BAB III MANAJEMEN DAN HUBUNGAN KETENAGAKERJAAN PERKEBUNAN KOPI BANARAN TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III MANAJEMEN DAN HUBUNGAN KETENAGAKERJAAN PERKEBUNAN KOPI BANARAN TAHUN"

Transkripsi

1 37 BAB III MANAJEMEN DAN HUBUNGAN KETENAGAKERJAAN PERKEBUNAN KOPI BANARAN TAHUN A. Awal Perkembangan Perkebunan Kopi Banaran Konon, sejarah perkopian dunia mencatat orang Sheikh dari Arab yang tertolong jiwanya sewaktu tersesat di hutan dengan memasak buah-buah biji kopi. Juga cerita kambing Kaldi yang tidak tidur-tidur karena memakan buah-buah tumbuhan kopi yang tumbuh di semak-semak di kawasan Ethiopia (kini). Ini catatan dari abad ke-tiga. Buah kopi pun kemudian dimanfaatkan oleh rohaniwan-rohaniwan di berbagai biara di Yemen dan dari kawasan Yemen inilah budidaya kopi dimulai. Bumi arab merupakan sumber tanaman kopi dan dari sanalah kegemaran minum kopi kemudian menyebar ke Mesir, Syria, Turki dan lain-lain negeri di kawasan Timur- Tengah. 1 Tumbuhan kopi diperkirakan berasal dari hutan-hutan tropik di kawasan Afrika, tumbuh dibawah pohon-pohon besar di hutan-hutan. Coffea arabica dianggap berasal dari kawasan pegunungan tinggi di barat Ethiopia maupun di kawasan utara Kenya. Jenis-jenis lainnya ditemukan di banyak kawasan di Afrika. Kegemaran minum kopi tumbuh di kalangan pedagang dari Eropa yang sering datang di pusatpusat perdagangan di Timur Tengah dan menggunakan warung kopi di berbagai 1 P.S. Siswoputranto. Kopi Internasional dan Indonesia. (Yogyakarta: Kanisius, 1993), hlm

2 38 negeri di Timur Tengah untuk tempat-tempat melakukan bisnis. Pedagang-pedagang ini lazim membawa kembali contoh dan mulailah digemari minuman kopi oleh orang-orang Eropa. Tercatat pengapalan kopi dari Turki ke Venetia pada tahun 1615 dan CAFÉ mulai dibuka sekitar tahun Kopi kemudian dikenal penduduk di Wina sejak tahun 1683, sebagai akibat terjadinya peperangan dengan Turki, dan minuman kopi menjadi kegemaran di banyak kota di Austria, Jerman, Belanda, Prancis, dan Inggris. Dari Inggris kemudian minuman kopi diperkenalkan ke Amerika melalui Virginia pada abad ke-17. Di benua ini kopi nyata menggeser minuman teh yang dikenakan pajak tinggi (1773) sampai kejadian Boston Tea Party yang membuat para pedagang teh membuang seluruh kiriman teh di kapal-kapal yang bersandar di pelabuhan Boston. Sejak itu minuman kopi dapat dikatakan menggantikan teh. Pedagang Belanda abad ke-17 mulai mengembangkan budidaya kopi di tanahtanah jajahan dan pelabuhan Amsterdam berperan sebagai pusat penjualan kopi dari Java dan Dutch East Indies. Prancis memperoleh bibit tanaman kopi dari Belanda dan memulai budidaya kopi di Martinique. Tercatat pulau ini telah memiliki sekitar 18 juta pohon kopi pada tahun Budidaya kopi dikembangkan di Indonesia hampir tiga abad, yaitu sejak tanaman kopi untuk pertama kali dimasukkan ke pulau Jawa di zaman Hindia Belanda pada tahun 1696, bersamaan waktunya dengan digemarinya minuman kopi di kawasan Eropa. Pertama kali dimasukkan bibit tanaman Kopi Arabika asal dari Malabar-India dan diterima a Plantentuin di Bogor untuk percobaan penanaman, dan ternyata berhasil. Kemudian dilanjutkan dengan penyebaran bahan tanaman ke

3 39 berbagai daerah di Jawa Barat. Namun sayang tanaman-tanaman yang pertama kali dikembangkan ini mati karena banjir. Untuk menggantikannya pada tahun 1699 di datangkan lagi bibit-bibit baru yang dikembangkan penanamannya di sekitar Batavia (Jakarta sekarang) dan di banyak daerah di Jawa Barat. Dari penanaman ini kemudian diperluas ke lain-lain daerah. Perkembangannya pesat karena tanaman kopi dimasukkan dalam cultuurstelsel yang mewajibkan rakyat menanam kopi sesuai rencana dan peraturan pemerintahan Belanda waktu itu. 2 Ditetapkannya penanaman kopi berawal dari adanya kecenderungan meningkatnya permintaan kopi di pasaran Eropa pada akhir abad ke -17. Kesempaan ini digunakan oleh VOC untuk menambah komoditi ekspornya dengan membudidayakan tanaman kopi di daerah Priyangan. Dengan berbagai faktor pendukung yang dimiliki, daerah Priyangan menjadi daerah kopi yang sangat menguntungkan. Hasil kopi Priyangan bahkan mampu menggeser Yaman yang semula menjadi pengekspor kopi utama untuk pasaran eropa. 3 Daendels (Belanda) dan Raffles (Inggris) yang berkuasa di Indonesia setelah bubarnya VOC, merupakan tokoh-tokoh penguasa yang menjadi penganut paham liberal. Mereka memperjuangkan diterapkannya kebebasan perorangan, baik dalam hak milik tanah, bercocok tanam, berdagang, menggunakan hasil tanaman, maupun dalam pemberian kepastian hukum dan keadilan bagi rakyat tanah jajahan. 2 P.S. Siswoputranto., Ibid, hlm Mubyarto. Dkk., Tanah dantenaga Kerja Perkebunan, (Yogyakarta: Aditya Media 1992),hlm. 17.

4 40 Untuk melaksanakan gagasan liberalnya ini, Raffles mengubah sistem pungutan paksa yang dijalankan oleh VOC, menjadi sistem pemungutan pajak tanah (landrente). Dengan cara ini rakyat dibebaskan dari segala unsur paksaan, dan sebaliknya rakyat diberi kebebasan baik dalam menentukan tanaman-tanaman yang dikehendaki maupun dalam menentukan penggunaan hasil panenannya. Sistem ini dilancarkan dengan harapan dapat memberikan kebebasan dan kepastian hukum bagi para petani serta merangsang petani untuk menanam tanaman perdagangan, serta di lain pihak diharapkan terjamin kelestarian pendapatan negara. Banyak cara yang ditempuh agar rakyat terdorong untuk meningkatkan tanaman ekspor. Mula-mula penanaman kopi secara paksa diubah menjadi penanaman bebas dengan cara menyewakan kebun-kebun kopi kepada kepala-kepala desa yang harus memeliharanya dengan baik. Cara yang diharapkan lebih menarik ini ternyata tidak dapat berjalan sebagaimana diinginkan, karena petani seringkali dirugikan dalam proses jual beli hasilnya dengan para penguasa asing. Akibatnya produksi kopi turun. Upaya lain yang dilakukan adalah mengadakan kontrak penyerahan hasil tanaman atau pengolahan produksi antara pengusaha-pengusaha Eropa dengan penduduk melalui kepala desa ataupun secara langsung. Cara ini pun tidak berhasil, karena berbagai faktor antara lain belum adanya pengalaman dagang di kalangan penduduk. 4 Pelaksanaan sistem sewa tanah yang dilaksanakan pada periode Raffles yang mengalami kegagalan dalam merangsang para petani untuk meningkatkan produksi tanaman ekspor digantikan dengan sistem tanam paksa (Cultuurstelel) pada tahun 4 Mubyarto Ibid, hlm

5 oleh Johanes van den Bosch yang menjadi Gubernur Jenderal di Indonesia pada waktu itu. Jenis tanaman yang terkena sistem tanam paksa terutama adalah kopi, tebu, dan nila (indigo). Sedangkan tanaman lain yaitu tembakau, lada, teh dan kayu manis ditanam dalam skala kecil. Komoditi tersebut ditanam pada 1/5 bagian tanah penduduk, kecuali kopi yang ditanam di tanah-tanah yang belum digarap. Wilayah Tanam Paksa terutama di Jawa, khususnya di daerah gubernemen, dengan pengecualian daerah Batavia, Bogor, daerah tanah partikelir, dan daerah Varstenlanden (Surakarta dan Yogyakarta). Di daerah Vorstenlanden ada aturan khusus yaitu dengan sistem sewa. 5 Selama pelaksanaan Tanam Paksa dapat dikatakan bahwa diantara tanaman ekspor yang dikembangkan, kopi dan tebu menduduki peran yang terpenting karena mendatangkan keuntungan terbesar. Kopi yang tumbuhnya di daerah pegunungan, tidak memerlukan irigasi, dan kebutuhan tenaganya pun relatif tetap jumlahnya, sehingga tidak menimbulkan efek negatif bagi penduduk. Berbeda dengan kopi, tebu menghendaki tempat tumbuh yang subur, irigasi yang cukup dan tersedianya tenaga kerja yang banyak (terlebih setelah diperkenalkannya sistem reynoso) 6 Secara umum dapat ditarik suatu gambaran bahwa, Tanam Paksa memang telah berhasil menjadikan Jawa daerah perkebunan yang subur. Disamping itu secara tidak langsung pelaksanaan sistem Tanam Paksa juga telah mengenalkan suatu 5 Sartono Kartodirdjo dan Djoko Suryo., Sejarah Perkebunan di Indonesia: Kajian Sosial Ekonomi(Yogyakarta: Aditya Media1991), hlm Mubyarto. Dkk., Tanah dan Tenaga Kerja Perkebunan, (Yogyakarta: Aditya Media 1992),hlm. 21.

