Bab 2 Profil Sanitasi Saat Ini

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 2 Profil Sanitasi Saat Ini"

Transkripsi

1 Bab 2 Profil Sanitasi Saat Ini 2.1. Gambaran Wilayah Geografis, Topografis, Klimatologi dan Geohidrologi Geografis Kota Padang merupakan ibukota Provinsi Sumatra Barat, terletak di pantai barat Pulau Sumatera pada koordinat Lintang Selatan dan Bujur Timur. Dengan luas daratan ± 694,96 Km2 dan luas laut ± 720 Km2, memiliki batas administratif sebagai berikut: Gambar 2-1 Peta Orientasi Kota Padang Utara : berbatasan dengan kabupaten Padang Pariaman Timur : berbatasan dengan Kabupaten Solok/Kota Solok Selatan: berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan Barat : berbatasan dengan Samudera Hindia dan Kabupaten Mentawai Sumber: RTRW Kota Padang Sebagai salah satu kota utama di sepanjang pesisir pantai sumatera maka kota padang memiliki aspek strategis dalam percontohan implementasi program percepatan pembangunan sanitasi permukiman nasional.

2 Topografi Wilayah Kota Padang memiliki topografi yang bervariasi, perpaduan daratan yang landai dan perbukitan bergelombang yang curam. Sebagian besar topografi wilayah Kota Padang memiliki tingkat kelerengan lahan rata-rata >40%. Ketinggian wilayah Kota Padang dari permukaan laut juga bervariasi, mulai 0 m dpl sampai >1.000 m dpl. Topografi Kota Padang terdiri dari dataran tinggi/perbukitan, dataran rendah, daerah aliran sungai serta mempunyai pulau-pulau dan pantai. Sebagian besar topografi wilayah Kota Padang memiliki tingkat kemiringan lahan rata-rata > 40 %. Ketinggian wilayah Kota Padang dari permukaan laut juga bervariasi, mulai dari 0 di atas permukaan laut (dpl) sampai > m dpl. Tabel 2-1 Kondisi Topografi dan Kemiringan Kota Padang. No Kondisi Topografi Luas Km² Persentase A. Kelerengan Lahan 0 2% Datar ,82 23,57% 3 15% Bergelombang 5.510,93 7,93% 16 40% Curam ,48 19,02% > 40% Sangat Curam ,77 49,48% Jumlah ,00 100,00% B. Ketinggian 0 25 m dpl ,68 22,88% m dpl 6.479,39 9,32% m dpl ,56 27,81% m dpl ,23 22,72% > m dpl ,13 17,28% Jumlah ,00 100,00% Sumber: RTRW Kota Padang Kawasan dengan kelerengan lahan antara 0 2% umumnya terdapat dii Kecamatan Padang Barat, Padang Timur, Padang Utara, Nanggalo, sebagian Kecamatan Kuranji, Kecamatan Padang Selatan, Kecamatan Lubuk Begalung dan Kecamatan Koto Tangah. Kawasan dengan kelerengan lahan antara 2 15% tersebar di Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Pauh, dan Kecamatan Lubuk Kilangan yakni berada pada bagian tengah Kota Padang dan Kawasan dengan kelerengan lahan 15% - 40% tersebar di Kecamatan Lubuk Begalung, Lubuk Kilangan, Kuranji, Pauh dan Kecamatan Koto Tangah. Perrsentase Ketinggian Lahan di Kota Padang Persentase Kondisi Lereng di Kota Padang 17.28% 22.88% 49.48% 23.57% 22.72% 9.32% 7.93% 27.81% 19.02% 0 25 m dpl m dpl m dpl m dpl > m dpl 0 2% Datar 3 15% Bergelombang 16 40% Curam > 40% Sangat Curam Gambar 2-2 Presentase Ketinggian dan Kelerengan Kota Padang 19

3 Sedangkan kawasan dengan kelerengan lahan lebih dari 40% tersebar di bagian Timur Kecamatan Koto Tangah, Kuranji, Pauh dan bagian Selatan Kecamatan Lubuk Kilangan dan Lubuk Begalung dan sebagian besar Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Kawasan dengan kelerengan lahan >40% ini merupakan kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi lereng dan ketinggian lahan Kota Padang, dapat dilihat pada peta Klimatologi Kondisi iklim dilihat dari keadaan curah hujan, hari hujan, temperatur, kelembaban relatif, kecepatan angin, dan itensitas penyinaran matahari. Kondisi iklim Kota Padang secara umum dapat dilihat pada Tabel 2-2 dibawah ini, Tabel 2-2 Kondisi Iklim Kota Padang Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan Kelembaban Udara (%) Kecepatan Angin (knots) Suhu Udara ( 0 C) Maks Min Rata2 Penyinaran Matahari (%) Januari 156, ,1 22,7 26,5 41 Februari 240, ,8 21,6 26,6 64 Maret 219, ,2 22,7 26,6 33 April 327, ,5 22,7 26,9 49 Mei 73, ,1 23,0 27,6 67 Juni 420, ,0 22,7 27,1 56 Juli 199, ,5 21,8 26,4 67 Agustus 113, ,2 22,7 26,5 58 September 266, ,4 23,1 26,3 69 Oktober 238, ,1 23,0 27,0 52 Nopember 895, ,9 23,3 26,5 43 Desember 329, ,3 23,0 26,6 38 RATA2 289, ,3 5,3 31,3 22,7 26,7 53,1 Sumber : Kota Padang Dalam Angka, 2015 Berdasarkan table tersebut diatas, kondisi iklim Kota Padang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Curah Hujan Rerata curah hujan di Kota Padang sepanjang tahun 2014 mencapai 289,9 mm/bulan. Bulan basah/kering terjadi jika jumlah curah hujan yang terjadi pada bulan tersebut melebihi/kurang dari rerata curah hujan pada tahun bersangkutan. Berdasarkan rerata curah hujan mengindikasikan bahwa bulan basah Kota Padang terjadi pada bulan November - Desember dengan rerata curah hujan bulanan berada diatas 289,9 mm, sedangkan bulan keringnya yaitu bulan Juli - Oktober dengan rerata curah hujan bulanan kurang dari 289,9 mm. 2. Hari Hujan Pada tahun 2014 rerata hari hujan dalam satu tahunnya selama 15 hari dalam tiap bulannya. Pada bulan-bulan tertentu frekuensi turunnya hujan lebih sedikit dibandingkan 20

4 dengan bulan lainnya. Frekuensi hujan di bawah rata-rata terjadi pada bulan Juli - September, hal ini mengindikasikan bahwa pada bulan-bulan tersebut sedang mengalami musim kemarau. Demikian pula sebaliknya musim hujan terjadi pada bulan Oktober - Desember, karena jumlah hari hujan tiap bulannya melebihi rata-rata. 3. Kelembaban Relatif Sepanjang tahun 2014 kelembaban relatif rata-rata 77 % - 94 % sehingga dapat dikatakan bahwa Kota Padang termasuk daerah dengan kelembaban relatifnya tinggi. Kelembaban relatif wilayah Kota Padang cukup tinggi dengan rata-rata mencapai 82,3 % pada tahun Pada bulan September - Desember merupakan bulan-bulan dengan tingkat kelembabannya berada diatas rata-rata, sedangkan tingkat kelembaban relatif bulan Januari - Agustus berada di bawah rata-rata. 4. Kecepatan Angin Rata-rata kecepatan angin di Kota Padang selama tahun 2014 mencapai 5,3 knot, kecepatan angin diatas kecepatan rata-rata terjadi pada bulan Juli Agustus yang berkisar 6 knot. 5. Temperatur Secara umum keadaan temperatur di Kota Padang mengikuti kondisi suhu udara di Provinsi Sumatera Barat dengan wilayah yang lebih luas. Temperatur rata-rata selama tahun 2014 di Kota Padang berkisar 26,3 C 27,6 C. Pada bulan-bulan tertentu temperaturnya berada di atas rata-rata atau bahkan berada di bawah rata-rata. Temperatur pada bulan Juli - September berada di bawah temperatur rata-rata dengan suhu paling rendah terjadi pada bulan September mencapai 26,3 C. Sedangkan temperatur bulan April - Juni berada diatas rata-rata mencapai 27,6 C pada bulan Mei. 6. Itensitas Penyinaran Matahari Lama penyinaran matahari menunjukkan banyaknya hari yang mendapatkan penyinaran matahari pada tiap bulannya. Itensitas penyinaran matahari di Kota Padang selama tahun 2014 berkisar 33% - 69%. 21

5 Hidrologi PROFIL SANITASI Wilayah Kota Padang dilalui oleh banyak aliran sungai besar dan kecil. Terdapat tidak kurang dari 23 aliran sungai yang mengalir di wilayah Kota Padang dengan total panjang mencapai 155,40 km (10 sungai besar dan 13 sungai kecil). Umumnya sungai-sungai besar dan kecil yang ada di wilayah Kota Padang ketinggiannya tidak jauh berbeda dengan tinggi permukaan laut. Kondisi ini mengakibatkan cukup banyak bagian wilayah Kota Padang yang rawan terhadap banjir/genangan. Karakteristik sungai yang terdapat di wilayah Kota Padang dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2-3 Nama Sungai, Panjang/Lebar dan Daerah Yang Dilaluinya Di Kota Padang No Nama Sungai/Batang Panjang (Km) Lebar (m) Kecamatan yang Dilalui 1. Batang Kuranji 17,00 60 Kec. Pauh,Kuranji, Nanggalo, dan Padang Utara 2. Batang Belimbing 5,00 5 Kec. Kuranji 3. Batang Guo 5,00 5 Kec. Kuranji 4. Batang Arau 5,00 60 Kec. Padang Selatan 5. Batang Muar 0,40 24 Kec. Padang Utara 6. Sungai Banjir Kanal 5,00 60 Kec. Padang Timur dan Kec. Padang Utara 7. Batang Logam 15,00 25 Kec. Koto Tangah 8. Batang Kandis 20,00 20 Kec. Koto Tangah 9. Batang Tarung 12,00 12 Kec. Koto Tangah 10. Batang Dagang 11,00 11 Kec. Nanggalo 11. Sungai Gayo 5,00 12 Kec. Pauh 12. Sungai Padang Aru 5,00 30 Kec. Lubuk Kilangan 13. Sungai Padang Idas 2,50 6 Kec. Lubuk Kilangan 14. Batang Kampung Jua 6,00 30 Kec. Lubuk Begalung 15. Batang Aru 5,00 30 Kec. Lubuk Begalung 16. Batang Kayu Aro 3,00 15 Kec. Bungus Teluk Kabung 17. Sungai Timbalun 2,00 8 Kec. Bungus Teluk Kabung 18. Sungai Sarasah 3,00 7 Kec. Bungus Teluk Kabung 19. Sungai Pisang 2,00 6 Kec. Bungus Teluk Kabung 20. Bandar Jati 2,00 6 Kec. Bungus Teluk Kabung 21. Sungai Koto 2,00 6 Kec. Padang Timur 22. Sungai Lareh 5, Batang Jirak 6,00 30 Total 143,9 Sumber: RTRW Kota Padang Tahun

6 Wilayah Administrasi Kota Padang Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1980, luas wilayah Kota Padang secara administratif adalah 694,96 km² atau Ha. Wilayah Kota Padang yang sebelumnya terdiri dari 3 Kecamatan dengan 15 Kampung, dikembangkan menjadi 11 Kecamatan dengan 193 Kelurahan. Dengan adanya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang diikuti oleh Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 dilakukan restrukturisasi administrasi kota, yang menyebabkan penambahan luas administrasi menjadi 1.414,96 km² (720,00 km² di antaranya adalah wilayah laut) dan penggabungan beberapa kelurahan, sehingga menjadi 104 kelurahan, Tabel 2-4 Perubahan Wilayah Administrasi Kota Padang No A. Wilayah Darat Kecamatan Sebelum UU 22/1999 Setelah UU 22/1999 Luas (Km²) Kelurahan Luas (Km²) Kelurahan 1. Bungus Teluk Kabung 100, , Lubuk Kilangan 85, , Lubuk Begalung 30, , Padang Selatan 10, , Padang Timur 8, , Padang Barat 7, , Padang Utara 8, , Nanggalo 8,07 7 8, Kuranji 57, , Pauh 146, , Koto Tangah 232, ,25 13 B. Wilayah Laut ,00 - Kota Padang 694, , Sumber: RTRW Kota Padang Tahun luas wilayah administrasi dan terbangun Kota Padang dapat dilihat pada table dibawah ini; 23

7 Tabel 2-5 Nama dan Luas Wilayah Daratan per-kecamatan serta Jumlah Kelurahan PROFIL SANITASI Luas Wilayah Jumlah Administrasi Terbangun No. Nama Kecamatan Kelurahan (%) thd total (%) thd luas (Km 2 ) (Km administrasi 2 ) administrasi 1 Kec. Bungus Teluk Kabung 6 100,78 14,50 10,58 1,52 2 Kec. Lubuk Kilangan 7 85,99 12,37 10,59 1,52 3 Kec. Lubuk Begalung 15 30,91 4,45 12,83 1,85 4 Kec. Padang Selatan 12 10,03 1,44 3,75 0,54 5 Kec. Padang Timur 10 8,15 1,17 5,76 0,83 6 Kec. Padang Barat 10 7,00 1,01 4,85 0,70 7 Kec. Padang Utara 7 8,08 1,16 5,92 0,85 8 Kec. Nanggalo 6 8,07 1,16 6,42 0,92 9 Kec. Kuranji 9 57,41 8,26 32,22 4,64 10 Kec. Pauh 9 146,29 21,05 17,96 2,58 11 Kec. Koto Tangah ,25 33,42 45,04 6,48 Total ,96 100,00 155,92 22,44 Sumber: Kecamatan Dalam Angka (2014) & RTRW Kota Padang (diolah) 24

8 Gambar 2-3 Peta Administrasi Kota Padang Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang

9 Penduduk A. Jumlah Penduduk Kota Padang Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa jumlah penduduk di Kota Padang sampai dengan tahun 2014 berjumlah jiwa, yang terdiri dari jiwa penduduk laki-laki dan jiwa penduduk perempuan. Kepadatan penduduk di Kota Padang berbeda-beda untuk setiap kecamatan. Kepadatan penduduk rata-rata di Kota Padang pada tahun 2014 berkisar jiwa/km 2. Kecamatan Padang Timur memiliki kepadatan jiwa/km 2 dan merupakan kecamatan dengan kepadatan tertinggi di Kota Padang. Sedangkan Kecamatan Bungus Teluk Kabung memiliki kepadatan penduduk 230 jiwa/km 2 dan merupakan kecamatan dengan kepadatan terendah. Tabel 2-6 Struktur penduduk Kota Padang berdasarkan jenis kelamin tahun 2014 No Kecamatan Luas Jumlah Penduduk (Jiwa) Sex Ratio (Km2) Laki-Laki Perempuan Jumlah 1. Bungus Teluk Kabung 100, ,89 2. Lubuk Kilangan 85, ,39 3. Lubuk Begalung 30, ,14 4. Padang Selatan 10, ,59 5. Padang Timur 8, ,78 6. Padang Barat ,77 7. Padang Utara 8, ,16 8. Nanggalo 8, ,36 9. Kuranji 57, , Pauh 146, , Koto Tangah 232, ,61 Kota Padang 694, ,60 Sumber : Padang Dalam Angka 2015 TABEL 3.3 Penduduk terbanyak berada pada Kecamatan Koto Tangah, kuranji dan Lubuk Begalung, sedangkan pada kecamatan yang merupakan kawasan kota lama, yakni di Kecamatan Padang Selatan, Kecamatan Padang Timur, Kecamatan Padang Barat, Kecamatan Padang Utara, dan sebagian wilayah Kecamatan Padang Selatan terus mengalami perlambatan pertumbuhan penduduk, hal ini disebabkan arah pembangunan Kota Padang diarah pada sisi timur Kota Padang (menjauhi daerah zona merah bencana Tsunami). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel

10 Tabel 2-7 Proyeksi Penduduk Kota Padang No Nama Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan Total Kec. Bungus Teluk Kabung Kec. Lubuk Kilangan Kec. Lubuk Begalung Kec. Padang Selatan Kec. Padang Timur Kec. Padang Barat Kec. Padang Utara Kec. Nanggalo Kec. Kuranji Kec. Pauh Kec. Koto Tangah Total

11 Tabel 2-8 Proyeksi Jumlah Kepala Keluarga (KK) Kota Padang No Nama Kecamatan Jumlah Kepala Keluarga Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan Total Kec. Bungus Teluk Kabung Kec. Lubuk Kilangan Kec. Lubuk Begalung Kec. Padang Selatan Kec. Padang Timur Kec. Padang Barat Kec. Padang Utara Kec. Nanggalo Kec. Kuranji Kec. Pauh Kec. Koto Tangah Total

12 B. Kepadatan Penduduk Kota Padang kepadatan penduduk sangat dipengaruhi oleh estimasi perkembangan penduduk, perlu diperhitungkan tingkat pertumbuhan penduduk yang akan menentukan trend perubahan dalam kependudukan dimasa yang akan datang. Adapun persentase pertumbuhan penduduk total dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut; % = (L - M) + (I - E) / Po x 100% Keterangan : Pt = jumlah penduduk tahun akhir perhitungan Po = jumlah penduduk tahun awal perhitungan L = jumlah kelahiran M = jumlah kematian I = jumlah imigrasi (penduduk yang masuk ke suatu wilayah) E = jumlah emigrasi (penduduk yang keluar atau meninggalkan suatu wilayah) % = persentase pertumbuhan penduduk total. Proyeksi pertambahan penduduk kota Padang sebagaimana ditunjukkan oleh tabel 2.7. Berdasarkan Data PPLS Tahun 2010, jumlah penduduk miskin terbanyak berada pada wilayah Kecamatan Koto Tangah, Kuranji dan Lubuk Begalung dan jumlah penduduk miskin paling sedikit berada pada wilayah Kecamatan Lubuk Kilangan dan Padang Utara, selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 2-9 Data Penduduk (KK) miskin Kota Padang Tahun 2010 No. Nama Kecamatan Jumlah keluarga miskin (KK) 1 Kec. Bungus Teluk Kabung Kec. Lubuk Kilangan Kec. Lubuk Begalung Kec. Padang Selatan Kec. Padang Timur Kec. Padang Barat Kec. Padang Utara Kec. Nanggalo Kec. Kuranji Kec. Pauh Kec. Koto Tangah Jumlah Sumber: Kecamatan Dalam Angka (2014) & RTRW Kota Padang (diolah) 29

13 Tabel 2-10 Proyeksi Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kota Padang No. Nama Kecamatan Tingkat Pertumbuhan (%) KepadatanPenduduk (orang/ha) Bungus Teluk Kabung 0,74% 0,74% 0,74% 0,74% 0,74% 0,74% Lubuk Kilangan 2,96% 2,96% 2,96% 2,96% 2,96% 2,96% Lubuk Begalung 1,96% 1,96% 1,96% 1,96% 1,96% 1,96% Padang Selatan 0,25% 0,25% 0,25% 0,25% 0,25% 0,25% Padang Timur 0,08% 0,08% 0,08% 0,08% 0,08% 0,08% Padang Barat 0,05% 0,05% 0,05% 0,05% 0,05% 0,05% Padang Utara 0,08% 0,08% 0,08% 0,08% 0,08% 0,08% Nanggalo 1,07% 1,07% 1,07% 1,07% 1,07% 1,07% Kuranji 2,57% 2,57% 2,57% 2,57% 2,57% 2,57% Pauh 3,07% 3,07% 3,07% 3,07% 3,07% 3,07% Koto Tangah 2,11% 2,11% 2,11% 2,11% 2,11% 2,11% Total Sumber: Padang Dalam Angka 2015 & analisa Pokja Sanitasi 30

14 Sosial, Pendidikan dan Angkatan Kerja Tersedianya data bidang sosial, pendidikan dan angkatan Kerja sangat diperlukan untuk memantau tingkat kesejahteraan masyarakat, merumuskan program pemerintah dan mengevaluasi dampak berbagai program yang telah dijalankan. Pertumbuhan penduduk usia kerja akan meningkatkan jumlah angkatan kerja. Pertambahan angkatan kerja tersebut dapat ditampung dalam lapangan kerja formal, dan sebagian lagi telah berusaha menciptakan lapangan kerja formal, dan sebagian lagi telah berusaha menciptakan lapangan kerja untuk dirinya sendiri, yang termasuk sebagai pekerjaan sektor informal. Namun tidak semua angkatan kerja tersebut dapat tertampung pada lapangan kerja yang tersedia. Yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja, mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan (menganggur). Penduduk yang bersekolah, mengurus rumah tangga dan tidak melakukan kegiatan apapun termasuk kategori bukan angkatan kerja. Tabel 2-11 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan Utama Dan Jenis Kelamin Tahun 2014 Jenis Kegiatan Laki-Laki (%) Perempuan (%) Jumlah (%) 1. Angka Kerja 83,76 50,35 66,86 Bekerja 75,30 46,34 60,65 Mencari Pekerjaan 8,47 4,01 6,21 2. Bukan Angkatan Kerja 16,24 49,65 33,14 Sekolah 9,19 12,43 10,83 Lainnya 7,05 37,22 22,31 JUMLAH Sumber : Kota Padang Dalam Angka, 2015 Dari tabel di atas terlihat bahwa jenis kegiatan utama yang paling banyak dilakukan oleh penduduk Kota Padang adalah bekerja. Persentase penduduk yang bekerja pada tahun 2013 tercatat sebesar 60,65 %. Penilaian kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Rendahnya rata-rata tingkat pendidikan penduduk dapat dijadikan idikator rendahnya kualitas sumberdaya manusia yang ada. Tabel 2-12 Jumlah penduduk pencari kerja Menurut ijasah tertinggi yang dimiliki tahun 2014 Tingkat Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah Sekolah Dasar SLTP/Sederajat SLTA/Sederajat Diploma I dan Diploma II Sarjana Muda/Diploma III Sarjana RATA-RATA Sumber : Kota Padang Dalam Angka,

