICA di Jakarta. Peristiwa tersebut dapat dilihat pada gambar 9.b di lampiran. g. Maklumat Wakil Presiden No. X Setelah dibentuk dalam sidang ketiga PPKI, KNP (Komite Nasional Pusat) menggelar sidang pertamanya. Dalam sidang ini, KNP memutuskan akan mengusulkan kepada presiden agar KNP diberi hak legislatif selama MPR dan 89 Pramudia Ananta Toer, Kronik Revolusi Indonesia Jilid I 1945, Jakarta, KPG, 1999, hlm. 63.

82 60 DPR belum terbentuk. Disamping itu KNP dapat turut menetapkan GBHN (Garis Besar Haluan Negara). Usulan-usulan tersebut bermaktub dalam sebuah maklumat yang dikenal sebagai maklumat Wakil Presiden No.X yang dikeluarkan pada tanggal 16 Oktober Padagambar 10, yang terdapat di lampiran, tampak suasana rapat Badan Pekerja KNIP, tampak pula Presiden Soekarno dalam rapat tersebut. h. Pertemuan Presiden Soekarno dengan Tentara Sekutu Kedatangan kembali sekutu ke tanah air membuat Indonesia lebih keras mempertahankan kedaulatan kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 25 Oktober 1945, terjadi kesempatan pertemuan antara pemimpin Indonesia dengan pemimpin Sekutu atau AFNEI. Kedua pemimpin yang bertemu tersebut adalah Presiden Soekarno yang mewakili Indonesia dan Letnan Jenderal Sir Philip Christison yang mewakili AFNEI. Dalam pertemuan ini, Presiden Soekarno mengemukakan kesediaan pemerintah Indonesia untuk berunding dengan pihak sekutu, atas dasar pengakuan hak rakyat Indonesia untuk menentukan nasibnya sendiri. 91 Pada gambar 11 di lampiran, juru foto IPPHOS ikut mengambil gambar, dan tampak Presiden Soekarno sedang duduk bersanding Letnan Jenderal Christison. i. Pertempuran Surabaya Pertempuran Surabaya pecah pada tanggal 10 November Tentara sekutu memang banyak mendarat di berbagai kota di Indonesia pada bulan-bulan akhir tahun Salah satunya adalah Surabaya, yang mana pada tanggal 25 Oktober Perang besar terjadi di Surabaya, peristiwa berdarah tersebut telah Garda Maeswara, op.ci.t, hlm. 44. Ibid., hlm. 47.

83 61 menggerakkan semangat perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Pertempuran Surabaya ini berlangsung selama tiga minggu, dan melibatkan seluruh penduduk Surabaya telah merenggut ribuan korban jiwa, ribuan korban luka-luka, dan gelombang pengungsi ke luar kota. 92 Dalam gambar 12 yang terdapat pada lampiran, terlihat suasana saat terbakarnya Pelabuhan Tanjung Perak setelah diserang Inggris pada bulan November j. Pembentukan Kabinet Sjahrir Belum genap tiga bulan umur Kabinet Republik Indonesia Pertama, pada tanggal 14 November 1945 terjadi penggantian Kabinet. Kabinet Republik Indonesia kedua dipimpin oleh Sutan Sjahrir sebagai Perdana Menteri. Mulai Kabinet Republik Indonesia atau Kabinet Sjahrir ini, menteri-menteri tidak lagi bertanggung jawab terhadap Presiden, tetapi selanjutnya bertanggung jawab kepada KNIP. 93 Pada hari itu juga dilaksanakan peresmian kabinet Sjahrir, juru foto IPPHOS mengambil gambar saat-saat Presiden Soekarno memimpin acara tersebut, persitiwa tersebut terdapat pada gambar 13 di lampiran. Dalam pemerintahan Republik Indonesia ke depan, Sutan Sjahrir memegang peranan penting dalam beberapa peristiwa diplomasi dengan Belanda juga Inggris. k. Pertemuan antara Republik Indonesia, Belanda, dan Sekutu Bertempat di markas besar tentara Inggris, Jakarta, pada tanggal 17 November 1945 untuk pertama kalinya diadakan pertemuan antara Pemerintah A Kardiyat Wiharyanto, Sejarah Indonesia dari Proklamasi sampai Pemilu 2009, Yogyakarta, USD, 2011, hlm. 45. Sekretariat Negara, 30 Tahun Indonesia Merdeka , Jakarta, Citra Lamtoro Agung Persada, 1986, hlm. 62.

84 62 Republik Indonesia, Belanda dan Sekutu. Pihak Sekutu diwakili oleh Letnan Jenderal Christison, pihak Belanda diwakili oleh Dr. H.J. van Mook, sedangkan pihak Republik Indonesia diwakili oleh Sutan Sjahrir. Juru foto IPPHOS ikut mengambil gambar peristiwa ini, tampak suasana pertemuan tiga pihak tersebut, yang berlangsung di Markas Besar Tentara Inggris. Foto dapat dilihat pada gambar 14 di lampiran. Dalam pertemuan ini, Letnan Jenderal Christison bermaksud untuk menjelaskan maksud kedatangan Sekutu di Indonesia, selain itu ia juga ingin mempertemukan pihak Indonesia dan Belanda. Dalam pertemuan tiga pihak ini, tidak mendapatkan hasil apapun. 94 l. Peristiwa Karawang-Bekasi Pihak Sekutu semakin tidak sabar menghadapi pemerintah Indonesia. Maka pada tanggal 19 Desember 1945, mereka menggempur daerah Karawang- Bekasi hingga lebur luluh lantak. Sekutu yang datang ke Indonesia dengan ratusan pasukan dan persenjataan yang cukup lengkap dengan mudah meratakan bangunan rakyat Karawang Bekasi dengan tanah. Arsip foto IPPHOS memiliki beberapa foto kondisi daerah Karawang-Bekasi sesaat setelah serangan Sekutu. Dalam gambar 15 yang terdapat pada lampiran, terlihat sebuah desa yang telah porak-poranda. 2. Peristiwa di Tahun1946 a. Kongres Wartawan di Solo Pada tanggal 9 Februari 1946, untuk pertamakali wartawan melakukan pertemuan atau kongres. Pada tanggal tersebut pula dijadikan sebagai hari 94 Ibid., hlm. 64.

85 kelahiran Persatuan Wartawan Indonesia atau disingkat PWI. Kelahiran PWI ini dibidani oleh para wartawan yang mengadakan kongres berskala nasional ditengah suasana hangat-hangatnya proklamasi dan perang kemerdekaan. Mereka ingin mempunyai wadah aspirasi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Beberapa wartawan senior yang turut hadir diantaranya adalah: Mochtar Lubis dari Surat Kabar Indonesia Raya, B.M. Diah dari Surat Kabar Harian Merdeka, Suwardi Tasrif dari Surat Kabar Harian Abadi, Rosihan Anwar dari Surat Kabar Harian Pedoman, dan lain-lain. 95 Hari lahir PWI ini kelak dijadikan sebagai Hari Pers Nasional. Sebagai salah satu bagian dari pers maupun jurnalis, beberapa anggota IPPHOS yang mayoritas adalah juru foto ikut dalam kongres tersebut. Dalam gambar 16 yang terdapat pada lampiran, terlihat suasana kongres Persatuan Wartawan Indonesia tengah berlangsung. b. Bandung Lautan Api Sebelum Bandung menjadi lautan api, rakyat bandung diperintah untuk segera meninggalkan Kota Bandung. Dalam tempo tujuh jam sebelum dibumihanguskan, kota Bandung telah dikosongkan dari penduduk dan TRI. ( )Rakyat Bandung, rumahmu telah terbakar. Halamanmu telah menjadi lautan api, kotamu yang molek itu, yang telah engkau pertahankan berbulan-bulan akhirnya harus engkau tinggalkan juga, karena kekerasan musuhmu yang tak mengenal peri kemanusiaan. Di tengah-tengah hujan peluru, diiringi suara bom dan meriam, berduyun-duyun engkau meninggalkan tempat tinggalmu yang telah menjadi abu. 96 Hari itu juga pada tanggal 6 Agustus 1946, Pasukan Republik yang diperintahkan mundur oleh pemerintah menyerang posisi tentara Sekutu Inggris Garda Maeswara,op.cit., hlm. 81. A B Lapian, Semangat 45 dalam Rekaman Gambar IPPHOS, Jakarta, Sinar Harapan, 1985, hlm. 53.

86 64 sementara yang lainnya melakukan aksi bumi-hangus di Bandung Selatan, api menyala membumbung tinggi di langit kota Bandung. Dalam arsip IPPHOS, terdapat beberapa foto yang menceritakan suasana Bandung saat menjadi lautan api. Suasana mencekam dan tegang jelas dirasakan melalui rekaman foto. Dalam gambar 17.a yang terdapat pada lampiran, tampak asap hitam membumbung di langit Bandung. Sedangkan pada gambar 17.b yang terdapat pada lampiran, tampak satuan TKR dan pemuda sedang berjaga di salah satu sudut kota Bandung. c. Pengangkutan Tawanan Perang Sekutu (APWI) Tanggal 24 April 1946, bekas tawanan perang dan interniran Sekutu (Allied Prisoners of War and Interness) APWI, yang ditawan Jepang selama Perang Dunia II dipindah dari daerah Republik ke Jakarta. TRI bertugas untuk melakukan pengawalan atas pengangkutan bekas tawanan tersebut. 97 Dalam peristiwa tersebut juru foto IPPHOS ikut pula mengambil beberapa foto, tampak kesibukan pengangkutan bekas tawanan Sekutu dengan pesawat terbang dari Maguwo di Yogyakarta. Di Cirebon, pengangkutan APWI, warga Belanda dan Indo dari kamp tahanan Jepang di daerah Republik ke Jakarta oleh tentara Inggris dan PMI dibawah perlindungan TRI. Foto-foto tersebut dapat dilihat pada gambar 18.a, 18.b, dan 18.c yang terdapat pada lampiran. d. Penyerahan Tawanan Jepang kepada Tentara Sekutu Dengan didahului oleh perundingan-perundingan mengenai pelucutan senjata tentara Jepang, pada tanggal 28 April 1946, lebih kurang 1200 orang tawanan tentara Jepang diangkut dari Malang ke Probolinggo dan Pasuruan untuk 97 Garda Maeswara,op.cit., hlm. 95.

87 65 selanjutnya diangkut dengan kapal ke Pulau Galang, guna diserahkan kepada tentara sekutu. Pada tanggal yang sama, Jenderal Soedirman dan Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo tiba di kamp tawanan Jepang, di Malang. Foto dapat dilihat pada lampiran, gambar 19.a. Dalam peristiwa penyerahan tentara Jepang kepada Tentara Sekutu ini, juru foto kantor Berita IPPHOS yakni Frans Mendur turut hadir untuk meliput gambar. Totalitas Frans Mendur dalam mencari foto berbagai peristiwa krusial sangat terlihat, dimana ia ikut pergi ke Malang bersama Tentara Rakyat Indonesia yang saat itu dipimpin oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman. Frans Mendur memang ditugaskan untuk meliput peristiwa yang berlangsung di Front Jawa Timur, termasuk Jawa Tengah dan Yogyakarta. Di Pasuruan, tampak TRI menjaga evakuasi serdadu Jepang. Foto tersebut dapat dilihat gambar 19.b di lampiran. e. Lahirnya kepolisisan Negara Surat Ketetapan Pemerintah No 11/SD yang keluar tanggal 25 Juni 1946 berlaku. Isi SK tersebut adalah mengeluarkan jawatan Kepolisian Negara dari struktur Departemen Dalam Negeri, dan menempatkannya langsung berada di bawah Perdana Menteri. Sebelumnya pada tanggal 17 Juni 1946, dalam foto milik arsip IPPHOS tampak Perdana Menteri Sjahrir sedang memeriksa barisan siswa Sekolah Tinggi Polisi Negara yang baru diresmikan, di Magelang Jawa Tengah. Foto dapat dilihat pada gambar 20 di lampiran.

88 66 f. Berdiri Bank Negara Indonesia BNI 46 Tanggal 5 Juli 1946, didirikan Bank Nasional Indonesia, atau lebih dikenal dengan nama BNI BNI merupakan bank umum pertama milik pemerintah Republik Indonesia. Dimana peresmiannya diadakan beberapa bulan kemudian, tepatnya bulan Agustus 1946 di Yogyakarta. Margono Djojohadikusumo didapuk sebagai orang pertama yang menjadi pimpinan BNI Kini tanggal 5 juli diperingati sebagai Hari Bank Nasional, sementara tanggal 30 Oktober diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional. Dalam foto karya IPPHOS yang terdapat dalam lampiran gambar 21, tampak suasana pembukaan perdana Bank Nasional Indonesia yang berlangsung di Yogyakarta, pada tanggal 17 Agustus g. Konferensi Tentara Republik Indonesia Angkatan Laut TRI-AL di Lawang Seperti beberapa jawatan di Tentara Republik Indonesia (TRI) lainnya, maka TRI jawatan laut juga mengganti namanya dalam sedang konferensi di Lawang, Jawa Timur. Konferensi yang dihadiri oleh Presiden, Wakil Presiden, dan Menteri Pertahanan ini menetapkan Markas Tertinggi ALRI berkedudukan di Lawang. Dalam foto milik arsip IPPHOS, tampak anggota ALRI sedang berbaris, foto terdapat pada gambar 22 di lampiran. Sementara, Sub-Markas Tertinggi ada di Yogyakarta, Organisasi Markas Tertinggi dan Sub-Markas Tertinggi ini kemudian diganti menjadi Markas Besar Umum yang berkedudukan di Yogyakarta dan Direktorat Jenderal Urusan Angkatan Laut dalam Kementerian 98 Ibid., hlm. 101.

89 67 Pertahanan yang berkedudukan di Lawang. Laksamana Muda M. Nazir didapuk sebagai pemimpin TRI Angkatan Laut ini. h. Kunjungan Utusan Pemerintah Australia Pemerintah Australia mengutus R. C. Kirby untuk berkunjung ke Indonesia. Kedatangannya ke Indonesia ini adalah dengan misi penyelidikan atas kasus pembunuhan para perwira Australia di Bogor yang terjadi pada bulan April Dia menyatakan selama di Indonesia banyak mendapat bantuan dari para pembesar Indonesia dalam menyelidiki kasus pembunuhan tersebut. 99 Pada tanggal 21 Juli 1946, terjadi pertemuan antara R. C. Kirby dengan Perdana Menteri Sutan Sjahrir, tampak dalam foto milik IPPHOS mereka berdua sedang berbincang-bincang, foto tersebut dapat dilihat pada gambar 23 di lampiran. i. Bantuan Beras Rakyat Indonesia kepada India Pada 18 Mei 1946, telah ditandatangani perjanjian antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah India. Inti perjanjian ini, yang ditandatangani oleh Perdana Menteri Sjahrir dan K.L. Punjabi adalah bahwa Pemerintah Indonesia akan menyuplai beras ke India, sedangkan India akan akan menyuplai barangbarang tenun, alat-alat pertanian, ban mobil, dan sebagainya ke Indonesia. Penyerahan beras kepada India berlangsung pada tanggal 20 Agustus 1946 di Probolinggo dan Cirebon. Dalam gambar 24.a dan 24.b yang terdapat pada lampiran, tampak proses pengangkutan padi ke kapal Emire Favour untuk dikirim ke India. 99 Ibid., hlm. 107.