6 42 teknologi baru dalam bidang pertanian kepada rakyat Indonesia, serta pengenalan terhadap tanaman perdagangan seperti tebu, indigo, tembakau, dan sebagainya. 7 Pada tahun 1878 timbul serangan penyakit karat daun (Hemileia Vastatrix) yang diperkirakan merembet dari Sri Langka (kemudian Sri Langka beralih ke budidaya teh). Penyakit karat daun pertama-tama merusak tanaman-tanaman kopi di sekitar daerah pegunungan di Padang dan dengan cepat menyebar ke Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur pada tahun-tahun 1880-an. Penyakit karat daun amat merusak budidaya kopi Arabika yang giat dikembangkan waktu itu dan menurunkan produksi sampai sekitar 50% tahun 1890 dan lebih rendah lagi tahun-tahun sesudahnya. Kerena penyakit daun ini sulit diberantas, dilakukan usaha-usaha untuk mendapatkan tanaman kopi dari lain jenis. Pada 1875 didatangkan jenis tanaman kopi: Coffea Liberica dari Liberia untuk percobaan penanaman. Ternyata jenis ini tidak demikian disenangi karena tinggi dan tanaman peka terhadap penyakit karat daun. Tanaman kopi Robusta diperoleh Hindia Belanda pada tahun 1900 dari L horticule Coloniale di Brussel-Belgia. Tanamannya berasal dari Kongo jajahan Belgia waktu itu. Percobaan penanamannya dilakukan di sekitar Malang di Jawa Timur dan berhasil baik. Tanaman Robusta ini kemudian dikembangkan secara pesat untuk menggantikan tanaman Arabika, karena tanamannya dapat diandalkan, dan tahan terhadap penyakit karat daun yang amat ditakuti perkebunan-perkebunan kopi waktu itu. Akan tetapi tanaman Robusta ini hanya cocok dikembangkan di dataran- 7 Sartono Kartodirdjo dan Djoko Suryo., Sejarah Perkebunan di Indonesia: Kajian Sosial Ekonomi(Yogyakarta: Aditya Media1991), hlm. 69.

7 43 dataran rendah sampai ketinggian sekitar 800 m. Terekam sejarah perkopian di Hindia Belanda waktu itu bahwa mulai tahun 1908 dilancarkan usaha-usaha untuk perluasan tanaman Robusta oleh petani-petani rakyat di berbagai daerah: Bali, Sumatra Selatan, kemudian ke daerah Sulawesi Tengah, Lampung dan Kerinci di Sumatra Barat, di Tapanuli dan di daerah Bengkulu. Sejak itu Indonesia (Hindia Belanda) menjadi produsen kopi Robusta. Kopi Arabika terbatas dibudidayakan di daerah-daerah tinggi diatas m. Peran Hindia Belanda cepat menonjol dalam perkopian dunia dan menjadi sumber kopi penting setelah Brasilia. 8 Pada tahun 1905 mulailah budidaya kopi di kawasan Kabupaten Semarang yang didirikan oleh NV Semadmij yang mendirikan Kebun Banaran dengan nama CO Banaran (Cultur Onderneming Banaran). Kopi yang dibudidayakan di Kebun Banaran merupakan jenis kopi Robusta yang pada waktu itu memang banyak di kembangkan di perkebunan-perkebunan di Indonesia. Enam tahun kemudian tepatnya pada tahun 1911 didirikanlah Pabrik Kopi Banaran yang bangunanya sampai saat ini belum pernah dibongkar ataupun direhab. 9 Kebun Getas didirikan sejak tahun 1896 yang dikelola oleh FA. HG. Th. Crone yang berkedudukan di Amsterdam, Belanda dengan nama CO Getas yang berkantor pusat di Semarang. Selain Kebun Getas kebun yang dikelola oleh FA. HG. Crone adalah Kebun Ngobo, Kebun Jatirunggo, Kebun Assinan, dan Kebun 8 P.S. Siswoputranto. Kopi Internasional dan Indonesia. (Yogyakarta: Kanisius, 1993), hlm Dokumen Pabrik Kopi Banaran PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Getas.

8 44 Batujamus. 10 Dari daftar Kebun diatas yang dalam pengelolaannya digabung adalah Kebun Getas yang merupakan perkebunan dengan budidaya karet dan Kebun Assinan Banaran dengan budidaya Kakao dan kopi. Selama pendudukan Jepang ( ) segala lapangan kegiatan ditujukan untuk menopang usaha perang. Hal ini berlaku pula bagi bidang ekonomi pada umumnya dan bidang perkebunan pada khususnya. Tidak mengherankan apabila perkebunan banyak yang terlantar sehingga produksinya juga merosot secara mencolok. 11 Selama masa pendudukan Jepang terjadi penurunan produksi perkebunan yang sangat drastis. Hal ini disebabkan oleh kebijakan peningkatan produksi pangan yang dijalankan pemerintahan Jepang untuk keperluan perang. Pemerintah Jepang mengadakan pembatasan-pembatasan penggunaan lahan perkebunan untuk diganti dengan tanaman pangan dan membongkar tanah tanah perkebunan untuk digantikan tanaman pangan. Pasca pendudukan Jepang, tepatnya setelah kemerdekaan, Perkebunan di Kebun Getas diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia. Hal tersebut berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 4 Tahun 1946 tentang perusahaan perkebunan. Peraturan tersebut dikeluarkan oleh Presiden Soekarno tanggal 6 Juni 1946 di Yogyakarta. Isi dari peraturan tersebut diantaranya adalah mengenai pengambilalihan perusahaan-perusahaan perkebunan yang ada di Indonesia 10 Venti Dini Rahmatika., Analisis Daya Saing Kopi (Coffea sp) PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Getas/ Assinan Kabupaten Semarang, (skripsi, Universitas Sebelas Maret, 2011) hlm Sartono Kartodirdjo dan Djoko Suryo., Sejarah Perkebunan di Indonesia: Kajian Sosial Ekonomi(Yogyakarta: Aditya Media1991) hlm

9 45 untuk dijalankan dibawah kekuasaan negara. Perusahaan-perusahaan perkebunan itu kemudian dijalankan oleh sebuah Badan Hukum Pemerintah yang diberi nama Pusat Perkebunan Negara (PPN). Pusat Perkebunan Negara (PPN) dari tiap-tiap daerah dipimpin oleh suatu dewan pimpinan yang terdiri dari ketua dan dua orang anggota. Dewan pimpinan tersebut bekerja dibawah pengawasan Djawatan Perkebunan dan Kementerian Pertanian. Modal PPN berasal dari modal pertama yang disediakan oleh pemerintah pada waktu PPN didirikan, kemudian modal juga berasal dari sisa uang yang terdapat dalam kas badan-badan warisan dari zaman Jepang atau sesudahnya, serta uang pinjaman dari Bank. 12 Berdasarkan ketentuan Perundingan Meja Bundar pada tahun 1949 perkebunan milik asing perlu dikembalikan kepada pemilik semula, sedang perkebunan milik pemerintah kolonial diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia, begitu pula dengan milik asing yang tidak akan dieksploitasi lagi oleh pemiliknya. 13 Termasuk Kebun Getas yang merupakan milik swasta dikembalikan lagi kepada pemiliknya yaitu FA. HG. Th. Crone. Pada waktu FA. HG. Th. Crone kembali, kondisi perkebunan pada umumnya amat memprihatinkan, selain karena terlantar selama pendudukan Jepang atau rusak akibat Agresi Militer I, kenyataan yang ada menunjukkan bahwa selama perang sebagian telah dikerjakan oleh rakyat. Setelah Agresi Militer yang Pertama, 12 Arsip Mangkunegaran VIII tentang Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1946 tentang Perusahaan Perkebunan Surakarta: Reksopustoko. 13 Sartono Kartodirdjo dan Djoko Suryo., Op. Cid hlm. 166.

10 46 perkebunan mulai mengadakan beberapa pembenahan seperti perbaikan alat-alat produksi dan sarana transportasi, pembenahan administrasi, dan sebagainya. Melalui bantuan financial dari kantor pusat firma FA. HG. Th. Crone di Amsterdam dan oleh karena hampir semua perangkat telah diasuransikan maka pekerjaan lancar. Tetapi sebagian kecil masih terdapat tanah-tanah yang dikuasai oleh rakyat. 14 Pada tahun 1958 terjadi peristiwa pengambilalihan perusahaan-perusahaan swasta Belanda yang ada di Indonesia. Termasuk perusahaan-perusahaan perkebunannya. Peristiwa ini dikenal dengan istilah Nasionalisasi Perusahaan Swasta Belanda. Peristiwa ini diawali dengan gagalnya pemerintah RI dalam memperoleh dukungan pada pemungutan suara di PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa) mengenai tuntutan kedaulatan Indonesia atas Irian Barat yang selama itu masih dikuasai oleh Belanda. Hal ini terjadi pada tanggal 29 November Sebagai akibatnya terjadi protes yang berupa pemogokan buruh yang bekerja pada perusahaan Belanda dan kemudian disusul dengan pengambilalihan perusahaan dan perkebunan-perkebunan Belanda oleh para buruh dan kemudian militer. 15 Kebun Getas yang pada tahun 1950 digabung dengan Kebun Assinan pada tanggal 10 Desember 1957 diambil alih oleh RI berdasar surat nomor: Kpts- PM/0073/12/1957 dari Panglima Teritorial & Teritorium IV Diponegoro, selaku Penguasa Militer dibawah pimpinan Kolonel Soeharto, termasuk CO Banaran Wawancara dengan Agus Wantoro. Tanggal 10 Mei Mubyarto. Dkk., Op. Cit, hlm Venti Dini Rahmatika., Op. Cit, hlm. 49.

