PEMANFAATAN ABU VULKANIK GUNUNG KELUD UNTUK MENGEMBANGKAN BADAN KERAMIK STONEWARE TANAH LIAT SUKABUMI. Wahyu Gatot Budiyanto

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMANFAATAN ABU VULKANIK GUNUNG KELUD UNTUK MENGEMBANGKAN BADAN KERAMIK STONEWARE TANAH LIAT SUKABUMI. Wahyu Gatot Budiyanto"

Transkripsi

1 PEMANFAATAN ABU VULKANIK GUNUNG KELUD UNTUK MENGEMBANGKAN BADAN KERAMIK STONEWARE TANAH LIAT SUKABUMI Wahyu Gatot Budiyanto ABSTRAK Pengembangan badan keramik stoneware bakaran menengah dilakukan pada tanah liat Sukabumi. Tujuan penelitian ini adalah untuk 1) mendapatkan formula badan keramik stoneware bakaran menengah (1150 o C-1250 o C) dengan memanfaatkan abu vulkanik Gunung Kelud, 2) mendapatkan hasil produk keramik stoneware berglasir bakaran menengah (1150 o C-1250 o C) dengan menggunakan formula hasil pengembangan badan keramik. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan (research and development) yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan mengkaji keefektifan produk tersebut. Instrumen dan teknik pengumpulan data dengan observasi dan dokumentasi, sedangkan analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Penelitian mencakup analisis mineral, plastisitas, penyusutan, vitrifikasi, porositas, kuat patah, dan penerapan glasir bakaran menengah cone 5 (1196 o C). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) abu vulkanik Gunung Kelud dapat digunakan untuk mengembangkan formula badan keramik stoneware tanah liat Sukabumi untuk formula Sb-2, Sb-3, Sb-4, dan Sb-5; 2) hasil produk keramik dengan glasir opaq dan matt menunjukkan hasil bakaran yang bagus. Kata kunci: tanah liat Sukabumi, stoneware, abu vulkanik Gunung Kelud, glasir, keramik. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang kaya sumber daya alam berupa bahan tambang, bahan mineral keramik yang melimpah: lempung lokal, kaolin, feldspar, kuarsa, ballclay, toseki dan lain-lain (Sukandarrumidi,1999). Industri keramik yang memproduksi bahan bangunan, keramik hias, tableware, dan produk lain menggunakan bahan tersebut sebagai bahan baku utama. Produk kerajinan keramik dapat berkembang dengan baik apabila didukung potensi sumber daya alam sebagai aset penyediaan bahan baku, sumber daya manusia untuk bekerja pada bidang kerajinan keramik, dan kekayaan seni budaya yang menjadi sumber inspirasi terciptanya produk keramik. Abu vulkanik Gunung Kelud yang meletus pada tanggal 13 Februari 2014 merupakan bahan material yang berupa batuan berukuran besar sampai kecil. Abu vulkanik Gunung Kelud yang jatuh di Yogyakarta merupakan batuan halus, memungkinkan sebagai bahan campuran pengembangan badan keramik. Hasil analisis 1

2 kimia BPCB Yogyakarta menunjukkan abu vulkanik Gunung Kelud mengandung silika (SiO 2) 53.50%. Silika dibutuhkan sebagai bahan pengisi yang berfungsi mengurangi penyusutan, mengurangi plastisitas, mencegah keretakan, dan merupakan rangka dalam proses pembakaran. Produk keramik tradisional saat ini kurang begitu berkembang, salah satu faktor adalah kurangnya industri yang mengolah bahan tanah liat menjadi bahan baku untuk badan keramik siap pakai yang terstandar. Kondisi ini menjadikan produk keramik yang dihasilkan tidak konsisten dan kadang-kadang kualitasnya berbeda-beda dari waktu ke waktu. Salah satu alternatif pemanfaatan abu vulkanik Gunung Kelud adalah untuk mengembangkan formula badan keramik stoneware bakaran menengah (1150 o C-1250 o C). PERMASALAHAN Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi sumber daya alam berupa bahan mineral untuk pembuatan produk benda keramik. Abu vulkanik yang berasal dari gunung berapi juga merupakan potensi yang perlu dikembangkan sebagai bahan alternatif campuran badan keramik stoneware. Penelitian ini dimaksudkan memberikan salah satu alternatif pemanfaatan abu vulkanik Gunung Kelud sebagai bahan campuran untuk mengembangkan formula badan keramik stoneware tanah liat Sukabumi bakaran menengah (1150 o C-1250 o C). Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan yang dikemukakan 1) Bagaimanakah formula badan keramik stoneware tanah liat Sukabumi bakaran menengah (1150 o C-1250 o C) hasil pengembangan yang memanfaatkan abu vulkanik Gunung Kelud? dan 2) Bagaimanakah produk keramik stoneware tanah liat Sukabumi berglasir bakaran menengah (1150 o C-1250 o C) dengan menggunakan formula hasil pengembangan badan keramik? LANDASAN TEORI Keramik Istilah keramik berasal dari bahasa Yunani keramos yang berarti periuk atau belanga yang dibuat dari tanah liat. Sedangkan yang dimaksud barang keramik ialah semua barang yang dibuat dari bahan-bahan tanah/batuan silikat yang proses pembuatannya melalui pembakaran suhu tinggi (Astuti, 2008). Tanah liat merupakan mineral yang terbentuk dari struktur partikel-partikel yang sangat kecil, terutama dari mineral-mineral yang disebut kaolinit, yaitu persenyawaan oksida alumina (Al 2O 3), dengan oksida silika (SiO 2) dan air (H 2O). Tanah liat dalam ilmu 2

3 kimia termasuk hidrosilikat alumina yang mempunyai rumus: Al 2O 3 2SiO 2 2H 2O. Formula tersebut terdiri dari 39% oksida alumina, 47% oksida silika, dan 14% air. Penggolongan badan benda keramik secara umum dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu earthenware (900 o C-1060 o C), stoneware (1150 o C-1250 o C), dan porselin (1250 o C-1400 o C) (Ambar Astuti, 2008). Pengembangan Formula Badan Benda Keramik Pengertian formula badan tanah liat menunjuk pada formula tertentu yang tersusun dari beberapa jenis tanah liat atau bahan lain yang dicampur menjadi suatu massa badan benda keramik. 1. Campuran Sistem Garis (Line Blend). Line blend merupakan metode tes praktis untuk menentukan persyaratan tanah liat dan hasil tes dipilih sesuai persyaratan tersebut (Frank dan Janet Hammer, 1997). Sistem ini dikembangkan dengan mencampur dua tanah liat sejenis. Tabel 1. Pencampuran Sistem Garis (Frank dan Janet Hammer, 1986) Jenis Tanah Liat Formula Tanah Liat A Tanah Liat B Pada tabel di atas terdapat sebelas formula, diantaranya: a. Formula 2, terdiri dari 90% tanah liat A dan 10% tanah liat B b. Formula 3, terdiri dari 80% tanah liat A dan 20% tanah liat B 2. Campuran Sistem Segitiga (Triaxial Blend). Dalam penelitian diperlukan campuran sistem tiga variabel yaitu lempung, flint (kuarsa) dan feldspar, untuk itu perlu menggunakan diagram triaxial (A.R. Suparta, 1992). Sistem ini dikembangkan dengan mencampur tiga tanah liat sejenis. 1 TL. A TL. B TL. C Gambar 1. Campuran Sistem Segitiga (Suparta, 1992) Pada gambar terdapat dua puluh satu formula campuran, diantaranya: 3