15 Pembangunan bidang pendidikan dapat dilihat dari sarana/fasilitas pendidikan yang tersedia. Tahun 2014 jumlah fasilitas pendidikan yang ada di kota Padang adalah 405 unit SD negeri dan swasta, 11 unit Madrasah Ibtidaiyah negeri dan swasta, 88 unit SMP negeri dan swasta, 19 unit Madrasah Tsanawiyah negeri dan swasta, 51 unit SMA negeri dan swasta, 34 unit SMK negeri dan swasta, serta 11 unit Madrasah Aliyah negeri dan swasta. Untuk tingkat sekolah dasar jumlah keseluruhan murid yang ditampung pada tahun 2014 adalah siswa dan jumlah guru yang disediakan adalah orang. Sehingga rata-rata setiap guru akan mengajar 14 orang siswa. Rasio ini sangat baik mengingat rasio ideal untuk guru murid adalah 30 orang siswa untuk setiap guru. Pada tingkat sekolah menengah pertama jumlah keseluruhan murid yang ditampung pada tahun 2014 adalah siswa dan jumlah guru yang disediakan adalah orang. Sehingga ratarata setiap guru akan mengajar 11 orang siswa. Sementara itu, untuk tingkat sekolah menengah atas jumlah keseluruhan murid yang ditampung pada tahun 2014 adalah siswa dan jumlah guru yang disediakan adalah orang. Sehingga rata-rata setiap guru akan mengajar 11 orang siswa Kesehatan Di bidang kesehatan, untuk mempermudah pelayanan kesehatan agar lebih terjangkau oleh masyarakat baik dari segi biaya dan jarak, disetiap kecamatan telah tersedia puskesmas, puskesmas pembantu dan tenaga medis. Di seluruh Kota Padang terdapat 22 puskesmas, 62 pustu dan 663 tenaga medis. Jumlah rumah sakit negeri dan swasta di kota Padang adalah sebanyak 28 rumah sakit. Pelayanan untuk kesehatan ibu dan anak tercermin dari peningkatan jumlah posyandu yang tersebar di semua kecamatan di kota Padang. Pada tahun 2014 jumlah posyandu adalah 867 posyandu dengan kadernya sebanyak orang kader. Sementara itu peserta KB tahun 2014 mengalami penurunan sebanyak orang atau turun 4.89 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 32

16 Perekonomian Keunggulan suatu sektor ekonomi dapat dilihat dari segi pertumbuhan, kontribusi sektor yang bersangkutan dalam perekonomian secara agregat, dan daya serapnya terhadap tenaga kerja. Sektor ekonomi yang memiliki pertumbuhan dan kontribusi terhadap PDRB serta penyerapan tenaga kerja yang tinggi merupakan sektor yang paling unggul di antara sektor-ekonomi yang ada. Sektor ini akan menjadi penggerak utama perekonomian pada suatu wilayah. Berdasarkan distribusi persentase nilai PDRB Kota Padang dari tahun berdasarkan harga berlaku terlihat bahwa struktur perekonomian Kota Padang didominasi oleh sektor Pengangkutan dan Komunikasi dengan distribusi sebesar 25,64% pada tahun Distribusi PDRB Kota Padang menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan dapat dilihat pada Tabel:2-13 berikut: Tabel 2-13 Distribusi PDRB berdasarkan Harga Konstan 2000 (Milyar) Di Kota Padang tahun No Lapangan Usaha Pertanian 645,54 680,47 715,95 2. Pertambangan dan Penggalian 198,15 211,78 229,59 3. Industri Pengolahan 2.033, , ,97 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 227,54 241,01 253,38 5. Bangunan 558,43 613,49 672,32 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.684, , ,11 7. Pengangkutan dan Komunikasi 3.280, , ,23 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1.047, , ,95 9. Jasa-Jasa 2.117, , ,18 JUMLAH , , ,71 33

17 Institusi dan Organisasi Pemerintah Kota Setelah pelaksanaan otonomi daerah, Kota Padang yang sebelumnya memiliki 11 kecamatan dan 193 kelurahankini memiliki 11 kecamatan dan 104 kelurahan. Kecamatan yang jumlah kelurahannya mengalami penurunan terbanyak adalah Kecamatan Padang Barat, dari sejumlah 30 kelurahan menjadi hanya 10 kelurahan. Jumlah pegawai di lingkungan pemerintah kota Padang tahun 2014 tercatat sebanyak sebagian besar berpendidikan Sarjana yaitu sebanyak 40,34 persen, diikuti dengan pegawai lulusan Diploma sebanyak persen kemudian pegawai lulusan SMA sebanyak persen. Komposisi anggota DPRD Kota Padang masih didominasi oleh laki-laki yaitu sebesar persen sementara perempuan sebesar persen. Selama tahun 2014, produk peraturan daerah yang ditetapkan oleh DPRD Kota Padang tercatat sebanyak 57 peraturan. Sementara jumlah sidang yang telah diselenggarakan oleh DPRD adalah sebanyak 485 kali sidang. Namun dalam rangkaian kegiatannya DPRD Kota Padang tercatat tidak menggunakan hak nya..jumlah pegawai negeri sipil yang berada di lingkungan pemerintahan Kota Padang tahun 2014 tercatat sebanyak pegawai. Sementara proporsi pegawai dari tingkat pendidikan mayoritas lulusan sarjana tercatat sebanyak pegawai atau 40,34 persen diikuti dengan lulusan diploma sebanyak pegawai atau persen Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang Rencana Struktur Ruang Kota Padang Dalam Sistem Perkotaan Nasional, Kota Padang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sebagaimana yang dikemukakan dalam Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Bencana gempa bumi yang terjadi pada tanggal 30 September 2009, telah menyebabkan kerusakan fasilitas pelayanan kota. Untuk itu diperlukan upaya pemulihan melalui kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi. Kebijakan rehabilitasi dan rekonstruksi Kota Padang, tersebut memberikan pengaruh penting terhadap pembentukan struktur ruang Kota Padang. Beberapa kebijakan rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan memberikan pengaruh terhadap struktur ruang Kota Padang antara lain: Pemindahan Pusat Perkantoran Pemerintah Kota dari Kawasan Pusat Kota di ke Air Pacah Pemindahan pusat pelayanan perkantoran akan mendorong perkembangan kegiatan kegiatan penunjang kegiatan perkantoran. Dengan demikian akan berkembang pusat pelayanan baru. Selain itu dengan pemindahan pusat perkantoran pemerintah kota ke lokasi bekas Terminal Regional Bingkuang, menyebabkan perlunya pemindahan lokasi terminal dan hal ini akan mempengaruhi rencana sistem transportasi di Kota Padang secara keseluruhan. 34

18 Revitalisasi Pasar Raya dan Pasar-pasar Satelit dan Dilengkapi Dengan Terminal Angkutan Kota Kerusakan Pasar Raya yang terjadi akibat gempa bumi, telah berdampak pada penurunan kegiatan ekonomi di pusat kota. Kerusakan sarana ekonomi di pusat kota mendorong terjadinya perkembangan yang cukup signifikan pada pasar pasar yang terletak di pinggiran kota. Hal ini mengindikasikan terjadinya penyebaran kegiatan ekonomi pada simpul-simpul pertumbuhan baru. Seiring dengan upaya pemulihan ekonomi pasca gempa di kawasan pusat kota dan upaya untuk penyebaran kegiatan ekonomi di pinggiran kota perlu upaya untuk merevitalisasi kawasan pusat kota dengan kegiatan-kegiatan ekonomi baru yang lebih adaptif terhadap kebutuhan pengembangan kota dimasa yang akan datang. Penataan Transportasi Kota Pemindahan terminal dan tumbuhnya simpul-simpul pertumbuhan baru di Kota Padang telah mempengaruhi arus pergerakan lalu-lintas barang maupun penumpang. Dengan demikian maka perlu adanya penataan sistem transportasi kota untuk mengintegrasikan perkembangan simpul-simpul pertumbuhan baru di Kota Padang Selengkapnya Struktur Ruang Kota Padang direncanakan sebagai berikut: 1. Sistem Pusat-Pusat Pelayanan Kota 10 Tahun Pertama 2. Pusat Pelayanan 10 Tahun Ke Dua Sistem Pusat-Pusat Pelayanan Kota 10 Tahun Pertama Sistem pusat-pusat pelayanan kota Padang untuk 10 tahun pertama meliputi: a. Pusat Pelayanan Kota b. Sub Pusat Pelayanan Kota c. Pusat Pelayanan Lingkungan A. Pusat Pelayanan Kota Dalam kaitannya dengan pengembangan Metropolitan Padang,upaya mitigasi bencana (memecah konsentrasi masa bangunan dan konsentrasi penduduk), pemerataan pengembangan kota serta pengendalian pergerakan dalam kota maka pada 10 tahun kedua akan didorong pengembangan pusat-pusat kota ke arah utara, timur dan selatan. Berdasarkan posisi geografis Kota Padang dan mempertimbangkan kebijakan RTRW Provinsi untuk menjadikan Kota Padang sebagai Kota Inti dalam kawasan Metropolitan Padang serta maka sistem pusat pelayanan kota akan dikembangkan di selatan, timur dan utara kota 1. Pusat Pelayanan Kota di Bagian Utara Pusat Pelayanan Kota di bagian utara akan dikembangkan untuk pengembangan transportasi terminal AKAP, bandar udara, serta perdagangan dan jasa regional. Selain itu juga dikembangkan fasilitas-fasilitas pelayanan yang akan melayani perkembangan di Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman. Pengembangan Pusat Pelayanan Kota di bagian utara ini sejalan dengan rencana pengembangan pusat kegiatan ekonomi Kabupaten Padang Pariaman di Simpang Duku. 35

19 Pusat Pelayanan Kota di bagian utara akan dikembangkan di kawasan Lubuk Buaya yang meliputi : Pelayanan transportasi regional (terminal AKAP) yang terintegrasi dengan Bandar Udara Internasional Minangkabau. Perdagangan dan jasa dengan fungsi sebagai pusat koleksi-distribusi produksi pertanian. 2. Pusat Pelayanan Kota di Bagian Timur Pusat Pelayanan Kota di bagian timur akan dikembangkan untuk pengembangan pendidikan tinggi dan perdagangan dan jasa skala regional, pemerintahan, pusat olahraga dan rekreasi, rumah sakit. Selain itu juga dikembangkan fasilitas-fasilitas pelayanan yang akan melayani perkembangan di Kabupaten Solok. Pusat Pelayanan Kota di bagian timur akan dikembangkan di Kawasan Air Pacah-Bandar Buat- Indarung yang meliputi : Kawasan Pusat Perkantoran Pemerintahan Kota Padang Kawasan Pusat Olahraga dan Rekreasi; Kawasan Pendidikan Tinggi; Kawasan Perdagangan dan Jasa dengan skala pelayanan regional khususnya pusat pelayanan ekonomi (pasar dan pusat koleksi-distribusi produksi pertanian); Kawasan Industri Semen Padang; Pusat Pelayanan Transportasi Kota dan wilayah bagian timur (Kabupaten Solok) dengan dukungan terminal. 3. Pusat Pelayanan Kota di Bagian Selatan Pusat Pelayanan Kota di bagian selatan akan dikembangkan untuk pengembangan transportasi pelabuhan barang dan penumpang, pelabuhan perikanan, industri dan pergudangan. Selain itu juga dikembangkan fasilitas-fasilitas pelayanan yang akan melayani perkembangan di Kabupaten Pesisir Selatan. Pusat Kota di bagian selatan akan dikembangkan di : Kawasan Minapolitan Bungus (sebagai pusat koleksi dan distribusi perikanan dan peternakan serta pertanian hortikultura berfungsi sebagai pusat pelayanan industri perikanan dan kemaritiman dengan dukungan terminal. Kawasan Pelabuhan Teluk Bayur yang terintegrasi dengan kawasan pergudangan, berfungsi sebagai pusat pelayanan transportasi laut dalam skala nasional dan internasional. Kawasan industri dan pergudangan 4. Pusat Pelayanan Kota di Bagian Tengah Pusat Pelayanan Kota di bagian tengah meliputi Kecamatan Padang Utara, Kecamatan Padang Selatan, Kecamatan Padang Timur dan Kecamatan Padang Barat yang didominasi oleh kegiatan dengan skala pelayanan kota atau lokal. Dalam jangka panjang, kawasan pusat kota lama di Pasar Raya dan sekitarnya (Kecamatan Padang Selatan, Padang Timur dan Padang Barat) akan difungsikan untuk pelayanan ekonomi skala kota. 36

20 Agar vitalitas ekonomi di dalam kawasan pusat pelayanan kota lama tetap terjaga maka perlu dilakukan revitalisasi dengan memasukan fungsi-fungsi baru yang dapat mensubstitusi/menggantikan kegiatan kegiatan perdagangan dengan skala pelayanan regional ke pusat kota. Fungsi-fungsi baru yang akan dikembangkan di kawasan Pusat Kota Padang meliputi : pusat kegiatan perdagangan dan bisnis, kegiatan jasa dan kegiatan pemerintahan provinsi, kegiatan sosial-budaya, kegiatan pariwisata, rekreasi dan hiburan. B. Sub Pusat Pelayanan Kota Sub Pusat Pelayanan Kota adalah Pusat Pelayanan Ekonomi, Sosial dan/atau Administrasi yang melayani bagian wilayah kota. Rencana pengembangan Sub Pusat Kota di Kota Padang meliputi 1. Sub Pusat pelayanan Kota Lubuk Begalung Lubuk Begalung akan dikembangkan dengan tema perdagangan dan dan jasa dengan wilayah pelayanan meliputi sebagian wilayah Kecamatan Padang Timur, sebagian wilayah Kecamatan Lubuk Begalung, sebagian wilayah Kecamatan Pauh dan sebagian wilayah Kecamatan Lubuk Kilangan. 2. Sub Pusat pelayanan Kota Sungai Pisang Sungai Pisang akan dikembangkan dengan tema pusat pelayanan kegiatan pariwisata alam dan wisata agro dengan skala pelayanan Kota Padang dan regional. Selain itu juga akan dikembangkan sebagai Sub Pusat Pelayanan Kota dengan wilayah pelayanan sebagian wilayah Kecamatan Bungus Teluk Kabung. 3. Sub Pusat pelayanan Kota Limau Manis Limau Manis akan dikembangkan sebagai pusat pelayanan kegiatan pendidikan tinggi dan penelitian, pusat kegiatan pelatihan, penelitian dan pengembangan, pusat kegiatan studi dan kajian sosial-budaya dengan skala pelayanan regional. Selain itu juga akan dikembangkan sebagai bagian wilayah kota dengan wilayah pelayanan meliputi sebagian wilayah Kecamatan Kuranji, dan sebagian wilayah Kecamatan Pauh. 4. Sub Pusat pelayanan Kota Gunung Padang Berfungsi sebagai pusat pelayanan kegiatan pariwisata yang terintegrasi dengan rencana pengembangan kawasan wisata Pelabuhan Muaro, Kawasan Kota Tua dan pengembangan Kawasan Wisata Terpadu Gunung Padang. 5. Sub Pusat pelayanan Kota Indarung Berfungsi sebagai pusat pelayanan kegiatan industri pengolahan semen dan serta kegiatan perdagangdan dan jasa dengan skala bagian wilayah kota dengan wilayah pelayanan meliputi Kecamatan Lubuk Kilangan. 37

21 C. Pusat Lingkungan PROFIL SANITASI Pusat Lingkungan adalah ruang yang dikembangkan untuk menampung fasilitas pelayanan yang melayani kebutuhan penduduk dalam lingkup lingkungan/ kawasan. Jenis-jenis kegiatan yang masuk dalam kategori ini sebagian besar berhubungan dengan kegiatan yang menyediakan kebutuhan sehari-hari (pokok) penduduk. Selain itu juga jangkauan pelayanan masing-masing pusat pelayanan kawasan terhadap wilayah pelayanannya. Pusat Lingkungan yang akan dikembangkan meliputi 1. Sub Pusat pelayanan Kota Indarung 2. Pusat Lingkungan Anak Air 3. Pusat Lingkungan Lubuk Minturun 4. Pusat Lingkungan Gunung Sarik 5. Pusat Lingkungan Ketaping Rencana Pola Ruang Kota Padang Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Padang dirumuskan berdasarkan : 1. Optimasi dan efisiensi pemanfaatan ruang Kota Padang yang relatif terbatas untuk pengembangan kegiatan budi daya karena luasnya areal Hutan Lindung dan Hutan Suaka Alam Wisata serta kerawanan terhadap bencana; 2. Kelestarian lingkugan hidup yang harus dijaga mengingat luasnya Hutan Lindung dan Hutan Suaka Alam Wisata; 3. Upaya mitigasi bencana mengingat sebagian besar wilayah Kota Padang tergolong rawan terhadap bencana; 4. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kota Padang sampai tahun 2030; 5. Daya dukung dan daya tampung lingkungan berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan; 6. Kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan. Tabel 2-14 Rencana Peruntukan Lahan Kota Padang Tahun 2030 NO. RENCANA PERUNTUKKAN LAHAN LUAS (Ha) PERSENTASE A. KAWASAN LINDUNG ,32 75,79% 1 HUTAN LINDUNG ,00 17,40% 2 HUTAN SUAKA ALAM WISATA ,00 35,80% 4 SUNGAI 367,75 0,53% 5 CAGAR BUDAYA Kota Tua Pondok-Muaro 100,01 0,14% 6 RTH Sempadan Pantai 38,56 0,06% 7 RTH Sempadan Sungai 24,00 0,03% 8 RTH Pertanian Perkotaan 4.588,13 6,60% 9 RTH Taman 138,33 0,20% 10 RTH Tempat Pemakam Umum 19,00 0,03% 11 RTH Sabuk Hijau ,54 14,99% B. KAWASAN BUDI DAYA ,68 45,34% 38

22 NO. RENCANA PERUNTUKKAN LAHAN LUAS (Ha) PERSENTASE 1 PERUMAHAN ,74 15,50% 2 KAWASAN PUSAT OLAHRAGA & REKREASI 137,52 0,20% 3 PERKANTORAN PEMERINTAHAN KOTA 60,00 0,09% 4 KAWASAN KHUSUS 297,37 0,43% 5 INDUSTRI 183,51 0,26% 6 SARANA 350,21 0,50% 7 PARIWISATA 539,65 0,78% 8 PERTAMBANGAN 1.137,11 1,64% 9 KAWASAN PENDIDIKAN TINGGI 701,46 1,01% 10 PERDAGANGAN & JASA 2.496,41 3,59% 11 RTNH 154,70 0,22% JUMLAH ,00% Sumber : RTRW Kota Padang Tahun Rencana Pengembangan Strategis Kota Padang Kawasan Strategis Kota adalah kawasan/wilayah kota yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota terhadap aspek ekonomi, sosial, budaya dan/lingkungan kota. Atas dasar pertimbangan tersebut, ditetapkan 7 (tujuh) kawasan strategis Kota Padang sampai tahun Kawasan Strategis Pusat Kota (Lama) Kawasan ini perlu diprioritaskan penataan ruangnya karena memiliki pengaruh penting terhadap perekonomian Kota Padang secara keseluruhan, dan di kawasan ini juga terdapat bangunan-bangunan tua yang perlu dilestarikan sebagai peninggalan budaya (urban heritage). Kawasan Pusat Kota (lama) yang hancur akibat gempa bumi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan ekonomi kota. Untuk memulihkan ekonomi kota maka akan dilakukan rehabilitasi Kawasan Pusat Kota (lama). Selain memiliki nilai strategis ekonomi, Kawasan Pusat Kota juga terdapat kawasan cagar budaya yang rusak akibat gempa bumi 30 September Untuk mengembalikan karakter ruang di kawasan kota lama dan nilai-nilai historis yang terkandung di dalamnya, perlu dilakukan rehabilitasi dan revitalisasi kawasan. 2. Kawasan Strategis Gunung Padang Kawasan ini perlu diprioritaskan penataan ruangnya karena memiliki potensi ekonomi untuk pengembangan kegiatan kepariwisataan, dan sekaligus juga memiliki potensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan berkaitan dengan rencana pengembangan kawasan wisata. Kawasan Pariwisata Gunung Padang direncanakan akan menjadi ruang rekreasi bagi masyarakat Kota Padang dan perencanaannya diintegrasikan dengan rencana pengembangan Kawasan Kota Tua Pondok dan Muaro. Bentuk pengembangan di kawasan Gunung Padang akan disesuaikan dengan potensi dan permasalahan fisik alamiahnya sehingga apabila dikembangkan akan dapat memberikan nilai tambah bagi pengembangan ekonomi kota. 3. Kawasan Strategis Sepanjang Pantai Padang Kawasan ini perlu diprioritaskan penataan ruangnya karena tergolong sebagai kawasan yang rawan terhadap bencana yang datang dari laut, misalnya gelombang tsunami. Kawasan ini juga memiliki potensi untuk pengembangan berbagai kegiatan yang memiliki nilai ekonomi, 39

23 terutama kegiatan perdagangan dan jasa serta kegiatan-kegiatan yang terkait dengan kepariwisataan. Kawasan sepanjang pantai Padang ini menjadi penting dan perlu diprioritaskan penataan ruangnya karena 2 alasan : Sepanjang pantai Padang merupakan kawasan yang rawan terhadap bahaya gelombang pasang dan tsunami; Sepanjang pantai Padang dikembangkan jalan yang berfungsi sebagai tanggul untuk menahan gelombang, namun dengan adanya jalan justru menjadi penarik pertumbuhan kawasan. Selain rawan terhadap bencana tsunami, kawasan sepanjang pantai Padang ini juga memiliki potensi ekonomi yang tinggi, khususnya dalam pengembangan sektor kepariwisataan. Agar potensi alam di sepanjang pantai Padang ini dapat dioptimalkan maka perlu adanya penataan ruang yang menjadi acuan dalam pengembangan berbagai kegiatan kepariwisataan. 4. Kawasan Strategis Teluk Bayur Kawasan ini perlu diprioritaskan penataan ruangnya karena memiliki pengaruh penting terhadap perekonomian Kota Padang, terutama berkaitan dengan aktifitas yang berlangsung di kawasan Pelabuhan Teluk Bayur (pusat transportasi barang masuk dan keluar Kota Padang). Kegiatan-kegiatan yang terdapat pelabuhan dan kawasan sekitarnya terkait dengan kegiatan ekonomi kota dan regional, berupa kegiatan transportasi, perdagangan dan eksporimpor. Penataan ruang kawasan Pelabuhan Teluk Bayur ini menjadi penting dengan mengintegrasikan Pelabuhan Teluk Bayur dengan rencana pengembangan industri dan pergudangan di sekitar Pelabuhan Teluk Bayur. Pengembangan industri dan pergudangan serta Pelabuhan Teluk Bayur diharapkan dapat mendorong pertumbuhan perekonomian Kota Padang. 5. Kawasan Strategis Indarung Kawasan ini perlu diprioritaskan penataan ruangnya karena memiliki pengaruh penting terhadap perekonomian Kota Padang dan sekaligus berpengaruh terhadap lingkungan. Di kawasan ini terdapat kegiatan industri pengolahan (pabrik) semen dan kegiatan-kegiatan lainnya, baik terkait langsung dengan kegiatan industri semen maupun kegiatan lain yang tidak terkait dengan kegiatan industri semen. Kawasan Indarung perlu segera dilakukan penataan ruangnnya mengingat pengembangan kawasan ini memiliki pengaruh yang besar terhadap wilayah sekitarnya akibat perkembangan kegiatan yang tumbuh sebagai dampak pengembangan kawasan industri Indarung maupun pengaruhnya terhadap kawasan lindung di sekitarnya. Pengembangan kawasan strategis Indarung mencakup pengembangan pabrik semen (PT. Semen Padang) dan rencana pengelolaan kawasan pertambangan pendukung industri semen serta kawasan di sekitarnya yang berkembang sebagai dampak daripada pengembangan kawasan industri semen. 6. Kawasan Strategis Taman Hutan Raya Bung Hatta Kawasan ini perlu diprioritaskan penataan ruangnya karena memiliki pengaruh penting terhadap lingkungan karena kawasan ini telah ditetapkan sebagai Kawasan Taman Hutan Raya. Selain itu kawasan ini juga memiliki fungsi strategis dalam menjaga kelestarian mata air yang menjadi sumber air baku bagi penyediaan air bersih di Kota Padang. 7. Kawasan Strategis Pusat Pemerintahan Kota 40