90 68 j. Diterbitkannya Oeang Republik Indonesia ORI Pada tanggal 1 Oktober 1946, dikeluarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 1946, tentang Oeang Republik Indonesia. Sejak saat itu, ORI menjadi alat pembayaran yang sah di Indonesia. Setelah ORI dijadikan uang yang sah, maka rakyat ramai-ramai menukar uang asing yang sempat digunakan di Indonesia. Dalam foto milik arsip IPPHOS yang terdapat pada gambar 25 di lampiran, tampak suasana kesibukan rakyat Jakarta menukar uang Jepang dengan ORI di Kantor Pos Pasar Baru pada tanggal 29 Oktober k. Perundingan Linggarjati Pada tanggal 10 November 1946, dilangsungkan perundingan yang sekarang kita kenal sebagai perundingan Linggarjati. Perundingan ini merupakan kelanjutan dari perundingan-perundingan sebelumnya antara Pemerintah Republik Indonesia dengan komisi umum Belanda. Perundingan tersebut diikuti oleh banyak lembaga pers, dalam foto IPPHOS tampak para wartawan asing menyiapkan naskah berita di tangga Hotel Linggarjati, kemungkinan setelah delegasi RI dan Belanda menyiarkan komunike bersama. Dalam perundingan ini, yang dilaksanakan selama lima hari berturut-turut (10-15 November 1946), pihak Indonesia diwakili Kabinet Sjahrir selaku Perdana Menteri dan tiga anggota: Mohammad Roem, Susanto Tirtoprodjo, dan AK Gani. Sementara pihak Belanda diwakili tim yang disebut Komisi Jenderal dan dibawah pimpinan Schermenhorn, yang beranggotakan Max Van Poll, F de Boer, dan H.J. Van Mook. Lord killearn dari Inggris bertindak sebagai mediator dalam perundingan ini, sama seperti pada

91 69 perundingan Indonesia dengan Belanda tanggal 7 Oktober Juru foto IPPHOS yang turut mengambil foto peristiwa tersebut, namun beberapa foto menceritakan suasana di luar perundingan, seperti saat makan siang sewaktu istirahat Perundingan Linggarjati antara RI dan Belanda, hingga sesi foto para peserta perundingan sebelum memulai perundingan. Foto-foto tersebut dapat dilihat pada gambar 26.a, 26.b, dan 26.c yang terdapat di lampiran. l. Dewan Kelaskaran Pusat dan Seberang Dalam usaha untuk lebih memperkokoh kerjasama diantara laskar-laskar dan antara laskar-laskar dengan TRI, di Yogyakarta dibentuk Dewan Kelaskaran Pusat dan Seberang pada tanggal 12 November Peristiwa yang berpusat di Yogyakarta tersebut dihadiri oleh beberapa lascar pejuang rakyat dari berbagai daerah seperti Laskar Pemuda Maluku, Laskar Hisbullah, Laskar Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi, Barisan Laskar Sunda Kecil, Laskar Putri dan lainlain. Dalam gambar 27.a, 27.b, 27.c, dan 27.d yang terdapat pada lampiran, tampak saat upacara pelantikan Dewan kelaskaran Pusat dan Seberang di Yogyakarta, serta berbagai laskar yang sedang berbaris. Kemungkinan besar, juru foto Frans Mendur yang mengabadikan peristiwa tersebut. m. Konferensi Denpasar : Berdirinya Negara Indonesia Timur Pada tanggal 18 Desember 1946, diadakan Konferensi denpasar. Dalam konferensi tersebut Belanda berhasil memaksakan terwujudnya Negara Indonesia Timur. Hal ini dilakukan Belanda demi pecahnya persatuan negara Republik Indonesia.Dalam foto milik arsip IPPHOS, menceritakan mengenai suasana rapat 100 Ibid., hlm. 117.

92 70 yang sedang berlangsung di Denpasar, dan foto tersebut dapat dilihat pada gambar 28 di lampiran. 3. Peristiwa di Tahun 1947 a. Tentara Republik Indonesia Angkatan Udara TRI-AU Sejak penetapan Pemerintah Nomor 6/SD Tahun 1946, pada tanggal 9 April 1946 dibentuk Tentara Republik Indonesia Angkatan Udara. Suryadi Suryadarma diangkat sebagai Kepala Staf, sedangkan R. Sukarmen Martokusumo diangkat sebagai Wakil Kepala Staf dengan pangkat Komodor Udara. Tanggal 9 April selanjutnya dijadikan sebagai Hari Penerbangan Nasional, sedangkan tanggal 20 Maret adalah Hari Ulang Tahun AURI. Di Yogyakarta, pada tanggal 20 Maret 1947, berlangsung demonstrasi pesawat terbang dan terjung payung di Lapangan Udara Maguwo untuk memperingati hari Ulang Tahun Angkatan Udara RI, tampak pula rakyat Yogyakarta yang terpukau menyaksikan atraksi tersebut. Foto-foto tersebut dapat dilihat pada gambar 29.a dan 29.b di lampiran. b. Penandatanganan Persetujuan Linggarjati Setelah melalui perdebatan sengit di dalam masyarakat dan dalam lingkungan KNIP, akhirnya pada tanggal 25 Maret 1947 persetujuan Linggarjati ditandatangani di Istana Rijswijk, sekarang Istana Merdeka Jakarta. Beberapa hari setelah penandatanganan, Pemerintah Inggris mengumumkan pengakuannya secara de facto terhadap Republik Indonesia. Bahkan kurag dari sebulan pengakuan yang diutarakan Inggris, Pemerintah Amerika Serikat menyampaikan pula pengakuan de factonya terhadap Indonesia meliputi daerah Sumatera, Jawa, dan Madura. Juru foto IPPHOS mengikuti untuk mengambil foto saat prosesi

93 71 upacara penandatangan Perjanjian Linggarjati tanggal 25 Maret 1947 di Istana Gambir (sekarang Istana Merdeka) oleh delegasi Belanda yang diketuai Schemerhorn dan delegasi Indonesia yang diketuai oleh Perdana Menteri Sjahrir, foto tersebut dapat dilihat pada gambar 30 di lampiran. c. Balai Perguruan Tinggi Kebangsaan Gajah Mada Ditengah-tengah perjuangan bersenjata dan diploma rakyat Indonesia, perjuangan melalui pendidikan tidak lupa dilakukan oleh bangsa Indonesia. Sejak didirikan pada tanggal 3 Maret 1946, Balai Perguruan Tinggi Kebangsaan Gajah Mada di Yogyakarta mendapat banyak mahasiswa. Pada awal masa kegiatan belajar, Perguruan Tinggi gajah Mada ini menggunakan gedung di Komplek Keraton Yogyakarta, yaitu Pagelaran dan Sitihinggil. Kedua tempat tersebut merupakan bagian keratin yang dipinjamkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Pada foto yang terdapat pada gambar 31 di lampiran, tampak sedang berlangsung acara perploncoan mahasiswa baru UGM, yang terjadi pada bulan April d. Tentara Nasional Indonesia Pada tanggal 5 Mei 1947, Pemerintah mengeluarkan sebuah penetapan yang berfungsi untuk mempersatukan kekuatan bersenjata, yaitu TRI dan laskarlaskar atau badan-badan pejuang. Maka pada tanggal 3 Juni 1947, dengan penetapan Presiden akhirnya diresmikan berdirinya Tentara Nasional Republik Indonesia. Pada waktu itu, Panglima Besar Angkatan Perang Jenderal Soedirman didapuk sebagai kepala pucuk pimpinan TNI. Upacara pelantikan pimpinan TNI, dipimpin oleh Presiden Soekarno. Dalam foto karya IPPHOS yang terdapat pada

94 72 gambar 32.a di lampiran, tampak prosesi pelantikan tersebut. Dalam gambar 32.b yang terdapat pada lampiran, juru foto IPPHOS juga mengabadikan foto pejuang bangsa seperti: Letnan Jenderal Urip Sumohardjo, Panglima Besar Jenderal Soedirman, Komodor (L) Nazir, Mayor Jenderal Djoko Sujono, Komodor Udara Suryadarma, Mayor Jenderal Sutomo, dan Ir. Surachman yang sedang dilantik. e. Agresi Militer Belanda I Pada tanggal 21 Juli 1947, Belanda melancarkan serangan serentak terhadap daerah-daerah Republik. Serangan militer ini dikenal dengan nama Agresi Militer Belanda I. Serangan ini dipicu atas pelanggaran persetujuan Linggarjati oleh Belanda. Dalam waktu singkat saja, Belanda berhasil menerobos garis pertahanan TNI. 101 Serangan bertubi-tubi yang dilakukan oleh Belanda dengan sekejap meluluhlantahkan kota dan daerah di Indonesia. Terlebih lagi dengan serangan udara yang membabi buta, Belanda membuat bangsa Indonesia semakin terpojok. Juru foto IPPHOS cabang Yogyakarta, merekam gambar beberapa daerah yang terkena dampak serangan Belanda tanggal 21 Juli 1947 tersebut. Pada gambar 33.a yang terdapat pada lampiran, tergambar proses evakuasi korban serangan udara saat agresi Militer I Belanda. Salah satu tokoh pejuang yang terenggut nyawanya adalah Komodor Udara Adisucipto dan Komodor Udara Abdulrachman Saleh. Juru foto IPPHOS merekam saat-saat Panglima Besar Jenderal Soedirman mengantar kepergian jenasah pejuang tersebut, foto tersebut dapat dilihat pada gambar 33.c di lampiran. 101 Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia IV, Jakarta, Balai Pustaka, 1984, hlm. 146.

95 73 Di lain tempat, yaitu di Semarang, Jawa Tengah, juru foto IPPHOS merekam kejadian saat para pekerja sibuk membersihkan puing-puing akibat pemboman kotaoleh AURI saat Agresi Militer I Belanda. Ada pula dokumentasi sebuah reruntuhan pesawat Dakota VT-CLA milik usahawan India pro-republik yang ditembak jatuh oleh 2 pesawat pemburu Belanda di dekat Maguwo, Yogyakarta dalam penerbangan dari Singapura menuju Yogyakarta. Pesawat ini membawa obat-obatan sumbangan Palang Merah Malaya kepada PMI. Foto tersebut dapat dilihat pada gambar 33.b dan 33.d di lampiran. f. Bantuan Obat-obatan dari India India memberikan bantuan obat-obatan untuk keperluan Palang Merah Indonesia. Kiriman pertama terjadi pada tanggal 26 Agustus 1947, lalu kiriman berikutnya terjadi pada tanggal 29 Agustus Jumlah obat-obatan yang dibawa dari India mencapai 3 ton. 102 Dalam foto yang terdapat pada gambar 34.a dan 34.b di lampiran,tampak sebuah pesawat terbang yang baru tiba di Lapangan Terbang Maguwo, Yogyakarta, yang membawa tiga orang dokter dari India beserta obat-obatan yang diperlukan rakyat. g. Komisi Tiga Negara Dewan keamanan PBB membentuk sebuah Komisi Jasa Baik, yang kemudian dikenal dengan nama Komisi Tiga Negara. Tujuannya untuk mengawasi pelaksanaan penghentian tembak menembak dan mencari penyelesaian sengketa secara damai. Kabinet Republik dalam sidangnya tanggal 6 September memutuskan bahwa Australia menjadi anggota Komisi Tiga Negara. 102 Garda Maeswara, op.cit., hlm. 148.

96 74 Sementara itu, Belanda memilih Belgia.Australia diwakili oleh Richard Kirby dan Belgia diwakili oleh Paul van Zeeland, serta Amerika Serikat diwakili oleh Dr. Frank Graham sebagai negara ketiga dalam komisi tersebut. Pada tanggal 27 Oktober 1947, KTN memulai pekerjaannya. 103 Dalam pelaksanaan kerja, KTN terus meninjau keadaan masyarakat Indonesia agar terbebas dari konflik perang dengan Belanda ataupun Sekutu. Dalam melaksanakan tugasnya, anggota KTN melakukan peninjauan terhadap daerah-daerah di Indonesia. Pada foto yang terdapat pada gambar 35 dilampiran, tampak anggota KTN sedang berada di daerah Banten, sedang melakukan tugasnya. h. Perundingan Renville Atas perundingan-perundingan sebelumnya yang masih belum dapat dilakukan oleh kedua pihak, maka muncul lagi perundingan selanjutnya. Atas pengawasan KTN, dilangsungkan perundingan Indonesia dan Belanda yang berlangsung di Kapal Renville. Perundingan tersebut berlangsung tanggal 8 Desember Pihak Indonesia diwakili oleh Mr. Amir Sjarifoedin, dan pihak Belanda diwakili oleh R. Abdulkadir Widjojoatmodjo. Foto yang terdapat pada gambar 36 di lampiran, memperlihatkan suasana perundingan di atas Kapal Renville. 4. Peristiwa di Tahun1948 a. Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) Kongres Wanita Indonesia pertama di selenggarakan di Solo pada tanggal Februari Konferensi ini merupakan perkumpulan untuk menyatukan 103 Ibid., hlm. 151.

97 75 semangat nasionalisme kebangsaan kaum wanita di Indonesia, pada khususnya adalah organisasi wanita. Di tahun 1948, ketika kongres wanita dihelat kembali di Solo, juru foto IPPHOS merekam suasana Kongres tersebut, foto tersebut dapat dilihat pada gambar 37 di lampiran. b. Perundingan Kaliurang Selama perundingan Renville berlangsung, delegasi Republik Indonesia selalu berkonsultasi dengan pemerintah pusat di Yogyakarta kalau-kalau menghadapi permasalahan yang rumit, salah atunya masalah daerah kekuasaan. Tanggal 13 Januari 1948, pemerintah Republik Indonesia yang ada di Yogyakarta mengadakan perundingan dengan KTN. Tujuan dari perundingan ini adalah untuk membicarakan masalah yang menyangkut daerah kekuasaan. Dimana perundingan ini kemudian menghasilkan apa yang disebut dengan Notulen Kaliurang yang menyatakan Republik Indonesia tetap memegang kekuasaan atas daerah yang dikuasainya ketika itu. Saat itu, anggota IPPHOS cabang Yogyakarta turut mengikuti perundingan antara KTN dan Pemerintah Republik Indonesia di Kaliurang. Dalam foto milik arsip IPPHOS tampak suasana perundingan tersebut sedang berlangsung, foto tersebut dapat dilihat pada gambar 38 di lampiran. c. Penandatanganan Perjanjian Renville Setelah perjanjian Renville menghasilkan poin-poin persetujuan, maka pada tanggal 17 Januari 1948 dilakukan penandatanganan perjanjian tersebut. Perjanjian Renville ini pada nantinya memunculkan reaksi keras dari sebagian besar kalangan rakyat Indonesia. Proses penandatanganan perjanjian Renville

98 76 tersebut tidak luput dari mata kamera juru foto IPPHOS, foto tersebut dapat dilihat pada gambar 39 di lampiran. d. Hijrah : Mengosongkan Daerah-daerah Kantong Dengan itikad baik, dan untuk mentaati ketentuan dalam persetujuan Renville, pada tanggal 1 Februari 1948 TNI terpaksa harus meninggalkan dan mengosongkan daerah gerilya mereka. Pengosongan daerah tersebut terjadi di berbagai daerah seperti: Jawa Barat, Jawa Timur, hingga Sumatra. Suasana yang paling banyak disorot juru foto IPPHOS adalah di Yogyakarta. Pada tanggal 12 Februari 1948, juru foto IPPHOS cabang Yogyakarta merekam momen saat para Pemudi menyambut Divisi Siliwangi pimpinan Letnan Kolonel Mokoginta saat memasuki Stasiun Kereta Yogyakarta.Pasukan hijrah ke Stasiun Yogyakarta tersebut di sambut oleh Wakil Presiden Moh Hatta, hingga Panglima Besar Jenderal Soedirman. Foto-foto tersebut dapat dilihat pada gambar 40.a, 40.b, 40.c dan 40.d yang terdapat pada lampiran. e. Konferensi Pembentukan Negara Jawa Barat Pasundan Pada tanggal 16 Februari 1948, diadakan konferensi pembentukan Negara Pasundan.Konferensi ini adalah konferensi yang ketiga. Pada konferensi ketiga ini, dicapai hasil bahwa Negara Pasundan resmi berdiri dengan R.A.A. Wiranatakusumah sebagai Wakil Negaranya. Sebelumnya, pada bulan Desember 1947, di Bandung berlangsung konferensi II Negara Jawa Barat Pasundan. Juru foto IPPHOS turut hadir mengambil gambar saat konferensi tersebut berlangsung. Dalam foto milik arsip IPPHOS juga terlihat saat pengambilan sumpah R. A. A. Wiranatakusumah sebagai Wali Negara Pasundan, yang disaksikan oleh Dr. van