4 a. Formula 2 terdiri dari 4 bagian A dan 1 bagian B b. Formula 3 terdiri dari 2 bagian A, 1 bagian B, dan 1 bagian C Pengujian Formula Badan Benda Keramik Agar diperoleh massa yang lebih baik, perlu dilakukan pengujian tanah liat terlebih dahulu (Astuti, 2008). Pengujian dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat fisika (plastisitas, penyusutan, porositas, warna bakar, dan suhu bakar) dan sifat kimia (kandungan bahan anorganik seperti kapur tohor, gips, garam alkali). 1. Analisis Mineral Tanah Liat dan Abu Vulkanik Gunung Kelud Untuk mengetahui mineral dan senyawaan oksida yang terkandung dalam tanah liat. Untuk mengetahui jenis mineral dalam tanah liat dilakukan analisis X-Ray Diffraction (XRD) (Brown, G.1972). Sedangkan senyawa oksida ditentukan dengan metode Spektroskopi Serapan Atom (SSA). 2. Plastisitas Plastisitas syarat utama berfungsi pengikat dalam proses pembentukan sehingga tidak retak atau berubah bentuk. Besar kecilnya partikel, zat yang membusuk, dan bakteri dalam tanah liat sangat mempengaruhi sifat plastisitasnya (Astuti, 2008). Bentuk partikel hexagonal yang datar, menyebabkan sifat plastis dan mudah dibentuk bila dicampur air, karena partikel-partikel tersebut saling meluncur. 3. Penyusutan Badan keramik akan menyusut ketika pengeringan dan pembakaran, karena hilangnya air mekanis maka partikel bergerak mendekat. Besarnya susut bakar tergantung beberapa faktor seperti jenis lempung, jumlah material organik, teknik pembentukan, dan suhu bakar. Susut bakar tanah liat 8%-25%, badan benda keramik yang memenuhi untuk semua kebutuhan penyusutannya tidak lebih 12% (Charles McKee, 1984). Cara perhitungan susut total (Charles McKee, 1984): Persentase Penyusutan = 4. Vitrifikasi (Kematangan) panjang awal panjang baru panjang awal x 100% Suhu bakar keramik berkaitan langsung kematangan, yaitu keadaan benda keramik yang telah mencapai kematangan secara tepat tanpa mengalami perubahan bentuk. Tanah liat berubah menjadi keramik setelah suhu melebihi 600ºC menjadi suatu mineral padat, keras, dan permanen. Suhu kematangan ialah suhu dimana benda yang dibakar mengalami proses vitrifikasi, sehingga kandungan silika bebas yang ada di dalam tanah liat mulai melebur/menggelas mengisi sebagian atau seluruh rongga pori-pori. 4

5 5. Porositas Sifat porous terjadi karena tanah liat mengandung partikel halus dan kasar. Secara umum penyerapan air badan keramik porselen 0-2%, stoneware 1-5%, dan earthenware 4-10%. Pembakaran yang semakin tinggi akan mengurangi tingkat porositas, tetapi badan keramik harus dibakar pada suhu yang sesuai (Nelson, 1984 dalam McKee, 1984). Pada tanah liat plastis rongga antara partikel dan mineral lain terisi air, jika dibakar 600 o C menjadi keramik yang poros, jika dibakar di atas 600 o C silikat cair akan mengisi semua rongga sehingga terjadi penyusutan. Hal ini merupakan proses vitrifikasi yang sempurna, jika melampaui titik ini keramik akan mengalami perubahan bentuk dan meleleh (Frank dan Janet Hammer, 1986). Persentase porositas dihitung dengan rumus berikut (McKee, 1984): 6. Kuat Patah Glasir Porositas = berat basah berat kering berat kering x 100% Kekuatan badan keramik untuk badan benda keramik stoneware pada pembakaran 1196 o C harus mempunyai harga kuat patah minimal 15 MPa (SNI A). Sifat mekanis dapat diuji dengan uji kuat patah (modulus of rupture), kuat desak, kuat tarik, maupun kuat lentur. Kuat patah dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Nuryanto, 1992): K = 3 x G x P Keterangan: 2 x 1 x t 2 K = Kuat lentur dalam kg/cm 2 G = Gaya yang mematahkan benda coba (kg) P = Jarak penumpu antara kedua titik tumpu benda coba/tile (cm) l = lebar benda coba/tile (cm) D = tebal benda coba/tile (cm) Glasir merupakan material dari bahan lempung/batuan silikat dimana selama proses pembakaran bahan-bahan tersebut akan melebur dan membentuk lapisan tipis seperti gelas yang melekat pada permukaan keramik. Secara sederhana, glasir terdiri tiga bagian: silika (SiO 2) yang berubah menjadi kaca jika meleleh, fluks untuk menurunkan temperatur lebur atau mencairnya silika, dan alumina (Al 2O 3) untuk meningkatkan kepekatan glasir dan membuat glasir stabil (Daly, 1995). Suhu pembakaran glasir dibedakan tiga: 1) glasir rendah cone (792 o C-1120 o C), 2) glasir menengah cone 02-6 (1120 o C-1222 o C), dan 3) glasir tinggi cone 6-14 (1230 o C o C). Pemilihan glasir bakaran menengah yang matang antara cone 02-6 (1120 o C o C) ini sesuai dengan kemampuan bakar badan benda keramik stoneware. 5

6 Pembakaran Tanah liat mengalami pembakaran melewati suhu 600 o C maka tanah liat tersebut mengalami perubahan fisik dan kimia menjadi keramik yang tidak hancur oleh air. Peristiwa itu disebut ceramic change, sebab keramik tidak bisa dikembalikan menjadi tanah liat. Pembakaran yang melewati suhu 600 o C, bukan berarti keramik tersebut telah matang sempurna.. Pembakaran biskuit pada umumnya dilakukan antara suhu 850 o C- 900 o C, hal ini agar badan keramik biskuit masih memiliki daya serap sehingga cairan glasir dapat melekat. Kajian Pustaka Hasil penelitian Kasiyan (2012) menyimpulkan campuran lumpur Lapindo dan abu vulkanik Gunung Merapi dapat difungsikan sebagai bahan baku untuk pembuatan keramik seni dengan komposisi minimal 70% lumpur Lapindo dan 30% abu Gunung Merapi, namun campuran yang ideal adalah lumpur Lapindo 60% dan abu Gunung Merapi 40%. Hasil penelitian Salwa Ayub dan Hamdzun Haron (2014) menyimpulkan abu vulkanik hasil erupsi Gunung Toba ribuan tahun lalu dapat digunakan sebagai pengganti silika untuk badan benda keramik, komposisi abu vulkanik antara 15%-25%, badan benda keramik dapat diglasir dengan baik pada pembakaran 1200 o C, dan penggunaan 100% abu vulkanik Gunung Toba juga dimungkinkan untuk pembuatan keramik seperti ubin, tableware, dan lain-lain baik dengan teknik cetak pres maupun teknik putar. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan mengkaji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010). Menurut Richey dan Klein (2007) design and development research terdiri dari dua kategori utama yaitu: (1) product and tool research, dan (2) model research. Penelitian pada kategori pengembangan produk tahapannya ialah: analisis (analysis), perencanaan (design), pengembangan (development), dan evaluasi (evaluation). Kajian pustaka dilakukan selama penelitian untuk menggali landasan teori guna mendukung data kuantitatif, sedangkan uji laboratorium untuk memperoleh data kuantitatif. Data yang diperlukan adalah karakteristik fisik dan kimia mineral tanah liat dengan XRD dan SSA, plastisitas, penyusutan, vitrifikasi, porositas, dan kuat patah, serta pengamatan tile hasil pembakaran glasir cone 5 (1196 o C). Tahapan Penelitian 1. Studi Penjajagan 6