24 Kawasan Pusat Pemerintahan Kota Padang di Air Pacah menjadi strategis karena sarana perkantoran yang hancur akibat gempa sehingga pelayanan masyarakat menjadi terhambat. Untuk meningkatkan kinerja pelayanan masyarakat maka Kawasan Pusat Pemerintahan Kota Padang perlu diprioritaskan pengembangannya. Pengembangan Kawasan Pusat Pemerintahan Kota Padang di Air Pacah ini terkait dengan pemindahan pusat pelayanan administrasi pemerintahan dari kawasan Pusat Kota lama di Kecamatan Padang Barat ke wilayah Kecamatan Koto Tangah. Pengembangan Kawasan Pusat Pemerintahan Kota Padang di Air Pacah akan menjadi pemacu pertumbuhan di sekitarnya. Sawah irigasi teknis yang ada di sekitar kawasan perlu dipertahankan sehingga pengaturan ruang di kawasan Air Pacah menjadi strategis dan perlu diprioritaskan 41

25 2.2. Kemajuan pelaksanaan SSK Kemajuan pelaksanaan SSK Kota Padang diukur dengan cara mereview Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kota Padang yang telah disusun pada tahun 2010 serta Memorandum Program sanitasi yang disusun tahun Status implementasi SSK untuk 3 (tiga) subsektor utamanya yaitu air limbah, persampahan dan drainase Subsektor Air Limbah Domestik Implementasi SSK pada subsektor air limbah domestik dapat diketahui kemajuannya sesuai dengan Tabel Tabel 2-15 Kemajuan pelaksanaan SSK untuk Subsektor air limbah domestik SSK (periode sebelumnya) SSK (saat ini) Perbedaan Tujuan Sasaran Data dasar* Status saat ini Peningkatan kepemilikan dan ketersediaan sarana pengolahan air limbah rumah tangga dan secara komunal sesuai dengan persyaratan teknis Meningkatkan layanan pengolahan air limbah Meningkatnya rumah tangga yang memiliki jamban dengan tangki septik dan bidang resapan sesuai dengan SNI Optimalnya sistem pengelolaan lumpur tinja dan terdapat sarana dan prasarana yang mendukung dalam pelayanan air limbah Mengembangkan perencanaan sistem air Limbah kota yang terintegrasi dan komprehensif Persentase rumah tangga yang menggunakan fasilitas jamban diperkirakan sebanyak 68,6% Tingkat pengelolaan : 69,42 % dari total kepala keluarga telah terolah Pengelolaan : IPLT Nanggalo (kapasitas 81 m3) Pengelola : DKP Kota Padang Kerjasama dengan swasta : kontrak kelola fasilitas MCK di wilayah pasar dan terminal Industri besar telah melakukan pengelolaan Data EHRA: kepemilikan jamban tidak aman 34,32% dan yang aman 65,68% Dalam penyusunan SSK 2010 Kota Padang tidak melaksanakan Studi EHRA 42

26 SSK (periode sebelumnya) SSK (saat ini) Perbedaan Tujuan Sasaran Data dasar* Status saat ini limbah sedangakan industri sedang dan kecil belum mengikuti standar baku mutu limbah Hasil Instrumen SSK 1: kepemilikan jamban 70,75% dan tangki cubluk & tidak aman 56,26% serta tangki septik yang aman 43,47% Sumber : Buku Putih Sanitasi Padang 2011, SSK Padang 2012 dan Laporan EHRA Padang 2015 Catatan: *) Berdasarkan Buku Putih periode sebelumnya **) Perbedaan dari target yang telah ditetapkan (menggunakan data dasar sebagai dasar perhitungannya) Dari tabel di atas terlihat bahwa terjadi penduduk Kota Padang yang masih melakukan BABS yang semula 33% pada tahun 2010 berkurang menjadi 7,32% pada awal tahun 2015 (sesuai hasil survei EHRA 2015). 43

27 Subsektor Persampahan Implementasi SSK pada subsektor persampahan dapat diketahui kemajuannya sesuai dengan Tabel 2.14 Tabel 2-16 Kemajuan pelaksanaan SSK untuk Subsektor Persampahan SSK (periode sebelumnya) SSK (saat ini) Perbedaan Tujuan Sasaran Data dasar* Status saat ini Peningkatan penanganan sistem pengelolaan sampah Penerapan 3R di tingkat rumah tangga dan setiap jenis usaha Meningkatkan sistem penanganan pengelolaan sampah Meningkatkan regulasidan advokasi pengelolaan sampah Meningkatkan cakupan pelayanan angkutan sampah dari 70% menjadi 100% di tahun 2015 untuk skala kota Mengurangi Timbulan Sampah menjadi 50 ton/hari di Cakupan pelayanan 34% wilayah untuk sampah terangkut ke TPA (34 kelurahan terlayani dari total 104 kelurahan) dan 80% volume sampah terangkut ke TPA Data EHRA: 81% sampah tidak diolah setempat atau diangkut ke TPA dan sebagian dikumpulkan oleh kolektor formal untuk didaur ulang 19% sampah dibakar, dibuang dalam lubang dan ditutup tanah, dibuang dalam lubang tapi ditutup tanah, dibakar, dibuang ke sungai, dan laut, dibiarkan sampai membusuk, dibuang ke lahan kosong dan dibiarkan membusuk. Cakupan wilayah pelayanan: 83 kelurahan (dari 104 kelurahan) Ada pengurangan volume sampah ke TPA karena sudah didaur ulang 44

28 tahun 2015 Meningkatkan keterlibatan Pihak Swasta dan kelompok masyarakat dalam Pewadahan dan Pengumpulan Sampah Sumber : Buku Putih Sanitasi Padang 2011, SSK Padang 2012 dan Laporan EHRA Padang 2015 Catatan: *) Berdasarkan Buku Putih periode sebelumnya **) Perbedaan dari target yang telah ditetapkan (menggunakan data dasar sebagai dasar perhitungannya) Dari tabel 2.16 dapat diketahui bahwa target pelayanan persampahan sebesar 70% pada tahun 2017 baru tercapai 41,6% pada tahun Target penyusunan masterplan pada tahun 2013 sudah tercapai, pengurangan sampah 20% pada tahun 2016 hanya tercapai 1,8% pada tahun

29 Subsektor Drainase Implementasi SSK pada subsektor drainiase dapat diketahui kemajuannya sesuai dengan Tabel Tabel 2-17 Kemajuan pelaksanaan SSK untuk Subsektor Drainase SSK (periode sebelumnya) SSK (saat ini) Perbedaan Tujuan Sasaran Data dasar* Status saat ini Mewujudkan Sistem Drainase Yang Berwawasan Lingkungan Dan Berbasis Masyarakat Adanya perencanaan terpadu skala kota pengelolaan drainase Kota Padang Berkurangnya wilayah genangan kota padang di Meningkatnya peran serta masyarakat dan swasta dalam upaya pengelolaan drainase lingkungan m drainase primer dan m drainase sekunder Hasil Instrumen SSK 1: Luas genangan di daerah 315,49 Ha Pada SSK awal tidak ada data jumlah genangan 46

30 2.3. Profil Sanitasi Saat Ini Profil Air Limbah Domestik Kota Padang Saat Ini A. Data Studi EHRA 2015 Limbah cair grey water di Kota Padang sesuai data study EHRA 2015 dengan kepemilikan sanitasi dasar SPAL menunjukan jumlah keluarga memiliki SPAL 86,30%, sehingga masih ada 13,70% belum memiliki SPAL. 86,30% SPAL dimaksud adalah saluran drainase kedap air, dan sisanya dibuang di saluran tidak kedap air / halaman rumah. Produksi limbah cair rumah tangga secara keseluruhan mencapai 70% - 80 % dari pemakaian air bersih dimana rata-rata penggunaan air 100 l/orang/hari. Dengan jumlah penduduk Kota Padang tahun 2014 sebesar jiwa maka produksi limbah cair sebesar l/hari atau ,3 m3/hari. Berdasarkan hasil study EHRA 2015 dapat diketahui persentase pembuangan air kotor/ limbah tinja manusia dan lumpur tinja di Kota Padang sesuai dengan grafik 2.1 B. Sistem dan infrastruktur Pengelolaan air limbah rumah tangga di Kota Padang hingga saat ini masih bersifat individual dengan sistem setempat (onsite system) menggunakan septik tank yang secara periodik perlu dilakukan penyedotan lumpurnya. Perkiraan jumlah air buangan di wilayah Kota Padang didasarkan pada kriteria setiap 80% dari kebutuhan air bersih akan dibuang sebagai air limbah, sehingga total air limbah sekitar liter/detik On-site system merupakan suatu sistem dimana penghasil limbah mengolah air limbahnya secara individu, misalkan dengan menggunakan tangki septik. Untuk domestik, tempat pembuangan akhir tinja adalah menggunakan tangki septik, kolam/sawah, sungai/danau/laut, dan sebagian menggunakan lobang tanah. Secara hukum, pengelolaan air limbah di Kota Padang, telah diatur dengan Perda No.6 Tahun 2002 tentang retribusi penyedotan kakus dan atau pemusnahan tinja. Besarnya tarif retribusi penyedotan dan pemusnahan tinja berdasarkan Perda tersebut adalah sebagai berikut: 1. Jarak 1 20 Km dengan volume 0 2,5 m 3 : Non komersil sebesar Rp ,-/kali penyedotan Komersil sebesar Rp ,-/kali penyedotan 2. Jarak lebih dari 20 Km dengan volume 0 2,5 m 3 dikenakan tambahan biaya angkutan sebesar Rp ,-/Km 3. Bagi badan atau orang pribadi yang membuang langsung tinja untuk dimusnahkan di IPLT yang penyedotannya tidak dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan volume 0 2,5 m 3 dikenakan retribusi sebesar Rp ,- Prasarana Pengelolaan Air Limbah 47

31 Pengelolaan air limbah yang dilakukan di Kota Padang berupa penyedotan lumpur tinja dari septik tank dan pengolahan lumpur tinja di Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang berlokasi di RW 19 / RT 4 Kelurahan Surau Gadang Nanggalo dengan kapasitas sebesar 81 m³. Sistem pengolahan di IPLT terdiri dari kolam Imhoff, kolam Anaerob, kolam Fakultatif, kolam Maturasi dan unit Pengering Lumpur. Jumlah truk tinja yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Padang saat ini berjumlah 1 unit dengan kapasitas liter. Selain yang dikelola oleh Pemda, terdapat 3 truk penyedotan tinja yang dikelola oleh pihak swasta. Masing-masing truk dalam sehari rata-rata dapat melayani 4 kali pengangkutan. Akan tetapi setelah kejadian gempabumi yang terjadi pada tanggal 30 september 2009, Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT ) menjadi kurang optimal dalam pengoperasiannya (tidak berfungsi). C. Permasalahan dalam Pengelolaan Air Limbah Dalam pengelolaan air limbah rumah tangga, ada beberapa permasalahan yang dihadapi pemerintah Kota Padang, diantaranya adalah: 1. Belum maksimalnya kinerja lembaga penanggungjawab regulasi dan layanan operasional pengelolaan air limbah: a. Terbatasnya jumlah anggaran operasional yang tersedia pada DKP dalam rangka penanganan air limbah rumah tangga. Kondisi ini mempengaruhi kinerja DKP karena pada dasarnya dalam kondisi dimana pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk mengelola air limbah rumah tangga/domestik secara benar belum terbangun, dan fasilitas atau sarana masyarakat untuk pengelolaan air limbah domestik di Kota Padang masih sangat terbatas, maka tuntutan akan peran DKP sangatlah besar. Tuntutan dan kebutuhan peran yang besar tersebut untuk sementara waktu ini belum dapat terjawab sehubungan dengan terbatasnya anggaran yang ada. b. Tupoksi DKP telah menempatkan institusi DKP pada dua wilayah fungsi yaitu fungsi regulasi terkait dengan kewenangan institusi ini sebagai lembaga teknis daerah, dan fungsi pemberi layanan umum di bidang kebersihan, pertamanan, yang sebenarnya merupakan ranah kewenangan suatu dinas daerah. Kondisi masih tergabungnya kedua fungsi tersebut di dalam organisasi DKP telah menyebabkan DKP berada dalam kondisi beban tupoksi yang terlalu berat (overload) sehingga mempengaruhi efektivitas kinerja DKP dalam penanganan air limbah. c. Belum ada master plan kota untuk pembuangan air limbah rumah tangga. 2. Peran serta masyarakat yang saat ini masih terbatas pada pembangunan dan pemeliharaan sarana pengelolaan air limbah domestik, dan belum mampu menjangkau pada upaya aktif untuk mampu mengelola air limbah domestik secara mandiri terjadi karena beberapa hal diantaranya: a. Masih terbatasnya pengetahuan, kesadaran dan keterampilan untuk mengelola air limbah domestik dalam bentuk grey water dan black water secara benar; 48

32 b. Pada beberapa wilayah dan kategori masyarakat tertentu kemampuan masyarakat untuk memiliki sarana pengelolaan air limbah domestik terkendala oleh keterbatasan finansial atau juga keterbatasan lahan; c. Masih cukup tingginya tingkat permisivitas masyarakat terhadap pola perilaku pengelolaan air limbah dalam bentuk grey water maupun black water yang dilakukan oleh masyarakat lainnya; d. Minimnya pengetahuan warga atau pihak pembangun (kontraktor) untuk membuat tangki septik yang sesuai dengan standar teknis. 3. Kondisi terbatasnya peran serta sektor swasta dalam pengelolaan air limbah domestik di Kota Padang saat ini terjadi karena: a. Saat ini prospek bisnis dalam bidang pengelolaan air limbah domestik belum tersosialisasikan secara efektif pada kalangan swasta yang ada di Kota Padang; b. Keberadaan sektor swasta di Kota Padang sendiri saat ini masih relatif sedikit 49

33 Gambar 2-4 Diagram Sistem Sanitasi Air Limbah Domestik Diagram Sistem Sanitasi: Air Limbah Domestik Produk Input A B C D E User Interface Pengumpulan dan Penampungan Pengolahan Awal Pengangkutan / Pengaliran (Semi) Pengolahan Terpusat Daur ulang dan atau Pembuangan Akhir 50

34 Tabel 2-18 Cakupan layanan air limbah domestik saat ini di Kota Padang Sanitasi tidak layak Sanitasi Layak BABS Sistem Onsite Sistem Offsite Sistem Berbasis Komunal Skala Kawasan / terpusat No Nama Kecamatan Cubluk, jamban tidak aman Cubluk aman/ Jamban keluarga dgn tangki septik aman MCK /Jamban Bersama MCK Komunal Tangki Septik Komunal > 10 KK IPAL Komunal Sambungan Rumah yg berfungsi (KK) (KK) (KK) (KK) (KK) (KK) (KK) (KK) A Wilayah Perdesaan Kec. Bungus Teluk Kabung Kec. Lubuk Kilangan Kec. Pauh Kec. Koto Tangah B Wilayah Perkotaan Kec. Bungus Teluk Kabung Kec. Lubuk Kilangan Kec. Lubuk Begalung Kec. Padang Selatan Kec. Padang Timur Kec. Padang Barat Kec. Padang Utara Kec. Nanggalo Kec. Kuranji Kec. Pauh Kec. Koto Tangah

35 Sumber: Dinkes, Dinas Pu Kab. Padang dan Analisa Pokja Sanitasi Kota Padang Tahun 2014 Keterangan: i :Yang termasuk BABS: BAB langsung di kebun, kolam, laut, sungai, sawah/ladang, dsb. ii :Tidak Aman: tangki septik tidak sesuai kriteria SNI atau tidak mempunyai tangki septik sama sekali iii :Cubluk dikategorikan tidak aman bila dibangun di area dengan kepadatan > 50 orang/ha dan jarak terhadap sumber air bersih yg bukan perpipaan < 10 m. iv :MCK Komunal: cakupan layanan KK baik dengan tangki septik, biofilter dan dapat dilengkapi dengan biodigester. Termasuk didalamnya toilet bergerak (mobile toilet). 52

36 Tabel 2-19 Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik Kota Padang Jumlah/ Kondisi No Jenis Satuan Keterangan Kapasitas Berfungsi Tdk berfungsi SPAL Setempat (Sistem Onsite) 1 Berbasis komunal MCK Komunal unit berfungsi 2. Truk Tinja berfungsi Milik Pemda Kota Padang unit 1 Milik Swasta unit 3 3 IPLT : kapasitas M3/hari berfungsi SPAL Terpusat (Sistem Offsite) 1 Berbasis komunal Tangki septik komunal >10KK unit 0 IPAL Komunal unit 0 2 IPAL Kawasan/Terpusat 0 kapasitas M 3 /hari 0 sistem IPLT: Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja IPAL: Instalasi Pengolahan Air Limbah - Peta cakupan akses dan sistem layanan air limbah domestik per kecamatan (informasi terdapat di dalam Instrumen Profil Sanitasi lembar kerja Form 2 ). Semua peta digambarkan di dalam format A1 (skala peta mengacu pada skala peta tata ruang). 53

37 54 PROFIL SANITASI

38 Profil Persampahan Kota Padang Saat Ini Pelayanan kebersihan kota Padang dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah No 3 tahun 2003, pemungutan retribusi kebersihan atau persampahan menjadi kewenangan Dinas Kebersihan dan Pertamanan dan PDAM sedangkan Kantor Pengelola Pasar hanya bersifat membantu saja. Daerah pelayanannya meliputi 39 kelurahan yaitu pemukiman di pusat kota, sepanjang jalan protokol dan pasar Berdasarkan data tahun 2007, rata-rata jumlah sampah yang diangkut ke TPA m3/hari, diperkirakan baru sekitar 70 % penduduk yang terlayani. Aspek hukum dalam pengelolaan sampah di Kota Padang meliputi: 1. Perda No.5 Tahun 1985 tentang kebersihan dalam daerah Kotamadya Tingkat II Padang; 2. Perda No.5 Tahun 2002 tentang retribusi pelayanan persampahan/kebersihan; 3. Perda No.3 Tahun 2007 tentang perubahan atas Peraturan Daerah Kota Padang No.5 Tahun 2002 tentang retribusi pelayanan persampahan/kebersihan Timbulan Sampah Jumlah sampah yang dihasilkan penduduk Kota Padang selalu meningkat setiap tahunnya dengan komposisi jenis sampah yang beragam. Tahun 2015, total timbulan yang dihasilkan Kota Padang adalah 481,96 ton/hari atau rata-rata 0,56 kg/orang/hari dengan ekspektasi bahwa 26,92% sampah dihasilkan oleh domestik (rumah tangga), komersil 5,66%, institusi 1,38%, industri 63,65%, dan pelayanan kota 2,39%. Gambar 2-5 Komposisi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kota Padang Sumber: Studi EHRA 2015 dan Analisa Pokja Sanitasi

39 Tabel 2-20 Timbulan sampah per kecamatan Jumlah Penduduk Volume Timbulan Sampah Nama Kecamatan Wilayah perdesaan Wilayah perkotaan Total Wilayah perdesaan Wilayah perkotaan Total (jiwa) (jiwa) (jiwa) % (M3) % (M3) % (M3) Kecamatan Bungus Teluk Kabung ,4% ,6% % Kecamatan Lubuk Kilangan ,4% ,6% % Kecamatan Lubuk Begalung % - 100% % Kecamatan Padang Selatan % - 100% % Kecamatan Padang Timur % - 100% % Kecamatan Padang Barat % - 100% % Kecamatan Padang Utara % - 100% % Kecamatan Nanggalo % - 100% % Kecamatan Kuranji % - 100% % Kecamatan Pauh ,3% ,7% % Kecamatan Koto Tangah ,0% ,04% % Sumber: Analisa Pokja Sanitasi pada Instrumen Profil Sanitasi lembar kerja Form 2 Tabel 2-21 cakupan akses dan sistem layanan persampahan kecamatan Nama Kecamatan 3R Wilayah perdesaan Wilayah perkotaan Total Volume sampah yg terangkut ke TPA Wilayah Perkotaan Total (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) Kecamatan Bungus Teluk Kabung 68,4% 29107,15 26,7% ,1% ,9% % Kecamatan Lubuk Kilangan 4,6% 4519,65 61,5% ,1% ,9% % Kecamatan Lubuk Begalung ,6% ,6% ,4% % Kecamatan Padang Selatan ,8% ,8% ,2% % Kecamatan Padang Timur ,9% ,9% ,1% % Kecamatan Padang Barat ,1% ,1% ,9% % Kecamatan Padang Utara ,7% ,7% ,3% % Kecamatan Nanggalo ,8% ,8% ,2% % Kecamatan Kuranji ,3% ,3% ,7% % Kecamatan Pauh 5,0% 6493,5 59,1% ,1% ,9% % Kecamatan Koto Tangah 7,0% 23240,1 67,1% ,0% ,0% % Sumber: Analisa Pokja Sanitasi pada Instrumen Profil Sanitasi lembar kerja Form 2 56

40 A. Sistem dan infrastruktur Dalam rangka menunjang operasional sehari-hari untuk pengumpulan dan pengangkutan, pemerintah Kota Padang telah menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang dapat digunakan oleh petugas kebersihan kota. Untuk lebih jelasnya jumlah sarana dan prasarana yang tersedia di DKP dapat dilihat pada 57

41 Gambar 2-6 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan Diagram Sistem Sanitasi: Air Limbah Domestik A B C D E F Produk Input User Interface Pengumpulan Setempat Pengumpulan Sementara (TPS) Pengangkutan (Semi) Pengolahan Akhir Setempat Terpusat Daur ulang /Pembuangan Akhir Sumber: Analisa Pokja Sanitasi Kota Padang