99 77 Mook. Sementara itu di Yogyakarta, yang notabene adalah Ibu Kota Republik Indonesia saat itu terjadi demontrasi untuk menentang Negara Jawa Barat. Demonstrasi yang dilakukan oleh rakyat Bandung yang sedang di Yogyakarta terekam dalam foto milik arsip IPPHOS. Foto-foto tersebut dapat dilihat pada gambar 41.a, 41.b, dan 41.c, yang terdapat pada lampiran. f. Bantuan Obat-obatan dari Mesir Mesir merupakan salah satu negara yang paling dahulu mengakui Republik Indonesia kembali memeberikan bantuannya. Pada tanggal 5 Maret 1948, Mesir mengirimkan obat-obatan yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Indonesia yang sedang berjuang mempertahankan kemerdekaannya dari ancaman Belanda. Foto yang terdapat pada gambar 42 di lampiran, menggambarkan saat kedatangan obat-obatan dari Mesir untuk PMI di Lapangan Terbang Maguwo, Yogyakarta. g. Negara Sumatera Timur Untuk terus memecah belah persatuan Indonesia, Van mook kembali mengusung pendirian Negara Sumatera Timur.Tanggal 24 Maret 1948, Negara Sumatera Timur resmi berdiri dengan Dr. Tengku Mansyur sebagai Wakil Negaranya. Tujuan dari van Mook dalam mendirikan negara-negara bagian adalah terpecahnya daerah-daerah Republik Indonesia. Dengan menjanjikan harapan yang menggiurkan terhadap negara boneka buatannya, ia dapat memecah belah persatuan dan keutuhan Republik Indonesia. Hingga pada bulan Mei, ia ikur mendalangi Konferensi Federal antar negara boneka buatannya. Sebelumnya di Medan, bulan Maret 1948, berlangsung rapat pembentukan Negara Sumatera

100 78 Timur. Juru Foto IPPHOS yang berada dekat dengan lokasi pun menabadikan momen suasana dalam rapat pembentukan negara bagian tersebut, foto tersebut dapat dilihat padagambar 43 di lampiran. h. Konferensi Federal di Bandung Pada tanggal 29 Mei 1948, diselenggarakan Konferensi Federal di Bandung, yang dihadiri oleh wakil-wakil negara diluar Republik. Hasil dari konferensi ini adalah terbentuknya BFO (Bijeen-komst voor Federaal Overleg).Sultan Hamid II dari Pontianak didapuk sebagai ketua BFO. Usaha dari Van Mook untuk memecah belah persatuan bangsa semakin gencar. Dalam foto milik arsip IPPHOS yang terdapat dilihat pada gambar 44.a di lampiran tampak suasana Konferensi Federal yang berlangsung di Bandung tersebut. Pada gambar 44.b di lampiran tampak para anggota BFO sedang berfoto bersama. i. Pertukaran Tawanan Perang Setelah pelaksanaan persetujuan Renville, pada bulan Mei dan Juni 1948 diadakan pertukaran tawanan antara Republik Indonesia dan Belanda. Pertukaran tentara tersebut berlangsung pada bulan Mei Seperti yang terjadi dijakarta, saat serdadu Belanda yang ditawan oleh TNI dikembalikan ke pihak Belanda terekam dalam kamera juru foto IPPHOS. Ada pula di daerah Jawa Timur, pada bulan Juni 1948, di sana juga terjadi penyerahan anggota TNI yang ditawan Belanda kepada Republik Indonesia di garis status quo Jawa Timur. Foto tersebut dapat dilihat pada gambar 45.a dan 45.b di lampiran.

101 79 j. Pekan Olahraga Nasional Pertama Pada tanggal 9 12 September 1948, berlangsung Pekan Olahraga Nasional pertama di Indonesia.PON I tersebut berlangsung di Solo. Dibawah pimpinan Pangeran Suryohamidjojo, penyelenggaraan PON I ini dilakukan secara besar-besaran. Hampir semua cabang olahraga diperlombakan di PON I ini. Seperti foto yang dapat dilihat pada gambar 46.a dan 46.b di lampiran, melalui foto-foto milik arsip milik IPPHOS, terlihat beberapa jenis perlombaan yang sedang dilangsungkan dalam PON. k. Pemberontakan PKI / Peristiwa Madiun Pada tanggal 18 September 1948, PKI/FDR (Front Demokrasi Rakyat melakukan pengkhianatan terhadap Republik Indonesia. Pengkhianatan dan pemberontakan tersebut dikenal dengan peristiwa Madiun. Pada bulan Oktober 1948, juru foto IPPHOS merekam peristiwa saat pasukan Batalyon Prabu Kian Santang melakukan eksekusi terhadap pemberontak PKI/FDR (Front Demokrasi Rakyat) yang terjadi di dekat Gunung Lawu. Sementara itu, gunjing tentang PKI di Jawa Timur telah mengajak Batalyon Kosasih dari Brigade 12 Divisi Siliwangi untuk ikut menumpas PKI. Kedatangan mereka di Yogyakarta pada tanggal 12 Desember 1948 dengan kereta api diabadikan oleh juru foto IPPHOS yang berada di Yogyakarta. Foto-foto tersebut dapat dilihat pada gambar 47.a, dan 47.b, di lampiran. l. Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo Wafat Tanggal 17 November 1948, telah wafat Letnan Jenderal Oerip Soemoharjo di Yogyakarta. Beliau adalah pejuang revolusi kemerdekaan

102 80 Indonesia, dan karena jasanya, beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki dengan penghormatan militer. Dalam foto yang terdapat pada gambar 48 di lampiran tampak prosesi upacara pemberangkatan jenazah Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo ke Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. m. Agresi Militer Belanda II Pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda kembali melancarkan agresi militernya di darah Indonesia. Agresi Militer Belanda kedua ini ditujukan kepada Ibukota Republik saat itu yakni Yogyakarta. Tujuan dari tindakan Belanda ini adalah untuk menguasai Lapangan terbang Maguwo serta seluruh kota Yogyakarta. Beberapa foto milik arsip IPPHOS yang menceritakan peristiwa tersebut dapat dilihat dengan jelas. Seperti yang terjadi di Jawa Tengah, saat pasukan TNI yang terdiri dari Brigade X/Garuda Mataram, Akademi Militer, Brigade XVI/KRIS, Tentara Pelajar, dan Tentara Genie Pelajar yang sedang melancarkan gerilya terhadap tentara pasukan Belanda di sekitar dan dalam kota Yogyakarta. Momen saat tentara Belanda yang bergerak memasuki kota Yogyakarta saat melancarkan Agresi Militer II juga terekam dalam kamera juru foto IPPHOS. Foto tersebut dapat dilihat pada gambar 49.a dan 49.b di lampiran. Pada tanggal 19 Desember 1948, Kota Yogyakarta berhasil diduduki Belanda. Para pemimpin Republik membiarkan dirinya ditangkap Belanda, dengan harapan bahwa opini dunia akan begitu tersinggung, sehingga kemenangan militer Belanda akan berbalik menjadi kekalahan diplomatik. 104 Peristiwa pemberangkatan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Moh.Hatta, dan 104 M C Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 2011, hlm. 347.

103 81 K.H. Agus Salim ke Sumatera melalui Lapangan Udara Maguwo, Yogyakarta juga tidak luput dari kamera juru foto IPPHOS. Foto tersebut dapat dilihat pada gambar 49.c di lampiran. 5. Peristiwa di Tahun1949 a. Serangan Umum 1 Maret Pada tanggal 1 Maret 1949, pecah serangan umum yang dilakukan oleh rakyat Indonesia di Yogyakarta. Serangan umum tersebut adalah tindak lanjut masyarakat Indonesia terhadap kesewenangan Belanda melancarkan Agresi Militer II. Dalam melancarkan aksi Serangan Umum tersebut terdapat Letnan Kolonel Soeharto, yang merupakan salah satu pemimpin pasukan yakni berpangkat Komandan Wk III. Juru foto IPPHOS merekam gambar saat beliau berfoto bersama kesatuan TNI di Yogyakarta, foto tersebut dapat dilihat pada gambar 50 di lampiran. b. Persetujuan Roem-Royen Atas inisiatif UNCI, diselenggarakan perundingan RI Belanda yang dipimpin oleh Mark Cochran asal Amerika serikat tanggal 7 Mei 1949 di Hotel Des Indies, Jakarta. Delegasi Belanda dipimpin oleh Dr. J.H. Van Royen yang beranggotakan Mr. N.s. Blom, Mr. A.S. Jacob, Dr. J. Van Dervelde beserta empat orang penasehat., sedangkan Delegasi Republik Indonesia dipimpin oleh Mr. M. Roem dan wakilnya Mr. Ali Sastroamidjojo, yang beranggotakan Dr. Leimena, Ir. Djuanda, Prof. Dr. Soepomo, Mr. Latuharhary beserta lima orang penasehat. 105 Dalam perundingan yang berlangsung di Jakarta tersebut, juru foto IPPHOS ikut 105 Garda Maeswara, op.cit., hlm. 199.

104 82 meliput peristiwa. Dalam foto hasil karya Alex Mendur yang terdapat pada gambar 51 di lampiran tampak suasana perundingan sedang berlangsung. c. TNI masuk Kota Yogyakarta Untuk menindak lanjuti resolusi Dewan Keamanan PBB, tentara Belanda yang masih berada di Yogyakarta dipersiapkan melalui pengawasan UNCI. Penarikan tentara Belanda dari Yogyakarta dimulai dari tanggal Juni1949. Bersamaan dengan itu, tanggal 29 Juni, TNI juga masuk ke Yogyakarta. Suasana kota Yogyakarta saat Pasukan TNI memasuki kota melalui bengkel Kereta Api Pengok, terekam dalam foto hasil karya Frans Mendur dan foto tersebut dapat dilihat pada gambar 52 di lampiran. d. Presiden dan Wakil Presiden kembali ke Yogyakarta Setelah beberapa lama diasingkan ke Pulau Bangka, pada tanggal 6 Juli 1949, Presiden dan Wakil Presiden kembali ke Ibukota Yogyakarta. Frans Mendur yang berada di Yogyakarta, merekam persitiwa saat kedatangan tokoh pemimpin bangsa yang disambut oleh rakyat Yogyakarta. Lalu ada pula dokumentasi saat bersyukur atas kembalinya mereka di Yogyakarta, foto tersebut dapat dilihat pada gambar 53.a di lampiran. Pada gambar 53.b yang terdapat pada lampiran, tampak rakyat Yogyakarta, sedang menyambut kembalinya para pemimpin bangsa. e. Panglima besar Jenderal Soedirman kembali ke Yogyakarta Seusai memimpin pasukan gerilyanya selama 7 bulan, Panglima Besar Jenderal Soedirman kembali ke Yogyakarta. Hal ini merupakan bentuk perwujudan dari hasil resolusi yang dikeluarkan Dewan Keamanan PBB. Pada tanggal 10 Juli 1949, datang pasukan TNI bersama Panglima Besar Jenderal

105 83 Soedirman yang kembali ke Yogyakarta setelah berakhirnya Agresi Militer Belanda II. Kedatangan Panglima Besar Jenderal Soedirman yang pada saat itu menderita TBC dengan ditandu oleh tentara dan rakyat terlihat jelas dalam foto milik arsip IPPHOS. Setelah tiba di Yogyakarta, Panglima Besar Jenderal disambut oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta. Fotografer Antara, Mohammad Sayuti, yang hadir saat itu mendengar Soekarno meminta adegan zoentjes -nya diulang karena Frans Mendur kurang cepat merekamnya pertama kali. Pengawal pribadi soedirman, Tjokropranolo, ingat bahwa saat itu suasana tegang. Soedirman yang masih marah tidak membalas memeluk. Perlu diketahui bahwa Panglima Jenderal Soedirman dan Presiden Soekarno serta Wakil Presiden Mohammad Hatta sempat mengalami perselisihan paham. Foto-foto tersebut dapat dilihat pada gambar 54.a, 54.b, 54.c, dan 54.d di lampiran. f. Konferensi Inter Indonesia Pada tanggal 19 Juli 1949, digelar Konferensi Inter Indonesia bertempat di Yogyakarta. Konferensi tersebut melibatkan antara Indonesia dan BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg), dimana dalam pertemuan tersebut membahas tentang langkah-langkah antara kedua pihak dalam menyambut Konferensi Meja Bundar. BFO merupakan negara-negara boneka buatan Belanda yang dipelopori oleh Van Mook untuk memecah belah kekuatan Indonesia. Konferensi tersebut berlangsung hingga tanggal 22 Juli 1949.Pada tanggal 31 Juli hingga 2 Agustus 1949, diadakan pertemuan kedua di Jakarta.Hasil terpenting dari konferensi ini adalah kesepakatan tentang pembentukan Angkatan Perang Republik Indonesia

106 84 Serikat (APRIS) dengan TNI sebagai intinya. 106 Frans Mendur ikut pula dalam konferensi yang berlangsung pada bulan Juli 1949 di Yogyakarta tersebut. Ada pula dokumentasi suasana Konferensi Inter-Indonesia yang kedua di Jakarta, dan foto tersebut dapat dilihat pada gambar 55.a dan 55.b di lampiran. g. Solo kembali Pada tanggal 14 November 1949, terjadi penyerahan kekuasaan militer dari pimpinan tentara Belanda yang diwakili oleh Kolonel Ohl kepada Letnan Kolonel Slamet Rijadi selaku wakil TNI. Serah terima kekuasaan Militer tersebut terjadi di Solo. Dalam foto yang terdapat pada gambar 56 di lampiran, tampak Letnan Kolonel Slamet Rijadi sedang menerima penyerahan kekuasaan atas keamanan dan ketertiban kota Solo dari Kolonel Ohl yang berlangsung di Stadion Sriwedari, Solo. h. Piagam Penandatanganan Konstitusi Republik Indonesia Serikat RIS Para wakil pemerintah Republik Indonesia, pemerintah negara dan daerah yang akan tergabung dalam RIS serta KNIP dan DPR dari masing-masing negara/daerah bagian tersebut tanggal 14 Desember 1949 telah berkumpul di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta, dalam satu pertemuan untuk permusyawaratan federal. Pertemuan tersebut membicarakan, kemudian menyetujui naskah UUDS yang sebelumnya telah disepakati oleh delegasi Republik Indonesia dan para wakil daerah di Scheveningen tanggal 29 Oktober 1949 selama berlangsungnya KM, sebagai Konstitusi RIS. Dalam proses penandatanganan Konstitusi RIS, turut hadir seperti Mr. Susanto Tirtiprodjo, Sultan Hamid II, Ide Anak Agoeng Gde 106 Ibid., hlm. 208.

