APLIKASI ANGGARAN PADA PERUM PERHUTANI DIVISI REGIONAL JAWATIMUR. Widowati Yazid Yud Padmono ABSTRACT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "APLIKASI ANGGARAN PADA PERUM PERHUTANI DIVISI REGIONAL JAWATIMUR. Widowati Yazid Yud Padmono ABSTRACT"

Transkripsi

1 APLIKASI ANGGARAN PADA PERUM PERHUTANI DIVISI REGIONAL JAWATIMUR Widowati Yazid Yud Padmono Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to find out the application of budget at Public Company Indonesian State Forestry Enterprise East Java Regional Divison. Budgeting is the financial planning of an organization or the preparation process of written plan about the activity of an organization which is stated quantitatively and is generally stated in units of money, whereas budget is the number of money which is planned for an activity in a certain period. The effectiyeness according to Blocher Chen and Gary cokins is the operation in its goal has been determined from the operation. Efficient means not to waste resources in carrying out its operation in vain. An operation will be inefficient if the company does not use its resources over their target. The result of the research that has been obtained in accordance with Departement of Interior No of 1996 the total of activity cost which is used by Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur is Rp from the total of activity cost plan is Rp with the ratio 98% of the budget has been used effectively yet in is inefficient whereas, according to Blocher Chen and Gary cokins the total cost from production statement which has been used is Rp from the RKAP Rp or 99.8% of the budget has been used effectively. The volume of realization is M2 whereas the RKAP that has been determined by management is M2 has been effectively used. Keywords: budgeting, effective, efficiency, Production Statement ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui aplikasi anggaran pada Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur. Penganggaran adalah perencanaan keuangan suatu organisasi atau proses menyusun rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang. Sedangkan anggaran adalah sejumlah rupiah yang direncanakan untuk aktivitas yang dilakukan pada periode tertentu. Efektif menurut Blocher et al adalah operasi yang dapat memperoleh tujuan yang ditetapkan dari operasi tersebut. Efisien adalah tidak membuang-buang sumberdaya secara cuma-cuma dalam melaksanakan operasinya. Suatu operasi tidak efisien jika perusahaan menggunakan sumber daya melebihi target. Hasil penelitian menunjukkan menurut Depdagri No tahun 1996 total biaya kegiatan yang digunakan oleh Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur sebesar Rp dari total rencana biaya kegiatan sebesar Rp dengan rasio 98% anggaran digunakan secara efektif namun kurang efisien. Sedangkan menurut Blocher et al total biaya dari Laporan Produksi yang

2 2 digunakan Rp dari RKAP Rp atau digunakan 99.8% anggaran tersebut digunakan secara efisien. Realisasi rencana volume sebesar M2 dari RKAP yang ditetapkan manajemen rencana volume sebesar 195,254 M2 digunakan secara efektif. Kata kunci: Anggaran, Efektif, Efisien, Laporan Produksi PENDAHULUAN Pada era globalisasi seperti saat ini, perusahaan dituntut untuk tidak hanya memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan yang maksimal. Perusahaan juga dituntut agar memiliki kualitas kinerja yang baik sehingga perusahaan dimasa yang akan datang tidak hanya mampu menghasilkan keuntungan yang maksimal. Ini mutlak harus dimiliki oleh setiap perusahaan karena reputasi dan nama baik perusahaan tidak hanya dilihat dari kemampuan perusahaan itu sendiri dalam menghasilkan keuntungan yang berguna bagi pengembangan perusahaan dimasa yang akan datang tetapi juga perusahaan harus memiliki kinerja yang baik didalam setiap divisi atau departemen yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Menurut (Hansen dan Mowen, 1997:389), kinerja adalah suatu pengukuran yang membandingkan keluaran aktual dengam keluaran yang dianggarkan. Oleh karena itu pengendalian kinerja sangatlah penting bagi kelangsungan hidup perusahaan sehingga perusahaan tersebut mampu memiliki reputasi dan nama besar serta memiliki saya saing yang sangat kuat dikalangan dunia usaha terutama didalam jenis usaha tempat umum dimana perusahaan melakukan bidang usahanya. Evaluasi kinerja yang dilakukan oleh manajemen perusahaan akan membuahkan hasil dimana akan diketahui seberapa baik atau seberapa buruk perusahaan dalam melakukan aktivitas atau kegiatan operasional usahanya termasuk didalamnya seberapa jauh manajer dapat memanfaatkan anggaran yang telah di tetapkan oleh manajemen perusahaan. Di dalam kalangan dunia usaha, apabila perusahaan tersebut tidak memiliki kinerja yang baik maka bisa dipastikan perusahaan tersebut tidak akan mampu menghasilkan keuntungan yang maksimal dan juga perusahaan tersebut tidak akan bisa mengembangkan perusahaannya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Evaluasi kinerja menjadi sangat penting karena adanya hasil dari evaluasi kinerja yang menunjukkan bahwa kinerja perusahaan baik itu berarti mencerminkan tidak hanya kondusifnya kondisi internal perusahaan dari segi keuangan, tetapi juga mencerminkan kondusifnya kondisi dan situasi manajemen dari perusahaan dalam mengendalikan aktivitas-aktivitas operasional dari perusahaan tersebut. Hasil dari pengendalian dan evaluasi kinerja akan dapat membuat manajemen perusahaan membuat perencanaam untuk pengembangan perusahaan dimasa yang akan datang. Apabila pengendalian dan evaluasi kinerja yang dilakukan oleh manajemen perusahaan ternyata hasilnya buruk maka manajemen perusahaan tidak mampu membuat perencanaan yang berguna bagi kemajuan perusahaan dimasa yang akan datang. Sebaliknya, apabila ternyata menghasilkan penilaian yang baik maka manajemen perusahaan akan dengan mudah menetapkan perencanaan yang baik dan berguna bagi kemajuan perusahaan dimasa yang akan datang. Pengendalian dan evaluasi kinerja tidak hanya sebatas memudahkan manajemen manajemen perusahaan melakukan perencanaan untuk masa yang akan datang, tetapi juga akan dapat memudahkan manajemen perusahaan membuat anggaran yang akan dipakai

3 3 dalam pembiayaan aktivitas-aktivitas operasional perusahaan, maka setiap divisi atau departemen didalam perusahaan akan dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang perlu dilakukan sesuai dengan anggaran yang ditetapkan. Selain itu, anggaran juga dapat membatasi aktivitas-aktivitas atau kegiatan-kegiatan yang tidak perlu dilakukan sehingga biaya yang digunakan dalam aktivitas-aktivitas perusahaan tidak akan menjadi terbuang dengan percuma. Memilih Perum Perhutani Unit II Jawa Timur karena merasa bahwa penilaian kinerja baik dengan menggunakan anggaran ataupun dengan menggunakan faktor yang lain telah dilakukan tetapi tidak secara mendalam sehingga hasil yang didapat kurang akurat yang nantinya dapat berakibat yang tidak baik dalam perencanaan Perum Perhutani Unit II Jawa Timur baik dalam hal perencanaan anggaran atau perencanaan yang lainnya. Agar dapat lebih fokus, maka ruang lingkup dibatasi pada evaluasi kinerja dan pengendalian kualitas (Quality Control) dengan menggunakan anggaran sebagai alat analisis untuk mengetahui seberapa baik kinerja manajemen perusahaan. TINJAUAN TEORITIS Anggaran merupakan suatu instrumen didalam manajemen karena merupakan bagian dari fungsi manajemen. Di dunia bisnis maupun di organisasi sektor publik, termasuk pemerintah, anggaran merupakan bagian dari aktivitas penting yang dilakukan secara rutin. Pada dasarnya peranan anggaran baik dalam organisasi pemerintah sama dengan peranan anggaran dalam organisasi komersial, anggaran ditujukan untuk perencanaan dan pengawasan aktivitas yang dilakukan. Meski masih sulit untuk diselesaikan karena proses ini sangat luas dengan melibatkan banyak sumber daya, dipengaruhi juga oleh faktor internal dan eksternal. Secara langsung maupun tidak langsung dengan disusunnya anggaran akan mengakibatkan perbaikan dari suatu organisasi.dilihat dari banyaknya manfaat yang didapat dengan adanya anggaran maka sudah seharusnya suatu organisasi menggunakan anggaran sebagai alat ukur kinerja. Dengan menetapkan tujuan dalam bentuk kriteria kinerja yang bisa diukur. Maka dengan dilakukan pencatatan pembentukan realisasi anggaran dimaksudkan agar mudah dalam pengendalian dan penentuan kesesuaian segala aktivitas yang dilakukan tercermin dalam anggaran. Untuk itu anggaran kinerja sangat penting digunakan sebagai alat ukur untuk menilai efektivitas dari kinerjanya terhadap anggaran itu sendiri, apakah telah merealisasikan anggaran sesuai dengan yang di tetapkan Pengertian Kinerja Menurut (Hansen dan Mowen, 2005:389), kinerja suatu pengukuran yang membandingkan keluaran aktual dengan keluaran yang dianggarkan. Pengertian Anggaran Penganggaran menurut (M.Nafarin, 2007:24) adalah perencanaan keuangan suatu organisasi atau proses menyusun rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang. Sedangkan anggaran adalah sejumlah rupiah yang direncanakan untuk aktivitas yang dilakukan pada periode tertentu Secara umum anggaran adaalah rencana kegiatan keuangan yang berisi perkiraan belanja dalam satu periode dan sumber pendapatan. Anggaran diperlukan karena adanya