42 Tabel 2-22 Kondisi Prasarana dan Sarana Persampahan Kota Padang No Jenis Prasarana / Sarana Satuan Jumlah/ luas total terpakai Kapasitas / daya tampung* M3 Ritasi /hari Baik Kondisi Rusak ringan Rusak Berat Keterangan** (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viiii) (ix) (x) 1 Pengumpulan Setempat - Becak Dayung unit Becak/Becak Motor unit 22 - Kendaraan Pick Up unit - - Mini Dump Truck unit 17 - Perahu Motor 2 2 Tempat Penampungan Sementara (TPS) - Bak sampah (beton/kayu/fiber) unit Container unit Transfer Stasiun unit SPA (Stasiun Peralihan Antara) unit Gantungan Sampah Box Sampah Pengangkutan - Dump Truck unit 14 - Arm Roll Truck unit 23 - Compactor Truck unit - - Truk bak Kayu unit 5 4 Pengolahan Sampah - Sistem 3R unit Incinerator unit - Unit Pengomposan unit 1 5 TPA Aie Dingin Konstruksi : lahan urug saniter Operasional : lahan urug terkendali - Luas total TPA yg terpakai Ha 18,4 - - Luas sel Landfill Ha 33,3 - - Daya tampung TPA (M 3 /hr) - 6 Alat Berat - Bulldozer D6 unit Bulldozer D3 1 - Whell/truck loader unit Excavator / backhoe unit Truk tanah unit 7 IPL: Sistem kolam/aerasi/.. Hasil pemeriksaan lab (BOD dan COD): - Efluen di Inlet - Efluen di Outlet 8 Lain-lain - Truk Tangki Penyiram unit 2 - Pos jaga unit 1 - Kantor (TPA) unit 1 - Jembatan Timbang di TPA 2 - Unit pencucian kendaraan 1 - Sumur monitoring 3 - Jalan masuk - Jalan operasi - Drainase - Saluran lindi - Pengolahan lindi - Penanganan gas - Penyediaan air bersih - Garase alat berat - Gudang - Penutupan untuk lokasi yang penuh - Pemilahan sampah - Pagar lokasi IPL: Instalasi Pengolahan Lindi *daya tampung TPA : m3/tahun **Beri keterangan mengenai umur dan lembaga pengelola 59

43 Tempat Pembuangan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Tahap pengumpulan sampah dibedakan atas kegiatan pada penyapuan jalan dan pengumpulan langsung dari sumber-sumber ke kendaraan pengumpul. Pengumpulan sampah pemukiman dilakukan dengan sistem door to door menggunakan becak motor dan becak dayung menuju TPS. Sampah dari TPS akan diangkut ke LPA (Lokasi Pembuangan Akhir) dengan menggunakan truk yang dilakukan dua hari sekali. Untuk kawasan komersial, seperti pasar, rumah makan, dan pertokoan, pengangkutan sampah dilakukan dengan menggunakan armroll truck dan dump truck kemudian dibawa ke LPA. Untuk kawasan pasar, pengangkutan dilakukan satu kali sehari sedangkan untuk rumah makan dan pertokoan dilakukan dua hari sekali. Pengangkutan sampah dari institusi dilakukan dua hari sekali. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) LPA/TPA sampah Kota Padang terletak di Kelurahan Air Dingin dan Kelurahan Baringin, Kecamatan Koto Tangah. Luas area ± 33,3 Ha terdiri dari 18,4 HA yang sedang digunakan dengan status tanah Pemerintah, 11,3 HA belum bebas (milik masyarakat) dan 6000 m2 dalam proses pembebasan lahan. Sampah yang berada pada lokasi ini merupakan sampah padat yang berasal dari TPS, transfer depo, pasar, dan industri yang tersebar di Kota Padang dan sekitarnya. Pada tahun 2008 berdasarkan data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), LPA Air Dingin menerima ton sampah selama 1 (satu) tahun atau sekitar ton/hari. Komposisi sampah yang masuk ke LPA yaitu: plastik (50%), sisa sayuran (30%), kertas (5%), barang bekas elektro (5%), bekas bangunan (5%), dan lain-lain (5%). Sampah yang masuk sebagian diolah menjadi kompos dan sisanya diurug menggunakan sistem open dumping. Jumlah sampah yang diolah menjadi kompos baru mencapai 1 1,5 ton/bulan. Pengomposan menggunakan sistem windrow composting yang menghabiskan waktu 45 hari sampai kompos matang. Hasil kompos ini akan digunakan untuk taman kota. Saat ini, pemerintah Kota Padang berencana mengubah sistem pengolahan sampah dari open dumping menjadi sanitary landfill. Sekarang, di LPA Air Dingin telah dibangun 7 (tujuh) buah kolam lindi yang terdiri dari 2 buah bak anaerob, 2 buah bak fakultatif, 2 buah bak maturasi, dan 1 buah bak kontrol. Selain itu, LPA Air Dingin juga telah dilengkapi dengan sumur monitoring yang terletak di bagian depan dan bagian LPA yang aktif. Untuk menangkap gas yang dihasilkan sampah, di LPA Air Dingin telah dipasang pipa penangkap gas. 60

44 Permasalahan dalam Pengelolaan Persampahan Kendala yang dihadapi Pemerintah Kota Padang diantaranya adalah: - Masih kecilnya biaya operasional yang dianggarkan ; PROFIL SANITASI - Kurangnya sarana dan prasarana yang dimiliki terutama sarana angkutan berupa becak sampah dan kontainer ; - Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pembayaran retribusi kebersihan ; - Rendahnya kesadaran masyarakat untuk memelihara K-3 dilingkungannya akibat dari krisis multidimensi dan lemahnya penegakan supremasi hukum terhadap pelanggar K-3 kota. - Kurangnya peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan 3 R (Reduce, Reuse and Recycle) - Peta cakupan akses dan sistem layanan persampahan per kecamatan (informasi terdapat di dalam Instrumen Profil Sanitasi lembar kerja Form 2 ). Semua peta digambarkan di dalam format A1 (skala peta mengacu pada skala peta tata ruang). 61

45 Gambar 2-7 Hasil Pemetaan Persampahan 62

46 Profil Drainasi Kota Padang Komponen drainase dalam konteks sanitasi adalah drainase lingkungan perumahan yang pemanfaatannya lebih diarahkan untuk saluran pembuangan limbah rumah tangga. Namun pada umumnya komponen ini relatif sulit dipisahkan dengan drainase makro atau saluran yang fungsi utamanya untuk saluran pembuangan air hujan dan pengendali banjir. Untuk itu pada bagian ini juga dibahas tentang sistem drainase makro kota padang yang berfungsi sebagai pengendali banjir di wilayah perkotaan. Sistem drainase Kota Padang telah dibangun dan dikelola sejak Pemerintahan Kolonial Belanda, yang dibangun untuk mengatasi permasalahan luapan sungai Batang Arau yang menyebabkan banjir pada daerah Kota Padang lama. Wilayah Kota Padang lama ini mencakup wilayah Pondok, Seberang Padang, Palinggam, Jati, Purus dan pusat pemerintahan Kota Padang sendiri. Wilayah tersebut dilalui dan terletak di Daerah Aliran Sungai Batang Arau. Untuk mengurangi beban aliran pada sungai Batang Arau, Pemerintah kolonial Belanda sejak tahun 1918 telah membuat banjir kanal guna mengatasi banjir yang terjadi di kawasan Batang Arau. Banjir kanal yang dibangun/dibuat tersebut biasa disebut oleh warga kota adalah Banda Bakali. Banjir kanal tersebut dimulai dari daerah tengah (middle stream) DAS Batang Arau seterusnya melingkar ke arah Lubuk Begalung seterunya ke Jati dan bermuara di Purus. Ilustrasi dari penanganan drainase Kota Padang pada daerah aliran sungai Batang Arau masa Kolonial Belanda dapat dilihat pada Gambar 2.2. A. Sistem dan Infrastruktur Drainase perkotaan Secara umum, pengelolaan drainase di Kota Padang telah diatur dengan beberapa perda, yaitu: Perda No.6 Tahun 2007 tentang pengelolaan dan pemanfaatan prasarana kota; Perda No.11 Tahun 2005 tentang ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; Perda No.4 Tahun 2007 tentang perubahan atas peraturan daerah Kota Padang Pola Aliran Sungai dan Drainase Kota Sungai sungai besar di Kota Padang berhulu di daerah perbukitan yang biasa disebut Bukit barisan selanjutnya bermuara ke pantai barat pulau Sumatera. Sungai-sungai besar dan kecil yang ada di wilayah Kota Padang ketinggiannya tidak jauh berbeda dari tinggi permukaan laut. Kondisi ini yang mengakibatkan cukup banyak wilayah Kota Padang yang rawan terhadap banjir/genangan air. Banyaknya sungai, curah hujan yang relatif tinggi, topografi yang relatif datar pada daerah middle stream dan muara serta pengaruh pasang naik laut merupakan faktor-faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya banjir di Kota Padang. Pola aliran drainase Kota Padang sebagian besar merupakan pola alamiah yang terbentuk dari saluran alam yang terdapat pada lahan lahan kosong dan perumahan. Jaringan drainase yang ada pada umumnya merupakan drainase pasangan batu dan 63

47 drainase alam yang pembuangan akhirnya terkumpul pada sungai, dimana sistem ini bertumpu pada 10 saluran/badan penerima utama, yaitu : 1. Batang Belimbing, 2. Batang Air Dingin, 3. Batang Tabing, 4. Batang Balimbiang, 5. Baung Panjalinan Pond, 6. Batang Kuranji, 7. Saluran Lolong, 8. Banjir Kanal, Batang Arau, dan 9. Batang Jirak, dengan luas Ha. Dipusat-pusat permukiman dan pasar tradisional kondisi drainase banyak yang tidak berfungsi dengan baik akibat tumpukan sedimen dan sampah. Sistem drainase dibagi atas sembilan belas areal sistem drainase sebagai berikut: Tabel 2-23 Areal Sistem Drainase Kota Padang No. Areal Drainase Luas Tangkapan Badan Air Penerima Penggunaan Lahan (Ha) 1 Air Pacah 426 Batang Balimbing Pertanian dan Pemukiman 2 Pasir putih 60 Batang Air Dingin Pemukiman 3 Tabing 307 Batang Tabing Bandara 4 Airport 352 Batang Balimbing Pemukiman 5 Baung Penjalinan 291 Baung Panjalinan Pond Pemukiman 6 Siteba 128 Batang Balimbing Pemukiman 7 Sawah Liat 174 Batang Kuranji Pemukiman 8 Kandis 85 Batang Kuranji Pemukiman 9 Lapai 164 Batang Kuranji Pemukiman 10 Ulak Karang 223 Batang Kuranji Perkantoran, Perdagangan dan Pemukiman 11 Lolong 304 Saluran Lolong Pemukiman dan Perdagangan 12 Purus 136 Banjir Kanal Pemukiman dan Perkantoran 13 Jati 120 Banjir Kanal Pemukiman dan Perdagangan 14 Alai 322 Batang Arau Pertanian 15 Ujung Gurun 303 Banjir Kanal Pemukiman, Pemukiman dan Perkantoran 16 Aur Duri 271 Batang Arau Pemukiman 17 Olo Nipah 197 Batang Arau Perdagangan dan Pemukiman 18 Kali Mati 50 Batang Arau Pemukiman 19 Rawang Barat 73 Batang Jirak Pemukiman Total Ha Selengkapnya informasi tentang Areal drainase diatas sebagai berikut: 64

48 Sistem Drainase Kota Padang 1. Areal Drainase Air Pacah PROFIL SANITASI Lokasi areal drainase ini terletak di sebelah Timur jalan By Pass dan batas sebelah Utara adalah S. Batang Air Dingin dan di sebelah Selatan adalah anak sungai dari Batang Balimbing (dekat Terminal). Areal Drainase Air Pacah pada saat ini penggunaan lahannya sebagian besar masih berupa sawah dan semak belukar. Areal ini direncanakan berkembang menjadi kawasan perdagangan dan terminal. Pola Aliran pada Areal Drainase Air Pacah merupakan pola alamiah yang terbentuk dari saluran alam yang terdapat pada lahan kosong yang mendominasi areal ini. Jaringan drainase yang ada merupakan drainase alam yang pembuangan akhirnya terkumpul pada Sungai Batang Laras dan Sungai Batang Merah. Kondisi umum saluran pada areal drainase Air Pacah dapat dilihat pada Gambar berikut : Gambar 2-8 Areal Drainase Air Pacah 65

49 2. Areal Drainase Pasir Putih Areal drainase Pasir Putih terletak antara S. Batang Air Dingin dan S. Tabing. Penggunaan lahan areal ini berupa perumahan (sebelah Barat Jalan Raya) dan sebagian berupa sawah (sebelah Timur Jalan Raya). Saluran drainase Pasir Putih adalah drainase sekunder yang langsung bermuara dilaut. Drainase ini dimulai dari jalan raya Padang Bukit Tinggi dan melintasi daerah perumahan di Bungo Pasang. Pola Aliran pada Areal Drainase Pasir Putih merupakan pola alamiah yang terbentuk dari pola saluran drainase pemukiman penduduk yang terdapat pada areal ini. Kondisi umum saluran pada areal drainase Pasir Putih dapat dilihat pada Gambar Gambar 2-9 Areal drainase Pasir Putih 66

50 3. Areal Drainase Air Tabing PROFIL SANITASI Areal drainase Tabing terletak di sebelah kiri dan kanan S. Tabing. Areal drainase ini mempunyai drainase utama S. Tabing. Penggunaan lahan daerah ini sebagian besar telah menjadi kawasan pemukiman penduduk. Pola Aliran Areal Drainase Tabing merupakan pola kombinasi antara pola alamiah dan pola siku, dimana pola alamiah terbentuk dari saluran alam yang terdapat pada sebagian lahan kosong, sedangkan pola siku terbentuk dari pola saluran drainase pemukiman penduduk yang terdapat pada areal ini. Kondisi umum saluran pada areal drainase Tabing dapat dilihat pada Gambar 2-10 Areal Drainase Tabing 67

51 4. Areal Drainase Airprort PROFIL SANITASI Areal drainase ini bermuara pada S. Batang Balimbing. Penggunaan lahan saat ini adalah berupa pemukiman dan semak belukar Pola Aliran Areal Drainase Airport merupakan pola kombinasi antara pola alamiah dan pola siku, dimana pola alamiah terbentuk dari saluran alam yang terdapat pada sebagian lahan kosong, sedangkan pola siku terbentuk dari pola saluran drainase pemukiman penduduk yang terdapat pada areal ini. Kondisi umum saluran pada areal drainase Airport dapat dilihat Gambar 2-11 Areal Drainase Airport 68

52 5. Areal Drainase Baung Panjalinan PROFIL SANITASI Drainase Baung Penjalinan merupakan makro drain yang telah dilakukan rehabilitasi oleh proyek banjir tahun 1997/1998. Saluran ini mempunyai arah yang sejajar dengan pantai dimulai dari daerah Parupuk hingga Batang Kuranji. Ada beberapa saluran drainase sekunder yang bermuara ke drainase Baung Penjalinan yang sebagian besar berupa saluran beton dengan kondisi yang baik. Drainase Baung Penjalinan dan saluran sekundernya melintasi kawasan perumahan dan di beberapa tempat masih terdapat masalah genangan air. Pola Aliran pada Areal Drainase Baung Panjalinan merupakan pola kombinasi antara pola alamiah, pola siku dan pola paralel, dimana pada lokasi ini terdapat saluran primer yang menampung debit dari saluran sekunder dan membentuk pola paralel. Untuk pola alamiah dan siku terbentuk dari pola pemukiman penduduk. Kondisi umum saluran pada areal drainase Baung Panjalinan dapat dilihat pada Gambar Gambar Areal Areal Drainase Drainase Baung Siteba Panjalinan 69

53 Lokasi Areal Drainase Siteba terletak antara S. Batang Kuranji dan S. Batang Balimbing. Penggunaan lahan Areal Drainase Siteba dapat dibagi dua yaitu disebelah Barat Jalan Berok Raya umumnya berupa semak dan rawa. Sedangkan di sebelah Timur Jalan Berok Raya merupakan kawasan perumahan yang cukup padat. Areal di sebelah Timur Jalan Berok Raya saat nanti juga akan dikembangkan menjadi areal pemukiman. Saluran drainase yang ada sudah memadai dalam hal kuantitas akan tetapi perlu ditingkatkan mengingat kapasitas saluran yang ada umumnya belum mencukupi. Pola Aliran Areal Drainase Siteba merupakan pola kombinasi antara pola alamiah dan pola siku, dimana pada lokasi ini pola alamiah dibentuk oleh pola pemukiman penduduk yang tidak teratur dan pola siku dibentuk oleh pola pemukiman penduduk yang teratur. Gambar 2-13 Areal Drainase Siteba 70

54 7. Areal Drainase Sawah Liek PROFIL SANITASI Pada lokasi ini penggunaan lahan adalah berupa sawah dan saluran drainase yang ada ditujukan untuk mendrainase areal persawahan sehingga jika nantinya areal ini digunakan untuk pemukiman maka perlu dibangun saluran drainase baru. Pola Aliran Areal Drainase Sawah Liat merupakan pola alamiah, dimana pada lokasi ini pola alamiah terbentuk dari lahan kosong yang yang mendominasi areal tersebut. Kondisi umum saluran pada areal drainase Sawah Liat dapat dilihat pada Gambar Gambar 2-14 Areal Drainase Sawah Liat 71

55 8. Areal Drainase Kandis PROFIL SANITASI Areal drainase ini terletak dari Jalan Gajah Mada ke arah Timur sampai dengan Gunung Pangilun serta bermuara pada S. Batang Kuranji. Penggunaan lahan sebagian besar berupa sawah kecuali di sepanjang Jalan Gajah Mada adalah berupa pemukiman. Pada waktu hujan, air akan mengumpul di Jalan Gajah Mada. Untuk menanggulangi genangan, pada saat ini sedang dilaksanakan pembangunan saluran drainase primer Gajah Mada dan bermuara di Sungai Batang Kuranji. Sedangkan saluran drainase sekunder yang bermuara di Saluran Gajah Mada saat ini belum ada sehingga masih menimbulkan genangan. Pola Aliran Areal Drainase Kandis merupakan pola alamiah, dimana pada lokasi ini pola alamiah dibentuk oleh pola pemukiman penduduk yang tidak teratur. Kondisi umum saluran pada areal drainase Kandis dapat dilihat pada Gambar Gambar 2-15 Areal Drainase Kandis 72

56 9. Areal Drainase Lapai PROFIL SANITASI Areal Drainase Lapai dibatasi sebelah Utara oleh S. Batang Kuranji, sebelah Timur oleh Jalan Gajah Mada, sebelah Selatan berdekatan dengan Saluran Lolong dan Sebelah Barat oleh jalan Kereta Api. Penggunaan lahan areal ini umumnya berupa pemukiman kecuali sebelah Barat yaitu sekitar Perumahan Belanti Permai masih berupa rawa-rawa. Sistem drainase pada daerah ini tergolong kurang baik, hal ini ditandai dengan saluran tersier yang masih dibuat secara parsial dan tidak terintegrasi dengan saluran utama. Pola Aliran Areal Drainase Lapai merupakan pola kombinasi antara pola alamiah dan pola siku, dimana pada lokasi ini pola alamiah dan pola siku dibentuk oleh pola pemukiman penduduk yang sebagian besar mendominasi areal tersebut. Kondisi umum saluran pada areal drainase Lapai dapat dilihat pada Gambar Gambar 2-16 Areal Drainase Lapai 73

57 10. Areal Drainase Ulak Karang PROFIL SANITASI Areal drainase Ulak Karang terletak pada daerah pemukiman padat. Saluran Drainase Ulak Karang hampir semuanya dalam kondisi yang masih bagus dan terawat. Drainase Ulak Karang dilengkapi dengan kolam tampungan sementara dan stasiun pompa. Pola Aliran pada Areal Drainase Ulak Karang merupakan pola kombinasi antara pola alamiah, pola siku dan pola paralel, dimana pada lokasi ini terdapat saluran primer yang menampung debit dari saluran sekunder dan membentuk pola paralel. Untuk pola alamiah dan siku terbentuk dari pola pemukiman penduduk. Kondisi umum saluran pada areal drainase Ulak Karang dapat dilihat pada Gambar Gambar 2-17 Areal drainase Ulak Karang 74

58 11. Areal Drainase Lolong PROFIL SANITASI Areal drainase ini pada bagian hulu adalah berupa sawah dan semak belukar, sedangkan bagian hilir (Barat JL. Gajah Mada) adalah berupa pemukiman. Areal drainase ini menggunakan saluran Lolong sebagai drainase utama. Pada areal pemukiman telah terdapat saluran drainase yang lengkap sampai ke tingkat tersier. Pola Aliran Areal Drainase Lolong merupakan pola kombinasi antara pola alamiah dan pola siku, dimana pada lokasi ini pola alamiah dibentuk oleh pola pemukiman penduduk yang tidak teratur (hulu saluran) dan pola siku dibentuk oleh pola pemukiman penduduk yang teratur (hilir saluran). Kondisi umum saluran pada areal drainase Lolong dapat dilihat pada Gambar \\ Gambar 2-18 Areal Drainase Lolong 75

59 12. Areal Drainase Alai PROFIL SANITASI Areal Drainase Alai terletak di sebelah Timur Jalan Teuku Umar. Drainase utama areal ini adalah saluran di Jalan Teuku Umar dan bermuara di Banjir Kanal. Penggunaan lahannya sebagian besar adalah berupa sawah dan semak belukar. Pola Aliran Areal Drainase Alai merupakan pola alamiah, dimana pada lokasi ini pola alamiah dibentuk oleh pola saluran alami dan pemukiman penduduk yang tidak teratur. Kondisi umum saluran pada areal drainase Alai dapat dilihat pada Gambar Gambar 2-19 Areal Drainase Alai 76

60 13. Areal Drainase Purus PROFIL SANITASI Areal Drainase Purus terletak di daerah padat penduduk. Pada areal ini sudah terdapat saluran drainase yang lengkap sampai ke tingkat tersier dengan kondisi yang umumnya baik. Pola Aliran Areal Drainase Purus merupakan pola siku, dimana pada lokasi ini pola siku dibentuk oleh pola pemukiman penduduk yang teratur (pusat kota). Kondisi umum saluran pada areal drainase Purus dapat dilihat pada Gambar Gambar 2-20 Areal Drainase Purus 77

61 14. Areal Drainase Jati PROFIL SANITASI Areal drainase Jati dibatasi oleh Banjir Kanal, Jalan Perintis Kemerdekaan dan sekitar Jalan Proklamasi. Sebagian besar penggunaan lahannya merupakan daerah padat, tetapi di sebelah Timur Jl. Perintis Kemerdekaan merupakan daerah yang kurang padat. Pola Aliran pada Areal Drainase Jati merupakan pola kombinasi antara pola alamiah, pola siku dan pola paralel, dimana pada lokasi ini terdapat saluran primer yang menampung debit dari saluran sekunder dan membentuk pola paralel. Untuk pola alamiah dan siku terbentuk dari pola pemukiman penduduk. Kondisi umum saluran pada areal drainase Jati dapat dilihat pada Gambar Gambar 2-21 Areal drainase Jati 78

62 15. Areal Drainase Ujung Gurun PROFIL SANITASI Areal drainase ini terletak pada daerah Kota Lama yang dibatasi oleh Pantai, Banjir Kanal, sekitar Jalan Sudirman dan sekitar Jalan Pasar Baru. Penggunaan lahan daerah ini adalah sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan pemukiman. Pola Aliran Areal Drainase Ujung Gurun merupakan pola siku, dimana pada lokasi ini pola siku dibentuk oleh pola pemukiman penduduk yang teratur (pusat kota). Sistem drainase Ujung Gurun bermuara pada kolam penampungan di Purus yang dilengkapi pintu ke Banjir Kanal. Kondisi umum saluran pada areal drainase Ujung Gurun dapat dilihat pada Gambar Gambar 2-22 Areal Drainase Ujung Gurun 79