107 85 Agoeng, R.A.A. Tjakraningrat, Mohammad Hanafiah, Mohhamad Jusuf Rasidi, K.A. Mohammad Jusuf, Muhran bin Haji Ali, Dr. R.V. Sudjito, Raden Soedarmo, M. Jamani, A. P. Sosronegoro, Mr. Djumhana Wiriatmadja, Radja Mohammad, Abdul Malik, dan Radja Kaliamsyah Sinaga. 107 Fotografer IPPHOS tidak ketinggalan mendokumentasikan upacara penandatanganan Piagam Konstitusi RIS di Jakarta, foto tersebut terdapat pada gambar 57 di lampiran. i. Pelantikan Presiden RIS Setelah Soekarno terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat pada tanggal 15 Desember 1949, maka selanjutnya diadakan pelantikan presiden. Tanggal 17 Desember 1949, berlangsung pelantikan Presiden RIS di Bangsal Sitihinggil, Kraton Yogyakarta. Untuk menemani Soekarno sebagai Presiden, maka ditunjuk Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden RIS tanggal 20 Desember Pelantikan Ir. Soekarno sebagai Presiden RIS oleh ketua Mahkamah Agung Mr. Kusumah Atmadja, diabadikan melalui foto oleh Frans Mendur, foto terdapat pada gambar 58 di lampiran. j. Mr. Asaat Pemangku Jabatan Presiden Republik Indonesia Ketika Soekarno terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat, Mr. Asaat juga terpilih sebagai pemangku jabatan Presiden Republik Indonesia, pelantikannya terjadi tanggal 27 Desember Frans Mendur ikut pula dalam mendokumentasikan momen upacara penyerahan jabatan Presiden Republik Indonesia dari Ir. Soekarno kepada Mr. Asaat, foto tersebut dapat dilihat pada gambar 59 di lampiran. 107 Sekretariat Negara, op.cit., hlm. 244.

108 86 k. Pengakuan Kedaulatan Tanggal 27 Desember 1949, berlangsung upacara penandatanganan penyerahan kedaulatan dari Belanda kepada Indonesia. Di Belanda Mohammad Hatta mewakili Indonesia melakukan penandatanganan naskah penyerahan kedaulatan. Sementara di Jakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono IX melakukan penandatanganan naskah penyerahan kedaulatan juga. Pada hari yang sama pula, penyerahan kekuasaan dari Republik Indonesia kepada Republik Indonesia Serikat.Upacara penyerahan kedaulatan dari pemerintah Belanda yang diwakili oleh Komisaris Tinggi Belanda, AHJ Lovink, kepada pemerintah RIS yang diwakili Menteri Pertahanan Sultan Hamengku Buwono IX berlangsung di Jakarta.Upacara ditandai dengan penurunan bendera Belanda dan penaikan Bendera Merah Putih di Istana Gambir (sekarang Istana Merdeka), foto tersebut dapat dilihat pada gambar 60 di lampiran. l. Presiden Soekarno kembali ke Jakarta Akhirnya pada tanggal 28 Desember 1949, Presiden Soekarno meninggalkan Yogyakarta kembali ke Jakarta. Seturut dengan kembalinya pemimpin negara ke Jakarta, bersama dengan itu pula Ibukota negara kembali pindah ke Jakarta. Masyarakat Indonesia dengan sukacita menyambut kedatangan Presiden Soekarno dan Sultan Hamengku Buwono IX. Jakarta, 28 Desember Dalam foto milik arsip IPPHOS, terlihat jelas saat Presiden Soekarno dan Sultan Hamengku Buwono IX yang sedang berada di atas mobil kap terbuka merek Super Eight Packard Convertible, disambut oleh rakyat sepanjang 7 KM perjalanan dari pelabuhan udara Kemayoran hingga Istana Merdeka.

109 87 Menjelang tengah hari lautan manusia itu membelah, membentuk koridor bagi iring-iringan yang menyeruak dari gerbang pelabuhan udara kemayoran. Sepanjang jalan menuju Istana Merdeka, mobil kap tebuka yang membawa Presiden Soekarno dan Menteri Pertahanan Republik Indonesia Serikat, Sultan Hamengku Buwono IX, itu meluncur bak sebuah sekoci kecil, pelan tapi mantap di tengah gelombang merah-putih dan pekik merdeka! warga Jakarta. 108 Pada saat yang bersejarah itu, anggota IPPHOS seperti Melvin Jacob turut berburu foto dengan berdiri diatas panggung yang disediakan untuk juru foto, dari tempat tersebut ia dapat memotret mobil presiden yang seperti tertelan massa. Lalu ketika sampai dibekas kediaman Gubernur Jenderal Belanda, massa yang sudah menunggu sejak pagi tak terbendung lagi. Fotografer IPPHOS, Frans Umbas memotret dari atas susur tangga menggunakan kamera Bush-Pressman 6 x 9 cm yang baru dibelinya dari Johnny Waworuntu seharga Gulden. Opname fotonya memperlihatkan suasana dihalaman istana, pada saat Presiden RI pertama itu kembali ke Jakarta setelah penyerahan kedaulatan dari Kerajaan Belanda ke Republik Indonesia. Selain diantara mereka yang mendapat kehormatan berdesakdesakan di kaki presiden pertama RI itu, mungkin tak ada yang lebih senior ketimbang fotografer sekaligus pimpinan IPPHOS, Alex Mendur. Alex Mendur turut pula berburu foto sang Presiden pertama Republik Indonesia tersebut. Fotofoto tersebut dapat dilihat pada gambar 61.a dan 61.b di lampiran. 108 Yudhi Soerjoatmodjo, op.cit, hlm. 5.

110 88 6. Peran IPPHOS pada MediaMassa (Harian Merdeka) Surat kabar Merdeka merupakan salah satu media massa yang terdapat di Indonesia pada masa kemerdekaan. Pada tanggal 1 Oktober 1945, Harian Merdeka lahir sebagai salah satu surat kabar di Indonesia. Hanya berjarak 44 hari paska hari proklamasi kemerdekaan Indonesia. Terlebih lagi, pendiri Harian Merdeka adalah putera pribumi, dimana pada masa tersebut surat kabar merupakan sarana dan alat perjuangan yang sangat baik dalam mengobarkan semangat kemerdekaan. Harian Merdeka dengan keyakinan sendiri yang murni, memberikan tugas sejarah pada diri sendiri sebagai Suara Rakyat Republik Indonesia.Tidak bermata empat dan tidak berlidah dua tugas sejarah ini, sejak Harian Merdeka dilahirkan. Setiap media massa yang menyiarkan kejadian dalam perkembangan sesuatu, baik bangsa dan negara ataupun pabrik, berarti membuat jurnal, catatan harian tentang sejarah negara dan bangsa itu. Di samping tugas sejarah ini, yang diterima oleh prajurit-prajurit pena dalam gugusan wartawan Harian Merdeka, ia juga membentuk pikiran dan pendapat untuk masyarakat Republik Indonesia yang sedang dibangun, dibentuk, dan disempurnakan. Pembentukan pikiran dan pendapat ini sangat diperlukan, agar bangsa Indonesia yang telah berani melaksanakan cita-cita leluhurnya, membentuk kembali negara dan mengusir bangsa asing yang menguasai dan menjajahnya selama ratusan tahun, memperoleh dorongan dan keberanian moril mempertahankan hasil perjuangan pemimpinpemimpin nasional Indonesia yang telah berlangsung sejak lama.

111 Harian Merdeka memulai perannya dengan menyelesaikan kericuhan tentang siapa yang berani membela proklamasi dan siapa yang berpaling dari padanya. Surat kabar ini mempertaruhkan segalanya untuk membela proklamasi. Tidaklah berlebihan jika surat kabar yang masih jabang bayi, ketika itu, dikategorikan sebagai surat kabar nasionalis dalam arti sesungguhnya. Ia, surat kabar itu, memegang keyakinan Pancasila. Tentang Pancasila, B.M. Diah mendengar sendiri dari sang penggali, Ir. Soekarno, pada sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), tanggal 1 Juni Dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari, Harian Merdeka selalu mewarnai surat kabar nusantara. Penggerak Harian Merdeka belum tentu semuanya adalah kalangan professional, namun hal ini tidak menghalangi jalannya penyebaran berita melalui media massa ini. Terlebih pada masa kemerdekaan, suasana perjuangan untuk mempertahankan proklamasi kemerdekaan sudah barang tentu mengharuskan pimpinan Merdeka bersifat kolegial.hal ini diakui oleh B.M. Diah. Secara resmi, surat kabar ini sejak mula memang dipimpin oleh B.M. Diah. Peranan tokoh-tokoh lain seperti R.M. Winarno, Rosihan Anwar, Moh. Soepardi, Soetomo, Dal Basa Pulungan, Darmawidjaja, Soemarto Frans Mendur, Alex Mendur, M.T. Hutagalung, M. Husin, D.M. Jahja, M. Saleh Machmud, Ahmad Tjokroaminoto, dan lain-lain, pada awal kelahiran Merdeka tidaklah sedikit. 110 Ibarat kapal laut, B.M. Diah adalah kaptennya, Winarno jurumudi, Rosihan Anwar jurumesin, lain-lainnya perwira kapal. Satu sama lain harus kerja sama. Jika tidak, kapal tidak akan bisa jalan. 109 J R Chaniago, Ditugaskan Sejarah Perjuangan Merdeka , Jakarta, Merdeka Sarana Usaha, 1987, hlm Ibid., hlm

112 90 Tengah hari, 1 Oktober 1945, edisi pertama Merdeka telah selesai di cetak dan didistribusikan. Alex Mendur dan Frans Mendur merupakan dua bersaudara yang ikut terjun dalam Harian Merdeka tersebut. Tidak lain tugas mereka adalah juru foto surat kabar. Sementara itu, sampai 12 bulan kedepan ketika akhirnya mereka mendirikan IPPHOS bersama Umbas bersaudara, Alex dan Frans Mendur bergabung bersama Harian Merdeka sebagai fotografer utama dari salah satu koran kiblik paling bergengsi pada zamannya. Dengan begitu, para juru foto dan kamera kiblik sudah melalui satu setengah bulan pertama yang paling menegangkan juga produktif dalam karir mereka. Mereka mengambil inisiatif hanya dalam hitungan hari bahkan jam, setelah Soekarno menyatakan bangsanya merdeka. Mereka rebut lewat tipu daya, dan kalau perlu juga dengan kekerasan, segala yang mereka butuhkan untuk bekerja dan revolusi sebelum selembar koran pun terbit atau sebelum satu pun sarana publik dikuasai pemuda (bahkan dalam kasus Harian Merdeka, koran itu baru bisa terbit setelah Frans Mendur turut terlibat untuk merampasnya). 111 Mengenai pekerja didalam surat kabar Harian Merdeka, keinginan untuk tidak mencantumkan nama pengasuh nampaknya menjadi ciri lain mereka. Pada akhir tahun 1945 pernah disebutkan pembagian kerja di antara mereka: B.M. Diah sebagai ketua, Rosihan Anwar sebagai redaktur umum, Moh. Soepardi sebagai redaktur dalam negeri, Ahmad Tjokroaminoto sebagai pengatur tata letak, Ramela sebagai Karturis. Tenaga redaksi terdiri dari: Dal Basa Pulungan, Soetomo Darmawidjaja, M.T. Hutagalung, D.M. Jahja, M. Salim Machmud, M. Husin. 111 Yudhi Soerjoatmodjo, op.cit., hlm. 14.

113 91 Bagian foto: H.B. Angin, Alex Mendur, Frans Mendur, Abdul Salam. 112 Dapat kita ketahui bersama bahwa Mendur bersaudara telah memberikan sumbangsih bagi Harian Merdeka. Meskipun sebagian besar kontribusi Mendur bersaudara hanyalah sebagai penyalur foto berita, namun kita dapat menilai bahwa hal tersebut sangat besar manfaatnya bagi Harian Merdeka dan masyarakat yang membaca surat kabar tersebut. Frans Mendur yang bukan Cuma berjasa merebut percetakan de unie, tetapi juga menyiapkan edisi pertama Harian Merdeka, otomatis mendapat tempat di surat kabar yang diawaki B.M. Diah dan Rosihan Anwar itu. Alex yang memilih untuk bergabung bersama sang adik di Harian Merdeka, malah meninggalkan jabatan Kepala Bagian Foto Antara yang ia pegang hingga September 1945.Ditinjau dari kaca mata profesi, pilihan Alex dan Frans Mendur untuk menjadi juru foto di Harian Merdeka sebetulnya tidaklah buruk. Bukankah bekerja di sebuah koran menjadi suatu jaminan bahwa karya-karya mereka dapat diterbitkan secara teratur. Disisi lain, memutuskan bekerja untuk sebuah lembaga partikelir juga berarti mengambil berbagai resiko terkait dengan keuangan dan keamanan, dan memang itulah yang terjadi. Bagi Alex dan Frans Mendur masa satu tahun mereka di Harian Merdeka menjadi periode yang penuh dengan liputan eksklusif tapi tampaknya juga jauh dari ideal. Ketika bulan Oktober tahun 1945 berakhir, jumlah foto Alex dan Frans Mendur yang diterbitkan Harian Merdeka pun tidak lebih dari setengah lusin, ini berarti rata-rata satu foto setiap lima hari. Foto-foto proklamasi kemerdekaan yang 112 J. R. Chaniago, op.cit., hlm. 12.

114 92 begitu penting makna historisnya dan yang diselamatkan Frans Mendur dari kejaran Jepang dengan begitu susah payah, malah baru mereka terbitkan pada tanggal 19 dan 20 Februari 1946, itu pun tanpa menyebutkan nama Frans Mendur sebagai fotografer yang membuatnya. C. Hasil Foto IPPHOS Menurut Sisi Pandang Fotografi Hasil karya wartawan foto IPPHOS berupa foto yang memiliki nilai sejarah tinggi. Dari sekian banyak foto milik Kantor Berita Foto IPPHOS yang telah dipublikasikan, ternyata masih ada ribuan foto yang masih tersimpan di arsip.sebagian besar foto IPPHOS yang sudah sering kita lihat di media massa maupun media elektronik, merupakan rekaman tentang manusia biasa melakukan kegiatan biasa di tengah-tengah pusaran revolusi: bekerja, berdansa, bersolek, mengantre di bioskop, hingga menonton pertandingan. Memang kita ketahui bahwa hasil karya foto IPPHOS yang paling terkenal adalah foto-foto peristiwa pada masa revolusi kemerdekaan. Dimana sangat jelas ketika kita lihat foto tersebut, kita dapat menangkap makna foto tersebut meskipun belum membaca keterangan foto terlebih dahulu. Disitulah kejelian IPPHOS dalam mengambil foto. Mereka tahu bahwa untuk setiap lelaki yang pergi memanggul bedil bakal ada yang terus mencangkul sawah. Musisi bakal terus mengiringi pedansa yang barang sejenak ingin melupakan perang, mantra cacar tetap berkeliling dan memvaksin rakyat, hingga mahasiswa yang rela diplonco demi mengenyam pendidikan. 113 Bagi IPPHOS, kemauan untuk hidup itu tidak pandang bulu, dari 113 Yudhi Soerjoatmodjo, op.cit., hlm. 138.