7 Jenis tanah liat stoneware yang selama ini digunakan merupakan tanah liat murni, produk keramik ini cukup banyak dan kualitasnya baik, untuk mengurangi penggunaan tanah liat stoneware murni diperlukan alternatif lain yaitu dengan memanfaatkan abu vulkanik Gunung Kelud. 2. Pengembangan Formula Badan Keramik Stoneware Pengembangan formula dilakukan dengan sistem garis yaitu pencampuran dua jenis bahan antara tanah liat Sukabumi dengan abu vulkanik Gunung Kelud. Formula yang dikembangkan seperti pada tabel 2. Tabel 2. Formula Badan Keramik Stoneware No Kode Tile Formula Tanah Liat Sukabumi Abu Vulkanik Gunung Kelud 1 Sb Sb Sb Sb Sb Sb Pengujian ini dilakukan meliputi kegiatan sebagai berikut: a. Penyiapkan alat dan bahan, dilakukan pengeringan bahan tanah liat. b. Penyusunan formula badan keramik dengan sistem line blend. c. Pembuatan tile ukuran 4 x 7 x 0.8 cm dan dibuat tanda berjarak 5 cm. d. Pengujian, dilakukan dengan 1) menganalisis bahan tanah liat dan abu vulkanik, 2) uji plastisitas, 3) uji penyusutan, 4) uji vitirifikasi setelah pembakaran suhu 1196 o C, 5) uji porositas, dan 6) uji kuat patah. 3. Uji Produk Pengujian produk yang dilakukan dengan membuat produk keramik menggunakan formula badan keramik stoneware tanah liat Sukabumi bakaran menengah hasil pengembangan formula yang memenuhi persyaratan setelah proses pengujian. Pengujian produk dilakukan dengan pembentukan teknik putar menggunakan formula badan keramik stoneware dilakukan hingga proses pengglasiran. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang akurat dan lengkap diperlukan metode yang efektif, data yang sifatnya kuantitatif digunakan seperangkat instrumen uji laboratorium kimia, sedangkan untuk data yang bersifat kualitatif digunakan pedoman pengamatan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan secara langsung dan sisitematis hasil pengembangan badan keramik dari formula sistem line blend. terhadap gejala atau kondisi fisik yang nampak pada obyek penelitian berupa analisis mineral tanah liat dan abu vulkanik, plastisitas, penyusutan, vitrifikasi, porositas, dan kuat patah. 7

8 Pengumpulan data dokumentasi dilakukan melalui buku, catatan, dan referensi yang dipergunakan untuk melengkapi data yang lain. Teknik Analisa Data Data-data dianalisis secara deskriptif kuantitif dan kualitatif yaitu menelaah data yang diperoleh dari hasil pengujian formula badan keramik stoneware, melakukan reduksi data dan mengelompokkan hasil pengujian berdasar formula badan keramik stoneware, dan memvalidasi pengembangan formula badan keramik stoneware melibatkan expert judgement (pakar). Data yang terkumpul dari pengujian formula pengembangan badan keramik stoneware bakaran menengah selanjutnya dihitung serta disimpulkan hasilnya baik bersifat deskriptif kuantitatif maupun kualitatif. PEMBAHASAN Hasil penelitian dan pembahasan campuran sistem line blend yang merupakan campuran dari tanah liat stoneware Sukabumi dengan abu vulkanik Gunung Kelud bakaran menengah (1150 o C-1250 o C) adalah sebagai berikut: 1. Analisis Mineral Tanah Liat Sukabumi dan Abu Vulkanik Gunung Kelud Analisis mineral dilakukan sebagai dasar pengembangan badan keramik stoneware, untuk mengetahui jenis mineral yang terkandung dalam tanah liat Sukabumi dan abu vulkanik Gunung Kelud dilakukan analisis XRD. Tanah liat dan abu vulkanik yang halus dikenai sinar X sehingga diketahui jenis mineral yang ada. Sedangkan senyawa-senyawa oksida ditentukan dengan metode SSA. Hasil analisis XRD menunjukkan adanya perbedaan, kedua sampel mengindikasikan adanya kuarsa (Qz), kaolinit (Ka), dan kapur. Mineral kaolinit ini adalah penanda bahwa sampel tersebut merupakan jenis tanah liat. Hasil analisis SSA komposisi kimia tanah liat Sukabumi dan abu vulkanik Gunung Kelud ditunjukkan tabel 3. Tabel 3. Hasil Analisis Tanah Liat dan Abu Vulkanik Gunung Kelud No Tanah Liat Sukabumi Abu Vulkanik Gunung Kelud Unsur % Unsur % 1 SiO SiO Al2O Al2O Na2O SiO Fe2O FeOx K2O CO MgO MgO CaO CaO 2.19 Hasil analisis SSA menunjukkan silikon oksida merupakan senyawa yang dominan. Jumlah silika tidak semuanya berupa silika bebas, tetapi dapat berupa silikat (silika 8

9 yang bersenyawa dengan oksida lain membentuk mineral). Dari hasil analisis kandungan silika tanah liat Sukabumi %. Berdasarkan hal tersebut maka abu vulkanik Gunung Kelud dapat digunakan sebagai sumber silika, karena komposisi kimia tanah liat dan abu vulkanik memiliki korelasi sehingga memungkinkan keduanya sebagai bahan baku badan keramik. 2. Plastisitas Hasil pengujian plastisitas terhadap formula tanah liat Sukabumi menunjukkan formula tanah liat tersebut berada dalam kisaran skala 9 menurut skala Conrad (Conrad, 1984). Hasil uji plastisitas dapat dilihat pada tabel 4 Tabel 4. Hasil Pengujian Plastisitas No Kode Tile Skala Sb-1 V 2 Sb-2 V 3 Sb-3 V 4 Sb-4 V 5 Sb-5 V 6 Sb-6 V Dari hasil pengujian plastisitas 6 formula tanah liat Sukabumi menunjukkan bahwa formula-formula tersebut berada dalam kisaran skala 9 menurut skala Conrad. Formula Sb-1 s.d. Sb-6 plastisitas cukup baik sampai skala 9. Berdasarkan hasil uji plastisitas semua formula layak digunakan, namun dalam hal ini adalah formula Sb- 1 s.d. Sb-5 yang layak digunakan. 3. Penyusutan Pengujian penyusutan badan tanah liat Sukabumi yang dilakukan adalah pengujian susut kering, susut bakar suhu 900 o C, dan susut bakar suhu 1196 o C untuk mengetahui penyusutan maksimal yang dipersyaratkan. Susut bakar formula badan keramik stoneware bakaran menengah suhu 1196 o C ditunjukkan tabel 5 berikut. Tabel 5 Penyusutan Pembakaran Suhu 1196 o C No Kode Tile Panjang Bakar Rata2 (cm) Susut Bakar (%) 1 Sb Sb Sb Sb Sb Sb Dari hasil pengujian susut bakar suhu 1196 o C menunjukkan besarnya susut bakar formula Sb-1 s.d. Sb-6 antara 10.53%-12.33%. Berdasarkan hasil pengujian, maka 9

10 formula yang layak digunakan sebagai badan keramik stoneware bakaran menengah formula Sb-1 s.d. Sb Vitrifikasi (Kematangan) Pengujian vitrifikasi dilakukan setelah badan tanah liat mengalami proses pembakaran suhu 1196 o C. Hasil pengujian vitrifikasi badan keramik stoneware tanah liat Sukabumi dengan melihat karakteristik yang menunjukkan warna mengarah dari terang ke gelap, cenderung semakin sulit tergores, penyusutan dan porositas cenderung semakin mengecil. Berdasarkan pengujian maka formula yang layak digunakan sebagai badan keramik stoneware bakaran menengah adalah formula Sb-1 s.d. Sb Porositas Hasil pengujian porositas badan keramik stoneware bakaran menengah dilakukan setelah proses pembakaran suhu 1196 o C yang merupakan suhu kematangan tanah liat yang akan dicapai. Hasil uji porositas disajikan pada tabel 6 berikut. Tabel 6. Porositas pada Pembakaran Suhu 1196 o C No Kode Tile Porositas Rata-Rata (%) 1 Sb Sb Sb Sb Sb Sb Dari hasil pengujian porositas pada suhu pembakaran 1196 o C menunjukkan besarnya porositas formula Sb-1 s.d. Sb-6 antara 1.50%-4.08%. Berdasarkan data hasil pengujian porositas maka formula yang layak digunakan sebagai badan tanah liat keramik stoneware bakaran menengah adalah formula Sb-1 s.d. Sb Kuat Patah Kekuatan badan keramik yang dinyatakan dengan angka kuat patah, untuk badan keramik stoneware pada pembakaran 1196 o C harus mempunyai harga kuat patah minimal 15 MPa (SN A). Hasil uji kuat patah setelah proses pembakaran 1196 o C disajikan pada tabel 7 berikut. Tabel 7. Kuat Patah Badan Keramik setelah Pembakaran Suhu 1196 o C 10