63 16. Areal Drainase Aur Duri PROFIL SANITASI Di kawasan Aur Duri saat ini terdapat dua buah drain yang cukup deras. Saluran tersebut dulunya adalah saluran drainase persawahan dari daerah irigasi Gunung Nago. Di daerah ini sudah mulai berkembang pemukiman terutama di sekitar jalan utama, namun demikian di daerah yang lebih ke dalam masih terdapat beberapa petak sawah. Pola Aliran Areal Drainase Aur Duri merupakan pola kombinasi antara pola alamiah dan pola siku, dimana pada lokasi ini pola alamiah dibentuk oleh pola pemukiman penduduk yang tidak teratur (dominan) dan pola siku dibentuk oleh sebagian kecil pola pemukiman penduduk yang teratur. Kondisi umum saluran pada areal drainase Aur Duri dapat dilihat pada Gambar Gambar 2-23 Areal Drainase Aur Duri 80

64 17. Areal Drainase Olo Nipah PROFIL SANITASI Areal drainase ini terletak di pusat kota dibatasi oleh Jalan Pemuda, Pasar Raya, Jalan Sudirman sampai Batang Arau. Penggunaan lahan daerah ini merupakan daerah perdagangan, terminal, pemukiman dan pemerintahan. Sistem drainase Olo Nipah bermuara pada S. Batang Arau melalui Saluran Bandar Olo. Pola Aliran Areal Drainase Olo Nipah merupakan pola alamiah, dimana pada lokasi ini pola alamiah dibentuk oleh pola pemukiman penduduk yang tidak teratur. Kondisi umum saluran pada areal drainase Olo Nipah dapat dilihat pada Gambar Gambar 2-24 Areal Drainase Olo Nipah 81

65 18. Areal Drainase Kali Mati PROFIL SANITASI Pola Aliran Areal Drainase Kali Mati merupakan pola siku, dimana pada lokasi ini pola siku dibentuk oleh pola pemukiman penduduk yang teratur. Kondisi umum saluran pada areal drainase Kali Mati dapat dilihat pada Gambar Gambar 2-25 Areal Drainase Kali Mati 82

66 19. Areal Drainase Rawang Barat PROFIL SANITASI Areal ini merupakan areal yang baru berkembang menjadi areal pemukiman. Sebagian lokasi masih berupa lahan pertanian dan mulai beralih fungsi menjadi areal pemukiman. Pola Aliran Areal Drainase Rawang Barat merupakan pola kombinasi antara pola alamiah dan pola siku, dimana pada lokasi ini pola alamiah dibentuk oleh pola pemukiman penduduk yang tidak teratur (hulu saluran) dan pola siku dibentuk oleh pola pemukiman penduduk yang teratur (hilir saluran). Kondisi umum saluran pada areal drainase Rawang Barat dapat dilihat pada Gambar Gambar 2-26 Areal Drainase Rawang Barat Prasarana Drainase Perkotaan 83

67 Tabel 2-24 Kondisi sarana dan prasarana drainase perkotaan di Kota Padang Permukaan Kondisi dinding Kondisi dasar Panjang total No. Areal Drainase Saluran Yang Ada Posisi Bentuk Saluran D (m) B (m) b(m) H (m) S (m) W (m) T (m) Material saluran Atas Saluran saluran saluran saluran (Km) Awal Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Saluran Alam/Tanah Tanah Tengah Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Batu Sek. By Pas Utara Akhir Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah DEBIT ( Q ) Sek. BTN Utara Awal Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Saluran Alam/Tanah Tanah Tengah Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Akhir Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Sek. BTN Selatan Awal Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Tengah Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Akhir Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Primer Nuansa Indah Awal Trapesium Terbuka Baik Beton Beton Tengah Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Saluran Alam/Tanah Tanah Akhir Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Saluran Alam/Tanah Tanah Sek. Samil Awal Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Tengah Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Akhir Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Saluran Alam/Tanah Tanah Air Pacah 6. Sek. Air Pacah Awal Trapesium Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Tengah Persegi Terbuka Rusak Saluran Alam/Tanah Tanah Akhir Persegi Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Sek. By Pass Tengah Awal Persegi Terbuka Baik Beton Beton Tengah Persegi Terbuka Baik Beton Beton Akhir Persegi Terbuka Baik Beton Beton Sek. Rumah Sakit Awal Tengah Akhir Saluran Belum Ada Primer By Pass Selatan Awal Persegi Terbuka Baik Beton Beton Tengah Persegi Terbuka Baik Beton Beton Akhir Persegi Terbuka Rusak Beton Beton Primer Terminal Utara Awal Trapesium Terbuka Baik Beton Beton Tengah Trapesium Terbuka Baik Beton Beton Akhir Trapesium Terbuka Baik Beton Beton Primer Terminal Selatan Awal Trapesium Terbuka Baik Beton Beton Tengah Trapesium Terbuka Baik Beton Beton Akhir Trapesium Terbuka Baik Beton Beton

68 Permukaan Kondisi dinding Kondisi dasar Panjang total No. Areal Drainase Saluran Yang Ada Posisi Bentuk Saluran D (m) B (m) b(m) H (m) S (m) W (m) T (m) Material saluran Atas Saluran saluran saluran saluran (Km) Awal Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Saluran Saluran Alam/Tanah Tanah Tengah Trapesium Terbuka Tertutup Belukar Pasangan Batu Tanah Primer Pasir Putih Tengah Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Batu Sek. By Pas Utara Akhir Persegi Terbuka Tertutup Belukar Pasangan Batu Tanah Akhir Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Pasir putih Tabing Air Pacah 2.. Sek. Bungo Pasang Hilir 2. Sek. BTN Utara 3. Sek. Bungo Pasang Hulu 3. Sek. BTN Selatan 1. Primer Airport 4. Primer Nuansa Indah 2. Sek. Airport Timur Primer Sek. Samil Linggar Jati 4. Drainase Asia 6. Sek. Air Pacah 1. Primer Tunggul hitam Hulu 7. Sek. By Pass Tengah 2. Primer Tunggul Hitam Tengah 8. Sek. Rumah Sakit 3. Primer Tunggul Hitam Hilir Awal Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Saluran Alam Tanah Tengah Awal Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Saluran Saluran Alam/Tanah Tanah Akhir Tengah Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Baik Belukar Saluran Saluran Alam/Tanah Tanah Awal Akhir Tidak Trapesium Berbentuk Terbuka Terbuka Baik Baik Saluran Alam/Tanah Pasangan Batu Tanah Tanah Tengah Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Saluran Alam Tanah Akhir Awal Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Baik Belukar Saluran Pasangan Alam/Tanah Batu Tanah Tengah Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Awal Trapesium Terbuka Baik Beton Akhir Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Tengah Trapesium Terbuka Tertutup Belukar Beton Tanah Akhir Trapesium Terbuka Baik Pasangan Batu Tanah Awal Trapesium Terbuka Baik Beton Beton Awal Tengah Tidak Persegi Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Saluran Saluran Alam/Tanah Tanah Tengah Persegi Terbuka Akhir Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Saluran Alam/Tanah Tanah Akhir Persegi Terbuka Tertutup Belukar Saluran Alam Tanah Awal Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Baik Belukar Saluran Saluran Alam/Tanah Tanah Tengah Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Baik Belukar Saluran Saluran Alam/Tanah Tanah Akhir Akhir Tidak Berbentuk Tidak Berbentuk Terbuka Terbuka Tertutup Belukar Tertutup Belukar Saluran Alam Saluran Alam/Tanah Tanah Tanah Awal Trapesium Terbuka Rusak Pasangan batu Batu Tengah Awal Trapesium Terbuka Tertutup Baik Belukar Saluran Saluran Alam/Tanah Tanah Akhir Tengah Trapesium Persegi Terbuka Tertutup Rusak Belukar Saluran Saluran Alam/Tanah Tanah Akhir Persegi Terbuka Awal Trapesium Terbuka 1,20 1,00 1 0,05 0,15 Baik Tertutup Belukar Saluran Alam/Tanah Beton Tanah Tanah Tengah Trapesium Terbuka 1,20 1,00 1,00 0,10 0,10 Baik Beton Batu Akhir Awal Trapesium Persegi Terbuka 0, , Tertutup Baik Belukar Pasangan BetonBatu Tanah Beton Tengah Persegi Terbuka Baik Beton Beton Awal 4,00 4,00 0,30 0,50 Tertutup Belukar Pasangan Batu Tanah Akhir Persegi Terbuka Baik Beton Beton Tengah Trapesium Terbuka 1,50 1,00 1,50 0,40 0,70 Tertutup Belukar Beton Batu Akhir Trapesium Terbuka 3,00 2, ,40 0,60 Tertutup Belukar Pasangan Batu Batu Awal Awal Tengah Tengah Akhir Saluran Belum Ada Akhir DEBIT ( Q ) Airport Sek. Primer Pacuan By Pass Kuda Selatan Awal Trapesium Persegi Terbuka 0, , Baik Beton Tanah Beton Tengah Persegi Terbuka 4, , , Tertutup Baik Belukar Saluran Beton Alam Tanah Beton Akhir Persegi Terbuka 4, , Tertutup Rusak Belukar Saluran Beton Alam Tanah Beton Primer Air Tawar Timur 10. Primer Terminal Utara 6. Sek. Gapura Barat 11. Primer Terminal Selatan 7. Sek. Gapura Timur Awal Trapesium Terbuka 3,00 2, ,40 0,60 Baik Beton Tanah Tengah Awal Trapesium Persegi Terbuka 0, , , , , Tertutup Baik Belukar Saluran Beton Alam Tanah Beton Akhir Tengah Trapesium Persegi Terbuka 2, , , , Tertutup Baik Belukar Saluran Beton Alam Tanah Beton Akhir Trapesium Terbuka Baik Beton Beton Awal Persegi Terbuka 1,20 1, ,30 0,50 Tertutup Belukar Saluran Tanah Tanah Tengah Persegi Terbuka 2,00 2,00 1,20 0,30 0,60 Tertutup Belukar Saluran Tanah Tanah Akhir Awal Trapesium Persegi Terbuka Terbuka 2, , Tertutup Baik Belukar Saluran Beton Tanah Tanah Beton Tengah Trapesium Terbuka Baik Beton Beton Awal Akhir Trapesium Terbuka 1, , , , Tertutup Baik Belukar Pasangan BetonBatu Beton Batu Tengah Trapesium Terbuka 1,20 0,70 0,70 0,14 0,60 Tertutup Belukar Pasangan Batu Batu Akhir Trapesium Terbuka 3,00 1, ,05 0,30 Tertutup Belukar Pasangan Batu Beton

69 No. Areal Drainase Saluran Yang Ada Posisi Bentuk Saluran Permukaan Kondisi dinding Kondisi dasar Panjang total D (m) B (m) b(m) H (m) S (m) W (m) T (m) Material saluran Atas Saluran saluran saluran saluran (Km) Awal Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Saluran Alam/Tanah Tanah Tengah Tidak Berbentuk Terbuka Rusak Saluran Alam Batu Sek. Bhakti Tengah Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Batu Sek. By Pas Utara Akhir Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Saluran Alam Tanah Akhir Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Awal Trapesium Terbuka Baik Beton Batu 2. Sek. Karya 2. Sek. BTN Utara Tengah Trapesium Terbuka Baik Beton Beton Awal Akhir Tidak Berbentuk Trapesium Terbuka Terbuka Tertutup Belukar Baik Saluran Alam/Tanah Beton Tanah Batu Tengah Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Akhir Awal Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Baik Belukar Saluran Alam/Tanah Tanah 3. Sek. Parupuk Akhir Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Pasangan batu Batu Awal Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Tengah Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Saluran Alam/Tanah Tanah 0.31 Tengah Awal Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Beton Alam/Tanah Tanah Sek. BTN Selatan Tengah Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Beton Batu Sek. Bhakti IV Akhir Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Akhir Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Saluran alam Tanah 5 Baung Penjalinan Awal Trapesium Persegi Terbuka Baik Beton Tanah Beton Trapesium Baik Beton Sek. Penjalinan Tengah Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Saluran Alam/Tanah Tanah Primer Nuansa Indah Akhir Trapesium Terbuka Baik Beton Beton Akhir Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Saluran Alam/Tanah Tanah Awal Trapesium Terbuka Baik Beton Tanah 1 Air Pacah Tengah Trapesium Beton Batu Sek. Cendrawasih Awal Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Akhir Persegi Terbuka Rusak Beton Batu Tengah Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Sek. Samil Akhir Awal Tidak Persegi Berbentuk Terbuka Tertutup Baik Belukar Saluran Beton Alam/Tanah Tanah Tengah Persegi Terbuka Tertutup Belukar Beton Beton Sek. Air Tawar Barat Akhir Trapesium Terbuka Baik Pasangan Batu Beton Awal Trapesium Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Tengah Awal Trapesium Persegi Terbuka Rusak Baik Saluran Beton Alam/Tanah Tanah Beton Sek. Air Pacah Tengah Trapesium Beton Beton Sek. Belibis Akhir Persegi Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Akhir Trapesium Terbuka Baik Beton Beton DEBIT ( Q ) Siteba 1. Sek. Punggai 7. Sek. By Pass Tengah 2. Sek. Medan 8. Sek. Rumah Sakit 3. Primer Kurao 9. Primer By Pass Selatan 4. Primer Lubuk Bayu Awal Persegi Terbuka Tertutup Baik belukar Pasangan Betonbatu Beton Batu Tertutup belukar Pasangan batu Tanah Tengah Persegi Terbuka Baik Beton Beton Akhir Persegi Terbuka Baik Beton Batu Akhir Persegi Terbuka Baik Beton Beton Awal Lingkaran Terbuka Baik Beton Beton Tengah Persegi Tertutup Baik Pasangan batu Batu Awal Akhir Persegi Tertutup Baik Beton Pasir Tengah Saluran Belum Ada Akhir Awal Persegi Terbuka Baik Beton Tanah Tengah Persegi Terbuka Rusak Beton Batu Akhir Persegi Terbuka Rusak Beton Batu Awal Persegi Terbuka Baik Beton Beton Tengah Awal trapesium Persegi Terbuka Baik Pasangan BetonBatu Tanah Beton Tengah trapesium Baik Batu Akhir Persegi Terbuka Rusak Beton Beton Akhir trapesium Terbuka Rusak Pasangan Batu Batu Sek. Berok Raya 10. Primer Terminal Utara 6. Sek. Kurao Barat 11. Primer Terminal Selatan 7. Sek. Siteba Awal Trapesium Terbuka Tertutup Baik Belukar Beton Beton Batu Tengah Trapesium Terbuka Tertutup Baik Belukar Beton Beton Batu Akhir Akhir Trapesium Trapesium Terbuka Terbuka Tertutup Belukar Baik Beton Beton Beton Beton Awal Persegi Terbuka Tertutup belukar Beton Batu Awal Tengah Trapesium Terbuka Baik Pasangan Betonbatu Beton Akhir Tengah Trapesium Trapesium Terbuka Terbuka Tertutup belukar Baik Pasangan batu Beton Tanah Beton Akhir Awal Trapesium Lingkaran Tertutup Terbuka Baik Beton Beton Tengah Persegi Tertutup Baik Beton Beton Akhir Persegi Terbuka Baik Beton Beton

70 Permukaan Kondisi dinding Kondisi dasar Panjang total No. Areal Drainase Saluran Yang Ada Posisi Bentuk Saluran D (m) B (m) b(m) H (m) S (m) W (m) T (m) Material saluran Atas Saluran saluran saluran saluran (Km) Awal Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Saluran Alam/Tanah Tanah Tengah Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Batu Sawah Sek. By Liat Pas AUtara Saluran Belum Ada Akhir Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Sawah Liat Air Pacah Kandis 2. Sawah Sek. BTN Liat Utara B Sawah Sek. BTN Liat Selatan C 4. Primer Nuansa Indah 4. Sawah Liat D 5. Sek. Samil 5. Sawah Liat E 6. Sek. Air Pacah 6. Sawah Liat F 7. Sek. By Pass Tengah 1. Primer Gajah Mada 8. Sek. Rumah Sakit 2. Sek. Bung Hatta 9. Primer By Pass Selatan 3. Sek. Simpang Kandis 10. Primer Terminal Utara 4. Sek. Kampung Baru timur 11. Primer Terminal Selatan Awal Tidak Trapesium Berbentuk Terbuka Tertutup Baik Belukar Saluran Pasangan Alam/Tanah Batu Tanah Tengah Tidak Persegi Berbentuk Terbuka Tertutup Baik Belukar Saluran Pasangan Alam/Tanah Batu Tanah Akhir Tidak Persegi Berbentuk Terbuka Tertutup Baik Belukar Saluran Pasangan Alam/Tanah Batu Tanah Awal Tidak Trapesium Berbentuk Terbuka Baik Saluran Pasangan Alam/Tanah Batu Tanah Tengah Tengah Tidak Persegi Berbentuk Terbuka Terbuka Tertutup Baik Belukar Saluran Pasangan Alam/Tanah Batu Tanah Tanah Akhir Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Akhir Persegi Terbuka Tertutup Belukar Pasangan Batu Tanah Awal Trapesium Terbuka Baik Beton Beton Awal Tengah Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Saluran Alam/Tanah Tanah Tengah Akhir Tidak Berbentuk Terbuka 1.10 Saluran 1.10 Belum 0.85 Ada 0.13 Tertutup Belukar Saluran Alam/Tanah Tanah Akhir Awal Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Awal Tengah Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Tengah Akhir Tidak Berbentuk Terbuka 1.40 Saluran 1.20 Belum 0.80 Ada 0.13 Tertutup Belukar Saluran Alam/Tanah Tanah Akhir Awal Trapesium Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Awal Tengah Trapesium Persegi Terbuka Rusak Baik Saluran Pasangan Alam/Tanah Batu Tanah Tengah Akhir Persegi Terbuka Tertutup Baik Belukar Saluran Pasangan Alam/Tanah Batu Tanah Akhir Persegi Terbuka Tertutup Belukar Pasangan Batu Tanah Awal Persegi Terbuka Baik Beton Beton Awal Tengah Persegi Terbuka Baik Beton Beton Batu Tengah Akhir Persegi Terbuka Rusak Baik Beton Tanah Beton Akhir Persegi Terbuka Baik Beton Batu Awal Awal Tengah Persegi Terbuka 2,00 2, ,10 0,50 Tertutup Belukar Beton Tanah Saluran Belum Ada Tengah Akhir Persegi Terbuka 2,00 2,00 1,25 0,15 0,50 Baik Beton Tanah Akhir Persegi Tertutup 2,00 2, ,20 0,50 Baik Beton Tanah Awal Persegi Terbuka Baik Beton Beton Awal Tengah Persegi Terbuka Baik Beton Beton Tengah Akhir Persegi Terbuka Rusak Beton Beton Saluran Belum Ada Akhir Awal Trapesium Terbuka Baik Beton Beton Tengah Trapesium Terbuka Baik Beton Beton Awal Akhir Trapesium Terbuka Baik Beton Beton Tengah Saluran Belum Ada Akhir Awal Trapesium Terbuka Baik Beton Beton Tengah Trapesium Terbuka Baik Beton Beton Akhir Trapesium Terbuka Baik Beton Beton

71 No. Areal Drainase Saluran Yang Ada Posisi Bentuk Saluran Permukaan Kondisi dinding Kondisi dasar Panjang total D (m) B (m) b(m) H (m) S (m) W (m) T (m) Material saluran Atas Saluran saluran saluran saluran (Km) Awal Tidak Persegi Berbentuk Tertutup Terbuka Tertutup Baik Belukar Saluran Beton Alam/Tanah Tanah Tengah Persegi Tertutup Baik Beton Tanah Sek. Jhoni Anwar Timur Tengah Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Batu Sek. By Pas Utara Akhir Persegi Tertutup Baik Beton Pasir Akhir Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Awal Persegi Terbuka Tertutup Belukar Pasangan Batu Beton 2. Sek. Cindua Mato 1 2. Sek. BTN Utara Tengah Persegi Terbuka Baik Beton Batu Awal Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Saluran Alam/Tanah Tanah Akhir Persegi Terbuka Baik Beton Batu Tengah Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Awal Akhir Tidak Persegi Berbentuk Terbuka Baik Saluran Beton Alam/Tanah Tanah Beton Tengah Persegi Terbuka Baik Beton Batu Sek. Cindua Mato Akhir Persegi Terbuka Baik Beton Batu Awal Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Awal Tengah Tidak Trapesium Berbentuk Terbuka Baik Saluran Beton Alam/Tanah Tanah Sek. BTN Selatan Tengah Trapesium Terbuka Baik Beton Tanah Lapai 4. Primer Lapai Akhir Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Akhir Trapesium Terbuka Baik Beton Beton DEBIT ( Q ) Air Pacah 5. Sek. Kampung Baru Barat 4. Primer Nuansa Indah 6. Sek. Pulau Talena 5. Sek. Samil 7. Sek. Asrama TNI 6. Sek. Air Pacah 1. Primer Khatib Sulaiman Awal Trapesium Persegi Terbuka Baik Pasangan BetonBatu Tanah Beton Persegi Terbuka Baik Beton Batu Tengah Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Saluran Alam/Tanah Tanah Akhir Persegi Terbuka Rusak Beton Tanah Akhir Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Saluran Alam/Tanah Tanah Awal Trapesium Terbuka Rusak Beton Tanah Tengah Trapesium Tertutup Belukar Beton Batu Awal Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Akhir Trapesium Terbuka Rusak Tanah Batu Tengah Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Awal Akhir Tidak Trapesium Berbentuk Terbuka Tertutup Baik Belukar Saluran Beton Alam/Tanah Tanah Beton Tengah Trapesium Terbuka Baik Beton Batu Akhir Persegi Terbuka Tertutup Belukar Beton Beton Awal Trapesium Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Awal Tengah Persegi Tertutup Terbuka 1, , , ,10 Rusak Baik Saluran Pasangan Alam/Tanah Batu Tanah Beton Tengah Tertutup 0,70 0,70 0,80 0,15 0,10 Pasangan Batu Beton Akhir Persegi Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Akhir Persegi Tertutup 0,40 0, ,20 0,10 Baik Pasangan Batu Beton Ulak Karang 2. Sek. DPR 7. Sek. By Pass Tengah 3. Sek. Jakarta 8. Sek. Rumah Sakit 4. Sek. Jhoni Anwar Barat 9. Primer By Pass Selatan 5. Primer S. Parman Awal Persegi Tertutup Terbuka 0, , ,05 0, ,10 Baik Pasangan BetonBatu Beton Trapesium 1,30 1,20 1,00 0,05 0,30 Pasangan Batu Tengah Persegi Terbuka Baik Beton Beton Akhir Trapesium Terbuka 2,50 1, ,10 0,20 Tertutup Belukar Pasangan Batu Beton Akhir Persegi Terbuka Baik Beton Beton Awal Persegi Terbuka 1,50 1, ,40 0,10 Tertutup Belukar Saluran Tanah Tanah Tengah Awal Persegi Terbuka 1,48 1,48 0,54 0,04 Baik Pasangan Batu Beton Akhir Persegi Terbuka 1,60 1, ,15 Baik Pasangan Batu Batu Tengah Saluran Belum Ada Awal Akhir Persegi Terbuka 1,62 1, ,10 0,20 Baik Pasangan Batu Beton Tengah Persegi Terbuka 1,70 1,70 1,10 0,10 0,20 Baik Pasangan Batu Tanah Akhir Awal Persegi Persegi Terbuka Terbuka 2, , ,10 0, Baik Baik Pasangan Batu Beton Beton Beton Awal Tengah Persegi Terbuka 2, , ,10 0, Baik Pasangan BetonBatu Beton Batu Tengah Akhir Persegi Terbuka 2, , , , Rusak Baik Pasangan BetonBatu Beton Akhir Persegi Tertutup Baik Pasangan Batu Beton Primer Ulak Karang 10. Primer Terminal Utara Awal Trapesium Terbuka 1, , , Baik Pasangan BetonBatu Beton Batu Tengah Trapesium Terbuka 3, , , , Baik Pasangan BetonBatu Beton Batu Akhir Akhir Trapesium Trapesium Terbuka Terbuka 4, , , Baik Baik Pasangan Batu Beton Batu Beton Sekunder Belanti 11. Primer Terminal Selatan 8. Sekunder TMP Awal Trapesium Terbuka 1,50 1, ,15 Tertutup Belukar Pasangan Batu Batu Tengah Awal Trapesium Terbuka 1, , , , Baik Pasangan BetonBatu Beton Batu Akhir Tengah Trapesium Trapesium Terbuka Terbuka 0, , , Baik Baik Pasangan Batu Beton Batu Beton Awal Akhir Trapesium Terbuka 0, , , Baik Pasangan BetonBatu Beton Batu Tengah Trapesium Terbuka 0,70 0,60 0,80 0,10 0,20 Baik Pasangan Batu Beton Akhir Trapesium Terbuka 0,60 0, ,15 0,17 Baik Pasangan Batu Beton