115 93 buruh-buruh pabrik gula yang sepanjang hari berpeluh keringat, bocah-bocah yang kegirangan menyaksikan atraksi pilot RI, hingga tuan tanah Belanda yang sama ketakutannya seperti petani saat pesawat menjatuhkan bom. Pasalnya IPPHOS tidak hanya memotret perang, mereka menangkap kebenaran peristiwa perang yang terjadi. Sebab perang akan terjadi selama masih ada kemauan untuk hidup merdeka. Salah satu potret rakyat yang sedang bekerja di sebuah pabrik gula dapat dilihat pada gambar 62 yang terdapat pada lampiran. Ada pula potret aktifitas yang terjadi di sebuah pelabuhan di Jakarta, foto tersebut dapat dilihat pada gambar 63 di lampiran. Foto tentang pengasingan dan pengungsian banyak didapatkan oleh Frans Mendur dan kawan-kawan. Berkaitan dengan revolusi Indonesia yang menandakan salah satu pergerakan manusia yang paling besar di nusantara. Di akhir tahun 1946 saja, pasukan Sekutu di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi mengirim hampir seperempat juta warga Belanda dan Indo serta sebagian besar dari tentara Jepang yang bertugas di Indonesia kembali ke negeri asalnya. Bila karya IPPHOS yang paling terkenal adalah tentang para pemimpin dan serdadu Republik, maka karya terbaik mereka adalah tentang manusia biasa yang terombang-ambing oleh perubahan zaman, yang dipotret tanpa prasangka tetapi sebaliknya, dengan penuh empati. Tatapan warga Belanda dan Indo yang siap dipulangkan ke Eropa sama dengan raut muka keluarga campuran Indonesia Belanda yang kembali ke bumi pertiwi, senyum prajurit Siliwangi di atas kereta yang hijrah ke Jawa Tengah adalah senyum para tahanan perang Belanda di atas kereta yang membawa mereka kembali ke bangsanya: ada kebahagiaan, dan

116 94 kelegaan yang bercampur dengan kepedihan, dan mungkin sedikit penyesalan disitu.foto tersebut dapat dilihat pada gambar 64 di lampiran. Karya IPPHOS tentang foto perjuangan dan peperangan mencerminkan profesionalisme dan patritotismenya. Karya mereka tentang yang terasingkan dan terungsikanberakar pada perjalanan hidup mereka sendiri sejak tahun 1920-an dalam melintasi budaya, politik, dan sosial zaman sebagai anak petani berpendidikan rendah, sebagai minoritas Kristen Minahasa, dan sebagai profesional yang dilatih penjajah untuk menjadi warga Indonesia yang merdeka. Setelah memperoleh kemerdekaan tidak mudah untuk memulai sebagai negara yang merdeka dan mandiri. Indonesia yang baru merdeka tak memiliki sumber keuangan, tentara, apalagi sarana komunikasi seperti media massa. Foto karya IPPHOS seperti foto anggota kabinet pertama yang aneka rupa, Soedirman yang penuh pengorbanan, Sjahrir yang bermain tenis, atau Amir Sjarifudin dengan buku Shakes spearenya membawa pesan buat semua: Republik di tangan revolusioner, yang pemberani, cerdas, modern, cendekia, bahkan perlente seperti Sultannya nan ganteng. 114 IPPHOS tidak hanya merekam semangat zaman, sebagai generasi yang mengalami peralihan zaman penjajahan Belanda, politik etis, pendudukan Jepang, hingga Revolusi, mereka juga turut menciptakan dan merasakannya. Lihat saja foto Bung Tomo karya Frans Mendur yang termashyur, yang kita kenang dahulu dan kini bukan ketokohannya atau peristiwanya, tetapi jiwa kepahlawanannya yang ia wakili. Diantara semua, Bung Karno paling sadar akan kekuatan itu. 114 Ibid., hlm. 108.

117 95 Tahun 1949, ia pun menugaskan Frans Mendur untuk menemani Letkol Soeharto dan wartawan Rosihan Anwar menjemput Panglima Besar yang kecewa. Di Yogyakarta, Soedirman di rangkul Bung Karno, malangnya momen tersebut terlalu cepat bagi Frans Mendur. Sehingga peristiwa Bung Karno merangkul Soedirman diulang guna mendapatkan hasil foto yang baik. Bung Karno sendiri yang meminta hal tersebut, membuktikan kepada semua bahwa betapa sipil dan militer tidak pernah pecah. IPPHOS sebagai Kantor Berita Foto menjalankan pekerjaannya dengan baik. Berbagai pujian keluar dari ungkapan atas hasil fotonya yang memiliki nilai sejarah tinggi. Menurut Rosihan Anwar dalam laporan jurnalistiknya, Alex Mendur dan rekan-rekannya di IPPHOS mengatakan bahwa tulisan sebuah peristiwa memang sudah tidak lagi bertuah kuat, namun foto-foto yang diabadikan banyak berbicara dalam memperlihatkan semangat zaman. Adapun Adam Malik yang pernah menjadi wakil presiden mengatakan bahwa foto lebih berharga dari pada penulisan fakta (kenyataan), dari pada peristiwa itu sendiri, kalau tulisan dapat dipalsukan, tapi kalau foto tidak bisa. 115 Seperti itulah foto-foto IPPHOS yang menceritakan tentang peristiwa bersejarah, dengan jujur dan sesuai dengan keadaan yang ada. 115 Wiwi Kuswiah, op.cit.,hlm. 38.

118 BAB IV KONTRIBUSI IPPHOS (INDONESIA PRESS PHOTO SERVICE) A. Kontribusi bagi Ilmu Pengetahuan Kantor Berita Foto IPPHOS memiliki peran besar pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia. Foto-foto hasil karya Alex Mendur dan kawan-kawan semakin lama semakin memiliki nilai sejarah yang tinggi. Terlebih lagi di masa sekarang, foto-foto karya IPPHOS memberi kontribusi yang bermanfaat. Jika kembali melihat peristiwa sejarah bangsa Indonesia, pada khususnya pada masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia, banyak sekali foto dokumentasi yang menceritakan tentang peristiwa tersebut. Begitu lengkapnya para peneliti dan penulis peristiwa sejarah, maka mempermudah bagi mereka untuk menggambarkan peristiwa tersebut secara terkonsep. Secara umum, hasil karya IPPHOS berupa foto-foto perjuangan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan. Dalam pembelajaran sejarah, foto merupakan sarana yang dapat membantu bagi para peserta didik untuk mempelajari sejarah. Sebagai contoh, tentunya secara tidak sadar, foto-foto hasil karya IPPHOS digunakan oleh para pendidik sebagai pelengkap buku pelajaran sejarah, baik itu masa bangku sekolah maupun bangku perguruan tinggi. Bagi peserta didik, terutama siswa jenjang Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, hingga Sekolah Menengah atas maupun sederajat, mata pelajaran sejarah adalah salah satu pelajaran yang di tempuh semasa sekolah. Mayoritas pendidik dalam 96

119 97 mengajar peserta didik akan pelajaran sejarah menggunakan buku paket. Dalam buku-buku paket sejarah tersebut telah banyak beredar foto-foto perjuangan masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia. Seperti contoh yakni: foto saat Presiden Soekarno membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan, foto pengibaran bendera pusaka sang saka merah putih saat proklamasi kemerdekaan, hingga foto sosok Bung Tomo sang pejuang dari Surabaya yang sedang pidato dengan raut wajah yang bergelora. Beberapa contoh foto tersebut merupakan sebagaian kecil dari ratusan bahkan ribuan foto perjuangan bangsa Indonesia yang terdapat dalam buku pelajaran sejarah. Selain itu, para pendidik juga dapat menggunakan fotofoto IPPHOS sebagai media pembelajaran yang mampu meningkatkan minat belajar peserta didik dalam mempelajari sejarah. Foto-foto perjuangan yang telah terpampang di setiap buku pelajaran sejarah siswa bangku sekolah maupun bangku perguruan tinggi memberikan pandangan luas terhadap peristiwa yang terjadi pada masa lalu. Banyak masyarakat tidak menyadari mengenai proses dalam memperoleh foto-foto tersebut. Pada masa awal kemerdekaan terdapat beberapa lembaga wartawan dan juru fotonya, namun banyak dari foto-foto perjuangan yang telah tercetak di buku pelajaran tersebut adalah hasil karya anak negeri. Alex Mendur, Frans Mendur maupun rekan-rekan yang lain memiliki tugas dan andil yang besar bagi IPPHOS, kantor berita foto yang merekam hampir seluruh peristiwa penting pada masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Foto-foto hasil karya IPPHOS yang tidak sedikit, menjadi sangat berguna dan memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan. Tidak hanya untuk

120 98 pembelajaran sejarah peserta didik yang duduk di bangku sekolah maupun bangku perguruan tinggi, foto-foto IPPHOS sering kali digunakan oleh para penulis peristiwa sejarah hingga penulis biografi tokoh pelaku sejarah. Bagi para pendidik maupun pengajar mata pelajaran sejarah tentu sudah pernah menulis sebuah peristiwa sejarah khususnya peristiwa sejarah bangsa Indonesia masa Revolusi Kemerdekaan. Foto-foto IPPHOS yang juga banyak mengambil peristiwa pada masa tersebut dapat digunakan sebagai acuan dan sarana atau media untuk lebih menjelaskan peristiwa sejarah tersebut. Begitu pula dalam penulisan biografi tokoh pelaku sejarah pada masa Revolusi Kemeredekaan. Alex Mendur dan kawan-kawan tentunya merekam banyak tokoh penting yang berperan aktif dalam peristiwa genting masa mempertahankan kemerdekaan tersebut. Seperti Presiden Soekarno, Mohammad Hatta, Amir Sjarifuddin, Bung Tomo, Panglima Besar Jendeeral Soedirman, hingga Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Banyak tokoh pemerintahan tersebut yang membantu IPPHOS bertahan pada masa perang kemerdekaan. Sampai akhirnya datang bantuan dari para menteri di antaranya Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang bersedia dibuatkan foto-foto pribadinya kemudian diperbanyak. 157 Tidak hanya Raja Yogya yang dibuatkan foto-foto, tokoh proklamator Presiden Soekarno adalah sosok yang paling sering dibuatkan buku biografi baik itu tentang sisi kepemimpinan beliau saat menjadi presiden maupun kehidupan pribadinya. Bagi mahasiswa yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi seperti mahasiswa jurusan sejarah dan pendidikan sejarah, foto-foto IPPHOS dapat 157 Wiwi Kuswiah, Alexius Impurung Mendur, Jakarta, Depdikbud, 1986,hlm. 34.

121 99 menumbuhkan ide bagi para mahasiswa untuk membuat karya tulis ilmiah, seperti tugas akhir skripsi, tesis maupun disertasi. Dengan menggunakan foto-foto tersebut, mahasiswa dapat lebih menjelaskan akan karya tulisnya sebagai karya ilmiah yang lebih menarik dan memiliki media yang berupa foto. Sama seperti para penulis peristiwa sejarah maupun penulis biografi tokoh pelaku sejarah, para mahasiswa yang bergelut dengan bidang sejarah tentunya akan lebih terbantu dengan foto-foto IPPHOS dalam sisi membuka pandangan para pembaca nantinya tentang cerita peristiwa yang ditulisnya. Bagi pemerintah kontribusi IPPHOS dapat dikatakan sama seperti kontribusinya bagi dunia pendidikan. Persamaan dari keduanya adalah hasil karya IPPHOS dapat dinikmati bagi yang membutuhkan. Pemerintah yang memang berkaitan dengan bidang foto atau arsip data sejarah tentu sangat membutuhkan foto karya juru foto IPPHOS. Untuk mengapresiasi atas karya mereka, pemerintah mendirikan suatu museum atau kearsipan negara yang menyimpan hasil karya foto-foto perjuangan. Untuk hasil karya IPPHOS sendiri, tentunya sudah diatur dan diorganisir oleh Galeri Foto Jurnalistik Antara. Foto-foto karya Justus Umbas dan kawan-kawan tersimpan dan terawat dengan baik di tempat penyimpanan arsip Kantor Berita Antara. Ketika pada tahun 1995, Galeri Foto Jurnalistik Antara menyiapkan pameran 50 Tahun Kemerdekaan Indonesia, tim kuratornya masih menemukan negatif dalam berbagai ukuran dan bentuk (termasuk pelat kaca) dalam arsip IPPHOS. Termasuk diantaranya negatif dari rekaman gambar yang mereka buat sepanjang revolusi kemerdekaan dari pertengahan tahun 1945 hingga akhir tahun Untuk yang terakhir ini tim dari

122 100 Galeri Foto Jurnalistik Antara bahkan hanyamenemukan 547 negatif, atau 2,4% dari koleksi yang kemudian mereka kategorikan sebagai rusak. 158 Dari banyak foto-foto tersebut masyarakat luas akan mengetahui betapa besar peran dan kinerja Frans Umbas dan kawan-kawan dalam merekam peristiwa sejarah. B. Kontribusi Bagi Masyarakat Kontribusi IPPHOS tidak hanya bagi Ilmu Pengetahuan atau dunia pendidikan, secara lebih luas yang menikmati karya foto-foto IPPHOS tentunya adalah masyarakat. Mungkin hanya sedikit orang yang mengerti tokoh yang merekam foto peristiwa proklamasi Indonesia pada 17 Agustus 1945, atau bahkan tidak ada yang mengetahui bahwa Alex Mendur, atau Frans Mendur merupakan aktor dibalik foto bersejarah yang kini sering terpampang dalam buku pelajaran sejarah siswa bangku sekolah. IPPHOS memang tidak akan menggugat atau marah ketika hasil karya juru foto mereka dipergunakan oleh masyarakat tanpa mencantumkan nama juru foto yang memotretnya. Hal tersebut bukanlah hal terpenting yang dipandang IPPHOS, mereka hanya berpikir tentang peristiwa bersejarah yang menyangkut perjuangan bangsa dalam memperjuangkan kemerdekaan perlu disebarluaskan kepada masyarakat, terutama anak-anak. Bagi masyarakat saat ini, foto-foto perjuangan dapat digunakan sebagai pembelajaran dan membangkitkan semangat nasionalisme bangsa. Tantangan globalisasi dan modernisasi seakan menggoyahkan jiwa masyarakat bangsa akan nasionalisme. Pada kenyataanya anak muda masa kini lebih cenderung tertarik 158 Yudhi Soerjoatmodjo, IPPHOS Remastered Edition, Jakarta, Galeri Foto Jurnalistik Antara, 2013, hlm. 9.

123 101 terhadap budaya luar dibanding dengan hapal dengan 5 sila yang tertuang dalam Pancasila. Sudah seharusnya bagi bangsa yang lahir di tanah yang subur karena tumpah darah para pejuang dalam mengusir penjajah, untuk jiwa nasionalisme yang tinggi. Terlebih lagi, karya IPPHOS memiliki nilai perjuangan yang sangat membara, khususnya foto saat revolusi kemerdekaan tahun Foto-foto sejarah dalam pembelajaran maupun informasi terhadap masyarakat dapat dijadikan sebagai penumbuh jiwa nasionalisme bangsa Indonesia. Dalam dunia fotografi, foto-foto sejarah menjadi tolak ukur dan pembelajaran tersendiri bagi juru foto pemula. Perbedaan zaman dan teknologi tersebut menjadikan para juru foto pada masa kini menjadi lebih termotivasi untuk merekam foto lebih baik dan modern. Dalam dunia seni, hasil karya foto-foto IPPHOS pada masa dahulu memiliki nilai seni yang cukup tinggi. Meskipun terdapat perbedaan dengan foto-foto yang terdapat pada masa kini, foto klasik akan tetap memiliki sisi lebih unggul, yakni sejarahnya.