11 No Kode Tile Kuat Patah Rata-Rata (MPa) 1 Sb Sb Sb Sb Sb Sb Dari hasil pengujian setelah pembakaran suhu 1196 o C menunjukkan besarnya angka kuat patah formula Sb-1 s.d. Sb-6 antara MP. Berdasarkan data tersebut maka formula yang layak digunakan sebagai badan keramik stoneware adalah formula Sb-2 s.d. Sb-6. Dari hasil pengujian disimpulkan bahwa penambahan abu vulkanik Gunung Kelud pada tanah liat Sukabumi yang memenuhi persyaratan sebagai badan keramik stoneware adalah formula Sb-2, Sb-3, Sb-4, Sb-5. Hasil tersebut berdasarkan hasil pengujian plastisitas skala 9; penyusutan yang kurang dari 12%, karakteristik vitrifikasi yang sesuai dengan suhu pembakaran cone 5 (1196 o C), porositas yang kurang dari 5%, dan kuat patah yang lebih dari 15 MPa. 2. Pengembangan Produk Untuk mengembangkan produk keramik dari formula yang memenuhi persyaratan selanjutnya formula tanah liat Sukabumi tersebut diglasir dengan glasir keramik stoneware pembakaran cone 5 (1196 o C): Glasir Opaq : Opaq 100 Zirkon 5 + Cobalt 2 Glasir Matt : Feldsapar 47.5 Whiting 18.6 Kaolin 14.6 Zinc Oxide 13.4 Kwarsa 5.9 Titanium 5 + Cupper oxide 1.5 Hasil tes glasir pada formula Sb-2, Sb-3, Sb-4, Sb-5 ditunjukkan gambar 2. Gambar 2. Hasil Tes Pembakaran Glasir Opaq dan Mat Suhu 1196 o C 11

12 Dari tes glasir opaq dan glasir matt pada formula tanah liat Sukabumi Sb-2, Sb-3, Sb-4, dan Sb-5 untuk pembakaran cone 5 (1196 o C) menunjukkan bahwa kedua resep glasir menghasilkan permukaan yang bagus. Dari hasil pengembangan formula tanah liat Sukabumi yang memenuhi persyaratan yaitu Sb-2, Sb-3, Sb-4, dan Sb-5 dan hasil tes glasir opaq dan glasir matt selanjutnya dibuat contoh produk keramik dengan pembentukan teknik putar langsung dan pembakaran glasir cone 5 (1196 o C) menggunakan tungku gas. Sb-2 Sb-3 Sb-4 Sb-5 Gambar 3. Hasil Pembakaran Glasir Opaq Suhu 1196 o C Sb-2 Sb-3 Sb-4 Sb-5 Gambar 4. Hasil Pembakaran Glasir Matt Suhu 1196 o C Contoh produk di atas menunjukkan bahwa glasir opaq dapat menyatu dengan baik, merupakan glasir penutup warna biru dari hasil pewarna oksida cobalt yang mengkilat, terjadi bintik-bintik hitam karena dalam proses pembakaran glasir terjadi reduksi. Sedangkan produk dengan glasir matt dapat menyatu dengan baik, merupakan glasir dof, terjadi bintik-bintik hitam, warna hijau kemerahan dan hijau kehitaman dari pewarna oksida cupper, hal ini disebabkan dalam proses pembakaran glasir terjadi reduksi sehingga oksida cupper sebagian akan berwarna kemerahan dan kehitaman. KESIMPULAN 1. Formula badan keramik stoneware bakaran menengah (1150 o C-1250 o C) hasil pengembangan dengan memanfaatkan abu vulkanik Gunung Kelud dengan suhu 12

13 pembakaran cone 5 (1196 o C) adalah formula Sb-2 tanah liat Sukabumi 90% dan abu vulkanik 10%, Sb-3 tanah liat Sukabumi 80% dan abu vulkanik 20%, Sb-4 tanah liat Sukabumi 70% dan abu vulkanik 30%, Sb-5 tanah liat Sukabumi 60% dan abu vulkanik 40%. 2. Hasil produk keramik stoneware tanah liat Sukabumi berglasir bakaran menengah (1150 o C-1250 o C) dapat dilakukan dengan pembentukan teknik putar langsung dan penerapan glasir opaq dan glasir matt pada suhu pembakaran cone 5 (1196 o C) menunjukkan hasil bakaran yang bagus, glasir opaq menghasilkan glasir penutup warna biru yang mengkilat sedangkan glasir matt menghasilkan glasir yang dof, bintik-bintik hitam, warna hijau kemerahan dan hijau kehitaman. DAFTAR PUSTAKA Astuti, Ambar Keramik: Ilmu dan Proses Pembuatannya. Yogyakarta: Jurusan Kriya, Fakultas Seni Rupa, ISI. BPPT BPPT Manfaatkan Abu Vulkanik Gunung Merapi dan Bromo Sebagai Bahan Glasir Keramik. Berita Teknologi Informasi, Energi & Material. Diakses tanggal 3Juli Brown, G The X-Ray Identification and Crystal Structure of Clay Minerals. Mineralogical Society (Clay Minerals Group). London. Conrad, J.W Contemporary Ceramics Formulas. New York: MacMillan Publishing Co. Inc. Hammer, Frank and Janet The Potters Dictionary of Materials and Techniques. London: A & C Black Publisher Limited. Kasiyan dan B. Muria Zuhdi Pengembangan Model Pemanfaatan Lumpur Lapindo dan Abu Gunung Merapi sebagai Bahan Baku Pembuatan Keramik Seni Earthenware dan Stoneware. Jurnal Penelitian dan Pengembangan propinsi DIY. Volume IV. No. 6 Tahun McKee, Charles Ceramic Handbook: A Guide to Glaze Calculation Material, and Processes. Belmont: Star Publishing Company. Nelson, Glenn C Ceramics A Potter s Hand Book. New York: CBS Collage Publishing. Rahman, Abdul Pemahaman Keplastisan pada Lempung. Informasi Teknologi Keramik & Gelas. Vol. 34 No. 2. Kementerian Perindustrian. Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri. Balai Besar Keramik. 13

14 Reed, James S Introduction to the Principles of Ceramic Processing. New York: Wiley & Sons, Incorporated, John. Richey, Rita C. & Klein, James D Design and Development Research. New Jersey: Lawrence Elbaum Associate, Inc. Salwa Ayub dan Hamdzun Haron The Foundation of Ceramics Body using the Toba Volcanic Ash of Leggong. Jurnal Teknologi. 67: Diakses tanggal 1 Desember Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Suparta, A.R. dkk Hitung Keramik. Bandung: Depatemen Perindustrian, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Balai Besar Industri Keramik Pelaksanaan Kegiatan Analisis abu vulkanik Gunung Kelud. Tanggal Februari 2014 di laboratorium BPCB Yogyakarta. Diakses tanggal 15 Mei BIODATA PENULIS Nama : Wahyu Gatot Budiyanto NIP : Jabatan : Widyaiswara Madya Pangkat/Golongan : Pembina /IVa Spesialisasi : Kriya Keramik Instansi : PPPPTK Seni dan Budaya Jl. Kaliurang Km. 12,5 Yogyakarta wgbs2006@yahoo.com 14

Pengembangan Formula Badan Keramik stoneware dengan Metode Line Blend. Wahyu Gatot Budiyanto

Pengembangan Formula Badan Keramik stoneware dengan Metode Line Blend. Wahyu Gatot Budiyanto Pengembangan Formula Badan Keramik stoneware dengan Metode Line Blend Wahyu Gatot Budiyanto ABSTRAK Metode line blend merupakan metode tes praktis untuk menentukan persyaratan tanah liat yang dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN TEKNIS KERAMIK SEBAGAI ALAT SAJI BUBUR TRADISIONAL ABSTRAK

TINJAUAN TEKNIS KERAMIK SEBAGAI ALAT SAJI BUBUR TRADISIONAL ABSTRAK TINJAUAN TEKNIS KERAMIK SEBAGAI ALAT SAJI BUBUR TRADISIONAL ABSTRAK Banyak istilah keramik seperti gerabah, pottery, terracotta, stoneware, porselin dan lainnya. Keramik merupakan semua barang yang dibuat