4 4 kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tak terbatas. Anggaran diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber daya (scarcity of resources), pilihan (choise), dan trade off. Karakteristik Anggaran menurut (Indra Bastian, 2006:166) adalah sebagai berikut: 1. Anggaran dapat menaksir keuntungan potensial dari unit bisnis. 2. Umumnya mencakup jangka waktu satu tahun 3. Anggaran berisi kesanggupan atau komitmen manajemen untuk mencapainya, artinya para manajer bersedia menerima tanggung jawab untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam anggaran. Beberapa manfaat dan tujuan yang diperoleh dari penyusunan anggaran. Diantaranya, anggaran memberikan harapan pasti yang merupakan kerangka kerja untuk menilai prestasi kerja, pada saat penyusunan anggaran dapat meningkatkan kualitas komunikasi antar sesama manajer dan antara para manajer dengan atasannya, serta membantu para manajer untuk mengkoordinasikan segala upaya agar sasaran perusahaan secara keseluruhan tercapai Sedangkan saat penerapannya, anggaran dapat digunakan untuk mengantisipasi dan mengurangi penyimpangan yang mungkin terjadi dari rencana yang sudah ditentukan. Sedangkan keterbatasan yang dimiliki anggaran diantaranya sebagai berikut: 1. Perencanaan dan anggaran didasarkan pada estimasi yang ketepatannya tergantung pada kemampuan mengestimasi. Ketidaktepatan dalam mengestimasi mengakibatkan manfaat perencanaan tidak dapat tercapai 2. Perencanaan dan anggaran didasarkan pada kondisi dan asumsi tertentu 3. Perencanaan dan anggaran tidak dapat menggantikan fungsi manajemen dan pertimbangan manajemen Dengan adanya penilaian kinerja, maka manajemen perusahaan dapat melakukan perencanaan. Baik perencanaan anggaran maupun perencanaan akivitas-aktivitas operasional perusahaan yang bermanfaat bagi perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan oleh manajemen perusahaan. (Hansen dan Mowen, 2005:354) menulis bahwa perencanaan dan pengendalian merupakan dua hal yang benar-benar saling berhubungan. Perencanaan adalah pandangan kedepan untuk melihat tindakan apa yang seharusnya dilakukan agar dapat mewujudkan tujuan-tujuan tertentu. Pengendalian adalah melihat kebelakang, memutuskan apakah yang sebenarnya terjadi dan membandingkannya dengan hasil yang direncanakan. Perbandingan ini kemudian dapat digunakan untuk menyesuaikan anggaran, yaitu melihat ke masa depan kembali. Lebih lanjut (Hasen dan Mowen, 2005:355) menulis bahwa komponen utama dari perencanaan adalah anggaran, yaitu rencana keuangan untuk masa depan, rencana tersebut mengidentifikasi tujuan dan tindakan yang diperlukan untuk mencapainya. Anggaran ditetapkan oleh manajemen perusahaan setelah rencana strategis (strategic plans) dibuat. Dimana dari rencana strategis ini akan dapat dirumuskan tujuan untuk jangka panjang dan jangka pendek. Dan kemudian tujuan-tujuan ini membentuk dasar anggaran. Menurut (Indra Bastian, 2006:166) Berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam penyusunan anggaran antara lain: 1. Sistem Anggaran Tradisional Sistem anggaran tradisional adalah suatu cara menyusun anggaran tidak didasarkan atas pemikiran dan analisa rangkaian kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sistem anggaran tradisional lebih menekankan pada segi pertanggungjawaban keuangan atau dana dari sudut akuntansinya saja tanpa diuji efisien tidaknya penggunaan dana tersebut.

5 5 2. Sistem Anggaran Kinerja Sistem anggaran kinerja tidak menekankan pada seberapa banyak uang yang dikeluarkan, tetapi lebih menekankan pada rencana kegiatannya, apa yang akan dicapai, proyek apa yang akan dikerjakan, bagaimana pengalokasian biaya agar digunakan secara efektif dan efisien. Berhasil tidaknya sistem anggaran kinerja terletak pada performance atau prestasi dari tujuan atau hasil yang dicapai dengan menetapkan standar biaya (cost standart). Dengan biaya tersebut, disusun anggaran tahun berikutnya dan bisa disesuaikan dengan pertimbangan yang logis. Kelebihan pendekatan sistem anggaran ini adalah bahwa kegiatan didasarkan pada efisiensi dengan adanya standar biaya berdasarkan kegiatan masa lalu. Kelemahannya adalah sulitnya mengukur kinerja setiap aktivitas, dalam melaksanakan pendekatan ini dengan baik. 3. Planning, Programming, and Budgetting System (PPBS) Sistem pendekatan ini merupakan variasi dari anggaran kinerja. Pendekatan ini menggabungkan tiga unsur yaitu perencanaan hasil, pemrograman kegiatan fisik untuk mencapai hasil yang diinginkan, dan penganggaran (alokasi dana) untuk mencapai hasil yang diinginkan Sistem ini lebih menekankan pada penyusunan rencana dan program. Proses penyusunan rencana sendiri dimulai dari menentukan tujuan yang hendak dicapai, mengkaji pengalaman-pengalaman di masa lalu, melihat prospek perkembangan yang akan datang dan menyusun rencana yang bersifat umum mengenai apa yang dilaksanakan. Sedangkan dalam penyusunan anggaran yang harus dilakukan diantaranya: a. Perumusan tujuan organisasi dan unit-unit di bawahnya b. Menyusun program berdasarkan tujuan-tujuan yang sama dari setiap unit c. Program yang telah tersusun dirinci lagi menjadi aktivitas-aktivitas (program element). d. Setiap elemen dibuat analisis biaya dan manfaat (cost and benefit element) e. Menghitung biaya dan manfaat dalam level program. Kelemahan pendekatan ini adalah memerlukan waktu yang cukup lama dan secara teknis sulit dipraktikkan oleh penyusun anggaran. Hal ini disebabkan oleh mengukur manfaat dari nilai uang (monotized) tidak mudah. 4. Anggaran Dasar Nol (Zero Base Budgeting). Pendekatan ini merupakan variasi dari kinerja anggaran yang menitik beratkan pada efisiensi anggaran. Oleh karenanya, menurut pendekatan ini penyusunan anggaran dengan didasarkan pada anggaran tahun lalu mengandung resiko tersusunnya anggaran yang inefisien. Sehingga pendekatan ini menuntut perencanaan yang baik melalui pengkoordinasian bagian perencanaan dan penganggaran dalam satu wadah. Tiga langkah dalam penyusunan zero base Budget, yaitu: a. Identifikasi unit keputusan. b. Membangun paket keputusan. c. Mereview peringkat paket keputusan. Keuntungan pendekatan ini adalah menghapus ketidakefektifan satu program, memungkinkan program baru, pada setiap aktivitas ada tujuan yang jelas dan melibatkan seluruh level. Akan tetapi kerugiannya adalah terlalu optimis bahwa perhitungannya mudah, tidak mudah mengkonsolidasi unit, dan rangking sert menjadi tidak sesuai dengan tujuannya.