11 47 Pada bulan Desember 1957 lebih dari 500 perkebunan Belanda atau 75% dari seluruh perkebunan yang ada di Indonesia telah berada dibawah pengawasan militer. Menurut Menteri Pertanian Sadjarwo, pengambilalihan ini dimaksudkan untuk melindungi pabrik, sehingga produksi tidak sampai terhenti. Perkebunan-perkebunan itu menurut rencana akan dikendalikan kepada pemiliknya segera setelah Belanda setuju untuk menyerahkan kedaulatan atas Irian Barat. Hingga tahun 1958 Belanda tidak menunjukkan tanda-tanda akan menyerah, maka November 1958, kabinet mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) Nasionalisasi, selanjutnya 27 Desember 1958 Presiden Soekarno menandatangani UU No 86 tahun 1958 tentang nasionalisasi perusahaan milik Belanda di Indonesia. 17 Berdasarkan keputusan tersebut, Kebun Getas dan juga Kebun Kopi Banaran merupakan salah satu perusahaan perkebunan Belanda yang terkena Nasionalisasi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1959 tentang Penentuan Perusahaan Pertanian/ Perkebunan Milik Belanda yang dikenakan Nasionalisasi. Peraturan ini ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2 Mei 1959 dan ditandatangani oleh Pejabat Presiden Republik Indonesia, Sartono; Menteri Pertanian, Sadjarwo dan Menteri Kehakiman, G.A. Maengkom. 18 Pada tahun 1969 Pemerintah Republik Indonesia mengadakan perubahan bentuk perkebunan Belanda menjadi Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) dimana Kebun Getas dan Kebun Assinan/Banaran diubah menjadi PN Perkebunan XVIII 17 Mubyarto. Dkk., Op. Cit, hlm Arsip Nasional No. 667 tentang Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1959 tentang Penentuan Perusahaan Pertanian/ Perkebunan Milik Belanda yang Dikenakan Nasionalisasi ( Jakarta: ANRI, 1959), hlm. 8.

12 48 Kebun Getas Salatiga untuk Kebun Getas, dan PN Perkebunan XVIII Kebun Assinan/Banaran Ambarawa. Berdasar Akta Notaris di Jakarta nomor 98 tahun 1973, tanggal 31 Juli 1973 diadakan pengalihan bentuk perusahaan, dari Perusahaan Negara Perkebunan XVIII menjadi PT Perkebunan XVIII (Persero). Berdasarkan surat keputusan Direktur Utama PT. Perkebunan XVIII (Persero) nomor: XVIII/14.1/KPT/366/VI/1982 pada tanggal 05 Agustus 1982 Kebun Getas dan Assinan/ Banaran digabung (regrouping) sampai sekarang, dengan beberapa perubahan dalam AD PT. Perkebunan XVIII (Persero) yang tertuang dalam akta Notaris Imas Fatimah, SH nomor: 107 tanggal 13 Agustus 1984 dan Akta Pembetulan nomor 38 tanggal 08 Maret 1985, yang lebih disyahkan oleh Menteri Kehakiman dengan Surat Keputusan nomor C HT 0104 tahun 1985 tanggal 26 Agustus Berdasarkan surat keputusan tersebut Perkebunan Kopi Banaran sepenuhnya bergabung dengan Kebun Getas dan Kebun Assinan. B. Perkebunan Kopi Banaran Pada tahun 1996 Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1996 tentang Peleburan Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan XV- XVI dan Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan XVIII menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan Nusantara IX. Modal pendiriannya disetor oleh negara dan berasal dari seluruh kekayaan Negara Republik Indonesia yang tertanam dalam Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan XVIII, setelah dikurangi dengan sejumlah dana yang akan dipergunakan dalam rangka pendirian Perusahaan 19 Venti Dini Rahmatika., Op. Cit, hlm. 50.

13 49 Perseroan (Persero) PT. Perkebunan Nusantara XVIII dan besarnya modalnya ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan Departemen Pertanian. Pelaksanaan peleburan Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan XV-XVI dan Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan XVIII, dilakukan oleh Menteri Keuangan dan Menteri Pertanian. 20 Berdasarkan Peraturan Pemerinah tersebut diatas, Perkebunan Kopi Banaran yang awalnya bernama PT. Perkebunan XVIII (Persero) berubah menjadi PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Getas. PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) dipimpin oleh seorang Administratur yang bertanggung jawab atas semua kegiatan produksi yang terjadi di Perusahaan Perkebunan Karet Getas maupun Perkebunan Kopi Banaran. Seorang Administratur bertanggung jawab untuk mengorganisasikan perusahaan, termasuk menentukan proses produksi dan hasil yang akan dicapai di Perusahaan Karet Getas maupun Perusahaan Perkebunan Kopi Banaran. 21 Pada tahun 1998 terjadi krisis ekonomi yang melanda negara-negara di Asia, terutama di Asia Timur dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Krisis tersebut mengakibatkann harga-harga berbagai macam kebutuhan naik. Melemahnya nilai tukar rupiah telah menurunkan daya beli masyarakat karena kenaikan harga-harga barang konsumsi yang sarat kandungan impor. Menurunnya atau tertundanya konsumsi masyarakat secara luas memberi tekanan balik kepada sektor riil berupa 20 Arsip Perkebunan tentang Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1996 tentang Peleburan Perusahaan Perseroan, (Semarang: Badan Arsip Jawa Tengah, 1996) 21 Wawancara dengan Agus Wantoro. Tanggal 10 Mei 2016.

14 50 berkurangnya tingkat keuntungan usaha yang sebelumnya sudah menurun karena bertambah besarnya biaya produksi. Tekanan karena kenaikan biaya produksi dan menurunnya daya serap pasar telah menjepit sektor usaha yang berakibat dengan pengurangan skala aktivitas usaha yang tampak secara riil pada pengurangan jumlah tenaga kerja. Tidak dapat dipungkiri bahwa krisis ekonomi telah mendorong intensitas krisis politik dan sosial semakin cepat dan hal ini rupanya yang menyebabkan kinerja sektor rirl Indonesia semakin terpuruk. 22 Krisis ekonomi tersebut juga melanda Perkebunan Kopi Banaran. Dampak krisis ekonomi tersebut dirasakan pada tahun 1998 yaitu ditandai dengan turunnya produksi kopi. Jumlah produksi kopi yang diproduksi pada tahun 1987 sebesar kg dan pada tahun 1998 turun menjadi kg. Walaupun demikian tidak menyebabkan perkebunan Kopi menjadi jatuh, hal tersebut terbukti dengan produksi kopi yang diproduksi pada tahun berikutnya mengalami kenaikan yaitu pada tahun 1999 sampai dengan 2001 dimana pada tahun 1999 produksi kopi naik menjadi kg, pada tahun 2000 mengalami kenaikan lagi menjadi kg, dan produksi kopi mengalami kenaikan kembali pada tahun berikutnya yaitu tahun 2001 yang memproduksi kopi dengan jumlah kg. 22 Noor Yudanto, M. Setyawan Santoso. Dampak Krisis Moneter Terhadap Sektor Riil dalam Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, edisi September 1998.

15 51 1. Produktivitas Perkebunan Kopi Banaran Tahun Perkebunan Kopi Banaran mempunyai luas tanah ha dan yang merupakan tanah produktif atau termasuk tanaman menghasilkan yaitu ha, karena yang ha digunakan untuk kantor, pembibitan, dan sebagainya. Perkebunan Kopi Banaran merupakan kebun kopi yang menanam kopi jenis Robusta. Karena dalam sejarahnya kopi Robusta memiliki kualitas tinggi dan mempunyai nilai jual internasional. Selain itu kopi jenis Robusta juga sangat cocok ditanam di daerah Bawen Kabupaten Semarang karena tempat perkebunan kopi yang berada di daerah iklim B dengan tinggi tempat antara meter dengan topografi umum dan bergelombang serta jenis tanah alovial, coklat kemerahan, meditran coklat, Andosol coklat, regosol, latosol coklat kemerahan, latosol. 23 Tanaman yang diusahakan di Kebun Getas Afdeling Assinan adalah tanaman kopi dari jenis Robusta (Coffea canephora Pierre ex Froehner) dengan klon-klon yang diusahakan yaitu BP 42, BP 234, BP 254, BP 288, BP 358, BP 409 dan SA 237. Umur Tanaman Menghasilkan (TM) umumnya sudah cukup tua yaitu tahun (tahun tanam ). Pada tanaman yang sudah tidak produktif lagi dilakukan penanaman kembali (replanting) dengan menggunakan bibit yang berasal dari biji kopi Exelsa sebagai batang bawah, sedangkan batang atas yang dipakai umumya adalah klon BP 42, BP 234, BP 358 dan BP 409 karena klon-klon tersebut mempunyai kelebihan antara lain berbunga lebih serempak, biji berukuran seragam dan produktivitas tinggi. Jarak tanam yang digunakan adalah 2.50 m x 2.50 m dengan 23 Profil singkat PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Getas, hlm. 9.