Lebih terperinci

Resep dan Formula Glasir

Resep dan Formula Glasir Resep dan Formula Glasir ABSTRAK Glasir adalah lapisan kaca tipis yang telah melebur pada permukaan benda keramik, glasir merupakan kombinasi yang seimbang dari satu atau lebih oksida basa (fux), oksida

Lebih terperinci

Pengertian Keramik. Teori Keramik

Pengertian Keramik. Teori Keramik Pengertian Keramik Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani,keramikos, yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Kamus dan ensiclopedia tahun 1950-an mendefinisikan

Lebih terperinci

Wawasan tentang keramik: Mengenal lempung/tanah liat sebagai bahan pokok untuk produk keramik

Wawasan tentang keramik: Mengenal lempung/tanah liat sebagai bahan pokok untuk produk keramik Wawasan tentang keramik: Mengenal lempung/tanah liat sebagai bahan pokok untuk produk keramik Oleh : Sugihartono, Drs. Widyaiswara PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta Abstrak Tanah liat merupakan suatu zat

Lebih terperinci

Uji Porositas Stoneware Sukabumi dengan Campuran Serbuk Gergaji Kayu Sengon. M. Fajar Prasudi ABSTRAK

Uji Porositas Stoneware Sukabumi dengan Campuran Serbuk Gergaji Kayu Sengon. M. Fajar Prasudi ABSTRAK Uji Porositas Stoneware Sukabumi dengan Campuran Serbuk Gergaji Kayu Sengon M. Fajar Prasudi ABSTRAK Setiap jenis tanah liat mempunyai sifat dan karakternya sendiri. Tanah liat Sukabumi merupakan salah

Lebih terperinci

GLASIR ABSTRAK APAKAH GLASIR ITU?

GLASIR ABSTRAK APAKAH GLASIR ITU? GLASIR ABSTRAK Glasir adalah lapisan kaca tipis yang telah melebur pada permukaan benda keramik, dalam istilah sederhana, glasir terdiri dari tiga bagian, yaitu: 1)silika (SiO2), 2) fluks, 3) Alumina (Al2O3).

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN KERAMIK DENGAN TEKNIK CETAK (MODEL BEBAS) ABSTRAK

PEMBENTUKAN KERAMIK DENGAN TEKNIK CETAK (MODEL BEBAS) ABSTRAK PEMBENTUKAN KERAMIK DENGAN TEKNIK CETAK (MODEL BEBAS) ABSTRAK Berbagai teknik pembentukan produk benda keramik dapat dilakukan, diantaranya adalah dengan teknik pijit (pinching), teknik pilin (coiling),

Lebih terperinci

PEMBAKARAN KERAMIK. Oleh: M. Fajar Prasudi Widyaiswara PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta. Abstrak

PEMBAKARAN KERAMIK. Oleh: M. Fajar Prasudi Widyaiswara PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta. Abstrak PEMBAKARAN KERAMIK Oleh: M. Fajar Prasudi Widyaiswara PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta Abstrak Pembakaran keramik termsuk tahapan yang kritis dalam proses pembuatan keramik sehingga perlu mendapatkan

Lebih terperinci

Penyiapan massa Cetak Tuang keramik. Abstrak

Penyiapan massa Cetak Tuang keramik. Abstrak Penyiapan massa Cetak Tuang keramik M. Fajar Prasudi Abstrak Massa cetak tuang dari bahan tanah liat sangat dibutuhkan untuk membuat produk keramik secara massal dengan menggunakan teknik cetak hollow

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN KERAMIK DENGAN TEKNIK JIGGER JOLLEY

PEMBENTUKAN KERAMIK DENGAN TEKNIK JIGGER JOLLEY PEMBENTUKAN KERAMIK DENGAN TEKNIK JIGGER JOLLEY ABSTRAK Proses pembentukan produk benda keramik dapat dilakukan dengan berbagai teknik, diantaranya adalah teknik pijit (pinching), teknik pilin (coiling),

Lebih terperinci

KERAMIK. Oleh : B Muria Zuhdi

KERAMIK. Oleh : B Muria Zuhdi KERAMIK Oleh : B Muria Zuhdi PENGERTIAN KERAMIK Kata keramik berasal dari bahasa Yunani Keramos yang berarti: periuk atau belanga yang dibuat dari tanah. Sedang yang dimaksud dengan barang/bahan keramik

Lebih terperinci

UJI PLASTISITAS BODY KERAMIK CAMPURAN LIMBAH GERGAJI KAYU SENGON

UJI PLASTISITAS BODY KERAMIK CAMPURAN LIMBAH GERGAJI KAYU SENGON UJI PLASTISITAS BODY KERAMIK CAMPURAN LIMBAH GERGAJI KAYU SENGON Drs. M. Fajar Prasudi, M.Sn ABSTRAK Limbah gergaji kayu Sengon banyak ditemukan di setiap penggergajian kayu (sawmill), khususnya di pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN KERAMIK DENGAN TEKNIK CETAK (MODEL BUBUT) ABSTRAK

PEMBENTUKAN KERAMIK DENGAN TEKNIK CETAK (MODEL BUBUT) ABSTRAK PEMBENTUKAN KERAMIK DENGAN TEKNIK CETAK (MODEL BUBUT) ABSTRAK Proses pembentukan produk keramik dapat dilakukan dengan teknik pijit (pinching), teknik pilin (coiling), teknik lempeng (slab building), teknik

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BATU PASIR FELSPATIK DAN BATU LEMPUNG UNTUK KERAMIK HIAS

PENGGUNAAN BATU PASIR FELSPATIK DAN BATU LEMPUNG UNTUK KERAMIK HIAS Jurnal Penggunaan Teknologi Mineral Batu Pasir dan Batubara Felspatik dan Volume Batu 10, Lempung Nomor untuk 3, September Keramik Hias, 2014 Subari : 155 164 PENGGUNAAN BATU PASIR FELSPATIK DAN BATU LEMPUNG

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Lumpur Sidoarjo

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Lumpur Sidoarjo BAB IV PEMBAHASAN Pada bagian ini penulis akan membahas hasil percobaan serta beberapa parameter yang mempengaruhi hasil percobaan. Parameter-parameter yang berpengaruh pada penelitian ini antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu materi penting yang ada di bumi dan terdapat dalam fasa cair, uap air maupun es. Kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya untuk bisa terus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin menunjukan perkembangan, sarana dan prasarana pendukung yang terkait dengan kemajuan tersebut termasuk fasilitas peralatan

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN KERAMIK DENGAN TEKNIK CETAK (MODEL BUBUT)

PEMBENTUKAN KERAMIK DENGAN TEKNIK CETAK (MODEL BUBUT) PEMBENTUKAN KERAMIK DENGAN TEKNIK CETAK (MODEL BUBUT) ABSTRAK Proses pembentukan produk keramik dapat dilakukan dengan teknik pijit (pinching), teknik pilin (coiling), teknik lempeng (slab building), teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen. 3.1 Tempat Penelitian Seluruh kegiatan dilakukan di Laboratorium pengembangan keramik Balai Besar Keramik, untuk

Lebih terperinci

BAB V KERAMIK (CERAMIC)

BAB V KERAMIK (CERAMIC) BAB V KERAMIK (CERAMIC) Keramik adalah material non organik dan non logam. Mereka adalah campuran antara elemen logam dan non logam yang tersusun oleh ikatan ikatan ion. Istilah keramik berasal dari bahasa

Lebih terperinci

Ujicoba Lumpur Lapindo untuk Bahan Baku Pembuatan Bodi Keramik Bakaran Tinggi

Ujicoba Lumpur Lapindo untuk Bahan Baku Pembuatan Bodi Keramik Bakaran Tinggi Ujicoba Lumpur Lapindo untuk Bahan Baku Pembuatan Bodi Keramik Bakaran Tinggi Aswin Reza Sumantri Email : aswinrezasumantri@gmail.com Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Beton Konvensional Beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi agregat dan pengikat (semen). Beton mempunyai karakteristik tegangan hancur tekan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI HASIL 4.1.1 Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam Pengujian untuk mengetahui densitas sampel pellet Abu vulkanik 9,5gr dan Al 2 O 3 5 gr dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah salah satu bahan yang umum digunakan untuk konstruksi bangunan. Hampir semua bangunan gedung,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah salah satu bahan yang umum digunakan untuk konstruksi bangunan. Hampir semua bangunan gedung, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah salah satu bahan yang umum digunakan untuk konstruksi bangunan. Hampir semua bangunan gedung, jembatan, jalan, bendungan menggunakan beton. Pada bangunan