6 6 5. Incremental Budget. Incremental Budget adalah sistem anggaran dan pendapatan yang memungkinkan revisi selama tahun berjalan, sekaligus sebagai dasar penentuan usulan anggaran periode tahun yang akan datang. Permasalahannya bagaimana menaikkan atau menurunkan dari angka anggaran tahun sebelumnya, yang merupakan kelanjutan kegiatan dari tahun sebelumnya. 6. Medium Term Budgeting Framework (MTBF) MTBF adalah suatu kerangka strategi kebijakan pemerintah tentang anggaran belanja untuk departemen dan lembaga pemerintah non departemen. Keberhasilan sistem anggaran ini tergantung pada mekanisme pengambilan keputusan anggaran secara agregat yang didasarkan pada skala prioritas. Tujuan yang diharapkan dari sistem ini adalah keseimbangan makro ekonomi dengan mengembangkan konsistensi dan rerangka kerja sumber daya secara realistis. Dan alokasi sumber daya untuk prioritas strategi antar sektor dan dalam sektor. Sasaran dalam MTBF antara lain: a. Menciptakan keseimbangan ekonomi makro dengan cara mengembangkan kerangka sumber daya yang konsisten dan realistis. b. Meningkatkan alokasi sumbar daya melalui strategi prioritas lintas sektoral. c. Meningkatkan kemampuan untuk memperkirakan kebijakan pembiayaan. d. Memberikan anggaran yang ketat terkait kewenangan unit kerja dalam menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien. Anggaran Kinerja Anggaran kinerja pada dasarnya merupakan sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja. Kinerja tersebut harus mencerminkan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik yang berarti harus berorientasi pada kepentingan publik. Penerapan sistem anggaran kinerja dalam penyusunan anggaran dimulai dengan perumusan program dan penyusunan struktur organisasi pemerintahan yang sesuai dengan program tersebut. Sistem anggaran kinerja mencakup kegiatan penyusunan program dan tolok ukur kinerja sebagai instrumen untuk mencapai tujuan serta sasaran program. Penerapan sistem anggaran kinerja dalam penyusunan anggaran dimulai dengan perumusan program dan penyusunan organisasi perusahaan. Kegiatan tersebut mencakup penentuan unit kerja yang bertanggungjawab atas pelaksanan serta penentuan indikator kinerja yang digunakan sebagai tolok ukur dalam pencapaian tujuan program yang telah ditetapkan. Suatu anggaran dianggap atau dinilai sebagai pencerminan program kerja ciri utamanya adalah: 1) Secara umum sistem ini mengandung tiga unsur pokok, yaitu: a. Pengeluaran diklasifikasi menurut program dan kegiatan b. Pengukuran hasil kinerja c. Pelaporan program 2) Titik perhatian lebih ditekankan pada pengukuran hasil kinerja, bukan pada pengawasan. 3) Setiap kegiatan harus dilihat dari sisi efisiensi dan memaksimumkan output 4) Bertujuan menghasilkan informasi biaya dan hasil kerja yang dapat digunakan untuk penyusunan target dan evaluasi pelaksanaan kerja.

7 7 Anggaran dengan pendekatan kinerja mengutamakan mekanisme penentuan dan pembuatan prioritas tujuan serta pendekatan yang sistemik dan rasional dalam proses pengambilan keputusan. Menggunakan anggaran untuk evaluasi kinerja Anggaran selain dapat digunakan sebagai alat pengendalian biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung, tetapi anggaran juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja baik kinerja manajer maupun kinerja departemen atau divisi yang ada didalam perusahaan. (Hansen dan Mowen, 2005:371) menyatakan bahwa anggaran adalah alat pengendalian yang berguna. Tetapi agar dapat digunakan dalam evaluasi kinerja, dua pertimbangan utama yang harus diperhatikan. Pertimbangan-pertimbangan tersebut adalah (1) menetapkan bagaimana jumlah yang dianggarkan seharusnya dibandingkan dengan hasil aktual dan (2) melibatkan dampak anggaran atas perilaku manusia. Dengan menggunakan anggaran sebagai alat untuk evaluasi kinerja, maka dapat dilihat seberapa jauh kinerja yang dilakukan oleh setiap divisi atau departemen didalam perusahaan melakukan aktivitas kegiatannya sesuai dengan anggaran yang telah di tetapkan oleh manajemen perusahaan. Pengukuran Kinerja (Performance Measurement) Pengendalian merupakan salah satu proses manajemen yang akan memberikan manfaat untuk mengevaluasi langkah-langkah yang akan diambil dalam melaksanakan rencana yang telah dibentuk. Menurut (Hansen dan Mowen, 2000:7) umpan balik tersebut dapat berupa informasi keuangan dan non keuangan yang disajikan dalam bentuk laporan formal yang membandingkan data aktual dengan data yang direncanakan. Dimana laporan ini disebut sebagai laporan kinerja. Dalam sistem anggaran kinerja, fokus dari indikator dan tolok ukur kinerja bergeser kepada hasil, manfaat dan dampak dari kegiatan yang direncanakan. Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan sasaran serta proses sistematis untuk mengumpulkan, menganalisa dan menggunakan informasi. Untuk menentukan efisiensi kinerja adalah ukuran tentang apa yang dianggap penting oleh suatu organisasi dan seberapa baik kinerjanya. Dengan adanya pengukuran kinerja tersebut akan membantu pihak manajemen dalam mengambil keputusan. Pengukuran kinerja terdiri atas pengukuran kinerja keuangan dan pengukuran kinerja non keuangan. 1. Pengukuran Kinerja Keuangan. Pengukuran kinerja keuangan adalah pengukuran yang menjabarkan indikasi-indikasi kinerja dalam satuan uang atau satuan moneter yang merupakan hasil akhir dari kegiatan dan merupakan keputusan manajemen. Seperti yang dikemukakan oleh (Charles, T Horngen, Datar dan Foster, 2006) bahwa Ukuran-ukuran keuangan sangat penting karena mengindikasikan dampak ekonomi dari berbagai aktivitas fisik yang memungkinkan manajer untuk membuat pilihan 2. Pengukuran kinerja Non Keuangan Pengukuran kinerja non keuangan lebih ditekankan pada pengukuran aktivitas secara fisik, yang digunakan sebagai dasar untuk meningkatkan keterlibatan pekerja.

8 8 Pengukuran kinerja non keuangan memiliki beberapa kekuatan dan kelemahan. Meskipun mempunyai beberapa kelemahan, tetapi dalam penggunaannya diperlukan karena ukuran tersebut bersifat melengkapi ukuran kinerja keuangan dalam mengukur kinerja organisasi secara keseluruhan. Definisi kualitas Untuk mendapatkan keuntungan yang semakin meningkat serta menjadikan reputasi dan image perusahaan menjadi lebih baik. Sekaligus memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen maka kualitas produk sangatlah penting bagi kelangsungan hidup produk tersebut. (Hansen dan Mowen, 2001:963) mendefinisikan kualitas secara umum sebagai tingkat atau nilai keunggulan, dalam arti kualitas merupakan tolok ukur relatif terhadap kebaikan. Kualitas juga didefinisikan secara operasional yang berarti sesuatu yang memenuhi atau melebihi harapan konsumen, jadi kualitas adalah kepuasan pelanggan. Lebih lanjut, (Hansen dan Mowen, 2005:5) juga menulis bahwa kualitas produk atau jasa yang mampu memenuhi atau melebihi harapan konsumen. Biaya Kualitas Biaya kualitas merupakan biaya yang dikeluarkan dalam melakukan pencapaian atas kualitas yang diinginkan menurut (Cipta Halim, 2010:113). Melakukan penentuan dan pengendalian terhadap biaya kualitas secara operasional, maka hasil dari pengendalian tersebut perlu disajikan dalam bentuk laporan biaya kualitas. (Garrison, Noreen, Brewer,2006) menyatakan bahwa pencatatan biaya kualitas berdasarkan masing masing katagorinya memberikan dua manfaat penting, yaitu (1) menggambarkan pola biaya kualitas pada masing-masing katagori sehingga memungkinkan para manajer menilai dampak keuangannya. dan (2) pencatatan tersebut menunjukkan distribusi biaya kualitas menurut kategori yang memungkinkan para manajer menilai kepentingan relatif dari masing-masing kategori. Pengendalian Kualitas (Mulyadi, 2007:42) menyatakan Pengendalian kualitas (quality control) sebagai penggunaan beberapa teknik serta aktivitas untuk memperoleh, mempertahankan serta meningkatkan mutu dari suatu produk atau jasa. Pengendalian kualitas melibatkan integrasi dari beberapa teknik serta aktivitas sebagai berikut: 1. Menjabarkan spesifikasi dari apa yang dibutuhkan 2. Mendesain produk atau jasa yang dapat memenuhi spesifikasi tersebut 3. Melakukan inspeksi untuk menentukan kesesuaian terhadap spesifikasi. 4. Melakukan review terhadap penggunaan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan bila dibutuhkan. Melalui aktivitas diatas, dapat dilakukan perbaikan serta peningkatan kualitas produk secara berkesinambungan sehingga produk yang dihasilkan akan selalu mengikuti perkembangan serta keinginan konsumen. Hal ini penting karena suatu produk yang dikatakan berkualitas saat ini belum tentu akan dikatakan berkualitas dalam jangka waktu beberapa tahun mendatang.