72 Permukaan Kondisi dinding Kondisi dasar Panjang total No. Areal Drainase Saluran Yang Ada Posisi Bentuk Saluran D (m) B (m) b(m) H (m) S (m) W (m) T (m) Material saluran Atas Saluran saluran saluran saluran (Km) Awal Tidak Persegi Berbentuk Terbuka Tertutup Baik Belukar Saluran Pasangan Alam/Tanah Batu Tanah Tengah Persegi Terbuka Tertutup Belukar Pasangan Batu Lolong A Tengah Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Batu Sek. By Pas Utara Akhir Tak Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Saluran Alam/Tanah Tanah Akhir Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah 11 Lolong 2. Lolong B 2. Sek. BTN Utara 3. Lolong C 3. Sek. BTN Selatan 4. Lolong D 4. Primer Nuansa Indah 5. Lolong E Awal Persegi Terbuka Tertutup Belukar Saluran Alam/Tanah Tanah Tengah Awal Tidak Persegi Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Saluran Beton Alam/Tanah Tanah Akhir Tengah Persegi Tidak Berbentuk Terbuka Baik Beton Saluran Alam/Tanah Tanah Awal Akhir Tidak Persegi Berbentuk Terbuka Terbuka Baik Tertutup Belukar Saluran Alam/Tanah Saluran Alam/Tanah Tanah Tanah Tengah Persegi Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Akhir Awal Tidak Persegi Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Tengah Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Awal Persegi Tertutup Baik Beton Beton Akhir Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Tengah Persegi Tertutup Baik Beton Beton Akhir Persegi Tertutup Baik Beton Beton Awal Trapesium Terbuka Baik Beton Beton Awal Tengah Tidak Persegi Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Saluran Pasangan Alam/Tanah Batu Tanah Tengah Trapesium Terbuka Tertutup Belukar Pasangan Batu Tanah Akhir Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Saluran Alam/Tanah Tanah Akhir Persegi Terbuka Baik Pasangan Batu Tanah DEBIT ( Q ) Primer Sek. Samil Raden Saleh Awal Tidak Trapesium Berbentuk Terbuka 1, , , Baik Saluran Pasangan Alam/Tanah Batu Tanah Batu Tengah Tidak Trapesium Berbentuk Terbuka 3, , , , Baik Saluran Pasangan Alam/Tanah Batu Tanah Batu Akhir Akhir Trapesium Tidak Berbentuk Terbuka Terbuka 4, , , Baik Tertutup Belukar Pasangan Batu Saluran Alam/Tanah Batu Tanah Purus Air Pacah 2. Sek.Purus 1 6. Sek. Air Pacah 3. Sek. Purus 2 7. Sek. By Pass Tengah 1. Sek. Simpang Haru 8. Sek. Rumah Sakit 2. Primer Jati Awal Trapesium Terbuka 1,87 1, ,05 Tertutup belukar Pasangan Batu Batu Tengah Awal Trapesium Terbuka 1, , , ,01 0, Baik Saluran Pasangan Alam/Tanah Batu Tanah Beton Akhir Tengah Trapesium Persegi Terbuka 0, , Rusak Baik Saluran Pasangan Alam/Tanah Batu Tanah Beton Akhir Persegi Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Awal Trapesium Terbuka 1,00 0, ,10 Baik Pasangan Batu Beton Tengah Trapesium Terbuka 1,90 1,00 2,15 0,20 Baik Pasangan Batu Batu Akhir Awal Trapesium Persegi Terbuka 1, , , Baik Pasangan BetonBatu Beton Batu Tengah Persegi Terbuka Baik Beton Beton Awal Tertutup belukar Saluran Alam Tanah Akhir Persegi Terbuka Baik Beton Beton Tengah Persegi Terbuka Baik Beton Beton Akhir Persegi Terbuka Baik Beton Tanah Awal Awal Tengah Trapesium Terbuka Baik Pasangan Batu Tanah Tengah Trapesium Terbuka Saluran 3.20Belum 0.20 Ada 0.46 Tertutup Belukar Pasangan Batu Tanah Akhir Akhir Trapesium Terbuka Baik Pasangan abtu Tanah Jati Sek. Primer Adabiah By Pass Selatan 4. Sek. Koto Panjang 10. Primer Terminal Utara 5. Sek. Sawahan 11. Primer Terminal Selatan 6. Sek. Proklamasi Awal Persegi Terbuka Baik Beton Beton Batu Tengah Persegi Tertutup Terbuka Baik Beton Beton Akhir Persegi Tertutup Terbuka Rusak Baik Beton Beton Awal Persegi Terbuka Pasangan Batu batu Batu Tengah Awal Trapesium Persegi Terbuka Baik Beton Beton Batu Akhir Tengah Trapesium Persegi Terbuka Baik Beton Beton Batu Akhir Trapesium Terbuka Baik Beton Beton Awal Trapesium Terbuka Baik batu Batu Tengah Persegi Terbuka Baik Beton Batu Akhir Awal Trapesium Persegi Terbuka Terbuka Baik Baik Beton Beton Beton Batu Tengah Trapesium Terbuka Baik Beton Beton Awal Akhir Trapesium Persegi Terbuka Tertutup Baik Belukar Pasangan BetonBatu Tanah Beton Tengah Trapesium Terbuka Baik Beton Tanah Akhir Trapesium Terbuka Baik Pasangan Batu Batu

73 Permukaan Kondisi dinding Kondisi dasar Panjang total No. Areal Drainase Saluran Yang Ada Posisi Bentuk Saluran D (m) B (m) b(m) H (m) S (m) W (m) T (m) Material saluran Atas Saluran saluran saluran saluran (Km) Awal Tidak Trapesium Berbentuk Terbuka Tertutup Baik Belukar Saluran Beton Alam/Tanah Tanah Beton Tengah Tidak Trapesium Berbentuk Terbuka Baik Saluran Pasangan Alam/Tanah Batu Batu Bandar Sek. By Pas Purus Utara Akhir Tidak Persegi Berbentuk Terbuka Baik Saluran Pasangan Alam/Tanah Batu Tanah Batu DEBIT ( Q ) Kis Sek. Mangunsarkoro BTN Utara Awal Tidak Trapesium Berbentuk Terbuka Tertutup Baik Belukar Saluran Beton Alam/Tanah Tanah Tengah Tidak Trapesium Berbentuk Terbuka Baik Saluran Beton Alam/Tanah Tanah Akhir Tidak Trapesium Berbentuk Terbuka Baik Saluran Beton Alam/Tanah Tanah Bati Ujung Gurun Primer Sek. BTN Ujung Selatan Gurun Awal Tidak Persegi Berbentuk Terbuka Baik Saluran Beton Alam/Tanah Tanah Beton Tengah Tengah Tidak Trapesium Berbentuk Terbuka Terbuka Baik Baik Saluran Beton Alam/Tanah Tanah Beton Akhir Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Akhir Trapesium Terbuka Baik Beton Beton Primer Nuansa Indah 4. Primer Purus Kebun Awal Trapesium Terbuka Baik Beton Beton Awal Trapesium Terbuka Baik Beton Batu Tengah Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Saluran Alam/Tanah Tanah Tengah Trapesium Terbuka Baik Pasangan Batu Batu Akhir Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Saluran Alam/Tanah Tanah Akhir Persegi Terbuka Baik Pasangan Batu Batu Sek. Samil 5. Primer Koto Marapak Awal Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Awal Trapesium Terbuka Rusak Pasangan Batu Batu Tengah Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Tengah Trapesium Terbuka Tertutup belukar Pasangan Batu Batu Akhir Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Saluran Alam/Tanah Tanah Akhir Trapesium Terbuka Baik Pasangan Batu Batu Air Pacah 15 Aur Duri 6. Sek. Air Pacah 1. Primer Aur Duri 7. Sek. By Pass Tengah 2. Sek. Gurun Lawas 8. Sek. Rumah Sakit 3. Sek. Parang Timur 9. Primer By Pass Selatan 4. Sek. Air Camar 10. Primer Terminal Utara 5. Sek. Parak Gadang 11. Primer Terminal Selatan Awal Trapesium Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Awal Tengah Persegi Terbuka 1, , , Tertutup Rusak Belukar Saluran Pasangan Alam/Tanah Batu Tanah Tengah Akhir Trapesium Persegi Terbuka 2, , , , Baik Saluran Pasangan Alam/Tanah Batu Tanah Beton Akhir Persegi Terbuka 4,00 4, ,00 Tertutup Belukar Saluran Tanah Tanah Awal Persegi Terbuka Baik Beton Beton Awal Tengah Persegi Terbuka Tertutup Baik Belukar Saluran Beton Tanah Beton Tengah Akhir Persegi Terbuka Tertutup Baik Belukar Saluran Beton Tanah Tanah Beton Akhir Persegi Terbuka Tertutup Belukar Saluran Tanah Tanah Awal Awal Tengah Persegi Terbuka Tertutup Belukar Pasangan Batu Tanah Saluran Belum Ada Tengah Akhir Persegi Terbuka Tertutup Belukar Pasangan Batu Tanah Akhir Persegi Terbuka 1, ,34 Tertutup Belukar Pasangan Batu Batu Awal Persegi Terbuka Baik Beton Beton Awal Tengah Trapesium Persegi Terbuka Baik Pasangan BetonBatu Beton Batu Tengah Akhir Persegi Terbuka Tertutup Rusak Belukar Pasangan BetonBatu Beton Batu Akhir Persegi Terbuka Awal Trapesium Terbuka Tertutup Belukar Baik Pasangan Batu Beton Beton Beton Tengah Trapesium Terbuka Baik Beton Beton Awal Tak Berbentuk Terbuka 1, ,05 Tertutup Belkar Saluran Alam Batu Akhir Trapesium Terbuka Baik Beton Beton Tengah Trapesium Terbuka 1,80 1,20 1,80 1,00 Tertutup Belkar Pasangan Batu Batu Akhir Awal Trapesium Trapesium Terbuka Terbuka 4, , Tertutup Belukar Baik Saluran Alam Beton Tanah Beton Tengah Trapesium Terbuka Baik Beton Beton Akhir Trapesium Terbuka Baik Beton Beton

74 Permukaan Kondisi dinding Kondisi dasar Panjang total No. Areal Drainase Saluran Yang Ada Posisi Bentuk Saluran D (m) B (m) b(m) H (m) S (m) W (m) T (m) Material saluran Atas Saluran saluran saluran saluran (Km) Awal Tidak Trapesium Berbentuk Terbuka Tertutup Baik Belukar Saluran Pasangan Alam/Tanah Batu Tanah Beton Tengah Tidak Trapesium Berbentuk Terbuka Baik Saluran Pasangan Alam/Tanah Batu Beton Batu Primer Sek. By Bandar Pas Utara Olo Akhir Tidak Trapesium Berbentuk Terbuka Baik Saluran Pasangan Alam/Tanah Batu Tanah Beton DEBIT ( Q ) Sek. Imam BTN Utara Bonjol Awal Tidak Persegi Berbentuk Tertutup Terbuka Tertutup Pasangan Belukar Batu Saluran Beton Alam/Tanah Tanah Beton Tengah Tidak Persegi Berbentuk Tertutup Terbuka Pasangan Baik Batu Saluran Beton Alam/Tanah Tanah Beton Akhir Tidak Persegi Berbentuk Terbuka Pasangan Baik Batu Saluran Beton Alam/Tanah Tanah Batu Olo Nipah Sek. Sek. Cokroaminoto BTN Selatan Awal Tidak Persegi Berbentuk Tertutup Terbuka Baik Saluran Beton Alam/Tanah Tanah Beton Tengah Tengah Tidak Persegi Berbentuk Terbuka Terbuka Baik Baik Saluran Pasangan Alam/Tanah Batu Tanah Beton Akhir Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Akhir Persegi Terbuka Baik Pasangan Batu Beton Primer Nuansa Indah 4. Sek. Anak Jati Awal Trapesium Terbuka Baik Beton Beton Awal Trapesium Terbuka Baik Pasangan Batu Beton Tengah Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Saluran Alam/Tanah Tanah Tengah Trapesium Terbuka 2,80 2,40 1, ,35 Baik Pasangan Batu Beton Akhir Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Saluran Alam/Tanah Tanah Akhir Trapesium Terbuka 2,60 2, ,05 0,30 Baik Pasangan Batu Beton Kali Mati 5. Sek. Samil 1. Kali Mati Awal Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Awal Persegi Terbuka Baik Beton Batu Tengah Tidak Berbentuk Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Tengah Trapesium Terbuka Rusak Pasangan Batu Tanah Akhir Tidak Berbentuk Terbuka Tertutup Belukar Saluran Alam/Tanah Tanah Akhir Trapesium Terbuka Baik Pasangan Batu Batu Air Pacah 18 Rawang Barat 19 Alai 6. Sek. Air Pacah 1. Sekunder SMA 6 7. Sek. By Pass Tengah 2. Sek. Pertamina 8. Sek. Rumah Sakit 3. Primer Rawang Jondul 9. Primer By Pass Selatan Primer Alai 10. Primer Terminal Utara Awal Trapesium Terbuka Baik Saluran Alam/Tanah Tanah Awal Tengah Persegi Terbuka Rusak Baik Saluran Pasangan Alam/Tanah Batu Tanah Batu Tengah Akhir Persegi Terbuka Baik Saluran Pasangan Alam/Tanah Batu Tanah Batu Akhir Trapesium Terbuka ,20 Baik Pasangan Batu Batu Awal Persegi Terbuka Baik Beton Beton Awal Tengah Persegi Terbuka Tertutup Baik Belukar Pasangan BetonBatu Tanah Beton Tengah Akhir Persegi Terbuka Tertutup Baik Belukar Pasangan BetonBatu Tanah Beton Akhir Persegi Terbuka Baik Pasangan Batu Batu Awal Awal Tengah Persegi Terbuka Baik Pasangan Batu Beton Saluran Belum Ada Tengah Akhir Persegi Terbuka Baik Pasangan Batu Beton Akhir Trapesium Terbuka , Tertutup belukar Pasangan Batu Batu Awal Persegi Terbuka Baik Beton Beton Awal Tengah Persegi Terbuka Baik Pasangan BetonBatu Beton Batu Tengah Akhir Persegi Terbuka Tertutup Rusak Belukar Pasangan BetonBatu Beton Batu Akhir Persegi Terbuka Tertutup Belukar Beton Beton Awal Trapesium Terbuka Baik Beton Beton Tengah Trapesium Terbuka Baik Beton Beton Akhir Trapesium Terbuka Baik Beton Beton Primer Terminal Selatan Awal Trapesium Terbuka Baik Beton Beton Tengah Trapesium Terbuka Baik Beton Beton Akhir Trapesium Terbuka Baik Beton Beton

75 B. Lokasi genangan dan perkiraan luas genangan Berdasarkan data Masterpan Drainase Kota Padang secara umum lokasi genangan pada areal drainase kota Padang adalah sebagai berikut: Tabel 2-25 Kondisi genangan pada areal drainase Kota Padang Areal Drainase Luas (Ha) Tinggi Lama (cm) (jam) Penggunaan Lahan 1 Air Pacah 89, Pertanian dan Pemukiman 2 Pasir putih 10, Pemukiman 3 Tabing 61, Bandara 4 Airport 115, Pemukiman 5 Baung Penjalinan 64, Pemukiman 6 Siteba 35, Pemukiman 7 Sawah Liat 70, Pemukiman 8 Kandis 85, Pemukiman 9 Lapai 66, Pemukiman 10 Ulak Karang 39, Perkantoran, Perdagangan dan Pemukiman 11 Lolong 55, Pemukiman dan Perdagangan 12 Purus 17, Pemukiman dan Perkantoran 13 Jati 14, Pemukiman dan Perdagangan 14 Alai 11, Pertanian 15 Ujung Gurun 61, Pemukiman, Pemukiman dan Perkantoran 16 Aur Duri 29, Pemukiman 17 Olo Nipah 29, Perdagangan dan Pemukiman 18 Kali Mati 5, Pemukiman 19 Rawang Barat 18, Pemukiman Total 873,9 Ha Sesuai dengan definisi Standard Pelayanan Minimal (SPM) Cipta Karya Lokasi genangan dan perkiraan luas genangan pada area terbangun seperti tabel dan peta di bawah ini, 92

76 Tabel 2-26 Lokasi genangan dan perkiraan luas genangan pada area terbangun No Lokasi Kode Kecamatan/ Kelurahan/ Kampung/ RW/RT Penyebab Genangan/Banjir Cakupan/ Radius Genangan/ Banjir (Ha) Priode Terjadi Genagan/Banjir (Tahun / Bulan / Minggu ) Ketinggian Genangan /Banjir (Cm) Lama Genangan/ Banjir (Jam) Arah Aliran Genangan/Banjir Jl. Sumatera Kel Ulak Karang Utara, Kec. Padang Utara Jl. Bunda Kel Ulak Karang Utara, Kec. Padang Utara Jl. Khatib Sulaiman (Depan DPRD Kota Padang) Kel Ulak Karang Utara, Kec. Padang Utara Jl. Polonia Kel. Air Tawar Timur Kec. Padang Utara Drainase Tidak Dapat Menampung Air Hujan/Run off Drainase Tidak Dapat Menampung Air Hujan/Run off Drainase/Saluran Tersumbat Atau Tersedimentasi (Sehingga Saluran Drainase Tidak Dapat Menampung Air Hujan/Run Off) Serta Saluran Lebih Tinggi Dari Permukaan Jalan Drainase/Saluran Di Kiri Kanan Jalan Terputus Atau Tersumbat (Air 1,276 Ha 0,727 Ha 0,49 Ha 1,34 Ha Setiap Musim Hujan (Pada Saat Hujan Dengan Intensitas Hujan Tinggi) Setiap Musim Hujan (Pada Saat Hujan Dengan Intensitas Hujan Tinggi) Setiap Musim Hujan (Pada Saat Hujan Dengan Intensitas Hujan Tinggi) Setiap Musim Hujan (Pada Saat Hujan Dengan Intensitas hujan Tinggi) 20 Cm 15 Cm Cm Cm 1 Jam (Selama Hujan Turun) 1 Jam (Selama Hujan Turun) 1-2 Jam (Selama Hujan Turun) 1 2 Jam (Selama Hujan Turun) Asal Air Air Off Hujan/Run Air Hujan Dan Dari Luapan Saluran Drainase Tersier Air Off Air Off Hujan/Run Hujan/Run Pada Surut Saat Ke Drainase Skunder Lolong Melalui Saluran Drainase Tersier Ke Drainase Skunder Lolong Melalui Saluran Drinase Tersier Ke Drainase Tersier Menuju Sungai Batang Kuranji Ke Arah Timur Menuju Saluran Skunder Tunggul Hitam Drainase/Saluran Pada / Sekitar Kawasan Genangan/Banjir (Data Terkoneksi Dengan Form 2A) Saluran Skunder ( ) Sungai Kuranji Saluran Skunder ( ) Sungai Kuranji Sungai Kuranji Drainase Lolong Batang Drainase Lolong Batang Batang Saluran Skunder Tunggul Hitam (Kode ) 93

77 No Lokasi Kode Kecamatan/ Kelurahan/ Kampung/ RW/RT Penyebab Genangan/Banjir Cakupan/ Radius Genangan/ Banjir (Ha) Priode Terjadi Genagan/Banjir (Tahun / Bulan / Minggu ) Ketinggian Genangan /Banjir (Cm) Lama Genangan/ Banjir (Jam) Arah Aliran Genangan/Banjir Jl. Khatib Sulaiman (Simpang 3 Ke SMP 25) Kelurahan Lolong Belanti Kec. Padang Utara Jl. Beringin RayaKel. Lolong Belanti Kec. Padang Utara Jl. Padang Pasir 9 Kel. Ujung Gurun Kec. Padang Barat Hujan/Run Off Tidak Dapat Dialirkan Ke Drainase Utama) Drainase/Saluran Tersumbat Atau Tersedimentasi (Sehingga Saluran Drainase Tidak Dapat Menampung Air Hujan/Run Off) Drainase/Saluran Tersumbat Atau Tersedimentasi (Sehingga Saluran Drainase Tidak Dapat Menampung Air Hujan/Run Off) Serta Saluran Lebih Tinggi Dari Permukaan Jalan Drainase Tidak Dapat Menampung Air Hujan/Run off 0,3278 Ha 2,829 Ha 1,799 Ha Setiap Musim Hujan (Pada Saat Hujan Dengan Intensitas Hujan Tinggi) Setiap Musim Hujan (Pada Saat Hujan Dengan Intensitas Hujan Tinggi) Setiap Musim Hujan (Pada Saat Hujan Dengan Intensitas Cm 25 Cm Cm 1 Jam (Selama Hujan Turun) 2-3 Jam (Selama Hujan Turun) 1 Jam (Selama Hujan Asal Air Air Off Air Off Hujan/Run Hujan/Run Air Hujan Dan Dari Luapan Saluran Drainase Pada Surut Saat (Kode ) Dan Arah Selatan Munuju Batang Kuranji Ke Drainase Tersier Menuju Saluran Drainase Primer Kwarda Pramuka dan Saluran Drainase Primer Belanti Ke Saluran Drinase Primer Kwarda Pramuka Melalui Sauran Drainase Tersier Ke Drainase Tersier Menuju Saluran Drainase Drainase/Saluran Pada / Sekitar Kawasan Genangan/Banjir (Data Terkoneksi Dengan Form 2A) Batang Kuranji Saluran Drainase Primer Kwarda Pramuka ( ) Saluran Primer ( ) Drainase Belanti Saluran Drainase Primer Kwarda Pramuka ( ) Saluran Primer (2.03.8) Drainase Pepaya 94