Lebih terperinci

Pembahasan Hasil Penelitian: USAHA PENGEMBANGAN DAN PENINGKATAN KUALITAS GENTENG KERAMIK MELALUI TEKNOLOGI GELASIR

Pembahasan Hasil Penelitian: USAHA PENGEMBANGAN DAN PENINGKATAN KUALITAS GENTENG KERAMIK MELALUI TEKNOLOGI GELASIR Pembahasan Hasil Penelitian: USAHA PENGEMBANGAN DAN PENINGKATAN KUALITAS GENTENG KERAMIK MELALUI TEKNOLOGI GELASIR Oleh: Kristian H. Sugiyarto FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta A. PENDAHULUAN Gerabah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari campuran atas semen Portland, pasir, kerikil dan air. Beton ini biasanya di dalam praktek dipasang bersama-sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya akar sebagai penopang tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO

KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO Sifat Umum Lumpur Sidoarjo merupakan lumpur yang keluar dari perut bumi, berasal dari bagian sedimentasi formasi Kujung, formasi Kalibeng dan formasi Pucangan. Sedimen formasi

Lebih terperinci

Slip Tanah Liat Sebagai Bahan Penutup Permukaan Body dan Dekorasi pada Gerabah. Abstrak

Slip Tanah Liat Sebagai Bahan Penutup Permukaan Body dan Dekorasi pada Gerabah. Abstrak Slip Tanah Liat Sebagai Bahan Penutup Permukaan Body dan Dekorasi pada Gerabah Abstrak Telah dilakukan penelitian Slip tanah liat sebagai bahan penutup permukaan body dan dekorasi pada benda gerabah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki potensi cadangan tanah liat sangat besar dan tersebar hampir di seluruh daerah. Melimpahnya tanah liat di beberapa daerah membuat masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada tahun 2010 hingga 2014 kabupaten karo dilanda bencana meletusnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada tahun 2010 hingga 2014 kabupaten karo dilanda bencana meletusnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2010 hingga 2014 kabupaten karo dilanda bencana meletusnya gunung sinabung yang mengakibatkan kerusakan sektor pertanian, pemukiman warga, bahkan letusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum Upaya peningkatan kualitas beton terus dilakukan dari waktu ke waktu, untuk mencapai kekuatan yang paling maksimal. Upaya ini terbukti dari munculnya berbagai penelitian

Lebih terperinci

Proses Produksi. Pemrosesan Keramik. Tatap Muka

Proses Produksi. Pemrosesan Keramik. Tatap Muka MODUL PERKULIAHAN Proses Produksi Pemrosesan Keramik Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Tatap Muka 06 Kode MK Disusun Oleh Abstract Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN MOTTO RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR FOTO...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN MOTTO RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR FOTO... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN MOTTO RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR FOTO... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii v viii x xi xii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah kebutuhan akan bangunan meningkat dari waktu ke waktu.ini mengakibat kebutuhan akan beton meningkat. Beton umumnya tersusun dari empat bahan penyusun utama

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian 11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian direkatkan dengan semen Portland yang direaksikan dengan

Lebih terperinci

Di dalam penggunaannya sebagai bahan keramik, tanah liat yang tergolong secondary clay kita kenal dengan nama dan jenis sebagai berikut :

Di dalam penggunaannya sebagai bahan keramik, tanah liat yang tergolong secondary clay kita kenal dengan nama dan jenis sebagai berikut : I. Definisi Keramik Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos dan ensiklopedia tahun 1950-an mendefinisikan keramik sebagai suatu hasil seni yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang sudah pernah dilakukan dan dapat di jadikan literatur untuk penyusunan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ishaq Maulana

Lebih terperinci

KEDUDUKAN STRATIGRAFI DAN REKAYASA PEMANFAATAN BALL CLAY

KEDUDUKAN STRATIGRAFI DAN REKAYASA PEMANFAATAN BALL CLAY KEDUDUKAN STRATIGRAFI DAN REKAYASA PEMANFAATAN BALL CLAY UNTUK INDUSTRI KERAMIK (Studi Kasus : Desa Cicantayan dan Sekitarnya, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) Oleh Iit Adhitia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Teknik Penciptaan Boneka Pertunjukkan Keramik Tokoh Tokoh

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Teknik Penciptaan Boneka Pertunjukkan Keramik Tokoh Tokoh 140 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Teknik Penciptaan Boneka Pertunjukkan Keramik Tokoh Tokoh Babad Pakuan (Guru Gantangan). Di dalam proses penciptaan boneka pertunjukkan keramik tokoh tokoh Babad Pakuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Resin akrilik telah banyak digunakan di bidang kedokteran gigi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Resin akrilik telah banyak digunakan di bidang kedokteran gigi sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Resin akrilik telah banyak digunakan di bidang kedokteran gigi sebagai landasan gigi tiruan sebagian lepasan. Bagian permukaan non-anatomis landasan gigi

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI

PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI Petrus Peter Siregar 1 dan Ade Lisantono 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir. III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel 1. Tanah Lempung Anorganik Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bata merah merupakan salah satu bahan material sebagai bahan pembuat dinding. Bata merah terbuat dari tanah liat yang dibakar dengan suhu tinggi sampai bewarna kemerah-merahan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan produk industri barang pecah belah, seperti perhiasan dari tanah, porselin, ubin, batu bata, dan lain-lain

Lebih terperinci

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan BAB I I TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton adalah suatu komposit dari beberapa bahan batu-batuan yang direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan kasar) dan ditambah dengan

Lebih terperinci

METODE PENCIPTAAN KARYA. A. Implementasi Teoritis. riset yang terkait dengan informasi dan data yang akan digunakan untuk

METODE PENCIPTAAN KARYA. A. Implementasi Teoritis. riset yang terkait dengan informasi dan data yang akan digunakan untuk III. METODE PENCIPTAAN KARYA A. Implementasi Teoritis 1. Tematik Pembuatan sebuah karya seni keramik sebelumnya telah dilakukan riset yang terkait dengan informasi dan data yang akan digunakan untuk menunjang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Awan merupakan mahakarya Tuhan yang memiliki keindahan dalam setiap bentuk-bentuknya. Awan terbentuk bukan langsung jadi melainkan dimulai

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LUMPUR BAKAR SIDOARJO UNTUK BETON RINGAN DENGAN CAMPURAN FLY ASH, FOAM, DAN SERAT KENAF

TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LUMPUR BAKAR SIDOARJO UNTUK BETON RINGAN DENGAN CAMPURAN FLY ASH, FOAM, DAN SERAT KENAF TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LUMPUR BAKAR SIDOARJO UNTUK BETON RINGAN DENGAN CAMPURAN FLY ASH, FOAM, DAN SERAT KENAF DIMAS P. DIBIANTARA 3110.105.020 Dosen Konsultasi: Dr. Eng. Januarti Jaya Ekaputri, ST.,MT.

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN

TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB III TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN 3.1 Tambang Zeolit di Desa Cikancra Tasikmalaya Indonesia berada dalam wilayah rangkaian gunung api mulai dari Sumatera, Jawa, Nusatenggara, Maluku sampai Sulawesi.