9 9 Produktivitas Pengertian produktivitas bahwa produktivitas mengukur hubungan antara input aktual yang digunakan dengan output aktual yang diperoleh menurut (Edward Kung Gary Thomas, 2007:315) dimana semakin sedikit input yang digunakan untuk menghasilkan sejumlah input tertentu menunjukkan semakin tingginya produktivitas. Pemanfaatan laporan Biaya Kualitas Untuk Meningkatkan Kualitas dan Produktivitas. Hasil perhitungan biaya kualitas kemudian dituangkan kedalam suatu laporan biaya kualitas, dimana laporan ini membahas biaya dari aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan kualitas secara terperinci. Laporan biaya kualitas ini dapat digunakan untuk meningkatkan dan membantu manajemen perusahaan dalam melakukan perencanaan manajerial, pengambilan keputusan dan mempermudah melakukan pengendalian. Pemanfaatan Laporan Biaya Kualitas Untuk Meningkatkan Kualitas dan Produktivitas Hasil perhitungan biaya kualitas kemudian dituangkan kedalam suatu laporan biaya kualitas, dimana laporan ini membahas biaya dari aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan kualitas secara terperinci. Laporan biaya kualitas ini digunakan untuk meningkatkan dan membantu manajemen perusahaan dalam melakukan perencanaan manajerial, pegambilan keputusan, dan mempermudah melakukan pengendalian. Kerangka Pemikiran Untuk memberikan gambaran, berikut disajikan garis besarnya. Anggaran Realisasi Efektif dan Efisien Gambar 1 Kerangka berfikir METODE PENELITIAN Dilakukan dengan menggunakan penelitian kualitatif, yang berusaha memahami pertanyaan penelitian secara mendalam dan terfokus pada keadaan yang sebenarnya secara holistik. Dalam prosesnya, penelitian ini memperhatikan konteks studi yang menitikberatkan pada pemahaman, pemikiran dan persepsi. Hasil yang diperoleh dari pendekatan ini akan merupakan suatu pengetahuan yang utuh dan mendalam serta mungkin spesifik, sehingga tidak bersifat umum. Metode yang dipilih adalah studi kasus (case study) Jenis data yang dikumpulkan antara lain : a. Data Kuantitatif Jenis data ini berbentuk dokumen dan fisik seperti misalnya laporan biaya kualitas, laporan jumlah produk cacat yang terjadi setelah proses produksi selesai dan sebagainya.

10 10 b. Data Kualitatif Jenis data kualitatif dapat berupa data hasil observasi dan analisa, diantaranya adalah hasil analisa terhadap lingkungan kerja produksi, proses produksi, struktur organisasi dan aktivitas-aktivitas di bagian produksi dan akuntansi perusahaan. c. Dokumentasi Mengumpulkan data dengan mencatat data-data dan dokuman yang ada diperusahaan. Teknik Pengumpulan Data : a. Sumber data primer Sumber data primer dikumpulkan, baik melalui observasi maupun keteranganketerangan atau wawancara yang diperoleh dari pihak-pihak yang terkait. Sumber data primer merupakan hasil gabungan dari observasi langsung dan juga analisis mendalam yang dilakukan. b. Sumber data sekunder Sumber data sekunder adalah sumber data yang dalam bentuk tertulis dimana dapat dibagi menjadi beberapa, yaitu sumber buku dan literatur, sumber dari dokumendokumen yang didapat, kebijakan yang dikeluarkan oleh manajemen atau laporanlaporan yang diperoleh dari pihak internal perusahaan. Satuan Kajian Satuan kajian mengungkapkan hal-hal yang akan dibahas sehingga akan mengarahkan perhatian terhadap yang akan diteliti. Dalam hal ini yang akan menjadi perhatian adalah: 1) Anggaran Anggaran merupakan rencana kegiatan keuangan yang berisi perkiraan belanja dalam satu periode dan sumber pendapatan. Yang terdiri dari laporan biaya produksi, laporan produksi dan laporan produktivitas serta catatan-catatan yang diperlukan. Teknik Analisis Data Metode yang digunakan adalah case study. Teknik yang digunakan dengan menganalisis aktivitas-aktivitas yang terjadi dan kemudian dibandingkan dengan teori-teori yang ada sebagai pendukung agar anggaran digunakan dengan baik. Langkah-langkah yang diambil dalam melakukan analisis case study sebagai berikut: a. Menguraikan dan menganalisa gambaran umum perusahaan yang mencakup sejarah perusahaan, struktur organisasi dan penganggaran suatu produk b. Data tentang biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam proses produksi dan anggaran yang telah ditetapkan sebagai dasar dari pemanfaatan biaya produksi c. Menarik suatu kesimpulan serta memberikan saran perbaikan yang dapat bermanfaat bagi perusahaan Proposisi Penelitian Suatu sarana untuk menelusuri dan mencari data yang terkait. Data dikumpulkan dan kemudian diolah agar menjadi informasi untuk melakukan analisis secara rinci yang

11 11 dimaksudkan untuk mendapatkan kesimpulan mengenai rumusan masalah yang telah ditetapkan. Logika yang Mengaitkan data dengan proposisi Dalam tahap awal, terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data. Proposisi yang telah ditetapkan merupakan pedoman dalam proses pengumpulan data sehingga akan diperoleh hubungan keterkaitan antara proposisi yang telah ditetapkan dengan data yang telah dikumpulkan. Kriteria Menginteprestasikan Temuan Setelah proses pengumpulan data selesai kemudian dilakukan pengolahan data dengan teknik analisis yang akan menghasilkan temuan dan kemudian temuan tersebut diinterprestasikan ke dalam bentuk kualitatif melalui struktur penulisan bersifat deskriptif. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Efisiensi menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan dengan rencana anggaran yang ditentukan. Kinerja perusahaan dikatakan baik apabila setiap tahunnya rasio semakin kecil. Apabila rasio yang dicapai kurang dari 1 (satu) atau dibawah 100% maka dapat dinilai bahwa kinerja perusahaan dikategorikan efisien. Oleh karena itu perlu dilakukan penghitungan secara cermat berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikannya sehingga dapat diketahui apakah kegiatan tersebut efisien atau tidak. Tabel 1 Kriteria Efisiensi Presentase Kinerja Keuangan Diatas 100 % Kriteria Tidak Efisien % Kurang Efisien % Cukup Efisien % Efisien Kurang dari 60 % Sangat Efisien Sumber : Depdagri No tahun Efektivitas menggambarkan perusahaan dalam merealisasikan anggaran yang direncanakan dibandingkan dengan rencana anggaran. Kemampuan perusahaan dikatakan efektif apabila rasio dicapai minimal 1(satu) atau 100 persen. Namun semakin tinggi rasio menggambarkan kemampuan perusahaan yang semakin tinggi. Tabel 2 Kriteria Efektif Presentase Kinerja Keuangan Kriteria Diatas 100 % Sangat Efektif % Efektif % Cukup efektif % Kurang Efektif Kurang dari 60 % Tidak Efektif Sumber : Depdagri No tahun 1996.

12 12 Untuk menghitung rasio Efektif dan efisien dapat digunakan rumus berikut: Rasio Efektif dan Efisien : RKAP Realisasi biaya X Penurunan Jumlah Biaya Teresan sebesar 1% atau sebesar Rp terjadi perubahan dalam pos-pos yang didalamnya, terdiri dari : a. Biaya Pemupukan mengalami penurunan sebesar Rp atau 4%. b. Biaya Patok Batas Blok Teresan mengalami penurunan sebesar Rp atau 4% c. Sedangkan Biaya Babat Tumbuhan Bawah mengalami kenaikan Rp atau 5%. Perubahan menunjukkan tendensi yang menguntungkan dimana peningkatan Biaya Babat Tanaman dicapai akan tetapi biaya pemupukan mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan cuaca sehingga tumbuhan liar tumbuh dengan subur di daerah pembenihan atau tunas. Sehingga tidak memerlukan banyak pupuk. 2. Penurunan Jumlah biaya pembagian blok sebesar 1% atau Rp terjadi perubahan dalam pos-pos yang terdapat didalamnya terdiri dari: a. Biaya Pembuatan Tanda Batas mengalami kenaikan sebesar 21% atau Rp b. Biaya Pemasangan Patok Tanda Batas mengalami Penurunan sebesar 5% atau Rp Perubahan menunjukkan tendensi yang menguntungkan dimana kenaikan biaya Pembuatan Tanda Batas yang dikarenakan hilangnya tanda batas yang telah dimiliki sehingga membutuhkan tanda batas tambahan. Akan tetapi biaya untuk Pemasangan Patok Tanda Batas lebih rendah dari yang di anggarkan. 3. Penurunan Jumlah Biaya Klem sebesar 0.2% atau Rp terjadi perubahan dalam pospos yang terdapat didalamnya terdiri dari: a. Biaya Penomoran Pohon mengalami penurunan sebesar 8% atau Rp b. Biaya Klem Lainnya mengalami peningkatan sebesar 16% atau Rp Perubahan Biaya Penomoran Pohon mengalami penurunan mungkin adanya penurunan tingkat pekerja, akan tetapi Biaya Klem lainnya mengalami kenaikan hal ini mungkin penggunaan peralatan dan kenaikan harga. 4. Penurunan Jumlah Biaya Prasarana Tebangan sebesar 0.2% atau Rp terjadi perubahan dalam pos-pos yang terdapat didalamnya terdiri dari: a. Biaya Tempat Pengumpulan Babat dan Pembersihan mengalami kenaikan sebesar 2% atau Rp b. Biaya Pembuatan Plang Tebangan mengalami penurunan sebesar 4% atau Rp Perubahan kenaikan Biaya Tempat Pengumpulan Babat dan Pembersihan berhubungan dengan Biaya Babat Tumbuhan Bawah dengan semakin banyaknya tumbuhan bawah maka dibutuhkan tempat untuk mengumpulkannya. Sedangkan Plang Tebangan mengalami penurunan dikarenakan penurunan tingkat harga. 5. Penurunan Jumlah Biaya Sarana Tebangan sebesar 0.1% atau Rp terjadi perubahan dalam pos-pos yang terdapat didalamnya terdiri dari: a. Biaya Alat-alat Tebangan mengalami penurunan sebesar 2% atau Rp b. Biaya Alat-alat Pengukuran mengalami kenaikan sebesar 4% atau Rp Perubahan penurunan Biaya Alat-alat Tebangan hal ini dikarenakan masih memiliki Alat Tebangan, sedangkan Biaya Alat-alat Pengukuran mengalami peningkatan tingkat harga. 6. Penurunan Jumlah Biaya Persiapan Eksploitasi Lainnya sebesar 0.1% atau Rp terjadi perubahan dalam pos-pos yang terdapat didalamnya terdiri dari: a. Biaya Penerangan mengalami kenaikan sebesar 6% atau Rp b. Biaya Obat-obatan mengalami penurunan sebesar 7% atau Rp.655.