16 52 populasi tanaman pohon/ha. Keseluruhan areal perkebunan kopi di Afdeling Assinan Kebun Getas sudah memasuki tahap tanaman menghasilkan (TM). Dengan luas lahan ha memiliki populasi TM sebanyak pohon dengan ratarata populasi pohon/ha. Namun pada 2006 dan 2009 luas area tanaman kopi mengalami penurunan yaitu menjadi 396,41 ha pada 2006, dan 376,97 ha pada Tanaman naungan tetap yang digunakan adalah lamtoro (Leucaenaglauca) klon L2 dan klon PG 79 dengan jarak tanam 3.5 m x 3.5 m. Tanaman lamtoro yang ditanam berasal dari cangkokan. Hal yang penting diperhatikan adalah serangan kutu loncat terhadap lamtoro. Sekarang sedang dikembangkan pemanfaatan predator Curinus coreolus yang memakan telur dari hama kutu loncat (Heteropsylla spp.). Tanaman naungan sementara yang digunakan adalah Moghania macrophylla (MM) dengan jarak tanam 1.25 m x 1.25 m. 24 Produksi kopi yang dihasilkan dari tahun ke tahun berfluktuasi, umumnya produksi akan tinggi jika pemeliharaan kebun terjaga dengan baik dan keadaan iklim mendukung untuk pertumbuhan dan produksi. Perkembangan produksi kopi Robusta di Afdeling Assinan/Kempul Kebun Getas PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero), Semarang, Jawa tengah dapat dilihat pada tabel Alpaseno., Pengelolaan Pemupukan Tanaman Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre ex Froehner) Di Kebun Getas, PT Perkebunan Nusantara IX Semarang, (Semarang, Skripsi Agronomi, Fak. Pertanian, Institut Pertanian Bogor, 2005) hlm. 6-7.

17 53 Tabel 7 Jumlah Produksi dan Produktivitas Perkebunan Kopi Banaran PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Getas Tahun Panen Luas (ha) Produksi (kg) Basah Kering Produktivitas (Per Ha) Curah Hujan , , , , , , , , , , , , , Sumber: Kantor Administrasi Afdeling Assinan PT Perkebunan Nusantara IX Kebun Getas Tahun 2005

18 54 Dari data pada tabel 7 menunjukkan bahwa produksi yang dihasilkan dari tahun ke tahun berfluktuasi, umumnya produksi akan tinggi jika pemeliharaan kebun terjaga dengan baik dan keadaan iklim mendukung untuk pertumbuhan dan produksi. 25 Dari data diatas dapat dilihat bahwa pada produksi tahun 1996 yaitu sebanyak kg kopi basah, jumlah tersebut mengalami peningkatan tajam di banding tahun sebelumnya yaitu tahun 1995 yang hanya kg. Hal tersebut karena pada tahun tersebut Perkebunan Kopi Banaran pengelolaannya sudah di pegang oleh PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) yang mulai mengelola kebun sehingga menghasilkan produksi yang memuaskan. Tetapi pada tahun 1998 yang merupakan terjadinya krisis ekonomi menjadikan produksi kopi turun menjadi kg kopi basah dan tahun tersebut merupakan yang paling rendah produksinya dibandingkan tahun-tahun lain. Tetapi PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Getas terus meningkatkan pengelolaannya sehingga pada tahun produksinya mengalami kenaikan. Data diatas juga menunjukkan bahwa produksi dan produktivitas di perkebunan kopi banaran yang tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu sebanyak kg kopi basah dengan produktivitas sebesar per ha. 2. Pengolahan Kopi Pengolahan kopi yang dilakukan oleh perusahaan besar tentunya harus sesuai dengan tekhnologi standart mutu yang tinggi. Pabrik kopi harus mengolah kopi dari perkebunan dengan mengunakan peralatan yang baik dan berkapasitas besar agar dapat mengolah kopi dengan maksimal. Proses pengolahan kopi dilakukan di Pabrik 25 Ibid, hlm 7

19 55 Kopi Banaran yang terletak di dusun Banaran, Desa Gemawang, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. Pengolahan kopi robusta di pabrik kopi PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Getas yang terletak di Banaran ada 2 (dua) macam yaitu Robusta Wet Process (RWP) dan Robusta Dry Process (RDP). Robusta Wet Process (RWP) adalah pengolahan basah yaitu dengan tahapan-tahapan tertentu serta membutuhkan biaya tinggi tetapi hasil dari proses ini sangat menarik dari segi penampakan karena pada proses ini setiap aktifitas dapat dikontrol hasilnya. Biji kopi yang diolah dengan RWP adalah buah yang berbiji merah. Robusta Dry Process (RDP) sering diterapkan oleh masyarakat karena biayanya murah dan cocok untuk produksi skala kecil. Biji kopi yang diolah dengan RDP adalah buah berbiji hijau. Kelemahan RDP adalah membutuhkan waktu pengeringan yang lama. Tujuan utama dari pengolahan kopi pasca panen adalah menurunkan kadar air biji kopi menjadi 9%-12%. Pada nilai kadar air tersebut kopi mempunyai sifat tidak mudah berubah kondisi, sifat dan karakteristiknya dikarenakan pengaruh lingkungan. 26 a. Pengolahan RWP (Robusta Wet Process) Bahan baku yang digunakan adalah buah kopi berwarna merah, tepat masak, segar, sehat, tingkat kematangan homogen (seragam) dan bebas kontaminasi. Pemisahan buah kopi dilakukan dikebun dan harus segera dibawa ke pabrik untuk proses selanjutnya agar kesegaran buah tetap terjaga. Setelah sampai ke pabrik, kopi segera di uraikan pada bak penerimaan agar tidak terjadi penempelan karena panas dan lembab. Tahap selanjutnya adalah pengaliran kopi ke bak syphon yang berfungsi 26 Venti Dini Rahmatika., Op. Cit, hlm. 59

20 56 untuk memisahkan buah kopi yang baik dengan buah kopi yang jelek serta kotoran yang terbawa dari kebun. Buah kopi yang baik akan tenggelam dalam air, sedangkan yang jelek akan mengapung di atas air. Tahap selanjutnya adalah ruang pulper untuk pengelupasan kulit buah dan pencucian. Kulit yang masih terbawa pada proses ini akan dibersihkan di bak cuci sebelum masuk ke bak penuntasan yang bertujuan untuk meminimalkan air yang terbawa dari bak cuci agar dapat menjaga mesin pengeringan tetap stabil karena air yang terbawa secara berlebihan akan dapat merusak instalasi pemanas serta akan mengurangi kalori panas mesin pengering. Proses pengeringan ada dua macam yaitu secara manual (Viss Dryer) dan mekanis (Masson Dryer). Tujuan dari proses ini adalah menurunkan kadar air biji kopi dari 40%-55% menjadi 9%-12%. Pada proses pengeringan, pengeturan suhu serta pembalikkan harus dilakukan secara tepat agar mendapat hasil yang memuaskan. Setelah kopi dikeringkan, kopi akan ditampung di bordes kering untuk didinginkan minimal 24 sebelum digerbus/huller. Huller atau mesin gerbus adalah suatu mesin yang digunakan untuk pengupasan kulit tanduk dan kulit ari biji kopi. Proses selanjutnya adalah sortasi dan ayak biji kopi yang bertujuan untuk memilah antara biji kopi yang baik (superior) dengan biji kopi yang jelek (inferior). Setelah proses ayak selesai biji-biji kopi yang telah terpisah menurut ukurannya dimasukkan dalam karung dan dikelompokkan berdasar jenis, mutu dan ukurannya. Penilaian mutu dan besaran nilai diperoleh dari pengambilan contoh kopi hasil sortasi tenaga terpilih. Berdasarkan nilai cacat mutu kopi produksi PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) dapat digolongkan sendiri-sendiri yaitu Mutu 1 apabila nilai cacat antara

21 57 0%-11%, Mutu 4 apabila nilai cacat antara 12%-80% dan Mutu lokal apabila nilai cacat > 80%. b. Pengolahan RDP (Robuta Dry Process) Pengolahan kopi tanpa mengupas kulit buah, buah kopi basah lansung dikeringkan dengan panas sinar matahari atau mesin pengering (Viss Dryer dan Masson Dryer). Bahan baku yang digunakan pada proses RDP yaitu kopi hasil sortasi dikebun maupun hasil sortasi bak syphon yang terdiri dari buah kopi hijau, hitam atau kering dan terserang hama bubuk. Pada proses pengeringan RDP bisa dilakukan dengan penjemuran di lantai plester dan saat proses berlangsung harus dilakukan pembalikkan secara berkala. Tahap berikutnya adalah buah kopi hasil pengeringan awal dimasukkan ke ruang pengeringan/ bordes kering. Untuk proses lainnya, sistem RDP sama dengan sistem RWP yaitu menuju ruang huller dan sebagainya. Perbedaan yang sangat mencolok adalah pada proses penjemuran panas matahari pada RDP. Pada proses ini kulit ari dari sistem RDP tidak dapat lepas dari biji, sehingga tampak kusam warnanya. 3. Hama dan Penyakit Tanaman Setiap perkebunan pasti selalu mempunyai kendala dalam mengatasi hama dan penyakit tanaman, begitu juga pada perkebunan kopi. Hama yang menyerang pada tanaman kopi diantaranya: a. Bubuk buah (Hipothenemus hampei) Hama ini sangat merugikan produksi kopi karena menurunkan mutu kopi dan penyusutan berat kopi. Hama ini dapat dikendalikan dengan cara