124 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan rumusan masalah dari bab II hingga bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Latar belakang berdirinya IPPHOS berawal dari gagasan sekelompok anak muda dari daerah Sulawesi, yang dimotori oleh Alex Mendur. Mereka berjuang dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. Sekelompok anak muda tersebut terdiri dari Alex Mendur, Frans Mendur, Justus Umbas dan Frans Umbas. Berbekal dari bakat dan minat akan fotografi yang mereka miliki, mereka dengan semangat kebangsaan mendokumentasikan foto-foto perjuangan bangsa, baik itu perjuangan diplomasi maupun militer. Foto-foto hasil karya mereka disadari sangat bermanfaat bagi masyarakat luas. Alex Mendur dan kawan-kawan mendirikan kantor berita foto untuk menyimpan maupun mempublikasikan fotofoto hasil karya mereka. Kantor berita foto IPPHOS menyimpan gambar berbagai peristiwa yang terjadi di Indonesia, seperti peristiwa saat perjuangan rakyat mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kantor beritafoto IPPHOS memiliki dua tempat yang terkenal, yaitu kantor pusat yang berada di Jakarta, dan kantor cabang yang berada di Yogyakarta. Di kedua tempat tersebut, anggota karyawan IPPHOS bekerja dengan total. Hampir setiap peristiwa krusial yang berpengaruh bagi Negara Indonesia tidak luput dari juru foto IPPHOS, terutama peristiwa yang terjadi di Pulau Jawa. Ini dikarenakan Alex Mendur dan kawan-kawan memiliki jiwa nasionalisme yang sangat besar. Mereka bekerja tanpa mengeluh, inilah yang 102

125 103 ingin mereka tunjukan kepada masyarakat mengenai semangat nasionalisme. Perjuangan mereka dengan menggunakan senjata kamera memang berbeda dengan rakyat yang berjuang di medan tempur, namun perjuangan mereka saat menjadi wartawan foto tidak dapat dikesampingkan, acap kali mereka harus menghadapi tekanan bangsa Belanda maupun Sekutu. Perjuangan mereka memang menghasilkan foto-foto perjuangan yang bersejarah dan mampu membangkitkan semangat nasionalisme bagi siapa saja yang melihat hasil karyanya. Peran IPPHOS dalam Revolusi Kemerdekaan Indonesia tahun adalah menjadi juru foto maupun wartawan foto untuk surat kabar lokal, dan tentunya untuk kantor berita foto IPPHOS. Revolusi kemerdekaan dimulai pada tanggal 17 Agustus 1945, dan berakhir pada saat Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia pada penghujung tahun Pada masa tersebut, wartawan foto IPPHOS bekerja keras mengikuti setiap peristiwa perjuangan mempertahankan kemerdekaan yang terjadi di Indonesia. Kantor pusat IPPHOS berada di Jakarta, namun pembagian tugas kerja yang dilakukan Frans Mendur dan kawan-kawan dapat berjalan dengan lancar. Peliputan dan pendokumentasian peristiwa perjuangan bangsa Indonesia terpusat di Pulau Jawa, dan terbagi atas dua front, yaitu Front Jawa Barat, dan Front Jawa Tengah - JawaTimur. Kantor berita foto IPPHOS memiliki arsip foto-foto perjuangan diplomasi maupun bersenjata bangsa Indonesia, semua peristiwa yang penting dan berpengaruh bagi bangsa tidak luput dari jepretan mata kameranya. Tidak hanya foto para pemimpin bangsa, juru foto IPPHOS juga merekam berbagai peristiwa yang terjadi di

126 104 lapisan masyarakat sosial, baik itu peristiwa yang menyangkut kegiatan musuh, kegiatan pemimpin bangsa, maupun kehidupan masyarakat kecil. Kontribusi IPPHOS saat ini disadari memiliki manfaat yang sangat besar. Dapat dikatakan nama IPPHOS tidak banyak orang mengenal, namun hasil karyanya sudah sering dijumpai di berbagai media. Kontribusi IPPHOS dapat digunakan bagi pengembangan ilmu pengetahuan atau dunia pendidikan. Selain itu, tanpa disadari masyarakat luas juga sering melihat dan menggunakan foto hasil karya IPPHOS guna kepentingan mereka. Bagi ilmu pengetahuan, foto perjuangan IPPHOS sering digunakan untuk pembelajaran sejarah bagi pelajar sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Foto-foto yang memiliki nilai sejarah perjuangan bangsa Indonesia tersebut dapat menumbuhkan semangat nasionalisme bagi masyarakat pada jaman sekarang, di era globalisasi. Sebagai kantor berita foto yang lahir pada era Revolusi Kemerdekaan, IPPHOS telah memiliki banyak arsip foto perjuangan, hal ini dapat berguna bagi para penulis buku sejarah untuk meneliti dan mengkaji sebuah peristiwa sejarah. Bagi masyarakat luas, foto-foto perjuangan karya Alex Mendur dan kawan-kawan dapat digunakan untuk memperkaya informasi dan pengetahuan. Seperti di dunia ilmu pengetahuan, bukti sejarah seperti foto dokumentasi, dapat menumbuhkan jiwa kebangsaan dan semangat nasionalisme bangsa. Dengan menyaksikan fotofoto bersejarah, masyarakat akan mengetahui sejarah perjalanan bangsanya.

127 DAFTAR PUSTAKA Atmadi, T Sistem Pers Indonesia. Jakarta: Gunung Agung. Chaniago, J. R Ditugaskan Sejarah Perjuangan Merdeka Jakarta: Merdeka Sarana Usaha. Edy Suhardono Teori Peran; Konsep, Derivasi, dan Implikasinya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Eisenstadt, S. N Revolusi dan Transformasi masyarakat. Jakarta: CV Rajawali. Garda Maeswara Sejarah Revolusi Indonesia, , perjuangan bersenjata dan diplomasi untuk mempertahankan kemerdekaan. Jakarta: Narasi. Kardiyat Wiharyanto, A Sejarah Indonesia, dari proklamasi sampai pemilu Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma. Lapian, A. B Semangat 45, Dalam Rekaman Gambar IPPHOS. Jakarta: PT. Sinar Harapan. Marwati Djoened Poesponegoro Sejarah Nasional Indonesia IV, Jakarta: Balai Pustaka. Oetama, Jakob Perspektif Pers Indonesia. Jakarta: LP3ES. Pramudya Ananta Toer Kronik Revolusi Indonesia Jilid I Jakarta: KPG. Rachmadi, F Perbandingan Sistem Pers; Analisis Deskripstif Sistem Pers di Berbagai Negara. Jakarta. PT. Gramedia. 105

128 106 Ricklefs, M.C Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Sekretariat Negara Tahun Indonesia Merdeka Jakarta: Citra Lantoro Agung Persada. Smith, Edward Cecil Pembredelan Pers di Indonesia. Jakarta: PT Pustaka Grafiti pers. Soebagijo, I. N Jagat Wartawan Indonesia. Jakarta: Gunung Agung. Suhartono W. Pranoto Teori & Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sulistyo Basuki Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra. Taufik Rahze Seratus Jejak Pers Indonesia. Jakarta: I: Boekoe Seabad Pers Kebangsaan, Jakarta: I:Boekoe. Wiwi Kuswiah Alexius Impurung Mendur (Alex Mendur). Jakarta: Depdikbud. Yudhi Soerjoatmodjo IPPHOS Indonesian Press Photo Service, Remastered Edition. Jakarta: Galeri Foto Jurnalistik Antara.

129 Lampiran 1 Gambar 2: Alex Mendur. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo. Gambar 3: Para pendiri IPPHOS (dari kiri ke kanan) Frans Nyong Umbas, Alex Mendur, Justus Umbas, dan Alex Mamusung. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo. Gambar 4: Foto bersama di depan kantor IPPHOS cabang Yogyakarta. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo. 107

130 108 Gambar 5.a : Jakarta, 17 Agustus Foto Presiden Soekarno membaca naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia didampingi oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo. Gambar 5.b: Jakarta, 17 Agustus Pengibaran Sang Saka Merah Putih. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 5.c : Jakarta, 17 Agustus Peserta Upacara Proklamasi Kemerdekaan. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud.

131 109 Gambar 6.a : Jakarta, 29 Agustus Suasana pelantikan anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), di Gedung Kesenian, Pasar Baru, Jakarta. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 6.b : Jakarta, 4 Oktober Kabinet pertama RI berpose untuk pers asing di kediaman Presiden Soekarno di Jl. Pegangsaan Timur No. 56. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo.

132 110 Gambar 7.a : Jawa Tengah, Januari Perawat PMI bertugas saat Agresi Militer Belanda ke II. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo. Gambar 7.b : Januari 1946.Korban pertempuran sedang dalam perawatan medis. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo.

133 111 Gambar 8.a : Jakarta 19 September Presiden Soekarno tiba di Lapangan Ikada untuk menenangkan masyarakat yang marah atas kedatangan tentara Inggris dan Belanda. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo. Gambar 8.b : Jakarta 19 September 1945.Suasana rapat raksasa di Lapangan Ikada. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 8.c : Jakarta 19 September 1945.Pengibaran Bendera Merah Putih saat rapat raksasa di Lapangan Ikada. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud.

134 112 Gambar 9.a : Jakarta, setelah 29 September 1945.Truk dengan beberapa tentara Sekutu melintasi slogan anti Belanda yang dibuat pemuda Indonesia, kemungkinan di dekat Pasar Senen. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo. Gambar 9.b : Jakarta, 4 Oktober Presiden Soekarno dan Kabinet pertama RI diwawancarai wartawan asing menyusul pendaratan pasukan Sekutu Inggris dan rombongan NICA di Jakarta pada 29 September Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo. Gambar 10 : Jakarta, Oktober 1945.Rapat Badan Pekerja KNIP, yang menghasilkan Maklumat Wakil Presiden No. X. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud.

135 113 Gambar 11 : Jakarta, 25 Oktober 1945.Presiden Soekarno bertemu dengan Letnan Jenderal Christison. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 12 : Surabaya, November Kapal terbakar di Pelabuhan Tanjung Perak akibat serangan bom Inggris saat perang Surabaya. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo. Gambar 13: Jakarta, 14 November 1945.Peresmian Kabinet Sjahrir oleh Presiden Soekarno. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud.

136 114 Gambar 14 : Jakarta, 17 November 1945.Pertemuan yang pertama antara wakil-wakil Indonesia, Belanda, dan Sekutu di Markas Besar Tentara Inggris. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 15 : Daerah antara Karawang - Bekasi yang hancur. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 16 : Solo, 9 Februari Suasana kongres wartawan yang melahirkan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud.

137 115 Gambar 17.a : Bandung, 23 Maret Bandung Lautan Api. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo. Gambar 17.b : Bandung, 23 Maret Satuan TKR dan pemuda menjaga pos-pos pemerikasaan saat pertempuran di Bandung. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo. Gambar 18.a : Yogyakarta, Kesibukan pengangkutan bekas tawanan Sekutu dengan pesawat terbang dari Maguwo, Yogyakarta. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud.

138 116 Gambar 18.b : Yogyakarta, Kesibukan pengangkutan bekas tawanan Sekutu dengan pesawat terbang dari Maguwo, Yogyakarta. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 18.c : Cirebon, Jawa Barat, 24 April Pengangkutan APWI, warga Belanda dan Indo dari kamp tahanan Jepang di daerah Republik ke Jakarta oleh tentara Inggris dan PMI dibawah perlindungan TRI. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo. Gambar 19.a : Malang, 28 April Jenderal Soedirman dan Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo tiba di kamp tawanan Jepang. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud.

139 117 Gambar 19.b : Pasuruan, 28 April TRI menjaga evakuasi serdadu Jepang. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo. Gambar 20 : Magelang, Jawa Tengah, 17 Juni Perdana Menteri Sjahrir (memunggungi kamera) memeriksa barisan siswa Sekolah Tinggi Polisi Negara yang baru diresmikan. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo. Gambar 21 : Yogyakarta, 17 Agustus Pembukaan BNI. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo.

140 118 Gambar 22 : Cirebon, Agustus Barisan anggota ALRI. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 23 : Jakarta, 21 Juli R. C. Kirby sedang berbincang dengan Perdana Menteri Sutan Sjahrir. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 24.a : Cirebon, Kegiatan pengangkutan padi ke kapal Emire Favour untuk dikirim ke India. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud.

141 119 Gambar 24.b : Cirebon, Kegiatan pengangkutan padi ke kapal Emire Favour untuk dikirim ke India. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 25 : Jakarta, 29 Oktober Kesibukan rakyat Jakarta menukar uang Jepang dengan ORI di Kantor Pos Pasar Baru. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 26.a : Linggarjati, Cirebon, Jawa Barat, 12 November Para wartawan asing menyiapkan naskah berita di tangga Hotel Linggarjati, kemungkinan setelah delegasi RI dan Belanda menyiarkan komunike bersama. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo.

142 120 Gambar 26.b : Linggasana, Cirebon, Jawa Barat, 12 November Makan siang saat istirahat Perundingan Linggarjati antara RI dan Belanda yang dihadiri Lord Killearn, acara digelar di penginapan Perdana Menteri Sjahrir di Linggasana, desa tetangga Linggarjati. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo. Gambar 26.c : Cirebon, November Para peserta perundingan berfoto bersama sebelum berunding. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 27.a : Upacara pelantikan Dewan kelaskaran Pusat dan Seberang di Yogyakarta. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud.

143 121 Gambar 27.b : Laskar Pemuda Indonesia Maluku. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 27.c : Laskar Hisbullah. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 27.d : Laskar Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS). Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud.

144 122 Gambar 28 : Suasana rapat saat Konferensi Denpasar. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 29.a : Yogyakarta, 20 Maret Demonstrasi pesawat terbang dan terjung payung pada hari Ulang Tahun Angkatan Udara RI di Lapangan Udara Maguwo. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo. Gambar 29.b : Yogyakarta, 20 Maret Rakyat sedang menyaksikan demonstrasi pesawat terbang dan terjun payung saat peringatan Hari Ulang Tahun AURI di Lapangan Udara Maguwo. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo.

145 123 Gambar 30 : Jakarta, 25 Maret Upacara penandatangan Perjanjian Linggarjati di Istana Gambir (sekarang Istana Merdeka) oleh delegasi Belanda yang diketuai Schemerhorn dan delegasi Indonesia yang diketuai oleh Perdana Menteri Sjahrir. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo. Gambar 31 : Yogyakarta, April Acara perploncoan mahasiswa baru UGM. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo. Gambar 32.a : Pelantikan pucuk pimpinan TNI, dipimpin oleh Presiden Soekarno. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud.

146 124 Gambar 32.b : Para pimpinan TNI yang dilantik, depan (keri ke kanan): Letnan Jenderal Urip Sumohardjo, Panglima Besar Jenderal Soedirman, Komodor (L) Nazir, Mayor Jenderal Djoko Sujono. Belakang (kiri ke kanan): Komodor Udara Suryadarma, Mayor Jenderal Sutomo, dan Ir. Surachman. Sumber foto: Buku Semangat 45 dalam Rekaman Gambar IPPHOS, karya B. Lapian. Gambar 33.a : Yogyakarta, 21 Juli Evakuasi korban serangan udara saat agresi Militer I Belanda. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo. Gambar 33.b : Yogyakarta, 29 Juli Reruntuhan pesawat Dakota VT-CLA milik usahawan India pro- Republik ditembak jatuh oleh 2 pesawat pemburu Belanda di dekat Maguwo dalam penerbangan dari Singapura menuju Yogyakarta.Pesawat ini membawa obat-obatan sumbangan Palang Merah Malaya kepada PMI. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo.

147 125 Gambar 33.c : Jenderal Soedirman menghadiri pemakaman Komodor Udara Adisucipto dan Komodor Udara Abdulrachman Saleh yang tewas dalam penyerangan itu. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo. Gambar 33.d : Semarang, Jawa Tengah, setelah 29 Juli Para pekerja membersihkan puing akibat pemboman kota oleh AURI saat Agresi Militer I Belanda. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo. Gambar 34.a : Yogyakarta, Agustus Pesawat terbang yang membawa tiga orang dokter dari India beserta obat-obatan yang diperlukan rakyat. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud.

148 126 Gambar 34.b : Yogyakarta, Agustus Obat-obatan dari India sedang diturunkan dari pesawat. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 35 : Peninjauan oleh anggota KTN di daerah Banten. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud Gambar 36 : Tanjung Priok, Jakarta, 8 Desember Perundingan di atas Kapal Renville antara delegasi RI yang dipimpin PM Amir Sjarifuddin dan delegasi Belanda yang dipimpin R. Abdulkadir Widjojoatmodjo, putera Bupati Pekalongan yang menjadi pejabat negara, diplomat dan perwira KNIL pemerintah Hindia-Belanda. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo.