13 13 c. Biaya Air Minum mengalami penurunan sebesar 2% atau Rp.561. d. Biaya Upah Pekerja Kontrak mengalami penurunan sebesar 6% atau Rp e. Biaya Eksploitasi Lainnya mengalami kenaikan sebesar 13% atau Rp Perubahan kenaikan Biaya Penerangan dikarenakan banyaknya yang rusak akibat cuaca, pecah, naiknya harga minyak tanah, batu battery dll. Akan tetapi kenaikan juga terjadi dalam pos Biaya Eksploitasi untuk mengendalikan kualitas, mengawasi pekerja serta job training. 7. Penurunan Jumlah Biaya Penerimaan Kayu Pertukangan Jati sebesar 0.2% atau Rp terjadi perubahan dalam pos-pos yang terdapat didalamnya terdiri dari: a. Biaya Penerimaan Kayu Pertukangan Jati mengalami penurunan sebesar 0.3% atau Rp b. Biaya Tebang Tempat Sulit mengalami kenaikan sebesar 1% atau Rp6.709 c. Biaya Uang Makan/Minum Mandor Tebang mengalami kenaikan sebesar 23% atau Rp Perubahan kenaikan pada Biaya Tebang Tempat Sulit mempengaruhi biaya uang Makan/minum Mandor tebang, hal ini dikarenakan kenaikan upah dan penambahan pekerja tebang. 8. Penurunan Jumlah Biaya Penerimaan Kayu Jati Lainnya sebesar 0.2% atau Rp Penurunan Jumlah Biaya Penghelaan Kayu Jati sebesar 1% atau Rp Penurunan Jumlah Biaya Pengangkutan Antara Kayu Jati sebesar 0.1% atau Rp Penurunan Jumlah Biaya Pengangkutan Lainnya sebesar 0.5% atau Rp terjadi perubahan dalam pos-pos yang terdapat didalamnya terdiri dari: a. Biaya Pakaian Mandor mengalami penurunan sebesar 2% atau Rp b. Biaya Angkut/Bongkar Truk mengalami penurunan sebesar 0.2% atau Rp c. Biaya Kendaraan Truk Dinas mengalami penurunan sebesar 0.1% atau Rp862. d. Biaya Lain: Monitoring dan Pelaporan mengalami penurunan sebesar 2% atau Rp atau digunakan sebesar 98% dari RKAP tahun 2011 NO REK NAMA REKENING Tabel 3 Laporan Produksi Realisasi Biaya (000) Biaya RKAP (000) Biaya Rasio % Biaya Pemupukan 174, , Biaya Patok Batas Blok Teresan 65,526 68, Biaya babat tumbuhan bawah 148, , Jumlah Biaya Teresan 389, , Biaya pembuatan tanda batas 47,450 39, Biaya pemasangan patok tanda batas 105, , Jumlah Biaya Pembagian Blok 152, , Biaya penomoran pohon 595, , Biaya klem lainnya , Jumlah Biaya Klem 953, , Biaya tempat pengumpulan (babat & pembersihan batu) 1,026, , Biaya pembuatan plang tebangan 302, , Jumlah Biaya Prasarana Tebangan 1,328,600 1,330, biaya alat-alat tebangan 987,104 1,010, Biaya alat-alat pengukuran 491, , Jumlah Biaya Sarana Tebangan 1,478,700 1,480, Biaya alat penerangan 445, , Biaya Obat-obatan 8,405 9, Biaya air minum 23,562 24,

14 Upah Pekerja Kontrak 1,005,600 1,069, Biaya eksploitasi lainnya 307, , Jumlah Biaya Persiapan Eksploitasi Lainnya 1,790,700 1,792, JUMLAH BIAYA PERSIAPAN EKSPLOITASI KAYU JATI 6,093, Biaya Penerimaan kayu pertukangan jati 3,700,398 3,709, Biaya tebang tempat sulit 857, , Uang makan/minum mandor tebang 583, , Jumlah Biaya Penerimaan Kayu Pertukangan Jati 5,024,000 5,033, Jumlah Biaya Penerimaan Kayu Jati Lainnya 3,025,000 3,029, JUMLAH BIAYA PENERIMAAN KAYU JATI 8,049, Jumlah Biaya Penghelaan Kayu Jati 3,986,000 4,006, Jumlah Biaya Pengangkutan Antara Ky Ptk Jati 1,269,800 1,270, Biaya pakaian mandor angkut 553, , Biaya angkut bongkar truk dinas 5,396,782 5,407, Biaya kendaraan truk dinas 646, , Biaya lainnya: monitoring dan pelaporan 456, , Jumlah Biaya Pengangkutan Lainnya 7,053,000 7,086, JUMLAH BIAYA PENGANGKUTAN KAYU JATI 12,308, , TOTAL BIAYA KEGIATAN Sumber: Perum Perhutani Divisi Regionl Jawa Timur SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari penelitian dan analisis yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu penggunaan anggaran dalam aplikasi anggaran telah mampu dilakukan oleh Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur dimana ditunjukkan: 1. Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan ditetapkan oleh manajemen Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur digunakan sebagai alat pengendali anggaran, kualitas serta produksi. 2. Menurut Depdagri No tahun 1996 total biaya dari laporan produksi yang digunakan Rp dari RKAP Rp atau digunakan sebesar 99.8% yang artinya anggaran tersebut digunakan secara efektif namun kurang efisien 3. Menurut Blocher et al total biaya dari laporan produksi yang digunakan Rp dari RKAP Rp atau digunakan sebesar 99.8% yang artinya anggaran tersebut digunakan secara Efisien 4. Menurut Blocher et al dilihat dari laporan produksi realisasi volume yang dihasilkan M2 sedangkan RKAP yang ditetapkan perusahaan sebesar M2 yang artinya digunakan secara Efektif Saran Berdasarkan kesimpulan seperti tersebut diatas, Saran yang dapat diberikan oleh penulis kepada Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur adalah: Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan yang ditetapkan oleh Manajemen Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur dapat dipertahankan dalam merealisasikan anggaran ditahun yang akan datang.

15 15 DAFTAR PUSTAKA Bastian, I Akuntansi Sektor Publik : Suatu Pengantar. Penerbit Erlangga. Jakarta. Gary, et al Manajemen Biaya. Edisi3. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Halim, C Costing Akurat. Gramedia. Jakarta. Hansen dan Mowen Manajemen Akuntansi. Penerbit Salemba Empat. Jakarta Manajemen Akuntansi. Penerbit Salemba Empat. Jakarta Manajemen Akuntansi. Penerbit Salemba Empat. Jakarta Manajemen Akuntansi. Penerbit Salemba Empat. Jakarta Manajemen Akuntansi. Penerbit Salemba Empat. Jakarta Horngren, et al Akuntansi Biaya. Penerbit Erlangga. Jakarta. Mulyadi Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Penerbit Salemba Empat. Jakarta Nafarin Penganggaran Perusahaan. Edisi3. Penerbit Salemba Empat. Jakarta Noreen, et al Akuntansi Manajerial. Penerbit Salemba Empat. Jakarta

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Anggaran merupakan suatu instrumen didalam manajemen karena