22 58 mengambil buah kopi yang terserang kemudian direbus dengan tujuan mematikan hama, dapat pula dilakukan pengambilan biji-biji kopi yang terjatuh agar tidak menjadi inang hama. b. Kutu putih/ Kutu dompolan (Planococcus citri) Kutu putih merupakan hama yang menyerang bunga dan buah kopi, tetapi pada saat populasi hama tinggi dapat menyerang pucuk tanaman, daun, dan cabang muda. Bunga, buah dan daun muda yang terserang akan mengalami kekeringan dan gugur. c. Kutu hijau (Coccus viridis) Kutu hijau menyerang seluruh bagian tanaman yang masih muda yaitu bunga, daun cabang dan batang. Akibat penusukan dan penghisapan cairan, bagian hijau yang diserang menjadi kuning akhirnya akan mengering. Selain itu tanaman menjadi kerdil, pertumbuhan tunas-tunas dan cabang menjadi pendek dan tidak sehat. d. Nematoda Nematoda parasit yang sangat merugikan tanaman kopi adalah (Patylenchus coffeae), gejala serangannya adalah pertumbuhan tanaman tidak normal, daun kelihatan pucat, kering dan kemudian gugur, cabang mengering dan perlahan mati, akar serabutnya busuk dan mudah roboh. Sedangkan penyakit tanaman kopi yang menyerang perkebunan kopi diantaranya: a. Cendawan akar coklat (Phellinus sp atau Fomes sp)

23 59 Gejala serangannya adalah daun-daunnya menguning kemudian rontok dan kadang ada juga daun menguning tapi tetap menempel pada batang. Akar tunggang tertutup kerak anyaman misselia jamur berwarna coklat. b. Jamur upas (Corticium salmonicolor) Gejala awal serangan ditandai dengan adanya misselium tipis menyerabut seperti sarang laba-laba pada bagian cabang yang terserang. Selanjutnya misselium akan membentuk bintil dan akhirnya berubah menjadi kemerahan. Bila serangan terus terjadi maka akan mengakibatkan tanaman yang diserang mengering dan daunnya layu Pembangunan Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran Perkebunan Kopi Banaran merupakan industri perkebunan yang merupakan penghasil kopi. Kopi yang dihasilkan oleh perkebunan kemudian diangkut dan diproses di Pabrik Kopi Banaran yang merupakan milik P.T Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Getas. Pada awalnya kopi hasil perkebunan dijual dalam bentuk biji kopi yang memiliki kualitas terbaik akan di ekspor sedangkan yang berkualitas buruk dijual di pasar lokal. Kopi yang pada awalnya hanya dijual dalam bentuk biji kopi kemudian berkembang dengan adanya kopi yang dijual dalam bentuk bubuk yang dikemas dan diberi nama Kopi Banaran. Berawal dari sebuah keresahan yang disebabkan oleh harga komoditi Kopi yang terus menurun mulai tahun 1998 sampai dengan tahun Tahun 2002, direksi PTPN IX (persero) melakukan sebuah terobosan dengan menerapkan pola bisnis hulu hilir, komoditi Kopi tidak hanya saja dapat diperoleh hasilnya dengan 27 Venti Dini Rahmatika., Op. Cit, hlm

24 60 menjual biji kopi (green bean) akan tetapi dapat juga memperoleh hasil / pendapatan yang lebih, dengan memberikan nilai tambah berupa perubahan bentuk ke arah hilir. Komoditi Kopi yang tadinya dijual dalam bentuk biji (green bean), diolah sebagian menjadi Kopi Bubuk dengan memberikan label/ nama dagang Banaran Coffee. Untuk lebih meningkatkan proses penetrasi/ pengenalan produk kepada khalayak umum, Pada tahun 2002, tepatnya tanggal 20 Agustus, dibangunlah sebuah coffeeshop dengan tujuan sebagai etalase dari produk hilir yang berfungsi untuk memperkenalkan produk hilir yang diproduksi oleh PTPN IX (persero). Pengenalan produk hilir dilakukan dengan memajang produk dalam bentuk kemasan siap saji. Selain itu, proses penetrasi dilakukan dengan bentuk sajian kopi maupun teh yang disajikan hangat maupun dingin. Seiring dengan bergulirnya waktu, minat konsumen pun semakin bertambah, berbagai masukan dari konsumen ditanggapi secara positif oleh direksi, penambahan variasi menu berbahan dasar kopi dan teh terus dilakukan. Tidak hanya berhenti sampai disitu saja. Tahun 2005, tepatnya tanggal 28 Agustus direksi melakukan terobosan dengan merubah kebun percontohan aneka tanaman perkebunan dan buah koleksi di Afdeling Assinan, tepatnya dipinggir jalan Raya Bawen Solo Km 1,5 Bawen Kabupaten Semarang menjadi sebuah Kawasan Agrowisata yang kemudian lebih dikenal sebagai Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran. Kawasan Agrowisata ini terus dikembangkan dengan memberikan berbagai macam tambahan fasilitas penunjang, difrensiasi produk dan jasa terus dihasilkan melalui inovasi baik produk maupun jasa.

25 61 Nama Kampoeng Kopi Banaran merupakan sebuah nama yang dihasilkan dari pemikiran yang dalam dan panjang. Pengambilan nama Kampoeng Kopi Banaran didasarkan oleh proses dasar kopi, Banaran merupakan sebuah dusun di sebuah desa, tepatnya di desa Gemawang kecamatan Jambu Kabupaten Semarang, yaitu tempat dimana berdiri Pabrik Pengolahan Kopi tempat buah kopi merah diolah menjadi biji kopi siap ekspor (green bean). Sedangkan Kampoeng Kopi merupakan kawasan perkebunan Kopi yang terletak di Desa Assinan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. 28 Daerah Agrowisata ini memiliki ketinggian sekitar meter dari permukaan laut dengan suhu udara sejuk antara derajat celcius. Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran menyediakan fasilitas utama yaitu berupa bangunan resto atau dikenal dengan Banaran Coffe yang mana di tempat tersebut penunjung dapat menikmati sedapnya aneka hidangan minuman berbahan dasar kopi serta aneka jenis makanan, dan juga terdapat area bermain anak-anak, lapangan tenis, mushola, ruang pertemuan, Griya Robusta, Family Gathering, Corporate Gathering, Coffe Walk, Area Out Bond, kolam renang, Gazebo, taman buah dan jelajah kebun dengan kendaraan ATV diakses Tanggal 20 Juli WIB. 29 Wenry Agus Cahyono., Potensi dan Pengembangan Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran di Kabupaten Semarang Jawa Tengah., ( Laporan Tugas Akhir, UNS, FSSR Jurusan Usaha Perjalanan Wisata, 2011) hlm. 23

26 62 C. Sistem Perburuhan di Perusahaan Perkebunan Kopi Banaran Dalam suatu perusahaan perkebunan tentu memiliki buruh yang berperan penting dan bekerja pada mandor atau majikan. Buruh pada dasarnya adalah para pekerja yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan gaji atau upah dari majikannya. Buruh yang bekerja di suatu perusahaan mempunyai hak yang harus dipenuhi oleh pihak perusahaan. Hak-hak tersebut diberikan kepada para buruh untuk kesejahteraan dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hak-hak yang harus diberikan oleh perusahaan kepada para buruh antara lain: 1. Pemberian Upah atau Gaji Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang diterapkan menurut suatu persetujuan, atau peraturan perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun keluarganya. 30 Upah merupakan titik sentral dari perjuang serikat pekerja dalam meningkatkan anggotanya. Suatu tingkat upah yang layak untuk kehidupan pekerja merupakan salah satu ukuran dari tingkat kesejahteraan bangsa. Upah yang layak, bahkan yang terlalu rendah akan menyebabkan menurunnya kemanpuan fisik dan mental pekerja untuk bekerja, dan hasilyang dicapai pekerja tidak akan memuaskan, ini disebabkan produktifitas rendah. 31 Upah Minimum sesuai Pasal 1 ayat 1 Peraturan 30 Petaruran Pemerintah No. 8 Tahun 1981, Tentang Perlindungan Upah 31 Martoyo Rahmat., Serikat Pekerja Pengusaha dan Kesepakatan Kerja Bersama. (Jakarta: Fikahati Anesa, 1991), hlm. 39.

27 63 Meteri Tenaga Kerja Nomor Per-01/MEN/1999 tentang upah minimum, pengertian upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari gaji pokok termasuk tunjangan tetap, penetapan upah minimum dilakukan dengan mempertimbangkan: a. Kebutuhan hidup minimum b.indeks harga konsumen c. Kemampuan, perkembangan dan kelangsungan perusahaan d. Upah pada umumnya berlaku didaerah tertentu dan antar daerah e. Kondisi pasar kerja f. Tingkat perkembangan perekonomian dan perdapatan perkapita. 32 PT Perkebunan Nusantara IX Divisi Tanaman Tahunan wilayah kerjanya seluruh Jawa Tangah, sedang upah minimal satu kabupaten dengan yang lain berbeda seperti Surakarta lebih besar dari upah golongan terendah, berdasarkan kenyataan yang demikian maka PT Perkebunan Nusantara IX Divisi Tanaman Tahunan mengajukan penangguhan besarnya upah minimal Kabupaten Semarang kepada Gubernur Jawa Tengah sehingga terjadi persamaan gaji diseluruh wilayah kerja PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero), hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 90 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 tahun Besarnya upah yang masih di bawah upah minimal memang dimaklumi oleh Serikat Pekerja mengingat kondisi perusahaan tidak memungkinkan dan demi kebersamaan sesama karyawan PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) asas kebersamaan ini bisa mencegah timbulnya kecemburuan antar karyawan PT. 32 Peraturan Meteri Tenaga Kerja Nomor PER-01/MEN/1999 Pasal 6.