78 No Lokasi Kode Kecamatan/ Kelurahan/ Kampung/ RW/RT Penyebab Genangan/Banjir Cakupan/ Radius Genangan/ Banjir (Ha) Priode Terjadi Genagan/Banjir (Tahun / Bulan / Minggu ) Ketinggian Genangan /Banjir (Cm) Lama Genangan/ Banjir (Jam) Arah Aliran Genangan/Banjir Pasar Raya, Kel. Kampung Jao Kec. Padang Barat Jl. Veteran Dalam Kel. Padang Pasir Kec. Padang Barat Jl Raden Saleh, Kel. Flamboyan Baru Kec. Padang Barat Drainase/Saluran Tersumbat Atau Tersedimentasi Serta Terputus/Tertutup bangunan (Sehingga Saluran Drainase Tidak Dapat Menampung Air Hujan/Run Off) Drainase Tidak Dapat Menampung Air Hujan/Run off Drainase/Saluran Tersumbat Atau Tersedimentasi (Sehingga Saluran Drainase Tidak Dapat Menampung Air Hujan/Run Off) 56,83 Ha 0,622 Ha 2,634 Ha Asal Air Pada Surut Saat Hujan Tinggi) Turun) Tersier Primer Pepaya dan Saluran Drainase Sekunder Ujung Gurun Setiap Musim Hujan (Pada Saat Hujan Dengan Intensitas Hujan Tinggi) Setiap Musim Hujan (Pada Saat Hujan Dengan Intensitas Hujan Tinggi) Setiap Musim Hujan (Pada Saat Hujan Dengan Intensitas Hujan Tinggi) Cm Cm Cm Selama Hujan Turun 2 Jam (Selama Hujan Turun) 1-2 Jam (Selama Hujan Turun) Air Off Air Off Air Off Hujan/Run Hujan/Run Hujan/Run Ke Saluran Drainase Primer Bandar Damar dan Ke Saluran Drinase Sekunder Rawang & Imam Bonjol Ke Drainase Tersier Ke Saluran Drainase Primer Raden Saleh Drainase/Saluran Pada / Sekitar Kawasan Genangan/Banjir (Data Terkoneksi Dengan Form 2A) Saluran Drainase Skunder Ujung Gurun ( ) Sungai Banjir Kanal Saluran Drainase Primer Bandar Damar (2.06.6) Saluran Sekunder (2.06.8) Drainase Rawang Saluran Drainase Sekunder Imam Bonjol (2.06.1) Saluran Drainase Primer Bandar Purus (2.08.7) Sungai Banjir Kanal Saluran Drainase Primer Raden Saleh ( ) Sungai Banjir Kanal 95

79 No Lokasi Kode Kecamatan/ Kelurahan/ Kampung/ RW/RT Penyebab Genangan/Banjir Cakupan/ Radius Genangan/ Banjir (Ha) Priode Terjadi Genagan/Banjir (Tahun / Bulan / Minggu ) Ketinggian Genangan /Banjir (Cm) Lama Genangan/ Banjir (Jam) Arah Aliran Genangan/Banjir Jl. Barito (Dekat Kantor Samsat) Kel. Flamboyan Baru Kec. Padang Barat Permukiman Penduduk (Belakang SMA 2) Kel. Flamboyan Baru Kec. Padang Barat Jl. Situjuh Kel. Jati Baru Kec. Padang Timur Komp. Jondul Rawang Kel.Rawang Kec. Padang Selatan Kel. Tabing Bandar Gadang Drainase Tidak Dapat Menampung Air Hujan/Run off Akibat Tersumbat Drainase Tidak Dapat Menampung Air Hujan/Run off Akibat Tersumbat/Terputus/ Tertutup Drainase Tidak Dapat Menampung Air Hujan/Run off Saluran Drainase Lebih Tinggi Dari Permukaan Jalan dan Perumahan Merupakan Wilayah Dataran Rendah (Dibawah Bukit Gado-Gado) Luapan (Batang Kawasan Sungai Kuranji), 0,367 Ha 0,389 Ha 0,609 Ha 50,57 Ha 36,993 Ha Setiap Musim Hujan (Pada Saat Hujan Dengan Intensitas Hujan Tinggi) Setiap Musim Hujan (Pada Saat Hujan Dengan Intensitas Hujan Tinggi) Setiap Musim Hujan (Pada Saat Hujan Dengan Intensitas Hujan Tinggi) Setiap Musim Hujan (Pada Saat Hujan Dengan Intensitas Hujan Tinggi) Setiap Musim Hujan (Pada Saat Hujan Dengan Intensitas Cm 20 Cm Cm 20 cm -1,5 M cm 1-2 Jam (Selama Hujan Turun) 1 Jam (Selama Hujan Turun) 1 Jam (Selama Hujan Turun) > 2 Jam (Selama Hujan Turun) > 3 Jam Tergantun g lamanya Asal Air Air Off Air Off Air Off Hujan/Run Hujan/Run Hujan/Run Air Hujan Dan Dari Limpasan / Run Off dari Bukit Gadogado Dari Arah Sungai Batang Kuranji Pada Surut Saat Ke Drainase Tersier Ke Drainase Tersier Ke Drainase Tersier Ke Saluran Drainase Primer Rawang Barat Melalui Saluran Tersier Ke Arah Sungai Batang Kuranji Drainase/Saluran Pada / Sekitar Kawasan Genangan/Banjir (Data Terkoneksi Dengan Form 2A) Sungai Banjir Kanal Sungai Banjir Kanal Saluran Drainase Primer Jati (3.09.1) Saluran Drainase Primer Rawang Barat ( ) Saluran Kampung ( ) Primer Koto 96

80 No Lokasi Kode Kecamatan/ Kelurahan/ Kampung/ RW/RT Penyebab Genangan/Banjir Cakupan/ Radius Genangan/ Banjir (Ha) Priode Terjadi Genagan/Banjir (Tahun / Bulan / Minggu ) Ketinggian Genangan /Banjir (Cm) Lama Genangan/ Banjir (Jam) Arah Aliran Genangan/Banjir Kec. Nangalo Jl. Gadjah Mada Kel. Kampung Olo Kec. Nanggalo Jl. Joni Anwar, Kel. Kampung Lapai, Kec. Nanggalo Permukiman Merupakan Dataran Banjir Sungai Drainase Tersedimentasi Sehingga Tidak Dapat Menampung Air Hujan/run off Drainase/Saluran Tersumbat Atau Tersedimentasi (Sehingga Saluran Drainase Tidak Dapat Menampung Air Hujan/Run Off) Serta Saluran Lebih Tinggi Dari Permukaan Jalan Pada Beberapa Titik RW 5 & RW 6 Saluran Drainase Tidak Dapat 1,555 Ha 1,955 Ha Hujan Tinggi) Setiap Musim Hujan (Pada Saat Hujan Dengan Intensitas Hujan Tinggi) Setiap Musim Hujan (Pada Saat Hujan Dengan Intensitas Hujan Tinggi) 41,84 Ha Setiap Musim Hujan (Pada Saat Hujan Cm Cm 25 Cm - 1 Hujan Yang Terjadi di Kawasan Hulu Sungai (Batang Kuranji) 1 Jam (Selama Hujan Turun) 1-2 Jam (Selama Hujan Turun) Selama Hujan Asal Air Air Hujan Dan Dari Luapan Saluran Drainase Skunder Gajah Mada Air Off Hujan/Run Pada Surut Saat Ke Saluran Drainase Skunder Gajah Mada Ke Saluran Drainase P Skunder Jhoni Anwar Melalui Saluran Tersier Drainase/Saluran Pada / Sekitar Kawasan Genangan/Banjir (Data Terkoneksi Dengan Form 2A) Batang Kuranji Saluran Drainase Skunder Gajah Mada ( ) Sungai Kuranji Batang Saluran Drainase Skunder Jhoni Anwar ( ) Sungai Kuranji Dari Luapan Ke Sungai Lolo Sungai Lolo Batang 97

81 No Lokasi Kode Kecamatan/ Kelurahan/ Kampung/ RW/RT Penyebab Genangan/Banjir Cakupan/ Radius Genangan/ Banjir (Ha) Priode Terjadi Genagan/Banjir (Tahun / Bulan / Minggu ) Ketinggian Genangan /Banjir (Cm) Lama Genangan/ Banjir (Jam) Arah Aliran Genangan/Banjir Kel. Sungai Sapih, Kec. Kuranji Kel. Gurun Laweh Kec. Nangalo Kel. Kampung Jua, Kec Lubuk Begalung Menampung Air Hujan/Run Off) Terutama Pada Saat Hujan Serta Air Kiriman Pada Saat Hujan Di Hulu Sungai (Luapan Sungai/Air Kiriman) Kawasan merupakan dataran rendah atau cekungan Luapan Sungai (Batang Kuranji), Kawasan Permukiman Merupakan Dataran Banjir Sungai Drainase Tidak Dapat Menampung Air Hujan/Run off Terutama Pada Saat Hujan Di Wilayah 5,838 Ha 8,28 Ha Dengan Intensitas Hujan Tinggi) Setiap Musim Hujan (Pada Saat Hujan Dengan Intensitas Hujan Tinggi) Setiap Musim Hujan (Pada Saat Hujan Dengan Intensitas Hujan Tinggi) Asal Air M Turun Sungai Lolo 1 2 m Cm > 3 Jam Tergantun g lamanya Hujan Yang Terjadi di Kawasan Hulu Sungai (Batang Kuranji) 1-2 Jam (Selama Hujan Turun) Dari Arah Sungai Batang Kuranji Air Hujan/Run Off Dan Luapan Drainase Tersier (terhubung Pada Surut Saat Ke Arah Sungai Batang Kuranji Ke Kembali Ke Saluran Drainase Drainase/Saluran Pada / Sekitar Kawasan Genangan/Banjir (Data Terkoneksi Dengan Form 2A) Saluran Kampung ( ) Batang Kuranji Primer Koto Anak Sungai Batang Arau 98

82 No Lokasi Kode Kecamatan/ Kelurahan/ Kampung/ RW/RT Penyebab Genangan/Banjir Cakupan/ Radius Genangan/ Banjir (Ha) Priode Terjadi Genagan/Banjir (Tahun / Bulan / Minggu ) Ketinggian Genangan /Banjir (Cm) Lama Genangan/ Banjir (Jam) Arah Aliran Genangan/Banjir Perumahan Gading Rw.02, Lubuk Permai, Kel. Batang Kabung Ganting, Kec Koto Tengah Maransi, Kel. Dadok Tunggul Hitam Kec. Koto Tengah Hulu Sungai Batang Arau Dan Wilayahnya merupakan Titik Pertemuan Saluran Drainase Luapan Saluran Darinase Primer Arang Prahu Dan Limpasan (Run Off) Wilayah Sekitar Pada Saat Hujan Luapan Sungai Lolo, Kawasan Permukiman Merupakan Dataran Banjir Sungai 7,189 Ha 32,24 Ha Setiap Musim Hujan (Pada Saat Hujan Dengan Intensitas hujan Tinggi) Setiap Musim Hujan (Pada Saat Hujan Dengan Intensitas Hujan Tinggi) 0,5-1 M 1-2 M 1 2 Jam (Selama Hujan Turun) Tergantun g lamanya Hujan Yang Terjadi di Kawasan Hulu Sungai Asal Air Dengan Anak Sungai Batang Arau) Dari Arah Tenggara (Saluran Drainase Primer Arang Prahu) dan dari Arah Barat (Perumahan Bumi Serdang Damai) dan Timur (Perumahan Mutiara Putih) Dari Arah Sungai Lolo Pada Surut Saat Kearah Saluran Drainase Primer Arang Prahu Melalui Saluran Tersier didalam Kompleks perumahan Ke Arah Sungai Lolo Drainase/Saluran Pada / Sekitar Kawasan Genangan/Banjir (Data Terkoneksi Dengan Form 2A) Saluran Primer Arang Prahu (Kode ) Sungai Lolo 99

83 No Lokasi Kode Kecamatan/ Kelurahan/ Kampung/ RW/RT Penyebab Genangan/Banjir Cakupan/ Radius Genangan/ Banjir (Ha) Priode Terjadi Genagan/Banjir (Tahun / Bulan / Minggu ) Ketinggian Genangan /Banjir (Cm) Lama Genangan/ Banjir (Jam) Arah Aliran Genangan/Banjir RW 4, Kel. Air Pacah Kec. Koto Tengah Jl. Bukit Taruna Kel. Batipuh Panjang Kec. Koto Tengah Saluran Drainase Tidak Dapat Menampung Air Hujan/Run Off) Terutama Pada Saat Hujan Serta Air Kiriman Pada Saat Hujan Di Hulu Sungai (Luapan Sungai/Air Kiriman) Dan Merupakan Daerah Banjir Sungai (Sebelah Utara Barat) Drainase Tidak Dapat Menampung Air Hujan/Run off Sehingga Meluap 15,79 Ha 1,481 Ha Setiap Musim Hujan (Pada Saat Hujan Dengan Intensitas Hujan Tinggi) Setiap Musim Hujan (Pada Saat Hujan Dengan Intensitas Hujan Tinggi) Sebelah Timur Selatan ( Cm), Sebelah Utara Barat (1 M) Cm Lolo Selama Hujan Turun 2 Jam (Selama Hujan Turun) Asal Air Luapan Sungai Air Hujan Dan Dari Luapan Saluran Drainase Tersier Pada Surut Kembali Sungai Saat Ke Ke Saluran Drainase Drainase/Saluran Pada / Sekitar Kawasan Genangan/Banjir (Data Terkoneksi Dengan Form 2A) Sungai X (Anak Sungai Batang Kuranji) Sungai Tersier Drainase RW.02 Kel. Batipuh Panjang Kec. Koto Tengah Luapan Sungai (Batang Kandis) Melalui Saluran Primer Rumah Potong Hewan Lb. Buaya dan Area 16,88 Ha Setiap Musim Hujan (Pada Saat Hujan Dengan Intensitas hujan Tinggi) Cm Tergantun g lamanya Hujan Yang Terjadi di Kawasan Dari Arah Barat Daya Melalui Saluran Primer Rumah Potong Hewan Lb. Buaya dan Ke Arah Barat Daya Melalui Saluran Primer Rumah Potong Hewan Lb. Buaya dan Saluran Primer Rumah Potong Hewan Lubuk Buaya (Kode ) Batang Kandis 100

84 No Lokasi Kode Kecamatan/ Kelurahan/ Kampung/ RW/RT Penyebab Genangan/Banjir Cakupan/ Radius Genangan/ Banjir (Ha) Priode Terjadi Genagan/Banjir (Tahun / Bulan / Minggu ) Ketinggian Genangan /Banjir (Cm) Lama Genangan/ Banjir (Jam) Arah Aliran Genangan/Banjir Komp. Pondok Citra Lubuk Buaya, Kel. Batipuh Panjang Kec. Koto Tengah Jl. Bandar Purus Kel. Purus & Kel. Ujung Gurun Kec. Padang Barat pesawahan terutama pada saat hujan di hulu sungai Luapan Sungai (Batang Kandis) Melalui Saluran Primer Rumah Potong Hewan Lb. Buaya dan Area pesawahan terutama pada saat hujan di hulu sungai Drainase Tidak Dapat Menampung Air Hujan/Run off 11,47 Ha 2,487 Ha Setiap Musim Hujan (Pada Saat Hujan Dengan Intensitas hujan Tinggi) Setiap Musim Hujan (Pada Saat Hujan Dengan Intensitas Hujan Tinggi) 1-2 M Cm Hulu Sungai (Batang Kandis) Tergantun g lamanya Hujan Yang Terjadi di Kawasan Hulu Sungai (Batang Kandis) 1 Jam (Selama Hujan Turun) Asal Air Area Persawahan Yang Merupakan Luapan Sungai (Batang Kandis) Dari Arah Barat Daya Melalui Saluran Primer Rumah Potong Hewan Lb. Buaya dan Area Persawahan Yang Merupakan Luapan Sungai (Batang Kandis) Air Hujan Dan Dari Luapan Saluran Drainase Tersier Pada Surut Saat Area Persawahan Kembali Ke Sungai (Batang Kandis) Ke Arah Barat Daya Melalui Saluran Primer Rumah Potong Hewan Lb. Buaya dan Area Persawahan Kembali Ke Sungai (Batang Kandis) Ke Drainase Tersier Menuju Saluran Drainase Primer Pepaya dan Saluran Drainase Drainase/Saluran Pada / Sekitar Kawasan Genangan/Banjir (Data Terkoneksi Dengan Form 2A) Saluran Primer Rumah Potong Hewan Lubuk Buaya (Kode ) Batang Kandis Saluran Primer (2.03.8) Drainase Pepaya Saluran Drainase Skunder Ujung Gurun ( ) 101

85 No Lokasi Kode Kecamatan/ Kelurahan/ Kampung/ RW/RT Penyebab Genangan/Banjir Cakupan/ Radius Genangan/ Banjir (Ha) Priode Terjadi Genagan/Banjir (Tahun / Bulan / Minggu ) Ketinggian Genangan /Banjir (Cm) Lama Genangan/ Banjir (Jam) Arah Aliran Genangan/Banjir Jl. Padang By Pass, (Kawasan Komplek Wali Kota) Kel. Air Pacah, Kel. Dadok Tunggul Hitam (Kec. Koto Tangah) & Kel. Sungai Sapih (Kec. Kuranji) Saluran Drainase Tidak Dapat Menampung Air Hujan/Run Off) Terutama Pada Saat Hujan Serta Air Kiriman Pada Saat Hujan Di Hulu Sungai (Luapan Sungai/Air Kiriman) 56,20 Ha Setiap Musim Hujan (Pada Saat Hujan Dengan Intensitas Hujan Tinggi) 25 Cm - 1 M Selama Hujan Turun Asal Air Dari Luapan Sungai Lolo Pada Surut Sekunder Ujung Gurun Saat Ke Sungai Lolo Drainase/Saluran Pada / Sekitar Kawasan Genangan/Banjir (Data Terkoneksi Dengan Form 2A) Sungai Banjir Kanal Sungai Lolo 102

86 C. Kelembagaan dan Peraturan Kelembagaan Pengelolaan Drainase Kota Padang Pengelolaan drainase merupakan tugas utama Dinas Pekerjaan Umum Kota Padang dan dibantu oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Dinas Pekerjaan Umum bertugas mengelola sepanjang m drainase primer dan m drainase sekunder. Untuk lebih jelasnya, daerah layanan DPU dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 2-27 Infrastruktur Drainase Primer Kota Padang yang dikelola Dinas Pekerjaan Umum No Drainase Lokasi A Drainase primer Panjang (m) Konstruksi 1 Saluran Jati Simp.Banjir Kanal Jembt.Sawahan 2 Saluran Jati Jembt.Sawahan Jembt.Proklamasi 3 Saluran Jati Jembt.Proklamasi Jembt.Saripetejo 4 Saluran Jati Jembt.Saripetejo Jembt.Banjir Kanal 5 Saluran Olo Jembt.Blkg Tangsi Simp.Blkg Olo 6 Saluran Bandar Damar Simp.Blkg Olo Jembt.A.Yani 7 Saluran Bandar Purus Jembt.A Yani Jembt.Ujung Gurun 8 Saluran Pepaya Jembt.Ujung Gurun Banjir Kanal 9 Saluran Belakang Tangsi Jembt.Blkg Tangsi Jembt.Gereja 10 Saluran Bandar Gereja Jembt.Gereja Jembt.Simpang 6 11 Saluran Bandar Pulau Karam Jembt.Simpang 6 Jl.Kali Kecil 12 Saluran Hangtuah Koto Marapak Jl.Hangtuah Jl.Koto Marapak 13 Saluran Koto Marapak Damar Jl.Koto Marapak Jl.Damar 14 Saluran Olo Ladang Purus III Jl.Damar Purus III 15 Saluran Purus III Banjir Kanal Jl. Purus III Banjir Kanal 16 Saluran Raden Saleh Utara Selatan Jl.Raden Saleh 17 Saluran Kwarda Pramuka Jl.Kh.Sulaiman Jl.S.Parman Lolong Saluran Rel.K.A Jl.Jhoni Anwar Belakang SMU 3 Batang Muara P.Bensin Polda Jl.G.Mada Hotel Pangeran 19 Saluran Belanti Jl.Juanda Saluran Lolong Jl.S.Parman Lolong Batang Muara 21 Saluran Kurao Berok Raya Batang Muara /tanah 103

87 No Drainase Lokasi A Drainase primer Panjang (m) Konstruksi 22 Saluran Jalan Teuku Umar Alai Banjir Kanal 23 Saluran Rawang Barat Perumahan Jondul Sungai Jirak 24 Saluran Rawang Timur Jl.St.Syahril Sungai Jirak 25 Saluran Mata Air Barat Jl.Koto Kacik Sungai Jirak 26 Saluran Mata Air Timur Rel K.A S.Jirak Ampang Rel K.A 27 Saluran Teknologi Jl.Aper Btg.Kandis 28 Saluran Aru Jl.By Pass Banjir Kanal 29 Saluran Berok Raya Berok Jmbt.Kurao Pagang 30 Saluran Pasar Pagi Jmbt.Jl.Juanda Banjir Kanal 31 Saluran Jalan Jakarta Jl.Khatib Sulaiman Psr.Ulak Karang Saluran Kuala Nyiur Jl.Rel K.A Jl.Adinegoro S.Muara Penjalinan Saluran Singgalang Jl.Rel K.A Jl.Adinegoro Kampus Muhammadiyah Saluran Arang Prahu Jl.Rel K.A Jl.Adinegoro Kampus Muhammadiyah Saluran Rimbo Jariang Perum Mutiara Biru Btg Kandis 36 Saluran Bungo Tanjung Jl.By Pass Jembt.Brimob Pd.Sarai 37 Saluran Rumah Potong Hewan Lubuk Buaya Jl.Anak Air Btg.Kandis 38 Saluran IKIP Sal.Linggar Jati Btg.Muara 39 Saluran Jl. Padang By Pass Jembt.Bandar Purus Baitul Rahma 40 Saluran Dadok Tunggul Hitam Jl.Hercules Btg.Muara 41 Saluran Kampung Koto Sawah Liat Btg.Kuranji 42 Saluran Kayu Kalek Jl.Adinegoro Jumlah /tanah Tanah / Tanah Tanah Tanah Tanah Tanah /tanah Tanah Tanah Untuk infrastruktur Drainase Sekunder dapat dilihat pada tabel 2-27 berikut: 104