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Anggaran merupakan suatu instrumen didalam manajemen karena BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anggaran merupakan suatu instrumen didalam manajemen karena merupakan bagian dari fungsi manajemen. Di dunia bisnis maupun di organisasi sektor publik, termasuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti saat ini, perusahaan dituntut untuk tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti saat ini, perusahaan dituntut untuk tidak hanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti saat ini, perusahaan dituntut untuk tidak hanya memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan yang maksimal. Perusahaan juga dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran sebagai salah satu alat bantu manajemen memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran sebagai salah satu alat bantu manajemen memegang peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Anggaran sebagai salah satu alat bantu manajemen memegang peranan cukup penting karena dengan anggaran manajemen dapat merencanakan, mengatur dan mengevaluasi jalannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bergesernya paradigma manajemen pemerintahan dalam dua dekade terakhir yaitu dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bergesernya paradigma manajemen pemerintahan dalam dua dekade terakhir yaitu dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bergesernya paradigma manajemen pemerintahan dalam dua dekade terakhir yaitu dari berorientasi pada proses menjadi berorientasi pada hasil telah ikut mereformasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam satu dekade terakhir ini, bangsa Indonesia sedang berupaya memperbaiki kinerja pemerintahannya melalui berbagai agenda reformasi birokrasi dalam berbagai sektor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. atupun mata uang lainnya yang meliputi seluruh kegiatan untuk jangka waktu. Definisi anggaran menurut M. Nafirin ( 2000:9 )

BAB II LANDASAN TEORI. atupun mata uang lainnya yang meliputi seluruh kegiatan untuk jangka waktu. Definisi anggaran menurut M. Nafirin ( 2000:9 ) BAB II LANDASAN TEORI A. Anggaran 1. Definisi Anggaran Rencana yang dapat disebut dengan anggaran adalah rencana yang terorganisir dan menyeluruh, yang dinyatakan dalam bentuk angka rupiah, dollar, atupun

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Sektor Publik Pengertian Akuntansi Sektor Publik Bastian (2006:15) Mardiasmo (2009:2) Abdul Halim (2012:3)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Sektor Publik Pengertian Akuntansi Sektor Publik Bastian (2006:15) Mardiasmo (2009:2) Abdul Halim (2012:3) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 Pengertian Akuntansi Sektor Publik Definisi Akuntansi Sektor Publik menurut Bastian (2006:15) adalah sebagai berikut : Akuntansi Sektor Publik adalah

Lebih terperinci

INFORMASI AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SEBAGAI ALAT PENILAIAN KINERJA MANAJER. Untung Sriwidodo Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta

INFORMASI AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SEBAGAI ALAT PENILAIAN KINERJA MANAJER. Untung Sriwidodo Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta INFORMASI AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SEBAGAI ALAT PENILAIAN KINERJA MANAJER Untung Sriwidodo Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta ABSTRACT Each responsibility center have manager in charge

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi dan Tujuan Anggaran 2.1.1. Definisi Anggaran Menurut Indra Bastian (2010:191), Anggaran dapat diinterpresentasikan sebagai paket pernyataan menyangkut perkiraan penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efisian sehingga tujuan organisasi dapat tercapai (Mardiasmo, 2002 :45).

BAB I PENDAHULUAN. efisian sehingga tujuan organisasi dapat tercapai (Mardiasmo, 2002 :45). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah anggaran atau penganggaran (budgeting) sangat dipahami dalam setiap organisasi, termasuk organisasi pemerintahan. Sebagai organisasi, aparat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Paradigma/pandangan masyarakat umumnya membentuk suatu pengertian tertentu di dalam dinamika perkembangan kehidupan masyarakat, bahkan dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan ekonomi untuk daerah maupun kebijakan ekonomi untuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan ekonomi untuk daerah maupun kebijakan ekonomi untuk pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberdayaan ekonomi daerah sangat penting sekali untuk ditingkatkan guna menunjang peningkatan ekonomi nasional. Dalam konteks ini, peran kebijakan pemerintah yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Kinerja Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program ataupun kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,

Lebih terperinci

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK JENIS JENIS ANGGARAN SEKTOR PUBLIK

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK JENIS JENIS ANGGARAN SEKTOR PUBLIK MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK JENIS JENIS ANGGARAN SEKTOR PUBLIK Oleh : Erinta Tria Yulianda Akuntansi 4 B 201410170311101 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anggaran Berbasis Kinerja Menurut Sony Yuwono, dkk (2005 :34) mendefinisikan Anggaran Kinerja sebagai berikut: Anggaran Kinerja adalah sistem anggaran yang lebih menekankan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bougette (Perancis) yang berarti sebuah tas kecil. Menurut Bastian (2006:191),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bougette (Perancis) yang berarti sebuah tas kecil. Menurut Bastian (2006:191), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Anggaran Anggaran berasal dari kata budget (Inggris), sebelumnya dari kata bougette (Perancis) yang berarti sebuah tas kecil. Menurut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tindakan, pembuatan, atau pengolahan yang menghasilkan produk.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tindakan, pembuatan, atau pengolahan yang menghasilkan produk. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Proses Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), proses adalah rangkaian tindakan, pembuatan, atau pengolahan yang menghasilkan produk. 2.1.2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Terbitnya Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah (Studi pada DPPKAD

Lebih terperinci

ANALISIS METODE ACTIVITY

ANALISIS METODE ACTIVITY NASKAH PUBLIKASI ANALISIS METODE ACTIVITY-BASED MANAGEMENT (ABM) UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI DAN PROFITABILITAS PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA IX PABRIK GULA MOJO SRAGEN Oleh: Karina Widyani B 200 110 157

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menghadapi situasi perekonomian dewasa ini, dimana persaingan dunia bisnis semakin ketat, perusahaan dituntut untuk dapat mengoptimalkan prestasinya baik

Lebih terperinci

BAB 7 PENGANGGARAN PUBLIK. Prof. Indra Bastian, Ph.D, MBA, Akt

BAB 7 PENGANGGARAN PUBLIK. Prof. Indra Bastian, Ph.D, MBA, Akt BAB 7 PENGANGGARAN PUBLIK Prof., Ph.D, MBA, Akt TINJAUAN BAB 7.1. Teori Penganggaran Publik 7.1.1. Pengertian Anggaran Publik 7.1.2. Fungsi Anggaran Publik 7.1.3. Pengaruh dan Tujuan Anggaran Publik 7.1.4.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Anggaran Negara dan Keuangan Negara. Menurut Revrisond Baswir (2000:34), Anggaran Negara adalah

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Anggaran Negara dan Keuangan Negara. Menurut Revrisond Baswir (2000:34), Anggaran Negara adalah BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori-teori 1. Pengertian Anggaran Negara dan Keuangan Negara Menurut Revrisond Baswir (2000:34), Anggaran Negara adalah gambaran dari kebijaksanaan pemerintah yang dinyatakan

Lebih terperinci

Karakteristik Anggaran

Karakteristik Anggaran ANGGARAN Definisi Anggaran perencanaan yang rinci untuk masa depan yang dinyatakan secara kuantitatif dan lebih spesifik memperlihatkan bagaimana sumber daya didapat dan digunakan pada periode tertentu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. 1 Tinjauan Teoretis 2.1. 1 Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

Lebih terperinci

BAB III FUNGSI ANGGARAN SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA TEBING TINGGI

BAB III FUNGSI ANGGARAN SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA TEBING TINGGI BAB III FUNGSI ANGGARAN SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA TEBING TINGGI A. Pengertian Anggaran Anggaran merupakan pengembangan dari suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasi perusahaan. Begitu juga dengan dinas-dinas yang bernaungan disektor

BAB I PENDAHULUAN. operasi perusahaan. Begitu juga dengan dinas-dinas yang bernaungan disektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dalam perkembangan Ekonomi Dewasa ini dimana dunia usaha tumbuh dengan pesat di indonesia, Pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien dalam menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan dalam menunjang penyediaan pangan. Satuan kerja irigasi

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan dalam menunjang penyediaan pangan. Satuan kerja irigasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menunjang pembangunan khususnya provinsi Jawa Barat salah satu Satuan Kerja (Satker) yang melaksanakan kegiatan atau proyek irigasi ditunjuk untuk

Lebih terperinci

PENGANGARAN BERBASIS KINERJA DAN UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE

PENGANGARAN BERBASIS KINERJA DAN UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE PENGANGARAN BERBASIS KINERJA DAN UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE Arison Nainggolan Dosen Fakultas Ekonomi Prodi Akuntansi Universitas Methodist Indonesia arison86_nainggolan@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejenis maupun industry secara keseluruhan. Masing-masing perusahaan dituntut

BAB I PENDAHULUAN. sejenis maupun industry secara keseluruhan. Masing-masing perusahaan dituntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan salah satu pokok kegiatan perekonomian yang hidup dalam lingkungan dunia usaha yang berubah cepat dan dinamis. Seiring dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut : BAB. I PENDAHULUAN Penelitian ini akan menjelaskan implementasi penganggaran berbasis kinerja pada organisasi sektor publik melalui latar belakang dan berusaha mempelajarinya melalui perumusan masalah,

Lebih terperinci

PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN DENGAN ANGGARAN SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PADA HOTEL INNA GARUDA YOGYAKARTA

PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN DENGAN ANGGARAN SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PADA HOTEL INNA GARUDA YOGYAKARTA PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN DENGAN ANGGARAN SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PADA HOTEL INNA GARUDA YOGYAKARTA Vinsensia Luki Windaratri Fakultas Ekonomi, Program Studi Akuntansi Universitas