28 64 Perkebunan Nusantara IX (Persero) di setiap daerah, disamping itu kesejahteraan karyawan yang baik di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) membuat karyawan memaklumi ketidakmampuan Perusahaan memberi upah sesuai dengan upah minimal. 33 Pemberian upah atau gaji di Perkebunan Kopi Banaran Kebun Getas diberikan kepada karyawan atau buruh berdasarkan status buruhnya. Buruh atau karyawan di Perkebunan Kopi Banaran meliputi: a. Buruh Harian Insiden Buruh Harian Insiden merupakan buruh harian yang menerima upah harian. Buruh harian insiden dibayar sesuai dengan hari kerja buruh tersebut. Apabila buruh masuk kerja akan mendapat upah, sedangkan jika tidak masuk kerja tidak akan mendapatkan upahnya. Selain itu buruh harian insiden juga tidak mendapatkan tunjangan maupun seragam kerja. Setiap bulan buruh harian insiden rata-rata penghasilannya masih dibawah UMR (Upah Minimum Regional) b. Buruh Lepas Teratur Buruh Lepas Teratur merupakan buruh yang bekerja di perusahaan dengan gaji atau upah harian. Buruh Harian Lepas dalam bekerja sudah memakai seragam, buruh harian lepas juga akan mendapatkan tunjangan termasuk Tunjangan Hari Raya (THR). Gaji rata-rata buruh lepas teratur per bulan sudah setara dengan UMR. c. Karyawan Tetap 33 Sigit Anugroho., Pelaksanaan Perjanjian Kerja Bersama Periode antara Direksi PT. Perkebunan Nusantara IX dengan Federasi Serikat Pekerja Kebun IX Divisi Tanaman Tahunan PT. Perkebunan Nusantara IX di Pabrik Kebun Getas Kabupaten Semarang, (Semarang: skripsi, Universitas Negeri Semarang, 2006), hlm. 148.

29 65 Karyawan tetap merupakan pekerja di perusahaan perkebunan yang mendapat gaji atau upah tetap setiap bulan dan seragam kerja. Selain itu karyawan tetap juga mendapat tunjangan-tunjangan, jaminan sosial, dan pensiun. Setiap bulannya rata-rata pada karyawan tetap mendapat gaji lebih besar daripada UMR Hari kerja dan Jam Kerja Hari kerja sebagaimana diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara Direksi PT. Perkebunaan Nusantara IX (Persero) dengan federasi serikat pekerja adalah 5 (lima) hari kerja untuk kantor direksi dan 6 (enam) hari kerja untuk kebun. Kebun Getas memiliki sistem 6 (enam) hari kerja dan hari minggu serta hari libur nasional yang ditetapkan pemerintah adalah hari libur bagi pekerja. Jam kerja untuk Kantor Direksi adalah 8 (delapan) jam dan maksimum 40 (empata puluh) jam dalam seminggu dan untuk Kebun Getas adalah 7 (tujuh) jam dan maksimal 40 (empat puluh) jam dalam seminggu, untuk pekerjaan yang sifatnya harus dilakukan terus menerus selama 24 jam, maka jam kerjanya diatur dalam shift. 35 Untuk jam kerja di Perkebunan kopi Banaran Kebun Getas yang diterapkan adalah selama 7 (tujuh) jam yang dimulai pada pukul WIB, kemudian pada pukul WIB WIB digunakan untuk istirahat, dan pekerjaan selesai pada pukul WIB. Untuk pekerjaan yang dilakukan dengan sistem shift seperti satpam dan pengelolaan kopi jam kerja diatur untuk 24 jam kerja karena di bagian pengelolaan kopi harus selalu mengolah kopi untuk mencapai target yang telah 34 Wawancara dengan Takari. Tanggal 10 Mei Sigit Anugroho., Op Cit, hlm. 110.

30 66 ditetapkan. Para karyawan yang di bagian produksi kopi harus mengolah kopi mulai dari pengeringan kopi, pembersihan kulit buah dan kulit ari, sampai kemudian disortir sesuai dengan kualitas produksi kopi. 36 Pekerjaan yang dilakukan diluar jam kerja dan hari kerja dinyatakan sebagai lembur. Perhitungan uang lembur didasarkan kepada Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: 72 Tahun 1984 dan Nomor: 608 tahun 1989 tentang Dasar Perhitungan Upah Lembur yang perhitungannya sebagai berikut: 1) Rumusan uang lembur per jam Uang lembur sejam : 1/173 x 75 % x Gaji pokok. 2) Rumusan faktor perkalian jam lembur a) Hari Biasa Untuk jam kerja lembur pertama x 1 ½ jam uang lembur sejam. Untuk jam lembur kedua dan seterusnya setip jamnya x 2 uang lembur sejam. b) Apabila lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan atau hari raya resmi: - Untuk setiap jam dalam batas 7 (tujuh) jam atau 5 (lima) jam apabila hari raya tersebut jatuh pada hari kerja pendek, dibayar sedikitsedikitnya 2 (dua) kali uang lembur sejam. - Untuk jam kerja pertama selebihnya 7 (tujuh) jam atau 5 (lima) apabila hari raya tersebut jatuh pada hari kerja pendek dibayar 3 (tiga) kali uang lembur sejam 36 Wawancara dengan Sujoyo. Tanggal 10 Mei 2016.

31 67 - Untuk jam kerja kedua setelah 7 (tujuh) atau 5 (lima)jam apabila hari raya tersebut jatuh pada hari kerja pendek dibayar 4 (empat) kali uang lembur sejam. 3) Sesuai kondisi unit kerja, pelaksanaan lembur, perhitungan faktor dan jm lembur diatur sebagai berikut: a) Pelaksanaan lembur - Lembur teratur : Diadakan karena sifat pekerja membutuhkan lebih dari 7 jam kerja yang berlaku dan bersifat tetap yang dilakukan secara shift 8 jam sehari - Insidentil : Diadakan karena pekerjaan yang perlu segera diselesaikan dalam waktu tertentu sedang jam yang berlaku tidak mencukupi. b) Perhitungan faktor lembur - Hari kerja biasa Untuk jam kerja lembur pertama 1 ½ x uang lembur sejam untuk setiap jam, lembur selebihnya 2 x uang lembur sejam. - Hari Minggu Untk setiap jam kerja lembur dalam batas 7 jam 2 x uang lembur sejam, untuk kerja lembur kedelapan 3 x uang lembur sejam, untuk setiap jam kerja lebihnya jam kedelapan 4 x uang lembur sejam. - Hari Raya Resmi

32 68 Sama dengan ketentuan hari Minggu, kecuali hari kerja pendek. Dalam satu Minggu dalam batas 5 jam 2 x ung lembur sejam, jam keenam 3 x uang lembur sejam, selebihnya jam keenam 4 x uang lembur sejam. 37 Selain libur pada hari libur atau hari raya, para karyawan juga berhak atas libur tahunan atau cuti. Menurut pasal 79 Undang-Undang No 13 Tahun 2003, telah menentukan bahwa buruh yang telah bekerja pada suatu perusahaan mendapatkan cuti tahunan, sekurang-kurannya 12 (dua belas) hari kerja setelah pekerja/ buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus dan istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 (satu) bulan bagi pekerja/ buruh yang telah bekerja selama 6 (enam) tahun secara terus-menerus pada perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerja/ buruh tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun. Bagi wanita yang sedang haid dan melahirkan juga diberikan istirahat kerja. Bagi buruh wanita yang sedang berada dalam masa haid diberi waktu istirahat selama 2 hari. Buruh wanita yang berada dalam masa melahirkan anak diberi waktu istirahat selama satu setengah bulah sebelum melahirkan dan satu setengah bulah setelah melahirkan atau sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan atau bidan Sigit Anugroho., Op Cit, hlm Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, Tentang Ketenagakerjaan.

33 69 3. Jaminan Sosial Semua Perusahaan tentu harus memiliki Jaminan sosial yang diberikan kepada para pekerjanya sesuai dengan Undang-Undang. Jaminan sosial diberikan dari pihak Perusahaan Perkebunan Kopi Banaran kepada para tenaga kerjanya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 tahun Penyelenggaraan jaminan sosial harus dibentuk untuk kesejahteraan rakyat. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang sistem Jaminan sosial, para pekerja atau buruh mempenyai hak untuk mendapatkan Jaminan Sosial selama mereka bekerja maupun setelah mereka tua dan meninggal. Jaminan sosial yang diberikan oleh Perusahaan Perkebunan Kopi Banaran sesuai dengan Undang-Undang tentang sistem Jaminan sosial diantaranya Jaminan kecelakaan kerja, Jaminan kematian, Jaminan hari tua, Jaminan Kesehatan. a. Jaminan Kecelakaan Kerja Jaminan kecelakaan kerja diberikan guna mengatasi masalah asuransi sosial yang diselenggarakan secara nasional agar dapat memenuhi kebutuhan para pekerja untuk mendapat jaminan kecelakaan kerja. Para pekerja atau buruh yang pada waktu bekerja mengalami kecelakaan akan mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medisnya. Jika terjadi kecelakaan dan bahkan meninggal akan diberikan santunan berupa uang tunai. Dalam hal ini jika kecelakaan kerja mengakibatkan harus dirawat di Rumah sakit maka akan diberikan kelas standar untuk merawat para pekerja. Besarnya jumlah jaminan kecelakaan kerja sesuai dengan kesepakatan antara Perusahaan dan pekerja sesuai dengan presentase dari upah yang diberikan ataupun keseluruhan akan ditanggung oleh Perusahaan. b. Jaminan Kematian