88 Tabel 2-28 Infrastruktur Drainase Sekunder Kota Padang yang dikelola Dinas Pekerjaan Umum No Drainase Lokasi B Drainase Sekunder Panjang (m) Konstruksi 1 Saluran Imam Bonjol Jl.S.Pangan Pertemuan Bdr.Ranah 2 Saluran Ranah Bdr.Jati Blk.Pondok 3 Saluran Tanah Konsi Blk.Pondok Btg.Arau 4 Saluran bdr.pulau Air Bdr.Ranah Btg.Arau 5 Saluran Sawahan Bjr.Kanal Bdr.Jati 6 Saluran Jl.Proklamasi Sipm.Jl.Sudirman Simp.Bdr.Jati 7 Saluran Sawahan Dalam Jl.Dr.Wahidin Bdr.Jati 8 Saluran Rawang Jl.Ps.Baru Bdr.Olo 9 Saluran Belakang Gubernur Simp.Pagar Gubernur Bdr.Jati 10 Saluran Padang Besi Jl.Kartini Bdr.Purus 11 Saluran Cokroaminoto Jl.Bdr.P.Karam Simp.Nipah 12 Saluran Kampung Sebelah Simpang Enam Jl.Nipah 13 Saluran Nipah Jl.Cokroaminoto Kali Mati 14 Saluran Pulau Air Jl.A.R.Hakim Btg.Arau 15 Saluran Ganting Jl.Ganting Bdr.Jati 16 Saluran Parak Sigoro (Pdg Selatan) Jl.St.Syahril Btg.Arau 17 Saluran Andalas Simp.Anduring Bjr.Kanal 18 Saluran Padang Baru Jl.Lampasi bjr.kanal 19 Saluran Gajah Mada Sekolah PGA Btg.Kuranji 20 Saluran Jhoni Anwar Jl.Jhoni Anwar Btg.Kuranji 21 Saluran Tunggul Hitam Jl.Tunggul itam Btg.Kuranji 22 Saluran Mahakam Jl.Raden Saleh Bjr.Kanal 23 Saluran Parak Gadang Jl.Sutomo Btg.Arau/Air Camar 24 Saluran Parak Pisang Jl.Sisingamangaraja Btg.Arau 25 Saluran Seberang Pdg Utara I Jl.St.Syahril Btg.Arau 26 Saluran Anak Jati Rel.K.Api Drainase Primer Jati 27 Saluran Ujung Gurun Jl.Kismangunsarkoro Saluran Unes Tanah Tanah / Tanah 105

89 No Drainase Lokasi B Drainase Sekunder 28 Saluran Unes Jl.A.Yani Purus V 29 Saluran Kismangunsarkoro Jl.P.Kemerdekaan Jl.U.gurun 30 Saluran Parak Ino Jl.Dr.Wahiddin Drainase Primer Jati 31 Saluran Aru Simp.Lubeg Bjr.Kanal 32 Saluran Rawang Jambak I Jati SMA 5 Drainase Jati 33 Saluran Rawang Jambak II Rel K.Api Drainase Jati Jumlah Panjang (m) Konstruksi Tanah Tanah Area layanan pengelolaan drainase oleh DKP mencakup drainase lingkungan dan 5 (lima) buah banjir kanal dengan total panjang m. Untuk lebih jelasnya area layanan DKP dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 2-29 Infrastruktur drainase Kota Padang yang dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan No Area Panjang Biaya/tahun (m) (Rp) 1 Banjir kanal Padang Baru Batang Tabing dan Muaro Panyalinan 1.700/ Batang Kuranji Batang Jirek Total Sumber: DKP,

90 D. Permasalahan Pengelolaan Drainase Permasalahan utama pengelolaan drainase di Kota Padang adalah: 1. Banjir disebabkan oleh banyaknya pipa-pipa PDAM, Telkom, dan lain-lain sehingga sampah menyangkut di pipa-pipa tersebut; 2. Beda elevasi Kota Padang dengan permukaan laut terlalu kecil (± 1 m) sehingga drainase di Kota Padang sangat dipengaruhi oleh pasang air laut; 3. Saluran drainase banyak yang tidak efektif karena banyak yang tidak terbentuk atau terputus menuju samudera/muara; 4. Dimensi drainase kurang efektif karena bermasalah dalam pembebasan lahan; 5. Pembangunan perumahan tidak mengindahkan lebar efektif drainase; 6. Dinas tata ruang dan tata bangunan hanya sebatas membri izin pendirian bangunan tanpa memperhatikan drainase; 7. Bak kontrol eksisting sekarang berukuran 1 m x 1,1 m dengan dimensi penutup 0,5 m x 0,6 m sehingga mudah diangkat-angkat yang mengakibatkan aliran drainase terganggu; 8. Alokasi dana untuk operasional dan pemeliharaan masih sangat minim sehingga menghambat penanganan masalah drainase; 9. Drainase di Kota Padang tidak hanya diperuntukkan sebagai penyaluran air hujan namun juga sebagai saluran pembuangan air limbah. Hal ini menyebabkan drainase dan lingkungan sekitarnya menjadi kotor 107

91 Gambar 2-27 Diagram Sanitasi Drainase Lingkungan 108

92 2.4. Area berisiko dan Permasalahan Mendesak Sanitasi Area berisiko dan permasalahan air limbah domestik Dari hasil perhitungan pada instrumen profil sanitasi diperoleh area beresiko sanitasi air limbah domestik dengan menggabungkan hasil Indeks resiko sanitasi (studi EHRA 2015), persepsi SKPD dan data sekunder. Proporsi yang disepakati oleh Pokja Sanitasi Kota Padang untuk menentukan area beresiko air limbah domestik sebagai berikut : Data Sekunder : 30% Study EHRA : 50% Persepsi SKPD : 20% Untuk lebih jelasnya area beresiko sanitasi sub sektor air limbah disajikan dalam bentuk gambar 2.11 dan tabel Tabel 2-30 Area berisiko sanitasi Air Limbah Domestik No Area Berisiko*) Wilayah prioritas Air Limbah 1. Risiko 4 Kelurahan Batang Arau 2. Risiko 3 Kelurahan Teluk Kabung Tengah Kelurahan Teluk Kabung Utara Kelurahan Bungus Timur Kelurahan Kampung Jua Nan XX Kelurahan Batung Taba Nan XX Kelurahan Seberang Palinggam Kelurahan Pasa Gadang Kelurahan Mato Aie Kelurahan Seberang Padang Kelurahan Parak Gadang Timur Kelurahan Kubu Marapalam Kelurahan Sawahan Timur Kelurahan Jati Kelurahan Purus Kelurahan Alai Parak Kopi Kelurahan Surau Gadang Kelurahan Kurao Pagang Kelurahan Anduring Kelurahan Pasa Ambacang Kelurahan Lubuk Lintah Kelurahan Ampang Kelurahan Kalumbuk Kelurahan Binuang Kampung Dalam Kelurahan Kapalo Koto Kelurahan Dadok Tunggul Hitam Kelurahan Koto Panjang Ikur Koto Catatan:*) Hanya untuk wilayah dengan risiko 4 dan 3 109

93 Gambar 2-28 Daerah Beresiko Air Limbah Domestik 110

94 Tabel 2-31 Permasalahan mendesak Air Limbah Domestik Kota Padang No Permasalahan Mendesak 1. Aspek Teknis: Masih ada masyarakat yang tidak memiliki akses jamban (8,02%), penggunaan tangki septik yang tidak memenuhi standar teknis (67,45%)*, dan belum adanya rincian dari Master Plan Pengelolaan Air Limbah. Jamban Tangki septik Pelayanan Rencana Teknis BABS : 8,02.% ( KK) Kondisi teknis tangki septik yang tidak layak 67,45%( KK) Jumlah truk tinja tidak memadai (hanya 3 unit) Belum ada SOP Pelayanan Pengurasan Lumpur Tinja ( % atau KK) Kondisi IPLT tidak berfungsi optimal (ada kapasitas idle) atau kondisi IPLT rusak Tidak ada pengukuran kualitas efluen Belum memiliki Aturan turunan dari Master Plan Pengelolaan Air Limbah (DED), sehingga secara teknis belum bisa ditentukan wilayah pelayanan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Nanggalo. No Permasalahan Mendesak 2. Aspek Non Teknis: Pendanaan, kelembagaan, Peraturan dan Perundang-undangan, Peran serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta, Komunikasi kelembagaan Hukum - Keuangan Peran Masy. Kelembagaan UPT IPLT masih tergabung dengan pengeloaan TPA Belum ada penguatan kelembagaan pengelolaan air limbah rumah tangga dari hulu ke hilir Pihak swasta masih melakukan Pembuangan lumpur tinja dari truk tinja pada saluran sungai/drainase; untuk itu perlu pengaturan (SOP) Keterbatasan dana untuk Investasi (infrastruktur dan sarana/ prasarana) Operasional dan pemeliharaan Masih banyak penduduk yang Buang Air Besar Sembarangan (BABS sehingga perlunya perubahan perilaku masyarakat. 111

95 Area berisiko dan Permasalahan Persampahan Dari hasil perhitungan pada instrumen profil sanitasi diperoleh area beresiko sanitasi persampahan dengan menggabungkan hasil indeks resiko persampahan, persepsi SKPD dan data sekunder. Proporsi yang disepakati oleh Pokja Sanitasi Kota Padang untuk menentikan area beresiko sanitasi sector persampahan sebagai berikut: Data Sekunder 30% Study EHRA 50% Persepsi SKPD 20% Untuk lebih jelasnya area beresiko persampahan disajikan dalam bentuk gambar 2.13 dan tabel 2.30 di bawah ini Dari gambar 2.11 dapat diketahui bahwa area beresiko sangat tinggi dan tinggi sebagian besar berada di tujuh kecamatan yaitu Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Lubuk Begalung, Padang Selatan, Padang Utara, Nanggalo, Kuranji dan Pauh. Tabel 2-32 Area berisiko sanitasi Persampahan No Area Berisiko*) Wilayah prioritas Persampahan 1. Risiko 4 Kelurahan Teluk Kabung Selatan Kelurahan Bungus Timur Kelurahan Banuaran Nan XX Kelurahan Air Manis Kelurahan Bukik Gado-gado Kelurahan Batang Arau Kelurahan Rawang Kelurahan Mato Aie Kelurahan Air tawar Barat Kelurahan Surau Gadang Kelurahan Gunung Sarik Kelurahan Lambuang Bukik 2. Risiko 3 Kelurahan Teluk Kabung Tengah Kelurahan Teluk Kabung Utara Kelurahan Tarantang Kelurahan Beringin Kelurahan Batu Gadang Kelurahan Pampangan Nan XX Kelurahan Koto Baru Nan XX Kelurahan Gates Nan XX Kelurahan Pengambiran Nan XX Kelurahan Parak Laweh Nan XX Kelurahan Kampung Jua Nan XX Kelurahan Batung Taba Nan XX 112

96 No Area Berisiko*) Wilayah prioritas Persampahan Kelurahan Seberang Palinggam Kelurahan Pasa Gadang Kelurahan Seberang Padang Kelurahan Ganting Parak Gadang Kelurahan Parak Gadang Timur Kelurahan Kubu Marapalam Kelurahan Sawahan Timur Kelurahan Jati Kelurahan Purus Kelurahan Gunung Pangilun Kelurahan Alai Parak Kopi Kelurahan Kurao Pagang Kelurahan Pasar Ambacang Kelurahan Lubuk Lintah Kelurahan Ampang Kelurahan Kalumbuk Kelurahan Korong Gadang Kelurahan Kuranji Kelurahan Sungai Sapih Kelurahan Binuang Kampung Dalam Kelurahan Kapolo Koto Kelurahan Dadok Tunggul Hitam Kelurahan Lubuk Buaya Kelurahan Padang Sarai Kelurahan Koto Panjang Ikur Koto Kelurahan Balai Gadang Kelurahan Batipuh Panjang Catatan: *) Hanya untuk wilayah dengan risiko 4 dan 3 113

97 Gambar 2-29 Peta Daerah beresiko Persampahan 114

98 Tabel 2-33 Permasalahan mendesak Persampahan Kota Padang PROFIL SANITASI No Permasalahan Mendesak 1. Aspek Teknis: Tingkat layanan penanganan sampah Rumah Tangga, berdasarkan studi EHRA sebagai berikut: 1. Pengelolaan oleh pemerintah (dikumpulkan dan di buang ke TPS ) 42,2%, (60% Data Dinas Kebersihan dan Pertamanan) 2. Pengelolaan oleh Masyarakat 51,3% - dikumpulkan kolektor informal yg mendaur ulang 11,9%, - dibakar 38,8% - Dibuang ke lobang dan ditutup tanah 0,6 % 3. Belum dikelola 6,5% - Dibuang ke lobang terbuka 1,4% - Dibuang ke sungai/laut 2,14% - Dibiarkan membusuk 0,11% - Dibuang ke lahan kosong 1,47% - Lain-lain 1,47% Pengumpulan Sampai saat ini telah tersedia 85 unit sepeda motor roda 3 (betor) setempat Penampungan Sementara (TPS) Baru ada 298 TPS (container) Sampai saat ini tersedia: 4 unit TPST, kapasitas total: 48 m 3 /hari atau setara dengan 1,22 % dari total timbulan sampah. Terbatasnya area pelayanan (wilayah perdesaan belum terlayani secara maksimal) Pengangkutan Masih kurangnya sarana pengangkut, baru ada 6 truk, 17 dump truk dan 35 armroll truck Sarana pengangkut sampah terpilah masih kurang Daur Ulang / Tempat Pemrosesan Akhir: Dokumen Perencanaan Kapasitas Pengelolaan Sampah TPA Air Dingin belum optimal TPA masih dikelola dengan system controled landfill Instalasi pengelolaan lindi (IPL) belum optimal Sudah mempunyai masterplan persampahan tetapi perlu dilakukan review (terkait dengan pemutakhiran SSK ) Sarana Prasarana terbatas Kurangnya Sarana & Prasarana (tempat Pembuangan Sampah/TPS) Frekuensi pengangkutan sampah terbatas Makin besarnya timbulan sampah, belum maksimalnya usaha pengurangan sampah dari sumbernya. No Permasalahan Mendesak 2. Aspek Non Teknis: Pendanaan, kelembagaan, Peraturan dan Perundang-undangan, Peranserta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta, Komunikasi kelembagaan Kelembagaan UPT IPLT masih tergabung dengan pengeloaan TPA Belum ada penguatan kelembagaan pengelolaan persampahan dari hulu ke hilir Perlu review peraturan daerah tentang Persampahan (belum mengakomodir PP Hukum No. 81 tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis) Keterbatasan dana untuk Keuangan Investasi (infrastruktur dan sarana/ prasarana) Operasional dan pemeliharaan Peran Masy. Masih banyak penduduk yang tidak melakukan pengelolaan sampah yang ramah lingkungan (perlunya perubahan perilaku masyarakat) 115

99 Area berisiko dan Permasalahan Drainase Perkotaan Dari hasil perhitungan pada instrumen profil sanitasi diperoleh area beresiko sanitasi drainase lingkungan dengan menggabungkan hasil indeks resiko drainase, persepsi SKPD dan data sekunder. Proporsi yang disepakati oleh Pokja Sanitasi Kota Padang untuk menentikan area beresiko sanitasi sector drainase lingkungan sebagai berikut: Data Sekunder 20% Study EHRA 50% Persepsi SKPD 30% Untuk lebih jelasnya area beresiko drainase lingkungan disajikan dalam bentuk gambar 2.13 dan tabel 2.30 di bawah ini Dari gambar 2.11 dapat diketahui bahwa area beresiko sangat tinggi dan tinggi sebagian besar berada di dua kelurahan yaitu Kelurahan Kampuang Jao dan Kelurahan Rawang 116

100 Gambar 2-30 Peta Daerah beresiko Drainase Lingkungan 117

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU 75 GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu propinsi yang masih memiliki tutupan hutan yang baik dan kaya akan sumberdaya air serta memiliki banyak sungai. Untuk kemudahan dalam

Lebih terperinci

Mewujudkan Kota Padang sebagai Kota Pendidikan, Perdagangan dan Pariwisata Yang Sejahtera, Religius dan Berbudaya

Mewujudkan Kota Padang sebagai Kota Pendidikan, Perdagangan dan Pariwisata Yang Sejahtera, Religius dan Berbudaya Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, visi dan misi pembangunan jangka menengah adalah visi dan misi kepala daerah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PADANG TAHUN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PADANG TAHUN WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PADANG TAHUN 2010-2030 WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 4 TAHUN 2012 T E N T A

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Secara astronomis Kota Lumajang terletak pada posisi 112 5-113 22 Bujur Timur dan 7 52-8 23 Lintang Selatan. Dengan wilayah seluas

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017 Sub Sektor Air Limbah Domestik A. Teknis a. User Interface Review Air Limbah Buang Air Besar Sembarangan (BABS), pencemaran septic tank septic tank tidak memenuhi syarat, Acuan utama Air Limbah untuk semua

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 5 RTRW KABUPATEN

BAB 5 RTRW KABUPATEN BAB 5 RTRW KABUPATEN Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten terdiri dari: 1. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang; 2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya; 3. Rencana Pengelolaan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BANDA ACEH NANGGROE ACEH DARUSSALAM KOTA BANDA ACEH ADMINISTRASI Profil Wilayah Aceh Utara berada pada jalur yang sangat strategis yang merupakan titik tengah antara Banda

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAMBI JAMBI KOTA JAMBI ADMINISTRASI Profil Wilayah Tabel 1. LUAS WILAYAH KOTA JAMBI No. Kecamatan Luas (Km²) 1. Kota Baru 77,78 2. Jambi Selatan 34,07 3. Jelutung 7,92 4. Pasar

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA PINANG SUMATERA UTARA KOTA KOTA PINANG ADMINISTRASI Profil Kota Pinang merupakan ibukota kecamatan (IKK) dari Kecamatan Kota Pinang dan merupakan bagian dari kabupaten Labuhan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi dan Misi Kabupaten Grobogan sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011 2016 sebagai berikut : V I S

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI RINGKASAN EKSEKUTIF Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (Program PPSP) merupakan program yang dimaksudkan untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan, sehingga sanitasi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN Letak Geografis dan Luas Wilayah Kota Tangerang Selatan terletak di timur propinsi Banten dengan titik kordinat 106 38-106 47 Bujur Timur dan 06 13 30 06 22 30 Lintang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dihuni. Kualitas lingkungan dapat diidentifikasi dengan melihat aspek-spek

BAB 1 PENDAHULUAN. dihuni. Kualitas lingkungan dapat diidentifikasi dengan melihat aspek-spek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kesejahteraan tercermin dari kualitas lingkungan dan rumah yang dihuni. Kualitas lingkungan dapat diidentifikasi dengan melihat aspek-spek berikut: jaringan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA SIDAMANIK SUMATERA UTARA KOTA SIDAMANIK ADMINISTRASI Profil Kota Kota Kisaran merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara. PENDUDUK Jumlah

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

NERACA AIR DAN PENGGUNAAN LAHAN SWP DAS ARAU

NERACA AIR DAN PENGGUNAAN LAHAN SWP DAS ARAU 83 NERACA AIR DAN PENGGUNAAN LAHAN SWP DAS ARAU Neraca Air SWP DAS Arau Ketersediaan Air pada SWP DAS Arau Analisis Data Hujan. Curah hujan merupakan masukan utama dalam suatu DAS untuk berlangsungnya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA DUMAI RIAU KOTA DUMAI ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Dumai adalah ibu kota Kota Dumai, dengan status adalah sebagai kota administratif dari Kota Dumai. Kota Dumai memiliki

Lebih terperinci

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KOTA PADANG

PEMERINTAHAN KOTA PADANG PEMERINTAHAN KOTA PADANG Pembangunan Infrastruktur Kawasan Ramah Disabilitas Disampaikan pada : Seminar Tingkat Tinggi Untuk Kota Inklusif Jakarta, 31 Oktober 2017 Oleh : H. Mahyeldi No Kecamatan Luas

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BALIGE SUMATERA UTARA KOTA BALIGE ADMINISTRASI Profil Kota Kota Balige merupakan ibukota Kabupaten (IKAB) dari kabupaten Toba Samosir yang terletak di propinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1 TINJAUAN UMUM KOTA MAGELANG 3.1.1 Tinjauan Administratif Wilayah Kota Magelang Kota Magelang merupakan salah satu kota yang terletak di tengah Jawa Tengah dengan memiliki luas

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Tuban merupakan ibukota Kabupaten Tuban. Apabila dilihat dari posisi Kota Tuban yang berada di jalan arteri primer yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA KOTA KENDARI ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Kendari merupakan bagian dari wilayah administrasi dari propinsi Sulawesi Tenggara. Batas-batas administratif

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BULELENG BALI KOTA BULELENG ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Buleleng merupakan bagian dari wilayah administrasi Kabupaten Buleleng. Batas-batas administratif kota Buleleng

Lebih terperinci

2.1 Visi Misi Sanitasi

2.1 Visi Misi Sanitasi Penyiapan kerangka pembangunan sanitasi adalah merupakan milestone kedua dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) dimana didalamnya terdapat sebuah tahapan yaitu formulasi visi misi. Berdasarkan Permendagri

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1 VISI DAN MISI SANITASI Visi merupakan suatu pemikiran atau pandangan kedepan, tentang apa, kemana dan bagaimana mencapai keadaan yang lebih baik di masa depan.

Lebih terperinci

L-3. Kerangka Kerja Logis TABEL KKL. Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1

L-3. Kerangka Kerja Logis TABEL KKL. Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1 L-3 Kerangka Kerja Logis TABEL KKL Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1 TABEL KKL SUBSEKTOR KEGIATAN AIR LIMBAH IPLT masih dalam proses optimalisasi BABs masih 34,36% Cakupan layanan sarana prasarana

Lebih terperinci

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1 Bab I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMINDAHAN PUSAT PEMERINTAHAN KOTA PADANG DARI WILAYAH KECAMATAN PADANG BARAT KE WILAYAH KECAMATAN KOTOTANGAH KOTA PADANG

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BANJARMASIN 2013-2032 APA ITU RTRW...? Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah Kota DEFINISI : Ruang : wadah yg meliputi

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sebagai sebuah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi skala kota, kerangka kebijakan pembangunan sanitasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera dengan ibukota

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104 35-105

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Pengolahan air limbah permukiman secara umum di Kepulauan Aru ditangani melalui sistem setempat (Sistem Onsite). Secara umum

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Visi dan Misi Kota Denpasar VISI Terciptanya Kota Denpasar Berwawasan Budaya Dengan Keharmonisan Dalam Keseimbangan Secara Berkelanjutan MISI 1. Menumbuh kembangkan jati diri

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.1. Tujuan Penataan Ruang Kota Bengkulu Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah kota; 2) karakteristik wilayah kota;

Lebih terperinci

Pertemuan Konsultasi dengan Tim Pengarah

Pertemuan Konsultasi dengan Tim Pengarah Pertemuan Konsultasi dengan Tim Pengarah Pertemuan konsultasi ini mengkonsultasikan perumusan visi dan misi, tujuan dan sasaran, penetapan sistem dan zona sanitasi, serta penetapan layanan, termasuk rumusan

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi dan misi sanitasi telah dirumuskan untuk memberi arahan bagi pengembangan sanitasi Kabupaten Tana Toraja dalam rangka mencapai visi dan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh

Lebih terperinci