149 127 Gambar 37 : Solo, Suasana Kongres Wanita di tahun Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 38 : Yogyakarta, 13 Januari Suasana perundingan antara KTN dan Pemerintah Republik Indonesia di Kaliurang. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 39 : Jakarta, 17 Januari Penandatanganan perjanjian Renville. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud.

150 128 Gambar 40.a : Yogyakarta, 12 Februari Para Pemudi menyambut Divisi Siliwangi pimpinan Letnan Kolonel Mokoginta saat memasuki Stasiun Kereta Yogyakarta. Pasukan tersebut diperintahkan mundur dari Jawa Barat sebagai konsekuensi ditandatanganinya Perjanjian Renville tanggal 17 Januari Foto, Frans Mendur, IPPHOS Yogya, arsip Antara. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo. Gambar 40.b : Yogyakarta, 12 Februari Divisi Siliwangi tiba di Stasiun kereta Yogyakarta.Foto, Frans Mendur, IPPHOS Yogya, arsip Antara. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo. Gambar 40.c : Yogyakarta, Februari Pasukan hijrah ke Stasiun Yogyakarta di sambut oleh Wakil Presiden Moh Hatta. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud.

151 129 Gambar 40.d : Yogyakarta, Februari Pasukan Hijrah yang dipimpin Mayor Jenderal Mokoginta, sedang memberi laporan kepada Panglima Besar Jenderal Soedirman. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 41.a : Bandung, Desember Suasana pada Konferensi II Negara Jawa Barat Pasundan. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 41.b : Bandung, 26 April Pengambilan sumpah R. A. A. Wiranatakusumah sebagai Wali Negara Pasundan, yang disaksikan oleh Dr. van Mook. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud.

152 130 Gambar 41.c : Yogyakarta, 16 Maret Rakyat Bandung yang berada di Yogyakarta mengadakan demonstrasi menentang dibentuknya Negara Pasundan. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 42 : Yogyakarta, 5 Maret Obat-obatan dari Mesir untuk PMI tiba di Lapangan Terbang Maguwo. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 43 : Medan, Maret Suasana rapat pembentukan Negara Sumatera Timur. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud.

153 131 Gambar 44.a : Bandung, 29 Mei Suasana dalam Konferensi Federal di Bandung. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 44.b : Bandung, 29 Mei Para anggota BFO berfoto bersama. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 45.a : Jakarta, Mei Serdadu Belanda yang ditawan oleh TNI dikembalikan ke pihak Belanda sebagai bagian dari pertukaran tawanan. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo.

154 132 Gambar 45.b : Jawa Timur, Juni Penyerahan anggota TNI yang ditawan Belanda kepada Republik Indonesia di garis status quo Jawa Timur. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 46.a: Solo, 9 September PON pertama. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo. Gambar 46.b : Solo, 9 September PON pertama. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo.

155 133 Gambar 47.a : Oktober Pasukan Batalyon Prabu Kian Santang melakukan eksekusi terhadap pemberontak PKI/FDR (Front Demokrasi Rakyat) di dekat Gunung Lawu. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo. Gambar 47.b : Yogyakarta, 12 Desember Batalyon Kosasih dari Brigade 12 Divisi Siliwangi tiba di Yogyakarta dengan kereta api untuk ambil bagian dalam penumpasan pemberontakan PKI/FDR di Madiun. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo. Gambar 48 : Yogyakarta, 18 November Upacara pemberangkatan jenazah Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo ke Taman Makam Pahlawan Semaki. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud.

156 134 Gambar 49.a : Jawa Tengah, Desember 1948 Juni Pasukan TNI yang terdiri dari Brigade X/Garuda Mataram,Akademi Militer, Brigade XVI/KRIS, Tentara Pelajar, dan Tentara Genie Pelajar melancarkan gerilya terhadap tentara pasukan Belanda di sekitar dan dalam kota Yogyakarta menyusul Agresi Militer Belanda ke II. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo. Gambar 49.b : Yogyakarta, 19 Desember Tentara Belanda sedang bergerak memasuki kota Yogyakarta saat melancarkan Agresi Militer II. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 49.c : Yogyakarta, Desember Presiden Soekarno, Wakil Presiden Moh. Hatta, dan K.H. Agus Salim tiba di Lapangan Udara Maguwo untuk diterbangkan ke Sumatera. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud.

157 135 Gambar 50 : Yogyakarta. Letnan Kolonel Soeharto, Komandan Wk III berfoto bersama kesatuan TNI. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 51 : Jakarta, 14 April Perundingan Roem Royen, di bawah pengawasan UNCI di Hotel Des Indes. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 52 : Yogyakarta, Juni Pasukan TNI yang memasuki kota Yogyakarta melalui bengkel Kereta Api Pengok. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud.

158 136 Gambar 53.a: Memanjatkan puji syukur atas kembalinya para pemimpin di Yogyakarta. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 53.b : Yogyakarta, 6 Juli Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh.Hatta disambut oleh rakyat Yogyakarta. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 54.a : 10 Juli Pasukan TNI mengawal Panglima Besar Jenderal Soedirman kembali ke Yogyakarta setelah berakhirnya Agresi Militer Belanda II. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo.

159 137 Gambar 54.b : 10 Juli Panglima Besar Jenderal Soedirman yang menderita TBC ditandu oleh tentara dan rakyat dalam perjalanannya kembali ke Yogyakarta. Komandan Barisan Kawal, Letnan Kolonel Suadi Suromiharjo (baret hitam) memimpin di depan. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo. Gambar 54.c : Yogyakarta, 10 Juli Presiden Soekarno memeluk Panglima Besar Jenderal Soedirman di Istana Presiden Yogyakarta. Fotografer Antara, Mohammad Sayuti, yang hadir saat itu mendengar Soekarno meminta adegan zoentjes -nya diulang karena Frans Mendur kurang cepat merekamnya pertama kali. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo. Gambar 54.d : Yogyakarta, 10 Juli Wakil Presiden Moh. Hatta giliran memeluk Panglima Besar Jenderal Soedirman. Pengawal pribadi soedirman, Tjokropranolo, ingat bahwa saat itu suasana tegang. Soedirman yang masih marah tidak membalas memeluk. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo.

160 138 Gambar 55.a : Yogyakarta, Juli Suasana Konferensi Inter-Indonesia pertama di Yogyakarta. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 55.b : Jakarta, Juli Suasana Konferensi Inter-Indonesia Kedua di Jakarta. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 56 : Solo, 14 November Letnan Kolonen Slamet Rijadi menerima penyerahan kekuasaan atas keamanan dan ketertiban kota Solo oleh Kolonel Ohl di Stadion Sriwedari, Solo. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud.

161 139 Gambar 57 : Jakarta, 14 Desember Upacara penandatanganan Piagam Konstitusi RIS di Jakarta. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 58 : Yogyakarta, 17 Desember Pelantikan Ir. Soekarno sebagai Presiden RIS oleh ketua Mahkamah Agung Mr. Kusumah Atmadja. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud. Gambar 59 : Yogyakarta, 27 Desember Upacara penyerahan jabatan Presiden Republik Indonesia dari Ir. Soekarno kepada Mr. Asaat. Sumber foto: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, Depdikbud.

162 140 Gambar 60 : Jakarta, 27 Desember Upacara penyerahan kedaulatan dari pemerintah Belanda yang diwakili oleh Komisaris Tinggi Belanda, AHJ Lovink, kepada pemerintah RIS yang diwakili Menteri Pertahanan Sultan Hamengku Buwono IX.Upacara ditandai dengan penurunan bendera Belanda dan penaikan Bendera Merah Putih di Istana Gambir (sekarang Istana Merdeka). Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo. Gambar 61.a : Jakarta, 28 Desember Presiden Soekarno dan Sultan Hamengku Buwono IX di atas mobil kap terbuka merek Super Eight Packard Convertible yang dipinjam dari pengusaha Dasaad disambut rakyat sepanjang 7 KM perjalanan dari pelabuhan udara Kemayoran hingga Istana Merdeka. Antara. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo.

163 141 Gambar 61.b : Jakarta, 28 Desember Presiden Soekarno diapit (dari kiri ke kanan) Menteri Kesehatan Dr. J. Leimena, Menteri Dalam Negeri Anak Agung Gde Agung dan Menteri Pertahanan Sultan Hamengku Buwono IX berpidato di Istana Merdeka setelah ia kembali ke Jakarta dari Yogyakarta untuk pertama kalinya sejak Januari Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo. Gambar 62 : Kudus, Jawa Tengah, 20 Juni Para pekerja koperasi penggilingan Sumberhardjo di pabrik gula Rendeng Kudus yang berada dalam wilayah Republik Indonesia. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo.

164 142 Gambar 63 : Jakarta, 2 Januari Pasangan Indonesia Belanda bersama puteranya tiba di Pelabuhan Tanjung Priok dari Rotterdam, Belanda, untuk diberangkatkan ke Yogyakarta. Pemimpin Indische Partij, Douwes Dekker, yang diasingkan Belanda ke Suriname tahun 1942 termasuk diantara 650 orang penumpang yang tiba dengan menggunakan kapal SS Weltevreden. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo. Gambar 64 : Cirebon, Jawa Barat, 24 April Pengangkutan APWI, warga Belanda dan Indo dari kamp tahanan Jepang di daerah Republik ke Jakarta oleh tentara Inggris dan PMI dibawah perlindungan TRI. Sumber foto: Buku IPPHOS remastered, karya Yudhi Soerjoatmodjo.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah peristiwa yang terjadi begitu saja. Peristiwa tersebut adalah sebuah akumulasi sebuah perjuangan

Lebih terperinci

Pejuang Bersenjatakan Kamera Yang Hampir Dilupakan Posted by Senov - 17 Aug :08

Pejuang Bersenjatakan Kamera Yang Hampir Dilupakan Posted by Senov - 17 Aug :08 Pejuang Bersenjatakan Kamera Yang Hampir Dilupakan Posted by Senov - 17 Aug 2010 18:08 Fotografi memang bukan hanya menjadi saksi sejarah, tapi juga menjadi bukti sejarah hidup manusia dan peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1 I. PENDAHULUAN A.Latar BelakangMasalah Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 banyak sekali permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia.Sebagai negara yang baru merdeka

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang diucapkan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah berdirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan sebuah kota yang terletak di Propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu bagian wilayah di Negara Indonesia. Kota ini dalam sejarahnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 menjadi hari bersejarah dalam kehidupan bangsa Indonesia. Peristiwa yang terjadi

Lebih terperinci

PERANAN TNI-AD DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN SKRIPSI

PERANAN TNI-AD DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN SKRIPSI PERANAN TNI-AD DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945-1950 SKRIPSI Oleh Aprilia Nur Hasanah NIM 070210302089 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA Modul ke: Fakultas FAKULTAS TEKNIK PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA ERA KEMERDEKAAN BAHAN TAYANG MODUL 3B SEMESTER GASAL 2016 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun BAB V KESIMPULAN Sri Sultan Hamengkubuwono IX naik tahta menggantikan ayahnya pada tanggal 18 Maret 1940. Sebelum diangkat menjadi penguasa di Kasultanan Yogyakarta, beliau bernama Gusti Raden Mas (GRM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia. disebabkan karena sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari Jepang.

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia. disebabkan karena sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari Jepang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perang Medan Area merupakan suatu peristiwa dimana perjuangan rakyat Medan melawan sekutu yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia memproklamasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi masa yang berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas dari incaran negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak serta merta mengakhiri perjuangan rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang

Lebih terperinci

Cerita di Balik Foto Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang Terkenal Ini

Cerita di Balik Foto Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang Terkenal Ini Cerita di Balik Foto Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang Terkenal Ini Minggu, 17 Agustus 2014 13:30 WIB - Foto karya Frans Mendur yang mengabadikan Presiden Soekarno membacakan naskah proklamasi di Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia di jajah oleh bangsa Eropa kurang lebih 350 tahun atau 3.5 abad, hal ini di hitung dari awal masuk sampai berakhir kekuasaannya pada tahun 1942. Negara eropa

Lebih terperinci

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa

Lebih terperinci

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( )

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( ) PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN 1945-1949 KELOMPOK 1 A ZIZATUL MAR ATI (14144600200) DEVIANA SETYANINGSIH ( 1 4144600212) NURUL FITRIA ( 1 4144600175) A JI SARASWANTO ( 14144600 ) Kembalinya Belanda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada. khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia.

I. PENDAHULUAN. telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada. khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia. I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan pada tanggal 17 agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No.56, hal ini merupakan bukti bahwa Indonesia telah menjadi

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Jakarta, 7 November 2012 Rabu, 07 November 2012

Sambutan Presiden RI pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Jakarta, 7 November 2012 Rabu, 07 November 2012 Sambutan Presiden RI pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Jakarta, 7 November 2012 Rabu, 07 November 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA UPACARA PENGANUGERAHAN GELAR PAHLAWAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan pada Bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa Bandung pada periode revolusi fisik tahun 1945-1948 merupakan waktu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Revolusi Revolusi dipahami sebagai proses yang sangat luar biasa, sangat kasar, dan merupakan sebuah gerakan yang paling terpadu dari seluruh gerakan-gerakan

Lebih terperinci

Dari pernyataan di atas, pernyataan yang merupakan hasil dari siding PPKI adalah.

Dari pernyataan di atas, pernyataan yang merupakan hasil dari siding PPKI adalah. Nama kelompok : Achmad Rafli Achmad Tegar Alfian Pratama Lulu Fajar F Nurul Vita C Kelas : XII TP2 1. Perhatikan penyataan-pernyataan berikut. 1. Mengesahkan dan menetapkan UUD 1945 sebagai dasar konstitusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa bersejarah 10 November 1945 yang dikenal dengan Hari Pahlawan. Pertempuran tiga pekan yang terjadi

Lebih terperinci

PERJUANGAN DIPLOMASI MEMPERTAHANKAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN SKRIPSI. Oleh MAYA AZMI SUNDARI NIM

PERJUANGAN DIPLOMASI MEMPERTAHANKAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN SKRIPSI. Oleh MAYA AZMI SUNDARI NIM PERJUANGAN DIPLOMASI MEMPERTAHANKAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945-1950 SKRIPSI Oleh MAYA AZMI SUNDARI NIM 080210302030 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

PERBEDAAN PEMIKIRAN SUTAN SJAHRIR DAN TAN MALAKA TENTANG PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA SKRIPSI. Oleh

PERBEDAAN PEMIKIRAN SUTAN SJAHRIR DAN TAN MALAKA TENTANG PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA SKRIPSI. Oleh PERBEDAAN PEMIKIRAN SUTAN SJAHRIR DAN TAN MALAKA TENTANG PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA SKRIPSI Oleh QOMARIATUL BADRIYAH NIM 090210302017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka, Kerangka Fikir dan Paradigma

Tinjauan Pustaka, Kerangka Fikir dan Paradigma 10 II. Tinjauan Pustaka, Kerangka Fikir dan Paradigma A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Peranan Peranan merupakan aspek dinamis dari suatu status (kedudukan). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya

Lebih terperinci

Penyebarluasan Proklamasi yang cukup efektif dilakukan juga melalui media siaran radio.

Penyebarluasan Proklamasi yang cukup efektif dilakukan juga melalui media siaran radio. Tugas IPS. Drama : Sejak pagi hari sebelum naskah Proklamasi dikumandangkan, sejumlah pemuda yang mengikuti pertemuan di kediaman Maeda disibukkan dengan kegiatan menyebarkan berita Proklmasi. Dengan semangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan menyerahnya Jerman kepada

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan menyerahnya Jerman kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan menyerahnya Jerman kepada Sekutu di Eropa dan menyerahnya Jepang kepada Sekutu tanggal 15 Agustus 1945.