BAB I PENDAHULUAN. PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) pabrik kopi Banaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN. PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) pabrik kopi Banaran merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Sejarah Perusahaan PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) pabrik kopi Banaran merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terletak di Dusun Banaran, Desa Gemawang, Kecamatan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG. Roswita Sela 14.I1.0174

IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG. Roswita Sela 14.I1.0174 IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG Roswita Sela 14.I1.0174 OUTLINE PROFIL PERUSAHAAN PROSES PRODUKSI SANITASI KESIMPULAN SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN

Lebih terperinci

KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH

KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH 11 KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH Sejarah Perkebunan Pada tahun 1865 PT Perkebunan Tambi merupakan perusahaan swasta milik Belanda dengan nama Bagelen Thee En Kina Maatschappij. Pengelolanya adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kopi (Coffea sp.) sebagai salah satu komoditi non migas. Kopi memiliki

PENDAHULUAN. Kopi (Coffea sp.) sebagai salah satu komoditi non migas. Kopi memiliki PENDAHULUAN Latar Belakang Kopi (Coffea sp.) sebagai salah satu komoditi non migas. Kopi memiliki pasaran yang cukup di pasar dunia. Hal ini disebabkan dari berbagai penjuru dunia banyak orang yang suka

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan

KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan PT. Perkebunan Tambi merupakan perusahaan swasta yang bergerak dibidang industri teh. Tahun 85 kebun-kebun teh di Bagelen, Wonosobo disewakan kepada Tuan D. Vander Sluij

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Transportasi Kereta Api Transportasi merupakan dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat, serta pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu hasil dari berbagai tanaman perkebunan yang dapat

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu hasil dari berbagai tanaman perkebunan yang dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu hasil dari berbagai tanaman perkebunan yang dapat tumbuh di Indonesia. Sebagaimana kita ketahui Indonesia merupakan Negara kepulauan sehingga

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PERKEBUNAN

KONDISI UMUM PERKEBUNAN KONDISI UMUM PERKEBUNAN 15 Sejarah Umum PT Perkebunan Tambi PT Perkebunan Tambi adalah perusahaan swasta. Pada masa perkembangannya PT Perkebunan Tambi telah mengalami beberapa perubahan. Pada tahun 1865

Lebih terperinci

Dairi merupakan salah satu daerah

Dairi merupakan salah satu daerah Produksi Kopi Sidikalang di Sumatera Utara Novie Pranata Erdiansyah 1), Djoko Soemarno 1), dan Surip Mawardi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118. Kopi Sidikalang

Lebih terperinci

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN Bagi Indonesia kopi (Coffea sp) merupakan salah satu komoditas yang sangat diharapkan peranannya sebagai sumber penghasil devisa di luar sektor minyak dan gas bumi. Disamping sebagai sumber

Lebih terperinci

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI Secangkir kopi dihasilkan melalui proses yang sangat panjang. Mulai dari teknik budidaya, pengolahan pasca panen hingga ke penyajian akhir. Hanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Pertumbuhan dan perkembangan sektor usaha perkebunan di Indonesia dimotori oleh usaha perkebunan rakyat, perkebunan besar milik pemerintah dan milik swasta. Di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman kopi. merupakan tanaman unggulan yang sudah dikembangkan dan juga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman kopi. merupakan tanaman unggulan yang sudah dikembangkan dan juga menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi (Coffea spp) adalah spesies tanaman berbentuk pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman kopi merupakan tanaman unggulan yang sudah dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah PT Perkebunan Nusantara IX (Persero)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sejarah PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) atau biasa disebut PTPN IX adalah perusahaan BUMN yang bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sektor pertanian dinegara-negara berkembang perannya sangat besar karena merupakan mata pencarian pokok sebagian besar penduduk. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964

BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964 BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964 P.T. PP London Sumatra Indonesia Tbk. sebelum dinasionalisasi bernama Harrison & Crossfield Ltd. Perusahaan ini berpusat di London, Inggris,

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian (2017) TUJUAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif 15 KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Pada masa pemerintahan Hindia Belanda sekitar tahun 1865 Perusahaan Perkebunan Tambi adalah salah satu perusahaan milik Belanda, dengan nama Bagelen Thee en

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Kantor induk Unit Perkebunan Tambi terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Unit Perkebunan Tambi ini terletak pada ketinggian 1 200-2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kapur barus dan rempah-rempah, jauh sebelum bangsa Barat datang ke Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kapur barus dan rempah-rempah, jauh sebelum bangsa Barat datang ke Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada hakikatnya, Indonesia telah mengenal sistem kebun sebagai sistem perekonomian tradisional dengan penanaman tanaman-tanaman seperti kopi, lada, kapur barus dan rempah-rempah,

Lebih terperinci

Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat

Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 Telp. (0335) 420517 PROBOLINGGO 67271 Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat Oleh : Ika Ratmawati, SP POPT Perkebunan Pendahuluan Kabupaten Probolinggo

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan kegiatan ekonomi pedesaan melalui pengembangan usaha berbasis pertanian. Pertumbuhan sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dalam subsektor perkebunan di Indonesia karena memiliki peluang pasar yang baik di dalam negeri maupun luar negeri. Sebagian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Blitar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Blitar BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Blitar Wilayah Blitar merupakan wilayah yang strategis dikarenakan wilayah Blitar berbatasan dengan beberapa Kabupaten yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka 2. 1. Tinjauan Agronomis Secara umum terdapat dua jenis biji kopi, yaitu Arabika dan Robusta. Sejarah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor yang mampu menciptakan penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena pengusahaannya dimulai dari kebun sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman perkebunan merupakan salah satu tanaman yang prospektif untuk dikembangkan di Indonesia. Letak geografis dengan iklim tropis dan memiliki luas wilayah yang

Lebih terperinci

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Oleh: Ir. Nur Asni, MS PENDAHULUAN Tanaman kopi (Coffea.sp) merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan sebagai

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PERKEBUNAN

KONDISI UMUM PERKEBUNAN KONDISI UMUM PERKEBUNAN Sejarah Perkebunan Tambi Pada tahun 1865, PT Perkebunan Tambi merupakan perkebunan teh milik Pemerintahan Hindia Belanda yang disewakan kepada pengusaha swasta Belanda yang bernama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan perekonomian nasional dan menjadi sektor andalan serta mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. Perkebunan-perkebunan besar

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Salah satu sektor pertanian yang sangat berperan dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dinamika Ekonomi Pabrik Gula Sumberharjo Pemalang pada Tahun

BAB V KESIMPULAN. Dinamika Ekonomi Pabrik Gula Sumberharjo Pemalang pada Tahun BAB V KESIMPULAN Penelitian dan studi pustaka telah dilakukan untuk mendeskripsikan Dinamika Ekonomi Pabrik Gula Sumberharjo Pemalang pada Tahun 1985-2005. Adapun yang menjadi bagian dari penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kopi (coffea sp) di Indonesia sebagian besar berasal dari perkebunan rakyat dengan penerapan teknologi budidaya yang masih terbatas, apabila penerapan teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja, menghasilkan devisa negara, dan berfungsi dalam

I. PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja, menghasilkan devisa negara, dan berfungsi dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan menyediakan kebutuhan pangan masyarakat secara langsung, memberi kontribusi dalam

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BUAH LADA

PENGOLAHAN BUAH LADA PENGOLAHAN BUAH LADA Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama I. PENDAHULUAN Lada memiliki nama latin Piper nigrum dan merupakan family Piperaceae. Lada disebut juga sebagai raja dalam kelompok rempah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. rasanya dibanding jenis kopi yang lain, tanda-tandanya adalah biji picak dan daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. rasanya dibanding jenis kopi yang lain, tanda-tandanya adalah biji picak dan daun 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kopi Arabika Kopi Arabika (Coffea arabica) adalah kopi yang paling baik mutu cita rasanya dibanding jenis kopi yang lain, tanda-tandanya adalah biji picak dan daun hijau tua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: 1) Industri kopi olahan kelas kecil (Home Industri), pada industri ini

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: 1) Industri kopi olahan kelas kecil (Home Industri), pada industri ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki wilayah pertanian yang sangat luas dengan sebagian besar dari angkatan kerja dan kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN Kebun Cisaruni merupakan salah satu unit kebun dari 45 unit yang ada di bawah naungan PT. Perkebunan Nusantara VIII yang berkantor pusat di Jl. Sindangsirna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati yang berasal dari buah kelapa sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. Minyak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana mata pencaharian mayoritas penduduknya dengan bercocok tanam. Secara geografis Indonesia yang juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum masalah yang dihadapi masyarakat adalah mengenai kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia terbatas dari segi kuantitas

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERKEBUNAN KOPI BANARAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERKEBUNAN KOPI BANARAN 19 BAB II GAMBARAN UMUM PERKEBUNAN KOPI BANARAN A. Kondisi Geografis Perkebunan Kopi Banaran Kabupaten Semarang merupakan salah satu Kabupaten dari 29 kabupaten dan 6 kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kopi adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena peranannya yang cukup menonjol sebagai sumber pendapatan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. karena peranannya yang cukup menonjol sebagai sumber pendapatan masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kopi merupakan komoditas perkebunan yang sangat terkenal di seluruh dunia khususnya di Indonesia. kopi merupakan andalan sub sektor perkebunan karena peranannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di Pulau Jawa. Sementara pabrik gula rafinasi 1 yang ada (8 pabrik) belum

BAB 1 PENDAHULUAN. di Pulau Jawa. Sementara pabrik gula rafinasi 1 yang ada (8 pabrik) belum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai potensi menjadi produsen gula dunia karena didukung agrokosistem, luas lahan serta tenaga kerja yang memadai. Di samping itu juga prospek pasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan.