Lebih terperinci

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK PENYUSUNAN ANGGARAN SEKTOR PUBLIK : Pengertian Anggaran dan Penganggaran Sektor Publik Jenis-jenis Penganggaran Sektor Publik Prinsip-prinsip Penganggaran Sektor Publik Proses Penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas

BAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerintah Daerah diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas berbantuan sesuai dengan Undang-Undang

Lebih terperinci

ANALISIS ANGGARAN OPERASIONAL SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA RANDIK KABUPATEN MUSI BANYUASIN

ANALISIS ANGGARAN OPERASIONAL SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA RANDIK KABUPATEN MUSI BANYUASIN ISSN-P 2407-2184 Jurnal Akuntansi Politeknik Sekayu ( ACSY ) Volume IV, No. 1, Januari 2016, h. 1-11 ANALISIS ANGGARAN OPERASIONAL SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang diikuti

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA MANADO

ANALISIS EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA MANADO ANALISIS EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA MANADO EFFECTIVENESS AND EFFICIENCY ANALYSIS OF BUDGETING OF DEVELOPMENT PLANNING AGENCY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan sektor industri di Indonesia dewasa ini semakin pesat. Hal ini ditandai dengan semakin maraknya industri-industri yang didirikan baik oleh

Lebih terperinci

6 Universitas Indonesia

6 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian dan Tipe Anggaran Anggaran merupakan salah satu alat vital suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya. Semua perusahaan harus membuat anggaran, baik itu perusahaan besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bougette (Perancis) yang berarti sebuah tas kecil. Menurut Indra Bastian (2006),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bougette (Perancis) yang berarti sebuah tas kecil. Menurut Indra Bastian (2006), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, dan Variabel Penelitian 2.1.1 Anggaran 2.1.1.1 Definisi Anggaran Anggaran berasal dari kata budget (Inggris), sebelumnya dari kata bougette (Perancis) yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif yaitu pengumpulan data yang bersifat kuantitatif yang berwujud angka-angka,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Anggaran Organisasi Sektor Publik Bahtiar, Muchlis dan Iskandar (2009) mendefinisikan anggaran adalah satu rencana kegiatan

Lebih terperinci

ANALISIS ANGGARAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) MEDAN

ANALISIS ANGGARAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) MEDAN ANALISIS ANGGARAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) MEDAN JULITA (Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara) Surel: julitaumsu@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komposisi dan besarnya anggaran yang secara langsung mencerminkan arah

BAB I PENDAHULUAN. komposisi dan besarnya anggaran yang secara langsung mencerminkan arah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggaran sektor publik merupakan instrumen kebijakan multi fungsi yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Hal tersebut terlihat dari komposisi dan besarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ekonomi, trend situasi makro ekonomi internasional, terutama yang berkaitan dengan sektor industri dan perdagangan lebih ditandai dengan sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Serangkaian kebijakan dibidang ekonomi dan moneter yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia telah cukup mendorong para pelaku ekonomi baik swasta, asing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian sesuai dengan selera konsumen pelanggan Hansen

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian sesuai dengan selera konsumen pelanggan Hansen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dengan adanya era globalisasi, perkembangan perekonomian menjadi semakin berkembang, sehingga adanya partisipasi atau keikutsertaan dari masyarakat sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penganggaran merupakan hal yang sangat penting di dalam suatu organisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Penganggaran merupakan hal yang sangat penting di dalam suatu organisasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penganggaran merupakan hal yang sangat penting di dalam suatu organisasi, terutama pada sektor publik. Suatu anggaran mampu merefleksikan bagaimana arah dan tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis multidimensional yang terjadi di Indonesia pada era akhir pemerintahan orde baru, telah mendorong tuntutan demokratisasi di berbagai bidang. Terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beropersasi secara efektif dan efisien agar hasil produksinya mempunyai daya saing

BAB I PENDAHULUAN. beropersasi secara efektif dan efisien agar hasil produksinya mempunyai daya saing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada setiap perusahaan pasti memiliki tujuan yang ingin dicapainya, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai setiap perusahaan sebenarnya sama yaitu ingin mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi birokrasi dengan tekad mewujudkan pemerintah yang transparan dan akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, sejak tahun 2001 berimplikasi pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga,

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 2.1.1.1 Pengertian peran serta seseorang masyarakat dalam proses pembangunan dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat, pemerintah melakukan berbagai usaha

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat, pemerintah melakukan berbagai usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha dewasa ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat, pemerintah melakukan berbagai usaha pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih besar dalam pengurusan maupun pengelolaan pemerintahan daerah, termasuk didalamnya pengelolaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Anggaran II.1.1 Pengertian Anggaran Untuk mendapatkan pengertian anggaran yang lebih jelas dan tepat, di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian anggaran yang dinyatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengertian anggaran menurut Mardiasmo (2004:62) menyatakan bahwa :

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengertian anggaran menurut Mardiasmo (2004:62) menyatakan bahwa : 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Anggaran Pendapatan 2.1.1.1 Pengertian Anggaran Pengertian anggaran menurut Mardiasmo (2004:62) menyatakan bahwa : Anggaran Publik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi. Pada organisasi privat atau swasta, anggaran merupakan suatu hal yang sangat dirahasiakan,

Lebih terperinci

Perkembangan Sistem Anggaran Publik Anggaran Tradisional dan Anggaran New Public Management

Perkembangan Sistem Anggaran Publik Anggaran Tradisional dan Anggaran New Public Management Perkembangan Sistem Anggaran Publik Anggaran Tradisional dan Anggaran New Public Management Jenis anggaran sektor publik: Anggaran tradisional; ciri utamanya bersifat line-item dan incrementalism Anggaran

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS PARSIAL TERHADAP LABA DI PERUSAHAAN

ANALISIS PRODUKTIVITAS PARSIAL TERHADAP LABA DI PERUSAHAAN ANALISIS PRODUKTIVITAS PARSIAL TERHADAP LABA DI PERUSAHAAN (STUDI KASUS PADA PT JAKARANA TAMA FOOD INDUSTRY) The Partial Productivity Analysis Of The Firm s Earnings (Case Study On PT Jakarana Tama Food

Lebih terperinci

Pertumbuhan yang telah dicapai dari berbagai kebijakan akan memberi dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, dan mengurangi angka pengangguran

Pertumbuhan yang telah dicapai dari berbagai kebijakan akan memberi dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, dan mengurangi angka pengangguran BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar yang dilakukan pada berbagai program sebagaimana diungkapkan pada bab sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran dapat diinterpretasi sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring adanya clean and good goverment governance dalam pengelolaan. pendekatan yang lebih sistematis dalam penggunaan anggaran.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring adanya clean and good goverment governance dalam pengelolaan. pendekatan yang lebih sistematis dalam penggunaan anggaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring adanya clean and good goverment governance dalam pengelolaan anggaran yang ditandai dengan tiga prinsip utamanya yang berlaku secara universal yaitu

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU ISO (9001:2008) PADA PENGENDALIAN BIAYA KUALITAS PADA PT. JAVA ENERGY SEMESTA GRESIK PUGUH PUJO SANTOSO ABSTRAK

IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU ISO (9001:2008) PADA PENGENDALIAN BIAYA KUALITAS PADA PT. JAVA ENERGY SEMESTA GRESIK PUGUH PUJO SANTOSO ABSTRAK IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU ISO (9001:2008) PADA PENGENDALIAN BIAYA KUALITAS PADA PT. JAVA ENERGY SEMESTA GRESIK PUGUH PUJO SANTOSO ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi manajemen

Lebih terperinci

BAB II FUNGSI ANGGARAN DALAM PERUSAHAAN. satuan kuantitatif. Penyusunan anggaran sering diartikan sebagai

BAB II FUNGSI ANGGARAN DALAM PERUSAHAAN. satuan kuantitatif. Penyusunan anggaran sering diartikan sebagai BAB II FUNGSI ANGGARAN DALAM PERUSAHAAN 2.1. Anggaran Perusahaan Penyusunan anggaran merupakan proses pembuatan rencana kerja dalam rangka waktu satu tahun yang dinyatakan dalam satuan moneter dan satuan

Lebih terperinci

PENGARUH EFEKTIVITAS PENERAPAN ANGGARAN TERHADAP PENILAIAN KINERJA PUSAT LABA Studi kasus pada PT. Rahayu Santosa