Lebih terperinci

BAB XIII KONFERENSI MEJA BUNDAR (KMB)

BAB XIII KONFERENSI MEJA BUNDAR (KMB) BAB XIII KONFERENSI MEJA BUNDAR (KMB) D alam Bab sebelumnya telah dibahas upaya Indonesia mempertahankan kemerdekaan dan penyelesaikan permasalahan dengan Belanda melalui perjanjian-perjanjian yang disepakati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan Sekutu memutus jalur suplai dari udara maupun laut mengakibatkan pertahanan Jerman-Italia dapat dikalahkan di Afrika Utara. Sehingga kemenangan

Lebih terperinci

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN 1945-1949 K E L O M P O K 1 A Z I Z A T U L M A R A T I ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 0 0 ) D E V I A N A S E T Y A N I N G S I H ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 1 2 ) N U R U L F I T R I A

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Belanda meneruskan serangan ke daerah-daerah yang belum berhasil dikuasai

BAB V PENUTUP. Belanda meneruskan serangan ke daerah-daerah yang belum berhasil dikuasai BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah berhasil menduduki Yogyakarta sebagai awal agresi II, Belanda meneruskan serangan ke daerah-daerah yang belum berhasil dikuasai dengan Agresi-nya yang pertama termasuk

Lebih terperinci

atau sesuatu hal berupa objek yang mempunyai kedudukan, fungsi di masyarakat ( departemen pendidikan dan kebudayaan : 1999:955)

atau sesuatu hal berupa objek yang mempunyai kedudukan, fungsi di masyarakat ( departemen pendidikan dan kebudayaan : 1999:955) 10 Dari kedua pendapat diatas maka penulis mengartikan Partisipasi adalah keikut sertaan (tindakan) yang dilakukan Lembaga, Institusi ataupun individu dalam suatu peristiwa. B. Konsep Peranan Peranan adalah

Lebih terperinci

Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini

Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini SEJARAH INDONESIA; dari Proklamasi sampai Orde Reformasi, oleh Ketut Sedana Arta, S.Pd., M.Pd.; Dr. I Ketut Margi, M.Si. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp:

Lebih terperinci

SAMBUTAN PADA ACARA PERINGATAN HARI RAPAT RAKSASA IKADA 19 SEPTEMBER 1945

SAMBUTAN PADA ACARA PERINGATAN HARI RAPAT RAKSASA IKADA 19 SEPTEMBER 1945 SAMBUTAN PADA ACARA PERINGATAN HARI RAPAT RAKSASA IKADA 19 SEPTEMBER 1945 Oleh: Joko Widodo Gubernur Provlnsi DKI Jakarta PEMERINTAH PROVlNSI DAERAH KHUSUS lbukota JAKARTA Kamis, 19 September 2013 8SRIDMS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan peri-keadilan (MPR RI, 2012: 2).

I. PENDAHULUAN. dan peri-keadilan (MPR RI, 2012: 2). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemerdekaan merupakan hak setiap bangsa untuk terlepas dan terbebas dari tekanan bangsa lain. Hal ini senada dengan isi pembukaan UUD 1945. Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran, baik itu watak, kepercayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang sebelumnya dijajah oleh Jepang selama 3,5 tahun berhasil mendapatkan kemerdekaannya setelah di bacakannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Sejarah Indonesia pada periode 1945-1950 merupakan sejarah yang menentukan masa depan bangsa ini, karena pada periode inilah bangsa Indonesia mencapai titik puncak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian, dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan yang bulat dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan yang bulat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dinamika sejarah terletak pada kemampuan untuk memandang dimensi waktu sekaligus, yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi massa menjadi sebuah kekuatan sosial yang mampu membentuk opini publik dan mendorong gerakan sosial. Secara sederhana, komunikasi diartikan sebagai

Lebih terperinci

PANDANGAN POLITIK TAN MALAKA TENTANG KONSEP NEGARA REPUBLIK

PANDANGAN POLITIK TAN MALAKA TENTANG KONSEP NEGARA REPUBLIK PANDANGAN POLITIK TAN MALAKA TENTANG KONSEP NEGARA REPUBLIK ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Program Studi Pendidikan Sejarah Pada

Lebih terperinci

Surat-Surat Buat Dewi

Surat-Surat Buat Dewi Surat-Surat Buat Dewi Di bawah ini kami turunkan surat-surat Presiden Soekarno, yang ditulis dan dikirim kepada istrinya, Ratna Sari Dewi, selama hari-hari pertama bulan Oktober 1965. Surat-surat ini berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah Barat di Nusantara. Perjuangan itu berawal sejak kedatangan bangsa Portugis

Lebih terperinci

MAKALAH PERISTIWA PROKLAMASI KEMERDEKAAN

MAKALAH PERISTIWA PROKLAMASI KEMERDEKAAN MAKALAH PERISTIWA PROKLAMASI KEMERDEKAAN OLEH : (XI-IIS.1) FIKRI NUR WAFA (16) FIRJATULLAH AL F. (17) HANIFATUL WAHDA (18) ISYFA MAULANA A. (19) JIHAN FADIYAH M. (20) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah Kota Hiroshima dijatuhi bom atom oleh Sekutu tanggal 6 Agustus 1945, keesokan harinya tanggal 9 Agustus 1945 bom atom kedua jatuh di Kota Nagasaki, Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan negara yang dikenal dengan masyarakatnya

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan negara yang dikenal dengan masyarakatnya BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan penegasan istilah. 1.1 Latar Belakang Bangsa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERISTIWA MANDOR SEBAGAI HARI BERKABUNG DAERAH DAN MAKAM JUANG MANDOR SEBAGAI MONUMEN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Juni 1944, tentara Sekutu berhasil mendarat di Prancis dalam sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,

Lebih terperinci

RENGASDENGKLOK. Written by Soesilo Kartosoediro Thursday, 19 August :51 -

RENGASDENGKLOK. Written by Soesilo Kartosoediro Thursday, 19 August :51 - Rengasdengklok hanyalah sebuah kota kecamatan kecil di wilayah kabupaten Karawang, Jawa Barat. Namun tanpa Rengasdengklok yang terletak di sebelah utara kota Karawang ini barangkali perjalanan sejarah

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( )

TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( ) TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT (1949-1950) DOSEN PEMBIMBING : ARI WIBOWO,M.Pd Disusun Oleh : Rizma Alifatin (176) Kurnia Widyastanti (189) Riana Asti F (213) M. Nurul Saeful (201) Kelas : A5-14

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, hambatan dan keterbatasan komunikasi dapat mulai diatasi.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, hambatan dan keterbatasan komunikasi dapat mulai diatasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran media komunikasi sangat berjasa dalam menumbuhkan kesadaran kebangsaan, perasaan senasib sepenanggungan, dan pada akhirnya rasa nasionalisme yang mengantar bangsa

Lebih terperinci

- Siswa dapat menjelaskan kejadian yang ada pada suatu bacaan. - Siswa dapat memilih tanggapan yang sesuai dengan isi cerita

- Siswa dapat menjelaskan kejadian yang ada pada suatu bacaan. - Siswa dapat memilih tanggapan yang sesuai dengan isi cerita BAHASA INDONESIA NO. KOMPETENSI DASAR INDIKATOR SOAL 5 6 Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan 5.1 Menanggapi cerita tentang peristiwa yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan, kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V, penulis memaparkan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara studi literatur yang data-datanya diperoleh

Lebih terperinci

PERJUANGAN INTEGRASI DARI NEGARA RIS KE NKRI SKRIPSI

PERJUANGAN INTEGRASI DARI NEGARA RIS KE NKRI SKRIPSI PERJUANGAN INTEGRASI DARI NEGARA RIS KE NKRI 1949-1950 SKRIPSI Oleh LIKNAWATI NIM. 090210302045 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA

B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA A. Sidang PPKI 18 19 Agustus 1945 Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 hanya menyatakan Indonesia sudah merdeka dalam artian tidak mengakui lagi bangsa

Lebih terperinci

PEDOMAN PRAKTIKUM.

PEDOMAN PRAKTIKUM. PEDOMAN PRAKTIKUM 1 PENGEMBANGAN SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN SEJARAH Oleh : SUPARDI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap rakyat. Dengan kata lain, gerakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku

I. PENDAHULUAN. pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang perjalanan sejarah RI pernah meletus suatu perlawanan rakyat terhadap pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku

Lebih terperinci

Pada tanggal 1 September 1945, Komite Sentral dari Komite-komite Kemerdekaan Indonesia mengeluarkan sebuah manifesto:

Pada tanggal 1 September 1945, Komite Sentral dari Komite-komite Kemerdekaan Indonesia mengeluarkan sebuah manifesto: Yusuf Budianto 0906636075 BAB 7-BAB 12 Adanya rencana pembuangan para tahanan Indonesia ke Tanah Merah membuat reputasi Belanda memburuk. Hal ini juga menimbulkan protes keras dari orang Indonesia, apalagi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

Tanggal 17 Agustus Assalamu alaikum Wr. Wb. Selamat pagi dan Salam sejahtera bagi kita sekalian.

Tanggal 17 Agustus Assalamu alaikum Wr. Wb. Selamat pagi dan Salam sejahtera bagi kita sekalian. BUPATI KULON PROGO SAMBUTAN PADA ACARA UPACARA BENDERA 17 AGUSTUS 2014 DALAM RANGKA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE 69 PROKLAMASI KEMERDEKAAN R I TINGKAT KABUPATEN KULON PROGO Tanggal 17 Agustus 2014 Assalamu

Lebih terperinci

Usaha pendudukan yang dilakukan Pemerintahan Militer Jepang untuk menguasai

Usaha pendudukan yang dilakukan Pemerintahan Militer Jepang untuk menguasai 2 Pendudukan atas pulau Sumatera juga dimaksudkan oleh Jepang untuk dijadikan pangkalan pengawasan terhadap kapal-kapal milik Sekutu di Samudera Hindia bagian barat, juga sebagai daerah pemasok bahan makanan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia pada periode 1945-1950 merupakan sejarah yang menentukan masa depan bangsa ini, karena pada periode inilah bangsa Indonesia mencapai titik puncak perjuangan

Lebih terperinci

PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI

PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI www.bimbinganalumniui.com 1. Setelah kabinet Amir Syarifuddin jatuh, atas persetujuan presiden KNIP memilih Hatta sebagai Perdana Menteri. Jatuhnya Amir Syarifuddin membuat kelompok kiri kehilangan basis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan tokoh besar dengan mendokumentasikan asal-usul kejadian, menganalisis geneologi, lalu membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan terlupakan oleh masyarakat kota Madiun, terutama bagi umat Islam di Madiun. Pada bulan September tahun

Lebih terperinci

BAB I MASA AWAL KEMERDEKAAN INDONESIA

BAB I MASA AWAL KEMERDEKAAN INDONESIA BAB I MASA AWAL KEMERDEKAAN INDONESIA Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan Pembentukan BPUPKI (Dokuritsu Junbi Cosakai) Pembentukan PPKI (Dokuritsu Junbi Inkai) Peristiwa Rengasdengklok Perumusan Teks

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI Pd Pertemuan dg Veteran dan Pejuang Perang..., tgl 23 Mar 2014, di Bali Minggu, 23 Maret 2014

Sambutan Presiden RI Pd Pertemuan dg Veteran dan Pejuang Perang..., tgl 23 Mar 2014, di Bali Minggu, 23 Maret 2014 Sambutan Presiden RI Pd Pertemuan dg Veteran dan Pejuang Perang..., tgl 23 Mar 2014, di Bali Minggu, 23 Maret 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERTEMUAN DENGAN VETERAN DAN PEJUANG PERANG

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian, dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam persepsi bangsa Indonesia tentang dirinya sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( )

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( ) 58 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan maka, dapat disimpulkan bahwa Proses Perjuangan Lettu CPM Suratno dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Desa Panggungrejo

Lebih terperinci

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau MATERI USBN SEJARAH INDONESIA PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH 1. PENGERTIAN SEJARAH Istilah Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti Pohon. Penggunaan kata tersebut dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1988 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEAMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945 1 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali, yakni Perubahan Pertama pada tahun 1999, Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan manusia lainnya agar dapat mempertahankan hidupnya. Ia harus mendapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan manusia lainnya agar dapat mempertahankan hidupnya. Ia harus mendapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia menjadi bagian dari kehidupan sosial, harus berkomunikasi dengan manusia lainnya agar dapat mempertahankan hidupnya. Ia harus mendapat informasi tentang

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 2

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 2 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SENTING SAMBI BOYOLALI TAHUN 2012/2013 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. itu, dikumpulkan sumber-sumber yang berhubungan dengan tema

BAB III METODOLOGI. itu, dikumpulkan sumber-sumber yang berhubungan dengan tema BAB III METODOLOGI A. Bentuk dan Strategi Penelitian Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Louis Gottschalk, 1986: 32). Metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah selesai, tetapi proklamasi itu harus mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah selesai, tetapi proklamasi itu harus mendapatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah sekian lama berada dalam belenggu penjajahan, tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia menyatakan diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Proklamasi

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERINGATAN HARI IBU (PHI) KE-89 TAHUN 2017

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERINGATAN HARI IBU (PHI) KE-89 TAHUN 2017 PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERINGATAN HARI IBU (PHI) KE-89 TAHUN 2017 KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Jl. Medan Merdeka Barat Nomor 15, Jakarta 10110 Telepon/Faksimile (021) 3805542

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN Skripsi ini berjudul Peranan Pesantren Syamsul Ulum Dalam Revolusi Kemerdekaan di Sukabumi (1945-1946). Untuk membahas berbagai aspek mengenai judul tersebut, maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Pebruari merupakan titik permulaan perundingan yang menuju kearah berakhirnya apartheid dan administrasi minoritas kulit putih di Afrika Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan. Aceh banyak menghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. Oleh karena itu, Belanda

Lebih terperinci

Ebook dan Support CPNS Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com:

Ebook dan Support CPNS   Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com: SEJARAH NASIONAL INDONESIA 1. Tanam paksa yang diterapkan pemerintah colonial Belanda pada abad ke-19 di Indonesia merupakan perwujudan dari A. Dehumanisasi masyarakat Jawa B. Bekerjasama dengan Belanda

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( )

REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( ) REPUBLIK INDONESIA SERIKAT (1949-1950) Disusun Oleh : Rizma Alifatin (14144600176) Kurnia Widyastanti (14144600189) Riana Asti F (14144600213) M. Nurul Saeful (14144600201) Sejarah Singkat RIS Pada tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam suatu negara selalu menjadi salah satu faktor utama kemenangan atau kekalahan suatu negara

Lebih terperinci

Dari kedua pengertian di atas maka yang dimaksud dengan Proses adalah suatu

Dari kedua pengertian di atas maka yang dimaksud dengan Proses adalah suatu 11 Dari kedua pengertian di atas maka yang dimaksud dengan Proses adalah suatu runtutan peristiwa yang didalamnya terdapat bagian- bagian tertentu yang saling berhubungan dalam suatu perubahan. Pengambilalihan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Revitalisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Untuk Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain

BAB I PENDAHULUAN. pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku adalah sebuah media penyambung ilmu yang efektif bagi pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain menambah banyak ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemuda sebagai generasi penerus sebuah bangsa, kader Selakigus aset. pengawasan pelaksanaan kenegaraan hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Pemuda sebagai generasi penerus sebuah bangsa, kader Selakigus aset. pengawasan pelaksanaan kenegaraan hingga saat ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemuda sebagai generasi penerus sebuah bangsa, kader Selakigus aset masyarakat. Seseorang atau komunitas manusia muda yang biasa di identikan dengan ke dinamisan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang telah dikemukakan. Kesimpulan tersebut merupakan jawaban dari pertanyaanpertanyaan penelitian

Lebih terperinci