Lebih terperinci

Nama Kelompok. 1. Himawan Sigit Satriaji 2. Ahlan Haryo Pambudi. dosen PEMBIMBING Ir. Budi Setiawan, MT

Nama Kelompok. 1. Himawan Sigit Satriaji 2. Ahlan Haryo Pambudi. dosen PEMBIMBING Ir. Budi Setiawan, MT Nama Kelompok 1. Himawan Sigit Satriaji 2. Ahlan Haryo Pambudi dosen PEMBIMBING Ir. Budi Setiawan, MT Masyarakat Kebutuhan Pasar bisnis properti Bencana Alam Lumpur Lapindo Bahan baku yang belum termanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan konstruksi dengan sifat-sifat yang ada di dalamnya seperti. plastisitas serta kekuatan geser dari tanah tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan konstruksi dengan sifat-sifat yang ada di dalamnya seperti. plastisitas serta kekuatan geser dari tanah tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tanah memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap perencanaan suatu konstruksi maka tanah menjadi komponen yang perlu diperhatikan dalam perencanaan konstruksi dengan

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN LEMPUNG NAGARA DALAM SISTEM BADAN KERAMIK SESUAI SNI. M. Sukamto 1, Irmina Kris Murwani 2

KAJIAN PENGGUNAAN LEMPUNG NAGARA DALAM SISTEM BADAN KERAMIK SESUAI SNI. M. Sukamto 1, Irmina Kris Murwani 2 QUANTUM, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, Vol.2, No.2, Oktober 2011, hlm. 113-120 113 KAJIAN PENGGUNAAN LEMPUNG NAGARA DALAM SISTEM BADAN KERAMIK SESUAI SNI M. Sukamto 1, Irmina Kris Murwani 2 1 MTSN Anjir

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH

SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH III. SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH Sifat morfologi tanah adalah sifat sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang. Sebagian dari sifat morfologi tanah merupakan sifat fisik dari tanah

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG

ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 1 ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG Moraida Hasanah 1, Tengku Jukdin Saktisahdan 2, Mulyono 3 1,2,3 Jurusan

Lebih terperinci

PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT Abdul Halim, M. Cakrawala dan Naif Fuhaid Jurusan Teknik Sipil 1,2), Jurusan Teknik Mesin 3), Fak. Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Efek Substitusi Semen dengan Limbah Padat Industri Pupuk PT. Petrokimia terhadap Kuat Lentur Genteng Beton di PT.

Efek Substitusi Semen dengan Limbah Padat Industri Pupuk PT. Petrokimia terhadap Kuat Lentur Genteng Beton di PT. Efek Substitusi Semen dengan Limbah Padat Industri Pupuk PT. Petrokimia terhadap Kuat Lentur Genteng Beton di PT. Varia Usaha Beton Oleh : Yultino Syaifullah F 3110030087 M. Rohim Lathiif 3110030091 Pembimbing

Lebih terperinci

CHARACTERIZATION AND COBALT DISTRIBUTION STUDY OF CERAMIC BODY SYSTEM : BOJONEGORO CLAY FELDSPAR QUARTZ

CHARACTERIZATION AND COBALT DISTRIBUTION STUDY OF CERAMIC BODY SYSTEM : BOJONEGORO CLAY FELDSPAR QUARTZ 138 Indo. J. Chem., 006, 6 (), 138-13 CHARACTERIZATION AND COBALT DISTRIBUTION STUDY OF CERAMIC BODY SYSTEM : BOJONEGORO CLAY FELDSPAR QUARTZ Karakterisasi dan Studi Sebaran Kobalt Sistem Badan Keramik

Lebih terperinci

Analisa Kuat Tekan Mortar Geopolimer Berbahan Abu Sekam Padi dan Kapur Padam

Analisa Kuat Tekan Mortar Geopolimer Berbahan Abu Sekam Padi dan Kapur Padam The 6 th University Research Colloquium 2017 Analisa Kuat Mortar Geopolimer Berbahan Abu Sekam Padi dan Kapur Padam Eksi Widyananto 1*, Nurmansyah Alami 2, Yulis Setyani 3 1,2,3 Program Studi Teknik Sipil/Fakultas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Pozzolan Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika dan alumina, yang tidak mempunyai sifat semen, akan tetapi dalam bentuk halusnya dan dengan adanya air dapat menjadi

Lebih terperinci

TINJAUAN KUAT TEKAN BETON DENGAN PEMANFAATAN LUMPUR KERING TUNGKU EX. LAPINDO SEBAGAI PENGGANTI SEMEN

TINJAUAN KUAT TEKAN BETON DENGAN PEMANFAATAN LUMPUR KERING TUNGKU EX. LAPINDO SEBAGAI PENGGANTI SEMEN TINJAUAN KUAT TEKAN BETON DENGAN PEMANFAATAN LUMPUR KERING TUNGKU EX. LAPINDO SEBAGAI PENGGANTI SEMEN Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil Yuli

Lebih terperinci

KUAT TEKAN BETON DENGAN BAHAN TAMBAH SERBUK HALUS DARI LUMPUR KERING TUNGKU EX LAPINDO

KUAT TEKAN BETON DENGAN BAHAN TAMBAH SERBUK HALUS DARI LUMPUR KERING TUNGKU EX LAPINDO KUAT TEKAN BETON DENGAN BAHAN TAMBAH SERBUK HALUS DARI LUMPUR KERING TUNGKU EX LAPINDO Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil diajukan oleh : Aryudya

Lebih terperinci

Kartika Purwitasari, Achfas Zacoeb, Siti Nurlina ABSTRAK Kata Kunci : 1. Pendahuluan

Kartika Purwitasari, Achfas Zacoeb, Siti Nurlina ABSTRAK Kata Kunci : 1. Pendahuluan PERBANDINGAN BERAT ISI DAN REMBESAN BATA BETON RINGAN DENGAN PENAMBAHAN MINERAL ALAMI ZEOLIT ALAM BERGRADASI TERTENTU DENGAN DAN TANPA PERAWATAN KHUSUS Kartika Purwitasari, Achfas Zacoeb, Siti Nurlina

Lebih terperinci

Jurnal Einstein 4 (2) (2016): Jurnal Einstein. Available online

Jurnal Einstein 4 (2) (2016): Jurnal Einstein. Available online Jurnal Einstein Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/einstein Uji Fisis Bahan Isolator Listrik Berbasis Keramik Porselin Alumina Maryati Doloksaribu dan Lisnawaty Simatupang* Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton menggunakan kapur alam dan menggunakan pasir laut pada campuran beton

Lebih terperinci

THE USE OF LAPINDO MUD AS MATERIAL SUBSTITUTING CLAY IN ROOF TILE PRODUCTION

THE USE OF LAPINDO MUD AS MATERIAL SUBSTITUTING CLAY IN ROOF TILE PRODUCTION 132 PEMANFAATAN LUMPUR LAPINDO SEBAGAI BAHAN PENGGANTI TANAH LIAT PADA PRODUKSI GENTENG KERAMIK Ngk. Made Anom Wiryasa, I W. Sudarsana 1 dan A.A.G.K. Kusuma W. 2 Abstrak: Penelitian mengenai pemanfaatan

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Pozzolan Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika dan alumina, yang tidak mempunyai sifat semen, akan tetapi dalam bentuk halusnya dan dengan adanya air dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin meningkatnya suatu proses produksi dapat berpengaruh juga akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin meningkatnya suatu proses produksi dapat berpengaruh juga akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya suatu proses produksi dapat berpengaruh juga akan meningkatnya jumlah limbah yang dihasilkan, salah satunya yaitu limbah kaca. Penggunaan limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Erupsi Gunung Kelud di Jawa Timur pada tanggal 14 Pebruari 2014 lalu menyisakan limpahan material ratusan juta meter kubik yang umumnya terdiri dari abu vulkanik dan

Lebih terperinci

STUDI SIFAT CAMPURAN 75% R-LOMBOK, 15% W-LOMBOK, 10% F-LODOYO SEBAGAI BAHAN BAKU KERAMIK STONEWARE DENGAN SUHU BAKAR 1250 O C

STUDI SIFAT CAMPURAN 75% R-LOMBOK, 15% W-LOMBOK, 10% F-LODOYO SEBAGAI BAHAN BAKU KERAMIK STONEWARE DENGAN SUHU BAKAR 1250 O C STUDI SIFAT CAMPURAN 75% R-LOMBOK, 15% W-LOMBOK, 10% F-LODOYO SEBAGAI BAHAN BAKU KERAMIK STONEWARE DENGAN SUHU BAKAR 1250 O C Made Cingah M Dachyar Effendi Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Seni dan Teknologi