I. PENDAHULUAN. Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan. Lingkungan fisik, lingkungan biologis serta lingkungan sosial manusia akan selalu berubah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan penyokong utama perekonomian rakyat. Sebagian besar masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih menjadi salah satu primadona Indonesia untuk jenis ekspor non-migas. Indonesia tidak bisa menggantungkan ekspornya kepada sektor migas saja sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memproduksi produk hilir, yaitu kopi bubuk. Produksi utama dari Pabrik

BAB I PENDAHULUAN. memproduksi produk hilir, yaitu kopi bubuk. Produksi utama dari Pabrik BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pabrik Kopi Banaran merupakan unit usaha dari PT. Perkebunan Nusantara IX yang mengolah kopi basah menjadi kopi kering serta memproduksi produk hilir, yaitu kopi bubuk.

Lebih terperinci

TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI. NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : Kelas : 11.S1.SI

TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI. NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : Kelas : 11.S1.SI TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : 11.12.6119 Kelas : 11.S1.SI 1. PENDAHULUAN Tanaman Kopi merupakan tanaman yang sangat familiar di lahan pekarangan penduduk pedesaan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang perekonomian nasional dan menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan yang memegang peranan penting dalam perdagangan dan perekonomian negara. Kopi berkontribusi cukup

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah

Lebih terperinci

HAMA PENYAKIT UTAMA TANAMAN KOPI

HAMA PENYAKIT UTAMA TANAMAN KOPI HAMA PENYAKIT UTAMA TANAMAN KOPI Hama penyakit utama tanaman kopi Penggerek buah kopi (coffee berry borer = CPB). Penyakit karat daun (Hemileia vastatrix B. et Br.) Nematoda parasit (Pratylenchus coffeae,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produk tanaman perkebunan pada umumnya berorientasi ekspor dan diperdagangkan pada pasar internasional, sebagai sumber devisa. Disamping sebagai sumber devisa, beberapa

Lebih terperinci

Hama penyakit utama tanaman kopi

Hama penyakit utama tanaman kopi Hama penyakit utama tanaman kopi Penggerek buah kopi (coffee berry borer = CPB). Penyakit karat daun (Hemileia vastatrix B. et Br.) Nematoda parasit (Pratylenchus coffeae, Radhoholus similis dan Meloydogyne

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini memiliki arti yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman yang dapat tumbuh subur di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman yang dapat tumbuh subur di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman yang dapat tumbuh subur di iklim tropis. Tanaman kopi merupakan salah satu komoditas pertanian terbesar di Indonesia yang

Lebih terperinci

Setelah pembahasan pada Bab sebelumnya mengenai produksi, pemasaran dan. pendapatan petani kakao di Desa Peleru Kecamatan Mori Utara Kabupaten

Setelah pembahasan pada Bab sebelumnya mengenai produksi, pemasaran dan. pendapatan petani kakao di Desa Peleru Kecamatan Mori Utara Kabupaten 44 V. Penutup Setelah pembahasan pada Bab sebelumnya mengenai produksi, pemasaran dan pendapatan petani kakao di Desa Peleru Kecamatan Mori Utara Kabupaten Morowali, maka pada bagian penutup ini disajikan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di kawasan Asia Tenggara dan berada di sekitar garis khatulistiwa, sehingga memberikan cuaca tropis. Posisi Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. produsen dan banyak negara konsumen. Kopi berperan penting dalam

I. PENDAHULUAN. produsen dan banyak negara konsumen. Kopi berperan penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kopi (Coffea spp) merupakan komoditas ekspor yang memberikan devisa cukup tinggi khususnya dari komoditas perkebunan yang melibatkan beberapa negara produsen

Lebih terperinci

PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT

PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DAFTAR ISI LATAR BELAKANG KEDATANGAN BANGSA BARAT KE INDONESIA What: (latar belakang) Indonesia negara dengan SDA yang melimpah Why: (Alasan) Orang-orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia. Dalam kurung waktu 150 tahun sejak dikembangkannya pertama kalinya, luas areal perkebunan karet

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu usaha. Aspek pasar antara lain mengkaji potensi pasar baik dari sisi

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA BUDIDAYA TANAMAN DURIAN Dosen Pengampu: Rohlan Rogomulyo Dhea Yolanda Maya Septavia S. Aura Dhamira Disusun Oleh: Marina Nurmalitasari Umi Hani Retno

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Way Kanan merupakan salah satu wilayah pemekaran dari wilayah

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Way Kanan merupakan salah satu wilayah pemekaran dari wilayah 71 IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kabupaten Way Kanan Kabupaten Way Kanan merupakan salah satu wilayah pemekaran dari wilayah Kabupaten Lampung Utara yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 12

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya perdagangan bebas ini, persaingan bisnis global membuat masing-masing negera terdorong untuk melaksanakan perdagangan internasional. Perdagangan

Lebih terperinci

K O P I. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember

K O P I. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember K O P I Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember http://adamjulian.net http://adamjulian.web.unej.ac.id/ Daftar Pustaka Rudi Wiboyo dan Subiyono, 2005. Agribisnis Tebu. Perhepi. Jakarta Rudi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan bagian dari pembangunan nasional. Secara umum posisi sektor perkebunan dalam perekonomian nasional

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS HASIL PANEN KOPI KELOMPOK TANI, DESA BANYUKUNING, KABUPATEN SEMARANG

PENINGKATAN KUALITAS HASIL PANEN KOPI KELOMPOK TANI, DESA BANYUKUNING, KABUPATEN SEMARANG PENINGKATAN KUALITAS HASIL PANEN KOPI KELOMPOK TANI, DESA BANYUKUNING, KABUPATEN SEMARANG Agus Suprijono, Indah Sulistyarini, Uning Rininingsih EM Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teh merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi sektor usaha unggulan yang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN KEADAAN UMUM PERKEBUNAN Sejarah Perkebunan Perkebunan Teh Medini dahulu digunakan sebagai kebun kopi dan kina milik NV culture MY Medini. Pada masa pendudukan Jepang, Kebun Teh Medini menjadi tidak terawat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Barat memiliki potensi cukup besar di bidang perkebunan, karena didukung oleh lahan yang cukup luas dan iklim yang sesuai untuk komoditi perkebunan. Beberapa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanas (Ananas comosus) Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Dalam bahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang Spanyol menyebutnya pina.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Umum Perusahaan Unit Usaha Sawit Langkat (disingkat SAL) mulai berdiri pada tanggal 01 Agustus 1974 sebagai salah satu Unit Usaha dari PTP.VIII yang bergerak

Lebih terperinci

ANALISA RANTAI NILAI DISTRIBUSI KOPI DI KABUPATEN GARUT

ANALISA RANTAI NILAI DISTRIBUSI KOPI DI KABUPATEN GARUT ANALISA RANTAI NILAI DISTRIBUSI KOPI DI KABUPATEN GARUT Ulfah Fauziah 1, Andri Ihwana 2 Jurnal Kalibrasi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut 44151 Indonesia Email : jurnal@sttgarut.ac.id

Lebih terperinci

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurun waktu 1945-1949, merupakan kurun waktu yang penting bagi sejarah bangsa Indonesia. Karena Indonesia memasuki babakan baru dalam sejarah yaitu masa Perjuangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Negara Indonesia yang merupakan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Pada zaman

BAB I PENDAHULUAN. Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Pada zaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bulu Cina merupakan sebuah desa yang berdomisili di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Pada zaman kolonial Belanda, Bulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang gencargencarnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang gencargencarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang gencargencarnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang. Tujuannya adalah untuk menciptakan

Lebih terperinci

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula. V. EKONOMI GULA 5.1. Ekonomi Gula Dunia 5.1.1. Produksi dan Konsumsi Gula Dunia Peningkatan jumlah penduduk dunia berimplikasi pada peningkatan kebutuhan terhadap bahan pokok. Salah satunya kebutuhan pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah memberikan sumbangan yang nyata dalam perekonomian nasional yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, mempercepat pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12. 54 V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA 5.1 Perkembangan Produksi Teh Indonesia Perkembangan produksi teh Indonesia selama 1996-2005 cenderung tidak mengalami perubahan yang begitu

Lebih terperinci

Pusat Wisata Kopi Sidikalang BAB 1 PENDAHULUAN

Pusat Wisata Kopi Sidikalang BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Bagi bangsa Indonesia, kopi merupakan salah satu komoditi perdagangan yang memiliki

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berbasis pada sektor pertanian, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia adalah komoditas kopi. Disamping memiliki peluang pasar yang baik di dalam negeri maupun luar

Lebih terperinci

KEPMEN NO. 234 TH 2003

KEPMEN NO. 234 TH 2003 KEPMEN NO. 234 TH 2003 KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.234 /MEN/2003 TENTANG WAKTU KERJA DAN ISTIRAHAT PADA SEKTOR USAHA ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-18 muncul revolusi industri di Eropa, kemudian diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-18 muncul revolusi industri di Eropa, kemudian diciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad ke-18 muncul revolusi industri di Eropa, kemudian diciptakan mesin-mesin yang digerakkan dengan tenaga uap. Orang-orang tidak dapat membantah dan menyangkal

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.102 /MEN/VI/2004 TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.102 /MEN/VI/2004 TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.102 /MEN/VI/2004 TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR MENTERI

Lebih terperinci