PENGARUH EFEKTIVITAS PENERAPAN ANGGARAN TERHADAP PENILAIAN KINERJA PUSAT LABA Studi kasus pada PT. Rahayu Santosa JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 9 No. 2, Oktober 2009 : 97 103 PENGARUH EFEKTIVITAS PENERAPAN ANGGARAN TERHADAP PENILAIAN KINERJA PUSAT LABA Studi kasus pada Oleh * Supardji dan Yulian Suherlin *Dosen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia usaha di Indonesia mengalami perubahan ketika memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas. Hal ini dikarenakan Indonesia terlibat dalam kawasan perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk tetap eksis dalam dunia bisnis yang kompetitif ini. Suatu produk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk tetap eksis dalam dunia bisnis yang kompetitif ini. Suatu produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peningkatan kualitas merupakan suatu hal yang paling esensial bagi suatu perusahaan untuk tetap eksis dalam dunia bisnis yang kompetitif ini. Suatu produk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penerimaan dengan pengeluaran, tetapi dengan semakin

BAB II LANDASAN TEORI. penerimaan dengan pengeluaran, tetapi dengan semakin BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Jenis-Jenis Anggaran 1. Pengertian Anggaran Pengertian anggaran terus berkembang dari masa ke masa. Dulu anggaran hanya merupakan suatu alat untuk menyeimbangkan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perekonomian dunia sedang menuju era globalisasi di mana

Bab I. Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perekonomian dunia sedang menuju era globalisasi di mana Bab I. Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perekonomian dunia sedang menuju era globalisasi di mana barang dan jasa dari suatu negara semakin leluasa masuk ke negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seimbang,dan menunjang antara bidang satu dengan bidang yang lain, sehingga tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. seimbang,dan menunjang antara bidang satu dengan bidang yang lain, sehingga tidak 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang meliputi segala bidang bidang. Pelaksanaan pembangunan diupayakan berjalan selaras, seimbang,dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan dunia usaha yang semakin kompetitif oleh sebab itu setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan dunia usaha yang semakin kompetitif oleh sebab itu setiap perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Berkembangnya dunia usaha pada era globalisasi saat ini mengakibatkan persaingan dunia usaha yang semakin kompetitif oleh sebab itu setiap perusahaan dituntut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Masyarakat (IKM) yang berdampak pada pendapatan, pendapatan kas akan naik apabila pelayanan yang diberikan oleh staff atau para pegawai di Kantor Bersama Samsat sangat ramah maka masyarakat akan merasa

Lebih terperinci

PENGANGGARAN PERUSAHAAN

PENGANGGARAN PERUSAHAAN PENGANGGARAN PERUSAHAAN Merupakan suatu proses perencanaan dan pengendalian kegiatan operasi perusahaan yang dinyatakan dalam satuan kegiatan dan satuan uang, yang bertujuan untuk memproyeksikan operasi

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang mendapat perhatian besar dari berbagai pihak semenjak reformasi pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut George H, Bodnar dan William S. Hopwood (2006:14)

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut George H, Bodnar dan William S. Hopwood (2006:14) BAB II LANDASAN TEORITIS A. Uraian Teoritis 1. Informasi Akuntansi Pertanggung Jawaban Menurut George H, Bodnar dan William S. Hopwood (2006:14) Informasi adalah data yang berguna untuk diolah sehingga

Lebih terperinci

BAB V HASIL PERANCANGAN AUDIT DAN REKOMENDASI

BAB V HASIL PERANCANGAN AUDIT DAN REKOMENDASI BAB V HASIL PERANCANGAN AUDIT DAN REKOMENDASI 5.1 Rancangan Audit Sistem Informasi Rancangan audit sistem informasi dapat dilihat dari skor rata-rata dilakukan perhitungan pada bab sebelumnya dari nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bertujuan untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat.

Lebih terperinci

Penganggaran Perusahaan

Penganggaran Perusahaan Modul ke: 01Fakultas Ekonomi dan Bisnis Penganggaran Perusahaan Dosen : Agus Arijanto,SE,MM Program Studi Manajemen S-1 Pengertian dan Konsep Anggaran Pengertian anggaran (budget) ialah suatu rencana yang

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KABUPATEN KLATEN TAHUN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KABUPATEN KLATEN TAHUN Analisi Kinerja Keuangan... (Bahrun Assidiqi) 1 ANALISIS KINERJA KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KABUPATEN KLATEN TAHUN 2008-2012 FINANCIAL PERFORMANCE ANALISYS OF KLATEN REGENCY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan suatu perusahaan adalah untuk dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta dapat meningkatkan profitabilitas dari waktu ke waktu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, perlu memahami biaya kualitas Mulyadi (2010:73 ). Menurut Hansen dan

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, perlu memahami biaya kualitas Mulyadi (2010:73 ). Menurut Hansen dan BAB II LANDASAN TEORI A. Biaya Kualitas 1. Pengertian Biaya Kualitas Untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan tentang kualitas produk, manajemen perlu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anggaran Menurut National on Governmental Accounting (NCGA) yang saat ini telah menjadi Governmental Accounting Standards Board (GASB), a budget is a plan of financial operation

Lebih terperinci

Jurnal FASILKOM Vol.2 No.2, 1 Oktober 2004 PERAN SISTEM INFORMASI DALAM MEMBUAT ANGGARAN SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN LABA

Jurnal FASILKOM Vol.2 No.2, 1 Oktober 2004 PERAN SISTEM INFORMASI DALAM MEMBUAT ANGGARAN SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN LABA PERAN SISTEM INFORMASI DALAM MEMBUAT ANGGARAN SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN LABA Abstraks Eva Faja Ripanti evaripanti@yahoo.com Anggaran adalah alat perencanaan dan pengendalian manajemen.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan tata kelola pemerintahan dalam penganggaran sektor publik, yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena

BAB 1 PENDAHULUAN. roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi Pemerintah Daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena itu, kepercayaan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh dan dipakai selama periode waktu tertentu. jangka waktu tertentu dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh dan dipakai selama periode waktu tertentu. jangka waktu tertentu dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang. 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anggaran 2.1.1 Pengertian Anggaran Anggaran merupakan alat akuntansi yang dapat membantu pimpinan perusahaan dalam merencanakan dan mengendalikan operasi perusahaan. Anggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Didalam dunia usaha terutama suatu perusahaan akan dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Didalam dunia usaha terutama suatu perusahaan akan dihadapkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Didalam dunia usaha terutama suatu perusahaan akan dihadapkan pada suatu masalah bagaimana perusahaan tersebut dapat terus beroperasi dan berhasil didalam persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai tingkat efisiensi dan produktivitas yang optimal. PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung merupakan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai tingkat efisiensi dan produktivitas yang optimal. PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung merupakan perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan dapat dipandang sebagai suatu sistem yang memproses masukan untuk menghasilkan keluaran (Mulyadi, 2009:10). Perusahaan yang bertujuan mencari laba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perekonomian yang berkembang saat ini mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perekonomian yang berkembang saat ini mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia perekonomian yang berkembang saat ini mendorong perusahaan manufaktur maupun jasa untuk saling bersaing dalam usaha untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggaran merupakan salah satu cara manajemen dalam menjalankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggaran merupakan salah satu cara manajemen dalam menjalankan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Anggaran Anggaran merupakan salah satu cara manajemen dalam menjalankan fungsinya yaitu fungsi perencanaan dan fungsi pengendalian. Anggaran sebagai fungsi perencanaan diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk publik, namun sebaliknya pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk publik, namun sebaliknya pada sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penganggaran di sektor pemerintahan merupakan suatu proses yang cukup rumit. Karakteristik penganggaran di sektor pemerintahan sangat berbeda dengan penganggaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepmendagri memuat pedoman penyusunan rancangan APBD yang. dilaksanakan oleh Tim Anggaran Eksekutif bersama-sama Unit Organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepmendagri memuat pedoman penyusunan rancangan APBD yang. dilaksanakan oleh Tim Anggaran Eksekutif bersama-sama Unit Organisasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penganggaran daerah dengan pendekatan kinerja dalam Kepmendagri memuat pedoman penyusunan rancangan APBD yang dilaksanakan oleh Tim Anggaran Eksekutif bersama-sama

Lebih terperinci

Makalah Akuntasi Sektor Publik. Akuntansi Manajemen Sektor Publik

Makalah Akuntasi Sektor Publik. Akuntansi Manajemen Sektor Publik Makalah Akuntasi Sektor Publik Akuntansi Manajemen Sektor Publik Disusun oleh: Sinta Okta Irma (14043022) Suci Ardiryanti (14043024) UNIVERSITAS NEGERI PADANG FAKULTAS EKONOMI 2015 BAB I PENDAHULUAN A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen yang berisi rencana tahunan yang dinyatakan secara kuantitatif,

BAB I PENDAHULUAN. manajemen yang berisi rencana tahunan yang dinyatakan secara kuantitatif, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran merupakan salah satu bagian dari proses pengendalian manajemen yang berisi rencana tahunan yang dinyatakan secara kuantitatif, diukur dalam satuan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

IMPLEMENTASI SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN IMPLEMENTASI SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN Manajemen, Sistem, dan Pengendalian Manajemen bukan lagi merupakan hal baru atau hal asing bagi kita lagi. Manajemen sudah dikenal dan sudah ada sejak dulu kala.

Lebih terperinci