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PEMBAKARAN TERHADAP KARAKTERISTIK GENTENG

PENGARUH SUHU PEMBAKARAN TERHADAP KARAKTERISTIK GENTENG Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 PENGARUH SUHU PEMBAKARAN TERHADAP KARAKTERISTIK GENTENG Ngk. Made Anom Wiryasa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ABU VULKANIK GUNUNG KELUD SEBAGAI BAHAN ADITIF DALAM PEMBUATAN CETAKAN PENGECORAN LOGAM

PEMANFAATAN ABU VULKANIK GUNUNG KELUD SEBAGAI BAHAN ADITIF DALAM PEMBUATAN CETAKAN PENGECORAN LOGAM Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi PEMANFAATAN ABU VULKANIK GUNUNG KELUD SEBAGAI BAHAN ADITIF DALAM PEMBUATAN CETAKAN PENGECORAN LOGAM Yusuf Umardani Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai Opak Sungai Opak atau kali opak adalah nama sungai yang mengalir di Daerah Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah dasar (subgrade) secara umum dapat didefinisikan sebagai lapisan tanah yang letaknya paling bawah pada suatu konstruksi jalan raya. Tanah dasar dapat berupa tanah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK BAHAN BAKU KAOLIN UNTUK BAHAN PEMBUATAN BADAN ISOLATOR LISTRIK KERAMIK PORSELEN FUSE CUT OUT (FCO)

KARAKTERISTIK BAHAN BAKU KAOLIN UNTUK BAHAN PEMBUATAN BADAN ISOLATOR LISTRIK KERAMIK PORSELEN FUSE CUT OUT (FCO) KARAKTERISTIK BAHAN BAKU KAOLIN UNTUK BAHAN PEMBUATAN BADAN ISOLATOR LISTRIK KERAMIK PORSELEN FUSE CUT OUT (FCO) Wahyu Garinas Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral Deputi TPSA BPPT Abstract is one of a very

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, inovasi dalam dunia konstruksi terus meningkat, seperti perkembangan kontruksi pada beton. Beton adalah salah satu bahan konstruksi yang

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN AIR PANTAI DAN LIMBAH DETERGEN TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR DINDING PASANGAN BATA MERAH.

PENGARUH PERENDAMAN AIR PANTAI DAN LIMBAH DETERGEN TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR DINDING PASANGAN BATA MERAH. PENGARUH PERENDAMAN AIR PANTAI DAN LIMBAH DETERGEN TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR DINDING PASANGAN BATA MERAH Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Designer toys adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

BAB II LANDASAN TEORI. Designer toys adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 DESIGNER TOYS Designer toys adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan mainan dan collectibles lainnya yang diproduksi secara terbatas (limited edition) dan dibuat oleh

Lebih terperinci

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis BAB III LANDASAN TEORI A. Pozzolan Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika dan alumina, yang tidak mempunyai sifat semen, akan tetapi dalam bentuk halusnya dan dengan adanya air dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam zaman modern ini terdapat 3 bahan struktur bangunan yang utama yaitu kayu, baja dan beton. Dan sekarang ini pertumbuhan dan perkembangan industri konstruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Slag (terak) merupakan limbah industri yang sering ditemukan pada proses

BAB I PENDAHULUAN. Slag (terak) merupakan limbah industri yang sering ditemukan pada proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Slag (terak) merupakan limbah industri yang sering ditemukan pada proses peleburan logam. Slag berupa residu atau limbah, wujudnya berupa gumpalan logam, berkualitas

Lebih terperinci

Pengertian gerabah Kiriman I Wayan Mudra, Dosen PS Kriya Seni Gerabah adalah bagian dari keramik yang dilihat berdasarkan tingkat kualitas bahannya.

Pengertian gerabah Kiriman I Wayan Mudra, Dosen PS Kriya Seni Gerabah adalah bagian dari keramik yang dilihat berdasarkan tingkat kualitas bahannya. Pengertian gerabah Kiriman I Wayan Mudra, Dosen PS Kriya Seni Gerabah adalah bagian dari keramik yang dilihat berdasarkan tingkat kualitas bahannya. Namun masyarakat ada mengartikan terpisah antara gerabah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. Sekam Padi Sekam padi merupakan salah satu limbah dari produk pertanian. Sekam padi atau kulit padi adalah bagian terluar dari butir padi yang menjadi hasil sampingan saaat proses

Lebih terperinci

JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: Vol. 5 No. 2 Februari 2013

JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: Vol. 5 No. 2 Februari 2013 PROSES PEMBUATAN BATU BATA BERPORI DARI TANAH LIAT DAN KACA Sri Hastutiningrum 1 1 Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Masuk: 8 Nopember 2012, revisi masuk: 9 Januari

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISIS

BAB IV DATA DAN ANALISIS BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Karakterisasi Abu Ampas Tebu ( Sugarcane Ash ) 4.1.1 Analisis Kimia Basah Analisis kimia basah abu ampas tebu (sugarcane ash) dilakukan di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Umum. Beton non pasir atau sering disebut juga dengan no fines concrete merupakan merupakan bentuk sederhana dari jenis beton ringan, yang dalam pembuatannya tidak menggunakan

Lebih terperinci

BAB VI KACA (GLASS) BAB VI KACA (GLASS)

BAB VI KACA (GLASS) BAB VI KACA (GLASS) BAB VI KACA (GLASS) Kaca (glass) termasuk salah satu anggota keramik. Aplikasi kaca yang sudah dikenal luas adalah wadah (botol, gelas), lensa, kaca serat(fiberglass). Kaca adalah material silikat nonkristalin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Millenium yang ketiga ini manusia tidak pernah jauh dari bangunan yang terbuat dari Beton. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mortar Menurut SNI 03-6825-2002 mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggalian dan penambangan menyebabkan berkurangnya sumber daya alam bahan penyusun beton terutama bahan agregat halus dan agregat kasar. Untuk mengantisipasi hal tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Batu bata adalah bahan bangunan yang telah lama dikenal dan dipakai oleh masyarakat baik di pedesaan maupun di perkotaan yang berfungsi untuk bahan bangunan konstruksi.

Lebih terperinci

Keywords: Lapindo mud, Merapi ash, raw materials, ceramics.

Keywords: Lapindo mud, Merapi ash, raw materials, ceramics. 1 PENGEMBANGAN MODEL PEMANFAATAN LUMPUR LAPINDO DAN ABU GUNUNG MERAPI SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN KERAMIK SENI EARTHENWARE DAN STONEWARE 1 KASIYAN Dosen Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanah memiliki peranan yang penting yaitu sebagai pondasi pendukung pada

I. PENDAHULUAN. Tanah memiliki peranan yang penting yaitu sebagai pondasi pendukung pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah memiliki peranan yang penting yaitu sebagai pondasi pendukung pada setiap pekerjaan konstruksi baik sebagai pondasi pendukung untuk konstruksi bangunan, jalan (subgrade),

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK BAHAN BATA KONSTRUKSI HASIL PEMBAKARAN DENGAN MEMANFAATKAN LUMPUR ASAL SIDOARJO

KARAKTERISTIK BAHAN BATA KONSTRUKSI HASIL PEMBAKARAN DENGAN MEMANFAATKAN LUMPUR ASAL SIDOARJO KARAKTERISTIK BAHAN BATA KONSTRUKSI HASIL PEMBAKARAN DENGAN MEMANFAATKAN LUMPUR ASAL SIDOARJO Dibuat untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik Metalurgi Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. A. Karakteristik Tanah Lempung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. A. Karakteristik Tanah Lempung BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Karakteristik Tanah Lempung Tanah selalu mempunyai peranan yang sangat penting pada suatu lokasi pekerjaan konstruksi. Kebanyakan problem tanah dalam keteknikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keramik 2.1.1. Pengertian Keramik Kalau kita berbicara tentang keramik, maka yang terbayang adalah alat-alat rumah tangga, bahan bangunan, atau guci keramik Cina, padahal perkembangan

Lebih terperinci

Semen (Portland) padatan berbentuk bubuk, tanpa memandang proses

Semen (Portland) padatan berbentuk bubuk, tanpa memandang proses Semen (Portland) Semen didefinisikan sebagai campuran antara batu kapur/gamping (bahan utama) dan lempung / tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk, tanpa

Lebih terperinci